Simbolisme Mantra Semar Mesem Terhadap Kekuasaan Di Banyuwangi

Intan Wulandari1), Tedi Erviantono2), Bandiyah3) 123)Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: [email protected]), [email protected]), [email protected]).

ABSTRACT

Cultural that is famous in Banyuwangi namely teks Osing, which is a tribal prayer the existence of spiritual magic. This research uses theory Hegemony Gramsci. The method used is qualitative descriptive. The instrument in these study using an in-depth interview on the informant. Determination of informants using techniques purposive sampling and snowball sampling. The results of the research are: first, Semar Mesem as the fine witchcraft of sage used to attract the opposite sex. On progress Semar Mesem can be used as a science magic to gain one's desire to be fulfilled. Second, the symbolic form of use Semar Mesem Belt, heirloom, implant, powder and lipstick. The symbol is used to maintain the position, authority, charm of love and attract the opposite sex. Third, the concept of hegemony Gramsci in use Semar Mesem originated from the doctrine of cultural dominance etnic Osing became heirs and rulers etnik from Banyuwangi which actually people unconsciously follow.

Keyword: Qualitative Descriptive, Hegemony, Semar Mesem

1. PENDAHULUAN sangat menarik untuk dikaji yaitu mantra yang bermagi kuning. Mantra bermagi kuning tidak Tradisi lisan yang berkembang di hanya dimiliki oleh , tetapi dapat juga kalangan masyarakat yaitu mantra. Mantra digunakan oleh kalangan masyarakat. termasuk dalam jenis sastra lisan folklor. Mantra bermagi kuning dapat Kebudayaan yang diwariskan secara turu- digunakan untuk mempengaruhi daya pikir temurun. Dalam konteks kebudayaan Jawa seseorang tanpa menggunakan jalan yang Timur terdapat beberapa yang terkenal jahat, lebih tepatnya untuk mencari jodoh atau diantaranya seperti kebudayaan Osing yaitu lebih terkenalnya masyrakat menyebut ilmu bermantra. Mantra Osing merupakan doa pengasihan. Selain itu mantra bermagi kuning sakral kesukuan yang mengandung sangat popular dikalangan masyarakat. kepercayaan adanya kekuatan spiritual Sehingga menjadi identitas budaya. Dunia sebagai kekuatan gaib. Mantra Osing spiritual sangat populer dan umum di memiliki ke unikan tersendiri adanya empat kalangan masyarakat Banyuwangi, selain macam magi yang terkandung dalam mantra mantra biasanya dunia spritual yang lain yakni putih, kuning, merah, dan hitam. seperti pengobatan tradisional, pencarian Mantra tersebut masih bertahan kekuasaan, dan meramal yang berhubungan sampai saat ini yang dimanfaatkan dalam dengan laku mistik. Dalam hal ini mantra kehidupan sosial oleh masyarakat. Dari bermagi kuning yang terkenal salah satunya keempat magi yang ada dalam mantra yang

1 adalah mantra Semar Mesem yang masih yang dimaksud supaya individu yang lain ikut dipercaya sampai saat ini oleh para serta dalam pengaruh kesadaran kita. pendukung/pengikutnya. Bentuk kepercayaan Seseorang yang memanfaatkan mantra tersebut dapat di lihat dari perilaku pengikut Semar Mesem melalui jasa dukun itu artinya yang menggunakan Semar Mesem sebagai untuk memikat lawan jenis sebagai kekasih bekal (cekelan) dalam kehidupan atau pendamping hidup. Hal itu sesuai Hal itu sudah biasa dikalangan dengan magi yang menjiwai mantra Semar masyarakat, apalagi tradisi bermantra sudah Mesem yang bermagi kuning berarti digunakan sejak zaman dahulu bahkan ketulusan. Seseorang yang menggunakan sampai sekarang masih dipercaya oleh mantra Semar Mesem tidak ada pikiran untuk masyarakat setempat. Masyarakat berbuat kejahatan dalam menggunakan terhegemoni bahwa Banyuwangi adalah mantra tersebut. pusatnya hal gaib, tidak heran jika sebagian Kekuatan magis yang terkandung besar masyarakatnya masih menggunakan dalam mantra Semar Mesem berproses klenik salah satunya mantra Semar Mesem. secara halus sehingga unsur negatifnya tidak Mantra Semar Mesem dalam kaitannya terlalu kelihatan, apalagi tenaga kosmis dukun dengan perilaku individual, tradisi/adat, dan yang mentransfer terhadap objek atau lawan sosial budaya yang dikonsepsikan oleh jenis yang akan di santet berjalan lama tidak masyarakat setempat. Dalam konteks ini dalam sekejap dan unsur positifnya karena si mantra Semar Mesem mempunyai fungsi objek atau lawan yang disantet tidak individual, maksudnyahanya dirasakan atau mengetahui bahwa dirinya terkena santet. dinikmat oleh individu dalam memenuhi Berdasarkan identifikasi masalah kebutuhan tertentu. Selain fungsi individual, diatas, adapun permasalahan yang akan mantra Semar Mesem juga mempunyai diteliti adalah “Bagaimana simbolisme mantra fungsi sosial dalam konteks ini fungsi yang Semar Mesem terhadap kekuasaan di tidak hanya digunakan untuk memenuhi Banyuwangi? kebutuhan individu saja melainkan juga 2.TINJAUAN PUSTAKA melibatkan latar belakang budaya. 2.1 Kajian Pustaka Fungsi individual mantra dilakukan Kajian pustaka dalam penelitian ini untuk menjerat seseorang agar menjalin penulis akan menjabarkan beberapa hubungan baik dengan mempengaruhi penelitian yang berkaitan dengan penelitian kesadaran seseorang. Budaya Osing, seperti ini yang bertujuan sebagai referensi untuk mantra memiliki fungsi bagi penggunanya penelitian yang penulis lakukan. Dilihat dari yang sangat percaya terhadap kekuatan penelitian-penelitian yang sudah ada, maka magis. Mantra Semar Mesem termasuk dalam penulis akan mengambil empat buah mantra santet pengasihan atau ilmu penelitian untuk dijadikan sebagai sumber pengasihan yang dimana fungsinya untuk referensi untuk penelitian ini. Berbagai hasil membuat individu yang lain agar kantil atau penelitian terdahulu yang mengkaji tentang fungsi, makna, dan simbol dalam

2 suatu tradisi ritual telah dilakukan oleh oleh Turner, yaitu: Exegetical meaning makna beberapa peneliti antara lain: yang diperoleh dari informan warga setempat Pertama, penelitian skripsi yang tentang ritual yang diamati. Operational dilakukan oleh Ade Yusuf Ferudyn 2013 meaning makna yang diperoleh tidak terbatas dalam skripsi tentang fungsi dan makna pada perkataan informan, melaikan dari simbolik “Ati Kebo Se’Unduhan” dalam tindakan yang dilakukan dalam ritual. Selametan Pernikahan Keluarga Keturunan Positional meaning makna yang diperoleh Demang Aryareja. melalui interpretasi terhadap simbol dalam Kedua, penelitian yang dilakukan oleh hubungannya dengan simbol lain secara Herning Puspitarini 2014 yang mengkaji totalitas perubahan spiritual). tentang Hegemoni Mitos 2.2.2 Mantra Terhadap Kekuasaan Jawa Dalam Novel Mantra merupakan perwujudan pikiran Sang Nyai Karya Budi Sardjono. yang merepresentasikan kekuatan kosmik, Ketiga, skripsi sejenis yang lain yang menggunakan pengaruh mereka dengan dilakukan oleh Indah Ambar Sari 2016)yang getaran suara. mengkaji tentang Mitos Dan Kekuasaan Semar Mesem memiliki daya magis “Studi Kasus Hegemoni Ngalap Berkah tersendiri yang tergolong dalam mantra yang Gunung Kumukus Terhadap Pencarian halus, masuk dalam kategori white magic. Kekuasaan”. Sesuai dengan tujuan white magic yang Keempat, Penelitian sejenis lain yang meyakini hanya untuk kebaikan, Semar dilakukan oleh Yudha Almerio Pratama Mesem hanya dalam urusan pengikat lawan Lebang 2015 tentang Analisis Semiotika jenis. Mantra Semar Mesem juga tergolong Simbol Kekuasaan Pada Rumah Adat Toraja dalam mantra ajian, rajah, pelet dan Tongkonan Layuk. . pengasihan. Bahasa yang digunakan dalam 2.2 Kerangka Konseptual mantra Semar Mesem adalah Bahasa Jawa 2.2.1 Simbol dilafalkan pelan-pelan dan juga dalam batin. Kebudayaan dapat ditandai dengan 2.2.3 Kekuasaan simbol-simbol sehingga dengan simbol Kekuasaan dianggap sebagai manusia dapat suatu pemikiran yang kemampuan pelaku untuk mempengaruhi menekankan pada pola yang berdasarkan tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, pada simbol. Simbol merupakan tanda yang sehingga pelaku kedua sesuai dengan mengandung makna, dapat sebagai simbol keinginan pelaku pertama yang memiliki ritual ataupun simbol sebagai pertanda. kekuasaan. Permasalahan kekuasaan sering Kaitannya dengan mantra Semar Mesem, menjadi masalah sosial, memainkan peranan simbol dapat dikatakan sebagai simbol ritual. yang penting dikehidupan masyarakat. Ketika Dalam menganalisis bentuk simbolis seseorang dapat mempengaruhi kelompok aktivitas ritual penelitian yang terdapat pada lain. Hal ini adanya pelaku antara kelompok penggunaan mantra Semar Mesem, dapat atau kolektivitas yang berkuasa. menggunakan konsep yang dikemukakan

3 Kekuasaan terjadi karena adanya 3. METODELOGI PENELITIAN ruang lingkup kdimana kemampuan untuk Jenis penelitian yang digunakan memerintah yang secara tidak sadar dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif memaksa agar diikuti. Seperti yang terjadi dengan pendekatan studi etnografi. Pada dalam penggunaan Semar Mesem, ketika penelitian ini juga menggunakan unit analis sebuah kelompok mendominasi pada yang dimaksud masyarakat yang akan akhirnya akan terjadi sebuah kepatuhan harus memberikan informasinya kepada peneliti. mengikuti. Bahwa kekuasaan terjadi di dalam Sedangkan objek penelitian yang akan segala ruang lingkup kehidupan, tidak hanya dianalisis berupa mantra Semar Mesem, berhubungan dengan negara melainkan sehingga nantinya peneliti dapat menganalisa mencakup dalam segala macam kehidupan simbolisme mantra terhadap kekuasaan. sehari-hari. Selama proses penelitian 2.3 Landasan Teori berlangsung, peneliti akan mencatat semua 2.3.1 Teori Hegemoni data yang berhasil dikumpulkan yang Kerangka teori yang digunakan dalam selanjutnya akan disusun dengan bentuk penelitian ini adalah hegemoni Gramsci. uraian secara terperinci, kemudian direduksi, Hegemoni merupakan suatu kekuasaan dipilih hal-hal yang pokok dengan kesesuaian dominasi atas nilai kehidupan kelompok tema, lalu peneliti akan mengambil masyarakat yang pada akhirnya suatu kesimpulan dari semua data yang telah kelompok masyarakat tersebut secara tidak berhasil didapat. sadar mengikutinya. Dalam kehidupan Selain itu peneliti juga menggunakan bermasyarakat dominasi kekuasaan selalu informan kunci dan informan tambahan. berjalan beriringan karena pasti terdapat Metode yang digunakan dalam penentuan kelompok-kelompok dominasi. Kelompok informan adalah teknik snowball sampling dan dominasi dapat mempengaruhi kelompok lain, purposive sampling. Selanjutnya dengan demikian terjadi hegemoni. Konsep pengumpulan data menggunakan reduksi hegemoni berupa ideologi, kepercayaan, data yang di dapat peneliti dipilah untuk kaum intelektual, dan negara. dijadikan satu agar dapat diolah dengan Konsep hegemoni dapat dikaitkan menyajikan data, lalu peneliti dapat menarik dengan mantra Semar Mesem konsep kesimpulan. ideologi, kepercayaan, dan kaum intelektual. 4.HASIL DAN PEMBAHASAN Ideologi yang disebarkan melalui hegemoni 4.1 Gambaran Umum yang menjadikan kepercayaan populer bagi Kabupaten Banyuwangi yang terletak masyarakat yaitu Semar Mesem. Kaum di ujung Timur Pulau Jawa memiliki luas intelektual yang dimaksud adalah siapa yang wilayah 5.782,50 km2. Wilayahnya tedapat menyebarkan ideologi tersebut yang akhirnya pantai dan hutan. Memiliki wilayah seseorang dapat mengikutinya secara terus- administratif 24 kecamatan, 751 wilayah menerus dan menjadikannya sebuah kepercayaan populer.

4 dusun/ lingkungan; 2.839 Rukun Warga (RW); peranan ngelmu kesempurnaan, dan sumber- dan 10.569 Rukun Tetangga (RT). sumber simbolik yang mendukung kekuasaan Menurut proyeksi sensus penduduk Jawa tersebut. pada tahun 2014 Kabupaten Banyuwangi Secara kultural, masyarakat mengalami peningkatan jumlah penduduk, Banyuwangi masih sangat kental dengan dari 1.582.586 jiwa pada tahun 2013, kehidupan bermagi, salah satunya bermantra. meningkat menjadi 1.588.082 jiwa pada tahun Kepercayaan yang didapat dari warisan Hindu 2014. Dengan luas wilayah sekitar 5.782,50 sangat melekat dalam kehidupan sosial Km2, kepadatan penduduk di Banyuwangi masyarakat Banyuwangi. Kepercayaan pada tahun 2014 sekitar 274 jiwa per Km2. masyarakat terhadap hal gaib tercermin Berdasarkan tingkat pendidikan dalam tingkah laku masyarakat yang ditandai masyarakat Banyuwangi dapat dikatakan dengan adanya upacara ritual desa. merata meskipun masih banyak yang tamatan Masyarakat Osing memiliki tradisi bermantra SD. Jenis pekerjaan sebagian besar yang sangat kuat. Tradisi bermantra dalam masyarakat Banyuwangi menjadi TKW/TKI di konteks ini diartikan sebagai kebiasaan yang luar negeri. Selain itu masyarakat juga dilakukan masyarakat dalam melakukan memiliki mata pencaharian sebagai petani, aktivitas dengan menggunakan mantra, berkebun, berternak, pedagang, nelayan terutama dalam pemujaan leluhur. selain itu juga terdapat masyarakat yang Kemunculan mantra atau ngelmu berprofesi sebagai guru, ABRI, pegawai santet diperkirakan sejak selesainya perang swasta, dan buruh. Puputan Bayu. Pada saat itu puluhan ribu Masyarakat Banyuwangi merupakan pasukan Blambangan gugur di medan perang masyarakat heterogen yang menghasilkan melawan Belanda yang dibantu oleh pasukan keberagaman suku, ras, dan agama. dan Mataram. Setelah pertempuran usai Mayoritas penduduk masyarakat banyuwangi Bupati Banyuwangi pertama memerintah agar menganut kepercayaan Islam, lalu ada Hindu, peperangan usai dan kembali membentuk Protestan, Khatolik, Budha, Konghucu, dan perkampungan. Meskipun rakyat patuh, tetapi penganut kepercayaan lainnya. mereka masih punya rasa dendam terhadap 4.2 Hasil Temuan orang asing seperti Belanda, Matram, dan 1 Tradisi Historis Bermantra Bali. Agar tali persaudaraan tidak putus di Dalam kaitanya mantra Semar antara masyarakat Osing, terjadilah Mesem tidak terlepas dari sejarah, bagaimana perkawinan tertutup. Media yang digunakan seseorang masih memakai sampai saat ini pada saat itu agar memuluskan hubungan karena memang sudah menjadi nilai budaya adalah santet. itu sendiri. Jika meminjam konsep budaya 2. Mantra Semar Mesem Jawa terdapat dua konsep wilayah kehidupan Mantra Semar Mesem merupakan manusia yaitu lahir dan batin. Terdapat juga mantra santet ilmu pengasihan, yang tiga konstruksi kebudayaan Jawa yaitu, Raja mempunyai simbolisme tradisi bermantra. sebagai pusat kekuatan kosmis dan mistis, Mantra Semar Mesem termasuk puisi lisan

5 yang dimana dalam menggunakan lisan kekuatan gaib. Bagi masyarakat abangan tersebut dilakukan dengan cara menghafal ngelmu bisa dimiliki oleh siapa saja dengan kata demi kata. Salah satu komponen yang berbagai profesi, seperti pedagang, nelayan, cukup penting yang menjadi keutuhan buruh, karyawan swasta, dan PNS. biasanya penyajian dalam memanfaatkan mantra ngelmu yang bersifat ringan seperti santet adalah praktik upacara ritual (magis). Seperti pengasihan Semar Mesem. halnya sudah dijelaskan bahwa, tradisi 4. Bentuk Simbolis Semar Mesem bermantra memiliki hubungan antara suatu Sebagaimana diketahui mantra objek dengan lambangnya. Hal itu sesuai memiliki sifat rahasia, dan tertutup. Oleh dengan simbolis yang dipengaruhi oleh sebab itu seseorang atau dukun akan selalu pikiran seseorang atau hegemoni masyarakat menjaga kerahasiannya agar tidak diketahui sekitar yang pada sampai saat ini merupakan oleh orang lain. Terkait dengan sifat mantra hal yang biasa atas jika seseorang yang rahasia dan tertutup terdapat prosesi menanyakan keberadaan mantra di ritual yang dilakukan, biasanya ritual masyarakat Banyuwangi. dilakukan pada tempat yang sepi dilakukan Bahkan pikiran tersebut sudah tidak antara dukun dan pemesan orang yang menjadi hal yang tabu jika seseorang meminta bantuan kepada dukun. Sarana yang mengetahui keberadaan mantra. Mantra digunakan dalam praktik ritual antara dukun dalam hal ini bisa dikatakan sebagai simbol dan pemesan berupa mantra dan foto. dimana jika seseorang menggunakan mantra Namun dalam fenomena di lapangan tersebut dapat menarik lawan jenis meskipun pada perkembangan zaman pada saat ini sekarang masyarakat menggunakan mantra seseorang pemesan tidak harus terlibat tersebut sebagai mempertahankan pekerjaan. langsung dalam prosesi ritual. Pemesan Misalkan dalam urusan pekerjaan agar menyerahkan segala laku mistik kepada seseorang disegani (kharismatik). Pikiran dukun dan hanya akan membawa pulang semacam itu sudah tertanam oleh masyarakat jimat siap pakai berupa simbol yang terwujud setempat jika memang Banyuwangi seperti: gudangnya santet. Pusaka, yang berupa seperti keris 3. Pelaku Pemujaan Mantra berupa Semar terbuat dari logam Dapat dikatakan bahwa pelaku kuningan. Simbol pusaka jika digunakan pemujaan tradisi bermantra adalah kelompok seseorang akan menunjukan harapan dan masyarakat abangan. permohonan atau do’a agar diberikan rasa Kelompok masyarakat abangan aman, tentram, keselamatan, dan meyakini bahwa ngelmu termasuk mantra kebahagiaan dalam mencapai tujuan yaitu yang memiliki kekuatan magi merupakan bagi laki-laki yang menggunakannya. bagian dari perjalanan hidup. Ngelmu dapat Ikat pinggang yang terbentuk dari tali dikatakan sebagai keahlian yang dimiliki wol berwarna putih dan merah. Simbol ini manusia untuk dapat mencapai sesuatu dapat dikatakan sebagai identitas penanda keinginan dengan cara menggunakan bahwa seseorang jika menggunakan ikat

6 pinggang yang mengandung doa mantra dan sekitarnya berupa adat istiadat yang Semar Mesem, akan terjaga dalam berkembang. Opini tersebut tidak melindungi kedudukan atas kekuasaan yang berkembang begitu saja secara individual, di dapat. melainkan melalui penyebaran antar Susuk, yang berupa seperti jarum kelompok masyarakat. Salah satu yang ukurannya 1 cm. Simbol ini dapat kebudayaan lisan yang sampai saat ini masih dikatakan sebagai simbol pemancaran aura. dipercaya keberadaanya oleh masyarakat Jika seseorang yang menggunakan salah khususnya Banyuwangi ialah mantra Semar satu simbol ini bagi para penggunanya Mesem. Orientasi kajian Semar Mesem akan meyakini pancaran aura positif keluar dalam menggunakan konsep Gramsci yang diri seseorang. Dan bedak tabur dan gincu. berdasarkan kebudayaan itu sendiri. Simbol ini khusus digunakan oleh kaum Bentuk hegemoni yang dilakukan perempuan. adalah dengan cara-cara pendekatan Bedak tabur yang sudah diberi ideologi, kepercayaan popular, dan common mantra Semar Mesem oleh dukun ini sense dalam eksekusi hegemoni Semar biasanya digunakan sama halnya seperti Mesem memiliki ideologi untuk membebaskan susuk yang memancarkan aura tetapi jika diri perihal asmara yang ditolak lantaran susuk dapat digunakan oleh laki-laki maupun rasisme. Dalam ideologinya Semar Mesem perempuan, namun bedak tabur dan gincu mendominasi dengan cara pendekatan. hanya dapat digunakan oleh kaum Pendekatan terhadap obyek-obyek dengan perempuan sebagai pemikat lawan jenis. menguniversalkan ideologinya yang kemudian 4.3 Analisis Hasil Temuan membentuk suatu kepercayaan popular Analisis penelitian ini menggunakan sehingga tercipta common sense dapat teori hegemoni Gramsci yang menunjuk pada diartikan sebagai kaum intelektual yang dapat dominasi kekuasaan, tetapi tidak bersifat menyebarkan ideologi. memaksa karena dilakukan melalui cara-cara Dalam kaitanya dengan mantra intelektual kultural dan politis. Cara-cara Semar Mesem dapat dikatakan melalui tersebut dilihat dengan patuhnya hampir kepercayaan folklor, kepercayaan tersebar sebagian masyarakat Banyuwangi kepada melalui opini-opini, tahayul-tahayul. Sehingga dominasi kekuataan lain yang menyokong dapat mempengaruhi cara pandang legitimasi kebudayaan Osing, salah satunya seseorang, maka dari kepopuleran tersebut yakni tradisi bermantra. Hegemoni Gramsci masyarakat mempercayai keberadaan mantra digunakan sebagai dasar teori yang menjadi Semar Mesem. Karena dari orang ke orang acuan penelitian ini untuk menganalisis gagasan-gagasan tersebut tersampaikan hegemoni Simbolisme Mantra Semar Mesem yang akhirnya menjadi kepercayaan populer Terhadap Kekuasaan Di Banyuwangi. yang bisa dikaitkan dengan hegemoni Hegemoni mantra Semar Mesem Gramsci. Maka para penggunanya yang mencakup semua masyarakat Banyuwangi mengikuti kepercayaan tersebut tidak

7 tanggung-tanggung dari berbagai elemen Hegemoni kekuasaan bermantra juga masyarakat dengan berbagai profesi dirasakan masyarakat melalui tradisi yang mempercayai mantra Semar Mesem. masih berjalan hingga kini. Hal ini ditandai Agar dapat mencapai hegemoni, dengan penggunaan mantra Semar Mesem ideologi harus disebarkan melalui kelompok- yang sampai saat ini masih dipercaya kelompok dominasi. Dalam kaitannya dengan keberadaanya. Tradisi bermantra telah mantra Semar Mesem penyebaran melalui mengakar dalam kehidupan kelompok dominasi kebudayaan yaitu kebudayaan masyarakat Osing. Bahkan tradsi bermantra Osing yang masih percaya terahadap tersebut dikembangkan menjadi khazanah kekuatan magic. budaya yang dapat menghasilkan wisata Berdasarkan pemikiran tersebut budaya dalam pengembangan dan dapat disimpulkan bahwa benar adanya pembangunan finansial daerah. hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau Sebagai bentuk hegemoni bermantra dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, Semar Mesem memiliki bentuk simbolis bagi maupun kebudayaan sekelompok masyarakat para pelaku yang mempercayainya yaitu: yang akhirnya berubah menjadi doktrin pusaka, ikat pinggang, susuk, bedak tabur terhadap kelompok masyarakat lainnya. Hal dan gincu. Kepercayaan tradisi yang tersebut menjadi kaitanya dengan ditanamkan dalam pikiran masyarakat tidak penggunaan mantra Semar Mesem yang terlepas dari historis kerajaan kebudayaan berawal dari doktrin sebuah kelompok yaitu Jawa yang tidak terlepas dari konstruksi masyarakat Osing yang menjadi pewarisan kebudayaan Jawa yaitu, Raja sebagai pusat adat istiadat tersebut yang pada akhirnya kekuatan kosmis dan mistis, peranan ngelmu semua elemen masyarakat dengan sadar kesempurnaan, dan sumber-sumber simbolik mengikutinya. yang mendukung kekuasaan Jawa tersebut. 5. KESIMPULAN Maka demikian dapat dikatakan dengan Berdasarkan analisis simbolisme konstruksi kebudayaan Jawa itu sendiri. mantra Semar Mesem terhadap kekuasaan di Secara historis yang sudah dibahas Raja Banyuwangi dapat dikatakan bahwa Semar sebagai pandangan kosmis dan mistis, Mesem sebagai mantra santet pengasihan Banyuwangi memiliki historis tersebut. yang mempengaruhi tingkah laku masyarakat Ngelmu kesempurnaan dalam tradisi Osing Banyuwangi dan sekitarnya, khususnya Banyuwangi dapat dikatakan sebagai dalam tradisi bermantra. Semar Mesem juga bermantra, dan sumber simbolik yang mendukung eksistensi seseorang berperilaku mendukung kekuasaan Jawa tersebut salah dalam kehidupan sosial untuk menarik satunya mantra Semar Mesem dalam arti perhatian lawan. Kharismatik yang ditonjolkan santet pengasihan. Kekuasaan raja penting dalam penggunaan mantra Semar Mesem untuk menyampaikan hegemoni kultural yang sangat dipercaya oleh masyarakat hingga konsensual untuk membentuk keteraturan saat ini. sosial pada masyarakat. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap

8 makna bermantra khususnya mantra Semar Herning Puspitarini, (2014). Hegemoni Mitos Nyai Roro Kidul Terhadap Kekuasaan Mesem, hegemoni ideologi akan sulit Jawa Dalam Novel Sang Nyai Karya dilaksanakan bahkan sebuah tradisi akan sulit Budi Sardjono. Diakses 20 Desember 2016, pukul 20:40 WITA. berjalan seperti seharusnya. 6. DAFTAR PUSTAKA Indah Ambar Sari. (2016). Mitos Dan Kekuasaan (Studi Kasus Hegemoni Buku Ngalap Berkah Gunung Kumukus Terhadap Pencarian Kekuasaan). Anwar, Ahyar. (2010). Teori Sosial Sastra. Jakarta: Penerbit Ombak. Yudha Almerio Pratama Lebang. (2015). Dari E-Jurnal Ilmu Komunikasi Alex, Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. Vol.3/No.4 2015 FISIP UNMUL. Bandung: Rosda Karya. Analisis Semiotika Simbol Kekuasaan. Pada Rumah Adat Toraja Budiardjo, Miriam. (1991). Aneka (Tongkonan Layuk). Diakses 20 Pemikiran Tentang Kuasa dan Desember 2016, pukul 18:25 WITA. Wibawa. Jakarta: Pustaka Website: Sinar Harapan. www.banyuwangikab.go.id. Diakses 04 Maret 2017, pukul 18:23 WITA. Fashri, Fauzi. (2014). Piere Bourdieu Menyikap Kuasa Simbol. Yogyakarta: http://download.portalgaruda.org/article.ph p/. Teori Kekuasaan Michel Foucault: Jalasutra. Tantangan bagi Sosiologi Politik. Saputra, S.P Heru. (2007). Memuja Mantra Diakses 20 Desember 2016, pukul 15:30 WITA. “Sabuk Mangir Dan Jaran Goyang http://dispendukcapil.banyuwangikab.go.id/ Masyarakat Using Banyuwangi. doc/profil/2015. Diakses pada 04 Yogyakarta: LKIS. Maret 2017, pukul 18:40 WITA Soetrisno, dkk. (1976). Selayang Pandang http://eprints.upnjatim.ac.id/3177/1/2_Cultu Blambangan. Banyuwangi: Pemda ral_Studies_Analisis_Kuasa_Atas_Ke budayaan_Aulia_R_dan_Syafrida_NF Tingkat II Banyuwangi. pdf Diakses pada 04 Maret 2017, Sujarweni, Wiratna. (2014). Metodelogi pukul 18:50 WITA Penelitian Lengkap, Praktis, Dan Instansi: Mudah Dipahami. Yogyakarta: BPS Kabupaten Banyuwangi Pustaka Baru. Sri Adi, Oetomo. (1987). Kisah Perjuangan Menegakkan Kerajaan Blambangan. Surabya: Sinar Wijaya.

Jurnal/Skripsi :

Ade Yusuf Ferudyn, (2013). Fungsi dan makna simbolik “Ati Kebo Se’Unduhan” dalam Selametan Pernikahan Keluarga Keturunan Demang Aryareja. Diakses 20 Desember 2016, pukul 19:20 WITA.

9