ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

SMART : AKSENTUASI KESIAPAN DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG, PANDEGLANG - BANTEN

Nurdin Hidayah1 dan Herlan Suherlan2 1,2Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Indonesia, email: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh informasi mengenai Histori Artikel gambaran yang komprehensif mengenai kesiapan sarana Homestay dalam kerangka pengembangan Smart Tourism di Kawasan Tanjung Submitted: Lesung Pandeglang Banten. Penelitian ini menggunakan disain 01 Februari 2020 penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenografi. Pengumpulan Reviewed: 24 Februari 2020 data dilakukan dengan wawancara ke para pemagku kepentingan yang Accepted: terlibat, observasi ke homestay-homestay yang ada di sekitar wilayah 05 Maret 2020 penelitian, serta studi terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan Published: program homestay dan digitalisasi pariwisata, baik ditingkat pusat, 15 Mei 2020 regional maupun lokal. Hasil penelitian menunjukam bahwa: (1) dasar utama program homestay dalam kerangka smart tourism di Tanjung Lesung adalah untuk menggerakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat; (2) Implementasi pengembangan sarana homestay dalam kerangka smart tourism di Tanjung Lesung dilakukan secara bertahap, melalui skema pembangunan homestay dengan pendekatan konversi, renovasi, revitalisasi, dan pembangunan baru; (3) Penerapan smart tourism di Tanjung Lesung dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi melalui program pemasaran digital seperti online market place; internet marketing; Pokdarwis dan 10 desa wisata percontohan dalam program Indonesia Tourism Exchange (ITX). Kata Kunci: Smart Tourism, Smart Destination, Pariwisata Digital, Tourism 4.0, Homestay

SMART TOURISM: ACCENTUATION OF HOMESTAY READINESS IN TANJUNG LESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE, PANDEGLANG – BANTEN

ABSTRACT This study intends to obtain a comprehensive information about Homestay facilities readiness within the Smart Tourism development framework in Tanjung Lesung Pandeglang, Banten. This study uses a qualitative research design with a phenomenographic approach. Data collection was carried out by interviewing existing stakeholders, observing homestays in the study area and studying documents related to the Homestay program and tourism digitizing. The results of the study show that 1) The homestay program within smart tourism framework in Tanjung Lesung is based on driving the economy and welfare of the host community; 2) Implementation of the homestay facilities development within smart tourism framework in Tanjung Lesung is carried out in four stages: conversion, renovation, revitalization, and new development; 3) The application of smart tourism in Tanjung Lesung is done with information technology through marketing programs such as online market places; Pokdarwis and 10 pilot tourism villages in the Indonesia Tourism Exchange Program (ITX). Keywords : Smart Tourism, Smart Destination, Digital Tourism, Tourism 4.0, Homestay

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS Doi: 10.36275/mws ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

PENDAHULUAN dikarenakan oleh perkembangan teknologi Pemerintah Indonesia melalui Kementerian informasi dan komunikasi (TIK) yang Pariwisata telah menetapkan strategi semakin pesat yang telah banyak pengembangan 10 (sepuluh) destinasi mempengaruhi seluruh tatanan kehidupan pariwisata prioritas (DPP) dalam Renstra sosial masyarakat. Sehingga pada saat ini, 2015-2019. Strategi tersebut biasa disebut industri pariwisata sudah mulai menunjukan sebagai Ten New Bali dengan ketergantungannya terhadap TIK dalam memperioritaskan akselerasi pada menciptakan, mengkomunikasikan dan pembangunan 7 (tujuh) Kawasan Strategis menyampaikan nilai (value) kepada Pariwisata Nasional (KSPN) dan 3 (tiga) pengunjung agar lebih kompetitif. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).Kebijakan Kementerian Pariwisata telah menanggapi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk isu penggunaan TIK dalam industri meningkatkan daya saing pariwisata pariwisata ini, salah satunya dengan Indonesia dalam index daya saing yang menerapkan digital tourism sebagai strategi dikeluarkan oleh World & Tourism prioritas. Aplikasi dari strategi ini salah Council (WTTC). satunya adalah dengan mencanangkan Tourism 4.0 yang dimulai dengan Dalam meningkatkan daya saing pariwisata, mengembangkan suatu platform destination pertama yang harus dilakukan adalah dengan marketplace yang diberi nama ITX menciptakan proposisi nilai (value (Indonesia Tourism Exchange). proposition) yang mengedepankan kualitas pengalaman bagi pengunjung. Karena inti Selain digital tourism, Yahya(2017), dari produk wisata adalah pengalaman menegaskan bahwa kementerian pariwisata (experiences). Menciptakan pengalaman juga tengah menggenjot program homestay dapat diraih dari pemahaman mengenai untuk mendukung sarana amenitas. kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan Kementerian Pariwisata akan menggiring permintaan (demand) yang dicerminkan Indonesia menjadi negara dengan homestay dalam sikap dan atau perilaku pasar terbesar, terbanyak, dan terbaik dunia. Target (Hidayah, 2019). jumlah homestay baru pada 2019 adalah 100.000 yang akan tersebar di seluruh Yahya (2017), menyatakan bahwa: “Kondisi Indonesia, minimal di 10 Bali Baru, atau 10 pasar sudah berubah, “Hampir 63 % Destinasi Prioritas yang sudah ditetapkan transaksi jasa travel dilakukan secara online sebelumnya. Tahun ini 2017, ditargetkan sehingga bila biro perjalanan tidak segera 20.000, tahun 2018 ditambah 30.000, dan menyesuaikan diri ke digital atau tetap 2019 dibangun 50.000 yang bakal mencapai konvensional maka nasibnya akan seperti 100.000 pada 2019. Homestay itu dikelola Wartel (Warung Telekomunikasi). Perubahan secara korporasi, bukan cara koperasi. pasar ini dipengaruhi oleh gaya hidup Homestay ini dijalankan dengan mesin baru, wisatawan yang juga berubah. Wisatawan model bisnis baru, berbasis pada digital. dalam melalukan perjalanan (travelling) tak Beliau juga menegaskan bahwa, program lepas dari digital; mulai dari mencari dan homestay desa wisata yang dilaksanakan melihat-lihat informasi (look), kemudian mulai tahun ini merupakan kontribusi memesan paket wisata yang diminati (book) Kemenpar terhadap Program Sejuta Rumah hingga membayar secara online (pay). bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Sekitar 70 % wisman melakukan searchand (MBR). Pembangunan homestay mempunyai share menggunakana media digital”. nilai strategis. Terutama untuk memperkuat Fenomena yang lain adalah bahwa pada era unsur Amenitas dalam teori 3A, yakni milenial saat ini, permintaan pengunjung atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. memiliki kecenderungan (trends) yang Penggunaan TIK (seperti: internet of things, menginginkan kemudahan dan cara-cara cloud computing, big data dan digital instan. Hal tersebut salah satunya

102 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 tourism) dengan tujuan untuk memberikan sumberdaya, khususnya homestay masih kemudahan dan pelayanan instan serta real belum diketahui dengan jelas. time kepada pengunjung, pada industri Atas dasar fenomena tersebut, maka pariwisata dikenal dengan istilah smart diperlukan penelitian mengenai kesiapan tourism. Menurut Buhalis dan Amaranggana sarana homestay di KEK TL-Pandeglang (2014), konsep smart tourism dapat dalam kerangka pengembangan Smart dilakukan dengan menggunakan TIK di Tourism dengan pertanyaan penelitian mana-mana pada semua organisasi dan sebagai berikut: (1) Bagaimana program entitas yang ada di destinasi pariwisata untuk homestay desa wisata dalam kerangka meningkatkan kualitas pengalaman konsep smart tourism di Tanjung Lesung pengunjung. Dari hal tersebut dapat diartikan Kabupaten Pandeglang Banten? (2) bahwa, pengaplikasian smart tourism di Bagaimana implementasi program homestay destinasi pariwisata pada saat ini sudah yang berbasis desa wisata dalam kerangka menjadi keniscayaan dalam usaha konsep smart tourism di Tanjung Lesung meningkatkan daya saing destinasi Kabupaten Pandeglang Banten? (3) pariwisata. Bagaimana pemahaman para pemangku Dalam pengembangan 10 destinasi kepentingan dalam menerapkan smart pariwisata prioritas, KEK dibangun dengan tourism di Tanjung Lesung Kabupaten tujuan untuk memudahkan seluruh pihak Pandeglang Banten? yang berkepentingan dalam melakukan kegiatannya, baik dari sisi supply maupun dari sisi demand. Untuk itu, konsep KEK LITERATUR REVIEW yang didukung oleh penggunaan TIK akan Smart Tourism menjadi destinasi pariwisata yang menerapkan konsep smart tourism.KEK Menurut Wang, Jin & Zhou (2012), kata Tanjung Lesung (KEK TL) merupakan salah “smart” mempunyai arti “bijaksana” satu dari tiga KEK yang dikembangkan pada (wisdom). Secara eksplisit, “smart” juga saat ini. Dari sisi demand, karakteristik dapat berarti “teroptimisasi terhadap pengunjung KEK TL menurut Anindita dkk. kebutuhan-kebutuhan yang spesifik” (2017) sangat sesuai dengan kecenderungan (Gretzel, Sigal dkk., 2015). Sementara itu pasar saat ini yaitu jenis wisatawan yang Harrison dkk. (2010) berpendapat bahwa melakukan perjalanan instan yang sifat smart terbentuk ketika individu atau membutuhkan koneksi internet dan aplikasi grup mengeksploitasi operasi data secara yang dapat mempermudah mereka saat real-time, yaitu dengan menggunakan traveling. Sedangkan dari sisi supply, produk analisis yang kompleks untuk memodelkan, diarahkan untuk mengoptimalkan mengoptimisasikan, dan memvisualisasikan kesejahteraan masyarakat setempat, dengan data yang ada sebagai dasar pembuatan mengembangkan desa wisata yang identik keputusan yang lebih baik. Selain itu, istilah dengan homestay. “smartness” bukan hanya selalu berkaitan dengan kemajuan teknologi, tetapi juga Untuk itu, agar KEK TL memiliki daya saing berkaitan erat dengan interkoneksi, yang mumpuni, maka diperlukan penerapan sinkronisasi, dan penggunaan berbagai strategi yang smart, sehingga sama halnya teknologi secara bersamaan (Höjer & dengan perumusan strategi lainnya, strategi Wangel, 2015; Widjaja dkk., 2016). yang smart memerlukan informasi mengenai Kata tourism (kepariwisataan) menurut peluang dan kesiapan dari sumber dayanya UNWTO dalam Gretzel dkk. (2015) adalah itu sendiri. Jika dari sisi peluang (market fenomena sosial, budaya dan ekonomi yang attracetivenes), karakteristik pasar KEK TL melibatkan pergerakan manusia ke negara sangat sesuai dengan penggunaan konsep atau tempat diluar kebiasaan di smart tourism, tetapi dari sisi kesiapan lingkungannya untuk tujuan personal atau

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 103 ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 tujuan bisnis.Secara khusus, Werthner, Koo, dimana informasi yang berkaitan dengan Gretzel, & Lamfus (2015) mendefinisikan kegiatan pariwisata dapat saling bertukar smart tourism sebagai penggunaan solusi secara seketika. Platform terpadu ini teknologi, khususnya pengembangan aplikasi memiliki banyak touch point yang dapat perangkat bergerak (mobile applications) di diakses melalui berbagai perangkat end dalam konteks tahapan perjalanan (sebelum, usesrs yang akan mendukung penciptaan dan selama, dan sesudah perjalanan) dengan fasilitasi pengalaman pariwisata secara real- mengintegrasikan data yang didapatkan dari time dan dapat meningkatkan efektivitas infrastruktur fisik seperti sensor. seluruh pengelolaan sumber daya pariwisata, Lebih lanjut, smart tourism terfokus terhadap baik pada tingkat mikro maupun tingka pengaturan dan penyampaian pengalaman makro. Selain itu, Smart Tourism serta jasa kepariwisataan yang pintar Destinations sebenarnyamemanfaatkan: (1) (intelligent) yang dihasilkan oleh Lingkungan teknologi (contoh: Internet of stakeholders yang tergabung di dalam Thing, sensor); (2) Kecepatan respon pada ekosistem smart tourism seperti: produsen, tingkat makro dan mikro (contoh: intellegent distributor, wisatawan, pemerintah, agen services, dll); (3) End-user devices in perjalanan, dan lain-lain (Widjaja dkk., multiple touch-points (smarphone); (4) 2016). Kekompakan para stakeholder dalam menggunakan platform dinamis seperti Menurut Nam & Pardo dalam Buhalis & sistem syaraf. Amaranggana (2014) kata smart dalam bahasa pemasaran, berpusat pada perspektif Tujuan utama smart tourism adalah pengguna, yang membuatnya lebih user- manfaatkan sistem untuk meningkatkan friendly daripada cerdas semata. Sementara pengalaman wisata dan meningkatkan itu smart tourism sendiri pada dasarnya efektivitas pengelolaan sumber daya untuk diadopsi dari konsep yang sudah memaksimalkan daya saing dan kepuasan berkembang sebelumnya (Hidayah, 2018). konsumen sekaligus menunjukkan kesinambungan dalam jangka waktu yang Konsep smart city biasanya dikaitkan dengan panjang (Buhalis & Amaranggana, 2014). ekosistem teknologi yang disinergikan dengan komponen sosial untuk Smart tourism destinations pada prinsipnya meningkatkan kualitas kehidupan warga dan adalah untuk meningkatkan pengalaman untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kota pengunjung, menyediakan platform (model) (Egger, 2012 dalam Buhalis & cerdas untuk menyatukan dan Amaranggana, 2014). Sebuah kota bisa mendistribusikan informasi di dalam dikategorikan sebagai smart city, ketika destinasi, memfasilitasi pengalokasian ekonomi tumbuh secara berkelanjutan dan sumberdaya yang lebih efisien, kualitas kehidupan yang tinggi, dimana mengintegrasikan pemasok kepariwisataan tercapai dengan investasi pada sumber daya pada tingkat makro dan mikro, agar manusia, tingkat partisipasi pemerintah yang keuntungan yang didapat oleh masyarakat merata, dan inftrastruktur yang mendukung lokal dapat dipastikan (Rong, 2012). penyebarluasan informasi yang tepat di Homestay seluruh kota (Caragliu dkk. Dalam Buhalis & Definisi homestay adalah Fasilitas atau Amaranggana, 2014). wadah pelayanan menginap atau untuk Smart Tourism Destination istirahat bagi wisatawan di daerah wisata dan Menurut Buhalis & Amaranggana, (2014), menekankan suatu ‘anti urban’ dengan menerapkan konsep smartness ke dalam memanfaatkan potensi alami untuk kegiatan destinasi pariwisata membutuhkan para rekreasi.Berdasarkan masa penggunaannya, pemangku kepentingan yang saling terkait homestay dapat ditempati kapan saja dengan secara dinamis melalui platform teknologi, waktu yang tidak terbatas sesuai dengan keinginan. Selain dapat disewakan homestay

104 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 dapat dimiliki oleh perusahaan, dan juga dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln dapat dibeli sebagai sebuah investasi. Jadi (1998), yaitu, 1) menempatkan bidang homestay dalam penggunaannya dapat penelitian dengan menggunakan pendekatan digunakan sepanjang tahun.Berdasarkan kualitatif; 2) pemilihan paradigma teoritis kegiatan utamanya fasilitas homestay pada yakni eksploratif untuk menggali lebih dalam tempat wisata dapat berbeda-beda, karena tentang kesiapan homestay sebagai salah satu disesuaikan dengan potensi lingkungan sarana pariwisata dalam mendukung konsep setempat, missalnya homestay di daerah smart tourism di KEK Tanjung Lesung; 3) pegunungan akan menyediakan fasilitas yang menghubungkan paradigma penelitian yang menunjang kegiatan wisata pegunungan, dipilih dengan dunia empiris melalui homestay di daerah situs budaya akan metodologi; 4) pemilihan metode menyediakan faslitas yang menunjang pengumpulan data; dan 5) pemilihan metode kegiatan wisata budaya dan homestay yang analisis data. berada di daerah pantai akan menyediakan Pengumpulan data yang pertama dilakukan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata dengan wawancara secara mendalam kepada pantai (Lawson dan Bouy, 1977). Menurut informan kunci yaitu: 1) Asisten Deputi Tata Amirruding (2009) dalam Jamaludin dkk. Kelola Destinasi dan Pemberdayaan (2012) program homestay adalah bentuk Masyarakat Kemenpar; 2) Ketua tim alternatif akomodasi yang melibatkan percapatan homestay Kemenpar; 3) Kepala kunjungan wisatawan dengan keluarga Dinas Pariwisata Provinsi Banten; 4) tertentu dimana mereka dapat berinteraksi Administratur KEK Tanjung Lesung; 5) dan mengalami kehidupan sehari-hari, serta Pengelola Indonesia Tourism Exchange mengalami budaya asli tuan rumah. (ITX); 6) Ketua Asosiasi Homestay Dalam konsep homestay yang dikemukakan Kabupaten Pandeglang; 7) Pemilik Homestay oleh Lawson & Bovy serta Jamaludin dkk. di di Kabupaten Pandeglang. Hasil wawancara atas, terdapat kesenjangan antara konsep dan mendalam ini selanjutnya diposisikan kenyataan yang terlihat di KEK Tanjung sebagai data primer dari penelitian ini. Lesung. Dalam observasi awal yang Selanjutnya observasi dilakukan untuk dilakukan oleh peneliti, konsep homestay melihat bagaimana kondisi aktual homestay yang ada di sana sebagian besar lebih kepada yang ada, serta untuk menverifikasi berbagai konsep sederhana yang terpisah antara informasi yang diperoleh dari hasil tuan rumah dengan tamu yang menginap, wawancara dengan berbagai informan terkait karana terlihat seperti penyewaan kamar dengan homestay berbasis desa wisata. Hasil yang terpisah antara tamu dan tuan observasi tersebut digunakan untuk rumahnya, sehingga faktor kedekatan mengkonfirmasi atau triangulasi terhadap interaksi untuk mempelajari kehidupan dan hasil wawancara mendalam yang telah budaya tuan rumah sehari-hari tidak terjadi. dilakukan. Studi dokumen juga dilakukan untuk METODE mengkonfirmasi (trianggulasi) hasil dari Penelitian ini menggunakan disain penelitian wawancara dan observasi yang telah kualitatif dengan pendekatan fenomenografi dilakukan. Dokumen yang diteliti yang berusaha memahami sudut pandang, diantaranya yaitu Undang-undang No. 10 pemikiran, pengalaman para stakeholder Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan; 2) mengenai kesiapan homestay sebagai salah Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 satu sarana dalam mendukung konsep smart Tahun 2016; 3) RENSTRA Kementerian tourism di KEK Tanjung Lesung. Pariwisata; 4) Dokumen yang terkait dengan Program Homestay berbasis Desa Wisata; 5) Disain penelitian dilakukan dalam lima Paparan Ketua Tim Percepatan langkah sebagaimana yang telah Pengembangan Homestay; dan 6) dokumen

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 105 ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 lainnnya baik cetak maupun elektronik yang dan merevisi juklak program homestay yang berkaitan dengan homestay dan digitalisasi. berbasis desa wisata. Pemprov Banten juga memandang program ini belum memiliki juklak yang resmi dari HASIL DAN PEMBAHASAN Kemenpar, tetapi baru sebatas pedoman Program Homestay dalam Kerangka homestay dari standar ASEAN. Oleh karena Konsep Smart Tourism di KEK Tanjung itu Pemprov dan Pemda belum bisa Lesung mengoperasionalkan juklak tersebut pada Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan tataran yang lebih teknis. Pemberdayaan Masyarakat Kemenpar Hal senada diungkapkan oleh administratur menyatakan bahwa pada dasarnya KEK Tanjung Lesung, bahwa belum melihat pencanangan program homestay desa wisata ada juklak dan juknis (petunjuk teknia) yang adalah untuk menggerakan ekonomi jelas jadi hanya baru sebatas pelatihan- pedesaan dengan meningkatkan occupancy pelatihan awareness saja belum sampai ke wisatawan pada destinasi di daerah, yang tingkatan juklak. Contohnya seperti akan berdampak pada kebutuhan akomodasi sertifikasi, perijinan untuk kelas pondok yang pengadaannya mudah, murah, cepat wisata, atau homestay belum ada. Mungkin yakni homestay sesuai dengan keunikan karena itu indikator juklak dan jukinsnya daerah sebagai identitas bangsa. Sebagai belum tersusun jadi mungkin klasifikasi atau gambaran, bahwa pada tahun 2014, pengelompokan itu belum bisa kita lakukan. pertumbuhan wisatawan mencapai 10,3%, sedangkan pertumbuhan akomodasi hanya Sama halnya dengan pandangan otoritas mencapai 8%. KEK Tanjung Lesung bahwa program homestay berbasis desa wisata ini belum Selain itu, ketertarikan pengunjung terhadap memiliki Juklak, Juknis atau SOP yang jelas, home sharing mengalami kenaikan 10% dan menurutnya indikator dalam penyusunan (2016) menjadi 15% (2010) di kota-kota juklak dan juknis ini belum tersusun, besar dunia dan dari 2% (2016) menjadi 5% sehingga di kawasan belum bisa (2020) di kota-kota besar di Asia Tenggara mengimplementasikan program tersebut (The Fourth Industrial Revolution: The secara terpadu. Impact on Real Estate in Southeast Asia.Jones Lang LaSalle, 2016). Dari hal tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa program homestay desa Dalam menjalankan program homestay, wisata dalam kerangka konsep smart tourism kementerian pariwisata telah membentuk tim di Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang percepatan yang bertugas untuk Banten pada dasarnya dicanangkan untuk mempercepat program homestay terlaksana. menggerakan ekonomi dan kesejahteraan Petunjuk pelaksanaan telah disusun oleh tim masyarakat, tetapi belum memiliki juklak percepatan yang intinya kementerian tidak dan juknis yang resmi. melakukan pengembangan homestay secara fisik, tetapi lebih kepada mempersiapkan Implementasi Program Homestay dalam jejaring dalam hal pendanaan, mekanisme Kerangka Konsep Smart Tourism di KEK pembangunan, dan pendampingan dari sisi Tanjung Lesung arsitektur. Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Menurut tim percepatan homestay program Pemberdayaan Masyarakat Kemenpar ini belum memiliki petunjuk pelaksanaan mengemukakan bahwa implementasi (juklak) yang detil dan terdokumentasi, tetapi program-program homestay dari kementerian baru sebatas melalui pengenalan dan proyek pariwisata tersebut sudah berhasil untuk percontohan pada 10 destinasi prioritas dan menjebatani dan menginisiasi salah satunya 10 destinasi branding, serta baru menggodok adalah bekerjasama dengan Bank Rakyai Indonesia (BRI) untuk meminjamkan dana

106 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 dalam membangun dan merenovasi homestay desa wisata bekerjasama dengan homestay. Sementara itu pinjaman tersebut Bekraf dan Cat Propan untuk mendapatkan diarahkan untuk dikelola oleh BUMDES ciri arsitektur homestay di Indonesia. (Badan Usaha Milik Desa). Jadi kementerian Program ini telah ada pemenangnya dan Pariwisata pada dasarnya tidak memberikan arsitektur terpilih telah dibukukan oleh bantuan pinjaman langsung, tetapi lebih Kemenpar. kepada menjembatani seperti memfasilitasi. Sementara itu, menurut Pemprov Banten, Kementerian Pariwisata juga sedang pengimplementasian program homestay melakukan pendekatan untuk pemanfaatan berbasis desa wisata sejauh ini sudah dana yang ada di Kementerian Pekerjaan melakukan kerjasama dengan Dinas Perkim, Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang bekerjasama dengan Kementerian PUPR merupakan dana stimulan sebesar Rp terkait program 100 homestay, berkoordinasi 15.000.000 untuk merenovasi homestay- dengan perbankan dalam hal pendanaan, dan homestay yang sudah ada di daerah-daerah. bekerjasama dengan Pemdes dalam Kementerian pariwisata juga telah penggunaan anggaran desa untuk merumuskan empat program homestay yaitu, pembangunan homestay minimal lima pertama adalah program pengembangan homestay di setiap desa wisata. homestay secara fisik (bangun baru, konversi, renovasi), kedua adalah program Lebih lanjut, Otoritas KEK Tanjung Lesung data base homestay, ketiga adalah program memandang bahwa program homestay peningkatan kapasitas masyarakat dan ke- berbasis desa wisata sejauh ini di lapangan empat program pemasarannya. baru pada tahap diseminasi pengetahuan (awareness) terhadap para pemangku Tim percepatan homestay kemenpar kepentingan. Adapun diseminasi ini lebih menyatakan bahwa sejauh ini terdapat empat kepada pengembangan konsep homestay, skema terkait pembangungan homestay mekanisme pembiayaan, dan prosedur- secara fisik. Skema pertama adalah konversi prosedur lainnya. Dalam tahap diseminasi yaitu mengalihfungsikan rumah-rumah yang konsep, ini dilakukan dengan mengadakan besar dan memiliki kelebihan kamar menjadi sayembara disain homestaydi 10 destinasi homestay. Skema Kedua adalah renovasi prioritas Kemenpar. Otoritas KEK Tanjung yaitu memfasilitasi pencairan dana terhadap Lesung juga merasa sejauh ini perkembangan rumah yang belum layak selanjutnya homestay berjalan dengan mekanisme pasar, direnovasi menjadi homestay yang layak yaitu karena adanya permintaan dan jual. Skema ketiga adalah revitalisasi yaitu penawaran secara spontan. Hal tersebut rumah adat yang tidak didiami oleh terlihat dengan mulai menjamurnya pemiliknya selanjutnya diperbaiki dan dijual homestay-homestay di sekitar Buffer Zone sebagai akomodasi untuk pengunjung. yang kalau dari sisi konsep bukan benar- Skema keempat adalah bangun baru yaitu benar homestay tetapi lebih ke pondok membangun homestay yang baru dengan wisata. Yang sekarang terjadi adalah arsitektur Nusantara tetapi formatnya atau mekanisme pembagian pangsa pasar, ada istilah arsiteknya adalah adaptive reuse. Di permintaan hunian dan masyarakat lapangan sejauh ini ke-empat skema tersebut menyikapinya dengan menyediakan masih sebatas pengenalan (awareness) dan homestay, namun kenyataannya konsep penjajagan sinergisitas antar pemangku homestay nya sedikit melenceng karena lebih kepentingan yang ada. Adapun pemangku kepada pondok wisata. kepentingan yang terlibat sejauh ini Ketua asosiasi homestay Tanjung Lesung diantaranya adalah Kementerian PUPR, menilai bahwa capaian program homestay Kemendes, Bekraf, Kemensos, Pemprov, yang berbasis desa wisata, sejauh ini baru Pemda, Pengusaha Cat Propan dan lainnya sebatas memberi kesadaran (awareness) yang sedang dijajaki. Dalam hal pengenalan, kepada masyarakat dan pemilik homestay, Kemepar telah melakukan sayembara

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 107 ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 serta penyiapan SDM dalam menyambut pengemasan daya tarik wisata, aksesibilitas, program tersebut. Sejauh ini asosiasi dan sarana prasarananya, sehingga KEK homestay melihat bahwa masyarakat dan Tanjung Lesung belum dijadikan kawasan pemilik homestay sudah melihat peluang prioritas pemasaran. dengan digulirkannya program ini, ditambah Sementara itu, ketua tim percepatan dengan adanya KEK Tanjung Lesung, homestay mengatakan bahwa Kementerian sehingga mulai terlihat banyak yang Pariwisata dalam pengembangannya pada membuka homestay walaupun dengan dasarnya sudah mengarah kepada smart seadanya, karena belum ada standar dan toruism. Ketika homestay dibina otomatis tatacara pengelolaannya. nanti SDM dan desanya ikut dibina artinya Dari penjelasan tersebut maka implementasi ketika potensi sudah meningkat peluang program homestay berbasis desa wisata mereka untuk bisa mengelola atau menerima dalam kerangka konsep smart tourism di tamu harus ditingkatkan lagi karena peluang KEK Tanjung Lesung dilakukan secara itu bisa naik kalau digital tidak digital kan bertahap, melalui suatu skema pembangunan gak nyampe nih karena lokasi jauh homestay yaitu: konversi, renovasi, Bagaimana penerbangan bingung apa jadi revitalisasi, dan bangun baru, yang informasi - informasi seperti itu nanti akan implementasinya dilakukan melalui ada di website-website tersebut. Kalau untuk sinergitas dengan kementerian lain dan stakeholder sendiri itu nanti akan melibatkan berbagai stakeholder. diintegrasikan melalui media-media digital yang ada misalnya dengan industrinya Pemahaman Para Pemangku Kepentingan dengan swasta dengan pemerintah daerah dalam Menerapkan Smart Tourism di dengan akademi-akademi atau Sekolah- KEK Tanjung Lesung sekolah yang ada. Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenpar Senada dengan pandangan ketua tim mengatakan bahwa desa wisata yang ada percepatan, orotitas KEK mengatakan bahwa belum dikembangkan secara utuh ke arah di KEK Tanjung Lesung sendiri secara smart destination, hal tersebut dikarenakan administratur sudah berbaiskan on-line oleh belum siapnya produk yang ada untuk system dan salah satu fungsi dari dipasarkan secara smart. Oleh karena itu, administrator itu yaitu layanan perizinan kementerian pariwisata saat ini lebih fokus termasuk TDUP (Tanda Daftar Usaha terhadap pembangunan 10 destinasi wisata Pariwisata), kemudian mangawasi unggulan dan tiga program utama (homestay, berjalannya 1500 hektar kawasan, kemudian digital tourism dan konektivitas). jadi yang paling penting sebagai supporting menurut kementerian pariwisata nantinya smart tourism yaitu mempromosikan yang akan menjadi cikal bakal smart pariwisata Pandeglang dan Banten melalui destination adalah penggunaan konsep media on-line. Sehingga otoritas KEK harus digital tourism di destinasi. Menurut selalu update mengenai perkembangan yang kementerian pariwisata, desa wisata yang ada dan itu semua sudah berbasisikan kepada sudah berjalan ke arah digital tourism adalah digitalisasi. Semua pengelolaan pariwisata Nglanggeran dan Tembi di Jogja, desa wisata pandeglang dan Banten akan lebih optimal Kemiren di banyuwangi, dan Dieng Kulon. bila sudah terkoneksi dengan administratur. Untuk Kemiren di banyuwangi, kementerian Lebih rinci, pihak Indonesia Tourism pariwisata sudah menetapkannya menjadi Exchange (ITX) menjelaskan bahwa desa wisata percontohan yang menggunakan homestay dan desa wisata sedang digenjot digital tourism. Sementara desa wisata yang untuk diperbanyak dan dikembangkan. lain masih dalam tahap peninjauan. Ditujukan untuk dapat mengakomodir target Kementarian pariwisata memandang KEK kunjungan dan peningkatan daya saing Tanjung Lesung belum cukup baik dalam hal pariwisata khususnya dalam bidang TIK.

108 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Dikarenakan untuk pembangunan hotel place, internet marketing; Pokdarwis dan 10 membutuhkan waktu yang cukup lama, desa wisata percontohan program ITX. sedangkan homestay merupakan akomodasi berbasis komunitas/masyarakat dimana secara bangunan itu sudah ada dan hanya SIMPULAN perlu pembinaan. Smart tourism adalah Program homestay desa wisata dalam platform pariwisata yang terintegrasi dengan kerangka konsep smart tourism di KEK TIK. Di era digital seperti sekarang ini, TIK Tanjung Lesung pada dasarnya dicanangkan bisa digunakan sebagai penyampaian untuk menggerakan ekonomi di daerah informasi dan layanan bagi wisatawan secara sehingga mampu meningkatkan efektif dan maksimal. Menurut ITX, kesejahteraan masyarakat. kemenpar sudah berorientasi pada smart tourism, hal tersebut terlihat dari penggunaan Implementasi program homestay yang TIK dan digitalisasi yang digunakan untuk berbasis desa wisata dalam kerangka konsep penyampaian informasi dan layanan bagi smart tourism di KEK Tanjung Lesung wisatawan secara efektif dan efisien. dilakukan secara bertahap, melalui suatu skema pembangunan homestay: konversi, Pemilik homestay melihat implementasi renovasi, revitalisasi, dan bangun baru, yang program homstay yang dilakukan oleh implementasinya dilakukan melalui Pemda saat ini adalah melakukan pelatihan- sinergitas dengan kementerian lain dan pelatihan dan sosialisasi kepada para pemilik melibatkan berbagai stakeholder. homestay. Pelatihan-pelatihan tersebut diantaranya adalah pelatihan Bahasa Inggris, Terdapat perbedaan sudut pandang tentang pelatihan pelayanan, pelatihan membuat pemahaman pemangku kepentingan dalam kerajinan khas Tanjung lesung, yang menerapkan smart tourism di KEK Tanjung dilakukan sebulan sekali. Sudah beberapa Lesung. Namun demikian, implementasi homestay yang sudah memiliki website untuk program homestay yang berbasis desa wisata memasarkan homestay-nya, tetapi dari sisi dalam kerangka konsep smart tourism di pengelolaannya belum konsisten. Contohnya sana dilakukan melalui penggunaan www.tanjunglesungbeachhomestay.blogspot. teknologi informasi dalam kegiatan co yang sudah tidak dikelola lagi sehingga pariwisata yaitu yang berkaitan dengan sudah tidak dapat diakses. Sementara itu, pemasaran digital (digital marketing) seperti; pelatihan mengenai website tersebut hanya online market place, internet marketing; sampai bagaimana cara membuat website Pokdarwis dan 10 desa wisata percontohan saja, belum sampli bagaimana program ITX. carabekerjasama dengan semacam online Bertitik tolak dari beberapa temuan travel agent (OTA) seperti traveloka, BnB, penelitian, maka beberapa rekomendasi yang atau airy rooms, dll. bisa dikemukakan untuk stakeholders yang Dari hal tersebut, memang masih terdapat terkait dengan KEK Tanjung Lesung, beserta perbedaan sudut pandang tentang saran bagi peneliti selanjutnya yaitu: pemahaman stakeholder dalam menerapkan Penyusunan juklak dan juknis tidak hanya smart tourism di KEK Tanjung Lesung. pada tingkat kementerian, tetapi juga pada Namun demikian, implementasi program ditingkat provinsi, kabupaten, kawasan, dan homestay yang berbasis desa wisata dalam homestay, sehingga terlihat peran dan kerangka konsep smart tourism di sana fungsinya masing-masing, dengan dilakukan melalui penggunaan teknologi melibatkan seluruh stakeholders yang ada; informasi dalam kegiatan pariwisata yaitu yang berkaitan dengan pemasaran digital Pemerintah menyusun masterplan mengenai (digital marketing) seperti; online market pengembangan homestay yang utuh terkait fisik dan nonfisik di Buffer Zone KEK Tanjug Lesung;

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 109 ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

Segera menuntaskan kerjasama dengan Pemerintah untuk melakukan pelatihan kementerian atau lembaga lain yang terkait, secara regular kepada pemilik homestay dengan menyusun MOU, untuk mengenai pelayanan homestay, komputer dan meminimalisasi benturan peraturan dengan internet; KL yang lain; Mengembangkan daya tarik wisata berbasis Kemenpar, Pemprov, Pemda, dan pihak laut dan pantai yang terjangkau oleh tamu swasta, juga perguruan tinggi untuk homestay; mensosialisasikan smart tourism kepada para Pemahaman mayoritas masyarakat di desa pengelola homestay secara utuh, tidak hanya wisata tentang homestay masih beragam parsial terkait keberadaan ITX saja; bahkan keliru, maka Pemerintah dan pihak Pusat dan Pemda bekerjasama untuk perguruan tinggi kapariwisataan, dan dinas mempersiapkan sarana dan prasarana terkait terkait harus melakukan sosialisasi bentuk dengan Teknologi Informasi seperti coverage homestay yang benar, yang sesuai dengan sinyal internet dan lain-lain, karena saat ini, konsep dan peraturan perundangan mengenai promosi konvensional tidak bisa terlalu homestay sehingga wisatawan mendapatkan diandalkan. Internet lah yang menjadi tulang pengalaman dan suasana baru setelah punggung baru untuk promosi pariwisata menginap di homestay; daerah. Pengelola harus memiliki website Pemerintah menertibkan homestay-homestay yang representatif dan informatif. yang ada, yang tidak sesuai dengan konsep Masalahnya, hal ini sampai sekarang masih homestay dengan memberikan insentif atau diabaikan. Banyak website tentang potensi di bantuan pemugaran; dan daerah-daerah yang hanya asal ada dan tidak diperbarui secara rutin. Padahal, website Pemerintah pusat, Pemda, dan pihak swasta, inilah yang menjadi salah satu rujukan utama juga perguruan tinggi harus bekerjasama wisatawan domestik dan mancanegara untuk membuat aplikasi mobile official kota. sebelum memilih destinasi wisata. Selain Hal ini penting karena dalam website, media sosial dan efek word-of- mempromosikan pariwisata di daerah, maka mouth-nya saat ini juga menjadi faktor yang pemerintah daerah harus memiliki aplikasi menentukan keberhasilan promosi; mobile berbasis smartphone. Salah satu contohnya adalah mCity. Keberadaan Pemerintah pusat dan Pemda bekerjasama aplikasi mobile akan memudahkan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana wisatawan dalam memperoleh informasi dan terkait dengan peningkatan kualitas produk menjelajahi suatu daerah. Selain itu, aplikasi wisata seperti akses jalan, listrik, terminal, mobile juga bisa berfungsi untuk dan lain-lain. Karena, tidak ada sektor membangun city branding. Exposure pariwisata yang sukses tanpa ditunjang semacam ini yang sama-sama diharapkan infrastruktur memadai. Infrastruktur bisa oleh wisatawan, pengelola, maupun investor. dibilang merupakan pilar utama untuk mencapai tujuan pariwisata yang Peneliti selanjutnya disarankan untuk berkelanjutan. Artinya, dengan infrastruktur melakukan studi lanjutan di lokasi yang sama yang semakin baik, maka akan semakin namun dengan pendekatan metodologi yang membuat betah wisatawan. Apalagi kalau bersifat verifikatif terhadap hasil penelitain destinasi wisata memiliki akses yang mudah ini. Alangkah lebih baik jika dilakukan dijangkau serta menyediakan fasilitas penelitian tentang topik yang sama dengan memadai. Ketersediaan berbagai aspek pendekatan metodologi yang sama, namun di tersebut tidak hanya bertujuan untuk objek yang berbeda, dimana konsep smart membuat pengunjung nyaman, namun juga tourism sudah berjalan cukup lama dan akan menambah pun menghargai estetika berkesinambungan dengan baik. Sehingga objek yang diunggulkan. dengan dilakukannya penelitian yang terfokus pada topik yang sama dan dilakukan

110 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436 dalam waktu yang cukup lama akan New York: Springer diperoleh suatu hasil penelitian yang komprehensif. Jamaludin, M., Norain, O. & Abdul, R.A. (2012). Community Based HomestayProgramme: A Personal REFERENSI Experience. Procedia - Social and Anindita, M., Affia P. S., Ghivari A., Ghema Behavioral Sciences (42), 451-459 G., Pratami T.S., Sherin M.N.I, Ratu S., Yegar A.C.W. (2017). Kebutuhan Lawson, F & Boud-Bovy M. (1977). Pengunjung Terhadap Aktivitas Wisata Tourism and Recreation Development, di Kawasan Tanjung Lesung, Field A Handbook of Physical Planning, Project Study, Sekolah Tinggi London: Architectural Press Pariwisata Bandung. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18 Buhalis, D., & Amaranggana, A. Tahun 2016 Tentang Pendaftaran (2014). Smart Tourism Destinations. Usaha Pariwisata Dublin: IFITT Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1998). (Renstra) Periode 2015-2019 Collecting and Interpreting Qualitative Material. Thousand Oaks, CA: Sage Rong, A. (2012). China Economic Net, Tersedia Dalam: Gretzel, U., Sigala, M., Xiang, Z., & Koo, C. http://en.ce.cn/Insight/201204/12/t2012 (2015). Smart Tourism: Foundations 0412_23235803.shtml and Developments, Electronic Markets, (25),179-188 Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Harrison, C., Eckman, B., Hamilton, R., Hartswick, P., Kalagnanam, J., Wang, H., Jin, T., & Zhou, B. (2012). Smart Paraszczak, J., et al. (2010). Tourism. Beijing: Tsinghua University Foundations for Smarter Cities. IBM Press Journal of Research and Development, (54), 1-16 Werthner, H., Koo, C., Gretzel, U., & Lamfus, C. (2015). Special Issue on Hidayah, N. (2019). Pemasaran Destinasi Smart Tourism Systems: Convergence Pariwisata, Bandung: Alfabeta of Information Technologies, Business Models, and Experiences. Computers Hidayah, N. (2018). Sekilas Mengenai Smart in Human Behavior, (50), 556-557. Destinations, Artikel Tersedia Dalam: https://pemasaranpariwisata.com/2018/ Widjaja, A.E., Hery, R.E.T. (2016). 01/11/sekilas-mengenai-smart- Meningkatkan Potensi Pariwisata destinations/, diakses pada 28 Danau Toba Melalui Konsep Smart Desember 2019 Tourism: Aplikasi Dan Tantangannya, Makalah Tersedia Dalam: Höjer, M., & Wangel, J. (2015). Smart https://retariganforbranding.files.wordp Sustainable Cities: Definition and ress.com/2016/12/makalah-andree-e- Challenges dalam L. M. Hilty & B. widjaja-hery-riswan-e-tarigan- Aebischer (Eds.), ICT Innovations For meningkatkan-potensi-pariwisata- Sustainability, Advances In Intelligent danau-toba-melalui-konsep-smart- Systems And Computing, 333-349. tourism.pdf

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 111 ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

BIODATA PENULIS www.tanjunglesungbeachhomestay.blogspot. Nurdin Hidayah, merupakan Senior co Lecturer Jurusan Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, dengan fokus Yahya, A. (2017). Top 3 Program Prioritas bidang kajian tourism marketing dan Kementerian Pariwisata. Tersedia business strategy. Dalam: https://article.wn.com/view/2017/04/07 Id Scholar: /Menpar_Arief_Titipkan_Top_3_Progr https://scholar.google.co.id/citations?hl=id& am_Prioritas_Kemenpar_2017/, user=lCcv1nMAAAAJ diakses pada tanggal 07/08/17 Herlan Suherlan, merupakan Associate Yahya, A. (2017). Homestay Desa Wisata. Professor Jurusan Kepariwisataan Sekolah Tersedia Dalam: Tinggi Pariwisata Bandung, dengan fokus https://bisnis.tempo.co/read/news/2017 bidang kajian education administration dan /05/18/090876586/homestay-desa tourism administration wisata-portofolio-baru-kembangkan- Id Scholar: pariwisata,diakses pada tanggal 07/08/17, https://scholar.google.co.id/citations?hl=id& user=dcUWdlkAAAAJ

112 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS