Analisis Wacana Kritis Komunikasi Verbal Pada Debat Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI E-ISSN : 2614-0381, ISSN : 2614-0373 VOLUME 3, NO.2, JULY, 2020 ANALISIS WACANA KRITIS KOMUNIKASI VERBAL PADA DEBAT CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR 2018 Tri Suharto1, Bambang Dwi Prasetyo2, Maulina Pia Wulandari3 Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Email : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Tesis ini membahas debat politik dilevel daerah, yaitu di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018. Fokus penelitian adalah kelebihan dan kekurangan kandidat dalam menyampaikan sebuah data atau fakta empiris sebagai sebuah pengetahuan didalam argumentasi. Dari permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana kritis untuk meneliti teks secara mendalam. Penelitian ini menggabungkan dua teori yaitu Functional Theory Of Political Campaign Discourse (attacks, acclaims, defenses) yang dikemukakan oleh W.L. Benoit dan Power & Knowledge yang dikemukakan oleh Michel Foucault. Dari hasil penelitian, kandidat No.1 (Khofifah Indar Parawansa & Emil Elestianto Dardak) secara kuat memberikan serangan (attack) kepada kandidat No.2 (Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno) dengan didasari data atau fakta empiris yang kuat, sebagai wujud dari pengetahuan yang memberikan efek kekuasaan dalam argumentasinya (powerfull argumentation). Namun disisi lain, kandidat No.2 dinilai kurang kuat dalam membuat suatu upaya pertahanan (defenses) dari serangan lawan kandidat. Kelemahan bagi kandidat No.2 dinilai dari kurangnya data atau fakta empiris yang digunakan didalam argumentasinya, sehingga memberikan efek powerless argumentation. Kata kunci: Analisis Wacana Kritis, Debat Politik, Pilkada, Kampanye. ABSTRACT This thesis discusses political debates at the regional level, especially in East Java Province in 2018. The focus of the study is the strengths and weaknesses of candidates in presenting an empirical data or facts as knowledge in argumentation. From these problems, this study uses a qualitative approach with critical discourse analysis methods to examine texts in depth. This research combines two theories, functional theory of political campaign discourse (attacks, acclaims, defenses) by W.L. Benoit and power & Knowledge by Michel Foucault. From the results of this study, candidate No.1 (Khofifah Indar Parawansa & Emil Elestianto Dardak) strongly gave an attack to candidate No. 2 (Saifullah Yusuf and Puti Guntur Soekarno) based on strong empirical data or facts, as a form of knowledge that gives the effect of power in argumentation (powerfull argumentation). But on the other hand, candidate No.2 not strong in making a defense from an opponent's attack. The weaknesses for candidate No.2 are judged by the lack of data or empirical facts used in argument, so that it gives the effect of a powerless argumentation. Keywords: Critical Discourse Analysis, Political Debates, Local Elections, Campaign. 43 LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI E-ISSN : 2614-0381, ISSN : 2614-0373 VOLUME 3, NO.2, JULY, 2020 I. PENDAHULUAN normatif, analisis politik, analisis format Berawal dari benih pemikiran dan analisis konten. Aristoteles, Plato, Quintilan dan Cicero, Tradisi debat kampanye politik untuk megembangkan fungsi demokrasi telah terjadi dan dianggap populer di terkait dengan perangkat retoris dan Amerika Serikat sejak abad ke-19, acara penggunaan bahasa dan pidato yang tersebut dianggap sebagai inovasi besar mempengaruhi kehidupan publik di dalam komunikasi berkampanye ketika masa-masa awal masyarakat Yunani dan tayangan langsung di televisi antara Romawi (Newall dalam Barbaros, calon presiden John F. Kennedy dan 2012), sejak saat itu komunikasi politik Richard M. Nixon terjadi pada tanggal telah berkembang menjadi bidang 26 September 1960. “Di antara banyak multidisiplin yang menggabungkan jenis pesan politik, debat kampanye komunikasi, ilmu politik, psikologi, dianggap sebagai salah satu yang paling sosiologi dan pemasaran. (Barbaros, bermanfaat dan signifikan bentuk 2012). komunikasi kampanye oleh publik, Singkatnya gagasan komunikasi kandidat politik, dan media” (McKinney politik merupakan kelanjutan dari upaya & Spialek, 2017). berabad-abad untuk memahami Sejak kemunculannya pertama hubungan antara “retorika” dan “politik” kali di Amerika debat politik tetap (Gronbeck, 2004). Whately (dalam hampir tidak berubah di tingkat presiden Gronbeck, 2004) menyatakan bahwa, sampai tahun 1990-an dan lebih suka retorika atau seni membuat dan berpegang pada model "konferensi pers menyusun argumen dapat diilmiahkan bersama" (Barbaros, 2012). Mungkin dan menjadi kajian akademis yaitu pembenaran yang paling sering dikutip persuasi-bahkan persuasi politik bisa untuk perhatian besar diberikan pada dilakukan melalui argumen rasional. debat kampanye presiden adalah fakta Kemunculan komunikasi politik sebagai bahwa mereka menjangkau khalayak cikal bakal yang mendorong dua luas (McKinney & Spialek, 2017). pengakuan bahwa “politik” dan Di Indonesia, debat politik “politikalisasi” mencakup proses merupakan tradisi baru. Pertama kali kelembagaan dan publik-simbolik yang debat politik diterapkan pada tanggal 30 menghasilkan kebijakan kolektif, visi Juni 2004 yang merupakan siaran pemerintahan, dan bahkan tentang langsung debat kandidat pemilihan politik identitas (Gronbeck, 2004). presiden pertama dalam sejarah televisi Terdapat lima bidang penelitian Indonesia. Karena ada lima pasangan komunikasi politik jika dikategorikan calon presiden-wakil presiden di yaitu: politic speaking, debat kampanye pemilihan 2004, debat tersebut dibagi politik, iklan politik, berita politik, dan dua hari. Hari pertama menampilkan politik yang menggunakan sarana new pasangan Megawati-Hasyim Muzadi dan media (Barbaros, 2012). Penelitian ini Amien Rais-Siswono Yudo Husodo. berfokus pada tinjauan kritis yang Sedangkan di hari kedua menampilkan berkaitan dengan debat kampanye Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf politik televisi dari sudut pandang ilmu Kalla, Wiranto-Salahuddin Wahid, dan komunikasi. Menurut Gauthier (dalam Hamzah Haz-Agum Gumelar Barbaros, 2012), studi debat kampanye (Istiqomah, 2013). politik dibingkai menjadi 5 kategori Kemudian dalam pemilihan umum; yaitu analisis efek, analisis presiden tahun 2009 debat politik diadakan lagi yang disiarkan langsung 44 LINIMASA : JURNAL ILMU KOMUNIKASI E-ISSN : 2614-0381, ISSN : 2614-0373 VOLUME 3, NO.2, JULY, 2020 oleh televisi nasional antara Susilo isu mereka dan untuk membedakan diri Bambang Yudhoyono (SBY) dan mereka dari satu sama lain (Paatelainen, Megawati Soekarno Putri (Megawati). dkk, 2016). Debat, sebagai sarana untuk Lima tahun kemudian, Joko Widodo- memfasilitasi masyarakat dalam menilai Jusuf Kalla menang atas Prabowo-Hatta. dan mengevaluasi kandidat (Pfau, 1983). Ini sepertinya membuktikan bahwa Menambahi hal tersebut Carlin dalam debat politik, komunikasi yang (1992) menyebutkan bahwa debat baik akan memiliki efek besar pada berfungsi sebagai “titik fokus” utama preferensi pemilih dalam pemilihan dalam kampanye pemilihan umum presiden. Debat tersebut kemudian juga karena debat memberikan akses kepada diikuti oleh debat-debat calon kepala pemilih untuk mengamati para calon daerah di tingkat lokal (Istiqomah, pemimpin mereka. 2013). Di Provinsi Jawa Timur pada 27 II. TINJAUAN PUSTAKA Juni 2018 telah diselenggarakan W.L. Benoit meneliti dan pemilukada serentak tepatnya untuk mengkaji debat kampanye politik pergantian Gubernur dan Wakil kemudian menciptakan suatu teori yaitu Gubernur. Terdapat 2 pasangan Calon “functional theory of political campaign Gubernur dan Calon Wakil Gubernur discourse” yang pada awalnya yaitu, pasangan calon nomor urut 1 dikembangkan untuk meneliti kampanye adalah Khofifah Indar Parawansa-Emil politik di Amerika Serikat. Teori ini Elestianto Dardak dan nomor urut 2 menyatakan bahwa warga negara adalah Saifullah Yusuf-Puti Guntur memilih kandidat yang tampaknya lebih Soekarno. disukai berdasarkan kriteria apa pun Kedua pasangan calon tersebut yang paling menonjol bagi setiap diharuskan untuk menyampaikan visi pemilih. Kandidat memiliki tiga cara dan misi mereka ketika terpilih nanti untuk melakukan argumentasi. kepada masyarakat Jawa Timur, melalui Pertama, mereka mungkin debat publik cagub dan cawagub yang memuji/pernyataan (acclaim), atau diselenggarakan oleh KPU (Komisi memuji diri sendiri. Kedua, kandidat Pemilihan Umum) Indonesia. Debat dapat menyerang (attack) ,karena cagub dan cawagub tersebut disiarkan pemilihan adalah penilaian komparatif, oleh media televisi di Indonesia secara serangan yang berhasil membuat lawan langsung. Debat publik untuk cagub dan tampak lebih buruk bagi pemilih (Benoit, cawagub Jawa Timur telah dilaksanakan Pier, Brazeal, McHale, Klyukovski, & sebanyak 3 kali yaitu yang pertama pada Airne, 2001). Ketiga, jika diserang, tanggal 10 April 2018 dan yang kedua lawan mungkin terlibat dalam pada tanggal 8 Mei 2018, kemudian yang pertahanan (defense), menyangkal ketiga pada tanggal 23 Juni 2018. tuduhan atau serangan argumentasi dari Debat di televisi sangatlah lawan (Benoit, didalam Benoit, dkk, penting (Benoit di_dalam Paatelainen, 2001). Croucher, Benoit 2016), karena Kemudian, setiap tema wacana memiliki berbagai kelebihan diklasifikasikan kedalam kebijakan dibandingkan dengan bentuk pesan (policy) dan karakter (character). kampanye lainnya. Misalnya iklan yang Policy, Beberapa konsentrasi dalam ditayangkan di saluran radio. Debat yang pesan debat politik diarahkan pada disiarkan televisi memberi lebih banyak penyampaian