Ayat-Ayat Konservasi

Buku yang berjudul “Ayat –ayat konservasi: menghimpun dan menghidupkan khazanah Islam dalam konservasi hutan Leuser” merupakan salah satu buku yang mencerminkan kekuatan fikiran dan ilmu yang tinggi tentang sains dan agama. Penulisan tentang kawasan konservasi Leuser juga menunjukkan kefahaman penulis tentang ilmu lingkungan yang berkait rapat dengan masalah konservasi. Dengan ayat-ayat bukti yang kukuh berladaskan ayat-ayat al-Quran, buku ini telah menunjukkan pentingnya pengetahuan al-Quran didalam sains. Dan juga pentingnya fahaman sains untuk pergertian didalam al Qur’an. Disini Bapak Onrizal cuba menjelaskan kepetingan konservasi terutama sekali di kawasan Leusar. Saya percaya buku ini akan dapat mengisi kekosongan terutama sekali ilmu tentang sains dan agama. Terlalu sedikit buku ilmiah seperti ini didalam pasaran. Buku ini bukan hanya akan dapat menghibur para pembaca baik di Indonesia dan di , malah akan dapat menimba banyak ilmu. Akhir kata, saya mengucapkan ‘syabas’ kepada penulis kerana dapat mengemukan isu-isu penting pada masa sekarang terutama tentang masalah alam sekitar. (Profesor Mashhor Mansor, PhD – Mantan Dekan School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia, telah menerbitkan puluhan buku dan mempublikasikan lebih dari seratus artikel ilmiah pada jurnal internasional terkait ekologi dan konservasi sumberdaya alam)

“Semoga sumbangan ini berharga untuk kemajuan Aceh, Sumatera Utara dan Umat” (Fachruddin M Mangunjaya – Penulis buku Konservasi Alam dalam Islam)

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai kawasan konservasi alam membutuhkan pendekatan multidisiplin dan kerjasama multipihak dalam mencapai keberhasilan pengelolaannya. Islam sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di sekitar Leuser dan ajaran Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya menggali ajaran Islam terkait konservasi alam menjadi salah satu upaya yang sangat penting. Buku yang ditulis oleh Onrizal, akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), juga saya kenal sebagai aktivis Islam dan lingkungan. Dengan demikian pendekatan akademis serta pengalaman penulis akan memudahkan dalam menyimak dan mengaplikasikan kandungan buku ini dalam aktivitas konservasi alam di lapangan. (Gatot Pujo Nugroho, ST – Wakil Gubernur Sumatera Utara)

Kami sangat mendukung upaya penerbitan buku “Ayat-ayat Konservasi” dengan menghimpun khazanah Islam dalam konservasi alam baik melalui penelusuran ajaran Islam berdasarkan al Quran dan praktik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw maupun kearifan masyarakat lokal di sekitar Leuser dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Harapan besar kami semoga kehadiran buku ini menjadi salah satu kontribusi dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konservasi Leuser. (Ir. Harijoko SP, MM. – Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser) SAMBUTAN WAKIL GUBERNUR SUMATERA UTARA

Assalamu’alaikum wr. wb. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sangat menyambut baik penerbitan buku yang berjudul “Ayat- ayat Konservasi: Menghimpun dan Menghidupkan Khazanah Islam dalam Konservasi Hutan Leuser.” Hutan Leuser ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1980 sebagai kawasan AYAT-AYAT KONSERVASI konservasi berupa Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang terletak di dua provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. TNGL memiliki nilai konservasi Menghimpun dan Menghidupkan Khazanah yang sangat tinggi dan berperan dalam menjaga keberlangsungan jasa ekologi, tidak saja bagi Islam dalam Konservasi Hutan Leuser masyarakat disekitarnya namun juga bagi masyarakat dunia. Berdasarkan nilai dan manfaat kawasan TNGL tersebut, pada tahun 2004 United Nations Educational, Penulis : Onrizal Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), lembaga PBB yang membidangi pendidikan, ilmu Editor & Perwajahan : AriefArbianto pengatahuan dan budaya menetapkan TNGL sebagai warisan dunia berupa Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. TNGL selain merupakan rumah bagi banyak jenis yang terancam punah yang ISBN No: 978-602-95312-1-3 menjadi perhatian masyarakat dunia seperti orangutan Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera dan badak Sumatera, namun juga menyediakan jasa ekologi penting bagi kehidupan seperti sumber Diterbitkan oleh: YAYASAN ORANGUTAN SUMATERA LESTARI - makanan, minuman dan obat-obatan bagi masyarakat di sekitarnya, pengontrol erosi tanah, pencegah ORANGUTAN INFORMATION CENTRE (YOSL-OIC) banjir, pengatur iklim mikro dan penyerap karbon sehingga penting dalam mencegah pemanasan Medan, Indonesia global (global warming), serta menyediakan pemandangan yang indah. TNGL sebagai kawasan konservasi alam membutuhkan pendekatan multidisiplin dan kerjasama multipihak dalam mencapai keberhasilan pengelolaannya. Islam sebagai agama yang dianut oleh © 2010 by YOSL-OIC sebagian besar masyarakat di sekitar Leuser dan ajaran Islam mencakup segala aspek kehidupan Hak cipta dilindungi undang-undang manusia. Oleh karena itu, upaya menggali ajaran Islam terkait konservasi alam menjadi salah satu upaya yang sangat penting. All rights reserved Buku yang ditulis oleh Onrizal, akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU), juga saya kenal sebagai aktivis Islam dan lingkungan. Dengan demikian pendekatan akademis serta pengalaman Photo sampul: Nick Lyon/www.films4.org, Martin Harvey, Miran Campbell-Smith, Claire Thompson, Mike O. Griffiths. penulis akan memudahkan dalam menyimak dan mengaplikasikan kandungan buku ini dalam aktivitas konservasi alam di lapangan. Selanjutnya, saya berharap kehadiran buku yang diterbitkan oleh Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) ini akan mampu menghidupkan khazanah Islam dalam kegiatan konservasi alam oleh seluruh komponen masyarakat dan pemerintah. YOSL-OIC merupakan lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap upaya konservasi Akhir kata, selamat membaca dan berkontribusi bagi kehidupan yang lebih baik. Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan hutan hujan tropis sebagai sumber keanekaragaman hayati yang dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan umat manusia. YOSL-OIC Wassalamu’alaikum wr. wb. bekerjasama dengan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar habitat orangutan dengan melakukan beragam kegiatan seperti kunjungan sekolah, kunjungan desa, penghijauan, restorasi hutan, pengembangan mata pencaharian alternative seperti agroforestry dan Medan, Juni 2010 berbagai macam program pelatihan dan penyadartahuan bagi masyarakat di sekitar Wakil Gubernur Sumatera Utara Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Telepon/Fax : +62 61 8200218 Email : [email protected] Website : www.orangutancentre.org H. Gatot Pujo Nugroho, ST SAMBUTAN SAMBUTAN YAYASAN ORANGUTAN SUMATERA LESTARI KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ORANGUTAN INFORMATION CENTRE (YOSL-OIC)

Assalamu’alaikum wr. wb. Assalamu’alaikum wr. wb. Pada tahun 2010 ini, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) tepat berumur 30 tahun sebagai salah Sebagai sebuah kawasan konservasi yang kaya akan ragam hayati penting, Taman Nasional Gunung satu dari lima taman nasional yang pertama dideklarasikan di Indonesia bersama 5 taman nasional Leuser (TNGL) membutuhkan partisipasi segala pihak untuk melestarikannya. Tidak ketinggalan lainnya. Setahun sejak ditetapkan sebagai taman nasional, Leuser pada tahun 1981 ditetapkan oleh peran serta aktif masyarakat yang menghuni pinggir hutan TNGL. UNESCO sebagai Cagar Biosfer (Biosphere Reserve). Pendekatan secara agama khususnya agama Islam, adalah sebuah langkah yang dirasa perlu untuk TNGL merupakan suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia, sebagai habitat dari sejumlah besar meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya mereka yang tinggal di pinggir kawasan TNGL spesies fauna. TNGL juga merupakan rumah bagi banyak jenis yang terancam punah yang secara agar ikut ambil bagian dalam kegiatan menjaga dan melindungin kelestariannya. alami hanya dijumpai di Sumatera dan menjadi perhatian masyarakat dunia seperti orangutan Untuk itulah, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera dan badak Sumatera. TNGL juga berperan dalam bekerjasama dengan Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) kemudian berinisiatif untuk menyediakan jasa ekologi tak tergantikan, seperti penyedia air, sumber makanan dan obat-obatan, menyusun sebuah buku yang dapat membangkitkan semangat memiliki TNGL. Sebuah buku yang sumber perikanan, pengontrol erosi tanah, pencegah banjir, pengatur iklim mikro dan penyerap mudah dibaca dan juga dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Ditulis dengan bahasa yang ringan, karbon sehingga penting dalam mencegah pemanasan global (global warming), serta penyedia namun tetap sarat dengan informasi yang membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan dan pemandangan yang indah. Mengingat keberadaan, fungsi, dan manfaat serta kekayaan hayati TNGL pentingnya TNGL bagi kehidupan. sangat besar dalam skala global, pada tahun 2004 UNESCO menetapkan TNGL sebagai warisan dunia Tropical Rainforest Heritage of Sumatra. Oleh karena itu dibutuhkan inisiatif pengelolaan kolaboratif di YOSL-OIC mengucapkan terimakasih kepada Saudara Onrizal yang telah merampungkan seluruh tingkatan mulai lokal, nasional, regional dan internasional. penulisan buku ini dengan mengumpulkan berbagai khazanah dan kearifan lokal di sekitar TNGL bersama Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING). Diharapkan dengan terbitnya buku ini, Sebagai institusi yang mengemban amanat negara, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser semangat untuk menghidupkan kembali kearifan lokal tersebut dapat menjadi sebuah solusi cerdas (BBTNGL) menyadari pentingnya kerjasama multipihak dan pendekatan multidisiplin dalam pemeliharaan kelestarian TNGL. mencapai keberhasilan pengelolaan TNGL yang memberikan manfaat optimal bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, upaya menggali khazanah Islam dalam konservasi alam sangat penting Selamat membaca, semoga memberi pencerahan bagi kita semua tentang tanggungjawab menjaga dilakukan mengingat sebagian masyarakat yang hidup di sekitar Leuser beragama Islam. kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser. Kami sangat mendukung upaya penerbitan buku “Ayat-ayat Konservasi” dengan menghimpun khazanah Islam dalam konservasi alam baik melalui penelusuran ajaran Islam berdasarkan al Quran dan praktik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw maupun kearifan masyarakat lokal di sekitar Leuser Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dalam pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Harapan besar kami semoga kehadiran buku ini menjadi salah satu kontribusi dalam menghidupkan nilai-nilai Islam dalam konservasi Leuser. Kepada penulis, Sdr. Onrizal dari Universitas Sumatera Utara dan penerbit, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), kami mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini. Semoga kerjasama yang baik dapat terus kita tingkatkan di masa mendatang. Selamat membaca dan mari bersama-sama berkontribusi yang terbaik dalam aktivitas konservasi alam untuk kehidupan yang lebih baik. Panut Hadisiswoyo, SS, MA, MSc Founding Director Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Medan, Juni 2010

Ir. Harijoko SP, MM. KATA PENGANTAR PENULIS UCAPAN TERIMA KASIH

Islam agama yang sempurna, ajarannya mencakup segala hal terkait kehidupan manusia dan alam semesta. Islam juga menjadi rahmat bagi sekalian alam. Melalui buku ini diulas aspek Islam khususnya Rasa syukur tak terhingga kepada Allah swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga yang terkait dengan konservasi alam. Kata konservasi memang bukan berasal dari kosa kata Arab buku “Ayat-Ayat Konservasi” ini bisa hadir. Semoga nikmat yang besar tersebut terus mengalir yang menjadi bahasa datangnya agama Islam, namun praktek perlindungan dan pelestarian alam dan memberikan manfaat bagi khalayak ramai serta berkontribusi bagi terciptanya bumi yang lebih berupa al hima telah diakui FAO sebagai cara konservasi tertua yang dijumpai di Semenanjung baik. Arabia, bahkan mungkin tertua di dunia. Sistem ini diperkenalkan oleh Rasulullah saw 14 abad yang lalu, sementara tonggak konservasi modern yang dinisbatkan pada pembentukan Taman Nasional Upaya serius menghadirkan buku ini diawali pertengahan tahun 2009 lalu ketika Founding Director Yellowstone baru hadir pada 1 Maret 1872 atau 12 abad setelah al hima diperkenalkan. Sejak awal Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Mas Panut pembentukannya, al hima dimaksudkan untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami. Hadisiwoyo, SS., MA, M.Sc. datang berdiskusi dan meminta kesediaan saya untuk menuliskan topik terkait Islam dan Konservasi Alam. Sejatinya keinginan itu juga saya miliki sejak 10 tahun lalu ketika Berbagai buku dan artikel yang membahas Islam dan Konservasi telah dipublikasikan sejak tahun menjadi staf pengajar Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara yang baru lahir di tahun 1960-an meskipun di Indonesia baru mulai sejak tahun 2000-an. Buku ini hadir berdasarkan berbagai 1999 tersebut dan mengasuh mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan dan Etika Lingkungan. Berbagai publikasi tersebut ditambah dengan khazanah konservasi yang hidup atau pernah hidup dalam kesibukan dan kendala menjadikan ide itu belum terealisasi sampai momentum pertemuan dengan masyarakat muslim yang bertempat tinggal di sekitar hutan Leuser secara khusus, maupun berbagai pendiri YOSL-OIC. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan kontribusi khazanah serupa di tempat lain. yang sangat besar dari Mas Panut beserta seluruh jajaran YOSL-OIC. Buku ini berisi 7 (tujuh) bagian. Uraian buku ini diawali dengan (1) bumi, rumah kita bersama, yang kemudian dilanjutkan dengan pengenalan (2) Leuser, anugrah tak ternilai, (3) refleksi banjir bandang Dalam perjalanan hampir 8 bulan penulisan buku ini, berbagai pihak telah banyak memberikan Bukit Lawang 2003, (4) konservasi alam di zaman Rasulullah, (5) akhlak Rasulullah terhadap satwa kontribusi, terutama para ulama dan da’i dari Langkat dan Aceh Tamiang yang tergabung dalam liar, (6) khazanah masyarakat sekitar Leuser dalam konservasi, dan diakhiri dengan (7) penutup Forum Dai Peduli Lingkungan (FORDALING) atas diskusi dan pencarian khazanah konservasi berupa pembahasan amanat suci nan agung. masyarakat di sekitar hutan Leuser. Khususnya kepada Ustad Khalid, S.Ag., MA. selaku ketua FORDALING, Ustad Muhammad Irsan Mustafid Halomoan, Kiai Abdul Khahar (Ponpes Al Uswah Sasaran utama buku ini adalah para pemuda Islam, khususnya pelajar dan santri serta para guru Kuala), Ustad Syamsul, S.Ag., Ustad Zulkarnain, Lc., MA. (ketua IKADI Langkat), Ustad Dedi sebagai pendidik generasi muda bangsa. Oleh karena itu, ulasan dalam buku ini sebagian besar Suriansyah, S.Fil.I. (ketua IKADI Aceh Tamiang), dan seluruh da’i dan ulama khususnya di Langkat disajikan berupa pembahasan dialogis. Harapan besar agar pemahaman ajaran Islam dalam dan Aceh Tamiang. konservasi alam oleh generasi muda tersebut dapat menjadi pemicu dan pemacu aktivitas konservasi alam yang lebih baik di masa mendatang. Tidak lupa pula kepada pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Langkat dan Ikatan Da’i Tak ada gading yang tak retak. Kerenanya penulis menyakini dengan segala keterbatasan, masih Indonesia (IKADI) Langkat dan Aceh Tamiang telah membuka diskusi awal pada 16 November sangat banyak khazanah Islam dan masyarakat Islam di sekitar hutan Leuser yang belum tergali 2009 lalu dan menambah inspirasi penulisan buku ini. Kepada mereka semua, saya sampaikan rasa atau dihadirkan dalam buku ini. Oleh karena itu, segala masukan dan kritikan sangat diharapkan hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi. sebagai bagian upaya pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB TNGL) Bapak Ir. Harijoko, MM. dan jajarannya yang banyak memberikan Medan, 5 Juni 2010 fasilitas dan izin mengunjungi kawasan TNGL dalam memperkaya penulisan buku ini serta berbagai Penulis masukan dan koreksi yang menjadikan buku ini lebih utuh untuk menjadi referensi bagi pemerhati dan penikmat Taman Nasional Gunung Leuser.

Onrizal Kepada Mas Arief Arbianto, asisten program ini saya ucapkan terima kasih tak terhingga atas upaya tanpa henti dan tak kenal lelah dalam menyusun agenda program, bertemu dan melobi berbagai pihak yang memungkinkan berkontribusi dalam penulisan buku ini dan pada akhirnya dengan tekun memeriksa kembali penulisan naskah serta menyusun naskah tersebut menjadi sebuah buku Daftar Isi yang sangat informatif. Yang mulia orangtua beserta Istri dan anak-anakku tercinta yang dengan setia memberikan semangat dan diskusi dalam proses penulisan buku ini, saya sampaikan rasa cinta dan terima kasih yang tak terhingga. Kun Faya Kun, Penciptaan Bumi dan Isinya 4 Secara khusus kepada Mas Firman Alamsyah yang saat ini menuntut ilmu program doktor di Tokyo Untuk Apa Bumi dan Isinya Diciptakan? 6 University saya sampaikan terima kasih atas bantuannya dalam mendapatkan artikel jurnal ilmiah Air yang Menghidupkan 7 internasional terkait al-hima. Rekan-rekan staf pengajar Departemen Kehutanan USU, khususnya Tanah Tempat Kita Hidup 10 Kang Pindi Patana, Mas Achmad Siddik Thoha, Mas Alfan Gunawan Ahmad, Mas Luthfi Hakim, Udara Bersih untuk Kita Bernafas 11 Mas Bejo Slamet dan Mas Arief Nuryawan yang telah meluangkan waktu untuk membaca draft buku Bumi Sedang Sakit 13 ini serta memberikan masukan dan koreksi saya ucapkan terima kasih yang mendalam. Masukan dan koreksi tersebut menjadikan buku ini semakin kaya. Kepada sahabat dan mitra YOSL-OIC yang Peta Taman Nasional Gunung Leuser 18 telah menyumbang photo-photo terbaik untuk mendukung narasi buku ini diucapkan terimakasih. Menyambangi Leuser 20 Leuser: Sumber Air Kehidupan Jutaan Penduduk Aceh dan Sumatera Utara 21 Terima kasih yang mendalam juga saya sampaikan kepada guru-guru saya sehingga membuka Leuser: Rumah Kekayaan Hayati tak Ternilai 23 matahati dan mencerahkan hidup saya. Secara khusus, saya sampaikan terima kasih kepada guru Leuser: Karunia tak Ternilai 28 saya yang selalu mendorong untuk terus membaca dan menulis serta menjadi muslim yang berguna, yakni Prof. Cecep Kusmana (IPB Bogor) dan Prof. Mashhor Mansor (USM, Penang, Malaysia). Saran Duka di Bulan Suci 34 dan masukan mereka menjadikan buku ini tidak hanya semakin kaya, namun juga semakin hidup. Salahkah Hujan? 35 Hutan dan Banjir 37 Selanjutnya kepada the Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund yang telah mendanai Hutan, Banjir, dan Tanah Longsor 38 program Peningkatan Pemahaman Nilai Islam untuk Konservasi sebagai program yang mendukung penerbitan buku ini diucapkan ribuan terima kasih. Terima kasih juga disampaikan kepada Institusi Islam untuk Konservasi Sumberdaya Alam 42 Departemen Kehutanan RI dan UNESCO Kantor Jakarta atas dukungan dalam penerbitan buku ini. Hima: Kawasan Lindung 44 Al Harim: Zona Larangan 50 Ihya al Mawaat: Menghidupkan Lahan yang Terlantar 54

Menangkap Anak Burung 62 Membakar Sarang Semut vs Membakar Hutan dan Lahan 65

Hutan Larangan 72 Lubuk Larangan yang Menghidupkan 75 Kawasan Sabuk Hijau, Salah Satu Bentuk al Harim 80 Ular dan Produksi Pertanian 84 Konservasi Tanah dan Air di Lahan Pertanian 85 Menyelamatkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) 88 Sang Raja Hutan Diambang Kepunahan 90 Konservasi Gajah dan Wisata Alam Tangkahan 92

Amanat Suci Nan Agung 98 Daftar Pustaka 100 Tentang Lembaga Penerbit dan Pendukung 106 Tentang Penulis 108 BAGIAN 1 Bumi, Rumah Kita Bersama

Bagian ini mengulas penciptaan bumi dan segala isinya. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang untuk apa bumi dan segala isinya diciptakan dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan manusia?

Pada bagian ini juga dibahas secara khusus pandangan Islam terkait peranan air, tanah dan udara dalam kehidupan muslim, baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas. Bagian ini diakhiri dengan meneropong keadaan terkini bumi nan kita diami.

Lawe Alas, Aceh Tenggara(photo: Mustaqim)

2 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 3 Lalu, Ilham bertanya, “Ustad, berapa lama Selanjutnya Ustad Abdurrahman menjelaskan, penciptaan tersebut?” “Allah Pencipta Langit dan Bumi, dan cukup dengan mengatakan ‘Kun’, dengan kehendak- Kun Faya Kun: Penciptaan Bumi dan Isinya “Enam masa,” jawab Ustad Abdurrahman. Nya sendiri, dan tak ada yang membantunya. Coba kita lihat ayat dalam QS Al Hadiid (57): Perhatikanlah ayat-ayat pada QS berikut: az 4 berikut: Zumar (39): 38, al Baqarah (2) : 117, ar Rum (30): Selanjutnya, Ibrahim yang duduk di samping 25, dan Fathir (35): 40.” “K isah ini berawal sejak jutaan tahun yang Ilham membaca QS al Anbiya (21) : 56 dengan .         “Setelah itu kemudian Allah yang membina lalu dan Allah SWT sebagai penciptanya.” tak kalah merdunya. ciptaan-Nya, menyempurnakan ciptaan-Nya, Demikian sekilas penjelasan Ustad Abdurrahman           dan Dia pula yang memelihara ciptaan-Nya, ketika ditanya salah seorang santrinya, Ilham, sekaligus menahannya agar tidak lenyap, tentang penciptaan bumi dan manusia. Saat itu            sebagaimana nyata diwahyukan Allah dalam sedang berlangsung pengajian ba’da (seusai) QS berikut ini: an Nazi’at (79): 27-28, az Zukruf sholat isya di Pondok Pesantren As-Salaam           (44): 7, an Naba (78): 37, dan Fathir (35): 41,” kata (Pondok PAS) di Langkat Hulu, Kabupaten Ustad Abdurrahman menjelaskan. Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi Pondok PAS merupakan daerah yang berbatasan Artinya: Dialah yang menciptakan langit langsung dengan Taman Nasional Gunung Artinya: Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia Leuser (TNGL). kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah bersemayam di atas ´arsy, Dia mengetahui menciptakannya, dan aku termasuk orang- apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang “Coba kita baca al Qur’an surat asy Syua’ara orang yang dapat memberikan bukti atas yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari (26) : 23-24, al Anbiya (21) : 56, dan ash Shaffat demikian itu”. langit dan apa yang naik kepada-Nya, dan (37) : 4,” tambah Ustad Abdurrahman. Dia bersama kamu dimana saja kamu berada, dan Allah Maha Melihat Sesaat kemudian terdengar lantunan ayat-ayat Terakhir Ilham membaca QS ash Shaffat (37): 4. apa yang kamu kerjakan. QS asy Syua’ara (26): 23-24 dari suara merdu Teuku, salah seorang santri di pondok tersebut.   

Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

“Nah, apa inti dari ayat-ayat tersebut?” tanya Ustad Abdurrahman kepada para santrinya.

Artinya: 23. Fir’aun bertanya: “Siapa Tuhan Tak lama kemudian terlihat Syaiful mengangkat semesta alam itu?”, 24. Musa menjawab: tangan, lalu berkata: “Ayat-ayat tersebut pada “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa intinya menyatakan bahwa pencipta alam yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika semesta adalah Rabb Semesta Alam, yaitu Rabb kamu sekalian (orang-orang) mempercayai- yang sebenarnya, Rabb Yang Maha Esa.” Nya”. “Benar, tepat sekali Syaiful,” kata Ustad Abdurrahman

photo: www.earth.google.com

4 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 5 Untuk Apa Bumi dan Isinya Diciptakan? Air yang Menghidupkan Bumi

P Sejenak kemudian terdengar suara merdu Anwar M segala kekayaan di dalamnya. Allah jadikan “ ara santriku yang dimuliakan Allah,” yang duduk di sebelah kanan Syaiful dengan “ ari kita baca kalam Allah dalam QS al air sebagai komponen penting bagi kehidupan kata Ustad Abdurrahman seraya kemudian melantunkan QS al A’raf (7): 10 Baqarah (2): 164” lanjut Ustad Abdurrahman, dan Allah kemudian sebarkan di muka bumi melanjutkan, “Kita sudah tahu bagaimana Allah sambil meminta Ilham membacakan ayat berbagai jenis hewan”. SWT menciptakan langit dan bumi beserta segala        tersebut. Lalu, Ilham dengan suaranya yang isinya. Ada lagi yang bertanya?” merdu membaca ayat tersebut. “Ustad,” kata seorang santri sambil mengangkat tangannya dan bertanya, “Untuk apa kemudian       Tampak Teuku mengangkat tangan dan sejurus Allah melengkapi bumi dengan air?” kemudian bertanya, “Apa kegunaan bumi bagi Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu        manusia, Ustad?” sekalian di muka bumi dan Kami adakan “Pertanyaan yang bagus,” sahut sang Ustad. bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.         “Siapa yang bisa membantu menjawab?” kata “Baik, pertanyaan yang sangat penting,” Amat sedikitlah kamu bersyukur. Ustad Abdurrahman sambil melihat para           kata Ustad Abdurrahman. “Mari kita lihat santrinya. “Nah, sekarang jadi jelas bagi kita semua bahwa kalam Allah dalam surat al A’raf (7): 10 untuk penciptaan bumi beserta segala isinya ditujukan         menjawab pertanyaan tersebut,” lanjut Ustad Santri yang duduk di pojok mengangkat tangan bagi kehidupan terbaik ummat manusia sambil berkata, “untuk minuman dan agar kita Abdurrahman.       dan penghuninya yang lain,” kata Ustad bisa bersuci, misalnya mandi dan wudhu”. Abdurrahman menjelaskan.      “Benar!” lalu dilanjutkannya, “Siapa yang bisa “Demikian juga halnya dengan menambahkan?” segala apa-apa yang ada di dalam dan di atas bumi Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan Ilham kemudian mengangkat tangan dan menjadi sarana bagi kehidupan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan berkata, “Agar tumbuhan bisa tumbuh dengan manusia. Ketika kita membaca siang, bahtera yang berlayar di laut membawa baik, Ustad” ayat-ayat Allah SWT dalam apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Al Qur’an, akan banyak kita Allah turunkan dari langit berupa air, lalu “Ya, benar,” sahut Ustad, “Coba kita perhatikan jumpai penjelasan Allah dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah ayat-ayat pada QS an Nahl (16): 10 dan tentang kegunaan ciptaan-Nya, mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi al Mu’minun (23): 18-19,” kata Ustad termasuk air, tanah, dan udara,” itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin Abdurrahman sambil mempersilahkan salah lanjut Ustad Abdurrahman. dan awan yang dikendalikan antara langit seorang santri membacakan ayat-ayat tersebut. dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda Beruang Madu/Helarctos malayanus Malu-malu/Kukang/Nycticebus coucang (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum (photo: Siew Te Wong) (photo: Mike O Griffiths) yang memikirkan.         

Ustad Abdurrahman lebih lanjut menerangkan,      “Allah menggariskan takdirnya atas bumi, pertama kalinya dengan memberikan segala fasilitas terbaik bagi semua penghuni bumi. Diciptakanlah lautan yang maha luas dengan

6 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 7 Badak Sumatera/Dicerorhinus sumatrensissumatrensis(photo: P. Morris) Kedih/Presbytis thomasi(photo: Miran Campbell-Smith) Artinya: Dia-lah, yang telah menurunkan air Kami jadikan dari air itu segala sesuatu yang hidup...’ “Selain itu, air bagi seorang muslim juga sangat suci dari hadas dan najis yang paling penting hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya Kita merasakan bahwa kehidupan di bumi sangat menentukan sah tidaknya sejumlah ibadah yang adalah air, melalui wudlu dan mandi (ghusl).” menjadi minuman dan sebahagiannya tergantung dengan air. Oleh karenanya, masalah yang dia lakukan, misalnya sholat, thawaf dan Para santri dengan tekun mendengarkan dan (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada air merupakan masalah dunia dan kehidupan sejenisnya yang mengharuskan pelakunya suci mencatat penjelasan Ustad Abdurrahman. (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan [1],” papar Ustad Abdurrahman. dari segala hadas dan najis. ternakmu (QS an Nahl (16): 10). Sebuah kajian yang sangat penting yang Kemudian Ustad Abdurrahman membacakan Untuk bisa bersih, kita membutuhkan air yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan berbagai fakta temuan ilmiah tentang air. bersih dan suci. Fiqih menetapkan bahwa alat         ibadah mereka.

“Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi         oleh air [2]. Air menjadi kebutuhan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Sebagaimana          yang sudah banyak diketahui sekitar 70% tubuh manusia merupakan air dan setiap harinya manusia membutuhkan sekitar 1,5 liter air    untuk tetap survive, dan ekosistem daratan secara langsung tergantung pada air sebagai Artinya: 18. Dan Kami turunkan air dari faktor yang menentukan struktur dan fungsi langit menurut suatu ukuran; lalu Kami seluruh bioma di bumi [3]. Mengingat air amat jadikan air itu menetap di bumi, dan penting dan merupakan bagian terbesar dari sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa protoplasma, maka dapatlah dikatakan bahwa menghilangkannya. 19. Lalu dengan air itu, semua kehidupan adalah ‘akuatik’ [4].” Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu “Demikianlah, betapa banyak fungsinya air. Air kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan merupakan prasyarat tumbuh-tumbuhan bisa sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan tumbuh dengan baik, kemudian menghasilkan (QS al Mu’minun (23): 18-19). buah, sehingga manusia, binatang dan makhluk lainnya dapat memperoleh makanan. Sebagian besar dari tubuh kita terdiri dari air,” kata Ustad “Ayat-ayat tersebut menjelaskan kepada kita Abdurrahman. semua, bagaimana air yang Allah turunkan dari langit sangat penting dalam menghidupkan “Namun lebih dari itu,” kata Ustad Abdurrahman. bumi setelah mati (kering)-nya. Air menjadi “Ajaran Islam sangat memperhatikan air. Air minuman kita dan makhluk hidup yang bukan hanya sekedar sebagai minuman bersih lain, serta menyuburkan tumbuh-tumbuhan. dan sehat yang dibutuhkan untuk kelestarian Selanjutnya dengan tumbuhnya tumbuh- hidup seluruh makhluk hidup, sebagaimana tumbuhan di bumi tersebut memungkinkan firman Allah dalam QS al Hijr (15): 22, melainkan berbagai jenis hewan mendapatkan makanannya juga menjadikannya sebagai sarana penting yang dari bagian-bagian tumbuhan tersebut,” terang menentukan bagi kesempurnaan iman seseorang Ustad Abdurrahman. sebagaimana hadits Rasulullah SAW: kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari “Allah sebagaimana firman-Nya dalam QS iman,” terang Ustad Abdurrahman. al Anbiya (21): 30 juga menjelaskan kedudukan dan pentingnya air bagi kehidupan, yakni ‘...Dan Air sebagai faktor penting dalam kehidupan, termasuk pertanian. Photo di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.(photo: Onrizal)

8 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 9 Tanah Tempat Kita Hidup Udara Bersih untuk Kita Bernafas

S “L ambil membetulkan posisi duduknya, Ustad alu, di udara kita ada angin Abdurrahman yang alumni sebuah universitas yang berhembus, sebagaimana terkenal di Timur Tengah, yakni Universitas dijelaskan dalam QS al Baqarah Madinah menjelaskan tentang tanah. “Dalam (2): 164 tadi. Udara dan angin pandangan fiqh, tanah adalah bumi itu sendiri. banyak sekali fungsinya, antara Al Quran menyebutnya sebagai ‘mustaqal’, lain membantu penyerbukan tempat hunian, tempat kita manusia menetap bunga tumbuh-tumbuhan. selama hidup di dunia [1]”. Udara yang segar dan tidak tercemar polusi sangat penting “Tidak hanya sekedar itu,” kata Ustad bagi manusia dan makhluk Abdurrahman, “tanah merupakan asal manusia, hidup lainnya dalam bernafas,” tempat manusia berpijak dan tempat manusia tambah Ustad. setelah dia wafat sebelum nanti dibangkitkan di yaumil akhir,” jelas Ustad Abdurrahman. Kemudian Ustad Abdurrahman “Tumbuh-tumbuhan, pepohonan dan berbagai membaca sebuah buku dan Rawa Singkil, Aceh Singkil(photo: Onrizal) satwa hidup dan berkembang biak di tanah. menyampaikan, “Udara dalam Karenanya, tanah sangat penting bagi kehidupan al Quran disebut jaww al-sama’, manusia, tidak saja karena sebagian makanan yaitu benda yang meliputi bagian atas dari bumi. karbohidrat, juga menghasilkan oksigen berasal, tetapi tanah juga bisa digunakan sebagai Udara mengandung berbagai gas yang Allah yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan, alat bersuci untuk kepentingan ibadah dan ciptakan dalam keadaan seimbang, termasuk sebagai imbal baliknya manusia dan hewan

sumber air keluar.” gas oksigen yang dibutuhkan seluruh makluk menghasilkan CO2 dari proses bernafasnya yang hidup untuk bernafas. Bagi manusia, ketika dia dibutuhkan oleh tumbuhan.” “Bumi dalam al Qur’an juga disebut sebagai lahir dari rahim ibunya, kebutuhan pertama mata’, tempat yang memberikan kenyamanan “Berdasarkan catatan ilmiah,” kata Ustad dalam memulai hidupnya adalah bernafas bagi manusia selama tidak diotak-atik oleh Abdurrahman, “udara bersih yang ideal untuk dan menghirup udara, dimana yang sangat tangan jahil manusia yang serakah. Disebut kehidupan, baik untuk manusia, tumbuhan dia butuhkan adalah oksigen. Kapan manusia tempat kenyamanan (mata’) karena bumi maupun hewan adalah terdiri dari 78,09% sudah berhenti bernafas, maka itulah gejala fase gas nitrogen, 20,94% gas oksigen (O ), 0,93% menyediakan segala kebutuhan hidup yang 2 kematian [1].” gas argon, dan 0,0032% gas karbondioksida akan menjamin kelangsungan hidup manusia (CO ), serta sisanya unsur lainnya. Komposisi [1] dan makhluk hidup lainnya di muka bumi,” “Subhanallah, Allah menciptakan komposisi 2 terbanyak adalah nitrogen, bukan oksigen terang Ustad Abdurrahman. udara yang sangat ideal. Nitrogen banyak atau karbondioksida.” dibutuhkan tumbuhan sebagai bahan dasar makanan untuk kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Ustad Abdurrahman menjelaskan: Kemudian tumbuhan melalui proses fotosintesis atau memasak makanannya, selain menghasilkan

Hutan di Desa Kaperas, Langkat(photo: Indra)

10 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 11 “Hasil penelitian lain menerangkan bahwa oksigen yang kita butuhkan. Kita tidak bisa rata-rata seseorang dapat bertahan selama membuat oksigen!” jelas Ustad Abdurrahman. 5 pekan tanpa makanan, kemudian mampu Bumi Sedang Sakit bertahan selama 5 hari tanpa air, namun Kemudian Ustad Abdurrahman menambahkan manusia hanya mampu bertahan tidak lebih penjelasannya, “Banyak lagi ayat-ayat yang dari 5 menit tanpa udara.” menerangkan bagaimana hubungan antara keberadaan air dengan pertumbuhan tumbuhan untuk berkembang banyak yang rusak karena dan perkembangbiakan berbagai jenis binatang. P “ ara santriku,” kata Ustad Abdurrahman. ulah manusia. Daftar ekosistem (sistem alam, “Subhanallah,” seru para santri serentak Ayat-ayat tersebut antara lain dalam QS “Ayat-ayat Al Quran yang kita baca dan hadist misal hutan, sungai, danau, dan sebagainya) merasakan keagungan Allah SWT. al Mu’minun (23): 20, al An’am (6): 141 dan Rasulullah serta pandangan fiqih yang tadi kita yang rusak karena manusia sudah panjang. Luqman (31): 10. Semua yang Allah ciptakan di bahas telah menjelaskan kepada kita bahwa “Apa arti hasil penelitian di atas?” tanya Ustad Sejumlah besar spesies (flora fauna) menghilang bumi saling membutuhkan dan dalam keadaan kehidupan kita sangat tergantung pada bumi Abdurrahman. dengan cepat (beberapa diantaranya telah punah seimbang.” dan segala isinya yang diciptakan Allah. selamanya) karena perburuan, perusakan habitat Sejenak kemudian Syaiful mengangkat tangan (rumah flora fauna), dan dampak negatif dari “Subhanallah,” kata para santri mendengar Kita butuh air bersih, udara yang tidak tercemar dan menjawab, “Udara sangat penting bagi pemangsa (predator) dan pesaing (kompetitor) penjelasan Ustad Abdurrahman, sambil berjanji serta tanah yang subur yang kemudian tumbuh- kehidupan, namun bukan sekedar udara biasa, yang diperkenalkan [5] serta pemanfaatan secara dalam hatinya untuk melaksanakan apa yang tumbuhan bisa tumbuh dengan baik serta tapi udara bersih yang mampu mendukung berlebihan dan perburuan dan perdagangan dititahkan sang guru. berbagai satwa dapat hidup dan berkembang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. ilegal [6].” biak sebagaimana mestinya, sehingga dapat Kebutuhan terhadap udara bersih lebih besar memenuhi kebutuhan hidup manusia. Nah, dibandingkan kebutuhan makanan dan kalau bumi dan segala isinya rusak tentu akan minuman, meskipun semuanya harus kita “Siklus hidrologi dan kimia alami terganggu sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di penuhi secara seimbang.” Para santri dan Ustad oleh pembukaan lahan yang menyebabkan muka bumi.” Abdurrahman mengangguk, milyaran ton tanah subur mengalami erosi dan hanyut ke dalam sungai, danau, dan tanda setuju dengan jawaban “Seperti apa dampak kerusakan lingkungan laut setiap tahun, sehingga sungai, danau, Syaiful. yang telah terjadi itu, Ustad?” tanya Syaiful, dan perairan pesisir pantai menjadi dangkal, salah seorang santri yang dari tadi dengan tekun “Oleh karena itu,” kata Ustad dimana potensi dan kejadian banjir semakin mendengarkan penjelasan sang guru. sering terjadi dalam skala yang terus dan Abdurrahman, “Sangat penting semakin meningkat [5].” bagi kita untuk menjaga “O ya, kemaren saya,” kata Ustad Abdurrahman kebersihan udara kita dan “berdiskusi dan dibawakan beberapa buku mencegah berbagai pencemaran dan makalah oleh seorang sahabat saya yang yang dapat mengotori udara mengajar di universitas terbesar di Sumatera “Akibat berbagai kerusakan tersebut,” lanjut kita, termasuk menjaga agar Utara jurusan kehutanan. Mudah-mudahan bisa Ustad Abdurrahman, dalam buku lain pepohonan tetap tumbuh, membantu menjawab pertanyaan Syaiful”. dilaporkan hasil penilaian terhadap ekosistem jangan menebang tanpa dunia saat ini, yakni: kepentingan dan tujuan yang “Dalam sebuah buku tertulis begini,” kata Ustad Lebih dari dua per tiga pelayanan ekosistem baik, agar udara tetap bersih,” Abdurrahman sambil membalik halaman buku dunia telah mengalami penurunan. Manfaat seraya kemudian menekankan yang dimaksud. yang diambil dari pembangunan infrastruktur suaranya, Ustad Abdurrahman Apakah kita sadari atau tidak, bahwa komunitas planet, justru mengakibatkan penurunan modal berkata, “Karena hanya pohon biologi (makhluk hidup/hayati) di seluruh dunia alam [7].” dan tumbuhan hijau lainnya Emisi gas mengotori udara kita yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun yang dapat menghasilkan

12 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 13 “Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat kita memperbaiki bagian ekosistem di bumi yang nyatakan bumi kita lagi sakit. Ibaratkan orang rusak dalam berbagai kegiatan konservasi. yang lagi sakit, tentu dia tidak mampu berfungsi Lihatlah betapa besarnya biaya yang harus atau menjalankan tugasnya secara sempurna, ditanggung untuk kegiatan tersebut,” kata sebagaimana bumi kini mengalami penurunan Ustad Abdurrahman menyampaikan penjelasan lebih dari 2/3 kapasitasnya melayani kehidupan temannya kemaren lalu membacakan buku yang dunia, seperti yang dinyatakan dalam buku lain: tersebut. Air bersih semakin sulit didapat. Udara “Ingat santriku, uang Rp 200 triliyun itu sangat bersih semakin menjadi barang langka,” kata besar! Hampir seperlima dari anggaran belanja Ustad Abdurrahman menjelaskan. Indonesia tahun 2009,” kata Ustad Abdurrahman. “Lalu,” kata Ustad Abdurrahman, “Teman Para santri semakin serius mendengar penjelasan Ustad tersebut kemarin berkata: ‘Sebagian Ustad Abdurrahman sambil mencatat yang besar manusia menganggap jasa atau pelayanan dijelaskan tersebut. ekosistem alam (nature ecosystem services) yang “Meskipun nilai itu sangat besar, namun masih Perambahan TNGL di Sei Minyak, Besitang, Kab. Langkat(photo: Arief Arbianto) sudah sejak lama dirasakan oleh manusia, sangat kecil dari nilai kerugian sesungguhnya misalnya air bersih, udara bersih, pemandangan terdekat mereka bagi kehidupan manusia dan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya “Khoir, sangat baik, Ilham,” kata Ustad nan indah dan sebagainya dianggap sebagai makhluk hidup lainnya di muka bumi agar lebih di muka bumi. Pada sisi lain, kita seharusnya Abdurrahman sesuatu yang gratis.’ Sehingga di antara manusia baik. semakin sadar bahwa bumi dan segala isinya ini atau kelompok manusia ada yang berbuat “Bumi kita ini satu, rumah bagi kita manusia bagi kehidupan manusia yang diciptakan Allah semena-mena, serakah dan melupakan tanggung Lalu, “Ustad!” kata salah seorang santri sambil serta makhluk lainnya yang diciptakan Allah SWT sangat mahal nilainya,” tambah Ustad di bumi. Apa yang kita lakukan disini tidak jawab yang diembankan dipundaknya.” mengacungkan tangannya. “Apa itu konservasi? Abdurrahman. Apakah konservasi itu ada dalam ajaran Islam? hanya akan berdampak di daerah kita, namun juga berdampak bagi belahan bumi yang lain. Kemudian Ustad Abdurrahman membuka buku Dan apa pula itu TNGL, Ustad?” “Kerusakan alam akibat perbuatan manusia selanjutnya dan beliau kemudian membacakan Janganlah merusak bumi dan lingkungan kita! telah memicu berbagai bencana. Lihatlah, banjir “Pertanyaan yang sangat bagus,” kata Ustad sebuah paragraf: Karenanya jadilah bagian dari perbaikan dan bandang yang melanda Bukit Lawang tahun Abdurrahman. “Insya Allah, nanti kita akan insya Allah itu akan dicatat malaikat sebagai “Sebuah ironi terlihat jelas, di saat ekonomi 2003 lalu atau daerah Aceh Tamiang yang undang ahlinya ke pesantren kita untuk amal jariah serta pahala karena kita menjalankan tumbuh, ekosistem justru semakin mengalami terkena banjir bandang Sungai Tamiang tahun menjawab pertanyaan tersebut. Sebelum perintah Allah serta bersyukur atas nikmat dan kerusakan. Pada sisi lain, upaya-upaya untuk 2006, sebagai contoh yang hadir di dekat kita,” ditutup, silahkan yang ingin menyampaikan rahmat Allah kepada kita semua,” kata Ustad mengubah kecenderungan (yang merusak) kata Ustad Abdurrahman memberikan ilustrasi. kesimpulan.” Abdurrahman. “Amiin, insya Allah, Ustad,” kata para santri serentak. tersebut cukup memprihatinkan [8].” “Bencana banjir bandang tersebut antara lain Ilham mengangkat tangan dan kemudian berkata, dipicu oleh perusakan hutan di daerah hulu, “Untuk malam ini, kita cukupkan dulu “Sekitar US$ 20 milyar atau Rp 200 triliyun “Pertama: bumi dan segala isinya diciptakan padahal daerah tersebut merupakan daerah pengajiannya dan mari kita tutup dengan diperoleh dari publik dan dana sosial Allah SWT dalam bentuk yang seimbang. Kedua: mengucapkan hamdalah,” kata Ustad dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dilindungi yakni Taman Nasional Gunung bumi dan segala isinya tersebut merupakan Abdurrahman. konservasi. Sebagian besar uang tersebut Leuser atau TNGL, namun tetap dirusak oleh sumber bagi kehidupan, dan Ketiga: kelalaian, digunakan untuk memelihara sekitar 100 tangan-tangan tak bertanggungjawab,” lanjut keserakahan, dan kesalahan manusia dalam “Alhamdulillah,” kata para santri secara ribu daerah perlindungan yang mencakup 12% Ustad Abdurrahman. mengelola dan memanfaatkan bumi dan segala bersama-sama kemudian mencium tangan permukaan bumi [9].” Ustad Abdurrahman dan menuju kamar masing- isinya akan memicu berbagai bencana yang akan Para santri manggut-manggut mendengarkan masing. Mereka bertekad dalam hati masing- “Berbagai upaya juga telah dimulai untuk merugikan kehidupan manusia serta makhluk penjelasan sang guru, Ustad Abdurrahman. masing untuk menjadi bagian yang memperbaiki hidup lainnya.” mempertahankan dan melestarikan bagian Sepertinya mereka semakin memahami betapa dan memelihara bumi dan segala isinya. sumberdaya alam bumi yang masih baik serta pentingnya menjaga bumi mulai dari lingkungan

14 Ayat-ayat Konservasi Bumi, Rumah Kita Bersama 15 BAGIAN 2 Leuser - Anugrah Tak Ternilai

Mengunjungi Leuser, sebuah kawasan konservasi dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia (Tropical Rainforest Heritage of Sumatra) mengawali bagian ini. Selanjutnya dibahas peranan hutan Leuser sebagai sumber air bagi jutaan penduduk Sumatera Utara dan Aceh.

Kemudian dilanjutkan pembahasan tentang Leuser sebagai rumah bagi kekayaan flora fauna yang tak ternilai. Bagian ini diakhiri dengan ulasan tentang multi-fungsi Leuser bagi kehidupan, tidak hanya bagi masyarakat Sumatera bagian utara dimana Leuser berada, namun juga bagi masyarakat dunia!

Hutan16 Hujan Tropis Taman Nasional Gunung Leuser(photo: Madeleine Hardus) 17 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai Peta Taman Nasional Gunung Leuser

Orangutan SumateraPongo ( abelii) di Bukit Lawang(photo: Rhett Butler/www.mongabay.com)

18 19 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai Menyambangi Leuser Leuser: Sumber Air Kehidupan Jutaan Penduduk Aceh dan Sumatera Utara

S Panas terik di siang itu langsung hilang seketika S (NAD), yakni DAS Lawe Alas, Kr. Kluet, A. iang itu, Sungai Bahorok yang membelah bila membasuh muka dan membasahi kepala eusai kata sambutan dari kedua belah Simpang Kanan, Krueng Tripa, Krueng Baru, Bukit Lawang mengalir jernih dan memberikan dengan air Sungai Bahorok. “Subhanallah,” kata pihak yaitu dari tuan rumah dari Balai Besar Krueng Susok, dan Krueng Batee.” kesejukan bagi yang melintasinya. Perasaan Ustad Abdurrahman sesaat beliau membasuh Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) “Jika kita baca buku yang ditulis oleh mantan yang sama juga dirasakan oleh salah satu muka dengan air Sungai Bahorok. “Sangat segar dan tamu dari rombongan pondok pesantren, Kepala Balai TNGL [10],” kata juru bicara rombongan yang tak seperti biasanya melewati dan sejuk,” kata santri yang lain menimpali acara kemudian dilanjutkan dengan penjelasan kawasan wisata Bahorok yang terkenal itu. BBTNGL sambil mengangkat buku berjudul ungkapan Ustad Abdurrahman. seputar taman nasional oleh pihak BBTNGL. Ya, rombongan tersebut adalah rombongan Leuser, Warisan Dunia, “Kita akan tahu bahwa Tampak pada kelokan-kelokan sungai, anak- Ketika memulai penjelasannya, juru bicara para santri dan pimpinan pondok pesantren di sungai-sungai tersebut menyediakan air bersih anak setempat serta para turis domestik BBTNGL bertanya kepada rombongan tersebut, sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) bagi 4 juta masyarakat yang hidup di sepanjang dan mancanegara bermain air dengan suka “Dari manakah air Sungai Bahorok yang tadi baik yang berasal dari Sumatera Utara maupun cita. Banyak pula diantara mereka yang aliran sungai tersebut di NAD dan Sumatera Aceh. Tampak dalam rombongan tersebut kita lewati dan memberikan kesegaran?” menggunakan rakit dari ban dalam mobil yang Utara,” sambung juru bicara tersebut. Ustad Abdurrahman beserta para santrinya dari “Dari daerah hulu,” kata Ilham. “Benar,” mereka sebut dengan nama ‘tubing’ mengarungi “Subhanallah,” kata para peserta serentak. Pondok PAS. Mereka tergabung dalam Forum kata juru bicara BBTNGL seraya melanjutkan Sungai Bahorok. Kemudian mereka teringat ayat al Quran surat Dai Peduli Lingkungan (FORDALING) yang pertanyaanya, “Lalu, dimanakah hulu sungai Rombongan tersebut tidak hanya sekedar ingin al Anbiya (21): 30 yakni ‘...Dan Kami jadikan menghimpun ulama beserta santri di kawasan tersebut?” Kemudian Teuku – santri yang lahir rihlah – wisata ke kawasan wisata alam terkenal dari air itu segala sesuatu yang hidup...’. Betapa sekitar TNGL yang mencakup Sumatera Utara di Aceh – mengangkat tangan dan menjawab, dan Aceh. tersebut. Namun juga sekalian ingin memenuhi besarnya nikmat yang Allah berikan berupa “Dalam hutan di daerah Gunung Leuser”. undangan sebuah LSM (Lembaga Swadaya hutan Leuser yang mengalirkan air kehidupan. Ya, Bukit Lawang merupakan salah satu tujuan Masyarakat) konservasi untuk berdiskusi Jawaban tersebut disambut anggukan dan cap wisata alam favorit di Sumatera bagian utara. Para peserta diskusi tersebut kemudian bersama dengan pengelola TNGL. jempol dari sang juru bicara BBTNGL. Jika pengunjung berasal dari Medan, dapat membayangkan bagaimana jika hutan-hutan Lalu, rombongan tersebut menyeberang “Sungai Bahorok hanyalah salah satu cabang mencapai Bukit Lawang dengan bus umum dari di Leuser rusak. Tentu hal itu akan membawa Sungai Bahorok dengan perahu kecil secara sungai yang hulunya berada dalam kawasan Terminal Bus Pinang Baris langsung menuju kesengsaraan dan kerugian yang amat sangat bergantian untuk mencapai kantor TNGL di TNGL,” kata juru bicara BBTNGL lebih lanjut. Bukit Lawang yang ditempuh sekitar 2 jam. Selain besar bagi jutaan penduduk tersebut, termasuk wilayah Bahorok yang dikenal dengan Info Kemudian beliau melanjutkan bahwa Sungai itu, pengunjung juga dapat menggunakan mobil pondok pesantren mereka. Corner (Pojok Informasi) Leuser. Rombongan Bahorok akan bergabung dengan Sei Wampu pribadi atau bus wisata dengan menempuh dan terus bermuara ke laut. Air Sei Wampu tersebut sangat menikmati penyeberangan yang Jika hal itu terjadi, mereka bisa membayangkan jalan yang sama dengan bus umum Medan – tidak hanya disumbang dari Sungai Bahorok, saat kemarau daerah mereka akan dilanda Bukit Lawang. dipandu oleh seorang juru namun juga oleh puluhan anak sungai lainnya mudi yang mengarahkan laju yang berhulu di TNGL dan terus mengalir ke kekeringan, sehingga tidak hanya manusia yang perahu. Sampailah mereka di laut yang kemudian disebut dengan Daerah sengsara, namun juga hewan ternak dan tanaman tapal batas kawasan TNGL. Aliran Sungai (DAS) Wampu.” pertanian dan kebun mereka juga kekurangan Tampak oleh mereka papan air. Padahal air adalah sangat penting bagi “DAS Wampu hanyalah salah satu dari 10 DAS bertuliskan: kehidupan dan tidak tergantikan. Sementara yang airnya berasal dari TNGL. Selain DAS saat musim hujan, mereka akan ditimpa banjir Selamat Datang di Taman Wampu, terdapat 2 lagi DAS di Sumatera Utara Nasional Gunung Leuser - bandang karena hutan di kawasan hulu yang yang berasal dari TNGL, yakni Sei Lepan dan Sei Tropical Rainforest Heritage telah rusak tidak mampu lagi menyerap air Besitang. Sebagian besar DAS tersebut mengalir of Sumatra. hujan tersebut. Lalu, ingatan mereka terbang di daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

20 21 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai Penyeberangan menujuInfo CornerBukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser (photo: Irsan Mustafid Halomoan) jauh mengenang banjir bandang yang melanda         tahun 2003 yang meluluhlantakkan kawasan wisata Bukit Lawang dan daerah hilirnya.       Leuser: Rumah Kekayaan Hayati Tak Ternilai Bencana banjir bandang Bukit Lawang 2003 hanyalah sebuah gambaran pahit betapa karunia   alam yang menghidupi jutaan masyarakat bertahun-tahun sejak zaman dahulu tiba-tiba Telah nampak kerusakan di darat dan di laut Setelah menjelaskan peran penting “Taman Nasional menurut UU No 5 tahun menjadi bencana ketika tidak dikelola dengan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, TNGL sebagai sumber air bagi masyarakat 1990 adalah kawasan pelestarian alam baik (secara lengkap baca di bagian Refleksi supaya Allah merasakan kepada mereka di sekitarnya, petugas BBTNGL kemudian yang mempunyai ekosistem asli, dikelola sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, Banjir Bandang Bukit Lawang 2003). Para santri membagikan beberapa leaflet terkait TNGL dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan dan pengasuh pondok pesantren peserta dialog agar mereka kembali (ke jalan yang benar). kepada peserta diskusi. Pada leaflet diuraikan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, dengan BBTNGL teringat pesan suci dalam informasi sejarah, luas dan letak kawasan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.” kalam Ilahi dalam QS ar Rum (30): 41 Ya, ketika manusia tidak mengelola nikmat serta keanekaragaman flora fauna TNGL. berupa alam semesta dengan baik, maka bencana Seusai pembagian leaflet tersebut, Ilham bertanya Selanjutnya sang petugas BBTNGL meneruskan itu akan menimpa manusia. Bersegeralah kepada petugas BBTNGL, “Pak, salah satu keterangannya, “Konservasi sumber daya alam bertobat dan lakukan perbaikan. keingintahuan kami untuk datang kesini adalah hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui apakah itu konservasi?” kegiatan: “Pertanyaan yang bagus,” kata petugas dan a. perlindungan sistem penyangga kemudian melanjutkan, kehidupan;

“Konservasi adalah pengelolaan sumber b. pengawetan keanekaragaman daya alam yang pemanfaatannya jenis tumbuhan dan satwa beserta dilakukan secara bijaksana untuk ekosistemnya; menjamin kesinambungan persediaannya c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.” hayati dan ekosistemnya.” Perlindungan sistem penyangga kehidupan “Ekosistem asli yang dimiliki TNGL adalah ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis hutan alam tropika dengan segala kekayaan flora yang menunjang kelangsungan kehidupan fauna serta ekosistem yang ada di dalamnya,” untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kata sang petugas. dan mutu kehidupan manusia. Proses ekologis “Sekarang kita berada di salah satu kawasan tersebut antara lain adalah pengaturan tata konservasi, berupa taman nasional, yakni Taman air, produksi udara bersih, serta pencegah Nasional Gunung Leuser yang merupakan kerusakan alam misalnya pencegah banjir dan suaka tropis terbesar dan terkaya di dunia [10],” tanah longsor. lanjut sang petugas BBTNGL. Lalu dia bertanya Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan kepada peserta, “Siapa yang tahu, apakah itu satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan taman nasional?” melalui kegiatan: Keadaan hening. Satu sama lain peserta saling (a) pengawetan keanekaragaman tumbuhan Sungai Lau Biang, Desa Kaperas, Langkat(photo: BDoel eSTe) menunggu. Tidak ada peserta yang menjawab. dan satwa beserta ekosistemnya; Kemudian, sang petugas menerangkan (b) pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

22 23 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai Pengawetan keanekaragaman tumbuhan (a) pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan “Nah, sekarang silahkan baca leaflet yang Hutan hujan tropika di TNGL terdiri dari dan satwa beserta ekosistemnya, pelestarian alam; tadi dibagikan,” kata sang petugas, seraya pepohonan nan menjulang tinggi sebagaimana dilaksanakan dengan menjaga keutuhan (b) pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. melanjutkan, “Jika ada hal yang kurang yang dapat kita lihat. Pohon-pohon tersebut kawasan konservasi alam agar tetap dalam Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan dimengerti, jangan sungkan untuk bertanya memiliki tinggi yang berbeda-beda seperti keadaan asli. pelestarian alam dilakukan dengan tetap kepada petugas disini.” bertingkat-tingkat, sebagai salah satu ciri hutan Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam menjaga kelestarian fungsi kawasan. Saat semua peserta membaca leaflet tersebut, hujan tropika yang menyediakan rumah bagi Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui terdengar suara orang bertanya, “Bagaimana berbagai jenis satwa serta mengurangi energi liar dilakukan dengan memperhatikan kegiatan: UNESCO menentukan sebuah kawasan disebut kinetik air hujan. kelangsungan potensi, daya dukung, dan warisan dunia?” tanya salah seorang peserta Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang keanekaragaman jenis tumbuhan dan kepada petugas BBTNGL. dihimpun [10, 13], tidak kurang dari 4.000 jenis satwa liar. Setiap orang dilarang melakukan flora (tumbuhan) tumbuh di TNGL, termasuk kegiatan yang dapat mengakibatkan “Ok, pada salah satu leaflet yang dibagikan tadi yang paling fenomenal adalah ditemukannya perubahan terhadap keutuhan kawasan ada dituliskan tentang kriteria yang digunakan 3 dari 15 tanaman parasit yang terkenal, yaitu konservasi. UNESCO untuk ‘Warisan Dunia’, yakni apabila memuat hal-hal sebagai berikut [10]: jenis Rafflesia arnoldi. Tak kalah fenomenalnya, Upaya konservasi biologi (hayati) melalui pada hutan TNGL juga tumbuh bunga yang pelestarian kawasan dengan pendekatan tertinggi di dunia, yaitu Amorphophalus titanum ekosistem memungkinkan penyelamatan Dinyatakan sebagai Warisan Dunia karena: atau dikenal dengan bunga bangkai. Selain flora fauna langka dari kepunahan dan itu, terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu memanfaatkannya lagi bagi umat manusia 1. Warisan dunia dapat terdiri dari Warisan daun payung raksasa (Johannesteijsmannia secara lestari atau berkelanjutan [11]. Melalui Alam dan Warisan Budaya, altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan pengelolaan kawasan konservasi yang baik 2. Melestarikan warisan yang tidak dapat R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang diharapkan kualitas dan kuantitas sumberdaya digantikan dan warisan yang memiliki merupakan bunga terbesar dengan diameter alam hayati yang dikonservasi dapat meningkat. “Nilai Universal Istimewa”, 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang Bunga Bangkai (Amorphophallus sp.) Salah satu upaya tersebut adalah apa yang di Desa Kaperas (Photo: Sidahin) 3. Perlu melindungi Warisan yang tidak unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik. Selain dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser. dapat dipindahkan, itu, taman nasional ini juga tempat yang penting sebagai habitat tumbuhan obat. 4. Menjadi tanggungjawab kesadaran dan kerjasama kolektif internasional” Tingginya keanekaragaman flora di TNGL terjadi karena didukung oleh kondisi dan sifat tanahnya yang sangat bervariasi serta Beberapa saat kemudian terdengar suara orang perbedaan ketinggian, mulai dari pantai sampai bertanya, “Apa yang dimiliki oleh kawasan pegunungan, sehingga membentuk berbagai TNGL seluas 1.094.962 Ha sehingga dinobatkan formasi hutan. Hampir seluruh kawasan TNGL sebagai warisan alam dunia?” Rupanya suara ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae itu dari Syaiful, sambil memegang leaflet yang (kelompok meranti-merantian) dengan banyak dimilikinya. sungai dan air terjun.

Kemudian sang petugas BBTNGL menanggapi, Kondisi hutan dan ekosistem yang demikian “Untuk menjawabnya, mari bersama kita baca mendukung keanekaragaman fauna yang tinggi Telapak kaki harimau Sumatera berbagai hasil penelitian di TNGL.” pula. (Panthera tigris sumatrae) terlihat Rafflesia arnoldii (Photo: Nick Lyon/www.films4.org) di Bahorok (Photo: Darma Pinem)

24 25 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai TNGL merupakan habitat dari sejumlah besar spesies fauna mulai dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrata. Kawasan ini memiliki daftar spesies burung yang panjang, yakni dari 380 spesies burung yang ada (65% dari total jumlah spesies burung di seluruh Pulau Sumatera), 350 di antaranya tinggal di kawasan ini. Kawasan TNGL juga memiliki 36 dari 50 jenis burung endemik di Sundaland [10].

Hampir 65% atau 129 spesies mamalia dari total 205 spesies (mamalia besar dan kecil) di Sumatera tercatat tinggal di taman nasional ini.

TNGL merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi, seperti orangutan Sumatera (Pongo abelii), harimau Sumateran (Panthera tigris), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), siamang (Hylobathes lar), kedih (Presbytis thomasi) [10, 13, 14], serta kambing hutan (Capricornis sumatrensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana) dan lain-lain [10, 13].

Kawasan TNGL mencakup areal seluas 1.094.962 ha yang menempati dua wilayah propinsi, yakni Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara. Kawasan seluas itu, setara dengan lapangan sepakbola sebanyak 1.100 buah karena 1 lapangan sepakbola sama dengan 1 ha. Demikian salah satu isi sebuah leaflet di kantor seksi BBTNGL di Bukit Lawang.

Nama taman nasional tersebut diambil dari nama Gunung Leuser yang terdapat dalam kawasan tersebut dengan puncak tertingginya pada ketinggian 3.404 m. Sejarah perlindungan kawasan ini diawali dengan usulan dari tokoh-tokoh Aceh sejak tahun 1912. Para tokoh itu meminta kepada pemerintah kolonial untuk melindungi kawasan hutan di Singkil dan Lembah Alas, dan tidak mengijinkan penebangan hutan di sana.

Pada tahun 1928, penanam karet Belanda, yaitu dr. F.C. van Heurn menyiapkan proposal yang pertama. Di tahun 1934, suaka alam di Gunung Leuser ditetapkan dengan luas 416.500 Ha. Tahun 1936, lahan basah Kluet (20.000 Ha), dimasukkan sebagai tambahan suaka, dan dua tahun kemudian, Suaka di Sekundur (79.100 Ha), Langkat Barat and Langkat Selatan (127.075 Ha) ditetapkan. Pada tahun 1980, dideklarasikan 5 taman nasional pertama di Indonesia, yaitu Leuser, Ujung Kulon, Gunung Gede Pangrango, Baluran, dan Komodo. Menurut SK.Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-II/91 tahun 1997 luas TNGL adalah 1.094.962 Ha [12].

Sejak tahun 2004 ‘harta’ terpendam di bumi Leuser diakui sebagai warisan alam dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), lembaga di bawah PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengatahuan dan budaya. Penunjukan Leuser dilakukan dalam satu paket bersama TN. Kerinci Seblat, dan TN. Bukit Barisan Selatan, dengan nama ‘Tropical Rainforest Heritage of Sumatra’ atau ‘Warisan Hutan Hujan Tropika Sumatera’. Dengan menjadi Warisan Dunia, maka Leuser sejajar dengan Yellowstone dan Grand Canyon National Park di Amerika yang terkenal itu, Galapagos di Equador, The Great Wall di China, Taj Mahal di India, dan seterusnya. Pengukuhan tersebut melengkapi pengakuan sebelumnya pada tahun 1981, ketika Leuser ditetapkan oleh UNESCO sebagai Biosphere Reserve atau Cagar Biosfer [10].

Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara(photo: Mustaqim) 26 27 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai (run off) dan meningkatkan infiltrasi air bayangkan betapa besar kerugian yang akan kita hujan ke dalam tanah, sehingga mengurangi alami bila hutan Leuser rusak. Berbagai fungsi Leuser: Karunia Tak Ternilai resiko banjir. ekologisnya akan menurun drastis. Air tanah • Pengatur iklim lokal dan penyerap akan berkurang secara drastis, sehingga ancaman karbon. Komunitas tumbuhan berperan kekeringan akan selalu terjadi saat musim sangat penting dalam pengaturan iklim kemarau, serta banjir bandang akan berulang H • Cadangan makanan reguler. Secara lokal, regional bahkan global serta penting setiap musim hujan karena hutannya telah rusak. utan Leuser telah diakui sebagai warisan tradisional, masyarakat yang hidup di bagi siklus karbon. Keberadaan hutan Dengan demikian, masyarakat sekitar Leuser dunia oleh UNESCO. Salah satu tujuan utama sekitar hutan Leuser melakukan perburuan dengan pepohonan yang menyusunnya akan kesulitan mendapatkan air. Selanjutnya, penetapan tersebut agar manfaat keberadaan satwa liar untuk mendapatkan daging dan akan menjaga kelembaban udara, dan hal ini tentu akan berdampak langsung bagi hutan Leuser, sebagaimana kita rasakan memanen buah dan biji tumbuhan untuk menghasilkan oksigen melalui proses produksi perikanan sungai, perikanan pantai saat ini, dapat terus lestari sampai generasi- kebutuhan sehari-hari. fotosistesis yang diawali dengan penyerapan maupun perikanan budidaya.” generasi berikutnya. Kehidupan manusia sangat • Berbagai jenis tumbuhan menjadi sumber karbon dioksida. “Sebaliknya,” kata petugas tersebut, “Apabila tergantung pada hutan karena menyediakan obat tradisional. Masyarakat sekitar hutan • Sumber perikanan. Serasah pepohonan kelestarian hutan Leuser dapat terjaga, berbagai berbagai kebutuhan hidup manusia. Leuser dengan tingkat akses yang rendah yang terdekomposisi mengandung hara manfaat proses-proses lingkungan dan jasa Seusai menjelaskan keanekaragaman hayati dengan sarana kesehatan pemerintah yang tinggi kemudian terbawa air masuk ekosistem akan terus didapatkan yang memberi yang dimiliki TNGL, petugas BBTNGL memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan ke sungai yang menjadikan perairan sungai keuntungan ekonomi tanpa harus memanen tersebut melanjutkan penjelasannya tentang sebagai obat yang telah dilakukan secara sampai pantai menjadi subur. Hal ini sangat atau merusak selama penggunaannya. Meskipun manfaat hutan Leuser yang diawali dengan turun-temurun. penting bagi produktivitas perikanan keuntungan ekonomi itu tidak tercatat dalam ketergantungan manusia terhadap hutan tropis. • Sebagai penghasil air bersih dan segar bagi pantai dan budidaya perikanan di dalam statistik ekonomi nasional, namun penting bagi penduduk, tumbuhan dan satwa melalui dan sekitar Leuser. Hasil perikanan tersebut kelangsungan produk alami yang mempunyai berbagai sungai yang mengalir sepanjang sangat penting bagi masyarakat lokal dan nilai ekonomi tersebut. Jika hutan Leuser tidak tahun. benkontribusi besar dalam pemenuhan tersedia untuk memberi keuntungan, sumber “Diperkirakan sekitar 80% penduduk negara- • Pengontrol erosi tanah. Tajuk pohon yang protein hewani. Selain itu, hasil perikanan pengganti harus ditemukan dengan sumber biaya negara berkembang menggantungkan berlapis mengurangi sebagian besar energi berkontribusi besar bagi pendapatan yang besar, misalnya untuk menemukan sumber kesehatan dan pemenuhan gizinya pada hasil kinetik air hujan, sehingga energinya jauh nelayan dan mendapat keuntungan dari air bersih dan segar, membuat bendungan hutan bukan kayu (HHBK). Dari 500 juta orang berkurang untuk memecah partikel tanah. perdagangan hasil tangkapan dan budidaya pencegah banjir, pengontrol polusi udara dan yang tinggal di sekitar hutan tropika di seluruh tersebut. sebagainya. Tak kalah pentingnya adalah dunia, 150 juta di antaranya merupakan Selain itu serasah menjadi pelindung tanah keberadaan berbagai satwa yang berperan dalam anggota masyarakat lokal (indegeneous berikutnya serta akar tumbuhan akan • Keindahan alam dan ekowisata. Hutan groups) yang menggantungkan kelangsungan mengikat tanah, sehingga akan melindungi Leuser menyediakan pemandangan alam penyerbukan tanaman pertanian serta musuh kehidupannya kepada sumberdaya hutan [15]. tanah dari erosi. Apabila tanah tererosi yang sangat indah. Demikian juga dengan alami hama dan penyakit. Inilah tujuan utama Hutan di TNGL menyediakan mata pencaharian akan menyebabkan tanah menjadi tidak atraksi satwa liar yang dimilikinya. yang ingin dicapai dari kegiatan konservasi dan berbagai sumberdaya setidaknya bagi 4 subur sehingga pertumbuhan tumbuhan Kekayaan tersebut menjadi daya tarik yang TNGL.” juta penduduk yang hidup di sekitarnya [10]. kuat bagi turis baik domestik maupun Kehidupan penduduk sekitar Leuser serta akan berkurang. Selain itu, partikel tanah Kemudian Ilham bertanya, “Pak berapa nilai satwa liar di dalamnya sangat tergantung yang tererosi akan masuk ke sungai dan mancanegara untuk mengunjungi TNGL. ekonomi yang didapatkan dari konservasi bila pada kelestarian TNGL.” akan membunuh organisme dengan Hal ini tentunya akan berkontribusi bagi dibandingkan dengan, misalnya kayu hutan mengeruhkan air dan mengurangi perekonomian masyarakat lokal, maupun Leuser ditebang kemudian dijual? Apakah kandungan oksigen. perekonomian nasional. nilai ekonominya lebih tinggi dibandingkan Kemudian sang petugas melanjutkan, “Berbagai • Pencegah banjir. Pepohonan dengan tajuk “Nah itu diantara sumberdaya yang disediakan nilai ekonomi yang didapatkan dari kegiatan sumberdaya yang disediakan oleh hutan Leuser berlapis serta keberadaan serasah di lantai oleh hutan Leuser bagi penduduk yang hidup di konservasi?” antara lain adalah [16]: hutan akan mengurangi aliran permukaan sekitarnya,” kata sang petugas TNGL. “Kita bisa

28 29 Ayat-ayat Konservasi Leuser, Anugerah Tak Ternilai “Pertanyaan sangat penting dan sangat bagus” sedangkan sumber pendapatan skenario makhluk hidup lainnya. Lalu, ada kata petugas TNGL. “Siapa yang bisa membantu deforestasi adalah berasal dari keuntungan pertanyaan mendasar yang ada menjawab pertanyaan tadi?” Suasana hening, penjualan kayu [16],” kata sang petugas. dibenak para peserta kunjungan, peserta saling berpandangan, namun tidak ada Selanjutnya sang petugas menjelaskan, termasuk para santri Pondok yang mencoba untuk menjawab. “Berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian PAS. Adakah konservasi alam “Baik,” lanjut petugas TNGL. “Sebelumnya sudah itu nilai ekonomi kegiatan konservasi hutan dalam ajaran Islam? Jika ada, ada penelitian untuk memprediksi berapa nilai Leuser lebih menguntungkan dibandingkan bagaimanakah prakteknya yang ekonomi yang dihasilkan oleh TNGL dengan dengan menebang pepohonan besar yang ada dicontohkan Rasulullah? beberapa skenario, yakni (a) deforestasi, (b) di hutan tersebut kemudian dijual. Total nilai Ketika pertanyaan itu disampaikan konservasi, dan (c) pemanfaatan selektif.” ekonomi dalam waktu 30 tahun yang dihasilkan kepada Ustad Abdurrahman (a) Skenario deforestasi atau kerusakan hutan kegiatan konservasi hutan, pemanfaatan selektif oleh para santrinya, Ustad digambarkan sebagai kegiatan pemanfaatan dan kegiatan deforestasi hutan Leuser secara Abdurrahman mengisaratkan hutan melalui penebangan hutan dengan laju berturut-turut adalah US$ 9,5 milyar, US$ 9,0 akan menjawab secara lebih deforestasi yang sama dengan yang sedang milyar dan US$ 7,0 milyar [16].” mendalam dalam pengajian terjadi terus berlangsung. Akibat kegiatan tematik pada malam Jum’at di tersebut ekowisata tidak berkembang pesantren. Dia teringat pertanyaan “Dengan demikian, kegiatan konservasi dan tingkat investasi internasional untuk santrinya beberapa waktu lalu sumberdaya hutan Leuser memiliki nilai untuk pertanyaan serupa. kegiatan konservasi dan penyerapan karbon ekonomi lebih dari US$ 2,5 milyar (sekitar turun sesuai dengan fungsi ekologi hutan Rp 23,75 trilyun) dibandingkan dengan yang Melalui silaturahim dan diskusi Leuser yang juga turun didapatkan dari kegiatan penebangan kayu dengan petugas BBTNGL, yang menyebabkan deforestasi,” lanjutnya. (b) Skenario konservasi digambarkan Ustad Abdurrahman kini sebagai penghentian seluruh kegiatan (asumsi nilai tukar US$1 = Rp 9.500,-) telah memiliki gambaran yang yang menyebabkan kerusakan hutan semakin jelas tentang konservasi (deforestasi). Ekowisata berkembang secara “Jadi, hutan Leuser selain menyediakan air bagi alam, sebagaimana banyak maksimum dan invenstasi internasional jutaan penduduk Aceh dan Sumatera Utara didengungkan dunia akademis untuk kegiatan konservasi dan penyerapan melalui aliran sungai dan mata air dari hutan dan LSM. karbon tinggi seiring dengan terpeliharanya Leuser, juga sangat penting sebagai rumah Kini, meskipun dalam kitab- fungsi ekologis hutan Leuser keanekaragaman hayati, yakni flora fauna yang kitab syar’i yang dibacanya tidak (c) Skenario pemanfaat selektif adalah sangat kaya, pencegah erosi dan banjir serta ada kata ‘konservasi’, tapi dia kerusakan hutan alam secara nyata selalu menghasilkan udara bersih yang sangat yakin akan dapat menjelaskan berkurang dan dilakukan kegiatan dibutuhkan makhluk hidup, termasuk kita umat konservasi alam dalam ajaran rehabilitasi hutan yang rusak. Pemanenan manusia. Manfaat itu akan terus didapatkan Islam, meskipun istilahnya bukan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dilakukan tanpa harus menebang pepohonan dalam hutan KONSERVASI! bersamaan dengan ekowisata. Investasi Leuser” kata sang petugas. “Itulah beberapa internasional diperkirakan lebih rendah alasan mengapa kita harus melestarikan hutan namun tetap nyata. Sebagian jasa ekologis Leuser” tambah sang petugas. terpelihara. Para peserta kunjungan dari kelompok “Sumber pendapatan pada skenario konservasi FORDALING kini semakin memiliki dan pemanfaatan selektif berasal dari suplai pengetahuan betapa pentingnya nilai konservasi air, pencegahan banjir, wisata dan pertanian, hutan Leuser bagi kehidupan manusia dan

Air terjun Saringgana di Desa Sulkam, Kutambaru, Langkat. Kawasan ini 30 31 Ayat-ayat Konservasi memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata Leuser Leuser, Anugerah Tak Ternilai (photo: Indra) BAGIAN 3 Refleksi Banjir Bandang Bukit Lawang 2003

Bagian ini secara khusus berisi kilas balik banjir bandang Bukit Lawang 2003, kemudian diikuti dengan ulasan dalam pandangan al Qur’an dan Sunnah: Salahkan Hujan? Pada bagian akhir bab ini diuraikan tentang tanah longsor. Benarkah hutan yang terjaga baik mampu mencegah banjir dan tanah longsor?

Sungai Bahorok, Bukit Lawang(photo: Arief Arbianto) 32 33 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 Duka di Bulan Suci Salahkah Hujan?

S datang mendekat dan menerjang apa saja yang P ditulis oleh para ulama atau dai. Hari itu mereka aat itu bulan Ramadhan 1424H, bulan nan dilaluinya. Banjir bandang itupun menghantam ada tahun 2003, banjir bandang juga membaca artikel dengan judul: Jangan Salahkan suci dan agung bagi kaum muslimin seluruh Bukit Lawang. melanda kawasan wisata Pacet (Jawa Timur) dan Hujan [19]. dunia. Pada tahun tersebut, awal Ramadhan tanah longsor di Garut (Jawa Barat). Tahun 2005, Musibah banjir bandang Bukit Lawang itu terdapat di pekan akhir bulan Oktober 2003. banjir bandang yang melanda berbagai daerah Sebagaimana pameo dalam masyarakat, bulan sangat dekat dengan lokasi Pondok PAS. Hanya Beberapa saat setelah kejadian tersebut, di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) seperti yang berakhiran ber-ber, seperti September, saja tidak ada korban jiwa dan fisik bagi warga meskipun fakta-fakta kayu gelondongan Kutacane, Aceh Tamiang, Aceh Besar dan Aceh Oktober, November dan Desember setiap tahun pondok, karena pondok berada pada daerah bergelimpangan, banyak pihak terkait yang Tenggara. Berbagai kasus banjir bandang dan menyatakan air bah tersebut disebabkan oleh agar disediakan ember. Kenapa demikian? yang aman dari amukan air bah. Keesokan hari hujan deras dan bukan dipicu oleh penebangan Karena pada bulan yang berakhiran ber-ber tanah longsor seolah terus berulang setiap tahun setelah malam musibah itu, para santri dan liar di daerah hulu yang terdapat di kawasan tersebut adalah musim penghujan. dan sering kita disajikan alasan klasik penyebab guru pondok bahu-membahu bersama warga TNGL. Lalu, kayu-kayu besar yang terpotong banjir bandang dan tanah longsor tersebut dari Ya, waktu itu di daerah Langkat Hulu sedang membantu korban bencana. jelas seperti gergaji mesin (chaisaw) tersebut pihak berwenang, “Banjir atau tanah longsor ini datang dari mana?[18] Apakah pelajaran berlangsung hujan lebat. Air hujan seolah- Air bah yang membawa segala macam material: terjadi karena curah hujan lagi tinggi.” yang bisa kita ambil ketika kita jujur dengan olah ditumpahkan dari langit, tidak ada kayu gelondongan, lumpur, pasir dan bebatuan Sekilas jawaban tersebut masuk akal dan sangat berbagai fakta-fakta itu? hentinya selama beberapa hari terakhir saat menerjang semua yang berada di lembah Sungai logis. Apalagi data BMG menunjukkan memang itu. Hari itu Minggu tanggal 2 November 2003 Bahorok, sungai utama yang mengalir di Bukit curah hujan saat itu lagi tinggi. bertepatan dengan dengan hari ke-8 bulan puasa Lawang. Gelondongan kayu yang besar tersebut Sehingga curah hujan yang (Ramadhan) 1424 H. Ketika takbir dan tahmid beserta material lainnya yang dibawa air bah tinggilah sebagai biang kerok dikumandangkan dengan khusuk mengiringi menyergap semua yang berada di bantaran atau kambing hitam penyebab sholat tarawih, termasuk di Pondok PAS, di sungai. Rumah, pondok wisata, hotel yang banjir bandang dan tanah malam ke-8 Ramadhan tersebut, tiba-tiba suara tersebar di kiri kanan sungai itu pada ketinggian longsor yang memakan korban air bergemuruh di antara derasnya hujan, kurang dari 5 meter permukaan sungai saat nyawa dan harta yang tidak normal hancur terseret air bah. sedikit. Namun ketika ditinjau Kejadian mencekam di malam lebih jauh, apa memang hari sekitar pukul 20.30 wib itu demikian? telah merenggut 154 jiwa tewas atau hilang dari penduduk Pagi itu, setelah sarapan, para asli maupun wisatawan asing santri Pondok PAS sedang dan lokal. Hingga bulan berkerumun di depan papan Februari 2004 tercatat 80 orang untuk menempel koran bagi dinyatakan tidak ditemukan penghuni pondok. Tampak jasadnya [17]. Ilham dan Syaiful serta santri Inna lillahi wa inna ilaihi lainnya sedang membaca berita rojiun. di koran Republika. Salah satu kolom favorit mereka adalah Ribuan kubik kayu gelondongan turut terbawa dalam banjir bandang Banjir Bandang Bukit Lawang 2003(Photo: www.sumutcyber.com) kolom “Hikmah” yang biasa Bukit Lawang 2003(Photo: www.yelweb.org)

34 35 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 Jangan Salahkan Hujan* Oleh: KH Yusuf Supendi Hutan dan Banjir

Allah SWT berfirman, ”Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa T menghilangkannya.” (QS al Mu’minun [23]:18). Allah SWT memberikan nikmat kepada aujih K.H. Yusuf Supendi hamba-Nya dengan beranekaragam nikmat yang sulit dihitung dan dikalkulasikan. dalam kolom hikmah harian Republika itu sangat Di antara nikmat-Nya adalah menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan manusia yang berpengaruh bagi para cukup dan memadai untuk mengairi pertanian, kebutuhan minum, dan kebutuhan lainnya. santri PAS. Mereka juga Allah SWT menetapkan dan melestarikan air hujan melalui sungai-sungai, mata air, sawah, ingin tahu lebih banyak, dan rawa, setu, gunung, bukit-bukit, dan air diserapkan ke daratan dan perut bumi serta menetap pada malam pengajian di di bumi sebagai cadangan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya. pondok, mereka bertanya kepada guru yang mengajar, Allah SWT menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Tidak terlalu yakni Ustad Luthfi. Sehingga banyak yang berakibat banjir, dan tidak terlalu kurang yang berakibat kekeringan. Namun kajian hutan, hujan dan banjir Allah SWT jualah yang berkuasa untuk menentukan lain — menghilangkan dan menyetop menjadi pembicaraan hangat pengajian malam itu. Banjir bandang Bukit Lawang 2003 menimbulkan kerugian material air hujan sehingga terjadi kemarau panjang atau mencurahkan hujan lebat terus-menerus dan jiwa(Photo: www.sumutcyber.com) sehingga terjadi banjir. Pada akhir pengajian, Ustad Luthfi menyampaikan bahwa Allah SWT sangatlah berkuasa dan punya wewenang penuh menentukan sesuatu sesuai ia akan menulis kepada kehendak-Nya, terutama bila manusia kurang bersyukur dan kufur nikmat. ”Maka rekannya yang menjadi terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari dosen di perguruan tinggi di awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, Medan untuk menanyakan lalu mengapa kamu tidak bersyukur.” (QS al Waaqi’ah [56]: 68-70). pandangan ilmiah atau orang kampus tentang kejadian banjir Nah, ketika terjadi banjir, yang jadi pertanyaan, salahkah hujan? Pada dasarnya, banjir tersebut. Selang beberapa dapat diantisipasi bila Pemerintah Pusat dan Pemda punya program jelas serta masyarakat waktu kemudian, datanglah memiliki kesadaran dan peduli lingkungan. Firman Allah menyiratkan, ”Air hujan mestinya jawaban dari rekan Ustad diserapkan ke bumi.” Namun yang terjadi, kantong-kantong penyangga seperti sawah, setu, Luthfi tersebut. dan rawa banyak yang hilang serta berubah menjadi perumahan dan perkantoran megah. Surat jawaban itu kemudian juga ditempel di papan tempat Banjir bandang Bukit Lawang 2003(Photo: Sumut Pos) Di hulu, pembalakan dan penggundulan hutan merupakan sumber utama datangnya banjir biasa koran ditempel. di berbagai wilayah Indonesia. Curah hujan dengan intensitas tinggi, rendahnya kemampuan tanah menyerap air berakibat rentannya terjadi banjir dan longsor. Salahkah hujan?

Petunjuk Allah dalam Al Quran sudah ada. Undang-undang sudah dibuat. Saatnya bagi penyelenggara negara dan rakyat tidak berlaku sebagai ‘pemadam kebakaran’ semata, tapi mengutamakan langkah antisipasi dan preventif. Belum terlambat untuk memulai.

* Bagian ini merupakan artikel kolom Hikmah Harian Republika oleh KH. Yusuf Supendi dengan judul “Jangan Salahkan Hujan”

36 37 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003

Banjir bandang Bukit Lawang 2003(Photo: www.sumutcyber.com) Hutan, Hujan, Banjir, dan Tanah Longsor akan diresapkan ke dalam tanah, sangat sedikit yang menjadi aliran air permukaan, yakni hanya 0,1 atau 10% dari curah hujan yang terjadi, sehingga potensi banjir sangat Ba’da tahmid dan syalawat. kecil pada daerah demikian.

Para pengasuh dan santri Pondok PAS yang mulia. Suatu kehormatan bagi kami mendapat Namun, jika hutan tersebut dikonversi menjadi areal non-hutan apalagi lahannya surat dari Ustad Luthfi yang mewakili para penghuni pondok. Berikut penjelasan kami. dipadatkan, atau tanahnya dibeton, koefisiennya akan meningkat mendekati angka 1. Artinya hampir 100% curah hujan yang ada menjadi aliran permukaan, sehingga potensi Fenomena kejadian banjir dan tanah longsor yang meningkat seiring meningkatnya banjir bandang sangat besar, apalagi areal demikian terdapat di daerah hulu dan kerusakan hutan dan lahan, saya yakin kita semua tahu dan paham. Apalagi pejabat yang topografinya curam. Sebaliknya, pada musim kemarau kekeringan akan melanda karena mengurusi rakyat dengan tingkat pendidikannya yang di atas rata-rata. Dimana sejak SD air hujan telah mengalir semua saat musim penghujan. sampai SMA ada pelajaran IPA yang diantara materinya ada yang terkait dengan topik yang sedang kita bicarakan ini. Jadi, apa mungkin pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu Kondisi yang sama juga terjadi saat banjir bandang melanda Bahorok tahun 2003 atau di harus berbuat apa buat rakyatnya? Jember di awal tahun 2006. Kasus di Bahorok, karena hutan di hulunya di pergunungan Leuser banyak yang gundul akibat penebangan haram atau yang lebih dikenal dengan Contoh berikut bisa memberikan gambaran tentang peranan hutan dalam mencegah banjir. illegal logging dan perambahan [21, 22, 23] – meskipun banyak yang memperdebatkan. Pada tahun 1968 mulai dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan di Daerah Aliran Lalu, kayu gelondongan berserakan pasca banjir bandang itu berasal dari mana? [18] Sungai (DAS) Citanduy, Jawa Barat dan berhasil. Sementara di Jember dilaporkan hutan di pegunungan Argopuro yang merupakan daerah Ketika dibandingkan perbandingan aliran air maksimum (Qmaks) dan aliran air minimum hulu dengan kelerengan yang cukup tajam juga dalam kondisi rusak. Sehingga ketika (Qmin) antara tahun 1968 saat mulai reboisasi dengan tahun 1983 diketahui bawa musim hujan, sisa hutan yang ada yang telah rusak tidak sanggup lagi menyimpan air dan perbandingan Qmaks dan Qmin menurun dari 813:1 pada tahun 1968 menjadi 27:1 pada menahan tanah dari erosi dan longsor. Maka air banjirpun membawa lumpur tanah. tahun 1983. Bersamaan dengan itu aliran air tahunan turun dengan drastis dari 9.300 juta m3 (tahun 1968) menjadi 3.500 juta m3 (tahun 1983) [20]. Hasil penelitian Fakultas Kehutanan IPB dalam periode 1978 – 2004 [24] juga bisa menjelaskan hal tersebut. Pada areal berhutan lebat, laju erosi tertingginya hanya 0,02 Arti dari data tersebut adalah ketika hutan rusak, maka saat musim hujan debit (volume) ton/ha/th. Jika hutan lebat tersebut kemudian berubah menjadi semak belukar, maka air yang mengalir, seperti di sungai sangat besar atau sungainya meluap, namun saat musim laju erosinya meningkat menjadi 2,09 ton/ha/th atau meningkat hampir 105 kali lipat. kemarau debit sungainya sangat kecil. Ini terjadi tahun 1968. Namun ketika reboisasi Selanjutnya apabila menjadi lahan gundul tanpa vegetasi, maka laju erosinya meningkat dan penghijauan di daerah tersebut berhasil, maka pada tahun 1983 ketika dilakukan secara spektakuler, yakni mencapai 514,00 ton/ha/th atau meningkat 25.700 kali lipat pengukuran ulang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang besar antara debit dari areal berhutan. Sangat bisa dibayangkan, betapa besar peluang banjir bandang sungai di musim hujan dan di musim kemarau atau dalam arti kata aliran air sungai stabil membawa lumpur ketika hutan digunduli saat musim hujan. dan tidak fluktuatif antar kedua musim tersebut. Tentu hal ini menyebabkan saat musim hujan potensi banjir sangat kecil, demikian pula dengan potensi kekeringan di musim Selanjutnya, pada tanah yang tidak stabil penebangan hutan menaikkan hampir lima kemarau juga tidak terjadi. kali kejadian longsor dan volume tanah yang longsor meningkat tiga kalinya. Pembuatan jalan untuk penebangan meningkatkan 50 kali pada kejadian longsor dan volume tanah Hal sebaliknya terjadi di DAS Citarum, dalam periode 1919-1923 rata-rata 47% curah yang longsor meningkat 30 kali [20]. Dengan demikian, hutan sangatlah penting untuk hujan menjadi aliran air sedangkan pada periode 1970-1975 rata-rata tersebut meningkat pengendalian tanah longsor. menjadi 52%. Hal tersebut diakibatkan oleh luas hutan yang telah berkurang 33% di kawasan tersebut [20], sehingga potensi banjir meningkat saat musim hujan dan potensi Dari berbagai fakta dan kejadian serta hasil penelitian ilmiah, sudah sangat jelas kaitan kekeringan juga meningkat saat musim kemarau. kerusakan hutan dan lahan terhadap meningkatnya potensi banjir dan tanah longsor.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pada DAS yang berhutan resiko banjir menjadi Cukuplah bencana banjir dan tanah longsor tersebut sebagai penyadaran bagi kita kecil karena mempunyai koefisien air larian yaitu 0,001-0,1 (rasio antara aliran air semua. Jadilah bagian dari solusi, bukan menjadi bagian masalah. Lingkungan adalah permukaan dan aliran air dasar). Artinya pada DAS yang berhutan, sebagian besar air hujan milik bersama, mari jaga dan kelola lingkungan secara arif, bersama dan berkelanjutan untuk kemakmuran umat manusia sebagaimana tujuan penciptaannya. Semoga!

38 39 Ayat-ayat Konservasi Refleksi Banjir Bukit Lawang 2003 BAGIAN 4 Konservasi Alam di Zaman Rasulullah

Pada bagian ini diuraikan konservasi atau pelestarian alam yang dilakukan di zaman Rasulullah. Meskipun istilahnya bukan konservasi, namun prinsip, semangat dan praktek konservasi telah dilakukan Rasulullah dan sahabatnya melalui kawasan lindung (hima), kawasan larangan (al Harim), dan menghidupkan lahan yang terlantar (Ihya al mawaat) serta pemenuhan hak-hak hidupan liar, baik satwa maupun tumbuhan.

Sungai Buluh, Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser(photo: FFI)

40 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 41 Institusi Islam untuk Konservasi Sumberdaya Alam

S 5. Fiqih Lingkungan [29] etelah kunjungan ke TNGL, para pengasuh Kita juga dapat membaca berbagai buku dan Pondok PAS sepakat untuk mengangkat tema artikel yang dihasilkan oleh para ulama, aktivis tersebut. Setiap pengasuh pengajian malam lingkungan dan akademisi muslim di Indonesia Jumat tersebut diminta membaca, mengkaji dan yang membahas topik Islam dan konservasi atau mendalami ajaran Islam terkait tema tersebut berbagai pendekatan konservasi dengan nilai- berdasarkan al Qur’an dan kitab-kitab klasik serta nilai di Indonesia, seperti: buku-buku terbaru yang relevan. Kesepakatan 6. Konservasi Alam dalam Islam [30] para pengasuh tersebut kemudian diumumkan melalui papan pengumuman pondok. 7. Merintis Fiqih Lingkungan Hidup [1] 8. Proceeding Colloqium on Islamic Environmental Berikut isi pengumuman tersebut: Law (Fiqh al Biah) [31] Para santri Pondok PAS yang dirahmati 9. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam Allah SWT. untuk Konservasi [32] Praktik konservasi alam berbasis nilai-nilai Islam patut dipertahankan demi terjaganya kawasan Menindaklanjuti kunjungan kita bersama 10. Berbagai artikel tentang Islam dan hutan dan ekosistemnya. Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara (Photo: Mustaqim) FORDALING pada pekan lalu ke Taman konservasi dalam berbagai pertemuan, Nasional Gunung Leuser (TNGL), pengasuh maupun yang ditulis diberbagai media Pondok PAS bersepakat untuk mulai malam Selamat belajar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Buku dan artikel tersebut mendasarkan kajiannya Jumat pekan ini dan beberapa pekan berikutnya, terhadap prinsip dan praktek perlindungan dan Berdasarkan berbagai rujukan tersebut, terdapat beberapa Institusi Islam untuk Pembangunan yang pengajian tematik akan membahas tema Islam pelestarian yang dilakukan di zaman Rasulullah, Berkelanjutan dan Konservasi Sumberdaya Alam (Islamic Institutions for Conservation and Sustainable dan konservasi alam. Beberapa ma’raji (pustaka) serta ada juga yang mengaitkan dengan praktek Development of Natural Resources), yaitu: berupa buku dan artikel yang dapat dibaca konservasi alam yang dilakukan saat ini. adalah: Insya Allah syariat Islam terkait konservasi 1. Hima - kawasan yang dilindungi untuk kemaslahatan umum dan pengawetan habitat alami. 1. Environmental Protection in Islam [25] sumberdaya alam dan pembangunan yang Termasuk di dalamnya adalah al-Haramaan, yakni daerah sekitar Mekah dan Madinah yang berkelanjutan tersebut akan dibahas dalam 2. al Hima: A Way of Life [26] merupakan kawasan cagar yang terlarang untuk menebang pohon/tumbuhan serta berburu pengajian tematik setiap malam Jum’at mulai 3. al Ahkam as Sulthaniyyah [27] binatang pekan ini sampai selesai. Pada kajian semester 4. A History of The Hima Conservation System ini, secara khusus akan dibahas 3 (tiga) institusi 2. Al-Harim - zona larangan lindung. [28] konservasi, yaitu Hima, al-Harim dan Ihya al- 3. Ihya al-mawaat - menghidupkan lahan yang terlantar dengan cara reklamasi atau memfungsikan Selain itu dapat juga membaca hasil pertemuan Mawaat. Sisanya, 3 (tiga) institusi lainnya akan kawasan tersebut agar menjadi produktif. para ulama dari berbagai pondok pesantren yang dibahas pada semester berikutnya. 4. Iqta - lahan yang diijinkan oleh negara untuk kepentingan pertanian sebagai lahan garap untuk berasal dari berbagai penjuru Indonesia pada Bahan rujukan telah tersedia di perpustakaan pengembang atau investor. tahun 2004 di Lido, Sukabumi yang mengagas pondok, meskipun dalam jumlah terbatas dan fiqih lingkungan, sehingga menghasilkan didapatkan dari sumbangan donatur dan ada 5. Ijarah - sewa tanah untuk pertanian. laporan tentang: yang dibeli. 6. Waqaf - lahan yang dihibahkan untuk kepentingan publik (umat).

42 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 43 suku nomaden yang cerdik menggunakan hima untuk Hima: Kawasan Lindung kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Menurut Ash- Shafi‘i, seorang ilmuwan Muslim di era keemasan, M konservasi [33], namun semangat, prinsip dan pada masa pra-Islam, hima alam Jum’at seperti biasa adalah kajian prakteknya sejalan dengan konservasi yang digunakan sebagai alat untuk tematik yang berisikan kajian tema tertentu dikenal hari ini dan ditujukan bagi kelestarian melakukan penindasan terkait hal-hal aktual. Ustad Abdurrahman yang lingkungan kita, dimana kita diperintahkan terhadap suku-suku lain [28].” mendapat mengisi pengajian pertama setelah oleh Allah SWT untuk memakmurkan bumi,” “Selain itu, dalam beberapa kunjungan ke TNGL telah menyiapkan materi Hutan lindung masyarakat di Desa Kaperas (Photo: bDoel eSTe) kata Ustad Abdurrahman. “Malam ini, saya tulisan,” lanjut Ustad tentang pelestarian alam dalam Islam, sesuai akan menjelaskan salah satu bentuk kawasan Abdurrahman, “Disebutkan dengan pengumuman yang ditempel di papan konservasi dalam Islam yang disebut dengan pengumuman pondok. Hima, yang dulu waktu kuliah di Arab Saudi bahwa hima merupakan salah satu istilah yang Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan binatang- tepat untuk diterjemahkan menjadi kawasan binatangnya tidak boleh diburu (HR. Muslim) [26]. Setelah tahmid dan syalawat, Ustad Abdurrahman pernah saya kunjungi.” lindung atau protected area (dalam istilah Sahabat Abu Hurairah mengatakan: Bila aku mengawali kajian malam ini dengan bercerita sekarang) [26, 30, 34]. Hima juga merupakan menemukan rusa di tempat antara dua lava mengalir, pengalamannya kuliah di Universitas Madinah, Hima merupakan kawasan yang dilindungi istilah yang paling mewakili untuk diketengahkan aku tidak akan mengganggunya; dan dia (Nabi) juga Arab Saudi. “Saat liburan kuliah, dahulu saya untuk kemaslahatan umum dan pengawetan sebagai perbandingan kata dan istilah untuk menetapkan dua belas mil sekeliling Madinah sebagai dan kawan-kawan pernah berwisata ke kawasan habitat alami. Hima adalah suatu kawasan kawasan konservasi: taman nasional, suaka alam, kawasan terlindung (hima) (Riwayat Muslim) [28]. Hima Quraysh di sebelah barat Ta’if, kawasan yang khusus dilindungi oleh pemerintah (Imam hutan lindung dan suaka margasatwa [32, 34]. Nabi juga melarang masyarakat mengolah tanah Mekah. Kami juga pernah mengunjungi Negara atau Khalifah) atas dasar syariat tersebut karena lahan itu untuk kemaslahatan kawasan Hima Jabal Ral di tenggara al Wajh, guna melestarikan (mengkonservasi) dan mengelola hutan dan semak belukar, daerah umum dan kepentingan pelestarian [25, 35]. kawasan Tabuk. Apakah itu hima? Nanti akan “Sesungguhnya pionir hima dicontohkan pada aliran sungai (DAS; watersheds), dan hidupan Dalam sebuah hadistnya Rasulullah bersabda: saya jelaskan,” kata Ustad Abdurrahman. dua kota suci (Mekah dan Madinah) sejak liar (wildlife) [25, 26]. zaman Rasulullah Muhammad SAW. Beliau tidak ada hima kecuali milik Allah dan Rasulnya “Siapa yang sudah membaca bahan rujukan, mengumumkan hal itu saat penaklukan Mekah (Riwayat Al Bukhari).” seperti yang disarankan dalam pengumuman?” melalui sabdanya : Suci karena kesucian “Oleh karena itu, hima sebagai upaya konservasi tanya Ustad Abdurrahman. Sebagian besar Jadi, tujuannya sangat mirip dengan konservasi yang diterapkan Allah padanya hingga hari alam dalam ajaran Islam telah berumur lebih santri mengangkat tangan tanda telah membaca, kawasan hutan Leuser yang bernama TNGL kebangkitan. Belukar pohon-pohonnya tidak dari 1.400 tahun,” kata Ustad Abdurrahman meskipun belum secara keseluruhan. Ustad yang kita kunjungi pekan lalu,” kata Ustad boleh ditebang, hewan-hewannya tidak menjelaskan. Abdurrahman tersenyum mendapat respon dari Abdurrahman. boleh diganggu...dan rerumputan yang para santrinya yang menunjukkan semangat baru tumbuh tidak boleh dipotong (Riwayat “Dalam catatan sejarah, meskipun keterangannya Muslim) [25, 26].” belajar dan menuntut ilmu. masih diragukan, masyarakat Arab telah “Praktek ini merupakan cara konservasi tertua “Buku-buku dan artikel tersebut penting mengenal hima sebagai instrumen konservasi Kemudian beliau melanjutkan “Rasulullah yang dijumpai di Semenanjung Arabia, bahkan dibaca dan dipelajari untuk meningkatkan sebelum kedatangan Rasulullah SAW. Pada pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah mungkin tertua di dunia [26] dan diakui FAO sebagai contoh pengelolaan kawasan lindung pengetahuan dan pemahaman kita tentang era pra-Islam, hima sering digunakan untuk sebagai hima guna melindungi lembah, padang paling bertahan di dunia [25, 26] dan diusulkan ajaran Islam terkait konservasi atau pelestarian melindungi suku-suku nomaden tertentu dari rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya FAO untuk dikembangkan di Syria berdasarkan [25, 26] melalui sabdanya : Sesungguhnya Ibrahim alam. Selama ini kita masih kurang mendalami musim kemarau yang panjang. Hima yang hasil penelitian ahli FAO untuk Syria, yakni hal-hal ini, padahal merupakan bagian ajaran cenderung subur karena mengandung banyak memaklumkan Mekkah sebagai tempat suci dan Omar Draz yang mengkaji sistem hima di Arab Islam. Meskipun istilah yang digunakan air dan rumput digunakan sebagai tempat sekarang aku memaklumkan Madinah, yang terletak Saudi di awal tahun 1960-an [25, 28]. dalam al Qur’an dan kitab-kitab klasik bukan menggembala ternak. Para pemimpin suku- antara dua lava mengalir (lembah), sebagai tempat suci.

44 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 45 untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan bahwa Umar bin Khattab RA mempekerjakan hima tradisional sebagai berikut: kesejahteraan umum; pembantunya yang bernama Hani di hima (lahan 1. Penggembalaan dilarang, tetapi rumput Kini, hima diakui secara internasional sebagai konservasi), Umar berkata kepada Hani: Bersikap institusi tradisional yang berhasil sebagai 3. harus terbebas dari kesulitan pada dapat dipotong dengan menggunakan kegiatan konservasi alam berbasis prinsip- masyarakat setempat, yakni tidak boleh ramahlah kepada orang dan hindarilah doa orang tangan pada waktu dan tempat yang prinsip ajaran Islam pada negara-negara mencabut sumber-sumber penghidupan yang teraniaya (karenamu), karena doa orang ditentukan terutama di musim kering; muslim tanpa membutuhkan institusi atau mereka yang tak tergantikan yang teraniaya itu dikabulkan. Izinkanlah masuk rumput yang telah dipotong dibawa ke luar nilai asing dalam penerapannya, meskipun 4. harus mewujudkan manfaat nyata yang orang-orang yang mencari rumput dan air. Kalau kawasan hima untuk ternak mereka. dengan beberapa modifikasi yang diusulkan lebih besar untuk masyarakat ketimbang (Abdurrahman) bin Auf dan (Usman) bin Affan dalam mengadopsi sistem tersebut di berbagai 2. Perlindungan tumbuhan berkayu di masih punya kebun kurma dan sawah jika ternak wilayah lainnya [28].” kerusakan yang ditimbulkannya [26].” dalamnya dari penebangan, misalnya mereka mati. Sambil mengangguk, Ustad Abdurrahman terhadap pohon (misalnya Juniperus procera, berkata, “Benar Teuku.” Selanjutnya Ustad Kalau ternak mereka (para pencari rumput dan air) Acacia spp., Haloxylon persicum) atau “Apa persyaratan sebuah hima?” tanya Ustad Abdurrahman melanjutkan penjelasannya mati, mereka datang kepadaku dengan anak-anak pemotongan dahan terlarang atau diatur, Abdurrahman. tentang praktek hima yang dilakukan setelah mereka menuntut: ’Hai amirul mukminin, mengapa pada umum penebangan pohon dilarang engkau terlantarkan mereka? (dengan kelaparan) kami kecuali untuk keperluan mendesak sekali. Setelah mengangkat tangan, Teuku yang dari Rasulullah wafat. hanya membutuhkan air dan padang rumput, bukan tadi dengan tekun mendengarkan penjelasan “Ketika Khalifah Umar memerintah, lahan hima 3. Pengolahan lahan telah diatur sebagai emas dan ’. Demi Allah, mereka menganggapku sang guru, dengan suara yang jelas menjawab, dikelola dengan baik oleh seorang manajer berikut: (a) penggembalaan dan pemotongan telah menganiaya mereka, karena lahan konservasi “Dalam hukum Islam, sebuah hima harus (pengelola hima) dan memiliki fleksibilitas rumput diperbolehkan berdasarkan musim itu adalah kampung mereka. Mereka berperang memenuhi empat persyaratan yang berasal dalam hal-hal tertentu terutama untuk meng- tertentu untuk memberikan peluang pada untuk mempertahankannya pada masa jahiliyah, dari praktik Nabi Muhammad SAW dan para akomodasi warga miskin yang tinggal di seputar pertumbuhan alamiah, setelah rumput mereka masuk Islam karenanya. Demi zat yang khalifah, yaitu: kawasan karena Islam mengajarkan supaya tumbuh atau kemudian berbunga dan menguasai nyawaku, kalau bukan karena harta yang manajer kawasan bertindak mengayomi warga berbuat, atau; (b) dalam tahun dimana 1. harus diputuskan oleh ‘imam’, yakni bisa dimanfaatkan untuk jalan Allah, aku tidak akan yang ada di sekitarnya. Gambaran ini bisa dilihat penggembalaan diizinkan pada putaran pemerintahan yang sah (memiliki mengkonservasi sejengkal tanah pun dari kampung dari dialog Khalifah Umar RA dengan Hunay tahun hal ini harus dibatasi hanya pada legitimasi) mereka” (Shahih al Bukhari Juz 3 halaman 1113 (Hani) seorang manajer hima ketika beliau jenis ternak tertentu misalnya hanya pada 2. harus dibangun sesuai ajaran Allah, yakni No 2894) [29]. mengadakan inspeksi. jenis sapi perah atau hewan darat, atau, “Riwayat di atas memberikan gambaran tentang (c) dimana hanya sejumlah ternak terbatas “Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya menceritakan kawasan konservasi yang dikelola dengan yang diizinkan untuk merumput pada saat baik. Pada sisi lain, tidak menafikan akan waktu tertentu saat musim kering. adanya konflik dengan masyarakat sekitar yang 4. Kawasan perlindungan untuk peternakan berkepentingan terhadap lahan tersebut. Oleh lebah, dimana penggembalaan dalam sebab itu, petuah Umar ibnu Khattab kepada musim tertentu dilarang atau sama sekali pegawainya tentang memperbolehkan orang dibiarkan selama lima bulan dalam setahun yang tidak mampu untuk masuk ke kawasan (termasuk pada saat musim semi) dan konservasi merupakan contoh yang sangat penggembalaan diperbolehkan setelah baik dan pantas direnungkan [28],” kata Ustad musim bunga berakhir. Abdurrahman. 5. Kawasan ini digunakan untuk konservasi “Salah satu kelebihan hima adalah sifatnya yang ibex (sejenis kambing gunung, di Timur adaptif yang dapat diatur atas dasar kesepakatan Tengah) [26]” dengan keperluan lahan dari masyarakat yang “Hingga kini,” lanjut Ustad Abdurrahman, Praktik hima’di masyarakat Desa Ketambe, Aceh Tenggara dalam ada di sekitar kawasan tersebut. Peneliti-peneliti bentuk pelestarian hutan lindung masyarakat. (Photo: Indra) “Hima diketahui menyebar dipraktikkan dari yang bekerja di Saudi Arabia mencatat tipe-tipe

46 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 47 kawasan Afrika Utara hingga Asia Tengah, luas yang berbeda-beda, dari beberapa hektar dikutip Kilani dalam bukunya.[26].” Rasulullah SAW, maka hukum perlindungan termasuk Timur Tengah dan Lebanon. Sebagai sampai ratusan kilometer persegi [26], dan “Mengapa hima yang telah hadir sejak 1.400 lahan tersebut tetap eksis, dan menghidupkannya suatu khazanah dan tradisi perlindungan berbeda dengan kawasan lindung sekarang lalu masih bertahan sampai saat ini, dan diakui (mengalihfungsikan) tidak diperbolehkan. Apalagi alam yang baik, kini hima telah diketahui yang umumnya mempunyai luasan yang sangat lembaga dunia seperti FAO dan IUCN sebagai sebab perlindungan tanah tersebut sifatnya abadi. secara internasional sebagai langkah variatif besar.” Kemudian Ilham melanjutkan, “Sebagai salah satu bentuk konservasi alam yang baik?” Siapa pun orangnya tidak boleh menentang hukum untuk merespon dan mencapai pembangunan contoh Hima al Rabadha, yang dibangun oleh tanya Ustad Abdurrahman. Rasulullah SAW dengan cara membatalkan kawasan berkelanjutan di kawasan-kawasan tersebut.” Khalifah Umar ibn al Khattab dan diperluas lindung (hima) beliau,” kata Syaiful menjelaskan Tak berapa lama kemudian Syaiful mengangkat oleh Kalifah Usman ibn Affan, adalah salah jawabannya. Upaya ini misalnya, tercermin pada usaha untuk tangan dan menjawab, “Alasan utama mengapa satu yang terbesar, membentang dari tempat mendirikan kawasan lindung di zona laut Pulau hima masih bertahan adalah karena keyakinan Tak terasa, malam telah larut. “Pengajian malam ar Rabadhah di Barat Najed sampai ke dekat Misali, Zanzibar Afrika Selatan. Di kawasan (nilai) bahwa kawasan tersebut dilindungi oleh ini kita cukupkan dulu” kata Ustad Abdurrahman. kampung Dariyah. Di antara hima tradisional ini, organisasi lingkungan Islamic Foundation for hukum Allah dan Rasul-Nya, sehingga alih “Namun sebelum ditutup, sekarang kita paham adalah lahan-lahan penggembalaan yang paling Ecology and Environmental Science (IFEES) berhasil fungsi terhadap hima sangat ditentang. Hima bahwa konservasi alam telah dicontohkan oleh baik dikelola di semenanjung Arabia; beberapa meletakkan landasan: dimana syariah mampu juga telah memberikan banyak sekali manfaat Rasulullah dan diteruskan oleh para khalifah, di antaranya telah dimanfaatkan secara benar berkontribusi untuk perlindungan sumberdaya bagi kehidupan manusia dan alam sekitarnya. dan alhamdulillah sampai saat ini masih tetap untuk menggembala ternak sejak masa-masa laut yang ada di kawasan tersebut [32]. Imam Al-Mawardi dalam bukunya [27] menulis: terjaga sampai saat ini. Saatnya bagi kita untuk awal Islam dan merupakan contoh pelestarian Conservation International bekerjasama dengan Jika tanah telah resmi dilindungi secara hukum, mengamalkannya di lingkungan terdekat kita.” kawasan penggembalaan yang paling lama IFEES telah membantu inisiasi masyarakat kemudia ada orang yang datang dengan maksud “Insya Allah, Ustad” sahut para santri menyambut bertahan yang pernah dikenal. Sesungguhnya Mandailing Natal yang mayoritas muslim dan menghidupkannya dan membatalkan perlindungan ajakan sang guru. Kemudian pengajian malam beberapa sistem kawasan lindung diketahui memiliki banyak pondok pesantren untuk terhadapnya, maka tanah tersebut harus dilindungi. Jumat ditutup dengan doa bersama. memiliki riwayat yang sama lamanya dengan membangun hima berupa Taman Nasional Jika tanah tersebut termasuk yang dilindungi Batang Gadis dengan sistem hima [26].” hima-hima tradisional [32].” “Bagus sekali Ilham,” kata Ustad Abdurrahman. Lalu Ustad Abdurrahman menambahkan Di zaman modern ini, dorongan untuk penjelasannya, “Hima yang lahir di Semenanjung mendirikan hima, sebenarnya didasari oleh Arabia yang diperkenalkan Rasulullah kemudian keinginan untuk mencontoh sunah Nabi SAW berkembang luas di wilayah tersebut. Hima dalam perlindungan dan perawatan sumber daya alam, sebagai suatu langkah alternatif tersebut ada yang dikelola masyarakat lokal, menghimbau muslim agar menyadari dan namun ada pula yang dikelola oleh pemerintah memelihara khazanah alam dan mensyukuri pusat [28]. Pada tahun 1960-an diperkirakan apa yang dimilikinya berdasarkan prinsip- terdapat 3000 hima di Saudi Arabia, mencakup prinsip etika Islam. sebuah kawasan luas di bawah pengelolaan konservasionis dan berkelanjutan. Hampir setiap desa di barat laut pegunungan itu termasuk ke Kemudian Ustad Abdurrahman bertanya, dalam salah satu atau lebih hima, yang terkait “Berapa luas suatu kawasan hima? Apakah juga dengan sebuah perkampungan sebelahnya. luasnya sama dengan kawasan lindung yang Hima-hima ini bervariasi dari 10 sampai 1000 kita kenal sekarang?” hektar. Hima tradisonal dibangun pada areal Ilham yang telah membaca buku “Al-Hima: A yang luas melalui konservasi dan pemanfaatan Way of Life” [26] dan beberapa buku lainnya yang berkelanjutan, sehingga kawasan tersebut mengangkat tangan dan kemudian menjawab, terkelola dengan baik di Semenanjung Arabia, “Dalam sejarahnya, hima memiliki ukuran seperti yang dikatakan oleh Llewellyn dan Sungai Lawe Alas, Aceh Tenggara(photo: Mustaqim)

48 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 49 Kemudian Ustad Salman menyampaikan perlindungan kawasan di bawahnya, dan (b) sebuah aksioma, “Bukankah air penting dalam kawasan perlindungan setempat.” Al Harim: Zona Larangan kehidupan kita, termasuk dalam pelaksanaan Selanjutnya Ustad Salman mengajak para santri ibadah kita?” membaca aturan dalam Keppres tersebut. Dalam Para santri yang hadir dan mendengarkan Keppres tersebut antara lain diatur: dengan perhatian penuh serentak mengangguk 1. Kawasan yang memberikan perlindungan pemeliharaannya, serta untuk mencegah S tanda setuju dan paham apa yang disampaikan kawasan di bawahnya, yakni berupa: etelah pekan lalu membahas hima, pada gangguan atau bahaya.” sang guru. pengajian tematik malam Jumat pekan ini, Ustad a. Perlindungan terhadap kawasan hutan Setelah Ustad Salman menjelaskan hal tersebut, Salman menyampaikan topik tentang al-harim Kemudian Ustad Salman melanjutkan uraiannya, lindung dilakukan untuk mencegah Syaiful kemudian bertanya “Ustad, bagaimana atau zona larangan. “Dalam menetapkan batas-batas tentang zona terjadinya erosi, sedimentasi, dan menjaga pencadangan al-harim, misalnya pada pesantren larangan (harim), Islam menetapkan sebagai fungsi hidrologis tanah untuk menjamin Ustad Salman mengawali kajiannya dengan kita?” berikut: ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, mengatakan “dalam hukum Islam terdapat “Pertanyaan yang bagus” kata Ustad Salman. dan air permukaan (pasal 7). Kriteria yang berbagai zona larangan (al-harim) yang “Dalam sebuah buku [32]” kata Ustad Salman, digunakan untuk kawasan hutan lindung didalamnya pembangunan terlarang atau sangat 1. Kawasan terlarang (harim) untuk sebuah dijelaskan begini: (pasal 8) adalah: terbatas untuk mencegah terjadinya kerusakan sungai adalah meliputi ukuran setengah “Harim sesungguhnya dapat dimiliki atau dari lebar sungai pada kedua tepinya. i. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng atau menurunnya manfaat dan sumberdaya dicadangkan oleh individu atau kelompok lapangan, jenis tanah, curah hujan yang alam. Beberapa bentuk al harim adalah [25]: 2. Kawasan terlarang (harim) untuk di sebuah daerah yang mereka miliki. Lokasi sebatang pohon meliputi jarak dua melebihi nilai skor 175, dan/atau; 1. Dalam hukum Islam, setiap kota atau pesantren yang strategis untuk daerah tangkapan setengah hingga tiga meter di sekeliling ii. Kawasan hutan yang mempunyai lereng perkampungan harus dikelilingi oleh air, atau kawasan perumahan (kompleks) dalam pohon tersebut. lapangan 40% atau lebih dan/atau zona larangan yang merupakan kawasan skala yang lebih kecil, dapat disisakan untuk 3. Untuk sumur ditetapkan kawasan zona penyangga yang tidak boleh didirikan iii. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian zona larangan (harim). Jadi harim merupakan larangan sekurangnya sejauh 20 meter bangunan atau sangat terbatas. Lahan- diatas permukaan laut 2.000 meter atau lebih gabungan dua kawasan yaitu yang telah digarap keliling. lahan tersebut umumnya dikelola bersama b. Perlindungan terhadap kawasan bergambut (lahan ihya) dan yang tidak digarap (lahan 4. Kawasan terlarang (harim) untuk mata oleh masyarakat yang bermukim dekat dimaksudkan untuk mengendalikan mawaat). Sebagai muslim ketergantungan air didasarkan pada keadaan air dengan kawasan tersebut untuk mendapatkan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai terhadap keberadaan dan ketersediaan air memberikan pertimbangan yang memadai berbagai kebutuhan yang mereka perlukan penambat air dan pencegah banjir, serta adalah sangat penting. Kata harim yang berarti tentang saluran, ukuran kolam yang akan dalam jumlah terbatas, seperti makanan, melindungi ekosistem yang khas di kawasan terlarang. Biasanya harim terbentuk bersamaan dibuat, tempat yang dibutuhkan bagi dan kayu bakar atau sejenisnya, dan untuk orang dan binatang untuk bergerak di yang bersangkutan (pasal 9). Kriteria kawasan dengan keberadaan ladang dan persawahan, menjamin kehidupan yang lebih kondusif sekitarnya dan tipe tanah dimana air itu bergambut adalah tanah bergambut dengan tentu saja luasan kawasan ini berbeda-beda. serta untuk mencapai kesejahteraan dalam mengalir [32].” ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat Biasanya harim dalam ukuran lahan tidak terlalu jangka panjang. dibagian hulu sungai dan rawa (pasal 10). luas [32].” 2. Berdasarkan hukum Islam, sumber-sumber c. Perlindungan terhadap kawasan resapan “Nah, pada daerah strategis di pesantren kita,” “Kalau kita perhatikan, negara kita air, misalnya danau, laut, sungai, mata air dilakukan untuk memberikan ruang kata Ustad Salman, “Kita telah mengatur daerah sesungguhnya juga punya aturan yang sangat air, aliran air, dan sumur merupakan yang cukup bagi peresapan air hujan pada sumber air, seperti daerah tangkapan air, mata mirip dengan al-harim. Peraturan tersebut zona larangan (al-harim) agar manfaatnya daerah tertentu untuk keperluan penyediaan air dan wilayah sekitar sumur menjadi daerah antara lain adalah Keppres No 32 tahun 1990 selalu didapatkan dalam jangka panjang. kebutuhan air tanah dan penanggulangan terlarang untuk bangunan atau kegiatan lain tentang kawasan lindung, yang tidak boleh ada Demikian juga dengan sarana umum seperti banjir, baik untuk kawasan bawahnya yang merusak. Hal ini dimaksudkan agar sumber pembangunan di atasnya atau kegiatan lain yang jalan dan perempatan juga merupakan maupun kawasan yang bersangkutan (pasal air kita tidak rusak atau tercemar, sehingga mengurangi fungsi kawasan tersebut. Dalam zona larangan untuk mencegah kerusakan, 11). Kriteria kawasan resapan air adalah kita dapat memanfaatkan sebaik mungkin.” peraturan tersebut yang sangat mirip dengan dan untuk menjamin pemanfaatan dan curah hujan yang tinggi, struktur tanah al-harim berupa (a) kawasan yang memberikan

50 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 51 meresapkan air dan bentuk geomorfologi ii. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa tersebut berada pada daerah yang lebih tinggi 1. Larangan menebang hutan dalam jarak yang mampu meresapkan air hujan secara sempadan sungai yang diperkirakan cukup dari perkampungan. Hutan larangan tersebut 1.200 depa atau setara dengan 2 km besar-besaran (pasal 12). untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 berfungsi untuk menjaga ketersediaan air bagi keliling sumber mata air 2. Kawasan perlindungan setempat yang meter. masyarakat desa. Alhamdulillah desa tersebut 2. Larangan menebang pohon dalam jarak sampai saat ini masih dialiri air bersih dan segar berupa c. Perlindungan terhadap kawasan sekitar 60-120 depa atau setara dengan 100-200 sepanjang tahun. Setiap orang dilarang menebang a. Perlindungan terhadap sempadan pantai danau/waduk dilakukan untuk melindungi m dari kiri kanan sungai pepohonan di kawasan hutan larangan tersebut, dilakukan untuk melindungi wilayah danau/waduk dari kegiatan budidaya yang 3. Larangan menebang pohon sejarak 600 kecuali untuk kebutuhan mendesak setelah pantai dari kegiatan yang mengganggu dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/ depa atau sekitar 1 km dari pinggir laut kelestarian fungsi pantai (pasal 13) dengan waduk (pasal 17). Kriteria yang digunakan mendapat izin melalui musyawarah desa. kriterianya adalah daratan sepanjang tepian (pasal 18) adalah daratan sepanjang tepian Selain itu, kata tokoh masyarakat desa tersebut “Fakta-fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa yang lebarnya proporsional dengan bentuk danau/waduk yang lebarnya proporsional menambahkan bahwa dahulu daerah di kiri khazanah dalam perlindungan dan pelestarian dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dengan bentuk dan kondisi fisik danau/ kanan sungai juga merupakan daerah larangan lingkungan dalam masyarakat kita yang dari titik pasang tertinggi ke arah darat waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang untuk dibuka, namun kini semakin berkurang, bermukim di sekitar hutan Leuser, baik yang (pasal 14). tertinggi ke arah darat. terutama sejak dibukanya perkebunan kelapa tinggal di Aceh maupun Sumatera Utara telah d. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata sawit di desa tersebut. Hanya pada daerah b. Perlindungan terhadap sempadan sungai lama dipraktekkan. Namun, banyak kearifan air dilakukan untuk melindungi mata air tebing sungai yang curam yang tidak digarap. dilakukan untuk melindungi sungai dari yang telah dicontohkan oleh pendahulu kita dari kegiatan budidaya yang dapat merusak Selebihnya kawasan tepi sungai yang landai kegiatan manusia yang dapat mengganggu yang merujuk pada ajaran Islam tersebut kini kualitas air dan kondisi fisik kawasan sebagian besar telah ditanami sawit. dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik telah banyak ditinggalkan. Akibatnya banyak sekitarnya (pasal 19). Kriteria yang digunakan pinggir dan dasar sungai serta mengamankan Ustad Salman juga mendapat cerita dari rekannya kita lihat dan rasakan hari ini. Fungsi lindung (pasal 20) adalah sekurang-kurangnya aliran sungai (pasal 15). Kriteria yang yang berasal dari Aceh Tamiang bahwa dahulu kawasan tersebut terus berkurang, karena dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. digunakan (pasal 16) adalah: daerah di kiri kanan sungai merupakan daerah kondisinya telah rusak, padahal kita sering i. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri “Kalau kita perhatikan,” kata Ustad Salman, terlarang untuk mendirikan bangunan atau diingatkan bahwa daerah kita adalah daerah kanan sungai besar dan 50 meter di kiri “Prinsip dan praktek al-harim telah diakomodasi menebang pohonnya juga dilarang. Namun kini rawan bencana. Jika kawasan lindung tersebut kanan anak sungai yang berada di luar dalam peraturan negara kita.” aturan itu sudah banyak dilanggar, sehingga yang sangat identik dengan al-harim terjaga pemukiman. pinggir sungai mengalami abrasi, sehingga kelestariannya, tentu akan menjadi pengaman Kemudian Ustad Salman sungai sering meluap dan airnya kotor saat dan menekan dampak bencana tersebut teringat beberapa waktu lalu musim penghujan. Musibah banjir sering sehingga korban bisa diminimalisir” kata Ustad dengan beberapa anggota mengintai mereka sepanjang tahun. Salman sambil mengajak para santrinya untuk FORDALING, beliau “Aturan tersebut” kata Ustad Salman “juga saya merenung. mengunjungi ulama dan baca pada sebuah makalah [36] dalam sebuah Beberapa saat kemudian, Ustad Salman tokoh masyarakat Desa Ujung hasil pertemuan (prosiding) [31]. Saat saya menyampaikan, “Insya Allah kajian kita akan kita Bandar, Kecamatan Salapian, berkunjung ke Aceh Singkil dalam beberapa lanjutkan pada waktu mendatang, mengingat yakni Ustad Syuhada. Desa waktu lalu” lanjut Ustad Salman “saya juga malam yang semakin larut. Insya Allah setelah tersebut berbatasan langsung diinformasikan hal yang sama oleh Panglima ini kita istirahat untuk bersiap bangun sebelum dengan kawasan TNGL yang Hutan daerah Aceh Singkil.” waktu subuh tiba, dan mudah-mudahan bisa masuk bagian Kabupaten Teman Ustad Salman yang berasal dari Aceh melaksanakan qiyamul lail.” Langkat. Ustad Syuhada Tamiang yang juga merupakan ulama tersebut “Amiin,” kata para santri serempak. menginformasikan bahwa juga mengatakan bahwa dalam adat Aceh desa mereka memiliki hutan terdapat aturan, yakni: larangan yang telah ditetapkan

Daerah Tangkapan Air, Desa Ujung Bandar, Langkat sejak lama. Letak hutan larangan (photo: Irsan Mustafid Halomoan)

52 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 53 Ihya al Mawaat: menjelaskan bahwa: salah satu cara yang dapat oleh manusia. Tapi bila berada di daerah yang dekat dilakukan untuk dapat memperoleh hak mengelola dengan pemukiman, atau daerah strategis yang Menghidupkan Lahan yang Terlantar tanah ini, yakni apa yang disebut dengan cara ihya’. menjadi incaran setiap orang, untuk melakukan ihya’ Yakni pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh izin imam sangat dibutuhkan.” individu. Dalam hal ini, seseorang mematok lahan untuk “Selanjutnya,” kata Ustad Abdurrahman, “Saya dapat digarap dan difungsikan untuk kepentingan akan menguraikan, apa yang disebut dengan I Ulama berselisih paham ketika mendefinisikan tanah pribadinya. Orang yang telah melakukannya dapat ihya al mawaat atau menghidupkan lahan yang “ slam adalah agama yang mengajarkan mawaat ini. Sebagian mereka mengatakan, bahwa yang memiliki lahan tersebut. Karena itu, orang lain terlantar berdasarkan beberapa rujukan berikut: pemeluknya untuk selalu produktif, selalu dimaksud adalah tanah yang tidak ada pemiliknya. tidak dibenarkan untuk mengambil alihnya. Dalam 1. Environmental protection in Islam [25] melakukan perbaikan (ishlah) dan menjauhkan Karena itu, tanah yang sudah lama ditinggalkan oleh masalah ini, terjadi perbedaan pendapat diantara pakar 2. Al-Ahkam As Sulthaniyyah [27] diri dari perbuatan yang sia-sia,” demikian pemiliknya, masih digolongkan tanah mawaat. Yang fiqih. Madzhab Syafi’i menyatakan siapapun berhak pembukaan kajian tematik di malam Jum’at lain mengartikannya dengan tanah yang tidak pernah mengambil manfaat atau memilikinya, meskipun tidak 3. Fiqih Lingkungan [29] yang dibawakan oleh Ustad Abdurrahman. dikelola oleh seorangpun. Tanah yang sudah pernah mendapat izin dari pemerintah. Beda halnya dengan 4. Konservasi Alam dalam Islam [30] Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, bagaimana dimanfaatkan, lalu ditinggalkan oleh pemiliknya, Imam Abu Hanifah. 5. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam dengan lahan-lahan yang terlantar? Ketika saya tidak disebut tanah mawaat. untuk Konservasi [32]” pulang melewati tepian Danau Toba atau lahan Ibn Rif’ah membagi dua bentuk mawaat, yaitu: Imam Abu Hanifah berpendapat, ihya’ boleh “Bagi yang ingin bertanya di ketika saya yang tidak jauh dari pesantren kita banyak 1. Tanah yang tidak pernah dikelola oleh seseorang. dilakukan dengan catatan mendapat izin menjelaskan nantinya, silahkan mengangkat sekali dijumpai lahan demikian. Lahan tersebut Ini adalah bentuk asal dan tanah mawaat. dari pemerintah yang sah. Imam Malik juga tangan dan mengajukan pertanyaanya. Sekarang ada pemiliknya, namun terlantar dan tidak berpendapat hampir sama dengan Imam Abu akan saya lanjutkan,” kata Ustad Abdurrahman. 2. Tanah yang pernah dimanfaatkan oleh orang diolah sehingga menjadi semak belukar atau Hanifah. kafir, kemudian ditinggalkan. “Ihya al mawaat dalam kajian fiqih Islam padang alang-alang. Apakah ini juga termasuk Al-Zarkasyi membagi lahan itu menjadi empat Cuma, beliau menengahi dua pendapat itu dengan berarti mengolah atau menggarap lahan perbuatan sia-sia dengan menjadikan lahan gersang dan tandus karena diterlantarkan macam, yaitu: cara membedakan dari Ietak daerahnya. Jika tanah tersebut terlantar?” kemudian mengubahnya melalui pengolahan tersebut berada di daerah yang tidak terlalu penting 1. Tanah yang dimiliki dengan cara pembelian, menjadi lahan subur, produktif yang dapat Ustad Abdurrahman merasa kagum dengan bagi manusia, maka tidak perlu izin Imam. Misalnya hibah, dan semacamnya. dimanfaatkan bercocok tanam, bertempat pertanyaan santrinya tersebut: tajam dan sangat berada di daerah padang pasir yang tidak dihuni tinggal atau hunian, dan lainnya. aktual. 2. Tanah yang digunakan untuk kepentingan umum. Seperti lahan yang diwaqafkan untuk “Pertanyaan dan analisa yang sangat baik masjid, madrasah; dan juga lahan yang Ilham,” kata Ustad Abdurrahman. “Insya Allah, digunakan untuk kepentingan umum seperti malam ini kita akan membahas hal tersebut pasar, jalan, dan semacamnya. dalam pengajian tematik kali ini.” 3. Tanah milik orang atau kelompok tertentu. “Saya akan awali dengan pembahasan status Misalnya waqaf khaissah (waqaf untuk lahan kosong. Hal ini pernah diuraikan oleh komunitas tertentu), tanah desa, dan Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag dari Pondok semacamnya. Pesantren Nurul Islam, Jember pada pertemuan 4. Tanah yang tidak dimiliki baik oleh perorangan, ulama dalam menggagas fiqih lingkungan kelompok, ataupun umum. Inilah yang disebut tahun 2004 lalu [37]. Beliau menguraikan setelah dengan tanah mawaat. Beberapa definsi ini mengkaji berbagai teks dalam kitab-kitab klasik.” sebenarnya memiliki maksud yang hampir Kemudian Ustad Abdurrahman menyampaikan, sama, bahwa yang dimaksud adalah tanah yang “Berikut di antara yang beliau sampaikan: dalam tidak dikelola oleh seseorang.” fiqh klasik, tanah kosong itu disebut dengan al-mawaat. “Selanjutnya Ustad HM. Misbahus Salam, S. Ag Hutan yang rusak menghilangkan banyak fungsi dan manfaat hutan bagi ummat manusia dan makhluk lainnya. Kegiatan rehabilitasi hutan yang rusak sebagai salah satu bentuk praktik ihya al mawaat perlu dilakukan 54 Ayat-ayat Konservasi untuk memulihkan fungsi dan manfaat hutan tersebut. (Photo: bDoel eSTe) Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 55 Oleh karena itu, Ihya al mawaat, merupakan Selanjutnya, secara khusus, Ihya al mawaat “Hamparan bumi dengan gunung-gunung, Akan tetapi salah satu dari dua unsur tersebut, syariat dalam memakmurkan dan memanfaatkan memiliki pengertian luas mencakup penghijauan, jurang, lautan, dan daratan yang luas diserahkan sudah cukup untuk menjadi objek Ihya al mawaat. bumi untuk kepentingan kemaslahatan manusia pemanfaatan, pemeliharaan dan penjagaan. sepenuhnya kepada manusia untuk dikelola, Untuk syarat pertama, yaitu ‘lahan terlantar’ baik secara individu maupun kolektif. Semangat dimanfaatkan, dipelihara kelestariannya, serta umumnya berada di wilayah perkotaan dan ini tercermin dengan penguasaan dan upaya dijaga keseimbangannya. Hal ini sesuai dengan dimiliki oleh perseorangan, sekelompok orang memberikan nilai pada sebuah kawasan yang Penghijauan yang dimaksud adalah usaha firman Allah, misalnya QS an Nahl (16) 10-15 (keluarga) dan atau perusahaan, sedangkan memproduktifkan lahan dengan cara menanam tadinya tidak mempunyai manfaat sama sekali [32],” urai Ustad Abdurrahman, dan kemudian ‘lahan tidur’, biasanya terletak di wilayah bagi lahan subur sesuai karakternya (jenis (lahan kosong) menjadi lahan produktif karena tanah untuk tanaman atau pohon tertentu), meneruskan, “Ayat-ayat al Qur’an tentang pedesaan atau pedalaman yang sulit dijangkau dijadikan ladang, ditanami buah-buahan, dan upaya pengolahan bagi lahan tandus pemakmuran bumi oleh manusia juga memiliki oleh kendaraan bermotor [32].” sayuran dan tanaman yang lain. Semangat ihya tanpa mengubah karakter dasarnya. arti Ihya al mawaat dan didukung pula oleh Kemudian Ilham bertanya, “Ustad, kapan (menghidupkan) al-mawaat (kawasan yang hadis Nabi SAW, yaitu: ‘Bagi siapa saja yang tanah terlantar itu boleh diambil, sebagai tadinya tidak hidup atau mati, gersang, tandus menghidupkan lahan tidur (mati), maka ia berhak salah satu bentuk dari Ihya al mawaat?” Ustad Kemudian, yang dimaksud pemanfaatan adalah dan tidak produktif) merupakan anjuran kepada atasnya’ (Riwayat Abu Daud, an Nasa’i dan Abdurrahman menebarkan pandangannya memanfaatkan lahan dan atau hasilnya sesuai setiap muslim untuk mengelola lahan supaya at Turmudzi) [30, 32], serta hadist yang lain kepada seluruh santri, dan kemudian berkata, kebutuhan secara seimbang, tidak berlebihan tidak ada kawasan yang terlantar (tidak bertuan) yaitu: ‘Bagi siapa saja yang menyuburkan lahan “Siapa yang bisa membantu saya untuk dan tidak pula kurang. Pemeliharaan yang dan tidak produktif [25, 30, 32] dan merupakan tandus (menghidupkan lahan tidur), maka ia berhak menjawab pertanyaan tersebut.” petunjuk syariat secara mutlak [30]. dimaksudkan adalah pemeliharaan lahan memperoleh pahala, dan apa saja yang dimakan Syaiful yang dalam beberapa hari ini sering dan segala yang ada padanya termasuk hasil binatang kecil dari lahan itu, merupakan sedekah “Kemudian Mangunjaya dan Abbas dalam membaca buku di perpustakaan pesantren kandungan lahan itu sesuai aturan yang patut berpahala’ (HR. an Nasa’i dan Ibnu Hibban bukunya [32] menjelaskan sebagai berikut: Ihya mengangkat tangan dan menjawab, “Khalifah dibenarkan oleh syari’at dan undang-undang. mensahkannya) [32].” al mawaat secara umum maksudnya adalah bercocok Umar bin Khattab menetapkan untuk mengambil Selanjutnya, yang dimaksud penjagaan tanam, yaitu memperlakukan lahan sesuai fitrahnya “Ustad, saya mau bertanya,” kata Teuku setelah alih tanah dari pemiliknya andai kata tanah adalah jaminan atas lahan dan semua yang dengan cara menanaminya dengan jenis tanaman mengangkat tangan sebelumnya. Setelah tersebut dibiarkan terlantar selama tiga tahun [30, terkait berdasarkan peraturan perundang- yang bermanfaat bagi manusia. Bermanfaat disini, dipersilahkan, Teuku kemudian mengungkapkan 32, 39, 40]. Dengan demikian, apabila terdapat undangan yang diakui secara nasional maupun maksudnya dapat memenuhi kebutuhan manusia pertanyaanya, “Apa kriteria lahan yang dapat lahan-lahan yang berstatus tidak jelas dan internasional” urai Ustad Abdurrahman sambil berupa makan, minum dan yang mendukung menjadi objek Ihya al mawaat?” tidak ada tanda-tanda kehidupan, masyarakat memegang buku Khazanah Alam: Menggali keduanya, agar ia bertahan hidup. “Pertanyaan yang bagus,” kata Ustad – pemerintah – dapat memproses lahan tersebut Tradisi Islam untuk Konservasi. Abdurrahman. “Jawabannya ada dalam kitab agar dialihkan kepemilikannya supaya dapat Fikih Sunnah yang ditulis Syech Sayyid Sabiq dihidupkan dan menjadi produktif. Demikian [38 ]. Dalam kitab tersebut dituliskan: pula, Islam melarang individu memiliki tanah secara berlebihan, dan juga dilarang memungut sewa atas tanah karena pada hakekatnya tanah Kriteria lahan Ihya al mawaat sebagai itu adalah milik Allah [32].” berikut: “Benar sekali,” kata Ustad Abdurrahman. (1) lahan terlantar perkotaan, dan “Al Qurtuby menegaskan bahwa upaya (2) lahan tidur atau mati yang berada di pemakmuran lahan dengan cara bercocok tanam kawasan pedalaman dan tertinggal oleh kemajuan. atau lainnya berimplikasi hukum fardlu kifayah dan pemerintah berkewajiban menyeru secara paksa terhadap masyarakat untuk melakukannya Dua syarat di atas tidak bersifat kumulatif yang [32]. “Namun demikian” kata Ustad Praktik ihya’ al mawaat dengan cara menanam kembali hutan sehingga kehidupan berarti harus dua-duanya ada secara bersamaan. Abdurrahman, “Semangat menghidupkan lahan ekosistem hutan dapat terselamatkan. (Photo: Mustaqim)

56 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 57 yang terlantar (tidak mempunyai pemilik) ini Agraria [42] menulis: dibuktikan ‘ketidaksengajaannya’. di luar substansi peraturan tersebut agar penting sebagai landasan untuk memakmurkan Semua jenis hak yang diatur dalam UU No 5/1960 Untuk itu, lubang sempit berupa ‘sengaja’ pelaksanaannya sukses adalah kepemimpinan bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang- (UUPA) menjadi objek tanah yang disasar PP ini, atau ‘tidaknya’ ini harus diperjelas agar dapat dari aparat pemerintah (khususnya BPN dan undangan harus akomodatif dalam mengelola meliputi: ”Objek penertiban tanah terlantar meliputi menjadi instrumen dalam menertibkan tanah pemda) yang jujur, amanah, paham pembaruan dan menerapkan peraturan pemilikan lahan tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa yang diterlantarkan BUMN/D. Inilah pekerjaan agraria, mampu bekerja efektif, dan senantiasa secara konsisten. Ketentuan penggarapan tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, rumah krusial dalam pengaturan lebih lanjut memihak rakyat lemah. tersebut menurut jumhur ulama tidak berlaku bagi Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar operasionalisasi PP 11/2010, yang disertai keberanian, Pertanyaannya, akankah pembaruan agraria yang dimiliki oleh orang lain; atau kawasan yang penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak ketegasan, dan konsistensi pejabat dan aparat dalam jadi arus utama kebijakan dalam menata apabila digarap akan mengakibatkan gangguan dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan implementasinya. keagrariaan di negeri agraris ini? Jika tidak, terhadap kemaslahatan umum; misalnya tanah keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau “Nah, semangat syariat untuk memakmurkan operasi penertiban dan pendayagunaan tanah yang rawan longsor atau Daerah Aliran Sungai dasar penguasaannya,” (Pasal 2). tanah yang terlantar juga menjadi aturan positif terlantar akan sulit membongkar akar penyakit (DAS) yang mengakibatkan berubahnya aliran Sementara itu, objek yang dikecualikan (Pasal 3) di negara kita,” kata Ustad Abdurrahman. struktural agraria yang akut, yakni ketimpangan air [30].” dan ketidakadilan sosial [38]”. meliputi: “Tidak termasuk objek penertiban tanah “Hal yang penting dan mutlak dibutuhkan “Menarik kondisi aktual yang disampaikan Ilham terlantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal di awal pertanyaannya tadi, yakni saat ini banyak 2 adalah: (a) tanah Hak Milik atau Hak Guna sekali lahan yang terlantar, tidak produktif dan Bangunan atas nama perseorangan yang secara tidak dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya” kata sengaja tidak dipergunakan sesuai keadaan atau sifat Ustad Abdurrahman. dan tujuan pemberian haknya; dan (b) tanah yang “Sesungguhnya peraturan perundangan negara dikuasai pemerintah, baik secara langsung maupun kita mengatur pembatasan kepemilikan lahan, tidak langsung, dan sudah berstatus maupun belum yakni PP No. 11 tahun 2010 tentang Penertiban berstatus Barang Milik Negara/Daerah yang tidak dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Salah satu sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan yang menjadi pertimbangan dalam PP tersebut atau sifat dan tujuan pemberian haknya.” adalah (a) berdasarkan UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang menyatakan hak atas tanah terhapus antara Persis di bagian inilah titik terlemah PP 11/2010. Hal ini berpotensi menyulitkan lain karena diterlantarkan, dan (b) kenyataan upaya penertiban tanah-tanah terlantar yang menunjukkan penelantaran tanah makin dalam skala luas yang dikelola perusahaan menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, dan negara/daerah. Padahal, selama ini kawasan kesejahteraan rakyat serta menurunkan kualitas yang dikelola perusahaan negara di sektor lingkungan,” kata Ustad Abdurrahman. kehutanan maupun perkebunan merupakan penyebab penting lahirnya ketimpangan “Berdasarkan catatan BPN yang dikutip oleh penguasaan dan pemilikan tanah. Menteri Kehutanan bahwa terdapat sedikitnya 7 juta ha tanah terlantar yang kondisinya sangat kritis. Tanah terlantar tersebut bila dikelola dan Hal ini kerap melahirkan konflik dan sengketa ditanami untuk kepentingan masyarakat akan pertanahan dengan warga miskin di sekitarnya, dapat mensejahterakan masyarakat [ 41].” memicu penurunan kualitas layanan alam, dan diduga “Terhadap diterbitkannya PP No 11 Tahun menjadi sarang korupsi. Akan tetapi, penertiban 2010 tersebut,” sambung Ustad Abdurrahman, tanah telantar yang penguasaan dan pengusahaannya Menanami kembali kawasan hutan yang rusak juga bagian dari praktik ihya’ al mawaat. Karena kegiatan menghutankan “Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan pada perusahaan negara, menurut PP ini harus bisa kembali adalah salah satu upaya menyelamatkan kehidupan bumi. (Photo: Azhari)

58 Ayat-ayat Konservasi Konservasi Alam di Zaman Rasulullah 59 BAGIAN 5 Akhlak Rasulullah terhadap Satwa Liar

Dua contoh teladan Rasulullah dalam memperlakukan binatang, yakni peristiwa penangkapan anak burung dan pembakaran sarang semut menjadi bahasan utama bagian ini. Nilai dan aplikasi akhlah Rasulullah tersebut dalam kehidupan kekinian dibahas detil untuk setiap kasus tersebut. Rasulullah benar menjadi rahmat sekalian alam semesta!

Orangutan SumateraPongo ( abelii) (Photo: Helen Buckland)

60 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 61 anaknya kemudian datanglah induknya terbang hadist Rasulullah berikut ini: dari Syaddad diatas kami, maka datang Nabi SAW. dan bersabda: bin Aus mengatakan: “Ada dua hal yang kuhafal Siapakah yang menyusahkan burung ini dengan dari sabda Rasulullah SAW. Beliau bersabda: Menangkap Anak Burung mengambil anaknya? Kembalikan kepadanya anaknya ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik (Hadist Riwayat Abu Dawud) [43]. kepada segala sesuatu. Jika engkau membunuh Kemudian Ustad Salman melanjutkan (binatang), lakukanlah dengan baik, jika menyembelih (binatang), lakukanlah dengan baik dengan mengasah hidupan liar, seperti burung dan sumberdaya uraiannya, “Dalam kitab tarikh diriwayatkan P tajam pisaunya, sehingga tidak menyiksa binatang ondok PAS dilindungi banyak pohon- alam lainnya mempunyai hak dalam Islam.” bahwa pribadi nabi berperangai sangat kasih yang disembelih” (Riwayat Muslim). pohon besar serta pohon-pohon pinang Demikian Ustad Salman mengawali ulasannya kepada satwa/hewan. Nabi melarang orang yang membatasi lahan pesantren dengan menjawab pertanyaan Ilham, “Apakah boleh yang membebani binatang dengan muatan yang Dari Amru bin Syarid, ia berkata: “Aku mendengar lahan masyarakat. Banyak burung bersarang menangkap anak burung?” berat. Nabi memerintahkan jika menunggang Rasulullah SAW. bersabda: ‘Siapa yang membunuh diberbagai pohon besar tersebut. Kicauan merdu binatang dengan laku perbuatan yang baik, dan seekor burung dengan sia-sia (tanpa maksud tertentu), Lalu, Ustad Salman membuka kitab Riyadhus burung menyemarakkan suasana pagi dan sore binatang tersebut sedang dalam keadaan sehat. burung tersebut akan mengadukan kepada Allah di Solihin. “Mari kita baca hadist Rasulullah pada bagi penghuni Pondok PAS. Nabi menyuruh kepada orang yang kebetulan hari kiamat, seraya berkata: “Wahai Tuhan, si fulan halaman 472,” kata Ustad Salman. Kemudian memelihara binatang, supaya memeliharanya telah membunuhku dengan sia-sia dan aku dibunuh Ilham teringat saat dia masih di kampung Ibrahim membaca terjemahannya setelah dengan baik. Jika binatang itu hendak dimakan, tidak dengan tujuan yang bermanfaat” (Riwayat Ibn asalnya sebelum masuk Pondok PAS. Saat itu diminta Ustad Salman. Berikut terjemahannya: hendaklah ia dalam keadaan baik, tidak dalam Hibban). sore hari di ujung kampung, dia bersama kawan- Ibnu Mas’ud RA. berkata: Ketika kami bersama kesakitan. Nabi melarang orang membunuh kawannya sedang asik menangkap anak burung Dalam kehidupan di zaman modern ini, masih Rasulullah SAW dalam bepegian dan Rasulullah binatang kecuali hendak dimakan [44 ].” di sarangnya dengan memanjat pohon tempat banyak manusia yang senang atau punya sedang pergi berhajat, kami melihat seekor burung sarang itu. Mereka sangat bersuka cita karena “Dalam Ensiklopedi Muhammad,” kata Ustad pengalaman dalam memelihara anak burung yang mempunyai dua anak, maka kami ambil kedua mendapatkan berbagai anak burung yang lucu- Salman dikatakan, “Rasulullah Muhammad yang diawali dengan mengambil anak burung lucu dan menggemaskan. SAW amat penyayang pada binatang. Pada dari sarangnya dengan memanjat pohon tempat masa sebelum kerasulannya, mayoritas bangsa sarang tersebut, apakah dilakukan sendiri atau Kini, ketika mendengar kicauan burung di Arab memperlakukan hewan-hewan mereka mendapatkan dari orang lain. Benar demikian, pepohonan yang tumbuh di pekarangan Pondok dengan buruk, misal menyayat sebagian daging bukan? Pemenuhan ego manusia, misalnya PAS di sore hari, Ilham berkata dalam hatinya, hewan yang masih hidup untuk dimasak dan kesenangannya adakalanya seperti kasus “Boleh tidak ya menangkap anak burung, seperti tersebut mengabaikang hak burungg tersebut. yang dulu aku lakukan bersama kawan-kawan dimakan, mencabuti bulu-bulu kampung dahulu? Aku akan tanyakan kepada atau memotong ekor hewan- Ustad nanti saat pengajian malam Jum’at.” hewan tersebut. Rasulullah Malam Jumat itu sedang kajian kitab Riyadhus kemudian melarang semua Sholihin yang dibawakan Ustad Salman. Kitab perbuatan tersebut. Kebiasaan yang membicarakan kehidupan orang-orang lain bangsa Arab saat itu sholeh. adalah mengadu hewan dan Rasulullah mengatakan “Rasulullah SAW diutus Allah SWT dengan perbuatan tersebut melanggar membawa Islam adalah untuk memperbaiki hukum. Sebagian masyarakat (ishlah) akhlah/perilaku manusia. Kehadiran ketika itu juga biasa mengikat beliau sekaligus sebagai rahmat bagi sekalian hewan dan menjadikannya alam (rahmatan lil ‘alamin), termasuk bagi objek untuk melatih memanah. hidupan liar (wildlife). Dalam sejarah hidupnya, Praktek ini juga dilarang Rasulullah SAW telah memberikan banyak Contoh pemeliharaan Julang jambul-hitamAceros ( Rasulullah [ 45].” contoh tauladan langsung bagi ummatnya terkait corrugatos). Perilaku ini sangat menyengsarakan Perlakuan yang sangat menyengsarakan. Seekorelang-ular bido hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. hewan yang mestinya hidup liar di alam lepas. Setelah itu, Ustad Salman (Spilornis cheela) yang mestinya hidup liar di alam lepas. Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana (photo: Azhari) mengatakan, “Perhatikanlah (photo: Azhari)

62 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 63 Rasulullah SAW telah Kemudian Ustad Salman Membakar Sarang Semut vs memberikan contoh langsung bertanya kepada para santrinya, bagaimana kita manusia tidak “Adakah khazanah Islam ini Membakar Hutan dan Lahan boleh menyusahkan seekor hidup di lingkungan kamu burung sekalipun. Demikian semua? Bagaimana pemberian pula, tidak selayaknya manusia hak satwa liar dipraktekkan menyiksa binatang dengan di lingkungan kamu semua, kabut asap berkisar US$ 674-799 juta, biaya ini membakarnya. Nah, jika masih misalnya terhadap burung S alah seorang santri Pondok PAS, Ilham kemungkinan lebih tinggi karena perkiraan berlaku demikian (merampas atau satwa lainnya? Saatnya berasal dari Aceh Selatan. Setiap pulang dampak ekonomi bagi kegiatan bisnis tidak hak binatang), berhentilah! kita memberikan penerangan liburan akhir tahun dari pesantren menuju atau ketika melihat orang bagi saudara kita yang belum tersedia. Penilaian ekonomi yang terkait dengan lain yang berbuat demikian, mengetahui dan masih kampungnya, yakni sekitar bulan Juni dan emisi karbon yang dilepaskan akibat kebakaran cegahlah dan ingatkan serta jahil,” kata Ustad Salman kembali lagi ke pesantren pada akhir bulan Juni tersebut kemungkinan menelan biaya mencapai beri pengertian! mengajak para santrinya untuk umumnya bertepatan dengan musim kemarau. US$ 2,8 milyar [46]. “Angka yang sangat besar Dalam perjalanan itu, sudah sangat umum Ilham Bila menyiksa binatang saja melakukan ‘amar ma’ruf nahi sekali,” kata Ilham dalam hati. munkar. melihat lahan atau hutan terbakar atau ada yang tidak boleh, apalagi merampas Ilham juga pernah membaca artikel di koran mengatakan hal itu sengaja dibakar. hak manusia.” yang menyatakan Greenomics Indonesia pada Selain itu, berbagai berita tentang kebakaran tahun 2006 memperkirakan kerugian akibat Beberapa temuan perlakuan masyarakat yang memelihara hutan dan lahan juga sering terjadi pada bulan- pembakaran hutan dan lahan mencapai Rp hewan liar yang semestinya hidup di alam lepas. Perlakuan bulan musim kering tersebut dan asapnya 227,19 miliar per hari. Kerugian tersebut terdiri ini hanya menciptakan kesengsaraan bagi hewan, karena kebebasannya telah direnggut. Siamang (Symphalangus sampai ke negeri tetangga. Ya, asap terbang tak atas kerugian yang diakibatkan pembakaran syndactylus) yang dipelihara dengan diikat, sangat menyedihkan perlu passport dan visa, karena dia memang tak (fires) dan asap (haze). Kerugian yang diakibatkan kondisinya. Lutung Kelabu (Trachypithecus cristatus), yang diikat di lewat port (pelabuhan laut atau bandar udara) pagar, terlihat pula sangat memprihatinkan. Kukang (Nycticebus coucang) pembakaran mencapati rata-rata Rp 170,92 miliar Siamang /Symphalangus yang hidupnya terkurung. Ketiga hewan ini belakangan diketahui mati serta tidak ada petugas yang memeriksa passport per hari, yakni hilangnya nilai intrinsik dan fungsi syndactylus ( photo: Azhari) dalam keadaan memprihatinkan. dan visa itu. ekosistem hutan dan lahan. Sementara kerugian (photo: Azhari) Seringkali ketika kebakaran besar terjadi, yang diakibatkan asap diperkirakan mencapai penyakit pernafasan yang sering dikenal 56,27 miliar per hari. Kerugian itu tidak hanya dengan ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) ditanggung masyarakat lokal, pelaku ekonomi, menjangkiti penduduk di wilayah tersebut, lalu dan pemerintah Indonesia secara kolektif, tapi lintas terganggu, dan malah banyak penerbangan juga menyebar ke Malaysia dan Singapura [47]. yang dibatalkan. Betapa besar kerugian yang Kerugian akibat asap didominasi kerugian- dialami oleh kebakaran atau “pembakaran” kerugian yang menimbulkan dampak ekonomi hutan dan lahan itu, tidak hanya kerugian tak langsung yang secara kolektif ditanggung ekonomi, namun juga kerugian kesehatan dan masyarakat dan pelaku ekonomi. Dia sosial serta kerugian ekologis. menjelaskan, kerugian dari dampak tak langsung Kebakaran hutan pada bencana El Nino (ENSO) ini bisa mencapai angka rata-rata Rp 25,69 1997/1998 lalu menghanguskan 25 juta ha di miliar per hari atau 45,66% dari total kerugian seluruh dunia dan kebakaran hutan di Indonesia asap. Kerugian terbesar kedua terjadi terhadap pada waktu itu mencapai 11,7 juta ha. Kebakaran kesehatan masyarakat yang diperkirakan yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi mencapai Rp 16,39 miliar per hari atau sebesar Lutung Kelabu /Trachypithecus cristatus Kukang /Nycticebus coucang hutan Indonesia menelan biaya ekonomi sebesar 29,12% dari total kerugian akibat asap [47]. (photo: Azhari) (photo: Azhari) US$ 1,62-2,7 milyar. Biaya akibat pencemaran

64 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 65 Hal-hal tersebut menjadi pertanyaan dalam hati ribuan satwa serta berbagai jenis tumbuhan juga Ilham, dan juga para santri yang lain. Sebenarnya musnah. Lalu, asapnya menyebar kemana-mana peraturan pemerintah tentang larangan jauh sampai ke negara tetangga.” membakar lahan dan hutan sudah ada. Namun, Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas mengapa kebakaran hutan dan lahan sepertinya dan tanggung jawab untuk ikut merawat, masih terus berlangsung? Dalam hatinya, Ilham memelihara dan melestarikan berbagai fasilitas bertekad akan menanyakan berbagai pertanyaan- alam yang telah disediakan oleh Allah untuk pertanyaan tersebut kepada pengasuh pesantren. manusia. Memang Allah telah membolehkan Bagaimana pandangan Islam terhadap hal itu? manusia untuk menggunakan seluruh sumber Ketika pertanyaan itu diajukan, yang menjadi daya alam ini sebagai sumber rizki bagi manusia pengasuh pengajiaan saat itu adalah Ustad dan juga seluruh makhluk hidup yang ada Abdurrahman. Beliau mengawali jawabannya diatasnya, namun bukan dengan cara merusak dengan membacakan sebuah hadist Rasulullah dan merugikan yang lain. Kayu gelondongan yang disinnyalir hasil penjarahan hutan (illegal logging). (photo: Azhari) SAW: Ustad Abdurrahman kemudian membacakan Ibnu Mas’ud ra. berkata: Ketika kami bersama sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam bepergian dan kemudian Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan IPB milyar.milyar. Padahal selisih yangyang akan diperolehdiperoleh sedikit orang yang menyadari hal ini dan yang Nabi melihat sarang semut terbakar, maka beliau bekerjasama dengan Kantor Kementrian Negara dengan memanipulasi kegiatan penyiapan lahan sangat dikhawatirkan adalah ketika sadar bertanya: Siapa yang membakar ini? Jawab kami: Lingkungan Hidup yang isinya, “Bila penyiapan yang seharusnya dilakukan dengan tanpa bakar ternyata sumberdaya tersebut telah hilang [48].” Kamilah ya Rasulullah. Bersabda Nabi: Tidak harus lahan dilakukan dengan menggunakan api namun dilakukan dengan pembakaran mungkin menyiksa dengan api kecuali Tuhan yang menjadikan dan terjadi di lahan gambut untuk areal seluas hanya sekitar Rp 15-20 Milyar[48].” “Oleh karena itu,” kata Ustad Abdurrahman, api (Hadits riwayat Abu Dawud) [43]. 3000 ha dengan ketebalan gambut yang rusak “Pemanfaatan itu tidak boleh semena-semena, Selanjutnya dalam artikel tersebut ditulis, rata-rata 10 cm, maka biaya yang dibutuhkan dan seenaknya saja dalam mengeksploitasinya.” “Sekarang, coba bayangkan,” kata Ustad “Informasi ini kembali menunjukkan bahwa untuk mengganti kerusakan ekologis dan Pemanfaatan berbagai sumber daya alam Abdurrahman, “Membakar sarang semut saja keuntungan besar yang tampak dari penyiapan ekonomis akibat pembakaran tersebut serta baik yang ada di laut, di daratan dan di dalam dilarang oleh Rasulullah, apalagi membakar lahan dengan pembakaran sehingga banyak memulihkannya hanya dengan kompos saja hutan harus dilakukan secara proporsional hutan dan lahan sembarangan. Tidak saja pengusaha yang nekat melakukannya, maka diperlukan biaya sebesar hampir Rp. 800 dan rasional untuk kebutuhan masyarakat sarang semut yang terbakar, namun rumah sebenarnya merupakan bencana yang tengah banyak dan generasi penerusnya serta menjaga diciptakan. Fakta lapangan telah membuktikan ekosistemnya. Allah sudah memperingatkan ini semua, seperti yang terjadi di beberapa dalam surat al A’raf ayat 56: daerah (Sumatera dan Kalimantan) pada lahan gambut yang dikelola oleh masyarakat dengan Dan janganlah kamu membuat kerusakan di penyiapan lahannya menggunakan api, sekarang muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya mereka tengah menikmati hasil kerjanya berupa dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut tanah sulfat masam dan peristiwa banjir di musim tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan). hujan yang justru menimbulkan penderitaan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada baru. Jadi jelas sekali bahwa penyiapan lahan orang-orang yang berbuat baik (QS al A’raf (7): 56). dengan pembakaran sebenarnya tidak murah “Menyadari hal tersebut maka dalam bahkan sangat mahal bila dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, sumber daya alam keinginan agar sumberdaya tersebut tetap Indonesia harus digunakan dengan rasional. menghasilkan dari pada dibiarkan musnah Penggalian sumber kekayaan harus diusahakan Kebakaran hutan di daerah Dairi menuju Danau Toba mengakibatkan secara perlahan-lahan, namun sayangnya hanya rusaknya habitat dan mengakibatkan kerugian yang besar. dengan sekuat tenaga dan strategi dengan tidak (photo: Onrizal)

66 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 67 merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia. Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan Perlu diusahakan penggunaan teknologi (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram rizkinya datang kepadanya yang ramah lingkungan dan bisa menjaga melimpah-ruah dari segenap tempat, tetapi kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat secara berkesinambungan [49]. Kita harus bisa Allah karena itu Allah merasakan kepada mengambil i’tibar dari ayat Allah yaitu: mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat        (an Nahl (16): 112).” Kita harus menguasai teknologi itu, sehingga         dapat mengelola alam kita dengan baik dan mensejahterakan. Karenanya rajin dan gigihlah        belajar,” kata Ustad Abdurrahman.

  

Kerugian Per Hari Komponen (Milyar Rupiah)

Kerugian Akibat Pembakaran (Fires) 170,92 Kayu 27,45 Pertanian/Perkebunan 26,16 Nilai Ekosistem Hutan (Langsung & Tak Langsung) 99,11 Keanekaragaman Hayati Lokal 1,67 Penyerapan Karbon 15,13 Biaya Pemadaman Kebakaran 1,40 Kerugian Akibat Asap (Haze) 56,27 Kesehatan 16,39 Produktivitas 9,30 Dampak Ekonomi Tak Langsung 25,69 Pariwisata dan Penerbangan 4,89

Total Kerugian 227,19

Sumber: Greenomics Indonesia, Agustus 2006 ) photo: Onrizal ( Membelah Rawa Singkil bersama Panglima Hutan Membelah Rawa Singkil bersama Panglima (paling belakang). 68 Ayat-ayat Konservasi Akhlak Rasulullah terhadap Satwa 69 BAGIAN 6 Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser dalam Praktik Konservasi

Kearifan masyarakat yang hidup disekitar hutan Leuser diangkat dalam bagian ini. Khazanah konservasi yang masih hidup dan berhasil diharapkan akan terus ditingkat, sementara khazanah yang menuju atau telah punah, diupayakan dapat bangkit kembali. Konservasi berupa hutan dan lubuk larangan, kawasan sabuk hijau, ular dan produksi pertanian, dan pengolahan lahan yang berkelanjutan serta kontribusi masyarakat sekitar Leuser dalam konservasi orangutan, harimau dan gajah dibahas dalam bagian ini.

Partisipasi masyarakat untuk menyelamatkan Hutan Leuser. Program Tabungan Konservasi YOSL-OIC di Sekitar Taman Hutan Rakyat (Tahura), Sibolangit. (Photo: Mustaqim)

70 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 71 saat ini, hutan larangan tersebut masih terjaga tempat mencari makan, tempat mencari obat dan masyarakat selalu mendapatkan air bersih dan lainnya. Keyakinan untuk menjaga hutan Hutan Larangan yang cukup sepanjang tahun dan tercegah dari telah disyaratkan nenek moyang Talang Mamak banjir dan tanah longsong [50].” terhadap Sultan Indragiri di Rengat. Sultan “Subhanallah,” kata peserta pertemuan Melayu dari Negeri Malaka itu meminta Talang FORDALING di sore itu. Mamak untuk menjaga pertahanan Kota Rengat hutan larangan adalah agar sumber air bagi di pinggiran Sungai Indragiri dengan menghuni Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING S penduduk tetap terjaga. Kawasan hutan larangan seluruh kawasan hutan yang mengelilingi Sungai alah satu agenda pertemuan Forum Dai menambahkan, “Aturan hutan larangan yang tidak dibolehkan dirubah menjadi areal pertanian. Indragiri [52]” kata sang pimpinan pertemuan. Peduli Lingkungan (FORDALING) adalah terdapat di Desa Ujung Bandar ini sesungguhnya Penebangan pepohonan secara umum dilarang, Kemudian pimpinan pertemuan FORDALING membicarakan kekayaan khazanah masyarakat juga banyak hidup dalam masyarakat muslim di kecuali untuk kebutuhan pembangunan rumah mengatakan “Islam hadir untuk membentuk dalam mengelola sumberdaya alam mereka. bumi nusantara. Misalnya masyarakat Minang bagi masyarakat yang tinggal di Kampung manusia berperadapan tinggi dengan budaya Pada salah satu pertemuan, Ust Abdul dengan pandangan hidup adat bersandi syarak Deleng Payung. Pengambilan kayu untuk yang luhur. Menurut Jatna Supriatna, PhD Kahar, salah seorang pengurus FORDALING (syariat Islam), syarak bersandi kitabullah tujuan tersebut setelah melalui persetujuan salah seorang ahli konservasi menulis sebuah menceritakan hasil silaturrahimnya dengan (al Quran dan Sunnah Rasulullah) punya musyawarah kampung. Pengambilan kayu pengantar pada buku “Konservasi Alam dalam masyarakat di sebuah kampung di tepi kawasan khazanah yang disebut rimbo larangan. Rimbo untuk dijual dilarang. Sanksi moral yang Islam” [30] menyatakan: Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). artinya adalah hutan. kuat menjadikan tidak ada masyarakat yang “Nah, jika kita melihat sejarah hutan larangan, Tersebutlah Kampung Deleng Payung yang melanggar aturan tersebut, sehingga sampai Sesuai aturan adat, pepohonan di rimbo sesungguhnya sangat terkait dengan keyakinan termasuk dalam wilayah Desa Ujung Bandar, larangan tidak boleh ditebang karena fungsinya para nenek moyang mereka yang beragama Kecamatan Selapian, Kabupaten Langkat. yang sangat vital sekali sebagai persediaan air Islam. Ajaran Islam telah memberi arahan bagi Kampung tersebut berbatasan langsung dengan sepanjang waktu untuk keperluan masyarakat. mereka dalam mengelola sumberdaya alam kawasan TNGL. Masyarakat hidup sederhana Selain itu, kayu yang tumbuh di hutan juga mereka, misalnya berupa hutan larangan. dan penuh kedamaian. Sumber air untuk dipandang sebagai perisai untuk melindungi Pertemuan ulama dalam menggagas fiqih masyarakat desa berasal dari mata air yang segenap masyarakat yang bermukim di sekitar lingkungan antara lain mengutip salah satu kemudian mengalir menjadi anak sungai sampai hutan dari bahaya tanah longsor. Apabila ada hadist Rasulullah saw yang tercantum dalam ke perkampungan di Desa Ujung Bandar. terdapat di antara warga yang akan membuat rumah yang membutuhkan kayu, maka harus kitab al Targhib wa at Tarhib, Juz 1 hal 53 no Dalam salah satu pertemuan FORDALING Ust minta izin lebih dulu kepada aparat nagari 113. Yakni dari Anas berkata: “Rasulullah saw. Abdul Kahar bercerita “saat silaturrahim saya melalui para pemangku adat untuk menebang bersabda: Ada tujuh macam orang yang pahalanya beberapa waktu lalu ke Desa Ujung Bandar, kayu yang dibutuhkan dengan peralatan kapak terus mengalir setelah mereka meninggal: (1) orang Ustad Syuhada, salah seorang ulama dan tokoh dan gergaji tangan [51]. Tidak dibenarkan yang mengajarkan ilmu, (2) membuat sungai, (3) masyarakat desa tersebut menginformasikan menebang dengan menggunakan gergaji mesin menggali sumur, (4) menanam pohon kurma, (5) bahwa Desa Ujung Bandar memiliki hutan (chain saw).” mendirikan masjid, (6) mewariskan al Qur’an, (7) larangan yang terletak di Kampung Deleng meninggalkan anak yang selalu mendoakannya [29]” Payung. Hal yang sangat menarik, hutan “Contoh lain adalah hutan keramat yang kata pimpinan pertemuan. larangan itu sudah ada dan ditetapkan oleh terdapat di sebagian masyarakat Melayu para sesepuh kampung sejak kampung itu dulu di Propinsi Riau. Salah satu contoh hutan Islam adalah agama yang berperan dalam dibuka.” keramat terkenang di propinsi itu adalah hutan membentuk kelompok-kelompok budaya, keramat Talang Mamak di Desa Talang Pengi, misalnya budaya Melayu yang biasa “Untuk apa hutan larangan itu dan bagaimana Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri diidentikkan dengan Islam, begitu pula aturannya?” tanya salah seorang peserta Hulu, Riau. Hutan tersebut terdapat di daerah beberapa suku bangsa besar di Indonesia yang pertemuan itu. perbukitan yang berada pada daerah yang lebih mempunyai berbagai kearifan tradisional Lalu Ustad Abdul Kahar menjawab, “Ustad Salah satu praktik hutan larangan di Desa Sulkam, tinggi dari perkampungan. Bagi masyarakat termasuk dalam cara pandang dan sikap Syuhada menyampaikan tujuan utama adanya Kec. Kutambaru, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe) desa itu, hutan itu adalah tempat mereka hidup, melestarikan alam”.

72 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 73 “Lalu, perhatikan hadist Rasulullah saw lainnya, hutan larangan yang dibuat di berbagai tempat yakni: terutama ditujukan agar air selalu tersedia atau Anas bin Malik meriwayatkan dari Nabi SAW: agar sungai selalu mengalirkan air sepanjang Lubuk Larangan yang Menghidupkan “Seorang muslim yang menanam tanaman jika tahun. Sungai tidak akan dialiri air sepanjang (bagian dari pohon itu) dimakan oleh seseorang tahun apabila hutannya tidak ada atau rusak. atau binatang, maka itu menjadi sedekah” (Sahih al- Justru yang terjadi adalah kekeringan di musim Bukhari Juz 5. hal 2239 no 5666). Kemudian dari Sahih kemarau, banjir di musim penghujan. Membuat menangkap ikan lainnya. Selain itu, daerah di Muslim Juz 3 hal 1188 no hadits 1552: Rasulullah hutan larangan antara lain sama dengan membuat A sekitar sungai juga dilarang dikonversi menjadi “ pa itu lubuk larangan, Ustad?” tanya salah bersabda: “Seorang muslim yang menanam pohon, sungai, yang menurut sabda Rasulullah saw areal kebun, misalnya sawit. Namun kini, tersebut merupakan salah satu dari 7 amal yang seorang santri Pondok PAS pada salah satu jika ada yang memakan (bagian) dari pohon itu, berbagai aturan itu telah dilanggar. Banyak akan mengalirkan pahala, meskipun mereka pengajian tematik malam Jum’at di pondok maka menjadi sedekah, jika dicuri, menjadi sedekah, orang menangkap ikan dengan cara diracun telah meninggal dunia. tersebut. Pertanyaan itu muncul ketika pada jika dimakan oleh burung, menjadi sedekah, dan jika atau disentrum. Akibatnya populasi ikan jauh siang harinya sang santri yang bertanya tersebut dirusak oleh seseorang, menjadi sedekah” [29]. Apalagi kemudian, menanam pohon dalam berkurang dan tidak bisa lagi diandalkan untuk membaca berita di sebuah koran tentang lubuk daerah yang luas atau lahan yang rusak, tentu menambah penghasilan rumah tangga [53]” kata “Manusia untuk hidup juga butuh pohon untuk larangan. menghasilkan kayu. Namun, yang utama adalah akan menjadi pahala yang terus mengalir. Ustad Abdurrahman menceritakan hasil temuan bagaimana memanfaatkannya, dimana pohon Sesungguhnya menanam pohon dan pembuatan Ustad Abdurrahman yang menjadi pengasuh Ustad Irsan Halomoan. hutan larangan merupakan salah satu pengajian pada malam itu kemudian berkata yang boleh ditebang yang tidak akan memicu Sesaat kemudian, Teuku bertanya “Ustad, pengamalan perintah Rasulullah dalam hadist “Pertanyaan yang bagus. Lubuk larangan bencana, berapa banyak yang boleh ditebang apakah masih ada praktek lubuk larangan yang dalam satu kawasan serta tentu yang sangat tersebut, dan juga sangat mirip dengan kawasan merupakan salah satu khazanah masyarakat masih hidup dan terpelihara di masyarakat kita? penting kemudian harus menanamnya kembali. konservasi berupa hima yang juga diperkenalkan dalam mengelola sungai dan hasil perikanan Kalau masih ada, bagaimana pengelolaannya?” Rasulullah telah melarang kita berbuat sesuatu Rasulullah saw” kata pimpinan pertemuan sungai. Insya Allah, kita akan bahas pada yang nantinya akan mendatangkan bencana, FORDALING menutup pertemuan di sore itu. pertemuan malam ini. Beberapa waktu lalu, topik “Baik” kata Ustad Abdurrahman. “Dalam yakni hadits berbunyi: “La dlarara wala diraar” ini juga dibahas di pertemuan FORDALING.” pertemuan FORDALING yang lalu juga dibicarakan berbagai praktek lubuk larangan (tidak boleh melakukan perbuatan bahaya bagi Lalu, Ustad Abdurrahman melanjutkan, “Ustad yang masih tetap terpelihara sampai saat ini, diri sendiri dan orang lain). Rasulullah saw. Irsan Halomoan yang tinggal di dekat Stabat Bersabda: “Tidak boleh malakukan perbuatan bahaya terutama di daerah Mandailing Natal yang pernah mendapatkan informasi praktek Lubuk bagi diri sendiri dan orang lain. Siapa yang membuat banyak memiliki pondok pesantren. Kearifan Larangan ini pernah hidup pada masyarakat di celaka orang lain, maka Allah akan mencelakakannya. atau khazanah itu sangat terkait dengan Dusun Paya Redas dan Dusun Paya Kasih di Siapa yang mempersulit orang lain, Allah akan pemahaman mereka bahwa hidup mereka Desa Mekar Jaya, Dusun Paya Kasih dan Dusun mempersulitnya” (Sunan al Baihaqi al Kubra Juz sangat terkait dengan air, sungai dan hutan Bukit Gantung di Desa Sidorejo, Kecamatan 6 hal 69 no 11166) [29]. yang dilandasi oleh pemahaman religius mereka Wampu, Kabupaten Langkat. Pada daerah sebagai masyarakat muslim. Dalam sebuah “Apa kaitan hadist-hadist tersebut dengan tersebut terdapat anak sungai yang terus tulisan diungkapkan begini: hutan larangan?” lanjut pimpinan pertemuan mengalir ke sungai Batang Serangan dan Sungai seperti menarik perhatian peserta diskusi Besilam. Jenis ikan utama yang dihasilkan “Bagi masyarakat Mandailing penduduk asli Tapsel FORDALING. dari sungai-sungai di daerah tersebut dahulu dan Madina, eksistensi air sungai maupun anak “Hutan terdiri dari pepohonan sehingga terutama berupa belut dan berbagai jenis ikan sungai yang ada di sekitar pemukiman mereka menungkinkan berbagai satwa lain hidup, baik sungai lainnya, seperti jurung.” berperan multi-fungsi, sebagai air minum dan sebagai tempat hidup maupun sumber makanan. mandi cuci kakus (MCK), mengairi lahan pertanian, “Dahulu pernah ada aturan larangan mengambil Hutan sebagai pernah kita bahas antara lain mendukung fungsi sosial budaya (misalnya dalam ikan dengan cara meracun. Untuk menangkap berfungsi mengatur tata air, sehingga tersedia Hutan hujan tropis di Ketambe, Langkat, memberi ritus patuaekkon boru), religius (mendukung keseimbangan udara di bumi dan memperlambat ikan hanya dibolehkan menggunakan bubu, sepanjang tahun, tidak banjir saat musim hujan pelaksanaan ibadah), dan juga ekonomi (mencari pemanasan global. (Photo: David Dellatore) jaring, bubu limbat, jaring atau pancing untuk dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Lalu, emas/manggore, ikan, bahan bangunan berupa pasir,

74 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 75 kerikil dan juga batu). Dengan kata lain, bagi orang sungai dengan panjang tertentu dengan larangan sekitar Kecamatan Wampu yang diungkapkan Mandailing air merupakan “mata air kehidupan” mengambil ikan dengan cara apapun bagi siapa saja, oleh Ustadad Irsan Halomoan [53]” kata Ustad yang sekaligus bertali-temali dengan institusi sosial, kecuali pada waktu tertentu. Daerah yang dilarang Abdurrahman. budaya, ekonomi dan ekologis. Oleh karena banyak tersebut disebut dengan “lubuk larangan”. Bagi yang Kemudian Syaiful bertanya “Ustad, bagaimana sekali kepentingan orang Mandailing terhadap melanggar akan dikenakan denda berupa sejumlah masyarakat disana mengatur penangkapan sumber daya air, maka tidak heran, sejak tahun uang tertentu [56, 57]. Praktek lubuk larangan juga ikan?” 1980-an bermunculan gagasan di 70 desa Kabupaten dikenal di masyarakat Sumatera Barat dan Jambi, Mandailing Natal untuk menyelenggarakan sistem hanya saja berbeda dalam daerah yang dilindungi. “Perwakilan masyarakat bersama aparat desa pengelolaan sungai dengan model lubuk larangan Lubuk larangan di Jambi dan Sumatera Barat adalah biasanya membentuk suatu panitia” kata Ustad atau ‘river protected area’ [54, 55].” larangan mengambil ikan pada “bagian sungai yang Abdurrahman dan kemudian melanjutkan, “Saat lubuk larangan dibuka, setiap orang yang ingin “Tulisan lain mengungkapkan apa yang dalam” atau dikenal dengan nama “lubuk” sebagai mengambil ikan di kawasan tersebut terlebih dimaksud dengan lubuk larangan yang tempat perlindungan sumber benih ikan [58].” dahulu membeli kupon kepada panitia yang dipraktekkan oleh masyarakat Mandailing, Kemudian Ustad Abdurrahman melanjutkan telah dibentuk oleh masyarakat yang difasilitasi yakni: penjelasannya, “Salah satu contoh lubuk pemerintah desa. Orang yang ingin mengambil larangan adalah yang terdapat di Desa Tamiang, “Lubuk larangan yang dipraktekan di daerah ikan saat lubuk larangan dibuka tidak harus Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Tapsel dan Madina adalah bagian tertentu dari berdomisili di desa tersebut, bisa dari desa lain. Natal. Lubuk larangan tersebut adalah bagian Untuk kasus di Desa Tamiang, pada pembukaan dari Batang Gadis yang melintasi desa tersebut lubuk larangan tahun 1427 H atau tahun 2006, dengan panjang sekitar 1,5 km dan dalam setiap yang ingin mengambil ikan dikenakan setahun dibuka hanya selama 2 hari yang biaya sebesar Rp 30.000 yang disetor kepada berdekatan dengan hari raya Idul Fitri, yakni panitia untuk mendapatkan kupon sebagai tanggal 2 - 3 Syawal, dan mulai tanggal 4 Syawal Metar, sebuah aktifitas penangkapan ikan secara tradisional menggunakan panah di prasyarat untuk mengambil ikan. Pada tahun lubuk arangan tersebut ditutup kembali. Damar Hitam, Kab. Langkat (Photo: bDoel eSTe) tersebut terkumpul uang sebesar Rp 65.000.000,- (enam puluh lima juta rupiah) dari uang kupon pengambilan ikan tersebut [56]. Pada awal “Saat pembukaan lubuk larangan tersebut, bulan Mei 2009 saat dilakukan pembukaan Bagi yang mengambil ikan pada lubuk larangan masyarakat dengan antusias mengambil ikan. lubuk larangan di Sungai Simarpingan, Desa di luar waktu tersebut akan dikenakan denda Selain untuk mendapatkan kesempatan langka Simarpingan Kab Tapsel, uang yang terkumpul sebesar Rp. 1.000.000,- per orang. Angka satu untuk mendapatkan ikan yang hanya setahun panitia mencapai Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta juta rupiah merupakan angka yang sangat sekali, namun juga sambil rekreasi bersama besar bagi masyarakat tersebut. Berdasarkan rupiah) [59].” keluarga. Berbagai jenis ikan, seperti ikan jurung, informasi masyarakat, diketahui bahwa “Jadi, hasil pengelolaan lubuk larangan cukup baung, limbat dan sebagainya. Pengambilan sampai saat ini belum ada yang melakukan mengagetkan. Pengelolaan lubuk larangan pelanggaran terhadap aturan tersebut karena ikan tidak boleh menggunakan racun, atau yang dibangun dengan mengandalkan modal masyarakat secara keseluruhan memahami disentrum dengan listrik, tetapi hanya boleh sosial (bukan modal material/finansial), mampu secara baik tujuan dan maksud ketetapan dengan bantuan pancing, jala, jaring atau alat menghasilkan banyak hal di desa [54, 55, 56]. tersebut dan mereka terlibat dalam sejenisnya. Malah ada yang menangkap ikan penetapan tersebut [56]. Jadi, pembukaan Misalnya mendirikan gedung madrasah (seperti hanya dengan tangan saja karena tidak punya lubuk larangan sangat terkait dengan hari di Desa Hutarimbaru dan desa Singengu, Kec. alat tangkap [56]. Aturan larangan menangkap besar Islam, yakni Idul Fitri setelah sebulan Kotanopan), masjid (di banyak desa di Kec. Muara berpuasa.” ikan saat pembukaan lubuk larangan dengan cara Sipongi, Kotanopan dan Batang Natal), menggaji Sungai sebagai daerah tangkapan air di Ujung meracun atau menyentrum sama dengan aturan guru SD Negeri (di Batang Natal), menyantuni Bandar, Kab. Langkat (Photo: Arief Arbianto) yang pernah dipraktekkan oleh masyarakat

76 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 77 anak yatim dan fakir miskin (di banyak desa Jadi, masyarakat disana sangat mengamalkan Kec. Batang Natal), membangun titi/rambin dan ajaran Islam untuk menjaga persaudaraan dan jalan desa (di desa Koto Baringin, Kec. Muara menjaga kepercayaan sebagaimana norma- Sipongi, desa Husor Tolang, Kotanopan) dan norma yang diajarkan Islam.” berbagai bentuk lainnya [54]. Selain itu, uang “Mengapa sistem pengelolaan lubuk larangan tersebut juga dipergunakan untuk memberi oleh masyarakat bisa bertahan hingga sampai insentif bagi yang bisa membunuh babi karena babi merupakan hama bagi padi sawah atau saat ini, sementara pengelolaan dana bantuan kebun masyarakat (Desa Tamiang) [56]” kata dari pemerintah seringkali gagal?” tanya Ilham Ustadad Abdurrahman menjelaskan. “Berdasarkan hasil penelitian” kata Ustad “Selain itu” kata Ustad Abdurrahman, “Sistem Abdurrahman “Kuncinya adalah kemampuan lubuk larangan juga membangun kebersamaan masyarakat desa pengelola lubuk larangan dan saling mempercayai bagi segenap anggota membangun kebersamaan di antara mereka. masyarakat sebagaimana Islam mengajarkan Dengan kata lain, mereka mampu menanam dan kepada kita semua. Ketika dana Bangdes dan mengembangkan investasi modal sosial dalam dana-dana pembangunan lainnya masuk ke sistem pengelolaan lubuk larangan. desa, yang sering terjadi adalah sikut-sikutan antar elit desa (bahkan konflik terbuka), dalam “Lubuk larangan hanyalah salah satu contoh sistem pengelolaan dan pemanfaatan hasil kearifan masyarakat lokal dalam pengelolaan lubuk larangan hal itu tidak ditemukan [54, 55]. sumberdaya alam. Mereka memberikan contoh Kemudian, pengelolaan lubuk larangan, selain nyata dalam pengelolaan sumberdaya alam menjaga sumberdaya perikanan sungai, juga secara lestari dan dilakukan secara mandiri. menyediakan sumberdana bagi pembangunan Mereka menjaga sungai yang ada di hulu, desa, juga sekaligus dapat mengurangi gangguan sehingga masyarakat di hilir tidak terkurangi hama babi bagi pertanian dan kebun masyarakat haknya untuk mendapatkan sumber kehidupan sehingga petani dapat menikmati hasil jerih dari sungai yang airnya terus mengalir [56, 57]. payahnya [56] serta sekaligus melestarikan Mereka mengamalkan perintah Allah untuk keanekaragaman hayati (biodiversitas) berbasis mengelola alam dengan baik, mereka belajar pengetahuan masyarakat lokal [60].” dari alam, sehingga mereka arif dan bijak dalam mengelola sumberdaya alam.” Aspek-aspek kunci dari modal sosial itu adalah: “Subhanallah” kata para santri serentak tanda

(i) kemampuan merajut atau membangun kekaguman mereka akan kekayaan khazanah pranata dan norma-norma (crafting dan manfaat praktek pengelolaan sungai yang institutions); dilakukan saudara mereka di sekitar Mandailing ) (ii) kemampuan mengembangkan Natal dan Tapsel. Mereka kini memahami, jika partisipasi yang setara dan adil (equal sumberdaya alam sebagai karunia Allah yang participation); diberikan kepada manusia akan memberikan (iii) kemampuan mengembangkan sikap saling Praktik lubuk larangan menjaga kelestarian sumber air bagi percaya di antara warga suatu kelompok manfaat yang sangat besar bagi manusia. Photo: bDoel eSTe masyarakat (Photo: OIC) ( sosial/trust [55].

78 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 79 Kesadaran dan partisipasi masyarakat berperan sangat besar dalam Kesadaran Sungai Lepan, Sei Lepan di Damar menjaga kelestarian sumber air. Hitam, Kab. Langkat Kawasan Sabuk Hijau, Salah Satu Bentuk al Harim

Lalu, ust Salman melanjutkan “Di antara B berita duka yang mendera tersebut, kita encana tsunami 26 Desember 2004 mendapatkan kabar jika saudara kita di Pulau membawa duka mendalam bagi masyarakat Simeulu sebagian besar selamat dari tsunami. dunia. Gempa dahsyat dengan kekuatan 8,9 skala Demikian juga dengan saudara kita yang tinggal richter yang berpusat di Samudra Hindia dekat di Lahewa, Nias bagian utara yang sebagian Pulau Simeulu telah memicu gelombang tsunami Hutan cemara laut sebagai sabuk hijau di pantai Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Aceh Singkil (Photo: Onrizal) besar masyarakatnya beragama Islam. Mereka dengan ketinggian mencapai 30 m melanda mengenal tanda-tanda alam. Seketika terjadi sebagian besar wilayah Sumatera bagian utara gempa dahsyat dan melihat air laut surut dengan langsung berbatasan dengan laut di daerah kerusakan yang sedikit atau malah terlindung dan belasan negara lainnya, mulai dari Asia cepat, mereka paham bahwa bahaya besar bagian utara Pulau Nias. Sebagian besar rumah sama sekali dari tsunami. Pada daerah pantai Tenggara sampai pantai timur Afrika. Sebuah mengancam, yakni gelombang air laut akan penduduk berupa rumah panggung bertiangkan barat Aceh, terdapat kisah perkampungan yang laporan dari pemerintah Indonesia mencatat naik berikutnya dengan kecepatan yang tinggi. kayu, berdindingkan anyaman kulit dan bambu selamat dari terjangan tsunami di Aceh Selatan. [61] setidaknya 120 ribu orang kehilangan Tidak ada cara lain kecuali menyelamatkan diri atau kayu, dan beratapkan daun nipa atau Tersebutlah dua desa, yakni Desa Lhok Pawoh, nyawa hanya di Aceh dan Sumatera Utara, dengan mencari perlindungan di daerah yang rumbia. Sawang, dan Desa Ladang Tuha, Pasie Raja yang sekitar setengah juta orang kehilangan tempat lebih tinggi [63].” merupakan dua desa di pesisir pantai barat Aceh tinggal dan 250 ribu rumah hancur. Belum lagi Sangat sedikit dijumpai rumah yang semi yang termasuk dalam Kabupaten Aceh Selatan. berbagai sarana dan prasarana umum yang “Seperti kata pepatah orang minang “alam permanen. Melihat kondisi tersebut, dapat Kedua desa tersebut juga selamat dari tsunami, rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Lebih dari takambang jadi guru” yang lebih kurang dinyatakan sebagian besar mereka tergolong sebagaimana dilaporkan [65]. Di daerah pesisir 900 km2 kawasan pesisir pantai Aceh tergenang artinya adalah alam semesta dengan segala ekonomi pra-sejahtera. Ketika penelitian Desa Lhok Pawoh terdapat padang lamun, air tsunami dan sebagian besar hancur dan rusak kejadian yang menyertainya merupakan sumber dilakukan di awal bulan Maret 2005 atau 2 pantai berbatu dan terumbu karang yang masih berat [62]. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. pelajaran dan pengetahuan (guru) atau tadabbur bulan setelah tsunami melanda, sangat sulit baik, lalu di Desa Desa Ladang Tuha yang alam dalam bahasa Al Quran. Demikianlah, melihat bekas atau dampak secara fisik dari “Ya, bencana dahsyat itu” kata Ustad Salman memiliki hutan pantai yang rapat dan kompak saudara kita di pesisir pantai utara Nias selamat tsunami pada kedua desa tersebut, kecuali bekas “telah memberi pelajaran yang sangat berharga yang didominasi oleh pohon-pohon cemara laut dari tsunami karena ketika tsunami datang dan tanda-tanda bekas air di dinding rumah-rumah bagi kita akan kekuasaan Allah swt. Gempa (Casuarina equisetifolia)” kata Ustad Salman. merendam rumah dan perkampungan, mereka penduduk yang merupakan batas tertinggi air dan tsunami adalah kejadian alam diluar kuasa sudah berada di daerah yang tinggi dan tidak tsunami. Hanya ada 1 rumah di pinggir sungai “Ada yang tahu jawabannya” tanya Ustad manusia.” terjangkau oleh tsunami. Tidak ada seorangpun di Desa Moawo yang hancur total sampai Salman kepada para santrinya. Suasana hening. Sejenak kemudian Ilham bertanya “Ustad, lalu penduduk pesisir pantai di Kecamatan Lahewa fondasinya. Meskipun, sebagian desa tersebut Tidak ada santri yang menjawab dan mereka apa yang bisa kita lakukan?” yang menjadi korban tsunami! [63, 64].” juga tenggelam saat tsunami datang, namun hanya saling pandang. mengapa tidak terlihat kerusakan rumah serta “Pertanyaan yang sangat bagus” kata Ustad “Saya juga membaca hasil penelitian untuk Lalu, Ustad Salman melanjutkan uraiannya sarana dan prasarana lainnya di desa tersebut, Salman. “Salah satu upaya yang bisa kita lakukan daerah Nias” lanjut Ustad Salman. “Ada dua “Permukiman penduduk di Desa Moawo kecuali hanya 1 rumah, seperti telah disebutkan adalah mengurangi resiko atau dampak bencana desa di Kecamatan Lahewa yang selamat dari dan Desa Pasar Lahewa berada pada daerah di atas? [63, 64]” tersebut. Bukankah banyak ayat dalam Al Quran tsunami 26 Desember 2004, yakni Desa Moawo pasang surut. Hanya saja perumahan penduduk yang memerintahkan kita untuk mempelajari dan Desa Pasar Lahewa. Kedua desa tersebut “Penelitian lain juga melaporkan bagaimana tersebut tidak langsung berhadapan dengan dan mentadabburi ayat-ayat Allah yang ada di daratannya berbatasan langsung dengan laut, daerah yang memiliki hutan mangrove dan laut, namun antara permukiman dengan laut alam semesta?” termasuk Kecamatan Lahewa yang desanya hutan pantai yang masih baik hanya mengalami terdapat hutan mangrove dengan lebar sekitar

80 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 81 200 – 300 m dan kerapatan pohon berdiameter pinggir sungai tersebut tidak terhalang oleh Kemudian Ustad Salman melanjutkan tentu akan mendangkalkan sungai dan 2-10 cm yang sangat lebat (lebih dari 17.000 hutan mangrove [63, 64]” kata Ustad Salman. penjelasannya, “Nah, kita bisa membayangkan pada akhirnya memperbesar potensi banjir. ind/ha) [66]. Meskipun pohon-pohon mangrove “Berbagai hasil penelitian lain [67, 68, 69,70, jika aturan ini ditegakkan, yakni di tepi pantai Tidak terlaksananya aturan ini telah me- tersebut diameternya masih relatif kecil, namun 71, 71] juga mengungkap hutan mangrove dan selebar 1 km hutan di pesisir pantai tidak nyebabkan Sungai Tamiang sangat sering tegakannya kompak dan tersebar secara merata hutan pantai yang lebat dan dalam kondisi yang ditebang atau dijaga kelestariannya, tentu akan mengalami banjir sehingga menimbulkan dengan ketinggian pohon mencapai 9 meter [63, baik mampu meredam dan mengurangi energi mampu meminimalisir kerusakan yang terjadi korban nyawa dan kerusakan serta kehilan- 64].” perusak gelombang tsunami. Pada sisi lain apabila tsunami terjadi dan melindungi banyak gan harta. “Saat tsunami datang di pantai utara Nias, kerusakan berat terjadi pada daerah yang hutan nyawa. Bukankan banyak penelitian ilmiah telah 3. Larangan menebang pohon yang berada gelombang tsunami tidak langsung menghantam mangrove dan hutan pantainya telah rusak. membuktikan peranan hutan di pesisir pantai di puncak gunung dan daerah lereng yang perumahan penduduk, namun terlebih dahulu Malah batang pohon dari hutan mangrove dan dalam melindungi tsunami. Nah, sesungguhnya terjal. Juga tak boleh ditebang pohon dip- melewati hutan mangrove. Setelah melewati hutan pantai yang rusak mudah tumbang karena aturan melindungi daerah pesisir dengan cara inggiran jurang yang jaraknya kira-kira hutan mangrove lebat tersebut, arus tsunami tumbuh jarang, sehingga malah menambah larangan menebang pohon pohon sekitar 1 km dua kali kedalaman jurang. Larangan ini menjadi tenang sesampai di permukiman. energi perusak dari tsunami. Oleh karena itu, dari pinggir laut merupakan salah satu bentuk dimaksudkan agar tidak terjadinya longsor Fenomena di pantai utara Nias menggambarkan sangat penting bagi kita melindungi hutan praktek al harim.” yang dapat merusak lingkungan, dan dapat bahwa banjir akibat gelombang tsunami yang mangrove dan hutan pantai yang berada di “Selain itu, adat Aceh yang dibagun oleh pula menimbulkan kerugian bagi manusia menggenangi rumah-rumah penduduk setinggi 2 pesisir pantai. Bukankah Allah swt menciptakan masyarakat Muslim dimana sebagian besar itu sendiri.” – 3 m tidak menyebabkan kerusakan yang berarti sesuatu tidak ada yang sia-sia?” urai Ustad kawasan TNGL berada juga punya aturan “Pada daerah dekat pesantren kita, dulu juga pada permukiman tersebut karena airnya sudah Salman. melindungi kawasan sabuk hijau untuk hidup khazanah yakni menanami tepi sungai tenang karena diredam oleh hutan mangrove. Ustad Salman kemudian teringat kunjungannya melindungi sumber air, melindungi sungai dari dengan bambu, pohon beringin dan jenis pohon Hanya terdapat 1 (satu) rumah yang hancur ke Aceh Tamiang beberapa waktu lalu, dan abrasi dan mencegah partikel erosi masuk ke lainnya agar tebing sungai kokoh dan tidak di Desa Moawo karena rumah tersebut berada pernah diceritakan kepada para santri di sungai yang akan menyebabkan sungai menjadi longsor atau abrasi. Namun, kini kearifan ini persis di bibir sungai yang tegak lurus terhadap pengajian terdahulu. Sesungguhnya masyarakat dangkal sehingga menambah potensi banjir saat sudah mulai banyak ditinggalkan [75]” urai datangnya air laut, sehingga arus tsunami di Aceh memiliki kearifan atau khazanah dalam hujan, serta melindungi hutan-hutan di daerah Ustad Salman. yang tinggi atau tepi jurang. melindungi hutan pada daerah pesisir [36, 73] “Nah, para santri yang saya sayangi” kata Ustad yakni larangan menebang pohon sejarak 600 Aturan tersebut selain larangan menebang pohon Salman, “berbagai aturan yang dibangun oleh depa atau sekitar 1 km dari pinggir laut. sejarak 1 km dari tepi laut [36, 73, 74] adalah: para pendahulu kita di sekitar hutan Leuser 1. Larangan menebang hutan dalam jarak sungguh sesuatu yang mencontoh apa yang 1.200 depa atau setara dengan 2 km kelil- diajarkan Rasulullah. Kearifan itu, sesungguhnya ing sumber mata air. Hal ini sangat berguna adalah warisan Islam. Oleh karenanya, mari kita akar mata air tidak tercemar atau rusak, se- bersama melaksanakannya dan mendakwahkan hingga air bersih terus mengalir sepanjang agar ummat dan masyarakat kita kembali waktu menghidupkan khazanah melindungi kawasan 2. Larangan menebang pohon dalam jarak sabuk hijau atau dalam istilah syariat Islam 60-120 depa atau setara dengan 100-200 m disebut al harim.” dari kiri kanan sungai. Hal ini ditujukan “Insya Allah Ustad” kata para santri serentak. agar tepi/tebing sungai kokoh sehingga ti- Mereka sangat mengagumi para leluhur mereka dak terjadi abrasi tepi sungai serta kawasan yang telah berpikir dan bertindak jauh ke depan tersebut penting untuk menangkap partikel bagi kepentingan generasi anak cucu mereka. Hutan mangrove sebagai sabuk hijau di pantai utara Nias, erosi tanah dari kawasan lain, sehingga ti- Dan, sesungguhnya hal itu semua sangat sejalan menyelamatkan warga sekitar dari ganasnya tsunami 2004 dak masuk ke dalam sungai. Apabila par- dengan syariat Islam. (Photo: Onrizal) tikel-partikel erosi masuk ke dalam sungai

82 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 83 Ular dan Produksi Pertanian Konservasi Tanah dan Air di Lahan Pertanian

P dimakan dapat menghangatkan tubuh mereka S “Praktek ini masih dapat kita jumpai di daerah ada satu waktu, beberapa orang anggota yang hidup di daerah yang dingin.” ebagian besar masyarakat yang tinggal di kecamatan Wampu terutama desa Stabat Lama FORDALING melakukan perjalanan dan sekalian sekitar hutan Leuser hidup dari hasil pertanian Kini, sejak aturan itu dilarang, sangat sering hasil dan desa Bingai yang semakin berkembang” silaturrahim dengan tokoh dan masyarakat di atau mengambil hasil hutan seperti madu lebah, pertanian mereka diserang hama tikus. Hasil kata Ust. Irsan. “Salah satu contohnya adalah Desa Ujung Bandar, yang berbatasan dengan rotan, gaharu atau hasil lainnya. Pada areal pertanian sudah mulai tidak mampu mencukupi, pada tanaman karet yang telah berumur di hutan negara berupa TNGL. Salah satu informasi kebun, biasanya masyarakat terbiasa menanam sehingga banyak yang harus membeli dari atas 4 atau 5 tahun (sudah mulai rindang), berharga yang didapatkan saat kunjungan berbagai jenis tanaman menggabungkan jenis daerah luar. kemudian ditambah dengan menanam durian tersebut bahwa dahulu ada khazanah di daerah tanaman tahunan dengan jenis musiman [76]. dan pohon lainnya. Kemudian apabila tanaman “Oleh karena itu, penjelasan aturan yang telah tersebut namun kini telah hilang, yakni larangan Informasi ini disampaikan oleh Ust. Irsan selain karet sudah melewati pohon karet, cabang diturunkan para pendahulu serta ditambah membunuh sejenis ular yang memakan tikus Halomoan dalam salah satu pertemuan diskusi yang sejajar dengan cabang utama pohon karet dengan pendidikan agama bahwa memakan yang menjadi hama tanaman pertanian mereka, FORDALING di Stabat, Langkat. kemudian dipotong. Pada lantai hutan juga binatang melata, seperti ular secara fiqih adalah khususnya padi. ditanam tanaman musiman terlarang” kata Ust. Syuhada sambil meminta Ust. Syuhada mengatakan “Sampai sekitar yang tahan naungan. Motivasi kesediaan para da’i yang tergabung dalam 10 tahun lalu, larangan membunuh ular yang utamanya adalah agar pemilik FORDALING untuk membantunya memberikan memakan tikus masih berjalan baik di desa kebun tidak bergantung pendidikan agama bagi masyarakat di desa kami. Saat itu, hasil pertanian kami sangat cukup pada satu hasil. Apabila hasil tersebut yang secara pendidikan masih sangat malah lebih untuk menghidupi masyarakat tanaman karet telah menurun tertinggal. kami karena gangguan tikus sangat sedikit hasilnya, mereka masih punya pohon durian yang biasanya atau malah tidak ada. Namun berbuah pada masa produksi setelah ada yang membawa lateks menurun, sehingga isu bahwa ular tersebut bisa dapat membantu penghasilan. menghangatkan tubuh, banyak Tanaman lain biasanya anak muda yang kemudian jenis pohon kayu yang kuat berburu ular tersebut untuk (halaban, medang, biak dan dimakan atau dijual. Mengapa lainnya) yang ditanam tidak mereka bisa melanggar aturan terlalu banyak, yakni antara yang telah lama yang baik 5 – 7 pohon untuk bahan buat tersebut? Alasan utamanya rumah. Kebun yang dibangun adalah lemahnya pemahaman tersebut juga sangat mirip agama para anak muda dengan hutan.” tersebut, bahwa ular tersebut “Sesungguhnya praktek terlarang untuk dimakan bagi ini dalam dunia akademik seorang muslim, sehingga Ular Sawah Tadung (Trimeresurus puniceus) Praktik memaksimalkan lahan dengan cara agroforestri, Photo: duniasatwa.dszoo.com yaitu dengan cara bercocoktanam di antara tegakan pohon disebut dengan agroforestry. mereka hanya berpatokan ular karet di Desa Mekar Makmur. (Photo: Bdoel eSTe) Dr Hiroyuki Watanabe, salah tersebut bisa dijual dan apabila

84 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 85 Masyarakat Desa Mekar Makmur berpartisipasi aktif dalam praktik agroforestri demi penyelamatan hutan Leuser. (Photo: Bdoel eSTe)

seorang Profesor Emeritus di Kyoto University, tumpangsari yang banyak dikenal di Jawa [78]. Jepang menyatakan bahwa : Hal yang sangat penting diperhatikan dalam sistem tersebut adalah interkasi antara tanaman, baik interaksi positif maupu negatif, sehingga Agroforestry adalah sebuah metode akan didapatkan hasil panen yang optimal serta penghutanan kembali (reforestation) dengan perlindungan kesuburan tanah dan pengaturan menanam anakan pohon dan tanaman musiman secara simultan, sehingga hasil tata air serta iklim mikro” kata salah seorang tanaman musiman dapat dipanen sampai areal peserta diskusi FORDALING. tersebut tertutup oleh pohon yang semakin “Nah, praktek yang dilakukan turun temurun besar [77].” oleh masyarakat lokal merupakan sesuatu yang sangat bernilai tinggi dalam konservasi alam ) di Taman Nasional Taman ) di “Dalam beberapa dekade terakhir, kearifan dan kini secara akademis telah terbukti manfaat ) tersebut telah menjadi banyak perhatian tersebut. Belajar dari alam yang merupakan salah ilmuan dunia, karena selain hasilnya yang satu bentuk ayat-ayat Allah (tadabbur alam) beranekaragam, juga memiliki fungsi ekologi telah menjadi perintah Islam. Hikmah yang baik Pongo abelii sebagaimana hutan alam, yakni melindungi itu, harus terus kita hidupkan dan kembangkan” kesuburan tanah serta mengatur tata air. kata pimpinan pertumuan FORDALING waktu Photo: Nick Tignonsini ( Nama lain sistem tersebut antara lain adalah itu.

86 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 87 Orangutan Sumatera ( Gunung Leuser lebih dari 1000 jenis tumbuhan, hewan kecil betina membutuhkan daerah jelajah minimun dan jamur yang menjadi pakan orangutan. 850 ha, dan orangutan Sumatera jantan dengan Menyelamatkan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Selain itu, orangutan merupakan hewan arboreal daerah jelajah minimum 2500 ha. (menghabiskan sebagian besar waktunya di atas “Bagaimana pandangan Islam terhadap pohon) yang berukuran besar, memiliki daerah orangutan yang termasuk kelompok primata, jelajah yang luas dan masa hidup panjang khususnya jenis-jenis kera?” tanya pimpinan I [82]. Orangutan betina dewasa memiliki berat sehingga berperan penting dalam pemencaran diskusi itu. ndonesia punya dua jenis orangutan, yakni badan berkisar 35-55 kg dan jantan dewasa 85- biji-biji tumbuhan yang dikonsumsinya. Untuk Salah seorang ustadz yang hadir saat itu orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan 110 kg dengan berat bayi yang baru lahir sekitar memenuhi kebutuhan hidupnya, artikel lain [85] mengatakan “Para jumhur fuqaha berpendapat, Kalimantan (Pongo pygmeus). Orangutan 1-2 kg. Orangutan betina siap bereproduksi pada menginformasikan bahwa orangutan Sumatera Kalimantan secara alami tersebar di Pulau usia 14 tahun dengan lama kehamilan antara seperti dinyatakan Ibn Rush dalam Kalimantan yang meliputi Indonesia, Malaysia 8-9 bulan. Setiap kelahiran orangutan hanya Bidayat al-Mujtahid, bahwa kera dari dan Brunei, sedangkan orangutan Sumatera menghasilkan satu bayi dengan jarak kelahiran kelompok primata tidak dimakan dan hanya terdapat di pulau Sumatera bagian 6-9 tahun [83]. tidak pula diambil manfaatnya secara utara. Saat ini orangutan Sumatera termasuk Kerusakan habitat akibat penebangan dan langsung. Pendapat ini mempunyai satwa dengan status kritis (Critically Endangered) konversi hutan tropis Sumatera menjadi lahan dampak penting terhadap kelestarian yang merupakan status ancaman kepunahan pertanian, perkebunan, permukiman dan jenis-jenis kera, termasuk orangutan tertinggi menurut IUCN Red List [79]. Selain pertambangan merupakan ancaman terbesar [30].” itu, orangutan Sumatera juga terdaftar dalam kelangsungan hidup orangutan Sumatera [80, Appendix I CITES (Convention on International “Sebuah hasil penelitian disertasi 81]. Kerusakan habitat diduga juga menyebabkan Trade in Endangered of Wild Species of Fauna and mahasiswa program doktor, yakni perubahan perilaku orangutan. Perilaku kanibal Flora atau Konvensi Perdagangan Internasional Birute Galdikas yang dikutip oleh pada dua induk orangutan betina semiliar di Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah). Mangunjaya [30] memberikan kesan Bukit Lawang, Sumatera Utara. Perilaku ini Hal ini berarti orangutan Sumatera, termasuk yang sangat mendalam pada mahasiswa sebelumnya belum pernah dilaporkan pada bagian tubuhnya tidak boleh diperdagangkan program doktor tersebut karena orangutan Sumatera maupun orangutan [80]. menemukan banyak orangutan hidup Kalimantan [84]. Selain itu perburuan dan di pesisir Taman Nasional Tanjung Mengapa mereka orangutan Sumatera dan perdagangan juga terus mengancam kelestarian Puting, Kalimantan Tengah dimana orangutan Kalimantan terancam punah? populasi orangutan meskipun kegiatan tersebut penduduknya memiliki kebudayaan Ancaman utamanya adalah kerusakan habitat, terlarang menurut peraturan internasional. dan agama Islam yang berakar sangat perburuan dan perdagangan liar, sementara “Dalam ilmu ekologi, orangutan dalam suatu kuat dan penduduknya berpantangan tingkat kelahirannya sangat rendah. Demikian kawasan hutan berperan sangat penting dalam memakan daging primata dan babi. kalimat pembuka dalam salah satu pertemuan penyebaran tumbuhan atau pohon berbuah. Oleh FORDALING. Nah, oleh karena itu, pendekatan karena itu, keberadaannya sangat penting bagi melalui ajaran agama terbukti mampu Orangutan Sumatera hidup di hutan-hutan regenerasi hutan itu sendiri, sehingga manusia melestarikan populasi orangutan. Sumatera bagian utara yang mencakup Propinsi dapat memperoleh manfaat dari hutan tersebut. Kenapa tidak dicoba pada masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Propinsi Berbagai hasil penelitian yang dihimpun oleh yang hidup pada daerah yang juga Sumatera Utara (Sumut) [81], terutama hidup sebuah artikel [82] diketahui bahwa orangutan habitat orangutan Sumatera?” ungkap di hutan Leuser dan hutan-hutan disekitarnya. termasuk frugivora (pemakan buah), walaupun pimpinan diskusi sambil mengajak para Selain itu, orangutan di /Kalimantan satwa ini juga memakan daun, liana, kulit kayu, Induk orangutan sumatera (Pongo abelii) dan da’i yang hadir untuk mensosialisasikan sebagian besar (90%) dijumpai di Indonesia dan serangga dan kadang-kadang memakan tanah anaknya di Bukit Lawang (Photo: M. Kurnia Indra) informasi yang tadi dibahas kepada sebagian kecil lainnya termasuk wilayah Malaysia dan vertebrata kecil. Hingga saat ini tercatat para jama’ahnya.

88 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 89 Sang Raja Hutan Diambang Kepunahan

harimau Bali telah punah pada tahun 1940-an dan harimau Jawab telah punah pada tahun 1980-an. Kini harimau Bali dan harimau Jawa tinggal menjadi sejarah satwa liar di Indonesia [86].” Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Harimau Sumatera secara alami (Photo: bDoel eSTe) hidup di hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan, 40 – 70 km2. Kemudian daerah jelajah harimau Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan) dengan ketinggian antara 0 – sumatera jantan dewasa sangat bervariasi, yaitu dan dua suaka margasatwa (Kerumutan dan 3.000 meter di atas permukaan antara 180 km2 pada kisaran ketinggian antara Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya laut dan menghuni berbagai 100 – 600 meter di atas permukaan laut (m dpl.), berada di luar ketujuh kawasan konservasi jenis habitat, seperti hutan 274 km2 pada kisaran ketinggian antara 600 tersebut. Jumlah tersebut diduga terus menurun Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2 (Photo: bDoel eSTe) primer, hutan sekunder, hutan – 1.700 m dpl., dan 380 km pada ketinggian di [86, 87]. Akankah harimau Sumatera bernasib pantai, hutan rawa gambut, atas 1.700 m dpl. Daerah jelajah satu harimau sama dengan dua kerabatnya dari Jawa dan Bali jantan dewasa dapat mencakup daerah jelajah yang telah punah? Sehingga nanti kita hanya bisa S hutan tebangan, perkebunan, hingga belukar dua betina dewasa. Salah satu faktor utama yang melihat binatang telah diawetkan di museum “ elain orangutan Sumatera, sang raja hutan, terbuka. Hasil tinjauan pustaka dalam sebuah mempengaruhi luas jelajah harimau sumatera atau foto dan videonya saja. Atau nanti kita yakni harimau bersama gajah Sumatera dan literatur [86] menunjukkan bahwa harimau adalah ketersediaan satwa mangsa [86]. hanya bisa mendengar cerita atau dongengnya Sumatera utamanya memangsa satwa dari badak Sumatera merupakan satwa kunci bagi Harimau merupakan satwa yang menempati saja sebagaimana kerabatnya di Bali dan Jawa keluarga Cervidae berukuran besar dan Suidae, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Siapa posisi puncak dalam rantai makanan (top yang kini telah punah seperti rusa sambar (Cervus unicolor) dan babi yang tidak kenal Harimau Sumatera, sang raja predator) di hutan tropis. Peranannya sebagai Bagaimana pandangan Islam terkait harimau hutan (Sus scrofa). Dalam keadaan tertentu penguasa hutan Sumatera? Meskipun harimau top predator, menjadikan harimau menjadi ini? Sumatera adalah penguasa hutan Sumatera, harimau Sumatera juga memangsa berbagai salah satu satwa yang berperan penting dalam Harimau mewakili binatang bertaring yang namun kini dia terancam punah. Kok bisa?” jenis mangsa alternatif lain, seperti kijang keseimbangan ekosistem [80]. Artinya, apabila dilarang keras (haram) bagi seorang muslim Demikian salah satu diskusi FORDALING. (Muntiacus muntjac), kancil (Tragulus sp), beruk harimau populasi terus turun atau malah punah untuk mengkonsumsi dagingnya. Penjelasan ini (Macaca nemestrina), landak (Hystrix brachyura), tentu akan merusak keseimbangan ekosistem dan Kemudian pada diskusi itu juga diungkapkan antara lain telah dibahas oleh Imam Syafi’i yang trenggiling (Manis javanica), beruang madu pada akhirnya juga akan merugikan manusia. hal-hal sebagai berikut “Indonesia awalnya hidup 12 abad silam. Namun demikian, tidak (Helarctos malayanus) dan kuau raja (Argusianus punya tiga sub jenis harimau dari delapan sub Populasi harimau Sumatera terus berkurang. jarang pemeluk Islam sendiri yang kemudian argus). jenis yang ada di dunia, yakni harimau Bali Pada tahun 1978, harimau Sumatera diperkirakan memburu dan memperjualkan belikan daging (Panthera tigris balica), harimau Jawa (Panthera Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, harimau berjumlah 1000 ekor. Jumlah terus berkurang, dan kulit binatang buruan tersebut [30]. Oleh tigris sondaica) dan harimau Sumatera (Panthera membutuhkan daerah yang luas yang biasa dan pada tahun 1992 populasi harimau Sumatera karena itu, penyampaian nilai-nilai Islam harus tigris sumatrae). Namun kini, 2 sub jenis harimau disebut dengan daerah jelajah [80]. Daerah jelajah diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di lima terus disampaikan kepada ummat dengan cara yang disebutkan diawal telah punah, yakni harimau Sumatera betina dewasa berkisar antara taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, hikmah dan argumentasi yang kuat.

90 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 91 tersebut sangat potensial karena memiliki hutan yang Konservasi Gajah dan Wisata Alam Tangkahan masih perawan, namun yang sangat disayangkan adalah infrastruktur jalan menuju lokasi tersebut yang masih G jambô tidak boleh didirikan di tempat lintasan buruk [89]. Penggunaan gajah ajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) binatang buas atau tempat-tempat yang diyakini Sumatera untuk perlindungan merupakan salah satu sub jenis gajah Asia yang ada makhluk halus penghuni rimba. Bahan yang hutan dan kegiatan ekowisata, hanya dijumpai di Pulau Sumatera. Hampir digunakan untuk penyangga gubuk juga tidak menurut masyarakat di seluruh Pulau Sumatera mulai dari Lampung boleh menggunakan kayu bekas lilitan akar Tangkahan, telah menekan sampai Aceh merupakan habitat gajah. Gajah (uroet), karena ditakutkan akan mengundang pembalakan liar pada hutan Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe ular masuk ke jambô tersebut [74]. Khazanah di Tangkahan dan sekitarnya ekosistem. Mulai dari pantai sampai ketinggian ini, sesungguhnya telah mengantisipasi agar serta pada kesempatan yang di atas 1.750 meter seperti di Gunung Kerinci. tidak terjadi konflik antara manusia dan satwa, sama juga menjadi sumber Habitat gajah dapat berupa hutan primer, hutan termasuk gajah Sumatera yang hidupnnya selalu ekonomi bagi masyarakat lokal sekunder bahkan di daerah pertanian. Habitat berpindah-pindah. karena mereka terlibat secara yang paling disenangi adalah hutan dataran langsung dalam pengelolaan Masyarakat di Tangkahan, sebuah kawasan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) rendah [88]. Di Sumatera Utara, gajah dapat kawasan ekowisata yang yang berbatasan dengan TNGL kini bekerjasama (Photo: Lismaidi Darjo Malau ) dijumpai di hutan tropis yang termasuk wilayah dikoordinir melalui Lembaga dengan beberapa LSM telah mengembangkan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Pariwisata Tangkahan [80]. kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan manusia [91]. Namun, berbagai publikasi terkini Wisata alam (ekowisata) Tangkahan merupakan Gajah Sumatera saat ini berada dalam kategori jasa gajah. Saat ini, gajah-gajah yang berada di telah mengungkap konservasi yang adil telah sebuah fenomena dalam pengelolaan taman terancam karena terjadi perubahan di kawasan kawasan wisata Tangkahan sudah dimanfaatkan lahir dan diperkenalkan oleh Rasulullah saw nasional di Indonesia. Mengapa? Alasan hutan yang merupakan daerah jelajah (home untuk patroli safari hutan. Bahkan gajah tersebut sejak 14 abad lalu, misalnya melalui sistem hima. utamanya adalah karena berkembang atas range) gajah tersebut. Gajah Sumatera biasanya saat ini sudah menjadi sebuah ikon wisata safari Praktek ini merupakan cara konservasi tertua inisiatif lokal, kemudian didukung secara berpindah tempat dengan menggunakan gajah yang membawa wisatawan berkeliling yang dijumpai di Semenanjung Arabia, bahkan konsisten oleh manajemen taman nasional dan kawasan hutan yang sama dalam kurun waktu hutan. mungkin tertua di dunia [28] dan diakui FAO tertentu. Dalam perkembangannya daerah hutan mitra Indecon (Indonesian Ecotourism Network) Selanjutnya Darwin, Direktur Lembaga sebagai contoh pengelolaan kawasan lindung perpindahan gajah Sumatera tersebut banyak [12]. Pada awalnya, pengelolaan taman nasional Pariwisata Tangkahan (LPT Tangkahan) kepada paling tua bertahan di dunia [26, 28]. yang berubah menjadi lahan yang digunajan di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1980-an, antarasumut.com [89] mengatakan, para Mantan Kepala TNGL pernah menulis oleh manusia, seperti perumahan dan lahan namun masih mengadopsi pola pengelolaan dari wisatawan yang berkunjung dapat menikmati khusus tentang ekowisata Tangkahan dalam pertanian. Hal ini kemudian memicu terjadi Yellowstone, yang mengedepankan pendekatan perjalanan keliling hutan dengan menunggangi memperingati seperempat abad TNGL, yakni konflik ketika gajah kembali ke home range dan pengamanan (security approach) dengan gajah patroli yang telah dilatih. Gajah-gajah dengan ungkapan: bertemu dengan manusia [80]. mengutamakan kepentingan konservasi di atas tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga segalanya [90]. Taman Nasional Yellowstone Kini, hutan TNGL dekat Tangkahan menjadi salah Dalam adat Aceh, terdapat pantangan saat hutan dari berbagai ancaman praktek ilegal merupakan taman nasional pertama di dunia satu kawasan aman dari gangguan. Balok-balok kayu membuka lahan di wilayah seuneubôk -- sebuah logging yang dilakukan pihak pembalak. yang didirikan pada 1 Maret 1872 yang dijadikan berlumut di dalam hutan menunjukkan telah terjadi wilayah baru di luar gampông yang pada mulanya Saat ini objek wisata Tangkahan tergolong satu- sebagai tonggak sejarah konservasi moderen. illegal logging beberapa tahun lalu namun kini berupa hutan dan kemudian dijadikan ladang. satunya di Asia yang menyediakan layanan Pada awal pembangunnya, taman nasional sudah berhenti. Masyarakat Tangkahan merasakan Pantangan itu seperti peudong jambô. Jambô atau berkeliling hutan dengan gajah. Para wisatawan hanya ditujukan untuk perlindungan spesies langsung bahwa ternyata yang bisa “dijual” dari gubuk tempat persinggahan melepas lelah sudah dapat menikmati perjalanan tersebut hanya tertentu sebagai prioritas utama sehingga taman nasional bukan hanya kayu. Justru jasa tentu ada di setiap lahan. Dalam adat meublang, dengan biaya Rp 250.000 per jam. Objek wisata “menyingkirkan” kepentingan kehidupan

92 Ayat-ayat Konservasi Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 93 hutan yang berupa jernihnya aliran sungai berkelok khusus ini. Tentu saja pendampingan pengembangan di dalam hutan, bebatuan, lumut, liana, terjalnya mereka oleh Indecon, TNGL, dan mitra lainnya sangat bebatuan jungle trek, air terjun, arung jeram, ceruk menentukan penguatan kelembagaan masyarakat air panas, memotret dan mengamati mekarnya lokal ini menjadi lembaga pengelola ekowisata yang Rafflesia atjehensis, wisata patroli gajah, dan cukup handal. Tangkahan telah menjadi icon baru di sebagainya, menjadi modal dasar yang menggemakan dunia ekowisata Leuser, nasional, dan internasional. nama Tangkahan ke dunia luar. Mereka mendapatkan Mulai menyaingi Bohorok/Bukit Lawang. Hutan manfaat langsung dari pengembangan wisata minat TNGL di Tangkahan telah diposisikan sebagai

“Bank”, modal pokok yang berupa hutan perawan, sungai, air terjun, kayu-kayuan, berbagai fenomena alam, flora dan fauna yang tidak diambil, tidak diganggu, sementara jasa lingkungannya justru dapat dimanfaatkan secara terbatas tetapi memberi kemanfaatan langsung. Ekonomi lokal mulai digerakkan oleh jasa lingkungan dan bukan oleh bisnis kayu. Patut dicatat, Tangkahan dapat terwujud setelah upaya selama lebih dari 5 tahun yang secara konsisten dilakukan baik oleh masyarakat maupun pihak Balai TNGL dan mitra [12]. Kearifan masyarakat di Tangkahan, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten ) Langkat tidak hanya mampu memberikan sumbangan perekonomian masyarakat setempat, namun juga sekalian memberi harapan terjaganya ) kelestarian hutan dan sekaligus populasi gajah. Agar tujuan tersebut tercapai, keterlibatan

Elephas maximus sumatranus para dai dan ulama dalam upaya penyelamatan hutan Leuser termasuk satwa langka didalamnya merupakan suatu Photo: Lismaidi Darjo Malau ( Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser keniscayaan. Semoga! (Photo: Lismaidi Darjo Malau)

94 Ayat-ayat Konservasi Kawanan Gajah Sumatera ( di Tangkahan Khazanah Masyarakat Sekitar Leuser Dalam Konservasi 95 BAGIAN 7 Penutup

Episode penciptaan bumi beserta isi dan fungsinya bagi kehidupan manusia, serta gambaran kerusakan di bumi yang terjadi telah dikupas. Kemudian diikuti dengan Leuser sebagai anuegerah tak terhingga yang disertai refleksi banjir bandang Bukit Lawang 2003. Kesadaran itu mengusik, adakah konservasi alam dalam ajaran Islam? Petanyaan ini telah dijawab dalam konservasi alam di zaman Rasulullah.

Contoh akhlak Rasulullah terhadap satwa liar juga telah dikupas. Demikian pula berbagai khazanah masyarakat sekitar Leuser dalam konservasi alam telah dihimpun dan mudah-mudahan akan bangkit dan terus hidup. Bagaimana hal itu bisa dicapai? Mudah-mudahan Amanat Suci Nan Agung, sebagai penutup ayat-ayat konservasi ini dapat memotivasi pelestarian alam Leuser demi kesejahteraan dan ketentraman hidup sampai generasi-generasi selanjutnya. Amiin.

Rawa Singkil, Aceh Singkil (Photo: Onrizal)

96 Ayat-ayat Konservasi Penutup 97 AMANAT SUCI NAN AGUNG

P “Kita juga memahami, wahai para santriku,” engajian malam ini, diisi oleh Ustad kata Ustad Abdurrahman bahwa, “Setiap amanat Abdurrahman. Beliau mengulas kajian tematik semestinya harus dijaga. Setiap titipan tentunya yang telah berjalan hampir satu semester atau harus disampaikan. Akan tetapi manusia telah 6 bulan. Kepada para santri telah disampaikan merusak dirinya dengan kemaksiatan setelah betapa Allah SWT telah melengkapi alam Allah menancapkan tonggak syariat melalui semesta dengan segala isinya sebagai sarana dan panji panji rasulnya. Manusia merusak bumi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Ketika dan segala isinya setelah sekian banyak nikmat manusia tidak mengelola dan memanfaatkan telah Allah berikan kepada mereka. Kerusakan alam serta sumberdaya alam dengan baik, justru moralitas agama menjadi awal mula sebelum yang terjadi kerusakan yang memicu berbagai kemudian ambisi duniawi menjadi penentu bencana. rusaknya tatanan lingkungan di atas muka bumi “Nah, karena itu,” kata Ustad Abdurrahman ini”. sambil memandang para santri yang “Sebelumnya, sebagian besar kalangan disayanginya, “Tidaklah patut bagi kita berbuat masyarakat muslim menganggap konservasi yang dapat merusak bumi dan segala isinya, tapi bukan hal penting terkait dengan agama mereka, justru kita berkewajiban menjaganya.” sehingga tidak menjadi perhatian. Namun, kini “Ingatlah para anak-anakku yang saya sayangi, setelah kita membahas konservasi alam hampir setelah selesai dengan penciptaannya atas bumi selama satu semester serta diikuti kunjungan dan segala isinya beserta kegunaan penciptaan lapangan telah memberikan pencerahan kepada Pembagian bibit di Desa Tanjung Barus, tersebut, Allah memberikan titipan amanat kita semua bahwa konservasi alam adalah Barus Jahe, Kab. Tanah Karo (Photo: Azhari) kepada manusia. Bacalah Al Quran surah Al bagian dari syariat Islam. Betapa banyak ayat- A’raf ayat 56” kata beliau. ayat al Quran yang memerintahkan kita untuk melestariakan alam lingkungan kita. Demikian       pula, Rasulullah SAW nan agung dan mulia telah memberikan contoh kepada kita dalam         mengelola alam secara lestari.” alam akan berkontribusi bagi terbangunnya perbaikilah bumi, rumah bagi manusia dan “Islam adalah agama yang sempurna dan lingkungan kita yang lebih baik serta sumberdaya makhluk lainnya yang Allah SWT ciptakan di    menjadi rahmat bagi sekalian alam. Kini, alam yang lestari dan terus mengalirkan manfaat bumi,” demikian penjelasan tambahan dari saatnya bagi kita menambah topik dakwah kita Ustad Abdurrahman. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di terbaik bagi generasi berikutnya,” ajak Ustad selain topik yang selama ini kita dalami seperti muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya Abdurrahman kepada para santrinya. “Amiin, Insya’Allah Ustad,” jawab para santri aqidah, ibadah mahdoh, seperti sholat, zakat, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut serentak sambil berjanji dengan sepenuh hati puasa, dan haji, serta akhlaqul karimah, yakni “Jadi ada amanat penting bagi manusia yang (tidak akan diterima) dan harapan (akan untuk terus berkontribusi bagi kehidupan yang topik konservasi alam. Harapan kita semua, agar Allah SWT berikan akal dan ilmu pengetahuan. dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat Jangan rusak bumi, namun pelihara, jaga dan lebih baik. dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. penyebarluasan ajaran Islam terkait konservasi

98 Ayat-ayat Konservasi Penutup 99 18. Malley, F.C. 2004. Kataspora Banjir Bahorok dan Persekongkolan Mengelabui Publik. Intip Hutan edisi Juni 2004: 6-9 Daftar Pustaka 19. Supendi, Y.. 2007. Jangan Salahkan Hujan. Rubrik Hikmah Harian Republika 20. Soemarwoto, O. 1991. Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 21. Ridho, P.G. 2003. Walhi: Banjir Bahorok Akibat Degradasi Lingkungan. [http://www. 1. Yafie, Ali. 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Jakarta: Ufuk Press. Jakarta tempointeraktif.com/hg/nasional/2003/11/04/brk,20031104-80,id.html] 2. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi: Studi tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan: 22. Julianty. 2006. Menengok Kembali Peristiwa Banjir Bandang Bahorok – Apa Yang Harus Universitas Sumatera Utara. Diperbaiki? Buletin Planolog 1: 12-17 3. DeSanto, R.S. 1978. Concepts of Applied Ecology. New York: Springer-Verlag. New York. 23. BAPPENAS dan BAKORNAS PB. 2006. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana 4. Odum, E. P. (1971). Fundamental Ecology 3rd ed. Phildelphia: W. B. Saunders Company. 2006-2009. Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan Phildelphia Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) 5. Primack, R.B., J. Supriyatna, M. Indrawan, & P. Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan 24. Kusmana, C., Istomo, S. Wilarso, E.N. Dahlan, & Onrizal. 2004. Upaya Rehabilitasi Hutan Obor Indonesia. Jakarta dan Lahan dalam Pemulihan Kualitas Lingkungan. Makalah utama pada seminar nasional 6. Santosa, A. (Ed) 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret dan Kebijakan. Pokja Kebijakan lingkungan hidup dan kemanusiaan, pada 4 Juni 2004 di Klub Rasuna, Ahmad Bakrie Hall, Konservasi. Jakarta Jakarta 7. MEA (Millennium Ecosystem Assessment). 2005. Ecosystems and Human Well-being: General 25. Bagader, A.A., A.T.El-C. El-Sabbagh, M.Al-S. Al-Glayand, & M.Y.I-D. Samarrai. 1994. Synthesis. Washington, DC: Island Press and World Resources Institute. Washington, DC. Environmental Protection in Islam. IUCN Environmental Policy and Law Paper No 20 Second 8. Eijk, P. van & R. Kumar. 2009. Bio-rights dalam Teori dan Praktek. Sebuah Mekanisme Revised Edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. Pembiayaan Pendanaan untuk Pengentasan Kemiskinan dan Konservasi Lingkungan. Wetlands 26. Kilani, H., A. Serhal, & O. Llewlyn. 2007. Al-Hima: A Way of Life. IUCN West Asia regional International, Wstafingen, the Netherlands. Office, Amman Jordan – SPNL Beirut, Lebanon. 9. Bishop, J., S. Kapila, F. Hicks, P. Mitchell, and & F. Vorhies. 2008. Building Biodiversity Business. 27. Al-Mawardi, I. 2000. Al Ahkam as Sulthaniyyah. (Penerjemah: Fadhil Bahri). Darul Falah. Shell International Limited and the International Union for Conservation of Nature: . London, Jakarta UK, and Gland, Switzerland. 164 pp. 28. Gari, L. 2006. A History of the Hima Conservation System. Environment and History 12 (2): 213- 10. Wiratno. 2007. Leuser, Warisan Dunia. Balai Taman Nasional Gunung Leuser 228 11. Wiratno, A. Kartikasari, D. Indriyo, dan & A. Syarifudin. 2002. Berkaca di Cermin Retak: Refleksi 29. Muhammad, A.S., H. Mumammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B. Konservasi dan Implikasinya bagi Pengelolaan Taman Nasional. The Gibbon Foundation Pasha, & M. Andriana (Editor). 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Biah). Laporan Indonesia Forest Indonesia, dan PILI – NGO Movement. Jakarta and Media Campaign (INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) oleh 12. Wiratno. 2005. Seperempat Abad Leuser. Balai Taman Nasional Gunung Leuser. Ulama Pesantren di Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004 13. LIF. 2008. Leuser International Foundation. [www.leuserfoundation.org] 30. Mangunjaya, F.M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 14. YOSL-OIC. 2009. Guidebook to the Gunung Leuser National Park. Orangutan Information 31. Khalid, F., & F. Mangunjaya. 2007. Proceeding Colloqium on Islamic Environmental Law. KLH, Centre. Medan. Indonesia CI Indonesia, WWF Indonesia. Jakarta 15. Gardner, T., & R. Engelman. 1999. Forest Future: Population, Consumption and Wood Resources. 32. Mangunjaya, F.M., & A.S. Abbas. 2009. Khazanah Alam: Menggali Tradisi Islam untuk Population Action International. Washington D.C. Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 16. van Beukering, P.J.H., H.S.J. Cesar, & M.A. Janssen. 2003. Economic Valuation of The Leuser 33. Royyani, M.F. 2009. Islam dan Konservasi: Penjelajahan Sekilas. [http://buntetpesantren.org] National Park on Sumatra, Indonesia. Ecological Economics 44: 43-62 34. Mangunjaya, F.M. 2006. Beberapa Prinsip Konservasi Alam dalam Perspektif Islam. Paper 17. Brahmantyo, B. 2009. Mengenang Kembali Banjir Bandang Bukit Lawang Bahorok 2003-2009. pengantar disampaikan dalam Lokakarya Islam dan Konservasi Alam di Panyabungan, Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Bakosurtanal, Bogor, Hal. 88 – 89 Mandailing Natal 1-2 Februari 2006 dan Banda Aceh, 7-9 Februari 2006

100 Ayat-ayat Konservasi Penutup 101 35. Hardani, S. 2008. Sistem Ekologi Menurut Syariat Islam. Hukum Islam 8 (1): 110-120 51. BP DAS Agam Kuantan. 2009. Kearifan Lokal di Ranah Minang. [http://www.bpdas- 36. Kaoy, A. 2007. Adat Aceh Tentang Lingkungan Hidup. Dalam Khalid, F., F. Mangunjaya. 2007. agamkuantan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=69] Proceeding Colloqium on Islamic environmental law. KLH, CI Indonesia, WWF Indonesia. 52. Bataviase. 2010. Hutan Keramat Sumber Hidup Talang Mamak. [http://bataviase.co.id/ Jakarta detailberita-10467937.html] 37. Salam, M. 2004. Beberapa Konsep Pengelolaan dalam Fiqh Islam. Dalam Muhammad, A.S., H. 53. Halomoan, I. 2009a. Khazanah Konservasi Ikan dan Daerah Aliran Sungai yang Mulai Punah di Muhammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B. Pasha, & M. Andriana Kecamatan Wampu. Bahan Diskusi Forum Dai Peduli Lingkungan. Stabat. (Editor). 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al Biah). Laporan Indonesia Forest and Media Campaign 54. Perbatakusuma, E.A. 2007. Lubuk Larangan dan Mata Air Kehidupan Warga Mandailing. (INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al Bi’ah) oleh Ulama Pesantren di [http://www.conservation.or.id/home.php?catid=22&tcatid=62&page=g_peluang.detail] Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004. Hal.: 78-85 55. Lubis, Z.B. 2007. Membangun Kebersamaan untuk Memelihara Mata Air Kehidupan. [http:// 38. Sabiq, S. 1994. Fikih Sunnah. (Penerjemah: Mahyuddin Syaf.). PT Al-Ma’arif. Bandung zulkifliblubis.wordpress.com/2007/06/05/bermula-dari-air/] 39. Syahyuti. 2006. Nilai-nilai Kearifan pada Konsep Penguasaan Tanah Menurut Hukum Adat di 56. Onrizal. 2007. Lubuk Larangan: Melestarikan Sumberdaya Perikanan Sungai dan Mendukung Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24 (1): 14-27 Produksi Pertanian. Warta Konservasi Lahan Basah 15 (2): 17, 24-25 40. Nur, R.M. 2009. Pengelolaan Tanah dalam Islam. Ekonomi Islam Online [http://ekisonline. 57. Onrizal. 2009a. Lubuk Larangan yang Mengalirkan Kehidupan. Ekspedisi Geografi Indonesia com] 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 101-103 41. Walhi. 2010. Pandangan Terhadap PP No 11 tahun 2010 tentang Penertiban Tanah Terlantar. 58. Aliadi, A., & W.A. Djatmiko. 1998. Hasil Hutan Non-kayu Ekstraktif di Desa Sungai Telang, [http://www.walhi.or.id/in/kampanye/advokasi-kebijakan/54-uu-psda/825-pp-11-tahun- Rantau Pandan, Jambi. Southeast Asia Policy Research Working Paper, No. 5. ICRAF Southeast 2010-tentang-penertiban-tanah-terlantar] Asia. Bogor 42. Setiawan, U. 2010. Regulasi Baru Tanah Terlantar. Sinar Harapan: Rabu, 10 Maret 2010. [http:// 59. Okezone.com. 2009. Panen Ikan di Lubuk Larangan. [http://news.okezone.com/ www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/read/regulasi-baru-tanah-telantar/] play/2009/05/12/235/9915/panen-ikan-di-lubuk-larangan] 43. Yahya, A.Z. 1987. Terjemahan Riadhus Shalihin. Jilid II. Penerjemah: Bahreisy, S. Bandung: 60. Ferrari, M.F. 2006. Rediscovering Community Conserved Areas in South-east Asia: Peoples’ Alma’arif. Hal. 472 Initiative to Reverse Biodiversity Loss. Parks 16 (1): 43-48 44. Cholil, M. 1994. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad S.A.W. Jilid 8. Jakarta: PT Bulan Bintang. 61. BAPPENAS & the International Donor Agency. 2005. Indonesia: Preliminary Damage and Loss Hal. 15. Assessment, the December 26, 2004 Natural Disaster. Consultative Group on Indonesia, 99 pp 45. Rahman, A. 2009. Ensiklopedi Muhammad SAW: Muhammad sebagai Pribadi Mulia. 62. Iverson, R. and Prasad, A.M. 2007. Using Landscape Analysis to Assess and Model Tsunami Penerjemah: Moerdiarta, R. Bandung: Pelangi Mizan. Damage in Aceh Province, Sumatra. Landscape Ecol. 22, 323–331 46. Tacconi, L. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi Kebijakan. 63. Onrizal. 2005. Hutan Mangrove Selamatkan Masyarakat di Pesisir Utara Nias dari Tsunami. CIFOR Occasional Paper No. 38(i) Warta Konservasi Lahan Basah 13 (2): 5-7 47. Greenomics Indonesia. 2006. Pembakaran Hutan dan Lahan: Kerugian Rp 227,19 M per Hari. 64. Onrizal. 2009b. Refleksi 4,5 Tahun Pasca Tsunami: Menyelamatkan Lingkungan, Menyelamatkan Rabu, 30 Agustus 2006. Harian Seputar Indonesia Kehidupan Manusia. Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi 48. Saharjo, B.H. 2004. Benarkah Penyiapan Lahan dengan Pembakaran Murah? Warta Konservasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 90-92 Lahan Basah 12 (3): 6-7 65. WI-IP. (2005). Photos of Coastal Wetlands Of Aceh: Wetlands International - IP Rapid Assessment 49. Abta, A. 2004. Konsep Islam tentang Pelestarian Lingkungan. Dalam Muhammad, A.S., H. (29 Januari - 13 Februari 2005). [http://www. wetlands.or.id/tsunami/ tsu-photo.htm; diakses Mumammad, R. Mabrur, A.S. Abbas, A. Firman, F.M. Mangunjaya, K.I.B. Pasha, & M. Andriana pada tanggal 06-04-2005] (Editor): Fiqih Lingkungan (Fiqh al biah). Laporan Indonesia Forest and Media Campaign 66. Onrizal, C. Kusmana, & M. Mansor. 2009. The Effect of Tsunami in 2004 on Mangrove Forests, (INFORM): Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) oleh Ulama Pesantren di Nias Island, Indonesia. Wetland Science 7 (2): 130-134 Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004. Hal. 75-85 67. Mazda Y., Magi, M., Kogo, M. and & P. N. Hong. 1997. Mangroves as A Coastal Protection from 50. Kahar, A. 2009. Khazanah Konservasi Hutan Kampung Deleng Payung. Bahan diskusi Forum Waves in The Tong King Delta, Viet Nam. Mangroves and Salt Marshes 1: 127-135 Dai Peduli Lingkungan. Stabat.

102 Ayat-ayat Konservasi Penutup 103 68. Dahdouh-Guebas, F., L.P. Jayatissa, D. Di Nitto, J.O. Bosire, D. Lo Seen, and & N. Koedam. 2005. 83. Wich, S.A., Utami-Atmoko, S.S., T. Mitra-Setia, H.D. Rijksen, C. Schurman, J.A.R.A.M. van How Effective Were Mangroves as A Defence Against The Recent Tsunami? Current Biology Hoof, & C.P. van Schaik. 2004. Life History of Wild Sumatran Orangutans (Pongo abelii). Journal 15(12): 443-447 of Human Evolution 47: 385-398 69. MSSRF. 2005. Mangrove Can Protect Against Tsunamis. Appropriate Technology 32 (1): 16-17 84. Dellatore, D.F., C.D. Waitt, & I. Foitova. 2009. Two Cases of Mother–infant Cannibalism in 70. Danielsen, F., M.K. Sørensen, M.F. Olwig, V. Selvam, F. Farish, N.D. Burgess, T. Hiraishi, V.M. Orangutans. Primates DOI 10.1007/s10329-009-0142-5 Kanuragan, M.S. Rasmussen, L.B. Hansen, A. Quarto, and & N. Suryadiputra. 2005. The Asian 85. Singleton, I., & C. Van Schaik. 2001. Orangutan Home Range Size and Its Determinants in A Tsunami: A Protective Role for Coastal Vegetation. Science; Oct 28, 2005; 310, 5748; ProQuest Sumatran Swamp Forest. International Journal of Primatology 22 (6): 877-911 Science Journals pg. 643 86. Soehartono, T., H.T. Wibisono, Sunarto, D. Martyr, H.D. Susilo, T. Maddox, & D. Priatna. 2007. 71. Dahdouh-Guebas, F. 2006. Mangrove Forests and Tsunami Protection. In Ecological Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017. Communities, Forest Management, Mangrove, Tsunami. McGraw-Hill Encyclopedia of Science Departemen Kehutanan. Jakarta & Technology. Pg. 187-191 87. Shepherd, C.R. & N. Magnus. 2004. Nowhere to Hide: The Trade in Sumatran Tiger. TRAFFIC 72. Cochard, R., S.L. Ranamukhaarachchi, G.P. Shivakoti, O.V. Shipin, P.J. Edwards, and & K.T. Southeast Asia Seeland. 2008. The 2004 Tsunami In Aceh And Southern Thailand: A Review On Coastal 88. Sinaga, W.H. 2009. Pelestarian Gajah Sumatera, antara Harapan dengan Kenyataan. Laporan Ecosystems, Wave Hazards And Vulnerability. Perspectives in Ecology, Evolution and Utama KKI Warsi. Pp 16. [http://www.warsi.or.id/] Systematics 10: 3–40 89. antarasumut. 2009. Menikmati Hutan Tangkahan Bersama Gajah. 9 Februari 2009. [http:// 73. Taqwaddin. 2008. Adat Hutan Aceh. Makalah pada Semiloka Pengendalian dan Konservasi www.antarasumut.com/berita-sumut/ekonomi-dan-bisnis/wisata-berkeliling-hutan-dengan- Lingkungan Menuju “A Green Aceh”, tanggal 4-5 November 2008, Hotel Hermes Palace, Aceh gajah-di-ekowisata-tangkahan/] 74. Herman, R.N. 2009. Adat Meublang, Mitos atau Kearifan. [http://sosbud.kompasiana. 90. Dugio, I., & H. Gunawan. Telaah Sejarah Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia. com/2009/12/21/adat-meublang-mitos-atau-kearifan/] Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 6(1) : 43 - 56 75. Halomoan, I. 2009b. Kearifan Melindungi Tepi Sungai. Bahan Diskusi Forum Dai Peduli 91. Putro, H.R. 2006. Kemitraan dalam Pengelolaan Taman Nasional: Pelajaran untuk Transformasi Lingkungan. Stabat Kebijakan. Departemen Konservasi Alam dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor 76. Halomoan, I. 2009c. Budaya Tanam Campuran pada Kebun Masyarakat Sekitar Hutan Leuser. Bahan Diskusi Forum Dai Peduli Lingkungan. Stabat 77. Watanabe, H. 2009. Mini-review: Taungya Reforestation Method in Southeast Asia and Traditional Yakihata-zorin (Kobasaku Or Kirikaebata) In Japan. Tropics 18 (3): 87-92 78. Kartasubrata, Y. 1979. Tumpangsari Method for Establishment of Teak Plantation in Java. Trop. Agric. Res. Ser. 12: 114-152 79. IUCN. 2008. 2008 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 80. Onrizal. 2009c. Diambang Kepunahan: Sejuta Asa Menyelamatkan Kekayaan Dunia di Sumatera Utara. Ekspedisi Geografi Indonesia 2009 Sumatera Utara. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Cibinong. Hal 84-87 81. Ellis, S., I. Singleton, N. Andayani, K. Traylor-Holzer, & J. Supriyatna (Eds.). 2006. Sumatran Orangutan Conservation Action Plan. Conservation International. Washington, DC & Jakarta 82. Yuwono, E.H., P. Susanto, C. Saleh, N. Andayani, D. Prasetyo, & S.S.U. Atmoko. 2007. Guidelines for the Better Management Practices on Avoidances, Mitigation and Management of Human- orangutan Conflict In And Around Oil Plam Plantations/Petunjuk Teknis Penanganan Konflik Manusia-Orangutan di Dalam dan Sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. WWF-Indonesia. Jakarta

104 Ayat-ayat Konservasi Penutup 105 Tentang Lembaga Penerbit dan Pendukung Visi: • Berperan serta secara aktif dalam mewujudkan masyarakat yang peduli akan kelestarian lingkungan hidup dan konservasi alam. • Berkontribusi dalam menyusun konsep konservasi alam sebagai bagian integralistik dari dakwah Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Islamiyah. Orangutan Information Centre (OIC) • Berperan aktif dalam membantu mengembangkan dan/atau menghidupkan konsep konservasi alam yang ada di masyarakat berbasis nilai-nilai adat dan agama Islam. www.orangutancentre.org Misi: • Membangun jaringan dan komunikasi dengan perorangan, kelompok masyarakat, LSM serta badan lainnya yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup dan konservasi alam YOSL-OIC merupakan lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap upaya konservasi Orangutan • Mencari, memfasilitasi, meneruskan, memantau dan memonitor adanya bantuan dari pemerintah (G) atau Sumatera (Pongo abelii) dan hutan hujan tropis sebagai sumber keanekaragaman hayati yang dibutuhkan untuk Non Pemerintah (NGO) dari luar negeri untuk upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian kelangsungan kehidupan umat manusia. YOSL-OIC bekerjasama dengan masyarakat lokal di sekitar habitat lingkungan hidup dan konservasi alam. orangutan dengan melakukan beragam kegiatan seperti kunjungan sekolah, kunjungan desa, penghijauan, • Membangkitkan, memberdayakan dan memelihara semangat serta dukungan sebagai bentuk partisipasi restorasi hutan, pengembangan mata pencaharian alternatif seperti agroforestry dan berbagai macam program masyarakat menuju terwujudnya umat Islam yang konstributif secara aktif pada praktik konservasi pelatihan dan penyadartahuan bagi masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). alam. YOSL-OIC bekerja untuk: • Meningkatkan kesadaran publik dan strategi konservasi Orangutan sumatera melalui pendidikan dan komunikasi global; • Mendidik dan memberdayakan masyarakat setempat melalui kegiatan pendidikan dan penyadartahuan di lingkungan masyarakat dan sekolah; The Mohamed bin Zayed Species • Mempromosikan inisiatif pembangunan berkelanjutan melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas di Conservation Fund bidang konservasi dan penguatan ekonomi lokal yang berkelanjutan; www.mbzspeciesconservation.org • Bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan konservasi sumber daya alam di Indonesia. The Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund adalah lembaga yang didirikan untuk mengelola dana hibah yang diperuntukkan bagi upaya inisiatif konservasi spesies yang terancam punah di dunia. Selain itu, lembaga ini mendorong kepemimpinan dalam bidang pengelolaan konservasi spesies, dan mensosialisasikan isu tentang pentingnya konservasi spesies secara lebih luas. Visi Menkomunikasikan isu spesies yang terancam punah dalam upaya konservasi spesies global yang terus berkembang. Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) Misi Menyampaikan pentingnya konservasi spesies yang terancam punah dengan cara: www.fordaling.org • Memberikan dukungan yang tepat untuk inisiatif berbasis masyarakat yang akan memberikan perubahan nyata bagi kelangsungan kehidupan spesies yang terancam punah • Mendukung berbagai inisiatif yang memiliki semangat, dedikasi dan pengetahuan kunci untuk Forum Da’i Peduli Lingkungan (FORDALING) adalah lembaga yang menghimpun para aktifis dakwah menyelamatkan spesies sebagai bagian dari masyarakat yang peduli terhadap masalah lingkungan dengan memanfaatkan segala • Membantu upaya konservasi spesies in-situ, yaitu di habitat alami mereka potensi dan sumber daya untuk membangun dan mengembangkan ide serta pemikiran bagi upaya pelestarian • Meningkatkan kesadaran tentang konservasi spesies dan merangsang minat baru di kalangan masyarakat lingkungan hidup dan konservasi alam berkelanjutan. Terwujudnya da’i dan ulama yang memiliki pemahaman luas terutama kaum muda dalam ilmu pengetahuan sumber daya alam yang cukup dan komunikatif serta memandang permasalahan lingkungan sebagai bagian dari objek dakwah • Mendorong kontribusi lebih lanjut bagi upaya konservasi spesies dari berbagai pihak di seluruh dunia. Islamiyah serta memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar pelestarian lingkungan hidup dan konservasi alam yang komprehensif dan simultan.

106 Ayat-ayat Konservasi Penutup 107 Tentang Penulis

Onrizal dilahirkan pada 25 Februari 1974 di Sungai Dareh, sebuah nagari di Sumatera Barat yang berada di tepi Sungai Batanghari. Wilayah nagari tersebut juga berbatasan langsung dengan hutan alam tropis, sehingga kehidupan sungai dan hutan telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari penulis sejak kecil. Masa SD dan SMP di kampung, penulis punya pengalaman langsung melihat Sungai Batanghari meluap dan menghayutkan beberapa rumah penduduk selain banjir bandang membawa kayu gelondongan yang besar-besar. Kejadian tersebut merupakan hal yang luar biasa mengingat sebelumnya belum pernah terjadi. Setelah bertanya kepada orang-orang tua dan guru, mereka menduga penyebabnya adalah pembalakan kayu oleh HPH yang bermula sejak awal tahun 1980- an di daerah hulu Sungai Batanghari. Selain itu, kerusakan hutan akibat pembalakan tersebut juga diduga mendorong terjadinya peristiwa ternak yang dimakan harimau termasuk penyerangan penduduk oleh harimau di masa yang lain. Berbagai peristiwa tersebut memberi kesan kuat dan pemikiran bagi penulis: bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam tanpa melakukan kerusakan? Setelah menamatkan SMA di ibu kota kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera Barat, penulis melanjutkan pendidikan pada Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai tahun 1992. Pengalaman yang didapatkan di masa kecil menjadi pemicu utama penulis untuk masuk Fakultas Kehutanan. Penulis menamatkan pendidikan sarjana tahun 1997 dan kemudian mengabdi sebagai asisten pada Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB sampai tahun 1999. Pada tahun yang sama, penulis bersama 11 alumni Fakultas Kehutanan IPB hijrah ke Medan menjadi staf pertama pada Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara yang ketika itu bernama Program Ilmu Kehutanan. Penulis menempuh pendidikan S2 dalam periode tahun 2002-2004 pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB. Sejak tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan S3 pada School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia mendalami ekologi hutan tropis. Penulis telah menerbitkan buku pengenalan mangrove di Papua yang telah 3 (tiga) kali cetak ulang, 23 artikel pada jurnal ilmiah nasional dan internasional, 20 makalah pada seminar/simposium nasional dan internasional serta beberapa tulisan ilmiah populer pada media massa terkait ekologi dan konservasi sumberdaya hutan. Selain aktif di kampus, penulis juga bekerjasama dengan berbagai lembaga baik terkait penelitian maupun pengabdian masyarakat dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik serta yang mensejahterakan masyarakat.

Hutan hujan tropis di Uru Gedang Desa Kaperas, Kab. Langkat. (Photo: bDoel eSTe)

108 Ayat-ayat Konservasi Penutup 109 Sungai Buluh, Tangkahan (Photo: Bdoel eSTe)

110 Ayat-ayat Konservasi Penutup 111