Pengantar Wakaf Nyata Nugraha
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB 1 Pengantar Wakaf Nyata Nugraha TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Memahami konsep wakaf. 2. Mengetahui perbedaan di antara wakaf dan infak. 3. Mengetahui sejarah wakaf secara singkat. 4. Memahami peraturan perundang-undangan terkait wakaf di Indonesia. 5. Mengetahui pengelolaan wakaf di Indonesia. PENERBITSALEMBA 1 2 Akuntansi dan Manajemen Wakaf PENGANTAR Wakaf merupakan motor penggerak perekonomian Islam untuk kesejahteraan umat. Sebagai contoh, wakaf sumur yang dilakukan oleh Sahabat Rasulullah SAW., Usman bin Affan, yang membantu kaum muslimin Madinah pada saat itu yang sangat memerlukan air. Bahkan sampai saat ini, sumur dari wakaf tersebut masih digunakan untuk kemaslahatan umat. Terdapat juga wakaf untuk Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, yang menggratiskan seluruh mahasiswa yang belajar di sana, baik dari Mesir maupun dari luar Mesir. Hal itu semua terjadi karena wakaf. Wakaf di Indonesia belum banyak dilaksanakan. Kalaupun ada wakaf di Indonesia, lebih banyak untuk tempat-tempat ibadah, seperti masjid. Padahal wakaf tidak terbatas hanya untuk masjid saja, namun bisa juga untuk keperluan lainnya, seperti wakaf untuk rumah sakit, wakaf untuk pendidikan, dan lain sebagainya. Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Surat Al-Baqarah (2) ayat 267) Menafkahkan harta di jalan Allah SWT. memiliki banyak bentuk, salah satunya adalah wakaf. Kita sering mendengar kata-kata “wakaf,” namun sebenarnya apakah wakaf itu? Apakah wakaf sama dengan infak? Siapakah orang yang pertama kali melakukan wakaf? Digunakan untuk apa wakaf tersebut? KONSEP WAKAF The International Working Group on Waqf Core Principles adalah suatu grup yang terdiri dari lembaga-lembaga, seperti Islamic Research and Training Institute- Islamic Development Bank (IRTI-IDB), Bank Indonesia, Badan Wakaf Indonesia, Awqaf New Zealand, National Awqaf Foundation of Awqaf South Africa, Awqaf Australia, Kuwait Awqaf Public Foundation, Awqaf Bosnia Herzegovina, Universitas Padjadjaran, dan Institut Pertanian Bogor, sementara sebagai peninjau adalah World Bank Group. Working Group ini mendefinisikan wakaf sebagai berikut: Hold, confinement or prohibition. Waqf is holding a certain property and preserving it for the confined benefit of certain philanthropy and prohibiting any use or disposition of it outside its specific objectives. This definition accord perpetuity of waqf, i.e it applies to nonperishable properties whose benefits and usufructs can be extracted without consuming the property itself. Waqf also can be defined as a form of “shodaqoh jariyah” (continuous charity), is created by giving away an PENERBITSALEMBAasset that produces benefits/revenues for targeted objective on a permanent basis. Bab 1: Pengantar Wakaf 3 Definisi wakaf yang pertama, merujuk pada arti kata waqf dalam bahasa Arab yang artinya ditahan. Dengan demikian dapat dikatakan jika harta wakaf bisa dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu, tanpa merusak atau mengurangi harta wakaf itu sendiri. Sebagai contoh, wakaf kebun, maka hasil kebun seumpama adalah buah-buahan menjadi manfaat dari wakaf kebun tersebut, yang mana buah-buahan ini disalurkan kepada yang berhak, tanpa mengurangi kebun itu sendiri (sebagai harta wakaf). Definisi yang kedua, lebih melihat dari sudut pandang fungsi wakaf, yang mana wakaf sebagai sedekah jariyah yang tidak putus manfaat/pahalanya. Sebagai contoh, wakaf kebun, yang mana setelah kebun tersebut berbuah (sebagai manfaat wakaf), kebun dapat berbuah lagi pada musim berikutnya. Oleh karenanya, wakaf didefinisikan sebagai sedekah jariyah yang tidak putus pahalanya. Sementara menurut UU No. 41 Tahun 2004 mendefinisikan wakaf sebagai perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Wakif yang dimaksud adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya. Selanjutnya, UU tersebut juga menjelaskan bahwa wakif menyerahkan hartanya untuk dikelola nazhir, yang mana nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Sebagai contoh, Bapak Naufal memiliki sebidang tanah, kemudian tanah tersebut diwakafkan kepada Panitia Pembangunan Masjid untuk dijadikan lahan pendirian masjid di kampung tersebut. Atas wakaf yang dilakukannya, Bapak Naufal dikatakan sebagai wakif (orang yang mewakafkan tanah), sementara yang bertindak sebagai nazhir adalah Panitia Pembangunan Masjid. Sedangkan harta benda wakaf dari contoh tersebut adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pembangunan masjid. Wakaf berbeda dengan hibah, hadiah, maupun sedekah, mengingat pelaksanaan wakaf harus memenuhi unsur-unsur wakaf berikut (Badan Wakaf Indonesia, 2007): a. Ada wakif. b. Ada nazhir. c. Ada harta benda wakaf. d. Ada ikrar wakaf. e. Ada peruntukan harta benda wakaf. f. Ada jangka waktu wakaf. Wakif saat menyerahkan harta benda wakaf harus disertai ikrar wakaf, yang mana ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau tulisan kepada nazhir terkait keinginannya untuk mewakafkan harta benda miliknya. Sedangkan harta benda yang diwakafkan oleh wakif merupakan harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang, serta PENERBITSALEMBAmemiliki nilai ekonomi menurut syariah. 4 Akuntansi dan Manajemen Wakaf Peruntukan harta benda wakaf menurut Badan Wakaf Indonesia (2007) hanya dapat digunakan untuk: a. Sarana dan kegiatan ibadah. b. Sarana dan kegiatan pendidikan, serta kesehatan. c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, dan bantuan dalam bentuk beasiswa. d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat. e Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan. Oleh karena peruntukan harta benda wakaf hanya dibatasi pada lima hal tersebut, maka perlindungan terhadap harta benda wakaf agar sesuai dengan peruntukannya menjadikan harta benda wakaf menurut Badan Wakaf Indonesia (2007) dilarang untuk: a. Dijadikan jaminan. b. Disita. c. Dihibahkan. d. Dijual. e. Diwariskan. f. Ditukar. g. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Jangka waktu wakaf secara umum dipisahkan menjadi dua, yaitu: a. Selamanya, misalnya, wakif mewakafkan tanah selamanya untuk masjid. b Jangka waktu tertentu, misalnya, wakif mewakafkan tanah dan rumah selama 5 tahun untuk Rumah Tahfidz Al Quran. Setelah 5 tahun, tanah dan rumah dapat digunakan kembali oleh wakif. Selama wakif mewakafkan tanah dan rumah untuk Rumah Tahfidz Al Quran tersebut, tidak ada uang sewa atau beban-beban lainnya terkait penggunaan tanah dan rumah karena keduanya sudah diwakafkan (walaupun sifatnya sementara). Selama masa wakaf ini, tanah dan rumah tersebut tidak boleh disewakan untuk keperluan lain dan/atau dijual. Setelah masa wakaf selesai, tanah dan rumah kembali menjadi milik wakif, yang mana dapat disewakan dan/atau dijual. PERBEDAAN DI ANTARA WAKAF DAN INFAK Sebelum membahas perbedaan di antara wakaf dan infak, perlu ditinjau terlebih dahulu definisi infak sesuai UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Sementara definisi wakaf PENERBITSALEMBAmenurut UU No. 41 Tahun 2004 adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan Bab 1: Pengantar Wakaf 5 dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah. Berdasarkan kedua definisi ini dapat dikatakan bahwa wakaf berbeda dengan infak. Dari sisi harta benda, infak biasanya untuk barang yang sekali pakai, seperti memberi infak/sedekah makanan kepada fakir miskin. Sementara wakaf biasanya berupa tanah, bangunan, dan/atau harta benda lainnya yang memiliki umur ekonomis yang panjang, seperti wakaf tanah untuk pendirian Rumah Sakit Islam. Apabila ditengok dari sisi pengelolaan, wakaf memerlukan tenaga pengelola harta benda wakaf yang disebut nazhir, sementara tidak demikian dengan infak. Infak tidak memerlukan tenaga pengelola karena langsung dapat diserahkan kepada penerima infak. Harta pribadi yang telah menjadi harta benda wakaf, tidak boleh dijual kembali, dihibahkan, dijadikan jaminan, dan/atau pengalihan hak lainnya; namun larangan-larangan untuk harta benda wakaf tidak berlaku bagi harta yang telah diinfakkan. SEJARAH WAKAF Terdapat beberapa pendapat tentang siapa orang yang pertama kali mewakafkan hartanya. Pendapat pertama berkeyakinan bahwa sejarah wakaf dimulai ketika Rasulullah SAW. mewakafkan tanah milik Beliau untuk dibangun masjid. Pendapat pertama ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad berikut. “Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.” (Asy-Syaukani: 129 dalam Badan Wakaf Indonesia, 2007). Pendapat kedua menyatakan bahwa orang