Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Jurnal Urban : Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Jurnal Urban adalah jurnal ilmiah Sekolah Pascasarjana Pengkajian dan Penciptaan Seni Urban dan Industri Budaya. Dikelola oleh Sekolah Pascasarjana Pengkajian dan Penciptaan Seni Institut Kesenian Jakarta, jurnal ini dimaksudkan sebagai media pembahasan ilmiah, deskripsi, dan penelitian yang berkaitan dengan pengkajian dan penciptaan seni urban dan budaya.

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Dewan Penasihat Sapardi Djoko Damono Hilmar Farid Seno Gumira Ajidarma Wagiono Sunarto Nyak Ina Raseuki Ketua Redaksi Iwan Gunawan Redaksi Pelaksana Sonya Sondakh Sekretaris Redaksi Areispine Dymussaga Miraviori Staf Editorial Bambang Bujono ii Prisca Delima Ardianti Permata Ayu Arkan Tanriwa Staf Administratif Iman Mashuri Mitra Bebestari Agus Aris Munandar Monica Swasti Winarnita Susanto Zuhdi Zeffry Alkatiri Supervisi Grafis Iwan Gunawan Gambar Sampul Adityayoga Layout Carolline Mellania

JURNAL SENI URBAN Sekolah Pascasarjana PASCASAR JANA IK J Alamat Redaksi Institut Kesenian Jakarta Sekolah Pascasarjana Jalan Cikini Raya no.73 Jakarta Pusat 10330 Posel : [email protected] ISSN : 2614-2767 DAFTAR ISI

115 Editorial

Zootopia: Kontestasi dalam Multikultur Ardianti Permata Ayu 117 Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty and The Beast Tahun 1991 dan Film La Belle et La Bête Tahun 2014 Damar Jinanto 133 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values iii through Contemporary Jewelry in Experimental Installations and Live Performances Dhyani Hendranto 149 Universitas Bina Nusantara

Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari Panggung Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara Genoveva Noirury Nostalgia 157 Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta

Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa Ade Ariyani Sari Fajarwati 181 Interior Design, School of Design Bina Nusantara University

Film Fiksi: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde Baru Fitria Sis Nariswari 195 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

211 Biografi Singkat Penulis 213 Panduan Penyusunan Artikel Jurnal Urban Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

iv EDITORIAL: MERAYAKAN PERUBAHAN

Sapardi Djoko Damono

Merupakan lanjutan dari nomor sebelumnya, merupakan upaya mengembalikan suasana jurnal Urban kali ini menampilkan natural yang mendekat dengan alam keragaman tema kajian yang berpusat pada dari suasana industrial dan impian akan perubahan atau transisi bentuk dan ideologi modernisasi. Fitria Sis Nariswari dalam dalam tataran kesenian. Urban nomor ini artikelnya “Film Fiksi.: Antara Identitas memuat enam artikel yang ditulis oleh para Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde peneliti yang berasal dari berbagai lembaga. Baru” mengkaji representasi perempuan Dari enam artikel yang dimuat, tiga di dalam kaitannya dengan perkembangan antaranya merupakan kajian atas film, sinema dalam negeri. sementara lainnya merupakan kajian atas Perkawinan budaya selalu menghasilkan seni pertunjukan, kegiatan pemberdayaan, sesuatu yang menarik. Genoveva Noirury dan kajian arsitektur. 115 Nostalgia dalam “Retno Maruti, Sebuah Ardianti Permata Ayu dalam artikelnya Catatan Perjalanan dari Panggung “Zootopia: Kontestasi dalam Multikultur” Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara” membahas wacana multikulturalisme yang membahas maestro tari Indonesia, Retno disampaikan melalui film animasi cerita Maruti, dan salah satu karyanya, The binatang (fabel). Analogi dalam film ini Amazing Bedhaya-Legong Calonarang, merupakan sebuah strategi yang baik yang merupakan kolaborasi antara tari dalam mengkritisi isu multikulturalisme. Bedhaya dan Legong bersama Bulantrisna Sementara, Damar Jinanto dalam artikelnya Djelantik. Dhyani Hendranto dalam artikel “Belle dalam Dua Dunia: Animasi Beauty “ Urban Women: Expression and The Beast Tahun 1991 dan Film La of Cultural Values Through Contemporary Belle et La Bête Tahun 2014” membahas Jewelry in Experimental Installations and pergerseran ideologi dongeng klasik Beauty Live Performances” merupakan sebuah and The Beast melalui alihwahana film catatan mengenai upaya pemberdayaan animasi Beauty and The Beast ke film perempuan melalui terapi pembuatan karya live action La Belle et La Bête. Pergeseran seni kontemporer. Terakhir, Ade Ariyani ideologi ini, beberapa di antaranya Sari Fajarwati dalam “Representasi Tubuh Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Manusia dalam Omah Jawa” menggunakan pendekatan semiotik mengungkapkan bahwa omah tradisional Jawa memiliki konsep ketubuhan sesuai yang dipegang oleh masyarakat Jawa.

Semua artikel dalam nomor ini merupakan bagian dari inti masalah yang berkaitan dengan perubahan, demi melahirkan bentuk dan ide-ide yang baru, dengan daya guna yang baru pula. Perubahan-perubahan

116 inilah yang sepatutnya dirayakan sebagai sebuah pembaruan yang memperkaya. Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

Zootopia: Kontestasi Dalam Multikultur

ARDIANTI PERMATA AYU Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta e-mail: [email protected]

ABSTRACT Film is an effective communication media to deliver an ideology. Disney as a producer which contributed significantly in film industry – which is making film continuously with diverse background and theme – trying deliver problems and changes in society. Zootopia (2016) as one of its products is animation film which represent urban problems by featuring heterogeneous animal society. In this film, animals have modern minded and have an agreement to live together and no longer prey on one another. By cultural studies, this paper examines that how the multiculturalism works in heterogeneous society, and how the contestation (rights and space) happens on multiculturalism in urban city called Zootopia.

ABSTRAK Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan sebuah ideologi. Disney sebagai produsen yang berkontribusi secara signifikan di industri perfilman dunia - terus membuat film dengan latar dan tema yang beragam - mencoba menyampaikan permasalahan dan perubahan yang ada di masyarakat. Salah satunya Zootopia (2016), merupakan produk film animasi yang merepresentasikan permasalahan-permasalahan di kota urban melalui masyarakat (para hewan) yang heterogen. Dalam film ini, digambarkan para hewan sudah berpikiran modern dan memiliki kesepakatan untuk hidup berdampingan dan tidak lagi saling memangsa. Melalui pendekatan cultural studies, tulisan ini mengkaji bagaimana wacana multikulturisme berjalan di masyarakat heterogen, serta bagaimana kontestasi hak dan ruang muncul dalam multikulturime di kota urban bernama Zootopia. 117 Keywords : animation film, urban, multiculturalism, contestation Kata Kunci: film animasi, urban, multikulturalisme, kontestasi

Kota Urban dalam Film Animasi

Sebagai produk seni pop culture, film berkembang menuju industri. Metropolis merupakan media yang cukup efektif (1927) karya Fritz Lang dan Modern Times dalam menyampaikan ideologi maupun (1936) karya Charlie Chaplin kemudian merepresentasikan situasi kehidupan secara muncul, mengartikulasikan modernitas, nyata kepada masyarakat luas (Kellner, permasalahan dan relasinya dengan 1995). Sejak awal muncul, film selalu kehidupan masyarakat urban. Kota selalu identik dengan kota. Kota ditampilkan dipotret dengan baik melalui medium film, kali pertama dalam film karya Lumiere menjadi semacam dokumentasi terhadap Bersaudara, The Arrival of a Train at La realitas sosial sebagai latar belakang naratif. Ciotat Station (1895). Film berdurasi 50 Kota-kota urban muncul di negara- detik yang juga merupakan film pertama negara di dunia sudah mulai berkembang dalam sejarah itu diputar di sebuah café dan maju, kota yang menjadi pusat kecil di Paris, menampilkan kesibukan perekonomian dan pemerintahan, serta pekerja dan kereta dalam kota yang sedang mampu menarik penduduk atau pekerja Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 1. Zootopia sebagai kota urban yang mempertemukan banyak spesies dengan hubungan mutualisme. Sumber: http//zootopia.wikia.com

dari berbagai daerah. Kota kemudian menyangkut hidup orang banyak. Terkait bersifat heterogen dan secara langsung dengan hal itu, maka diperlukan sistem memiliki berbagai macam permasalahan, dan regulasi yang mengatur masyarakat 118 seperti pemukiman, lingkungan, politik, heterogen di kota urban. Regulasi dengan kriminalitas, dan lain sebagainya. Dalam konsepsi (kesepakatan bersama) yang dapat hal ini, film dapat menjadi media yang mengatur kesetaraan antar individu yang sekali lagi merefleksikan permasalahan berbeda dan tidak hanya terbatas pada tersebut dengan harapan adanya perubahan ekonomi, namun juga berbagai komponen- menuju yang lebih baik. komponen struktur lainnya. Permasalahan yang muncul di kota Dalam film animasi Zootopia urban, umumnya dipicu oleh perbedaan (2016), situasi kota urban ditampilkan budaya yang ada dalam suatu ruang yang dengan banyaknya masyarakat desa yang sama. Perbedaan tersebut menimbulkan pindah ke kota Zootopia (sebagai kota adanya perebutan hak atas kuasa ruang, besar) untuk mendapatkan perubahan terlebih lagi jika tidak adanya toleransi dan peruntungan dengan berbekal mitos dan saling menghargai antar budaya1 “jadilah apa yang kamu mau” yang terus yang berbeda. Perebutan hak atas ruang menerus didengungkan sebagai branding pada umumnya disebabkan oleh faktor dari kota Zootopia. Zootopia menjadi ekonomi. Kepemilikan atau penguasaan kota penuh impian dan harapan, hingga modal menjadi sangat penting karena membuat seisi kota terlena dan hilang

1. Budaya di sini bukan hanya masalah waspada akan ancaman dalam kota yang seputar etnis dan ras, namun termasuk juga agama, dicitrakan sebagai kota multikultur. gender dan komunitas. Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

Tulisan ini mencoba menganalisis Ribuan tahun sebelumnya, predator secara tekstual bagaimana film animasi dan pemangsa yang terdiri dari para Zootopia merepresentasikan masalah karnivora selalu menjadi musuh bagi para dalam konsepsi paham multikulturalisme, herbivora. Namun, pada akhirnya para yakni adanya kemungkinan antar individu hewan menyadari bahwa hal tersebut maupun kelompok yang saling berkontestasi tidak ada artinya dan mereka sepakat sehingga mengancam konsepsi yang sudah untuk membentuk suatu perdamaian disepakati dalam kota. Pendekatan yang antara karnivora dan herbivora agar digunakan pada kajian ini adalah cultural dapat hidup berdampingan di sebuah studies dengan metodologi kualitatif. tempat bernama Zootopia. Mengacu pada premise dalam film ini, mereka sepakat Zootopia, Kota Urban dalam untuk membentuk suatu perdamaian agar Impian dapat hidup berdampingan, sehingga sudah tidak ada lagi mangsa-pemangsa. Zootopia adalah sebuah kota megapolis Tidak hanya jenis hewan yang berbeda yang dirancang sedemikian rupa untuk bisa dan hidup berdampingan di kota ini, menerima segala perbedaan. Masyarakat melainkan berbagai komunitas juga hidup yang mengisi ruang kotanya bukan berdampingan dengan toleransi yang tinggi. manusia melainkan hewan-hewan yang Oleh karena itu, kota yang heterogen ini memiliki perbedaan yang beragam. Di kota menjadi kota impian banyak hewan untuk ini, para hewan dari berbagai jenis dengan tinggal, bahkan manusia di kehidupan 119 orientasi-konsumsi yang berbeda-beda nyatanya. Sesuai dengan nama kotanya, (mangsa-pemangsa; herbivora-karnivora) Zootopia, yang berasal dari kata zoo yang untuk hidup berdampingan dan saling berarti hewan, dan utopia yang berarti bekerja-sama. Para hewan telah menjadi kehidupan impian. A utopia is a blueprint modern secara pikiran dan perilaku, serta of a better society – a happy place – but has menjadikan relasi antara mangsa-pemangsa disadvantage of closing down other possible menjadi sebuah mitos.

Gambar 2. Material promosi Zootopia yang menarik banyak hewan untuk datang. Sumber: http//zootopia.wikia.com Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 3. Pembagian area Zootopia sesuai dengan klasifikasi hewan. Sumber: http//zootopia.wikia.com

ways of imagining improvement....a ‘desire oleh walikota Lionheart, Zootopia dibuat 120 for a better way of being’ (Levitas, 1990). untuk membuat semua hewan menjadi Zootopia dibuat dengan kondisi nyaman untuk mencari nafkah, tinggal, kontur tanah dan alam yang berbeda-beda dan melakukan berbagai aktivitas sesuai di beberapa wilayahnya, menjadikan para dengan naluri alam mereka, kecuali satu hewan bisa memilih kondisi yang tepat aturan yang harus ditaati, tidak adanya untuk tubuh mereka. Zootopia juga memiliki kegiatan memangsa hewan lain. jantung kota yang modern dan diklaim Di satu sisi, aturan tersebut sebagai tempat paling bersahabat tanpa menguntungkan hewan yang dimangsa, efek konflik yang berarti. Walau tidak dijelaskan buruknya adalah rantai makanan menjadi dan dieksplorasi dengan detail dalam tidak berjalan. Penyeragaman kehendak film, sebagai informasi tentang betapa ini jelas menguntungkan para hewan yang beragamnya kawasan Zootopia dibagi dimangsa, merugikan para predator yang menjadi beberapa distrik; Sahara Square, dengan berbagai cara kemudian beradaptasi Tundratown, Little Rodentia, Rainforest untuk beralih makanan. Dalam Zootopia: District, Downtown, Meadowlands, Canal The Essential Guide karya Victoria Saxon District, Marshland, Nocturnal District, (2016), dijelaskan perbandingan antara dan Outback Island. Dengan slogan prey (mangsa) dan predator (pemangsa) “Anyone can be anything!” yang diusung di Zootopia adalah 9:1. Zootopia menjadi Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

sebuah dunia ideal dan impian bagi banyak masyarakat Zootopia yang sangat modern orang, yakni tempat multikultur2 menjadi memiliki perbedaan secara ras dan budaya. role model bagi dunia nyata. Modernitas ditampilkan dengan visualisasi pembangunan kotanya di beberapa tempat Urban dan Problem Kota yang hi-tech dan adanya kamera CCTV yang berada di setiap sudut kota. Lebih Sebagai kota yang menjadi impian, sudah dalam lagi, Hopps menemukan konflik tentu kota ini menjadi magnet bagi para pertamanya di Zootopia dengan tetangga pendatang untuk tinggal dan menetap. yang mencibir Hopps di flat-nya dan juga Secara visual kondisi urban ditampilkan kamar Hopps yang kecil dan sempit, hal ini dengan sangat detail, mulai dari view menandakan sulitnya berjuang hidup di kotanya, hingga perilaku masyarakatnya. kota besar secara ekonomi. Digambarkan dalam film ini, Judy Hopps, Sebagai kota urban yang megapolis, seekor kelinci yang berasal dari desa Zootopia memiliki segala permasalahan kota (Bunny Burrow) datang ke pusat kota seperti, kriminalitas, lalu lintas, kebutuhan Zootopia untuk bekerja sebagai polisi. ruang untuk tinggal, dan lain sebagainya. Dalam perjalanannya menuju kota Permasalahan yang banyak ditampilkan di megapolis ini (menggunakan kereta), film ini yakni kriminalitas sebagai adegan Hopps melalui perjalanan dengan penuh yang melatarbelakangi profesi Judy Hopps pengharapan penuh (optimis) untuk tinggal sebagai polisi. Walaupun di awalnya Hopps dan berkarir. Dengan iringan musik “Try hanya sebagai polisi lalu lintas yang 121 Everything” yang dipopulerkan Shakira, tugasnya memberikan surat tilang, namun Hopps seolah diberi amunisi harapan untuk pada praktiknya di lapangan ia banyak perubahan kaumnya melalui kota urban menemukan kejahatan-kejahatan yang Zootopia. Ketika Hopps sampai di pusat secara naluri harus ia tangani. Banyaknya kota, ia diperlihatkan berbagai karakter di kejahatan juga ditandai dengan properti yang selalu dibawa oleh Hopps, yakni Fox 2. Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi Away Spray, semprotan untuk menangani norma dalam paradigma negara-bangsa (nation- kejahatan yang biasa dilakukan oleh rubah. state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme menghendaki adanya kesatuan budaya secara Penipuan penjualan es loli yang normatif (istilah ‘monokultural’ juga dapat dilakukan oleh Nick Wild, seekor rubah, digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). bersama seorang temannya yang juga Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya seekor rubah melakukan penipuan dengan keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi cara menyamar sebagai ‘ayah dan balita’. perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah Ia menyamar untuk mendapatkan es loli kebudayaan baru. Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa- ukuran jumbo (ukuran bagi para gajah) Inggris (English-speaking countries), yang dimulai secara gratis di sebuah toko yang kemudian di Afrika pada tahun 1999. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, direproduksi menjadi ukuran mini (ukuran sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus yang sangat kecil) dan banyak, untuk dijual sosial di antara elit. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama kembali ke hewan pengerat seperti tikus Inggris dan Perancis, mulai mengubah kebijakan dan hamster. Tentunya hal ini membuatnya mereka ke arah kebijakan multikulturalisme (Neil, 2002). mendapatkan keuntungan yang sangat Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Adegan yang menampilkan takjubnya Hopps sebagai pendatang terhadap kota Zootopia yang sangat modern. Pada adegan ini terlihat juga masyarakat urban yang majemuk

Adegan Hopps dengan tetangga barunya yang tidak ramah dan individual. Pada adegan ini menampilkan bagaimana budaya masyarakat urban yang berbeda satu sama lain.

Adegan Hopps melihat ruang kamar flat-nya yang kecil. hal ini menandakan sulitnya berjuang hidup di kota besar secara ekonomi.

122 Gambar 4. Adegan yang menampilkan kondisi di Zootopia sebagai kota urban. Sumber: http//zootopia.wikia.com

besar. Walau begitu, pada akhirnya Nick memiliki permasalahan kriminal, namun dapat mengubah karakternya sebagai juga ditampilkan dengan adanya kebebasan penipu menjadi seorang teman yang berkeyakinan. membantu Hopps dalam menangani kasus Salah satunya yakni komunitas hewan hilang. hippies yang mencoba mendekonstruksi Selain penipuan, Hopps juga modernitas, dengan pemikirannya tentang menangani pencurian bibit dari sebuah alam. Komunitas ini mencoba untuk toko tanaman yang dilakukan oleh seekor menjadikan diri mereka jauh dari hal cerpelai, yang kemudian membawanya yang berkaitan dengan modern, yakni pada beberapa permasalahan antara lain mereka tidak berpakaian dan tidak mandi. teguran dari Chief Bogo (kepala kepolisian), Kegiatan yang dilakukan oleh anggota menangani kasus orang (hewan) hilang, komunitas ini adalah yoga dan meditasi lambatnya birokrasi pemerintahan, hingga untuk mendekatkan diri mereka dengan bertemu dengan Mr Big (tikus yang alam. Kebebasan berkeyakinan ini adalah merupakan mafia kota). Sebagai kota salah satu contoh dari masyarakat yang urban yang modern, Zootopia tidak hanya multikultur. Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontesasi Dalam Multikultur

Gambar 5. Adegan yang menampilkan lambatnya birokrasi. Sumber: http//zootopia.wikia.com

Diskriminasi dan Stereotipe urban. Kondisi kota modern memungkinkan dalam Wacana Multikultural tumbuhnya berbagai kemungkinan baru, seperti perubahan karakter, hingga Adalah multikulturalisme, sebuah konsepsi kriminalitas. Masyarakat urban dalam yang mengangkat kesetaraan dalam sebuah kota modern, mengeksplorasi segala masyarakat heterogen. Multikulturalisme kemungkinan yang bisa dicapai untuk mengakui dan mengutamakan perbedaan merebut arena bagi individu atau kelompok dalam kesederajatan, baik secara individual tertentu. Peran polisi menjadi penting maupun secara kebudayaan, melalui sebagai penjaga aturan yang telah menjadi kesepakatan untuk bertoleransi tinggi, konvensi dalam kota dan Judy Hopps hadir 123 dengan mengakui persamaan hak, tidak secara kontras, kelinci yang merupakan terintegrasikan oleh wacana dominan, tidak hewan kecil herbivora dan berkelompok adanya hegemoni dari wacana dominan menjadi hewan pemberani dan mampu dan tidak adanya kooptasi dari wacana bekerja di luar kawanannya. dominan. Certain occupations which involve Karakter Judy Hopps sebagai polisi work on the city street, such as bukan tanpa alasan. Polisi memiliki peran the police, value such experience yang penting dan cukup kompleks dalam and describe it in craft-like terms. menghadapi kehidupan di masyarakat The policeman’s practical problem

Gambar 6. Adegan yang menampilkan kebebasan berkeyakinan dalam masyarakat multikultur. Sumber: http//zootopia.wikia.com Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

in conducting work on the street dan didominasi kaum jantan bertubuh is to infer criminality from the besar. Pekerjaan menjaga parkir tersebut appearances of persons (Sack, 1972). membawa Hopps berkenalan dengan seekor rubah cerdik bernama Nick Wilde. Dalam kehidupannya, Hopps Di sela-sela tugasnya, Hopps memiliki karakter pantang menyerah. dihadapkan dengan seekor cerpelai pencuri. Pengalaman bully di masa kecil, membuat Setelah melalui proses mengejar hingga ke Hopps bertekad untuk bisa setara dengan Little Rodentia, akhirnya Hopps berhasil hewan pemangsa. Hopps berusaha lepas menangkap sang pencuri tersebut, Duke dari stereotipe bahwa kelinci adalah hewan Weaselton. Kekacauan akibat aksi Hopps di lemah dan berada pada posisi terbawah Little Rodentia membuat Hopps mendapat rantai makanan. Dengan kegigihannya, teguran keras dari atasannya. Karena Hopps masuk ke akademi kepolisian, meraih aksinya menangkap pencuri dianggap skor tertinggi, dan dikirim oleh akademi sebagai pelanggaran pekerjaannya yang kepolisisan untuk bertugas di Zootopia. seharusnya (hanya diperbolehkan), yakni Menjadi polisi dengan lulusan terbaik di menjadi polisi lalu lintas saja. Namun, akademi kepolisian tidak lantas menjadikan keberuntungan masih berpihak kepada Judy Hopps dipandang sebagai polisi yang Hopps yang mana pada saat bersamaan, tangguh di Zootopia Police Department muncullah Mrs. Otterton yang menangis (ZPD). Hopps hanya ditugaskan sebagai dikarenakan menghilangnya sang suami. polisi lalu lintas yang mengontrol izin parkir Dia memohon agar ZPD menangani kasus 124 dan tilang di Zootopia oleh atasannya, hilangnya suaminya tersebut. Hopps Chief Bogo. Hal ini terjadi dikarenakan mengajukan diri, namun awalnya tidak oleh faktor ras, yakni bahwa ia hanyalah dijinkan oleh Chief Bogo hingga kemudian seekor kelinci betina kecil yang dianggap wakil walikota Bellwether datang untuk lemah. Sehingga ia tidak mendapatkan dan mendukung Hopps. Chief Bogo pun akhirnya bahkan secara sengaja ia dihalangi oleh mengijinkan, dengan persyaratan kasus Chief Bogo untuk mendapatkan pekerjaan harus selesai dalam waktu 48 jam. Hopps ‘polisi sesungguhnya’ yang dianggap keras harus berhasil menyelesaikan kasusnya atau

Gambar 7. Judy Hopps yang dinobatkan sebagai polisi berprestasi. Kelinci pertama dalam kepolisian. Sumber: http//zootopia.wikia.com Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

dia akan dipecat atas kesalahan yang telah “apa yang kenyataannya sudah terjadi” dilakukan sebelumnya. Kasus hilangnya kepada khalayak dewasa. Dalam hal ini, Mr. Otterton, membawa Hopps kembali film sebagai seni popular dianggap sebagai menemui Nick Wilde untuk membantunya media yang efektif untuk menyampaikan dan secara langsung terlibat dalam kasus kritik sosial dengan cara yang halus pencarian itu. kepada masyarakat secara luas. Karena Melalui scene antara Chief Bogo dalam teori kebudayaan popular, karya dan Hopps tersebut, jelas bahwa Hopps seni yang popular berarti karya yang didiskriminasikan oleh atasannya dengan disukai oleh orang banyak, sehingga akan stereotipe bahwa seekor kelinci betina mempermudah dalam mengonstruksikan dianggap lemah dan tidak boleh menangani sebuah ideologi, kritik ataupun pesan sosial kasus-kasus di kepolisian. Ada relasi kuasa secara massal (Damono, 2013). dan diskriminasi ras pada praktiknya, Multikulturalisme, sebagai ideologi padahal hal ini seharusnya tidak boleh yang mengakui dan mengutamakan dilakukan di kota Zootopia sebagai kota perbedaan dalam kesederajatan baik secara yang sangat menjunjung tinggi toleransi individual maupun secara kebudayaan, terhadap perbedaan, apalagi dalam menjadi fondasi bagi terwujudnya departemen pemerintahan. Produksi masyarakat yang heterogen dalam Zootopia. stereotipe dan diskriminasi adalah peluru Dalam model multikulturalisme ini, sebuah pertama untuk menciptakan hegemoni yang kebudayaan yang berlaku umum dalam dapat melumpuhkan posisi suatu kelompok masyarakat tersebut memiliki corak seperti 125 di struktur sosial. Dalam kasus kota modern sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup Zootopia, seperti halnya dalam kehidupan berbagai kebudayaan dari masyarakat- nyata, stereotipe dan diskriminasi tidak masyarakat yang lebih kecil yang kemudian mudah hilang dengan begitu saja karena membentuk masyarakat yang lebih besar, terus diproduksi secara samar dan tidak sehingga mempunyai kebudayaan yang disadari. Dua hal tersebut menjadi ancaman utuh seperti halnya sebuah mozaik. bagi berlangsungnya sebuah kota modern Multikulturalisme merupakan yang multikultur. pandangan dunia yang kemudian dapat Sama seperti Animal Farm dari diterjemahkan dalam berbagai kebijakan George Orwell, Zootopia menggunakan kebudayaan yang menekankan penerimaan fabel untuk membongkar kebobrokan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, sosial. Zootopia berhasil memaksimalkan dan multikultural yang terdapat dalam elemen-elemen eksklusif yang hanya kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dimiliki film animasi untuk menyampaikan dapat juga dipahami sebagai pandangan pesan-pesan toleransi, relasi kuasa kaum dunia yang kemudian diwujudkan dalam mayoritas, dan konflik struktur sosial. kesadaran politik. Dalam artikel “Identitas Bobot narasi ini menyatukan urgensinya dan Krisis Budaya”, Azyumardi Azra (2002) terhadap segala usia. Menjahit pesan moral mendefinisikan tentang multikultural tentang “apa yang salah dan harusnya kosmopolitan yang berusaha menghapuskan dilakukan” kepada penonton kanak-kanak perbedaan kultur (sama sekali) untuk sekaligus menunjukan realitas tentang menciptakan sebuah masyarakat yang tiap Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

individunya tidak lagi terikat dan terpaku rubah itu sudah pasti seseorang penipu, pada budaya tertentu. Ia secara bebas tidak dapat dipercaya. Stereotipe ini sudah terlibat dengan eksperimen-eksperimen terbentuk dari masa kanak-kanak, terlihat interkultural dan sekaligus mengembangkan pada adegan ketika Nick masih kecil, kultur masing-masing. Para pendukung ia di-bully oleh teman-temannya saat multikultural ini adalah para intelektual perekrutan anggota pramuka. Menurut diasporik dan kelompok liberal yang teman-temannya, seekor rubah tidak memiliki kecenderungan postmodernisme pantas menjadi anggota pramuka karena dan memandang kebudayaan sebagai rubah tidak dapat dipercaya (penipu). Tidak sumber daya yang dapat mereka pilih dan hanya itu, masih ada stereotipe terhadap ambil secara bebas. rubah yakni semua rubah umumnya Dalam masyarakat urban yang adalah penjahat. Terlihat dari adanya sudah tentu heterogen, akan banyak produk “Fox Away”, merupakan produk ditemukan perbedaan-perbedaan, baik untuk melindungi diri dari rubah, berupa itu perbedaan fisik atau ras, suku, agama, semprotan (spray) dan alat kejut listrik. budaya dan lain sebagainya. Butuh Alat ini selalu dibawa oleh Hopps, bahkan komitmen bersama dalam suatu konsepsi ayahnya memberi peringatan tentang ideologi, yakni kesetaraan atas segala rubah dan memberikan alat kejut listrik bentuk perbedaan dengan sikap toleransi “Fox Away” ketika Hopps akan berangkat yang besar serta saling menghargai satu dari desanya untuk ke Zootopia. sama lain. Kemajemukan yang ada dalam 126 masyarakat urban harus diterima dan Kontestasi hak dan ruang dalam direspon secara positif dalam konsepsi Multikultur bersama yakni persamaan hak diakui, tidak terintegrasikan oleh wacana dominan, tidak Akibat dari stereotipe tentang hewan adanya hegemoni dari wacana dominan bertubuh kecil itu lemah dan selalu dan tidak adanya kooptasi dari wacana diperlakukan sebagai pesuruh, maka dominan. Oleh karena itu, regulasi dan walikota Zootopia yang merupakan seekor penjagaan akan regulasi sangat berperan singa, memperlakukan wakilnya, Mrs. penting. Bellwether, yang merupakan seekor domba Ada beberapa stereotipe yang betina dengan cara yang tidak sopan, yakni terjadi di Zootopia, yakni bahwa hewan memperlakukannya semena-mena dan bertubuh kecil pastilah lemah, kelinci lebih merendahkannya seperti seorang servant. cocok bekerja sebagai petani, dan pekerjaan Seharusnya, wakil walikota merupakan yang berhubungan dengan pemerintahan pekerjaan yang cukup terhormat, bukan dan kepolisian didominasi oleh hewan servant yang selalu disuruh dengan cara bertubuh besar dan kuat, baik itu karnivora membentaknya, bahkan di depan umum. maupun herbivora. Tidak hanya itu, Hal ini ternyata menimbulkan dendam stereotipe juga terjadi pada rubah, yang dan tuntutan akan sebuah hak untuk mana semua hewan menganggap bahwa dihargai dan dihormati. Tuntutan ini Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

Adegan yang menampilkan stereotipe terhadap rubah, yakni rubah selalu jahat dan berbahaya hingga perlu diwaspadai dengan selalu membawa “Fox Away”.

Adegan yang mengambarkan Nick Wilde menstereotipkan Hopps sebagai kelinci yang lemah dan bodoh.

Adegan yang menampilkan diskriminasi terhadap hewan betina bertubuh kecil yang tidak pantas menjadi polisi.

127 Dua tokoh pejabat yang melakukan diskriminasi dan stereotipe dengan memperlakukan bawahannya dengan semena-mena.

Adegan yang menampilkan diskriminasi dan stereotipe pascapenemuan para predator yang hilang dan menjadi buas. Diskriminasi dan stereotipe direproduksi kembali, hewan kecil terhadap hewan berjenis predator (pemangsa).

Adegan yang menampilkan tindakan diskriminasi dan steriotipe pada rubah, bahwa rubah adalah seorang penipu yang tidak layak menjadi anggota pramuka. Hal ini bahkan dilakukan sejak usia anak-anak.

Gambar 8. Adegan yang menampilkan diskriminasi dan stereotipe. Sumber: http//zootopia.wikia.com Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

dilakukan dengan cara yang sangat halus. sebagai petugas lalu lintas3, kemudian Mrs. Bellwether melakukan perlawanan mengajukan diri sekaligus juga disetujui dengan membuat strategi politik untuk oleh wakil walikota untuk membantu Mrs. menjatuhkan walikota, yakni dengan Otterton mencari suaminya yang hilang. mereproduksi stereotipe yang sebenarnya Chief Bogo tidak dapat menolak perintah sudah ratusan tahun dihilangkan atas wakil walikota Mrs. Bellwether atas tugas kesepakatan bersama masyarakat Zootopia. pencarian warga hilang tersebut. Hopps Ia membuat stereotipe bahwa hewan yang sangat antusias terhadap pekerjaan karnivora secara genetika tidak akan bisa ‘penyelesaian kasus’ (karena dianggap untuk tidak memangsa (menjadi predator), sebagai ‘polisi sesungguhnya’), maka karena itu adalah sifat alamiah yang ada langsung bersemangat dan berusaha keras di dalam tubuh para hewan jenis karnivora untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dari (predator). adegan tersebut, Hopps sebagai kelinci Strategi yang dilakukannya yaitu betina yang selalu dianggap sebagai beberapa hewan karnivora diberikan ‘dumb bunny’ melakukan perlawanan serum untuk ‘menjadi buas’ dengan cara atas diskriminasi (ras dan gender) yang ditembakkan dari jauh. Hal ini tentunya dilakukan oleh Chief Bogo atas dirinya. akan membuat penduduk kota merasa Ia akan membuktikan bahwa walaupun ketakutan terhadap para hewan jenis bertubuh kecil dan betina, ia dapat predator, termasuk terhadap walikotanya melakukan pekerjaan yang dianggap berat yang merupakan seekor singa. Ketakutan (yang biasa dilakukan oleh hewan jantan 128 itu membuat walikota bertindak dengan bertubuh besar). melakukan operasi khusus, yakni membawa Ia memulai pekerjaannya dengan dan mengisolasi para hewan yang mengajak Nick Wilde sebagai “rekan” perilakunya berubah menjadi buas untuk kerjanya, karena Nick dianggap kenal diobservasi oleh ilmuan, di sebuah tempat dengan beberapa penjahat yang tentunya bekas rumah sakit yang letaknya di ujung akan sangat membantunya menyelesaikan kota. Karena operasi ini dirahasiakan, maka kasus tersebut. Dalam perjalanan pencarian hilangnya para hewan yang menjadi buas Mr. Otterton, ia dipertemukan dengan Mr. tersebut dianggap sebagai kasus pencarian Big, seekor tikus kecil yang merupakan warga yang hilang dan penculikan. big-boss dari mafia besar di Zootopia. Stereotipe dan diskriminasi yang dilakukan Walaupun kecil, Mr. Big memiliki anak oleh para hewan yang bertubuh besar pada buah dari jenis karnivora yang kuat dan akhirnya dilawan oleh kelompok hewan bertubuh besar, yakni beruang kutub. bertubuh kecil secara politis, bukan dengan Semua penjahat takut dengan Mr. Big, perlawanan fisik. Hal ini merupakan suatu termasuk Nick, yang hampir saja dibunuh bentuk kontestasi akan hak untuk diakui oleh Mr. Big. Dari adegan tersebut dapat dan dihargai, yang pada akhirnya berlanjut dilihat bahwa hewan yang bertubuh kecil menjadi perebutan ruang kekuasaan. 3 Petugas lalu lintas di sini yakni polisi Hopps yang awalnya ditugaskan yang bertugas memberikan surat tilang pada kendaraan yang parkir melebihi jam yang sudah ditentukan. Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

tidak semuanya lemah, namun mereka Hopps yang berhenti menjadi polisi menggunakan otaknya secara maksimal membuatnya pulang ke desa Bunny Burrow untuk dapat berkontestasi dalam lingkup untuk membantu orang tuanya bertani. ruang kuasa atas perlawanannya terhadap Namun, ia terus berpikir bagaimana ia dominasi kuasa hewan karnivora, yang dapat mengembalikan kota Zootopia sudah tentu lebih kuat secara fisik. menjadi seperti semua dengan konsepsi Setelah Hopps menemukan lokasi multikulturnya. Di tengah kegundahannya, para hewan yang hilang, ia kemudian tiba-tiba ia bertemu dengan teman lamanya membuat asumsi dan pernyataan terhadap (seekor rubah) ketika Sekolah Dasar, yang publik yang ternyata berefek terhadap pernah menyakitinya dulu. Ia dan ayahnya rusaknya kesetaraan yang sudah terjalin Hopps membahas tentang bibit pertanian dengan baik di Zootopia. Secara tidak yang ternyata dapat menjadi bahaya jika sengaja Hopps memaparkan ke publik cairan buahnya masuk ke dalam tubuh, dalam konferensi pers, bahwa para hewan yakni bisa menjadi gila. Kegilaan bisa terjadi yang hilang telah ditemukan dan menjadi pada siapapun, baik herbivora maupun buas, hal tersebut disebabkan oleh genetika karnivora. Seketika itu juga Hopps menjadi mereka yang memang sebenarnya berjenis curiga sekaligus juga berpikir bahwa buah karnivora, yakni memiliki DNA (secara itu ada kaitannya dengan buasnya para natural) predator. Pernyataan ini tentunya hewan karnivora di Zootopia. sangat mengagetkan masyarakat Zootopia, Ia kemudian langsung pergi terutama Nick yang juga berjenis karnivora mencari Nick untuk minta maaf dan 129 (predator). Pro-kontra dan demonstrasi minta bantuan untuk memecahkan kasus terjadi di seluruh kota. Rasa aman menjadi yang dianggapnya janggal ini. Setelah hilang, berganti menjadi keresahan dan permintaan maaf Hopps diterima oleh ketakutan bagi para warga, khususnya bagi Nick, mereka kemudian mulai mencari hewan yang berjenis herbivora. tahu dengan mencari cerpelai yang pernah Diskriminasi terhadap hewan ditangkap oleh Hopps karena mencuri karnivora terjadi, mereka menjadi bibit. Dengan bantuan big-boss, akhirnya tersingkirkan di mana-mana. Walikota cerpelai mengungkapkan bahwa ia mencuri Lionheart ditangkap dan tentunya bibit atas suruhan seekor domba yang digantikan oleh wakilnya (domba, memiliki laboratorium di stasiun bawah herbivora) yang kemudian mengangkat tanah yang sudah tidak digunakan lagi. Hopps menjadi pahlawan kota. Hopps Nick dan Hopps pun menyelidiki ada apa menolak penghargaan dan ia memutuskan di sana, ternyata memang benar adanya untuk berhenti menjadi polisi karena laboratorium – berupa gerbong kereta menganggap dirinya telah merusak ideologi bekas - yang diceritakan cerpelai. Setelah kota atas pernyataannya kepada pers diselidiki, laboratorium tersebut digunakan beberapa waktu sebelumnya. Tidak hanya untuk memproduksi serum khusus. Di itu, Nick Wilde juga marah atas pernyataan laboratorium itu juga ada beberapa barang Hopps tersebut, ia memutuskan untuk pergi bukti, yakni berupa mapping dan foto-foto ke desa mengamankan dirinya. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

para korban yang telah menghilang dan kesepakatan untuk menjadi ‘setara’, tetap menjadi buas. Kemudian Hopps dan Nick saja ada diskriminasi dan stereotipe yang membawa beberapa barang bukti tersebut, dilakukan oleh kelompok-kelompok yang termasuk juga serum dan pelontarnya. mendominasi, walaupun dengan cara yang Usaha Hopps dan Nick tidak samar. Akibatnya kontestasi dan ancaman berjalan mulus, mereka dikejar oleh akan rusaknya multikulturisme bisa saja sekelompok domba dan bertemu dengan sewaktu-waktu terjadi. Dalam film animasi wakil walikota yang tiba-tiba mengajaknya ini, konsepsi multikulturalisme sudah kerjasama untuk membantunya menguasai melekat, tidak hanya pada masyarakat Zootopia sekaligus juga menyingkirkan Zootopia secara umum, melainkan pada semua hewan pemangsa. Tentunya Hopps diri Hopps. Bahkan multikulturisme sudah menolak tawaran itu dan membuat ia dan menjadi ideologi pribadi Hopps. Nick dikejar dan terkepung oleh para domba suruhan wakil walikota. Namun Hopps tidak Kesimpulan kehabisan akal, ia mengganti serum yang berbentuk peluru dengan buah blueberry – Sebagai kota urban yang modern, Zootopia yang ia bawa dari desa di dalam sakunya- bukan hanya menarik para pendatang tanpa terlihat oleh siapapun. Kemudian untuk bekerja dan menyemai impian, akhirnya ia menyerahkan senjata pelontar tetapi juga memberi tawaran ruang untuk serum tersebut ke wakil walikota, lalu berekspresi kultural. Banyaknya pendatang wakil walikota menembakkan ke arah Nick. membuat kota ini menjadi heterogen, 130 Karena Hopps dan Nick sudah terlanjur tahu baik secara ras (fisik), komunitas, budaya, skenario besar wakil walikota, maka mereka ideologi dan komunitas. Sebagai kota yang harus disingkirkan. Usaha wakil walikota heterogen, Zootopia mampu melahirkan tentunya tidak berhasil karena peluru sebuah kesepakatan bersama – yakni serum sudah diganti dengan blueberry multikulturalisme - berupa tidak adanya tadi. Tidak hanya itu, Hopps juga ternyata sekat antara pemangsa dan buruan, hewan telah merekam seluruh pembicaraan yang karnivora dan herbivora, bertubuh kecil dan terjadi di museum dengan menggunakan besar, jantan dan betina, ‘setara’ untuk hidup mini recorder yang berbentuk pena. Ia pun berdampingan dan bekerja bersama tanpa langsung menghubungi Chief Bogo dan tim ada perbedaan. Semua layak mendapatkan untuk segera menangkap wakil walikota. kesetaraan hak dan ruang untuk hidup. Dari beberapa adegan yang telah Hubungan antar spesies menjadi sangat dijelaskan di atas, maka terlihat bahwa cair dan nyaris tanpa tindak kriminal dalam masyarakat urban yang majemuk, yang berarti. Seluruh anggota masyarakat walaupun konsepsi multikulturalisme sudah merasakan kenyamanan berada di Zootopia. disepakati bersama-sama dan dijalankan Slogan “jadilah seperti apa yang kamu mau” selama ratusan tahun, namun upaya menjadi ideologi baru –yang disepakati perebutan hak dan ruang oleh kelompok bersama - yang tidak hanya menumbuhkan tertentu tetap ada. Bahkan di balik sifat positif, melainkan juga melahirkan sisi Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur

Adegan yang memperlihatkan bahwa walaupun bertubuh kecil,Mr. Big Bos tetap dapat menjadi seorang ‘Godfather’ mafia, memimpin sekelompok beruang kutub. Semua takut terhadapnya, termasuk Nick Wilde.

Adegan yang memperlihatkan betapa berkuasanya Mr.Big Bos, dapat membekukan siapapun. Hal ini merupakan kontestasi baik terhadap dominasi hewan bertubuh besar maupun hewan berjenis predator.

Adegan ini memperlihatkan kontestasi hak dan ruang kekuasaan di balik tubuh yang lemah, bergender betina, dan yang selalu direndahkan. Bahkan dengan perlawanannya ia dapat merusak konsepsi bersama seluruh hewan di Zootopia.

131 Adegan ini memperlihatkan bahwa hewan betina bertubuh kecil juga dapat melawan secara politis untuk meraih kekuasaan.

Adegan ini memperlihatkan bahwa walaupun berasal dari kelompok yang terpinggirkan, seekor kelinci betina, dengan stereotipe ‘bodoh dan lemah’, dapat berprestasi di kepolisian. Menyelesaikan kasus hanya 48 jam, membuktikan ia dapat berkontestasi dengan rekannya di kepolisian yang bertubuh besar.

Adegan ini memperlihatkan bahwa seekor Rubah dengan stereotipe ‘jahat’-nya dapat berubah menjadi baik dan diangkat secara terhormat di kepolisian.

Gambar 9. Adegan yang menampilkan adanya kontestasi antara kelompok yang terpinggirkan dengan kaum dominan. Sumber: http//zootopia.wikia.com Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

tidak terduga dari mereka: semua orang DAFTAR PUSTAKA bebas menjadi apa saja, baik atau buruk. Tanpa diketahui dan disadari Azra, Azyumardi. 2002. “Identitas banyak pihak, secara samar diskriminasi dan Krisis Budaya, Membangun dan stereotipe masih terus diproduksi dalam Multikulturalisme Indonesia”. keseharian. Sebagian masyarakat seolah Dalam Makalah yang disampaikan tidak ada yang bermasalah dengan hal pada Simposium Internasional tersebut, karena dianggap sebagai hal yang Jurnal Antropologi Indonesia ke- biasa. Diskriminasi terhadap hewan kecil 3, Membangun Kembali Indonesia maupun gender betina sebagai yang lemah, yang Bhinneka Tunggal Ika: Menuju dan pemangsa sebagai hewan yang ditakuti Masyarakat Multikultural, 16-19 juga merupakan poin permasalahan penting Juli 2002, di Universitas Udayana, dalam kota megapolis sekelas Zootopia. Denpasar, Bali. Pada kenyataannya, sebagai kota modern Bissoondath, Neil. 2002. Selling Illusions: Zootopia belum mampu menjadi kota yang The Myth of Multiculturalism. menjamin keamanan dan kenyamanan, Toronto: Penguin. walau dibekali dengan semangat multikultur. Damono, Sapardi Djoko. 2013. Kebudayaan Multikulturalisme memantik sinisme Populer. Jakarta: Editum. dari mereka yang tidak mampu bersaing Heywood, Andrew. 2007. Political Ideologies dalam kapital budaya atau ekonomi. (4th Edition). Palgrave: McMillan. Diskriminasi dan stereotipe memunculkan Kellner, Douglas.1995. Media Culture: 132 kekecewaan dan kebencian yang kemudian Cultural Studies, Identity and melahirkan perlawanan dari pihak yang Politics Between the Modern and merasa tersingkirkan, hingga mengakibatkan the Postmodern. London; New York: rusaknya tatanan seluruh kota. Film sebagai Routledge. produk kebudayaan populer, merupakan Levitas, Ruth. 1990. The Concept of Utopia medium yang efektif untuk menyampaikan Utopianism and Communitarianism. makna, ideologi dan pesan kepada masyarakat New York: Syracuse University Press. secara luas. Film merupakan teks yang dapat Miller, David. 1995. On Nationality. Oxford: merepresentasikan suatu wacana sosial, juga Oxford University Press. untuk mengomunikasikan argumen maupun Phillips, Anne. 2007. Multiculturalism kritik terhadap kondisi sosial tertentu. Disney, Without Culture. Princeton: sebagai pelaku industri film internasional, Princeton University Press. dalam hal ini mampu menampilkan kegetiran Sacks, H. 1972. “Notes on the police dalam dinamika masyarakat modern yang assesment of moral character”, dalam direpresentasikan ke dalam film animasi, D. Sudnow (ed) Studies in Social sekaligus juga mengingatkan kita bahwa Interaction. New York: Free Press. berlaku modern tidak serta merta menjadikan Saxon, Victoria. 2016. Zootopia: The kita lebih bijak dan peka terhadap orang lain. Essential Guide. London: Dorling Kindersley (DK Publishing). Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 dan Film La Belle Et La Bête Tahun 2014

DAMAR JINANTO, M.HUM. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia e-mail: [email protected]

ABSTRACT The ideology of a text can be seen in a story, and one can see the message behind a story, even though the story is a popular one that can be reused in many versions. Theories within the framework of media adaptation can be used to interpret changing ideologies behind a text that transformed alongside developing issues, even if the story is only told in a different medium. This is visible on the French popular folktale, La Belle et La Bête (Beauty and the Beast), that was adapted into animation film by Walt Disney Pictures (1991), and the live action French film by Christophe Gans (2014). The battle of ideologies can be seen through the reconstruction of Belle’s story by Walt Disney Pictures, through Belle’s leitmotif, and Christophe Gans’s deconstruction that he did by removing, changing, or adding narrative and cinematographic materials that were present in the Disney version.

ABSTRAK Ideologi teks dapat tampak di sebuah karya agar mampu ditemukan pesan yang ingin disampaikan walaupun ceritanya merupakan sebuah cerita populer yang dapat dibuat berulang kali dalam berbagai versi. Kajian alih wahana untuk membaca ideologi teks yang berbeda dapat dikaitkan dengan isu yang sedang berkembang di zamannya, walaupun dengan cerita yang diangkat dari sumber yang sama. Hal ini terjadi pada dongeng populer Prancis, La Belle et La Bête (Beauty and the Beast) yang dialihwahanakan menjadi animasi oleh Walt Disney Pictures tahun 1991 dan film Prancis versi live action karya Christophe Gans tahun 2014. Pertarungan ideologi terlihat dari rekonstruksi kisah Belle oleh Walt Disney Pictures melalui leitmotif karakter Belle dan dekonstruksi yang dilakukan Christophe Gans dengan menghilangkan, mengubah, atau menambahkan materi naratif dan sinematografis yang sudah 133 dibangun di versi animasi Disney.

Keywords: media adaptation, ideology of a text, animation, film Kata kunci: alih wahana, ideologi teks, animasi, film.

Alih Wahana Beauty and The Beast

Film menjadi media yang kompleks dikaji dari sebuah film (106–128). Hal ini ketika dikaji dengan pendekatan alih menjadi menarik ketika mempertimbangkan wahana. Sapardi Djoko Damono (2014) proses alih wahana dari suatu karya, dalam bukunya menjelaskan kompleksitas khususnya karya sastra, yang akan sebuah film dalam proses ekranisasi dijadikan sebuah film. Film dapat dianggap berkaitan dengan nilai sebuah film yang sebagai sebuah cerita dengan memiliki menyangkut banyak media di dalamnya. wahana yang unik. Keunikan wahana film Pertanyaan mengenai siapakah sejatinya menyebabkan keindahan sebuah film dapat yang dapat dikatakan sebagai pembuat film dilihat berbeda dengan keindahan karya memunculkan sebuah pertanyaan menarik sastra, walaupun film tersebut merupakan mengenai banyaknya aspek yang dapat hasil alih wahana karya sastra. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Tidak sedikit satu sumber karya memvisualisasikan teater di dalam film sastra dialihwahanakan beberapa kali walau dengan keterbatasan teknologi yang dalam bentuk film. Proses alih wahana masih menjadikannya film monokromatis kembali dalam bentuk film dari karya (hitam-putih). yang sudah pernah dialihwahanakan Kesuksesan terbesar dongeng ini sebelumnya berkaitan dengan penekanan ketika perusahaan animasi Walt Disney pada satu aspek tertentu serta upaya Pictures mengangkat Beauty and the Beast untuk menghadirkan ideologi tertentu menjadi sebuah film animasi di tahun 1991 yang belum terlihat pada film sebelumnya. dengan modifikasi cerita dan karakter. Film Hal ini membuat interpretasi yang dapat ini dibuat kembali dalam versi live action saja berbeda dari wahana film pertama oleh animasi Disney pada tahun 2017 dengan film lainnya (Damono, 129–135). dengan Emma Watson yang dipilih untuk Perbedaan interpretasi dari beberapa film memerankan Belle. Versi lain dari film yang bersumber dari satu karya yang sama Beauty and the Beast adalah film Prancis biasanya terkait perubahan zaman, sehingga yang rilis di tahun 2014 yang diperankan dapat disesuaikan dengan budaya baru yang oleh aktor dan aktris besar Prancis, Vincent sedang berkembang. Budaya baru dalam Cassel dan Léa Seydoux. Cerita Beauty and perubahan zaman ini termasuk kemajuan the Beast2 tergolong cerita yang paling teknologi yang mampu memperbaharui sering dialihwahanakan dari sumber yang kualitas film. Dengan kemajuan teknologi dapat dikatakan sama, yaitu dongeng klasik dalam produksi film, lahirlah animasi Prancis. 134 yang memiliki keunikan tersendiri ataupun Kajian mengenai alih wahana film live action dengan efek visual yang Beauty and the Beast yang dilakukan oleh didukung oleh komputerisasi dalam proses Allison Craven (2002) mengungkapkan pembuatan film. bahwa adanya beberapa nilai ideologi yang Proses alih wahana yang diikuti diangkat oleh animasi Disney dalam cerita dengan kemajuan teknologi juga terjadi Beauty and the Beast dengan mengubah pada cerita La Belle et La Bête (atau yang alur dan karakter yang dibuat khusus dalam dikenal dalam judul bahasa Inggris–Beauty versi animasi tersebut. Perubahan yang and the Beast) yang merupakan sebuah dilakukan oleh perusahaan animasi Disney dongeng Prancis yang memiliki dua versi1. dilihat oleh Craven sebagai bentuk usaha Dongeng klasik Prancis ini pertama kali menghadirkan nilai feminis melalui tokoh diangkat menjadi sebuah film pada tahun Belle yang berjuang untuk orang yang 1946 oleh Jean Cocteau yang menuai 2 Beauty and the Beast merupakan saduran dari bahasa Prancis La Belle et La Bête. kesuksesan dengan penggunaan kostum Keduanya menjadi judul film resmi, tergantung dan tata rias yang menjadi inovasi industri negara distributor mau menggunakan versi bahasa film pada zaman itu. Inovasi ini mencoba Inggris atau bahasa Prancis. Dalam penelitian ini, judul Beauty and the Beast cenderung digunakan 1 Dongeng La Belle et La Bête memiliki untuk merujuk pada film animasi produksi Disney dua versi: karya Gabrielle-Suzanne de Villeneuve dan La Belle et la Bête cenderung untuk merujuk tahun 1740 dan karya Jeanne-Marie Le Prince de film produksi Prancis, khususnya versi live action Beaumont tahun 1756. terbaru dari Christophe Gans tahun 2014. Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

paling disayangi (124–128). Keterbatasan sebuah alih wahana dari cerita yang telah Craven melihat alih wahana yang dilakukan meraih kesuksesannya di versi animasi di cerita Beauty and the Beast pada sisi Disney. Usaha Christophe Gans dituntut aspek femininitas tokoh Belle membiaskan untuk melawan hegemoni Disney di dalam dampak hegemoni Beauty and the Beast proses alih wahana cerita dongeng ini versi Disney dengan segala perubahan yang dengan berupaya menghadirkan ideologi dilakukan dari aspek naratif dongeng. lain melalui efek visual tersendiri, berbeda Rekonstruksi naratif yang dari yang telah direkonstruksi oleh Disney. dilakukan oleh perusahaan animasi Disney seakan membuat cerita baru dengan Belle sebagai Tokoh yang kekuatan animasi untuk mengubah karakter ‘Berbeda’ Belle dari versi dongeng, sehingga banyak orang lebih mengenal tokoh Belle versi Cerita Beauty and the Beast versi animasi animasi Disney. Andreas Hamburger (2015) Disney memunculkan Belle sebagai tokoh menegaskan bahwa animasi Disney di tahun sentral yang digambarkan dengan segala 1991 mampu mengalahkan kesuksesan ciri khas yang melekat pada dirinya. Jean Cocteau di tahun 1946 dan menjadi Kekhasan Belle versi film animasi Disney referensi baru untuk cerita Beauty and the menjadikan dirinya dapat dikenal dengan Beast. Animasi Disney dinilai juga masih mudah melalui pembedaan dengan mengedepankan masalah identitas gender, tokoh lain di dalam film Boggs (2008) seperti versi Cocteau, dengan penyajian menegaskan bahwa kekuatan animasi 135 yang berbeda. Keberhasilan Disney mampu adalah memberikan ilusi pada penonton menggantikan hegemoni karakter yang dengan gambar yang mampu menampilkan dikonstruksi oleh Cocteau (83–84). ciri khas karakter dengan metode gambar Kekuatan versi animasi Disney, yang digunakan (168). Animasi Disney yang mengangkat cerita Beauty and the membuat pembedaan diri Belle secara Beast dengan segala perubahan yang khusus sejak kemunculannya di awal film. dilakukan, melahirkan persepsi masyarakat Secara fisik, tokoh Belle yang berbeda yang menjadikan versi Disney menjadi dengan tokoh lain menciptakan leitmotif3 komoditi utama di industri hiburan. Karakter Belle yang dapat diingat sepanjang film. dan alur yang mudah diterima masyarakat Leitmotif Belle membuat karakter luas di versi Disney membuat karya asli Belle akan dengan mudah dikenal dongeng klasik La Belle et La Bête menjadi sepanjang film, sekaligus menjadi ukuran tidak dikenal dengan baik. Kekhasan tokoh nilai kecantikan perempuan yang dikagumi. Belle dan beberapa karakter unik yang Pembedaan fisik pada diri Belle seakan dimunculkan dalam animasi Disney lebih ingin memberikan gambaran bahwa Belle diterima sebagai dongeng Beauty and adalah satu-satunya gadis cantik di desa the Beast kontemporer. Dengan kata lain, 3 Leitmotif merupakan ide yang diterapkan kehadiran filmLa Belle et La Bête karya berulang pada satu tokoh hingga ide tersebut berangsur-angsur menjadi trademark tokoh Christophe Gans di tahun 2014 merupakan tersebut agar mudah dikenali kemunculannya. (Boggs, 66) Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 1. Penggambaran Belle versi animasi Disney (1991) (00:04:33–00:20:16)

itu. Hal ini yang membuat karakter Belle versi animasi Disney sudah digambarkan akan dengan mudah dicintai. Pembedaan berbeda agar ciri khas Belle akan mudah tokoh Belle sudah dimunculkan dari lagu dikenali oleh penonton hingga akhir cerita. pembuka sebagai sekuen awal film ini. Kesuksesan leitmotif Belle dipertahankan Lagu pembuka yang diberikan oleh animasi ketika Walt Disney Pictures membuat Disney ini menjadi justifikasi kecantikan kembali Beauty and the Beast dalam versi Belle di desa. Hal ini didukung oleh film live action di tahun 2017. gambaran penduduk desa sebagai karakter Penggambaran Belle yang lain pembanding Belle yang digambarkan dapat ditemukan di versi film Prancis sangat berbeda. Pengenalan tokoh Belle dengan format live action dalam film di awal film ini membawa leitmotif Belle La Belle et La Bête pada tahun 2014. 136 sebagai imaji kecantikan Belle yang akan Penggambaran Belle pada versi ini terasa mendominasi alur Beauty and the Beast. berbeda dengan versi animasi Disney. Belle dalam versi animasi Disney Pembedaan bukan hanya di medianya (gambar 1) memiliki ciri pembeda dari saja, melainkan dari tujuan penampilan penduduk desa lain, seperti rambut cokelat awal Belle. Dalam La Belle et La Bête karya Belle yang dominan dengan pita kecil Christophe Gans tahun 2014, Belle secara yang unik di antara penduduk berambut fisik tidak digambarkan berbeda dengan pirang dan merah dengan asesoris besar tokoh pembanding lain. Ada semacam yang dominan. Di samping itu, keinginan usaha yang disengaja untuk tidak membuat Belle untuk keluar dari kehidupan desa karakter Belle di awal dengan leitmotif menunjukkan adanya anggapan Belle tertentu. Tokoh pembanding di versi ini yang menilai kehidupan kota lebih maju. adalah kakak-kakaknya yang digambarkan Modernisasi kehidupan desa menjadi memiliki selera yang berbeda. Selera ini ideologi film versi Disney untuk melihat yang membuat Belle tidak diistimewakan sebuah peradaban teknologi yang lebih di awal film. Berbeda dengan versi Disney maju. Hal ini didukung oleh Maurice, ayah yang mengistimewakan tokoh Belle dari Belle, sebagai seorang ilmuwan, yang awal cerita melalui lagu pembuka dengan memiliki harapan pada kehidupan kota agar judul Belle dan penggambaran kostum temuannya dapat diterima. Dari awal, Belle yang khas dari penduduk lainnya serta Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

Gambar 2. Penggambaran Belle versi Christophe Gans (2014) (00:07:54–00:09:59) cita-citanya yang ingin ke kota untuk Belle akan kehidupan di desa dibandingkan kehidupan yang lebih baik. dengan kemewahan di kota. Belle dalam versi film Prancis Fungsi bagian eksposisi di dalam mengedepankan latar belakang keluarga kedua versi Belle ini memiliki persamaan Belle. Bila dalam versi Disney, Belle dalam hal memperkenalkan tokoh Belle dan sudah tinggal di desa sejak awal hingga keluarganya, sekaligus memperlihatkan memunculkan ide bahwa Belle ingin pergi selera Belle dalam hidupnya. Selain ke kota untuk eksplorasi, dalam versi film memberikan gambaran fisik yang terlihat Prancis tahun 2014 ini Belle digambarkan berbeda dengan tokoh pembanding berasal dari kota yang harus pindah lainnya, selera Belle digambarkan sebagai ke desa karena ayahnya yang seorang orang yang dianggap memiliki kesenangan saudagar mengalami kebangkrutan. yang dianggap aneh. Hal ini ditunjukkan 137 Tokoh pembanding di sini adalah kakak- dari sikap tokoh lain melihat perilaku Belle. kakak perempuannya yang tidak sanggup Prinsip ‘Belle sebagai orang yang unik’ menerima kehidupan pedesaan, namun diaplikasikan dalam eksposisi di kedua justru Belle yang bahagia dengan versi Belle. Perbedaannya terletak pada kesederhanaan kehidupan di desa. Karakter unsur yang membentuk keunikan karakter Belle di versi ini lebih mengagumi keadaan Belle. Dalam versi animasi Disney, Belle alam yang ada di pedesaan. digambarkan ‘aneh’ karena kegemarannya Aktivitas Belle dalam La Belle et La dalam hal membaca. Ketertarikan Belle Bête (gambar 2) menunjukkan karakter Belle pada dunia sastra dianggap sebagai tanpa menggunakan kontras warna kostum tindakan yang tidak biasa dilakukan oleh yang dominan dengan tokoh pembanding perempuan desa pada umumnya. Dalam lainnya, seperti yang digunakan pada versi versi film Prancis, sastra digambarkan Disney. Warna Belle pada tahapan eksposisi sebagai kegemaran salah satu kakak laki- untuk memperkenalkan tokoh dalam versi laki Belle, sedangkan kesenangan Belle ini lebih mengarahkan pada kesesuaian adalah berkebun. Keunikan selera Belle warna kostum Belle yang serupa dengan yang sederhana dalam filmLa Belle et La warna latar. Hal ini menunjukkan kesatuan Bête ditunjukkan oleh sikap kakak-kakak rasa yang diciptakan oleh tokoh Belle pada perempuan Belle yang lebih mengutamakan alam pedesaan yang menjadi preferensi kemewahan dari kehidupan perkotaan. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 3. Dominasi Gaston pada perempuan (00:08:48–00:18:49)

Perbedaan selera Belle dalam dua Tokoh Gaston dalam Animasi versi ini menjadi sesuatu yang beroposisi Beauty and the Beast biner karena versi Disney mengedepankan membangun masa depan dengan imajinasi Kesempatan Walt Disney Pictures untuk dan dipengaruhi oleh latar keluarga yang mengangkat cerita Belle dalam Beauty and siap membangun kemajuan hidup dengan the Beast adalah dengan menghadirkan teknologi, sedangkan versi film Prancis tokoh Gaston sebagai tokoh antagonis mendorong untuk mengerjakan sesuatu dalam hubungan Belle dan The Beast. yang konkret dan lebih dekat dengan Kehadiran Gaston dalam cerita menjadi alam. Ada kesamaan ide bahwa Belle ingin tokoh yang berusaha mendapatkan sesuatu yang berbeda dari latar belakang 138 Belle dengan segala cara. Obsesi Gaston kehidupan awal dia yang semula. Belle versi untuk mendapatkan Belle mengukuhkan Disney sudah tinggal di desa sejak awal kecantikan Belle, sekaligus menetapkan cerita dan ingin mengubah kehidupannya ukuran ‘cantik yang sempurna’ di desa itu dengan menemukan sesuatu direpresentasikan oleh tokoh Belle. Hal yang lain dari kehidupan pedesaan yang ini diperlihatkan dengan jelas dengan dianggap tidak berkembang. Namun Belle tokoh Gaston yang tidak memedulikan di versi Christophe Gans, sebagai anak sifat Belle karena ketertarikannya hanya seorang saudagar kaya yang awalnya sebatas fisik. Gaston yang ambisius dan tinggal di kota dan kemudian jatuh miskin, egois ini merepresentasikan sosok laki-laki akhirnya menemukan kecintaannya pada yang berusaha menaklukkan perempuan. kehidupan pedesaan. Dengan demikian Dengan ambisi seperti itu, Gaston melalui proses alih wahana dari kedua versi ini karakternya seakan mengukuhkan wacana lebih mempertahankan prinsip karakter dominasi laki-laki dengan mengupayakan Belle yang unik dari lingkungan sosialnya semua perempuan tunduk padanya. dengan internalisasi ideologi yang berbeda Tokoh Gaston seperti terlihat pada di masing-masing versi. Gambar 3 menggunakan kekuatannya untuk menaklukkan hati perempuan. Gaston digambarkan sebagai tokoh yang sombong karena menganggap dirinya sempurna. Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

Gambar 4. Keinginan Sang Putri dan Sang Pangeran (00:43:16–00:43:46)

Untuk itulah tokoh Gaston dianggap sebagai menemui masalah. Ada usaha Gaston untuk gambaran laki-laki idaman yang memiliki mendapatkan Belle karena obsesinya untuk nilai kesempurnaan sebagai sosok laki-laki menikahi Belle. Hal ini membuat ide cinta yang memiliki citra fisik yang diidamkan segitiga di antara Belle, The Beast, dan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam film Gaston. Kehadiran Gaston yang menjadi ini, seperti berbadan besar dan berkulit orang ketiga menjadi pemicu konflik paling berwarna. Gambaran fisik Gaston dan besar untuk menghambat hubungan Belle segala properti yang dibawa Gaston, seperti dan The Beast dengan penyerangan Gaston senjata, menegaskan stereotip maskulinitas ke kastil milik The Beast. Dengan demikian, yang melekat pada dirinya. kehadiran Gaston menjadi sangat penting Dengan kelengkapan atribut sebagai pembuktian cinta The Beast pada maskulin yang dimiliki Gaston, Beauty and Belle yang akhirnya membangkitkan cinta the Beast versi animasi Disney ini ingin Belle untuk menghapus kutukan. Melalui 139 memperlihatkan sisi feminis Belle dengan kisah cinta segitiga ini, maka makna cinta tidak menerima perilaku dominan laki- yang dihadirkan dalam versi animasi Disney laki, seperti tokoh perempuan lain yang adalah perjuangan melawan hambatan tunduk pada sosok Gaston. Penolakan Belle agar mendapatkan perempuan yang memberikan pemahaman bahwa perempuan dicintai. Pada akhirnya, The Beast harus tidak mudah tunduk pada laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan Belle melalui hanya menggunakan kekuatan fisik perkelahiannya dengan Gaston. Secara sebagai senjatanya. Perempuan, melalui tidak langsung, ada ide maskulinitas yang film animasi Disney, seakan digambarkan ditampilkan dalam sebuah pertempuran untuk selalu berpikir kritis. Dalam hal perebutan perempuan yang dicintai. ini, tokoh Gaston dengan segala unsur maskulin yang dimilikinya memperkuat ide Tokoh Sang Putri dalam Film La feminis karakter Belle untuk menunjukkan Belle et La Bête resistensi yang kuat dari dominasi kekuasaan simbolik laki-laki dengan tidak Berbeda dengan versi animasi, La Belle mudah tunduk pada kekerasan laki-laki, et La Bête karya Christophe Gans tidak baik secara fisik maupun secara verbal. menampilkan tokoh Gaston dalam Kehadiran tokoh Gaston membuat ceritanya. Tidak ada perebutan Belle dalam perjalanan kisah cinta Belle dan The Beast versi produksi film Prancis tahun 2014 Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

ini. Tokoh unik yang muncul dalam versi Negosiasi yang diterapkan oleh Sang Putri ini adalah Sang Putri yang muncul dalam pada Sang Pangeran merupakan suatu mimpi Belle. Sang Putri seakan ingin bentuk persuasi agar dirinya mendapatkan memberi pesan pada Belle ketika Belle sudah ruang di luar ruang domestiknya. Negosiasi menyerahkan diri sebagai tawanan Sang yang dilakukan Sang Putri menempatkan Pangeran/La Bête. Kehadiran tokoh Sang dirinya tidak berada di bawah dominasi Putri menjadi latar belakang kehidupan laki-laki, dengan adanya kesepakatan di Sang Pangeran sebelum ia mendapatkan antara mereka untuk mendapatkan ruang kutukan. Belle tidak pernah bertemu tokoh publik yang seimbang bagi Sang Putri. Sang Putri secara langsung. Sosok Sang Pemikiran tentang batasan ruang inilah Putri yang hadir menjadi dominan dalam yang akhirnya menimbulkan masalah hubungan Belle dan Sang Pangeran. ketika Sang Putri berada di ruang eksterior Kehadiran tokoh Sang Putri dalam wujud seekor rusa emas. Kesalahan menjadi alasan mengapa Sang Pangeran Sang Pangeran yang membuat Sang Putri mendapatkan kutukan. Ada kesepakatan terbunuh dan akhirnya dirinya mendapat untuk tidak saling menyakiti yang dilanggar kutukan yang menjadikannya seorang Sang Pangeran pada masa lalunya ketika monster. Permintaan Sang Putri adalah masih menjalin hubungan dengan Sang bentuk negosiasi lain pada kemarahan Putri. Kedua tokoh saling tidak mampu ayahnya, Dewa Pelindung Hutan, agar memenuhi keinginan pasangannya: Sang Sang Pangeran tidak dibunuh. Logika dari Pangeran ingin anak laki-laki dan Sang cerita La Belle et La Bête bersumber pada 140 Putri ingin menghentikan perburuan kejadian tersebut. Alasan Sang Pangeran rusa emas (Gambar 4). Ide maskulinitas diubah menjadi monster adalah karena yang muncul, seperti yang tampak pada membunuh anak Dewa Pelindung Hutan, tokoh Gaston dalam versi Disney, terlihat sehingga memberikan pemahaman ide pada sosok pangeran yang suka berburu. yang dihadirkan dalam cerita La Belle et Keinginan Sang Pangeran untuk memiliki La Bête versi Prancis ini. Ada isu tentang anak yang belum terlaksana membuat lingkungan yang disuguhkan melalui sosok dirinya ingin terlihat perkasa dengan Sang Putri yang dapat berubah menjadi mengalihkannya dengan kegiatan berburu. seekor rusa emas. Kutukan yang diberikan Walau tidak seperti versi Disney yang jelas pada Sang Pangeran merupakan hukuman memperlihatkan dominasi laki-laki pada dari kerusakan alam yang dilakukan. Ide tokoh Belle, versi Christophe Gans ini ini bertolak belakang dengan versi Disney lebih menunjukkan sisi maskulinitas dalam yang memasukkan isu industrialisasi dimensi yang berbeda dengan logika naratif dengan teknologi mutakhir yang dibuat Belle dan La Bête. oleh Maurice sebagai cita-cita baru dari Penempatan Sang Putri yang selalu kehidupan Belle. berada di dalam kastil dan Sang Pangeran Peran tokoh Sang Putri menghadirkan menjalankan hobi berburunya di luar kastil cerita lain di samping kisah cinta La sudah membatasi ruang di antara mereka. Bête dengan Belle. Ada kisah yang tidak Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

terungkap di balik kutukan Sang Pangeran di zaman ini, sehingga leitmotif pada aspek menjadi monster. Kisah ini yang menjadi visual dan audio Beauty and the Beast perjalanan kisah Belle untuk memahami dapat diterima dengan baik oleh penonton. cinta yang dimiliki Sang Pangeran begitu Hal ini menjadikannya sebagai salah besar sebelum akhirnya dia menjadi satu ‘produk’ untuk diindustrialisasikan monster. Berbeda dengan versi Disney, dalam bentuk dan wahana lain. Strategi kehadiran tokoh ketiga di antara hubungan semacam ini dilihat oleh Edgar-Hunt (2010) Belle dan La Bête, yakni tokoh Sang Putri, sebagai industry branding dengan salah menegaskan bahwa Belle bukanlah orang satu caranya untuk membuat label khusus pertama yang dicintai La Bête atau Sang sebagai pemosisian diri dalam pasar film Pangeran. Tokoh Belle menjadi penting dunia (84). Hal ini yang membedakannya sebagai kunci kisah cinta Sang Putri. dengan versi Christophe Gans ketika ada Kehadiran Belle pada akhirnya dapat usaha untuk mendekonstruksi unsur-unsur menggantikan posisi Sang Putri. Dengan khusus yang diciptakan oleh animasi Disney. kata lain, Belle dalam versi film tahun 2014 Gaun Belle menjadi leitmotif yang cukup ini menjadi representasi sosok Sang Putri jelas pada versi animasi Disney dengan bagi Sang Pangeran. membuat Belle menjadi tokoh yang benar- benar berbeda dengan tokoh perempuan Perbedaan di dalam ‘Persamaan’ lain sebagai pembanding di film. Penonton Materi Sinematografis yang mengingat film animasi Disney akan selalu merujuk pada Belle dengan baju biru 141 Kekuatan sebuah film terletak pada gambar dalam kesederhanaannya di desa dan gaun yang ditampilkan dengan tidak hanya kuning yang mewah ketika di pesta dansa. untuk kepentingan estetika sebuah film, Gaun kuning yang tidak biasa dikenakan melainkan makna yang diberikan dari oleh Belle sepanjang film menjadi sebuah gambar yang ditampilkan. Makna gambar memori baru pada penonton dengan warna di dalam film tidak hanya berpengaruh pada dan gambar yang dominan. satu gambar saja, tetapi dapat dijelaskan Ada kemiripan tujuan penggunaan dengan rangkaian gambar di dalam cerita gaun Belle dalam versi live action di film hingga membentuk makna sebagai suatu Prancis tahun 2014 dengan bentuk gaun bentuk komunikasi yang digunakan (Boggs, versi animasi Disney. Belle dalam film ini 125). Penggunaan gambar pada animasi selalu menggunakan gaun mewah ketika dan live action terletak pada medium yang menjadi tawanan Sang Pangeran. Penonton digunakan untuk menuangkan imajinasi. dimanjakan dengan gaun-gaun mewah Leitmotif yang digunakan dalam cerita untuk mulai melupakan gaun kuning yang dongeng, seperti Beauty and the Beast, menjadi ciri khas Belle di versi animasi dapat dikatakan sebagai salah satu strategi Disney. Dengan demikian, letak perbedaan industri untuk menarik perhatian penonton. dari gaun Belle terletak pada warna di Dengan kekuatan animasi dua dimensi kedua versi. Disney, karakter Belle seakan dibuat Berdasarkan paparan kostum di dengan memanfaatkan kekuasaan animasi Gambar 5 terlihat dengan jelas perbedaan Disney sebagai produsen animasi terbesar kostum yang digunakan Belle di beberapa Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Shot Beauty and the Beast La Belle et La Bête

Makan malam

(01:03:55) (00:47:27)

Pesta dansa I

(01:04:49) (00:52:59)

Kepulangan 142 Belle

(01:09:04) (01:18:47)

Pesta dansa II

(01:25:22) (00:59:30) Gambar 5. Kostum Belle dalam Beauty and the Beast dan La Belle et La Bête

adegan yang serupa dalam dua versi kisah seperti yang digunakan dalam versi animasi Belle. Perbedaan mendasar adalah warna Disney. Di satu sisi, Disney menggunakan gaun yang digunakan dalam La Belle et La warna kuning cerah sebagai leitmotif Belle Bête lebih bervariasi. Tampak variasi warna agar karakter Belle mudah diingat oleh yang digunakan dalam La Belle et La Bête penonton. Di sisi lain, versi film Prancis tidak menggunakan warna kuning cerah ingin berusaha untuk tidak memasukkan Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

Beauty and The Beast La Belle et La Bête

(00:01:25) (00:01:13) Gambar 6. Sekuen awal film Beauty and the Beast dan La Belle et La Bête unsur yang dipakai pada versi Disney Belle adalah untuk memunculkan kembali dengan tidak menggunakan cara yang rasa cinta yang pernah dimiliki Sang sama untuk melakukan pengulangan warna Pangeran pada Sang Putri. pada gaun yang dikenakan oleh Belle. Perbedaan lainnya adalah suasana Dongeng Belle dalam Cerita Belle selama ditawan oleh The Beast. Pada Berbingkai versi Beauty and the Beast, segala kejadian mesra ketika Belle mengenakan gaun Kekuatan mise-en-scène yang berbeda dari 143 kuningnya menandakan rasa cinta yang dongeng Beauty and the Beast versi Disney telah timbul dalam diri Belle, sehingga dan La Belle et La Bête versi Christophe terpancar oleh gambar Belle yang ceria Gans dapat dimasukkan sebagai strategi dan warna yang cerah sebagai latar untuk film untuk mengantarkan pemahaman memperkuat perasaan Belle. Sebaliknya, penontonnya. Strategi film ini dikatakan pada versi La Belle et La Bête suasana oleh Edgar-Hunt, dkk. (2010) sebagai suram mengiringi kehidupan Belle selama kode enigmatis film karena setiap film ditawan. Adegan romantis yang dilakukan memiliki misterinya masing-masing untuk Belle dan Sang Pangeran lebih untuk dipecahkan oleh penontonnya. Kode merekonstruksi kembali memori Sang enigmatis ini menjadi semacam teka-teki Pangeran dengan Sang Putri. Oleh karena yang dapat diungkapkan penontonnya itu, ketika gambar “pesta dansa I” dalam melalui mise-en-scène yang dipilih oleh gambar 5 diperlihatkan warna cerah yang sineas (28–29). Dongeng Belle dua versi ini mengiringi kebahagiaan yang dipancarkan memiliki kode enigmatis yang dapat dilihat dari kemesraan Sang Pangeran dan Sang dari framing cerita yang disajikan dalam Putri. Dengan demikian, dalam versi La menghadirkan kisah Belle. Belle et La Bête, Belle tidak pernah berdansa Framing dongeng menjelaskan dengan Sang Pangeran yang berwujud kemiripan dari kedua versi ini. Kedua versi manusia. Hal ini menjelaskan bahwa peran ini menghadirkan kisah Belle dalam sebuah Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

dongeng yang diceritakan oleh narator. dari hubungan antartokoh yang dijalin di Perbedaan naratologi yang menjadikan dalam film. Interaksi Belle dengan Sang kedua film ini memiliki strategi filmnya Putri terjalin melalui bingkai mimpi yang masing-masing. Narator dalam versi divisualisasikan dengan cahaya kuning Disney adalah narator-bukan-tokoh yang yang menyelimuti Belle ketika tidur. menempatkan posisi narator berada di Gambar 7 menjelaskan mise-en- luar cerita dan seolah-olah menceritakan scène interaksi Sang Putri dengan Belle. dongeng Belle ini kepada penonton. Di Cahaya kuning yang datang dari patung La Belle et La Bête versi Christophe Gans, narator yang digunakan adalah narator- tokoh, yaitu tokoh Ibu yang menceritakan dongeng sebelum tidur kepada anak- anaknya. Bingkai dongeng yang berbeda ini memiliki dampak pada makna dongeng yang dihadirkan. Hal ini dapat dilihat dari sekuen awal dan akhir film di kedua versi. Sekuen awal di kedua film ini (Gambar 6) menyajikan framing narator yang membacakan cerita. Visualisasi penceritaan dongeng ditempatkan di medium yang berbeda dengan visualisasi 144 cerita utamanya. Bingkai dongeng dari Gambar 7. film Beauty and the Beast ditempatkan di Visualisasi Sang Putri yang masuk ke dalam mimpi Belle (00:39:30) mosaik dinding istana dan diceritakan oleh narator-bukan-tokoh, sedangkan dalam La Belle et La Bête, visualisasi dongeng Sang Putri mengalir menuju Belle yang dibuat dalam bentuk buku cerita dengan sedang tidur, sehingga Belle masuk ke ilustrasi gambar yang diceritakan oleh dalam dunia mimpi untuk melihat sebuah narator-tokoh di dalam frame, yaitu tokoh cermin air. Alam mimpi Belle menjadi Ibu. Strategi filmLa Belle et La Bête yang bingkai tersendiri sebagai transisi cerita menghadirkan narator-tokoh memberikan Belle dan La Bête dengan cerita Sang Putri pemaknaan naratif sejak awal bahwa ada dan Sang Pangeran. Dengan kata lain, cerita lain di luar dongeng yang akan cermin air menjadi bingkai cerita lain diceritakan, sehingga tokoh Belle menjadi dalam sebuah dongeng yang dihadirkan di tokoh imajiner yang berperan dalam film versi Christophe Gans ini. bingkai sebuah dongeng yang diceritakan Cermin air pada Gambar 8 itu. digunakan oleh Christophe Gans menjadi Mise-en-scène bingkai cerita dalam bingkai cerita Sang Putri yang misterius film La Belle et La Bête dibuat berlapis di dalam dongengnya. Hal ini dapat dilihat Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

(00:40:35) (00:51:43)

Gambar 8. Visualisasi Cermin Air dalam filmLa Belle et La Bête untuk menjelaskan latar belakang Sang Gans untuk memvisualisasi ide cerita yang Pangeran dan kutukannya. Mise-en-abyme berbeda di setiap tokoh protagonisnya yang dimulai dari kemunculan tokoh Ibu serta pemaknaan dongeng dalam filmnya. untuk masuk ke cerita Belle dan berakhir Penempatan dongeng yang berbeda dengan di cerita Sang Putri menjelaskan kisah Belle versi Disney terlihat juga di sekuen akhir menjadi dongeng yang kompleks. Thomas yang kembali menghadirkan dongeng Elsaesser (2005) menjelaskan bahwa melalui medium khasnya masing-masing. mise-en-abyme digunakan oleh sineas Gambar 9. Akhir dongeng Belle film Beauty untuk memvisualisasikan memorinya dan and the Beast dan La Belle et La Bête 145 logikanya sendiri. Alur yang berbeda di Gambar 9 memperlihatkan akhir setiap cerita menjadi refleksi diri tokoh dari dongeng yang diceritakan oleh yang dihadirkan. Hal ini seringkali menjadi narator. Visualisasi warna cerah di akhir kekhasan film Eropa dalam sebagai sebuah kisah Beauty and the Beast versi Disney gaya di era film kontemporer (53). Cerita memperlihatkan akhir dongeng yang yang berlapis ini menjadi cara Christophe bahagia untuk hubungan Belle dan Sang

Beauty and The Beast La Belle et La Bête

(01:25:50) (01:42:08) Gambar 9. Akhir dongeng Belle filmBeauty and The Beast dan La Belle et La Bête Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

adalah sebuah logika naratif yang dianggap tidak nyata. Sebaliknya, kehidupan tokoh Ibu di luar kisah dongeng menempatkan kehidupan yang objektif karena tidak dibingkai dalam sebuah cerita dongeng. Dengan demikian, La Belle et La Bête versi Christophe Gans memberikan pemahaman pada penonton, melalui kontras mise-en- scène cerita dongeng dengan cerita objektif, bahwa kehidupan nyata dapat berakhir bahagia.

Gambar 10. Penempatan framing yang berbeda Sekuen akhir La Belle et La Bête (01:45:25) untuk cerita dongeng dan cerita objektif menjelaskan pesan yang berbeda di kedua Pangeran. Sementara itu, dalam versi wahana film. Dalam animasi versi Disney, Christophe Gans, dongeng Belle dan Sang cerita Beauty and the Beast diakhiri dengan Pangeran tidak digambarkan sebahagia kebahagiaan cerita dongeng. Hal ini versi Disney. Hal ini menempatkan dongeng mengindikasikan konvensi dongeng yang yang digambarkan dengan kompleksitas indah, sehingga indahnya bingkai dongeng cerita bukanlah kebahagiaan akhir dari ini sesuai dengan yang disebutkan oleh sebuah film. Film versi Christophe Gans Elsaesser (2005) bahwa penggunaan mise- 146 memiliki sekuen akhir yang memberikan en-abyme sebagai pemenuhan harapan porsi tokoh Ibu dengan kehidupannya yang penonton terbangun dengan baik. Dongeng dapat diinterpretasikan sebagai dunia nyata menjadi refleksi kehidupan yang ideal, karena berada di luar bingkai cerita sebuah sehingga menghadirkan mimpi-mimpi dongeng. indah bagi para penontonnya. Sebaliknya, Sekuen akhir La Belle et La Bête dalam La Belle et La Bête karya Christophe (gambar 10) memvisualisasikan tokoh Ibu Gans, keindahan dongeng didekonstruksi setelah menyelesaikan dongeng untuk dengan kompleksitas cerita dan kesuraman anak-anaknya. Pada visualisasi ini terlihat isu yang terdapat di dalamnya, seperti karakter fisik tokoh Ibu dan Ayah yang pengkhianatan, kematian, kutukan, dan sama dengan karakter fisik Belle dan keserakahan. Sementara itu, kehidupan Sang Pangeran. Penggambaran fisik yang nyata dalam bingkai cerita yang objektif sama dengan bingkai cerita yang berbeda justru direkonstruksi seindah dongeng. menjelaskan adanya kesinambungan Dengan kata lain, mise-en-abyme dalam hubungan antara tokoh Belle dan Ibu, film La Belle et La Bête menjelaskan sehingga perlu diperhatikan latar objektif harapan yang lebih realistis dengan lapisan dan latar imajinernya. Dongeng yang cerita yang menggambarkan kehidupan di ditempatkan sebagai sebuah cerita di luar dongeng. dalam buku menyiratkan bahwa cerita itu Damar Jinanto, Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty And The Beast Tahun 1991 ...

Kesimpulan diri Belle yang menginginkan kehidupan yang berbeda dari kehidupan pedesaan. Kajian alih wahana dalam Beauty and the Peran perempuan yang mengikuti Beast (1991) dan La Belle et La Bête (2014) perkembangan ilmu pengetahuan menjadi terletak pada perubahan karakter Belle penting sebagai karakter dasar Belle dalam yang terbentuk pada versi animasi dengan versi ini. Sebaliknya, latar belakang Belle karakter Belle pada versi live action di film pada versi live action Prancis tahun 2014 Prancis. Prinsip dasar cerita bahwa Belle mengidamkan kehidupan pedesaan yang sebagai penangkal kutukan Sang Pangeran tenang, bukan kemewahan kota yang masih sama, namun perbedaannya lebih dimiliki tokoh Belle dari awal sebagai anak menitikberatkan pada proses tumbuhnya seorang saudagar kaya. Dengan demikian, rasa cinta dalam diri Belle untuk The Beast. isu lingkungan sangat kuat pada film versi Perubahan alur pun terjadi dengan melihat Christophe Gans ini. Pesan bahwa manusia perjalanan cerita Belle yang berbeda. adalah pelaku utama yang merusak Versi Disney memiliki alur yang terbilang ekosistem membuat tema khusus pada La sederhana dengan menempatkan Belle yang Belle et La Bête dengan mengembalikan dapat mencintai The Beast tanpa halangan. cerita Belle ini pada esensi framing dongeng Alur film animasi ini mengedepankan anak-anak sebelum tidur. rasa yang awalnya tidak dimiliki Belle Dengan melihat perbedaan yang dan The Beast hingga akhirnya tumbuh tampak dari kedua versi cerita Belle pada seiring kehidupan mereka bersama di tahun 1991 dan tahun 2014, Belle versi 147 dalam kastil. Hal yang lebih kompleks Christophe Gans ingin menyuarakan pesan terjadi pada versi live action Prancis tahun yang berbeda dari versi animasi Disney. Ada 2014 karena memiliki dua alur berbeda upaya dekonstruksi pada labelisasi Belle berkaitan dengan rasa cinta yang dimiliki versi Disney yang digambarkan dengan Sang Pangeran. Alur pertama adalah alur kepentingan industri yang lebih besar dari pertumbuhan rasa cinta Belle dengan Sang sekadar film. Proses penghilangan beberapa Pangeran, alur lainnya adalah proses cinta unsur seperti kostum, tokoh pendukung yang sudah dibentuk oleh Sang Pangeran yang unik, hingga ilustrasi musik yang dengan Sang Putri. dibangun oleh animasi Disney menjadi Di samping alur, penokohan yang salah satu jalan Christophe Gans untuk jelas berbeda terlihat dari karakter Belle mendekonstruksi Beauty and the Beast mulai dari latar belakang keluarga yang versi animasi Disney. Rekonstruksi kisah berbeda. Pembentukan karakter berdasarkan Belle oleh Christophe Gans juga dirasakan penokohan memberikan informasi yang ketika ada perubahan atau penambahan berbeda antara Belle versi Disney dengan materi naratif yang terlihat dalam tokoh, Belle versi film Prancis tahun 2014. Karakter latar, alur, bahkan tema, serta materi Belle pada versi Disney didekatkan dengan sinematografis, yang terlihat jelas dimise- isu industrialisasi. Kemajuan teknologi en-scène Christophe Gans yang disajikan seakan memberikan wacana baru pada dalam La Belle et La Bête tahun 2014. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Pertarungan ideologi ini dikembalikan oleh Pustaka Utama. Disney dengan hadirnya versi live action Disney yang dirilis tahun 2017. Beauty and the Beast versi live action tahun 2017 ini terlihat usahanya untuk mempertahankan leitmotif, terutama konstruksi tokoh Belle yang sudah dibangun di versi animasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Boggs, Joseph M. 2008. Art of Watching Films (Edisi ketujuh). Amerika Serikat: Mayfield Publishing Company. Craven, Alisson. 2002. “Beauty and the Belles: Discourses of Feminism and Femininity in Disneyland”. The European Joutnal of Women’s Studies Vol. 9(2). hlm. 123–142. London: SAGE Publications. Damono, Sapardi Djoko. 2014. Alih

148 Wahana. Ciputat: Editum. Edgar-Hunt, Robert, John Marland, dan Steven Rawle. 2010. The Language of Film. Singapura: AVA Publishing. Elsaesser, Thomas. 2005. European Cinema: Face to Face with Hollywood. Amsterdam: Amsterdam University Press. Hamburger, Andreas. 2015. “Beautiful Beasts––Motif Tradition and Film Psychoanalysis in Jean Cocteau’s ‘La Belle et La Bête’ (F 1946)”. Women and Images of Men in Cinema: Gender Construction in ‘La Belle et La Bête’ by Jean Cocteau (Andreas Hamburger, ed.). London: Karnac Books. Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Muslihat: Akar Kekerasan dan Diskriminasi. Jakarta: Gramedia Dhyani Hendranto, Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values Through ...

YOGYAKARTA URBAN WOMEN: EXPRESSION OF CULTURAL VALUES THROUGH CONTEMPORARY JEWELRY IN EXPERIMENTAL INSTALLATIONS AND LIVE PERFORMANCES

DHYANI HENDRANTO

ABSTRACT Women have been seen as being capable in maintaining a spiritual and physical balance allowing them to exist as part of the community. Their harmonious spiritual, moral, intellectual and psychological achievements are a form of true perfection, and are desirable by every woman as represented by symbols which are considered to represent the ‘soul’ of urban women. The selected inspirational objects are packed to have meanings as well as aesthetic values and to deliver motivational, inspiring messages. The creation process of generating forms, structures, selections of color and material, and also movement, is the visual language that communicates the artists’ aspirations. This artwork shows the artist’s creative characters; essentially every human being has creative potentials that could lead to the finding of his or her own original personal concepts that would eventually give birth to innovative and varied artworks. The theme of women who are members of our community possesses the potential to be expanded broadly, so that it will become a priority issue and that it will receive due attention, as women are a major stakeholder in the continuity of humanity. The way women struggle to achieve balance, in the midst of existing values and stereotyping is a remarkable feat, and the artist, as a woman, tries to visualize all their feelings in the creation of this work.

ABSTRAK Perempuan dipandang mampu menjaga keseimbangan spiritual dan fisik, sehingga mereka dapat eksis sebagai bagian dari masyarakat. Pencapaian spiritual, moral, intelektual, dan psikologis mereka adalah sebentuk kesempurnaan yang nyata dan merupakan suatu hal yang diinginkan setiap perempuan sebagaimana ditampilkan dengan simbol-simbol yang dianggap merepresentasikan ‘jiwa’ perempuan urban Jawa. Obyek-obyek inspiratif yang dipilih dianggap memiliki makna serta nilai estetika, serta mampu menyampaikan pesan-pesan 149 motivasional dan menginspirasi. Proses penciptaan bentuk dan struktur, pemilihan warna serta material, serta bentuk, adalah bahasa visual yang menyampaikan aspirasi sang seniman. Karya seni menampilkan sifat seorang seniman dengan sangat jelas. Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi kreatif yang mampu menciptakan karya seni yang inovatif dan berbeda- beda. Tema peran perempuan dalam masyarakat perlu diperluas agar menjadi isu prioritas dan mendapat perhatian yang diperlukan, karena perempuan adalah stakeholder besar dalam kelanjutan kemanusiaan. Cara perempuan menciptakan keseimbangan, di tengah-tengah nilai yang sudah ada dan stereotyping, sangat menakjubkan dan sang seniman, sebagai seorang perempuan, mencoba untuk memvisualisasikan seluruh perasaannya dalam penciptaan karya ini.

Keywords: Java urban woman, contemporary, exploration, therapy

Java Urban Women

In urban communities throughout the As a result of the phenomenon world, one of the elements to be observed is of global life, many urban women are that of gender; in this case, women as one susceptible to suffering from masked of the genders within urban communities. depression, which is a disease of the The presence of women in urban culture modern world today. Many suffer from this has enriched the repertoire in the discourses affection around the world. Women might of urban culture throughout the world, fall in the realm of depression if they on and Java is not an exception, notably the their own are not able to cope with those Special Region of Yogyakarta. factors that trigger tensions in their life, viz. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

in the context of a highly dynamic urban Contemporary Works as community. Women’s Self-Expression The women within the Javanese social strata are regarded as those people Therapy through art has significant value as who possess the energy and the ability to it may cause major psychological impacts uphold and carry her feminine dignity. on those who are experiencing problems Women are portrayed as struggling hard, and pressures of life. Such has been personalities with power, or even a source observed in the case of urban women in of strength for her own existence and Java, including Yogyakarta. An artwork — environment – these are all to achieve her the skills in selecting media, the techniques, own feminine harmony. the exploration and the materials used, the As part of a community system, creative concept, and the displayed themes a Javanese woman actually has a — makes an artist’s identity, which may not disguised authority. She must seek ways be visible to the naked eye. The purpose to achieve her wishes without upsetting of capturing the identity of an artist is to the social harmony that may result from obtain a full picture of his or her personality deviating from the established cultural that would eventually affect the physical order. Therefore, the total dedication and characters of a creation. submission shown by Javanese women Following these thoughts, in is a diplomatic strategy to gain authority the area of ​​contemporary art, absolute and to get what they aspire (Handayani & separation between a work of fine arts and Novianto, 2004). From a formal structure performing arts is no longer necessary. 150 point of view, they look as if they have no The idea for a​​ creation can come from any influence. But informally, their influence direction, which is then processed into is huge. A husband in the long run may something called a new creation, which even be dependent on his wife, especially will produce a new product with a new emotionally. In this position, a Javanese culture as well. This particular work is an woman may determine public decisions embodiment of the cultural perceptions and through her husband. attitudes of the urban society itself, as seen Javanese urban women are often by the writer who herself is an artist. faced with a dilemma: they are placed in The work is executed with different a situation where they have to opt whether technical approaches and utilizing new to follow the flow of dynamic globalization media, including the merging of symbols or to remain tradition-laden female figures which are bodily attached on Javanese who are gentle, submissive, and resigned. urban women, forming an expressive According to Emile Durkheim, post- language that allows the creator to tell Javanese women, is in a state of anomie. the story — as seen from her personal They hold high respect for their culture, but point of view — about the complexity of their lifestyle is universal and modern. the problems of urban Javanese women. When addressing the complexity of contemporary issues, the author attempts to provide spacious room for improvisation and freedom of imagination by means of Dhyani Hendranto, Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values Through ...

expressions, which can narrate and poke the author is to conduct, intensely, fun while at the same time carrying a depth the explorations of forms, techniques, of meanings. movements, and the inventorization of problems and their solutions. Problem Formulation b. Benefit Based on the description above, the artist (author) in this experiment wishes to 1. The direct benefit to the author is emphasize the aspects of explorations in an intellectual maturation process and shapes, textures, lines, colors, materials, emotional sensitivity towards social composition and harmony of movements. phenomena, which is part of the society Can the techniques and explorations in that is actualized in the process of artistic this work of art represent the aspirations of creation. the author, that is, to carry messages that 2. Another benefit is the promotion of contain symbolic contents? critical collective awareness in restoring a Can the techniques and explorations substance in human healing, especially in provide fresh ideas to enrich the variety women, finding spiritual space and new of techniques in the creation of artworks, contemplations within the broader public. particularly that of fine art in the arena of mixed media and installations? Assessment and the Platform of How to make creative processes to Creation Sources work as healing treatment or some kind of practical psychological therapy processes An artwork carries meaning, or, it tells 151 within a simple therapy context (moral and something. Therefore, we (readers) psychological effects). are required to interpret to give it any significance. A good interpretation can Objectives and Benefits be reached when a description is given in a. Objectives advance. Basic creation of works of art refer to the theory of The Symbol in Art The purpose of creating this art is to respond (Suzzane K.Langer), which defines art as and represent a critical attitude toward the ‘... the creation of forms symbolic of human phenomena occurring around us through feeling’ (Art is a form of creation which ‘jewelry artworks in a performing art’; the is the symbols of manifestation of human latter is expected to inspire the extraction feelings - Djelantik, 1999; 128). of aesthetic values and contribute to the An artwork is attractive if it is conveyed in substance in awareness towards humanist an imaginative way. In other words, a work existentialism. Additionally it also has the of art is interesting if it has gone through objective to recover the space of spiritual a process of creative incubation and is humanistic values/quality in the discourse imaginatively visualized (also known as of simple therapy in a wider psychological “figurative metaphor”). Metaphor is a play context and perspective, especially for in language, identical to a game. Aristotle women. described metaphor as the application The technical objective for of something from a name to belong to Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

something else, a transfer that occurs from of their lives. This process is also a deep genus to species, from species to genus, from understanding of their personal-self; the species to species proportionally (Ricoeur, selection of jewelry created by the artisans 2002:106); in this context, metaphor becomes a meaningful treatment for becomes synonymous with comparison. their psyche, and the movements, which The meaning of an artwork is diverse and spring from within themselves forming never final. Metaphor is merely of emotive its own composition. Submission follows values but it has something new to say involuntary spontaneous motions when about the reality. one is freed from the influence of passion The idea of ​​creating the artworks and mind. described in this writing was inspired After watching the show the and drawn from the authors’ own life audience is expected to experience experiences. The resulting experimental catharsis (khataros, pure, holy). Catharsis works are therefore result of personal is the outflow of emotion, the feeling observation, learning and contemplation that one gets after watching a tragedy by the artist who has experienced living drama. Catharsis is regarded as a surge of the profile of an urban woman and as a unexpected emotions and surprises while member of urban communities in several the emotion peaks and subsides. Catharsis countries (Asia, Australia and Europe). is considered to provide relief to the human Currently her artworks tell the story about soul from pain and pressure. Catharsis Javanese urban women, particularly those touches our feeling. A cathartic experience in Yogyakarta. is a deep understanding of the human as 152 With a multitude of definitions of well, and is a meaningful treatment of the urban, it is necessary to find an aesthetic soul (therapeutic). Catharsis also possesses a language of urban art. The languages ​​used meaning of repentance from sin or mistakes are no longer urban specific languages. (Aristotle). It is rather a language that describes the They are ushered to witness a replay problems of urban women. In conjunction of the drama of the problems or tragedies with the creation process of this work, the in their lives by means of exploring the author elaborates how a woman as a wife, material worn by the woman. This process mother and as part of the community, sees is also a deep process of understanding herself through her bodily expressions themselves and is a meaningful treatment of (body artifacts). the soul. Following this they might usually In the artworks, women are allowed feel relieved and experience a reduced to liberate their soul from sufferings and feeling of anxiety brought about by the fact stress; the works of art are part of their that they could see the problem in the right “personal life experience”. Where there proportion and they do not feel alone any are private spaces in women, the choice longer. of materials, the form and shape of the jewelry worn by the performers, their Themes / Ideas / Title bodily movements are in accordance with their personality. They are encouraged to The themes, ideas and the title of this work witness a replay of the drama or tragedy of art are the spirit of women’s struggles Dhyani Hendranto, Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values Through ...

Chart 1. Prototyping Methods in A Creation Process in defending their personal existence forms, shapes, motions and sound in this and in attaining her feminine harmony. work is an attempt to visualize, symbolize A process of combining the basic spirit — in an elegant way — all the complexity of of the urban women of Java especially problems of urban women. that of Yogyakarta, which eventually The creation process by the author is leads to a concept of a workmanship that prioritized based on novelty, depth, and reflects the body artifacts of women (body certain type of actualization such as degree 153 artifact). This is then visualized through a of contemplation, tenacity in exploring work in monumental three-dimensional imaginary spaces to search for and find contemporary jewelry art and a multimedia new ideas, the courage to try new things, show which is packed in the form of exploring in the wildest unlimited sense so installations. as to reap creative and fresh ideas.

Material concept and Prototyping Methods development Prototyping here refers to that which can The material of the artwork refers to the be used to assist in the analysis and design basic forms found in the everyday’s life of of works; this process helps the author to Javanese urban women in Yogyakarta; some describe how systematic decisions are made materials worn by these women makes part during the creation of the artwork from its of the realities of urban Javanese women’s initial concept to the end. life. They are regarded as objects of art The process involves numerous uses that can tell much about the philosophy of diagrams/sketches to help thinking in a of womanhood in the Javanese context. concrete way (Maulsby, 1993). The process Forms of harmony, beauty, serenity, peace makes it possible for the author to revise, and solidness of the whole work pursued by change, modify and improve the systems the author through the play of space, lines, needed to assure the quality of the work. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

BIBLIOGRAPHY

Amir Piliang, Yasraf. 1999. Hiper-Realistas Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS. Amir Piliang, Yasraf. 2008. Multiplisitas dan Diferensi: Redefinisi Desain, Teknologi dan Humanitas. Yogyakarta: Jalasutra. Asa Berger, Arthur. 2000. Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Figure 1. Barthers, Roland. 1981. The Theory of the Artwork “Crossed Missedlead Civilization” Text. London: Routledge. Bartsch, Ingeborg. 1999. Gold und In this prototyping method, the author Silberschmeiden, Schritt fuer Schritt in general adapts several methods which are commonly practiced in approaching zu Edlem Schmuck. Germany: the different creation processes. These Augustus. approaches are among others: exploration Byrne, M. 2001. Interviewing as a Data (brainstorming), which includes among Collection Method. AORN Journal; others the exploration of concepts 2:233-234. (observation and aesthetic experience in Christina S. Handayani, Ardhian Novianto. 154 aesthetic structure), exploration through 2004. Kuasa Perempuan Jawa. PT analysis of visual forms, and aesthetic LKiS Pelangi Aksara. exploration. These are followed by Creswell, JW. 2003. Qualitative Inquiry and improvisation; the formation and extraction Research Design. California: Sage of various aspects of visual-artistic and Publications. aesthetic refinements utilizing technical Davis, Fred. 1992. Fashion,Culture and and intuitive analytical skills. Then there Identity. Chicago: University of are the stages of evaluation; evaluation Chicago Press. of the various aspects in the relations of Dharsono Kartika, Sony. 2007. Kritik Seni. ideas, artistic execution and others which are related to depth of impression and Rekayasa Sains. expression; these are presented as a kind Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika: Sebuah of emotional control and settlement which Pengantar. Bandung: MSPI. are synchronized with or comprehensively Dominique, Maria. 2010. TANPA TUTUP enveloping vibrating intellectual capacity Boleh nakal tapi nggak boleh bejat of the creation process. Explorations among (Manifesto Perempuan Urban). Rene others are the exploration of conception Publisher. (observation and aesthetic experience in Gosta, Liebert. 1976. Iconographic aesthetic structure), visual form exploration Dictionary of The Indian Religion. and aesthetic exploration. Leiden: E.J. Brill. Dhyani Hendranto, Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values Through ...

Gray, Carole. 2004. Visualizing Research, a Marianto, Dwi M. 2006. Quantum Seni. Guide to The Research Process in Art Semarang: Dahara Prize. and Design. Ashgate Publishing. Marianto, M. Dwi. 2007. “Relasi Luar-Dalam Gustami, SP. 2004. Proses Penciptaan Antara Seni dan Metafora”. Jurnal Seni Kriya: Untaian Metodologi. Penciptaan Seni dan Pengkajian Yogyakarta: PPS ISI. Seni, Vol. 3, No. 1. Yogyakarta: ISI. Halliday, M.A.K.; Hasan, Ruqaiya; Tou, Maulana, Ratnaesih. 1997. Ikonografi Barori Asruddin (terj.). 1992. Bahasa, Hindu. Depok: Fakultas Sastra Konteks, dan Teks. Yogyakarta: Universitas Indonesia. Gadjah Mada University Preass. Maulsby, David. 1993. Prototyping an Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni. Intelligent Agent through Wizard of Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Oz. New York: ACM. Hartono, Budi. 2009. Bawor. Yogyakarta: Mohammad, Goenawan. 1993. Kesusastraan ISI. dan Kekuasaan. Jakarta: PT. Pustaka Holloway, I & Wheller. 1996. Qualitative Firdaus. Research. Blackwell Science. Murniati, A; Nunuk P. 2004. Getar Gender, Irawani, Titiana. 2002. Blencong Sebagai Perempuan Indonesia dalam sumber Ide Penciptaan Seni Kriya Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Logam. Yogyakarta: ISI. Hukum dan HAM. Yogyakarta: J. Howard, Roy. 2001. Hermeneutika: Indonesiatera. Wacana Analisis, Psikososial Murniati, A; Nunuk P. 2004. Getar 155 dan Ontologis. Jakarta: Yayasan Gender, Perempuan Indonesia dalam Adhikarya IKAPI dan The Ford Perspektif Agama,Budaya dan Foundation. Keluarga. Yogyakarta: Indonesiatera. Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita, Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan Pelangi Aksara. Nenek, Mandar Maju. Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Kimura, D. 1986. How Different are the Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Male and Female Brains? Orbit. Ricoeur, P. 1981. Hermeneutic and The Kinsley, David. 1986. Hindu Goddesses: Human Scientist, Essay on Language, Vision of Devine Femine in Hindu Action an Interpretation. Cambridge: Religious Traditions. Los Angeles: Cambridge University Press. University of California. Sachari, Agus. 1997. Seni Desain antara Kuntowijoyo. 1999. Budaya dan Teknologi, Konflik dan Harmoni. Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara Bandung: Penerbit Nova. Langer, Suzzane K; Widjayanto, FX (trans). Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda Tetapi 2006. Problematika Seni. Bandung: Setara. Jakarta: Kompas. Sunan Ambu Press. Sahman, Humar. 1993. Mengenal Dunia Lawson, Bryan. 2007. Bagaimana Cara Seni Rupa. Semarang: IKIP Press. Berpikir Desainer. Yogyakarta: Jalasutra. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Sahman, Humar. 1993. Mengenal Dunia Timbul, Haryono. 2001. Logam dan Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Peradaban Manusia, Yogyakarta: Press. Philosophy. Saidi, Acep Iwan. 2008. Narasi Simbolik ------. 2002. Bahan Kuliah Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Kajian Sumber Penciptaan. Yogyakarta: Isaacbook. Yogyakarta: ISI. Samovar, Larry A. 2010. “Komunikasi Untracht, Oppi. 1968. Metal Techniques for Lintas Budaya”. Salemba Humanika, Craftmen. New York: Doubleday. Ed. 7. Jakarta. Van Peursen, C.A. 1985. Strategi Sjarifoedin Tj. A , Amir. 2010. Wanita Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Wanita Selingkuh,Rumput Tetangga Vihma, Susann, Seppo Vaekevae. Semiotika Terlihat Lebih Hijau. Gria Media Visual, Semiotika Visual dan Prima. Semantika Produk. Yogyakarta: Slouka, Mark. 1999. Ruang Yang Hilang, Jalasutra. Pandangan Humanis Tentang Widianto, H & Simanjuntak, T. 2009. Budaya Cyberspace yang Merisaukan. Sangiran Menjawab Dunia. Balai Bandung: Mizan. Arkeologi Jawa Tengah. SP. Gustami. 2008. Nukilan Seni Ornamen Wijodirdjo, Budihardjo. 1996. Ide Seni Indonesia. Arindo Nusa Media. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Sp., Soedarso (ed.). 1991. Beberapa Catatan Seni II/01, BP. Yogyakarta: ISI. Tentang Perkembangan Kesenian Willis, Paul. 1990. Common Culture. 156 Kita. Yogyakarta: BP. ISI Yogyakarta. Colorado: Westview Press. Sudarso. 2006. Trilogi Seni: Penciptaan, Wilson, M. 1996. Asking Question In Eksistensi dan Kegunaan Seni. Data Collection: an Analysis. Sage Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Publication, London Open University. Seni Indonesia. Yuliman, Saneto. 1997. Seni Lukis Indonesia Sudjojono, S. 2000. Seni Lukis, Kesenian Baru. Jakarta: Dewan Kesenian dan Seniman. Yogyakarta: Yayasan Jakarta. Aksara Indonesia. Zohar, Danah. 1991. The Quantum Self. Sumardjo, Jakob. 2006. Filsafat Seni. London: Flaminggo. Bandung: ITB. Sunardi, St. 2002. Semiotika Negativa. Kanal. Supriadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Raja Grafindo Persada. Sutrisno, Mudji, FX. 1993. Estetika Filsafat Keindahan. Jakarta: Kanisius. Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari Panggung Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara

GENOVEVA NOIRURY NOSTALGIA Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta e-mail: [email protected]

ABSTRACT This paper is an analysis of the creative process done by Retno Maruti when making his dance work. I focus on Maruti’s work, titled Legong Calonarang. This work is a collaboration between Retno Maruti and Bulantrisna Djelantik; it combines bedhaya, one dance that originated from Java, with legong, a type of Balinese dance. In the work, Maruti shows the black-and-white, either/or concept of good and evil that makes the two sides of the coin of a human life. The bedhaya dance from Java, as well as the legong from Bali, are two dances that contrast in all forms, whether it be moves, music, and costume. The combination of Java and Bali is an excellent, innovative combination, that does not eliminate the feel from each origination. My research concludes with the view that the creative process done by Retno Maruti is an effort to preserve traditional arts in the middle of modernization, while still keeping the philosophy within. It can also be said that Maruti’s work is a traditional dance that is modern. Her creative process is based on her experience as a dancer who grew up in the court, and who started her professional career by joining the Sendratari Ramayana Prambanan, in 1961.

ABSTRAK Paper ini merupakan kajian tentang sebuah proses kreatif yang dilakukan Retno Maruti dalam membuat sebuah karya pertunjukan tari. Fokus penelitian saya adalah karya Retno Maruti yang berjudul The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang. Karya ini merupakan kolaborasi Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik, yang memadukan bedhaya, salah satu jenis gaya tari Jawa, dan legong yang berasal dari Bali. Konsep hitam putih ditampilkan Maruti dalam menggambarkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia yang selalu berdampingan seperti dua sisi mata uang. Materi tari bedhaya dari Jawa dan tari legong dari Bali, merupakan materi utama dalam karya yang ditampilkan secara kontras baik dalam gerak, 157 iringan, maupun kostumnya. Perpaduan Jawa dan Bali dalam karya ini merupakan suatu persenyawaan dalam sebuah pertunjukan inovatif namun tidak kehilangan nafas daerahnya. Dari penelitian yang saya lakukan menghasilkan pandangan bahwa proses kreatif yang dilakukan oleh Retno Maruti merupakan sebuah upaya menjaga kesenian tradisonal yang berkembang di tengah modernisasi, dengan tetap mempertahankan filosofi yang terkandung di dalamnya, dapat juga dikatakan bahwa karya Retno Maruti merupakan pertunjukan tari tradisional yang bersifat kekinian. Retno Maruti melakukan proses kreatif berdasarkan pengalamannya sebagai seorang penari yang dibesarkan di lingkungan keraton Surakarta dan mengawali karirnya sebagai penari profesional saat bergabung dengan Sendratari Ramayana Prambanan tahun 1961.

Keywords: Retno Maruti, Legong Calonarang, Bulantrisna Djelantik. Calonarang, traditional dance Kata Kunci: Retno Maruti, Retno Maruti, Legong Calonarang, Bulantrisna Djelantik. Calonarang, tari tradisi

Retno Maruti dan Tari Tradisi Indonesia

Kesenian merupakan hasil budi manusia kepercayaan yang dianut oleh kelompok dalam memenuhi kebutuhan estetisnya. Pada masyarakat tersebut. Berbagai bentuk mulanya kesenian yang hidup di tengah- kesenian yang membangun tradisi tersebut tengah masyarakat adalah sebuah tradisi antara lain tari, musik, sastra, teater, dan yang menyatu dengan keseharian dan ritus rupa (lukis, kriya, patung, pahat dan lain- Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

lain). Unsur-unsur tersebut lahir dari kearifan Tari yang sudah disepakati dalam budaya lokal dengan membawa keunikan sebuah komunitas untuk menjadi identitas, masing-masing daerah. Dengan demikian, secara lugas dan jujur membawa karakeristik dapat dikatakan bahwa unsur tradisi sebuah yang kerap kali mencerminkan hubungannya kesenian merupakan perwujudan ciri khas dengan alam semesta. Sejak era masyarakat daerah tersebut. pramodern, sebagian besar tari muncul dari Kekuatan dari seni adalah respons manusia terhadap alamnya. Tari kemampuan melukiskan kedalaman umumnya merupakan cerminan sikap tubuh pengalaman yang sebenarnya tak tampak dalam rangka menghayati harmoni dengan dan tak terlukiskan, mengatakan hal dinamika gerak alam semesta sehingga yang tak terumuskan, membunyikan hal melahirkan tarian yang terkait erat pada yang tak tersuarakan, dan menarikan inti ritual. pengalaman batin yang tak terungkapkan. Perkembangan kesenian tradisional Berdasarkan hal tersebut maka pemaknaan menjadi sebuah seni pertunjukan tidak kata ‘seni’ menjadi memiliki lapisan-lapisan lepas dari kreativitas para seniman yang yang berbeda sesuai dengan kedalaman menjaga dan melestarikan tradisi tersebut pengalaman yang ada di dalamnya. dengan kesungguhan dan kejujuran hati Pengertian tari sendiri tidaklah untuk dapat mempertahankan kelangsungan sederhana. Menilik substansi tari adalah seni tradisional. Dalam dunia seni tari Jawa ‘gerak’, maka setiap orang sebenarnya kita mengenal sosok Retno Maruti, seorang bisa dikatakan akrab dengan tari. Istilah koreografer yang selalu berusaha menjaga 158 tari sendiri juga tidak mempunyai makna tradisi klasik Jawa dalam setiap karya yang tunggal, melainkan beragam sesuai konteks dihasilkan. budaya yang membentuknya. Akan tetapi, Pengalaman berkesenian yang panjang pemaknaan kegiatan ‘menari’ perlahan merupakan modal bagi Maruti untuk secara umum diterima sebagai ‘gerakan membuat kelompok tari Jawa di Jakarta merespon suatu hal seiring dengan irama’. tahun 1976 yang terkenal dengan kelompok Judith Lynne Hanna (1980:19) lebih jauh Padneçwara. Kelompok tari atau sanggar membatasi tari sebagai susunan perilaku Padneçwara merupakan sebuah wadah bagi manusia, yang dari sudut pandang penari, pencinta seni tari khususnya Jawa klasik bisa dikatakan memiliki tujuan, dibuat yang secara berkala dan efektif melakukan berirama, bersekuen dalam pola budaya kegiatan berlatih bersama. Materi tari tertentu, mengandung gerak tubuh dalam Padneçwara berbasis bedhaya1 nonverbal yang berbeda dengan aktivitas gerak keseharian, serta memiliki nilai estetik yang inheren, melekat. Apa yang kemudian disebut sebagai ‘tari’ merupakan perilaku 1 Bedhaya adalah tari puteri keraton yang terkait dengan aspek-aspek di atas. yang ditarikan oleh sembilan (atau tujuh) puteri dan bersifat sangat tenang, iramanya mengikuti pukulan-pukulan matra yang teratur dari iringan karawitannya. Beberapa tari Bedhaya terutama ditarikan oleh sembilan puteri dianggap keramat (Sedyawati, 1981: 8; Brakel-Papenhuyzen, 1991:46-49; Kusumastuti, 2003:1) Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

,srimpi2, langendriyan3, dan wayang wong4. perilaku kehidupan yang berdasarkan ritual Padneçwara lahir dari tangan kreatif Maruti kepercayaan terhadap Sang Pencipta dalam yang tetap setia pada jalur klasik dan menyikapi keadaan alam dan hubungan bertahan hingga saat ini, serta konsistensi antarmanusia. Seiring perkembangan dalam menghasilkan karya-karya inovatif zaman dan peradaban manusia, budaya tanpa meninggalkan kesakralan dan dan tradisi pun mengalami perubahan keklasikannya. yang menyesuaikan kondisi zaman. Seperti Menjadi seorang penari adalah pilihan dituturkan oleh Sal Murgiyanto (2002: 81): hidup bagi Maruti, wanita Jawa yang akrab dipanggil dengan sebutan mbak “Maruti menempati posisi penting Uti. Tari Jawa yang digelutinya sejak kecil dalam perkembangan tari di bukanlah merupakan cita-cita. Lingkungan Indonesia, ia menggarap tema dan dan keseharian yang tak lepas dari seni, bahan lama dengan pendekatan khususnya tari, tanpa sengaja membawanya kini. Mengikuti Geertz, ada dua tipe mengikuti arus dan akhirnya melahirkan intelektual: literati dan inteligensia. kecintaannya pada dunia tari. Pengalaman Yang pertama bergiat memelihara panjang Maruti sebagai penari Kijang nilai-nilai lama dan tradisi5; yang Kencana dalam Sendratari Ramayana di kedua membangun jembatan antara panggung terbuka candi Prambanan (1961- bentuk atau simbol lama dengan 1969) merupakan sesuatu yang luar biasa pikiran, pola, atau bangunan sosial yang membuatnya bangga dan percaya diri yang baru. Di Indonesia, kedua 159 untuk memantapkan tekad sebagai penari elemen acap dimiliki seorang profesional. seniman atau cendekiawan, dengan Mempertahankan sebuah tradisi tekanan ke salah satunya. Maruti dalam suatu tatanan masyarakat menjadi adalah seorang literati. Retno tanggung jawab setiap individu. Tradisi yang Maruti menjadi kontemporer tanpa merupakan warisan dari generasi terdahulu membuang tradisi. Ia mengindonesia adalah karya manusia dalam menata tanpa malu mengaku Jawa. Ini yang 2 Srimpi adalah tari puteri keraton yang membedakan dunia tari kontemporer ditarikan oleh empat penari, bersifat sangat tenang dan iramanya mengikuti pukulan-pukulan matra kita dengan tari kontemporer negara yang teratur dari iringan karawitannya, seperti halnya Bedhaya (Sedyawati, 1981: 8; Brakel- lain.” Papenhuyzen, 1991:49; Kusumastuti, 2003:1) Melalui Padneçwara, yang dalam 3 Langendriyan adalah “opera Jawa” yaitu tarian atau drama tari yang dilengkapi bahasa Sanskerta berarti ‘permaisuri’, dengan musik gamelan dan nyanyian puisi metris (tembang macapat) sebagai pengganti dialog 5 Tradisi (bahasa Latin: tradition, untuk mengungkapkan cerita-cerita yang bersifat ‘diteruskan) atau kebiasaan, dalam pengertian setengah sejarah (babad) (Koentjaraningrat, 1984: yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah 300; Brakel-Papenhuyzen, 1991:27; Kusumastuti, dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari 2003:1) kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya 4 Wayang Wong adalah teater tradisional dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau Jawa yang dimainkan pelaku-pelaku tanpa topeng agama yang sama. Menurut Kamus Umum Bahasa dan merupakan peniruan atas wayang kulit, Indonesia (1976), tradisi adalah segala sesuatu yaitu teater boneka yang dimainkan oleh dalang (seperti: kepercayaan, kesenian, kebiasaan, ajaran (Soedarsono, 1990: 1-2; Brakel-Papenhuyzen, yang dianut secara turun temurun dari nenek 1991: 69-73; Kusumastuti, 2003:1) moyang (Poerwadarminta, 1976). Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Maruti mengabdikan dirinya bagi kesenian Jawa. Menurut Sal Murgiyanto (2004:47): yang telah membesarkan namanya. Di tengah masyarakat urban, sebuah usaha “Dalam menyaksikan garapan tari pelestarian nilai klasik yang hampir pudar yang berbobot, penonton mendapat dirintis dan secara konsisten diupayakan pengalaman batin yang tak mudah oleh Retno Maruti bersama rekan-rekannya dilupakan sepanjang hayat. Keluar selama lebih dari 40 tahun. Konsistensi dari tempat pertunjukan, penonton dan tekad yang tinggi untuk menjaga seakan menjadi “manusia baru”; keberlangsungan budaya6 tradisi bangsa mengalami pencerahan, sebuah hanya dapat dijalani dengan kejujuran perubahan sikap batin.” dan kesadaran berkesenian. Dalam hal konsistensi ini Maruti mengungkapkan Proses sebuah karya di tangan bahwa Maruti menimbulkan ketertarikan saya untuk melakukan penelitian terhadap Maruti “…mencipta tari dengan meramu dan karya-karyanya. Penguasaan Maruti gerak dari berbagai unsur tari yang terhadap tari Jawa, gending, tembang, mempunyai kaidah berbeda akan motif tekstil (batik), ritual adat8 Jawa (sajen, memperkaya khasanah tari. Yang upacara adat, tata krama), cerita wayang, penting harus ada penata tari yang bahasa Jawa, dan sejarah yang sangat baik mempertahankan yang tradisional merupakan keunikan yang menjadikannya atau klasik.” (Istijab; Bisnis, 12 berbeda dengan koreografer yang lain. 160 September 1988) Kekuatan garapan Maruti bukan terletak pada kemewahan panggung yang biasanya Dalam setiap pertunjukannya, seperti menjadi penguat dan penegas adegan Abimanyu Gugur (1978), Savitri (1977, dan dalam alur cerita. Maruti mempercayakan dibuat kembali dalam bentuk yang berbeda garapan sepenuhnya pada kemampuan tahun 2011), Sekar Pembayun (1980), penari dalam setiap gerakan, tembang, Suropati (2000), Alap-alapan Sukesi (2004), pola lantai, bahkan iringan gending yang dan Kidung Dandaka (2016), Padneçwara adalah tembang-tembang macapat. 8 Pengertian ritual adalah serangkaian berusaha menampilkan sajian yang sarat tindakan yang selalu melibatkan agama atau mag- dengan nilai-nilai kehidupan, baik yang ic, yang kemudian dimantapkan mlalui tradisi. Rit- ual ini tidak sama persis dengan pemujaan, karena berasal dari cerita wayang, sejarah maupun ritual adalah tindakan yang bersifat keseharian. 7 (Winnick dalam Nur Syam; 2005). Pengertian lain legenda dengan dialog tembang berbahasa tentang ritual adalah suatu hal yang berkaitan den- 6 Budaya atau kebudayaan berasal dari gan kepercayaan dan keyakinan spiritual dengan bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang meru- suatu tujuan tertentu (Situmorang: 2004). Definisi pakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) ritual adalah suatu perilaku tertentu yang sifat- diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan nya formal dan dilakukan dalam waktu tertentu budi dan akal manusia. dengan cara dengan cara yang berbeda. Ritual bu- 7 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kanlah hanya sekedar rutinitas yang bersifat teknis tembang adalah syair yang diberi berlagu (untuk saja, melainkan tindakan yang didasarkan pada dinyanyikan). Tembang dapat pula diartikan keyakinan religius terhadap suatu kekuasaan atau sebagai lirik/sajak yang mempunyai irama nada kekuatan mistis (Victor Turner). Pengertian ritual sehingga dalam bahasa Indonesia biasa disebut adat adalah sebuah kebiasaan yang sudah melekat lagu. Kata tembang berasal dari bahasa Jawa, pada suatu masyarakat secara turun temurun yang dan tembang yang paling populer di masyarakat mencerminkan identitas mereka. Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

mempunyai peran yang sama pentingnya berkesenian yang berharga bagi Maruti. dalam membangun nuansa cerita yang Dalam setiap karya pertunjukan ditampilkan. yang dihasilkan, sebuah proses merupakan Perjalanan Maruti sebagai penari, satu sisi menarik yang dapat diungkapkan koreografer, dan pendidik yang masih setia karena masing-masing karya memiliki di jalur klasik menjadi sebuah kisah yang keunikan sejak awal hingga akhir patut dikaji di tengah dinamika urban dan pertunjukan, walaupun tujuannya sama, modernisasi. Perjuangan untuk menjaga, yaitu sebuah pergelaran. Nilai keunikan melestarikan, dan mengembangkan tari yang dimiliki sebuah karya menjadi ciri tradisional menjadi sebuah komitmen kuat khas yang dapat membedakan dengan dalam dirinya, yang hidup di kota Jakarta karya lainnya. yang sangat heterogen. Keinginan untuk membuat Retno Maruti, dari Panggung sebuah organisasi kesenian dan mencoba Ramayana Prambanan Hingga menghasilkan garapan tari timbul saat Padneçwara Maruti melihat dan mengalami sendiri bagaimana Ramayana Prambanan pada Jemari lentik yang gemulai itu bergerak masanya dapat berjalan dengan jumlah perlahan mengikuti irama gending Ayak- pendukung ratusan yang berasal dari Ayak Kumudo, sebuah gending pakem yang Solo dan Yogya. Selama bertahun-tahun, direka ulang oleh empu karawitan sekaligus Alm. GPH Djatikusumo berhasil membuat dalang terkenal Ki Nartosabdo. Irama 161 Ramayana Prambanan menjadi organisasi tersebut membawa suasana magis bagi kesenian terbesar yang dimiliki Indonesia yang menyaksikannya melalui kedalaman dalam kurun waktu yang lama. Pelataran batin Retno Maruti yang terus menari candi Prambanan menjadi saksi bisu sambil melantunkan tembang pengisi dimulainya sejarah seni pertunjukan gending tersebut. Sosok perempuan paruh tradisi yang bersifat kolosal, dengan latar baya itu masih terlihat ramping di usianya belakang bangunan candi Prambanan yang sudah 70 tahun. Gerak tubuhnya yang terkesan anggun, lengkap dengan dalam menari memiliki ketaatan yang utuh sinar bulan purnama yang tepat berada di terhadap aturan-aturan tari Jawa klasik. antara bangunan candi yang menjulang Lahir dari pasangan Siti Mariyam tinggi. Pertunjukan yang berlangsung dan dalang Susiloatmojo yang juga selama enam hari berturut-turut tiap seniman kriya, Retno Maruti bertutur bulan purnama, dengan tata panggung, tentang perjalanannya di dunia tari. Tahun tata cahaya, gending dan tarian yang 1947 di kota Solo, tepatnya di Baluwarti, dirangkai menjadi suatu pertunjukan yang yakni sebuah daerah yang berada di dalam indah dan membuat penonton terbuai lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta, dengan kisah kasih asmara Rama dan Maruti lahir sebagai putri kedua dari tujuh Sinta ini, merupakan pelajaran kehidupan bersaudara. Tiga adiknya meninggal saat masih kecil karena sakit yang belum bisa Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

diobati pada zaman itu. Daerah tempat Sekolah Pamardi Putri, sekolah yang tinggal Maruti sering disebut dengan berada di lingkungan keraton, menjadi istilah jero beteng atau ‘dalam benteng’, tempat Maruti menuntut ilmu. Di sekolah perumahan yang mengelilingi keraton ini Maruti belajar tatanan kehidupan yang menjadi tempat tinggal kerabat keraton seperti menggunakan bahasa Jawa keraton, pejabat-pejabat keraton, dan juga halus (krama inggil) dalam berbicara, serta abdi dalem keraton. Dari lingkungan inilah sopan santun terhadap orang yang lebih Maruti belajar menari, mengenal berbagai tua. Selain itu, di Pamardi Putri Maruti juga jenis kesenian Jawa, mengenal tatanan belajar menari dan memainkan alat musik kehidupan Jawa khususnya dalam aturan Jawa yakni gamelan. Melalui ayahnya yang Keraton. Maruti menikah dengan Sentot seorang dalang, Maruti belajar mengerti Sudiharto, dan dikaruniai seorang putri, cerita wayang dan mengenal karakter penulis adalah putri mereka. tokoh-tokoh wayang yang menggambarkan berbagai sifat manusia. Maruti kecil sering Sejak kapan Ibu merasakan diajak ayahnya mendalang dan mempunyai ketertarikan pada seni tari ? tugas menata wayang kulit dilayar “…Baluwarti adalah lingkungan (nyimping) sebelum dimainkan dalam keraton yang di kiri-kanannya pada sebuah lakon. zaman itu masih banyak orang- orang yang berkecimpung dalam “…ajar njoged kuwi ora mung iso dunia kesenian, baik seni tari, seni njoged thok, ning kudu dibarengi 162 pedalangan, seni karawitan, seni karo ajar tata krama Jowo, senajan membuat pakaian, seni menatah awake dewe dudu kaum priyayi, wayang dan segala macam, di nanging ora ana salahe sinau lan Baluwarti adalah tempatnya. nerapke tata krama priyayi sing apik. Kehidupan saya sehari-hari di (Belajar menari itu bukan hanya kelilingi oleh orang-orang yang bisa menari saja, tapi harus disertai menyenangi kesenian, seperti dengan belajar tata krama Jawa, kebiasaan mendengarkan wayang walaupun kita bukan kaum ningrat, orang RRI (Radio Republik Indonesia) tetapi tidak ada salahnya belajar dan dan latihan menari dengan guru menerapkan tata krama priyayi yang KRT Kusumokesowo. Di lingkungan bagus.” Baluwarti latihan diadakan seminggu sekali di pendopo (salah satu bagian Demikian kalimat yang sering rumah adat Jawa) seperti banjar- penulis dengar melalui tutur kata halus banjar di Bali. Dari kecil saya seorang ibu yang selalu sabar dan telaten sudah hidup di lingkungan yang membimbing anaknya di tengah belantara berkesenian, sehingga mau tidak mau kota Jakarta yang begitu dahsyat dengan saya terbiasa dengan hal-hal yang arus modernisasi. Kalimat sederhana berhubungan dengan seni9..” yang mungkin tergolong kolot, kuno, dan 9 Wawancara pada tanggal 10 Nopember Kramat Jati, Jakarta Timur 2015, di kediaman Retno Maruti, Kompleks Bumi Harapan Permai, jl. Bumi Pratama I Blok O no. 5 Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

ketinggalan zaman itu mempunyai makna diri dalam dunia tari yang telah digelutinya yang begitu dalam bagi kehidupan penulis hingga saat ini. Maruti merasa sangat baik sebagai seorang penari, anak, murid, beruntung dapat menimba ilmu dari para bahkan saat penulis kini menjadi seorang empu tari Jawa seperti R.T. Koesoemokesowo ibu. Dalam menjalankan aktifitas sanggar (Alm.), R. Ay. Laksmintorukmi (Alm.), tari Padneçwara, Maruti mengajak anggota- R. Ay. Sukorini (Alm.), dan Bp. Basuki anggotanya untuk berlatih menari, olah Kusworogo (Alm.). Selain belajar menari, vokal (tembang), dan berorganisasi dalam Maruti mendalami tembang dan karawitan nuansa kekeluargaan. Anggota Padneçwara sebagai pelengkap talentanya dengan tidak semua berasal dari tanah Jawa, namun berguru kepada Ibu Bei Mardusari (Alm.) Maruti mendidik mereka sesuai dengan dan Bapak Sutarman (Alm.) apa yang sudah didapatnya dari kedua Sendratari Ramayana Prambanan yang orangtua, guru-guru, dan lingkungan yang berawal tahun 1961 merupakan panggung membentuknya. yang pertama kali memunculkan namanya Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang penari profesional. Maruti mengajar tari di sanggar, Maruti selalu mendapat peran penting sebagai Kijang mengingatkan anggota Padneçwara dengan Kencana yang dijalaninya hingga tahun menyampaikan pesan seperti demikian: 1969.

“… saya mendapatkan ilmu dari Boleh diceritakan sedikit tentang guru-guru (tari) saya sehingga bisa Ramayana Prambanan? 163 menjadi seperti sekarang ini dengan “Pada tahun 1961 GPH Djatikusumo cuma-cuma, tanpa dipungut bayaran. (Alm.) mempunyai gagasan yang Mereka mendidik saya bukan hanya luar biasa untuk membuat Sendratari menari, tapi juga unggah-ungguh, Ramayana di panggung terbuka tata karma, dan aturan-aturan candi Prambanan. Sendratari hidup sebagai orang Jawa untuk kolosal pertama di Indonesia yang diterapkan dalam keseharian. Jadi melibatkan lebih dari seratus saya mengajak teman-teman di pendukung, dipentaskan 6 hari Padneçwara selain untuk bisa menari berturut-turut dengan cerita yang dan nembang, juga tata krama Jawa berbeda setiap harinya. Pertunjukan yang tidak muluk-muluk. Di sini kita ini berlangsung setiap bulan purnama belajar menjadi satu keluarga besar dari bulan Juni sampai Oktober. yang saling menghormati, ngajeni Beberapa penari yang pernah terlibat satu sama lain, saling asih, saling dalam pertunjukan ini antara lain asah, dan saling asuh.” saya, Sardono W. Kusumo, Sulistyo S. Tirtokusumo, Sal Murgiyanto, Belajar menari sejak usia dini dari S. Trisapto, S. Maridi, dan lain- tokoh-tokoh tari keraton menjadi modal lain. Sebuah gebrakan di bidang dasar Retno Maruti untuk mengembangkan seni pertunjukan yang mampu Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

menanamkan kebanggaan bagi kecuali kijang kencana. Selama 8 siapa pun yang terlibat di dalamnya. tahun, peran kijang kencana hanya Sendratari Ramayana digagas oleh saya.”12 alm. GPH Djatikusumo, yang saat itu menjadi Menteri Perhubungan Darat, Pada tahun 1965, Retno Maruti Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata, mendapat kesempatan menari di keraton mengambil ide dari Ramayana Kasunanan Surakarta sebagai penari Angkor Wat, Seam Reap, Kamboja10.” Bedhaya Ketawang untuk menyambut Sarwo Edie yang datang ke Solo menjadi Bagaimana cara Bapak tamu Sri Susuhunan Pakubuwono XII. Djatikusumo menghimpun para Saat itu keraton meminta Retno Maruti pendukung Ramayana Prambanan? dan kakaknya Endang Susilastuti untuk “Karena eyang Nggung menjadi penari Bedhaya Ketawang, Koesoemokesowo adalah koreografer bergabung bersama abdi dalem bedhaya. Ramayana Prambanan, maka kita Menjadi penari Bedhaya Ketawang tentu murid- muridnya diajari dulu, saja harus mengikuti aturan, tata cara, dan disiapkan untuk keperluan itu. latihan rutin yang diadakan di keraton. Pendukungnya ratusan, berasal dari Pengalaman yang menarik bagi Maruti Solo, Yogya maupun Prambanan. ketika menjadi penari Bedhaya Ketawang Tapi pada saat itu saya masih kecil adalah saat beliau harus mengikuti seluruh sehingga yang menjadi penari utama rangkaian upacara yang wajib diikuti oleh 164 adalah mbak-mbak di atasku. Saya semua penari. mendapat peran sebagai kijang Tahun 1970, Retno Maruti yang kencana sejak tahun 1961 sampai bernama baptis Theodora, menikah dengan 1968.”11 Arcadius Sentot Sudiharto, penari sekaligus teman semasa kecilnya. Pernikahan mereka Bagian mana saja dari epos digelar di pavilion Filipina, Expo Osaka, Ramayana yang dipentaskan? Jepang disaksikan teman-teman seniman “Pentas berlangsung selama 6 malam, yang tergabung dalam Misi Kesenian, sejak bulan Juni sampai Oktober saat antara lain Sardono W. Kusumo, Alm. bulan purnama. Malam pertama Sita Menul Sularto, Alm. Martati (adik Sentot Ilang, lalu yang kedua Subali Lena, Sudiharto), Alm. Endang Nrangwesti, Alm. ketiga Anoman Duta atau Anoman Huriah Adam. Alm. Ani Trisatyani, Alm. D. Obong, yang keempat Rama Tambak, Ashari (selaku Duta Besar RI untuk Jepang ke lima Kumbakarna Gugur dan pada masa itu), Bulantrisna Djelantik, yang terakhir Sinta Obong. Pemeran- Irawati Durban, Elly Rudatin, dan lain- pemerannya setiap episode berbeda, lain. Pernikahan mereka ini tergolong unik karena setelah pemberkatan di gereja yang 10 Wawancara pada tanggal 10 November 2015, di kediaman Retno Maruti, Kompleks Bumi terletak di lingkungan pavilion Filipina, Harapan Permai, jl. Bumi Pratama I Blok O no. 5 12 Wawancara pada tanggal 10 November Kramat Jati, Jakarta Timur 2015, di kediaman Retno Maruti, Kompleks Bumi 11 Ibid. Harapan Permai, jl. Bumi Pratama I Blok O no. 5 Kramat Jati, Jakarta Timur Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

Retno dan Sentot melakukan upacara adat konsistensi, dan keterbukaan dalam Jawa disaksikan para pengunjung Expo membuat sebuah karya merupakan unsur sebagai salah satu materi pertunjukan di yang harus dipegang teguh. pavilion tersebut. Ratna Riantiarno, sahabat Maruti, Setelah menikah, Retno Maruti dan dalam sebuah tulisannya mengatakan: Sentot Sudiharto pindah ke Jakarta untuk memulai kehidupan baru. Pada tahun 1976 “Sebagai seorang yang besar di Maruti membentuk komunitas tari Jawa lingkungan yang akrab dengan klasik yang diberi nama Padneçwara. Hingga zaman modern, beliau (Maruti) kini usia Padneçwara sudah mencapai usia juga mampu membawa warna 41 tahun dan tetap aktif membuat karya baru bagi seni tari tradisional. serta mendidik penari-penari baru untuk Beliau memahami, dan mengalami menjaga keberlangsungan seni tari Jawa pergelutan wanita dengan nilai dan kesenian Indonesia pada umumnya. tradisi dan semangat modernism. Retno Maruti menyadari betul Karya-karyanya juga menyajikan bahwa untuk memproduksi sebuah karya, pemikiran beliau tentang peran serta banyak faktor pendukung yang tidak perjuangan kaum perempuan13.” dapat diabaikan. Untuk mendukung setiap karyanya, Maruti menggerakkan dan Dalam kaitannya dengan mengajari murid-muridnya di Padneçwara Padneçwara, beberapa tokoh menuliskan agar dapat menjalankan produksinya dalam buku Empat Puluh Tahun Padneçwara 165 sendiri. Menari, antara lain Sindhunata atau yang Anggota Padneçwara yang dikenal dengan sebutan Romo Sindhu, sebagian besar adalah perempuan tidak menulis sebagai berikut: hanya berasal dari Jawa dan memiliki latar belakang pendidikan yang beraneka-ragam. “Di situlah kiranya jasa Padneçwara Di Padneçwara mereka tidak hanya terlibat yang didirikan mbak Uti. Lembaga dan dilibatkan sebagai penari, tetapi juga ini bukanlah sekadar lembaga tari diberi kesempatan untuk menjadi bagian yang mempersiapkan diri untuk dari tim produksi. Dalam sebuah karya, pementasan. Padneçwara adalah Maruti juga melibatkan pendukung dari sebuah oase, di mana orang boleh luar Padneçwara, khususnya untuk penari meneguk kembali segarnya ‘air pria dan karawitan. Maruti merengkuh kebudayaan klasik Jawa’, yang di semua elemen yang medukung semua mana-mana mulai mengering karena karyanya baik pendukung karya, pekerja pelbagai pengaruh dan ancaman yang seni, penikmat, maupun pemerhati seni diam-diam hendak meniadakannya. dengan keluguan dan kesahajaanya dalam Dalam hidup Padneçwara kiranya suasana kekeluargaan. Bagi seorang Retno kita boleh belajar menghidupi Maruti, menari adalah doa dan ucapan 13 Buku Empat Puluh Tahun Padneçwara Menari, diterbitkan dalam rangka ulang tahun syukur kepada Tuhan sehingga kejujuran, ke-40 kelompok tari Padneçwara pimpinan Retno Maruti Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

lagi ‘kedalaman’, ‘kehalusan’, dan Dari beberapa tulisan yang ‘kesabaran’, dan nilai-nilai yang dimuat dalam buku tersebut, ditunjukkan berlawanan dengan ‘kedangkalan’, bahwa eksistensi Retno Maruti sebagai ‘kekerasan’, dan ‘keberingasan’ koreografer, pendidik, penjaga seni yang disuguhkan tidak hanya oleh tradisional, dan pelaku seni menempatkan gebrakan kebudayaan instan, tapi beliau pada deretan maestro tari Indonesia juga oleh kedengkian gerakan- yang konsisten di jalur tradisional ataupun gerakan institusional lain yang klasik. Perjalanan Retno Maruti dengan memusuhinya14.” Padneçwaranya dicatat oleh Goenawan Mohamad melalui tulisannya: Sementara itu Sapardi Djoko Damono mengemukakan pandangannya tentang “Maruti dan tari Jawa dengan tradisi Padneçwara: sosialnya adalah contoh yang baik, bagaimana berbagai unsur dalam “Lembaga ini didirikan berlandaskan bahasa tubuh bersenyawa dan keyakinannya bahwa tari tradisi menghidupkan sebuah ekspresi harus dipelihara dan dikelola. yang tidak pernah janggal, tidak Keyakinannya ternyata sempat juga pernah disonan, sepenuhnya padu, membuatnya khawatir bahwa kalau dan sekaligus otentik. Tapi agaknya tidak ada orang muda yang berminat ada beberapa hal yang perlu dicatat mengikutinya, warisan berharga itu tentang tradisi. Kesulitan umum 166 akan mengalami masalah – terhapus yang dihadapi oleh mereka dalam dari kehidupan kesenian atau masuk tradisi ialah bagaimana kekayaan museum. Konon ia gigih membujuk yang datang dari sana, dalam sebuah sejumlah orang muda untuk masuk masyarakat yang telah mengalami ke dalam lingkarannya. Pandangan fragmentasi karena ekonomi pasar saya tentang tradisi mungkin bisa dan kapitalisme yang juga sebuah dipakai sebagai landasan untuk masyarakat yang semakin bisa saling membicarakan konsep ini. Setelah mencangkok bentuk kesenian apa menyaksikan Padneçwara, saya pun dari sana-sini16.”. berkesimpulan bahwa pementasan ‘tari tradisi’ Retno telah melesat jauh Kemampuan Maruti juga didukung dari jenis tarian yang pernah saya oleh keinginan kuat dalam dirinya untuk saksikan di keraton Kasunanan, dan tetap menjaga dan mengembangkan seni dari prinsip-prinsip tari yang saya tari Jawa klasik yang digelutinya selama pelajari dari guru tari Retno juga, ini, serta mengajak murid-muridnya yang ketika itu masih berpangkat Bei untuk melakukan hal yang sama menurut – Pak Bei Atmokesowo15.” kemampuan yang dimiliki oleh masing- 14 Buku Empat Puluh Tahun Padneçwara Menari, diterbitkan dalam rangka ulang tahun 16 Tulisan ini berasal dari buku Pagelaran ke-40 kelompok tari Padneçwara pimpinan Retno Tari Dewabrata karya Retno Maruti, diterbitkan Maruti oleh Kompas tahun 1997. 15 Ibid Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

masing muridnya. Mengutip ulasan tradisional. Padneçwara adalah sehelai Sardono W. Kusumo pada buku Pagelaran hamparan ‘sinjang’, bermotifkan corak Tari Dewabrata karya Retno Maruti tahun beraneka ragam, dengan warna-warna soga 1997: terlihat begitu klasik tercermin dalam setiap “Maruti dikenal perfeksionis gerak yang ditarikan dan juga busana yang karena kerapihan dan kecanggihan dikenakan oleh para penari diselimuti merupakan satu citra dari tari klasik. cerita-cerita yang sarat akan sastra, filosofi, Untuk itu latihan panjang bagi dan sejarah. Padneçwara adalah ‘karya satu kelompok besar merupakan seni’ yang lahir dari tangan seorang Retno syarat tercapainya mutu produksi. Maruti 41 tahun lalu, melalui suatu proses Maka tetap bisa produkif dengan perjalanan panjang yang selalu berusaha mutu yang terjaga di lingkungan hadir di tengah-tengah para sahabat dalam kota besar yang serba pragmatis pertunjukan dengan inovasi dan kreativitas dan penuh perhitungan ekonomis, baru tanpa meninggalkan akar budaya merupakan sebuah prestasi tersendiri. Jawa. Kiranya kemampuan membangun keluarga besar seni sebagi kelanjutan Maruti dan Ramayana Prambanan padepokan tradisional adalah rahasia dari kemampuan bertahan Pengalaman Maruti di panggung Ramayana menghidupkan karya-karya genre Prambanan merupakan awal dari perjalanan Klasik Jawa di kota metropolitan. Maruti dalam berkesenian. Maruti menjadi 167 Genre pertunjukan klasik Jawa bagian penting dalam sendratari kolosal disebut sebagai total teater atau pertama di Indonesia yang dibentuk oleh total spectacle oleh banyak ahli seni GPH Djatikusumo (Alm.)17. Dengan menari Klasik Asia. Itulah sebuah tontonan di panggung Prambanan, Maruti bisa yang lengkap baik itu auditif, visual, mengamati seluruh proses yang terjadi maupun kinestetik. Tidak sekadar dalam menyelenggarakan pertunjukan. gabungan, tetapi tiap unsurnya bisa Sendratari Ramayana Prambanan berdiri sendiri, muncul utuh nilai adalah tempat bagi Maruti untuk puitiknya”. belajar berkesenian baik sebagai penari, koreografer, pemahaman gending, sastra Padneçwara adalah sebuah Jawa, tata rias, tata busana, tata panggung, “pendapa”, tempat bagi seniman untuk tata krama Jawa, bahkan bagaimana cara berkarya dengan kejujuran hati menghargai mengelola sebuah kelompok kesenian tradisinya, tempat bagi para pencinta dan yang besar dan menyelenggarakan sebuah penikmat seni untuk melepas kerinduan pertunjukan, semua dipelajari Maruti secara menikmati pertunjukan yang beratmosfer langsung dengan bergabung di Ramayana Jawa, tempat bagi para pekerja seni untuk Prambanan. dapat mengembangkan kemampuan diri Maruti berkisah tentang proses, dalam mengelola pertunjukan kesenian persiapan, dan pertunjukan Ramayana 17 lihat juga halaman 34 Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Prambanan yang kini diterapkannya dalam merupakan pengembangan gaya tari proses berkarya bersama Padneçwara, Solo dan Yogya menjadi gaya tari melalui wawancara tanggal 3 Juni 2017 di baru yang diistilahkan sebagai gaya kediamannya, demikian ungkap Maruti: tari Prambanan.”

“Jadi latihannya itu ada di pendopo Dalam pembagian casting yang Suryawijayan (Solo). Sebelum dilakukan oleh RT Kusumokesowo (guru mencapai bentuknya yang utuh Retno Maruti), Wignyo Hambekso, kami latihan blok per blok, misalkan dan Bambang Sumodarmoko, membuat casting Rama, Lesmana, dan mempertimbangkan beberapa hal, seperti Sinta. Untuk Sinta ada tiga casting, tokoh Sinta biasanya dipilih dari penari putri Rahwana ada berapa casting, kijang yang berwajah lancap (tirus), yang menjadi itu ada berapa casting. Dulu awalnya Rama harus bagus menari gaya alusan18nya, Om Don (Sardono W. Kusumo) sementara untuk tokoh Rahwana castingnya jadi Rama, Lesmananya dicari yang berkarakter keras. Menurut Resi Wahono. Terus kalau Ramane Om Maruti, ketiga sesepuh yang merupakan Njung (Alm. Dr. Tunjung Sulaksono), koreografer Ramayana Prambanan tersebut Lesmanane Alm. Djatiutomo. Kalau dalam menentukan tokoh, menggarap Ramanya Darsono, alm. Ben tarian, menentukan kostum, bahkan termasuk Lesmananya. Kalau yang untuk menentukan pertimbangan waktu jadi Wibisono itu Om Dolly Suyatno pentas, selalu melakukan ritual puasa guna 168 dari Surabaya, wayah (keluarga) memperoleh wangsit atau petunjuk secara Ngadijayan. Peran Sinta ada tiga spiritual. Lebih lanjut dikatakannya: karena dalam Ramayana adegan yang ada Sintanya itu ada tiga, “Luar biasanya, karena mereka itu dan suasananya berbeda. Yang priyayi-priyayi sepuh (sebutan untuk pertama Sinta ilang, kedua lakon orang yang sudah tua atau dituakan, Anoman/Hanuman Duta, dan ketiga secara halus dalam bahasa Jawa) yang Sinta Obong. Sinta yang pertama masih menekuni untuk bersemadi, namanya Titi Wahyuni, karena bertirakat, nek arep ndhapuk (kalau pada cerita Sinta ilang, Rama-Sinta mau menentukan peran) berdasarkan nya masih muda. Lalu untuk cerita wangsit. Seperti ketentuannya Anoman Duta, Sintanya Mbak Ning kalau Sinta lakon satu (Sinta Ilang) kadang-kadang Mus Irawati Dewi. orangnya harus yang masih muda Untuk Sinta Obong yang jadi Mbak karena saat adegan Sinta Ilang, Rama Maryam. Setelah latihan per-adegan dan Sinta masih sangat muda, lakon selesai, baru digabungkan, dan dari tiga (Anoman Duta) Sintanya harus sinilah timbul ide-ide tarian seperti berkarakter lebih dewasa, dan untuk tari kera, kelinci, mina (ikan), dan lakon enam (Sinta Obong) kostum

tarian lain dengan gaya tari yang 18 Tarian Jawa putra yang berkarakter halus. Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

Sintanya memakai mekak (penutup pertama menggunakan kostum warna hijau badan yang biasanya terbuat dari tua dan selendang kuning, menggambarkan bahan beludru dengan hiasan bunga- bahwa Sinta adalah tokoh perempuan yang bunga di bagian atas yang terbuat halus, masih muda dan sedang bahagia. dari benang emas) berwarna hitam Sedangkan untuk adegan terakhir, kostum dengan selendang berwarna kuning. Sinta berwarna hitam dengan selendang Tidak hanya itu, beliau-beliau ini juga kuning menggambarkan kesedihan Sinta mencari wangsit tentang waktu yang yang berpisah sekian lama dengan Rama dipakai untuk pertunjukan. Bayangin dan begitu bertemu, Rama menolak dan pas mau mulai pertunjukan dengan memerintahkan Sinta membakar diri karena iringan gending Monggang, barisan dianggap sudah mengkhianati kesetiaan penyutra yang diikuti putri-putri sebagai seorang istri. pembawa sesaji sebanyak sembilan Tirakat yang dilakukan oleh para orang, berjalan menuju panggung, sesepuh tersebut juga untuk menentukan begitu sesaji diletakkan di atas waktu pementasan. Hal ini dilakukan dengan panggung, gerong (swarawati/wan) pertimbangan bahwa panggung yang menembangkan Padang Bulan, dan menghadap ke selatan dan membelakangi tepat saat itu bulan purnama muncul Candi Prambanan menjadi latar belakang perlahan dari balik bayangan candi yang menarik saat bulan purnama Prambanan.” muncul ketika adegan pertama Sendratari Ramayana dimulai. Maruti mengganggap 169 Bagi Maruti, ketiga sesepuh yang bahwa Ramayana Prambanan adalah menjadi koreografer Ramayana Prambanan sekolahnya di mana Maruti belajar banyak adalah guru-guru yang bukan saja pandai dari proses yang terjadi sejak persiapan mendidik tetapi juga panutan dalam sampai kepada pelaksanaan pertunjukan. menjaga tradisi Jawa. Bersemadi, berpuasa, Pada tahun 1960-an belum ada sekolah dan bertirakat selalu mereka lakukan seni seperti ASTI (Akademi Seni Tari untuk memulai proses kreatif membuat Indonesia) atau PKJT (Pusat Kesenian Jawa karya sendratari Ramayana, seperti halnya Tengah). Maruti merasa sekolah kesenian saat para koreografer menentukan tokoh- yang dijalani bukan merupakan pendidikan tokoh yang memerankan karakter dalam formal, tapi Maruti bisa langsung terjun ke Ramayana, mereka mempunyai beberapa lapangan sebagai pelaku seni. pertimbangan yaitu bentuk wajah, bentuk Di samping menjadi penari, Maruti badan, gerakan menari, dan pengetahuan juga belajar untuk membuat tarian. Saat akan gending yang sesuai dengan adegan Maruti terpilih menjadi Kijang Kencana yang akan dibawakan. Bahkan untuk pada sendratari tersebut, RT Kusumokesowo kostum penari, mereka menyesuaikan membebaskan Maruti membuat gerak- warna dan model kostum sesuai dengan gerak tarian yang menggambarkan seekor karakter tokoh serta adegan yang dilakoni. kijang yang diutus oleh Rahwana untuk Sebagai contoh, untuk peran Sinta adegan menggoda Sinta. Gerak-gerak yang telah Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

dibuat Maruti kemudian diseleksi oleh RT. juga pernah disinggahi oleh penari-penari Kusumokesowo dan ditarikan pada adegan ternama Indonesia, seperti Sardono W. Sinta Ilang. Kemudian RT. Kusumokesowo Kusumo, Sal Murgiyanto, Ben Suharto meminta Maruti membuat tarian tentang (Alm.), Sulistyo S. Tirtokusumo, Tunjung burung kukila yang terbang bebas di Sulaksono (Alm.), S. Maridi (Alm.), S. angkasa dan diberi judul Kukila Ing Trisapto (Alm.), dan Retno Maruti sendiri. Angkasa, sebagai penyeimbang tari Burung Dalam Sangkar karya Bagong Kusudiardjo. World Fair, Misi Kesenian Para penari Ramayana Prambanan Pertama Bagi Maruti yang pada saat itu (1961-1969) masih muda belia terdiri dari penari-penari pilihan dari Pada tahun 1964, Maruti terpilih menjadi kota Solo dan Yogya. Mereka bergabung salah satu duta kesenian Indonesia di forum dalam suatu wadah yang merupakan pionir Internasional, New York World Fair, yang pertunjukan kolosal di Indonesia. Sendratari berlangsung di Amerika Serikat selama Ramayana yang dipentaskan di panggung delapan bulan. Usianya saat itu masih terbuka kompleks candi Prambanan dengan amat belia sehingga pengalaman tersebut latar belakang candi Siwa, candi Wisnu, dan merupakan sebuah perjalanan istimewa candi Brahma merupakan sebuah gagasan bagi Maruti. Misi kesenian yang merupakan dari GPH yang terinspirasi misi kenegaraan tersebut diprakarsai oleh setelah menyaksikan pertunjukan Royal Chairul Saleh, Perdana Menteri Indonesia Ballet of Cambodia dengan cerita Ramayana pada masa pemerintahan Presiden Sukarno. 170 di depan candi Angkor Wat, Siam Reap, Maruti menuturkan pengalamannya: Kamboja. Sendratari Ramayana Prambanan melibatkan sedikitnya 200 orang penari, “Waktu itu pak Hendro Sugondo pengrawit, perias, petugas panggung, dan mengumpulkan penari-penari Yogya pengurus produksi. yang pilihan dan penari-penari Solo Pada awal penyelenggaraan yang pilihan. Ada semacam workshop sendratari Ramayana Prambanan (1961- yang (di) Solo latihan sendiri dan 1969), GPH Djatikoesoemo melibatkan (di) Yogya juga latihan sendiri. seniman-seniman andal dari Solo dan Yang dari Solo itu penari putranya Yogya, antara lain koreografer RT ada Mas Sardono, Mas Maridi, Pak Kusumokesowo, Wignyo Hambekso, dan Joko Suhardjo, lalu penari putrinya Bambang Sumodarmoko. Mereka juga cuma saya, Tin Sapartinah (Tien Nio) dibantu oleh pelatih tari di antaranya dan Bu Suciati. Pesindennya Mbak Djoko Suharjo, Suciati Djoko Suharjo, Mamik itu, kakaknya Pak Bono. dan S. Ngaliman. Gending-gending Yang dari Yogya itu ada Mas Bagong yang disuguhkan disusun khusus untuk Kusudiardjo, Mas Ben Suharto, lalu Ramayana Prambanan, merupakan gending ada Mas Sumartomo, Pak Sutambo, baru yang disusun oleh Martopangrawit Mas Danisworo. Yang karawitan ada dan Tjakrawasita. Ramayana Prambanan Pak Swandono (mantan Direktur Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

Kesenian tahun 1970-an), Romo Puger, Pak Basuki Kusworogo, dan Menjadi anggota misi kesenian Pak Tjakrawasita. Penarinya ada adalah sebuah kebanggaan dan Mbak Nanik Rubini Suhatmanto, pengalaman yang sangat berharga bagi Mbak Donatirin, dan Mbak Soca Maruti. Dalam rombongan tersebut Maruti Waruni (kini dikenal dengan nama juga memperoleh teman-teman baru yang Runi Pallar, seorang pengusaha berasal dari daerah lain. Selain dari Solo dan pembuat perhiasan perak di dan Yogya, terdapat kelompok seniman Bali). Sebelum terpilih seleksi, ada dari Bandung dengan penari Indrawati beberapa penari yang lain seperti Purwa, Irawati, Tatik Saleh, Utut Gartini, mbak Theresia Suharti, Jeng Ani dan Tuti Setyawati, dan Yeti Srimardiati. Jeng Endro”. Daerah lain yang terpilih lainnya adalah Bali dengan penari Dewa Ayu Putu Sarini, New York World Fair, bagi Maruti Luh Merti, Luh Putu Supadmi, Raka Astuti, dan teman-teman yang terlibat, merupakan dan Karni dari Kedaton. Sedangkan penari pembuka jalan untuk karir mereka dalam dari Sumatera antara lain Yuni Amir dan dunia kesenian. Dengan jumlah peserta Dadi Jaya. Mereka sebelumnya mengikuti 90 orang dalam satu rombongan, mereka pelatihan khusus di daerah masing-masing, membawa nama Indonesia di pameran kemudian setelah dipilih mereka harus yang bertaraf Internasional. mengikuti pemusatan latihan di Jakarta sebelum berangkat ke New York. 171 “Itu pengalamanku pergi pertama Selama enam bulan di New York, kali ke luar negeri, jauh dari orang mereka tampil di panggung yang terdapat tua selama delapan bulan dan di pavilliun Indonesia dengan materi umurku baru 17 tahun. Yang enam pertunjukan tari dan musik tradisional. bulan di New York dan yang dua Mereka adalah orang-orang yang telah bulan ke Perancis dan Belanda. Di dipilih menjadi duta kesenian Indonesia Paris kita pentas di gedung kuno di forum Internasional. Selain menarikan namanya Palais de Chaillot. Aku jadi jenis tarian daerah masing-masing yang Damarwulan, Tin jadi Menakjingga- merupakan keahliannya, mereka juga nya. Kita nembang nggak pakai mic. berkesempatan mempelajari tari daerah Suaranya bisa menggema sampai ke lain, tentu saja hal tersebut menjadi sebuah penonton. Di Belanda main di Istana pengalaman yang menarik bagi mereka. Soestdijk dalam rangka ulang tahun Kesempatan untuk tampil di New York Ratu Juliana (memerintah Kerajaan World Fair merupakan awal bagi sebagian Belanda 1948-1980). Saya menari anggota rombongan karena usia mereka Srimpi Pandelori bersama Mbak pada tahun 1964 masih tergolong remaja. Donatirin, Mbak Soca dan Mbak Maruti membagi pengalamannya selama Rubini”. mengikuti New York World Fair: Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

“Tadinya kita tampil sehari tiga kali “Dari situ (New York World Fair) yaitu pagi, sore, dan malam sampai saya belajar bagaimana kita hidup muneg (bahasa Jawa yang dalam sama-sama dengan teman-teman kondisi bergurau berarti kenyang dalam satu atap, satu kamar, satu yang melampaui batas), setiap keseharian dengan teman dari hari harus dandan, terus akhirnya berbagai asalnya. Jadi kita belajar dibagi. Jadi kalau Jawa tampil mengenal sifat satu dengan yang pagi dan sore bareng Sunda karena lainnya, belajar mengatasi emosi, gamelannya sama, yang malam sama bisa menahan marah, harus bisa besok paginya yang tampil Bali dan menerima kekurangan teman, Sumatera. Kita yang Solo belajar tari dan tidak boleh egois, membina Yogya terus yang Yogya belajar tari kebersamaan, hal itu sangat berbeda Solo, pengrawitnya gabungan Solo sekali rasanya. Tahun 1964 itu yang dan Yogya. Bayangin, menjelang pada nangis yang sudah bapak- bulan ketiga, rombongan sudah mulai bapak karena kangen dengan anak- jenuh, nah untuk menghilangkan anaknya di Indonesia, sampai- rasa jenuh ada saja keusilan yang sampai mereka membuat rekaman dilakukan kita. Setiap selesai pentas terus dikirim ke Indonesia, yang dari ada grand finale (tahap terakhir Indonesia juga ngirim rekaman ke dari sebuah pekerjaan). Pas disebut sana, isinya lucu-lucu rekamannya. 172 nama Pak Tjakrawasita, pimpinan Pak muliha pak…ndang muliha pak karawitan, untuk memberi hormat (Pak pulang pak…segera pulang yang berdiri yang lain, karena Pak pak). Perjalanan kita ke Amerika Tjakra ‘kan sudah sepuh (tua) jadi untuk yang perempuan naik Garuda berdirinya lama. Tiap hari yang dan PANAM dari Jakarta ke Tokyo, berdiri ganti-ganti, jadi Pak Tjakra overnight di Tokyo, kemudian Tokyo kalau mau berdiri tengok-tengok ke ke Honolulu dengan PANAM, terus belakang sambil mbener-mbenerin Honolulu ke San Fransisco dengan beskap dulu ada yang berdiri duluan United, kemudian dari San Fransisco atau tidak, supaya tidak malu kalau ke New York. Kalau yang kakung memberi hormat kepada penonton”. (pria) naik Hercules lewat Guam jadi perjalanannya delapan hari. Menjadi anggota misi kesenian Yang lucu di situ ada nama Rubini yang mewakili bangsa dan negara di Suhatmanto (penari putri) dan Robin forum Internasional adalah impian bagi Haryani asmane Romo Puger (nama semua seniman. Mereka tidak sekedar Bapak Puger). Jadi sempat tertukar, menampilkan tarian saja tetapi juga secara Rubini Suhatmanto ikut daftar tidak langsung mereka mempelajari banyak Hercules sedangkan Romo Puger hal, seperti yang diceritakan Maruti: masuk daftar yang naik Garuda”. Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

tersebut, mereka yang terpilih sebagai Sebagai seorang penari tentunya wakil bangsa yang selama enam bulan Maruti dituntut bukan hanya bisa dapat tampil memperkenalkan kebudayaan menari, tetapi juga harus bisa melakukan Indonesia kepada dunia. Peristiwa tersebut segala sesuatu yang dapat menunjang dapat dikatakan sebagai langkah awal bagi aktivitasnya dalam menari, seperti berhias seniman-seniman muda Indonesia untuk diri sendiri, bekerjasama dengan orang lain, berkiprah di luar negeri dan memulai dan bertanggung jawab atas diri sendiri. karir mereka dengan mengembangkan Hal tersebut dipelajari Maruti dan teman- dan menjadikannya sebagai profesi, baik temannya sejak mengikuti pemusatan sebagai penari, pengrawit, koreografer, latihan. kritikus seni, dan sebagainya hingga saat ini, seperti yang dilakukan Maruti, Sardono “Semua anggota rombongan yang W. Kusumo, Irawati, dan Ben Suharto putri sejak berangkat dari Jakarta (Alm.). naik pesawat harus memakai kebaya lengkap dengan sanggul Padneçwara dalam Menjalani (tatanan rambut yang menjadi ciri Proses Kreatif khas budaya Indonesia). Selama perjalanan Jakarta-New York harus Setiap proses kreatif yang dijalani dipakai karena sekalian promosi Padneçwara merupakan wadah Indonesia, saat itu kita rambutnya pembelajaran yang mempunyai keunikan 173 masih panjang-panjang, jadi tersendiri. Di awal setiap karyanya, Maruti sanggulannya pakai rambut sendiri- selalu menceritakan tentang karya yang sendiri. Habis nari juga harus akan dibuatnya sehingga para penari dapat pakai kain dan kebaya, kalau nari menangkap maksud dari karya tersebut. terakhirnya bambangan (jenis tari Tanya-jawab dan diskusi yang selalu Jawa putra halus) ya tetap harus menjadi keseharian anggota Padneçwara jarikan (berkain) jalan dari pavilliun merupakan ajang yang menarik karena ke mobil sampai ke asrama. Kami dari diskusi mereka dapat belajar juga diberi seragam overcoat warna mengungkapkan perasaan dan pemikiran. abu-abu yang dipakai dari Jakarta ke Selain itu, proses ritual yang dilakoni New York. Dari New York ke Perancis Maruti dan Padneçwara merupakan bagian kita overcoat nya beli di sana yang yang tak kalah pentingnya. Sebagai contoh, bulu-bulu hitam, jadi waktu kita pada saat Maruti akan mementaskan ulang turun dari pesawat, kelihatan kaya karyanya yang dibuat tahun 1979 dengan rombongan beruang.” judul Sekar Pembayun, para pendukung yang terdiri dari penari, tim artistik, dan New York World Fair 1964 tim produksi, menjalani beberapa ritual. merupakan kesempatan emas bagi para Pementasan yang diselenggarakan tahun seniman Indonesia karena dalam festival 1998-1999 di Gedung Kesenian Jakarta, Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Pendapa Kepatihan Yogyakarta, dan Maruti. Ia percaya bahwa spirit itu Pendapa Ambarrukma Yogyakarta ini akan hadir di setiap pergelaran. melewati perjalanan spiritual yang menarik “Dengan ziarah, para penari akan menurut seluruh pendukungnya. Mereka bisa melakukan tugas dengan penuh dibimbing oleh Alm. Dewabrata dan Alm. percaya diri, faseh bercerita, karena Entik Dewabrata, berziarah ke makam mengalaminya. Tanpa begitu, karya Pembayun, makam Sultan Agung di Imogiri, tidak bisa berdaya,” ia membuka Yogya, makam Panembahan Senopati di rahasianya”. kota Gede Yogyakarta, melakoni ritual siraman di sendang Kasihan-Bantul, telaga Pada tahun 1997, Retno Maruti Nirmala-Kaliurang dan Banyu Mumbul- dan Padneçwara mementaskan revitalisasi Yogya. Bedhaya Duradasih di Gedung Kesenian Mengadakan upacara selamatan Jakarta. Dalam tatanan keraton Kasunanan dengan kelengkapannya berupa sajen Surakarta, Bedhaya Duradasih menempati dan tumpeng adalah rutinitas yang selalu urutan ke-dua kesakralannya setelah dilakukan oleh Retno Maruti dan Padneçwara Bedhaya Ketawang, namun Bedhaya dalam mempersiapkan pertunjukan. Ritual- Duradasih boleh dipentaskan di luar tembok ritual tersebut dilakukan untuk memohon keraton. Untuk mementaskan Bedhaya keselamatan dari Tuhan dan merupakan Duradasih, Maruti harus memenuhi penghormatan kepada leluhur. Rustika persyaratan tertentu seperti para penari Herlambang pernah menuliskan tentang harus berpuasa selama dua hari sebelum 174 ritual ini pada buku program Savitri karya pentas dan di atas panggung pada saat Retno Maruti tahun 2011. pentas ditata sesajen lengkap menurut aturan keraton yang disiapkan oleh Ibu “Baginya, sebuah lakon adalah sebuah Maktal, sesepuh keraton Kasunanan yang amanat. Oleh karenanya, totalitas mengerti tentang tata upacara dan aturan dalam berkarya harus diwujudkan di keraton Kasunanan Surakarta. secara utuh, dalam artian tidak Dalam Bedhaya-Legong Calonarang, hanya diwujudkan secara keindahan ritual yang dijalani terdiri dari dua macam, visual ataupun teknik, tapi juga spirit yakni Jawa dan Bali. Untuk ritual Jawa, sosok yang dilakonkan tersebut. dipimpin oleh Menul Sularto dan Retno “Saya tidak boleh mengubah citra Maruti. Sedangkan untuk adat Bali, dipimpin lakon tersebut secara sembarangan,” oleh Alm. I Wayan Diya dilanjutkan oleh akunya. Itu sebabnya, sebelum Ida Ayu Putu Budi Aryani. Ritual ini dijalani pentas Maruti bersama timnya pasti oleh semua pendukung yang dilakukan akan melakukan ziarah atau napak sejak sehari sebelum pentas yaitu pada saat tilas ke makam. “Kami menenangkan gladi resik. Di sinilah Maruti menempatkan diri dan memohon ijin karena sebuah ritual adat sebagai bagian penting akan mementaskan kisahnya,” ujar dalam suatu pertunjukan, sekaligus mengajak seluruh pendukung yang terlibat untuk Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

menghargai sebuah proses. Selamatan yang “Sosok Retno Maruti benar-benar dilakukan dimaksudkan agar pementasan tidak bisa diremehkan. Nyatanya dapat berjalan lancar dan diberi keselamatan. yang mampu mengorganisir dan Bulantrisna bertutur tentang pengalamannya memproduksi karya seperti ini juga dalam Calonarang. “hanya” seorang Maruti. Di situ saya kira letak keistimewaannya. Secara “Terkadang hal di luar dugaan langsung ia hendak menyatakan dapat saja terjadi, pernah suatu betapa seorang pengelut seni tradisi ketika topeng yang akan dipakai yang sehari-hari berada di tengah- Calonarang tiba-tiba menghilang di tengah kebisingan metropolitan atas panggung sehingga pada waktu Jakarta, masih mampu berdiri dalam akan dipakai, penari kebingungan corak tradisional yang kokoh. Dalam mencari, akhirnya tidak jadi memakai hal ini tentu banyak aspek yang topeng, tapi begitu pertunjukan harus dirangkum termasuk aspek selesai, topeng yang dikira hilang, konsistensi, ketekunan, serta kondite tetap ada di tempatnya di atas yang selalu mampu meyakinkan panggung”. pihak lain.”

Saat Calonarang pentas di Bali, ada Seniman Danarto yang mengenal hal yang menarik dilakukan yakni seluruh Maruti sejak tahun 1968 menyebutkan pendukung baik penari, penabuh gamelan, Maruti ibarat Dewi Sri. Segala sepak 175 tim artistik, dan tim produksi yang terlibat terjangnya merupakan sepak terjang mendapat kesempatan, undangan, untuk perputaran musim. Yang dimaksudkan berdoa bersama di sebuah pura yang di sini adalah kemampuan Maruti konon merupakan tempat bersembahyang dalam menciptakan sebuah kiblat seni khusus penari legong. Kebersamaan yang pertunjukan modern Indonesia, yaitu diciptakan Maruti dan Padneçwara terlihat pada masa pencarian bentuk setelah jelas, tidak membedakan suku, agama, dan kemerdekaan. Maruti membawa jauh ke profesi semua melebur jadi satu keluarga depan seni tari Jawa klasik, khususnya besar yang harmonis. Solo, dalam peta seni nasional yang Karya-karya Maruti merupakan berdaya. Ia berhasil menampilkan seni rangkuman beragam idiom tarian klasik tradisi tersebut dalam kedalaman rasa yang yang menyatu dalam aliran tuturan kreatif. Meski Maruti juga belajar banyak bahasa gerak dan tembang. Dalam sebuah tentang tari kontemporer dan daerah lain, tulisan yang dimuat pada harian Bernas rupanya spiritnya tetap pada Jawa klasik. terbit tanggal 15 September 1997, Alm. Pengetahuan Maruti tentang kolaborasi Murtidjono mengemukakan pendapatnya diperolehnya dari Ramayana Prambanan. berkenaan dengan pentas Maruti dan Menurut Rahayu Supanggah: Padneçwara berjudul Dewabrata: “Kolaborasi seni yang baik jelas Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

sangat besar makna dan manfaatnya dari empat puluh tahun berkarya. bagi dunia seni dan dunia Pada tahun 2006, Retno Maruti (kehidupan) kemanusiaan, namun membuat karya yang berkolaborasi dengan untuk merealisasikan bukanlah Bulantrisna Djelantik berjudul The Amazing pekerjaan yang murah dan mudah.” Bedhaya-Legong Calonarang. Maruti (Supanggah, 2002:56) memiliki dasar pemikiran yang kuat bahwa tari bedhaya dan legong memiliki beberapa Dengan melihat penjelasan tentang persamaan, hal yang menjadi alasan bagi kolaborasi yang ditulis Rahayu Supanggah, Maruti untuk membuat karya kolaborasi Ramayana Prambanan telah melakukan ini. Tari bedhaya dan legong merupakan kolaborasi yang seutuhnya yaitu karya tarian sakral yang pada mulanya hanya bersama RT Kusumokesowo, Wignyo dipertunjukkan di dalam tembok keraton. Hambeksa, dan Bambang Sumodarmoko Kedua tarian tersebut menjadi simbol tradisi dengan iringan yang disusun oleh yang agung, mempunyai kedalaman makna Martopangrawit dan Cokrowarsito. Maruti yang sarat akan filosofi kehidupan, serta terinspirasi dengan kolaborasi yang berhubungan erat dengan Sang Pencipta dilakukan Ramayana Prambanan tersebut karena keduanya merupakan doa dalam untuk kemudian membuat The Amazing gerak ragawi. Dalam proses pembuatan Bedhaya-Legong Calonarang bersama karyanya, Maruti harus berdialog dengan Bulantrisna Djelantik. banyak hal berkaitan dengan konsep karya ini, terutama karena karya ini mengambil 176 Penutup latar belakang cerita Calonarang yang mempunyai kesakralan dalam ritus adat di Proses kreatif adalah bagian yang sangat Bali. Keterbukaan Maruti dalam berporoses penting dalam menciptakan karya seni. menjadi dasar bagi terjadinya kolaborasi Proses kreatif merupakan langkah yang tersebut. harus dilalui seorang kreator dalam Dari penelitian yang dilakukan menciptakan hasil pemikirannya menjadi melalui keterlibatan penulis dalam sebuah bentuk seni yang dapat diperlihatkan pertunjukan The Amazing Bedhaya-Legong atau dipamerkan kepada orang lain. Cara Calonarang dan pengamatan terhadap berpikir seseorang dalam membuat karya proses kreatif Maruti dalam karya tersebut, sangat berpengaruh terhadap hasil akhir terdapat beberapa hal yang menjadi proses kreatif tersebut. Penelitian ini kesimpulan penelitian ini, seperti yang bertujuan untuk memberi wawasan terhadap dijelaskan di bawah ini. masyarakat mengenai perkembangan seni Perjalanan Maruti sebagai penari, pertunjukan tari tradisional yang selama koreografer, dan pendidik yang masih setia ini dianggap ketinggalan zaman melalui di jalur tradisional diawali sejak Maruti deskripsi proses kreatif karya Retno Maruti, menjadi penari dalam sendratari Ramayana seorang maestro tari Jawa yang telah lebih Prambanan tahun 1961-1969. Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan sangat Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

mempengaruhi proses kreatif yang baik dan buruk dari kehidupan manusia dilakukannya bersama Padneçwara, yang selalu hidup berdampingan seperti kelompok tari yang dibentuknya sejak dua sisi koin. Menurut Maruti, dalam tahun 1976. Pengalaman Maruti dalam kebaikan tidak selamanya baik dan Sendratari Ramayana Prambanan yang dalam keburukan tidak selamanya buruk. bukan hanya sebagai penari, melainkan Calonarang menurut legenda di Bali adalah juga pengetahuan dalam hal-hal lain tokoh yang jahat, berwajah menyeramkan yang berkaitan dengan pertunjukan tari. dan berkarakter keras Akan tetapi Maruti Dengan menjadi penari Maruti mempelajari menampilkan tokoh Calonarang sebagai banyak hal seperti mengenal cara kerja sosok yang cantik, namun dapat menjadi sebuah kolaborasi, pengetahuan tentang sangat garang karena kekecewaan yang gending, tata panggung, tata cahaya, tata dialaminya. Meskipun demikian, Calonarang rias dan kostum, serta bagaimana caranya juga sangat penuh kasih terhadap anaknya. mengorganisasi sebuah kelompok, terutama Sementara itu, tokoh Bahula digambarkan mempelajari proses kreatif terjadinya berwajah lembut namun penuh tipu daya. sebuah karya seni. Maruti menampilkan hitam putih sebagai Kekhasan karya-karya Maruti sebuah pemandangan yang kontras. adalah mengambil bentuk langendriyan dan Dalam memadukan dua gaya tari struktur gerak bedhaya yang dipelajarinya yang berbeda; bedhaya yang lembut dan sejak kecil dari para empu tari keraton legong yang dinamis, Maruti membuat Surakarta. Kemampuan Maruti tak hanya suatu formula di mana perbandingan 177 sekadar menulis cerita yang dituangkan garapan tidak dibuat sama persentasenya, dalam bentuk garapan di panggung, tetapi sehingga kolaborasi yang dibuat menjadi juga menggali filosofi yang terkandung seimbang. Maruti memberi porsi bedhaya di dalam cerita ataupun syair tembang lebih banyak dibanding legong. Gerakan yang dibuatnya menjadi sebuah karya legong yang dinamis dengan iringan pertunjukan. yang lebih keras akan menjadi dominan Konsep hitam-putih yang sangat apabila diberi porsi yang sama besarnya kuat dalam garapan ini bukan saja terlihat dengan bedhaya sehingga untuk mencapai secara kasat mata dari kostum yang dipakai keseimbangan dalam garapan diperlukan oleh penari dan pengrawit, tetapi juga dari pembagian porsi yang tepat. Keseimbangan komposisi atau pola lantai yang kadang yang harmonis dibentuk melalui gerak berseberangan atau berlawanan dan dinamis legong dan iringan gamelan Bali kadang menyatu. Demikian juga dengan yang keras dan meriah dipadukan dengan iringan gamelan Jawa dan Bali yang bedhaya yang lembut dan iringan gamelan sangat harmonis dengan nada-nada yang Jawa yang tidak menyentak. disusun secara apik. Maruti berpandangan Di tangan Maruti Calonarang bahwa hitam putih yang menjadi konsep tetap pada kesakralannya, namun Maruti pertunjukan The Amazing Bedhaya-Legong memiliki sudut pandang sendiri dalam Calonarang merupakan penggambaran sisi melihat dan menyikapi cerita Calonarang Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

yang merupakan legenda yang sangat ada pendapat sastrawan angkatan 45, terkenal di Bali. Meskipun Maruti terlibat Mh Rustandi Kartakusuma: Retno Maruti dalam karya Sardono yang fenomenal, adalah keindahan –sebagai sebuah puncak Dongeng Dari Dirah, yang menceritakan apresiasi atas totalitasnya dalam berkarya. Calonarang, Maruti membuat Calonarang “Maruti menampilkan Jawa dalam bentuk dengan versinya sendiri. Maruti mengambil yang sempurna,” demikian Seno Gumira esensi cerita dari legenda Calonarang Ajidarma, budayawan, mengisahkan satu dan mengemasnya dalam napas Jawa pengalaman ketika melihat pagelaran yang dituangkannya dalam bentuk garap Roro Mendut di Taman Ismail Marzuki di bedhaya. Pertunjukan Calonarang di tahun 1977. Hal ini diungkapkan kembali Bali merupakan sebuah ritual adat yang oleh Seno Gumira Ajidarma saat membuka dipadukan dengan ritual keagamaan, Pameran Foto Pertunjukan 40 Tahun dilakukan di tempat terbuka yang dekat Padneçwara, di Bentara Budaya Jakarta dengan kuburan atau disebut setra dalam pada 8 Maret 2017. bahasa Bali, dengan tatanan penonton berbentuk arena. Calonarang yang dibuat DAFTAR PUSTAKA Maruti ditampilkan dalam sebuah panggung proscenium dengan tatanan penonton yang Arini, A. A Ayu Kusuma. 2011 Legong tersusun dalam gedung pertunjukan. Peliatan Pionir Promosi Kesenian Retno Maruti adalah seorang penari Bali Yang Tetap Eksis. Denpasar: yang multitalenta. Kesungguhannya dalam Institut Seni Indonesia. 178 menjaga tradisi dibuktikan dalam setiap Brakel-Papenhuyzen, Clara. 1991 Seni karyanya, bukan saja terbatas pada tradisi Tari Jawa: Tradisi Surakarta dan Jawa yang telah membesarkan namanya, Peristilahannya. Jakarta: ILDEP RUL. tetapi juga tradisi daerah lain. Calonarang Carey, Peter. 1993 Dance Drama (Wayang adalah sebuah bukti konsistensi Maruti Wong) and Politics at the court of dalam menjaga tradisi ketika nilai-nilai Sultan Hamengkubuwana III (1812- penting dalam tradisi Jawa dan Bali tetap 14) of Yogyakarta. Performance diperhatikan dan dipertahankan Maruti in Java and Bali edited by Bernard dalam membuat karya, namun tetap Arps. London: School of Oriental mengikuti perkembangan zaman atau and African Studies University of sering disebut kekinian. London. Melalui The Amazing Bedhaya- Covarrubias, Miguel. 1937 Island of Bali. Legong Calonarang, Maruti berhasil Great Britain: Cassell and Company membuat sebuah kolaborasi pertunjukan Limited. tari Jawa dan Bali. Dalam diri Maruti Damono, Sapardi Djoko. 2014. Alih terdapat sebuah kolaborasi talenta yang Wahana. Jakarta: Editum. harmonis, perpaduan berbagai talenta Hanna, Judith Lynne. 1980 To Dance is yang menghasilkan karya seni yang Human: A Theory of Nonverbal indah. Begitu indahnya sehingga dulu Communication. Austin dan London: Genoveva Noirury Nostalgia, Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari ...

University Texas Press. Harian Bernas 15 September 1997. Istijab, Bambang. Retno Maruti setia pada Poerwadaminta, W.J.S. 1976 Kamus Umum tari klasik Jawa gaya Solo. Harian Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bisnis, 12 September 1988. Pustaka. Koentjaraningrat. 1984 Kebudayaan Jawa. Ronoatmodjo, A. Tasman. 1995 Bedhaya Seri Etnografi Indonesia No.2. Ela-Ela. Surakarta: Sekolah Tinggi Jakarta: PN Balai Pustaka. Seni Indonesia Surakarta. Marzali, Amri. 1980 “Metode Penelitian Sedyawati. Edi 1981 Pertumbuhan Seni Kasus,” dalam Berita Antropologi. Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan Thn. XI, No. 37. Jakarta: Jurusan “Wayang Arena: Untuk Para Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Pelanggan,” dalam Surat Kabar Ilmu Politik Universitas Indonesia Harian Kompas Jakarta, 24 Januari Hal. 91-101. 1983. Murgiyanto, Sal. 1997 “Moving Between Situmorang, S. 2004 Toba Na Sae Sejarah Unity and Diversity: Four Indonesian Lembaga Sosial Politik Abad XIII – Choreographers,” A dissertation XX. Jakarta: Yayasan Komunitas submitted to the faculty of Bambu. Department of Performance studies Soedarsono, RM. 1984 Pendidikan Formal in candidacy for degree of Doctor of Seni Tari, dalam Tari. Tinjauan dari Philosophy Graduade School of Arts berbagai Segi (Edi Sedyawati, ed) and Science. New York: New York Jakarta: Pustaka Jaya. 179 University. Soedarsono, R.M. 1999 Metodologi Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari, Bekal Peneltian Seni Pertunjukan dan Seni dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Ford Foundation dan Masyarakat Pertunjukan Indonesia. Seni Pertunjukan Indonesia. Spies, Walter & Beryl de Zoete 1938 Dance Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi, and Drama in Bali. 24 Russell Square Beberapa Masalah Tari di Indonesia. London: Faber and Faber Limited. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Supanggah, Rahayu.2002 Kolaborasi: Murgiyanto, Sal. 2015 Pertunjukan Budaya Prospek dan Masalahnya, Kasus dan Akal Sehat. Jakarta: Fakultas Gamelan Jawa, Menimbang Praktek Seni Pertunjukan-Institut Kesenian Pertukaran Budaya. Jakarta: Jakarta. Masyarakat Seni Pertunjukan Murgiyanto, Sal. 2016 Kritik Pertunjukan Indonesia. dan Pengalaman Keindahan. Jakarta: Sutrisno, Mudji. 2008 Filsafat Kebudayaan. Pascasarjana-InstitutKesenian Jakarta: Hujan Kabisat. Jakarta. Syam, Nur. 2005 Islam Pesisir. Yogyakarta: Murtidjono. Dewabrata Karya Retno Maruti: LKIS Yogyakarta. Tari tradisional yang lahir di Jakarta. Turner, V. 1977 The Ritual Process: Structure and Anti-Structure. Ithaca: Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Cornell University Press. ketawang. Buku, Jurnal, dan Tesis: Hera, Marientha, 2013 Ayo Nguri- Padneçwara. 1997 “Pagelaran Tari Uri Budaya Jawa, Tari Bedhaya Dewabrata”. Jakarta: Kompas. Ketawang. marienthahera.blogspot. Padneçwara, 2011 Savitri. Jakarta: co.id Diakses tanggal 3 Juni 2017. Padneçwara. www.isi-dps.ac.id Sejarah Tari Legong Nugroho, Yanusa. 2016 “Empat Puluh di Bali oleh Ida Bagus Gede Surya Tahun Padneçwara Menari”. Jakarta: Peradantha, SSn, alumni ISI Padneçwara. Denpasar, diakses tanggal 3 Juni Indonesia, Masyarakat Seni Pertunjukan. 2017. 1996 Seni Pertunjukan Indonesia. Sejarah-Legenda-Asal-usul-Asal mula Yogyakarta: Bentang. Sejarah Tari Legong, blog-sejarah. Prabowo, Wahyu Santoso. 1996 Tari blogspot.co.id, diakses tanggal 3 Juni Bedhoyo Sebuah Gatra Keunggulan. 2017. Yogyakarta: Bentang. Sejarah Awal Terciptanya Tarian Legong di Kusumastuti,Siti N. 2003 Tari Tradisional Bali, pandri16.blogspot.co.id, diakses Jawa Surakarta di Jakarta: Kajian tanggal 3 Juni 2017. Kasus Terhadap Retno Maruti dan Karyanya

Internet: 180 Azizah, Zulfa, 2014 Tari Legong Tarian Yang Berasal Dari Pulau Bali. Dunia- kesenian.blogspot.co.id. http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Legong. Diakses tanggal 29 Mei 2016. Mahmud, Dede, 2017 Tari Legong Bali sejarah dan Pertunjukannya. www. tradisikita.my.id Diakses tanggal 12 Juni 2017. Tari Legong Asli Bali: Sejarah, Gerakan, Video, dan Penjelasannya. adat- tradisional.blogspot.com Diakses tanggal 12 Juni 2017. Tari Bedhaya Ketawang Tarian Tradisional dari Surakarta, Jawa Tengah. www. negerikuindonesia.com Diakses tanggal 3 Juni 2017. https://id.m.wikipedia.org>wiki>bedaya Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

ADE ARIYANI SARI FAJARWATI Interior Design, School of Design, Bina Nusantara University e-mail: [email protected]/ [email protected]

ABSTRACT Omah Jawa is an architectural that has a great tradition, with a design that adheres to the concept of cosmology and adapted to the human environment. This article is about the description and architectural analysis of the Javanese tradition house that called omah, as a human body representation, by knowing the meaning of important component in the concept, function and form of the building. This analysis study is using Roland Barthes semiotics models, which develop from De Saussure theory (signified and signifier). The result of this research is explain that the design of Javanese house (form and function), has relation with human body structure.

ABSTRAK Omah Jawa merupakan sebuah bangunan yang mempunyai nilai tradisi adiluhung, dengan desain yang mengacu pada konsep kosmologi dan disesuaikan dengan lingkungan hidup manusianya. Tulisan ini merupakan kajian yang mendeskripsikan serta menganalisis arsitektural dan desain layout rumah Jawa sebagai representasi tubuh manusia, dengan men- getahui makna yang menjadi komponen penting dalam konsep, fungsi dan bentuk bangunan. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yakni menggunakan model semiotika Roland Barthes, yang mengembangkan teori tanda De Saussure (penanda dan petanda). Hasil peneli- tian ini menjelaskan bahwa pada dasarnya antara desain bentuk dan fungsi layout rumah Jawa memiliki keterkaitan dengan struktur tubuh manusia.

Keywords: representation, house, Java, body, semiotics Kata kunci: representasi, rumah, Jawa, tubuh, semiotika 181

Omah Jawa sebagai Rumah Tradisi

Rumah Jawa atau omah, merupakan salah mencapai keharmonisan kehidupan. satu jenis rumah tradisional di Indonesia Walaupun pada perkembangannya omah yang mempunyai ciri khusus baik dari bentuk Jawa mengalami pengaruh dari Kolonial maupun fungsinya. Berbeda dengan rumah Barat dan Islam secara bentuk dan modern, dalam merancang sebuah rumah ornamennya, namun filosofi kosmologi tradisional tidak hanya memperhatikan tiga Timur yang dibawa oleh pengaruh Hindu- elemen pokok arsitektur-yakni kekuatan, Budha tetap dipertahankan. fungsional dan prinsip keindahan saja, Sebagai suatu realitas ciptaan, tetapi ada hal pokok lain yang tidak arsitektur rumah Jawa merupakan bisa dilepaskan, yaitu makna dari setiap sebuah karya adiluhung bila dilihat ruangan. Hal ini disebabkan karena dari aspek filosofinya. Antara lain yaitu masyarakat Nusantara memiliki filosofi adanya keseimbangan antara fungsi dan hidup dengan mengacu pada kosmologi konstruksi, kesesuaian dengan lingkungan, (makrokosmos dan mikrokosmos) untuk pengaturan ruang/layout, bentuk ornamen, Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

dan lain sebagainya. Dalam merancang menggunakan data primer dan sekunder atau membangun sebuah rumah Jawa, melalui observasi lapangan, dokumentasi terdapat beberapa pakem-pakem1 khusus kegiatan, referensi yang berkaitan dengan yang mengikat perancangan rumah Jawa penelitian ini, dan data dari internet. karena memiliki makna di baliknya. Pakem Teknik analisis data yang digunakan ini meliputi desain pengaturan ruang atau pada penelitian ini dengan menggunakan layout dan fungsi di tiap ruangnya. Hal model semiotika Roland Barthes, yang ini berlaku bagi semua rumah Jawa yang mengembangkan teori tanda de Saussure berada di bawah otoritas Keraton. (penanda dan petanda). Objek penelitian Dalam membuat sebuah rumah, yang dipakai adalah layout rumah Jawa orang Jawa selalu mempunyai makna pada dan relasinya dengan struktur anggota setiap ruangnya. Rumah dianggap sebagai tubuh manusia, dilihat dari persamaan sesuatu yang hidup dan merepresentasikan karakteristik dan fungsinya, serta perilaku struktur tubuh manusia, yang hidup orang Jawa dalam berkegiatan pada setiap dalam keseimbangan dan keselarasan ruang. dengan lingkungannya. Bila diperhatikan pembagian antar ruangnya, maka rumah Ruang dalam Omah lebih dari struktur bangunan fisik semata, omah adalah satuan simbolis, sosial dan Pembagian ruang pada omah Jawa praktis (Santosa, 2005:4). Bagi manusia mempunyai ciri khas yang membuat kita Jawa, rumah merupakan penerapan dapat menandai sekaligus memaknai bahwa 182 hubungan kosmologi yang diterapkan rumah tersebut adalah sebuah rumah Jawa. dalam kehidupan yang selaras dengan Jenis ruang tersebut adalah pendhapa, alam dan lingkungannya. Pemaknaan pada paringgitan, dalem, senthong (terbagi ruang hunian merupakan nilai hubungan atas senthong kiwo, senthong tengah dan manusia dengan alam, manusia sebagai senthong tengen), gandhok kiwo, gandhok mahluk sosial dan manusia sebagai tengen dan pawon. Menurut Rahmanu individu. (Cahyani, 2015). Widayat (2004:2), rumah tradisi Jawa yang Kajian ini menganalisis bagaimana bentuknya beraneka ragam mempunyai rumah Jawa merepresentasikan tubuh pembagian ruang yang khas, yaitu terdiri manusia yang memunculkan pemaknaan atas pendhapa, paringgitan dan dalem. dari setiap ruangan. Ruangan-ruangan Terjadi penerapan prinsip hierarki dalam tersebut meliputi teras (pendhapa), ruang pola penataan ruangnya. Setiap ruangan tamu (paringgitan), ruang tidur (senthong), memiliki perbedaan nilai, ruang bagian ruang tengah (dalem), dan dapur (pawon). depan bersifat umum (publik), dan bagian Penelitian ini menggunakan metode belakang bersifat khusus (pribadi/privat). penelitian kualitatif, berusaha menganalisa Setiap ruangan mulai dari bagian teras, dan mengartikan makna dari objek yang pendhapa sampai bagian belakang (pawon diteliti berdasarkan fakta di lapangan, dan pekiwan) tidak hanya memiliki fungsi,

1 Pakem ini merupakan suatu hal yang tetapi juga sarat dengan unsur filosofi telah disepakati bersama dan diwariskan. hidup etnis Jawa. Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Gambar 1. Omah Jawa tampak depan. Sumber: Ade Fajarwati

Pendhapa merupakan ruang Keraton, mereka tidak memiliki pendhapa 183 bagian terdepan yang berfungsi sebagai juga paringgitan, namun mereka tetap tempat untuk menerima dan menjamu memiliki bagian inti dari omah Jawa, tamu. Ruang ini sama dengan ruang teras yakni dalem, senthong dan pawon yang bila dibandingkan dengan rumah modern juga merupakan representasi dari tubuh pada umumnya dan bersifat semi privat. manusia. Ruang ini, secara filosofi memiliki makna Pada omah Jawa, juga terdapat tepa slira yakni sikap menghormati dan dalem, merupakan ruang tempat berkumpul menghargai orang lain. Kemudian dari keluarga. Ruang ini bersifat semi privat. pendhapa sebelum masuk ke ruang dalem Di ruang dalem terdapat beberapa ruang harus melewati ruang paringgitan terlebih senthong, yaitu merupakan ruang tidur/ dahulu. Paringgitan merupakan ruang tamu kamar/bilik yang sudah tentu bersifat privat. yang biasa digunakan untuk melakukan Senthong dibagi lagi atas senthong kiwo kegiatan sosial budaya seperti slametan (kiri), senthong tengah dan senthong tengen dengan masyarakat sekitar. Makna filosofis (kanan). Makna filosofi senthong yakni pada ruangan ini adalah manusia sebagai bahwa manusia sebagai mahluk individual makhluk sosial, yaitu bahwa kita harus harus dapat bersumeleh yang berarti pasrah berbagi rasa syukur kepada sesama, saling dan menyerahkan diri. Pada ruangan ini bergotong royong dan saling rukun agar sifat dan karakter pribadi pemilik rumah sentosa. Bagi masyarakat biasa di luar tercermin, karena barang pribadi pemilik Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 2. Gambar 3. Pendhapa dan Paringgitan dalam Omah Jawa. Ruang dalem omah Jawa. Sumber: https://lostandwander1976.com Sumber: http://krjogja.com

akan ada di sini, berbeda dengan ruang lain juga sebagai dapur. Pawon dianggap 184 yang tidak bisa sembarangan meletakkan penting karena merupakan area yang dapat barang-barang. Setelah dalem terdapat menghidupi keluarga, yakni menghasilkan gandhok yang berada di sayap kanan makanan. Pawon walaupun sangat penting dan kiri rumah Jawa, terpisah dari ruang keberadaannya, ia tetap diletakan di area dalem. Gandhok kiwo dan gandhok tengen paling belakang. Hal ini disebabkan karena merupakan ruangan yang dipergunakan kegiatan yang dilakukan di pawon bersifat untuk anggota keluarga besar yang tinggal. service dan areanya tergolong dalam area Dalam pemanfaatannya, ruang gandhok semi privat (Cahyani, 2015) kanan lebih diutamakan untuk tamu dan pihak luar yang sedang memerlukan tempat Representasi tubuh dalam Omah menginap. Sedangkan anggota keluarga yang lebih dekat, justru ditempatkan di Dalam filosofiomah Jawa, antara gandhok kiri. Di ruang semi publik ini, tubuh manusia dan ruang saling keluarga dapat aktif melakukan kegiatan mengejawantahkan satu sama lain. karena bersifat lebih terbuka. Jika dipandang dalam ilmu arsitektural, Ruang terakhir yang sangat penggambaran denah arah masuk dimulai penting dalam suatu rumah yakni pawon. dari bawah. Namun pada penggambaran Pawon adalah ruang yang berfungsi untuk bagan layout omah Jawa, digambarkan kegiatan masak-memasak, atau disebut mulai dari atas ke bawah, untuk Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Gambar 4. Layout Omah Jawa, dalam pemaknaan skala horisontal. Sumber: Ade Fajarwati, 2017 menggambarkan kondisi tubuh manusia. dari rumah seorang raja sampai milik orang 185 Beberapa istilah rumah digunakan oleh kampung. Ciri khas utama rumah Jawa orang Jawa untuk menyebut dirinya. Salah berbentuk simetri yang berlaku pada semua satunya yakni ketika dipanggil, orang Jawa penampakan rumah, mulai tampak depan, umumnya menjawab dengan kata “dalem”, tampak atas, bentuk atap dan sebagainya. sebagai jawaban “iya saya”. Kata dalem Desain yang simetri merepresentasikan juga memiliki arti yang sama dengan ruang tubuh manusia yang simetri, seimbang tengah dalam rumah. Masing-masing ruang antara kanan dan kiri. Hal ini kemudian dalam omah Jawa mempunyai karakteristik memunculkan makna bahwa kehidupan dan fungsi yang merepresentasikan anggota dalam sebuah rumah haruslah seimbang tubuh manusia. Dari sini kita akan melihat antara raga dan batin, kesenangan dan bahwa makna dari sebuah rumah tidak kesedihan, pemasukan dan pengeluaran, hanya sebagai sebuah tempat bernaung atau dan lain sebagainya. tinggal, melainkan dimaknai sebagaimana Dalam bangunan rumah tradisional hal-hal yang berlaku pada tubuh manusia dapat dilihat dalam dua skala, yaitu skala yang hidup. horisontal dan vertikal. Skala horisontal Pada layout sebuah rumah, membicarakan perihal ruang dan masyarakat Jawa mempunyai standarisasi pembagiannya, sedangkan skala vertikal yang telah ditetapkan dan sudah menjadi membicarakan pembagian bangunan rumah konvensi bersama. Hal ini berlaku mulai yang terdiri atas lantai dasar yang disebut Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Tabel Penjelasan Pemaknaan Omah Jawa Berdasarkan Bagan 1

Referensi Omah Jawa

Penanda/signifier Layout rumah Jawa

Petanda/signified: Anatomi tubuh manusia

Bagan 1. Pemaknaan Omah Jawa Berdasarkan Kajian Semiotika

sebagai kaki (umpak, bebatur), tubuh (tiang, Makna-makna yang telah dinding) dan bagian atas yaitu kepala atau ditetapkan tersebut dapat juga dikatakan atap. Skala vertikal pada rumah merupakan sebagai makna konotasi seperti yang struktur tegak yang berupa oposisi antara diterangkan oleh Barthes, yakni merupakan dunia transenden (immaterial) dengan makna yang dibawa dan didasari oleh dunia imanen (material). Dalam konteks kesepakatan bersama. Connotation is mistik kejawen, struktur atas adalah bagian arbitrary in that the meanings brought to puncak yang merepresentasikan kegaiban, the image are based on rules or conventions sedangkan struktur horisontal atau bagian that the reader has learnt. (Crow, 2010: bawah adalah tempat manusia melakukan 55). Saussure mengemukakan bahwa dalam kehidupan (Djono, 2012). Berikut layout kehidupan sosial budaya, penanda adalah 186 omah Jawa yang merepresentasikan “ekspresi” (E) tanda, sedangkan petanda struktur tubuh manusia. adalah “isi” yang dalam bahasa Perancis Berdasarkan penjelasan di atas disebut sebagai contenu (c). Sehingga tanda dapat dikatakan juga bahwa omah Jawa adalah ‘relasi’ (R) antara E dan C. Barthes memiliki banyak simbol makna. Menurut mengembangkan tanda yang dikemukakan segitiga Pierce, tanda dibagi menjadi oleh Saussure di atas, dari signifikasi pertama sesuatu yang ditampilkan (representamen), (denotasi) menjadi signifikasi kedua sebagai makna tanda (intepretant) dan objek itu konotasi, kemudian menjadi signifikasi sendiri. Simbol itu sendiri merupakan tanda ketiga menjadi mitos. Selanjutnya mitos yang bersifat mewakili sebuah hal yang akan mengalami signifikasi berikutnya lebih besar dari yang ada di belakangnya menjadi ideologi (Hoed, 2012). sekaligus juga menunjukan arti yang telah Makna denotasi (what we see) disepakati bersama. Dalam hal ini, objek merupakan makna sesungguhnya dari merepresentasikan maknanya, walaupun sebuah tanda. Dalam kajian ini, bentuk dalam memaknainya (intepretasi) tidak arsitektural yang membangun bentuk omah harus memiliki makna tunggal melainkan Jawa memiliki makna denotasi sebagai multi-intepretant (Short, 2007). Dalam ruang-ruang yang memiliki fungsi. Seperti kasus omah Jawa, simbol beserta maknanya halnya ruang pendhapa yang memiliki sudah disepakati bersama, ditentukan oleh fungsi sebagai tempat yang berfungsi kuasa Keraton. sebagai pusat kegiatan keluarga, atau Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Omah Jawa sebagai sebuah susunan ruang dengan fungsi Denotasi dan layout tertentu yang dipergunakan sebagai ruang masyarakat Jawa beraktifitas.

Omah Jawa adalah sebagai tubuh sebagaimana fungsi Konotasi anatomi tubuh manusia

Mitos Mempercayai Omah Jawa sebagai tubuh manusia.

Ketika masyarakat Jawa bertindak atas makna yang Ideologi dipercayainya

Bagan 2. Pemaknaan rumah sebagai representasi tubuh manusia. Sumber: Ade Fajarwati senthong yang merupakan tempat privasi meanings are seen as part of the keluarga. natural order of things. Where these Makna konotatif (what we think) meanings came from, and the process seperti yang dijelaskan oleh Barthes di that transformed the meaning of atas, dalam omah Jawa ini, dimaknai the signs, are either forgotten or bahwa rumah adalah simbol yang hidden. The process of generating 187 merepresentasikan tubuh manusia, yang myths filters the political content out memiliki fungsi-fungsi yang diserupakan of signification. In today’s society, dengan anggota tubuh manusia. Simbol dan modern myths are built around things maknanya telah mengalami kesepakatan. like notions of masculinity and Ketika makna-makna konotasi tersebut femininity; the signs of success and dipercayai, maka oleh Barthes makna failure; what signifies good health dianggap sebagai mitos. Mitos pun akan and what does not (Crow.2010:60). mengalami signifikasi ketiga menjadi ideologi (atau disebut juga sebagai denotasi Orang Jawa sering menerapkan baru), jika dipraktekkan oleh masyarakat segala sesuatu dalam kehidupan tidak Jawa. Ideologi ini ketika terus dilakukan boleh berlebihan, melainkan semua harus akan menjadi pola pikir kehidupan yang dalam keseimbangan. Keseimbangan ini terjadi secara berulang, sehingga dikatakan disimbolkan ke dalam bentuk layout rumah. juga sebagai produk budaya. Jika melihat bentuk layoutnya, maka pendhapa disimbolkan sebagai kepala. For him, myths were the result of Dalam kepala manusia terdapat otak yang meaning generated by the groups mengatur seluruh hal yang dilakukan in society who have control of the oleh tubuh. Otak juga dianggap sebagai language and the media. These pusat tubuh manusia. Tidak hanya itu, Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 5 Pendhapa Omah Jawa. Sumber: Ade Fajarwati

kepala juga memilki wajah yang tentunya kehidupan manusianya. Berdasarkan akan dilihat oleh siapapun. Ketika kepala hal tersebut, tak jarang kita menemui direpresentasikan ke dalam bentuk ruang di beberapa tempat, orang Jawa masih

188 depan, maka pendhapa juga dianggap menaruh sesaji yang biasanya diletakkan sebagai titik pusat energi rumah secara tepat di tengah ruangan. Mereka meyakini keseluruhan, yakni sebagai tempat yang tempat ini adalah pusat energi, sehingga dapat mengatur seluruh kegiatan yang memudahkan koneksi dengan Tuhan. Dalam ada di rumah, juga sebagai wajah dari hal ini, menaruh sesaji dapat dikatakan pemilik rumah. Oleh karena itu, pada ruang juga merupakan ideologi orang Jawa dalam ini tampilan sangat diperhatikan. Begitu memaknai rumahnya. juga segala bentuk permasalahan selalu Pendhapa dianggap memiliki dimusyawarahkan di ruangan ini. atribut-atribut simbolis dan konfigurasi Titik pusat energi dari sebuah geometris yang menandakan perannya rumah terletak pada titik tengah dari sebagai sumbu semesta yang dilindungi sebuah ruang. Namun, sebuah ruangan oleh mantra-mantra magis dari para juga memiliki titik pusat energinya sendiri. pengacau. Namun demikian, hanya ketika Pendhapa yang berbentuk segi empat tuan rumah duduk di pendhapa dan memiliki pusat energi pada titik pertemuan mempergunakannya sebagai tempat untuk diagonalnya. Sehingga dalam melakukan menerima tamu (yang berarti orang-orang kegiatan pada titik pusat sebuah ruangan di sekitarnya), maka ruang ini berperan (area tengah pendhapa) harus berhati- dan bermakna sebagai sumbu “semesta” hati dalam bersikap dan bertindak, karena sekitarnya. (Santosa, 2000:5). dianggap akan memberikan efek pada Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Gambar 6 Pagelaran Wayang di ruang paringgitan. Sumber: https://phinemo.com

Pendhapa yang indah dan megah terletak di bagian yang pertama kali merupakan tanda bahwa sang pemilik dilihat sebagai tanda bagi sang pemilik adalah orang terhormat, begitu juga wajah. Wajah bersifat terbuka, karena sebaliknya. Dapat dikatakan begitu karena seseorang bisa melihat wajah orang lain 189 walaupun pendhapa diposisikan sebagai ketika berpandangan walau dengan aturan ruang tamu2, namun jika disimbolkan tertentu, dengan cara membaca ekspresi sebagai kepala dari tubuh manusia, maka wajah tersebut. Pendhapa juga memberi pendhapa merupakan representasi dari kesan pertama tentang bagaimana pemilik wajah seseorang. Pendhapa memiliki rumah yang di dalamnya. Tidak hanya makna denotasi sebagai ruangan untuk itu, tamu maupun pemilik rumah harus menerima tamu, Sedangkan pada makna mengikuti aturan khusus untuk duduk konotasinya, pendhapa adalah penanda maupun bersikap di pendhapa. Sebagai tentang status dan kondisi manusia yang ruang publik, pendhapa pada hakikatnya berada di dalamnya. Orang Jawa berusaha adalah merupakan sebuah ruang privasi, membuat bangunan pendhapa semenarik karena tidak semua orang diijinkan untuk mungkin dan menerima tamu di pendhapa dapat berada di ruang ini. Publik diijinkan dengan sebaik-baiknya, karena ruangan masuk atas kuasa dari pemilik rumah. ini merupakan ekspresi pertama kali yang Walaupun pendhapa dapat diakses semua hadir dan mewakili seluruh bagian rumah. orang, tetapi ada kuasa yang mengatur Dalam analogi tubuh manusia, pendhapa perilaku pada ruangan tersebut. merupakan wajah, di mana wajah manusia Setelah pendhapa, terdapat sebuah 2 Sebuah ruang terbuka yang difungsikan selasar pendek yang biasa dipergunakan untuk menerima tamu atau mengadakan suatu acara terbuka sebagai tempat pertunjukan wayang kulit Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 7. Area paringgitan. Sumber: www.pinterest.com.

190 yang disebut dengan paringgitan. Orang yang dapat menunjukkan kemakmurannya. yang diperbolehkan menanggap wayang Oleh karena itu, umumnya di ruangan ini kulit (ringgit) biasanya merupakan orang biasanya pemilik rumah menampilkan yang mempunyai strata sosial tinggi. pertunjukan wayang. Wayang dianggap Paringgitan ini secara fungsi merupakan sebagai suatu kemewahan bagi orang Jawa. selasar pendek, semacam ruang transisi Dalam pertunjukan wayang, posisi tamu menuju ruang utama. Namun jika dimaknai berada di area pendhapa, sedangkan layar secara konotatif, maka ruang ini merupakan diletakkan di paringgitan untuk menutupi representasi leher manusia, yakni sebagai rumah utama. Sehingga ruang paringgitan penghubung antara kepala dan tubuh ini secara fungsi merupakan ruang batas manusia. antara ruang publik (pendhapa) dan ruang Pada orang Jawa, umumnya privat (dalem), sehingga tamu tidak bisa leher tidak ditutupi pakaian, melainkan melihat apa yang ada di dalam rumah. dibuka dan dijadikan tempat perhiasan Ruang utama setelah paringgitan seperti kalung dengan bandulnya yang adalah ruang dalem. Seluruh kegiatan besar. Semakin makmur pemakainya, anggota penghuni rumah terjadi di ruang maka semakin besar dan indah perhiasan dalem. Ruang ini secara konotasi dimaknai bandul yang dipakainya. Berdasarkan sebagai tubuh manusia yang harus selalu penjelasan di atas, maka makna konotasi ditutupi pakaian agar tertutup auratnya. dari paringgitan, yakni merupakan tempat Bagi orang Jawa ruang dalem merupakan Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Gambar 8. Senthong Omah Jawa. 191 Sumber: Ade Fajarwati, 2017 ruangan privasi yang hanya bisa diakses harta dan pusakanya. Di sebelah kanan oleh anggota keluarga. Ada kewajiban bagi senthong tengah ada senthong tengen, penghuni rumah untuk tidak mengumbar yakni merupakan kamar khusus untuk istri ke luar segala kegiatan yang berada di dan anak yang masih kecil. Lalu di sebelah ruang dalem. Harus bisa menjaga situasi kiri ada senthong kiwo, merupakan kamar keluarga agar selalu nampak baik di mata bagi anak gadis yang sudah beranjak orang lain, sehingga harkat dan martabat remaja. Bagi orang Jawa, senthong tidak keluarga tetap terjaga. hanya sebagai kamar dan ruang privasi, Di area ruang dalem, terdapat namun merupakan representasi dari rahim tiga kamar berjejer yang disebut dengan perempuan. Rahim merupakan tempat senthong yang terbagi atas senthong tengen penanaman benih seorang pria untuk (kanan), senthong tengah dan senthong mendapatkan keturunan, sehingga harus kiwo (kiri). Senthong artinya kamar atau dijaga dengan baik. Begitu juga dengan bilik. Senthong tengah merupakan ruang senthong, yang harus dilindungi dan dijaga persembahan. Kegiatan yang dilakukan dengan baik. di ruang ini yakni segala hal yang Untuk suami dan anak laki laki, berhubungan dengan ritual. Di senthong senthongnya tidak berada di area dalem, tengah, biasanya orang Jawa menyimpan tetapi suami memiliki akses ke senthong Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 9. Krobongan di ruang dalem Sasono Mulyo Kasunan Surakarta. Sumber: https://hiveminer.com. 192

tengen. Oleh karena itu, senthong dimaknai dalem dan berada di sayap kanan dan kiri sebagai ruang yang sangat sakral, tertutup omah Jawa. Gandhok terdiri dari gandhok dan harus selalu dijaga sebagai tempat kiwo dan gandhok tengen. Gandhok ini penyimpanan. Orang Jawa sering melakukan berfungsi sebagai tempat tinggal bagi upacara ritual seperti pernikahan dan acara anggota keluarga besar. Biasanya keluarga ritual lainnya di depan senthong tengah. besar melakukan kegiatan di sepanjang Biasanya tempat ini dipasang krobongan, area antara dalem dan gandhok. Gandhok yakni kamar yang selalu kosong namun secara simbolik merupakan representasi lengkap dengan ranjang, kasur, bantal, dan dari tangan manusia, yang aktif melakukan guling, dan dapat juga digunakan untuk kegiatan dan bersifat lebih terbuka. Ada malam pertama bagi pengantin baru. Ruang perlakuan khusus dalam memanfaatkan ini juga merupakan tempat menaruh sesaji ruang gandhok. Gandhok tengen, sebagai pemujaan terhadap Dewi Sri3, yakni diutamakan untuk tamu dan pihak luar Dewi kesuburan dan kebahagiaan rumah yang sedang memerlukan tempat menginap, tangga (Widayat, 2004:7). sedangkan gandhok kiwo digunakan Setelah dalem ada ruang gandhok, untuk anggota keluarga yang lebih dekat. merupakan ruangan yang terpisah dari Pemaknaan sisi kanan lebih baik daripada

3 Hal ini sesuai dengan mata pencaharian sisi kiri direpresentasikan dalam gandhok masyarakat Jawa sebagai petani agraris Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Gambar 10. Gambar 11. Gandhok Omah Jawa. Pawon sebagai ruang yang sangat penting Sumber: Ade Fajarwati keberadaannya dalam omah Jawa. Sumber: http://andisetyaji.blogspot.co.id. tengen dan gandhok kiwo. Sebagaimana Kesimpulan 193 sifat orang Jawa yang senang membantu, mengutamakan orang lain dan lingkungan Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa sosialnya di atas kepentingan pribadi. melihat bahwa pengaturan tata ruang/ Pada bagian belakang rumah, layout omah Jawa merupakan simbol terdapat pawon (dapur) yang merupakan tubuh manusia, memiliki kemampuan ruang servis. Pawon merupakan representasi berkomunikasi melalui tanda (sign) yang dari kaki manusia, yang letaknya berada di melekat padanya. Dengan kata lain tanda- struktur tubuh paling bawah. Kaki sering tanda (sign) arsitektural yang membangun diposisikan sebagai hal yang rendah, tetapi bentuk omah Jawa mempunyai muatan merupakan kebutuhan vital karena dapat denotatif ketika difungsikan sekaligus juga membuat tubuh dapat berpindah. Secara konotatif jika dimaknai secara simbolik. fungsi, pawon juga merupakan tempat para Melalui pembacaan semiotika pada abdi dalem bekerja, sehingga jika tidak ada omah Jawa, maka didapatkan makna-makna pawon maka kegiatan makan dan servis di simbolik dari ruang (sebagai tanda) yang omah Jawa tidak berjalan. ada di omah Jawa. Makna simbolik tersebut merupakan signifikasi kedua (konotasi) setelah makna awalnya (denotasi). Rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal dan untuk berlindung, namun juga dimaknai Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

sebagai sesuatu yang hidup, sekaligus juga DAFTAR PUSTAKA merepresentasikan struktur tubuh manusia yang hidup. Makna-makna tersebut Cahyani, Rizqi; Lisa Dwi Wulandari mengacu pada filosofi kosmologi Timur, & Antariksa. 2015. “Pengaruh yakni makrokosmos dan mikrokosmos. Arsitektur Tradisional Jawa dalam Ketika apa yang ada di kehidupan sehari- Hunian Kolonial di Kampung hari harus merepresentasikan alam semesta. Bubutan Surabaya”. Jurnal Ruas, Sehingga, pemaknaan pada rumah tradisi Vol. 13 No 1, Juni 2015, ISSN 1693- juga dikaitkan dengan pemaknaan tubuh 370. manusia. Ada relasi yang kuat antara fungsi Crow, David. 2010. Visible Signs, An tubuh manusia dengan fungsi ruang pada Introductions to Semiotics in the rumah tradisi, dalam hal ini yaitu omah Visual Art. Switzerland: AVA Jawa. Kedua relasi tersebut pada akhirnya Publishing SA. dimaknai dengan pemakaan yang sama. Djono; Prasetyo Utomo & Slamet Makna-makna yang diproduksi ini secara Subiyantoro. 2012. “Nilai Kearifan tidak langsung merupakan media yang Lokal Rumah Tradisional Jawa”. berisi muatan atau pesan yang hendak Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober disampaikan. Pesan yang bersifat abstrak 2012: 269 – 278 akan menjadi nyata (konkrit) apabila Hoed, Benny. 2012. Semiotik dan Dinamika direpresentasikan dalam bentuk benda Sosial Budaya. Depok: Komunitas keseharian, seperti halnya rumah sebagai Bambu 194 bentuk nyata secara fisik. Santosa, R.B. 2000. Omah: Membaca Makna Tanda-tanda (sign) direpresentasikan Rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan pada penataan ruang/layout ruang omah Bentang Budaya Jawa, telah melalui kesepakatan (bukan Widayat, Rahmanu. 2004. “Krobongan multi-tafsir) yang sudah berlangsung lama Ruang Sakral Rumah Tradisi Jawa”. diterima secara luas dan menjadi memori Dimensi Interior, Vol. 2 No.1, hal. kolektif atau pengalaman sosial masyarakat 1-21. Jawa. Penataan ruang ini meliputi tampak dan denah. Rumah dalam hal ini adalah sebagai produk budaya tangible, sedangkan pemaknaan ruang-ruang pada rumah tradisi Jawa (Omah) adalah produk budaya intangible. Pemaknaan konotatif pada rumah tradisi Jawa ini ketika dimaknai dan dipercaya, maka pemaknaan ini akan menjadi mitos. Ketika mitos ini sudah dilakukan dan tidak sekadar dimaknai, maka pemaknaannya akan berubah menjadi ideologi. Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde Baru

FITRIA SIS NARISWARI Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia e-mail: [email protected]

ABSTRACT The term ‘national film’ has a long history, and in some circles is a subject of debate, going to the terms “Third Cinema” and “First Cinema”. The basic question with what is called ‘national film’ will be discussed in this paper, by analyzing the film Fiksi. (2008). The choice of this movie is based on its director, who is a woman, and was produced after the New Order. This paper discusses how a post-New Order women-directed film tries to create a ‘national film’ identity. Furthermore, the writer tries to analyze the question of women representation in the Fiksi. film or a sharp distinction between the New Order film discourse and Fiksi. This film shows a cautious approach towards the ‘national film’ identity, even though it is filled with various gender and social issues. As a post-New Order cinema, this film is lucky in that it did not have to face censorship on its critique.

ABSTRAK Istilah film nasional ini pun memiliki sejarah panjang dan menjadi perdebatan di beberapa kalangan dengan mengacu pada istilah “Sinema Ketiga” dan “Sinema Pertama”. Pertanyaan mendasar dengan apa yang disebut dengan film nasional akan dibahas dalam tulisan ini dengan menganalisis filmFiksi. (2008). Pemilihan film ini juga didasari atas film yang bersutradara perempuan dan yang diproduksi pasca-Orde Baru. Tulisan ini membahas bagaimana sebuah film pasca-Orde Baru yang disutradarai perempuan berupaya untuk memiliki identitas sebagai film nasional. Selain itu, pertanyaan tentang bagaimana representasi perempuan pada filmFiksi . atau adakah perbedaan yang mencolok antara wacana film Orde Baru dan filmFiksi ., terutama dalam hal representasi perempuan juga akan muncul. Film ini kemudian menunjukkan identitas sebagai film nasional yang masih gamang meskipun di dalamnya sarat isu gender dan isu-isu sosial. Sebagai sinema pasca-Orde Baru, film ini beruntung karena tidak perlu terkena sensor atas kritiknya. 195

Keywords Fiksi., ‘national film’, gender, women, post-New Order cinema Kata Kunci: film Fiksi., film nasional, gender, perempuan, sinema pasca-Orde Baru

Persoal Film ‘Nasional’

Film merupakan media bercerita kepada strategis untuk menyampaikan suatu pesan khalayak umum yang populer. Menurut dan mampu mengarahkan perhatian dan Monaco (1977:128), film merupakan mampu membentuk opini masyarakat. media representasi yang sangat kompleks. Berbicara tentang sejarah film Sebagai seni ketujuh, film menggabungkan Indonesia atau katakan film ‘nasional’ unsur-unsur dari berbagai seni lainnya: tidak dapat dilepaskan dengan perusahaan film memanfaatkan unsur teknologi film pertama yang dimiliki pribumi dan lingkungan, gambar, dramatik, naratif, dan didirikan oleh Usmar Ismail, yaitu Perfini musik sebagai media representatif. Dengan (Perusahaan Film Nasional) pada tahun demikian, berbicara tentang film harus 1950. Pemutaran film perdana adalah film mempertimbangkan aspek audiovisual yang Darah dan Doa karya Usmar Ismail yang ada di dalamnya. Hal ini tidak terlepas dari diputar di Istana Negara dan disaksikan peranan film sebagai media ekspresi yang oleh Presiden Sukarno pada tanggal 30 Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Maret 1950. Oleh karena itu, setiap tanggal teritorial—misalnya pembuat film haruslah 30 Maret diperingati Hari Film Nasional. memiliki KTP Indonesia atau semua Akan tetapi, menurut Sen (2009:34), pemainnya adalah orang Indonesia. Hiburan Mataram Stichting yang didirikan Hubungan yang terjalin berdasarkan atas di Yogyakarta pada 1948 sebagai film pertimbangan fungsional, yakni jelas tidak yang pertama. Terlepas dari film apa meminjam bahasa Hollywood, dan juga yang sebenarnya pertama, penentuan film pertimbangan relasional, yakni bahwa ‘nasional’ ini tidak dapat dilepaskan dari film dengan identitas yang baru ini ini— kepentingan pada saat itu. betapa pun kontemporer dan revolusioner Istilah film nasionalini pun pemberontakannya— secara tekstual memiliki sejarah panjang dan menjadi tetap dapat dipertanggungjawabkan perdebatan di beberapa kalangan. Tidak hubungannya dengan kebangsaan dan dapat dimungkiri bahwa penyebutan ‘film kebudayaan Indonesia. nasional’ juga tidak dapat terlepas dari Masih mengacu pada tulisan penyebutan ‘sinema ketiga’ oleh para Ajidarma bahwa tentunya ciri-ciri itu dari kritikus untuk membedakan dari ‘sinema film nasional yang satu ke film nasional pertama’ atau Hollywood. Gabriel (yang yang lain bervariasi, tetapi ke dalamnya dikutip oleh Sen, 2009:2) menyebutkan dapat dimasukkan cara produksi (termasuk bahwa perbedaan utama sinema Hollywood distribusi dan eksibisi), gaya film, struktur dan ‘sinema ketiga’ terletak pada eksplisitnya naratif atau tema, dan genre film. Barangkali, pesan-pesan sosio-kultural ‘sinema ketiga’ film nasional juga dapat dikaitkan dengan 196 yang berlawanan dengan kerja-kerja film yang mandiri. Namun, pertanyaannya, ideologis yang tersembunyi dalam teks- mandiri terhadap apa? Menurut Lent teks Hollywood. Teori film Barat bertujuan (2012:13), kemandirian film dapat terlihat untuk menemukan makna imanen dalam dari tiga hal, yaitu mandiri dari regulasi karya-karya yang makna terdalamnya pemerintahan dan penyensoran, mandiri tersamarkan ternyata sama sekali tidak dari studi arus utama yang besar, dan bisa digunakan untuk menganalisis film- metode dalam pembuatan film. film yang tidak berusaha menutupi makna Melihat kesejarahan film ‘nasional’ sesungguhnya. Pertanyaan ini mengacu memang panjang, terlebih film ‘nasional’ bahwa ‘sinema ketiga’ harus dianalisis yang bersutradara perempuan. Film secara sadar atas perbedaannya dengan bersutradara perempuan memang menarik film Hollywood. untuk dibahas karena film bersutradara Dengan demikian, menurut perempuan belum sebanyak film yang Ajidarma (2014), film nasional merupakan bersutradara laki-laki. Selain itu, ideologi film-film yang terlepas dari hegemoni cara di balik film bersutradara perempuan juga bertutur Hollywood dan memungkinkan cukup menarik jika dikupas secara lebih adanya keterhubungan dengan sebuah mendalam. Michalik (2013:16) mencatat identitas nasional. Dalam hal ini, film bahwa sutradara perempuan pertama di nasional tidak ada hubungannya dengan Indonesia adalah Ratna Asmara dengan Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

filmSedap Malam yang diputar pada tahun Mengapa Film Fiksi.? 1950. Akan tetapi, perkembangan film di Film Fiksi. adalah film yang bergenre Indonesia pada masa Orde Baru mengalami drama-thriller yang disutradarai oleh Mouly penyensoran yang sangat ketat. Tidak ada Surya dan dirilis dalam bentuk DVD oleh film yang lolos sensor jika menyangkut Cinesurya Production Film pada 2 Desember kekurangan negara atau mengkritik 2008. Film ini mengikuti alur cerita Alice pemerintahan. Namun, Reformasi in Wonderland karya penulis Lewis Carroll memberikan angin segar bagi perfilman dari Britania Raya. Meskipun filmFiksi . Indonesia. Bukan berarti tanpa sensor, bukan merupakan film yang bercerita melainkan sudah ada kebebasan dalam tentang perempuan psikopat, film ini cukup berekspresi. Kemudian, pasca-1998, muncul menarik perhatian beberapa festival film. beberapa nama sutradara perempuan Meskipun hanya meraih 23.883 penonton, yang menggarap film ‘nasional’, salah film ini masuk ke dalam nominasi untuk satunya adalah Mouly Surya. Dia baru sepuluh penghargaan dalam Festival Film menyutradarai dua film panjang, yaitu Indonesia 2008 dan memenangkan empat Fiksi. (2008) dan What They don’t Talk penghargaan, antara lain Film Terbaik, about When They Talk About Love (2013). Sutradara Terbaik, Skenario Asli Terbaik Tulisan ini akan membahas lebih (Joko Anwar), dan Musik Pengiring Terbaik lanjut filmFiksi . Film yang dirilis pada (Zeke Khaseli). Film ini juga mendapatkan tahun 2008 oleh Cinesurya Production ini penghargaan film terbaik dalam Jakarta 197 bertokoh utama seorang gadis psikopat Internasional Film Festival 2008 untuk yang berjuang mendapat cintanya. Sutradara Terbaik (Mouly Surya). Identitas film nasional dalamFiksi. dibahas Jika dilihat dari penulisan judul lebih dalam untuk menjawab pertanyaan dengan adanya tanda titik di belakang apakah film Fiksi. termasuk film nasional judul, film ini ingin menunjukkan bahwa jika alur hampir mirip dengan alur film selalu ada akhir dalam kisah fiksi. Selain Hollywood—yang salah satu unsurnya itu, Fiksi. adalah film yang bersutradara adalah happy ending—tetapi film ini perempuan. Menurut Michalik (2013:23), masih bisa dihubungkan dengan identitas ada subjek dan pertanyaan yang jarang kebudayaan Indonesia. Lantas, bagaimana didiskusikan oleh sutradara laki-laki. Dalam kita menyebut film Fiksi. ini? Selain itu, hal ini, sutradara perempuan melakukan bahasan juga berlanjut pada perbandingan hal yang lebih daripada sutradara laki- film Fiksi. sebagai sinema pasca-Orde Baru laki untuk menstimulus wacana publik dengan wacana film Orde Baru. Bagaimana yang berfokus pada hak-hak perempuan representasi perempuan pada filmFiksi .? untuk perjuangan yang lebih adil dan Adakah perbedaan yang mencolok antara setara. Isu yang dibahas dalam Fiksi. wacana film Orde Baru dan filmFiksi ., memang tidak terlihat tentang perjuangan terutama dalam hal representasi perempuan. seorang perempuan yang nyata, tetapi cerita bergulir dari sudut pandang seorang Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

perempuan dalam menyikapi kesepian dan diambil dengan jarak yang jauh (long shot), rasa traumanya yang diakibatkan oleh penonton dapat melihat detail dekor yang ayahnya. Kehidupan perempuan yang dipilih untuk menghadirkan kemewahan ke dihegemoni oleh kekuasaan laki-laki masih ruang tersebut, serta jarak yang terbentang bisa ditemui sepanjang zaman. Oleh karena antara ayah dan anak tersebut. Ketegangan itu, filmFiksi. masih relevan dan penting ditambah dengan percakapan Alisha untuk dibahas pada masa sekarang. dan ayahnya yang diambil secara close up kepada siapa yang sedang berbicara Deskripsi Film Fiksi. sehingga terlihat ekspresi dari masing- masing tokoh. Film ini dibuka dengan suara denting piano yang lambat dan semakin cepat, kemudian Alisha : Saya mau cari kerja menampilkan close up deretan boneka Bapak :Kamu perlu uang tambahan berwarna-warni sebagai dekor dan sebuah berapa? (terdengar suara tangan yang mengambil salah satu boneka. pisau dan garpu yang Setelah itu, kamera bergerak ke arah beradu/mengiris makanan) wajah dingin tokoh Alisha (close up), yang Alisha :Saya cuma ingin cari sedang melihat kedatangan mobil mewah kesibukan, kalau cuma di memasuki halaman rumahnya sebelum rumah saja nunggu Bapak akhirnya ia masuk kembali ke rumah dan datang sekali-kali, saya berjalan menaiki tangga dengan posisi bisa mati bosan. Atau 198 kamera dari atas ke bawah (bird eye) hingga izinin saya keluar ikut makin memperlihatkan ruang yang cukup dengan Bapak dong. luas. Setelah itu, Alisha memainkan cello di Bapak :Saya ini kan kerja kamarnya. Kamera menyorot Alisha yang (terdengar suara pisau dan bermain cello dengan long shot sehingga garpu yang beradu) kamarnya terlihat sangat luas tetapi kosong. Alisha : Kan saya bisa di hotel, atau Suara cello menegaskan bahwa tidak ada jalan-jalan sendiri. Kecuali orang lain di ruangan itu, sunyi. memang perempuan itu Alisha hidup di rumah ayahnya sudah minta ikut duluan. yang sangat besar, tetapi hubungan dengan (hening) ayahnya tidak baik. Hal itu diperlihatkan Alisha :Saya cuma bercanda, ketika mereka makan bersama. Adegan nggak perlu jadi drama. dihadirkan dalam ruang makan. Ketegangan (Menit ke 3:29 s.d. 4:14) antara bapak dan anak di tengah kemewahan ruang makan Alisha dibangun Ibu Alisha mati bunuh diri gara- oleh sonor berupa dialog, keheningan, gara ayahnya memiliki perempuan lain. serta suara garpu, pisau, dan piring yang Sejak kematian ibunya, Alisha menjadi gadis beradu. Pun dengan jarak antara Alisha yang tertutup dan penuh trauma. Setiap dan bapaknya yang ujung ke ujung. Karena malam dia bermimpi ditemui oleh ibunya. Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

“Semua kejadian ada tujuannya,” kalimat ditulisnya. Ia menulis tentang orang-orang ibunya selalu terngiang di benaknya. yang ada di rumah susun tersebut, namun Suatu ketika, Alisha jatuh cinta dengan sampai sekarang belum menemukan akhir Bary (Donny Alamsyah)—seseorang yang yang tepat untuk ceritanya. Dari cerita membersihkan kolam renang rumahnya. Bary, Alisha berniat membantu Bary Sayangnya, Bary hanya pegawai pengganti untuk menyelesaikan ceritanya. Dimulai sehingga ia tidak bekerja lagi. Adegan dari cerita pertama yang berkisah tentang Alisha jatuh cinta diambil dengan kamera pasangan gay, yaitu Rudi dan Dhani— long shot sehingga bisa menampilkan posisi yang ternyata adalah ayah tiri dan anak Alisha yang sedang mengawasi Bary, tetapi tiri. Cerita kedua adalah kisah seorang Bary tidak menyadari bahwa dia sedang perempuan tua bernama Ibu Dira yang tidak diawasi. pernah keluar kamar, kecuali membuang Alisha mencari cara untuk bertemu sampah, dan sangat sayang pada kucing- dengan Bary kembali—meskipun sebenarnya kucingnya karena menganggap kucing- Bary tidak menyadari kehadiran Alisha di kucingnya adalah jelmaan tunangannya rumah tempatnya bekerja. Akhirnya, Alisha yang meninggal. Sementara cerita ketiga menemukan Bary di daerah Blok S. Setelah adalah kisah tentang seorang lansia yang mengelabuhi sopir dan pengasuhnya, tidak pernah masuk ke dalam unit rumah Alisha berhasil kabur dari rumah mewah susunnya semenjak rumah susun ini itu, lalu menyewa kamar di rumah susun dibangun sebab ia menganggap ia akan tepat di samping kamar Bary. Bary tinggal kalah jika masuk ke dalam rumah susun 199 dengan kekasihnya, Renta (Kinaryosih). tersebut. Sementara, lansia itu bersikukuh Perkenalan antara Alisha—di rumah susun tidak mau kalah karena dulu rumahnya Alisha mengaku bernama Mia, Bary, dan dibakar oleh pengembang dari rumah susun Renta terjadi begitu saja. Setelah merasa tersebut. cukup akrab, Bary mengajak Alisha keliling Alisha punya cara sendiri untuk rumah susun untuk mengetahui kondisi mengakhiri cerita Bary meskipun ia tidak rumah susun tersebut. Kamera mengikuti secara langsung membunuh tokoh-tokoh jalannya Alisha dan Bary menyusuri nyata dalam cerita Bary tersebut. Misalnya rumah susun dengan kamera pada posisi saja pada cerita Dhani-Rudi. Alisha seolah low angle dan gerak kamera dari bawah menolong Dhani mengerjakan tugas ke atas, perlahan menyoroti sudut-sudut kuliah, tetapi diam-diam dia mencatat rumah susun. Selain tidak menampakkan nomor telepon ibu Dhani yang juga suami keseluruhan rumah susun, sudut-sudut Rudi. Lalu, pada suatu pesta gay, ibu rumah susun yang dipilih tampak hening Dhani datang dan menembak Rudi hingga sehingga kesan yang ada di rumah mewah meninggal. Alisha pun menjadi penyebab Alisha pun masih terasa di rumah susun: kematian Ibu Dira yang meloncat dari lantai sepi, seperti hidup Alisha. 7. Alisha membuang semua kucing Ibu Sambil berkeliling, Bary pun Dira sehingga Ibu Dira merasa tidak punya bercerita tentang cerita-cerita yang sedang nyawa lagi. Alisha pun mendorong lansia Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Gambar 1. Alisha menyerahkan patung kelinci kepada Renta

itu hingga jatuh dari lantai 7 ketika lansia Identitas Film Nasional dalam itu duduk di pembatas dinding. Terakhir, Film Fiksi. Alisha menyingkirkan Renta dengan cara menyekapnya di lantai 9. Dalam film ini, Tidak dapat dimungkiri bahwa filmFiksi . dari awal sudah diperlihatkan bahwa memiliki hubungan yang erat dengan film Alisha adalah orang yang menyebabkan Alice in Wonderland. Nama tokoh utama kekacauan di rumah susun tersebut. pun terdiri atas susunan huruf yang hampir Sebelum Renta disekap, hubungan sama. Jika Alice berpetualang ke negeri Alisha dan Bary sebenarnya lebih dari ajaib karena jatuh ke dalam lubang kelinci, 200 tetangga kamar. Alisha memaksa Bary Alisha pun dapat dikatakan demikian. untuk berhubungan intim dengannya. Ketika bekerja di rumah Alisha, Bary Setelah itu, mereka pun berhubungan intim beberapa kali mencuri beberapa patung beberapa kali. Namun, pada dasarnya, kelinci untuk diberikan kepada Renta Bary mengetahui siapa yang menyebabkan karena Renta suka dengan kelinci. Alisha orang-orang di rumah susunnya mendadak pun mengikuti ke mana arah kelinci itu meninggal. Bary hanya menceritakan fiksi- pergi, bahkan, ia pun menggunakan patung fiksinya kepada Alisha. Semua peristiwa kelinci untuk bertemu Bary. Hal ini dapat itu terjadi setelah Bary menceritakannya dilihat dari gambar di bawah ini. kepada Alisha. Cerita berakhir ketika Alisha Selain itu, platform cerita Fiksi. pun melompat dari lantai 9 tepat setelah ini mengambil alur utama cerita Alice in Bary menemukan Renta yang disekap oleh Wonderland, yaitu seorang anak perempuan Alisha. Sebelum Alisha bunuh diri, kamera berusia 19—20 tahun, digerakkan oleh sosok mengambil gambar secara medium shot kelinci, hidup di dunia yang sama sekali sehingga menampilkan wajah Alisha yang berbeda dengan dunianya sebelumnya, pucat dan matanya penuh air mata, juga menemui petualangan-petualangan seru masih memperlihatkan keributan yang di dunia barunya, lalu cerita berakhir. Jika terjadi di belakang Alisha, yaitu sekumpulan dalam Alice in Wonderland, tokoh Alice orang sedang ricuh membopong Renta. kembali ke dunia sebelumnya, dalam Fiksi., Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

tokoh Alisha menemui dunia baru lagi tidak terjadi karena dari awal kehidupan yaitu kematian. Akan tetapi, petualangan kehidupan Alisha sudah kacau, lalu yang dijalani Alice dan Alisha tentu saja semakin kacau hingga akhir cerita. Akan petualangan yang sama sekali berbeda. tetapi, barangkali kehidupan Bary dan Alur filmFiksi. mengadaptasi alur Renta, pada mulanya sedikit harmonis. dari sebuah cerita yang berasal dari Eropa, Kemudian, karena kedatangan Alisha, jika demikian apakah masih bisa disebut kehidupan mereka sedikit kacau, tetapi sebagai film nasional? Rasanya, bukan mereka pun bahagia di akhir. Hal itu dapat menjadi masalah. Sebab pada dasarnya, terlihat dari kutipan percakapan antara tidak ada alur yang murni dari penulis Alisha, Bary, dan Renta di bawah ini. Bary mana pun. Hal ini dapat ditinjau lebih dan Renta adalah sepasang kekasih yang lanjut dari plot secara mendetail daripada tinggal bersama tanpa menikah. alur secara garis besar. Perdebatan atas permasalahan film nasional masih terus Alisha :Kalian temenan atau dibahas hingga saat ini. Ada sejarah dan saudara? perkara panjang di balik pembahasan film Bary :We’re partners in crime! nasional, misalnya saja dari segi genre, (sambil mencium mesra gerakan, dan gelombang. Renta) Jika salah satu pembeda atas Renta :Ihh. Apa. (tersipu malu) film nasional dan film Hollywood adalah (menit ke 35:44) adanya perlawanan terhadap wacana 201 dominan, dapat dikatakan filmFiksi . adalah perlawanan yang masih tiga perempat. Lantas, pertanyaan yang segera muncul adalah mengapa masih tiga perempat? Mengacu pada tulisan Ajidarma dalam “Kibul Hollywood dan Ekonomi Budaya” bahwa ada beberapa ‘kibul’ film Hollywood yang menjadi semacam formula dari seluruh film Hollywood. Kibul-kibul Gambar 2. Bary mencium Renta dengan mesra tersebut terdiri atas kibul tritunggal (urutan kehidupan yang tersusun atas kehidupan Jika ditinjau dari kibul sejarah pun, harmonis—kekacauan—kembali harmonis), film Fiksi. masih memberikan reason of kibul sejarah (faktor mengapa dari sebuah being mengapa Alisha menjadi perempuan kejadian tidak dijelaskan karena cerita psikopat. Segala sesuatu tidak dapat hadir berpusat pada tokoh), kibul simpulan (akhir dalam ruang kosong karena selalu ada cerita selalu happy ending), dan kibul efek motif di balik sesuatu tersebut. Alisha realitas (segalanya harus seperti “realitas” menyaksikan dengan mata kepalanya yang ada). ketika ibunya bunuh diri karena tidak Dalam filmFiksi ., kibul tritunggal mau anak yang masih dikandungnya Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

akan dimiliki perempuan lain. Alisha belum bisa mencerna apa pun pada saat itu sehingga kejadian itu merasuk dalam benaknya begitu saja. Barangkali, ketika mulai dewasa, Alisha menganggap bahwa kematian adalah sebuah pilihan untuk menyelesaikan masalah sehingga ia pun memilih untuk mati karena cintanya tidak kesampaian. Kematian baginya adalah sebuah perayaan setelah semua sakit hati yang ada, sebagaimana yang dilakukan oleh ibu Alisha. Terlebih, ibunya masih Gambar 3. sering datang ke dalam mimpinya. Ibunya Bary dan Renta bahagia di akhir cerita semacam memberi bisikan bahwa semua kejadian selalu ada tujuannya. Akan tetapi, filmFiksi . masih Untuk kibul efek-realitas, film menampilkan cerita tentang Indonesia Fiksi. juga sebenarnya tidak terlalu yang dapat ditarik kepada kondisi negeri menampilkan realitas. Bagaimana mungkin ini, misalnya saja tentang rumah susun. ketika seseorang ditampilkan tidak pernah Cerita ini pun tidak melulu cerita kehidupan keluar kamar dan hanya keluar kamar di awang-awang tentang kelas menengah, ketika membuang sampah, sebagaimana atau tentang perempuan miskin yang 202 yang ditampilkan pada Ibu Dira. Hidup menunggu pangerannya. Mouly Surya yang ditampilkan di sini pun tidak selalu menggambarkan rumah susun dengan tokohnya harus memiliki hidup yang mengambil eye level Alisha sehingga yang progresif. Misalnya saja pada tokoh Alisha, terlihat dari rumah susun tersebut adalah ia bahkan tidak tahu hidupnya untuk apa, apa yang dapat dilihat Alisha. Misalnya selain untuk mengejar cintanya pada Bary. saja pada saat menit 01:04 ketika Alisha Akan tetapi, jika ditinjau dari kibul bermain cello di kamar rumah susunnya, simpulan, filmFiksi . masih mengikuti suara cello-nya terdengar hingga lantai formula Hollywood bahwa yang jahat dan paling bawah. Alisha berada di lantai 6. berbuat salah akan kalah pada akhirnya. Ketika memperlihatkan anak-anak bermain Dalam hal ini, Alisha adalah tokoh utama, sepak bola di lantai bawah, kamera diputar sekaligus tokoh antagonis sehingga pada dengan high angle, begitu pun ketika akhir cerita dia ‘dijadikan’ bunuh diri. ada seseorang di lantai tiga atau empat Sementara itu, tokoh Bary dan Renta yang mendengar suara cello Alisha. Karena semula adalah pasangan bahagia juga Alisha berada di lantai 6, pemandangan menjadi bahagia kembali pada akhir cerita. rumah susun itu diperlihatkan dari sudut Hal tersebut dapat terlihat dari gambar pandang Alisha—Alisha seolah melihatnya berikut. dari lantai 6. Hal tersebut dapat terlihat dari gambar berikut ini. Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

Gambar 4. Eye level Alisha ketika bermain Cello

Eye level merupakan salah satu tanpa tujuan, film ini bergenre drama cara seorang sutradara untuk menampilkan thriller sehingga aura menegangkan dan ideologinya. Dalam hal ini, Mouly Surya menyeramkan harus selalu ada, bahkan 203 ingin menampilkan bahwa segala sesuatunya ketika Alisha berada di rumah mewah dipandang dari kacamata Alisha. Dengan ayahnya. Suasana singup atau muram demikian, Mouly mengharapkan bahwa langsung terlihat di sana, tanpa dikatakan segala adegan menjadi masuk akal untuk pun dapat terlihat bahwa rumah mewah itu dilakukan, misalnya saja mengapa Alisha kosong, mungkin juga sedang menampilkan harus membantu Bary menyelesaikan cerita- kekosongan hati Alisha. Pun demikian ceritanya dengan cara membuat mati tokoh- penggambarannya di rumah susun. Jika tokoh dalam cerita Bary. Sebagaimana film Mengejar Matahari (2004) garapan kalimat yang sering diulang-ulang dalam Rudi Soedjarwo dibuka dengan gambar filmnya, “Setiap kejadian mempunyai rumah susun berwarna kelabu, dengan tujuan”, pun Mouly Surya memiliki tujuan jendela kecil, atap rumah yang penuh dalam menghadirkan keseluruhan film ini, antena televisi, serta jemuran yang menjadi entah dari cara kamera memandang tokoh ciri khas rumah susun dan ditampilkan dan lingkungannya, tata cahaya, dan tata dengan sudut kamera high angle dan bird musik. eye, dari atas ke bawah sehingga seluruh Secara keseluruhan, tata cahaya penampang horizontal rumah susun terlihat dalam filmFiksi. didominasi oleh cahaya jelas, tidak dengan penggambaran dengan yang muram atau low key, dan juga rumah susun dalam Fiksi. Dalam film ini, warna-warna yang pucat. Hal ini bukan rumah susun terlihat sepi, sedikit gelap, Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

pucat, dan sudut pandangnya terbatas dari militer dan penyensoran. Dalam Undang- mata Alisha. Undang Nomor 8 tentang Perfilman/1992, Lantas, kembali lagi pada dikemukakan bahwa film adalah media permasalahan keidentitasan film nasional komunikasi massa yang memainkan peranan dalam filmFiksi . Jika ditinjau dari penting dalam pengembangan budaya teritorial, film Mouly Surya ini dapat nasional dan meningkatkan keamanan dikatakan sebagai film Indonesia asli untuk mendukung pembangunan nasional. karena segala macamnya berasal dan Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa asli Indonesia. Namun, pembahasan film Orde Baru percaya terhadap kekuatan film nasional dan teritorial masih banyak untuk memengaruhi opini publik sehingga menimbulkan pertanyaan. Jika ditinjau kontrol terhadap film Indonesia pada masa dari segi fungsional dan relasional, film ini Orde Baru sangat ketat. pun dapat dikatakan sebagai film nasional Barangkali, ketika Orde Baru, film meskipun ada beberapa formula yang dari sutradara perempuan bisa saja tidak mengacu pada Hollywood sebagaimana menjadi masalah, misalnya saja film Ratna yang telah disebutkan. Secara keseluruhan, Asmara, selama cerita yang ditampilkan film ini pun sebenarnya tidak menampilkan bukan hal yang melawan negara karena tatanan kehidupan yang harmonis— bukan itu masalah yang dihadapi oleh kekacauan—kembali harmonis. Akan Orde Baru karena tidak dianggap sebagai tetapi, kekacauan dalam kehidupan Alisha ancaman. Selama citra perempuan yang dipertunjukkan dari awal hingga akhir. ditampilkan masih mengacu pada konsep 204 Bagaimanapun, keterhubungan antara film ‘ibuisme’, film-film pada masa Orde Baru Fiksi. dan identitas nasional dapat dilihat masih dapat diputar tanpa masalah. Akan dari adanya keterikatan dimensi ruang tetapi, pertanyaannya adalah bagaimana dalam Indonesia. citra perempuan dalam film-film selama Orde Baru? Beberapa kritikus film sudah Sinema Pasca-Orde Baru: menuliskan pendapatnya tentang film Representasi Perempuan dalam Indonesia yang bertokoh perempuan Film Fiksi. meskipun tidak melulu bersutradara perempuan. Dengan film, permasalahan apa pun dapat Dalam tulisannya, Aripurnami diangkat menjadi sebuah cerita, termasuk (1990) menganalisis film Tjoet Nyak Dien, permasalahan yang sensitif, seperti suku, Selamat Tinggal Jeanette, Bayi Tabung, agama, ras, atau seksualitas. Akan tetapi, Suami, Arini II, dan Pacar Ketinggalan permasalahan sensitif tersebut tidak dapat Kereta. Dalam analisisnya, Aripurnami serta-merta diangkat dalam film Indonesia mencoba menguraikan peranan perempuan sebelum Reformasi. Menurut Paramadhita dalam keenam film tersebut. Mayoritas, (2012:70—71), rezim Soeharto mengontrol perempuan digambarkan hanya sebagai penuh aspek politik, ekonomi, sosial, seseorang yang melengkapi kehadiran laki- dan budaya di bawah kontrol tekanan laki, bukan sebagai tokoh sentral. Selain Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

itu, dia juga membagi fokus corak cerita, adalah harapan dari masyarakat, terutama yaitu relasi interpersonal dan persoalan pemerintah atau lebih tepatnya lembaga yang muncul dari perempuan yang sensor film yang pada saat itu berkuasa tidak menikah, relasi interpersonal dan penuh atas film Indonesia. persoalan yang muncul dari perempuan Sen (2009:239) mengemukakan hal yang menikah, dan otonomi perempuan. senada. Sen menganalisis filmHalimun yang Jika perempuan itu menikah, permasalahan dibuat pada tahun 1982 dan disutradarai yang muncul adalah cinta segitiga. Selain oleh W.D. Sofia. Kali ini, Sen mengambil itu, penggambaran tentang perempuan film bersutradara perempuan pada masa adalah istri yang harus tunduk pada suami Orde Baru. Ia mengungkapkan bahwa dan apa yang diharapkan masyarakat. perempuan juga ada sebagai pendamping Sebagaimana yang dia katakan berikut ini: laki-laki. Menurutnya, sulit menghindari kritik klasik Mulvey atas sinema naratif Tampak bahwa potret sosok Hollywood, kamera bertindak sebagai perempuan dalam film kita masih perpanjangan tangan (gaze) laki-laki. ada dalam taraf malu-malu. Dalam Baik secara visual maupun psikologis, arti, masih ragu-ragu atau tidak para perempuan dalam filmHalimun konsisten dalam memunculkan dikonstruksi dari perspektif tokoh utama sosok perempuan yang berkarakter laki-laki dan dari sudut pandangnya. Apa kuat. Di awal cerita hampir setiap yang digembar-gemborkan reklame tentang film, seolah-olah akan menampilkan film Halimun adalah film perempuan, 205 sosok perempuan yang mandiri dan ternyata hanya dilihat dari mata laki-laki berkarakter kuat. Tetapi, di akhir dan berbicara tentang laki-laki. cerita terperosok ke dalam harapan- Sudut pandang laki-laki tidak dapat harapan mayoritas masyarakat. dilepaskan meskipun pada kenyataannya Ibarat kaki yang sebelah sudah siap film Halimun bersutradara perempuan. Hal melangkah, sementara kaki yang itu diperkuat oleh pernyataan Heider (yang satunya masih tertinggal di belakang. dikutip oleh Sen, 2009:245) bahwa imaji (Aripurnami, 1990:60) perempuan dimanfaatkan untuk menjual film dan bahwa perempuan dipandang Dari penggambaran yang pasif—tidak meyakinkan dan tidak pula dikemukakan oleh Aripurnami, terlihat mengejutkan. Penggambaran seperti itu bahwa perempuan dalam film masih terikat sangat umum terjadi pada semua sinema norma yang ada di dalam masyarakat. (Hollywood) dan hanya akan mengejutkan Terlebih, tulisan tersebut ditulis pada tahun jika itu tidak terjadi di Indonesia. 1990 dan film yang dianalisis pun film Penyalinan formula dari Hollywood tahun 1980-an. Tidak dapat dimungkiri ke dalam sinema-sinema Orde Baru bahwa penggambaran perempuan yang pun bukan tanpa tujuan. Dalam sebuah pada awalnya seolah-olah kuat, tetapi wawancara dengan Tilman Baumgartel, Nia pada akhirnya harus mengikuti norma Dinata mengungkapkan bahwa pada masa Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Orde Baru semua sinema dikuasai oleh yang ia inginkan. Selain itu, harapan laki- Group21. “Bagaimanapun, ini sungguh sulit laki terhadap Alisha pun tidak terwujud, untuk membuat film yang layak karena misalnya saja harapan ayahnya yang harus selalu ada kesepakatan dengan menginginkan Alisha tetap di rumah. Group21 jika ingin orang menonton film Anda. Tidak ada pusat kesenian pusat Alisha :Saya mau cari kerja. pertunjukan yang mempertunjukkan film, Bapak :Kamu perlu uang selain Group21 pada saat itu,” tutur Nia tambahan, berapa? Dinata pada Tilman Baumgartel (yang (terdengar suara pisau dihimpun dalam buku Southeast Asian dan garpu yang beradu/ Independent Cinema). Oleh karena itu, setiap mengiris makanan) pembuat film harus mempertimbangkan sisi Alisha :Saya cuma ingin cari ‘balik modal’ jika ingin membuat film. Tak kesibukan, kalau cuma di ayal, film yang dibuat pun harus mengikuti rumah saja nunggu Bapak selera penguasa pada saat itu. Wacana datang sekali-kali, saya dominan dalam film adalah wacana bisa mati bosan. Atau Hollywood sehingga yang menjadi patokan izinin saya keluar ikut film pada saat itu adalah film Hollywood. dengan Bapak dong. Sebagaimana juga seperti yang (Menit ke 3:29 s.d. 4:14) disampaikan oleh Baumgartel (2012:9) bahwa hampir semua negara di Asia Tokoh Bapak tidak menginginkan 206 Tenggara memiliki memori kolektif dengan Alisha keluar rumah. Dia akan mencukupi masa kolonial dan periode kediktatoran kebutuhan Alisha berapa pun yang Alisha pemimpin, termasuk juga Soeharto di mau, tetapi Alisha hanya ingin kebebasan. Indonesia. Oleh karena itu, topik-topik yang Namun, pada akhirnya Alisha pergi dari kontroversial harus disapu bersih di bawah rumah, pergi ke rumah susun yang sama kekuasaan untuk waktu yang sangat lama. sekali berbeda dengan rumahnya. Pun Hal ini juga tidak terlepas dari peranan film ketika Sopir Alisha juga memarahi Alisha yang dianggap dapat membentuk opini karena Alisha pergi tanpa bilang-bilang. publik. Dalam percakapan di bawah ini, Sopir Akan tetapi, lagi-lagi Reformasi pun tidak menginginkan Alisha memiliki membawa sedikit angin segar untuk kegiatan di luar rumah. Ia mendapat beberapa hal, termasuk dalam industri mandat dari Bapak Alisha untuk menjaga film. Film Fiksi. adalah film pasca-Orde Alisha agar tidak keluar rumah sendirian. Baru yang dirilis pada tahun 2008. Citra perempuan dalam film tersebut berubah Sopir :Lain kali mau pergi ke meskipun tidak keseluruhan. Dalam mana pun tinggal bilang, film Fiksi., Alisha digambarkan sebagai saya pasti antar! perempuan yang psikopat yang bisa Alisha :Saya bosan pergi sama membunuh dengan mudahnya siapa pun Bapak. Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

Sopir :Bosan enggak bosan, itu Tubuh Alisha tidak pernah sudah menjadi tugas saya! dipandang oleh kamera karena kamera Alisha :Kok, Bapak, jadi marah- berjalan mengikuti sudut pandang Alisha. marah. Yang majikan Pembalikan sudut pandang dan pusat siapa? dari mata kamera adalah laki-laki, yang (menit 26:00) mungkin tidak akan dilakukan oleh sutradara laki-laki. Barangkali, Mouly Surya Perempuan dalam film Fiksi. juga ingin menunjukkan bahwa perempuan digambarkan sebagai seseorang yang bisa saja memandang laki-laki secara fisik tertutup dan memiliki banyak rencana di sebagaimana yang sering dilakukan oleh balik diamnya. Kamera tidak bergerak dari laki-laki. Selain itu, Alisha mengajak Bary sudut pandang laki-laki, tetapi dari sudut untuk berhubungan intim terlebih dulu. Hal pandang Alisha. Bagaimana mata Alisha ini menunjukkan ada kekuasaan Alisha atas mewakili mata sutradara yang juga seorang diri Bary, entah karena apa. Barangkali, ini perempuan, misalnya saja ketika Alisha yang dimaksud oleh Michalik (2013:23) melihat Bary di kolam renang. Alisha bahwa ada hal-hal yang tidak terlihat dan mengagumi fisik Bary dengan menggambar tidak dipertontonkan ketika film tersebut wajahnya di kaca jendela. Selain itu, disutradarai oleh laki-laki. kamera juga menyusuri tubuh Bary dengan Film dengan tokoh perempuan cara close up dari wajah hingga ke dada. Itu yang tidak seperti penggambaran dalam sudut pandang Alisha. Hal itu dapat terlihat benak masyarakat seperti ini, barangkali 207 dalam gambar di bawah ini. tidak akan lolos dalam sensor film pada

Gambar 5. Eye level Alisha ketika memandang Barry Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

masa Orde Baru. Tidak hanya Alisha yang mendapatkan sesuatu, Alisha pun demikian. tidak mau tunduk dalam perintah laki- Ia mencintai Bary. Apa pun caranya akan laki, dalam hal ini ayahnya, pun ibunya ia lakukan untuk mendapatkan cintanya, yang mengajarkan Alisha untuk melawan termasuk pindah ke rumah susun kumuh ayahnya. Ibu Alisha menembak kepalanya dan membunuh beberapa orang. Segala sendiri karena tidak ingin melihat anak yang perilakunya itu ia lakukan tanpa perasaan dikandungnya menjadi milik perempuan bersalah. Barangkali, penggambaran sosok lain. Selain itu, film ini juga mengandung Alisha dan bapaknya adalah gambaran kritik sosial pada sosok bapak dan seorang orang-orang yang berada di rezim lansia dalam cerita Bary. sebelumnya: diktator. Hal ini dapat diperlihatkan dari Film ini tidak akan mungkin sosok Alisha yang anak dari orang zaman dibuat, terlebih diputar pada masa Orde orde yang lama—dalam hal ini mengacu Baru. Cerita terakhir Bary seolah mengkritik pada Orde Baru. Sosok bapak dapat keras pemerintah yang berkuasa terhadap menggambarkan seseorang yang kaya raya, ruang, tentu saja karena ada kapital di tetapi mendapatkan uangnya dari korupsi belakangnya. Cerita terakhir Bary berkisah dan nepotisme yang sudah mendominasi tentang seorang lansia yang tidak ingin negeri ini selama entah kapan. Hal masuk ke dalam unit rumah susunnya ini dapat terlihat dari perintah bapak karena ia merasa itu bukan miliknya. pada sopir ketika Alisha melamar kerja. Selama lima tahun—semenjak rumah susun Alisha melamar kerja pada perusahaan itu dibangun—lelaki tua itu hanya duduk 208 Multimediazone. Pada mulanya, Sang HRD di atas tikar depan unit rumah susunnya. terlihat tidak tertarik dengan portofolio Kamera mengambil close up wajah Alisha Alisha, tetapi setelah menerima telepon, yang membaca cerita terakhir Bary, lalu HRD tersebut menyatakan menerima Alisha berpindah medium shot untuk mengambil sebagai pegawai. Namun, Alisha tahu gambar lelaki tua yang sedang duduk di perubahan sikap HRD tersebut disebabkan atas tikar. Kutipan ceritanya dapat dilihat oleh telepon—yang pastinya dari orang sebagai berikut: suruhan bapaknya. Alasan dari trauma dan Aku duduk di atas tikar. Tikar keterasingannya berlipat ganda karena yang sama yang aku duduki selama masa lalunya yang buruk. Alisha semacam lima tahun. Di sini, di depan kamar teralienasi dari kehidupan kelas menengah rumah susunku. Bukan, bukan kamar atas yang tidak dapat merasakan rumah susunku. Kalau aku mengakui kehangatan dari siapa pun dan juga ingatan bahwa ini rumah susunku, berarti aku masa lalunya ketika ibunya bunuh diri. kalah dan mereka menang. Mereka Oleh karena itu, pada dasarnya, perilakunya membakar rumahku lima tahun yang pun dibentuk oleh lingkungan tempat ia lalu. Mereka mengambil tanah kami bertumbuh. Jika bapaknya adalah orang untuk membangun rumah susun ini. yang bisa menghalalkan segala cara untuk Mereka tidak memberi ganti rugi. Fitria Sis Nariswari, Film Fiksi.: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema ...

Mereka hanya memberikan sebuah tidak langsung, film ini menunjukkan rumah di lantai 7 yang tidak akan bahwa sang sutradara juga seorang yang pernah bisa menggantikan rumahku peduli terhadap masalah perempuan— yang aman. Bukan karena rumahku meskipun tidak secara langsung harus adalah rumah yang besar, tapi aku disebut sebagai feminis. Isu yang diangkat membangunnya dengan tanganku pun menyangkut homoseksual meskipun sendiri. Adikaryaku. Satu-satunya tidak menjadi cerita sentral. Menurut adikarya yang pernah aku punya. Gayatri (dalam Kurnia, 2013:43), fenomena (menit 01:22 s.d. 01:23) feminisme di Indonesia juga merupakan fenomena Asia yang memiliki karakteristik Dari kutipan tersebut, dapat khusus. Ini tidak memiliki gelombang diketahui bahwa itu adalah rintihan sebagaimana feminisme di dunia Barat. rakyat tentang pembangunan yang Bagaimanapun, film ini sudah bisa sedikit seringkali merugikan rakyat kecil. Lelaki melepaskan diri dari wacana dominan film tua itu bertahan pada apa yang menjadi (baca: Hollywood) untuk membentuk sebuah miliknya: rumah yang dibakar. Pada identitas film nasional. Beruntungnya, film praktiknya, beberapa berita menyiarkan Fiksi. lahir dalam rezim Reformasi sehingga bahwa beberapa perkampungan kumuh tidak harus mengalami nasib buruk tidak terbakar, tetapi nyatanya dibakar. Dalam lulus sensor. esai Hartiningsih (2011) disebutkan bahwa ruang yang dimiliki rakyat miskin pun 209 masih dirampok. Tentu saja hal ini menjadi DAFTAR PUSTAKA sebuah ironi. Ketika rakyat miskin berjuang untuk mempertahankan ‘ruang’-nya, para Ajidarma, Seno Gumira. 2014. “Film kapitalisme dan pemerintah juga sedang Indonesia dan Identitas Nasional berjuang mewujudkan megacity di atas dalam Kondisi Pascanasional. www. ruang rakyat miskin tersebut. filmindonesia.or.id/film-indonesia- dan-identitas-nasional-dalam- Penutup kondisi-pascanasional diakses pada 20 Mei 2014 pukul 14.23 WIB Film ini memaparkan banyak isu, Ajidarma, Seno Gumira. Tanpa tahun. misalnya tentang isu gender, kemiskinan, “Kibul Hollywood dan Ekonomi dan kesakitan mental. Film ini dikemas Budaya” dalam Seri Sinema Kajian dalam drama thriller, tetapi kritik sosial Budaya (7) pun disisipkan di sana-sini. Tidak dapat Aripurnami, Sita. 1990. “Sosok Perempuan dimungkiri, ideologi seorang sutradara pun dalam Film Indonesia: Gambaran terlihat meskipun samar bahwa Mouly Surya Beberapa Persoalan” dalam Prisma menginginkan adanya tokoh perempuan (Majalah Pemikiran Sosial dan yang bisa menjadi counter dari film-film Ekonomi) No. 5, Tahun XIX 1990 yang bersudut pandang laki-laki. Secara Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Baumgartel, Tilman (ed.). 2012. Southeast Asian Independent Cinema. Singapore: National University of Singapore Press Gabriel, Thesome. 1982. Third Cinema in the World. Ann Arbor: Research Press Hartiningsih, Maria. 2011. “The Fragmented Face of the City: Our Face” dalam Jurnal Inter-Asia Cultural Studies, Volume 12, Nomor 4 2011 Heider, Karl G. 1991. Indonesia Cinema: National Culture on Screen. Honolulu: University of Hawaii Press Lent, Joh, A. 2012. “Southeast Asian Independent Cinema: Independent of What?” dalam Southeast Asian Independent Cinema. Singapore: National University of Singapore Press Michalik, Yvonne. 2013. Indonesian Women Filmmakers. Berlin: Regiospectra 210 Verlag Monaco, James. 1977. How to Read a Film. Edisi Revisi. New York: Oxford University Press Paramadhita, Intan. 2012. “Cinema, Sexuality and Censorship in Post- Soeharto Indonesia” dalam Southeast Asian Independent Cinema. Singapore: National University of Singapore Press Sen, Krishna. 2009. Kuasa dalam Sinema: Negara, Masyarakat dan Sinema Orde Baru. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Filmografi Soedjarwo, Rudi, 2004, Mengejar Matahari, SinemArt Kipass Communication Surya, Mouly, 2008, Fiksi., Cinesurya Production

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Ade Ariyani Sari Fajarwati adalah lulusan Sekolah Pascasarjana IKJ. Saat ini mengajar di Desain Interior, School of Design, Binus University. Aktif dalam penelitian dan penulisan tentang kebudayaan, interior, dan furnitur.

Ardianti Permata Ayu lulusan desain interior FSR-IKJ ini kini menjadi pengajar program Sarjana (S1) Jurusan Desain Interior FSR-IKJ, asisten pengajar jurusan Seni Urban dan Estetika Sehari-hari di Sekolah Pascasarjana IKJ, pengajar jurusan Arsitektur dan pengajar jurusan Desain Interior Universitas Gunadarma. Mendapat gelar Magister (S2) di Bidang Pengkajian Seni Urban dan Industri Budaya di Pasca Sarjana-IKJ (2015). Memiliki pengalaman sebagai penulis sekaligus editor di beberapa majalah properti (free magazine), dan telah menulis buku ilmiah hasil penelitian yang berjudul Lurik sebagai Produk Fashion (2018). Selain sebagai desainer interior, minat utamanya kini adalah pengkajian dan penulisan kesenirupaan. Selain itu, juga aktif sebagai peneliti, serta penyunting pelaksana Jurnal Warna terbitan FSR IKJ, Jurnal Seni Rupa Galeri terbitan Galeri Nasional 211 Indonesia, dan Jurnal Urban terbitan Sekolah Pascasarjana IKJ.

Damar Jinanto Danusastro lahir di Jakarta, 7 Maret 1988. Menamatkan kuliah S1 di Program Studi Perancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia pada tahun 2013, setelah sebelumnya mengikuti program double degree (tingkat S1) di Institut National des Langues et Civilisations Orientales, Paris, Perancis pada 2011-2012. Kuliah S2 ditamatkan di Program Studi Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia pada 2016. Saat ini merupakan dosen magang Program Studi Perancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia dan mengajar Bahasa Perancis di Lembaga Bahasa Internasional (LBI) Universitas Indonesia.

Dhyani Hendranto adalah seorang seniman yang pernah menetap di Sidney, Australia. Berkutat pada seni kriya kontemporer, Hendranto adalah pendiri ZHOOBA DESIGN yang banyak memproduksi seni perhiasan. Ia menyelesaikan pendidikannya pada program Metal Technology di Akademie der Bildenden Künste Nürnberg Jerman dan melanjutkan studinya terhadap teknologi metal di Bangalore Institute of Technology India. Saat ini sedang menyelesaikan program doktoralnya di Australia. Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

Fitria Sis Nariswari dilahirkan di Jombang, 17 April 1991. Ia menamatkan kuliah S1 di jurusan Sastra Indonesia dan S2 Ilmu Susastra, Universitas Indonesia, lalu ia melanjutkan program doktoral di jurusan Ilmu Susastra UI. Kini kegiatannya mengajar di sela-sela upaya menyelesaikan disertasinya tentang Abdullah Harahap.

Genoveva Noirury Nostalgia lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 27 Januari 1971. Sejak usia muda telah mengakrabi seni tari dari kedua orang tuanya, Arcadius Sentot Sudiharto dan Retno Maruti. Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai pertunjukan dan misi kebudayaan seperti di Malaysia, Thailand, Kamboja, Tiongkok, Jepang, Inggris, Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, dan Rusia. Selain aktif menari, Ia juga menjadi manajer Padnecwara, sanggar tari yang didirikan oleh ibunya. Pada tahun 2017 ia menyelesaikan gelar magisternya di Sekolah Pascasarjana IKJ. 212 PANDUAN PENYUSUNAN ARTIKEL JURNAL URBAN

Kami menerima artikel Anda. Artikel yang dikirim kepada Jurnal Urban belum pernah dipublikasikan di mana pun dan tidak sedang ditinjau untuk dipublikasi ke jurnal lain. Harap ikuti kriteria-kriteria berikut ini:

BAHASA 1. Artikel dapat ditulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. 2. Jika artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, harus tunduk kepada Ejaan Yang Disempurnakan. 3. Jika artikel ditulis dalam bahasa Inggris, ikutilah ejaan menurut English British.

HAL-HAL YANG PERLU DILENGKAPI 1. Artikel dikirim melalui lampiran e-mail atau CD. 2. Ilustrasi (seperti tabel, diagram, peta atau bagan lain, atau foto) harus diserahkan dalam file terpisah. Foto dan peta digital harus dalam resolusi tinggi, tidak kurang 213 dari 300 dpi (dalam file JPEG). 3. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Panjang abstrak tidak lebih dari 150 kata. 4. Kata kunci dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 5. Keterangan tentang penulis mencakup informasi tentang afiliasi terkini, bidang penelitian yang diminati, judul publikasi utama (tidak lebih dari dua) dan alamat e-mail.

PANJANG ARTIKEL Panjang artikel sebaiknya antara 15 dan 20 halaman kertas A4; tidak termasuk Abstrak, Kata Kunci, dan Bibliografi. Artikel diketik dalam font Times New Roman, 12 poin, dengan spasi baris 1,5, dalam format Word (.doc atau .docx).

SINGKATAN Beberapa singkatan seperti &, dst., dll. disarankan untuk tidak digunakan. Sebaiknya menulis singkatan itu secara lengkap. Singkatan nama seperti LIPI, Kemdiknas, LSM, TNI digunakan apabila singkatan tersebut muncul lebih dari satu kali dalam artikel dan pada kemunculan pertamanya ditulis secara lengkap dengan menambahkan singkatannya di dalam kurung. Sebagai contoh, Kemdiknas (Kementrian Pendidikan Nasional). Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215

CETAK MIRING Judul buku dan nama jurnal harus dicetak miring. Semua kata asing harus dicetak miring. Nama diri tidak dicetak miring meski dalam bahasa asing.

NAMA 1. Bila nama seseorang disebut untuk pertama kalinya, penyebutan itu harus mencakup nama depannya atau inisialnya. Sebagai contoh, P.G.J. van Sterkenburg, Seno Gumira Ajidarma. 2. Nama-nama yang memiliki artikel seperti van, ter, de yang melekat pada nama orang Belanda ketika berdiri sendiri ditulis dengan huruf kapital: Van der Capellen, Ter Aar, De Vries; tetapi ditulis dengan huruf kecil ketika nama ditulis lengkap seperti J.D. van der Capellen, M. Ter Aar, J.W. de Vries.

TANGGAL 1. Dalam teks format tanggal ditulis demikian: 9 Mei 2017; pada catatan dan bibliografi ditulis 9-5- 2017. 2. Dalam teks format penulisan tahun harus lengkap: 1945-1990; pada catatan dan bibliografi ditulis: 1945-90. 3. Abad ditulis lengkap: abad keduapuluh.

KUTIPAN DAN TANDA KUTIP 214 1. Gunakan tanda kutip ganda ( “ ): “Visual Culture is a tactic for those who do not control such dominant means of visual production to negotiate the hypervisuality of everyday life in a digitized global culture (Nicholas Mirzoeff, 1998: 4) 2. Kutipan dalam kutipan menggunakan tanda kutip tunggal ( ‘ ). 3. Kutipan yang panjangnya melebihi 3 baris harus ditulis terpisah dan indent (dalam hal ini tanda kutip tidak diperlukan).

CATATAN KAKI DAN REFERENSI 1. Tempatkan nomor catatan kaki sesudah tanda baca, sesudah koma, sesudah titik. 2. Referensi yang mengacu kepada satu atau dua tulisan ditempatkan dalam kurung dalam teks (….) 3. Lebih dari satu tulisan oleh penulis yang sama dipisahkan dengan koma (Jones, 1998: 66, 2002: 24, 2003: 90). 4. Lebih dari satu penulis dengan nama belakang yang sama ditulis dengan menambahkan inisial pertama (H. Geertz, 1971: C. Geertz, 1976). 5. Banyak penulis: (…) 6. Tulisan yang belum terbit didaftarkan sebagai ‘akan terbit’. 7. Ulangi nama pengarang dan tahun, dan beri halaman. Tidak perlu menggunakan cara lama yang menggunakan ibid, loc.cit, op.cit, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA (TULISAN YANG DIMASUKKAN HANYA YANG DIKUTIP DI DALAM TEKS) 1. Nama pengarang harus mencakup nama lengkap bila ditulis pada halaman judul. 2. Jika seorang penulis dikutip lebih dari satu tulisannya, bedakan tulisan-tulisan itu dengan menambahkan huruf a, b, c pada tahunnya (Mirzoeff, 1998a, b, c) . 3. Untuk karya tanpa nama, tuliskan dua atau tiga kata yang diambil dari judulnya dan dicetak miring: Pengaruh dominasi laki-laki. 2005. Pengaruh dominasi laki-laki atas peluang kerja bagi perempuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 4. Untuk judul dari sebuah jurnal dan majalah berkala lainnya, gunakan huruf kapital untuk awal kata utama (Urban, Jurnal Seni Urban). 5. Dalam menuliskan judul dari sebuah buku atau artikel, huruf kapital hanya digunakan untuk nama diri. 6. Untuk tesis Magister, makalah konferensi, dan manuskrip yang belum diterbitkan, lihat di bawah ini:

Permata Ayu, Ardianti. 2015. “Relasi dalam Pergeseran Fungsi Ruang dan Kelas Masyarakat Pengguna Ruang Terbuka Hijau Studi Kasus: Taman Surapati”. Tesis Magister, Sekolah Pascasarjana IKJ. Hoed, Benny H. 2013. “Semiotik Disiplin Yang Terbuka” [Makalah, Seminar Nasional, Semiotik, Pragmatik, dan Kebudayaan, Depok, 30 Mei 2013]

215 7. Dokumen elektronik:United Nations. 1982. “United Nations Convention on the Law of the Sea” (Diakses tanggal …. dari: http://www.un.org/Depts/losconvention_ agreements/tests/unclos/unclos_e/pdf.] 8. Wawancara: nama-nama yang diwawancarai harus disertakan, dengan menyebut usianya di dalam kurung, dan tempat serta tanggal wawancara. (Wawancara dengan _____ (55 tahun), Tangerang, 10-8- 2013.

Artikel Anda dapat dikirimkan ke alamat berikut ini: Alamat Institut Kesenian Jakarta Sekolah Pascasarjana Jalan Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat 10330 Surel [email protected]