Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215 Jurnal Urban : Jurnal Seni Urban dan Industri Budaya Jurnal Urban adalah jurnal ilmiah Sekolah Pascasarjana Pengkajian dan Penciptaan Seni Urban dan Industri Budaya. Dikelola oleh Sekolah Pascasarjana Pengkajian dan Penciptaan Seni Institut Kesenian Jakarta, jurnal ini dimaksudkan sebagai media pembahasan ilmiah, deskripsi, dan penelitian yang berkaitan dengan pengkajian dan penciptaan seni urban dan budaya. SUSUNAN DEWAN REDAKSI Dewan Penasihat Sapardi Djoko Damono Hilmar Farid Seno Gumira Ajidarma Wagiono Sunarto Nyak Ina Raseuki Ketua Redaksi Iwan Gunawan Redaksi Pelaksana Sonya Sondakh Sekretaris Redaksi Areispine Dymussaga Miraviori Staf Editorial Bambang Bujono ii Prisca Delima Ardianti Permata Ayu Arkan Tanriwa Staf Administratif Iman Mashuri Mitra Bebestari Agus Aris Munandar Monica Swasti Winarnita Susanto Zuhdi Zeffry Alkatiri Supervisi Grafis Iwan Gunawan Gambar Sampul Adityayoga Layout Carolline Mellania JURNAL SENI URBAN Sekolah Pascasarjana PASCASAR JANA IK J Alamat Redaksi Institut Kesenian Jakarta Sekolah Pascasarjana Jalan Cikini Raya no.73 Jakarta Pusat 10330 Posel : [email protected] ISSN : 2614-2767 DAFTAR ISI 115 Editorial Zootopia: Kontestasi dalam Multikultur Ardianti Permata Ayu 117 Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta Belle Dalam Dua Dunia: Animasi Beauty and The Beast Tahun 1991 dan Film La Belle et La Bête Tahun 2014 Damar Jinanto 133 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Yogyakarta Urban Women: Expression of Cultural Values iii through Contemporary Jewelry in Experimental Installations and Live Performances Dhyani Hendranto 149 Universitas Bina Nusantara Retno Maruti, Sebuah Catatan Perjalanan dari Panggung Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara Genoveva Noirury Nostalgia 157 Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa Ade Ariyani Sari Fajarwati 181 Interior Design, School of Design Bina Nusantara University Film Fiksi: Antara Identitas Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde Baru Fitria Sis Nariswari 195 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 211 Biografi Singkat Penulis 213 Panduan Penyusunan Artikel Jurnal Urban Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215 iv EDITORIAL: MERAYAKAN PERUBAHAN Sapardi Djoko Damono Merupakan lanjutan dari nomor sebelumnya, merupakan upaya mengembalikan suasana jurnal Urban kali ini menampilkan natural yang mendekat dengan alam keragaman tema kajian yang berpusat pada dari suasana industrial dan impian akan perubahan atau transisi bentuk dan ideologi modernisasi. Fitria Sis Nariswari dalam dalam tataran kesenian. Urban nomor ini artikelnya “Film Fiksi.: Antara Identitas memuat enam artikel yang ditulis oleh para Film Nasional dan Sinema Pasca-Orde peneliti yang berasal dari berbagai lembaga. Baru” mengkaji representasi perempuan Dari enam artikel yang dimuat, tiga di dalam kaitannya dengan perkembangan antaranya merupakan kajian atas film, sinema dalam negeri. sementara lainnya merupakan kajian atas Perkawinan budaya selalu menghasilkan seni pertunjukan, kegiatan pemberdayaan, sesuatu yang menarik. Genoveva Noirury dan kajian arsitektur. 115 Nostalgia dalam “Retno Maruti, Sebuah Ardianti Permata Ayu dalam artikelnya Catatan Perjalanan dari Panggung “Zootopia: Kontestasi dalam Multikultur” Ramayana Prambanan Hingga Padneçwara” membahas wacana multikulturalisme yang membahas maestro tari Indonesia, Retno disampaikan melalui film animasi cerita Maruti, dan salah satu karyanya, The binatang (fabel). Analogi dalam film ini Amazing Bedhaya-Legong Calonarang, merupakan sebuah strategi yang baik yang merupakan kolaborasi antara tari dalam mengkritisi isu multikulturalisme. Bedhaya dan Legong bersama Bulantrisna Sementara, Damar Jinanto dalam artikelnya Djelantik. Dhyani Hendranto dalam artikel “Belle dalam Dua Dunia: Animasi Beauty “Yogyakarta Urban Women: Expression and The Beast Tahun 1991 dan Film La of Cultural Values Through Contemporary Belle et La Bête Tahun 2014” membahas Jewelry in Experimental Installations and pergerseran ideologi dongeng klasik Beauty Live Performances” merupakan sebuah and The Beast melalui alihwahana film catatan mengenai upaya pemberdayaan animasi Beauty and The Beast ke film perempuan melalui terapi pembuatan karya live action La Belle et La Bête. Pergeseran seni kontemporer. Terakhir, Ade Ariyani ideologi ini, beberapa di antaranya Sari Fajarwati dalam “Representasi Tubuh Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215 Manusia dalam Omah Jawa” menggunakan pendekatan semiotik mengungkapkan bahwa omah tradisional Jawa memiliki konsep ketubuhan sesuai yang dipegang oleh masyarakat Jawa. Semua artikel dalam nomor ini merupakan bagian dari inti masalah yang berkaitan dengan perubahan, demi melahirkan bentuk dan ide-ide yang baru, dengan daya guna yang baru pula. Perubahan-perubahan 116 inilah yang sepatutnya dirayakan sebagai sebuah pembaruan yang memperkaya. Ardianti Permata Ayu, Zootopia : Kontestasi Dalam Multikultur Zootopia: Kontestasi Dalam Multikultur ARDIANTI PERMATA AYU Sekolah Pascasarjana, Institut Kesenian Jakarta e-mail: [email protected] ABSTRACT Film is an effective communication media to deliver an ideology. Disney as a producer which contributed significantly in film industry – which is making film continuously with diverse background and theme – trying deliver problems and changes in society. Zootopia (2016) as one of its products is animation film which represent urban problems by featuring heterogeneous animal society. In this film, animals have modern minded and have an agreement to live together and no longer prey on one another. By cultural studies, this paper examines that how the multiculturalism works in heterogeneous society, and how the contestation (rights and space) happens on multiculturalism in urban city called Zootopia. ABSTRAK Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan sebuah ideologi. Disney sebagai produsen yang berkontribusi secara signifikan di industri perfilman dunia - terus membuat film dengan latar dan tema yang beragam - mencoba menyampaikan permasalahan dan perubahan yang ada di masyarakat. Salah satunya Zootopia (2016), merupakan produk film animasi yang merepresentasikan permasalahan-permasalahan di kota urban melalui masyarakat (para hewan) yang heterogen. Dalam film ini, digambarkan para hewan sudah berpikiran modern dan memiliki kesepakatan untuk hidup berdampingan dan tidak lagi saling memangsa. Melalui pendekatan cultural studies, tulisan ini mengkaji bagaimana wacana multikulturisme berjalan di masyarakat heterogen, serta bagaimana kontestasi hak dan ruang muncul dalam multikulturime di kota urban bernama Zootopia. 117 Keywords : animation film, urban, multiculturalism, contestation Kata Kunci: film animasi, urban, multikulturalisme, kontestasi Kota Urban dalam Film Animasi Sebagai produk seni pop culture, film berkembang menuju industri. Metropolis merupakan media yang cukup efektif (1927) karya Fritz Lang dan Modern Times dalam menyampaikan ideologi maupun (1936) karya Charlie Chaplin kemudian merepresentasikan situasi kehidupan secara muncul, mengartikulasikan modernitas, nyata kepada masyarakat luas (Kellner, permasalahan dan relasinya dengan 1995). Sejak awal muncul, film selalu kehidupan masyarakat urban. Kota selalu identik dengan kota. Kota ditampilkan dipotret dengan baik melalui medium film, kali pertama dalam film karya Lumiere menjadi semacam dokumentasi terhadap Bersaudara, The Arrival of a Train at La realitas sosial sebagai latar belakang naratif. Ciotat Station (1895). Film berdurasi 50 Kota-kota urban muncul di negara- detik yang juga merupakan film pertama negara di dunia sudah mulai berkembang dalam sejarah itu diputar di sebuah café dan maju, kota yang menjadi pusat kecil di Paris, menampilkan kesibukan perekonomian dan pemerintahan, serta pekerja dan kereta dalam kota yang sedang mampu menarik penduduk atau pekerja Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115- 215 Gambar 1. Zootopia sebagai kota urban yang mempertemukan banyak spesies dengan hubungan mutualisme. Sumber: http//zootopia.wikia.com dari berbagai daerah. Kota kemudian menyangkut hidup orang banyak. Terkait bersifat heterogen dan secara langsung dengan hal itu, maka diperlukan sistem memiliki berbagai macam permasalahan, dan regulasi yang mengatur masyarakat 118 seperti pemukiman, lingkungan, politik, heterogen di kota urban. Regulasi dengan kriminalitas, dan lain sebagainya. Dalam konsepsi (kesepakatan bersama) yang dapat hal ini, film dapat menjadi media yang mengatur kesetaraan antar individu yang sekali lagi merefleksikan permasalahan berbeda dan tidak hanya terbatas pada tersebut dengan harapan adanya perubahan ekonomi, namun juga berbagai komponen- menuju yang lebih baik. komponen struktur lainnya. Permasalahan yang muncul di kota Dalam film animasi Zootopia urban, umumnya dipicu oleh perbedaan (2016), situasi kota urban ditampilkan budaya yang ada dalam suatu ruang yang dengan banyaknya masyarakat desa yang sama. Perbedaan tersebut menimbulkan pindah ke kota Zootopia (sebagai kota adanya perebutan hak atas kuasa ruang, besar) untuk mendapatkan perubahan terlebih lagi jika tidak adanya toleransi dan peruntungan dengan berbekal mitos dan saling menghargai antar budaya1 “jadilah apa yang kamu mau” yang terus yang berbeda. Perebutan hak atas ruang menerus didengungkan sebagai branding pada umumnya disebabkan oleh faktor dari kota Zootopia. Zootopia menjadi ekonomi. Kepemilikan atau penguasaan kota