TRADISI MELASTI MENDAK HUJAN DI DESA PECATU, SELATAN, BADUNG, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

I Komang Ega Mahendra1, Dr. I Wayan Mudana, M.Si2, Ketut Sedana Arta S.Pd, M.Pd3 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha E- mail:[email protected]@undiksha.ac.idSed [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan unutuk (1) mengetahui latar belakang tradisi Melasti Mendak Hujan di desa Pecatu, (2) mengetahui sistem pelaksanaan ritual Tradisi Melasti Mendak Hujan, (3) mengetahui aspek- aspek dari tradisi Melasti Mendak Hujan yang dapat di implementasikan sebagai sumber belajar Sejarah di SMA. Dalam penelitian ini, dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode sejarah dengan tahap-tahap; (1) Tahap Pengumpulan Data, (observasi, wawancara, studi dokumen), (2) Kritik Sumber ( verifikasi), (3) Interpretasi ( Analisis Data), dan (4) Historiografi ( Penulisan Sejarah) Penelitian ini menghasilkan temuan, yakni: (1) sejarah tradisi Melasti Mendak Hujan, adalahuntuk meningkatakan srada dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menghapuskan segala penderitaan yang ada pada masyarakat, menghilangkan kekotoran alam semesta serta mencegah kerusakan alam semesta yang membuat hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam lingkungannya; (2) Sistem pelaksanaan upacara Melasti Mendak Hujan diawali dengan adanya tahap persiapan upacara, persiapan ngayah sebelum Melasti Mendak Hujan, adanya proses persembahyangan bersama di Pura Sad Kahyangan, acara adanya berbagai tarian diantaranya upacara nedunang ida bhatara, tarian kincang-kincung dan ngurek di pesisir pantai; (3) Aspek-aspek tradisi Melasti Mendak Hujan yang bisa di implementasikan sebagai sumber belajar sejarah sesuai dengan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut nilai religius, nilai memperkuat solidaritas/kelompok masyarakat, nilai menjaga hubungan harmonis dengan alam, nilai sosial religius.

Kata Kunci : Tradisi Melasti Mendak Hujan, Potensi, Sumber Belajar Sejarah.

This research is aimed at (1) to know the background of Melasti Mendak Rain tradition in Pecatu village, (2) to know the system of ritual implementation of Melasti Mendak Hujan Tradition, (3) to know aspects of Melasti Mendak Hujan tradition which can be implemented as learning resource of History in senior high school.This study using qualitative methods with stages; (3) Data collection techniques (observation, interview, document study), (4) Data validity technique (data triangulation, triangulation method) and, (5) Technique of analysis data.This research produces the findings, namely: (1) The historical of Melasti Mendak Hujan tradition, is to increase srada and bhakti to God Almighty to eliminate all suffering that exist in society, eliminate the defilements of the universe and prevent the destruction of the universe that makes the harmonious relationship between man and God, man with his fellow man and man with his natural environment; (2) The system of Melasti Mendak Hujan ceremony begins with the preparation stage ceremony, preparation ngayah before Melasti Mendak Hujan, the process of praying together in PuraSad Kahyangan, the culmination of various dances such as the nedunang ida bhatara ceremony, kincang-kincung dan ngurek dance on the coast; ; (3) Aspects of Melasti Mendak Hujan tradition that can be implemented as a source of historical learning in accordance with the 2013 curriculum are as follows religious values, values of strengthening solidarity / community groups, values of maintaining harmonious relationships with nature, religious social values Keywords: Melasti Tradition Mendak Hujan, potential, source of learning history PENDAHULUAN manusia dengan sesamanya (Pawongan), kemudian manusia Pulau Bali yang terletak di dengan alam lingkungannya tengah-tengah wilayah Negara (Palemahan), (Wiana, 2007). Dalam Kesatuan Republik menjaga keharmonisan itu suku Bali (NKRI) dihuni oleh masyarakat melaksanakan berbagai macam yang religius, yang melahirkan ritual. Hal ini juga tampak dalam seni budaya unik dalam kehidupan tradisi Melasti Mendak Hujan yang sehari-hari, kemudian dikenal terletak di Desa Pecatu, Kuta diseluruh dunia. Masyarakat/suku Selatan Badung..ritual dan tradisi Bali merupakan salah satu dari Melasti Mendak Hujan itu terkait keaneka ragaman diantara suku dengan keberadaan masyarakat bangsa yang ada di kepulauan Agraris. Mayoritas masyarakat Nusantara, yang dimana suku ini agraris tinggalnya di pedesaan, sangat terkait kepada sistem sosial dimana dalam kehidupan sehari- budayanya (Widja, 1993:92). Pulau hari masyarakat menata dirinya Balimemiliki kekayaan tradisi budaya dengan sistem banjar.Di samping beragam tentunya menjadi aset itu masyarakat terikat dalam sistim wisata Baliyang wajib dilestarikan kekerabatan yang sangat kuat oleh masyarakat Bali.Bertahannya (Pendit, 2001: 3-4 ). Sehingga kebiasaan-kebiasaanunik tersebut Tradisi Upacara Melasti Mendak adalah karena fungsi desa Hujan terus dilaksanakan karena Pekraman yang masih tetap masyarakat terdahulu konsistenuntuk menerapkan segala melaksanakan ritual ini untuk aturan adat, tetap menjaga memohon hujan mendapatkan kepercayaan dan kesuburan dalam bidang pertanian. keyakinanberagama masyarakatnya, Masyarakat menganggap bahwa agar tidak terkikis dengan kemajuan ritual ini membawa keberuntungan zaman danpengaruh asing. Harapan bagi para masyarakat yang tinggal dan citra ini tidak saja berlaku di Desa Pecatu.Mereka tidak kepada orang Bali , tetapi sering pernah melupakan apalagi tidak pula dirasakan oleh orang luar Bali. melaksanakan karena Meskipun tradisi, upacara adat, TradisiMelasti Mendak Hujan maupun ritual yang ada pada diyakini membawa keberuntungan masing-masing desa adat tersebut tidak hanya bagi petani tetapi berbeda-beda namun maksud dan masyarakat yang tidak bertani pun tujuan dari pelaksanaanya hampir merasakan keberuntungan dengan seluruhnya sama. Hal ini bekerja di sector pariwisata dikarenakan adanya adigium Desa sehingga hidup mereka menjadi Kala Patra yang di bingkai oleh nilai sejahtera. Disamping hal itu Tradisi keseimbangan kosmos dan nilai ini juga dapat menjadi atraksi keseimbangan hukum alam yang wisata. Dalam Tradisi Melasti mengacu pada inti filsafat Tri Hita Mendak Hujan dipakaisimbul Karana yang meliputi hubungan daksina sebagai perwujudan Tuhan antara manusia dengan Tuhan biasa dan manifestasi beliau sebagai disebut dengan (Parahyangan), dewa baruna yang selalu memberikan kesuburan terhadap dan peserta upacara. (3) Aspek- masyarakat desa pecatu. aspek yang bisa diimplementasikan Berpijak dari hal itulah kedalam sumber belajar sejarah penulis berusaha untuk meneliti yang berkaitan dengan pengertian tentang TradisiMelasti Mendak sumber belajar, jenis-jenis sumber Hujan yang ada di Desa Pecatu belajar, kemudian tradisi sebagai Padahal Tradisi Melasti Mendak sumber belajar sejarah di SMA. Hujan itu sangat penting dan unik untuk dikaji serta di ketahui oleh METODE PENELITIAN masyarakat Desa Pecatu, akan tetapi selama ini dalam Motode penelitian yang pembelajaran di SMA belum pernah digunakan dalam penelitian ini di Singgung. Sehinga penting untuk adalah metode penelitian sejarah . dikaji lebih lanjut dalam rangka Langkah-langkah penelitian ini mengembangkan Pembelajaran meliputi: (1) Tahap Pengumpulan terutama yang terkait dengan Data ( Heuristik) , adapun metode budaya lokal di sekolah-sekolah yang digunakan antara lain khususnya di SMA. Salah satu observasi, wawancara, dan studi upaya yang dapat dilakukan adalah dokumen. (2) Kritik Sumber dengan menyelipkan Tradisi Melasti ( Verifikasi), adapu metode yang Mendak Hujan ini, kedalam materi digunakan kritik eksteren dan kritik Pembelajaran Sejarah di SMA. Hal interen. (3) Interpretasi (analisis ini didukung pada silabus mata Data). (4) Historiografi ( Penulisan pelajaran sejarah di SMA kelas X Sejarah) dalam tahap ini penulisan yakni KD : Mengevaluasi tentang tradisi Melasti Mendak kelebihaan dan kekurangan Hujan berbagai bentuk /jenis sumber PEMBAHASAN sejarah( artefak, fosil, tekstual, nontekstual, kebendaan visual, 1. Latar Belakang tradisi audiovisual, Tradisi lisan).Materi Melasti Mendak Hujan di pokok yang dapat dikaitkan terhadap Desa Pecatu tradisi Melasti Mendak Hujan yaitu Kata Melasti Mendak Hujan tradisi masyarakat masa pra sejarah terdiri dari beberapa kata yakni (silabus mata pelajaran sejarah di Melasti, Mendak Hujan. Dalam lontar SMA kelas X, kurikulum 2013). Sang Hyang Aji Swamandala dan Kajian teori yang digunakan lontar Sundarigama. Lontar ini dalam penelitian ini menyangkut menjelaskan bahwa upacara melasti tentang : (1) Tinjauan tentang atau melis bertujuan “ melasti tradisi, Pengertian tradisi, Latar ngarania ngiring prewatek Dewata belakang munculnya tradisi dan juga anganyutuken laraning jagat, papa syarat-syarat tradisi. (2) Sistem klesa letuhing bhuwana. Ngamet Pelaksanaan Ritual yang berkaitan sarining amerta ring telenging dengan sistem religi, sistem sagara” artinya Melasti adalah keyakinan, sistem ritus dan upacara, meningkatkan bhakti pada Dewata peralatan ritus dan upacara, tempat untuk menghayutkan penderitaan dan waktu ritual, umat beragama masyarakat, menghilangkan kekotoran diri atau papa klesa dan perumusuhan antar golongan, menghilangkan kotornya alam wabah penyakit yang menimpa semesta. Mengambil sari- sari masyarakat secara massal, dan lain- lain. Setelah melasti semestinya ada kehidupan di tengah lautan. ( Wiana, kegiatan-kegiatan nyata untuk 2007:93-94). Sedangkan mendak menginventariskan berbagai hujan artinya mendatangkan hujan persoalan sosial untuk dicarikan yang turun dari langit, untuk solusinya. Dengan langkah nyata itu, mendapatkan kesuburan bagi berbagai penyakit sosial dapat masyarakat Desa Pecatu. Ada pun diselesaikan tahap demi tahap tujuan dari Melasti Mendak Hujan secara niskala. Upacara melasti adalah langkah yang bersifat tersebut adalah: niskala. Hal ini harus diimbangi oleh Dari kutipan Lontar tersebut langkah sekala. Misalnya melatih di atas, maka Melasti itu ada lima para pemuka masyarakat agar tujuannya yaitu: memahami pengetahuan yang 1. Ngiring prewatek dewata, ini disebut “manajemen konflik” artinya upacara melasti itu mendidik masyarakat mencegah hendaknya didahului dengan konflik. memuja Tuhan dengan segala 3. Papa kelesa, artinya melasti manifestasinya dalam perjalanan bertujuan menuntun umat agar melasti. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kepapanannya dapat mengikuti tuntunan para dewa secara individual. Ada lima klesa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan yang dapat membuat orang papa mengikuti tuntunan Tuhan, manusia yaitu; Awidya : Kegelapan atau akan mendapatkan kekuatan suci mabuk, Asmita : Egois, untuk mengelola kehidupan di dunia mementingkan diri sendiri, Raga : ini. Karena itu melasti agak berbeda pengumbaran hawa nafsu, Dwesa : dengan berbhakti kepada Tuhan sifat pemarah dan pendendam, dalam upacara ngodalin atau saat Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab, sembahyang biasa. Para dewata yang paling mengerikan rasa takut disimbolkan hadir mengelilingi desa, mati. Kelima hal itu disebut klesa sarana pretima dengan segala abon- yang harus dihilangkan agar abon Ida Bhatara. Semestinya umat seseorang jangan menderita. yang rumahnya dilalui oleh iring- 4. Letuhing Bhuwana, artinya iringan melasti itu menghaturkan alam yang kotor, maksudnya sesaji setidak-tidaknya canang dan upacara melasti bertujuan untuk dupa lewat pintu masuknya kepada meningkatkan umat hindu agar Ida Bhatara yang disimbolkan lewat mengembalikan kelestarian alam rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut lingkungan atau dengan kata lain agar kehadiran beliau dapat menghilangkan sifat-sifat manusia dimanfaatkan oleh umat untuk yang merusak alam lingkungan. menerima wara nugraha Ida Bhatara Umat hindu merumuskan lebih nyata manifestasi Tuhan yang hadir dengan menyusun program aksi melalui melasti itu. untuk melestarikan lingkungan alam. 2. Anganyutaken laraning jagat, Seperti tidak merusak sumber air, artinya menghayutkan penderitaan tanah, udara, dan lain-lain. masyarakat. Jadinya upacara 5. Ngamet sarining amerta ring melasti bertujuan untuk memotivasi telenging segara, artinya mengambil umat secara ritual dan spiritual untuk sari-sari kehidupan dari tengah melenyapkan penyakit-penyakit lautan, ini berarti melasti sosial. Penyakit sosial itu seperti mengandung muatan nilai-nilai kesenjangan antar kelompok, kehidupan yang sangat universal. Upacara melasti ini memberikan Untuk penjelasan lebih lanjut tuntunan dalam wujud ritual sakral pembahasan mengenai prosesi untuk membangun kehidupan pelaksanaan upacara Melasti spiritual untuk didayagunakan Mendak Hujan terdapat beberapa mengelola hidup yang seimbang lahir batin. tahapan, diantaranya sebagai berikut: Jadi berdasarkan pengertian 1.Tahap Persiapan Melasti diatas maka dapat disimpulkan Mendak Hujan bahwa pengertian Melasti Mendak Setiap pelaksanaan suatu kegiatan Hujan adalah untuk meningkatakan yang akan dilaksanakan harus ada srada dan bhakti kepada Tuhan persiapan untuk mempersiapkan Yang Maha Esa untuk apa yang harus di siapkan dan menghapuskan segala penderitaan harus dikerjakan atau dilaksanakan yang ada pada masyarakat, dalam tujuan tersebut. Adapun menghilangkan kekotoran alam sarana dan prasarana lainnya yang semesta serta mencegah kerusakan harus dipersiapkan dalam upacara alam semesta yang membuat Melasti Mendak Hujan adalah hubungan harmonis antara manusia :1),Banten/ Canang Penyapa dengan Tuhan, manusia dengan 2).Buah kelapa, 3) Penastan 4) sesama manusia dan manusia sesajen, 5) arak berem sebagai dengan alam lingkungannya. pemendak Ida Bhatara Tradisi Melasti Mendak 2.Rentetan Acara Melasti Mendak Hujan tidak bisa dilepaskan dari Hujan masyarakat Desa Pecatu yang Adapun rentetan acara sebagai besar masyarakatnya sebelum dilaksanakan berangkat dulunya melakukan sistem barter kepantai/ segara masyarakat Desa karena bermata pencaharian Pecatu harus datang ke Pura Desa sebagai petani kering ataupun petani dan berkumpul di Desa Pecatu. tegalan. Para petani di Desa Pecatu Sebelum Melakukan perjalanan sangat bergantung pada alam yang kepantai masyarakat katurayaban membuat para petani merasakan pemangku sebagai pemuput kesuburan atas karunia Tuhan Yang upacara. Persiapan Ngayah sebelum Maha Esa dalam manifetasinya Melasti Mendak Hujan di Mulai sebagai Dewa Wisnu atau Dewa Ngayah ini bertujuan untuk dapat Baruna yang mampu membuat merasakan rahmat Tuhan dengan masyarakat Desa Pecatu menjadi jalan mengabdikan diri pada sejahtera dalam bermasyarakat. kegiatan yang bertujuan untuk Tradisi Melasti Mendak Hujan ini mendekatkan diri kepada Tuhan sudah ada sejak jaman dulu sampai Yang Maha Esa. (Wiana, 2002: 102) sekarang masih tetap dalam melaksanakan kegiatan dipertahaankan oleh masyarakat upacara ngayah merupakan salah Desa Pecatu. satu rasa bakti karena 2. Sistem Pelaksanaan Ritual mempersiapan segala keperluan Tradisi Melasti Mendak yang diperlukan saat upacara Hujan di Desa Pecatu. Melasti Mendak Hujan dari persiapan yang laki-laki memperispakan atau membuat mendak hujan agar masyarakat banten seperti membuat klatkat, pecatu bisa segera bercocok tanam. mencari bambu rontek, dan juga Selesai mesesolahaan warga Desa menghiasi semua keperluan yang Pecatu nunas tirte ( wangsu pada ada di Pura Desa, Pura Selonding Ida Bhatara/ Bhatari yang beristana Pura Dalem, Pura Segara, Pura di Pura Segara lan Dewa Surya uluwatu Pura Kulat dan Pantai serta Dewa alam semesta). Labuan Said atau Sad Kahyangan Lanjutkanlah dengan acara mesame dan Pura Merajan/ dadia sebelum dateng ini yang dipilih oleh warga menuju kePura Segara. masyarakat yang 3. Puncak Acara Melasti kesenengan/peremas kemudian Mendak Hujan di Desa permaas/ tapakan melinggih pada Pecatu, Kuta Selatan, saat tapakan duduk dengan tubuh Badung. yang siap berkomunikasi dengan Setelah banten selesai Tuhan lalu tapakan/ permaas krama Desa lanang/istri atau semua memberikan petunjuk ( nunas baos) warga Desa Pecatu berkumpul di tentang jalannnya upacara Melasti Pura Desa ( Bale Agung). Sebelum Mendak Hujan guna untuk berangkat ke Segera masyarakat mengetahui kekurangan dan Desa Pecatu, bersembahyang di kesalahaan. Sehingga jalan upacara Pura Desa guna memohon menjadi lebih baik dan juga bisa keselamatan selama perjalan dijadikan sebagai langkah awal menuju Pura Segara dalam rangka untuk mengurangi kesalahaan Upacara Melasti Mendak Hujan. kepada alam semesta. Selesai Sembahyang masyarakat Desa Pecatu langsung berjalan kaki Adapun Banten yang dipakai dari Pura Desa Menuju Pura Segara saat para Jro Tapakan memberikan saat tiba di Pura Segara, petunjuk yaitu Canang Penyapa masyarakat mengadakan yang berikan asap dupa dan pemendakan atau nedunang Ida kemenyan canang penyape ini Bhatara untuk datang dan biasanya berfungsi sebagai menghadiri upacara ritual Melasti pemendak Ida Bhatara/ Bhatari yang Mendak Hujan. Adapun banten yang ada di Pura Segera dan alam harus di aturkan yaitu Caru atau semesta. Penastan artinya serta sesajen. Selesai mengadakan Sajeng/ arak berem sebagai upacara caru/ sesajan kepada buta/ pemendak dan menuntun supaya buti untuk memberikan hadir memberikan berkah kepada kesejahteraan dan tidak warga Desa Pecatu. Dalam mengganggu manusia baik pikiran pemendakan atau mereraosan yang maupun badan rohaninya. Setelah diiringi oleh kidung dan juga itu akan dilanjutkan dengan gamelan yang ada di Desa Pecatu persembahyangan di Pura Segara kidung ini biasanya dipakai saat ada untuk nedunang Ida bhatara/ bhatari upacara Melasti Mendak Hujan dan yang berstana di Pura Segara untuk juga pada saat Piodalan/ Pujawali. meminta petunjuk apa kekurangan di Saat Ida Bhatara/ Bhatari alam nyata dan meminta atau Tedun harus semuanya jika salah satu tidak tedun akan dilakuan lagi berakhir para pemangku Desa dan pemendakan/ supaya sesuanan juga mangku dadia mengaturkan datang dan Hadir sehingga semua segehaan/ caron yang diserta Ida Bhatara/ Bhatari turun maka dengan mengucapkan mantra alunan Gamelan akan menjadi segehaan. Selesai menghaturkan semakin semangat saat Beliau segehaan para pemangku dan Jro memberikan suatu kekuatan yang Tapakan menarikan tari kincang- bersifat magis. Maka akan kincung. dilaksanakan atau menghaturkan Tarian kincang-kincung Pesucian. Petanan Ida Bhatara/ merupakan tarian sakral dalam Bhatari yang akan di ganti Pakain tradisi melasti mendak hujan yang di yang sebelumnya menurut sung- persembahkan kepada Ida Bhatara sungan semua warga Desa Pecatu. yang sudah menghadiri tradisi Setelah bergantian pakaian maka melasti ini.Tarian kincang- tidak boleh diganti lagi sebelum kincungjuga sering disebut sebagai melaksanakan upacara Melasti tarian kegembira,karena acara Mendak Hujan dikemudian hari. sudah berjalan dengan baik.Setelah Setelah pakainnya diganti menarikan tarian Kincang- masyarakat Desa Pecatu Kincung/tari tumbak akan dilanjutkan mengaturkan Canang Tampel/ daun dengan mebiasa atau ngurak/ngurek sirih ( base) setelah selesai dengan menggunakan keris yang menghaturkan canang tample/ daun memiliki kekuatan magis para penari sirih ini dipersembahkan oleh warga yang sudah kesurupan ngurek Desa Pecatu. kemudian pembawa dengan sangat semangat dan juga acara atau prajuru Desa Pecatu diikut oleh sorak dari masyarakat melaksanakan persembahyangan Desa Pecatu sebagai pertanda dengan menghaturkan arak dan bahwa Tuhan/ Ida Sang Hyang Berem serta memberikan arahaan Widhi Wasa merestui dan untuk acara selanjutnya setelah memberkati kebahagian dan selesai dari Pura Segara. Setelah kesejahteraan masyarakat Desa memohon dan memedak Ida Sang Pecatu.Tarian ngurak ini merupakan Hyang Widhi maka acara bagian dari yadnya atau selanjutnya menghaturkan Sayut pengorbanan yang tulus ikhlas Pegoyan dan soda Agung guna seorang hamba kepada mendatangkan roh leluhur mereka tuhannya.Tarian ngurek dalam yang sudah menjadi Dewata, untuk tradisi Melasti Mendak Hujan ikut menghadiri perayaan upacara sebagai bukti bahwa Melasti Mendak Hujan. Setelah itu kemahakuasanNya Tuhan tinggi dilanjutkan dengan ngerenteng yang mampu memberikan dengan memindahkan banten kesejahteraan warga Desa sesayut di Pindah kemudian Pecatu.tradisi ngurek ini sebagai dilanjutkan menghaturkan petantes sujud syukur (kegembiraan) selesai menghaturkan petantes masyarakat desa pecatu. Karena semua prajuru desa Pecatu, mepajar sudah diberikan petunjuk dan termasuk para tapak/permaas ketika upacara berjalan dengan acara Melasti Mendak Hujan akan lancar.Setelah prosesi ngurek sudah selesai, akan dilanjutkan dengan dari nenek moyang, yang acara penutupan atau pengleburan. keberadaanya masih tetap terjaga Setelah prosesi ngurek dan dilestarikan sampai sekarang sudah selesai, akan dilanjutkan ini. Aspek pembelajaran menurut dengan dengan para sutri/ permaas (Bloom dalam buku Sudijono, serta tapakan diberikan banten 2003:49-50) terbagi menjadi tiga sajengpengelebar dan disinilah ranah yaitu 1) Aspek Kognitif pengelebar atau penutupan acara (Cognitive) adalah pengetahuan Melasti Mendak Hujan dengan yang berhubungan dengan penglebaran linggih Dewa Wakul pengetahuan atau ranah proses atau daksina linggih itu dilebar atau berfikir, 2) Aspek Afektif (Affective) dibongkar langsung di adalah menilai sikap serta nilai pantai.Setelah upacara Tradisi untuk mengetahui atau memahami Melasti Mendak Hujan selesai tradisi Melasti Mendak Hujan masyarakat desa Pecatu dibebaskan sebagai pembelajaran yang nantinya dalam artian tidak balik lagi ke pura bisa diterapkan oleh siswa di desa. sekolah khususnya bermanfaat bagi Tradisi Melasti Mendak kehidupan yang akan datang.ranah Hujan memiliki beberapa fungsi di sikap atau nilai, dan 3) Aspek antaranya sebagai berikut : (a) Psikomotor (Psychomotor), yaitu Fungsi religius, (b) Fungsi berhubungan dengan keterampilan. memperkuat solidaritas, (c) Fungsi Adapun tradisi Melasti Mendak menjaga hubungan harmonis Hujan yang dapat dikaitkan dengan dengan alam (d) Fungsi sosial aspek atau ranah pembelajaran religius. tersebut, yaitu: (1)Kognitif 4. Aspek-aspek Tradisi Melasti (Cognitive) yaitu nilai- Mendak Hujan yang bisa nilaitradisi Melasti Mendak Hujan di implementasikan sebagai yang dapat dijadikan sumber sumber belajar sejarah pembelajaran sejarah kelas X yaitu sesuai dengan kurikulum ; (a) Nilai religius, (b) Nilai 2013 memperkuat solidaritas, (c) Nilai menjaga hubungan harmonis Tradisi adalah kebiasaan dengan alam, (d) Nilai sosial religius yang diwariskan dari satu generasi dalam upacara Melasti Mendak ke generasi berikutnya secara turun Hujan. (2) Afektif (Affective) yaitu temurun, mencakup berbagai nilai suatu yang terkait dengan ranah budaya yang meliputi adat istiada, sikap serta nilai dari pentingnya sistem kepercayaan, dan untuk mengetahui atau memahami sebagainya (Dekdikbud, 1994: 414). tradisi Melasti Mendak Hujan Tahun Sehingga tradisi dalam hal ini bisa di sebagai pembelajaran yang nantinya manfaatkan sebagai sumber belajar. bisa diterapkan oleh siswa di Tradisi Melasti Mendak Hujan yang sekolah khususnya bermanfaat bagi dilaksanakan oleh masyarakat Desa kehidupan yang akan datang. Sebab Pecatu setiap tahun yang setelah siswa mengetahui lebih jauh merupakan warisan budaya leluhur tentang tradisi Melasti Mendak Hujan, maka siswa akan meliat dan meyaksikan secara mengambil sikap dan menilai akan langsung peristiwa atau tradisi pentingya tradisi Melasti Mendak Melasti Mendak Hujan ini. Dengan Hujan. demikian pembelajaran sejarah (3) Psikomotor yang khususnya berkaitan dengan (Psychomotor), sesuatu yang budaya lokal akan semakin berkaitan dengan keterampilan yang disenangi. Sehingga sesuai dengan dimana akan membuat siswa lebih vsisi misi sekolah yang menekankan terampil lagi untuk mengetahui lebih pencapaian akademik ( keberhasilan jauh akan pengetahuan yang telah belajar) dengan cara memberikan mereka dapatkan di kelas atau di pekerjaan rumah, dan bekerja keras Sekolah. untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam 5. Kontribusi Dalam kurikulum. Mengembangkan Tradisi Melasti Mendak Hujan Pada 1. Simpulan Pembelajaran Sejarah di Berdasarkan pemaparan di SMA Khususnya Kelas X. atas dapat di simpulkan bahwa Sekolah merupakan lembaga tradisi Melasti Mendak Hujan pendidikan formal yang secara merupakan gerakan sekeliling sistematis melaksankanan program kehidupan manusia atau aktivitas- bimbingan, pengajaran, dan/atau aktivitas manusia dalam upaya dan pelatihaan dalam rangka membantu usaha menghubungkan diri dengan para siswa agar mampu Hyang Widhi dalam manifestasinya mengembangkan potensinya secara sebagai Dewa Baruna, optimal baik yang menyangkut persembahaan atau pemujaan pada aspek moral-spritual, intelektual, ritual ini merupaka perwujudan dari emosional, sosial, maupun rasa syukur atas anugrah beliau fisikomotoriknya. ( Yusuf sehingga masyarakat desa Pecatu Syamsu, L.N dkk 2011:30). Salah mendapatkan hasil panen yang satu dapat yang dipakai dengan melimpah, dan kehidupan memanfaatkan sumber-sumber masyarakat desa Pecatu menjadi belajar sejarah yang ada lingkungan makmur. Latar belakang munculnya sekitar kita, sehingga aspek sejarah tradisi Melasti Mendak Hujan tradisi dalam Tradisi Melasti Mendak Hujan ini tak bisa dilepaskan dari sangat penting dalam kehidupan masyarakat Desa Pecatu yang manusia masa kini dan masa yang sebagian besar masyarakatanya akan datang. Hal tersebut terkait bermata pencaharian petani. Dalam dengan jejak-jejak sejarah yang menggarap lahan pertanian, tersimpan di dalam peninggalan masyarakat desa sangatlah budaya bisa di kembangan menjadi bergantung pada alam, untuk itulah sumber sejarah yang lebih efektif ritual Melasti Mendak Hujan ini dan inovatif dalam memahami merupakan perwujudan rasa syukur sebuah peristiwa sejarah di masa yang diberikan oleh Tuhan supaya lalu. Hal itu akan dapat berkontribusi masyarakat selalu di berkati dengan terhadap daya ingat siswa yang kesuburan, kesejahtraan, dan kemakmuran sehingga hasil panen canang raka dan pengembalian dari tahun ke tahun terus meningkat. senjata ke pejenengan. Secara teoritis tradisi Melasti Dalam Tradisi Tradisi Melasti Mendak Hujan memiliki beberapa Mendak Hujan terdapat beberapa fungsi dalam bermasyarakat aspek-aspek yang paling penting maupun dalam kehidupan sehari- untuk dijadikan sebagai sumber hari. Fungsi-fungsi tersebut pembelajaran khususnya di SMA diantaranya fungsi religius, fungsi kelas X. Aspek-aspek tersebut solidaritas sosial, fungsi untuk adalah aspek kognitif, aspek afektif, menjaga hubungan harmonis dan aspek psikomotor. Dalam dengan alam, fungsi sosial, religius konteks itu tradisi Melasti Mendak dan fungsi sebagai media Hujan merupakan salah satu objek pendidikan. Adanya fungsi-fungsi itu yang bisa dijadikan sebagai sumber karena tradisi Melasti Mendak Hujan pembelajaran, sehingga yang dilaksankan di Desa pembelajaran sejarah akan menjadi Pecatumerupakan revleksi dari lebih bermakna, dengan demikian filsafat Hindu (Tri Hita Karana). siswa akan senang terhadap Upacara Melasti Mendak pembelajarn sejarah, lebih-lebih Hujan ini, dilaksanakan pada dengan pembelajaran di luar Purnama Kelime (Kalender Bali) kelas/diajak langsung ke objek yang dan Bulan November (Kalender akan di tuju seperti dalam ritual Jawa). Upacara berlangsung selama tradisi Melasti Mendak Hujan. Hal itu Satu hari, kegiatanya meliputi : akan dapat berkontribusi terhadap Tahap persiapan yang memerlukan daya ingat siswa. Dengan demikian waktu selama tiga hari. Umumnya pembelajaran sejarah yang krama/warga desa Pecatu khususnya berkaitan dengan mempersiapkan segala keperluan budaya lokal akan semakin yang akan dibutuhkan pada saat disenangi. Proses pembelajaran ritual tersebut berlangsung sejarahpun akan semakin efektif diantaranya membuat jajan bali, dan pencapaian hasil belajar sejarah banten, kelabang, kelatkat dan tentu akan meningkat. segala alat-alat ritual. Setelah tahap 2. Saran persiapan selesai maka akan 1 Peneliti dilanjutkan dengan Mengingat terbatasnya waktu persembahyangan di pura desa dan wawasan dari peneliti sehingga pecatu. Tradisi Melasti Mendak masih ada beberapa hal yang Hujan dilaksanakan berbagai ritual sangat substansial dalam tradisi dilaksanakan meliputi nedunang ida Melasti Mendak Hujan untuk dikaji batara, Pemendakan, setelah oleh pihak lain yang menekuni tradisi pemendakan akan dilaksankan lisan. tarian kincang-kincung, kemudia 2 Bagi Guru dilanjukandengan ngurek/nedunang Kajian tradisi Melasti Mendak ida batara untuk meminta petunjuk Hujan sangat sarat dengan nilai- secara skala maupun nilai atau makna sehingga dapat niskala.dilanjutkan dengan nyurud dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah di SMA/SMK. 3 Bagi Masyarakat Mengingat tradisi Melasti Mendak Hujan, memiliki kebermaknan bagi masyarakat maka diharapkan masyrakat dapat melestarikannya. 4 Bagi Pemerintah Dalam pelestarian tradisi ini pemerintah diharapkan ikut berperan serta didalamnya.

Daftar Pustaka

Pendit, Nyoman 2001, Nyepi Kebangkitan, Toleransi, dan Kerukunan.Jakarta: PT, Upada Sastra. Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syamsu Yusuf L.N dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Widja,I Gede.1993. Pelestarian Budaya, Makna dan Implikasinya Dalam Proses Regenerasi. Denpasar: PTU pada Sastra.

Wiana, I Ketut. 2002. Memelihara Tradisi Weda: Denpasar. PT Ofset Bali Post Denpasar. Wiana, I Ketut. 2007. Tri Hitakarana Menurut Konsep Hindu. Surabaya: PT Paramita.