Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 61 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

UJI EFIKASI DUA HERBISIDA PADA PENGENDALIAN GULMA DI LAHAN SEDERHANA

EFFICACY TEST OF TWO HERBICIDES IN CONTROL WEEDS IN SIMPLE LAND PROCESSING

D S P S Sembiring1, N S Sebayang2a 1 Program Study Agrotektologi, Universitas Sains Cut Nyak Din , Jl Jenderal Ahmad Yani No. 8-9, Gampong Jawa, Langsa Kota, Kota Langsa, , 24354 1 Program Study Agrotektologi, Universitas Gunung Leuser Aceh, Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, 24651 a Korespondensi: Nico Sebayang, E-mail: [email protected] (Diterima: 30-07-2019; Ditelaah: 31-07-2019; Disetujui: 29-08-2019)

ABSTRACT

Residents of agrarian areas are residents who depend their livelihood to agricultural products, but the production of community plantations is often not as desired. Our research aims to know influence the physiological response of weeds to glyphosate herbicide and paraquat herbicide. This experiment was conducted at the UGL Kutacane Faculty of Agriculture experimental garden, Babussalam Subdistrict, Southeast Aceh , which ran from January to February 2018. This study used a non-factorial Randomized Block Design (RBD) consisting of 4 treatment levels: H1: Glyphosate Herbicide = 300 ml/4 L water; H2: Glyphosate herbicide = 1000 ml/13 L water; H3: Herbicide Paraquat = 300 ml/4 L water; H4: Herbicide Paraquat = 1000 ml/13 L of water. The results of Glyphosate Herbicide 1000 ml / 13 L of water effectively control total weeds up to 14 HSA. Glyphosate herbicide is able to inhibit the 5- enolpiruvil-shikimat-3-phosphate synthase (EPSPS) enzyme which plays a role in the formation of aromatic amino acids. The author concludes that the recommended dose of glyphosate based on the research is 1000 ml/13 L of water, because the dose is herbicide Glyphosate has been able to suppress total weed growth. Keywords: Aromatic amino acid, EPSPS, efficacy test, simple land, southeast aceh.

ABSTRAK Penduduk daerah agraris merupakan penduduk yang menggantungkan penghidupannya pada hasil pertanian, namun produksi hasil perkebunan masyarakat sering sekali tidak sesuai dengan yang diinginkan. Riset kami mempunyai tujuan untuk Mengetahui respon fisiologis gulma terhadap herbisida glifosat dan herbisida paraquat. Eksperimen ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian UGL Kutacane Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara yang berlangsung dari bulan Januari s/d Februari 2018. Rancangan yang digunakan pada riset ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 4 taraf perlakuan :H1: Herbisida Glifosat = 300 ml / 4 L air ; H2: Herbisida Glifosat = 1000 ml/13 L air ; H3: Herbisida Paraquat = 300 ml/4 L air ; H4: Herbisida Paraquat = 1000 ml/13 L air. Hasil Herbisida Glifosat 1000 ml/13 L air efektif mengendalikan gulma total hingga 14 HSA. Herbisida Glifosat mampu menghambat enzim 5-enolpiruvil-shikimat-3-fosfat sintase (EPSPS) yang berfungsi pada reaksi kimia asam amino aromatik. Kami menyimpulkan Dosis Glifosat 62 Sembiring dan Sebayang Uji Efikasi Dua Herbisida yang direkomendasikan berdasarkan penelitian adalah 1000 ml/13 L air, karena dosis tersebut herbisida Glifosat sudah mampu menekan pertumbuhan gulma total. Kata Kunci : Aceh Tenggara, Asam Amino Aromatik, EPSPS, Lahan Sederhana, Uji Efikasi.

Sembiring, D. S. P. S., & Sebayang, N, S. (2019). Uji Efikasi Dua Herbisida Pada Pengendalian Gulma di Lahan Sederhana. Jurnal Pertanian, 10(2); 61-70.

herbisida yang menuju ke jaringan PENDAHULUAN tumbuhan. Dalam program peningkatan hasil usaha tani, Untuk memberantas gulma pengganggu gangguan gulma seringkali menjadi tanaman perlu diperhatikan bahan aktif yang penghambat dalam pertumbuhan hasil terdapat pada herbisida tersebut, misalnya pertanian. Hal ini sangat merugikan manusia dengan penggunaan herbisida yang memiliki dan usaha pertanian (Suprapto 1999; senyawa kimia glifosat dan paraquat yang Sembodo 2010). Tumbuhan parasit yang mampu mengendalikan semua jenis gulma berada pada lahan budidaya karet dapat dan berproses secara cepat menimbulkan merugikan produksi karet, sehingga dapat efek bakar pada jaringan yang terkena. menurunkan profit usaha pertanian (Purba, Herbisida gliposat adalah herbisida 1996 dalam Hayata dkk, 2016). sistemik yang diaplikasikan pasca tumbuh Degradasi tanaman akibat keberadaan dan dapat mengatasi gulma berdaun lebar gulma disebabkan oleh adanya kompetisi dengan cara menghambat sintesis protein antara gulma dengan tanaman dalam dan metabolisme asam amino (Sukman & memperoleh unsur makro dan mikro Yakub, 2002). Sedangkan herbisida paraquat tanaman sehingga berkemampuan menjadi adalah herbisida kontak nonselektif yang induk bagi hama dan penyakit tanaman. diaplikasikan secara pasca tumbuh dan dapat Pengendalian gulma dalam kegiatan produksi menanggulangi gulma berdaun lebar dengan tanaman harus dilakukan secara benar dan cara merusak selaput sel dan menghambat tepat waktu. fotosintesis. Herbisida ini biasanya Pada kasus yang lain, petani banyak digunakan untuk menanggulangi gulma pada mengutarakan jenis gulma Mikania tanaman perkebunan seperti teh, kopi, karet, micrantha dapat mengakibatkan kerugian kelapa dan buah-buahan. Selain itu juga pada hasil tanaman kelapa sawit sekitar 20%. tanaman tebu, gandum dan nanas. Sedangkan dengan melakukan pengendalian Ischaemum muticum L., berhasil menaikkan bobot tandan buah segar sekitar 10 ton / ha. MATERI DAN METODE Salah satu model penanganan gulma yang Waktu dan Tempat baik adalah dengan mengaplikasikan / pencampuran herbisida alami maupun kimia (Cobb dan Kirkwood, 2000) Penggunaan Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan herbisida dapat mengendalikan gulma secara Fakultas Pertanian UGL Kutacane Kecamatan kimiawi. Pendapat (Moenandir, 1993) dalam Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara yang (Yuniarko, 2010), herbisida merupakan berlangsung dari bulan Januari s/d Februari senyawa kimia yang mampu menghambat 2018. pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan. Berdasarkan cara kerja nya, herbisida dibagi Bahan dan Alat Penelitian menjadi 2 jenis, yaitu herbisida kontak dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini herbisida sistemik. Herbisida kontak bekerja adalah herbisida paraquat 270 SL dengan pada bagian yang terkena herbisida saja, dosis 3 L/ha, herbisida gliposat 480 AS sedangkan herbisida sitemik adalah dengan dosis 3 L/ha dan air secukupnya. Sedangkan alat yang digunakan adalah Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 63 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019 knapsnack sprayer untuk aplikasi herbisida, Parameter Pengamatan gelas ukur, ember, helm, masker, sarung Persentase kematian gulma, diamati pada 14 tangan, sepatu, alat tulis dan alat-alat lain hari setelah aplikasi secara visual. Persentase yang dibutuhkan dalam penelitian ini. gulma yang hidup, diamati pada 14 hari Metode Penelitian setelah aplikasi secara visual. Bobot kering gulma, diamati pada 14 hari setelah aplikasi Rancangan Percobaan pada setiap petak perlakuan sebanyak 2 (dua) petak contoh (30 cm x 30 cm). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Identifikasi jenis gulma, gulma yang terdapat Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri pada 2 (dua) petak contoh (30 cm x 30 cm) di dari 4 taraf perlakuan: H1: Herbisida Glifosat pisahkan menurut jenisnya kemudian di = 0,3 L/4 L air; H2: Herbisida Glifosat = 1L/ identifikasi Mengamati Jenis gulma yang 13 L air,H3: Herbisida Paraquat = 0,3L/4 L tumbuh di lahan penelitian. air; H4: Herbisida Paraquat = 1L/13 L air; Ukuran Plot Percobaan: 1 m2, Jumlah Parameter Pengamatan ulangan/Kelompok: 3 ulangan; Jumlah seluruh plot: 12 plot; Jarak antar plot: 30 cm Persentase kematian gulma, diamati pada 14 Jarak antar ulangan: 50 cm. hari setelah aplikasi secara visual. Persentase gulma yang hidup, diamati pada 14 hari Prosedur Penelitian setelah aplikasi secara visual. Bobot kering gulma, diamati pada 14 hari setelah aplikasi Persiapan Lahan pada setiap petak perlakuan sebanyak 2 (dua) petak contoh (30 cm x 30 cm). Sebelum melakukan penelitian, kita Identifikasi jenis gulma, gulma yang terdapat mempersiapkan lahan percobaan yang akan pada 2 (dua) petak contoh (30 cm x 30 cm) di diaplikasi dengan herbisida Glifosat dan pisahkan menurut jenisnya kemudian di Paraquat dengan berbagai taraf dosis. identifikasi Mengamati Jenis gulma yang Kemudian dibuat petak-petak percobaan tumbuh di lahan penelitian. sebanyak 12 Plot.

Persiapan Bahan Aktif Bahan aktif yang di persiapakan adalah PEMBAHASAN Glifosfat dan Paraquat. Masing-masing bahan aktif dibuat komposisi larutannya, dengan Penyusutan hasil produksi diakibatkan oleh penentuan takaran 0,3 Liter bahan aktif per 4 kehadiran gulma pada beberapa situasi Liter air dan 1 Liter bahan aktif per 13 Liter secara ekonomis lebih penting dari pada air. Sehingga di dapat empat jenis komposisi penyusutan produksi yang diakibatkan oleh larutan. serangga, cendawan, atau organisme pengganggu lainnya. Penyemprotan dan Pengendalian Gulma Gulma berpengaruh buruk terhadap tanaman karena bisa mengurangi hasil Bahan aktif tersebut di aplikasikan pada plot produksi dan kualitas tanaman, disebabkan yang telah di sediakan, untuk melihat reaksi persaingan kebutuhan hidup seperti unsur yang diberikan oleh ke dua bahan aktif hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. tersebut. Selain itu juga diamati jenis-jenis Herbisida adalah senyawa kimia yang gulma yang tumbuh di lahan penelitian. Dari diaplikasikan pada lahan pertanian untuk pengaplikasian dua jenis bahan aktif dan dua mengendalikan gulma yang menyebabkan jenis komposisi dosis, dapat dilakukan degradasi hasil produksi. (Moenandir,2010) pengamatan parameter penelitian. Herbisida adalah senyawa kimia atau kultur biologi organisme yang digunakan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan 64 Sembiring dan Sebayang Uji Efikasi Dua Herbisida gulma (Anderson, 2007 dalam Firmansyah, lama kelamaaan akan menjadi toleran. Pada 2016. Herbisida yang digunakan pada dosis umumnya kegigihan herbisida pada tanah yang tinggi dapat mematikan seluruh lebih singkat dibandingkan insektisida dan tanaman. Akan tetapi dengan dosis yang beragam waktu dari beberapa minggu hingga lebih rendah, herbisida akan membunuh beberapa tahun, tergantung dengan pada tumbuhan tertentu dan tidak merusak sifat, struktur tanah dan komposisi air dalam tumbuhan yang lainnya. tanah. Herbisida dengan kegigihan rendah Menurut (Pane dan Jatmiko, 2009) dalam membuktikan aktivitas biologi herbisida (Fahmi, 2016) faktor-faktor yang harus dalam tanah termasuk rendah. Dengan diperhatikan dalam aplikasi herbisida di demikian, herbisida yang masuk kedalam antaranya adalah pengetahuan kita dalam tanaman jagung juga sedikit sehingga hasil memilih herbisida, yang tepat jenis, takaran jagung aman dikonsumsi (Riadi, 2011). dan tepat waktu penggunannya. Menurut Faktor keefektifan pasokan herbisida (Lystiobudi, 2011) penggunaan jenis dan ditentukan oleh takaran dan waktu takaran herbisida yang tepat pada lahan TOT pasokannya. Takaran herbisida yang akurat dapat memberikan manfaat bagi petani, yaitu akan mematikan gulma tepat sasaran,akan dapat mengendalikan gulma yang tumbuh tetapi bila dosis herbisida berlebihan bisa seawal mungkin. Maka perlu adanya merusak bahkan mematikan tanaman yang penelitian untuk mengetahui macam dan dibudidayakan. Penggunaan herbisida takaran herbisida yang akurat untuk sistemik seperti glifosat membutuhkan mengurangi pengaruh buruk pada tanaman. waktu untuk pemindahan molekul herbisida Sehingga dapat menekan laju pertumbuhan ke seluruh bagian gulma sehingga terjadi gulma dan memberi pengaruh terbaik keracunan pada gulma (Nurjanah, 2002 terhadap hasil dan kualitas lahan TOT. dalam Yuniarko, 2010). Seiring dengan peningkatan usaha Glifosat adalah nama umum dari N- pertanian, kebutuhan herbisida juga semakin (Phosphonomethyl) glycine. Glifosat meningkat. Tjitrosoedirdjo et al (1984) merupakan herbisida sistemik yang dalam Yuniarko, (2010) mengatakan, mempunyai spektrum pengendalian yang molekul herbisida dan tanah dapat kontak luas dan bersifat non-selektif (Ashton, 1991). langsung dengan beberapa cara, seperti Glifosat memiliki rumus molekul C3H8NO5P. adsorpsi, pencucian, volatilisasi dan Glifosat merupakan herbisida berspektrum degradasi herbisida di dalam tanah. Adsorpsi luas yang bisa mematikan gulma semusim adalah penyerapan molekul herbisida ke maupun tahunan di wilayah iklim tropis pada dalam tanah. Salah satu mekanisme waktu pasca tumbuh (post emergence). mengurangi konsentrasi larutan herbisida Glifosat berpenetrasi pada tumbuhan karena dalam tanah adalah adsorpsi (Zimdahl, 2007 penyerapan yang dilakukan tanaman dan dalam Firmansyah 2016). Dengan absorbsi kemudian diangkut ke pembuluh floem konsentrasi senyawa herbisida di dalam (Daud dan David, 2008). Herbisida ini larutan tanah dapat dikurangi sehingga digunakan pada daun dan tidak aktif ketika menghalangi mobilitas senyawa tersebut diaplikasikan pada tanah. Hal ini karena menuju sistem perairan. Senyawa herbisida glifosat akan diikat dengan kuat dan cepat yang terserap bersifat pasif, sehingga tidak oleh partikel tanah dalam ikatan fosfat tersedia untuk reaksi kimia, biologi, maupun sehingga tidak tersedia bagi akar gulma dan fisika sampai terjadinya desorbsi. Tanah tumbuhan lainnya (Duke, 1988 dalam mempunyai peranan sangat penting dalam Yuniarko, 2010). Glifosat mudah proses absorbsi dan desorbsi herbisida di ditranslokasikan dalam jaringan tanaman dalam tanah dan lingkungan (Herbicide dan mempengaruhi pigmen sampai terjadi Manual, 2005 dalam Firmansyah, 2016). khlorotik, pertumbuhan terhenti dan Herbisida yang digunakan secara kontinyu tanaman mati. Herbisida ini juga akan mengakibatkan persistensi, gulma yang menghambat lintasan biosintetik asam amino awalnya peka terhadap herbisida tersebut aromatik dan sangat baik dalam Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 65 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019 pengendalian gulma rumput tahunan, gulma Kerugian yang di akibatkan oleh gulma, yaitu berdaun lebar, dan yang mempunyai mutu produksi hasil perkebunan akan perakaran dalam. Gejala awal pada umumnya menurun akibat terkontaminasi oleh gulma, adalah daun mengalami klorosis yang diikuti terganggunya pertumbuhan tanaman, dapat oleh nekrosis (Ashton dan Monaco, 1991 menjadi inang bagi hama, mengganggu dalam Yuniarko, 2010). Glifosat bekerja lebih drainase air, dan meningkatkan biaya baik bila diaplikasikan dalam gulma yang pemeliharaan. telah tumbuh aktif dan telah sempurna Pengendalian gulma dapat diartikan pertumbuhan tajuknya. Glifosat tergolong sebagai proses pembasmian gulma sehingga dalam herbisida organik yang mudah tanaman dapat dibudidayakan secara terdekomposisi oleh mikroorganisme tanah produktif dan efisien (Sukman, 2002). seperti Pseudomonas aeroginasa dengan Pengendalian gulma pada dasarnya cepat sehingga tidak membahayakan merupakan upaya untuk meningkatkan daya lingkungan. Ion glifosat dapat bereaksi saing tanaman pokok dan melemahkan dengan lebih dari satu ion COO- koloid kemampuan kompetisi gulma (Pahan, 2008 organic tanah. Dua gugus reaktif koloid dalam Nainggolan 2014). organik tanah akan bereaksi dengan glifosfat Pengendalian gulma pada kebun kelapa dan diikat oleh ion COO-, fenolat O-, atau sawit ditujukan pada 3 sasaran, yaitu gulma kombinasi salah satu ion tersebut dengan di gawangan, piringan, dan jalan pikul. Pada radikal bebas. tanaman menghasilkan, tidak semua gulma Semakin tinggi kandungan materi organik diberantas tuntas karena keterbatasan tanah, berbanding lurus dengan kandungan penutup tanah kacangan yang tumbuh di gugus reaktif yang dimilikinya, sehingga bawah tanaman kelapa sawit. Gulma-gulma semakin tinggi jumlah herbisida yang yang tumbuh di piringan harus diberantas terabsorbsi (Herbicide Manual, 2005 dalam menyeluruh, sedangkan gulma yang tumbuh Firmansyah 2016). Glifosat bersifat sistemik di gawangan cukup dikendalikan (Lubis, bagi gulma sasaran, seperti Imperatta 1992 dalam Nainggolan, 2014). cylindrica, Eleusine indica, Mimosa Pengendalian gulma yang kerap dilakukan invsa,Cyperus iria, dan lain-lain. Penggunaan di kebun adalah secara mekanik dan kimiawi. glifosat dapat diaplikasikan pada hampir Pengendalian secara mekanik dilakukan seluruh jenis tanaman yang mengalami dengan menggunakan cangkul, garpu, kored, kompetisi dengan keberadaan gulma, hanya parang, dan dengan alat modern seperti saja glifosat bersifat non-selektif yang artinya traktor. Pengendalian kimiawi dilakukan selain dapat membasmi gulma tujuan juga dengan pemanfaatan herbisida. Pemakaian dapat mematikan tanaman utamanya jika herbisida yang efektif dalam penanganan tidak tepat cara dan waktu aplikasinya. gulma dapat memberikan hasil yang positif, Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) dalam baik dari segi pengendalian populasi gulma Yuniarko (2010) menyebutkan bahwa maupun biaya (Tjitrosoedirdjo, 1984 dalam penurunan hasil bukan satu-satunya faktor Yuniarko, 2010). yang menjadi pertimbangan dalam Hasil uji statistik pada analisis ragam pengendalian gulma. Kemudahan beroperasi menunjukan bahwa aplikasi Bahan kimia dikebun, mengurangi risiko kebakaran, dan Glifosat dan Paraquat berpengaruh tidak menghilangkan tempat persembunyian hama nyata terhadap persentase kematian gulma (tikus) juga tergantung pada pengendalian 14 hari setelah aplikasi, persentase gulma gulma beserta biayanya. hidup 14 hari setelah aplikasi, bobot kering Pahan (2008) menambahkan bahwa gulma 14 hari setelah aplikasi, dan parasitisme gulma di wilayah perkebunan indentifikasi jenis gulma. kelapa sawit akan mengakibatkan kerugian, yaitu terjadi kompetisi dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. 66 Sembiring dan Sebayang Uji Efikasi Dua Herbisida

Tabel 1. Daftar Sidik Ragam Persentase pengamatan kematian gulma 14 hari setelah aplikasi akibat perlakuan herbisida Glifosat dan Paraquat.

Ket F. Tabel SK dB JK KT F. Hit 0,05 0,01

Kelompok 3 97200 48600 -1,01329 tn 6,99 99,25 Perlakuan 4 98550 49275 -1,02737 tn 6,94 99,25

Galat 4 -95925 -47962,5

Total 11 99825

Tabel 2. Daftar Sidik Ragam Persentase pengamatan Gulma Hidup 14 hari setelah aplikasi akibat perlakuan herbisida Glifosat dan Paraquat.

Ket F. Tabel SK dB JK KT F. Hit 0,05 0,01

Kelompok 3 1200 600 -0,84211 tn 6,99 99,25 Perlakuan 4 2550 1275 -1,78947 tn 6,94 99,25

Galat 4 -1425 -712,5

Total 11 2325 Tabel 3. Daftar Sidik Ragam bobot kering gulma akibat herbisida paraquat dan glifosat

Ket F. Tabel SK dB JK KT F. Hit 0,05 0,01

Kelompok 3 12684,9181 6342,459 -1,00383 tn 6,99 99,25 Perlakuan 4 12693,788 6346,894 -1,00453 tn 6,94 99,25

Galat 4 -12636,54 -6318,27

Total 11 12742,163

nyata terhadap persentase kematian gulma Persentase Kematian Gulma 14 hari setelah aplikasi. Hasil uji statistik pada analisis ragam Persentase kematian gulma 14 hari setelah menunjukan bahwa aplikasi herbisida aplikasi akibat perlakuan herbisida Glifosat Glifosat dan Paraquat berpengaruh tidak dan Paraquat. Tabel 4 .Persentase kematian gulma 14 hari setelah aplikasi akibat perlakuan herbisida Glifosat dan Paraquat.

Ciri gejala Persentase Kematian Simbol Aplikasi Herbisida kerusakan/kematian gulma Gulma 14 HSA Herbisida Glifosat = 300 Seluruh daun tampak sangat H1 95% ml /4 L air kering Herbisida Glifosat = Seluruh daun tampak sangat H2 100% 1000 ml / 13 L air kering Herbisida Paraquat 300 Seluruh daun menguning dan H3 75% ml / 4 L air kering Herbisida Paraquat Seluruh daun menguning dan H4 85% 1000 ml / 13 L air kering

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 67 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

Tabel 1. Bahwa persentase kematian gulma bersinggungan langsung dengan gulma dan 14 HSA Menunjukan bahwa perlakuan apabila molekul herbisida ini terkena sinar herbisida Glifosat tertinggi jumpai pada H2 matahari, maka molekul ini akan bereaksi dengan dosis 300 ml/4 L air mampu menghasilkan hydrogen peroksida yang mengendalikan gulma 100%. Tingginya merusak membran sel organ tanaman. persentase penanganan gulma glifosat diakibatkan oleh herbisida glifosat yang telah Persentase Gulma Hidup memberikan efek yang nyata tehadap gulma, Hasil uji statistik pada analisis ragam sebagaimana diketahui herbisida glifosat menunjukan bahwa aplikasi herbisida adalah bahan kimia sistemik yang bekerja Glifosat dan Paraquat berpengaruh tidak sangat cepat sehingga kematian gulma nyata terhadap persentase gulma hidup 14 sampai pada akar hanya membutuhkan hari setelah aplikasi. Persentase gulma hidup waktu yang singkat (Tabroni 1985 dalam akibat perlakuan herbisida paraquat dan Anggorowati & Sumarsono 1990). Semakin glifosat . tinggi takaran Glifosat yang digunakan berbanding lurus dengan peningkatan Tabel 5. Persentase Gulma Hidup akibat persentase kamatian gulma,dan berbanding herbisida paraquat dan glifosat. terbalik dengan penurunan persentase Persentase penutupan gulma dan persentase Aplikasi Simbol Gulma Hidup Herbisida pertumbuhan kembali gulma yang 14 HAS dikendalikan (Marisa Vonna Paermata Naidi, Herbisida (2014). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 Glifosat = 300 ml 0% semakin tinggi dosis bahan kimia, maka /4 L air kemampuannya dalam mengendalikan gulma Herbisida semakin besar. Sukman & Yakup (2002) H2 Glifosat = 1000 0% berpendapat bahwa keberhasilan suatu ml / 13 L air Herbisida herbisida dalam mengendalikan gulma H3 Paraquat 300 ml 25% dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah / 4 L air satunya dosis herbisida. Herbisida Sedangkan persentase kematian gulma 14 H4 Paraquat 1000 35% HSA Menunjukan bahwa perlakuan herbisida ml / 13 L air paraquat dosis 1000 ml/13 L air hanya Perlakuan herbisida Glifosat 300 ml/4 liter mampu mengendalikan gulma sebesar 85 %. air dan 1000 ml/13 liter air mampu menekan Lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai gulma hingga maksimal, sehingga persentase persentase pengendalian gulma herbisida gulma untuk hidup kembali sangat kecil atau Glifosat pada 14 HSA pada beraneka ragam hingga tidak ada. Hal ini disebabkan karena dosis dikarenakan herbisida Glifosat herbisida Glifosat menjadi penghalang enzim mempunyai kemampuan kerja yang cepat 5-enolpiruvil-shikimat-3-fosfat sintase dan menyebabkan rusaknya membran sel (EPSPS) yang mempunyai peran dalam dan seluruh organ sehingga gulma pembentukan asam amino aromatik, seperti mengalami klorosis dan terlihat seperti triptofan, tirosin, dan fenilalanin. Tumbuhan terbakar sehingga mengakibatkan kematian. akan mati karena kekurangan nutrisi penting Vencill et al. (2002) Menjelaskan bahwa cara yang berfungsi dalam metabolisme hidupnya. kerja herbisida paraquat, dengan cara lipid Glifosat dapat masuk ke dalam tumbuhan hidroperoksida akan menghancurkan karena penyerapan yang dilakukan tanaman membran sel sehingga mengakibatkan dan kemudian diangkut ke pembuluh floem pecahnya menjadi bagian bagian interseluler (Daud dan David, 2008) dan daun akan menjadi layu dan menguning. Sedangkan herbisida Paraquat 300 ml/4 Lebih lanjut Rao (2000) Menjelaskan liter air dan 1000 ml/13 liter air tidak herbisida paraquat adalah bahan kimia yang mampu menekan gulma hingga maksimal, sehingga persentase gulma untuk hidup 68 Sembiring dan Sebayang Uji Efikasi Dua Herbisida kembali memiliki peluang yang begitu besar. Nama dagang untuk Paraquat adalah 1,1- Tabel menunjukan bahwa rata-rata bobot dimethyl-4,4'-bipyridinium dichloride kering gulma terbaik dihasilkan oleh pada (Ashton, 1991 dalam Yuniarko 2010). Pada herbisida Glifosat pada perlakuan H1 dengan kondisi gelap, paraquat akan melakukan dosis 1000 ml/13 L air mampu penetrasi dalam jaringan daun ke sistem menekan gulma hingga 33,80 g, meskipun vaskular. Kematian akan terjadi secara secara statistik tidak berbeda nyata. lambat dalam kondisi gelap. Sehingga dengan efektifitas paraquat yang begitu lambat, maka Identifikasi Jenis Gulma/Gulma Dominan gulma yang memiliki batang tidak berwarna Vegetasi gulma menggambarkan perpaduan hijau akan pulih kembali. berbagai jenis gulma disuatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegatasi menggambarkan Bobot Kering Gulma suatu daerah dari segi penyebaran gulma Bobot kering gulma total merupakan jumlah yang ada. Vegetasi gulma dapat diketahui bobot kering gulma secara keseluruhan pada dengan melakukan suatu teknik yang setiap petak perlakuan dan setiap ulangan. dinamakan analisis vegetasi. Analisis Penentuan berat kering gulma total dilakukan sebelum aplikasi herbisida untuk dilakukan dengan cara menimbang semua mengetahui jenis gulma dominan di lahan gulma yang ada pada sampel petak percobaan. Spesies gulma dominan perlakuan. Hasil uji statistik pada analisis ditunjukkan oleh besarnya Nisbah Jumlah ragam menunjukan bahwa aplikasi herbisida Dominan (NJD) dalam persen (%) pada areal Glifosat dan Paraquat berpengaruh nyata percobaan. terhadap persentase bobot kering gulma 14 Data-data yang diperoleh dari analisis hari setelah aplikasi. Persentase bobot kering vegetasi dapat digolongkan menjadi dua, gulma akibat perlakuan herbisida paraquat yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. dan glifosat. Analisis vegetasi yang dilakukan pada peneltian ini adalah analisis kuantitatif. Hasil Tabel 6. Persentase bobot kering gulma analisis vegetasi gulma sebelum aplikasi akibat herbisida paraquat dan herbisida Glisofat dan Paraquat yang glifosat. disajikan pada tabel 4 didapatkan 10 Bobot Kering (sepuluh) spesies gulma yaitu, Axonopus Simbol Aplikasi Herbisida Gulma compessus (Swartz) Beauv, Brachiaria Mutica 14 HSA (g) (Forsk) Stapf, Brachiaria Decumbens, Chloris Herbisida Glifosat = 300 H1 31,40 Barbata, Chaemum Timorense kunthi, ml/4 L air Herbisida Glifosat = 1000 Paspalum Conjugatum, Cyperus Kyllinga, H2 33,80 ml/13 L air Ageratum Conyzoides L. Euphorbia Hirta L. Herbisida Paraquat 300 H3 32,65 Mimosa Invisa Maert Ex Colla. ml/4 L air Herbisida Paraquat 1000 H4 32,20 ml / 13 L air

Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 69 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2019

Tabel 7. Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida

Jenis Gulma No Family NJD (%) Latin Lokal

1 Axonopus compressus (Swartz) Jukut pahit Poaceae 4

2 Brachiaria Mutica (Forsk) Rumput Malela Graminales 25 3 Brachiaria Decumbens Rumput Bede Graminae 11 4 Chloris Barbata Rumput Jejarongan Poaceae 9 5 Chaemum Timorense kunthi Rumput Menahun 12 6 Paspalum Conjugatum Suku Rerumputan Poaceae 14 7 Cyperus Kyllinga Teki udel-udelan Cyperaceae 7 8 Ageratum Conyzoides L Babadotan Asteracae 9 9 Euphorbia Hirta L. Nanangkaan Euphorbiaceae 3 10 Mimosa Invisa Maert Ex Colla. Putri Malu Fabaceae 6 tersebut herbisida Glifosat sudah mampu menekan pertumbuhan gulma total. Dengan KESIMPULAN demikian dianjurkan bagi para petani atau Hasil uji statistik menunjukan bahwa aplikasi bagi orang yang memerlukan agar Bahan kimia Glifosat dan Paraquat menggunkan herbisida Glifosat dengan 1000 berpengaruh tidak nyata terhadap ml/13 L air untuk mengatasi gulma. persentase kematian gulma 14 hari setelah aplikasi, persentase gulma hidup 14 hari setelah aplikasi, bobot kering gulma 14 hari DAFTAR PUSTAKA setelah aplikasi, dan indentifikasi jenis Anderson, W.P. 2007. Weed Science : gulma. Herbisida Glifosat 1000 ml/13 L air Principles and Aplications. Third Edisi. efektif mengendalikan gulma total hingga 14 United States of America. Waveland Press, HSA hingga mengurangi berat kering gulma Inc. page 59. 33,80 %. Herbisida Glifosat 300 ml/4 L air efektif Anwar, R. 2007. Uji Berbagai Herbisida Dalam mengendalikan gulma total hingga 14 HSA Pengendalian Gulma Tanaman Karet. namun hanya mampu mengurangi berat Publikasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. kering hingga 31,40 %.Herbisida Paraquat Universitas Prof. Dr. Hazairin. Bengkulu 300 ml/4 L air tidak efektif mengendalikan gulma hingga 14 HSA hanya mampu Cobb, A. H dan R. C. Kirkwood. 2000. mengendalikan gulma 75 % sehingga Herbicide and Their Mechanisms of memberikan persentase peluang gulma Action. Sheffield Acedemic Press. 295 hlm. untuk hidup sebesar 25 % namun mampu mengurangi berat kering gulma hingga 32,65 Daud dan David.2008. Uji Efikasi Herbisida %. Glifosat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah Herbisida Paraquat 1000 ml/13 L air tidak Terhadap Tanaman Jagung. Prosiding efektif mengendalikan gulma hingga 14 HSA seminar Ilmiah Komisariat daerah. hanya mampu mengendalikan gulma 85 % Sulawesi selatan. sehingga memberikan persentase peluang gulma untuk hidup sebesar 35 % namun Fahmi, Kemas Muhammad. 2016. Pengaruh mampu mengurangi berat kering gulma Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Herbisida hingga 32,20 %. Dosis Glifosat yang Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanman direkomendasikan berdasarkan penelitian Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). adalah 1000 ml/13 L air, karena dosis 70 Sembiring dan Sebayang Uji Efikasi Dua Herbisida

Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Firmansyah, T. 2016. Efikasi Herbisida hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Campuran Glifosat, Mesotrion Dan Metolaktor Untuk Mengendalikan Gulma Pane H, Jatmiko SY. 2009. Pengendalian Umum Pada Tanaman Jagung (Zea mays Gulma Pada Tanaman Padi. Jurnal L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Penelitian Pertanian Tanaman Pangan . Lampung. hlm 267-293.

Hayata, dkk. 2016. Uji Efektivitas Purba, E. dan S. J. Damanik. 1996. Dasar- Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Dan dasar Ilmu Gulma. USU Press. Medan. Manual Pada Lahan Replanting Karet (Hevea brasiliensis muell. Arg.) Di Dusun Riadi, Muhammad. 2011. Mata Kuliah : Suka Damai Desa Pondok Meja Kabupaten Herbisida Dan Aplikasinya. Jurusan Muaro Jambi. Jurnal Media Pertanian Vol.1 Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Tahun 2016. Media Komunikasi Hasil Universitas Hasanuddin. Penelitian Dan Review Literatur Bidang Ilmu Agronomi ISSN 2503-1279. Jambi. Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Hal 37 Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 hlm. Lystiobudi, R.V. 2011. Perlakuan Herbisida Pada Sistem Tanpa Olah Tanah Terhadap Soerjandono, N. B. 2009. Teknik Pertumbuhan, Hasil, dan Kualitas Hasil pengendalian gulma dengan herbisida tanaman Jangung Manis (Zea mays persistensi rendah pada tanaman padi. Saccharata Sturt.). Universitas Buletin Teknik Pertanian. 10(1): 5—8. Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta. Sukman,Y dan Yakup. 2002. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Edisi 2. PT Radja Moenandir, J. 1993. Persaingan Gulma Grafindo Persada. Jakarta dengan Tanaman Budidaya. Ilmu Gulma Buku III. PT Raja Grafindo Persada. Suprapto. 1999. Bertanam Jagung. Penebar Jakarta. 101 hlm. Swadaya. Jakarta.

Moenandir J. 2010. Ilmu Gulma. Universitas Yuniarko, Y. 2010. Pengelolaan Gulma Pada Brawijaya Press. Malang. 162 hlm. Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di Nainggolan, Boyce B. 2014. Pengelolaan PT Jambi Agro Wijaya (PT JAW), Bakrie Gulma Dengan Herbisida Kontak Paraquat Sumatera Plantation, Sarolangun, Jambi. diklorida 283 g/l pada tanaman Kelapa Skripsi.Fakultas Pertanian. Institut Sawit (Elaeis guineensis Jaqs.) belum Pertanian Bogor. Menghasilkan (TBM)di kebun Cisalak baru PTPN VIII. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.