Vol 4 No 1 .Indd
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom TINGGALAN KOLONIAL DI PULAU DOOM Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Doom Island administratively included in the Islands Sorong District, City of Sorong, West Papua Province. Island of Doom was formerly the seat of government Onderafdeling (subsections) Raja Ampat placed an HPB (Hoofd van Plaatselijk bestuur). Until the 1950’s Island of Doom a warehousing hub and trading port of Sorong. It is estimated there are many buildings of the colonial legacy infrastructure to support the purposes of Dutch life Doom Island. Key word: Doom Island, colonial building, Dutch government Latar Belakang Pulau Doom saat ini merupakan ibukota Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Pada tahun 1863 Pulau Doom mulai tercatat dalam dokumen Belanda, ketika Dr. H.A. Bernstein mengumpulkan materi studi kebudayaan bagi Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden. Tahun 1946 Pulau Doom yang waktu itu dikenal dengan sebutan Sorong-Doom menjadi ibukota Onderafdeling Sorong, bagian dari Afdeling West Nieuw Guinea. Pada tahun 1952 dibentuk Onderafdeling Raja Ampat yang beribukota di Doom (Gelpke, 2001: 601-612). Wilayah Onderafdeling Raja Ampat meliputi Pulau Waigeo, Batanta, Salawati, Kofi au, Misool, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya serta Seget di daratan besar Papua. Sampai tahun 1962 sebelum pemerintah Belanda menyerahkan kekuasaannya atas Papua ke Indonesia, terakhir Onderafdeling Raja Ampat yang beribukota di Doom dipimpin oleh Firts Veldkamp. Beliau memimpin daerah ini dari tahun 1961 hingga Oktober 1962. Tahun 1962 merupakan masa peralihan sebelum kedaulatan benar-benar diserahkan ke tangan pemerintah Indonesia. Pada waktu itu pemerintahan dipegang Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 29 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom oleh UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) dan Sekretariat PBB bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya pemerintahan. Selanjutnya pada 1 Januari 1963 UNTEA dituntut untuk dibubarkan (Brand, 2001 : 553). Dalam artikel ini penulisan nama pulau ditulis dengan Doom sesuai ejaan pada masa pemerintahan Belanda dahulu. Hal ini perlu disebutkan di sini karena pada masa sekarang nama pulau ini ditulis Dum. Permasalahan Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang diajukan adalah: 1. Tinggalan - tinggalan kolonial apa saja yang terdapat di Pulau Doom? 2. Apa fungsi dari tinggalan - tinggalan kolonial tersebut dahulu dan apa fungsi saat ini? Tujuan Penelitian Adapun dari permasalahan yang telah diajukan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk megetahui tinggalan – tinggalan kolonial yang terdapat di Pulau Doom serta mengetahui fungsi dari tinggalan – tinggalan kolonial tersebut dahulu dan saat ini. Metode Penelitian Penelitian di wilayah Pulau Doom ini masih dalam tahap awal, sehingga yang dilakukan adalah pengumpulan/penjaringan data sebanyak-banyaknya. Langkah penelitiannya diawali dengan mengumpulkan data mengenai tinggalan kolonial melalui survei lapangan dan studi pustaka. Sedangkan sifat penelitiannya adalah eksplorasi, sifat penelitian ini bertujuan untuk menjajagi, mengenali, menemukan dan menginvetarisasi kemungkinan adanya potensi data arkeologi (Tanudirjo, 1999: 22). Pengolahan data dilakukan pada semua gejala yang telah dikumpulkan, yaitu dengan menggabungkan data dari hasil survei, studi pustaka dari literatur, peta, dan foto-foto serta hasil wawancara. Setelah diolah, data dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpulan. Hasil dan Pembahasan 30 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom Secara geografi s Pulau Doom terletak di barat Kota Sorong pada posisi 0o 53’ 24,26” LS dan 131o 13’ 48,95” BT. Luas wilayah Pulau Doom kurang lebih 3,5 km2. Kondisi daerah Pulau Doom memiliki lahan yang datar di sepanjang tepi pantai sedangkan di tengah pulau merupakan lahan yang berbukit-bukit. Pada masa pemerintahan Belanda, rumah-rumah umumnya dibangun di sepanjang tepi pantai, namun saat ini Pulau Doom sudah padat, bahkan di tengah pulau yang berbukit pun sudah banyak dibangun rumah- rumah penduduk. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 3,5 km2. Pada masa pendudukan Belanda di Papua, Pulau Doom pernah dijadikan sebagai Ibukota Onderafdeeling Raja Ampat. Di pulau ini pula pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan beberapa bangunan bagi kepentingan pihak kolonial. Bangunan-bangunan tersebut sampai saat ini masih ada yang terawat dengan baik, tetapi ada pula yang telah dihancurkan dan diganti dengan bangunan yang baru. Tinggalan-tinggalan kolonial tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Fondasi Bekas Kantor Onderafdeling Bekas kantor onderafdeling terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur. Bangunan kantor ini sekarang sudah tidak ada lagi, tertinggal hanya fondasinya saja dengan ukuran 12 x 23 meter. Dahulu bangunan tersebut menghadap ke arah timur. Di depan kantor ini juga terdapat pondasi bekas tiga tiang bendera untuk mengibarkan bendera Belanda, PBB dan Indonesia. Di sebelah utara kantor onderafdeling dahulu terdapat kantor pos yang sudah tidak ada, yang saat ini tanahnya digunakan sebagai kantor distrik. 2. Rumah Tinggal HPB (Hoofd van Plaatselijk Bestuur) Berada di Jalan Pattimura No. 2 Kelurahan Doom Timur. Didirikan pada tahun 1941 sebagai rumah tinggal bagi kepala onderafdeeling yang berkuasa saat itu. Bangunan rumah tinggal ini berdenah segi empat dengan ukuran 10 x 11 meter dan menempati areal tanah seluas 3650 m2. Kondisi bangunan yang menghadap ke arah timur laut ini masih cukup baik dengan atap berbentuk limasan yang dahulu berbahan sirap namun sekarang telah diganti dengan seng. Dindingnya berupa tembok yang berbahan semen dan pasir dengan rangka bambu di dalamnya. Sekarang rumah tinggal ini ditempati oleh keluarga Bapak Taher Arfan yang Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 31 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom merupakan anak dari Bapak Abdullah Arfan keturunan raja Salawati Utara yang ke-20. Sebagai keturunan bangsawan, sampai saat ini Bapak Taher Arfan masih menyimpan warisan dari ayahnya berupa kitab dengan tulisan huruf Arab dan pedang yang di sisinya berukiran huruf Arab gundul. Selain itu juga ada meriam (galolo) yang dulu di tempatkan di depan rumah namun sekarang diletakkan di dalam rumah karena pernah dicuri orang. 3. Kantor NV. NIGIMIJ Bekas kantor ini terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur. Naamloose Venotschap (NV.) NIGIMIJ (Nederlands Nieuw-Guinea Import en Export Maatschappij) merupakan sebuah perusahaan dagang ekspor – impor milik Belanda yang berdiri sejak pemerintah Belanda berkuasa di Papua setelah Perang Dunia II. Di Pulau Doom, perusahaan ini khusus menangani divisi ekspor yang mengirimkan barang-barang ke pasaran Eropa, Jepang dan Singapura. Saat ini bekas kantor NV. NIGIMIJ digunakan sebagai rumah tinggal. Keadaan bangunan sekarang tidak cukup terawat dan sudah mengalami penambahan. NV. NIGIMIJ telah berubah nama menjadi PD. Irian Bakti setelah kedaulatan diserahkan ke pemerintah Indonesia. 4. Dermaga/Pelabuhan Pulau Doom dahulu memiliki dua dermaga, yaitu dermaga untuk penumpang dan dermaga untuk kapal barang. Seperti diketahui dengan adanya N.V NIGIMIJ maka banyak barang-barang komoditi dagang yang masuk ke Pulau Doom untuk ditampung selanjutnya diekspor ke luar negeri. Barang-barang dagangan tersebut berasal dari daratan Kepala Burung Papua, antara lain dari Sorong, Raja Ampat, Fakfak, Amberbaken dan Manokwari. Selain komoditi dagang ekspor milik N.V NIGIMIJ, barang-barang dagangan lain juga masuk untuk dipasarkan di Pulau Doom sendiri yang dikuasai oleh para pedagang Cina. 5. Gudang N.V. NIGIMIJ Bangunan gudang yang ada di Pulau Doom merupakan gudang yang dimiliki oleh N.V. NIGIMIJ dan para saudagar Cina. Gudang terbesar milik N.V. NIGIMIJ terletak di Jalan Trikora, dengan rangka baja yang kuat bangunan ini sekarang telah diganti dindingnya dengan batu tela karena sedang dalam penyelesaian untuk 32 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom digunakan sebagai gedung pertemuan. Dahulu gudang ini difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan komoditi ekspor seperti kopra, damar, kulit kerang, mutiara dan kulit buaya. 6. Gudang Saudagar/Pedagang Cina Bangunan gudang ini juga terletak di dekat pelabuhan tepatnya di Jalan Trikora di sebelah utara kantor N.V. NIGIMIJ (lihat peta). Bangunannya memiliki ukuran 25,2 meter x 7,4 meter dengan pintu berada di sisi barat dan utara. Sedangkan toko-toko milik orang Cina di Pulau Doom terletak di sepanjang Jalan Macan Tutul. 7. Kantor Polisi Kantor polisi terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur, sekarang ini kantor tersebut difungsikan sebagai Kantor Polisi Sektor Persiapan Sorong Kepulauan. Bekas rumah tinggal kepala polisi berada di depan kantor polisi, hanya dipisahkan oleh jalan. Kompleks asrama polisi juga berada di sekitar kantor kepolisian tepatnya di Jalan Bhayangkara. 8. Lembaga Pemasyarakatan (Penjara) Bekas bangunan Lembaga Pemasyarakatan (LP) ini terletak di Jalan Noho Kelurahan Doom Barat. Bangunan menghadap ke arah timur, kondisi bangunan saat ini telah berubah kecuali tembok keliling penjara yang tingginya kurang lebih 4 meter. Sisa-sisa bangunan yang masih terlihat saat ini berupa menara penjagaan di sudut tenggara dan sudut barat laut serta masih ada pintu gerbang penjara. Bekas rumah kepala sipir berada tepat di depan penjara, menghadap ke barat, sedangkan rumah para pegawai LP berada di sebelah selatan rumah kepala LP. Saat ini bangunan lembaga pemasyarakatan