Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom TINGGALAN KOLONIAL DI PULAU DOOM

Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura)

Abstract

Doom Island administratively included in the Islands District, City of Sorong, Province. Island of Doom was formerly the seat of government Onderafdeling (subsections) Raja Ampat placed an HPB (Hoofd van Plaatselijk bestuur). Until the 1950’s Island of Doom a warehousing hub and trading port of Sorong. It is estimated there are many buildings of the colonial legacy infrastructure to support the purposes of Dutch life Doom Island.

Key word: Doom Island, colonial building, Dutch government

Latar Belakang

Pulau Doom saat ini merupakan ibukota Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Pada tahun 1863 Pulau Doom mulai tercatat dalam dokumen Belanda, ketika Dr. H.A. Bernstein mengumpulkan materi studi kebudayaan bagi Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden. Tahun 1946 Pulau Doom yang waktu itu dikenal dengan sebutan Sorong-Doom menjadi ibukota Onderafdeling Sorong, bagian dari Afdeling West Nieuw Guinea. Pada tahun 1952 dibentuk Onderafdeling Raja Ampat yang beribukota di Doom (Gelpke, 2001: 601-612). Wilayah Onderafdeling Raja Ampat meliputi Pulau Waigeo, Batanta, Salawati, Kofi au, Misool, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya serta Seget di daratan besar Papua. Sampai tahun 1962 sebelum pemerintah Belanda menyerahkan kekuasaannya atas Papua ke , terakhir Onderafdeling Raja Ampat yang beribukota di Doom dipimpin oleh Firts Veldkamp. Beliau memimpin daerah ini dari tahun 1961 hingga Oktober 1962. Tahun 1962 merupakan masa peralihan sebelum kedaulatan benar-benar diserahkan ke tangan pemerintah Indonesia. Pada waktu itu pemerintahan dipegang

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 29 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom oleh UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) dan Sekretariat PBB bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya pemerintahan. Selanjutnya pada 1 Januari 1963 UNTEA dituntut untuk dibubarkan (Brand, 2001 : 553). Dalam artikel ini penulisan nama pulau ditulis dengan Doom sesuai ejaan pada masa pemerintahan Belanda dahulu. Hal ini perlu disebutkan di sini karena pada masa sekarang nama pulau ini ditulis Dum.

Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang diajukan adalah: 1. Tinggalan - tinggalan kolonial apa saja yang terdapat di Pulau Doom? 2. Apa fungsi dari tinggalan - tinggalan kolonial tersebut dahulu dan apa fungsi saat ini?

Tujuan Penelitian

Adapun dari permasalahan yang telah diajukan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk megetahui tinggalan – tinggalan kolonial yang terdapat di Pulau Doom serta mengetahui fungsi dari tinggalan – tinggalan kolonial tersebut dahulu dan saat ini.

Metode Penelitian

Penelitian di wilayah Pulau Doom ini masih dalam tahap awal, sehingga yang dilakukan adalah pengumpulan/penjaringan data sebanyak-banyaknya. Langkah penelitiannya diawali dengan mengumpulkan data mengenai tinggalan kolonial melalui survei lapangan dan studi pustaka. Sedangkan sifat penelitiannya adalah eksplorasi, sifat penelitian ini bertujuan untuk menjajagi, mengenali, menemukan dan menginvetarisasi kemungkinan adanya potensi data arkeologi (Tanudirjo, 1999: 22). Pengolahan data dilakukan pada semua gejala yang telah dikumpulkan, yaitu dengan menggabungkan data dari hasil survei, studi pustaka dari literatur, peta, dan foto-foto serta hasil wawancara. Setelah diolah, data dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

30 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom Secara geografi s Pulau Doom terletak di barat Kota Sorong pada posisi 0o 53’ 24,26” LS dan 131o 13’ 48,95” BT. Luas wilayah Pulau Doom kurang lebih 3,5 km2. Kondisi daerah Pulau Doom memiliki lahan yang datar di sepanjang tepi pantai sedangkan di tengah pulau merupakan lahan yang berbukit-bukit. Pada masa pemerintahan Belanda, rumah-rumah umumnya dibangun di sepanjang tepi pantai, namun saat ini Pulau Doom sudah padat, bahkan di tengah pulau yang berbukit pun sudah banyak dibangun rumah- rumah penduduk. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 3,5 km2. Pada masa pendudukan Belanda di Papua, Pulau Doom pernah dijadikan sebagai Ibukota Onderafdeeling Raja Ampat. Di pulau ini pula pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan beberapa bangunan bagi kepentingan pihak kolonial. Bangunan-bangunan tersebut sampai saat ini masih ada yang terawat dengan baik, tetapi ada pula yang telah dihancurkan dan diganti dengan bangunan yang baru. Tinggalan-tinggalan kolonial tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Fondasi Bekas Kantor Onderafdeling Bekas kantor onderafdeling terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur. Bangunan kantor ini sekarang sudah tidak ada lagi, tertinggal hanya fondasinya saja dengan ukuran 12 x 23 meter. Dahulu bangunan tersebut menghadap ke arah timur. Di depan kantor ini juga terdapat pondasi bekas tiga tiang bendera untuk mengibarkan bendera Belanda, PBB dan Indonesia. Di sebelah utara kantor onderafdeling dahulu terdapat kantor pos yang sudah tidak ada, yang saat ini tanahnya digunakan sebagai kantor distrik.

2. Rumah Tinggal HPB (Hoofd van Plaatselijk Bestuur) Berada di Jalan Pattimura No. 2 Kelurahan Doom Timur. Didirikan pada tahun 1941 sebagai rumah tinggal bagi kepala onderafdeeling yang berkuasa saat itu. Bangunan rumah tinggal ini berdenah segi empat dengan ukuran 10 x 11 meter dan menempati areal tanah seluas 3650 m2. Kondisi bangunan yang menghadap ke arah timur laut ini masih cukup baik dengan atap berbentuk limasan yang dahulu berbahan sirap namun sekarang telah diganti dengan seng. Dindingnya berupa tembok yang berbahan semen dan pasir dengan rangka bambu di dalamnya. Sekarang rumah tinggal ini ditempati oleh keluarga Bapak Taher Arfan yang

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 31 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom merupakan anak dari Bapak Abdullah Arfan keturunan raja Salawati Utara yang ke-20. Sebagai keturunan bangsawan, sampai saat ini Bapak Taher Arfan masih menyimpan warisan dari ayahnya berupa kitab dengan tulisan huruf Arab dan pedang yang di sisinya berukiran huruf Arab gundul. Selain itu juga ada meriam (galolo) yang dulu di tempatkan di depan rumah namun sekarang diletakkan di dalam rumah karena pernah dicuri orang.

3. Kantor NV. NIGIMIJ Bekas kantor ini terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur. Naamloose Venotschap (NV.) NIGIMIJ (Nederlands Nieuw-Guinea Import en Export Maatschappij) merupakan sebuah perusahaan dagang ekspor – impor milik Belanda yang berdiri sejak pemerintah Belanda berkuasa di Papua setelah Perang Dunia II. Di Pulau Doom, perusahaan ini khusus menangani divisi ekspor yang mengirimkan barang-barang ke pasaran Eropa, Jepang dan Singapura. Saat ini bekas kantor NV. NIGIMIJ digunakan sebagai rumah tinggal. Keadaan bangunan sekarang tidak cukup terawat dan sudah mengalami penambahan. NV. NIGIMIJ telah berubah nama menjadi PD. Irian Bakti setelah kedaulatan diserahkan ke pemerintah Indonesia.

4. Dermaga/Pelabuhan Pulau Doom dahulu memiliki dua dermaga, yaitu dermaga untuk penumpang dan dermaga untuk kapal barang. Seperti diketahui dengan adanya N.V NIGIMIJ maka banyak barang-barang komoditi dagang yang masuk ke Pulau Doom untuk ditampung selanjutnya diekspor ke luar negeri. Barang-barang dagangan tersebut berasal dari daratan Kepala Burung Papua, antara lain dari Sorong, Raja Ampat, Fakfak, Amberbaken dan . Selain komoditi dagang ekspor milik N.V NIGIMIJ, barang-barang dagangan lain juga masuk untuk dipasarkan di Pulau Doom sendiri yang dikuasai oleh para pedagang Cina.

5. Gudang N.V. NIGIMIJ Bangunan gudang yang ada di Pulau Doom merupakan gudang yang dimiliki oleh N.V. NIGIMIJ dan para saudagar Cina. Gudang terbesar milik N.V. NIGIMIJ terletak di Jalan Trikora, dengan rangka baja yang kuat bangunan ini sekarang telah diganti dindingnya dengan batu tela karena sedang dalam penyelesaian untuk

32 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom digunakan sebagai gedung pertemuan. Dahulu gudang ini difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan komoditi ekspor seperti kopra, damar, kulit kerang, mutiara dan kulit buaya.

6. Gudang Saudagar/Pedagang Cina Bangunan gudang ini juga terletak di dekat pelabuhan tepatnya di Jalan Trikora di sebelah utara kantor N.V. NIGIMIJ (lihat peta). Bangunannya memiliki ukuran 25,2 meter x 7,4 meter dengan pintu berada di sisi barat dan utara. Sedangkan toko-toko milik orang Cina di Pulau Doom terletak di sepanjang Jalan Macan Tutul.

7. Kantor Polisi Kantor polisi terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur, sekarang ini kantor tersebut difungsikan sebagai Kantor Polisi Sektor Persiapan Sorong Kepulauan. Bekas rumah tinggal kepala polisi berada di depan kantor polisi, hanya dipisahkan oleh jalan. Kompleks asrama polisi juga berada di sekitar kantor kepolisian tepatnya di Jalan Bhayangkara.

8. Lembaga Pemasyarakatan (Penjara) Bekas bangunan Lembaga Pemasyarakatan (LP) ini terletak di Jalan Noho Kelurahan Doom Barat. Bangunan menghadap ke arah timur, kondisi bangunan saat ini telah berubah kecuali tembok keliling penjara yang tingginya kurang lebih 4 meter. Sisa-sisa bangunan yang masih terlihat saat ini berupa menara penjagaan di sudut tenggara dan sudut barat laut serta masih ada pintu gerbang penjara. Bekas rumah kepala sipir berada tepat di depan penjara, menghadap ke barat, sedangkan rumah para pegawai LP berada di sebelah selatan rumah kepala LP. Saat ini bangunan lembaga pemasyarakatan ini difungsikan sebagai gedung sekolah SMA Negeri 4 Sorong, sedangkan bekas rumah kepala sipir dan para pegawai LP digunakan sebagai rumah tinggal penduduk.

9. Bekas Kantor RWD (Residentie Waterstaats Dienst). Bekas kantor ini terletak di Jalan Patimura, kondisi bangunan sekarang kurang terawat, tembok bekas nama kantor pun kini telah hilang sebagian. Saat ini bangunan difungsikan sebagai rumah tinggal.

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 33 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom 10. Rumah Sakit Bangunan rumah sakit terletak di Jalan Trikora, Kelurahan Doom Timur. Saat ini bangunan aslinya telah diganti bangunan baru, digunakan sebagai Puskesmas. Bangunan lama yang masih tersisa antara lain bangsal rumah sakit berbentuk rumah bulat dan rumah orang mati/kamar mayat yang berukuran 15 x 10 m, kedua bangunan tersebut sekarang difungsikan sebagai rumah tinggal.

11. Gereja Bethel Bangunan ini dipakai sebagai tempat ibadah umat Kristen. Terletak di wilayah Kelurahan Doom Timur, tepatnya di Jalan Macan Tutul No. 36. Keadaan bangunan masih baik karena sampai sekarang Gereja Bethel masih digunakan oleh Jemaat Bethel Doom sebagai Pusat Pembinaan Warga Gereja. Bangunan gereja menghadap ke selatan dengan bangunan berbentuk memanjang ke belakang. Bagian muka bangunan terdapat pintu utama dengan dua daun pintu, dua jendela di kanan dan kiri serta terdapat dua lubang angin. Di samping kanan terdapat tujuh jendela dengan dua daun pintu sedangkan di samping kiri terdapat enam jendela dan satu pintu.

12. Gedung Sekolah a. Gedung SD YPK Bethel Doom Gedung SD YPK Bethel Doom terletak di Jalan Trikora No. 12 Kelurahan Doom Timur. Sekolah ini merupakan sekolah zending (zending school) pertama di Pulau Doom. Saat ini bangunannya telah mengalami beberapa perubahan dan sekarang difungsikan sebagai sekolah Taman Kanak-Kanak Bethel Doom.

b. Gedung SD YPPK Stella Maris Gedung SD YPPK Stella Maris terletak di Kelurahan Doom Timur, tepatnya di Jalan Macan Tutul No. 26. Bangunan gedung sekolah ini menghadap ke timur, berdenah empat persegi panjang. Gedung ini berlantai plester dengan jendela dua daun berjumlah lima buah di sisi selatan dan empat buah di depan serta satu pintu utama.

34 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom 13. Tempat Hiburan a. Rumah Kesenangan Rumah Kesenangan terletak di Jalan Patimura No. 484 Kelurahan Doom Timur. Bangunannya menghadap ke utara ke arah laut, dahulu tempat ini digunakan oleh orang-orang Belanda untuk berdansa, bermain tenis dan berenang di laut. Keadaan bangunan saat ini sudah tidak terawat dan difungsikan sebagai rumah tinggal. Di sekitar rumah kesenangan ini ditemukan fragmen botol keramik yang terbuat dari bahan batuan warna keabu-abuan dan berglasir kuning kecoklatan. Juga ditemukan fragmen tempayan warna kecoklatan serta fragmen gerabah bagian dasar yang berwarna coklat dengan core hitam. b. Gedung Bioskop Di Pulau Doom dahulu terdapat dua gedung bioskop untuk menonton fi lm, yaitu Bioskop Orient dan Bioskop Rex. Bioskop Orient terletak di Jalan Macan Tutul sedangkan Bioskop Rex terletak di Jalan Trikora saat ini kedua bioskop tersebut telah banyak mengalami perubahan dan sekarang difungsikan sebagai rumah tinggal.

14. Tempat Pemakaman a. Kuburan Cina Kuburan Cina ini terletak di Kelurahan Doom Barat tepatnya di persimpangan Jalan Noho, berjarak kurang lebih 50 meter dari Lembaga Pemasyarakatan (sekarang SMA Negeri 4 Sorong). Pada kuburan ini nisannya relatif besar dengan warna merah atau putih, dan terdapat tulisan-tulisan Cina pada nisan tersebut. b. Kuburan Belanda Kuburan Belanda berada di Kelurahan Doom Barat. Ada beberapa nisan kubur orang Belanda yang masih dapat dikenali dari tulisan yang tertera di nisan tersebut, antara lain adalah nisan kubur dari Bertus Teekens yang bertuliskan “PS. 116 VERS 4 (BERYMO) HY IS VERLOST, GOD HEEFT HEM WELGEDAAM, ONZE GELIEFDE ZOON EN BROER, BERTUS TEEKENS, GEB.TE GOUDA : 1 DEC 1911, OVERL.TE SORONG : 17 JULI 1952”. Saat ini kuburan Belanda digunakan sebagai kuburan untuk umat Kristen.

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 35 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom 15. Rumah Bulat (Quonset) Di Pulau Doom terdapat kurang lebih lima rumah bulat, di antaranya ada yang cukup terawat namun ada juga yang telah dibongkar. Rumah bulat yang terdapat di Jalan Numberi dahulu berfungsi sebagai asrama militer. Salah satu yang cukup terawat adalah rumah bulat yang terletak di Jalan Patimura, Kelurahan Doom Timur. Rumah bulat ini terbuat dari rangka baja yang ditutup dengan seng lengkung setengah lingkaran dari atap sampai ke tanah. Pintu berada di depan dan belakang, sedangkan samping kanan dan kiri hanya ada jendela yang berfungsi sebagai lubang angin dan cahaya. Dahulu rumah bulat ini difungsikan sebagai gudang. Sekarang bangunan ini ditempati oleh keluarga Hengky Ramschie.

16. Jaringan Air Minum Pada awalnya Pulau Doom tidak memiliki sistem pengadaan air minum yang layak. Orang-orang hanya menggunakan beberapa sumur jelek dan penampung air hujan dalam drum. Untuk memperbaiki keadaan dibangunlah sebuah sumur air lengkap dengan instalasi pipa untuk mengalirkan air ke rumah-rumah.

17. Jaringan Listrik Jaringan listrik di Pulau Doom menggunakan tenaga diesel. Adanya jaringan listrik ini maka mampu menerangi pelabuhan, kawasan pergudangan, dan semua pemukiman di Pulau Doom. Bangunan pembangkit listriknya terletak di Jalan Nasution dan saat ini menjadi PLN cabang Doom.

18. Jaringan Jalan Jaringan jalan yang ada mengelilingi Pulau Doom sepanjang tepi pantai. Di darat jaringan jalannya berorientasi barat–timur, lebar berkisar antara 3 sampai 4 meter. Dahulu jalan di Pulau Doom masih berupa tanah, beraspal seperti sekarang dan tidak ada nama jalan. Saat ini nama-nama jalan di Pulau Doom antara lain Jalan Macan Tutul, Jalan Trikora, Jalan Yos Sudarso, Jalan Patimura, Jalan Bhayangkara, Jalan Noho, Jalan Nasution dan lain sebagainya.

36 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom 19. Rumah Dinas a. Rumah Dinas Pelayaran Terdapat dua kompleks rumah dinas Pelayaran di Pulau Doom, yaitu rumah dinas pelayaran A dan rumah dinas pelayaran B. Rumah dinas pelayaran A terletak di Jalan Patimura, Kelurahan Doom Timur sedangkan rumah dinas pelayaran B berada di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Doom Barat. Kompleks rumah dinas ini dahulu ditempati oleh para pegawai yang bekerja di pelayaran. Saat ini difungsikan sebagai rumah tinggal penduduk. b. Rumah Dinas Pegawai NV. NIGIMIJ Terletak di Jalan Numberi, Kelurahan Doom Timur. Rumah-rumahnya berada di atas bukit menghadap ke laut. Saat ini masih ada delapan unit bekas rumah dinas pegawai NV. NIGIMIJ yang digunakan sebagai rumah tinggal.

20. Lapangan Sepak Bola Lapangan sepak bola ini terletak di antara Jalan Macan Tutul dan Jalan Trikora Kelurahan Doom Timur. Lapangan sepak bola yang berorientasi barat-timur ini diyakini penduduk Pulau Doom sebagai lapangan sepak bola tertua di Papua. Sekarang lapangan bola ini bernama Lapangan Merdeka.

21. Lubang Pertahanan Jepang (Pillbox) Lubang pertahanan (pillbox) berbentuk seperti setengah lingkaran batok kelapa, terbuat dari beton yang tebal, dengan lubang-lubang kecil untuk mengintai dan menembak di bagian depan, dan ada pintu masuk di bagian belakang. Lubang pertahanan ini tahan terhadap pemboman dan tembakan meriam. Berdiameter kurang lebih dua meter. Lubang pertahanan ini dahulu dilengkapi dengan senapan mesin. Di Pulau Doom terdapat kurang lebih sembilan lubang pertahanan Jepang yang tersebar di beberapa tempat, baik di atas bukit maupun di dekat pantai. Sekarang lubang pertahanan Jepang ini oleh penduduk dipakai sebagai tempat buang sampah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Doom, terdapat beberapa bangunan peninggalan Jepang, Sekutu dan Belanda. Jepang menduduki Pulau Doom (19 April 1942 - 19 November 1944) dan menjadikan pulau ini sebagai area defensif menghadapi serangan balik Sekutu dari Australia. Peninggalan Jepang berupa lubang

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 37 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom pertahanan (pillbox), berbentuk bulat, terbuat dari beton yang tebal, dengan lubang-lubang kecil untuk menembak. Lubang pertahanan ini tahan terhadap pemboman dan tembakan meriam serta dilengkapi dengan senapan mesin. Lubang pertahanan ini mengarah ke pantai, berfungsi menahan serangan tentara sekutu dari arah pantai. Pemerintah pendudukan Jepang kemudian digantikan oleh Sekutu (19 November 1944 - 2 September 1945). Peninggalan tentara Sekutu berupa rumah bulat (quonset). Rumah bulat dibangun oleh tentara Zeni Sekutu, rumah ini dapat dibongkar pasang, didesain di Australia sehingga tentara zeni tinggal merakitnya saja. Rumah bulat yang terletak di Jalan Trikora berfungsi sebagai bangsal rumah sakit, sedangkan rumah bulat yang terletak di Jalan Patimura berfungsi untuk gudang, dan rumah bulat di Jalan Numberi berfungsi sebagai asrama militer. Pemerintahan Sekutu kemudian digantikan oleh Belanda (2 September 1945 – 1 Mei 1962). Pulau Doom difungsikan sebagai pusat pemerintahan Onderafdeling Raja Ampat. Belanda menilai posisi Pulau Doom sangat strategis karena berada di pantai utara Papua yang menjadi jalur pelayaran utama perdagangan. Berdasarkan hal ini Belanda membangun sebuah pelabuhan di Pulau Doom. Hal ini juga didukung oleh karakteristik pantai Pulau Doom yang tidak mengalami pendangkalan. Untuk membangun Pulau Doom, pemerintah Belanda menunjuk jawatan pengairan Residensi (RWD, Residentie Waterstaats Dienst). Jawatan ini dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda menangani urusan pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, leding, serta gedung-gedung pemerintah. Pembangunan rumah menyesuaikan dengan topografi Pulau Doom. Kantor Onderafdeling dibangun tidak jauh dari pelabuhan. Kantor pos dan telegraf berfungsi sebagai fasilitas komunikasi bagi penduduk Pulau Doom dengan dunia luar. Pulau Doom juga dijadikan sebagai pusat niaga, yang dilengkapi dengan pelabuhan, gudang, kantor administrasi NV. NIGIMIJ, asrama pelayaran, dan rumah dinas pegawai NV. NIGIMIJ. NV. NIGIMIJ merupakan perusahaan yang menjalankan usaha ekspor impor. NV. NIGIMIJ mengimpor bahan kebutuhan pokok, dan mengekspor kopra, teripang, lola, serta komoditas Papua lainnya ke luar negeri. Untuk mencukupi kebutuhan air minum maka jawatan pengairan residensi membangun instalasi air leding untuk mengalirkan air minum ke rumah-rumah. Untuk menyediakan listrik Belanda membangun pembangkit listrik tenaga diesel. Guna menjaga ketertiban umum di Pulau Doom dibangun juga kantor polisi serta penjara.

38 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom Sebagai pusat administrasi pemerintahan maka Belanda membangun kantor Onderafdeling. Rumah sakit berfungsi sebagai fasilitas kesehatan, kantor pos (post kantoor) berfungsi untuk melayani jasa pengiriman, rumah dinas pejabat Belanda berfungsi sebagai rumah tinggal pejabat. Belanda juga membangun pemakaman (kerkhof). Bioskop dan rumah kesenangan dibangun sebagai fasilitas hiburan. Lapangan sepak bola berfungsi untuk fasilitas olahraga dan tempat berkumpul serta bersosialisasi penduduk Doom. Dari segi arsitektur bangunan yang didirikan pada masa pendudukan Belanda di Pulau Doom memiliki kesamaan dengan bangunan kolonial di Merauke. Rumah dan gedung-gedung dibangun dengan beton yang terdiri atas susunan balok kayu besi dengan anyaman bambu dan kemudian diplester semen. Beberapa bahan bangunan yang digunakan sebagian diimpor diantaranya semen, atap asbes, atap seng, dan kaca. Bahan bangunan yang diperoleh dari lingkungan sekitar diantaranya kayu, bambu, pasir, dan batu pondasi. Berdasarkan pengamatan terhadap arsitektur bangunan kolonial yang ada, tidak terdapat adopsi dari arsitektur tradisional suku Moi. Rumah dinas pegawai pelayaran didesain memiliki kesamaan bentuk dan ukuran bangunan. Rumah dinas pegawai NV. NIGIMIJ dibangun dalam bentuk dan ukuran yang sama. Perbedaan bangunan hanya terlihat dari bahan atap, rumah dinas pegawai NV. NIGIMIJ beratap asbes warna putih, rumah dinas pelayaran dan kantor pemerintah beratap asbes warna merah, sedangkan rumah penduduk non-Belanda beratap seng. Terdapat beberapa pemukiman penduduk non-Belanda di Pulau Doom yang terdiri atas pemukiman khusus orang Cina (Kampung Cina), Kampung Serui, Kampung Biak dan Kampung Raja Ampat. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, rumah tinggal di Kampung Serui dan Kampung Biak berupa rumah panggung berbahan kayu. Rumah tinggal yang terdapat di perkampungan Cina memiliki ciri terdapat kios untuk berjualan. Pedagang Cina juga memiliki gudang untuk menyimpan barang-barang dagangannya. Pada masa pendudukan Belanda di Pulau Doom, zending juga berperan membangun pulau ini, yaitu dengan mendirikan gereja dan sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas beberapa kelas dan ruang guru. Sekolah ini berfungsi untuk mendidik anak-anak di Pulau Doom. Gereja berfungsi memberi pelayanan terhadap umat yang terdapat di Pulau Doom. Gereja ini memiliki sebuah menara yang ujungnya terdapat hiasan berupa palang salib.

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 39 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom Kesimpulan

Pulau Doom merupakan pulau yang terletak di wilayah pantai utara Papua yang menjadi jalur utama perdagangan. Sebagai pulau yang berada pada posisi demikian dengan sendirinya Pulau Doom mempunyai letak yang cukup strategis. Pulau yang relatif kecil ini oleh pemerintah kolonial Belanda dijadikan pusat pemerintahan Onderafdeling Raja Ampat yang termasuk dalam Afdeling West Nieuw Guinea. Berkembangnya Pulau Doom sebagai pusat pemerintahan onderafdeling menyebabkan pulau ini menjadi semakin ramai dan kompleks. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya sarana dan prasarana di Pulau Doom, seperti gedung sekolah, gereja, pergudangan dan jaringan jalan. Jalan utama di Pulau Doom pada daerah pantai dibuat jalan mengelilingi Pulau Doom, sedangkan jalan di dalam pulau berorientasi barat-timur. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Doom, terdapat bangunan peninggalan Jepang, Sekutu, dan Belanda. Peninggalan Jepang berupa lubang pertahanan (pillbox), berfungsi menahan serangan tentara sekutu dari arah pantai. Peninggalan tentara Sekutu berupa rumah bulat (quonset) berfungsi untuk rumah sakit, gudang, dan asrama militer. Peninggalan Belanda terdiri atas kantor onderafdeling, pelabuhan, gudang, kantor administrasi NV. NIGIMIJ, asrama pelayaran, dan rumah dinas pegawai NV. NIGIMIJ, bioskop dan rumah kesenangan, pemakaman (kerkhof). Bangunan gereja dan sekolah yang didirikan oleh zending. Peninggalan Belanda yang terdapat di Pulau Doom, dibangun untuk mendukung pemerintahan Belanda yang menjadikan Pulau Doom sebagai pusat pemerintahan Onderafdeling Raja Ampat. Sebagai pusat pemerintahan onderafdeling, Pulau Doom dihuni oleh masyarakat yang beragam, yaitu Belanda, Cina dan Pribumi. Masyarakat Belanda menempati rumah- rumah dinas pemerintahan. Masyarakat Cina bertempat tinggal di daerah perekonomian dan mendominasi pinggir-pinggir jalan utama, sedangkan penduduk pribumi menempati daerah-daerah pinggiran Pulau Doom.

40 Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 Sri Chiirullia Sukandar Tinggalan Kolonial di Pulau Doom DAFTAR PUSTAKA

Alua, Agus A. 2006. Papua Barat dari Pangkuan ke Pangkuan. Jayapura: Biro Penelitian STFT Fajar Timur.

Bachtiar, H.W. 1963. “Akulturasi di Irian Barat“, dalam Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar (eds.), Penduduk Irian Barat. Jakarta: PT. Penerbit Universitas. Hlm. 339 – 359.

______. 1994. “Sejarah Irian Jaya”, dalam Koentjaraningrat (ed.), Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hlm. 44 – 96.

Brand, Arie. 2001. “Pemerintahan di Bawah PBB, Bekerja Sebisanya” dalam Pim Schoorl (ed.) Belanda di Irian Jaya, Amtenar di Masa Penuh Gejolak 1945 – 1962. Jakarta: Garba Budaya. Hlm. 551 – 570.

Gelpke, Frits Sollewijn. 2001. “Tata Pemerintahan di Nugini-Belanda dari Masa ke Masa” dalam Pim Schoorl (ed.), Belanda di Irian Jaya, Amtenar di Masa Penuh Gejolak 1945 – 1962. Jakarta: Garba Budaya. Hlm. 591 – 626.

Tanudirjo, Daud Aris. 1999. “Strategi Penelitian Arkeologi di Lapangan”, dalam Panduan Dasar Penelitian Arkeologi (Edisi 1). Jurusan Arkeologi FS UGM. Hlm. 2-10.

Papua TH. IV NO. 1 / Juni 2012 41