1 Tugas Dan Kewenangan Polresta Denpasar Dalam
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TUGAS DAN KEWENANGAN POLRESTA DENPASAR DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN PENANGGULANGAN PELANGGARAN KARYA CIPTA LAGU DI KOTA DENPASAR Oleh: I Putu Carlos Dolesgit Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Unud ABSTRACT In the era of globalization, on one hand, the law protection of intellectual property right increasingly has a very important meaning, especially in the field both nationally and international trades. On the other hand, the law enforcement of intellectual property rights, both substantive factor (the statutory rules) and cultural factors of community law (the law of consciousness), the role of law enforcers is also important in achieving the effectiveness of a rule in the framework of the statutory copyright law enforcement of songs in Denpasar which is, in fact, hijacking song copyright works seems that it cannot be prevented successfully. So it should be questioned what factors are causing the law enforcers, in this case the resort police investigators of Denpasar less able to prevent infringement of copyright songs in the region of Denpasar. Through the methods of empirical data collected through the questionaries‘ and interviews then analyzed and finally a conclusion was drawn which states that the mechanism of Denpasar police resort in tackling piracy in copyrighted songs in Denpasar was conducted pre-emptively, preventively and repressively, but because some factors are not met in an effort to track copyright piracy prevention, the legal protection of copyrighted songs can not be achieved optimally. This is due to two factors, namely internal factors and external factors. Key words: Law enforcer, Copyright, Songs I. PENDAHULUAN menjadi landasan dalam pembangunan 1. Latar Belakang ekonomi. Hak Kekayaan Intelektual, Perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya disingkat dengan (HKI) dan teknologi telah menciptakan suatu merupakan jawaban atas paradigma ini. paradigma baru dalam konsepsi Oleh karena itu, tidak mengherankan ekonomi. Paradigma yang dimaksud saat jika hampir sebagian Negara di dunia ini ini meyakini bahwa pengetahuan sudah mulai memperhatikan HKI. HKI 1 merupakan salah satu alternative dalam dibidang HKI, seperti: Paris Convention, pembangunan ekonomi bangsa, hal ini WIPO, TRIPs Agreement, WTO. tidak terkecuali bangsa Indonesia. Berkaitan dengan HKI Pemahaman terhadap HKI khususnya Hak Cipta atas lagu, sistem memang bukanlah mempergunakan pengaturannya tertuang dalam Undang- konsep hukum semata, akan tetapi Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang terdapat pula pada ilmu lainnya, seperti Hak Cipta. Pada pasal 1 angka 1 teknologi, sastra, arsitektur, fotografi Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 ekonomi dan sebagainya. Namun harus tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa diketahui sebagian besar pemahaman Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi terhadap perlindungan HKI ini haruslah pencipta dan penerima hak untuk berlandaskan pada pemahaman dari mengumumkan atau memperbanyak aspek hukumnya. Perlindungan hukum ciptaan atau member izin untuk itu terhadap HKI mengatur tentang hampir dengan tidak mengurangi pembatasan- keseluruhan dari karya intelektual. pembatasan menurut peraturan Karya intelektual bersumber dari hasil perundang-undangan yang berlaku, cipta, rasa dan karsa manusia baik dalam sedangkan pengertian dari ciptaan atau bentuk kecerdasan intentelektuan karya cipta adalah hasil setiap karya maupun penguasaan terhadap ilmu pencipta yang menunjukkan keasliannya pengetahuan dan teknologi dari masing- dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni masing individu dalam suatu negara. atau sastra. Sebelumnya diatur dengan Karya intelektual manusia yang Undang-Undang nomor 6 tahun 1982 bermutu tinggi, inovatif, dan bernilai tentang Hak Cipta. Dalam kurun waktu ekonomis, serta diwujudkan dengan itu perlindungan hukum terhadap Hak pengorbanan dan resiko yang cukup Cipta belum dapat memberikan tinggi, maka sistem perlindungannya perlindungan secara efektif sebagaimana telah dibentuk baik secara nasional dan diketahui, baik dari laporan ataupun internasional. Secara internasional berbagai pemberitaan pers. Sejak pengaturan tentang HKI secara umum beberapa tahun terakhir ini kian sering terdapat pada Konvensi-Konvensi terdengar tentang semakin besar dan 2 meluasnya pelanggaran terhadap Hak konsumen yang tidak lagi Cipta. mempertanyakan apakah produk yang akan dibelinya merupakan hasil bajakan Pelanggaran hak cipta, kurang atau tidak. Bahkan jika konsumen lebih memiliki latar belakang yang sama berhadapan dengan pedagang yang dalam setiap kasus-kasus yang terjadi. menjual karya orisinal maka konsumen Pelaku pelanggaran hanya menginginkan akan mengatakan bahwa pedagang keuntungan finansial secara cepat dan tersebut menjual terlalu mahal. berlipat tanpa memerhatikan kepentingan dari pencipta atau Pembajakan hasil karya cipta pemegang hak cipta. Pelanggaran lagu memang cukup mudah ditemui di tersebut berakibat pada kerugian Indonesia, mulai dari pedagang besar di material dari pencipta atau pemegang mall terkemuka hingga pedagang hak cipta. Secara hukum, tingginya musiman di pinggir jalan. Orang jumlah pelanggaran hak cipta akan mempertanyakan, sudah sedemikian mencerminkan lemahnya penegakan parahkah sikap budaya dan sikap hidup hukum terhadap pelaku pelanggaran hak bangsa Indonesia yang tidak cipta tersebut. menghormati dan menghargai lagi sesuatu karya cipta di bidang ilmu Semakin meningkatnya jumlah pengetahuan, seni dan sastra? pembajakan lagu, maka akan Pengamatan terhadap keadaan tersebut menimbulkan kemerosotan budaya. ternyata memiliki pula dampak terhadap Pembiaran terhadap pelaku, hubungan internasional kita.1 menyebabkan adanya persepsi bahwa bajak-membajak lagu merupakan hal Dalam upaya perlindungan Hak yang biasa dan bukan merupakan Cipta lagu dari tindakan-tindakan tindakan yang melanggar undang- pembajakan dari pihak yang tidak undang. Pencipta juga enggan untuk bertanggung jawab, Pemerintah telah berkarya karena tidak pernah merasa mengupayakan perbaikan-perbaikan baik dilindungi akan kinerja yang telah dari segi substansinya maupun terhadap dihasilkannya. Maraknya pembajakan ini 1 H. Oka Saidin,2002, Aspek Hukum Hak juga berpengaruh terhadap perilaku Kekayaan Intelektual, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.158. 3 kinerja para penegak hukum serta Negara tidak pula memperoleh berupaya memberikan pemahaman yang pajak penghasilan atas keuntungan lebih baik tentang HKI terhadap yang diperoleh dari pembajakan masyarakat. tersebut. Salah satu perubahan yang Selain itu, tanpa kita sadari, tatanan terdapat di dalam Undang-Undang sosial, hukum dan ekonomi telah nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terancam pula. adalah bertalian dengan klasifikasi tindak pidana. Dalam Undang-undang 2) Pelanggaran atas Hak Cipta, sebelumnya, pelanggaran hak cipta sebagai hak milik perorangan, diklasifikasikan sebagai delik aduan. lebih tepat diklasifikasi sebagai Setelah diundangkannya Undang-undang delik biasa seperti halnya terhadap Nomor 19 Tahun 2002, pelanggaran hak pencurian, perampasan, penipuan cipta diklasifikasikan sebagai delik Delik aduan, sesungguhnya lebih biasa. Hal ini berarti, bahwa tindakan tepat apabila dikaitkan dengan Negara terhadap para pelanggar hak pelanggaran terhadap kehormatan cipta tidak lagi semata-mata didasarkan atau martabat seperti misalnya atas pengaduan Pemegang Hak Cipta. penghinaan, perkosaan, dan Tindakan akan dilakukan baik atas dasar menjadi kurang tepat apabila laporan atau informasi dari pihak diterapkan pada pelanggaran Hak lainnya. Untuk itu aparatur penegak Cipta yang lebih berdampak hukum diminta untuk bersikap lebih ekonomi, sosial dan tatanan hukum aktif dalam mengatasi pelanggaran hak pada umumnya. cipta ini. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dilakukannya perubahan 3) Masalah ketiga yang terkait dengan ini antara lain: perubahan di bidang pemidanaan ini adalah penambahan ketentuan 1) Berdasarkan pengalaman selama tentang perampasan hasil ini, kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran Hak Cipta oleh adanya pelanggaran hak cipta Negara untuk dihancurkan. ternyata tidak hanya diderita oleh Penambahan ketentuan ini Pemegang Hak Cipta. 4 dimaksudkan untuk sedapat bentuk kaset, DVD, CD, dan MP3 mungkin mengurangi kerugian walaupun labelnya asli tetapi isinya/ baik moril maupun ekonomi dari substansinya tidak sesuai dengan pemegang Hak Cipta. Dengan aslinya. Hal ini dapat terjadi karena demikian, hasil pelanggaran tingkat kemajuan teknologi dalam tersebut tidak sekedar dirampas. menggandakan sebuah karya sudah Barang tersebut pada prinsipnya begitu maju. tidak boleh diperdagangkan dan Undang-undang nomor 19 Tahun harus dihancurkan. Hal keempat 2002 tentang Hak Cipta yang berkaitan pula, adalah mengklasifikasikan perbuatan-perbuatan penegasan adanya hak Pemegang sebagaimana diatur dalam pasal 72 Hak Cipta untuk mengajukan sebagai tindak pidana biasa. Oleh karena tuntutan perdata kepada pelanggar, itu penegakan terhadap pelanggaran Hak tanpa mengurangi hak Negara Cipta sebagimana tercantum dalam pasal untuk melakukan tuntutan pidana.2 72 memberikan kewenangan kepada Hukum Hak Kekayaan lembaga Kepolisian berdasarkan Intelektual (HKI) memberikan Undang-undang nomor 2 Tahun 2002 perlindungan kepada pencipta dengan tentang Kepolisian Negara Republik memberikan hak ekonomi dan hak Indonesia untuk melakukan penyelidikan moral. Dalam kaitannya dengan ciptaan- dan penyidikan terhadap pelanggaran ciptaan lagu berdasarkan observasi Hak Cipta. terhadap si pencipta ternyata belum Dalam rangka penanganan tindak mendapatkan keuntungan ekonomis pidana pelanggaran HKI, Polresta yang memadai. Hal ini disebabkan Denpasar