Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Hlm. 237-248, Juni 2016

KEANEKARAGAMAN JENIS DI TELUK LAMPUNG

DIVERSITY OF NEOGRASTOPODA IN LAMPUNG BAY

Hendrik A.W. Cappenberg Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) œ LIPI, Jakarta E-mail: [email protected]

ABSTRACT The research was conducted in April 2008 and March 2009, in the Lampung Bay on six locations: Lahu, Ringgung, Hurun Bay, Mutun, Pelabuhan Panjang, and Sebalang. The aims of this research were to determine the diversity of neogastropod and their condition in this bay. The neogastropod samples were collected by using square transect method. A total number of 176 individuals of neo- gastropod consisted of 15 which were belong to 6 families were collected from the bay. Mo- rula Margariticola and Morula sp. () were the dominance species with relatively wide dis- tribution. The diversity index (H‘) ranged between 0,90 œ 2,10. The evenness index (e) ranged between 0.65 œ 0.91, and the species dominant index (C) ranged between 0.15 œ 0.49. The overall calculation indicated that the diversity of neogastropod in the Lampung Bay was relatively low. Comparison the diversiry of neogastropod from the other various areas in the coastal zone of Indonesia was also dis- cussed in this paper.

Keywords: diversity, neogastropod, Lampung Bay.

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2008 dan Maret 2009 di Teluk Lampung yaitu di Lahu, Ringgung, Teluk Hurun, Mutun, Pelabuhan Panjang dan Sebalang, bertujuan untuk mengetahui kom- posisi, distribusi, dan keragaman jenis neogastropoda. Contoh jenis neogastropoda didapat dengan menggunakan metode transek kuadrat. Total 176 individu neogastropoda yang ditemukan terdiri atas 15 jenis dan mewakili 5 suku. Morula margariticola dan Morula sp. dari suku Muricidae merupakan jenis yang dominn dan memiliki sebaran yang relatif luas. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H‘) berkisar antara 0,90 œ 2,10. Nilai kemerataan jenis (e) berkisar antara 0,65 œ 0,91 dan nilai indeks dominasi jenis berkisar antara 015 œ 0,49. Hasil perhitungan keseluruhan menunjukkan perairan Teluk Lampung memiliki keanekaragaman jenis neogastropoda yang relatif rendah. Perbandingan keane- karagaman neogastropoda dari berbagai lokasi lain di wilayah pesisir Indonesia di bahas dalam pene- litian ini

Kata kunci: keanekaragaman jenis, neogastropoda, Teluk Lampung

I. PENDAHULUAN nasi seperti subsrat pasir, patahan karang (rubles) dan pasir lumpur. Terumbu karang Perairan Teluk Lampung secara geog- yang cukup luas ditemukan berada pada rafis terletak di paling ujung selatan Pulau pulau-pulau kecil yang tersebar di dalam Sumatera dan berhadapan langsung dengan teluk. Kondisi seperti ini memungkinkan di- Selat Sunda. Memiliki dasar perairan yang temukannya berbagai macam fauna, salah sa- landai (Thoha, 2010), dengan kedalaman per- tunya moluska neogastropoda. airan berkisar antara 27 œ 49 m (Adrim & Beberapa suku moluska yang tergo- Fahmi, 2010). Teluk Lampung memiliki eko- long ke dalam ordo neogastropoda antara lain sistem tropika wilayah pesisir yang lengkap, adalah Conidae (Cone snails), Muricidae yaitu ekosistem mangrove, lamun dan terum- (Purple dye snails and Oyster drill snail), bu karang dengan rataan terumbu (reef flat) Mitridae, Costelariidae, Olividae (Olive yang landai dan terdiri dari berbagai tipe zo- snails), Fasciolariidae (Tulip Shells), dan

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 237 Keanekaragaman Jenis Neogastropoda di Teluk Lampung

Buccinidae (Whelks), merupakan kelompok terhadap ekosistem perairan pantai. Kondisi karnivora. Jenis-jenis suku ini memiliki spe- ini terlihat dari nilai total suspended solid sialisasi dalam memburu mangsa, sehingga (TSS) di perairan Teluk Lampung yang ber- mereka menjadi anggota komunitas bentos kisar antara 24 mg/l œ 37,5mg/l, yang mana yang dominan dan berada di puncak jejaring nilai tersebut sudah berada di atas ambang makanan (Modica & Holford, 2010). Sedang- yang diizinkan Kementerian Lingkungan Hi- kan suku lainnya merupakan pemakan bang- dup untuk perairan koral, yaitu 20 mg/l kai seperti suku maupun pema- (Helfinalis, 2010). kan segala (omnivore) seperti Columbellidae Gangguan atau kerusakan ekosistem (Poutiers, 1998). Neogastropoda adalah bagi- pantai seperti penebangan mangrove untuk an dari kelompok moluska yang cukup pen- pertambakan, pasar, dermaga maupun lahan ting dalam menyusun ekosistem perairan. perkebunan, serta pembongkaran/pengambi- Dalam ukuran yang kecil neogastropoda juga lan karang pada rataan terumbu disekitar dapat menjadi makanan bagi ikan-ikan mau- pesisir masih terus berlangsung. Kontribusi pun binatang laut karnivora lainnya. Kebera- paling besar terhadap kerusakan hutan mang- daan kelompok dalam suatu per- rove di Teluk Lampung adalah kegiatan per- airan dapat dipakai sebagai indikator lingku- tambakan ikan dan udang (Pramudji, 2010). ngan seperti pencemaran (Rosenberg & Tingginya eksploitasi koral dan mangrove Resh, 1993; Rachmawaty, 2011). menyebabkan hampir seluruh wilayah pantai Kondisi perairan pantai yang baik de- di Teluk Lampung sedang mengalami abrasi ngan berbagai organisme hidup di dalamnya (Anonimous, 2008). Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi kehadiran spesies neo- seperti ini tentu dapat mempengaruhi keane- gastropoda. Semakin beragam organisme karagaman dan kelimpahan biota laut seperti yang merupakan mangsa (makanan), maka fauna neogastropoda yang hidup di berbagai peluang untuk mendapatkan spesies neo- habitat pada ekosistem tersebut. Kegiatan pe- gastropoda dengan keragaman yang tinggi nelitian mengenai keragaman jenis neogas- juga semakin besar. Hampir semua neogas- tropoda di perairan Indonesia masih jarang tropoda hidup di sepanjang pantai pada dae- termasuk di Teluk Lampung belum pernah rah pasang surut (zona intertidal) beradaptasi dilakukan sebelumnya, sehingga data dan in- terhadap gempuran ombak dengan cara me- formasi tentang keberadaannya tidak terse- lekatkan diri pada substrat atau pada celah- dia. Penelitian ini bertujuan untuk memberi- celah batu. Kondisi substrat pantai di setiap kan gambaran dasar tentang keanekaragaman lokasi pengamatan yang berbeda-beda akan jenis fauna neogastropoda di Teluk Lam- menyebabkan sebaran dan komposisi jenis pung. gastropoda serta kelimpahannya berbeda pula (Islami, 2012). II. METODE PENELITIAN Dharma (1992) menyatakan umum- nya populasi spesies moluska cenderung ber- Penelitian dilakukan pada bulan April kurang, sebagian di antaranya menuju kepu- 2008 dan Maret 2009 di enam lokasi yang nahan, karena aktivitas manusia yang telah tersebar sepanjang pesisir pantai Teluk Lam- mengganggu keseimbangan ekosistem/habi- pung yaitu Lahu (Lh), Ringgung (Rg), Teluk tat kehidupan jenis tersebut. Pesatnya per- Hurun (T. Hr), Mutun (Mn), Pelabuhan Pan- tambahan penduduk serta meningkatnya pe- jang (P.Pg) dan Sembalang (Sg) (Gambar 1). manfaatan wilayah pesisir di sekitar Teluk Pengambilan moluska dilakukan dengan Lampung seperti reklamasi, berdirinya berba- menggunakan metode transek kuadrat (Loya, gai bangunan pabrik, perluasan pemukiman 1978; Heryanto et al., 2006). Tali transek maupun buangan limbah rumah tangga/in- ditarik tegak lurus garis pantai sepanjang 100 dustri dapat memberi tekanan yang besar m dimulai dari tepi pantai ke arah tubir

238 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81 Cappenberg

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Teluk Lampung.

(slope) saat air surut. Plot pengambilan con- timur teluk, hutan mangrove telah dikonversi toh moluska menggunakan kerangka (frame) menjadi tempat pemukiman penduduk dan aluminium berukuran 1 x 1 m diletakkan peruntukan lainnya. Lamun di kawasan ini pada setiap jarak 10 m di sepanjang garis tumbuh dengan cukup baik, memiliki sebaran transek. Setiap moluska neogastropoda yang yang luas pada enam lokasi penelitian de- ditemukan dalam kuadrat tersebut dicatat ngan tutupan rata-rata 60%. Lamun yang jenis dan jumlah individunya, termasuk tipe tumbuh pada semua lokasi termasuk dalam substrat pada setiap lokasi pengamatan mem- tipe campuran (mixed vegetation) yang ter- beri gambaran zonasi fauna tersebut. Identi- diri dari Enhalus acoroides, Cymodocea ro- fikasi jenis moluska neogastropoda dilakukan tundata, Cymodocea serulata, Halodule pini- dengan merujuk pada buku identifikasi mo- folia, Halodule uninervis, Halophila ovalis luska dari Abbott & Dance (1990), Dharma dan Thalassia hemprichii. Keragaman lamun (2005) dan Poutiers (1998). tertinggi terdapat di lokasi Sembalang se- Untuk menghitung struktur komuni- banyak 6 jenis dan terendah di Lahu dan tas yaitu indeks keanekaragaman jenis (H‘), Ringgung, masing-masing 2 jenis. Enhalus dan indeks kemerataan jenis (e) digunakan acoroides dan T. hemprichii ditemukan di se- primer 5 (Clark & Warwick, 2001), sedang- mua lokasi dengan persentase tutupan yang kan indeks Dominasi jenis (C) mengikuti berbeda. Sedangkan kondisi terumbu karang Odum (1971). Untuk mengetahui pengelom- banyak mengalami kerusakan terutama yang pokan moluska berdasarkan lokasi digunakan berada dekat pantai, akibat adanya peman- analisa indeks similaritas Bray-Curtis. faatan yang merusak seperti pembongkaran Perairan pesisir pantai Teluk Lam- karang untuk dijadikan bahan bangunan, pe- pung memiliki ekosistem hutan mangrove, nangkapan ikan dengan menggunakan po- padang lamun dan terumbu karang. Substrat tassium, adanya reklamasi pantai yang turut lokasi pengamatan tersusun dari pasir lum- mempengaruhi pertumbuhan karang. Terum- pur, pasir hingga patahan karang mati. Vege- bu karang dengan kondisi yang cukup baik tasi mangrove hanya dapat ditemukan pada hanya terdapat pada pulau-pulau kecil yang beberapa lokasi di bagian barat teluk dengan berada di tengah teluk dan cukup jauh dari kondisi yang cukup baik seperti di Teluk Hu- pesisir pantai. run dan Ringgung. Sedangkan pada kawasan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 239 Keanekaragaman Jenis Neogastropoda di Teluk Lampung

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa sebaran jenis, tidak merata di setiap lokasi. 3.1. Komposisi Jenis Neogastropoda Ada beberapa lokasi memiliki jumlah jenis Sebanyak 176 individu moluska yang yang cukup beragam, sedangkan lokasi lain- terdiri dari 15 jenis neogastropoda yang ter- nya tidak. Columbella scripta dan Morula masuk dalam 6 suku ditemukan di lokasi pe- margariticola memiliki sebaran yang relatif ngamatan Teluk Lampung. Keragaman jenis luas, dengan nilai frekuensi kehadiran dan suku yang ditemukan di setiap lokasi sa- masing-masing (83,3%), sedangkan jenis la- ngat fluktuatif, dimana jumlah jenis tertinggi innya memiliki nilai persentasi kehadiran ≤ terdapat di lokasi Ringgung dan Teluk Hu- 50%. Tingginya nilai frekuensi kehadiran ke- run, yaitu 10 dan 9 jenis, sedangkan yang te- dua jenis tersebut erat kaitannya dengan kon rendah di lokasi Lahu dan Mutun, masing- disi substrat yang umumnya didominasi oleh masing 4 dan 5 jenis. Dilihat dari kehadiran pasir, patahan karang mati serta berbatu, jenis neogastropoda, suku Muricidae memi- yang merupakan mikrohabitat ideal bagi liki jumlah jenis yang tertinggi yaitu 7 jenis kedua jenis tersebut. Oleh karenanya, jenis (58,3%) sedangkan Buccinidae, Costellarii- ini hampir selalu ditemukan di berbagai dae dan Mitridae memiliki jumlah jenis yang perairan pantai Indonesia pada wilayah terendah, masing-masing 1 jenis (8,3%) dari pasang surut. Columbella scripta (Colum- total jenis yang didapat (Tabel 1). bellidae), Morula margariticola dan Morula sp. (Muricidae) memiliki sebaran yang luas

Tabel 1. Sebaran jenis dan jumlah individu neogastropoda pada setiap lokasi pengamatan di Teluk Lampung.

No. Famili / Spesies La Rg Tl. H Mn P. Pg Sg Kehadiran I Buccinidae 1 Cantharus fumosus 1 2 1 0 0 0 50% II Columbellidae 2 Columbella scripta 7 6 8 11 13 0 83,3% 3 Pyrene punctata 0 0 3 0 3 2 50% 4 Pyrene testudinaria 0 4 1 2 0 0 50% III Costellariidae 5 Vexillum virgo 0 0 1 0 0 0 16,7% IV Mitridae 6 Pterygia undulosa 0 2 4 0 0 2 50% V Muricidae 7 brunneus 1 0 0 1 0 0 33,3% 8 Chicoreus capucinus 0 4 0 0 0 0 16,7% 9 Morula margariticola 0 3 25 6 4 5 83,3% 10 Morula musiva 0 0 0 0 2 1 33.3% 11 Morula sp. 16 6 0 0 2 1 66,7% 12 Thais kieneri 0 11 2 0 0 0 33,3% 13 Thais sp. 0 1 0 0 0 0 16.7% VI Nassariidae 14 margartifera 0 0 2 0 4 0 33,3% 15 Nassarius pullus 0 2 0 4 0 0 33,3% Jumlah Individu 25 41 47 24 28 11 - Jumlah Spesies 4 10 9 5 6 5 - Keterangan: La=Lahu; Rg=Ringgung; Tl. H=Teluk Hurun; Mn=Mutun; P. Pg=Pelabuhan Panjang; Sg=Sebalang

240 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81 Cappenberg

di perairan tropis bahkan sampai ke perairan kan terjadinya perubahan habitat daerah pe- sub tropis di sebelah utara perairan pantai sisir dimana hanya jenis-jenis organisme ter- Jepang hingga utara pantai New South Wales tentu saja yang dapat beradaptasi dan hidup dan (Poutiers, 1998). Jenis pada daerah tersebut. Nybakken (1989) me- ini sering dikumpulkan oleh masyarakat pesi- nyatakan bahwa gerakkan ombak merupakan sir untuk di makan dan cangkangnya dipakai faktor lingkungan yang dominan pada pantai sebagai bahan kerajinan (Poutiers, 1998). berpasir, dimana pantai pasir kasar dan keri- Ukuran dewasa dari marga Morula berkisar kil tidak dapat menyimpa air pada saat surut antara 2,5 œ 11,5 cm. sehingga banyak organisme sukar atau tidak Dari total individu fauna neogastro- dapat tinggal pada daerah tersebut. poda, hanya suku Muricidae yang memiliki Neogastropoda merupakan kelompok jumlah individu tertinggi (51,70%), sedang- gastropoda tingkat tinggi yang mempunyai kan jumlah individu terendah dari suku Cos- jenis makanan dan tingkah laku makan yang tellariidae (0,57%). Kontribusi Morula mar- berbeda dibandingkan dengan mesogastro- gariticola dan Morula sp. sangat besar ter- poda dan subkelas Opisthobranchia (Barnes, hadap tingginya jumlah individu dari suku 1987). Dari cara makannya sebagian besar Muricidae, yaitu masing-masing sebesar 37, neogastropoda adalah karnivora, dengan ting- 1% (43 individu) dan 21,6% (25 individu). kat aktivitas predator yang bervariasi dan ak- Bila dilihat dari kelimpahan individu neogas- tif mencari mangsa. Umumnya suku Murici- tropoda pada setiap lokasi pengamatan, Te- dae memakan/memangsa biota hidup seperti luk Hurun memiliki kelimpahan relatif ter- bivalvia, gastropoda, polychaetes, bryozoa, tinggi, yaitu 26,7% diikuti Ringgung (23,3%) sipunculids, teritip, dan krustasea berukuran dan yang terendah di lokasi Sembalang kecil, tapi ada juga beberapa jenis yang me- (6,3%). Tingginya jumlah individu pada lo- makan bangkai. Pemilihan sumber pakan kasi Teluk Hurun disebabkan oleh hadirnya yang disukai tergantung dari jenis moluska Morula margariticola dalam jumlah yang do- yang ada, sehingga ketersediaan pakan dapat minan. Kehadiran Morula margariticola de- menjadi faktor penting yang berhubungan ngan jumlah individu yang dominan erat kai- dengan tingkat kepadatan (Islami, 2012). tan dengan kemampuan jenis tersebut ber- Di Guam, makanan utama morula be- adaptasi dengan lingkungan tempat tinggal- rupa kerang mytilus dan Modiolus auricula- nya. Jenis ini hidup pada mikrohabitat pasir tus sedangkan pada tingkat yang lebih rendah hingga pasir berbatu pada bagian tengah pada vermetids dan cerithiide (Taylor, 1984). daerah intertidal (Poutiers, 1998). Tutupan Di Hawaii, vermentids (kelompok moluska lamun dan mangrove yang berada dalam kecil), tiram serta moluska mati dimakan kondisi yang cukup baik dan didominasi oleh oleh Morula granulata (Miller dalam Kay, Sonneratia alba (Pramudji, 2010) di Teluk 1979). Kondisi ini menunjukkan bahwa jenis Hurun dapat menjadi tempat yang ideal bagi dari suku Muricidae memiliki fleksibilias da- moluska neogastropoda untuk mendapatkan lam menentukan target makanan atau mang- makanan, berlindung dan ruang yang aman sanya. Sedangkan yang bersifat herbivora, untuk berkembang biak. Sedangkan rendah- seperti marga Pyrene dan Columbella me- nya jumlah individu di lokasi Sembalang di- mangsa rumput laut atau makro alga yang duga disebabkan beberapa faktor fisik seperti menempel pada karang atau pada substrat ke- substrat yang didominasi oleh pasir berukur- ras lainnya. Artinya keberadan makro alga an sedang hingga kasar, letak lokasi yang cukup berperan terhadap kehadiran dan berhadapan langsung dengan laut terbuka dan kelimpahan moluska tersebut. Kombinasi da- sering diterjang ombak, menyebabkan terja- ri bentuk dan banyaknnya cabang serta luas dinya perubahan garis pantai (abrasi), (Helfi- permukaan alga dan perakarannya memberi nalis, 2010). Kondisi seperti ini menyebab-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 241 Keanekaragaman Jenis Neogastropoda di Teluk Lampung

pengaruh yang signifikan terhadap kelimpa- nis yang sedikit, juga ada dominasi individu han moluska (Blight et al., 2009). pada spesies tertentu. Ini sesuai dengan pen- Dari semua suku neogastropoda yang dapat Odum (1971) yang menyatakan bahwa ditemukan dalam pengamatan ini, hanya bila nilai indeks keanekaragaman dan keme- Nassariidae yang merupakan pemakan bang- rataan jenis rendah menunjukkan adanya kai dan endapan (deposite feeder), yang me- kosentrasi dominan yang tinggi. Secara nempati habitat bersubstrat lunak pada per- umum, tinggi rendahnya nilai keanekaraga- airan pantai maupun payau (Poutiers, 1998). man dapat dipengaruhi oleh kehadiran jum- Nassariidae juga dapat hidup di berbagai lah jenis, persebaran jumlah individu, ada zona pasang surut, pada tipe substrat yang atau tidak pemusatan pada individu tertentu bervariasi dengan ada atau tidaknya vegetasi serta kondisi lingkungan perairan dan tipe pada dasar perairan bahkan pada perairan habitat. yang miskin oksigen (Chan & Morton, 2005; Nilai indeks kemerataan jenis (e) ber- Chatzinikolaou & Richardson, 2008). kisar antara 0,65 œ 0,91, nilai-nilai ini meng- gambarkan tingkat kestabilan suatu komuni- 3.2. Keanekaragaman Neogastropoda tas, yang menunjukkan keseimbangan kom- Perhitungan nilai indeks ekologis se- posisi antar jenis neogastropoda dengan jum- perti indeks keanekaragaman (H), kemera- lah individu yang dimilikinya. Secara umum taan (e) dan dominasi jenis (C) (Tabel 2) nilai indeks kemerataan yang dicatat menun- merupakan kajian yang dapat digunakan un- jukkan bahwa setiap jenis neogastropoda tuk menduga kondisi suatu ekosistem. Nilai yang ditemukan pada masing-masing lokasi indeks keanekaragaman jenis neogastropoda memiliki jumlah individu yang cukup ber- pada masing-masing lokasi berada pada kisa- imbang, kecuali lokasi Lahu yang memiliki ran 0,90 œ 2,10. Daget dalam Arbi dan Mud- nilai indeks kemerataan cukup rendah (0,65). jiono (2012) menyatakan bahwa jika nilai H‘ Kondisi ini disebabkan oleh ada terjadi kurang dari 2,0 maka nilai keanekaragaman pemusatan individu dari Morula sp. sebesar di suatu wilayah perairan termasuk dalam ka- 64,0% dari total individu yang ditemukan tegori rendah. Berdasarkan kriteria tersebut pada lokasi tersebut. Bila berpedoman pada dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman kriteria indeks kemerataan Daget dalam Hu- jenis neogastropoda di Teluk Lampung kom (2008) yang menyatakan jika nilai ke- umumnya rendah. Dari keenam lokasi pe- merataan berkisar antara 0,50 œ 0,75, maka ngamatan tersebut, lokasi Lahu memiliki ni- komunitas berada dalam kondisi labil dan lai indeks keanekaragaman yang terendah sebaliknya jika nilainya berkisar antara 0,75 (0,90) yang diikuti pula dengan rendahnya œ 1,00 maka komunitas berada dalam kondisi nilai kemerataan (0,65). Rendahnya nilai- stabil. Berdasarkan kriteria tersebut, maka nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan dapat dikatakan bahwa komunitas di lokasi pada lokasi tersebut selain karena jumlah je-

Tabel 2. Indeks keanekaragaman (H‘), kemerataan (e) dan dominasi spesies (C) moluska neogastropoda di Teluk Lampung.

Location H'(loge) e C Lahu (La) 0,90 0,65 0,49 Ringgung (Rg) 2,10 0,91 0,15 Teluk Hurun (Tl. H) 1,54 0,70 0,33 Mutun (Mn) 1,34 0,83 0,31 Pelabuhan Panjang (P. Pg) 1,53 0,85 0,28 Sembalang (Sg) 1,41 0,88 0,29

242 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81 Cappenberg

Lahu dan Teluk Hurun berada dalam kondisi setiap jenis, seperti yang ditunjukkan dengan labil, sedangkan jenis neogastropoda pada nilai indeks kemerataan jenis di masing- empat lokasi lainnya berada dalam kondisi masing lokasi sebesar 0,96 (Pelabuhan Pan- komunitas yang stabil dengan persebaran je- jang) dan 0,83 (Sembalang). Nilai ini meng- nis yang cukup merata. gambarkan komunitas fauna neogastropoda Hasil analisa indeks dominasi jenis pada kedua lokasi berada dalam kondisi yang (C) pada masing-masing lokasi berkisar an- stabil (Tabel 2). Walaupun letak kedua lokasi tara 0,15 œ 0,49. Tingginya nilai indeks ini ini sangat berjauhan, namun kedua lokasi menunjukkan adanya dominasi jenis neoga- memiliki profil dasar perairan (substrat) tropoda tertentu, seperti pada lokasi Lahu cukup seragam yang tersusun dari pasir, (C = 0,49) yang 64,0% dari total jenis patahan karang, sedikit lumpur dan ditum- neogas-tropoda didominasi oleh Morula sp. buhi lamun dengan jumlah jenis yang relatif Sebalik-nya, nilai Indeks dominasi terendah sama (5 œ 6 jenis) dan didominasi oleh En- terdapat di lokasi Ringgung (C = 0,15) yang thalus acoroides dengan persentase tutupan menun-jukkan tidak adanya dominasi dari yang cukup berimbang, berkisar antara 80- jenis ter-tentu yang menjadi pengendali 100% (Anonimous, 2008). Kepadatan pa- utama dalam komunitas. Hal ini berarti dang lamun yang tinggi dapat memberikan komunitas fauna neogastropoda pada lokasi tempat perlindungan yang aman dan mampu tersebut tersusun oleh banyak jenis dengan memberikan ketersediaan berbagai sumber jumlah individu yang relatif merata (Arbi, makanan dan stabilitas lingkungan yang rela- 2008). Jadi, berdasarkan data pada Tabel 2 tif baik dalam bentuk perlindungan terhadap dan berbagai kriteria (Hukom, 2008; Manik, pemangsa. Vegetasi lamun yang lebat dapat 2012), dapat dikatakan komunitas neogas- meredam arus dan gelombang sehingga per- tropoda di Teluk Lampung berada dalam airan di sekitarnya menjadi lebih tenang dan kondisi stabil dengan dominasi rendah, kecu- partikel-partikel mineral maupun organik da- ali di lokasi Lahu yang memiliki nilai domi- pat dengan mudah mengendap di daerah pa- nasi yang berada dalam kondisi dominasi se- dang lamun, sehingga menjadikan padang la- dang (Tabel 2) namun tidak memiliki pe- mun sebagai lingkungan yang baik untuk ke- ngaruh yang cukup signifykan dalam ko- hidupan berbagai organisme. (Hutomo da- munitas. Dominasi jenis neogastropoda dapat lam Metungun et al., 2011). saja di pengaruhi oleh faktor yang saling Kelompok kedua diwakili oleh lokasi berhubungan, seperti kondisi habitat, kualitas Lahu, dimana komunitas neogastropoda pada lingkungan perairan yang dapat mempe- lokasi ini dicirikan dengan kehadiran Morula ngaruhi sifat-sifat fisik maupun kimia per- sp. dengan jumlah individu yang dominan, airan yang akhirnya mempengaruhi kehadir- serta memiliki nilai kemiripan jenis yang an neogastropoda pada suatu perairan. sangat rendah yaitu 42,%. Sedangkan kelom- Hasil perhitungan nilai indeks kemiri- pok ketiga terdiri dari lokasi Mutun, Ring- pan berdasarkan jumlah jenis antar lokasi pe- gung dan Teluk Hurun. Komunitas neogas- ngamatan memperlihatkan bahwa komunitas tropoda pada ketiga lokasi tersebut dido- negastropoda di peraira Teluk Lampung ter- minasi oleh Morula margariticola dan Thais diri dari tiga kelompok. Kelompok pertama kieneri dari suku Muricidae, dengan nilai ke- terdiri dari lokasi Pelabuhan Panjang dan samaan jenis yang sangat mirip terdapat pada Sembalang, dengan tingkat kemiripan ter- lokasi Ringgung dan Teluk Hurun dengan tinggi, yakni 72,7% (Gambar 2). Nilai ini nilai kemiripan sebesar 63,2%. Nilai ini menunjukkan bahwa hampir semua jenis memberikan indikasi bahwa kedua lokasi yang terdapat pada lokasi Pelabuhan Panjang tersebut memiliki kemiripan substrat dan ha- juga ditemukan di lokasi Sembalang dengan bitat yang hampir sama. Dimana dari 10 dan persebaran individu yang cukup merata pada 9 jenis neogastropoda yang terdapat pada ke-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 243 Keanekaragaman Jenis Neogastropoda di Teluk Lampung

contoh jenis-jenis dari suku Nassariidae tidak ditemukan pada lokasi Desa Berakit, Pulau Bintan (Satria et al., 2008), pantai Desa Wolwal, Pulau Alor (Cristin, 2013) dan Pu- lau Nusalaut yang memiliki substrat yang di- dominasi oleh pasir berkerikil dan pecahan karang (Islami, 2012). Suku Nassariidae ha- nya dapat ditemukan pada substrat pasir lumpur, seperti di Teluk Lampung (penelitian

ini) dan penelitian di Aceh Besar (Irma dan Gambar 2. Dendogram dari fauna neogas- Sofyatuddin, 2012) (Tabel 3). Marga - tropoda di Teluk Lampung. riius dikenal sebagai fauna pemakan detritus yang hidup membenamkan diri pada substrat et al dua lokasi tersebut, ditemukan sebanyak 6 je- lumpur berpasir (Saripantung ., 2013; Poutiers, 1998) Begitu juga sebaliknya jenis nis neogastropoda yang sama. Umumnya ke- beradaan jenis maupun individu moluska sa- neogastropoda dari suku Columbellidae ha- ngat di pengaruhi oleh variasi tipe substrat, nya ditemukan pada mikrohabitat pasir di- dimana semakin mirip tipe substrat dan kon- tumbuhi oleh lamun pada daerah terumbu ka- disi ekologisnya maka kecenderungan untuk rang (Poutiers, 1998). menemukan jenis yang sama pada dua atau Banyaknya jumlah jenis neogastropda lebih lokasi yang berbeda sangat besar. Per- di Teluk Lampung diikuti dengan tingginya bedaan jumlah jenis maupun individu umum- nilai indeks keanekaragaman (2,15) dan nilai nya disebabkan oleh adanya variasi substrat kemerataan yang stabil (0,77), sedangkan ni- dan habitat tempat hidup moluska (Islami lai keanekaragaman dan kemerataan jenis ter- dan Mudjiono, 2009). Pengelompokan yang endah terdapat di lokasi Aceh, masing- terjadi antara lokasi pengamatan dipengaruhi masing (0,65) dan (0,60) yang diikuti dengan oleh kondisi faktor abiotik (tipe substrat). tinggnya nilai dominasi jenis (0,64). Adanya Dimana semakin mirip tipe substrat antara dominasi menunjukkan tingginya kompetisi lokasi maka semakin besar peluang untuk antar jenis dalam mendapatkan makanan dan mendapatkan jenis yang sama pada kedua lo- ruang, dan bila substrat sebagai tempat hidup kasi tersebut. kurang heterogen maka semakin tinggi persa- Sebagai pembanding dari penelitian ingan (tekanan) dalam komunitas tersebut. ini, pada Tabel 3 ditampilkan pula keaneka- Kondisi ini menunjukkan bahwa setiap tipe ragaman neogastropoda dari berbagai lokasi subtrat memiliki ciri keragaman spesiesnya di Indonesia. Pada tabel tersebut terlihat bah- atau sebaliknya keragaman jenis dapat meng- wa fauna neogastropoda di Teluk Lampung indikasikan tipe substrat. memiliki keragaman jenis yang lebih tinggi. Perbedaan nilai keragaman, kemera Tingginya jumlah jenis neogastropoda di per- taan serta dominasi jenis pada berbagai loka- airan Teluk Lampung dapat disebabkan oleh si menunjukkan bahwa lokasi Teluk Lam- tipe substrat yang cukup variatif serta masih pung memiliki nilai struktur komunitas neo- baiknya kondisi habitat padang lamun se- gastropoda yang lebih tinggi. Tingginya nilai hingga dapat mendukung keberadaan fauna ini dapat dipengaruhi oleh kondisi padang la- tersebut. Bagi fauna moluska, tipe substrat mun dan mangrove yang masih baik serta sangat berperan dalam keragaman jenis mau- memiliki tipe substrat yang heterogen, se- pun kepadatan jumlah individunya. Substrat hingga mampu mendukung kahadiran neo yang terdiri dari lumpur dan pasir dengan se- gastropoda yang hidup berasosiasi di dalam- dikit liat merupakan substrat yang disenangi nya. Selain pemangsa dan kompetisi, ling- oleh gastropoda (Rangan, 1996). Sebagai kungan fisik dan kimia perairan juga sangat

244 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81 Cappenberg

Table 3. Jumlah Individu dan sebaran jenis neogastropoda dari berbagai lokasi di Indonesia.

Teluk Pulau Pulau Pulau No. Jenis Aceh Lampung Bintan Alor Nusalaut 1 Cantharus fumosus + - 1 - - 2 cantharus sp. - - - - + 3 Latirus gibbulus - - - + - 4 Vexillum virgo + - - - + 5 Pterygia undulosa + - - - - 6 Chicoreus brunneus + - - - - 7 Chicoreus capucinus + - - - - 8 Morula margariticola + - - - + 8 Morula musiva + - - - - 10 Morula sp. + - - - - 11 Thais kieneri + - - - - 12 Thais muricoides - + - - - 13 Thais sp. + - - - - 14 Nassarius margartifera + - - - - 15 Nassarius pullus + - - - - 16 Nassariius distortus - - + - - 17 Nassariius olivaceus - - + - - 18 tigridella - + - - - 19 Oliva oliva - - - + - 20 Oliva sayana - - - + - 21 Oliva elegans - - - - + 22 Oliva tesellata - - - - + 23 Columbella scripta + - - - + 24 Pyrene decussata - - - - + 25 Pyrene punctata + - - - - 26 Pyrene testudinaria + - - - - 27 Terebra sp. - - - - + 28 ceramicum - + - - - Jumlah Individu 176 123 18 432 10 Jumlah Jenis 12 3 3 3 8 Indeks Keanekaragaman (H‘) 2,15 0,98 0,65 1,07 1,97 Indeks Kemerataan (e) 0,77 0,89 0,60 0,98 0,95 Indeks Dominasi (C) 0,16 0,02 0,64 0,35 0,16 berpengaruh terhadap jumlah jenis dan in- kemiripan jenis yang sangat kecil atau tidak dividu (Dittman 1990). ada. Artinya tidak ada kemiripan jenis yang Hasil analisa nilai kluster berdasarkan ditemukan pada lokasi-lokasi tersebut. Kon- jumlah jenis yang dicatat pada masing- disi seperti ini dapat saja disebabkan oleh masing lokasi sangat rendah (Gambar 3). Ke- faktor ekologis antar lokasi yang tidak sama miripan jenis neogastropoda hanya ditemu- seperti tipe substrat serta vegetasi yang ada kan antara lokasi Teluk Lampung dan Pulau pada lokasi tersebut. Nusalaut (11,33%). Kemiripan antara kedua lokasi tersebut disebabkan oleh kesamaan IV. KESIMPULAN habitat (pasir dan lamun) yang dicirikan de- ngan kehadiran suku Collumbellidae secara Sebanyak 15 jenis neogastropoda bersama-sama pada kedua lokasi tersebut. yang termasuk dalam 6 suku ditemukan di Sedangkan pada lokasi lainnya memiliki nilai semua lokasi pengamatan. Columbella scrip-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 245 Keanekaragaman Jenis Neogastropoda di Teluk Lampung

ngan moril dan kerjasamanya serta Prof. DR. Sam Wouthuyzen atas koreksi dan sarannya dalam penulisan inii, teman-teman peneliti dan teknisi atas kerjasama yang baik selama penelitian. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada mitra bestari yang sudah memberi komentar dan masukan untuk memperbaiki mutu peper ini.

DAFTAR PUSTAKA Gambar 3. Dendogram dari fauna neogas-

tropoda di setiap lokasi. Adrim, M. dan Fahmi. 2010. Biodiversitas

ikan yang berasosiasi dengan karang ta (suku Columbellidae) memiliki sebaran di perairan Teluk Lampung. Status cukup luas, dan hadir disemua lokasi pene- sumberdaya laut di perairan Teluk litian. Nilai keanekaragaman jenis neogas- Lampung. Pusat Penelitian Oseanog- tropoda pada setiap lokasi berkisar antara rafi-Lembaga Ilmu Pengetahuan In- 0,90 - 2,10, nilai kemerataan (0,65 œ 0,91), donesia, Jakarta. Hlm.:63-81. dan nilai dominasi (0,15 - 0,49). Nilai keane- Abbott, R.T. and P. Dance. 1990. Com- karagaman (H‘) dan kemerataan (e) terendah pendium of seashell. Crawford House terdapat di lokasi Lahu. Rendahnya kedua Pres, Australia. 411p. nilai ini karena adanya dominasi individu Anonimous. 2008. Dinamika ekosistem dari Morula sp. yang ditemukan sebanyak perairan Teluk Lampung dalam kai- 64% dari total inividu yang ada pada lokasi tannya dengan tata ruang. Laporan tersebut. Ini ditunjukkan dengan tingginya Akhir. Pusat Penelitian Oseanigrafi œ nilai dominasi (C) sebesar 0,49. Sedangkan LIPI, Jakarta. 167hlm. nilai keanekaragaman dan kemeratan jenis Arbi, U.Y. 2008. Komunitas moluska di eko- yang tinggi terdapat di lokasi Ringgung. sistem Tambak Wedi, Selat Madura, Nilai ini menunjukkan semua jenis neogas- Jawa Timur. Oseanologi dan Limno- tropoda yang ditemukan pada lokasi tersebut logi di Indonesia, 34(3):411-425. hadir dengan jumlah individu yang cukup Arbi, U.Y. dan Mudjiono. 2012. Struktur ko- berimbang. Secara umum keanekaragaman munitas gastropoda di padang lamun jenis neogastropoda berada dalam tingkat Perairan Kema, Sulawesi Utara. Ose- yang rendah namun memiliki nilai kemera- anologi dan Limnologi di Indonesia, taan yang relatif stabil dengan tingkat domi- 38(3):327-340. nasi yang umumnya rendah. Hasil analisa Barnes, R. D. 1987. Invertebrate zoology. klaster menunjukkan bahwa kemiripan spe- Saunders College Publishing, Phila- sies neogastropoda antar lokasi pengamatan delphia. 893p. di Teluk Lampung dipengaruhi oleh kemi- Blight, A.J., A.L. Allcock, C.A. Maggs, and ripan tipe substrat dan habitat. M.P. Johnson. 2009. Intertidal mol-

luscan and algal species richness UCAPAN TERIMA KASIH around the UK coast. Mar. Ecol.

Prog. Ser., 396:235-243. Penulis mengucapkan terima kasih Chan, K. and B. Morton, 2005. The repro- kepada Prof. Drs. Pramudji M.Sc. sebagai ductive biology of Nassriius festivus koordinator proyek penelitian dinamika eko- (Powys, 1835) (Gastropoda: Nassarii- sistem pesisir Teluk Lampung serta duku- dae) in relation to seasonal change in

246 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81 Cappenberg

temperature and salinity in subtropi- Irma, D. dan K. Sofyatuddin. 2012. Diversity cal Hong Kong. Aquatic Ecology, 39: of gastropods and bivalves in mang- 213-228. rove ecosystem rehabilitation areas in Chatzinikolaou, E. and C.A. Richardson, Aceh Besar and Banda Aceh districts, 2008. Population dynamics and gro- Indonesia. Aquaculture, Aquarium, wth of Nassarius reticulatus (Gastro- Conservation & Laegislation, 5(2): poda:Nassariidae) in Rhosneigr (Ang- 55-59. lesey, UK). Marine Biology, 153(4): Islami, M.M. dan Mudjiono. 2009. Komu- 605-619. nitas moluska di perairan Teluk Am- Cristin, Y. 2013. Kelimpahan dan keaneka- bon, Provinsi Maluku. Oseanografi ragaman jenis-jenis gastropoda pada dan Limnologi di Indonesia, 38(3): zona intertidal Desa Wolwal Tengah 293-305. Kecamatan Alor Barat Daya Kabu- Islami, M.M. 2012. Islami, M.M. 2012. Studi Alor. http://yanticristin.blogspot.co kepadatan dan keragaman moluska di .id/2013/06/kelimpahandankeanekara pesisir pulau Nusalaut, Maluku. Ose- gaman-jenis_6104.html. [Diakses: 11 anologi dan Limnologi di Indonesia, Juli 2016]. 38(3):293-305. Dharma, B. 1992. Siput dan kerang Indonesia Kay, E. A. 1979. Hawaiian marine shells. II. Verlag Christa Hemmen. Germa- Reef and shore fauna of Hawaii: sec- ny. 135hlm. tion 4. . Bernice, P. (ed.). Dharma, B. 2005. Recent and fossil Indo- Bishop Museum Special Publication nesian shells. Conchbook, Hacken- vol 64 (3). Bishop Museum Press, Germany. 424p. Hawaii. 653p. Dittman, S. 1990. Mussel beds-amensalism Loya, Y. 1978. Plotless and transect or amelioration for intertidal fauna?. methods. In: Stoddard D.R. and R.E. Helgoländer Meeresunters, 44:335- Johannes (eds.). Coral reef research 352. methods. UNESCO. Paris. 22-32pp. Helfinalis. 2010. Lingkungan pantai, endapan Manik, N. 2012. Diversitas ikan pada ko- sedimen dan total suspended solid di munitas padang lamun di Pantai Barat perairan Teluk Lampung. Status sum- Pulau Talise, Sulawesi Utara. Osea- berdaya laut di perairan Teluk Lam- nologi dan Limnologi di Indonesia, pung. Pusat Penelitian Oseanografi œ 38(3):307-314. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone- Metungun, J., Juliana dan M. Y. Beruatjaan, sia, Jakarta. Hlm.:205-218. 2011. Kelimpahan gastropoda pada Heryanto, R. Marsetyowati, dan F. Yulianda habitat lamun di perairan Teluk UN 2006. Metode survey dan pemantauan Maluku Utara. Prosiding Seminar populasi satwa seri kelima: siput dan Nasional. Pengembangan Pulau- kerang. Bidang Zoologi (Museum Pulau Kecil. Hlm.:225-231. Zoologicum Bogoriense), Pusat Pe- Modica, M.V. and M. Holford. 2010. The nelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pe- neogastropoda: evolutionary innova- ngetahuan Indonesia, Bogor. 56hlm. tions of predatory marine snails with Hukom, F.D. dan A.E.W. Manuputy. 2008. remarkable pharmacological poten- Kondisi ikan karang di Perairan Te- tial. In: Pontarotti, P. (ed.). Chapter rumbu Karang Pulau Mapur, Provinsi 15. Evolutionary biology-concepts, Kepulauan Riau. Sumberdaya Laut di molecular and morphological evolu- Perairan Laut Cina Selatan dan seki- tion, Springer-Verlag Berlin Heidel- tarnya. Pusat Penelitian Oseanografi œ berg. 249-279pp. LIPI, Jakarta. Hlm.:47-61.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 247 Cappenberg

Nybakken, J.W. 1989. Biologi laut, suatu gastropoda di hamparan lamun daerah pendekatan ekologi. Gramedia, Jakar- intertidal Kelurahan Tongkeina, Kota ta. 459hlm. Manado. J. Ilmiah Platax, 1(3):102- Odum, E.P. 1971. Fundamentals of ecology. 108. W.E. Saunders, Philadelphia, USA. Satria, M., A. Zulfikar dan L.W. Zen, 2008. 574p. Keanekaragaman dan distribusi gas- Poole, R.W. 1974. An introduction to quan- tropoda di perairan Desa Berakit, titative ecology. McGraw-Hill, New Kabuparen Bintan. http://jurnal. York, N. Y. 532p. umrah.ac.id/?p=3178. [Diakses: 11 Poutiers, J. 1998. The living marine resour- Juli 2016]. ces of the Western Central Pasific. Taylor, J.D. 1980. Diets and habitats of Vol. 1: Seaweeds, corals, bivalves shallow water predatory gastropods and gastropods. FAO of the United around Tolo Channel, Hong Kong. Nation. 686p. In: Morton, B. (ed.). The malaco- Pramudji, 2010. Mangrove di kawasan pe- fauna of Hong Kong and Southern sisir Teluk Lampung, Provinsi Lam- China. Hong Kong University Press, pung. Status sumberdaya laut di per- Hong Kong. 163-180pp. airan Teluk Lampung. Pusat Peneli- Taylor, J.D. 1984. A partial food web tian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pe- involving predatory gastropods on a ngetahuan Indonesia, Jakarta. Hlm.:1- Pacific fringing reef. J. of Experi- 13. mental Marine Biology and Ecology, Rachmawaty, 2011. Indeks keanekaragaman 74:273-290. makrozoobentos sebagai bioindika- Thoha, H. 2010. Fitoplankton di perairan tor tingkat pencemaran di muara Teluk Lampung. Status sumberdaya sungai Jeneberang. Bionature, 12 laut di perairan Teluk Lampung. Pu- (2):103-109. sat Penelitian Oseanografi-Lembaga Rangan, J. 1996. Struktur dan apologi komu- Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. nitas gastropoda pada zona hutan Hlm.:96-103. mangrove Perairan Kulu Kabupaten Warwick, R.M. and K.R. Clarke. 2001. Minahasa, Sulawesi Utara. Tesis. Change in marinre communities: an Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. approach to statistical analysis and in- 94hlm. terpretation. Plymouth, Natural Envi- Rosenberg. D. M. and V.H. Resh. 1993. ronmental Research Council. Bourne Freshwater biomonitoring and ben- Pressm. 169p. thic macroinvertebrates. Chapman and Hall. New York. 488p. Diterima : 30 November 15 Saripantung, G.L., J.F.W.S. Tamanampo, dan Direview : 28 juni 16 G. Manu. 2013. Struktur komunitas Disetujui : 19 juli 2016

248 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81