Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Medan 1992-2015

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Medan 1992-2015 PERAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KAWASAN KESAWAN MEDAN 1992-2015 SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : AKHMAD SUPANDI NIM : 130706035 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Terima kasih dan penuh rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya dan jalan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra pada program Strata-1 (S1), Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dengan skripsi yang berjudul: PERAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KAWASAN KESAWAN MEDAN 1992-2015 Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah dan para akademisi di Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan semangat kepada penulis agar terus berjuang dalam penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran sangat diperlukan penulis dalam memperbaiki serta mengkaji lebih dalam skripsi ini, sebab penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Medan, Juli 2019 Penulis Akhmad Supandi i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur dan terima kasih yang besar penulis ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak lupa juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa baik secara moril maupun materil, dan juga atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam hal menyelesaikan skripsi ini: 1. Bapak Dr. Budi Agustono, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Wakil Dekan I Prof.Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.d. Wakil Dekan II Dra. Heristina Dewi, M.Pd, dan Wakil Dekan III Prof.Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si, beserta seluruh staf pegawai, berkat bantuan serta fasilitas yang penulis peroleh dan gunakan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum sebagai Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah sangat bersabar dan berusaha menahan diri atas keterlambatan akademik dan juga penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Nina Karina, MSP, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang telah banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis baik selama perkuliahan dan saat mengerjakan penulisan skripsi ini. ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Dra. Ratna, M.S selaku dosen pembimbing yang selalu memberi arahan, nasihat serta memberikan waktu untuk berdiskusi tentang penulisan skripsi ini hingga selesai. Terima kasih buk, maaf jika dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mengulur waktu. 5. Kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa ilmu sejarah, semoga ilmu yang diterima dapat bermanfaat dalam kehidupan. Juga kepada Bang Amperawira sebagai Tata Usaha Program Studi Ilmu Sejarah, terima kasih bang atas dukungan, arahan serta nasihatnya. 6. Kepada Kedua Orang Tua penulis, Ayahku Suyetno dan Mamakku Fauziah Wati. Terima kasih penulis ucapkan buat segala rasa cinta dan kasih sayang yang sudah kalian berikan dan tanamkan kepada penulis dengan sangat berlimpah dan tak berkesudahan sampai saat ini. 7. Kepada saudara/i penulis Abangku Aldinul Syahputra beserta keluarga dan Kakakku Ami Syahputri yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis dimanapun penulis berada. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini saudaraku. 8. Kepada abang sepupuku sekaligus juga alumni satu almamater di sejarah USU, Lucki Armanda beserta keluarga, yang telah banyak membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam perkuliahan maupun proses pengerjaan skripsi ini. iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 9. Seluruh kawan-kawan STAMTILAS Sejarah USU (Stambuk 2013) Andre, Ayu, Aziz, Azis, Bima, Cici, Cut, Dairi, Deo, Didi, Dina, Edo, Emkal, Fatri, Hilda, Hotni, Isti, Irfan, Jhon, Junias, Junita, Juwita, Kartisyah, Khaifah, Liza, Merry, Nanda, Nansha, Nathalia,Nia, Nisa, Nugrah, Putra, Rani, Rasyid, Rina, Rini, Rosida, Samsul, Sarington, Sion, Sri, Syafri, Syarifah, Tari, Victor, Vina, Widya, Wirda, Zoni, karena telah mengisi hari-hari dan kebersamaan yang kita jalani semasa perkuliahan. Serta kepada sahabat-sahabat seperjuaangan penulis, Alm. Napol, Boccor, Bang’O, Doi, Fenrico, Gilbert, Helmy, Hengky, Pak Jhon, Si Pal, Ijun, Rico, Tomy, Vikceng, yang telah bersama-sama menghadapi semua yang terlewati di sekret dan taman sejarah, terima kasih sahabatku. 10. Keluarga Besar HIMIS (Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah) USU terutama pengurus periode 2015/2019. Ketua, Teguh Marbun beserta Sekretaris, Josson Malau. Tidak lupa juga penulis berterima kasih kepada angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016, 2017. Bravo Sejarah!!! 11. Kepada seluruh keluargaku di GEMA PRODEM (Gerakan Mahasiswa Pro Demokrasi), Kak Resti, Om Poly, Harapan, Moga, Bang Ucil, Bang Uye, Bang Eko, terima kasih karena telah memperkenalkan GEMA PRODEM kepadaku. Serta kepada semuanya yang telah bersama-sama berjuang dan menjalani hari-hari di GEMA PRODEM, Marcus, Budi, Aifo, Ricky, Jere, Novri, Novi, Awik, Daud, Goliath, Kancil, Yosua. D.U.R!!! iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 12. Kepada seluruh kawan-kawan di Basecamp GGS, Kak Tinik, Bang Uli, Gendut, Goyor, Ronson, Kiaban, Bopeng, Lana, yang selalu menyemangati penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 13. Kepada pengelola Restoran Tip Top, Tjong A Fie Mansion, Mesjid Lama Gang Bengkok, pihak Badan Warisan Sumatera (BWS) dan juga kepada seluruh narasumber yang telah memberikan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan bisa saja terjadi kesalahan di dalamnya, maka dengan itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah referensi dalam penulisan sejarah terkhusus pada bangunan cagar budaya yang terdapat di kota Medan. Medan, Juli 2019 Penulis Akhmad Supandi v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian skripsi ini berjudul: “Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Medan 1992-2015”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelakan tentang bagaimana peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan. Karena kita mengetahui bahwasanya Kota Medan adalah salah satu kota yang banyak memiliki peninggalan-peninggalan masa kolonial Belanda berupa bangunan- bangunan. Salah satu daerah di Kota Medan yang banyak memiliki peninggalan- peninggalan bangunan tersebut adalah daerah Kesawan. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang terdapat di daerah Kesawan tersebut dahulunya adalah berupa kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, kantor-kantor bank, rumah toko bagi para pedagang etnis Cina dan juga fasilitas-fasilitas umum yang dibangun oleh kolonial Belanda sebagai penunjang industri perkebunan di Kota Medan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dijelaskan bahwa masyarakat harus berperan aktif dalam menjaga maupun melestarikan bangunan cagar budaya. Hal tersebut yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian, yaitu ingin mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam menjaga maupun melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di kota Medan, khususnya kawasan Kesawan dalam kurun waktu dari tahun 1992-2015. Dari penelitian ini penulis mendapatkan hasil bahwasanya peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan masih belum maksimal pada saat ini, bahkan terdapat beberapa bangunan yang sudah mulai mengalami kerusakan dari segi bentuk bangunannya. Metode penelitian yang dipakai pada penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik (pengumpulan data), Kritik (verifikasi data), Interpretasi (penafsiran), dan Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik (pengumpulan data) penulis memakai metode kepustakaan (library research) dan metode lapangan (Field Research). Selain kedua metode tersebut penulis juga melakukan pengumpulan sumber melalui wawancara terhadap informan-informan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kata kunci : Peran Masyarakat, Pelestarian, Bangunan, Cagar Budaya, Kota Medan. vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................... vi DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
Recommended publications
  • Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City Medan 1890-1942
    PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 ISBN: 978-94-6375-447-7 Lay-out & Printing: Ridderprint B.V. © 2019 D.A. Buiskool All rights reserved. No part of this thesis may be reproduced,stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means without prior written permission of the author. Cover photo: Chinese festive gate in Kesawan, Medan 1923, on the occasion of the 25th coronation jubilee of Queen Wilhelmina of the Netherlands. Photo collection D.A. Buiskool PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 PROMINENTE CHINEZEN TIJDENS DE OPKOMST VAN EEN KOLONIALE STAD MEDAN 1890-1942 (met een samenvatting in het Nederlands) Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof. dr. H.R.B.M. Kummeling, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op maandag 11 november 2019 des middags te 4.15 uur door Dirk Aedsge Buiskool geboren op 8 februari 1957 te Hoogezand Sappemeer 3 Promotor: Prof. Dr. G.J. Knaap 4 Believe me, it is so. The beginning, and not the middle, is the right starting point. ’T is with a kopeck, and with a kopeck only, that a man must begin.1 1 Gogol, Nikol ai Dead Souls Translated by C. J. Hogarth, University of Adelaide: 2014: Chapter III. 5 6 TABLE OF CONTENTS ACKNOWLEDGMENTS 13 INTRODUCTION 15 CHAPTER 1 EAST SUMATRA. THE FORMATION OF A PLANTATION ECONOMY. 29 1. East Sumatra: Historical Overview 32 1.1 East Sumatra until circa 1870 32 1.2 From Tobacco to Oil and Rubber 34 1.3 Migrant workers 38 1.4 Frontier society 43 1.5 Labour conditions on the plantations 44 1.6 Van den Brand’s manifesto 47 1.7 Labour inspection 48 Summary 50 CHAPTER 2 THE CITY OF MEDAN.
    [Show full text]
  • Kajian Arsitektural Tionghoa Pada Rumah Tjong a Fie Dan Rumah Cheong Fatt Tze Skripsi Oleh Natasha Shafira Jiemy 150406103 !
    KAJIAN ARSITEKTURAL TIONGHOA PADA RUMAH TJONG A FIE DAN RUMAH CHEONG FATT TZE SKRIPSI OLEH NATASHA SHAFIRA JIEMY 150406103 ! DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 KAJIAN ARSITEKTURAL TIONGHOA PADA RUMAH TJONG A FIE DAN RUMAH CHEONG FATT TZE SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : NATASHA SHAFIRA JIEMY 150406103 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini dengan judul “Kajian Arsitektural Tionghoa pada Rumah Tjong A Fie dan Rumah Cheong Fatt Tze”. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh Sarjana Teknik Program Studi Arsitektur di Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Penulis berusaha untuk menghasilkan penelitian ini dengan sebaik- baiknya agar berguna bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan dukungan dan bantuan pikiran dengan bentuk kritik dan saran yang membangun. Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah memberikan dorongan semangat dan doa kepada penulis sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skrispi ini, terutama kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. i 2. Kedua orang tua, ayahanda M. Indra Jiemy dan Ibunda Shelviana Asyanti Manthey serta kepada saudara kandung saya Rayhan Aulia Jiemy yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis. 3.
    [Show full text]
  • Tjong a Fie Mansion – Arsitektur Peranakan, Bukti Kekayaan Arsitekur Nusantara
    Tjong A Fie Mansion – Arsitektur Peranakan, Bukti Kekayaan Arsitekur Nusantara PROPERTY INSIDE – Kota Medan ternyata tidak hanya terkenal akan kelezatan kulinernya saja. Keindahaan arsitektur bangunan-bangunan Tempo Doeloe-nya pun sungguh tak habis-habis untuk digali. Mulai dari gedung Kantor Pos Besar Medan, Gedung Balai Kota Lama, Gedung London Sumatera, hingga jembatan besar yang biasa disebut Titi Gantung oleh masyarakat Medan. Namun semua itu tidak akan lengkap jika tidak memasukan bangunan kuno nan indah satu ini dalam daftar kekayaan sejarah kota Medan. Gaya arsitektur campuran budaya Tiongkok kuno, Eropa dan Melayu berpadu membentuk sebuah harmoni yang sedap dipandang diterapkan dengan sangat elegan pada rumah ini. Tidak bisa dipungkiri, Rumah Tjong A Fie ini adalah salah satu ikon dan simbol sejarah multi etnis di kota Medan. Rumah Tjong A Fie dibangun pada tahun 1895 dan selesai pada tahun 1900. Gerbang rumah yang megah ini “dijaga” dua patung singa, pintu masuk dihiasi ukiran kayu yang cantik. Burung phoenix dari potongan keramik warna-warna bertengger manis di atas gerbang. Rumah ini sendiri terbuka untuk umum, menjadi museum sejak tahun 2009, tepat pada saat peringatan 150 tahun kelahiran Tjong A Fie, sang pemilik. Bangunan cagar budaya nasional seluas 6000 m/square membawa kita ke era Baba dan Nyonya, seolah memasuki mesin waktu yang membawa kita ke awal tahun 1900-an. www.propertyinside.id Tjong A Fie Mansion – Arsitektur Peranakan, Bukti Kekayaan Arsitekur Nusantara Peninggalan sejarah dan budaya peranakan Tiongkok-Indonesia ini kini dikemas menarik, dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti galeri foto tua, lobby lounge excecutive, butik & museum cafe yang menyajikan resep khusus kuliner peranakan nan lezat.
    [Show full text]
  • The Contribution of Tong a Fie in Creating Religious Harmony in North Sumatera, Medan, Indonesia
    IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Volume 23, Issue 6, Ver. 4 (June. 2018) PP 76-81 e-ISSN: 2279-0837, p-ISSN: 2279-0845. www.iosrjournals.org The Contribution of Tong A Fie in Creating Religious Harmony in North Sumatera, Medan, Indonesia Syahrin Harahap1, Amroeni Drajat1, Hasna Nasution2 1State Islamic University of North Sumatra (UINSU), Medan, Indonesia 2Ph.D Student in State Islamic University of North Sumatra (UINSU), Medan, Indonesia Corresponding Author: Syahrin Harahap Abstract: Religion is the basic need of every human being who has a tendency to submit and obey God in his life.In Medan TjongA Fie socializes widely and is known as a merciful and very generous trader, he maintains good relationship with many religions. He gave many contribution to some people with many religions by helping to build the places of worship such as mosque; church; Buddhist temple in term of money, land, building railway station, etc.The kindness of A Fie is famous until the whole of North Sumatra without distinguishing tribe, religion and race. Keywords: religion; harmony; society; worship ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------- Date of Submission: 29-05-2018 Date of acceptance: 12-06-2018 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ---------- I. INTRODUCTION In religious life, the Province of North Sumatra embraces a variety of religions. The religious composition of the people of North Sumatra is Islam 65.45%, Protestant Christian 26.62%, Catholic 4.78%, Hindu 0.19%, Buddhist 2.82% and others 0.14%. The number of Islamic houses of worship, Mosque and Mushalla 21,933, Protestant Christian temples 12,209, 1,848 Catholic temples, 61 Hindu houses of worship, 323 Buddhist temples and 11 Confucian temples.
    [Show full text]
  • Analysis of Chinese Calligraphy at the Tjong a Fie Mansion Museum DOI: | Julina1* | Intan Erwani2 | Rudiansyah3 |
    Randwick International of Social Science (RISS) Journal RISS Vol. 1, No. 3, October 2020 | Page: 443-450 Journal ISSN Online: 2722-5674 - ISSN Print: 2722-5666 http://www.randwickresearch.com/index.php/rissj Philological Studies: Analysis of Chinese Calligraphy at the Tjong A Fie Mansion Museum DOI: https://doi.org/10.47175/rissj.v1i3.98 | Julina1* | Intan Erwani2 | Rudiansyah3 | 1,2,3 University of Sumatera ABSTRACT Utara, Medan, Indonesia This article discussed the study of Chinese calligraphy texts/characters at the Tjong A Fie Mansion museum as covered in [email protected] philological scholarship. The notion of philology in this paper is not [email protected] limited to the root words but is broader along with the [email protected] development of this science from time to time, in studying the cultural treasures of the past from the object of study which is called a manuscript. The research method was paradigmatic in order to create a form of research report that has been done. Presented starting from the descriptive, analytical and comparative stages. Utilizing the theory of philological explanation from Henri Chambert-Loir. The results of this study were the reconstruction of text/characters as the content of the manuscript which was abstract and essential, to be precise the calligraphy characters found at the main entrance, front door and back of the left-wing of the Tjong A Fie Mansion museum building. KEYWORDS Tjong A Fie; Philology; Chinese Calligraphy; Museum; Medan city. INTRODUCTION The moved of the Deli Maatschappij office to Deli land or the city of Medan at this time was the beginning of the development of the Deli land area into a city.
    [Show full text]
  • 9 Oslo, Norway
    Tel : +47 22413030 | Epost :[email protected]| Web :www.reisebazaar.no Karl Johans gt. 23, 0159 Oslo, Norway Sumatra Adventure Turkode Destinasjoner Turen starter TIST Indonesia Medan Turen destinasjon Reisen er levert av 9 dager Medan Fra : NOK Oversikt Steamy Sumatra is a rugged jungle paradise for all types of adventurers. The world’s sixth largest island is teeming with untamed nature and is home to many endangered species, including the Sumatran tiger, rhinoceros, elephants and the acclaimed orangutan. On this nine-day Sumatran expedition, travel from Medan to Bukit Lawang and explore Gunung Leuser National Park. Head to Berastagi and hike up the steaming active volcano Sibayak, basking in the glory of misty panoramas from the summit. Finish in Samonsir on Lake Toba, where the colourfully dressed Christian Batak people are happy to have your company. Venture off the beaten track and learn a thing or two about Sumatra. Reiserute Medan Selamat datang! Welcome to Indonesia. The adventure begins with a welcome meeting at 6 pm. If you happen to arrive early, perhaps check out Maimun Palace – designed by a Dutch Architect and built in the 19th century, it combines architecture from Malay, Indian and Islamic cultures and is now a museum. Alternatively, buy a ticket and take a guided tour of the museum at Tjong A Fie Mansion – known as "the historical jewel in Medan", the Tjong A Fie was built in 1895 by a hakka merchant and is modelled on the Cheong Fatt Tze mansion in Penang. After your important welcome meeting, you could head to grab some street food with your group at one of the night markets in town, or go to a local restaurant – your group leader will know of some good spots.
    [Show full text]
  • Ethnoregional Social Dramas of Southeast Asian in Globalism
    Ethnoregional Social Dramas of Southeast Asian in Globalism: Recasting Cultural Heritage for Ethnic Revivals Saiful Anwar Matondang Thèse de Doctorat présentée devant la Faculté des Lettres de l’Université de Fribourg en Suisse. Approuvé par la Faculté des Lettres sur proposition des Professeurs Christian Giordano et Freek Colombijn. Fribourg, le 21 décembre 2016. Prof. Bernadette Charlier, Doyen. Ethnoregional Social Dramas of Southeast Asian in Globalism: Recasting Cultural Heritage for Ethnic Revivals Summary This book offers an interpretative symbolic analysis of present global phenomenon that gives rise ethnic culture as regional identity. With a multi-sited ethnography (Marcus, 1995 and 1998), this book is a sort of comparative ethnographies which sought the collective identities of the Melayu Baru or Neo-Malay and Chinese Peranakan or Nanyang in two cities of Southeast Asia. The Neo- Malay with Islam solidarity (Ummah) is attached to ethnoregional community, in contrast, the Chinese Nanyang or Peranakan got their identity remaking with syncretic popular beliefs in the Straits of Melaka. Ethnicity data of Neo-Malay and Chinese Nanyang of Georgetown of Malaysia and Medan City of Indonesia are divided into four Social Drama phases (Turner, 1982), they are: Breach, Liminal, Redress, and Reintegration. Ethnography of ethnic formations and revivals comprises of: (1) Colonialism as Breach: Ethnic Categories of the Dutch Indies and British Malay (2) Nationalism as Liminal: Ethno-national symbolic disputes (3) Ethnoregionalism as Redress: regionalizing the cultural hybridity of Neo-Malay and of Chinese Nanyang, and (4) Globalism as Reintegration: galvanizing heritage fiestas for global culture. The reproduced hybrid heritage of Neo-Malay and Chinese Nanyang is annually performed in public spaces and social media by the ethnic groups in Georgetown-Malaysia and Medan North Sumatra.
    [Show full text]
  • Philology Studies at the Tjong a Fie Mansion Museum
    TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts R PAPER – OPEN ACCESS Philology Studies at the Tjong A Fie Mansion Museum Author : Julina et al. DOI : 10.32734/lwsa.v3i4.1138 Electronic ISSN : 2654-7066 Print ISSN : 2654-7058 Volume 3 Issue 4 – 2020 TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts (LWSA) This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License. Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara LWSA Conference Series 03 (2020) TALENTA Conference Series Available online at https://talentaconfseries.usu.ac.id/lwsa Philology Studies at the Tjong A Fie Mansion Museum Julinaa; Intan Erwanib; Rudiansyahc a,b,c University of Sumatera Utara, Jl. Universitas No.19 Kampus USU Medan, Sumatera Utara, Indonesia 20155 [email protected]; [email protected]; [email protected] Abstract This article discussed the study of Chinese calligraphy texts/characters at the Tjong A Fie Mansion museum as covered in philological scholarship. The notion of philology in this paper is not limited to the root words but is broader along with the development of this science from time to time, in studying the cultural treasures of the past from the object of study which is called a manuscript. The research method was paradigmatic in order to create a form of research report that has been done. Presented starting from the descriptive, analytical and comparative stages. Utilizing the theory of philological explanation from Henri Chambert-Loir. The results of this study were the reconstruction of text/characters as the content of the manuscript which was abstract and essential, to be precise the calligraphy characters found at the main entrance, front door and back of the left-wing of the Tjong A Fie Mansion museum building.
    [Show full text]
  • Family Business Generation in Medan, Indonesia with Efforts to Adapt to the Changes in Government System
    International Journal of Management Science and Business Administration Volume 3, Issue 6, September 2017, Pages 59-65 DOI: 10.18775/ijmsba.1849-5664-5419.2014.36.1007 URL: http://dx.doi.org/10.18775/ijmsba.1849-5664-5419.2014.36.1007 Family Business Generation in Medan, Indonesia with Efforts to Adapt to the Changes in Government System Pin Pin Doctoral Student of Development Studies, Faculty of Social and Political Development University of Sumatera Utara, Indonesia Abstract: This research paper will focus on family business from generation to generation in Medan which passed several reigns in Indonesia, from colonial times to nowadays. The first generations are Tjong brothers, Tjong Yong Hian and Tjong Fu Nan (Tjong A Fie), which came to Indonesia in the Dutch colonial period. The second generation faced the Indonesian independence revolution, and the third generation faced the independence of Indonesia. Enterprises and their way of doing business should be able to adjust to the political circumstances at the time. Search on the challenges of doing business and their challenges in the face of an economic and political situation are different, requiring a very high adaptability. This research adapted descriptive method by collecting data from interviews and available bibliography. The results showed that the existence of a generation which is able to adapt and the generation that failed to overcome situations that arise. Constraints in this study are the lack of information and knowledge of the next generation about the state of the first generation, and less complete data is available from libraries. Hopefully, this research can be continued by other researchers, and also as a material for subsequent research.
    [Show full text]
  • Sumatra and Rinca, Indonesia
    a Sumatra and Rinca, Indonesia Itinerary correct as at Mar 25, 2018 but subject to change. ALL flights to be confirmed. www.bluedottravel.com.au SUMATRA AND RINCA, INDONESIA Depending on which book or report you’re reading, Indonesia comprises of somewhere between 17,000 and 18,000 islands. Heavily forested Sumatra is the largest and second most populous. For the traveler, it is also one of the most culturally rewarding places to visit in Indonesia. There are over 50 languages spoken on Sumatra and dozens of tribes of mainly Malay and Polynesian origin. The island has a tumultuous history. Arab and Indian traders arrived in the 7th century and the population was converted to Islam at that time. The region eventually became a Dutch colony and was accompanied with much violence – as is often the case with the colonising nations of the time. For the food-lover, you may feel you have arrived in Utopia. Much of the local cuisine is spicy. Chilli, coriander, lemongrass, ginger and garlic are used in many dishes, as is coconut milk. Beef randang and nasi padang are probably the most popular curry dishes known to Westerners. For those who love spotting wildlife, Sumatra offers a plethora of opportunities including Sumatran tigers, rhinos, elephants, orangutans, clouded leopard, sun bears, proboscis monkeys and a whole lot more. Not all are necessarily easy to find but you are assured of spotting certain wildlife. Our small group tour itinerary will take you around the core sights of the island and have you visiting lesser-travelled destinations too.
    [Show full text]
  • A Study of Linguistic Landscape at Tourism Place in Medan
    A STUDY OF LINGUISTIC LANDSCAPE AT TOURISM PLACE IN MEDAN SKRIPSI Submitted in Partial Fulfillment of the Requerement for the Degree of Sarjana Pendidikan (S.Pd) English Education Program By : MUTIA NURSYAFITRI NASUTION 1602050013 FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2020 ABSTRACT Mutia Nursyafitri Nasution.1602050013. A Study of Linguistic Landscape at Tourism Place in Medan. Skripsi. English Department, Faculty of Teacher Training and Education, University of Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan 2020. This research deals with a study of linguistic landscape specifically language used in the sign at tourism places of Medan. It mainly aimed to investigate on three issues as follows: firstly, to investigate what languages are realized on linguistic landscape, secondly, to investigate the types of sign categories on linguistic landscape and thirdly is reason the realization of linguistic landscape at tourism places in Medan. The research is applied descriptive qualitative method. The data of this research is the written text displayed on signs that was taken through photography and taking note. There are 82 signs collected that were analyzed through applying Miles and Huberman theory in which data reduction, data display, and conclusion drawing/verification are significantly implemented. The results of the data analysis showed that the languages found in the linguistic landscape at Tourism Places in Medan are Bahasa Indonesia (monolingual sign), Bahasa Indonesia-English Language (bilingual sign), English language (Monolingual sing), and English language-Bahasa Indonesia (bilingual sign). It also showed that the types of Sign categories at Tourism Places in Medan were realized as direction signs, advertising signs, warning notices and prohibitions, building names, informative sign, slogans sign, and graffiti sign.
    [Show full text]
  • Sino-Insulindian Private History Museums, Cultural Heritage Places, and the (Re)Construction of the Past Claudine Salmon, Myra Sidharta
    Sino-Insulindian Private History Museums, Cultural Heritage Places, and the (Re)construction of the Past Claudine Salmon, Myra Sidharta To cite this version: Claudine Salmon, Myra Sidharta. Sino-Insulindian Private History Museums, Cultural Heritage Places, and the (Re)construction of the Past. Asian Culture, Singapore Society of Asian Studies, 2018. halshs-02499363 HAL Id: halshs-02499363 https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-02499363 Submitted on 5 Mar 2020 HAL is a multi-disciplinary open access L’archive ouverte pluridisciplinaire HAL, est archive for the deposit and dissemination of sci- destinée au dépôt et à la diffusion de documents entific research documents, whether they are pub- scientifiques de niveau recherche, publiés ou non, lished or not. The documents may come from émanant des établissements d’enseignement et de teaching and research institutions in France or recherche français ou étrangers, des laboratoires abroad, or from public or private research centers. publics ou privés. ASIAN CULTURE 42 DECEMBER 2018 Sino-Insulindian Private History Museums, Cultural Heritage Places, and the (Re)construction of the Past Claudine Salmon and Myra Sidharta * The traditional societies in Insulindia had long collected and preserved cultural artifacts in relation to the local concepts of heritage with a valuable, and sacred character. Western ideas of museums were introduced during the second half of the 19th century by colonial authorities. The Royal Batavian Society for Arts and Sciences (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, founded in 1778), was aimed at promoting research especially in the fields of archaeology, numismatic, ethnography, and collecting artifacts, other objects of artistic, cultural, historical, or scientific importance, and running a small library.
    [Show full text]