PERAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KAWASAN KESAWAN 1992-2015

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : AKHMAD SUPANDI

NIM : 130706035

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Terima kasih dan penuh rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya dan jalan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra pada program Strata-1 (S1), Program Studi Ilmu

Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dengan skripsi yang berjudul: PERAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BANGUNAN

CAGAR BUDAYA DI KAWASAN KESAWAN MEDAN 1992-2015

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Program Studi Ilmu Sejarah dan para akademisi di

Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberikan semangat kepada penulis agar terus berjuang dalam penyelesaian skripsi ini.

Kritik dan saran sangat diperlukan penulis dalam memperbaiki serta mengkaji lebih dalam skripsi ini, sebab penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2019 Penulis

Akhmad Supandi

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur dan terima kasih yang besar penulis ucapkan kepada Allah SWT

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak lupa juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa baik secara moril maupun materil, dan juga atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam hal menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara. Wakil Dekan I Prof.Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.d. Wakil

Dekan II Dra. Heristina Dewi, M.Pd, dan Wakil Dekan III Prof.Dr.

Ikhwanuddin Nasution, M.Si, beserta seluruh staf pegawai, berkat bantuan

serta fasilitas yang penulis peroleh dan gunakan di Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum sebagai Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah sangat bersabar dan berusaha

menahan diri atas keterlambatan akademik dan juga penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nina Karina, MSP, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah

yang telah banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis baik

selama perkuliahan dan saat mengerjakan penulisan skripsi ini.

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Ratna, M.S selaku dosen pembimbing yang selalu memberi arahan,

nasihat serta memberikan waktu untuk berdiskusi tentang penulisan skripsi ini

hingga selesai. Terima kasih buk, maaf jika dalam penyelesaian skripsi ini

penulis banyak mengulur waktu.

5. Kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya USU yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi

mahasiswa ilmu sejarah, semoga ilmu yang diterima dapat bermanfaat dalam

kehidupan. Juga kepada Bang Amperawira sebagai Tata Usaha Program Studi

Ilmu Sejarah, terima kasih bang atas dukungan, arahan serta nasihatnya.

6. Kepada Kedua Orang Tua penulis, Ayahku Suyetno dan Mamakku Fauziah

Wati. Terima kasih penulis ucapkan buat segala rasa cinta dan kasih sayang

yang sudah kalian berikan dan tanamkan kepada penulis dengan sangat

berlimpah dan tak berkesudahan sampai saat ini.

7. Kepada saudara/i penulis Abangku Aldinul Syahputra beserta keluarga dan

Kakakku Ami Syahputri yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis

dimanapun penulis berada. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini

saudaraku.

8. Kepada abang sepupuku sekaligus juga alumni satu almamater di sejarah

USU, Lucki Armanda beserta keluarga, yang telah banyak membantu penulis

baik dari segi moril maupun materil dalam perkuliahan maupun proses

pengerjaan skripsi ini.

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

9. Seluruh kawan-kawan STAMTILAS Sejarah USU (Stambuk 2013) Andre,

Ayu, Aziz, Azis, Bima, Cici, Cut, Dairi, Deo, Didi, Dina, Edo, Emkal, Fatri,

Hilda, Hotni, Isti, Irfan, Jhon, Junias, Junita, Juwita, Kartisyah, Khaifah,

Liza, Merry, Nanda, Nansha, Nathalia,Nia, Nisa, Nugrah, Putra, Rani, Rasyid,

Rina, Rini, Rosida, Samsul, Sarington, Sion, Sri, Syafri, Syarifah, Tari,

Victor, Vina, Widya, Wirda, Zoni, karena telah mengisi hari-hari dan

kebersamaan yang kita jalani semasa perkuliahan.

Serta kepada sahabat-sahabat seperjuaangan penulis, Alm. Napol, Boccor,

Bang’O, Doi, Fenrico, Gilbert, Helmy, Hengky, Pak Jhon, Si Pal, Ijun, Rico,

Tomy, Vikceng, yang telah bersama-sama menghadapi semua yang terlewati

di sekret dan taman sejarah, terima kasih sahabatku.

10. Keluarga Besar HIMIS (Himpunan Mahasiswa Ilmu Sejarah) USU terutama

pengurus periode 2015/2019. Ketua, Teguh Marbun beserta Sekretaris, Josson

Malau. Tidak lupa juga penulis berterima kasih kepada angkatan 2008, 2009,

2010, 2011, 2012, 2014, 2015, 2016, 2017. Bravo Sejarah!!!

11. Kepada seluruh keluargaku di GEMA PRODEM (Gerakan Mahasiswa Pro

Demokrasi), Kak Resti, Om Poly, Harapan, Moga, Bang Ucil, Bang Uye,

Bang Eko, terima kasih karena telah memperkenalkan GEMA PRODEM

kepadaku. Serta kepada semuanya yang telah bersama-sama berjuang dan

menjalani hari-hari di GEMA PRODEM, Marcus, Budi, Aifo, Ricky, Jere,

Novri, Novi, Awik, Daud, Goliath, Kancil, Yosua. D.U.R!!!

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

12. Kepada seluruh kawan-kawan di Basecamp GGS, Kak Tinik, Bang Uli,

Gendut, Goyor, Ronson, Kiaban, Bopeng, Lana, yang selalu menyemangati

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Kepada pengelola Restoran Tip Top, Mansion, Mesjid Lama

Gang Bengkok, pihak Badan Warisan Sumatera (BWS) dan juga kepada

seluruh narasumber yang telah memberikan waktunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan bisa saja terjadi kesalahan di dalamnya, maka dengan itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah referensi dalam penulisan sejarah terkhusus pada bangunan cagar budaya yang terdapat di kota Medan.

Medan, Juli 2019 Penulis

Akhmad Supandi

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Penelitian skripsi ini berjudul: “Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Medan 1992-2015”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelakan tentang bagaimana peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan. Karena kita mengetahui bahwasanya Kota Medan adalah salah satu kota yang banyak memiliki peninggalan-peninggalan masa kolonial Belanda berupa bangunan- bangunan. Salah satu daerah di Kota Medan yang banyak memiliki peninggalan- peninggalan bangunan tersebut adalah daerah Kesawan. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang terdapat di daerah Kesawan tersebut dahulunya adalah berupa kantor-kantor pemerintahan maupun swasta, kantor-kantor bank, rumah toko bagi para pedagang etnis Cina dan juga fasilitas-fasilitas umum yang dibangun oleh kolonial Belanda sebagai penunjang industri perkebunan di Kota Medan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dijelaskan bahwa masyarakat harus berperan aktif dalam menjaga maupun melestarikan bangunan cagar budaya. Hal tersebut yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian, yaitu ingin mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam menjaga maupun melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di kota Medan, khususnya kawasan Kesawan dalam kurun waktu dari tahun 1992-2015. Dari penelitian ini penulis mendapatkan hasil bahwasanya peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan masih belum maksimal pada saat ini, bahkan terdapat beberapa bangunan yang sudah mulai mengalami kerusakan dari segi bentuk bangunannya. Metode penelitian yang dipakai pada penulisan ini adalah metode sejarah yaitu Heuristik (pengumpulan data), Kritik (verifikasi data), Interpretasi (penafsiran), dan Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik (pengumpulan data) penulis memakai metode kepustakaan (library research) dan metode lapangan (Field Research). Selain kedua metode tersebut penulis juga melakukan pengumpulan sumber melalui wawancara terhadap informan-informan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Kata kunci : Peran Masyarakat, Pelestarian, Bangunan, Cagar Budaya, Kota Medan.

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

UCAPAN TERIMA KASIH ...... ii

ABSTRAK ...... vi

DAFTAR ISI ...... vii

DAFTAR GAMBAR ...... ix

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ...... 1

1.2. Rumusan Masalah ...... 6

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ...... 7

1.5. Metode Penelitian ...... 9

BAB II KAWASAN KESAWAN ...... 12

2.1. Letak Geografis ...... 12

2.2. Sejarah Singkat Kawasan Kesawan ...... 13

2.3. Daftar Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Kesawan dan Juga Kondisi

Terkini ...... 24

vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

BAB III POTENSI KAWASAN KESAWAN ...... 56

3.1. Potensi Sejarah ...... 57

3.2. Potensi Pariwisata ...... 61

BAB IV PERAN MASYARAKAT ...... 67

4.1. Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya

di Kawasan Kesawan ...... 67

4.1.1 Peran Masyarakat Sekitar Kawasan Kesawan ...... 71

4.1.2 Peran Pengelola Restoran Tip Top ...... 72

4.1.3 Peran Pengelola Tjong A Fie Mansion ...... 74

4.1.4 Peran Pengelola Mesjid Lama Gang Bengkok...... 76

4.1.5 Peran Masyarakat Penghuni Bangunan Gedung Eks Dinas

Tenaga Kerja ...... 77

4.1.6 Peran Badan Warisan Sumatera (BWS) ...... 79

4.1.7 Peran Pihak Akademisi ...... 80

4.2. Hambatan Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya di Kawasan

Kesawan ...... 82

4.2.1 Hambatan Bagi Masyarakat di Sekitaran Kawasan Kesawan...... 82

4.2.2 Hambatan Bagi Pengelola Restoran Tip Top ...... 83

4.2.3 Hambatan Bagi Pengelola Tjong A Fie Mansion ...... 83

viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Hambatan Bagi Pengelola Mesjid Lama Gang Bengkok ...... 86

4.2.5 Hambatan Bagi Masyarakat Penghuni Bangunan Gedung Eks

Dinas Tenaga Kerja ...... 87

4.2.6 Hambatan Bagi Badan Warisan Sumatera (BWS) ...... 88

4.2.7 Hambatan Bagi Pihak Akademisi ...... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 93

5.1. Kesimpulan ...... 93

5.2. Saran ...... 96

DAFTAR PUSTAKA ...... 99

DAFTAR INFORMAN ...... 101

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kelurahan Kesawan ...... 12

Gambar 2 : Peta Kota Medan Tahun 1919 ...... 15

Gambar 3 : Kesawan Tahun 1885 ...... 17

Gambar 4 : Beberapa Bangunan di Kesawan Dibangun Kembali Setelah Kebakaran Tahun 1899-1905 ...... 18

Gambar 5 : Gerbang Keluar Masuknya Kawasan Kesawan Tahun 1923 ...... 23

Gambar 6 : Gerbang Keluar Masuknya Kawasan Kesawan Tahun 2015 ...... 24

Gambar 7 : Gedung London Sumatera Pada Masa Pembangunan Tahun 1915 ...... 25

Gambar 8 : Gedung London Sumatera Tahun 1924 ...... 26

Gambar 9 : Gedung London Sumatera Tahun 2015 ...... 26

Gambar 10 : Gedung AVROS Tahun 1922 ...... 28

Gambar 11 : Gedung AVROS Tahun 2015 ...... 28

Gambar 12 : Restoran TIP TOP Tahun 1938 ...... 29

Gambar 13 : Restoran TIP TOP Tahun 2015 ...... 30

Gambar 14 : Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tahun 1920 ...... 31

Gambar 15 : Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 ...... 31

x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 16 : Rumah Tjong A Fie Tahun 1918 ...... 32

Gambar 17 : Rumah Tjong A Fie Tahun 2015 ...... 33

Gambar 18 : Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI dan Bank Danamon Pada Tahun 1949 ...... 34

Gambar 19 : Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI Dan Bank Danamon Pada Tahun 2015 ...... 35

Gambar 20 : Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap Tahun 1919-1920 ...... 36

Gambar 21 : Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap Tahun 2015 ...... 37

Gambar 22 : Gedung Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani Tahun 1920-1921 ...... 38

Gambar 23 : Gedung Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani Tahun 2015 ...... 38

Gambar 24 : Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Belakang Tahun 1894 ...... 39

Gambar 25 : Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Belakang Tahun 2015 ...... 40

Gambar 26 : Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Depan Tahun 2015 ...... 40

Gambar 27 : Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 Tampak Depan Tahun

2015 ...... 42

Gambar 28 : Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 Tampak Samping Tahun

2015 ...... 42

Gambar 29 : Gedung Eks Dinas Tenaga Kerja Tahun 2015 ...... 44

Gambar 30 : Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya Tahun 1925 ...... 45

xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 31 : Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya Tahun 2015 ...... 46

Gambar 32 : Bangunan Pertokoan Pasar Ikan Lama Tahun 1925 ...... 47

Gambar 33 : Bangunan Pertokoan Pasar Ikan Lama Tahun 2015 ...... 49

Gambar 34 : Bangunan Pertokoan Pasar Hindu Tahun 2015 ...... 51

Gambar 35 : Bangunan-Bangunan Lama di Jln. Ahmad Yani (Kesawan)

Tahun 1925 ...... 53

Gambar 36: Bangunan-Bangunan Lama di Jln. Ahmad Yani (Kesawan)

Tahun 2015 ...... 54

xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari literatur sejarah, Kota Medan banyak memiliki peninggalan- peninggalan sejarah. Salah satunya dalam bentuk bangunan-bangunan yang sampai sekarang masih ada. Salah satu bagian dari Kota Medan yang memiliki bangunan bersejarah adalah daerah Kesawan. Kesawan adalah nama sebuah daerah yang saat ini terletak di Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. Adapun batas Kelurahan Kesawan sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kelurahan Silalas

 Sebelah Selatan : Kelurahan Pulo Brayan Kota

 Sebelah Barat : Aliran Sungai Belawan

 Sebelah Timur : Kelurahan Glugur Kota

Daerah Kesawan ini telah ada sejak masa pra kolonial. Nama Kesawan berasal dari kata “kesawahan”, pergi ke sawah, “de naam spreekt van een landelijk verleden” 9 . Pada masa kolonial Belanda, Kesawan berkembang pesat setelah dipindahkannya kantor pusat perkebunan dari Labuhan (Deli) ke Kampung Medan

Putri karena wilayahnya yang lebih strategis.

Oleh karena pusat industri perkebunan berada di sini, maka ramailah orang-

9 Tengku Luckman Sinar Basarshah, Medan Tempo Doeloe, Medan:Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Melayu, 1991, hal 54.

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

orang berdatangan dan berdiam di Medan. Pada kampung Kesawan ini banyak dilakukan pembangunan berupa kantor-kantor pemerintah maupun swasta, rumah toko, pasar dan tempat beribadah yang peninggalan bangunannya masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Seiring perkembangan perkebunan di Medan, banyaklah dilakukan kegiatan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah kolonial Belanda, terutama setelah dipindahkannya Keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis (Riau) ke Medan pada tahun 1887. Pembangunan infrastruktur meliputi, misalnya jalan raya, jalur kereta api, restoran, hotel, kantor pos, ruko-ruko milik pedagang Cina serta kantor-kantor perkebunan. Pembangunan tersebut dilakukan sebagai penunjang perkembangan industri perkebunan di Tanah Deli, yang pada masa itu lagi berkembang pesat. Hal ini dapat diketahui, disamping dari sumber tertulis, dari literatur sejarah juga masih banyak peninggalan berupa bangunan-bangunan tersebut sampai saat ini.

Dewasa ini, kawasan Kesawan telah banyak mengalami perubahan, terutama dari segi fisik bangunan tersebut. Perubahan terlihat dari tidak terawatnya bangunan- bangunan, atau sengaja dibiarkan hancur, serta tidak tepatnya pemanfaatan bangunan- bangunan tersebut. Padahal, kita telah mengetahui bahwasanya bangunan-bangunan bersejarah di kawasan Kesawan adalah suatu peninggalan yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya, menyebutkan bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar

Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan10.

Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap11. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, bangunan- bangunan yang terdapat di daerah Kesawan memiliki ciri-ciri yang termasuk dalam

Bangunan Cagar Budaya.

Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua

Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas12. Sesuai dengan konsep tersebut, maka daerah Kesawan sangat pantas ditetapkan menjadi suatu Kawasan Cagar Budaya.

Sesuai isi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Cagar Budaya, masyarakat harus berperan aktif dalam melakukan pelestarian

10 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Jakarta:Republik Indonesia, 2010, Bab I hal 2. 11 Ibid., hal 3. 12 Ibid.

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Cagar Budaya. Konsep pelestarian yang dimaksudkan adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya 13 . Pelestarian Cagar Budaya pada masa yang akan datang menyesuaikan dengan paradigma baru yang berorientasi pada pengelolaan kawasan, peran serta masyarakat, desentralisasi pemerintahan, perkembangan, serta tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat14.

Bagi daerah perkotaan, pelestarian sejarah dapat diperhatikan dari dua kondisi. Kondisi pertama adalah lokasi atau bangunan bersejarah, dan kondisi kedua adalah kawasan bersejarah yang mengandung sekumpulan bangunan indah, baik suatu kawasan yang diperindah dengan tanaman maupun benda lainnya, dan mempunyai arti sejarah suatu tempat di mana peristiwa bersejarah pernah terjadi15.

Nilai sejarah lainnya yang dilestarikan bisa juga berupa suatu contoh yang baik dari gaya arsitektur dalam komposisi komersial. Kawasan bersejarah harus mempunyai suatu karakter yang berbeda dan cukup berharga untuk dilestarikan.

Melakukan pelestarian dari bangunan-bangunan bersejarah sudah menjadi tugas kita semua, dari pemerintah sampai kepada masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

13 Ibid., hal 5. 14 Republik Indonesia, Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Jakarta:Republik Indonesia, 2010, hal 3. 15 Yuanita F.D. Sidabutar, Jurnal: “Pemanfaatan Keberadaan Bangunan Bersejarah Dalam Mendukung Aktivitas Pengembangan Wilayah Di Kota Medan (Studi Kasus: Kawasan Kesawan Dan Lapangan Merdeka)”, Medan:Wahana Hijau Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, 2007, hal 9.

4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Budaya, bahwa masyarakat dapat dan harus berperan aktif baik dalam melindungi, mengembangkan, dan juga pemanfaatan dari bangunan cagar budaya tersebut.

Selama ini, khususnya Kota Medan, masyarakat kurang dilibatkan dalam pelestarian cagar budaya, termasuk masyarakat yang memiliki, mendiami dan mengetahui bangunan cagar budaya tersebut. Akibatnya, seperti yang telah diuraikan, bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan yang kondisinya telah banyak berubah, sehingga kawasan itu sudah tidak lagi mencerminkan identitas dari bangunan- bangunan tersebut, dan juga tidak lagi mencerminkan peristiwa bersejarah dan sebuah kebudayaan di tempat itu pernah terjadi.

Dari uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “PERAN

MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA

DI KAWASAN KESAWAN MEDAN 1992-2015 ”. Alasan penulis memilih judul tersebut dikarenakan banyaknya bangunan-bangunan bersejarah di kota Medan khususnya kawasan Kesawan yang sudah mulai terabaikan, baik dari segi perawatannya maupun dari segi pemanfaatan bangunan tersebut. Selain itu penulis juga ingin mengetahui apakah masyarakat memang tidak dilibatkan oleh pemerintah dalam melakukan pelestarian, atau memang masyarakat itu sendiri yang tidak mengetahui akan pentingnya bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan tersebut, termasuk juga Undang-Undang Cagar Budaya. Penelitian ini lebih memperhatikan bagaimana peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang dimiliki kota Medan, khususnya di kawasan Kesawan.

5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain, pemilik bangunan ataupun yang menjaga dan memelihara bangunan tersebut, organisasi- organisasi ataupun komunitas-komunitas yang konsen terhadap bangunan cagar budaya, yang berada di Kota Medan. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melestarikan bangunan cagar budaya Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan agar menjadi lebih baik.

Dalam pemilihan skop temporal, penulis memilih sebagai tahun awal penelitian adalah tahun 1992. Pada tahun 1992, adalah tahun pertama, dimana pemerintah menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tentang

Benda Cagar Budaya. Adapun pemilihan akhir tahun penelitian adalah tahun 2015, dikarenakan pada tahun 2010 pemerintah kembali menetapkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya yang lebih spesifik dalam hal Cagar Budaya.

Hal inilah yang membuat penulis memilih akhir tahun penelitian. Apakah setelah ditetapkannya kembali Undang-Undang yang dilakukan pemerintah, apakah masyarakat lebih berperan aktif atau tidak dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan. Dalam kurun waktu 23 tahun inilah penulis ingin melihat peran aktif masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya di Medan khususnya kawasan Kesawan.

6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diungkapkan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah singkat kawasan Kesawan?

2. Apa saja potensi yang dimiliki kawasan Kesawan?

3. Bagaimana peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya

di kawasan Kesawan?

1.3. Tujuan dan Manfaaf Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksud untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian adalah:

1. Menjelaskan sejarah singkat kawasan Kesawan.

2. Menjelaskan potensi apa saja yang dimiliki kawasan Kesawan.

3. Menjelaskan peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar

budaya di kawasan Kesawan.

Selain tujuan penelitian, juga dapat diperoleh berbagai manfaat penelitian, diantaranya adalah:

1. Menambah pengetahuan penulis dan masyarakat akan sejarah kawasan

Kesawan.

7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

2. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan juga masyarakat luas untuk lebih

mengetahui potensi yang dimiliki kawasan Kesawan.

3. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan masyarakat luas untuk lebih

berperan aktif dalam melestarikan bangunan cagar budaya di kawasan

Kesawan.

1.4. Tinjauan Pustaka

Setelah tujuan dan manfaat, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori- teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini perlu ditegakkan agar mempunyai dasar yang kokoh untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang diinginkan, maka di butuhkan tinjauan pustaka. Sumber bacaan didapatkan dari berbagai sumber bacaan seperti:

Tengku Luckman Sinar dalam bukunya Sejarah Medan Tempo Doeloe

(1991), menguraikan tentang bagaimana sejarah Kota Medan dan juga perkembangannya pada masa kolonial Belanda, termasuk daerah Kesawan. Buku ini penting bagi penulis karena buku ini menjelaskan keadaan Kesawan dan Kota Medan pada masa kolonial Belanda di Medan.

Yulianto Sumalyo dalam bukunya Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia

(1995), menjelaskan tentang bagaimana bentuk-bentuk dan bangunan-bangunan

8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Buku ini cukup penting bagi penulis karena buku ini membantu penulis dalam menafsirkan bentuk bangunan-bangunan kolonial

Belanda di Indonesia, khususnya di Medan dan Kesawan.

Eko Budiharjo dalam bukunya Arsitektur Sebagai Warisan Budaya (1997), menjelaskan tentang konstruksi suatu bangunan, dan bagaimana sebuah arsitektur bangunan tersebut harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya sebagai warisan budaya. Buku ini cukup penting bagi penulis karena buku ini membantu penulis unutuk mengetahui bentuk-bentuk arsitektur kolonial Belanda yang menjadi warisan budaya.

Repelita Wahyu Oetomo, dkk dalam bukunya Bangunan Bersejarah Di Kota

Medan (2011), menjelaskan tentang bangunan-bangunan bersejarah apa saja yang terdapat di Kota Medan, serta dan peninggalannya. Buku ini penting bagi penulis karena di dalam buku ini penulis mengetahui bangunan-bangunan bersejarah apa saja yang ada di Kota Medan serta peninggalannya.

Lucas Partanda Koestoro dalam bukunya Medan, Kota Di Pesisir Timur

Sumatera Utara Dan Peninggalan Tuanya (2006), menguraikan tentang peninggalan dan warisan tua yang terdapat di Kota Medan, baik dari segi bangunan-bangunannya dan juga budaya-budayanya. Buku ini penting bagi penulis karena dalam buku ini penulis mengetahui peninggalan-peninggalan apa saja yang ada di Kota Medan, baik dari bangunan maupun budaya.

9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya, Undang-Undang ini adalah Undang-Undang ke-dua yang ditetapkan pemerintah, yang berisi tentang pedoman-pedoman dalam melestaikan suatu banguan cagar budaya yang tertera dalam pasal-pasalnya. Undang-Undang ini sangat penting bagi penulis dalam melakukan penelitian, karena penelitian ini ingin melihat peranan masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang mengacu pada pasal- pasal yang tertera dalam Undang-Undang ini.

1.5. Metode Penelitian

Dalam menuliskan sebuah peristiwa bersejarah yang dituangkan kedalam historiografi, maka harus mengggunakan metode sejarah. Metode sejarah yang dimaksudkan untuk menceritakan kejadian masa lampau guna mendapatkan sebuah karya yang mempunyai nilai. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau16. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah antara lain:

 Heuristik merupakan tahap awal yang dilakukan penulis untuk mencari

sumber yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap

heuristik, sumber dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu studi kepustakaan

(library research) dan studi lapangan (field research). Dalam mengumpulkan

16 Louis Gottschalk, 1985, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, hal 103.

10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

sumber-sumber penelitian, penulis melakukan studi kepustakaan. Studi

kepustakaan akan dilakukan di perpustakan-perpustakaan, seperti Perpusakaan

Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara,

Dinas Pariwisata, dan Badan Pelestarian Cagar Budaya. Disamping itu, data-

data lain juga dapat di peroleh dari berbagai buku, dokumen-dokumen, dan

lain sebagainya yang terkait dengan judul penelitian.

Selain itu, penulis juga mengumpulkan data dari studi lapangan. Data dari

hasil lapangan dapat diperoleh melalui wawancara dengan berbagai informan

yang terkait dengan penelitian, misalnya masyarakat yang memiliki ataupun

menjaga suatu bangunan cagar budaya, organisasi-organisasi, ataupun

komunitas-komunitas sejarah, penggiat budaya, dan lain-lain. Dalam

penelitian lapangan yang telah dilakukan, penulis menggunakan metode

interview guide. Interview guide adalah panduan atau pedoman bagi penulis

dalam melakukan wawancara, yang pertanyaan-pertanyaan tersebut telah

disiapkan dan disusun oleh penulis. Wawancara yang dilakukan ditujukan

kepada informan yang berhubungan dengan topik penelitian.

 Kritik Sumber, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari

nilai kebenaran sumber, sehingga dapat menjadi penelitian yang obyektif.

Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul dilakukan kritik, baik

itu kritik internal maupun kritik eksternal. Kritik internal merupakan kritik

yang dilakukan untuk mencari kesesuaian data dengan permasalahan yang

diteliti, adapun kritik eksternal merupakan kritik yang mencari kebenaran

11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

sumber pustaka yang diambil oleh peneliti maupun fakta yang diperoleh dari

wawancara yang dilakukan dengan informan. Dalam hal ini penulis harus bisa

mencari sebuah sumber yang obyektif dalam penelitiannya.

 Interpretasi, yaitu tahap peneliti berusaha untuk menuangkan berbagai ide

pemikirinnya yang diperoleh melalui sumber primer ataupun sekunder dalam

penelitian, sehingga diharapkan sumber tersebut menjadi data yang obyektif.

 Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dalam tahap ini

peneliti menuliskan hasil penelitian menjadi sebuah karya tulisan secara

kronologis dan sistematis.

12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAWASAN KESAWAN

2.1. Letak Geografis

Kawasan Kesawan adalah sebuah daerah yang memiliki bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda. Secara administrasi kawasan Kesawan ini terletak pada Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Kelurahan

Kesawan ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kelurahan Silalas

 Sebelah Selatan : Kelurahan Aur

 Sebelah Barat : Aliran Sungai Belawan

 Sebelah Timur : Kelurahan P. Tengah/ Silalas

Gambar 1 Peta Kelurahan Kesawan

Sumber : Peta Pada Kantor Kelurahan Kesawan (Dokumen Pribadi) Tahun 2015

13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Adapun batas-batas kawasan Kesawan yang menjadi objek penelitian saat ini antara lain meliputi:

 Sebelah Utara dibatasi oleh Jln. Pulau Pinang - Jln. Jend. A. Yani VII.

 Sebelah Selatan dibatasi oleh Jln. Palang Merah.

 Sebelah Timur dibatasi oleh Jln. Kereta Api.

 Sebelah Barat dibatasi oleh Jln Hindu- Jln. Mesjid.

2.2. Sejarah Singkat Kawasan Kesawan

Kawasan Kesawan adalah suatu kawasan di Kota Medan yang terkenal sebagai salah satu kawasan “kota tua”. Pada kawasan Kesawan ini terdapat beberapa toko-toko, dan juga gedung perkantoran yang bangunannya sudah ada sejak masa kolonial Belanda, sekitar awal abad ke-20. Pada masa kolonial Belanda, Kesawan adalah salah satu daerah yang terdapat beberapa gedung perkantoran, baik swasta maupun pemerintahan, serta beberapa toko-toko yang menyediakan kebutuhan rumah tangga.

Sisa-sisa bangunan peninggalan kolonial Belanda itu tersusun rapi di sepanjang Jln. Ahmad Yani yang panjangnya lebih kurang satu kilometer, dan beberapa di Jln. Hindu, serta di Jln. Perniagaan tepatnya di Pasar Ikan Lama. Dari beberapa bangunan toko-toko dan gedung perkantoran peninggalan kolonial Belanda tersebut, beberapa diantaranya masih bisa kita lihat peninggalannya sampai saat ini.

14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang telah disebutkan, mengenai sejarah awal berdirinya, kampung

Kesawan ini telah ada sejak masa pra kolonial Belanda. Bahkan beberapa sumber mengaitkan kampung Kesawan telah ada sebelum Jacobus Nienhuys datang dan memindahkan kantor perkebunannya ke kampung Medan Putri. Namun sejak kapan kampung Kesawan ini ada belum dapat diketahui secara pasti, dan sampai sejauh ini belum ada sumber tertulis yang paling sahih untuk menguatkan dugaan itu. Akan tetapi paling tidak, keberadaan kampung Kesawan ini sudah dimulai sebelum tahun

1869.

Pada tahun 1869, Jacobus Nienhyus memindahkan kantor pusat perkebunannya ke Kampung Medan Putri, tepatnya pada pertemuan sungai Deli dan

Babura. Alasan utama perpindahan kantor pusat perkebunan tersebut dikarenakan daerah Labuhan Deli yang kurang cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan bisnis. Selain itu kondisi daerah Medan Putri ini relatif datar, dan tepat berada di dekat aliran sungai Deli dan sungai Babura yang berfungsi sebagai jalur transportasi pada saat itu.

Seiring bertambahnya waktu, usaha perkebunan milik Belanda menjadi maju dan berkembang, maka Kampung Medan dibuka dan diperluas. Kemudian Nienhuys dan Sultan Deli kembali menandatangani kerjasama untuk membuka kebun-kebun tambahan di daerah Deli. Menyadari potensi ekonomi yang bakal diperoleh di wilayah Sumatera Timur, maka pada tahun 1880 pemerintah kolonial Belanda di

15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Medan mengumumkan bahwa Sumatera Timur dinyatakan sebagai daerah terbuka untuk penanaman modal asing17.

Dengan adanya perkembangan tersebut, maka pada tanggal 1 Maret 1887

Ibukota Residensi Sumatera Timur dipindahkan dari Bengkalis ke Medan. Pada saat menjadi ibukota karesidenan, Medan awalnya meliputi empat kampung, yaitu:

Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung

Sungai Rengas. Selanjutnya Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisal Hilir dijadikan satu kampung, sehinggga menjadi tiga kampung saja18.

Gambar 2 Peta Kota Medan Tahun 1919

Sumber : Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2018

17 Repelita Wahyu Oetomo dkk., Bangunan Bersejarah di Kota Medan, Medan:Museum Negeri Sumatera Utara, 2011, hlm 11. 18 Ibid., hal 13.

16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 1910 setelah dipindahkannya Ibukota Residensi Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan Kota lama Medan pada masa kolonial Belanda dibagi ke dalam empat kawasan utama sesuai dengan karakteristik guna lahan pada masa itu, hal tersebut terjadi sebagai berikut19:

1. Kawasan pusat kota/pemerintahan terdiri dari: daerah Lapangan Merdeka,

daerah Deli Spoorweg, daerah Tembakau Deli, dan Lapangan Benteng.

2. Kawasan komersial/kawasan perdagangan ritel terdiri dari: daerah Kesawan,

daerah Pemuda, daerah Pusat Pasar, daerah Pasar Baru, dan daerah Kampung

Keling.

3. Kawasan Polonia (merupakan perumahan Bangsa Eropa) terdiri dari: daerah

Kebun Bungan, daerah perumahan Polonia I, daerah perumahan Polonia II,

daerah perumahan Polonia III, dan daerah perkembangan.

4. Kawasan Kesultanan Deli (kawasan milik Kesultanan Deli) terdiri dari:

daerah Istana Kesultanan Deli dan daerah Perumahan.

Setelah dilakukannya pembagian wilyah tersebut, sesuai dengan fungsinya maka kawasan Kesawan adalah termasuk kawasan perdagangan. Sebagai kawasan perdagangan, banyaklah para pedagang dan pengusaha yang membangun rumah toko dan menetap di wilayah ini. Para pedagang yang banyak menempati wilayah

19 Ibid., hal 15

17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Kesawan ini adalah para pedagang asal Cina. Hal tersebut karena di izinkannya para pedagang Etnis Cina oleh pihak kolonial Belanda.

Gambar 3 Kesawan Tahun 1885

Sumber : Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara diakses Pada 6 September 2018 Konsep kompleks pertokoan di daerah Kesawan ini memiliki ciri-ciri yang bangunannya adalah bangunan yang bertingkat, berdempetan serta tidak memiliki sebuah halaman, seperti pada Gambar 3 di atas. Pada tahun 1889 terjadi kebakaran dan menghanguskan beberapa bangunan yang terdapat di kawasan Kesawan 20 .

Sekitar 67 bangunan rumah dan toko yang terbuat dari kayu habis terbakar dalam kejadian tersebut. Setelah kebakaran tersebut, mulailah dibangun kembali kawasan

20 Julaihi Wahid, Kajian Urbanisasi dan Morfologi Bandar: Khusus Kepada Bandar-Bandar IMT-GT, Malaysia:Pusat Pengajian Perumahan, Bangunan dan Perancangan Universiti Sains Malaysia, TT, hlm 27.

18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Kesawan dengan konsep rumah toko yang permanen yang kebanyakan dibangun dengan memakai bahan baku semen dan batu bata21. Pembangunan kembali kawasan

Kesawan setelah mengalami kebakaran dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah.

Gambar 4 Beberapa Bangunan di Kesawan Dibangun Kembali Setelah Kebakaran Tahun 1899-1905

Sumber : Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara di akses pada 6 september 2018

21 Ibid.

19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan yang dilakukan tetap memakai konsep yang sama seperti sebelumnya, yaitu konsep pertokoan, yang memiliki ciri-ciri bangunannya bertingkat, letak bangunan berdempetan, serta tidak memiliki halaman, akan tetapi ada penambahan pada bangunan rumah toko tersebut, yaitu sebuah koridor jalan (jalan penghubung antara satu toko dengan toko lainnya.

Bangunan tersebut memiliki fungsi yang sama seperti bangunan rumah toko sebelumnya, yaitu pada tingkat pertama bangunan tersebut banyak digunakan sebagai toko yang menjual kebutuhan masyarakat, dan ada juga toko yang menyediakan jasa, seperti memperbaiki alat-alat rumah tangga dan lain-lain. Pada tingkat kedua bangunan ruko tersebut digunakan sebagai tempat tinggal dari pemilik rumah toko tersebut.

Kawasan Kesawan menjadi sebuah kawasan inti kota, yang pada saat itu menjadi pedoman untuk pengembangan kota Medan, yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan Kesawan yang terdiri dari beberapa bangunan-bangunan berupa kantor pemerintah dan swasta (bank), toko, rumah, dan bangunan umum seperti tempah ibadah (Mesjid Lama Gang Bengkok) dan pasar (Pajak Ikan Lama). Pembangunan tersebut dilakukan sebagai penunjang perkembangan industri perkebunan di Tanah Deli, yang pada masa itu lagi berkembang pesat.

20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Saat ini kawasan Kesawan sebagai kawasan bersejarah/kota tua memiliki lahan seluas 31, 40 ha dan terdapat lebih kurang 834 unit bangunan. Sekitar 817 unit bangunan dimiliki oleh perseorangan ataupun swasta, dan 17 unit bangunan dimiliki oleh pemerintah22. Saat ini bangunan-bangunan yang terdapat di kawasan Kesawan dapat dibedakan menjadi bangunan lama/bersejarah, bangunan modifikasi (antara lama dan baru/mengalami perubahan), dan bangunan baru. Terdapat sekitar 166 unit bangunan lama/bersejarah (45 unit bangunan tunggal, dua sampai empat lantai dan

121 unit bangunan rumah toko dua sampai tiga lantai). Terdapat 94 bangunan modifikasi (antara lama dan baru/mengalami perubahan), serta 538 bangunan baru terdiri dari rumah toko tiga sampai lima lantai23.

Bangunan-bangunan yang terdapat di Kesawan pada masa kolonial Belanda memiliki fungsi yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:

1. Kantor Pemerintah dan Swasta

Pemerintah kolonial Belanda mulai meyiapkan fasilitas-fasilitas seperti kantor

pemerintahan dan juga kantor perkebunan di Medan sejak dipindahkannya

kedudukan residen yang sebelumnnya berada di Bengkalis (Riau) pada tahun

1887. Perkembangan perkebunan di Medan mendorong kegiatan-kegiatan

lainnya, seperti perdagangan, jasa dan penyedia fasilitas lainnya.

22 J. P. Marthin Sibarani, Tesis: “Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama di Kawasan Kesawan Medan”, Bandung:Bidang Khusus Rancang Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana ITB, 2002, hlm 111. 23 Ibid.

21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Kantor-kantor pemerintah dan swasta yang berada di kawasan Kesawan ini

masih dipertahankan keberadaanya walaupun sebagian besar bangunan telah

berubah fungsi dari fungsi awalnya. Namun masih ada juga dari bangunan-

bangunan tersebut yang dipertahankan sesuai dengan fungsi awalnya. Hal

tersebutlah yang menunjukan bahwa Medan pernah mengalami kemakmuran

ekonomi pada abad ke-19 dan abad ke-20.

Beberapa kantor-kantor pemerintahan dan swasta antara lain sebagai berikut:

Gedung AVROS (Algemeen Vereniging van Rubber Planters ter Oost van

Sumatera), Gedung Harrisons & Erassfeld Ltd (saat ini Gedung Lonsum),

Gedung Kantor Netherlands Shipping Company and Roterdam Lloyd (saat ini

Gedung Asuransi PT Jasindo) dan lain-lain.

Karakteristik arsitektur bangunan-bangunan ini banyak dipengaruhi arsitektur

Kolonial Inggris di Malaka, , Malaysia serta Singapura. Ada juga

bentuk bangunan lainnya yang bergaya klasik yang telah disesuaikan dengan

iklim tropis di kota Medan, yang dibangun oleh arsitektur Belanda.

2. Rumah dan Toko

Pertokoan yang sekaligus berfungsi sebagai rumah dan lebih sering disebut

dengan kata “ruko” (rumah toko) ini hampir diseluruh kawasan Kesawan

dapat kita temukan. Ruko-ruko ini dihuni oleh pedagng-pedagang Cina yang

membuka perdagangan di kawasan Kesawan sejak masa kolonial Belanda.

Beberapa bangunan ruma toko antara lain sebagai berikut: Restoran TIP TOP,

Toko Seng Hap, Toko Sepatu Bata dan lain-lain.

22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik bangunan ruko ini memiliki kesamaan dengan arsitektur di

Penang dan Malaka, Malaysia serta Singapura yang memiliki ciri khas

ornamen Melayu.

3. Bangunan Umum a) Tempat Ibadah

Kawaasan Kesawan memiliki bangunan umum berupa tempat ibadah yang

dikenal dengan nama Masjid Lama Gang Bengkok, yang sedikit banyak

bentuk arsitektur bangunannya dipengaruhi oleh gaya khas Cins, karena

penyumbang dana bagi pembangunan Masjid tersebut adalah saudagar kaya

beretnis Cina, yaitu Tjong A Fie24. b) Pasar

Pada kawasan Kesawan ini terdapat dua buah pasar (pajak) peninggalan

kolonial Belanda, yaitu pasar tradisional tidak permanen (tanpa bangunan)

“Pasar Hindu” yang berada di Jln. Hindu dan pasar modern (dengan

bangunan permanen) yaitu “Pasar Ikan” yang berada di Jln. Perniagaan.

“Pasar Hindu” merupakan pasar tradisional yang melakukan kegiatan jual

beli pada pagi hari dan berlokasi di lingkungan ruko lama di terusan Jln.

Hindu. Namun tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan kapan berdirinya

pasar tradisional ini.

“Pasar Ikan” adalah pasar tradisional pertama di Medan. Pasar ini berdiri

pada tahun 1887 sebagai pasar ikan. Hal ini berkaitan dengan lokasi pasar

24 Ibid., hal 122.

23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

yang berada dekat dengan sungai Deli sebagai jalur transportasi. Pada

perkembangannya, pasar ini lalu dirubah oleh pemerintah kolonial Belanda

menjadi pasar modern dengan bangunan permanen dan hingga akhirnya

berkembang menjadi pasar yang menjual barang-barang tekstil dan sangat

terkenal di Medan bahkan manca negara.

Daerah Kesawan memegang peranan yang sangat penting dalam hal perdagangan, mengingat daerah Kesawan ini merupakan pusat perdagangan Kota

Medan masa kolonial Belanda. Bahkan transaksi perdagangan yang terjadi di daerah

Kesawan ini selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk mmenuhi kebutuhan luar negeri melalui transaksi ekspor dan impor.

Gambar 5 Gerbang Keluar Masuknya Kawasan Kesawan Tahun 1923

Sumber : Http://Colonialarchitecture.Eu/ Diakses Pada Kamis 11 Oktober 2018

24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6 Gerbang Keluar Masuknya Kawasan Kesawan Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi Tahun 2015

2.3. Daftar Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Kesawan dan Kondisi Terkini

Kawasan Kesawan memiliki beberapa bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda, yang sampai sekarang masih terlihat jelas bentuk dari bangunan tersebut. Bangunan-bangunan tersebut secara administrasi terletak di Kelurahan

Kesawan. Namun peneliti ingin memperkecil ruang lingkup penelitian menjadi suatu kawasan25, bukan sebagai kelurahan.

Beberapa bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah, pendidikan, arsitektur dan kebudayaan di kawasan Kesawan antara lain:

25 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008, hlm 653. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kawasan adalah sebuah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokooan, inudstri, dan sebagainya.

25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

A. Gedung London Sumatera

Bangunan Kantor London Sumatera ini untuk perlindungan dan pelestariannya telah masuk dalam Peraturan Daerah Kota Medan No 6 Tahun 1988.

Bangunan ini terletak di simpang jalan A. Yani dan jalan A. Yani VII (Kesawan)

Kecamatan Medan Barat. Bangunan ini didirikan pada tahun 1914 oleh Pemerintah

Kolonial Belanda. Bangunan ini dulunya bernama Juliana Gebouw, dan merupakan gedung perkantoran perusahaan perkebunan milik Inggris, Harrisons & Crossfiled.

Pembangunannya menggunakan bahan granit yang didatangkan dari Eropa, bangunan ini merupakan bangunan bercitra modern pertama di Medan, karena menggunakan lift. Lift antik tersebut berbentuk sangkar besi dan sampai saat ini lift tersebut masih digunakan. Saat ini bangunan gedung ini dipakai oleh PT. Perkebunan

London Sumatera Indonesia.

Gambar 7 Gedung London Sumatera Pada Masa Pembangunan Tahun 1915

Sumber : Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara diakses pada 6 September 2018

26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8 Gedung London Sumatera Tahun 1924

Sumber : Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2018 Gambar 9 Gedung London Sumatera Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi Tahun 2015

27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

B. Gedung BKS PPS atau Gedung AVROS

Gedung BKS PPS atau Gedung AVROS adalah bangunan bersejarah yang berada di jalan A. Yani (persimpangan jalan Pemuda dan jalan Palang Merah).

Bangunan ini juga telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional Berdasarkan

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM.01/PW.007/MKP/20 tahun

2010. Bangunan ini dibangun tahun 1918-1919 dan arsitek yang merancang bangunan ini adalah G.H. Mulder, sesuai dengan tatengger yang berada pada bangunan tersebut.

Pada tatengger yang berada di bagian depan bangunan yang tertulis “1918-

1919, EC. MULDERS, architect”. Bangunan ini dulunya digunakan oleh AVROS

(Algemeen Vereniging van Rubber Planters ter Oost van Sumatera) sebagai kantor perusahaanya, namun sekarang penggunaanya dialihkan pada BKS PPS (Badan

Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera). Dari segi bentuk fisik dan juga fungsi bangunannya, gedung ini tidak banyak mengalami perubahan serta kegunaanya.

Sampai saat ini, tetap dipakai sebagai kantor Perusahaan Perkebunan Sumatera.

28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 10 Gedung AVROS Tahun 1922

Sumber : Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2018 Gambar 11 Gedung AVROS Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi Tahun 2015

29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

C. Restoran TIP TOP

Restoran Tip Top ini terletak di jalan A. Yani (Kesawan) Kecamatan Medan

Barat diantara pertokoan yang ada di kawasan Kesawan. Untuk perlindungan dan pelestariannya, bangunan ini telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Medan

No. 6 tahun 1988. Restoran ini dibangun pada tahun 1934 dan sampai saat ini restoran Tip Top masih mempertahankan menu makanan ala Eropa, serta bagian dalam restoran juga menampilkan dekorasi bergaya masa lalu. Pada awal berdirinya tahun 1929, restoran ini adalah toko roti yang bernama toko Jangkie dan terletak di jalan Pandu. Nama tersebut sesuai dengan nama sang pemilik toko, yaitu Jangkie.

Gambar 12 Restoran TIP TOP Tahun 1938

Sumber : Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara diakses pada 6 September 2018

30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 13 Restoran TIP TOP Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi Tahun 2015

D. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara

Bangunan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara ini terletak di jalan A. Yani (Kesawan) Kecamatan Medan Barat. Untuk perlindungan dan pelestarian terhadap bangunan ini telah ditetapkan dalam Peraturan daerah Kota

Medan No. 6 tahun 1988. Dahulu bangunan ini adalah sebuah toko buku sekaligus tempat penerbitan Varekamp and Co26. Bangunan ini dibangun pada tahun 1918, dirintis oleh Joseph Halerman, seorang pengusaha asal Jerman.

26 Repelita Wahyu Oetomo dkk., op.cit., hal 73.

31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 14 Kantor Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Sumatera Utara Tahun 1920

Sumber: Http://Colonialarchitecture.eu/ diakses pada Kamis 11 Oktober 2018

Pada percetakan inilah Koran de Sumatera Post dicetak. Terlihat keterangan tersebut pada gambar di atas. Bangunan dua lantai ini memiliki gaya Art Deco yang berkembang sekitar tahun 1920-1930 an.

Gambar 15 Kantor Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi 2015

32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

E. Tjong A Fi Mansion

Bangunan ini terletak di jalan A. Yani (Kesawan) Kecamatan Medan Barat.

Bangunan ini dibangun oleh pemiliknya sendiri yaitu Tjong A Fie tahun 1916, dan keseluruhan bangunan ini perpaduan antara arsitektur China dan Eropa yang dikombinasi dengan Melayu. Pada bagian depan gerbang diletakkan dua buah patung singa berbahan granit. Adapun dinding dalam bangunan gerbang/gapura itu berhiaskan empat bingkai yang masing-masing berisikan bagian lukisan tentang kehidupan dan keadilan.

Dalam perlindungan dan pelestariannya, bangunan ini telah ditetapkan sebagai

Cagar Budaya Nasional melalui Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.

PM.01/PW.007/MKP/2010 pada tahun 2010.

Gambar 16 Rumah Tjong A Fie Tahun 1918

Sumber : Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara diakses pada 6 September 2018

33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 17 Rumah Tjong A Fie Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015

F. Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI dan Bank Danamon

Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI dan Bank Danamon yang terletak di Jln. Ahmad Yani (Kesawan) ini untuk perlindungan dan pelestariannya telah masuk dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 1988. Bangunan-bangunan tua ini terletak berderetan Jln. Ahmad Yani (Kesawan).

34 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Bangunan Bank BNI dan Bank Danamon ini, kedua bangunan tersebut sebelumnya adalah bangunan yang digunakan sebagai Bank pada masa kolonial

Belanda. Bangunan Bank BNI sebelumnya adalah milik Chartered Bank, sedangkan bangunan Bank Danamon, sebelumnya adalah bangunan milik Bank Of China.

Sementara toko Sepatu Bata, bangunan ini diperkirakan sudah ada dan beroperasi sekitar tahun 1949 sesuai keterangan pada gambar 18.

Gambar 18 Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI dan Bank Danamon Pada Tahun 1949

Sumber: Http://Colonialarchitecture.eu/ diakses pada Kamis 11 Oktober 2018

35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 19 Bangunan Toko Sepatu BATA, Bank BNI dan Bank Danamon Pada Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015

36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

G. Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap

Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap ini terletak persis di depan gedung London Sumatera Jln. Ahmad Yani (Kesawan). Bangunan

Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) ini pada masa lalu digunakan sebagai kantor

Netherlands Shipping Company and Roterdam Lloyd. Kemudian dipergunakan oleh kantor pelayaran Jakarta Llyod.

Bangunan Toko Seng Hap ini, pada masa lalu adalah sebuah toko yang menjual segala kebutuhan masyarakat. Bentuk bangunan ini seperti kuil Theseion di

Athena. Terlihat jelas pada bagian atap dan pilar-pilar bangunannya. Masing-masing dari bangunan ini untuk perlindungan dan pelestariannya telah masuk dalam

Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 tahun 1988.

Gambar 20 Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap Tahun 1919- 1920

Sumber : Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2018

37 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 21 Bangunan Kantor Jakarta Lloyd (PT. Jasindo) dan Toko Seng Hap Tahun 2015

Sumber : Dokumen Pribadi Tahun 2015

H. Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani

Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani ini tepatnya terletak di Jln. Ahmad Yani

(Kesawan simpang Jln Pemuda). Gedung ini pada masa lalu dipergunakan sebagai gedung Nederlandsh Indische Escompto Maatschappij yang di bangun oleh biro arsitektur Fermont-Cuypers-Weltevreden Amsterdam27.

Bangunan ini menggunakan atap lebar dengan kemiringan yang sangat curam.

Pada bangunan ini juga terdapat cukup banyak jendela. Pada tiap-tiap jendela tersebut

27 Ibid., hlm 72.

38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

dilengkapi ventilasi-ventilasi yang diletakkan di atasnya. Pada bagian bawahnya terdapat lubang-lubang angin yang berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan pada bangunan ini.

Gambar 22 Gedung Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani Tahun 1920-1921

Sumber: Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2015

Gambar 23 Gedung Kantor Bank Mandiri Ahmad Yani Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015

39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

I. Masjid Lama Gang Bengkok

Masjid Lama Gang Bengkok ini berada di jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan

Kecamatan Medan Barat. Masjid ini didirikan pada tahun 1890 sebagai tempat beribadah dan Tjong A Fie sebagai salah satu penyandang dananya. Walaupun bangunan masjid ini mempunyai nilai sejarah dan aritektur yang tinggi, namun perlindungan dan pelestariaan bangunannya tersebut belum dimasukkan dalam

Peraturan Daerah Kota Medan.

Gambar 24 Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Belakang Tahun 1894

Sumber : http://tembakaudeli.blogspot.com diakses pada 17 Maret 2019

40 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 25 Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Belakang Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015 Gambar 26 Mesjid Lama Gang Bengkok Tampak Depan Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015

41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

J. Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1

Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 ini berada di sebelah Masjid Lama Gang

Bengkok. Menurut Mukhlis, salah satu pengurus Masjid, Madrasah Ibtidiyah Al-

Washliyah 1 ini diperkerikan telah ada bersama dengan berdirinya Masjid Lama

Gang Bengkok.

“sebelum Al-Wasliyah berdiri, bangunan ini sudah ada, jadi nama Madrasah ini dulunya itu Madrasah Islamiyah Tapanuli Medan. Para pendiri Al-Wasliyah itu dulunya murid-murid yang madrasah ini, dan para murid-murid yang ada di madrasah tersebut yang mengisi pengajian-pengajian di Masjid ini”28.

Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 dahulu bernama Madrasah Islamiyah

Tapanuli Medan. Namun sejak kapan madrasah ini ada belum dapat diketahui secara pasti, dan sampai sejauh ini belum ada sumber tertulis yang paling sahih untuk menguatkan dugaan itu. Akan tetapi paling tidak, keberadaan madrasah ini sudah ada bersamaan dengan adanya Masjid Lama Gang Bengkok.

Untuk perlindungan dan penetapan bangunan madrasah ini sebagai sebuah bangunan yang dilindungi, sampai saat ini belum ada ditetapkan oleh Pemerintah

Kota Medan maupun Pemerintah Provonsi Sumatera Utara.

28 Wawancara, dengan Mukhlis Tanjung, Medan pada tanggal 12 Februari 2019.

42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 27 Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 Tampak Depan Tahun 2015

Gambar 28 Madrasah Ibtidiyah Al-Washliyah 1 Tampak Samping Tahun 2015

Sumber:Dokumentasi Pribadi 2015

K. Gedung Eks Dinas Tenaga Kerja

43 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gedung Eks Dinas Tenaga Kerja ini terletak di Jln. Hindu/Ahmad Yani VII,

Kecamatan Medan Barat. Untuk perlindungan dan pelestariannya terhadap gedung telah ada dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 1988. Gedung Eks Dinas

Tenaga Kerja ini mulai dibangun pada tanggal 16 Februari 1919 hingga 1920 oleh

Walikota Medan pertama, Daniel Baron Mackay, dengan G. Bos sebagai arsitek dari bangunan tersebut.

Semula bangunan ini adalah sebuah TOSERBA (toko serba ada) pada masa kolonial Belanda. Pada masa kolonial Belanda bangunan ini lebih dikenal dengan nama Medans Warenhuis, namun setelah dinasionalisasikan oleh pemerintah

Republik Indonesia pasca kemerdekaan, gedung ini dijadikan sebagai gedung pemerintahan. Beberapa kantor pemerintahan yang pernah menggunakan gedung ini antara lain, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Dinas Perikanan, dan Dinas Sosial.

44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 29 Gedung Eks Dinas Tenaga Kerja Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi 2015

L. Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya

Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya ini terletak di Jalan Palang Merah

Kecamatan Medan Baru. Untuk perlindungan dan pelestariannya, bangunan ini telah masuk dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 tahun 1988. Gedung. Bangunan ini sebelumnya adalah milik NILLMIJ (Nederlandsch Indische Levensverzekering en

Lijfrente Maatschappij) yang merupakan perusahaan asuransi jiwa milik kolonial

Belanda.

Setelah terjadinya nasionalisasi perusahaan milik kolonial Belanda pasca kemerdekaan Republik Indonesia, maka bangunan kantor perusahaan ini menjadi

45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

kantor perusahan asuransi milik Indonesia. Saat ini bangunan gedung ini dipakai sebagai kantor oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya dan Palang Malang Indonesia

(PMI).

Gambar 30 Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya Tahun 1925

Sumber: Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2015

46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 31 Bangunan Kantor Asuransi Jiwasraya Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi 2015

M. Bangunan Pertokoan Pajak Ikan Lama

Bangunan-bangunan pertokoan Pasar Ikan Lama ini terletak di Jln. Perniagaan

Kecamatan Medan Barat. Bangunan-bangunan pertokoan ini masih ada dan berdiri tegak sampai sekarang, walaupun sudah banyak juga dari bangunan-bangunan tersebut yang sudah mulai rusak dan mengalami perubahan bentuk dari aslinya. Pada masa kolonia Belanda, tempat ini adalah sebagai tempat penjualan/pendistribusian ikan hasil tangkapan para nelayan.

Letak bangunan ini tidak terlalu jauh dari Sungai Deli yang menjadi sarana transportasi pada masa itu. Namun komplek pertokoan yang berada pada bangunan

47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Pasar Ikan Lama ini sudah tidak menjual hasil tangkapan laut lagi, melainkan menjual barang-barang tekstil antara lain seperti: busana/perlengkapan muslim, kain-kain gorden, dan lain-lain.

Walaupun bangunan-bangunan pertokoan ini memiliki nilai arti sejarah dan juga segi arsitekturnya, namun untuk perlindungan dan pelestariaanya bangunan- bangunan pertokoan ini belum masuk dalam Peraturan Daerah Kota Medan.

Gambar 32 Bangunan Pertokoan Pasar Ikan Lama Tahun 1925

48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Halaman Facebook Batak Toba, Danau Toba & Pulau Samosir – Foto Sejarah & Budaya diakses pada 10 Agustus 2018

49 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 33 Bangunan Pertokoan Pasar Ikan Lama Tahun 2015

50 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Dokumen Pribadi 2015

N. Bangunan Pertokoan Pasar Hindu

Bangunan pertokoan pasar hindu ini terletak di Jln. Hindu, Kecamatan Medan

Barat. Pertokoan Pasar Hindu ini melakukan kegiatan jual belinya pada saat pagi hari.

Pasar Hindu ini mulai berfungsi sebagai pasar setelah ditutupnya Pasar Ikan Lama untuk berjualan kebutuhan rumah tangga penduduk. Namun persis waktu berdirinya

Pasar Hindu ini belum bisa dipastikan, karena tidak adanya catatan sejarah mengenai berdirinya Pasar Hindu ini.

Akan tetapi melihat kondisi bangunan yang masih ada sampai saat ini, bisa dipastikan bahwa bangunan pertokoan Pasar Hindu ini sudah lama berdiri.. Bangunan

51 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

pertokoan Pasar Hindu ini walaupun memiliki nilai sejarah dan arsitektur, namun untuk perlindungan dan pelestariannya, Pasar Hindu ini belum masuk dalam

Peraturan Daerah Kota Medan.

Gambar 34 Bangunan Pertokoan Pasar Hindu Tahun 2015

52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Dokumen Pribadi 2015 O. Bangunan-bangunan Lama di Jln. Ahmad Yani (Kesawan)

Bangunan-bangunan lama peninggalan sejarah ini terletak di sepanjang jalan

A. Yani (Kesawan) Kecamatan Medan Barat. Beberapa bangunan lama yang terdapat di Kesawan ini sudah beralih fungsi kegunaanya, namun masih memiliki konsep awal seperti ruko pada masa kolonial. Hingga kini bangunan-bangunan tersebut masih terlihat walaupun beberapa diantarannya sudah mengalami perubahan/perbaikan bahkan ada bangunan yang sangat memprihatinkan keadaannya. Untuk perlindungan dan pelestarian dari bangunan ini telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota

Medan No. 6 tahun 1988.

53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 35 Bangunan-Bangunan Lama Di Jln. Ahmad Yani (Kesawan) Tahun 1925

Sumber: Halaman Faebook Koleksi Hitam/Putih Foto Sejarah & Budaya – Sumatera Utara Di Akses Pada 6 September 2018

54 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Gambar 36 Bangunan-Bangunan Lama Di Jln. Ahmad Yani (Kesawan) Tahun 2015

Sumber: Dokumen Pribadi Tahun 2015

55 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

BAB III

POTENSI KAWASAN KESAWAN

Dari beberapa bangunan yang terdapat di kawasan Kesawan ada sebagian bangunan yang sudah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional melalui

Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No PM.01/PW.007/MKP/2010, seperti Rumah Tjong A Fie dan Gedung BKS PPS/AVROS. Ada juga sebagian yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Medan No 6 Tahun 1988, seperti beberapa bangunan toko yang berada di sepanjang jalan A. Yani, yang tidak diperbolehkan untuk merubah bentuk bangunannya sesuai izin Walikota Medan.

Akan tetapi ada juga dari beberapa bangunan tersebut yang dilindungi melalui

Peraturan Daerah Kota Medan, namun untuk penjagaan, perawatan bahkan pelestariannya tidak dilakukan terhadap bangunan tersebut. Seperti bangunan Toko

Sepatu Bata, bangunan tersebut hanya dibiarkan begitu saja, tanpa adanya dilakukan perawatan terhadap bangunan tersebut, terlihat dari bentuk fisik bangunan yang sudah mulai hancur pada bagian depannya.

Disamping itu masih ada beberapa bangunan yang mempunyai nilai sejarah, arsitektur dan kepurbakalaan belum mendapatkan legalitas baik itu penjagaan, perlindungan dan pelestariannya sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Kementerian maupun Peraturan Daerah Kota Medan ataupun Provinsi Sumatera Utara.

56

Universitas Sumatera Utara

Diantara peninggalan-peninggalan bangunan tersebut, pastilah ada potensi21 yang tersimpan pada bangunan tersebut, seperti potensi dari segi sejarah ataupun pendidikan dan juga dari segi pariwisata. Arti penting kawasan Kesawan ini terutama dapat dirasakan dari sudut pandang ilmu pengetahuan kesejarahan, khususnya tentang bagaimana perkembangan suatu kota, yaitu kota Medan. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana dan nilai-nilai kesejarahan apa saja yang ada pada bangunan- bangunan di kawasan Kesawan tersebut.

Disisi lain, kawasan Kesawan juga memiliki nilai-nilai yang berpotensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kepentingan perekonomian, terutama kesejahteraan masyarakat setempat melalui pengolahan pariwisata. Tentu hal ini dapat meningkatkan devisa kota Medan, hal tersebut dapat terjadi kawasan Kesawan ditetapkan sebagai kawasan objek wisata akan ilmu pengetahuan dan kesejarahan, atau lebih dikenal sebagai objek wisata sejarah.

3.1. Potensi Sejarah

Kawasan Kesawan adalah suatu kawasan kota tua yang terletak di kota

Medan. Beberapa bangunan yang terdapat di kawasan Kesawan merupakan peninggalan sejarah masa kolonial Belanda yang sampai saat ini masih bisa kita lihat peninggalannya-peninggalanya. Dari beberapa peninggalan-peninggalan sejarah berupa bangunan koonial Belanda di daerah Kesawan yang dapat dikategorikan

21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008, hlm 1100. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kesanggupan; daya.

57

Universitas Sumatera Utara

sebagai cagar budaya tersebut memiliki lokasi yang berdekatan antara satu dengan yang lainnya, yang membentuk sebuah bentang/kawasan cagar budaya. Hal tersebut sesuai dengan isi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Cagar Budaya mengenai sebuah kawasan cagar budaya22.

Mengingat hal tersebut sangatlah pantas kita sebagai masyarakat harus mengetahui potensi sejarah dari kawasan Kesawan ini sebagai suatu peninggalan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Kawasan Kesawan dahulu dan sekarang pada dasarnya tidak banyak yang berubah secara fungsi, masih tetap merupakan kawasan perdagangan/pertokoan sampai saat ini. Namun yang terjadi pada kawasan Kesawan saat ini adalah bentuk dari bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda tersebut yang mengalami perubahan. Bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda ini secara perlahan tapi pasti mulai runtuh ataupun diruntuhkan bangunannya untuk diganti dengan bangunan baru yang diaangap lebih modern sesuai perkembangan zaman saat ini.

Hal tersebut terjadi dikarenakan kita sebagai masyarakat tidak mengetahui atau memang tidak memperdulikan pentingnnya menjaga dan melestarikan sebuah peninggalan sejarah. Permasalah utama yang terjadi saat ini adalah ketidaktahuaan masyarakat akan pentingnya nilai suatu peninggalan. Nilai sejarah dari suatu benda pada dasarnya tidak hanya bergantung pada besar dan kecilnya peninggalan tersebut

22 Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan cirri tata ruang yang khas.

58

Universitas Sumatera Utara

sebagai saksi sebuah peristiwa yang menyangkut jalan hidup banyak orang.Namun nilai peninggalan sejarah itu juga didukung oleh faktor-faktor seperti: seni, arsitektur, teknik dan juga ekonomi.

Jika kita mengetahui betapa pentingnya nilai dari benda peninggalan sejarah tersebut, baik dari segi seninya, arsitekturnya, tekniknya, ekonominya, dan lain sebagainya, maka kita baru sadar akan penting dan berartinnya sebuah peninggalan sejarah itu sebagai sumber pelajaran kita dan keturunan kita untuk saat ini dan untuk masa depan.

Jika suatu peninggalan sejarah tidak cukup bernilai, maka suatu peninggalan sejarah tersebut bisa terangkat nilainya dari sisi lain yang mendukung suatu peradaban manusia. Maka hal yang terpenting disini adalah apakah suatu peninggalan sejarah itu benar-benar penting bagi perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia kedepannya. Bagaimanapun tingginya suatu nilai peninggalan sejarah, jika tidak dapat dijadikan sebagai pembelajaran maka nilai-nilai tersebut tetap tidak berarti apa-apa.

Dalam melakukan penjagaan maupun pelestarian peninggalan sejarah, kita sebagai masyarakat harus bisa membangun kesadaran akan sejarah. Kesadaran sejarah sangat diperlukan sebagai pembelajaran untuk mengetahui sejarah terbentuknya suatu daerah perkotaan. Maka kita sebagai masyarakat harus mengetahui dan mempelajari sejarah terbentuknya kota, khususnya kota Medan, agar

59

Universitas Sumatera Utara

tumbuh rasa kecintaan akan daerahnya, terutama dalam hal penjagaan maupun pelestarian suatu peninggalan sejarah yang terdapat di kotanya.

Kota Medan memiliki sejarah yang panjang, banyak peristiwa yang telah terjadi di kota Medan. Dalam sejarah ada keberhasilan dan ada juga kegagalan. Maka dalam melakukan proses pembelajaran sejarah sebaiknya kita mempelajari seutuhnya, dengan catatan agar kita dapat terhindar dari kegagalan yang serupa di masa akan datang. Sebagaimana yang kita ketahui, kota Medan mempunyai karakteristik sebagai kota industri pada masa kolonial Belanda dan bertahan menjadi kota industri sampai saat ini.

Puncak perindustrian yang terjadi di kota Medan pada masa kolonial Belanda adalah setelah dibukanya perkebunan tembakau pada pertengahan abad ke-19 oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah dibukanya industri perkebunan, kota Medan mulai berkembang dan maju. Sebagai suatu sejarah, hal tersebutlah yang membuat kota Medan ini bisa berkembang sebagai kota industri seperti ini.

Oleh karena pusat perkebunan berada disini, maka ramailah orang-orang berdatangan dan berdiam di Medan. Setelah berpindahnya Kresidenan Sumatera

Timur dari Bengkalis (Riau) ke Medan pada tahun 1887, maka banyaklah kegiatan pembangunan infrastruktur-infrastruktur penunjang industri perkebunan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

60

Universitas Sumatera Utara

Daerah Kesawan ini adalah suatu daerah yang menjadi prioritas dalam pembangunan pada masa kolonial Belanda. Hal tersebut dikarenakan daerah Kesawan memegang peranan yang sangat penting dalam hal perdagangan, mengingat daerah

Kesawan ini merupakan pusat perdagangan Kota Medan pada masa kolonial Belanda.

Bahkan transaksi perdagangan yang terjadi di kawasan Kesawan ini selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga memenuhi kebutuhan luar negeri, melalui transaksi ekspor dan impor.

Sejarah membutuhkan bukti, bukan hanya sekedar narasi. Bukti-bukti peninggalan sejarah dari sisa-sisa industri perkebunan kolonial Belanda yang masih ada dan bisa kita lihat sampai saat ini adalah berupa bangunan-bangunan, yang peninggalannya banyak terdapat di daerah Kesawan. Bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang terdapat di daerah Kesawan ini dahulu berupa kantor- kantor administrasi perkebunan milik kolonial Belanda, kantor-kantor perbankan, kantor percetakan, rumah-rumah para pedagang Cina, restoran, fasilitas umum seperti tempat ibadah serta pasar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pada masa itu.

Keberadaan bangunan-bangunan peninggalan sejarah di kawasan Kesawan tersebut merupakan data sejarah yang sangat penting untuk mengenal dan mengetahui kembali bagaimana keadaan kota Medan pada masa lampau. Bahkan data tersebut dapat memberikan suatu identitas ataupun ciri khas kepada kota Medan yang dapat membedakan dengan kota-kota lainnya.

61

Universitas Sumatera Utara

3.2. Potensi Pariwisata

Pada awalnya hakikat paling utama yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang terdalam, yang serba ingin mengetahui segala sesuatu selama hidup di dunia. Manusia ingin tahu segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar lingkungannya. Ia ingin tahu tentang kebudayaan di negeri asing, cara hidup, adat istiadat, cuaca, hawa udara yang berbeda-beda di bebagai negeri, keindahan dan keajaiban alam dengan bukit, gunung, lembah serta pantainya, dan berbagai hal yang tidak ada dalam lingkungannya sendiri.

Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari beberapa kata antara lain: Pari berarti penuh, lengkap, keliling, sementara Wis (man) berarti rumah, property, kampong, komunitas, sedangkan Ata berarti pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampong) berkeliling terus menerus 23 . Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah

Indonesia. “Mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”24

23 Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta:PT Pradnya Paramita, 2003, hal 1. 24 Ibid.

62

Universitas Sumatera Utara

Saat ini, fenomena pariwisata ini semakin berkembang dengan didukung oleh perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, serta bertambahnya animo masyarakat yang semakin tinggi untuk melakukan perjalanan wisata. Salah satu jenis pariwisata yang saat ini mulai berkembang adalah wisata sejarah. Dalam pengelompokan jenis pariwisata, wisata sejarah masuk dalam jenis wisata budaya.

Wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan, untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

Seringnya perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara). Atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya25.

Wisata sejarah pada saat ini banyak diminati oleh para wisatawan, selain dapat pemahaman sejarah, juga dapat memberikan nuansa bagaimana kehidupan masa lampau kepada wisatawan yang tidak didapat pada masa sekarang ini.

Kemampuan mengembangkan wisata sejarah adalah nilai yang penting dalam pariwisata.

25 Ibid., hal 38.

63

Universitas Sumatera Utara

Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sudah tidak diragukan lagi, dan pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam upaya penerimaan pendapatan asli daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang mampu mendatangkan devisa negara dan penerimaan asli daerah yang berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat dalam berbagai sektor ekonomi.

Dalam menjalankan industri pariwisata, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut sebagai “atraksi”, atau lazim pula dinamakan “objek wisata”. Atraksi ataupun objek wisata tersebut bisa berupa sesuatu yang hadir secara natural ataupun alami, maupun sesuatu yang diadakan oleh masyarakat setempat yang berlangsung pada waktu-waktu tertentu.

Kawasan Kesawan adalah salah satu daerah yang dapat dijadikan sebagai suatu objek wisata. Hal ini mengingat kawasan Kesawan banyak memiliki sisa-sisa peninggalan sejarah berupa bangunan-bangunan cagar budaya. Bangunan-bangunan tersebut kebanyakan dibangun pada masa koloial Belanda, dan bangunan-bangunan tersebut digunakan sebagai kantor pemerintahan maupun swasta, serta rumah-rumah toko milik para pedagang etnis Cina.

Suatu cagar budaya juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan pariwisata. Dari sisa-sisa

64

Universitas Sumatera Utara

peninggalan sejarah berupa arsitektur kolonial Belanda ini bisa menjadi magnet penarik bagi masyarakat luas untuk sekedar berkunjung ataupun untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat kota Medan dahulu pada masa kolonial Belanda.

Hal tersebutlah yang dapat dimunculkan dan dapat menjadikan kawasan Kesawan sebagai sebuah destinasi pariwisata yang layak untuk diberikan kepada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Dalam hubungannya bagi perjalanan wisata, kawasan Kesawan dapat memberikan perjalanan wisata yang lengkap kepada para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Mulai dari wisata kuliner, di kawasan Kesawan terdapat sebuah restoran yang telah ada dan berdiri sejak masa kolonial Belanda, restoran tersebut adalah restoran Tip Top. Kemudian, masyarakat dapat melakukan wisata sejarah untuk melihat dan mengetahui bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial

Belanda yang berada di sepanjang jalan A. Yani, baik dari segi arsitekturnya maupun sejarah dari bangunan tersebut.

Dalam melakukan perjalanan wisata sejarah, pihak-pihak yang terkait harus bisa seoptimal mungkin dalam mengelola objek wiata kawasan Kesawan nantinya, baik itu masyarakat setempat maupun pemerintah kota Medan. Seperti halnya masyarakat yang sangat diharapkan untuk bersifat ramah tamah kepada setiap wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kesawan. Sebab, faktor keramah tamahan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu objek wisata.

65

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, Pemerintah Kota Medan juga perlu mempertimbangkan mengenai ketersediaannya penginapan, fasilitas umum yang memadai, serta jasa transportasi yang aman dan nyaman bagi para wisatawan ketika melakukan perjalanan pariwisata ke kawasan Kesawan nantinya. Kemudian pemerintah juga harus melakukan publisitas dan promosi kepariwisataan kawasan Kesawan kepada masyarakat.

Ada dua promosi wisata yang harus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat kepada para calon wisatawan. Pertama yaitu melakukan promosi kepada calon wisatawan dalam negeri, hal ini bertujuan menggugah pandangan masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata bagi masyarakat, dan juga memperoleh dukungan dari masyarakat. Kedua, yaitu promosi pariwisata kepada para calon wisatawan mancanegara, promosi yang dilakukan hendaknya mengedepankan atraksi-atraksi ataupun objek wisata yang unik dan menakjubkan, serta mengedapankan promosi yang tidak dimiliki oleh negara para calon wisatawan tersebut.

Kemudian, pihak-pihak yang terkait dalam pariwisata kawasan Kesawan harus bisa memberikan penjelasan sejarah dari tiap-tiap tempat yang menjadi destinasi wisata yang akan dikunjungi oleh para wisatawan. Seperti sejarah akan berdirinya tempat tersebut, siapa pemilik dari tempat tersebut, serta apa fungsi dari bangunan tersebut pada masa kolonia Belanda.

66

Universitas Sumatera Utara

Dalam memberikan informasi kepada para wisatawan tentang bagaimana sejarah dan kondisi terkini dari bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial tersebut, pihak-pihak yang terkait dapat melakukanya dengan cara penyampaian langsung yang dilakukan oleh para pemandu wisata (tour guide) yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak-pihak pengelola tempat wisata tersebut. Serta dapat juga memberikan sebuah katalog kepada setiap para pengunjung. Katalog tersebut berisi tentang berdirinya tempat tersebut, siapa pemilik dari tempat tersebut, serta apa fungsi dari bangunan tersebut pada masa kolonia Belanda, dan juga berisi gambar- gambar bangunan tersebut, baik pada masa kolonial Belanda maupun kondisi terkini dari bangunan tersebut.

67

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PERAN MASYARAKAT

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya dijelaskan bahwa setiap orang/masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan perlindungan, penyelamatan dan pengamanan cagar budaya. Dalam hal tersesbut, masyarakat haruslah mengambil sikap dan harus berperan aktif dalam melakukan penjagaan, pemanfaatan maupun pelestarian cagar budaya. Namun saat ini yang terlihat adalah masyarakat kurang berperan aktif dalam melakukan penjagaan, pemanfaatan maupun pelestarian cagar budaya tersebut.

4.1. Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya Di

Kawasan Kesawan

Seperti yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, bahwa kawasan

Kesawan memiliki beberapa bangunan yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dan ada juga beberapa bangunan yang telah dilindungi oleh peraturan pemerintah Kota Medan maupun pemerintah pusat. Dalam bab ini penulis melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan yang sudah ditetapkan dan dilindungi oleh pemerintah Kota Medan maupun pemerintah pusat.

Masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain, orang-orang yang memiliki dan juga mengelola bangunan cagar budaya tersebut, seperti pengelola

68

Universitas Sumatera Utara

Restoran Tip Top, Tjong A Fie Mansion, Mesjid Lama Gang Bengkok, dan ada juga orang yang hanya mendiami bangunan tersebut, seperti halnya di bangunan Gedung

Eks Tenaga Kerja. Selain itu ada juga pihak akademisi dan juga organisasi-organisasi ataupun komunitas-komunitas pecinta sejarah seperti Badan Warisan Sumatera

(BWS), yang berada di Kota Medan.

Hampir semua dari pemilik, ataupun pengelola bangunan cagar budaya yang menjadi narasumber pernah mendengar dan bahkan mengetahui bahwasanya bangunan yang mereka kelola atau tempati telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah Kota Medan maupun pemerintah pusat sebagai suatu bangunan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Menurut Kus, salah satu pengelola/manejer Restoran Tip Top, ia mengetahui bangunan yang ia kelola termasuk dalam salah satu dari beberapa bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan. Bahkan Kus juga mengatakan tentang pernah adanya suatu tetengger tepat berada di depan bangunan tersebut.

“ ….ya, saya pernah mendengar tentang peraturan daerah itu, bahkan bangunan ini dulu pernah punya batu penanda bahwasanya bangunan ini dilindungi pemerintah. Letak batu itu pas di depan restoran Tip Top ini. Tetapi batu itu sudah hancur waktu ada pengaspalan jalan oleh

69

Universitas Sumatera Utara

pemerintah, saya kurang tau siapa yang telah menghancurkannya”.26

Hal sama juga disampaikan oleh Rudiansyah. Sebagai salah satu wakil pengelola/humas dari Tjong A Fie Mansion, ia mengatakan bahwa mereka selaku pihak yang mengelola Tjong A Fie Mansion ini mengetahui jika bangunan yang mereka kelola termasuk kedalam bangunan cagar budaya nasional yang terdapat di

Kota Medan, yang tentunya harus dilindungi dan juga dilestarikan keberadaannya.

“….iya, saya tau tentang peraturan daerah tersebut, saat ini pun bangunan Tjong A Fie ini sudah ditetapkan menjadi cagar budaya nasional melalui keputusan menteri kebudayaan dan pariwisata tahun 2010. Itu setahun setelah bangunan ini dibuka untuk umum. Kan tahun 2009 bangunan ini dibuka untuk umum”.27

Dalam melakukan perannya untuk menjaga maupun melestarikan bangunan cagar budaya tersebut, langkah-langkah yang diambil oleh para pemilik ataupun pengelola bangunan cagar budaya tersebut bermacam-macam. Ada yang tetap mempertahankan dari segi bentuk dan fungsi dari bangunan tersebut, bahkan ada juga yang melakukan perawatan intensif pada bangunan tersebut, seperti melakukan

26 Wawancara, dengan Kus, Medan pada tanggal 10 Februari 2019. 27 Wawancara, dengan Rudiansyah, Medan pada tanggal 4 Februari 2019.

70

Universitas Sumatera Utara

pengecetan ulang pada dinding-dinding bangunan yang sudah mulai terkelupas dan juga mengganti atap-atap yang sudah mulai bocor.

Seperti penuturan oleh Kus sebagai salah satu Manajer di Restoran Tip Top, langkah-langkah yang mereka ambil adalah tetap mempertahankan bentuk dan fungsi bangunan seperti pada awalnya, yaitu sebuah restoran. Selain itu, pihak pengelola juga melakukan pengecetan kembali dinding-dinding bangunan yang sudah mulai keropos dan berganti warna.

“Kalau untuk bentuk dan fungsinya, bangunan ini tetap sama seperti pada awalnya. yaitu sebuah restoran. Tidak ada perubahan yang terjadi, apalagi merubah dari bentuk dan fungsi bangunan. Kalaupun ada perubahan yang terjadi, itu dilakukan hanya untuk perawatan bangunannya saja, seperti melakukan pengecetan kembali dinding-dinding yang sudah mulai berubah warnanya. Kemudian perubahan material dari bangunan, misalnya kayu yang ini sudah mulai keropos, ya kami ganti dengan kayu yang baru. Tapi untuk bentuk bangunan tetap harus dipertahankan.28

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak pemilik ataupun pengelola antara lain menjaga kebersihan disekitar lingkungan bangunan cagar budaya tersebut, serta jika bangunan cagar budaya tersebut sudah mulai mengalami

28 Wawancara, dengan Kus, Medan, pada tanggal 10 Februari 2019.

71

Universitas Sumatera Utara

kerusakan, maka pihak pemilik ataupun pengelola secepatnya mengambil sikap untuk melakukan perbaikan dan perawatan terhadap bangunan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar material bangunan yang sudah mulai rusak tersebut tidak semakin parah, karena bertambahnya kerusakan pada bangunan tersebut.

“Kalau untuk bangunan ini dari segi bentuk dan fungsinya tetap sama, tidak ada perubahan bentuk dan fungsi dari Mesjid Lama Gang Bengkok ini. Semua masih sama, mulai dari warna dan bentuk bangunannya. Kalau pun ada yang berubah, paling material-material kecil yang ada pada bangunan ini, seperti pada atapnya. Kalau atap bangunan ini bocor, maka kami ganti dengan yang baru. Lainnya tetap sama, seperti bentuk dan fungsi dari bangunan Mesjid Lama Gang Bengkok ini”.29

Hal yang sama juga disampaikan oleh Rudiansyah sebagai salah satu wakil pengelola/humas dari Tjong A Fie Mansion, bahwa bangunan Tjong A Fie Mansion ini tidak ada mengalami perubahan bentuk yang cukup berarti, karena bentuk dan fungsi bangunan ini tetap sama seperti sebelumnya. Adapun hal yang berubah pada bangunan ini yaitu pada fungsinya, yang sebelumnya bangunan ini adalah rumah

29 Wawancara, dengan Mukhlis Tanjung, Medan, pada tanggal 12 Februari 2019.

72

Universitas Sumatera Utara

kediaman dari Tjong A Fie, yang sekarang bangunan ini telah menjadi museum dan telah dibuka untuk umum.

“Bangunan Tjong A Fie Mansion ini, tidak begitu mengalami perubahan yang berarti, terutama dari segi bentuknya, namun dari segi fungsin, bangunan ini mengalami perubahan, yang dahulu bangunan ini adalah sebagai tempat tinggal atau kediamannya Tjong A Fie dan keturunannya, namun sekarang bangunan ini sudah menjadi museum atau tempat wisata yang terdapat di Kota Medan, sejak dibukanya Tjong A Fie Mansion ini ke publik pada tahun 2009”.30

Dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan bangunan cagar budaya tersebut, para pemilik ataupun pihak pengelola bangunan tersebut memakai dana pribadinya ataupun dana yang didapatkan dan dikelola dari para pengunjung bangunan tersebut. Namun ada juga dari para pemilik ataupun pihak pengelola bangunan tersebut yang mendapat bantuan dana dari masyarakat setempat, dan ada juga yang mendapat bantuan dana dari pemerintah.Hal tersebut disampaikan oleh

Kus salah satu manejer Restoran Tip Top.

“Kalau mengenai dana perawatan untuk bangunan restoran Tip Top ini, maksud kamu seperti melakukan pengecetan dan juga perawatan material-material lainnya pada bangunan ini. Kalau itu ya dananya dari dana pribadi

30 Wawancara, dengan Rudiansyah, Medan, pada tanggal 4 Februari 2019.

73

Universitas Sumatera Utara

restoran Tip Top itu sendiri. Dana yang kami dapatkan dari para pengunjung restoran ini”.31

Namun berbeda halnya dengan bangunan Mesjid Lama Gang Bengkok ini.

Menurut Mukhlis, salah satu pengurus mesjid, mereka mendapatkan dana untuk melakukan perbaikan dan perawatan bangunan mesjid ini dari bantuan masyarakat sekitar wilayah mesjid dan juga dari bantuan pemerintah. Bentuk-bentuk bantuan dari masyarakat tersebut bermacam-macam, ada yang memberikan melalui infak- infak pada saat beribadah, dan ada juga bantuan yang diberikan berbentuk material bangunan, seperti semen, keramik, dan lain sebagainya.

“Kalau masalah dana untuk perawatan dan perbaikan mesjid ini, biasanya kami dapatkan dari infak-infak para jamaah yang sholat di mesjid ini, sama ada juga bantuan dari masyarakat setempat. Kalo dana atau bantuan dari pemerintah itu ada, tapi kami pihak nazir mesjid tidak pernah memintanya, maksudnya seperti membuat proposal. Kalaupun mesjid mau ada perbaikan itu biasanya para masyarakat yang memberikan bahan-bahan material bangunan yang dibutuhkan”.32

31 Wawancara, dengan Kus, Medan, pada tanggal 10 Februari 2019. 32 Wawancara, dengan Mukhlis Tanjung, Medan, pada tanggal 12 Februari 2019.

74

Universitas Sumatera Utara

Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak Tjong A Fie Mansion dalam mencari dana untuk melakukan perawatan dan perbaikan bangunan tersebut. Dana untuk melakukan perawatan dan perbaikan bangunan tersebut didapatkan dari tiket para pengunjung/wisatawan Tjong A Fie Mansion. Namun sebelum dibukanya Tjong

A Fie Mansion ke publik, dana untuk perawatan dan perbaikan bangunan tersebut diberikan oleh pemerinta Kota Medan. Bahkan kedutaan Amerika sangat membantu dan mendukung program tersebut, terutama pendanaan awal untuk membuka Tjong

A Fie Mansion ini ke publik.

“ Kalau berbicara dana untuk perawatan dan perbaikan gedung ini ada dana pribadi dari Tjong A Fie Mansion ini sendiri, yang didapatkan dari hasil penjualan tiket pengunjung. Mengenai bantuan dana, Tjong A Fie Mansion ini juga dibantu oleh pemerintah Kota dan pada saat awal- awal ingin dibukanya Tjong A Fie Mansion ini, support terbesar pada saat itu diberikan oleh kedutaan Amerika. Jadi pendanaan awal sehingga dibukannya Tjong A Fie Mansion ini diberikan oleh kedutaan Amerika dan pemerintah Kota Medan. Sampai saat ini Peranan masyarakat dan instansi- instansi pemerintah pada saat itu sangat tinggi dan sangat membantu sekali. Karena mereka tau nilai sejarah yang terkandung pada Tjong A Fie Mansion in”.33

33 Wawancara, dengan Rudiansyah, Medan, pada tanggal 4 Februari 2019.

75

Universitas Sumatera Utara

Namun ada juga dari pengelola ataupun masyarakat yang mendiami bangunan cagar budaya yang tidak melakukan perawatan dan pemeliharaan karena tidak adanya dana pribadi maupun dana bantuan dari pemerintah Kota Medan untuk melakukan perawatan dan perbaikan pada bangunan tersebut, sehingga saat ini bangunan tersebut mengalami perubahan bentuk dan fungsinya, tidak sesuai dengan bentuk dan fungsi aslinya lagi.

Perubahan bentuk dan fungsi dari bangunan tersebut berawal dari kerusakan oleh alam, seperti pada dinding bangunan yang sudah mulai berlumut, bahkan ada juga bagian-bagian material dari bangunan tersebut yang diambil oleh orang yang tidak dikenal, karena bahan-bahan material dari bangunan tersebut langka dan mahal bila dijual. Sehingga bangunan-bangunan ini menjadi tidak terawat dan hanya dibiarkan saja oleh para pengelola maupun pemerintah Kota Medan.

Salah satu bangunan yang sudah tidak terawat, bahkan sudah mulai mengalami kerusakan adalah Gedung Eks Tenaga Kerja yang sudah mulai hancur bentuk dan fungsi dari bangunannya. Berikut penuturan Ono, salah satu masyarakat yang mendiami Gedung Eks Tenaga Kerja. Menurutnya, banyak dari bahan-bahan material pada bangunan yang telah diambil oleh orang yang tidak dikenal, karena bahan-bahan material tersebut mahal jika dijual. Bangunan ini juga pernah mengalami kebakaran, hal tersebut yang membuat sisi-sisi pada dinding bangunan kelihatan hitam, dan juga kayu-kayu pada bagian atap dapat sudah tidak sekuat dan sekokoh dulu, dapat roboh dan membahayakan siapapun.

76

Universitas Sumatera Utara

“Kalau yang punya bangunan ini, kami pun kurang tau siapa pemiliknya. Tapi ada yang bilang yang punya ini masih orang Belanda atau Inggris gitu. Pokoknya orang luarlah. Paling kami cuma bisa jaga sama rawat tempat ini sebisa kami ajalah. seperti membersihkan tempat ini. Kalau seperti ngecat bangunan ataupun merenovasinya, kami tidak sanggup. Mana ada dana kami untuk melakukan itu. Kalau pihak pemerintah pernah ada datang, tapi cuma melihat-lihat gitu-gitu aja. Tidak ada kelanjutannya, apakah bangunan ini akan direnovasi ulang atau tidak kami belum tau karena belum ada kejelasannya sampai saat ini”.34

“Banyak bahan-bahan material pada bangunan yang sudah diambil dari sini. Diambil sama orang yang tidak dikenal. Karena bahan-bahn material tersebut mahal jika dijual. Pernah juga gedung ini mengalami kebakaran. Kayu pada bagian atapnya yang terbakar waktu. Makanya hitam- hitam semua dinding yang ada di lantai 2 itu. Kalau ada masyarakat yang mau masuk ke sini jarang saya kasih. Takutnya roboh kayu atap sama genteng-gentengnya, nimpa pengunjung pulak nanti”.35

Untuk melestarikan bangunan cagar budaya, seharusnya masyarakat juga mengambil peran aktif, termasuk dalam hal menjaga maupun mengawasi bangunan

34 Wawancara, dengan Ono, Medan, pada tanggal 11 Februari 2019. 35 Ibid.

77

Universitas Sumatera Utara

cagar budaya tersebut, agar tetap terjaga nilai-nilai kesejarahan, pendidikan, dan arsitektur yang terkandung pada bangunan tersebut. Masyarakat seperti, komunitas- komunitas pecinta sejarah, ataupun pihak akademisi seharusnya dapat memberikan edukasi publik kepada masyarakat mengenai nilai-nilai apa saja yang terkandung pada bangunan tersebut. Mulai dari nilai kesejarahannya, pendidikannya, arsitekturnya dan lain sebagainya.

Sampai saat ini peran masyarakat yang dimaksudkan di atas memang ada dalam berbagai bentuk, misalnya seperti yang dilakukan oleh masyarakat ataupun komunitas-komunitas pecinta sejarah yang selalu mensosialisasikan dan memberikan pengetahuan betapa pentingnya suatu bangunan cagar budaya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Hairul, salah satu Ketua Harian Badan Warisan Sumatera

(BWS), bahwa sejak berdirinya BWS pada tahun 1998, mereka selalu menjadi garda terdepan dalam melakukan penjagaan serta pengawasan, dan selalu memperjuangkan bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di Kota Medan agar tidak dihancurkan.

“Sejak berdirinya BWS ini, kami selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga maupun mengawasai bangunan dan selalu memperjuangkan bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di Kota Medan agar tidak dihancurkan. Kami juga melakukan sosialisasi-sosialisasi ataupun edukasi publik kepada masyarakat luas dan juga kepada para pemilik

78

Universitas Sumatera Utara

ataupun pengelola bangunan tersebut agar tetap menjaga bangunan sejarah yang dimiliki ataupun yang dikelolanya”.36

“Kami juga melakukan dokumentasi yang rutin terhadap bangunan-bangunan tersebut dalam beberapa tahun sekali, agar bentuk dan juga fungsi dari bangunan tersebut dapat terlihat melalui dokumentasi tersebut. Apakah bangunan tersebut mengalami perubahan atau tidak. Kemudian kami juga mengumpulkan buku-buku ataupun makalah-makalah, serta karya-karya tulis lainnya yang berkaitan dengan bangunan cagar budaya yang ada di Kota Medan, sehingga memudahkan masyarakat untuk mengetahui nilai-nilai yang ada pada masing-masing bangunan cagar budaya tersebut”.37

Kemudian peran pihak akademisi yang sampai saat ini juga tetap masih ada melalaui pembuatan tulisan-tulisan ilmiah seperti makalah-makalah, jurnal, skripsi, tesis dan lain-lainnya. Edukasi publik juga dilakukan oleh para akademisi melalui seminar-seminar tentang pentingnya bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota

Medan. Hal tersebut disampaikan oleh Isnen Fitri, salah satu dosen di Program Studi

Arsitektur USU.

36 Wawancara, dengan Hairul, Medan, pada tanggal 30 April 2019. 37 Ibid.

79

Universitas Sumatera Utara

“Mengenai peran pihak akademisi dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya, kami biasanya hanya melakukan pengkajian-pengkajian yang bersifat ilmiah menganai bangunan cagar buadaya tersebut. Seperti pembuatan karya-karya ilmiah, dan juga edukasi publik seperti melakukan seminar-seminar tentang bangunan cagar budaya”.38

Dari berbagai hal tersebut, dapat diketahui bahwasanya peran masyarakat baik itu pihak pemilik, pengelola, komunita-komunitas pecinta sejarah maupun akademisi tetap ada sampai saat ini, walaupun masih dalam kategori kurang maksimal. Namun dalam melakukan hal tersebut, masyarakat tidak bisa lepas dari peran pemerintah. Pihak pemerintah lokal, terutama Pemko Medan melalui dinas terkait seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan cenderung pasif dalam mendukung peran masyarakat.

Terutama dalam pengawasan dan penjagaan bangunan cagar budaya yang ada di Kota Medan khususnya kawasan Kesawan, sehingga banyak bangunan-bangunan cagar budaya yang sudah mulai rusak dan bahkan hancur. Selayaknya peran kita sebagai masyarakat dan juga pemerintah Kota Medan lebih aktif lagi dalam mensosialisasikan pentingya suatu bangunan cagar budaya. Terutama bangunan- bangunan cagar budaya tersebut memiliki nilai-nilai yang sangat penting bagi

38 Wawancara, dengan Isnen Fitri, Medan pada tanggal 30 April 2019.

80

Universitas Sumatera Utara

kesejarahan, pendidikan, dan arsitektur, khususnya bagaimana Kota Medan ini bisa terbentuk sampai saat ini.

4.2. Hambatan Dalam Melestarikan Bangunan Cagar Budaya

Peran masyarakat dalam melestarikan bangunan cagar budaya juga dihadapkan pada hambatan-hambatan. Namun ada juga dari pemilik ataupun pengelola bangunan cagar budaya yang tidak brgitu mengalami hambatan yang berarti. Seperti halnya pihak pengelola restoran Tip Top, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti ataupun kesulitan dalam melestarikan ataupun mengelola bangunan cagar budaya yang mereka miliki, karena mereka memiliki dana sendiri untuk melakukan perawatan terhadap bangunan tersebut. Hal tersebut disampaikan oleh Kus, salah satu manejer restoran Tip Top

“Berbicara hambatan dalam melakukan perawatan dan pelestarian terhadap bangunan ini, kami dari pihak restoran Tip Top tidak terlalu merasakannya, karena kami memiliki dana yang sudah diatur untuk melakukan perawatan terhadap restoran Tip Top ini”.39

39 Wawancara, dengan Kus, Medan pada tanggal 10 Februari 2019.

81

Universitas Sumatera Utara

Sama halnya dengan keterangan pihak pengelola restoran Tip Top, pengelola pada Mesjid Lama Gang Bengkok juga tidak begitu mengalami hambatan yang berarti, sesuai seperti yang disampaikan oleh Mukhlis Tanjung salah satu pengurus

Badan Kenaziran Mesjid Lama Gang Bengkok.

“Kami selaku nazir Mesjid, tidak mengalami hambatan yang berarti dalam melakukan perawatan Mesjid ini, karena kami memili dana yang telah diberikan oleh jamaah mesjid melalui infak-infak mesjid ini, dan juga jika setiap ada perbaikan Mesjid, maka pihak jamaah Mesjid selalu sukarela membantu perbaikan tersebut seperti membeli bahan-bahan material yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan bangunan mesjid ini.”.40

Demikian juga halnya dengan pemilik ataupun pengelola gedung cagar budaya lainnya. Pengelola Tjong A Fie Mansion, mengatakan bahwa hanya pada awal-awal dibukanya Tjong A Fie Mansion pada ini untuk publik mereka mengalami hambatan yang cukup sulit. Hambatan itu terkait dengan bantuan dana dari pemerintah yang kurang lancar, serta kurangnya pemandu wisata, petugas kebun dan juga petugas kebersihan. Namun seiring berjalannya waktu, hambatan tersebut semakin berkurang, seperti yang disampaikan oleh pengelola Tjong A Fie Mansion.

40 Wawancara, dengan Mukhlis, Medan pada tanggal 12 Februari 2019.

82

Universitas Sumatera Utara

“Kalau hambatan pasti ada, karena kendala itu sepertinya hal yang wajar ketika kita membuka tempat- tempat yang baru, seperti awal-awal dibukanya Tjong A Fie Mansion ini untuk umum. Pada masa itu, hambatan yang dialami adalah seperti pendanaan dari pemerintah yang kurang lancar, kemudian kurangnya tenaga kerja seperti pemandu wisata, petugas kebun dan juga petugas kebersihan. hal tersebut terjadi karena pengelolahan Tong A Fie Mansion ini yang belum termanage dengan baik. Kami menyebutnya adalah masa peralihan, dari bangunan yang privat ke bangunan untuk publik. Dari masa peralihan itulah pihak keluarga belajar dengan baik dan seksama untuk kedepannya agar lebih baik lagi dalam mengelola Tjong A Fie Mansion ini. Seperti saat ini”.41

Pada tahun 2017 pihak pemilik dan juga pengelola Tjong A Fie Mansion mendapatkan tawaran dari Dinas Pariwisata Kota Medan untuk merenovasi seluruh bangunan Tjong A Fie Mansion dan akan membuat bangunan tersebut menjadi sebuah penginapan. Namun pihak pemilik dan juga pengelola Tjong A Fie Mansion pada saat itu tidak menginginkan renovasi menyeluruh pada bangunan tersebut.

Menurut Rudiansyah pemilik dan juga pengelola tidak langsung menerima dan menyetujui tawaran dari pemerintah tersebut. Pihak pengelola masih perlu

41 Wawancara, dengan Rudiansyah, Medan, pada tanggal 4 Februari 2019.

83

Universitas Sumatera Utara

mengevaluasi ulang tawaran tersebut, terutama pihak pengelola tidak ingin nilai-nilai historis yang ada pada bangunan tersebut hilang karena renovasi yang dilakukan nantinya.

“Kalau saya boleh mengatakan, dulu pada tahun 2017, ada tawaran dari pihak Dinas Pariwisata untuk merenovasi seluruh bangunan Tjong A Fie Mansion ini. Renovasi tersebut nantinya akan dibangun sebuah penginapan. Dinas pariwisata ingin mengadopsi beberapa bangunan-bangunan tua di daerah-daerah lain. Seperti yang ada di Penang, Malaysia. Disana terdapat bangunan cagar budaya yang telah direnovasi dan dijadikan sebuah penginapan. Namun cucu ataupun keluarga dari Tjong A Fie yaitu ibu Mimi Tjong tidak langsung mengiyakan tawaran dari dinas pariwisata tersebut. Karena kita perlu mengevaluasi nilai-nilai historis yang ada pada bangunan ini. Takutnya nilai-nilai historis yang ada pada bangunan ini terkikis dan akan hilang nantinya”.42

Selain tawaran dari pihak Dinas Pariwisata tersebut, pihak Tjong A Fie

Mansion tidak mengalami hambatan yang berarti dalam melestarikan dan menjaga bangunan cagar budaya yang dimilikinya. Saat ini Tjong A Fie Mansion ini sudah mulai berkembang pesat sebagai destinasi wisata di Kota Medan, karena daftar para

42 Ibid.

84

Universitas Sumatera Utara

pengunjung Tjong A Fie Mansion terus bertambah sampai saat ini, bahkan ada juga turis dari luar daerah dan turis mancanegara yang berkunjung.

Tidak semua bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di kawasan

Kesawan dalam keadaan baik dan terawat. Banyak juga dari bangunan-bangunan cagar budaya tersebut yang sudah mulai hancur dari segi bentuk, dan juga perubahan dari segi fungsinya. Salah satu dari bangunan cagar budaya tersebut adalah Gedung

Eks Dinas Tenaga Kerja yang berada di Jln. Hindu/Ahmad Yani VII. Bangunan ini sangat tidak terawat, terlihat jelas dari bentuk bangunanya yang sudah mulai rusak melalui proses alam yang terjadi dan juga kebakaran pada bangunan.

Berikut penuturan Ono, salah satu orang yang mendiami Gedung Eks Tenaga

Kerja. Menurutnya hambatan yang paling dirasakan dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya ini adalah tidak adanya dana yang dimiliki untuk melakukan perawatan terhadap bangunan tersebut, seperti melakukan pengecetan kembali bangunan, ataupun merenovasi bangunan yang sudah mulai rusak agar kembali ke bentuk aslinya.

“Kalau mau melakukan pelestarian pada bangunan ini, itukan memerlukan dana yang tidak sikit jumlahnya. terutama dalam pengecetan kembali bangunan ini. Pengecatan kembali bangunan ini saja mungkin sudah banyak memakan dana, apalagi harus merenovasi seluruh bangunan

85

Universitas Sumatera Utara

ini, sudah pasti memerlukan banyak dana, apalagi banyak material-material pada bangunan ini sudah habis terbakar, seperti kayu pada atap-atap bangunan tersebut”.43

Peran serta pemerintah dalam menjaga dan melestarikan bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan cenderung pasif. Seperti dalam melakukan pendataan ataupun meregistrasi kembali bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan. Banyak dari banguan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan hilang pada saat dilakukannya pendataan kembali pada tahun 2012, yang sebelumnya dilakukan pendataan pada tahun 1988.

Kemudian dalam penerapan kebijakan-kebijakannya, pemerintah Kota Medan seharusnya bisa memberikan perhatiannya yang lebih, karena peran pemerintah Kota

Medan sangatlah penting dalam melestarikan bangunan cagar budaya yang ada, karena bangunan cagar budaya tersebut adalah aset yang sangat berharga bagi Kota

Medan. Hal tersebut disampaikan oleh Isnen Fitri, salah satu akademisi/dosen di

Program Studi Arsitektur USU.

“Menurut pengamatan saya, kita banyak kekurangan pada penerapan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh peraturan-peraturan daerah Kota Medan. Seharusnya bangunan-bangunan cagar budaya yang telah terdata tersebut

43 Wawancara, dengan Ono, Medan, pada tanggal 11 Februari 2019.

86

Universitas Sumatera Utara

dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Tapi yang terjadi adalah kebalikannya, malah berkurang jumlah bangunan cagar buadaya. Sebelumnya dilakukan registrasi bangunan cagar budaya pada tahun 1988, kemudian dilakukan kembali pada tahun 2000, namun apa yang terjadi, terdapat beberapa bangunan cagar budaya tersebut yang hilang dan tidak ada lagi, bahkan 5 bangunan sekaligus. Bangunan-bangunan tersebut bisa hilang karena sudah dirubuhkan”44.

“Kemudian pihak pemerintah saat ini dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya cenderung pasif, seharusnya mereka selaku pemerintah Kota Medan harus lebih memperhatikan bagaimana kondisi bangunan cagar budaya yang dimilikinya. Seperti dalam Peraturan Daeah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Medan 2011-2031. Pada peraturan tersebut disebutkan bahwa kawasan Lapangan Merdeka dan kawasan Kesawan adalah kawasan inti bersejarah Kota Medan”.45

“Namun sampai saat ini, setelah dikeluarkan peraturan daerah Kota Medan tersebut, belum ada kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Medan, seperti penetapan batas-batas wilayah kawasan Lapangan Merdeka dan kawasan Kesawan, kemudian daftar-daftar bangunannya, serta panduan yang dipakai untuk mengatur bagaimana cara

44 Wawancara, dengan Isnen Fitri, Medan, pada tanggal 30 April 2019. 45 Ibid.

87

Universitas Sumatera Utara

dan konsep dari pelestarian bangunan cagar budaya tersebut”.46

Sama seperti yang dialami Isnen Fitri, pihak BWS juga mengalami hambatan- hambatan dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya yang terdapat di

Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan. Menurut Ketua Harian BWS Hairul, hambatan yang paling utama adalah kurangnya peran dari para pemilik ataupun pengelola bangunan cagar budaya tersebut dan juga kurangnya peran dari pemerintah

Kota Medan dalam memperhatikan bangunan cagar budaya yang dimilikinya. Serta terdapat juga faktor tidak diketahuinya siapa pemilik dari bangunan cagar budaya tersebut.

“Kalau berbicara hambatan dalam melestarikan bangunan cagar budaya pasti ada, hambatan yang paling utama adalah kurangnya peran dari pemilik bangunan cagar budaya tersebut, dan juga pemerintah Kota Medan itu sendiri. Banyak dari mereka yang menganggap bangunan yang mereka miliki saat ini kurang penting, hal tersebut yang menyebabkan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut tidak terawat dengan baik. Ada juga faktor dana yang menjadi kendala bagi para pemilik untuk melakukan perawatan terhadap bangunannya”.47

46 Ibid. 47 Wawancara, dengan Hairul, Medan, pada tanggal 30 April 2019.

88

Universitas Sumatera Utara

“Kami pihak BWS selalu memberikan bimbingan ataupun edukasi publik kepada para pemilik bangunan cagar budaya dan juga masyarakat luas akan pentingnya bangunan cagar budaya tersebut, karena bangunan cagar budaya tersebut memiliki nilai-nilai historis sehingga Kota Medan bisa terbentuk hingga seperti saat ini. Namun jika para pemilik ataupun masyarakat tetap tidak mau untuk melestarikannya, kita tidak bisa berbuat banyak”.48

“Kemudian kami juga sudah mengajak pemerintah untuk lebih memperhatikan bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan, seperti memberikan bantuan kepada para pemilik bangunan cagar budaya tersebut, baik itu berupa subsidi pengurangan pajak bumi bangunan dan juga pemberian bantuan dana untuk melakukan perawatan terhadap bangunan cagar budaya tersebut”.49

“Ada juga faktor lain, yaitu karena tidak diketahuinya siapa pemilik dari bangunan cagar budaya tersebut. Istilahnya gedung hantu, karena siapa pemilik dari gedung tersebut tidak diketahui. Banyak dari bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan ini tidak diketahui siapa pemiliknya, apakah bangunan terebut dimiliki secara pribadi ataupun milik perusahaan, terutama pada saat terjadinya nasionalisai setelah kemerdekaan. Hal tersebut juga

48 Ibid. 49 Ibid.

89

Universitas Sumatera Utara

menyulitkan untuk dilakukannya pelestarian banguan terhadap bangunan tersebut”.50

Dari hasil uraian diatas, dapat diketahui apa-apa saya yang menjadi hambatan dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya yang di kawasan Kesawan.

Pertama, adalah ketidaktahuan dari para pemilik bangunan cagar budaya tersebut, bahwa bangunan yang dimilikinya adalah suatu peninggalan masa kolonial Belanda yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai-nilai penting akan kesejarahan, pendidikian, maupun arsitektur.

Kedua, adapun juga dari para pemilik yang telah mengetahui namun tidak berperan dalam melestarikan bangunan tersebut dikarenakan mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan perawatn terhadap bangunan cagar budaya tersebut, karena dana yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan bangunan tersebut sangatlah banyak, seperti melakukan pengecetan ulang maupun merenovasi bangunan agar sesuai dengan bentuk aslinya.

Ketiga, adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap banguan cagar budaya yang ada di Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya bangunan cagar budaya yang terdapat di kawasan Kesawan hanya dibiarkan begitu saja, tidak ada dilakukannya perawatan maupun perbaikan terhadap bangunan tersebut. Kemudian kurangnya pendataan kembali mengenai bangunan-

50 Ibid.

90

Universitas Sumatera Utara

bangunan yang terdapat di kawasan Kesawan, apakah termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya daerah Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara atau bangunan cagar budaya di tingkat nasional.

91

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bangunan-bangunan Cagar Budaya yang terdapat di Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan adalah sebuah peninggalan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Bangunan-bangunan tersebut telah ada sejak masa kolonial Belanda. Bangunan-bangunan tersebut adalah salah satu bukti keberhasilan industri perkebunan tembakau milik pemerintah kolonial Belanda, yang telah dirintis sejak tahun 1862 di tanah Deli. Bangunan-bangunan tersebut masih dapat kita lihat sampai saat ini peninggalan-peninggalannya, baik dari segi fisik maupun dari segi fungsi bangunan tersebut.

Perkembangan pesat yang terjadi tidak hanya dialami oleh pihak perkebunan di Sumatera Timur, namun juga dialami oleh pengusaha-pengusaha dari mancanegara lainnya. Hal tersebut yang menjadi cikal bakal pihak pemerintah kolonial Belanda dan para pengusaha untuk membangun kantor-kantor perusahaannya, infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum lainnya sebagai penunjang kegiatan industri perkebunan tembakau di tanah Deli tersebut.

Gaya arsitektur dari bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan kolonial yang berada di kawasan Kesawan ini, sangatlah dipengaruhi oleh gaya arsitektur

92

Universitas Sumatera Utara

Eropa, dan juga perpaduan dari kebudayaan Melayu dan Cina pada masa itu. Seperti bangunan Tjong A Fie Mansion ini, bangunan ini secara keseluruhan merupakan perpaduan antara arsitektur Cina, Eropa yang juga dikombinasikan dengan Melayu.

Bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang teradapat di kawasan Kesawan ini telah dilindungi melalui ketetapan Surat Keputusan

WaliKota Medan Nomor 188.342/SK/1989 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah

Kota Medan No. 6 Tahun 1998 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang

Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan dan juga melalui Keputusan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.01/PW.007/MKP/2010. Serta juga telah ditetapkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Susai dengan Peraturan Daerah Kota Medan dan Keputusan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya, seharusnya masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melakukan pelestarian maupun penjagaan terhadap bangunan-bangunan cagar budaya tersebut.

Karena didalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya tersebut, dijelaskan banhwasannya setiap orang dapat berperan serta dalam melakukan perlindungan cagar budaya.

Mengenai peran masyarakat, baik dari pihak pemilik ataupun pengelola, pemerintah, masyarakat luas dan juga pihak akademisi dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan ini tetap terus ada, namun belum terlalu

93

Universitas Sumatera Utara

maksimal dalam melakukan perawatan maupun pelestarian dari bangunan cagar budaya tersebut. Seperti yang dilakukan pihak pemilik ataupun pengelola dari bangunan cagar budaya yang terdapat pada kawasan Kesawan yang tetap mempertahankan bentuk dan fungsi bangunannya.

Bahkan beberapa dari bangunan tersebut masih terawat seperti pada awal didirikannya bangunan tersebut. Bangunan-bangunan tersebut tetap terawat seperti awal didirikannya dikarenakan para pemilik bangunan tersebut mengetahui akan pentingnya bangunan cagar budaya yng mereka miliki, dan juga karena para pemilik bangunan tersebut memang memiliki dana yang cukup untuk melakukan perawatan terhadap bangunan tersebut, dan juga peran pemerintah yang tetap ada, seperti mengalokasikan dana untuk melakukan peawatan ke beberapa bangunan yang di kawasan Kesawan tersebut.

Namun tidak semua dari bangunan-bangunan tersebut yang tetap merawat dan mempertahankan bentuk dan fungsi bangunannya seperti sediakala. Banyak dari bangunan-bangunan cagar budaya tersebut yang bentuk dan fungsinya mulai berubah, bahkan ada beberapa bangunan yang sudah mulai rusak dan hancur karena proses alam, dan juga adanya bahan-bahan material bangunan yang diambil oleh orang tidak dikenal, namun hanya dibiarkan begitu saja oleh para pemilik bangunan dan juga pemeritah Kota Medan.

94

Universitas Sumatera Utara

Banyak juga penyebab tidak terawatnya bangunan cagar budaya tersebut karena para pemilik bangunan cagar budaya tersebut tidak mengetahui betapa pentingnya bangunan yang mereka miliki, dan juga karena tidak adanya dana bagi para pemilik bangunan tersebut untuk melakukan perbaikan maupun perawatan terhadap bangunan tersebut.

Serta peran pemerintah yang masih kurang dalam memperhatikan bangunan- bangunan cagar budaya tersebut. sehingga banyak bangunan cagar budaya saat yang sudah mulai rusak dan hancur, seharusnya pemerintah Kota Medan dapat bergerak cepat dalam menangani kerusakan pada bangunan tersebut. Kemudian pemerintah

Kota Medan harus tepat dalam membuat kebijakan-kebijakan, panduan dan pedoman bagaimana selayaknya menjaga, merawat dan melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di kawasan Kesawan tersebut.

5.2. Saran

Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda yang ada di Kota Medan khususnya Kesawan sangatlah penting karena memiliki nilai-nilai akan kesejarahan, pendidikan dan arsitektur Kota Medan. Kemudian, jika kita melihat Undang-Undang

No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, sangatlah pantas daerah Kesawan menjadi sebuah kawasan cagar budaya. Karena daerah Kesawan memiliki lebih dari satu bangunan tua yang sudah berusia lebih dari 50 tahun.

95

Universitas Sumatera Utara

Namun bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di daerah Kesawan dan saling berdekatan ini belum terdaftar sebagai kawasan cagar budaya yang sah oleh pemerintah Kota Medan, seperti penetapan batas-batas wilayah, daftar bangunan, dan kebijakan pemerintah dalam menerapkan panduan pelestarian bangunan cagar budaya tersebut. Walaupun pemerintah Kota Medan telah menetapkan kawasan Kesawan sebagai kawasan inti bersejarah Kota Medan melalui

Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011.

Kemudian bangunan-bangunan cagar budaya yang sudah mulai terancam kelestariaanya yang dilakukan oleh pemilik, pengelola dan juga karena proses alam tersebut harus segera ditanganai pelestarian dan perawatannya. Agar bentuk dan fungs dari bangunan bersejarah yang memiliki nilai-nilai penting akan kesejarahan, pendidikan, arsitektur dan juga kepurbakalaan itu tetap ada bagi kita masyarakat luas khususnya masyarakat Kota Medan.

Serta kepemilikan dari bangunan-bangunan cagar budaya tersebut yang dimiliki secara perseorangan ataupun secara individu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama untuk melakukan pelestarian dan juga perawatannya seperti pemberian program dana untuk melakukan pelestarian dan perawatan, dan juga diberikannya keringanan pajak bumi bangunan untuk bangunan cagar budaya tersebut.

96

Universitas Sumatera Utara

Dilakukannya inventarisasi dan juga registrasi kembali terhadap bangunan- bangunan cagar budaya tersebut, agar mendapatkan jumlah dan unit bangunan yang tepat pada kawasan Kesawan, dan bangunan-bangunan tersebut mendapatkan perlindungan sejarah yang semestinya. Kemudian setelah mendapatkan jumlah dan unit dari bangunan-bangunan tersebut, lalu dibuat pengelompokan bangunan cagar budaya tersebut, apakah bangunan cagar budaya tersebut termasuk dan layak untuk menjadi sebuah bangunan cagar budaya di tingkat daerah, provinsi maupun tingkat nasional.

Kemudian peningkatan kembali atas manfaat-manfaat dari bangunan tersebut sebagai sebuah obyek wisata yang ada di Kota Medan, khususnya daerah Kesawan, karena daerah Kesawan memiliki bangunan-bangunan cagar budaya yang dapat disajikan menjadi sebuah objek wisata kepada para wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebab wisata sejarah pada saat ini sedang pada trennnya untuk dimajukan dalam dunia pariwisata.

Terutama karena objek pariwisata saat ini sangatlah berkontribusi bagi pendapatan atau devisa daerah Kota Medan. Banyak dari para wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan untuk sekedar melihat ataupun mengunjungi bangunan- bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan, seperti Istana Maimun,

Restoran Tip Top, ataupun Tjong A Fie Mansion. Wisatawan yang berkunjung tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara.

97

Universitas Sumatera Utara

Daftar Pustaka

Basarshah II, Tengku Luckman Sinar. 2006. Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Medan:Yayasan Kesultanan Serdang. Budiharjo, Eko. 1997, Arsitektur Sebagai Warisan Budaya. Jakarta:Djambatan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa.

Dudung, Abdulrahman, 1994, Metode Penelitian Sejarah. Pamulang Timur: PT Logos Wacana Timur.

Gottschalk, Louis, 1985, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta:Ui Press. Koestoro, Lucas Partanda, 2006, Medan, Kota Di Pesisir Timur Sumatera Utara Dan Peninggalan Tuanya. Medan:Balai Arkeologi Medan. Oetomo, Repelita Wahyu, Dkk. 2011, Bangunan Bersejarah Di Kota Medan. Medan:Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Republik Indonesia. 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta:Republik Indonesia. Republik Indonesia. 2010, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta:Republik Indonesia. Sibarani, J. P. Marthin. 2002, “Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama Di Kawasan Kesawan Medan”. Bandung:Tesis Magister Bidang Khusus Rancang Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana ITB. Sidabutar, Yuanita F.D., 2007, Jurnal: “Pemanfaatan Keberadaan Bangunan Bersejarah Dalam Mendukung Aktivitas Pembangunan Wilayah Di Kota Medan (Studi Kasus:Kawasan Kesawan Dan Lapangan Merdeka)”, Medan: Jurnal Wahana Hijau Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1. Sinar, Tengku Luckman. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan:Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. Sumalyo, Yulianto. 1995, Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

98

Universitas Sumatera Utara

Wahid, Julaihi. TT, Jurnal: “Kajian Urbanisasi Dan Morfologi Bandar: Khusus Kepada Bandar-Bandar IMT-GT”, Malaysia:Pusat Pengajian Perumahan, Bangunan Dan Perancangan Universiti Sains Malaysia.

Internet https://Colonialarchitecture.eu/ https://kbbi.kemdikbud.go.id https://m.facebook.com/FotoHitamPutihSejarahBudayaSumateraUtaraBukuFoto/ https://m.facebook.com/SejarahBatakToba/DanauToba/Pulau/SamosirFotobuku/ https://tembakaudeli.blogspot.com

99

Universitas Sumatera Utara

Daftar Informan

I. Nama : Hairul Umur : 42 Tahun Pekerjaan : Ketua Harian Badan Warisan Sumatera Alamat : Komplek Perumahan Grand Sememe Resident, Delitua

II. Nama : Isnen Fitri Umur : 48 Tahun Pekerjaan : Dosen/Staff Pengajar di Prodi Arsitektur USU Alamat : Jln. Senam No. 27, Medan

III. Nama : Kus Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Manajer Restoran Tip Top Alamat : Jln. Setiabudi, Medan

IV. Nama : Mukhlis Tanjung Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Nazir Mesjid Lama Gang Bengkok Kesawan Alamat : Kelurahan Kesawan, Medan

V. Nama : Ono Umur : 41 Tahun Pekerjaan : Penjaga Gedung Eks Tenaga Kerja Alamat : Kelurahan Kesawan, Medan.

VI. Nama : Rudiansyah Umur : 27 Tahun Pekerjaan : Wakil Pengelola/Humas Tjong A Fie Mansion Alamat : Jln. Karya Darma, Medan Johor

VII. Nama : Bambang Umur : 47 Tahun Pekerjaan : Pedagang Alamat : Kelurahan Kesawan, Medan

100

Universitas Sumatera Utara