EKSPLORASI TUMBUHAN AROMATIK PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG SIMANDAR KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Layla Silvia 131201060

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

1 Universitas Sumatera Utara

EKSPLORASI TUMBUHAN AROMATIK PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG SIMANDAR KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

LAYLA SILVIA 131201060

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

2 Universitas Sumatera Utara

Tanggal Lulus : 23 Juli 2018

3 Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

LAYLA SILVIA. Eksplorasi Tumbuhan Aromatik pada Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Simandar Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Sumatera Utara, bertujuan untuk mengetahui potensi dan keberadaan jenis-jenis tumbuhan aromatik, menganalisis metabolit sekunder. Identifikasi jenis dan menganalisis aspek keanekaragaman tumbuhan aromatik. Dengan metode penelitian dilakukan 3 tahapan yaitu aspek pengetahuan lokal, aspek keanekaragaman tumbuhan aromatik dan analisis aspek fitokimia dengan mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder. Hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Simandar diperoleh Sembilan jenis tumbuhan aromatik. Tumbuhan aromatik yang paling banyak memiliki aroma terdapat pada bagian daun, maka tumbuhan tersebut dijadikan sampel pada saat pengujian skrining metabolit sekunder yang dilakukan pada tumbuhan Supi-supi (Robus molocanus) dan Pirdot (Saurania vulcani).

Kata kunci : Tumbuhan Aromatik, Hutan Lindung Simandar, Metabolit Sekunder

i Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

LAYLA SILVIA. Exploration of Aromatic at Protected Forest Area Simandar, District Sumbul, Dairi Regency, North Sumatra Province. Under the guidance of YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

The research conducted in Simandar Protected Forest in Sumbul District of Dairi Regency of North Sumatera aims to know the potential and existence of aromatic species, to analyze secondary metabolite, to identify species and to analyze the aspect of the diversity of aromatic plants. With the method of research done 3 stages namely aspects of local knowledge, aspects of aromatic plant diversity and phytochemical aspect analysis by certifying secondary metabolite content. The results of the research in Simandar protected forest were obtained by nine species of aromatic plants which have the most aroma in the leaf, the plants were sampled during the secondary metabolite screening test on Supi-supi (Robus molocanus) and Pirdot (Saurania vulcani) .

Keywords: Aromatic plant, Simandar Protected Forest, Secondary Metabolite

ii Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Desa Sosopan Julu pada tanggal 07 April 1995 sebagai anak ke dua dari lima bersaudara dari ayah bernama Sulaiman Harahap dan ibu bernama Siti Rameanna Hasibuan.

Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar di SDN 0306

Sosopan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri I Sosopan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA N I Sosopan Kabupaten Padang

Lawas dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Universitas Sumatera Utara, di terima di Fakultas Kehutanan, melalui jalur SNMPTN. Pada semester VII penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat

Konservasi Sumberdaya Hutan.

Penulis telah melaksanakan kegiatan Peraktik Pengenalan Ekosistem

Hutan (P2EH) KHDTK Aek Nauli Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera

Utara. Kegiatan P2EH dilakukan selama 10 hari, penulis juga telah melaksanakan

Peraktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

(TNBBS) pada tahun 2017 selama 1 bulan.

Selain mengikuti kegiatan perkuliahan penulis juga mengikuti organisasi organisasi kemahasiswaan JIMKI (Jaringan Intlektual Mahasiswa Kehutanan

Islam), organisasi dari daerah yaitu bentuk organisasi kemahasiswaan IMA

Sosopan (Ikatan Mahasiswa Sosopan) yang baru terbentuk pada tahun 2013. Pada tahun 2017 penulis fokus mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

iii Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini. Adapun judul penelitian ini adalah “Eksplorasi Tumbuhan Aromatik Pada Kawasan Hutan

Lindung Simandar Kabupaten Dairi Sumatera Utara”. Dan di harapkan dapat memberikan informasi mengenai tumbuhan aromatik sehingga dapat memberikan masukan bagi pihak yang memerlukan. Penulisan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi Sarjana Kehutanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis, Ayah Sulaiman Harahap dan Siti Rameanna Hasibuan

yang telah memberikan doa dan kasih sayang serta dorongan materi kepada

penulis. Serta terima kasih kepada keempat saudara saya, Hasanul Arifin

Harahap, Hotni Arista Harahap, Nur Cahaya Romadonna Harahap,

Muhammad Anan Harahap yang telah banyak memberikan dorongan dan

Semangat yang besar buat penulis.

2. Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan

Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D sebagai anggota komisi pembimbing

yang telah memberikan bantuan, masukan, serta saran dalam pembuatan hasil

penelitian ini sehingga penelitian ini dapat di selesaikan dengan baik.

3. Ibu Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku dekan Fakultas Kehutanan,

Universitas Sumatera Utara beserta semua staf pengajar dan pegawai di

Fakultas Kehutanan.

iv Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D. dan Dr. Bejo Slamet, S.Hut

M.Si selaku dosen penguji saya yang memberikan masukan dan saran dalam

skripsi saya hingga penulis dapat menyelesaikanya dengan baik.

5. Teman-teman satu tim penelitian Sidikalang yaitu Mariana Hutasoit, Yunita

Panjaitan, Aat Atiqa Siregar dan Zulhamdi Saragih.

6. Teman satu stambuk 2013 khusus Alumni kelas Hut B, yang tak dapat

disebut satu persatu yang telah memberikan semangat juang selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat dikampung halaman yang tak luput selalu memberikan dukungan dan

doa kepada penulis yaitu Nurlaila Hasibuan, Rini Gusnanda Hasibuan, Elfri

Rahayu Tampubolon, Debay dan Saro Rambe.

8. Keluarga angkat di Medan yang selalu membantu dan memberikan banyak

bantuan serta doa kepada penulis yaitu keluarga Besar Ibu kos.

9. Teman-teman satu rumah kosan yang selalu memberi dukungan penuh buat

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

v Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTARCT ...... ii RIWAYAR HIDUP ...... iii KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR GAMBAR ...... viii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR LAMPIRAN ...... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan Penelitian ...... 3 Manfaat Penelitian ...... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Hutan Lindung Simandar ...... 4 Eksplorasi Tumbuhan Aromatik…………………………………. 4 Metabolit Sekunder...... 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ...... 11 Alat dan Bahan Penelitian ...... 11 Alat dan bahan Analisis Vegetasi……………………. ... 11 Alat dan Bahan Pengujian Fitokimia……………… ...... 11 Prosedur Penelitian ...... 12 Aspek Pengetahuan Lokal ...... 12 Aspek Keanekaragaman……………………………… ..... 12 Analisis Data ………………………………………...... 13 Analisis Metabolik Sekunder ...... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal ...... 16 Deskripsi Tumbuhan Aromatik ...... 17 Aspek Keanekaragaman Tumbuhan Aromatik ...... 24 Kandungan Metabolik Sekunder Tumbuhan Aromatik ...... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 30 Saran ...... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Desain Plot Tumbuhan Aromatik...... 13 2. Pinus (Pinus merkusii) ...... 17 3. Kayu Manis (Cinamomum verum) ...... 18 4. Sirih Hutan (Piper cubeba) ...... 19 5. Appison (Polygala panuculata L) ...... 20 6. Supi-supi ( moluccanus) ...... 21 7. Kincung Hutan (Horenstedtia scyphifera) ...... 22 8. Sirih Merah (Piper ornatum N) ...... 22 9. Pirdot (Saurania vulcani) ...... 23 10. Losa (Cinamomum partenoxylon) ...... 24 11. Hasil Uji LaboratoriumTumbuhan Aromatik………………...... 29

vii Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Jenis-Jenis Tumbuhan Aromatik pada Kawasan Hutan Lindung Simandar.. . 14

2. Analisis Kerapatan Tumbuhan Aromatik di Hutan Lindung Simandar……... 25

3. Data Hasil Metabolit Sekunder Tumbuhan Aromatik. …………………. 26

viii Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) merupakan salah satu hasil hutan yang memiliki keunggulan dan paling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan.

Secara ekonomis HHNK memiliki nilai tinggi dan berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kementerian Kehutanan

(2013) menyebutkan bahwa HHNK yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2011 terdiri dari getah pinus, getah karet, rotan dan lainnya.

Diketahui bahwa total produksi HHNK pada tahun 2011 adalah 47.374.250,21 kg dan 185.015 batang. Potensi HHNK di Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi antara lain berupa kulit kayu, minyak atsiri, arang, getah-getahan maupun kelompok palmae yang dapat dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (Sasmuko, 2003).

Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman tanaman aromatik. Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam perdagangan untuk sejumlah minyak atsiri. Beberapa jenis tanaman aromatik yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain sereh, cengkeh, kenanga, cendana. Salah satu jenis tanaman aromatik yang potensial dan telah dikembangkan adalah tanaman Acorus calamus atau dikenal juga dengan nama lokal Jeringau/deringu (Sunda), Dlingo (Jawa), Genoak (Timor), Jangu (Bali). Di pulau Timor, tanaman Genoak khusus bagian batangnya telah digunakan sebagai obat tradisional yaitu untuk mengobati sakit perut, masuk angin dan lain-lain.

Tanaman genoak dibudidayakan secara tradisional sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat (Ledoh dkk., 2013).

1 Universitas Sumatera Utara

Minyak atsiri atau minyak esensial (volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati bersifat mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki bau seperti tanaman asalnya. Minyak atsiri biasanya tidak berwarna, terutama apabila baru saja diperoleh dari isolasi, tetapi makin lama akan berubah menjadi gelap karena proses oksidasi, minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpen. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat banyak tanaman. Senyawa terpen yang terdapat dalam minyak atsiri merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam bagian tanaman seperti daun, bunga, rimpang, batang, buah dan biji (Sulistiyani, 2015).

Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit.

Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, anti septik, psikoaktif dan anti bakteri (Arniputri dkk., 2007).

Kandungan kimia minyak atsiri sangat membantu pengembangan industri makanan, minuman, kosmetika, farmasi, pertanian dan lain- lain. Data kandungan kimia minyak atsiri berguna pula untuk memantapkan status taksonomi Curcuma terlebih sifat morfologi dan anatomi yang digunakan kadar minyak atsiri tujuh spesies Curcuma, jumlah jenis (kualitatif) dan kadar (kuantitatif) senyawa penyusun minyak atsiri (Setyawan, 2003).

Tumbuhan aromatik yang berada di Hutan Lindung Simandar sangat beragam, sehingga memungkinkan tumbuhan aromatik banyak dijumpai di kawasan hutan tersebut. Tumbuhan yang beranekaragam jenisnya banyak

2 Universitas Sumatera Utara

dimanfaatkan masyarakat bagi kesehatan. Menurut masyarakat sendiri tumbuhan

dari hutan sudah menjadi obat tradisional yang dihasilkan dan dimanfaatkan.

Penelitian tumbuhan aromatik di Kawasan Hutan Lindung Simandar

Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara masih banyak yang

belum tereksplorasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan kegiatan

eksplorasi dan identifikasi jenis tumbuhan aromatik. Diharapkan penelitian ini

dapat dimanfaatkan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan aromatik yang

terdapat di daerah tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi Tumbuhan Aromatik di Hutan Lindung Simandar

2. Menganalisis Keanekaragaman Tumbuhan Aromatik di Hutan Lindung Simandar.

3. Menganalisis Metabolit Sekunder Tumbuhan Aromatik di Hutan Lindung

Simandar.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai informasi

awal bagi masyarakat untuk pemanfaatan tumbuhan aromatik dan industri

pembuatan parfum maupun rempah-rempah serta membantu upaya konservasi

keanekaragaman hayati di Kawasan Hutan Lindung Simandar Kecamatan

Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

3 Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Hutan Lindung Simandar

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 1 ayat 2 bahwa hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sebagai kesatuan ekosistem hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari (Welujeng, 2015).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2017) Kabupaten Dairi berada lebih kurang antara 125-160 Km di sebelah selatan hingga barat daya kota Medan dengan ketinggian antara 900 hingga 2100 meter diatas permukaan laut. Nuansa hutan tropis/hutan primer dan hutan lindung yang selalu berselimut kabut tebal, tingkat kelembaban yang tinggi, suhu dan tekanan udara sangat rendah dan disertai hujan hampir di sepanjang hari adalah karakter utama seluruh wilayah daratan tinggi Danau Toba. Kondisi iklim yang ada di Hutan Lindung Simandar memiliki topografi pada kondisi 8-15% seluas: 19062,97, 25-40 % seluas: 213,25

Ha, >40% seluas 840,89 Ha. Pengaruh iklim tropis dengan temperatur yang rendah dengan tekanan udara yang rendah dengan curah hujan rata-rata pada kisaran 2000-2500 mm per tahun.

Eksplorasi Tumbuhan Aromatik

Eksplorasi adalah kegiatan mencari, mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya eksploitasi hutan dan industri

4 Universitas Sumatera Utara

perkayuan yang semakin meningkat, kebakaran hutan serta pembukaan hutan untuk perkebunan, tambang dan pemukiman transmigrasi, maka dikhawatirkan jenis-jenis tumbuhan rempah aromatik tersebut akan punah. Sejalan dengan penyusutan luas hutan, tidak telepas juga mengenai masalah kondisi flora dan fauna yang terdapat di hutan. Keanekaragaman hayati secara langsung akan terganggu, dampaknya dapat mengakibatkan kepunahan pada jenis- jenis spesies tertentu (Nurbani, 2015).

Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan.

Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral. Senyawa-senyawa berbau harum dari minyak atsiri suatu bahan tumbuhan telah terbukti pula dapat mempengaruhi aktivitas lokomotor

( Muchtaridi, 2012).

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya. Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi bau khas pada sirih. Persenyawaan fenol ini diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan minyak atsiri dari daun sirih juga dapat digunakan sebagai anti jamur dan anti oksidan Minyak atsiri dari daun sirih terdiri dari kavikol, eugenol, dan sineol, dilihat dari strukturnya senyawa-senyawa

5 Universitas Sumatera Utara

tersebut tidak atau kurang larut dalam pelarut polar, sehingga pada fraksinasi digunakan pelarut non polar dan semi polar (Parwata dkk,. 2009).

Minyak atsiri merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman tingkat tinggi dan mempunyai peranan penting bagi tanaman itu sendiri maupun bagi kehidupan manusia. Peranan minyak atsiri untuk kehidupan telah dikenal sejak lama. Seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang bahan alam maka usaha penggalian dan pemanfaatan minyak atsiri semakin meningkat.

Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri, maka usaha penggalian sumber-sumber minyak atsiri dan kegunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak atsiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri (Soetjipto, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan Hasanah (2011) minyak atsiri dilakukan untuk mengetahui komposisi senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri hasil distilasi uap dari masing-masing ekstrak rimpang kencur. Analisis dilakukan dengan menggunakan GC/MS karena sifat dari komponen minyak atsiri yang mudah menguap sehingga dapat dielusikan dengan fase gerak GC/MS yang berupa gas. Analisis dilakukan dengan membandingkan data kandungan etil-p- metoksisinamat yang merupakan komponen utama minyak atsiri ekstrak rimpang kencur spektrum masa Wiley dan indeks retensi Kovat.

Menurut penelitian yang dilakukan Arniputri (2007), kandungan kimia dalam minyak atsiri temu kunci antara lain: kamfer, sineol, metil sinamat, dan geraniol. Sinamat merupakan senyawa yang mempunyai aroma khas seperti yang

6 Universitas Sumatera Utara

terdapat pada kemangi dan senyawa ini berguna sebagai bahan dasar parfum maupun antiseptik. Turunan asam sinamat merupakan komponen kimia yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bahan kimia lain dan obat kamfer merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas repelen. Meskipun senyawa sineol bukan merupakan senyawa dengan kadar tertinggi namun temu kunci dapat dipertimbangkan sebagai tanaman obat penghasil senyawa sineol.

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri merupakan senyawa yang umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun bunga dengan cara penyulingan dengan uap.

Minyak atsiri kayu manis bersifat anti bakteri sehingga dapat membantu dalam pengawetan makanan tertentu. Kayu manis juga dapat digunakan sebagai pembasmi serangga. Kandungan sinamaldehida, sinamal asetat, eugenol, dan anetol yang tersimpan dalam minyak daun kayu manis sangat ampuh membunuh larva nyamuk. Sifat-sifat minyak atsiri antara lain tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa, memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat atau panas bahkan dingin dikulit tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa-senyawa seperti kamfer, safrol, sinamil aldehid, sinamil asetat, terpen sineol, sitral, sitronela, polifenol dan benzaldehid (Inna, 2010).

Tanaman aromatik adalah tanaman penghasil minyak aromatik yang memiliki aroma yang sangat khas. Aroma tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan pewangi baik untuk pewangi pakaian, karpet, selendang, industri sabun,

7 Universitas Sumatera Utara

kosmetik, maupun dupa. Selain sebagai bahan pewangi, sebagian minyak aromatik seperti minyak serai Wangi, Nilam dan Cengkeh dapat dipergunakan sebagai bahan aktif pestisida. Bahan aktif serai wangi adalah ester dari sitronellol dan geraniol, minyak nilam adalah seskwiterpene dan patchouly alkohol, sedangkan pada minyak cengkeh adalah eugenol (Wiratno dkk,. 2012).

Menurut Dewi (2015) tanaman Serai Wangi mengandung minyak atsiri yang dimanfaatkan sebagai bahan sabun, obat nyamuk, serta aroma terapi. tanaman serai wangi merupakan tanaman rumput-rumputan tegak, menahun dengan tinggi 50-100 cm dan tumbuhan herbal serai wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri tanaman serai wangi dapat digunakan untuk pengobatan dan diperoses dengan cara pengepresan minyak atsiri herba serai wangi dengan cara destilasi.

Metabolik Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa organik yang dihasilkan tumbuhan yang tidak memiliki fungsi langsung pada fotosintesis, pertumbuhan atau respirasi, transport solute, translokasi, sintesis protein, asimilasi nutrient, diferensiasi, pembentukan karbohidrat, protein, dan lipid. Metabolit sekunder umumya hanya dijumpai pada satu spesies atau kelompok spesies, berbeda dari metabolit primer (asam amino, nukleotida, gula, dan lipid) yang dijumpai hampir disemua kingdom tumbuhan. Metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis oleh beberapa organisme tertentu yang tidak merupakan kebutuhan pokok untuk tumbuh. Metabolik sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan

8 Universitas Sumatera Utara

organisme untuk aktivitas tertentu dan sifatnya tidak esensial untuk kehidupannya

(Illing dkk., 2017).

Skrining fitokimia merupakan uji kualitatif kandungan senyawa kimia dalam hasil yang didapat dari pengujian skrining fitokimia dapat ditegaskan dengan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Karena berfungsi sebagai penegasan pada uji KLT hanya dilakukan untuk golongan- golongan senyawa yang menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia. Bagian tumbuhan yang memiliki kandungan metabolit sekunder yang di antaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terpenoid (Nirwana dkk., 2015).

1. Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengandung nitrogen dengan bilangan oksidasi negatif yang penyebarannya terbatas pada makhluk hidup. Alkaloid juga merupakan golongan zat metabolit sekunder yang terbesar, yang pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 senyawa. Alkaloid pada umumnya mempunyai keaktifan fisiologi yang menonjol sehingga alkaloid sering dimanfaatkan untuk pengobatan. Penggolongan alkaloid dilakukan berdasarkan senyawa sistem cincinnya, misalnya piridina, piperidina, indol, isokunolina, dan tropana. Meskalina dan efedrina merupakan golongan alkaloid yang nitrogennya terdapat dalam struktur alifatik (Illing dkk., 2017).

2. Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang strukturnya merupakan turunan dari aromatik flavan atau fenilbenzopira. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua flavonoid mengandung sistem aromatik yang senyawa- senyawa ini memiliki aktivitas biokimiawi seperti aktivitas anti oksidan, anti mutagenesis, aktivitas sitotoksis, dan mengubah ekspresi gen (Illing dkk., 2017).

9 Universitas Sumatera Utara

3. Saponin merupakan metabolit sekunder dan merupakan kelompok glikosida terpenoid atau steroid aglikon, terdiri dari satu atau lebih gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin, dapat membentuk kristal berwarna kuning dan amorf, serta berbau menyengat. Rasa saponin sangat ekstrim, dari sangat pahit hingga sangat manis. Saponin biasa dikenal sebagai senyawa nonvolatile dan sangat larut dalam air dan alkohol, namun membentuk busa koloidal dalam air dan memiliki sifat detergen (Illing dkk.,2017).

4. Terpenoid yaitu sejumlah besar senyawa tumbuhan digunakan untuk

menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari

senyawa komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang

mudah menguap, golongan terpenoid penting, baik pada pertumbuhan dan

metabolisme maupun pada ekologi tumbuhan (Illing dkk., 2017).

5. Tannin adalah senyawa menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara

mengkoagulasi protoplasma bakteri, tannin memiliki peran sebagai anti bakteri

dengan cara mengikat protein sehingga pembentukan dinding sel akan terhambat.

Tannin juga terkandung didalam ekstrak herba krokot. Mekanisme

penghambatan tannin yaitu dengan cara dinding bakteri yang telah lisis akibat

senyawa saponin dan flavonoid, sehingga menyebabkan senyawa tannin dapat

dengan mudah masuk ke dalam sel bakteri dan mengkoagulase protoplasma sel

bakteri (Karlina, 2013).

10 Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Oktober - Desember 2016. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Simandar Kecamatan Sumbul

Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Identifikasi jenis tumbuhan aromatik dan analisis fitokimia dilakukan di Laboratorium Pasca sarjana Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat danBahan penelitian

1. Alat dan Bahan Analisis Vegetasi

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera digital untuk dokumentasi, pita ukur untuk mengukur diameter, parang untuk membuka jalan hutan, tali tambang untuk membuat plot, GPS untuk membuat peta, komputer, kantung plastik untuk membawa sampel daun, alat tulis untuk menulis data.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tally sheet untuk menulis data jenis tumbuhan, peta lokasi penelitian, dan buku identifikasi tanaman.

2. Alat dan Bahan pengujian Fitokimia

Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah pipet tetes untuk mengambil larutan, tabung reaksi untuk pengujian, erlenmeyer untuk ekstraksi sampel, plat kromatografi lapis tipis (KLT) untuk pengujian asam sulfat, hot plate untuk memanaskan kaca KLT dan sparayer untuk menyemprot larutan CeSO4 pada kaca KLT.

Bahan yang digunakan dalam pengujian adalah Methanol untuk mengekstraksi sampel daun yang akan diuji dan sebagai reagensinya adalah

11 Universitas Sumatera Utara

preaksi Lieberman-Bouchard untuk uji alkaloid, pereaksi Maeyer, pereaksi

Dragendorff, Serium sulfat (CeSO4) 1% untuk uji terpen, FeCl3 1% untuk uji fenolik, dan aquades untuk uji saponin.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Data primer yang dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei langsung ke lapangan dan melakukan wawancara non formal dengan infroman pengenal jenis tanaman aromatik khusus yang tumbuh di kawasan hutan tentang jumlah dan jenis tanaman aromatik, sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian umum pada kawasan penelitian. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal yaitu pegawai di UPT Kehutanan

Dairi.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data dan analisis vegetasi tumbuhan aromatik di lapangan menggunakan metode sampling plot berbentuk petak, dimana penentuan titik awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat yang dianggap banyak tumbuhan aromatik (Soetarhardja, 1997). Luasan total dari kawasan Hutan Lindung Simandar Kecamatan Sumbul 6.480 Ha. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk petak persegi berukuran 20×20 m dengan luas sebesar 400 m2 tiap plotnya, sehingga plot yang di dapat berjumlah 162 plot.

Pengamatan tumbuhan obat dilakukan secara eksploratif sepanjang jalur pengamatan (Pemenhut, 2006).

12 Universitas Sumatera Utara

Pada Gambar 1 di bawah dapat dilihat desain plot yang digunakan dalam peneliti

20m

c

d b b Arah rintis a a m

Keterangan : a. Petak ukuran 2 x 2 m : Pengamatan Semai b. petak ukuran 5 x 5 m : Pengamatan Pancang c. petak ukuran 10 x 10 m : Pengamatan Tiang d. petak ukuran 20 x 20 m : Pengamatan Pohon

Gambar 1. Desain kombinasi metoda jalur dan metoda garis berpetak

3. Analisis data

Data yang di peroleh di analisis dengan menggunakan formulasi untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, dengan rumus sebagai berikut:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

∑ c. Frekuensi suatu jenis (F)

∑ d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

13 Universitas Sumatera Utara

∑ e. Indeks Nilai Penting (INP)

INP=KR+FR

INP=KR+FR+DR

(Indriyanto, 2008).

3. Analisis Metabolik Sekunder

Metabolit sekunder merupakan dasar untuk mengetahui aspek kegunaan tumbuhan aromatik. Jenis-jenis tumbuhan aromatik yang belum pernah diuji akan dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian metabolit sekunder yang dilakukan berdasarkan penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam

(2010) adalah sebagai berikut: a. Pengujian Alkaloid

Sampel dihaluskan lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Selanjutnya, sampel direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam.Kemudian masukkan larutan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan reagen Lieberman-

Bouchardad, reagen Maeyer, dan reagen Dragendorff. Kocok dan perhatikan perubahan warna pada tabung reaksi. b. PengujianTerpen

Sampel dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Selanjutnya sampel direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam.

Kemudian ambil sedikit ekstrak sampel dan teteskan pada media KLT, semprotkan Cerium Sulfat (CeSO4) pada permukaan KLT yang telah ditetesi

14 Universitas Sumatera Utara

ekstraksi sampel, lalu panaskan KLT dengan Hot plate, perhatikan perubahan warnanya. c. Pengujian Flavonoid/Tanin

Sampel dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam. Masukkan ekstraksi dalam tabung reaksi, tambahkan FeCl3 kemudian kocok perhatikan perubahan warnanya pada sampel yang di uji. d. Pengujian Saponin

Sampel dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer, selanjutnya direndam dengan methanol dan biarkan selama 24 jam. Masukkan ekstraksi ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan aquades. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dibiarkan hingga suhu semula kemudian Kocok dan perhatikan berbusa atau tidak pada sampel yang di uji.

15 Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Aspek pengetahuan lokal yang dilakukan untuk mengetahui adanya jenis- jenis tumbuhan beraromatik yang digunakan sebagai campuran obat obatan pada kawasan Hutan Lindung Simandar. Informasi kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemandu lapangan lokal. Berikut ini disajikan Tabel 1 jenis-jenis tumbuhan aromatik yang ditemukan di kawasan hutan lindung Simandar.

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan aromatik yang ditemukan di Kawasan Hutan Simandar No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian Beraromatik 1 Pinus Pinus merkusii Getah/ Daun 2 Kayu Manis Cinnamomum burmanii Kulit 3 Sirih Hutan Piper cubeba Daun 4 Apisson Polygala paniculata Akar 5 Supi-supi Rubus moluccanus Batang 6 Kincung Hutan Hornstedtia scyphifera Batang 7 Sirih Merah Piper ornatum N Daun 8 Pirdot Saurania vulcani Daun 9 Losa Cinnamomum partenoxylon Daun

Hasil dari aspek pengetahuan lokal yang telah dilakukan bahwa terdapat 9 jenis tumbuhan aromatik yang ada di kawasan hutan lindung Simandar dimana dari 9 jenis tumbuhan aromatik tersebut yang paling banyak memiliki aroma terdapat pada bagian daun, maka tumbuhan tersebut dijadikan sampel pada saat dilakukan eksplorasi tumbuhan yang memiliki aromatik yang belum teridentifikasi akan dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratorium

Pasca sarjana Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan Tabel 1, bagian tumbuhan yang dominan beraroma terdapat pada bagian daun. Dilihat dari segi keutuhan dan eksistensi tumbuhan, jumlah

16 Universitas Sumatera Utara

daun lebih banyak dari jumlah yang lainya. Dari segi praktis daun lebih mudah di dingunakan dalam pengujian di laboratorium.

2. Deskripsi Tumbuhan Aromatik yang Ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Simandar

Jenis jenis tumbuhan Aromatik yang ditemukan di kawasan hutan lindung

Simandar ada 9 jenis. Deskripsi jenis tumbuhan aromatik yang telah ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Pinus (Pinus merkusii)

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan pinus adalah sebagai berikut: kingdom:

Plantae, divisi: Spermatophyta, kelas: Pinopsida, ordo: Pinales, famili: Pinaceae, genus: Pinus, spesies: Pinus merkusii merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan bagi manusia, mulai dari daun, bunga, kulit batang hingga kayunya.

Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 10-15 tahun. Kulit batang Pinus merkusii memiliki banyak kandungan kimia yang bermanfaat pada bidang pengobatan. Kandungan flavonoid, saponin, fenolik, alkaloid yang terdapat pada daun batang Pinus merkusii memiliki banyak khasiat dalam bidang kesehatan.

Flavonoid merupakan senyawa kimia yang dapat berefek sebagai anti oksidan, anti bakteri, dan anti inflamasi (Arel dkk,. 2016). Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Pinus dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pinus (Pinus merkusii)

17 Universitas Sumatera Utara

2. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan Kayu Manis adalah sebagai berikut kingdom: Plantae, divisi: Magnoliophyta, kelas: Magnoliopsida, ordo: Lurales, family: Lauraceae, genus: Cinamomum burmanii, spesies: Cinamomum burmanii

Minyak kayu manis dapat diperoleh dari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulit kayu manis dengan pelarut organik kandungan kimia kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole, sinamal dehida, tannin, kalsium oksalat, flavonoid, triterpenoid, dan saponin minyak atsiri banyak terdapat dibagian kulit kayu manis dan tumbuhan kayu manis dikenal punya berbagai khasiat. Kayu manis mempunyai kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, fenol, terpenoid, tanin dan saponin yang merupakan sumber anti oksidan (Roswiem dkk,. 2015). Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Kayu Manis dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kayu manis (Cinamomum burmanii)

3. Sirih Hutan (Piper cubeba)

Klasifikasi ilmiah dari Tumbuhan daun sirih hutan adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae, divisi: Spermatophyta, kelas: Dicotyledonae, ordo: Piperales,

18 Universitas Sumatera Utara

famili: Piperaceae, genus: Piper, spesies: Piper cubeba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Sirih hutan (Piper cubeba) ini memiliki aroma pada bagian daun.

Menurut pengamatan, ukuran Sirih hutan lebih besar dari Sirih biasa dan memiliki warna hijau kekuningan. Batang tanaman ini berbuku-buku, daunnya berbentuk bulat berujung runcing dan tumbuh merambat daun sirih ini mengandung minyak atsiri dan senyawa flavonoid, steroid, saponin, tanin dan minyak atsiri diduga dapat berfungsi sebagai insektisida (Budiarso dkk,. 2014). Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Sirih hutan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Sirih hutan (Piper cubeba )

4. Apisson ( Polygala paniculata L)

Klasifikasi ilmiah dari Tumbuhan Apisson adalah sebagai berikut: kingdom: Plantae, divisi: Magnoliophyta, kelas: Magnoliopsida, ordo:

Polygalales, famili: Polygalaceae, genus: Polygala, spesies: Polygala paniculata

L. Tumbuhan Apisson adalah tumbuhan yang memiliki aroma pada bagian akar yang berbau balsem. Tumbuhan herba ini bercabang banyak yang dapat mencapai tinggi sekitar 50 cm. Bentuk daunnya lanset berukuran kecil, ujung daun runcing,

19 Universitas Sumatera Utara

berwarna hijau cerah. Perbungaan terletak di ujung dan berwarna putih kecil.

Beberapa hasil penelitian terhadap tumbuhan apikson terbukti memiliki potensi dalam bidang fitofarmaka seperti sitotoksik atau anti kanker, anti bakteri, dan anti mikotik. Jenis metabolit sekunder Apikson adalah tanin, alkaloid, saponin, terpen, flavonoid Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Apisson dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Apisson (Polygala panuculata L)

5. Supi-Supi (Rubus moluccanus)

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan Supi - Supi adalah sebagai berikut: kingdom: Plantae, divisi: Angiospermae, kelas: , Ordo: , famili:

Rosaceae, genus: Rubus, spesies: Rubus moluccanus. Tumbuhan Supi-Supi yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, tumbuhan supi-supi ini memiliki batang yang berduri, daun yang berbulu, daun yang berwarna hijau kekuningan dan tumbuhya merambat. Tumbuhan ini menghasilkan berbau balsem pada bagian batang. Tumbuhan ini menghasilkan senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, terpenoid, tanin, dan saponin. Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Supi-Supi dapat dilihat pada Gambar 6.

20 Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Supi-Supi (Rubus moluccanus)

6. Kincung Hutan (Hornstedtia scyphifera)

Klasifikasi ilimiah dari tumbuhan Kincung hutan ini adalah sebagai berikut: kingdom: Plantae, divisi: Magnoliophyta, kelas: Liliopsida, ordo:

Zingiberales, famili: Zingiberaceae, genus: Hornstedtia spesies: Hornstedtia scyphifera. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bagian tumbuhan kincung hutan yang memiliki aroma adalah daun. Tumbuhan ini hidup pada daerah cukup lembab dan daerah yang sedikit terbuka pada daerah yang cukup cahaya.

Tumbuhan ini cukup banyak ditemukan dibawah tegakan pohon. Warna batang merah kehijauan, permukaan licin. Buah dekat dengan permukaan tanah berwarna merah. Jenis ini memiliki bunga yang selalu kuncup dan dekat dengan permukaan tanah karena memiliki tangkai pendek. Tumbuhan Kincung mengandung minyak atsiri dan saponin. Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Kincung hutan dapat dilihat pada Gambar 7.

21 Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Kincung hutan (Hornstedtia scyphifera)

7. Sirih Merah (Piper ornatum N.)

Klasifikasi ilmiah tumbuhan sirih merah ini adalah sebagai berikut: kingdom: Plantae, divisi: Mangnoliophida, kelas: Dicotyledonae, ordo: Piparales famili: Piparaceae, genus: Piper, spesies: Piper ornatum N. Tumbuhan sirih merah merupakan tumbuhan yang tumbuh merambat di tanah maupun di pohon, tumbuhan sirih merah ini memiliki batang yang daunnya berwarna merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi.

Jenis metabolit sekunder dari Sirih Merah antara lain flavonoid, alkaloid, tanin, dan minyak atsiri. Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Sirih merah dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sirih merah (Piper ornatum N.)

22 Universitas Sumatera Utara

8. Pirdot (Saurania vulcani)

Klasifikasi ilimiah tumbuhan Pirdot ini adalah sebagai berikut: kingdom:

Plantae, divisi: Spermatophyta, kelas: Dicotyledoneae, ordo: Ericales, famili:

Actinidiaceae, genus: Saurauia, spesies: Saurania vulcani. Tumbuhan Pirdot

merupakan tumbuhan yang tumbuh pada daerah yang lembab, tumbuhan ini

memiliki bau yang khas pada daunya yang lebar berwarna hijau tua. Tumbuhan

ini menghasilkan senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, terpenoid, tanin,

dan saponin. Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan Pirdot dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Pirdot (Saurania vulcani)

9. Losa (Cinnamomum partenoxylon)

Klasifikasi ilmiah pada tumbuhan losa adalah sebagai berikut: kingdom:

Plantae, divisi: Spermatophyta, kelas: Dikotil, ordo: Ranunculales, famili:

Lauraceae, genus: Cinnamomum, spesies: Cinamomum partenoxylon. Tumbuhan losa adalah tumbuhan berupa pohon, percabangan simpodial, kayunya berbau harum, permukaan kasar, berwarna coklat. Kulit berwarna abu-abu keperakan, halus dan sedikit wangi. Tipe daun tunggal bentuk oval sampai lonjong, warna

23 Universitas Sumatera Utara

hijau kekuningan, permukaan atas licin, mengkilat, permukaan bawah sedikit kasar, warna hijau kelabu. Batang tumbuhan losa kulit kayu dan daun mengandung minyak esensial yang secara tradisional digunakan untuk mengobati hati sakit, dispepsia, nyeri punggung, impotensi, dan untuk meningkatkan sirkulasi darah. daun, kulit batang dan kayu losa mengandung minyak atsiri, di samping itu daun dan kulit batangnya juga mengandung saponin, flavonoid dan polifenol sedangkan kayunya juga rnengandung tanin. Bentuk tumbuhan aromatik pada tumbuhan losa dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Losa (Cinamomum partenoxylon)

3. Aspek Keanekaragaman Tumbuhan Aromatik di kawasan Hutan Lindung Simandar

Jenis tumbuhan aromatik yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung

Simandar ada sebanyak 9 jenis tumbuhan. Masyarakat sekitar hutan belum banyak mengetahui tumbuhan aromatik pada tumbuhan aromatik juga bisa digunakan untuk sebagai obat dan mengandung minyak atsiri. Data analisis potensi tumbuhan aromatik pada tingkat tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang dan pohon dapat dilihat pada Tabel 2.

24 Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Analisis kerapatan Tumbuhan Aromatik di Hutan Lindung Simandar No. Jenis Jlh K Individu (Ind/Ha) 1 Apisson 97 149 2 Kayu manis 43 663 3 Kincung hutan 17 262 4 Losa 153 377 5 Pinus 17 104 6 Pirdot 155 382 7 Supi-supi 96 171 8 Sirih Hutan 81 125 9 Sirih merah 102 308

Tabel 2 menunjukan hasil perhitungan Nilai Kerapatan (K) tertinggi pada tingkat tumbuhan bawah adalah tumbuhan Supi-supi (Rubus moluccanus) dengan nilai sebesar 171 Ind/Ha. Nilai Kerapatan (K) terendah pada tumbuhan Apisson

(Polygala paniculata L) 149 Ind/Ha. Pada tingkat semai kerapatan (K) tertinggi

Kayu manis (Cinamomum burmanii) dengan nilai sebesar 663 Ind/ Ha. Nilai

Kerapatan (K) terendah pada tumbuhan Sirih hutan (Piper cubeba) dengan nilai

125 Ind/Ha. Pada tingkat tiang nilai kerapatan (K) tertinggi pada tumbuhan Pirdot

(Saurania vulcani) dengan nilai sebesar 382 Ind/Ha. Nilai kerapatan (K) terendah pada tumbuhan Losa (Cinamomum partenoxylon) dengan nilai 377 Ind/Ha. Pada tingkat pohon kerapatan (K) tumbuhan Pinus (Pinus merkusii) dengan nilai 104

Ind/Ha. Tumbuhan aromatik pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kerapatan dipengaruhi oleh jumlah penemuan individu suatu spesies dan penyebaran suatu jenis dalam suatu areal. Kerapatan suatu jenis merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan tumbuhan pada suatu areal.

25 Universitas Sumatera Utara

Kandungan Metabolit Sekunder Tumbuhan Aromatik di Kawasan Hutan Lindung Simandar

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan sebagai indikator adanya kandungan senyawa yang menghasilkan minyak atsiri dapat dijadikan aspek penggunaan tumbuhan aromatik. Tumbuhan yang diuji adalah tumbuhan yang belum ada literaturnya atau informasi mengenai kandungan metabolit sekundernya yaitu Supi-Supi (Rubus moluccanus) dan Pirdot (Saurania vulcani) sedangkan jenis lainnya diketahui berdasarkan informasi penelitian kandungan metabolit sekunder masing-masing jenis tumbuhan. Data hasil pengujian metabolit sekunder pada tumbuhan aromatik ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Aromatik pada Kawasan Hutan Lindung Simandar. No Nama Lokal Nama Ilmiah Metabolit Sekunder 1 Apisson Polygala paniculata L Tanin, Saponin 2 Kayu Manis Cinamomum burmanii Flavonoid, Saponin, tannin 3 Kincung Hornstedtia scyphifera Saponin Hutan 4 Losa Cinamomum partenoxylon Saponin, Flavonoid 5 Pinus Pinus merkusi. Alkoloid, Flavonoid, Terpen 6 Pirdot Saurania vulcani Terpen, Flavonoid 7 Supi-Supi Robus moluccanus Tanin, Saponin 8 Sirih Hutan Piper cubeba Terpen 9 Sirih Merah Piper ornatum N Alkaloid, flavonoid, dan tanin Keterangan: Tumbuhan Aromatik yang di lakukan uji metabolit sekunder di laboraturium Fakultas MIPA, USU

Kandungan senyawa yang terdapat pada Supi-supi adalah senyawa golongan tannin dan saponin, kemudian pada tanaman Pirdot kandungan senyawa yang terdapat didalamnya adalah terpen dan flavonoid. Metabolit sekunder pada tumbuhan aromatik yaitu tumbuhan pinus, kayu manis, sirih hutan, sirih merah, apisson, kincung hutan, losa yang telah diuji metabolit sekunder dan telah memiliki referensi. Ada empat golongan yang diuji yaitu senyawa golongan

26 Universitas Sumatera Utara

terpen, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan flavonoid, dan senyawa golongan saponin

1. Terpen

Terpen merupakan penyusun minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan. Adapun terpen yang menyusun minyak atsiri adalah monoterpen dan sesquiterpen sehingga mempengaruhi penggunaan produk rempah-rempah sebagai bumbu, sebagai bahan pengobatan, kesehatan. Kandungan minyak atsiri mempengaruhi penggunaan produk rempah-rempah baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacara- upacara ritual.

Terpenoid mengandung banyak komponen aktif obat alam yang dapat digunakan sebagai penyembuh penyakit diabetes dan malaria. Bagi tumbuhan penghasil terpenoid berfungsi sebagai obat, anti bakteri, anti virus, fungisida, insektisida. Jenis tumbuhan atomatik yang didapat mengandung senyawa terpen adalah Pinus (Pinus merkusii), Kayu manis (Cinamomum burmanii), Sirih hutan

(Piper cubeba) dan Pirdot (Saurania vulcani).

2. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoida (flavonoida tanpa gula terikat) terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Flavonoid mempunyai banyak manfaat sebagai anti oksidan, anti mutagenik, anti tumor, vasodilator. Anti oksidan pada flavonoid

27 Universitas Sumatera Utara

berperan mencegah kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas sehingga flavonoid dapat digunakan untuk mengendalikan sejumlah penyakit pada manusia. Berdasarkan hasil pada pengujian metabolit sekunder menunjukkan tumbuhan mengandung flavonoid adalah Pinus (Pinus merkusii), sirih merah

(Piper ornatum N), Pirdot (Saurania vulcani) dan Losa (Cinamomum partenoxylon).

3. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang mengandung nitrogen aromatik dan paling banyak ditemukan di alam. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama. tumbuhan mengandung senyawa fitokimia, namun tidak semua tumbuhan mengandung alkoloid. Pengujian positif pada alkoloid (mengandung alkoloid) ditandai dengan adanya endapan putih.

Untuk pengujian terdapatnya alkoloid pada suatu tumbuhan maka digunakan pereaksi bouchardat, meyer dan dragendorf. Perubahan warna ditunjukkan oleh pereaksi Bouchardar adalah coklat, sedangkan untuk pereaksi meyer, perubahan warna larutan menjadi putih kekuningan dan dengan pereaksi dragendorff ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna jingga.

4. Saponin

Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa di permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui sebagai sabun alami. Saponin mempunyai aktivitas farmakologi yang cukup luas diantaranya meliputi: anti tumor, anti inflamasi, anti bakteri, anti fungi, anti virus, hipoglikemik, molluscisida, insektisida, dan efek hypokholestrol. Saponin mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada yang pahit, dapat

28 Universitas Sumatera Utara

menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan hemolisis. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk membuat minuman beralkohol, kosmetik, membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional. Tumbuhan yang mengandung saponin adalah apisson (Polygala paniculata), Supi-supi (Robus molucanus), kincung hutan (Hornstedtia scyphifera), dan losa (Cinnamomum partePnoxylon).

Dalam pengujian metabolik sekunder yang dilakukan di laboratorium pada tumbuhan aromatik terdapat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hasil uji laboratorium tumbuhan aromatik

29 Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Identifikasi tumbuhan aromatik yang terdapat di kawasan Hutan Lindung

Simandar banyak 9 jenis tumbuhan, enam tumbuhan aromatik sudah ada

referensinya dan 2 jenis tumbuhan belum ada referensinya.

2. Kandungan metabolit sekunder pada tumbuhan Supi-supi (Rubus

moluccanus) adalah Tanin, Saponin dan Pirdot (Saurania vulcani) adalah

senyawa golongan Terpen dan Flavonoid.

3. Tumbuhan aromatik digunakan sebangai campuran untuk membuat obat

obatan yang digunakan oleh masyarakat Desa Tanjung Beringin I.

4. Penelitian tentang eksplorasi tumbuhan aromatik terdapat 2 jenis

tumbuhan yang belum ada referensinya, yaitu Supi-supi (Rubus

moluccanus) dan Pirdot (Saurania vulcani)

Saran

Berdasarkan dari penelitian ini, adapun saran peneliti ajukan adalah agar dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda hal ini dimaksudkan agar dapat menambah keanekaragaman hasil penelitian dalam pengolaan dan pemanfaatan tumbuhan aromatik.

30 Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Arniputri, B. R,. Saktya, T. A,. dan Rahayu, M,. 2007. Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri Temu Kunci (Kaemferia pandurata Roxb.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda. Biodiversitas 8(2) : 135-137.

Arel, A,. Dira, dan Setiawati, A,. 2016. Isolasi Senyawa Utama Kulit Batang Tumbuhan Pinus dari Ekstraksi Etil Asetat. Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) : 60-65. Budiarso, L,. Suryanto, E,. dan Sudewi, S,. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan dari Fraksi Buah Sirih Hutan (Piper cubeba) dengan Metode DPPH. Jurnal Ilmiah Farmasi 3(2) : 121-126

Badan Pusat Statistika Kabupaten Dairi. 2014. Kecamatan Sumbul dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistika, Sumatera Utara. Diunduh dari www.sumut.bps.go.id. Tanggal 24 September 2017. Pukul 08.00 WIB.

Dewi, I. K. 2015. Identifikasi Kualitas Minyak Atsiri pada Herba Kering Serai Wangi dengan Destilasi Air. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 4(1) : 11-14.

Hasanah, N. A,. Nazaruddin, F,. Febrina, E,. dan Zuhrotun, A,. 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L). Jurnal Matematika dan Sains 16(3) : 147-152.

Inna, M,. Atmania, N,. dan Prismasari, S,. 2010. Potential Use of Cinnamomum burmanii Essential Oil-based Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent. Journal of Dentistry Indonesia 17(3) : 80-86.

Illing, I,. Safitri, W,. dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal Dinamika 8(1) : 66-84.

Karlina, Y.C,. Ibrahim, M,. dan Trimulyono, G,. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Krokot (Portulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Lentera Bio 2(1) : 87–93.

Ledoh, M. P. S,. Lerrick, I. R,. dan Ratu, D. 2013. Aktivitas Antibakteri Eschericia coli pada Minyak Atsiri Batang Genoak (Acorus calamus) Asal Pulau Timur. Molekul 8(1) : 1-8.

Muchtaridi. 2012. Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterafi dan Potensiya sebagai Produksi Sediaan Farmasi. 17(3) : 80-88.

Nurbani dan Sumarmiyat. 2015. Eksplorasi dan karakterisasi tumbuhan mekai sebagai penyedap rasa di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Pro Sem Nas Masy Biodiv Indo 2(1) : 201-206.

31 Universitas Sumatera Utara

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Permenhut. 2006. P. 67/Menhut-11/2006. Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan

Parwata, A. K,. Rita, S. W,. dan Yoga, R,. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal bebas Minyak Atsiri pada Daun Sirih (Piper betle Linn) secara SpektroskopiUltra Violet-Tampak. Jurnal Kimia 3(1) : 7-13.

Roswiem, P. A,. Anggriawan, B. M,. dan Nurcholis, W,. 2015. Potensi Ekstrak Air Dan Etanol Kulit Batang Kayu Manis Padang (Cinnamomum Burmanii) Terhadap Aktivitas Enzim A-Glukosidase. Jurnal Kedokteran Yarsi 23(2) : 092-102.

Soetjipto, H,. Dewi, L,. dan Prayitno, A. S,. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Antibakteri Minyak Atsiri daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray). Berita Biologi 9(2) : 155-162.

Setyawan, D. A. 2003. Keanekaragaman Kandungan Minyak Atsiri Rimpang Temu-temuan (Curcuma). Biofarmasi 1(2) : 44-49.

Sulistiyani, A. 2015. Effectiveness of Essential Oil As Larva Cideon Aedes aegypti. Jurnal Majoriti 4(3) : 23-28.

Sasmuko, S. A. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komodit Hasil Hutan Bukan KayunSpesifik Andalan Sumatera Utara.Makalah Seminar Nasional Himpunan Alumni-IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB. Wilayah Reginal Sumatera Utara. Medan.

Wiratno, Suriati, S,. Djazuli, M,. dan Siswanto. 2012. Pemanfaatan Limbah Tanaman Aromatik Sebangai Mulsa dan Daya Reperensinya Terhadap (Doleschallia polibete). Bul Littro 23(1) : 61-69.

Welujeng, E. 2015. Implemen Kebijakan Peengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam Rangka Pelestarian Hutan di KPH Blora. Kebijakan dan Manajemen Publik 3(1) : 1-10.

32 Universitas Sumatera Utara