Penciptaan Perdamaian Di Asia Dan Pasifik
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
March 2011 Penciptaan Perdamaian di Asia dan Pasifik: Partisipasi, perspektif dan prioritas perempuan Women at the Peace Table Asia Pacific Hak Cipta Centre for Humanitarian Dialogue 114, rue de Lausanne Geneva 1202 Switzerland t + 41 22 908 11 30 f +41 22 908 11 40 e [email protected] w www.hdcentre.org © Centre for Humanitarian Dialogue, 2011 Produksi ulang semua atau sebagian dari publikasi ini dapat diijinkan hanya oleh persetujuan dan pengakuan tertulis dari sumber. Editor: Cate Buchanan ([email protected]) Desain dan tata letak: Rick Jones ([email protected]) 2 Women at the Peace Table Asia Pacific Daftar isi Daftar ilustrasi .................................................................................................................................................................... 4 Ucapan Terima Kasih ................................................................................................................................................ 5 Kata Pengantar ................................................................................................................................................................ 6 1. Pendahuluan Cate Buchanan .................................................................................................................. 8 2. Mindanao Irene Morada Santiago .................................................................................................... 23 3. Sri Lanka Kumudini Samuel .................................................................................................................... 36 4. Indonesia Rohaiza Ahmad Asi, Cate Buchanan, Irine Hiraswari Gayatri, Akiko Horiba, Lidya Christin Sinaga, Septi Satriani and Shienny Angelita ......................................................................................................... 44 5. Timor Leste Rebecca Peters ................................................................................................................. 57 6. Timur Laut India Rita Manchanda ................................................................................................... 66 7. Kepulauan Solomon Rebecca Peters ........................................................................................... 88 8. Nepal Reecha Upadhyay ............................................................................................................................ 98 9. Saran-saran .......................................................................................................................................................... 111 Lampiran 1 Norma-norma utama internasional ...................................................................... 118 Lampiran 2 Sumber untuk pihak yang berkonflik dan mediator .............................124 Lampiran 3 Petunjuk-petunjuk untuk tim mediasi ..................................................................129 Peacemaking in Asia and the Pacific 3 Daftar ilustrasi Gambar 1 Pembagian pemegang jabatan utama PBB yang berkaitan dengan konflik berdasarkan jenis kelamin ......................................................................................... 11 Kotak 1 Latar belakang konflik Ouseph Tharakan, HD Centre ........................................................................................................................ 24 Kotak 2 Latar belakang konflik Ouseph Tharakan, HD Centre ........................................................................................................................ 38 Kotak 3 Latar belakang konflik di Indonesia belakangan ini .................................................................. 46 Kotak 4 Latar belakang konflik ............................................................................................................................................. 58 Kotak 5 Latar belakang konflik di timur laut India Ouseph Tharakan, HD Centre ........................................................................................................................ 68 Kotak 6 Latar belakang konflik ............................................................................................................................................. 90 Kotak 8 Latar belakang konflik Ouseph Tharakan, HD Centre ..................................................................................................................... 100 Kotak 8 Sebuah perspektif mediator Duta Besar Günther Baechler ..................................................................................................................... 104 4 Women at the Peace Table Asia Pacific Ucapan Terima Kasih HD Centre berterimakasih atas dukungan yang diberikan oleh Australian Agency for International Development dan Open Society Institute selama proyek ‘Women at the Peace Table – Asia Pacific’. Para staf dari organisasi tersebut telah secara konsisten mendorong dan menjadi kunci sukses dari proyek ini sampai sekarang. Sejumlah individu telah memberikan bantuan, tinjauan kritis dan masukan. Mereka adalah Seema Kakran, Karin Landgren, Rita Manchanda, Rama Mani, Ian Martin, Bandana Rana, Kumi Samuel dan Irene Santiago. Editorial yang terperinci dan bantuan penyusunan juga telah disumbang oleh Adam Cooper dan Antonia Potter. Kontribusi tambahan dalam bentuk pemeriksaan fakta, penelitian latar belakang, penyusunan dan referensi juga telah dibuat oleh Susanne Risser, Ouseph Tharakan dan Reecha Upadhyay. Peacemaking in Asia and the Pacific 5 Kata Pengantar Adalah merupakan suatu sukacita dan kehormatan untuk menulis kata pengantar bagi publikasi HD Centre yang berharga ini Penciptaan Perdamaian di Asia Pasifik : partisipasi, perspektif dan prioritas perempuan. Publikasi yang singkat dan mudah diakses ini menawarkan kepada mereka yang bekerja dalam, dan tentang, proses perdamaian berbagai bukti baru yang berguna dan petunjuk-petunjuk tidak hanya untuk pelaksanaan Resolusi Dewan Kemanan 1325 (Security Council Resolution 1325) dan resolusi lainnya yang setara, tetapi juga untuk menciptakan proses perdamaian yang lebih baik. Walaupun isu-isu keterlibatan perempuan dalam proses perdamaian terus menjadi masalah yang nyata dan krusial bagi kami yang bekerja di Nepal, hal ini juga sesungguhnya merupakan sebuah masalah global. Menunjukkan kepemim- pinan dalam mencapai keterwakilan laki-laki dan perempuan yang setara dalam posisi yang berpengaruh masih terus menjadi tantangan global, tidak terkecuali bagi organisasi yang saya wakilkan – Persatuan Bangsa Bangsa (PBB). Perempuan pertama yang memimpin misi penjagaan perdamaian atau politik apapun untuk PBB diangkat hampir lima puluh tahun setelah PBB didirikan – Margaret Joan Anstee (Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Angola tahun 1992-3). Tujuh belas tahun setelah penunjukan Dame Margaret, pada awal tahun 2009, saya menjadi perempuan kedelapan dalam PBB yang mengepalai misi semacam itu. Namun, sampai sekarang, PBB belum pernah melantik seorang perempuan sebagai seorang kepala mediator yang berdedikasi dalam mendu- kung proses perjanjian perdamaian utama dan komprehensif manapun. Penelitian yang berkembang yang menunjukan pengaruh perempuan dalam perjanjian perdamaian memang menekankan akan manfaatnya yang penting dan semuanya untuk kebaikan. Namun, menghubungkan keterlibatan perempuan dalam negosiasi perdamaian dengan penderitaan yang mereka alami masih menekankan pengalaman perempuan sebagai korban. Publikasi ini meno- long mengingatkan kita bahwa perempuan mempunyai hak untuk duduk dalam 6 Women at the Peace Table Asia Pacific meja perundingan sebagai tokoh dengan sebuah kepemilikan akan masa depan negara mereka dan dalam perdamaian internasional dan keamanan. Perempuan layak berada disana sebagai pembuat keputusan dan pemecah masalah. Perempuan yang berhasil mencapai kedudukan tinggi pada politik dan penciptaan perdamaian nasional dan internasional merupakan suatu pencapaian tersendiri, dan masih merupakan sebuah pencapaian yang belum selesai yang masih memerlukan dukungan yang lebih. Pada Juni 2010, saya menghadiri hari pembukaan global di Kathmandu tentang Resolusi 1325. Pada hari tesebut, saya diingatkan pengalaman perempuan selama dan akibat dari konflik di Nepal, dan juga sumber daya dan keterlibatan yang besar diantara perempuan Nepal, baik mereka yang merupakan anggota dari Majelis Konstituen, aktif dalam masyarakat sipil, maupun yang mendekati isu-isu tersebut dalam pandangan yang lebih akademik. Saya yakin bahwa ini bukan sumber daya yang unik buat Nepal saja. Kita perlu melihat lebih banyak lagi perempuan dalam proses formal dan informal dimana keputusan tentang perdamaian dan keamanan dibuat, disini dan di seluruh dunia. Dan agar hal itu dapat terjadi, haruslah ada sebuah strategi yang secara sengaja dibuat. Departemen PBB untuk Urusan Politik dan UNIFEM (sekarang UN Women) telah menetapkan strategi untuk lebih mendukung partisipasi perempuan, dan yang lebih efektif, dalam semua tingkatan penyelesaian dan mediasi konflik. Hal ini melibatkan pembangunan keahlian gender dalam proses mediasi – sehingga mediator dan semua pihak, mengerti implikasi dari hak-hak perempuan dalam penyusunan perjanjian mereka. Kedua, hal ini juga bertujuan untuk membangun keseimbangan gender yang lebih baik diantara jajaran mediator, menekankan bahwa aspek ini merupakan bagian yang integral dalam negosiasi, bukan sebuah tambahan. Dan yang ketiga, hal ini bertujuan melibatkan lebih banyak perem- puan di luar pihak yang bernegosiasi untuk mengesankan prioritas mereka kepada tokoh utama dalam perundingan damai. Publikasi ini menghasilkan sebuah kontribusi yang sangat baik