AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 8 No. 2 Tahun 2020)

NICHE ARCHITECTURE OF anomala IN THE ECOSYSTEM OF TANJUNG TIRAM VILLAGE SOUTH KONAWE REGENCY - SOUTHEAST SULAWESI

Muhammad Fajar Purnama1 · A. Ginong Pratikino2 · Abdullah2 · La Ode Alirman Afu2 · Muhammad Trial Fiar Erawan2

Ringkasan This research was conducted obtained at station 2 with 4.5 ind/m2 in October-December 2019 at Tanjung while the lowest density (1.5 ind/m2) Tiram Village, North Moramo Distri- was obtained at station 3 with combi- ct, South Konawe Regency. This study nation substrate. There is a very signi- aims to find out in detail the architectu- ficant correlation between the diame- re of the T. anomala mound in the ma- ter of the burrow and the carapace wi- ngrove ecosystem. Determination of the dth of T. anomala. 95% of the para- research station using a purposive sam- meters of the dune architecture have pling method based on the natural ha- a significant correlation, meaning that bitat of mud lobster in nature, name- there is only one parameter that do- ly the mangrove ecosystem. Observa- es not have a significant correlation ie tion of T. anomala niches was carried the relationship between the slope pa- out directly using the random sampling rameters of the dune slope (P> 0.05). method. The main parameters observed Among these parameters the height of in this research are niche architectu- the mound with the lower diameter of re. The results of measurements of mud the mound has a very significant cor- lobster niche architecture and enviro- relation (0.005 <0.01) and the height nmental parameters in nonparametric of the mound with a depth of burrow analysis using spearmen test, as well (0.026 <0.05). as the relationship between the diame- ter of the top of the mound and the wi- Keywords Mounds Architecture; dth of the mud lobster carapace. The Density; Distribution Pattern; Thalas- distribution pattern of T. anomala at sina anomala each station shows a random pattern. Received : 28 Februari 2020 The highest mud lobster density was Accepted : 17 Maret 2020 1)Department of Aquatic Resource Management, FPIK - UHO, Kendari PENDAHULUAN 2) Department of Marine Science, FPIK - UHO, Kendari E-mail: muhammadfajarpurna- Tanjung Tiram merupakan Desa pesi- [email protected] sir yang secara administratif terletak di 842 Muhammad Fajar Purnama1 et al.

Kecamatan Moramo Utara Kabupaten pur mencerna bahan organik saat meng- Konawe Selatan. Desa Tanjung Tiram gali ke dalam tanah untuk mencari ma- memiliki kawasan hutan mangrove yang kanan. luas. Salah satu potensinya adalah ke- Kartika and Patria(2013); Purnama et al. hadiran lobster lumpur (Thalassina ano- (2017)menemukan bahwa liang sarang mala) sebagai fauna khas penyusun eko- lobster lumpur berbentuk seperti huruf sistem mangrove (Purnama et al., 2017) I, L dan Y. Sedangkan kelompok lain secara ilmiah berada di daerah terse- Thalassinidea dilaporkan memiliki je- but. Masyarakat lokal menyebutnya udang nis liang atau terowongan sarang me- kalajengking oleh karena struktur mor- nyerupai huruf U, Y,I (Kinoshita, 2002). fologi lobster lumpur (T. anomala) yang Sementara, liang T. anomala yang di- menyerupai kalajengking, sementara di temukan di Setiu, Terengganu, Mala- Jambi dikenal dengan sebutan udang ysia memiliki bentuk seperti huruf U ketak darat atau udang tanah (Kartika dan Y.Berdasarkan hasil observasi ben- and Patria, 2013), dan di Terengganu tuk liang dari Thalassina, Kinoshita(2002) Malaysia : ketam busut, udang ketak, menyimpulkan bahwa bentuk liang ter- lobster lumpur dan udang hantu (ghost sebut sangat terkait dengan aktivitas men- shrimps)(Hassan et al., 2015). T. ano- cari makan Thalassina. Lobster lum- mala termasuk dalam golongan crus- pur atau ketam busut membangun gun- tacea penggali (burrowing ) dukan dan liangnya pada malam hari karena memiliki kebiasaan menggali ta- di daerah mangrove dan pada pagi hari nah untuk membuat liang (crabshole) di deaerah mangrove akan terlihat ba- pada dasar substrat di ekosistem ma- nyak gundukan baru yang bertebaran ngrove yang berfungsi sebagai relung (Hassan et al., 2015). (Gundukan (Mounds) : Sarang) (Ngoc- Ho and de Saint Laurent, 2009; Moh Peranan lobster lumpur di ekosistem ma- and Chong, 2009). ngrove antara lain : pemanfaatan daur nutrisi dari gundukan yang dihasilkan Relung (Sarang) lobster lumpur (T. ano- dari gundukan oleh vegetasi mangro- mala) terdiri atas gundukan (mounds) ve. Akibat gundukan yang dibuat oleh dan liang yang saling terhubung dan fauna ini dapat mengubah kondisi ling- tersusun oleh partikel pasir dan lum- kungan dari ekosistem tersebut. Ada- pur. Liang yang dibuat diperkirakan da- pun faktor abiotik seperti kelembapan pat mencapai kedalaman 2 meter bahk- tanah, pH, dan oksidasi asam pada ta- an lebih dengan arah liang vertikal atau nah merupakan beberapa dari faktor yang menuju perairan (Teo et al., 2008). Moh dapat mempengaruhi distribusi dan ke- et al.(2015) menyatakan bahwa spesi- limpahan vegetasi terutama untuk ka- es lobster lumpur ditemukan cukup ja- wasan mangrove yang akan direhabili- uh meliang dibawah substrat dasar per- tasi (Ashton and Macintosh, 2002). airan memperlihatkan toleransi yang be- Secara ekologis kehadiran fauna dari sar terhadap salinitas perairan. family Thalassinidae ini merupakan kom- Gundukan terbentuk dari hasil penya- ponen makrofauna yang cukup penting ringan lumpur (mud filtered) yang di- karena aktivitas tersebut dapat meng- gali dari permukaan substrat menggu- embalikan fungsi hara (Daur hara) pa- nakan sepasang pereopod, lobster lum- da sedimentasi lahan (Kartika and Pa- Niche Architecture of Tahlassina anomala South Konawe 843 tria, 2013). Bahkan di beberapa tem- kukan di Laboratorium Pengujian Fa- pat dijadikan sebagai indicator lahan kultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Uni- dengan konsentrasimineral pirit (FeS2) versitas Halu Oleo. yang teroksidasi dan menghasilkan asam Pengukuran dan pengamatan variabel- sulfat (tanah sulfat masam) (Ashton and variabel penelitian dilakukan secara lang- Macintosh, 2002; Teo et al., 2008). sung di lapangan kemudian dilanjutk- Saat ini penelitian dan informasi ilmi- an dengan analisis di laboratorium. Pe- ah lainnya mengenai keberadaan spesi- nentuan stasiun penelitian menggunak- es lobster lumpur di Sulawesi Tengga- an metode purposive random sampling ra khususnya Kabupaten Konawe Se- yaitu interpretasi stasiun penelitian di- latan hanya dilakukan oleh Purnama et al. tentukan berdasarkan lokasi atau dae- (2017) mengenai spesies lobster lum- rah yang memiliki keberadaan relung pur pada ekosistem mangrove, untuk (mounds) lobster lumpur yang ada di- itu penelitian ini menjadi penting un- setiap stasiun pengamatan. Selanjutnya tuk dilaksanakan, untuk mendeskripsik- dibuat kuadrat plot dengan ukuran 10 an karakteristik relung, kepadatan, dan x 10 m2 dan jarak antara kuadrat plot pola distribusi gundukan yang diben- terdekat 10 m. pada setiap titik sam- tuk oleh lobster lumpur pada ekosis- pling dilakukan perhitungan jumlah li- tem mangrove perairan Desa Tanjung ang atau gundukan yang dibuat lobster Tiram. Hasil penelitian ini diharapkan lumpur dan dilakukan pengukuran ter- mampu memberikan informasi ekolo- hadap arsitektur gundukan berupa dia- gis lobster lumpur terutama yang ber- meter bagian atas gundukan, diameter kaitan dengan karakteristik relung dan dasar gundukan, tinggi gundukan, ke- peranan sarang (nest) lobster lumpur dalaman liang, kemiringan gundukan terhadap kehidupan (interaksi timbal ba- dan liang serta arah liang menggunak- lik) biota akuatik lainnya yang ada di an beberapa peralatan berikut, antara ekosistem mangrove Desa Tanjung Ti- lain jangka sorong (mm), busur dera- ram Kecamatan Moramo Utara Kabu- jat, kompas dan petak kuadrat 100 m2 paten Konawe Selatan - Sulawesi Teng- (Purnama et al., 2017). gara. Pengambilan sampel air dilakukan ber- samaan pengambilan sampel lobster lum- MATERI DAN METODE pur di masing-masing stasiun peneliti- an. Parameter kualitas air yang diukur Penelitian ini dilaksanakan selama ti- pada penelitian ini adalah suhu, kece- ga bulan (Periode Oktober – Desember rahan, kecepatan arus dan pH air, pH 2019). Penelitian ini terdiri atas dua ta- substrat, kelembapan liang, oksigen ter- hap yaitu pengambilan sampel lapang larut (DO), total padatan tersuspensi (TSS), (Parameter Fisika - Kimia) dan anali- dan total organik terlarut air (TOM). sis Laboratorium (Parameter Fisika - Pengambilan sampel substrat (Pipa Pa- Kimia). Penelitian lapang dilaksanak- ralone ¾ inchi) digunakan untuk meng- an di Desa Tanjung Tiram Kecamatan analisis bahan organik (BO) substrat dan Moramo Utara Kabupaten Konawe Se- fraksi/tekstur sedimen serta beberapa latan Provinsi Sulawesi Tenggara, se- alat dan bahan kimia yang diperlukan dangkan analisis kualitas perairan dila- untuk analisis laboratorium. Pengukur- 844 Muhammad Fajar Purnama1 et al. an dan pengamatan dilakukan secara Tabel 1 Kepadatan dan Pola Distribusi lobster lumpur langsung di lapangan menggunakan be- pada Setiap Stasiun Kepadatan Indeks Morisita berapa alat ukur, antara lain pH indika- Stasiun Pola penyebaran (Ind/m2) (Id) tor, termometer raksa, hygrometer, so- 1 2,9 1,00 Acak il tester, stopwatch, layangan arus dan 2 4,5 1,00 Acak secchi disc GPS Garmin 60, tongkat 3 1,5 1,00 Acak berskala, kamera digital, sekop, jang- ka sorong (mm), kertas label, plastik da ketiga stasiun penelitian memben- sampel, meteran (transek), petak kua- tuk pola penyebaran acak dikarenak- 2 drat 10 x 10 m dan ember plastik ber- an nilai Id (Indeks morisita) yang di- diameter 30 cm. Selanjutnya dilakukan hasilkan sama dengan satu (Id=1). Ke- pengamatan dan analisis di laboratori- padatan dan distribusi lobster lumpur um. juga terlihat jelas pada jarak antar gun- Kepadatan lobster lumpur di analisis meng- dukan yang dibentuknya. Hasil pengu- gunakan rumus kepadatan sedangkan kuran jarak antar gundukan dari tran- pola distribusi lobster lumpur menggu- sek kuadran, yang memiliki jumlah gun- nakan formulasi indeks penyebaran Mo- dukan paling banyak yaitu 45 gunduk- risita. Hasil pengukuran arsitektur gun- an (Stasiun 2) diperoleh jarak terdekat dukan lobster lumpur dan parameter ling- antar gundukan adalah 6,7 cm dan ja- kungan dianalisis nonparametrik meng- rak terjauh antar gundukan adalah 227 gunakan uji Spearmen, demikian juga cm, dengan jarak rata-rata antar gun- dengan hubungan antara diameter atas dukan adalah 58,24 cm. gundukan dan lebar karapas lobster lum- pur. Penelitian ini menunjukan bahwa ting- kat kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 4,5 Ind/m2 HASIL DAN PEMBAHASAN dengan tipe substrat pasir berlumpur, secara visual tingkat kepadatan lobster Hasil penelitian menunjukan bahwa ting- lumpur dapat terlihat jelas berdasarkan kat kepadatan tertinggi terdapat pada hasil pengukuran jarak antar gunduk- o o stasiun 2 (S : 4 2’ 8,84” dan E : 122 an lobster lumpur. Jarak terdekat antar 2 40’ 18,83”) sebesar 4,5 Ind/m dengan gundukan pada stasiun 2 sebesar 6,7 tipe substrat berlumpur, selanjutnya berturut-cm sedangkan terjauh sebesar 227 cm o turut stasiun 1 (S : 4 2’ 12,99” dan E sehingga jarak rata-rata antar gunduk- o 2 : 122 40’ 18,84”) sebesar 2,9 Ind/m an pada stasiun 2 sebesar 58,24 cm se- dengan tipe substrat berpasir dan sta- dangkan pada stasiun 1 dan 3 jarak rata- o o siun 3 (S : 5 6’ 15,75” dan E : 122 rata antar gundukan sebesar 193,94 cm 2 11’ 28,88”) sebesar 1,5 Ind/m dengan dan 453,7 cm. Hal ini secara empirik substrat kombinasi (lumpur, pasir dan membuktikan bahwa kepadatan gunduk- kerikil). Berikut ini adalah tabulasi ke- an stasiun 2 jauh lebih besar dari pada padatan dan pola distribusi lobster lum- stasiun lainnya (Stasiun 1 dan 3). Pe- pur di setiap stasiun penelitian (Tabel nelitian ini juga memperlihatkan bah- 1). wa individu lobster lumpur dapat mem- Tabel 1 (satu) diatas juga memperlihatk- buat lebih dari satu gundukan yang sa- an pola distribusi lobster lumpur pa- ling berdekatan dan terkoneksi satu de- Niche Architecture of Tahlassina anomala South Konawe 845 ngan lainnya. Hal ini teridentifikasi pa- Tabel 2 Hasil pengukuran beberapa parameter kuali- da saat pengukuran arsitektur gunduk- tas air pada gundukan lobster lumpur Rerata an dilapangan (Pembukaan penampang Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 atas gundukan) memperlihatkan bah- Suhu (oC) 25.75 25.33 25.92 wa liang yang dibentuk oleh mud lobs- Salinitas (‰) 30.5 29.75 30.58 pH substrat 6.31 5.35 6.72 ter terhubung oleh 1-5 saluran (tunnel) pH Air 7.5 7.5 7.5 dan saling berhubungan. Kelembapan Liang (%) 7.26 17.86 6.54 DO (Mg/L) 4.1 4.53 4.3 Saluran-saluran atau lorong-lorong ter- TSS (Mg/L) 0.35 0.42 0.33 TOM (Mg/L) 25.44 43.53 42.65 sebut masing-masing terhubung kearah BO (%) 2.2 6.5 4.9 luar liang sebagai akses aktivitas ke- luar masuk lobster lumpur. Gunduka- aksesibel terhadap sumber air atau ti- nmerupakan “Kamuflase” atau samar- dak jauh dari perairan dan sangat ter- an untuk menutupi liang utama (pri- pengaruh oleh aktivitas pasang dan su- mer) dan liang-liang sekunder lainnya rut air laut (Intertidal zone). Pernya- (Relung lobster lumpur) sebagai ben- taan diatas sesuai dengan pernyataan tuk adaptasi lobster lumpur dari gang- Ashton and Macintosh(2002) bahwa guan kompetitor dan pemangsa (pre- gundukan atau sarang yang dibentuk dator) (Purnama et al., 2017). Penje- oleh lobster lumpur senantiasa berinte- lasan diatas sesuai dengan pernyataan raksi dengan vegetasi mangrove seper- Kinoshita(2002) bahwa thalassina je- ti Bruguiera sp, Rhyzopora sp, Xylo- nis lainnya seperti Upogebia dan Ca- carpus sp dan tumbuhan asosiasi ma- llianassa memiliki tipikal bentuk liang ngrove lainnya yang berada dibagian dari sarang yang menyerupai huruf U, interior hutan. Selanjutnya Teo et al. Y, I dan bentuk liang tersebut terkait (2008) menyatakan bahwa karakteris- dengan akivitas makan. Misalnya ben- tik liang yang dibuat oleh lobster lum- tuk “Letter Y” merupakan tipikal dari pur, liang dibuat akan bercabang-cabang golongan Crustacea penggali (Burro- dan menuju kesumber perairan. wing crustacean) tersebut untuk mem- peroleh partikel yang tersuspensi da- Hasil pengukuran beberapa parameter lam air dan juga memamakan zat yang kualitas air pada setiap stasiun peneli- terdeposit di dalam liang. tian disajikan pada Tabel 2. Presentase gundukan yang ditemukan Pola distribusi lobster lumpur berkate- pada setiap stasiun penelitian khusus- gori acak (random). Hal ini merupakan nya stasiun 2 sebagai stasiun yang me- indikasi bahwa aktivitas lobster lum- miliki jumlah gundukan terbesar (45 Gun- pur dalam membuat gundukan atau sa- dukan) cendrung terdistribusi diantara rang tidak tergantung pada kondisi ling- vegetasi mangrove dan asosiasinya. In- kungan tertentu. Hasil pengukuran be- terkasi lobster lumpur dengan vegeta- berapa parameter kualitas air pada se- si mangrove pada masing-masing sta- tiap stasiun penelitian memperlihatk- siun, dominan lebih kepada komunitas an besaran nilai yang relatif sama, de- Rhyzopora dan Sonneratia. Karakteris- ngan kata lain bahwa pada kondisi cua- tik “relung” tersebut mengindikasikan ca yang stabil beberapa parameter ling- bahwa setiap sarang atau gundukan yang kungan (kualitas perairan) di pesisir De- dibentuk oleh lobster lumpur bersifat sa Tanjung Tiram Kabupaten Konawe 846 Muhammad Fajar Purnama1 et al.

Selatan berada dalam konsentrasi dan Tabel 3 Korelasi antara kelembapan subtrat liang de- kisaran yang relatif sama. Pola distri- ngan suhu, salinitas dan pH tanah busi acak biasanya terjadi pada golong- Parameter Kelembapan Liang (%) Suhu (oC) 0,0001** an organisme yang bersifat soliter de- Salinitas (PPM) 0,0001** ngan ciri khas sangat tidak tergantung pH Tanah 0,0001** pada individu lain dalam populasinya. Kelompok makrofauna dengan pola pe- jumlah terbanyak pada penelitian ini, nyebaran acak cendrung tidak kesulit- sehingga mengindikasikan bahwa subs- an dalam mencari makanan dan ber- trat pasir berlumpur merupakan salah daptasi dengan lingkungannya. Kondi- satu dari sekian banyak parameter ling- si demikian itu yang menyebabkan lobs- kungan yang sesuai dengan preferensi ter lumpur dapat menyebar secara luas habitat (khususnya parameter substrat) pada ekosistem mangrove (Kartika and lobster lumpur. Patria, 2013). Rata-rata pH substrat pada setiap sta- Hasil uji korelasi spearmen antara pa- siun berkisar antara 5,35-6,71 atau pH rameter kelembapan substrat liang de- substrat pada setiap stasiun bersifat asam. ngan suhu, salinitas dan pH tanah mem- Substrat yang berasal dari sarang lobs- perlihatkan hubungan atau korelasi yang ter lumpur akan bersifat asam. Oleh ka- sangat signifikan antar parameter ter- rena itu kehadiran lobster lumpur lobs- sebut dengan nilai signifikansi 0,0001, ter lumpur di suatu habitat dapat men- dengan kata lain bahwa beberapa fak- jadi bioindikator dari tanah sulfat ma- tor pembatas tersebut memiliki korela- sam (Ashton and Macintosh, 2002; Kar- si yang sangat erat dengan parameter tika and Patria, 2013; Teo et al., 2008). kelembapan substrat liang (P<0,01); Hasil uji bahan organik tanah (BO) ter- Hasil uji korelasi spearmen antara pa- tinggi diperoleh pada stasiun 2 (6,5%) rameter kelembapan substrat liang de- selanjutnya berturut-turut stasiun 3 (4,9%) ngan suhu, salinitas dan pH tanah mem- dan stasiun 1 (2,2 %). Persentase ka- perlihatkan hubungan atau korelasi yang dar BO pada substrat liang pada dasar- sangat signifikan antar parameter ter- nya sangat dipengaruhi oleh kehadir- sebut dengan nilai signifikansi 0,0001 an tektur liat pada substrat, mengingat (P<0,01). Hal ini mengindikasikan bah- salah satu sifat tektur liat adalah cen- wa apabila suhu meningkat salinitas ju- drung dapat menahan dan mengikat air ga akan meningkat, maka kelembap- lebih besar sebab memiliki ruang pori an tanah liang akan mengalami penu- yang lebih kecil dan gaya tekanan per- runan dan sebaliknya. Selanjutnya su- mukaan yang tinggi. Pernyatan terse- hu dan tekstur liat liang juga memili- but membuktikan bahwa besarnya ka- ki korelasi yang signifikan. Tekstur liat dar bahan organik pada stasiun 2 me- cendrung dapat menahan/mengikat air miliki korelasi signifikan terhadap ka- lebih besar sebab memiliki ruang pori dar tektur liat pada stasiun 2 yang per- yang lebih kecil dan gaya tekanan per- sentasenya lebih besar (8,5530 %) di- mukaan yang tinggi (Ruiz-Hitzky et al., banding dengan stasiun 1 (0,2578)% dan 2010). Adanya tekstur liat inilah yang 3 (0,1709%). Selain itu salah satu per- membuat substrat pasir berlumpur me- anan lobster lumpur sebagai Burrowing miliki sebaran lobster lumpur dengan crustacean menjadikan bahan organik Niche Architecture of Tahlassina anomala South Konawe 847

Gambar 1 Rata-rata dan standar deviasi Gambar 2 Rata-rata dan standar devia- hasil pengukuran tinggi gundukan, di- si hasil pengukuran kemiringan gun- ameter atas gundukan, diameter bawah dukan, kemiringan liang dan arah liang gundukan, kedalaman liang dan dia- yang dibentuk oleh lobster lumpur pa- meter liang yang dibentuk oleh lobster da masing- masing stasiun lumpur pada masing- masing stasiun liang, diameter liang, kemiringan gun- yang terkandung dalam sedimen/substrat dukan, kemiringan liang dan arah li- menurun toksisitanya, oleh timbulnya ang) terdapat 1 (Satu) parameter yang biopori atau saluran (tunnel) yang ter- nilainya jauh berbeda antara stasiun 2 bentuk karena aktivitas penggalian lobs- dengan stasiun 1 dan 3, parameter ter- ter lumpur. Kristensen (2008) menya- sebut adalah kedalaman liang. Rata-rata takan bahwa meningkatnya aerasi da- kedalaman liang pada stasiun 2 sebesar lam tanah akibat liang yang dibentuk 28,14 ± 11,82 sedangkan pada stasiun oleh kelompok penggali da- 1 dan 3 besaran nilainnya relatif sama pat mempengaruhi sifat anoxic di subs- (16,4 ± 2,01 dan 16,26 ± 3,21). Ha- trat mangrove. Kelompok fauna terse- sil analisis korelasi antara tinggi gun- but juga mampu mengubah struktur fi- dukan dan kedalaman liang pada se- sik tanah karena liang dan gundukan tiap stasiun, memperlihatkan korelasi yang dibuatnya dan terkait juga dengan signifikan pada level kepercayaan 0,05 proses transportasi fisik (material, cair- (95%) atau nilai probabilitas pada uji an dan gas) serta reaksi senyawa kimia. korelasi spearmen (0,026) lebih kecil Beberapa parameter arsitektur relung dari 0,05 (P<0,05). pada setiap stasiun memperlihatkan be- Parameter arsitektur gundukan atau ka- saran yang tidak jauh berbeda, wala- rakteristik sarang lobster lumpur pada upun parameter kedalaman liang jauh penelitian ini, diantaranya tinggi gun- berbeda antara stasiun 2 dengan stasi- dukan, diameter atas gundukan, diame- un 1 dan 3 (Gambar 1 dan Gambar 2). ter bawah gundukan, kedalaman liang, Parameter arsitektur relung diatas se- diameter liang, kemiringan gundukan, cara langsung memperlihatkan besaran kemiringan liang dan arah liang. Kore- nilai yang sama atau tidak jauh berbe- lasi atau hubungan pada beberapa pa- da pada setiap stasiun, dari 8 (Delap- rameter arsitektur relung pada ketiga an) parameter arsitektur relung (ting- stasiun penelitian dianalisis nonparame- gi gundukan, diameter atas gundukan, trik dengan uji spearmen. 95% dari pa- diameter bawah gundukan, kedalaman rameter arsitektur gundukan tersebut me- 848 Muhammad Fajar Purnama1 et al. miliki korelasi yang signifikan, artinya dan jumlah sarang yang dibentuk seca- hanya terdapat satu parameter yang ti- ra konstan terus bertambah. Keberada- dak memiliki korelasi signifikan yakni an gundukan dari sarang lobster lum- hubungan antara parameter kemiring- pur akan mengubah topografi dan lan- an gundukan dengan kemiringan liang dskap, serta menciptakan mikrohabitat (P>0,05). bagi spesies lain yang berasosiasi di eko- sistem mangrove (Ashton and Macin- Diantara parameter tersebut tinggi gun- tosh, 2002; Teo et al., 2008). dukan dengan diameter bawah gunduk- an memiliki korelasi yang sangat sig- Berdasarkan pengamatan selama 12 Jam nifikan (0,005<0,01) dan tinggi gunduk- (20.00 – 08.00 WITA dan 08.00-20.00 an dengan kedalaman liang (0,026<0,05). WITA) selama dilokasi penelitian ter- Hal tersebut menginterpretasikan bah- lihat bahwa lobster lumpur merupakan wa semakin tinggi gundukan yang di- organisme yang bersifat “Soliter dan Nok- buat oleh lobster lumpur maka sema- turnal”, artinya bahwa aktivitas lobs- kin dalam pula liang/aktivitas meliang ter lumpur di ekosistem mangrove De- atau kedalaman liang lobster lumpur dan sa Tanjung Tiram Kabupaten Konawe semakin tinggi gundukan yang dihasilk- Selatan dilakukan secara soliter (indi- an oleh aktivitas menggali lobster lum- vidual atau tidak berkoloni) dan lebih pur maka semakin lebar pula diameter banyak pada malam hari. Lobster lum- bawah dari arsitektur gundukan yang pur pada penelitian ini ditangkap pa- dibentuk oleh lobster lumpur tersebut; da malam hari menggunakan waring, secara umum hasil galian lobster lum- dikarenakan pada malam hari lobster pur yang berasal dari dalam tanah di- lumpur keluar dari sarang atau liang- keluarkan kepermukaan menumpuk dan nya untuk melakukan aktivitasnya dan membentuk gundukan segitiga di per- selama pengamatan pada siang hari di mukaan tanah. Hal ini sejalan dengan setiap stasiun tidak ada satupun dari lobs- pernyataan Kartika and Patria(2013) ter lumpur yang terlihat keluar dari sa- bahwa substrat dalam tanah yang dike- rang atau gundukannya. Pernyataan di- luarkan kepermukaan oleh lobster lum- atas sejalan dengan yang dikemukak- pur membentuk seperti cerobong di per- an oleh Teo et al.(2008) bahwa lobs- mukaan tanah. Selanjutnya Kinoshita ter lumpur merupakan organisme yang (2002) menyatakan bahwa Upogebia sp. bersifat nokturnal atau organisme yang dan Callianasa sp. cendrung berbeda aktivitasnya banyak dilakukan pada ma- aktivitas menggalinnya. Kedua kelom- lam hari. pok Thalassinidae ini hanya memper- Korelasi pada beberapa parameter arsi- lihatkan sarang berupa liang dan sisa- tektur relung pada ketiga stasiun pene- sisa substrat (pellet) disekitar liang ter- litian dianalisis nonparametrik dengan sebut tanpa membuat tumpukan atau mem- uji spearmen. Arsitektur relung yang bentuk cerobong. dibentuk oleh lobster lumpur yaitu ting- Selanjutnya Kartika and Patria(2013) gi gundukan, diameter atas gundukan, menyatakan bahwa gundukan yang di- diameter bawah gundukan, kedalaman bentuk oleh lobster lumpur terlihat je- liang, diameter liang, kemiringan gun- las dan khas pada ekosistem mangro- dukan, kemiringan liang dan arah li- ve, selain bentuknya yang unik, ukuran ang. 95% parameter arsitektur gunduk- Niche Architecture of Tahlassina anomala South Konawe 849 an tersebut memiliki korelasi yang sa- ngat signifikan, artinya hanya terdapat satu parameter yang tidak memiliki ko- relasi signifikan yakni hubungan anta- ra parameter kemiringan gundukan de- ngan kemiringan liang (P>0,05). Dian- tara parameter tersebut tinggi gunduk- an dengan diameter bawah gundukan memiliki korelasi yang sangat signifik- an (0,005<0,01) dan tinggi gundukan dengan kedalaman liang (0,026<0,05). Hal tersebut menginterpretasikan bah- wa semakin tinggi gundukan yang di- buat oleh lobster lumpur maka sema- kin dalam pula liang/aktivitas meliang atau kedalaman liang lobster lumpur dan semakin tinggi gundukan yang dihasilk- an oleh aktivitas menggali lobster lum- pur maka semakin lebar pula diameter bawah dari arsitektur gundukan yang dibentuk oleh lobster lumpur tersebut. Selanjutnya hasil pengukuran diame- ter liang tempat ditemukannya lobster lumpur, beserta hasil korelasi antara di- ameter liang dengan ukuran lebar kara- pas (CW) adalah sebagai berikut; Tabel diatas memperlihatkan secara em- pirik melalui hasil uji korelasi spearm- an, bahwa parameter lebar karapas (CW) dan diameter liang memiliki korelasi atau hubungan yang sangat signifikan, dengan nilai sebesar 0,0001, dengan ka- ta lain bahwa nilai P lebih kecil dari 0,01 (P<0,01). Korelasi atau hubung- an yang erat tersebut mengindikasikan bahwa lobster lumpur melakukan akti- vitas keluar dan masuk liang dari satu gundukan yang terkoneksi oleh 2-5 sa- luran sekunder yang mengarah keluar liang (Outside hole of mound). Hasil pengamatan bentuk liang terba- ru dari gundukan lobster lumpur pa- Korelasi Arsitektur Gundukan lobster lumpur pada Ketiga Stasiun Penelitian da lokasi penelitian yaitu, menyerupai ParameterDiameter Bawah GundukanTinggi Gundukan 0,005**Kemiringan Gundukan 0,041* Tinggi Gundukan Kemiringan Gundukan Diameter Atas Gundukan Kemiringan Liang Kedalaman Liang 0,043* 0,043* 0,417 (TS) 0,026* huruf “L”, dimana ujung atas dari hu- Tabel 4 850 Muhammad Fajar Purnama1 et al.

Tabel 5 Data Hasil Pengukuran Lebar Karapas dan ind/m2) diperoleh pada stasiun 3 de- Diameter Atas Gundukan ngan substrat kombinasi (lumpur, pasir Stasiun Carapace Width Diameter Liang No dan kerikil); Terdapat korelasi yang sa- Penelitian (cm) (cm) 2.1 4.2 ngat signifikan atau signifikan positif 1.6 3.4 antara diameter liang dan lebar karapas 1) Stasiun 1 1.6 3.4

2 3.9 (carapace width) dari lobster lumpur; 1.3 2.9

2.3 5.4 2.1 4.4 Acknowledgements Camat Moramo Utara 2) Stasiun 2 1.7 3.6 dan Kepala Desa Tanjung Tiram beser- 1.6 3.3

1.5 3.1 ta seluruh jajarannya,Bapak La Kope 1.9 3.8 yang memfasilitasi seluruh kebutuhan 1.9 3.8 3) Stasiun 3 0.8 2.1 peneliti.

1.7 3.5

0.9 2.5

Rerata ± SD 1,67 ± 0,424 3,55 ± 0,791 Korelasi 0,0001∗ Pustaka *(Berbeda sangat Signifikan, P<0,01) Ashton, E. C. and Macintosh, D. J. ruf “L” tersebut merupakan mulut li- (2002). Preliminary assessment of ang yang tertutup oleh gundukan dan the plant diversity and community ujung bawah dari huruf “L” merupak- ecology of the sematan mangrove an saluran atau tunnel yang terhubung forest, sarawak, malaysia. Forest ke arah luar liang lobster lumpur. Se- Ecology and Management, 166(1- lama ini beberapa bentuk sarang yang 3):111–129. ditemukan berdasarkan data empirik pa- Hassan, M., Lian, C. J., Zakariah, da penelitian-penelitian sebelumnya ber- M. I., and Ambak, M. A. (2015). A bentuk huruf U, Y, I (Kinoshita, 2002), first report on mudlobster (thalassi- dimana mengindikasikan bahwa indi- na anomala) and its mound chara- vidu lobster lumpur memiliki lebih da- cteristics from setiu wetland, tereng- ri satu gundukan yang memiliki konek- ganu, malaysia. Journal of Susta- tivitas antara satu gundukan dengan gun- inability Science and Management, dukan lainnya, dimana terhubung oleh 10(2):112–116. saluran-saluran atau tunnel kecil di da- Kartika, W. D. and Patria, M. P. lam liang yang dibentuk oleh lobster (2013). Spesies udang ketak da- lumpur. rat thalassina (latreille, 1806)(deca- poda: Thalassinidae) di kabupaten tanjung jabung barat, jambi. Bios- SIMPULAN pecies, 6(1). Kinoshita, K. (2002). Burrow structu- Distribusi lobster lumpur pada setiap re of the mud shrimp upogebia major stasiun memperlihatkan pola sebaran acak (decapoda: Thalassinidea: Upogebi- (random); Kepadatan lobster lumpur ter- idae). Journal of Crustacean Biolo- tinggi diperoleh pada stasiun 2 atau pa- gy, 22(2):474–480. da satasiun dengan substrat berlumpur Moh, H. and Chong, V. (2009). A dengan jumlah 4,5 ind/m2 sedangkan new species of thalassina (crustacea: kepadatan lobster lumpur terendah (1,5 Decapoda: Thalassinidae) from ma- Niche Architecture of Tahlassina anomala South Konawe 851

laysia. Raffles Bulletin of Zoology, 57(2):465–473. Moh, H. H., Chong, V. C., and Saseku- mar, A. (2015). Distribution and bur- row morphology of three sympatric species of thalassina mud lobsters in relation to environmental parameters on a malayan mangrove shore. Jour- nal of sea research, 95:75–83. Ngoc-Ho, N. and de Saint Laurent, M. (2009). The genus thalassina latre- ille, 1806 (crustacea: Thalassinidea: Thalassinidae). Raffles Bulletin of Zoology, Supplement, 20:121–158. Purnama, M. F. et al. (2017). Mud lobster thalassina (latrei- lle, 1806)(decapoda: Thalassinidae) in tanjung tiram district south ko- nawe regency, southeast sulawesi. AQUASAINS, 6(1):579–582. Ruiz-Hitzky, E., Darder, M., and Aran- da, P. (2010). Progress in bionano- composite materials. In Annual Re- view of Nano Research, pages 149– 189. World Scientific. Teo, S., Tan, H., and Ng, P. (2008). Private lives: An expose of Si- ngapores , chapter The lobster condominium, pages 46–62. The Raffles Museum of Biodiversi- ty Research Department of Biologi- cal Sciences, National University of Singapore, Singapore.

Kontribusi:Purnama, M. F: mendesain penelitian, me- rancang metode pengambilan sampel, pengambil- an data lapang, analisis data, menyiapkan dan edi- ting manuskrip; Pratikino, A. G: analisis data; Afu, A. L. O. A : Analisis Data, pembahasan: Erawan, M. T. F : Analisis data, Pembahasan

852 Muhammad Fajar Purnama1 et al.