Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

FRAMIN G BERITA MEDIA ONLINE TENTANG DUGAAN EKSPLOITASI ANAK PADA CALON ATLET BULU TANGKIS PB DJARUM

Cintia Maryanih1, Indah Suryawati2

1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta

[email protected].

Abstrak. Kasus ekploitasi anak bukan merupakan hal baru di . Tahun 2019, media Indonesia memberitakan kasus dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum yang terjadi pada kegiatan audisi beasiswa bulu tangkis PB Djarum. Pemberitaan ini mengejutkan banyak pihak, karena PB Djarum selama ini memiliki citra yang baik di masyarakat sebagai lembaga yang menghasilkan atlet bulu tangkis berbakat dan berprestasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan framing berita media online tentang dugaan eksploitasi anak pada calon atlet bulu tangkis PB Djarum. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis framing Robert M. Entman, dengan objek penelitiannya adalah berita dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum di Tribunnews.com dan Detik.com. Hasil penelitian menunjukkan, kedua media online tersebut menggiring isu dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum ke dalam ranah moral. Tribunnews.com dan Detik.com juga menunjukkan sisi positif PB Djarum. Perbedaan framing terlihat pada pemilihan narasumber, penggunaan gambar dan rekomendasi yang disarankan. Tribunnews.com merekomendasikan agar PB Djarum menghentikan audisi bulu tangkis pada tahun berikutnya, sedangkan Detik.coin sebaliknya. Kata kunci: Analisis Framing, Berita, Eksploitasi Anak, Media Online

Abstract. The case of child exploitation is not new in Indonesia. In 2019, the Indonesian media reported on a case of suspected child exploitation of the PB Djarum athlete candidate that occurred at the PB Djarum scholarship audition. This news certainly surprised many parties, because PB Djarum has had a good image in the society as an institution that produces talented and accomplished badminton athletes. The purpose of this research is to describe the online media news framing about alleged child exploitation of PB Djarum athlete candidates by Tribunnews.com and Detik.com. The research method used is the Robert M. Entman framing analysis method, with the object of his research news related to alleged child exploitation of PB Djarum athlete candidates by Tribunnews.com and Detik.com. The results showed that the two media packaged news related to the alleged child exploitation of PB Djarum athlete candidates in the moral realm. Tribunnews.com and Detik.com also show the positive side of PB Djarum. The difference in news framing between the two is the use of sources, uses pictures in news, and treatment of recommendation. In addition, Tribunnews.com also emphasized the issue of PB Djarum's decision to stop badminton auditions in the following year while Detik.com did not. Keywords: Child Exploitation, Framing Analysis, News, Online Media

19

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

PENDAHULUAN Kasus eksploitasi anak hingga saat ini masih marak terjadi di Indonesia. Anak-anak yang mengemis di jalanan, mengamen, menjajakan koran, hingga menjadi korban kekerasan seksual orang dewasa masih terlihat. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak menyebutkan terdapat 79 anak perempuan dan 21 anak laki- laki yang menjadi korban perdagangan orang serta 67 anak perempuan dan 30 anak laki-laki menjadi korban eksploitasi anak sepanjang tahun 2019. Pada tahun yang sama, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuding PB Djarum telah melakukan tindakan eksploitasi anak pada peserta audisi beasiswa bulu tangkis yang rutin diadakan oleh yayasan pembinaan atlet tersebut. Hal yang menjadi sorotan adalah adanya “brand image” pada anak-anak peserta audisi lantaran menggunakan jersey yang berlogo “Djarum”. Penggunaan logo tersebut identik dengan merek dari kemasan rokok tertentu. KPAI menganggap PB Djarum telah melanggar peraturan pemerintah tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan sampai pada UU Perlindungan Anak. Polemik dugaan eksploitasi yang dilakukan oleh PB Djarum ini berujung pada penghentian audisi beasiswa bulu tangkis di tahun berikutnya. Berita dugaan eksploitasi yang dilakukan oleh PB Djarum tentunya mengejutkan banyak pihak. Hal ini dikarenakan selama ini PB Djarum memiliki citra yang baik di mata masyarakat luas, karena menjadi salah satu tempat bagi anak-anak untuk menggapai mimpinya menjadi atlet bulu tangkis professional. PB Djarum pun dikenal sebagai tempat pembinaan yang menghasilkan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia yang berprestasi, mulai dari (pemain PB Djarum pertama yang menjadi juara Tunggal Putra All England), , Alan Budi Kusuma, Tantowi Ahmad, Liliyana Natsir, hingga Kevin Sanjaya yang sering meraih juara di berbagai kompetisi bulu tangkis baik tingkat nasional maupun international bersama rekannya Marcus Gideon. Berita pada dasarnya dibentuk lewat proses aktif dari pembuat berita. Peristiwa yang kompleks dan tidak beraturan disederhanakan dan dibuat bermakna oleh pembuat berita. Semua proses tersebut melibatkan proses lewat skema interpretasi dari pembuat berita, Karena itu, peristiwa yang kompleks dapat diinterpretasikan dalam skema pembuat berita (dalam Eriyanto, 2012). Tak terkecuali peristiwa dugaan eksploitasi anak yang ditemukan pada calon atlet bulu tangkis PB Djarum

Tabel 1 Jumlah Berita Dugaan Eksploitasi Anak Pada Calon Atlet Bulu Tangkis PB Djarum di Media Online periode 7-19 September 2019 No Media Online jumlah berita I . Okezone.corn 37 2. Tribunnews.com 34 3. Detik.corn 58 4. Kompas.com 46

Peneliti menemukan dua portal berita yang sangat intens memberitakan dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum yaitu Tribunnews.com dan Detik.com. Kedua media ini merupakan media yang diminati pembaca dan masuk ke dalam peringkat 5 besar dalam Top Sites in Indonesia by Alexa, di mana Tribunnews.com menempati posisi ke-3 dan Detik.com di urutan ke-5. Tribunnews.com dan Detik.com masuk ke dalam kategori media

20

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

yang sudah terverifikasi dewan pers. Artinya, kedua media ini sudah memenuhi syarat penegakan kode etik jurnalistik. Khusus pada edisi 9 September 2019, Tribunnews.com memproduksi 30 berita dan Detik.com memproduksi 22 berita. Bagaimana Tribunnews.com dan Detik.com mengkonstruksi berita dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum, peneliti menggunakan analisis framing. Dalam Sobur (2012), analisis framing dalam perspektif komunikasi dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Eriyanto (2012) menjelaskan framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Karenanya, seperti yang dikatakan Frank D. Durham, framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Saat memproduksi sebuah berita, komunikator dalam media massa melakukan proses seleksi dan memilih pesan-pesan mana yang akan disampaikan kepada khalayak. Dalam proses pemilihan inilah latar belakang serta kepentingan individu dan kepentingan organisasi media tidak dapat dihindarkan dalam mengkonstruksi realitas. Mereka kerap melakukan berbagai tindakan yang hasil akhirnya memberi keuntungan kepada perusahaan/organisasi media. Bagi mereka, pasar informasi (news business) pertama adalah untuk mencari keuntungan (Ramonet dalam Haryatmoko, 2007). Pendapat lain membenarkan bahwa berita merupakan hasil konstruksi media massa terhadap suatu peristiwa (yang dijadikan acuan khalayak) bukan realitas yang sebenarnya. Ia menjadi realitas buatan atau realitas kedua. Semua yang sajikan media kepada khlayak memiliki ideologi, mengandung kepentingan, dan nilai dari lembaga media tersebut, yang kemudian ditransformasi menjadi berita. Dalam konsteks itu, berita bukan hanya menyajikan sebuah fakta, tetapi juga mengandung dan menyajikan interpretasi akan arti makna dari peristiwa tersebut (Iskandar dan Lestari, 2016).

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Salim (2001), pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan data-data deskriptif melalui kata-kata maupun kalimat. Penelitian kualitatif menekankan realitas yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang dipelajari membentuk penyelidikan. Servaes (1993) mengatakan bahwa paradigma adalah frame of meaning, yang berarti sudut pandang atau kerangka makna terhadap suatu realitas (Mulyana dan Solatun, 2008). Sedangkan menurut Wimmer dan Dominick, pendekatan dengan paradigma yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia (Kriyantono, 2006). Adapun paradigma pada penelitian ini adalah konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi (Eriyanto, 2012). Sejatinya setiap paradigma memiliki pandangannya tersendiri terhadap suatu realitas. Masing-masing memiliki kelebihan

21

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

dan kekurangannya sendiri yang dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan penelitian. Adapun metode analisis yang digunakan adalah framing Robert M. Entman. Robert M. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yakni seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif isi wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya (Sobur, 2012). Dalam konsepsi Entman (Eriyanto, 2018), framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Menurut Entman, ada empat cara bagaimana framing dilakukan dalam sebuah berita, antara lain: 1) Define problems atau pendefinisian masalah. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. 2) Diagnose causes atau memperkirakan penyebab masalah, merupakan elemen framing untuk membingkai siapa saja dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa itu dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. 3) Make moral judgement atau membuat pilihan moral, adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. 4) Treatment recommendation atau menekankan penyelesaian, elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah . Peneliti memilih total 6 berita dari kedua media tersebut sebagai objek penelitian karena memenuhi unsur framing Robert M. Entman, yaitu dua dimensi besar dan 4 elemen framing Robert M. Entman Tabel 2 Daftar berita Tribunnews.com dan Detik.com yang akan dianalisis No. Judul Berita Tanggal 1. PB Djarum Pamit, Pelatih Ungkap Fakta di 9 September 2019 Balik Audisi: Bukan Semena-mena Anak Dieksploitasi 2. Tegaskan Tak Ada Eksploitasi Anak, 9 September 2019 Menpora: Audisi Djarum Tidak Boleh Berhenti 3. Kak Seto Sebut Langkah PB Djarum 9 September 2019 Hentikan Audisi Seperti Anak Kecil yang Ngambek, Dukung Upaya KPAI 4. PB Djarum Beberkan Awal Mula Dituding 9 September 2019 Eksploitasi Anak oleh KPAI 5. Polemik Audisi Badminton PB Djarum, 9 September 2019 Eks Komisioner KPAI: 'Bangsa Keblinger'

22

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

6. Eks Komisioner KPAI soal Audisi 9 September 2019 Badminton PB Djarum: Tak Ada Eksploitasi Anak

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan pendekatan analisis deskriptif. Di mana pada akan digambarkan hasil temuan data baik kata-kata maupun gambar pada objek penelitian dari awal hingga akhir penelitian, yang selanjutnya akan dideskripsikan melalui tulisan ilmiah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna (Hamad, 2004). Sebab sejatinya, tidak ada peristiwa yang ditampilkan oleh media yang sebelumnya tidak dikonstruksikan oleh media tersebut. Selaras dengan yang dikatakan oleh Gaye Tuchman (1980) bahwa pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna (Sobur, 2004). Dan pekerjaan media massa adalah menceritakan kembali peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utama media massa adalah mengkonstruksi berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu (Hamad, 2004).

A. Analisis Dua Dimensi Besar Framing Robert M. Entman 1. Seleksi Isu Pada proses ini, Tribunnews.com lebih menampilkan isu yang mengarah pada ranah moral dari pada ranah lainnya. Narasumber yang diwawancarai Tribunnews.com dalam ketiga beritanya antara lain pelatih PB Djarum Sigit Budiarto, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, pemerhati anak sekaligus Ketua Lembaga Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, serta Sitty Hikmawaty, Komisioner KPAI. Peneliti juga melihat ada fakta yang dimasukkan (included) dan fakta yang dikeluarkan (excluded) oleh Tribunnews.com. Pertama, fakta yang dimasukan yaitu pernyataan Seto Mulyadi yang menyebutkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang rokok merupakan zat adiktif berbahaya. Fakta yang dikeluarkan (excluded) oleh Tribunnews.com yaitu tidak adanya penjelasan terkait peraturan maupun Undang-Undang yang dilanggar oleh PB Djarum. Kedua, fakta yang dimasukan yaitu berkaitan dengan tudingan yang dilayangkan KPAI bahwa PB Djarum memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan rokok. Sementara fakta yang dikeluarkan yakni tidak menyebutkan Yayasan Lentera Anak yang juga menuding PB Djarum melakukan tindakan eksploitasi anak. Ketiga, fakta yang dimasukan yaitu pernyataan Sitty Hikmawaty yang mengatakan KPAI tidak melarang proses audisi yang diselenggarakan PB Djarum namun tindakan eksploitasi terselubungnya yang dilarang. Sementara fakta yang dikeluarkan yaitu tidak adanya pernyataan Sitty Hikmawati yang menyatakan bahwa PB Djarum tetap bisa melakukan audisi dengan tidak menyertakan anak-anak dalam identitas dan brand image. Selain itu, pada ketiga beritanya Tribunnews.com juga menekankan isu penghentian

23

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

audisi umum PB Djarum sebagai buntut dari tudingan eksploitasi anak yang dilayangkan oleh KPAI. Dalam pemberitaannya, ada sisi pro dan kontra yang ditampilkan oleh Tribunnews.com, di mana sisi pro PB Djarum lebih dominan daripada sisi kontra. Dari sisi pro, Tribunnews.com menampilkan kutipan pernyataan dari Pelatih PB Djarum, Sigit Budiarto serta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi. Dari sisi kontra PB Djarum, Tribunnews.com menampilkan kutipan pernyataan dari Seto Mulyadi. Sementara itu, dalam beritanya Detik.com juga menampilkan isu dugaan eksploitasi anak pada calon atlet bulu tangkis PB Djarum dalam ranah moral. Narasumber yang diwawancarai oleh Detik.com antara lain Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, Eks anggota KPAI periode 2014-2017, yang juga merupakan mantan sekretaris KPAI, Erlinda, dan Mantan Komisioner KPAI periode 2007-2010, Hadi Supeno. Adapun fakta yang dimasukan (included) oleh Detik.com yaitu tudingan eksploitasi anak yang dilayangkan KPAI kepada PB Djarum berdasarkan pada Undang-Undang. Sedangkan fakta yang akan dikeluarkan (excluded) yaitu tidak disebutkan secara jelas tentang Undang-Undang atau peraturan yang telah dilanggar PB Djarum yang juga digunakan KPAI sebagai dasar dari tudingan yang dilayangkan kepada PB Djarum. Fakta lain yang dimasukan (included) oleh Detik.com dalam beritanya, yaitu pernyataan PB Djarum yang mengatakan tidak diberi ruang gerak oleh KPAI. Sementara fakta yang dikeluarkan (excluded) yaitu Sitty Hikmawati yang menyatakan bahwa PB Djarum tetap bisa melakukan audisi dengan tidak menyertakan anak-anak dalam identitas dan brand image. Selain itu, dalam beritanya Detik.com juga menampilkan sisi pro dan kontra. Di mana sisi pro PB Djarum lebih dominan. Dari sisi pro PB Djarum, Detik.com menampilkan kutipan pernyataan dari Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, dan mantan anggota KPAI periode 2014-2017, yang juga merupakan mantan sekretaris KPAI, Erlinda, Sementara dari sisi kontra PB Djarum, Detik.com hanya menampilkan kutipan pernyataan dari Mantan Komisioner KPAI periode 2007-2010, Hadi Supeno.

2. Penonjolan Aspek Pada proses ini, terdapat penonjolan aspek berupa penggunaan kata maupun kalimat dengan konotasi positif yang pada PB Djarum yang ditonjolkan Tribunnews.com. Salah satu kalimat yang menggunakan konotasi positif ada pada judul yaitu: “PB Djarum Pamit, Pelatih Ungkap Fakta di Balik Audisi: Bukan Semena-mena Anak Dieksploitasi”. Adapun isi teks berita yang berkonotasi positif pada PB Djarum, salah satunya sebagai berikut: "Kami murni mencari bibit bulu tangkis Indonesia, yang ada dipikiran saya cuma itu dan enggak ada yang lain," ucap Sigit Budiarto.” (Paragraf 7, pada berita berjudul PB Djarum Pamit, Pelatih Ungkap Fakta di Balik Audisi: Bukan Semena-mena Anak Dieksploitasi). Pada paragraf tersebut Tribunnews.com menjelaskan bahwa PB Djarum selama ini murni mencari bibit bulu tangkis dan tidak ada niatan lain yang dipikirkannya termasuk mengekspoitasi anak dalam kegiatan audisi bulu tangkis. Selain itu, adapun kata yang sering muncul yaitu kata semena-mena, eksploitasi anak, mengeksploitasi, murni, ngambek, dituding, dan polemik. Sementara pada penonjolan aspek gambar, Tribunnews.com lebih sering menggunakan gambar yang berkaitan dengan kegiatan audisi bulu tangkis PB Djarum, mulai dari peserta audisi hingga atlet besutan PB Djarum.

24

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

Tabel 3 Penonjolan Aspek Berupa Gambar di Tribunnews.com N Gambar dan Judul Berita No. 1.

PB Djarum Pamit, Pelatih Ungkap Fakta di Balik Audisi : Bukan Semena-mena Anak Dieksploitasi 2.

Tegaskan Tak Ada Eksploitasi Anak, Menpora: Audisi Djarum Tidak Boleh Berhenti 3.

Kak Seto Sebut Langkah PB Djarum Hentikan Audisi Seperti Anak Kecil yang Ngambek, Dukung Upaya KPAI Sumber: hasil penelitian, 2020

Sama seperti Tribunnews.com, Detik.com pun lebih cenderung menggunakan kalimat maupun kata berkonotasi positif yang mengarah pada PB Djarum. Salah satu kalimat

25

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

berkonotasi positif terdapat pada judul berita “Eks Komisioner KPAI soal Audisi Badminton PB Djarum: Tak Ada Eksploitasi Anak.” Selain itu, isi teks berita pun tak luput dari kalimat berkonotasi positif, salah satunya adalah: “Eks anggota KPAI periode 2014-2017, Erlinda, angkat bicara soal polemik audisi badminton yang digelar PB Djarum. Erlinda meminta polemik ini disikapi dengan bijak dan menegaskan tidak ada eksploitasi anak dalam audisi badminton PB Djarum.” (Paragraf 1, pada berita berjudul Eks Komisioner KPAI soal Audisi Badminton PB Djarum: Tak Ada Eksploitasi Anak). Pada paragraf tersebut Detik.com menegaskan bahwa tidak ada kegiatan eksploitasi anak yang dilakukan PB Djarum dalam acara audisi pencarian bakat bulu tangkis yang rutin digelar oleh PB Djarum. Selain itu, peneliti juga menemukan kata yang sering muncul yaitu kata polemik, eksploitasi anak, dugaan, dianggap, pembinaan, benar, keblinger, mendukung, dan bijak. Adapun penonjolan aspek berupa gambar, Detik.com menggunakan foto Yoppy Rosimin, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation yang berwajah sedih.

Tabel 4 Penonjolan Aspek Berupa Gambar di Detik.com No Gambar dan Judul Berita 1.

PB Djarum Beberkan Awal Mula Dituding Eksploitasi Anak oleh KPAI Sumber : hasil penelitian, 2020

B. Analisis Empat Elemen Framing Robert M. Entman Pada kasus tersebut, Tribunnews.com dan Detik.com melihat bahwa masalah tersebut sebagai masalah moral, dimana menempatkan PB Djarum sebagai aktor utama yang diduga melakukan tindakan eksploitasi anak dalam kegiatan audisi bulu tangkis yang diselenggarakannya. Hal ini pula yang menimbulkan kehebohan di masyarakat. Jika dilihat dari pemilihan narasumber dan pernyataan yang ditampilkan dalam teks berita beserta penonjolan aspek yang ditunjukkan, Tribunnews.com memperlihatkan sisi positif dari PB Djarum. Artinya Tribunnews.com memperlihatkan keberpihakannya pada pihak tertentu. Tribunnews.com mengemas berita terkait dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum dari dua sisi yaitu pro dan kontra pada PB Djarum. Dari sisi pro PB Djarum lebih ditonjolkan, Tribunnews.com menampilkan kutipan pernyataan dari Pelatih PB Djarum, Sigit Budiarto yang menilai PB Djarum murni melakukan pembinaan terhadap anak-anak yang berbakat dibidang bulu tangkis tanpa adanya niatan lain seperti eksploitasi anak. Kemudian Imam Nahrawi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), yang menyatakan tidak adanya tindakan eksploitasi anak dalam kegiatan audisi yang diselenggarakan PB Djarum dan meminta audisi pencarian bakat bulu tangkis tetap berjalan. Sedangkan dari sisi kontra PB Djarum, Tribunnews.com hanya menampilkan kutipan pernyataan dari Seto Mulyadi. Ia menilai bahwa langkah yang dilakukan oleh KPAI sudah benar dan menganggap tindakan PB Djarum yang memutuskan untuk menghentikan audisi

26

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

umum bulu tangkis sebagai respon dari tudingan yang dilayangkan oleh KPAI layaknya anak kecil yang ngambek. Sama halnya dengan Tribunnews.com, Detik.com juga lebih menampilkan sisi positif dari PB Djarum. Detik.com juga menampilkan berita dari dua sisi yaitu sisi pro dan kontra pada PB Djarum. Namun, berdasarkan narasumber yang ditampilkan, sisi pro PB Djarum lebih dominan daripada sisi kontra. Dari sisi pro PB Djarum, Detik.com menampilkan kutipan pernyataan dari Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, yang mengatakan tidak adanya tindakan eksploitasi lantaran logo Djarum yang dipasang pada tubuh anak merupakan logo klub dan berbeda dengan Djarum produk rokok yang dimaksud KPAI. Hal yang sama juga dikatakan oleh mantan anggota KPAI periode 2014-2017, yang juga merupakan mantan sekretaris KPAI, Erlinda. Ia menilai Djarum produk rokok dan persoalan audisi PB Djarum merupakan dua hal yang berbeda. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada tindakan eksploitasi anak dalam audisi yang diselenggarakan oleh PB Djarum. Sementara dari sisi kontra PB Djarum, Detik.com hanya menampilkan kutipan pernyataan dari Mantan Komisioner KPAI periode 2007-2010, Hadi Supeno, yang mengatakan bahwa langkah yang dilakukan KPAI sudah benar yakni sudah melakukan fungsi pengawasan atas dugaan eksploitasi anak. Ia juga mengatakan masyarakat harusnya mendukung langkah yang dilakukan KPAI. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa Detik.com memiliki keberpihakan pada pihak tertentu. Dilihat dari pemilihan narasumbernya, Tribunnews.com terlihat lebih variatif daripada Detik.com. Narasumber yang diwawancarai oleh Tribunnews.com antara lain Pelatih PB Djarum, Sigit Budiarto, Menpora Imam serta Seto Mulyadi. Tribunnews.com seolah ingin melihat bagaimana polemik ini dipandang oleh para narasumber dengan latar belakang yang berbeda. Sementara narasumber yang diwawancarai oleh Detik.com anara lain Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, serta dari dua mantan komisioner KPAI periode yang berbeda yaitu Erlinda dan Hadi Supeno. Detik.com seolah ingin mengetahui benar tidaknya PB Djarum melakukan tindakan eksploitasi anak berdasarkan pendapat orang-orang yang juga pernah bekerja di KPAI. Dengan demikian pernyataan dari mereka dapat dibandingkan dengan penilaian KPAI terhadap PB Djarum. Selain itu, dalam memberitakan berita terkait kasus dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum, Tribunnews.com juga menekankan isu lain yaitu keputusan PB Djarum untuk menghentikan audisi umum pencarian bakat bulu tangkis di tahun berikutnya sebagai buntut dari tudingan eksploitasi anak yang dilayangkan oleh KPAI. Sementara Detik.com tidak menekankan isu tersebut dan berfokus pada penilaian narasumber terkait benar tidaknya PB Djarum melakukan tindakan eksploitasi anak. Adapun hal lain yang membedakan pembingkaian berita yang dilakukan oleh Tribunnews.com dan Detik.com yakni dalam penonjolan aspek berupa gambar. Tribunnews.com cenderung menggunakan foto yang berkaitan dengan audisi umum bulu tangkis PB Djarum dengan menunjukkan foto peserta audisi maupun menggunakan foto atlet besutan PB Djarum. Sementara Detik.com hanya menggunakan foto Yoppy Rosimin selaku program Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation dalam penonjolan aspek gambarnya. Pada teks beritanya, kedua media online Tribunnews.com dan Detik.com sama-sama tidak memasukkan peraturan mana yang dinilai telah dilanggar oleh PB Djarum. Meskipun sedikit menyinggung terkait peraturan yang dilanggar, namun keduanya seolah enggan untuk menjelaskan secara lebih lanjut. Dari total 30 berita yang dipublikasikan Tribunnews.com dan 22 berita yang dipublikasikan Detik.com terkait dugaan eksploitasi anak pada calon atlet PB Djarum, pada kedua media tersebut berita yang masuk dalam ranah hukum jumlahnya paling sedikit daripada berita yang masuk dalam ranah sosial maupun moral.

27

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

Tabel 5 Perbandingan Empat Elemen Framing Robert M. Entman di Tribunnews.com dan Detikcom Elemen framing Tribunnews.com Detik.com Define problems Masalah Moral Masalah Moral (pendefinisian masalah) Diagnose causes Adanya brand images • Pemasangan logo (memperkirakan produk rokok dengan “Djarum” di tubuh anak masalah atau sumber adanya logo “Djarum” dianggap tindakan masalah) pada kaos yang eksploitasi digunakan peserta • Melibatkan anak audisi yang menjadi dalam kampanye rokok sarana promosi. Make moral • Tidak ada • Penekanan bahwa judgement tindakan eksploitasi logo “Djarum” yang (membuat keputusan • Apa yang dipasang di tubuh anak moral) dilakukan KPAI hanya berbeda dengan “Djarum” menunjuk peraturan produk rokok. • Masyarakat • Langkah yang tidak boleh dilakukan KPAI sudah menyalahkan KPAI benar Treatment PB Djarum • PB Djarum recomendation memutuskan untuk memutuskan untuk (menekankan menghentikan audisi menghentikan audisi bulu penyelesaian) bulu tangkis pada tahun tangkis pada tahun 2020. 2020. • Saran : PB Djarum boleh tetap melakukan audisi tanpa nama “Djarum” yang identik dengan produk rokok. Sumber: hasil penelitian, 2020

KESIMPULAN Frame kedua media online Tribunnews.com dan Detik.com menempatkan kasus dugaan eksploitasi anak pada calon atlet yang dilakukan PB Djarum merupakan masalah moral. Dilihat dari pemilihan narasumber dan pernyataan yang dilontarkan, serta penonjolan aspek yang ditunjukkan, Tribunnews.com dan Detik.com cenderung menampilkan sisi positif dari PB Djarum. Artinya kedua media online ini menampilkan sikap keberpihakannya pada PB Djarum. Tribunnews.com menampilkan narasumber salah satu pelatih di PB DJarum yakni Sigit Budiarto dan Menpora Imam Nahrawi. Sigit Budiarto menilai yang dilakukan PB Djarum selama ini murni membina atlet tanpa semena-mena mengeksploitasi anak. Kemudian, Imam Nahrawi menilai tidak adanya tindakan eksploitasi anak pada audisi bulu tangkis yang digelar PB Djarum seperti anggapan KPAI. Sementara Detik.com menampilkan narasumber Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, serta mantan komisioner KPAI, Erlinda. Keduanya mengatakan hal yang sama bahwa “Djarum” produk rokok dan pembinaan atlet merupakan hal yang berbeda.

28

Jurnal VoxPop Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur Volume 2, Nomor 1, September 2020

DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. (2011) . Metode Penelitian Untuk Public Relations; Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Eriyanto. (2011). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang. ______. (2012). Analisis Framing: Kontruksi, Ideolog, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS Group. ______. (2018). Analisis Framing: Kontruksi, Ideolog, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS Group. Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, ed. 1. Jakarta. Granit. Haryatmoko. (2007). Etika Komunikasi Manipulasi Media Kekerasan dan Pornografi. Yogyakarta. Kanisisus. Iskandar, Dudi Sabil dan Rini Lestari. (2016). Mitos Jurnalisme. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana Prenanda Media Grup. Mulyana, Deddy., Solatun. (2008). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Rosdakarya. Salim, A. (2001). Teori Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta. Tiara Wacana. Sobur, Alex. (2012). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosda Karya. Suryawati, Indah dan Muhammad Syaid Agustiar., Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Konstruksi Media Online (Analisis Wacana Kritis Berita Putusan Sidang Praperadilan Pertama Setya Novanto di Tribunnews.com periode 30 September 2017). Jurnal Audience Volume 1 No 2 Tahun 2018 http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/audience/article/viewFile/2686/1580 Vera, Nawiroh. (2016). Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. https://www.alexa.com/topsites/countries/ID https://www.harianhaluan.com/news/detail/85180/tahun-2019-ada-197-kasus-perdagangan- manusia-dan-eksploitasi-anak-ntb-termasuk-daerah-rawan

29