Template of Manuscripts for IREE
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 ISSN 2229-9815 Review Aceh Development International Conference (ADIC) 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh Rahmat Fadhil1,4*, Dandi Bachtiar2,4, M. Sayuti3,4 dan Azhari Muhammad Syam3,4 1Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia 2Universitas Lampung, Gedungmeneng, Bandar Lampung 35145, Indonesia 3Universitas Malikussaleh, Releuet, Lhokseumawe, Indonesia 4Universiti Putra Malaysia, UPM Serdang 43400, Malaysia *Korespondensi Penulis: [email protected], Telepon: +60169479292 Abstrak – Aceh adalah sebuah kawasan yang berada di ujung utara pulau Sumatera, Indonesia. Dunia sangat mengenal Aceh karena peristiwa musibah gempa dan tsunami yang dianugerahkan Allah SWT kepada masyarakat Aceh, sehingga dunia dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ketangguhan orang Aceh menghadapi sebuah musibah yang maha dahsyat dalam abad ini. Ditambah lagi adalah sebuah nikmat yang tak terkira atas berhasilnya perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang merupakan momentum baru untuk memperbaiki keadaan Aceh menjadi lebih baik. Proses membangun kembali masyarakat dan infrastruktur di Aceh membutuhkan pemikiran dan gagasan dari berbagai bidang disiplin ilmu dan kompetensi. Pertemuan dan konferensi sebagai sarana untuk bertemu dan berdiskusi dalam mencurahkan berbagai gagasan pembangunan tentu adalah inisiatif yang sangat besar manfaatnya bagi Aceh. Aceh Development International Conference (ADIC) 2010 merupakan sebuah bagian dari sumbangan pemikiran bagi pembangunan Aceh ke depan. Tulisan ini merupakan catatan refleksi atas pelaksanaan ADIC 2010 yang perlu mendapat perhatian untuk dapat terus melanjutkan sebuah pengabdian keilmuan pada berbagai dimensi waktu dan ruang di masa-masa yang akan datang. Copyright ©2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Kata-kunci: ADIC, Aceh, Pembangunan 1. Pendahuluan Tahun 2010 juga merupakan 5 tahun masa berakhirnya konflik Aceh yang telah berlangsung selama Tahun 2010 merupakan bagian dari tahun-tahun 30 tahun antara pemerintahan Republik Indonesia terpenting dalam perjalanan Aceh sebagai sebuah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik yang wilayah yang memiliki berbagai kekhasannya. Tahun menelan korban harta, benda dan nyawa manusia ini 2010 tersebut adalah masa genapnya 6 tahun Aceh telah disetujui untuk diakhiri pada 25 Agustus 2005, mengalami peristiwa dahsyatnya gempa dan tsunami bertepatan dengan 8 bulan setelah tsunami yang yang menyapu sebahagian besar wilayah Aceh (Gambar melanda Aceh. Perjanjian damai ini membawa dampak 1) pada 26 Desember 2004. Gempa dengan kekuatan 9.3 yang sangat besar bagi perubahan Aceh saat ini baik Skala Richter itu telah menyebabkan kerusakan besar secara fisik maupun sosial dan politik. terutama di ibukota provinsi yang terletak di ujung Tahun 2010 adalah masa 4 tahun perjalanan era pulau Sumatera ini [1]. Bahkan tidak kurang 18 negara di baru bagi tata pemerintahan di Aceh dengan lahirnya sekitarnya turut mendapatkan imbas dari bencana ini, undang-undang khusus Aceh yang merupakan perbaikan khususnya Malaysia, Sri Langka, India, dan Thailand [2]. dan penambahan dari undang-undang tentang Aceh Jumlah korban diperkirakan sekitar 250.000 yang sebelumnya telah ada. Undang-Undang No. 11 (kemungkinan 300.000) korban manusia, termasuk tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh ini telah antara 170.000 – 220.000 kematian di Aceh [3]. mengatur dan memberikan ruang baru bagi pelaksanaan Manuscript received 1 January 2011, revised 12 January 2011 Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 037 pemerintahan di Aceh dengan lebih baik. Undang- dan tulisan berkaitan dengan pembangunan Aceh secara undang ini pula yang menjadi cikal bakal lahirnya berkelanjutan. Kehadiran para pakar, para ilmuwan, pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung di konsultan, lembaga swadaya masyarakat, pemimpin Aceh pasca konflik dan tsunami. Era baru pemerintahan Aceh dan internasional adalah komponen penting yang di Aceh yang merupakan hasil pemilihan secara langsung akan memberikan sumbangan terbesar dalam pada 11 Desember 2006 telah membawa dan membangun Aceh. menghasilkan kepala daerah pilihan rakyat, baik dari calon independen maupun dari partai politik. Pilkada secara langsung itu merupakan pesta demokrasi terbesar dan terbanyak jumlah kandidatnya, mengingat pilkada Aceh itu diikuti 8 pasangan calon di tingkat provinsi dan 122 pasangan calon dari kabupaten dan kota sehingga total mencapai 130 pasangan kandidat [4]. Ini berarti bahwa ada 260 calon pemimpin memperebutkan kursi kepala daerah di Aceh secara serentak. Pilkada Aceh ini juga merupakan model bagi pelaksanaan pilkada di daerah lain, karena merupakan satu-satunya pilkada di Indonesia bahkan di dunia yang dilaksanakan secara serentak dalam waktu bersamaan. a. Rapat Persiapan ADIC 2010 oleh sebuah tim kecil di Kantin Kejuruteraan UPM. b. Pertemuan dengan Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid (Presiden Aceh Club) sebagai penaung dan penasehat ADIC 2010 di Bangsar, Kuala Lumpur Gambar 1. Peta provinsi Aceh dan sumber pusat gempa [5] Atas rentetan peristiwa inilah gagasan Aceh Development International Conference (ADIC) 2010 dicetuskan oleh Persatuan Pelajar Aceh Malaysia (PPA) yang diwakili oleh Persatuan Pelajar Aceh (PPA) Universiti Putra Malaysia (UPM). ADIC 2010 ini digagas oleh sebuah tim yang terdiri dari Rahmat Fadhil (Unsyiah-UPM), Dandi Bachtiar (Unila-UPM), Muhammad Sayuti (Unimal-UPM), Muhammad Sabri (USU-UKM), Azhari Muhammad Syam (Unimal-UPM), Dr. Syafiie Syam (Unsyiah-UPM) (Gambar 2), serta didukung oleh Tanoh Rincong Students Association c. Pertemuan dengan Prof. Tan Sri Datuk Dr. Nik Mustapha R. International Islamic University Malaysia (TARSA-IIUM), Abdullah (Naib Canselor UPM) untuk melaporkan hasil kegiatan Achehnese Student Association University of Malaya pelaksanaan ADIC2010 di UPM, Serdang (ASA-UM), Aceh Student Club Universiti Sains Malaysia (ASC-USM), BAKADMA UKM, Yayasan Warisan Pribumi, Gambar 2. Pertemuan Tim ADIC 2010 Pemerintahan Aceh, Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM), dan Aceh Club Kuala Lumpur. Semua bidang kajian ini melingkupi di dalamnya ADIC 2010 yang dilaksanakan di Fakulti seperti: Kejuruteraan Universiti Putra Malaysia pada 26 – 28 1. Teknik dan Industri; Maret 2010 itu bertujuan untuk mengumpulkan 2. Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kelautan, dan berbagai gagasan, pandangan, idea, nasehat kepakaran Hewan; Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 38 ADIC 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh 3. Pendidikan, Pelatihan, Psikologi dan Pengembangan dan juga para pensyarah Universiti Putra Malaysia SDM; termasuk Prof. Madya Dr. Zelina Zaiton Ibrahim 4. Informasi, Komunikasi, Media dan Telekomunikasi; (Pengarah Pusat Antarabangsa-Universiti Putra 5. Budaya, Bahasa, Seni, Pariwisata dan Olahraga; Malaysia) dan Bapak Djoko Hardjanto (Atase Politik KBRI 6. Sosial, Kemanusiaan, Kemasyarakatan, dan Kuala Lumpur Malaysia). Muhammad Nazar dalam Komunitas; sambutannya menyampaikan tentang sejarah Aceh 7. Ekonomi, Managemen, Bisnis dan Keuangan; sebagai sebuah kerajaan dan peran serta posisi strategis 8. Kajian Ilmu Dasar (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Aceh di kawasan Selat Malaka Nusantara ini. Di lain Astronomi, Geografi); pihak beliau juga menyebutkan bahwa berbagai potensi 9. Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan; yang dimiliki Aceh sebagai bahan dasar pembangunan 10. Politik, Hukum, Hak Azasi Manusia dan Kebijakan masyarakat dan kawasan secara berkelanjutan. Pada Publik; akhir sambutannya beliau mengharapkan agar kegiatan 11. Perempuan, Keluarga dan Anak; ADIC ini menjadi salah satu bentuk partisipasi dalam 12. Agama, Kepercayaan, dan/ Peradaban; membangun dan memajukan Aceh ke depan [7]. 13. Emergency, Bencana Alam, dan Kerelawanan; 14. Sejarah, Arkeologi, Geologi dan Purbakala; 3. Potensi, Strategi, Peluang dan Tantangan 15. Militer, Kepolisian, Keamanan dan Persenjataan. Pembangunan Aceh Objektif ADIC 2010 adalah untuk mempertemukan Selain bertindak selaku pembuka acara ADIC, berbagai pihak yang tertarik untuk melakukan Muhammad Nazar juga sekaligus menjadi Pembicara penyelidikan dan kajian tentang perubahan di kawasan Utama Sesi I. Beliau diminta kesediaan oleh Dr. Ir. Aceh, memberikan sarana untuk mengetengahkan hasil Mustafa Abubakar, M.Si sebagai Menteri Badan Usaha kajian dan penyelidikan yang pada saatnya akan Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia yang disampaikan kepada berbagai pihak yang semestinya menjadi pembicara untuk menggantikannya. berkepentingan dengan Aceh dan menjadikan ADIC Dalam pembahasannya selama kurang lebih 1 jam, 2010 sebagai forum silaturrahmi bagi pemikir-pemikir Muhammad Nazar menyampaikan potensi, strategi, untuk bertukar pengalaman dan mencadangkan peluang dan tantangan dalam pembangunan Aceh, baik kegiatan-kegiatan bermanfaat di masa yang akan selama 4 tahun beliau menjabat sebagai wakil gubernur datang. maupun harapannya ke depan. Di awal pembicaraan 2. Merajut Gagasan Pembangunan Aceh beliau menyampaikan kondisi geografis, administrasi pemerintahan dan penduduk, sumber daya alam ADIC 2010 yang dilaksanakan pada 26 Maret ini, (energy geothermal, hydropower), metal (emas, perak, sengaja dipilih sebagai momentum bersejarah bagi molybdenum, pasir besi, bijih besi, granit), pariwisata, perlawanan rakyat Aceh dalam mengusir penjajah situs sejarah, pertanian, perikanan, perkebunan,