Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 ISSN 2229-9815

Review

Aceh Development International Conference (ADIC) 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh

Rahmat Fadhil1,4*, Dandi Bachtiar2,4, M. Sayuti3,4 dan Azhari Muhammad Syam3,4 1Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia 2Universitas Lampung, Gedungmeneng, Bandar Lampung 35145, Indonesia 3Universitas Malikussaleh, Releuet, Lhokseumawe, Indonesia 4Universiti Putra , UPM Serdang 43400, Malaysia

*Korespondensi Penulis: [email protected], Telepon: +60169479292

Abstrak – Aceh adalah sebuah kawasan yang berada di ujung utara pulau Sumatera, Indonesia. Dunia sangat mengenal Aceh karena peristiwa musibah gempa dan tsunami yang dianugerahkan Allah SWT kepada masyarakat Aceh, sehingga dunia dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari ketangguhan orang Aceh menghadapi sebuah musibah yang maha dahsyat dalam abad ini. Ditambah lagi adalah sebuah nikmat yang tak terkira atas berhasilnya perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang merupakan momentum baru untuk memperbaiki keadaan Aceh menjadi lebih baik. Proses membangun kembali masyarakat dan infrastruktur di Aceh membutuhkan pemikiran dan gagasan dari berbagai bidang disiplin ilmu dan kompetensi. Pertemuan dan konferensi sebagai sarana untuk bertemu dan berdiskusi dalam mencurahkan berbagai gagasan pembangunan tentu adalah inisiatif yang sangat besar manfaatnya bagi Aceh. Aceh Development International Conference (ADIC) 2010 merupakan sebuah bagian dari sumbangan pemikiran bagi pembangunan Aceh ke depan. Tulisan ini merupakan catatan refleksi atas pelaksanaan ADIC 2010 yang perlu mendapat perhatian untuk dapat terus melanjutkan sebuah pengabdian keilmuan pada berbagai dimensi waktu dan ruang di masa-masa yang akan datang. Copyright ©2011 The Aceh Club . All rights reserved.

Kata-kunci: ADIC, Aceh, Pembangunan

1. Pendahuluan Tahun 2010 juga merupakan 5 tahun masa berakhirnya konflik Aceh yang telah berlangsung selama Tahun 2010 merupakan bagian dari tahun-tahun 30 tahun antara pemerintahan Republik Indonesia terpenting dalam perjalanan Aceh sebagai sebuah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik yang wilayah yang memiliki berbagai kekhasannya. Tahun menelan korban harta, benda dan nyawa manusia ini 2010 tersebut adalah masa genapnya 6 tahun Aceh telah disetujui untuk diakhiri pada 25 Agustus 2005, mengalami peristiwa dahsyatnya gempa dan tsunami bertepatan dengan 8 bulan setelah tsunami yang yang menyapu sebahagian besar wilayah Aceh (Gambar melanda Aceh. Perjanjian damai ini membawa dampak 1) pada 26 Desember 2004. Gempa dengan kekuatan 9.3 yang sangat besar bagi perubahan Aceh saat ini baik Skala Richter itu telah menyebabkan kerusakan besar secara fisik maupun sosial dan politik. terutama di ibukota provinsi yang terletak di ujung Tahun 2010 adalah masa 4 tahun perjalanan era pulau Sumatera ini [1]. Bahkan tidak kurang 18 negara di baru bagi tata pemerintahan di Aceh dengan lahirnya sekitarnya turut mendapatkan imbas dari bencana ini, undang-undang khusus Aceh yang merupakan perbaikan khususnya Malaysia, Sri Langka, India, dan Thailand [2]. dan penambahan dari undang-undang tentang Aceh Jumlah korban diperkirakan sekitar 250.000 yang sebelumnya telah ada. Undang-Undang No. 11 (kemungkinan 300.000) korban manusia, termasuk tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh ini telah antara 170.000 – 220.000 kematian di Aceh [3]. mengatur dan memberikan ruang baru bagi pelaksanaan

Manuscript received 1 January 2011, revised 12 January 2011 Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved.

Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 037 pemerintahan di Aceh dengan lebih baik. Undang- dan tulisan berkaitan dengan pembangunan Aceh secara undang ini pula yang menjadi cikal bakal lahirnya berkelanjutan. Kehadiran para pakar, para ilmuwan, pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung di konsultan, lembaga swadaya masyarakat, pemimpin Aceh pasca konflik dan tsunami. Era baru pemerintahan Aceh dan internasional adalah komponen penting yang di Aceh yang merupakan hasil pemilihan secara langsung akan memberikan sumbangan terbesar dalam pada 11 Desember 2006 telah membawa dan membangun Aceh. menghasilkan kepala daerah pilihan rakyat, baik dari calon independen maupun dari partai politik. Pilkada secara langsung itu merupakan pesta demokrasi terbesar dan terbanyak jumlah kandidatnya, mengingat pilkada Aceh itu diikuti 8 pasangan calon di tingkat provinsi dan 122 pasangan calon dari kabupaten dan kota sehingga total mencapai 130 pasangan kandidat [4]. Ini berarti bahwa ada 260 calon pemimpin memperebutkan kursi kepala daerah di Aceh secara serentak. Pilkada Aceh ini juga merupakan model bagi pelaksanaan pilkada di daerah lain, karena merupakan satu-satunya pilkada di Indonesia bahkan di dunia yang dilaksanakan secara serentak dalam waktu bersamaan. a. Rapat Persiapan ADIC 2010 oleh sebuah tim kecil di Kantin Kejuruteraan UPM.

b. Pertemuan dengan Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid (Presiden Aceh Club) sebagai penaung dan penasehat ADIC 2010 di Bangsar, Kuala Lumpur Gambar 1. Peta provinsi Aceh dan sumber pusat gempa [5]

Atas rentetan peristiwa inilah gagasan Aceh Development International Conference (ADIC) 2010 dicetuskan oleh Persatuan Pelajar Aceh Malaysia (PPA) yang diwakili oleh Persatuan Pelajar Aceh (PPA) Universiti Putra Malaysia (UPM). ADIC 2010 ini digagas oleh sebuah tim yang terdiri dari Rahmat Fadhil (Unsyiah-UPM), Dandi Bachtiar (Unila-UPM), Muhammad Sayuti (Unimal-UPM), Muhammad Sabri (USU-UKM), Azhari Muhammad Syam (Unimal-UPM), Dr. Syafiie Syam (Unsyiah-UPM) (Gambar 2), serta didukung oleh Tanoh Rincong Students Association c. Pertemuan dengan Prof. Tan Sri Datuk Dr. Nik Mustapha R. International Islamic University Malaysia (TARSA-IIUM), Abdullah (Naib Canselor UPM) untuk melaporkan hasil kegiatan Achehnese Student Association University of Malaya pelaksanaan ADIC2010 di UPM, Serdang (ASA-UM), Aceh Student Club Universiti Sains Malaysia (ASC-USM), BAKADMA UKM, Yayasan Warisan Pribumi, Gambar 2. Pertemuan Tim ADIC 2010 Pemerintahan Aceh, Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM), dan Aceh Club Kuala Lumpur. Semua bidang kajian ini melingkupi di dalamnya ADIC 2010 yang dilaksanakan di Fakulti seperti: Kejuruteraan Universiti Putra Malaysia pada 26 – 28 1. Teknik dan Industri; Maret 2010 itu bertujuan untuk mengumpulkan 2. Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kelautan, dan berbagai gagasan, pandangan, idea, nasehat kepakaran Hewan;

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 38 ADIC 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh

3. Pendidikan, Pelatihan, Psikologi dan Pengembangan dan juga para pensyarah Universiti Putra Malaysia SDM; termasuk Prof. Madya Dr. Zelina Zaiton Ibrahim 4. Informasi, Komunikasi, Media dan Telekomunikasi; (Pengarah Pusat Antarabangsa-Universiti Putra 5. Budaya, Bahasa, Seni, Pariwisata dan Olahraga; Malaysia) dan Bapak Djoko Hardjanto (Atase Politik KBRI 6. Sosial, Kemanusiaan, Kemasyarakatan, dan Kuala Lumpur Malaysia). Muhammad Nazar dalam Komunitas; sambutannya menyampaikan tentang sejarah Aceh 7. Ekonomi, Managemen, Bisnis dan Keuangan; sebagai sebuah kerajaan dan peran serta posisi strategis 8. Kajian Ilmu Dasar (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Aceh di kawasan Selat Malaka Nusantara ini. Di lain Astronomi, Geografi); pihak beliau juga menyebutkan bahwa berbagai potensi 9. Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan; yang dimiliki Aceh sebagai bahan dasar pembangunan 10. Politik, Hukum, Hak Azasi Manusia dan Kebijakan masyarakat dan kawasan secara berkelanjutan. Pada Publik; akhir sambutannya beliau mengharapkan agar kegiatan 11. Perempuan, Keluarga dan Anak; ADIC ini menjadi salah satu bentuk partisipasi dalam 12. Agama, Kepercayaan, dan/ Peradaban; membangun dan memajukan Aceh ke depan [7]. 13. Emergency, Bencana Alam, dan Kerelawanan; 14. Sejarah, Arkeologi, Geologi dan Purbakala; 3. Potensi, Strategi, Peluang dan Tantangan 15. Militer, Kepolisian, Keamanan dan Persenjataan. Pembangunan Aceh Objektif ADIC 2010 adalah untuk mempertemukan Selain bertindak selaku pembuka acara ADIC, berbagai pihak yang tertarik untuk melakukan Muhammad Nazar juga sekaligus menjadi Pembicara penyelidikan dan kajian tentang perubahan di kawasan Utama Sesi I. Beliau diminta kesediaan oleh Dr. Ir. Aceh, memberikan sarana untuk mengetengahkan hasil Mustafa Abubakar, M.Si sebagai Menteri Badan Usaha kajian dan penyelidikan yang pada saatnya akan Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia yang disampaikan kepada berbagai pihak yang semestinya menjadi pembicara untuk menggantikannya. berkepentingan dengan Aceh dan menjadikan ADIC Dalam pembahasannya selama kurang lebih 1 jam, 2010 sebagai forum silaturrahmi bagi pemikir-pemikir Muhammad Nazar menyampaikan potensi, strategi, untuk bertukar pengalaman dan mencadangkan peluang dan tantangan dalam pembangunan Aceh, baik kegiatan-kegiatan bermanfaat di masa yang akan selama 4 tahun beliau menjabat sebagai wakil gubernur datang. maupun harapannya ke depan. Di awal pembicaraan 2. Merajut Gagasan Pembangunan Aceh beliau menyampaikan kondisi geografis, administrasi pemerintahan dan penduduk, sumber daya alam ADIC 2010 yang dilaksanakan pada 26 Maret ini, (energy geothermal, hydropower), metal (emas, perak, sengaja dipilih sebagai momentum bersejarah bagi molybdenum, pasir besi, bijih besi, granit), pariwisata, perlawanan rakyat Aceh dalam mengusir penjajah situs sejarah, pertanian, perikanan, perkebunan, Belanda yang datang ke Aceh pada tahun 1873. Pada peternakan, kehutanan, migas, zakat, infrastruktur, tanggal 26 Maret 1873 itu Belanda mengikrarkan ekonomi, dan pendidikan. Sedangkan strategi pernyataan perang terhadap kerajaan Aceh berdaulat, percepatan pembangunan Aceh menurutnya terbagi dan disambut dengan semangat perlawanan bersenjata secara umum dan khusus. Secara umum meliputi 1. oleh seluruh rakyat Aceh dengan semangat jihad fii Penciptaan good governance dan clean government sabilillah [6]. Tahun 2010 merupakan masa 137 tahun yang harus dikelola dengan baik, 2. Pencukupan dan peringatan perlawanan Rakyat Aceh melawan Belanda pengembangan infrastruktur listrik, 3. Peningkatan yang merupakan masa-masa penting bagi Aceh untuk infrastruktur jalan, jembatan, perhubungan dan mengenang para pejuangnya yang telah dengan susah sumberdaya air, 4. Peningkatan akses dan mutu payah membela bangsa. Menurut Muhammad Sayuti pendidikan, 5. Peningkatan akses, mutu dan pelayanan (2010), pemilihan tanggal ini adalah momentum bagi kesehatan, 6. Pembangunan kehidupan agama berbasis Aceh untuk bangkit dari ketertinggalan di berbagai kesadaran serta pengetahuan, dan kehidupan sosial dan bidang dalam pembangunan, terutama pembangunan budaya yang berperadaban, dan 7. Peningkatan peran sumber daya manusia dalam memanfaatkan segala masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan potensi sumber daya alam yang ada di Aceh saat ini. ekonomi, sosial dan budaya serta dalam menciptakan Pembukaan acara ADIC 2010 yang dilakukan oleh iklim investasi yang kondusif. Secara khusus beliau Bapak Muhammad Nazar selaku Wakil Gubernur Aceh menambahkan pentingnya: 1. Penguatan perdamaian turut dihadiri oleh Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud berkelanjutan, serta percepatan regulasi yang menjadi (mantan Gubernur Aceh), T. Safli Didoh (tokoh ikutan Undang-undang Pemerintahan Aceh, baik qanun Masyarakat Taman Iskandar Muda, Jakarta), Ir.Fauzi maupun peraturan pemerintah dan peraturan presiden Hasballah (Tokoh Masyarakat Aceh di Medan), Haji terkait, 2. Menjadikan Aceh sebagai National Food and Mansur (Pengusaha Aceh di Malaysia), Cek Gu Rahman Agro Center, 3. Menjadikan Aceh sebagai National (Tokoh Masyarakat Aceh Gampong Yan Malaysia) Economic Buffer Zone, 4. Menjadikan Aceh sebagai

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 039

National Mining dan Mineral Center, 5. Redesign RTRW dana pinjaman dan kebijakan-kebijakan khusus Aceh yang terintegrasi, dan 6. Penciptaan masyarakat lainnya dalam rangka percepatan pembangunan dan pro-pembangunan [7]. kesejahteraan nasional; Lebih jauh dalam paparannya beliau menerangkan n. Menguatnya kembali kultur dan spirit masyarakat di berbagai peluang yang dimiliki oleh Aceh seperti : Aceh untuk bergerak di sektor agro, komoditi, a. Pangan, komoditi dan energi selalu dibutukan, industri dan perdagangan setelah lahirnya semakin lama semakin menjanjikan untuk kebutuhan perdamaian dan UU No. 11 Tahun 2006; Indonesia sendiri, regional dan global, terlebih lagi o. Sektor perbankan dan keuangan yang membuka sering terjadi krisis pangan dan tidak banyak negara akses permodalan kepada kegiatan-kegiatan ekonomi yang memiliki tanaman pangan, komoditi agro serta rakyat, khususnya agro, peternakan, modal kerja energi; perdagangan dan perindustrian semakin banyak; b. Lahan semakin lama semakin terbatas termasuk di p. Adanya daya tarik karena sisi kebudayaan, Indonesia, apalagi di negara-negara industry besar; kesejarahan dan akibat bencana gempa serta tsunami c. Letak geografis Aceh yang sangat strategis dengan dahsyat; dan cocok untuk target pasar Indonesia sendiri, q. Peluang-peluang lainnya yang luar biasa sesuai ASEAN, India, China, Jepang, Timur Tengah, Afrika dengan kebutuhan manusia, tren dan gaya hidup dan dan Eropa serta lain-lain; perkembangan dunia. d. Diversifikasi dan pola konsumsi; Konsumsi pangan Sementara itu pada bagian akhir presentasi beliau dalam ragam yang berbeda semakin meningkat di yang berjudul Percepatan Pembangunan Berkelanjutan berbagai negara; di Aceh itu, beliau turut melengkapi dengan e. Jumlah penduduk dunia terus meningkat menguraikan berbagai tantangan yang mesti dihadapi di tajam termasuk di Indonesia sendiri; Aceh, diantaranya: f. Di Aceh, berbagai jenis tanaman pangan dan 1. Pasar yang begitu luas tetapi belum dikelola secara komoditi agro yang bernilai tinggi hidup subur dan terintergasi dan komprehensif; dapat dikembangkan, bahkan sebahagian besar 2. Kualitas SDM yang belum cukup dan memiliki cita rasa dan kualitas alami yang terbaik; teknologi yang sangat terbatas; g. Ketersediaan potensi sumber daya air untuk 3. Pelayanan publik belum optimal; kepentingan agro dan energi; 4. Kepastian hukum belum terintegrasi dan h. Ketersediaan berbagai jenis mineral dan komprehensif; pertambangan; 5. Kondisi sosio kultural yang dipengaruhi i. Berbagai jenis tanaman pangan dan komoditi agro, konflik berkepanjangan. termasuk perikanan, bukan hanya dapat dijadikan Sesi pembicara utama ini juga turut diperdalam sebagai makanan tetapi juga ada yang menjadi bio dengan berbagai diskusi yang ditanyakan oleh peserta. energi, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya seiring Menurut laporan panitia ADIC 2010 menerangkan dengan kemajuan teknologi produksi dan bahwa terdapat 300 peserta yang yang berasal dari pengolahan; berbagai kampus yang ada di Malaysia [8]. j. Kemajuan dan kemudahan sarana transportasi yang semakin modern, efesien dan cepat; 4. Semalam di Malaysia, Belajar ke Negeri k. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi Seberang yang telah mempercepat serta mempermudah Pada sesi pembicara utama 2, dengan menghadirkan komunikasi antar manusia secara global untuk Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid yang merupakan mantan berbagai kepentingan, termasuk bisnis dan ekonomi; Menteri Pertanian Malaysia mengangkat judul l. Aceh sudah dikenal dari dulu ke berbagai penjuru Pengalaman 30 Tahun Dalam Parlemen di Malaysia: Hal- dunia, terlebih lagi dengan adanya perdamaian dan hal yang Relevan Untuk Aceh. Beliau berbicara lebih gerakan kemanusiaan global untuk tsunami Aceh; kurang 2 jam yang diisi dengan 3 bahasa secara fasih, m. Adanya pemberlakuan otonomi luas di Aceh yaitu Aceh, Melayu dan Inggris. Berbagai peristiwa yang berdasarkan UU No. 11 Tahun 2006, hal mana melatar belakangi perjalanan Aceh hingga sekarang berbagai sektor publik selain pertahanan, keamanan turut beliau ungkapkan dalam sesi tersebut. Apalagi nasional, kekuasaan kehakiman, hubungan luar beliau punya pengalaman yang mendalam tentang Aceh negeri, kebebasan beragama serta fiskal dan walau sebagai warganegara Malaysia tetapi beliau moneter, dikelola secara otonom dan adalah keturunan Aceh yang lahir dan besar di Kampung terdesentralisasi oleh pemerintah Aceh, tetapi pada Aceh Yan Keudah Malaysia. Beliau juga memiliki akar saat yang sama pemerintah pusat masih tetap dapat historis dengan ulama dan pahlawan Aceh Teungku memberikan dukungan dan perhatian serius Muhammad Daud Beureu’eh (tokoh legendaris Aceh) terhadap sektor-sektor publik yang otonom itu, karena pernikahannya dengan cucu pahlawan tersebut. termasuk pengembangan pangan, komoditi, energi, pariwisata, pendidikan dan lain-lain melalui APBN,

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 40 ADIC 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh

Dalam syarahannya, Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid 9. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan mengungkapkan sebagai sebuah daerah yang lekat diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh dengan nilai-nilai Islam, kita mestilah kembali kepada Al- puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r.a. Qur’an sebagai pedoman hidup dan pilar dalam 10. Sekalian hukum syara’ dalam negeri Aceh diwajibkan pembangunan Aceh, mengingat di masa lalu agamalah memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi’i di dalam yang menjadikan Aceh sebagai salah satu pusat sekalian hal ikhwal syarak syariat Nabi Muhammad peradaban dunia. Kerajaan Aceh dahulu kala telah SAW Maka Mazhab yang tiga itu apabila mudarat mengembangkan lebih jauh prinsip prinsip Al-qur’an ini maka dibolehkan dengan cukup syarat maka dalam dalam nilai-nilai hidup masyarakat Aceh. Prinsip negeri Aceh yang sahih syah muktamad memegang amanah, berani, rajin, disiplin dan setia adalah modal kepada mazhab Syafie yang jadid. dasar setiap insan Aceh untuk selalu berjuang 11. Sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak memperbaiki negeri dan bangsanya, sebagaimana boleh pindah dan tidak ambil buat bagian mesjid- Jepang dan Korea yang memiliki prinsip sediri yang mesjid dan balai-balai dan meunasah-meunasah diadopsi dari kebudayaan bangsanya. Nilai-nilai maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan kemasyarakatan itu beliau sebut dengan “The Aceh bahagian ada yang mustahak menerimanya masing- Code” yang merupakan reaktualisasi dari semangat yang masing daerah pada tiap-tiap kampung maka telah dibuat oleh Kerajaan Aceh masa dahulu [9]. janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas Tan Sri Dato Seri Sanusi Junid yang mantan Presiden zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibagi Islamic International University of Malaysia (IIUM) itu lapan. juga mengingatkan bahwa pada saat 12. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Kerajaan berupa apa pun apabila perlu sampai waktu Mughayat Syah mengisytiharkan beberapa kewajiban datang minta bantu. yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat pada masa itu. 13. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan Kewajiban itu kelihatannya masih cukup relevan untuk mengajar mengukir kayu-kayu dan mengukir batu- diimplementasikan di Aceh kembali. Di antara kewajiban batu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan yang dimaksudkan tersebut adalah [9]: mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir 1. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata lagi mukallaf dan bukan gila iaitu hendaklah yang ditumbuk serta batu-batu karang dihancur membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan semuanya dan diayak itulah adanya. siang malam yaitu pedang atau sikin panjang atawa 14. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan sekurang-kurangnya rencong tiap-tiap yang bernama mengajar indang mas dimana-mana tempatnya senjata. dalam negeri Aceh. 2. Tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau mesjid atau 15. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh memelihara balai-balai atau meunasah pada tiap-tiap tiang di ternak seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik atas puting di bawah bara hendaklah dipakai kain dan ayam tiap-tiap yang halal dalam agama Islam merah dan putih sedikit. ada memberi manfaat pada umat manusia diambil 3. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yaitu bertani ubat. utama lada dan barang sebagainya. 16. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan 4. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar khanduri maulud Nabi SAW. Tiga bulan sepuluh hari dan belajar pandai mas dan pandai besi dan pandai waktunya supaya dapat sambung silaturrahmi tembaga beserta ukiran bunga-bungaan. kampung dengan kampung datang-mendatangi, 5. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang kunjung-mengunjungi berganti makan khanduri perempuan iaitu mengajar dan belajar maulud. membikin teupeuen (alat tenun) bikin kain sutera 17. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa dan kain benang dan menjahit dan menyulam dan hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang khanduri laut iaitu di bawah perintah Amir al-Bahar sebagainya. yakni Panglima Laut. 6. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan 18. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri khanduri blang pada tiap-tiap kampung dan mukim dengan bangsa asing. masing-masing di bawah perintah Panglima Meugoe 7. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki dengan kejruen blang pada tiap-tiap tempat mereka mulai taklif syara’ umur 15 tahun belajar dan itu. mengajar main senjata dan barang sebagainya. Nilai-nilai Aceh Code di atas merupakan kekayaan 8. Diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib kerajaan Aceh yang telah menyatu dalam masyarakat ‘ain belajar dan mengajar ilmu agama Islam syari’at Aceh dahulu sehingga mencapai kemajuan dan Nabi Muhammad s.a.w. atas mazhab ahlul-sunnah kejayaannya di zaman itu. wal jamaah r.a.

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 041

Pada sesi dialog peserta sangat antusias untuk 6. Resolusi ADIC 2010 berdiskusi, terutama yang datang dari pulau Jawa dan dari Aceh sendiri. Karena kesempatan bertemu dengan Berdasarkan berbagai topik dan isu yang orang Aceh dan masih memegang budaya dan adat disampaikan mengenai Pembangunan Aceh, maka ADIC istiadat Aceh di luar negeri adalah kesempatan berharga dengan ini membuat resolusi yang akan diserahkan dan langka. kepada Pemerintah Aceh dan berbagai pihak yang berkepentingan, dengan harapan kerangka pemikiran 5. Gelanggang Gagasan Pembangunan Aceh dan ide-ide ini akan menjadi salah satu referensi dalam menyusun program pembangunan Aceh jangka Konferensi adalah tempat bertemunya ide dan menengah dan jangka panjang. Resolusi ADIC tersebut gagasan, begitu pula halnya dengan ADIC 2010. Dari adalah [8]. total abstrak yang diterima panitia sebanyak 120 buah, 1. Mengembalikan Al-Quran ke Aceh dengan yang layak dan akhirnya dibukukan dalam prosiding menjadikan agama sebagai pilar pembangunan hanya sekitar 91 makalah saja. Dengan rincian bidang Aceh ke depan mengingat di masa lalu agamalah eksakta sejumlah 40 buah dan bidang sosial sejumlah 51 yang menjadikan Aceh menjadi salah satu pusat buah. peradaban dunia; 2. Mengimplementasikan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Aceh Code yaitu amanah, berani, disiplin, rajin dan setia dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Aceh; 3. Mengamalkan prinsip sushi dan sunao dalam kehidupan berdemokrasi untuk menciptakan kestabilan politik di Aceh; 4. Memberikan fokus dalam sektor pendidikan karena pendidikanlah yang akan menjadi kunci untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul di Aceh; 5. Dalam rangka menjadikan Aceh sebagai pusat pendidikan di Nusantara sebagaimana halnya pada masa lalu maka berbagai kajian yang komprehensif harus dilakukan untuk mendapatkan sistem dan Gambar 3. Makalah berdasarkan bidang keilmuan dalam ADIC 2010 formula yang tepat dalam mengembangkan

pendidikan Aceh di masa depan; Makalah tersebut dipresentasikan dalam 4 kelas 6. Sekolah-sekolah di Aceh harus mengimple- secara paralel selama satu hari penuh. Moderator di mentasikan dua bentuk budaya sekolah yaitu setiap kelas dipilih dari para peserta yang didampingi budaya yang bernuansa IMTAQ dan budaya oleh panitia ADIC 2010 pada setiap kelasnya. Pada kelas- bernuansa IPTEK untuk menghasilkan lulusan yang kelas tertentu sempat berlangsung diskusi yang sangat memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan yang tajam pada beberapa isu. Di antara isu yang sempat tinggi, kualitas keilmuan dan moralitas yang luhur menghangat adalah terutama tentang syariat islam, serta kualitas pengetahuan, skill dan penguasaan mitigasi bencana, konsep pendidikan Aceh, energi yang teknologi yang kokoh; dapat diperbaharui, dan penguatan kemasyarakatan. 7. Mendirikan Biodiversity Information Center untuk Dalam pertemuan di gelanggang gagasan pembangunan melakukan program konservasi lingkungan dan Aceh tersebut, para ilmuwan dari berbagai latar konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) di belakang kompetensi dan ilmu masing-masing Aceh; mengetengahkan berbagai hasil riset, kajian dan 8. Untuk mencapai tujuan utama integrasi politik dan analisisnya. Sementara tidak sedikit pula kajian-kajian pembangunan Aceh sesuai dengan amanat MoU yang telah dilakukan di wilayah lain yang memungkinkan Helsinki, maka arah pembangunan politik ekonomi untuk diimplementasikan dalam pembangunan Aceh ke Aceh haruslah mengacu pada butir-butir MoU depan seperti konsep transportasi, pelabuhan, tata Helsinki; perkotaan, penanganan banjir dan sebagainya [10]. 9. Menerapkan jurnalisme bebas dan bertanggung Makalah yang paling banyak dipresentasikan dalam jawab dalam rangka membangun dan menyuburkan ADIC 2010 ini adalah dalam bidang ilmu Keteknikan demokrasi di Aceh; sebanyak 22 makalah, sedangkan yang paling sedikit 10. Perlu mengambil beberapa langkah strategis untuk adalah masalah perikanan dan kelautan sebanyak 3 mendorong masyarakat membayar zakat melalui makalah, dan lain-lainnya sebanyak 2 buah makalah Baital Mal di Aceh sehingga berbagai program (Gambar 3). peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 42 ADIC 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh

dilakukan dengan dana yang bersumber dari hasil ekonomi Aceh yang kuat dan menyusun politik pungutan zakat tersebut; ekonomi eksternal untuk memanfaatkan 11. Pemerintah Aceh harus memberikan fokus yang semaksimal mungkin IMT-GT bagi meningkatkan besar terhadap potensi filantropi Islam terutama ekonomi Aceh; zakat dan wakaf mengingat besarnya potensi 27. Program rekonsiliasi dan reintegrasi pasca konflik di finansial yang dimiliki oleh kedua institusi tersebut; Aceh harus terus dikawal agar mengedepankan 12. Peran MPU dalam proses penerapan syari’at harus nilai-nilai kebijakan lokal karena rekonsiliasi dipertahankan dan ditingkatkan mengingat MPU memiliki tahapan dan waktu yang panjang; selama ini dikenal sebagai institusi yang mempunyai 28. Pemerintah harus segera menyusun strategi legitimasi historis, sosial dan yuridis yang kuat kebijakan pengendalian konversi lahan yang holistik dalam proses legislasi qanun syari’at Islam di Aceh; dan komprehensif; 13. Reformasi dalam bidang kesehatan dan pelayanan 29. Pembangunan perikanan Aceh di masa depan perlu kesehatan di Aceh perlu dilakukan secara lebih ditumpukan pada perikanan budidaya, dan menyeluruh; perlu dilakukan secara selaras antara perikanan 14. Memaksimalkan kembali peran semua lembaga budidaya air tawar, payau dan laut; adat di Aceh dalam seluruh aspek kehidupan 30. Pemerintah Aceh segera mengimplementasikan e- masyarakat; government untuk meningkatkan pelayanan publik; 15. Kebijakan lokal dan nilai-nilai pandangan hidup 31. Pembenahan yang menyeluruh dalam sistem harus menjadi acuan dalam merancang semua transportasi di Aceh; program pembangunan di Aceh; 32. Penanggulangan terhadap krisis listrik di Aceh harus 16. Dalam rangka mewujudkan Islam yang kaffah di segera dilakukan; Aceh, maka sistem keuangan dan perbankan Islam 33. Meningkatkan kualitas produksi di bidang per- merupakan suatu kemestian yang harus segera tanian, peternakan, dan perikanan; diterapkan. Sistem ini akan mendorong 34. Keterkaitan antara kampus, pemerintah, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan masyarakat dan sektor swasta harus terjalin rapi kemiskinan di Aceh; dalam merancang program pembangunan dan 17. Pengembangan usaha mikro harus terus dilakukan kebijakan-kebijakan publik lainnya. baik dengan pemberian modal usaha dan pendampingan terhadap masyarakat penerima 7. Akhir Perhelatan ADIC 2010 bantuan modal; Kegiatan ADIC 2010 yang berlangsung selama tiga 18. Pemerintah harus memberikan perhatian yang hari berturut-turut akhirnya ditutup pada hari kedua besar terhadap peningkatan human capital dan sore harinya. Dengan mengambil tempat di tepi Tasik social capital dalam rangka mendorong Kejuruteraan Universiti Putra Malaysia, seluruh ilmuwan pembangunan ekonomi Aceh; yang hadir berkumpul dan memberikan apresiasi atas 19. Perlu dilakukan evaluasi yang komprehensif untuk terlaksananya kegiatan yang baik ini. Semua peserta memaksimalkan pemasukan dana PAD (Pendapatan bersepakat untuk mengusulkan agar ADIC dapat Asli Daerah) dan optimalisasi penggunaan dana ditindaklanjuti di tahun-tahun berikutnya. tersebut; Pada hari terakhir ADIC 2010, seluruh peserta 20. Dayah sebagai institusi yang sentral dalam difasilitasi untuk berkeliling Malaysia. Di antara tempat- masyarakat Aceh harus kembali lagi ke khittahnya tempat yang dikunjungi adalah Pusat Pemerintahan sebagaimana halnya Dayah Aceh sebelum masa Malaysia di Putrajaya, Putrajaya International kolonial Belanda; Convention Centre (PICC), Mesjid Putra, Kuala Lumpur 21. Advokasi perlindungan anak perlu dilakukan di Convention Centre (KLCC), dan Pasar Seni. Yang paling seluruh Aceh; menarik adalah saat peserta dibawa ke komunitas orang 22. Program pemberian ASI ekslusif harus diimple- Aceh di Malaysia, tepatnya pada sebuah acara Maulid mentasikan di seluruh Aceh; Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh masyarakat 23. Pelabuhan-pelabuhan di Aceh harus dikembangkan Aceh di Sungai Buloh. Seluruh peserta disajikan masakan dalam satu sistem pelabuhan yang komprehensif khas Aceh yang terdiri dari sie lumo, dalica, kari kameng, dengan mempertimbangkan berbagai strategi untuk dan lincah mameh. Kegiatan ini memberikan mencapai keunggulan kompetitif dan berkelanjutan; pengalaman tersendiri bagi peserta yang datang dari 24. Perpustakaan di Aceh harus terus dikembangkan berbagai daerah di Indonesia dan juga dari berbagai agar mencapai standar internasional; negara. 25. Perlunya perlembagaan dan internalisasi Com- Kesuksesan ADIC 2010 tidak terlepas dari dukungan munity Based Disaster Risk Management ke dalam banyak pihak, terutama tokoh dan pengusaha Aceh di kebijakan di Aceh; Malaysia. Di antara para sponsor kegiatan ADIC 2010 ini 26. Pemerintah Aceh perlu menyusun politik ekonomi adalah Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid (Presiden Aceh internal untuk membangun fondasi domestik

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 043

Club dan Presiden Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia), 2. Dr. Mohd. Iqbal Mochtar, Pensyarah di Datuk Seri Mohd Ali Rustam (Menteri Besar Malaka), Universiti Kuala Lumpur Universiti Putra Malaysia melalui Pusat Antarabangsa, 3. Dr. Muhammad Sabri; Pensyarah di German Toke Haji Mansur (Mekoda Supermarket), Tan Sri Da’i Malaysia Institute Bachtiar (Duta Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur) 4. Dandi Bachtiar; Dosen Universitas Lampung melalui Atase Pendidikan dan Atase Politik, serta seluruh 5. Azhari Muhammad Syam, Dosen Universitas pelajar dan ilmuwan Aceh yang ada di Malaysia [11]. Malikussaleh 6. Muhammad Sayuti, Dosen Universitas 8. Pasca ADIC-2010: ADIC-2011 dan Jurnal Malikussaleh Akhir kegiatan ADIC 2010 ini ternyata membawa 7. Rahmat Fadhil, Dosen Universitas Syiah sejumlah masukan dan gagasan, baik untuk Kuala pembangunan bagi Aceh sendiri maupun untuk pengembangan keilmuan dan sumber daya manusia. Berbagai usulan dan masukan berkembang yang salah satunya adalah mengharapkan berlanjutnya kegiatan ADIC ini setiap tahun. Atas inisiatif para pelajar dan ilmuwan (pensyarah dan peneliti) Aceh di Malaysia, maka disepakati ADIC akan dilaksanakan setiap tahunnya dengan pemilihan tanggal 26 Maret sebagai tanggal resmi pelaksanaannya. Berdasarkan masukan dan saran para peserta ini, tim penggagas ADIC mencoba merumuskan pola dan konsep pelaksanaannya untuk setiap tahun. Dengan semangat kebersamaan dan rasa tanggung jawab, pertemuan demi pertemuan terus dilangsungkan guna Gambar 5. Sebagian anggota tim pendiri Aceh Scientific Journal merampungkan berbagai gagasan dalam mengelola sedang mengadakan pertemuan konferensi ADIC ini secara berkelanjutan. Yang paling utama adalah menjadikan ADIC sebagai sebuah media Langkah pertama adalah pengurusan perizinan terbesar untuk berkumpul dan bertemunya ilmuwan administrasi penerbitan jurnal. Karena jurnal ini Aceh dan ilmuwan dunia yang berminat dengan Aceh diprakarsai oleh beberapa pelajar post-graduate asal guna berbagi pengalaman dan kajian, terutama Aceh di Malaysia maka disepakati jurnal ini akan berkaitan dengan pembangunan masyarakat dan diterbitkan di Malaysia. Proses pengajuan ISSN wilayah. (International Standard Serial Number) sebagai nombor Dalam pertemuan-pertemuan tersebut juga muncul registrasi internasional sebuah jurnal diajukan ke ide untuk lebih memberikan peluang kepada para Perpustakaan Negara Malaysia (PNM). izin penerbitan ilmuwan Aceh dan para ilmuwan dunia yang memiliki juga perlu diajukan ke Kementrian Dalam Negeri kajian khusus Aceh tetapi tidak mempunyai waktu untuk Malaysia sebagai syarat usaha penerbitan bahan hadir pada acara ADIC, maka disepakatilah untuk bercetak di negara ini. Kedua syarat tersebut kini telah membuat sebuah jurnal. Jurnal ini kemudian disepakati terpenuhi, sehingga jurnal ini telah resmi terdaftar di dengan nama Aceh Scientific Journal. Tujuan awal Malaysia dan layak diterbitkan. ISSN untuk jurnal ini pendirian jurnal ini adalah sebagai wadah untuk adalah: 2229-9815, sedangkan izin penerbitan dari KDN menampung aspirasi dan ide-ide ilmiah yang berkaitan adalah PP17143/10/2011(028998) yang diterbitkan pada dengan isu pembangunan Aceh dari berbagai bidang tanggal 22 Oktober 2010, dan perlu diperbaharui setiap disiplin ilmu. Isu-isu yang krusial berkaitan dengan Aceh setahun. Dalam pengajuan proses perizinan tersebut sangat beragam, mulai dari sejarah, perang Aceh, jurnal ini berada di bawah naungan ACEH KELAB KUALA bencana gempa dan tsunami, konflik, seni dan budaya, LUMPUR, sebuah badan hukum resmi di Malaysia yang penerapan syariat Islam, kebahasaan, dan hampir dipimpin oleh Tan Sri Dato’ Seri Sanusi bin Junid. semua bidang ilmu. Sehingga sebagai langkah awal, Sebagai sebuah jurnal ilmiah, ACEH SCIENTIFIC jurnal ini merangkum semua bidang kajian dalam satu JOURNAL perlu dikelola dengan baik dan layak secara penerbitan. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan jika akademik. Untuk itu, dibentuk juga lembaga penasihat bidang-bidang kajian semakin terfokus, pemisahan akademik internasional yang terdiri dari para pakar terkemuka di bidang keilmuan masing-masing. Anggota jurnal dalam bidang-bidang tertentu perlu dilakukan. Penggagas awal pendirian jurnal ini diprakarsai oleh penasihat terutama dari kalangan pakar asal Aceh yang nama-nama berikut (lihat Gambar 5): telah dan sedang bertugas secara akademik di seluruh 1. Dr. Syafiie, Pensyarah di Universiti Putra dunia. Tidak tertutup kemungkinan para pakar ini Malaysia berasal dari luar bangsa Aceh jika minat dan bidang keilmuannya sangat erat dengan pembangunan Aceh.

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 44 ADIC 2010: Pertemuan Gagasan Pembangunan Aceh

Untuk sementara ini para pakar yang telah berkenan Selain penerbitan cetak jurnal ini direncanakan juga menjadi penasihat untuk jurnal ini adalah: terbit secara online di internet. Sehingga diperlukan 1. Prof. Dr. Ir. T.M. Indra Mahlia, Pensyarah suatu wadah online berupa web resmi ASJ. Web ini Universiti Malaya dapat diakses bebas dari seluruh dunia, sehingga 2. Prof. Dr. Ir. Hasanuddin Z. Abidin, Dosen diharapkan jurnal ASJ dapat dibaca oleh kalangan yang Institut Teknologi Bandung lebih luas dari seluruh penjuru dunia. 3. Prof. Dr. Nazaruddin Syamsuddin, Dosen Universiti Indonesia 9. Kesimpulan 4. Assoc. Prof. Shabri Abd Majid, Pensyarah Universiti Islam Antarbangsa Malaysia Pembangunan berkelanjutan di Aceh memerlukan 5. Assoc. Prof. Dr. Puan Sri Nila Inangda dukungan dan partisipasi semua pihak. Berbagai Manyam Keumala, Pensyarah Universiti gagasan dan strategi yang telah dan akan dijalankan Malaya sangatlah berkaitan dengan berbabagi bidang ilmu dan 6. Prof. Dr. Syahrizal Abbas, Dosen Institut kepakaran. Pertemuan dan komunikasi yang Agama Islam Negeri Ar-Raniry berkesinambungan dalam merancang arah 7. Dr. Mustanir Yahya, Dosen Universitas Syiah pembangunan Aceh secara sistematis senantiasa Kuala Banda Aceh diperlukan. Kehadiran para ilmuwan, terutama dari Aceh Ke depan, formasi penasihat internasional akan terus dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan tantangan bertambah sejalan dengan semakin banyaknya kalangan kehidupan, baik secara sosial maupun eksakta yang terlibat dalam pengembangan ASJ. merupakan harapan banyak pihak. Jurnal ini direncanakan terbit perdana pada Januari ADIC adalah sebuah bahagian terbesar dari 2011, dan akan menjadi penerbitan berkala sebanyak 4 pertemuan gagasan pembangunan Aceh yang kali dalam setahun. Jadwal penerbitan adalah Januari, berkelanjutan. Cita-cita dan harapan untuk mewujudkan April, Juli, Oktober. Untuk edisi perdana Januari 2011 Aceh baru yang lebih baik adalah impian semua telah dilakukan persiapan-persiapan, seperti Call for masyarakat. Oleh karenanya kesempatan pertemuan Papers yang diumumkan di berbagai milis dan web melalui ADIC ini perlu diadakan secara rutin, paling tidak internet. Sebagian makalah terpilih akan diambil dari dalam rentang waktu setahun sekali sehingga hasil konferensi ADIC2010 untuk mengisi kandungan kesempatan untuk senantiasa menjembatani kebuntuan jurnal edisi ini. Promosi terhadap jurnal ini juga telah dan kekuatan pergaulan internasional masyarakat Aceh gencar dilakukan baik secara lisan antar sesama dengan masyarakat dunia terutama secara keilmuan, akademisi di Aceh maupun secara online di internet akan terurai dengan sendirinya. melalui pembentukan web ASJ pada alamat: Pendokumentasian catatan ilmiah dengan lahirnya http://acehscientificjournal.blogspot.com. Aceh Scientific Journal merupakan bagian yang tidak Hingga saat ini respon terhadap jurnal ASJ cukup terpisahkan dari sarana untuk mengkomunikasikan menggembirakan, terbukti dari jumlah kunjungan ke gagasan dan konsep pembangunan Aceh, baik dari laman blog yang cukup tinggi. Juga komen melalui email masyarakat ilmuwan Aceh sendiri, maupun masyarakat yang masuk ke alamat sidang redaksi. Beberapa pakar dunia yang ingin berkontribusi bagi Aceh. Aceh Scientific dari seluruh dunia yang sedang dan pernah melakukan Journal adalah media komunikasi gagasan secara ilmiah kajian keilmuan tentang Aceh juga telah dihubungi via dan dapat menjadi rujukan secara luas para pengambil email untuk berpartisipasi dalam menyumbang tulisan kebijakan yang memerlukannya atau paling tidak dapat dan hasil kegiatan mereka. Beberapa di antaranya memberikan sumbangsih cacatan ilmu bagi generasi dan memberikan respon yang positif, seperti: Mark Durie umat yang akan datang. (Australia), Shane Joshua Barter (Canada), Eva-Lotta Ucapan Terima Kasih Hedman (England). Pengembangan ke depan terhadap jurnal ini perlu Penulis pengucapkan terima kasih kepada Tan Sri terus dijalankan, dengan berbagai cara dan strategi. Dato’ Seri Sanusi Junid sebagai Presiden Aceh Club Kuala Untuk itu, perlu dukungan yang padu dari semua pihak Lumpur, Prof. Tan Sri Datuk Dr. Nik Mustapha R. yang berkepentingan untuk memajukan keberadaan Abdullah sebagai Naib Canselor UPM, Prof. Madya. Dr. jurnal ini. Langkah awal yang paling utama saat ini Zelina Zaitun Ibrahim sebagai Pengarah Pusat adalah merencanakan penerbitan yang kontinyu dan Antarabangsa UPM, Duta Besar Republik Indonesia di teratur untuk satu tahun ke depan, yaitu tahun 2011. Kuala Lumpur terutama Atase Pendidikan dan Atase Jika jurnal ini mampu terbit dalam tahun 2011 dengan Politik, juga kepada seluruh pelajar Aceh di Malaysia. baik dan bermutu, maka tahun berikutnya pengelola Referensi merencanakan meningkatkan status jurnal ini. Setidaknya ASJ dapat dibaca secara online oleh kalangan [1] Catherine, J.K., Gahalaut, V.K., & Sahu, V.K., (2005), Constraints yang lebih luas di seluruh dunia, serta di-index dalam on rupture of the December 26, 2004, Sumatra earthquake from Scopus, DOAJ, dan library terkemuka di dunia.

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45 Rahmat Fadhil, Dandi Bachtiar, M. Sayuti dan Azhari Muhammad Syam 045

far-field GPS observations, Earth and Planetary Science Letters, 237(3-4), 673-679 [2] Ramanamurthy, M.V., Sunadramoorthy, S., Ari, Y., Ranga Rao, V., Mishra, P., Bhar, M., Subramanian, B.R., (2005). Inundation of Seawater in Andaman and Nicobar Islands and parts of Tamil Nadu coast during 2004 Sumatra tsunami. Current Science, 88(11), 1736-1740. [3] GCRMN, (2006), Status of coral reefs in tsunami affected countries: 2005. In C. Wilkinson, D. Souter & J. Goldberg (Eds.). Townsville Global Coral Reef Monitoring Network, Australian Institute of Marine Sciences, http://www.aims.gov.au/pages/ research/coral-bleaching/scr-tac2005/index.html [4] Fadhil, R., (2006), Eksistensi Pengawasan Oleh Panwaslih Aceh, In T. Santoso (Ed.), Pengawasan dan Penegakan Hukum Pilkada Aceh 2006. Jakarta: Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia. [5] Fadhil, R., (2008), Analysis of Requirement and Availability of the Tractor Power for Processing Of Rice Field after Tsunami: Survey in Lhoknga, Aceh Besar, NAD, Indonesia, Proceedings of International Symposium Land Use after the Tsunami-Supporting Education, Research and Development in the Aceh Region, November 4-6, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. [6] Alfian, T.I. (1987), Perang di Jalan Allah, Perang Aceh 1873-1912, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. [7] Nazar, M., (2010), Sambutan Pada Aceh Development International Conference (Konferensi Antarabangsa Pembangunan Aceh) ADIC 2010. [8] Bachtiar, D., Fadhil, R., Sayuti, M., dan Azhari, (2010), Final Report of Aceh Development International Conference 2010, Serdang: Persatuan Pelajar Aceh (PPA) Universiti Putra Malaysia [9] Junid, T.S.D.S.S. (ed.), (2005), The Aceh Code, The Aceh Club Kuala Lumpur. [10] Sayuti, M. (2010), Sambutan Ketua Panitia ADIC 2010. [11] Azhari, (2010), Laporan Keuangan ADIC 2010.

Copyright © 2011 The Aceh Club Kuala Lumpur. All rights reserved. Aceh Scientific Journal Vol. 1 No. 1 (2011) 36-45