<<

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan suatu hiburan merupakan hal yang cukup penting dan telah menjadi salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi selain pemenuhan akan kebutuhan pokok yang mendasar, karena secara naluri manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri termasuk kebutuhan akan hiburan tersebut. Hiburan sendiri dapat didefinisikan sebagai situasi atau aktivitas apapun yang dapat menimbulkan rasa senang. Alternatif pilihan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh hiburan bisa diperoleh dari berbagai media seperti di antaranya: televisi, internet, buku, musik, dan lain sebagainya. Bentuk hiburan semakin beragam dan salah satu di antaranya yaitu bentuk hiburan dengan mengidolakan sesuatu, seseorang, sekelompok tertentu yang kemudian berlanjut ke arah perilaku fanatisme terhadap sesuatu yang diidolakan tersebut atau fenomena pengidolaan.

Fenomena pengidolaan kini terjadi di berbagai lapisan masyarakat, hal tersebut terjadi karena idola seringkali menjadi referensi yang dapat menyediakan sumber identifikasi bagi para penggemarnya. Perilaku pengidolaan menurut Raviv (dalam Dita & Bagus, 2012:54) disebut dengan worship yaitu bentuk kekaguman dengan intensitas berlebihan dalam memberikan penghormatan terhadap sosok idola. Semakin tinggi tingkat pengidolaan/worship seseorang, semakin tinggi tingkat keterlibatan dengan sosok yang diidolakan (celebrity involvement).

Tingkat keterlibatan tersebut bisa tersalurkan dalam berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan mengidentifikasikan diri ke dalam suatu budaya penggemar. Budaya penggemar inilah yang sering kali disebut sebagai fandom. Fandom merupakan sebutan lain dari sekelompok penggemar atau fans. Istilah “Fandom” berasal dari kata bahasa Inggris Fan (penggemar) dan ditambah dengan akhiran -dom. Fandom adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada subkultur, pelbagai hal dan pelbagai kegiatan yang berkenaan dengan penggemar dan kegemarannya (Hollows, 2000:209). Banyak penggemar merasa bebas di fandom daripada di luar dalam mengekspresikan

1 diri mereka sendiri, bertanya dan mendiskusikan berbagai pandangan (Jenkins, 2006:85).

Perilaku identifikasi terhadap fandom inilah yang seringkali membuat para penggemar dari suatu idola tertentu membentuk suatu gaya hidup tersendiri. Gaya hidup tersebut tentunya sebagian besar berkaitan dengan keseharian para penggemar dalam melakukan aktivitas dimana mereka mengekspresikan kegemaran mereka pada idola kesukaan mereka secara intens dan masif.

Penelitian ini berfokus pada gaya hidup penggemar terhadap sebuah fandom bernama Wannable dan fandom tersebut merupakan fandom dari boygroup asal Korea Selatan yang bernama Wanna One. Wanna One adalah boygroup asal Korea Selatan yang dibentuk melalui program survival show competition Produce 101 Season 2 pada tahun 2017. Produce 101 Season 2 sendiri tayang pada stasiun televisi Korea Selatan Mnet sejak 7 April 2017 sampai 16 Juni 2017 dengan total 11 episode. Produce 101 Season 2 ini terhitung sebagai acara populer, dengan episode terakhirnya yang tayang di stasiun TV Korea Selatan Mnet meraih rating 5,7% mengalahkan rating tertinggi dari Produce 101 Season 1 dan juga merupakan acara dengan rating teratas di antara acara-acara lain dalam jam tayang yang sama berdasarkan data yang dilansir dari laman Soompi.com pada 24 Oktober 2019. (“Produce 101 Season 2” Finale Surpasses Viewership of First Season With Impressive Ratings, 2017)

Acara kompetisi tersebut mengadu bakat dari 101 orang calon idol dari berbagai macam agensi kecil. Peluang mereka untuk debut ditentukan dari voting penonton dan penggemar yang biasa mereka sebut dengan National Producers. Penentuan tersebut hampir sama persis dengan acara ajang pencarian bakat seperti Indonesian Idol atau AFI, tetapi bedanya, calon idola yang terpilih akan digabung menjadi satu grup yang beranggotakan 11 orang. Untuk mendapatkan 11 posisi ini, para trainee ini harus bersaing dengan trainee-trainee berbakat lain dengan tingkat persaingan yang sangat ketat.

Wanna One terdiri dari 11 orang anggota dari berbagai macam agensi yang beranggotakan Yoon Jisung, Ha Sungwoon, Hwang Minhyun, Ong Seongwu, Kim Jaehwan, Kang Daniel, Park Jihoon, Park Woojin, Bae Jinyoung, Lee Daehwi, dan Lai Guanlin. Mereka berhasil menjadi Top 11 trainee berdasarkan hasil voting dari National Producers dan berhasil memulai debut pada 7 Agustus 2017 dengan

2

menggelar acara “Wanna One Premier Show-Con” yang dilaksanakan di Gocheok Sky Dome, Korea Selatan. Agensi yang menaungi Wanna One adalah YMC Entertainment yang juga agensi yang sama yang menaungi I.O.I (girlgroup survival show Produce 101 Season 1). Mnet selaku stasiun TV yang menaungi acara Produce 101 Season 2 dan YMC Entertainment selaku agensi yang menaungi Wanna One memutuskan untuk mengontrak Wanna One untuk promosi selama 1 tahun 4 bulan.

Wanna One sebagai boygroup yang populer dan besar pada zamannya memiliki banyak achievements dan prestasi sehingga dijuluki “monster pendatang baru”. Dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan, kepopuleran mereka dibuktikan dengan pencapaian mereka yang berhasil menghasilkan sejumlah karya dan berhasil meraih deretan prestasi.

Gambar 1.1. Pertama Wanna One Setelah Debut, 1X1=1(TO BE ONE), Menempati Posisi Atas Gaon Chart Untuk Penjualan Album Fisik

Sumber: creativedisc.com

Tepat setelah debut, Wanna One merilis mini album pertama yang berjudul 1X1=1(TO BE ONE) pada tanggal 8 Agustus 2017. Album tersebut berhasil menempati posisi atas Gaon Chart untuk penjualan album fisik. Dari data Hanteo, penjualan album 1X1=1(TO BE ONE) hingga 16 Agustus 2017 kemarin mencapai 411.000 kopi. Sejak perilisannya, lagu utama dari album tersebut “Energetic” berhasil menguasai tangga lagu musik Korea Selatan.

3

Sejak debut, Wanna One telah memiliki total 5 perilisan di Korea Selatan, dari single perdana “Energetic” hingga album terakhir mereka 111 = 1 (POWER OF DESTINY). Rilisan terbaru mereka, 111 = 1 (POWER OF DESTINY), yang dirilis pada 19 November 2019 telah terjual sebanyak 438.000 kopi menurut data dari Hanteo dan jumlah tersebut dicapai hanya dalam kurun waktu tujuh hari saja setelah album tersebut rilis. (Wanna One Sets New Career High For First Week Album Sales With 111 = 1 (POWER OF DESTINY))

Jumlah penjualan tersebut merupakan sebuah rekor tersendiri untuk Wanna One karena album-album sebelumnya belum pernah mencapai tingkat sales setinggi album 111 = 1 (POWER OF DESTINY). Album terakhir mereka, 111 = 1 (POWER OF DESTINY), menjadi album dengan penjualan tertinggi yang berada di urutan ke 7 menurut data dari Hanteo Chart. Album 111 = 1 (POWER OF DESTINY) menjadi album Korea yang meraih penjualan tertinggi di minggu pertama sejak tahun 2008.

Gambar 1.2 Album 111 = 1 (POWER OF DESTINY) Meraih Penjualan Tertinggi di Urutan No. 7 Hanteo Chart

Sumber: koreanesia.com

Selain dari penjualan album, Wanna One telah meraih banyak penghargaan baik di acara penghargaan musik tahunan Korea Selatan atau dinominasikan di acara penghargaan internasional. Acara penghargaan musik tahunan yang bergengsi di Korea Selatan biasa disebut dengan Daesang dan Wanna One telah memenangkan beberapa penghargaan tersebut. Kemudian selain memenangkan beberapa penghargaan Daesang di Korea Selatan, Wanna One juga berhasil masuk nominasi penghargaan internasional

4

Best Korean Act pada MTV Music Awards pada tahun 2017 dan BreakTudo Awards 2018 di kategori Kpop Male Group.

Gambar 1.3 Daftar Awards yang Pernah Dimenangkan oleh Wanna One dalam Rentang Waktu 2017-2019 Sumber: Olahan Peneliti, 2019

Selain berhasil mencetak prestasi pada ajang musik bergengsi di Korea Selatan dan kancah internasional, Wanna One juga berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan berupa kampanye #WannaOneForEveryChild. Kampanye ini adalah kampanye kolaborasi dengan organisasi dunia anak, UNICEF, dimana kampanye ini adalah kampanye global untuk kesejahteraan anak-anak. Dalam kegiatan kampanye ini, Wanna One menyumbangkan sejumlah 8070 selimut berbahan wol pada Agustus 2018 lalu. Publik juga dapat melakukan donasi melalui laman daring. Kampanye mulai disuarakan sejak 1 Desember 2018 selama dua pekan. Publik yang berdonasi dapat

5 membagikan foto dan video melalui media sosial dengan tagar #WannaOneForEveryChild. Kegiatan tersebut bukan pertama kali Wanna One berpartisipasi dalam kampanye kemanusiaan. Sebelumnya, mereka berpartisipasi dalam kampanye penggalangan dana untuk anak “Christmas Jumper Day” serta berdonasi untuk kampanye Korea Heart Foundation.

Gambar 1.4 Wanna One Dalam Kegiatan Kampanye #WannaOneForEveryChild Sumber: soompi.com

Setelah berkarir selama satu tahun empat bulan sebagai sebuah boygroup, pada tanggal 31 Desember 2018 akhirnya Wanna One secara resmi mengakhiri kontrak mereka dengan agensi. Seperti yang telah direncanakan juga, Wanna One mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan aktivitas mereka dan mengucapkan perpisahan kepada penggemar mereka di konser eksklusif terakhir mereka yaitu “2019 Wanna One : Therefore” di Gocheok Sky Dome, Guro Distict, Seoul mulai dari tanggal 24 Januari hingga 27 Januari 2019. Pelepasan kontrak dan juga konser terakhir ini menjadi kegiatan penanda sebagai berakhirnya semua kegiatan Wanna One sebagai sebuah group.

Dari fenomena kepopuleran Wanna One, bisa diketahui bahwa budaya Korea Selatan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini telah berkembang amat pesat sehingga budaya tersebut meluas dan dapat diterima oleh dunia Internasional. Kesuksesan Korea

6

Selatan dalam mengenalkan berbagai produk budayanya dapat dilihat dari antusias masyarakat dari berbagai belahan dunia yang sangat besar terhadap produksi entertainment Korea, khususnya musik, film, dan drama. Banyaknya boygroup dan girlgroup maupun artis-artis dari berbagai macam agensi entertainment Korea dimana mereka memiliki wajah yang begitu rupawan disertai dengan suguhan penampilan yang spektakuler dan memukau membuat budaya musik pop Korea (KPop) maupun drama Korea (K-drama) dapat dengan mudahnya diterima oleh masyarakat internasional. Ketertarikan ini pada akhirnya merambak ke produk-produk kebudayaan Korea lain hingga menimbulkan fenomena demam budaya Korea di tingkat global yang biasa disebut dengan Hallyu atau Korean Wave.

Pada awalnya, Kpop hanya menargetkan pasar Asia yang dekat dengan negara mereka seperti negara Cina dan Jepang. Keberhasilan artis-artis mereka seperti H.O.T. dan Shinhwa di Taiwan akhirnya mulai membuka jalan untuk Kpop sehingga dapat dikenal di negara-negara luar Korea Selatan. Tidak hanya itu, nama-nama group lain seperti TVXQ, SNSD, dan mulai memasuki pasar musik di Jepang dan pada akhirnya berlanjut ke negara Asia lainnya seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan tak terkecuali Indonesia.

Di Indonesia sendiri, Kpop mulai dikenal oleh masyarakat ketika aspek kebudayaan lain seperti drama-drama Korea mulai digemari oleh penonton Indonesia. Rain, seorang penyanyi yang bermain di drama Full House sebagai pemeran utama, berhasil menarik perhatian penggemar Indonesia setelah dramanya tayang di TV nasional tanah air kala itu. Selain itu, BOA, penyanyi Korea Selatan asal SM Entertainment juga berhasil menjadi penyanyi Korea yang terkenal di Indonesia.

Dalam satu dekade terakhir, genre Kpop berhasil mendapatkan tempat spesial dalam industri hiburan tanah air. Musik yang dulu hanya bisa dijangkau oleh kalangan khusus kini semakin awam di telinga masyarakat Indonesia. Jika zaman dulu bertemu langsung dengan idola seolah hanya mimpi bagi fans, kini dalam setahun konser Kpop bisa digelar lima hingga sepuluh kali di Jakarta.

Market dari Kpop pun semakin meluas. Sepuluh tahun yang lalu, genre Kpop di Indonesia hanya identik dengan penggemar remaja dan anak muda. Namun, orang dewasa, bahkan yang sudah berumah tangga pun turut menggemari Kpop. Ini dapat

7 dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh IDN Times mengenai penyebaran dan dan potensi ekonomi para peminat Kpop di Indonesia.

IDN Times melakukan penghimpunan data dengan melibatkan 580 orang responden lewat media survei elektronik yang disebar ke seluruh Indonesia sepanjang bulan Desember 2018 hingga Januari 2019. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui demografi para penikmat Kpop dan mengukur seberapa jauh kapasitas fans Kpop di Indonesia dalam memfasilitasi hobi ini secara finansial.

Gambar 1.5: Kekuatan Ekonomi Fans Kpop di Indonesia Sumber: idntimes.com

Berdasarkan hasil survei IDN Times, fans KPop sudah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Peminatnya memang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan angka total mencapai 76,7 persen. Tetapi jumlah fans di luar Jawa juga cukup signifikan yang jika digabungkan mencapai 23,2 persen. Hasilnya cukup menarik dan menunjukkan betapa pesatnya perkembangan Kpop di Indonesia. Ketika membahas Kpop, nama-nama seperti Super Junior, Shinee, Big Bang pasti sudah tidak asing lagi didengar di telinga, karena group-group tersebut adalah group-group yang berhasil menarik minat para penggemar musik Kpop secara masif. Seperti contoh, ketika Big Bang datang untuk menggelar konser pertamanya di

8

Indonesia pada tahun 2012, tepatnya di ICE Indonesia, mereka berhasil menjual habis tiket mereka hanya dalam waktu sepuluh menit saja. (sumber: detikHOT) Kini, group-group Kpop baik yang umurnya masih baru seperti Blackpink dan BTS atau pun group-group yang sudah lama melanglang buana di industri entertainment Kpop seperti Super Junior dan Big Bang berhasil menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia Internasional karena mereka telah berhasil melebarkan sayap mereka hingga ke negara-negara barat seperti Amerika dan Eropa. Dengan semakin meningkatnya kepopuleran Kpop di Indonesia, maka muncullah pengaruh yang cukup besar pada gaya hidup generasi muda. Efek dari perkembangan Kpop yang sampai ke Indonesia membuat para Kpopers (sebutan untuk penggemar Kpop) melahirkan suatu gaya hidup baru. Banyak Kpopers yang menjadikan Kpop sebagai tren dalam kehidupan sehari-hari dengan semakin banyaknya orang yang mengadopsi gaya hidup, gaya pakaian, aksesoris, make-up, bahasa, dan hal- hal lain yang berbau Kpop. Salah satu fenomena pengidolaan yang telah peneliti sebutkan sebelumnya, membawa mereka pada ekspresi-ekspresi untuk menunjukkan rasa sukanya terhadap Kpop. Sebagai contohnya, mereka rela membeli album, berbagai goodies, membuat event-event Kpop, sampai menonton konser idola mereka, dan lain sebagainya. Sadar atau tidak sadar, keberadaan Kpop berefek dan berpengaruh pada gaya hidup dalam kehidupan pribadi dari para penikmat Kpop termasuk Wannable (sebutan untuk fandom yang berisi penggemar Wanna One). Kecintaan mereka terhadap musik Kpop, khususnya pada boygroup Wanna One, perlahan mengubah gaya hidup para remaja dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan gaya hidup tersebut bisa terlihat baik dari perilaku maupun perbuatan. Sebagai contoh, Wannable akan melakukan hal-hal yang menunjukkan bahwa mereka adalah seorang Wannable yaitu dengan cara membeli dan mengumpulkan barang ataupun benda yang berbau Wanna One, seperti aksesoris Wanna One, album, poster, cupholder, slogan, kaos, tas, gantungan kunci, dan masih banyak lagi. Selain mengoleksi atribut atau barang-barang yang berhubungan dengan Wanna One, beberapa Wannable yang memang berada pada kalangan menengah ke atas juga hadir ke konser Wanna One di Indonesia secara langsung dimana pada 15 Juli 2018 lalu Wanna One telah menyelenggarakan konser world tour mereka yang berjudul “One: The World in Jakarta”.

9

Kegiatan-kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh para Wannable ini tidak berdasarkan pada nilai manfaat, tetapi didasarkan pada motivasi dan gaya hidup. Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Kanuk & Schiffman, 2008:72). Sementara gaya hidup, menurut Alvin Toffler, adalah alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi mereka dengan subkultur-subkultur tertentu (Ibrahim, 1997:165).

Disini peneliti ingin mengkhususkan penelitian ini kepada gaya hidup para Wannable Indonesia. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan gaya hidup Wannable Indonesia sebagai penggemar boygroup Wanna One sebelum dan sesudah Wanna One dibubarkan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan gaya hidup mereka. Hal yang unik dari penelitian ini adalah bagaimana perbedaan gaya hidup dari para Wannable Indonesia bisa terbentuk terlepas dari singkatnya umur dari boygroup Wanna One tersebut.

Penelitian ini bukanlah penelitian yang satu-satunya pernah dilakukan, sebelumnya ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang gaya hidup. Dalam uraian ini peneliti akan memaparkan mengenai penelitian terdahulu yang peneliti ambil sebanyak tiga (3) penelitian yang relevan. Pertama, penelitian skripsi dari Agus Sutiwi yang berjudul Gaya Hidup Komunitas Korean Pop Army di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Komunitas Army di Kota Medan). Skripsi tersebut membahas mengenai bagaimana gaya hidup komunitas Army Medan terkait dengan isu konsumerisme. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa gaya hidup anggota komunitas Army Medan tidak berdasarkan pada kelasnya. Baik kelas dominan ataupun kelas populer, keduanya dapat memiliki gaya hidup yang sama dan sulit membedakan asal kelasnya. Keanggotaan komunitas Army Medan tidak berdasarkan pada kelas sosial yang mereka miliki, tetapi atas apa yang mereka suka yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan kegiatan konsumsi.

Kedua, penelitian skripsi dari Indrika Amrullah yang berjudul Analisis Gaya Hidup Anggota Komunitas Korea Hansamo Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota dan pendiri menjalani gaya hidup yang berhubungan erat dengan budaya Korea dan K-Pop. Baik dari segi bahasa, penampilan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Korea sendiri. Komunitas Hansamo Bandung merupakan wadah bagi

10 masyarakat Bandung yang ingin mempelajari budaya Korea, K-Pop dan ilmu berorganisasi. Ketiga, penelitian dari Vina Chandra Kartika yang berjudul Gaya Hidup Penggemar EXO di Surabaya Terhadap Produk Merchandise Boyband EXO. Hasil penelitian ini menggambarkan fenomena perilaku penggemar dalam berbelanja produk sebagai bentuk citra diri mereka sebagai “fangirl” dan juga gaya hidup sebagai seorang penggemar boyband EXO. Alasan pembelian produk merchandise boyband EXO oleh para informan ini meliputi harga produk, keinginan, dan tampilan produk, serta terdapat faktor pendukung perilaku penggemar dalam berbelanja, yakni lingkungan sosial, pertemanan, dan sosial media sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku penggemar dalam berbelanja merchandise boyband EXO. Terdapat perbedaan dan persamaan terhadap penelitian yang dilakukan dari ketiga penelitian terdahulu yang tercantum di atas, yaitu penelitian yang dilakukan Agus, Indrika, dan Vina sama-sama menggunakan objek penelitian mengenai gaya hidup. Ketiga tersebut sama-sama memiliki unsur Kpop di dalamnya, tetapi yang berbeda hanya subjek penelitiannya. Urgensi yang terdapat pada penelitian ini yaitu peneliti melihat bahwa fenomena menggemari Kpop adalah fenomena yang cukup banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari. Layaknya sebuah stimuli dan respon, kemunculan Kpop yang fantastis tentu saja berbuntut pada kemunculan penggemar-penggemar yang sangat mengidolakan Kpop. Kpop merupakan stimuli yang diberikan oleh kelompok kapitalis dan kemudian masyarakat sebagai penonton memberikan respon. Setiap individu akan memberikan respon yang berbeda-beda pada satu stimuli. Begitu pula penikmat Kpop. Masuknya budaya Kpop yang membuat para fans, khususnya para remaja tergila-gila tentu memiliki dampak terhadap generasi muda di Indonesia. Memang sudah menjadi hak tersendiri bagi seseorang untuk mencintai dan mengidolakan siapa saja, namun kebanyakan para fans ini terkadang terlalu berlebihan dan fanatik dalam mengidolakan para idolanya. Dan hal tersebut memicu pendapat yang pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang memandang bahwa menggemari Kpop adalah suatu hal yang negatif, tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang menganggap bahwa Kpop membawa hal yang positif ke dalam kehidupan mereka. Peneliti meneliti mengenai gaya hidup karena peneliti ingin tahu gaya hidup apa yang dipilih dan dijalankan oleh para Wannable Indonesia beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan perbedaan gaya hidup mereka sebelum dan sesudah Wanna One

11 dibubarkan. Dan hal ini, tentunya, merupakan fenomena komunikasi yang menarik dan perlu diteliti karena aktivitas menggemari Kpop (khususnya Wanna One) ini akan mendukung percepatan penyebaran budaya Kpop melalui komunikasi yang dilakukan oleh para penggemar melalui gaya hidup mereka dalam menggemari Kpop. Dan jika penyebaran budaya menggemari Kpop ini semakin meluas, maka fenomena Hallyu atau Korean Wave di Indonesia akan semakin berkembang dan terus berkembang tanpa henti. Dan seperti yang diketahui, fenomena Korean Wave mampu mempengaruhi pola hidup dan cara berpikir masyarakat yang dipengaruhinya. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk melakukan penelitian mengenai gaya hidup penggemar dan akan dilakukan analisis mendalam yang didasarkan pada fenomena ini. Berdasarkan pada pemaparan fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang “ANALISIS GAYA HIDUP PENGGEMAR PADA FANDOM KPOP (STUDI PADA PENGGEMAR WANNA ONE DALAM FANDOM WANNABLE INDONESIA)” .

12

1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup penggemar Wanna One di dalam fandom Wannable Indonesia.

1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup penggemar Wanna One di dalam fandom Wannable Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup penggemar Wanna One dalam fandom Wannable Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Cultural Studies dan memperkaya serta melengkapi pengetahuan mengenai gaya hidup penggemar Kpop. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan informasi dalam pengembangan ilmu yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian selanjutnya mengenai gaya hidup.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan manfaat kepada peneliti dalam memahami penelitian karya ilmiah, bagaimana mengaplikasikan teori dalam fenomena sehari-hari terutama fenomena Kpop di Indonesia, menganalisis realita di lapangan serta merelevansikan teori yang dipelajari semasa perkuliahan serta bagaimana mengimplementasikannya saat di lapangan. 2. Bagi Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta rujukan yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian-penelitian di bidang Ilmu Komunikasi selanjutnya yang membahas mengenai gaya hidup.

13

1.6 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini, tahap yang akan dilalui oleh peneliti adalah sebagai berikut:

BAB I :

Peneliti menjelaskan di latar belakang mengenai bagaimana manusia memiliki kebutuhan akan hiburan dimana hiburan bisa didapat dimanapun dan salah satu bentuk hiburan yang akan dibahas adalah mengenai fenomena pengidolaan dalam suatu fandom. Kemudian dari situ pembahasan akan mengerucut pada identifikasi diri dalam suatu fandom dari boygroup Kpop Wanna One yaitu Wannable. Dari proses identifikasi lahirlah gaya hidup yang dimiliki dan dijalankan oleh para Wannable dan itulah yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan bahwa gaya hidup pada fandom ini berasal dari perkembangan Hallyu atau yang biasa disebut dengan Korean Wave, bagaimana Korean Wave masuk, tahun berapa, dan bagaimana respon masyarakat di Indonesia terhadap Korean Wave. Setelah itu peneliti menjelaskan urgensi penelitian dimana gaya hidup pada sebuah fandom Kpop merupakan sebuah fenomena komunikasi yang menarik dan perlu diteliti karena aktivitas menggemari Kpop (khususnya Wanna One) akan mendukung percepatan penyebaran budaya Kpop melalui komunikasi yang dilakukan oleh para penggemar melalui gaya hidup mereka.

BAB II :

Peneliti memasukkan teori yang relevan dengan objek penelitian yang akan diteliti. Peneliti juga akan memasukkan penelitian terdahulu berupa skripsi dan jurnal sebagai acuan yang berkaitan dengan penelitian ini. Pada sub-bab terakhir, peneliti akan menyusun kerangka pemikiran untuk mempermudah peneliti dalam menyusun teori hingga hasil pada penelitian ini.

BAB III :

Pada bab ini, peneliti menguraikan metode penelitian yang akan digunakan. Metode penelitian yang akan digunakan yaitu metode kualitatif dengan paradigma post- positivisme.

14

BAB IV :

Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi kepada lima (5) orang informan yang merupakan anggota dari fandom Wannable dengan kriteria dan syarat tertentu.

BAB V :

Pada bab ini peneliti menginterpretasikan data dari wawancara yang dilakukan dan menyusun kesimpulan akhir dari hasil penelitian.

15

1.7 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2019 sampai dengan bulan Juli 2020.

Tabel 1.1 Waktu dan Periode Penelitian No Kegiatan 2019 2020 Tahapan Bab I-Bab III Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Mencari tema penelitian dan pengamatan terhadap objek yang diteliti, mencari judul dan mencari referensi penelitian 2 Pengumpulan teori yang dijadikan daftar pustaka dan membuat kerangka pemikiran 3 Menyusun metodologi penelitian 4 Desk Evaluation Tahapan Bab IV-Bab V 5 Pengumpulan data, penyusunan analisis hasil dan pembahasan penelitian 6 Pembuatan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian 7 Sidang Skripsi

16