K-POP) Sebagai Praktik Identitas Remaja
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI ILMU PEMERINTAHAN 2018 Dekonstruksi Makna Maskulinitas pada Trend Korea Pop (K-POP) Sebagai Praktik Identitas Remaja Ulviana Restu Handaningtias, Ika Ariana Indriyany, Husnan Nurjuman Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Abstract: The development of Korean pop music culture which is increasingly prevalent throughout the world has brought an ideological change. The new ideology brought by the Korean Pop boyband directs its fans to the reinterpretation of the concept of "masculinity". Masculinity which was previously only associated with the appearance of "manly" or maleness and was represented by the male body and of course by its gender has now developed into a representation that includes symbolic aspects. So this study aims to find out how the meaning of masculinity constructed by boyband k-pop. The method used in this study is a qualitative descriptive method with a cultural studies approach. The result of this study is the reinterpretation of masculine marks carried out by teenagers to produce a complete self- understanding of the adolescent as a sign interpreter even though the sign itself is unstable and not all parts are constructed by awareness in adolescents, however, teenagers project each sign in accordance with the truth that he believes. Keywords: Deconstruction of Masculinity; Korean Pop; Teenage Identity Practices Abstrak: Perkembangan budaya musik Korean pop yang semakin marak diseluruh belahan dunia telah membawa sebuah perubahan ideologi. Ideologi baru dibawa oleh boyband Korean Pop tersebut mengarahkan pada fansnya terhadap pemaknaan ulang konsep “maskulinitas”. Maskulinitas yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan kesan “manly” atau kelaki-lakian dan direpresentasikan oleh tubuh laki-laki dan tentunya oleh gendernya kini berkembang menjadi representasi dengan menyertakan aspek-aspek simbolik. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna maskulinitas yang dikonstruksi oleh boyband k-pop. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan cultural studies. Hasil dari penelitian ini ialah pemaknaan ulang tanda maskulin yang dilakukan oleh remaja menghasilkan self- understanding yang utuh pada diri remaja tersebut sebagai penafsir tanda walaupun tanda itu sendiri tidak stabil dan tidak seluruh bagian dikonstruksi oleh kesadaran dalam diri remaja, akan tetapi, remaja memproyeksikan setiap tanda sesuai dengan kebenaran yang diyakininya. Kata kunci: Dekonstruksi Maskulinitas; Korean Pop; Praktik Identitas Remaja PendaHuluan demam K-Pop (Korean Pop). Korean Pop Perkembangan industri hiburan atau disingkat K-Pop adalah genre musik merupakan salah satu tanda modernitas yang diciptakan oleh industri hiburan yang menggambarkan kesamaan Korea selatan yang dimulai sejak tahun kebutuhan manusia akan hiburan (Fun), 1992. K-Pop yang populer saat ini adalah makanan (Food), dan Fashion. Industri sekumpulan penyanyi dan penari yang hiburan yang menunjukkan peningkatan disebut Boyband atau Girlband yang signifikan salah satunya adalah industri bernyanyi sekaligus menari. selama musik. Indonesia mengalami fenomena lebih dari satu dasawarsa terakhir. 267 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI ILMU PEMERINTAHAN 2018 Hiburan yang berasal dari negeri Ginseng produksi pesan dan cara komunikasi yang tersebut tidak hanya populer tetapi juga dilakukan oleh fans. mendorong fanatisme penggemarnya Ketiga, perubahan ideologi. hingga sampai tingkat ekstrem. Budaya Ideologi baru dibawa oleh boyband musik pop, atau Korean Pop menjadi tersebut, ideologi yang mengarahkan genre yang populer. Sebagai salah satu pada fansnya terhadap pemaknaan ulang genre hiburan musik tanah air yang konsep “maskulinitas”. Maskulinitas yang populer, K-Pop memiliki jutaan sebelumnya hanya dikaitkan dengan penggemar fanatik baik laki-laki maupun kesan “manly” atau kelaki-lakian dan perempuan. Demam K-Pop menimbulkan direpresentasikan oleh tubuh laki-laki tidak hanya dampak sosial, tetapi juga dan tentunya oleh gendernya kini ekonomi. Fenomena ini tidak hanya berkembang menjadi representasi bertahan tetapi justru meluas memasuki dengan menyertakan aspek-aspek berbagai ranah kebiasaan dan simbolik (uliviana, 2010). Identitas mempengaruhi kebutuhan manusia kolektif laki-laki dipahami juga sebagai Indonesia. Pengaruh yang cukup identitas individu, batas antara keduanya signifikan dirasakan adalah adanya tidak jelas dan kabur seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat, yaitu: semakin semunya kondisi objektif yang Pertama, tren kuliner. Kuliner korea menentukan pemaknaan maskunilitas dengan mudah masuk ke dalam kebiasaan bagi laki-laki. makan masyarakat Indonesia, saat ini, Hall dan Stewart menyatakan tidak ada satupun masyarakat Indonesia bahwa dalam penetrasi budaya Pop, yang tinggal di kota besar yang tidak permasalahannya ada dalam budaya anak kenal dengan kimchi, bulgogi, bibimbap, muda, adanya interaksi antara teks dan sebagai kuliner Korea yang populer. audiens, dimana aspek-aspek lain dalam Pelaku bisnis melihat hal ini sebagai kehidupan remaja (misalnya; politik, peluang pasar yang baik, dan saat ini hubungan keluarga, norma sosial, moral dapat dilihat meningkatnya jumlah dan sebagainya) tidak berpengaruh restoran dengan cita rasa Korea atau dalam interaksi mereka dengan budaya booth-booth yang menjual masakan korea pop. Lebih jauh, storey (2003) disudut Mal atau jalanan kota besar. menyatakan bahwa: “...budaya musik pop Kedua, tren fashion. Fashion –lagu, majalah, konser, festival, komik menjadi salah satu industri massa yang wawancara dengan bintang dan menarik keuntungan cukup signifikan. sebagainya- membantu memantapkan Penjualan baju-baju, pernak-pernik, rasa identitas di antara remaja”. Hal ini kosmetik, gadget khas Korea menarik memberikan pemahaman bahwa anak minat tidak hanya remaja tetapi juga muda/ remaja mengalami perubahan masyarakat secara umum. Tidak berhenti identitas dalam hubungannya dengan hanya sampai pada tren fashion produksi budaya pop, baik dalam bentuk perubahan juga terjadi pada ranah bahasa lagu, hasil wawancara, dan saat ini pergaulan yang dipengaruhi oleh kosa menyesuaikan dengan perkembangan kata Korea, ideologi, dan perubahan teknologi digital, termasuk ke dalam 268 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI ILMU PEMERINTAHAN 2018 produksi budaya pop adalah video clip, membangun identitas remaja laki- vlog, instagram, tweet, dan sabagainya. laki di Indonesia. Perubahan makna laki-laki yang Penelitian dengan tema laki-laki disimbolkan oleh boyband k-pop dan representasinya dalam ruang sosial menumbuhkan ideologi baru mengenai masyarakat belum banyak dikupas. kelaki-lakian atau maskulinitas. Ideologi Umumnya kajian gender hanya berbicara tersebut membuka ruang sosial baru tentang perempuan dan luput untuk untuk menempatkan remaja dengan melihat masalah laki-laki dan bagaimana identitas laki-lakinya yang dibangun dekonstruksi makna yang terjadi berdasarkan aspek-aspek yang berkaitan dengan identitas laki-laki. dikonstruksikan oleh boyband k-pop. Penelitian ini berusaha untuk mengurai- Identitas inilah yang kemudian menjadi kan bagaimana makna dikonstruksikan wacana menarik untuk ditelaah, dengan dan menjadi identitas kelompok. Bila pertanyaan bagaimana makna maskuli- suatu kelompok diwakili dengan makna nitas dikonstruksikan, dikonsumsi, dan tertentu maka pemahaman utuh didekonstruksikan oleh penggemar K-Pop masyarakat yang mengikutinya akan perempuan dan bagaimana identitas membedakannya dengan kelompok maskulin terbentuk melalui konstruksi lainnya. Makna maskulinitas yang tersebut. kajian yang berkaitan dengan dibangun oleh simbolisasi boyband k-pop gender umumnya hanya melihat menciptakan ruang sosial baru bagi perempuan sebagai objek penelitian, akan ideologi laki-laki. Dengan memahami hal tetapi luput untuk melihat bahwa laki-laki tersebut, masyarakat akan terbiasa untuk pun termasuk kedalam objek penelitian melihat fenomena sebagai sebuah upaya kritis yang menarik. Penelitian yang untuk membangun satu ruang sosial yang menggunakan tema laki-laki dan baru dan dapat menanggapinya dengan representasinya dalam kehidupan sosial kritis. masyarakat belum banyak dikupas, Penelitian ini juga memberikan dengan demikian hasil penelitian ini gambaran bagaimana makna yang dapat digunakan untuk mengembangkan dikonstruksikan membangun identitas penelitian dengan tema laki-laki dan remaja laki-laki. Hall menyatakan bahwa representasinya dalam ruang sosial dalam pemahaman budaya pop, identitas masyarakat. remaja dibangun dengan mengabaikan Penelitian ini secara sederhana aspek-aspek norma, keluarga, moral. bertujuan untuk: Dengan demikian tercipta identitas 1. Menjelaskan bagaimana makna timpang yang mengikuti kebutuhan maskulinitas yang dikonstruksi hasrat dan tren. Dengan demikian, hasil oleh boyband k-pop. penelitian ini ditujukan untuk 2. Menjelaskan bagaimana membangun kesadaran (awareness) dan konstruksi makna maskulin pemikiran kritis bagi masyarakat dikonsumsi oleh penggemar K-Pop Indonesia khususnya remaja untuk perempuan. bersikap kritis dalam mengikuti tren dan 3. Menjelaskan bagaimana mampu mengambil keputusan yang lebih dekonstruksi makna tersebut 269 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PRODI ILMU PEMERINTAHAN 2018 bijak dalam membangun identitas menawarkan model tiga dimensi untuk dirinya. menggambarkan reproduksi makna, Wacana tidak hanya dapat yaitu: 1. Teks (tuturan, pencitraan visual digunakan untuk telaah bahasa tetapi atau gabungan ketiganya); 2. Praktik juga untuk semua fenomena sosial. kewacanaan yang melibatkan Wacana berusaha untuk menguraikan