LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.141581

AGREGASI: PERANCANGAN TERMINAL KAMPUNG MELAYU , TIMUR

MUHAMMAD NURIL ARDAN 3213100028

DOSEN PEMBIMBING: ANGGER SUKMA M, ST., MT.

PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR - RA.141581

AGREGASI: PERANCANGAN TERMINAL KAMPUNG MELAYU JATINEGARA, JAKARTA TIMUR

MUHAMMAD NURIL ARDAN 3213100028

DOSEN PEMBIMBING: ANGGER SUKMA M, ST., MT.

PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

FINAL PROJECT REPORT - RA.141581

AGGREGATION: THE DESIGN OF KAMPUNG MELAYU TERMINAL, JATINEGARA,

MUHAMMAD NURIL ARDAN 3213100028

TUTOR : ANGGER SUKMA M, ST., MT.

UNDERGRADUATE PROGRAM DEPARTEMENT OF ARCHITECTURE FAKULTAS OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

ABSTRAK

AGREGASI: PERANCANGAN TERMINAL KAMPUNG MELAYU, JATINEGARA, JAKARTA TIMUR

Oleh Muhammad Nuril Ardan NRP : 3213100028

Kota dengan segala perkembangannya menarik orang dengan segala etnis, suku dan budayanya untuk hijrah dari desa ke kota. Hal ini menjadikan komposisi kota semakin heterogen dan beragam. Heterogenitas inilah yang kemudian secara tidak langsung menciptakan “batasan” (red. Segregasi) antar kelompok tertentu (dalam hal ini etnis) dalam kawasan perkotaan. dan hal ini pula yang memungkinkan terjadinya konflik perkotaan.

Heterogenitas perkotaan perlu di biaskan (red. Agregasi). Agar kota tetap kondusif dengan segala kompleksitasnya. Dengan menggunakan pendekatan ruang dan aktivitas manusia yang beragam karakteristik etnis, diharapakan batasan-batasan tersebut akan terbiaskan. Melalui arsitektur yang berorientasi pada penyelesaian permsalahan sosial, perancangan pasar dan terminal sebagai ruang interaksi di masyarakat menjadi bagian dari respons segregasi. Dengan pendekatan agregasi dan penyelesaian melalui metode hybrid, rancangan arsitektur diupayakan menjadi rancangan yang interaktive dan bermanfaat.

Keyword: Segregasi, Agregasi, Arsitektur Hybrid

i

ABSTRACT

AGGREGATION: THE DESIGN OF KAMPUNG MELAYU TERMINAL, JATINEGARA, EAST JAKARTA

By: Muhammad Nuril Ardan NRP : 3213100028

The city with all its development attracts people of all ethnicities, tribes and culture to migrated from the village to the city. It makes the composition of the city increasingly heterogeneous and diverse.This heterogeneity then indirectly created the "restrictions" (red. Segregation) between certain groups (in this case ethnicity) in urban areas. And its also allows for urban conflict.Urban heterogeneity needs to be biated (red aggregation). By using a space approach and human activity with a variety of ethnic characteristics, it is expected that these limits will be refracted.

Through settlement-oriented architecture fornurturing social, design market and terminal as a spaces of interaction in the community became part of the response of segregation. With the aggregation and settlement approach through hybrid methods, architectural design is strived to be an interactively useful design.

Keyword: Segregation, Aggregation, Hybrid Architecture

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ______i ABSTRACT ______ii DAFTAR ISI ______iii DAFTAR GAMBAR ______iv DAFTAR TABEL ______v DAFTAR LAMPIRAN ______vi

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ______1 I.2 Isu dan Konteks Desain ______2 I.3 Permasalahan dan Kriteria Desain ______3 II PROGRAM DESAIN II.1 Rekapitulasi Program Ruang ______6 II.2 Deskripsi Tapak ______8 III PENDEKATAN DAN METODA DESAIN III.1 Pendekatan Desain ______11 III.2 Metoda Desain ______16 IV KONSEP DESAIN IV.1 Eksplorasi Formal ______21 IV.2 Eksplorasi Teknis ______22 V DESAIN V.1 Eksplorasi Formal ______23 V.2 Eksplorasi Teknis ______25 VI KESIMPULAN ______33

DAFTAR PUSTAKA ______37

LAMPIRAN ______38

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Kepadatan DKI Jakarta (vivanews.com) ______2 Gambar II.1 Lokasi Lahan (Sumber: Google maps) ______8 Gambar II.2 Karakteristik Lingkungan Lahan ______8 Gambar II.3 Zonasi Lahan (Sumber: DTCRK DKI Jakarta) ______9 Gambar II.4 Situasi Lahan ______11 Gambar III.1 Tahapan Metode William M. Pena ______21 Gambar III.2 Konsep Groupping William M. Pena ______21 Gambar III.3 Peta Alur Metode Hybrid ______21 Gambar IV.1 Konsep Desain ______21 Gambar V.1 Ruang Publik Segala Usia ______23 Gambar V.2 Penggabungan Fugsi ______23 Gambar V.3 Ornamen Betawi ______23 Gambar V.4 Proses Tahap Modifikasi ______24 Gambar V.5 Proses Tahap Penggabugan ______24 Gambar V.6 Pola Sirkulasi ______25 Gambar V.7 Skema Pergerakan Kendaraan ______26 Gambar V.8 Zonasi Antar Moda ______26 Gambar V.9 Pola Sirkulas Tiap Moda ______27 Gambar V.10 Potongan Sirkulasi antar Moda ______27 Gambar V.11 Sirkulasi Manusia ______28 Gambar V.12 High Pedestrianway ______29 Gambar V.13 Eskalator dan Tangga Sirkulasi ______29 Gambar V.14 Site Plan ______30 Gambar V.15 Zonasi Lantai Basemen ______31 Gambar V.16 Zonasi Lantai 1 ______31 Gambar V.17 Zonasi Lantai 2 ______31 Gambar V.18 Zonasi Lantai 3 ______31 Gambar V.19 Tampak 1 ______32 Gambar V.20 Tampak 2 ______32 Gambar V.21 Tampak 3 ______32

iv

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Rasio kejadian konflik massal di ______1 Tabel II.1 Rekapitulasi Program Ruang ______6 Tabel III.1 Desain Kriteria Agregasi ______13 Tabel III.2 Desain Kriteria Public Space ______15

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout ______39 Lampiran 2 Denah Lantai Basemen ______40 Lampiran 3 Denah Lantai 1 ______41 Lampiran 4 Denah Lantai 2 ______42 Lampiran 5 Denah Lantai 3 ______43 Lampiran 6 Potongan 3D (a) ______44 Lampiran 7 Potongan 3D (b) ______45 Lampiran 8 Konsep Sirkulasi Manusia ______46 Lampiran 9 Tampak ______47 Lampiran 10 Utilitas ______48

vi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang memunculkan permasalahan lain antar SEGREGASI - AGREGASI kelas tersebut. Yang paling terlihat Masyarakat yang hidup di daerah adalah adanya kecemburuan sosial perkotaan memiliki berbagai hal yang yang kemudian memicu konflik sosial menarik. Salah satunya adalah tersendiri dalam lingkungan tersebut, keberagaman masyarakat kota. sebagai yang kemudian menjadikan antar kelas akibatnya masyarakat penghuni sosial tadi saling memisahkan diri dan perkotaan pun juga terdiri dari memberi jarak satu sama lain, hal berbagai macam etnis budaya. Bahkan inilah yang kemudian disebut dengan akhirnya jika kita amati dalam sebuah Segregasi Sosial. Bahkan tak jarang kawasan perkotaan akan terjadi adanya segregasi ini menjadikan pengelompokan kawasan perkotaan, kelompok-kelompok tertentu dalam dimana kemudian terdapat kawasan perkotaan menjadi bersitegang dan pecinan, kauman (kampung arab), menimbulkan konflik massal. permukiman madura, kampung timur, dll. Hal lain lagi adalah keberadaan strata/kelas sosial, baik secara eksplisit atau implisit ini yang juga kemudian

Tabel I.1 Rasio kejadian konflik massal di Indonesia sumber: bps.co.id 1

Gambar I.1 Kepadatan DKI Jakarta sumber: vivanews.com RUANG Meskipun tidak bisa dihindari, dalam kawasan tertentu. Ruang publik perbedaan kelas sosial ini harusnya yang berkembang dalam perkotaan menjadi nilai positif dan saat ini bukan malah mereduksi adanya bagaimanapun itu fenomena seperti ini segregasi dalam kawasan tertentu harusnya bisa dibiaskan. Sehingga namun kecenderungannya malah justru tembok yang secara nyata ada tadi menciptakan pola segregasi baru mulai bisa menjadi media transisi seperti dengan munculnya mall-mall interaksi antar kelas tersebut. Dengan yang barang tentu tak terjangkau oleh adanya media transisi tersebut, ruang segala kalangan. sosial baru akan muncul untuk kemudian membiaskan pemisah antar I.2 Isu dan Konteks Desain kelas tersebut. Isu yang menjadi pembahasan Ruang sosial yang bersifat masif adalah sebagai berikut: menjadi salah satu usulan ide yang “KOTA: SEGREGASI – patut dipertimbangakn dalam hal ini. AGREGASI” Pola dan fungsi ruang publik yang Kota dengan segala menjadi jembatan dan sekaligus perkembangannya menarik orang pembias sosial dan interaksi dalam dengan segala etnis, suku dan suatu komunitas sosial menjadi penting budayanya untuk hijrah dari desa ke adanya. Namun masalahnya saat ini kota. Hal ini menjadikan komposisi adalah keberadaan ruang-ruang kota semakin heterogen dan beragam. semacam ini sangat terbatas, bahkan Heterogenitas inilah yang kemudian belum cukup mampu mengurangi secara tidak langsung menciptakan kemungkinan berkembangnya “batasan” (red. Segregasi) antar segregasi kelompok tertentu (dalam hal ini etnis) 2 dalam kawasan perkotaan. dan hal ini I.3 Permasalahan dan Kriteria pula yang memungkinkan terjadinya Desain konflik perkotaan. Permasalahan Heterogenitas perkotaan perlu di Berdasarkan latar belakang diatas, biaskan (red. Agregasi). Agar kota berikut adalah pokok tetap kondusif dengan segala permasalahannya: kompleksitasnya. 1. Urbanisasi menjadikan Salah satu yang bisa dilakukan heterogenitas perkotaan, dimana menanggapi hal tersebut adalah dengan diantara sisi negatif heterogenitas meningkatkan kualitas interaksi antar ini adalah munculnya kelompok kelompok segregasi. Interaksi akan kelas dalam masyarakat mampu menambah kualitas untuk perkotaan salaing berkomunikasi dan berinteraksi 2. Segregasi menjadikannya suatu antar kelompok masyarakat. Dalam kawasan perkotaan terkotak- arsitektur hal ini dapat diwujudkan kotak dalam kelompok spasial dengan menciptakan ruang-ruang tertentu (dalam hal ini etnis) interaksi dalam suatu kawasan. Dengan 3. Sergegasi menjadikan menggunakan pendekatan ruang dan munculnya kemungkinan konflik aktivitas manusia yang beragam dalam suatu kawasan perkotaan karakteristik etnis, diharapakan 4. Heterogenitas etnis dan suku batasan-batasan tersebut akan budaya dikawasan perkotaan terbiaskan. (khususnya kawasan Kampung Jakarta sebagai kota metropolitan Melayu, Jatinegara, Jakarta terbesar di Indonesia tentu menyimpan Timur) semua kerumitan perkotaan serta sosial 5. Kebutuhan akan ruang sosial sebagimana yang terbahas diatas. yang masif guna membiaskan Konteks kejakartaan tentu menjadi fenomena segregasi sosial dalam sesuatu yang menarik untuk kemudian kawasan perkotaan. disandingkan dengan arsitektur. Tentang bagaimana permasalahan Kriteria desain sosial, karakteristik kawasan serta Intangible: lokalitas budaya setempat tersebut 1. Berdasar deskriptif Agregasi, menjadi pertimbangan dalam komponen arsitektur yang menciptakan suatu arsitektur. dihadirkan hendaklah berfungsi 3

memicu interaksi dan komunikasi lokalitas/arsitektur tradisional antar manusia dan mewadahi setempat kegiatan yang sifanya publik atau 4. Menjadi shelter antar moda bersama-sama transportasi yang saling 2. Obyek arsitektur dapat terintegrasi menciptakan suasana tenang dan nyaman sehingga akan menjadikan kawasan tersbut menjadi pusat tujuan 3. Arsitektur yang mewadahi kegiatan pasif dapat dilakukan dengan cara semisal duduk-duduk atau berdiri sambil melihat aktivitas yang terjadi si sekelilingnya untuk menciptakan perasaan tertentu 4. ruang publik agar di dalamnya terjadi suatu aktivitas yang tidak monoton

Tangible: 1. Ruang yang dihadirkan adalah ruang-ruang dengan enclosure yang bias serta memaksiamalkan exposure agar pola interaksi dapat terwadahi 2. Berkaitan dengan proporsi, ukuran dan luasan ruang serta jangkauan untuk menciptakan kenyamanan dalam desain 3. Arsitektur yang memiliki identitas terhadap

4

BAB II PROGRAM DESAIN

Ruang publik pada dasarnya antara, bakul, wong tuku dan kegiatan adalah ruang kosong yang sangat bakulan. Dengan merujuk pada Schulz berguna dalam lingkungan. Ruang (1977), berarti pasar berperan pulik merupakan salah satu kebutuhan mewadahi fungsi komersial sekaligus pokok bagi masyarakat kota sehingga pengembangan nilai sosial pun juga bisa terjalin interaksi sosial di interaksi sosial. masyarakat kota itu sendiri. Program Berdasarkan kajian terhadap arsitektur yang dimungkinkan dalam kebutuhan kawasan, kajian fungsi menciptakan aktivitas interaksi lahan serta tata peraturan lahan maka diantaranya bisa berupa: taman, pasar, rancangan yang akan di buat adalah pusat kuliner dan bangunan-bangunan merupakan rancangan terminal dan publik lainnya. area publik dikawasan kampung Taman merupakan salah satu melayu yang menunjang pola interkasi ruang publik yang sangat untuk menciptakan agregasi memungkinkan muculnya interaksi (penyatuan) pada kawasan kampung yang masif antar manusia didalamnya. melayu, jatinegara, Jakarta timur. Taman juga termasuk eksternal public Produk rancangan ini telah memalui space (ruang publik eksternal) (teori tahap analisa dimana dari ketiga ruang publik Zang & lowsons. produk (terminal dan ruang publik) Interaksi yang sangat dominan dianggap sangat memungkinkan selanjutnya terjadi di obyek arsitektur timbulnya pola interkasi yang secara berupa pasar. Berdasar jurnal langsung akan meminimalisir adanya “Perkembnagan Pasar dalam geeskan dan memiliki kecenderungan Masyarakat Jawa” disebutkan bahwa engagegasikan orang-orang dalam pasar merupakan tempat bakulan (jual kawasan atau sekitar dari kawasan beli), dimana didalamnya mencakup tersebut. kegiatan tukar menukar/transaksi yang dilakukan dalam suasana kemasyarakatan/sosial. Sehingga pasar dapat didefinisikan sebagai tempat terjalinnya hubungan dan kenyaman 5

II.1 Rekapitulasi Program Ruang - Fasilitas penunjang: selain fasilitas TERMINAL utama dalam sistem terminal Terminal bus dapat didefinisikan terdapat pula fasilitas penunjang sebagai prasarana transportasi jalan sebagai fasilitas pelengkap yaitu: untuk keperluan menurunkan dan 1. Ruang kantor menaikkan penumpang, perpindahan 2. Towe/menara pengawas intra dan antara moda transportasi serta 3. Pos pemeriksaan KPS/TPR mengatur kedatangan dan 4. Pelataran parkir kendaraan pemberangkatan kendaraan umum. umum Terminal/bus shelter memiliki 5. Peron kelas-kelas tertentu dalam skala desain 6. Loket peruntukan dan kapasaitas 7. Taman, dll. terwadahinya. Dalam desain kali ini 8. Musholla tipe terminal yang difasiltasi adalah 9. Kios terminal tipe C. Dimana Terminal bus 10. WC/Kamar mandi tipe C merupakan tipe terminal yang berfungsi melayani kendaraan Dengan melihat kondisi eksiting penumpang umum untuk angkutan yang ada maka fasilitas moda yang pedesaan atau angkutan dalam kota. akan ditampung adalah meliputi moda Sesuai keputusan menteri , Angkutan kota berbasis feeder perhubungan no. 31 tahun 1995 (angkot masa depan) serta bus Trans tentang terminal, transportasi jalan dan jakarta. pedoman teknis pembangunan terminal angkutan penumpang, maka fasilitas terminal penumpang tipe C terdiri dari: - Fasilitas utama: fasilitas utama merupakan suatu fasilitas yang mutlak dimiliki dalam suatu terminal meliputi: 1. Area keberangkatan 2. Area kedatangan 3. Area menunggu 4. Area lintas

6

Tabel II.1 Program ruang Fasilitas Terminal Fasilitas penunjang Kios Ruang Nama ruang Kapasitas sumber luasan 20 kios Perda 240 pedagang Kios 20 unit Perda 240 Dapur - N 168 Area Los 3 unit Perda 360 dagang Kasir N 21 Area Konter 10 Perda 90 Area makan 300 org SNU 600 R. foodc 200 org AJM 186 ourt Area Kedatangan bongkar 2 lajur AJM 340 R. muat Kebernagkat 200 org AJM 186 gudang N 48 Area an bus R. Tunggu 200 org N 200 Total 1.417 Jalur Kopaja 3 jalur SLJ 1050 Toilet 2 unit N 50 Pull Kopaja 15 bus N 375 Atm 3 unit A 9 R. Total 2.687 6 org TSS 15 Informasi R. Area R. 50 org AJM 46,5 6 org AJM 15 Kedatangan servic Keamanan R. e Sirkulasi A 141,7 Keberangkat 50 org AJM 46,5 Service an Fire Area 4 unit A 6 angkot R. Tunggu 50 org N 50 Control Jalur Angkot 6 jalur SLJ 1.620 Total 236,7 25 R. Kepala Pul Angkot N 230 3 org A 28,5 angkot Me Total 1993 Ruang R. Mesin A 30 Pos Tiket 1 A 15 utilita R. Pompa A 20 Area Ticket s R. Genset Area 3 jalur A 21,6 A 20 bustrans Checking & Panel Jakarta R. Tunggu 200 org N 200 Total 98,5 Parkir 30 Total 236,6 A 360 R. Kepala Mobil mobil 1 org N 15 Parkir 120 Terminal A 240 Motor motor R. Skeertaris 1 org N 9 Area parkir Parkir R. Staff 20 N 96 Mobil 6 mobil A 78 R. Rapat 20 N 50 Barang Total 678 Kantor R. Karyawan 20 N 44 terminal R. Tamu 10 AJM 22 Rekapitulasi Luasan R. Keamanan 5 A 12 - Terminal 5.226,6 Gudang - S 12 m2 - Falislitas Penunjang 2.430,2 Toilet 2 unit N 50 - Sirkulasi moda 2.351,97 Total 310 - Taman 1.568 Total luasan N : Nufert 11.576,75 AJM : AJ Metri c A : Asumsi Luas Lahan yang ada 15.800 SLJ : Standarisasi Lintas Jalan (dalam m2) 7

II.2 Deskripsi Tapak . Terdapat juga pasar kaget di Berdasarkan kriteria lahan yang pagi hari yang berada pada ujung jalan telah dielaborasikan di atas, maka menuju arah stasiun tebet. lahan yang dipilih terletak di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Jakarta. Batasan lahan: Utara: Jl. Otto Iskandar Dinata Timur: Jl. Jatinegara Timur Gambar II.1 Lokasi lahan Selatan: Jl. Jatinegara barat 4 sumber: google maps Barat: Jl. Jatinegara barat

Kawasan ini merupakan kawasan padat aktivitas dan merupakan jalur sirkulasi yang penuh baik itu pedestrian atau pejalan kaki maupun kendaraan. Lokasi ini juga merupakan tempat pertemuan keberagaman kawasan yang ada di lingkungannya. Eksistingnya yang berupa terminal sangat jelas mengindikasikan bahwa kawasan ini merupakan kawasan yang ramai dan merupakan ruang publik di lingkungannya.

Secara umum aktivitas site yang terjadi saat ini adalah sebagai terminal bayangan kendaraan umum yang Gambar II.2 Karakteristik lingkungan lahan melayani rute dari Jakarta pusat – Sumber: dokumentasi pribadi kampung melayu – . Terdapat pula halte busway yang merupakan halte transit dari arah PGC/Kampung Rambutan serta arah Pulogadung dan

8

Berikut rute yang dilayani dalam terminal kampung melayu: 1. Trans Jakarta Busway Koridor 7 Kp. Rambutan – Kp. Melayu Koridor 5 Kp. Melayu – Ancol Koridor 11 Kp. Melayu – Pulo Gebang Koridor 7A PGC Cililitan – Harmoni Gambar II.3 Zonasilahan Sumber: DCTRK DKI Jakarta Koridor 7B PGC Cililitan – Ancol

2. Bus Besar PPD P 213 Grogol – Kp. Melayu AJA P AC 119 Kp. Melayu – Cimone Tangerang

3. Bus Sedang MetroMini 53 Kp. Melayu – Kp. Rambutan MetroMini 506 Kp. Melayu – Pondok Kopi MetroMini T 46 Kp. Melayu – Pulogadung Kopaja S 612 Kp. Melayu – Ragunan Belakang MetroMini T 52 Kp. Melayu – Stasiun Dian Mitra BS 07 Kp. Melayu – Kopaja T 502 Kp. Melayu – Tanah Abang

9

4. Mobil / Angkot / Bemo Intensitas Pergerakan Kawasan Mikrolet M 16 Pasar Minggu – Kp.  Intensitas Manusia yang Menuju Melayu Lokasi Mikrolet 26 Kp. Melayu – Bekasi Analisa terhadap bus Mikrolet M 06 Kp. Melayu – transJakarta. Bus trans Jakarta Gandaria transit rata-rata tiap 15 menit sekali. Mikrolet 03 Kp. Melayu – Dimana pada halte kampung Kompleks PWI melayu, terdapat 5 pintu tujuan, Mikrolet M 01A Kp. Melayu – yang berarti terdapat kurang lebih 5 Pasar bus yang transit dalam 15 menit Mikrolet M 32 Kp. Melayu – sekali. Jika rata-rata kapasitas terisi Perumnas Klender tiap bus adalah 25 orang maka Mikrolet 18 Kp. Melayu – Pondok diperkirakan intensitas angkutnya Gede dalam 15 menit sekali untuk Mikrolet 28 Kp. Melayu – Pondok keseluruhan bustransJakarta yang Gede transit di halte kampung melayu Mikrolet M 31 Kp. Melayu – adalah kurang lebih 125 orang tiap Pondok Kelapa 15 menitnya atau 400 orang tiap Mikrolet M 27 Kp. Melayu – jamnya (asumsi rentang susutan Pulogadung 20%). Jika ditambahkan dengan Sesuai dengan peta peruntukan, angkutan umum yang daya lahan memiliki kode lokasi 006.C.I.a.b tampungnya dibawah transJakarta dan 007.S.6.a.b dimana area ini maka jika kendaraan umum diarahkan untuk dimanfaat kan diasumsikan 15 orang per 10 sebagai ruang layanan pelayanan sosial menitnya maka terdapat kurang (terminal) serta area campuran. lebih 150 orang yang menuju lokasi Menilik dari tata aturan mengenai tiap jamnya koevisien dasar bangunan dan stabdar ukur lahan dari pemda DKI, lokasi tersebut masuk kedalam kawasan dengan kode lokasi:

10

Gambar II.4 Situsi lahan Sumber: dokumentasi pribadi

Intensitas Pejalan Kaki yang Menuju Lokasi 60

50

40

30

20 jumlah manusia jumlah 10 0 07.00 - 08.00 - 09.00 - 10.00 - 11.00 - 12.00 - 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 Intensitas 55 47 42 40 38 43 Tabel II.2 Intensitas pejalan kaki Sumber: dokumentasi pribadi

 Intensitas Pejalan Kaki yang kedatangan bus trans Jakarta di Menuju Lokasi halte perjamnya sejumlah 20 bus. Data merupakan asumsi rata-rata b. Kopaja memasuki terminal dari arah terhadap jumlah kapasitas angkut jalan jatinegara timur dengan kendaraan yang datang ke lokasi, kedatangan rata-rata tiap 15 menit baik sekali, sehingga perjamnya kurang itu bustrans Jakarta ataupun lebih terdapat 4-5 bus transit di angkutan umum lainnya. terminal  Intensitas pergerakan kendaraan c. Angkot memasuki terminal dari yang keluar masuk lokasi arah jalan jatinegara timur dan arah a. Busway memasuki halte rata-rata jalan otto iskandar dinata dengan dalam 15 menit sekali, dimana di kedatangan rata-rata tiap 5-6 menit halte kampung melayu terdapat 5 sekali, sehingga perjamnya kurang pintu tujuan. Jadi rata-rata lebih terdapat 8-10 angkot. 11

Dari analisis yang dilakukan, serta bawah jembatan layang yang diperoleh kesimpulan bahwa kawasan sering kali menyebabkan kemacetan ini merupakan kawasan yang padat - Tidak adanya area parkir untuk aktivitas dan pengunjung. Umumnya pembeli menyebabkan kemacetan merupakan calon atau penumpang pula busway dan kendaraan umum seperti - Kebiasaan ngetem sembarangan metromini, kopaja dan angkot yang oleh para sopir angkutan umum nauk dan turun dari atau ke lokasi. yang menjadikan kawasan semakin Tidak ada jalur pedestrian yang jelas semrawut dan macet pada kawasan ini menjadikan - Kurangnya perteduhan di sekitar pergerakan pedestrian menjadi lokasi terminal kampung melayu semrawut dan tak teratur, kebanyakan Potensi Lahan dari pejalan kaki menyeberang pada Jika dianalisa, lahan ini jalan yang berada di bawah layang mempunyai beberapa potensi untuk kemudian menuju terminal penunjang yang dapat menjadi ataupun halte busway. Posisi pintu penunjang dalam desain, yaitu: masuk halte busway yang berada di - Lahan merupakan titik pertemuan utara-timur menjadikan para pejalan dari segala kativitas urban yang ada, kaki dari arah barat atau selatan harus sehingga memicu adanya interaksi memutar dan melewati area jalan raya yang lebih antara subyek dan ataupun jalur trans Jakarta. subyek ataupun antara subyek dengan obyek serta lingkungannya Permasalahan Lahan dan Kawasan - Lahan merupakan pusat moda Adapun kekurangan atau permaslahan transpotasi dalam hal ini, terminal lahan yang menjadi tantangan dalam serta halte transJakarta yang eksplorasi desain yaitu: keduanya selalu ramai setiap - Tidak adanya trotoar pada lingkar harinya. lahan - Lahan juga merupakan titik - Tidak adanya pengaturan lalulintas persimpangan jalan yang menjadi yang mempermudah penyeberang akses utama dalam kota, seihngga jalan yang menuju ke lokasi lahan bisa di fungsikan sebagai - Adanya pedangang kaki lima yang kawasan pembentuk memori bagi berjualan di sekitar kawasan site parapengguna jalan raya untuk mengetahui titik kawasan tersebut. 12

BAB III

PENDEKATAN DAN METOD A DESAIN

III.1 Pendekatan Desain

Agregasi

Agregasi Sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran AGREGASI DESAIN CRITERIA bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan INTANGIBLE oleh anggota masyarakat. Kelompok FUNGSIO- 1. Berdasar deskriptif Agregasi, juga dapat memengaruhi perilaku para NALISM komponen arsitektur yang anggotanya. Agregasi social dihadirkan hendaklah berfungsi (gregariousness group) kelompok memicu interaksi dan sosial merupakan kesatuan atau komunikasi antar manusia dan himpunan manusia yang hidup mewadahi kegiatan yang bersama dalam hubungan yang yang sifanya publik atau bersama- saling mempengaruhi dan kesadaran APPROACH sama untuk saling menolong (Mu’arifin, 2. Berdasar syarat terbentuknya

2010). agregasi. Menjadikannya

 Faktor Pendorong Terbentuknya sebagai pendekatan / metode untuk kemudian dijadikan Agregasi sebagai pendasaran dalam Terdapat suatu pendapat yang menentukan rangkaian aktivitas, menyatakan bahwa factor pola hubungna ruang dan sistem pendorong terbentuknya suatu manusa dalam desain.

agregasi social didasarkan atas

adanya persamaan atas dirinya dan RUANG TANGIBLE

orang lain, antara lain: INTERAKSI

1. Adanya persamaan nasib Ruang yang dihadirkan adalah ruang-ruang dengan enclosure 2. Tujuan yang sama yang bias serta memaksiamalkan

3. Ideologi yang sama exposure agar pola interaksi dapat terwadahi 4. Adanya interaksi Tabel III.1 Desain kriteria agregasi

13

Interaksi berguna dalam lingkungan. Ruang Interaksi sosial terjadi apabila pulik merupakan salah satu kebutuhan memenuhi dua syarat, yaitu; adanya pokok bagi masyarakat kota sehingga kontak sosial dan adanya komunikasi. bisa terjalin interaksi sosial di Bentuk-bentuk interaksi bisa terwujud masyarakat kkota itu sendiri. dalam kerjasama, persaingan dan Menurut Car et al. Dalam carmona pertentangan. Berlangsungnya suatu dkk,.(2003) ruang publik dalam suatu proses interaksi didasarkan pada permukiman akan berperan secara berbagai faktor, antara lain, faktor baikjika mengandung unsur antara imitasi, sugesti, identifikasi dan lain: simpati. Faktor-faktor tersebut dapat a. Comfort bergerak sendiri, terpisah maupun Merupakan salah satu syarat tergabung. mutlak keberhasilan ruang publik. Terdapat beberapa teori interaksi sosial Lama tinggal seseorang di ruang berhubungan dan mengadopsi teori publik dapat dijadikan tolak ukur psikologi sosial, yaitu; comfortable tidaknya suatu ruang Teori perbandingan sosial adalah publik. Dalam hal ini kenyamanan proses saling mempengaruhi dalam ruang publik dipengaruhi antara interaksi sosial yang ditimbulkan lain oleh: environmental comfort, karena adanya kebutuhan untuk yang berupa perlindungna dari menilai diri sendiri dengan pengaruh alam seperti, sinar membandingkan diri dengan orang matahari, angin, dll.; physical lain. Menurut Brigham (1991), pada comfort, yang berupa umumnya yang dijadikan ketersediaannya terhadap fasilitas perbandingan adalah orang yang penunjang yang cukupseperti dinilai mempunyai kesamaan atribut tempat duduk; social and dengannya, misalnya sama dalam hal psycology comfort usia, jenis kelamin, sikap, emosi, b. Relaxion pendapat, kemampuan atau Merupakan aktivitas yang erat pengalaman. kaitannya dengan psychological comfort. Suasana rileks mudah Public Space dicapai jika badan dan pikiran Ruang publik pada dasarnya dalam kondisi sehat dan senang. adalah ruang kosong yang sangat Kondisi ini dapat dibentuk dengan 14

menghadirkan unsur-unsur alam PUBLIC DESAIN CRITERIA seperti tanaman/pohon/air dengan SPACE INTANGIBLE lokasi yang terpisah atau terhindar

dari kebisingan atau hirup pikuk  Obyek arsitektur dapat RELAXION kendaraan di sekelilingnya. menciptakan suasana tenang c. Passive engagement dan nyaman sehingga akan Aktivitas ini sangat menjadikan kawasan tersbut dipengaruhi oleh kondisi menjadi pusat tujuan  Arsitektur Kegiatan pasif lingkungannya. Kegiatan pasif PASSIVE dapat dilakukan dengan cara ENGAGE dapat dilakukan dengan cara MANT duduk-duduk atau berdiri duduk-duduk atau berdiri sambil sambil melihat aktivitas yang melihat aktivitas yang terjadi si terjadi si sekelilingnya untuk sekelilingnya atau melihat menciptakan perasaan pemandangan yang berupa taman, tertentu air mancur, patung atau karya seni ACTIVE  Obyek arsitektur mewadahi lainnya. ENGAGE aktivitas kontak/interkasi MANT d. Active engagement antar anggota masyarakat Suatu ruang publik dikatakan dengan baik  ruang publik agar di berhasil jika dapat mewadahi DISCOVERY aktivitas kontak/interkasi antar dalamnya terjadi suatu anggota masyarakat dengan baik. aktivitas yang tidak monoton e. Discovery COMFORT TANGIBLE Merupakan suatu proses ABLE Berkaitan dengan proporsi, mengelola ruang publik agar di ukuran dan luasan ruang serta dalamnya terjadi suatu aktivitas jangkauan untuk menciptakan kenyamanan dalam desain yang tidak monoton

Tabel III.2 Desain kriteria public space

15

III.2 Metoda Desain Metode William M. Pena ini terdiri Menurut William M. Pena, dari: Metode merupakan sebuah sintesa dari 1. Menetapkan sasaran analisis dan penyusunan sintesis yang 2. Mengumpulkan dan dapat menjadi penerangan, wawasan menganalisis fakta dari pemecahan masalah; 3. Mengungkap dan menguji konsep Metode berfikir / penggalian ide / 4. Menentukan kebutuhan analisis yang digunakan adalah metode 5. Menyatakan permasalahan Architectural Programming dari Berikut merupakan penerapan Williams M. Pena dalam bukunya metode programming william pena Problem Seeking. Metode tersebut dalam proses penggalian ide dapat dipilih karena model metode program disimpulkan sebagai berikut: yang dikembangkan berbasis terhap  Sasaran/tujuan isu dan fakta lapangan. Karena isu dan Sasaran dari desain ini adalah fakta lapangan yang diangkat menyelesaikan permaslaahn merupakan suatu abstraksi terhadap segregasi yang terjadi dalam latar dasar munculnya suatu arsitektur. beberapa kawasan yang karena Dengan metode ini pula juga untuk dikhawatirkan mampu memicu mempermudah alur berfikir hingga munculnya konflik dalam kawasan akhirnya menemukan konsep desain tersebut. yang tepat.  Fakta Terdapat permasalahan segregasi dalam beberapa kawasan sehingga perlu adanya tindakan penyelesaian khususnya secara arsitektural. Inti permasalahn dari adanya segregasi ini adalah pola interaksi yang kurang antara satu sama lain, sehingga menjadi kurang akrab dan saling menjaga jarak antar masing- Gambar III.1 Tahapan Metode William M. Pena masing. Mengenai fakta analisa lahan akan dibahas pada poin selanjutnya. 16

 Konsep Salah satu diagramatik konsep dari Pena ini adalah berkaitan dengan People Grouping. Konsep ini menekankan pada penggabungan individualis pada suatu kelompok. Konsep ini tentu sesuai dengan

gambaran dari pendekatan diatas Gambar III.2 Konsep Grouping William M. Pena

yang berkaitan dengan Agregasi,

yang mana merupakan salah satu

usulan solusi terhadap permaslaan

segregasi ini.

 Kebutuhan

- Pelaku: para segregan yang

berada dilingkungan kawasan

serta penduduk sekitar kawasan

- Aktivitas: menyeberang jalan,

menuju ke kendaraan umum,

mengantre di halte, makan, bersantai - Kebutuhan ruang: ruang pengelola, ruang pengunjung, ruang servis,ruang terbuka hijau - Tuntutan ruang: terdapat ruang tunggu, ruang interaksi, ruang yang mempermudah jangkauan terhadap kendaraan umum, penyeberangan.

 Permasalahan - terdapat pola tata sirkulasi dan tata ruang yang belum

maksimal dan baik

- kebutuhan akan ruang interaksi

yang tinggi 17

Hybrid Method juktaposisi atau superimposisi. Metode Hibrid merupakan salah satu Hibrid berpikir dari elemen atau bagian metode perancangan dalam sebuah menuju keseluruhan. Sebaliknya pada karya Arsitektur yang muncul di era metode ‘both and’, berpikir dilakukan Post Modern. Secara etimologis Hibrid dari keseluruhan menuju elemen atau merupakan penggabungan beberapa bagian. aspek yang berbeda (binari oposisi), Tahapan metode Hibrid adalah sebagai tentunya dalam bidang Arsitektural. berikut : Metode hybrid ini meliputi Electic & manipulasi penggabun persilangan, pencampuran, quotation & reduksi gan penggabungan. Gambar III.3 Peta alur metode hybrid Menurut Jencks, hybrid merupakan suatu metode untuk menciptakan sesuatu dengan pola-pola 1. Elektik/Quotation lama (sejarah), namun dengan bahan Eklektik artinya menelusuri dan dan teknik yang baru (Ikhwanuddin, memilih perbendaharaan bentuk dan 2005). Dengan kata lain elemen Arsitektur dari massa lalu menggabungkan bentuk-bentuk yang dianggap potensial untuk tradisional dengan teknik modern. diangkat kembali. Eklektik Metode hybrid dinyatakan melalui menjadikan Arsitektur masa lalu tahapan-tahapan quatation, manipulasi sebagai titik berangkat, bukan elemen, dan unifikasi dan sebagai model ideal. Asumsi dasar penggabungan. Metode ini memiliki penggunaan Arsitektur masa lalu kesamaan dengan versi Ventury, yang adalah telah mapannya kode dan meliputi tatanan, fragmentasi , infeksi makna yang diterima dan dipahami dan juxtaposition atau superimposisi. oleh masyarakat. Di sisi lain, (Ikhwanuddin, 2005). quotation adalah mencuplik elemen Metode Hibrid dilakukan melalui atau bagian dari suatu karya tahapan-tahapan quotation, manipulasi Arsitektur yang telah ada elemen dan unifikasi atau sebelumnya. penggabungan. Metode ini memiliki kesamaan berfikir dengan metode 2. Manipulasi dan Modifikasi ‘both and’ versi Venturi yang meliputi Elemen-elemen atau hasil tatanan, fragmentasi dan infleksi dan quotation tersebut selanjutnya 18 dimanipulasi atau dimodifikasi 3. Penggabungan (Kombinasi atau dengan cara-cara yang dapat Unifikasi) menggeser, mengubah dan atau Penggabungan atau penyatuan memutarbalikan makna yang telah beberapa elemen yang telah ada. Beberapa teknik manipulasi dimanipulasi atau dimodifikasi ke yaitu: dalam desain yang telah ditetapkan  Reduksi atau simplifikasi. ordernya. Reduksi adalah pengurangan bagian-bagian yang dianggap tidak penting. Simplifikasi adalah penyederhanaan bentuk dengan cara membuang bagian- bagian yang dianggap tidak atau kurang penting.  Repetisi. Repetisi artinya pengulangan elemen-elemen yang di-quotation-kan, sesuatu yang tidak ada pada referensi.  Distorsi bentuk. Perubahan bentuk dari bentuk asalnya dengan cara misalnya dipuntir (rotasi), ditekuk, dicembungkan, dicekungkan dan diganti bentuk geometrinya.  Disorientasi. Perubahan arah (orientasi) suatu elemen dari pola atau tatanan asalnya.  Disporsisi. Perubahan proporsi tidak mengikuti sistem proporsi referensi (model).  Dislokasi. Perubahan letak atau posisi elemen di dalam model referensi

19

(halaman ini sengaja dikosongkan)

20

BAB IV KONSEP DESAIN

IV.1 Eksplorasi Formal  pendekatan Agregasi ini bisa Sebagaimana yang disebutkan dalam bab sebelunya, dimana diwujudkan/dirupakan dalam intensitas keseharian, interkasi dan penggabuang fungsi ruang atau pola hubungan akan membentuk suatu membentuk ruang dengan batas- karakter baru dalam sekelompok atau batas yang bias. Sehingga kontak beberapa kelompok yang berada dalam visual antar ruang akan semakin suatu kawasan. Intensitas keseharian, bebas. interkasi dan pola hubungan akan  Fungsi ruang yang memungkinkan mampu mereduksi batas (Segregasi) dalam memicu pola interaksi dan sosial antar kelompok dalam kawasan. komunikasi secara luas adalah Pola ini pula yang sebenarnya terdapat ruang dengan kadar privasi rendah dalam pendekatan Agregasi yang juga atau dengan kata lain adalah ruang menjadi pendasaran dalm konsep semi publik hingga ruang publik. rancangan ini. Sehingga konsep yang Dengan menghadirkan ruang diajukan hendaknya berhubungna publik, batas antar sosial akan bisa dengan kriteria desain berikut: ditekan dan bahkan komunikasi  Segregasi sosial dapat antar segregan. diselesaikan melalui Agregasi  Berdasarkan kajian ruang publik, sosial yaitu dengan pola interaksi ruang publik dengan tipologi dan komunikasi antar pihak yang eksternal public space mampu segregan. Menanggapi hal mewadahi proses Argregasi, tersebut, maka diperlukan suatu karena ruang publik ini bersifat arsitektur yang memunculkan terbuka untuk umum, dengan interaksi antar segregan tipologi semacam, taman, alun, didalamnya. alun, jalur pejalan kaki, dll.  Lawan dari segregasi adalah agergasi, agregasi muncul dengan cara penggabungan fungsi sosial. Dalam hal ini, secara arsitektural,

21

IV.2 Eksplorasi Teknis Berikut konsep teknisnya:  dibuat semi terbuka dengan pola penghawaan dutamakan alami dengan pencahayaan dimaksimalkan pada pencahayaan alam pula.  dibuat dengan model trap naik, hal ini sesuai dengan konsep minim enclosure sebagai media guna mempermudah jangkauan visual dari masing-masing zonasi.  Area terminal dengan kepadatannya coba diurai dengan memisahkan jenis moda transportasi yang ada. Namun diatara kesemua moda tersebut, terdapat keterhubungan melalui ruang tertentu, sehingga pada akhirnya, pengunjung diarahkan tetap pada satu ruang utama dalam area.  Untuk moda transportasi bus trans Jakarta sediri akan diletakkan pada lantai 2 terminal, hal ini dilakukan

Gambar IV.1 Konsep desain untuk menghindari crossing yang terjadi di kedua moda transportasi yang lain. Kenapa transJakarta dipilih diatas juga karena moda transportasi ini tidak memerlukan area pul kendaraan, sehingga lebih minim penggunaan ruang terminal.

22

BAB V

DESAIN

V.1 Eksplorasi Formal

Penerapan metode dalam perancangan:

1. Tahap Elektik / Quotation

 Pemilihan fungsi area publik sebagai ruang yang ramah dari segala usia dan

golongan masyarakat

Gambar V.1 Ruang publik segala usia  Pemilihan fungsi dari obyek pasar dengan terminal untuk kemudian digabungkan. Fungsi yang dipilih adalah koridor dan lobby dalam pertokoan dengan

koridor pada terminal

 Pemilihan bentukan masa

lalu/tradisional berupa

arsitektur rumah adat Betawi, dimana unsur oranamentasi dalam Arsitektur betawi menjadi unsur utama ciri dari Gambar V.2 penggabungan fungsi rancangan yang akan dihadirkan

Gambar V.3 Ornamen betawi

23

2. Tahap Manipulasi / Modifikasi  Bauran ruang berupa koridor dibuat sebagai identitas kuat dari aspek interaksi  Modifikasi ornamen menjadi 1 bagian dari elemen struktur

3. Tahap Penggabungan

 Hasil penggabungan antara

terminal dan pasar dalam satu

sistem dan bangunan membentuk

suatu tatanan masa baru, dimana

akhirnya terbentuk masa transisi 2

diantara kedua fungsi utama ini.

 Area transisi ini lah yang

kemudian dimaksimalkan sebagai

ruang interaksi dan agregasi dalam

rancangan

 Selain itu, peggabungan model 3

tradisional dan modern ini

membentuk arsitektur perpaduan Gambar V.4 Proses tahap modifikasi

baru sebagiamana konsep hybrid

ini diterapkan

1

2

Gambar V.5 Proses tahap penggabungan

24

V.1 Eksplorasi Teknis

 Sirkulasi Kendaraan

Pola sirkulasi kendaraan berangkat

dari model sirkulasi eksisting.

Dimana terdapat 3 lengkung

utama jalur moda transportasi.

Yakni:

- 3 rute bus TransJakarta dari

arah Utara dan puter balik di

lahan

- 1 rute dari arah Selatan yang

puterbalik

- 1 rute lurus, masuk dari pintu

Selatan dan keluar dari pintu

utara

- Masing-masing puter balik

dari utara dan selatan untuk

moda Kopaja dan Metromini.

Gambar V.6 Pola sirkulasi

25

Area terminal dengan kepadatannya coba diurai dengan memisahkan jenis moda transportasi yang ada. Namun diatara kesemua moda tersebut, terdapat keterhubungan melalui ruang tertentu, sehingga pada akhirnya, pengunjung diarahkan tetap pada satu ruang utama dalam area. Pola awal yang berberupa himpitan berlawanan dipertahan kan sebagai pola rancangan, hal ini karena dengan pola tersebut cukup mampu memisahkan Gambar V.7 Skema pergerakan kendaraan crossing kendaraan yang keluar dan masuk terminal dari arah utara dan selatan lahan.

Gambar V.8 Zonasi antar moda

26

Gambar V.9 Pola sirkulasi tiap moda

Gambar V.10 Potongan sirkulasi Antar moda Untuk moda transportasi bus trans Jakarta sediri akan diletakkan pada lantai 2 terminal, hal ini dilakukan untuk menghindari crossing yang terjadi di kedua moda transportasi yang lain. Kenapa transJakarta dipilih diatas juga karena moda transportasi ini tidak memerlukan area pul kendaraan, sehingga lebih minim penggunaan ruang terminal.

27

 Sirkulasi Manusia Bangunan dirancang untuk dapat terakses dari segala arah, utamanya pada sisi barat dan timur lahan, yang mana menjadi akses utama memasuki bangunan. Pola sirkulasi disusun berdasar pola pergerakan (eksisting) dalam kawasan Pergerakan sirkulasi dalam bangunan dibantu oleh adanya tangga, eskalator dan lift. High Pedestrianway untuk mengatasi cross sirkulasi antara pergerakan manusia dan sirkulasi kendaraan

Gambar V.11 Sirkulasi manusia.

28

Gambar V.12 High Pedestrianway.

Gambar V.13 Eskalator dan tangga sirkulasi.

29

Gambar V.14 Site plan.  Konfigurasi Tatanan Area taman, sebagai bagian Selain itu, area ini juga dari bauran antara fungsi pasar dan dirancang terakses tidak hanya terminal direncanakan sebagai secara sirkulasi, namun juga area yang full interactive, dimana secara visual ke setiap elemen area ini diupayakan untuk memicu utama rancangan kawasan lokasi

panca indera untuk berinteraksi ini. dengan masnuia ataupun dengan olahan alam. 30

Gambar V.15 Zonasi lantai basemen

Gambar V.16 Zonasi lantai 1

Gambar V.17 Zonasi lantai 2

Gambar V.18 Zonasi lantai 3

31

 Tampang Bangunan Bentukan atap diadaptasi dari bentukan atap arsitektur nusantara dimana didominasi oleh atap-atap pelana ataupun perisai. Jenis atap nusantara ini kemudian digubanh tanpa menghilangkan fungsi dan ciri utamanya, dengan mengikuti lekuk dari masa bangunan yang ada.

Gambar V.19 Tampak 1

Gambar V.20 Tampak 2

Gambar V.21 Tampak 3

32

33

(halaman ini sengaja dikosongkan)

34

BAB VI KESIMPULAN

Melihat permaslaahn isu dan berdasarkan hipotesa berupa rancangan desain Terminal Kampung Melayu bisa menjadi salah satu usulan perancangan dan pengaplikasian terhadap metode hybrid.Metode ini bisa diterapkan dalam kondisi kasus dan isu tersebut namun masih dengan beberapa catatan. Dalam artian tidak semua dari metode hybrid ini dapat diaplikasikan dan diwujudkan dalam bentuk

desain rupa rancang terminal kampung melayu.

Namun dari hal ini penulis mengakui masih banyak kekurangan baik analisis dan sintesis dari penerapan metode ini. Kedepan penulis berharap metode ini bisa menjadi bahan ajar dan terus untuk di evaluasi untuk kemudian menjadi benar-benar bisa di terapkan dalam desain.

35

(halaman ini sengaja dikosongkan)

36

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik Nasional. 2015. Statistik Kriminalitas 2015. Jakarta: BPSN [2] Huda. (2015). 68% penduduk indonesia diramalkan sesaki kota pada 2025. [Online]. Website: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150126124532- 78-27377/68-persen penduduk-indonesia-diramalkan-sesaki-kota-pada-2025/ [3] Badan Perencanaan Daerah DKI Jakarta. 2014. Peta Jakarta. Jakarta: BAPPEDA DKI Jakarta [4] Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi [5] Melati, Putri. (2014). Memahami teori interaksi sosial. [Online]. Website: http://ensiklo.com/2015/08/memahami-teori-interaksi-sosial/ [6] Surasetja, Irwan. 2007. Bahan Ajar Pengantar Arsitektur : “Fungsi, Ruang, Bentuk Dan Ekspresi Dalam Aristektur”. Jakarta: Arena press [7] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2012. “Pasar Rakyat” SNI 8152:2015. Jakarta: BSNI [8] Marlina, Endy, Dkk. 2015. Jurnal Humaniora : “Pasar Sebagai Ruang Seduluran Masyarakat Jawa”. Yogyakarta: Aksara [9] Saputro, Wisnu Dinan.(2007). Evaluasi lokasi dan tapak terminal tipe C. Universitas 11 Maret Press. Solo [10] Jencks, C. 1997. Theory And Manifestoes. Academy Edition. New York. [11] Ikhwanuddin. 2005. Menggali Pemikiran Postmoderisme Dalam Arsitektur. Gajah MadaUniversity Press. Jogyakarta. [12] Pena, William. 2001. Fourth edition: problem seeking an architectureal programming primer. New York: HOK Group, Inc. [13] Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek 1. Jakarta: Erlangga

37

(halaman ini sengaja dikosongkan)

38

39