Protektorasi Inggris

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Protektorasi Inggris PROTEKTORASI INGGRIS TERHADAP KESULTANAN BRUNEI DARUSSALAM (Tahun 1888) Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Strata Satu (S1) (Dosen Pembimbing: Dr. Parlindungan Siregar, MA) Oleh: Bahriyatul Arif NIM: 105022000832 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil dari karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Agustus 2011 Bahriyatul Arif ABSTRAKSI Nama : Bahriyatul Arif (105022000832) Judul : Protektorasi Inggris Terhadap Kesultanan Brunei Darussalam (Tahun 1888) Kesultanan Brunei Darussalam merupakan salah satu Kesultanan Islam di tanah Melayu yang dalam perkembangannya mengalamai pasang surut. Kedatangan Islam di Brunei hampir sama prosesnya seperti yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada umumnya, proses ini berlangsung dengan cara damai dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Masuk Islamnya Awang Alak Betatar secara otomatis merubah sistem pemerintahan dari sebuah kerajaan menjadi kesultanan Islam. Ketika Sultan Hashim Jalilul Aqamaddin naik takhta, ia mengambil langkah untuk mempertahankan sisa wilayah Brunei dengan melindungi Limbang ketika Charles Brooke (sepupu James Brooke) menempatinya. Namun demikian, dia tidak mampu melakukannya dan dia tidak berhasil untuk mencegah kerugian lebih lanjut dari caplokan keluarga Brooke. Sultan Hashim tidak memiliki kekuatan militer yang cukup kuat untuk menegakkan amanat tersebut. Awal tahun pemerintahannya, Sultan Hashim menghadapi kesulitan terbesar karena dihadapkan pada tekanan dari keluarga Brooke dan British North Borneo Company (BNBC). Beberapa faktor yang melatar belakangi perjanjian perlindungan 1888 yang menjadikan Brunei sebagai negara atau wilayah naungan Inggris adalah Perluasan wilayah yang dilakukan Brooke di Serawak dan aktifitas BNBC di Sabah. Kedua pihak tersebut menguasai, memerintah secara penuh, mengeksploitasi sumber daya alam setempat, menghilangkan peran pembesar- pembesar setempat dan memonopoli semua perdagangan yang ada. Kondisi internal kesultanan dengan adanya perpecahan dan juga maraknya aktifitas bajak laut semakin memperburuk keadaan kesultanan. Campur tangan Brooke dan BNBC membuat masyarakat setempat melakukan perlawanan untuk mempertahankan kehidupan mereka. Meskipun dalam perjanjian perlindungan 1888 tersebut menyebutkan bahwa Brunei menjadi naungan Inggris, akan tetapi dalam prakteknya banyak butir-butir dari perjanjian tersebut yang tidak di patuhi oleh Inggris. Tindakan Ini berdampak pada hilangnya kedaulatan dan menyusutnya wilayah Kesultanan Brunei Darussalam yang di rebut oleh Brooke dan BNBC. Kedua perjanjian tersebut tidak mampu memberikan taraf perlindungan yang sepenuhnya kepada Brunei Darussalam. Ini adalah karena Inggris pada masa itu lebih mengutamakan kepentingan Inggris, khususnya rezim Brooke di Sarawak dan Syarikat Borneo Utara. Akibatnya, sedikit demi sedikit wilayah Kesultanan Brunei terkikis seperti yang kita lihat sekarang. i KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus menyeru kepada iman, menuntun kepada jalan lurus, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari segala yang munkar. Selanjutnya selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali hambatan yang penulis hadapi baik dari segi teknis maupun keterbatasan waktu, meskipun begitu semua ini tidak menyurutkan keinginan penulis untuk tetap menyelesaikan kewajiban serta tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam perkuliahan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun tujuan penulisan skripsi ini salah satunya seabagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Humaniora (S. Hum). Pada akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan doa kepada: 1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.Ag., beserta PUDEK I, II, III. 2. Bapak Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA. dan Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. ii 3. Bapak Prof. Dr. M. Dien Majid dan Ibu Awalia Rahma, MA. Yang telah berkenan untuk menguji penulis pada sidang munaqasyah. 4. Bapak Dr. Parlindungan Siregar, MA. yang telah dengan sabar dan teliti dalam memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Ibu H. Tati Hartimah., selaku Dosen Penasehat Akademik 6. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya dosen jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 7. Staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah banyak memberikan data referensi kepada penulis. 8. Kedua orangtua, ayahanda H. Ma’muri dan Ibunda Hj. Sriyati, do’a restu yang tak pernah putus beliau panjatkan agar penulis dapat terus dan kuat untuk menyelesaikan skripsi, rasa cinta dan kasih sayang beliau yang begitu besar. 9. Adikku Zahrotun Nisa dan Ahmad Faiz al-Kautsar terimakasih atas doa dan semangat kalian mendukung penulis menyelesaikan skripsi. 10. Keluarga besar H. Shobirin dan Ibu Hj. Nur khasanah, yang telah banyak memberikan bantuan moril maupun materil serta do’a sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman seperjuangan SPI angkatan 2005, khususnya kepada rekan- rekan aktifis KOST-an, tanpa mengurangi rasa hormat saya dengan tidak iii menyebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya. Akhirnya aku bisa tidur lebih cepat. Penulis hanya dapat berdo’a semoga bantuan dan amal baiknya mendapat imbalan dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dalam rangka saling mengingatkan antar sesama manusia guna untuk menuju kearah kehidupan yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, 10 Agustus 2011 Romadhon 1432 H iv DAFTAR ISI ABSTRAKSI ................................................................................................ ...........i KATA PENGANTAR .................................................................................. .......... ii DAFTAR ISI ................................................................................................ ..........v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................... 5 C. Metode Penelitian........................................................................................ 5 D. Studi Kepustakaan ....................................................................................... 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan.................................................................................. 9 BAB II KESULTANAN BRUNEI DARUSSALAM A. Letak Geografi........................................................................................... 10 B. Islamisasi dan Berdirinya Kesultanan Brunei Darussalam ....................... 11 C. Pemerintahan Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin ............................ 14 D. Sistem dan Struktur Pemerintahan ............................................................ 16 BAB III LATAR BELAKANG PROTEKTORASI INGGRIS A. Kondisi Kesultanan Brunei Darussalam ................................................... 23 1) Disintegrasi Internal Istana.................................................................. 23 2) Kondisi Sosial Masyarakat.................................................................. 28 v B. Hubungan Kesultanan Brunei Darussalam dengan Inggris....................... 30 1) James Brooke dan Perluasan Wilayahnya........................................... 32 2) British North Borneo Company........................................................... 35 BAB IV DAMPAK PROTEKTORASI INGGRIS A. Analisa terhadap Perjanjian Perlindungan 1888 ....................................... 38 B. Dampak dan Respon terhadap Protektorasi Inggris .................................. 44 1) Politik .................................................................................................. 44 2) Ekonomi .............................................................................................. 47 3) Respon Masyarakat Sabah dan Serawak terhadap Inggris.................. 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 55
Recommended publications
  • © Penerbit UMS Hubungan Tradisi Brunei Dengan Borneo Utara: Tinjauan Terhadap Fakta Kemerosotan Pentadbiran Kesultanan Brunei Pada Abad Ke-19 Dg
    Vol. 3(2), Disember, 2018, hlm. 105-131 Jurnal Borneo Arkhailogia (Heritage, Archaeology and History) https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/JBA/ Hubungan Tradisi Brunei dengan Borneo Utara: Tinjauan Terhadap Faktor Kemerosotan Pentadbiran Kesultanan Brunei pada Abad Ke-19 Dg. Junaidah Awang Jambol1 Manuskrip diterima: 8 Ogos 2018 Diterima untuk penerbitan: 18 September 2018 1 Calon Doktor Falsafah di Program Sejarah, Fakulti Kemanusiaan, Seni dan Warisan, Universiti Malaysia Sabah. Email: [email protected] Abstract This article discusses the earlier history of the Brunei Sultanate’s government as well as the growth of its influence within the Borneo Archipelago that had evidently played a major role in shaping the history of the Brunei Malays in North Borneo. This research investigates the traditional relations between Brunei and North Borneo within two time frames; during the time when the Sultanate reaches its zenith and during the decadence of its reign. These two time frames are important as they help describe the North Borneo’s Brunei Malays’ sociopolitical; the establishment and spread of power and influence of the Sultanate was visible not only in its traditional relations with the people within its territory, they can also be perceived in the presence of the Brunei Malay communities in North Borneo, which helped to further strengthening the Sultanate’s authority and its sovereignty. This paper will focus on the traditional relations between Brunei and North Borneo through the analysis of the implementation of the Sultanate’s Administration in North Borneo before the emergence of Western powers that inevitably lead the Sultanate to its decline at the end of the 19th century.
    [Show full text]
  • Call to Change Mindset and Attitude
    Published by the Department of Information FEBRUARY, 2009 Prime Minister’s Office VOLUME 24 ISSUE 2 Royal speech on 25th National Day HM: Call to change mindset and attitude BANDAR SERI BEGAWAN, February roads in Brunei was only 160km long, 22 – His Majesty Sultan Haji Hassanal with a small number of houses, schools, Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah, The one hospital and a small number of Sultan and Yang Di-Pertuan of Brunei literate people. Darussalam said that there is a need to The late Sultan focused on fulfilling change our mindset and attitude and several basic necessities such as strengthen our moral base and ethics health and education facilities, in the bid to stimulate growth and construction of houses, roads, electric achieve excellence as a country. power station, communication system His Majesty said these in his titah and developing the oil industry, (royal speech) to mark the 25th agriculture and fisheries. The National National Day of Brunei Darussalam Development Plan had successfully which was broadcasted nationwide provided peace and harmony to the through radio and television. citizens of this country. Earlier in his royal speech, His His Majesty also highlighted on the Majesty said that development importance of an educated human process of this nation begun more than resource. This is important as this 25 years before its independence. The country is a small country with a small direction of the nation’s development population. A quality human resource PHOTO: PG. HAJI BAHAR OMAR was created through the vision, is the deciding factor for a country’s His Majesty delivers a titah in conjunction with the 25th National Day of Brunei ideologies and hard work of the capability to enjoy prolonged Darussalam.
    [Show full text]
  • Katalog Terbitan Pusat Sejarah Brunei
    TERBITAN BAHASA MELAYU : 4 20 TAHUN MERDEKA: PATRIOTISME TERAS KETEGUHAN NEGARA (KUMPULAN KERTAS KERJA SEMINAR HARI KEBANGSAAN KE-20 TERBITAN BAHASA MELAYU NEGARA BRUNEI DARUSSALAM) Penyelenggara: Haji Rosli bin Haji Ampal Salina binti Haji Jaafar Buku ini mengungkap dan mengimbas kembali pelaksanaan pembangunan negara hingga mencapai taraf antarabangsa serta kepesatan era teknologi maklumat dan komunikasi yang dinamik dan pantas yang memerlukan peningkatan kematangan dan kecukupan persediaan. Kertas-kertas kerja yang dimuatkan antaranya ialah “Politik, Pentadbiran, dan Wawasan: Pelaksanaan dan Hala Tuju”; “Brunei Darussalam: Pencapaian Pembangunan Masa Kini dan Masa Hadapan”; “Pendidikan Teras Pembinaan Bangsa”; “Perkembangan Sumber Tenaga Manusia dalam Perkhidmatan Awam: Perancangan dan Pelaksanaannya”; “Brunei Darussalam: Pembangunan Sosioekonomi dan Cabarannya”; “Agama dan Insurans Islam di Negara Brunei Darussalam”; “Kesihatan di Negara Brunei Darussalam: Perkembangan dan Strategi”; “Perbankan dan Kewangan Islam di Negara Brunei Darussalam: Perkembangan dan Cabaran”; dan “Perindustrian dan Sumber-Sumber Utama: Pencapaian dan Prospek”. Tahun Terbit: 2012 a Muka Surat: 246 halaman a Ukuran: 139.7 mm x 214.3 mm Harga (Kulit Keras): B$ 6.00 (ISBN 99917-34-86-4) Harga (Kulit Lembut): B$ 3.50 (ISBN 99917-34-87-2) ADAT ISTIADAT DIRAJA BRUNEI Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Dato Seri Utama Dr Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri Buku Adat Istiadat Diraja Brunei mengandungi 14 bab, antaranya ialah “Adat Istiadat Diraja Brunei”; “Bangunan Diraja
    [Show full text]
  • Istanbul As Seen from a Distance
    ISTANBUL AS SEEN FROM A DISTANCE CENTRE AND PROVINCES IN THE OTTOMAN EMPIRE Edited by Elisabetlf. Özdalga M. Sait Ozervarlı Feryal Tansuğ • AVRUPA •KOLTÜR BAŞKENTI IW:CPLUI WnN. U CIJU'WI SWEDISH RESEARCH INSTITUTEINISTANBUL TRANSACTIONS VOL. 20 A GlJ.rripse from the Periphery: Medina in·the Young Turk Era HASANKAYALI The repeated failures of Ottoman govemments to stern the loss of large European territories to nationalist and secessionist movements throughout the 19th century shifted the focus of their centralising policies in the last quarter of the century to the Asian periphery, including Eastem Anatolia, Syria, Iraq and Arabia. 1 This reorientation had relatively little effect on the province of the Hijaz in Westem Arabia, in part due to its distance from the capital, but more especially because the province traditionally held a unique place in the Ottoman order. The privileges that the Hijaz enjoyed setitapart from the Arab societies in the Fertile Crescent that were being more closely integrated in to the i.mperial centre. lt also lacked the large urban centres with agricultural hinter­ lands in which the relationship between the i.mperial government and local society was subjected to renegotiation under the pressure of novel economic forces. Yet at the beginning of the 20th century, the town of Medina, situated· in northem Hijaz, emerged as a site of Ottoman penetration of the Arabian frontier. Particularly after 1908, when the centralist policies of the Young Turk govemments brought a new di.mension to Ottoman integration of the provinces, one that was less dependent on the sultan's patronage, the relationship of Medina to Istanbul, and together with it, the mutual vantages from the i.mperi­ al centre and northem Arabian peninsula, underwent transformation.
    [Show full text]
  • Template Fikrah
    Shaer yang Di-pertuan … Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan issn 2354-6174 eissn 2476-9649 Tersedia online di: journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah Volume 8 Nomor 1 2020, (1-24) DOI: 10.21043/fikrah.v8i1.7063 Shaer Yang di-Pertuan: Tinjuan Historis Relasi Umara dan Ulama di Brunei Darussalam Izzah Naqibah binti Kamis Universiti Islam Sultan Sharif Ali [email protected] Muhammed Sahrin bin Haji Masri Universiti Islam Sultan Sharif Ali [email protected] Abstrak Umara dan ulama adalah dua golongan yang sangat berpengaruh dengan tampilan hubungan dasar dalam perkembangan Negara Brunei Darussalam. Pada dasarnya Ulama memiliki sifat sebagai pewaris para nabi, mereka beperanan sebagai mursyid dalam masyarakat Melayu. Fenomena ini telah dijelaskan dengan keutamaan nama-nama mereka dalam beberapa bahan nadir seperti manuskrip, batu dan tersilah, hikayat dan sebagainya. Namun para ulama jarang menonjolkannya dalam paparan dengan pendekatan berbentuk syair. Karya "Shear Yang Di-Pertuan" adalah salah satu syair yang pernah ditulis dan dapat dianggap sebagai bagian terpenting dari Brunei Darussalam. Syair ini ditulis oleh Pehin Siraja Khatib Awang Abdul Razak bin Hasanuddin, seorang Ulama Brunei yang terkenal sekitar akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Terdapat banyak peristiwa penting pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jamalul Alam II (Sultan Brunei ke 26) yang dipaparkan dalam syair ini. Atas dasar ini, kajian ini akan menerangkan beberapa komponen penting dalam “Syaer Yang Di-Pertuan” dan mengenai bagaimana hubungan umara- ulama berjalan dalam masa yang sama akan mengetengahkan beberapa orang ulama yang terlibat secara langsung kerana mereka ini cukup berpengaruh sebagai penyambung perjuangan menyebarkan Islam di NBD dan berperanan dalam perkembangan kenegaraan dan pentadbiran di Brunei Darussalam.
    [Show full text]
  • Orang Melabau
    ORANG MELABAU1 Dayang Hajah Joriah binti Haji Metali Kesultanan Melayu Brunei mengalami zaman kegemilangan pada KM XV apabila wilayah teluk rantaunya merangkumi keseluruhan Pulau Borneo dan Selatan Filipina. Pada masa itu pusat pemerintahan tertumpu di kawasan Kampong Ayer sebagaimana ditulis dalam catatan Barat dan China. Struktur pentadbiran negara pada masa itu jugs bertambah kukuh dan mantap. Pada zaman itu tanah jajahan terbahagi kepada laut dan darat. Kawasan laut dikuasai oleh ʹOrang Lautʹ manakala di kawasan tanah kering pula dikuasai oleh ʹOrang Darat.ʹ ʹOrang Daratʹ amat sinonim dengan gelaran ʹOrang Kayaʹ, mereka juga dikenali sebagai ʹOrang Melabau.ʹ Menurut tradisi lisan, orang‐orang Melabau terkenal sebagai keturunan yang kuat berpegang pada ugama, baik, alim serta memiliki ilmu yang diwarisi sejak turun‐temurun. ʹMelabauʹ dari segi istilah bermaksud penguasa di darat. Orang‐orang Melabau pernah diberi gelaran ʹSeri Laila Paduka Orang Kaya Besarʹ yang menjadi bukti bahawa mereka adalah orang‐orang kuat istana. Sistem gelaran ini telah terbukti melalui beberapa penemuan batu nisan kepunyaan orang‐orang Melabau yang menggunakan istilah ʹIbnuʹ dan ʹAl‐ Marhumʹ. Antara orang‐orang Melabau yang terkenal dan masih dikenang sehingga kini ialah Panglima Jais, Orang Kaya Besar Karim, Orang Kaya Besar Imas dan Paduka Seri Wahab. Penyelidikan terhadap batu nisan milik orang Melabau telah dilakukan oleh Unit Takapan dan Unit Sejarah Lisan, Pusat Sejarah Brunei di Perkuburan Bukit Luba, Melabau.2 Batu‐batu nisan yang ada di sana 1 Rencana ini telah diubahsuai untuk keperluan penerbitan dan sebelum ini pernah tersiar dalam Aktif, Bil. 56, Januari dan Bil. 57, Februari 2004. 2 Terletak berdekatan dengan Pusat Persidangan antarabangsa Berakas.
    [Show full text]
  • Constitutional Documents of All Tcountries in Southeast Asia As of December 2007, As Well As the ASEAN Charter (Vol
    his three volume publication includes the constitutional documents of all Tcountries in Southeast Asia as of December 2007, as well as the ASEAN Charter (Vol. I), reports on the national constitutions (Vol. II), and a collection of papers on cross-cutting issues (Vol. III) which were mostly presented at a conference at the end of March 2008. This collection of Constitutional documents and analytical papers provides the reader with a comprehensive insight into the development of Constitutionalism in Southeast Asia. Some of the constitutions have until now not been publicly available in an up to date English language version. But apart from this, it is the first printed edition ever with ten Southeast Asian constitutions next to each other which makes comparative studies much easier. The country reports provide readers with up to date overviews on the different constitutional systems. In these reports, a common structure is used to enable comparisons in the analytical part as well. References and recommendations for further reading will facilitate additional research. Some of these reports are the first ever systematic analysis of those respective constitutions, while others draw on substantial literature on those constitutions. The contributions on selected issues highlight specific topics and cross-cutting issues in more depth. Although not all timely issues can be addressed in such publication, they indicate the range of questions facing the emerging constitutionalism within this fascinating region. CONSTITUTIONALISM IN SOUTHEAST ASIA Volume 2 Reports on National Constitutions (c) Copyright 2008 by Konrad-Adenauer-Stiftung, Singapore Editors Clauspeter Hill Jőrg Menzel Publisher Konrad-Adenauer-Stiftung 34 Bukit Pasoh Road Singapore 089848 Tel: +65 6227 2001 Fax: +65 6227 2007 All rights reserved.
    [Show full text]
  • Wang Yi's Southeast Asia Tour: Significance and Challenges
    ISSUE: 2021 No. 10 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 4 February 2021 Wang Yi’s Southeast Asia Tour: Significance and Challenges Lye Liang Fook* Chinese Foreign Minister Wang Yi (right) and Philippine Foreign Affairs secretary Teodoro Locsin (left) attend a meeting in Manila on January 16, 2021. 2021 began with Chinese Foreign Minister Wang Yi’s January visit to Brunei, Indonesia, Myanmar and The Philippines. Photo: Francis R. Malagsig (AFP). * Lye Liang Fook is Senior Fellow and Coordinator of the Regional Strategic and Political Studies Programme and Coordinator of the Vietnam Studies Programme at ISEAS – Yusof Ishak Institute. 1 ISSUE: 2021 No. 10 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • China kicked off 2021 by according importance to Southeast Asia and ASEAN with Foreign Minister Wang Yi’s January visit to Brunei, Indonesia, Myanmar and The Philippines. • In 2020, Chinese leaders, including President Xi Jinping, Politburo Member Yang Jiechi, Defense Minister Wei Fenghe and Wang Yi visited nine ASEAN countries in pursuit of its objective of wooing Southeast Asia. • Myanmar will be the country coordinator for China-ASEAN relations this year and is the current co-chair of the Lancang-Mekong Cooperation, a China-led initiative. Brunei is the chair of ASEAN this year. • China regards Indonesia as the most important and influential country in ASEAN, and has expressed support for Indonesia to become a regional vaccine production hub so as to raise its profile in developing and Muslim countries. • There are a number of thrusts in China’s relations with Southeast Asia, including collaboration for economic recovery, pushing ahead with key projects under the Belt and Road Initiative (BRI), and providing access to Chinese vaccines.
    [Show full text]
  • Maritime Briefing
    International Boundaries Research Unit MARITIME BRIEFING Volume 1 Number 3 The Brunei-Malaysia Dispute over Territorial and Maritime Claims in International Law Renate Haller-Trost Maritime Briefing Volume 1 Number 3 ISBN 1-897643-07-1 1994 The Brunei-Malaysia Dispute over Territorial and Maritime Claims in International Law by R. Haller-Trost Edited by Clive Schofield and Martin Pratt International Boundaries Research Unit Department of Geography University of Durham South Road Durham DH1 3LE UK Tel: UK + 44 (0) 191 334 1961 Fax: UK +44 (0) 191 334 1962 e-mail: [email protected] www: http://www-ibru.dur.ac.uk The Author R. Haller-Trost holds a B.A. (Hons) in Anthropology, Southeast Asian Studies and Law from the University of Kent at Canterbury, UK. She is presently writing a PhD in International Law at Monash University, Melbourne, Australia. Her research interests are mainly the territorial and maritime disputes of Southeast Asia, a topic on which she has published various papers (e.g the Spratly Islands, Sabah, Brunei). NB: The opinions and comments contained herein are those of the author and are not to be construed as those of IBRU. Contents 1. Introduction 1 2. Brunei's Maritime Maps 2 3. Brunei's Territorial Land Claims 5 3.1 UK/Brunei Treaties after 1888 6 3.2 The Origin of the Claims 9 3.2.1 The Limbang and Rangau 11 3.2.2 The Trusan and Lawas 16 3.2.3 The Transfer of Sarawak in 1946 and 1963 19 3.3 Legal Assessment 20 3.3.1 Change of Sovereignty and Tenure 22 3.3.2 Alienation of Territory 23 3.3.3 Protectorates 24 3.3.4 Geographical Extent of the Limbang 26 3.3.5 Annexation 27 3.3.6 Uti Possidetis Iuris 31 3.3.7 Brunei Bay 33 4.
    [Show full text]
  • The Role of the Military, the Bruneian Political Power and the Malay Realm (14Th – 19Th Century): from a Historical Perspective
    PSYCHOLOGY AND EDUCATION (2021) 58(4), ISSN 1553 - 6939 Article Received: 22th November, 2020; Article Revised: 26th March, 2021; Article Accepted: 26th April, 2021 The Role of The Military, The Bruneian Political Power and The Malay Realm (14th – 19th Century): From a Historical Perspective Asbol Mail Ampuan Haji Brahim Ampuan Haji Tengah Haji Tassim Haji Abu Bakar Academy of Bruneian Studies Universiti Brunei Darussalam ABSTRACT This paper attempts to discuss the role of the military, the Bruneian political power and the traditional Malay Realm. The period investigated is between the 14th and 19th Century1. Apart from Brunei, the other countries that is considered to have been a part of the Malay Realm includes Malaysia, Indonesia, Patani in Thailand, and the Philippines. It was in these nations where the Malay Realm sultanates once existed, each with its own military, not only Brunei, but also Malacca, Aceh, Demak and Patani. The military2, in general, is defined as a group of people who are authorised to defend a country from any enemy attacks, whether it is from within the country or from external forces. They are also often ordered by a government or leader to attack other countries or certain factions, who they see as the enemy. Ketenteraan (The Military) – Malay Language Wikipedia, The Free Encyclopedia (2020) means that it was successful in protecting the INTRODUCTION This paper attempts to discuss the role of the country’s current political powers. Thus, the military, the Bruneian political power and the defended country is regarded as sovereign and traditional Malay Realm. The period investigated is independent, free from foreign dominion.
    [Show full text]
  • Brunei Darussalam
    Published by: Ministry of Finance and Economy Commonwealth Drive, Bandar Seri Begawan BB3910 Brunei Darussalam www.mofe.gov.bn In collaboration with: Authority for Info-communications Technology Industry of Brunei Darussalam Autoriti Monetari Brunei Darussalam Brunei Intellectual Property Office Employees Trust Fund Ministry of Culture, Youth and Sports Ministry of Defence Ministry of Development Ministry of Education Ministry of Energy Ministry of Foreign Affairs Ministry of Health Ministry of Home Affairs Ministry of Primary Resources and Tourism Ministry of Religious Affairs Ministry of Transport and Infocommunications Prime Minister’s Office Wawasan Brunei 2035 Standing Secretariat Bank Islam Brunei Darussalam Biodiversity and Natural History Society Brunei Council on Social Welfare Brunei Darussalam AIDS Council Brunei Darussalam National Association of the Blind Brunei Darussalam Youth Council Brunei Malay Chamber of Commerce and Industry Chinese Chamber of Commerce in Brunei Darussalam Council for the Welfare of Persons with Different Abilities Down Syndrome Association Green Brunei Hand4Hand Brunei La Vida Sdn Bhd MyActionsforSDGs National Chamber of Commerce and Industry Brunei Darussalam Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam Society for Community Outreach and Training Society for the Management of Autism Related Issues in Training, Education and Resources Sultan Haji Hassanal Bolkiah Foundation Universiti Brunei Darussalam WeCare | KamiPrihatin © Ministry of Finance and Economy, Government of Brunei Darussalam 2020. All rights
    [Show full text]
  • Hukum Kanun Brunei
    HUKUM KANUN BRUNEI HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP MELAYU ISLAM BERAJA Dr Haji Tassim bin Haji Abu Bakar Pengarah Penolong Profesor Kanan Akademi Pengajian Brunei Universiti Brunei Darussalam ABSTRAK Kertas Kerja ini membincangkan tentang Hukum Kanun Brunei yang mencatatkan mengenai undang – undang Kesultanan Brunei tradisional khususnya sebelum pentadbiran British pada tahun 1906 Masihi. Perbincangan ditumpukan kepada hubungan manuskrip ini dengan konsep Melayu Islam Beraja (MIB) kerana ketiga – tiga komponen berkenaan ditemui dalam manuskrip tersebut. Selain itu, pembicaraan juga menyentuh tentang bukti perlaksanaan undang – undang Islam di Brunei pada abad ke-19 sebagaimana termaktub dalam Hukum Kanun Brunei. Hasil analisis ini memperlihatkan bagaimana Hukum Kanun Brunei bukan sahaja undang-undang dalam kertas tetapi juga diamalkan oleh Kesultanan Brunei dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat Brunei. Dari amalan ini ternyata kanun ini mampu mendokong dalam memperkasakan konsep MIB dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Kesultanan Brunei zaman berzaman. Pengenalan • Sebelum abad ke-20 Masihi kesultanan-kesultanan di Alam Melayu memang mempunyai undang-undang mereka sendiri yang pada umumnya berteraskan undang-undang Islam di samping undang- undang adat. • Undang–undang ini diwujudkan pada dasarnya untuk menegakkan keadilan yang akan memberi impak kepada keamanan dan kesejahteraan negara. • Kemunculan undang-undang ini boleh ditemui pada Kesultanan Melaka, Pahang, Kedah dan Perak yang masing–masing dikenali sebagai Undang–Undang Melaka, Undang–Undang Pahang, Undang–Undang Kedah dan Undang–Undang Sembilan Puluh Sembilan. Pengenalan • Hal yang sama juga berlaku kepada Kesultanan Brunei tradisional sebelum tahun 1906 apabila pentadbiran Residen British diperkenalkan pada tahun ini. Undang-undang itu dikenali sebagai Hukum Kanun Brunei. • Bagaimanapun, pembentangan ini hanya membincangkan mengenai hubungan Hukum Kanun Brunei dengan falsafah Negara Brunei Darussalam yang berkonsepkan Melayu Islam Beraja (MIB).
    [Show full text]