PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH ()

TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SUMIRIYAH NIM: 212.8.10.086

Pembimbing :

Prof. Dr. Armai Arief, MA DR. H. M. Ulinnuha, MA

KONSENTRASI ILMU TARBIYAH PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) 1437H/2016M SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SUMIRIYAH N I M : 212.8.10.086 Konsentrasi : Tarbiyah Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Tesis : Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al- Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA).

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya serahkan ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan- kutipan dan ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya.

Jakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

SUMIRIYAH

v

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA)” oleh Sumiriyah dengan NIM: 212.8.10.086 telah di ujikan disidang Munaqasyah Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Direktur Pasca sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Tim Penguji Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ------Ketua sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA ------Sekertaris

Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA ------Penguji I

Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, SH, M. Hum ------Penguji II

Prof. Dr. H. Armai Arief, MA ------Pembimbing/Promotor I

Dr. H. M. Ulinnuha, MA ------Pembimbing/Promotor II

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh. Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah Tesis yang berjudul:

PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL- BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA). Yang ditulis oleh :

Nama : SUMIRIYAH NIM : 212.8.10.086 Fakultas : TARBIYAH

Saya berpendapat bahwa tesis tersebut dapat diajukan kepada fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.

Jakarta: 12 Agustus 2016

Dosen Pembimbing: I Dosen Pembimbing: II

Prof. DR. H. Armai Arief, MA DR. H. M. Ulinnuha, MA

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan tesis ini dengan judul “Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah. “Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dalam penyelesaian tesis ini dibutuhkan pengorbanan dengan ditinggalkannya aktivitas lain yang tak kalah penting untuk tetap fokus pada penelitian agar tesis selesai sesuai target. Oleh karena itu, dari pengorbanan dan jerih payah dalam penyelesaian tesis ini maka besar harapan agar tesis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang peduli kepada perkembangan ilmu pengetahuan walaupun masih banyak kekurangan dan kelemahan pada tesis ini. Pada akhirnya dalam kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah berperan dalam pemberian bantuan berupa arahan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan selama proses penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Prof. DR. Hj.Huzaemah T. Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu Al- Qur‟an Yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ ) Jakarta. 2. DR. KH. Ahmad Munif suratmaputra, MA, Direktur Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an yang telah berperan dalam pemberian dorongan serta kebijakan akademik secara formal, disiplin, jujur, dan serius dalam perkuliahan sehingga kebijakan ini menjadi dasar dalam penyelesaian tesis. 3. Prof. DR. H. Armai Arief, MA. dan DR. H. M. Ulinnuha, MA. Sebagai dosen pembimbing yang menjadi inspirasi serta telah banyak berperan dalam pengorbanan waktu, tenaga, juga fikirannya dalam pengarahan, bimbingan, dan pemberian dorongan sampai tesis ini terwujud. 4. Para penguji yang sudah meluangkan waktunya. Jazakumullahu khairan katsiran. 5. Dan semua dosen Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah berperan dalam pemberian ilmu pengetahuan melalui perkuliahan dan seminar, baik pemberian materi, metode,

vi

motivasi, inspirasi, dan kritikan yang menjadi pondasi ilmu pengetahuan dalam penyelesaian tesis ini. 6. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar (Madura) juga pimpinan pesantren YAPINK (Bekasi), Jazakumullah khoir atas segala motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini. 7. Kedua orang tua tercinta, Bapak MUHAMMAD SAMUDIN dan Ibu SIMAH, Serta Bapak Ibu mertua Bapak H. SHOMAD dan Ibu HOYYIMAH yang tiada hentinya memberikan doa nasehat dan semangat agar bisa menyelesaikan tesis ini dengan baik. Keselamatan dunia akhirat semoga selalu untuk kalian. 8. Teruntuk suami tercinta NOER KHOLIS, terimakasih yang tak terhingga atas do'a, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusannya dalam mendampingi penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, serta kepada ananda tersayang SHIDQII AKHDAN MUBAAROK dan AUFA UZLIFATUL JANNAH yang selalu memberikan keceriaan dan senyuman, yang selalu mampu menjadi tempat beristirahat dan melepas penat yang luar biasa. Semoga kalian menjadi anak yang sholih & sholihah serta menjadi orang yang dibanggakan. 9. Adik-adikku MAS'UDAH dan FUTIHAH juga kedua adik iparku MUHAMMAD SYAMSUL ARIFIN dan ABD. AZIZ atas do'a dan semangat yang telah mereka salurkan kepada penulis semoga Allah membalasnya yang lebih baik. 10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi di Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an baik yang seangkatan, kakak kelas, dan adik kelas yang telah menjadi penyemangat. Kalian adalah sahabat-sahabat yang luar biasa, ana ukhibbukum fillah, sukses selalu dalam mengejar mimpi masing-masing. 11. Ibu Shofi dan Semua staf IIQ, satpam, yang telah banyak berperan dalam pemberian nomer hp dosen, informasi penting, dan beberapa bantuan lain yang sangat tak terkira nilainya bagi penyelesaian tesis ini dari awal hingga akhir. 12. Para petugas perpustakaan Institut Ilmu Al–Qur‟an (IIQ) Jakarta, perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta, perpustakaan umum Iman Jama‟ Lebak Bulus Jakarta, perpustakaan STAI al-Khairat Pamekasan Madura. Perpustakaan umum kota Pamekasan Madura, perpustakaan Universitas 45 (UNISMA) Bekasi, perpustakaan pesantren YAPINK Tambun Bekasi, serta perpustakaan umum kota Bekasi yang telah berperan dalam memberikan izin dan telah menyediakan referensi

vii

yang sangat berguna dalam tesis ini. Semoga Allah membalasnya yang lebih baik. 13. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan halaman. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua, terima kasih untuk bantuannya selama ini, semoga dapat menjadi amal ibadah di hadapan-Nya. Aamiin. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan tesis ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di kemudian hari. Untuk yang terakhir kalinya, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut diperoleh pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Serta semoga karya tulis ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

Jakarta, Agustus 2016

SUMIRIYAH .

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

1. Konsonan. Huruf arab Nama Huruf latin Nama Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا Ba B ba ب Ta T ta خ Tsa Ts te dan es ز Jim J je ج ha h ha (dengan garis di ذ bawah) Kha Kh ka dan ha خ Dal D de ز dzal Dz de dan zet ش Ra R er ض Za Z zet ظ Sin S es غ ؾ syin Sy es dan ye shad Sh es dan ha ص dlad Dh de dan el ض thad Th te dan ha ط dhad zh de dan ha ظ ain „ koma terbalik„ ع diatas ghain Gh ge dan ha غ Fa F ef ف Qaf Q qi ق Kaf K ka ن Lam L el ي Mim M em َ Nun N en ْ wau W we و Ha H ha ﻩ lam alif La el dan a ﻻ hamzah ` apostrop ء Ya Y ye ٌ

ix

2. Vocal. a. Vocal Tunggal. Tanda Nama Huruf latin Nama ….` fathah a a …. kasrah i i …. dlammah u u

b. Vocal rangkap Tanda Nama Gabungan Huruf Nama fathah dan ya ai a dan i …ٌ fathah dan wau au a dan u ...و Contoh : husain : حؽُٓ .haula : ﻮﺣي

3. Maddah (Panjang). Tanda Nama Huruf Latin Nama Fathah dan alif â a dengan caping di atas ىا Kasrah dan ya î i dengan caping di atas ى ْيٍ Dlammah dan wau û u dengan caping di atas ى ُوى

4. Ta Marbuthah. a. Ta‟ Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberi harakah sukun, dan transliterasinya adalah / h /. b. Kalau kata yang berakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang bersandang / al /, maka kedua kata itu dipisah dan ta marbuthah ditransliterasikan degnan / h /. Contoh: .Fâtimah : فاطّح .Makkah al-Mukarramah : ِىح اٌّىطِح

5. Syaddah. Syaddah / tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bersyaddah itu. Contoh : . rabbanâ : َضتََٕا .nazzala :َٔ َع َي

x

6. Kata Sandang. dilambangkan dengan “al”, baik yang diikuti ”اي“ Kata sandang dengan huruf syamsyiyah maupun yang diikuti dengan huruf qamariyah. Contoh: al-Syams :اَ ْيٌ َ ْيّ ُوػ al-Hikmah :اَ ْيٌ ِح ْيىّح

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... iii LEMBAR PENGESAHAN ...... iv SURAT PERNYATAAN ...... v KATA PENGANTAR ...... vi PEDOMAN TRANSLITERASI ...... ix DAFTAR ISI ...... xii ABSTRAK ...... xiv BAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Permasalahan ...... 7 1. Identifikasi Masalah ...... 7 2. Pembatasan Masalah ...... 7 3. Perumusan Masalah...... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 9 D. Metodologi Penelitian ...... 9 E. Telaah Pustaka ...... 13 F. Sistematika Pembahasan ...... 16 BAB II : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. A. Riwayat Hidup Hasan Al-Banna ...... 17 1. Biografi Intelektualnya ...... 17 2. Perjuangan dan Karyanya ...... 21 B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ...... 26 1. Materi Pendidikan Islam ...... 27 2. Metode Pendidikan Islam ...... 36 3. Konsep Pendidikan Islam ...... 44 4. Lembaga Pendidikan Islam ...... 45 5. Tujuan Pendidikan Islam ...... 48 6. Pendidik dan Peserta Didik ...... 50 7. Evaluasi Pendidikan Islam ...... 52 BAB III : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HAMKA (HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH) TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. A. Riwayat Hidup Buya Hamka ...... 57 1. Biografi Intelektualnya ...... 57 2. Perjuangan dan Karyanya ...... 61 B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ...... 65 1. Materi Pendidikan Islam ...... 65 2. Metode Pendidikan Islam...... 68

xii

3. Konsep Pendidikan Islam ...... 69 4. Lembaga Pendidikan Islam ...... 76 5. Tujuan Pendidikan Islam ...... 90 6. Pendidik dan Peserta Didik ...... 94 7. Evaluasi Pendidikan Islam ...... 101 BAB IV : ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA DAN BUYA HAMKA. A. Persamaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna Dan Buya Hamka ...... 105 B. Perbedaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna Dan Buya Hamka ...... 138 C. Titik Temu Pemikiran Kedua Tokoh dengan Sisdiknas 2003 ...... 144 BAB V : PENUTUP. A. Kesimpulan ...... 151 B. Saran ...... 152 DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN-LAMPIRAN.

xiii

ABSTRAK

Sumiriyah, NIM : 212.8.10.086 "Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah" Program Pasca Sarjana (S-2) Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta. Dari hasil penelitian terhadap Hasan Al-Banna dan Buya Hamka terungkap pemikiran keduanya tentang komponen-komponen pendidikan yaitu meliputi: Materi pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, pendidik dan peserta didik, serta evaluasi pendidikan Islam. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama akan pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, pemikiran kedua tokoh tersebut tidak terlepas dari pandangan terhadap ajaran Islam. Gambaran pemikiran kedua tokoh mengenai materi pendidikan bahwa tauhid adalah sebagai materi utama, pentingnya akan lembaga pendidikan formal dan non formal, tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup manusia, seorang pendidik harus menjadi qudwah dalam segala aspek kehidupan dan mengenai evaluasi pendidikan, materi yang diujikan harus relevan dengan materi yang diajarkan, serta menerapkan model evaluasi "muhasabah". Sedangakan metode dan konsep pendidikan kedua tokoh tersebut punya pandangan yang berbeda, metode Hasan Al-Banna melalui metode ketauladanan, kisah, ceramah dan pendekatan. Sementara Hamka metode yang digunakan adalah diskusi, karya wisata, resitasi dan eksperimen. Konsep pendidikan Hasan Al- Banna yang diterapkan adalah pendidikan sebagai alat untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang relevan sepanjang zaman, sedangkan Buya Hamka berpendapat bahwa konsep pendidikan harus mampu melahirkan pribadi-pribadi yang berani berbicara benar dan mampu memperjuangkan kebenaran. Pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka ada relevansinya dengan undang-undang sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu akan perlunya umat Islam memperoleh kesempatan belajar dan mendapatkan layanan pendidikan, dengan tujuan membentuk manusia yang berkualitas, jujur dan berakhlak mulia. Juga perlunya keterlibatan masyarakat dalam mengelola pendidikan, serta pendidikan haruslah bersifat otonom dan independen. Penelitian ini adalah penelitian tokoh, dan lazim disebut dengan studi tokoh yang termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan karya- karya Hasan Al-Banna dan Buya Hamka berupa cuplikan ceramah, naskah- naskah lainya sebagai sumber data primer, sedangkan karya-karya orang lain baik yang pro maupun yang kontra dijadikan sebagai sumber data sekunder, begitu juga halnya data yang diperoleh melalui internet, bertujuan menggambarkan dan mengungkapkan pemikiran kedua tokoh tentang berbagai komponen- komponen pendidikan Islam, metode yang digunakan adalah studi literatur dengan menggunakan analisis deskriptif. xiv

ABSTRACT

Sumiriyah, NIM: 211810086 "Comparative of Islamic Education Thought between Hasan Al-Banna and Haji Hamka " Post Graduate Program (S-2) Institute of Qur'anic Studies Jakarta. From the results of a study of both Hasan Al-Banna and Buya Hamka revealed that their thought about educational components consist of: Material of Islamic Education, Islamic educational institutions, goals of Islamic educations, educators and learners, as well as the evaluation of Islamic education. Both Hasan Al-Banna and Buya Hamka have the same view of the importance of searching for knowledge, and their views can not be separated from the view of Islamic ideology. Description of thought of both leaders about education materials that monotheism is a main material, the importance of formal educational institutions and non-formal one, educational purposes is identical with the goal of human life, an educator must be Qudwah in all aspects of life and evaluation of education, the material that is tested must be relevant to the material that is taught, as well as applying the "muhasabah" evaluation model. While the methods and concepts of education both figures have a different view, the method of Hassan al-Banna through example methods, stories, lectures and approaches. While Hamka methods used discussions, field trips, recitation and experiment. The education concept of Hasan Al-Banna that applied is education as a tool to improve the human dignity that is relevant for all time, while Buya Hamka argued that the concept of education should be able to product persons who dare speaking the truth and can fight for the truth. There is relevance between Hasan Al-Bana and Buya Hamka to the Law the National Education No. 20 year 2003, about the need for Muslims get opportunity to learn and receive education services, in order to establish human that have quality, honesty and good character. Also the importance of public participation in managing education, and education must be autonomous and independent. This research is research of a character, and commonly called the figure studies that include the qualitative research type, by using the works of Hasan Al-Banna and Buya Hamka as lectures trailers, other texts as the primary data source, while the works of others either pro and contra used as secondary data sources, as well as data obtained from internet, have aims to describe and express both figures thought about various components of Islamic education, the method used is the study of literature by using descriptive analysis.

xv

ٍِرص اٌثحس

ؼىُِطَح، ضلُ اٌمُس : 211810086، ايِماضٔح تُٓ اٌرفىُط اٌعٍٍّ اإلؼالٍِ " حؽٓ اٌثٕا واٌحح عثس اٌٍّه اٌىطَُ أِط هللا " تطٔاِح اٌسضاؼاخ اٌعٍُا ) اٌّعهس عٍُ اٌمطآْ تداوطذا (. وِٓ ٔرائح اٌسضاؼح " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ظاهطج ٌٕا تأْ فىطهّا عٓ إٌاصط اٌرطتُح ذ رًّ عًٍ : ِىاز اٌرطتُح اإلؼالُِح، اٌّؤؽؼاخ اٌرعٍُُّح اإلؼالُِح، واٌغطض ِٓ اٌرطتُح اإلؼالُِح، اٌّعٍُّٓ واٌّرعٍُّٓ، ووصٌه ذمُُُ اٌرطتُح اإلؼالُِح. وضأي حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا تأْ طٍة اٌعٍُ ِٓ أهُّح ٌسي إٌاغ والؼُّا عٓ اٌّعطفح، وفىطهّا ال َفىخ عٓ وخهح اٌرطتُح اإلؼالُِح، وصىضج فىطهّا عٓ ِىاز اٌرطتُح هٍ عٍُ اٌرىحُس وهى ِٓ اٌّىاز اٌطئؽُُح، ووصا أهُّح اٌّؤؽؼاخ اٌرعٍُُّح اٌطؼُّح وغُط اٌطؼُّح، وأغطاض اٌرعٍُُّح ِرطاتمح ِع اٌهسف ِٓ حُاج اإلؽٔاْ، وَدة أْ َىىْ اٌّطتٍ لسوج فٍ خُّع خىأة اٌحُاج وذمُُُ اٌرعٍُُ، َدة أْ ذىىْ اٌّىاز اٌرٍ َدطٌ اذرثاضها شاخ اٌصٍح اٌّىاز اٌرٍ َرُ ذسضؽَها، وذطثُك ّٔىشج ذمُُُ " اٌّحاؼثح ".وٌىٓ األؼاٌُة واٌّفاهُُ ِٓ فىطهّا ِررٍفح، وِٓ ططَك حؽٓ اٌثٕا ِٓ ذالي ططق ِثاٌُح واٌمصص واٌّحاضطاخ وإٌهح، وططَك تىَا حّىا اؽٌّرعًّ هى ِٕال اخ، واٌطحالخ اٌُّسأُح، ذالوج وذدطَثٍ.وِفهىَ اٌرطتُح " حؽٓ اٌثٕا " هى ذعٍُُ اٌرطثُمٍ وأزاج ٌرحؽُٓ وطاِح اإلؽٔاْ اٌرٍ هٍ شاخ اٌصٍح فٍ خُّع األولاخ، وضأي تىَا حّىا تأْ ِفهىَ اٌرعٍُُ التس لازضج عًٍ أداب األشراص اٌصَٓ َردطأوْ لىي اٌحمُمح وإٌضاي ِٓ أخً اٌحمُمح. وِٓ أفىاض "حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " عاللاخ تاٌمأىْ اٌرطتىٌ اٌىطٍٕ، وهٍ حاخح اؽٌٍُّّٓ اٌصَٓ َحصٍىْ اٌفطصح ٌٍرعٍُ واٌحصىي عًٍ ذسِح اٌرعٍُ واٌرطتُح تهسف ذ ىًُ اإلؽٔاْ اٌّرفىلُٓ، صازلُٓ، وأذالق اٌىطَّح. وأَضا حاخح ِ اضوح اٌّدرّع فٍ إزاضج اٌرعٍُُ، وَىىْ اٌرعٍُُ حطا وؽِرمثال. وهصا اٌثحس هى تحس اٌ رصُح، والظَ تاؼُ " اٌسضاؼاخ اٌ رصُح " وهى ِٓ اٌثحس إٌىعٍ، تاؼرعّاي اٌّؤٌفاخ " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ِٓ ِمطع اٌرطثح، وؽٔد ِصسض اٌثُأاخ األؼاؼٍ، وتؽٕثح اٌّؤٌفاخ غُط حؽٓ اٌثٕا ؼىاء وأد ِىافمح أو ِراٌفح ذؽرعًّ تّصسض اٌثُأاخ اٌثأىٌ، ووصٌه ِصسض اٌثُأاخ اإلَرطٔد، وذهسف إًٌ اٌرصىَط واٌرعثُط عٓ أفىاضهّا فٍ عٕاصط اٌرطتُح اإلؼالُِح، واألؼاٌُة اٌرٍ ذؽرعًّ هٍ اٌسضاؼح اٌرحٍٍُُح اٌىصفُح.

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat dipandang sebagai organisasi yang memiliki struktur tertentu dan melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan.1 Setiap upaya guru dalam proses pendidikan diatur oleh tujuan tertentu, banyak tujuan yang dirumuskan secara umum dan samar, seperti “pendidikan untuk hidup”. Tentu saja tujuan semacam ini dapat diterima, karena setiap pendidikan mesti mempersiapkan peserta didik untuk hidup.2 Menurut Fuad Hassan (1981)3 ada keperluan mempersiapkan manusia yang mampu bertahan dalam kehidupannya melalui ikhtiyar pendidikan.4 Supaya seluruh kehidupan dapat menuju ke arah yang memuaskan, maka pendidikan harus ditujukan pada menghasilkan manusia dengan kualitas dan integritas5 yang tinggi.6 Lebih lanjut Mohammad Abduh7 salah seorang cendikiawan, ulama maha guru universitas al-Azhar, lebih mengedepankan kemampuan rasional dalam proses pemahaman ajaran Islam melalui pendidikan, sehingga cara- cara belajar yang verbalistis8 dipandang tak bermakna (tak baik) sebagai seorang pemikir pembaharuan ia memandang bahwa pendidikan harus didasari dengan moral dan agama. Pendidikan dipandang sebagai alat yang paling efektif.9

1Abdul Aziz Wahhab, Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, (: Alfabeta, 2008), h. 227. 2Hery Noer Aly, H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), h. 111. 3 Prof. Dr. Fuad Hassan adalah Tokoh Pendidikan . Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pernah dipegangnya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Lahir: 26 Juni 1929, Meninggal: 7 Desember 2007, Jakarta. 4Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 95 5Mutu, sifat keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi yang memancarkan kewibawaan. 6Slamet Imam Santoso, Pendidikan di indonesia dari masa ke masa, (Jakarta: PT. Inti Idayu Press, 1987), h. 138. 7 Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Meninggal: 11 Juli 1905, Iskandariyah, Mesir. 8 Kemampuan yang bersifat hafalan. 9Arifin, Kapita Selekta Pendidikan “Islam dan Umum” ( Jakarta: Bumi Aksar, 1993 ), h. 29. 1

2

Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh orang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa. Dalam hal ini Langeveld (1965)10 menegaskan bahwa tidak semua pengaruh yang datangnya dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik. Sebab mungkin saja Pengaruhnya itu tidak mengandung unsur mendidik sama sekali. Karena itu Langeveld menggariskan bahwa sifat dari pendidikan ialah bahwa semua usaha, pengaruh, perlindungan, serta bantuan yang diberikan harus tertuju kepada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didik agar cukup cakap dalam melaksanakan tugasnya sendiri.11 Usaha sadar dalam pendidikan adalah segala daya dan upaya anggota masyarakat yang sekurang - kurangnya didorong oleh suatu niatan baik, dan sempurna apabila dilakukan dalam bentuk kegiatan pengabdian diri menyelenggarakan/melaksanakan pendidikan secara terprogram.12 Menurut Mustopadidjaja (1996)13 suatu bangsa dikatakan maju, apabila semakin tinggi tingkat pendidikannya14 Oleh karena itu, pendidikan diperlukan oleh manusia agar secara fungsional manusia diharapkan mampu memiliki kecerdasan untuk menjalin kehidupan dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial, maupun profesional. Dalam bahasa pedagogik, pendidikan bertujuan guna memenuhi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari sini manusia diharapkan mampu memenuhi kehidupan secara bahagia dan sejahtera.15

10 Nama lengkapnya Prof dr. M.J. (Martinus Jan) Langeveld (1.905-1.989). 11H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: CV: Pedoman Ilmu Jaya, 1999 ) h. 6-7 12Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ), h. 57. 13Prof. Dr. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah Guru Besar Kebijakan Publik, STIA-LAN, RI; Fakultas Ekomomi, UI, dan UNHAS; serta Tenaga Ahli pada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Sekjen KORPRI (2001-Sekarang); Mantan: Kepala LAN-RI, 1998-2003; Sesmenko EKUIN (Maret-Juli 1998); Sesmen PPN/Deputi Ketua BAPPENAS (1988-98); serta Direktur Overseas Training Office BAPPENAS, 1989-97. Pokok-pokok pikiran dari tulisan ini pernah disampaikan pada seminar "Prospektif Pemerintah Pasca Pemilu 2004" dalam rangka Dies Natalis ke-46 Universitas 17 Agustus 1945). 14Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, ( Bandung: CV. Pustaka Setia. 2006), h. 72. 15itu mensyaratkan bahwa proses pembelajaran akan memungkinkan peserta didik tertantang dan terangsang untuk terus belajar sampai tingkatan Joy of Discovery (kepuasan dari suatu penemuan) tertantang untuk memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya pada kehidupan dan tertantang untuk kerjasama sehingga timbul pada perkembangan kecerdasan dan karakter sosial (peduli dengan masyarakat) Sudarman Danim, Agenda pembaharuan sistem pendidikan, ( : Pustaka Pelajar, 2006 ), h. 9-12. 3

Secara teoritis16 sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen, yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, antara lain : Tujuan, peserta didik, pendidikan, sarana serta lingkungan.17 Hasan Al-Banna sering menggunakan istilah pendidikan dengan At- Tarbiyah dan ta‟lim. At-Tarbiyah adalah proses pembinaan dan pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Seringkali pula kata At-Tarbiyah diartikan dengan pendidikan jasmani, pendidikan akal, dan pendidikan qalb.18 Sedangkan ta‟lim adalah proses transfer ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan pemahaman keagamaan yang baik pada anak didik sehingga mampu melahirkan sifat-sifat dan sikap-sikap yang positif (ikhlas, percaya diri, kepatuhan, pengorbanan, dan keteguhan).19 Dalam pandangan Hasan Al-Banna, pendidikan memiliki pengertian: cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata) maupun secara tidak langsung (berupa ketauladanan, sesuai dengan sistem dan perangkatnya yang khas), untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.20 Sehubungan dengan tarbiyah pendidikan dan pembinaan umat, pencapaian cita-cita sesungguhnya memerlukan partisipasi seluruh umat.21Pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan tidak terlepas dari pandangannya terhadap ajaran Islam.22 Ikhwan al-Muslimin menganjurkan lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan lembaga pendidikan non formal harus memberikan ciri Islam yang sangat kuat. Dalam hal ini Maryam Jamilah mengatakan, bahwa Hasan Al-Banna, selaku pendiri Ikhwan al-Muslimin tidak bosan-bosannya menghimbau pemerintah agar menata kembali pendidikan yang berasaskan Islam dan memperhatikan pentingnya penyusunan kurikulum yang berbeda antara siswa dan siswi, dan

16 Memiliki makna suatu kajian masalah yang di lakukan berdasarkan teori. 17Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 ), h, 123. 18Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gema Insani, 1995 ), h. 123. 19A. Susanto, Pemikiran pendidikan Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009 ), h. 65. 20Ali „Abd al-Ḥalim Maḥmud, Wasa`il al-Tarbiyyah „inda Ikhwan al-Muslimin (Dirasah Taḥlīliyyah Tarikhiyyah), Diterjemahkan Wahid Ahmadi (et.el.) dengan judul “Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin”, Cet. VI, ( Solo: Era Intermedia, 2001 ), h. 21. 21Sa‟id Hawa, Membina Angkatan Mujahid, ( Solo: PT. Eraadicitra Intermedia, 2010 ), h. 26. 22Jama‟ah Amin abdul A ziz Fahmi, Al- Islam Fi Zilal Al-Isyim Li Al-Imam Hasan Al-Banna, ( Iskandariah: Wan al-Dakwah, 1993), h.27. 4

secara khusus ia memohon agar pengajaran ilmu-ilmu eksakta tidak dibaurkan dengan paham materealisme.23 Pendidikan ini menekankan tradisi dan kebiasaan Islami di tengah masyarakat selain mengokohkan solidaritas umat. Melalui pencitraan anggota ikhwan di masyarakat.24 Pendidikan sosial ini adalah merupakan salah satu jalan guna mencapai cita-cita Hasan Al-Banna yaitu menegakkan daulah Islamiyah.25 Sistem pendidikan yang diterapkan Hasan Al-Banna dalam madrasah Hasan Al-Banna berbeda kontras dengan sistem pendidikan yang dibangun oleh dasar individualis maupun sosial komonis. pendidikan Hasan Al-Banna dalam masyarakat di dalamnya dominan ajaran-ajaran Islam, berbeda pula dengan pendidikan muslim yang di dalamnya ide skuler turut berebut pengaruh. Sistem pendidikan yang dibangun Hasan Al-Banna mengacu pada tujuan yang jelas, yang digali dari ajaran Islam kaffah bukan dari ajaran lain.26 Dr. Fadhil Al-Jamaly27 menghimbau agar umat Islam menciptakan sistem pendidikan yang didasari keimanan kepada Allah, karena hanya imanlah yang menjadi dasar pendidikan yang benar.28 Pendidikan Islam yang dapat diharapkan mencapai sukses, menurut pandangan Syaikh Sayyid Qutb29 sistem kehidupan Islam yang menanamkan cita-cita untuk melepaskan diri dari segala bentuk pandangan oleh orang yang kuat terhadap yang lemah, membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan serta keterbelakangan.30 Corak pemikiran Hasan Al-Banna dipengaruhi beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut antara lain: Pendidikan keagamaannya yang tradisional pada masa permulaan itu bersifat gabungan sedikit banyak dengan pemikiran modern melalui bapaknya sendiri, Ahmad Abdurrahman al- Banna.31 Setiap umat Islam memiliki kebijakan tentang pendidikan, pembentukan generasi muda, dan pembangunan kader masa depan yang

23 Abuddin Nata, pemikiran Para Tokoh Islam, hal. 151. 24Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Terj. Salafuddin Abu Sayyid, dkk, ( Solo: Era Intermedia, 2000), h. 523. 25 Ali Abdul Halim Mahmud, ( Solo: Era Intermedia, 2001), h. 307. 26Abdul Kholiq, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Semarang: Pustaka pelajar, 1999 ), h. 255. 27 Seorang guru besar pendidikan universitas tunis 28 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37 29 Pemikir pembaharuan umat Islam 30 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37 31Edward Mortimer, Islam dan Kekuasaan, Terj. Enna Hadi dan Rahmani Astuti, (Bandung: Mizan, 1984), h. 235. 5

menjadi tumpuan hidup baru sebuah umat. Karena itu, kebijakan tersebut harus dibangun di atas prinsip-prinsip yang kokoh.32 Setiap bangsa menginginkan ilmu yang bermanfaat dan produktif, akal yang matang dan pemikiran yang cermat, semua itu diperkuat dengan akhlak yang mulia dan jiwa yang bersih, hal tersebut bisa dilakukan dengan cara membuat kebijakan pendidikan yang baku, memerangi buta huruf serta menyebarkan pendidikan kesemua lapisan masyarakat.33 Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa seorang pendidik bukan hanya dari kalangan alumnus fakultas pendidikan atau mahasiswa yang berhasil menyandang gelar magister atau doktor dalam bidang pendidikan, melainkan orang-orang yang memiliki kehangatan iman, ruh yang kuat, jiwa yang suci, motifasi yang tinggi, kreatif, perasaan yang lapang, dan mampu mempengaruhi orang lain. Bisa jadi mereka hanya seorang mekanik biasa, karyawan rendah, pedagang atau pekerja.34 Menurut Hasan Al-Banna bahwa perjuangan dan pergerakan melalui pendidikan merupakan satu-satunya jalan untuk mengubah masyarakat, membentuk pemimpin dan mewujudkan cita- cita masyarakat Islam.35 Buya Hamka adalah sosok manusia atau aset Negara Republik Indonesia yang multiperan. Selain sebagai ulama dan pujangga, ia juga seorang pemikir. Diantara buah pikirannya adalah gagasan tentang pendidikan. Pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, menurut Hamka, bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh penghidupan yang layak, melainkan lebih dari itu, dengan ilmu manusia akan mampu mengenal Tuhannya, memperhalus akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari keridhaan Allah.36 Buya Hamka adalah sosok yang sangat memperhatikan dunia pendidikan, Hamka mengamati wajah pendidikan setelah Indonesia merdeka yang jauh berubah dibandingkan pendidikan di zaman kolonial, dimana pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan anak bangsa, tiada lagi kebanggaan pada bahasa Belanda, tetap terjalinnya hubungan pelajar dengan keluarganya yang Islam,37 Dia juga sangat memperhatikan penyimpangan

32Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 2, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2012), h. 46. 33Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 4, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2012), h. 39-41. 34Yusuf Qardawi, Tarbiyah Hasan Al Banna dalam Jama‟ah Al Ikhwan Al muslimun, (Jakarta: Rabbani Press, 2005) hal. 9 35Yusuf Qordowi, Attarbiyah al Islamiyah, Wa Madrasah Al Banna, terj Al Bustomi Abdul Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 11 36 Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 230 37 Hamka, Dari Hati Ke Hati, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 111-113. 6

fakta sejarah dalam dunia pendidikan,38 Titik sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakul karimah”.39 Melalui berbagai analisa yang pernah dilakukan, para peneliti berbeda pendapat dalam memposisikan intelektualnya. Diantaranya ada yang memposisikan sebagai sosok mufassir melalui tafsir al-Azharnya40 pertama sekali ditulis tahun 1938; tenggelamnya kapal van der wijk, (1956) pertama kali ditulis tahun 1939. Sejarawan melalui sejarah Islamnya,41 buku ini ditulis pada tahun 1951 "sufi" melalui tasawuf moderatnya42 Buku ni pertama kali diterbitkan di medan pada tahun 1939 dan sampai tahun 1987. Hamka merupakan sosok intelektual (modernis) yang produktif. Produktifitasnya terlihat dari karyanya yang ditulis dalam berbagai disiplin ilmu,43 Baik di majalah, surat kabar maupun dalam bentuk buku. Orientasi kajian produktifnya berkisar pada persoalan- persoalan keagamaan dan sosial kemasyaakatan, seperti bidang tafsir, teologi, sastra, fiqh, sejarah Islam, dan pendidikan.44 Melalui karya-karyanya tersebut ia mengetengahkan pemikirannya tentang komponen pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan Islam, kewajiban orang tua dan guru, juga kriteria guru yang ideal, metode pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam, konsep pendidikan Islam, serta lembaga pendidikan Islam. Komponen- komponen tersebut dapat dijadikan acuan untuk melihat pemikirannya tentang pendidikan Islam.45 Warisan pemikirannya tentang komponen-komponen pendidikan Islam merupakan wacana yang sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan dalam rangka memperkaya konsep pendidikan nasional. Persoalan ini menjadi cukup penting untuk diteliti , karena bagaimanapun juga ia telah berupaya melakukan " renovasi" terhadap sistem pendidikan umat pada waktu itu.

38 Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Cet. 3, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1996), h. 10. 39 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 31. 40 Hamka tafsir al azhar, juz 1-XXX, (jakarta : pustaka panjimas 1998) Sastrawan melalui roman-romanya2. Hamka dibawah lindungan ka'bah (jakarta : balai pustaka, 1957), 41 Hamka, sejarah umat Islam, jilid I, II, III,IV, (Jakarta: Bulan Bintang: 1975), 42 Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1987). 43 Ahmad Suafi'ei Ma'arif, Peta Bumi Intelektualisme Islam Indonesia, ( Bandung: Mizan, 1993), h.12 44 Produktifitas Hamka dalam menghasilkan karya-karya ilmiyah yg bernuansa keIslaman diakui oleh andries teeuw, sebagaimana dikutip oleh sifes sudyarto. DS, "Hamka realisme relegeus", dalam nasir tamara (eds.) Hamka di Mata Hati Umat, h.139 45 Hamka, Lembaga Hidup. h.203 7

Disamping itu, melalui kajian terhadap pemikirannya tentang pendidikan Islam berupaya untuk membuktikan apakah layak ia diposisikan sebagai tokoh dan pemikir yang pernah menyumbangkan pemikirannya bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.46 Menurut Hamka, sistem pendidikan Islam yang ideal seyogyanya berorentasi pada visi keakhiratan sebagai alat kontrol perilaku manusia, sekaligus visi kekinian dengan mengaktifkan fungsi akal peserta didik secara maksimal. Persentuhan kedua aspek tersebut secara harmonis dan integral akan menciptakan sosok peserta didik yang memiliki kepribadian pari purna (insan kamil) melalui agama, dinamika akal otak terkontrol dengan baik. Adapun melalui ilmu umum (rasional) akan menyiapkan umat Islam agar mampu menjawab berbagai tantangan dinamika zaman secara aktif, dinamis dan profesional.47

B. Permasalahan. 1. Identifikasi Masalah. Hasil dari penelusuran peneliti terhadap kedua tokoh (Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah) melalui karya-karyanya ataupun hasil karya orang lain mengenai memikiran pendidikan Islamnya, maka penulis dapat memetakan identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? b. Adakah persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)? c. Adakah relevansi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dengan sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003? d. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? e. Apa yang melatar belakangi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? f. Bagaimanakah meteri pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)? g. Apa tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)? h. Bagaimanakah pandangan Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) mengenai pendidik dan peserta didik?

46 Hamka, Falsafah Hidup, h. 201. 47 Hamka, Tasauf Modern, h. 50. 8

2. Pembatasan Masalah. Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka penulis memfokuskan masalah penelitian ini pada permasalahan poin (a) Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? (b) Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil Pemikiran Hasan Al- Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?penulis dalam mengambil fokus masalah ini, mengingat luasnya permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dalam bidang pendidikan Islam, dalam penelitian ini yang akan dikaji tentang pendidikan agama Islam, karena Islam menekankan bahwa pendidikan Islam merupakan kewajiban agama, dimana proses pembelajaran sangat bermakna bagi kehidupan manusia, juga seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan merupakan ibadah kepada Allah. Serta merupakan kewajiban individu dan kolektif. Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik dan juga memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat, sehingga penulis melakukan pengkajian permasalahan pada tesis ini terkait “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH”

3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang dikemukakan di atas maka persoalan-persoalan penelitian tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? b. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)? c. Bagaimana relevansinya dengan sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Ada beberapa dari kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan tesis ini yaitu : a. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). 9

b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). c. Mendiskripsikan hasil pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) mengenai pendidikan Islam dan relevansinya dengan sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003. 2. Manfaat Penelitian Sekurang-kurangnya ada dua hal yang menjadi manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu : a. Manfaat Secara Teoritis. 1) Untuk memberikan gambaran tentang pemikiran pendidikan Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). 2) Memberikan masukan untuk mengembangkan keilmuan pendidik dalam pengembangan pendidikan Islam. 3) Menambah keilmuan khususnya mengenai pendidikan Islam. b. Manfaat Secara Praktis. 1) Sebagai sumbangan informasi mengenai pentingnya pendidikan bagi praktisi dalam membangun moral bangsa. 2) Sebagai masukan bagi para praktisi dalam mengembangkan pendidikan.

D. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau penelitian kepustakaan (Library Research),48 Sesuai dengan judul penelitian dan juga berdasarkan rumusan permasalahan seperti yang digambarkan sebelumnya, bahwa penelitian akan mengungkapkan pemikiran Hasan Al- Banna dan Buya Hamka tentang komponen-komponen pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dideskripsikan, penelitian ini adalah penelitian tokoh dan lazim disebut dengan studi tokoh.49 Penelitian tokoh berarti penelitian untuk mengenal lebih dekat dan lebih dalam mengenai seorang tokoh yang menjadi objek bahasan dalam hal ini tentang ide-ide kedua tokoh yang berkenaan dengan komponen- komponen pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif. (Penelitian kualitatif adalah salah satu

48 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), h. 59. 49 Arif Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 9. 10

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan/tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati.50 Penelitian yang bersifat kualitatif ditujukan untuk menganalisis fenomina, peristiwa, aktivitas sosial, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Dalam hal ini adalah pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka, bertujuan menggambarkan dan menggungkapkan serta menjelaskannya.51

2. Sumber Data. Dalam penulisan tesis ini menggunakan dua sumber data, yaitu yang sifatnya primer (Dharury) dan sekunder (Takmily). Data primer merupakan karya-karya Hasan Al-Bannna dan Buya Hamka sendiri yang bermuatan persoalan pendidikan Islam dari berbagai komponennya. Begitu juga pemikiran kedua tokoh ini yang disampaikan di berbagai tempat dan kesempatan yang bersifat dokumentasi. Sedangkan data sekunder adalah karya orang lain yang berisikan pandangan terhadap kedua tokoh dari berbagai sudut, baik yang pro terhadap keduanya maupun yang kontra. Begitu juga dengan data yang diperoleh melalui internet. Data sekunder ini dijadikan sebagai pendukung data primer. Adapun karya-karya Hasan Al-Banna yang bermuatan pemikiran pendidkan Islam dalam berbagai aspek yang merupakan data primer di antaraya adalah : a. Majmu'at Rosa'il al Imam al-Syahid Hasan al Banna, Penerbit Dar al-Dakwah al Islamiyah (1996). Karya ini memuat sejumlah percikan pemikiran Hasan Al-Bannna seputar dakwah, sarana untuk berdakwah, tujuan dakwah serta pembinaan individu, keluarga dan masyarakat Islam, juga ditampilkan wasiat-wasiat Hasan Al-Banna dalam menciptakan muslim/muslimah yang istiqomah melalui upaya Tarbiyah (Pendidikan) yang dikenal dengan al-Ushul al-Isyrin). b. Hadits Tsulatsali al-Imam Syaid Hasan Al-Banna, Penerbit Maktab al-Qur'an, karya ini berisikan ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan manusia, alam semesta, dan merupakan cuplikan ceramah-ceramah beliau setiap hari selasa.

50 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h.1. 51 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 60. 11

c. Memoar Hasan Al-Banna, (Terj). Penerbit Inter Media (1999). Merupakan agenda perjalanan hidupnya dan rintangan yang dihadapi seputar pelaksanaan dakwah. d. Mudzakarat al-Da'wah Wa al-Daiyah, Penerbit Da al-Tauzi' al- Islamiyah. (1996) isi pokok karya ini adalah cataan harian Hasan Al-Banna. e. Risalah Da'watuna Baina al-Ams Wa al-Yaum, berisikan sistem yang termuat dalam Al-Qur'an negara Islam, faktor-faktor keruntuhan umat, kebangkitan dan langkah-langkah penyelamatan daulah Islamiyah. f. Risalah al Sihab : Majalah Islamiyah Jami'ah, (1947) karya ini berisikan pemikiran Hasan Al-Banna tentang Islam, menggambarkan islah sebuah norma yang universal, sesuai dengan segala kondisi. Sedangkan karya-karya orang lain yang memuat tentang Hasan Al- Banna dalam berbagai versi dan sudut pandang, baik yang sifatnya pro maupun yang bersebrangan dengan pendapat tokoh ini dijadikan sebagai sumber informasi yang sifanya sekunder dalam penulisan tesis ini. Sementara karya-karya Buya Hamka yang menjadi sumber informasi dalam penulisan tesis ini antara lain : a. Tafsir al Azhar, 5 jilid, Jakarta : Pustaka Panjimas 1986. b. Ayahku, Jakarta : Pustaka Panjimas 1982. c. Prinsip dan Kebijakan Da‟wah Islam, Kuala Lumpur : Pustaka Malayu Baru 1982. d. Kenangan-kenangan Hidup, 4 jilid, Jakarta : Bulan Bintang 1979. e. Dari Hati ke Hati, Pustaka Panjimas 2002.

3. Tekhnik Pengumpulan Data. Secara sederhana, upaya yang dilakukan untuk memenuhi data yang dibutuhkan itu dilakukan melalui tahapan-tahapan , yaitu tahap orientasi, tahap ekspolarasi, dan tahap terfokus.52 terhadap teks ataupun naskah- naskah baik berupa buku, makalah-makalah dan dokumen-dokumen tertulis dan transkip pidato-pidato Hasan Al-Banna dan Buya Hamka dalam berbagai forum dan kesempatan. Tahap orientasi yaitu berupa pengumpulan data secara umum mengenai tokoh yang diteliti dalam hal ini Hasan Al-Banna dan Buya Hamka tentang hal-hal yang menarik diteliti semisal krakteristik dari kedua tokoh tersebut. Akan tetapi karena kedua tokoh yang menjadi objek

52 Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 47-49. 12

penelitian sudah wafat, maka sikap tersebut tidak lagi berlaku secara normatif. Yang penting adalah tetap menjaga hubungan dengan lingkungan dimana tokoh tersebut berasal. Tahap eksplorasi berarti pengumpulan data secara terarah dan terfokus, dan perlu menggali data sebatas yang diperlukan. Dalam tahapan ekspolarasi ini perlu adanya batasan informasi pada hal-hal yang relevan dengan fokus kajian. Sedangkan tahap terfokus adalah penelitian secara mendalam pada pemikiran, keberhasilan dan keunikan tokoh yang diteliti dan yang punya pengaruh signifikan pada masyarakat. Metode yang dipakai dalam pengumpulan data penulisan tesis ini adalah metode dokumentasi.53 Penggunaan metode ini dianggap sangat mendukung mengingat sang tokoh yang diteliti hanya meninggalkan karya-karya yang di hasilkan selama hidupnya. Disamping itu dengan dokumentasi dapat melacak dokumen pribadi tokoh yang merujuk pada tulisan tangan pertama yang bersifat deskriptif tentang pemikirannya.54

4. Analisis Data. Pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan jantung penelitian kualitatif dan analisis data merupakan jiwanya,55 maka langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah penelitian termasuk dalam hal ini penelitian tokoh, karena dengan analisis itu data yang dikumpulkan dapat berguna untuk dapat memecahkan masalah penelitian. Analisis data itu bertujuan (1). Memecahkan masalah penelitian (2). Memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terjadi dalam penelitian. (3). Memberikan jawaban hipotesis yang diajukan dalam penelitian. (4). Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.56 Dalam penulisan tesis ini yang digunakan adalah analisis isi ( content analysis) yaitu analisis ilmiyah tentang isi pesan atau komonikasi yang

53 Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, h. 50 54 Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, h. 54. 55 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h.192. 56 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, ( Jakarta: Bumi Aksara 2004), h.30. 13

digunakan untuk menarik kesimpulan suatu pesan,57 melalui upaya analisis itu, akan dapat menentukan rumusan dalam pemecahan permasalahan seperti yang digambarkan pada bagian perumusan dan pembatasan masalah. Sedangkan yang berkaitan dengan pemikiran pendidikan Islam kedua tokoh tersebut dilakukan dengan memahami terhadap naskah karya keduanya dan dokumen tertulis lainnya.

E. Telaah Pustaka Telaah kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan penelitian yang diajukan dengan penelitian sejenisnya yang pernah dilakukan terdahulu, sehingga menghindari adanya keterulangan dalam pengkajian materi yang akan diteliti. Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan terhadap tesis /disertasi yang mengulas tentang Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah tentang pendidikannya memang tidak sedikit, tetapi yang sifatnya komperatif penulis belum menemukan. hal ini disebabkan, karena permasalahan pendidikan yang memang sangat penting dan tidak pernah selesai. Karya yang memuat pembahasan tentang Hasan Al-Banna diantaranya ditulis oleh Saidan58 Penulis disertasi ini mengungkapkan Bahwa Hasan Al Banna maupun Muhammad Natsir keduanya punya pandangan yang sama bahwa pendidikan adalah upaya ikhtiyari manusia untuk meningkatkan tarap hidup ke arah yang lebih baik. Kajian lainya dalam bentuk tesis tentang “Dakwah Hasan Al-Banna suatu tinjauan terhadap strategi gerakan dakwah Islam di Mesir” karya ini ditulis oleh Rusdy Sulaiman59 telah diurai dalam tesis tersebut sebagai pijakan bagi konsep dan strategi gerakan dakwah Hasan Al-Banna, baru kemudian diurai strategi dakwahnya baik dakwah fardiyah maupun dakwah jam‟iyah yaitu dakwah melalui organisasi dalam beberapa aspek seperti agama, moral, sosial, ekonomi , politik dan pendidikan. Sementara Moh. Hatta60 menyoroti konsep dan strategi dakwah Al Ikhwan Al Muslimin hingga tahun 1954, dengan arti kata, karya tersebut terkonsentrasi mengekspresikan organisasi Al Ikhwan Al Muslimin dengan

57 Neong Mudhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi 4, ( Jogjakarta : Rake Sarasing, 2000), h. 68 . 58Saidan ”Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan al Banana dan ” Disertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. 59Rusdy Sulaiman ”Dakwah Hasan al Banna Suatu Tinjauan Terhadap Strategi Gerakan Dakwah Islam di Mesir” Tesis, Jakarta: IAIN syarif hidayatullah Jakarta, 1997. 60Moh.Hatta, ”AL Ikhwan al Muslimin Sebuah Kajian Konsep dan Srategi Dakwah” Disertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001 14

segala aktifitasnya mulai dari konsep, strategi, dan agenda dakwah, serta pengaruh jama‟ah tersebut dalam perkembangan Islam kontemporer di dunia Islam. Sedangkan karya yang memuat pembahasan tentang Haji Abdul Malik Karim Amrullah diantaranya ditulis oleh Prof. H. Samsul Nizar dalam disertasinya memperbincangkan dinamika intelektual dan pemikiran Hamka tentang pendidikan Islam. sebuah disertasi corak pemikiran kalam Tafsir Al Azhar, hasil penelitian M. Yunan Yusuf, di sini dijelaskan pemikiran kalam Tafsir Al Azhar dan tidak banyak menyinggung tasawuf.61 Dalam kajiannya, ada delapan persoalan teologi yang yang coba diangkat. Kedelapan teologi yang disoroti Hamka, yaitu; kekuatan akal, fungsi wahyu, free will dan predestinational, konsep iman, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, keadilan tuhan, perbuatan tuhan, dan sifat tuhan, Dalam memahami persoalan tersebut, dua masalah pertama, ia lebih cenderung sejalan dengan teologi Maturidiyah Bukhara. Sementara enam masalah lainnya, ia lebih cenderung sejalan dengan teologi mu'tazilah.62 Masih pada tokoh yang sama, Nur Wahidin mencoba melihat corak pemikiran tasawufnya63 dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pandangan Hamka dalam tasawuf modern, merupakan sintesa terhadap praktek umat Islam tentang ajaran tarekat yang dipahami secara keliru, dengan "meninggalkan" syari'at. Melalui karyanya ini, ia berupaya meluruskan pemahaman umat terhadap ajaran agamanya, serta membangkitkan dinamika intelektual umat yang selama ini mengalami stagnasi. Meskipun ia bukan seorang sufi sebagaimana sufinya Al Hallaj, Rabi'ah Al-Adawiyah, dan lainnya, akan tetapi ia menerima dan mengamalkan tasawuf sebagai jalan mendekatkan diri pada Allah. Sementara Utang Ranuwijaya64 Mencoba mengidentifikasikan hadits- hadits tentang perkawinan yang digunakannya dalam memperkuat tafsirnya. Tujuh diantaranya berkualitas shohih, tiga berkualitas hasan, serta satu berkualitas dhoif. Dalam proses pengambilan hadits ia merujuk beberapa kitab hadits, pendekatan yang dilakukannya dalam mengambil hadits-hadits untuk memperkuat tafsirnya terkesan sangat berhati-hati, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kitab hadits yang dipergunakan untuk memperkuat pendapat-pendapatnya.

61 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar, Sebuah Telaah Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam,( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h.172 62 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar. 63 Nurwahidin, Corak Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis ( Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1995) 64 Utang Ranuwijaya, Hadits-Hadits Pada Kitab al Azhar Hamka, Disertasi ( Jakarta : UIAN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995) 15

Selanjutnya Rahmi65 Melihat sisi lain pemikirannya, yaitu tentang wanita menurut Rahmi, pemikirannya tentang wanita sangat bertolak belakang dengan adat matrilinial yang dianut masyarakatnya. Ia mencoba memahami dan memposisikan wanita sebagaimana yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan hadits. Hanya saja, rahmi tidak menjelaskan bagaimana reaksi masyarakat minangkabau dalam merespon pemikirannya. Ahmad Yani66 mengambil objek penelitian terhadap pemikirannya dari aspek fiqh. Dalam penelitiannya, ia mengomentari pandangan Hamka tentang aspek ibadah, mu'amalah, jinayat, dan munakahat. Terlihat bahwa dalam memahami aspek-aspek tersebut pada umumnya ia sangat rasional, dengan menekankan pada unsur kemaslahatan umat. Hanya saja, dalam beberapa aspek tertentu seperti riba, bunga bank, menutup aurat bagi wanita, dan perkawinan terlihat bahwa pandangannya sangat edialistis (tradisional). Secara umum, penelitian ini telah mengupas seluruh pemikirannya tentang aspek fiqih. Akan tetapi, penelitian ini tidak memaparkan reaksi sosial (umat Islam) dalam menanggapi pemikiran-pemikirannya tentang fiqih. Yunus ,67 memfokuskan kajiannya tentang corak romannya. Dalam kajiannya, ia mengangkat roman Hamka " Di Bawah Lindungan Ka'bah" . Tentang novelnya ini Abdurrahman Wahid menilainya tidak lebih hanya merupakan kisah cinta (love story) sebagai topik yang banyak dikemukakan penulis. Hanya saja, settingnya diambil Hamka dengan latar belakang Mekkah.68 Dan tenggelamnya kapal vander wijk. Menurut Hamzah, roman-roman yang ditulisnya merupakan reaksi terhadap adat istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dalam kedua karyanya ini ia mencoba meramu pemikirannya dengan menggunakan pendekatan falsafah keagamaan, terutama tasawuf. Adapun gaya sastranya memiliki kecendrungan terwarnai oleh gaya sastra Mamfaluthi.69 Sementara Rusydi Hamka70 Memaparkan biografi sosok pribadinya sebagai seorang ilmuan dan ulama'. Kajiannya banyak melihat latar belakang kehidupan sampai

65 Rahmi, Pemikiran Hamka Tentang Wanita, Tesis, ( jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1996) 66 , Pemahaman Hamka Dalam Bidang Fiqh, Tesis ( Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1995) 67 Yunus Amir Hamzah, Hamka Sebagai Pujanggang Roman, (Jakarta: Puspita Sari Indah, 1993) 68 Abdurrahman Wahid, Pesantren dan Kesusastraan Indonesia, Dalam Bunga Rampai Pesantren, ( Jakarta: Darma Bakti 1978), h. 43. 69 Lion Agusta, " Diakhir Pemintasan Yg Rampung", Dalam Nasir Tamara ( eds), Hamka di Mata, h. 85. 70 Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983 16

terbentuknya pemikiran Hamka pada masa-masa selanjutnya. Hanya saja, Rusydi tidak memaparkan pemikirannya tentang pendidikan. Dari hasil penelusuran peneliti terhadap penelitian sebelumnya berkaitan dengan kedua tokoh tersebut, Hasan Al-Banna terfokus pada pergerakan organisasi dan politiknya, sedangkan penelitian terhadap Buya Hamka terfokus pada kajian fiqih romantismenya. Sedangkan penelitian ini peneliti ingin mengkaji pemikiran Hasan Al- Banna dan Buya Hamka dari sisi pemikiran pendidikan Islamnya dan mengkaitkan dengan kontek pendidikan di Indonesia.

F. Sistematika Pembahasan. Dalam pembahasan tesis ini, penulis akan membagi menjadi V Bab. Bab I. Merupakan Bab Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan. Bab II. Mengungkapkan Biografi Hasan Al-Banna dan pemikirannya tentang pendidikan Islam yang meliputi : Materi pendidikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam, konsep pendidikan agama Islam, lembaga pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, pendidik dan peserta didik serta evaluasi pendidikan Islam. Bab III. Mengungkapkan Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan pemikirannya tentang pendidikan Islam yang meliputi : Materi pendidikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam, konsep pendidikan agama Islam, lembaga pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, pendidik dan peserta didik serta evaluasi pendidikan agama Islam. Bab IV. Membahas tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah serta titik temu kedua tokoh dengan sisdiknas 2003. BAB V. Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka adalah dua tokoh yang berlainan negara, dan berbeda latar belakang pendidikan, namun kondisi atau setting sosial masyarakat yang mengitari kedua tokoh boleh dikatakan tidak jauh berbeda. 1. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka keduanya punya pandangan yang sama akan pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, pemikiran kedua tokoh tersebut tidak terlepas dari pandangannya terhadap ajaran Islam. Setelah mengkaji dari pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka tentang pendidikan Islam mengenai materi Pendidikan Islam, Hasan al- Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama tentang pentingnya menjadikan tauhid sebagai materi utama dalam kurikulum pendidikan Islam. Demikian juga dengan lembaga pendidikan kedua tokoh juga punya pandangan yang sama tentang lembaga pendidikan Islam. Dalam hal ini bahwa lembaga pendidikan Islam bertugas dan bertangung jawab dalam melaksanakan pendidikan yaitu lembaga formal dan lembaga non formal. Disamping ada persamaan pandangan Hasan Al-Banna dan Buya Hamka juga terlihat ada perbedaan dalam institusi pendidikan Islam yang digambarkan Hasan Al-Banna. Lembaga yang dipraktekkan Hasan Al-Banna berbeda dengan keadaan lembaga lain, dimana Hasan al-Banna membedakan antara lembaga pendidikan putra dan putri, Ma'had Hurroh Al-Islami diperuntukkan untuk lembaga putra sedangkan Ma'had Ummahad Al- Mu'minin khusus untuk putri. Selanjutnya mengenai tujuan pendidikan kedua tokoh ini juga mempunyai pandangan yang sama bahwa mendidik umat baik melalui pendidikan formal maupun non formal pada hakekatnya bertujuan menjelaskan posisi manusia sebagai makhluk Allah yang tercipta untuk menjadi ibad Allah. Sejalan dengan undang-undang sisdiknas No.20 tahun 2003, Sebagaimana pada Bab II pasal 3, bahwa "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab''

151

152

Kemudian dalam hal pendidik dan peserta didik kedua tokoh ini juga sependapat bahwa sesesorang yang berprofesi sebagai guru haruslah menjadi “Qudwah” dalam segala aspek kehidupannya, mengenai evaluasi pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama bahwa evaluasi bisa dilakukan secara individu atau bisa dilakukan secara umum. Disamping itu pula kedua tokoh ini menggemukakan bahwa yang paling urgen dalam pelaksanaan evaluasi adalah "kejujuran". 2. Disamping adanya persamaan pandangan antara Hasan Al-Banna dan Buya Hamka, juga terlihat perbedaan sudut pandang. Perbedaan pemikiran Hasan al-Banna dan Buya Hamka yaitu mengenai metode pendidikan Islam dan konsep pendidikan Islam, Menurut Hasan Al- Banna metode pendidikan Islam harus seirama dengan konsep dan martabat manusia sebagai kholifah fil ardh. Hasan al-Banna berpendapat bahwa metode yang digunakan harus relevan dengan kondisi audiens. Diantara metode yang dipraktekkan Hasan al-Banna adalah: metode ketauladanan, metode mendidik melalui kisah-kisah, metode ceramah dan demonstrasi, dan metode pendekatan. Lain halnya dengan Buya Hamka, ia berpendapat agar proses pendidikan bisa terlaksana secara afektif dan efesien maka ia mempergunakan metode diskusi, karya wisata dan metode resitasi. Selanjutnya dalam Konsep pendidikan Hasan Al-Banna sejalan dengan visi dan orientasi perjuangannya. Yaitu membebaskan masyarakat dari kebodohan. Sementara dalam pandangan Buya Hamka, beliau memasukkan konsep pensucian jiwa yang ada dalam dunia pendidikan yakni berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah pemberian Allah semata kepada hambanya. 3. Pemikiran pendidikan Hasan Al-Banna dan Buya Hamka ternyata ada relevansinya dengan Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 tahun 2003 bahwa boleh dikatakan mendahului Undang-Undang tersebut. Diantara pemikiran kedua tokoh yang ada relevansinya dengan Undang-Undang sisdiknas itu adalah pertama, akan perlunya umat Islam memperoleh kesempatan belajar dan mendapatkan layanan pendidikan dengan tujuan membentuk manusia yang unggul, jujur dan berakhlak mulia. Kedua, tentang perlunya keterlibatan masyarakat dalam menggelola pendidikan. Ketiga, pendidikan haruslah bersifat otonom dan independen. B. Saran-saran. Berdasarkan dari penelitian penulis mengajukan beberapa saran sebagai rekomendasi kepada pihak terkait. 153

1. Membangun kesadaran pentingnya menjalani kerjasama yang terpadu antara orang tua, guru dan masyarakat sebagai pendidik sejati yang bertanggung jawab secara penuh atas berhasil tidaknya peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. 2. Agar lembaga pendidikan Islam perlu menata ulang dan memformat kembali sistem pendidikan dari yang sifatnya terkotak-kotak menjadi sistem pendidikan yang menyatu seperti yang dicanangkan Hasan Al- Banna dan Buya Hamka. 3. Diharapkan lembaga pendidikan Islam tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan belaka, sudah saatnya mencetak generasi-generasi yang paripurna, unggul ilmiyahnya, unggul amaliyahnya dan unggul akhlaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan Kontemporer, Semarang: IAIN Walisongo, 1999. Abdullah, Abdurrahman Saleh, Tori- teori Pendidikan Berdasarkan al- Quran, Terj. H.M.Arifin dan Zainuddin, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Abrasyi, Muhammad Athiyah al, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Busthami A. Ghani dan Johar Bahri, Jakarta: Bulan Bintang 1993. Ali Rahmina, Penitis Zaman Baru, Terj. Ilyas Hasan, Jakarta: Mizan, 1991. Aly, Hery Noer, H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003. ------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Terj. K.H. Farid Ma'ruf, Jakarta: Bulan Bintang,1995. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta :Ciputat Pers, 2002, h. 119. ------, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa, 2004. Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-undang Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003. ------, Kapita Selekta Pendidikan "Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksar, 1993. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. XIII; Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Armando, Nina, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru, 2005.

Asifudin, Ahmad Janan, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam, Yogyakarta: Suka Press, 2001. Asyur, Ahmad Isa, Hadits Tsulasa, Terj. Salafuddin, Jakarta: Era Intermedia, 2000. Aulia, Muhammad Lili Nur, Cinta di Rumah Hasan al-Banna, Jakarta: Puslaka Da'watuna, 2007. Az-fahm, Jam 'ah Amin Abd, Al Islam Fii Dzilal Isyrin Li Al Imam Hasan Al Banna, Iskandariyah: Dar Al Dakwah, 1993. Aziz, Jum'ah Amin Abdul, Manhajul al-Imam al-Bnna:Ats-Tsawaabit wal Mutaghayyirat, Terj. Tate Qomaruddin, Bandung: Asy-Syamil Press & Grafika,1999. Azra, Azzumardy, Pendidikan Islam "Tradisi dan Moderenisasi Menuju Milinium Baru", Jakarta: Logos,1999.

Az-z, Jamaah Amin Abd, Fahm al-Islam Fii Zhilal al-Ushmi al-Isyr-n li al- Imam Hasan al-Banna, Mesir: Dar al-Dakwah, 1997. Banna, Hasan al, Al Mar'ah al Muslimah, Mesir: Dar al Kutb Assalafiyah, 1404H. ------, Al Syihab Majalah Islamiyyah Jami'ah. Edisi Pertama, Muharrom 1367, Mesir: Al Isytirat, 1947. ------, Hadits Tsulatsa', Terj. Salafuddin, Jakarta: Era Intermedia, 2000 ------, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Jilid 2, Jakarta: Al-I'tishom, 2012. ------, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Jilid 4, Jakarta: Al-I'tishom, 2012. ------, Majmu 'at Rasa ,il al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, Kairo: Dar al Da'wah, 1990. ------, Memoir Hasan Al Banna, Terj. Salafuddin Abu Sayyid, Solo: Intermedia,1999. ------, Mudzkirat al Dakwah wa al Daiyah, Kairo: Dar al Tauzi al Islamiyah, 1996. ------, Risalah al-Mu'tamar al-Khamis, Dalam; Majmu'ah Rasa'il al- Imam Asy-Syahid Hasan al Banna, Beirut: Dar al-Andalus, 1965. ------, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta, Lc dkk,Solo: Era Intermedia, 2002. Basleman, Anisa, Pendidikan Orang Dewasa : Modul Diklat Calon Widyaiswara, Jakarta: Lembaga Administrasi Indsonesia LAN/RI, 2005. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Bayami, Muhammad Abu Al Fath Al, Al Madkholila Ilmi Ad Dakwah, Madinah: Muassah Al Risalah,1412 h. Buchari, M, Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1980. Danim, Sudarman, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Daradjat, Zakiyah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asis Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta, 2009. ------, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007. Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Putra Sejati Raya, 2003. Dewey, John, Democracy And Education Fourth Edition, New York: The Macmillan Company, 1964.

Fahl, Musthafa, Teologi Islam Modern, Surabaya: Intermedia press, 1997. Fahmi, Jama'ah Amin abdul A ziz, Al- Islam Fi Zilal Al-Isyim Li Al-Imam Hasan Al-Banna, Iskandariah: Wan al-Dakwah, 1993. Faizey, John, Pendidikan di Dunia Modern, Terj. L.P. Murtini, Jakarta: Gunung Agung,1982. Fuchan, Arif dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Gazalba, Sidi, Pendidikan Ummat Islam, Jakarta: Bharatara,1970. Ghazali, Abdul Hamid Al, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Solo: Era Intermedia, 2001. Guslin, David A, The School in Contemporary Society, Atlanta: Scott, Foresman and Company, 1965. Hadisupeno, Pendidikan Islam Belenggu Kekuasaan, Magelang: Pustaka Paramadina,1999. Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj. Kuswandani, Bandung: al Bayan, 1998. Hamka, Ayahku, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982. ------, Dari Hati Ke Hati, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002. ------, Dari Perbendaharaan Lama, Cet. 3, Jakarta: Pustaka Panjimas,1996. ------, Dibawah Lindungan Ka'bah, Jakarta : Balai Pustaka, 1957. ------, Kenang-kenangan Hidup, Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1982. ------, lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas,1983. ------, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001. ------, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru,1982. ------, Renungan Tasauf, Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2002. ------, Sejarah Umat Islam, Jilid I, II, III,IV, Jakarta: Bulan Bintang: 1975. ------, Tafsir al Azhar, Juz 1-XXX, Jakarta : Pustaka Panjimas 1998. ------, Tafsir al Azhar, Juz 6, Jakarta : Pustaka Panjimas 1998. ------, Tasauf Modern, Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2003. ------, Tasauf Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 1993. Hamka, H.Rusdi, Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. Hamzah, Junus Amir, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Dalam Polemik, Jakarta: Megabookstre,1963. ------, Hamka Sebagai Pujanggang Roman, Jakarta: Puspita Sari Indah, 1993.

Hasan, Abdullah, Tokoh-Tokoh Masyhur Dunia Islam, Surabaya: Jawara Surabaya, 2004. Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara 2004. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Hatta, Moh, "AL Ikhwan al Muslimin Sebuah Kajian Konsep dan Srategi Dakwah" Disertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001. Hawa, Sa'id, Membina Angkatan Mujahid, Solo: PT. Eradicitra Intermedia, 2010. Henderson, Stella Van Petten, Introduction To Philosophy Off Education, Chicago & London: The University off Chicago Press, 1964. Herry, Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani, 2006. Husaini, Ishak Musa al, Ikhwan al-Muslimin, Jakarta: Graffiti Press, 2000. Inain, Ali Kholil al, Falsafat al Tarbiyah al Islamiyah Fii al Qur'an al Karim, Kairo : Dar al Fikr al Araby, 1980. Jamaly, Muhammad Fadhil al, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur'an, Terj. Asmuni Zamakhsyari, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995. Jamila, Maryam, Para Mujahid Agung, Terj. Hamid Luthfi, Bandung, Mizan, 1989. Jundi, Anwar al, Hasan al-Banna Addaiyah al Imam Wa al-Mujaddid al- Syahir, Bairut : Dar al-Qolam, 1978. Jursyi, Shalaluddin, Membumikan Islam Progresif, Terj. M. Aunul Abiet Syah, Jakarta: Paramadina. 2004. Kholdun, Ibnu, Muqaddiamah Ibnu Khaldun, Terj. Ahmadi Thoha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986. Kholiq, Abdul, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan Kontemporer, Semarang: Pustaka Pelajar, 1999. Kilaniy, Ismail, Fasl Ad-Din 'an Ad-Daulah, Terjh; Kathur Suhardi, Sekularisme Memisahkan Agama dari Negara, cet. II Jakarta: al- Kautsar, 1993. Komar, Oong, Filsafat pendidikan nonformal, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006. Kumayi, Sulaiman Al, 99Q (Kecerdasaan 99): Cara Meraih Kemenangan dan Ketenangan Hidup Lewat Penerapan 99 Nama Allah, Jakarta: Hikmah, 2003. Kurniawan, Syamsu & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Kuthb, Muhammad Ali, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Terj. Bahrun Abu Bakar Ihsan, Bandung: CV. ,1993.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan , Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986. Ma'arif, Ahmad Suafi'ei, Peta Bumi Intelektualisme Islam Indonesia, Bandung: Mizan, 1993. Mahmud, Ali Abd Al Halim, Tarbiyah Ruhaniyah, Terj. Abd Huyyi Al Katam, Jakarta : Gema Insane Press, 2000 ------, Wasa`il al-Tarbiyyah 'inda Ikhwan al-Muslimin (Dirasah Tahliliyyah Tarikhiyyah), Diterjemahkan Wahid Ahmadi (et.el.) Dengan Judul "Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin", Cet. VI, Solo: Era Intermedia, 2001. ------, Ikhwanul Muslimin, Konsep Gerakan Terpadu, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah, Jilid IV, Bab Do'a Rasulullah Saw., No. 3833, Cet. I, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1996. Madjid, Nurcholis, Islam, Kemodernan, Keindonesiaan, Bandung : Mizan 1987, h. 124. Malaikat, Musthofa, Manhaj Dakwah Yusuf Qordhowi, Terj. Syamsu Rahman, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2001. Masruruh, Ninik dan Umiarso, Modernisasi Pendidikan Islam ala Azyumardi Azra, Jogjakarta:ar-Ruzz Media, 2011. Mash,Badr Abdurrazaq al, Hisbah Hasan al-Banna, terj. Abu Zaid, Solo: Intermedia, 2006 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Maunah, Binti, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011. Mortimer, Edward, Islam dan Kekuasaan, Terj. Enna Hadi dan Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1984. Muhajir, Neong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi 4, Jogjakarta: Rake Sarasing, 2000. ------, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006. Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. ------, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Mursi, Muhammad Sahid, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2007. Nahlawi, Abdurrahman An, Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani, 1995. Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Jakarta : Bulan Bintang, 1973.

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis,Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. ------, Hamka (1908-1981) Kajian Social- Intelektual dan Pemikiranya Tentang Pendidikan Islam, Desertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001. ------, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Noer, Daliar, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1983. Nurwahidin, Corak Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1995. Prayitno, Elida, Rekonstruksi Mata Kuliah Dasar Kependidikan, Padang: IKIP, 1990. Purna, Assep, 101 Kisah Inspiratif, Jakarta : Gagas Media, 2011. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, Bandung: Rosda karya,1997. Purwodarminto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, 2002. Qardawi, Yusuf, Tarbiyah Hasan Al Banna dalam Jama'ah Al Ikhwan Al Muslimun, Jakarta: Rabbani Press, 2005. ------, Al Khasha'ish Al 'Ammah li al Islam, Kairo : Maktabah Wahbah, 1423H. ------, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, Terjh. Bustani A.Ghani dan Zainal Abidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. ------, Madrasah, Terj. Syamsu Rahman, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2001. ------, Berita Kemenangan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Qutb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terjh. Salaman Harun, Bandung: al Ma'arif,1984. Raharjo, Dawam, Intelektual Intelegensia dan Prilaku Politik Bangsa, Bandung : Mizan, 1996 Rahmen, Ali, Ali Rahmina, Para Perintis Zaman Baru Islam, Terj. Ilyas Hasan, Jakarta : Mizan,1991. ------, Pemikiran Hamka Tentang Wanita, Tesis, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1996. Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum Teaching, 2005. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Ranuwijaya, Utang, Hadits-Hadits Pada Kitab al Azhar Hamka, Disertasi, Jakarta : UIAN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995. Roesmar, Zainuddin, Tuntunan Dakwah Dalam Masyarakat Pluralistik Persfektif Metode Dakwah Hamka, Pekanbaru: Unri-Press, 2002.

Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, Yogyakarta: LKIS, 2009. Rusla, Utsman Abdul Muiz, Pendidikan Politik Ikhwal al-Muslimin, Terj. Salafuddin, Jakarta: Era Intermedia, 2000. Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, cet. I, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Rusydi, Haji, dkk, Perjalanan Terakhir Buya Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981. Sabri, H.M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV: Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Said, Imam Al-Ghazali, Ideologi Kaum Fundamentalis, Pengamh Politik al- Maududi Terhadap Gerakan Jamaah islamiyyah Trans Pakistan- Mesir, Surabaya: Diantara, 2003 Sa'id, Rif'at, Hasan al-Banna; Mata wa Kaifa wa Li Maza, Kairo: Madbuli, 1971. Saidan "Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan al Banana dan Mohammad Natsir" Disertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Santoso, Slamet Imam, Pendidikan di indonesia dari masa ke masa, Jakarta: PT. Inti Idayu Press, 1987. Shadily, Hassan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Kanisius, 2008. Sholeh, Sa'aduddin As-Syahid, Al-Muamarat Didda Al-Islam, Terj. Muhammad Thalib, Yogyakarta: Wihdah Press, 2000. Sholehuddin, M. Sugeng, Reinventing Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam, : STAIN Pekalongan Press, 2010. Sihbudi, M. Riza, Islam Dunia Arab, Iran Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991. Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2012. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Sukmadinata,Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Sulaiman, Rusdy, "Dakwah Hasan al Banna Suatu Tinjauan Terhadap Strategi Gerakan Dakwah Islam di Mesir" Tesis, Jakarta: IAIN syarif hidayatullah Jakarta, 1997. Sumitro, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2006. Supeno, Hadi, Pendidikan Dalam Belenggu Kekuasaan, Magelang: Pustaka Paramadinah,1999. Susanto, A, Pemikiran pendidikan Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009. Syantuh, Khalid Ahmad as, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga Muslim, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka al Kaustar, 1993.

Tilaar, H.A.R, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia; Strategi Rewformasi Pendidikan Nasional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999. Ubiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Ulum, Samsul dan Triyo Supriyatno, Tarbiyah Qur'aniyyah, Malang: UIN Press, 2006. Ulwan, 'Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Dalam Islam, Cetakan ke-2, Jaklarta: Pustaka Amani, 1999 Utsman Abdul Mu'iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Terj. Salafuddin Abu Sayyid, dkk, Solo: Era Intermedia, 2000. Wahhab, Abdul Aziz, Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008. Wahid, Abdurrahman, Pesantren dan Kesusastraan Indonesia, Dalam Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Darma Bakti 1978. Yani, Ahmad, Pemahaman Hamka Dalam Bidang Fiqh, Tesis, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1995. Yusuf, M. Yunan, Ensiklopedi Muhammadiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. ------, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar, Sebuah Telaah Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990. Zaini, Syahminan, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidukan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986. Zainudin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari al- Ghazali, Cet,1, Jakarta:Bumi Aksara,1991. Zar, Sirajuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Perspektif Islam, Saind dan al-Qur'an, Jakarta: Raja Grapindo Persada,1997. Dikuti dari http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/Biografi-Hasan-Al- Banna. html.