Bab 5

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PEMATANGSIANTAR

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pematangsiantar

Tujuan penataan ruang Kota Pematangsiantar adalah “Mewujudkan kota sebagai pusat perdagangan dan jasa pada wilayah tengah Provinsi Sumatera Utara dengan didukung oleh sektor pendidikan, kesehatan, dan pariwisata dalam ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan berkesinambungan.”

5.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Pematangsiantar

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar beserta strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional; 2. Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan Kabupaten/Kota di sekitarnya; 3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan; 4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 5. Pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan; 6. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya; dan 7. Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Adapun strategi perwujudan kebijakan penataan ruang Kota Pematangsiantar tersebut adalah sebagai berikut ini : 1. Strategi pengembangan sistem pusat pelayanan kota yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, meliputi :

LAPORAN AKHIR v - 1

a. Menetapkan pusat pelayanan lingkungan, sub pusat pelayanan lingkungan, dan pusat lingkungan yang berhierarki; b. Mengarahkan kawasan pusat kota menjadi pusat pemerintahan kota, pusat kegiatan perdagangan dan jasa; dan c. Mengarahkan sub pusat kota menjadi kawasan pengembangan kegiatan perekonomian. 2. Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan Kabupaten/Kota disekitarnya : a. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang efektif dan efisien di seluruh wilayah kota; b. Mendukung pengembangan jaringan jalan lingkar luar; c. Meningkatkan efektivitas jaringan jalan kolektor dan lokal; dan d. Menata kembali sistem angkutan umum kota. 3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan, meliputi : a. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi; b. Meningkatkan jangkauan pelayanan air minum; c. Mengembangkan jaringan energi/kelistrikan secara merata; d. Meningkatkan kualitas sumber daya air kota; dan e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perkotaan. 4. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan, meliputi : a. Mengembangkan ruang terbuka hijau (RTH) kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota; b. Mengelola kawasan hutan kota; c. Mengembangkan kawasan sempadan sungai dan sempadan rel kereta api sebagai kawasan lindung; d. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah beralih fungsi; e. Melestarikan daerah resapan air dan daerah irigasi teknis; f. Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan cagar budaya; dan g. Mengembangkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam rangka meningkatkan fungsi lindung. 5. Strategi pengembangan kawasan budidaya yang mendorong pemerataan pembangunan, meliputi :

LAPORAN AKHIR v - 2

a. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata; b. Mengembangkan kawasan pendidikan skala regional; c. Mendorong perkembangan perumahan vertikal di kawasan pusat kota; d. Mengembangkan fasilitas kesehatan skala regional; e. Mengembangkan kawasan pariwisata; f. Mengembangkan kawasan industri kota; g. Memberikan alokasi ruang yang memadai bagi sektor informal; h. Mengendalikan kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan; dan i. Mempertahankan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis. 6. Strategi penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan sosial budaya, meliputi : a. Mengalokasikan ruang untuk kegiatan industri produk lokal untuk mendorong penguatan ekonomi kreatif; dan b. Mengembangkan kegiatan dan kawasan wisata dan budaya yang menjadi salah satu daya tarik kota. 7. Strategi pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara, meliputi : a. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan c. Turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kota Pematangsiantar Untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan 1. Rencana RTH Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka RTH Publik pada Kota Pematangsiantar terwujud disusun rencana hirarki pusat pelayanan pada dalam bentuk : Kota Pematangsiantar sebagai berikut : 1. RTH Hutan Kota, a. Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat 2. RTH Taman Kota, kegiatan perkotaan yang melayani seluruh 3. RTH Taman Lingkungan, yang meliputi : wilayah kota dan hinterland kota. Pusat taman RT, taman RW, taman kelurahan dan pelayanan kota ditetapkan yaitu : di taman kecamatan;

LAPORAN AKHIR v - 3

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang Kelurahan Melayu, Kelurahan Dwikora, 4. RTH Taman Pemakaman Umum (TPU); Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Simalungun, 5. RTH Kawasan Sempadan, yang mencakup : Kelurahan Baru, Kelurahan Sukadame, sempadan sungai dan sempadan mata air; Kelurahan Banjar, Kelurahan Timbanggalung, 6. RTH Jalur Hijau, yang meliputi : jalur hijau Kelurahan Teladan, Kelurahan Karo, jalan dan jalur hijau sempadan rel KA. Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Pardomuan, 7. RTH Olahraga yang meliputi lapangan Kelurahan Martoba. olahraga b. Sub Pusat Pelayanan Kota, merupakan pusat a. Hutan Kota. Hutan kota di Kota Pematangsiantar kegiatan perkotaan yang melayani sub direncanakan akan dikembangkan di Kecamatan wilayah kota. Sub pusat pelayanan kota Siantar Martoba, Kecamatan Siantar Sitalasari ditetapkan ada 5 buah yaitu di Kawasan dan Kecamatan Siantar Marimbun. Luas total Tanjung Pinggir, Kawasan Gurilla, Kawasan hutan kota di Kota Pematangsiantar adalah Tojai, Kawasan Simpang Dua, Kawasan seluas 308,26 ha atau 3,85% dari wilayah kota Megaland Asahan. (Tabel 4.1). Pola persebaran hutan kota c. Pusat Lingkungan, merupakan pusat kegiatan ditunjukkan pada Gambar 4.1, mencakup : perkotaan yang melayani skala lingkungan. 1. Taman Hewan/Kebun Binatang Jalan MH Pusat lingkungan ditetapkan sebanyak 9 buah Sitorus di Kelurahan Teladan yaitu di Kelurahan Tambun Nabolon, 2. Pengembangan hutan Kota seluas lebih Kelurahan Nagapita, Kelurahan Tanjung kurang 376 (tiga ratus tujuh puluh enam) Pinggir, Kelurahan Gurilla, USI, Kelurahan hektar di Kecamatan Siantar Marimbun dan Setia Negara, Kelurahan Simarimbun, Kecamatan Siantar Martoba. Kelurahan Marihat Jaya, Lapangan Bola Atas. b. Taman kota. Taman Kota di Kota Pematangsiantar adalah : 2. Rencana Sistem Prasarana Di Wilayah 1. Taman Kota di Kelurahan Proklamasi Kota Kecamatan Siantar Barat; 1. Rencana Sistem Jaringan Jalan 2. Taman Wisata Rindam di Kelurahan Setia Pembagian jalan berdasarkan fungsi adalah Negara Kecamatan Sitalasari; dan sebagai berikut: 3. Pengembangan Taman Kota seluas lebih 1.a. Jalan Arteri primer, meliputi: kurang 25 (dua puluh lima) hektar di  ruas jalan – Batas Kabupaten Kelurahan Simarimbun. Simalungun Luas total taman kota ini adalah seluas 28,50 ha  ruas jalan Simpang Dua – batas atau 0,36% dari wilayah kota. Kabupaten Simalungun c. Taman Lingkungan. Terdiri dari RTH Taman RT 1.b. Jalan kolektor primer, meliputi: (Rukun Tetangga) , RTH Taman RW (Rukun  Ruas Jalan Sangnaualuh - batas Kabupaten Warga) , RTH Taman Kelurahan dan RTH Taman Simalungun sebagai Kolektor Primer 1; Kecamatan.  Ruas Jalan Saribudolok Simpang Dua - batas d. Taman Permakaman Umum Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor TPU di Kota Pematangsiantar terdiri dari Primer 2; beberapa TPU, dengan luas total adalah sebesar  Ruas Jalan Melanton Siregar – batas 86,41 ha, dan tersebar di beberapa kecamatan, Kabupaten Simalungun sebagai Kolektor yaitu : Primer 2; dan a. Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kelurahan  Ruas Jalan Sidamanik – batas Kabupaten Pahlawan Simalungun sebagai Kolektor Primer 3. b. TPU Sangkakala di Jalan Rambung Merah Kelurahan Sumber Jaya 2.a. Jalan arteri sekunder, meliputi: c. TPU Parsoburan di Kelurahan Suka Makmur - ruas jalan Sisingamangaraja; d. TPU Jalan Rakuta Sembiring di Kelurahan - ruas jalan Merdeka; Nagapita - ruas jalan Sutomo; e. TPU di Kelurahan Tambun Nabolon - ruas jalan Sudirman; f. TPU Jalan Laguboti di Keluarahan Kristen

LAPORAN AKHIR v - 4

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang - ruas jalan Gereja; g. TPU Bahagia di Kelurahan Bantan - ruas jalan DI Panjaitan h. TPU Pekuburan Cina di Kelurahan Sumber Jaya 2.b. Jalan Kolektor sekunder, meliputi: i. TPU Perkuburan Cina di Kelurahan Banjar - ruas jalan Seram j. TPU Jl. Bangau Kelurahan Sipinggol-Pinggol - ruas jalan Rajimin Purba k. TPU Siabal-Abal Kelurahan Tomuan - ruas jalan Dahlia l. TPU Jl. Pdt. J. Wismar Saragih - ruas jalan Kartini m. TPU Jl. Pane Kelurahan Karo - ruas jalan Sudirman n. Rencana pembangunan TPU baru di - ruas jalan Ade Irma Suryani Kelurahan Simarimbun, Kelurahan Gurilla, - ruas jalan Pendidikan Tanjung Pinggir dan Kelurahan Pondok Sayur. - ruas jalan Patuan Anggi Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka - ruas jalan Setia Negara beberapa ketentuan bentuk pemakaman di - ruas jalan HOS Cokroaminoto antaranya : - ruas jalan . ruang hijau pemakaman termasuk - ruas jalan Numuronda pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% - ruas jalan Pendeta J Sihombing dari total area pemakaman dengan tingkat - ruas jalan Rakuta Sembiring liputan vegetasi 80% dari luas ruang - ruas jalan AMD 1981 hijaunya. - ruas jalan Pendeta Wismar Saragih. . pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk 2.c. Jalan lokal dan lingkungan, meliputi seluruh meningkatkan peran ekologis pemakaman jaringan jalan di luar jalan arteri dan kolektor termasuk habitat burung serta keindahan. sekunder yang ada, yang disebutkan pada b. RTH Penyangga Area Persampahan poin 2a dan 2b diatas. Zona penyangga pada TPA dibagi atas dua Rencana Jalan Menurut Status adalah sebagai ruang pemanfaatan yaitu : berikut: a. 0 – 100 meter : diharuskan berupa Berdasarkan Status jalan maka kota sabuk hijau; dan Pematangsiantar direncanakan atas : b. 101 – 500 meter : pertanian non  Jalan Nasional yang menghubungkan ibukota pangan dan hutan. kabupaten/kota dan jalan strategis yang menghubungkan Jalan Medan – Jalan Sisingamangaraja – Jalan Parapat.  Jalan Propinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis yang menghubungkan: - Pematangsiantar - Perdagangan - Pematangsiantar – Tanah Jawa  Jalan Kota yang menghubungkan antar pusat RTH Area Penyangga TPA dapat pelayanan dalam kota yakni menghupungkan memanfaatkan kedua zonasi ini dengan pusat kota dengan sup pusat kota dan pusat tanaman keras yang boleh dipadukan lingkungan. dengan tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap racun dengan Adapun rencana pengembangan jaringan jalan di Kota ketentuan sebagai berikut : Pematangsiantar, adalah : a. Jenis tanaman adalah tanaman tinggi a. Peningkatan Ruas jalan meliputi : dikombinasi dengan tanaman perdu - ruas jalan DI Panjaitan – Simpang Dua yang mudah tumbuh dan rimbun - ruas jalan Gereja terutama tanaman yang dapat - ruas jalan Sisingamangaraja menyerap bau; dan - ruas Jalan Sudirman b. Kerapatan pohon adalah minimum 5

LAPORAN AKHIR v - 5

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang - ruas Jalan Merdeka m. - ruas Jalan Sutomo Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona - ruas Jalan Medan ujung Jalan Sutomo – penyangga adalah ruang dengan kumpulan simpang Jalan Sisingamangaraja pohon dan bukan sekedar deretan pohon - ruas jalan Medan simpang yang bila dimungkinkan mempunyai nilai Sisingamangaraja – simpang Jalan ekonomi. Tanaman yang direkomendasikan Bombongan adalah yang sesuai dengan kondisi alam - ruas jalan Sangnaualuh setempat, termasuk iklim, rona fisik, dan - ruas jalan S. Parman kondisi lapisan tanah. b. Pengembangan jalan bebas hambatan ruas Di wilayah Kota Pematangsiantar terdapat 3 Kota – Kota Pematangsiantar – lokasi TPA, yaitu : di Kelurahan Gurila, Parapat – Sibolga; Kelurahan Tanjung Pinggir dan lahan ex PTP c. Pengembangan jalan lingkar luar barat yang III. menghubungkan Jalan Parapat menuju Jalan Medan menjadi jalan arteri primer; c. RTH Olahraga d. Pengembangan jalan lingkar luar timur dari RTH Olah Raga sebagaimana dimaksud meliputi Simpang Dua Jalan Parapat menuju Jalan meliputi kawasan Stadion Sangnaualuh di Sangnaualuh menjadi jalan Kolektor Primer 2; Kelurahan Merdeka dan Lapangan Bola di e. Peningkatan ruas jalan arteri sekunder dan Kelurahan Sukamaju. seluas 4,1 (empat koma kolektor penghubung PPK serta keseluruhan satu) hektar dan rencana pengembangan seluas SPPK meliputi : ruas jalan Sibolga, ruas jalan 33,68 (tiga puluh tiga koma enam delapan) Melanton Siregar, ruas jalan Ade Irma hektar di Kelurahan Tanjung Pinggir. Suryani, ruas Jalan Patuan Anggi, ruas Jalan Patuan Nagari, ruas jalan Rakuta Sembiring, d. Kawasan Cagar Budaya ruas Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, ruas Jalan Kawasan cagar budaya mencakup : situs ABRI Masuk Desa, ruas Jalan Justin budaya, bangunan haritage (bangunan Sihombing, ruas Jalan Handayani, ruas Jalan bersejarah), dan bangunan keagamaan. Kriteria Seram, ruas Jalan Kartini, ruas Jalan Rajamin kawasan cagar budaya adalah: memiliki nilai Purba, ruas Jalan Sibatu-batu, ruas jalan Setia penting, bangunan yang indah dan bersejarah, Negara; berumur lebih dari 50 tahun. f. Pengembangan ruas jalan yang Situs budaya di wilayah Kota Pematangsiantar menghubungkan Jalan Rakuta Sembiring meliputi : menuju Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, dan jalan a. Makam Keluarga Raja Siantar di kelurahan tembus ruas Jalan Handayani menuju ruas Simalungun Kecamatan Siantar Selatan Jalan Rajamin Purba. b. Museum Simalungun di kelurahan g. peningkatan ruas jalan Suka Samosir menuju Simalungun Kecamatan Siantar Selatan ke Jalan Lingkar Luar Timur. Kawasan cagar budaya yang memiliki dengan 2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya kedua situs menjadi bangunan bersejarah dan Air adat, berada di Kelurahan Simalungun. Untuk memenuhi kebutuhan pengembangan Bangunan bersejarah (heritage) yang kota diperlukan sistem jaringan sumber daya merupakan bangunan berusia lebih dari 50 air wilayah Kota Pematangsiantar yang tahun dan bernilai penting yang meliputi: dibangun oleh : a. Balai Kota - Kantor Walikota - Wilayah sungai Pematangsiantar di Kelurahan Proklamasi - Jaringan prasarana air baku untuk air baku b. Gedung Juang di Kelurahan Proklamasi - Jaringan irigasi c. Tugu Taman bunga di Kelurahan Proklamasi - Jaringan pengendalian banjir d. Kawasan Hotel Bersejarah Jl. WS Supratman di Kelurahan Proklamasi a. Jaringan sumber daya air baku bagi Kota

LAPORAN AKHIR v - 6

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang Pematangsiantar terdiri dari air permukaan e. Kawasan Stasiun Kereta Api di Kelurahan bersumber pada Wilayah Sungai Bah Bolon Proklamasi sebagai WS Lintas Kabupaten dan air tanah f. Kawasan Rumah Sakit Umum di Kelurahan yang bersumber pada Cekungan Air Tanah Dwikora Medan yang meliputi : g. Bangunan Gereja GPIB Jl Simbolon di  Daerah Aliran Sungai Bah Bolon, yaitu : Sungai Kelurahan Teladan Bah Bolon, Sungai Bah Biak dan Sungai Bah h. Bangunan Gereja Katholik St. Laurentius Jl. Sibarambang; Sibolga di Kelurahan Karo  Daerah Aliran Sungai Bah Hapal, yaitu : Sungai i. Kawasan Gereja HKBP Jl. Gereja di Kelurahan Bah Kapul dan Sigulang-gulang Kristen b. Pengembangan jaringan prasarana air baku untuk air bersih terdiri atas: Bangunan keagamaan pada wilayah Kota  jaringan perpipaan Mual Goit melalui Jalan Pematangsiantar, adalah : Sidamanik - Jalan Parapat - Jalan DI Panjaitan, a. Kantor Pusat GKPS di Kelurahan Bane Jalan Farel Pasaribu - Jalan Kolonel b. Kantor Pusat Gereja Pentakosta di Kelurahan Simanjuntak - Jalan Gereja - Jalan Kapten c. Kantor Pusat Gereja HKI di Kelurahan Sitorus - Jalan Merdeka - Jalan Sutomo - Jalan Pardamean Diponegoro - Jalan Kartini - Jalan Ade Irma d. Kantor Pusat Gereja GKPI di Kelurahan Suryani - Jalan Brawijaya - Jalan Patuan Anggi Teladan - Jalan Tuan Nagari - Jalan Sisingamangaraja - e. Kawasan Mesjid Raya Jl. Mesjid di Kelurahan Jalan Sangnaualuh - dan rencana Timbanggalung pembangunan pada Jalan Lingkar Luar Kota

Timur; f. Patung Dewi Kwan Im di Kelurahan Tomuan  jaringan perpipaan Habonaran melalui Jalan g. Vihara jalan Ade Irma Suryani di Kelurahan Saribudolok, Sisingamangaraja - Jalan Banjar Rambung Merah - Jalan Dahlia - Jalan Jawa - Jalan Seram - dan Jalan Singosari - Jalan Pdt Pengembangan situs-situs budaya mencakup : Wismark Saragih - Jalan Tuan Nagari - Jalan merevitalisasi situs-situs budaya, pelestarian Rakuta Sembiring - Jalan Sisingamangaraja - keaslian dan keunikan bangunan bersejarah dan Jalan Bombongan - Jalan Tambun Barat - dan kerjasama pengelolaan situs budaya bersama Jalan Tambun Timur; dan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

 jaringan perpipaan Naga Huta melalui 2. Kawasan Peruntukan Perumahan Perumahan Tojay - Jalan Handayani - Jalan Dalam rencana pola ruang, direncanakan Gurila, Jalan Sibatu-batu - Jalan Tengkoh - kawasan perumahan seluas lebih kurang Jalan Gurila. 2556,73 ha. Sebaran lokasi rencana kawasan

perumahan berdasarkan luas kavling di wilayah c. Pengembangan jaringan irigasi kota Pematangsiantar adalah : Untuk mengaliri kawasan pertanian di Kota Pematangsiantar terdapat jaringan irigasi a. perumahan kepadatan tinggi, tersebar di teknis yang juga melayani kawasan pertanian Kelurahan Suka Makmur, Kristen, Toba, lainnya di sekitar Kota. Prasarana irigasi teknis Pardamean, Kebun Sayur, Baru, Martoba, terdapat pada kelurahan-kelurahan berikut : Banjar, Proklamasi, Dwi Kora, Simarito, - Kelurahan Nagahuta Timbang Galung, Sipinggol-pingol, Bantan, - Kelurahan Simarimbun Bah Sorma, Gurila, Asuhan, dengan luas - Kelurahan Tong Marimbun lebih kurang 640,05 ha. - Kelurahan Marihat Jaya b. Perumahan kepadatan sedang tersebar di - Kelurahan Pematang Marihat Kelurahan Tong Marimbun, Pematang - Kelurahan Bp. Nauli Marihat, Nagahuta, BP Nauli, Tomuan, - Kelurahan Sukaraja Pardomuan, Siopat Suhu, Merdeka, Teladan, - Kelurahan Tambun Nabolon Sukadame, Bukit Sofa, Bah Kapul, Setia

LAPORAN AKHIR v - 7

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang - Kelurahan Tanjung Tonga Negara, Sigulan, Siopat Suhu, Kahean, - Kelurahan Sumber Jaya. Nagapitu, Nagapita, Pondok Saryu, Tanjung Pinggir dengan luas lebih kurang 1542,88 ha; Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud c. Perumahan kepadatan rendah tersebar di diatas meliputi jaringan prasarana irigasi Kelurahan Nagahuta,Marihat Jaya, primer dan jaringan irgasi sekunder yang Pematang Marihat, Sukaraja, Mekar meliputi : Marihat, Tanjung Pinggir dan Tambun  jaringan prasarana irigasi primer meliputi Nabolon dengan luas lebih kurang 373,80 Kelurahan Simarimbun, Tong Marimbun, ha. Nagahuta, Kelurahan Nagahuta Timur, Kelurahan Marihat Jaya, Kelurahan Pematang Pemenuhan kebutuhan hunian untuk Marihat; dan kavling kecil dan sedang alam diarahkan  jaringan prasarana irigasi sekunder meliputi kepada pembangunan secara berimbang Kelurahan Marihat, Kelurahan Suka Maju, antara pembangunan vertikal dan Kelurahan Sukaraja, Kelurahan , Kelurahan horisontal. Pembangunan vertikal diarahkan Tomuan, Kelurahan Mekar Nauli, Kelurahan kepada pembangunan rumah susun Bah Sorma, Kelurahan Tanjung Pinggir, sederhana sewa dan milik terutama pada Kelurahan Pondok Sayur. kawasan padat penduduk di wilayah pusat kota. d. Sistem pengendalian banjir sebagaimana 3. Kawasan Peruntukan Perdagagan dimaksud, meliputi : pengembangan tanggul pada Sungai Bah Bolon di Kelurahan Arahan lokasi perdagangan di wilayah Kota Simalungun, Kelurahan Banjar, Kelurahan Pematangsiantar adalah : Bantan dan Kelurahan Teladan, dan Sungai 1. Pasar regional diarahkan pada kawasan Sigulang-gulang di Kelurahan Martoba, Pasar Regional Agroindustri Parluasan di Kelurahan Sigulang-gulang, Kelurahan Kelurahan Sukadame Proklamasi dan Kelurahan Tomuan. 2. Pasar modern/pusat perbelanjaan pada Karakteristik sungai-sungai yang melewati Kawasan Pusat Pelayanan Kota, Kawasan Kota Pematangsiantar umumnya bertebing Sub Pusat Pelayanan Kota Megaland, tinggi, air sungai dimanfaatkan sebagai Kawasan Sub Pusat Pelayanan Kota Simpang sumber air baku air bersih dan irigasi Dua, danKoridor Jalan Sisingamangaraja pertanian, serta memiliki debit air yang tinggi. 3. Pasar tradisional lingkungan diarahkan Beberapa bagian sungai-sungai tersebut berkembang pada wilayah di setiap memiliki resiko banjir dan longsor. Untuk kecamatan berupa pasar kecamatan mengatasi kemungkinan resiko bencana Untuk wilayah Perdagangan berada di banjir terhadap wilayah sekitarnya maka wilayah Merdeka dan Sutomo dan di dibangun prasarana pengendalian banjir beberapa wilayah Jalan Medan, dan ruko di berupa pengembangan tanggul pada Sungai Jalan Asahan. Secara keseluruhan kawasan Bah Bolon di Kelurahan Simalungun, perdagangan dan jasa direncanakan Kelurahan Banjar, Kelurahan Bantan dan menyebar secara merata untuk setiap Kelurahan Teladan, dan Sungai Sigulang- kecamatan dan mempertahankan kawasan gulang di Kelurahan Martoba, Kelurahan perdagangan yang sifatnya memusat di Sigulang-gulang, Kelurahan Proklamasi dan wilayah pusat kota, yaitu Kawasan Merdeka- Kelurahan Tomuan. Sutomo. Secara keseluruhan luas dari kawasan perdagangan dan jasa adalah 3. Sistem Penyediaan Air Minum sebesar 234,2 ha. rencana penyediaan air minum dikembangkan dalam bentuk jaringan perpipaan dan non 4. Kawasan Peruntukan Perkantoran perpipaan, yang terdiri : Untuk Kota Pematangsiantar, Kawasan Kantor 1. Penyediaan air minimum, yaitu : Pemerintahan sifatnya masih menyebar tetapi

LAPORAN AKHIR v - 8

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang a. Mata air yang berada di wlayah Kota untuk kantor-kantor utama berada di kawasan Pematangsiantar, yaitu : pusat kota, yaitu terutama di 4 kecamatan pusat  Mata air Mual Goit di Kelurahan Simarimbun kota yaitu Siantar Utara, Siantar Selatan, Siantar  Mata air Sibulak-bulak di Kelurahan Timur dan Siantar Barat, yang berada di Jalan RA Simarimbun Kartini, Jalan Dahlia, Jalan Sisingamangaraja,  Mata air Pancur Lima di Kelurahan Setia dan Jalan Pendeta J Wismar Saragih. Sedangkan, Negara kantor pemerintahan yang lebih rendah tingkat  Mata air Silumangi di Jalan Marihat Kelurahan pelayanannya akan menyebar di tingkat Kekar Marihat kecamatan dan kelurahan.  Rencana produksi dari mata air Bah Sikam di Kawasan perkantoran swasta diarahkan Jalan Bah Korah Kelurahan Pematang Marihat berkembang di Pusat Pelayanan Kota pada  Rencana produksi dari mata air Aek Nauli koridor Merdeka-Sutomo, berupa kantor b. Sumur pompa air tanah yang berada di perbankan, kantor perwakilan perdagangan, wlayah Kota Pematangsiantar, yaitu : dan kantor swasta lainnya. - Pompa Mata Air Simarito di Kelurahan 5. Kawasan Industri Martimbang; Arahan lokasi kawasan peruntukan industri - Pompa Jalan Sabang Merauke di Kelurahan adalah : Simalungun; (1) Kegiatan industri besar dan sedang tersebar - Pompa Jalan Patuan Anggi di Kelurahan pada Kelurahan Tomuan, Kelurahan Siopat Nagapitu; Suhu, Kelurahan Nagapitu, Kelurahan - Pompa Jalan Raya dengan di Kelurahan Sumber Jaya, Kelurahan Tambun Bolon, Simarito; Kelurahan Tanjung Tonga, Kelurahan Tanjung - Pompa Jalan Kertas di Kelurahan Siopat Pinggir, dan Kawasan agroindustri di Suhu; Kelurahan Tong Marimbun. - Pompa Simarimbun Dolok di Kelurahan (2) Kegiatan peruntukan industri kecil meliputi Simarimbun; pengembangan kawasan industri kecil seluas - Pompa Nomensen di Kelurahan Siopat 15 (lima belas) hektar di Kelurahan Setia Suhu; Negara. - Pompa Timbang Galung di Kelurahan (3) Kegiatan pergudangan menjadi pendukung Simarito; kegiatan industri besar dan sedang yang - Pompa Jalan Jambu; meliputi : Kelurahan Melayu - Pompa Jalan Bah Rahu; - Pompa Jalan Bakung; Untuk wilayah Kota Pematangsiantar, kawasan - Pompa Batu III; industri memiliki luasan sebesar 338,70 ha. - Pompa Kompleks SMP Negeri I. Kawasan industri terutama berada di wilayah Kecamatan Siantar Martoba dan kawasan c. IPA (Instalasi Pengolahan Air) Sungai Bah agroindustri di Kelurahan Tong Marimbun. Bolon yang akan dibangun di Kelurahan 6. Kawasan Pendidikan Nagahuta menggunakan air Sungai Bah Bolon Kawasan Pendidikan meliputi pendidikan dari dengan kapasitas produksi sebesar 100 liter tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan per detik. tinggi. Sebagian besar kawasan pendidikan d. Instansi penyedia air minum terdapat di adalah mempertahankan kawasan yang ada, Kelurahan Teladan dengan kapasitas sebesar antara lain adalah kawasan STT Nomensen di 762,87 liter per detik. Jalan Asahan dan USI (Universitas Simalungun), 2. Reservoir penampung air minum yang berada Kampus STT Advent di Kelurahan Pondok Sayur, di wilayah Kota Pematangsiantar dengan dan Kampus Seminari di kelurahan Suka Maju. kapasitas simpan total lebih kurang 10.500 Pengembangan kawasan pendidikan meliputi : meter kubik, terdii dari : a. Pengembangan pendidikan di Kelurahan - Reservoir di Kelurahan Simarimbun Setia Negara seluas 20 (dua puluh) hektar; dengan kapasitas tampung 1.500 meter dan

LAPORAN AKHIR v - 9

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang kubik, b. Membatasi pengembangan pendidikan pada - pembangunan reservoir Kelurahan Bukit kawasan pusat kota. Sofa - pembangunan reservoir Kelurahan Pondok Sedangkan, Kawasan pendidikan lainnya menyebar Sayur di seluruh sub pusat pelayanan Kota dan pusat - pembangunan reservoir Kelurahan pelayanan lingkungan. Tanjung Tonga; - pembangunan reservoir Kelurahan Naga 7. Kawasan Kesehatan Huta; dan Kawasan kesehatan, adalah lahan yang - pembangunan reservoir Kelurahan termasuk ke dalam fasilitas kesehatan, Merdeka. antara lain adalah kawasan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai 3. Jaringan transmisi dan distribusi untuk pengobatan, posyandu, baik milik swasta melayani masyarakat menggunakan sistem maupun milik pemerintahan. Kawasan jaringan perpipaan dengan metoda gravitasi Kesehatan ini tersebar secara di seluruh dengan pembagian 3 wilayah pelayanan kecamatan, tetapi terutama berada wilayah sebagai berikut : pusat kota, seperti Rumah Sakit Daerah a. jaringan perpipaan Mual Goit melalui Jalan Djasamen Saragih, di Jalan Sutomo, RSU TNI Sidamanik, Jalan Parapat, Jalan DI Panjaitan, AD di Kelurahan Teladan. Rumah Sakit, Jalan Farel Pasaribu, Jalan Kolonel besar lainnya RS Horas Insani, di Jalan Simanjuntak, Jalan Gereja, Jalan Kapten Medan, RS Harapan di Jalan Farrel Pasaribu, Sitorus, Jalan Merdeka, Jalan Sutomo, Jalan RS Vita Insani di jalan Merdeka dan rumah Diponegoro, Jalan Kartini, Jalan Ade Irma sakit lainnya. Suryani, Jalan Brawijaya, Jalan Patuan Anggi, Kawasan kesehatan lainnya diarahkan Jalan Tuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja, menyebar di seluruh sub pusat pelayanan Jalan Sangnaualuh, dan rencana Kota dan pusat pelayanan lingkungan. pembangunan pada Jalan Lingkar Luar Kota 8. Kawasan RTH Non Hijau Timur, Ruang terbuka non hijau yang akan b. jaringan perpipaan Habonaran melalui Jalan dikembangkan di wilayah Kota Saribudolok, Sisingamangaraja, Jalan Pematangsiantar seluas lebih kurang 4,1 Rambung Merah, Jalan Dahlia, Jalan Jawa, ha, meliputi : Jalan Seram, dan Jalan Singosari, Jalan Pdt a. Lapangan di Kelurahan Wismark Saragih, Jalan Tuan Nagari, Jalan Proklamasi; Rakuta Sembiring, Jalan Sisingamangaraja, b. Pelataran Parkir Pariwisata di Jalan Bombongan, Jalan Tambun Barat, dan Kelurahan Pahlawan; dan Jalan Tambun Timur, c. Lapangan terbuka di Simpang c. jaringan perpipaan Naga Huta melalui Koperasi di Kelurahan Tanjung Perumahan Tojay, Jalan Handayani, Jalan Tongah. Gurila, Jalan Sibatu-batu, Jl. Tengkoh, Jalan Gurila. 9. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana Ruang evakuasi bencana gempa di Rencana pengembangan sistem wilayah Kota Pematangsiantar meliputi : penyediaan air minum meliputi : a. wilayah pusat kota meliputi : a. Kerjasama perlindungan dan pemeliharaan lapangan Adam Malik dan Taman sumber mata air dengan Kabupaten Bunga di Kelurahan Proklamasi, Simalungun yang meliputi: pelataran parkir Terminal Regional 1. kawasan sekitar mata air Naga Huta di Kota, Agribisnis, Lapangan Parkir mata air Naga Huta I – II, Mata air Naga Huta Pariwisata, Stadiun Sangnaualuh III - IV, dan mata air Habonaran di Kabupaten b. wilayah utara kota meliputi : Simalungun; dan pelataran terminal Tanjung Pinggi

LAPORAN AKHIR v -10

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang 2. kawasan bangunan reservoir Simpang Pane di dan lahan terbuka Simpang Koperasi Kabupaten Simalungun dengan kapasitas di Kelurahan Tanjung Tonga, RTH tampung sebesar lebih kurang 2.250 meter lingkungan di PPL Tambun Bolon kubik. c. wilayah timur kota meliputi : b. Rehabilitasi prasarana-sarana pengaliran Kampus STT Nomensen dan untuk mengurangi tingkat kehilangan air pelataran parkir di Kawasan hingga 20 % meliputi : jaringan pipa transmisi Megaland dan distribusi di Kelurahan Martoba, d. wilayah tenggara kota meliputi : Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Tomuan, Lapangan Bola Atas Farel Pasaribu Kelurahan Merdeka, Kelurahan Setia Negara. dan lapangan Sekolah Budi Mulia c. Penambahan sumber air baku meliputi mata e. wilayah barat kota meliputi : air dan air tanah dalam di luar kawasan Pelataran Parkir Kawasan permukiman di Kelurahan Simarimbun, Pemerintahan di SPPK Gurila, RTH Kelurahan Tong Simarimbun, Kelurahan Lingkungan SPPK Perumahan Toya, Mekar Nauli, Kelurahan BP Nauli, Kelurahan Taman Wisata Rindam, dan Kampus Sukaraja, Kelurahan Gurila, Kelurahan Tanjung USI Pinggir, Kelurahan Tambun Nabolon, Kelurahan Siopat Suhu; dan Sedangkan, ruang evakuasi bencana d. Pembatasan dan pengawasan pengambilan longsor di atas terutama diarahkan pada air tanah dalam oleh masyarakat di kawasan pelataran kantor pemerintahan serta pusat kota di Kecamatan Siantar Utara, fasilitas yang berdekatan dengan Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar pinggiran sungai-sungai yang bertebing Selatan dan Kecamatan Siantar Timur. dalam.

4. Sistem Penyediaan Drainase Hirarki saluran drainase dan saluran pembuangan limbah cair di kota Pematangsiantar dikelompokan menjadi : 1) Jaringan drainase primer, yaitu saluran yang langsung bermuara ke Sungai Bah Bolon, Bah Kapul, Bah Sigulang-gulang, Bah Biak dan Bah Sibarambang. 2) Jaringan drainase sekunder ditetapkan pada saluran-saluran yang bermuara ke saluran primer, meliputi : a. Jaringan drainase jalan-jalan utama yang terdapat pada jalan Medan, jalan Sutomo, jalan Gereja, jalan DI.Panjaitan-jalan Parapat, jalan S.M. Raja, jalan sangnawaluh, jalan Merdeka, jalan Kartini, jalan Farel Pasaribu, jalan Melanton Siregar, jalan Narumonda, jalan ade Irma, b. Jaringan drainase spoeleiding yang berfungsi sebagai penggelontor saluran drainase yang memperoleh sumber air penggelontor dari Sungai Bah Bolon menggunakan bendungan Bah Kadang di Kelurahan Simarito, jaringan drainase ini meliputi : 1. Saluran dari jalan Padangsidimpuan, Jalan Menambin, Jalan Suprapto, Jalan Sakti Lubis,

LAPORAN AKHIR v -11

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang Jala Kartini, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Adam Malik, Jalan Bambu Runcing, Jalan WR Supratman, Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Wahidi menuju Sungai Bah Bolon di Kelurahan Simalungun, 2. Saluran dari Jalan WR Suprataman, jalan Lokomotif menuju anak Sungai Bah Sigulang- gulang di Kelurahan Baru, 3. Saluran dari jalan Ade Irma Suryani, Jalan , Jalan Wahidin, Jalan Patuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja menuju Sungai Bah Sigulang-gulang di Kelurahan Bane, 4. Saluran dari Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Patuan Anggi, Jalan Gotong Royong, Jalan Sisingamangaraja, dan Jalan Kabu-Kabu menuju anak Sungai Bah Sigulang-gulang di Kelurahan Sukadame.

3) Jaringan drainase tersier merupakan saluran- saluran yang berskala pelayanan lokal dan bermuara ke saluran sekunder. Saluran ini menyebar ke seluruh wilayah yakni jalan kecil/gang yang mengikuti jalur yang ada.

rencana pengembangan jaringan drainase Kota Pematangsiantar meliputi: . Peningkatan dimensi dan rehabilitasi saluran drainase sekunder; . Pemeliharaan saluran drainase tertutup di Kelurahan Teladan, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Dwikora, Kelurahan Melayu, Kelurahan Baru, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan Pardomuan; . Pemeliharaan saluran dari sedimentasi dan tertutup bangunan, termasuk perawatan saluran drainase spoeleiding; dan . Melakukan perawatan saluran secara berkala terutama pada daerah-daerah rawan genangan.

5. Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem pengelolaan air limbah Kota Pematangsiantar meliputi : 1. sistem pengelolaan air limbah domestik, yang meliputi: . sistem setempat komunal di perumahan kepadatan tinggi; . sistem perpipaan terpusat di kawasan pusat kota dimana pembuangan air limbahnya

LAPORAN AKHIR v -12

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah, serta dibuang secara terpusat; . sistem setempat individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan- kawasan yang belum memiliki sistem terpusat; . pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kecamatan Siantar Martoba. 2. sistem pengelolaan air limbah industri, yang meliputi pengembangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di kawasan industri pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga; 3. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), yang dikembangkan di Kelurahan Simalungun, Kecamatan Siantar Selatan.

6. Sistem Pengelolaan Persampahan Rencana pengembangan pengelolaan persampahan di Kota Pematangsiantar dirumuskan sebagai berikut: 1) Cakupan pelayanan seluruh sumber sampah di wilayah Kota dengan produksi timbulan sampah sebesar 805.760 meter kubik per hari; 2) Pengembangan jaringan persampahan meliputi TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPST (Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu) dan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir); 3) Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebagaimana dimaksud, ditetapkan pada setiap unit lingkungan perumahan dan pusat- pusat kegiatan yang tersebar di seluruh kelurahan; 4) Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), meliputi: a. Kerjasama pengelolaan TPA Regional bersama Kabupaten Simalungun yang berada di Kabupaten Simalungun seluas lebih kurang 30 hektar; b. TPA di Kelurahan Tanjungpinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 5 hektar; c. Peningkatan TPA di Lahan eks PTPN III di Kelurahan Tanjung Pinggir Kecamatan Siantar Martoba seluas lebih kurang 7 hektar. 5) Tahapan pewadahan, pengumpulan dan

LAPORAN AKHIR v -13

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang pengangkutan dengan menerapkan pola 3 R (Reduce, Reuse, Recycle); 6) Pengelolaan TPA menggunakan metode sanitary landfill; 7) Pemanfaatan zona penyangga TPA sebagai ruang terbuka hijau

7. Jalur Evakuasi Bencana Ruang atau lahan ataupun kawasan yang mungkin menjadi ruang evakuasi bencana, antara lain : 1) wilayah pusat kota meliputi : lapangan Adam Malik dan Taman Bunga di Kelurahan Proklamasi, pelataran parkir Terminal Regional Agribisnis, Lapangan Parkir Pariwisata, Stadiun Sangnaualuh 2) wilayah utara kota meliputi : pelataran terminal Tanjung Pinggi dan lahan terbuka Simpang Koperasi di Kelurahan Tanjung Tonga, RTH lingkungan di PPL Tambun Bolon 3) wilayah timur kota meliputi : Kampus STT Nomensen dan pelataran parkir di Kawasan Megaland 4) wilayah tenggara kota meliputi : Lapangan Bola Atas Farel Pasaribu dan lapangan Sekolah Budi Mulia 5) wilayah barat kota meliputi : Pelataran Parkir Kawasan Pemerintahan di SPPK Gurila, RTH Lingkungan SPPK Perumahan Toya, Taman Wisata Rindam, dan Kampus USI 6) Pelataran kantor pemerintahan serta fasilitas yang berdekatan dengan pinggiran sungai- sungai yang bertebing tinggi.

Untuk itu yang menjadi rute evakuasi di Kota Pematangsiantar adalah: 1. Jalur evakuasi bencana longsor, meliputi : jalan Jalan Pematang, Jalan Diponegoro, Jalan Seram, Jalan Jawa, jalan Ade Irma Suryani, Jalan kapt. MH Sitorus, Jalan Sudirman, Jalan gereja, Jalan Nagur, Jalan Singosari, Jalan Patuan Nagari, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan; 2. Jalur evakuasi bencana banjir, meliputi : Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Wahidin, Jalan HOS.Cokroaminoto, Jalan tanah Jawa, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Sangnauwaluh, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan; 3. Jalur evakuasi bencana gempa, meliputi : Jalan DI Panjaitan, Jalan Gereja, Jalan Parapat,

LAPORAN AKHIR v -14

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan Sudirman, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Medan, Jalan Sangnauwaluh, Jalan Ahmad Yani, Jalan Melanton Siregar; 4. Jalur evakuasi bencana kebakaran, meliputi : Jalan Sutomo, Jalan Merdeka, Jalan , Jalan Cipto.

Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar tahun 2012 - 2032

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kota Pematangsiantar 2005- 2025

Visi Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut :

A. VISI ”Mewujudkan Kota Pematangsiantar sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, yang Mantap, Maju dan Jaya, dengan dukungan sektor Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Pariwisata”

Visi tersebut mengandung makna bahwa pada masa dua puluh tahun Kota Pematangsiantar diharapkan menjadi suatu kota perdagangan dan jasa yang maju, layak huni, mampu memberikan suasana nyaman bagi masyarakatnya, dan didukung oleh budaya multikultur dan masyarakat yang beradab, serta memiliki kemampuan dalam mengikuti dinamika dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan dalam pemanfaatannya secara bijaksana.

Konsep Kota Perdagangan dan jasa mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar menjadi kota sentral yang melayani kegiatan di bidang perdagangan (jual-beli) berbagai komoditi hasil pertanian maupun bahan material lain yang dihasilkan oleh wilayah Kota Pematangsiantar dan wilayah sekitarnya. Konsep ini diimplementasikan dengan mewujudkan iklim usaha yang kondusif yang mampu memacu daya saing yang berkelanjutan, memperlancar arus barang, mendukung peningkatan penguasaan desain dan teknologi, penciptaan lapangan kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu peranan semakin besar sebagai pusat penyedia berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan yang berasal dari hasil industri baik dari dalam wilayah Kota Pematangsiantar

LAPORAN AKHIR v -15

maupun barang impor dari dalam dan luar negeri. Sentralitas Kota Pematangsiantar terus akan ditingkatkan di bidang perdagangan dan jasa. Pelayanan jasa yang perlu dikembangkan terutama adalah pelayanan jasa pendidikan, kesehatan, perbankan, perhotelan, restoran/rumah makan, pergudangan, pengangkutan dan hiburan.

Konsep Kota yang Mantap mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menggali dan mendorong semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah.

Konsep Kota yang Maju mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat mewujudkan kinerja pembangunan daerah ditandai oleh adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat kota Pematangsiantar secara berkelanjutan.

Konsep Kota yang Jaya mengandung makna bahwa Kota Pematangsiantar sebagai kota yang dapat menciptakan kondisi dimana hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan masyarakat Pematangsiantar berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja pembangunan.

B. MISI Untuk mewujudkan visi di atas ditempuh melalui misi sebagai berikut :

1. Mengembangkan Pelaksanaan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mengembangkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan yang prima dan bermutu pada berbagai sektor dan didukung oleh perangkat daerah yang memiliki profesionalitas dan kompetensi yang tinggi yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam suasana politik, hukum, dan kamtibmas yang kondusif.

2. Mendorong Terwujudnya Masyarakat Madani (Civil Society) dengan Budaya Politik dan Hukum yang Beradab dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional dan Budaya Multikultural. Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mendorong terwujudnya masyarakat madani yang memiliki budaya politik dan hukum yang dewasa dan bermartabat

LAPORAN AKHIR v -16

dalam kerangka sistem hukum nasional dan budaya multikultural yang menjunjung tinggi nilai-nilai dalam peradaban global.

3. Mendorong Pembangunan Masyarakat yang Berkualitas dan Mampu Menguasai serta Menerapkan Sains dan Teknologi Tanpa Mengabaikan Nilai-Nilai Budaya Lokal. Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mendorong pembangunan masyarakat yang berkualitas melalui upaya pembangunan masyarakat secara komprehensif dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya dengan kemampuan menguasai dan menerapkan sains dan teknologi, serta melalui penggalian dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal.

4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan Disertai dengan Upaya Perbaikan Pendapatan Masyarakat. Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang efisien, efektif dan produktif, serta dilakukan dengan upaya mendorong pertumbuhan bidang perdagangan dan jasa sebagai aktifitas ekonomi utama yang menjadi tulang punggung dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan aktifitas perekonomian lainnya sebagai aktifitas pelengkap dan pendukung, dan disertai dengan upaya yang serius dan konstruktif untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih merata pada seluruh lapisan masyarakat.

5. Mengembangkan Pembangunan Ruang dan Infrastruktur yang Berkelanjutan. Mewujudkan visi Kota Pematangsiantar sebagai Kota Perdagangan, Jasa, Industri dan Pariwisata yang Maju, Indah, Nyaman, dan Beradab dengan pengembangan ruang kota, penyediaan infrastruktur yang memadai, dan pengembangan wilayah kota secara efektif dan efisien yang mendukung berbagai aktifitas masyarakat dengan melaksanakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

1. Mengelola Perekonomian Daerah Secara Fokus, Efisien Dan Efektif Dengan Mengutamakan Perhatian Kepada Sektor-Sektor Yang Memberikan Nilai Tambah dan Pertumbuhan Yang Tinggi.

a. Pembangunan perekonomian diarahkan dalam rangka penguatan pereknomian lokal serta berorientasi dan berdaya saing regional dan global. Dalam kaitan ini, sektor

LAPORAN AKHIR v -17

sekunder dan tersier merupakan unggulan atau motor penggerak yang perlu mendapat fokus perhatian yang didukung oleh sektor primer unggulan.

b. Perekonomian dikembangkan dalam rangka perluasan kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan kemiskinan.

c. Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi daerah.

d. Peningkatan investasi daerah dengan mewujudkan iklim investasi yang menarik, dan meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai.

e. Peningkatan peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator dan katalisator pembangunan ekonomi yang efisien dan efektif terutama dalam pelayanan publik, penciptaan lingkungan usaha yang kondusif dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.

2. Memanfaatkan dan mengelola secara optimal potensi letak geografis sesuai dengan daya dukung lingkungan.

a. Memanfaatkan potensi daerah sebagai pasar produk ekonomi yang terbuka luas, serta peluang berusaha/ekonomi sebagai limpahan kegiatan ekonomi. b. Menangkap peluang sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan Kabupaten/Kota disekitarnya, sabagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi dengan skala pelayanan Daerah dan Propinsi. c. Pemanfaatan sumberdaya alam dan kegiatan ekonomi diarahkan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya secara rasional, optimal dan bertanggungjawab, yaitu dengan menjaga dan melestarikan sumberdaya alam khususnya sumberdaya air dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

3. Membangun Sumberdaya Manusia Yang Berdaya Saing Di Lingkungan Nasional Dan Internasional Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan Yang Dilandasi Oleh Nilai-Nilai Keagaman, Hukum Dan Sosial Budaya.

a. Pembangunan sumberdaya manusia yang berdaya saing diarahkan untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui pembangunan pendidikan, kesehatan dan agama yang bermutu, pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, pemberdayaan perempuan dan anak serta pemuda.

LAPORAN AKHIR v -18

b. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang berharkat dan berakhlak mulia disesuaikan dengan pembangunan sosial ekonomi masa depan dan perkembangan iptek dalam era globalisasi. c. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang guna mendapatkan kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai prasyarat dalam mewujudkan produktivitas dan kemampuan daya saing. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. d. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja dan menghargai prestasi yang menjadi kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan spiritual. e. Pengembangan budaya diarahkan untuk mewujudkan budaya kreatif, inovatif dan produktif yang berorientasi iptek sehingga mampu bersaing secara regional maupun global. Selain itu juga penting diiringi dengan pembangunan kesenian, kebudayaan dan pembentukan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern dan unggul sehingga tercipta keseimbangan material dan emosional. f. Pembangunan hukum terutama diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang berkesadaran dan berbudaya hukum tinggi, menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis, serta penyusunan produk hukum yang dinamis dengan memperhatikan pengaruh globalisasi.

4. Menyediakan Sarana dan Prasarana Kota Dalam Jumlah dan Kualitas Yang Memadai dan Diselaraskan Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. a. Pembangunan sarana dan prasarana diarahkan untuk pembangunan sektor transportasi, pendidikan, kesehatan, perdagangan, sumber daya air, permukiman, energi dan kelistrikan serta sarana/prasarana pemerintahan. b. Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan, dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar-wilayah, dan pembentukan struktur ruang. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan efisiensi dan aksesibilitas pergerakan lalu lintas jalan (melalui peningkatan manajemen transportasi, pembangunan jalan, terminal dan lain-lain), integrasi berbagai moda angkutan, peningkatan pelayanan angkutan umum, peningkatan ketertiban dan keselamatan lalu

LAPORAN AKHIR v -19

lintas, rencana pembangunan jalan, terminal layanan lokal dan nasional serta jalur kereta api. c. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan diarahkan untuk memenuhi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang bermutu dengan mengarahkan terwujudnya kawasan pendidikan terpadu dan layanan kesehatan tingkat nasional. d. Pembangunan sarana dan prasarana perdagangan diarahkan untuk mewujudkan pelayanan perdagangan yang berkualitas yang memiliki jangkauan pelayanan sub kota dan wilayah kota. e. Pembangunan sarana dan prasarana sumberdaya air ditujukan untuk mewujudkan fungsi air sebagai sumberdaya sosial dan ekonomi sehingga dapat menjamin kebutuhan pokok hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu pengembangan sistem drainase yang baik antara lain melalui partisipasi masyarakat dan kemitraan diantara pemangku kepentingan. f. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman diarahkan untuk penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. g. Pengembangan sarana dan prasarana energi dan kelistrikan diarahkan untuk pengembangan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan pelayanan penerangan jalan umum, dan kegiatan ekonomi. h. Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan diarahkan untuk mendukung terwujudnya pelayanan prima kepada masyarakat.

5. Menata Sistem Pemerintahan yang Profesional, Baik, Bersih, Transparan, Demokratis dan Bertanggungjawab. a. Penataan sistem pemerintahan daerah diarahkan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraaan administrasi pemerintahan, meningkatkan pelayanan dalam rangka keberdayaan masyarakat dalam pembangunan, dan mengurangi serta mencegah penyalahgunaan kewenangan. b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan diarahkan untuk mengefektifkan fungsi-fungsi kelembagaan pemerintah, meningkatkan efektifitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pelayanan, serta menata dan meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur agar lebih profesional dan berorentasi kepada pelayanan.

LAPORAN AKHIR v -20

c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat diarahkan untuk meningkatkan pelayanan dasar/umum dan pelayanan unggulan, serta peningkatan transparansi, peningkatan akses dan sebaran informasi.

5.3. Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Pematangsiantar Tahun 2017- 2032

Berdasarkan Permen PU No. 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM : untuk mendapatkan suatu perencanaan yang optimum, maka strategi pemecahan permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan air minum di suatu daerah diatur sebagai berikut:  Pemanfaatan air tanah dangkal yang ba ik  Pemanfaatan kapasitas belum terpakai atau idle capacity  Pengurangan jumlah air tak berekening (ATR)  Pernbangunan baru, (peningkatan produksi dan perluasan sistem) Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan air Kota Pematangsiantar, diperoleh gambaran hingga tahun 2019/2020 kebutuhan air masih dapat dipenuhi dari kapasitas terpasang saat ini , tetapi karena PDAM Tirtauli saat ini juga melayani Kec. Siantar di Kabupaten Simalungun, dan adanya penurunan debit air pada saat kemarau, maka kebutuhan air menjadi tidak terpenuhi.

Adanya pelayanan air minum PDAM Tirtauli ke wilayah Kec. Siantar Kabupaten Simalungun merupakan kondisi historis sebelum terjadinya pemekaran wilayah. Pengembangan SPAM baru untuk memenuhi kebutuhan air Kota Pematangsiantar ini tidak dapat dipenuhi dari sistem Bukan Jaringan Perpipaan (BJP), tetapi harus dipenuhi dari sistem Jaringan Perpipaan. Dengan tidak tersedianya air baku di wilayah Kota Pematangsiantar, maka pengembangan SPAM baru diharapkan melalui kerjasama antar wilayah dengan pola SPAM Regional antara Kabupaten Simalungun, Kabupaten Batubara dengan membangun IPA baru yang sumber air bakunya berasal dari sungai Bah Bolon.

Rencana program pembangunan SPAM kota Pematangsiantar diarahkan untukmmengantisipasi akses aman air minum 100% pada tahun 2019 adalah sbb.: 1. Kegiatan Penambahan Kapasitas SPAM Baru, Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Kegiatan penambahan kapasitas SPAM baru yang dilakukan dalam pencapaian program kota binaan 100% akses aman air bersih di Kota Pematangsiantar yaitu dengan pembangunan broncaptering mata air aek nauli dengan kapasitas 100 l/dtk dengan jaringan perpipaannya.

LAPORAN AKHIR v -21

2. Kegiatan Pemanfaatan idle Pada saat ini PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar tidak memiliki kapasitas air yang tidak termanfaatkan (idle capacity). Bahwa dari uraian data diatas, idle terjadi akibat jam operasi produksi air yang bersumber dari sumur bor. Direncanakan sumber air dari sumur bor akan menjadi cadangan.

3. Kegiatan Penurunan NRW (Kebocoran) - Penggantian Pipa – pipa yang sudah tua ( Pipa ACP , FIBER GLASS ) - Kegiatan Pembentukan DMA

Hal yangdilakukan untuk penurunan NRW (Kebocoran):  Pembangunan WTP baru  Pengadaan pompa  Pembangunan Boster Pump  Penggantian Pompa  Pengadaan dan pemasangan meter induk  Pemasangan meter induk distribusi  Pembangunan jembatan pipa  Pengadaan dan pemasangan pipa  Penggantian genset  Pemasangan wash out  Pemasangan air valve  Pemasangan sambungan baru  Pengadaan mobil tanki  Pengadaan daya listrik PLN  Penyuluhan  Pembuatan DED  Penggantian meter periodik/rusak

4. Peningkatan Kapasitas Kebutuhan air Kota Pematangsintar secara keseluruhan hingga tahun 2032 diproyeksikan sebesar 191 L/dt. Untuk memenuhi kebutuhan ini direncanakan kapasitas system sebesar 200 L/dt, atau tambahan kapasitas system sebesar 70 L/dt pada tahun 2032.Hal yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adalah:

LAPORAN AKHIR v -22

a. Perhitungan Tenaga Pompa Kapasitas Menara / Reservoar Untuk memenuhi pemakaian minimum dan maksimum perlu dibangun reservoir yang ditinggikan atau menara. b. Penempatan Reservoir / Menara

5. Peningkatan Kinerja PDAM Tirta Uli Rencana tindak untuk peningkatan kinerja PDAM Tirta Uli adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi target peningkatan jumlah sambungan rumah per tahun dan penurunan kehilangan/kebocoran air. 2. Segera menyusun Rencana Strategis Jangka panjang dan jangka Menengah (corporate plan). 3. Segera menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (code of corporate governance) yang mengatur aturan main atau pola hubungan antara berbagai organ perusahaan. 4. Segera menyusun Pedoman Etika dan Prilaku (code of conduct) yang mengatur perilaku seluruh insan perusahaan. 5. Meningkatkan kompetensi pegawai, melalui pemetaan terhadap kompetensi pegawai dan mengadakan pelatihan yang diperlukan oleh pegawai untuk meningkatkan kompetensinya. 6. Perlunya peningkatan teknologi informasi (SDM dan perangkat TI) dan penyiapan data base (pangakalan data) secara terintegrasi antar bagian/unit dilengkapi dengan software dan hardware yang memadai. Pangkalan data terintegrasi tersebut berisi antara lain tentang data base pelanggan, kepegawaian, jaringan teknis, keuangan, peran serta masyarakat, dan lain-lain. Tersedianya data base yang di update secara berkala dan berkesinambungan dimaksudkan untuk meningkatkan layanan, meningkatkan efisiensi administrasi dan berbagai keputusan dapat diambil dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini sangat penting karena aspek informasi dan komunikasi, laporan daftar tunggu calon pelanggan, data non keuangan dari seluruh unit, dan lain sebagainya belum digunakan sebagai bahan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. 7. Dari aspek keuangan, PDAM Tirta Uli dapat meningkatkan efisiensi biaya dan efektivitas dalam perolehan pendapatan perusahaan dengan menetapkan tarip subsidi silang . 8. Meningkatkan kualitas dan kontinuitas air yang disitribusikan, karena saat ini perusahaan baru dapat memenuhi syarat air bersih tetapi belum mampu secara berkelanjutan mengalirkan air kepada seluruh pelanggan. 9. Mengiplementasikan secara konsisten Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dimiliki. 10. Perbaikan kualitas operasional perusahaan khususnya terkait dengan produksi dan distribusi air ke pelanggan dengan merehabilitasi Intake, Reservoir, WTP, penggantian pompa, pipa-pipa yang sudah tua.

LAPORAN AKHIR v -23

11. Melakukan perencanaan investasi yang efektif dan efisien dalam menggali sumber-sumber pendapatan Pola investasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keuangan, operasional, pelayanan dan sumberdaya manusia.

5.4. Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Pengembangan permukiman memperlihatkan perlunya strategi sebagai upayauntuk meningkatkan kualitas dan upaya untuk pengelolaan pembangunan pemukiman,yang memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri.Dipihak lain, kemampuan membangun permukiman secara komunitas harus diresponsecara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalamkerangka pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Berikut adalah strategipengembangan permukiman di Kota Pematang Siantar.

1. Strategi Pengembangan Permukiman Formal

Strategi pengembangan permukiman formal dijabarkan dengan menelaahpermasalahan yang ada dan menentukan indikator-indikator sebagai wujud dari strategipengembangan ke depan sebagai berikut:

Tabel 5.2 Permasalahan, Strategi dan Indikator Penataan Permukiman Formal Permasalahan Strategi Pemecahan Indikator Penataan Kepadatan Penataan tata bangunan dan Intensitas bangunan bangunan/perumahan yang lingkungan. (KDB, KLB, GSB dan terlalu tinggi.  Penambahan jaringanbaru KDH) yang tertata.  Lenyapnya taman- dan  Lingkungan/aspekarsitektural tamandan ruang terbuka. peningkatanpelayanan kawasanberdasarkankarateri  Tidak fasilitas. stik lingkunganperumahan. mencukupinyajaringan air  Jaringan utilitaspendukung bersih, listrikdan terpenuhi. pembuangan airkotor.  Skala pelayananfasilitas yang  Berkurangnya meratakeseluruh tingkatpelayanan dan kawasanpermukiman. fasilitasumum seperti sekolah,tempat pertemuan danolah raga, rekreasi, danlain-lain.  Hilangnya ciri-ciri khasatau karakter spesifik,dari daerah permukiman tertentu. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

LAPORAN AKHIR v -24

2. Strategi Pengembangan Permukiman Untuk Masyarakat BerpenghasilanRendah (MBR)

Permukiman untuk MBR sangat penting untuk dikembangkan, mengingat hal inicukup memberikan dampak dalam hal pemerataan di suatu wilayah.Denganpengembangan kawasan permukiman untuk MBR, maka dapat meningkatkankesetaraan hidup.permukiman MBR di jadikan sebagai prioritas program penyusunanrencana pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman didaerah kota Pematang Siantar. Untuk mewujudkannya, maka diperlukan beberapa strategipengembangan dan indikator dalam mewujudkan strategi tersebut. Lihat Tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3 Permasalahan, Strategi Dan Indikator Penataan Permukiman Untuk MBR Permasalahan Strategi Pemecahan Indikator Keterbatasan Mewujudkan kualitas Layanan di bidang kecukupan pangan lingkungan masyarakat kesehatan, pendidikan dan mutu pangan. yang sejahtera. dan usaha kerja sangat  Terbatasnya akseslayanan  Meningkatkanpelayanan terbuka untuk kesehatan. fasilitas danakses masyarakat dan mudah  Terbatasnya akseslayanan transportasi. dijangkau. pendidikan.  Sumber Daya Alamdapat  Terbatasnyakesempatan dikelola kerja danmembuka usaha. dalampemenuhan  Terbatasnya akseslayanan kebutuhanpangan perumahan. danpeningkatan  Terbatasnya mutupangan. akseshubungan  Lingkungan yang bersih transportasi  Memburuknya kondisiSumber Daya Alamdan LingkunganHidup, dan lemahnyapartisipas Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

3. Strategi Pengembangan Kasiba dan Lisiba Pengembangan Kasiba/Lisiba diselaraskan dengan rencana penambahan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan akan permukiman juga dapat diketahui. Dengan mengetahui jumlah rumah untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, maka dapat ditentukan pengembangan Kasiba/Lisiba di wilayah perencanaan. Untuk mewujudkan struktur pola ruang Kasiba dan Lisiba, disamping

LAPORAN AKHIR v -25

melalui pentahapan program yang dikembangkan pengelola dan sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis sebagai kegiatan stimulant dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia usaha, masyarakat, danpemerintah.

Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri.Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan cenderung kumuh.Keragaman fungsi secara relatif terbatas dari Kasiba dan Lisiba, disamping dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, juga diharapkan dapat menampung secara seimbang kebutuhan perumahan dan permukiman bagi semua lapisan masyarakat, termasuk lapisan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Sehingga dengan demikian mereka dapat terbantu untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati hunian yang layak, prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai dengan harga yang relatif lebih terjangkau, termasuk melalui pengembangan sistem subsidi silang bila diperlukan. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

Tabel 5.4 Strategi Dan Indikator Penataan Kasiba dan Lisiba Permasalahan Strategi Pengembangan Indikator  Belum Pengembangan Akan terwujudpengembangan terbentuknyaBa Kasiba/Lisiba Kasiba/Lisibadengan penyediaansarana dan Pengelola,  Menyediakan perumahanyang dan yangakan layak danterjangkau, prasarana menanganikawa sekaligusmerupakan untukmempercepatpertumbuhankawasa san strategipembangunanpermuki n tersebut. tersebutsecara man di kawasanperkotaan  Terdapat lahanpermukiman independen. sebagai upaya preventif siapbangun. tumbuhnyapermukiman  Terdapat prasaranapenunjang kumuh. menujulokasi. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Kebutuhan dan pasokan serta harga yang tidak terjangkau oleh MBR itu menjadisalah satu faktor yang mendorong sebagian masyarakat mengisi lahan-lahan kosongyang bukan milik mereka dan tidak sesuai dengan peruntukannya untuk membangun rumah.

LAPORAN AKHIR v -26

Pembiaran itu menyebabkan kekumuhan kota meningkat, perkembangan kota ke daerah pinggiran menjadi tidak terkendali, dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien. Pembangunan perumahan yang tidak terpadu dan terintegrasi dengan infrastruktur kota juga menimbulkan permasalahan seperti pelayanan infrastruktur tidak optimal, banjir, kemacetan, sanitasi buruk, dan harga tanah yang tak terkendali.

Maka strategi atau pendekatan pembangunan perumahan yang mampu mengurangi berbagai permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang dilakukan Kementerian Perumahan Rakyat, seperti tercantum dalam UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, adalah pengembangan permukiman berbasis kawasan. Pendekatan kawasan ini dibagi dua, yakni pengembangan permukiman skalabesar melalui pola pembangunan kasiba (kawasan siap bangun) dan pengembangan permukiman berdasarkan pola Lisiba BS (lingkungan siap bangun berdiri sendiri).

Kasiba menurut undang-undang adalah sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar.Kasiba ini kemudian terbagi dalam satu atau lebih lingkungan siap bangun (Lisiba) yangpelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Secara teknis Kasiba dan Lisiba akanmenampung rumah dalam jumlah yang besar. Kasiba mampu memuat sekitar 3.000-10.000 unit, Lisiba berkisar 1.000-3.000 unit dan Lisiba BS 1.000-2.000 unit.Kasiba harus dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasaranalingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan olehpemerintah daerah tingkat II, dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayananprasarana lingkungan. Dengan demikian, tujuan penyelenggaraan Kasiba untukmemenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah dalam lingkungan hidup yang baik danterjangkau serta menciptakan perkembangan kota yang lebih terarah bisa dicapai.

Dengan Kasiba, pengendalian harga tanah lebih dapat dilakukan karena adanyapenguasaan tanah secara terencana dalam luasan yang besar, baik oleh badanpengelola maupun atas kerja sama berbagai pihak dengan badan pengelola. Jugadukungan bantuan sebagian infrastruktur dari program pemerintah, penerapanlingkungan hunian berimbang dan subsidi silang menjadi lebih dimungkinkan karena skala yang besar.

4. Strategi Penataan Permukiman Kumuh Permukiman kumuh berkembang karena beberapa faktor memadatnya kawasanpermukiman di wilayah perkotaan, sehingga beberapa ruang cenderung didominasioleh pengembangan permukiman menengah ke atas.Untuk dapat menampungkeberadaan permukiman

LAPORAN AKHIR v -27 kumuh dan agar tidak mengganggu kualitas lingkungan sertamenurunnya kualitas masyarakat, maka diperlukan strategi penataan permukimankumuh.

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota,telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi,pertama: kondisi fisiknya, kedua: kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yangbermukim dipemukiman tersebut, dan ketiga: dampak oleh kedua kondisi tersebut.Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapatdengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras,sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada dikawasan pemukiman kumuhantara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budayakemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatanyang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilakumenyimpang, yang berdampak pada kehidupan kota keseluruhannya. Oleh karena itukawasan pemukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus diatasi.Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan spermukiman, sedang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelolakota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud. Permukiman kumuh adalahproduk pertumbuhan penduduk, kemiskinan dan kurangnya pemerintah dalammengendalikan pertumbuhan dan menyediakan pelayanan yang memadai.

Permukiman kumuh dan informal bahkan bisa saja mendominasi prosesperumahan kota. Untuk itu diperlukan upaya memahami permukiman informalketimbang melakukan penggusuran yang tidak menyelesaikan masalah.Pertambahankumuh dan informal tetap melaju, apalagi juga tidak menyelesaikan masalah wargayang digusur tersebut. Pemahaman terhadap permukiman informal memiliki potensidalam penanggulangan kemiskinan kota karena sifatnya yang dikembangkan secaraswadaya, partisipatif, dan sedikit investasi publik, memberi kontribusi persediaan rumah(housing stock) dan terjangkau oleh masyarakat miskin. Pemahaman danpemberdayaan permukiman informal adalah langkah untuk meningkatkan akseskeamanan bermukim.Sejalan dengan perlindungan hak perumahan warga, makaupaya pemberdayaan permukiman informal merupakan penanganan mendesak yangpaling realistis dan rasional. Dengan demikian diperlukan langkah sebagai berikut:

1. Percontohan penanganan permukiman informal (liar) melalui berbagai bentukprogram percontohan pemukiman kembali (resettlement). Proyek percontohan dapatdilakukan di

LAPORAN AKHIR v -28

berbagai lokasi permukiman liar seperti di bantaran sungai, bantaran relkereta api, di tanah negara maupun di tanah lembaga tertentu. Berbagai pola danskenario dapat saja digunakan seperti skenario tetap di tempat (in situ resettlements)maupun relokasi (ex situ resettlements) maupun kombinasinya. Sejalan pula,berbagai ragam bentuk status bermukim yang lebih mendukung keamananbermukim dikembangkan secara kreatif di dalam skema percontohan ini. 2. Peningkatan kapasitas dan pengembangan kelembagaan penanganan permukimankumuh dan informal (liar) secara progresif terutama di tingkat kota(city-wide level)melalui unit-unit pemerintah daerah yang terkait. Permukiman kumuh dan informal dikawasan prioritas perlu dilakukan secara terpadu dengan mengkaitkannya denganpeningkatan 3 kapasitas kunci:  Pengendalian permukiman informal (squatter control) termasuk kegiatanpenataannya.  Pemukiman kembali (resettlement) yang mirip dengan pola transmigrasi.  Pengembangan kawasan permukiman/kota baru (Kasiba-Lisiba) yang dilekatkandengan pengembangan kawasan-kawasan pusat pertumbuhan baru.Ketiga pola penanganan ini membentuk segitiga squatter control/urban renewal –resettlement – new area development yang perlu dilakukan secara terpadu, sebagaialternatif yang harus dikembangkan menggantikan pola lama yang terfragmentasimelalui proyek-proyek peremajaan kawasan kumuh yang sudah terbukti tidak mampumengentaskan masalah kumuh dan permukiman squatter kawasan.

Gambar 5.1 Komprehensif Terpadu: Peremajaan-Resettlement-Kasiba/Lisiba

LAPORAN AKHIR v -29

Tabel 5.5 Permasalahan, Strategi Pengembangan dan Indikator Penataan Permukiman Kumuh Permasalahan Strategi Pengembangan Indikator Ketimpangan tampilan Revitalisasi Terfasilitasinyaprasarana fisik bangunan. kawasankumuh dan dan saranapermukiman yang - Munculnya dukungan PSD kawasan layak huni dan terjangkau bangunanbangunantidak dan rumah layak huni permanenbaru di badan serta penyediaan jalanmaupun di trotoar Rusunawa. yangmengakibatkantergangg - Pembangunan unya fungsi jalan dan prasaranasarana serta kenyamananpengguna jalan. fasilitas penunjang. - Pemanfaatan daerahsungai - Peningkatan oleh masyarakatuntuk kebersihanlingkungan. kegiatan ekonomi,yang - Peningkatan kapasitas menjadikanterganggunya penanganan fungsisungai secara permukimaninformal maksimal. yang progresifdan - Tidak adanya jarak terpadu. antarbangunan yangmengakibatkan rumahmenjadi tidak sehat. - Kumuhnya permukimanakibat aktivitas kawasan yang terlalu berlebihan,sehingga menyebabkanlingkungan hunianmenjadi tidak sehat dantidak nyaman untukditinggali. - Tidak berfungsinyasaluran drainase kota dikawasan tersebut secaraoptimal. - Sampah dan limbah akibat aktivitas wargayang tidak dikeloladengan baik. - Kurangnya sarana prasarana juga kurangterpeliharanya sarana prasarana (jalanlingkungan, tempatsampah, MCK umum). - Terlalu padatnya jumlahpenduduk, yang kurangseimbang dengan dayatampung ruang huniandan penataan ruang yangkurang tepat. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

LAPORAN AKHIR v -30

Tabel 5.6 Aspek, Strategi Program, Strategis, Pelaku dan Sumber Dana Penataan Permukiman Kumuh Aspek Strategi Strategis Pelaku SumberDana Program Pengembangan Penetapan Koordinasi Dinas PU APBDKota Perumahan kebijakan, pembangunan CiptaKarya strategi dan perumahan program dengan perumahan. lembaga/badan usaha. - Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat kurangmampu. - Pembangunan sarana danprasarana rumah Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Berdasarkan kajian permasalahan, strategi dan indikator penataan permukimandiatas, maka berikut dirumuskan strategi pengembangan dan program-programstrategis untuk pengembangan permukiman di wilayah perencanaan.Lihat pada Tabel 5.7

Tabel 5.7 Strategi Pengembangan Permukiman Strategi Sumber Aspek Strategis Pelaku Program Dana Pengembanga Penetapan Koordinasipembangunan perumahan Dinas PU APBDKot n kebijakan, dengan lembaga/badan usaha. CiptaKarya a Perumahan strategi dan - Fasilitasi dan stimulasi program pembangunan perumahan perumahan. masyarakat kurang mampu. - Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat. - Pengembangan Bank Tanah untuk Lebih mengendalikan harga tanah. - Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkunganpermukiman. Penyediaan Pengembangan Dinas PU APBD prasarana dan kawasan siap Cipta Kota sarana dasar bangun (KASIBA) Karya permukiman. dan lingkungan siap bangun (LISIBA).

LAPORAN AKHIR v -31

Strategi Sumber Aspek Strategis Pelaku Program Dana - Penyediaan tanahsiap bangun dan kavling tanah matang, serta Penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman. Lingkungan Koordinasi - Penyediaan saranaair bersih Dinas PU APBD Sehat pengawasan dansanitasi dasarterutama Cipta Kota Perumahan dan bagimasyarakat miskin. Karya pengendalian - Pengendaliandampak resiko pelaksanaan pencemaranlingkungan. kebijakan - Penetapankebijakan tentang danstrategipenyelenggaraankeser pembangunan asian kawasandan perumahan. lingkunganhunian berimbang. - Revitalisasikawasanpermukiman kumuh Pemberdayaan Peningkatan Fasilitasi pemberian kredit mikro Masyarakat Swadaya Komunitas pelayanan untuk / Swasta Perumahan publik pembangunan dan perbaikan seperti IMB perumahan. serta - Peningkatan peranserta pelayanan masyarakatdalam terhadap pelestarianlingkunganperumahan. kepemilikan - Sosialisasi dan rumah fasilitasi jaminan kepastian hokum dan perlindungan hukum. - Peningkatan pelayanan penanggulangan bahayakebakaran Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036 5. Strategi Pengembangan Air Bersih Permasalahan utama air bersih adalah factor ketidakmerataan danpermasalahan daerah tangkapan. Dari permasalahan tersebut, perlu diarahkan untukpengembangan kedepan adalah pemerataan pelayanan sistem distribusi air bersihdengan beberapa strategi pengembangan akan dispesifik kan kedalam tiga aspek yaituaspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut diharapkan akanmenghasilkan dampak positif, dalam hal ini dapat berkelanjutan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat. Dalam perencanaan kota akan selalu berkaitan dengan pengembangan danpenyediaan prasarana air bersih bagi penduduknya. Kegiatan perencanaan kota secara fisik akan mempengaruhi penyediaan dan pengembangan prasarana air bersih melaluidua cara 1. Perencanaan kota akan mempengaruhi pola pengembangan struktur tata ruangkota, kondisi tersebut perlu memperhatikan penyediaan air bersih.

LAPORAN AKHIR v -32

2. Jika yang pertama telah dilaksanakan, maka pembangunan prasarana air bersihakan mempengaruhi perencanaan dan akan sekaligus memperkuat polapengembangan tata ruang kota berikutnya.

Gambar 5.2 Bagan Alir Keterkaitan Perencanaan Kota Dengan penyediaan Air Bersih

Dengan pengertian di atas, maka proses pelaksanaan perencanaan air bersihharus memperhatikan rencana kota dengan alasan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan kota akan meningkatkan kebutuhan air bersih. 2. Dengan dapat diketahui kebutuhan peningkatan air bersih, maka ke depan dapatdiantisipasi penyediaannya. 3. Dengan dapat diketahui pola pemekaran wilayah, maka dapat segera ditentukandaerah pelayanan penyediaan air bersih. Terkait dengan pengembangan penyediaan air bersih, maka dalamperencanaannya dirumuskan beberapa strategi dalam setiap aspek dan dikembangkandalam program-program strategis.

6. Strategi Pengembangan Air Limbah

Pengembangan air limbah diutamakan untuk air limbah rumah tangga, namuntidak menutup kemungkinan kedepan akan dikembangkan kawasan industry yang jugadapat menimbulkan pencemaran. Sehingga, berdasarkan permasalahan dankajian kebijakan maka didapatkan strategi pengembangan untuk mengarahkanprogram-program pengembangan air bersih dimasa yang akan datang. Lihat Tabel 5.3

LAPORAN AKHIR v -33

Tabel 5.8 Strategi Pengembangan Air Limbah PROGRAM PELAKU SUMBER WILAYAH ASPEK STRATEGI STRATEGIS DANA Semua Fisik Peningkatan Pengembangan PU, Dinas APBN, Kawasan pelayanan kinerjaDan Pasar dan APBD pengelolaan Kebersihan Prop, APBD Kota Sosial Peningkatan Mengelola air PU, Dinas kerjasama dan limbahsecara Pasar dan investasi terintegrasi,sehingga Kebersihan tepat guna(efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkauserta dapat dioperasikan secara berkelanjutan, denganbertumpu kepada kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Kelembagaan Pengembangan Bantuan Pemerintah PU, Dinas kerjasama dan Pusat diberikan Pasar dan bantuan. untuk Kebersihan pemantapan kelembagaan melalui pembinaan teknis di bidang manajemen pengolahan air limbah. Bantuan pemerintah untuk pengelolaan air limbah perdesaan dilaksanakan melalui Inpres (saat ini DAU) dan program sektoral. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

LAPORAN AKHIR v -34

7. Strategi Pengembangan Sampah

Tabel 5.9 Permasalahan, Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sampah Permasalahan Arah Kebijakan Strategi Pengembangan  Kondisi pelayanan  Peningkatan  Melakukan saranapersampahan yang pelayanansystem pengurangantimbunan adahampir persampahan sampah sepenuhnyadigunakan denganmenerapkan untuk melayaniproduksi Reduce,Reuse dan Recycle sampah dikawasan pusat (3R),dengan harapan kota saja. padatahun 2026 tercapai “zerowaste“. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Pelayanan sistem persampahan yang tidak merata menjadi masalah utama saatini, untuk memeratakan pelayanan tersebut, maka strategi pengembangan dilakukanadalah pengurangan sampah dengan 3R Reduce, Reuse dan Recycle.Strategitersebut dapat diwujudkan dengan:

 Tidak terdapat timbunan sampah pada tempat terbuka;  Pengumpulan sampah harus dilakukan secepat mungkin dan menjangkauseluruh kawasan perkotaan termasuk kawasan rumah tinggal, niaga, fasilitasumum dan tempat tempat wisata;  Sampah hanya dikumpulkan pada TPS atau kontainer sampah yang telahditentukan;  Sampah yang terkumpul pada TPS harus sudah diangkat ke TPA dalam waktuyang kurang dari 24 jam;  Pengangkutan dari TPS dan dibuang ke TPA harus tidak menyebabkankemacetan lalulintas serta tidak menimbulkan ceceran sampah maupuncairannya di sepanjang jalan;  Pengoperasian TPA dilakukan dengan sistem sanitary landfill;  Mengoptimalkan manfaat nilai tambah dari sampah dengan menerapkan daurulang atau melakukan pengomposan.  Pengelolaan persampahan harus menerapkan prinsip pemulihan biaya (full costreceovery), dan sedapat mungkin menghindari dana subsidi dari pemerintah.

LAPORAN AKHIR v -35

8. Strategi Pengembangan Drainase

Tabel 5.10 Strategi Pengembangan Drainase PROGRAM PELAKU SUMBER WILAYAH ASPEK STRATEGI STRATEGIS DANA Semua Fisik Peningkatan Peningkatan dan PU, Dinas APBN Kawasan Sarana dan pengembangan Pasar dan /APBD Prioritas Prasarana System Kebersihan kebersihan. kelembagaan Pelaksanaan Peningkatan PU, Dinas APBD kerjasama pemberdayaan Pasar dan dengan pihak masyarakat terkait Kebersihan swasta dan Kelembagaan masyarakat. lingkungan. kebersihan Peningkatan Pengolahan Pengembangan PU, Dinas APBD pengelolaan sampah Inovasi. Pasar dan sampah menjadi Pengembangan Kebersihan lingkungan barang Kinerja berguna pengelolaan sampah. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Pengembangan drainase terkait dengan penataan sistem dan saluran. Dalam pengembangan drainase, dilihat pokok-pokok yang menjadi permasalahan sehingga arah kebijakan dan strategi pengembangan kedepan dapat terarah serta sinkron. Dengan ini perencanaan akan terwujud dengan baik, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.11 Permasalahan, Arah Kebijakan, Dan Strategi Pengembangan Pmasalahan Arah Kebijakan Strategi Pengembangan Faktor kelerengan wilayah Meningkatkan - Mengoptimalkan saluranutama kondisi fisikjaringan (primer) denganmengembalikan yang relatif datar, drainase yangada kapasitassaluran denganmelakukan sehinggamemperlambat pemeliharaan,penggalian/pendalaman serta prosespengeringan/drained pada beberapa ruas danmuara dari mengembangkan air saluran yangmenuju Sungai. jaringandrainase hujan yang dialirkan. pada setiappusat - Membuat saluran drainaseprimer, pemukiman sekunder dantersier baru - Sebagian besar yangbelum yangterintegrasi sehingga kondisisaluran yang ada mempunyaijaringan mampu mengurangi masihdalam bentuk drainase. tingkat genangan di dalamwilayah galian tanah, terutama Kota. pada saluranprimer. - Membuat Drainase Primermenuju - Pada beberapa Sungai untuk membagi bebanaliran. ruassaluran drainase - Membuat baru dan

LAPORAN AKHIR v -36

Pmasalahan Arah Kebijakan Strategi Pengembangan terjadiluapan pada memfungsikan gorong-gorongpada musim hujankarena saluran yangmelintas jalan untuk kapasitas salurantidak kontinuitas saluran. terpenuhi. - Menyiapkan PeraturanDaerah tentang - Tidak berfungsinya partisipasi denganbaik beberapa masyarakat untuk saluranpengeringan (drainase)akibat membuat dan memeliharasaluran genangan. pada sekitarpermukiman dan - Pada beberapa sanksibagi masyarakat wilayahtidak adanya yangmembuang sampah padasaluran gorong-goronguntuk drainase. saluransekunder dan adanyasaluran sekunder dantersier tidak terawat,adanya bangunan di atas saluran, dan penutupansaluran untuk aksespertokoan, endapan dansampah. - Tingkat kesadaran danpemahaman masyarakatyang belum maksimal dilibatkan untuk bersamasama melakukan pemeliharaan atas salurandrainase yang ada. - Kendala dan permasalahan lainnya terkait dengan keterbatasan anggaranyang mampu disediakan oleh Pemerintah Kotauntukmempercepat peningkatandan pemeliharaan saluran drainase sehingga dapatmenurunkan tingkatgenangan yang munculpada saat musimpenghujan.

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

LAPORAN AKHIR v -37

9. Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan

Tabel 5.12 Permasalahan, Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan Permasalahan Arah Kebijakan Strategi Pengembangan - Panjang jalan dengan - Mengharmonisasikan - Peningkatan kondisi permukaan rusak keterpaduan system infrastrukturjalan dan dan rusak beratmasih jaringan jalan dengan jembatan cukup dominan dari kebijakan tataruang - Peningkatan totalpanjang jalan yang wilayah kerjasamadengan ada - Mempertahankan masyarakat. - Sebagian besar wilayah kinerjapelayanan kecamatan telah dilalui prasarana jalanyang telah jalanarteri primer dan dibangun jalan kolektor primer. melaluipemanfaatan hasil Namun jalan-jalan penelitiandan yangmenghubungkan pengembangan teknologi kedua jalantersebut - Mendorong dengan sebagian keterlibatanperan dunia besardesa-desa terdekat usaha danmasyarakat masih belumdibangun. dalampenyelenggaraan Jalan-jalanpenghubung dan penyediaan yang telah ada,sebagian prasarana jalan besar kondisinyakurang - Melakukan baik dan bahkan koordinasidiantara rusakberat, termasuk pemerintah pusatdan jembatan. pemerintah daerah - Perawatan dan untukmemperjelas hak pemeliharaanjalan darat dankewajiban dan jembatan yangtelah dalampenanganan dibangun masih prasarana jalan sangatrendah dan kurang intensif.Kebanyakan perbaikan jalan danjembatan dilakukan jika kondisijalan dan jembatan sudah cukupparah (rusak berat). - Rendahnya kesadaran masyarakat pengguna jalan untukturut serta dalam pemeliharaan dan pengamanan prasarana jalandarat dan jembatan. Kebanyakanmasyarakat beranggapan bahwakegiatan

LAPORAN AKHIR v -38

Permasalahan Arah Kebijakan Strategi Pengembangan pemeliharaan danpengamanan prasarana dansarana transportasi semata- matamerupakan tanggungjawab pihakpemerintah. - Lemahnya perencanaan danpengawasan terhadappembangunan prasaranatransportasi serta lemahnyapengawasan peruntukanpenggunaan jalan, menyebabkankualitas hasil pekerjaan yangrendah sehingga fungsi danmanfaatnya tidak sesuai denganumur- guna yang direncanakan. Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

Tabel 5.13 Strategi Pengembangan Jalan Lingkungan WILAYAH ASPEK STRATEGI PROGRAMSTRATEGIS PELAKU SUMBERDANA Semua Fisik Peningkatan Peningkatan dan Dinas PU APBD pengembangan jalan Kawasan Sarana dan Lingkungan. Prasarana

Semua Sosial Peningkatan Pemeliharaan Dinas PU JalanNon Aspal Kawasan Kerjasama Dan APBD masyarakat Dengan

Masyarakat

Sumber: RP3KP Kota Pematangsiantar tahun 2016-2036

LAPORAN AKHIR v -39

5.5. Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten dan Sektor

Secara umum istilah integrasi diartikan sebagai proses penyatuan antara dua hal/unsur atau lebih dalam satu kesatuan. Integrasi dalam konteks perencanaan diartikan suatu upaya menyatukan dua elemen atau lebih menyangkut substansi dan cakupan suatu program dalam satu wilayah atau kawasan tertentu agar terbangun sinergisitas, optimalisasi dan sinkronisasi pelaksanaan pembangunan. Pengintegrasian adalah penyatupaduan pengelolaan pembangunan partisipatif pembangunan berbasis masyarakat ke dalam sistem pembangunan daerah, dan penyelarasan model perencanaan teknokratis dan politis dengan perencanaan partisipatif melalui mekanisme Musrenbang. Kebutuhan integrasi dilakukan untuk melakukan sinkronisasi dan harmonisasi pelaksanaan pembangunan, dimana substansi dirumuskan secara multidisipliner tidak parsial dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

LAPORAN AKHIR v -40