perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

164

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pasar Klewer Sebagai Tujuan Wisata di Surakarta

Pasar merupakan suatu sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua hasil serta kebutuhan masyarakat. Kehadiran pedagang dan pembeli maupun produsen di pasar hanya ingin mendapatkan tambahan pendapatan, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk pedagang, kelebihan harga dari harga beli tiap unit barang yang didapatkan merupakan rezeki yang memperoleh melalui perdagangan. Pasar menjadi aset sebagai ruang publik dalam masyarakat. Dipastikan menjadi tempat pertemuan berbagai masyarakat baik dalam struktur sosial, ekonomi, etnis, dan ras yang beragam. Dalam masyarakat pasar, khususnya pedagang, terdapat berbagai jenis pedagang menurut bentuk komoditas dan jenis kemampuan pendistribusian perdagangannya, sehingga bentuk dominasi ini akan menentukan

keberlangsungan sebuah pasar. Arus barang dan jasa sebagai ciri khas pasar telah

menempatkan pedagang pada kelompok-kelompok sesuai dengan besar-besaran,

selain itu juga adanya perilaku ekonomi yang mengarah pada dominasi kekuasaan

perdagangan. Pasar tradisional Klewer sebagai salah satu pasar sandang yang

memiliki struktur sebagaimana digambarkan diatas, ternyata juga terdapat dinamika

sosial tersendiri berkaitan dengan kegiatan di dalamnya. Termasuk terjadinya pola

hubungan antar elemen di dalamnya baik etnis maupun skala kegiatan perdagangan,

(Devi, 2008).

Pasar tradisional yang cukup terkenal di Surakarta adalah pasar Klewer. Hal

ini bukan saja dikarenakan sebagai sentra bisnis grosir dengan harga cukup murah,

namun keberadaannya sebagai pusat penjualan batik yang merupakan salah satu

identitas kota Surakarta. Pasar Klewer yang merupakan pusat wisata belanja menjual commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

165

beragam pakaian termasuk batik, cinderamata dan makanan khas Surakarta. Setiap

harinya pasar Klewer tidak pernah sepi dikunjungi pedagang dan pembeli, baik

berasal dari dalam kota Surakarta sendiri, maupun dari luar kota, bahkan dari luar

negeri. Selain itu tidak jarang ada pedagang dari luar Pulau Jawa yang datang ke

pasar Klewer untuk berbelanja dalam partai besar. Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan tekstil juga turut mendukung pariwisata di kota Surakarta. Terbukti, sampai sekarang pasar Klewer sering dijadikan alternatif untuk kunjungan para wisatawan. Apalagi pasar Klewer sebagai three in one yakni keberadaan dan kedekatan area antara Keraton Kasunanan Surakarta, Masjid Agung Surakarta, dan Alun-alun Surakarta. Artinya antara Keraton Kasunanan Surakarta, Masjid Agung Surakarta dan Alun-alun Surakarta dalam dunia pariwisata sudah menjadi satu kesatuan utuh yang kemudian membuat semacam garis kunjungan wisata. Itulah mengapa pasar Klewer disebut sebagai three in one, (Wawancara dengan Edi Murdiarso,Tanggal 01/05/2013). Pasar Klewer sebagai pasar tekstil dan pusat grosir yang terbesar di Jawa Tengah, sehingga dari sisi komoditasnya dan keberadaan pasar Klewer sendiri sudah sangat menarik pengunjung. Pasar Klewer pun terletak di kawasan cagar budaya yang

menjadikan pasar Klewer terkenal, dengan unsur-unsur budaya sehingga menjadi

daya tarik wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara, selain itu

berbelanja di pasar Klewer makin nyaman dan aman karena sarana prasarana juga

yang mendukung seperti barang dagangan tertata rapih, toilet yang memadai,

keamanan berbelanja yang terjamin dengan kesigapan satuan pengamanan dan polisi

setempat, tidak ada lagi pengamen dan pengemis kecuali bagi yang tuna netra, area

parkir luas di sekeliling pasar, banyak dilewati alat transportasi, (Wawancara dengan

Susi, Tanggal 14/05/2013).

Surakarta bagi wisatawan Nusantara dan Mancanegara, merupakan kota

yang indah, bersih dan memiliki banyak tempat wisata bersejarah. Contoh saja ketika

wisatawan berkunjung ke Keraton tentunya akan berkunjung pula ke pasar Klewer

yang saling berdekatan. Selain itu kota Surakarta memiliki menu makanan yang khas commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

166

seperti tengkleng, timlo, dan yang belum pernah ada di luar kota bahkan di

luar negeri. Banyak masyarakat mengenal bahwa pasar Klewer memiliki keunikan

yaitu menjual pakaian tradisional yaitu batik. Bahkan motif batik dari luar kota pun

ada di pasar Klewer seperti Pekalongan, Yogyakarta, Cirebon dan termasuk

Surakarta. Wisatawan juga senang dengan kota Surakarta karena selain dengan adanya wisata sejarah dan wisata kulinernya, wisatawan dapat berbelanja motif batik yang ada di pasar Klewer, dengan harga yang relatif murah, (Wawancara dengan Sulmiyati dan Ahmed Mohamed Goul, Tanggal 04/05/2013).

1. Deskripsi Kota Surakarta Kota Surakarta secara Geografis terletak diantara 110° 45' 15" -110° 45' 35" Bujur Timur dan antara 7° 36' - 7° 56' Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang di bidang perdagangan, kota- kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah kota Surakarta atau lebih dikenal “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan ketinggian 92 m dari permukaan laut. Luas wilayah kota Surakarta mencapai 44,04 km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serangan, pasar Kliwon, Jebres dan

Banjarsari. Sebagaian besar lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 65

persen. Kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu

berkisar antara 16 persen dari luas lahan yang ada, (Arsip Dinas Pengelolaan Pasar

Surakarta, 2012).

Kota Surakarta sebagai pusat kerajaan tradisional Mataram, menunjukkan

ciri-ciri feodal agraris karena letak geografisnya yang dikelilingi oleh daerah

pertanian. Selain faktor geografis, pertumbuhan dan perkembangan kota Surakarta

tidak lepas dari faktor politik. Pengaruh politik dari Belanda yang semakin intensif

terutama di Pulau Jawa, yang ikut menentukan pertumbuhan kota Surakarta, yakni

kota Surakarta dijadikan sebagai pusat administrasi pemerintahan kolonial, (Candra,

2011).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

167

Masyarakat Surakarta sebagian besar bermata pencaharian di perdagangan

hal inilah yang menjadi pendorong bagi masyarakat Surakarta menjadi daerah atau

kota yang memiliki potensi dalam bidang perdagangan. Sarana dan prasarana yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta dalam memperlancar

perekonomian telah tersedia, sarana itu antara lain berupa alat transportasi, pasar dan sebagainya. Daerah-daerah yang berada di sekitar kota Surakarta merupakan daerah yang cukup berpotensi untuk tanaman pangan, karena daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang cukup subur. Adanya berbagai program yang dikembangkan oleh masing-masing Pemerintah Daerah, seperti peningkatan tanaman pangan maupun hasil produksi lainnya, menyebabkan wilayah Surakarta menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang cukup strategis. Dari masing-masing daerah yang memiliki potensi yang berbeda antara yang satu dengan daerah yang lainnya, maka akan memperlancar perdagangan, dalam usaha meningkatkan ekonomi suatu daerah. Sragen, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, dan wilayah lain yang masih termasuk dalam Karesidenan Surakarta merupakan daerah yang cukup potensi untuk pertanian. Di samping yang dihasilkan adalah tanaman pangan, ada juga hasil produksi lain seperti industri. Surakarta merupakan pusat perdagangan hasil pertanian

maupun industri lain yang berasal dari daerah di sekitar wilayah Surakar ta, maupun

hasil produksi yang berasal dari luar Karesidenan Surakarta, (Arsip Dinas

Pengelolaan Pasar Surakarta, 2012 ).

Kota Surakarta sejak dahulu dikenal sebagai kota perdagangan. Posisinya

strategis karena berada di perlintasan yang menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa.

Surakarta sudah memiliki sejumlah tempat pusat perniagaan dan semakin

berkembang ketika menjadi ibu kota Keraton Kasunanan Surakarta. Pemerintahan

kolonial Belanda memperkuat posisi kota Surakarta sebagai jalur utama perdagangan

melalui pembuatan jalur kereta api. Berbagai hasil bumi yang banyak diperoleh di

daerah vorstenlanden atau wilayah kerajaan, dikumpulkan di Surakarta kemudian

diangkut ke Semarang atau Surabaya selanjutnya diekspor. Kota Surakarta menjadi

sentral bagi daerah-daerah di sekelilingnya seperti Boyolali, Sragen, Karanganyar, commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

168

Klaten, Wonogiri dan Sukoharjo. Sebagian besar penduduk kota Surakarta yang

jumlahnya mencapai 522.935 jiwa, menggantungkan penghidupannya dari sektor jasa

dan perdagangan. Dari hasil Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta jumlah 107.599 jiwa,

memiliki mata pencaharian di sektor perdagangan. Tidak mengherankan apabila visi

kota Surakarta sebagaimana yang dirumuskan di dalam Perda (Peraturan Daerah) Nomor 10 tahun 2001 mencita-citakan "Terwujudnya kota Surakarta sebagai kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olahraga", (Wawancara dengan Susi, Tanggal 14/05/2013). Sedangkan berdasarkan hasil wawancara tanggal 31 Mei 2013 dengan Yoyok selaku Staff BPS (Badan Pusat Statistik) mengatakan bahwa jumlah penduduk yang menggantungkan penghidupannya di sektor perdagangan berjumlah 52.367 jiwa. Dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Banyaknya penduduk menurut mata pencaharian di Kota Surakarta 2011-2012 Mata Pencaharian Laweyan Serengan Pasar Jebres Banjarsari Kliwon Petani 38 - - 81 337

Buruh Tani 32 - - - 397

Pengusaha 964 1.124 2.237 1.119 2.810

Buruh 16.421 5.264 8.894 17.653 21.616 Industri

Buruh 12.648 4.372 7.589 16.534 21.616 Bangunan

Pedagang 7.380 5.713 8.751 9.478 21.045

Angkutan 2.154 1.726 4.051 1.627 6.218

PNS,TNI 5.027 1.307 3.333 7.167 9.590 commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

169

POLRI

Pensiunan 3.711 647 1.826 8.637 7.862

Lain-lain 37.644 17.166 16.611 49.155 41.714

Jumlah 83.726 35.319 52.292 106.451 123.391 KOTA 32.374 15.776 26.424 22.683 401.179 Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta, 2011-2012

Hal itu berarti, perdagangan yang dijadikan tumpuan pertama bagi Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta dan bahkan andalan utama bersama dengan sektor pariwisata dan potensi olahraga. Penetapan visi tersebut mengandung konsekuensi fasilitas perdagangan yang di dalamnya adalah sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memadai harus tersedia. Salah satu fasilitas perdagangan yang menjadi perhatian pemerintah adalah pasar tradisional. Di seluruh wilayah kota Surakarta terdapat 43 pasar tradisional dengan berbagai jenis dan klasifikasi. Dokumen perencanaan jangka menengah menyatakan salah satu utama dalam pembangunan adalah melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional ini merupakan salah satu strategi yang ditetapkan dalam RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) kota Surakarta tahun 2005-2015,

untuk mencapai misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (Wawancara Susi,

14/05/2013).

Pemerintah Kota Surakarta memiliki berbagai pertimbangan yang

dijadikannya pasar tradisional sebagai pembangunan perekonomian yaitu: Pertama,

seperti yang menjadi visinya, kota Surakarta berkehendak untuk menjadi kota

budaya, yang menjadi cita-cita bersama mensyaratkan penghormatan dan pelestarian

nilai-nilai kebudayaan lokal yang pernah tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Faktor kesejarahan memegang peranan penting bagi kota Surakarta yang menjadikan

sebagai kota budaya. Surakarta Past is Surakarta Future menjadi kredo bagi

Pemerintah Pembangunan kota Surakarta. Pasar tradisional tidak saja menjadi pusat

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

170

bisnis yang mempertemukan pembeli dan penjual tetapi juga menjadi salah satu pusat

kebudayaan karena interaksi sosial yang berlangsung di dalamnya. Proses tawar

menawar bukanlah sekadar mematok harga tinggi bagi penjual dan sebaliknya

pembeli meminta harga semurah-murahnya, melainkan sebuah komunikasi egaliter

yang kerap diselingi dengan pertukaran informasi, pengalaman dan pengetahuan, pasar tradisional pun menciptakan kerukunan dan kebersamaan. Nilai-nilai kearifan yang hendak digali dan terus ditumbuhkan dalam usaha merevitalisasi pasar tradisional yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta. Kedua, pasar tradisional di kota Surakarta menjadi indikator bergeraknya sektor riil usaha perekonomian masyarakat. Hal itu dapat dilacak dari perputaran cashflow di pasar-pasar tradisional yang mencapai puluhan milyar rupiah dalam sehari. Di pasar Klewer misalnya yang merupakan pasar tradisional dengan barang dagangan utama berupa hasil tekstil terutama batik, lebih dari Rp 10 milyar uang yang berputaran diantara pedagang dan pembeli. Pentingnya pasar tradisional dalam pertumbuhan ekonomi juga bisa dilihat dari kontribusinya terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang berasal dari retribusi pasar cukup besar dan terus mengalami kenaikan. Jika yang sebelumnya pasar tradisional di Surakarta hanya memperoleh Rp

7,8 milyar, sejak tahun 2007 jumlahnya terus naik signifikan. Tahun 2007

pemasukannya tercatat Rp 9,9 milyar. Lalu tahun 2008 menembus angka Rp 10,2

milyar seterusnya Rp 11,7 milyar (2009), serta Rp 12,5 milyar (2010). Pada tahun

2011 Pemerintah Kota Surakarta menargetkan pendapatan dari pasar tradisional

mencapai Rp 20 milyar, (Arsip Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, 2012).

Ketiga, kehendak untuk menyejahterakan masyarakat terutama golongan

kecil yang merupakan misi Pemerintah Kota Surakarta mengubah paradigma bahwa

investasi sebagai upaya untuk menciptakan peluang kerja merupakan sesuatu yang

hanya dapat dilakukan oleh pemodal besar. Investasi pada dasarnya juga dapat

dilakukan oleh pedagang di pasar tradisional termasuk PKL (Pedagang Kaki Lima)

dengan nilai mikro. Walaupun nilai investasi kecil, namun pedagang di pasar

tradisional memiliki nilai tambah yakni keuletan dan daya tahan menghadapi krisis. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

171

Dengan jumlah yang sangat banyak, nilai investasi mikro ini sebenarnya sangat besar

dan tidak banyak masyarakat menganggap pedagang di pasar tradisional belum

bankable. Tantangan ini yang menjadi perhatian Pemerintah Kota Surakarta dengan

memberikan perhatian dan fasilitas khusus seperti pemberian SHP (Surat Hak

Penempatan) gratis. Dengan legalitas usaha diharapkan akses permodalan yang sering jadi masalah pedagang tradisional sedikit teratasi. Selain itu, untuk memperkuat daya saing pedagang pasar tradisional dalam menghadapi persaiangan pasar, Pemerintahan Kota Surakarta membenahi sumber daya manusia (pedagang) dengan pelatihan manajemen modern, manajemen keuangan, cara-cara penataan barang, higienitas, maupun cara melayani konsumen. Keempat, terkait dengan penataan kawasan dan pemanfaatan tata ruang. Bukan rahasia umum lagi, bahwa pasar tradisional dan juga PKL (Pedagang Kaki Lima) dianggap masyarakat sebagai "sampah" perkotaan karena hanya mengotori lingkungan lantaran kondisinya becek dan bau. Persepsi itu di banyak tempat kemudian dituangkan dengan kebijakan mengganti pasar tradisional menjadi pasar modern. Pemerintah Kota Surakarta membalik paradigma itu dengan membangun fisik pasar menjadi asri dan menarik tanpa menjadikan pasar modern karena

mempertahankan "ruh" sebagai pasar tradisional. Untuk penanganan PKL (Pedagang

Kaki Lima) dilakukan dengan berbagai cara seperti relokasi atau shelterisasi.

Relokasi yang salah satunya dilakukan dengan memasukkan PKL (Pedagang Kaki

Lima) ke dalam pasar, membuat pedagang memiliki kepastian usaha. Kebijakan

penataan ini dilakukan melalui proses partisipatif karena menyertakan pedagang kios

dan PKL (Pedagang Kaki Lima) sebagai subyek yang ikut menentukan langkah

relokasi dan shelterisasi. Pasar tradisional tidak boleh tersingkir apalagi mati.

Merevitalisasi pasar tradisional sesungguhnya adalah tetap mempertahankan pasar

tradisional bukan saja sebagai tempat aktivitas perekonomian wong cilik tetapi juga

sebagai interaksi kultural, (Arsip Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, 2012).

Para pedagang di Surakarta ini berasal dari luar wilayah Surakarta (Klaten,

Sragen, Sukoharjo dan Boyolali) dan dari daerah yang merupakan daerah yang cukup commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

172

subur untuk lahan pertanian, namun sebagian besar dari pedagang di pasar Klewer

mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan hidup di luar pertanian yaitu

dengan berdagang di pasar Klewer. Pedagang memilih kota Surakarta dalam mencari

penghasilan, karena wilayah Surakarta merupakan kota yang dekat dengan daerah

asal pedagang dan juga Surakarta merupakan daerah tujuan wisata, dengan demikian harapan pedagang akan mendapatkan penghasilan yang semakin besar. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat membantu dalam melihat seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Kota Surakarta dengan potensi yang dimiliki akan semakin mudah berkembang serta daerah di sekitarnya akan merasakan dampak positifnya juga. Hal yang menarik dari kota Surakarta adalah aktifitas perekonomian yang seakan tak pernah mati. Pada siang hari banyak masyarakat yang melakukan aktifitas perdagangan, transaksi bisnis baik dalam skala besar maupun kecil. Pada malam harinya kota Surakarta memberikan suasana yang merakyat dengan hadirnya PKL (Pedagang Kaki Lima) dan kuliner yaitu GALABO (Gladag Langen Boga) yang berada di depan PGS (Pusat Grosir Solo), (Wawancara dengan Susi, Tanggal 14/05/2013). Kota Surakarta merupakan sebagai pusat perdagangan dengan banyak

adalah pasar tradisional. Hampir di semua kawasan di Surakarta memiliki pasar

tradisional yang tercatat ada 43 pasar tradisional sampai saat ini tetap hidup dan eksis.

Ke-43 pasar tradisional tersebut menampung tidak kurang dari 17.162 pedagang, dan

berjualan di sekitar 9.105 los pasar dan 5.435 kios di samping pinggiran sebagai

tempat berjualan. Sebagian besar, pasar tradisional di kota Surakarta terbentuk secara

alamiah. Pembangunan fasilitas pasar seperti gedung baru dilakukan diakhir

belakangan. Selain itu, ada pula pasar yang sengaja dibangun untuk memenuhi

konsep kultural karena berkaitan dengan keseimbangan antara makro kosmos dan

mikro kosmos yang dianut penguasa wilayah di masa lalu yakni Keraton Kasunanan

Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Selain itu ada pula pasar yang dibangun sebagai

tempat usaha baru bagi PKL (Pedagang Kaki Lima) yang direlokasi, (Arsip Dinas

Pengelolaan Pasar Surakarta, 2012). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

173

Perdagangan sudah menjadi sektor utama di kota Surakarta. Selain itu,

untuk sektor pariwisata DTW (Daerah Tujuan Wisata) di kota Surakata hampir semua

objek wisata menarik untuk di kunjungi seperti wisata pendidikan, budaya dan wisata

belanja. Artinya apabila wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara yang

berkunjung ke Surakarta, karena wisatawan tersebut memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang kawasan bangunan atau benda-benda bersejarah dan keunikan kota Surakarta. Dengan begitu kota Surakarta paham bahwa karakteristik wisatawannya berbeda. Paling tidak wisatawan tersebut memiliki tingkat pendidikan tinggi, (Solopos, 9/10/1997). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surakarta menaikkan target jumlah wisatawan hingga mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surakarta sepanjang tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.017.833 dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 1.386.521 mulai dari wisatawan Mancanegara maupun wisatawan Nusantara berkunjung ke Surakarta. Selain itu, untuk memenuhi target tersebut pihak Dinas kebudayaan dan Pariwisata sudah membuat beberapa event di Surakarta dan selama 2012, yaitu akan ada sekitar 48 event. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari

upaya pemerintah kota Surakarta untuk terus mengadakan acara-acara yang bertaraf

internasional seperti Surakarta Batik Carnival, (Solopos, 4/01/2012 dan Badan Pusat

Statistik Kota Surakarta, 2011-2012).

2. Keadaan Pasar Klewer

Keadaan atau kondisi pasar tradisional pada umumnya, yaitu tempat

bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual-beli. Bila dilihat

dalam pengertian yang lebih luas lagi, pasar merupakan sarana pendistribusian semua

hasil produksi dan kebudayaan masyarakat. Pada hakekatnya baik penjual maupun

pembeli yang datang ke pasar tradisional masing-masing berusaha mendapatkan

tambahan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

174

Kota Surakarta merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar dalam

bidang perdagangan. Sebagai usaha dalam memperlancar perdagangan tersebut

Pemerintah Daerah Kota Surakarta berusaha meningkatkan kualitas pasar. Salah

satunya adalah pasar Klewer, pada awalnya keadaan bangunan pasar Klewer seperti

pasar Gedhe. Karena pasar Klewer kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga memerlukan lokasi permanen dan stategis. Lokasi pasar Klewer termasuk wilayah Coyudan, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Tahun 1965 muncul gagasan dari para pedagang untuk mewujudkan pembangunan pasar tersebut menjadi pasar yang permanen. Dana yang dipergunakan untuk pembangunan pasar berasal dari pedagang dan Pemerintah Kota Surakarta. Oleh Pemerintah Daerah pelaksanaan proyek pembangunan pasar diserahkan kepada pihak swasta, (Wawancara dengan Susi, Tanggal 14/05/2013). Pada awalnya rencana renovasi bangunan pasar Klewer akan dibuat empat lantai, namun tidak diijinkan oleh pihak Keraton. Karena bangunan pasar yang terdiri dari empat lantai, akan menghalangi bangunan Keraton yaitu Sanggabuwana. Saat pelaksanaan pembangunan dilakukan, para pedagang sementara dipindahkan di Alun- alun Utara. Pembangunan pasar Klewer dilaksanakan oleh PT. Sahid yang bekerja

sama dengan Bank Bumi Daya (sekarang menjadi Bank Mandiri). Pada tanggal 9

Juni 1971 bangunan pasar yang baru telah selesai pengerjaanya dan diresmikan

menjadi pasar Klewer. Pasar Klewer merupakan pasar yang sudah permanen dan

berlantai dua. (Wawancara dengan Abdul Kadir, Tanggal 20/03/2013).

Pasar Klewer dari gapura PB X ke barat itu dimiliki oleh Pemerintah Daerah

kota Surakarta dan pasar Klewer dari gapura PB X ke timur sampai Alun-alun itu

dalam polemik yaitu Keraton Surakarta mengakui dan Pemerintah Daerah kota

Surakarta juga mengakui. Karena pernah Pemerintah Surakarta menyampaikan,

bahwasannya itu milik Pemerintah kota Surakarta dan ada sertifikatnya. Sedangkan

pasar Klewer yang dimiliki Pemerintah Daerah kota Surakarta seluas 14.000 m2,

jumlah kios sebanyak 2024 buah, dengan 1804 pedagang kios yang memiliki SHP

(Surat Hak Penempatan), jumlah los sebanyak 40 petak, tidak memiliki pelataran. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

175

Untuk pedagang oprokan (Pedagang Kaki Lima) sebanyak 650 orang, lokasi pasar

Klewer semula merupakan pasar burung, tetapi jauh sebelumnya di tempat pasar

Klewer merupakan tempat berkumpulnya para pedagang batik tradisional. Kios yang

terletak di lantai bawah pada umumnya digunakan oleh para pedagang pengecer

tekstil, batik dan sebagian kecil pedagang emas. Tetapi di lantai bawah juga terdapat pula beberapa kios yang berperan sebagai pedagang besar atau grosir, terutama bahan produk tekstil. Selain itu, toko-toko yang terletak di bagian barat lantai bawah, pada umumnya ditempati oleh pedagang emas dan perhiasan. Di sepanjang trotoar depan toko di kompleks pasar Klewer, di setiap pintu-pintu masuk pasar, di lorong-lorong dalam pasar dan dipinggiran anak tangga menuju lantai atas, dipenuhi oleh para PKL (Pedagang Kaki Lima) yang menjajakan dagangannya, sebagian besar barang-barang produk tekstil dan jenis-jenis batik. Para pedagang makanan tidak ada yang membuka warung di dalam pasar. Selain karena dilarang oleh pengelola pasar, juga karena pedagang tidak mampu memiliki sebuah kios di pasar Klewer, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 20/03/2013). Lantai atas selain digunakan oleh pedagang pengecer, banyak sebagian besar pedagang besar menempati kios-kios di lantai atas. Jika pedagang besar batik lebih

banyak di lantai bawah, maka di lantai atas kebanyakannya adalah pedagang besar

konveksi. Sudah seperti ada kesepakatan di kalangan pedagang pasar, pedagang tidak

mau melayani pembeli dalam jumlah kecil. Meskipun demikian pedagang besar ini

juga melayani pembeli wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara tetapi

tidak dalam jumlah sedikit, minimal antara 3 sampai 6 potong. Barang dagangan

produk tekstil selain dan pabrik besar, juga diperoleh dari para pengrajin konveksi,

baik dari kota Surakarta atau kota-kota disekitarnya, misalnya dari Klaten,

(Wawancara dengan Edi Murdiarso, Tanggal 01/05/2013).

Bangunan pasar di sebelah timur, pada awalnya merupakan terminal bemo

sekitar tahun 1962-1966 atau 1967, jumlah bemo sekitar 70 buah dan dibagi menjadi

empat jurusan, yaitu: Kartasura, Bekonang, Karanganyar dan Sukoharjo, dengan

retribusi parkir hanya RP 50,-. Namun setelah itu digunakan pedagang PKL commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

176

(Pedagang Kaki Lima) untuk berjualan makanan dan buah. Pada pertengahan tahun

80-an dilakukan pembangunan seperti halnya bangunan pasar Klewer bagian barat

namun yang bagian timur hanya satu lantai, dengan jumlah kios sekitar 600 buah.

Setelah diresmikan pada tahun 1986, para pedagang yang menjual kios ke pedagang

lain dan pedagang menjadi PKL (Pedagang Kaki Lima) disekitar pasar Klewer. Selain banyak ditempati oleh pedagang-pedagang partai kecil, juga terdapat pedagang besar, (Wawancara dengan Susi, Tanggal 24/04/2013). Pasar Klewer sudah penuh dengan pedagang, baik itu pedagang dari Surakarta maupun pedagang yang bukan dari kota Surakarta. Para pedagang tersebut harus memiliki KTPP (Kartu Tanda Pengenal Pedagang) baik Pedagang kios maupun PKL (Pedagang Kaki Lima). Dan para pedagang yang memiliki kios diwajibkan memiliki SIP (Surat Ijin Penempatan) atau SHP (Surat Hak Penempatan) yang berlaku seumur hidup, namun tiap 3 tahun sekali harus melakukan retribusi. Sistem kepemilikan kios pedagang dapat dilakukan berdasarkan keturunan, warisan, bahkan membeli maupun sistem kontrak antar pedagang. Hasil wawancara dengan Kusbani selaku Humas HPPK, di pasar Klewer terdapat tiga kelas kios, yaitu: a. Kelas Toko Pada kelas toko banyak terdapat di depan, samping sebelah barat dan lantai

atas pasar Klewer Surakarta. Ukuran kelas toko yaitu 4 x 4 dan rata-rata dimiliki

oleh pedagang non pribumi, baik Cina maupun Arab. Kios-kios tersebut

dipergunakan untuk berjualan tekstil, konveksi, emas dan Bank.

b. Kelas Mini

Untuk kios-kios yang berukuran mini memiliki ukuran 2 x 2, dan letak kios

pedagang rata-rata di lantai bawah dan tengah pasar Klewer. Pemilik kios

pedagang hampir merata, yaitu orang pribumi (orang Jawa maupun Banjar), dan

non pribumi (Cina dan Arab). Kios pedagang untuk berjualan batik, konveksi dan

emas.

c. Kelas Supermini

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

177

Untuk ukuran kios kelas supermini yaitu 1 x 2. Letak kios supermini di

pinggiran pasar Klewer dan pasar bagian timur. Sistem retribusi yang dikenakan

kepada setiap pedagang kelas supermini berbeda antara pedagang pemilik kios

dengan PKL (Pedagang Kaki Lima). Pada tahun 1983 pemungutan biaya retribusi

untuk para pedagang pemilik kios atau yang memiliki SHP (Surat Hak Penempatan) sebesar Rp 3.000,- per bulan, untuk PKL (Pedagang Kaki Lima) atau yang memiliki KTPP (Kartu Tanda Pengenal Pedagang) sebesar Rp 1.000,- per bulan. Hal ini berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pasar. Namun pada tahun 1993 pemungutan retribusi dinaikan dan bagi para pedagang pemilik kios pedagang dibedakan menjadi beberapa kelas, seperti: Kelas I (kelas toko) sebesar Rp 10.000,- per bulan, kelas II (kelas mini) sebesar Rp 8.000,- per bulan, dan untuk kelas III (kelas supermini) sebesar Rp 6.000,- per bulan, sedangkan untuk para PKL (Pedagang Kaki Lima) yang memiliki KTPP (Kartu Tanda Pengenal Pedagang) menjadi Rp 2.000.- per bulan, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 20/03/2013). Dari ketiga jenis kios yang ada di pasar Klewer yang paling banyak

dikunjungi oleh wisatawan Nusantara maupun wisawatan Mancanegara adalah kios

kelas mini dan kelas supermini yang letaknya di lantai bawah pasar Klewer, karena

barang yang dijual dapat dibeli secara eceran maupun grosir. Sedangkan kios kelas

toko yang berada di lantai atas biasanya hanya untuk grosir atau para kulakan. Dari

wisatawan yang sering datang ke pasar Klewer, lebih banyak wisawatan Nusantara.

Mengenai jenis dan model batik yang disukai oleh wisatawan Nusantara maupun

Mancanegara adalah beranekaragam sesuai keinginan dan kesukaan dari wisatawan,

baik itu motif batik yang bergambar bunga-bunga dan lain sebagainya. Sedangkan

wisatawan Mancanegara biasanya lebih banyak memilih untuk membeli jenis batik

kain sarung atau kain panjang berupa batik tulis. Konsumen pasar Klewer terdiri dari

berbagai lapisan masyarakat, mulai dari lapisan kelas bawah sampai lapisan

menengah. Kebanyakan para konsumen tersebut adalah para pedagang dengan alasan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

178

harga yang ditawarkan oleh pedagang pasar Klewer sifatnya murah, dan dapat

ditawar sehingga banyak pedagang yang mencari barang di pasar Klewer. Tidak

hanya para pedagang saja, tetapi juga ada wisatawan baik Nusantara maupun

Mancanegara yang berbelanja batik, tekstil dan konveksi di pasar Klewer,

(Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 20/03/2013).

B. Sikap Para Pelaku Pedagang di Pasar Klewer dalam Melayani Konsumen Pasar Klewer memiliki sikap para pedagang dalam melayani konsumen atau pembeli (wisatawan dan tengkulak) dari segi keramahan tidak ada perbedaan, semua di perlakukan sama. Tiap-tiap pedagang yang ada di pasar Klewer memiliki cara tersendiri untuk memikat para pembelinya membeli dagangan di tempat pedagang tersebut. Pastinya sebuah produk yang berkualitas bagus adalah salah satu kepuasan para pembeli, karena produk merupakan unsur yang terpenting di dalam kemasan pemasaran dan menjadi titik tolak awal keberhasilan maupun kebijaksanaan pemasaran secara keseluruhan. Produk juga sifatnya kompleks baik dapat diraba, termasuk warna, dan harga. Pedagang di pasar Klewer selain mempunyai produk yang berkualitas bagus,

juga harus memiliki promosi dan pelayanan yang baik terhadap pembeli, apalagi

melihat kondisi pasar Klewer yang banyak dikunjungi oleh wisatawan luar kota

Surakarta. Karena promosi merupakan sebuah usaha yang bertujuan untuk

meningkatkan daya tarik pembeli dan meningkatkan penjualan baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Sebagai pedagang tentunya yang paling utama adalah

pelayanan, karena pada dasarnya semua produk baik barang maupun jasa sangat

terkait dan tidak bisa lepas dari pelayanan. Pelayanan merupakan suatu perbuatan

yang ditunjukkan oleh pemasaran secara langsung mencakup keterampilan, kecepatan

dalam melayani pelanggan, penampilan, penguasaan tentang produk, dan keramahan,

(Kristiani, 2000).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

179

Mengenai perbedaan pelayanan terhadap wisatawan dan tengkulak adalah

dari segi bahasa pedagang terlebih dahulu akan mengetahui percakapan atau ucapan

pembeli (wisatawan dan tengkulak) dalam berinteraksi saat aktivitas perdagangan.

Apabila wisatawan atau tengkulak yang berasal dari luar Jawa, pedagang akan

melayani dengan Bahasa sedangkan wisatawan atau tengkulak yang berasal dari Jawa pedagang akan menggunakan Bahasa Jawa, karena pemakaian Bahasa Jawa tidak terlepas dari pasar Klewer yang berada di pusat kota Surakarta. Selain itu, sebagian pedagang di pasar Klewer berasal dari kota Surakarta dan wilayah karesidenan Surakarta. Dalam berinteraksi dengan Bahasa Jawa, pemakaian tingkat tutur juga tidak dapat diabaikan oleh masyarakat Jawa. Beberapa kaidah yang terdapat dalam pemakaian tingkat tutur Bahasa Jawa masih terbukti dan diterapkan. Misalnya, penghormatan kepada pihak yang lebih tua maupun yang lebih berkuasa (antara pedagang dan pembeli) karena bagi pedagang pembeli adalah raja, dan keramahan pedagang adalah utama bagi pembeli baik melayani wisatawan maupun tengkulak, (Dharma Utami, 2004). Selain itu, dari segi harga pedagang di pasar Klewer akan memberikan harga awal yang mahal bagi wisatawan, tetapi apabila wisatawan pintar dalam hal tawar-

menawar wisatawan akan mendapatkan harga yang cukup murah dan cara

pembayarannya pun secara langsung misal harga awal baju batik dari pedagang

sebesar Rp. 50.000 ketika ditawar bisa menjadi Rp. 25.000 sedangkan harga untuk

tengkulak pedagang memberikan yang harga pas dan tidak bisa ditawar tetapi harga

relatif murah karena tengkulak biasanya barang yang dibeli akan dijual kembali

sedangkan wisatawan biasanya barang di pakai untuk sendiri, dan cara pembayaran

tengkulak ada yang secara langsung dan ada pula kredit, (Wawancara dengan

Kusbani, Tanggal 16/06/2013).

1. Aktifitas Perdagangan di Pasar Klewer

Perdagangan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang

untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencari keuntungan, yang termasuk dalam

golongan pedagang adalah orang-orang yang dalam pekerjaan sehari-harinya commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

180

membeli barang yang kemudian untuk dijual kembali. Dalam prinsip ekonomi,

perdagangan adalah untuk mencari laba yang sebesar-besarnya dan prinsip ekonomi

menjadi simbol kekayaan sebagai adanya status sosial kelas menengah pedagang di

Jawa pada umumnya. Aktivitas ekonomi rakyat di Surakarta salah satunya adalah

dengan adanya pasar. Kehidupan ekonomi pasar tradisioanal menjadi ramai ketika dibangun jembatan di Bacem dan Jurug. Kedua jembatan ini sangat vital dalam memperlancarkan arus ekonomi pedesaan ke kota Surakarta, sehingga para pedagang dari desa tidak perlu lagi menyebrang sungai dengan perahu. Aktivitas pasar yang ramai salah satunya adalah pasar Klewer yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan sandang seperti batik, tekstil, tenunan dan sebagainya. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar Klewer merupakan barang dagangan yang dipasok dari daerah-daerah sekitar Surakarta, seperti Klaten dengan hasil tenunannya, bahkan produksi dari luar kota seperti batik Pekalongan, batik dari Yogyakarta, Gresik, Bandung, dan Cirebon, (Candra, 2011). Pedagang di pasar Klewer dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagang kios dan pedagang non kios (pedagang kaki lima). Adapun jenis dagangan di pasar Klewer sebagai berikut :

Tabel 3. Jenis dagangan pedagang kios di pasar Klewer

Jenis dagangan Jumlah Presentase

Batik 683 12%

Kain/pakaian non batik 1179 80%

Makanan/minuman 10 0,5%

Emas 32 1%

Lembaga/kantor/bank 49 3%

Cinderamata 33 1%

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

181

Dan lain-lain 38 2.5%

Total 2024 100%

Sumber : Kantor Lurah Pasar Klewer 2011

Berdasarkan identifikasi dari komoditas yang diperdagangkan oleh pedagang. Dapat terbaca dengan tabel di atas, bahwa lebih dari 92% pedagang pasar Klewer merupakan pedagang tekstil, baik jenis batik maupun non batik.

Tabel 4. Jenis dagangan pedagang kaki lima di pasar Klewer Jenis dagangan Jumlah Presentase Buah 15 1% Pakaian 503 92% Makanan/minuman 61 5,5% Emas 7 0,5% Dan lain-lain 14 1% Total 600 100% Sumber : Kantor Lurah Pasar Klewer 2011

Berdasarkan identifikasi dari komoditas yang diperdagangkan oleh pedagang

kaki lima. Dapat terbaca dengan tabel di atas, bahwa lebih dari 92% pedagang kaki

lima pasar Klewer merupakan pedagang tekstil (sandang), baik jenis batik maupun

non batik.

a. Pedagang Batik

Batik kini telah menjadi busana nasional, bukan hanya karena keindahan

coraknya saja, namun juga batik telah dikenal di seluruh

nusantara. Daerah-daerah di Indonesia ternyata memiliki karakteristik batik

sendiri-sendiri yang banyak diminati para wisatawan. Oleh karenanya dikenal

batik Sumatera, batik Banten, batik Pekalongan, batik Bali, bahkan batik Nusa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

182

Tenggara dan Papua. Motif dan ragam hias merupakan ciri khas yang

membedakan masing-masing daerah tersebut, karena telah dikenal secara umum

itulah batik dipakai sebagai pakaian resmi nasional, (Candra, 2011).

Pada dasarnya batik merupakan seni lukis. Batik adalah lukisan atau

gambaran pada kain mori dengan menggunakan canting. Jadi orang yang melukis atau menggambar pada kain mori dengan memakai canting disebut membatik atau membuat batik (Bahasa Jawa "mbatik"). "Mbatik" yaitu gabungan dari dua kata bahasa Jawa ngoko "mbat" yang artinya memainkan, dan "tik" berasal dari kata nitik atau memberi titik. Pengertian batik diperoleh dari proses membatik itu sendiri yang mana ragam hiasnya banyak menggunakan unsur titik atau memainkan unsur titik, (Mangkudilaga, 1980). Para ahli memiliki perbedaan pendapat tentang asal muasal batik. Sebagian mengatakan bahwa batik berasal dari India. Batik masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya orang-orang India yang membawa pengaruh Hindu ke nusantara, sehingga tradisi Hindu sangat dominan dalam budaya Indonesia, Disebutkan pada tahun 1619 di Palikat dan Gujarat pernah dibuat sejenis batik dengan lukisan lilin yang banyak dipasarkan di Malaya yang dikenal dengan nama

kain pelekat, (Mahani, 2003).

Salah satu tempat pembuatan batik Surakarta sekaligus pusat penjualan batik

tersebar di Surakarta adalah di pasar Klewer. Sejak tahun 70-an pasar Klewer

menjadi incaran para agen batik diberbagai kota di Nusantara bahkan negeri

tetangga untuk mendapatkan batik bermutu tinggi dengan harga yang murah. Pada

awalnya para pengrajin maupun pengusaha batik kebanyakan berasal dari daerah

Laweyan dan Kauman yang dikenal sebagai kampung batik. Pedagang menjajakan

dagangannya di sekitar rumah-rumah, namun lama-kelamaan tempat penjualannya

berkembang menjadi sebuah komunitas pengrajin dan tempat perdagangan,

(Wawancara dengan Darmawan Yulianto, Tanggal 01/05/2013)

Batik tersebut diperoleh dari daerah Surakarta seperti pasar Kliwon, Laweyan

dan Banjarsari. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kusbani, selaku Humas commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

183

HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer) dan pedagang di pasar Klewer, batik

tersebut diperoleh melalui koperasi batik yaitu KBI (Koperasi Batik Indonesia),

untuk daerah Serengan Pasar Kliwon Surakarta terdapat KPN (Koperasi

Pembatikan Nasional), di Laweyan ada PPBS (Persatuan Pengusaha Batik

Surakarta) dan di Banjarsari ada BATARI (Batik Republik Indonesia). Pasokan batik selain dari daerah Surakarta sendiri juga didukung dari sentral industri yang berada di sekitar wilayah Surakarta, seperti Kliwonan untuk daerah Sragen, Kedung Gudel untuk daerah Sukoharjo, Tirtomoyo untuk daerah Wonogiri, Bayat untuk daerah Klaten, Karangpandan untuk Karanganyar, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 20/03/2013). Pasar Klewer memiliki beragam batik yang diperdagangkan, mulai dari kain dengan motif kuno dan sakral hingga modern. Harganya pun bersaing bila dibandingkan dengan harga toko, karena di pasar Klewer pembeli baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara diperbolehkan menawar dengan harga terendah, semua proses jual beli dilakukan secara transparan sehingga harga yang disepakati juga tidak jauh berbeda dengan para penjual lainnya. Sebagai satu simbol kota tua Surakarta, pasar Klewer juga menjadi bukti sejarah mengenai

keberadaan batik di kota Surakarta. Di setiap gambaran motif batik yang

ditawarkan para pedagang kepada wisatawan menunjukkan era kreatifitas dan

perkembangan batik dari masa ke masa. Keunikan lainnya para pedagang yang

berjualan di pasar Klewer juga merupakan generasi yang turun temurun. Pedagang

tetap bertahan di pasar Klewer karena berdagang batik merupakan lahan pencarian

pedagang sejak jaman buyut pedagang dulu, (Wawancara dengan Tuti Sri Mulyati,

Tanggal 19/03/2013).

Pedagang batik di pasar Klewer dalam melayani wisatawan Nusantara

maupun Mancanegara biasanya akan memperlihatkan dan menawarkan batik yang

pedagang batik miliki. Seperti kain batik, daster batik, kemeja batik, jenis batik,

motif batik, dan harga batik itu sendiri. Karena terkadang wisatawan tidak paham

batik yang berkualitas bagus. Menurut wawancara dengan Sri Sukarsih selaku commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

184

pedagang batik, jenis batik asli dari Surakarta ada dua macam yang pertama; batik

tulis atau lukis yaitu cara buatnya kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik

dengan menggunakan tangan dengan waktu yang cukup lama sekitar 2-3 bulan dan

harganya pun cukup mahal. Kedua batik cap yaitu kain yang dihias dengan tekstur

dan corak batik yang dibentuk dengan cap yang terbuat dari tembaga. Sedangkan motif batik dari Surakarta sendiri cukup banyak seperti Sido mukti (batik tulis), Wirasat (batik tulis), Sido Drajat (batik tulis), Releng Seling (batik tulis), Kawung (batik tulis), Ratu Ratih (batik cap). Wisatawan Nusantara biasanya memilih jenis batik tulis dengan bahan primis yang harganya paling murah Rp. 450.000,- per potong dan siap dipakai, (Wawancara dengan Sri Sukarsi, Tanggal 31/05/2013). Bagi wisatawan Nusantara seperti Sulmiyati yang datang dari Kalimantan Barat, saat berkunjung ke pasar Klewer harga batik seperti itu (Rp. 450.000,- per potong) termasuk murah, apalagi dengan mendapatkan kualitas batik yang bagus dan bisa di tawar menawar, (Wawancara dengan Sulmiyati, Tanggal 04/05/2013). Motif yang unik serta berbeda dengan produk lainnya, menyebabkan batik dari pasar Klewer menjadi yang ideal untuk dipakai. Corak yang terang sering dicari berbagai pembeli khususnya wisatawan pencinta batik karena disukai dan

bagus saat di pakai. Pasar Klewer juga sangat selektif dalam pemilihan motif dan

corak batik. Apalagi terlihat elegan saat dikenakan dalam segala kalangan. Banyak

motif dan corak

yang ditawarkan oleh para pedagang. Agar para pengunjung berminat belanja

batik di pasar Klewer, (Wawancara dengan Dwi Aprilia, Tanggal 02/06/2013).

Keunikan batik Klewer Surakarta dengan batik daerah lain adalah ragam motif

batik asal Surakarta memang dipengaruhi dengan makna-makna simbolis yang

berasal dari kebudayaan Hindu. Beberapa ciri khas batik Surakarta banyak

ditemukan pada motif-motif seperti, sawat, meru, naga, burung, dan modang. Dari

kesemua ciri batik di atas, secara umum corak batik Surakarta merupakan

perpaduan dari bentuk-bentuk geometris yang berukuran kecil-kecil. Selain itu,

ciri khas yang terdapat pada batik Surakarta adalah terletak dalam pewarnaan batik commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

185

tersebut. Misalnya saja, warna batik hitam, tidak sepenuhnya hitam, tetapi lebih

cenderung kecokelatan. Hampir serupa dengan warna hitamnya, dalam pewarnaan

putih pada batik, unsur cokelatnya masih tetap terlihat mencolok dan kuat. Motif

batik Surakarta paling terkenal, diantaranya adalah batik motif truntum, motif

sidoluhur, motif alas-alasan, dan masih banyak lagi, (Dewi, 2011). Selain itu, motif batik Cirebon ada ciri-ciri khusus, yaitu ada garis tipis atau kecil yang dalam istilah batik Cirebon disebut Wit. Lebih jelasnya yang disebut Wit adalah garis kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif kecil, tipis dan halus yang warnanya lebih tua dari warna dasar kain, sedangkan motif batik Aceh mengeluarkan warna-warna yang cenderung berani, merah, hijau, kuning, merah muda. Biasanya motif batik Aceh yang tertera pada kain melambangkan falsafah hidup masyarakat Aceh. Motif pintu misalnya, menunjukkan ukuran tingi pintu yang rendah. Motif tolak angin menjadi perlambang banyaknya ventilasi udara di setiap rumah adat, motif tolak angin mengandung arti bahwa masyarakat Aceh cenderung mudah menerima perbedaan. Motif bunga jeumpa-bunga kantil, diambil karena banyak terdapat di Aceh. Kuatnya pengaruh islam juga turut mewarnai motif-motif batik diantaranya ragam

hias berbentuk sulur, melingkar, dan garis, (Muha, 2011).

Motif batik Banten yaitu motif datulaya, dasar belah berbentuk bunga

dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun dengan warna dasar biru, variasi motif

pada figura sulur-sulur daun berwarna abu-abu pada dasar kain warna kuning. Ada

12 motif batik Banten yang diproduksi yaitu datulaya, pamaranggen, pasulaman,

kapurban, pancaniti, mandalikan, pasepen, surasowan, kawangsan, srimanganti,

sabakingking, dan pejantren, (Nurul, 2011).

b. Pedagang Tekstil

Bagi pedagang besar kain tekstil di pasar Klewer pada umumnya barang yang

dijual adalah bahan-bahan untuk membuat batik, misalnya berbagai jenis mori,

kain sarung, kain-kain sintetis, kain prima, primis, hingga kain sutera. Meskipun

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

186

kios yang ditempati pada umumnya hanya satu atau dua, dagangan yang

dipamerkan juga hanya contoh-contoh kain saja. Kios di pasar Klewer terkesan

sederhana, tetapi sesungguhnya perputaran uang dikalangan pedagang tiap harinya

dapat mencapai milyaran rupiah. Dengan peralatan telepon, bagi pembeli yang

sudah sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pedagang, pembeli dapat menghubungi via telepon ke pedagang, dan pedagang akan mengambil barang di gudang-gudang tempat penyimpanan barang yang pada umumnya berada ditempat tinggalnya atau di gudang-gudang besar di pinggiran kota Surakarta. Barang yang sudah dibeli, dapat dikirim ke pasar Klewer untuk diangkut oleh pembeli sendiri atau dikirim ke tempat jasa pengiriman barang. Mengamati kiat pedagang besar kain tekstil maupun produk tekstil di pasar Klewer, biasanya yang pedagang lakukan jarang ditemui seperti pedagang- pedagang di tempat-tempat lainnya. Karena berbagai alasan, antara lain dengan adanya target dan omset yang ditentukan oleh pabrikan, beberapa pedagang besar seringkali menjual harga di bawah harga yang diperoleh dari pabrik. Jadi semacam praktek dumping yang pedagang lakukan, meskipun secara logika pedagang mengalami kerugian namun dalam kenyataannya pedagang masih tetap eksis

dalam usahanya, jarang yang mengalami kebangkrutan, (Wawancara dengan

Chatin, Tanggal 20/03/2013).

Pengunjung yang datang ke kios tekstil pun tidak hanya dari pembeli kulakan

saja meskipun pembeli kulakan tersebut adalah pembeli dari luar kota Surakarta

tetapi sifatnya berbeda dengan wisatawan. Kalau kulakan akan menjual lagi bahan

yang di beli sedangkan wisatawan akan dipakai sendiri. Menurut penuturan Heri

Santoso selaku pedagang tekstil, wisatawanpun ada yang berkunjung ke kios

tekstil walaupun tidak banyak. Wisatawan tidak hanya sekedar melihat-lihat

bahan tekstil tetapi terkadang langsung membeli bahan yang cocok dan disukai

oleh wisatawan Nusantara maupun Mancanegara. Apalagi dengan harga yang

cukup murah. Di kios tekstil tidak hanya menjual bahan batik, tetapi bahan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

187

kebaya, bahan baju, bahan puring, peralatan tekstil, dan peralatan jahit,

(Wawancara dengan Heri Santoso, Tanggal 14/05/2013).

Bagi wisatawan nusantara yang bernama Wahidah yang datang dari Lampung

yang berkunjung ke kota Surakarta untuk berlibur ke rumah sanak saudara,

menyempatkan diri bersama keluarga untuk berbelanja ke pasar Klewer yang terkenal dengan murah meriah, ketika diwawancarai. Menurut Wahidah beraneka ragam jenis bahan pakaian yang tersedia sehingga bingung untuk memilih karena coraknya yang bagus-bagus. Ketika ditanya mengapa lebih suka membeli bahan yang belum jadi dibanding baju yang sudah jadi, menurut penuturannya karena lebih nyaman saja, dan bisa dibuat model seperti apapun yang disukai dan tidak terpaku pada model yang sudah disediakan oleh pedagang. Terkadang ketika membeli batik yang sudah jadi (dalam bentuk pakaian) belum tentu nyaman dipakai, karena melihat ukuran pakaian yang terkadang tidak sesuai. Di pasar Klewer berbeda dengan di mall, kalau di mall ketika membeli pakaian telah tersedia adanya “kamar ganti” sedangkan di pasar Klewer tidak terdapat “kamar ganti” yang membuat sulit pembeli untuk mencoba pakaian yang akan dibeli. Tetapi pedagang akan menawarkan ukuran yang lebih besar kepada pembeli agar

sesuai dan nyaman dipakai, (Wawancara dengan Wahidah, Tanggal 02/06/2013).

c. Pedagang Konveksi

Selain batik dan kain tekstil, di pasar Klewer juga terdapat pedagang

konveksi. Hal ini sejalan dengan citra pasar Klewer yang merupakan pasar

sandang terbesar di Jawa Tengah. Banyak pedagang baik dari berbagai macam

golongan ini menjual konveksi, dan rata-rata para pedagang konveksi berada di

pasar Klewer bagian barat, tepatnya lantai dua. Tidak hanya para pedagang dari

etnis Jawa yang berdagang konveksi, tetapi para pedagang etnis Cina juga banyak

yang menjual konveksi. Meskipun pedagang dari etnis yang berbeda, namun

diantara pedagang tidak membedakan dalam hal perbedaan golongan dan bahkan

pedagang terkadang bekerja sama dalam menjual barang dagangan. Apabila ada

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

188

pedagang yang kekurangan barang dagangannya, maka terkadang mengambil dari

pedagang lain.

Konveksi yang ada di pasar Klewer didapatkan dari pabrik tekstil di sekitar

Surakarta, seperti Klaten, Bandung, Pekalongan, Kudus dan Tasikmalaya.

Pedagang konveksi sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan, sehingga perusahaan tersebut tinggal mengirimkan barang yang telah dipesan oleh para pedagang dan diantarkan ke gudang atau rumah pedagang. Sehingga barang konveksi yang dijajakan dalam pasar Klewer hanya dalam jumlah kecil atau hanya sebagai contoh saja, dan apabila ada pembeli yang ingin membeli dalam partai besar maka pedagang akan mengambil barang di gudang atau rumah, (Wawancara dengan Nur Fadhilah, Tanggal 19/03/2013). Barang dagangan yang di jual oleh pedagang konveksi berupa kaos, baju pesta, baju muslim, baju seragam sekolah, perlengkapan solat, kerudung, perlengkapan pengantin, baju anak, baju dewasa, celana dalem, celana jeans dan lain sebagainya. Barang-barang konveksi ini tidak hanya di jual secara grosir tetapi juga bisa secara eceran. Bagi wisatawan yang ingin membeli barang konveksi secara eceran pun bisa dengan harga relatif murah. Kebanyakan kios konveksi

kerudung dan baju muslim yang banyak diminati para wisatawan Nusantara.

Banyak atau tidaknya wisatawan yang datang ke pasar Klewer tergantung

musiman, misalnya pada bulan Ramadhan hampir semua kios konveksi baju

muslim dan kerudung kebanjiran dagangannya. Sedangkan pada kenaikan kelas

kios konveksi seragam sekolah yang dibanjirin wisatawan, (Wawancara dengan

Kusbani dan Durrotun, Tanggal 02/06/2013).

Wisatawan Nusantara dari Ponorogo yang bernama Narti ketika di

wawancarai tujuannya datang ke Surakarta khususnya pasar Klewer karena

pertama ingin mengadakan acara pernikahan untuk anaknya sehingga ingin

membeli perlengkapan pengantin seperti kebaya. Karena Narti mendengar dari

saudaranya yang berada di Surakarta bahwa perlengkapan pernikahan di pasar

Klewer cukup murah, jadi Narti bersama suaminya langsung berkunjung ke pasar commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

189

Klewer. Selain itu tidak lupa juga membeli baju batik dan oleh-oleh khas

Surakarta. Mengenai sikap pedagang terhadap pembelinya ramah, dan baik. Satu

saran saja kalau bisa di bagian lorong bagian dalam pasar Klewer diberikan lampu

penerangan, agar pembeli dapat melihat jelas warna dan motif dari barang yang

akan dibeli, (Wawancara dengan Narti, Tanggal 02/06/2013). d. Pedagang Cinderamata Pedagang Cinderamata terletak di sebelah timur alun-alun utara Keraton Surakarta serta yang berada di samping sebelah kanan-kiri pasar Klewer yang banyak dikunjungi para wisatawan Nusantara dan Mancanegara. Dalam melakukan aktifitasnya pedagang cinderamata menggunakan ruas jalan ataupun trotoar. Selain itu juga para pedagang cinderamata juga menempati kios-kios dengan fasilitas yang strategis sebagai tempat mangkal khususnya wisatawan agar tertarik untuk membeli cinderamata khas kota Surakarta sebagai oleh-oleh seperti blangkon, kaos "oblong", keris, wayang kulit, batu akik, tas batik, gantungan kunci, gelang, boneka, kuda lumping, topeng dan berbagai macam jenis cinderamata, (Wawancara dengan Purwanto, Tanggal 02/06/2013). Pedagang cinderamata muncul karena melihat adanya peluang besar yang terjadi di pasar Klewer, dengan adanya wisatawan yang semakin hari semakin

ramai mengunjungi pasar Klewer. Pedagang berusaha membuat sebuah kekhasan

yang ada di kota Surakarta.Tetapi tidak semuanya dagangan pedagang cinderamata

berjalan dengan mulus, karena pedagang cinderamata, di kawasan parkir Klewer

mengeluhkan turunnya pendapatan pedagang akibat ulah pedagang dari

Pekalongan, Kudus, serta Jepara yang melakukan transaksi jual beli barang di

dalam mobil dengan harga lebih murah. Sekretaris Himpunan Pedagang Taman

Parkir Pasar Klewer (HPTPPK), Ahmad Fatoni mengaku telah mengamati adanya

transaksi jual beli pedagang bermobil sejak sebulan terakhir ini.

Aksi pedagang semula hanya dilakukan secara diam-diam lantaran khawatir

dipergoki petugas keamanan setempat. Namun, lantaran jumlah pedagang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

190

bermobil yang berjualan tiap hari senin dan kamis itu mencapai seratusan, lama-

lama transaksi jual beli terlarang itu pun akhirnya dilakukan secara terbuka dan

terang-terangan. "pedagang itu kan distributor barang. Bukan jualan di dalam

mobil. Pedagang yang punya kios dan bayar retribusi jelas kalah bersaing,"

Keberadaan pedagang bermobil di kompleks pasar Klewer, telah melanggar aturan dari sisi peruntukan mobil untuk usaha dagang. Di sisi lain, juga membuat iklim persaingan usaha di kompleks pasar Klewer tak lagi sehat lantaran ada permainan yang tak adil. "Jelas harga barang dagangan pedagang bermobil lebih murah, karena pedagang bermobil itu adalah distributor. Mestinya, distributor itu setor barang, bukan malah ikut jualan," paparnya, (Wawancara dengan Ahmad Fatoni, Tanggal 02/05/2013). Kabid (Kepala Bidang) Pengelola PKL Dinas Pengelola Pasar (DPP) Kota Surakarta, ketika dimintai konfiraiasi mengaku akan meninjau segera lokasi terjadinya transaksi jual beli di dalam mobil di Klewer. Jika hal itu benar-benar terjadi, pihaknya akan segera menertibkannya termasuk akan menggandeng Satuan Polisi Lalu Lintas terkait perizinan mobil untuk usaha jika diperlukan. Polemik antara pedagang Klewer dengan pedagang bermobil sebenarnya terjadi sejak lama.

Dinas Pengelola Pasar (DPP) Surakarta juga telah berulangkali mempertemukan

pedagang dan memberi pembinaan terkait peraturan berjualan di kawasan Klewer.

Namun, lantaran usaha pedagang bermobil tak lancar karena banyak pedagang

grosir atau eceran yang hutang, akhirnya pedagang bermobil pun ikut-ikutan

berjualan dan melayani pembeli secara langsung, (Wawancara dengan Dwi

Wuryanto, Tanggal 05/05/2013).

Ahmed Mohammed Goul saat pertama kali berkunjung ke Surakarta bersama

sekelompok wisatawan Mancanegara lainnya dengan satu guide asal Indonesia

sebelum menikmati wisata di Surakarta, Ahmed Mohammed Goul asal Libya

mengunjungi ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surakarta yang

berada di Jalan Slamet Riyadi, yang juga sebagai tempat tourism information

center. Sekelompok wisatawan Mancanegara itu langsung menuju meja commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

191

receptionist dan bertanya kepada petugas apa saja obyek wisata yang bisa

dikunjungi di kota Surakarta. Saat itu juga beberapa obyek wisata di

rekomendasikan oleh para petugas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Salah

satunya adalah pasar Klewer, pasar tradisional yang memiliki ragam keunikan di

dalamnya. Selain itu pasar cinderamata, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegara, dan sebagainya. Wisatawan Mancanegara hanya tertarik membeli cinderamata wayang kulit, keris dan batik karena memiliki karakteristik dan keunikannya sebagai hiasan dinding rumah, (Wawancara dengan Ahmed Mohammed Goul, Tanggal 29/04/2013). e. Pedagang Makanan Pedagang makanan yang berada di pinggiran jalan dan di dalam pasar Klewer sejauh ini menjadi salah satu komunitas yang diuntungkan para wisatawan. Sebagai elemen pedagang makanan mengalami kepuasan tersendiri dalam memperoleh ruang usaha sebagai daya tarik wisatawan Nusantara dan Mancanegara. Keberadaan pedagang makanan disekitar pasar Klewer merupakan benteng penyangga ekonomi masyarakat, dan mempunyai potensi kemandirian berusaha yang baik. Dilihat dari penataan tempat PKL (Pedagang Kaki Lima) terutama pedagang makanan sebagai daya tarik pengunjung untuk membeli oleh-

oleh jajanan pasar Klewer khas asli Surakarta. Untuk memotret kondisi pedagang

makanan di pasar Klewer terjadi hubungan simbiosis mutualisme (saling

menguntungkan) antara sesama pedagang yang lain misalnya pedagang konveksi

membeli makanan di pedagang makanan ataupun sebaliknya para wisatawan yang

tertarik membeli jajanan pasar asli khas Surakarta, (Wawancara dengan Kusbani,

Tanggal 02/06/2013).

Kota Surakarta merupakan salah satu tujuan wisata favorit untuk menikmati

kuliner. Salah satunya adalah makanan tengkleng yang berada di sebelah kanan

gapura masuk pasar Klewer, bahkan wisatawan rela mengantri dengan sabar

karena rasa keingintahuan untuk menikmati tengkleng dengan harga yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

192

terjangkau, (Wawancara dengan Aji, Tanggal 19/04/2013). Selain makanan

tengkleng di pasar Klewer terdapat beraneka ragam makanan khas berupa jenang,

, kue leker, , buah-buahan, , , serabi, , ampyang,

rasian, karak, es dawet telasih, dan . Dari berbagai macam jenis

pedagang makanan yang ada di pasar Klewer, sudah terlihat bahwa pasar Klewer dapat meningkatkan perekonomian pedagang yaitu pedagang makanan. Untuk mewujudkan perkembangan pedagang makanan khususnya di pasar Klewer, dari Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta memfasilitasi penyediaan tempat agar tertata rapih, tertib, bersih dan tidak semrawut, (Wawancara dengan Dinem, Tanggal 19/04/2013).

2. Karakter Pedagang Karakter pedagang akan mempengaruhi keputusan untuk membeli. Dalam hal ini, konsumen akan membentuk suatu pendapat mengenai perusahaan pembuatnya, dan toko pengecernya, tempat atau lokasi, misalnya toko batik. Konsumen akan membentuk kesan tentang terkenalnya pihak pengecer, sikap ramahnya dan baiknya pelayanan pihak pengecer maupun perusahaan pembuatnya. Karakteristik pedagang

meliputi aktivitas promosi, distribusi, pelayanan dan syarat pembayaran.

Menurut (Wahyuning, 1985) Pedagang adalah orang yang melakukan

perdagangan dan berlaku sebagai produsen. Pedagang dan perdagangan merupakan

satu hal yang saling mempengaruhi. Perdagangan dapat dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

a. Perdagangan besar

Perdagangan besar merupakan suatu cabang perdagangan yang mengurus

eksport-import, yang pada umumnya dikuasai oleh perusahaan swasta Belanda.

b. Perdagangan perantara

Perdagangan perantara sebagai penghubung antara perdagangan besar dan

kecil yang umumnya dikuasai oleh golongan Timur Asing dan pribumi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

193

Perdagangan perantara mempunyai dua fungsi yaitu perdagangan distribusi

perdagangan koleksi. Perdagangan distribusi ini menyebarkan barang-barang

konsumsi yang di import dari luar negeri. Sedangkan perdagangan koleksi

bertugas untuk mengumpulkan hasil tanaman dagang dari petani, langsung atau

melalui perdagangan kecil untuk diteruskan kepada pedagang besar. c. Perdagangan kecil Pedagang kecil adalah suatu cabang perdagangan yang membeli barang dagangan dari tangan kedua atau ketiga yang kemudian dijual langsung kepada konsumen. Perdagangan kecil ini umumnya dikuasai oleh pedagang pribumi. Perdagangan kecil sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perdagangan keliling dan perdagangan menetap. Perdagangan keliling juga dapat dibagi dalam dua bagian yaitu perdagangan kelontong yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang etnis Cina, dan perdagangan jalanan yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang pribumi. Perdagangan menetap dibagi dalam tiga jenis yaitu warung, pasar, dan toko. Hubungan diantara pedagang pasar Klewer meskipun rumit namun terjalin suasana saling menguntungkan atau simbiosis mutualisme, tidak saling merugikan diantara pedagang yang satu dengan yang lain. Disebut rumit karena pedagang di

dalam pasar Klewer terdiri dari beberapa skala usaha, mulai dari pedagang besar

atau grosir, pedagang biasa hingga pedagang pengecer, meskipun terdapat

perbedaan kepentingan diantara pedagang, tetapi juga terdapat aturan yang tidak

tertulis, sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat.

Di pasar Klewer terdapat dua karakter dalam berdagang, antara lain:

1) Pedagang Partai Besar (Grosir)

Pedagang besar adalah pedagang yang berusaha untuk dapat

memperjualbelikan hasil produksi secara besar-besaran atau dalam jumlah yang

besar, dan biasa disebut dengan grosir. Pedagang besar di pasar Klewer

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

194

misalnya pedagang tekstil, seperti batik, bahan pakaian, pakaian jadi atau

konveksi dan Iain-lain.

Perdagangan grosir atau biasa disebut juga dengan wholesaling merupakan

kegiatan yang menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-

konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau untuk pemakaian bisnis. Saat ini pedagang besar (wholesaler) sangat penting keberadaannya bagi produsen karena berbagai alasan, seperti berikut: a) Para produsen kecil yang sumber keuangannya terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung. b) Produsen yang cukup mampu pun lebih suka menggunakan modalnya untuk memperluas produksi daripada melakukan kegiatan secara partai besar. c) Operasi pedagang grosir lebih efisien karena skala operasi pedagang, luasnya hubungan pedagang dengan pelanggannya dan keahlian khusus pedagang grosir. d) Pengecer yang mampu banyak produk lebih suka membeli bermacam- macam produk melalui pedagang grosir daripada melalui produsen langsung, (Candra, 2011).

Bagi pedagang partai besar di pasar Klewer biasanya menjual bahan-bahan

untuk membatik, seperti jenis kain mori maupun sutera. Dan dalam hal

kepemilikan kios biasanya para pedagang besar ini memiliki kios lebih dari satu

yang letaknya dapat berdampingan. Sistem penjualannya dalam bentuk kodian

maupun losinan. Para pedagang besar atau grosir disamping menjalin hubungan

hutang-piutang barang dagangan dengan pedagang kecil atau pedagang

pengecer, namun pedagang tidak saling menjatuhkan bahkan saling

menguntungkan, pedagang besar ini juga tidak melayani penjualan secara

eceran, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 20/03/2013).

Menurut penuturan Juminten salah seorang pedagang grosir di pasar

Klewer, barang dagangan pada waktu itu (sekitar tahun 1983) hanya

bermodalkan kepercayaan saja. Barang dikirim oleh agen dari kota Pekalongan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

195

atau Yogyakarta dan baru dibayar setelah barang dagangannya laku. Omset

penjualan di tahun 1985 bisa mencapai Rp 390.000 per hari. Pelanggannya

adalah para pedagang kecil di kampung-kampung, pedagang biasanya membeli

berbagai pakaian batik dan barang jadi lainnya dari berbagai kios. Modal awal

usaha ini sekitar Rp 10 juta sampai Rp 20 juta, hal ini sesuai luas kios yang dimiliki dan jumlah barang yang diperdagangkan. Modal ini dapat diperoleh dari koperasi pasar Klewer yang merupakan salah satu binaan Bank Bukopin Cabang Surakarta yang menyalurkan kredit Sudara. Kredit Sudara ini merupakan hasil kerjasama Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) dengan Bank Bukopin yang ditujukan bagi para pedagang, (Wawancara dengan Juminten, Tanggal 10/03/2013). 2) Pedagang Partai Kecil (Eceran) Menurut (Candra, 2011), Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dari pedagang besar kepada konsumen atau menjual barang dari podusen ke konsumen, hal ini biasa disebut dengan pedagang eceran. Pedagang ini menjual barang dagangnya dalam jumlah yang kecil atau hanya satu barang. Biasanya yang termasuk pedagang kecil atau eceran ini adalah Pedagang Kaki

Lima (PKL).

Pedagang eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari

produsen ke konsumen. Pedagang eceran ini sangat penting artinya bagi

produsen karena melalui pengecer, produsen memperoleh informasi berharga

tentang barangnya. Bisnis ritel secara umum dapat diklasifikasikan secara

umum menjadi dua kelompok besar, yaitu pedagang eceran besar dan pedagang

eceran kecil. Perdagangan eceran kecil terdiri atas eceran kecil yang

berpangkalan (memiliki tempat) dan pedagang eceran kecil yang tidak

berpangkalan (tidak memiliki tempat). Klasifikasi pedagang ritel dapat dilihat

pada bagan berikut:

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

196

Pedagang eceran

Eceran Besar Eceran Kecil

Berpangkal Tidak Berpangkal

Tetap Tidak tetap Pakai alat

Sumber : Candra, 2011 Gambar 4. Klasifikasi pedagang ritel (Eceran) Pedagang eceran merupakan suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir (masyarakat). Pedagang ini dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyesuaikan barang dan jasa dengan permintaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pedagang eceran ini adalah: a) Tersedianya barang yang tepat b) Pada saat yang tepat c) Di tempat yang tepat d) Dalam kuantitas yang tepat e) Dengan harga yang tepat

f) Penjualan dengan harga yang tepat

g) Dalam kualitas yang tepat.

Barang dagangan yang dijual terkadang diambil dari pedagang besar,

namun dengan demikian diantara pedagang tidak saling menjatuhkan. Sehingga

diantara pedagang besar maupun eceran ini saling percaya dan melakukan

kerjasama. Karena barang yang diperdagangkan dalam jumlah yang sedikit

dengan pedagang grosir, maka modal awal dalam menjalankan usaha ini sekitar

Rp 5 juta sampai 10 juta sesuai jumlah barang dagangannya. Meskipun

pendapatan untuk pedagang eceran ini tidak menentu untuk setiap harinya,

namun dapat dilihat bahwa bisnis di pasar Klewer mampu memberi kontribusi

terhadap pendapatan daerah maupun perdagangan industri tekstil atau pakaian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

197

pada umumnya. Hal ini juga menggambarkan kinerja pedagang di pasar Klewer

sangat baik. Adanya kinerja yang tinggi maka pedagang pengecer di pasar

Klewer dapat mempertahankan eksistensinya sebagai pasar tradisional dengan

memepertahankan siklus bisnis di tengah-tengah kompetisi antar pedagang

pengecer maupun pedagang lainnya, (Wawancara dengan Endang, Tanggal 21/03/2013).

3. Karakter Wisatawan Suatu daerah pariwisata akan hidup atau mengalami perkembangan jika di daerah wisata tersebut terdapat wisatawan. Banyak atau sedikitnya wisatawan yang berkunjung dapat menjadi indikator bagus tidaknya suatu tempat wisata. Misalnya wisata belanja pasar Klewer yang setiap harinya tidak sepi dari pengunjung. Karena berwisata merupakan salah satu kebutuhan pokok wisatawan, maka wisatawan akan memilih tempat wisata yang bisa memberikan pengalaman baru. Ada wisatawan Mancanegara maupun Nusantara yang mencari tempat-tempat yang eksotik dengan tantangan fisik yang luar biasa. Misalnya mendaki puncak-puncak gunung, bermain ski, wisata belanja, dan wisata budaya yang memberikan nuansa asri dan istimewa

tentang tempat yang dikunjungi oleh wisatawan, (Yoeti, 1983).

Karakter wisatawan memang unik. Ada yang tidak peduli ingin tidur di

tempat manapun, ingin makan di tempat apapun yang penting happy (senang) dan

bisa menikmati suasana tempat yang dikunjungi. Perilaku wisatawan sebenarnya bisa

ditebak dari tingkah lakunya selama wisatawan menghabiskan liburan. Perilaku

wisatawan merupakan cerminan dari kebiasaan dan budaya wisatawan tinggal.

Karakter wisatawan juga bisa dibedakan sesuai dengan strata sosial wisatawan.

Semakin tinggi strata sosial wisatawan semakin ekslusif dan menuntut pelayanan

yang khusus pula. Sangat menarik memperhatikan perilaku wisatawan dari bingkai

perilaku konsumen. Bagi perilaku industri pariwisata untuk mempelajari karakter

konsumen harus diutamakan karena tujuannya agar pelaku bisnis wisata mengetahui

apa kebutuhan, selera dan tujuan wisatawan yang datang ke tempat wisata. Tidak commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

198

sedikit wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang mencari penginapan di

homestay yang unik dengan budget (biaya) seadanya. Bagi wisatawan bukan tempat

yang nyaman, tapi suasana yang nyamanlah yang lebih dicari. Mengetahui watak atau

karakter wisatawan baik wisatawan Nusantara maupun Mancanegara juga bermanfaat

bagi kemasan produk dan postioning produk yang ditawarkan oleh pebisnis yang bergerak jasa wisata. Bagi wisatawan yang memiliki uang banyak, wisatawan akan mencari hotel berbintang yang menawarkan paket wisata yang mahal. Mengenai karakteristik wisatawan Nusantara dan wisatawan Mancanegara tentunya berbeda, biasanya para wisatawan Nusantara lebih suka berwisata dalam jumlah banyak dengan membawa sanak keluarganya. Kebersamaan lebih penting dibandingkan pengalaman di tempat wisata. Gaya wisatawan Nusantara menikmati wisata memang berbeda dengan gaya wisatawan Mancanegara. Bagi wisatawan Nusantara, dengan biaya serendah- rendahnya wisatawan Nusantara bisa menikmati wisata yang agak mewah. Uang tips yang diberikan oleh wisatawan Nusantara juga tidak seberapa bisa dibilang cukup kecil. Tidak seperti wisatawan Mancanegara yang tidak segan-segan memberikan uang tips yang tidak segan-segan memberikan yang cukup besar apabila wisatawan

Mancanegara merasa puas, (Fernando,2012).

Bisa dikatakan bahwa wisatawan Nusantara terkenal tidak rapih, tidak disiplin

dan tidak bersih terkadang suka membuang sampah sembarangan. Selain itu,

wisatawan Nusantara suka merusak dan mencoret-coret fasilitas wisata. Memang

tidak semua wisatawan Nusantara berperilaku seperti itu, tapi kebanyakan seperti itu

sehingga wisatawan Nusantara dicap jelek. Orientasi wisatawan Nusantara yang

paling mudah ditebak adalah setiap datang di objek wisata baik itu objek wisata

dalam negeri maupun luar negeri, yang pertama kali dikerjakan adalah berbelanja

dulu atau shopping, kemudian dengan susah payah wisatawan Nusantara menenteng

berbelanja sambil jalan-jalan menikmati suasana tempat baru. Kondisi seperti ini

tentu sangat merepotkan bagi wisatawan Nusantara. Bahkan ada wisatawan

Nusantara yang berniat menghabiskan liburan untuk berbelanja di luar negeri bahkan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

199

di dalam negeri. Guna mempersiapkan kegiatan belanja, wisatawan Nusantara sejak

dari rumah sudah membawa satu koper kosong untuk menaruh barang berbelanja

selama berwisata, (Yoeti, 1990).

C. Eksistensi pasar Klewer di tengah pasar modern

Banyak masyarakat yang mengatakan keberadaan pasar tradisional tersingkir karena banyaknya toserba, super market atau mall. Masyarakat lebih senang berbelanja di pusat perbelanjaan modern karena nyaman dengan tempatnya yang asri daripada ke pasar tradisional. Pemerintah Kota Surakarta berusaha menghilangkan image negatif pasar tradisional tetap menjadi pilihan utama masyarakat untuk berbelanja. Langkah yang dilakukan di antaranya memperbaiki fasilitas pasar dan perbelanjaan manajemen pengelolaan serta perilaku pedagang. Perbaharuan pasar dilakukan dengan tetap mempertahan roh pasar tradisional yang tidak hanya tempat transaksi tetapi juga tempat berinteraksi sosial. Jual-beli hanyalah salah satu bagian dari interaksi di dalam pasar. Hubungan pedagang dan konsumen lebih dari sekadar hubungan penjaja dan pembeli tetapi menjadi persaudaraan. Hal itu tergambar dari ungkapan rugi satak bathi sanak yang berarti

transaksi di pasar tradisional tidak hanya mengejar keuntungan material (satak), tetapi

juga keuntungan (bathi) persaudaraan (sanak), (Wawancara dengan Kusbani,

Tanggal 03/05/2013).

Pasar Klewer memang telah jadi trade mark tersendiri bagi Surakarta. Di Jawa

Tengah, hampir setiap orang mengenal Kota Bengawan dengan tiga tempat, Keraton

Kasunanan, Pura Mangkunegaran dan pasar Klewer. Apalagi bagi pelaku bisnis TPT

(Tekstil dan Produk Tekstil), pasar Klewer dianggap sebagai barometer bisnis TPT

(Tekstil dan Produk Tekstil) terbesar di Indonesia. Bersanding dengan ketenaran

Surakarta sebagai kota TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Julukan itu bukannya

mengada-ada. Pada masa lalu, di kota Surakarta, industri batik sebagai salah satu

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

200

produk tekstil, pernah mengalami perkembangan yang monumental. Di masa

kejayaan pasar Klewer, sebagian besar rumah penduduk menjadi semacam tempat

seluruh proses produksi batik tulis. Surakarta juga di kenal sebagai kota kelahiran

batik tulis rakyat. Dan kini, julukan itu serasa masih layak disandang. Setidaknya,

bisa dilihat dari data di Bagian Perekonomian Pemerintah Kota Surakarta tahun 1995 yang menunjukkan sekitar 30 perusahaan yang menghasilkan produk ekspor, paling sedikit 20 diantaranya menghasilkan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Jumlah ini belum termasuk perusahaan penghasil TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yang melempar produk ke pasar lokal, salah satunya ke pasar Klewer. Fakta lain juga menunjukkan, diantara 16 jenis mata dagangan ekspor Surakarta, batik dan garmen atau pakaian jadi batik memilki nilai ekspor tertinggi. Urutan kedua dan pakaian. Ekspor kedua mata dagangan tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini bahkan telah mendominasi ekspor Surakarta. Pasar Klewer memiliki peran besar dalam menunjang Surakarta sebagai kota TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Klewer merupakan pusat kulakan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) terbesar di Pulau Jawa, dan Indonesia, yang menampung hampir semua jumlah produksi perusahaan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di Surakarta.

Baik yang diperdagangkan lewat 2.092 kios maupun ratusan pedagang kaki lima

(PKL) yang memadai setiap lorong, atau yang menggelar dagangan di pinggir-pinggir

kios sepanjang koridor. Selain dari perusahaan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

lokal Surakarta, sebagian pedagang juga mengambil dagangan dari perusahaan luar

kota, seperti Bandung, dan Pekalongan. Pasar Klewer menyediakan semua jenis TPT

(Tekstil dan Produk Tekstil), mulai dari bahan sutera, wol sampai mori, jaten dan

pakaian, tekstil rumah tangga seperti seprei dan gorden, produk impor maupun

produk lokal di perdagangkan di pasar Klewer. Sebagian besar dijual secara kodian,

namun tidak sedikit pula yang dijajajakan eceran. Kebanyakan, yang menjual eceran

itu adalah para PKL (Pedagang Kaki Lima). Maka pedagang kios sering menyebut

PKL (Pedagang Kaki Lima) sebagai mitra kerja. PKL (Pedagang Kaki Lima) ambil

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

201

barang secara kodian dari pedagang kios lantas dijual secara eceran, (Solo pos,

13/10/1997).

Pasar Klewer dari berbagai macam dagangan, setiap harinya mampu

memutarkan uang sedikitnya Rp 6 milyar. Perputaran uang sebesar itulah lantas

menarik minat sejumlah lembaga perbankan untuk turut bermain. Hingga tahun ini tercatat 18 lembaga perbankan membuka kantor kas di pasar Klewer. Misalnya, Bank Lippo, BCA, BNI46, Bank Bumi Daya, BPD, Bank CIC, Tamara Bank, Bank BHS, Bank Danamon, Bank Buana Indonesia, serta sejumlah bank lain. Jumlah peredaran uang yang di sebut-sebut mencapai Rp 6 milyar setiap hari itu tidak bisa selalu konstan. Terkadang bisa lebih. Sebab, volume perdagangan di pasar Klewer lebih tergantung musim. Artinya permintaan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yang di perdagangkan terkait erat dari kebutuhan masyarakat secara musiman dan untuk produk TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) tertentu, misalnya meski keadaan pasar secara umum agak menurun, tapi permintaan bahan pakaian seragam bisa saja naik tajam. Lantaran bertepatan dengan musim tahun ajaran baru. Harga pun dengan sendirinya segera menyesuaikan. Demikian pula ketika memasuki musim lebaran. Pada hari-hari tertentu para pedagang dari berbagai daerah biasanya turut

meningkatkan volume dagangannya dan pedagang bisa mendapat untung yang besar,

(Wawancara dengan Durrotun dan Abdul Kadir, Tanggal 05/05/2013).

Pasar Klewer memiliki dengan sebutan pusat kulakan dan pasar pemutar uang

terbesar di Jawa Tengah, Klewer juga menyimpan tradisi unik. Setiap transaksi tidak

selalu diselesaikan di kios pasar. Sebagian dari iuran, aktivitas kios seakan sepi dan

tidak memiliki banyak stok. Biasanya, transaksi di kios, khususnya yang berpartai

besar, justru kurang banyak dilakukan. Di kios paling untuk kodian atau eceran.

Kalaupun tidak, hanya realisasi saja. Banyak transaksi sesungguhnya telah

berlangsung di rumah. Pedagang biasanya memulai buka kios sekitar pukul 09.00

hingga 17.00 WIB. Selepas itu, biasanya banyak digunakan untuk mempersiapkan

barang-barang yang hendak dipasok ke kios. Atau kalau tidak, untuk dikirim ke

pembeli partai besar yang malam hari sebelumnya telah mendatangi rumah guna commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

202

menyelesaikan transaksi. Karena apabila bertransaksi di rumah itu kesannya lebih

kekeluargaan dan lebih rileks, sedangkan di kioskan ramai, bising dan kurang santai.

Yang tidak kalah menarik, pasar Klewer ternyata juga menyimpan cerita cukup seram

tentang pedagang bangkrut, (Wawancara dengan Abdul Kadir, Tanggal 05/05/2013).

Menurut wawancara dengan kusbani selaku humas HPPK, setiap tahun selalu ada pedagang jatuh dan gulung tikar. Penyebabnya, besar diantaranya karena "kertas putih" yaitu semacam tanda bukti pemesanan dan pembayaran yang lebih didasarkan faktor kepercayaan. Sebut saja ada transaksi antara pedagang A dengan pedagang B. Pedagang A membeli sejumlah barang dagangan kepada pedagang B. Namun, pedagang A yang sudah kenal benar dengan pedagang B itu tidak membeli secara tunai. Tapi pedagang B membayar dengan sistem cek mundur, yang ditandai dengan secarik kertas bertuliskan sejumlah barang terpesan berikut harga yang mesti dibayar dan waktu batas akhir pembayaran. Tanda bukti secarik kertas yang disebut "kertas putih" itu kemudian dikuasai pedagang B. Pedagang B kebingunan mendapatkan dana tunai untuk memutar roda bisnisnya. Pedagang B butuh duit guna membeli barang dagangan. Meminta kepada pedagang A, jelas tidak mungkin lantaran belum memasuki saat pembayaran.

Pedagang A pun lantas menjual "kertas putih" dari pedagang B itu kepada pedagang

lain. "Kertas putih" itu digunakan untuk membayar sejumlah barang dagangan yang

dibelinya. Si pedagang C yang dibeli dengan pembayaran "kertas putih", karena

percaya menyetujui, walau tidak persis senilai yang tertulis disecarik kertas itu

biasanya dipotong harga sekitar 4 persen. Demikian halnya dengan pedagang yang

menerima "kertas putih". Pada suatu saat pedagang C merasakan hal yang dialami

oleh pedagang B. Pedagang C pun akan melempar kembali "kertas putih" itu ke

pedagang lain.

Pembayaran pedagang terakhir yang menerima "kertas putih" itu pun datang

ke pedagang A, menagih uang seperti yang tertulis di secarik kertas itu. Ternyata,

pedagang A tidak memiliki dana. Pedagang A minta pengunduran lagi. Tentu saja

akibat pengunduran itu, semua pedagang yang pernah sempat memegang surat itu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

203

turut mundur. Padahal, para pedagang harus mengejar target pembayaran bank. Untuk

menutupnya, maka pedagang sering membanting harga barang dagangannya hingga

terpaut sekitar 20 persen dari harga mestinya. Inilah salah satu rahasia, mengapa

harga barang di Klewer murah. Selain pembantingan harga akibat fatal dari sistem

pembayaran lewat secarik kertas kepercayaan yang semula meminta pembayaran mundur, pada akhirnya tidak sanggup membayar. Hasil jumlah barang dagangan yang dimiliki pedagang disita sebagai pengganti pembayaran. Sementara pedagang yang merasa dirugikan tidak bisa menuntut ke pengadilan karena memang tidak ada bukti kuat. Apalagi kasusnya perdata. Hal semacam inilah yang sering terjadi di Klewer. Pedagang bangkrut maupun pedagang tertipu tapi tidak sampai masuk ke meja hijau. Kendati didera banyak kasus semacam, tapi sistem pembayaran dengan modal kepercayaan semacam itu hingga sekarang mi masih terus bergulir. Klewer, dengan segala persoalan di dalamnya seakan telah benar-benar menyatu dalam kehidupan pelaku-pelakunya, (Wawancara dengan Tuti Sri Mulyati dan Kusbani, Tanggal 15/03/2013). 1. Keunggulan Pasar Klewer Sebagai Pasar Tradisional Selalu menjadi sebuah momentum yang menarik ketika para orang

membicarakan mengenai pasar tradisional, karena keberadaannya dengan berbagai

macam kegiatan tentunya sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk

melakukan transaksi. Di samping itu pula, pasar tradisional merupakan sarana untuk

berinteraksi antara anggota masyarakat yang datang berkunjung. Keberadaan pasar

tradisional sekarang ini memiliki kekhasannya (pusat batik, kerajinan, dan kuliner)

masih cukup diminati masyarakat dan selalu menjadi tujuan kunjungan wisatawan

Nusantara maupun wisatawan Mancanegara. Dengan demikian pasar tradisional

memiliki peran cukup besar bagi pemasukan daerah. Pasar Klewer sebagai salah satu

pasar tradisional di Surakarta, sejak berdirinya dikenal sebagai pusat batik Surakarta,

maka tak heran jika banyak wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara

menyempatkan diri untuk berkunjung. Meskipun keberadaannya kini berdampingan

dengan Mall atau PGS (Pusat Grosir Surakarta), pasar Klewer tetap eksis dan menjadi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

204

tujuan sebagai tempat jual beli kain batik, dengan harga yang relatif murah. Salah

satu strategi pencitraan pasar Klewer, Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Surakarta bersama Lembaga pedagang (HPPK dan P4K)

berusaha untuk menata kembali mewujudkan pasar Klewer yang bersih, tertib, dan

aman, (Wawancara dengan Edi Murdiarso, Tanggal 01/05/2013). Bagi pengunjung yang datang ke Surakarta tentunya belum lengkap apabila belum berkunjung ke pasar Klewer, yang terletak di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta, pasar Klewer hanya buka pada pagi sampai sore hari. Pasar Klewer didominasi oleh pedagang kain batik, walaupun pakaian juga banyak. Batik tulis Surakarta yang asli banyak dijual di pasar Klewer, selain harganya terjangkau mutunya pun juga tidak kalah dengan batik yang ada di butik maupun di mall modern. Produk yang dijual di pasar Klewer pun beranekaragam seperti batik dan lurik, tekstil, korden dan perangkatnya, pakaian (kaos, busana muslim), perlengkapan sholat, peralatan jahit, manequin, aksesoris rias pengantin, tas, sepatu dan sandal, aneka mainan anak, perhiasan, pernak-pernik, makanan tradisional, kaca mata, ikat pinggang, dompet, buah-buahan dan bahkan di beberapa los digunakan untuk perkantoran dan perbankan. Produk-produk yang ditawarkan di pasar Klewer berasal

dari dalam dan luar kota Surakarta. Contoh dari dalam kota Surakarta adalah dari

daerah Laweyan dan Kauman seperti makanan tradisional, dan bentuk tekstil lain.

Sedangkan dari luar kota Surakarta, seperti perlengkapan memotong (pisau) dari

Boyolali dan Karanganyar, tas dan sepatu dari Bogor perlengkapan sholat dan karpet

dari Arab, tekstil dan kerudung dari Bandung, batu permata dari Kalimantan, aneka

minyak dari Lombok, brem dari Wonogiri dan Madiun, aneka busana, kaos dan

aksesoris dari Tanah Abang Jakarta, (Wawancara dengan Abdul Kadir, Tanggal

20/03/2013).

Barang-barang dari pasar Klewer sudah dipasarkan ke seluruh Pulau Jawa,

Sumatra, Bali, Lombok dan seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri. Kemudian

yang sering berkunjung ke pasar Klewer berasal dari kota Surakarta dan sekitarnya

selain itu terdapat juga pembeli dari luar Pulau Jawa, baik yang sekedar mampir commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

205

untuk berwisata belanja maupun para pedagang yang memang sengaja datang untuk

kulakan (berbelanja dalam partai besar). Selain itu sering pula dijumpai para

wisatawan Mancanegara seperti Singapura, Malaysia dan berbagai Negara lainnya

yang datang ke pasar Klewer, yang tertarik akan kekhasan motif batik Surakarta. Jika

ditinjau dari status sosialnya para konsumen yang datang di pasar Klewer sangat beragam, mulai dari masyarakat kelas bawah sampai dengan kelas atas. Pasar Klewer untuk meningkatkan ke-eksistensian di tengah pasar modern seperti PGS (Pusat Grosir Surakarta) dan BTC (Beteng Trade Center), pasar Klewer pernah mengadakan promosi khusus guna meningkatkan konsumen agar pasar Klewer lebih dikenal masyarakat Surakarta atau konsumen lainnya yang datang dari luar kota maupun dari luar negeri. Promosi yang pernah dilakukan adalah "Fashion Show" pada tahun 1989, dengan diadakannya fashion show konsumen yang berkunjung ke pasar Klewer pun semakin bertambah. Seiring pergantian tahun, sekitar tahun 2006, Pemerintah Kota dan DPPKS (Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta) mengadakan kerja sama dalam rangka penanggulangan persaingan yang cukup ketat di era globalisasi yang mana, pasar-pasar bermunculan dengan menyediakan fasilitas yang lebih modern. Sehingga pasar tradisional yang sudah ada

lebih dulu merasa tersaing, oleh karena itu untuk menjaga agar pasar tradisional lebih

eksis maka pada tahun 2006 pasar Klewer mengadakan acara yaitu lomba melukis

dan mewarnai yang diperuntukkan bagi anak-anak. Diharapkan dengan adanya lomba

tersebut, sembari menunggui anak-anak yang mengikuti lomba para orang tua

berbelanja di kios-kios dalam pasar Klewer. Disamping itu, acara tersebut bertujuan

agar anak-anak lebih mencintai pasar Klewer, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal

01/05/2013).

Banyak acara yang diadakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar untuk pasar

Klewer, demi meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja dengan cara ikut

berperan serta pada setiap acara agenda daerah oleh Pemerintah Kota yaitu pawai

pembangunan. Serta untuk mempererat hubungan dan kerjasama intern sering juga

diadakan acara bagi pedagang dengan Dinas Pasar Klewer, misalnya diadakannya commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

206

perlombaan sepak bola untuk memperingati Hari jadi Republik Indonesia atau acara

halal bihalal yang diadakan tiap tahun. Kemudian, tepatnya pada hari Minggu tanggal

13 April 2006, pasar Klewer bersamaan dengan "Surakarta Batik Conventional",

pasar Klewer juga ikut menyemarakkannya sebagai pusat penjualan batik khas

Surakarta, dengan peninjauan lebih lanjut oleh Menteri Perdagangan. Keunikan pasar Klewer salah satunya adalah pengelolaannya yang 80 persen oleh ibu rumah tangga, dan melibatkan sebagian besar tenaga kerja wanita, (Wawancara dengan Susi. Tanggal 24/04/2013).

2. Etos Kerja Pedagang Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethikos yang artinya moral atau hal yang menunjukkan karakter moral. Bahasa Yunani kuno dan modern, etos mempunyai arti sebagai keberadaan diri, jiwa dan pikiran yang membentuk seseorang. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika, Etika bukan hanya dimiliki oleh bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, hal ini merupakan nilai-nilai yang universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja keras, berdisiplin tinggi, menahan

diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya dapat juga dijumpai pada masyarakat dan

bangsa lain, (Candra, 2011)

Berdasarkan hal tersebut dapat diambil pengertian bahwa disamping

menghasilkan sesuatu, manusia juga dapat mengekspresikan diri dalam melakukan

pekerjaannya. Kerja berfungsi sebagai simbol yang menunjukkan suatu nilai atau

makna tertentu. Kerja sebagai aktifitas dalam kehidupan manusia yang menjadi suatu

kegiatan untuk mengisi sebagian besar dalam kehidupannya, Etos kerja juga

merupakan respon yang dilakukan seseorang, kelompok atau masyarakat terhadap

kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan

mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha

untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya.

Etos kerja juga mempunyai arti: commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

207

a. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi,

mencangkup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar,

pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi,

keyakinan, prinsip-prinsip.

b. Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat yang menjadi penggerak suatu masyarakat pendukung budaya tersebut untuk melakukan kerja. c. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok orang. d. Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang dapat menjadi penggerak masyarakat untuk melakukan kerja. e. Pandangan hidup yang khas dari suatu masyarakat terhadap kerja yang dapat mendorong keinginan masyarakat untuk melakukan pekerjaan. Etos kerja masyarakat lahir dan berkembang berdasarkan standar dan norma- norma yang dijadikan orientasi warga masyarakat. Secara umum tolak ukur atau indikator dari perilaku yang mencerminkan etos kerja adalah efisiensi, kerajinan, kerapian, sikap tepat waktu, kesederhanaan, kejujuran, sikap mengakui rasio dalam

mengambil keputusan dan tindakan. Kesediaan untuk berubah, kegesitan dalam

menggunakan kesempatan yang ada, bekerja secara energis, bersandar pada kekuatan

sendiri, mau bekerja sama dan mau memandang ke masa depan.

Dasar etos kerja orang Jawa sebenarnya lebih mementingkan keselarasan

dengan sesama anggota masyarakatnya, dengan alam lingkungan dan Tuhannya,

Keselarahan dan keharmonisan bisa terlaksana apabila orang itu tindakannya sesuai

dengan etika-etika yang ada. Masyarakat Jawa yang banyak tinggal di pedesaan

memegang etika-etika tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tinggi rendahnya etos

kerja masyarakat pedesaan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor tertentu seperti

pola pemilikan tanah, dan faktor produksi lainnya, serta tersedia atau tidaknya

lapangan kerja diluar sektor pertanian. Jika sektor pertanian sudah tidak mendukung

lagi, maka harus ada peluang pekerjaan lain di luar sektor pertanian, agar masyarakat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

208

tetap mempunyai semangat kerja yang tinggi yaitu sektor perdagangan, (Candra,

2011).

Dalam kebudayaan Jawa, kerja diibaratkan sebagai suatu kewajiban hidup

yang utama, karena berpangkal dari aspek inilah kelangsungan hidup manusia secara

material dapat dipenuhi. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa kerja diperlukan untuk tetap hidup dan kerja merupakan bagian dari setiap manusia. Dasar etos kerja atau semangat kerja para pedagang pasar Klewer lebih mengutamakan keselarasan hubungan dengan sesama anggota masyarakat, dengan alam lingkungan dan dengan Tuhannya. Segalanya akan dapat tercapai bila sesuai dengan etika yang ada dan disepakati bersama. Sikap-sikap seperti ini terjadi pada masyarakat pedagang di pasar Klewer, (Koentjaraningrat, 1982). Etos kerja merupakan suatu perilaku khas yang dimiliki oleh setiap komunitas atau etnis, Misalnya orang Jawa rata-rata memiliki etos kerja untuk saling gotong royong, saling membantu, bersikap sopan yang masih dapat ditemukan. Keturunan Cina maupun Arab tidak membatasi dalam perdagangan. Sifat kerja pedagang Cina dan Arab dapat dikatakan ulet, tekun, teliti, kerja keras, pantang menyerah dan tidak membuang waktu. Berdasarkan sifat ketekunan yang dimiliki oleh orang Cina

maupun Arab, sehingga orang Cina maupun Arab dapat mengua sai sektor

perdagangan dalam partai besar. Hal ini dapat dilihat di pasar Klewer, banyak

pedagang dari etnis Cina dan Arab yang memiliki kios lebih dari satu dan menjual

dalam partai besar.

Setiap orang atau kelompok memiliki budaya dagang sendiri-sendiri, seperti

para pedagang di pasar Klewer yang terdiri dari beberapa etnis yaitu Jawa, Cina dan

Arab. Etnis Arab yang merupakan masyarakat muslim, pedagang membangun

mengenai pengertian etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh norma-

norma atau nilai-nilai tertentu. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang

diwujudkan dalam suatu pekerjaan, maka akan menentukan hasil yang akan

diperoleh. Dengan adanya keterkaitan yang erat antara etos kerja dan daya tahan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

209

manusia di bidang ekonomi, maka dengan semakin progresif etos kerja suatu

masyarakat akan memperoleh hasil yang baik.

Menurut pedagang pasar Klewer keturunan Arab, ada beberapa hal yang

mendorong etos kerja yang tinggi selain modal yang cukup untuk usaha juga

pengalaman, keterampilan dan sesuai dengan syariat agama. Karena dengan adanya etos kerja yang tinggi maka akan mampu mendorong perkembangan usaha meskipun dalam tingkatan yang berbeda-beda, (Wawancara dengan Husein wahab, Tanggal 20/03/2013). Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan mengenai faktor yang mendorong etos kerja pedagang di pasar Klewer, antara lain:

MOTIF: Religi Ekonomi Sosial Berkembangnya usaha para ETOS KERJA pedagang muslim MODAL: di Pasar Klewer Semangat Ketrampilan Pengalaman

Sumber : Wawancara dengan Husein wahab, Tanggal 20/03/2013

Gambar 5. Faktor yang Mendorong Etos Kerja Pedagang di Pasar

Klewer

Budaya dagang dari orang Cina yaitu mempercayai adanya Hopeng, Feng sui

dan Hokie, yang merupakan nilai, kepercayaan dan juga mitos yang dipakai dalam

menjalankan bisnis atau berdagang. Sebagian pedagang Cina ada yang mempercayai

akan ketiga hal tersebut, namun ada juga yang tidak. Sebagian pedagang Cina di

pasar Klewer juga memperhatikan tentang Feng Sui yang dapat mempengaruhi nasib

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

210

baik dan buruk manusia, Feng Sui menunjukkan bagian-bagian atau bidang tertentu

serta wilayah yang sesuai dengan keberuntungan baik dalam hidup sehari-hari

maupun dalam kegiatan perdagangan.

Kepercayaan lain yang dipegang oleh orang Cina adalah Hokie. Hokie ini

lebih dipersepsikan mengenai bagaimana menyiasati nasib agar selalu mendapatkan hasil yang baik. Orang Cina memiliki kepercayaan bahwa sebuah bisnis yang ditekuni dengan sungguh-sungguh dan serius, maka akan menemukan Hokie-nya. Artinya, meskipun dimulai dengan usaha dan kerja keras namun harus diyakini juga bahwa pada saatnya usaha itu akan mencapai puncaknya. Konsep Hokie menjadi penting karena untuk menghindarkan pedagang Cina dari sikap fatalistik atau pesimistik pada saat mengalami permasalahan atau benturan-benturan. Benda-benda yang dianggap mendatangkan Hokie, seperti The Lucky Cat. Banyak para pedagang Cina di pasar Klewer yang memajang benda tersebut di dalam kios, (Utomo, 2010). Budaya dagang keturunan Cina, Arab maupun Jawa (termasuk orang Banjar) memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu melakukan cara untuk berusaha menjaga hubungan baik dengan para pelanggan, konsumen, pemasok, pemerintah dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi norma kehidupan

berdasarkan pada kehormatan dan keharmonisan. Sistem pemasaran yang dipakai

oleh para pedagang pribumi (Jawa dan Banjar) cenderung bersikap mengajak para

pendatang baru untuk bekerja sama, sedangkan para pedagang keturunan Cina dan

Arab cenderung untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan

kerja sama, (Daryono, 2007).

3. Hubungan Pedagang Pasar Klewer dengan Lembaga Pasar Klewer

Hubungan atau relasi dalam perilaku ekonomi tidak dapat berjalan dengan

sendirinya, tetapi masih diwarnai nilai turun temurun tentang sistem yang digunakan

dalam kehidupan pasar. Nilai-nilai turun temurun ini menyatu dalam kehidupan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

211

sebagai nilai hakekat yang mampu menyeimbangkan hubungan antara individu

ditengah persaingan yang ketat.

Pasar Klewer terdapat beberapa paguyuban atau sebuah lembaga yang

mengatur dan membantu kegiatan para pedagang. Antara pedagang pemilik kios dan

para pedagang kaki lima ini dibedakan yaitu untuk pedagang pemilik kios diatur oleh HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer), sedangkan untuk para pedagang kaki lima disebut dengan P4K (Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer). Diantara paguyuban tersebut memiliki tugas dan kewajiban masing-masing untuk mengatur dan membantu para pedagang di pasar Klewer, (Wawancara dengan Edi Murdiarso, Tanggal 03/04/2013). Menurut Kusbani ada sebuah lembaga yang muncul di tengah-tengah pedagang pasar Klewer yaitu KPPK (Komunitas Pedagang Pasar Klewer). Munculnya KPPK (Komunitas Pedagang Pasar Klewer) karena adanya ontran-ontran (menggulingkan musuh) revitalisasi pasar Klewer. Lembaga KPPK (Komunitas Pedagang Pasar Klewer) pun anggotanya tidak jelas dan tidak dibentuk secara resmi, dan KPPK (Komunitas Pedagang Pasar Klewer) adalah sebagai bonekanya Pemerintah kota Surakarta, meskipun pedagang pasar Klewer tidak mengakui adanya

lembaga yang bernama KPPK (Komunitas Pedagang Pasar Klewer) dan pedagang

tidak mempermasalahkan dengan adanya kelembagaan KPPK (Komunitas Pedagang

Pasar Klewer), karena berdirinya pasar Klewer itu sudah terbentuk kelembagaan yang

namanya HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer) dan sampai sekarang masih

eksis dan tidak ada masalah, (Wawancara dengan Kusbani, Tanggal 02/06/2013).

a. HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer)

HPPK dibentuk sekitar tahun 1975, yang pada awalnya para pedagang

mempunyai keinginan untuk menghimpun para pedagang. HPPK merupakan

sebuah wadah untuk menampung aspirasi para pedagang pasar Klewer, yang

kemudian disampaikan kepada Kantor Kepala Pasar dan Dinas Pengelolaan Pasar.

HPPK sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pedagang dalam kegiatan-

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

212

kegiatan yang bersifat kolektif, juga kebutuhan akan rasa aman dan nyaman dalam

mencari penghidupan. Mengenai tugas dari HPPK, antara lain:

1) Menampung aspirasi para pedagang

2) Membantu dan melindungi para pedagang

3) Memberikan kenyaman bagi para pedagang 4) Memberikan informasi kepada para konsumen mengenai lokasi kios-kios di pasar Klewer 5) Mengatasi konflik atau masalah yang terjadi di pasar Klewer. HPPK merupakan sebuah organisasi yang terhimpun atau merupakan perkumpulan dari para pedagang pemilik kios di pasar Klewer. Rata-rata pengurus HPPK ini adalah para pedagang. Mengenai ketua dari organisasi ini awalnya yaitu sekitar tahun 1970-an dipilih dengan sistem pemilu setiap 3 tahun sekali, tetapi mulai tahun 1990 pemilihan dilakukan secara formatir, yaitu pemilihan yang dilakukan oleh panitia yang diberikan hak untuk membuat kepengurusan. Para pedagang telah mempercayakan semuanya kepada pengurus HPPK. Adapun struktur organisasi Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), sebagai berikut:

Penasehat

Ketua Umum

Sekretaris Umum Bendahara Umum

Humas

Bid. 1 Bid. 2 Bid. 3 Bid. 4 Bid. 5 Bid. 6 Bid. 7 Bid. 8

Sumber : Arsip HPPK (Himpunan Pedagang Pasar Klewer) 2013

Gambar 6. Struktur Organisasi Himpunan Pedagang Pasar Klewer

(HPPK)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

213

Penjelasan mengenai tugas masing-masing bagian struktur organisasi HPPK,

yaitu:

a) Penasehat

Memberikan solusi bersama ketua mum, yang terjadi (masalah) di

dalam pasar Klewer, dan berhak memberikan masukan-masukan kepada anggota HPPK dan sebagai pertimbangan keputusan ketua umum. b) Ketua Umum Bertanggungjawab dan memberikan solusi terhadap semua masalah yang ada di HPPK dalam menjalankan roda organisasi dan berhak merekomendasikan dengan keputusan setuju atau tidak. c) Sekretaris Umum Merupakan tangan kanan dari ketua umum dalam semua kebijakan menangani masalah yang ada di HPPK, sehingga bersama-sama ketua umum menyelesaikan dan mempertimbangkan keputusan yang akan diambil. d) Bendahara Umum Bertugas mencatat semua kekayaan (kas) hasil dari pedagang untuk organisasi HPPK. Pencatatan tersebut dipisahkan antara dana kas,

pengeluaran, dan pemasukan uang yang semuanya dikerjakan oleh bendahara

dan hasilnya di berikan kepada ketua umum.

e) Humas

Bertugas menyampaikan semua informasi kepada masyarakat,

anggota, instansi dan orang yang membutuhkan informasi yang tidak

menyimpang atau merugikan organisasi.

f) Bidang Hukum (Bidang 1)

Bertugas sebagai pelindung organisasi, bila terjadi masalah yang ada di

dalam organisasi maka bidang hukum berperan dan memberikan solusi untuk

masalah yang dihadapi organisasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

214

g) Bidang Kesra (Bidang 2)

Bertugas sebagai wadah dan menyampaikan aspirasi pedagang serta

ditangani bersama-sama dengan kepala pasar untuk menyelesaikan

suatu masalah dengan cara membentuk panitia. h) Bidang Litbang (Bidang 3) Bertugas mendata dan mencatat pendapatan tiap tahun serta keberadaan pedagang dengan penelitian dan pengembangan studi banding kinerja organisasi. i) Bidang Organisasi (Bidang 4) Bertugas sebagai job diskripsi untuk usulan sebagai hasil musyawarah mengenai program-program yang diterapkan di organisasi HPPK, serta untuk penyeimbangan kinerja dari pedagang. j) Bidang Dana Usaha (Bidang 5) Bertugas sebagai pencari dana lewat sponsor maupun donatur, khususnya untuk mengadakan acara tertentu dan mengkoordinasi pengusaha- pengusaha kecil untuk mendapatkan dana, serta berhak mengetahui dana

(uang) keluar dan masuknya dari organisasi.

k) Bidang Usaha Kecil Menengah (Bidang 6)

Bertugas sebagai bidang koperasi (Koperasi Pasar) yang dikelola oleh

Bank Bukopin sekaligus sebagai pondasi terbentuknya koperasi pasar

khususnya di pasar Klewer.

l) Bidang Wanita (Bidang 7)

Bidang wanita berbeda dengan bidang-bidang lainnya, yang

membedakan adalah dalam bidang wanita harus dipegang oleh seorang wanita

serta bidang wanita mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan peran serta

wanita khususnya anggota organisasi pedagang pasar Klewer.

m) Bidang Keamanan (Bidang 8)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

215

Bertugas menjaga keamanan dan ketertiban, dilakukan secara

bergantian menjaga keamanan dan ketertiban di pasar Klewer, dan sesuai hasil

musyawarah yang telah disepakati bersama, (Wawancara dengan Abdul Kadir

dan Kusbani, Tanggal 9/03/2013).

b. P4K (Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer) Organisasi lain yang terdapat di pasar Klewer adalah P4K (Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Klewer), yang ditujukan untuk para pedagang kaki lima. P4K dibentuk pada tahun 80-an, yang pada awalnya bernama PPKL (Persatuan Pedagang Kaki Lima Pasar Klewer), P4K tidak memiliki kantor khusus seperti HPPK, sehingga untuk mengatur para pedagang kaki lima tiap bagian diawasi oleh ketua kelompok. Setiap 3 bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas perkembangan organisasi tersebut, Adapaun tugas dari P4K, yaitu: 1) Mengkoordinasi para pedagang kaki lima supaya tidak liar 2) Menjadi jembatan antara kepala pasar dan DLLAJ (Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan) dengan pedagang kaki lima 3) Membantu para pedagang dalam membuat KTA (Kartu Tanda Anggota), (Wawancara dengan Sakirman, Tanggal 21/03/2013).

4. Hubungan Antara Pedagang Pemilik Kios dengan Pedagang Kaki Lima

Pasar Klewer merupakan salah satu pusat perbelanjaan di kota Surakarta.

Pasar Klewer dipakai sebagai tempat untuk berdagang oleh para pedagang pemilik

kios dan juga pedagang kaki lima. Pada tahun 80-an para pedagang kaki lima

awalnya menjual makanan untuk para pedagang kios, namun melihat perkembangan

perdagangan sandang di pasar Klewer yang meningkat maka pedagang kaki lima pun

beralih profesi menjadi pedagang sandang meskipun masih sebagai pedagang kaki

lima. Pedagang kaki lima di pasar Klewer memilih lokasi untuk berdagang di tempat

yang kosong, yang belum pernah ditempati oleh pedagang lain, seperti lorong-lorong,

anak tangga dalam pasar bahkan kebanyakan di sepanjang pinggiran jalan atau

pinggiran toko, (Wawancara dengan Edi Murdiarso, Tanggal 03/05/2013). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

216

Melihat hubungan yang baik antara pedagang kaki lima dengan pedagang

pemilik kios di pasar Klewer, seperti adanya kerja sama diantara kedua belah pihak.

Hal tersebut dapat dilihat, dalam hal penitipan barang dagangan milik para pedagang

kios kepada pedagang kaki lima yang ada di pasar Klewer, serta adanya peminjaman

modal usaha dan sebagainya. Menurut salah seorang pedagang kaki lima di pasar Klewer, ada pedagang pemilik kios yang mengajak bekerja sama dengan para pedagang kaki lima. Kerja sama yang dilakukan diantara kedua belah pihak tersebut terutama dalam hal memasarkan barang dagangan, (Wawancara dengan Dinem, Tanggal 20/03/2013). Para pedagang pemilik kios atau toko menitipkan barang dagangannya yang telah lama tidak terjual kepada para pedagang kaki lima, keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut dibagi dua, jika dari hasil penjualan hanya memperoleh keuntungan yang sedikit maka keuntungan tersebut terkadang diberikan semuanya kepada pedagang kaki lima. Apabila barang tersebut tidak laku dijual, maka barang tersebut boleh dikembalikan kepada pemiliknya tanpa dipungut biaya. Bentuk kerja sama yang baik antara pemilik kios dengan para pedagang kaki lima antara lain dalam hal pengangkutan, pedagang kaki lima tersebut disuruh mengangkatkan barang dari

suatu tempat ke tempat lain dengan mendapatkan imbalan dari pedagang kios sebagai

ucapan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepadanya, (Wawancara

dengan Nur Fadhilah, Tanggal 20/03/2013).

Para pedagang kaki lima, selama berdagang di pasar Klewer Surakarta telah

menerima kebaikan dan sikap yang baik dari pedagang kios. Selain itu terdapat juga

wujud kebaikan pedagang kios terhadap pedagang kaki lima yaitu dapat dilihat pada

pemberian tempat di dalam tokonya untuk menyimpan barang dagangannya milik

pedagang kaki lima pada saat selesai berdagang. Barang dagangan yang dititipkan

tersebut telah dikemas dalam bungkusan sehingga tidak memerlukan tempat yang

luas untuk menyimpannya, sehingga pedagang kios tidak merasa keberatan untuk

dititipi barang dagangan milik pedagang kaki lima, (Wawancara dengan Sutinem,

Tanggal 20/03/2013). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

217

5. Hubungan Antara Pedagang Pasar Klewer dengan Dinas Pengelola Pasar

dan Dinas Pariwisata

Pasar Klewer merupakan salah satu pasar yang dikelola di bawa Dinas

Pengelolaan Pasar, yaitu sebuah unit kerja lingkungan Pemerintah Kota Surakarta yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pengelolaan Pasar dengan visi dan misi. Yaitu visinya adalah terwujudnya citra pasar yang bersih, tertib dan aman bertumpu pada perekonomian kota. Sedangkan misinya adalah meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha, meningkatkan kaetertiban dan keamanan pasar, meningkatkan pelayaran kepada pedagang, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (Wawancara dengan Susi, Tanggal 24/04/2013). Dinas Pengelolaan Pasar memiliki bawahan yang ditugaskan di pasar Klewer yaitu Lurah Pasar yang mengatur pelaksana teknis di lapangan dan pemimpin setiap kegiatan di pasar Klewer. Selain itu Lurah pasar pun memiliki struktur organisasi yaitu:

Kepala Pasar

Staff Administrasi

Pemungut Bagian Teknisi Pembersih Retribusi Keamanan Listrik Pasar

Sumber : Arsip Lurah Pasar Klewer 2013

Gambar 7. Struktur Organisasi Lurah Pasar Klewer

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

218

Keterangan:

a. Kepala Pasar : sebagai pelaksana teknis yang bertugas memimpin segala

kegiatan pengelolaan pasar dalam rangka menjalankan

kebijakan-kebijakan pemerintah kota melalui Dinas

Pengelolaan Pasar Kota Surakarta (DPPKS). b. Bagian Administrasi : membantu kelancaran pelaksanaan administrasi pasar, khususnya penerimaan retribusi dan menyetorkan hasil pungutan retribusi tersebut pada pemerintah melalui kas daerah. c. Pemungut Retribusi : bertugas menjalankan kegiatan pemungutan retribusi pasar kepada pedagang yang selanjutnya disetorkan ke kas daerah yang selanjutnya menjadi sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) kota Surakarta. d. Bagian Keamanan : membantu kepala pasar dalam rangka mewujudkan pasar yang tertib, aman, dan nyaman dari gangguan Kantibmas e. Teknisi Listrik : membantu kepala pasar dalam rangka dalam pemonitoran instalasi listrik, mengadakan perbaikan-

perbaikan dan pelapora-pelaporan agar selalu terjaga dari

bahaya kebakaran.

f. Pembersih Pasar : membantu kepala pasar dalam rangka mewujudkan pasar

yang berseri, (Wawancara dengan Edi Murdiarso dan

Darmawan Yulianto, Tanggal 01/05/2013).

commit to user