<<

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan media massa sebagai pusat informasi, menjadikan media massa sebagai bagian dari kehidupan manusia saat ini. Media mampu menjadi sarana yang menjanjikan untuk menjadi alat yang dapat menyampaikan berbagai macam realitas sosial dalam kehidupan secara nyata. Saat ini banyak karya-karya seni kreatif yang telah menjadi konsumsi masyarakat salah satunya melalui media film.

Oey Hong Lee (1965:40), misalnya menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19”.

Salah satu pengertian film adalah menurut UU nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, yaitu film adalah karya seni budaya yang memiliki peran strategis dalam peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin untuk 2

memperkuat ketahanan nasional dan karena itu negara bertanggung jawab memajukan perfilman.

(http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/5168_1434 UU33Tahun2009Perfilman/ diakses pada 14 September 2017 pukul 21:00 WIB)

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, yang menimbulkan anggapan bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi audiensnya. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikan keatas layar (Sobur,

2003:127).

Di satu sisi film dapat memperkaya kehidupan masyarakat dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, namun di sisi lain film dapat membawa pengaruh yang negatif kepada audiens. Menanamkan nilai pendidikan merupakan salah satu hal yang baik dan bermanfaat, sedangkan film yang menampilkan nilai-nilai yang cenderung dianggap negatif oleh masyarakat seperti kekerasan, rasialisme, diskriminasi dan pornografi akan membawa dampak negatif jika diserap oleh audiens dan diaplikasikan dalam kehidupannya. Shannen dan Weaver (1949) komunikasi selalu di asumsikanoleh paradigma ini sebagai entitas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa. 3

Kartini merupakan film bergenre drama, biografi, dan sejarah. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang juga berperan dalam menulis skenario bersama Bagus Dramanti. Film diperankan oleh , Acha

Septriasa, Ayushita, Deddy , , , ,

Djenar Maesa Ayu, Denny Sumargo dan Nova Eliza.

Film yang dirilis pada tanggal 19 April 2017 ini memang cukup menarik karena mengingatkan kita tentang perjuangan kartini. Film ini menceritakan tentangKartini

(diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) yang tumbuh dengan melihat langsung Ibunya bernama Ngasirah (diperankan oleh Christine Hakim) yang menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan tidak memiliki darah ningrat dan menjadi seorang pembantu. Sang ayah bernama Raden Sosroningrat (diperankan oleh Deddy

Sutomo) yang sangat mencintai Kartini tidak berdaya melawan tradisi yang sudah turun temurun. Sepanjang perjalanan hidupnya, Kartini berjuang untuk mensetarakan hak bagi semua orang baik ningrat ataupun bukan. Terutama hak pendidikan untuk perempuan. Bersama kedua saudarinya bernama Roekmini (diperankan oleh Acha

Septriasa) dan Kardinah (diperankan oleh Ayusitha). Kartini berjuang untuk mendirikan sebuah sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan bagi semua masyarakat Jepara. 4

Gambar 1.1 Poster film Kartini

Jika melihat pada alur cerita pada film-film yang beredar atau produksi dalam negeri sering kali menampilkan dominasi yang nyata atas perempuan. Perempuan juga mendapat penilaian yang berat sebelah. Kecenderungan yang berlaku di masyarakat, perempuan diidentikkan dengan fungsi sosialnya sebagai pekerja rumah tangga.

Artinya, perempuan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangga seperti mengasuh anak, membersihkan rumah, mencuci, menanak nasi, dan sebagainya. Di sisi lain wilayah yang lebih didominasi oleh laki-laki karena fungsi- fungsi seperti pencarian sumber daya ekonomi dilakukan oleh mereka.

Sue Thornham mengungkapkan dalam bukunya Sarah Gamble, Pengantar

Memahami Feminisme dan Postfeminisme, bahwa kaum perempuan ditindas dalam 5

industri film dengan menjadi resepsionis, sekretaris, gadis dengan pekerjaan sambilan, gadis-gadis yang disokong. Mereka juga ditindas dengan diperankan sebagai citra-citra

(objek seksualitas, korban atau perempuan penggoda laki-laki, bahkan oleh para sutradara sering kali para perempuan digambarkan sebagai “rendah diri” atau

“cengeng”.

Dalam film sering kali perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, selalu menjadi sasaran kejahatan dari tokoh antagonis dan tidak mempunyai kekuatan sehingga seringkali mendapatkan pertolongan dan di dalamnya ditanamkan ideologi patriarki dimana perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah mudah tertindas oleh laki-laki dan mengajarkan perempuan untuk berpikir bahwa mereka harus bergantung pada seorang laki-laki.

Namun ada beberapa film pun yang mengangkat perempuan sebagai subyek aktif. Dalam perkembangan kajian budaya dan media, konsep telah mulai bergeser dari posisinya perempuan kini sebagai subyek aktif bahkan interaktif. Bagian hakiki dari pergaulatan mereka dalam memaknai kehidupan sehari-hari “menjadi perempuan” di tengah dunia yang tidak terlepas dari hegemoni patriaki. Sebuah dunia yang memandang sebagian besar dikonstruksi dan didefinisikan oleh ideologi maskulinitas.

Penulis terinspirasi pada penelitian sebelumnya ini oleh Subarjo dari Jurusan

Dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Zawiyah Cot Kala Langsa menulis tentang Nilai Feminisme dalam Film Ketika Cinta

Bertasbih menjelaskan tentang citra perempuan islam dan pesan feminism dalam film 6

tersebut. Selain itu penelitian oleh Arga Fajar Rianto dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” menulis tentang

Representasi Feminisme dalam Film Ku Tunggu Jandamu yang lebih memfokuskan pada penggambaran peran melalui tokoh Persik (Dewi Persik) sebagai sosok perempuan yang lain dari harapan laki-laki terhadap perempuan dalam budaya patriarkhi yang masih kental. Adapun penelitian sejenis yang lain oleh Ari Puji Astuti dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang menulis tentang Representasi Perempuan dalam Film 7 Hati 7 Cinta

7 Wanita yang memfokuskan kepada kaum perempuan urban yang menjadi korban dan mendukung adanya konsep patriaki.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan kajian feminisme yang menjadi acuan dalam penelitian ini dikarenakan terdapat gerakan feminisme dalam film Kartini yang sejalan dengan teori feminisme liberal. Di film tersebut juga banyak melibatkan sosok-sosok perempuan yang ternyata masih mengikuti ideologi patriaki akan tetapi disini sosok Kartini memperjuangkan kaumnya untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Bedasarkan penjelasan diatas yang membuat film ini menarik diteliti.

Sehingga peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana feminisme liberal dalam film

Kartini. 7

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana feminisme liberal yang disampaikan dalam film Kartini.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui feminisme liberal disampaikan dalam film Kartini.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian ilmu komunikasi dalam mengkaji teori-teori mengenai Feminisme Liberal dalam Film

Kartini.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang pesan-pesan yang terdapat dalam sebuah film serta memberikan gambaran mengenai citra perempuan dan pesan feminisme perempuan dalam sebuah film.