BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media massa sebagai pusat informasi, menjadikan media massa sebagai bagian dari kehidupan manusia saat ini. Media mampu menjadi sarana yang menjanjikan untuk menjadi alat yang dapat menyampaikan berbagai macam realitas sosial dalam kehidupan secara nyata. Saat ini banyak karya-karya seni kreatif yang telah menjadi konsumsi masyarakat salah satunya melalui media film. Oey Hong Lee (1965:40), misalnya menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19”. Salah satu pengertian film adalah menurut UU nomor 33 tahun 2009 tentang perfilman, yaitu film adalah karya seni budaya yang memiliki peran strategis dalam peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin untuk 2 memperkuat ketahanan nasional dan karena itu negara bertanggung jawab memajukan perfilman. (http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/5168_1434 UU33Tahun2009Perfilman/ diakses pada 14 September 2017 pukul 21:00 WIB) Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, yang menimbulkan anggapan bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi audiensnya. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikan keatas layar (Sobur, 2003:127). Di satu sisi film dapat memperkaya kehidupan masyarakat dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, namun di sisi lain film dapat membawa pengaruh yang negatif kepada audiens. Menanamkan nilai pendidikan merupakan salah satu hal yang baik dan bermanfaat, sedangkan film yang menampilkan nilai-nilai yang cenderung dianggap negatif oleh masyarakat seperti kekerasan, rasialisme, diskriminasi dan pornografi akan membawa dampak negatif jika diserap oleh audiens dan diaplikasikan dalam kehidupannya. Shannen dan Weaver (1949) komunikasi selalu di asumsikanoleh paradigma ini sebagai entitas pasif dalam menerima pengaruh dari media massa. 3 Kartini merupakan film bergenre drama, biografi, dan sejarah. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang juga berperan dalam menulis skenario bersama Bagus Dramanti. Film Kartini diperankan oleh Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Ayushita, Deddy Sutomo, Christine Hakim, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Djenar Maesa Ayu, Denny Sumargo dan Nova Eliza. Film yang dirilis pada tanggal 19 April 2017 ini memang cukup menarik karena mengingatkan kita tentang perjuangan kartini. Film ini menceritakan tentangKartini (diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) yang tumbuh dengan melihat langsung Ibunya bernama Ngasirah (diperankan oleh Christine Hakim) yang menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan tidak memiliki darah ningrat dan menjadi seorang pembantu. Sang ayah bernama Raden Sosroningrat (diperankan oleh Deddy Sutomo) yang sangat mencintai Kartini tidak berdaya melawan tradisi yang sudah turun temurun. Sepanjang perjalanan hidupnya, Kartini berjuang untuk mensetarakan hak bagi semua orang baik ningrat ataupun bukan. Terutama hak pendidikan untuk perempuan. Bersama kedua saudarinya bernama Roekmini (diperankan oleh Acha Septriasa) dan Kardinah (diperankan oleh Ayusitha). Kartini berjuang untuk mendirikan sebuah sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan bagi semua masyarakat Jepara. 4 Gambar 1.1 Poster film Kartini Jika melihat pada alur cerita pada film-film yang beredar atau produksi dalam negeri sering kali menampilkan dominasi yang nyata atas perempuan. Perempuan juga mendapat penilaian yang berat sebelah. Kecenderungan yang berlaku di masyarakat, perempuan diidentikkan dengan fungsi sosialnya sebagai pekerja rumah tangga. Artinya, perempuan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangga seperti mengasuh anak, membersihkan rumah, mencuci, menanak nasi, dan sebagainya. Di sisi lain wilayah yang lebih didominasi oleh laki-laki karena fungsi- fungsi seperti pencarian sumber daya ekonomi dilakukan oleh mereka. Sue Thornham mengungkapkan dalam bukunya Sarah Gamble, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme, bahwa kaum perempuan ditindas dalam 5 industri film dengan menjadi resepsionis, sekretaris, gadis dengan pekerjaan sambilan, gadis-gadis yang disokong. Mereka juga ditindas dengan diperankan sebagai citra-citra (objek seksualitas, korban atau perempuan penggoda laki-laki, bahkan oleh para sutradara sering kali para perempuan digambarkan sebagai “rendah diri” atau “cengeng”. Dalam film sering kali perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, selalu menjadi sasaran kejahatan dari tokoh antagonis dan tidak mempunyai kekuatan sehingga seringkali mendapatkan pertolongan dan di dalamnya ditanamkan ideologi patriarki dimana perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah mudah tertindas oleh laki-laki dan mengajarkan perempuan untuk berpikir bahwa mereka harus bergantung pada seorang laki-laki. Namun ada beberapa film pun yang mengangkat perempuan sebagai subyek aktif. Dalam perkembangan kajian budaya dan media, konsep telah mulai bergeser dari posisinya perempuan kini sebagai subyek aktif bahkan interaktif. Bagian hakiki dari pergaulatan mereka dalam memaknai kehidupan sehari-hari “menjadi perempuan” di tengah dunia yang tidak terlepas dari hegemoni patriaki. Sebuah dunia yang memandang sebagian besar dikonstruksi dan didefinisikan oleh ideologi maskulinitas. Penulis terinspirasi pada penelitian sebelumnya ini oleh Subarjo dari Jurusan Dakwah Komunikasi dan Penyiaran Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Zawiyah Cot Kala Langsa menulis tentang Nilai Feminisme dalam Film Ketika Cinta Bertasbih menjelaskan tentang citra perempuan islam dan pesan feminism dalam film 6 tersebut. Selain itu penelitian oleh Arga Fajar Rianto dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya menulis tentang Representasi Feminisme dalam Film Ku Tunggu Jandamu yang lebih memfokuskan pada penggambaran peran melalui tokoh Persik (Dewi Persik) sebagai sosok perempuan yang lain dari harapan laki-laki terhadap perempuan dalam budaya patriarkhi yang masih kental. Adapun penelitian sejenis yang lain oleh Ari Puji Astuti dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang menulis tentang Representasi Perempuan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita yang memfokuskan kepada kaum perempuan urban yang menjadi korban dan mendukung adanya konsep patriaki. Penulis dalam penelitian ini menggunakan kajian feminisme yang menjadi acuan dalam penelitian ini dikarenakan terdapat gerakan feminisme dalam film Kartini yang sejalan dengan teori feminisme liberal. Di film tersebut juga banyak melibatkan sosok-sosok perempuan yang ternyata masih mengikuti ideologi patriaki akan tetapi disini sosok Kartini memperjuangkan kaumnya untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Bedasarkan penjelasan diatas yang membuat film ini menarik diteliti. Sehingga peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana feminisme liberal dalam film Kartini. 7 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana feminisme liberal yang disampaikan dalam film Kartini. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui feminisme liberal disampaikan dalam film Kartini. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian ilmu komunikasi dalam mengkaji teori-teori mengenai Feminisme Liberal dalam Film Kartini. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang pesan-pesan yang terdapat dalam sebuah film serta memberikan gambaran mengenai citra perempuan dan pesan feminisme perempuan dalam sebuah film..
Recommended publications
  • Representasi Pergeseran Budaya Patriarki Dalam Film “Kartini” Karya Hanung Bramantyo
    eJournal Ilmu Komunikasi, 2021, 9 (1): 209-221 ISSN 2502-5961 (Cetak), 2502-597X (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright2021 REPRESENTASI PERGESERAN BUDAYA PATRIARKI DALAM FILM “KARTINI” KARYA HANUNG BRAMANTYO Saikah Suhroh1, Hairunnisa2, Sabiruddin3 Abstrak Film Kartini merupakan film biopik, film yang menceritakan biografi suatu tokoh. Tokoh yang diangkat oleh Hanung Bramantyo kali ini adalah biografi tentang perjuangan seorang pahlawan wanita paling populer di Indonesia, (Raden Ajeng) RA.Kartini. Pada awal abad 19, di kala Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Pulau Jawa dipimpin oleh kaum ningrat di bawah pengawasan pemerintah Belanda. Hanya keturunan bangsawan (kaum ningrat) yang dapat menempuh pendidikan di bangku sekolah, namun wanita tidak diberi hak yang sama untuk memperoleh pendidikan tinggi layaknya kaum pria. Wanita Jawa kala itu hanya memiliki satu tujuan hidup, yakni menjadi istri seorang pria tanpa peduli menjadi istri keberapa. Akan tetapi, dalam film ini direpresentasikan bagaimana budaya patriarki sebagai suatu sistem sosial berdasarkan Budaya yang berlaku di tengah kaum feodal pada zaman Kolonial Belanda di tanah masyarakat Jawa mulai mengalami pergeseran yang disebabkan oleh mulai terjadinya perubahan dengan sosok Kartini sebagai pelopor. Terlebih sutradara merangkap penulis naskah film ini adalah Hanung Bramantyo yang memiliki ciri khas menonjolkan kaum yang termarginalkan atau di-‘pinggir’-kan oleh masyarakat sekitar pada setiap film buatannya untuk menunjukkan sisi lain dari realitas yang umumnya
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Thesis Introduction
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by espace@Curtin School of Media, Culture and Creative Arts Faculty of Humanities The Representation of Children in Garin Nugroho’s Films I Gusti Agung Ketut Satrya Wibawa This thesis is presented for the Degree of Master of Creative Arts of Curtin University of Technology November 2008 1 Abstract The image of the child has always been used for ideological purposes in national cinemas around the world. For instance, in Iranian cinema representations of children are often utilized to minimise the political risk involved in making radical statements, while in Brazilian and Italian cinemas children‟s portrayal has disputed the idealized concept of childhood‟s innocence. In Indonesian cinema, internationally acclaimed director Garin Nugroho is the only filmmaker who has presented children as the main focus of narratives that are oppositional to mainstream and state-sponsored ideologies. Yet, even though his films have been critically identified as key, breakthrough works in Indonesian cinema, no research so far has specifically focused on the representation of children in his films. Consequently, because Garin Nugroho has consistently placed child characters in central roles in his films, the discussion in this thesis focuses on the ideological and discursive implications of his cinematic depiction of children. With the central question regarding the construction of children‟s identities in Garin‟s films, the thesis analyzes in detail four of these films, dedicating an entire chapter to each one of them, and with the last one being specifically addressed in cinematic essay form.
    [Show full text]
  • Nama Dan Alamat SKPD 2014.Pdf
    NAMA DAN ALAMAT EMAIL SKPD PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012014444 1. Kantor Bupati Batang 11. Bagian Umum Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391050 Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 2. Sekretariat Daerah Kabupaten Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 12. Sekretariat DPRD Telp. (0285) 391571 Jl. Jend. Sudirman No. 262 Fax./Santel (0285) 391051 Telp. (0285) 391146 Email : [email protected] 3. Bagian Tata Pemerintahan Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 13. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Telp. (0285) 392729 / 391571 (DISDIKPORA) Email : [email protected] Jl. Slamet Riyadi No.29 Batang 51214 Telp. (0285) 391321 4. Bagian Pemerintahan Desa Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391223 / 391571 14. Dinas Kesehatan Email : [email protected] Jl. Jend . Sudirman No. 17 Batang 51214 Telp. (0285) 391479 5. Bagian Humas dan Protokol Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391304 / 391571 15. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Email : [email protected] (DINHUBKOMINFO) Jl. Raya Kandeman KM 05 Batang 51261 6. Bagian Hukum Telp. (0285) 391387 / 392219 Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Email : [email protected] Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 16. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) 7. Bagian Pengendalian Pembangunan Jl. Jend. Sudirman No. 272 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391014 Telp. (0285) 391929 / 391571 Email : [email protected] Email : [email protected] 17.
    [Show full text]
  • A. Teeuw Modern Indonesian Literature Abroad In
    A. Teeuw Modern Indonesian literature abroad In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 127 (1971), no: 2, Leiden, 256-263 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/01/2021 02:40:28AM via free access MODERN INDONESIAN LITERATURE ABROAD I n recent years a growing interest in modern Indonesian literature Jl has become manifest outside Indonesia. It may be useful to give a short survey of such materials as have come to my notice, even though this survey is of necessity incomplete. First of all it should be mentioned that literary, cultural and scholarly journals and magazines have discovered modern Indonesian literature and regularly or incidentally publish translations of poetry, short stories, essays etc. The well-known journal INDONESIA, issued half-yearly by the Modern Indonesia Project of Cornell University, has published a number of Indonesian stories in English translation, for example Idrus' stories Fujinkai and Och... Och ... Och (vol. 2) and Surabaja (vol. 5), Ajip Rosidi's stories Among the Family (vol. 1) and A Japanese (vol. 6), while Heather Sutherland (vol. 6) and Harry Aveling (vol. 7) con- tributed essays on modern literature. Another magazine which deserves to be mentioned as an interesting effort to make available to a wider audience modern literary and other cultural products from Southeast Asia including Indonesia is TENGGARA (tenggara means Southeast). So far five issues have come out, .the latest one bearing the year 1969. Another volume, containing Southeast Asian plays, has been announced. Several short stories, poems and essays on Indonesian literature have been published so far.
    [Show full text]
  • Journal Template
    GSJ: Volume 7, Issue 10, October 2019 ISSN 2320-9186 1240 GSJ: Volume 7, Issue 10, October 2019, Online: ISSN 2320-9186 www.globalscientificjournal.com THE COMPARISON OF INDIGENOUS AND NON-INDIGENOUS MSMES TOWARD MARKETING STRATEGY (CASE OF SMES SOUVENIRS FOR MINANG AUTHENTIC FOOD IN PADANG CITY) Albert Agiza Agustian S.E M.M1, Retno Melani Putri S.E M.M2, Dr. Yulia Hendri Yeni S.E M.T Ak3 1) Student of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia 2) Student of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia 3) Lecturer of Andalas University, Faculty of Economi, Padang Indonesia Email : [email protected] KeyWords : Indigenous, Marketing, Marketing Strategy, MSMEs, Positioning, Segmentation, Targeting ABSTRACT Many MSMEs souvenirs of West Sumatra specialty food that have sprung up in West Sumatra make not all businesses run well because of business competition, where there are differences between MSMEs both in terms of quality and quantity. MSMEs food souvenirs in West Sumatra, especially in the city of Padang are usually dominated by non-native people who are non-native people of Padang who have long lived in the city of Padang. Therefore in this study, we want to find out how marketing is compared to native and non-native MSMEs in the city of Padang. Are there differences in activities and marketing strategies in native and non-indigenous MSMEs. In collecting data the method used by interviewing informants directly. The type of interview used in this study is a semi-structured interview which means the researcher already has a guideline regarding what information will be collected.
    [Show full text]
  • Danilyn Rutherford
    U n p a c k in g a N a t io n a l H e r o in e : T w o K a r t in is a n d T h e ir P e o p l e Danilyn Rutherford As Head of the Country, I deeply regret that among the people there are still those who doubt the heroism of Kartini___Haven't we already unanimously decided that Kartini is a National Heroine?1 On August 11,1986, as Dr. Frederick George Peter Jaquet cycled from Den Haag to his office in Leiden, no one would have guessed that he was transporting an Indonesian nation­ al treasure. The wooden box strapped to his bicycle looked perfectly ordinary. When he arrived at the Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, the scholar opened the box to view the Institute's long-awaited prize: a cache of postcards, photographs, and scraps of letters sent by Raden Adjeng Kartini and her sisters to the family of Mr. J. H. Abendanon, the colonial official who was both her patron and publisher. From this box so grudgingly surrendered by Abendanon's family spilled new light on the life of this Javanese nobleman's daughter, new clues to the mystery of her struggle. Dr. Jaquet's discovery, glowingly reported in the Indonesian press, was but the latest episode in a long series of attempts to liberate Kartini from the boxes which have contained her. For decades, Indonesian and foreign scholars alike have sought to penetrate the veils obscuring the real Kartini in order to reach the core of a personality repressed by colonial officials, Dutch artists and intellectuals, the strictures of tradition, and the tragedy of her untimely death.
    [Show full text]
  • 34 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Film Cek Toko Sebelah
    4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Film Cek Toko Sebelah Gambar 4.1 Poster Film “Cek Toko Sebelah” (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Cek_Toko_Sebelah) Film drama komedia “Cek Toko Sebelah” diproduksi oleh Starvision Plus yang dirilis pada 28 Desember 2016 dan berdurasi 98 menit. Film ini ditulis oleh Ernest Prakasa dan Jenny Jusuf dengan pengembangan cerita dari Meira Anastasia. Selain menjadi penulis naskah, Ernest juga menjadi sutradara dan berperan sebagai tokoh utama. Film “Cek Toko Sebelah” banyak diserbu penonton. Sampai dengan hari ke-21 penayangannya, film garapan Ernest Prakasa tersebut sudah menggaet sebanyak 2.101.170 penonton (Cumicumi.com, 2017). “Cek Toko Sebelah” berada di peringkat empat dan lima film terlaris dengan penjualan di atas dua juta tiket (Qubicle.id, 2017). Meski debut Ernest Prakasa sebagai sutradara masih terbilang baru, melalui film keduanya “Cek Toko Sebelah” telah mampu memborong 6 penghargaan di ajang Indonesian Box Office Movie Awards 2017. 6 penghargaan tersebut adalah Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Poster Terbaik, Pendatang Baru Terbaik, Skenario Terbaik, Film Box Office Terbaik (Tribunstyle.com, 2017). 34 Universitas Kristen Petra Gambar 4.2 Pemain Film “Cek Toko Sebelah” (Sumber: http://solo.tribunnews.com/2016/12/31/pemain-film-komedi-cek-toko- sebelah-targetkan-25-juta-penonton) Beberapa tokoh yang terlibat dalam pembuatan film ini adalah Ernest Prakasa (penulis dan sutradara), Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia (produser), Andhika Triyadi (penata musik), Dicky R. Maland (penata gambar) dan lain-lain. Selain itu, ada beberapa pemain yang diceritakan di dalam film ini, seperti Ernest Prakasa (Erwin), Dion Wiyoko (Yohan), Chew Kinwah (Koh Afuk), Adinia Wirasti (Ayu), Gisella Anastasia (Natalie); dan ada beberapa tokoh tambahan lainnya seperti Asri welas (ibu sonya) menjadi atasan Erwin, Dodit Mulyanto (Kuncoro) sebagai pegawai Koh Afuk, Kaesang Pangarep (Tukang Taksi) dan lain-lain.
    [Show full text]
  • Language Style Found in Indonesian Movies
    Language Style Found in Indonesian Movies Simamora.Maraden [email protected] Abstract The research entitled “Language Style Found In Indonesia Movie” is intended to identify kinds of language style and tries to find the most dominant language style usage employed on the Five Indonesian movies. The writer use the Martin Joos Theory (1967) “the five types are Frozen style, Formal style, Consultative style, Casual style and Intimate style. The researches collects the data from Five DVD of Indonesian movies“ LaskarPelangi (The rainbow troops), HabibiedanAinun (Habibie and Ainun), Sang Pencerah (The Enlightener), Skandal (The Scandal) and Ada ApaDenganCinta” (What’s Up With Love). The writer using the noting technique by taking a note in collecting the data, the writer applies the descriptive method to describe and to analyze all the data, because the data of this research are in the form of words. It is analyzed by identifying, analyzing, and categorizing, the data. The writeralso note the frequency of the number of the kind of language style and the most dominant language style. Based on the result of the research, there are five language styles of found in Indonesian movies. They are 3.6% Frozen style, 12.5 % Formal style, 19.4% Consultative style, 6.7% Casual style, 3.8% Intimate style. Based on the percentage of the dominant language style used is Casual. The writer suggestfor students of English Department ,English teacher and lecturers, to improve their knowledge of language style For scriptwriter , to improve the Indonesian movies to be well known by language style that I have analyzed from five Indonesian movies that casual style make the movies to be more interesting for people who watches Indonesian movies to know what style used most interesting in the movies dialogue Key Words : Language style, Frozen Style, Formal Style, Consultative Style, Casual Style, Intimate Style 1.
    [Show full text]
  • Bab Ii Deskripsi Komunitas Rumah Kartini Dan Sinopsis Film Kartini
    BAB II DESKRIPSI KOMUNITAS RUMAH KARTINI DAN SINOPSIS FILM KARTINI A. Komunitas Rumah Kartini 1. Latar Belakang dan Sejarah Rumah Kartini adalah komunitas yang didirikan sejak 21 April 2008, Rumah Kartini didirikan dari latar belakang pendidikan yang mempunyai pemikiran dan semangat untuk ikut berkonstribusi mengumpulkan, mempelajari data-data sejarah yang berhubungan dengan seni, budaya dan pusaka juga berkeseniaan. Melalui pendekatan yang dikemas dalam kegiatan yang unik inilah, Rumah Kartini bisa diterima diberbagai kalangan, khususnya anak muda dan masyarakat umum. Banyak sekali cerita dan pengalaman Rumah Kartini dalam melakukan kegiatan, mulai dari riset, mengumpulkan data data sejarah kartini dan Japara lebih luasnya juga mengemas seni dan budaya secara konseptual. Selain itu Komunitas Rumah Kartini mempunyai sosial yang mempelajari dan mengumpulkan data-data sejarah Jepara untuk edukasi semua masyarakat. Selain pengarsiapan data sejarah Jepara, komunitas Rumah Kartini pun berkaya untuk Jepara. Dimana saat beberapa kawan– kawan mengobrol tentang hiruk pikuk kesenian dan sosial di Jepara. 33 Sampai saat ini Rumah kartini sudah mengumpulkan ± 300 arsip, asli maupun salinan digital (resolusi tinggi) dan karya reproduksi yang berhubungan dengan Kartini dan Japara. Data-data ini kami dapatkan dari hasil proses riset Rumah Kartini, hibah dari lembaga peneliti Belanda, dari keluarga besar Kartini dan dan masyarakat. Komunitas Rumah Kartini terbentuk di mulai dengan kegiatan mural yang mengenalkan tokoh Pahlawan wanita Jepara yaitu Raden Ajeng Kartini dan kritikan tentang tidak adanya Musium ukir di Jepara (yang konon terkenal dengan ukiranya) kegiatan–kegiatan Rumah Kartini pun berjalan seperti seminar sosial pameran sejarah dan lain sebagainya. Rumah Kartini mengawali mengkumpulkan data tentang R.A Kartin, salah satu pahlawan nasional Indonesia yang saat itu masyarakat Jepara sangat minim mengetahui tentang sejarah Kartini.
    [Show full text]
  • Magazine of Senayan City
    MAGAZINE OF SENAYAN CITY IN-FINITESPRING 2016 GET CLOSER WITH 10 YEARS OF SPRING/SUMMER DIAN SASTROWARDOYO SENAYAN CITY ESSENTIALS & NICHOLAS SAPUTRA FASHION NATION — 01 — — 02 — 59292 ID_Coop_Infinite_City_DPS_Plat_S16.indd 1 07/03/2016 5:35 PM country Indonesia brand Platinum Trim 41cm (W) x 25.5cm (H) prints 4/C special instructions description Coop - Infinite City season s16 stock TBD • Image must pulled out to meet bleed requirments prior to production. • Adjust image behind type as necessary to ensure legibility. • do not print cyan/red borders Job No: 59292 post date March 2016 bleed 42.5cm (W) x 27cm (H) finish TBD Customer: Calvin Klein Operator: Raquel Date: 7th March 2016 Proof: 1st — 03 — 59292 ID_Coop_Infinite_City_DPS_Plat_S16.indd 1 07/03/2016 5:35 PM country Indonesia brand Platinum Trim 41cm (W) x 25.5cm (H) prints 4/C special instructions description Coop - Infinite City season s16 stock TBD • Image must pulled out to meet bleed requirments prior to production. • Adjust image behind type as necessary to ensure legibility. • do not print cyan/red borders Job No: 59292 post date March 2016 bleed 42.5cm (W) x 27cm (H) finish TBD Customer: Calvin Klein Operator: Raquel Date: 7th March 2016 Proof: 1st IN-CHIEF EDITOR EKSEKUTIF Halina EMAIL PROMOSI DAN IKLAN Email: [email protected], Call centre: 021-7278 1000 DITERBITKAN OLEH HALINA Senayan City Marketing Director Senayan City BEKERJA SAMA DENGAN SPRING IS THE TIME OF THE YEAR PT LIVIMBI MEDIA Roemah Clara, Jln. Hang Lekir X, No. 7 WHEN IT IS SUMMER IN THE SUN AND Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120, WINTER IN THE SHADE Telp.
    [Show full text]
  • Representasi Perempuan Dalam Kukungan Tradisi Jawa Pada Film Kartini Karya Hanung Bramantyo
    ProTVF, Volume 4, No. 1, 2020, hlm. 42-63 42 Representasi perempuan dalam kukungan tradisi Jawa pada film Kartini karya Hanung Bramantyo Alycia Putri1, Lestari Nurhajati2 1,2The London School of Public Relations, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Film menjadi sebuah media yang saat ini masih diminati khalayak. Melalui film, masyarakat dapat memahami fenomena apa yang pernah dan bahkan sedang terjadi berdasarkan kisah nyata atau hanya fiktif belaka. Film Kartini yang distutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diperankan oleh Dian Sastrowardoyo sebagai sosok Kartini merupakan sebuah media yang menampilkan kisah nyata, berdasarkan sejarah kepada masyarakat. Film ini menggambarkan tentang kaum perempuan abad ke-19 yang tidak dapat bebas dan tidak setara dengan laki-laki. Namun yang menarik sosok Kartini digambarkan sebagai sosok perempuan yang bukan hanya tokoh emansipasi, tetapi juga memiliki jiwa revolusioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya film Kartini ini mampu merepresentasikan gambaran kesetaraan gender atas sosok perempuan yang berada dalam kukungan tradisi Jawa. Konsep kesetaraan gender menjadi dasar dalam penelitian ini. Gender merupakan suatu pembeda peran, fungsi, status dan tanggungjawab antara laki-laki dengan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tercipta melalui proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana Sara Mills yang memiliki fokus pada wacana mengenai feminisme; bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, teks yang
    [Show full text]