RAGAM HIAS BINATANG DALAM MEDALION

Kirno *)

ABSTRACT

Indian - Indonesia culture acculturation played a riddle which still debated until today. Indian cultural influence was strong in Central Java and inversely proportional to the area of East Java. At the temple, the visual form change was easily found where the form of towering slender turned into fat and wide. The concentric form change to chtonis system, human decorations that look realistic style turned into puppets as one of the characteristics of prehistoric cultures. Decorative variety of medallions as one of ornament in Induk Panataran Temple are a visual text that attempts to convey a message. Animal species diversity engraved in Decorative variety of medallions became an evidence of the local genius skills in blending and gathering the Indian cultural influences for the future.

Keyword : Ornament, Medallion, Panataran Temple, Local Genius

Pendahuluan berkuasa di Indonesia. Candi Induk Panataran Ragam hias merupakan salah satu hasil dihiasi dengan relief yang dipahatkan pada kebudayaan yang dimiliki setiap peradaban panel-panel vertikal dipisahkan satu dengan manusia. Kebudayaan lahir dari buddhi atau yang lain oleh sebuah medalion, masing- akal manusia sebagai makhluk tertinggi. masing dengan seekor binatang berbeda yang Penyebaran ragam hias tersebut menurut Van dikelilingi oleh stilisasi dedaunan (Holt, 2000: Der Hoop terbagi menjadi dua yakni 102). Ragam hias medalion pada Candi Induk penyebaran difusi atau dari satu pusat yang berjumlah delapan puluh dengan ragam hias menyebar dan “Elementargedanken” atau binatang di dalamnya. Penempatan binatang kesamaan fikiran dari tiap manusia di belahan sebagai hiasan dalam bangunan suci tersebut bumi yang berjauhan (Hoop, 1949: 9) menjadi menarik untuk dikaji apakah terdapat Elementargedanken dapat dijelaskan sebagai makna simbolis ataukah karena pengaruh sebuah pemikiran yang muncul secara orang India di mana dalam pemujaan sehari- serentak atau hampir bersamaan dalam hari memuja tiga dewa yakni Gramadewata wilayah yang berbeda. (dewa desa atau kota), Kuladewata (dewa Candi Panataran merupakan suatu keluarga), Istadewata (dewa perorangan), kompleks percandian yang terbesar di Jawa pemujaan binatang, pemujaan kepada Timur (Wiyadi, 1982: 88). Candi Panataran tumbuh-tumbuhan, pemujaan kepada roh ditemukan pada tahun 1815 oleh Sir Thomas jahat dan pemujaan tempat ziarah (Harun, Stamfort Raffles (1781 - 1826), letnan 1975: 34). gubernur jendral kolonial Inggris yang

* Kirno ([email protected]), Staff Pengajar Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini FastrackFunschool Yogyakarta

177 178 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

Local genius bangsa Indonesia dalam baik. Telah diakui bahwa keberadaan menerima pengaruh kebudayaan India masyarakat Indonesia telah memiliki memiliki keunikan tersendiri sehingga nilai- kebudayaan sendiri sebelum datangnya nilai yang sudah ada menjadi semakin matang kebudayaan India. Masuknya kebudayaan bahkan bersinar hingga mencapai tingkat India pada akhirnya membawa beberapa ahli klasik. Percampuran kebudayaan tersebut Indonesia belajar ke India. Barnet Kempers terdiri dari berbagai bidang, seperti agama mencatat bahwa para ahli yang pulang dari dan kesenian. Dalam bidang seni bentuk seni tanah India tidak serta-merta mengadopsi seni sastra, seni bangun, patung dan seni hias India namun telah mengolahnya menjadi seni merupakan seni yang berkembang dengan dengan gaya tersendiri 1. binatang yang merugikan dan dapat merusak tanaman, binatang yang berguna tetapi dapat Pembahasan juga menimbulkan penyakit (Dwiyanto, 1988: 4). Kata “candi” adalah sebutan lain atau nama lain “Dewi ” dalam kaitannya Binatang dalam Medalion Candi Induk dengan “Dewi Maut” yakni “Dewi Candi” atau Panataran “Dewi Candika”. Untuk memuja dewi tersebut dibuatkanlah bangunan atau rumah yang Zaman keemasan Hindu dan Buddha dalam bahasa Sansekerta adalah grha. hingga saat ini menyisakan bukti-bukti cukup Bermula dari sanalah kemudian berubah kuat yang menunjukkan hubungan antara seni menjadi kata Candika grha yang berarti dan religi. Salah satu dari hasil kebudayaan ‘rumah dewi candika’ yaitu bangunan kuil tersebut adalah keberadaan candi. Binatang untuk tempat pemujaan kepada Dewi Candika merupakan salah satu jenis ragam hias yang (Haryono, 2001: 1). Kata “Panataran” berasal sering digunakan di dalam bangunan candi. dari bahasa Sansekerta pa-natha-ayrya-an. Ragam hias binatang secara simbolik terbagi Kata nata berarti ‘pemimpin’ atau ‘raja’, kata menjadi dua golongan, yakni simbol dunia ayrya berarti ‘melukiskan sesuatu yang atas dan dunia bawah. Jenis burung dipersonifikasikan pada orang berkedudukan merupakan wakil dari alam atas dan binatang tinggi’. darat berkaki empat atau melata merupakan Dalam disertasinya mengenai candi simbol alam bawah. yang berjudul “Candi Fungsi dan Dengan mencermati data awal ragam Pengertiannya”, Soekmono berpendapat hias medalion, penulis membagi jenis bahwa candi merupakan bangunan pemujaan binatang dalam empat kelompok, yaitu (kuil). Mengacu kepada pendapat Soekmono, binatang yang bermanfaat dalam kehidupan hiasan yang ada di dalam candi tentunya umum atau peliharaan, binatang liar, binatang selain berfungsi sebagai nilai hias juga perusak tanaman, serta binatang mitologi. memiliki maksud tertentu sebagai wujud Untuk mempermudah analisis, hasil kecintaan kepada yang dipuja. pencermatan dibuat dalam bentuk tabel di Binatang sebagai makhluk yang dekat bawah ini : dengan kehidupan manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: binatang yang bermanfaat dalam kehidupan umum,

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 179

Tabel I. Nama Binatang dan Kategori No. Nama Binatang Kategori 1. Peliharaan 2. Liar 3. Perusak 4. Mitologi Tanaman 1. Ayam Jago (Gallus Sp.)  - - -

2. Badak Cula Satu (Rhinoceros -  - - Sondaicus) 3. Bebek (Anatidae)  - - - 4. Babi Liar (Sus Scrofa) - -  - 5. Kancil (Tragulus Napu) -  - - 6. Kasuari (Casuarius Casuarius) -  - - 7. Kuntul (Egretta Sp.) -  - - 8. Kuntul (Bubalus Bubalis)  - - - 9. Kijang (Muntiacus Muntjae) -  - - 10. Luwak (Paradoxurus - -  - Hermaproditus) 11. Landak (Hystrix Brachyura) - -  - 12. Puyuh (Turnix Sp.) -  - - 13. Rangkong (Buceros Sp.) -  - - 14. Rusa (Cervus Sp.) -  - - 15. Tupai (Sciurus Sp.) - -  - 17. Angsa (Cygnus Sp.)  - - - 18. Antelope (Boselaphus -  - - Tragocamelus) 19. Anjing (Canis Familliaris)  - - - 20. Buaya (Crocodylidae) -  - - 21. Kelinci (Lepus Negricollis)  - - - 22. Biri-Biri Jantan (Ovis Aries)  - - - 23. Banteng (Bos Javanicus) -  - - 24. Bayan (Eclectus Roratus) -  - - 25. Burung Hantu (Ketupa -  - - Ketupu) 26. Burung Cuckoo (Cuculus -  - - Canorus) 27. Falcon (Falco Sp.) -  - - 28. Garangan (Ophiophagus) -  - - 29. Gajah (Elephas Maximus) -  - - 30. Kuda (Equus Caballus)  - - - 31. Kucing (Felis Domesticus)  - - - 32. Keledai (Equus Asinus)  - - - 33. Lingsang (Lutra Sp.) -  - -

180 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

34. Merpati (Columba Livia)   - - 35. Merak (Pavo Muticus)  - - - 36. Macan (Panthera Tigris) -  - - 37. Sapi (Bos Taurus)  - - - 38. Tikus (Rattus Sp.) - -  - 39. Ular (Serpens) -  - - 40. Naga Liman - - -  41. Kambing (Capra Sp.)  - - - Persentase 34,2% 51,2% 12,2% 2,4% Keterangan tabel: 1. Binatang Bermanfaat dalam Kehidupan Umum atau Peliharaan 2. Binatang Liar 3. Binatang yang Menimbulkan Penyakit serta Merusak Tanaman 4. Binatang Mitologi

Dilihat dari jenisnya, binatang liar lebih bumi. Perbedaan ini terletak pada sebuah banyak digunakan sebagai ragam hias. sistem yang tidak dimiliki binatang. Hal ini di Keberadaan binatang yang sulit ditemukan sebut sebagai system symbol, sehingga tentu merupakan peliharaan yang spesial dari manusia disebut juga animal symbolicium sesorang. Secara tidak langsung hal tersebut (Cassier, 1990: 40). Sebagai penghuni alam dapat memberikan nilai lebih bagi pemiliknya. raya, manusia menuangkan seluruh gagasan Binatang yang bukan berasal dari wilayah dan ide ke dalam bentuk konsep dan Jawa membuktikan bahwa telah terjalinnya kemudian menjadi simbol-simbol tertentu. hubungan antaretnik pada masa itu. Ini Simbol menjadi alat komunikasi dalam dibuktikan dengan adanya jenis burung perilaku sehari-hari, sehingga hal tersebut Kasuari yang bukan binatang dari Jawa. menjadi salah satu penyebab munculnya Kasuari merupakan jenis binatang yang hidup kebudayaan manusia. di daerah Indonesia timur dan Australia. Simbol merupakan tanda berdasarkan Binatang berbadan, seperti kuda dan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang berkepala kombinasi naga dan gajah disepakati bersama (Tinarbuko, 2008: 17). merupakan satu-satunya binatang mitologi Simbol hanya disepakati oleh kelompok secara yang digunakan sebagai ragam hias pada komunal, sehingga simbol tidak berlaku bagi medalion Candi Induk Panataran. Binatang ini kelompok yang lain. Simbol yang ditinggalkan hampir memiliki kesamaan bentuk dengan manusia dari masa lalu sebagian besar kereta Kasultanan Cirebon Paksi Naga Liman. merupakan simbol yang berkaitan dengan Berdasarkan mitos yang berkembang bahwa religi atau agama. Menurut Spredley, terdapat binatang Paksi Naga Liman merupakan simbol tiga fungsi simbol: pertama mengurangi dari tiga kebudayaan yang berpengaruh di persepsi-persepsi secara individu, kedua Cirebon, yaitu Cina, Islam, dan Hindu. sebagai tanda syarat yang diketahui, ketiga sebagai pembangkit minat orang untuk Simbolisasi Ragam Hias Binatang menambah pengetahuan yang baru (Susanto, 2001:497). Manusia merupakan makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya di muka

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 181

1. Ayam Jantan 5. Kancil Sifat Ayam Jantan yang senantiasa berkokok Kancil merupakan binatang hutan yang habitat bersama matahari pagi menjadi lambang dari hidupnya jarang bersama manusia. Kancil matahari. Dalam masyarakat Jawa, ayam seringkali dipergunakan sebagai jantan disebut juga jago. Ayam ini sering perlambangan sifat kekanak-kanakan dan menjadi binatang aduan, sehingga menjadi keingintahuan. Hal tersebut cukup dapat lambang dari keberanian dan kekuatan. diterima karena seringkali kancil menjadi tanda akan hadirnya tamu yang datang 2. Badak Cula Satu dengan jeritnya. Kancil juga suka mengintip di Badak dalam bahasa Jawa disebut warak. Kata balik sebuah pohon untuk melihat sesuatu warak satu akar kata dengan waras yang dengan malu-malu. artinya ‘sadar’. Dengan demikian, badak menjadi simbol dari kesadaran. Kesadaran di 6. Kasuari sini bertujuan untuk mencapai puncak Kasuari adalah jenis binatang yang tidak tertinggi spiritual, sehingga hanya dengan terdapat di Jawa. Kasuari berasal dari kesadaran yang tinggi seseorang dapat Kepulauan Aru, Papua, dan Australia, sehingga mencapai puncak spiritual tertinggi. hal ini menjadi bukti bahwa hubungan antarwilayah pada masa kerajaan telah 3. Bebek terjalin denga baik. Kasuari termasuk jenis Bebek merupakan binatang yang hidup secara burung yang tidak dapat terbang, sehingga berkelompok, sehingga bebek memiliki simbol menjadi simbol dari dunia bawah. kasih sayang. 7. Kuntul 4. Babi Liar Kuntul merupakan binatang yang memiliki Babi hutan merupakan salah satu binatang sistem migrasi atau perpindahan tempat Awatara (penjelmaan), yakni ketiga sesuai musim. Panjangnya musim penjelmaan dari Dewa Wisnu dalam agama perpindahan menjadi lambang dari kehidupan Hindu. Awatara pertama adalah ikan yang panjang dan keabadian. kemudian kura-kura. Cerita mitos mengenai penjelmaan Wisnu menjadi babi hutan yang 8. Kijang memiliki dua taring besar adalah ketika bumi Kijang sebgai binatang bertanduk dalam akan dihancurkan oleh golongan Detya kepercayaan orang Jawa memiliki nama lain (raksasa) bernama Hiranyaksa. Wisnu dhalang, menjadi lambang kegesitan dan kemudian menjelma menjadi babi hutan kebijaksanaan. Kijang merupakan binatang kemudian bertarung melawan Hiranysaksa. yang cerdas. Tanduknya yang indah dikiaskan Setelah pertempuran yang cukup dalam alis pengantin perempuan Jawa, akhirnya Wisnu menang dan mengembalikan dengan harapan sebagai wanita dapat cerdas bumi dalam keadaan seperti semula. Babi liar dan gesit dalam mengolah rumah tangga. merupakan perlambangan kehidupan darat Kijang juga sering muncul dalam cerita-cerita (tanah) setelah kura-kura (hidup di dua alam), kuno seperti maupun cerita fabel sedangkan ikan menjadi simbol kehidupan yang lain. Ini menjadi bukti bahwa Kijang pertama (air). Babi liar menjadi simbol dunia merupakan binatang yang penting. bawah dan keperkasaan.

182 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

9. Musang tinggal maupun mencari makan. Tupai juga Musang bagi mayarakat Jawa termasuk sering mengumpulkan makanan, sehingga binatang pengganggu karena sering mencuri tupai memiliki makna persiapan masa depan binatang peliharaan maupun telur ayam. dan penghematan. Musang memiliki kemampuan observasi yang bagus sebagai binatang yang tangguh, 15. Angsa sehingga menjadi lambang dari ketangguhan. Angsa termasuk populer dalam kebudayaan Hindu karena angsa merupakan binatang 10. Landak yaang menjadi salah satu dewi, yakni Landak merupakan binatang yang memiliki -Dewi Kesenian dan juga kulit duri. Binatang ini lebih sering berkegiatan sebagai Dewa Pencipta. Bulu Angsa yang di malam hari dari pada siang hari, mirip selalu kering dan purih meskipun berenang di dengan burung Hantu. Melalui persamaan air yang kotor menjadi lambang bahwa tersebut landak memiliki makna simbol yang kebijaksanaan adalah sesuatu yang ada dalam sama, yakni simbol kematian. Landak juga kehidupan biasa tanpa terbawa atau termasuk binatang liar yang jarang dipelihara. tercemari urusan keduniawian. Duri-durinya yang tajam akan berdiri apabila merasa dalam bahaya. Hal ini menjadi simbol 16. Antelope akan kewaspadaan. Dalam kebudayaan Hindu, binatang ini merupakan vahana -Dewa Angin. Dewa 11. Puyuh Vayu menurut mitos merupakan ayah guru Burung Puyuh adalah jenis burung yang tidak dari Hanoman raja para kera yang cerdas. dapat terbang seperti burung pada umumnya. Antelope adalah binatang sejenis kijang Secara fisik Puyuh juga tidak memiliki ekor. namun memiliki tanduk berulir yang indah, Dalam mitos, burung Puyuh menjadi simbol sehingga menjadi simbol, seperti Kijang, yakni wanita yang kurang baik. Burung puyuh secara kelincahan, kegesitan, dan juga kecerdasan. alami memiliki kehidupan yang sama dengan Kasuari. 17. Anjing Anjing bagi manusia termasuk binatang 12. Rangkong peliharaan. Keberadaan Anjing seringkali Rangkong memiliki nama lain burung Enggang. dimanfaatkan sebagai penjaga rumah maupun Burung ini menjadi lambang dari kematian teman saat berburu. Dalam agama Hindu, dan kebangkitan kembali. anjing merupakan Vahana Brihaspati-Dewa Kesetiaan. Dengan demikian, anjing 13. Rusa merupakan lambang dari kesetiaan. Anjing Rusa merupakan binatang yang sejenis sebagai binatang yang senantiasa dengan kijang. Dalam hal ini, rusa juga berdampingan dengan manusia telah muncul memiliki karakter kijang. sejak lama. Salah satu cerita lama mengenai Mahabarata menyebutkan bahwa Dewa 14. Tupai pernah menjelma menjadi Anjing yang setia Tupai merupakan binatang yang sering menemani Yudistira menuju Gunung merusak buah kelapa. Sebagai binatang liar, Mahameru untuk mencari Swargaloka. Dewa tupai sering membuat lubang untuk tempat

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 183

Indra sendiri memiliki nama lain Swargapati 21. Bayan atau Raja Surga. Dalam kebudayaan Hindu, burung ini merupakan vahana Dewa Kama-Dewa 18. Buaya Asmara. Dalam visualisasinya sering Buaya dalam kebudayaan Hindu merupakan burung ini membawa surat pada paruhnya vahana Ganga-Dewa Sungai Gangga. Buaya sebagai pembawa kabar maupun pembawa dikategorikan sebagai binatang melata atau surat-surat cinta. Burung ini menjadi lambang reptil yang dalam kebudayaan Hindu mengacu cinta kasih. kepada alam bawah dalam dualisme alam yang seimbang. Buaya menjadi simbol dari 22. Burung Hantu kesaktian yang luar biasa. Dalam kebudayaan Hindu, burung ini memiliki hubungan erat dengan Dewi -Dewi 19. Biri-Biri Jantan Kemakmuran, Keberuntungan, dan Biri-biri merupakan binatang peliharaan yang Kemurnian. Burung ini selalu beraktivitas pada berguna bagi kehidupan manusia. Biri-biri malam hari dan tidur saat siang hari. Dewi dapat menghasilkan susu dan daging yang Keberuntungan membagikan kekayaan dapat dimakan. Dalam kebudayaan Hndu, biri- material maupun spiritual menggunakan biri merupakan Vahana Dewa -Dewa api. kendaraannya, yaitu Uluka, sang burung Dewa Agni bergelar sebagai Dewa pemimpin hantu, sehingga burung hantu menjadi simbol upacara karena keahliannya dalam segala hal keberkahan. yang berkaitan dengan upacara keagamaan. Selain hal tersebut, nama lain dari Dewa Agni 23. Burung Cuckoo adalah Witihotra atau yang memberikan Burung ini memiliki fisik yang kecil dan pahala kepada para penyembah. Dari hal ini, memiliki suara yang indah. Burung Cuckoo biri-biri jantan menjadi simbol dari kebaktian juga merupakan vahana Kama-Dewa Asmara. dan keberkahan Suaranya yang merdu dan kelincahannya menjadi lambang dari kegembiraan. 20. Banteng Banteng Jawa merupakan salah satu binatang 24. Falcon lokal yang digunakan sebagai ragam hias Falcon merupakan burung satu ras dengan medalion. Banteng dalam penggambaran burung Elang yang dalam kebudayaan Hindu tidak jauh berbeda dengan sapi dan kerbau dekat dengan burung Garuda sebagai vahana meskipun masih memiliki kemiripan namun Dewa Wisnu. Garuda dalam cerita Ramayana penggunaan ragam hias ini memiliki makna memiliki nama Jatayu sebagai lambang yang berbeda. Kehidupan Banteng yang pembebasan. berkelompok membuat kawanan banteng menjadi kuat termasuk melindungi keluarga 25. Garangan mereka dari serangan musuh. Banteng Garangan merupakan binatang yang dalam merupakan binatang agresif, sehingga menjadi cerita Mahabarata muncul sebagai lambang dari kekuatan, kemenangan, dan penyelamat Pandhawa saat cerita Bale Sigala- kejantanan. gala. Garangan putih menjadi penuntun Bima untuk keluar dari rumah yang terbakar untuk menyelamatkan keluarga Pandhawa.

184 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

Garangan putih merupakan penjelmaan Sang lambang dari penjaga, seperti juga dengan Hyang Antaboga. Garangan menjadi simbol singa. dari kerja keras dan ketekunan 29. Keledai 26. Gajah Keledai merupakan binatang mirip kuda yang Dalam agama Hindu, gajah dekat sekali menjadi Vahana Nritti- Dewi Perusak di bagian dengan , dewa dari ilmu pengetahuan barat daya. Nritti merupakan nama lain dari dan kebijaksanaan. Dalam Hindu Sivaisme, Laksmi ketika berubah menjadi Dewi Perusak, gajah sering menjadi bagian dalam hiasan Kehancuran, Kesedihan. Nritti sering dikaitkan candi, ini merupakan simbol kejayaan hidup dengan Dewi Ratri (malam) karena malam setelah kematian. Selain Ganesha, gajah juga membuat orang gelisah menjadi tenang dan menjadi salah satu Vahana dewa, yakni Dewa tertidur serta istirahat dari kesedihan. Nritti Indra (Dewa Perang, Dewa Petir, Raja Surga) termasuk bagian dari Dikpalas (Penjaga dengan nama Airawata. Menurut mitologi Delapan Arah) yakni dewa-dewa yang Hindu, Airawata merupakan salah satu gajah melindungi kuil utama candi. , Nritti, penjaga alam semesta. Ia dianggap sebagai , , Ishana, dan Indra adalah pemimpin para gajah. Dengan demikian maka dewa yang menjaga kedelapan arah tersebut. gajah juga menjadi simbol dari kekuatan dan Keledai sebagai binatang yang lamban ini simbol kendaraan orang meninggal. menjadi salah satu simbol bahwa secara perlahan-lahan siapa pun akan merasakan 27. Kuda kesedihan, kegelisahan, bahkan kehancuran. Dalam kebudayaan Hindu, kuda merupakan binatang yang menarik kereta perang Dewa 30. Lingsang -Dewa Matahari. Kuda merupakan salah Lingsang merupakan binatang yang sering satu binatang yang dalam keseharian hidup di sekitar sumber air. Dalam membantu kehidupan manusia. Dengan kebudayaan Hindu, binatang ini sering demikian, kuda menjadi lambang kekuatan. dipegang oleh Kuwera-Dewa Kekayaan, Hingga saat ini pun daya kekuatan sebuah sehingga Lingsang merupakan lambang mesin atau motor diukur dengan satuan Kuda. kekayaan. Peran Kuda dapat disamaartikan dengan gajah dan kerbau sebagai kendaraan orang yang 31. Merpati telah meninggal. Dalam kebudayaan Hindu, merpati merupakan vahana Dewi -Dewi Nafsu Seksual. Selain 28. Kucing hal tersebut merpati juga binatang yang setia Kucing merupakan jenis binatang mamalia dan terhadap pasangan, sehingga merpati menjadi menjadi peliharaan manusia. Kucing juga simbol dari kesetiaan. memiliki banyak anak ketika melahirkan serta senantiasa memberikan susu kepada anak- 32. Merak anaknya. Secara fisik, kucing mirip sekali Dewi Saraswati-Dewi Ilmu Pengetahuan dan dengan macan. Dalam kebudayaan Hindu, Seni sering digambarkan bersama burung ini. kucing merupakan Vahana Dewi Shashti-Dewi Merak memiliki bulu yang indah, ekornya Penjaga Anak-Anak, sehingga ini menjadi dapat mengembang besar melebihi badannya. Merak menjadi lambang kesombongan dan

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 185

kebanggaan semu, dikarenakan keindahan 36. Ular bulu-bulu tersebut hanya sementara. Ular merupakan binatang melata yang menjadi penghuni alam bawah dalam 33. Macan dualisme alam semesta. Ular dalam Dalam kebudayaan Hindu, macan merupakan penggambaran sendiri memiliki bentuk yang vahana -Dewa yang merupakan berbeda. Dalam kebudayaan Hindu, ular anak dari Haran(Siva) dan Hari(). Macan berkaitan dengan Dewi Manasa-Dewi Ular atau harimau dalam bahasa Sansekerta adalah yang memberikan penawar terhadap semua wiagra, berasal dari kata wi (utama) dan agra racun ular. Ular menduduki posisi penting (puncak), sehingga dengan demikian macan dalam kebudayaan Hindu, sehingga mengandung makna simbolis pencapaian penghormatan terhadap ular begitu tinggi. puncak utama. Dewa Wisnu selalu bersantai di atas badan ular Shesha. Selain itu terdapat mitos bahwa 34. Sapi bumi ini dijaga oleh kura-kura dan ular yang Sapi dalam kebudayaan Hindu merupakan apabila ular bergerak menyebabkan gempa binatang yang suci karena merupakan vahana bumi. Berkaitan dengan makna simbolik, ular Dewa -Dewa Perusak. Dewa Shiva sering merupakan simbol dari keabadian. Hal ini kali naik kendaraan sapi yang bernama . dikarenakan ular mampu berganti kulit, Sapi melambangkan kekuatan dan kejantanan sehingga seperti terlahir kembali. Bentuk ular selain itu sapi adalah simbol dari Ibu Mulia yang melingkar dalam bentuk spiral menjadi (Dewi Durga) yang memberikan makanan dan simbol kelahiran kembali. menjaga kehidupan. Simbol ini menyatakan bahwa susu sapi sama dengan susu ibu yang 37. Kambing diberikan untuk anak-anaknya. Selain hal Kambing dekat hubungannya dengan Pratiwi tersebut peranan Sapi dalam kehidupan atau Dewi Sri. Dalam Purana dan Veda sehari-hari sangat berguna, sehingga dapat disebutkan bahwa benih yang jatuh dari meningkatkan kesejahteraan. Dari dasar hal Prajapati berubah menjadi kambing jantan. tersebut seringkali sapi juga memiliki makna Dengan demikian, kambing memiliki makna kesejahteraan dan kemakmuran. Sapi yang kesuburan, kreativitas, kejantanan, merupakan binatang peliharaan di dalam kelimpahan, dan nafsu. masyarakat Jawa menjadi lambang dari pengabdian, seperti kerbau. 38. Kerbau Kerbau merupakan binatang ternak, sehingga 35. Tikus dalam kehidupannya dekat dengan manusia. Dalam kebudayaan Hindu, tikus merupakan Selain hal tersebut, kerbau memiliki banyak vahana Dewa Ganesa-Dewa Ilmu peran dalam usaha membantu kehidupan Pengetahuan dan Penghalau Segala manusia, kerbau menjadi lambang dari dunia Rintangan. Tikus merupakan binatang yang bawah kaitannya dengan dualisme pandangan dapat menyelinap dimana saja dan mampu kehidupan mengenai dunia atas dan bawah. mengatasi hambatan atau rintangan, ini Selain itu kerbau juga menjadi simbol dari menjadi lambang orang yang berusaha pengabdiaan karena sifat kerbau yang jinak mengatasi keinginan dan mengurangi sifat dan pasrah membantu kehidupan manusia. egoisnya. Kerbau juga memiliki fisik yang kuat, sehingga

186 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

dapat mengangkut beban yang berat. Hal ini kelompok tertentu. Medali yang berukuran menjadi salah satu alasan mengapa kerbau besar disebut medalion sedangkan yang disimbolkan sebagai kendaraan orang berukuran kecil disebut medalet (Atmojo, meninggal pada masa lalu. 2004: 24). Bentuk luar medalion adalah sebuah lingkaran, dalam agama Hindu hal itu 39. Binatang Berkaki Empat dan disebut seperti dan cakra. Bentuk Bertelinga Lebar. dasar lingkaran menandakan sifat alam Binatang berkaki empat, bertelinga lebar semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat apabila diperhatikan mirip sekali dengan keabadian. Lingkaran yang kosong memberi kelinci, sehingga penulis mendefinisikan makna mata atau mulut yang terbuka, bahwa binatang tersebut adalah kelinci lingkaran yang diberi titik di tengahnya yang meskipun dalam penggambarannya tidak menggambarkan matahari atau “mata” dari semirip aslinya. Ketidakmiripan dengan Penguasa Alam. binatang asli dapat disebabkan karena seniman pemahat belum pernah melihat Local Genius binatang tersebut atau berdasarkan penuturan dari orang , sehingga dalam Haryati Soebadio mendefinisikan visualisasi bentuk menjadi tidak mirip. Hal ini local genius sebagai identitas atau juga terjadi dalam penggambaran singa. Di kepribadian budaya suatu bangsa, yang Indonesia singa merupakan salah satu jenis mengakibatkan, bahwa bangsa yang binatang yang sering digunakan sebagai bersangkutan menjadi lebih mampu penghias candi namun bentuknya jauh dari menyerap dan mengolah pengaruh kebudayan realistisnya. yang mendatanginya dari luar wilayahnya sendiri, sesuai dengan watak dan kebutuhan 40. Binatang Berkaki Empat, Berkepala pribadinya (Soebandio, 1986: 19). Kebudayaan Naga, dan Berbelalai Gajah Indonesia asli yang belum terpengaruh oleh Binatang ini bagi orang Jawa sering disebut kebudayaan India terlihat pada masa peksi (burung) naga (naga) liman (gajah), prasejarah, pada masa tersebut bahasa, religi, merupakan binatang mitologi yang terdiri atas seni, teknologi serta kelompok sosial telah gabungan beberapa jenis binatang yakni, kuda kuat. Seiring dengan masuknya kebudayaan bersayap, gajah, dan naga. Ini menjadi sebuah Hindu maka mulai terjadi percampuran antara usaha menggabungkan binatang yang budaya lokal dan budaya asing. Kebudayaan mewakili segenap kekuatan alam. Naga Hindu di Indonesia menstimulus menjadi simbol elemen air, gajah simbol berkembangnya kebudayaan lokal menjadi elemen tanah, sedangkan peksi adalah simbol besar bahkan mencapai keemasan pada masa elemen udara. klasik. Soekmono menerangkan proses akulturasi kebudayaan India dalam sebuah Medalion merupakan salah satu bentuk diagram di bawah (Koentjaraningrat, 1986: ragam hias yang berupa ukiran-ukiran yang 89). berbentuk bulat (Cardozo, tt: 21). Kata medalion dekat sekali dengan medali. Medali diberikan sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan prestasi kepada seseorang atau

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 187

Unsur-unsur Konsultan India Pengalaman para kebudayaan India Pedagang India Mahasiswa Indonesia di 1. Bahasa : India Sansekerta 2. Teknologi : Arsitektur, Bangunan Irigasi 3. Organisasi Sosial : Cendekiawan Sistem Kasta Agamawan 4. Agama : Proses akulturasi Arsitek Sastrawan istana Kebudayaan Hindu, Siwa, Indonesia-Hindu Buda, Bhairawa Local Sastrawan rakyat 5. Sistem genius Seniman Pengetahuan : Kriawan, undagi Kedokteran, Hukum, Seksuologi 6. Kesenian : Organisasi sosial Seni Bangunan, Ekonomi 1. Negara Agraris nusantara Seni Patung, Seni 2. Negara Maritim Hias, Seni Sastra Lingkungan alam

Gambar 17. Proses Akulturasi Kebudayaan India di Indonesia menurut Soekmono

Munculnya kembali local genius seni bangunan candi khususnya di Indonesia. dalam masyarakat Indonesia merupakan salah Penjelasan di atas memberikan kunci awal satu bukti bahwa dalam proses percampuran bahwa sebuah candi memiliki bentuk serta kebudayaan, bangsa ini telah memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan kebudayaan sendiri. Bangsa Indonesia yang masyarakat pendukungnya lebih mengenal kontruksi bangunan dari Simbol dalam kebudayaan Hindu bambu dan kayu belajar menggunakan merupakan sesuatu yang begitu dekat dengan kontruksi batu untuk pembuatan candi. Teknik spiritualitas. Harus kita pahami bahwa simbol pembuatan candi terdapat pada kitab yang ada merupakan usaha untuk Silpasastra, namun dalam kitab ini pemberian menghadirkan sesuatu yang bersifat religi ke hiasan memang tidak memberikan ketentuan dalam bentuk visual. Terdapat aturan-aturan serta peraturan yang ketat, sehingga seniman khusus dalam pencitraan hal tersebut yang lokal memanfaatkan kesempatan ini tanpa biasanya tertuang dalam kitab-kitab, seperti melanggar peraturan utama. Wiyoso Chitrasutra (kitab untuk panduan lukisan), Yudoseputro mengatakan bahwa identitas Silpasastra (kitab untuk pembuatan bangunan pada candi-candi di Jawa, khususnya di Jawa dan arca), Prathima Lakshana (aturan-aturan Timur menunjukkan peranan local genius yang mengenai ikonografi). Kitab di atas tidak mampu memberikan interpretasi terhadap membatasi seniman namun memberikan kaidah-kaidah seni India berdasarkan landasan keleluasaan dalam berekspresi dan tradisi budaya Indonesia (Yudoseputro, 2005: berimajinasi. Kebebasan ekspresi memberikan 24). Dengan uraian di atas, peran local genius ruang gerak kepada seniman di tengah-tengah tidak dapat dikesampingkan dalam aturan yang ada, sehingga dalam konteks ini perkembangan kesenian pada umumnya dan seniman tidak melanggar mainstream tetapi

188 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

dengan daya kreativitas yang tinggi mampu tanpa mengesampingkan aturan yang ada memberikan sesuatu yang baru dan indah 2. Seniman-seniman lokal memahami Penutup hubungan yang penting antara manusia dan Ragam hias medalion merupakan jenis alam, sehingga nilai-nilai tersebut berusaha ragam hias lepas yang tidak memiliki untuk disampaikan melalui sudut pandang pengaruh terhadap struktur maupun bentuk mereka. Manusia adalah bagian dari alam utama candi. Binatang yang terdapat dalam begitu juga dengan sebaliknya, tidak terdapat medalion Candi Induk Panataran dalam perbedaan yang nyata antara alam dan perpektif Jawa dan Hindu memiliki makna manusia (alam di sini termasuk binatang dan khusus, sehingga mereka layak disematkan rumbuh-tumbuhan), sehingga seniman sebagai ragam hias di dalam candi. Pengaruh berusaha membuat simbol-simbol budaya Hindu di Jawa khususnya, berdasarkan alam. menstimulus local genius untuk Di India kuno, binatang yang mengembangkan kebudayaan lokal tanpa digunakan sebagai simbol terbagi menjadi menghilangkan budaya yang dimiliki sehingga binatang untuk berbagai keperluan seperti memunculkan kebudayaan baru yang lebih militer, komersial, rekreasi, atau sebagai obat. kaya dan mencapai tingkat klasik. Dalam kitab Hindu disebutkan mengenai sapi, Beberapa binatang dalam kehidupan domba, kerbau, badak, keledai, gajah, burung, manusia memiliki fungsi guna yang membantu babi hutan, anjing, ular, harimau, dan manusia namun ada pula yang merugikan. binatang-binatang mitos. Sedangkan di sastra Binatang liar yang tidak dipelihara dapat juga Jawa kuno memberikan informasi mengenai merupakan binatang koleksi sebagai lambang jenis fauna yang sering digunakan sebagai prestige seorang raja. Selain itu binatang yang bahan simbolis oleh para kakawin 3 . Hal tidak hidup di Jawa menjadi salah satu tersebut membuktikan peran penting hewan indikator telah terjalin kerja sama dalam kehidupan pada masa itu. Hal di atas antarwilayah kerajaan pada masa lalu. memungkinkan perkembangan juga dalam Munculnya binatang tersebut dalam ragam hias binatang. Ragam hias medalion ragam hias tentunya membutuhkan kajian pada candi Induk Panataran memiliki dua yang lebih dalam lagi. Interpretasi mengenai unsur, yakni unsur flora dan fauna yang hubungan hewan-hewan yang menjadi ragam terbingkai dalam lingkaran hias dengan vahana dewa Hindu juga tidak Menurut Dwi Pradnyawan dalam melihat dapat begitu saja diambil karena dalam dunia makna simbolis dari sebuah ragam hias candi, arkeologis perlu waktu dan kajian yang perlu melihat beberapa aspek, yakni kultur komprehensif mengenai sebuah benda hasil masyarakat saat itu dan fungsi dari candi4. kebudayaan. Barnets Kampers yang menulis Berbagai jenis binatang yang digunakan tentang seni Indonesia kuno juga memiliki hingga saat ini belum dapat diketahui catatan hampir lima puluh tahun tinggal di kepastiannya maksud dan tujuan dari Indonesia untuk mengadakan penelitian penggunaan hiasan binatang-binatang khususnya dari tahun 1906 hingga 1956. tersebut meskipun dalam kebudayaan Hindu Dengan demikian, hal ini baru merupakan binatang-binatang tersebut dekat dengan sekelumit catatan yang dikumpulkan. vahana dewa-dewa5

Kirno, Ragam Hias Binatang dalam Medalion [ 189

1 Satyawati Sulaiman. Lokal Genius pada Masa Klasik Dwiyanto, Djoko. 1998. “Arkeofauna sebagai (baca : Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Aspek Telaah Arkedekologi”, Makalah penyt. Ayatroheidi, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986) Disampaikan pada Kegiatan Ilmiah 2 N. Dasgupta menyebutkan bahwa dalam kenyataannya Arkeologi IAAI Komisariat Yogyakarta- seniman memiliki pola pikir sebagai alat untuk Jawa Tengah , Yogyakarta. menyampaikan sesuatu yang bersifat hakiki dan kekal. (baca : Fundamentals of Indian Art, Bharatiya Viota Haryono, Timbul. 2001. “Peninggalan Bhavan Bombay Bhavan’s Book University, 1951) Bangunan Candi di Jawa”, Makalah 3 P.J. Zoetmulder, menyebutkan berbagai jenis binatang Ilmiah Disajikan pada Diklat yang sering digunakan sebagai kiasan simbolis seperti Pramuwisata Propinsi Daerah binatang Harimau, Badak, Kera, Burung Pelatuk, Gajah, Istimewa Yogyakarta. Kuda, Kancil, Kijang, Beruang, Burung Cataka, Burung Helang, Merak, Burung Walik, Kuntul, Ayam alas dan yang lain-lain (baca: Kalangwan Sastra Jawa Kuno Harun , Hadiwijono. 1975. Agama Hindu dan Selayang Pandang, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1983) Buddha, Jakarta: Gunung Mulia.

4 Dwi Pradnyawan, Dosen Arkeologi Universitas Gajah Holt Claire. 2000. Melacak Jejak Mada Yogyakarta, Wawancara Pribadi. Perkembangan Seni di Indonesia. 5 Meskipun dari hasil wawancara dengan Arkeolog Bandung: Masyarakat Seni Timbul Haryono menyebutkan bahwa tidak ada Pertunjukan Indonesia. hubungan antara ragam hias binatang dalam medalion Candi Induk Panataran dengan vahana dewa bahkan dengan cerita Jataka atau cerita tentang binatang dalam Hoop,Van Der. 1949. Indonesische kebudayaan Buddha meskipun sifat Candi Panataran Siermotieven, Ragam-ragam adalah percampuran Hindu dan Buddha Perhiasan Indonesia, Indonesian Ornamental Design. Bandung : Koninklijk Bataviaasch Genootschap.

DAFTAR PUSTAKA Van Kusten En Wetenschappen.

Atmojo, Junus Satrio dkk. 2004. Vadamekum Susanto, Nugroho. 2002. “Simbolisme dalam Benda Cagar Budaya, Kementerian Arkeologi”, dalam Kumpulan Makalah Kebudayaan dan Pariwisata. Pertemuan Ilmiah Arkeologi VIII, Jakarta. Ayatroheidi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Soedarmo, M. dan Wiyadi. 1982. Sejarah Seni Pustaka Jaya. Rupa Indonesia 3. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Bandi, dkk. 1984. Flora dan Fauna Dalam Menengah Kejuruan Departemen Ragam Hias. Jawa Timur: Proyek Pendidikan Dan Kebudayaan. Pengembangan Permuseuman Jawa Timur. Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual: Metode Analisis Cassier, Ernst. 1990. Manusia dan Kebudayaan Tanda dan Makna pada Karya Desain : Sebuah Esei tentang Manusia. Terj. Komunikasi Visual. Yogyakarta: Alois A. Nugroho, Jakarta: PT Jalasutra. Gramedia. Yudoseputro, Wiyoso. 2008. Jejak-jejak Tradisi Cardozo. S.L. tt. Seni India. Bandung: Balai Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta: Pendidikan Guru. Yayasan Seni Visual Indonesia.

190 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 1 No.2, November 2012-April 2013

I Made Sukanadi Ikhlas untuk Sesama MIX MEDIA 120 x 140 cm 2013