Jurnal HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Diterbitkan oleh: KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA ©2012 Editorial Jurnal HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Dewan Penasihat : Semua Komisioner & Sekretaris Jenderal Komnas HAM Penanggungjawab : Ifdhal Kasim, SH, LL.M Dewan Penyunting : Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan; Dr. Saharuddin Daming, SH, MH; Ifdhal Kasim, SH, LL.M; Hesti Armiwulan, SH, M.Hum; HM. Kabul Supriyadhie, SH, MH; Nur Kholis, SH, MH; Ir. Yosep Adi Prasetyo; Ridha Saleh, SH; Johny Nelson Simanjuntak,SH; Ahmad Baso; Syafruddin Ngulma Siemeulue Penyunting Penyelia : Ignatius Triyono, S.S, MM; Sastra Manjani, SH, MM, Rusman Widodo, S.Sos Penyunting Pelaksana : Adoniati Meyria Widaningtias, SH; Eva Nila Sari, SE; Nurjaman, SH; Administrasi dan Keuangan : Ratnawati Tobing, SH (Koordinator); Eka Christiningsih Tanlain, S.Sos; Herizal, SE; Loufikar Alfan Cahasta, S.iP Produksi (Desain Grafis) : Banu Abdillah, S.iP; Didi Supandi, A.Md; Hari Reswanto, SS. Distribusi : Sri Hartanto Kurniawan, A.Md, Iman Supandi Penerbit : Komnas HAM

Alamat Redaksi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Jalan Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telepon (021) 392 5230, Faksimili (021) 391 2026

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan ISBN: 978-979-26-1438-1

Jurnal HAM Komnas HAM Jakarta: Jurnal HAM Komnas HAM, 2012, xvi + 351 Hal; 210 mm x 297 mm

Penerbitan ini dibagikan secara gratis, tidak diperjualbelikan. Penggandaan penerbitan ini untuk ­kepentingan penyebarluasan nilai-nilai HAM harus mendapat persetujuan tertulis dari Komnas HAM.

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak ­sebagian atau seluruh isi jurnal ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Kutipan Pasal 72, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan ­pidana penjara masing-masing­ paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) ­tahun dan/atau denda paling ­banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana­ dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 EditorialDaftar Isi

Daftar Isi

Editorial Hari Reswanto ...... vii

Arah Politik Hukum Nasional Terhadap Upaya Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat [Hukum Adat] Berdasarkan UUD NKRI Saafroedin Bahar & Ruswiati Suryasaputra ...... 1

Perlindungan HAM Terhadap Anak Indonesia Yang Ditahan di Penjara Dewasa Australia Erna Ratnaningsih ...... 31

Pemenuhan Hak-hak Atas Pendidikan Darmaningtyas & Heranisty Nasution ...... 69

Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau Yeni Rosdianti...... 95

Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi Mimin Dwi Hartono ...... 133 Konfigurasi Pertarungan Abolisionisme Versus Retensionisme Dalam Diskursus Keberadaan Lembaga Pidana Mati di Tingkat Global dan Nasional Saharuddin Daming ...... 167

Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial Abdul Munir Mulkhan...... 227

Pemberian Jaminan Sosial Dalam Hak Asasi Manusia Stanley Adi Prasetyo ...... 249

Mengintegrasikan HAM Ke Dalam Kebijakan dan Praktik Perusahaan Asep Mulyana ...... 265

Upaya Non-Yudisial Penyelesaian Sengketa Tanah Antara Masyarakat VS Negara Yhodhisman Soratha ...... 285

Membangkitkan Harapan Orang Dengan Kusta Rusman Widodo ...... 315

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 iii EditorialDaftar Tabel

Daftar Tabel

Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendidikan 2001-2007 ...... 101

Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendapatan 2001-2007 ...... 101

Pengeluaran untuk Rokok di Rumah Tangga Indonesia (LDFEUI, 2009) ...... 103

Perjanjian dan Kesepakatan Internasional yang terkait dengan Pengendalian Tembakau (Tobacco Atlas 2010) ...... 116

Data Larangan Merokok di Dalam Restoran di Dunia ...... 119

Ketentuan Hukum di Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok ...... 124

Perbedaan antara pendekatan tradisional, berbasis kebutuhan, dan berbasis hak ...... 141

Prinsip-prinsip Perlindungan Proyek Sphere ...... 143

Kewajiban dan peran para pemangku kepentingan dalam respon kemanusiaan ...... 144

Hak-hak yang Dijamin dan Dilindungi UU No. 11/2005 ...... 254

Kewajiban Yang Harus Dipenuhi Negara ...... 259

iv Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 EditorialDaftar Gambar

Daftar Gambar

Grafik 1: Non Communicable Deseases (NCDs), WHO 2011 ...... 98

Grafik 2: Proporsi Kematian (% total kematian, semua tingkatan umur) di Indone- sia. WHO, 2011...... 99

Grafik 3: Prevalensi perokok remaja menurut Susenas 1995, 2001, 2004 dan Ris- kesdas 2007 ...... 100

Grafik 4: Perokok usia 10 – 14 tahun Susenas 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007 ...... 100

Grafik 5: Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Keluarga Miskin, data BPS ...... 104

Grafik 6: Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk rokok tahun 2003-2006 ...... 105

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 v Editorial

Editorial

Oleh Hari Reswanto1

vi Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Editorial

Oleh Hari Reswanto1

Hari Reswanto1

ersoalan terkait hak tersebut terletak di Kabupaten Langkat masyarakat adat – biasanya dan Deli Serdang. Pterkait hak tanah ulayat -- dari tahun ke tahun terus terjadi. Tercatat Di Papua, ada kasus pembangunan ada kasus Mesuji yang terjadi antara Bandara Wamena di Kecamatan 2009-2011 di Lampung yang diadukan Wamena. Kasus ini muncul karena masyarakat ke DPR RI pada Desember ketidakjelasan soal ganti rugi tanah 2011. Warga Mesuji mengadukan ulayat milik Suku Wamena yang dipakai peristiwa pembunuhan sekira 30 untuk pembangunan bandara. Di warga desa di sekitar perkebunan Kalimantan, muncul kasus Suku Dayak sawit di Kabupaten Mesuji, Lampung di Kabupaten Suriyan, Kalimantan dan Sumatera Selatan. Lainnya, kasus Tengah. Mereka menuntut hak tanah Badan Perjuangan Rakyat Penunggu ulayatnya karena tanah yang mereka Indonesia (BPRPI) / Aliansi Masyarakat tinggali dan hidup turun menurun Adat Nusantara (AMAN) yang meminta diserobot oleh pengusaha bermodal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara besar dan oknum pemerintah. Di mendistribusikan 9.085 hektar tanah Pulau Sulawesi ada sengketa tanah adat ke masyarakat seperti yang telah adat di Luwu Timur, Sulwaesi Selatan disepakati pada masa pemerintahan yang melibatkan masyarakat setempat Gubernur Sumut EWP Tambunan pada melawan perusahaan tambang asing PT. 24 Mei 1980. Tanah yang dijanjikan Internasional Nikel Indonesia (INCO). 1 Staf Fungsional Penyuluh HAM Komnas HAM

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 vii Editorial

Sengketa tanah ulayat tersebut masyarakat adat pemilik tanah ulayat muncul karena adanya perlakuan yang beserta seluruh isinya. Sementara para tidak adil terhadap masyarakat adat pelakunya adalah para pemodal besar yang telah memiliki tanahnya selama -- pemilik hak pengusahaan hutan beberapa generasi. Ketidakadilan ini (HPH), perusahaan multinasional, muncul sebagai buah konspirasi antara dan sebagainya – dan oknum aparat para pemilik pemodal besar dengan pemerintah dari berbagai instansi – sipil aparat pemerintah -- sipil maupun maupun militer. militer -- yang culas. Dampak buruk dari perampasan Modus operandi untuk menguasai tanah ulayat sangat terasa bagi pihak tanah ulayat dilakukan dengan cara- . Mereka seperti dicabut akar cara sebagai berikut: 1) Menyertifikasi kehidupannya dan menjadi orang tanah ulayat sebagai tanah milik asing di negerinya sendiri. Diperkirakan pribadi. Biasanya pemilik pribadi itu ada jutaan hektar tanah ulayat yang para pengusaha bermodal besar. dirampas atau diserobot oleh para Padahal tanah ulayat tak bisa pemodal besar dan oknum aparat disertifikasi atas nama pribadi, 2) negara. Kerugian materinya hampir Para pemodal besar dengan dibekingi bisa dipastikan mencapai triliunan aparat negara melakukan perampasan rupiah dan masih banyak kerugian non atau penyerobotan terhadap tanah- materi yang tak dapat dihitung atau tak tanah ulayat. Mereka secara sepihak tergantikan seperti hilangnya nilai-nilai menentukan batas-batas kepemilikan adat istiadat, sistem religi, sistem sosial tanah yang baru dan mengabaikan hak- kemasyarakatan masyarakat adat, hak warga atas tanah ulayat. Biasanya punahnya bahasa dan lain-lain. dilakukan oleh para pengusaha yang ingin membuka lahan perkebunan Mengapa perampasan hak ataupun pertambangan, 3) Mempersulit masyarakat adat terus terjadi? Apakah masyarakat adat yang ingin mendapat karena tidak ada jaminan konstitusi? sertifikat atau pengakuan tentang Jaminan terhadap eksistensi masyarakat hak atas tanah ulayatnya. Tapi justru adat sesungguhnya telah tercantum di mempermudah para pemodal besar dalam Pasal 18B ayat (2) UUD RI Tahun yang ingin membuka usaha di atas 1945 mengatakan: tanah ulayat milik masyarakat. Atau Negara mengakui dan meng- aparat negara sering secara sepihak hormati kesatuan-kesatuan ma- mengeluarkan sertifikat ganda atas syarakat hukum adat serta hak- pesanan dari pemodal besar. hak tradisonalnya sepanjang Dalam sengketa tanah ulayat tampak masih hidup dan sesuai dengan jelas bahwa pihak korban adalah perkembangan masyarakat dan

viii Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

prinsip Negara Kesatuan Republik dengan tidak harmonisnya sejumlah Indonesia, yang diatur dalam undang-undang yang terkait persoalan undang-undang. tanah ulayat. Misal, Undang-undang Kehutanan, Undang-Undang Penge- Bila kita baca isi Konstitusi tersebut lolaan Daerah Pesisir, Undang-Undang akan terlihat ada 4 hal yang harus Pertanahan dan lain-lain. dipenuhi masyarakat (hukum) adat untuk mendapat pengakuan dari negara Beragam aturan tersebut perlu yaitu: 1)Sepanjang masih ada, 2)Sesuai diharmonisasi dan direvisi agar mampu dengan perkembangan masyarakat, memberi jaminan yang maksimal 3) Sesuai Prinsip Negara Kesatuan bagi pemenuhan dan perlindungan Republik Indonesia, 4) Diatur dalam hak-hak masyarakat adat. Itu semua undang-undang. Tampaknya 4 kriteria tersebut tidak mudah untuk dipenuhi karena masyarakat adat memiliki komunitas masyarakat adat. Bahkan atas tanah dan sumber daya alam, kriteria tersebut sangat rentan untuk hak atas kebudayaan, dan hak untuk dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu, menentukan nasib sendiri. khusunya kriteria nomor 4 yaitu diatur dalam undang-undang. Tampaknya Hingga saat ini belum tersedia kriteria tentang masyarakat adat ini undang-undang yang mengatur secara perlu ditinjau kembali. Persyaratan utuh keberadaan dan perlidungan hak- tersebut bertentangan dengan hak masyarakat adat. Masyarakat adat ketentuan hukum HAM internasional yang seringkali ditukarkan dengan yang menyatakan masyarakat adat istilah masyarakat terpencil, masyarakat termasuk kalangan rentan yang harus terbelakang, disinggung dalam be- mendapat perlindungan dari negara. berapa undang-undang sektoral. Tidak Pasal 2 Angka 1 Konvensi ILO No. diatur secara menyeluruh. Mereka 169 tentang Konvensi Masyarakat menjadi objek kepentingan, bukan Hukum Adat 1989 berbunyi: subjek yang mandiri yang seharusnya dapat menikmati hak-haknya. Pemerintah harus bertanggung- jawab untuk mengembangkan, Persingungan masyarakat adat dengan keikut-sertaan masyarakat dengan Negara hanya terjadi ketika terkait, tindakan terkoordinasi ada sengketa dengan usaha (bisnis). dan sistematis untuk melindungi Karena memang masyarakat adat hak-hak masyarakat tersebut dan hanya disinggung sepotong-sepotong untuk menjamin rasa hormat demi kepentingan bisnis. Untuk sekedar terhadap integritas mereka. contoh UU No. 11 Tahun 1967 tentang Selain ada persoalan di level Pertambangan, UU No. 18 tahun 2004 Konstitusi, persoalan juga kian parah tentang Perkebunan, UU tentang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ix Editorial

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- terhadap eksistensi dan hak tradisional Pulau Kecil, UU No. 32 tahun 2009 masyarakat hukum adat dari 1960 – tentang Lingkungan. 1999. Tulisan ini juga memaparkan tentang perlindungan hak masyarakat Kita memerlukan sebuah Undang- hukum adat di tingkat internasional, Undang yang mengatur secara utuh reaksi terorganisasi masyarakat hukum pengakuan dan penghormatan atas adat sejak 1999 – 2007 serta memuat keberadaan dan hak-hak masyarakat catatan kronologis tentang pengakuan, adat. Mereka adalah bagian penting penghormatan, dan perlindungan dari Negara. Penghampiran atas negara terhadap eksistensi dan hak masyarakat adat yang hanya sesaat dan masyarakat hukum adat. terjadi bila terjadi konflik dengan mereka Persoalan lain yang dibahas adalah cara yang salah. Pengakuan dan dalam tulisan ini adalah soal definisi penghormatan secara utuh keberadaan dan indikator masyarakat hukum dan hak-hak masyarakat adat dalam adat, perkembangan mutakhir sebuah undang-undang adalah cara hukum internasional tentang istilah terbaik menyelesaikan dan mencegah Indigenous Peoples dan Right of terjadinya kembali konflik dan kasus Self Determination, serta perspektif yang melibatkan masyrakat adat. pembentukan dasar hukum untuk Mencermati arti penting eksistensi pengakuan, penghormatan, dan masyarakat adat bagi kelangsungan perlindungan terhadap eksistensi dan dan keberlanjutan hidup rakyat hak masyarakat hukum adat. Indonesia, maka tulisan Jurnal HAM Jurnal HAM edisi ini juga menampilkan kali ini salah satunya membahas tulisan dari Erna Ratnaningsih yang tentang hak masyarakat adat di berjudul ”Perlindungan HAM Terhadap Indonesia. Saafroedin Bahar dan Anak Indonesia Yang Ditahan di Ruswiati Suryasaputra menyampaikan Penjara Dewasa Australia.” Tulisan ini tulisan berjudul ”Arah Politik Hukum membahas Indonesia sebagai negara Nasional Terhadap Upaya Perlindungan yang memiliki kedekatan secara Hukum Bagi Masyarakat (Hukum geografis dengan Australia yang Adat) Berdasarkan UUD NKRI.” memiliki kerentanan khusus berkaitan Tulisan ini membahas tentang latar dengan transnational organized crimes belakang global terkait persoalan khususnya perdagangan manusia yang dihadapi masyarakat adat sejak (human trafficking). Pelibatan anak zaman penjajahan Portugis dan Indonesia dalam aktifivas penggelapan Belanda di Indonesia. Membahas sikap orang (people smuggling) merupakan dasar para pendiri negara terhadap salah satu bentuk perdagangan manusia masyarakat hukum adat, dinamika perdagangan (trafficking) melalui pengakuan konstitusional negara eksploitasi tenaga kerja.

x Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Artikel ini menggambarkan potret Pengendalian Tembakau.” Artikel anak Indonesia yang berhadapan ini mengatakan konsumsi rokok di dengan hukum di Australia, Kewajiban Indonesia terus mengalami peningkatan Internasional Pemerintah Indonesia yang signifikan dari tahun 1995 sampai dan Pemerintah Australia yang telah dengan 2010. Peningkatan prevalensi meratifikasi berbagai Konvensi Hak- perokok dewasa pada tahun 1995 hak Sipil dan Politik, United Nation mencapai 53,4% laki-laki dan 1,7% Convention untuk Mencegah, Menindak perempuan. Selama kurun waktu dan Menghukum Perdagangan 15 tahun, perokok dewasa laki- Orang terutama Perempuan dan laki meningkat menjadi 65,9% dan Anak-Anak serta Konvensi Hak Anak perempuan menjadi 4,2%. Peningkatan disertai dengan hukum nasional yang konsumsi rokok ini merupakan salah mengatur perdagangan orang. Diakhiri satu penyebab kematian meningkat dengan berbagai kerja sama yang dapat pesat di dunia saat ini. dilakukan antara Indonesia dan Australia Indonesia merupakan negara ketiga dalam penanganan kasus anak-anak dengan jumlah perokok tertinggi Indonesia yang ditahan di penjara di dunia, setelah Cina dan India, Australia berdasarkan prinsip-prinsip dengan prevalensi perokok tertinggi dan pedoman hukum Internasional. di dunia yaitu 36,1% (GATS 2011). Di Selanjutnya adalah tulisan berjudul Indonesia, tingkat produksi rokok pada “Pemenuhan Hak-Hak Atas Pendidikan” tahun 2010 telah mencapai 260 miliar oleh Darmaningtyas & Heranisty batang, dan di tahun 2011 bahkan telah Nasution. Artikel ini mengupas tentang mencapai 270 miliar batang. Sementara Pemerintah sebagai representasi negara jumlah penduduk di Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi adalah berkisar 230 juta jiwa. Dalam dan memajukan hak warga negara data Riskesdas 2010 perokok pasif atas pendidikan. Pemenuhan hak perempuan sebanyak 62 juta, dan laki- pendidikan tersebut diyakini akan laki sebanyak 30 juta sehingga terdapat berdampak pada pemenuhan hak-hak 92 juta perokok pasif di Indonesia. Dan dasar lainnya seperti hak sipil dan politik. sebanyak 11,4 juta anak usia 0-4 tahun Pemerintah perlu menyelenggarakan terpapar asap rokok. Sedangkan pada pendidikan berbasis HAM melalui data GATS 2011 menunjukkan jumlah berbagai strategi pendekatan, seperti perokok pasif sebanyak 133,3 juta misalnya mewujudkan pendidikan terpapar asap rokok di rumah. gratis, pendidikan inklusif, dan metode Dari informasi di atas, maka pengajaran tanpa kekerasan. upaya pengendalian penggunaan Di artikel lain, Yeni Rosdianti menulis tembakau sangat diperlukan guna tulisan berjudul “Perlindungan Hak menurunkan jumlah perokok dan Atas Kesehatan Melalui Kebijakan mencegah masyarakat dari kecanduan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 xi Editorial

kebiasaan merokok, sehingga mereka memulihkan, dan memberikan solusi terhindar dari penyakit-penyakit yang terhadap isu-isu hak asasi manusia sangat membahayakan. Pengendalian dalam penanganan bencana sehingga tembakau juga merupakan bentuk mampu membantu para pemangku pelaksanaan kewajiban Negara dalam kepentingan untuk merumuskan dan melindungi kesehatan warga negara mengimplementasikan kebijakan untuk mendapatkan standar kesehatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang tertinggi yang dapat dijangkau efektif, berkelanjutan, dan akuntabel. sebagaimana disebutkan dalam Pada bagian lain, Saharuddin Komentar Umum No.14 Kovenan hak Daming menampilkan artikel berjudul ekonomi, sosial dan budaya, khususnya “Konfigurasi Pertarungan Abolisionisme mengenai hak atas kesehatan. Versus Retensionisme Dalam Diskursus Mimin Dwi Hartono membuat Keberadaan Lembaga Pidana Mati di tulisan berjudul “Pendekatan Berbasis Tingkat Global dan Nasional.” Artikel HAM dalam Penanganan Bencana: ini menyatakan upaya menegakkan Kasus Erupsi Gunung Merapi.” Tulisan hukum dan keadilan berdasarkan hak ini menguji hubungan antara hak asasi asasi manusia (HAM) atau sebaliknya manusia, dinamika kekuatan, dan menegakkan HAM berbasis hukum interaksi di antara para pemangku dan keadilan merupakan cita-cita kepentingan terkait dengan kebijakan masyarakat demokratis. Namun harapan rehabilitasi dan rekonstruksi paska tersebut belum dapat terwujud secara erupsi Gunung Merapi yang terjadi penuh akibat tantangan secara multi pada tahun 2010. Kebijakan rehabilitasi dimensional datang silih berganti. Salah dan rekonstruksi adalah bagian yang satu persoalan HAM versus keadilan sangat mendasar dalam proses untuk yang kini menjadi polemik besar membangun kembali penghidupan, adalah pidana mati. Isu ini membelah mata pencaharian, dan meningkatkan pendapat publik antara pro dan kontra daya tahan masyarakat terhadap dengan masing-masing argumentasi bencana, maka pendekatan berbasis disandarkan pada dalil yang bersifat hak asasi manusia berperan sangat rasional dan empiris. penting untuk memastikan adanya Kubu yang menolak pidana mati, partisipasi dan pemberdayaan individu merujuk pada prinsip HAM khususnya dan masyarakat (penyandang hak) dan hak hidup sebagai hak yang tidak dapat ditegakkannya prinsip non-diskriminasi dikurangi, dicabut apalagi dirampas oleh dan akuntabilitas penyelenggara siapapun dan dalam keadaan apapun. negara (pengemban kewajiban). Hak tersebut merupakan anugerah Pendekatan berbasis hak asasi Tuhan yang Maha Esa sehingga manusia manusia berfungsi untuk mengatasi, tak dapat mencabut atas nama hukum

xii Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

sekalipun seperti yang tercermin dalam “Kebebasan Beragama, Mungkinkah? lembaga pidana mati. Melalui gerakan Antara Fakta atau Takdir Sosial.” Intisari abolisionis, mereka menggalang dari tulisan ini mengatakan ketika agama kekuatan untuk berjuang menghapus bersaing untuk menambah jumlah pidana mati dalam sistiem hukum komunitasnya di abad yang terbuka diseluruh dunia termasuk Indonesia. ini, maka mereka akan berkonflik satu Sebaliknya kubu yang mendukung sama lain dilanjutkan dengan kekerasan pidana mati juga mengacu pada prinsip secara psikis dan fisik. Pertanyaannya HAM terutama pada aspek kewajiban adalah dapatkah para pemimpin agama asasi yang melekat pada setiap manusia. bersikap lemah lembut kepada setiap Ketika seseorang melakukan kejahatan orang sebagai manusia? Jika mereka yang sangat keji dan sadis misalnya mampu melakukan hal tersebut, seperti maka ia telah melanggar hak asasi orang yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan lain sekaligus melanggar kewajiban dengan prinsip gerakan Al-Ma’un, maka asasinya. Jika ia dijatuhi pidana mati oleh agama akan memasuki era pencerahan pengadilan berdasarkan hukum yang baru. berlaku, maka hal tersebut merupakan Tuhan menyatakan di dalam agama- tanggungjawab yang harus ia tunaikan Nya bahwa karena rahmat-Nya maka demi keadilan sebagai bagian penting setiap manusia dapat merasa aman dan dari HAM. damai. Tetapi manusia selalu sombong. Sesungguhnya yang berhak sombong Dalam hal ini bukan hanya terpidana itu hanya Tuhan karena Dia-lah yang yang perlu mendapat perlindungan Maha Kuasa. HAM tetapi korban dan keluarganya Kami percaya pada otoritas Tuhan maupun masyarakat secara luas juga yang telah memberikan kehendak memiliki HAM yang harus ditegakkan bebas kepada semua orang untuk secara adil. Kubu ini juga melakukan memutuskan agama apa yang akan gerakan retensionisme untuk mereka pilih. Apakah para pemimpin mempertahankan lembaga pidana mati agama masih percaya pada Tuhan? dalam sistem hukum yang berlaku. Atau faktual, apakah mereka justru Menghapus pidana mati menurut menggunakan Tuhan sebagai topeng mereka berarti membiarkan terjadinya untuk kepentingan duniawi mereka? pelanggaran HAM baru yang lebih serius sekaligus mencabut perasaan Artikel lain yang menarik untuk keadilan dari akar budaya hukum yang disimak adalah artikel berjudul harus dihormati oleh siapapun. ”Pemberian Jaminan Sosial Dalam Selanjutnya ada tulisan dari Hak Asasi Manusia” yang ditulis Abdul Munir Mulkhan yang berjudul oleh Yosep Adi Prasetyo. Artikel ini

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 xiii Editorial mengatakan jaminan sosial adalah pertambangan yang bersifat ekstraktif. salah satu bentuk perlindungan sosial Di sisi lain, kontrol Negara terhadap yang diselenggarakan oleh negara operasi perusahaan-perusahaan itu juga guna menjamin warganegaranya untuk kian melemah. Operasi perusahaan memenuhi kebutuhan hidup dasar yang multinasional di berbagai belahan layak, sebagaimana dalam DUHAM dunia dapat memberi efek positif 1948 dan Konvensi ILO No. 102 Tahun bagi kemajuan ekonomi, namun juga 1952. berdampak negatif bagi penikmatan Jaminan sosial merupakan sebuah HAM. Fenomena ini mendorong upaya untuk menciptakan sebuah inisiatif dari Perserikatan Bangsa Bangsa kesejahteraan sosial antara lain (PBB) untuk menyusun kerangka dengan memberikan perlindungan dan panduan bagi komunitas bisnis sosial. Perlindungan sosial sendiri dalam penghormatan, perlindungan, meliputi upaya untuk mengatasi dan dan pemulihan HAM. Kerangka kerja memberantas kemiskinan, pemberian PBB ini menjadi alat yang memandu bantuan dan perlindungan kepada perusahaan untuk mengintegrasikan kelompok lanjut usia, mereka yang HAM dalam kebijakan dan praktik mengalami kecacatan, kelompok perusahaan sehingga, di masa pengangguran, keluarga dan anak- depan, perusahaan bukan saja dapat anak, dan lain-lain. meminimalisasi resiko dan dampak Semestinya iuran itu dibayar terhadap HAM dalam operasinya, tetapi atau ditanggung oleh pemerintah, bahkan dapat berkontribusi positif bagi karena memang sudah menjadi penikmatan HAM. kewajiban negara. Hasil kekayaan Yhodhisman Soratha menulis negara seharusnya digunakan untuk artikel berjudul “Upaya Non –Yudisial menyejahterakan rakyat Indonesia. Penyelesaian Sengketa Tanah Antara Tulisan lain adalah tentang Masyarakat vs Negara.” Artikel ini bisnis dan HAM. Asep Mulyana mengatakan Konstitusi Negara RI memaparkannya melalui artikel mengatur bahwa negara hanya berjudul ”Mengintegrasikan HAM menguasai sumber-sumber daya alam ke Dalam Kebijakan dan Praktik (termasuk tanah), namun mandat Perusahaan.” Perdebatan tentang bisnis ini kemudian dikembangkan secara dan HAM menyeruak dalam diplomasi ekstensif oleh pemerintah dengan internasional pada 1990-an. Debat itu memberikan kewenangan bagi negara didorong oleh makin kuatnya peran untuk memiliki tanah. Kepemilikan dan posisi ekonomi-politik perusahaan- tanah oleh negara ini menjadi salah perusahaan multinasional, utamanya satu sumber konflik dengan warga perusahaan yang bergerak di sektor masyarakat, yang seringkali berlangsung

xiv Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial sangat panjang dan berakhir dengan rangka menghapus penyakit kusta, kekerasan. stigma dan diskriminasi terhadap ODK Hukum yang ada tidak memberi di Indonesia. Tapi upaya-upaya tersebut peluang bagi penyelesaian sengketa masih belum cukup karena ODK masih tanah antara negara dengan masyarakat, bertebaran di seluruh pelosok tanah air. kecuali melalui pengadilan, hal yang Dibutuhkan gugus tugas nasional sangat dihindari oleh masyarakat. penanggulangan kusta yang Untuk itu, perlu dicari upaya alternatif mampu memastikan semua program untuk penyelesaian yang lebih adil terkait kusta bisa berjalan sinergis, terkait sengketa tanah yang diklaim komprehensif, tidak tumpang tindih, sebagai milik negara dengan kelompok tepat sasaran dan menjangkau seluruh masyarakat. ODK di tanah air. Pada bagian akhir, Jurnal HAM Sebelas artikel yang tampil di Jurnal edisi 2012 ini menampilkan artikel HAM edisi 2012 ini mengupas beragam berjudul “Membangkitkan Harapan aspek HAM terkait hak sipil politik Orang Dengan Kusta” yang ditulis oleh maupun hak ekonomi sosial budaya. Rusman Widodo. Tulisan ini membahas Banyak hal baru dan informasi berharga tentang penyakit kusta, kondisi kusta yang dapat diperoleh dari artikel-artikel di Indonesia, dan permasalahan yang tersebut. Kami berharap apa yang dihadapi oleh orang-orang yang kami suguhkan mampu menambah terkena kusta atau Orang Dengan pengetahuan sekaligus memantik Kusta (ODK). Membahas tentang hasrat dan semangat para pembaca tanggungjawab negara dan resolusi Jurnal HAM untuk terus menggali dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang mempelajari HAM dengan lebih baik. Penghapusan Diskriminasi terhadap Orang-Orang yang Terkena Kusta dan Anggota Keluarga Mereka. ODK memiliki permasalahan yang kompleks. Mereka menanggung beban medis, beban ekonomi dan sosial. ODK juga terkena stigma dan diskriminasi yang memprihatinkan. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, individu telah berupaya membangkitkan harapan dan gairah hidup ODK melalui beragam cara dan program kegiatan. Pemerintah juga telah melakukan berbagai tindakan dan program dalam

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 xv Editorial

RIWAYAT HIDUP HARI RESWANTO

Nama : Hari Reswanto Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 4 Juli 1971 Alamat : Gg. Mangga rt 010/04 no 12 Kel Rawajati 12750, Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Pendidikan : SDN Rawajati 01 Pagi Jakarta Selatan SMP Muhammadyah IV Jakarta Timur SMA Negeri 62 Jakarta Timur Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI 1990 – 1996 Jabatan : Penyuluh HAM Pelatihan : Kursus bahasa inggris di IALF Jakarta Internship Program di HRREC Ottawa, Canada Pelatihan Penulisan di Kompas Jakarta Short Course di RWI, Lund, Swedia HIV Aid workshop di Bangkok, Thailand Pelatihan Jurnalistik

xvi Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Third Revised Version 1

ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] 2 BERDASARKAN UUD NKRI2

Saafroedin Bahar 3 Ruswiati Suryasaputra 4

1 Dalam naskah ini telah ditambahkan informasi dan gagasan yang berkembang selama serta setelah workshop, tanpa mengubah keseluruhan materi yang telah dipaparkan. 2 Judul asli naskah ini adalah “Kebijakan Negara dalam Rangka Pengakuan, Penghormatan, dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di Indonesia, pertama kali disajikan pada tahun 2009, disajikan kembali tanpa revisi dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional tentang “Arah Perlindungan Hukum bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum Nasional”, tanggal 12 Mei 2011 di Malang, Jawa Timur. 3 Ketua Dewan Pakar Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat (Seknas MHA); Komisioner Komnas HAM 1995- 2007. 4 Wakil Ketua Umum dan Anggota Dewan Pakar Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat; Komisioner Komnas HAM 2002-2007; Ketua Sub Komisi Perlindungan Kelompok Khusus Komnas HAM, 2004-2007; Komisioner Hak Perempuan Komnas HAM, 2004-2007.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 1 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 2

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 3

Pengantar

zinkanlah saya memulai paparan menyumbang suatu alternatif dan visi ini dengan meminta perhatian masa depan tentang solusi yang dapat Ikita, bahwa masalah pengakuan, dipilih untuk menyelesaikan masalah itu, penghormatan, dan perlindungan khususnya dalam rangka Perserikatan 6 masyarakat adat – yang dalam Bangsa Bangsa . Seperti kita ketahui Undang-Undang Dasar 1945 juga bersama, pada tanggal 13 September 2007 yang lalu, untuk pertama kalinya disebut sebagai ‘masyarakat hukum dalam sejarah dunia, Sidang Umum adat’ atau ‘masyarakat tradisional’ – di Perserikatan Bangsa Bangsa telah Indonesia bukanlah suatu fenomena mensahkan The U.N. Declaration on the khusus Indonesia 5. Fenomena ini Rights of the Indigenous Peoples, yang bersifat global. Oleh karena itu sebelum juga didukung oleh perutusan Republik kita membahas setting Indonesianya, Indonesia di badan dunia tersebut 7. marilah kita luangkan waktu sejenak Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mengulas seperlunya setting globalnya. Pemahaman terhadap 6 Lihat, Jannie Lasimbang, et.al. 2007, Bridging nthe Gap:Policies and Practices on Indigenous setting global ini bukan saja akan Peoples’ Natural Resource Management in Asia, memberi kita pemahaman tentang latar UNDP,RIPP,AIPP Foundation, Chiang Mai, Thailand; dan UNDP, 2007, Indigenous Peoples and the Human belakang masalahnya, tetapi juga akan Rights-Based Approach to Development: Engaging in Dialogue. DINTEG and UNDP RIPP. Bangkok. Thailand. 5 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memilih 7 Sampai saat ini belum ada suatu definisi resmi istilah ‘masyarakat adat’, sedangkan Mahkamah tentang apa yang dimaksud dengan the indigenous Konstitusi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia peoples ini. Secara historis, lazimnya yang dimaksud (Komnas HAM), dan Sekretariat Nasional Masyarakat dengan istilah ini adalah seluruh penduduk yang Hukum Sadat (Seknas MHA) memilih istilah mendiami suatu daerah pada saat kedatangan orang ‘masyarakat hukum adat’ yang sering disingkat Eropa ke daerah yang bersangkutan. Sehubungan sebagai ‘MHA’. Penulis memilih istilah ‘masyarakat dengan belum adanya kesepakatan tersebut di hukum adat’. atas, lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa mempergunakan tolok ukur subyektif, yaitu mereka yang merasa dirinya sebagai the indigenous peoples.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 4 pengakuan, penghormatan, dan di atas muka bumi yang sama, maka perlindungan Negara terhadap cepat atau lambat, secara tertutup masyarakat adat tidaklah terjadi secara atau secara terbuka, akan timbul suatu otomatis, dan harus diperjuangkan competing claims yang tidak seimbang secara terencana dan terorganisasikan. terhadap manusia, terhadap wilayah, Jika direnungkan, akar masalah serta terhadap sumber daya alam yang yang akan kita bahas sekarang ini sama. berasal dari kenyataan bahwa di Sudah barang tentu, dalam atas demikian banyak masyarakat kompetisi ini masyarakat hukum adat hukum adat yang telah ada selama akan selalu kalah, karena sebagai ratusan tahun, kemudian dibangun komunitas primordial sifatnya lebih imperium atau negara nasional. Baik banyak memelihara dan mengayomi masyarakat hukum adat mempunyai kepentingan warganya sendiri, kepentingannya sendiri-sendiri, yang berhadapan dengan entitas politik bisa bertolak belakang sama sekali. baru yang bersifat artifisial, yang Sebabnya adalah sebagai berikut: selain berukuran jauh lebih besar juga Masyarakat hukum adat adalah bertujuan – antara lain -- penguasaan entitas antropologis yang tumbuh terhadap seluruh rakyat dan sumber secara alamiah pada suatu bagian muka daya di dalam wilayahnya, dan bumi tertentu, dan terdiri dari berbagai dilengkapi dengan pemerintahan komunitas primordial berukuran kecil yang mempunyai kekuasaan legislatif, yang warganya mempunyai hubungan kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan darah satu sama lainnya. Kata-kata yudisial, serta didukung oleh aparat kunci untuk memahami masyarakat penegak hukum dan angkatan perang. hukum adat adalah kekeluargaan dan Di bawah imperium – yang minatnya kebersamaan. Sedangkan imperium hanya pada penguasaan wilayah serta dan negara nasional adalah entitas- sumber dayanya belaka -- masyarakat entitas politik baru yang bersifat hukum adat benar-benar menjadi bulan- artifisial, yang dirancang untuk bulanan, apalagi oleh karena imperium menguasai seluruh penduduk yang mengembangkan alasan pembenar mendiami suatu daerah yang lebih luas, khusus untuk melakukan kekuasaan yang lazimnya mempunyai sumber tersebut. Salah satu alasan pembenar daya alam yang kaya. Kata-kata kunci khusus untuk penguasaan dunia, untuk memahami imperium dan negara yang ditampilkan setelah ‘penemuan’ nasional ini adalah kedaulatan dan benua Amerika pada tahun 1492 oleh kekuasaan. Christophorus Columbus, adalah Dekrit Oleh karena kedua entitas ini Tordesilas yang diumumkan oleh Paus meliputi warga yang sama dan hidup Alexander VI Borgia pada tahun 1494.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 5

Dekrit ini membagi dunia dalam dua asas domein verklaring dalam system bagian besar, yaitu sebelah Barat pulau hukumnya, yang menyatakan bahwa Tordesilas di Lautan Atlantik tersebut seluruh tanah yang tidak dapat merupakan ‘jatah’ Spanyol, dan sebelah dibuktikan adanya kepemilikan atasnya, Timurnya sebagai ‘jatah’Portugis. merupakan milik Kerajaan Belanda. Sebagai kita ketahui, pada akhir abad Dengan satu kali pernyataan, maka ke-15 dan awal abad ke-16 tersebut seluruh wilayah masyarakat hukum Spanyol dan Portugis adalah dua super adat berada di bawah kekuasaan power dunia, yang menguasai sebagian Kerajaan Belanda, walaupun bukannya besar samudera dan lautan. tanpa perlawanan. Berdasar semangat Dekrit itu Seyogyanya, posisi masyarakat kedua super power tersebut mengirim hukum adat akan jauh lebih baik dalam ekspedisi ke berbagai bagian dunia, suatu negara nasional, khususnya dan menyatakan daerah-daerah yang oleh karena negara nasional lazimnya didatanginya sebagai bagian dari didasarkan pada faham kebangsaan wilayah kekuasaan negaranya masing- dan asas kedaulatan rakyat. Warga masing. Demikianlah, pada tahun masyarakat hukum adat yang hidup 1511, ekspedisi Portugis di bawah secara turun temurun pada tanah ulayat komando Alfonso d’Albuquerque di kampung halamannya masing- menaklukkan kota dagang Melaka, dan masing adalah bagian menyeluruh dari meneruskan ekspedisinya ke bagian- rakyat negara yang bersangkutan. bagian lain kepulauan Indonesia. Namun kenyataannya tidak selalu Seperti kita ketahui, hegemoni Spanyol demikian. Salah satu faktor penyebabnya dan Portugis ini kemudian dipatahkan adalah hukum transitoir yang masih oleh persaingan dengan negara Eropa membolehkan berlakunya aturan- lainnya seperti Inggris, Prancis, Belanda, aturan hukum yang ada selama belum dan Jerman. ada aturan hukum yang baru, termasuk Oleh karena berbagai faktor, hukum-hukum yang berasal dari zaman termasuk oleh karena kepiawaiannya kolonial. Selain dari itu – dan ini yang dalam menggunakan strategi devide lebih penting – adalah oleh karena et impera, secara bertahap kepulauan munculnya berbagai kepentingan Indonesia berada di bawah kekuasaan dalam negara nasional tersebut, untuk Kerajaan Belanda. Sesuai dengan menguasai sumber daya alam yang ada semangat Dekrit Tordesilas serta di wilayah masyarakat hukum adat. berbagai doktrin hukum internasional Sama sekali tidak ada jaminan bahwa yang berkembang setelah itu – seperti dalam negara nasional masyarakat doktrin mare liberum dan res nullius hukum adat akan memperoleh – Kerajaan Belanda ini mencantumkan pengakuan, penghormatan, serta

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 6 perlindungan yang lebih baik dari era Penjelasan Pasal 18 tersebut diberikan imperium sebelumnya. Kecenderungan contoh-contoh tentang satuan-satuan tersebut juga terlihat jelas di Indonesia. masyarakat hukum adat seperti desa di Marilah kita telaah bagaimana dinamika Jawa, dan nagari di Minangkabau, yang perkembangannya dalam sejarah dinyatakan mempunyai hak asal usul nasional kita. yang harus dihormati negara. Dalam literatur adat recht yang dikembangkan Sikap Dasar para Pendiri Negara oleh Universitas Leiden, dengan terhadap Masyarakat Hukum Adat istilah adat rechtgemeenschappen dan Masalah Tindaklanjutnya memang dimaksudkan desa atau satuan masyarakat yang setingkat. Dalam konteks kesejarahan Seluruh masyarakat hukum adat sesungguhnya kita amat beruntung, ini dikelompokkan dalam 18 adat karena perancang Undang-Undang rechtskringen. Dasar 1945 — Prof. Mr. Dr. R. Soepomo Namun, walaupun hanya tercantum – adalah seorang pakar hukum dalam Penjelasan Pasal 18 Undang- adat, yang benar-benar mengetahui Undang Dasar 1945, sikap para Pendiri posisi masyarakat hukum adat di Negara tersebut merupakan original Indonesia, dan sehubungan dengan intent yang harus dirujuk dalam itu mencantumkan pengakuan Negara melakukan tafsiran historis (historische terhadap masyarakat hukum adat interpretatie) terhadap norma hukum (‘volksgemeenschappen’) dalam positif yang terkait dengan eksistensi rancangan konstitusi yang sedang dan hak-hak tradisional masyarakat disusunnya. hukum adat ini, paling sedikit selama Sudah barang tentu sekarang kita masih mempergunakan Undang- kita dapat menyayangkan bahwa Undang Dasar 1945. pengakuan tersebut tidak tercantum Ada suatu kendala konseptual secara lugas dalam dictum Undang- yang sekarang kita sadari amat Undang Dasar 1945, tetapi ‘hanya’ menghambat upaya untuk secara dalam Penjelasan Pasal 18 8. Dalam sistematik menindaklanjuti original

8 Pada angka II Penjelasan Pasal 18 tersebut termaktub intent para Pendiri Negara tersebut ke kalimat ini : “Dalam territoir Negara Indonesia dalam kebijakan negara dan peraturan terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende Landschappen” dan ‘Volksgmeenschappen” seperti perundang-undangan nasional. Kendala desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, konseptual tersebut adalah tidak – atau dusun dan marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan kurang – berkembangnya pengetahuan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah kita terhadap perkembangan masya- yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia memghormati kedudukan daerah-daerah istimewa rakat hukum adat ini. Tidaklah akan tersebut dan segala peraturan negara yang berkelebihan jika dikatakan bahwa pada mengenai daerah itu akan mengingati hak-hak asal- usul daerah itu”.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 7 dasarnya pengetahuan kita sekarang ini bangsa tersebut juga memperoleh tidaklah lebih maju dari pengetahuan perlindungan konstitusional yang sama yang kita warisi dari literatur adat recht seperti halnya dengan masyarakat yang diwariskan oleh Cornelis van hukum adat. Dalam pasal-pasal Vollenhoven dan atau B. Ter Haar Bzn. Undang-Undang Dasar 1945 sama Sementara itu masyarakat hukum adat sekali tidak terdapat istilah etnik atau itu sendiri tumbuh dan berkembang, suku bangsa ini. Hanya secara tersirat bahkan tidak mustahil secara teoretikal hal itu bisa disimpulkan dari kalimat juga menciut dan menghilang, karena yang tercantum dalam Pasal 36 A lenyapnya ciri-ciri khasnya sebagai Undang-Undang Dasar 1945, yang suatu masyarakat hukum adat. menyatakan: “ Lambang Negara adalah Bersamaan dengan itu, secara Garuda Pancasila dengan semboyan pelahan-lahan -- dan tanpa didukung Bhinneka Tunggal Ika’. Sudah oleh teori yang memadai -- telah merupakan kelaziman dalam kehidupan tumbuh perhatian terhadap etnik atau berbangsa dan bernegara bahwa istilah suku-bangsa, sebagai suatu entitas Bhinneka Tunggal Ika terkait dengan antropologis yang lebih besar. Pada kemajemukan masyarakat Indonesia awalnya, perhatian terhadap masalah dari segi ras, etnik, dan agama. ini terbatas pada artian simbolik belaka, Berbeda dengan belum jelasnya dalam hubungan dengan sesanti posisi yuridis dari etnik atau suku bangsa Bhinneka Tunggal Ika yang sejak , sejak tahun 2001 pembentuk undang- tahun 1951 tercantum dalam Lambang undang secara eksplisit mengakui Negara. Namun secara pelahan, eksistensi ras, dalam hal ini ras Papua, eksistensi etnik dalam bangsa yang dalam Undang-undang Nomor`21 bermasyarakat majemuk ini mempunyai Tahun 2001 Tentang Otonomi dimensi politik, sehingga pada tahun Khusus Papua 10. Melalui penafsiran 2000 pemerintah menyelenggarakan sistematis rasanya tidak akan terlalu sensus penduduk yang mencantumkan salah jika disimpulkan bahwa Negara variabel etnik ini dalam pertanyaannya. juga mengakui ras-rasnya, seperti ras Dari sensus penduduk tersebut Melayu, dengan segala bentuk varian- sekarang diketahui adanya 1.072 etnik di Indonesia, 11 buah di antaranya 10 Sesungguhnya, pengakuan secara eksplisit terhadap suatu ras dalam kehidupan berbangsa mempunyai warga di atas satu juta dan bernegara dapat menimbulkan masalah jika jiwa. 9 ditinjau dari perspektif hak asasi manusia serta dari faham nasionalisme, oleh karena pengakuan Secara teoretikal dapat diper- eksplisit terhadap suatu ras bisa ditafsirkan sebagai suatu diskriminasi terhadap ras-ras lainnya. tanyakan, apakah etnik atau suku Walaupun demikian, pengakuan secara eksplisit terhadap ras Papua ini juga bisa ditafsirkan secara 9 Leo Suryadinata et.at. 2003. Indonesia’s Population: positif sebagai affirmative action, yaitu sebagai suatu Ethnicity and Religion in a Changing Political kebijakan khusus untuk memperbaiki kesenjangan Landscape. Institute of Southeeast Asian Studies. yang selama ini berlangsung terhadap ras Papua Singapore. tersebut.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 8 nya, yang tersebar di berbagai daerah lagi oleh karena Republik masih sibuk di Indonesia. dengan perang kemerdekaan. Sudah barang tentu bisa dipersoalkan Namun perlindungan terhadap bagaimanakah hubungan antara eksistensi dan hak masyarakat hukum masyarakat hukum adat, etnik, dan ras adat ini merosot tajam sejak tahun ini, khususnya dalam hubungan dengan 1960, seiring dengan meningkatnya penghormatan, perlindungan, dan kepentingan negara terhadap sumber pemenuhan hak asasi manusia yang daya alam, yang bagaimanapun juga bersifat kolektif, sesuai dengan berbagai berada dalam wilayah ulayat masyarakat instrumen hukum internasional hak asasi hukum adat, terutama di luar pulau Jawa. manusia. Menjelang dikembangkannya Dengan berbagai peraturan perundang- rujukan hukum yang lebih mengikat, undangan, Negara mengembangkan sejak tahun 2005 Komisi Nasional berbagai kebijakan, yang intinya Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) adalah mengurangi, menghalangi, mengadakan serangkaian seminar dan membatasi, dan atau mencabut hak- lokakarya untuk membahas masalah ini hak tradisional serta hak sejarah dan menyimpulkan adanya hubungan masyarakat hukum adat yang ada, konseptual antara ketiga kategori nota bene tanpa memberikan ganti rugi komunitas primordial ini yang pada sama sekali. Secara retrospektif dapat dasarnya adalah: masyarakat hukum dikatakan bahwa sengaja atau tidak adat adalah bagian dari suatu etnik, sengaja, seluruh kebijakan Negara yang sedangkan etnik adalah bagian dari ras 11. mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak-hak tradisional Dinamika Pengakuan Konstitusional serta hak sejarah masyarakat hukum Negara terhadap Eksistensi dan Hak adat tersebut merupakan pelanggaran Tradisional Masyarakat Hukum Adat, terhadap hak asasi manusia. 12 1960 – 1999. Secara khusus perlu kita catat sikap ambivalen yang dianut oleh Undang- Sampai sekitar tahun 1960, undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang pengakuan konstitusional terhadap 12 Dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor masyarakat hukum adat ini tidak 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia banyak dipersoalkan, apalagi digugat. terdapat penjelasan bahwa: “Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau Sebagian faktor penyebabnya adalah sekelompok orang termasuk aparat negara baik oleh karena jaminan tersebut dianggap disengaja maupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, sudah seyogyanya demikian, sebagian menghalangi,membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau sekelompok 11 The Republic of Indonesia. 2006. Indigenous orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan Peoples: The Structural Relationship among Tribal tidak mendapatkan , atau dikhawatirkan tidak Groups, Nations and the State, From A Human Rights akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil Perspective. The Indonesian National Commission of dan benar,berdasarkan mekanisme hukum yang Human Rights, Jakarta. berlaku.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 9

Pokok-pokok Agraria terhadap hukum kebudayaan dan terhadap tanah adat dan masyarakat hukum adat. Pada ulayatnya, yang dituangkan dalam suatu sisi, undang-undang ini secara dua buah peraturan daerah kabupaten tegas menyatakan bahwa hukum adat Lebak merupakan sumber dari hukum agraria Keadaan yang secara sistematis nasional kita. Namun pada sisi lain, meminggirkan eksistensi masyarakat eksistensi masyarakat hukum adat – hukum adat serta menegasikan hak- yang merupakan konteks sosio kultural haknya seperti itu secara umum lahirnya hukum adat tersebut -- dibebani berlangsung terus sejak tahun 1960 dengan beberapa kondisionalitas, yang sampai tahun 1998, sewaktu secara cepat atau lambat membuka peluang bertahap dalam era Reformasi telah untuk dinafikannya masyarakat hukum diletakkan kembali landasan hukum adat tersebut. untuk pengakuan formal terhadap Sudah barang tentu, masyarakat eksistensi dan hak-hak tradisional hukum adat tidak berdiam diri terhadap masyarakat hukum adat ini, yang pengurangan, pengambilalihan, atau sudah barang tentu memerlukan waktu pencabutan hak-hak tradisionalnya itu. untuk benar-benar terlaksana dalam Di seluruh Nusantara telah terjadi kritik, kenyataannya. protes, bahkan perlawanan terbuka, Ada suatu kemajuan yang perlu dari warga masyarakat hukum adat, kita catat secara khusus sebelum era yang pada umumnya gagal untuk Reformasi, yatu dibentuknya Komisi mempertahankan esksistensi dan hak- Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas hak tradisionalnya itu. Seperti dapat HAM) pada tahun 1993 dengan diduga, mereka tidak berada pada posisi Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun yang dapat membela diri, karena tidak 1993. Banyak pihak yang menduga mempunyai akses pada kekuasaan, bahwa pembentukan komisi ini lebih baik pada cabang legislatif, eksekutif, merupakan hasil tekanan internasional ataupun yudikatif. 13 Sebagai suatu terhadap Indonesia pasca terjadinya pengecualian patut disebutkan di sini Peristiwa Dilli 1991, dan bukannya adalah bahwa dengan kegigihan yang merupakan hasil dari kebijakan dan mengagumkan, masyarakat Baduy strategi nasional sendiri. Namun, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten walau pada mulanya banyak pihak sekarang, yang berhasil memperoleh yang menyangsikan efektifitas komisi perlindungan hukum terhadap ini, akan tetapi semangat, integritas pribadi, serta kesungguhan anggota- 13 Sungguh menarik perhatian, bahwa pembelaan terhadap eksistensi dan hak tradisional masyarakat anggotanya dalam menangani berbagai hukum adat ini jarang sekali berada pada prioritas tinggi dari partai-partai politik, termasuk yang kasus pelanggaran hak asasi manusia secara eksplisit menyatakan dirinya sebagai yang berat pada umumnya berhasil ‘pembela wong cilik’.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 10 menimbulkan kepercayaan masyarakat. yang memusatkan perhatian pada hak Seperti dapat diduga, dalam tahun- ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam tahun pertama yang mengharuskan suasana konflik ideologi tersebut, komisi ini berjuang untuk memperoleh adalah jelas bahwa wacana tentang kepercayaan masyarakat terhadap hak masyarakat hukum adat tidak akan eksistensi dirinya itu, belum banyak memeperhatian yang memadai. Baru waktu yang dialokasikan secara khusus pada tahun 1993, pasca runtuhnya untuk penghormatan, perlindungan, kubu negara-negara sosialis dan dan perlindungan masyarakat hukum komunis, telah dapat dimasuki babak adat. baru pada Konferensi Wina yang selain mengintegrasikan kedua ‘sayap’ Perlindungan Hak Masyarakat Hukum hak asasi manusia tersebut, juga Adat di Tingkat Internasional sudah mengidentifikasi pentingnya pengakuan terhadap hak masyarakat Perjuangan untuk perlindungan, hukum adat. pengakuan, dan penghormatan terhadap Walaupun demikian, ada suatu masyarakat hukum adat ini tidak hanya langkah yang secara diam-diam terus berlangsung pada tataran nasional, memperjuangkan hak masyarakat tetapi juga pada tataran internasional. hukum adat ini -- indigenous peoples Sudah jelas bahwa upaya ini sungguh dan tribal groups – yang dilakukan oleh teramat sukar, bukan saja oleh karena The International Labour Organization setiap Negara masih tetap bertumpu (ILO). Lembaga yang didirikan pada pada asas kedaulatan Negara (state tahun 1920 ini memberikan perhatian souvereignty) yang tidak akan menolerir terhadap hak-hak kaum minoritas di setiap sanggahan dan penyebalan Eropa setelah Perang Dunia Pertama, terhadap kedaulatan negara, tetapi yang selain telah tercabut dari lingkung- juga oleh karena masih belum cukup an hidupnya juga telah terlunta-lunta berkembangnya doktrin mengenai hak di daerah yang ditunjuk menjadi asasi manusia yang bersifat kolektif lokasi pemukimannya yang baru. Dari (collective rights). langkah permulaan yang sederhana Selain itu, sampai tahun 1993 pada itu, lembaga ini mengembangkan tataran konseptual negara-negara di perhatian kepada masalah indigenous dunia masih terbagi atas dua kubu, peoples. 14 Berturut-turut pada tahun yaitu negara-negara demokrasi liberal 1957 dan tahun 1989 lembaga khusus yang memusatkan perhatian pada hal Perserikatan Bangsa Bangsa ini berhasil sipil dan politik yang memberi prioritas mengesahkan konvensi tentang pada hak-hak perseorangan, dan kubu perlindungan dan pengakuan terhadap negara-negara sosialis dan komunis 14 Penjelasan Dr Annan Voskuil, Workshop Pusham UII, Mataram, 22 Oktober 2008.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 11 hak masyarakat hukum adat. Sudah berpuluh tahun dalam perjuangan barang tentu, daya ikat berlakunya melindungi, mengakui, dan konvensi ILO tersebut bergantung pada menghormati hak masyarakat hukum apakah konvensi tersebut diratifikasi adat ini tercapai sewaktu Sidang Umum oleh negara-negara anggota PBB atau PBB mensahkan U.N. Declaration on tidak. 15 the Rights of the Indigenous Peoples, Selain itu, dalam dasawarsa 1980- 13 September 2007 16. Sudah barang an dalam lingkungan PBB telah dapat tentu, sebagai dokumen yang non- dibentuk The U.N Permanent Forum legally binding, deklarasi ini tidak for Indigenous Issues, yang mengkaji memerlukan ratifikasi, namun norma- masalah-masalah yang berkenaan norma yang terkandung di dalamnya dengan hak masyarakat hukum adat bermanfaat sebagai salah satu rujukan ini. Dengan kegigihan dan ketabahan hukum internasional yang dapat yang mengagumkan, bersama dengan dipegunakan untuk membentuk sebuah The U.N High Commissioner of Human rancangan undang-undang tentang Rights serta UNDP, personil forum ini hak masyarakat hukum adat. mengadakan advokasi tentang hak masyarakat hukum adat. Pada tahun Reaksi Terorganisasi Masyarakat 2004-2007 secara pro-aktif kantor Hukum Adat, 1999 - 2007. regional UNDP di Bangkok mengadakan kerja sama dengan dan memberikan dukungan kepada Komnas HAM serta 1. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Departemen Sosial , untuk memajukan (AMAN), 1999. hak masyarakat hukum adat ini. Suasana kebebasan politik yang Suatu terobosan historis terhadap terbuka beriringan dengan lahirnya kebuntuan yang dialami selama gerakan Reformasi pada tahun 1998

15 Sampai saat naskah ini disusun, Republik Indonesia memberi peluang besar kepada belum meratifikasi Konvensi ILO Nomor 169 Tahun 1989 Tentang Hak Masyarakat Hukum Adat 16 Sekadar catatan sejarah: ada momen yang dan Kelompok Suku di negara-negara Merdeka menenangkan antara bulan Juni 2007, sewaktu tersebut. Republik Filipina tidak meratifikasi The Human Rights Council di Jenewa menyetujui konvensi tersebut, tetapi mengambil norma- Draft Declaration on The IndigenousPeoples’s Rights’s normanya dan menyusun sendiri undang-undang dengan pengesahannya oleh Sidang Umum nasionalnya, yang disebut The Indigenous Peoples’ PBB. Sekelompok negara-negara Afrika, yang Rights Act, 1997. Pada tahun 2004 Komnas HAM dijurubicarai oleh Namibia, mengajukan usul agar mengundang Kedutaan Besar Republik Filipina pengesahan deklarasi tersebut ditunda oleh karena di Jakarta untuk mengadakan presentasi tentang masih ada masalah mengenai kedaulatan Negara IPRA 1997 ini. Menurut pertimbangan Komnas serta mengenai penguasaan terhadap sumber HAM, mengadakan ratifikasi terhadap konvensi ini daya alam. Walaupun demikian, dengan tekanan akan merupakan jalan pintas untuk perlindungan, yang tidak henti-hentinya dari berbagai pihak yang pengakuan dan penghormatan terhadap hak mendukung disahkannya hak masyarakat hukum masyarakat hukum adat, menjelang disusunnya adat ini serta oleh karena sudah ada suasana yang suatu rancangan undang-undang hak masyarakat lebih kondusif sejak Deklarasi Wina tahun 1993,, hukum adat yang orisinal, yang mungkin akan Deklarasi Hak Masyarakat Hukum Adat ini berhasil memakan beberapa waktu. disahkan pada tanggal 13 September 2007.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 12

masyarakat hukum adat untuk inventarisasi keanggotaan di memperjuangkan hak sipil dan hak kalangan masyarakat hukum adat. politik serta hak ekonomi, sosial, dan Sesuai dengan sejarah kelahiran- budayanya. Setelah mengadakan nya itu, terdapat kesan bahwa persiapan seperlunya, pada tahun AMAN -- walaupun membuka 1999 dapat diselenggarakan suatu diri untuk bekerja sama dengan konggres masyarakat adat se- Komnas HAM yang sudah Indonesia di Jakarta, yang berhasil terbentuk selama enam tahun melahirkan Aliansi Masyarakat Adat sebelumnya – namun agak menjaga Nusantara (AMAN). jarak dengan instansi-instansi Seperti dapat diduga, suasana pemerintah, dan kurang atau belum pembicaraan dalam konggres berhasil membangun komunikasi pertama ini amatlah getir, yang yang lancar dengan tataran melahirkan semacam war cry yang pengambil keputusan. AMAN terkenal sampai saat ini, yaitu: berhasil membuka komunikasi yang Jika Negara tidak mengakui kami, melembaga dengan badan-badan maka kami tidak akan mengakui Perserikatan Bangsa Bangsa, dan Negara 17. Semenjak saat itu, AMAN ikut dalam berbagai pertemuan melakukan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh badan konsolidasi ke dalam, bukan saja dunia tersebut. dengan mengadakan advokasi dan pelatihan, tetapi juga mengadakan 2. Sekretariat Nasional Masyarakat Hukum Adat (Seknas MHA), 2007 18. 17 Kegetiran yang disuarakan dalam kongres AMAN pada tahun 1999 tersebut masih terasa sewindu Komnas HAM yang direstrukturisasi kemudian dalam ucapan almarhum Pak Lindung, pada tahun 2004 memberikan Kepala Adat Kampong Muluy, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, perhatian khusus terhadap sebagai berikut: “Kami tidak banyak menuntut perlindungan hak masyarakat Negara dan Pemerintah untuk kehidupan kami. Tetapi kami minta kepada pemerintah untuk menghargai hukum adat ini, baik dengan dan menghormati hak-hak kami sebagaimana masyarakat Indonesia lainnya, sarana yang kami 18 Secara retrospektif dapat disampaikan bahwa miliki di desa tidak ada, kecuali jalantanah yang telah rencana pembentukan Sekretariat Nasional dibuat sejak beroperasinya perusahaan kayu di daerah Masyarakat Hukum Adat ini timbul secara ini, kami menjaga Gunung Lumut bukan untuk hidup spontan pada tanggal 8 Agustus 2006 malam di 150 jiwa warga Muluy, tetapi ratusan ribu jiwa lainnya kalangan para utusan yang akan menghadiri acara di ibu kota kabupaten, kecamatan, dan desa-desa lain peringatan Hari Internasional Masyarakat Hukum ….. Hidup mati kami di tanah Muluy, hidup mati kami Adat se-Dunia (The International Day of The World’s untuk menjaga Gunung Lumut, jangan memaksa kami Indigenous Peoples) pada tanggal 9 Agustus 2006 untuk melawan!”. Lihat Ringkasan Hasil Penelitian di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, yang Mohamad Nasir, S.H., M.Hum, “ Masyarakat Adat khawatir jika perhatian Komnas HAM periode 2002- Muluy: Pengakuan Setengah Hati”, Workshop Hasil 2007 terhadap masyarakat hukum adat ini tidak Penelitian di Tiga Wilayah, “Mendorong Pengakuan, dilanjutkan oleh Komnas HAM periode 2007-2012. Penghormatan &Perlindungan Hak Masyarakat Adat Rencana Deklarasi Jakarta yang akan dibacakan di Indonesia”, Lombok 21-23 Oktober 2008, PUSHAM esok harinya ditandatangani oleh 40 (empat puluh) UII dan Norwegian Centre of Human Rights, h. 24. orang utusan dari daerah-daerah.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 13

menugaskan seorang komisioner least seorang pejabat tinggi dari hak masyarakat hukum adat kantor regional The United Nations’ pada Subkomisi Hak Ekonomi, Development Program (UNDP) di Sosial, dan Budaya, maupun Bangkok. dengan mengadakan serangkaian Dalam rangkaian acara ini pengkajian mendasar mengenai berhasil dirumuskan dan diumumkan eksistensi masyarakat hukum adat sebuah Deklarasi Jakarta tentang serta hak-hak tradisionalnya, baik terbentuknya Sekretariat Nasional ditinjau dari perspektif sejarah Masyarakat Hukum Adat (Seknas tumbuh dan berkembangnya adat MHA), yang menganut empat recht, maupun ditinjau dari berbagai prinsip yang bersifat win-win instrumen hak asasi manusia. dalam perjuangan melindungi dan Titik kulminasi dari kegiatan memulihkan hak masyarakat hukum Komnas HAM ini adalah adat 19, yaitu: pemanfaatan momen peringatan 1. Berwawasan Negara Kesatuan Hari Internasional Masyarakat Republik Indonesia. Hukum Adat se-Dunia (The 2. Kebersamaan dalam memecahkan International Day of The World’s masalah-masalah masyarakat Indigenous Peoples) pada tanggal hukum adat. 9 Agustus 2006 di Taman Mini 3. Berdaya guna dan berhasil guna. Indonesia Indah (TMII), Jakarta 4. Berkeadilan dan berkepastian untuk membangun sebuah hukum. organisasi masyarakat hukum Di luar dugaan sama sekali, baik adat pada tingkat nasional, yang Deklarasi Jakarta maupun empat akan memusatkan perhatian pada prinsip penyelesaian tersebut di perjuangan untuk perumusan atas disambut baik secara langsung kebijakan nasional yang lebih oleh Presiden Republik Indonesia bersahabat dengan masyarakat Susilo Bambang Yudhoyono, yang hukum adat. Acara ini dihadiri pada saat itu juga memerintahkan oleh Presiden Republik Indonesia, para menteri untuk mempersiapkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Wakil rancangan undang-undang perlin- Ketua Dewan Perwakilan Daerah, dungan hak masyarakat hukum beberapa orang menteri, antara adat tersebut di atas 20.

lain Menteri Sosial RI, beberapa 19 Empat prinsip ini disumbangkan oleh Drs. Anwar orang gubernur, sebagian besar Saleh (almarhum) seorang tokoh masyarakat hukum adat dari Kabupaten Kampar, Riau. anggota corps diplomatik, utusan 20 Seknas MHA ini dibuatkan akta notarisnya pada masayarakat hukum adat dari tanggal 31 Januari 2007 di Pekanbaru, dan didaftarkan sebagai organisasi kemasyarakatan di seluruh Indonesia, serta last but not Departemen Dalam Negeri pada bulan Oktober 2008. Menurut rencana mulai bulan Oktober 2008 ini Seknas MHA akan membentuk tujuh koordinator

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 14

Dalam memperjuangkan pe- fokus perhatian diletakkan pada ngakuan, penghormatan, dan penyusunan rancangan undang- perlindungan terhadap eksistensi undang hak masyarakat hukum masyarakat hukum adat serta hak- adat dan atau ratifikasi Konvensi hak tradisionalnya, Seknas MHA ILO Nomor 169 Tahun 1989 menganut kebijakan dan strategi Tentang Hak Masyarakat Hukum yang berbeda dari kebijakan dan Adat dan Masyarakat Kesukuan strategi yang dianut oleh AMAN 21. di negara-negara Merdeka, serta Seknas MHA justru membangun pemanfaatan peluang-peluang komunikasi yang lebih melembaga yang terbuka dalam hukum positif, dengan tataran pembuat kebijakan seperti yang antara lain tersebut di pemerintahan, khususnya dengan bawah ini. Presiden Republik Indonesia, Ketua Mahkamah Konstitusi, Ketua Catatan Kronologis tentang Dewan Perwakilan Daerah, Menteri Pengakuan, Penghormatan, Sosial, dan Menteri Kehutanan, serta dan Perlindungan Negara para gubernur dan para mantan terhadap Eksistensi dan pejabat tinggi terkait 22. Selain itu Hak Masyarakat Hukum Adat23 wilayah di seluruh Indonesia, masing-masingnya 1. Ketetapan Majelis Perusyawaratan satu untuk Sumatera, Jawa-Madura, Kalimantan, Rakyat Nomor TAP-XVII/MPR/1998 Sulawesi, Maluku ; Papua; Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, (almarhum) seorang Pasal 41. tokoh masyarakat hukum adat dari Kabupaten Ketetapan Majelis Permusyawaratan Kampar, Riau. 21 Perbedaan orientasi dan gaya ini mungkin Rakyat ini mempunyai posisi disebabkan oleh perbedaan komposisi personil historis sebagai landasan hukum kepengurusan kedua organisasi ini. Mayoritas kepengurusan AMAN terdiri dari pegiat-pegiat konstitusional pertama yang hak asasi manusia berusia muda, dan mempunyai secara formal mengakui eksistensi latar belakang lembaga swadaya masyarakat yang mempunyai hubungan erat dengan berbagai dan hak tradisional masyarakat lembaga swadaya masyarakat intenasional serta hukum adat di Indonesia yang dengan lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, sedangkan sebagian besar kepengurusan merdeka. Tidak dapat disangsikan Seknas MHA terdiri dari mantan komisioner Komnas lagi bahwa suasana keterbukaan HAM serta mantan para pejabat pemerintah yang mempunyai pengalaman luas dalam bidang untuk Penyelesaian Konflik Agraria. Tim Komnas HAM- legislative, eksekurif serta judicial. Sesungguhnya KPA-HUMA-WALHI-BINA DESA, Jakarta; Republik antara kedua lembaga yang membela hak Indonesia. 2005. KNUPKA Sebuah Keniscayaan. masyarakat hukum adat ini dapat mengadakan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Jakarta. koordinasi dan sinkronisasi rencana dan kegiatan, 23 Secara khusus disebutkan ‘catatan kronologis’ oleh dengan pembagian kerja AMAN bergerak pada karena norma pengakuan terhadap masyarakat tataran grass roots, sedangkan Seknas MHA pada hukum adat bermula pada ketetapan MPR pada tataran supra struktur politik. Selain dari komunikasi tahun 1998, dilaksanakan dengan undang-undang secara insidentil, belum ada kerja sama melembaga pada tahun 1999, baru kemudian ‘diangkat’ ke dalam antara keduanya. Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 2000.2004. 22 Lihat Republik Indonesia. 2005. Inventarisasi dan Pokok-pokok Pikiran Mengenai Penyelesaian Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat. Komisi Konflik Agraria: Hasil Lokakarya Persiapan Menuju Nasional Hak Asasi Manusia. Mahkamah Konstitusi. Pembentukan Komisi Nasional untuk Penyelesaian Departemen Dalam Negeri. Jakarta.; Republik Konflik Agraria. Tim Komnas HAM-KPA-HUMA- Indonesia. 2004. Pokok-pokok Pikiran Mengenai WALHI-BINA DESA, Jakarta; Republik Indonesia. Penyelesaian Konflik Agraria: Hasil Lokakarya 2005. KNUPKA Sebuah Keniscayaan. Komisi Nasional Persiapan Menuju Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 15

serta semangat anti sentralisasi masyarakat hukum adat yang kekuasaan yang tumbuh dalam era terdapat dalam ketetapan MPR dan Reformasi memungkinkan adanya undang-undang tersebut di atas. pengakuan secara formal tersebut. 5. Tiga Agenda Rancangan Undang- Seperti diketahui, agar mempunyai undang tentang Masyarakat kekuatan hukum positif, kandungan Hukum Adat pada Program Legislasi ketetapan MPR masih harus Nasional (Prolegnas) di Badan dituangkan dalam bentuk undang- Legislasi DPR RI. undang. Dalam masa bhakti DPR RI 2004- 2. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 sekarang ini terdapat tiga 1999 Tentang Hak Asasi Manusia agenda pembahasan rancangan Pasal 6. undang-undang tentang masyara- Pasal 6 Undang-undang ini secara kat hukum adat. Walaupun formal mengakui eksistensi dan demikian, sampai saat makalah hak tradisional masyarakat hukum ini ditulis belum ada tindaklanjut adat berdasar norma yang terdapat terhadap tiga agenda tersebut, dalam Ketetapan MPR Nomor TAP- baik dalam wujud naskah akademik XVII/MPR/1998 tersebut di atas. maupun – atau apalagi – rancangan 3. Peraturan Menteri Agraria/ Kepala undang-undangnya sendiri. Badan Pertanahan Nasional Nomor 6. Undang-undang Nomor 24 5 Tahun 1999 Tentang Tanah Tahun 2003 Tentang Mahkamah Ulayat. Konstitusi, Pasal 51 ayat (1) huruf b. Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Walaupun tidak secara khusus Badan Pertanahan Nasional ini menyatakan perlindungan, penga- memberikan petunjuk teknis tentang kuan, dan penghormatan terhadap prosedur penelitian, pengesahan, masyarakat hukum adat, namun dan pendaftaran tanah ulayat. tercantumnya masyarakat hukum 4. Undang-Undang Dasar 1945, adat sebagai pihak yang dapat Pasal 18 B ayat (1) dan ayat (2), mengajukan permohonan uji materiil amandemen ketiga, tahun 2001. terhadap suatu undang-undang Walau mungkin kelihatannya yang dipandang melanggar hak agak aneh jika ditinjau dari segi konstitusional masyarakat hukum Stufenbau theorie des Rechts, adat, memberikan posisi tawar yang namun Pasal 18 B ayat (1) dan ayat kuat terhadap masyarakat hukum (2) Undang-Undang Dasar 1945 adat berhadapan dengan kekuasaan ini menindaklanjuti asas-asas dan negara. Suatu persyaratan formal dasar-dasar pengakuan terhadap yang harus dipenuhi oleh setiap eksistensi dan hak tradisional masyarakat hukum adat agar

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 16

mempunyai legal standing sebagai bila suatu masyarakat hukum adat pemohon adalah adanya legalitas akan mengajukan permohonan masyarakat hukum adat tersebut kepada Mahkamah Konstitusi dengan sebuah peraturan daerah untuk uji banding suatu undang- kabupaten. 24 undang yang diduga melanggar hak 7. Undang-undang Nomor 10 Tahun konstitusional masyarakat hukum 2004 Tentang Pembentukan adat. Peraturan Perundang-undangan. 9. Reorganisasi Sub-subkomisi Komnas Bab X Pasal 53 Partisipasi Masyarakat HAM, 2004-2007. undang-undang ini berbunyi: Pada tahun 2002, Komnas ”Masyarakat berhak memberikan HAM mengadakan reorganisasi, masukan secara lisan atau tertulis mengubah empat subkomisi yang dalam rangka penetapan atau sebelumnya ditata menurut fungsi, pembahasan rancangan undang- yaitu pengkajian dan penelitian; undang dan rancangan peraturan pendidikan dan penyuluhan; daerah” 25 pemantauan; dan mediasi, menjadi 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun tatanan baru yang didasarkan pada 2004 Tentang Pemerintahan tema, yaitu hak sipil dan hak politik; Daerah. hak ekonomi, sosial, dan budaya; Undang ini menentukan bahwa serta perlindungan kelompok peraturan perundang-undangan khusus. Di dalam Subkomisi Hak mengenai desa serta masalah Ekonomi, Sosial, dan Budaya pertanahan dilakukan dengan ditunjuk seorang komisioner untuk peraturan daerah kabupaten. Hal menangani hak masyarakat hukum ini terutama perlu untuk keperluan adat ini.26 memperoleh legal standing untuk Komnas HAM yang terpilih masyarakat hukum adat, khususnya untuk masa bhakti 2007-2012 memutuskan untuk kembali 24 Dengan kata lain, dalam proses mengajukan uji materiil kepada Mahkamah Konstitusi, sebuah mempergunakan organisasi yang masyarakat hukum adat yang ada secara de facto ditata menurut fungsi, sehingga tidak dengan sendirinya berarti juga ada secara de jure. Oleh karena itu, adalah merupakan suatu pada saat ini selain tidak ada Sub urgensi untuk mengadakan inventarisasi terhadap Komisi Hak Sipil dan Hak Politik; seluruh masyarakat hukum adat yang ada dewasa ini, serta memperjuangkan adanya peraturan daerah 26 Di dalam Sub Komisi Perlindungan Kelompok kabupaten yang akan memberikan dasar hukum Khusus juga ditunjuk seorang komisioner yang bagi masyarakat hukum adat yang bersangkutan. menangani hak masyarakat hukum adat ini, dengan 25 Pasal 18 dan Pasal 24 Undang-undang ini perbedaan tugas bahwa komisioner hak masyarakat dilaksanakan dengan Peraturan Presiden Nomor hukum adat memusatkan perhatian pada aspek 68 Tahun 2005 Tanggal 14 November 2005 Tentang konseptual dengan sasaran pembentukan Tatacara Mempersiapkan Rancangan Undang- peraturan perundang-undangan, maka komisioner undang, Rancangan Peraturan Pemerintah hak masyarakat hukum adat pada Sub Komisi Pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan Perlindungan Kelompok Khusus ini memusatkan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden. perhatian pada pemantauan lapangan serta mediasi.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 17

Subkomisi Hak Ekonomi, Sosial, hak masyarakat hukum adat dan Budaya; dan Subkomisi merupakan komitmen politik Perlindungan Kelompok Khusus; Pemerintah. Komitment politik ini juga tidak ada lagi seorang telah dan sedang ditindaklanjuti komisioner yang ditugaskan secara oleh Menteri Sosial, yang berdasar khusus untuk menangani hak Keputusan Presiden Nomor 111 masyarakat hukum adat. Untuk Tahun 1999 mempunyai tugas memelihara kesinambungan per- pokok dalam penanganan salah hatian Komnas HAM terhadap satu bagian dari masyarakat hukum hak masyarakat hukum adat ini, adat , yaitu komunitas adat terpencil dalam pertemuan antara Sekretaris (KAT). Jenderal Seknas MHA dengan Sdr 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Ridha Saleh, Wakil Ketua Komnas Nomor 37 Tahun 2007 [?] Tentang HAM untuk Urusan Internal yang Pemberdayaan dan Pelestarian mempunyai banyak perhatian serta Pengembangan Adat Istiadat, kepada masalah agraria, masalah Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat hak masyarakat hukum adat akan dan Lembaga Adat di Daerah. ditangani oleh beliau, termasuk Sesuai dengan judulnya, peraturan mengenai masalah komunikasi Menteri Dalam Negeri ini mengatur kelembagaan dengan AMAN. masalah pemberdayaan, pelestarian, 10. Persetujuan Presiden Republik dan pengembangan adat istiadat, Indonesia Susilo Bambang dan kebiasaan-kebiasaan serta Yudhoyono, 9 Agustus 2006. lembaga adat di daerah. Walaupun diucapkan sebagai suatu 12. Rancangan Undang-undang Perlin- sambutan pada acara peringatan dungan Masyarakatn Hukum Adat Hari Internasional Masyarakat dari Dewan Perwakilan Daerah R.I. Hukum se-Dunia di Taman Mini Sesuai dengan tugas pokok dan Indonesia Indah pada tanggal fungsinya, Dewan Perwakilan 9 Agustus 2006, namun pidato Daerah RI mengambil prakarsa Presiden Republik Indonesia Susilo untuk menyusun sebuah rancangan Bambang Yudhoyono yang bukan undang-undang tentang perlin- saja menerima baik pembentukan dungan masyarakat-hukum adat. Sekretariat Nasional Masyarakat Prakarsa ini dibantu oleh Universitas Hukum Adat, empat prinsip Islam Indonesia di Yogyakarta. penyelesaian masalah masyarakat Draft rancangan undang-undang hukum adat dengan pihak- ini sudah selesai, dan siap diajukan pihak terkait, serta pembentukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang tentang R.I, untuk ditindaklanjuti.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 18

Masalah Definisi dan Indikator sebagai persekutuan yang “merupakan Masyarakat Hukum Adat kesatuan-kesatuan yang mempunyai tata susunan yang teratur dan kekal, Suatu masalah yang sampai memiliki pengurus sendiri dan kekayaan saat ini belum dapat dirumuskan sendiri, baik kekayaan materiil maupun dengan baik adalah tentang definisi kekayaan immaterial” 28 masyarakat hukum adat itu sendiri. Peraturan perundang-undangan Jajaran Perserikatan Bangsa-Bangsa Nasional Republik Indonesia memberikan – khususnya UNDP -- membiarkan seperangkat conditionalities terhadap masalah ini terbuka, dengan tidak pengakuan masyarakat hukum adat, memberikan definisi sama sekali. yaitu 1) sepanjang masih hidup; Untuk merumuskan definisi ini, 2) sesuai dengan perkembangan pada tanggal 12 Juli 2008 yang lalu, masyarakat; 3) sesuai dengan prinsip Laboratorium Konstitusi Sekolah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pascasarjana Universitas Sumatera Terhadap conditionalities ini, Prof. Utara bekerjasama dengan Hanns Seidel Natabaya menjelaskan pendapat Foundation Indonesia mengadakan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2007 diskusi akademik mengenai masalah sebagai berikut: ini. Dalam diskusi akademik ini turut 1. Mahkamah Konstitusi berpendapat memberikan makalah antara lain Hakim bahwa suatu kesatuan masyarakat Konstitusi Prof. H. Ahmad Syarifuddin hukum adat untuk dapat dikatakan Natabaya, S.H. LL.M dan penulis sendiri 27 secara de facto masih hidup (actual Prof. Natabaya mengutip pengertian existence) baik yang bersifat masyarakat hukum adat yang diajukan teritorial, genealogis, maupun oleh Prof. Mr Hazairin, dan Surojo yang bersifat setidak-tidaknya Wignjodipuro. Menurut Hazairin mengandung unsur (i) adanya ”kesatuan-kesatuan kemasyarakatan masyarakat yang warganya yang mempunyai kelengkapan- memiliki perasaan kelompok (in- kelengkapan untuk sanggup berdiri group feeling); (ii) adanya pranata sendiri, yaitu mempunyai kesatuan pemerintahan adat; (iii) adanya harta hukum, kesatuan penguasa dan kekayaan dan/atau benda-benda kesatuan lingkungan hidup berdasarkan adat; dan (iv) adanya perangkat hak bersama atas tanah dan air bagi norma hukum adat. Khusus pada semua anggotanya.” Sedangkan Surojo kesatuan masyarakat hukum adat menyebut masyarakat hukum adat 28 Lihat makalah Prof. H. Ahmad Syarifudin Natabaya S.H., LL.M “ Masyarakat Hukum Adat dalam Perspektif 27 Makalah penulis dengan judul “Mengapa Demikian Konstitusi”. Diskusi Akademik “Mendefinisikan Sulit Mencapai Kesepakatan tentang Definisi Masyakat Hukum Adat”, Laboratorium Konstitusi Masyarakat Hukum Adat?’ telah penulis kirimkan Sekolah Pascasarjana USU dan Hanns Seidak terlebih dahulu sebagai makalah penunjang untuk Foundation Indonesia, Medan, 12 Juli 2008, h.2. makalah ini.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 19

yang bersifat teritorial juga terdapat sesuai dan tidak bertentangan unsur (v) adanya wilayah tertentu. dengan peraturan perundang- 2. Mahkamah Konstitusi berpendapat undangan 29 bahwa kesatuan masyarakat hukum Setelah mengadakan kajian adat beserta hak-hak tradisionalnya dari perspektif hak asasi manusia dipandang sesuai dengan perkem- serta berbagai instrumen hukum bangan masyarakat apabila internasional, untuk kepentingan masyarakat hukum adat tersebut pelaksanaan tugasnya, pada tahun keberadaannya diakui sebagai 2005 komisioner hak masyarakat pencerminan perkembangan nilai- hukum adat menyusun sebuah nilai yang dianggap ideal dalam kertas posisi, yang merumuskan masyarakat dewasa ini, baik dalam pengertian masyarakat hukum adat undang-undang yang bersifat sebagai berikut. umum maupun bersifat sektoral, “Yang dimaksud dengan dengan seperti bidang agraria, kehutanan, ‘masyarakat hukum adat’—atau perikanan, dan lain-lain maupun istilah lain yang sejenis dengan dalam peraturan daerah, serta itu seperti ‘masyarakat adat’ atau substansi hak-hak tradisional ‘masyarakat tradisional’ atau the tersebut diakui oleh warga indigenous peoples – dalam kertas masyarakat yang bersangkutan posisi ini adalah suatu komunitas maupun masyarakat yang lebih luas, antropologis yang bersifat serta tidak bertentangan dengan homogen dan secara berkelanjutan hak asasi manusia. mendiami suatu wilayah tertentu, 3. Mahkamah juga berpendapat mempunyai hubungan historis bahwa satu kesatuan masyarakat dan mistis dengan sejarah masa hukum adat beserta hak-hak lampau mereka, merasa dirinya dan tradisionalnya sesuai dengan prinsip dipandang oleh pihak luar berasal Negara Kesatuan Republik Indonesia dari satu nenek moyang yang apabila kesatuan masyarakat hukum sama, dan mempunyai identitas adat tersebut tidak mengganggu dan budaya yang khas yang ingin eksistensi Negara Kesatuan Republik mereka pelihara dan lestarikan Indonesia sebagai kesatuan untuk kurun sejarah selanjutnya, politik dan kesatuan hukum yaitu serta tidak mempunyai posisi yang keberadaannya tidak mengancam dominan dalam struktur dan sistem kedaulatan dan integritas Negara politik yang ada”. Kesatuan Republik Indonesia dan substansi norma hukum adatnya 29 Op.cit.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 20

Perkembangan Mutakhir Hukum terjemahan dari indigenous peoples Internasional tentang Istilah Indigenous tersebut, khususnya oleh karena Peoples dan Right of Self Determi- Pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang nation 30 Dasar 1945 dan Pasal 51 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 24 1. Indigenous Peoples sebagai Konsep Tahun 2003 Tentang Mahkamah Payung (parasol concept). Konstitusi mempergunakan istilah Selama ini, hukum internasional tersebut. Jika diperlukan, istilah mengenal berbagai istilah untuk tersebut dapat disingkat sebagai menyebut masyarakat hukum masyarakat hukum adat. adat ini, seperti Indigenous Ada suatu masalah yang perlu Peoples, tribal peoples, atau ethnic kita selesaikan secara khusus, yaitu minorities. Namun menurut Dr. istilah ‘komunitas adat terpencil’ Annan Voskuil, dewasa ini istilah (KAT) yang terdapat dalam yang semakin umum dipergunakan Keputusan Presiden RI Nomor 111 dalam hukum internasional untuk Tahun 1999. Istilah ini sama sekali menyebut keseluruhannya adalah tidak terdapat baik dalam Undang- indigenous peoples, yang beliau Undang Dasar 1945 maupun namakan sebagai parasol concept, dalam Undang-undang Nomor artinya sebagai pengertian umum 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi yang mencakup keseluruhannya 31 Manusia. Dengan kata lain, istilah Untuk kita di Indonesia – tersebut merupakan istilah yang khususnya oleh karena adanya dipakai terbatas di lingkungan berbagai istilah seperti ‘masyarakat Departemen Sosial belaka. Saya hukum adat’, ‘masyarakat adat’, yakin departemen lain mempunyai dan ‘masyarakat tradisional’ -- istilah sejenis yang juga berlaku akan besar manfaatnya jika juga terbatas di lingkungannya masing- dikembangkan suatu parasol masing. concept kita sendiri. Untuk maksud Dengan telah adanya jaminan ini, sesuai dengan penjelasan Prof. konstitusional dalam Pasal 18 B H.A.S. Natabaya, S.H., LL.M di ayat (2) Undang-Undang Dasar bagian muka, penulis menyarankan 1945 serta Pasal 6 Undang-undang digunakannya istilah kesatuan Nomor 39 Tahun 1999 Tentang masyarakat hukum adat sebagai Hak Asasi Manusia, ditambah lagi 30 Ulasan ini bersumber dari makalah Dr. Annan Voskuil oleh Pasal 51 Ayat 1 Undang- “Indigeneous Peoples’ Right of Self Determination undang Nomor 24 Tahun 2003 in International Law: What does the right of self determination mean as applied to indigenpus peoples ?” Tentang Mahkamah Konstitusi, dalam Workshop Hasil Penelitian di Tiga Wilayah, sudah saatnya Departemen Sosial op.cit. 31 Loc.cit. mempergunakan istilah yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 21

paling mutakhir ini. Kalaupun untuk melakukan pemisahan diri istilah ‘komunitas adat terpencil’ dari suatu negara, misalnya untuk akan tetap digunakan, bersamaan membentuk negara sendiri. dengan itu perlu dikembangkan Dr. Annan Voskuil, seorang istilah ‘masyarakat hukum adat’ pakar hukum internasional yang lebih luas cakupannya dan mengenai hak masyarakat hukum lebih mempunyai dasar hukum adat, menegaskan secara kategoris yang lebih kuat. 32 bahwa hak untuk menentukan nasib 2. Right of Self Determination dari sendiri dari masyarakat hukum adat Masyarakat Hukum Adat. tersebut sama sekali tidak bisa Suatu masalah penting yang dijadikan alasan untuk pemisahan perlu diulas sehubungan dengan diri dari Negara nasional, dengan disahkannya The U.N. Declaration penjelasan antara lain sebagai on the Rights of the Indigenous berikut. Peoples’ pada tanggal 13 September a. Pengakuan hukum internasional 2007 adalah: apakah persisnya yang terhadap indigenous peoples dimaksud oleh hukum internasional atau masyarakat hukum adat dengan rights of self determination, sebagai legal personality me- hak untuk menentukan nasib sendiri ngandung kewajiban dari bagi masyarakat hukum adat.33 masyarakat hukum adat yang Secara khusus masalah yang perlu bersangkutan untuk tetap dijernihkan adalah apakah konsep mematuhi norma-norma hukum hak untuk menentukan nasib internasional yang ada, antara sendiri bagi masyarakat hukum adat lain mengenai penghormatan tersebut dapat digunakan sebagai terhadap integritas wilayah dan alasan politik dan atau alasan hukum garis perbatasan yang ada, tidak campur tangan terhadap masalah 32 Pada tataran praktis, di samping Direktorat Komunitas Adat Terpencil yang sudah ada, ada dalam negeri suatu negara, serta kebutuhan mendesak untuk membentuk sebuah direktorat baru, namakanlah Direktorat Masyarakat Deklarasi Perserikatan Bangsa Hukum Adat, Untuk itu Departemen Sosial perlu Bangsa tentang Hubungan mengajukan sebuah rancangan keputusan presiden, merujuk pada pasal-pasal Undang- Persahabatan (respect for Undang Dasar 1945 serta dua undang-undang territorial integrity and existing lainnya yang sudah saya sebut tersebut di atas. 33 Secara umum konsep ini sudah terdapat tiga boundaries (uti possidetis), dasawarsa sebelumnya, baik pada Kovenan non intervention in domestic Internasional Hak Sipil dan Politik maupun Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, yang affairs, UN Friendly Relations berlaku efektif mulai tahun 1976. Kedua kovenan Declaration) 34 ini sudah diratifikasi oleh Republik Indonesia menjadi Undang-undang Nomor 11 dan Nomor 34 Dengan demikian, maka empat prinsip yang dianut 12 Tahun 2005. Sekedar sebagai catatan, istilah ‘hak oleh Seknas MHA dalam menyelesaikan masalah menentukan nasib sendiri’ ini tidak terdapat dalam yang berkenaan dengan pemulihan hak masyarakat Konvensi ILO 169 Tahun 1989. hukum adat – khususnya prinsip pertama,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 22

b. Hak untuk menentukan nasib Perlu diperhatikan bahwa diakuinya sendiri tersebut merupakan hak kolektif masyarakat hukum suatu konsep abstrak, tanpa adat tidak meniadakan hak asasi adanya definisi yang persis, manusia warga masyarakat hukum tanpa adanya suatu hasil akhir adat secara perseorangan. Dengan yang dapat ditetapkan terlebih demikian, jika seorang warga dahulu. Baik cakupan maupun masyarakat hukum adat merasa isinya bergantung pada konteks bahwa hak asasinya sebagai penggunaannya. manusia telah dibatasi, dikurangi, c. Hak untuk menentukan nasib atau dicabut oleh masyarakat sendiri tersebut memungkinkan hukum adatnya, menurut Dr. Annan suatu masyarakat untuk memilih Voskuil warga masyarakat hukum cara hidupnya dan untuk adat yang bersangkutan dapat berkembang sebagai suatu meminta perlindungan hukum masyrakat, dan tunduk pada dari negara. 35 Dengan demikian, aturan hukum internasional. bersamaan dengan diberikannya d. Intisari hak untuk menentukan hak kepada masyarakat hukum nasib sendiri itu berkenaan adat, masyarakat hukum adat dengan kebebasan untuk yang bersangkutan juga harus memilih, dalam batas-batas yang menghormati hak asasi manusia diizinkan oleh hukum, seperti dari warganya sendiri 36 . kebebasan dari penindasan, kebebasan untuk menikmati Reaksi Terorganisasi Masyarakat hak asasi manusia, mencakup Hukum Adat, 1999 - 2007 penyampaian secara bebas dan murni dari kehendak masyarakat 1. Rancangan Undang-undang Tentang yang bersangkutan. Hak Masyarakat Hukum Adat. e. Hak untuk menentukan Sesungguhnya adalah ideal jika nasib sendiri ini merupakan dapat disusun sebuah rancangan suatu remedial right untuk undang-undang tentang masyarakat

memulihkan dan memberikan 35 Dalam hubungan ini sudah ada preseden di kompensasi terhadap kesalahan Indonesia mengenai pilihan hukum. Disertasi Dr. Sulistyowati Irianto menjelaskan bagaimana dan ketidakadilan yang pernah perempuan Batak yang tidak memperoleh hak dilakukan terhadap masyarakat waris kemudian mengadu kepada pengadilan negeri untuk melindungi hak-haknya sebagai hukum adat. manusia. Tidak jarang pengadilan negeri memenuhi 3. Hak Asasi Manusia dari Warga pengaduan mereka berdasar hukum positif nasional. Masyarakat Hukum Adat. 36 Pendirian ini juga tercantum dalam Kertas Posisi Komisioner Hak Masyarakat Hukum Adat Komnas berwawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia HAM, 2005. -- sudah sesuai dengan hukum internasional.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 23

hukum adat, baik oleh karena telah UNDP dalam mengadakan kajian tercantum rencana pembahasan masyarakat hukum adat 37 . tiga rancangan undang-undang 2. Rancangan Ratifikasi Konvensi ILO tentang masyarakat hukum adat Nomor 169 Tahun 1989. dalam Program Leglislasi Nasional Dalam waktu dekat, adalah lebih di Badan Legislasi DPR RI maupun realistik untuk mendorong ratifikasi oleh karena telah adanya kehendak Konvensi ILO 169 Tahun 1989, bukan saja oleh karena telah adanya politik dari Presiden Republik kemauan politik Pemerintah untuk Indonesia untuk penyusunan menyusun sebuah landasan hukum rancangan undang-undang itu. yang kuat bagi perlindungan, Namun lumayan panjang jalan pengakuan, dan penghormatan yang harus ditempuh sebelum hal masyarakat hukum adat, tetapi itu dapat diwujudkan, jika harus juga oleh karena selama ini sudah mengikuti prosedur yang tercantum cukup intensif dilakukan kerja sama dalam Undang-undang Nomor 10 pendahuluan oleh Komnas HAM Tahun 2004. masa bhakti 2002-2007 dengan Apalagi jika diingat, bahwa kantor pusat ILO di Jenewa untuk walaupun sudah ada seluruh materi terselenggaranya ratifikasi tersebut. yang dibutuhkan untuk penyusunan Kantor pusat ILO di Jenewa sudah sebuah naskah akademik dan lebih dari siap untuk memberikan rancangan undang-undang terse- bantuan yang diperlukan untuk but, namun belum ada sebuah ratifikasi ini. langkah konkrit ke arah itu, baik Pada saat ini, dengan bantuan oleh Pemerintah sendiri maupun penuh dari Dr. Enny Soeprapto oleh Dewan Perwakilan Rakyat – mantan komisioner Komnas RI. Menurut pandangan penulis, HAM periode 2002-2007 – telah sebaiknya naskah akademik serta selesai disiapkan sebuah naskah rancangan undang-undang tersebut akademik, rancangan undang- undang ratifikasi, dan terjemahan diprakarsai oleh Departemen Sosial, yang selain selama ini 37 Penulis berterima kasih terhadap Sdr Suparman Marzuki, S.H. , M.Si, Direktur Pusham UII, yang secara secara fungsional telah menangani spontan menyambut baik ajakan penulis agar Pusham UII – beserta Pusham-pusham lainnya – sebagian masyarakat hukum adat bersedia membantu Seknas MHA untuk menyusun ini, yaitu komunitas adat terpencil, Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang Hak Masyarakat Hukum Adat. Menurut beliau juga telah bekerjasama dengan di Yogyakarta ada dua orang pakar dalam legal drafting.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 24

Konvensi ILO tersebut. Ketiga dengan ketentuan perundang- dokumen ini akan dibahas dalam undang yang ada, rancangan sebuah sarasehan nasional yang undang-undang yang disusun DPD akan diselenggarakan akhir bulan RI tersebut masih harus diajukan November 2008 ini di Jakarta. kepada DPR RI untuk diproses lebih Setelah mendapatkan penyem- lanjut sesuai dengan peraturan tata purnaan seperlunya, naskah-naskah tertib DPR RI. tersebut akan disampaikan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat RI, dan pimpinan Dewan Perwakilan Daerah RI, untuk ditindaklanjuti 38. 3. Rancangan Undang-undang Perlin- dungan Masyarakat-Hukum Adat yang diprakarsai oleh Dewan Perwakilan Daerah R.I. Walaupun dari Pemerintah dan DPR RI belum ada sebuah naskah akademik dan rancangan undang- undang tentang perlindungan hak masyarakat hukum adat seperti tercantum dalam Program Legislasi Nasional, namun atas prakasa sendiri Dewan Perwakilan Daerah RI masa bhakti 2004-2009 – bekerja sama dengan Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta telah berhasil menyelesaikan sebuah Rancangan Undang-undang Perlindungan Masyarakat-Hukum Adat. Sesuai

38 Rencana pengajuan ratifikasi Konvensi ILO Nomor 169 Tahun 1989 ini belum dapat diwujudkan sesuai dengan rencana, oleh karena belum mendapatkan dukungan yang memadai dari sepuluh departemen terkait di bawah koordinasi Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Suasana yang kurang menguntungkan terhadap masyarakat hukum adat terasa dengan dibatalkannya rencana acara peringatan Hari Internasional Masyarakat Hukum Adat se-Dunia,yang sedianya diselenggarakan oleh Departmen Sosial R.I. pada tanggal 11 Agustus 2008 di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. [SB, 22 Oktober 2009.]

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 25

Kesimpulan dan Penutup

1. Upaya perlindungan, pengakuan, Sosial, ILO, serta ditindaklanjuti oleh dan penghormatan terhadap Seknas MHA. masyarakat hukum adat perlu 6. Proses persiapan ratifikasi Konvensi dilakukan pada tataran nasional dan ILO Nomor 169 Tahun 1989 yang pada tataran internasional. diprakarsai oleh Komnas HAM 2. Landasan konstitusional perlindu- antara tahun 2004 – 2007 dan oleh ngan, pengakuan, dan penghormatan Sekretariat Nasional Masyarakat terhadap masyarakat hukum adat Hukum Adat (Setnas MHA) sejak telah terdapat pada dalam Pasal 18 tahun 2007, sampai bulan Oktober B ayat (2) dan Pasal 28 I ayat (3) 2009 belum dapat ditindaklanjuti, Undang-Undang Dasar 1945. oleh karena belum mendapat 3. Landasan konstitusional tersebut dukungan dari sepuluh departemen masih harus dijabarkan secara terkait di bawah koordinasi Menteri khusus, baik dalam bentuk Koordinator bidang Politik, Hukum, rancangan undang-undang tentang dan Keamanan. hak masyarakat hukum adat 7. Dalam penyusunan rancangan maupun dalam bentuk ratifikasi undang-undang tentang hak terhadap Konvensi ILO 169 Tahun masyarakat hukum adat tersebut 1989. perlu diberikan perhatian khusus 4. Sudah sejak tahun 2006 Presiden terhadap pelanggaran hak Susilo Bambang Yudhoyono menye- masyarakat hukum adat yang tujui disusunnya sebuah rancangan terdapat di berbagai undang- undang-undang perlindungan ma- undang sektoral. syarakat-hukum adat. 8. Dalam jangka pendek, setelah 5. Dalam jangka pendek adalah lebih suatu masyarakat hukum adat realistik untuk mengadakan ratifikasi memperoleh legal standing de- terhadap Konvensi ILO Nomor 169 ngan sebuah peraturan daerah Tahun 1989. Langkah-langkah awal kabupaten, masyarakat hukum adat ke arah ratifikasi ini telah dilakukan yang bersangkutan – baik secara oleh Komnas HAM masa bhakti sendirian maupun sebagai pewakilan 2002-2007, bekerjasama dengan dari masyarakat hukum adat lainnya Mahkamah Konstitusi, Departemen -- dapat menjadi pemohon pada

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 26

Mahkamah Konstitusi dalam uji suatu negara, serta prinsip yang materiil terhadap undang-undang terkandung dalam Deklarasi yang diduga telah melanggar hak Perserikatan Bangsa Bangsa tentang konstitusional masyarakat hukum Hubungan Persahabatan. adat. 9. Oleh karena perlindungan, Jakarta, 23 Oktober 2008, disem- pengakuan, dan penghormatan purnakan pada tanggal 28 Oktober terhadap masyarakat hukum 2009. adat tidaklah berlangsung secara otomatis, maka diperlukan upaya terencana dan terorganisasi oleh Disajikan kembali pada “Seminar jajaran masyarakat hukum adat tentang Arah Perlindungan Hukum bagi sendiri, yang pada saat ini sudah Masyarakat Hukum Adat dalam Sistem mempunyai dua organisasi berskala Hukum Nasional” Badan Pembinaan nasional, yaitu AMAN yang Hukum Nasional (BPHN), Malang, 12 bergerak pada tataran grass roots Mei 2011. di dalam negeri dan pada jajaran Perserikatan Bangsa Bangsa, dan Seknas MHA yang bergerak pada tataran kebijakan. Pada saat ini tidak – atau belum – ada hubungan melembaga antara kedua organisasi ini. 10. Secara khusus perlu diperhatikan, bahwa pengakuan hukum internasional terhadap eksistensi dan hak masyarakat hukum adat untuk menentukan nasibnya sendiri tidak dapat dijadikan alasan untuk pemisahan diri dari negara, oleh karena pengakuan tersebut mengandung kewajiban masyarakat hukum adat untuk menghormati asas hukum internasional, khususnya penghormatan terhadap integritas wilayah negara (uti possidetis), tidak campur tangan dalam masalah dalam negeri

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 ARAH POLITIK HUKUM NASIONAL TERHADAP UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT [HUKUM ADAT] BERDASARKAN UUD NKRI 27

DAFTAR BACAAN TERPILIH RIPP . AIPP Foundation. Ciang Mai. Thailand. ASSHIDDIQIE, S.H, Prof Dr. Jimly MALIK, Ichsan, et.al. 2006. Hukum Acara Pengujian 2003. Buku Sumber Menyeimbang- Undang-undang. Konstitusi Press. kan Kekuatan:Pilihan Strategi Jakarta. Menyelesaikan Konflik atas Sumber Daya Alam. Yayasan BAHAR, Saafroedin Kemala. Jakarta. 2002. Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia. Penerbit Pustaka Republik Indonesia Sinar Harapan. Jakarta. 2004. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Penyelesaian Konflik BAKRI, Muhammad Agraria: Hasil Lokakarya Persiapan 2007. Hak Menguasai Tanah oleh Menuju Pembentukan Komisi Negara: Paradigma Baru untuk Nasional untuk Penyelesaian Reformasi Agraria. Penerbit Citra Konflik Agraria (KnuPKA). Yim Komnas HAM. KPA.HUMA. Media. Yogyakarta. WALHI. Bina Desa. Jakarta.

BURNS, Dr Peter 2005. KNuPKA: Sebuah 1999. The Leiden Legacy: Keniscayaan. Komnas HAM. Concepts of Law in Indonesia. PT Jakarta. Pradnya Paramita, Jakarta. 2005. Masyarakat Hukum Adat: Kartika, Sandra dan Chandra Gautama, Inventarisasi dan Perlindungan eds. Hak. Komnas HAM, Mahkamah 1999. Menggugat Posisi Konstitusi. Departemen Dalam Masyarakat Adat terhadap Negeri. Negara: Prosiding Sarassehan Masyarakat Adat Nusantara 2006. Masyarakat Hukum Adat: Jakarta, 15-16 Maret 1999. Hubungan Struktural dengan Sekretariat Aliansi Masyarakat Suku Bangsa, Bangsa, dan Negara, Adat Nusantara (AMAN). Jakarta. Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia. Komisi Nasional Hak LASIMBANG, Jannie et al Asasi Manusia. Jakarta. 2007. Bridging the Gap: Policies and Practices on Indigenous 2007. Mewujudkan Hak Peoples’ Natural Resources Konstitusional Masyarakat Hukum Management in Asia. UNDP – Adat: Himpunan Dokumen

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 28 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Sekitar Acara Peringatan Hari Internasional Masyarakat Hukum Adayt se-Dunia, 9 Agustus 2006 dan Akte Notaris Pembentukan Sekretariat Nasional Hak Masyarakat Hukum Adat. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Jakarta.

SIMARMATA, Rikardo 2006. Pengakuan Hukum terhadap Masyarakat Adat di Indonesia. UNDP Regional Initiative on Indigenous Peoples Rights and Development (RIPP). UNDP Regional Centre in Bangkok.

DINTEG and UNDP. 2007. Indigenous Peoples and the Human Rights-Based Approach to Development: Engaging in Dialogue. UNDP Regional Centre. Bangkok.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA ARAHPERLIN POLITIKDUNGAN HUKUM HAM TE NASIONALRHADAP ANATERHADAPK INDO NUPAYAESIA PERLINDUNGAN HUKUM YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YBAGIANG MASYARAKAT DITAHAN DI PE [HUKUMNJARA DEWADAT]AS BERDASARKANA AUSTRALIA UUD NKRI 29

RIWAYAT HIDUP Saafroedin Bahar

Saafroedin Bahar lahir pada 10 Agustus 1937 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Latar belakang pendidikan dan karier penulis adalah di bidang pemerintahan, baik sipil maupun militer. Bersamaan dengan menunaikan tugas pokoknya di bidang pemerintahan tersebut, penulis juga aktif dalam bidang sosial kemasyarakatan. Pada tahun 1992 penulis memperoleh Bintang Mahaputera Pratama dari Pemerintah Republik Indonesia. Lulus program S3 di Bidang llmu-Ilmu Sosial pada Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta tahun 1996. Pada tahun 1997 memperoleh kenaikan pangkat kehormatan sebagai Brigadir Jenderal. Selama berdinas di Sekretariat Negara -- dari tahun 1989-1999 - penulis antara lain menjadi penyunting peryelia Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), 28 Mei - 22 Agustus 1945.

Saat ini, di samping mengabdi secara penuh sebagai Komisioner Bidang Hak Masyarakat Hukum Adat di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), penulis juga menjadi Widyaswara Integrasi Nasional dan Ancaman Disintegrasi pada Lembaga Ketahanan Nasional; dan Dosen Masalah Etnisitas dan Ketahanan Nasional pada Program S2 Kajian Ketahanan Nasional pada Universitas Gadjah Mada.

RIWAYAT HIDUP RUSWIATI SURYASAPUTRA

Guru besar dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini lahir di Bogor, tanggal 28 Februari 1944. Beliau menjabat sebagai anggota Komnas HAM periode 2002-2007 dan menjadi Ketua Sub Komisi Perlindungan Kelompok Khusus yang terdiri dari perempuan, anak, buruh termasuk buruh migran, petani dan nelayan, pengungsi dan fakir miskin, penyandang cacat dan lansia serta kelompok minoritas. Perempuan yang telah dikaruniai tujuh orang anak ini tinggal di Surabaya, semenjak tahun 1982 sampai sekarang masih aktif mengajar sebagai dosen tetap di Universitas Wijaya Kusuma Surabay. Selain itu sebagai dosen tidak tetap pada perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan beberapa universitas negeri dan swasta sebagai dosen luar biasa. Terakhir menjadi focal Point pada Asia Pacific Forum on Human Right, untuk Women and Children Trafficking, tahun 2005. Community Social Responsibility (CSR) menjadi salah satu isu yang ia tekuni selain isu hak-hak (asasi) Kelompok Khusus. Beberapa laporan hasil penelitian dan tulisannya berupa artikel telah dibukukan, salah satunya Perlindungan Hak Asasi: Bagi Kelompok Khusus Terhadap Diskriminasi dan Kekerasan yang diterbitkan oleh PTIK Press tahun 2006.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

30 Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA Erna Ratnaningsih 1

Abstract

Indonesia is a country who has geographical proximity with Australia, has a particular vulnerabilities associated with transnational organized crimes, especially human trafficking. Involving Indonesian children in the people smuggling activities are kinds of human trafficking specially labor exploitation. This article describes the portrait of Indonesian children in conflict with the law in Australia, International Obligations Governments of Indonesia and Australian Government which have ratified Convention on Civil and Political Rights, the United Nations Convention to Prevent, Punish and Punish Trafficking in Persons, especially Women & Children and Convention on the Rights of Children, including national regulation on trafficking. Finally, there are a lot of cooperation which can be built between Indonesia and Australia to handle Indonesian minors who have been held in Australian Jail based on the principles and guidelines of international law.

1 Mantan Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 31 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 32 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Abstrak

Indonesia sebagai negara yang memiliki kedekatan secara geografis dengan Australia memiliki kerentanan khusus berkaitan dengan transnational organized crimes khususnya perdagangan manusia (human trafficking). Pelibatan anak Indonesia dalam aktivitas penggelapan orang (people smuggling) merupakan salah satu bentuk perdagangan manusia (trafficking) melalui eksploitasi tenaga kerja. Artikel ini menggambarkan potret anak Indonesia yang berhadapan dengan hukum di Australia, Kewajiban Internasional Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia yang telah meratifikasi berbagai Konvensi Hak -hak Sipil dan Politik, United Nation Convention untuk Mencegah, Menindak dan Menghukum Perdagangan Orang terutama Perempuan dan Anak-Anak serta Konvensi Hak Anak disertai dengan hukum nasional yang mengatur perdagangan orang. Diakhiri dengan berbagai kerja sama yang dapat dilakukan antara Indonesia dan Australia dalam penanganan kasus anak-anak Indonesia yang ditahan di penjara Australia berdasarkan prinsip- prinsip dan pedoman hukum internasional.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 33

PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

A. Pendahuluan status para imigran tersebut sebagai pencari suaka atau pengungsi. Sehingga eperangan yang terjadi di penentuan status refugee dilakukan beberapa negara seperti oleh UNHCR (Komisi Tinggi PBB bidang PAfganistan, Irak menyebabkan Pengungsi) yang memerlukan waktu pengungsian besar-besaran ke negara- yang lama. Kondisi ini menyebabkan negara lain. Baru-baru ini Indonesia para pengungsi mencari jalan pintas juga menjadi tempat persinggahan dengan menggunakan kapal dari wilayah pengungsi dari Rohingya, Myanmar. Hal Indonesia ke Australia. Para sindikat ini menimbulkan permasalahan yang perdagangan orang memanfaatkan sangat pelik bagi negara-negara yang situasi ini dan kemudian mempekerjakan menjadi tempat persinggahan sementara anak-anak Indonesia sebagai awak atau tujuan akhir. kapal pencari suaka yang akan ke Indonesia sebagai negara yang Australia. Anak-anak Indonesia inilah memiliki posisi strategis menjadi tempat yang dituduh melakukan tindak pidana persinggahan sementara pencari suaka penyelundupan manusia ke Australia yang akan menuju Australia. Indonesia dengan menghadapi ancaman pidana sendiri belum meratifikasi Konvensi yang berat. Mereka adalah korban Internasional 1951 dan Protokol 1967 sindikat perdagangan orang karena tentang Status Pengungsi, maka mereka ditipu untuk dipekerjakan pemerintah tidak bisa menetapkan dengan gaji yang besar di kapal tanpa

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 34 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA mengetahui tujuan perjalanan kapal Indonesia yang menjadi korban sindikat tersebut. perdagangan orang.3 Data Internasional Organization for Pemerintah Indonesia memiliki Migration (IOM), selama periode maret kewajiban untuk melindungi warga 2005 hingga desember 2010, tercatat negaranya yang berhadapan dengan sebanyak 3.480 korban trafficking. Dari hukum di Australia khususnya anak- jumlah sebanyak itu, lebih dari 90 % anak yang menjadi korban perdagangan adalah perempuan dan 23,5 % anak- orang. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Hukum dan anak di bawah umur. Sementara menurut HAM Amir Syamsuddin mengatakan data Bareskrim Polri, pada tahun 2010 dengan dikabulkannya grasi kepada tercatat 105 kasus trafficking dengan Corby 4, diharapkan pemerintah Australia jumlah korban 86 orang dewasa dan 57 bisa membalasnya dengan mengurangi korban anak-anak.2 hukuman anak-anak Indonesia yang Dari jumlah tersebut sangat sedikit ditahan di sana.5 Namun, pemerintah pelaku yang merupakan dalang dari Australia menolak pengurangan hu- perdagangan orang mendapatkan kuman Corby berhubungan dengan hukuman yang berat karena mereka pembebasan tahanan Indonesia terma- merupakan jaringan internasional yang suk penggelapan orang di Australia. memiliki akses terhadap kekuasaan Jaksa Agung Australia, Nicola Roxon dan uang. Jaringan perdagangan menyatakan Pemerintah meninjau kasus manusia sangat sulit untuk dijerat penyelundupan manusia yang dihukum hukum baik pelaku di negara asal berdasarkan manfaat dari masing- (Indonesia) maupun di negara tujuan masing kasus individu yang bersangkutan (Australia). Salah satunya adalah pelaku dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain.6 penyelundupan anak-anak Indonesia Menteri Luar Negeri Australia Bob yang diperdagangkan sebagai anak Carr menguatkan pernyataan tersebut buah kapal adalah orang Australia. bahwa tidak adanya hubungan antara Australia memberikan suaka kepada 3 Tersangka Penyeludupan Manusia Tinggalkan otak penyelundupan manusia dari Australia, http: www.bbc.co.uk/indonesia_ berita/2012/06/120607_smuggler.shtml, diakses Indonesia ke Australia dengan alasan pada 14 Agustus 2012. tidak memiliki dasar hukum untuk 4 Corby warga negara Australia yang ditangkap karena membawa 4 kilogran ganja di Bandara mencegahnya meninggalkan Australia. Internasional Ngurah Rai, Bali, pada Oktober 2004 Di sisi lain, Australia menahan anak-anak mendapatkan grasi berupa pengurangan sebesar lima tahun penjara. 5 Grasi Corby, Australia Diminta Bersikap Adil, http. 2 Lima Tahun Terakhir, Trafficking terus Meningkat, tempo.co/read/news/2012/05/24/063405778/, http:m.inilah.com/read/detail/1777789/lima-tahun- diakses pada 2 Juli 2012. terakhir-trafficking-terus-meningkat/, diakses pada 6 Indonesia, Australia Differ On Whether Corby 10 Oktober 2012. Deal Reciprocal, http:www.abc.net.au/am/ content/2012/s35058792.htm, diakses pada 16 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 35

pembebasan tiga orang anak Indonesia Indonesia karena masa tahanan anak- minggu lalu, jika tidak ada Schapelle anak Indonesia di rumah tahanan orang Corby di penjara Bali, kami akan dewasa Australia tanpa melalui proses membebaskan anak Indonesia yang hukum dan belum jelas dibarter dengan berlayar dengan perahu yang digunakan seorang pelaku tindak pidana narkoba untuk menggelapkan orang. 7 yang extra ordinary crime sehingga grasi Kebijakan Presiden Susilo Bambang bagi Corby melecehkan warga negara Yudoyono memberikan grasi kepada Indonesia. 9 terpidana kasus narkotika asal Australia Bandingkan dengan upaya yang mendapat kecaman dari berbagai pihak. dilakukan oleh pemerintah Australia Pakar Hukum Internasional Universitas terhadap satu orang anak Australia Indonesia, Juana menyatakan yang ditahan di Indonesia di mana pertukaran tersebut tidak setimpal diplomasi dilakukan disetiap lini baik dengan alasan sebagai berikut : Pertama, melalui perwakilan Australia di Bali, Nelayan yang diberi upah tidak seberapa Kementrian Luar Negeri Australia melakukan penyebrangan imigran bahkan oleh Perdana Menteri Australia. gelap ke Australia bukanlah pimpinan Pembelaan dilakukan oleh Pemerintah sindikat atau aktor intelektual sehingga Australia terhadap warga negaranya kejahatan yang dilakukan tidak sepadan yang menghadapi permasalahan hukum dengan kejahatan yang dilakukan dengan menyatakan LM masih di bawah Corby yang dapat merusak generasi umur sehingga perlu dipertimbangkan muda. Kedua, tanpa pemberian Grasi kondisi kejiwaannya dan berharap terhadap Corby, Pemerintah Australia segera dipulangkan ke Australia. 10 akan mengembalikan para nelayan. Bahkan Perdana Menteri Australia, Julia Hal ini dikarenakan jumlah nelayan Gilard, turun langsung dan berjanji akan telah mencapai ratusan orang dan akan memulangkan bocah itu dari Indonesia. menjadi beban Australia. Ketiga, Seorang Menteri Hukum dan HAM meresponnya Corby dibarter dengan ratusan tahanan dengan membuat kebijakan khusus asal Indonesia. Artinya seorang warga untuk memindahkan LM dari Rutan Australia berharga sama dengan ratusan Polda Bali ke rumah tahanan Imigrasi warga Indonesia. Pemerintah melakukan Denpasar Jimbaran, Bali. 11 Pengadilan transaksi namun tidak sebanding. 8 Komisi 9 KPAI Protes Corby Dibarter dengan Anak Indonesia, http: www.balipost.co.id/mediadetai;.php?module Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga +detailberita&kid=33&id=65773, diakses pada 2 Juli melayangkan protes kepada pemerintah 2012 10 Dubes Australia Ingin Bocah Pembawa 7 Australian denies deal with Indonesia on Schapelle Ganja Dipulangkan, http:m.okezone.com/ Corby, http: www.bbc.co.au/world-asia-18170610, read/2011/10/08/340/512560/dubes-australia- diakses pada 2 Juli 2012 ingin-bocah-pembawa-ganja-dipulangkan, diakses 8 Grasi Corby – Pertukaran Dengan Ekstradisi Nelayan pada 2 Juli 2012 Tak Setimpal, http: www.bisnis.com/articles/grasi- 11 Kebijakan Amir Syamsuddin Ulasan Utama di Media corby--pertukaran-dengan-ektradisi-nelayan-tak- Australia, http:www.tibunnews.com/2011/10/23/, setimpal, diakses pada 2 Juli 2012 diakses pada 1 Juli 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 36 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Negeri Denpasar, Bali menghukum permasalahan hukum yang dihadapi remaja asal Australia LM (14) dengan oleh anak Indonesia yang berkonflik penjara dua bulan karena terbukti dengan hukum di Australia, kewajiban melanggar UU Nomor 35 Tahun 2009 Internasional Pemerintah Indonesia Tentang Psikotropika. 12 Dari kasus-kasus dan Pemerintah Australia yang telah tersebut di atas, terlihat bahwa diplomasi meratifikasi berbagai Konvensi Hak- dan atau bargaining power Pemerintah hak Sipil dan Politik, Konvensi PBB Indonesia lemah, memberikan perlakuan untuk Mencegah, Menindak dan khusus kepada anak Australia yang Menghukum Perdagangan Orang diproses hukum karena membeli terutama Perempuan dan Anak-Anak narkoba dan memberikan grasi kepada serta Konvensi Hak Anak disertai Corby. Kedua kasus di atas tidak dapat dengan hukum nasional yang mengatur dijadikan alat penekan oleh pemerintah perdagangan orang. Kemudian ditutup Indonesia untuk membebaskan anak- dengan berbagai kerja sama yang dapat anak Indonesia yang ditahan di penjara dilakukan antara Indonesia dan Australia Australia, semuanya berpulang pada dalam penanganan kasus anak-anak itikad baik dari Pemerintah Australia. Indonesia yang ditahan di penjara dewasa Fenomena hukum di mana anak- Australia berdasarkan prinsip-prinsip dan anak Indonesia telah diperdagangkan pedoman hukum internasional. untuk keperluan pelibatan mereka dalam aktivitas penggelapan orang memiliki B. POTRET ANAK INDONESIA ancaman hukuman pidana yang berat di YANG BERHADAPAN DENGAN Australia. Pelibatan anak-anak Indonesia HUKUM DI AUSTRALIA. dalam aktivitas penggelapan orang (people smuggling) merupakan salah Sampai saat ini belum ada data resmi satu bentuk perdagangan (trafficking) yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui eksploitasi tenaga kerja anak. Australia dan KBRI di Canberra Mempekerjakan anak-anak di kapal mengenai jumlah anak-anak Indonesia untuk keperluan people smuggling yang ditahan di penjara dewasa Australia. 13 jelas merupakan bentuk eksploitasi Privacy Act selalu dijadikan alasan atas terhadap anak-anak dan merupakan ketiadaan database tahanan-tahanan labour trafficking(perdagangan orang WNI di Australia. Padahal ketiadaan di bidang ketenagakerjaan) yang database akurat dapat dipastikan berdasarkan hukum internasional harus mengakibatkan adanya “protection dilindungi baik oleh Indonesia maupun deficit” dari pihak Pemerintah Indonesia Australia. Artikel ini akan memaparkan di Australia untuk melindungi hak-hak 13 Prinsip ini mengatur kapan dan bagaimana personal 12 ABG Ganja Asal Australia Dibui 2 Bulan, http:nasional. informasi dapat didata oleh institusi pemerintah. news.viva.co.id/news/read/267227-abg-ganja- Informasi yang dikumpulkan harus berkaitan australia, diakses pada 1 Juli 2012. dengan fungsi dari institusi tersebut.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 37

asasi warga negaranya yang harus orang tertuduh pelaku penyelundupan berhadapan dengan hukum di Australia. orang yang menyatakan kepada Data yang ada hanya berdasarkan Pemerintah Australia bahwa mereka laporan Komisi HAM Australia, bukan berusia 18 tahun pada saat dilakukan pernyataan resmi dari kedua Pemerintah. penangkapan terhadap mereka. Dari Laporan Komisi HAM Australia 180 orang tersebut; berjudul An age of uncertainty 14, yang • 51 orang tidak dikenakan rontgen dirilis pada tanggal 27 Juli 2012 di pergelangan tangan (wrists x-rayed) Sydney – Australia telah memuat hasil dan dikembalikan ke Indonesia tanpa penyelidikan bahwa antara tanggal 1 dakwaan; September 2008 hingga 22 November • 33 orang dilakukan wrists x-ray dan 2011, sejumlah 180 orang-orang dikembalikan ke Indonesia tanpa Indonesia usia muda yang menyatakan dakwaan; dirinya anak-anak telah tiba di Australia • 29 orang dilakukan wrists x-ray dan setelah bekerja sebagai anak buah kapal dikenakan dakwaan serta dinyatakan di kapal-kapal pembawa pencari suaka ke bersalah; Australia. Orang-orang muda Indonesia • 2 orang tidak di wrist x-ray dan tersebut seringkali merupakan nelayan dikenakan dakwaan serta dinyatakan masyarakat miskin di Selatan dan Timur bersalah; Indonesia. Banyak dari mereka telah • 6 orang dilakukan wrists x-ray dan melalui masa panjang di tahanan imigrasi dikenakan dakwaan tetapi terbukti tanpa dakwaan atau melalui masa tidak bersalah; panjang di tahanan sebelum didakwa • 2 orang dilakukan wrists x-ray melakukan suatu kejahatan. Beberapa dan saat ini tengah diproses di dari anak-anak tersebut telah menjalani pengadilan; masa penahanan lama di fasilitas- • 2 orang tidak dilakukan wrist fasilitas penjara dewasa di Australia x-ray dan saat ini dihadapkan ke setelah didakwa dan dalam beberapa pengadilan; kasus setelah diputus bersalah sebagai • 48 orang dilakukan wrists x-ray dan orang dewasa yang telah melakukan didakwa sebagai pelaku kejahatan penyelundupan manusia. penyelundupan orang namun Komisi HAM Australia mene- akhirnya penghukuman t i d a k rima informasi dari Pemerintah dilanjutkan; Commonwealth/Federal mengenai 180 • 7 orang tidak dilakukan wrists

14 Australian Human Rights Commission, An Age x-ray didakwa dengan kejahatan of Uncertainty, Inquiry into the Treatment of penyelundupan orang namun Individuals Suspected of People Smuggling Offences who Says that They are Children, Lihat URL: akhirnya penghukuman tidak http://www.humanrights.gov.au/ageassessment/ dilanjutkan lagi. report/, diakses pada 28 September 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 38 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Dari jumlah anak tersebut di atas, sementara (bail) dari penjara dan mereka dua remaja Indonesia yang berusia 15 ditempatkan di bawah pengasuhan (lima belas) tahun dan 17 (tujuh belas) petugas kesejahteraan (welfare officers) tahun dituduh sebagai penyelundup dari Departemen Imigrasi hingga sidang orang (people smuggling) dan berikutnya mengenai penentuan umur dijebloskan ke penjara di Australia. ketiga remaja tersebut. Pengacara anak- Mereka bekerja sebagai awak buah anak Indonesia akan mengundang para kapal dan tidak mengetahui bahwa saksi ahli untuk menyatakan metodology mereka akan membawa pencari suaka wrist x-ray adalah ketinggalan Zaman menuju Australia. Mereka berasal dari dan tidak dipercaya. 16 Ketiga anak NTT daerah kumuh di Indonesia. Pemerintah tersebut telah dipenjara bersama dengan Australia dengan menggunakan metode paedophiles, pemerkosa dan pembunuh x-ray di pergelangan tangan menyatakan karena Polisi Federal (AFP) telah keduanya dewasa dan di tempatkan di mengabaikan penilaian Departemen penjara dengan dakwaan penyelundupan Imigrasi dan salinan Akta Kelahiran bahwa orang. Mereka ditahan dan menjadi anak-anak tersebut berusia di bawah 18 sasaran penggunaan narkoba dan (delapan belas) tahun.17 Kedua kasus pelecehan seksual di penjara Silverwater di atas, menunjukkan potret kondisi Sydney. Setelah lebih dari satu tahun rentan anak-anak Indonesia di penjara dalam tahanan, mereka divonis hakim dewasa Australia di mana metode wrist bahwa mereka tidak dewasa atau tidak x-ray yang digunakan oleh Pemerintah melakukan penyelundupan manusia. 15 Australia telah mengakibatkan anak- Kasus lainnya, 3 (tiga) remaja Ako anak tersebut dikategorikan dewasa yang Lani, Ose Lani dan John Ndollu dari pulau menimbulkan pelanggaran terhadap Rote ditahan sejak 14 (empat belas) bulan hak-hak anak antara lain dipenjara lalu di penjara dewasa atas dakwaan bersama dengan orang dewasa yang people smuggling. Pemerintah federal memiliki latar belakang kejahatan yang telah melakukan kesalahan dengan tinggi serta mendapatkan pelecehan memenjarakan mereka di penjara high seksual di penjara. security Arthur Gorrie di Brisbane atas Dalam rangka perlindungan terhadap keyakinan bahwa mereka adalah laki-laki anak-anak berkewarganegaraan dewasa berdasarkan metodologi wrist Indonesia yang berhadapan dengan x-ray. Mereka di penjara dewasa tersebut hukum tersebut di Australia dengan berdasarkan Undang-Undang Mandatory tuduhan penyelundupan orang yang Sentencing. Pengacara Ose Lani, David 16 Jailing of Boys an ‘Abuse of Rights, http:/skynews. Svoboda dan pengacara Ndollu, Terry com.au/topstories/article.aspx?id+626578&vId=, diakses pada 26 September 2012. Fisher mengupayakan pembebasan 17 Australia Imprisons Indonesia Boys, http://www/ theage.com.au/national/australia-imrprisons- 15 www.abc.net.au/lateline/content/2012/s3555508. indonesian-boys-20110613-lg)il.html, diakses pada html, diakses pada 3 Agustus 2012. 26 September 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 39

ancaman hukumannya tinggi di konstitusi sedangkan Australia sendiri Australia, maka proses hukum terhadap tidak memasukkan ketentuan hak mereka di Australia harus dijamin agar asasi manusia di dalam konstitusinya, sejalan dengan konsep perlindungan ketentuan hak asasi manusianya diatur di hak asasi manusia. Oleh sebab itu, dalam Undang-Undang negara Bagian. pentingnya negara-negara asal, transit Berkaitan dengan ini, pencantuman dan tujuan untuk meningkatkan upaya- hukum internasional ke dalam hukum upaya people smuggling dan trafficking nasional dinilai penting karena 3 (tiga) in persons dengan melakukan kerja hal utama yaitu 18 : sama di antara kedua negara. Di mana 1. Tambahan dan rujukan untuk masing-masing pihak harus mengetahui harmonisasi peraturan nasional. kebijakan di masing-masing negara Kodifikasi pengaturan hak asasi terkait dengan isu perdagangan orang manusia dalam hukum internasional (trafficking) dan penyelundupan orang bertujuan agar esensi dan prinsip- (people smuggling). Pelibatan anak-anak prinsip hak asasi manusia dapat dalam aktivitas penyelundupan orang diterapkan dengan cara yang seragam, pada dasarnya merupakan eksploitasi dengan cara mengefektifkan aturan anak-anak yang merupakan salah satu yang berlaku secara internasional ke bentuk trafficking in persons maka dalam praktik dan hukum nasional. terdapat kewajiban bagi Pemerintah Hal ini juga disebabkan adanya untuk menyelamatkan mereka di bawah prinsip umum: non diskriminasi dalam agenda perlindungan korban trafficking pemenuhan hak asasi manusia. in persons. 2. Penempatan jaminan hak asasi manusia dalam jaminan kolektif. C. KETERKAITAN HUKUM Setiap negara diwajibkan untuk NASIONAL DAN HUKUM menghormati hukum hak asasi INTERNASIONAL TENTANG manusia tanpa terkecuali. Dengan HAK ASASI MANUSIA. penetapan hukum internasional hak asasi manusia, maka jaminan Negara memiliki tanggung jawab di dalam kolektif untuk perlindungan dan melindungi (to protect), menghormati pemenuhannya secara otomatis juga (to respect) dan memenuhi (to fulfill) terus dikembangkan. Yurisprudensi hak asasi warga negara. Jaminan internasional juga mendorong perlindungan, penghormatan dan sekaligus memberi batasan pemenuhan hak asasi manusia tersebut yurisprudensi nasional yang tidak di banyak negara tercantum di dalam menyimpang jauh dari prinsip-prinsip konstitusi atau undang-undang dasarnya. 18 Adnan Buyung Nasution, A. Patra M.Zein, Intrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Yayasan Indonesia telah memasukkan pasal-pasal Obor Indonesia/YLBHI/kelompok kerja Ake Arif, hak asasi manusia di dalam amandemen Jakarta, 2006, h.11-12.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 40 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

hukum umum yang berlaku. nasional di dalam sebuah sistem, 3. Hukum internasional diperlukan sehingga tidak memerlukan transformasi untuk mengatur masalah khusus hak atau inkorporasi lagi. Contoh Jerman asasi manusia. (custom) dan Belanda (treaty) 19. Hukum internasional dapat menjadi Internasionalisasi hukum HAM tambahan aturan hak asasi manusia menetapkan kewajiban negara-negara nasional. Bahkan problem hak yang terikat untuk menghormati. asasi manusia tidak jarang hanya Dengan menjadi pihak pada perjanjian diatur dalam hukum internasional internasional negara mengasumsikan hak asasi manusia. Contohnya, kewajiban dan tugas di bawah hukum hak kolektif sebuah bangsa untuk internasional untuk menghormati, menentukan nasib sendiri (the right melindungi dan memenuhi hak asasi to self determination) tidaklah manusia. Pertama, kewajiban untuk pernah diatur di dalam konstitusi menghormati berarti bahwa negara atau undang-undang dasar negara- harus menahan diri dari mengganggu negara kolonial (penjajah). atau membatasi kenikmatan hak asasi manusia. Kewajiban untuk menghormati berarti bahwa negara harus menahan C. 1. Inkorporasi Perjanjian diri dari mengganggu atau membatasi Internasional dalam Hukum kenikmatan hak asasi manusia. Kedua, Nasional kewajiban untuk melindungi menuntut negara untuk melindungi individu Dalam teori dan prinsip hukum dan kelompok terhadap pelanggaran umum, berlakunya hukum internasional hak asasi manusia. Ketiga, kewajiban dalam hukum nasional (domestik) dapat untuk memenuhi berarti negara harus dibedakan menjadi dua kelompok yakni mengambil tindakan positif untuk : Pertama, aliran dualisme. Dalam sistem memfasilitasi pemenuhan hak-hak dasar ini, hukum (perjanjian) internasional manusia. Melalui ratifikasi perjanjian- merupakan dua sistem yang berbeda perjanjian internasional hak asasi sehingga hukum internasional baru manusia, Pemerintah memasukkan ke berlaku jika diinkorporasikan atau dalam peraturan perundang-undangan ditransformasikan ke dalam hukum nasional sesuai dengan tugas dan nasional, melalui peratifikasian hukum kewajiban di dalam perjanjian (treaty). internasional lewat peraturan perundang- Apabila hukum nasional/domestik undangan nasional. Indonesia dan gagal dalam menangani pelanggaran Australia termasuk yang menggunakan hak asasi manusia, mekanisme dan sistem ini. Kedua, aliran monisme. Dalam prosedur pengaduan individual atau sistem ini (perjanjian) internasional dan peraturan perundang-undangan 19 Ibid, h. 12.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 41

komunikasi yang tersedia di tingkat meratifikasi perjanjian tersebut. regional dan internasional untuk Sedangkan dalam proses aksesi membantu memastikan bahwa standar hanya memiliki satu langkah - HAM internasional memang dihormati, yang tidak didahului oleh tindakan dilaksanakan dan ditegakkan di tingkat penandatanganan. Jika suatu lokal. 20 negara memilih untuk meratifikasi Proses persetujuan di dalam perjanjian- dan ‘menjadi anggota’ dalam perjanjian internasional hak asasi manusia perjanjian hak asasi manusia, negara meliputi 21: berkewajiban untuk menjamin bahwa a. Penandatanganan Internasional undang-undang nasionalnya sesuai perjanjian hak asasi manusia. dengan ketentuan perjanjian itu. Jika Australia menandatangani Setelah menandatangani perjanjian perjanjian hak asasi manusia hak asasi manusia, kewajiban para internasional itu membuat persetujuan pihak negara termasuk membuat awal perjanjian. Penandatanganan pelaporan berkala kepada dan instrumen tidak menciptakan diawasi PBB (badan hak asasi kewajiban hukum yang mengikat manusia). Jika suatu negara gagal namun menunjukkan niat negara memenuhi syarat-syarat dalam untuk memeriksa perjanjian dalam perjanjian tersebut, negara itu negeri dan mempertimbangkan akan dianggap melanggar hukum ratifikasi tersebut. internasional. b. Meratifikasi perjanjian internasional c. Reservasi. Reservasi adalah pernya- hak asasi manusia. taan yang dibuat oleh Negara Pihak Negara anggota PBB dapat memilih pada akhir Konvensi, yang membatasi untuk meratifikasi atau menyetujui sebagian kewajiban mereka di dalam sebuah perjanjian atau konvensi. Konvensi. Pemerintah Australia telah Ratifikasi atau aksesi adalah usaha membuat reservasi terhadap pasal- sukarela negara untuk terikat dalam pasal tertentu apabila pasal tersebut ketentuan perjanjian di bawah bertentangan dengan hukum hukum internasional. Meskipun nasional. aksesi memiliki efek yang sama d. Membuat perjanjian hak asasi seperti ratifikasi namun prosesnya manusia internasional menjadi berbeda. Dalam kasus ratifikasi, bagian dari hukum domestik. negara menandatangani kemudian Setiap negara harus membuat undang-undang yang mengga- 20 International Human Rights Law, www.ohcr.org/ professionaliinterest/Pages/InternationalLaw.aspx, bungkan pasal-pasal dalam konvensi diakses pada 20 Agustus 2012. 21 Fact Sheet 6: How Nation States Commit to Human yang diratifikasi. Di Australia, Undang- Rights Treaties, www.hreoc.gov.au/hr_explained/6_ Undang Federal perlu dibuat oleh states.html., diakses pada 20 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 42 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Parlemen untuk memberlakukan a. Masalah politik, perdamaian, Konvensi di Australia. Tergantung pertahanan dan keamanan negara; pada bidang hukum, negara bagian b. Perubahan wilayah atau penetapan dan teritori Australia juga diperlukan batas wilayah negara Republik untuk memperkenalkan undang- Indonesia; undang yang relevan. c. Kedaulatan atau hak berdaulat Indonesia menganut paham dualisme negara; sebagaimana dinyatakan di dalam d. Hak asasi manusia dan lingkungan pasal 9 ayat 2 UU No.24 Tahun 2000 hidup; Tentang Perjanjian Internasional e. Pembentukan kaidah hukum baru; “pengesahan perjanjian internasional f. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan undang-undang C. 2. Hukum di Negara Asal atau keputusan presiden”. Berdasarkan (Indonesia) undang-undang ini, Pemerintah Indonesia mengikatkan diri pada Amandemen UUD 1945 memberikan perjanjian internasional melalui cara- jaminan hak asasi manusia yang lebih cara sebagai berikut: penandatanganan, luas dibandingkan dengan konstitusi pengesahan, pertukaran dokumen sebelumnya. Indonesia sendiri telah perjanjian/nota diplomatik serta cara- meratifikasi 7 (tujuh) Konvensi yaitu : cara lain sebagaimana disepakati para Konvensi Anti Penyiksaan, Konvensi pihak dalam perjanjian internasional. Perlindungan Anak, Konvensi Peng- Sedangkan tahap pembuatan perjanjian hapusan Segala Bentuk Diskriminasi internasional adalah penjajakan, terhadap Perempuan, Kovenan Interna- perundingan, perumusan naskah, sional tentak Hak-hak Sipil dan Politik, penerimaan dan penandatanganan. Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Penandatanganan suatu perjanjian Sosial dan Budaya serta Konvensi internasional merupakan persetujuan Perlindungan Buruh Migran dan atas naskah perjanjian internasional Keluarganya. Kewajiban Internasional tersebut yang telah dihasilkan dan/ dan kewajiban nasional HAM yang harus atau merupakan pernyataan untuk dipenuhi oleh Pemerintah Indonesia mengikatkan diri secara definitif sesuai dalam rangka menghindari pelanggaran dengan kesepakatan para pihak. hak asasi anak sebagaimana dijamin Selanjutnya dalam pasal 10 UU tentang dalam UUD 1945 dan berbagai Konvensi Perjanjian Internasional menyatakan tersebut di atas dengan memberlakukan pengesahan perjanjian internasional undang-undang yang melindungi hak dilakukan dengan undang-undang asasi manusia khususnya hak anak yaitu apabila berkenaan dengan : UU Nomor 39 tahun 1999 mengenai

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 43

HAM, UU Nomor 23 tahun 2002 tentang tersebut akan membawa pengungsi Perlindungan Anak, UU Nomor 21 tahun ke Australia. Kemudian unsur ketiga, 2007 tentang Pemberantasan Tindak mengenai tujuan dari dipekerjakannya Pidana Perdagangan Orang (PTPPO). anak-anak tersebut adalah eksploitasi kerja paksa di mana anak dipekerjakan Merujuk pada potret kasus penahanan di lingkungan kerja yang berbahaya bagi anak-anak Indonesia di penjara keselamatan dirinya. Australia, maka anak yang dipekerjakan melewati batas negara termasuk di Kewajiban pemerintah dalam kasus dalam tindak pidana penyelundupan perdagangan orang di mana korbannya orang atau perdagangan orang. Definisi berada di luar negeri, berdasarkan perdagangan orang berdasarkan pasal 1 pasal 54 UU PTPPO disebutkan bahwa ayat (1) UU Nomor 21 tahun 2007 adalah dalam hal korban berada di luar negeri “ tindakan perekrutan, pengangkutan, memerlukan perlindungan hukum penampungan, pengiriman, pemindahan akibat tindak pidana perdagangan atau penerimaan seseorang dengan orang, maka Pemerintah Republik ancaman kekerasan, penggunaan Indonesia melalui perwakilannya di kekerasan, penculikan, penyekapan, luar negeri wajib melindungi pribadi pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan dan kepentingan korban dan meng- atau posisi rentan, penjeratan utang atau usahakan untuk memulangkan korban memberi bayaran atau manfaat sehingga ke Indonesia atas biaya negara. memperoleh persetujuan dari orang Ketentuan inilah yang dapat dijadikan yang memegang kendali dan orang lain dasar oleh Pemerintah Indonesia untuk tersebut, baik yang dilakukan di dalam memberikan perlindungan kepada negara maupun antar negara untuk anak-anak Indonesia yang berhadapan tujuan eksploitasi atau mengakibatkan hukum di Australia dengan mengadakan orang tereksploitasi”. Berdasarkan kerja sama dengan Pemerintah Australia ketentuan ini, maka kasus anak untuk memberikan kepentingan yang Indonesia yang ditahan di Australia telah terbaik bagi anak (the best interest of the memenuhi semua unsur sebagai korban children). perdagangan orang. Unsur pertama, yaitu dalam perbuatan atau prosesnya di mana Undang-Undang Republik Indonesia adanya perekrutan terhadap anak-anak Nomor 14 Tahun 2009 Tentang ini untuk dipekerjakan dikapal, adanya Pengesahan Protokol untuk Mencegah, pengiriman serta pemindahan mereka Menindak dan Menghukum Perda- dari kampung halamannya. Unsur kedua, gangan Orang terutama Perempuan mengenai sarana/cara agar mereka mau dan Anak-Anak, melengkapi Konvensi bekerja dilakukan dengan cara penipuan Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang mereka tidak diberitahu bahwa kapal Tindak Pidana Transnasional yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 44 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Terorganisir. Adapun tujuan dari manusia kecuali hukum nasionalnya protokol ini adalah untuk mencegah sesuai dengan ketentuan di dalam dan memberantas perdagangan orang perjanjian. Australia telah setuju untuk dengan memberikan perhatian khusus terikat dalam Konvenan Hak-hak Sipil kepada perempuan dan anak-anak, dan Politik (ICCPR) dan Kovenan Hak untuk melindungi dan membantu Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) korban-korban pelanggaran tersebut serta instrumen utama lainnya hak asasi dengan menghormati sepenuhnya manusia, termasuk Konvensi Hak Anak. hak-hak asasi mereka serta mendorong Sementara Australia telah setuju untuk kerja sama antar Negara-Negara Pihak terikat dalam perjanjian internasional untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut. utama hak asasi manusia di atas, mereka Pasal 7 Protokol ini mengenai status tidak menjadikan perjanjian internasional perdagangan orang di negara-negara menjadi bagian dari hukum domestik penerima menyatakan setiap Negara Australia kecuali dimasukkan ke dalam Pihak wajib mempertimbangkan untuk hukum Australia melalui undang- mengesahkan tindakan-tindakan legis- undang. 22 latif atau tindakan-tindakan tepat lainnya yang mengizinkan korban- Australia telah meratifikasi UN korban perdagangan orang untuk tetap Convention against Transnational Crime berada diwilayahnya untuk sementara and Supplementary Protocol to Prevent, waktu atau secara tetap dalam kasus- Supress and Punish Trafficking in Persons kasus yang tepat. Selanjutnya, Negara especially Women and Chilren (Konvensi Pihak wajib memberikan pertimbangan PBB untuk Mencegah, Menindak dan yang tepat mengenai faktor-faktor Menghukum Perdagangan Orang kemanusiaan dan rasa belas kasihan. terutama Perempuan dan Anak- Pasal-pasal penting lainnya yang terkait Anak). Dengan demikian perlindungan dengan korban di wilayah negara lain anak-anak warga negara asing yang adalah pasal 8 tentang pemulangan merupakan korban perdagangan korban perdagangan orang, pasal 9 orang adalah merupakan kewajiban tentang pencegahan perdagangan orang internasional Australia baik berdasarkan dan lain-lain. instrumen internasional HAM, peradilan pidana maupun berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

C. 3. Ketentuan Hukum di Australia telah meratifikasi konvensi- Negara Tujuan (Australia) konvensi internasional sebagaimana

Australia tidak menyepakati untuk 22 Fact Sheet 7 : Australia and Human Rights Treaties, www.hreoc.gov.au/education/hr_explained/7_ terikat dengan suatu perjanjian hak asasi australia_treaties.html., diakses pada 20 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 45

disebutkan di atas, yang memberikan karena membanjirnya para pengungsi perlindungan terhadap anak yang dari Vietnam, China dan Cambodia. berhadapan dengan hukum di Legislasi ini tidak memberi izin judicial Australia, namun untuk kepentingan review namun mengatur batas waktu nasionalnya Australia menerapkan penahanan 273 hari, walaupun dapat hukuman yang tinggi dalam tindak menjadi lebih panjang karena prosedur pidana penyelundupan orang. Dalam hukum dan berbagai banding (appeals). hal ini, Indonesia perlu memahami The migration Amendment (Excision kebijakan keimigrasian Australia karena from Migration Zone) (Consequently menyangkut kepentingan perlindungan Provisions) Act 2011 menerapkan warga negara Indonesia yang berkaitan kembali praktik mandatory detention dengan kebijakan mandatory detention serta penahanan tanpa batas waktu dan kebijakan indifinite detention. (indefinite detention) bagi para pencari suaka. Migration Act 1958 Section 4AA Penerapan Mandatory Detention (1), Parlemen menegaskan sebagai (Penahanan Wajib) terhadap Tahanan- prinsip bahwa anak di bawah umur hanya Tahanan di Australia dapat ditahan sebagai upaya terakhir. 23

Dalam Migration Act 1958 (Cth) (UU Kebijakan Indifinite Detention Migarasi), adalah kewajiban bagi bukan (Penahanan Tanpa Batas Waktu) warga negara di Australia tanpa visa yang sah untuk ditahan. Orang-orang Pada tahun 1994 Pemerintahan ini dinamakan ‘unlawful non-citizens’ Keating memperkenalkan legislasi yang dalam UU Migrasi dapat dibebaskan dinamakan Migration Reform Act 1992, dari tahanan imigrasi jika mereka yang memperluas aplikasi mandatory mendapatkan visa atau keluar Australia. detention terhadap semua orang Dalam UU Migrasi, unlawful non- yang tidak memegang valid visa dan citizen yang berada di tempat-tempat menghapus batas waktu penahanan 273 lepas pantai Australia akan ditahan di hari. Hal ini selanjutnya memberi pijakan Pulau Christmas. Kebijakan Pemerintah bagi kebijakan indefinite detention. Australia adalah bahwa semua pencari suaka yang tiba di lepas pantai akan C. 4. Ketentuan HAM dikenakan penahanan wajib (mandatory (Internasional) detention). Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Undang-Undang mengenai Manda- Australia telah meratifikasi Konvensi tory Detention mulai diperkenalkan oleh Hak-hak Sipil dan Politik, Konvensi Pemerintahan Keating dari Partai Buruh PBB untuk Mencegah, Menindak dan dengan dukungan bipartisan, pada 23 Migration Act 1958, www.austlii.edu.au/legis/cth/ consol_act/ma1958118/s4aa.html., diakses pada tahun 1992. Legislasi tersebut diajukan 20 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 46 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Menghukum Perdagangan Orang menuntut agar hal ini tidak terutama Perempuan dan Anak-Anak, dilakukan, dan anak berhak untuk serta Konvensi Hak Anak. Oleh sebab itu, mempertahankan hubungan anak-anak Indonesia yang berhadapan dengan keluarganya melalui dengan hukum di Australia perlu surat menyurat atau kunjungan- ditangani sesuai dengan mandat Piagam kunjungan kecuali dalam keadaan PBB/The UN Charter dan Perjanjian- khusus 25; perjanjian Internasional tersebut terkait sebagai berikut : c. Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak untuk 1. Konvensi PBB mengenai hak-hak secepatnya memperoleh bantuan anak (UN Convention on the Rights hukum dan bantuan lain yang of the Child) : negara-Negara Pihak layak dan juga untuk menggugat harus menjamin bahwa : keabsahan perampasan kemer- a. Tidak seorang anak pun dapat dekaannya di depan pengadilan dirampas kemerdekaannya secara atau pejabat lain yang berwenang, tidak sah atau sewenang-wenang. independen dan tidak memihak Penangkapan, penahanan atau dan berhak untuk dengan pemenjaraan seorang anak segera memperoleh keputusan harus sesuai dengan hukum dan mengenai tindakan perampasan hanya diterapkan sebagai upaya kemerdekaan ter-sebut 26; terakhir dan untuk jangka waktu d. Negara-Negara Pihak mengakui yang sesingkat-singkatnya 24; hak setiap anak yang disangka, b. Setiap anak yang dirampas dituduh atau dinyatakan me- kemerdekaannya harus diper- langgar hukum pidana untuk lakukan secara manusiawi dan diperlakukan dengan cara yang dihormati martabat kema- sesuai peningkatan perasaan anak nusiaannya, dan dengan akan martabat dan harga dirinya memperhatikan kebutuhan- yang memperkuat penghargaan kebutuhan manusia seusianya. anak pada hak asasi manusia Khususnya, setiap anak yang dan kebebasan dasar orang lain dirampas kemerdekaannya harus dan yang memperimbangkan dipisahkan dari orang-orang usia anak dan keinginan untuk dewasa, kecuali bila dianggap meningkatkan reintegrasi anak bahwa kepentingan terbaik dan menciptakan anak yang si anak yang bersangkutan 25 Pasal 37 huruf c Konvensi Hak Anak. 24 Pasal 37 huruf b Konvensi Hak Anak. 26 Pasal 37 huruf d Konvensi Hak Anak.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 47

berperan konstruktif dalam yang sah dan untuk mem- masyarakat 27 ; peroleh bantuan hukum dan bantuan lain dalam e. Untuk tujuan ini dan dengan mempersiapkan dan meng- memperhatikan ketentuan- ajukan pembelaannya. ketentuan dari instrumen- instrumen internasional yang • Untuk memperoleh keputusan relevan, Negara-Negara Pihak atas masalah tersebut tanpa khususnya menjamin bahwa 28: ditunda-tunda oleh pejabat atau lembaga pengadilan yang i. Tidak seorang anak pun berwenang, independen dan dapat disangka, dituduh tidak memihak dalam suatu atau dinyatakan melanggar pemeriksaan yang adil sesuai hukum pidana karena dengan hukum dengan melakukan atau tidak kehadiran penasihat hukum melakukan tindakan yang atau bantuan lain yang layak, tidak dilarang oleh hukum kecuali jika dianggap hal itu nasional atau internasional bukan untuk kepentingan pada saat tindakan itu terbaik si anak, khususnya dilakukan; dengan memperhatikan usia atau situasi anak, orang tua ii. Setiap anak yang disangka dan wali hukumnya yang sah; atau dituduh telah melanggar hukum pidana mempunyai • Untuk tidak dipaksa setidak-tidaknya jaminan- memberikan kesaksian atau jaminan sebagai berikut: mengakui kesalahan untuk memeriksa atau menyuruh • Untuk dianggap tidak memeriksa saksi-saksi yang bersalah hingga dibuktikan memberatkan dan untuk kesalahannya menurut memperoleh peran serta dan hukum. pemeriksaan saksi-saksi yang • Untuk secepatnya dan meringankan anak dalam secara langsung diberitahu kondisi kesetaraan; mengenai tuduhan-tuduh- • Jika dianggap telah an terhadapnya dan jika melanggar hukum pidana dipandang layak melalui anak berhak agar keputusan orang tua atau wali anak dan setiap tindakan yang 27 Pasal 40 Ayat 1 Konvensi Hak Anak. dikenakan sebagai akibatnya 28 Pasal 40 ayat 2 Konvensi Hak Anak.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 48 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

ditinjau kembali oleh pejabat kehadapan hakim atau pejabat yang lebih tinggi yang lain yang diberi kewenangan berwenang, independen oleh hukum untuk melaksanakan dan tidak memihak atau kekuasaan peradilan dan berhak oleh badan peradilan sesuai untuk diadili dalam jangka waktu dengan hukum yang berlaku; yang wajar atau dibebaskan. Seharusnya bukan merupakan • Untuk memperoleh bantuan ketentuan umum bahwa orang cuma-cuma dari seorang yang menunggu pemeriksaan penerjemah apabila anak pengadilan harus ditahan tetapi tidak dapat memahami atau pembebasan dapat dilakukan tidak dapat berbicara dalam dengan syarat jaminan untuk bahasa yang digunakan; hadir pada waktu pemeriksaan pengadilan pada tahap lain dari • Untuk dihormati sepenuhnya proses peradilan dan apabila kehidupan pribadinya dibutuhkan pada pelaksanaan dalam semua tahap proses putusan pengadilan; 30 pengadilan. c. Siapapun yang dirampas 2. Konvenan Internasional mengenai kemerdekaannya dengan cara hak-hak sipil dan politik (UN penangkapan atau penahanan Convenant on Civil and Political mempunyai hak untuk disidangkan di depan pengadilan Rights) yang mengatur mengenai : agar pengadilan tanpa menunda- a. Setiap orang berhak atas nunda dapat menentukan kemerdekaan dan keamanan keabsahan penangkapannya dan pribadi. Tidak seorangpun memerintahkan pembebasannya dapat ditangkap atau ditahan apabila penahanan tersebut tidak 31 secara sewenang-wenang. Tidak sah menurut hukum; seorangpun dapat dirampas d. Setiap orang yang telah menjadi kebebasannya kecuali berda- korban penangkapan atau sarkan alasan-alasan yang sah penahanan yang tidak sah berhak dan sesuai dengan prosedur- mendapatkan ganti rugi yang prosedur yang ditetapkan oleh harus dilaksanakan 32 hukum; 29 e. Setiap orang mempunyai b. Siapapun yang ditangkap atau kedudukan yang setara di depan ditahan berdasarkan tuduhan pidana harus segera dibawa 30 Pasal 9 ayat 3 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. 31 Pasal 9 ayat 4 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. 29 Pasal 9 ayat 1 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. 32 Pasal 9 ayat 5 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 49

pengadilan dan badan peradilan; 33 • Segala bentuk perbudakan atau praktik-praktik sejenis f. Setiap orang yang dituduh perbudakan, seperti penjualan melakukan tindak pidana berhak dan perdagangan anak-anak, dianggap tidak bersalah sampai kerja ijon dan penghambaan kesalahannya dibuktikan menurut serta kerja paksa atau wajib hukum; 34 kerja termasuk pengerahan g. Dalam menentukan tindak pidana anak-anak secara paksa atau yang dituduhkan setiap orang wajib untuk dimanfaatkan berhak atas jaminan minimum dalam konflik bersenjata; berikut dalam persamaan yang penuh; 35 • Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk h. Untuk segera diberitahu secara pelacuran, unuk produksi terperinci dalam bahasa yang pornografi atau untuk ia mengerti, tentang sifat dan pertunjukan-pertunjukan alasan tuduhan yang dikenakan porno; terhadapnya; • Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk i. Untuk diadili tanpa penundaan kegiatan haram, khususnya yang tidak semestinya; untuk produksi dan j. Untuk mendapatkan bantuan perdagangan obat-obatan penerjemah secara cuma-cuma sebagaimana diatur dalam apabila ia tidak mengerti atau perjanjian internasional yang tidak bisa berbicara dalam bahasa relevan; yang digunakan di pengadilan. • Pekerjaan yang sifatnya 3. Konvensi mengenai Bentuk-Bentuk atau lingkungan tempat Terburuk Pekerjaan Anak, 1999 pekerjaan itu dilakukan dapat sebagai berikut membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral a. Dalam konvensi ini, istilah- anak-anak. istilah “bentuk-bentuk terburuk pekerjaan anak” mengandung b. Setiap anggota wajib merancang pengertian 36 : dan melaksanakan program aksi untuk menghapus benuk-bentuk

33 Pasal 14 ayat 1 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. terburuk kerja anak sebagai 34 Pasal 14 ayat 2 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. prioritas; 37 35 Pasal 14 ayat 3 Konvenan Hak-hak Sipil dan Politik. 36 Pasal 3 Konvensi mengenai Bentuk-bentuk 37 Pasal 6 ayat 1 Konvensi mengenai Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan Anak,1999. Terburuk Pekerjaan Anak,1999.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 50 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

c. Program-program aksi itu wajib d. Di mana mungkin, penahanan dirancang dan dilaksanakan menunggu sidang pengadilan melalui konsultasi dengan akan digantikan oleh tindakan- lembaga pemerintah dan tindakan alternatif, seperti organisasi pengusaha dan pekerja misalnya pengawasan dari dekat terkait dengan memperhatikan perawatan atau penempatan pandangan kelompok-kelompok bersama keluarga atau dalam 38 lainnya sebagaimana perlunya. suatu suasana atau rumah pendidikan; 4. Aturan Standar Minimun untuk Administrasi Keadilan bagi Anak e. Anak yang ditahan sementara (Aturan Beijing, 1985), diadopsi oleh menunggu sidang pengadilan Resolusi Mejelis Umum 40/33, 29 berhak atas semua hak atas November 1985 sebagai berikut: jaminan dari peraturan standar minimum perlakuan terhadap a. Hak-hak: Perlindungan prosedu- para narapidana yang disahkan ral dasar seperti misalnya praduga oleh PBB; tidak bersalah, hak untuk diberi tahu mengenai tuduhan, hak f. Anak yang ditahan sementara untuk tetap diam, hak untuk menunggu sidang pengadilan mendapat nasihat hukum, hak akan ditahan terpisah dari atas kehadiran orang tua atau orang-orang dewasa dan akan wali, hak untuk berkonfrontasi ditahan disuatu lembaga terpisah dan memeriksa silang saksi-saksi dari suatu lembaga yang juga dan hak untuk mengajukan banding ke suatu badan yang digunakan untuk menahan orang lebih tinggi otoritasnya dijamin dewasa; pada semua tahapan pemeriksaan g. Sementara dalam penahanan, perkara; 39 anak akan menerima perawatan, b. Penahanan menunggu Peng- perlindungan dan semua adilan; 40 bantuan pribadi yang perlu sosial, pendidikan, ketrampilan, c. Penahanan menunggu sidang psikologis, medis dan fisik yang pengadilan akan digunakan mungkin mereka butuhkan hanya sebagai suatu tindakan mengingat umur, jenis kelamin terakhir dan untuk jangka waktu dan kepribadian mereka. yang sesingkat mungkin; 5. Aturan-aturan tentang Perlindungan 38 Pasal 6 ayat 2 Konvensi mengenai Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan Anak,1999. Anak yang dirampas kebebasannya 39 Adnan Buyung Nasution, Op. Cit, h. 496. (1990), disahkan oleh Majelis Umum 40 Ibid, h.501.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 51

Perserikatan Bangsa-Bangsa, 14 asasi manusia dan membantu PBB Desember 1990 yaitu : untuk mencapai sasaran tersebut melalui kerja sama internasional. a. Anak yang ditahan sementara Berdasarkan mandat tersebut maka atau menunggu pengadilan negara-negara PBB berkomitmen (“belum diadili”) harus dianggap untuk memajukan the administrative tidak bersalah dan diperlakukan of juvenile justice serta memandang sesuai dengan asas itu. perlu reformasi urgen atas sistem Penahanan sebelum pengadilan justice di seluruh dunia agar sejalan harus dihindari sejauh mungkin dengan Konvensi Hak Anak melalui dan dibatasi dalam keadaan- kerja sama internasional cq advisory keadaan tertentu. Maka itu services and technical cooperation. semua usaha dijalankan untuk Komitmen ini dituangkan dalam menerapkan langkah-langkah keputusan Dewan Ekonomi dan alternatif. Bilamana penahanan Sosial PBB/Ecosoc No. 1997/30 pencegahan dilaksanakan juga, mengenai Administration of Juvebile pengadilan anak dan badan- Justice. badan penyelidikan harus memberi prioritas utama pada Berdasarkan ketentuan-ketentuan pemprosesan perkara tersebut prinsip hukum internasional tersebut di secepatnya supaya menghasilkan atas bahwa penangkapan, penahanan masa penahanan dengan dan pemenjaraan terhadap anak waktu yang secepat mungkin. merupakan ultimum remedium atau Anak yang belum diadili harus upaya akhir/measure of last resort dan dipisahkan dari anak yang sudah untuk waktu yang sesingkat mungkin divonis. 41 (for the shortest possible period). Prinsip terpenting lainnya adalah mengenai “due 6. The United Nations Standard process of law” bahwa penanganan Minimum Rules for the peradilan adalah sesuai dengan Administration of Juvenile Justice – aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang the Beijing Rules (Peraturan Standar berlaku bahwa seseorang tidak dapat Minimum PBB untuk Pelaksanaan dihilangkan kehidupan atau kebebasan Peradilan Anak- Peraturan Beijing); atau harta bendanya tanpa prosedur dan perlindungan-perlindungan hukum yang 7. Article 55 dan 56 Piagam PBB sesuai. memandatkan semua negara anggota PBB untuk memajukan penghormatan dan pemenuhan hak

41 Adnan Buyung Nasution, Op. Cit, h. 462.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 52 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Mekanisme Pengawasan Konvenan Jika memang diperlukan, komite dapat Internasional menyampaikan rekomendasi kepada Majelis Umum, untuk meminta Sekretaris Konvenan Internasional tentang Hak- Jenderal PBB, untuk kepentingan komite, hak Sipil dan Politik melakukan kajian khusus tertentu tentang masalah hak-hak anak. 43 Mekanisme pengawasan yang disediakan dalam Konvenan ini dilakukan Pengawasan dari Badan-Badan PBB oleh sebuah komite Hak Asasi Manusia yang beranggotakan 18 pakar dalam Komisaris Tinggi HAM PBB, Ms. kapasitas pribadi dan dipilih oleh Negara Navy Pillay mengadakan kunjungan ke Pihak yang telah meratifikasi Konvenan. Australia atas undangan dari Pemerintah Mekanisme pengawasan dikelompokkan Australia pada tanggal 20-25 Mei menjadi 3 cara yaitu 42 : 2011. Dalam siaran persnya Ms. Pillay menyatakan bahwa : “...In my discussions 1. Penyampaian laporan dari pihak with the Prime Minister and the Minister Negara Pihak; for Immigration and Citizenship, I have 2. Prosedur keluhan dan pengaduan reiterated the long-standing concerns sebuah negara terhadap negara; expressed by UN human rights treaty 3. Pengaduan yang disampaikan oleh bodies that Australia’s mandatory individu atau secara perorangan, immigration detention regime is in breach mekanisme ini berlaku secara of Australia’s international humanrights fakultatif bergantung sebuah obligations. Australia’s mandatory negara apakah menerima atau detention policy has for many years cast tidak menerima Protokol Optional a shadow over Australia’s human rights yang mengatur tentang komunikasi record. Thousands of men, women and perorangan (individual). – most disturbingly of all –children have been held in Australian detention centres Konvensi mengenai Hak-Hak Anak for prolonged periods, even though they have committed no crime. Komite Hak Anak, tidak memiliki kewenangan untuk memeriksa When detention is mandatory and pengaduan dan penyelidikan khusus. does not take into account individual Dalam melakukan wewenangnya circumstances, it can be considered memeriksa laporan, komite meminta arbitrary, and therefore in breach of dukungan dari lembaga-lembaga khusus international law. Mandatory detention PBB antara lain seperti UNESCO, UNICEF, is also a practice that can– and has – led to ILO juga meminta kontribusi masukan suicides, self-harming and deep trauma. dari lembaga-lembaga non-pemerintah. 43 Ibid, h. 49 42 Ibid, h. 46 - 47

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 53

While recognizing that there have been dan dipenjarakan berlama-lama some improvements in recent years, I karena dianggap sebagai pelaku have also raised concerns regarding the penyelundupan orang di bawah length of detention, as well as delays Mandatory Detention. in processing security checks and in releasing children and families into the Efektivitas mekanisme pengawasan community”. yang disampaikan Komisaris Tinggi HAM PBB, Ms. Navy Pillay kepada Pemerintah Pernyataan KTHAM PBB tahun 2011 Australia ditentukan pada kemauan tersebut memperjelas gambaran bahwa: politik (political will) dan itikad baik (good will) dari Negara Pihak untuk a. Tidak diberlakukannya oleh Australia bekerjasama dengan Badan HAM dan jaminan-jaminan due process mengimplementasikan rekomendasi of law sebagaimana diatur oleh tersebut di atas. ICCPR bahwa setiap keputusan untuk menahan seseorang harus Mekanisme HAM Australia terbuka bagi peninjauan berkala agar dasar hukum penahanan Komisi HAM Australia (Australian dapat dikaji. Dalam peristiwa Human Rights Commission) telah apapun penahanan tidak dapat mengambil prakarsa untuk melakukan dilanjutkan di luar jangka waktu di inquiry (penyelidikan) mengenai anak- mana negara dapat memberikan anak yang ditahan di Penjara Imigrasi. dasar keabsahan yang tepat atas Hasil penyelidikannya dituangkan penahanan tersebut dalam laporan berjudul “An Age of Uncertainty : Inquiry into the Treatment b. Penerapan mandatory detention of Individuals Suspected of People dalam kasus People Smuggling di Smuggling Offences who Say that They bawah UU Anti People Smuggling are Children” (Ketidakjelasan Umur : and Other Measures Act tahun 2010, Penyelidikan atas Perlakuan Individu membawa konsekuensi bahwa Polisi yang Dituduh Penyelundupan Orang Australia memiliki kewenangan di mana Mereka adalah anak-anak) otomatis untuk menahan para ABK pada 27 Juli 2012. Komisi Hak Asasi RI yang tertangkap berada di kapal Manusia didirikan berdasarkan Australian pengangkut pencari suaka tanpa Human Rights Commission Act 1986 perlu segera melakukan pengkajian (Cth) (ACHR Act). Fungsi utama dari atas keabsahan penahanan tersebut Komisi berdasarkan AHRC Act bahwa sehingga nelayan-nelayan miskin untuk menyelenggarakan penyelidikan buta hukum yang merupakan korban terhadap undang-undang atau praktik- trafficking in person ditangkap praktik yang mungkin inkonsisten atau

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 54 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA bertentangan dengan hak asasi manusia terhadap orang yang dicurigai (sect 11 (1) (f)). 44 pelanggaran penyelundupan manusia yang mengatakan bahwa mereka adalah Presiden Australian Human Rights anak-anak telah menyebabkan berbagai Commission Ms. Catherine Branson pelanggaran dari kedua Konvensi Hak mengharapkan agar penyelidikan/ Anak (CRC) dan Convenant Internasional inquiri-nya akan membawa refleksi tentang Hak Sipil dan Politik ( ICCPR). matang mengenai kekuatan dan kelemahan sistem peradilan pidana Temuan dan rekomendasi-rekomendasi Australia secara lebih umum. Karena penyelidikan Komisi HAM Australia penyelidikannya telah mengungkap sebagai berikut 46 : bahwa sistem peradilan pidana yang 1. Kegagalan untuk memastikan bahwa ada saat ini adalah tidak cukup kuat prinsip manfaat dari keraguan untuk menjamin bahwa HAM setiap itu diberikan dalam semua kasus orang tersangka suatu kejahatan pidana di mana individual mengatakan dihormati dan dilindungi. Laporan ini bahwa ia masih anak-anak. memuat sejumlah rekomendasi untuk Individu-individu yang memiliki membantu menciptakan lingkungan pengalaman dalam kasus ini di akhir di mana hak-hak orang-orang mana mereka menyatakan anak- Indonesia usia muda yang menjadi anak namun tidak diberikan manfaat tertuduh penyelundupan orang adalah atas keraguan umur mereka. Hal ini dihormati dan dilindungi dalam setiap diperparah dengan adanya metode tahapan interaksinya dengan para x-ray pergelangan tangan untuk pejabat berwenang Australia. Sebagai menentukan apakah seseorang rekomendasi kunci adalah rekomendasi telah mencapai usia 18 tahun. Hasil bahwa Crimes Act harus diamandemen dari x-ray dipergelangan tangan agar analisis rontgen pergelangan tangan menyebabkan kekeliruan di sejumlah tidak lagi digunakan sebagai pembuktian besar anak-anak, kemudian mereka bahwa seseorang berusia di atas 18 tahun. dikategorikan dewasa. Kesalahan ini Pertimbangan seksama juga agar diberikan menyebabkan pelanggaran hak asasi pada langkah-langkah bahwa dimasa manusia. depan Australia menghormati HAM setiap orang yang berhadapan dengan sistem 2. Kegagalan untuk memastikan bahwa peradilan pidana Australia. 45 kepentingan terbaik anak adalah pertimbangan utama. Temuan utama dari penyelidikan ini adalah bahwa perlakuan Australia 46 An Age of Uncertainty, Inquiry into the Treatment of Individuals Suspected of People Smuggling 44 www.auslii.edu.au/au/legis/cth/consol_ Offences who Say that They are Children www. act?ahrca1986373/, diakses pada 27 Agustus 2012. humanrights.gov.au/ageassessment/report/an_ 45 http://www.humanrights.gov.au/ageassessment/ age_of_uncertainty.pdf, diakses pada 10 September report/, diakses pada 10 September 2012. 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 55

Anak Indonesia yang tidak dan fakta individu-individu yang mendapatkan keuntungan dari dinilai dewasa tersebut ditahan dalam keraguan bahwa dia adalah anak pemasyarakatan orang dewasa dan terjadinya kesalahan di dalam menyebabkan banyak pelanggaran prosesnya sehingga menjadi pasal 37 (c) dari Konvensi Hak Anak dewasa, Pemerintah Australia tidak (CRC) yang mengharuskan bahwa memberikan kepentingan terbaik anak yang dirampas kebebasannya bagi mereka sebagai pertimbangan harus dipisahkan dari orang dewasa. utama. Mereka seharusnya 5. Kegagalan untuk menjamin diperlakukan berbeda dengan orang penghormatan terhadap hak- dewasa sebagaimana diatur di dalam hak anak telah diduga terjadinya Konvensi Hak Anak yang harus pelanggaran. dihormati. Komisi HAM telah menemukan 3. Kegagalan untuk memastikan bahwa bahwa ada periode waktu yang penahanan anak adalah upaya signifikan bagi orang-orang yang terakhir dan dilakukan dalam periode dicurigai melakukan pelanggaran waktu yang sesingkat-singkatnya. penyelundupan manusia dan mereka Anak Indonesia yang usianya menyatakan anak-anak. Periode rata- diragukan ditahan untuk jangka rata sebelum dituntut adalah sekitar 5 waktu yang lama di fasilitas untuk ½ (lima setengah) bulan merupakan orang dewasa yaitu penahanan pelanggar terhadap prinsip bahwa imigrasi dan penahanan lembaga suatu hal harus ditentukan tanpa pemasyarakatan. Anak yang terpisah penundaan, terutama di mana dari kedua orang tuanya tidak individu-individu yang ditahan diberikan perlindungan khusus yaitu selama periode ini. tidak diberikan wali. Pelanggaran 6. Kegagalan untuk menjamin selanjutnya adalah untuk memastikan penghormatan terhadap hak anak bahwa penahanan anak-anak adalah dipisahkan dari keluarganya. upaya terakhir dan untuk jangka waktu yang singkat. Konvensi anak mewajibkan Australia untuk memastikan bahwa 4. Kegagalan untuk memastikan anak yang tidak mendapatkan bahwa anak-anak yang dirampas dukungan dari orang tuanya harus kebebasannya dipisahkan dari orang mendapatkan bantuan lebih agar dewasa. mereka mendapatkan jaminan Kombinasi dari pelaksanaan praktik untuk menikmati hak-haknya dalam penentuan individu menjadi dewasa konvensi. Anak yang terpisah dari yang dinilai karena tulangnya matang keluarganya harus mendapatkan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 56 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

perlindungan khusus dan bantuan, prosedur yang ditentukan untuk elemen yang terpenting adalah tujuan s 3ZQA (2) dari Undang- wali yang efektif. Mereka tidak undang Kejahatan. diberi perlindungan khusus dan 4. The Crimes Act 1914 (Cth) dan, jika bantuan karena mereka tidak sesuai, The Crimes Regulation atau dibekali dengan wali. Selain itu, alternatif Evidence Act (Cth) harus orang dewasa independen yang diubah untuk memastikan ahli yang menghadiri wawancara anak-anak bukti yang seluruhnya atau secara di imigrasi tidak diberi tanggung substansial berdasarkan analisis dari jawab bertindak untuk kepentingan pergelangan tangan x-ray tidak dapat yang terbaik bagi anak-anak dan diajukan dalam proses hukum sebagai memberikan perlindungan terhadap bukti, atau cenderung sebagai bukti semua keputusan yang menyangkut untuk membuktikan, bahwa subjek mereka. pergelangan tangan x-ray adalah di Beberapa rekomendasi: atas usia 18 tahun. 1. The Act Migrasi 1958 (Cth), dan 5. Imaging gigi individu menggunakan jika sesuai dengan Undang-undang radiasi (dental x-ray) harus Kejahatan 1914 (Cth), harus diubah tidak ditentukan untuk tujuan s untuk membuat jelas bagi seorang 3ZQA (2) dari The Crimes Act/ individu yang mengaku berada di Undang-Undang Kejahatan 1914 bawah usia 18 tahun harus dianggap (Cth) sebagai ditentukan Prosedur sebagai anak kecuali ada keputusan untuk penentuan usia. relevan yang memuaskan atau 6. Setiap orang yang diduga dalam kasus keputusan di pengadilan penyelundupan manusia yang bahwa seseorang berusia di atas 18 mengatakan bahwa ia adalah tahun. seorang anak dan yang tidak 2. Seorang individu yang diduga nyata dewasa harus menawarkan menyelundupkan manusia yang akses untuk mendapatkan nasihat mengatakan bahwa dia adalah hukum sebelum berpartisipasi seorang anak, dan secara nyata tidak dalam wawancara penilaian usia dewasa, harus disediakan dengan dimaksudkan untuk diandalkan wali independen dengan tanggung dalam proses hukum. jawab untuk diadvokasi untuk 7. Jika keputusan dibuat untuk menye- melindungi kepentingan terbaik. lidiki atau mengadili seseorang dicurigai 3. Tidak ada prosedur yang melibatkan penyelundupan orang yang tidak pencitraan manusia menggunakan mengakui bahwa ia berusia lebih dari radiasi harus ditetapkan sebagai 18 tahun pada tanggal pelanggaran

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 57

yang ia dicurigai, upaya langsung beberapa hal yang tercantum dalam harus dilakukan untuk memperoleh Recommended Principles and Guidelines dokumenter bukti usia dari negara on Human Rights and Human Trafficking asalnya. sebagai report of the United Nations High Commissioner for Human Rights and to Economic and Sosial Council D. Membangun Kerja Sama (Prinsip-prinsip dan Pedoman-Pedoman Indonesia – Australia yang direkomendasikan mengenai dalam Penanganan Kasus HAM dan Perdagangan Orang sebagai Trafficking. laporan Komisi Tinggi Urusan HAM kepada Dewan Ekonomi dan Sosial Merujuk pada ketentuan tersebut di PBB). Adapaun pedoman tersebut dalam atas, maka Pemerintah Indonesia dan Pedoman 11: Kerja sama dan koordinasi Australia telah meratifikasi Konvenan antar negara dan kawasan, yang berisi Hak-Hak Sipil dan Politik, Konvensi Hak antara lain sebagai berikut 47 : Anak, UN Convention Transnational Organized Crime dan Supplementary to 1. Mengadopsi kesepakatan-kese- Prevent, Supress and Punish Trafficking pakatan bilateral yang bertujuan in Persons, expecially Women and mencegah perdagangan manusia, Children. Maka perlindungan anak- memberikan perlindungan hak-hak anak Indonesia yang merupakan korban dan martabat dari orang-orang yang trafficking bukan hanya kewajiban diperdagangkan dan meningkatkan Pemerintah Indonesia namun juga kesejahteraan mereka; kewajiban internasional Australia baik 2. Menawarkan, berbasis bilateral berdasarkan instrumen internasional ataupun melalui organisasi-orga- HAM maupun berdasarkan Piagam nisasi multilateral, bantuan teknis Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan bantuan finansial kepada negara-negara dan sektor-sektor Dalam rangka membangun kerja terkait dalam masyarakat sipil sama antara Pemerintah Indonesia yang bertujuan mempromosikan, dan Pemerintah Australia dalam mengembangkan dan melaksanakan pemberantasan tindak pidana per- strategi-strategi anti-perdagangan dagangan orang maka kedua negara manusia berdasarkan HAM; dapat mengacu pada ketentuan kerja sama berdasarkan hukum Inter- 3. Menguraikan perjanjian-perjanjian nasional. PBB telah mengeluarkan regional dan subregional mengenai pedoman bahwa negara dan antar perdagangan manusia dengan

lembaga pemerintah dan organisasi 47 Dra. Farhana, S.H., M.H., M.Pdi, Human Trafficking: non-pemerintah mempertimbangkan Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 138 - 140.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 58 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

menggunakan Protokol Palermo dan lembaga-lembaga masyarakat sipil standar-standar HAM internasional lainnya di negara asal, negara transit sebagai garis dasar dan kerangka dan negara tujuan. Hal ini khususnya kerja; penting untuk menjamin dukungan dan bantuan bagi orang-orang yang 4. Mengembangkan susunan kerja diperdagangkan yang dipulangkan, sama untuk memudahkan identifikasi dengan cepat terhadap orang-orang Tindak pidana perdagangan orang yang diperdagangkan termasuk merupakan kejahatan transnasional saling berbagi dan saling tukar sehingga perlu ditanggulangi secara informasi yang berhubungan dengan bersama-sama oleh masing-masing kewarganegaraan dan hak mereka negara terkait dan tidak hanya kerja untuk bertempat tinggal; sama dengan pemerintah namun juga antar LSM, antar organisasi masyarakat 5. Membangun mekanisme-mekanis- dan perorangan sehingga terbentuk me guna memudahkan pertukaran kekuatan yang dapat menanggulangi informasi mengenai para pelaku dan memberantas serta mencegah perdagangan dan metode-metode tindak pidana perdagangan orang operasi mereka; yang terorganisir tersebut. Penanganan 6. Menjamin bahwa permohonan- perlindungan hak-hak asasi para tahanan permohonan ekstradisi bagi anak-anak Indonesia di Australia kejahatan-kejahatan yang ber- merupakan cross cutting issues yang hubungan dengan perdagangan perlu melibatkan multi stake holders manusia ditangani oleh otoritas Pemerintah dan Non Pemerintah dan dari negara yang dimohon tanpa tidak bisa diselesaikan secara eksklusif penundaan; semata-mata hanya melalui perundingan tingkat KBRI dan Pemerintah Australia 7. Membangun mekanisme-meka- seperti dilibatkannya lembaga swadaya nisme kerja sama guna penyitaan masyarakat di Indonesia dan Australia terhadap pendapatan yang diperoleh seperti Yayasan Lembaga Bantuan dari perdagangan manusia; Hukum Indonesia – LBH Jakarta, Human 8. Pertukaran informasi dan penga- Rights Working Group, Institusi HAM laman yang berkaitan dengan di Indonesia, Legal Aid di Australia, Australia Human Rights Commission dan pelaksanaan program-program ban- pengacara Australia. Pengacara Australia tuan, pemulangan dan integrasi dapat meminta bantuan lembaga dengan pandangan memaksimalkan swadaya masyarakat di Indonesia untuk dampak dan keefektifan; mencari pembuktian mengenai umur 9. Mendorong kerja sama antara anak tersebut di desa asal anak yang organisasi non-pemerintah dan ditahan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 59

Kerja sama antara Pemerintah RI dan Pemerintah Australia seharusnya dilakukan secara seimbang dan saling timbal balik demi keadilan dengan mengangkat isu trafficking in persons bersamaan dengan isu people smuggling, dalam rangka mendorong pengakuan Pemerintah Australia bahwa banyak tahanan-tahanan WNI di Australia yang didakwa sebagai pelaku people smuggling sesungguhnya merupakan korban trafficking in persons dalam berbagai bentuk antara lain penipuan, labour exploitation, economic exploitation. Hasil penyelidikan dari Australian Human Rights Commission beserta rekomendasi tersebut di atas dapat dijadikan pijakan bagi pemerintah Indonesia untuk bekerjasama dalam memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang ditangkap dan ditahan di bawah otoritas hukum Australia disemua tahapan mulai dari penangkapan, interogasi polisi, penahanan di rumah tahanan imigrasi, persidangan, pemenjaraan, proses pemulangan, reintegrasi dan proses recovery-nya di Indonesia. Misalkan pelanggaran hak-hak mendasar dari anak-anak tersebut untuk mendapatkan akses bantuan pengacara48 segera setelah mereka ditahan dan sebelum dilakukan interview dengan Australian Federal Police (AFP).

48 Pengacara Australia yang mendampingi harus memahami sosial dan budaya masyarakat di Indonesia, juga diutamakan yang memahami bahasa Indonesia. Jika tidak, maka Pemerintah Australia harus menyediakan penerjemah yang profesional sehingga dapat dihindari kesalahan di dalam menterjemahkan yang dapat mengakibatkan mereka dikategoerikan sebagai dewasa dan ditahan oleh otoritas Australia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 60 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

REFERENSI http:m.okezone.com/ ad/2011/10/08/340/512560/ 1. Buku/Article dubes-australia-ingin-bocah- pembawa-ganja-dipulangkan. • ABG Ganja Asal Australia Dibui 2 Bulan, http:nasional.news. • Fact Sheet 6: How Nation States viva.co.id/news/read/267227- Commit to Human Rights abg-ganja-australia. Treaties, www.hreoc.gov.au/ hr_explained/6_states.html. • Age of Uncertainty, Inquiry into the Treatment of Individuals • Fact Sheet 7 : Australia and Suspected of People Smuggling Human Rights Treaties, www. Offences who Say that They are hreoc.gov.au/education/hr_ Children www.humanrights. explained/7_australia_treaties. gov.au/ageassessment/report/ html. an_age_of_uncertainty.pdf. • Farhana, Human Trafficking : • Australia Imprisons Indonesia Aspek Hukum Perdagangan Boys, http://www/theage. Orang di Indonesia, Sinar com.au/national/australia- Grafika, Jakarta, 2010, h. 138 imrprisons-indonesian-boys- – 140 20110613-lg)il.html. • Grasi Corby – Pertukaran • Australian denies deal with Dengan Ekstradisi Nelayan Tak Indonesia on Schapelle Corby, Setimpal, http: www.bisnis. http: www.bbc.co.au/world- com/articles/grasi-corby-- asia-18170610. pertukaran-dengan-ektradisi- nelayan-tak-setimpal. • Australian Human Rights Commission, An Age of • Grasi Corby, Australia Uncertainty, Inquiry into Diminta Bersikap Adil, the Treatment of Individuals http.tempo.co/read/ Suspected of People Smuggling ws/2012/05/24/063405778/. Offences who Says that They are Children, Lihat URL: http:// • Indonesia, Australia Differ On Whether Corby Deal Reciprocal, www.humanrights.gov.au/ http:www.abc.net.au/am/ ageassessment/report/. content/2012/s35058792.htm. • Dubes Australia Ingin Bocah • International Human Pembawa Ganja Dipulangkan, Rights Law, www.ohcr.org/

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 61

professionaliinterest/Pages/ Australia, http: www. InternationalLaw.aspx. bbc.co.uk/indonesia_ berita/2012/06/120607_ • Jailing of Boys an ‘Abuse smuggler.shtml. of Rights, http:/skynews. com.au/topstories/article. 1. Peraturan Perundang-undangan aspx?id+626578&vId=. • UUD 1945. • Kebijakan Amir Syamsuddin Ulasan Utama di Media • Konvenan Hak-Hak Sipil dan Australia, http:www.tibunnews. Politik. com/2011/10/23/. • Konvensi Anak. • KPAI Protes Corby Dibarter • UN Convention against dengan Anak Indonesia, Transnational Crime and http: www.balipost.co.id/ Supplementary Protocol to mediadetai;.php?module+detai Prevent, Supress and Punish lberita&kid=33&id=65773. Trafficking in Persons especially • Kristianto, Agustinus Edi dkk Women and Chilren. (ed), Panduan Bantuan Hukum • Migration Act 1958, www. di Indonesia, Pedoman Anda austlii.edu.au/legis/cth/consol_ Memahami dan Menyelesaikan act/ma1958118/s4aa.html. Masalah Hukum, YLBHI-PSHK, Jakarta, 2008.

• Lima Tahun Terakhir, Trafficking terus Meningkat, http:m.inilah. com/read/detail/1777789/ lima-tahun-terakhir-trafficking- terus-meningkat/.

• Nasution, Adnan Buyung dkk, Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor Indonesia/YLBHI/ kelompok kerja Ake Arif, Jakarta, 2006.

• Tersangka Penyeludupan Manusia Tinggalkan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 62 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

RIWAYAT HIDUP Erna Ratnaningsih

DATA PRIBADI

NAMA ERNA RATNANINGSIH, S.H.,LL.M ALAMAT RUMAH Jl. Serdang Baru VII, Rt. 07/05 No: 4, Kel. Serdang, Kec. Kemayoran. Jakarta, Indonesia. PEKERJAAN Advokat, Konsultan Hukum dan Hak Asasi Manusia TEMPAT & TGL LAHIR Kuningan, 14 Agustus 1972 JENIS KELAMIN Perempuan TELEPON RUMAH / KANTOR 0214246229 TELEPON SELULAR 081386494111 EMAIL [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL TAHUN TAHUN NAMA UNIVERSITAS TEMPAT MULAI SELESAI 2008 2009 University of Canberra Canberra, Australia 1991 1995 Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah

PENDIDIKAN NON FORMAL TAHUN TAHUN NAMA INSTITUSI TEMPAT MULAI SELESAI 2011 International Legal Aid Group, Con- Helsinki, Finland ference on Re-visioning Legal Aid in An Age of Austerity. 2009 International Legal Aid Group, Wellington, Conference on Delivering Effective New Zealand Legal Aid Services across Diverse Communities. 2008 Institute for Human Rights, Inten- Turko/Abo, Finland sive Course on Justiciability of Eco- nomic, Sosial and Cultural Rights : Theory and Practice. 2007 COHRE, International Workshop on Manila, Philippines Housing Rights Advocacy.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 63

2003 Asian Forum for Human Rights and Bangkok, Thailand Development (Forum-Asia), Gender Course and Southeast Asia Confer- ence in Bangkok.

PENGALAMAN KERJA DAN PENGALAMAN DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA

TAHUN TAHUN LEMBAGA / IN- ALAMAT / TELP JABATAN TUGAS/TANGGUNG JAWAB MULAI SELESAI STANSI Maret Saat ini Asosiasi LBH Apik* Jalan Raya Ten- Badan Melaksanakan Keputusan 2012 Indonesia gah No. 31, RT Pengurus Kongres Anggota. *Apik singka- 001,- Rw 009, tan dari Aso- Kelurahan Ten- siasi Perempuan gah, Kecamatan Indonesia untuk Kramatjati, Jakarta Keadilan. Timur – 13540. Maret Saat ini American Cen- Cik’s Building, Jl. Konsultan 1. Memberikan konsultasi 2012 ter International Cikini Raya 84-86, terkait pelaksanaan pro- Labour Solidarity Jakarta Pusat. gram perdagangan orang (ACILS) di Makasar, Batam dan Pontianak. 2. Membuat Manual Pena- nganan Kasus Perdagang- an Orang. 3. Fasilitator Training Traf- ficking di 3 kota tersebut.

Juli Saat ini Komnas Perem- Jl. Latuharhari 4B, Tim Ex- 1. Menyusun position paper/ 2012 puan Menteng, Jakarta pert kertas kerja “Menggagas Pusat. Kewenangan Pengaduan Konstitusioanal Oleh Mahkamah Konstitusi”. 2. Mempresentasikan hasil kertas kerja tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 3. Membantu Komnas Perempuan di dalam melakukan advokasi pen- tingnya kewenangan MK diperluas untuk mengadili pengaduan konstitusional.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 64 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

2010 Februari Yayasan Lembaga Jl. Diponegoro Mantan • Bertanggungjawab 2012 Bantuan Hukum No.74, Jakarta Ketua melakukan segala Indonesia (YLBHI) Pusat, lantai 3 upaya untuk terwujud- nya maksud dan tujuan Yayasan. • Menyusun rencana, arah, sasaran dan program Yayasan 5 tahun kedepan. • Menyusun Program dan Anggaran Belanja Yayasan. • Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program Badan Pengurus.

2009 2010 YLBHI - Wakil Bertanggungjawab atas Ketua seluruh kegiatan bidang Operasio- operasional yang dilaksanakan nal oleh Direktur Advokasi dan Kampanye, Direktur Research, Direktur Penggalangan dana publik dan jaringan, Direktur Program. 2006 2009 YLBHI - Wakil • Bertanggung jawab atas Ketua seluruh program jejaring peng- kerja (networking) dan galangan penggalangan dana. dana dan • Bertanggung jawab atas jaringan perencanaan program ja- ringan dan penggalangan dana yang dilaksanakan oleh Badan Pengurus dan kantor-kantor LBH. • Mengkoordinir peng- galangan dana dan pe- nyusunan proposal yang dilaksanakan oleh BP dan kantor-kantor LBH. 2003 2006 Lembaga Bantuan Jl. Diponegoro Wakil • Mengkoordinir kegiatan Hukum Jakarta No.74, Jakar- Direktur bidang operasional yang (LBH Jakarta) taPusat, lantai 2 termanifestasikan dalam bentuk program kerja. • Mengkoordinir kegiatan bidang internal yang diperlukan di dalam mendukung supporting system dan juga peng- galangan dana.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 65

1997 2003 LBH Jakarta - Pengacara • Menjalankan tugas ber- Publik dasarkan pembagian dan penentuan tugas seb- agaimana digariskan oleh Wakil Direktur. • Menjalankan tugas sesuai dengan pedoman kerja di bidang hak-hak sipil dan politik, perburuhan, pertanahan, perempuan dan anak. 2003 2006 Koalisi Advokat Jl. Diponegoro Koordina- Mengkoordinir advokasi yang Publik untuk Hak No. 74, Jakarta tor dilakukan oleh pengacara Asasi Manusia publik yang concern terhadap (KAPHAM) kebijakan Peradi yang tidak mengakomodir kepentingan dari pengacara publik.

PUBLIKASI DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA 10 TAHUN TERAKHIR

JUDUL MEDIA TAHUN KETERANGAN TERBIT Indepedensi Penyelengga- Hukumonline 2011 http://202.153.129.35/berita/ raan Bantuan Hukum baca/ lt4ea544fa13bf9/independensi- penyelenggaraan-bantuan-hu- kum-oleh-erna-ratnaningsih Hak Konstitusional Sinar Harapan Mei, Ahmadiyah 2011 Akses terhadap Keadilan International Legal April www.ilagnet.org/conference dalam kontek hak asasi Aid Group Book 2009 manusia di Indonesia Konsultasi Hukum atas Majalah Femina 2006- permasalahan yang diha- 2010 dapi oleh pembaca Femina khususnya hak-hak perem- puan dan anak Hukum Bisnis khususnya Majalah Femina 2007 terkait hak-hak konsumen Epilog, jejak kekerasan YLBHI 2009 terhadap kasus-kasus kebe- basan beragama Buku Panduan Bantuan Hu- YLBHI Edisi kum di Indonesia dalam bab 2006- tentang hukum keluarga, 2009. waris, perempuan dan anak Peraturan Presiden No.36 Newsletter LBH 2005 tahun 2005 bertentangan Jakarta dengan Konstitusi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 66 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Catatan Hukum kasus Endin LBH Jakarta 2004 Wahyudin sebagai whistle Blower dalam korupsi yang dilakukan oleh 3 Hakim Agung Buku Saku I tentang Hak LBH Jakarta 2004 Anda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Buku Saku II tentang Hak-hak Perem- puan dalam perceraian, Buku Saku III tentang Hak Anak di dalam Hukum

PENGHARGAAN

Nama Penghargaan Lembaga Tempat Waktu Finalist Distinguished University of Canberra Canberra, Australia 2011 Alumni Awards for Prof- fesional Achievement Penerima beasiswa dari Australian Development Canberra, Australia 2008-2009 AusAID (Australian Go- Scholarship (ADS) vernment)

LAINNYA

Hal Waktu Izin Praktik sebagai Advokat PERADI 1998 s/d saat ini Pengacara Publik untuk kasus-kasus pelang- 1997 s/d saat ini garan HAM Wakil Sekretaris Jendral Serikat Pengacara 2006 s/d 2012 Indonesia Dosen mata kuliah “ Hukum Acara Peradilan 2010 Pidana” di Universitas Al-Azhar, Jakarta Guest Researcher di Institute for Human Rights, 2008 Turku, Finland Pengajar dalam Pendidikan Khusus Profesi 2005-2006 Advokat yang diselenggarakan oleh Universitas Mpu Tantular dan Serikat Pengacara Indone- sia dalam bidang Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Pembicara di South East Asian Legal Aid Net- 26 Mei 2011 work Workshop (SEALAW) tentang Legal Aid in Indonesia. Pembicara di Asian People Forum on Civil 4 Mei 2011 Liberties tentang “ Situation of Fair Trial and Torture in Indonesia”.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 67

Pembicara di International Legal Aid Group 1 April 2009 Conference tentang “Access to Justice for Marginalized in the Context of Human Rights in Indonesia”, Welington, New Zealand. Tim Perumus Naskah Akademis dan RUU Ban- 2003-2011 tuan Hukum versi Civil Society Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 1994-1995 cabang Surakarta Pengurus Himpunan Mahasiwa Islam (HMI) 1991-1994 Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Demikian CV ini dibuat dengan data

dan informasi yang sebenarnya.

Tanda Tangan

( Erna Ratnaningsih)

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA 68 YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA PERLINDUNGAN HAM TERHADAP ANAK INDONESIA YANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA EditorialYANG DITAHAN DI PENJARA DEWASA AUSTRALIA

PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN

Darmaningtyas Heranisty Nasution

Abstrak Pemerintah sebagai representasi negara memiliki kewajiban untuk memenuhi dan memajukan hak warga negara atas pendidikan. Pemenuhan hak pendidikan tersebut diyakini akan berdampak pada pemenuhan hak-hak dasar lainnya seperti hak sipil dan politik. Pemerintah perlu menyelenggarakan pendidikan berbasis HAM melalui berbagai strategi pendekatan, seperti misalnya mewujudkan pendidikan gratis, pendidikan inklusif, dan metode pengajaran tanpa kekerasan.

Kata kunci: Hak, HAM, pendidikan “Terobosan paling menyenangkan pada abad ke-21 tidak datang dari kemajuan teknologi, tapi dari pengembangan konsep yang dinamakan kemanusiaan.” (John Naisbit, futurolog Amerika Serikat)

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 69 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 70

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 71

PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN

A. Pengantar semua isu pendidikan akan menjadi bahasan dalam tulisan ini. Tulisan ini endidikan adalah salah satu akan lebih fokus berbicara tentang hak dasar yang dimiliki pemenuhan hak-hak atas pendidikan oleh setiap warga. Dengan P oleh negara. demikian, pendidikan merupakan salah satu bentuk hak asasi yang Wacana tentang “Pendidikan melekat pada setiap orang dan negara Berbasis HAM” di Indonesia dapat wajib memenuhinya. Oleh karena dikatakan terlambat bergaung karena itulah, berbicara mengenai pendidikan pada masa Orde Baru, dengan sistem yang berbasis HAM berarti berbicara kekuasaan yang amat otoriter, perhatian pendidikan ditinjau dari aspek hak, publik tidak tertuju ke sana, tapi lebih bukan dari aspek filosofis, sosiologis, tertuju pada pemenuhan hak-hak sipil apalagi metodologis. Penjernihan dan politik (Sipol). Maklum pada saat pengertian semacam ini penting itu, dengan kekuasaan yang bercorak mengingat ada banyak isu yang muncul militeristik, hak-hak sipil warga amat dalam bidang pendidikan, tapi tidak lemah, seseorang dapat ditangkap dan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 72 dipenjarakan kapan saja tanpa proses tersebut merupakan salah satu bagian hukum yang jelas. Demikian pula hak dari penegakan HAM di negeri ini. politik pun terkekang, kebebasan pers Saatnya, masyarakat tidak hanya perlu dan berorganisasi tidak ada, partai memenuhi hak sipil dan politik saja, politik hanya dikunci menjadi tiga saja, tapi juga hak Ekosob. Keduanya itu yaitu Golkar, PPP, dan PDI. Wajar bila tidak perlu dipertentangkan mana yang konsentrasi perjuangan pada masa lebih penting; karena keduanya sama- Orde Baru itu lebih condong pada sama penting. Hanya saja, kadang pemenuhan hak Sipol saja. Tapi pasca perwujudannya amat tergantung pada reformasi politik, yaitu sejak Presiden situasi politik suatu negara, seperti Suharto mundur pada tanggal 21 Mei sudah dijelaskan di atas. 1998, muncul perhatian baru pada Rumusan tujuan pendidikan di pemenuhan hak ekonomi, sosial, dan sebuah negara selalu mengalami budaya (Ekosob). Pendidikan termasuk perubahan dari waktu ke waktu, di dalamnya. Itu sebabnya perhatian tergantung pada rezim yang berkuasa. kita terhadap pemenuhan hak-hak Tujuan pendidikan pada suatu atas pendidikan atau pendidikan yang masa akan menentukan ke arah berbasis HAM itu jadi terlambat dan mana anak didik dibawa ke masa baru muncul sekarang. depan. Haryatmoko berpandangan 1. Tujuan dan Fungsi Pendidikan bahwa tujuan pendidikan yang jelas Pendidikan merupakan salah pada gilirannya akan mengarahkan satu pilar utama untuk mewujudkan ke pencapaian kompetensi yang masyarakat yang demokratis dan dibutuhkan serta metode pembelajaran sejahtera. Sebab melalui pendidikan yang efektif sehingga akhirnya yang baik itulah seseorang akan pendidikan akan bermanfaat bagi dibukakan wawasannya, diteguhkan pengembangan kualitas kehidupan keyakinan kemanusiaannya, serta manusia, kemandirian dan kebudayaan dibukakan akses terhadap sumber- (Haryatmoko, 2008). Di samping itu, sumber daya ekonomi yang mampu Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, membawa dirinya pada kemakmuran Ki Hajar Dewantara, sendiri pernah “Mendidik anak itulah dan kesejahteraan. Kesemuanya itu akan berkata, mendidik rakyat. Keadaan dalam hidup menjadi dasar untuk membangunan dan penghidupan kita pada zaman tatanan kehidupan yang demokratis sekarang, itulah buahnya pendidikan dan menghargai kemanusiaan. Oleh yang kita terima dari orang tua pada karena itulah pemenuhan hak-hak waktu kita masih kanak-kanak.” atas pendidikan yang dimiliki warga menjadi tidak dapat ditawar lagi. Pada masa sebelum masuknya Pemenuhan hak-hak atas pendidikan pengaruh Hindu ke negeri ini,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 73 pendidikan merupakan bagian tentang kesedjahteraan masjarakat dari sistem kemasyarakatan untuk dan tanah air”. Dalam UU ini tidak mencapai tujuan “manusia gotong ditemukan rumusan mengenai fungsi royong, manusia menghormati pendidikan, melainkan hanya tujuan empu, dan manusia taat akan adat.” saja. Sedangkan pada masa kejayaan Rumusan fungsi pendidikan baru Hindu, pendidikan bertujuan untuk ada pada UU No. 2 Tahun 1989 tentang mencapai “muksa” (bersatu dengan Sistem Pendidikan Nasional. Undang- Syiwa) melalui “bertapa”. Setelah undang Pendidikan yang baru tersebut masuknya pengaruh Budha, tujuan memisahkan rumusan antara fungsi dan pendidikan tidak hanya mencapai tujuan pendidikan. Pasal 3, misalnya, “muksa”, melainkan juga “nirwana” menyatakan, “Pendidikan nasional (sepi dari kehendak) melalui “astha berfungsi untuk mengembangkan brata” (kepercayaan, pertimbangan, kemampuan serta meningkatkan perkataan, perbuatan, penghidupan, mutu kehidupan dan martabat usaha samadi, dan persatuan pikiran manusia Indonesia dalam rangka yang baik). Di masa penjajahan upaya mewujudkan tujuan nasional.” Belanda, Pemerintah Hindia Sedangkan pasal 4 merumuskan Belanda memberikan pendidikan mengenai tujuan pendidikan nasional, dan pengajaran kepada masyarakat yaitu, “Pendidikan Nasional bertujuan Menyiapkan Indonesia dengan tujuan “ mencerdaskan kehidupan bangsa dan tenaga yang murah dan mengabdi mengembangkan manusia Indonesia kepada kepentingan penjajah.” seutuhnya, yaitu manusia yang Sedangkan pada masa pendudukan beriman dan bertaqwa terhadap Jepang, pendidikan memiliki tujuan Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi “Pembentukan militerisme dan pekerti luhur, memiliki pengetahuan menang dalam perang melawan dan keterampilan, kesehatan jasmani sekutu.” (Ahmadi dan Uhbiyati, dan rohani, kepribadian yang mantap 2001:120). dan mandiri serta rasa tanggung jawab Pada masa awal kemerdekaan- kemasyarakatan dan kebangsaan.” rumusan tujuan pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 tentang tercermin dalam Pasal 3 UU No. 4 Tahun Sistem Pendidikan Nasional (UU 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan Sisdiknas), yang menggantikan dan Pengajaran di Sekolah. Tujuan UU No. 2 Tahun 1989 kemudian pendidikan saat itu amat sederhana, menggabungkan rumusan antara yaitu “Membentuk manusia susila fungsi dan tujuan pendidikan nasional jang tjakap dan warga negara jang menjadi satu seperti terlihat dalam demokratis serta bertanggung djawab pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 74 nasional berfungsi mengembangkan -menemukan bahwa kesadaran kemampuan dan membentuk akan kemanusiaan seseorang itu watak serta peradaban bangsa selaras dengan tingkat pendidikan yang bermartabat dalam rangka yang dimilikinya. Oleh karena itu, mencerdaskan kehidupan bangsa, pemenuhan akan hak pendidikan bertujuan untuk berkembangnya warga menjadi syarat utama untuk potensi peserta didik agar menjadi mengajarkan kesadaran akan HAM. manusia yang beriman dan bertakwa Hal ini dicontohkan oleh James W. kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nickel dengan menyatakan bahwa berakhlak mulia, sehat, berilmu, implementasi yang sukses atas suatu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi sistem hak mensyarakatkan bahwa warga negara yang demokratis serta orang mengetahui hak-hak apa saja bertanggung jawab.” yang mereka miliki dan apa yang Meskipun rumusan fungsi dan dapat mereka lakukan jika hak-hak tujuan pendidikan dari satu rezim tersebut diancam atau dilanggar, ke rezim yang lain selalu berbeda, dan pengetahuan semacam ini tidak akan tetapi substansinya tetap sama, akan meluas secara memadai di yaitu bagaimana pendidikan dapat suatu masyarakat di mana sejumlah mengembangkan kemampuan warga besar orang buta huruf dan tidak untuk mencapai kehidupan yang lebih berpendidikan (Nickel, 1996:153). baik, serta mendukung terciptanya Sehubungan dengan hal tersebut, kehidupan yang demokratis. Ini maka kebijakan pendidikan nasional yang penulis sebut pendidikan itu harus mampu mewujudkan pendidikan merupakan tugas kenabian dari yang merata dan bermutu bagi semua seorang pemimpin. Jika seorang warga; sehingga kesenjangan antar pemimpin mampu memenuhi hak- warga; antara laki – perempuan, desa hak atas pendidikan bagi warganya, – kota, kaya – miskin, difable – non - maka dia telah menjalankan tugas difable dapat terhindarkan. Pendidikan kenabian tersebut untuk membawa juga menjadi modal dasar untuk warganya kepada kehidupan yang menghadapi permasalahan global lebih baik. Meskipun bukan satu- yang tidak terelakkan lagi bagi bangsa satunya cara untuk menuju kepada Indonesia dan seringkali datang secara tatanan kehidupan yang demokratis tiba-tiba sebagai bagian dari dinamika dan menghargai kemanusiaan, akan masyarakat dunia. tetapi pendidikan adalah pilar utama Berdasarkan perspektif tersebut, untuk membangun kehidupan yang maka pembangunan pendidikan demokratis dan manusiawi tersebut. nasional di masa mendatang tidak hanya Dalam masyarakat, kita seringkali ditujukan untuk mengembangkan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 75 aspek intelektual atau kognisi saja, siswa berumur 18 tahun. Setelahnya melainkan juga mampu menggugah mereka diwajibkan untuk memasuki kesadaran manusia Indonesia untuk dinas militer selama dua tahun. Pada lebih menghargai kemanusiaan sebagai umur 20 tahun mereka kembali dasar kehidupan sehari-hari. Dan lagi bersekolah untuk mempelajari upaya untuk mencapai tujuan tersebut aritmatika, ilmu ukur, astronomi, dan adalah melalui pengembangan sistem filsafat (R. Darmanto Djojodibroto, pendidikan yang berbasis HAM, karena 2004:43). di dalamnya masyarakat akan belajar Sesuai dengan perkembangan bagaimana menghargai hak-hak yang zaman, pendidikan yang semula paling hakiki dalam diri setiap warga. eksklusif dan elitis itu kemudian Sebabnya, dalam pendidikan berbasis berkembang menjadi pendidikan HAM terbangun watak dan moralitas untuk semua warga. Penegasan bahwa yang menjunjung tinggi kemanusiaan. pendidikan itu menjadi hak setiap warga terdapat pada Pasal 26 Deklarasi 2. Hak Setiap Warga Universal HAM Tahun 1948 yang menyatakan: “Setiap orang berhak Menurut sejarah, pendidikan itu atas pendidikan. Pendidikan harus pada awalnya bersifat sangat eksklusif bebas biaya , setidaknya pada tingkat dan elitis, karena hanya dialami oleh dasar dan tingkat rendah. Pendidikan golongan bangsawan saja. Para dasar harus bersifat wajib. Pendidikan bangsawan itu selalu mengundang teknik dan profesi harus tersedia guru-guru privat ke rumah, terutama secara umum dan pendidikan yang untuk mengajarkan sastra dan filsafat lebih tinggi harus sama-sama dapat sebagai suatu bentuk kelangenan dimasuki semua orang berdasarkan (merenda kehidupan) karena mereka kemampuan.” telah mengalami kehidupan yang mapan secara ekonomis, sehingga Deklarasi Universal HAM Tahun 1948 yang bersumber dari deklarasi- banyak waktu kosong yang dimiliki. deklarasi di Eropa dan Amerika Serikat Tradisi itu kemudian berkembang tersebut membukakan kesadaran dengan hadirnya filsuf Yunani, Plato kepada semua pemimpin negara yang pada tahun 397 SM mengajarkan di dunia mengenai pentingnya ilmu kepada murid-muridnya di sebuah pendidikan sebagai jembatan emas taman bernama academe. Nama taman untuk menuju kepada kehidupan yang ini untuk seterusnya digunakan untuk lebih baik. Kesadaran akan pentingnya menyebut jenis bentuk pendidikan, pendidikan tersebut juga dimiliki oleh yaitu akademi. Pendidikan jasmani, para pendiri bangsa di negeri ini, musik, dan sastra diajarkan sampai seperti yang tercermin secara jelas

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 76 dalam rumusan Pembukaan UUD dalam rangka mencerdaskan Tahun 1945 yang mengamanatkan kehidupan bangsa yang diatur bahwa salah satu tugas negara adalah dengan undang-undang. mencerdaskan kehidupan bangsa. 4. Negara memprioritaskan anggaran Pendidikan merupakan salah satu pendidikan sekurang-kurangnya media pencerdasan bangsa yang paling 20% dari anggaran pendapatan efektif dan dapat berlangsung massif. dan belanja negara serta dari Tugas pencerdasan tersebut anggaran pendapatan dan kemudian dirumuskan secara jelas pada belanja daerah untuk memenuhi Pasal 31 UUD Tahun 1945 sebelum kebutuhan penyelenggaraan amandemen, yaitu: (1) Tiap-tiap pendidikan nasional. warga negara berhak mendapatkan 5. Pendidikan memajukan ilmu pengajaran; (2) Pemerintah pengetahuan dan teknologi mengusahakan dan menyelenggarakan dengan menjunjung tinnggi nilai- satu sistem pengajaran nasional, yang nilai agama dan persatuan bangsa diatur dengan undang-undang. untuk kemajuan peradaban serta Bunyi Pasal 31 UUD Tahun 1945 kesejahteraan umat manusia. itu kemudian mengalami perubahan setelah terjadi reformasi politik Ada beberapa hal baru yang 1998. Perubahan tersebut terutama ditawarkan pada bunyi pasal 31 menyangkut masalah kejelasan UUD Tahun 1945 hasil amandemen rumusan relasi warga versus negara tersebut dilihat dari aspek pemenuhan dalam pemenuhan hak-hak atas hak atas pendidikan bagi warga. pendidikan. Pasal 31 UUD Tahun 1945 Pertama, terjadi penggantian kata hasil amandemen itu selengkapnya “pengajaran” menjadi “pendidikan”. berbunyi: Kata “pengajaran” sebetulnya lebih jelas mengacu pada pendidikan 1. Setiap warga negara berhak di sekolah (formal). Sedangkan mendapat pendidikan. pendidikan sebetulnya lebih luas lagi 2. Setiap warga negara wajib karena bisa mencakup pendidikan mengikuti pendidikan dasar dan formal (di sekolah) maupun pendidikan pemerintah wajib membiayainya. non formal (di luar sekolah). Dengan 3. Pemerintah mengusahakan kata lain, pasal ini sebetulnya justru dan menyelenggarakan satu mereduksi keharusan negara untuk sistem pendidikan nasional yang menyelenggarakan pengajaran dan meningkatkan keimanan dan melimpahkannya kepada pendidikan ketakwaan serta akhlak mulia non formal.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 77

Kedua, adanya kejelasan relasional APBD dipilih berdasarkan pengalaman antara warga versus negara, yaitu apa negara-negara lain yang telah yang disebut sebagai “hak” warga memberikan anggaran lebih dari 25% tersebut” wajib” dipenuhi oleh negara. dari APBN untuk pendidikan. Sehingga Ayat ini terutama untuk memberikan bila pemerintah Indonesia pun mampu penegasan payung hukum dari mengalokasikan anggaran pendidikan program wajib belajar sembilan sekurang-kurangnya 20% dari APBN/ tahun yang sudah dicanangkan oleh APBD itu sudah merupakan kemajuan Pemerintah Orde Baru sejak 2 Mei yang signifikan. 1994. Selama itu, pengertian “wajib Bunyi Pasal 31 ayat (4) UUD Tahun belajar” yang melekat kepada anak 1945 hasil amandemen tersebut usia antara 7-15 tahun tidak selalu dipertegas lagi dengan pasal 49 UU diikuti dengan kewajiban negara Sisdiknas yang menyatakan bahwa: (1) untuk menyediakan anggarannya. Dana pendidikan selain gaji pendidik Dengan rumusan yang baru tersebut dan biaya pendidikan kedinasan diharapkan timbul kejelasan relasional dialokasikan minimal 20% dari atas kewajiban yang dibebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja kepada warga dengan kewajiban yang Negara (APBN) pada sektor pendidikan harus ditanggung negara, yaitu dalam dan minimal 20% dari Anggaran hal pembiayaannya. Pendapatan dan Belanja Daerah Ketiga, bunyi ayat (4) yang (APBD); (2) Gaji guru dan dosen yang menyatakan bahwa negara diangkat oleh Pemerintah dialokasikan memprioritaskan anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan sekurang-kurangnya 20% dari Belanja Negara (APBN). anggaran pendapatan dan belanja Sayang, rumusan pasal 31 ayat (4) negara serta dari anggaran pendapatan UUD Tahun 1945 yang diamandemen dan belanja daerah untuk memenuhi serta bunyi pasal 49 UU Sisdiknas kebutuhan penyelenggaraan tersebut terdistorsi oleh Putusan pendidikan nasional. Ayat tersebut Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor dimaksudkan untuk memperjelas 24/PUU-V/2007 yang di dalamnya ukuran tanggung jawab negara mengamanatkan bahwa anggaran dalam hal membiayai pendidikan bagi 20% itu termasuk gaji pendidik dan warganya. Serius tidaknya negara pendidikan kedinasan sebagai bagian memenuhi hak-hak atas pendidikan dari komponen pendidikan yang warganya itu dapat dilihat dari harus dimasukkan dalam penyusunan seberapa besar anggaran negara yang anggaran dan belanja pendidikan pada dialokasikan untuk pendidikan. Angka APBN dan APBD. Putusan tersebut sekurang-kurangnya 20% dari APBN/ muncul sebagai jawaban terhadap

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 78 permohonan gugatan yang diajukan Pertama, bahwa secara kons- oleh Rahmatiah Abbas, guru dari titusional, pendidikan tersebut Sulawesi Selatan dan Badryah Rifai, diselenggarakan dalam rangka dosen Fakultas Hukum Universitas memenuhi hak setiap warga negara Hasanuddin, Makasar tentang sampai pada tingkat pendidikan pengujian materi UU Sisdiknas, dasar minimum secara cuma-cuma, khususnya pasal 49 tentang anggaran sebagaimana diatur dalam Deklarasi pendidikan (Koran Tempo, 2008). Universal HAM Tahun 1948 dan UUD Menurut Putusan MK tersebut, Tahun 1945 hasil amandemen. Target pasal 49 Ayat 1 UU Sisdiknas yang minimum tersebut harus terpenuhi mengecualikan gaji pendidik di dalam oleh negara, tanpa membedakan suku, persentase anggaran pendidikan ras, agama, keyakinan, dan kondisi dianggap bertentangan dengan pasal fisik dan mental anak. Pengertian ini 31 Ayat 4 UUD 1945. Sehingga memiliki implikasi amat luas dalam yang terjadi pada saat ini adalah implementasinya, seperti yang akan anggaran pendidikan di setiap daerah dijelaskan selanjutnya. atau secara nasional lebih dari 20% Kedua, substansi pendidikan itu dari APBN/APBD, namun 70% dari sendiri harus mampu memenuhi, anggaran tersebut dipergunakan untuk melindungi, dan memajukan hak- menggaji guru dan dosen serta untuk hak lainnya yang melekat pada setiap membiayai pendidikan kedinasan. warga, seperti misalnya hak sipil dan Dampak buruknya adalah tidak ada politik maupun hak Ekosob secara jaminan bahwa wajib belajar sembilan lebih luas. Substansi pendidikan yang tahun itu gratis. Oleh karena anggaran berbasis HAM itu tercermin dari materi pendidikan yang ada tidak cukup untuk membiayai operasional pendidikan, pembelajaran atau buku ajarnya. maka konsekuensinya adalah Materi pembelajaran dan buku ajar membebankan biaya pendidikan yang dipakai di sekolah-sekolah kepada murid-murid. Realitas ini formal wajib mengandung ajaran- tentunya bertentangan dengan ajaran tentang HAM, bukan justru pasal 26 Deklarasi Universal HAM melemahkannya. Tahun 1948 yang telah disebutkan Ketiga, terkait dengan praksis sebelumnya, yaitu bahwa pendidikan pendidikan di lapangan. Praksis pen- dasar itu gratis. didikan yang merupakan implementasi 3. Pendidikan Berbasis HAM dari suatu kebijakan (tertulis atau tidak Konsep pendidikan berbasis HAM tertulis) tidak boleh mengabaikan, yang dimaksudkan di sini memiliki tiga apalagi bertentangan dengan hak-hak pengertian yang berbeda, tapi saling asasi lainnya; sebaliknya justru harus melengkapi satu dengan lainnya. menghormati hak-hak asasi manusia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 79

Dengan kata lain, penyelenggaraan dilaksanakan oleh negara, maka pendidikan berbasis HAM itu tidak rakyat berhak mengambil kembali hanya sekedar untuk memenuhi amanah yang telah diberikan dengan tuntutan konstitusi saja, melainkan cara memberontak (Saraswati dkk, yang lebih utama adalah membawa 2006:195). bangsa ke dalam suatu tatanan yang Ada tiga tugas negara yang lebih beradab. tidak dapat dielakkan berkenaan Keempat, terkait dengan masalah dengan masalah HAM, yaitu metode pembelajaran. Metode melindungi (to protect), memenuhi (to mengajar di sekolah-sekolah formal fulfill), dan memajukan (to promote). tidak boleh melanggar HAM. Segala Ketiganya itu bukan sekuensi yang bentuk kekerasan (verbal maupun berurutan, melainkan harus dilakukan fisik) tidak dibenarkan digunakan secara bersama-sama. Sebab yang satu dalam proses mengajar di sekolah, mungkin dihadapkan pada kebutuhan apa pun alasannya. Kebiasaan guru perlindungan, tapi yang lainnya menghukum murid dengan cara mungkin dihadapkan pada kebutuhan kekerasan tidak dapat dibenarkan, pemenuhan atau bahkan memajukan. selain melanggar hak asasi murid, Ini berarti bahwa semua warga, laki- juga dapat menimbulkan perasaan laki dan perempuan, mereka yang traumatik atau bahkan dendam bertempat tinggal di kota maupun yang mendalam pada murid yang desa, kaya ataupun miskin, difable bersangkutan. maupun non-difable memiliki hak 3.1. Memenuhi Konstitusi yang sama yang harus diperhatikan oleh negara. Untuk mengukur sejauh Berbagai regulasi yang dikutip mana negara telah memenuhi hak di atas memperlihatkan secara jelas pendidikan warganya, maka dapat tentang posisi pendidikan sebagai digunakan empat indikator Ekosob hak setiap warga yang wajib dipenuhi Katarina Tomasevski, yaitu: Availability oleh Pemerintah sebagai representasi (Ketersediaan), Accessibility negara. Menurut John Locke, tujuan (Keterjangkauan), Acceptability utama dan pokok dari dibentuknya (Keberterimaan), dan Adaptability suatu negara atau pemerintahan (Kebersesuaian) (Rukmini, 2006:29). memang untuk melindungi Hak Asasi Manusia. Negara ada, melalui Sebagai pengemban kewajiban, perjanjian di antara manusia, untuk wajarlah bila negara mengeluarkan menjaga hak-hak manusia itu. Lebih biaya yang besar untuk memenuhi, jauh lagi, Locke menyatakan bahwa melindungi, dan memajukan hak-hak apabila amanah rakyat tersebut tidak pendidikan warganya tersebut. Hal itu

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 80 mengingat bahwa penyelenggaraan Dasar pemenuhan hak pendidikan pendidikan pada prinsipnya adalah cost warga adalah tanggung jawab negara centre (menghabis biaya), bukan profit untuk mencerdaskan warganya. centre (yang dapat mendatangkan Boleh jadi, pemenuhan hak atas keuntungan). pendidikan tersebut tidak efisien, tapi Sungguh keliru pandangan yang karena penyelenggaraan pendidikan melihat penyelenggaraan pendidikan merupakan bagian dari tanggung dari prinsip-prinsip ekonomi, sehingga jawab yang harus dijalankan oleh aspek efisiensi dan efektivitas selalu negara sebagai pengemban konstitusi, menjadi dasar pertimbangan yang maka ia tetap harus dipenuhi. paling dominan dalam menentukan Wajib belajar ala Indonesia kebijakan pendidikan. Dalam layanan tidak identik dengan wajib belajar akan hak pendidikan, aspek efisiensi (compulsory education) seperti dan efektivitas itu bisa menjadi dasar yang dipersepsi oleh negara-negara pertimbangan yang kesekian. Sebagai maju, yang secara ekonomis telah contoh, di Kepulauan Seribu, Provinsi lebih makmur. Dalam pengertian DKI Jakarta, ada satu sekolah di salah negara maju, compulsory education satu pulau yang murid kelas VI hanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) empat orang saja, tapi tetap harus ada unsur paksaan agar peserta didik diajar karena memang itu bagian dari bersekolah, (2) diatur dengan undang- hak warga untuk memperoleh layanan undang tentang wajib belajar, (3) tolok pendidikan dan kewajiban Pemprov ukur keberhasilan wajib belajar adalah DKI Jakarta untuk memenuhinya. tiadanya orangtua yang terkena sanksi Maka Pemprov DKI Jakarta pun karena telah mendorong anaknya menyediakan guru untuk mengajar bersekolah, dan (4) ada sanksi bagi murid yang hanya empat orang orangtua yang membiarkan anaknya tersebut. Bila dilihat hanya dari satu tidak bersekolah. segi saja, penyelenggaraan pendidikan Adapun ciri-ciri wajib belajar tersebut sangat tidak efisien, sehingga pendidikan dasar sembilan tahun di kalau menurut prinsip ekonomi harus Indonesia adalah: (1) tidak bersifat dihentikan. Jelas kekeliruan yang besar paksaan melainkan persuasif, (2) telah terjadi apabila prinsip efisiensi tidak ada sanksi hukum, yang lebih menjadi dasar untuk memenuhi hak menonjol adalah aspek moral, yakni warga atas pendidikan. Pertimbangan orang tua dan peserta didik merasa efisiensi hanya cocok bila pendidikan terpanggil untuk mengikuti pendidikan ditempatkan sebagai komoditas, dasar karena berbagai kemudahan sehingga hanya mungkin berjalan telah disediakan, (3) tidak diatur bila ada uang untuk membelinya. dengan undang-undang tersendiri,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 81 dan (4) keberhasilan diukur dengan Konsep sekolah gratis merupakan angka partisipasi dalam pendidikan salah satu contoh dari konsep-konsep (Dananjaya, 2005: 6-7). yang belum selesai, belum jelas, Meskipun demikian, dalam UU dan belum tuntas. Konsep ini masih Sisdiknas tahun 2003 ada kemajuan membuat bingung bagi para pelaksana dalam hal mengatur tanggung jawab di lapangan, juga bagi masyarakat. pemerintah maupun pemerintah Beberapa pertanyaan masih belum daerah (Pemda) dalam hal pendidikan. dapat dijawab secara pasti. Misalnya, Pasal 34 ayat (2) UU Sisdiknas (1) apakah biaya sekolah gratis itu menyatakan bahwa “Pemerintah hanya untuk memenuhi standar dan Pemerintah Daerah menjamin biaya minimal atau termasuk untuk terselenggaranya wajib belajar peningkatan mutu pendidikan yang minimal pada jenjang pendidikan lebih optimal, (2) bagaimana dengan dasar tanpa memungut biaya”. Pasal biaya untuk SBI (Sekolah Bertaraf ini menegaskan tentang peranan Internasional) dan sejenisnya, (3) Pemerintah dan Pemda dalam apakah dengan konsep ini memang penuntasan pendidikan dasar sembilan orangtua atau masyarakat sama sekali tahun. tidak boleh memberikan bantuan Secara historis-empiris banyak kepada sekolah? negara di dunia memberikan pelayanan Sebetulnya praksis pendidikan pendidikan kepada warganya secara formal sekarang menjadi sangat cuma-cuma/tidak memungut bayaran mahal lebih disebabkan oleh karena sama sekali alias GRATIS. Dalam tidak efisiensinya penyelenggaraan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan tersebut. Banyak pungutan pengertian gratis itu adalah cuma- dalam jumlah besar yang apabila cuma, tidak bayar, tidak dipungut pungutan itu dihapus, sama sekali tidak biaya. Bukan hanya negara-negara akan mengurangi mutu pendidikan kaya dan negara maju saja yang nasional: uang seragam, study tour, memberikan pelayanan pendidikan menabung, ganti-ganti buku, LKS, les, secara gratis, tapi negara miskin seperti dan sebagainya. Mesir dan India pun demikian. Bahkan Perlu diketahui, ada berbagai jenis mereka memberikan pendidikan gratis biaya operasional pendidikan yang ada kepada warganya mulai dari tingkat saat ini, yaitu Biaya Satuan Pendidikan pendidikan dasar sampai dengan Operasional Bukan Personel yang tingkat pendidikan tinggi. India dan meliputi alat tulis sekolah, biaya Cina yang penduduknya di atas satu miliar memberikan pendidikan murah daya dan jasa (air, listrik, telpon, dll), kepada para mahasiswa PTN-PTN perbaikan ringan dan pemeliharaan, terkemuka di sana. Program Sekolah Gratis, pembinaan,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 82 pemantauan, pengawasan dan sedangkan masyarakat banyak yang pelaporan, dan biaya konsumsi rapat. tidak tahu apa-apa dan pengecut, Ada pula Biaya Satuan Pendidikan atau tahu banyak tapi pengecut, Investasi/Modal, yaitu biaya yang hanya berani ngedumel di belakang. ditimbulkan dari pengadaan barang Sehingga ketika ada pungutan yang dan jasa yang diperlukan untuk dirasakan memberatkan beraninya penyelenggaraan pendidikan (input hanya nggrundel di belakang saja. pendidikan) yang dimanfaatkan Akibatnya ya tidak ada perubahan dalam waktu lebih dari satu tahun per apa-apa di masyarakat. siswa per tahun. Lalu Biaya Satuan Ke depannya, beban biaya Pendidikan Investasi/Modal yang pendidikan yang sekarang dirasa meliputi biaya tanah, biaya taman, amat mahal tersebut akan semakin fasilitas olah raga, bangunan, peralatan tinggi dengan keluarnya kebijakan dan perlengkapan, perabot dan mebel, pemerintah yang membebaskan buku teks, buku sumber, dan buku swastanisasi pendidikan sebagaimana bacaan, biaya jaringan listrik, telepon, disebutkan dalam Peraturan Presiden air, dan gas. No. 76 dan 77 Tahun 2007 tentang Komitmen Pemerintah Daerah Penanaman Modal Asing. Pada kedua untuk meningkatkan partisipasi kebijakan itu disebutkan bahwa sektor pendidikan hanya mungkin terwujud pendidikan merupakan sektor yang bila ada masyarakat yang kritis, terbuka bagi Penanaman Modal tahu akan hak-haknya, dan punya Asing dengan persentase kepemilikan keberanian untuk memperjuangkan maksimal 49%. Pendidikan yang mahal haknya untuk mendapatkan kemudian hanya mampu dijangkau pendidikan dasar tanpa pungutan oleh orang kaya, sedangkan mereka tersebut. Maka dari itu, keberadaan yang miskin akan mengenyampingkan masyarakat yang terdidik, kritis, dan hal tersebut. Orang kaya yang berani itu pun menjadi amat penting. berpendidikan semakin mudah Sebab jika Pemerintah/Pemda memiliki mengelola sumber daya alam dan kemakmuran, sedangkan yang miskin komitmen tinggi, tapi masyarakatnya tidak. Akibatnya, yang kaya semakin tidak peduli, maka Pemerintah/Pemda kaya dan yang miskin semakin miskin menjadi mlempem, komitmennya pula. menjadi lemah. Sebaliknya, kalau masyarakatnya bersemangat penuh, punya keberanian dan benar, maka 3.2. buku yang Bias Jawa, Gender, komitmen tersebut dapat diperkuat. dan Bias Kota Celakanya, sekarang ini Pemerintah/ Materi ajar yang tercermin dalam Pemda tidak memiliki komitmen, buku-buku pelajaran wajib berspektif

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 83

HAM agar mampu melahirkan orang- Contoh isi materi ajar yang tidak orang yang menghargai HAM. Perlu berspektid pada HAM itu justru sering disadari bahwa sampai saat ini banyak ditemukan dalam pelajaran di SD. materi pelajaran kita dari SD hingga Bacaan di SD yang berbunyi : “Ini ibu PT kurang memperhatikan substansi Budi, ini bapak Budi, Bapak Budi pergi tentang HAM, terutama menyangkut ke kantor, ibu Budi memasak di dapur” hak-hak Ekosob. Corak buku-buku itu jelas amat bias Jawa dan kelas pelajaran kita masih sangat bias menengah (priyayi). Padahal jelas, di Jawa, gender, dan kelas perkotaan; Papua, Maluku, atau NTT tidak dikenal sehingga kurang mengadakomodasi dengan istilah “ibu” atau “bapak”. persoalan-persoalan budaya di luar Nama “Budi” juga bukan nama Jawa, pedesaan, dan pesisir. Ini sebagai yang popular bagi anak-anak yang dampak dari keberadaan para penulis lahir dan asli sana. Dengan kata lain, buku pelajaran yang terdiri dari orang- substansi materi pembelajaran tersebut orang Jawa semua, tinggal di Jawa, dan sebetulnya mencerabut anak-anak kurang memiliki pengalaman hidup di dari lingkungan budaya mereka sendiri luar Jawa. akibat dari adanya kolonialisasi materi Isi materi pembelajaran yang sangat dari Jawa. Kondisi yang demikian bias Jawa, bias gender, dan bias kota jelas tidak sejalan dengan semangat tersesebut secara sistematis tidak deklarasi HAM yang memberikan memberikan ruang hidup bagi tumbuh kebebasan kepada setiap orang atau dan berkembangnya budaya-budaya budaya setempat untuk berkembang lokal yang dianut oleh suatu daedah sesuai dengan kodratnya. atau komunitas. Bahkan bahasa ibu pun tidak mendapatkan tempatnya lagi 3.2. Praksis Pendidikan yang di sekolah-sekolah formal kita. Itulah Mengekslusikan Pihak Lain yang memunculkan keresahan pada sejumlah kalangan mengenai ancaman Praksis pendidikan, atau mungkin musnahnya bahasa-bahasa ibu di lebih mudah dimengerti sebagai seluruh wilayah Indonesia, terutama proses (meskipun pengertiannya di Indonesia bagian Timur yang setiap tidak sama persis) berkontribusi besar komunitas memiliki bahasa komunitas terhadap pembentukan watak yang sendiri. Boleh jadi, Bahasa Jawa, menghargai HAM atau tidak. Hal Madura, Sunda, Minang, dan Batak yang amat sederhana tapi secara merupakan bahasa ibu yang masih evolutif besar pengaruhnya terhadap banyak penuturnya. Tapi selebihnya, sikap masyarakat dalam memandang bahasa ibu tersebut makin kehilangan perbedaan adalah terlihat dari ucapan penuturnya. salam dan doa di dalam kelas.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 84

Pada masa saya sekolah pada keyakinan lain di luar agama formal dekade 1970-an hingga awal decade yang ditentukan oleh pemerintah. 1980-an dan sampai masa akhir Orde Tapi sekarang, praksis pendidikan Baru, salam yang diucapkan oleh yang seperti itu tidak ada lagi. Para guru pada saat masuk/meninggalkan guru akan mengajak berdoa menurut ruang kelas adalah “Selamat pagi/ agama mayoritas yang dianut oleh siang/sore”, tergantung pada kondisi daerah tersebut, tanpa mempedulikan waktunya. Ucapan salam tersebut bagaimana kondisi psikologi anak yang sifatnya universal, dapat dimengerti berbeda agama, apalagi yang memiliki oleh semua murid di dalam kelas keyakinan berbeda. tersebut, meskipun mereka berbeda- Apa implikasi dari praksis pendidikan beda agama dan latar belakang seperti di atas? Praksis pendidikan budaya. kita secara sistematis mengajarkan kita untuk melakukan eksklusivisme Namun, sejak berakhirnya masa dalam tindakan sehari-hari. Ketika Orde Baru, ucapan salam itu berubah ucapan salam dan berdoa itu menurut menjadi mengacu pada idiom agama agama mayoritas di daerah tersebut, mayoritas yang dianut masyarakat maka sesungguhnya ada pihak-pihak setempat. Di daerah-daerah yang yang merasa terekslusifkan, yaitu mayoritas masyarakatnya beragama para penganut agama minoritas atau Islam akan mengucapkan salam bahkan mereka yang menganut paham “Assalamualaikum WW..”. Pada Kepercayaan Kepada Tuhan Yang daerah yang masyarakatnya beragama Maha Esa, mereka menjadi orang lain Kristen akan mengucapkan salam dalam kelas tersebut. Perasaan sebagai dengan kata “Syaloom”. Sedangkan di orang lain itu terjadi terus menerus daerah yang mayoritas masyarakatnya sejak TK hingga Perguruan Tinggi. beragama Hindu akan mengucapkan Padahal, semestinya praksis pendidikan “Om Swastyastu” atau kata penutup itu justru harus menumbuhkan “Om Santih, Santih Santih Om”. inklusivisme di kalangan murid-murid. Hal yang senada terjadi ketika Adalah suatu kekeliruan besar bila guru mengajak berdoa kepada dalam lingkungan kelas/sekolah murid murid-muridnya. Pada masa saya justru merasa tereksklusifkan oleh sekolah dulu hingga awal dekade yang lain akibat dari praksis pendidikan 1990-an, guru selalu akan berkata: yang keliru. Dan ironisnya, praksis “Mari kita berdoa menurut agama pendidikan seperti itu justru terjadi di dan kepercayaan/keyakinan kita sekolah-sekolah negeri, suatu institusi masing-masing”. Di sini jelas bahwa yang pada masa lalu (sejak awal penghormatan juga diberikan kepada kemerdekaan hingga akhir Orde Baru) mereka yang menganut kepercayaan/ menjadi institusi pendidikan yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 85 terbuka bagi semua golongan tanpa Metode pendidikan yang berbasis dibatasi oleh hambatan ekonomi, HAM adalah proses belajar mengajar agama, dan budaya. yang tidak menggunakan kekerasan, Praksis pendidikan yang menim- baik verbal maupun fisik. Fakta telah bulkan eksklusivisme itu berimplikasi membuktikan bahwa segala bentuk melahirkan segregasi di masyarakat, kekerasan yang dilakukan di sekolah orang dipilah-pilah berdasarkan agama amat membekas pada perkembangan yang dianutnya, sementara mereka jiwa anak. Bahkan tidak sedikit murid yang memiliki keyakinan lain di luar yang memilih meninggalkan sekolah agama formal tidak memperoleh lantaran tidak tahan mendapatkan tempat sama sekali. Padahal, kebebasan perlakuan tindak kekerasan. “berkeyakinan”, di dalamnya termasuk Kekerasan (bullying) dapat diartikan kebebasan “berfikir” merupakan salah sebagai suatu tindakan yang tidak satu hak yang dijamin dalam Deklarasi menyenangkan atau merugikan orang HAM. Tapi justru realitasnya itu lain, baik secara fisik maupun psikis. dihilangkan secara sistematis melalui Kekerasan dapat dibedakan menjadi praksis pendidikan yang cenderung kekerasan fisik dan psikis. Kekerasan agamis tapi tidak otomatis melahirkan fisik berupa tindakan pemukulan manusia-manusia yang berkarakter (menggunakan tangan atau alat), baik. penamparan, dan tendangan. Dampaknya, tindakan tersebut dapat menimbulkan bekas luka atau memar 3.2. Pendidikan Tanpa Kekerasan pada tubuh. Sedangkan kekerasan psikis Metode pembelajaran yang dipakai dapat berwujud tindakan mengejek oleh para guru dalam mengajar akan atau menghina, mengintimidasi, berdampak besar terhadap tumbuh- menunjukkan sikap atau ekspresi kembangnya anak. Pada umumnya tidak senang, dan tindakan atau anak-anak selalu akan berkesan pada ucapan yang melukai perasaan orang guru-guru yang pandai melucu atau lain. Dampak kekerasan psikis adalah mengajar dengan santai tapi materi perasaan tidak nyaman, takut, tegang, yang diajarkan mudah diterima. trauma, serta dapat menyebabkan Sebaliknya metode pembelajaran yang seseorang menjadi pendiam, minder, sifatnya kaku, sehingga membuat canggung dalam bergaul, stres, tidak murid menjadi tegang, kurang konsentrasi dalam belajar, dan lebih diminati oleh anak-anak. Sayang, jauh lagi mengakibatkan bunuh diri persoalan metodologi pembelajaran (Idrus, 2009). ini justru sering kurang mendapat Melihat dampak dari tindakan perhatian dari para guru sendiri kekerasan tersebut, tentu alasan akibat tingkat kemalasan mereka. pengajaran dengan metode kekerasan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 86 dengan alasan bahwa siswa dapat menghadapi penindasan-penindasan menjadi disiplin sesungguhnya tidak di sekolahnya. Sedangkan di British dapat diterima. Pengajaran dengan Columbia pada 1997, Nanaimo, cara kekerasan justru telah melanggar seorang siswa kelas empat menikam hak asasi siswa itu sendiri. Survei Plan pisau ke siswa lain yang mengolok- Indonesia pada 2008, seperti yang oloknya, persis seperti yang dilakukan dikutip oleh Kompas, menyebutkan oleh Nurudian seorang murid Kelas II bahwa hampir 70% siswa SMU SMPN 2 Rembang, Purbalingga, Jawa menyatakan terjadi kekerasan dan Tengah (22/9 2012 lalu). pelecahan verbal, mental ataupun fisik Saya pribadi merasa kaget, ketika di lingkungan sekolah mereka (Kompas. mendengar penuturan langsung com, 2011). Kondisi semacam ini tentu Joshua Suherman, penyanyi cilik tidak dapat diteruskan karena sama dekade 1990-an di sebuah acara televisi sekali tidak manusiawi. Kekerasan swasta (20/9 2012), bahwa dirinya dalam pengajaran bukannya menjadi memilih homeschooling (bersekolah di semakin pintar dan tertib, akan tetapi rumah) pada saat SMA lantaran tidak menjadi takut. Jika demikian, siswa tahan menghadapi bullying di sekolah tidak akan berani mengembangkan dan guru tidak peduli pada apa yang kreativitasnya serta menyatakan ide dialaminya. Apa yang dikemukakan maupun argumennya. oleh Joshua tersebut mencerminkan Barbara Coloroso, penulis buku bahwa di sekolah ada praktik-praktik The Bully, Bullied and Bystander: kekerasan, baik yang dilakukan from Preschool to High School yang oleh sesama murid maupun guru. kemudian diterjemahkan ke dalam Dengan tidak mengambil tindakan bahasa Indonesia menjadi Penindas, tegas terhadap murid yang menjadi Tertindas, dan Penonton (2006), pelaku kekerasan, sesungguhnya menyebutkan ada tiga jenis penindasan (bullying) di kalangan pelajar, yaitu guru telah mendukung adanya verbal, dan relasional. Masing- praktik-praktik kekerasan itu sendiri. masing dapat menimbulkan bencana Dalam praktiknya, para guru dalam sendiri-sendiri. Namun ketiganya memberikan sanksi kepada murid yang kerap membentuk kombinasi untuk melakukan kesalahan sering dengan menciptakan serangan yang lebih menggunakan cara-cara kekerasan: kuat. Dicontohkan oleh Barbara, di memukul, menendang, menggampar, Menchester, Inggris misalnya, pada dan lainnya. Cara-cara ini jelas tidak 1999, Marie Bentham, anak usia sejalan dengan semangat HAM. delapan tahun menggantung diri di 4. Pendidikan yang tidak Diskriminatif kamar tidurnya dengan alat lompat Ada beberapa karakter persoalan talinya karena merasa tak mampu lagi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 87 yang muncul dalam konsep pemenuhan yang berbeda dalam melihat masalah hak atas pendidikan ini. Hambatan keyakinan, yaitu bahwa yang di luar pemenuhan hak pendidikan yang sana itu sesat sehingga hak-haknya disebabkan oleh kemiskinan, berbeda pun boleh diabaikan. dengan hambatan yang disebabkan Prinsip penyelenggaraan pendidikan oleh faktor geografis, berbeda pula nasional sebagaimana dirumuskan dengan hambatan karena faktor pada Pasal 4 ayat (1) UU Sisdiknas fisik (difable) atau keyakinan (para adalah “pendidikan diselenggarakan penganut paham Aliran Kepercayaan secara demokratis dan berkeadilan kepada Tuhan Yang Maha Esa), serta tidak diskriminatif dengan atau faktor budaya, yang melihat menjunjung tinggi hak asasi manusia, laki-laki lebih diutamakan daripada nilai keagamaan, nilai kultural, dan perempuan atau sebaliknya. Adanya kemajemukan bangsa.” Pasal ini beberapa karakter persoalan itu pula memberikan landasan yang kuat bagi yang menuntut adanya perbedaan penyelenggaraan pendidikan yang pendekatan dalam penyelesaiannya. berbasis pada HAM. Boleh jadi, pasal Pendekatan yang paling sederhana ini merujuk pada Pasal 60 UU No. 39 justru pada hambatan yang disebabkan Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia oleh kemiskinan, karena solusinya yang terdapat pada Bagian Kesepuluh lebih jelas, yaitu menggratiskan yang mengatur soal Hak Anak. biaya pendidikan dan memberikan Kebijakan tersebut menyatakan, “(1) subsidi biaya hidup kepada mereka. Setiap anak berhak untuk memperoleh Tapi hambatan yang disebabkan pendidikan dan pengajaran dalam oleh faktor geografis, terutama ini rangka pengembangan pribadinya banyak terjadi di luar Jawa, tidak bisa sesuai dengan minat, bakat, dan dipecahkan dengan satu pendekatan tingkat kecerdasannya; (2) Setiap saja, seperti misalnya menggratiskan anak berhak mencari, menerima, seluruh biaya operasional sekolah. dan memberikan informasi sesuai Perlu ada pendekatan lain, yaitu dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya menyediakan infrastruktur transportasi sepanjang sesuai dengan nilai-nilai yang mudah dijangkau (accessible), kesusilaan dan kepatutan. berikut sarananya yang baik. Dan yang ” lebih rumit lagi justru memenuhi hak Hak itu tidak hanya berlaku bagi bagi mereka yang memiliki keyakinan anak-anak yang tidak mengalami berbeda dengan warga pada hambatan fisik saja, tapi anak-anak yang umumnya yang menganut agama mengalami hambatan fisik (difable) formal. Hak mereka belum tentu dapat dan mental pun berhak memperoleh terpenuhi, karena sering ada mindset pelayanan pendidikan yang memadai,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 88 seperti yang diamanatkan dalam Pasal siswa difabel yang memiliki kebutuhan 54 UU tentang HAM yang menyatakan khusus tersebut. Penelitian mengenai “Setiap anak yang cacat fisik dan praktik pelaksanaan pendidikan inklusi atau mental berhak memperoleh pernah dilakukan di sekolah-sekolah perawatan, pendidikan, pelatihan, formal inklusif di Yogyakarta. Dalam dan bantuan khusus atas biaya negara, penelitian tersebut ditemukan berbagai untuk menjamin kehidupannya sesuai hambatan dalam mewujudkan sekolah dengan martabat kemanusiaan, inklusif. meningkatkan rasa percaya diri, dan Pertama, prinsip Kebhinneka- kemampuan berpartisipasi dalam tunggal-ikaan dalam sistem pendidikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa inklusi di Indonesia tidak tercermin dan bernegara.” dalam penyediaan sarana pendidikan UU No. 23 Tahun 2002 tentang yang cenderung berorientasi pada Perlindungan Anak (UU PA) semakin kebutuhan mayoritas siswa. Anak- memberikan penegasan lagi mengenai anak dengan kebutuhan khusus pentingnya pendidikan yang berbasis masih dianggap sebagai kelompok pada HAM. Pasal 9 ayat (1) menyatakan minoritas dan kurang diperhatikan “Setiap anak berhak memperoleh kebutuhannya. Kedua, para pengurus pendidikan dan pengajaran dalam lembaga pendidikan dan para birokrat rangka pengembangan pribadinya dan belum sepenuhnya memahami tingkat kecerdasannya sesuai dengan konsep pendidikan inklusi. Ketiga, minat dan bakatnya. Sedangkan program-program pendidikan di ayat (2) berbunyi “Selain hak anak sekolah inklusif dan Anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Sekolah tidak merencanakan atau khusus bagi anak yang menyandang memperhitungkan kebutuhan anak- cacat juga berhak memperoleh anak difabel. Keempat, anak-anak pendidikan luar biasa, sedangkan dengan kekurangan kecerdasan atau bagi anak yang memiliki keunggulan kesulitan belajar yang ringan masih juga berhak mendapatkan pendidikan dapat diterima di SD reguler. Akan khusus.” tetapi, mereka pada umumnya tidak Kelima, Hak pendidikan untuk difabel diterima di SLTP atau SLTA. tercantum pada Pasal 24 Konvensi sebagian besar sekolah negeri yang Internasional tentang Hak-Hak melaksanakan program inklusif tidak Difabel (CRPD). Indonesia sendiri memiliki sistem deteksi dini untuk telah menandatangani instrumen menilai kondisi fisik dan psikologis tersebut pada tanggal 30 Maret 2007 siswa-siswanya. lalu. Tidak sedikit sekolah yang telah Keenam, kurikulum sekolah dibuat menerapkan pendidikan inklusi bagi oleh setiap sekolah dan terpusat

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 89 pada kebutuhan siswa reguler. dari perumusan Pasal 6 dan 34 UU Ketujuh, Dinas Pendidikan Provinsi Sisdiknas di atas, sehingga keduanya menugaskan “Guru Pembimbing tidak saling melemahkan, tapi justru Khusus” dari Sekolah Luar Biasa saling memperkuat satu dan lainnya. sebagai guru pendamping di sekolah Sedangkan Pasal 50 UU PA inklusif tanpa uraian tugas yang jelas. memberikan penegasan tentang Hal ini memungkinkan bagi guru substansi pendidikan bagi anak, sekolah reguler di sekolah inklusif bahwa “Pendidikan sebagaimana untuk mengalihkan seluruh tanggung dimaksud dalam Pasal 48 diarahkan jawabnya untuk mengajar siswa-siswa pada: (a) pengembangan sikap dan difabel kepada guru pendamping kepribadian anak, bakat, kemampuan Kedelapan tersebut. , guru reguler mental dan fisik sampai mencapai masih menggunakan pendekatan potensi mereka yang optimal; (b) konvensional yaitu pembelajaran yang pengembangan penghormatan atas Kesembilan terpusat pada guru. , semua hak asasi manusia dan kebebasan sekolah inklusif masih menggunakan asasi; (c) pengembangan rasa hormat metode penilaian beradasarkan acuan terhadap orangtua, identitas budaya, patokan (standar), bukan berdasarkan bahasa dan nilai-nilainya sendiri, kemajuan hasil belajar individu. nilai-nilai nasional di mana anak Kesepuluh , iklim sekolah yang terbuka bertempat tinggal, dari mana anak dan aksesibel bagi semua baik secara berasal, dan peradaban-peradaban psikologis maupun sosiologis belum yang berbeda-beda dari peradaban ada di sekolah inklusif. Guru-guru sendiri;(d) persiapan anak untuk reguler masih bingung dan tidak kehidupan yang bertanggungjawab; tertarik untuk mengajar siswa-siswa dan (e) pengembangan rasa hormat difabel serta sebagian siswa reguler dan cinta terhadap lingkungan.” tidak mau berkomunikasi dengan siswa difabel (Purwanta dkk, 2008). Perspektif pendidikan sebagai hak itulah yang seharusnya menjadi dasar Pasal 48 UU PA yang menyatakan setiap penyusunan perundangan “Pemerintah wajib menyelenggarakan maupun peraturan lainnya dalam bidang pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) pendidikan, termasuk seperti Peraturan tahun untuk semua anak,” serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pasal 49 yang menyatakan “Negara, Peraturan Daerah (Perda), maupun pemerintah, keluarga dan orangtua Perturan gubernur/bupati/walikota wajib memberikan kesempatan dalam bidang pendidikan. Konsep yang seluas-luasnya kepada anak pendidikan universal (pendidikan untuk memperoleh pendidikan” itu dasar 12 tahun) yang sekarang tampaknya yang menjadi rujukan tengah dirancang oleh Kementrian

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 90

Pendidikan dan Kebudayaan maupun tidak memilih keyakinan agama telah dijalankan oleh beberapa formal yang diakui oleh pemerintah, provinsi di Indonesia, mengacu pada tapi meyakini keberadaan Tuhan perspektif pendidikan sebagai hak Yang Maha Esa dengan ajaran lain setiap warga tersebut. Orientasinya yang disebut Penghayat Kepercayaan adalah memberikan kesempatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau seluas-luasnya kepada setiap warga keyakinan lainnya. Mereka itu berhak agar dapat mengembangkan sikap dan hidup di negeri ini dan negara wajib kepribadian anak, bakat, kemampuan memenuhinya, termasuk memenuhi fisik dan mental secara optimal pengajarannya di sekolah-sekolah untuk mewujudkan kehidupan yang formal. Sayang, semakin hari, toleransi demokratis dan manusiawi. kita terhadap penganut paham-paham Pengembangan konsep pendidikan kepercayaan itu semakin rendah atau berbasis HAM dengan prinsip non bahkan tidak ada sama sekali. Ini diskriminatif tersebut secara otomatis mencerminkan semakin kerdilnya cara mengakomodasi kebutuhan anak- berfikir kita sebagai negara yang plural. anak yang memiliki keyakinan Bandingkan misalnya dengan bunyi berbeda dengan agama yang dianut beberapa pasal dalam UU No. 4 Tahun oleh mayoritas penduduk Indonesia. 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan Seperti diketahui, sampai saat ini, dan Pengajaran di Sekolah di bawah masih banyak masyarakat di belahan ini. Indonesia yang menganut ajaran Pertama, Pasal 13 ayat (1) yang Penghayat Kepercayaan terhadap berbunyi “Atas dasar kebebasan tiap- Tuhan Yang Maha Esa. Namun, UU tiap warga negara menganut sesuatu Sisdiknas tahun 2003 sama sekali tidak agama untuk kejakinan hidup, maka mengakomodasi keberadaan mereka. kesempatan leluasa diberikan untuk Pasal 12 ayat (1) butir a menyatakan mendirikan dan menyelenggarakan ”Setiap peserta didik pada setiap satuan sekolah-sekolah partikulir”. Pasal ini pendidikan berhak mendapatkan yang memberikan landasan kuat bagi pendidikan agama sesuai dengan organisasi-organisasi keagamaan untuk agama yang dianutnya dan diajarkan mendirikan sekolah-sekolah swasta oleh pendidik yang seagama.” Pasal berdasarkan pada keyakinan agama ini sama sekali tidak memberikan ruang kepada anak yang memiliki yang mereka peluk. Meskipun didirikan oleh suatu yayasan keagamaan keyakinan lain dan itu sejalan dengan tertentu, tapi sekolah tersebut terbuka Sila 1 Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang bagi umum. Maha Esa. Berdasarkan bunyi Sila pertama dalam Pancasila tersebut, Kedua, Pasal 16 yang menyatakan adalah sah-sah saja bila seseorang “Di dalam sekolah guru-guru harus

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 91 menghormati tiap-tiap aliran agama negara. Oleh karena itulah regulasi atau kejakinan hidup.” Pasal ini pengajaran dan pendidikan pada memberikan arahan kepada guru saat itu menjamin hak-hak individu untuk menghormati keyakinan hidup tersebut. Hal itu bertolak belakang yang dianut oleh para murid. Tidak dengan para birokrat dan anggota tentu agama, tapi keyakinan hidup dewan penyusun UU Sisdiknas tahun lainnya pun harus dihargai. Inilah 2003 yang cenderung memaksakan yang mengajarkan toleransi kepada kehendak beragama kepada setiap penganut agama yang berbeda. Hal warga, dan murid pun tidak diberikan ini berbeda dengan para guru masa alternatif untuk mengenal agama lain sekarang yang cenderung menghakimi kecuali agama yang dianutnya dan para murid yang berbeda agama diajarkan oleh guru yang seagama. dengan agama yang dianutnya. Wajar Sistem pendidikan seperti inilah yang bila kemudian ada penelitian yang melahirkan sikap intoleran dalam menunjukkan bahwa lebih dari 65% masyarakat kita pada saat ini. guru dan murid SMAN di Jabodetabek Konsep dan implementasi pen- menyetujui tindak kekerasan didikan yang berbasis HAM selayaknya berdasarkan agama. Pendidikan masa memperhatikan kebebasan individu lalu melahirkan generasi yang toleran untuk memeluk agama maupun terhadap orang lain, tapi pendidikan keyakinan hidup tertentu. Oleh yang sekarang cenderung mengajarkan karena itu, hak anak-anak Penghayat inteloransi terhadap orang lain. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk memperoleh Ketiga, Pasal 20 ayat (1) yang pendidikan spiritualitas sesuai dengan menyatakan “Dalam sekolah-sekolah keyakinan yang mereka anut, Negeri diadakan pelajaran agama, selayaknya dijamin oleh negara. orang tua murid menetapkan apakah Tidak ada dasar hukum yang jelas anaknja akan mengikuti peladjaran bagi sikap birokrat yang cenderung tersebut.” Pasal ini memberikan untuk meniadakan keberadaan paham kebebasan kepada setiap orang tua Penghayat Kepercayaan terhadap murid untuk menentukan pelajaran Tuhan Yang Maha Esa. Dasar negara agama yang akan diikuti oleh anak- kita adalah Pancasila dan Sila Pertama anaknya. Bahkan hak untuk tidak jelas sekali bunyinya, yaitu Ketuhanan mengikuti pelajaran agama pun dijamin Yang Maha Esa. Dalam tafsir Orde dalam UU Pendidikan tahun 1950 itu. Baru, Sila Ke-Tuhan-an Yang Maha Para perumus UU Pendidikan pada saat Esa itu memiliki arti: a. Bangsa itu berfikir amat bijak, bahwa masalah Indonesia menyatakan kepercayaan beragama atau tidak adalah urusan dan ketaqwaannya pada Tuhan Yang individu, bukan karena paksaan oleh Maha Esa sesuai dengan agama dan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 92 kepercayaan masing-masing, menurut bertentangan semangat hak asasi dasar kemanusiaan yang adil dan manusia. Sistem pendidikan yang beradab; b. Mengembangkan sikap betul adalah yang dapat menghargai hormat menghormati dan bekerjasama hak seseorang dan terlaksananya antar pemeluk-pemeluk agama dan hak tersebut secara optimal dalam penganut-penganut kepercayaan kehidupan sehari-hari. kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik yang seagama dan sekepercayaan maupun yang berbeda agama dan kepercayaan; c. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik antar mereka yang seagama dan sekepercayaan maupun yang berbeda agama dan kepercayaannya; d. Mengembangkan sikap saling hormat menghormati kemerdekaan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing; e. Tidak memaksakan suatu agama dan atau kepercayaan kepada orang lain (Suhadi, 1986:16). Berdasarkan tafsir yang diberikan oleh Orde Baru tersebut, jelas sekali bahwa makna Ketuhanan Yang Maha Esa tidak mengacu pada penganut beragama saja, tapi penganut kepercayaan pun mendapatkan wadah dan wajib difasilitasi oleh negara. Sungguh merupakan tragedi bila sistem pendidikan nasional justru secara sistematik menghapuskan eksisten kepercayaan tersebut akibat dari kehendak untuk memaksakan kehendak dalam beragama. Sistem pendidikan nasional yang demikian jelas-jelas melanggar hak individu seseorang dan secara otomatis

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 93

REFERENSI Saraswati. L. G., dkk. 2006. Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Depok: Filsafat UI Press. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta (Suhadi, 1986:16). --- > ini dari buku yang mana Pak? Coloroso, Barbara, 2006, Penindas, Tertindas, dan Penonton, Resep Koran Tempo. 20 Februari 2008. Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMA., Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, penerjemah Santi Indra Astuti.

Djojodibroto, R. Darmanto. 2004. Tradisi Kehidupan Akademik. Yogyakarta: Galang Press.

Haryatmoko. 2008. Menuju Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis. Jakarta: Depkominfo.

Idrus, Muhammad. 2009. Strategi Pembelajaran Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: e-book.

Nickel, James W. 1996. Hak Asasi Manusia: Refleksi Filosofis atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia.

Purwanta, Setia Adi, dkk. 2008. Kertas Kerja: Pemenuhan Hak Difabel atas Pendidikan: Kebijakan, Pelaksanaan, dan Rekomendasi untuk Reformasi Hukum. Yogyakarta: PD Hidayat.

Rukmini, Mimin, dkk. 2006. Pengantar Memahami Hak Ekosob. Jakarta: PATTIRO.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMENUHAN HAK-HAK ATAS PENDIDIKAN 94

RIWAYAT HIDUP DARMANINGTYAS

Lahir di Gunungkidul dan pendidikan terakhir di Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Dan menulis di beberapa media massa, antara lain: KOMPAS, Media Indonesia, Koran Tempo, serta majalah/jurnal. Buku terbarunya berjudul Tirani Kapital dalam Pendidikan, Menolak UU BHP, diterbitkan Pustaka Yashiba dan Damar Press. Aktivitas sehari-hari adalah Advisor ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) Indonesia dan Direktur INSTRAN (LSM Transportasi), Pengurusan Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (YSIK) dan Perkumpulan PRAXIS, Dewan Penasehat CBE (Center for the betterment of Education), serta Ketua Bidang Advokasi MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia). Segala kritik, masukan, dan kontak personal dapat melalui alamat email: [email protected], dan [email protected].

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan 1 Pengendalian Tembakau1

Yeni Rosdianti2

Abstract

Consumption of cigarrets in Indonesia--from 1995 until 2000--increasing rapidly. Number of prevalence smokers in 1999 consisted of 53,4% man and 1,7% woman. In 15 years, the fact is: man-smokers 65,4% and woman-smokers 4,2%. This prevalence causes increasing number of mortality in the world. Nowadays, Indonesia is the third country in the world whose big smokers, after China dan India (Placed in first and second rank). In 2010, the number of cigarret’s production in Indonesia reach 260 billion of cigarrets. It increases in 2011 to 270 billion of ciggarets. Meanwhile, total population in Indonesia is 230 million people. Basic Health Research in 2010 conducted by Badan Pusat Statistik(BPS) counted 92 million people passive-smokers, consist of 30 million of man, 62million of woman. And 11,4million children age 0-4year affected by smoke in the their house. The number of passive smokers forecasted caused death of 600.000 people per year in the world.

The right to health is part of human rights. State has obligation to respect, protect, and fulfill human rights. As a duty bearer, state has to assure that the right to health

1 Penulisan Ulang (Re-write) hasil Penelitian Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengesahan Konvensi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), Framework Convention on Tobacco Control (Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, tahun 2012. 2 Penulis Adalah Koordinator Tim Peneliti pada Penelitian Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengesahan Konvensi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), Framework Convention on Tobacco Control (Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, tahun 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 95 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 96

to citizen. Adressing this theme, the Government should use their authority in making policies in order to control the tobacco in Indonesia.

Abstrak

Konsumsi rokok di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 1995 sampai dengan 2010. Peningkatan prevalensi perokok dewasa pada tahun 1995 mencapai 53,4% laki-laki dan 1,7% perempuan. Selama kurun waktu 15 tahun, perokok dewasa laki-laki meningkat menjadi 65,9% dan perempuan menjadi 4,2%. Peningkatan konsumsi rokok ini merupakan salah satu penyebab kematian meningkat pesat di dunia saat ini. Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia, setelah Cina dan India, dengan prevalensi perokok tertinggi di dunia yaitu 36,1% (GATS 2011). Di Indonesia, tingkat produksi rokok pada tahun 2010 telah mencapai 260 miliar batang, dan di tahun 2011 bahkan telah mencapai 270 miliar batang. Sementara jumlah penduduk di Indonesia adalah berkisar 230 juta jiwa. Dalam data Riskesdas 2010 perokok pasif perempuan sebanyak 62 juta, dan laki-laki sebanyak 30 juta sehingga terdapat 92 juta perokok pasif di Indonesia. Dan sebanyak 11,4 juta anak usia 0-4 tahun terpapar asap rokok. Sedangkan pada data GATS 2011 menunjukkan jumlah perokok pasif sebanyak 133,3 juta terpapar asap rokok di rumah.

Dari informasi di atas, maka upaya pengendalian penggunaan tembakau sangat diperlukan guna menurunkan jumlah perokok dan mencegah masyarakat dari kecanduan kebiasaan merokok, sehingga mereka terhindar dari penyakit-penyakit yang sangat membahayakan. Pengendalian tembakau juga merupakan bentuk pelaksanaan kewajiban negara dalam melindungi kesehatan warga negara untuk mendapatkan standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau sebagaimana disebutkan dalam Komentar Umum No.14 Kovenan hak ekonomi, sosial dan budaya, khususnya mengenai hak atas kesehatan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 97

Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau

ndustri tembakau di Indonesia panjang akibat konsumsi rokok telah telah berjalan sejak dahulu. Dari berakibat pada menurunnya kesehatan Iwaktu ke waktu, produksinya masyarakat secara umum. Karena semakin meningkat. Tahun 1970 dampak rokok ini tidak hanya dirasakan tingkat produksi rokok sebesar 30 bagi perokoknya sendiri, tetapi juga oleh Miliar batang, meningkat menjadi 270 orang-orang yang terpapar asap rokok Miliar batang pada tahun 2011, terjadi (atau disebut juga sebagai perokok peningkatan drastis sebesar 700% pasif). Belum lagi dampak ikutannya dalam kurun waktu 40 tahun. berupa menurunnya kesejahteraan Selama kurun—paling tidak— masyarakat diakibatkan oleh biaya empatpuluh tahun di mana produksi mengkonsumsi rokok yang cukup rokok meningkat berlipat ganda, tinggi. permasalahan mulai muncul diakibatkan Negara sebagai pemegang oleh dampak rokok bagi kesehatan. kewajiban (duty bearer) pemenuhan Dampak jangka pendek dan jangka dan perlindungan Hak Asasi Manusia

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 98 termasuk di dalamnya hak atas preambule Undang-Undang Dasar kesehatan, wajib memberikan jaminan Negara Republik Indonesia tersebut terhadap perlindungan dan pemenuhan untuk memenuhi dan melindungi hak- hak atas kesehatan bagi seluruh warga hak asasi warga negara. negara. Dalam konteks ini, negara harus menggunakan kewenangannya A. Rokok Sebagai Salah Satu Faktor untuk membuat pengaturan yang Risiko Penyakit Tidak Menular komprehensif terkait dengan pengendalian tembakau mengingat Konsumsi tembakau (rokok) merupakan dampak buruk yang ditimbulkannya, salah satu faktor risiko umum dari dan sebagai bentuk pelaksanaan empat kelompok utama Penyakit pemenuhan dan perlindungan hak atas Tidak Menular/PTM atau lebih dikenal kesehatan. sebagai Non Communicable Diseases Para pendiri bangsa ini (founding (NCDs). Empat kelompok NCDs fathers) telah sejak awal merumuskan ini adalah penyakit kardiovaskular, arah kebijakan pendirian Republik kanker, penyakit paru-paru kronis dan Indonesia untuk “melindungi segenap diabetes. NCDs diperkirakan dapat bangsa Indonesia dan seluruh tumpah mengakibatkan kematian lebih dari darah Indonesia dan untuk memajukan 75% di seluruh dunia dan 80% berasal kesejahteraan umum, mencerdaskan dari negara miskin dan berkembang kehidupan bangsa” oleh karenanya seperti Indonesia (WHO, 2011). negara wajib menjalankan amanah

Grafik 1: Non Communicable Deseases (NCDs),WHO 2011

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 99

Proporsi Kematian (% total kematian, semua tingkatan umur) di Indonesia (Sumber WHO Profil negara terhadap PTM, 2011)

Penyakit menular, Kardiovaskular 30% kematian ibu, perinatal dan gizi 28% Kanker 13% Kecelakaan 9%

Penyakit Tidak Menular Penyakit Sistem Pernapasan 7% Lainnya 10% Diabetes 3% Grafik 2: Proporsi Kematian (% total kematian, semua tingkatan umur) di Indonesia. WHO, 2011.

WHO memperhitungkan bahwa menyebabkan sekitar 8,4 juta kematian proporsi kematian di Indonesia telah setiap tahun. Secara global, tembakau bergeser ke NCDs, yaitu kardiovaskular merupakan penyebab sekitar 8,8% sebesar 30%, kanker 13%, penyakit dari semua kematian pada tahun 2000 sistem pernafasan 7%, diabetes (WHO 2003), yang menunjukkan 3% dan penyakit tidak menular peningkatan kematian lebih dari satu lainnya 10%. Sedangkan kematian juta dibandingkan kematian yang terjadi akibat penyakit menular, kematian pada tahun 1990. Konsumsi tembakau ibu, perinatal dan gizi buruk hanya membunuh satu orang setiap 10 detik sebesar 28%. Sebanyak 1,1 juta orang (WHO 2002). Diperkirakan bahwa Indonesia meninggal karena Penyakit separuh kematian tersebut terjadi di Tidak Menular yang terdiri dari 582.300 Asia, diakibatkan tingginya peningkatan laki-laki dan 481.700 perempuan di penggunaan tembakau. Kematian di tahun 2008. Indonesia mengalami Asia meningkat hampir empat kali lipat kerugian sebesar US$ 37,2 juta setiap dari 1,1 juta pada tahun 1990 menjadi tahunnya, atau disetarakan dengan 4,2 pada tahun 2020. Untuk Indonesia, 7% dari Produk Domestik Bruto untuk diperkirakan bahwa 4%-7,9% dari total menangani NCDs. beban penyakit pada tahun 1990 terjadi sebagai akibat penggunaan tembakau. B. Prevalensi Konsumsi Rokok di Peningkatan prevalensi pada perokok Indonesia remaja juga sangat mengkhawatirkan. Data tahun 1995 – 2007 menunjukkan Pada tahun 2020 WHO (2003) perokok remaja usia 15 – 19 tahun memperkirakan bahwa penyakit yang meningkat lebih dari 2 kali lipat dari 7% berkaitan dengan tembakau akan tahun 1995 menjadi 19% tahun 2010. menjadi masalah kesehatan utama Pada remaja laki-laki peningkatan terbesar. Penyakit-penyakit tersebut terjadi dari 14% tahun 1995 menjadi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 100

Grafik 3: Prevalensi perokok remaja menurut Susenas 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007

Grafik 4: Perokok usia 10 – 14 tahun Susenas 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007

37 % tahun 2010, meningkat 2 kali lipat dari 71.126 orang pada tahun lipat. Sedangkan prevalensi perokok 1995 menjadi 426.214 orang pada pada remaja perempuan adalah 0.3 % tahun 2007. Prevalensi perokok pada pada 1995 menjadi 1,6 % pada 2010, masyarakat rentan dari tahun 2001- meningkat 5 kali lipat. 2007 juga mengalami kenaikan yang Dari data yang sama jumlah perokok cukup signifikan dengan tingginya anak (usia 10 – 14) meningkat 6 kali tingkat pertumbuhan penduduk.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 101

TABEL 1: Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendidikan 2001-2007 Pendidikan 2001 2004 2007 Tidak Sekolah/tidak tamat SD 31.1 31.2 35.4 Tamat Perguruan Tinggi 25.2 29.7 27.2

TABEL 2: Prevalensi Perokok Dewasa Menurut Tingkat Pendapatan 2001-2007 Pendapatan 2001 2004 2007 K1 (termiskin) 30.0 33.9 35.6 K5 (terkaya) 29.6 32.8 31.5

Sumber: Susenas 2001, 2004 dan Riskesdas 2007

Pada tabel 1 di atas, jumlah merupakan campuran antara asap dan perokok dewasa yang tidak sekolah partikel. Asap ini terdiri dari campuran atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD) mematikan yakni dari 7000 senyawa terus mengalami kenaikan dari tahun kimia. Termasuk pula di dalamnya 2001-2007 yaitu 31.1 menjadi 35.4. ditemukan bahan yang ada di dalam Kenyataan ini juga sejalan dengan produk-produk ini, seperti misalnya meningkatnya prevalensi perokok cat kuku (aseton), pembersih toilet termiskin pada rentang tahun yang (ammonia), racun tikus (sianida), sama dari 30.0 menjadi 35.6. Data pestisida (DDT) dan asap knalpot mobil membuktikan bahwa masyarakat (karbonmonoksida). Ratusan di antara termiskin dan berpendidikan rendah senyawa tersebut adalah racun dan adalah pengkonsumsi rokok terbesar di minimal 69 senyawa tersebut dapat Indonesia. menyebabkan kanker. AROL juga dapat mengandung partikel kecil yang disebut C. bahaya Asap Rokok Bagi “Perokok menjadi Particulate matter (PM2,5) Pasif” yang dapat dihirup dan masuk ke dalam paru-paru. Asap rokok memberikan Selain menyebabkan kematian bagi kontribusi paling besar terhadap penggunanya, konsumsi rokok juga (PM2,5) dalam polusi udara di dalam merugikan kesehatan orang lain yang gedung. Dalam data Riskesdas 2010 bukan perokok yang mengisap asapnya perokok pasif perempuan sebanyak (perokok pasif). Asap Rokok Orang 62 juta, dan laki-laki sebanyak 30 juta Lain atau sering disingkat sebagai sehingga terdapat ada 92 juta perokok AROL (SHS–Secondhand Smoker) pasif di Indonesia. Dan sebanyak 11,4

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 102 juta anak usia 0-4 tahun terpapar asap penyakit yang di akibatkan oleh rokok. Sedangkan pada data GATS tembakau, antara lain adalah kanker 2011 menunjukkan jumlah perokok paru. Kanker paru telah menjadi pasif sebanyak 133,3 juta terpapar asap penyebab utama kematian yang dapat rokok di rumah. dicegah di dunia (Albert and Samet, AROL/SHS atau lebih umum dikenal 2003). Pada populasi yang dicirikan dengan perokok pasif diperkirakan oleh perilaku merokok yang sangat luas, dapat menyebabkan 600.000 kematian dapat menyebabkan 90% kasus kanker dini setiap tahunnya di dunia. Korban paru pada laki-laki dan 70% kasus kematian tersebut dirasakan oleh pada wanita, dengan tingkat kematian perokok pasif di mana 31% korbannya melebihi 85%. Suryanto (1989) adalah anak-anak dan 64% korban menemukan bahwa risiko kanker paru lainnya adalah perempuan (WHO, 7,8 kali lebih besar pada perokok aktif 2009). Di Indonesia, hampir 85% dibandingkan dengan bukan perokok. rumah tangga terpapar dari asap Penyakit Paru Obstruksi Kronik rokok (Depkes, 2007). Estimasi (PPOK). Sekitar 56-80% dari semua perhitungannya adalah delapan penyakit pernapasan kronik disebabkan perokok meninggal karena perokok oleh tembakau, termasuk bronchitis aktif dan satu perokok pasif meninggal kronik dan emfisema. Karena bronchitis karena terpapar asap rokok orang dikaitkan dengan kesakitan jangka lain. Berdasarkan perhitrungan rasio panjang, konsekuensinya adalah beban ini, maka sedikitnya 25.000 kematian biaya tinggi pada sistem kesehatan dikarenakan paparan asap rokok orang dalam jangka panjang. Penyakit lain. Jantung dan Pembuluh Darah (CVD). Dewasa ini diperkirakan satu dari Secara global, tembakau bertanggung dua perokok jangka panjang akan jawab untuk 22% seluruh penyakit meninggal dunia. Faktor utama jantung dan pembuluh darah. dalam memperkirakan besarnya beban Tembakau juga dihubungkan, dengan penyakit antara penggunaan tembakau kejadian arteriosclerosis, hipertensi dan dan terjadinya penyakit kronik gangguan pembuluh darah otak. adalah lamanya penggunaan rokok. Dari informasi di atas, maka Terdapat selang 20-25 tahun di antara upaya pengendalian penggunaan dimulainya waktu kebiasaan merokok tembakau sangat diperlukan guna dan mulai timbulnya penyakit, seperti menurunkan jumlah perokok dan kanker paru. Bila lamanya penggunaan mencegah masyarakat dari kecanduan rokok menjadi dua kali, insiden kanker kebiasaan merokok, sehingga mereka paru meningkat sebanyak dua puluh terhindar dari penyakit-penyakit yang kali (Stanley K:1993). Beberapa jenis sangat membahayakan. Pengendalian

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 103 tembakau juga merupakan bentuk Sedangkan 29.4% anak dalam keluarga pelaksanaan kewajiban negara dalam tersebut memiliki berat badan di bawah melindungi kesehatan warga negara rata-rata dan 31.4% di antaranya untuk mendapatkan standar kesehatan mengalami masalah pertumbuhan. yang dapat dijangkau.3 Untuk menjamin Penelitian ini pun menemukan bahwa terpenuhinya standar kesehatan diarea perkotaan tingkat kematian bayi tertinggi yang dapat dijangkau ini, mencapai 11.7% dan 13.9% untuk maka negara dapat membentuk balita. Sementara di daerah pedesaan kebijakan-kebijakan kesehatan atau tingkat kematian bayi lebih tinggi yaitu melaksanakan program–program yang 23.8% untuk bayi dan balita 24.5% dibentuk oleh WHO, atau mengadopsi (Semba, Pee, Sun, Best, Sari,& Bloem, instrumen-instrumen hukum baik di 2008). tingkat internasional maupun regional.4 Penelitian lain dari LDFEUI dari data BPS tahun 2009 mengkonfirmasi C. Konsumsi Rokok dan Potensi hal yang sama. Penelitian tersebut “Pemiskinan” Masyarakat menyatakan bahwa 7 dari 10 (68 %) rumah tangga di Indonesia memiliki Konsumsi rokok berpengaruh pengeluaran untuk membeli rokok. terhadap kesejahteraan dan beban Bahkan di kelompok rumah tangga ekonomi keluarga. Penelitian Semba dkk termiskin sekalipun 6 dari 10 (57 %) tahun 2008 yang dilaksanakan di daerah rumah tangga memiliki pengeluaran perkotaan terhadap 438.336 keluarga untuk rokok.

TABEL 3: Pengeluaran untuk Rokok di Rumah Tangga Indonesia (LDFEUI, 2009)

Kelompok RT Tanpa RT yang memiliki Total Pendapatan Pengeluaran Rokok pengeluaran untuk Rokok Termiskin Q1 42,9% 57,1% 100% Q2 28,3% 71,7% 100% Q3 26,3% 73,7% 100% Q4 27,5% 72,5% 100% Terkaya Q5 34,3% 65,7% 100% 31,6% 68,4% 100% menemukan bahwa 73.7% orang tua Dari penelitian yang sama keluarga tersebut adalah perokok. menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok menempati urutan kedua 3 Komentar Umum no. 14 ICESCR tentang Hak atas Standar Kesehatan Tertinggi yang dapat dijangkau setelah makanan pokok di rumah hal 130 tangga perokok termiskin. Pengeluaran 4 Komentar Umum no. 14 ICESCR tentang Hak atas Standar Kesehatan Tertinggi yang dapat dijangkau untuk rokok hanya kalah dari hal 130

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 104 pengeluaran untuk makanan pokok sekitar Rp. 624.000 dikeluarkan untuk dan mengalahkan 23 jenis pengeluaran belanja rokok. Hal ini sama dengan lainnya. Data ini menunjukkan bahwa setengah dari jumlah BLT dalam rumah tangga lebih memprioritaskan setahun. dengan demikian berbagai pengeluaran untuk rokok daripada upaya penanggulangan kemiskinan pengeluaran untuk kebutuhan lain. dan pencapai target Millenium Data BPS tahun 2009 menunjukkan Development Goals (MDGs) yang pengeluaran untuk rokok pada dilaksanakan di Indonesia sulit tercapai Rumah Tangga Perokok Termiskin karena tingginya konsumsi rokok 11 X Pengeluaran untuk daging, 7 (Survey sosial Ekonomi Nasional 2006). X pengeluaran untuk buah-buahan, Pada tahun 2007 menurut survey 6X pengeluaran untuk pendidikan, nasional 2007, pengeluaran rumah tangga untuk rokok meningkat 5X pengeluaran untuk susu telur, 5X mencapai Rp. 136.534. (sumber: Pengeluaran untuk kesehatan dan 2 X Susenas 2003-2007). Penggunaan dari pengeluaran untuk ikan. tembakau menghambat pengentasan Konsekuensi tingginya konsumsi kemiskinan, yang berdampak pada rokok di rumah tangga adalah kesehatan orang perorangan, hilangnya kesempatan akibat konsumsi kesejahteraan rumah tangga dan rokok. Pengeluaran yang semestinya perekonomian negara. Di seluruh bisa digunakan untuk pengeluaran lain penjuru dunia, penggunaan tembakau yang lebih bermanfaat akhirnya habis jumlahnya tertinggi di kalangan rakyat untuk konsumsi rokok. Lebih dari 12 miskin. Pada tahun 2020, 7 dari setiap 10 juta keluarga miskin membelanjakan orang yang meninggal akibat merokok Rp.52.000 perbulan untuk membeli berasal dari negara berpenghasilan rokok, yang berarti dalam setahun rendah atau menengah.

Grafik 5: Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Keluarga Miskin, data BPS

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 105

Grafik 6: Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk rokok tahun 2003-2006

Dari hasil penelitian yang dilakukan yang dikeluarkan untuk membeli rokok oleh Balitbangkes Kementerian sebesar 138 Triliun rupiah (116 miliar Kesehatan RI pada tahun 2010 USD) sehingga total kerugian ekonomi didapatkan kematian akibat penyakit pada tahun 2010 sebesar 245,41 Triliun yang terkait tembakau sebesar 190.260 rupiah (28,52 miliar USD) yang lebih jiwa yang merupakan 12,7% dari tinggi daripada pendapatan cukai yang total kematian pada tahun yang sama. diperoleh oleh pemerintah yaitu sebesar Total tahun produktif yang hilang 55 Triliun rupiah (6,16 miliar USD). karena tembakau yang disebabkan oleh kematian prematur, kesakitan dan E. bEBERAPA KENDALA DALAM disabilitas sebesar 3.533.000 tahun. PRAKSIS PENGENDALIAN Jadi kehilangan secara makro ekonomi TEMBAKAU DI INDONESIA tahun 2010 dengan perhitungan pendapatan perkapita 3465 USD Meskipun secara teoritis dan mencapai 12,24 miliar USD atau 105,3 empiris, bahaya rokok telah menjadi Triliun. Total biaya rawat inap rumah kemafhuman bersama yang telah cukup sakit karena penyakit yang terkait tersosialisasi di berbagai kalangan, tembakau mencapai 1,85 Triliun rupiah kenyataannya permasalan yang (0,21 miliar USD). Sedangkan untuk ditimbulkan oleh rokok tidak berhenti rawat jalan mencapai 0,26 Triliun rupiah sampai di sini. Pergulatan mengenai (0,03 miliar USD). upaya pengendalian tembakau sebagai Dari penelitian yang sama, biaya bentuk pemenuhan dan perlindungan pembelian rokok dengan asumsi 10 negara terhadap hak atas kesehatan batang perkapita perhari maka biaya warga-nya, harus berhadapan dengan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 106 industri besar yang berada di balik menjadi regulasi nasional ataupun lokal, “sukses” konsumsi rokok di Indonesia. seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Sampai dengan hari ini, Framework Menteri Bersama, di tingkat lokal Convention on Tobacco Control seperti Peraturan daerah, peraturan (FCTC) belum juga diaksesi oleh gubernur, peraturan walikota/bupati. Pemerintah RI. Meskipun, pada saat Regulasi nasional ataupun lokal dinilai pembuatan rancangan FCTC sampai sangat lemah karena masih tingginya dengan jadinya, delegasi Indonesia tingkat konsumsi rokok dan semakin ketika itu mengambil peran aktif dan rendahnya usia inisiasi merokok. strategis. Namun karena tarik ulur yang Landasan hukum di atas tidak berkepanjangan dan menjadi begitu cukup kuat dan memberikan jaminan sarat muatan politis, membuat FCTC perlindungan kesehatan warga negara belum juga diaksesi. Indonesia. Banyaknya negara lain Adapun beberapa hal yang turut yang telah berhasil menekan tingkat memberikan andil bagi lambatnya konsumsi rokok dengan meratifikasi Pemerintah RI dalam mengambil hukum internasional khusus untuk keputusan strategis pengendalian pengendalian jumlah konsumsi tembakau, di antaranya: tembakau, yaitu FCTC. FCTC atau Framework Convention on Tobacco 1. Komitmen Politik Control sering disebut sebagai kerangka Walau ancaman penyakit akibat konvensi pengendalian tembakau telah merokok sudah diketahui oleh khalayak membuktikan keberhasilannya dalam umum dan bahkan para pemangku menekan jumlah konsumsi rokok kebijakan, tetapi perlindungan kepada di berbagai negara. FCTC ini telah masyarakat tidak dapat diberikan diratifikasi oleh 175 Negara dan hanya secara maksimal. Penjaminan kesehatan 11 Negara yang belum meratifikasi dan perlindungan warga negara dari FCTC, Indonesia menjadi salah satunya. bahaya asap rokok belum dapat Salah satu contoh negara tetangga diberikan oleh negara melalui hukum yang telah meratifikasi FCTC, Thailand, yang komprehensif mengatur masalah berhasil melaksanakan Article 11 yang kawasan tanpa rokok dan pembatasan tertera di FCTC dengan memberikan konsumsi rokok. Instrumen hukum gambar dampak rokok bagi kesehatan lokal atau tingkat nasional menjadi sebesar 50% di bungkus rokok pada dasar untuk pengendalian konsumsi tahun 2006. Hal ini meningkatkan rokok yang disebutkan dalam berbagai kesadaran perokok terhadap bahaya Undang-Undang dari mulai UUD rokok dan meningkatkan keinginan 1945, UU Perlindungan HAM, UU mereka untuk berhenti merokok. Kesehatan, UU Perlindungan Anak. Indonesia yang tidak meratifikasi Dasar hukum di atas dikembangkan FCTC mengalami kerugian yang cukup

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 107 besar. Sistem hukum nasional yang di Indonesia dilaksanakan dengan 3D, lemah dalam pengendalian tembakau yaitu delay, dilute dan delete. mendorong tingkat konsumsi rokok Salah satu bukti yang telah yang terus meningkat dan tidak adanya dilakukan industri dalam mengintervensi perlindungan terhadap anak-anak dan kebijakan publik dalam perlindungan perempuan dari bahaya asap rokok. dan penjaminan kesehatan warga Lemahnya sistem hukum nasional negara adalah menghilangkan ayat merupakan salah satu bukti bahwa dalam UU Kesehatan No.36 Tahun komitmen politik dan pemerintah 2009 (delete). Intervensi industri dalam secara keseluruhan sangat rendah. menghilangkan ayat 2 dan 3 pada pasal Pemerintahan secara keseluruhan tidak 113 mengenai tembakau mengandung menyadari bahwa rokok merupakan zat adiktif menjadi salah satu bukti ancaman bagi warga negara. kuat. Selain itu, proses hukum dalam penghilangan ayat saat pengesahan 2. Intervensi Industri tidak berjalan dengan lancar. Masih Lemahnya regulasi nasional karena banyaknya terdakwa hukum yang lemahnya komitmen politik dan menjadi oknum penghilangan ayat di pemerintahan. Lemahnya komitmen pemerintahan masih bebas melakukan politik dan pemerintah dikarenakan berbagai aktivitas di departemen adanya intervensi industri di dalamnya. pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan adanya Kuatnya industri menyebabkan indikasi kuat pada kebijakan publik, banyaknya kebijakan publik yang mulai dari proses penyusunan sampai bertujuan untuk melindungi warga dengan implementasi kebijakan negara diintervensi sehingga tidak publik itu sendiri. Intervensi industri segera disahkan (delay). Salah satu kasus yang sedang terjadi di Indonesia tidak langsung tidak bertujuan untuk adalah kasus pengesahan RPP melarang petani menanam tembakau. Pengamanan Bahan yang Mengandung Petani tembakau ditunggangi oleh Zat Adiktif berupa Produk Tembakau beberapa lembaga yang mengaku sebagai lembaga peduli terhadap bagi Kesehatan yang merupakan nasib petani tembakau memberikan turunan dari UU No 39 Tahun 2009 informasi yang tidak benar kepada tentang Kesehatan. Pengesahan RPP petani tembakau sehingga protes keras tersebut terganjal dengan intervensi petani tembakau dilayangkan kepada industri yang mengatasnamakan petani pemerintahan. Selain itu, intervensi tembakau, apabila RPP ini disahkan industri disempurnakan dengan akan mengakibatkan kesengsaraan masuknya ke ranah pemerintahan, bagi petani tembakau. Ironisnya, di mana beberapa departemen di dalam RPP, secara langsung dan telah berusaha menggagalkan atau

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 108 menunda pengesahan RPP ini. Di dana, penelitian terhadap dampak lain pihak, beberapa pihak baik dari tembakau masih sangat terbatas. beberapa pemerintahan, perguruan Beberapa lembaga pendidikan tinggi tinggi maupun masyarakat mendorong bahkan menjalin kerja sama dengan pengesahan RPP sebagai perlindungan industri rokok melalui sponsorship, dan penjaminan kesehatan bagi warga sehingga mengurangi kesadaran negara. Intervensi industri yang sering untuk mengadakan penelitian serta diberikan saat proses pengesahan mengembangkan sikap kritis terhadap hukum untuk meningkatkan taraf dampak tembakau. kesehatan warga negara adalah Tarik menarik Kepentingan argumentasi mengenai penyengsaraan Kesehatan Masyarakat dan Ekonomi petani tembakau dan buruh linting Perlindungan kesehatan masyarakat rokok, serta penilaian adanya intervensi dari bahaya asap rokok sering asing dalam penyusunan legal drafting. dihadapkan dengan perlindungan Salah satu produk perlindungan industri rokok dan petani tembakau. perokok pasif dalam hukum lokal atau Pengendalian tembakau selalu dikaitkan daerah, yaitu Kawasan Tanpa Rokok, dengan pendapatan negara dari cukai, juga mengalami intervensi industri. serta secara tidak tepat juga dikaitkan Produk hukum berupa Peraturan dengan nasib petani tembakau dan Bersama Menteri Kesehatan dan pekerja yang tergantung pada mata Menteri Dalam Negeri No. 188/ rantai perdagangan tembakau. Berlarut- MENKES/PB/I/2011 dan No. 7 Tahun larutnya pengesahan RPP pengendalian 2011 mengenai Pedoman Pelaksanaan produk tembakau yang selalu ditentang Kawasan Tanpa Rokok juga ditemukan oleh industri dan kelompok yang indikasi intervensi industri rokok dalam mengatasnamakan petani tembakau “melencengkan” pelaksanaan KTR adalah bukti nyata dari kontroversi ini. itu sendiri. CSR atau sering dikenal Padahal kerugian yang ditimbulkan sebagai Corporate Sosial Responsible oleh kebiasaan merokok jauh lebih memberikan dalih sebagai pendanaan besar daripada pendapatan dari cukai pembuatan Kawasan Merokok, tetapi tembakau. Pada tahun 2010 cukai “melenceng” dari regulasi yang ada, rokok mencapai 62 Triliun, namun pada yaitu pendirian Ruang Merokok di saat yang bersamaan biaya kesehatan dalam gedung. Hal ini merupakan yang dikeluarkan oleh masyarakat salah satu contoh intervensi industri akibat penyakit terkait rokok mencapai rokok, dilute (melemahkan), sehingga 180 triliun. regulasi pemerintah dilemahkan dan dibelokkan. 3. Mitos Sosial, Ekonomi, Budaya, Karena kekurangfahaman mau- dan, Kesehatan pun karena keterbatasan sumber Efek rokok pada saat rokok dihisap,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 109 dapat dirasakan di mana nikotin dikenal sebagai “national herritage” memasuki otak, yaitu Nicotinic untuk Indonesia. Beberapa pendapat cholinergic receptors (nAChRs) yang salah oleh asosiasi atau lembaga diaktifkan dan melepascan dopamine. penikmat kretek menyatakan Dopamine ini akan menstimulasi rasa bahwa dengan membeli rokok akan nikmat dan senang. Dampak rokok meningkatkan pendapatan negara. tidak secara langsung berdampak pada Berdasarkan penelitian dari Kossen yang kesehatan. Hal ini yang membuat dilaksanakan tahun 2008, pendapatan rokok menjadi tidak memiliki sense cukai pada tahun tersebut mencapai Rp of urgency karena dampak yang 45 triliun, tetapi total beban ekonomi terlihat tidak seperti apabila penyakit akibat konsumsi rokok dapat mencapai lainnya, misalnya malaria ataupun lebih besar dari 6 kali lipat, yaitu Rp TB, yang langsung terlihat efeknya 338.25 triliun. Kerugian yang dialami setelah terjangkit penyakit tersebut. oleh Indonesia pada tahun tersebut Berdasarkan penelitian dari WHO pada terhitung dari : tahun 2011, kebiasaan mengkonsumsi • Total kerugian ekonomi akibat rokok telah memicu meningkatnya kematian prematur, mortalitas dan penyakit tidak menular dan negara disabilitas = Rp. 1166.5 triliun berkembang menyumbang 80% • Biaya untuk belanja rokok = Rp. dari total kematian secara global. 153.25 triliun Lebih lanjut, WHO melaporkan 29% • Biaya untuk perawatan medis = Rp. kematian akibat penyakit tidak menular 18.5 triliun ada di usia produktif di bawah 60 tahun. Kerugian ini tidak pernah dilihat oleh Akan tetapi, dikarenakan efek atau negara maupun masyarakat. Bahkan, dampak dari kebiasaan mengkonsumsi sebagian besar biaya kesehatan rokok membutuhkan waktu yang lama akibat rokok ditanggung oleh masing- dan tidak langsung terlihat, maka sense masing warga negara. Hal ini menjadi of ugency dari dampak rokok ini dinilai permasalahan yang berkepanjangan rendah. karena rokok sebagai gaya hidup Lebih dari itu, “kretek” yang diangkat menjadi national herritage merupakan salah satu bahan olahan oleh kelompok masyarakat tertentu tembakau, yang juga merupakan sehingga mengakibatkan tingkat rokok, dianggap sebagai produk konsumsi rokok meningkat, dan biaya budaya oleh beberapa lembaga atau kesehatan secara tidak langsung juga asosiasi di Indonesia. Sense of urgency meningkat secara drastis. yang rendah ini mengakibatkan bahwa Banyak pula yang beranggapan rokok dianggap menjadi produk yang bahwa merokok adalah Hak Asasi tidak berbahaya dan bahkan menjadi Manusia. Salah kaprah semacam ini produk unggulan dan budaya atau menimbulkan hal-hal yang kurang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 110 baik di tengah masyarakat. Hak kurangnya komitmen pemangku Asasi Manusia adalah relasi warga kebijakan, intervensi industri yang negara dengan pemerintah, di mana mengakibatkan mitos-mitos yang pemerintah harus memberikan tidak benar mengenai rokok dalam sisi perlindungan, penghormatan dan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan. pemenuhan hak asasi manusia. Adapun Selain itu, lemahnya pemahaman dan hak-hak asasi tergabung dalam hak kesadaran masyarakat menurunkan sipil politik dan hak ekonomi, sosial dan tingkat keberdayaan masyarakat budaya. Penjelasan lebih lengkapnya terhadap bahaya rokok. Selama diatur dalam Kovenan Sipil Politik dan ini pemerintah telah melahirkan Kovenan Ekonomi, Sosial dan Budaya. banyak regulasi untuk melindungi Sementara, merokok bukanlah salah dan menjamin kesehatan warga satu bagian dari hak baik hak sipil negaranya, akan tetapi regulasi tidak politik maupun hak ekonomi, sosial dapat ditegakkan apabila masyarakat dan budaya. Jadi, merokok sama belum memahami dan menyadari akan sekali bukanlah Hak Asasi Manusia. Ini bahaya rokok. Terlebih lagi, intervensi adalah pilihan saja bagi setiap orang. industri yang selalu mematahkan dan Namun, meskipun sebuah pilihan, ada “melencengkan” fakta-fakta yang ada konsekuensi lain yang harus dilakukan, sehingga masyarakat secara umum yakni menghormati orang lain agar tidak dapat memahami secara benar tidak terkena dampak (asap rokok) si perokok ini. Dalam hal ini, negara selaku bahaya rokok bagi kesehatan keluarga. pemilik otoritas kebijakan dan hukum, Perlunya pemaparan informasi wajib memberikan perlindungan dan yang benar kepada semua segmen pemenuhan hak atas kesehatan dan masyarakat umum dapat meningkatkan lingkungan yang sehat, kepada tiap kesadaran untuk melindungi kesehatan warga negara, termasuk bebas dari asap di tingkat yang paling kecil, yaitu rokok ini. Untuk itu kebijakan seperti keluarga. Dengan adanya kesadaran Kawasan Tanpa Rokok dilakukan. Tidak bahaya rokok untuk kesehatan cukup sampai di situ, perlu dilakukan keluarganya, masyarakat dapat upaya-upaya strategis lain untuk diberdayakan melalui program-program memberikan pembatasan penggunaan pengendalian konsumsi rokok. Akan tembakau (kretek) ini hingga tidak tetapi, permasalahan yang sekarang memberikan dampak buruk yang lebih terjadi adalah sebagian masyarakat besar lagi, utamanya bagi anak-anak masih belum bisa diberdayakan untuk dan perempuan. dapat melakukan pengendalian rokok di lingkungannya karena masih lemahnya 4. Lemahnya Pemahaman, Kesadaran pemahaman dan kesadaran mengenai dan Keberdayaan Masyarakat bahaya rokok bagi kesehatan. Pengendalian konsumsi tembakau di Masyarakat beranggapan seolah Indonesia mengalami kesulitan karena merokok sekedar kebiasaan, dan tidak

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 111 menyadari ancaman yang ditimbulkan dalam memperkuat program dari kebiasaan tersebut. Bahkan ada pengendalian konsumsi produk yang beranggapan bahwa bagi anak tembakau di Indonesia. muda, merokok sekedar gaya. Yang mereka fahami hanyalah, bahwa rokok 5. Keterbatasan penelitian lokal adalah satu produk legal. Mereka tak terhadap berbagai dampak rokok menyadari bahwa dibalik kata ”sekedar terhadap kehidupan berbagai gaya” tersebut tersembunyi ancaman segmen warga masyarakat. bahaya racun tembakau dan berbagai Kebanyakan hasil penelitian tentang dampak ikutannya di bidang moral, berbagai dampak tembakau masih produktivitas, kesehatan dan sosial lebih banyak hasil penelitian di luar ekonomi lain. Bahaya racun tembakau negeri. Penelitian mengenai misalnya tidak hanya berdampak oleh perokok dampak asap rokok orang lain (AROL), nya itu sendiri, tetapi juga mengancam dampak rokok terhadap wanita dan kesehatan orang lain di sekitarnya remaja atau balita, kehidupan petani yang menghisap AROL. Bahwa rokok tembakau yang selalu dijadikan garda dikenakan cukai mengisyaratkan, depan industri rokok dan sebagainya bahwa rokok adalah produk legal yang belum banyak dilakukan. tidak normal. Permasalahan berupa lemahnya F. PENGENDALIAN TEMBAKAU SE- kesadaran dan pemahaman bahaya BAGAI PERWUJUDAN KEWAJIBAN rokok pada masyarakat diakibatkan Negara DALAM PERLINDUNGAN karena kurangnya sosialisasi bahaya HAK ATAS KESEHATAN DAN rokok terhadap kesehatan. Lembaga LINGKUNGAN YANG SEHAT atau gerakan pengendalian tembakau di Indonesia terhitung sangat banyak, f.1. Landasan Normatif akan tetapi, lembaga atau gerakan ini belum tersistematis antar satu lembaga Ketentuan hukum dalam Perundang- dengan lembaga lainnya. Hal ini undangan Indonesia yakni dalam menyebabkan sistem gerakan menjadi Undang-undang Nomor 39 tahun sporadis dan program pengendalian 1999 tentang Hak Asasi Manusia konsumsi tembakau di Indonesia kurang menyatakan bahwa ‘perlindungan, menyeluruh. Beberapa sistem gerakan pemajuan, penegakan, dan pemenuhan masuk ke dalam ranah pembentukan Hak Asasi Manusia terutama menjadi regulasi, akan tetapi sistem gerakan tanggung jawab pemerintah’.5 Dengan dalam promosi dan pemberdayaan demikian, hukum nasional Indonesia masyarakat menjadi sangat kurang. menempatkan negara sebagai

Ketimpangan atau kesenjangan ini 5 Pasal 8 Undang-Undang No. 39 tahun1999 tentang memunculkan kelemahan-kelemahan Hak Asasi Manusia

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 112 penanggung jawab utama pelaksanaan respect) dan kewajiban untuk menjamin hak asasi manusia. (to ensure). Kewajiban menghormati Hukum internasional Hak Asasi (to respect) berarti bahwa negara harus Manusia juga menempatkan negara menahan diri (refrain) untuk membatasi dalam hal ini, pemerintah sebagai pelaksanaan hak dalam hal pembatasan penanggung jawab utama hak asasi hak tersebut dinyatakan secara jelas manusia. Kovenan Internasional tidak diperbolehkan.7Dengan demikian, Hak Sipil dan Politik dan Kovenan kewajiban ini bersifat negatif. Dalam Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan hal ketentuan tertentu mengenai hak Budaya menyatakan dalam Pasal 2 terkait, maka diperbolehkan adanya Bersama dari kedua Kovenan tersebut pembatasan. Namun negara harus kewajiban Negara Pihak untuk memperlihatkan adanya kebutuhan melaksanakan ketentuan yang ada untuk membatasi hak tersebut dan 6 dalam Kovenan di wilayah mereka. langkah pembatasan hanya dan Indonesia telah mengesahkan hanya diperbolehkan apabila bersifat Kovenan Internasional tentang Hak Sipil proporsional dan sesuai dengan tujuan dan Hak Politik melalui UU No. 12 Tahun yang sah (legitimate). Pembatasan 2005. Dengan demikian, Indonesia terhadap hak juga tidak boleh terikat secara hukum dengan ketentuan diberlakukan apabila akan mengurangi Kovenan tersebut. Secara khusus Pasal inti dari hak yang dilindungi Kovenan.8 2(1) Kovenan Internasional Hak Sipil Sementara itu, kewajiban untuk dan Politik menyatakan bahwa Setiap menjamin (to ensure) adalah kewajiban Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji yang bersifat positif (positive duty) untuk menghormati dan menjamin yang mengandung dua jenis kewajiban hak yang diakui dalam Kovenan ini yaitu kewajiban untuk melindungi (to bagi semua individu yang berada di protect) dan kewajiban untuk memenuhi dalam wilayahnya dan berada di bawah (to fulfill). Kewajiban untuk melindungi yurisdiksinya, tanpa pembedaan jenis (to protect) adalah kewajiban negara apapun, seperti ras, warna kulit, jenis untuk melindungi termasuk melindungi kelamin, bahasa, agama, pandangan hak dari intervensi pelaku non-negara politik atau pandangan lainnya, asal- usul kebangsaan atau sosial, hak milik, (private interference). Dalam hal ini status kelahiran atau status lainnya. termasuk pula kewajiban negara untuk Pasal 2(1) tersebut menegaskan mangambil langkah-langkah yang adanya dua jenis kewajiban negara 7 Nowak, hal. 37. Lihat pula Laporan Komnas HAM dalam hak sipil dan politik, yaitu mengenai Perda Tibum. 8 CCPR/C/21/Rev.1/Add.13, General Comment No. kewajiban untuk menghormati (to 31 [80] Nature of the General Legal Obligation Imposed on States Parties to the Covenant, http:// 6 Lihat Kovenan Internasional Hak-hak ekonomi, www.unhchr.ch/tbs/doc.nsf/(Symbol)/CCPR.C.21. sosial dan Budaya, dan Kovenan Internasional Hak- Rev.1.Add.13.En?Opendocument, diakses pada 23 hak Sipil dan Politik. Oktober 2008, paragraph 6.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 113 perlu -apabila langkah lain dianggap dikurangi dalam keadaan apapun’. tidak memadai- misalnya melakukan 12 Dengan demikian, hak beragama kriminalisasi atas beberapa tindakan merupakan salah satu hak yang yang dianggap dapat mengancam tidak dapat dikurangi dalam keadaan pelaksanaan hak9 . Dengan demikian, apapun. Menurut Konstitusi Indonesia, kewajiban negara juga mempunyai hak beragama merupakan non- efek horizontal di mana negara derograble right. Bahwa hak beragama harus mengambil langkah untuk dan berkeyakinan merupakan non- melaksanakan due diligence untuk derogable rights juga ditegaskan dalam mencegah, menghukum, menyelidiki Pasal 4 UU No. 39/1999 tentang dan memulihkan kerusakan (harm) Hak Asasi Manusia. Pasal tersebut yang disebabkan oleh orang atau pun menyatakan: Hak untuk hidup, hak entitas swasta.10 untuk tidak disiksa, hak kebebasan Sementara itu, kewajiban untuk pribadi, pikiran dan hati nurani, hak memenuhi lebih jauh mengandung beragama, hak untuk tidak diperbudak, dua jenis kewajiban pula yaitu untuk hak untuk diakui sebagai pribadi dan memudahkan (facilitate) dinikmatinya persamaan dihadapan hukum, dan hak hak yang ada dalam Kovenan serta untuk tidak dituntut atas dasar hukum kewajiban untuk menyediakan yang berlaku surut adalah hak asasi (provide) berbagai pelayanan yang manusia yang tidak dapat dikurangi dibutuhkan.11 dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. 13 f.2. Pembatasan Hak dan Perlindungan Pasal 28 J (2) Konstitusi Indonesia Hak Atas Kesehatan dan Hak Atas menyatakan bahwa “dalam Lingkungan yang Sehat menjalankan hak dan kebebasannya, Pasal 28 I UUD 1945 menyatakan setiap orang wajib tunduk kepada ‘Hak untuk hidup, hak untuk tidak pembatasan yang ditetapkan dengan disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan undang-undang dengan maksud hati nurani, hak beragama, hak untuk semata-mata untuk menjamin tidak diperbudak, hak untuk diakui pengakuan serta penghormatan sebagai pribadi dihadapan hukum, dan atas hak dan kebebasan orang lain hak untuk tidak dituntut atas dasar dan untuk memenuhi tuntutan yang hukum yang berlaku surut adalah adil sesuai dengan pertimbangan hak asasi manusia yang tidak dapat moral, nilai- nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu 9 Nowak, hal. 37-39. CCPR GC, paragraph 8. Lihat pula Laporan Kajian Komnas HAM tentang Perda Tibum masyarakat demokratis”. Dengan 10 ICCPR, GC 31, Para 8 . 11 Nowak, hal. 37-39. CCPR GC, paragraph 8. Lihat pula 12 Lihat Pasal 28 I, UUD 1945, Amendemen II, 2000. Laporan Kajian Komnas HAM tentang Perda Tibum. 13 Lihat Pasal 4 UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 114 demikian kebebasan mengekspresikan yang ada dalam Kovenan. Pasal 5 (1) agama dan keyakinan seseorang atau ini juga untuk menguatkan bahwa kelompok orang dihadapan publik Kovenan tersebut haruslah didudukkan yang dapat dibatasi melalui prinsip- pada maksudnya serta untuk melindungi prinsip tertentu inilah yang merupakan terhadap penafsiran yang salah terhadap kategori hak eksternum. ketentuan mana pun dari Kovenan Dalam hukum internasional, dianut yang digunakan untuk membenarkan ketentuan bahwa pada dasarnya tidak adanya pengurangan hak mana pun boleh adanya pengurangan hak, kecuali yang diakui dalam Kovenan atau atas kondisi tertentu. Hal ini tercantum pembatasan hak mana pun pada dalam Pasal 5 Bersama Kovenan tingkat yang lebih jauh daripada yang Internasional Hak Sipil dan Politik Pasal ditentukan oleh Kovenan.15 tersebut menyatakan:14 Tidak ada satu Pasal 18 ICCPR mengizinkan adanya ketentuan pun dalam Kovenan ini yang pembatasan terhadap kebebasan untuk dapat ditafsirkan sebagai memberikan menjalankan agama atau kepercayaan secara langsung kepada suatu negara, seseorang hanya jika pembatasan kelompok atau perseorangan hak untuk tersebut diatur oleh ketentuan hukum melakukan kegiatan atau tindak apa pun dan diperlukan untuk melindungi yang bertujuan untuk menghancurkan keamanan, ketertiban, kesehatan hak atau kebebasan yang diakui dalam atau moral masyarakat, atau hak Kovenan ini, atau untuk membatasi hak dan kebebasan mendasar orang lain. dan kebebasan itu lebih besar daripada Komentar Umum No.22 selanjutnya yang ditentukan dalam Kovenan ini. menjelaskan bahwa dalam mengartikan Tidak satupun pembatasan ruang lingkup ketentuan pembatasan atau pengurangan atas hak-hak asasi yang diizinkan, Negara-Negara Pihak manusia yang mendasar yang diakui harus memulai dari kebutuhan untuk atau berada di negara manapun melindungi hak-hak yang dijamin oleh berdasarkan kekuatan hukum, Kovenan, termasuk hak atas kesetaraan konvensi, peraturan atau kebiasaan, dan nondiskriminasi di bidang apa pun akan dapat diterima, dengan alasan sebagaimana ditentukan di pasal 2, bahwa Kovenan ini tidak mengakui pasal 3, dan pasal 26 ICCPR.16 hak-hak tersebut, atau mengakuinya Komentar Umum No. 22 namun tidak sepenuhnya. Ketentuan ini menjelaskan bahwa pembatasan yang dimaksudkan untuk mencegah adanya diterapkan harus dijamin oleh hukum penyalahgunaan baik oleh negara atau 15 Lockwood B.B., Jr, Finn, J., dan Jubinsky G., “Working penduduknya atas hak-hak apa pun Paper for the Committee of Experts on Limitation Provisions”, dalam Human Rights Quarterly, Volume 14 Lihat Pasal 5 ICCPR. Lihat juga Laporan Kajian Perda 7, hal. 36-37. Lihat juga Laporan Kajian Perda Tibum Tibum Komnaas HAM, 11 Februari 2008. Komnas HAM, 11 Februari 2008. 16 Komentar Umum No. 22, para 8.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 115 dan tidak boleh diterapkan dengan perilaku industri. Namun perjanjian- cara-cara yang dapat melanggar hak- perjanjian tersebut tidak memiliki hak yang dijamin di pasal 18. Komite preseden dan pengaturan terhadap mengamati bahwa ayat 3 pasal 18 harus isu pengendalian tembakau. Bahkan diartikan secara tegas: pembatasan pada perjanjian mengenai pemenuhan tidak dibolehkan berdasarkan hal-hal kesehatan masyarakat sekalipun tidak yang tidak dinyatakan dalam pasal selalu pasti menghasilkan pelaksanaan tersebut, walaupun jika alasan tersebut ukuran-ukuran pengendalian tembakau diperkenankan sebagai pembatasan yang efektif. Sebagai contoh adalah terhadap hak-hak lain yang dilindungi Organisasi Buruh Internasional (ILO) oleh Kovenan, seperti misalnya yang memiliki hampir 200 perjanjian keamanan nasional. Pembatasan- internasional mengenai pekerja dan pembatasan dapat diterapkan hanya keamanan tempat kerja, tidak ada satu untuk tujuan-tujuan sebagaimana yang pun yang mensyaratkan tempat kerja telah diatur serta harus berhubungan yang bebas asap rokok. langsung dan sesuai dengan kebutuhan Namun demikian ada beberapa khusus yang sudah ditentukan. lembaga PBB yang membuat beberapa Pembatasan tidak boleh diterapkan rekomendasi yang menjadi perjanjian untuk tujuan-tujuan yang diskriminatif internasional. Sebagai contoh pada atau diterapkan dengan cara yang tahun 1992 Organisasi Penerbangan diskriminatif.17 Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization) menginisiasi G. Ketentuan Hukum Upaya Pemenuhan standar yang mendorong negara- Hak Atas Kesehatan (Termasuk Di negara anggota untuk membatasi dalamnya Proteksi terhadap Asap perilaku merokok dalam seluruh Rokok) perjalanan udara yang kemudian berlanjut dengan mengadopsi resolusi g.1. Internasional yang mendesak negara-negara tersebut Di tingkat internasional, terdapat dan maskapai-maskapai penerbangan kurang lebih 15 perjanjian yang untuk melarang merokok di dalam memiliki muatan isu hak atas kesehatan seluruh penerbangan. sebagai bagian dari hak asasi manusia, Beberapa perjanjian internasional kemiskinan, pengembangan ekonomi, memberikan landasan pentingnya gender, lingkungan kerja yang aman, pengendalian tembakau sebagai pertanian tembakau, reformasi lahan, instrumen perlindungan Hak Asasi dan hutang; kerawanan pangan; pekerja Manusia khususnya Hak Kesehatan. anak; kerusakan lingkungan hidup; dan Deklarasi Umum HAM pasal 25 17 Komentar Umum No. 22, para 8.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 116

TABEL 4: Perjanjian dan Kesepakatan Internasional yang terkait dengan Pengen- dalian Tembakau (Tobacco Atlas 2010).

No Tahun Perjanjian Internasional Pasal yang terkait pengendalian tembakau

1. 1948 Deklarasi UN Universal Pasal 25: Setiap orang memiliki hak untuk mendapat- pada Hak Asasi Manusia kan kehidupan untuk hidup layak dan sehat untuk dirinya dan termasuk keluarga. 2. 1957 Perjanjian Roma Masyarakat Eropa diberikan mandat untuk mendapat- kan derajat perlindungan kesehatan masyarakat yang tinggi. 3. 1959 Konvensi UN untuk Hak Mempertahankan hak sehat untuk anak-anak. Anak 4. 1966 Perjanjian Internasional Referensi memiliki hak untuk situasi kerja yang aman untuk Ekonomi, Sosial dan sehat. dan Hak Budaya 5. 1966 Perjanjian Internasional Pasal 19: Mempertahankan pembatasan kebebasan pada Hak Sipil dan Politik berbicara dalam hal kesehatan publik. (ICCPR) 6. 1979 Konvensi untuk Meng- Pasal 11: Mempertahankan hak kesehatan untuk hilangkan Diskriminasi perempuan, termasuk hak dalam perlindungan Perempuan (CEDAW) kesehatan dan keamanan saat bekerja. 7. 1995 World Trade Organization Pembukaan: Diganti dengan Kesepakatan Umum 1947 (WTO) pada Tarif dan Perdagangan (GATT). Secara umum, liberalisasi perdagangan, tanpa perlindungan, dapat meningkatan penggunaan tembakau di negara ber- pendapatan rendah dan menengah. 8. 1995 Perjanjian WTO terhadap Memperbolehkan anggota WTO dapat mengadopsi Perdagangan yang ber- program yang dibutuhkan untuk melindungi kesehatan hubungan dengan Aspek masyarakat Intellectual Property Rights (TRIPS) 9. 1995 Perjanjian WTO pada Memperbolehkan anggota WTO untuk memastikan Hambatan teknis pada bahwa semua peraturan teknis tidak lebih dari perda- Perdagangan (Perjanjian gangan terbatas yang diperlukan untuk mendapat- TBT) kan tujuan yang sah seperti perlindungan kesehatan manusia. 10. 1995 WTO General Agreement Menyatakan bahwa tidak akan ditafsirkan untuk on Trade and Services melindungi dari adopsi atau penegakan tindakan yang (GATS) dibutuhkan untuk melindungi manusia, hewan atau tanaman hidup atau kesehatan. 11. 1995 Perjanjian WTO pada Mencakup semua produk pertanian, termasuk tem- Pertanian bakau, dan semua akses pasar, dukungan domestik dan subsidi ekspor.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 117

12. 1995 Perjanjian WTO pada Digunakan untuk subsidi tembakau mentah dan mem- Subsidi dan pengukuran berikan anggota WTO alur untuk mencari menghilang- tandingan (SCM) kan subsidi atau memberikan tugas-tugas tandingan. 13. 2003 Norma-norma UN pada Perusahaan transnasional dan bisnis lainnya tidak di- tanggung jawab ats peru- perbolehkan untuk “memproduksi, mendistribusi, me- sahaan transnasional dan masarkan atau mengiklankan produk yang berbahaya perusahaan bisnis lainnya atau memiliki potensi yang berbahaya saat digunakan yang berhubungan deng- oleh konsumen” an Hak Asasi Manusia 14. 2005 WHO Kerangka Kon- Perjanjian yang berisi sepenuhnya mengenai pengen- vensi pada Pengendalian dalian tembakau. Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control) 15. 2011 Pertemuan UN Tingkat • Hanya 28 sesi khusus sejak 1945, dan sebelumnya Tinggi pada Penyakit ada satu sesi tentang kesehatan (AIDS). Tidak Menular • 34 pemimpin dunia menghadiri pertemuan. (NCDs) • Persetujuan untuk menghadapi permasalahan besar dunia , NCDs, telah disetujui oleh semua anggota dunia. • Aliansi NCD terbentuk dari empat federasi yang menyatukan lebih dari 2.000 organisasi

Langkah selanjutnya: • WHO, sebagai sekretariat, mempersiapkan langkah selanjutnya (termasuk rekomendasi untuk target global, merencanakan untuk melakukan aliansi dengan agen-agen UN, dsb) • Negara-negara untuk mengembangkan kebijakan NCD pada tahun 2013 • Masyarakat sipil mendukung dengan berbagai cara menyatakan bahwa setiap orang dalian tembakau adalah Framework memiliki hak terhadap standar Convention on Tobacco Control (FCTC) kehidupan yang layak untuk kesehatan yang mulai diberlakukan sejak tahun dan kesejahteraan diri dan keluarga. 2005. FCTC sudah diratifikasi oleh 175 Penekanan terhadap hak kesehatan juga negara anggota WHO yang meliputi terdapat dalam perjanjian internasional 87,4 % penduduk dunia dalam 7 tahun. terkait HAM yang lain seperti Perjanjian Roma, Konvensi PBB tentang Hak Sehingga sejauh ini FCTC merupakan Anak, Konvensi Internasional untuk hak perjanjian internasional yang paling Ekosob, Konvensi Hak Sipil dan Politik cepat diadopsi oleh dunia internasional dan konvensi penghapusan diskriminasi sepanjang sejarah PBB. terhadap perempuan (selengkapnya lihat WHO memformulasikan praktik tabel). Perjanjian internasional yang terbaik dari FCTC dalam paket seluruhnya dicurahkan untuk pengen- MPOWER yang terdiri dari:

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 118

• MONITOR TOBACCO USE: Student Survey (GHPSS) dan Global memonitor penggunaan rokok Adult Tobacco Survey (GATS).19 • PROTECT PEOPLE FROM Beberapa negara yang telah TOBACCO SMOKE: melindungi menerapkan MPOWER telah masayarakat dari paparan asap menunjukkan keberhasilan dalam rokok orang lain (kawasan tanpa melindungi masyarakatnya dari bahaya rokok) rokok. • OFFER HELP TO QUIT TOBACCO Pengembangan Kawasan Tanpa USE: membantu berhenti merokok Rokok adalah salah satu praktik terbaik • WARN ABOUT THE DANGERS OF yang sudah diterapkan hampir di TOBACCO: Peringatan kesehatan seluruh dunia. Kawasan Tanpa Rokok bergambar dan iklan layanan diterapkan di tempat-tempat publik tentang bahaya merokok sebagai wujud perlindungan dari • ENFORCE BANS ON TOBACCO paparan asap rokok orang lain seperti di ADVERTISING, PROMOTION AND fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, SPONSORSHIP : larangan iklan, tempat ibadah, tempat bermain anak, sponsor dan promosi produk rokok angkutan umum, tempat kerja dan • RAISE TAX ON TOBACCO tempat umum lainnya. Penerapan PRODUCT : Menaikkan harga jual Kawasan Tanpa Rokok didukung oleh rokok melalui kenaikkan cukai masyarakat dan meningkat dengan signifikan di seluruh dunia. Saat ini telah dikembangkan Global Di Asia Tenggara seluruh anggota Tobacco Surveillance System (GTSS) ASEAN sudah menerapkan Kawasan untuk meningkatkan kapasitas negara- Tanpa Rokok. Singapura adalah contoh negara di dunia dalam merancang, terbaik yang telah mulai menerapkan melaksanakan dan mengevalusai sejak tahun 1970 dengan melarang intervensi dalam pengendalian merokok di omnibus, bioskop dan teater tembakau dan juga memonitor (tempat pertunjukkan). Saat ini dengan poin-poin kunci dalam FCTC dan UU Larangan Merokok di Tempat- paket MPOWER.18 GTSS juga untuk tempat tertentu seluruh tempat umum memonitor perkembangan konsumsi di Singapura bebas asap rokok termasuk tembakau dan mengembangkan tempat-tempat hiburan dan angkutan pertukaran informasi kesehatan umum. Perokok yang merokok di terutama dalam masalah pengendalian Kawasan Tanpa Rokok akan dikenai tembakau dari seluruh dunia. GTSS denda oleh pengadilan hingga $10.000. terdiri dari Global Youth Tobacco Survey Singapura sangat ketat dalam mengatur (GYTS), Global Health Professions hal ini karena memiliki visi untuk menjadi

18 http://www.cdc.gov/tobacco/global/gtss/index. 19 http://www.searo.who.int/en/Section2666/ htm. Section2670_15825.htm.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 119

TABEL 5: Data Larangan Merokok di Dalam Restoran di Dunia REGION 2008 2010 AMERIKA 17% 26% EROPA 15% 25% MEDITERANIA TIMUR 14% 23% AFRIKA 9% 15% PASIFIK BARAT 19% 22% ASIA TENGGARA 9% 27% Sumber: Dikutip dari Tobacco Atlas edisi 4, 2010, hal 71 negara bebas rokok dengan berbagai media percetakan termasuk yang kebijakan pengendalian tembakau. menggunakan merk dan logo produk Singapura mampu menurunkan tembakau.22 prevalensi perokok dari 20% (37% laki- Peringatan bergambar pada bungkus laki, 3% perempuan) pada tahun 1984 rokok merupakan cara efektif untuk menjadi 12,6% (21,9 % laki-laki, 3,4% menyampaikan bahaya merokok. Saat perempuan) pada tahun 2004. 20 ini sudah 47 negara di dunia yang Salah satu praktik terbaik dalam menerapkan peringatan bergambar pengendalian tembakau adalah pada bungkus rokok. Australia adalah pelarangan iklan, sponsor dan promosi negara dengan peringatan bergambar rokok. Hingga tahun 2010, sudah paling besar dengan 82,5% (75% 60% dari negara di dunia yang telah didepan, 90% di belakang), disusul menerapkan pengaturan terhadap oleh Uruguay 80 % (80 % di depan usaha promosi industri tembakau dan belakang). Sementara di negara ASEAN sudah 55 negara di dunia yang melarang baru Malaysia 50% (40% depan, 60% iklan langsung di internet.21 Di negara belakang), Thailand 55% (55% depan ASEAN, Malaysia merupakan salah satu belakang), Singapura 50% (50% contoh dalam pengaturan iklan, promosi depan belakang) dan Brunei 50% dan sponsorship rokok. Dalam Peraturan (50% depan belakang). Sedangkan Pengendalian Tembakau tahun 2004 Phillipina sudah menerima peraturan Malaysia melakukan pelarangan tentang peringatan bergambar namun berbagai macam kegiatan dan promosi belum melaksanakannya.23 Baru-baru produk tembakau dalam seluruh media ini Brunei memperbesar peringatan termasuk iklan, media cetak, film dan kesehatan bergambarnya menjadi video, promosi sampel produk, hadiah 22 Malaysia Report Card : Status f Tobacco Use and Its berupa produk tembakau, dan semua Control, SEATCA 2008. 23 http://www.seatca.org/index.php?option=com_co 20 Prottecting the Right to Life, SEATCA hal 14 – 15. ntent&view=section&layout=blog&id=22&Item 21 Tobacco Atlas edisi 4, 2010, hal 79. id=76.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 120

75 % sehingga menjadi negara yang disahkan pada 8 November 2001. ASEAN dengan persentase peringatan Saat ini pajak tersebut menyediakan bergambar paling besar di asia.24 dana untuk promosi kesehatan sebesar Praktik lain yang efektif untuk $100 juta setiap tahunnya.27 Selain mengurangi konsumsi tembakau memberlakukan cukai rokok yang adalah menaikkan cukai. Menaikkan tinggi, Thailand juga memberlakukan cukai meningkatkan pendapatan dan larangan iklan, sponsor dan promosi mendorong orang untuk berhenti atau rokok di berbagai media termasuk di TV, mengurangi konsumsi rokok. Hingga radio, media cetak, billboard dan iklan tahun 2010 sudah 166 negara anggota luar ruang, point of sale dan internet; WHO yang telah menerapkan kebijakan Memberlakukan kawasan tanpa rokok baru mengenai cukai tembakau di berbagai fasilitas publik seperti dan 27 di antaranya menggunakan fasilitas kesehatan, pendidikan, kantor sebagiannya untuk tujuan kesehatan.25 dan angkutan umum. Thailand juga Di tingkat ASEAN, Thailand adalah memberlakukan peringatan bergambar salah satu negara yang bisa dijadikan di bungkus rokok sebanyak 55 % di contoh dalam penggunaan cukai untuk bungkus depan dan belakang.28 pengendalian tembakau. Thailand berhasil menurunkan prevalensi g.1. Nasional perokok hingga 11% dalam kurun waktu 1991-2009. Jumlah Perokok Regulasi pengendalian tembakau Thailand menurun dari 32% pada tahun di tingkat nasional mulai muncul pada 1991 menjadi 20,7% pada tahun 2009. tahun 2009 yang berasal dari hasil Ini ada kaitannya dengan kenaikan amandemen Undang-Undang (UU) harga cukai rokok dari 55% pada Kesehatan yang lama, yaitu UU No. 23 tahun 1991 menjadi 85 % pada tahun Tahun 1992 menjadi UU No. 36 Tahun 2009. Penerimaan negara dari cukai 2009. Perubahan yang dilakukan pada pun meningkat dari 15,9 Miliar Baht UU Kesehatan No 23 Tahun 1992 salah pada tahun 1991 menjadi 43,91 Miliar satunya terletak pada pengendalian Baht pada tahun 2009.26 Thailand juga tembakaunya, di mana UU No.36 menggunakan 2% dari pendapatan Tahun 2009 menyebutkan tembakau cukai rokok dan alkohol untuk masuk dalam salah satu zat adiktif pada promosi kesehatan melalui Thai Health Pasal 113 ayat (2): Zat adiktif sebagaimana dimaksud Promotion Foundation Act B.E. 2544 pada ayat (1) meliputi tembakau, 24 http://www.seatca.org/index.php?option=com_co produk yang mengandung tembakau, ntent&view=article&id=1170:health-warning- labels-on-brunei-cigarette-packs-to-be-asias- padat, cairan, dan gas yang bersifat biggest&catid=123:general-news. 25 Tobacco Atlas edisi 4, 2010, halaman 81. 27 Thailand Tax Report Card 2010, SEATCA hal 11. 26 Thailand Tax Report Card 2010, SEATCA hal 20. 28 WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2011 available from: http://who.int/tobacco.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 121 adiktif yang penggunaannya dapat anak bermain; (4) tempat ibadah; (5) menimbulkan kerugian bagi dirinya angkutan umum; (6) tempat kerja; dan dan/atau masyarakat sekelilingnya. (7) tempat umum dan tempat lainnya Pada UU No.23 Tahun 1992, yang ditetapkan. Pada penjelasan tembakau secara implisit tidak disebutkan bahwa khusus tempat kerja disebutkan sebagai zat adiktif pada (6) dan tempat umum serta tempat pasal 44 ayat 1-3, yaitu: lainnya (7) dapat menyediakan tempat (1) Pengamanan penggunaan bahan khusus untuk merokok. yang mengandung zat adiktif Turunan dari UU No.23 Tahun 1992 diarahkan agar tidak mengganggu adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. dan membahayakan kesehatan 81 Tahun 1999 mengenai Pengamanan perorangan, keluarga, masyarakat, Rokok bagi Kesehatan. PP No.81 tahun dan lingkungannya. 1999 mengamankan rokok dengan (2) Produksi, peredaran, dan pengaturan: kadar kandungan nikotin penggunaan bahan yang dan tar; persyaratan produksi dan mengandung zat adiktif harus penjualan rokok; persyaratan iklan dan memenuhi standar dan atau promosi rokok; dan penetapan kawasan persyaratan yang ditentukan tanpa rokok. Akan tetapi, pada PP No. (3) Ketentuan mengenai pengamanan 81 ini tidak mendukung penjaminan bahan yang mengandung zat adiktif warga negara mendapatkan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat yang paling tinggi dan hak perlindungan (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan dari bahaya asap rokok untuk Peraturan Pemerintah. perempuan, wanita hamil dan anak- anak. Hal ini dapat dibuktikan dengan Oleh karena itu, perubahan UU pada beberapa kelemahan perlindungan tahun 2009 ini telah meningkatkan hukum, yaitu tidak adanya pelarangan perlindungan kesehatan warga negara penjualan kepada anak-anak di bawah Indonesia terhadap bahaya rokok. 18 tahun dan diperbolehkannya Penjaminan hak kesehatan dan hak penjualan rokok dengan mesin layan diri perlindungan perempuan dan anak- di beberapa tempat. Selain itu, kawasan anak disebutkan juga pada UU No.36 dilarang merokok di angkutan umum, Tahun 2009 ini pada pasal 115 dan hanya dipisahkan saja dan berada di pasal 199 ayat (2) mengenai Kawasan tempat angkutan yang sama serta hanya Tanpa Rokok dan ketentuan pidana jika dilengkapi dengan alat penghisap udara melanggarnya. Kawasan Tanpa Rokok di kawasan merokoknya. yang dimaksud, terdiri dari (1) fasilitas Perubahan dan penambahan PP pelayanan kesehatan; (2) tempat No.81 Tahun 1999 menjadi PP No.38 proses belajar mengajar; (3) tempat Tahun 2000 yang tidak berpihak dalam

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 122 pengamanan rokok bagi kesehatan 4 tahun UU disahkan, Rancangan warga negara adalah pada pasal 39 Peraturan Pemerintah yang dikenal ayat (2) yang justru memperlama dengan RPP Pengamanan Bahan Yang waktu pemberlakuan persyaratan kadar Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk maksimum kandungan nikotin dan tar Tembakau Bagi Kesehatan masih belum menjadi 7 tahun dari pemberlakuan disahkan meskipun sudah melalui PP ini. Kandungan nikotin dan tar berbagai macam forum koordinasi yang tidak segera diberlakukan akan dan harmonisasi dengan berbagai mengakibatkan perokok semakin kementerian dan organisasi masyarakat mencandu dan mengakibatkan kematian baik yang mendukung perlindungan yang lebih cepat karena penyakit- kesehatan masyarakat maupun industri penyakit yang dikarenakan rokok. Lebih dan petani tembakau. dari itu, perubahan PP No.38 Tahun Rancangan Peraturan Pemerintah 2000 menjadi PP No.19 Tahun 2003 turunan dari pasal 116 UU no 36 tahun didapati pada pasal 32 menunjukkan 2009 lebih kuat dalam melindungi hak agar pemerintahan pusat dan daerah kesehatan masyarakat dari bahaya melakukan pembinaan atas pelaksanaan asap rokok, termasuk penekanan pengamanan rokok bagi kesehatan perlindungan kepada anak dan ibu dengan mendorong dan menggerakkan hamil. Ini sejalan dengan perlindungan melalui penciptaan produk rokok yang hak sehat untuk anak dan perempuan memiliki risiko kesehatan seminimal yang ditegaskan dalam Konvensi PBB mungkin. Pasal ini menyatakan bahwa tentang Hak Anak dan Konvensi Untuk rokok diperbolehkan dan diharapkan Menghilangkan Diskriminasi kepada mencari solusi rokok yang sehat. Hal perempuan (CEDAW). RPP mensyaratkan ini akan berdampak buruk kepada peringatan kesehatan dalam bentuk kesehatan masyarakat karena hal gambar di bungkus rokok yang akan sebenarnya bahwa tidak ada rokok yang dengan lebih efektif menekan perokok membuat orang sehat. pemula untuk mulai merokok. RPP juga Gerakan masyarakat menilai bahwa melarang penggunaan kata-kata seperti UU No. 23 Tahun 1992 dan PP No.19 “Light”, ”Ultra Light”, ”Mild”, ”Extra Tahun 2003 tidak dapat melindungi dan Mild”, ”Low Tar”, “Slim”, “Special”, menjamin kesehatan warga negaranya “Full Flavour”, ”Premium” secara keseluruhan, sehingga diper- yang dapat lukan amandemen yang akhirnya mengaburkan peringatan kesehatan memunculkan UU No. 36 Tahun 2009. tentang bahaya rokok dan juga melarang Dalam UU 36 tahun 2009 disebutkan penjualan rokok kepada anak di bawah bahwa Peraturan Pemerintah mengenai 18 tahun dan perempuan hamil. pengendalian produk tembakau harus Pengaturan lain di RPP tembakau dikeluarkan satu tahun setelah UU adalah perlindungan yang lebih kuat disahkan. Namun hingga setelah hampir terhadap para perokok pasif dari

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 123 asap rokok orang lain. Meskipun Pembentukan Peraturan di tingkat masih membolehkan penyediaan daerah patut mendapatkan apresiasi. tempat khusus merokok namun RPP Pengaturan tersebut adalah salah satu mensyaratkan berada berhubungan pengejawantahan kewajiban negara langsung dengan udara bebas dan di luar untuk menghormati, melindungi, dan kawasan tanpa rokok. Hal ini merupakan memenuhi Hak Atas Kesehatan yang pengaturan yang lebih maju terhadap merupakan bagian dari Hak Asasi hak kesehatan masyarakat dari paparan Manusia. Meskipun, pembentukan asap rokok orang lain. Sehingga dalam ketentuan hukum saja tidak cukup jika konteks perlindungan hak kesehatan tidak dibarengi dengan law enforcement masyarakat RPP Tembakau yang sedang yang memadai. diproses oleh pemerintah merupakan instrumen yang dibutuhkan dan lebih Penutup kuat dalam melindungi hak kesehatan Menelaah kondisi empiris dampak masyarakat. Namun disayangkan, negatif yang ditimbulkan oleh sampai saat ini Pengesahan RPP masih rokok bagi anak bangsa ini, maka terganjal berbagai persoalan. perlu adanya ketegasan pemerintah Pengendalian tembakau tidak untuk melakukan pengaturan yang hanya dilakukan melalui regulasi komprehensif mengenai pengendalian nasional, tapi tiap-tiap daerah juga tembakau sebagai implementasi mendukung pengendalian tembakau pemenuhan dan perlindungan hak atas dengan regulasi lokal atau daerah. kesehatan bagi warga negara sekaligus Regulasi lokal di beberapa provinsi, sebagai bukti nyata atas pelaksanaan kota maupun kabupaten dapat berupa amanah Undang-Undang Dasar Negara peraturan daerah, peraturan gubernur, Republik Indonesia 1945. peraturan walikota dan/atau peraturan Untuk melaksanakan kewajiban bupati tentang Kawasan Tanpa Rokok. negara dalam menghormati, melindungi Hal ini dikarenakan adanya inisiatif dan memenuhi hak asasi manusia, dan dukungan dari daerah untuk termasuk di dalamnya adalah hak atas melindungi masyarakat nya dari bahaya kesehatan, negara (Pemerintah) perlu rokok. Dan lebih dari itu, inisiatif daerah mengambil langkah-langkah strategis tersebut muncul karena belum adanya dan taktis dengan seoptimal mungkin regulasi di tingkat nasional yang secara menurunkan dampak buruk yang utuh melindungi dan menjamin warga ditimbulkan oleh rokok. negaranya mendapatkan derajat hidup Beberapa hal yang perlu dilakukan dan kesehatan yang terbaik. Beberapa oleh Pemerintah terkait dengan regulasi lokal atau daerah untuk pemenuhan dan perlidungan hak atas Kawasan Tanpa Rokok dapat dilihat Di kesehatan warga negara, di antaranya Tabel 6. sebagai berikut:

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 124

TABEL 6: Ketentuan Hukum di Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok

No Wilayah Regulasi Lokal 1 Kota Bogor Perda No.12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok 2 Kota Payakumbuh Perda No.15 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok 3 Provinsi DKI Jakarta Pergub DKI Jakarta No.88 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok 4 Kota Palembang Perda No. 07 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok 5 Provinsi Bali Perda No. 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok 6 Kota Surabaya Perda No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok 7 Kabupaten Sragen Perda No.1 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok 8 Kota Tangerang Perda No. 5 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Rokok 9 Kota Padang Panjang Perda No. 8 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok 10 Kota Semarang Perwali No. 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok 11 Kota Surabaya Perda No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

1. Segera mengesahkan Framework 5. Mengupayakan penurunan preva- Convention on Tobacco Control lensi perokok agar juga terjadi (FCTC). penurunan prevalensi berbagai 2. Terus mengupayakan peningkatan penyakit tidak menular yang disebabkan oleh kebiasaan merokok kesadaran ancaman bahaya dan paparan asap rokok. merokok. 6. Menyosialisasikan dan mengopti- 3. Perlunya mendorong segenap malkan usaha-usaha pemerintah pihak untuk memperluas dan daerah untuk membuat Kawasan melembagakan jejaring organisasi Tanpa Asap Rokok (KTR), misalnya pengendalian dampak tembakau memberikan insentif bagi daerah secara nasional. yang memiliki pengaturan tentang KTR. 4. Membuat sebuah penyusunan satu 7. Pemerintah terus melakukan upaya peta jalan pengendalian dampak pencapaian target penurunan tembakau yang menjadi rujukan kemiskinan dan penurunan bersama dalam upaya pengendalian kemiskinan struktural dan berbagai tembakau. target MDGs lainnya.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 125

DAFTAR PUSTAKA Centers for Disease Control and Prevention. 1998. Response to increases Albert A, Sammet J. 2003. Epidemiology in cigarette prices by race/ethnicity, of Lung Cancer. Chest. Jan;123(1 income, and age groups – United States, Suppl):21S-49S 1976–1993. Morbidity and Mortality Weekly Report, 47:605–609. Azimal. 2010. Pemerintah Indonesia Dalam Pelaksanaan FCTC. Presentasi Chonlathan Visaruthvong, 2010, Direktur Penyakit Tidak Menular Thailand Tax Report Card 2010, Kemenkes RI dalam diskusi publik FCTC Bangkok : South Eeast Asia Tobacco Muhammadiyah Control Alliance.

Badan Pusat Statistik. 2011, Keadaan Fichtenberg CM dan Glantz SA. 2002. Angkatan Kerja di Indonesia (Sakernas) Effect of smoke-free workplaces on 1996-2011. Jakarta : BPS. smoking behavior: systematic review. Britis Medical Journal, 325(7357):188. Badan Pusat Statistik. 2006. Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). FIK Uhamka, 2007, Studi Dampak Jakarta : BPS. Keterpajanan Iklan Rokok dan Kegiatan yang Disponsori Industri rokok terhadap Barber, S., dkk. 2008, Ekonomi Tembakau aspek kognitif, afektif dan Perilaku di Indonesia. Paris: International Union Merokok Remaja, Jakarta : Uhamka Against Tuberculosis and Lung Disease. Global Smoke Free Partnership. 2009. Bonat, C., ‘European Court of Human Global Voices Status Report 2009 Rights’, the Federalist Society for Law Rebutting Tobacco Industry Winning and Public Studies Smoke Free Air. dalam http://www. globalsmokefreepartnership.org/ British Medical Association (BMA). ficheiro/GV_report_09.pdf dunduh 16 2004. Smoking and Reprodutive Life. Mei 2011. Dalam http://www.bma.org.uk/images/ smoking_tcm4121289.pdf diunduh Heather Wipfli, dkk., 2008, Secondhand November 3, 2010. Smoke Exposure Among Women and Children: Evidence From 31 Countries, Center for Disease Control and American Journal of Public Health | April Prevention, Smoking and Tobacco Use, 2008, Vol 98, No. 4 dalam http://www.cdc.gov/tobacco/ global/gtss/index.htm diakses 10 Juli International Agency for Research 2012 on Cancer. 2004. IARC Monographs

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 126 on the Evaluation of Carcinogenic Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Risks to Human : Tobacco Smoke and Crop Estate Statistic of Indonesia) 2010- Involuntary Smoking Vol 83. Lyon : 2012: Tembakau, Jakarta ; Kementerian World Health Organization. Pertanian.

Indonesia Finance Today. Produksi Komnas HAM, 2008, Laporan Kajian Rokok Meningkat 9,2% di 2011, Perda Tibum Komnas HAM, Jakarta : dalam http://id.indonesiafinancetoday. Komnas HAM. com/read/21729/Produksi-Rokok- Meningkat-92-di-2011 diakses 14 Juli Lembaga Demografi FEUI, 2009. 2012. “Dampak Pengendalian Konsumsi Rokok terhadap Peningkatan Kualitas JC Keyser dan NR Juita. 2007. Hidup Manusia Indonesia Dalam Smallholder Tobacco Growing in Kaitannya dengan Pencapaian Indonesia: Cost and Profitability Millenium Development Goals compared with Other Agricultural (MDGs)”, makalah dalam Workshop Enterprises. World Bank HNP Discussion LD-FEUI 21 Juli 2009 Hotel Gran Melia Paper. Lembaga Demografi FEUI, 2009, Jha P et al. 2006. Tobacco addiction. In: “Peningkatan Cukai Tembakau dan Jamison D et al., eds. Disease control Pengentasan Kemiskinan”, Jakarta : priorities in developing countries. Makalah LD-FEUI di Hotel Borobudur. Washington DC : World Bank. Lembaga Demografi FEUI, 2009, Jha P, Chaloupka FJ, eds. 1999. “Rokok, Kemiskinan dan Kebijakan Curbing the epidemic: governments Cukai”, Jakarta : Makalah LD-FEUI. and the economics of tobacco control. Washington DC : World Bank. Lembaga Demografi FEUI, 2009, “Sosialisasi Road Map Cukai Juka, V. ”The European Court of Tembakau”, Jakarta : Makalah LD- Human Rights as a Developer of FEUI. General Doctrine of Human Rights Law, A Study of Limitations Clauses of Lembaga Demografi FEUI, 2009, the European Conventions on Human “Upaya Mengurangi Rokok Illegal di Rights” (disertasi), Tampere University Indonesia”, Jakarta ; Makalah LD-FEUI. Press, dalam http://acta.uta.fi/english/ teos.phtml?9265, diakses pada 21 Lembaga Demografi FEUI, 2010, Januari 2009. Policy Brief 2: Apa Dampak Kenaikan Cukai Tembakau terhadap kesehatan Kementerian Pertanian RI. 2011. dan penerimaan pemerintah Jika

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 127

Tingkat cukai dinaikkan hingga tingkat European Journal of Public Health. maksimum yang diperbolehkan UU 2008 October;18(5):484-90. cukai?, Jakarta : Lembaga Demografi UI. Mulcahy M et al. 2005, Secondhand smoke exposure and risk following Lockwood B.B., Jr, Finn, J., dan Jubinsky the Irish smoking ban: an assessment G., 1985, “Working Paper for the of salivary cotinine concentrations in Committee of Experts on Limitation hotel workers and air nicotine levels in Provisions”, dalam Human Rights bars. Tobacco Control, 14(6):384–388. Quarterly, Volume 7, John Hopkins University Press. Neal L. Benowitz, M. 2010. Nicotine Addiction. dari The New England Lopez ML, Herrero P, Comas A, Leijs I, Journal of Medicine : http://www.nejm. Cueto A, Charlton A, et al. 2004. Impact org/doi/full/10.1056/NEJMra0809890 of cigarette advertising on smoking diakses pada 12 August 2012. behaviour in Spanish adolescents as measured using recognition of billboard Manfred Nowak. 2005. UN Covenant advertising. European Journal of Public on Civil and Political Rights. CCPR Health. 2004 December;14(4):428-32. Commentary (2nd rev. ed.). Kehl am Rhein: Engel. Majid, E., & Alan D, L. 2003. Estimates of global mortality attributable to Oxford Business Group. 2009. Tobacco smoking in 2000. The Lancet, 362 producers roll with the times; Emerging (9387), 847-852. Markets Economic Briefings. Dalam http://www.oxfordbusinessgroup. Mardiyah Chamim. 2011. “A Giant Pack com/weekly01.asp?id=4534. Diakses of Lies; Bongkah Raksasa Kebohongan: pada 21 Juli 2009. Menyorot Kedigdayaan Industri Rokok di Indonesia”. Jakarta : KOJI & Tempo Peto, R., & Lopez, A. 2001. Critical issues Institute. in global health. New York: NY: Jossey- Bass. Michael Eriksen et all, 2012, Tobacco Atlas Fourth Edition, Singapore : S. Marks, 2003, Cigarette Excise American Cancer Society. Taxation in Indonesia, an Economic analysis, partnership for economic Moodie C, MacKintosh AM, Brown A, growth, Jakarta : BAPPENAS and Hastings GB. 2008. Tobacco Marketing AUSAID. Awareness On Youth Smoking Susceptibility And Perceived Prevalence Saffer H, Chaloupka F. 2000. The effect Before And After An Advertising Ban. of tobacco advertising bans on tobacco

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 128 consumption. Journal of Health Semba, R. D., Pee, D. S., Sun, K., Best, Econonomics, 19:1117–1137. M. C., Sari, M., & Bloem, M. W. 2008. Paternal Smoking and Increased Risk of Saffer H. 2000. Tobacco advertising Infant and Under-5 Child Mortality in and promotion. In: Jha P, Chaloupka Indonesia. AM J Public Health, 98 (10), FJ, eds. Tobacco Control In Developing 1824-1826. Countries. Oxford : Oxford University Press. Shafey, O., Eriksen, M., Ross, H., & Mackay, J. 2009. The Tobacco Atlas, SEARO WHO. 2009. Indonesia (Ages 3rd Edition. Atlanta : American Cancer 13-15) Global Youth Tobacco Survey Society. (GYTS) Fact Sheet. Dalam: http:// www.searo.who.int/LinkFiles/GYTS_ Shibuya K, Ciecierski C, Guindon E, IndonesiaFactsheet2009.pdf dunduh Bettcher D, Evans D and Murray C. 26 November 2010, 2003. WHO Framework Convention on Tobacco Control: development of South East Asia Tobacco Control an evidence based global public health Alliances, Health Warning Labels on treaty. BMJ 327;154-157. Brunei Cigarette Packs to be Asia’s Current Burden Biggest, dari http://www.seatca.org/ Soewarta Kosen, 2012. And Economic Costs of Major tobacco index.php?option=com_content&vie Attributed Diseases in Indonesia. w=article&id=1170:health-warning- Presentasi pada the 15th WCTOH, 24 labels-on-brunei-cigarette-packs-to-be- – 25 March 2012, Singapore. asias-biggest&catid=123:general-news diakses pada 13 Juli 2012 Soewarta Kosen,. 2009. Beban biaya kesehatan penyakit akibat rokok. SEATCA, 2010. Health warning labels Jakarta : Kementrian Kesehatan. on Brunei cigarette packs to be Asia’s Puslitbang Kemenkes RI. biggest, dalam http://www.seatca.org/ index.php?option=com_content&vie Stanley K. 1993. Control of Tobacco w=section&layout=blog&id=22&Item Production and Use. pp 703-724 dalam id=76 diakses 15 Juli 2012. Jamison DT, Mosley WH, Measham AR, & Bobadilla JL (Eds). Disease Control SEATCA, 2007. Prottecting the Right to Priorities in Developing Countries. Life, Bangkok : SEATCA Oxford : Oxford University Press.

SEATCA. 2008, Malaysia Report Card : Surgeon General. 2006. The health Status f Tobacco Use and Its Control, consequences of involuntary exposure Bangkok : SEATCA. to tobacco smoke: a report of the

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 129

Surgeon General. U.S Dept. of Health on States Parties to the Covenant, and Human Services. Washington: U.S diakses tanggal 13 Juli 2006, UNHCR Goverment Printing Office. : http://www.unhchr.ch/tbs/doc.nsf/ (Symbol)/CCPR.C.21.Rev.1.Add.13. T Kawague, 1994, Income and En?Opendocument Employment income and Employment Generation from Agricultural United Nations, Komentar Umum no. Processing and Marketing at Village 14 ICESCR tentang Hak atas Standar level : A Study in upland Java, Kesehatan Tertinggi yang dapat dalam Von Braun, J Kennedy E, eds. dijangkau Agricultural Commercialization, Eco- nomic Development and Nutrition, United Nations, Komentar Umum No. International Food and Policy Research 22 International Covenant on Civil and Institute. Political Rights (ICCPR).

The Johannesburg Principles on National United Nations, International Covenant Security, 1996. Freedom of Expression on Civil and Political Rights (ICCPR). and Access to Information, Freedom of Expression and Access to Information, Undang-undang No. 39 tahun 1999 E/CN.4/1996/39. tentang Hak Asasi Manusia

The Siracusa Principles on The Undang Undang Dasar Negara Republik Limitation and Derogation Provisions Indonesia tahun 1945, Amendemen II, In The International Covenant on Civil 2000 and Political Rights, E/CN.4/1985/4. Van Walbeek C., 2003, Tobacco excise Tobacco free Initiative. 1999. taxation in South Africa: tools for International consultation on advancing tobacco control in the XXIst enviromental tobacco smoke and child century: success stories and lessons health. Dalam: http://www.who.int/ learned. Geneva, : World Health tobacco/research/en/ets_report.pdf Organization. diunduh pada 2 November 2010. Wahyu W. Basjir, & Tim Kretek, 2010. Tobacco Free Kid. 2010. Tobacco Free “Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota”. Kid Newstletter vol 3 no. 1, Tobacco Jakarta : Indonesia Berdikari Free Kid World Health Organizations, 2001, United Nations, 2004, General Advancing Knowledge on Regulating Comment No. 31 [80] Nature of the Tobacco Product, Geneva: World General Legal Obligation Imposed Health Organizations

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 130

World Health Organizations, 2008, MPOWER: A Policy Package To Reverse Tobacco Epidemic, Geneva: World Health Organizations.

World Health Organizations, 2011. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2011, dalam: http://who.int/ tobacco diakses 23 Juli 2012.

World Health Organizations. 2011. Global Status Report on Non- communicable Disease 2010. Dalam http://whqlibdoc.who.int/ publications/2011/9789240686458_ eng.pdf (WHO, diunduh 5 Mei 2011.

World Health Organizations. 2008, WHO report on the global tobacco epidemic, 2008: the MPOWER package. Geneva: World Health Organization

World Health Organizations, Global Tobacco Surveillance System (GTSS), dalam http://www.searo.who.int/en/ Section2666/Section2670_15825.htm diakses pada 16 Juli 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 131

RIWAYAT HIDUP Yeni Rosdianti

Yeni Rosdianti, lahir di Jakarta, 15 Maret 1975. Studi S1 di jurusan ilmu administrasi FISIP UI (lulus 1999) dan Jurusan S2 Hukum Tata Negara Universitas Indonesia (lulus 2008). Bekerja sebagai Peneliti pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Sejak 2004.

Pernah membantu kerja-kerja penelitian lapangan di beberapa lembaga, seperti: Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia (PSJ-UI), Laboratorium Sosiologi UI, Laboratorium Ilmu Politik UI, Laboratorium Ilmu Komunikasi UI, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM UI), Indonesia Corruption Watch (ICW), Almanak Politik Indonesia (API), Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)-USAID, dan beberapa lembaga lainnya.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Perlindungan Hak Atas Kesehatan Melalui Kebijakan Pengendalian Tembakau 132

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi

Mimin Dwi Hartono1

Abstract

This paper examines the relationship between human rights, power dynamics, and the interaction among the stake holders associated with the rehabilitation and reconstruction policy after Mount Merapi eruption that occurred in 2010. The rehabilitation and reconstruction policy is very fundamental in the process of rebuilding the affected people’s livelihoods and increase community resilience to the disasters, hence human rights-based approach has very important role in ensuring community participation and empowerment (rights holder) and enforcement the principle of non-discrimination and accountability of the state (duty bearers). Human rights-based approach serves to address, redress, and provide solutions to the human rights issues during the disaster assistance so as to assist stake holders to formulate and implement an effective, sustainable, and accountable rehabilitation and reconstruction policy.

1 Staf Biro Penegakan HAM, Komnas HAM, alumnus Universitas Brandeis USA, alumnus Harvard Summer School 2011 dan Associate Student pada tahun 2011-2012 di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 133 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 134

Abstrak

Tulisan ini menguji hubungan antara hak asasi manusia, dinamika kekuatan, dan interaksi di antara para pemangku kepentingan terkait dengan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010. Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi adalah bagian yang sangat mendasar dalam proses untuk membangun kembali penghidupan, mata pencaharian, dan meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap bencana, maka pendekatan berbasis hak asasi manusia berperan sangat penting untuk memastikan adanya partisipasi dan pemberdayaan individu dan masyarakat (penyandang hak) dan ditegakkannya prinsip non-diskriminasi dan akuntabilitas penyelenggara negara (pengemban kewajiban). Pendekatan berbasis hak asasi manusia berfungsi untuk mengatasi, memulihkan, dan memberikan solusi terhadap isu-isu hak asasi manusia dalam penanganan bencana sehingga mampu membantu para pemangku kepentingan untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang efektif, berkelanjutan, dan akuntabel.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 135

Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi

PENDAHULUAN Pada tanggal 5 Juli 2011, diterbitkan rupsi Gunung Merapi Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun terjadi beberapa kali pada 2011 tentang pembentukan Tim E tanggal 26 Oktober sampai Koordinasi untuk Program Rehabilitasi 5 November 2010. Erupsi terbesar dan Rekonstruksi pasca Erupsi Gunung dalam seabad terakhir ini berdampak Merapi di Provinsi DIY dan Jateng luar biasa terhadap sekitar sembilan untuk tahun 2011-2013. Program desa di Provinsi Daerah Istimewa tersebut terdiri atas lima sektor utama, Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, yaitu perumahan dan infrastruktur meluluhlantahkan 2.856 rumah, permukiman, infrastruktur publik, melukai 453 orang, menewaskan sosial, ekonomi, dan lintas sektor, 339 orang, dan nilai kerugian sosial dengan total anggaran yang ekonomi mencapai Rp 3,5 triliun.2 dikucurkan sebesar Rp1,3 triliun. Tujuannya adalah untuk membangun 2 BNPB (2011). Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Erupsi kembali penghidupan masyarakat dan GunungMerapi di Provinsi DI. Yogyakarta dan meningkatkan daya tahan masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. BNPB, Jakarta. terhadap erupsi di masa mendatang,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 136 karena Gunung Merapi mempunyai pelaksanaannya, harus memperhatikan periode erupsi yang sangat pendek, konteks lokal, baik secara sosial, yaitu setiap 4 sampai 5 tahun sekali. ekonomi, dan budaya. Tulisan ini bermaksud untuk Struktur penyajian tulisan ini dimulai memaparkan relasi antara bencana dengan menjelaskan hubungan antara alam dan hak asasi manusia dengan hak asasi manusia dan bencana melihatnya pada konteks lokal terkait alam dalam konteks global, nasional, dengan penanganan bencana pasca dan lokal. Kemudian diikuti dengan erupsi Gunung Merapi, menguji kerangka teori pendekatan berbasis hak bagaimana hak asasi manusia berperan asasi manusia dalam pembangunan di antara dinamika kekuatan dan dan bencana alam, isu-isu hak asasi interaksi para pemangku kepentingan manusia sepanjang proses rehabilitasi terkait dengan kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Gunung dan rekonstruksi yang sedang berjalan. Merapi, analisis pendekatan berbasis Selain itu, menyoroti pelaksanaan dari hak asasi manusia, kesimpulan, dan kewajiban negara dalam menegakkan diakhiri dengan rekomendasi. hak asasi manusia, realisasi hak, dan kontribusi aktor-aktor non negara di BENCANA ALAM DAN HAK ASASI dalam relasi yang dinamis antara negara MANUSIA: GLOBAL, NASIONAL, dan warganya. DAN LOKAL Proyek Sphere menegaskan bahwa orang yang terdampak oleh Masih banyak pihak yang bencana berhak untuk hidup secara menganggap, termasuk pemerintah martabat, berhak untuk mendapatkan dan pekerja kemanusiaan, bahwa perlindungan, dan berhak atas bantuan.3 bencana alam adalah “alami” dan Orang-orang yang terkena dampak “takdir” sehingga tidak bisa dikaitkan oleh bencana adalah penyandang dengan hak asasi manusia. Anggapan hak asasi manusia, negara adalah tersebut tidaklah tepat karena di era pengemban tugas yang berkewajiban pembangunan pada beberapa dekade untuk menghormati, melindungi, dan terakhir ini yang hanya mengejar memenuhi hak asasi manusia, dan pertumbuhan ekonomi semata, bencana aktor non-negara wajib menghormati tidaklah murni hanya karena faktor hak asasi manusia dan didorong alam. Ada faktor intervensi manusia berkontribusi untuk melindungi dan dan kebijakan negara yang memicu mempromosikan pemenuhan hak terjadinya bencana, seperti banjir, tanah asasi manusia. Akan tetapi, dalam longsor, atau kasus semburan lumpur

3 The Sphere Project (2011). The Humanitarian Lapindo. Selain itu, isu hak asasi manusia Charter and Minimum Standards in Humanitarian dalam penanganan bencana menjadi Response. The Sphere Project, Geneva.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 137 sangat relevan karena masih sering yaitu anak-anak.6 Namun, bantuan terjadi pelanggaran hak asasi manusia kemanusiaan untuk kelompok- oleh karena ketidaksengajaan atau kelompok rentan lainnya, seperti kelalaian. Misalnya, ketika negara atau masyarakat adat, minoritas etnis, organisasi sosial hanya menyalurkan minoritas agama, seringkali terabaikan bantuan pada kelompok tertentu karena keterbatasan bantuan dan atas dasar ras, etnis, agama, orientasi tidak ada badan khusus yang diberikan kelompok, sehingga mengabaikan mandat untuk secara khusus menangani hak korban lainnya. Kesimpulannya, kelompok-kelompok tersebut.7 Misalnya, bencana hampir selalu merupakan hasil kasus pembunuhan dan pengusiran dari kombinasi fenomena alam dan etnis Rohingya di Myanmar yang tindakan manusia. Dicontohkan tentang lamban dalam menerima perhatian dan kegagalan pemerintah Amerika Serikat bantuan internasional karena tidak ada dalam melindungi dan memenuhi negara yang mengakui etnis tersebut kebutuhan korban badai Katrina pada sebagai warganya. Kondisi tersebut tahun 2005 karena penyaluran bantuan bisa dikategorikan sebagai diskriminasi yang tidak netral, diskriminatif, dan yang tidak disengaja (unintended bias pada kepentingan politik.4 Lebih discrimination), padahal Piagam lanjut, orang miskin dan terpinggirkan Kemanusiaan dalam Proyek Sphere adalah pihak yang paling terkena menggaris-bawahi bahwa semua orang dampak oleh bencana, antara lain yang terkena dampak oleh bencana karena konstruksi rumah yang rapuh, berhak untuk mendapatkan bantuan tinggal di daerah rawan bencana, dan (non diskriminasi) dan berhak atas minimnya kapasitas dan kapabilitas perlindungan.8 dalam merespon bencana.5 Di Indonesia, walaupun sejak 2007 Selain itu, permasalahan yang sudah disahkan Undang-Undang seringkali ditemui dalam penanganan tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah keterbatasan cakupan namun penanganan bencana masih bantuan kemanusiaan untuk kelompok kurang komprehensif. Indonesia adalah yang paling rentan. Beberapa organisasi salah satu negara yang mempunyai internasional dengan mandat khusus resiko bencana tertinggi di dunia, untuk kelompok tertentu, seperti bersama dengan Phillipina, Bangladesh,

UNICEF, dapat menyalurkan bantuan 6 Ferris, Elizabeth and Petz, Daniel (2011). A Year kemanusiaan dengan baik karena of Living Dangerously: A Review of Natural Disasterin 2010. London: The Brookings Institution mempunyai target yang sudah terfokus, –London School of Economics Project on Internal Displacement. 4 Ferris, Elizabeth (2010). Natural Disasters and 7 Ibid. Human Rights: Comparing Responses to Haiti and 8 The Sphere Project (2011). The Humanitarian Pakistan. Paper presented at the Presentation at Charter and Minimum Standards in Humanitarian Center for Human Rights and International Justice. Response. The Sphere Project, Geneva. 5 Ibid.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 138

Timor-Leste, Kamboja, Guatemala, Kosta atas dampak negatif dari bencana. Rika dan El Salvador.9 BNPB mencatat Selain itu, pemenuhan hak-hak sepanjang kurun waktu 2004-2009, masyarakat dan orang-orang rentan terjadi 4.408 bencana alam di Indonesia, secara adil sesuai dengan standar meliputi gempa bumi, tsunami, letusan pelayanan minimal, pemulihan dari gunung berapi, tanah longsor, banjir, dampak bencana, dan alokasi anggaran kekeringan, serta kebakaran hutan yang memadai untuk penanggulangan dan lahan. BNPB mengakui beberapa bencana. Prinsip-prinsip dasar tersebut isu penting yang menghambat harus dioperasionalkan dalam kebijakan efektifitas penanggulangan bencana di penanggulangan bencana sehingga Indonesia, yaitu kurangnya kapasitas sejalan dengan prinsip dan norma hak dan pengetahuan pemerintah, terlalu asasi manusia. berorientasi pada respon darurat Dalam konteks penanganan erupsi daripada pencegahan dan pengurangan Gunung Merapi, aspek hak asasi resiko bencana, dominannya negara manusia sangatlah penting. Gunung dan aktor non-negara di tingkat pusat, Merapi yang terletak di Kabupaten lemahnya koordinasi dan respon darurat Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali yang kurang memadai, dan rehabilitasi dan di dua provinsi, yaitu DIY dan dan rekonstruksi yang mengabaikan Jawa Tengah, dikelilingi oleh lebih dari pengetahuan lokal.10 225.000 jiwa.12 Gunung Merapi memiliki Menurut Undang-Undang Nomor 24 periodisasi letusan yang pendek antara Tahun 2007 tentang Penanggulangan 4 sampai 5 tahun, sehingga masyarakat Bencana, BNPB berperan untuk setempat sudah terbiasa hidup harmonis mengkoordinasikan kebijakan dan dengan Gunung Merapi. Masyarakat program penanganan bencana di tingkat setempat memandang letusan Gunung nasional antar instansi pemerintah dan Merapi sebagai fenomena alam. dengan para pemangku kepentingan Gunung Merapi memberikan berkah, non-pemerintah.11 Undang-undang berupa tanah yang subur, pariwisata, air tersebut mengakui prinsip-prinsip yang bersih, hutan, dan masih banyak lagi. terkandung dalam hukum hak asasi Masyarakat memberikan kesempatan manusia, yaitu keadilan, kesetaraan pada Gunung Merapi untuk beraktifitas di hadapan hukum, akuntabilitas, ketika sedang erupsi, dengan cara pemberdayaan, dan non-diskriminasi, mengungsi untuk sementara dan akan dan perlindungan terhadap masyarakat kembali ke tempat tinggalnya ketika letusan telah reda. Menurut kepercayaan 9 Misereor, et al. (2011). World Risk Report 2011. Geneva. 10 BNPB (2010). Rencana Strategis Nasional untuk 12 BNPB (2011). Rencana Aksi Rehabilitasi dan Penanggulangan Bencana 2010-2014. BNPB, Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Erupsi Jakarta. GunungMerapi di Provinsi DI. Yogyakarta dan 11 Ibid. Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. BNPB, Jakarta.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 139 masyarakat setempat, Gunung Merapi sangat cepat dan skala letusan yang adalah bagian dari Kraton Yogyakarta luar biasa. Pada tanggal 25 Oktober yang dijaga oleh roh-roh halus. Raja 2010, BPPTK menetapkan status Yogyakarta mengangkat abdi dalem “Awas” di mana sekitar 40.000 orang dari tokoh masyarakat setempat sebagai yang tanggal dalam radius 10 km juru kunci Gunung Merapi. Masyarakat dari kawah Gunung Merapi untuk setempat percaya bahwa juru kunci mengungsi ke tempat yang lebih aman. Gunung Merapi memiliki kemampuan Satu hari kemudian, 26 Oktober 2010, untuk memprediksi aktivitas Gunung Gunung Merapi meletus sehingga Merapi. Mbah Maridjan adalah juru menewaskan 28 orang, termasuk Mbah kunci Gunung Merapi sejak tahun 1982 Maridjan. Letusan kedua pada tanggal hingga tewas oleh letusan gunung 3 November 2010 menewaskan lebih yang dengan setia dijaganya pada banyak orang dan mengubur beberapa tahun 2010. Mbah Maridjan ditunjuk dusun. Letusan terbesar terjadi pada langsung oleh almarhum Sri Sultan 5 November 2010 yang membakar Hamengku Buwono IX. Pada tahun wilayah hingga radius 18 km dari puncak 2011, Sri Sultan Hamengku Buwono X sehingga zona bahaya diperluas sampai menunjuk putra Mbah Maridjan, Asih, 20 km sehingga 350.000 orang harus dengan gelar Mas Anom Suraksosihono diungsikan. Masyarakat yang paling Bekel, sebagai juru kunci Gunung terdampak adalah 2.856 keluarga di Merapi. sembilan desa karena kehilangan tempat Sebelum GunungMerapi meletus, tinggal dan penghidupan mereka. pemerintah telah beberapa kali Dampak ekonomi dan kerusakan secara mengadakan pertemuan dengan total adalah sekitar Rp 3,5 triliun, terdiri masyarakat untuk menjelaskan atas perumahan, infrastruktur publik, perkembangan aktivitas Gunung sosial, ekonomi dan multi-sektor. Merapi dengan tujuan untuk membangun kesiapsiagaan sejak dini. PENDEKATAN BERBASIS HAM: Sebelum Gunung Merapi meletus, ada PEMBANGUNAN DAN BENCANA indikasi awal yang memungkinkan ALAM masyarakat untuk mempersiapkan diri dan mengungsi sementara untuk Kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi menghindari situasi yang berbahaya. Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Pemerintah menetapkan aktivitas (OHCHR) menegaskan keterkaitan vulkanik Gunung Merapi dalam yang erat antara hak asasi manusia beberapa tingkat, yaitu aktif, waspada, dan bencana, di mana dampak siaga, dan awas. Namun, letusan dari bencana telah meningkatkan Gunung Merapi pada tahun 2010, kerentanan di dalam masyarakat dan perubahan tingkat aktivitas berubah mengurangi kondisi penikmatan hak

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 140 asasi manusia.13 Oleh karena itu, hak memfasilitasi proses pemberdayaan bagi asasi manusia sangat penting dalam masyarakat miskin dan terpinggirkan.16 setiap tahap penanganan bencana, dari Pada akhirnya, pendekatan berbasis mitigasi, penyelamatan, pemulihan, dan hak asasi manusia bertujuan untuk rekonstruksi. Hak asasi manusia tidak menciptakan kondisi di mana setiap hanya penting untuk pemenuhan hak- orang bisa hidup bermartabat dan damai hak dasar, seperti air, pangan, tempat sehingga dapat mengembangkan aset, tinggal, obat-obatan, tetapi juga potensi, dan kemampuannya secara untuk melindungi orang-orang dari penuh.17Pendekatan berbasis hak segala bentuk pelanggaran hak asasi asasi manusia menempatkan rakyat manusia, seperti perdagangan manusia, sebagai agen pembangunan di mana pelecehan seksual, diskriminasi, dan pembangunan adalah sarana untuk pengabaikan atas partisipasi dan akses memberdayakan rakyat dan untuk atas informasi.14 membangun kapasitas rakyat dalam Pendekatan berbasis hak asasi mempengaruhi kebijakan publik dan manusia adalah pengakuan eksplisit mengklaim hak-haknya.18 Pendekatan dari kerangka normatif yang mengikat berbasis hak asasi manusia adalah proses secara hukum berkaitan dengan hak- untuk mengubah relasi kekuasaan hak, tugas, tanggung jawab, dan dengan menciptakan kondisi yang akuntabilitas yang mengintegrasikan memungkinkan orang untuk semakin norma, standar, dan prinsip-prinsip mengenal dan menegaskan hak-hak hak asasi manusia internasional ke mereka, dan mempergunakan secara dalam rencana, kebijakan, dan proses efektif pengetahuan, sumber daya, pembangunan.15 Pendekatan berbasis dan kemampuannya untuk terlibat hak asasi manusia dijalankan dengan dalam proses pengambilan keputusan membangun kapasitas penyandang yang berdampak pada kehidupannya hak dalam mengklaim hak-haknya sehingga dapat hidup secara lebih dan kemampuan pengemban tugas bermartabat.19 untuk memenuhi kewajibannya melalui Perbedaan antara pendekatan analisis kebijakan, advokasi, capacity tradisional, pendekatan berbasis building, dan untuk membantu 16 Rand, Jude and Watson (2007). Rights-based Approaches: Learning Project. Boston: Oxfam 13 Abebe, A. M. (2011). Special Report-Human Rights America and CARE USA. in the Context of Disasters: The Special Session 17 Ibid. of the UN Human Rights Council on Haiti. Journal of 18 Jochnick, Chris and Garzon Paulina (2002). Rights- Human Rights, 10(1), 99-111. based Approaches to Development: An Overview 14 Ibid. of the Field. A paper prepared for CARE and Oxfam- 15 Jochnick, Chris and Garzon Paulina (2002). Rights- America funded bythe Ford Foundation. based Approaches to Development: An Overview 19 Boesen, Jakob Kirkemman and Martin Tomas of the Field. A paper prepared for CARE and Oxfam- (2007). Applying a Rights-based Approach: An America funded bythe Ford Foundation. Inspirational Guide for Civil Society. Copenhagen: Danish Institute for Human Rights.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 141 kebutuhan, dan pendekatan berbasis hubungan antara hak asasi manusia dan hak asasi manusia adalah sebagai penanganan bencana alam.21 Pedoman berikut: 20 Operasional IASC berdiri di atas nilai-nilai dasar bahwa masyarakat yang

Tabel 1. Perbedaan antara pendekatan tradisional, berbasis kebutuhan, dan berbasis hak

Pendekatan Tradisional Pendekatan Berbasis Pendekatan Berbasis Hak Kebutuhan Fokus pada input Fokus pada input dan Fokus pada proses dan output output Meningkatkan bantuan Meningkatkan pemenu- Mewujudkan hak han kebutuhan Tanggung jawab moral Mengklaim kebutuhan Mengakui hak-hak individu si kaya terhadap si sebagai hal yang sah dan kelompok untuk meng- miskin klaim hak-haknya Individu dilihat sebagai Individu adalah obyek Individu dan kelompok korban pembangunan diberdayakan untuk meng- klaim hak-hak mereka Individu layak atas ban- Individu layak atas Individu berhak atas tuan bantuan bantuan Fokus pada manifestasi Fokus langsung pada Fokus pada penyebab masalah penyebab masalah struktural dan manifesta- sinya

Pada tahun 2006, Inter-Agency terkena dampak oleh bencana memiliki Standing Committee (IASC) hak asasi manusia dan kebebasan mengadopsi Pedoman Operasional dasar. Pedoman Operasional IASC dan Manual untuk Melindungi mengkategorikan hak asasi manusia Orang-Orang yang Terdampak oleh dalam situasi bencana ke dalam empat Bencana Alam (Pedoman Operasional bagian, yaitu: IASC). Tujuannya adalah untuk • Hak yang berhubungan dengan mempromosikan dan memfasilitasi keamanan fisik dan integritas pendekatan berbasis hak asasi manusia (misalnya, perlindungan hak dalam penanganan bencana dengan untuk hidup dan hak untuk bebas menerjemahkan prinsip-prinsip, norma, dari kekerasan, pemerkosaan, dan standar hak asasi manusia ke penahanan sewenang-wenang, dalam langkah-langkah praktis untuk penculikan, dan intimidasi). membantu negara, aktor non-negara, 21 IInter-Agency Standing Committee (2011). IASC dan masyarakat agar memahami Operational Guidelines on the Protection of Persons in Situations of Natural Disasters. Published by the 20 Ibid. Brooking – Bern Project on Internal Displacement (IASC, Brooking Institution, and University of Bern).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 142

• Hak yang terkait dengan kebutuhan penanganan bencana. Pedoman dasar untuk hidup (misalnya, hak Operasional IASC dilengkapi dengan atas pangan, air minum, tempat mekanisme untuk konsultasi dan tinggal, pakaian yang memadai, partisipasi masyarakat terdampak, pelayanan kesehatan yang serta indikator untuk mengukur proses memadai, dan sanitasi) dan hasilnya.23 Tindakan awal dalam • Hak yang berhubungan dengan penanganan bencana akan menentukan kebutuhan-kebutuhan perlindungan pola penanganan lebih lanjut, karenanya ekonomi, sosial dan budaya pendekatan berbasis hak asasi manusia (misalnya, hak untuk mengakses harus diterapkan sedini mungkin untuk pendidikan, untuk menerima ganti mengantisipasi kemungkinan terjadinya rugi atau kompensasi atas properti diskriminasi dan pelanggaran hak asasi yang hilang, dan hak untuk bekerja) manusia.24 Selain itu, jika dalam suatu • Hak yang berhubungan komunitas sudah ada kerentanan dan dengan kebutuhan-kebutuhan pola diskriminasi, maka bencana alam perlindungan hak sipil dan politik akan memperburuk situasi menuju (misalnya, hak atas kebebasan pada pelanggaran hak asasi manusia beragama dan kebebasan berbicara, dan diskriminasi yang lebih akut. dokumentasi pribadi, partisipasi Pelanggaran hak asasi manusia dalam politik, akses ke pengadilan, dan penanganan bencana alam bisa terjadi kebebasan dari diskriminasi). bukan karena ada maksud atau niat, akan tetapi karena tidak memadainya Pedoman Operasional IASC perencanaan dan kesiapsiagaan menegaskan bahwa negara adalah penanganan bencana, kebijakan dan pengemban tugas utama yang wajib langkah-langkah yang tidak tepat, atau 25 melindungi hak asasi manusia dan kelalaian. memberikan bantuan. Aktor non- Lebih lanjut, pada tahun 1997, beberapa LSM internasional menciptakan negara, seperti LSM, organisasi Proyek Sphere yang terdiri atas internasional, dan sektor swasta berperan Piagam Kemanusiaan, Prinsip-Prinsip sangat penting untuk memberikan Perlindungan, dan Standar Minimum perlindungan dan bantuan kepada untuk meningkatkan akuntabilitas dalam masyarakat maupun pendampingan penanganan bencana.26 Nilai-nilai kepada negara.22 Pedoman Operasional dasar yang melandasi Proyek Sphere IASC mengintegrasikan prinsip-prinsip adalah bahwa korban bencana memiliki dasar hak asasi manusia, yaitu non- hak untuk hidup yang bermartabat, diskriminasi, partisipasi, pemberdayaan, akuntabilitas, dan perlindungan, dan 23 Ibid. 24 Ibid. standar hak asasi manusia dalam 25 Ibid. 26 The Sphere Project (2011). The Humanitarian 22 Ibid. Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response. The Sphere Project, Geneva.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 143 hak untuk mendapat perlindungan, berikut:28 dan hak untuk mendapatkan bantuan, Piagam Kemanusiaan dalam Proyek sehingga semua langkah harus diambil Sphere menegaskan hak-hak para untuk mengurangi penderitaan korban korban bencana sebagai berikut: 29 bencana.27 Berbeda dengan edisi 1. Hak untuk hidup bermartabat. sebelumnya, versi terbaru Proyek Merupakan hak yang sangat

Tabel 2. Prinsip-prinsip Perlindungan Proyek Sphere

Kewajiban/ kontribusi Aktor non-negara/negara

• Mengidentifikasi dan merespon potensi ancaman yang lebih besar Menghormati dan melindungi • Memastikan bahwa tindakan mereka tidak menimbulkan dampak negatif/memperburuk kondisi korban

• Memastikan bahwa kegiatan mereka meng- untungkan korban, khususnya kelompok rentan Melindungi dan memenuhi • Menggunakan sumber daya secara maksi- mal untuk mempromosikan dan memfasili- tasi pemenuhan hak asasi manusia

• Melindungi korban dari pelanggaran hak asasi manusia Melindungi • Membantu korban untuk mendapatkan perlindungan

Menyediakan mekanisme keluhan dan menye- Akuntabilitas diakan solusinya

Sphere tahun 2011 memasukkan peran mendasar dan tidak dapat dikurangi penting dari negara dalam penanganan dalam kondisi apapun dan/atau bencana. Prinsip-prinsip perlindungan untuk alasan apapun. Kategori hak di dalam Proyek Sphere adalah sebagai ini terdiri atas hak untuk hidup, hak 28 Ibid. 27 Ibid. 29 Ibid.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 144

atas standar hidup yang memadai, bahwa orang-orang di wilayah hak untuk bebas dari penyiksaan atau bencana akan memiliki perlindungan perlakuan kejam, tidak manusiawi dan keamanan untuk menghindari atau hukuman yang merendahkan konsekuensi lebih lanjut yang martabat kemanusiaan. bisa menyebabkan terjadinya 2. Hak untuk menerima bantuan pelanggaran hak asasi manusia. kemanusiaan. Adalah bagian untuk terpenuhinya hak atas standar hidup Penjabaran peran dan kewajiban para yang layak, seperti makanan yang pemangku kepentingan berdasarkan cukup, air, pakaian, tempat tinggal Pedoman Operasional IASC dan prinsip- dan kesehatan. Dalam memberikan prinsip perlindungan dalam Proyek bantuan, lembaga kemanusiaan Sphere adalah sebagai berikut: harus menjaga imparsialitas dan Pada tahun 2005, PBB mengadopsi non-diskriminasi. Strategi Internasional Pengurangan 3. Hak atas perlindungan dan Resiko Bencana yang dirumuskan dalam keamanan, untuk memastikan Rencana Aksi Hyogo 2005-2015, yang

Tabel 3. Kewajiban dan peran para pemangku kepentingan dalam respon kemanusiaan

Kewajiban/Peran Negara Aktor non-negara Individu/masyarakat Menghormati • Mengakui hak • Mengakui hak Berhak atas kebebasan dan asasi manusia asasi manusia penikmatan penuh atas hak • Menahan diri dari • Menahan diri dari asasi manusia campur tangan campur tangan yang secara lang- yang secara lang- sung atau tidak sung atau tidak langsung bisa langsung bisa berakibat pada berakibat pada terganggunya terganggunya penikmatan hak penikmatan hak asasi manusia asasi manusia Melindungi • Mencegah ter- • Memastikan • Perlindungan atas jadinya pelang- bahwa kegiatan kehidupan, keamanan, garan hak asasi mereka tidak dan fisik, mental, dan manusia berkontribusi integritas moral • Menghentikan terhadap pelang- • Perlindungan hak-hak pelanggaran hak garan hak asasi yang berkaitan dengan asasi manusia manusia kebutuhan hidup dasar yang dilakukan • Mengadvokasi • Perlindungan hak-hak oleh pihak ketiga hak-hak korban ekonomi, sosial dan • Mengatasi budaya pelanggaran hak • Perlindungan hak-hak asasi manusia sipil dan politik yang terjadi dan • Hak untuk hidup secara memberikan bermartabat pemulihan • Hak atas bantuan • Kelompok rentan berhak atas perlakuan khusus • Hak untuk mendapat- kan pemulihan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 145

Memenuhi • Mengambil tin- • Memperkuat Berhak atas pemenuhan dakan / langkah- kapasitas peme- hak-hak ekonomi, sosial, langkah dengan rintah dalam budaya, serta hak-hak sipil segenap sumber menjalankan ke- dan politik daya yang terse- wajibannya dalam dia dan otoritas menghormati, yang ada untuk melindungi, dan mencegah dan/ memenuhi hak atau mengurangi asasi manusia dampak negatif • Mendukung dari bencana dan melengkapi • Mengambil upaya pemerintah langkah-langkah dan otoritas lokal untuk mewujud- dalam memenuhi kan hak-hak deng- kewajibannya an sumber daya • Mendukung dan yang tersedia memfasilitasi secara maksimal masyarakat dalam secara progresif membangun dan terikat pada kembali kehidup- jangka waktu an dan penghidu- pannya Akuntabilitas • Merespon • Merespon • Berhak atas ganti rugi keluhan dan keluhan dan • Berhak atas rehabilitasi menyediakan menyediakan • Membangun kapasitas mekanisme ganti mekanisme ganti dan kemampuannya rugi rugi untuk mengklaim hak- • Menjamin perbaik- • Melakukan haknya an dan rehabilitasi advokasi untuk korban bencana perbaikan dan re- • Bertanggung habilitasi korban jawab atas tinda- bencana kan mereka • Bertanggung • Menjatuhkan jawab atas tinda- sanksi atas kinerja kan mereka pejabat negara • Menjatuhkan yang buruk/me- hukuman bagi langgar hukum kinerja staf yang buruk - dimaksudkan untuk meningkatkan meningkatkan kapasitas orang yang kapasitas masyarakat untuk mengatasi terkena dampak dalam mengatasi bencana sekaligus mengurangi ke- bencana dan mengurangi kerentanan rentanan. Pendekatan berbasis hak asasi manusia sejalan dengan program melalui penerapan prinsip, norma, dan pengurangan resiko bencana, yaitu standar hak asasi manusia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 146

ISU HAK ASASI MANUSIA DALAM mereka dimasukan dalam kawasan PROSES REHABILITASI DAN rawan bencana utama dan ditetapkan REKONSTRUKSI PASCA ERUPSI sebagai “area terlarang.” Menurut GUNUNG MERAPI Kepala Badan Pengembangan dan Penyelidikan Teknologi Kegunungapian Erupsi Gunung Merapi meng- (BPPTK) Subandriyo, proses pembuatan hancurkan tempat tinggal milik 2.856 peta sangat teknis berdasarkan pada keluarga yang bermukim di kawasan sejarah letusan Gunung Merapi selama yang sebelumnya tidak pernah terkena seabad terakhir. Peta KRB Merapi oleh erupsi. Untuk itu, pemerintah adalah salah satu dasar untuk menyusun merevisi Peta Kawasan Rawan Bencana Rencana Aksi Program Rehabilitasi dan Gunung Merapi (Peta KRB Merapi) Rekonstruksi setelah Letusan Gunung yang membagi wilayah Gunung Merapi di Provinsi DIY dan Provinsi Merapi menjadi tiga zona sesuai Jawa Tengah pada tahun 2011-2013 dengan besar dampak dan tingkat (Rencana Aksi RR Merapi). kerentanannya, yaitu Zona I (rendah), Rencana Aksi RR Merapi bertujuan Zona II (menengah), dan Zona III untuk membangun saling pengertian (tinggi). Pemerintah menetapkan dan komitmen di antara para pemangku dusun-dusun yang terkena letusan kepentingan baik negara dan non- paling parah ke dalam Zona III Tipe I, negara; harmonisasi program dan sehingga sekitar 2.856 keluarga harus proyek-proyek antar instansi pemerintah direlokasi. Menurut Undang-Undang di tingkat pusat dan di daerah; No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan menginformasikan rencana rehabilitasi dan Permukiman, pada kawasan yang dan rekonstruksi kepada masyarakat telah ditetapkan sebagai daerah rawan untuk menghindari tumpang tindihnya bencana, dilarang untuk permukiman program; dan mengembangkan dan segala bentuk program pem- mekanisme yang transparan untuk bangunan tidak diperbolehkan. mobilisasi pendanaan.30 Anggaran Masyarakat mengeluhkan proses untuk pelaksanaan Rencana Aksi RR revisi Peta KRB Merapi yang kurang Merapi adalah Rp 1,3 triliun, di mana 95 transparan dan partisipatif. Masyarakat persen disediakan melalui APBN. Untuk mengetahui peta tersebut dari surat mengimplementasikan Rencana Aksi kabar lokal, bukan dari pejabat RR Gunung Merapi, pada tanggal 5 Juli pemerintahan yang berkewajiban 2011, diterbitkan Keppres Nomor 16 untuk menyampaikan informasi Tahun 2011 tentang pembentukan tim tersebut ke masyarakat. Masyarakat mempertanyakan proses pembuatan 30 BNPB (2011). Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Erupsi peta, ukuran yang dipergunakan GunungMerapi di Provinsi DI. Yogyakarta dan beserta pertimbangan mengapa wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013. BNPB, Jakarta.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 147 koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi letusan. Ketiga, bagi yang menolak setelah letusan Gunung Merapi, relokasi, pemerintah tidak akan Keputusan Kepala BNPB Nomor 5 Tahun memberikan fasilitas seperti perumahan, 2011 tentang Rencana Aksi Rehabilitasi tanah, listrik, sekolah, dll, dan tidak dan Rekonstruksi Setelah Letusan akan mendapatkan penggantian aset Gunung Merapi tahun 2011 – 2013, jika terkena letusan. dan Keputusan Kepala BNPB Nomor Dalam dialog tersebut, 750 keluarga 31 6 Tahun 2011 tentang Tim Asistensi menolak relokasi. Sementara itu, Teknis Program Rehabilitasi dan 1.878 keluarga menerima kebijakan relokasi dengan syarat tetap memiliki Rekonstruksi Setelah Letusan Gunung dan memanfaatkan lahan mereka. Merapi. Tugas Tim Asistensi Teknis Sedangkan 54 keluarga menerima adalah untuk merumuskan strategi dan relokasi dan menjual tanah mereka kebijakan operasional untuk kebijakan kepada pemerintah. Namun, sebelum rekonstruksi serta upaya mempercepat pemerintah menyosialisasikan kebijak- proses rekonstruksi. Program rehabilitasi an relokasi, ratusan keluarga dari dan rekonstruksi resmi dimulai pada beberapa dusun telah kembali ke tanah tanggal 23 Juli 2011 atau 8 bulan mereka untuk membangun kembali setelah letusan Gunung Merapi. penghidupannya. Berikut adalah alasan Program relokasi diprioritaskan untuk penolakan kebijakan relokasi: merelokasi 2.856 keluarga (jangka 1. Masyarakat tidak pernah pendek) dan penduduk di Zona III yang diberikan informasi dan tidak dihuni sekitar 79.600 orang (jangka diajak berkonsultasi dalam proses panjang). Pada Juli 2011, kebijakan pembuatan Peta KRB Merapi, relokasi disampaikan dalam dialog 2. Masyarakat tidak diajak antara pemerintah yang dipimpin oleh berkonsultasi sejak proses awal Gubernur DIY dengan enam kelompok dalam merancang kebijakan relokasi masyarakat. Kebijakan tersebut adalah, dan rekonstruksi, pertama, bagi mereka yang bersedia 3. Masyarakat ingin mempertahankan direlokasi dan menjual tanahnya akan tanah, mata pencaharian, sejarah, menerima dana stimulan Rp 30 juta/ dan budaya, keluarga, bantuan teknis, lahan seluas 4. Masyarakat khawatir untuk 100m2 untuk perumahan, lahan seluas beradaptasi dengan lokasi dan 50 m2 untuk fasilitas umum, dan profesi baru karena sebagian pemulihan penghidupan. Kedua, bagi besar hanya memiliki keterampilan mereka yang bersedia direlokasi tapi sebagai petani dan peternak sapi masih mempertahankan tanahnya, perah, akan menerima berbagai fasilitas seperti 31 Sjamsinarsi, Rani (2011). Pendekatan Kultural dalam di atas, kecuali pemerintah tidak akan Relokasi. Konferensi Nasional Pengelolaan Resiko Bencana berbasis Komunitas ke 7 di Yogyakarta, 6 mengganti barang miliknya jika terjadi Desember 2011.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 148

5. Masyarakat meyakini bahwa letusan dan Permukiman.32 Selain itu, warga Gunung Merapi sebagai fenomena tidak diberikan akses atas program alam yang terjadi secara berkala pembangunan dan fasilitas umum. Pada di mana letusan yang besar hanya 27 Januari 2012, perwakilan beberapa akan terjadi lagi dalam periode dusun yang menolak relokasi bertemu seratus tahun ke depan, dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB 6. Masyarakat percaya bahwa mereka X, mengeluhkan kebijakan pemerintah dapat membangun kembali rumah yang diskriminatif. Di tengah kebijakan dan penghidupan mereka, yang diskriminatif, masyarakat 7. Minimnya fasilitas kebutuhan dasar secara aktif membangun kembali di tempat hunian sementara, penghidupannya. Sebagian besar dari 8. Kurangnya keterampilan aparat sekitar 500 keluarga di dusun Kali Tengah pemerintahan dalam berkomunikasi Lor, Kali Tengah Kidul, dan Srunen, dan membangun pendekatan dengan masyarakat terdampak, telah pulih perekonomiannya. Menurut seperti ketika berhadapan dengan Kepala Dusun Srunen dan Kali Tengah masyarakat yang menolak kebijakan Lor, produksi susu sapi sampai dengan relokasi, Pemerintah Daerah Sleman Januari 2012 telah pulih ke tingkat lebih memilih untuk membiarkan 4.000 liter per hari atau mendekati atau mendiamkan mereka tanpa produksi sebelum terjadinya erupsi. ada solusi kreatif dan konstruktif Mereka berpendapat jika masyarakat lebih lanjut, tidak berinisiatif dalam memulihkan 9. Kebijakan rekonstruksi yang tidak penghidupannya, kehidupan mereka pasti, lamban, dan minimnya tidak akan pulih secara cepat. Tanpa koordinasi di antara dan di dalam bantuan pemerintah, masyarakat lembaga-lembaga pemerintahan membangun kembali rumah mereka di tingkat kabupaten, provinsi, dan dengan menggunakan sisa-sisa bahan pusat, bangunan, sebagian dari tabungan, 10. Kebijakan pemerintah untuk dan bantuan dari beberapa LSM dan memperluas Taman Nasional donatur. Pada bulan Desember 2011, Gunung Merapi (TNGM) di wilayah hampir 100 persen rumah di dusun yang terkena letusan meskipun Srunen, Kali Tengah Lor dan Kali Tengah sebagian besar masyarakat menolak Kidul, telah kembali berdiri dengan kebijakan TNGM tersebut sejak tegak. ditetapkan pada tahun 2004. Sementara itu, 81 keluarga di dusun Terkait dengan penolakan Pelemsari yang berinisiatif membangun masyarakat, Menko Kesra Agung permukiman berbasis masyarakat Laksono menyampaikan bahwa berhasil membangun rumah dan warga bisa dipidanakan menurut 32 Kedaulatan Rakyat (2012). Warga Merapi Tolak ketentuan UU tentang Perumahan Relokasi Tak Takut Dipidana. Diakses dari www. krjojogja.co.id

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 149 perekonomiannya lebih cepat. Secara membangun kembali lebih bijaksana bergotong royong, mereka membeli dan efektif daripada relokasi yang tanah seluas 1,8 hektar untuk lahan sangat beresiko. Menurut perhitungan permukiman kolektif. Mereka memilih Arkom, uang yang beredar di ketiga lokasi untuk permukiman yang mudah dusun yang mereka dampingi adalah diakses, terjangkau, dan dekat dengan sekitar Rp 250 juta per hari, yang dusun asal. Kebijakan relokasi dan sebagian besar berasal dari produksi rekonstruksi yang sangat lamban susu sapi perah. Oleh karena itu, jika mendorong mereka untuk menemukan pemerintah bersikeras merelokasi solusi dengan membangun permukiman warga, pemerintah harus bisa menjamin secara mandiri. Pada bulan Juli 2012, bahwa sumber daya tersebut tidak akan hampir 100 persen rumah telah tegak hilang. berdiri. Namun, bagi masyarakat Sementara itu, Kantor PBB untuk yang masih harus tinggal di tempat Koordinasi Urusan Kemanusiaan hunian sementara, harus hidup dalam (UNOCHA) mendukung pemulihan keterbatasan karena minimnya fasilitas warga melalui proyek Dana Tanggap kebutuhan dasar. Darurat (Emergency Relief Fund) ke Berkaitan dengan peran dari aktor berbagai LSM nasional. Sekretariat non-negara dalam proses pemulihan, masyarakat sipil di bawah koordinasi Arsitek Komunitas Jogjakarta (Arkom) Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) mendampingi masyarakat di dusun Cabang Kabupaten Magelang adalah di Srunen, Kali Tengah Lor, Kali Tengah antara LSM yang memanfaatkan dana Kidul dengan membangun berbagai tersebut. GP Ansor yang mendampingi infrastruktur dasar, seperti rumah warga korban banjir lahar dingin di sederhana, jalan kecil, kanal air, dan Muntilan membangun rasa kepemilikan toilet. Arkom menerapkan pendekatan dan partisipasi masyarakat melalui partisipatif yang memungkinkan pertemuan desa sebagai mekanisme warga untuk mendiskusikan dan partisipatif untuk perencanaan, memutuskan sendiri kebutuhannya pelaksanaan, dan evaluasi program. GP serta memobilisasi sumber daya lokal Ansor membangun pusat komunitas dan menggalang dukungan eksternal. untuk meningkatkan kesadaran Model pendekatan partisipatif efektif dan partisipasi masyarakat serta dalam membantu pemulihan warga dan akuntabilitas program, seperti sekaligus memberdayakan masyarakat, memobilisasi pemuda di beberapa desa membangun rasa kepemilikan, untuk menjadi relawan memantau dan untuk menjaga keberlanjutan. aktivitas Gunung Merapi dan untuk Menurut Arkom, masyarakat menolak membangun peringatan dini berbasis relokasi karena tingkat kerusakan di masyarakat. dusunnya tidak begitu parah, sehingga UNDP sudah berupaya agar

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 150

Standar Minimum Proyek Sphere kurang didukung oleh pemerintah. dipakai sebagai rujukan selama fase Komnas HAM juga menemukan tanggap darurat. Namun, ide tersebut lemahnya koordinasi antar instansi terkendala oleh kurangnya kemauan pemerintah sehingga menimbulkan politik dan komitmen dari pemerintah. kesenjangan dalam kebijakan dan GP Ansor memakai standar minimum miskomunikasi, seperti tidak efektifnya Proyek Sphere untuk meningkatkan dan kurang meratanya distribusi logistik kualitas dan aksesibilitas tempat hunian dan database pengungsi yang berbeda- sementara melalui penyediaan rumah beda antar instansi. Oleh karena itu, hunian yang lebih aman, air bersih, dan Komnas HAM merekomendasikan agar sanitasi. Selanjutnya, untuk membantu pemerintah memperbaiki kebijakan proses pemulihan, UNDP meluncurkan dan program selama proses pemulihan Program Pemulihan Pasca Erupsi dengan memulihkan hak-hak Gunung Merapi 2011-2013, dengan masyarakat secara efektif, seperti hak tujuan untuk membantu koordinasi intra untuk berpartisipasi dan akses terhadap dan inter pemerintah, meningkatkan informasi. kapasitas aparat pemerintah, dan Mengenai tempat penampungan penyebaran informasi dan komunikasi sementara bagi pengungsi, Arkom antara pembuat kebijakan dan berpendapat bahwa kebijakan yang masyarakat lokal. Program tersebut menempatkan warga dalam tempat dirancang untuk mengisi kesenjangan penampungan massal tidak efektif yang berpotensi akan menghambat karena menghambat partisipasi kebijakan rekonstruksi. dan gagal melindungi privasi para Menurut laporan pemantauan pengungsi. Arkom menyarankan agar hak-hak pengungsi erupsi Gunung ke depan, dikembangkan tempat Merapi Komnas HAM, pemerintah penampungan skala kecil karena lebih dan LSM /organisasi internasional efektif dalam memenuhi kebutuhan para telah membantu pengungsi dengan pengungsi dan menggugah partisipasi menyediakan berbagai kebutuhan pengungsi. Tempat penampungan dasar dengan kuantitas dan kualitas skala kecil berbasis masyarakat berhasil yang memadai, baik berupa air bersih, meningkatkan jejaring sosial antara sanitasi, pakaian, papan sementara, komunitas. dan makanan. Namun, Komnas HAM Selain itu, pada bulan Agustus mencatat minimnya fasilitas kesehatan 2011, polisi Taman Nasional Gunung dan obat-obatan. Selain itu, tempat Merapi menangkap seorang warga penampungan independen yang disediakan sendiri oleh masyarakat Dusun Ngandong, yang dituduh belum terorganisir dengan baik dan mencuri kayu dari area taman nasional.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 151

Menurut Halimah Ginting, pengacara Pedoman Operasional IASC dari Lembaga Advokasi dan Bantuan A. Perlindungan kehidupan, Hukum Yogyakarta (LABH), warga keamanan, integritas fisik, dan tersebut dijebak. Pengadilan Negeri martabat Sleman memvonis warga tersebut dengan pidana penjara selama enam Hak untuk hidup adalah hak yang bulan dan dibebaskan pada Februari tidak bisa dikurangi atau dicabut 2012. Pendekatan hukum semacam ini dalam kondisi dan atas dasar alasan telah menghambat proses pemulihan apapun (non-derogable right). Negara dan tidak mendukung kebijakan negara telah berupaya untuk memenuhi untuk membangun penghidupan kewajibannya untuk melindungi hak warga masyarakat. Lebih lanjut, LSM untuk hidup dengan menyediakan mempertanyakan kebijakan pemerintah informasi yang akurat tentang aktivitas untuk membentuk Kawasan Strategis Gunung Merapi dalam rangka untuk Nasional Taman Nasional Gunung menyelamatkan hidup dan aset Merapi dan meminta supaya proses ini penghidupan masyarakat. Negara ditunda sebelum ada konsultasi dengan menerbitkan Peta KRB Merapi sebagai masyarakat dan LSM. alat untuk melindungi hak untuk hidup. Namun, negara gagal untuk PENGHORMATAN, PERLINDUNGAN, menginformasikan dan berkonsultasi DAN PEMENUHAN HAM DALAM dengan masyarakat ketika Peta KRB KEBIJAKAN REHABILITASI DAN Merapi didesain sejak awal. Kebijakan REKONSTRUKSI PASCA ERUPSI GN. relokasi bertujuan untuk menyelamatkan MERAPI nyawa manusia serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi. Namun, Analisis dalam bab ini kebijakan relokasi terlalu lamban dan mempergunakan Pedoman Operasional dirumuskan secara sepihak sehingga IASC untuk menguji kepatuhan negara ditentang oleh sekitar 750 keluarga. dalam menghormati, melindungi, Warga berargumen bahwa mereka dan memenuhi hak-hak masyarakat, berhak untuk mengejar kehidupan dan Analisis Pendekatan berbasis Hak mereka dan untuk mempertahankan Asasi Manusia untuk mengidentifikasi cara hidup mereka. Warga memahami kapasitas dari penyandang hak (individu bahwa letusan Gunung Merapi memang dan masyarakat) dan pengemban berbahaya dan mereka bersedia untuk kewajiban (negara), serta kesenjangan pindah sementara ketika terjadi letusan. antara kewajiban normatif negara dan Sebenarnya, antara masyarakat dan pelaksanaannya. 33 pemerintah memiliki perhatian yang 33 Poutiainen, Pirko et.al (2004). Methodology and Assessment. Rights-based Municipal Assessment Tools for Human Rights-based Analysis and and Planning Project. UNDP and OHCHR.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 152 sama atas hak untuk hidup. Namun, B. Perlindungan untuk penyediaan keduanya memiliki pandangan yang pangan, kesehatan, tempat berbeda tentang bagaimana memaknai tinggal, dan pendidikan hak untuk hidup dan letusan Gunung Merapi. Pandangan yang berbeda Bagi warga yang masih tinggal di itu menyebabkan konflik yang tempat hunian sementara, pemerintah menghambat proses rekonstruksi dan menyediakan pendidikan bagi anak- telah mengakibatkan diskriminasi anak atau diikutkan di sekolah terdekat. kepada masyarakat yang menentang Akan tetapi, pemerintah melarang kebijakan relokasi. Pemerintah melarang proses belajar mengajar di dusun-dusun warga kembali ke dusunnya berdasarkan yang masuk dalam kawasan terlarang. aturan perundang-undangan, se- Contohnya di Dusun Srunen, warga dangkan masyarakat berpendapat tidak dapat memperoleh haknya atas bahwa mereka kembali ke dusunnya pendidikan karena pemerintah tidak untuk mempertahankan hidupnya, menugaskan guru di dusun tersebut. memulihkan penghidupannya, dan Akibatnya, tenaga pengajar disediakan ingin hidup bermartabat. oleh para relawan dan LSM, atau Terhadap sekitar 79.000 orang sebagian ikut ke sekolah yang terdekat yang tinggal di Zona III (berbahaya), di Kabupaten Klaten. Menurut warga, pemerintah pusat merancang konsep mengirimkan anak-anak mereka ke “hidup harmonis dengan bencana.” Tujuannya adalah untuk membangun sekolah yang disarankan pemerintah kesadaran masyarakat, pengetahuan, membutuhkan biaya yang tidak murah dan membangun infrastruktur yang karena jaraknya sekitar 7 kilometer dari lebih baik untuk mempercepat evakuasi rumah mereka. Selain itu, masyarakat dalam rangka mendukung kebijakan juga tidak memiliki jaminan kesehatan pengurangan resiko bencana. Namun, masyarakat sehingga mereka harus konsep ini dirumuskan oleh pemerintah berobat dengan biaya sendiri. Adapun pusat di mana pandangan pemerintah untuk makanan, masyarakat yang masih daerah dan masyarakat terabaikan. tinggal di hunian sementara mengaku Pada 28 Agustus 2012, ketua BNPB hanya menerima bantuan beras menyampaikan bahwa terhadap sebanyak dua kali dan uang jaminan warga yang menolak relokasi, akan hidup dua kali, sehingga mereka harus diimplementasikan konsep “hidup mencukup kebutuhan hidupnya secara harmonis dengan bencana”, di mana mandiri dengan memakai tabungan pemerintah akan membangun jalur yang berasal dari uang ganti sapi yang evakuasi dan sistem peringatan dini. mati.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 153

C. Perlindungan yang berhubungan (BPN) agar program sertifikasi menjadi dengan perumahan, tanah dan lebih efisien dan lebih cepat. properti, serta mata pencaharian Selain itu, karena sebagian besar warga memperoleh penghasilan dari Berkaitan dengan rekonstruksi memerah susu sapi, pemerintah telah rumah secara permanen, pemerintah menggantikan lebih dari 3.000 sapi hanya mampu membangun rumah mati dalam bentuk uang tunai. Bagi sebanyak 146 unit sampai dengan yang sudah tinggal di hunian tetap dan Desember 2011, sehingga jauh dari pulang ke dusunnya, dana tersebut target yang dicanangkan, yaitu sekitar sudah dibelikan sapi sebagai modal membangun kembali penghidupannya. 500 rumah. Sehingga, sebagian besar Sedangkan bagi mereka yang masih warga masih tinggal di tempat hunian tinggal di hunian sementara, belum sementara. Kecuali, 750 keluarga yang dapat membeli sapi karena ketiadaan kembali ke dusun mereka di mana kandang dan lahan rumput pakan rumah-rumah mereka telah berdiri ternak. Pemerintah memiliki program dengan tegak. Selain itu, 92 keluarga untuk mengembangkan penghasilan menerima bantuan perumahan dari alternatif masyarakat, seperti beternak Perusahaan Telekomunikasi Qatar.34 ikan lele, makanan kecil, dan kerajinan. Program permukiman berbasis ko- Namun, program tersebut kurang munitas di dusun Pelemsari terbukti berhasil karena kurangnya keterampilan mampu memberdayakan masyarakat dan rendahnya komitmen dari kedua untuk membangun rumah secara lebih belah pihak. cepat dan lebih baik. Sehubungan Sementara Rencana Aksi RR Gunung dengan sertifikasi tanah di lahan-lahan Merapi hanya menekankan pada yang terkena erupsi, Pemerintah DIY program pembangunan infrastruktur telah memfasilitasi penerbitan 2.000 (fisik), sementara komponen untuk sertifikat tanah secara gratis, termasuk membangun dan memulihkan aspek yang tinggal di “daerah terlarang”. sosial dan ekonomi masyarakat sangat Menurut pejabat dari provinsi DIY, minim. Menurut Forum Kemanusiaan program sertifikasi tanah secara Indonesia (HFI), 80 persen dari isi gratis akan diteruskan dalam rangka Rencana Aksi RR Gunung Merapi s berisi untuk menjamin hak atas tanah bagi tentang pembangunan infrastruktur, masyarakat. Namun, pemerintah sedangkan pembangunan / pemulihan daerah harus meningkatkan koordinasi aspek kemanusiaan dan sumber dengan Badan Pertanahan Nasional daya manusia, terabaikan. Dewan 34 Despsos (2012). Merapi Disaster Victim Received House Aid from Qatar Telecom Village. Diakses dari Pengarah BNPB juga menyampaikan http://www.depsos.go.id/modules.php?name=Ne pendapat serupa, yaitu minimnya aspek ws&file=print&sid=16862

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 154 sosial dan ekonomi dalam Rencana Situasi ini disebabkan karena Aksi RR Gunung Merapi. Padahal, diabaikannya hak masyarakat aspek pemulihan mata pencaharian untuk berpartisipasi dan hak untuk sangat penting untuk keberhasilan mendapatkan informasi. Idealnya, program rekonstruksi. Oleh karena pemerintah harus membuka partisipasi itu, pemerintah harus menyusun masyarakat dari awal kebijakan program sosial dan ekonomi secara rehabilitasi dan rekonstruksi, karena lebih komprehensif untuk membangun kebijakan yang diputuskan akan dan keterampilan alternatif di luar sektor telah mempengaruhi masyarakat. pertanian. Selain itu, informasi mengenai kebijakan rekonstruksi tidak dijelaskan secara D. Perlindungan hak-hak sipil dan transparan dalam Rencana Aksi RR politik Gunung Merapi. Lemahnya koordinasi kebijakan di antara lembaga-lembaga Meskipun pemerintah menetapkan pemerintahan juga menyebabkan beberapa dusun sebagai “daerah minimya dukungan masyarakat atas terlarang”, sekitar 750 warga tetap kebijakan rekonstruksi. kembali untuk membangun kembali Selanjutnya, dalam rangka mening- penghidupannya. Sementara peme- katkan akuntabilitas kebijakan negara, rintah tidak mempunyai alternatif pemerintah seharusnya membentuk kebijakan yang bisa menghentikan mekanisme pengaduan masyarakat dan keinginan warga tersebut, selain hanya menyediakan solusi untuk masalah- berdasar pada Undang-Undang tentang masalah mendasar, seperti diskriminasi Perumahan dan Permukiman dengan terhadap warga yang menolak relokasi ancaman bisa mempidanakan warga dan kesehatan. Java Reconstruction yang bermukim di “daerah terlarang.” Fund form Warga meminta agar pemerintah menyediakan pengaduan tetap membuka komunikasi dan dialog di website mereka mengenai isu-isu dalam rangka untuk membangun yang berkaitan dengan rekonstruksi kesepahaman bersama. Gubernur perumahan. Namun, pengaduan DIY memerintahkan para pejabat tersebut hanya dapat diakses oleh di jajarannya untuk menjaga dan mereka yang memiliki akses internet memelihara dialog dengan masyarakat dan telepon. Dalam banyak kasus, jika dan menghindari pemaksaan kehendak ada masalah, warga akan berbicara ke terkait dengan kebijakan relokasi, lebih wartawan. Namun, pemerintah akan mempromosikan pendekatan budaya berpendapat bahwa media membesar- untuk membujuk masyarakat supaya besarkan masalah dan akhirnya hanya mau direlokasi secara sukarela. memicu konflik secara struktural.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 155

Analisis pendekatan berbasis hak B. analisis kapasitas penyandang hak asasi manusia dan pemetaan hak

A. analisis sebab akibat Warga memiliki kapasitas dan kesadaran hak asasi manusia yang Meskipun erupsi GunungMerapi berbeda-beda. Sebagian dari mereka adalah fenomena alam, namun sadar atas hak-haknya, seperti hak dampaknya terkait erat dengan hak untuk hidup, hak untuk mencari penghidupan, dan hak atas perumahan. asasi manusia. Lambannya kebijakan Warga juga memiliki kemampuan untuk rekonstruksi dan penolakan atas mengakses informasi, kemampuan kebijakan relokasi disebabkan oleh untuk berorganisasi dan berpartisipasi, beberapa hal. Pertama, lemahnya dan kemampuan untuk membela hak- koordinasi antar instansi pemerintah haknya. Selanjutnya, warga memiliki sehingga menghambat proses pe- kapasitas dan kohesi sosial untuk mulihan kehidupan masyarakat secara membela hak-haknya. Warga memiliki tepat waktu. Kedua, pengabaian hak kemampuan untuk memengaruhi atas partisipasi dan hak atas informasi kebijakan yang penting bagi kehidupan sejak proses awal kebijakan rekonstruksi mereka. Namun, ada perbedaan kapasitas di antara warga dan antar didesain. Ketiga, diskriminasi terhadap kelompok masyarakat. Warga yang warga yang menolak kebijakan memiliki kapasitas dan kemampuan relokasi. Keempat, minimnya pelayanan yang lebih baik mampu memulihkan kebutuhan dasar di tempat hunian penghidupannya secara lebih cepat sementara sehingga menciptakan dibandingkan dengan warga yang kerentanan yang lebih besar. Faktor- berkemampuan kurang. Warga yang faktor tersebut selain menyebabkan memiliki kemampuan yang lebih besar lambannya proses rekonstruksi, juga mampu untuk membangun kembali menghasilkan kebijakan publik yang kehidupan mereka secara lebih efektif dengan dukungan minimal dari tidak legitimate. Pada gilirannya, pemerintah. Warga yang kembali tujuan dari program pengurangan ke dusunnya mampu pulih dengan resiko bencana akan gagal. Pemerintah cepat baik secara sosial dan ekonomi. memandang masyarakat sebagai Namun, di dalam masyarakat, berbagai korban yang tidak berdaya, padahal individu memiliki tingkat kekuatan dan kenyataannya, masyarakat memiliki kemampuan yang berbeda, misalnya, kapasitas dan kemampuan untuk ada kelompok elit di masyarakat yang beradaptasi dengan erupsi yang terjadi mengambil keuntungan selama proses rekonstruksi dan kurangnya partisipasi secara periodik.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 156 perempuan. Oleh karena itu, pemetaan orang-orang tersebut memiliki kapasitas kekuatan diperlukan untuk menangkap dan kemampuan untuk menyelamatkan kondisi nyata di dalam masyarakat diri dari letusan dan memulihkan dirinya sehingga pendekatan hak asasi manusia secara efektif, namun pemerintah tidak akan lebih fokus pada orang-orang mengakui kapasitas dan kemampuan yang paling rentan. masyarakat sebagai aset untuk program rekonstruksi. C. analisis kerentanan D. analisis kapasitas pengemban Mereka yang termasuk dalam kewajiban dan pemetaan kelompok rentan sesuai dengan kewajiban perspektif hak asasi manusia adalah perempuan, orang tua, anak- Pengemban kewajiban memiliki anak, anak yatim, dan orang cacat. otoritas dan wewenang menurut Pemerintah menyediakan biaya gratis peraturan perundang-undang, seperti UU dan bantuan bagi mereka yang cacat tentang Penanggulangan Bencana, UU atau terluka akibat erupsi. Namun, tentang Perumahan dan Pemukiman, tidak ditemukan program yang dan UU tentang Penataan Ruang. komprehensif bagi orang-orang rentan selama program rekonstruksi, kecuali Menurut undang-undang, pemerintah pelatihan dan pengembangan ekonomi berwenang untuk merelokasi warga bagi perempuan, orang tua tunggal, secara “paksa”. Namun, pemerintah dan yatim piatu. Skema rekonstruksi harus berhati-hati dan melihat konteks perumahan melalui Java Reconstruction dalam menerapkan hukum untuk Fund menimbulkan kesulitan bagi menghindari konflik dan diskriminasi. orang tua tunggal atau orang lanjut Sebagai pengemban kewajiban, usia, karena semua penerima, tanpa negara wajib menghormati, me- terkecuali, harus berkontribusi secara lindungi, dan memenuhi hak asasi parsial dengan menyediakan bahan manusia. Dalam hal kewajiban bangunan seperti pasir dan batu untuk untuk menghormati, negara telah konstruksi rumah. menghormati pendapat, nilai-nilai, Selanjutnya, orang-orang yang dan keputusan masyarakat atas rentan adalah 750 keluarga karena kebijakan relokasi. Negara tidak akan menjadi korban diskriminasi kebijakan memaksakan kebijakan relokasi kepada pemerintah. Mereka dianggap sebagai mereka yang menolak. Namun, negara kelompok yang melawan kebijakan harus mengambil tindakan segera untuk pemerintah sehingga mereka tidak mengatasi masalah diskriminasi karena memperoleh kompensasi atas kehi- mengisolasi masyarakat dari program- langan harta bendanya dan diisolasi program pembangunan dan pelayanan dari program pembangunan. Meskipun publik adalah tindakan yang tidak

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 157 bijaksana dan kontra produktif dengan Isu penting lainnya adalah usulan untuk maksud dari kebijakan rehabilitasi mendirikan Kawasan Strategis Nasional dan rekonstruksi. Pemerintah harus TNGM yang diproses tanpa partisipasi meningkatkan dialog dan menjaga masyarakat dan tidak transparan. hubungan baik dengan masyarakat. Dengan demikian, untuk mencegah Gubernur DIY menggarisbawahi potensi masalah lebih lanjut atas usulan pentingnya dialog terus menerus ini, pemerintah harus berkomunikasi dengan masyarakat. Kebijakan ini harus dan berkonsultasi dengan masyarakat diterjemahkan ke dalam program oleh dan stake holder terkait (LSM / media). jajaran pemerintahan daerah untuk Kewajiban untuk memenuhi terus membangun saling pengertian hak asasi manusia tercermin dalam antara pemerintah dan masyarakat. Rencana Aksi RR Gunung Merapi yang Sedangkan atas kewajiban menjelaskan bahwa dalam waktu tiga untuk melindungi, seorang warga tahun (2011-2013), rekonstruksi akan dikriminalisasi oleh petugas Taman selesai dengan beberapa indikator Nasional Gunung Merapi (TNGM). Oleh output, dan hasil. Namun, rencana aksi karena itu, BNPB harus menetapkan tersebut tidak menunjukkan indikator kebijakan yang lebih komprehensif output, dan hasil yang memadai untuk dan meminta otoritas taman nasional pengembangan kapasitas manusia dan atau institusi lainnya untuk mendukung aspek sosial ekonomi. Kewajiban untuk proses pemulihan warga dengan cara mengambil langkah yang diperlukan menghindari tindakan hukum yang akan dengan menggunakan sumber daya mempengaruhi kebijakan rekonstruksi secara maksimum mengharuskan secara keseluruhan. Selain itu, karena pemerintah untuk mengambil tindakan rekonstruksi akan berlangsung sampai yang diperlukan untuk memenuhi hak 2013, negara seharusnya membuat asasi manusia, seperti merealisasikan peraturan yang mampu melindungi perumahan secara cepat, memulihkan warga dari setiap potensi pelanggaran mata pencaharian, dan menyediakan hak asasi manusia, seperti kegiatan fasilitas kesehatan. Namun, kewajiban penambangan pasir yang sebagian ini tidak ditampilkan secara memadai besar dioperasikan oleh perusahaan- dan jelas dalam kebijakan rekonstruksi. perusahaan besar. Penambangan pasir adalah isu utama di sekitar Gunung E. analisis pengaruh eksternal Merapi karena pasca erupsi, Gunung Merapi menghasilkan pasir berkualitas Beberapa organisasi internasional, tinggi yang dijual di luar daerah. seperti UNDP dan UNOCHA, Pemerintah harus mampu mengelola mempunyai program untuk sumber daya pasir yang berlimpah untuk meningkatkan koordinasi antar para mendukung proses pemulihan warga. pemangku kepentingan, membangun

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 158 kapasitas aparat pemerintah, dan F. analisis kesenjangan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan tentang bencana alam. Analisis ini melihat kesenjangan Tujuannya adalah untuk mengisi antara apa yang seharusnya dilakukan kesenjangan kapasitas aparat pemerintah oleh negara untuk menghormati, sehingga mampu menjalankan melindungi, dan memenuhi hak kewajibannya secara benar. UNOCHA asasi manusia dan implementasinya. mendanai beberapa proyek yang di Negara berkomitmen untuk memenuhi masa tanggap darurat dan pemulihan. kewajiban untuk menghormati Beberapa LSM lokal menyarankan agar hak asasi manusia di mana bagi UNOCHA lebih mengakomodasi LSM masyarakat yang menolak kebijakan lokal sehingga dapat mengakses dana relokasi, tidak akan dipaksa. Namun, secara langsung untuk meningkatkan negara tidak cukup melaksanakan kapasitas organisasi dan masyarakat kewajibannya untuk melindungi karena lokal. Beberapa LSM lokal telah sangat kurangnya kapasitas sumber daya aktif dalam membantu masyarakat, manusia aparatur pemerintah dalam seperti Arkom dan Walhi Yogyakarta. hal berkomunikasi, bernegosiasi, dan Untuk melindungi masyarakat, LABH resolusi konflik. Terutama atas isu Yogyakarta mendampingi warga diskriminasi kebijakan terhadap mereka yang dikriminalisasi oleh Polisi Taman yang menolak kebijakan relokasi. Selain Nasional Gunung Merapi. Meskipun itu, negara gagal melindungi warga LABH tidak langsung bekerja untuk yang dikriminalisasi oleh Polisi Taman program rekonstruksi, pekerjaan Nasional Gunung Merapi. Negara juga mereka mencerminkan kontribusi dari tidak cukup untuk memperlihatkan aktor non-negara untuk melindungi hak komitmen mereka untuk memenuhi asasi manusia. Singkatnya, kontribusi hak asasi manusia dalam Rencana aktor non-negara adalah, pertama Aksi RR Merapi, khususnya dalam menyediakan dan memfasilitasi hak- mempromosikan dan memfasilitasi hak dasar masyarakat yang terkena hak atas perumahan, pendidikan, dan dampak. Kedua, memfasilitasi kesehatan secara tepat waktu, progresif, peningkatan kapasitas warga untuk dan dengan memobilisasi sumber daya mengklaim dan memenuhi hak- secara maksimum. haknya. Ketiga, mereka memfasilitasi Lebih lanjut, adanya kesenjangan peningkatan kapasitas lembaga negara yang lebar antara maksud dari kebijakan untuk menjalankan kewajibannya dan rekonstruksi dan implementasinya meningkatkan akuntabilitas lembaga adalah karena kurangnya kapasitas pemerintahan. pemerintah dalam berkoordinasi dan minimnya kapasitas dalam

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 159 berkomunikasi secara efektif dan dalam tujuan dari kebijakan rehabilitasi dan membangun partisipasi masyarakat. rekonstruksi dengan implementasinya, Menurut Undang-Undang tentang dikarenakan oleh beberapa hal. Perumahan dan Permukiman, mereka Pertama, pengabaian hak masyarakat yang tinggal di “daerah terlarang” untuk berpartisipasi. Kebijakan relokasi bisa dipidanakan. Padahal, masyarakat dirumuskan secara sepihak oleh kembali ke daerahnya adalah pemerintah pusat dan daerah sehingga sebagai akibat lambannya kebijakan gagal menangkap perspektif dan aspirasi rekonstruksi. Kebijakan rekonstruksi masyarakat. Negara telah mengabaikan dimulai pada 23 Juli 2011, sedangkan hak untuk berpartisipasi yang dijamin di masyarakat mulai membangun kembali dalam Kovenan Internasional Hak Sipil rumah dan mata pencaharian mereka dan Politik (ICCPR) pada Pasal 25 (a) pada bulan Februari 2011. Di samping dan (b) yang akibatnya menghasilkan itu, minimnya penyediaan kebutuhan kebijakan relokasi yang tidak legitimate dasar di tempat hunian sementara di mata masyarakat. Dikarenakan dan tidak adanya partisipasi dan akses kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap informasi sejak proses awal akan berlaku hingga tahun 2013, kebijakan rekonstruksi dirumuskan. negara harus memperbaiki kebijakan Kesenjangan antara kebijakan dan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan kebutuhan masyarakat menyebabkan partisipasi masyarakat secara substansial diskriminasi dan konflik yang dan bermakna dalam setiap langkah menghambat kebijakan rekonstruksi proses perumusan kebijakan. Partisipasi dan tujuan dari pengurangan resiko yang berarti akan menciptakan rasa bencana yaitu meminimalkan dampak kepemilikan yang kuat atas sebuah serta korban dan membangun kembali kebijakan publik karena masyarakat kehidupan masyarakat secara lebih baik berkontribusi dan memutuskan dan lebih kuat. Selain itu, kurangnya kebijakan tersebut sehingga dengan koordinasi antar instansi pemerintah demikian mempunyai tanggung jawab juga menciptakan kebijakan yang untuk melaksanakan, memantau, dan tidak efektif dan inefisiensi anggaran mengevaluasinya. yang menyebabkan lemahnya kinerja Kedua, negara juga mengabaikan negara dalam memenuhi hak-hak dasar hak atas informasi yang sangat penting masyarakat.berkembang. untuk menciptakan kebijakan yang transparan dan akuntabel. Hak atas KESIMPULAN informasi dijamin dalam UUD 1945 di dalam Pasal 28 (f) dan UU No. 39 Tahun Sebagai kesimpulan, terdapat 1999 tentang HAM di dalam Pasal 14. kesenjangan yang lebar antara Masyarakat berhak untuk mengetahui

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 160 setiap kebijakan publik karena akan ini harus diterjemahkan secara tepat mempengaruhi kehidupan dan masa sesuai dengan konteks peristiwanya, depan mereka. Oleh karena itu, negara di mana masyarakat kembali pulang ke wajib untuk memberikan informasi dan dusunnya adalah bukan dengan tujuan berkonsultasi dengan masyarakat dalam atau niat untuk melanggar hukum, setiap proses pembuatan kebijakan namun untuk mempertahankan hidup rehabilitasi dan rekonstruksi. Meskipun dan penghidupan mereka. Hak untuk Peta KRB Gunung Merapi adalah produk mengejar taraf kehidupan yang lebih yang sangat teknis, namun masyarakat baik dijamin di dalam Undang-Undang berhak untuk mengetahui dan diajak No. 39 Tahun 1999 tentang HAM berkonsultasi karena peta tersebut di Pasal 9 ayat (1) dan (2). Selain itu, mengakibatkan perubahan pola hidup meskipun pemerintah tahu bahwa dan berdampak atas kehidupan dan masyarakat secara bergelombang masa depan masyarakat. kembali ke tanah mereka, namun Ketiga, proses pembuatan kebijakan pemerintah mengabaikan dan tidak rehabilitasi dan rekonstruksi yang terlalu ada upaya untuk menangguhkan sentralistis dan birokratis. Hal ini jelas kegiatan masyarakat yang mem- ditunjukkan dengan konsep “hidup bangun rumahnya sejak Februari harmonis dengan bencana” yang 2011. Kebijakan pemerintah yang mengabaikan pandangan pemerintah menetapkan beberapa dusun sebagai daerah sehingga pemerintah daerah, “daerah terlarang” sangat terlambat seperti diungkapkan oleh Gubernur karena masyarakat sudah menetap DIY tidak mampu untuk menjelaskan dan mendirikan rumahnya beberapa konsep ini ke masyarakat, apalagi bulan sebelum kebijakan tersebut menerapkannya. Pemerintah ber- diputuskan. Kebijakan rehabilitasi dan alasan bahwa justifikasi untuk tidak rekonstruksi baru secara resmi dimulai mendukung dan melakukan diskriminasi pada tanggal 23 Juli 2011, sementara kebijakan terhadap masyarakat yang proses rehabilitasi dan rekonstruksi menolak relokasi adalah amanat dari berbasis masyarakat telah dimulai sejak Undang-Undang tentang Perumahan Februari 2011. dan Permukiman dan Undang-Undang Selanjutnya, Rencana Aksi Reha- tentang Penataan Ruang. Padahal, bilitasi dan Rekonstruksi Pasca Undang-Undang tentang Perumahan Erupsi Gunung Merapi tidak secara dan Permukiman baru secara resmi memadai menunjukkan komitmen berlaku sejak Januari 2011 sehingga dan kewajiban negara untuk me- masih membutuhkan langkah-langkah menuhi hak masyarakat atas lebih lanjut untuk pelaksanaan di tingkat perumahan, pendidikan, kesehatan, lokal. Oleh karena itu, undang-undang dan penghidupan sosial dan ekonomi.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 161

Menurut Komite Hak-hak Ekonomi, dan mengintegrasikan pendekatan Sosial, dan Budaya, realisasi penuh atas hak asasi manusia dalam kebijakan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya rehabilitasi dan rekonstruksi, yaitu agar mengharuskan pemerintah untuk penyelenggara pemerintahan: mengambil langkah-langkah strategis 1. Menghormati dan memenuhi hak dan memobilisasi sumber daya secara masyarakat untuk berpartisipasi dan maksimal, termasuk melalui kerja sama mengadukan konsultasi yang setara, internasional. Dalam Komentar Umum khususnya terhadap masyarakat Nomor 3 Tahun 1990, Komite Hak yang menolak kebijakan relokasi, Ekosob menjelaskan tentang kewajiban menangani masalah diskriminasi untuk bertindak dan kewajiban atas terhadap masyarakat yang menolak hasil. Kewajiban untuk bertindak relokasi dengan kebijakan yang berarti bahwa pemerintah harus tepat, dan memberikan kompensasi/ mengambil langkah yang diperlukan bantuan kepada setiap masyarakat untuk mewujudkan hak-hak ekonomi, yang paling terdampak, tanpa sosial, dan budaya dalam jangka waktu terkecuali (non-diskriminasi), tertentu, ada target, progresif, dan 2. Memenuhi hak-hak dasar kongkret. Sedangkan kewajiban atas masyarakat yang masih tinggal di hasil berarti bahwa realisasi hak-hak tempat-tempat hunian sementara, ekonomi, sosial, dan budaya harus dengan menyediakan pelayanan progresif, mengingat fakta bahwa kesehatan yang layak, makanan, untuk merealisasikan hak-hak ekonomi, air, sanitasi, dan tempat tinggal, sosial, dan budaya secara penuh untuk menghormati martabat diperlukan sumber daya yang besar dan kemanusiaan mereka, tidak mungkin untuk dicapai sesegera mungkin. Oleh karena itu, pemerintah 3. Mengambil langkah-langkah dan harus memasukkan gagasan realisasi tindakan strategis untuk memenuhi progresif dalam pemenuhan hak-hak hak atas perumahan secara progresif ekonomi, sosial, dan budaya dalam berbasiskan partisipasi masyarakat Rencana Aksi Program Rehabilitasi dengan memprioritaskan orang- dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Gunung orang rentan (orang lanjut usia, Merapi. orang tua tanggal, anak-anak, wanita, dll), REKOMENDASI 4. Melindungi dan memenuhi hak atas tanah masyarakat pling terdampak Rekomendasi pertama bertujuan dengan memfasilitasi sertifikasi untuk memulihkan hak asasi manusia tanah secara gratis untuk menjamin yang telah diabaikan oleh negara keamanan kepemilikan atas tanah,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 162

5. Menyediakan mekanisme mengatasi masalah diskriminasi penanganan keluhan untuk terhadap masyarakat yang menolak memastikan bahwa keluhan dari relokasi, masyarakat terkait dengan kebijakan 10. Aktor non-negara, seperti UNDP rehabilitasi dan rekonstruksi dan UNOCHA, agar meningkatkan dapat direspon secara cepat dan kapasitas dan akuntabilitas ne- dipulihkan, gara, kapasitas dan kapabilitas 6. Meningkatkan akuntabilitas dan masyarakat, serta memberdayakan transparansi dengan menyediakan dan meningkatkan kapasitas LSM informasi tentang kebijakan lokal dalam mengakses dana dan rehabilitasi dan rekonstruksi berikut program. pencapaiannya dengan membangun mekanisme komunikasi yang Rekomendasi kedua bertujuan konstruktif dengan masyarakat untuk mengintegrasikan pendekatan dan lembaga-lembaga swadaya berbasis hak asasi manusia ke dalam masyarakat, kebijakan pengurangan resiko bencana 7. Menyempurnakan Dokumen Ren- di wilayah Gunung Merapi, yaitu agar cana Aksi Program Rehabilitasi penyelenggara pemerintahan: dan Rekonstruksi Pasca Erupsi 1. Mengidentifikasi dan mengakui Gunung Merapi tahun 2011- penyandang hak berikut hak- 2013 dengan menekankan untuk haknya, dan menjelaskan langkah- mengembangkan kapasitas dan langkah pengemban kewajiban kapabilitas masyarakat, meng- dalam melaksanakan tugasnya gambarkan tindakan progresif dan supaya lebih akuntabel dalam langkah-langkah strategis untuk kebijakan pengurangan resiko memulihkan dan meningkatkan pe- bencana dan program-program nghidupan masyarakat , di antaranya pembangunan di wilayah Gunung pendidikan, perumahan, air, dan Merapi, kesehatan, 8. Mengakui dan mengintegrasikan 2. Mengintegrasikan norma-norma, modal sosial, daya tahan, dan standar, dan prinsip-prinsip kapabilitas kolektif masyarakat ke hukum hak asasi manusia ke dalam kebijakan rehabilitasi dan dalam rencana, kebijakan, dan rekonstruksi agar supaya lebih proses pelaksanaan kebijakan komprehensif, pengurangan resiko bencana dan program pembangunan di wilayah 9. Komnas HAM agar membentuk tim Gunung Merapi, untuk memantau proses rehabilitasi dan rekonstruksi dan untuk 3. Mengidentifikasi dan menginte-

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 163

grasikan modal sosial, pengetahuan Merapi, membangun keterampilan lokal, dan daya tahan masyarakat kaum muda, meningkatkan dalam kebijakan pengurangan informasi dan teknologi, dan resiko bencana di wilayah Gunung konservasi lingkungan. Negara Merapi. Sebagai contoh, dalam masa agar memanfaatkan pengetahuan evakuasi, hunian sementara berbasis lokal dan ketahanan masyarakat masyarakat berhasil dibangun sebagai nilai-nilai penting dalam melalui jejaring sosial dan solidaritas membangun kualitas manusia di di antara masyarakat. Masyarakat sekitar Gunung Merapi. telah mampu membangun kembali penghidupannya secara lebih cepat adalah bukti bahwa mereka memiliki kemampuan dan ketahanan dalam merespon bencana, sehingga pemerintah harus mengakuinya dalam kebijakan manajemen bencana di sekitar Gunung Merapi, 4. Menyusun kebijakan pengurangan resiko bencana secara lebih komprehensif dan terpadu dengan melibatkan para pemangku kepentingan di berbagai sektor dengan menekankan pada masyarakat lokal dan LSM lokal, 5. Menunda usulan/proses pemben- tukan Kawasan Strategis Taman Nasional Gunung Merapi dan agar membangun proses konsultasi yang bermakna dengan masyarakat lokal dan LSM, 6. Meningkatkan kapasitas dan kapa- bilitas masyarakat melalui pendidikan dan pembangunan kapasitas pe- ngurangan resiko bencana untuk membangun kesiapsiagaan dan mitigasi yang lebih baik. Di antaranya, pendidikan pengurangan resiko bencana di sekolah sekitar Gunung

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 164

DAFTAR PUSTAKA 2010. London: The Brookings Institution –London School of Economics Project Abebe, A. M. (2011). Special Report- on Internal Displacement. Human Rights in the Context of Hemelrijck, Adinda (2008). Empowerment Disasters: The Special Session of the UN in Rights-Based Programming: Human Rights Council on Haiti. Journal Implications for the Work of Oxfam of Human Rights, 10(1), 99-111. America. Paper presented at the LEAD Boesen, Jakob Kirkemman and Martin International Discussion Paper. Tomas (2007). Applying a Rights-based Inter-Agency Standing Committee Approach: An Inspirational Guide for (2011). IASC Operational Guidelines on Civil Society. Copenhagen: Danish the Protection of Persons in Situations Institute for Human Rights. of Natural Disasters. Published by the BNPB (2011). Rencana Aksi Rehabilitasi Brooking – Bern Project on Internal dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Displacement (IASC, Brooking Bencana Erupsi GunungMerapi di Institution, and University of Bern). Provinsi DI. Yogyakarta dan Provinsi Jochnick, Chris and Garzon Paulina Jawa Tengah Tahun 2011-2013. Badan (2002). Rights-based Approaches to Nasional Penanggulangan Bencana dan Development: An Overview of the Bappenas Indonesia. Field. A paper prepared for CARE and BNPB (2010). National Disaster Oxfam-America funded bythe Ford Management Plan2010-2014. Jakarta: Foundation The Indonesian National Agency for JRF-Rekompak (2012). Capaian Penyu- Disaster Management. sunan Dokumen Rencana Penataan Despsos (2012). Merapi Disaster Permukiman Pasca Erupsi Merapi: Victim Received House Aid from Qatar Pelaksanaan Bantuan Dana Lingkungan Telecom Village. Retrievedfrom http:// dan Pelaksanaan Bantuan Dana Rumah www.depsos.go.id/modules.php?name Status per 16 Januari 2012. Yogyakarta. =News&file=print&sid=16862 Kovenan Internasional tentang Hak Ferris, Elizabeth (2010). Natural Sipil dan Politik (1966) Disasters and Human Rights: Comparing Responses to Haiti and Pakistan. Paper Kovenan Internasional tentang Hak presented at the Presentation at Center Ekonomi, Sosial, dan Budaya (1966) for Human Rights and International Keputusan Presiden No. 16 Tahun Justice. 2011 tentang Tim Koordinasi untuk Ferris, Elizabeth and Petz, Daniel Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca (2011). A Year of Living Dangerously: Erupsi Gunung Merapi Tahun 2011- A Review of Natural Disasterin 2013

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 165

Kedaulatan Rakyat (2012). Warga Nasional Pengelolaan Resiko Bencana Merapi Tolak Relokasi Tak Takut berbasis Komunitas ke 7 di Yogyakarta, Dipidana. Retrieved from www. 6 Desember 2011. krjojogja.co.id Sukhyar, R (2012). Mitigasi Bencana Komnas HAM (2012). Monitoring GN. Merapi Pasca Erupsi 2010 dalam Hak-hak Warga Terdampak Erupsi Gn. Perspektif HAM. Makalah untuk Merapi. Komnas HAM, 4Januari 2012 Seminar HAM dan Bencana Alam di Misereor, et al. (2011). World Risk Komnas HAM, 4 Januari 2012. Report 2011. The Sphere (2011). The Humanitarian Office of the High Commissioner of Charter and Minimum Standards in Human Rights (1990). CESCR General Humanitarian Response. Comment 3: the Nature ofStates Parties UNISDR (2005). Hyogo Frameworks Obligations. Geneva. of Actions 2005-2015. United Nations Peraturan Presiden (Draft) tentang International Strategis for Disaster Kawasan Startegis Nasional TNGM Reduction. Peraturan Kepala BNPB No. 5 Tahun Undang-Undang Dasar 1945 2011 tentang Rencana Aksi Program Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca tentang Perumahan dan Permukiman Erupsi Gunung Merapi Tahun 2011- Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 2013 tentang Penanggulangan Bencana Peraturan Kepala BNPB No. 6 Tahun Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 2011 tentang Tim Pendamping Teknis tentang Hak Asasi Manusia Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 2011-2013 tentang Penataan Ruang Poutiainen, Pirko et.al (2004). Methodology and Tools for Human Rights-based Analysis and Assessment. Rights-based Municipal Assessment and Planning Project. UNDP and OHCHR. Rand, Jude and Watson (2007). Rights- based Approaches: Learning Project. Boston: Oxfam America and CARE USA. Sjamsinarsi, Rani (2011). Pendekatan Kultural dalam Relokasi. Konferensi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi 166

RIWAYAT HIDUP Mimin Dwi Hartono

Nama: Mimin Dwi Hartono Tempat/Tgl Lahir: Sleman/24 Maret 1977 Pekerjaan: Pemantau Situasi HAM Lembaga: Komnas HAM

Pendidikan:

-S1 Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi UGM, 1995-2001 -S2 Master of Arts in Sustainable International Development di Heller School for Social Policy and Management, Brandeis University, Massachusset USA, 2010-2012 -Summer School on Human Rights and Genocide di Harvard University, 2011

Pengalaman:

Koordinator Eksekutif Yayasan Wana Mandhira, 2001-2003 Dewan Daerah Walhi DIY, 2003-2005 Focal Point South East Asia Committe for Advocacy (SEACA), 2004-2005

Pelatihan: Training on UPR and Public Participation, Denmark, 2012 Training on Peace Building, Amerika Serikat, 2011 Training on Humanitarian Law and Human Rights, Bangkok, 2007

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETENSIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA Pidana mati DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL Saharuddin Daming

Abstrak

Menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan hak asasi manusia (HAM) atau sebaliknya menegakkan HAM berbasis hukum dan keadilan merupakan cita-cita masyarakat demokratis. Namun harapan tersebut belum dapat terwujud secara penuh akibat tantangan secara multi dimensional datang silih berganti. Salah satu persoalan HAM versus keadilan yang kini menjadi polemik besar adalah pidana mati. Isu ini membelah pendapat publik antara pro dan kontra dengan masing-masing argumentasi disandarkan pada dalil yang bersifat rasional dan empiris.

Kubu yang menolak pidana mati, merujuk pada prinsip HAM khususnya hak hidup sebagai hak yang tidak dapat dikurangi, dicabut apalagi dirampas oleh siapapun dan dalam keadaan apapun. Hak tersebut merupakan anugerah Tuhan yang Maha Esa sehingga manusia tak dapat mencabut atas nama hukum sekalipun seperti yang tercermin dalam lembaga pidana mati. Melalui gerakan abolisionis, mereka menggalang kekuatan untuk berjuang menghapus pidana mati dalam sistiem hukum di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sebaliknya kubu yang mendukung pidana mati juga mengacu pada prinsip HAM terutama pada aspek kewajiban asasi yang melekat pada setiap manusia. Ketika seseorang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 167 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 168 melakukan kejahatan yang sangat keji dan sadis misalnya maka ia telah melanggar hak asasi orang lain sekaligus melanggar kewajiban asasinya. Jika ia dijatuhi pidana mati oleh pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku, maka hal tersebut merupakan tanggungjawab yang harus ia tunaikan demi keadilan sebagai bagian penting dari HAM.

Dalam hal ini bukan hanya terpidana yang perlu mendapat perlindungan HAM tetapi korban dan keluarganya maupun masyarakat secara luas juga memiliki HAM yang harus ditegakkan secara adil. Kubu ini juga melakukan gerakan retensionisme untuk mempertahankan lembaga pidana mati dalam sistem hukum yang berlaku. Menghapus pidana mati menurut mereka berarti membiarkan terjadinya pelanggaran HAM baru yang lebih serius sekaligus mencabut perasaan keadilan dari akar budaya hukum yang harus dihormati oleh siapapun.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 169

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETENSIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA Pidana mati DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL

A. PENDAHULUAN lainnya, terkesan mendelegitimasi sejumlah putusan MA tentang pidana ro dan kontra tentang pidana mati kepada Astini, Sumarsih, dan Amrozi mati kembali menjadi polemik dkk yang kesemuanya telah dieksekusi Phangat dalam wacana publik Hebohnya lagi karena putusan MA dewasa ini menyusul putusan Mahkamah tersebut dengan tiba-tiba merujuk norma Agung (MA) No 39 K/Pid.Sus/2011 HAM dalam konstitusi, menimbulkan membebaskan Hengky Gunawan kerancuan hukum. Selain terkesan (gembong narkoba) yang sebelumnya menjadi pahlawan kesiangan dalam telah divonis dengan pidana mati. Majelis membela keadilan terpidana atas nama hakim yang terdiri dari Imron Anwari, HAM, putusan MA tersebut juga telah Achmad Yamanie dan hakim Nyak memasuki wilayah ultra competentie (di Pha berani mengambil putusan seperti luar batas kewenangan). Betapa tidak itu dengan dalil bahwa pidana mati karena dalam putusan MA tersebut bertentangan dengan hak asasi manusia dalam tingkat Peninjauan Kembali (PK), (HAM). Pandangan majelis hakim seperti terkesan menguji putusan sebelumnya itu dinilai sejumlah kalangan sebagai pada tingkat Kasasi dengan norma HAM putusan yang inkonsisten. Selain karena dalam konstitusi. Hal ini tentu saja tidak menodai semangat untuk memerangi lazim dalam ruang lingkup kewenangan narkoba dan berbagai kejahatan sadis MA, karena tugas tersebut justru

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 170 merupakan wewewang Mahkamah sikap non kompromi terhadap kejahatan Konstitusi (MK). narkoba sebagaimana yang ditunjukkan Belum tuntas perdebatan publik Deny Indrayana (Wamenkumham) saat mengenai putusan MA tersebut di atas, menyupervisi BNN dalam menggerebek serangan balik terhadap perang melawan bandar narkoba di Rutan Pekanbaru narkoba dengan justifikasi HAM dan Riau yang berujung dengan pemukulan keadilan, muncul dari presiden sebagai terhadap seorang sipir. kepala negara yang menggunakan hak Menegakkan hukum dan keadilan prerogatifnya dalam Pasal 14 ayat 1 UU memang bukan perkara mudah karena 1945, memberikan grasi kepada sejumlah anasir non hukum maupun persoalan terpidana mati menjadi hukuman seumur interpretasi lebih dominan daripada hidup. Masing-masing Merika Pranola hukum itu sendiri. Bagaimana pun (Keppres No. 35/G/2011), Deni Setia menurut Bambang Purnomo bahwa hal Maharwa (Keppres No. 7/G/2012), itu sesuai dengan perkembangan hukum Schapelle Leigh Corby (Keppres No. pidana yang meliputi tiga dimensi, yaitu 22/G/2012) dan Peter Achim Franz dimensi pertama hukum pidana materiil Grobmann (Keppres No. 23/G/2012). yakni ancaman pidana mati, dimensi Alhasil niat baik Presiden dan MA kedua hukum acara pidana yakni untuk menegakkan keadilan melalui penerapan pidana mati oleh hakim, dan HAM seperti kebijakan tersebut di dimensi ketika adalah hukum eksekusi atas, kontan menyulut badai kritik pidana yang dalam kasus pidana dari berbagai pihak. Pasalnya karena mati timbul kritik-kritik tajam karena putusan tersebut di nilai oleh banyak eksekusinya memakan waktu lama; ia kalangan telah menciderai komitmen kita beranjak dari beberapa teori pemidanaan, khususnya badan peradilan dan presiden yaitu: sendiri yang berkomitmen berada pada a. teori pidana secara alternatif, sehingga garis terdepan dalam perang melawan ada ajaran bahwa pidana mati itu penyalahgunaan narkoba. Padahal masih pilihan terakhir, kalau ada alternatif segar dalam ingatan kita, bagaimana lain, jatuhkanlah pidana yang lain, pengadilan negeri diberbagai tempat bukan pidana mati; berjibaku melawan kejahatan narkoba b. konsep yang kedua adalah statemen dengan putusan yang sangat tegas PBB sejak tahun 1956 dengan tema hingga pidana mati kepada produsen dan “The Prevention of Crime dan the pengedarnya. Treatment of Offender” yang Demikian pula Pemerintah melalui sudah menyisihkan konsep lama Menkumham mengeluarkan kebijakan tentang Repression of Crime dan moratorium atau pengetatan remisi The Punishment of Offender yang bagi terpidana narkoba, korupsi dan sudah mulai terbelakang, diganti terorisme. Hal yang sangat eksotis adalah dengan the treatment;

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 171 c. konsep yang menyatakan bahwa untuk dilakukan keputusan abolisi dalam sanksi pidana itu termasuk kategori arti “abolition de facto” atau “abolition sanksi yang sifatnya noodrecht inpractice” “in peace time”, sesuai dalam rangka pemikiran hukum dengan perkembangan internasional; pidana sebagai sarana hukum Bahwa penggunaan narkotika, seperti “ultimum remedium” bukan primum halnya judi dan seks adalah termasuk remedium; kategori “crime without victim”, sehingga Bahwa Indonesia termasuk negara yang penting bukanlah peradilan pidana yang mengakui pidana mati (pro pidana yang menerapkan pidana berat atau mati) sejak tahun 1915 walaupun di pidana mati, tetapi yang lebih penting negara Belanda sudah menghapuskan lagi untuk dikembangkan adalah model pada tahun 1970, sehingga negara “masyarakat anti narkoba” secara yang pro pidana mati disebut “retentive intensif di seluruh pelosok tanah air dan country’” atau negara yang mengakui penduduk Indonesia (putusan MK 2-3/ pidana mati secara de jure dan de facto. PUU-V/2007). Sementara itu masyarakat internasional Sampai di sini dipahami bahwa cenderung menolak pidana mati (abolisi) pidana mati adalah sebuah isu yang bahkan “completely abolitionist”; terus menjadi kontroversi dari masa ke Dalam hal Bambang Purnomo tidak masa. Tidak heran jika pidana mati dalam tertarik pada persoalan pro dan kontra penerapannya, menimbulkan silang pidana mati karena hal itu tidak ada pendapat di kalangan pada ahli maupun isinya dalam hukum. Namun ia lebih masyarakat secara umum. Tokoh dunia tertarik pada konsep “abolitionist de yang berada pada barisan kontra pidana facto”, “abolitionist in practice” mati antara lain Beccarian, Voltaire, Marat “abolitionist in peace time”, sebagaimana dan Robespiere, hingga penyair Jerman kecenderungan masyarakat internasional Lessing, Klopstoc, Moser dan Achiiller. bahwa pidana mati diterapkan hanya Mereka semua merujuk pada alasan untuk kejahatan yang paling serius atau bahwa pidana mati bertentangan dengan the most serious crime, seperti rumusan HAM (Hak Asasi Manusia), khususnya dalam Pasal 6 ICCPR; hak hidup sebagaimana yang kini tertuang Bahwa terkait permohonan peng- pada Psl 3 Deklarasi Universal HAM ujian UU Narkotika, para Pemohon (DUHAM) Jo Pasal 6 ayat 1 kovenan hak mempersoalkan bahwa ketentuan pidana sipil dan politik Jo Pasal 28 A Undang- mati dalam UU Narkotika bertentangan Undang Dasar 1945 yang menegaskan dengan ketentuan hak untuk hidup yang bahwa: “Setiap orang berhak untuk tercantum dalam Pasal 28 A dan Pasal hidup serta berhak mempertahankan 28 I ayat (1) UUD 1945, ada pemikiran hidup dan kehidupannya”. kemungkinan dipertimbangkan bahwa Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan pidana mati di Indonesia keabsahan pidana mati terus

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 172 dipertanyakan. ini terkait dengan di Vienna Austria tahun 1983. Gerakan pandangan “Hukum Kodrat” yang yang merupakan suatu pendekatan yang menyatakan bahwa hak untuk hidup bersifat non represif terhadap kejahatan, adalah hak yang melekat pada setiap yang semula merupakan gerakan individu yang tidak dapat dirampas dan untuk menentang pidana penjara dikurangi (non-derogable rights) oleh saja, kemudian meluas dan berusaha siapapun, atas nama apapun dan dalam secara ideologis untuk menggantikan situasi apapun termasuk oleh negara, atas keseluruhan misinya dalam menciptakan nama hukum atau dalam situasi darurat. kesejahteraan masyarakat. Gerakan Sebagai hak yang dianugerahkan Tuhan, ini pada hakikatnya berisi kritik tajam hak hidup tidak bisa diambil oleh manusia terhadap hukum pidana, bahkan manapun meski atas nama Tuhan sistem peradilan pidana yang dikenal sekalipun. Berangkat dari alasan inilah sampai saat ini tidak bisa melepascan maka pidana mati harus ditolak dan diri dari sifatnya yang represif. Gerakan diabolisi karena bertentangan dengan Abolisionis berjuang secara ideologis HAM. (Todung Mulya Lubis...... ) untuk menghapus code penal yang Gerakan anti pidana mati di Indonesia bersifat koersif dan menggantikannya semakin kencang ketika amandemen dengan sarana reparatif. (Sudarto , 2001) kedua UUD 1945 melegitimasi norma Sebaliknya tokoh dunia yang justru HAM dalam konstitusi . Salah satu faktor mendukung pidana mati juga tidak sejarah yang menginspirasi penghapusan sedikit antara lain Bichon Van Yucimonde pidana mati di Indonesia, adalah merujuk Ysselmonde, De Savornin Lohman, pada sistem hukum pidana di Belanda Rambonet, Lambrosso, Garovalo serta sebagai sumber dari Kitab Undang- Otto Von Bismarck. Mereka membantah Undang Hukum Pidana (KUHP), telah bahwa penjatuhan pidana mati tidak menghapus pidana mati sejak tahun ada hubungannya dengan pelanggaran 1870. HAM, sebab segala bentuk hukuman Sejalan dengan isu perkembangan pada dasarnya melanggar HAM. Penjara HAM dan semakin kencangnya seumur hidup itu juga merampas hak asasi, gerakan Abolisionis, maka dengan sebab pemidanaan dijatuhkan dengan dalih menciptakan hukum pidana yang melihat tindak pidana atau perbuatan lebih manusiawi beberapa negara telah yang dilakukan oleh terdakwa. Pidana menghapuskan pidana mati dalam mati dilakukan terhadap pelanggaran perundang-undangan hukum pidananya. norma hukum yang mengancam suatu Menurut catatan pada Konferensi perbuatan sehingga harus dihukum Internasional tentang pidana mati yang demikian. dikoordinasi oleh International Association Raja Babilonia, Hammurabi yang of Penal Law pada tahun 1987. terkenal baik hati mencantumkan pidana Gerakan Abolisionis mulai berkembang mati dalam undang- undang negaranya.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 173

Begitu juga dalam hukum Kanonik yang 30 November 2007 yang menolak secara tegas mencantumkan bahwa penghapusan pidana mati bagi para gereja tidak haus darah, namun pidana pelaku tindak pidana narkotika. Reaksi mati tidak dilarang dalam kekuasan dunia. yang sama muncul pula pada tahun (Andi Hamzah dan Sumangelipu, 1985) 2003 ketika Presiden Megawati menolak Dalam sejarah hukum Indonesia, pada permohonan grasi dari enam orang zaman Mojopahit (abad 13-16) misalnya terpidana mati. Reaksi yang tidak kalah keberadaan pidana mati sudah dikenal. sengit dan dibicarakan secara luas, ketika Bahkan dikategorikan sebagai pidana Kusni Kasdut dijatuhi pidana mati dan pokok di samping pidana potong anggota permohonan grasinya ditolak presiden badan, denda serta penggantian kerugian. pada bulan November 1979. Begitu juga dalam hukum pidana Islam Berdasarkan hasil penelitian yang mengakui adanya asas keadilan, asas menunjukkan bahwa mereka yang kepastian hukum, asas kemanfaatan, asas setuju dicantumkannya pidana mati pemaafan, eksistensi pidana mati masih dalam hukum pidana positif, dilihat dibenarkan. Secara normatif pidana mati dari sudut Pancasila cukup beralasan diterapkan di negara-negara modern bahwa pidana mati masih perlu khususnya Indonesia atas kejahatan yang dipertahankan di Indonesia dengan mempunyai implikasi luas dalam tata alasan demi perlindungan masyarakat, kehidupan berbangsa, bernegara dan untuk mencegah kejahatan berat, demi bermasyarakat. (Dhityo Sudarmadi dan keadilan dan persatuan Indonesia. Begitu Muchamad Choirul Anam) juga yang menolak pidana mati selalu Sejak keluarnya Putusan Mahkamah mendasarkan diri pada alasan bahwa, Konstitusi (MK) atas gugatan uji materiil yang berhak mencabut nyawa manusia terhadap penerapan pidana mati dalam adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun atas sila perikemanusiaan, pidana mati 1997 tentang Narkotika, pada satu sisi dipandang tidak benar. Pendapat ini menunjukkan eksistensi pidana mati di pun dilihat dari sudut Pancasila cukup Indonesia semakin memiliki legalitas. beralasan. Namun pada sisi lain putusan MK tersebut telah menjadi causa celebre (pemicu) B. RUANG LINGKUP DAN SEJARAH munculnya kembali polemik yang tidak akan pernah tuntas tentang pro dan Menurut Ivan Potas dan John kontra pidana mati dalam hukum pidana Walker bahwa etimologi pidana mati positif di Indonesia. dalam Bahasa Inggris adalah “Capital Di kalangan para aktivis HAM, punish-ment” yang tergali dari perdebatan tentang penerapan istilah Latin:“Caput:” dengan makna pidana mati di Indonesia bukan saja harfiah adalah “Kepala”. Namun karena adanya putusan MK tanggal kini istilah tersebut telah mengalami

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 174 metamorfosis menjadi death by oleh latar belakang ideologi, politik decapitation yang berarti pidana mati daerah, atau budaya. Dalam Pasal 2 melalui pemenggalan kepala (but now Piagam Hak-Hak dasar Uni Eropa secara applies generally to state sanctioned tegas melarang penggunaan pidana executions.) Jadi secara terminologi, mati di negara-negara anggota. Pada pidana mati ialah suatu pidana atau vonis tahun 2010 Amnesty International yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan menganggap pidana mati sebagai (atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk bentuk kejahatan keji. Pada tahun 2007 pidana terberat yang dijatuhkan atas dan 2008, Majelis Umum PBB telah seseorang akibat perbuatannya. mengadopsi, resolusi tidak mengikat Dukungan pidana mati didasari yang menyerukan moratorium global argumen di antaranya bahwa pidana terhadap eksekusi pidana mati, dengan mati untuk pembunuhan sadis akan maksud untuk menghapus pidana mati mencegah banyak orang untuk secara global. Meskipun banyak negara membunuh karena gentar akan telah menghapus pidana mati, lebih hukuman yang sangat berat. Jika pada dari 60% dari populasi dunia, namun hukuman penjara penjahat bisa jera Republik Rakyat China, India, Amerika dan bisa juga membunuh lagi jika tidak Serikat dan Indonesia, empat negara jera. Pada pidana mati penjahat pasti yang paling padat penduduknya di dunia, tidak akan bisa membunuh lagi karena terus menerapkan pidana mati (sekalipun sudah dihukum mati dan itu hakikatnya di India dan Indonesia pidana mati memelihara kehidupan yang lebih luas. jarang dilaksanakan ataupun dipersulit Dalam berbagai kasus banyak pelaku oleh prosedur hukum di negara masing- kejahatan yang merupakan residivis yang masing). Keempat negara tersebut terus berulang kali melakukan kejahatan menolak resolusi Majelis Umum PBB karena ringannya hukuman. Seringkali tentang moratorium pidana mati. penolakan pidana mati hanya didasarkan Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pada sisi kemanusiaan terhadap pelaku pidana mati yang dilaksanakan di masa tanpa melihat sisi kemanusiaan dari lalu hingga kini umumnya dikenakan korban sendiri, keluarga, kerabat ataupun kepada lawan politik dari sang penguasa masyarakat yang tergantung pada dengan tujuan untuk memperkecil korban.Lain halnya bila memang keluarga perbedaan politik demi melanggengkan korban sudah memaafkan pelaku tentu kekuasaan. Di kebanyakan tempat Praktik vonis bisa diubah dengan prasyarat yang pidana mati itu adalah diperuntukkan jelas. bagi sejumlah kejahatan kelas kakap Pidana mati di masa lalu dan yaitu: pembunuhan, spionase , dikekinian masih dipraktikkan di pengkhianatan, atau sebagai bagian dari beberapa negara. Pro kontra abolisi peradilan militer. Di beberapa negara dan retensi pidana mati, dipengaruhi kejahatan seksual, seperti pemerkosaan,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 175 perzinahan, inses dan sodomi, juga “Kisah pembalasan menggarisbawahi dikenakan pidana mati, termasuk kemampuan kolektif sosial untuk kejahatan keagamaan yaitu murtad di membela diri dan menunjukkan kepada negara-negara yang memberlakukan musuh (serta sekutu potensial) yang hukum Islam. Pada negara yang merusak properti, hak lainnya, maka memberlakukan pidana mati, juga orang tersebut tidak akan luput dari memasukkan perdagangan narkotika hukuman. Namun, dalam praktiknya, sebagai pidana mati. Perdagangan seringkali sulit untuk membedakan manusia, korupsi dan kasus-kasus serius antara perang balas dendam dan satu di Cina, diancam dengan pidana mati. penaklukan. (Evan J, Mandery, 2005) Dalam sistem militer di seluruh dunia Pada masa Yunani kuno, pidana mati pengadilan militer telah memberlakukan telah dikenal. Manuskrip mengenai hal pidana mati untuk pelanggaran seperti tersebut ditulis pertama kali oleh Draco pengkhianat , desersi , pembangkangan sekitar 621 SM. Pidana mati pada masa , dan pemberontakan . itu dikenakan untuk berbagai kejahatan Kebanyakan catatan sejarah dan sangat luas, namun Solon kemudian berbagai praktik kesukuan primitif mencabut kode Draco sehingga menunjukkan bahwa pidana mati adalah hukum baru yang diterbitkan, hanya bagian dari sistem peradilan mereka. mempertahankan statuta pembunuhan Hukuman komunal untuk kesalahan Draco. Demikian juga pada masa umumnya termasuk kompensasi dengan kekaisaran Romawi juga diberlakukan pelaku kesalahan, hukuman fisik , pidana mati untuk berbagai pelanggaran. pengucilan , pengusiran dan eksekusi. Islam secara keseluruhan menerima Biasanya, kompensasi dan pengucilan pidana mati. Pada masa kekhalifaan sudah cukup sebagai bentuk keadilan. dinasti Abbasiyah di Baghdad, seperti Respon terhadap kejahatan yang Al-Mu’tadid , sering menjatuhkan pidana dilakukan oleh suku-suku tetangga atau mati kepada warganya yang melakukan masyarakat termasuk permintaan maaf pelanggaran tertentu menurut syariat. secara resmi, merupakan kompensasi Namun perlu dicatat bahwa dalam untuk mengakhiri permusuhan atau syariat Islam, perdamaian dalam bentuk vonis pengadilan. pemberiaan maaf dari keluarga korban, Sebuah pertumpahan darah atau lebih disukai, untuk menghapus pidana dendam terjadi ketika arbitrase antara mati. Dalam epos Seribu Satu Malam , keluarga atau suku gagal atau sistem yang juga dikenal sebagai Arabian Nights, arbitrase mereka tidak eksis. Bentuk si pendongeng fiksi yaitu Sheherazade keadilan umum sebelum munculnya digambarkan sebagai “ voice of sanity sistem arbitrase berdasarkan negara atau and mercy” (suara hati nurani dan kasih agama. Ini mungkin hasil dari kejahatan, sayang ), dengan posisi filosofisnya secara sengketa tanah atau norma kesusilaan. umum menentang pidana mati. Dia

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 176 mengungkapkan hal ini melalui beberapa mengeksekusi penjahat yang dipidana cerita nya, termasuk “The Merchant dan mati. Dalam era kekuasaan Xuanzong, Jinni”, “ Nelayan dan Jinni “,” The Three pidana mati relatif jarang terjadi, hanya Apel “, dan” Si Bongkok “ 24 eksekusi di tahun 730 dan 58 eksekusi Demikian pula, pada abad di tahun 736. pertengahan dan awal Eropa modern, Memasuki peradaban modern, pidana sebelum perkembangan sistem penjara mati masih diberlakukan dibeberapa modern, pidana mati juga digunakan negara di Eropa, Amerika, Asia, Afrika sebagai bentuk umum dari hukuman. dan Australia Jerman di bawah Hitler, Uni Selama masa pemerintahan Henry Sovyet pada masa pemerintahan Stallin, VIII di Inggris , sebanyak 72.000 orang RRC di bawah rezim Mao Zedong, dan diperkirakan telah dieksekusi mati. Pada Kamboja pada masa kekuasaan Polpot tahun 1820 di Inggris, ada 160 penjahat tercatat sebagai penyumbang terbesar yang dihukum mati, termasuk kejahatan eksekusi mati di luar pengadilan yang seperti mengutil, pencurian kecil-kecilan, diperkirakan mencapai 10 juta jiwa. mencuri ternak, atau menebang pohon di Adapun eksekusi mati berdasarkan tempat umum. putusan hakim di pengadilan menurut Selanjutnya pidana mati pada masa Amnesti Internasional, setidaknya 5.837 Kekaisaran Tiongkok banyak diterapkan eksekusi dilakukan di 22 negara dan terutama pada era Dinasti Tang. Pidana teritori ditahun 2010. Berikut ini daftar 10 mati mulai dihapuskan dalam sistem negara dengan jumlah vonis pidana mati, hukum Tiongkok pada tahun 747,yang dan eksekusi mati terbanyak di seluruh disahkan oleh Kaisar Xuanzong dari dunia, juga sebagian mencantumkan Dinasti Tang (712-756 r. ). Ketika pelaksanaan pidana mati yang dilakukan penghapusan pidana mati tersebut secara sepihak dari militer yang diberi Xuanzong memerintahkan para pejabat wewenang: 1. China, Statistik : 3.400 eksekusi mati kerajaan agar merujuk pada peraturan pada tahun 2004, 470 eksekusi mati terbaru dengan analogi bahwa ketika pada tahun 2008, 5.000 eksekusi terdakwa terbukti bersalah yang diancam mati pada tahun 2010. pidana mati barulah eksekusi dapat di Kejahatan: Peredaran obat terlarang, jalankan. Jadi pidana mati tergantung terorisme, memproduksi ataupun pada tingkat keparahan dari kejahatan mendistribusikan barang-barang yang dilakukannya. beracun dan berbahaya, perdagangan Namun pidana mati kembali seks dan penipuan kartu kredit. Ada diberlakukan 12 tahun kemudian yaitu 759 68 kejahatan secara total. r. Hal ini diterapkan untuk menghadapi Keterangan: Cina tidak melepascan Pemberontakan An Lushan . Pada masa ke publik tentang informasi jumlah ini, hanya kaisar memiliki otoritas untuk pasti NAPI yang dieksekusi. para

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 177

pengamat ahli percaya bahwa angka Keterangan: Iran telah keterlaluan kematian akibat pidana mati di China dalam menerapkan pidana mati, jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan karena telah menerapkan rajam Amnesty International . Enam puluh – pada anak di bawah umur. Ada dua delapan puluh persen (60-80%) dari jenis hukuman yang mengakibatkan seluruh eksekusi mati di dunia, telah vonis mati: dilakukan di Cina. (Sumber Amnesty • retribusi-untuk pembunuhan; Internasional) • kejahatan reguler seperti 2. Amerika Serikat . Statistik : 34 dari 50 perkosaan dan perampokan. negara bagian menerapkan hukum 5. Korea utara. Statistik: 60 eksekusi pidana mati, 52 eksekusi, mati tahun mati tahun 2010, 75 eksekusi mati 2009, 37 eksekusi mati tahun 2008, antara 2007 dan 2010 98 eksekusi mati pada tahun 1999 Kejahatan: Pembunuhan, pen- Kejahatan: Pembunuhan, spionase, curian, pembangkangan politik, pengkhianatan, spionase, pembe- pengkhianatan. lotan, melihat media yang tidak Keterangan: Jumlah pidana mati disetujui oleh pemerintah. menurun. Texas terus menjadi negara Keterangan: Eksekusi dilakukan di dengan eksekusi yang paling tinggi. tempat umum oleh regu tembak. Mereka telah mengeksekusi mati 473 tahun 2007, seorang kepala pabrik orang sejak tahun 1976. pemotongan batu dieksekusi karena 3. Arab Saudi. Statistik: 39 eksekusi tidak menyediakan info tentang pada tahun 2006, 144 eksekusi pada latar belakang ayahnya. Korban tahun 2007, 27 eksekusi tahun 2010 tereksekusi berusia 74 tahun. Kejahatan: Pembunuhan, pemerko- 6. Burma. Statistik : Jumlah pasti eksekusi saan, perzinahan, perampokan, termasuk rendah karena eksekusi penggunaan narkoba, pemurtadan. terpidana mati dilakukan dengan cara Keterangan: Pidana mati di Arab lain. Juga tidak ada informasi yang Saudi dilakukan di depan umum. dapat dipercaya tentang statistik dan kebanyakan eksekusi dilakukan dari pidana mati. Pemerintah Junta dengan pemenggalan. Militer Burma tidak menyediakan 4. Iran. Statistik: 177 eksekusi mati informasinya. pada tahun 2006, 317 eksekusi mati Kejahatan: Oposisi Politik, Pem- pada tahun 2007,312 eksekusi mati bunuhan, Pemerkosaan pada tahun 2010 Keterangan: Pemerintah Junta Militer Kejahatan: Pembunuhan, pemer- Burma telah mengeksekusi lawan- kosaan, perzinahan, perampokan, lawan politik mereka sejak tahun penggunaan narkoba, perdagangan, 1989 ketika Junta Militer berkuasa. pedofilia, homoseksualitas, spionase

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 178

Ada peraturan hukum bela diri 1989 9. Yaman. Statistik: 80 orang dieksekusi yang memungkinkan pihak militer mati pada tahun 2001, 10 orang untuk menjatuhkan pidana mati dieksekusi mati pada tahun 2002, pada orang-orang yang menentang 7 orang ditembak mati pada tahun pemerintah secara sepihak dan 2003,13 orang dieksekusi mati pada langsung. tahun 2007, 53 orang dieksekusi mati 7. Pakistan: Statistik: 135 orang pada 2010. dieksekusi pada tahun 2007 (sebagian Kejahatan: Perzinahan, murtad, besar untuk pembunuhan) perdagangan narkoba, pemerkosaan Kejahatan: Penghujatan, perzinahan, dan pembunuhan. pembunuhan, dan 27 kejahatan lain. Keterangan: Pidana mati dila- Keterangan: Semua pidana mati kukan dengan cambuk dan dilakukan dengan digantung, kecuali rajam di depan khalayak ramai. perzinahan. Hukuman untuk zina Negara ini juga dikenal karena telah adalah rajam. Pakistan memiliki mengeksekusi anak-anak, termasuk rekor tinggi pembunuhan demi pada tahun 1993 seorang anak kehormatan di mana anggota berusia 13 tahun juga telah dieksekusi keluarga membunuh anggota mati. Mereka memilih menentang keluarga lain karena dianggap telah resolusi PBB untuk melarang pidana mengkhianati dan tidak menghormati mati pada tahun 2008. mereka. Sistem peradilan undang- 10. Libya. Statistik: sedikitnya 18 orang undang mencegah pemerintah untuk dieksekusi mati pada 2010. Ini mengeksekusi orang di bawah 18 tidak termasuk orang-orang yang tahun pada tahun 2000. meninggal akibat kekerasan militer 8. Syria, Statistik: Tidak jelas statistik dan tindakan keras pemerintah pada untuk negara yang satu ini, namun pemrotes terhadap pemerintahan setidaknya 17 eksekusi mati telah Khadaffi. dilaksanakan pada tahun 2010. Dan Kejahatan: Pengkhianatan, perubah- Amnesti Internasional menempatkan an paksa pemerintah, merencanakan Syria dalam posisi ke-8. pembunuhan. Kejahatan: Pengkhianatan, Keterangan: Dalam beberapa tahun pembunuhan, tindakan politik terakhir, Libya telah memiliki eksekusi terhadap pemerintah, perampokan, lebih dari negara Afrika lainnya. (Sumber pemerkosaan, oposisi politik. Amnesty Internasional) Keterangan: Syiria menentang Tata cara pelaksanaan pidana mati, larangan PBB untuk mengakhiri berbeda-beda di setiap bangsa,atau pidana mati. Mereka masih masyarakat dari masa ke masa. Berikut ini melakukan eksekusi mati dengan disajikan beberapa metode pelaksanaan penggantungan dan penembakan di pidana mati yang masih berlaku hingga depan publik .

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 179 sudah ditinggalkan antara lain : dari hukuman tidak terhormat (keji) 1. Hukum Pancung (be heading) dari membakar seseorang hidup- Pancung adalah tindakan hidup di atas tumpukan kayu. Pada memisahkan kepala dari badan abad pertengahan di Inggris, sebuah manusia dilakukan dengan kapak, pengkhianatan yang dilakukan oleh pedang, maupun guillotine. Kata lain bangsawan akan dihukum pancung, dari memancung adalah memenggal bagi para pelaku bangsawan pria, dan seseorang yang mengeksekusi termasuk ksatria, akan digantung, disebut Pemancung/ Pemenggal. diseret dan ditarik dengan kuda. Kalimat memancung bisa Untuk pelaku wanita akan dibakar merujuk kepada sebuah acara/ hidup-hidup di atas tumpukan kayu. upacara tertentu, untuk memisahkan Bentuk lain dari Pancung adalah kepala dari badan yang telah mati. Guillotine yaitu alat yang digunakan Pemenggalan kepala ini biasanya untuk mengeksekusi mati, menjadi untuk sebuah piala, sebuah terkenal pada Revolusi Perancis, meski peringatan, untuk menghilangkan sebelumnya sudah ada alat seperti ini. identitas korban, krionik dan alasan Yang diciptakan oleh Joseph Ignace lainnya. Guillotin (1738 - 1814). Ironisnya Pemenggalan leher sangat fatal ia sendiri sebenarnya tidak setuju akibatnya, dalam hitungan detik ke dengan pidana mati. Ia berharap menit ketika terjadi adanya kematian bahwa alatnya’ akan menghapuskan pada otak tanpa sokongan salah satu pidana mati. anggota tubuh. Pada Revolusi Perancis, Pancung telah digunakan dibutuhkan sebuah alat yang mampu sebagai salah satu bentuk hukuman mengeksusi para terdakwa secara yang telah dilakukan selama masa cepat. Guillotine ini memenuhi syarat seribu tahun. Pemancungan dengan ini, maka setiap desa di Perancis menggunakan pedang, kapak, terdapat alat ini di tengah pasar. bahkan dengan senjata militer Korban pertama yang dieksekusi kadang-kadang dianggap sebagai mati dengan guillotine adalah Nicolas salah satu cara terhormat untuk mati bagi seorang bangsawan, Jacques Pelletier pada tanggal 25 yang beranggapan bahwa sebagai April 1792. Secara total Revolusi prajurit, sudah seharusnya berharap Perancis telah mengeksekusi lebih mati dengan pedang dalam situasi dari 40.000 orang dengan guillotine, apapun. Di Inggris ada anggapan antara lain Raja Louis XVI dan istrinya bahwa pemancungan sebagai Marie Antoinette. hak istimewa para pria terhormat. Guillotine dirancang sebagai Pemancungan ini membedakan alat eksekusi semanusiawi mungkin

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 180 dengan mengurangi rasa sakit, • Catherine Howard (1542) di mana terpidana dalam posisi • Lady Jane Grey (1554) tengkurap dan leher berada di antara • Mary, Ratu Skotlandia (1587) dua balok kayu di mana di tengah ada • Sir Walter Raleigh (1618) lubang tempat jatuhnya pisau. Pada • Charles I, Raja Inggris dan ketinggian 7 meter, pisau dijatuhkan Skotlandia (1649) oleh algojo dan kepala terpidana lepas • Blackbeard (1718) dari tubuh dan jatuh tepat di sebuah Amerika Kolonial keranjang yang berada di depannya. • Panama: Vasco Núñez de Balboa Pemenggalan kepala dengan (1519) guillotine hanya berlangsung Revolusi Perancis beberapa detik , dokter di era modern • Louis XVI dari Perancis ini berpendapat bahwa kesadaran • Madame du Barry otak seseorang maksimal hanya • Maximilien Robespierre bisa bertahan selama 10 detik saja, • Vasco de gamma mengoreksi pendapat sebelumnya Irak yang mematok 30 detik. Eksekusi • Shosei Koda dengan guillotine kala itu menjadi • Kim Sun-il tontonan umum, tetapi kemudian • Kenneth Bigley guillotine di letakkan di dalam penjara • Nick Berg • Eugene Armstrong karena dianggap sangat kejam. • Jack Hensley Terdakwa terakhir yang dihukum • Maher Kemal mati dengan alat ini adalah Hamida • Barzan Ibrahim at-Tikriti Djandoubi. Ia dieksekusi di Marseille Swiss pada tanggal 10 September 1977. • Wildhans von Breitenlandenberg dan 61 sahabatnya selama Tokoh terkenal yang dihukum Pengepungan Greifensee dalam pancung Perang Zürich Lama (1444). Alkitab (Wikipedia) • Yohanes Pembaptis 2. Hukum Gantung (hanging) • Yakobus Hukuman gantung adalah • Paulus dari Tarsus menggantung seseorang dengan menggunakan tali gantungan Tiongkok (“simpulan hukum gantung”) yang • Guan Yu dibelitkan di sekitar leher yang • Zhong Wei mengakibatkan kematian. Cara ini Inggris telah digunakan sepanjang sejarah • Anne Boleyn (1536) sebagai suatu bentuk pidana mati,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 181

pertama kali diterapkan di kerajaan mengusulkan suntik mati, tapi ditolak Persia kurang lebih 2500 tahun setelah ada tekanan dari British yang lalu, dan sampai saat ini masih Medical Association (BMA). digunakan di beberapa negara. Cara Pada tanggal 11 Mei 1977, ini juga merupakan suatu cara yang di Negara bagian Oklahoma umum dipergunakan untuk bunuh ,Jay Chapman, seorang medis diri .(wikipedia, berbahasa Indonesia) mengusulkan sebuah metode, baru 3. Suntik Mati (lethal injection) yang tidak menyakiti terpidana , yang Suntik mati adalah suatu tindakan dikenal sebagai Protokol Chapman: menyuntikkan racun berdosis tinggi “Sebuah tetesan saline intravena pada seseorang untuk menyebabkan akan dimulai pada lengan terpidana, kematian. Penggunaan utamanya di mana suntikan mematikan adalah untuk eutanasia, bunuh diri, terdiri dari barbiturat ultra-short- dan pidana mati. Sebagai metode acting dalam kombinasi dengan pidana mati, suntik mati mulai bahan kimia mematikan “. Setelah mendapat popularitas pada abad ke- ini prosedur telah disetujui oleh 20 untuk menggantikan metode lain anestesi Stanley Deutsch, Pendeta Bill seperti kursi listrik, hukuman gantung, Wiseman memperkenalkan metode hukuman tembak, kamar gas, atau tersebut ke legislatif Oklahoma. hukuman pancung yang dianggap Sejak itu, sampai tahun 2004, tiga lebih tidak berperikemanusiaan, puluh tujuh dari tiga puluh delapan walaupun masih terus diperdebatkan negara menggunakan suntikan sisi kemanusiaannya. Pada eutanasia, sebagai pidana mati. Pada tanggal 29 suntik mati juga telah dipergunakan Agustus 1977, Negara bagianTexas untuk memfasilitasi kematian di AS mengadopsi metode suntikan sukarela pada pasien-pasien dengan mati untuk mengganti metode kursi kondisi terminal atau sakit kronis. listrik. Berdasarkan hal tersebut, Kedua penerapan ini menggunakan kombinasi obat yang serupa Texas tercatat sebagai negara bagian Konsep pidana mati dengan pertama di AS yang menerapkan suntikan pertama kali diusulkan metode tersebut untuk mengeksekusi pada tanggal 17 Januari 1888, mati terpidana yaitu Charles Brooks oleh Julius Mount Bleyer, seorang Jr, pada tanggal 7 Desember 1982. dokter dari New York yang memuji Republik Rakyat China mulai sebagai bentuk eksekusi yang murah menggunakan metode ini pada daripada menggantung . Ide Bleyer ini tahun 1997, Guatemala pada tahun memang ,belum pernah digunakan 1998, Filipina tahun 1999, Thailand sebelumnya. The Royal British Komisi pada tahun 2003, dan Republik Cina pidana mati (1949-1953) di Inggris (Taiwan) pada tahun 2005. Vietnam

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 182 dilaporkan sekarang menggunakan seperti yang terjadi dalam kasus James metode ini. . Autry pada bulan Oktober 1983 (ia Suntikan mati mulai mengganti- akhirnya dieksekusi pada tanggal 14 kan metode tembak mati di Republik Maret 1984). Akhirnya, hal itu akan Rakyat China dalam beberapa tahun berbahaya bagi petugas eksekusi terakhir ini. Bahan suntikan mati untuk menggunakan peralatan maupun tata cara pelaksanaannya yang tidak steril.(Administration and adalah rahasia negara dan tidak compounding of euthanisic Agents “ diketahui secara luas. Setidaknya Royal Dutch Society for advancement dalam beberapa kasus, terpidana of pharmacy, 1994) menghadapi kematian dengan 4. Tembak Mati (shooting) suntikan mematikan telah dibius Metode ini diterapkan di beberapa di penjara sebelumnya, kemudian negara, bahkan eksekusi mati di ditempatkan di dalam sebuah Indonesia seluruhnya dilakukan kendaraan eksekusi. yang disamarkan dengan cara di tembak oleh regu agar tampak seperti sebuah kendaraan tembak dengan anggota yang dipilih polisi reguler. berdasarkan seleksi. Syarat terpenting Selanjutnya prosedur pidana mati bagi anggota yang dipilih menjadi melalui suntikan di AS dilakukan regu tembak menurut UU PNPS No dengan cara terpidana diikat ke 2/1964 tentang pelaksanaan pidana brankar, dua kanula intravena mati yakni memiliki kemampuan (“infus”) dimasukkan ke dalam tubuh sasaran tembak yang paling sempurna terpidana. Namun hanya satu yang dibanding yang lain dan biasanya disuntikkan ke dalam tubuh terpidana dipilih dari berbagai kesatuan, di melalui titik tertentu pada lengan, antaranya, Brimob, Samapta, dan sedangkan yang lain dicadangkan jika reserse kriminal dengan kualifikasi yang pertama gagal. “jago tembak”. Mereka sudah berlatih Sebelum kanula disuntikkan sejak bebeapa bulan sbelumnya yang lengan terpidana diseka dengan identitasnya dirahasiakan. alkohol terlebih dahulu. Jarum dan Jumlah anggota regu tembak peralatan yang digunakan harus biasanya 12 orang, di dalam regu sterilkan. Hal ini dilakukan dengan dibagi beberapa sasaran tembak, tujuan : pertama, cannulae disterilkan enam di antaranya berisikan peluru selama pembuatan, sehingga tajam yang diarahkan ke jantung menggunakan yang steril adalah dalam jarak lima meter sedangkan prosedur medis rutin. Kedua, ada sisanya menggunakan peluru kemungkinan bahwa terpidana hampa yang diarahkan pada titik- bisa menerima penundaan eksekusi titik tertentu. Para penembak akan setelah cannulae telah dimasukkan, membidik jantung sasarannya

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 183

sehingga tembakan langsung jenazah diperbolehkan dibawa pulang mematikan. Tujuannya, agar mereka oleh keluarga (UU No 2 Tahun 1964) tidak merasakan sakit dalam waktu 5. Kursi Listrik (electric chair) yang lama. Selain eksekutor, pihak Kursi listrik, adalah pelaksanaan kejaksaan dan lapas juga menyiapkan pidana mati yang berasal di Amerika rohaniawan yang akan menuntun Serikat, di mana terpidana diikat sebelum eksekusi dan mendoakan pada kursi yang dibuat khusus saat sudah dianggap meninggal. untuk itu. Terpidana yang duduk Sebelum melaksanakan pidana di kursi tersebut, disetrum melalui mati (tembak) para terpidana elektroda yang ditempatkan pada menjalani pemeriksaan kesehatan tubuh. Setelah terpidana melekat dan psikologi oleh dokter. Setelah pada kursi, berbagai siklus (berbeda mengetahui kondisi kesehatan dalam tegangan dan durasi), arus dan psikis terpidana dinyatakan bolak-balik akan melewati tubuh siap barulah masuk ke tahapan terpidana , hingga mengakibatkan berikutnya yaitu proses eksekusi, kerusakan fatal pada organ-organ biasanya proses eksekusi ini internal (termasuk otak). Sentakan dilaksanakan pada tengah malam arus listrik pertama menimbulkan di atas Jam “00.00”. Ketika proses ketidaksadaran dan kematian otak penjemputan terpidana didampingi terpidana, yang kedua menyebabkan oleh Dokter, Rohaniawan,Jaksa dan kerusakan fatal pada organ-organ Pengacara terpidana dan langsung vital hingga mengakibatkan kematian dibawa ke tempat proses eksekusi akibat rangsangan listrik secara yang dirahasiakan. Setelah tiba berlebihan. pada tempat yang ditentukan Metode ini relatif ampuh untuk maka terpidana dijemput oleh regu melaksanakan pidana mati secara tembak untuk bersiap melaksanakan cepat dan lebih manusiawi daripada eksekusi.Terpidana Laki-laki akan di penggal atau digantung. Eksekusi menjalani eksekusi dalam posisi jenis ini pertama kali digunakan oleh berdiri sedangkan perempuan dalam Amerika serikat dan beberapa dekade posisi duduk. Selesai melaksanakan kemudian, Filipina menggunakan eksekusi, jenazah terpidana di pertama kali metode ini pada tahun periksa kembali oleh dokter untuk 1924 di bawah pendudukan Amerika, memastikan kembali apakah dan berakhir terakhir pada 1976. sudah “tiada”. Kemudian barulah Pada tahun 1881, negara bagian Rohaniwan mendoakan jenazah , New York membentuk sebuah selanjutnya jenazah dibawa ke rumah komite untuk menentukan metode sakit untuk melakukan proses otopsi. baru yang lebih manusiawi untuk Setelah selesai diotopsi barulah menggantikan eksekusi gantung.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 184

Alfred P. Southwick, anggota komite, William Kemmler di Penjara Auburn mengembangkan ide menjalankan New York pada tanggal 6 Agustus arus listrik melalui seorang pria 1890; 17 detik pertama dari arus listrik yang melakukan kejahatan dengan yang mengalir ke tubuh Kemmler ancaman pidana mati. Ide ini menyebabkan pingsan, namun bermula dari kasus tewasnya gagal menghentikan jantung dan seorang pemabuk secara cepat dan pernapasannya. Dokter yang hadir tanpa rasa sakit akibat menyentuh pada saat itu adalah Edward Charles kabel listrik. Southwick adalah dokter Spitzka dan Charles F. Macdonald, gigi terbiasa melakukan percobaan maju untuk memeriksa Kemmler. di kursi. Perangkat listriknya muncul Setelah mengkonfirmasi Kemmler dalam bentuk kursi untuk menahan masih hidup, Spitzka berteriak, narapidana sementara tersetrum “alirkan listrik lagi dan jangan listrik ditunda“ Generator membutuhkan Kursi listrik pertama yang waktu untuk re-charge. Pada tahap diproduksi oleh Harold P. Brown kedua dari pengaliran arus listrik dan Arthur Kennelly. Brown bekerja sebesar 2.000 volt.Kemmler terkejut sebagai karyawan Thomas Edison, hingga mengakibatkan pembuluh disewa untuk tujuan meneliti listrik darah di bawah kulit pecah dan dan mengembangkan kursi listrik. berdarah, daerah sekitar elektroda Kennelly, chief engineer Edison di hangus. Eksekusi menggunakan fasilitas West Orange ditugaskan waktu sekitar delapan menit. untuk bekerja dengan Brown pada George Westinghouse kemudian proyek. Sejak Brown dan Kennelly berkomentar bahwa “mereka bekerja untuk Edison dan Edison akan melakukannya lebih baik dipromosikan pekerjaan mereka, menggunakan kapak, dan wartawan pengembangan kursi listrik sering menyaksikan mengklaim bahwa itu secara sembrono dihubungkan “tontonan yang mengerikan,jauh dengan Edison sendiri. lebih buruk daripada menggantung.” Brown menggunakan alternating Wanita pertama yang dieksekusi current (AC), kemudian muncul di kursi listrik adalah Martha M. Place, sebagai saingan kuat ke arus di Sing Sing Prison pada tanggal 20 searah (DC), yang lebih jauh dalam Maret 1899. Kursi listrik diadopsi oleh pengembangan komersial. Keputusan Ohio (1897), Massachusetts (1900), untuk menggunakan AC sebagian New Jersey (1906) dan Virginia didorong oleh klaim Edison bahwa (1908), dan segera menjadi metode AC lebih mematikan dari DC. umum eksekusi di Amerika Serikat, Orang pertama yang akan menggantikan metode hukum dieksekusi dengan kursi listrik adalah gantung. Kursi listrik tetap metode

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 185

eksekusi yang paling menonjol dengan supplay listrik 2.450 volt listrik. sampai pertengahan 1980-an ketika Kekhawatiran baru timbul mengenai suntik mati menjadi diterima secara protokol 2004 membuahkan hasil, luas sebagai metode yang lebih pada bulan April 2007, dalam mudah dan lebih manusiawi untuk mengantarkan dari protokol Nebraska melakukan eksekusi peradilan. saat ini,untuk menggunakan aplikasi Negara-negara lain tampaknya dengan durasi 20 detik dari suplay telah mempertimbangkan untuk arus listrik sebesar 2.450 volt listrik. menggunakan metode ini, kadang- (Sebelum perubahan protokol 2004, kadang untuk alasan khusus. Risalah aplikasi 8 detik awal 2.450 volt Kabinet Perang Inggris dirilis pada diberikan, diikuti dengan jeda satu tahun 2006 menunjukkan bahwa detik, maka aplikasi 22-detik pada pada bulan Desember 1942, 480 volt. Setelah istirahat 20 detik, Winston Churchill mengusulkan siklus itu diulang lebih dari tiga kali bahwa Adolf Hitler - jika tertangkap lebih.) - harus dieksekusi di kursi listrik, yang Pada tahun 1946 terjadi insiden diperoleh dari Amerika Serikat. di mana kepala seseorang terbakar Penggunaan kursi listrik mulai di atas api, dari sebuah transformator menurun, setelah menemukan listrik. Kursi listrik gagal mengeksekusi suntikan mati yang diyakini sebagai Willie Francis, yang dikabarkan eksekusi mati yang lebih manusiawi. menjerit saat ia sedang dieksekusi. Suntik mati menjadi metode yang Ternyata kursi listrik telah dirancang paling populer, akibat laporan media seorang pemabuk (intoxicated dari electrocutions yang gagal trustee). Kasus ini kemudian dibawa mengemban misinya pada awal ke hadapan Mahkamah Agung AS tahun 1980. dengan perdebatan sengit oleh para Kursi listrik telah dikritik advokat bahwa meskipun Francis berdasarkan fakta karena di mana tidak mati, pada kenyataannya, ia terpidana baru tewas setelah telah dieksekusi. Argumen itu ditolak disetrum beberapa menit. Hal inilah oleh Mahkamah Agung AS dengan yang mengundang keinginan kuat dalih bahwa re-eksekusi tidak untuk mengakhiri metode kursi listrik melanggar klausul double jeopardy karena dianggap kejam dan tidak dari Amandemen ke-5 Konstitusi patut. Untuk mengatasi masalah AS, sehingga akhirnya Francis tersebut, Nebraska memperkenalkan dikembalikan ke kursi listrik dan protokol listrik baru pada tahun 2004, berhasil dieksekusi pada tahun 1947. yang menyerukan pemasangan Seperti tahun 2008, satu- aplikasi yang mampu mematikan satunya tempat di dunia yang masih hanya dalam waktu 15 detik, cukup menggunakan kursi listrik sebagai

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 186 pilihan alternatif untuk eksekusi adalah 6. Rajam negara bagian AS dari Alabama, Rajam adalah bentuk eksekusi Florida, South Carolina, Kentucky, mati dengan cara terpidana di Tennessee dan Virginia. (Arkansas benamkan pada lubang dalam tanah dan hukum Oklahoma menyediakan setinggi dada. Setiap orang yang untuk penggunaannya harus suntikan melintas berhak untuk menghukum mematikan yang pernah diadakan dengan cara melempari batu ke tidak konstitusional.) Narapidana di kepala terpidana sedemikian rupa negara-negara lain harus memilih sampai mati. Hukuman rajam salah satu atau suntik mati. Di negara berbeda dengan pidana mati lainnya bagian Florida, pada tanggal 8 Juli karena proses kematian pada eksekusi 1999, Allen Lee Davis dihukum rajam lebih lambat, di mana pelaku karena pembunuhan dihukum mati akan disiksa dengan lemparan batu di kursi listrik Florida “Sparky Old”. yang bertubi-tubi ke arah kepalanya Wajah Davis ‘itu berlumuran darah hingga terpidana tewas. dan foto-foto yang diambil, yang Rajam sudah ada sejak zaman kemudian diposting di internet. Yunani kuno, dan juga tercantum Pelaksanaan tahun 1997 Pedro dalam mitologi Yunani kuno. Hukum Medina di Florida menciptakan rajam di Indonesia sendiri sudah kontroversi ketika api meledak dilaksanakan di Aceh sejak zaman dari kepala terpidana. Suntikan Raja Iskandar Muda, dan pada mematikan telah menjadi metode tahun 1999 seorang pemuda pernah utama eksekusi di negara bagian dihukum rajam di Aceh. Florida sejak tahun 2008. Pada tanggal Beberapa negara yang mengamalkan 15 Februari 2008, Mahkamah Agung hukuman rajam sampai mati adalah: menyatakan pidana mati dengan Iran, Arab Saudi, Sudan, Pakistan, kursi listrik sebagai Nebraska eksekusi, beberapa bagian Nigeria, Afghanistan dinyatakan dilarang secara resmi oleh semasa pemerintahan Taliban. (DR. konstitusi, karena dianggap sebagai Ahmad Shafaat tanpa tahun) “hukuman kejam dan tidak patut “ 7. Penyaliban Meskipun penggunaan listrik Penyaliban merupakan salah untuk eksekusi mati telah berkurang satu bentuk eksekusi yang terkejam dalam beberapa tahun terakhir, yang pernah ada di dunia. Esensi namun masih ada Paul Warner dari penyaliban bukanlah kematian Powell, yang disetrum di Virginia itu sendiri, melainkan penderitaan pada tanggal 18 Maret 2010. Ia saat menjelang kematian. Dengan adalah terpidana mati , yang lebih demikian, kematian merupakan suatu memilih listrik daripada suntikan mati. hal yang sangat diinginkan oleh orang (Wikipedia) yang disalib.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 187

Berbeda dengan cara eksekusi adalah hukuman digunakan untuk terpidana mati pada masa sekarang, tuduhan terhadap orang tua atau kakek- proses penyaliban memerlukan nenek yang melakukan kejahatan yaitu waktu yang relatif lama sehingga licik, menculik seseorang dan menjualnya saat-saat penderitaanpun menjadi sebagai budak belian, atau membuka peti panjang. Dibandingkan hukuman mati atau menodai kuburan. Sedangkan gantung, kursi listrik, suntikan mati, pemenggalan kepala adalah metode kamar gas, tembak mati, pancung, eksekusi yang di gunakan untuk kejahatan dan sebagainya, yang hanya yang lebih serius seperti pengkhianatan membutuhkan waktu beberapa detik dan penghasutan. saja menjelang kematian, penyaliban Selain itu terdapat juga jenis hukuman membutuhkan waktu berjam-jam. cambuk sampai mati yang dikenakan Penyaliban adalah salah satu kepada terpidana korupsi. Ada juga bentuk hukuman yang diterapkan pemotongan, di mana terpidana dipotong dalam Kekaisaran Romawi, dan orang dua di bagian pinggang dengan pisau yang paling terkenal karena hukuman pakan ternak dan kemudian dibiarkan salib oleh pemerintah Romawi adalah berdarah sampai mati. Eksekusi ini disebut Yesus Kristus. Pada zaman Yesus, para Ling Chi yang berarti mengiris tubuh pemberontak dan pelaku kriminal terpidana dengan pelan dan lambat. atau dihukum dengan cara disalib. Kedua kematian dengan seribu luka. Metode tangan mereka biasa diikat dan kaki ini diberlakukan pada masa dinasti Tang mereka diberi pijakan kayu dan mereka sekitar 900 CE dan di hapus pada tahun dijemur panas matahari dan menjadi 1905. tontonan orang-orang sebagai Hampir semua eksekusi mati pada masa peringatan. Namun penyaliban Yesus Dinasti Tang dilakukan secara terbuka di seringkali dilukiskan kedua tangan depan umum sebagai peringatan bagi dan kedua kaki Yesus dipakukan pada penduduk. Kepala yang telah dieksekusi kayu salib, yang menyebabkan Yesus dipajang pada tiang-tiang atau tombak, kehilangan banyak darah ditambah kemudian kepala itu di bungkus dalam dengan dijemur matahari. Di masa kotak dikirim ke ibukota sebagai bukti kini tidak ada lagi eksekusi mati yang identitas, bahwa eksekusi itu telah menggunakan metode penyaliban. dilakukan. (Alan Marzilli, 2008)

Kesemua jenis metode pidana mati C. Pidana mati DI INDONESIA tersebut di atas, masih terdapat cara lain yang diterapkan dibeberapa kelompok 1. Menurut Hukum Adat bangsa dari masa ke masa, misalnya dua jenis eksekusi mati di Cina pada Pidana mati sudah dikenal oleh periode dinasti Tang yaitu pencekikan hampir semua suku di Indonesia. dan pemenggalan kepala. Mencekik Berbagai macam delik yang dilakukan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 188 diancam dengan pidana mati. Cara berlaku pidana mati oleh keluarga melaksanakan pidana mati juga perempuan kecuali jika sipelaku bermacam- macam; ditusuk dengan berlindung di rumah kediaman keris, ditenggelamkan, dijemur pemangku adat atau melakukan di bawah matahari hingga mati, A’pa’baji yaitu upacara penebusan ditumbuk kepalanya dengan alu dan dan perdamaian. lain-lain. Di Sulawesi Tengah seorang Di Aceh seorang istri yang wanita kabisenya yaitu wanita yang berzinah dibunuh. Di Batak, jika berhubungan dengan seorang pria pembunuh tidak membayar uang batua yaitu budak, maka tanpa salah dan keluarga dari yang melihat proses dipidana mati. terbunuh menyerahkan untuk Di Pulau Bonerate, pencuri- pidana mati, maka pidana mati pencuri dipidana mati dengan jalan segera dilaksanakan. Demikian pula tidak diberi makan, pencuri itu diikat bila seseorang melanggar perintah kaki tangannya kemudian ditidurkan perkawinan yang eksogami. di bawah matahari hingga mati. Di Kalau di Minangkabau menurut Nias bila dalam tempo tiga hari belum pendapat konservatif dari Datuk memberikan uang sebagai harga Ketemanggungan dikenal hukum darah pada keluarga korban, maka membalas, siapa yang mencurahkan pidana mati diterapkan. darah juga dicurahkan darahnya. Di pulau Timor, tiap-tiap kerugian Sedangkan di Cirebon penculik- dari kesehatan atau milik orang harus penculik atau perampok wanita apakah penduduk asli atau asing yang dibayar atau dibalaskan. Balasan itu menculik atau menggadaikan pada dapat berupa pidana mati. Sedangkan orang Cirebon dianggap kejahatan di Lampung terdapat beberapa delik yang dapat dipidana mati. Di Bali yang diancamkan dengan pidana mati pidana mati juga diancamkan bagi yaitu pembunuhan, delik salah putih pelaku Kawin Sumban. Dikalangan (zinah antara bapak atau ibu dengan suku dari Tenggara Kalimantan orang anaknya atau antara mertua dengan yang bersumpah palsu dipidana menantu dsb) dan berzinah dengan mati dengan jalan ditenggelamkan. istri orang lain. Dengan melihat uraian Di Sulawesi Selatan pemberontakan di atas dapat disimpulkan bahwa terhadap pemerintah kalau yang suku-suku bangsa Indonesa telah bersalah tak mau pergi ke tempat mengenal pidana mati jauh sebelum pembuangannya, maka ia boleh bangsa Belanda datang. Jadi bukan dibunuh oleh setiap orang.Demikian bangsa Belanda dengan WvS-nya pula laki-laki yang membawa lari yang memperkenalkan pidana mati perempuan yang disebut A’nyala itu pada bangsa Indonesia.(Andi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 189

Hamzah dan Sumangelipu, 1985) tentang memperberat ancaman 2. Menurut Hukum Positif. hukuman terhadap tindak pidana Dalam KUHPid membatasi yang membahayakan pelaksanaan kemungkinan dijatuhkannya pidana perlengkapan sandang pangan. mati atas beberapa kejahatan yang Pasal 12,sebagaimana termaksud berat, yang dimaksudkan dengan dalam Undang-undang Darurat No. kejahatan-kejahatan yang berat itu 7 Tahun 1955 (Lembaran Negara adalah : Tahun 1955 No. 27), tindak pidana 1. Pasal 104 (makar terhadap seperti termaksud dalam Peraturan presiden dan wakil presiden) Pemberantasan Korupsi (Peraturan 2. Pasal 111 ayat 2 (membujuk Penguasa Perang Pusat No. Prt/ negara asing untuk bermusuhan Perpu/013/ 1958) dan tindak pidana atau berperang, jika permusuhan yang termuat dalam titel I dan II Buku itu dilakukan atau jadi perang) Kedua Kitab Undang-undang Hukum 3. Pasal 124 ayat 3 (membantu Pidana,dengan mengetahui atau tidak musuh waktu perang) patut harus menduga, bahwa tindak 4. Pasal 140 ayat 3 (makar terhadap pidana itu akan menghalang-halangi raja atau kepala negara-negara terlaksananya program pemerintah, sahabat yang direncanakan dan yaitu: berakibat maut) i. memperlengkapi sandang pangan 5. Pasal 340 (pembunuhan ber- rakyat dalam waktu sesingkat- encana) singkatnya. 6. Pasal 365 ayat 4 (pencurian ii. menyelenggarakan keamanan dengan kekerasan yang meng- rakyat dan negara. akibatkan luka berat atau mati) iii. melanjutkan perjuangan 7. Pasal 368 ayat 2 (pemerasan menentang imprealisme ekonomi dengan kekerasan yang meng- dan politik (Irian Barat); dihukum akibatkan luka berat atau mati) dengan hukuman pidana penjara 8. Pasal 444 (pembajakan di selama sekurang-kurangnya 1 laut, pesisir dan sungai yang tahun dan setinggi-tingginya 20 mengakibatkan kematian).(Andi tahun, atau hukuman penjara Hamzah dan Sumangelipu 1985) seumur hidup atau pidana mati. • Undang-undang Nomor 21 (Prp) Beberapa peraturan di luar KUHP Tahun 1959 Tentang Memperberat juga mengancamkan pidana mati bagi Ancaman Hukuman Tindak Pidana pelanggarnya, antara lain: Ekonomi. • Undang-undang Nomor 5 (PNPS) • Undang-undang Nomor 31 tahun 1955 Tentang Wewenang Jaksa 1964 Tentang Ketentuan Pokok Agung/Jaksa Tentara Agung dan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 190

Tenaga Atom, Pasal 23 mengandung • Tindak pidana terorisme diatur ancaman pidana mati. dalam Undang-Undang Nomor 15 • Undang-undang Nomor 11 (PNPS) Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tahun 1963 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Undang- Kegiatan Subversi. Pasal 13. Undang Nomor 15 Tahun 2003 ini • Undang-undang Nomor 12 (drt) menggantikan Peraturan Pemerintah Tahun 1951 Tentang Perubahan Nomor 1 Tahun 2002 tentang Ordonantie Tijdelijhe Bijzondere Pemberantasan Tindak Pidana Starftbepalingen dan Undang- Terorisme (Dityo Sudarmadi Dan undang RI terdahulu, yaitu Undang- Muchamad Choirul Anam, 2010) undang Nomor 8 Tahun 1948, ada Pengenaan pidana, berhubungan Pasal 1 ayat (1). erat dengan kehidupan manusia, • Undang-Undang Nomor 20 Tahun terutama bila menyangkut kepentingan 2001 tentang Perubahan atas benda hukum yang paling berharga Undang-Undang Nomor 31 Tahun bagi kehidupan manusia, yaitu nyawa 1999 tentang Pemberantasan Tindak dan kemerdekaan atau kebebasannya. Pidana Korupsi. Tentang Perubakan Dalam teori hukum pidana, absolut atau atas Undang-Undang Nomor 31 pembalasan didasarkan oleh tuntutan Tahun 1999 tentang Pemberantasan etis, sedangkan teori relatif berbasiskan Tindak Pidana Korupsi ini menentukan pada pertahanan tertib masyarakat, tentang kumulasi sanksi pidana sedangkan teori gabungan merupakan penjara dan denda, baik secara suatu kombinasi antara teori pembalasan maksimum maupun minimum. dan teori relatif. Para juris tentang pidana • Undang-Undang Nomor 5 mati, pada umumnya mendasarkan Tahun 1997 tentang Psikotropika pada teori absolut atas pembalasan, teori menentukan pidana pokok mati, relatif dan teori gabungan, sebaliknya seumur hidup, penjara, kurungan dan para Kriminolog meragukan kebenaran denda. Di dalam undang-undang ini pandangan yuridis tersebut. dikenal adanya pidana tunggal denda Adapun pidana mati, dalam untuk tindak pidana korporasi, pidana Rancangan Undang-Undang Hukum mati, alternatif pidana seumur hidup. Pidana (RUU KHUP) tahun 2008, Kumulasi pidana penjara, kurungan menentukan pidana mati dalam Pasal 87, dan denda. Pasal 88, Pasal 89. Jika permohonan grasi • Undang Undang No. 35 Tahun 2009 terpidana mati ditolak dan pidana mati Tentang perubahan UU Nomor 22 tidak dilaksanakan selama 10 (sepuluh) Tahun 1997 tentang Narkotika. tahun bukan karena terpidana melarikan • Undang-Undang Nomor 26 Tahun diri, maka pidana mati tersebut dapat 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi diubah menjadi pidana seumur hidup Manusia Pasal 36. dengan Keputusan Presiden. Penjelasan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 191

Pasal 88 (1) KUHP. “Pelaksanaan pidana mencantumkan ancaman pidana mati. mati dengan cara menembak terpidana Kelompok pendukung pidana mati didasarkan pada pertimbangan bahwa beranggapan bahwa bukan hanya sampai saat ini cara tersebut dinilai paling pembunuh saja yang punya hak untuk manusiawi. Dalam hal dikemudian hari hidup dan tidak disiksa. Masyarakat terdapat cara lain yang lebih manusiawi luas juga punya hak untuk hidup dan daripada dengan cara menembak tidak disiksa. Untuk menjaga hak hidup terpidana, pelaksanaan pidana mati masyarakat, maka pelanggaran terhadap disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Ayat (3) pelaksanaan pidana hak tersebut patut dihukum mati. mati terhadap wanita hamil harus ditunda Hingga 2006 tercatat ada 11 peraturan sampai ia melahirkan. perundang-undangan yang masih Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan memiliki ancaman pidana mati, seperti: pidana mati terhadap orang sakit jiwa KUHP, UU Narkotika, UU Anti Korupsi, ditangguhkan sampai orang yang UU Anti terorisme, dan UU Pengadilan bersangkutan sembuh dari penyakitnya. HAM. Daftar ini bisa bertambah panjang Ayat (4) mengingat beratnya pidana dengan adanya RUU Intelijen dan RUU mati dan tidak mungkin dapat diperbaiki Rahasia Negara. lagi apabila ada kekeliruan, maka Vonis atau pidana mati mendapat pelaksanaannya baru dapat dilakukan dukungan yang luas dari pemerintah dan setelah Presiden menolak permohonan masyarakat Indonesia. Pemungutan suara grasi orang yang bersangkutan”.Di yang dilakukan media di Indonesia pada Indonesia sudah puluhan orang dieksekusi umumnya menunjukkan 75% dukungan mati mengikuti sistem KUHP peninggalan untuk adanya vonis mati. Sepanjang kolonial Belanda. Bahkan selama Orde 2008, terdapat 8 pidana mati yang Baru korban yang dieksekusi sebagian dijalankan, mereka yang dihukum adalah besar merupakan narapidana politik. dua warga Nigeria penyelundup narkoba, Walaupun amandemen kedua dukun Ahmad Saroji yang membunuh 42 konstitusi UUD ‘45, pasal 28 ayat 1, orang di Sumatera Utara, Tubagus Yusuf menyebutkan: “Hak untuk hidup, hak Mulyana dukun pengganda uang yang untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan membunuh delapan orang di Banten, pikiran dan hati nurani, hak beragama, serta Sumiarsih dan Sugeng yang terlibat hak untuk tidak diperbudak, hak untuk pembunuhan satu keluarga di Surabaya. diakui sebagai pribadi di depan hukum, Eksekusi yang paling terkenal pada tahun dan hak untuk tidak dituntut atas dasar 2008 dan mendapat perhatian luas dari hukum yang berlaku surut adalah hak publik adalah eksekusi Imam Samudra asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dan Ali Ghufron, terpidana Bom Bali 2002. dalam keadaan apapun”, tapi peraturan (Dhityo Sudarmadi Dan Muchamad perundang-undangan dibawahnya tetap Choirul Anam, 2010)

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 192

D. KONTRA Pidana mati DAN Internasional tentang Hak Sipil Politik ARGUMENTASINYA tentang Penghapusan Pidana mati. Pidana mati memiliki turunan Pidana mati adalah salah satu jenis pelanggaran HAM serius lainnya, yaitu pidana yang paling kontroversial pelanggaran dalam bentuk tindak dan selalu mendapat sorotan dari penyiksaan (psikologis), kejam dan tidak berbagai kalangan di seluruh dunia. manusiawi. Hal ini bisa terjadi karena Bermacam-macam pendapat dan alasan umumnya rentang antara vonis pidana dikemukakan untuk mendukung mati dengan eksekusinya berlangsung dan menentang pidana mati. Dunia cukup lama. Tragisnya Indonesia internasional juga memberikan perhatian sendiri telah meratifikasi Konvensi terhadap ancaman pidana mati ini. Anti Penyiksaan dan mengadopsinya Pada tahun 1987 di Syracusa, Italia menjadi UU Anti Penyiksaan No.5/1998. telah dilakukan Konferensi Internasional Penerapan pidana mati di Indonesia juga tentang pidana mati. Dalam konferensi bertentangan dengan perkembangan tersebut dibahas tentang pengaturan peradaban bangsa-bangsa di dunia saat pidana mati di pelbagai negara di dunia. ini.(KontraS 2007) Konferensi tersebut tiba pada kesimpulan Perlawanan pidana mati dengan menolak pidana mati. dalil pelanggaran HAM khususnya hak Pidana mati merupakan jenis hidup dalam proses penegakan hukum pelanggaran hak asasi manusia yang di Indonesia berpuncak pada saat MK paling penting, yaitu hak untuk hidup (right menerima gugatan judicial review to life). Hak fundamental (nonderogable oleh sejumlah terpidana mati. Dalam rights) ini merupakan jenis hak yang tidak perkara No 2-3/PUU-V/2007 mereka bisa dilanggar, dikurangi, atau dibatasi menggugat ketentuan pidana mati dalam keadaan apapun, baik itu dalam dalam pasal 80, 81,dan Pasal 82 UU keadaan darurat, perang, termasuk bila N0 22 tahun 1997 tentang narkotika, seseorang menjadi narapidana. Indonesia bertentangan dengan hak untuk hidup sendiri ikut menandatangani Deklarasi yang dijamin oleh Pasal 28 A dan Pasal 28 Universal HAM dan Indonesia telah I ayat (1) UUD 1945. Hak hidup dalam meratifikasi Kovenan Internasional Hak UUD 1945, merupakan hak tidak dapat Sipil Politik melalui UU No. 12/2005, dikurangi dalam keadaan apa pun dalam keduanya secara jelas menyatakan hak Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 adalah bukti atas hidup merupakan hak setiap manusia bahwa UUD1945 tidak menghendaki dalam keadaan apapun dan adalah pembatasan terhadap hak untuk hidup. kewajiban negara untuk menjaminnya. Dengan kata lain, menurut , Pasal 28I Sayangnya ratifikasi Kovenan Sipil Politik ayat (1) UUD 1945 tidak menghendaki ini tidak diikuti pula dengan ratifikasi adanya pidana mati karena pidana mati Protokol Tambahan Kedua Kovenan merupakan pengingkaran atas hak untuk

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 193 hidup. Hubungan antara hak untuk kewajiban Pemerintah berdasarkan Pasal hidup dan pidana mati pada sistematika 28I ayat (4) UUD 1945 untuk melindungi Pasal 6 International Covenant on hak asasi manusia, di dalamnya termasuk Civil and Political Rights (ICCPR), yang hak untuk hidup sebagaimana diatur telah diratifikasi oleh Indonesia dengan dalam Pasal 28 A dan Pasal 28 I ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005, UUD 1945. menunjukkan bahwa pidana mati tidak Instrumen-instrumen hak asasi manusia kompatibel (incompatible) dengan internasional menghendaki penghapusan hak untuk hidup. Kemudian, setelah pidana mati. Dalam hubungan ini sejumlah memperbandingkan non-derogable ketentuan dalam berbagai instrumen rights dalam ketentuan-ketentuan hak asasi manusia internasional, seperti ICCPR dengan ketentuan dalam Pasal Universal Declaration of Human Rights, 28I ayat (1) UUD 1945, maka dapat International Covenant on Civil and disimpulkan bahwa keduanya banyak Political Rights, dan berbagai instrumen kesamaan. Bahkan, UUD 1945, in casu internasional lainnya, menghendaki Pasal 28I ayat (1), menerapkan standar dihapuskannya pidana mati. Dengan dalil yang lebih tinggi dari ICCPR. sebagai berikut: Selain itu, pidana mati bertentangan a. Sebagai bagian dari masyarakat dengan Pasal 28 I ayat (4) UUD internasional, bangsa Indonesia wajib 1945. Dalam hubungan ini terjadi menghormati, menghargai, dan ketidaksempurnaan sistem peradilan menjunjung tinggi prinsip-prinsip pidana. Akibatnya terdapat kemungkinan yang terkandung dalam berbagai dihukumnya orang-orang yang tidak instrumen internasional hak asasi bersalah.” Sementara itu, pidana mati manusia tersebut; bersifat irreversible, sehingga seseorang b. Bentuk penghormatan dimaksud yang telah dijatuhi pidana mati dan kemudian diwujudkan dalam telah dieksekusi bila kemudian orang pembahasan Amandemen Kedua itu ternyata tidak bersalah, kekeliruan UUD 1945. Dalam pembahasan demikian menjadi fatal karena tidak tersebut, instrumen instrumen mungkin lagi untuk diperbaiki. hak asasi manusia internasional itu Adanya fakta bahwa sistem peradilan dijadikan sebagai acuan oleh MPR pidana tidak sempurna yang dapat (dan dalam menyusun Bab XA UUD 1945 telah terjadi) menghukum orang yang tentang Hak Asasi Manusia. Oleh tidak bersalah, sementara Pasal 28 I sebab itu, sudah seyogianya dalam ayat (4) UUD 1945 mewajibkan negara melakukan penafsiran terhadap pasal- (terutama pemerintah) untuk secara aktif pasal tentang hak asasi manusia yang melindungi hak asasi manusia, maka terdapat dalam UUD 1945 dilakukan penerapan pidana mati merupakan dengan mengacu pada instrumen- tindakan yang bertentangan dengan instrumen internasional tersebut.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 194

Selanjutnya dunia internasional narapidana yang bersangkutan.Efek jera cenderung menghendaki penghapusan pidana mati dalam menurunkan jumlah pidana mati.Dalam hubungan ini,terdapat tindak pidana diragukan. data-data yang menunjukkan semakin Dalam hal ini data-data statistik, meningkatnya jumlah negara-negara baik dari dalam maupun luar negeri, yang dari tahun ke tahun menghapuskan menunjukkan bahwa pidana mati pidana mati. Berdasarkan data-data tidak membawa efek jera. Dengan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata lain, pendapat yang menyatakan Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat hukuman mati akan menimbulkan internasional, sudah seyogianya pula efek jera,hanyalah spekulasi. Karena mempertimbangkan fakta-fakta tersebut itu, tidaklah bertanggung jawab untuk untuk kemudian menghapus pidana mati mempertahankan pidana mati dengan dari sistem hukum Indonesia. mendasarkannya pada spekulasi semata. Selain itu pidana mati bertentangan Hal ini diperkuat oleh pandangan Prof. dengan filosofi pemidanaan Indonesia. Jeffrey Fagan (Columbia University, USA) Setelah terlebih dahulu merujuk pada Survey yang dilakukan PBB pada 1998 salah satu pertimbangan hukum Putusan dan 2002 tentang hubungan antara Mahkamah Konstitusi Nomor 013/ praktik pidana mati dan angka kejahatan PUU-I/2003, Undang-Undang Nomor pembunuhan menunjukkan, praktik 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pidana mati lebih buruk daripada penjara dan pendapat ahli, argumentasi bahwa: seumur hidup dalam memberikan efek (a) Filosofi pemidanaan di Indonesia lebih jera pada pidana pembunuhan, tingkat dititikberatkan pada usaha rehabilitasi kriminalitas berhubungan erat dengan dan reintegrasi sosial bagi pelaku tindak masalah kesejahteraan dan kemiskinan pidana, filosofi pemidanaan yang suatu masyarakat, maupun berfungsi menekankan pada aspek balas dendam atau tidaknya institusi penegakan hukum. (retributive) telah ditinggalkan oleh (Todung Mulya Lubis,2009 ) sistem hukum Indonesia, (b) Pemidanaan Pandangan tersebut diperkuat oleh adalah upaya untuk menyadarkan keterangan Abdul Hakim Garuda narapidana agar menyesali perbuatannya Nusantara selaku ketua Komnas HAM dan mengembalikannya menjadi warga di depan sidang MK mengenai perkara masyarakat yang baik, taat kepada No 2-3/PUU-V/2007 tentang judicial hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai review UU No. 22/1997, yang pada moral, sosial dan keagamaan, sehingga pokoknya adalah sebagai berikut: tercapai kehidupan masyarakat yang a. Bahwa Indonesia masih menganut aman, tertib, dan damai, (c) yang adanya pidana mati sebagaimana harus diberantas adalah faktor-faktor diatur dalam berbagai peraturan yang dapat menyebabkan narapidana perundang-undangan (kurang melakukan tindak pidana, bukan lebih 11 undang- undang). Dalam

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 195

hal ini memang layak dipersoalkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) dan Pasal konstitusionalitas ketentuan pidana 6 ayat (6), yaitu: mati tersebut, mengingat bahwa hak 1. Pembatasan pertama, pidana untuk hidup menurut Pasal 28 I ayat mati tidak bisa diterapkan kecuali (2) UUD 1945 juncto Pasal 4 UU pada kejahatan paling serius dan No. 39 tahun 1999 Tentang HAM sesuai dengan hukuman yang merupakan hak yang bersifat non berlaku pada saat kejahatan derogable rights; berlangsung. Jadi, meskipun Pasal 6 ICCPR tidak menghapuskan b. Bahwa ditinjau dari hukum pidana mati, tetapi ia membatasi internasional, patut dicatat bahwa peranannya pada kejahatan yang semakin banyak negara di dunia paling serius; ini yang tidak lagi menerapkan 2. Pembatasan kedua, pidana atau membatasi hukuman mati mati dalam Pasal 6 ICCPR ialah untuk hal-hal tertentu saja, seperti keharusan tiadanya perampasan keadaan perang atau keadaan gawat kehidupan yang bertentangan lainnya. Protokol Optional Kedua dengan ketentuan-ketentuan ICCPR tahun 1989 pada prinsipnya kovenan, sehingga misalnya, melarang pidana mati kecuali dalam mesti ada jaminan pemeriksaan keadaan tertentu. Namun masih yang adil, mesti tidak ada harus dipertanyakan apakah pidana diskriminasi dalam hukuman mati merupakan pelanggaran HAM berat dan metode eksekusi yang menurut hukum internasional. tidak sampai menjadi penyiksaan Konvensi Internasional Hak atau hukuman yang kejam, tidak Sipil dan Politik (ICCPR) tahun manusiawi, atau merendahkan 1966 yang sudah diratifikasi oleh martabat; Indonesia menyatakan bahwa hak 3. Pembatasan ketiga, bahwa pidana atas hidup adalah hak yang mendasar mati hanya bisa dilaksanakan dan tidak dapat dilanggar dalam sesuai dengan putusan akhir yang keadaan apapun. Pengecualian dijatuhkan oleh pengadilan yang hak untuk hidup oleh ICCPR terkait berwenang; dengan pidana mati ada beberapa 4. Pembatasan keempat, bahwa pasal yang mengaturnya, yakni siapa saja yang dihukum mati Pasal 6 ayat (1) tidak melarang berhak meminta pengampunan hukuman mati, tetapi Pasal 6 ayat atau keringanan hukuman dan (2) dan ayat (6) meletakkan sejumlah bisa diberi amnesti, pengampunan pembatasan dalam penerapannya. atau keringanan hukum; Lima pembatasan spesifik terhadap 5. Pembatasan kelima ialah bahwa pidana mati dapat diidentifikasi dari hukuman mati tidak bisa

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 196

dikenakan pada remaja di bawah pidana yang kejam memang umur 18 tahun dan tidak bisa selayaknya dihukum mati; dilaksanakan pada wanita hamil; Uraian tersebut di atas menjadi dasar c. Dari sudut hukum Islam, karena pijakan sejumlah ahli yang menolak Indonesia merupakan negara muslim pidana mati yaitu : yang besar yang masih menjalankan 1. Sarjana Hukum di Barat pidana mati, maka Ketua Komnas a. Beccaria menunjukkan adanya HAM mengutip pengamatan seorang pertentangan antara pidana mati sarjana muslim di bidang HAM, yaitu dan pandangan negara sesuai Mashud Baderin dalam bukunya dengan doktrin Contra Sosial. “International Human Rights and Karena hidup adalah sesuatu yang Islamic Law” yang menyatakan tak dapat dihilangkan secara legal bahwa sebagian besar negara muslim dan membunuh adalah tercela, yang menerapkan hukum pidana karena pembunuhan yang Islam berupaya menghindari pidana manapun juga yang mengizinkan mati melalui ketentuan-ketentuan untuk pidana mati adalah immoral prosedural atau keringanan dan makanya tidak sah. (procedural and commutative b. Van Bemmelen menyatakan provisions) yang tersedia dalam bahwa pidana mati menurunkan syariat ketimbang pelarangan wibawa pemerintah, pemerintah langsung terhadapnya. Hukum Islam mengakui ketidakmampuan dan menuntut syarat-syarat pembuktian kelemahannya. yang ketat bagi pelanggaran yang c. Rating, pidana mati justru bisa berujung pada pidana mati; rnempunyai daya destruktif, yaitu d. Mengenai apakah produk hukum bila negara tidak menghormati di Indonesia yang masih menganut nyawa manusia dan menganggap pidana mati mempunyai landasan tepat untuk dengan tenang konstitusional atau tidak, di melenyapkan nyawa seseorang, lingkungan Komnas HAM masih maka ada kemungkinan besar dan ada dua pendapat, yakni mayoritas akan berkurang pulalah hormat berpendapat bahwa hukuman mati orang pada nyawa manusia. tidak ada landasan konstitusionalnya, Di samping itu adalagi suatu yakni produk hukum yang demikian bahaya, yaitu bahwa perbuatan telah pralaya sukma, hukum yang membunuh oleh negara itu akan tak bersukma, sedangkan sebagian memancing suatu penyusulan anggota Komnas HAM masih pula terhadapnya. menyetujui pidana mati, dengan d. Ernest Bowen Rowlands ber- argumentasi bahwa suatu tindak pendapat bahwa pidana mati

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 197

tidak dapat diperbaiki kalau banyak negara beradab yang seorang hakim telah keliru dan menghapuskannya. pidana mati telah dilaksanakan, b. lug Dei Tjo lam menyatakan tak pernah kehidupan dikem- bahwa tujuan pidana adalah balikan pada yang dipidana mati. memperbaiki individu yang me- e. Von Hentig menyatakan bahwa lakukan tindak pidana di samping pengaruh yang kriminogen melindungi masyarakat. pidana mati itu terutama Jadi nyata bahwa dengan adanya sekali disebabkan karena telah pidana mati bertentangan dengan memberikan suatu contoh salah satu tujuan pidana yang yang jelek dengan pidana mati disebutkan tadi. tersebut. Sebenarnya negara yang c. J.E Sahetapy juga dianggap berkewajiban mempertahankan sebagai penentang pidana nyawa manusia dalam keadaan mati, walaupun terbatas apapun. la menambahkan bahwa hanya mengenai pembunuhan dengan menahan seseorang berencana dalam penjara, kita mengadakan d. Arif Gosita mengemukakan suatu eksperimen yang sangat hal-hal sebagai berikut: Bahwa berharga. Hal ini tak mungkin ketentuan tentang pidana mati ditemukan pada pidana mati. dalam peraturan perundang- f. Is Cassutto menyatakan bahwa undangan di Indonesia banyak pada pidana mati ditemui sekali, kurang lebih ada dua belas, kesukaran-kesukaran yang oleh karena itu usaha-usaha serius, pertama-tama terbentur menghapus pidana mati dari pada kemungkinan terjadinya peraturan perundang-undangan kekhilafan yang tak murigkin harus bersifat holistik. Negara dapat diperbaiki. Belanda telah menghapuskan 2. Sarjana Hukum di Indonesia pidana mati dari KUHPnya, a. Roeslan: Menurut beliau bagi kita tetapi KUHP di Hindia Belanda penjara seumur hidup dan lain- masih mempertahankan pidana lainnya pidana yang merupakan mati, karena tujuannya memang perampasan dan pembatasan untuk menghukum orang-orang atas kemerdekaan dan harta pribumi dalam mengusahakan kekayaan seseorang sajalah ketertiban dan keamanan di yang dipandang sebagai pidana. Hindia Belanda. Pada saat ini Selanjutnya beliau menyatakan sudah 145 negara menghapus bahwa karena orang semakin pidana mati; tabu betapa buruknya pidana mati itu, sehingga berturut-turut Pidana mati perlu dihapuskan,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 198 karena pidana mati berdasarkan hukum berat itu penting,hanya saja untuk adalah suatu viktimisasi oleh manusia menjatuhkan sanksi dengan pidana mati terhadap sesama manusia, merugikan karena bersalah melanggar Pasal 8 atau dan menimbulkan korban satu sama 9 jo Pasal 36 atau 37 UU Nomor 26 lain, tidak melindungi manusia; Indonesia Tahun 2000, harus ekstra hati-hati karena masih mempertahankan pidana mati, orang yang sudah dieksekusi mati tidak karena meskipun memiliki Pancasila dan mungkin hidup kembali (2000 :33-38 UUD 1945 tetapi tidak menghayatinya dan 2003:85-87). dengan baik. Oleh karena itu, jika hukum Mengacu pada Pasal 28 huruf A Indonesia harus sesuai dengan Pancasila dan Pasal 28 huruf I ayat (1)UUD dan UUD 1945, pidana mati harus 1945, bahwa setiap orang berhak dihapuskan, demi 4K, yakni kebenaran, untuk mempertahankan hidup dan keadilan, kerukunan, dan kesejahteraan kehidupannya sehingga Ifdal Kasim tidak rakyat; (Muhammad Akbar,2004). menyetujui pranata pidana mati, karena Menurut Usman Hamid,bahwa United ia merupakan HAM yang bersifat non Nations Hight Commission on Human derogable rights yaitu HAM yang tidak Rights tahun 1997, mempertegas kembali dapat dikurangi dalam keadaan apapun seruannya untuk menghapuskan pidana dan oleh siapapun (Kompas, 28 February mati dengan suatu deklarasi menyatakan 2003:4). bahwa abolition of the death penalty Karena itu, KontraS, di berbagai contributes to the echament of human kesempatan selalu menyatakan dignity and to the progress development penolakan atas pidana mati sebagai of human right (Kompas, 28 February ekspresi hukuman paling kejam dan tidak 2003 :4). manusiawi. Penghapusan pidana mati Berkenaan dengan pro dan kontra -baik melalui mekanisme hukum atau terhadap penerapan pidana mati dalam politik- di Indonesia pasti meninggikan kaitannya dengan penegakan hukum dan martabat Indonesia di mata komunitas perlindungan HAM, lebih lanjut Indrianto internasional. Seno Adji mempertanyakan apakah Selain itu dalam konteks politik hukum pidana mati yang diatur dalam KUHPid di Indonesia, pidana mati harus ditolak bertentangan dengan Amandemen kedua karena: Pasal 28 A dan Pasal 28 I UUD.1945? 1. Karakter reformasi hukum positif Kemudian oleh Usman Hamid,antara lain Indonesia masih belum menunjukkan menyatakan...masih ingin mengasingkan sistem peradilan yang independen, diri atas nama kesetiaan pada hukum imparsial, dan aparatusnya yang positif? (Kompas,28-2-2003 bersih. Bobroknya sistem peradilan Menurut Ifdhal Kasim dkk, bisa memperbesar peluang pidana mengungkapkan bahwa penghukuman mati lahir dari sebuah proses yang bagi pelaku pelanggaran HAM yang salah. Kasus pidana mati Sengkon

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 199

dan Karta pada tahun 1980 lalu di narkoba juga diakui oleh Polda Indonesia bisa menjadi pelajaran pahit Metrojaya. Angka kasus narkotika, buat kita. Hukum sebagai sebuah psikotropika, dan bahan adiktif lainnya institusi buatan manusia tentu tidak (narkoba) tahun 2004 naik hingga bisa selalu benar dan selalu bisa salah. 39,36 persen jika dibandingkan 2. Dari kenyataan sosiologis, tidak ada dengan angka kasus narkoba tahun pembuktian ilmiah pidana mati akan 2003. Selama tahun 2004 Polda mengurangi tindak pidana tertentu. Metrojaya telah menangani 4.799 Artinya pidana mati telah gagal kasus narkoba, atau meningkat menjadi faktor determinan untuk 1.338 kasus jika dibandingkan kasus menimbulkan efek jera, dibanding- narkoba tahun 2003 yang hanya kan dengan jenis hukuman lainnya. 3.441 kasus. Kajian PBB tentang hubungan pidana Bahkan untuk kejahatan terorisme mati (capital punishment) dan angka pidana mati umumnya justru menjadi pembunuhan antara 1988-2002 faktor yang menguatkan berulangnya berujung pada kesimpulan pidana tindakan di masa depan. Pidana mati mati tidak membawa pengaruh justru menjadi amunisi ideologis apapun terhadap tindak pidana untuk meningkatkan radikalisme pembunuhan dari hukuman lainnya dan militansi para pelaku. sampai seperti hukuman seumur hidup. saat ini bahkan kejahatan terorisme Meningkatnya kejahatan narkoba, masih menjadi momok dan negara terorisme, atau kriminal lainnya sama sekali tidak punya jawaban tidak semata-mata disebabkan oleh efektif atas persoalan ini. Terakhir kali ketiadaan pidana mati, namun oleh pada 1 Oktober 2005 lalu terjadi lagi problem struktral lainnya seperti kasus bom bunuh diri di Bali. Satu kemiskinan atau aparat hukum/ pernyataan pelaku kasus pemboman negara yang korup. di depan Kedubes Australia, Jakarta (9 Di tahun 2005 ini misalnya September 2004), Iwan Dharmawan ditemukan pabrik pil ekstasi berskala alias Rois, ketika divonis pidana mati internasional di Cikande, Serang, oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Banten. Pabrik ini dianggap sebagai Jakarta Selatan pada 13 November pabrik ekstasi terbesar ketiga di dunia 2005: dengan total produksi 100 kilogram “Saya tidak kaget dengan vonis ekstasi per minggu dengan nilai ini karena saya sudah menyangka sekitar Rp 100 miliar. Ternyata operasi sejak awal saya menjadi terdakwa. ini melibatkan dua perwira aparat Saya menolak vonis ini karena kepolisian; Komisaris MP Damanik dijatuhkan oleh pengadilan setan dan Ajun Komisaris Girsang21. yang berdasarkan hukum setan, Meningkatnya angka kejahatan bukan hukum Allah. Kalaupun saya

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 200

dihukum mati, berarti saya mati hidup. Pasal 28I ayat (1) UUD ’45 syahid”. (Amandemen Kedua) menyatakan: Sikap ini juga ditunjukkan “Hak untuk hidup, hak untuk tidak terdakwa kasus bom lainnya yang disiksa, hak kemerdekaan pikiran umumnya menolak meminta grasi dan hati nurani, hak beragama, hak atau pengampunan atas perbuatan untuk tidak diperbudak, hak untuk yang telah dilakukan. Penerapan diakui sebagai pribadi di hadapan pidana mati jelas tidak berefek positif umum, dan hak untuk tidak dituntut untuk kejahatan terorisme semacam atas dasar hukum yang berlaku surut ini. adalah hak asasi manusia yang tidak 3. Praktik pidana mati di Indonesia dapat dikurangi dalam keadaan selama ini masih bias kelas dan apapun”. diskriminasi, di mana pidana mati 5. Sikap politik pemerintah terhadap tidak pernah menjangkau pelaku pidana mati juga bersifat ambigu. dari kelompok elit yang tindak Beberapa waktu lalu pemerintah kejahatannya umumnya bisa mengajukan permohonan secara dikategorikan sebagai kejahatan gigih kepada pemerintah Arab Saudi, serius/luar biasa. Para pelaku korupsi, Malaysia, dan Singapura untuk tidak pelaku pelanggaran berat HAM menjalankan pidana mati kepada dengan jumlah korban jauh lebih warga negara Indonesia, dengan masih dan merugikan ekonomi orang alasan kemanusiaan. Namun hal ini banyak tidak pernah divonis mati. tidak terjadi pada kasus pidana mati Padahal janji Presiden SBY pidana WNA di Sumatra Utara tahun lalu mati diprioritaskan buat kejahatan dan kasus-kasus lainnya baru-baru luar biasa seperti narkoba, korupsi, ini. dan pelanggaran berat HAM. 4. Penerapan pidana mati juga Menyambut satu dekade Peringatan menunjukkan wajah politik hukum Hari Anti Pidana Mati Sedunia yang jatuh Indonesia yang kontradiktif. Salah pada 10 Oktober 2012 Koalisi Masyarakat satu argumen pendukung pidana mati Sipil Indonesia mengeluarkan statement adalah karena sesuai dengan hukum tertanggal 9 Oktober 2012 yang menolak positif Indonesia. Padahal semenjak pidana mati dan menyambut baik adanya era reformasi/transisi politik berjalan tren global penghapusan pidana mati telah terjadi berbagai perubahan yang berkembang secara signifikan. hukum dan kebijakan negara. Meski Dalam catatan yang dikeluarkan Hands pidana mati masih melekat pada Off Cain Info menegaskan bahwa beberapa produk hukum nasional, sekitar 155 negara telah menghapus namun reformasi hukum juga kebijakan pidana mati dalam sistem menegaskan pentingnya hak untuk hukum maupun praktiknya, di mana 99

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 201 negara telah menghapuskan kebijakan menggunakan tren ini dalam menata pidana mati untuk semua kategori kembali sistem penegakan hukum yang kejahatan (keseluruhan), 44 negara telah ada. Menariknya terobosan ini diciptakan menghapuskan kebijakan pidana mati poleh Mahkamah Agung (MA) dalam dalam praktiknya de facto abolisionis) putusan No. 39 PK/Pid.Sus/2011 yang dan 7 negara telah menghapuskan pada pokoknya membatalkan putusan pidana mati untuk kejahatan biasa kasasi yang menjatuhkan pidana (ordinary crimes), dan 5 negara telah mati kepada Hengky Gunawan atas melakukan penundaan (moratorium) kepemilikan pabrik ekstasi. Putusan ini eksekusi di tempat. Di tingkat Indonesia menitikberatkan adanya pertentangan sendiri tahun ini merupakan tahun konsep pidana mati dengan kategori keempat di mana tidak terjadi eksekusi hak yang tidak dapat dikurangi dalam mati. keadaan apapun (non-derogable rights)- Dalam satu dekade ini Amerika Serikat termasuk di dalamnya hak atas hidup-. yang dikenal luas masih mempertahankan Sebagaimana yang dicantumkan dalam kebijakan pidana mati dalam sistem Pasal 28 ayat 1 UUD 1945 dan Pasal hukumnya bahkan telah menunjukkan 4 UU No 39/1999 tentang Hak Asasi suatu kemajuan khusus, ketika 17 negara Manusia. bagiannya telah menghapus praktik Putusan ini kemudian dipertegas pidana mati. Bahkan hanya sekitar 78 pada Bulan Oktober 2012 ketika putusan pidana mati yang dikeluarkan MA menyatakan bahwa pidana mati pada tahun 2011. Angka ini jauh lebih pada kasus Hengky Gunawan adalah sedikit ketimbang angka rata-rata 280 inkonstitusional. Langkah progresif ini putusan pidana mati yang dikeluarkan patut diapresiasi dan menjadi catatan oleh Pemerintah Amerika Serikat kemajuan besar dalam sejarah sistem antara tahun 1980-an dan 1990-an penegakan hukum di Indonesia, terlepas (Amnesty International, 2011). Bahkan pro dan kontra dari berbagai pihak. pembaharuan kebijakan pidana mati di Perdebatan boleh tidaknya pidana China juga diterapkan sejak 2011 kepada mati diterapkan juga tidak boleh 13 kategori kejahatan ekonomi dari daftar meniadakan adanya lebih dari 100 68 kejahatan yang dapat diterapkan orang yang masih menunggu proses pidana mati. Penerapan pidana mati juga eksekusi pidana mati hasil di berbagai tidak bisa dilakukan kepada mereka yang tingkat putusan pengadilan. Di mana berusia di atas 75 tahun (World Coalition, kebanyakan dari kasus ini merupakan 2012). kasus kejahatan yang terkait dengan Adanya pergeseran positif dalam praktik kejahatan narkotika dan sekitar menata kembali criminal justice system 80% di antara narapidana pidana mati di tingkat global seharusnya bisa tersebut adalah warga negara asing mendorong Pemerintah Indonesia untuk (kasus Bali Nine maupun yang terbaru

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 202

Julian Anthony Ponder dan Lindsay June Berdasarkan hal-hal tersebut, Koalisi Sandiford, 2012). Selain itu, ancaman Masyarakat Sipil Menolak Pidana mati pidana mati juga mengancam buruh mendesak: migran Indonesia di berbagai negara juga 1. Pemerintah dan Dewan Perwakilan masih belum menjadi perhatian krusial Rakyat untuk menghapuskan pidana bersama, termasuk jumlah pasti terpidana mati sebagai salah satu bentuk pidana mati beserta data rincinya. Bahkan dalam dalam sistem hukum di Indonesia kasus terdakwa terorisme Aceh Usria atau, paling tidak, memberlakukan dan Muhammad Sulaiman, keduanya moratorium pidana mati; diancam vonis pidana mati dengan Pasal 2. Seluruh badan peradilan dan 15 jo. Pasal 6, 7, dan 9 UU No. 15 Tahun para hakim di Indonesia untuk 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme menghentikan penjatuhan pidana yang masih menggunakan pidana mati. mati dan memasukkan pertimbangan Himbauan moratorium global melalui hak asasi manusia sesuai dengan Majelis Umum PBB yang digelar sejak standar internasional di dalam perkara- tahun 2007, 2008 dan 2010, yang perkara pidana yang diperiksa; atau kemudian kelak akan diselenggarakan setidak-tidaknya, kembali pada Desember 2012 adalah Selama belum dihapuskannya pidana salah satu upaya untuk mendorong realisasi komitmen bersama untuk mati dari sistem pemidanaan di menghapus praktik pidana mati bersama. Indonesia, pemerintah perlu memastikan Indonesia sebagai salah satu negara yang pemenuhan hak setiap terpidana masih menerapkan kebijakan pidana mati mati atas proses grasi yang bermakna. pada kategori kasus kejahatan pidana Ketentuan di dalam UU No. 5 tahun 2010 terorisme, narkotika, korupsi dan lain yang menjadikan proses permohonan sebagainya harus membuat terobosan grasi menjadi terlalu terbatas harus positif dan tidak terjebak pada jargon diubah sesuai dengan standar hak politik praktis pejabat negara maupun asasi manusia internasional. (Jakarta, 9 politisi yang masih kerap menggunakan Oktober 2012, Koalisi Masyarakat Sipil pendekatan pidana mati untuk meraih Menolak Pidana Mati) simpati publik. Publik juga harus bisa memahami E. PRO Pidana mati DAN bahwa efek jera yang ingin dihadirkan JUSTIFIKASINYA melalui putusan-putusan pidana mati juga tidak serta merta efektif mencegah Pro kontra pidana mati telah ataupun mengurangi angka kriminalitas di berlangsung berabad-abad lamanya, tengah masyarakat. Pencabutan hak atas dengan beraneka ragam argumentasi, hidup melalui legalisasi pidana mati tidak baik yang pro maupun yang kontra. akan pernah menjadi solusi penegakan Namun hal yang merupakan klaim hukum. berlebihan jika kelompok kontra pidana

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 203 mati merasa paling mendominasi dunia bermasyarakat secara ideal. Apalagi dewasa ini. Padahal penganut yang kesadaran hukum masyarakatnya masih mendukung pidana mati dalam wacana belum berbanding lurus dengan nilai publik domestik maupun internasional, hukum dan aparaturnya belum mencapai juga tak kalah banyaknya. Sebagai tingkat standar yang diperlukan. Pidana contoh, Amerika Serikat yang dikenal mati maupun ancaman hukuman berat sebagai kampiun demokrasi dan pencetus lainnya diperlukan untuk menjadi shock ide-ide HAM modern, sampai sekarang teraphy demi mencegah terulangnya masih memberlakukan pidana mati. tindak pidana serupa. Selain itu, pidana Dari 50 negara bagian (state) di mati tidak hanya dilihat kepentingan Amerika Serikat, hanya 12 negara bagian yang terancam dengan pidana mati, yang tidak memberlakukan pidana mati, tetapi juga dilihat kepentingan si korban sedangkan 38 negara bagian justru dan keluarganya serta kepentingan berjaya dengan pidana mati. masyarakat. Bagaimanapun pidana mati Salah satu pakar hukum yang setuju diterapkannya pidana mati di Indonesia masih diperlukan sebagai instrumen adalah Achmad Ali (anggota Komnas keseimbangan dan keadilan bagi korban HAM 2002-2007), dengan alasan kejahatan luar biasa (teroris, pengedar pertama dan yang paling utama adalah narkoba, pembunuh berencana dengan karena pidana mati dimaksudkan untuk modus operandi yang sadis). Jadi pidana memberi ganjaran yang adil bagi pelaku mati untuk pelaku kejahatan tersebut, kejahatan berat. Bayangkan saja, seorang sama sekali bukan dengan tujuan teroris yang sudah menyebabkan korban “pembalasan dendam” seperti yang sering tewas hingga ratusan orang yang tidak dituduhkan oleh kaum penentang pidana bersalah, kemudian kita biarkan tertawa mati, melainkan berdasarkan perasaan cengengesan, hanya dipidana 10 tahun hukum dan keadilan (sense of law and penjara atau paling banter seumur hidup, justice) bahwa kejahatan yang dilakukan, yang kemudian sedikit demi sedikit dengan sangat keji serta menimbulkan hukumannya “dikorting” (dapat remisi) dampak ketidakseimbangan dan hanya dengan alasan berperilaku “baik” ketidakadilan dalam tertib kehidupan selama di penjara. Jika para pelaku hukum masyarakat, pidana mati kejahatan berat tadi lolos dari pidana merupakan pilihan yang sangat patut, mati, keadilan hanya ibarat seuntai kata rasional bahkan wajib diberlakukan. yang sangat dihargai dalam masyarakat Harus di pahami bahwa dalam dan dalam politik, tetapi realitasnya, suatu negara dengan wilayah yang di dalam sistem hukum dan sistem begitu luas dan penduduk yang yang berkenaan dengan kejahatan dan heterogen seperti di Indonesia, maka pemidanaan, keadilan baik sebagai kata sulit sekali mewujudkan tata tertib atau konsep, telah berakhir hanya ada kehidupan berbangsa, bernegara dan dalam bayang-bayang.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 204

Dalam suatu masyarakat di mana hak yang sesungguhnya. Terhadap terdapat hukum dan ketertiban, orang mati ketidakadilan yang konsekuensinya adalah bahwa keadilan dialaminya tidak dapat diperbaiki harus diberikan. Bukan malah sebaliknya, lagi. negara yang diperintah oleh hukum c. Hazewinkel-Suringa: mengemu- malah menolak untuk memberikan kakan bahwa pidana mati adalah keadilan. Dan sebagai gantinya justru suatu alat pembersih radikal yang menunjukkan kepada pelaku kejahatan pada setiap masa revolusioner kita berat suatu sisi yang “lebih baik hati” dapat menggunakannya. sehingga kita dapat menyatakan bahwa d. Bichon van Tselmonde: menya- sesungguhnya keadilan dan hukum takan: saya masih selalu berke- dalam maknanya yang biasa dan asli, yakinan, bahwa ancaman dan sebenamya “telah berhenti berfungsi”. pelaksanaan pidana mati harus Diistilahkan oleh banyak pakar sebagai ada dalam tiap-tiap negara dan the death of justice. masyarakat yang teratur, baik Sejumlah hasil kajian dan ditinjau dari sudut keputusan kontemplasi di kalangan para ahli tentang hukum maupun dari sudut tidak urgensi pidana mati dalam dimensi dapat ditiadakannya, kedua- hukum dan keadilan telah lama dilakukan duanya jure divino humano. antara lain : Pedang pidana seperti juga 1. Sarjana Hukum di Barat pedang harus ada pada negara. a. De Bussy: membela adanya Hak dan kewajiban itu tak dapat pidana mati di Indonesia dengan diserahkan begitu saja. Tapi mengatakan bahwa di Indonesia haruslah dipertahankannya dan terdapat suatu keadaan yang juga digunakannya. khusus. Bahaya terhadap gang- e. Beysens menyatakan bahwa: guan yang sangat terhadap pada asasnya hak negara ketertiban hukum di Indonesia (pemerintah) menuntut, menja- adalah lebih besar. tuhkan dan menjalankan b. Jonkers: membela pidana mati hukuman termasuk di dalamnya dengan alasan bahwa waIaupun pidana mati dengan alasan ada keberatan terhadap pidana hukum sebagai berikut: 1. mati yang seringkali diajukan Het is de natuurlijke taak en adalah bahwa pidana mati itu plicht van het Staatsbestuur de tak dapat ditarik kembali, apabila maatchappelijke of staatsorde sudah dilaksanakan dan diakui (geconcretiserd in de natuurlijke bahwa ada kekhilafan atau en positieve staatswetten) kekeliruan dalam putusan hakim, te handhaven;want hieren lalu tak dapat diadakan pemulihan ligt de geheele beteekenis en

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 205

bestren,img van het Staatbestuur dan sadis, seperti koruptor kelas als zoonanig.Tot deze taak “superkakap” (mencuri triliunan behoort wezenlijk en dat hij de rupiah), pengedar narkotika dan ordelijke handelingen bevorderee obat berbahaya/ narkoba (yang en dat hij de wanordelijke of membunuh banyak generasi verstorende tegenga; 2. De staat muda), pembunuh sadis, teroris heeft het recht die middelen to (yang membunuh banyak orang gebruiken,welke ter bereiking tidak berdosa), dan pelaku van dat doel (de handhaving kejahatan terhadap kemanusiaan der Staatsorder) noodzakelijk en (crimes against to humanity). dienstig zijn (E.Utrecht,1986 :151). Hanya pidana matilah yang dapat f. C. Lambroso dan Gafalo: pidana membuat jera si pelaku dan dapat mati itu adalah alat yang mutlak memberikan keseimbangan harus ada pada masyarakat untuk terhadap neraca keadilan dalam melenyapkan individu yang hal kejahatan-kejahatan berat tidak mungkin dapat diperbaiki tersebut di atas. lagi (Andi Hamzah dan b. Bismar Siregar: yang menghendaki Sumangelipu :1985). tetap dipertahankannya pidana Pandangan Beysens di atas dapat mati dengan maksud untuk dibenarkan, karena dalam suatu menjaga sewaktu-waktu kita negara seperti Indonesia penuntut membutuhkan masih tersedia. umum adalah jaksa (wakil negara/ Sebab beliau menilai kalau pemerintah). Sedangkan yang seseorang penjahat sudah terlalu memutus perkara adalah hakim keji tanpa perikemanusiaan, yang nota bene merupakan pihak pidana apa lagi yang mesti yang mewakili kepentingan negara. dijatuhkan kalau bukan pidana Adapun pelaksana eksekusi pidana mati. mati juga dari kalangan aparatur c. Oemar Seno Adji: menyatakan negara yaitu jaksa dan regu tembak bahwa selama negara kita masih dari Polri. Dalam kaitan ini, maka meneguhkan diri, masih bergulat penjatuhan pidana mati kepada dengan kehidupan sendiri yang terpidana hendaknya tidak didasarkan terancam oleh bahaya, selama atas desakan masyarakat atau korban, tata tertib masyarakat dikacaukan melainkan harus dipertimbangkan dan dibahayakan oleh anasir yang dari segi kemanfaatan hukum tidak mengenal perikemanusiaan, 2. Sarjana Hukum di Indonesia ia rnasih memerlukan pidana a. Achmad Ali: penerapan hukuman mati. mati di Indonesia, khususnya bagi d. Rudi Satrio menyatakan: efek pelaku kejahatan-kejahatan berat pidana mati atau pemidanaan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 206

lainnya dengan mengesampingkan perlindungan warga masyarakat efek pembalasan dan efek jera, dari kejahatan, kerugian, atau ibaratnya hidup dalam dunia bahaya-bahaya yang dilakukan maya, karena hal itu pasti tak orang lain; memasyarakatkan terhindarkan dalam perspektif kembali para pelanggar hukum korban atau pelaku, sehingga (kecuali untuk hukuman sifatnya selalu subjektif. Khusus mati), dan 4) memelihara dan tentang pidana mati dalam UU mempertahankan integritas Narkotika, tentu diharapkan pandangan-pandangan dasar akan menimbulkan efek jera tertentu mengenai keadilan sosial, dalam masyarakat, sungguh martabat kemanusiaan, dan tak terbayangkan jika pidana keadilan individu. Terlebih lagi mati dihapuskan dari UU untuk kejahatan narkotika yang Narkotika; antara pidana mati sudah sedemikian hebatnya, dan filosofi pemasyarakatan pidana mati harus dipertahankan; tidak ada hubungan, karena e. Memang menurut Barda filosofi pemasyarakatan kaitannya Nawawi Arif: salah satu aspek adalah dengan pidana penjara; kemanusiaan yang sangat penempatan pidana mati yang mendasar adalah hak untuk hidup terpisah dari sanksi-sanksi pidana dan hak untuk melangsungkan pokok lainnya dalam Rancangan kehidupannya itu, sangat asasi KUHP baru, tidaklah berarti karena langsung diberikan oleh bahwa pidana mati dihilangkan Tuhan kepada setiap manusia. dari KUHP, melainkan tetap Oleh karena itu, mengingat hak eksis dan hanya masalah untuk hidup merupakan hak pelaksanaannya yang diperjelas, asasi manusia, maka perampasan dipertegas, dan waktunya dapat nyawa oleh orang lain berupa ditunda 10 tahun jika terpidana pembunuhan atau oleh negara baik bisa diubah menjadi penjara berupa penjatuhan pidana mati seumur hidup;pidana mati tidak pada hakikatnya merupakan dapat dianalogikan dengan pelanggaran HAM, apabila “Petrus” (penembakan misterius) dilakukan dengan sewenang- dan “Matius” (mati misterius) wenang tanpa dasar yang sah karena keduanya melanggar menurut hukum yang berlaku; hukum dan HAM dalam (Muhammad Akbar, 2004) persoalan efek jeranya; manfaat Salah satu isu yang paling sering sosiologis, pemidanaan termasuk digunakan untuk mendelegitimasi pidana pidana mati, adalah untuk 1) mati di Indonesia adalah soal pidana mati pemeliharaan tertib masyarakat; 2) dianggap bertentangan dengan HAM

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 207 sekaligus inkonstitusional. Itu sebabnya, HAM untuk hidup, selain para pelaku dengan keberadaan Mahkamah Kons- kejahatan berat tersebut, dan bukannya titusi Republik Indonesia, sebagai pengadilan yang sah dan sesuai hukum “penjaga” konstitusi, maka kelompok yang telah menjatuhkan vonis pidana yang anti pidana mati melihat celah untuk mati terhadap dirinya. Pidana mati berupaya menghapuskan pidana mati dengan sendirinya bukan merupakan dengan alasan, pidana mati bertentangan sesuatu yang diinginkan, tetapi pidana dengan UUD 1945 khususnya Pasal 28 A yang mengerikan ini dipaksakan oleh yang menyatakan: realitas yang brutal sedingin es dari para Setiap orang berhak untuk pelaku kejahatan berat. Pandangan hidup, mernpertahankan hidup dan tersebut di atas dikukuh-kan oleh kepala kehidupannya. Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam Kemudian Pasal 28 A dihubungkan sidang MK tentang perkara No. 2-3/ oleh mereka lagi dengan Pasal 28 I (1) PUU-V/2007 mengenai judicial review yang berbunyi: terhadap UU No. 22/1997 berikut inti Hak untuk hidup, hak untuk tidak sari pandangannya: disiksa, hak kemerdekaan berpikir dan a. Bahwa hukuman mati dalam UU hati nurani, hak beragama, hak untuk Narkotika diperuntukkan kepada tidak diperbudak, hak untuk diakui pihak pengedar, produsen narkotika, sebagai pribadi di hadapan hukum, dan psikotropika golongan I, baik dan hak untuk tidak dituntut atas dasar yang terorganisasi maupun yang hukum yang berlaku surut adalah hak tidak terorganisasi; asasi manusia yang tidak dapat dikurangi b. Bahwa kejahatan tersebut huruf dalam keadaan apa pun. a merupakan tindak pidana yang Benarkah pidana mati melanggar digolongkan sebagai extra ordinary HAM untuk hidup dari si terpidana crime, maka dalam penanganannya mati? Masalahnya, mengapa per- juga harus dilakukan secara ekstra tanyaannya tidak di balik menjadi, keras sebagai bentuk prevensi negara apakah kejahatan-kejahatan berat terhadap dampak ancaman destruktif seperti pengedaran narkoba, terorisme, dari kejahatan itu sendiri dan untuk pembunuhan berencana yang sadis itu deterrent effect bagi yang lainnya; bukan merupakan bagian dan kejahatan- c. Bahwa pelaku kejahatan narkotika kejahatan paling kejam, paling tidak tidak hanya menghilangkan “hak manusiawi, dan melecehkan nyawa serta untuk hidup” orang lain (kematian harkat hidup kemanusiaan dan seluruh pecandu sebesar 15.000 per tahun rakyat dan anak manusia, melanggar atau 41 orang per hari), namun hak para korban untuk hidup. Kalau juga meresahkan masyarakat, jawabannya: “Ya!”, dan memang benar merusak generasi muda/anak “Ya”, maka tak ada yang lebih melanggar bangsa. Narkotika/narkoba dapat

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 208

menghilangkan hak kemerdekaan sebagai telah melakukan’pembunuhan berfikir dan hati nurani, agama, dan berencana terhadap si terpidana. Persis hak untuk tidak diperbudak; sama dengan seorang prajurit (tentara) d. Bahwa peredaran gelap narkoba tidak pernah oleh bangsa dan negara sebagian besar berasal dari luar manapun di dunia ini dianggap telah negeri, sehingga betapa besarnya melakukan, kejahatan pembunuhan berencana, ketika si prajurit (tentara) itu uang yang melayang atau hilang sia- mernbela negaranya dan membunuh sia yang bisa berakibat bangkrutnya tentara musuh. Demikian juga seorang keuangan negara; polisi, ketika dalam situasi berbahaya yang e. Bahwa oleh karena itu, hukuman mati ekstrem membunuh seorang penjahat untuk kejahatan a quo masih sangat diperlukan dan harus dipertahankan bersenjata yang berbahaya, atau bahkan dan penegakannya secara pro- ketika seorang warga membunuh porsional dengan memperhatikan seseorang dalam situasi membela diri kepentingan nasional, khususnya dengan tujuan untuk menyelamatkan pihak korban yang terbunuh nyawanya sendiri, atau keluarganya. secara sadis, biadab, dan tidak Kelompok anti pidana mati melakukan berperikemanusiaan ; suatu kesalahan fatal ketika mereka mernbiarkan penjahat yang melakukan Achmad Ali mengutip dan menyadur kejahatan kekerasan dan pembunuhan pandangan David Anderson sebagai berencana dicakup oleh hak ini. Terdapat berikut: suatu situasi mengerikan yang terjadi jika Dalam formulasi ‘hak untuk hidup’ kelompok antipidana mati menempatkan oleh kaum abolisionis (kaum anti pidana si pembunuh berencana atau pelaku mati) telah, dengan menguntungkan kekerasan (sadis, pengedar narkoba, para penjahat, menemukan sesuatu yang termasuk teroris) di dalam fokus “hak sering digunakan dengan otoritas yang untuk hidup”. Kelompok antipidana mati sama seakan-akan itu merupakan sebuah dengan demikian telah memasukkan perintah langsung dari Tuhan yang tidak prinsip humanisme ini keselokan dan bisa dipertanyakan lagi. membiarkan itu untuk menjadi sesuatu Sedangkan kelompok pro pidana yang berbau busuk dan terkontaminasi. mati, di pihak lain, memaksudkan bahwa pembunuhan berencana adalah suatu Seyogianya, tidak seorang pun penjahat kejahatan mengerikan terhadap hak besar (termasuk pengedar narkoba) manusia yang mendasar hak untuk hidup. yang dibiarkan berkeliaran merajalela Tetapi suatu negara yang diatur oleh di masyarakat dengan menyebarkan hukum, yang mengeksekusi mati seorang kejahatannya dari dalam kopornya, penjahat yang bersalah, berdasarkan dan selalu berupaya menyelamatkan suatu putusan pengadilan yang sah, nyawanya sendiri hanya dengan tentu saja tidak dapat dianalogikan mengacu ke hak asasi manusia itu. Kalau

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 209 ini terjadi, maka prinsip ‘hak untuk hidup’ untuk menyelamatkan nyawa akan diubah menjadi prinsip yang tidak bayinya, ataupun sebaliknya. rnanusiawi bagi pembela si penjahat itu, c. Jika rumah kita disatroni penjahat dan kemudian prinsip ini telah menjadi bersenjata dan siap membunuh kita, semacam musuh kemanusiaan’... atau keluarga kita, maka karena kita Dengan demikian ‘hak- untuk hidup’ tidak punya hak untuk menghilangkan tidak berlaku secara tanpa syarat kepada orang lain secara absolut, maka kita semua orang di bawah semua kondisi. pasrahkan saja diri atau keluarga kita Terdapat pengecualian-pengecualian dibunuh oleh penjahat tersebut. untuk aturan-aturan dan prinsip-prinsip d. Harus segera dihapus Pasal 48 tersebut” . dan Pasal 49 KUH Pidana, yang Achmad Ali sependapat dengan membenarkan seseorang berhak pandangan David Anderson tersebut. untuk menghilangkan nyawa orang Oleh karena itu, kita tidak bisa memahami lain, dalam keadaan terpaksa dan/ makna Pasal 28A dan Pasal 28I UUD atau dalam pembelaan diri (sepanjang 1945 secara tanpa batas sama sekali, ancaman serangannya berimbang). karena jika kita mengabsolutkan bahwa apa pun dan bagaimanapun situasinya, Lebih lanjut Achmad Ali seseorang tidak bisa dan tidak berhak mengingatkan, bahwa Pasal 28 i tidak untuk menghilangkan nyawa orang lain, hanya menyebutkan “hak untuk karena bertentangan dengan Hak Asasi hidup”, tetapi juga “hak untuk tidak Manusia khususnya hak untuk hidup, dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Kalau ini mau dimaknakan secara maka konsekuensinya akan sangat luar tanpa batas, maka juga harus segera biasa, yaitu antara lain : dihapuskan ketentuan yang ada dalam a. Tentara Nasional Indonesia dan Undang-Undang Pengadilan HAM baik Kepolisian Republik Indonesia harus yang berlaku di Indonesia maupun di dibubarkan, dan semua senjata yang negara lain di dunia yang membolehkan dapat digunakan membunuh dalam penuntutan yang berlaku surut terhadap bentuk apa pun harus dimusnahkan; kasus Pelanggaran HAM yang berat. bahkan kaum antipidana mati itu Achmad Ali mengkritik secara keras harus sesegera mungkin menyurat Kerajaan Belanda, yang menghapuskan kepada Perserikatan Bangsa- pidana mati, kecuali untuk kejahatan Bangsa (PBB) untuk membubarkan perang harus tetap diberlakukan pidana seluruh tentara dan polisi di seluruh mati. Kebijakan seperti itu jelas kebijakan negara yang ada di dunia, dan juga yang sangat inkonsisten karena “hak musnahkan seluruh senjata yang ada untuk hidup” adalah hak mutlak yahg di muka bumi ini. tidak dapat ditawar-tawar lagi. Maka, b. Dokter-dokter dilarang keras terhadap perang pun mestinya Kerajaan membunuh seorang ibu, meskipun Belanda menghapuskan pidana mati.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 210

Dan lebih konsisten lagi kalau Kerajaan orang lain dan untuk memenuhi Belanda dan negara-negara yang telah tuntutan yang adil sesuai dengan menghapuskan pidana mati, juga segera pertirnbangan moral, nilai-nilai agama, membubarkan tentara dan polisi mereka, kearnanan, dan ketertiban umum serta memusnahkan seluruh persenjataan dalam suatu masyarakat demokratis. yang mereka miliki, karena suka atau Pasal 28 j inilah yang menjadi dasar tidak suka, senjata telah diproduk untuk utama pembenaran pidana mati, merenggut “hak untuk hidup” dari sepanjang pidana mati itu memenuhi musuh mereka. kriteria yang ada dalam Pasal 28 j. Apalagi Dalam teori hukum, khususnya pembenaran atau kekecualian yang diatur tentang berbagai metode penemuan oleh Pasal 28 j, khususnya yang berkaitan hukum oleh hakim, kita tahu bahwa salah dengan “untuk memenuhi tuntutan yang satu jenis interpretasi adalah interpretasi adil sesuai dengan pertimbangan moral sistematis, yang pada pokoknya adalah dan nilai agama”, tidak bisa dilepascan bahwa suatu pasal atau sub-pasal dalam dari lima (5) Sila yang terdapat dalam perundang-undangan, tidak bisa hanya Pancasila, khususnya Sila Ketuhanan dipahami secara parsial, tetapi harus Yang Maha Esa, yang merupakan bagian dipahami dalam kaitannya dengan pasal tak terpisahkan dari UUD 1945 yang ada lain atau sub-pasal lain atau bahkan dalam Pembukaan UUD 1945. dengan perundang-undangan lain. Pandangan tersebut di atas didukung Hukum senantiasa harus dilihat sebagai penuh oleh Nahdatul Ulama melalui “satu sistem yang utuh”, dan tidak musyawarah tgl 17 September 2012 di parsial. Cirebon, mereka mengeluarkan fatwa, Dengan demikian, Pasal 28 a dan pidana mati khusus bagi koruptor kelas Pasal 28 i UUD 1945 harus dihubungkan kakap. Hal ini merupakan respon atas dengan Pasal 28 j yang merupakan korupsi di Indonesia yang sudah berada kekecualian dan lex specialist yang pada titik nadir. Posisi Indonesia yang menentukan: masih berada di peringkat teratas, • Setiap orang wajib menghormati dalam kasus korupsi, untuk kelas Asia, hak asasi manusia orang lain dalam masalahnya tidak terletak pada perangkat tertib kehidupan bermasyarakat, ber- perundang-undangan, melainkan pada bangsa, dan bernegara. tidak adanya komitmen yang kuat dari • Dalam menjalankan hak dan para penegak hukum. Kita bisa lihat kebebasannya, setiap orang wajib contohnya, dalam penanganan kasus- tunduk kepada pembatasan yang kasus korupsi, tetapi sangat jarang ditetapkan dengan undang-undang tersangka koruptornya ditahan. Belum dengan rnaksud semata-mata lagi, sekalipun awalnya ditahan, dengan untuk menjamin pengakuan serta macam-macam dalih, akhirnya dilakukan penghormatan atas hak kebebasan penangguhan penahanan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 211

Bukankah pakar hukum terkenal, terakhir untuk mengayomi masyarakat; Gordon Heward pernah menyatakan: pelaksanaannya terhadap wanita hamil “Justice should not only be done; but atau orang yang sakit jiwa ditunda; baru should manifestly and undoubtedly be dapat dilaksanakan setelah permohonan sett to be done” (keadilan bukan hanya grasi ditolak presiden; pelaksanaan dapat harus ditegakkan, tetapi juga mesti ditunda dengan masa percobaan selama dapat dilihat, dirasakan dan dimengerti 10 tahun; jika selama masa percobaan oleh masyarakat bahwa memang riil menunjukkan sikap dan perbuatan yang telah ditegakkan). Lantas bagaimana terpuji, maka dapat diubah menjadi pidana mungkin keadilan akan dirasakan oleh seumur hidup atau pidana paling lama rakyat kecil jika para tersangka, koruptor 20 tahun dengan Keputusan Menteri; tidak ditahan. Sebaliknya kapan saja dan jika permohonan grasi ditolak dan tertangkap pencuri ayam yang mencuri pidana mati tidak dilaksanakan selama 10 untuk hidup, pasti langsung ditahan, tahun, bukan karena terpidana melarikan malah pakai digebukin dulu ramai- diri, maka dapat diubah menjadi pidana ramai. Para tersangka korupsi yang seumur hidup dengan Keputusan diperiksa masih sempat menikmati ruang Menteri; berpendingin, dan kehidupan nyaman di Pemikiran majelis di atas sejalan luar sel tahanan. dengan apa yang dinyatakan oleh The Perdebatan tentang retensi dan abolisi Seventh United Nations Congress on the pidana mati dalam konteks hukum Prevention of Crime and the Treatment Indonesia, telah sampai pada tingkat of Offenders (Milan, 1985) yang dalam kepastian ketika MK dalam putusan No. resolusi nomor 15 telah ditentukan 9 2-3/PUU-V/2007 tertanggal 30 Oktober ketentuan di bawah judul “Safeguards 2007 memutuskan 2 hal penting yaitu : guaranteeing protection of the ights of • Pidana mati tidak bertentangan those facing the death penalty” antara dengan HAM sepanjang dilakukan lain sebagai berikut: (1) “In countries berdasarkan aturan hukum yang which have not abolished the death berlaku penalty, capital punishment may be • Pidana mati tidak melanggar imposed only for the most serious crimes, konstitusi karena ketentuan dalam … intentional crimes with lethal or other pasal 28 J ayat 2 UUD 1945 extremely grave consequences”; merupakan pengecualian dari pasal Legitimasi keberadaan pidana mati 28 A dan pasal 28 I ayat 1 UUD 1945. yang semakin kokoh dengan justifikasi oleh berbagai doktrin dari sejumlah Majelis hakim MK memutuskan pakar kesohor melalui penalaran logis bahwa pidana mati merupakan “pidana dan rasional maupun dari yuridis formal yang bersifat khusus dan selalu diancam termasuk jurisprudensi MK yang bersifat secara alternatif”; sebagai upaya final dan mengikat, juga mendapat

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 212 inspirasi secara beragam oleh hampir biji-biji benih dan engkau pulalah berbagai ajaran agama. Berikut diuraikan yang akan merasakan dari padanya”. inti sari pandangan agama terhadap Hukum karma merupakan hukum pidana mati : sebab dan akibat dari perbuatan. Jika 1. Hindu orang berbuat baik, maka keadaan Dalam ajaran Agama Hindu misalnya yang menyenangkanlah yang dikenal konsep non kekerasan yang akan dialaminya. Sebaliknya, jika disebut “ahimsa”. Konsep ini juga orang berbuat jahat, maka keadaan mengajarkan bahwa tiap-tiap jiwa yang tidak menyenangkanlah tidak boleh dibunuh, kematian yang akan diterima. Keadaan yang hanya terbatas pada tubuh fisik. menyenangkan atau yang tidak Sesudah itu, jiwa terlahir kembali menyenangkan yang merupakan ke tubuh lainnya setelah kematian akibat dari perbuatannya itu dapat (hingga mencapai Moksha). Hal timbul atau datang dari bermacam- ini tak ubahnya seperti manusia macam segi, misalnya datang berganti pakaian. Hukum pidana dari dirinya sendiri, dari alam dalam Agama Hindu diatur dalam lingkungannya, dari makhluk – Dharmasastras dan Arthasastra. Pada makhluk halus, dari orang lain, dari Dharmasastras menghimpun aturan pemerintah, dan lain–lain. tentang kejahatan dan hukumannya Sebenarnya, apa yang disebut yang mereka sebut sebagai pidana “ hukuman “ yang harus diterima mati. Hal ini biasa diterapkan pada oleh orang yang berbuat jahat itu, pembunuhan, percampuran kasta, terutama yang datangnya dari dan perang yang mengabaikan nilai- negara atau pemerintah itu tidak lain nilai kemanusiaan. daripada suatu bentuk pendidikan 2. Budha yang bertujuan untuk menyadarkan Dalam ajaran Agama Budha, orang yang jahat agar berhenti pidana mati tidak secara tegas berbuat kejahatan. Oleh karena itu, disebut dalam kitab Dhammapada, hukuman tersebut, baik yang ringan melainkan tersirat melalui proses maupun yang berat, merupakan sebab dan akibat yang disebut kebutuhan pendidikan yang darurat hukum karma.Dalam Samyutta dan mendesak bagi orang yang Nikaya I : 227, Sang Budha bersabda jahat untuk mempercepat evolusi sebagai berikut: “Sesuai dengan kejiwaannya dan menyelamatkan benih yang telah ditabur, begitulah lingkungan yang dirusak oleh buah yang di petiknya, pembuat kejahatannya. kebaikan akan mendapatkan Setiap orang jahat pasti pada kebaikan, pembuat kejahatan akan suatu saat akan menerima hukuman memetik kejahatan pula. Taburlah itu, baik hukuman yang berat

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 213

maupun yang ringan, ataupun pidana “Lebih baik dan lebih memuaskan mati, karena hukuman itu sebenarnya untuk membebaskan seribu orang memang dibutuhkan oleh mereka bersalah daripada menghukum mati dalam perjalanan kehidupannya satu orang yang tidak bersalah. untuk perkembangan batinnya Eksekusi-satunya dalam sejarah menuju kebaikan dan kesempurnaan. Israel terjadi pada tahun 1961, Sesungguhnya, hukuman atau ketika Adolf Eichmann, salah satu penderitaan itu memang sudah ada, penyelenggara prinsip Shoah tersebut, yang pada hakekatnya diciptakan dipidana setelah diadili di Yerusalem.( oleh orang – orang jahat itu sendiri , Sanherdin 41 a) melalui karmanya yang jahat. Ya… 4. Kristen orang jahat pasti akan menerima Hukum Perjanjian Lama akibat dari perbuatan jahatnya itu. memerintahkan pidana mati untuk (Mettadewi W, SH,Ag, 1999) berbagai perbuatan: pembunuhan 3. Yahudi (Keluaran 21:12), penculikan Agama yahudi, pada prinsipnya (Keluaran 21:16), hubungan seks mengakui keberadaan pidana dengan binatang (Keluaran 22:19), mati meski diperketat pada perzinahan (Imamat 20:10), tingkat pelaksanaannya. Dalam homoseksualitas (Imamat 20:13), perkembangan kemudian pidana menjadi nabi palsu (Ulangan 13:5), mati oleh keputusan Talmudi. pelacuran dan pemerkosaan (Ulangan Sejumlah upaya dilakukan untuk 22:4) dan berbagai kejahatan lainnya. memberlakukan kembali pidana Pada akhirnya semua dosa yang kita mati, namun hanya berlaku untuk perbuat sepantasnyalah diganjar kasus-kasus tertentu di mana hakim dengan pidana mati (Roma 6:23). yang mengadili perkara pidana Ketika orang-orang Farisi mati, tidak boleh dari unsur Din Beit membawa kepada Yesus seorang melainkan hanya dapat dilakukan wanita yang tertangkap basah oleh Sanhedrin yang diputus sementara berzinah dan bertanya minimal oleh 3 hakim pilihan dari kepadaNya apakah wanita itu 23 hakim yang ada. Empat puluh perlu dirajam, Yesus menjawab tahun sebelum penghancuran Bait “Barangsiapa di antara kamu Allah di Yerusalem pada tahun 70 tidak berdosa, hendaklah ia yang Masehi, yaitu pada 30 CE, Sanhedrin pertama melemparkan batu kepada secara efektif menghapuskan perempuan itu” (Yohanes 8:7). hukuman mati, lalu ia menyusun Yesus akan mendukung pidana mati batas tentang berat ringannya dalam kasus-kasus lain. Yesus juga hukuman. Sarjana abad ke-12 hukum menunjukkan anugrah ketika pidana Yahudi, mengatakan: mati seharusnya dijatuhkan (Yohanes

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 214

8:1-11). Rasul Paulus jelas mengakui dasar dari kerukunan masyarakat kuasa dari pemerintah untuk manusiawi. Oleh karena itu, menjatuhkan pidana mati ketika beberapa orang tertentu harus dibutuhkan (Roma 13:1-5). (public disingkirkan lewat kematian dari issues , news room.ids.org ) masyarakat manusia.” Hal ini 5. Katolik disamakan dengan tindakan dokter Dalam Summa Contra , yang harus mengamputasi salah satu Buku 3, Bab 146, yang ditulis oleh bagian tubuh yang sakit atau terkena Aquinas sebelum Summa Theologica. kanker demi kebaikan diri seseorang. Santo Thomas adalah seorang Thomas Aquinas mendasari pendukung vokal dari pidana mati. pemikirannya ini pada: Ini adalah berdasarkan teori (yang • Kitab Surat Paulus yang Pertama ada di dalam Hukum Moral Alami), kepada Jemaat di Korintus 5:6 : bahwa negara tidak hanya berhak, “Tidak tahukah kamu, bahwa tapi juga merupakan tugasnya untuk sedikit ragi merusak seluruh melindungi warga negaranya dari adonan?” para musuh negara, baik dari dalam • dan 5:13 : “Usirlah orang yang maupun dari luar. melakukan kejahatan dari tengah- Bagi mereka yang telah diangkat tengah kamu.; secara tepat, tidak ada dosa di • Surat Paulus kepada Jemaat di dalam pelaksanaan pidana mati Roma 13:4: “Karena pemerintah tersebut. Bagi mereka yang menolak adalah hamba Allah untuk untuk mematuhi hukum Tuhan, kebaikanmu. Tetapi jika engkau adalah benar bagi masyarakat berbuat jahat, takutlah akan dia, untuk menghukum mereka dengan karena tidak percuma pemerintah sanksi-sanksi sipil dan kriminal. menyandang pedang. Pemerintah Tidak ada orang yang berbuat dosa adalah hamba Allah untuk dalam bekerja demi keadilan, dalam membalaskan murka Allah atas ruang lingkup hukum. Tindakan- mereka yang berbuat jahat”; tindakan yang perlu dilakukan untuk • Surat Petrus yang Pertama 2: menjaga kesejahteraan masyarakat 13-14: “Tunduklah, karena pada dasarnya bukanlah kejahatan. Allah, kepada semua lembaga Kebaikan bersama di seluruh manusia, baik kepada raja masyarakat adalah lebih penting dan sebagai pemegang kekuasaan lebih baik daripada kesejahteraan yang tertinggi, maupun kepada pribadi individu tertentu. “Kehidupan wali-wali yang diutusnya untuk seorang yang berbahaya menjadi menghukum orang-orang yang suatu hambatan untuk tercapainya berbuat jahat dan menghormati kesejahteraan bersama yang adalah orang-orang yang berbuat baik.”

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 215

Paul J. Surlis menulis bahwa ajaran bernilai ibadah. Tentu dengan alas Gereja atas pidana mati sedang dalam hak yang shahih. Hal tersebut dapat peralihan. Katekismus Gereja Katolik ditarik dari firman Allah dalam Al- menyatakan bahwa pidana mati quranul karim Surah Almaidah ayat diperbolehkan dalam kasus-kasus 33 yang artinya : “Sesungguhnya yang sangat parah kejahatannya. pembalasan terhadap orang-orang Gereja mengajarkan bahwa pidana yang memerangi Allah dan Rasul-Nya mati diperbolehkan hanya apabila dan membuat kerusakan di muka “identitas dan tanggung-jawab bumi, mereka harus dibunuh atau pihak yang bersalah telah dipastikan disalib, atau dipotong tangan dan sepenuhnya” dan apabila pidana mati kaki mereka dengan bertimbal balik, tersebut adalah satu-satunya jalan atau dibuang dari negeri (tempat untuk melindungi pihak-pihak lain kediamannya). Yang demikian itu dari kejahatan pihak yang bersalah (sebagai) suatu penghinaan untuk ini.(anonym , 1913) mereka di dunia, dan di akhirat 6. Islam mereka mendapat siksaan yang Dalam ajaran agama Islam yang besar” (Muhadir , 1998). bersumberkan Alqur-an dan hadist, Dalam terminologi Islam pranata tidak hanya berisi tentang ibadah hukum yang berbalas setimpal disebut dan prinsip-prinsip spiritual, tetapi qishash. Hal ini terlegitimasi dalam mencakup juga aspek kehidupan quran Surah Al Baqarah:178:” Hai lainnya termasuk hukum. Tidak orang-orang yang beriman diwajibkan heran jika H.A.R. Gibb (orientalis dari kepadamu untuk memberlakukan Amerika) mengagumi Islam dengan hukum qishash yang berkenaan mengatakan : “I indeed much more dengan orang-orang yang dibunuh than a sistem of teology it is a complete ; orang merdeka dengan orang civilization”. Sedemikian lengkapnya merdeka; hamba dengan hamba;dan Islam mengatur kehidupan, maka wanita dengan wanita. Maka barang hubungan antara manusia (hablun siapa yang mendapat suatu pemaafan minannas) telah dilembagakan dalam dari saudaranya, hendaklah (yang bentuk aturan hukum yang tunduk memaafkan) mengikuti dengan cara pada kaidah fiqih yaitu fardhu (wajib), yang baik dan hendaklah yang (diberi sunnah (anjuran), makruh (dicela), maaf) membayar (diat) kepada yang mubah (netral), halal (sah), haram memberi maaf dengan cara yang (terlarang). baik (pula). Yang demikian itu adalah Pidana mati dalam kaidah Islam, suatu keringanan dari Tuhan kamu bukan saja sekadar dibolehkan malah dan suatu rahmat. Barang siapa yang dalam kejahatan tertentu penerapan melampaui batas sesudah itu, maka pidana mati menjadi wajib bahkan baginya siksa yang sangat pedih:.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 216

Albaqarah 179 : “Dan dalam hukum boleh lagi makan daging maupun qishash itu, ada jaminan kelangsungan sayur mayur karena bukankah semua hidup bagimu, hai orang-orang yang itu berasal dari makhluk Allah yang berakal , agar kamu bertaqwa”. bernyawa. (Quraish Shihab, 2002) Jika pencabutan nyawa manusia Berdasarkan rujukan agama menjadi wewenang absolute sang tersebut, penulis menolak dalil Khalik, di mana manusia tidak memiilki penyingkiran lembaga pidana kewenangan sama sekali untuk mati dengan argumentasi bahwa melaksanakan pidana mati, maka penghilangan nyawa manusia harusnya logika tersebut berlaku juga adalah hak prerogatif Tuhan dan untuk hewan dan tumbuhan maupun manusia sama sekali tidak berwenang makhluk bernyawa lainnya. Mungkin melakukannya. Dalil ini terkesan ingin ada bantahan dari kontra pidana mati mensejajarkan Tuhan dengan manusia bahwa perintah larangan membunuh padahal dalam kemahakuasaan pada manusia dan tidak pada makhluk Tuhan atas hidup matinya manusia, lain, maka logika juga yang harus Tuhan tidak pernah datang langsung menjawab secara terbalik bahwa jika mengeksekusi/mencabut nyawa membunuh hewan dan tumbuhan manusia maupun sebaliknya. Jika halal dilakukan dengan syarat yang pidana mati diterapkan dengan sah. Itu berarti membunuh manusia legitimasi hukum dan moral maka dengan alasan yang sah tentu juga itu tidak dapat diartikan manusia halal. mengambil alih kewenangan Tuhan. Seorang muslim sejati yang Sebab sekalipun seorang bersemayam nilai keimanan dan terhukum mati dieksekusi di tiang ketaqwaan dalam dirinya tentulah gantungan, di depan regu tembak, senantiasa menjunjung tinggi segala di atas kursi listrik, disuntik dan lain- perintah dan larangan dari Allah lain jika Tuhan menakdirkannya tidak berdasarkan Quran dan hadist mati, maka yang bersangkutan pasti tanpa sedikitpun dihinggapi keragu- tidak akan mati. Dalam konteks raguan. Ketika Allah menetapkan inilah hak prerogatif Tuhan dimaksud suatu hukum seperti qishash, maka melekat tetapi tidak bias hingga orang-orang yang beriman hanya kedudukan Tuhan dan manusia perlu berkomitmen “ kami dengar tiba-tiba disejajarkan. Seandainya dan kami pasti mentaatinya” (Al pun benar atas klaim bahwa Baqarah: 285).Jika nyata dalam manusia tidak berhak mencabut pengetahuan dan kesadaran kita nyawa manusia karena hal tersebut bahwa Allah memerintahkan hukum merupakan kewenangan Tuhan, itu qishash termasuk pidana mati, lalu berarti manusia mulai sekarang tidak mengapakah manusia terutama dari

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 217

kaum mukmin sendiri berani menolak kejahatan, sedangkan hak asasi dan menantangnya? Bukankah itu korban tidak diperhitungkan sama berarti manusia telah menyombongkan sekali. Pencetus ide tersebut hanya diri dengan akal fikirannya sendiri menempatkan terpidana mati sebagai sehingga berani mengingkari dan pemegang tunggal HAM dengan melawan hukum-hukum Allah. mengesampingkan korban. Padahal hasil Terlepas dari legitimasi dogma agama riset kontemporer menyimpulkan bahwa terhadap pidana mati, yang kita pahami mereka yang menjalani pidana seumur sebagai konsep yang dilekati nilai hidup, justru lebih tersiksa daripada kebenaran absolute dibanding dengan terpidana mati karena pada hakekatnya hasil intervensi kecerdasan manusia mereka mengalami pidana berganda. manapun , namun ide penghapusan Memang harus diakui bahwa salah pidana mati dengan subtitusi pidana satu bagian penting dari HAM adalah hak seumur hidup, melanggar HAM, penulis hidup yang tak dapat dikurangi, dihapus nilai terlalu linier,hipokrit dan bertentangan atau dirampas oleh siapapun termasuk dengan penalaran logis. Betapa tidak hukum bahkan negara sekalipun (non karena Belanda yang menghapus pidana derogable rights). Hal tersebut tidak mati sejak 1870, tetapi serdadu mereka hanya dijamin dalam Pasal 28 huruf A dan halal membantai rakyat Indonesia baik Pasal 28 huruf I ayat 1 UUD 1945 juga dimasa kolonial pasca abolisi pidana tertuang dalam pasal 3 Deklarasi universal mati maupun pada masa agresi Belanda HAM jo pasal 6 UU No 12 Tahun 2005 Pertama dan Kedua. tentang Pengesahan Hak Sipil dan Politik. Parahnya lagi karena pembantaian Namun perlu dicatat bahwa HAM yang secara membabi buta oleh serdadu dianut diseantero dunia, hampir tidak ada Belanda tersebut menimbulkan korban yang dilaksanakan secara absolute dan jiwa 400 orang lebih di Rawa Gede konsisten. Karawang, 40 ribu jiwa lebih di Sulsel, Ketika HAM melembagakan bebe- dan banyak lagi ditempat lainnya, justru rapa jenis hak sebagai non derogable terjadi pada saat kita sudah merdeka. rights yang mencakup: Hak hidup, hak Tragisnya karena Capt Hans Westerling untuk tidak disiksa, hak berekspresi, yang memimpin kejahatan terhadap hak kebebasan pribadi, hak untuk tidak kemanusiaan tersebut sama sekali tidak diperbudak, hak beragama, dan hak untuk pernah menjalani proses hukum. Padahal bebas dari tuntutan hukum yang berlaku yang bersangkutan baru meninggal dunia surut, maka sejumlah negara pencetus pada tahun 1987. HAM termasuk PBB sendiri melalui Jika pidana mati tidak diperbolehkan International Criminal Court (ICC), justru karena melanggar HAM, itu berarti mengimplementasikan prinsip tersebut terjadi ketidakadilan karena seolah- dalam suasana yang sarat dengan olah HAM hanya milik mutlak pelaku apologi dan kamuflase. Tengoklah asas

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 218 non retroaktif yang dijamin oleh HAM, menjalani eksekusi mati mereka semua ternyata justru dianggap sebagai hal yang bersikap bungkam bahkan cenderung berlaku sebaliknya khusus terhadap kasus mendukung.Konyolnya karena pidana pelanggaran HAM yang berat. mati yang dijatuhkan oleh aparat penegak Hal serupa juga terjadi pada hukum kepada Amrozi Cs menggunakan kebebasan pribadi sebagai non derogable UU No. 15 tahun 2003 tentang Pidana. rights. Bahwa tindakan penangkapan, Disinilah terjadi kerancuan karena penahanan, hingga pemenjaraan peristiwa bom Bali 1 yang membawa seseorang dengan alasan hukum, Amrozi Cs duduk sebagai pesakitan justru merupakan tindakan legal menurut terjadi pada tahun 2001 sedangkan sistem hukum pada semua bangsa saat aturan hukum yang dikenakan adalah ini termasuk ICC. Padahal bukankah UU No. 15 tahun 2003.Ini bukan saja secara common sense tindakan seperti melabrak aturan hukum khususnya pasal itu merupakan bentuk perampasan hak 1 ayat 1 KUHPidana tentang asas legalitas kebebasan pribadi yang tidak lain adalah juga melanggar konstitusi sekaligus pelanggaran HAM yang bersifat non melanggar HAM. derogable rights. Dalam pasal 28 I ayat 1 UUD 1945 Jika demikian halnya lalu mengapa maupun pasal 15 ayat 1 kovenan tentang hanya hak hidup tiba-tiba diabsolutekan hak sipil dan politik antara lain telah sebagai hak yang tak boleh dikurangi, ditegaskan larangan pemberlakuan asas dihapus atau dirampas? Bukankah Barat hukum yang berlaku surut (retroaktif),tapi dipimpin AS yang diamini PBB merestui mengapa para praktisi dan akademisi eksekusi pidana mati terhadap pelaku hukum hingga human rights defenders kejahatan terorisme sebagaimana tidak ada yang mempersoalkannya? diinspirasikan oleh Convention Against Padahal vonis tersebut telah Transnational Organized Crime? menggunakan semua upaya hukum Herannya karena Barat dan sebagian biasa maupun luar biasa, namun hakim aktifis HAM di Indonesia justru bersikap agung pada tingkat kasasi dan peninjauan mendua dalam soal ini. Mereka lantang kembali tetap membenarkan putusan berteriak jika terpidana mati adalah figur pidana mati yang dijatuhkan sebelumnya yang berkorelasi dengan primordialisme oleh hakim pengadilan yang ada di Barat seperti ketika Tibo Cs dieksekusi. bawahnya kepada Amrozi Cs. Tidak kurang Paus Sri Paulus II yang Bentuk kerancuan lain yang terkait mengirim surat khusus kepada dengan penggunaan HAM sebagai Presiden agar eksekusi mati Tibo, Cs landasan abolisi pidana mati, tampak dibatalkan, sejumlah kepala negara dan dari klaim yang mengabsolutkan hak pemerintahan di barat juga melakukan hidup sebagai hak yang bersifat non hal yang sama. derogable yaitu hak yang tak dapat Namun ketika Amrozi Cs siap siap dikurangi, dirampas, atau diganggu oleh

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 219 siapapun dan dalam keadaan apapun. waktu setelah pengadilan tingkat pertama Klaim tersebut menurut hemat penulis menjatuhkan vonis pidana mati. melampaui batas kewajaran karena Semua ini merupakan bukti yang tak mengingkari fakta empiris tentang terbantahkan bahwa absolutisme HAM peran yang kini masih terus berlangsung ternyata tidak dapat dipertahankan dibeberapa wilayah. Semua orang tahu secara konsisten dalam melegitimasi bahwa salah satu konsekuensi terjadinya penghapusan pidana mati. Penulis sendiri perang adalah dibunuh atau membunuh. tidak setuju pidana mati jika dilakukan Dalam hukum humaniter menetapkan tanpa alasan yang sah berdasarkan halalnya saling bunuh antar sesama peraturan perundang-undangan yang combatan berlaku. Tetapi penulis lebih tidak setuju Jika statement ini harus dijalankan lagi jika pidana mati di hapus secara total secara konsisten maka itu berarti hanya karena justifikasi HAM seperti semua hal yang mengandung resiko diuraikan di atas. Karena penerapan bagi kematian manusia seperti segala pidana mati dalam kasus kejahatan bentuk perlengkapan militer hingga berat yang bereskalasi dan berimplikasi polisi maupun tentara harus dilarang luas di masyarakat, selain merupakan atau dibubarkan. Bukankah karakter amanat pasal 6 ayat 2 kovenan hak sipil dasar militer dalam melaksanakan tugas dan politik, ia mengemban misi hukum defensifnya, senantiasa berpegang pada sebagaimana pandangan Roscoe Pound doktrin: semua lawan diperlakukan : “The law as a tool of sosial control and sebagai musuh dan musuh harus the law as a tool of sosial engineering”. dihancurkan. Hal itu perlu dilakukan karena salah Argumentasi lain yang sering muncul menjadi polemik dalam memperkuat satu fungsi hukum memang adalah gagasan abolisi pidana mati adalah karena “punishment” (fungsi penghukuman) sebelum menjalani eksekusi, terpidana yaitu : retribution or vengeance against mati umumnya sudah menghuni LP perceived wrongdoers, reinforcement dalam waktu yang cukup lama, sehingga of existing sosial value- by courts and terkesan bahwa terpidana mati menjalani penal institutions”. Sedangkan beberapa hukuman ganda. Meski tidak salah, fungsi hukum lainnya yang juga tak namun penulis menilai pandangan seperti kalah pentingnya adalah Guidance or itu terlalu menonjolkan kepentingan educations (fungsi mendidik) serta terpidana dan mengabaikan korban. fungsi maintaining sosial peace (fungsi Jika seorang terpidana mati akhirnya mempertahankan perdamaian sosial). Di menjalani hukuman ganda bukankah itu dalam penghukuman misalnya, disebabkan oleh ulah yang bersangkutan juga tercakup fungsi untuk menakut- sendiri dengan penggunaan berbagai nakuti warga masyarakat lain agar tidak upaya hukum untuk mengulur-ulur melakukan kejahatan serupa dan fungsi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 220 membuat jera sekaligus mendidik kepala dan nilai keadilan yang dianut pelaku kejahatan. negara masing-masing. Sebaliknya Pidana mati bagi kejahatan-kejahatan Negara-negara yang menganut luar biasa sama sekali bukan dengan nilai moralitas dan keadilan dalam tujuan “pembalasan dendam” seperti konteks budaya maupun keagamaan yang selalu dituduhkan oleh kaum seperti di Indonesia, maka pidana penentang pidana mati , melainkan mati justru merupakan bagian dari berdasarkan keyakinan moral bahwa HAM yang harus dihormati dan kejahatan yang mereka lakukan, secara dijalani oleh pelaku yang menurut moral adalah kejahatan yang sangat berat hukum memang pantas diretensi dan dan meresahkan serta melukai perasaan diterapkan. moral keadilan masyarakatnya. 3. Kedudukan pidana mati dalam prinsip-prinsip hukum dan keadilan F. PENUTUP di Indonesia sangat kuat dan mengakar. Sebab sampai saat ini Kesimpulan sistem hukum kita menyediakan Dengan merujuk pada pokok bahasan pranata pidana mati sebagai bagian yang terurai di atas, maka kini tibalah dari sistem pemidanaan yang ada. penulis pada kesimpulan: Bahkan pidana mati dalam prinsip 1. Pidana mati masih merupakan keadilan justru dipandang sebagai isu kontroversial sehingga upaya sarana keseimbangan dan pemulihan untuk melakukan abolisi atau martabat bangsa dan masyarakat retensi, diwarnai pro kontra dengan yang tercemari akibat merajalelanya argumentasi masing-masing. Disatu tingkat kriminalitas yang mempunyai sisi kelompok penentang pidana implikasi sedemikian rupa dalam mati secara substansial dianggap masyarakat . bertentangan dengan HAM dan 4. Pengaruh pidana mati terhadap konstitusi. Namun kelompok yang tingkat kriminalitas yang terjadi di mendukung pidana mati justru Indonesia cukup signifikan baik berpendapat sebaliknya. Akan tetapi dengan sepinya premanisme akibat keduanya mengakui bahwa terpidana pemberlakuan Petrus maupun mati juga melakukan perbuatan yang dengan berkurangnya pelaku bertentangan dengan HAM dan kejahatan terpidana mati akibat konstitusi. eksekusi. Jika ada kecenderungan 2. Negara-negara abolisianisme seperti angka kriminalitas meningkat, maka di Eropa, Afrika, Australia dan lain- salah satu penyebabnya adalah lain, pidana mati memang sudah timbulnya keberanian hingga pe- dihapuskan sesuai dengan prinsip remehan pelaku kejahatan terhadap

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 221

hukum akibat law enforcement yang implikasi yang serius bagi kehidupan mencakup punishment khususnya berbangsa dan bermasyarakat seperti pidana mati, tidak tegas dan tidak korupsi, terorisme, narkoba tentu konsisten. dengan kategori dan pensyaratan 5. Posisi pidana mati dalam konsep ketat. Sedangkan kejahatan lainnya perlindungan HAM masih menim- cukup diterapkan hukuman penjara bulkan pro-kontra. Bagi negara seumur hidup atau pidana penjara seperti Barat dan negara yang sementara. Kalaupun ada yang sepaham dengannya, pidana mati menentang pidana mati, maka jalan memang sudah dihapuskan karena tengahnya ialah tindakan yang dapat dianggap melanggar HAM. Namun membuat terpidana tidak berdaya bagi negara yang menganut nilai secara permanen (poena proxima moralitas dan keadilan dalam konteks morti) yaitu pidana yang berada budaya maupun keagamaan seperti paling dekat dengan pidana mati. di Indonesia, maka pidana mati 2. Agar kontroversi terhadap pidana justru merupakan bagian dari HAM mati dalam konsep perlindungan yang harus dihormati dan dijalani HAM dapat direduksi setidaknya oleh pelaku yang menurut hukum diseimbangkan , maka selain perlu memang pantas diterapkan. dilakukan sosialisasi secara sistematis 6. Kedudukan pidana mati dalam prinsip dan akademik tentang pidana mati, kebebasan dan nilai keagamaan manfaat dan justifikasinya, pranata khususnya di Indonesia secara pidana mati juga perlu semakin umum, sangat akomodatif. Tidak ada diperkuat dalam konstitusi kita satupun ajaran agama yang mayoritas sendiri. Sebaliknya penentang pidana dianut di Indonesia menolak pidana mati yang mendasarkan pada HAM mati. Bahkan pemberlakuan pidana dan konstitusi perlu terus melakukan mati sesungguhnya merupakan pendalaman secara cermat terhadap manifestasi dari kewajiban asasi HAM dan konstitusi, mengingat manusia dan keadilan yang dijustifikasi keduanya mempunyai daya oleh hukum . interpretasi dan keberlakuan secara kontekstual. Saran 3. Agar kedudukan pidana mati dalam 1. Memperhatikan tata nilai keadilan prinsip-prinsip hukum dan keadilan masyarakat maupun amanat pasal 6 di Indonesia dapat lebih kuat dan ayat 2 kovenan hak sipil dan politik mengakar antara lain perluasan yang kita ratifikasi melalui UU N0 pidana mati pada delik-delik yang 12/2005, maka pidana mati perlu mengoyak-ngoyak perasaan ke- diretensi, tetapi khusus diterapkan adilan dan martabat individu, pada kejahatan yang menimbulkan masyarakat maupun negara seperti

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 222

pemerkosaan, pembunuhan sadis DAFTAR PUSTAKA atau massal tanpa perencanaan juga sudah layak dikualifisir sebagai Achmad Ali, 2006, Hukum Dan ancaman pidana mati. Keadilan Butuh Pidana mati (Naskah 4. Agar pidana mati dapat berpengaruh Buku Yang Belum selesai) terhadap penurunan tingkat kriminalitas, maka , aparat penegak ------, 2008, Menguak hukum tidak perlu sungkan- Realitas Hukum: Rampai Kolom & sungkan untuk memberlakukan dan Artikel Pilihan dalam Bidang Hukum, melaksanakannya kepada orang Cet. I, Jakarta: Kencana, 2008 http:// yang pantas menerima pidana mati. www.kompas.com. (04 November Bahkan bila perlu prosesi eksekusinya 2008). dilakukan secara terbuka agar Anonim, 1913, Capital Punishment calon pelaku kriminalitas yang ikut Catholic Encyclopedia, New York Robert menyaksikan langsung hal tersebut Appleton Company. akan berfikir ulang sebelum ia melakukan niat kejahatannya. Andi Hamzah dan Sumangilepu, 1985, 5. Agar kedudukan pidana mati dalam Pidana mati di Indonesia Dimasa Lalu, prinsip kebebasan dan nilai keagamaan Kini dan Masa Depan, Cet. ke-2, dapat lebih diakomodasi lagi, maka Jakarta: GhaIia Indonesia para pemimpin agama dan kalangan cendikiawan perlu memberikan Alan Marzilli,2008, Capital Punishment, tesis argumentatif sebagai landasan point counterpoint (2nd ed) Chelsea justifiksi dan legitimasi . House

Atang Wirtanto, 2004, Tunjauan Hukum Dan Ilmu Kepolisian Terhadap pencegahan Tindak pidana Narkoba (Makalah)

Babylonia Talmud Sanhedrin 2a

Badan Pekerja KontraS, 2007, Praktik Hukumam Mati Di Indonesia (Posision Paper Dari Hasil Monitoring), Jakarta

Dhityo Sudarmadi Dan Muchamad Choirul Anam, 2010, Problematika Hukuman mati Berkaitan Dengan Ham

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 223

(Hak Asasi Manusia) Di Indonesia, di Indonesia dengan Tren Global (makalah untuk Fakultas Hukum Menuju Penghapusan Hukuman Mati Universitas Jendral Soerdirman (pernyataan sikap), Jakarta Purwokerto) Mettadewi W, 1999, Bakti Anak Evan J Mandery, 2005, Capital Kepada Orang Tua (Kumpulan Tulisan), Punishment . a book red examination, Yayasan Pancaran Dharma Jakarta Jones and Bartlett Publisher. Muhadir Abdullah, 1999, Tinjauan Gatot Sumarsono, 2005, Menilik Agama Terhadap Hukuman Badan ( Kriminalitas Dan Persanksian Di Negara Makalah) Berkembang (Makalah) Muhammad Akbar, 2010, Pro Kontra Ifdhal Kasim (Editor), 2000, Terhadap Pidana mati Di Indonesia, (terjemahan:ELSAM),Dimensi- (Makalah) dimensi HAM pada Administrasi Keadilan,Himpunan Dokumen M. Yahya Harahap, 2000, Pembahasan Internasional HAM,Jakarta. Permasalahan Dan Penerapan KUHPID, Penyidikan dan Penuntutan, Sinar ...... 2002, Mereka yang Grafika, Jakarta. menjadi KORBAN Hak Korban atas Restitusi, Kompensasi dan Rehabilitasi, Muladi, 2004, Hak Asasi ELSAM, Jakarta. Manusia,Hakekat Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum Ivan Potas and John Walker, 1987, dan Masyarakat, Refika Aditama, Capital punishment, Australian Institute Semarang of Criminology, Canberra. M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al- Jerusalem Talmud, Sanherdin 41 a Misbah, Lentera Hati Jakarta

Joko Prakoso dan Nurwachid, 1983, Rozali Abdullah H, 2002,Perkembangan Pidana mati Di Indonesia Dewasa Ini, HAM dan Keberadaan Peradilan HAM Ghalia Indonesia,Jakarta. di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Kamal Bustaman, 2004, The church of jesus Christ of latter day Penanggulangan Bahaya Narkoba saints, public issues , news room.ids. Indonesia (Makalah) org

Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia, Todung Mulya Lubis dan Alexander 2012, Defisit Abolisi Hukuman Mati Lay, 2009, Kontoversi Hukum Mati,

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 224

Kompas, Jakarta.

Utrecht,E,1986,Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya

...... 1986 Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas, Surabaya

Wisnu Murty Anggoro 2005, Tinjauan Psikologi Terhadap Teori Praktik Pemidanaan (Makalah)

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 225

RIWAYAT HIDUP SAHARUDDIN DAMING

Nama Lengkap : DR. Saharuddin Daming, SH.MH Tempat dan Tanggal Lahir : 28 May 1968, di Pare-Pare, Sulawesi Selatan Alamat Kantor : Latuharhary No 4B Menteng Jakarta Pusat Latar Belakang Pendidikan : Tamat SDN No.23 Pare-Pare tahun 1980. Tamat SLB-A Yapti Makassar Tahun 1985. Tamat SMA Datuk Ribandang Makasar Tahun 1988. Tamat Fakultas Hukum Unhas Makassar Tahun 1994. Tamat Strata 2 Program Pasca Sarjana Unhas Makasar tahun 2002. Meraih gelar Doktor dalam Ilmu Hukum dari Unhas Makassar 05 Febuari 2009 dengan judul disertasi : ”Paradigma Perlakuan Negara Terhadap Hak Penyandang Cacat Dalam Sistem Penyelenggaraan Pemilu Di Indonesia”. Status : Saharuddin Daming adalah seorang tunanetra yang saat ini duduk sebagai Komisioner Komnas HAM periode 2007 - 2012 khususnya pada Sub-Komisi Pendidikan dan Penyuluhan HAM. Pengalaman Pengabdian : Sebelum di Komnas HAM, Saharuddin Daming berprofesi sebagai Advokat dan Konsultan Hukum serta Penasehat Ahli Pemerintah Prov. Sul-Sel. Dalam pengabdian pada masyarakat, Saharuddin Daming mensupervisi banyak sekali lembaga penegakan HAM khususnya bagi masyarakat tertindas. Ekspresi : Buah pikiran dan pendapatnya secara tertulis maupun lisan juga banyak dituangkan dalam beberapa makalah untuk sejumlah seminar/ lokakarya dan forum diskusi bertaraf nasional dan regional. Demikian pula artikel-artikelnya yang menulis tentang hukum, politik, HAM, dan laing-lain sering dimuat beberapa harian nasional dan lokal serta kerap menjadi komentator isu-isu politik hukum dan sosial budaya di Berbagai media elektronik.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 KONFIGURASI PERTARUNGAN ABOLISIONISME VERSUS RETESIONISME DALAM DISKURSUS KEBERADAAN LEMBAGA PIDANA MATI DI TINGKAT GLOBAL DAN NASIONAL 226

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta 1 atau Takdir Sosial1

Abdul Munir Mulkhan2

Abstract

When religion compete to find more community in this opened century, they do be conflict each other continued with violation physically and bodily. The question is can the religious leader reserve the merciful to every people as such a human? If they can do that stuffs, likewise KH. Ahmad Dahlan with al-Ma’un principle of movement, therefore religions would enter to the era of new enlightenment. God revealed His religion because of His Mercy in order every human being able to feel secure and prosper. God revealed His statements to and with human being (Messenger) or sent His angels. Though, unfortunately, people always arrogant. Only God who has right to be arrogant, because He is a Master of authority. Our believes to God’s authority is needed to be convinced with giving freewill for everyone to decide what religion that they will choose to God’s authority His self. Do religious leaders still believe in God Will? Or factually, do they use God as mask of their worldly motives?

1 Naskah ini semula disusun untuk acara “Annual Conference and International Seminar on Islam and Contemporary Issues” dengan Tema “The Meaning of Religious Freedom in Islamic and Human Right Perspective (Makna Kebebasan Beragama dalam Perspektif Islam dan HAM)” diselenggarakan oleh Program Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tanggal 1 November 2008 di Grand Hotel Jambi. 2 Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Komnas HAM 2007-2012, Wk Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2000-2005.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 227 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 228

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 229

Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial

Pendahuluan sehingga lebih mendahulukan pen- rinsip-prinsip HAM sebe- dekatan dakwah sebagai relasi budaya. narnya merupakan media Dengan demikian maka pendekatan Ptampilan keberagaman yang politik kekuasaan yang seringkali lebih smart, cerdas, dan lebih arif. berkolaborasi dengan pendekatan Kegiatan dakwah dan pendidikan hukum (fikih) lebih kemudian sesudah Islam yang dilakukan berbasis HAM masyarakat matang seperti periodisasi akan menjadi lebih humanis, lebih kenabian. menyenangkan, lebih berorientasi Karena itu perlu dilakukan transfor- pada kemajuan, lebih berorientasi masi kenabian dalam pembentukan pada kebagusan (khairu ummah), masyarakat masa lalu ke masa kini yang dan lebih berorientasi pada masa lebih terbuka, demokratis, dan global depan, serta lebih bernilai kompetitif dengan mobilitas yang tinggi. (fastabiqul khairat). Dalam hubungan Kebebasan beragama bagi setiap itu maka perlu selalu dilakukan usaha orang merupakan salah satu prinsip penafsiran ulang atas tradisi masa lalu HAM yang tidak boleh dicabut dengan untuk dihidupkan kembali pada saat alasan apa pun (non derogable right). ini dan di masa depan. Berdasar prinsip HAM ini, seseorang Dengan prinsip HAM, keberagamaan bebas memeluk atau tidak memeluk tampil sebagai mitra dialog budaya suatu agama, bebas pindah menjadi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 230 pemeluk agama lain dari agama semula. Hasil telaah tersebut di atas diharap- Demikian pula kebebasan dalam kan berguna bagi pengembangan memahami dan melakukan ritual suatu kebijakan sosialisasi HAM. Sekurangnya ajaran agama. berguna bagi pengembangan kebijakan Praktik kekebasan demikian me- sosialisasi bagi kalangan komunitas mungkinkan memunculkan perbedaan pemeluk agama, khususnya pemeluk penafsiran atas ajaran agama dalam agama Islam. Lebih jauh hasil penelitian satu agama yang sama. Perbedaan ini bisa dipergunakan bagi perumusan serupa juga muncul dalam kaitan kebijakan pengembangan penegakan dengan wilayah, ruang lingkup, dan HAM di negeri dengan beratus etnis apa yang dimaksud dengan kekebasan dan beragam pemeluk agama ini. beragama tersebut. Walaupun demikian secara umum pemeluk Islam di negeri Tuhan pun Berdialog dengan Setan3 ini bisa menerima prinisp-prinsip HAM Komunitas Muslim cenderung termasuk kebebasan bergama. berbeda-beda dalam memandang dan Dari hasil pembacaan awal terhadap meletakkan HAM dalam perspektif praktik kebebasan beragama, terdapat keber-Islam-annya. Hal itu ditentukan paling kurang dua pandangan yang cara pandangnya tentang esensi ajaran saling berbeda dalam komunitas antara bentuk legal-formal dalam Muslim di Indonesia. Ini terlihat dalam konstruksi syariah, dan fungsi hakiki kasus Ahmadiyah yang terjadi beberapa (substantif) ajaran. Cara pandang legal, waktu lalu. Kasus ini kemudian berulang sesuai karakternya, bersifat eksklusif pada peristiwa serupa di Sampang bahwa hak (kebenaran) itu jelas Madura. Bagaimana perbedaan tentang dan tunggal tak berbagi tidak dapat kebebasan beragama, mengapa, dan disepadankan dan disandingkan dengan apa yang mendasari perbedaan tersebut, batil. Sementara fungsi hakiki ajaran itu merupakan permasalahan yang menarik bersifat inklusif meletakkan keluhuran ditelaah di tengah gencarnya pemajuan kemanusiaan universal sebagai nilai HAM di Indonesia. hakiki ajaran yang kompatibel dengan Penelaahan tentang persoalan pengalaman budaya banyak bangsa di tersebut bisa dilakukan melalui studi sepanjang sejarah. lapangan dan atau studi kepustakaan. Sesuai karakternya, cara pandang Telaah kepustakaan mengandalkan data pertama hampir tidak memberi yang diperoleh melalui dokumentasi ruang toleransi sehingga seringkali yang dipergunakan sebagai alat bisa memicu berbagai konflik antara pengumpul data. Selanjutnya, dari data 3 Semula disusun dan disampaikan dalam acara FGD yang terkumpul kemudian diinterpretasi Pembelajaran HAM dan Syariah di Perguruan Tinggi Agama Islam dengan topik “Kekerasan, Agama, dan dan selanjutnya dilakukan penyimpulan HAM”, diselenggarakan oleh PSI-UII bekerjasama atas hasil analisis tersebut. dengan Norwegian Centre for Human Rights (NCHR) tanggal 24 Oktober 2009 di Jogjakarta Plaza.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 231 berbagai kelompok masyarakat merupakan intervensi bangsa-bangsa terutama berkait dengan kebebasan Barat yang sekuler dan anti agama beragama dan pluralisme. Sementara yang menggantikan syariah dengan cara pandang kedua sering dituduh humanisme.4 Kedua, menerima prinsip kurang atau tidak memiliki komitmen kebebasan beragama berdasar HAM, atas kebenaran mutlak, dan dituduh namun terbatas hanya berlaku bagi munafik atau keluar dari Islam. Masalah mereka yang berpindah dari agama demikian berkaitan dengan bagaimana sebelumnya menjadi Muslim. Kelompok kita memandang keber-Islam-an pertama dan kedua ini diwakili oleh (kesalehan) seseorang sebagai suatu pandangan Hamim Fahmy Zarkasyi, bentuk dari hasil interaksi sosial dalam nanti akan diuraikan lebih lanjut. Dan, ruang sejarah yang pada satu sisi terus Ketiga, menerima kekebasan beragama berubah dan berkembang atau pada dalam HAM karena beragama atau tidak sisi lain sebagai sebuah ”takdir sosial” beragama adalah pilihan sadar setiap yang sekali jadi dan selesai. orang yang diberikan Tuhan kepada Dalam hubungan itulah respon seluruh umat manusia. Secara substantif masyarakat Muslim terhadap pe- nilai-nilai kemanusiaan dalam HAM negakan dan pemajuan HAM bisa itu pararel dengan nilai hakiki ajaran ditelusuri. Bagaimana masyarakat Islam (syariah).5 Kelompok ini diwakili Muslim tersebut memandang per- oleh Siti Musdah Mulia. Gagasan dan soalan HAM dan meletakkannya cara pandang Siti Musdah Mulia atau sebagai bagian dari keberagamaan dan Hamim Zarkasyi tersebut bisa dikaji dari kesalehan atau di luar persoalan tersebut makalah keduanya pada saat menjadi diletakkan sebagai bentuk respon narasumber Lokakarya Nasional VII atau bentuk partisipasi dalam HAM. HAM yang diselenggarakan Komnas Hal ini merupakan bagian dari upaya HAM pada tahun 2008. menemukan pola partisipasi dan pola Perbedaan demikian seringkali respon sehingga bisa dikembangkan memicu konflik yang bisa berlangsung suatu model pencerahannya (solutif). amat keras, kadang secara fisik, bahkan Dalam hubungan tersebut di atas memunculkan pengkafiran atau bisa dilihat paling kurang ada tiga cara pemurtadan. Pihak lain bisa menuduh pandang tentang relasi Islam dan HAM, mereka yang berbeda sebagai anti terutama berkaitan dengan kebebasan 4 Hamim Fahmy Zarkasyi, 2008, Hak Dan Kebebasan beragama dan berkeyakinan. Tiga cara Beragama (Dalam Perspektif Islam, DUHAM dan KeIndonesiaan), Lokakarya Nasional VII HAM pandang tersebut bisa dilihat dari uraian 10 Tahun Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan adalah sebagaimana berikut ini. Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta. 5 Siti Musdah Mulia, 2008, Potret Kebebasan Pertama, menolak segala bentuk Beragama dan Berkeyakinan di Era Reformasi, kebebasan beragama yang diusung Lokakarya Nasional VII HAM 10 Tahun Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan Penegakan HAM di Indonesia, komisi HAM dengan alasan karena Jakarta.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 232

HAM, atau menuduh bahwa pembela yang cukup berarti walaupun belum HAM bisa berarti keluar dari Islam dan memuaskan apalagi sampai pada posisi pro peradaban Barat yang kafir. Di sini ideal. Jika di masa lalu masih banyak Islam kemudian diletakkan sebagai orang yang menentang pluralisme atau representasi peradaban bangsa-bangsa meragukan kebebasan beragama dan kawasan Timur dan HAM diletakkan berkeyakinan, maka saat ini publik sudah sebagai simbol peradaban mewakili semakin terbuka memajukan pluralisme cara pandang peradaban bangsa- dan atau kebebasan beragama dan bangsa Barat. berkeyakinan. Di sisi lain, kurang disadari bahwa Berbagai lembaga yang mengusung penegakan, pemajuan, perlindungan, dan mempromosikan pluralisme dan promosi HAM bukanlah soal dan kebebasan beragama dan apakah yang dibela, dihukum, berkeyakinan dari komunitas muslim dimajukan itu benar atau salah dalam lahir dan berkembang selama periode keberagamaan, tapi bagaimana setiap ini. Di masa lalu, orang memandang pihak kaum beragama itu bersedia wajar komunitas Kristiani mendukung dan bisa menghormati kelompok pluralisme dan kebebasan beragama orang yang berbeda keyakinan, beda dan berkeyakinan karena minoritas, penafsiran atau pemahaman atas suatu kini tampak ada semacam kebutuhan ajaran agama. Persoalan HAM seringkali di kalangan Muslim. Kini lahir Wahid muncul pada saat suatu pandangan Institut dan Jaringan Islam Liberal (JIL) mainstream secara langsung atau tidak dari komunitas anak muda NU. Hampir langsung “memaksakan” pendapat bersamaan kemudian lahir Ma’arif kepada para pihak yang minoritas. Institut dan Jaringan Intelektual Muda Argumen yang sering muncul ialah Muhammadiyah (JIMM) dari generasi bahwa suatu pandangan tidak muda Muhammadiyah. mainstream harus tahu diri dan bisa Sementara itu, patut dicatat kelahiran mengambil tempat yang tepat sesuai ICIS (International Conference of Islam posisi sosialnya yang tidak mainstream. Scholars) dengan komandan Hasyim Di sini nampak bahwa kebebasan dan Muzadi (Ketua PBNU) dan World pluralisme beragama lebih berkait Peace Forum yang dikomandani Din dengan persoalan politik daripada Syamsudin (Ketum PP Muhammadiyah), epistemologi tentang benar atau salah. di luar ICIP (Syafii Anwar) dan ICRP (Indonesian Conference on Religion and Debat Tafsir Kebebasan Peace; kini Musdah Mulia, dulu Johan Jika kita perhatian perjalanan Efendi). Namun, patut dicatat kelahiran pluralisme dan kebebasan beragama di berbagai lembaga itu tidak terlepas dari Indonesia sepuluh tahun terakhir, kita gelontoran dana dari negara-negara bisa menyimpulkan adanya kemajuan Eropa dan Amerika atau pihak ketiga.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 233

Di sisi lain muncul pengerasan di kepada Islam. kalangan penolak pluralisme yang Penafsiran atas sumber ajaran suatu semakin meluas ditandai dengan agama sesuai logika dan iptek adalah hak kelahiran beberapa organisasi di tingkat tiap orang tapi bukan asal tafsir secara lokal dan nasional. FPI (Front Pembela liar. Namun pandangan demikian bisa Islam), FUI (Forum Umat Islam) di dituduh pihak lain sebagai penafsiran tingkat nasional dan KPPSI (Komite al-Quran yang tidak berdasar kaidah- Pemberlakuan dan Penegakan Syariah kaidah tafsir (satu dari 10 kriteria sesat Islam) di berbagai daerah dengan nama MUI). Kriteria demikian bisa menjadi yang beragam. Bersama itu muncul kaidah penafsiran yang disepakati oleh perluasan wilayah dan oplag dari mayoritas elite agama bersangkutan beberapa majalah yang sealiran seperti atau MUI. Sabili dan Suara Hidayatullah.6 Landasan hukum yang dipakai Pendukungnya memahami penolak pluralisme ialah UU No. 1/ pluralisme sebagai kesediaan hidup PNPS/1965 tentang pencegahan berdampingan dengan pemeluk beda penyalahgunaan dan atau penodaan agama dan beda paham keagamaan agama yang dikukuhkan UU No. 5/1969. dalam satu agama secara damai dan Unsur kebebasan beragama yang tidak saling menguntungkan. Pihak yang bisa dikurangi dengan alasan apapun menentang mendefinisikan sendiri (non-derogable) menjadi mentah oleh bahwa pluralisme menempatkan semua pemakaian sepihak UU PNPS tersebut. agama sama benar. Ini pula yang antara lain menjadi Kaum pluralis memandang bahwa landasan para penolak pluralisme kebebasan beragama ialah kebebasan bahwa kebebasan tidak berarti netral seseorang memeluk atau tidak memeluk karena selama ini dipandang sebagai suatu agama sepanjang pemahamannya berasal dari perspektif Barat yang atas ajaran agama. Pihak lain meletakkan manusia lebih penting dari memandang kebebasan agama bukan agama, sikap manusiawi seakan lebih kebebasan menodai keyakinan suatu mulia dari sikap religius. agama dengan menafsirkan sumber Berikut ini beberapa argumen mereka ajaran agama sesuai pemahamannya yang menolak kebebasan beragama sendiri yang berbeda dari mayoritas. sesuai tafsir dan pemahamannya. Mereka yang sudah memeluk Islam Pasal 1: “Setiap orang dilarang tidak boleh keluar dari Islam, tapi orang dengan sengaja dimuka umum yang memeluk agama lain bebas beralih menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, 6 Siti Musdah Mulia, 2008, Potret Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Era Reformasi, untuk melakukan penafsiran tentang Lokakarya Nasional VII HAM 10 Tahun Reformasi Quo suatu agama yang dianut di Indonesia Vadis Pemajuan dan Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta. atau melakukan kegiatan-kegiatan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 234 keagamaan yang menyerupai kegiatan- maupun karena konversi. Ketiga, kegiatan keagamaan dari agama Islam memberi kebebasan kepada itu, penafsiran dan kegiatan mana pemeluknya menjalankan ajaran menyimpang dari pokok-pokok ajaran agamanya sepanjang tidak keluar dari agama.” garis-garis syariah dan aqidah.”8 Dalam kaitan dengan pasal 1 tersebut Pandangan seperti tersebut di Hamim Fahmy Zarkasyi (mewakili atas tampak menyerupakan tafsir, kelompok yang menolak) menyatakan: pemahaman atau sikap keagamaan “Akibatnya terjadi ketegangan dan (religius) seseorang atau sekelompok perebutan makna kebebasan beragama orang dengan al-Quran atau agama antara agama dan humanisme. Ketika yang datang dari Tuhan. Banyak orang humanisme memaknai kebebasan tidak menyadari bahwa apa yang beragama standar kebebasannya tidak mereka maksud dengan Islam atau merujuk kepada agama sebagai institusi agama tertentu itu tidak lebih sebagai dan ketika agama memaknai kebebasan pemahaman atau tafsir atas apa yang ia menggunakan acuan internal agama diyakini sebagai wahyu atau kitab suci. masing-masing dan selalunya tidak Dari sini muncul apa yang disebut oleh diterima oleh prinsip humanisme. para ahli sebagai sakralisasi atau takdis Humanisme dianggap anti agama dan atas tafsir dan ilmu sebagai agama. sebaliknya agama dapat dituduh anti Persoalan itu pula yang kemanusiaan.”7 melatarbelakangi berbagai kasus konflik Di tempat lain Hamim Fahmy keagamaan negeri ini dalam sebaran Zarkasyi selanjutnya menulis waktu dan tempat yang luas. Ucapan “Kebebasan beragama yang diberikan atau pandangan seseorang bisa dianggap Islam mengandung sekurangnya tiga agama yang suci sebagai representasi arti: Pertama bahwa Islam memberikan Tuhan atau wahyunya yang surgawi. Di kebebasan kepada umat beragama sini lain ucapan dan pandangan yang untuk memeluk agamanya masing- ditolak dengan mudah ditempatkan masing tanpa ada ancaman dan atau dituduh sebagai representasi nilai tekanan. Tidak ada paksaan bagi ke-setan-an yang nerakawi. orang non-Muslim untuk memeluk Terlepas dari perdebatan tentang agama Islam. Kedua, apabila seseorang pemicu kerusuhan keberagamaan, telah menjadi Muslim maka ia tidak mencerminkan belum tuntasnya sebebasnya mengganti agamanya, perdebatan tentang kebebasan baik agamanya itu dipeluk sejak lahir beragama dan pluralisme di antara para

7 Hamim Fahmy Zarkasyi, 2008, Hak Dan Kebebasan 8 Hamim Fahmy Zarkasyi, 2008, Hak Dan Kebebasan Beragama (Dalam Perspektif Islam, DUHAM dan Beragama (Dalam Perspektif Islam, DUHAM dan KeIndonesiaan), Lokakarya Nasional VII HAM KeIndonesiaan), Lokakarya Nasional VII HAM 10 Tahun Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan 10 Tahun Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta. Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 235 pihak stake holder di negeri ini. Perlu menyelenggarakan World Peace Forum dicari upaya membedah kebuntuan di akhir Juni lalu, sementara NU sedang hubungan keberagamaan yang menyelenggarakan International cenderung semakin sempit saat politik Conference of Islam Scholars (ICIS). melakukan intervensi besar-besaran Dalam kesempatan demikian terhadap wilayah agama pada masa seringkali pemimpin gerakan sepuluh tahun terakhir ini. keagamaan menyatakan bahwa ajaran agamanya lebih mencintai perdamaian Menembus Kebuntuan daripada kekerasan. Namun fakta di Pemicu konflik sosial-politik dan lapangan tidaklah seindah pernyataan- budaya mulanya sering tampil dalam pernyataan demikian. Mengapa? bentuk yang sepele atau sederhana. Karena dalam praktiknya, banyak Seringkali pula bentuk ketegangan kesulitan bagi pemeluk suatu agama atau konflik demikian sama sekali menerima kehadiran pemeluk agama tidak ada kaitan dengan perbedaan lain, oleh berbagai sebab dan faktor. ajaran keagamaan atau perbedaan Pertama, ajaran agama yang formal pemahaman keagamaan dalam agama yang pada umumnya disusun elite yang sama. Namun bila ditelusuri keagamaan ribuan tahun lalu lebih kejadian konflik berbasis keagamaan bersifat legalistis dengan standar baku yang sudah berulang-ulang terjadi, yang terbatas. Kehidupan dunia seolah tampak berkait dengan kesediaan para hanya dapat dibagi ke dalam dua pihak dari komunitas pemeluk agama ekstrim yaitu: benar-salah, halal-haram, untuk menerima dan menghormati setan-malaikat, musuh-sahabat, surga- perbedaan keyakinan dalam dan antar neraka. kepemelukan keagamaan seperti Kedua, tingkat religiusitas seorang tersebut di atas. pemeluk suatu agama lebih banyak Peristiwa konflik keberagamaan diukur dari pemihakan yang standar, selalu muncul kembali bagai gelombang baku, dan terbatas tersebut. Semakin ia air yang kadang riak-riak kecil untuk bersih dari singgungan atas yang salah tiba-tiba besar menghancurkan atau batal, yang haram, setan, atau seperti soal keberadaan Ahmadiyah musuh maka semakin tinggi tingkat dari dan dalam komunitas Muslim. religiusnya atau kesalehannya. Ironisnya bentrokan antar komunitas Ketiga , pemeluk agama yang beda keyakinan keagamaan dan antar saleh, cenderung lebih memandang pemeluk satu agama beda paham keterselesaian atau kesempurnaan itu berlangsung di tengah gencarnya suatu agama yang diyakininya ditandai promosi toleransi, pluralisme, dan oleh tidak diperlukannya pemikiran hidup damai antar pemeluk beda baru atau kritik atas ajaran agama agama. Muhammadiyah baru saja yang disusun elite agama di masa lalu.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 236

Ajaran suatu agama dipandang sudah kepentingan Tuhan sendiri, melainkan sempurna dan selesai, karena itu setiap semata-mata bagi kepentingan seluruh pemikiran baru apalagi kritik atas ajaran umat manusia? Dengan bersikap keras yang sudah dibakukan bisa diartikan terhadap orang yang berbeda agama sebagai pelecehan atas kesucian ajaran bukankah menjadi tertutup peluang agama yang diyakininya tersebut. mereka melihat sentuhan lembut agama Keempat, seseorang yang yang kita yakini? Apakah suatu agama memeluk suatu agama dan berjuang akan dipeluk banyak orang hanya menjadi orang yang kudus atau melalui jalan kekerasan? Akhirnya kita saleh meyakini hanya bisa dicapai perlu meneguhkan keyakinan bahwa dengan mengorbankan dirinya bagi jika Tuhan berkehendak, semua manusia kepentingan Tuhan. Dan, meyakini di dunia akan memeluk agama yang bahwa kepentingan Tuhan seolah tidak kita yakini. Apakah kita meragukan berkaitan dengan pembelaan pada kekuasaan Tuhan tersebut? kaum tertindas dan teraniaya baik karena miskin atau karena minoritas. Model Pembelajaran HAM dan Syariah Dalam hubungan inilah nasihat Khidir Persoalan kebebasan praktik kebe- kepada Nabi Musa bahwa membela ragamaan bukan sekedar pembiaran orang yang tertindas dan teraniaya seseorang atau sekelompok orang untuk itu pahalanya langsung datang dari meyakini atau berperilaku unik (aneh; Tuhan berbeda dengan ritual, kiranya tidak sesuai arus utama). Kebebasan patut dicermati dalam pengembangan praktik keberagamaan seringkali kesediaan hidup bersama antar pemeluk menghadapi pemaksaan mereka yang beda agama dan antar pemeluk satu minoritas bukan mainstream (kadang agama berbeda paham keagamaannya. disertai kekerasan) untuk mengikuti Nasihat Nabi Khidir itu lebih mungkin arus utama itu yang dipersoalkan di dicerna mereka yang bisa bersikap kritis promosi HAM. Perlu penyadaran bahwa pada ajaran agama, bukan yang datang banyak orang memang berbeda karena dari Tuhan atau wahyu, tapi sebagai lahir, besar di tempat dan dengan cara hasil penafsiran para elite agama yang berbeda dalam kehidupan keagamaan. bersangkutan.9 Dari proses penyadaran tersebut Sayang, sikap demikian mudah di atas penting dijadikan sebagai dituduh sebagai liberal yang iman landasan dasar bagi pengembangan dan akidahnya rendah akibat tertular model pembelajaran HAM di PTAI virus humanisme. Karena itu penting (Perguruan Tinggi Agama Islam) melalui diajukan pertanyaan berikut ini. Tuhan metode dialog yang partisipatoris mewahyukan agama bukankah bagi dan tranformatoris. Persoalan model dan atau model pembelajaran HAM 9 Abdul Munir Mulkhan, Tafsir Mimpi Abu Nawas. (Yogyakarta: Metro Epistema, 2012). ini menjadi penting bukan hanya di

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 237 lingkungan perguruan tinggi melainkan kemudian sesudah masyarakat matang dalam lapisan masyarakat menengah- seperti periodisasi kenabian. Karena itu bawah yang justru sering terlibat perlu dilakukan transformasi kenabian konflik berbau keagamaan disertai dalam pembentukan masyarakat masa kekerasan. Bukan hanya pendidikan lalu ke masa kini yang lebih terbuka, formal di sekolah melainkan lebih- demokratis, dan global dengan mobilitas lebih lagi pendidikan dalam masyarakat yang tinggi. yang lebih dikenal dengan dakwah, pengajian, majelis taklim, dan khutbah- Akar Kemanusiaan dalam Islam 10 khutbah. Jika saja Tuhan berkehendak, Relasi ajaran Islam yang terangkum seluruh manusia akan bisa dicipta dalam syariat dan berbagai konstruksi menjadi satu umat dalam kesatuan ajaran dengan toleransi pluralitas dan bangsa dan kesatuan kepemelukan pemajuan HAM, dipengaruhi cara agama yang sama. Kenyataannya pandang dan logika yang mendasarinya. Tuhan ternyata membebaskan manusia Syariah dan berbagai konstruksi ajaran untuk memilih memeluk agama sesuai Islam (kalam dan tasawuf) lebih dengan pemahamannya sendiri. cenderung dilihat sebagai konstruksi Pembebasan Tuhan kepada manusia yang baku bebas dari ruang waktu, untuk memilih itu merupakan cara sehingga tampak sebagai antitesis Tuhan untuk menguji siapa yang mau HAM yang di masa ketika konstruksi mengaktualkan kemanusiaannya. ajaran Islam belum lahir. Jika konstruksi Maksud dari pembebasan manusia ajaran diletakkan sebagai wahana nilai- untuk memilih itu ialah agar setiap nilai universal kehidupan, akan tersedia orang atau setiap kelompok orang ruang cukup luas bagi pemajuan HAM berkompetisi, berlomba, saling belajar, dalam praktik syariah (ajaran Islam) dan berbuat kebajikan atau yang lebih dan proses rekonstruksinya sendiri. bajik atas sesama tanpa melihat bangsa Karena itu penting melihat syariah dan agamanya. itu dalam proses rekonstruksi dalam Pemahaman terhadap prinsip dan ruang sejarah, bukan sebagai produk kenyataan keberagamaan seperti rekonstruksi yang telah selesai. tersebut di atas bisa dikembangkan Dengan prinsip HAM, keberagamaan 10 Abdul Munir Mulkhan, Etika dan Teologi Kemanusiaan (pluralitas) bisa tampil sebagai dalam Islam, Panitia Diskusi Publik “Humanity in the mitra dialog budaya dengan lebih Context Christian-Muslim Perspectives on Religious Freedom” 8 Desember 2007 di Universitas Prof Hamka mendahulukan pendekatan dakwah Jakarta oleh The Centre for Dialogue and Cooperation sebagai relasi budaya. Dengan demikian among Civilisations (CDCC) bekerjasama British Embassy dan Uhamka. Beberapa bagian makalah ini disampaikan maka pendekatan politik kekuasaan Religious Summit Tolerance Between Religions; A yang seringkali berkolaborasi dengan Blessing for all Creation, under the Patronage of President Abdurrahman Wahid Sponsored by The Wahid Intitute, pendekatan hukum (fikih/ syariah) lebih LibForAll Foundation and the Museum of Tolerance di Ritz-Carlon Hotel, Jimbaran Bali 12 Juni 2007.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 238 dengan antara lain mengkaji secara terhadap pemberian-Nya kepadamu, lebih mendalam ayat 48 Surat Maaidah. maka berlomba-lombalah berbuat Inilah maksud perintah segera agar kebajikan. Hanya kepada Allah- berbuat kebajikan pada sesama lah kembali kamu semuanya, lalu (fastabiqul khairat), tanpa ditunda- diberitahukan-Nya kepadamu apa tunda dalam ayat tersebut sebagaimana yang telah kamu perselisihkan itu. kutipan berikut ini: Artinya: Dan Kami telah turunkan {[421]. Maksudnya: Al Quran adalah

kepadamu Al Quran dengan ukuran untuk menentukan benar membawa kebenaran, membenarkan tidaknya ayat-ayat yang diturunkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab- dalam kitab-kitab sebelumnya. [422]. kitab (yang diturunkan sebelumnya) Maksudnya: umat Nabi Muhammad dan batu ujian[421] terhadap kitab- s.a.w. dan umat-umat yang kitab yang lain itu; maka putuskanlah sebelumnya.} perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu Adalah kewajiban seorang atau mengikuti hawa nafsu mereka dengan sekelompok Muslim untuk berbuat meninggalkan kebenaran yang telah baik pada sesama, apa pun agamanya, datang kepadamu. Untuk tiap-tiap sehingga mereka merasa hidup nyaman, umat di antara kamu[422], Kami hidup aman dan hidup sejahtera. Jika pemeluk semua agama di dunia, seperti berikan aturan dan jalan yang terang. Islam dan Kristen, mau mengaktualkan Sekiranya Allah menghendaki, niscaya ajaran kemanusiaan demikian itu, maka kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), akan banyak problem peradaban global tetapi Allah hendak menguji kamu

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 239 yang kadang memicu berbagai bentuk (Hadits).11 Inilah fungsi kenabian dalam konflik (ekonomi, politik, budaya) penciptaan kewelas-asihan bagi sesama bisa dipecahkan. Dari sini peradaban dan bagi semua kehidupan di muka global akan bisa tumbuh menjadi lebih bumi yang disebut sebagai rahmatan manusiawi, dan menjadi lebih dialogis, lil-alamien (kesejahteraan bagi seluruh sehingga peradaban global itu menjadi alam), seperti tertera dalam wahyu lebih kreatif dan dinamis. Tuhan surat Al-Anbiya ayat 107 berikut Ajaran hakiki semua agama ialah ini: bagaimana mencapai tingkat kesalehan tertinggi. Hal itu tidak cukup dicapai dengan ritual memuja Tuhan tapi perlu dilengkapi dengan perjuangan Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus menegakkan keamanan, ketentraman, kamu, melainkan untuk (menjadi) kenyamanan, kesejahteraan, keadilan rahmat bagi semesta alam. sehingga bisa membuat orang lain Dalam zaman terbuka seperti tersenyum apa pun agamanya atau saat ini ketika agama-agama besar tidak beragama, dan berbangsa apa berebut pengaruh mencari anggota saja. Inilah jihad fi sabilillah yang lebih sebanyak-banyaknya, tidak jarang hakiki daripada perang yang membuat berakibat pada berkembangnya orang lain ketakutan dan merasa tidak konflik disertai kekerasan fisik dan nyaman dan tentram. psikis. Pertanyaannya ialah, bisakah Nabi Khidlir memberi tausiah pada pemimpin agama-agama itu menjadi Musa bagaimana memperoleh reward lebih mengedepankan ke-welas-asih- (balasan) langsung dari Tuhan; “beri an (rahmah) sesama manusia tanpa pakaian orang yang telanjang karena tak melihat agama dan bangsanya? Jika bisa beli baju, beri makan yang kelaparan bisa dilakukan gerakan ke-welas-asih- karena tidak bisa beli sesuap nasi, buat an (Al-Ma’un) seperti pernah dilakukan tentram yang terancam dan tertindas, Kiai Ahmad Dahlan sebagai dasar etik- teologis seluruh gerakan keagamaan niscaya datang balasan langsung dari agama-agama, maka agama-agama Diri-Nya!” Ritual formal pergi haji, akan memasuki suatu era pencerahan Masjid, Gereja, Vihara, Sinagog adalah baru. 12 ajaran penting tapi bukan merupakan 11 Abdul Munir Mulkhan, Tafsir Mimpi Abu Nawas; pekerjaan istimewa dan luar biasa Dialog Khizir-Musa. (Yogyakarta: Metro Epistema, karena sudah merupakan kewajiban 2012). 12 Abdul Munir Mulkhan, Jejak Pembaruan Sosial- manusia. Siapa penolong sesama, maka Keagamaan Kiai Dahlan: Kado Satu Abad Tuhan akan menjadi penolongnya Muhammadiyah. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 240

Tuhan sendiri menurunkan agama- dalam memahami kebebasan beragama. Nya karena kasihNya agar manusia Seringkali kita temukan kecenderungan bisa hidup tentram dan sejahtera. sikap mendua dalam kaitan HAM untuk Tuhan sendiri turun ke bumi bercakap kebebasan beragama. Di satu sisi orang (firman) pada dan dengan manusia bisa bebas mengubah agama yang atau mengutus malaikatNya. Sayang dipeluknya menjadi Muslim, tapi pada manusia seringkali congkak dan berlaku sisi lain seorang Muslim bisa terancam sombong, padahal sesungguhnya nyawanya ketika ia berpindah agama. hanya Tuhan sendirilah yang berhak Padahal, jika kita menganut paham sombong (akbar) karena Dia Maha Jabariyah, persoalan pindah agama Kuasa dan Maha Mutlak KuasaNya. Keyakinan atas ke-Maha-Kuasa- atau tetap untuk memeluk Islam an Tuhan perlu dibuktikan dengan adalah persoalan takdir Allah yang tak menyerahkan soal kepemelukan atas perlu dan tidak mungkin dikaji karena suatu agama pada kehendak Tuhan bersifat mutlak. sendiri. Apakah pemimpin agama masih Contoh berikut ini mungkin menarik percaya pada kehendak mutlak Tuhan? dicermati dalam kaitan masalah di Atau, sebenarnya mereka tidak lebih atas. Baru-baru ini terbit sebuah buku sedang memakai nama Tuhan sebagai pedoman guru Al-Islam Berwawasan topeng pembungkus keserakahan HAM untuk SMP/MTs dan SMU/ duniawi?! SMK/MA. Dalam buku itu ditulis Kebebasan Beragama dalam HAM “Sesuai dengan ide dasar HAM, di Dalam sebuah buku berjudul “Hukum mana setiap orang lahir memiliki hak Internasional Hak Asasi Manusia & utama yang melekat pada dirinya dan Hukum Islam” (terbitan Komnas HAM suci (hak alamiah), yaitu hak hidup dari judul asli International Human dari Tuhan dan hak-hak lainnya demi Right and Islamic Law) dari disertasinya, pemenuhan kebutuhan lahir batinnya, Mashood A. Baderin menulis “Secara maka tidak ada kelompok/ golongan/ tradisional, ada sejumlah kesulitan yang menghadang diskursus hak asasi kekuatan apa pun/ mana pun dan manusia dari perspektif hukum Islam. juga orang perorang yang berhak dan Itulah kendala-kendala tradisional yang mampu mencabutnya. … Kesucian harus dibongkar agar memudahkan yang dimaksud …tidak boleh dicabut pendekatan dialogis yang diadopsi kecuali oleh kekuasaan syariah dan dalam buku ini”13 melalui prosedural-prosedural yang Pernyataan Baderin itu menjadi ditetapkan.”14 penting untuk dicermati ketika kita Contoh lain ialah kasus Ahmadiyah seolah lebih Qodariyah dari Jabariyah yang ramai beberapa bulan lalu. Gejala

13 Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi 14 Al-Islam Berwawasan HAM Untuk SMP/MTs dan Manusia & Hukum Islam. (Jakarta: Komnas Ham, SMU/ SMK/ MA. (Jakarta: Maarif Intsitut, 2008), hlm 21. 2010) hlm 9).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 241 tersebut menandai bahwa walaupun Pada saat yang sama keberagamaan secara umum pemeluk Islam menerima lebih ditekankan pada standardisasi kebebasan beragama sebagai bagian (pembakuan) positifistik dalam bentuk dari HAM, namun demikian penerapan pembatasan boleh dan tidak boleh, hal ini di lapangan sering terjerat halal dan haram. Akibatnya, praktik penafsiran sepihak. Skenario Tuhan keberagamaan dan perhambaan lebih penting kita tempatkan dalam manusia kepada yang diyakini sebagai mengapresiasi HAM tentang kebebasan Tuhan berubah menjadi sebuah praktik beragama. Karena itu saya sajikan dua politik kekuasaan bukan etika dan makalah sebagai pelengkap seminar ini. empati kemanusiaan. Demokratisasi semestinya paralel Kekerasan Keagamaan dalam dengan promosi pluralisme. Sayang Demokrasi15 demokrasi justru sering berubah Dalam praktiknya, kebebasan dan menjadi anti pluralisme saat dimasuki pluralisme beragama lebih berkait virus ideologisasi agama. Perlu disadari dengan persoalan politik daripada bahwa Tuhan pun menyediakan ruang epistemologi benar atau salah. Muncul dialog kepada setan yang jelas ingkar kecenderungan pemakaian logika dan menentang kehendak-Nya. Di sini demokrasi saat mayoritas (mainstream) pula pola dialog dikembangkan sebagai ditempatkan sebagai alat legitimasi model komunikasi selain penyadaran keharusan minoritas tidak mainstream sebagai dasar bagi pengembangan pem- mengikuti pendapat kelompok belajaran bukan sebagai indoktrinasi. mayoritas atau mainstream. Hal ini Walaupun sudah jauh lebih nampak jelas dalam kasus-kasus di terbuka dan toleran, namun demikian berbagai tempat di Tanah Air seperti perkembangan kehidupan keagamaan tradisi lokal dan adat setempat. kini nampak cenderung lebih keras Kecenderungan demokrasi dipakai menempatkan berbagai pihak ber- sebagai alat legitimasi pemaksaan hadapan secara terbuka. Gejala itu kehendak oleh kelompok mayoritas antara lain berkat demokrasi, teknologi (pembajakan demokrasi) kadang juga informasi dan transportasi. Kuncinya dipakai sebagai pembenar kekerasan. terletak pada kesediaan membuka dan melakukan kritik diri tanpa mengurangi 15 Abdul Munir Mulkhan, Jebakan Demokrasi, Panitia Konferensi dan Lokakarya Jaringan Antariman Se- keagungan wahyu dan Tuhan yang Indonesia dengan tema “Masa Depan Pluralisme Agama dan Keyakinan di Indonesia” dan Sub-tema diyakininya. “Harapan untuk Keadilan, Perdamaian dan Ketuhan Membayangkan negara tidak Ciptaan” untuk topik Peran Lembaga Komnas HAM dalam Dinamika Pluralisme Agama dan Keyakinan mengurusi soal-soal privat seperti di Indonesia dalam Sesi “Demokrasi dan Pluralisme keagamaan, mungkin mustahil, apalagi Agama dan Keyakinan dalam Negara Indonesia” Diselenggarakan oleh Institut DIAN/ Interfidei di sedang marak euforia pemakaian Yogyakarta tanggal 8-10 Agustus 2008. keagamaan sebagai jualan politik. Di

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 242 sini, agama lebih dipahami sebagai berbagai kelompok masyarakat tentang legal-religi sebagai mainstream yang kebebasan dan pluralisme dalam ruhnya adalah kekuasaan. Jika di masa kehidupan beragama. lalu negara memainkan peran sentral Pada saat terjadi perbedaan melakukan regulasi, kini pemerintah pemahaman dan penafsiran terhadap sebagai representasi regulasi karena kebebasan dan pluralisme dalam berbasis partai politik yang menjadikan kehidupan beragama inilah Komnas nilai-nilai agama sebagai ideologi HAM hadir. Lebih-lebih ketika satu berseberangan dengan kemanusiaan. pihak merasa diperlakukan tidak adil Selain itu, atas nama peraturan dan diskriminatif. Lembaga Komnas perundangan berbagai organisasi HAM tidak memasuki wilayah benar kemasyarakatan memaksakan kepada atau salah, tetapi bagaimana setiap pihak lain untuk mengikuti tafsirnya, pihak bersedia dan bisa menghormati kadang disertai kekerasan. Sayangnya pihak lain yang berbeda keyakinan dan organisasi mainstream malu-malu atau penafsiran atau pemahaman atas suatu membiarkan hal itu terjadi, karena ajaran agama. pertimbangan-pertimbangan politik Seringkali Komnas HAM menghadapi elite organisasi bersangkutan. Jadilah persoalan saat suatu pandangan pluralisme anak haram di tengah mereka mainstream secara tidak langsung yang sangat yakin menghuni surga. ‘memaksakan” pendapatnya. Argumen Pluralisme di masa depan akan yang sering muncul ialah bahwa suatu lebih banyak ditentukan oleh pandangan tidak mainstream harus berkembangnya sikap kritis terhadap tahu diri dan mengambil tempat yang keyakinan keagamaan sebagai tepat sesuai posisi sosialnya. Kebebasan aktualisasi keberimanan terus menerus dan pluralisme beragama lebih berkait dan berkesinambungan. Karena itu dengan persoalan politik daripada diperlukan daur ulang penafsiran epistemologi tentang benar atau salah. sebagai cara selalu menghadirkan Sementara itu, demokrasi seringkali Tuhan dalam praktik kehidupan. dijadikan alat pembenar tafsir kaum Berbagai kelompok masyarakat mayoritas atas apa yang dipandang sepakat tentang kebebasan beragama di benar dan salah, sehingga benar- Indonesia. Demikian pula atas berbagai salah dan baik-buruk ditentukan oleh ketentuan hukum dan perundang- kesepakatan-kesepakatan politik yang undangan yang mengatur kebebasan berada di tangan kelompok mayoritas. beragama. Persoalannya, bagaimana Keadilan kemudian diartikan sebagai ketentuan dan aturan itu dipahami dan perbedaan hak mayoritas dan minoritas ditafsirkan. Dari beda penafsiran dan bukan perlakuan yang sama di depan pemahaman ini pula muncul berbagai hukum tanpa diskriminasi. Kita menjadi persoalan bahkan konflik antara khawatir kebebasan beragama dan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 243 berkeyakinan ditentukan berdasarkan konflik disertai kekerasan terjadi yang jumlah pengikut di mana kebebasan sebagian akibat tafsir-tafsir keagamaan bagi minoritas ditentukan oleh masa lalu yang bersifat tunggal dan kehendak atau tafsir mayoritas. hitam-putih atau legalistik. Ada baiknya disadari bahwa agama Karena itu diperlukan kesediaan elite bukanlah bagi kepentingan Tuhan tapi agama untuk lebih memperhatikan misi bagi kepentingan ciptaannya yaitu dan dakwah kemanusiaan sebagai inti manusia dan alam yang beraneka ajaran tiap agama. Pada akhirnya semua ragam (plural). Tuhan mewahyukan pembicaraan tentang agama adalah agama dengan maksud agar manusia apa yang kita maksud (tafsir seseorang) bisa hidup damai dan sejahtera di dunia. atas sumber ajaran agama atau wahyu Penekanan aspek kemanusiaan penting itu sendiri. Penekanan kemanusiaan selain kesadaran sejarah mengenai bukanlah menempatkan manusia lebih fakta-fakta pluralitas keberagamaan hebat dari Tuhan dengan agama-Nya sepanjang sejarah peradaban. melainkan mendudukkan posisi yang Jumlah manusia terus bertambah benar kapan agama itu hadir dan saat jauh lebih cepat dari ketersediaan mana manusia mengambil peran. sumber daya alam berbeda dengan saat agama-agama diturunkan Tuhan. Posisi Komnas HAM (Penutup) Yahudi, Kristen, Islam lahir di masa Kiranya penting dibaca kembali sejarah peradaban dengan populasi beberapa ketetapan perundangan manusia tidak sampai 1 miliar. Banyak yang berkait dengan pluralisme dan daerah tak berpenghuni, kebutuhan kebebasan beragama. Dalam UUD- hidup relatif lebih mudah dipenuhi 1945 pasal 29 ayat 2: “Negara menjamin dengan teknologi sederhana. Pada kemerdekaan tiap-tiap penduduk masa inilah ajaran agama-agama mulai untuk memeluk agamanya masing- disusun elite pemeluk agama yang masing dan untuk beribadat menurut bersangkutan berdasar wahyu sesuai agamanya dan kepercayaannya itu.” keyakinan masing-masing. Selanjutnya dalam pasal 28 G ayat 1: Kini jumlah manusia sudah mencapai “Setiap orang berhak atas perlindungan lebih 7 miliar dengan wilayah yang diri pribadi, keluarga, kehormatan, luas dan mobilitas hampir meliputi martabat, dan harta benda yang di seluruh bumi, bahkan mulai menjelajah bawah kekuasaannya, serta berhak angkasa. Pemenuhan kebutuhan hidup atas rasa aman dan perlindungan dari memerlukan teknologi lebih canggih dan ancaman ketakutan untuk berbuat atau kompleks. Di saat seperti ini perjumpaan tidak berbuat sesuatu yang merupakan antar kelompok manusia berbeda hak asasi.” Ayat 2: “Setiap orang agama atau paham keagamaan sering berhak untuk bebas dari penyiksaan dan mesti berlangsung. Tidak jarang atau perlakuan yang merendahkan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 244 derajat martabat manusia dan berhak serta Deklarasi Universal Hak Asasi memperoleh suaka politik dari negara Manusia; dan b. meningkatkan lain.” perlindungan dan penegakan hak asasi Pasal 28 I ayat 1: “Hak hidup, hak manusia guna berkembangnya pribadi untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan manusia Indonesia seutuhnya, dan pikiran dan hati nurani, hak beragama, kemampuannya berpartisipasi dalam hak untuk tidak diperbudak, hak untuk berbagai bidang kehidupan.” diakui sebagai pribadi di hadapan Pasal 22 ayat 1: “Setiap orang bebas hukum, dan hak untuk tidak dituntut memeluk agamanya masing-masing atas dasar hukum yang berlaku surut dan untuk beribadat menurut agamanya adalah hak asasi manusia yang tidak dan kepercayaanya itu.” Ayat 2: dapat dikurangi dalam keadaan apa “Negara menjamin kemerdekaan setiap pun.” Ayat 2: Setiap orang berhak orang memeluk agamanya masing- bebas dari perlakuan yang bersifat masing dan untuk beribadat menurut diskriminatif atas dasar apa pun dan agama dan kepercayaannya itu.” berhak mendapatkan perlindungan Sesuai tugas dan fungsinya, Komnas terhadap perlakuan yang bersifat HAM tidak memasuki wilayah benar- diskriminatif itu.” salah suatu penafsiran sumber ajaran UU No. 39/ 1999 Tentang HAM agama atau keyakinan keagamaan. pasal 1 menjelaskan apa yang dimaksud Komnas HAM lebih bekerja melaporkan dengan HAM: “Dalam undang-undang hasil pencarian fakta dan kajian atau ini yang dimaksud dengan: 1. Hak Asasi mengeluarkan rekomendasi agar Manusia adalah seperangkat hak yang setiap pihak yang berbeda penafsiran melekat pada hakikat dan keberadaan tidak melakukan tindakan yang bisa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang membuat pihak lain yang berbeda itu Maha Esa dan merupakan anugerah- merasa terancam, merasa tertindas. Nya yang wajib dihormati, dijunjung Walaupun demikian, Komnas tinggi dan dilindungi oleh negara, HAM tidak berwenang mengeksekusi hukum, pemerintah, dan setiap orang kesimpulan atau rekomendasi bahwa demi kehormatan serta perlindungan seseorang atau sekelompok, aparat harkat dan martabat manusia.” (pejabat) atau institusi pemerintahan Peran dan fungsi Komnas HAM bisa diduga telah melakukan pelanggaran dibaca pada beberapa pasal berikut. HAM. Eksekutornya lembaga terkait Pasal 75: “Komnas HAM bertujuan: atau lembaga pengadilan ad hoc yang a. mengembangkan kondisi yang dibentuk untuk maksud mengeksekusi kondusif bagi pelaksanaan hak asasi atau mengadili kesimpulan awal dan manusia sesuai dengan Pancasila, rekomendasi tersebut. Undang-Undang Dasar 1945, dan Pada periode sebelumnya pem- Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, bagian kerja komisioner terbagi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 245 berdasar kategori HAM dan kelompok DAFTAR PUSTAKA masyarakat, sehingga seorang komisioner terlibat dalam semua fungsi. Baderin, Mashood A., 2007, Hukum Saat ini pembagian kerja dilakukan Internasional Hak Asasi Manusia & berdasar fungsi yaitu: pengkajian & Hukum Islam, Komnas HAM, Jakarta. penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi. Komisioner di subkomisi Institute, Maarif, 2008, Pendidikan pemantauan yang bertanggungjawab Al-Islam dan Kemuhammadiyahan menyelidiki kasus-kasus termasuk Berwawasan HAM, Ma’arif Instutie, yang berkaitan dengan pluralisme Jakarta. dan kebebasan beragama (Buku Kerja Mulia, Siti Musdah 2008, Potret Komnas HAM 2007-2012). Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Era Reformasi, Lokakarya Nasional VII HAM 10 Tahun Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta.

Mulkhan,Abdul Munir, 2008, Debat Tafsir Kebebasan Beragama, Panitia Konferensi dan Lokakarya Jaringan Antariman Se-Indonesia dengan tema “Masa Depan Pluralisme Agama dan Keyakinan di Indonesia” dan Sub-tema “Harapan untuk Keadilan, Perdamaian dan Ketuhan Ciptaan” untuk topik Peran Lembaga Komnas HAM dalam Dinamika Pluralisme Agama dan Keyakinan di Indonesia dalam Sesi “Demokrasi dan Pluralisme Agama dan Keyakinan dalam Negara Indonesia” diselenggarakan Institut DIAN/ Interfidei di Yogyakarta tanggal 8-10 Agustus 2008.

Mulkhan, Abdul Munir, 2007, Etika dan Teologi Kemanusiaan dalam Islam, 2007, Panitia Diskusi Publik “Humanity in the Context Christian-Muslim

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 246

Perspectives on Religious Freedom” 8 Zarkasyi, Hamim Fahmy 2008, Hak Dan Desember 2007 di Univ Prof Hamka Kebebasan Beragama (Dalam Perspektif Jakarta oleh The Centre for Dialogue Islam, DUHAM dan KeIndonesiaan), and Cooperation among Civilisations Lokakarya Nasional VII HAM 10 Tahun (CDCC) bekerjasama British Embassy Reformasi Quo Vadis Pemajuan dan dan Uhamka. Penegakan HAM di Indonesia, Jakarta.

Mulkhan, Abdul Munir, 2007, Kemanusiaan Agama-Agama, Panitia Religious Summit Tolerance Between Religions; A Blessing for all Creation, under the Patronage of President Abdurrahman Wahid Sponsored by The Wahid Intitute, LibForAll Foundation and the Museum of Tolerance di Ritz- Carlon Hotel, Jimbaran Bali 12 Juni 2007.

Mulkhan, Abdul Munir, 2008, Jebakan Demokrasi, Panitia Konferensi dan Lokakarya Jaringan Antariman Se- Indonesia dengan tema “Masa Depan Pluralisme Agama dan Keyakinan di Indonesia” dan Sub-tema “Harapan untuk Keadilan, Perdamaian dan Ketuhan Ciptaan” untuk topik Peran Lembaga Komnas HAM dalam Dinamika Pluralisme Agama dan Keyakinan di Indonesia dalam Sesi “Demokrasi dan Pluralisme Agama dan Keyakinan dalam Negara Indonesia” Diselenggarakan oleh Institut DIAN/ Interfidei di Yogyakarta tanggal 8-10 Agustus 2008.

Mulkhan, Abdul Munir Jejak Pembaruan Sosial-Keagamaan Kiai Dahlan: Kado Satu Abad Muhammadiyah. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 247

RIWAYAT HIDUP ABDUL MUNIR MULKHAN

Nama : Abdul Munir Mulkhan Lahir : Wuluhan, Jember, 13 Nopember 1946 Alamat Rumah : Kompleks Rumah Dinas Dep. Agama No. 510, Tinalan, Kotagede, Yogjakarta – 55172, Tlp. 378442 Alamat Kantor : (1) Fak Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta. (2) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Jl. Latuharhary Nomor 4 B Menteng Jakarta Pusat – 10310 Alamat Email : [email protected] [email protected]

Pendidikan: 1953-1959 : SR Negeri, Wuluhan, Jember 1959-1962 : SMP Pancasila, Wuluhan, Jember 1959-1963 : PGAP Muhammadiyah, Wuluhan, Jember 1963-1965 : PGAAN Malang 1967-1968 : Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Jember 1971-1974 : Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Cabang Metro 1974-1975 : Fakultas Hukum Universitas Negeri Lampung 1979-1980 : Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1979-1982 : Fakultas Filsafat UGM 1986-1988 : S-2 Sosiologi UGM 1995-1999 : S-3 Sosiologi UGM 2000-2001 : Program Post Doktoral pada McGill University, Montreal, Canada 2006-2007 : Research Fellow pada Nanyang Teknological University of Singapore

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Kebebasan Beragama, Mungkinkah? Antara Fakta atau Takdir Sosial 248

Pekerjaan: 1965-1966 : Guru Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Ampel, Jember 1966-1967 : Guru PGAP Muhammadiyah Kalirejo, Lampung Tengah 1967-1968 : Guru Agama Negeri SD Muhammadiyah Gumelar, Jember Guru Agama Negeri Madrasah Ibtidaiyah Sti’biyah, (MIS) Gugut, Jember Guru Agama Negeri SD Negeri Wirolegi, Jember 1968-1971 : Guru Agama Negeri Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Hadimulyo, Metro, Lampung Tengah 1970-1971 : Wk Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Hadimulyo, Metro, Lampung. 1971-1973 : Guru Negeri PGA YPI Metro, Lampung Tengah 1973-1974 : Pegawai pada Kantor Depag Kab Lampung Tengah 1974-1976 : Kasubsi Doktik Seksi Urusan Agama Islam Depag Kab Lampung Tengah 1976-1978 : Kepala Urusan Umum Kantor Depag Kab Lampung Tengah 1978-1979 : Kepala KUA Kecamatan Sekampung Kab Lampung Tengah 1978-1984 : Pegawai pada Kanwil Depag Provinsi DIY 1984-1985 : Pegawai Humas Kanwil Depag Provinsi DIY 1985-1987 : Kasi Kemasjidan Bidang Urais Kanwil Depag Provinsi DIY 1987-1991 : Kasi Publikasi Dakwah & Tamadun Penais Kanwil Depag Prov DIY 1991- kini : Dosen Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005-2012 : Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA

Oleh: Stanley Adi Prasetyo

Abstrak

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam DUHAM 1948 dan Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952. Jaminan sosial merupakan sebuah upaya untuk menciptakan sebuah kesejahteraan sosial antara lain dengan memberikan perlindungan sosial. Perlindungan sosial sendiri meliputi upaya untuk mengatasi dan memberantas kemiskinan, pemberian bantuan dan perlindungan kepada kelompok lanjut usia, mereka yang mengalami kecacatan, kelompok pengangguran, keluarga dan anak- anak, dan lain-lain.

Semestinya iuran itu dibayar atau ditanggung oleh pemerintah, karena memang sudah menjadi kewajiban negara. Hasil kekayaan negara seharusnya digunakan untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 249 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 250

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 251

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA

Pengantar cara pemenuhan tidak mengubah legalitas dari hak ekonomi, sosial, esalahpahaman mengenai dan budaya sebagai hak asasi. Kalau hak ekonomi, sosial, dan memang pemenuhannya harus Kbudaya adalah salah satu dilakukan secara bertahap tidak berarti sebab pokok adanya pelanggaran hak hak ekonomi, sosial, dan budaya bukan ekonomi, sosial, dan budaya. Hak-hak hak asasi manusia. ini dianggap hanya dapat dilakukan Hak ekonomi, sosial, dan budaya melalui kebijakan pembangunan (tidak sesungguhnya merupakan hak-hak mempunyai efek langsung). Pemikiran positif yang membutuhkan campur ini dilandasi anggapan bahwa realisasi tangan negara. Hal demikian oleh hak-hak tersebut memerlukan waktu sebagian orang dianggap sebagai dan dilakukan secara bertahap.1 dasar untuk tidak memperlakukan hak Ada juga argumentasi bahwa hak sosial ekonomi sebagai hak asasi. Bagi ekonomi, sosial, dan budaya hanya kelompok yang memiliki pemahaman berlaku dalam sistem politik tertentu seperti ini, hak asasi hanyalah hak sipil atau di negara-negara kaya saja. dan politik yang mensyaratkan negara Pemikiran ini tidak seluruhnya benar, untuk melakukan campur tangan karena beberapa alasan. Antara lain, tesebut. Akan tetapi dikotomis ini sangat menyesatkan, karena realisasi dari hak 1 Lihat Pasal 2 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, UNGA Res. 2200 A sipil dan politik maupun hak ekonomi, (XXI), 16 Des. 1966.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 252 sosial, dan budaya memerlukan secara langsung oleh negara sekalipun tindakan aktif negara.2 dengan sumber daya yang terbatas. Alasan lain adalah realisasi hak Hal ini berarti pemenuhan secara ekonomi, sosial, dan budaya tidak bertahap dan progresif tidak serta tergantung pada ketersediaan sumber- merta menghapus realisasi secara sumber daya melainkan pada langsung hak tersebut.4 Lihat saja di kesamaan akses terhadap sumber- pinggir Kali Code, Yogyakarta. Tiadanya sumber tersebut.3 Oleh karena itu, penggusuran justru memberdaya pemerintah negara kaya sekalipun masyarakat setempat untuk mem- dapat dianggap melanggar hak asasi bangun pemukimannya sendiri. seseorang jika mencegah akses yang Contoh-contoh lain yang telah diterima sama terhadap sumber-sumber daya. secara universal bahwa hak ini dapat segera dinikmati atau memiliki efek Sebaliknya pemerintah-pemerintah kesegeraan adalah larangan melakukan dari berbagai negara miskin, yang diskriminasi, hak atas kondisi kerja yang memiliki sumber daya yang terbatas, adil,5 hak mendirikan serikat buruh,6 juga dapat memenuhi hak tersebut hak anak untuk bebas dari eksploitasi misalnya melalui perangkat perundang- ekonomi dan sosial,7 dan hak untuk undangan. Kekurangan sumber daya tidak digusur secara paksa.8 Kebijakan tidak dapat menjadi alasan bagi pengembalian tanah-tanah rakyat negara untuk menghilangkan hak asasi yang selama ini dirampas atas nama seseorang. Sekalipun memerlukan ’pembangunan’ adalah contoh lain waktu, negara mempunyai kewajiban yang dapat dilakukan untuk memenuhi untuk menunjukan bahwa telah hak ekonomi dan sosial petani. melakukan langkah-langkah konkrit Berbeda dengan ’kebutuhan’, yang untuk mencapai pemenuhan hak bersifat kontekstual dan subyektif, ekonomi, sosial, dan budaya. hak asasi mensyaratkan adanya pihak Hal lain adalah ada banyak aspek yang bertanggung jawab. Oleh karena dari hak atas tempat tinggal layak, itu, jika negara gagal melakukan kesehatan, dan pangan dapat dipenuhi kewajibannya memenuhi hak ekonomi, sosial, dan budaya maka setiap orang 2 Sebagai contoh, realisasi hak untuk mendapat persidangan yang adil mengharuskan negara yang tersingkir mempunyai dasar untuk menyediakan hakim, ruang pengadilan, dan penjara melakukan perlawanan.9 yang layak. Demikian juga dengan pemilihan umum yang bebas dan adil. Untuk pelaksanaan 4 Pandangan dari Komite Hak Ekonomi, Sosial Pemilu 2004, pemerintah telah mengalokasikan dan Budaya lihat Komentar Umum No. 3 [UN dana tidak kurang dari Rp. 3,023 triliun. Satu triliun Doc.e/1991/23]. di antaranya dianggarkan untuk biaya pencetakan 5 Pasal 7 [a] Kovenan Internasional tentang Hak dan distribusi kartu suara. Lihat http://www.kompas. Ekonomi, Sosial, dan Budaya. com/kompas-cetak/0303/22/nasional/201415. 6 Pasal 8, ibid. 3 Pandangan ini antara lain diungkapkan oleh 7 Pasal 10 [3], ibid. International Commission of Jurists di dalam 8 Pasal 11, ibid. “Justiciability of Economic, Sosial and Cultural Rights” 9 Acapkali sengaja dibuat perbedaan antara jaminan 55 ICJ Review, Dec. 1995, hal. 207. sosial dengan kesejahteraan sosial untuk membuat pemisahan antara jaminan sosial yang diperoleh

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 253

Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya hak-hak manusia. Kewajiban ini juga diikuti dengan kewajiban pemerintah Pada 30 September 2005 Indonesia yangh lain, yaitu untuk membuat meratifikasi dua perjanjian internasional laporan yang bertalian dengan tentang hak-hak manusia, yaitu penyesuaian hukum, langkah, kebijakan Kovenan Internasional tentang Hak- dan tindakan yang dilakukan. hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Setelah ratifikasi ICESCR, pemerintah (International Covenant on Economic, Indonesia memiliki kewajiban yang Sosial and Cultural Rights – ICESCR) mengikat secara hukum untuk dan Kovenan Internasional tentang melakukan beberapa hal. Antara lain Hak-hak Sipil dan Politik (International negara, dalam hal ini pemerintah, harus Covenant on Civil and Politi­cal Rights segera melakukan reformasi hukum – ICCPR). dengan menerjemahkan prinsip dan Pada 28 Oktober 2005, pemerintah ketentuan yang terkandung dalam Indonesia mengesahkan ICESCR ICESCR ke dalam hukum nasional. menjadi UU No. 11/2005 dan ICCPR Pemerintah juga harus segera melakukan menjadi UU No. 12/2005. Ratifikasi harmonisasi hukum nasional dengan ini menimbulkan konsekuensi terhadap menggunakan kerangka ICESCR. pelaksanaan hak-hak manusia, karena Semua peraturan perundang-undangan negara Indonesia telah mengikatkan diri yang tak sesuai dengan ICESCR harus secara hukum. Antara lain pemerintah dicabut dan direvisi. Begitu juga dengan telah melakukan kewajiban untuk RUU yang telah dibahas dan disiapkan mengadopsi perjanjian yang telah hingga proses ratifikasi. diratifikasi ini ke dalam perundang- Selain itu pemerintah harus undangan, baik yang dirancang maupun melakukan sosialisasi ICESCR yang yang telah diberlakukan sebagai UU. telah diratifikasi, sehingga banyak Yang lain adalah pemerintah memiliki orang akan mengetahui apa saja hak- kewajiban mengikat untuk mengambil hak ekonomi, sosial, dan budaya yang berbagai langkah dan kebijakan seharusnya dinikmati warganegara. dalam melaksanakan kewajiban untuk Dengan telah diratifikasinya ICESCR, menghormati (to respect), melindungi pemerintah Indonesia mempunyai (to protect) dan memenuhi (to fulfill) kewajiban untuk membuat laporan mengenai upaya dan capaian pekerja dan keluarga mereka, dan individu atau kelompok manapun yang menerima bantuan pelaksanaan hak-hak ekonomi, sosial, berbasis kebutuhan dari dana umum, dikumpulkan melalui perolehan pajak. Lihat Martin Scheinin, “Hak dan budaya yang harus disampaikan Atas Jaminan Sosial” dalam Asbjorn Eide, Catarina pada Komite di PBB. Krause, dan Allan Rosas (ed), Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Raoul Wallenberg Instutute of Human Obligasi negara dalam Pasal 2 Rights and Humanitarian Law bekerja sama dengan ayat (2) Kovenan adalah menjamin Departemen Hukum dan HAM Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 225 -235. hak-hak dalam Kovenan Hak Ekosob

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 254

Tabel 1: Hak-hak yang Dijamin dan Dilindungi UU No. 11/2005

No Pasal Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

1 Pasal 6 Hak atas pekerjaan

2 Pasal 7 Hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan menyenangkan

3 Pasal 8 Hak untuk membentuk dan ikut serikat buruh

4 Pasal 9 Hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial

Hak atas perlindungan dan bantuan yang seluas mungkin bagi keluarga, ibu, anak, dan 5 Pasal 10 orang muda

6 Pasal 11 Hak atas standar kehidupan yang memadai Hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tertinggi yang dapat 7 Pasal 12 dicapai 8 Pasal 13 Hak atas pendidikan

9 Pasal 14 Hak untuk ikut serta dalam kehidupan budaya

dilaksanakan tanpa diskriminasi apa pun Ekosob, maka penafsiran pasal-pasal seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, dalam Kovenan, maka penafsiran bahasa, agama, politik atau pendapat tentang isi kovenan ini tidak dapat lainnya, asal-usul kebangsaan atau “secara sewenang-wenang” diklaim status sosial, kekayaan atau lainnya. oleh lembaga-lembaga negara, ter- Obligasi Negara dalam konteks ini masuk DPR dan pemerintah, namun adalah pernyataan “komitmen” dan mesti merujuk pada naskah asli dan “kemauan baik”, yang tidak mengenal sumber-sumber yang diakui, seperti “setengah komitmen” atau “komitmen penjelasan yang diadopsi Komite setengah-setengah” melainkan “komit- Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya men penuh” untuk menjamin prinsip (Komite Hak Ekosob) yang dibentuk non-diskriminasi, termasuk memastikan berdasarkan ketentuan Kovenan. persamaan laki-laki dan perempuan Dalam konteks ini, UU No. 11/2005, menikmati semua hak-hak ekosob yang penjelasan Pasal 1 ayat (2) dinyatakan, dijamin dalam Pasal 3 Kovenan. jika terdapat perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Obligasi Negara Berdasarkan Indonesia, naskah yang berlaku adalah Ketentuan Kovenan Hak Ekosob naskah asli dalam bahasa Inggris serta pernyataan (declaration) terhadap Dengan pengikatan Indonesia Pasal 1 Kovenan Hak Ekosob. Jika di dalami, Kovenan Hak Ekosob sebagai Negara Pihak Kovenan Hak disusun, tidak lain untuk perlindungan

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 255

dan pemenuhan hak, agar setiap – memfasilitasi (to facilitate) dan orang dan kelompok masyarakat dapat menyediakan (to provide) – penikmatan menikmati semua katalog hak ekosob, hak-hak ekosob. setinggi-tingginya dan semaksimal mungkin, yang bisa dicapai manusia. Obligasi Negara Menurut Pasal 2 ayat Untuk itulah kerangka kerja negara (1) Kovenan Hak Ekosob disusun untuk keperluan meningkatkan penikmatan hak-hak ekosob semua Pasal 2 ayat (1) Kovenan Hak orang, bukan sebaliknya malah negara Ekosob menyatakan: “Setiap Negara berkontribusi terhadap penurunan Peserta Kovenan ini berupaya untuk (degradasi) penikmatan hak ekosob mengambil langkah-langkah, secara warganegaranya. sendiri maupun melalui bantuan dan Untuk tujuan tersebut, disiplin kerja sama internasional, khususnya hukum internasional hak asasi dalam bidang ekonomi dan teknis, manusia mengenalkan “minimum sejauh dimungkinkan oleh sumberdaya core obligation” atau obligasi pokok yang tersedia, yang mengarah pada yang paling minimum yang harus pencapaian secara bertahap demi dipatuhi dan diimplementasikan realisasi sepenuhnyadari hak-hak yang negara. Karenanya, apakah terjadi diakui dalam Kovenan ini dengan pelanggaran obligasi negara atau tidak, semua cara yang tepat, termasuk akan dieksaminasi dan diperiksa apakah pada khususnya dengan mengadopsi negara yang bersangkutan telah langkah-langkah legislatif”. melakukan segala upaya menggunakan Menurut Komite Hak Ekonomi, segala sumber daya untuk melakukan Sosial dan Budaya (Komite Hak obligasi pokoknya dalam pemenuhan Ekosob), Pasal 2 tersebut mengandung hak ekosob. kepentingan khusus untuk mencapai Atas jasa International Law pemahaman seutuhnya atas Kovenan Commission, disiplin hukum hak asasi dan harus dilihat dalam hubungannya manusia mengenal dua bentuk obligasi yang dinamis dengan semua negara yang pokok berdasarkan ketentuan Kovenan lainnya. Pasal 2 ini Kovenan Hak Ekosob: obligations of menjelaskan sifat dari kewajiban yang conduct dan obligation of result. umum ditempuh oleh Negara Peserta Obligation of conduct, merupakan Kovenan. obligasi atau kewajiban negara untuk Selain itu, penting untuk memahami melakukan sesuatu, semua upaya arti dari istilah-istilah yang digunakan dan segala tindakan untuk menerima, dalam Pasal 2 Kovenan untuk mempromosikan (to promote), meng- memahami bagaimana implementasi hormati (to respect), melindungi (to kewajiban negara seharusnya dijalankan. protect) dan memenuhi (to fulfill) Istilah-istilah seperti: berupaya meng-

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 256 ambil langkah-langkah (undertakes mengakui bahwa negaralah yang harus to take steps), sejauh dimungkinkan memutuskan langkah-langkah yang oleh sumberdaya yang tersedia (to tepat dan hal tersebut bergantung pada the maximum available resources), hak yang hendak diimplementasikan. pencapaian secara bertahap demi Selanjutnya Komite menegaskan realisasi sepenuhnya (achieving bahwa, laporan Negara Peserta harus progressively the full realization), menyebutkan tidak hanya langkah- dan dengan semua cara yang tepat, langkah yang telah ditempuh namun termasuk pada khususnya dengan juga alasan mengapa langkah-langkah mengadopsi langkah-langkah legislatif tersebut dianggap sebagai paling tepat (by all appropriate means including berikut situasisituasinya. Interpretasi particularly adoption of legislative Komite terhadap istilah ‘all appropriate measures)’ adalah bersifat unik dan measures’ jelas berkaitan baik dengan tidak terdapat, atau tidak digunakan kewajiban melakukan (obligations dalam obligasi yang dimuat dalam of conduct) maupun kewajiban hasil Kovenan Internasional tentang Hak-hak (obligation of result). Sipil dan Politik (Kovenan Hak Sipol). Sementara itu berkait istilah Penggunaan istilah “Setiap Negara ‘mengadopsi langkah-langkah legis- Peserta... berupaya mengambil latif’’(adoption of legislative measures) langkah-langkah” sebagaimana ter- Komite memberi peringatan bahwa sebut dalam Pasal 2 (1) Kovenan Hak keberadaan hukum jelas penting Ekosob, memang biasanya ditafsirkan tetapi hal tersebut belumlah cukup dengan kandungan arti implementasi membuktikan Negara Peserta telah Kovenan secara bertahap. Namun menjalankan kewajibannya sesuai demikian, Komite Hak Ekosob melalui Kovenan. Berdasarkan pengalaman Komentar No. 3 telah menjelaskan Komite ketika membahas laporan bahwa, “…walaupun realisasi sepe- Kanada menyatakan, jika laporan nuhnya atas hak-hak yang relevan difokuskan secara sempit pada aspek- bisa dicapai secara bertahap, namun aspek legal semata, maka kecurigaan langkah-langkah ke arah itu harus biasanya akan muncul berkenaan diambil dalam waktu yang tidak lama dengan adanya kesenjangan antara setelah Kovenan berlaku bagi Negara peraturan perundang-undangan dengan Peserta bersangkutan.” praktik. Langkah-langkah tersebut haruslah Dalam kenyataan, pembelajaran dilakukan secara terencana, konkrit dan ekspresi dari banyak Negara dan diarahkan kepada sasaran-sasaran Peserta dalam mengimplementasikan yang dirumuskan sejelas mungkin kewajibannya telah mendorong dalam rangka memenuhi kewajiban- pentingnya aplikasi pendekatan berbasis kewajiban Kovenan. Komite Hak Ekosob hak dalam “pembangunan”. Suatu

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 257 kebijakan ekonomi atau pembangunan di luar kendali. Dalam hal inilah memang untuk mencapai kesejahteraan konteks gagasan kewajiban minimum warganegaranya, tetapi mereka tidak (minimum core obligation) yang dapat dibuat menunggu pemenuhan dikembangkan oleh Komite. Komite hak-hak asasinya sampai klaim melihat bahwa setiap Negara Peserta “pertumbuhan ekonomi” memu- mempunyai kewajiban minimum untuk ngkinkan hal itu. memenuhi tingkat pemenuhan yang Kini ratifikasi Kovenan Hak Ekosob minimum dari setiap hak yang terdapat memberi pemahaman mendasar dalam Kovenan. Komentar Umum bahwa peningkatan ekonomi haruslah No. 3 memberi ilustrasi yang sangat secara nyata didasarkan pada peng- jelas untuk hal ini. Sebagai contoh, hormatan dan realisasi hak asasi jika terdapat penduduk secara massal, manusia. Pada titik ini, Komite sekali menderita kelaparan, tidak memiliki lagi memberi peringatan bahwa klausul akses terhadap pelayanan kesehatan, realisasi secara progresif sepatutnya tak mempunyai tempat bernaung dan juga dicerminkan pada pelaksanaan perumahan, atau tidak menikmati kewajiban yang menjamin agar tidak pendidikan dasar, maka dapat terjadi perkembangan regresif atau dinyatakan negara gagal menjalankan kemunduran. obligasinya berdasarkan Kovenan. Jika hal itu pun terpaksa dilakukan Lebih jauh Komite menjelaskan dan terjadi, maka harus dijalankan bahwa sekalipun didapati kenyataan dengan pertimbangan yang sangat tidak cukupnya sumberdaya yang ada, hati-hati, dibutuhkan justifikasi penuh kewajiban negara tetap dijalankan dengan mengacu pada inti hak yang untuk menjamin pemenuhan hak yang ditentukan dalam Kovenan dan dalam seluas-luasnya dalam kondisi yang konteks pemanfaatan sejauh mungkin sangat terbatas itu. Bahkan, pada saat atas sumberdaya yang ada. Komite terjadi keterbatasan sumberdaya yang mengakui pentingnya sumberdaya akut, anggota masyarakat yang rentan bagi pemenuhan hak-hak ini, tetapi dapat dan memang harus mendapatkan tidak menganggap bahwa ketersediaan perlindungan dengan diadopsinya sumberdaya sebagai alasan untuk program-program yang dirancang lepascan kewajibannya. relatif murah. Dalam kasus semacam ini, Komite Pasal 2 ayat (1) Kovenan, juga menyatakan bahwa, dalam kasus di menegaskan tentang perlunya kerja mana sejumlah cukup signifikan rakyat sama dan bantuan internasional hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, berkait dengan upaya realisasi hak. maka negara harus membuktikan Pada kenyataannya memang Negara bahwa kegagalannya memenuhi Peserta mengalami kesulitan dalam hak-hak orang-orang ini memang melaksanakan kewajiban untuk

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 258 melindungi dan memenuhi hak secara jumlah yang signifikan mengalami penuh. Dibutuhkan keterlibatan pihak kekurangan bahan pangan, kekurangan ketiga, yang biasanya menunjuk pelayanan kesehatan dasar, tiada akses pada keterlibatan lembaga atau terhadap pemukiman dan perumahan badan pembangunan multilateral yang layak, atau tiada akses terhadap dan keuangan internasional, untuk pendidikan dasar merupakan petunjuk mendukung bantuan teknis dan awal bagi kegagalan negara untuk pinjaman dana. memenuhi kewajiban sebagaimana Problemnya, pada banyak negara, diatur Kovenan. Pemahaman ini bahwa pada akhirnya mereka menjadi didasarkan pada keberadaan gagasan sangat tergantung pada aliran dana luar kewajiban minimum (minimum core negeri, terjebak pada hutang luar negeri obligation) yang dikembangkan oleh yang sangat besar, dan sementara itu Komite. Konsep kewajiban minimum sebagian besar penduduknya tetap diajukan oleh Komite untuk menyangkal dan jatuh miskin. Kesulitan utama dari alasan tidak adanya sumberdaya sebagai persoalan ini adalah operasional dari faktor yang mencegah pemenuhan lembaga atau badan pembangunan kewajiban. Komite menegaskan bahwa multilateral dan keuangan internasional negara mempunyai kewajiban minimum itu lepas dari kerangka kerja hak asasi guna memenuhi realisasi setiap hak manusia, dan negara pengutang tidak yang terdapat dalam Kovenan pada berdaya karena situasi ketergantungan tingkat yang minimum. dan keterjebakan hutang yang Kegagalan untuk memenuhi ke- dialaminya. wajiban minimum dapat disebut Pada suatu titik momentum ketika sebagai pelanggaran terhadap hak kelaparan dan kemiskinan menjadi yang termuat dalam Kovenan Hak musuh nomor satu dari semua negara Ekosob. Dalam perkembangannya, di dunia ini, kerja sama pembangunan penguatan konsep pelanggaran Hak internasional ditandai oleh berbagai Ekosob terus dilakukan oleh banyak ahli perubahan cara pandang dan kebijakan hukum hak asasi manusia internasional yang merujuk pada pemahaman bahwa yang kemudian dituangkan dan realisasi hak asasi manusia merupakan dikenal sebagai Prinsip-Prinsip Limburg kunci untuk lepas dari situasi ini. (the Limburg Principles). Prinsip- Tetapi terpisahnya logika globalisasi prinsip ini memberikan kerangka dasar ekonomi dengan kerangka kerja hak bagi pengembangan lebih lanjut asasi manusia menjadikan harapan atas berbagai asumsi dan konsep akan membaiknya situasi derita dunia pelanggaran Hak Ekosob. menjadi pupus kembali. Tapi yang penting dipahami di Komite menegaskan bahwa Negara sini adalah bahwa kegagalan Negara Peserta yang penduduknya dalam Peserta untuk memenuhi kewajiban

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 259 yang terkandung dalam Kovenan jelas hak yang diakui dalam Kovenan; merupakan pelanggaran terhadap • gagal menyampaikan laporan Kovenan. Pelanggaran terhadap sebagai ditentukan dalam Kovenan. Kovenan tersebut, dapat dimaknai, dalam situasi dan kondisi di mana negara Peserta: Jaminan Sosial Sebagai HAM

• gagal mengambil langkah-langkah Jaminan sosial adalah salah satu seperti yang disyaratkan dalam bentuk perlindungan sosial yang Kovenan; diselenggarakan oleh negara guna • gagal menyingkirkan segera menjamin warganegaranya untuk atas berbagai hambatan yang memenuhi kebutuhan hidup dasar yang menghalangi realisasi hak secara layak, sebagaimana dalam DUHAM penuh; 1948 dan Konvensi ILO No. 102 • gagal untuk mengimplementasikan Tahun 1952. Jaminan sosial merupakan hak yang perlu segera direalisasikan; sebuah upaya untuk menciptakan • menerapkan pembatasan atas hak sebuah kesejahteraan sosial antara lain yang diakui dalam Kovenan dengan dengan memberikan perlindungan alasan-alasan yang tidak sesuai sosial. Perlindungan sosial sendiri seperti yang disyaratkan Kovenan; meliputi upaya untuk mengatasi dan • sengaja menghambat atau meng- memberantas kemiskinan, pemberian halangi realisasi bertahap atas hak- bantuan dan perlindungan kepada

Tabel 2. Kewajiban Yang Harus Dipenuhi Negara

DIMENSI-DIMENSI HAK ASASI MANUSIA

III PEMENUHAN I PENGHORMATAN (tidak II PERLINDUNGAN (penyediaan ada gangguan dalam (mencegah pelanggaran sumberdaya dan hasil- pelaksanaan hak) oleh pihak ketiga) hasil kebijakan)

Pemerintah berkewajiban Pemerintah harus Pemenuhan secara membuat UU untuk melindungi mengupayakan tindakan progresif; Investasi dan menjamin hak setiap untuk mencegah pelaku Hak-hak di bidang kesehatan, warganegara agar tak non-negara berperilaku ekonomi, pendidikan dan mengalami diskriminasi etnis, diskriminatif sehingga sosial dan bidang kesejahteraan ras, jender atau bahasa dalam membatasi akses dalam budaya lainnya serta alokasi bidang kesehatan, pendidikan bidang kesehatan, sumberdaya untuk dan kesejahteraan, serta alokasi pendidikan serta bidang kemampuan masyarakat sumberdaya yang kurang kesejahteraan lainnya

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 260

kelompok lanjut usia, mereka yang sehingga terhindar dari kesengsaraan mengalami kecacatan, kelompok yang parah dan berkepanjangan. Juga pengangguran, keluarga dan anak- meningkatkan kemampuan kelompok- anak, dan lain-lain. kelompok rentan dalam menghadapi Adapun tujuan perlindungan sosial dan ke luar dari kemiskinan, keseng- adalah meliputi 3 hal. Antara lain saraan dan ketidakamanan sosial- untuk mencegah dan mengurangi ekonomi. Hal yang lain adalah juga risiko yang dialami anggota mayarakat untuk menciptakan kemungkinan

Bagan 1. Pendekatan Berbasis HAM Untuk Mengukur Kemiskinan

Hak dasar dan instrumen legal beserta informasi mengenai faktor-faktor yang mempromosikan kehidupan orang miskin plus berbagai kebijakan yang ada, tujuan dan standar pelayanan yang mendasari 5 jenis indikator

Tipe 1: Status Kehidupan Orang Miskin (realisasi Hak dan Peningkatan Kualitas Hidup Orang Miskin) • Economic well-being (memiliki pendapatan yang cukup dan terpenuhinya kebutuhan dasar secara layak untuk ambil bagian dalam menjalankan berbagai kesempatan dan menentukan pilihan) • Being healthy (memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta dapat hidup sehat) • Staying safe (hidup aman dari segala macam bahaya dan eksploitasi serta mampu memelihara keamanan diri) • Enjoying and achieving (hidup bahagia dan dapat mengembangkan ketrampilan yang berguna bagi kehidupannya) • Making positive contribution (kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan

berkontribusi terhadap masyarakat di mana dia hidup)

Enabling Inputs yang mendukung realisasi hak-hak publik dan kesejahteraan manusia

Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Lingkungan Lingkungan Akses ke Alokasi sumber keluarga dan tetangga pelayanan publik pro poor rumah tangga sekitar dasar

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 261 bagi kelompok-kelompok miskin baiknya tata kelola manajemen program untuk memiliki standar hidup yang tersebut.Adapun program Jamsosnas bermartabat, sehingga kemiskinan meliputi jaminan hari tua, asuransi tidak diwariskan dari satu generasi ke kesehatan nasional, jaminan kecelakaan generasi lainnya.10 kerja, dan jaminan kematian. Program Pemerintah Indonesia meng- ini akan mencakup seluruh warganegara upayakan jaminan sosial sebagai Indonesia, tidak peduli apakah mereka bentuk perlindungan sosial yang di- termasuk pekerja sektor formal, sektor selenggarakan oleh negara guna informal, atau wiraswastawan. menjamin warganegaranya untuk Bagaimana dengan UU No. 24 Tahun memenuhi kebutuhan hidup dasar yang 2011 tentang Badan Penyelenggara layak. Ada pun rujukan jaminan sosial Jaminan Sosial? Saat berstatus sebagai berdasar hukum nasional antara lain RUU, UU BPJS ini menuai kontroversi adalah Pasal 5, Pasal 20, Pasal 28, Pasal karena merupakan turunan dari UU 34 UUD 1945 dan perubahannya Tahun No. 40/2004 tentang SJSN. UU SJSN 2002, TAP MPR RI No. X/MPR/2001 sendiri ternyata bukan berisi tentang yang menugaskan kepada presiden jaminan sosial, melainkan asuransi sosial. RI untuk membentuk Sistem Jaminan Akibatnya, negara seakan-akan tidak Sosial Nasional, UU No. 40 tahun 2004 menanggung jaminan sosial rakyat, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, terutama pekerja diwajibkan membayar UU No. 11 Tahun 2009 tentang iuran yang besarannya ditentukan negara. Kesejahteraan Sosial, UU No. 13 Tahun Selain itu, pemilik modal juga wajib 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, memungut iuran tambahan terhadap dan juga UU No. 24 Tahun 2011 tentang para pekerja. Hal itu jelas menyimpang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dari tujuan pengadaan jaminan sosial (BPJS). sebagai tanggung jawab negara. UU No.40 Tahun 2004 tentang Saat dalam pembahasan, banyak SJSN menggantikan program-program pihak berharap UU BPJS ini lebih jaminan sosial yang ada sebelumnya mengakomodasi dan fokus pada upaya (Askes, Jamsostek, Taspen, dan memikirkan nasib rakyat Indonesia Asabri) yang dinilai kurang berhasil yang sedang susah. Ada pengharapan memberikan manfaat yang berarti agar jangan sampai kesejahteraan sosial kepada penggunanya, karena jumlah dijadikan komoditas dagang yang akan pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat semakin memperberat hidup rakyat. Hal program kurang memadai, dan kurang ini dikarenakan Undang-Undang Dasar 1945 jelas menyebutkan bahwa jaminan 10 Lihat penjelasan lebih detil perihal ini pada Edi Suharto, Ph.D., Kemiskinan & Perlindungan Sosial sosial adalah hak semua warganegara, di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial sehingga tidak bisa diperjualbelikan seperti Universal Bidang kesehatan, Penerbit Alfaabeta, Bandung, 2009, hal.42-43. asuransi. Dengan tetap memasukkan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 262 elemen iuran wajib pada masyarakat, maka UU BPJS dapat melanggar perintah Preambule dan Pasal 28 H UUD 1945. Apabila dikenakan iuran, selain melangar UUD, ada banyak masyarakat yang merasa dirugikan, karena tidak mampu membayar dan mereka terancam dikenakan sanksi. Beberapa daerah pun sudah menyatakan penolakan jika rakyat diwajibkan membayar iuran, seperti halnya Papua dan Solo. Kedua daerah ini tidak setuju dengan iuran BPJS. Mereka lebih memilih menangani iuran sendiri melalui alokasi dana APBD ketimbang membebani rakyatnya. BPJS harus fokus pada jaminan sosial untuk orang miskin dan tidak mampu yang menjadi tanggung jawab pemerintah/ negara. Nantinya, BPJS itu akan menilai seseorang apakah bisa disebut miskin atau hampir miskin sehingga layak atau tidak mendapat jaminan sosial. Pemerintah wajib membantu pembayaran iuran jaminan sosial masyarakat. Semestinya iuran itu dibayar atau ditanggung oleh pemerintah, karena memang sudah menjadi kewajiban negara. Hasil kekayaan negara seharusnya digunakan untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Barangkali iuran jaminan sosial bagi rakyat Indonesia disisihkan dari hasil penerimaan pajak negara. Dengan demikian masyarakat tidak terbebani dan negara juga menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap rakyatnya.***

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012

PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 263

Referensi: • Adi Fahrudin, Ph.D, Pengantar Kesejahteraan Sosial, PT Refika Aditama, Bandung, 2012 • Asbjorn Eide, Catarina Krause, dan Allan Rosas (ed), Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Raoul Wallenberg Instutute of Human Rights and Humanitarian Law bekerja sama dengan Departemen Hukum dan HAM Indonesia, Jakarta, 2008. • Edi Suharto, Ph.D., Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang kesehatan, Penerbit Alfaabeta, Bandung, 2009. • Rudy Hendra Pakpahan dan Eka N.A.M. Sihombing, “Tanggungjawab Negara dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial” dalam Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 9 No 2 Juli 2012, hal. 163-174. • Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya lihat Komentar Umum No. 3 [UN Doc.e/1991/23].

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 PEMBERIAN JAMINAN SOSIAL DALAM HAK ASASI MANUSIA 264

RIWAYAT HIDUP Yosep Adi Prasetyo

Pria kelahiran Malang, 20 Juni 1959, ini menjadi anggota Komnas­ HAM periode­ 2007-2012. Sebelum bergabung di Komnas HAM, lelaki­ yang akrab dipanggil­ Stanley ini berkarier sebagai ­jurnalis. Karier­ di ­media massa, antara lain menjadi konsultan UNOTIL (2006), ­ombudsman tabloid Suara Perempuan Papua (2004- kini), ­ombudsman Acehkita (2003-kini), dan Direktur Komersial dan Umum PT Melin/­Radio 68H (2000-2004). Sedangkan karier organisasinya, yaitu ­tercatat sebagai anggota Majelis Etik AJI Jakarta (2003-2005), pendiri dan anggota­ Board Institute for Media and Social Studies (2003-kini), ­anggota IRIP Board (Melbourne), serta penerbit majalah Inside Indonesia­ (2001-2002). Selain itu, ia juga menjadi anggota Tim Pokja Reformasi Polri (2003-kini), anggota Pokja Defence Reform dan ­anggota tetap FGD Pro-Patria (2002-kini), serta Board Yayasan ­Kippas Medan.

Jurnal HAM • Vol.8 • Tahun 2012 Editorial

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN

Oleh Asep Mulyana

ABSTRAct The debate on business and human rights in international diplomacy burst in the 1990s. The debate was fueled by the increasingly strong role and position of the political economy of multinational companies, especially companies engaged in the extractive sector. On the other hand, state control on the operation of these companies are also increasingly weakened. Multinational companies operating in different parts of the world can give a positive effect for economic progress, but also have a negative impact on the enjoyment of human rights. This phenomenon pushed the initiative of the United Nations (UN) to develop a framework and guidance to the business community in the respect, protection, and remedy of the rights. The UN framework is a tool that guides the company to integrate human rights in the policies and practices of companies that, in the future, the company is not only able to minimize the risks and impacts on human rights in its operations, but it can even contribute positively to the enjoyment of human rights.

KATA KUNCI: Human Rights r Business and Human Rights Corporation John Ruggie Human Rights Due Diligent Human Rights Impact Assesment.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 265 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 266

PAPERABSTRAK Perdebatan tentang bisnis dan HAM menyeruak dalam diplomasi internasional pada 1990-an. Debat itu didorong oleh makin kuatnya peran dan posisi ekonomi- politik perusahaan-perusahaan multinasional, utamanya perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan yang bersifat ekstraktif. Di sisi lain, kontrol negara terhadap operasi perusahaan-perusahaan itu juga kian melemah. Operasi perusahaan multinasional di berbagai belahan dunia dapat memberi efek positif bagi kemajuan ekonomi, namun juga berdampak negatif bagi penikmatan HAM. Fenomena ini mendorong inisiatif dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menyusun kerangka dan panduan bagi komunitas bisnis dalam penghormatan, perlindungan, dan pemulihan HAM. Kerangka kerja PBB ini menjadi alat yang memandu perusahaan untuk mengintegrasikan HAM dalam kebijakan dan praktik perusahaan, sehingga di masa depan, perusahaan bukan saja dapat meminimalisasi resiko dan dampak terhadap HAM dalam operasinya, tetapi bahkan dapat berkontribusi positif bagi penikmatan HAM.

KATA KUNCI: Hak Asasi Manusia Bisnis dan HAM Perusahaan John Ruggie Uji Tuntas HAM Penilaian Dampak HAM.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 267

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN

Pengantar terjadinya malapetaka sosial, yang eran perusahaan, khu- bermuara pada tercerabutnya hak-hak susnya perusahaan multi- asasi manusia. 2 nasional, di suatu negara Sampai pertengahan 1990-an, sangatlah penting. Ia diskusi yang mengaitkan bisnis dengan merupakanP aktor unik yang acapkali wacana HAM belum mendapatkan dipandang sebagai salah satu perhatian serius dari komunitas sumber yang mendorong kemajuan internasional. Wacana itu mulai muncul ekonomi di suatu negara karena ketika pada 1995 terjadi insiden di kemampuannya mengelola dan Nigeria yang melibatkan Royal Dutch mengeksploitasi Sumber Daya Alam Shell. Perusahaan multinasional yang (SDA), membuka lapangan kerja bagi bergerak di sektor ekstraksi minyak ini warga, meningkatkan pemasukan dinilai terlibat dalam eksekusi terhadap pajak bagi negara, serta merangsang sastrawan dan aktivis lingkungan naiknya daya beli warga.1 Namun Nigeria, Ken Saro-Wiwa dan delapan demikian, selain efek positif tersebut, pengikutnya.3 Saro-Wiwa mendirikan kebijakan dan operasi perusahaan juga Gerakan Pertahanan Hidup orang seringkali dipandang sebagai sumber 2 Jennifer Westaway, “Globalization, Transnational Corporations and Human Rights – A New Paradigm”, 1 John Gerard Ruggie, 2012, Prinsip-Prinsip Panduan International Law Research; Vol. 1, No. 1; 2012. untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia: Kerangka 3 Florian Wettstein, 2009, Multinational Corporations Perserikatan Bangsa-Bangsa “Perlindungan, and Global Justice: Human Rights of a Quasi- Penghormatan, dan Pemulihan” (Jakarta: Elsam). Governmental Institution, Stanford University Press, California.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 268

Ogoni pada 1990. Melalui LSM yang terlibat dalam operasi keamanan dipimpinnya itu, Saro-Wiwa mengritik di beberapa bagian Ogoniland dan keras operasi Shell di Delta Sungai menyewa pasukan pemerintah Niger yang dinilai telah mencemari yang menembak warga desa yang lingkungan. Ia juga memperjuangkan memprotes pipa minyak.7 Shell pembagian kekayaan minyak yang kemudian mengakhiri kasus ini di lebih adil dan menuntut diakhirinya pengadilan dengan membayar uang perusakan tanah milik orang Ogoni.4 damai sebesar 15,5 juta dolar AS, Kejadian yang menimpa Saro-Wiwa meski Shell tetap bersikukuh bahwa belasan tahun silam itu kemudian pihaknya tidak bertanggung jawab memicu gelombang protes dari atas kejadian tersebut.8 komunitas internasional. Ahli waris Kejadian tersebut menjadi Saro-Wiwa melakukan gugatan ke momentum baru bagi komunitas pengadilan di Amerika.5 Mereka internasional untuk mendiskusikan memperkarakan eksekusi terhadap relasi bisnis dan HAM. Lembaga- Saro-Wiwa dan pengikutnya yang lembaga internasional yang fokus memperjuangkan hak-hak warga pada isu HAM, seperti Human Rights Ogoni atas kawasan kaya minyak di Watch dan Amnesty International, Delta Sungai Niger. Pada 1995 mereka secara sistematis mulai meletakkan isu digantung berdasarkan hukuman mati bisnis dan HAM dalam agenda mereka yang dijatuhkan Mahkamah Militer dan meningkatkan tekanan mereka Nigeria. Penggugat menuduh Shell terhadap tanggung jawab perusahaan berperan di balik kasus itu.6 atas terjadinya tindakan pelanggaran Selain menuding para pejabat HAM akibat operasi perusahaan.9 Shell memasok persenjataan kepada polisi Nigeria selama tahun 1990-an, Perusahaan dan Pelanggaran HAM penggugat juga menuduh Shell telah membantu pemerintah menangkap Dampak kegiatan perusahaan, dan menggantung Saro-Wiwa dan khususnya perusahaan multinasional beberapa sejawatnya. Shell dikatakan yang bekerja di sektor ekstraktif, dari tahun ke tahun mulai menampakkan 4 LIhat http://www.dw.de/shell-bayar-kompensasi- korban-ham/a-4313775, diunduh pada 17 wajahnya yang tidak bersahabat ter- Desember 2012. hadap penikmatan HAM. Sebuah studi 5 Gugatan tersebut diajukan mengikuti hukum federal 1789 yang memungkinkan pengadilan Amerika menyidangkan kasus pelanggaran HAM 7 Lihat tautan ini http://www.bbc.co.uk/indonesian/ yang diajukan oleh warga asing atas tindakan yang news/story/2009/06/090609_shellagreement. berlangsung di luar negeri. Lihat http://www.bbc. shtml diunduh pada 17 Desember 2012. co.uk/indonesian/news/story/2009/06/090609shell 8 LIhat tautan ini http://www.rnw.nl/bahasa- agreement.shtml diunduh pada 17 Desember 2012. indonesia/article/shell-selesaikan-kasus-tapi- 6 Lihat tautan ini http://www.dw.de/shell-bayar- hadapi-yang-baru diunduh pada 17 Desember kompensasi-korban-ham/a-4313775 diunduh pada 2012. 17 Desember 2012. 9 Florian Wettstein. op.cit.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 269

TABEL 1 Operasi perusahaan multinasional yang berdampak negatif terhadap HAM, khususnya hak masyarakat adat di berbagai negara

Perusahaan Negara Dampak

Waorani dan masyarakat adat lainnya tergusur dari Ecuador Oil Developments tanahnya, keanekaragaman hayati hilang, air terkena racun, Ecuador [Petroequador, Maxus Oil Co.] dan kerusakan lingkungan secara massif karena tumpahan minyak.

Total, Unocal [Union Oil Burma Terlibat dalam pelanggaran hak-hak buruh dan menggu- Company of California] nakan budak.

Perusakan lingkungan, penindasan, perampasan milik rakyat Royak Dutch Shell Nigeria Ogoni, penangkapan dan penahanan dengan sewenang- wenang, dan menghukum mati aktivis lingkungan.

Pemindahan secara paksa, pelecehan dan penahanan, serta Tanzania Wheat Project Tanzania pengurangan akses.

Borneo Logging [Mitshubishi] Perusahakan hutan, dan penindasan atas suku punan dan Malaysia masyarakat asli lainnya.

Western Desert Mining [Rio Aborigin tergusur dari wilayah tradisionalnya, polusi dan Australia Tinto Zinc]. perusakan sumber daya. Penambang-penambang Navajo menderita kanker dan New Uranium Mining [Kerr-McGee] penyakit lainnya, tetapi mendapat kompensasi dan bantuan Mexico sangat minimal.

Agricultural Project [Swft- Brasil Pembersihan hutan dan timbulnya konflik-konflik sosial. Armour, King Ranch]

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 270 menunjukkan dampak negatif akibat tanah, kerusakan alam, pencemaran investasi perusahaan multinasional di air dan udara, ketimpangan sosial, berbagai negara terhadap tergusurnya keterbelakangan ekonomi, yang hak-hak masyarakat adat (Lihat Tabel berujung pada konflik dan kekerasan 1).10 sosial, menjadi fenomena sosial yang

Tabel 2 Tipologi pelanggaran HAM oleh korporasi

No Tipologi pelanggaran HAM Jumlah

1 Sengketa lahan 399

2 Sengketa ketenagakerjaan 276

3 Perusakan lingkungan 72

4 Kasus yang berkaitan dengan TKI 48

5 Penggusuran 15

6 Sengketa rumah dinas 3

7 Lain-lain 196

Total 1009

Sumber: Data Pengaduan Komnas HAM

Pola yang hampir mirip terjadi marak di berbagai daerah di Indonesia. pula di Indonesia. Perusahaan- Sulit untuk membantah bahwa perusahaan besar yang bergerak di fenomena tersebut digerakkan oleh sektor pengelolaan SDA, baik di sektor kebijakan dan operasi perusahaan kehutanan, perkebunan maupun yang belum selaras dengan standar pertambangan melahirkan dampak- dan norma HAM. Sejumlah kasus, dampak yang sangat buruk bagi seperti kasus Freeport (Papua), kasus penikmatan HAM. Sengketa hak atas Newmont (Buyat), kasus Lapindo 10 K Robert Hitchock. 1997. “Indigenous Peoples, Brantas (Sidoarjo), dan konflik- Multinational Corporations and Human Rights.” konflik agraria di perkebunan—untuk Indigenous Affairs, IWGIA, No.2. dalam Ifdhal Kasim. 2010. “Tanggungjawab Perusahaan terhadap menyebut beberapa—menunjukkan Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya” betapa bisnis dan HAM di Indonesia (paper dalam Lokakarya Nasional Komnas HAM, tidak diterbitkan).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 271 memiliki relasi yang berbanding lebih mendapatkan perhatian yang terbalik: eksplorasi dan eksploitasi dominan dari komunitas internasional. SDA telah mengorbankan penikmatan Di sisi lain, kelompok pembela HAM HAM. juga masih fokus pada isu hak-hak Asumsi tersebut diperkuat oleh sipil dan politik, yang lebih banyak data pengaduan warga yang masuk dilanggar oleh pemerintah ketimbang ke Komisi Nasional Hak Asasi aktor nonnegara, seperti perusahaan.11 Manusia (Komnas HAM). Pada Pada akhir 1990-an, survei Januari—November 2012, Komnas yang dilakukan Pricewaterhouse HAM menerima pengaduan terkait menyatakan bahwa kalangan perusahaan sebanyak 1.009 berkas dari perusahaan yang memberi perhatian 5.422 berkas yang masuk. Perusahaan pada isu HAM hanya 48 persen, adalah aktor kedua—setelah Polri dan mereka lebih memerhatikan isu (1.635 berkas)—yang paling banyak lain yang hangat ketika itu, seperti diadukan oleh warga yang merasa lingkungan (73 persen), kesehatan hak-haknya dirampas. Dari pengaduan dan keselamatan kerja (70 persen), sebanyak ini, tiga isu terbanyak yang ekonomi-sosial (66 persen), standar diadukan terkait sengketa lahan buruh dan kondisi kerja (69 persen), (399 berkas), ketenagakerjaan (276 dan pembangunan berkelanjutan (54 berkas), dan lingkungan (72 berkas). persen).12 Angka-angka ini merefleksikan Debat menarik dengan isu baru pada bahwa perusahaan merupakan aktor era berikutnya berkisar pada masalah nonnegara yang berpotensi besar globalisasi. Debat yang diramaikan menjadi aktor pelanggar HAM di masa oleh kaum akademisi dan komunitas depan (Lihat Tabel 2). HAM internasional menukik pada menguatnya pengaruh dan kekuasaan perusahaan multinasional, baik secara Perkembangan Debat tentang Bisnis internasional maupun nasional. Dalam dan HAM wacana itu mengemuka bahwa pengaruh dan kekuasaan perusahaan Sebelum 1990-an, isu-isu seputar multinasional bisa membawa perubahan rantai pasokan (supply chain), seperti positif (penyediaan lapangan kerja dan kondisi perburuhan, kesehatan dan peningkatan pendapatan negara), keselamatan kerja pegawai, dan hak- 11 Geoffrey Chandler, ”The evolution of the Business hak asasi manusia yang terkait langsung and Human Rights Debate” dalam Sullivan, Business dengan perusahaan, menjadi isu yang and Human Rights Dilemmas and Solutions, 2003 (Sheffield, UK: Greenleaf Publishing). menghangat. Ketika itu dampak operasi 12 Chris Ballard , 2002, Human Rights and the Mining perusahaan terhadap lingkungan lebih Sector in Indonesia: A Baseline Study, (Canberra: IIED’s MMSD Project). sering terjadi, sehingga isu lingkungan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 272 tetapi juga dapat melahirkan “sisi gelap” (Sesjen) PBB kemudian menginisiasi dalam bentuk pelanggaran HAM. 13 dan mengeluarkan United Nations Investasi yang dilakukan perusahaan Global Compact (UNGC) pada Forum multinasional, khususnya di industri Ekonomi Dunia 1999. UNGC ini minyak dan pertambangan, dapat mengharuskan perusahaan untuk dilakukan di wilayah-wilayah yang mengadopsi isu HAM, standar selama ini terhalang oleh alasan perburuhan, dan perlindungan ideologi dan politik. Kesempatan ini lingkungan, dan sikap antikorupsi membuat negara-negara penerima dalam kebijakan perusahaannya. investor asing berada dalam resiko- Inisiatif yang mendorong perusahaan resiko akibat operasi perusahaan untuk mengikuti UNGC membantu multinasional. Rantai pasokan dapat dalam perbaikan perusahaan. Namun melibatkan eksploitasi buruh anak, dan komitmen terhadap prinsip-prinsip diskriminasi. Namun perusahaan juga dalam UNGC masih bersifat lip service dihadang resiko ketika bekerja di negara dan belum menjadi aplikasi yang efektif yang dikendalikan oleh pemerintahan pada tataran praktis. 15 yang tidak demokratis dan sangat lekat Pada akhir 1990-an juga muncul dengan korupsi, ketidakadilan, konflik istilah Tanggung Jawab Sosial internal, dan pelanggaran HAM.14 Perusahaan (CSR). Istilah ini lahir dari Kesadaran tentang pentingnya perdebatan panjang tentang peran tanggung jawab perusahaan atas perusahaan di dalam masyarakat. dampak yang ditimbulkannya Sekarang istilah ini menjadi agenda meningkat cepat pada akhir 1990- utama para akademisi, pembicaraan an. Revolusi teknologi informasi di banyak pertemuan dan konferensi, yang ditandai oleh kehadiran yang diinisiasi oleh perusahan, Ornop, internet memudahkan komunikasi dan pemerintah. Gagasan tentang CSR dan penyebaran informasi terkait makin mendekatkan wacana bisnis pelanggaran HAM oleh perusahaan. dengan HAM. Inisiatif-inisiatif baru untuk mengikat Ada beberapa factor yang perusahaan terhadap tanggung jawab mendorong komunitas bisnis HAM mulai menjadi perhatian publik internasional menggeser perhatian ke internasional. Komunitas internasional isu HAM, 16 di antaranya: memandang bahwa cakupan pasar yang 1. Meningkatnya kesadaran konsumen meningkat menyediakan kesempatan dan tuntutan publik atas transparansi besar bagi komunitas bisnis untuk pemerintah dan perusahaan berkontribusi bagi pembangunan 2. Minat yang besar dari para berkelanjutan. Sekretaris Jenderal pemangku kepentingan untuk

13 Jennifer Westaway. op.cit. 15 Geoffrey Chandler. op.cit. 14 Ibid. 16 Chris Ballard. op.cit.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 273

mengadopsi isu dan topik yang Rights.” (Selanjutnya: Norma). Norma spesifik tersebut membebankan tanggung 3. Pemberitaan yang bombastis terkait jawab yang mengikat perusahaan kasus-kasus besar, misalnya Freeport secara langsung di bawah hukum HAM di Indonesia, Shell di Nigeria. internasional, meskipun negara tetap sebagai pemangku kewajiban utama. Munculnya inisiatif dari berbagai Kewajiban perusahaan mengikat pihak yang mendorong perusahaan di tempat di mana perusahaan itu untuk lebih memperhatikan penilaian memiliki pengaruh. Namun demikian, atas resiko yang ramah terhadap norma tersebut ditentang kelompok HAM, misalnya OECD Guidelines bisnis, tetapi didukung kelompok for Multinational Corporations and pembela HAM. Komisi HAM lalu batal Principles of Corporate Governance, mengadopsi dokumen tersebut, tetapi the World Bank Policy on Indigenous meminta Sesjen PBB mengangkat Peoples and Draft Policy on Perwakilan Khusus PBB untuk Bisnis Involuntary Resettlement, Prinsip dan HAM, John Ruggie, untuk Sukarela Bersama UK-USA tentang mengklarifikasi peran dan tanggung Keamanan dan HAM (2000). Di jawab negara, perusahaan, dan aktor luar itu, ada inisiatif lain, misalnya lain dalam bisnis dan HAM.18 Amnesty International’s Human Rights Walau demikian, sampai awal Guidelines for Companies, the Global 2003, terdapat 38 perusahaan yang Sullivan Principles, the Australian mendukung komitmen terhadap Non-Government Organisations’ HAM. Komitmen itu ditunjukkan Principles for the Conduct of Company dengan dukungan mereka terhadap Operations within the Minerals Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Industry, dan the German NGO (DUHAM). Namun sebagian besar network’s Principles for the Conduct perusahaan itu berbasis di Eropa, of Company Operations within the sementara perusahaan-perusahaan Oil and Gas Industry.17 besar di Amerika Serikat absen dalam Pada 1998 sebuah badan di bawah komitmen ini. 19 Komisi HAM PBB mengeluarkan Rancangan Norma tentang Tanggung Pergeseran Paradigma HAM Jawab Perusahaan terkait HAM. Rancangan itu diterbitkan pada Wacana yang timbul tenggelam 2003 bertajuk “Norms on the dalam diplomasi internasional Responsibilities of Transnational tersebut telah menggeser paradigma Corporations and Other Business 18 Business & Human Rights Initiative (2010), “How Enterprises with Regard to Human to Do Business with Respect for Human Rights: A Guidance Tool for Companies,” The Hague: Global 17 Ibid. Compact Network Netherlands. 19 Ibid.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 274 tentang aktor penanggung jawab Paradigma baru merebak di tengah dalam penghormatan, pemenuhan, ketidakpuasan komunitas internasional dan perlindungan HAM. Paradigma karena pembebanan tanggung jawab lama berwatak state-centric di HAM yang hanya bertumpu kepada mana negara ditempatkan sebagai negara tidak lagi memadai. Seiring pemangku kewajiban dalam rezim dengan meningkatnya peran dan HAM internasional atau yang dikenal kekuatan ekonomi-politik perusahaan sebagai konsep state responsibility. multinasional, muncul desakan untuk Negara dipandang sebagai pemangku membangun paradigma baru yang kewajiban (duty-holder) dan individu mulai mempertimbangkan aktor- ditempatkan sebagai pemegang hak aktor nonnegara, dalam hal ini (rights-holder). Paradigma tersebut perusahaan multinasional. Menurut menjadi landasan berbagai kaidah paradigma baru ini, perusahaan hukum perjanjian HAM internasional, multinasional atau badan-badan misalnya Kovenan Internasional hukum lain di luar negara dapat tentang Hak Sipil dan Politik dan Kovenan Internasional tentang Hak dimintai pertanggungjawabannya Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dalam secara hukum (legal responsibillity) dua kovenan tersebut, negara—dan atas pelanggaran HAM yang mungkin bukan aktor manapun—bertanggung mereka lakukan.21 jawab untuk melindungi HAM. Ada empat faktor yang saling Dengan demikian, perusahaan atau berkaitan mengapa perusahaan badan hukum lain dinilai bukan multinasional dikenai tanggung jawab subjek dalam hukum HAM, baik terhadap penghormatan HAM, yaitu: sebagai pemangku kewajiban (duty (1) kekuasaan ekonomi perusahaan holder) maupun sebagai pemangku multinasional; (2) sifat internasional dari hak (rights holder). Dalam paradigma perusahaan multinasional; (3) dampak lama tersebut, perusahaan atau badan operasi perusahaan multinasional; hukum lain tidak dapat dimintai (4) terbatasnya kemampuan negara pertanggungjawaban hukum (legal mengatur perusahaan multinasional. responsibillity) untuk menghormati Menurut argumen ini: “The size and HAM. Paradigma lama ini kemudian power of multinational corporation mengabaikan fakta mutakhir tentang and the impact of such corporation hadir dan menguatnya perusahaan- on human rights is equivalent to perusahaan multinasional yang, baik that of many nation-states. As result, langsung atau tidak langsung, terlibat broadening the scope of liability dalam pelangggaran HAM di negara- for human rights violations under 20 negara berkembang. various international covenant so as

20 Ifdhal Kasim, 2010, “Tanggungjawab Perusahaan 21 Ibid. terhadap Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya” (paper dalam Lokakarya Nasional Komnas HAM, tidak diterbitkan).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 275 encompass multinational corporations jawab untuk “promoting and securing [as well as nation-state] should be those human rights set forth in the considered.”22 Universal Declaration”. Menuntut pertanggungjawaban perusahaan multinasional dengan Kerangka Kerja PBB (Ruggie Principles) argumen hukum perjanjian HAM internasional dan menggunakan Pada Juli 2005 Sesjen PBB Kofi hukum negara di mana kantor Annan menunjuk John Ruggie sebagai pusat perusahaan multinasional Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk itu berkedudukkan, seperti dalam HAM dan Perusahaan Multinasional kasus Union Carbiede, Texaxo, dan Perusahaan lainnya. Mandatnya Dow Chemical Co, seringkali gugur diperpanjang dua kali (2007 selama karena sulit memenuhi kualifikasi satu tahun dan 2008 selama tiga gugatan yang ditentukan oleh hukum tahun). Setelah tiga tahun bekerja, setempat, yakni hukum Amerika pada Maret 2011, John Ruggie Serikat. Gugatan terhadap Union mempresentasikan Kerangka Kerja Carbidge oleh masyarakat korban Perlindungan, Penghormatan, dan (masyarakat Bopal, India), misalnya, Pemulihan HAM oleh Perusahaan ke tidak diterima karena gugatan tersebut Dewan HAM PBB yang diterima secara tidak dapat memenuhi doktrin “forum bulat. Kerangka kerja tersebut berbasis non conveniens (Kasim, 2010). pada 3 pilar23, yaitu: Pengalaman gugurnya gugatan- a. Tanggung jawab negara untuk gugatan HAM terhadap perusahaan melindungi HAM dari pelanggaran multinasional mendorong adanya oleh pihak ketiga, termasuk perluasan konsep liability untuk perusahaan, melalui kebijakan, pelanggaran HAM agar perusahaan pengaturan, dan keputusan yang multinasional dapat dimintai layak. Negara tetap memegang pertanggunggugatannya dengan dasar peran utama dalam mencegah hukum perjanjian HAM internasional. pelanggaran HAM. Argumen pertama berlandaskan b. Tanggung jawab perusahaan pada Universal Declaration of Human untuk menghormati HAM di Rights (1948) yang menyebutkan mana mensyaratkan adanya aksi bahwa “every individual and every yang sungguh-sungguh untuk ‘organ of society society’ to play menghindari pelanggaran HAM their part in securing the observance oleh pihak lain dan menyelesaikan of human rights.” Perusahaan yang 23 Ruggie, John, 2011, “Guiding Principles on Business dikategorikan sebagai “organ of and Human Rights: Implementing the United society society” memiliki tanggung Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework” (United Nations: New York). Document reference A/ 22 Ibid. HRC/17/31.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 276

dampak negatif dari bekerjanya mengeluarkan pernyataan dukungan perusahaan tersebut. Perusahaan terhadap kerja-kerja John Ruggie.24 diharuskan memiliki pernyataan Prinsip-Prinsip Pedoman ini berangkat komitmen untuk menghormati HAM, dari pandangan bahwa perusahaan melakukan penilaian atas dampak merupakan organ masyarakat isti- HAM, serta mengintegrasikan mewa yang memperlihatkan fungsi prinsip-prinsip penghormatan HAM khusus. Dalam kaitan ini, diperlukan dalam proses, fungsi, dan kebijakan kepatuhan perusahaan terhadap semua internal. hukum yang berlaku dalam upaya c. Akses yang luas bagi warga penghormatan dan perlindungan korban pelanggaran HAM untuk HAM. Prinsip ini diaplikasikan untuk memperoleh skema pemulihan semua negara dan perusahaan, baik efektif, baik secara yudisial maupun perusahaan multinasional maupun nonyudisial. Mekanisme pengaduan lainnya, menurut ukuran, sektor, lokasi, yang efektif dalam perusahaan wajib kepemilikan, dan struktur. Prinsip- disediakan sebagai mekanisme untuk prinsip ini diharapkan dapat menjadi menghormati HAM. Negara harus pedoman bagi negara dan perusahaan melakukan langkah dalam yurisdiksi untuk menjalin sinergi dalam usaha mereka untuk memastikan korban menghormati dan melindungi HAM, memiliki akses untuk pemulihan meskipun prinsip-prinsip ini bukan efektif melalui cara yudisial, norma yang mengikat secara hukum. administratif, legislatif, atau cara Beberapa prinsip dalam pedoman ini, lainnya. antara lain:25 1. Perusahaan harus menghormati Kerangka ini menjadi momentum HAM. Mereka harus menghindari bagi lahirnya sebuah gagasan baru gangguan terhadap penikmatan untuk mengintegrasikan HAM ke dalam HAM dan menyelesaikan dampak kebijakan dan praktik perusahaan. negatif dari aktivitas mereka Selama 2008 hampir semua pihak, terhadap penikmatan HAM. baik perusahaan, organisasi bisnis, 2. Tanggung jawab perusahaan untuk masyarakat sipil, investor dan para ahli, menghormati HAM merujuk pada terlibat dalam debat tentang hal ini. hukum HAM internasional dan Mereka mendorong kerja-kerja John 24 Business & Human Rights Initiative (2010), “How Ruggie. Organisasi-organsiasi bisnis to Do Business with Respect for Human Rights: A terbesar, seperti International Chamber Guidance Tool for Companies,” The Hague: Global Compact Network Netherlands. of Commerce (ICC), International 25 Ruggie, John, 2011, “Guiding Principles on Business Organization of Employers (IOE), and Human Rights: Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework” and Business and Industry Advisory (United Nations: New York). Document reference A/ Committee to the OECD (BIAC), HRC/17/31.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 277

hak-hak dasar yang disusun dalam HAM. (2) Proses yang sungguh- Deklarasi Umum Hak-hak Asasi sungguh untuk mengidentifikasi, Manusia (DUHAM). Tanggung mencegah, mengurangi, dan meng- jawab tersebut mensyaratkan hitung dampak dan penyelesaian perusahaan untuk menghindari masalah HAM yang timbul atas dampak negatif aktivitas mereka kegiatan mereka; (3) Proses yang terhadap HAM, menyelesaikan memungkinkan pemulihan atas dampak negatif itu (jika terjadi), dampak negatif yang timbul karena serta mencegah atau mengurangi aktivitas mereka. dampak langsung terhadap HAM 6. Perusahaan harus mengekspresikan yang terjadi karena operasi, produk, komitmen mereka untuk memenuhi dan pelayanan oleh hubungan tanggung jawab melalui pernyataan bisnis mereka—bahkan jika mereka kebijakan HAM. tidak menyumbang atas dampak 7. Dalam semua konteks, perusahaan tersebut. harus: (1) mematuhi dan meng- 3. Perusahaan harus mengeluarkan hormati semua hukum HAM kebijakan dan proses yang internasional di mana mereka layak sesuai keadaan yang bekerja; (2) mencari jalan untuk memungkinkan mereka meng- menghormati prinsip-prinsip HAM identifikasi, mencegah, mengurangi, internasional ketika menghadapi dan memulihkan dampak negatif konflik. terhadap HAM di mana mereka 8. Prinsip ini mengenalkan instrumen menjadi faktor penyebab atau “human rights due diligence”, berkontribusi atas dampak negatif yang berarti setiap perusahaan tersebut melalui aktivitas yang wajib melakukan penilaian ter- mereka lakukan. Hal ini penting hadap resiko, dampak aktual, untuk mengukur komitmen dan maupun potensi negatif terhadap performance mereka terhadap penikmatan HAM dalam ope- HAM. rasinya. 4. Tanggung jawab ini berlaku untuk 9. Untuk meningkatan kesadaran atas semua perusahaan menurut resiko HAM dalam aktivitasnya, ukuran, sektor, konteks operasional, perusahaan harus mengidentifikasi kepemilikan, dan struktur. dan menilai dampak aktual dan 5. Untuk menghormati HAM, potensial negatif dengan melibatkan perusahaan harus memiliki (1) ahli HAM internal dan eksternal komitmen kebijakan yang menjamin serta membangun keterlibatan yang pelaksanaan tanggung jawab berarti dari pemangku kepentingan mereka terhadap penghormatan atau kelompok masyarakat di mana

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 278

mereka beroperasi. dianggap melakukan pelanggaran 10. Untuk mencegah dan mengurangi HAM. Pedoman ini menjadi paradigma dampak negatif terhadap HAM, baru yang diharapkan bakal mengakhiri perusahaan harus mengintegrasikan impunitas atau kekebalan perusahaan temuan dari penilaian dampak ke atas hukum HAM yang selama dalam proses dan fungsi internal, ini terjadi sekaligus upaya untuk termasuk adanya alokasi anggaran mengintegrasikan HAM ke dalam yang dibutuhkan untuk merespon kebijakan dan praktik perusahaan. dampak negatif secara efektif. Langkah dan Aksi Perusahaan dalam 11. Untuk menguji efektivitas respon mereka untuk menyelesaikan Penghormatan HAM dampak negatif terhadap HAM, perusahaan harus mengukur Untuk menegakkan Prinsip-prinsip kinerja HAM mereka berdasarkan tersebut, perusahaan wajib meng- pengukuran kualitatif dan kuanti- integrasikan HAM dalam kebijakan tatif, membuka diri terhadap umpan internalnya karena 4 alasan, yaitu: balik dari pemangku kepentingan (1) kebijakan HAM menjelaskan komit- eksternal dan internal, serta men perusahaan terhadap HAM; mempublikasikan uji performance (2) menjadi pedoman bagi hubungan partner demi perbaikan berkelanjutan di perusahaan dengan usaha masa depan. dan pemerintah; (3) memberikan dasar bagi penilaian 12. Untuk mengukur performance kinerja (performance) perusahaan; HAM, perusahaan harus (4) menjadi alat untuk mende- menyiapkan respon atas dampak monstrasikan komitmen mereka negatif terhadap HAM yang terhadap HAM kepada para mungkin mereka lakukan. pemangku kepentingan eksternal. Perusahaan dengan resiko HAM yang besar juga harus melaporkan Kebijakan internal berupa komitmen performance HAM secara reguler. mereka terhadap HAM dapat merujuk pada standar utama HAM, yaitu Prinsip-Prinsip Pedoman bagi DUHAM, Kovenan Internasional Kerangka Pelaksanaan Perlindungan, tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan Penghormatan dan Pemulihan sebagai- Internasional tentang Hak Ekonomi, mana disebutkan pada paragraf 22 Sosial, dan Budaya, dan konvensi menyediakan tools untuk menilai lainnya (Konvensi Internasional sejauh mana perusahaan menunaikan tentang Hak Anak, Konvensi dan kewajibannya dalam penghormatan Rekomendasi ILO tentang Standar HAM dan kapan perusahaan bisa Perburuhan, Deklarasi ILO tentang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 279

Prinsip Dasar dan Hak di Tempat Kerja, 3. Dialog dan kerja sama. Ini sebetulnya Global Compact Sekjen PBB). langkah pertama bagi banyak Di samping langkah dasar di atas, perusahaan. Beberapa perusahaan ada aksi-aksi yang harus dilakukan melibatkan kalangan akademik dan perusahaan dalam rangka mendukung para pemangku kepentingan yang Ruggie Principles, yaitu:26 mengekspresikan perhatian dan 1. Mengidentifikasi isu HAM. Penting kepentingan perusahaan terhadap bagi perusahaan untuk memfokus- isu-isu HAM dalam setting kebijakan kan perhatian pada standar mereka. Konsultasi dengan kelom- perburuhan dan HAM. Menelaah pok-kelompok HAM dan mitra dampak negatif dari operasi mereka sosial mereka dapat meningkatkan terhadap HAM sangat membantu komitmen mereka terhadap HAM mereka untuk fokus pada setting dan membangun sistem akuntabilitas dan pelaksanaan kebijakan. publik. 2. Mengembangkan pilihan kebijakan. 4. Melatih dan mendidik para pekerja DUHAM dan standar perburuhan kunci. Hal ini penting untuk ILO menjadi dasar kebijakan memastikan semua pekerja memiliki perusahaan. Standar ini dapat pemahaman dan filosofi HAM. diperluas untuk menyelesaikan 5. Mengembangkan kapasitas inter- masalah khas yang dihadapi setiap nal. Untuk mengelola isu HAM perusahaan. Misalnya, perusahaan dibutuhkan kapasitas internal dan minyak mengembangkan kebijakan para ahli HAM dalam perusahaan, dan praktik yang berbasis pada kode sehingga perusahaan mampu me- etik untuk petugas penegak hukum ngelola keadaan ketika kebijakan untuk membangun pedoman bagi HAM dilanggar. pekerja keamanan di wilayah mereka 6. Komunikasi dengan partner bisnis beroperasi.Mengoperasionalisasikan (vendor, subkontraktor, pemerintah, kebijakan. Agar peka terhadap dan lain-lain). Komunikasi dapat dampak negatif atas operasi mengambil beragam bentuk: mereka, banyak perusahaan me- training kode etik dan standar HAM ngembangkan pedoman untuk bagi vendor, termasuk kepatuhan membantu pelaksanaan kebijakan. terhadap standar hak buruh dan Pengembangan kebijakan akan HAM dalam kontrak perjanjian dan meningkatkan kontribusi dari dialog dengan pejabat publik tentang perusahaan dalam menangkap kebutuhan untuk menciptakan iklim masukan dari pemangku kepentingan yang kondusif bagi penghormatan dan organisasi nonpemerintah. HAM. 7. Membangun akuntabilitas internal. 26 Ibid.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 280

8. Menyusun laporan publik dan cara melakukan konsultasi dengan pengujian independen. kelompok pemangku kepentingan yang terlibat dan fokus pada dialog untuk Perusahaan yang menggunakan menyelesaikan keluhan dan pengaduan standar HAM dalam kebijakan mereka. Mekanisme pengaduan hanya internalnya, juga harus memastikan dapat mencapai tujuan jika warga tersedianya mekanisme pengaduan memiliki pengetahuan, kepercayaan, yang efektif. Mekanisme pengaduan dan mampu menggunakan mekanis- nonyudisial yang efektif ini harus me tersebut. Mekanisme ini harus memenuhi syarat berikut:27 dipastikan efektif dalam praktik 1. Legitimate: mendapatkan keper- (aplikatif dan impelementatif) sehinga cayaan dari para pemangku ke- dapat mencapai tujuannya. Adapun pentingan; mekanisme pengaduan yang buruk hanya akan meningkatkan kekecewa- 2. Aksesibel: diketahui dan dapat diakses an para pemangku kepentingan oleh semua kelompok pemangku yang merusak kepercayaan dan kepentingan dan memberikan menghambat proses pemulihan HAM bantuan yang memadai jika ada yang diupayakan.28 halangan akses;

3. Dapat diprediksi: menyediakan Penutup prosedur yang jelas dan diketahui dengan indikasi waktu pada setiap Mengintegrasikan HAM ke dalam tahap; kebijakan dan praktik perusahaan 4. Equitable: menyediakan akses ke adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. sumber informasi; Wacana teoritik dan praksis yang 5. Transparan; menghubungkan perusahaan terhadap 6. Kompatibel dengan prinsip-prinsip penghormatan HAM telah menjadi HAM yang diakui secara internasional; wacana yang dominan belakangan 7. Sumber pembelajaran berlanjut: ini. Upaya semacam ini bukan saja yang tergambar dalam tindakan dapat mendorong peningkatan kinerja untuk meningkatkan mekanisme dan HAM dan profil perusahaan, tetapi mencegah kegagalan dan pengaduan juga dapat membuang hambatan- di kemudian hari. hambatan sosial yang selama ini dihadapi perusahaan. Pada level operasional, mekanisme Dampak-dampak negatif yang pengaduan harus berbasis pada mungkin timbul terhadap penikmatan keterlibatan dan dialog dengan hak-hak dasar, baik hak-hak individu

27 Ibid. 28 Ibid.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 281 yang ada di internal perusahaan maupun para pemangku kepentingan eksternal, dapat dideteksi secara dini dan diantisipasi dengan standard dan norma HAM. Dengan demikian, peluang bagi perusahaan sangat terbuka untuk—tidak saja terhindar dari tindakan pelanggaran HAM— tetapi juga berkontribusi aktif dalam penghormatan, perlindungan, dan pemulihan hak-hak asasi manusia.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 282

BIBLIOGRAFI Lippman, Matthew. 1992. “Multinational Corporation and Human Rights,” Business & Human Rights Initiative. 2010. dalam Claude dan Weston. Human How to Do Business with Respect Rights in the World Community for Human Rights: A Guidance Tool (Philadelphia: University of Pennsy- for Companies (The Hague: Global lvania press). Compact Network Netherlands) Ruggie, John Gerard. 2007. “Business Chandler, Geoffrey. 2003. “The and Human Rights: Mapping evolution of the business and human International Standards of rights debate” dalam Sullivan. Responsibility and Accountability for 2003. Business and Human Rights Corporate Acts: Report of the Special Dilemmas and Solutions. (Sheffield, Representative of the Secretary- UK: Greenleaf Publishing) General (SRSG) on theissue of human Chris Ballard. 2002. Human Rights and rights and transnational corporations the Mining Sector in Indonesia: A and other business enterprises,” Baseline Study. (Canberra: IIED’s (United Nations: New York). MMSD Project) Document reference A/HRC/4/035. Hitchock, K Robert. 1997. “Indegenous Ruggie, John Gerard. 2011, “Guiding Peoples, Multinational Corporations Principles on Business and Human and Human Rights.” Indigenous Rights: Implementing the United Affairs, IWGIA, No.2. dalam Kasim, Nations “Protect, Respect and Ifdhal, 2010, “Tanggungjawab Remedy” Framework” (United Perusahaan terhadap Pemenuhan Nations: New York). Document Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya” reference A/HRC/17/31. (paper dalam Lokakarya Nasional Ruggie, John Gerard. 2012. Prinsip- Komnas HAM, tidak diterbitkan). Prinsip Panduan untuk Bisnis dan Human Rights Council Resolution 8/7 Hak Asasi Manusia: Kerangka of 18 June 2008 and Commission on Perserikatan Bangsa-Bangsa “Perlin- Human Rights resolution 2005/69 of dungan, Penghormatan, dan 20 April 2005 on the issue of human Pemulihan” (Jakarta: Elsam) rights and transnational corporations Westaway. Jennifer. 2012. and other business enterprises. “Globalization, Transnational Corpo- Kasim, Ifdhal. 2010. “Tanggungjawab rations and Human Rights – A Perusahaan terhadap Pemenuhan New Paradigm”. International Law Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Research; Vol. 1, No. 1 Budaya”. (paper dalam Lokakarya Wettstein, Florian. 2009. Multinational Nasional Komnas HAM, tidak Corporations and Global Justice: diterbitkan). Human Rights of a Quasi-

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 283

Governmental Institution (California: Stanford University Press)

Website http://www.bbc.co.uk/indonesian/ news/story/2009/06/090609_ shellagreement.shtml http://www.dw.de/shell-bayar- kompensasi-korban-ham/a-4313775 http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/ article/shell-selesaikan-kasus-tapi- hadapi-yang-baru

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN 284

RIWAYAT HIDUP ASEP MULYANA

Asep Mulyana mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik (SIP) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta, pada 2001. Semasa mahasiswa, Asep Mulyana aktif di Majalah Mahasiswa Balairung UGM. Setelah lama bekerja di dunia media, sejak 2006 hingga sekarang Asep Mulyana bekerja di Bagian Pengkajian dan Penelitian, Komisi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Pada 2008, Asep Mulyana menjadi salah seorang penerima beasiswa EQUITAS untuk International Human Rights Training Programme (IHRTP) di Montreal, Kanada. Program ini diselenggarakan oleh EQUITAS, sebuah lembaga pendidikan HAM internasional yang berkedudukan di Montreal, Kanada. Pada tahun yang sama (2008), Asep Mulyana meraih NORAD’s Programme for Master Studies (NOMA) Scholarship (program beasiswa pascasarjana yang didanai oleh Norwegian Agency for Development Cooperation). Beasiswa ini memberikan kesempatan kepada Asep Mulyana untuk memperoleh Master of Arts (MA) pada Studi Pascasarjana (S2) Jurusan Ilmu Politik, Konsentrasi Human Rights and Democracy, di Universitetet i Oslo (Norway) dan UGM (Indonesia). Asep Mulyana bisa dihubungi via e-mail: [email protected]

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS Negara

Yhodhisman Soratha

Abstract

The Indonesian constitution stated that natural resources (including land) only “shall be under the powers of state”, but later, this mandate has been broader modified by the government, by provide authority for the state to own land. State ownership of land has become a source of conflict with the communities, which often last very long and end in violence. Existing law does not provide chances for the resolution of land disputes between States with the communities, except through the judiciary process (which usually avoided by the communities). Therefore, we need to provide the equitable mechanism to settle the disputes.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 285 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 286

Abstrak

Konstitusi Negara RI mengatur bahwa negara hanya menguasai sumber-sumber daya alam (termasuk tanah), namun mandat ini kemudian dikembangkan secara ekstensif oleh pemerintah dengan memberikan kewenangan bagi negara untuk memiliki tanah. Kepemilikan tanah oleh negara ini menjadi salah satu sumber konflik dengan warga masyarakat, yang seringkali berlangsung sangat panjang dan berakhir dengan kekerasan. Hukum yang ada tidak memberi peluang bagi penyelesaian sengketa tanah antara negara dengan masyarakat, kecuali melalui pengadilan, hal yang sangat dihindari oleh masyarakat. Untuk itu, perlu dicari upaya alternatif untuk penyelesaian yang lebih adil terkait sengketa tanah yang diklaim sebagai milik negara dengan kelompok masyarakat.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 287

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS Negara

A. Pendahuluan maupun sengketa untuk menguasai sumber-sumber yang terkandung di anah merupakan sumber dalamnya. Untuk konteks Indonesia, kehidupan. Sepanjang hi- sengketa tanah tergolong sebagai isu Tdupnya, setiap manusia yang rentan menimbulkan dampak memiliki ketergantungan dengan sosial yang luar biasa, yang tidak tanah. Dengan makin kompleksnya jarang berujung dengan konflik fisik kehidupan manusia dari waktu seperti perusakan fasilitas di sekitar ke waktu, fungsi tanah kemudian lokasi sengketa, bentrokan massal, berkembang mengikuti kebutuhan kerusuhan, dan lain sebagainya. Oleh yang semakin variatif, tidak lagi karena itu, sangat masuk akal jika sekedar sebagai sarana tempat tinggal sengketa-sengketa tanah dimaknai dan bercocok tanam, tetapi juga sebagai ‘bom waktu’ yang dapat sebagai sarana perluasan usaha yang meledak sewaktu-waktu di berbagai bersifat ekspansif, seperti perkebunan wilayah di Indonesia. Pemahaman akan besar dan pertambangan. sensitifnya isu sengketa tanah ini secara Betapa pentingnya arti tanah bagi resmi juga diakui oleh negara, yang manusia, sehingga permasalahan tanah melihat bahwa pengelolaan sumber juga seringkali menjadi sumber konflik daya agraria yang berlangsung selama atau sengketa, baik sengketa untuk ini telah menimbulkan penurunan menguasai wilayah permukaannya saja, kualitas lingkungan, ketimpangan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 288 struktur penguasaan, pemilikan, Ogan Ilir dengan aparat Kepolisian penggunaan dan pemanfaatannya setempat, yang dipicu oleh sengketa serta menimbulkan berbagai konflik1. tanah antara masyarakat dengan Dengan demikian, dapat dipahami perusahaan perkebunan milik negara4; bahwa pengelolaan, pemilikan dan dan bentrok fisik antara masyarakat penguasaan sumber daya agraria (yang dengan sekelompok anggota serikat melekat di dalamnya tanah) memang pekerja perkebunan serta perusakan merupakan salah satu isu sensitif yang fasilitas milik perusahaan, yang dapat memicu sengketa yang berujung dipicu oleh sengketa tanah antara dengan konflik. kelompok masyarakat adat dengan Makna konflik memiliki cakupan perusahaan perkebunan Kelapa Sawit pengertian yang sangat luas, milik negara di wilayah Kecamatan yaitu meliputi pertentangan atau Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi bentrokan, persaingan, atau Riau5. Sebuah media cetak nasional gangguan oleh kelompok secara fisik menyebutkan bahwa berdasarkan atau benturan antar kekuatan yang data Sawit Watch sejak 30 September sulit didamaikan, atau pertentangan 2009 sampai dengan April 2011 telah ide-ide, kepentingan-kepentingan terjadi 664 sengketa pertanahan; atau kehendak antara satu orang menurut data Komnas HAM dalam dengan orang lain atau antara suatu kurun waktu tersebut telah terjadi kelompok dengan kelompok lain2. sengketa pertanahan sebanyak 738 Sekedar menyebut beberapa contoh kasus; bahkan berdasarkan data Badan konflik yang berbasis sengketa tanah, Pertanahan Nasional dalam kurun di antaranya: bentrokan antara waktu tersebut telah terjadi 14.337 warga masyarakat Kabupaten Bima sengketa pertanahan di seluruh dengan aparat Kepolisian setempat di wilayah Indonesia6. pelabuhan Sape, Bima, Provinsi Nusa Sengketa tanah yang terjadi biasanya Tenggara Barat3, yang dipicu oleh melibatkan pihak-pihak berikut ini: sengketa tanah antara masyarakat sengketa antara individu dengan individu; di Kecamatan Lambu, Kabupaten sengketa antara individu dengan Bima, dengan sebuah perusahaan kelompok masyarakat; sengketa tambang emas di sana; bentrokan antara suatu kelompok masyarakat antara masyarakat di Kabupaten dengan kelompok masyarakat lain;

1 Lihat butir pertimbangan pada TAP MPR RI Nomor 4 Ihttp://www.republika.co.id/berita/nasional/ IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan nusantara-nasional/12/07/27/m7tsnn-petani-dan- Pengelolaan Sumber Daya Alam polisi-di-ogan-ilir-bentrok-satu-tewas; diunduh 28 2 Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, Paradoksal November 2012 Konflik dan Otonomi Daerah, Penerbit Peradaban, 5 http://www.tribunnews.com/2012/10/30/ Jakarta: 2002, hal. 6-7 bentrokan-di-senama-nenek-kembali-pecah; 3 http://www.suarapembaruan.com/home/ diunduh 28 November 2012 bentrokan-berdarah-di-sape-polisi-tetapkan-47- 6 Harian KOMPAS, “Bom Waktu Sengketa Lahan”, tersangka/15241; diunduh 28 November 2012 28 Mei 2012

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 289 sengketa antara kelompok masyarakat Konflik atau sengketa tanah antara dengan korporasi; dan sengketa antara masyarakat dengan negara pada kelompok masyarakat dengan negara umumnya terjadi akibat problem (baik instansi pemerintahan sipil, militer historis penguasaan suatu bidang maupun Badan Usaha Milik Negara). tanah oleh institusi negara. Bila dirunut Dalam tulisan ini akan dibatasi ulasan secara kronologis, bidang-bidang mengenai sengketa tanah yang terjadi tanah yang saat ini berada dalam antara kelompok masyarakat dengan penguasaan institusi negara dapat negara. berasal dari beberapa sumber, yakni: Pembahasan singkat terkait peralihan pasca kemerdekaan Republik dengan sengketa tanah antara Indonesia dari kolonial, peralihan kelompok masyarakat dengan negara pada saat kebijakan nasionalisasi merupakan topik yang menarik untuk perusahaan-perusahaan asing pada diulas, oleh karena dalam konteks era Presiden Soekarno, dan perolehan relasi antara kedua pihak tersebut, melalui mekanisme pengadaan tanah negaralah yang sesungguhnya yang berlaku secara nasional. Dengan memiliki kewajiban melindungi berbekal klaim sosiologis-historis, masyarakat serta bertanggungjawab kelompok-kelompok masyarakat di dalam upaya penyelesaian sengketa- berbagai daerah kemudian menggugat sengketa pertanahan, dan bukan kembali lahan-lahan mereka yang pada justru menjadi pihak yang terlibat masa lampau dikuasai secara sepihak, dalam sengketa tanah. Sebagai baik oleh pemerintahan jajahan dan ilustrasi, apabila terjadi sengketa tanah korporasi asing (yang kemudian secara antara suatu kelompok masyarakat otomatis beralih kepada pemerintahan dengan kelompok masyarakat lainnya nasional atau perusahaan milik negara) atau dengan korporasi, maka negara maupun lahan-lahan yang dikuasai (melalui berbagai institusinya) dapat belakangan dengan cara-cara yang memainkan peran penting dalam dianggap bertentangan dengan menyelesaikan sengketa itu, baik hukum. melalui mekanisme yudisial maupun Upaya menggugat kembali ke- non-yudisial. Namun kondisinya absahan penguasaan tanah oleh menjadi berbeda ketika negara yang negara ini dilakukan dengan berbagai seharusnya menjadi pihak yang macam cara, mulai dari aksi-aksi mengatur (melalui lembaga eksekutif prosedural melalui lembaga perwakilan dan legislatif) serta pemutus (melalui rakyat, pendudukan lahan-lahan yang lembaga yudikatif), justeru menjadi disengketakan, hingga menempuh pihak harus mempertahankan posisinya mekanisme hukum melalui pengadilan. sendiri dalam berhadap-hadapan Banyak di antara upaya tersebut dengan kelompok masyarakat. yang kemudian berbuntut dengan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 290 kekerasan fisik, baik yang dilakukan konstitusi ialah untuk melindungi oleh kelompok masyakarat, lebih-lebih segenap bangsa Indonesia dan seluruh yang dilakukan oleh aparat keamanan tumpah darah Indonesia. Mandat maupun unsur-unsur dari manajemen ini kemudian dijabarkan lebih lanjut perusahaan milik negara. Upaya dalam berbagai peraturan perundang- kelompok-kelompok masyarakat undangan, mulai dari jenjang yang untuk memperoleh kembali tanah tertinggi hingga ke peraturan pelaksana mereka yang saat ini di bawah yang bersifat sangat operasional. penguasaan institusi-institusi negara Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- seringkali berlangsung sangat panjang, Undang Dasar Negara Republik bahkan diwariskan kepada generasi Indonesia Tahun 1945 dinyatakan berikutnya, dengan pola perjuangan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang makin beragam. yang terkandung di dalamnya dikuasai Secara normatif, memang telah oleh negara dan dipergunakan tersedia sarana penyelesaian sengketa untuk sebesar-besar kemakmuran antara kelompok masyarakat dengan rakyat. Berdasarkan rumusan dalam negara, yakni melalui mekanisme pasal tersebut, sangat jelas bahwa pengadilan. Namun mencermati jangkauan negara dalam aspek agraria perkembangan kehidupan hukum (termasuk di dalamnya tanah) hanya nasional dewasa ini, hampir dapat dalam konteks penguasaan. Namun dipastikan bahwa kelompok-kelompok dalam perkembangannya kemudian, masyarakat yang sedang bersengketa negara melalui berbagai intsrumennya dengan negara cenderung menghindar memaknai konsep penguasaan dari penyelesaian melalui pengadilan. tersebut secara meluas (ekstensif), Apabila hal ini terus terjadi, maka perlu yakni hingga ke ranah pemilikan. dipikirkan bagaimana seharusnya mekanisme yang ditempuh untuk 1. Pengaturan Tentang Hak Negara menyelesaikan sengketa-sengketa Atas Tanah Dalam UUPA 1960 dan tanah antara kelompok masyarakat Peraturan Turunannya dengan negara? Di luar mekanisme yudisial, siapa pihak yang dapat Pada 24 September 1960 Pemerintah memainkan peran sebagai ‘juru damai’ RI memberlakukan Undang-Undang dalam sengketa tersebut? Nomor 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria7 (yang lebih B. Hak Negara Atas Tanah: Antara sering disebut dengan UUPA). Hak “Menguasai” dan “Memiliki” negara atas agraria diatur dalam Pasal

7 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Salah satu kewajiban negara yang Peraturan Dasar Pokok-Pokok, Lembaran Negara 1960-104, Tambahan Lembaran Negara Nomor dimandatkan dalam pembukaan 2043.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 291

2 undang-undang tersebut. Dalam Undang Dasar tidak perlu dan tidaklah Pasal 2 ayat (1) UUPA dinyatakan pula pada tempatnya, bahwa bangsa bahwa: atas dasar ketentuan dalam Indonesia ataupun negara bertindak Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar sebagai pemilik tanah. Adalah lebih dan hal-hal sebagai yang dimaksud tepat jika negara, sebagai organisasi dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) angkasa, termasuk kekayaan alam bertindak selaku Badan Penguasa. yang terkandung di dalamnya itu Dari sudut inilah harus dilihat arti pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh ketentuan dalam pasal 2 ayat 1 yang negara, sebagai organisasi kekuasaan menyatakan, bahwa “Bumi, air dan seluruh rakyat. Selanjutnya Pasal 2 ayat ruang angkasa, termasuk kekayaan (2) UUPA mengatur: “Hak menguasai alam yang terkandung di dalamnya, dari negara termaksud dalam ayat 1 pada tingkatan yang tertinggi dikuasai Pasal ini memberi wewenang untuk: oleh negara”. Sesuai dengan pangkal a. Mengatur dan menyelenggarakan pendirian tersebut di atas perkataan peruntukan, penggunaan, perse- “dikuasai” dalam pasal ini bukanlah diaan, dan pemeliharaan bumi, air berarti “dimiliki”. dan ruang angkasa tersebut; Terkait dengan pengaturan tentang b. Menentukan dan mengatur hubung- “Hak menguasai dari negara” dalam an-hubungan hukum antara orang- UUPA (baik pada bagian batang orang dengan bumi, air dan ruang tubuh maupun penjelasannya), angkasa; Boedi Harsono menyatakan bahwa c. Menentukan dan mengatur hubung- dalam praktik Administrasi digunakan an-hubungan hukum antara orang- sebutan “Tanah Negara”. Hal ini orang dan perbuatan-perbuatan dilakukan semata-mata dalam rangka hukum yang mengenai bumi, air dan efisiensi penggunaan kata-kata, yang ruang angkasa”. sudah barang tentu penyebutan “Tanah Negara” artinya sangat Dari ketentuan-ketentuan di atas, berbeda dengan arti “landsdomein” terlihat jelas bahwa negara hanya atau “Milik Negara”. Apa yang diberi mandat untuk melakukan dikemukakan oleh UUPA tersebut pengaturan yang berupa penguasaan, memang tepat. Mencarikan sumber bukan pemilikan. Hal ini dipertegas dan landasan tugas bagi kewenangan dalam Bagian Penjelasan Umum II negara dalam melaksanakan tugas UUPA, yang menyatakan bahwa kenegaraannya pada hak pemilikan Undang-Undang Pokok Agraria negara atas tanah, bukanlah merupa- berpangkal pada pendirian, bahwa kan konsepsinya Hukum Tata Negara untuk mencapai apa yang ditentukan modern, melainkan merupakan konsepsi dalam pasal 33 ayat (3) Undang- Hukum Tata Negara feodal, yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 292 sudah lama ditinggalkan, baik dalam 3) Badan-badan keagamaan, yang praktik maupun teori hukum8. ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Pengaturan tentang subyek hukum Agraria setelah mendengar Menteri yang dapat memiliki hak atas tanah Agama; ditegaskan dalam Pasal 21 UUPA. 4) Badan-badan sosial, yang ditunjuk Dalam ayat (1) pasal tersebut diatur oleh Menteri Pertanian/Agraria, bahwa hanya warga negara Indonesia setelah mendengar Menteri Kesejah- yang mempunyai hak milik. Selanjutnya teraan Sosial. dalam ayat (2) Pasal ini diatur bahwa pemerintah menetapkan badan-badan Berdasarkan Peraturan Pemerintah hukum yang dapat mempunyai hak di atas, maka terlihat bahwa negara milik dan syarat-syaratnya. Sebagai telah melakukan pembatasan secara pelaksanaan dari ketentuan Pasal 21 tegas badan-badan hukum yang UUPA, pemerintah telah menerbitkan memperoleh pengecualian sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 38 kepada badan-badan itu dapat Tahun 1963 Tentang Penunjukan diberikan hak milik atas tanah. Di luar Badan-Badan Hukum Yang Dapat sejumlah badan yang telah disebutkan Mempunyai Hak Milik Atas Tanah9. dalam Peraturan Pemerintah itu, maka Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur hanya dapat diberikan alas hukum hak bahwa hanya 4 (empat) kelompok atas tanah dalam bentuk selain hak badan hukum yang dapat mempunyai milik, yakni: hak guna usaha, hak guna- hak milik atas tanah, yakni: bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut-hasil 1) Bank-bank yang didirikan oleh hutan, atau hak-hak lain yang tidak negara (selanjutnya disebut Bank termasuk dalam hak-hak tersebut. Negara); 2) Perkumpulan-perkumpulan Koperasi 2. Pengaturan Tentang Hak Negara Pertanian yang didirikan berdasar Atas Tanah Dalam Undang-Undang atas Undang-Undang No. 79 tahun Nomor 1 Tahun 2004 Tentang 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 Perbendaharaan Negara, dan No. 139); Peraturan Turunannya

8 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Undang-Undang Nomor 1 Tahun dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007: hal. 269. 2004 tentang Perbendaharaan Negara 9 Lebih lanjut lihat: http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/ memang bukan hukum yang secara pustaka/GRN/PP/PP_38_1963_PENUNJUKAN%20 BADAN-BADAN%20HUKUM%20YANG%20 khusus mengatur tentang pertanahan. DAPAT%20MEMPUNYAI.PDF; diunduh pada 29 Namun dalam undang-undang ini November 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 293 terdapat pengaturan mengenai DPRD10. kekayaan negara, yakni Barang Milik Secara khusus, Pasal 49 ayat (1) Negara atau Barang Milik Daerah. Undang-undang ini menegaskan Di dalam undang-undang ini diatur bahwa Barang Milik Negara/Daerah bahwa Barang Milik Negara/Daerah yang berupa tanah yang dikuasai adalah semua barang yang dibeli atau Pemerintah Pusat/Daerah harus diperoleh atas beban APBN/D atau disertifikatkan atas nama pemerintah berasal dari perolehan lainnya yang Republik Indonesia/pemerintah sah. Termasuk dalam klasifikasi Barang daerah yang bersangkutan. Dalam Milik Negara/Daerah ini adalah tanah- bagian penjelasannya disebutkan tanah yang saat ini berada dalam bahwa Menteri Keuangan selaku penguasaan atau penggunaan berbagai Bendahara Umum Negara dalam instansi pemerintahan, termasuk juga menetapkan ketentuan pelaksanaan tanah-tanah yang dikuasai oleh Badan pensertifikatan tanah yang dimiliki Usaha Milik Negara (BUMN). dan dikuasai pemerintah pusat/ Undang-undang ini juga meng- daerah berkoordinasi dengan lembaga atur bahwa Menteri Keuangan yang bertanggungjawab di bidang bertanggungjawab dalam pengelolaan pertanahan nasional. Barang Milik Negara, Menteri/ Sebagai turunan dari Undang- Pimpinan Lembaga adalah Pengguna Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Barang bagi kementerian/lembaga Perbendaharaan Negara, Pemerintah yang dipimpinnya, dan Kepala Kantor menerbitkan Peraturan Pemerintah dalam lingkungan kementerian negara/ Nomor 6 tahun 2006 tentang lembaga adalah Kuasa Pengguna Pengelolaan Barang Milik Negara/ Barang dalam lingkungan kantor Daerah11. Peraturan Pemerintah (PP) yang bersangkutan. Pasal 45 ayat (1) ini dibuat dalam rangka menjamin undang-undang ini juga mengatur terlaksananya tertib administrasi bahwa Barang Milik Negara/Daerah dan tertib pengelolaan Barang yang diperlukan bagi penyelenggaraan Milik Negara/Daerah (BMN/D) dan tugas pemerintahan negara/daerah terciptanya kesamaan persepsi serta tidak dapat dipindahtangankan kepada langkah dari seluruh unsur yang terkait pihak manapun. Salanjutnya Pasal dalam pengelolaan BMN/D. 45 ayat (2) Pasal tersebut mengatur 10 Secara tegas disebutkan bahwa ketentuan bahwa Barang Milik Negara/Daerah pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah dapat dipindahtangankan dengan cara dengan persetujuan DPR/DPRD ini berlaku untuk pemindahatanganan tanah dan/atau bangunan, dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau atau Barang Milik Negara/Daerah dalam bentuk lain yang bernilai lebih dari Rp.100 Miliar, lebih disertakan sebagai modal pemerintah lanjut lihat ketentuan Pasal 46-49 Undang-Undang setelah mendapat persetujuan DPR/ tersebut. 11 Diundangkan pada 14 Maret 2006, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 294

Di dalam PP tentang BMN/D ini atau sebab-sebab lainnya. Terhadap terdapat sejumlah pasal yang krusial penghapusan ini, harus diterbitkan dan berkaitan erat dengan pengaturan surat keputusan penghapusan dari aset negara serta upaya penyelesaian Pengelola Barang untuk Barang sengketa tanah antara instansi Milik Negara, dan Surat Keputusan pemerintahan dengan masyarakat, Pengelola Barang setelah mendapat sebagai berikut: Pasal 33 ayat (1) persetujuan gubernur/bupati/walikota menyatakan bahwa “Barang milik untuk Barang Milik Daerah. Apabila terhadap suatu BMN/D dilakukan negara/daerah berupa tanah harus penghapusan, maka selanjutnya disertifikatkan atas nama Pemerintah dilakukan tindaklanjut berupa Republik Indonesia/pemerintah daerah pemindahtanganan. Bentuk-bentuk yang bersangkutan”. Selanjutnya pemindahtanganan ini meliputi: (a) Pasal 34 ayat (1) mengatur “Bukti penjualan; (b) tukar Menukar; (c) kepemilikan barang milik negara/ hibah; dan (d) penyertaan modal daerah wajib disimpan dengan tertib pemerintah pusat/daerah (Pasal 45)12. dan aman”, dan ayat (2) menyatakan Melihat pengaturan dalam PP “Penyimpanan bukti kepemilikan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa barang milik negara berupa tanah peluang dilakukannya penyerahan dan/atau bangunan dilakukan oleh kembali atau pelepasan tanah- pengelola barang”. Penjelasan Pasal tanah yang dikuasai negara (atau 33 ayat (1) menyebutkan bahwa yang diklaim sebagai milik negara) kepada dimaksud dengan disertifikatkan atas masyarakat, dibatasai hanya melalui nama Pemerintah Republik Indonesia/ keempat pintu sebagaimana disebut Pemerintah Daerah yang bersangkutan di atas. Dalam konteks sengketa dengan adalah penerbitan sertifikat hak atas kelompok-kelompok masyarakat, satu- tanah milik pemerintah pusat langsung satunya ‘celah’ hukum yang diatur atas nama Pemerintah Republik dalam PP tentang BMN/D hanya melalui Indonesia dan penerbitan hak atas hibah, yang dapat dilakukan dengan tanah milik Pemerintah Daerah pertimbangan untuk: kepentingan sosial, langsung atas nama pemerintah keagamaan, alasan kemanusiaan, dan provinsi/kabupaten/kota. Selanjutnya dalam PP tentang penyelenggaraan pemerintahan negara/

BMN/D diatur mengenai penghapusan 12 Mencermati ketentuan Pasal 4 PP BMN/BMN, BMN/D dari daftar barang milik Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah Pengelola Barang Milik Negara, sedangkan Negara/ Daerah dilakukan apabi- dalam Pasal 5 PP ini dinyatakan bahwa Pengelola la suatu BMN/D telah beralih kepe- Barang Milik Daerah adalah Sekretaris Daerah. Lebih lanjut ketentuan mengenai penghapusan dan milikannya, telah terjadi pemusnahan, pemindahtanganan BMN/D lihat Pasal 41 s.d Pasal 58 PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang BMN/D.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 295 daerah. Sayangnya, dalam praktik, negara dibatasi hanya dalam soal alasan demi kepentingan kemanusiaan kepemilikan saham (share holder) sangat jarang menjadi pertimbangan dalam Badan Usaha Milik Negara. yang serius bagi pihak pemerintah, Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun seringkali di pihak Pemerintah bahwa peraturan perundang-undangan yang menguasai lahan sengketa juga yang dibentuk belakangan telah secara tidak bias membuktikan secara sah alas nyata menyimpang dari semangat awal haknya penguasaannya tersebut. rumusan hak negara atas tanah. Hal Mencermati pengaturan tentang inilah yang kemudian dalam praktik hak negara atas tanah sebagaimana kehidupan sehari-hari menimbulkan tercantum dalam berbagai peraturan berbagai sengketa, mulai dalam perundang-undangan tersebut di konteks wacana atau perdebatan, atas, terlihat bahwa telah terjadi hingga ke ranah kehidupan riil di inkonsistensi domain negara atas masyarakat. tanah. Merujuk pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 3. Hak Negara Atas Tanah Berdasarkan Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Putusan Mahkamah Konstitusi RI dan ketentuan dalam Pasal 2 UUPA beserta penjelasan umum-nya, sangat Mahkamah Konstitusi RI yang nyata terlihat adanya pembatasan memiliki kewenangan menafsirkan hak negara atas tanah, yakni sekedar konstitusi telah memberikan pengertian ‘menguasai’. Namun hal yang berbeda tentang konsepsi pengguasaan terjadi pada Undang-Undang Nomor 1 negara atas tanah yang sebagaimana tahun 2004 tentang Perbendaharaan tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) Negara, dan PP Nomor 6 tahun 2006 Undang-Undang Dasar Negara Tentang Barang Milik Negara/Daerah, Republik Indonesia Tahun 194513. di mana dalam kedua perundangan Terkait dengan hal ini, Mahkamah tersebut hak negara atas tanah tidak Konstitusi menyatakan bahwa: lagi sebatas menguasai, tetapi menjadi “… Konsepsi penguasaan oleh memiliki. negara merupakan konsepsi hukum Di sisi lain Mahkamah Konstitusi publik yang berkait dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam dalam putusannya telah memberikan UUD 1945, baik di bidang politik penjelasan yang lebih lengkap terkait dengan hak negara atas tanah. 13 Putusan Perkara Nomor 002/PUU-I/2003 Tentang Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Meskipun menyatakan bahwa negara Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap Undang-Undang Dasar Negara tidak sekedar berwenang mengatur, Republik Indonesia Tahun 1945, dibacakan pada tetapi dalam konteks kepemilikan, 15 Desember 2004; lebih lanjut baca di http:// www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/ Putusan002PUUI2003.pdf.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 296

(demokrasi politik) maupun ekonomi dimaksud. Rakyat secara kolektif (demokrasi ekonomi). Dalam paham itu dikonstruksikan oleh UUD 1945 kedaulatan rakyat itu, rakyatlah yang memberikan mandat kepada negara diakui sebagai sumber, pemilik, dan untuk mengadakan kebijakan (beleid) sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), dalam kehidupan bernegara, sesuai pengaturan (regelendaad), pengelolaan dengan doktrin ‘dari rakyat, oleh rakyat (beheersdaad), dan pengawasan (toezich- dan untuk rakyat’. Dalam pengertian thoudensdaad) untuk tujuan sebesar- kekuasaan tertinggi tersebut tercakup besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pula pengertian pemilikan publik oleh pengurusan (bestuursdaad) oleh negara rakyat secara kolektif. Bahwa bumi dan dilakukan oleh pemerintah dengan air dan kekayaan alam yang terkandung kewenangannya untuk mengeluarkan di dalam wilayah hukum negara dan mencabut fasilitas perizinan pada hakikatnya adalah milik publik (vergunning), lisensi (licentie), dan seluruh rakyat secara kolektif yang konsesi (concessie). Fungsi pengaturan dimandatkan kepada negara untuk oleh negara (regelendaad) dilakukan menguasainya guna dipergunakan melalui kewenangan legislasi oleh bagi sebesar-besarnya kemakmuran DPR bersama pemerintah, dan regulasi bersama. Karena itu, Pasal 33 ayat oleh pemerintah. Fungsi pengelolaan (3) menentukan “bumi dan air dan (beheersdaad) dilakukan melalui kekayaan alam yang terkandung di mekanisme pemilikan saham (share- dalamnya dikuasai oleh negara dan holding) dan/ atau melalui keterlibatan dipergunakan untuk sebesar-besar langsung dalam manajemen Badan kemakmuran rakyat” Usaha Milik Negara sebagai instrumen Selanjutnya Mahkamah Konstitusi kelembagaan, yang melaluinya negara, juga menyatakan: c.q pemerintah, mendayagunakan “…pengertian ‘dikuasai oleh penguasaannya atas sumber-sumber negara’ haruslah diartikan mencakup kekayaan itu untuk digunakan bagi makna penguasaan oleh negara dalam luas yang bersumber dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. diturunkan dari konsepsi kedaulatan Demikian pula fungsi pengawasan rakyat Indonesia atas segala sumber oleh negara dilakukan oleh negara, c.q kekayaan ‘bumi air dan kekayaan pemerintah, dalam rangka mengawasi alam yang terkandung di dalamnya’, dan mengendalikan agar pelaksanaan termasuk pula di dalamnya pengertian penguasaan oleh negara atas sumber- kepemilikan publik oleh kolektivitas sumber kekayaan dimaksud benar- rakyat atas sumber-sumber kekayaan benar dilakukan untuk sebesar-

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 297 besarnya kemakmuran seluruh rakyat.” bahwa lahirnya undang-undang ini C. Upaya Penyelesaian Sengketa Yang pada awalnya sangat terkait dengan Lebih Berkeadilan hukum perdata di bidang usaha atau bisnis. Pada perjalanannya 1. Pendekatan Alternatif Penyelesaian kemudian, pendekatan semi yudisial Sengketa dalam penyelesaian sengketa perdata ini diperluas ke berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti Seiring dengan meningkatnya konsumen, tata pemerintahan, bahkan kompleksitas sengketa perdata hak asasi manusia. ditengah-tengah masyarakat Diberlakukannya Undang-Undang yang tidak berimbang dengan Nomor 30 Tahun 1999 Tentang kemampuan lembaga peradilan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian untuk menyelesaikan sengketa- Sengketa semakin membuka peluang sengketa yang terjadi, pemerintah bagi masyarakat untuk memanfaatkan melakukan terobosan hukum yang celah lain di samping upaya formal signifikan dengan membuka peluang dengan memasukkan gugatan perdata penyelesaian sengketa perdata tidak melalui pengadilan umum dalam hanya melalui jalur hukum formal rangka mencari penyelesaian atas melalui pengadilan semata. Terobosan sengketa perdata yang terjadi. Bahkan hukum yang mengedepankan secara tegas dinyatakan dalam Pasal keterkaitan antara proses non 2 undang-undang tersebut bahwa yudisial (informal) dengan proses Pengadilan Negeri tidak berwenang yudisial (legal-formal) tersebut secara untuk mengadili sengketa para pihak nyata dituangkan dalam bentuk yang telah terikat dalam perjanjian pemberlakuan Undang-Undang arbitrase15. Di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa14. Salah satu pertimbangan Sengketa dinyatakan bahwa arbitrase penting yang melandasi diterbitkannya adalah cara penyelesaian suatu undang-undang tersebut ialah sengketa perdata di luar peradilan peraturan perundang-undangan yang umum yang didasarkan pada perjanjian berlaku pada saat itu sudah tidak arbitrase yang dibuat secara tertulis sesuai dengan perkembangan dunia oleh para pihak yang bersengketa. usaha dan hukum pada umumnya. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa Dengan demikian, dapat dipahami 15 Yang dimaksud dengan perjanjian arbitrase meliputi klausula tentang arbitrase dalam suatu perjanjian 14 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang tertulis yang dibuat para pihak, baik sebelum timbul Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, sengketa maupun perjanjian arbitrase tersendiri Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 yang dibuat oleh para pihak setelah timbul Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik sengketa. Indonesia Nomor 3872.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 298

Alternatif Penyelesaian Sengketa lain melalui banding dan kasasi, yang adalah Lembaga penyelesaian secara keseluruhan proses tersebut sengketa atau beda pendapat melalui dapat menghabiskan waktu bertahun- prosedur yang disepakati para pihak, tahun dengan implikasi beban biaya yakni penyelesaian di luar pengadilan yang tidak sedikit bagi para pihak yang dengan cara konsultasi, negosiasi, bersengketa. mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Secara umum, pola-pola penyelesaian Tidak dapat dipungkiri bahwa konflik dengan mengedepankan dengan terbitnya Undang-Undang pendekatan benturan fisik di antara Nomor 30 Tahun 1999 Tentang pihak yang berkonflik atau bersengketa Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian cenderung sudah ditinggalkan. Seiring Sengketa telah membuka cakrawala dengan hal tersebut, berkembang suatu pemikiran baru mengenai upaya-upaya model pendekatan alternatif dalam menyelesaian sengketa. Jika dalam menyelesaikan sengketa, yang sering periode sebelumnya upaya hukum disebut dengan Alternative Dispute melalui mekanisme ’gugat-menggugat’ Resolution (ADR) atau Alternatif di pengadilan sangat kental mewarnai Penyelesaian Sengketa (APS)16 penyelesaian sengketa, maka dengan dengan berbagai variasi bentuknya, diperkenalkannya lembaga arbitrase yaitu: Konsiliasi, Fasilitasi, Negosiasi, dan alternatif penyelesaian sengketa Konsultasi, Koordinasi, dan Mediasi17. masyarakat kemudian diberi opsi lain 16 Hadimulyo, Mempertimbangkan ADR, Kajian untuk menggunakan mekanisme di Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, luar pengadilan yang dipandang lebih Penerbit ELSAM, Jakarta, 1997, hal. 31-37 17 Masing-masing bentuk tersebut dapat dirinci efektif dalam menyelesaikan sengketa. berdasarkan pengertiannya, yaitu; (a) Konsiliasi Tawaran mekanisme di luar pengadilan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak ketiga yang bersifat netral, untuk berkomunikasi dengan tersebut mendapat respons positif kelompok-kelompok atau pihak yang bersengketa dari masyarakat mengingat bahwa secara terpisah, dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan dan mengusahakan ke arah tercapainya penyelesaian melalui mekanisme persetujuan penyelesaian sengketa; (b) Fasilitasi adalah bantuan pihak ketiga untuk menghasilkan formal di pengadilan seringkali berakhir suatu pertemuan atau perundingan yang produktif; dengan meningkatnya intensitas (c) Negosiasi adalah proses yang berlangsung secara sukarela antara pihak-pihak yang bersengketa permusuhan di antara para pihak yang dengan bertatap muka secara langsung untuk bersengketa, terutama di pihak yang memperoleh kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak; (d) Konsultasi adalah kalah. Di samping itu, upaya formal pertemuan dua pihak atau lebih untuk membahas melalui pengadilan juga seringkali masalah-masalah yang dianggap penting untuk dicarikan pemecahannya secara bersama-sama; memerlukan energi yang sangat besar (e) Koordinasi adalah upaya yang dilakukan oleh untuk sampai pada putusan akhir dari pihak yang memiliki otoritas tertentu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melibatkan suatu sengketa, oleh karena setelah banyak pihak agar terhindar dari penanganan yang putusan pengadilan tingkat pertama tumpang tindih; (f) Mediasi adalah bantuan dari pihak ketiga dalam suatu proses negosiasi, namun masih dimungkinkan upaya hukum pihak ketiga (mediator) tersebut tidak mengambil keputusan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 299

Berdasarkan lingkup pengertian 5. Mediasi dapat mengubah hasil, yang dari berbagai bentuk APS tersebut, dalam proses litigasi (pengadilan) dapat dipahami bahwa mediasi yang atau arbitrase sulit untuk diprediksi, merupakan salah satu bentuk APS dengan suatu kepastian melalui adalah mekanisme penyelesaian konsensus. sengketa yang paling ideal oleh 6. Mediasi memberikan hasil yang tahan karena yang berperan aktif untuk uji dan akan mampu menciptakan menyelesaikan sengketa atau konflik saling pengertian yang lebih baik di yang terjadi adalah para pihak yang antara para pihak yang bersengketa bersengketa itu sendiri. Dikatakan karena pada hakikatnya mereka paling ideal oleh karena sesungguhnya sendiri yang menyelesaikan sengketa yang paling mengerti tentang substansi yang terjadi. sengketa atau konflik ialah para pihak 7. Mediasi mampu menghilangkan yang terlibat langsung. konflik atau rasa permusuhan yang Pilihan penyelesaian sengketa hampir selalu mengiringi setiap melalui mekanisme mediasi sebagai putusan yang bersifat memaksa yang bentuk yang paling ideal juga dilandasi dijatuhkan oleh hakim di pengadilan dengan asas kemanfaatan dari mediasi, atau arbiter dalam mekanisme yakni: arbitrase18. 1. Mediasi diharapkan dapat menye- Asas kemanfaatan dari mekanisme lesaikan sengketa dengan cepat dan relatif murah dibandingkan dengan mediasi tersebut di atas bukan membawa permasalahan tersebut ke sekedar harapan ideal semata, namun pengadilan atau arbitrase. merupakan hal yang sangat realistis untuk dicapai. Penyelesaian sengketa 2. Mediasi memfokuskan para pihak atau konflik dapat menjadi lebih yang bersengketa pada kepentingan cepat dibandingkan dengan proses mereka secara nyata dan pada berperkara di pengadilan. Dalam kebutuhan emosi atau psikologi para proses berperkara di pengadilan para pihak yang bersengketa tersebut. pihak terikat dengan hukum acara 3. Mediasi memberi kesempatan para yang ketat dan sangat sistematis dan pihak untuk berpartisipasi secara disertai dengan pembuktian formil. langsung dan secara informal dalam Berdasarkan pengalaman yang menyelesaikan perselisihan atau terjadi pada umumnya, proses sengketa yang terjadi di antara penyelesaian sengketa di pengadilan mereka. tingkat pertama dapat menghabiskan 4. Mediasi memberi para pihak waktu antara 3 sampai 6 bulan sejak kemampuan untuk melakukan 18 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di kontrol terhadap proses dan hasil Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, mediasi. 2006:, hal 139-140.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 300 gugatan dibacakan. Apabila salah merumuskan hasil-hasil kesepakatan satu pihak merasa tidak puas dan ke dalam suatu dokumen tertulis. mengajukan banding, akan dapat Dengan diberikannya akses yang menghabiskan waktu sekitar 6 bulan sangat luas kepada para pihak hingga terbitnya putusan banding. untuk berupaya mencari solusi atas Namun apabila masih terdapat pihak sengketanya, maka sesunguhnya yang tidak puas dan menempuh proses mediasi telah memberikan upaya kasasi, waktu yang diperlukan kepada para pihak kemampuan untuk untuk memperoleh putusannya bisa melakukan kontrol terhadap proses lebih dari 1 tahun. Dengan demikian, dan hasil mediasi. Hal tersebut tentulah dapat diperkirakan bahwa upaya sangat bertolak belakang dengan penyelesaian sengketa di pengadilan proses berperkara di pengadilan atau memerlukan waktu antara 3 bulan lembaga arbitrase di mana setelah hingga 2 tahun untuk sampai pada para pihak menyerahkan substansi putusan yang bersifat berkekuatan permasalahan atau sengketa yang hukum tetap (inkracht). terjadi beserta alat-alat bukti formilnya, Proses mediasi juga memberi maka permasalahan tersebut kemudian kesempatan kepada para pihak untuk secara otomatis diambil alih oleh berpartisipasi secara langsung dan hakim atau arbiter, yang kemudian secara mandiri menjatuhkan putusan secara informal untuk menyelesaikan terhadap sengketa tersebut. Dalam perselisihan atau sengketa yang terjadi proses seperti itu, para pihak yang di antara mereka. Oleh karena tidak bersengketa kemudian ditempatkan diatur dengan hukum acara yang ketat, sebagai pihak yang pasif menunggu seringkali dalam pertemuan mediasi putusan hakim atau arbiter setelah masing-masing pihak dapat secara mereka menyerahkan seluruh langsung menyampaikan harapan- dokumen-dokumen yang diperlukan. harapan mereka kepada pihak lainnya. Dengan kata lain, kontrol terhadap Untuk itu, dalam suatu proses mediasi penyelesaian sengketa atau konflik tidak jarang mediator memberikan berada di tangan hakim atau arbiter. waktu kepada para pihak untuk secara Secara sederhana dapat dipahami langsung bernegosiasi sementara bahwa salah satu kelebihan mekanisme sang mediator meninggalkan ruang Yudisial (melalui gugatan ke pengadilan) pertemuan mediasi. Setelah dicapai ialah bersifat kuat dan hasilnya hasil kesepakatan berdasarkan hasil mengikat secara hukum, sehingga negosasi tersebut, barulah mediator dapat di-eksekusi oleh aparat yang kembali memfasilitasi pertemuan berwajib apabila telah ada keputusan mediasi dan memandu para pihak untuk yang bersifat inkracht (memiliki

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 301 kekuatan hukum tetap). Di samping (wanprestasi) dari salah satu pihak kelebihan tersebut, mekanisme terhadap kesepakatan penyelesaian hukum formal melalui pengadilan yang telah disetujui, hal tersebut tidak memiliki kelemahan, di antaranya: dapat dimintakan eksekusi kepada (1) prosesnya membutuhkan waktu aparat yang berwajib. Di samping itu, sangat lama untuk mendapat kepastian mekanisme non yudisial ini juga sangat penyelesaian hukum oleh karena pihak bergantung pada niat baik (good will) yang tidak puas dapat memintakan para pihak yang bersengketa, mediator banding, kasasi dan Peninjauan hanya berperan menjembatani proses Kembali; (2) menguras energi yang komunikasi menuju penyelesaian cukup besar serta biaya tinggi dalam sengketa. berperkara. Selain itu, mekanisme ini Mahkamah Agung sebagai salah juga mengelompokkan para pihak satu lembaga kekuasaan kehakiman yang bersengketa ke dalam 2 (dua) telah pula melembagakan suatu kubu; Yang Menang atau Yang Kalah. prosedur penyelesaian sengketa Sementara di sisi lain, kelebihan yang berbasis pada musyawarah mekanisme non yudisial ialah prosesnya dalam rangka menyelesaikan perkara dapat berlangsung cepat oleh karena perdata melalui mekanisme mediasi19. dapat direalisasikan dalam bentuk Pelembagaan tersebut dilandasi oleh musyawarah dengan melibatkan pandangan bahwa mediasi merupakan para pihak yang bersengketa secara salah satu proses penyelesaian sengketa langsung. Selain itu, para pihak yang lebih cepat dan murah, serta biasanya dapat menerima dengan dapat memberikan akses yang lebih lapang dada atas kesepakatan besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang diupayakan penyelesaian yang memuaskan dan dengan instensitas keterlibatan yang memenuhi rasa keadilan. Di samping tinggi dari masing-masing pihak itu, mekanisme mediasi tersebut selama proses penyelesaian sengketa juga diakui dapat menjadi salah satu tersebut, baik yang merupakan proses instrumen efektif mengatasi masalah musyawarah secara langsung yang penumpukan perkara di pengadilan hanya melibatkan para pihak maupun 19 Pada tanggal 31 Juli 2008 Mahkamah Agung RI proses yang dibantu oleh mediator. telah menetapkan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Sedangkan kelemahan mekanisme Pengadilan. Peraturan Mahkamah Agung RI (Perma) ini ialah hanya memiliki kekuatan ini merupakan revisi dari Perma sebelumnya, yakni Perma Nomor 2 Tahun 2003 yang pertama kalinya mengikat secara moral terhadap para mengatur tentang prosedur mediasi di pengadilan. pihak, namun tidak memiliki daya ikat Perma Nomor 01 Tahun 2008 merupakan satu- satunya pedoman yang mengatur tentang yang kuat secara hukum. Dengan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di demikian, apabila terjadi pengingkaran pengadilan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 302 serta memperkuat dan memaksimalkan senantiasa melakukan perubahan fungsi lembaga pengadilan dalam terhadap isi hukum dalam rangka penyelesaian sengketa di samping mengupayakan terciptanya keadaan proses pengadilan yang bersifat yang tertib hukum atau kondisi memutus (ajudikatif). damai, yang salah satunya adalah Dari uraian tersebut di atas, terlihat membuat hukum yang sejalan dengan bahwa mekanisme alternatif penyele- perkembangan sosiologis masyarakat. saian sengketa telah diakomodasi ke Salah satu wujudnya adalah dengan dalam berbagai peraturan perundang- memasukkan pengaturan tentang an-undangan. Lembaga-lembaga negara mekanisme alternatif penyelesaian tertentu (termasuk juga lembaga sengketa ke dalam berbagai peraturan peradilan) diberikan kewenangan perundang-undangan sebagaimana memfasilitasi upaya penyelesaian yang telah disinggung di atas. sengketa atau konflik yang terjadi Keberhasilan instrumen hukum yang di tengah-tengah masyarakat. tersedia dalam rangka mempercepat Pengakomodasian mekanisme penyelesaian sengketa-sengketa yang penyelesaian sengketa melalui mediasi terjadi merupakan karakteristik hukum ke dalam instrumen hukum negara responsif. sesungguhnya merupakan pengakuan Menurut Roscoe Pound, hukum atas berbagai kelebihan yang dimiliki atau peraturan perundang-undangan oleh mekanisme tersebut dibandingkan tidak dapat dibuat hanya semata-mata dengan penyelesaian yang lebih berdasarkan atas pertimbangan rasional mengedepankan aspek legalitas formal dan keinginan para pembuatnya, melaui pengadilan. Dengan kata lain, tetapi pembentukan hukum juga akomodasi mekanisme mediasi ke seharusnya dilakukan melalui suatu dalam instrumen hukum merupakan kajian sosiologis pada waktu dilakukan upaya merealisasikan salah satu dari persiapan untuk membuatnya. Dalam tujuan hukum, yakni sebagai sarana fase tersebut, fokus utama yang harus untuk mengatur pergaulan hidup secara dicurahkan oleh para pembuat hukum damai20. Tujuan hukum tersebut tentulah adalah mempelajari bagaimana hukum tidak serta merta dinyatakan sebagai beroperasi dalam masyarakat serta kegagalan apabila dalam perjalanan efek yang ditimbulkannya. Dalam kehidupan masyarakat masih sangat hal penyelesaian sengketa, sangat banyak terjadi konflik, sengketa ataupun penting juga untuk melihat bagaimana pertikaian. Lebih dari itu, para pembuat proses penyelesaian masalah dapat hukum pun dari waktu ke waktu akan dilakukan secara adil dan benar. Pada masa lalu, penyelesaian sengketa 20 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pradnya Paramita, Cetakan Ke 26, Jakarta, 1996, hal. 10.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 303 dilakukan dengan mengedepankan tinggi serta tidak menempatkan para aspek kepastian hukum sehingga pihak yang bersengketa ke dalam mengorbankan substansi permasalahan kubu menang atau kubu kalah oleh itu sendiri21. karena yang diutamakan adalah prinsip Mengacu kepada pendapat Pound keberterimaan (acceptability) tersebut di atas, dapat dipahami bahwa pembentukan berbagai 2. Fungsi Mediasi Komnas HAM: peraturan perundang-undangan yang Pengaturan dan Pengalaman di dalamnya memuat pengaturan tentang mekanisme dan lembaga- Setelah pemerintah memberlakukan lembaga yang berwenang melakukan terbitnya Undang-Undang Nomor 30 penyelesaian sengketa di luar pengadilan Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan merupakan realisasi dari hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa pada yang responsif atas perkembangan tanggal 12 Agustus 1999, selanjutnya masyarakat. Melihat perkembangan pada tahun yang sama, tepatnya tanggal yang demikian, diharapkan akomodasi 23 September 1999, Pemerintah RI terhadap mekanisme penyelesaian mengesahkan dan mengundangkan sengketa melaui mediasi dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun peraturan perundang-undangan dapat 1999 Tentang Hak Asasi Manusia22. terus dikembangkan, baik dari segi Salah satu materi muatan yang diatur lingkup materi sengketanya, penguat- dalam undang-undang tersebut ialah an kelembagaan yang diberi mandat tentang pembentukan Komisi Nasional melakukan mediasi, pengaturan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) integrasi dengan lembaga-lembaga yang sebelumnya dibentuk hanya hukum yang terkait, dan lain berdasarkan Keputusan Presiden23. sebagainya. Dalam Pasal 76 undang-undang Upaya penyelesaian melalui tersebut diatur bahwa Komnas HAM mekanisme Non-Yudisial ini pada memiliki fungsi pengkajian dan prinsipnya mengutamakan penye- lesaian sengketa secara win-win 22 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik solution dengan menggabungkan Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan upaya penyelesaian musyawarah di Lembaran Negara Nomor 3886. 23 Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden antara para pihak dan upaya hukum No. 50 Tahun 1993 telah membentuk Komisi formal. Kelebihan mekanisme ini ialah Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan pada saat yang sama menunjuk pensiunan Ketua prosesnya dapat berlangsung relatif Mahkamah Agung RI, Ali Said, untuk menyusun singkat, tidak memerlukan biaya yang Komisi tersebut dan memilih para anggotanya. Keputusan Presiden ini merupakan tindak lanjut 21 Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, Perkembangan, dari rekomendasi Lokakarya tentang Hak Asasi Metode, dan Pilihan Masalah, Penerbit Manusia yang diprakarsai Departemen Luar Negeri Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2002, RI dan PBB yang diadakan di Jakarta pada 22 Januari hal. 17-18. 1991.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 304 penelitian, pendidikan dan penyuluhan, langsung dan tuntas, sebagaimana pemantauan dan penyelidikan, dan halnya terobosan hukum yang diatur mediasi. Komnas HAM merupakan dalam Undang-Undang Nomor 30 lembaga negara yang diberi Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan kewenangan untuk melakukan upaya Alternatif Penyelesaian Sengketa. penyelesaian sengketa perdata yang Dengan berbagai mekanisme tersebut, berdimensi Hak Asasi Manusia, sangat terbuka peluang para pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 76 jo. yang terlibat untuk mendiskusikan Pasal 89 ayat (4) jo. Pasal 96 Undang- penyelesaian yang dapat diterima Undang Nomor 39 Tahun 1999 oleh semua pihak terhadap sengketa Tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam perdata berdimensi Hak Asasi Manusia Pasal 89 ayat (4) dinyatakan bahwa yang terjadi. Apabila penyelesaian dalam rangka pelaksanaan fungsi secara langsung tidak tercapai, Komnas mediasi, Komnas HAM bertugas dan HAM masih dapat menyampaikan berwenang melakukan: rekomendasi kepada pemerintah dan atau Dewan Perwakilan Rakyat untuk a. perdamaian kedua belah pihak; menindaklanjuti permasalahan yang b. penyelesaian perkara melalui cara terjadi serta mengambil langkah- konsultasi, negosiasi, mediasi, konsi- langkah penyelesaian sesuai dengan liasi dan penilaian ahli; kewenangan masing-masing lembaga. c. pemberian saran kepada para pihak Selanjutnya dalam Pasal 96 untuk menyelesaikan sengketa Undang-Undang Nomor 39 Tahun melalui pengadilan; 1999 Tentang Hak Asasi Manusia d. penyampaian rekomendasi atas diatur bahwa: suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah untuk (1) Penyelesaian sebagaimana dimaksud ditindaklanjuti penyelesaiannya; dan dalam Pasal 89 ayat (4) huruf a dan e. penyampaian rekomendasi atas b, dilakukan oleh Anggota Komnas suatu kasus pelanggaran hak asasi HAM yang ditunjuk sebagai manusia kepada Dewan Perwakilan mediator. Rakyat Republik Indonesia untuk (2) Penyelesaian yang dicapai ditindaklanjuti. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berupa kesepakatan secara Berdasarkan ketentuan dalam pasal 89 tertulis dan ditandatangani oleh ayat (4) tersebut di atas dapat dipahami para pihak dan dikukuhkan oleh bahwa fungsi mediasi Komnas HAM mediator. dimaksudkan sebagai salah satu pintu (3) Kesepakatan tertulis sebagaimana terobosan penyelesaian permasalahan- dimaksud dalam ayat (2) permasalahan pelanggaran HAM secara merupakan keputusan mediasi

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 305

yang mengikat secara hukum dan tersebut mengikat secara hukum berlaku sebagai alat bukti yang terhadap para pihak dan apabila sah. terjadi penginkaran (wanprestasi) (4) Apabila keputusan mediasi tidak yang dilakukan oleh salah satu dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka keputusan mediasi yang pihak dalam jangka waktu yang berupa kesepakatan tersebut dapat ditetapkan dalam keputusan di-eksekusi oleh pengadilan. Dengan tersebut, maka pihak lainnya demikian keputusan mediasi adalah dapat memintakan kepada executeable tanpa harus melalui Pengadilan Negeri setempat agar mekanisme gugatan, banding atau keputusan tersebut dinyatakan kasasi. Konsep penyelesaian ini lazim dapat dilaksanakan dengan disebut mekanisme quasi-yudisial. pembubuhan kalimat “Demi Pada masa selanjutnya upaya Keadilan Berdasarkan Ketuhanan untuk melembagakan mekanisme Yang Maha Esa”. penyelesaian sengketa atau konflik (5) Pengadilan tidak dapat menolak melalui pendekatan alternatif penye- permintaan sebagaimana dimaksud lesaian sengketa semakin dibuka dalam ayat (4). luas. Selain memberikan kewenangan kepada Badan Arbitrase Nasional Dalam penjelasan pasal 96 ayat (3) Indonesia (BANI) untuk melakukan dinyatakan bahwa mediator menyerah- arbitrase dan kewenangan kepada kan dan mendaftarkan keputusan hasil Komnas HAM untuk memediasi mediasi kepada panitera pengadilan sengketa perdata yang berdimensi negeri. Selanjutnya dalam penjelasan pasal Hak Asasi Manusia, sejumlah institusi 96 ayat (4) dinyatakan bahwa apabila yang dibentuk oleh negara pun salah satu pihak tidak melaksanakan diberikan kewenangan melakukan kewajibannya sebagaimana tertuang upaya alternatif dalam menyelesaikan di dalam kesepakatan hasil mediasi, sengketa di bidangnya masing- maka Komnas HAM dapat meminta masing. Kewenangan tersebut juga di pengadilan negeri untuk melaksanakan antaranya diberikan kepada instansi fiat eksekusi, dan pengadilan wajib pemerintah di bidang ketenagakerjaan melaksanakan eksekusi tersebut (kementerian dan dinas-dinas apabila pihak dimaksud masih tetap tenaga kerja di daerah) dan lembaga 24 tidak memenuhi kewajibannya. Ombudsman Republik Indonesia . Berdasarkan ketentuan Pasal 96 24 Ombudsman merupakan lembaga negara sampiran (auxiliary state agency) yang memiliki kesamaan tersebut dapat dipahami bahwa dalam karakter dengan Komnas HAM, yakni dalam rangka hal proses mediasi menghasilkan pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia yang berhadapan dengan negara (pemerintah) kesepakatan, maka kesepakatan sebagai pemangku kewajiban, khususnya dalam hal administrasi oleh penyelenggara negara , termasuk di bidang pertanahan. Oleh karena itu, di beberapa

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 306

Sebagai upaya membuat terobosan atas permintaan para pihak. Oleh hukum dalam penyelesaian sengketa karena lembaga Ombudsman yang terkait dengan pelayanan dibentuk dalam rangka pengawasan publik oleh lembaga-lembaga negara, terhadap pelayanan publik oleh Pemerintah RI telah membentuk lembaga-lembaga penyelenggara Lembaga Ombudsman Republik negara dan pemerintahan, tentu saja Indonesia (Ombudsman) dengan lingkup sengketa yang dimediasi Undang-Undang Nomor 37 Tahun oleh Ombudsman adalah sengketa- 2008 Tentang Ombudsman Republik sengketa yang melibatkan lembaga Indonesia25. Menurut undang-undang atau aparat penyelenggara negara atau tersebut, Ombudsman adalah lembaga pemerintahan, yang sering disebut negara yang mempunyai kewenangan dengan maladministrasi26. mengawasi penyelenggaraan pelayanan Melihat kuatnya dorongan untuk publik baik yang diselenggarakan menciptakan lembaga-lembaga yang oleh penyelenggara negara dan memiliki wewenang untuk melakukan pemerintahan termasuk yang upaya penyelesaian sengketa di diselenggarakan oleh Badan Usaha luar pengadilan sebagaimana telah Milik Negara, Badan Usaha Milik disebutkan di atas, dapat disimpulkan Daerah, dan Badan Hukum Milik bahwa perkembangan pemikiran Negara serta badan swasta atau untuk semakin memperkuat lembaga perseorangan yang diberi tugas alternatif penyelesaian sengketa akan menyelenggarakan pelayanan publik terus meningkat dari waktu ke waktu. tertentu yang sebagian atau seluruh Hal ini dibuktikan tidak hanya dengan dananya bersumber dari anggaran pembentukan berbagai lembaga pendapatan dan belanja negara dan/ sampiran negara (Auxilary State atau anggaran pendapatan dan belanja Agencies) seperti Komnas HAM dan daerah. Ombudsman yang diberi kewenangan Dalam Pasal 8 Undang-Undang untuk melakukan berbagai upaya tentang Ombudsman tersebut dinya- penyelesaian sengketa, namun takan bahwa salah satu kewenangan kewenangan melakukan penyelesaian Ombudsman ialah menyelesaikan 26 Dalam Pasal 1 butir Undang-Undang Nomor laporan melalui mediasi dan konsiliasi 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia lingkup pengertian mal-administrasi ialah negara Lembaga Ombudsman berada dalam satu perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui payung dengan lembaga HAM nasional-nya. wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, 25 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban Ombudsman Republik Indonesia, Lembaran Negara hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik RI Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan Negara RI Nomor 4899. pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 307 di luar pengadilan tersebut bahkan negara ini didasari beberapa faktor saat ini dimandatkan kepada institusi yang akan diuraikan pada bagian peradilan di Indonesia. berikut. Sebagai salah satu kewenangan yang dimandatkan dalam Undang- 3. Hambatan-Hambatan dalam Pe- Undang, fungsi mediasi Komnas HAM nyelesaian Sengketa Tanah Yang senantiasa dikembangkan dari waktu diklaim Sebagai Milik Negara ke waktu. Berdasarkan data 2012, sengketa tertinggi yang ditangani oleh Meskipun pada satu sisi pemerintah Subkomisi Mediasi Komnas HAM ialah telah mempersiapkan peluang-peluang di bidang sengketa lahan27. Meskipun mekanisme penyelesaian sengketa di sengketa lahan didominasi oleh konflik luar pengadilan yang telah diakomodasi atau warga masyarakat dengan dalam berbagai peraturan perundang- korporasi, namun persentase sengketa undangan, namun di sisi lain tetap tanah yang melibatkan institusi negara terjadi sejumlah permasalahan yuridis (termasuk Badan Usaha Miilik Negara) dalam praktik penerapan kewenangan 28 cenderung meningkat . penyelesaian sengketa di luar pengadilan Dari laporan yang ada, hingga saat yang dilakukan oleh Komnas HAM. ini belum ada satupun sengketa tanah Berdasarkan pengalaman menjalankan antara warga masyarakat dengan kewenangan mediasi yang dilakukan oleh negara (institusi pemerintah sipil, Subkomisi Mediasi Komnas HAM selama militer atau pun BUMN) yang berhasil kurun waktu 3 tahun terakhir, dapat diselesaikan melalui mekanisme mediasi diidentifikasi sejumlah permasalahan oleh Komnas HAM. Kondisi ini tentu yuridis dalam pelaksanaan fungsi dan memprihatinkan mengingat semangat kewenangan mediasi Komnas HAM, awal pembentukan lembaga negara sebagai berikut: sampiran (termasuk Komnas HAM di dalamnya) yang dibekali dengan 1. Tidak adanya kesamaan pan- mandat melakukan penyelesaian dangan di antara Instansi Peme- sengketa di luar pengadilan, ternyata rintah mengenai pihak yang dapat belum mampu menjalankan fungsi ini mengambil keputusan secara maksimal, khususnya di bidang penyelesaian sengketa tanah. Buntunya Meskipun dalam Undang-Undang upaya penyelesaian sengketa tanah Nomor 1 tahun 2004 tentang Perben- antara warga masyarakat dengan daharaan Negara dan Peraturan Pe- 27 Imelda Saragih, dkk, Belajar Dari Pengalaman: Praktik Mediasi Hak Asasi Manusia, diterbitkan oleh merintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Subkomisi Mediasi dan Bagian Administrasi Mediasi Barang Milik Negara. Daerah dinyatakan Komnas HAM, Jakarta, 2012: hal. 61. 28 Ibid, hal. 62.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 308 secara eksplisit bahwa Menteri Keuangan peralihan hak atas tanah yang diklaim adalah pengelola BMN yang memiliki sebagai milik negara. mandat untuk mengambil berbagai kebijakan substantif dalam pengelolaan 2. Belum meratanya pengetahuan/ BMN/D, pada praktiknya jajaran pemahaman jajaran Pengadilan Kementerian Keuangan (melalui Ditjen Negeri tentang mandat serta Kekayaan Negara) selalu menyatakan kewenangan mediasi yang dimiliki bahwa Kementerian hanya sebatas oleh Komnas HAM. pengelola. Sedangkan yang lebih berwenang mengambil keputusan Permasalahan yang dihadapi terkait dan mengetahui persis tentang dengan belum meratanya pengetahuan kondisi suatu aset BMN adalah pihak atau pemahaman tentang mediasi pengguna, dalam hal ini lembaga/ berdasarkan Undang-Undang Nomor kementerian terkait. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Di sisi lain, jajaran lembaga/ke- Manusia pernah dihadapi oleh Komnas menterian (termasuk institusi militer HAM dalam sejumlah penanganan dan BUMN), ketika dikonfirmasi kasus. Kendala utama yang ditemui untuk diposisikan sebagai pihak dalam ialah pada saat Komnas HAM berbagai sengketa tanah dengan hendak mendaftarkan kesepakatan warga masyarakat, kerap menyatakan mediasi (keputusan mediasi) kepada bahwa pihaknya hanyalah sebagai Panitera Pengadilan Negeri setempat pengguna yang diberi mandat untuk sebagaimana yang diatur dalam memakai dan menjaga aset negara Pasal 96 ayat (3) Undang-Undang (termasuk tanah) yang berada di Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak bawah penguasaannya, serta tidak Asasi Manusia. Kondisi tersebut diberi kewenangan memutuskan pada akhirnya dapat menyebabkan pelepasan dan atau peralihan atas suatu tidak terpenuhinya mandat Undang- BMN/D. Dengan kondisi demikian, Undang Nomor 39 Tahun 1999 maka sangat sulit diharapkan dapat Tentang Hak Asasi Manusia terkait tercapai penyelesaian sengketa tanah dengan pendaftaran hasil kesepakatan antara warga masyarakat dengan mediasi. Untuk itu, diharapkan negara, yang sedang ditangani oleh pimpinan Mahkamah Agung RI dapat Komnas HAM. Sebagai solusinya, para memberikan pedoman kepada jajaran pemangku kepentingan dari jajaran pengadilan negeri di seluruh Indonesia eksekutif seharusnya secara bersama- tentang keterkaitan antara mekanisme sama membahas tentang kewenangan mediasi oleh Komnas HAM dengan definitif masing-masing lembaga Pengadilan Negeri, terutama dalam hal dalam hal penguasaan, pelepasan dan pendaftaran kesepakatan mediasi.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 309

3. Belum adanya pengaturan di kepada Pengadilan Negeri dilakukan lingkup jajaran Mahkamah Agung melalui Komnas HAM. Apabila RI tentang prosedur pelaksanaan pihak yang bersangkutan tetap tidak fiat eksekusi atas kesepakatan melaksanakan keputusan yang telah mediasi. dinyatakan dapat dilaksanakan oleh pengadilan, maka pengadilan wajib Permasalahan lain yang dihadapi melaksanakan keputusan tersebut. ialah adanya perbedaan pandangan Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal antara jajaran pengadilan negeri 96 ayat (5) Undang-Undang Nomor setempat dengan Komnas HAM terkait 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi dengan permintaan fiat eksekusi Manusia bahwa pengadilan tidak dapat terhadap hasil keputusan mediasi menolak permintaan sebagaimana yang telah ditandatangani oleh para dimaksud dalam ayat (4). pihak yang bersengketa dan telah pula Dari kondisi tersebut di atas, terlihat didaftarkan oleh Komnas HAM ke bahwa ketiadaan aturan lebih lanjut panitera pengadilan negeri setempat. tentang prosedur pelaksanaan ‘titik Perbedaan pandangan tersebut taut’ antara Komnas HAM sebagai mencakup 3 hal, yakni (1) substansi lembaga yang diberi wewenang atau materi eksekusi; (2) prosedur memediasi oleh undang-undang atau hukum acara eksekusi; dan (3) dengan jajaran pengadilan yang diberi pembebanan biaya eksekusi. mandat untuk melakukan fiat eksekusi Sebagaimana telah disinggung menjadi kendala terlaksananya pada bagian terdahulu, Pasal 96 ayat keputusan mediasi. Permasalahan (4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun tersebut pada akhirnya berujung pada 1999 Tentang Hak Asasi Manusia terlanggarnya hak salah satu pihak mengatur bahwa apabila keputusan serta tidak tuntasnya hasil mediasi mediasi tidak dilaksanakan oleh salah sebagaimana yang dicita-citakan satu pihak dalam jangka waktu yang oleh para pembuat Undang-Undang ditetapkan dalam keputusan tersebut, Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak maka pihak lainnya dapat memintakan Asasi Manusia. kepada Pengadilan Negeri setempat Dalam rangka mengupayakan solusi agar keputusan tersebut dinyatakan terhadap permasalahan yang terkait dapat dilaksanakan dengan dengan jajaran Mahkamah Agung RI pembubuhan kalimat “Demi Keadilan (sebagaimana tersebut pada butir no.2 Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha dan no.3 di atas), sangat diharapkan Esa”. Selanjutnya dinyatakan dalam agar Pimpinan Mahkamah Agung penjelasan pasal tersebut bahwa RI dapat mengeluarkan Peraturan permintaan terhadap keputusan yang Mahkamah Agung RI (Perma) yang dapat dilaksanakan (fiat eksekusi) berisi tentang pedoman prosedur

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 310 pendaftaran kesepakatan mediasi oleh yang melibatkan institusi negara atau Komnas HAM dan Perma yang berisi lembaga pemerintahan, termasuk tentang pedoman prosedur pelaksanaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). fiat eksekusi terhadap kesepakatan Permasalahan tersebut terjadi pada mediasi Komnas HAM. Usulan bentuk saat adanya permintaan dari salah hukum berupa Perma tersebut didasari satu pihak kepada pimpinan instansi oleh pandangan bahwa substansi atau pemerintahan tersebut untuk materi yang hendak dituangkan dalam melepascan aset yang menurut mereka Perma tersebut merupakan hal-hal telah dikuasai secara sepihak oleh yang bersifat mengatur (regeling) negara atau ketika ada permintaan yang berisi tentang hal-hal prosedural untuk membayarkan sejumlah yang mengikat secara umum serta kompensasi dalam bentuk uang tidak ditujukan kepada orang per dalam menyelesaikan sengketa. Pada orang secara individual. Dalam literatur, umumnya respons yang diberikan setiap keputusan yang dibentuk oleh pihak jajaran Direksi BUMN/ baik oleh Regering (pemerintah) dan pimpinan instansi ialah menolak Staaten Generaal (lembaga legislatif) berbagai permintaan tersebut dengan maupun keputusan-keputusan lain dalih akan bertentangan dengan yang dibentuk oleh lembaga-lembaga ketentuan hukum yang berlaku apabila lainnya asalkan isinya adalah peraturan permintaan tersebut dipenuhi. yang mengikat umum sering diistilahkan Pada kasus-kasus tersebut di atas, dengan ‘wet in materiele zin’, atau jajaran instansi pemerintahan (baik dalam bahasa Indonesia lazim disebut sipil, militer maupun BUMN/BUMD) dengan peraturan perundang-undangan menolak untuk melepascan atau dengan berbagai variasi bentuk dan pun mengajukan usulan pelepasan hirarkinya29. hak atas tanah dengan alasan tidak berwenang atau rentan terhadap 4. Kekhawatiran terjadinya pelang- garan hukum pengelolaan aset tuduhan pelanggaran hukum yang negara dan hukum keuangan negara. berlaku terkait dengan pengelolaan barang-barang milik negara/ daerah Permasalahan yang terkait dengan sebagaimana yang diatur dalam kekhawatiran terjadinya pelanggaran Peraturan Pemerintah Nomor 6 hukum keuangan negara kerap Tahun 2006 Tentang Pengelolaan dihadapi oleh Komnas HAM pada Barang Milik Negara/ Daerah. Para saat memediasi sengketa-sengketa pimpinan atau wakil institusi-institusi negara tersebut memilih melanjutkan 29 Lebih lanjut lihat Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan , Jenis, Fungsi dan proses sengketa melalui pengadilan Materi Muatan, Penerbit Kanisius, Jakarta: 2007, hal. dalam rangka melindungi diri mereka 52-53.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 311 dari kemungkinan sangkaan korupsi mengelola aset negara, sementara di apabila terdapat permintaan pelepasan sisi lain menutup sama sekali peluang atau penghapusan aset berupa tanah pengembalian aset negara yang proses yang saat ini berada dalam pengelolaan perolehan/ penguasaannya masih dapat mereka. dipersoalkan oleh masyarakat, kecuali dengan mempersoalkan penguasaan D. Penutup tersebut melalui pengadilan. Dalam rangka mengupayakan solusi Pengaturan tentang hak negara atas permasalahan tersebut di atas, atas tanah pemerintah (dalam hal ini Presiden RI) Berdasarkan penanganan sengketa diharapkan dapat mengambil langkah tanah yang terkait dengan instansi untuk melakukan revisi atas Peraturan pemerintah (BMN/D), pada umumnya Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 pihak masyarakat hanya berbekal Tentang Pengelolaan Barang Milik fakta historis dengan dukungan alat Negara/ Daerah, khususnya yang bukti tertulis yang sangat minim. Hal menyangkut pelepasan hak negara atas tersebut menjadi kendala utama yang tanah melalui penghapusan Barang pada akhirnya dapat dibantah dengan Milik Negara/ Daerah (BMN/D) dari mudah dalam proses perundingan daftar BMN/D yang berupa tanah. dengan jajaran pemerintahan yang Diharapkan dapat diakomodir tentang pada umumnya telah memiliki bukti- persyaratan atau mekanisme yang bukti tertulis yang cukup lengkap. lebih manusiawi dalam merespon Selain itu, dalam sengketa-sengketa tuntutan masyarakat terhadap aset- pertanahan antara masyarakat dengan aset tanah yang saat ini berada dalam instansi pemerintah, peluang untuk penguasaan instansi pemerintah. terpenuhinya syarat pelepasan hak atas tanah yang sedang dikuasai oleh pemerintah pun nyaris nihil mengingat secara yuridis alasan yang memungkinkan terjadinya pemindahtanganan aset hanya meliputi keempat hal sebagaimana tersebut dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Tentang BMN/D. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sesungguhnya keberadaan Peraturan Pemerintah tentang BMN/D pada satu sisi memberikan kepastian hukum bagi para pejabat pemerintah yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 312

DAFTAR PUSTAKA http://www.suarapembaruan.com/ home/bentrokan-berdarah- di-sape-polisi-tetapkan-47- Boedi Harsono, Hukum Agraria tersangka/15241; Indonesia, Sejarah Pembentukan http://www.republika.co.id/ Undang-Undang Pokok Agraria, Isi berita/nasional/nusantara- dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum nasional/12/07/27/m7tsnn-petani- Tanah Nasional, Jakarta: Penerbit dan-polisi-di-ogan-ilir-bentrok- Djambatan, 2007 satu-tewas Gatot Soemartono, Arbitrase dan http://www.tribunnews. Mediasi di Indonesia, PT. Gramedia com/2012/10/30/bentrokan-di- Pustaka Utama, Jakarta, 2006 senama-nenek-kembali-pecah Hadimulyo, Mempertimbangkan http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/ ADR, Kajian Alternatif Penyelesaian putusan/Putusan002PUUI2003.pdf Sengketa di Luar Pengadilan, Penerbit ELSAM, Jakarta, 1997 http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/ Imelda Saragih, dkk, Belajar Dari pustaka/GRN/PP/PP_38_1963_ Pengalaman: Praktik Mediasi Hak PENUNJUKAN%20BADAN- Asasi Manusia, diterbitkan oleh BADAN%20HUKUM%20YANG%20 Subkomisi Mediasi dan Bagian DAPAT%20MEMPUNYAI.PDF Administrasi Mediasi Komnas HAM, Harian KOMPAS Jakarta, 2012 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 Perundang-undangan, Jenis, Fungsi tentang Pembaruan Agraria dan dan Materi Muatan, Penerbit Pengelolaan Sumber Daya Alam Kanisius, Jakarta: 2007 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, tentang Peraturan Dasar Pokok- Perkembangan, Metode, dan Pilihan Pokok, Lembaran Negara 1960- Masalah, Penerbit Muhammadiyah 104, Tambahan Lembaran Negara University Press, Surakarta, 2002 Nomor 2043 Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara, Undang-Undang Nomor 30 Tahun Paradoksal Konflik dan Otonomi 1999 Tentang Arbitrase dan Daerah, Penerbit Peradaban, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: 2002 Lembaran Negara Republik Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Indonesia Tahun 1999 Nomor Hukum, PT. Pradnya Paramita, 138, Tambahan Lembaran Negara Cetakan Ke 26, Jakarta, 1996 Republik Indonesia Nomor 3872

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 313

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia, Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4899. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Barang Milik Negara/ Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609 Putusan Perkara Nomor 002/ PUU-I/2003 Tentang Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 UPAYA NON-YUDISIAL PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ANTARA MASYARAKAT VS NEGARA 314

RIWAYAT HIDUP YHODHISMAN SORATHA

Nama Lengkap : Yhodhisman Soratha Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 16 Desember 1976 Status : Menikah Alamat : Jl. Kikir No.18 RT 001/ RW 04, Kel. Kayu Putih, Jakarta Timur 13210 Telepon / HP : 0812 8044 4665 E-mail : [email protected]/ [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL 1983 – 1989 : Lulus SD Muhammadiyah 41, Jakarta 1989 – 1992 ` : Lulus SMP Negeri 236, Jakarta 1992 – 1995 : Lulus SMA Negeri 21, Jakarta 1995 – 2001 : Lulus Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung 2006 - 2008 : Lulus Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI 1995 – 2001 : Keluarga Aktivis Universitas Padjadjaran, Bandung; organisasi kemahasiswaan 1997 – 1999 : Front Indonesia Muda – Bandung; organisasi kemahasiswaan 2000 – 2001 : Forum Mahasiswa Nasional (FMN); organisasi kemahasiswaan 1999 – 2001 : Lembaga Pengkajian & Pengabdian untuk Masyarakat Demokratis (LPPMD – Unpad); organisasi kemahasiswaan 2010 – sekarang : Anggota Pusat Mediasi Nasional (PMN)

PEKERJAAN SAAT INI

Aktif pada Subkomisi Mediasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI (Komnas HAM)

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 Editorial

Membangkitkan Harapan Orang Dengan Kusta

Oleh Rusman Widodo1

Rusman Widodo 1

Abstract

This paper discusses about the , the condition of leprosy in Indonesia, and the problems faced by people affected by leprosy. Discuss the responsibilities of the state and of the United Nations resolution on the Elimination of Discrimination against Persons Affected by Leprosy and Members of Their Families. ODK has complex problems. They bear the burden of medical, economic and sosial burden. ODK is also affected by stigma and discrimination of concern. Several non-governmental organizations, individuals have sought to ODK hope and passion for life through a variety of ways and program activities. The government has also taken various actions and programs in order to remove leprosy, stigma and discrimination against ODK in Indonesia. But such efforts are still not enough for ODK still scattered all over the country. It takes a national task force that is able to control leprosy ensure all related program leprosy can walk synergistic, comprehensive, non-overlapping, on target and reach all ODK in the country.

1 Staf Fungsional Penyuluh Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 315 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 316

Abstrak

Tulisan ini membahas tentang penyakit kusta, kondisi kusta di Indonesia, dan permasalahan yang dihadapi oleh orang-orang yang terkena kusta atau Orang Dengan Kusta (ODK). Membahas tentang tanggungjawab negara dan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Orang- Orang yang Terkena Kusta dan Anggota Keluarga Mereka. ODK memiliki permasalahan yang kompleks. Mereka menanggung beban medis, beban ekonomi dan sosial. ODK juga terkena stigma dan diskriminasi yang memprihatinkan. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, individu telah berupaya membangkitkan harapan dan gairah hidup ODK melalui beragam cara dan program kegiatan. Pemerintah juga telah melakukan berbagai tindakan dan program dalam rangka menghapus penyakit kusta, stigma dan diskriminasi terhadap ODK di Indonesia. Tapi upaya-upaya tersebut masih belum cukup karena ODK masih bertebaran di seluruh pelosok tanah air. Dibutuhkan gugus tugas nasional penanggulangan kusta yang mampu memastikan semua program terkait kusta bisa berjalan sinergis, komprehensif, tidak tumpang tindih, tepat sasaran dan menjangkau seluruh ODK di tanah air.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 317

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA

Pendahuluan Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium Penyakit Kusta lepromatosis oleh Universitas Texas stilah kusta berasal dari bahasa pada tahun 2008, yang menyebabkan Sansekerta, yakni kushtha endemik sejenis kusta di Meksiko dan berarti kumpulan gejala-gejala Karibia, yang dikenal lebih khusus kulit secara umum. Penyakit dengan sebutan diffuse lepromatous kustaI atau lepra disebut juga Morbus leprosy. Sedangkan bakteri Myco- Hansen, sesuai dengan nama yang bacterium leprae ditemukan oleh menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard seorang ilmuwan Norwegia bernama Armauwer Hansen pada tahun 1874 Gerhard Henrik Armauer Hansen pada sehingga penyakit ini disebut Morbus tahun 1873 sebagai patogen yang Hansen.2 menyebabkan penyakit yang telah Penyakit Hansen atau Penyakit lama dikenal sebagai lepra. Saat ini Morbus Hansen yang dahulu dikenal penyakit lepra lebih disebut sebagai sebagai penyakit kusta atau lepra penyakit Hansen, bukan hanya untuk adalah sebuah penyakit infeksi menghargai jerih payah penemunya, kronis yang sebelumnya, diketahui melainkan juga karena kata leprosy hanya disebabkan oleh bakteri dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan 2 Sumber: http://doktersehat.com/informasi-kusta- yang netral lebih diterapkan untuk dan-gejalanya/. Unduh: 3 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 318 mengurangi stigma sosial yang tak bakteriologis negatif (-). Tipe kusta ini seharusnya diderita oleh pasien kusta. tidak menular. Penyakit ini adalah tipe penyakit Sedangkan Kusta tipe Multi granulomatosa pada saraf tepi dan Bacillary (MB) atau disebut juga kusta mukosa dari saluran pernapasan basah adalah bilamana bercak putih atas; dan lesi pada kulit adalah tanda kemerahan yang tersebar satu-satu yang bisa diamati dari luar. Bila tidak atau merata diseluruh kulit badan, ditangani, kusta dapat sangat progresif, terjadi penebalan dan pembengkakan menyebabkan kerusakan pada kulit, pada bercak, bercak pada kulit lebih saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf Tidak seperti mitos yang beredar di tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi masyarakat, kusta tidak menyebabkan positif (+). Tipe seperti ini sangat pelepasan anggota tubuh yang mudah menular.4 begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.3 Kelompok yang berisiko tinggi Gejala terkena kusta adalah yang tinggal Tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit di daerah endemik dengan kondisi kusta bermacam-macam, tergantung yang buruk seperti tempat tidur yang dari tingkat atau tipe dari penyakit tidak memadai, air yang tidak bersih, tersebut. Gejala – tanda-tanda -- asupan gizi yang buruk, dan adanya penyakit kusta adalah sebagai berikut: 5 penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria Tanda pada kulit : memiliki tingkat terkena kusta dua kali a. Adanya kelainan kulit berupa lebih tinggi dari wanita. bercak merah/putih atau Terdapat dua jenis tipe kusta yaitu benjolan. kusta tipe kering dan kusta tipe basah. Kusta tipe Pausi Bacillary (PB) atau b. Kulit mengkilap; disebut juga kusta kering adalah bilamana ada bercak keputihan seperti c. Bercak yang tidak gatal; panu dan mati rasa atau kurang merasa, d. Adanya bagian kulit yang tidak permukaan bercak kering dan kasar berkeringat atau tidak berambut; serta tidak berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit antara e. Lepuh yang tidak nyeri. 1-5 tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan 4 Sumber: http://doktersehat.com/informasi-kusta- dan-gejalanya/. Unduh: 3 Agustus 2012. 3 Sumber:h ttp://id.wikipedia.org/wiki/Penya-kit_ 5 http://dinkes.tabalongkab.go.id/2012/04/05/kusta/. Hansen. Unduh: 3 Agustus 2012. Unduh: 3 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 319

Tanda-tanda pada saraf: (3). Gangguan fungsi otonom (kulit kering, retak, pembengkakan (1) Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk () dll. dan nyeri pada anggota badan atau muka; c. Hasil tes Basil Tahan Asam (BTA +) positif, dengan melakukan kerukan (2) Gangguan gerak anggota badan pada lesi kulit atau cuping telinga. atau bagian muka; Tindakan ini dilakukan pada kasus yang meragukan. (3) Adanya cacat/ deformitas; Untuk menegakkan diagnosis minimal (4) Adanya luka yang tidak sakit. harus ditemukan satu cardinal sign.6 Tanda-tanda di atas bukanlah gejala tanda utama kusta, oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut dan Apa saja wujud dari cardinal sign pertimbangkan diagnosis banding (tanda-tanda pokok). Berikut adalah seperti panu, kurap, kudis, frambusia “cardinal signs” pada badan yaitu:7 dan lain-lain. 1. Kelainan kulit/lesi yang Cara memastikan penyakit Kusta hypopigmentasi atau kemerahan dengan hilang/mati rasa yang jelas. Temukan tanda utama (cardinal sign) penyakit kusta seperti: 2. Kerusakan dari syaraf tepi, yang berupa hilang/mati rasa dan a. Adanya lesi/kelainan kulit yang mati kelemahan otot tangan, kaki, atau rasa. Kelainan kulit dapat berbentuk muka. bercak putih (hypopigmentasi), kemerah-merahan (Eritematous) 3. Adanya kuman tahan asam di dalam yang mati rasa (anestesi). korekan jaringan kulit (BTA positif). b. Penebalan saraf tepi yang disertai Seseorang dinyatakan sebagai dengan gangguan fungsi saraf penderita kusta bilamana terdapat satu berupa : dari tanda-tanda pokok di atas. Bila ragu-ragu orang tersebut dianggap (1). Gangguan fungsi sensoris sebagai kasus dicurigai (suspek) dan (mati rasa), diperiksa ulang setiap 3 bulan sampai (2). Gangguan fungsi motoris diagnosa dapat ditegakkan kusta kelemahan otot (parese) atau 6 ibid. kelumpuhan (paralysis). 7 BAB II Penyakit Kusta. E. Diagnosa. Sumber: www. penyakitmenular.info/userfiles/pedomankusta.pdf. Unduh: 31 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 320 atau penyakit lain. Untuk melakukan juga dikemukakan dengan pencobaan diagnosa secara lengkap dilaksanakan pada mencit dengan pemaparan hal-hal sbb: bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai saluran 1. Anamnese. pernapasan adalah rute yang paling memungkinkan menjadi gerbang 2. Pemeriksaan klinis yaitu : masuknya bakteri, walaupun demikian - Pemeriksaan kulit. pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan. - Pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinya. Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa 3. Pemeriksaan bakteriologis. peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum 4. Pemeriksaan hispatologis. dilaporkan adalah beberapa minggu, 5. Immunologis. berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum Namun untuk diagnosa kusta di dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini lapangan cukup dengan anamnese dan dilaporan berdasarkan pengamatan pemeriksaan klinis. Bila ada keraguan pada veteran perang yang pernah dan fasilitas memungkinkan sebaliknya terekspos di daerah endemik dan dilakukan pemeriksaan bakteriologis. kemudian berpindah ke daerah non- endemik. Secara umum, telah disetujui, Penularan Kusta bahwa masa inkubasi rata-rata dari 8 Apakah kusta menular? Jawabannya kusta adalah 3-5 tahun. adalah ya kusta menular tapi tidak Pendapat lain mengatakan mudah menular. Lantas bagaimanakah meskipun cara penularannya yang cara penularannya? Penyakit ini sering pasti belum diketahui dengan jelas, dipercaya penularannya disebabkan penularan di dalam rumah tangga dan oleh kontak antara orang yang kontak/hubungan dekat dalam waktu terinfeksi dan orang yang sehat. yang lama tampaknya sangat berperan M. leprae Pintu masuk dari ke tubuh dalam penularan kusta. Cara-cara manusia masih menjadi tanda tanya. penularan penyakit kusta sampai saat Saat ini diperkirakan kulit dan saluran ini masih merupakan tanda tanya. pernapasan atas menjadi gerbang dari Yang diketahui hanya pintu keluar masuknya bakteri. Rees dan McDougall kuman kusta dari tubuh si penderita, telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang ditekan 8 Penyakit Hansen. Patofisiologi. Sumber: http:// id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen. Unduh: 8 sistem imunnya. Laporan yang berhasil April 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 321 yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada tubuh manusia antara 1-9 hari yang mengatakan bahwa penularan tergantung pada suhu atau cuaca, penyakit kusta adalah melalui sekresi dan diketahui hanya kuman kusta hidung, basil yang berasal dari yang utuh (solid) saja yang dapat sekresi hidung penderita yang sudah menimbulkan penularan. mengering, di luar masih dapat hidup 2 - 7 x 24 jam. Kontak kulit dengan 3. Faktor Daya Tahan Tubuh kulit. Syarat-syaratnya adalah harus Sebagian besar manusia kebal di bawah umur 15 tahun, keduanya terhadap penyakit kusta (95 %). harus ada lesi baik mikroskopis maupun Dari hasil penelitian menunjukkan makroskopis, dan adanya kontak yang gambaran sebagai berikut: lama dan berulang-ulang.9 Dari 100 orang yang terpapar: Pendapat lain mengatakan penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita 95 orang tidak menjadi sakit; kusta tipe Multi Basiler (MB) kepada orang lain dengan cara penularan 3 orang sembuh sendiri tanpa langsung. Cara penularan yang pasti obat; belum diketahui, tetapi sebagian 2 orang menjadi sakit, hal ini besar para ahli berpandapat penyakit belum lagi memperhitungkan kusta dapat ditularkan melalui saluran pengaruh pengobatan.10 pernafasan dan kulit. Pengobatan Kusta Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah, dan tidak Pada akhir 1940-an, pengobatan perlu ditakuti tergantung dari beberapa penyakit kusta ditemukan dengan faktor antara lain: menggunakan dapson dan derivatnya. Namun lambat laun, bakteri 1. Faktor Sumber Penularan mycobacterium leprae menjadi Sumber penularan adalah penderita kebal terhadap dapson secara kusta tipe MB. Penderita MB inipun bertahap karena penyakit kusta tetap tidak akan menularkan kusta, apabila menyebar karena dapson hanyalah berobat teratur. obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemah terhadap mycobacterium 2. Faktor Kuman Kusta leprae. Penggunaan tunggal dapson hanya sampai pada tahun 1960-an Kuman kusta dapat hidup di luar karena populasi bakteri menjadi kebal.

9 Informasi Kusta dan Gejalanya. Sumber: http:// 10 BAB II Penyakit Kusta. D. Cara Penularan. doktersehat.com/informasi-kusta-dan-gejalanya/. Sumber:www.penyakitmenular.info/userfiles/ Unduh: 3 Agustus 2012. pedomankusta.pdf. Unduh: 31 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 322

Pada dekade 1960-an dan 1970-an kombinasi dengan rifampisin dan ditemukan klofazimin dan rifampisin dapson, untuk menyiasati kekebalan yang dianggap lebih baik dari dapson. bakteri. 11 Kemudian pada awal dekade 1980- an, ditemukan pengobatan dengan Pengobatan penyakit kusta bertujuan untuk menyembuhkan penderita kusta cara multiobat (Multidrug Therapy) dan mencegah timbulnya cacat. Pada yang terbukti kembali bisa mengerem penderita tipe PB yg berobat dini dan penyebaran penyakit kusta. teratur akan cepat sembuh tanpa Pengobatan penyakit kusta dapat menimbulkan cacat. Akan tetapi bagi penderita yang sudah dalam keadaan dilakukan dengan Multidrug Therapy cacat permanen pengobatan hanya (MDT) yang dapat menyembuhkan. dapat mencegah cacat yg lebih lanjut. Obat kusta bisa diperoleh dengan gratis Bila penderita kusta tidak minum obat di puskesmas terdekat. Keterlambatan secara teratur,maka kuman kusta dapat seseorang penderita penyakit kusta menjadi aktif kembali, sehingga timbul dalam berobat dapat menyebabkan gejala-gejala baru pada kulit dan kecacatan. Kecacatan juga bisa terjadi syaraf yg dapat memburuk keadaan. apabila pengobatan tidak sempurna Di sinilah pentingnya pengobatan sehingga pengobatan tidak tuntas. sedini mungkin dan teratur. Selain itu Namun apabila segera meminum obat pengobatan kusta bertujuan untuk memutuskan mata rantai penularan maka kecacatan dapat dihindari akibat dari penderita kusta terutama tipe yg saraf tepi yang mati rasa. menular kepada orang lain. Pengobatan Terapi multiobat dan kombinasi penderita kusta ditujukan untuk tiga obat (rifampisin, klofazimin, mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh,dan dan dapson) direkomendasi oleh tanda-tanda penyakit menjadi kurang Panitia Ahli WHO pertama kali pada aktif dan akhirnya hilang. Dengan tahun 1981. Kelompok Kerja WHO hancurnya kuman maka sumber merekomendasikan dua tipe terapi penularan dari penderita terutama tipe multiobat standar. Pertama adalah MB ke orang lain terputus. Selama pengobatan selama 24 bulan untuk dalam pengobatan penderita dapat kusta lepromatosa dengan rifampisin, terus bersekolah atau bekerja seperti klofazimin, dan dapson. Kedua adalah biasa.12 pengobatan 6 bulan untuk kusta 11 Insidensi dan Terapi Penyakit Kusta. Sumber: http:// tuberkuloid dengan rifampisin dan kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/03/25/ dapson. Adalah Shantaram Yawalkar insidensi-dan-terapi-penyakit-kusta/. Unduh: 31 Agustus 2012. dan rekannya yang merumuskan terapi 12 BAB VII Pengobatan Penderita. A. Tujuan Pengobatan. Sumber: www.penyakitmenular.info/ userfiles/pedomankusta.pdf. Unduh: 31 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 323

Kusta di Indonesia penemuan penderita baru/case detection ratio (CDR) adalah acuan Di Indonesia, penderita kusta yang dipakai Badan Kesehatan Dunia terdapat hampir di seluruh daerah (WHO) untuk perkembangan jumlah dengan penyebaran yang tidak penderita baru di sebuah negara. merata. Mayoritas mereka tersebar di kantong-kantong kemiskinan dan Pada tahun 2011 pada level perkampungan kusta. provinsi, di Indonesia masih terdapat 12 provinsi dengan beban penyakit Ada 68 kampung kusta tersebar dari kusta yang tinggi. Di daerah tersebut Sabang sampai Merauke. Kampung angka penemuan penderita baru Karantina yang menjadi bukti sahih dari lebih dari 10/100.000 penduduk dan politik isolasi dan diskriminasi terhadap angka kesakitan lebih dari 1/10.000 penderita kusta, yang selama puluhan penduduk. Artinya, jumlah kasus baru tahun, dari masa kolonial Belanda, yang muncul lebih besar dari 1.000 13 sampai saat ini masih terlembagakan. meskipun angka kesakitannya kurang Kampung kusta tersebut sebagian besar dari 1/10.000 penduduk. Empat kondisinya sangat memprihatinkan. belas provinsi tersebut adalah 1) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Kusta di Indonesia dinyatakan te­ 2)Jawa Timur, 3)Sulawesi Utara, 4) lah tereliminasi oleh World Health Sulawesi Tengah, 5)Sulawesi Selatan, Organization (WHO) pada tahun 6)Sulawesi Tenggara, 7)Sulawesi Barat, 2000. Tapi sampai saat ini Indonesia 8)Gorontalo, 9)Papua, 10)Papua Barat, masih menempati peringkat ke-3 11)Maluku, dan 12)Maluku Utara. sebagai negara penyumbang ODK Masih tetap tingginya angka penderita baru. Ranking pertama adalah India baru kusta merupakan indikasi upaya dan kedua adalah Brazil. penghapusan kusta dari Indonesia Jumlah kasus baru Orang Dengan belum sepenuhnya berhasil. Kusta (ODK) pada 2011 mencapai 19.371 orang terdiri dari 11.708 laki- Permasalahan Yang Dihadapi ODK laki dan 7.663 perempuan. ODK tipe Mengapa upaya penghapusan kering (PB) sejumlah 3.737 orang dan kusta sangat sulit dilakukan? Menurut tipe basah (MB) mencapai 15.634 pengamatan penulis hal tersebut orang. Case Detection Ratio (CDR) karena kompleksitas yang ada terkait per 100.000 penduduk pada 2011 penyakit kusta, terutama dari ODK- mencapai 8,03.14 Indikator angka nya. Seorang yang divonis terkena

13 Sumber:http://www.transformasilepra.org/ kusta biasanya akan mengalami press%20release%20International.html. guncangan yang hebat. Bahkan banyak Unduh: 14 Desember 2012. 14 Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. ODK yang tetap tidak mau disebut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 324 terkena penyakit kusta. Pengalaman tidak memiliki pengetahuan yang cukup penulis saat terlibat penelitian di tentang kusta maka mereka mencari Sampang, Madura, Jawa Timur pada solusi pengobatan yang kurang tepat. 2011 membuktikan hal tersebut. Misal, mereka mendatangi dukun Saat penulis ikut mewawancarai atau ”orang pintar” untuk mencari ODK, orang tersebut tetap mengelak kesembuhan di luar pengobatan terkena kusta. Dia mengatakan sakit secara medis. Walhasil banyak yang alergi, gatal-gatal karena makan ikan. gagal pengobatannya. ODK baru mau Padahal petugas kecamatan setempat berobat ke dokter atau secara medis telah membuktikan secara medis kalau setelah timbul kecacatan. Itu berarti dia benar-benar terkena kusta. Bahkan dia mengalami keterlambatan berobat saat diwawancarai dia masih dalam karena cacatnya tidak mungkin lagi proses pengobatan agar sembuh dari disembuhkan atau dikembalikan kusta. seperti semula. Kecacatan yang muncul tersebut Seorang ODK akan memikul sejumlah menimbulkan beban medis secara beban berat, yaitu: kejiwaan. Seorang ODK yang telah mengalami kecacatan cenderung 1. Beban Medis. berubah tingkah lakunya. Mereka Seorang ODK akan mengalami menjadi pemalu, minder, menutup setidaknya dua beban medis yaitu diri, mengurangi bersosialisasi/bergaul beban medis secara fisik dan beban atau membatasi ruang geraknya medis secara kejiwaan. Beban medis sendiri. Bahkan banyak ODK yang secara fisik akan menghantui ODK selama puluhan tahun tidak pernah sejak pertama kali tanda-tanda kusta meninggalkan kampungnya walaupun terlihat secara fisik di salah satu sekadar pergi ke pasar. bagian tubuhnya. Ketika melihat tanda-tanda kusta di benak seorang 2. Beban Ekonomi dan Sosial ODK akan muncul pertanyaan saya Selain harus menanggung beban ini sakit apa sebenarnya? Apakah medis, seorang ODK juga menanggung penyakit ini bisa diobati? Bagaimana beban ekonomi. Masyarakat masih cara mengobatinya? Berapa biaya ketakutan bila melihat kondisi ODK, pengobatannya? Apakah penyakit ini apalagi ODK yang telah mengalami berbahaya bagi hidup saya dan keluarga kecacatan. Alhasil masyarakat enggan saya? Dan sejumlah pertanyaan atau bahkan tidak mau berhubungan lainnya? Manakala gejala-gejala kusta dengan ODK untuk urusan ekonomi, itu makin serius maka mereka akan misal jual beli barang, mempekerjakan berupaya untuk mencari pengobatan ODK, penggunaan jasa ODK. sendiri. Tapi karena banyak ODK yang Beban ekonomi itu makin berat

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 325 tatkala ODK juga harus menanggung langsung didasarkan pada pembedaan beban sosial yaitu masih kuatnya manusia atas dasar agama, suku, ras, anggapan sebagian besar masyarakat etnik, kelompok, golongan, status sosial, Indonesia bahwa kusta adalah status ekomomi, jenis kelamin, bahasa, penyakit kutukan. Sehingga orang keyakinan politik. yang berakibat yang terkena kusta atau ODK adalah pengurangan, penyimpangan atau orang terkutuk, orang yang kena penghapusan pengakuan, pelaksanaan azab, orang yang hina karena itu atau penggunaan hak asasi manusia maka harus dijauhi, disingkirkan, dan kebebasan dasar dalam kehidupan dikucilkan, dibuang. Dengan kata lain baik individual maupun kolektif dalam ODK selama ini mengalami stigma dan bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, diskriminasi yang luar biasa di segenap budaya dan aspek kehidupan lainnya.16 aspek kehidupan. Stigma dan diskriminasi menyebabkan ODK kehilangan hak asasi manusianya. Stigma Hak Asasi Manusia adalah seperangkat Menurut Erving Goffman, stigma hak yang melekat pada hakikat dan adalah: The phenomenon whereby keberadaan manusia sebagai makhluk an individual with an attribute is Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan deeply discredited by his/her society anugerah-Nya yang wajib dihormati, is rejected as a result of the attribute. dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Stigma is a process by which the negara, hukum, pemerintah, dan reaction of others spoils normal setiap orang demi kehormatan serta identity. (Penamaan yang sangat perlindungan harkat dan martabat negatif kepada seseorang/kelompok manusia.17 sehingga mampu mengubah secara Akibat stigma dan diskriminasi, radikal konsep diri dan identitas sosial ODK kehilangan antara lain hak mereka. Adanya stigma akan membuat atas pekerjaan, hak atas kesehatan, seseorang atau sebuah kelompok hak atas tempat tinggal yang layak, dianggap negatif dan diabaikan, hak atas pendidikan, hak untuk sehingga mereka disisihkan secara berumahtangga, hak sipil, hak politik, sosial.) 15 hak atas pekerjaan dan hak-hak lainnya. Sejumlah tindakan nyata yang Diskriminasi menyebabkan hilangnya hak-hak ODK Sedangkan diskriminasi adalah adalah sebagai berikut: setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak 16 Pasal 1 Angka 3 UU No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). 15 Zhye. Tokoh-Tokoh Teori dalam Sosiologi. Sumber: 17 Pasal 1 Angka 1 UU No.39/1999 tentang Hak Asasi http://zhye.wordpress.com/2009/07/08/tokoh-tokoh- Manusia (HAM). teori-dalam-sosiologi/.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 326

1. ODK sering ditolak atau tidak Tindakan ini bertentangan dengan mendapat layanan medis dari rumah Pasal 38 ayat 1 dan 2 UU 39/1999 sakit umum ketika ingin melahirkan. tentang HAM yaitu, (1) Setiap Tindakan tersebut melanggar Pasal warga negara, sesuai dengan bakat, 3 Ayat 3 UU 39/1999 tentang kecakapan, dan kemampuan, HAM yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pekerjaan yang layak. berhak atas perlindungan hak asasi (2) Setiap orang berhak dengan manusia dan kebebasan dasar bebas memilih pekerjaan yang manusia, tanpa diskriminasi.” disukainya dan berhak pula atas 2. ODK tidak diperbolehkan naik syarat-syarat ketenagakerjaan yang kendaraan umum (bis, angkutan adil. kota, pesawat, kereta api, kapal 5. ODK tidak diizinkan menikah atau dll) untuk bepergian mengunjungi ditolak ketika akan menikah dengan tempat-tempat tertentu. Perbuatan orang yang bukan ODK. Perbuatan ini melanggar Pasal 27 ayat 1 tersebut melanggar Pasal 10 ayat 1 UU 39/1999 tentang HAM yaitu dan 2 UU 39/1999 tentang HAM, “Setiap warga negara Indonesia (1) Setiap orang berhak membentuk berhak untuk secara bebas bergerak, suatu keluarga dan melanjutkan berpindah, dan bertempat tinggal keturunan melalui perkawinan yang dalam wilayah negara Republik sah. (2) Perkawinan yang sah hanya Indonesia.” dapat berlangsung atas kehendak 3. ODK dikeluarkan dari sekolah atau bebas calon suami dan calon istri kampusnya sehingga tidak dapat yang bersangkutan, sesuai dengan melanjutkan atau menyelesaikan ketentuan peraturan perundang- studinya. Tindakan ini bertentangan undangan. dengan Pasal 12 yang 6. ODK tidak diizinkan membeli atau berbunyi,”Setiap orang berhak atas mendirikan rumah di suatu wilayah perlindungan bagi pengembangan atau di suatu perumahan. Perbuatan pribadinya, untuk memperoleh tersebut bertentangan Pasal 40 UU pendidikan, mencerdaskan dirinya, 39/1999 tentang HAM yaitu “Setiap dan meningkatkan kualitas hidupnya orang berhak untuk bertempat agar menjadi manusia yang tinggal serta berkehidupan yang beriman, bertaqwa, bertanggung layak.” jawab, berahlak mulia, bahagia, dan 7. ODK dilarang bergaul, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi bersosialisasi dengan warga manusia.” masyarakat lainnya. Perbuatan 4. ODK ditolak saat ingin mengikuti tersebut bertentangan dengan Pasal seleksi untuk melamar pekerjaan, 35 UU 39/1999 tentang HAM yang dikeluarkan dari tempat kerjanya. berbunyi, “Setiap orang berhak

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 327

hidup di dalam tatanan masyarakat dan pelanggaran HAM yang lainnya dan kenegaraan yang damai, aman, terhadap ODK harus segera dihapus. dan tenteram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan HAM dan Kewajiban Negara sepenuhnya hak asasi manusia Hak Asasi Manusia dan kewajiban dasar manusia “Semua manusia dilahirkan merdeka sebagaimana diatur dalam Undang- dan mempunyai martabat dan hak undang ini. yang sama. Mereka dikaruniai akal budi 8. ODK tidak mendapat kesempatan dan hati nurani dan hendaknya bergaul atau tidak diberi kesempatan untuk satu dengan yang lain dalam semangat ikut dalam kegiatan pemilihan persaudaraan.” Rangkaian kalimat umum. Perbuatan tersebut indah tersebut terdapat di dalam bertentangan dengan Pasal 43 Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi ayat 1 UU 39/1999 tentang HAM, Manusia (DUHAM). Untuk sampai yang menyatakan (1) Setiap warga kepada perumusan kalimat seperti negara berhak untuk dipilih dan Pasal 1 DUHAM manusia seluruh memilih da1am pemilihan umum dunia – setidaknya yang tergabung berdasarkan persamaan hak melaui di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa pemungutan suara yang langsung, -- telah mengalami banyak peristiwa umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil menyedihkan, menyengsarakan, sesuai dengan ketentuan peraturan dan menghinakan martabat manusia perundang-undangan. selama berabad-abad sebelumnya. 9. ODK dilarang menggunakan tempat ibadah (masjid, gereja, wihara, dll) Jadi kalimat tersebut bukan kalimat untuk menjalankan ibadah sesuai yang turun begitu saja dari langit tapi dengan agama dan keyakinannya. membutuhkan perjuangan, tumbal Tindakan tersebut bertentangan nyawa, darah, dan air mata. Kalimat dengan Pasal 22 ayat 1 UU 39/1999 tersebut menjadi tanda, peringatan, tentang HAM yang berbunyi,” rambu-rambu agar manusia tak Setiap orang bebas memeluk terjatuh lagi kepada peristiwa di masa agamanya masing-masing dan lalu yang kelam yang menghinakan untuk beribadat menurut agamanya hakikat kemanusiaan. Kalimat tersebut dan kepercayaannya itu.” adalah pengakuan sekaligus perintah kepada semua manusia -- siapapun Perbuatan-perbuatan yang dan dimanapun – untuk menjunjung, melanggar hak-hak ODK seperti di menghargai, menghormati hak yang atas tidak bisa terus dibiarkan. ODK telah dimiliki manusia semenjak lahir. juga manusia yang memiliki HAM Mengapa hak ini harus dihormati yang sama dengan manusia lainnya. oleh siapapun dan dimanapun. Pertama, Segala tindakan diskriminatif, stigma, karena hak tersebut telah ada, telah

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 328 melekat sejak manusia lahir ke dunia Agar dapat memahami HAM maka – bahkan ketika si jabang bayi masih setiap orang harus memperhatikan di dalam kandungan. Hak itu melekat sejumlah hal prinsip terkait dengan artinya hak itu muncul tanpa harus HAM. Hal prinsip tersebut adalah diperjanjikan, tanpa harus menunggu sebagai berikut: munculnya aturan atau undang-undang. Pertama, HAM bersifat universal. Kedua, hanya dengan melakukan Artinya, HAM tidak dapat dipindahkan. penghormatan, perlindungan dan Semua orang dimanapun di dunia ini pemenuhan terhadap hak asasi memiliki hak. Manusia tidak dapat manusia maka hak tersebut dapat memberikan hak tersebut. Demikian terjaga yang artinya martabat manusia pula, seseorang tidak dapat mencabut juga bisa tetap terjaga. Manusia akan hak tersebut dari orang lain. tetap mulia manakala martabat atau Kedua, HAM itu indivisibility kehormatannya tetap terjaga. Itulah (tidak dapat dibagi). Artinya, hak sipil sebabnya hak yang melekat sejak lahir politik (Sipol) dan ekonomi, sosial dan ini lebih dikenal dengan sebutan Hak budaya (Ekosob) adalah satu kesatuan Asasi Manusia (HAM). yang tak dapat dibagi-bagi. Hak-hak Lebih jelasnya tentang pengertian tersebut inheren terhadap martabat HAM dapat dilihat di Pasal 1 UU setiap manusia. No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Ketiga, HAM itu inter-dependence Manusia sebagai berikut: “Hak Asasi and Inter-relatedness Manusia adalah seperangkat hak yang (Saling melekat pada hakikat dan keberadaan Bergantung dan Saling Terkait). Artinya, manusia sebagai makhlukTuhan Yang realisasi dari satu hak tergantung Maha Esa dan merupakan anugerah- sepenuhnya atau sebagian, terhadap Nya yang wajib dihormati, dijunjung realisasi dari hak yang lain. Sebagai tinggi dan dilindungi oleh negara, contoh, realisasi hak atas kesehatan hukum, pemerintah, dan setiap orang dapat tergantung, dalam keadaan demi kehormatan serta perlindungan tertentu, terhadap realisasi hak atas harkat dan martabat manusia.” informasi. TAP MPR No. XVII tahun Keempat, HAM itu equality and 1998 tentang Hak Asasi Manusia non-discrimination (Kesetaraan dan merumuskan bahwa hak asasi manusia Non Diskriminasi). Artinya, semua adalah hak-hak dasar yang melekat orang adalah setara sebagai manusia. pada diri manusia secara kodrati, Dengan demikian, tidak seorangpun, universal, dan abadi sebagai anugerah harus menderita karena diskriminasi Tuhan Yang Maha Esa. Semua hak itu berdasarkan ras, warna kulit, etnis, tidak boleh diabaikan atau dirampas gender, umur, bahasa, orientasi oleh siapapun. seks, agama, pendapat politik atau

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 329 lainnya, asal usul kebangsaan, sosial Kewajiban Negara dan geografi, disability, kepemilikan, Dalam kontek hukum HAM kelahiran atau status lain yang dikenal istilah pemegang kewajiban dibangun dengan standard HAM. dan pemegang hak. Negara dalam Kelima, HAM itu participation and hal ini pemerintah adalah pemangku Inclusion (Partisipasi dan Inklusi). kewajiban (duty bearer). Kewajiban Artinya, semua orang memiliki yang diemban negara terdiri atas hak untuk berpartisipasi dalam tiga bentuk, yaitu menghormati (to suatu kegiatan dan mengakses respect), melindungi (to protect) dan informasi yang berkaitan dengan memenuhi (to fulfill). Sedangkan proses pembuatan kebijakan yang rakyat atau individu adalah pemegang berpengaruh terhadap hidup mereka. hak. Kewajiban tersebut tercantum di Pendekatan berbasis hak memerlukan dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang partisipasi masyarakat sipil, minoritas, HAM Pasal 71 sebagai berikut: perempuan, orang muda, kelompok “Pemerintah wajib dan bertanggung masyarakat adat dan kelompok lain jawab menghormati, melindungi, dalam derajat yang tinggi. menegakan, dan memajukan hak Keenam, HAM itu accountability asasi manusia yang diatur dalam and Rule of Law (Akuntabilitas dan undang-undang ini, peraturan per- Berkuasanya Hukum). Artinya, negara undang-undangan lain, dan hukum dapat dimintai pertanggungjawaban internasional tentang hak asasi mengenai kepatuhannya terhadap manusia yang diterima oleh negara HAM. Dalam hal ini, negara harus Republik Indonesia. menyesuaikan dengan norma dan Kewajiban untuk menghormati (obligation to respect) adalah standard hukum yang ada di dalam kewajiban negara untuk tidak turut instrumen HAM internasional. Bilamana campur terkait aktivitas atau kegiatan negara gagal untuk melakukannya, warga negara yang dijamin instrumen pemegang hak yang dirugikan berhak nasional dan internasional. Bila untuk meminta penjelasan secara negara mencampuri urusan warga transparan sebelum ke pengadilan atau negaranya maka dalam hal ini negara proses hukum lain dalam kesesuaiannya telah melakukan pelanggaran HAM dengan peraturan dan prosedur yang yang disebut by commission (dengan ada di dalam hukum. Individu, media, sengaja). masyarakat sipil, dan masyarakat internasional memainkan peran Kewajiban melindungi (obligation penting dalam menjaga akuntabilitas to protect) adalah kewajiban negara pemerintah untuk melaksanakan untuk memanfaatkan seluruh sumber kewajibannya dalam memenuhi HAM. daya negara dalam melakukan

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 330

perlindungan terhadap warga negara. Resolusi tersebut memuat Tindakan konkrit negara antara prinsip-prinsip dan pedoman untuk lain membuat sejumlah produk penghapusan diskriminasi terhadap hukum tertulis maupun tidak tertulis orang-orang yang terkena kusta dan yang dapat memberikan jaminan anggota keluarga mereka. Berikut perlindungan bagi warga negaranya. adalah prinsip dan pedomannya: Dalam hal ini, negara harus bertindak I. Prinsip aktif. Bila negara justru bertindak 1. Orang-orang yang terkena kusta pasif maka negara telah melakukan dan anggota keluarga mereka pelanggaran HAM yang disebut by harus diperlakukan sebagai ommission (pembiaran). orang yang bermartabat dan berhak, atas dasar kesetaraan Kewajiban memenuhi (obligation to dengan orang lain, untuk fulfill) adalah kewajiban negara untuk semua hak asasi manusia dan memenuhi HAM warga negaranya. kebebasan fundamental yang Bentuk konkritnya, misal negara dinyatakan dalam Deklarasi menyediakan rumah sakit, tenaga Universal Hak Asasi Manusia, medis, obat-obatan untuk menjamin serta pada instrumen-instrumen terpenuhinya hak atas kesehatan warga internasional hak asasi lainnya negaranya. Dalam konteks ini negara yang relevan dan berlaku harus bersifat aktif. Bila bertindak pasif di masing-masing negara, maka negara melakukan pelanggaran termasuk Kovenan Internasional HAM yang disebut pelanggaran by tentang Hak-hak Ekonomi, ommission (pembiaran). Sosial dan Budaya, Kovenan Orang Dengan Kusta (ODK) dan Internasional tentang Hak Sipil anggota keluarganya sama seperti dan Politik, serta Konvensi Hak- manusia yang lain. Mereka memiliki hak Penyandang Disabilitas. HAM yang wajib dihormati, dilindungi, 2. Orang-orang yang terkena kusta dan dipenuhi oleh negara. Lantas dan anggota keluarga mereka bagaimana cara memenuhi hak-hak tidak boleh didiskriminasikan ODK? Untuk memenuhi HAM ODK, karena alasan mengalami atau negara wajib berpegang teguh pada pernah mengalami penyakit Resolusi yang diadopsi oleh Majelis kusta. Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 3. Orang-orang yang terkena tentang penghapusan diskriminasi kusta dan anggota keluarga terhadap orang-orang yang terkena mereka harus memiliki hak yang 18 kusta dan anggota keluarga mereka. sama dengan orang lain dalam 18 Lihat Resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum [laporan Komite Ketiga (A/65/456/Lamp.2 (Bagian terhadap Orang-Orang yang Terkena Kusta dan II))] 65/215 tentang Penghapusan Diskriminasi Anggota Keluarga Mereka .

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 331

hal pernikahan, keluarga dan 7. Orang-orang yang terkena orang tua. Untuk tujuan ini: kusta dan anggota keluarga (a) Tidak ada yang boleh ditolak mereka tidak boleh ditolak haknya untuk menikah karena masuk ke atau dikeluarkan dari alasan kusta; sekolah atau program pelatihan (b) Kusta tidak boleh menjadi dengan alasan kusta. alasan untuk perceraian; 8. Orang-orang yang terkena kusta (c) Seorang anak tidak boleh dan anggota keluarga mereka dipisahkan dari orang tuanya berhak untuk mengembangkan karena alasan kusta. potensi diri mereka sepenuhnya, 4. Orang-orang yang terkena dan sepenuhnya menyadari kusta dan anggota keluarga martabat dan harga diri mereka. mereka harus memiliki hak Orang-orang yang terkena yang sama dengan orang kusta dan anggota keluarga lain dalam kaitannya dengan mereka yang telah diberdayakan kewarganegaraan penuh dan dan yang memiliki kesempatan memperoleh dokumen identitas. untuk mengembangkan ke- 5. Orang-orang yang terkena mampuan mereka bisa menjadi kusta dan anggota keluarga agen perubahan sosial yang mereka harus memiliki hak kuat. untuk melayani masyarakat, 9. Orang-orang yang terkena atas dasar kesetaraan dengan kusta dan anggota keluarga orang lain, termasuk hak mereka memiliki hak untuk, dan untuk mencalonkan diri dalam seharusnya, aktif terlibat dalam pemilihan dan memegang proses pengambilan keputusan jabatan di semua tingkat mengenai kebijakan dan pemerintahan. program yang secara langsung 6. Orang-orang yang terkena menyangkut kehidupan mereka. kusta dan anggota keluarga mereka harus memiliki hak untuk II. Pedoman bekerja dalam lingkungan yang 1. Umum inklusif dan harus diperlakukan 1.1 Negara harus mempromosikan, atas dasar kesetaraan dengan melindungi dan menjamin orang lain di seluruh kebijakan realisasi penuh hak asasi dan proses yang terkait dengan manusia dan kebebasan perekrutan, pengangkatan kar- mendasar bagi semua orang yawan, promosi, gaji, kelanjutan yang terkena kusta dan pekerjaan dan kemajuan karir. anggota keluarga mereka

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 332

tanpa diskriminasi karena instrumen-instrumen inter- alasan kusta. Untuk tujuan ini, nasional tentang hak negara harus: asasi manusia yang (a) Mengambil semua langkah diikuti, termasuk Kovenan legislatif, administratif dan Internasional tentang Hak lainnya yang sesuai untuk Ekonomi, Sosial dan Budaya, memodifikasi, mencabut Kovenan Internasional atau menghapuskan hukum, tentang Hak-hak Sipil dan peraturan, kebijakan, kebia- Politik, serta Konvensi Hak- saan dan praktik-praktik hak Penyandang Cacat. yang mendiskriminasikan 1.3 Dalam pembuatan dan secara langsung atau tidak pelaksanaan peraturan dan langsung orang-orang kebijakan serta dalam proses yang terkena kusta dan pembuatan keputusan anggota keluarga mereka, lainnya mengenai isu-isu atau yang memaksa atau yang berkaitan dengan mewajibkan pemisahan dan orang-orang yang terkena isolasi orang-orang karena kusta dan anggota keluarga alasan kusta dalam konteks mereka, Negara harus diskriminasi tersebut; berkonsultasi erat dengan (b) Memastikan bahwa dan secara aktif melibatkan semua pihak dan instansi penderita kusta dan berwenang mengambil anggota keluarga mereka, langkah-langkah untuk baik secara individu menghapuskan diskriminasi maupun melalui organisasi karena alasan kusta yang lokal dan nasional masing- dilakukan oleh organisasi, masing. orang atau perusahaan swasta. 2. Kesetaraan dan non- 1.2 Negara harus mengambil diskriminasi semua langkah yang tepat 2.1 Negara harus mengakui agar orang-orang yang bahwa semua orang terkena kusta dan anggota setara di hadapan dan di keluarga mereka dapat bawah hukum dan berhak, merealisasikan secara penuh tanpa diskriminasi apapun, semua hak yang melekat atas perlindungan dan dalam Deklarasi Universal keuntungan yang sama dari Hak Asasi Manusia dan hukum.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 333

2.2 Negara harus melarang perempuan, anak-anak dan semua diskriminasi karena anggota kelompok rentan alasan terkena atau pernah lainnya yang terkena atau menderita kusta, dan harus pernah menderita kusta, menjamin perlindungan serta anggota keluarga hukum yang setara dan mereka. efektif untuk penderita kusta dan anggota keluarga 4. Rumah dan keluarga mereka. Negara harus, jika mungkin, 2.3 Langkah-langkah spesifik mendukung penyatuan kembali yang diperlukan untuk keluarga yang terpisah di mencapai kesetaraan secara masa lalu sebagai akibat dari de facto bagi orang-orang kebijakan dan praktik yang yang terkena kusta dan berkaitan dengan orang-orang anggota keluarga mereka yang didiagnosis menderita tidak boleh dianggap kusta. sebagai diskriminasi. 5. Hidup dalam masyarakat dan 3. Wanita, anak-anak dan perumahan kelompok rentan lainnya 5.1 Negara harus mem- 3.1 Dalam banyak masyarakat, promosikan penggunaan kusta memiliki dampak hak yang sama bagi orang- negatif yang signifikan bagi orang yang terkena kusta perempuan, anak-anak dan dan anggota keluarga kelompok rentan lainnya. mereka seperti halnya Karena itu, Negara harus bagi orang lain, sehingga memberikan perhatian memungkinkan inklusi dan khusus untuk promosi dan partisipasi mereka secara perlindungan hak-hak asasi penuh dalam masyarakat. perempuan, anak-anak dan 5.2 Negara harus meng- anggota kelompok rentan identifikasi orang-orang lainnya yang terkena atau yang terkena kusta dan pernah mengalami kusta, anggota keluarga mereka serta anggota keluarga yang tinggal dalam mereka. isolasi atau dipisahkan 3.2 Negara harus mempro- dari komunitas karena mosikan pengembangan, penyakit mereka, dan harus kemajuan dan pembe- memberikan dukungan rdayaan secara penuh para sosial kepada mereka.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 334

5.3 Negara harus memampukan penuh mereka, Negara orang-orang yang terkena juga harus merancang, kusta dan anggota keluarga mempromosikan dan mereka untuk memilih mengimplementasikan tempat tinggal dan harus rencana untuk integrasi memastikan bahwa mereka bertahap dari warga di tidak diwajibkan untuk tempat tersebut dengan menerima aturan tertentu masyarakat, dan untuk karena alasan penyakit keluar secara bertahap dari mereka. leprosarium dan rumah 5.4 Negara harus memung- sakit. kinkan setiap orang-orang yang terkena kusta dan 6. Partisipasi dalam kehidupan anggota keluarga mereka politik yang dulunya terisolasi Negara harus menjamin bahwa secara paksa oleh kebijakan orang-orang yang terkena kusta Negara yang berlaku pada dan anggota keluarga mereka saat itu, untuk terus tinggal dapat menggunakan hak suara, di leprosarium (tempat hak untuk mencalonkan diri penampungan khusus bagi dan hak untuk memegang penderita kusta) dan rumah jabatan publik di semua tingkat sakit yang telah menjadi pemerintahan, atas dasar rumah mereka, jika mereka kesetaraan dengan orang lain. menginginkannya. Dalam Prosedur pemungutan suara hal relokasi tidak dapat harus dapat diakses, mudah dihindari, para warga yang digunakan dan disesuaikan tinggal di tempat ini harus untuk mengakomodasi setiap menjadi peserta aktif dalam individu yang secara fisik mengambil keputusan mengalami kusta. mengenai masa depan mereka. Negara harus 7. Pekerjaan meningkatkan kondisi Negara harus mendorong dan kehidupan di leprosarium mendukung peluang untuk dan rumah sakit. Dengan wirausaha, pembentukan memperhatikan keinginan koperasi dan pelatihan kejuruan dari orang-orang yang bagi orang-orang yang terkena terkena kusta dan kusta dan anggota keluarga anggota keluarga mereka, mereka, serta pekerjaan mereka dan dengan partisipasi di pasar tenaga kerja reguler.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 335

8. Pendidikan Internasional tentang Negara harus mempromosikan Hak Sipil dan Politik, akses yang sama terhadap serta Konvensi tentang pendidikan bagi orang-orang Hak-Hak Penyandang yang terkena kusta dan anggota Disabilitas. keluarga mereka. 10.2 Negara harus mempro- mosikan, atas dasar kese- 9. Diskriminasi Bahasa taraan dengan orang Negara harus menghapus lain, akses ke tempat- bahasa yang diskriminatif, tempat umum, termasuk termasuk penggunaan istilah hotel, restoran, serta bis, “lepra” yang bernada meng- kereta api, dan bentuk hina atau kata yang memiliki transportasi umum lainnya makna serupa dalam bahasa untuk orang-orang yang atau dialek tertentu yang terkena kusta dan anggota terdapat pada publikasi keluarga mereka. pemerintah dan publikasi yang 10.3 Negara harus mempro- mengandung istilah tersebut, mosikan, atas dasar jika memungkinkan, harus kesetaraan dengan orang direvisi secepatnya. lain, akses terhadap fasilitas budaya dan 10. Partisipasi dalam kegiatan rekreasi bagi orang-orang publik, budaya dan rekreasi yang terkena kusta dan 10.1 Negara harus mempro- anggota keluarga mereka. mosikan penggunaan 10.4 Negara harus mempro- yang sama dari hak-hak mosikan, atas dasar dan kebebasan orang- kesetaraan dengan orang orang yang terkena kusta lain, akses ke tempat dan anggota keluarga ibadah bagi orang-orang mereka, seperti yang yang terkena kusta dan tercantum dalam Deklarasi anggota keluarga mereka. Universal Hak Asasi Manusia dan instrumen 11. Kesehatan internasional tentang 11.1 Negara harus memberikan hak asasi manusia yang orang-orang yang ter- diikuti, termasuk Kovenan kena kusta pelayanan Internasional tentang kesehatan gratis atau Hak-hak Ekonomi, Sosial yang harganya terjangkau dan Budaya, Kovenan dengan kisaran, kualitas

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 336

dan standar yang sama langkah-langkah yang seperti yang disediakan tepat untuk menjaga untuk penderita penyakit dan mempromosikan lainnya. Selain itu, negara hak tersebut, tanpa harus menyediakan pro- diskriminasi karena alasan gram deteksi dini dan kusta, berkaitan dengan memastikan pengobatan makanan, pakaian, peru- kusta secara cepat, mahan, air minum, sistem termasuk pengobatan pembuangan limbah dan untuk setiap reaksi dan kondisi kehidupan lainnya. kerusakan saraf yang Negara harus: mungkin terjadi, untuk (a) Meningkatkan prog- mencegah munculnya ram kolaboratif yang konsekuensi stigma. melibatkan pemerintah, 11.2 Negara harus memasukkan masyarakat sipil dan konseling psikologis dan lembaga swasta untuk sosial sebagai perawatan mengumpulkan dana dan mengembangkan standar yang ditawarkan program untuk bagi orang-orang yang meningkatkan standar terkena kusta yang sedang hidup; menjalani diagnosis dan (b) Memberikan atau pengobatan, dan setelah menjamin penyediaan selesai pengobatan, sesuai pendidikan untuk kebutuhan. anak-anak yang ke- 11.3 Negara harus menjamin luarganya hidup dalam bahwa orang-orang yang kemiskinan melalui terkena kusta memiliki beasiswa dan program akses ke pengobatan lain yang disponsori gratis untuk kusta, serta oleh pemerintah dan / perawatan kesehatan atau masyarakat sipil; yang tepat. (c) Menjamin bahwa orang-orang yang 12. Standar Hidup hidup dalam kemis- 12.1 Negara harus mengakui kinan memiliki akses hak orang-orang yang ke program pelatihan terkena kusta dan anggota kejuruan, kredit mikro, keluarga mereka atas dan cara lain untuk standar hidup yang layak, meningkatkan standar dan harus mengambil hidup mereka.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 337

12.2 Negara harus mempro- aksi tersebut dapat mencakup mosikan perwujudan hak tujuan berikut ini: tersebut melalui langkah- (a) Untuk memberikan infor- langkah finansial, seperti masi tentang kusta di sebagai berikut: semua tingkat sistem pen- (a) Orang-orang yang didikan, dimulai dengan terkena kusta dan pendidikan anak usia anggota keluarga dini, yang menegaskan mereka yang tidak antara lain, kusta dapat mampu bekerja ka- disembuhkan dan tidak rena usia, sakit atau boleh digunakan sebagai cacat harus diberikan alasan untuk diskriminasi dana pensiun dari terhadap penderita atau pemerintah; pernah mengalami kusta (b) Orang-orang yang dan keluarga mereka; terkena kusta dan (b) Untuk meningkatkan pro- anggota keluarga duksi dan penyebaran mereka yang hidup materi “pahami hak-hak dalam kemiskinan Anda” kepada semua orang harus diberikan ban- yang baru didiagnosis tuan keuangan untuk kusta; perumahan dan pe- (c) Untuk mendorong media rawatan kesehatan. agar menggambarkan orang-orang yang terkena 13. Membangun Kesadaran kusta dan anggota keluarga Negara, bekerja sama dengan mereka dengan gambar lembaga-lembaga hak asasi dan terminologi yang manusia, organisasi non- bermartabat; pemerintah, masyarakat sipil (d) Untuk mengakui kete- dan media, harus merumuskan rampilan, manfaat dan kebijakan dan rencana aksi kemampuan orang-orang untuk meningkatkan kesadaran yang terkena kusta seluruh masyarakat dan untuk dan kontribusi mereka mendorong rasa hormat terhadap masyarakat dan, terhadap hak-hak dan martabat jika mungkin, untuk men- orang-orang yang terkena dukung pameran artistik, kusta dan anggota keluarga bakat budaya serta ilmiah mereka. Kebijakan dan rencana mereka;

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 338

(e) Untuk mendorong orang- orang-orang yang terkena orang kreatif, termasuk kusta dan anggota keluarga seniman, penyair, musisi, mereka ke dalam program dan penulis, khususnya pendidikan hak asasi mereka yang secara pribadi manusia di masing-masing menghadapi tantangan negara; kusta, untuk memberikan (i) Untuk mengidentifikasi cara kontribusi terhadap upaya untuk mengenali, meng- peningkatan kesadaran hormati dan mempelajari melalui bakat khusus kehidupan orang-orang mereka; yang terkena kusta yang (f) Untuk memberikan in- diisolasi oleh pemerintah formasi kepada para karena telah didiagnosis pemimpin sosial, termasuk kusta, termasuk program tokoh agama, bahwa me- sejarah lisan, museum, ngangkat masalah kusta monumen, dan publikasi; dalam ceramah atau (j) Untuk mendukung upaya materi tulisan mereka dapat membantu upaya kesadaran di akar rumput penghapusan diskriminasi agar dapat menjangkau terhadap orang-orang yang masyarakat tanpa akses ke terkena kusta dan anggota media tradisional. keluarga mereka; (g) Untuk mendorong lem- 14. Pengembangan, pelaksanaan baga pendidikan tinggi, dan tindak lanjut kegiatan termasuk sekolah medis Negara dan sekolah keperawatan, 14.1 Negara harus memper- agar memasukkan infor- timbangkan untuk mem- masi tentang kusta dalam buat atau menunjuk kurikulum mereka, serta sebuah komite untuk untuk mengembangkan menangani kegiatan yang dan melaksanakan program berkaitan dengan hak “latihan bagi pelatih” dan asasi orang-orang yang bahan pendidikan yang terkena kusta dan anggota ditargetkan; keluarga mereka. Komite (h) Untuk meningkatkan pelak- ini idealnya mencakup sanaan Program Dunia individu yang terkena untuk Pendidikan Hak Asasi, kusta dan anggota serta untuk memasukkan keluarganya, perwakilan hak asasi manusia dari organisasi orang-orang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 339

yang terkena kusta, instansi pemerintah dan lain-lain yang ahli hak asasi manusia, peduli dan telah berbuat nyata untuk perwakilan dari bidang hak memperjuangkan hak-hak ODK. asasi manusia dan bidang Sejumlah LSM telah muncul terkait, serta perwakilan dan berkontribusi nyata untuk dari pemerintah. membangkitkan semangat ODK. 14.2 Negara didorong untuk Yayasan Transformasi Lepra Indonesia menyertakan, dalam la- (YTLI) sebagai sebuah lembaga yang poran mereka kepada peduli pada permasalahan kusta telah badan perjanjian yang melakukan sejumlah kegiatan advokasi relevan, berbagai kebi- dan pengembangan diri untuk ODK. jakan dan langkah yang Kegiatannya berupa seminar tentang telah mereka ambil kusta, penyuluhan di sekolah – sekolah dan/atau dilaksanakan (SMP, SMU dan Universitas), kursus sehubungan dengan komputer, kursus akutansi, pelatihan upaya penghapusan dis- koperasi, pelatihan jurnalis, pentas kriminasi terhadap orang- seni. Selain itu juga ada kegiatan ”talk orang yang terkena kusta show” tentang kusta di radio dan dan anggota keluarga televisi lokal. mereka. YTLI juga telah memfasilitasi dan meningkatkan pengembangan diri Bila negara mampu menjalankan bagi ODK dengan mendirikan sebuah amanah dari Resolusi tersebut maka organisasi yaitu Perhimpunan Mandiri ODK akan mampu meraih kembali Kusta (PerMaTa).19 harkat dan martabatnya secara utuh. Hal lain yang dilakukan YTLI adalah melaksanakan program rehabilitasi berbasis masyarakat di Pemberdayaan ODK Nusa Tenggara Timur (NTT). Program ODK harus bangkit untuk meraih tersebut membantu orang-orang kembali hak-haknya. ODK tidak bisa yang pernah menderita karena kusta hanya menunggu uluran tangan atau untuk meningkatkan pengetahuan tindakan dari negara. Memang bukan dan kemampuan mereka di aspek hal mudah bagi ODK untuk bangkit sosial ekonomi dan untuk membangun dan kembali meraih martabatnya. kehidupan yang lebih baik. Ada tiga (3) Namun, saat ini ODK tak perlu kegiatan utama dari program tersebut. khawatir karena telah banyak Lembaga Pertama, kegiatan yang berpengaruh Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh dalam kesehatan seperti pembuatan agama, tokoh masyarakat, individu, 19 http://www.transformasilepra.org/program%20 lembaga internasional dan tentu saja In%20ACTION.html. Unduh: 14 Desember 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 340 jamban, sumur, penampungan air untuk menemukan dan menghimpun hujan, dan pembuangan limbah. orang yang pernah mengalami Kedua, kegiatan yang berhubungan kusta ke dalam sebuah kelompok dengan peningkatan ekonomi atau organisasi. Organisasi tersebut termasuk simpan – pinjam, ternak selain ditujukan untuk membangun lembu, ternak babi, industri rumah kebersamaan di antara orang yang tangga, dan proyek percontohan pernah mengalami kusta, keberadaan dari pertanian berkelanjutan. Ketiga, organisasi tersebut juga dimaksudkan kegiatan yang berdampak pada hak – sebagai wadah pengembangan hak asasi seperti pengenalan kusta di diri bagi orang-orang yang pernah masyarakat, gereja dan sekolah.20 mengalami kusta. Selain itu wadah PerMaTa adalah lembaga yang tersebut juga dimaksudkan sebagai dibangun oleh orang-orang yang sarana advokasi atas hak orang-orang pernah mengalami kusta dari seluruh yang pernah mengalami kusta. Adapun Indonesia pada 15 Februari 2007 di aktivitas rutin yang dilakukan dalam Jakarta. Dalam mewujudkan Visi dan pengorganisasian komunitas ini antara Misinya PerMaTa melakukan beberapa lain pertemuan rutin setiap bulan, aktifitas antara lain21: perawatan diri, pendidikan informal, dan pelatihan pengembangan diri. Training Personal and Organizational Capacity Building Rehabilitasi Sosial Ekonomi Program Pelatihan ini dimaksudkan untuk Sebuah program yang ditujukan meningkatkan kualitas personal dan untuk meningkatkan kualitas organisasi komunitas orang-orang yang kehidupan ekonomi sosial orang- pernah mengalami kusta. Training orang yang pernah mengalami kusta. Personal Capacity Building berisi Program Rehabilitasi Sosial Ekonomi beberapa materi antara lain: meliputi; Micro Credit, unit usaha Membangun Kepercayaan Diri, Teknik ekonomi produktif, dan pelatihan Komunikasi Sosial, dan Kepemimpinan. kewirausahaan sosial. Sementara Organizational Capacity Building berisi materi tentang; Advokasi Manajemen Organisasi, Team Building, Kegiatan ini ditujukan untuk dan Conflict Management. meningkatkan kesadaran masyarakat Pengorganisasian Komunitas tehadap hak azasi orang yang Sebuah aktivitas yang ditujukan pernah mengalami kusta. Selain itu kegiatan advokasi juga dimaksudkan 20 http://www.transformasilepra.org/Program%20 untuk melakukan pendidikan publik rehabilitasi.html. Unduh: 14 Desember 2012. 21 http://permata.or.id/id/tentang-permata/program- terkait dengan program pencegahan permata.html. Unduh: 14 Desember 2012. penyakit kusta. Adapun kegiatan yang

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 341 dilakukan antara lain pendistribusian yang ditujukan untuk meningkatkan leaflet, penyuluhan tentang kusta di kualitas hidup ekonomi sosial para sekolah dan di tempat umum, seminar, pasien mantan penderita kusta dengan dan membangun kerja sama sinergis melakukan pelatihan dan pemberian dengan pemerintah dan pihak terkait bantuan modal usaha. untuk peningkatan mutu kehidupan orang pernah mengalami kusta. 3. Advokasi dan Pendampingan Kegiatan yang ditujukan untuk Beasiswa meningkatkan kesadaran masyarakat Program beasiswa ini diperuntukkan tehadap hak azasi para penderita kusta bagi anak-anak orang yang pernah di Indonesia.22 mengalami kusta. Beasiswa diper- Selain LSM, juga muncul untukkan bagi putra-putri dari orang individu-individu yang peduli untuk yang pernah mengalami kusta yang membangkitkan gairah hidup ODK. Salah satu contohnya adalah Ratna sedang menempuh pendidikan Indah Kurniawati. Perawat sekaligus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ibu dua anak yang tinggal di Desa dan Universitas. Cukur, Gondang, Kecamatan Grati, Selain YTLI dan PerMaTa, ada Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, ini juga Dompet Kusta Indonesia (DKI). aktif membangkitkan semangat ODK. DKI adalah program pemberdayaan Berbekal pendidikan formal sebagai orang-orang yang terbebas kusta yang lulusan ilmu keperawatan di STIKES bertujuan menggalang kepedulian Mojokerto tahun 2002 ditambah masyarakat dalam meningkatkan dengan pembekalan dari Dinas kesejahteraan orang-orang yang Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Indah terbebas kusta agar mereka menjadi menyusuri perkampungan untuk mandiri dan berdaya. mencari mereka yang selama ini DKI memiliki program pember- mengucilkan diri atau dikucilkan warga dayaan mantan penderita kusta akibat penyakit kusta. sebagai berikut: Tanpa pamrih Indah menjalani hari 1. Program Sosial demi hari bersahabat dengan penderita Bantuan yang diberikan dalam kusta. Tak hanya memutus mata rantai bentuk layanan kesehatan gratis, penyebaran kusta, membawa penderita bantuan pendidikan, pelatihan kembali ke tengah masyakarat juga peningkatan kapasitas skill dan lain- bukan persoalan mudah. lain. Berkat kesabarannya melakukan pendekatan dengan aparat desa,

2. Pemberdayaan Ekonomi 22 Sumber:http://dompetkustaindonesia.blogs-pot. Merupakan sebuah program com/2012/02/dompet-kusta-indonesia.html. Unduh: 14 Desember 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 342

Indah berhasil mendapat tempat untuk hanyalah projek yang ditugaskan oleh penyuluhan penyakit kusta di berbagai pihak rektorat UI melalui kegiatan tempat. Seperti di balai desa, sekolah, ILDP, namun setelah program termasuk di antaranya di pondok pelatihan yang diberikan selesai, kami pesantren. Tujuannya hanya satu terus melanjutkan kegiatan ini hingga demi memperkecil angka penyebaran sekarang.24 dan jumlah kasus penderita kusta Melalui NF, Hafiza memberdayakan serta melakukan pencegahan sedini ODK yaitu para ibu-ibu di Sitanala mungkin. untuk membuat jilbab manik. Langkah untuk mengangkat Meskipun awalnya susah, tapi martabat para penyandang penyakit dengan pendekatan terus menerus kusta tidak hanya terhenti sampai di akhirnya para ODK tersebut mampu situ. Indah juga mengajarkan mereka menghasilkan jilbab manik yang berbagai keterampilan seperti merajut, bagus dan berhasil dipasarkan ke menjahit dan membuat kerajinan. Hasil berbagai tempat. Sementara para penjualan karyanya selain menambah ODK di Sitanala tampak bahagia pemasukan yang terpenting dapat karena melalui usaha ini mereka bisa menjauhkan mereka dari rasa minder.23 mendapat tambahan penghasilan. Individu lain yang juga aktif Sejumlah ODK tetap optimis memberdayakan ODK adalah Hafiza menjalani hidupnya. Mereka tidak Elfira Novitarini, lulusan Sarjana Ilmu putus asa, mereka terus berusaha Keperawatan UI. Mahasiswi berprestasi mencari nafkah agar tetap bisa hidup (Mapres) UI 2010 ini aktif melakukan mandiri tanpa harus merepotkan orang pembinaan dan pengajaran wirausaha lain. Nuriyah – ODK yang tinggal kepada ODK di Sitanala, Tangerang di Jongaya (salah satu kompleks melalui Nalacity Foundationm(NF). perkampungan untuk penderita NF adalah program sosial kusta di Makassar, Sulawesi Selatan0 yang terbentuk melalui Indonesia – sangat tegar dalam menghadapi Leadership Development Program kehidupan. Dia tidak pernah menyesal (ILDP) UI. Program ini berkembang dan menyerah karena penyakit kusta. mulai dari proyek sosial menjadi projek Nuriyah tak hanya diam dan kewirausahaan sosial yang bertujuan menunggu uluran tangan orang lain memberdayakan masyarakat marjinal yang kasihan dan iba kepada dirinya. penyandang difabel untuk dapat Dia mencoba belajar dan mendapat memiliki kehidupan yang lebih baik penghasilan dari menjahit. Meski dan mandiri. Awalnya Nalacity tangannya tak lagi sempurna, dia

23 http://news.liputan6.com/read/394098/indah- 24 Sumber: http://fimadani.com/hafiza-elfira-ajarkan- pemberdaya-penderita-kusta. Unduh: 14 Desember kreasi-jilbab-kepada-mantan-penderita-kusta/. 2012. Unduh: 14 Desember 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 343 terlihat terampil menggunakan mesin ! Kusta itu bisa sembuh, ada obatnya jahit. Namun, kini mesin jahit itu bahkan obatnya gratis di puskesmas. mulai rusak dan kadang tidak bisa Namun seolah mereka tidak peduli dan dipergunakan. Dan sekarang dia hanya belum juga menerima kami. bisa memperbaiki pakaian dengan Aku juga pernah mendapatkan tangannya saja. Dan jika memang tidak pengalaman tidak enak di sekolah. ada order memperbaiki pakaian, dia Waktu awal – awal sekolah kelas I dan berusaha membantu untuk bersih— II, aku pernah di ejek oleh beberapa bersih di rumah tetangga. Tak pernah kakak kelas VI. Anak orang kusta ! ada kata menyerah untuk bertahan Pergi kamu ! Kamu itu nggak bisa apa – 25 hidup. apa ! Sedih sekali waktu denger ejekan Anny Handayani, begitulah kedua mereka. Aku juga sempat takut dan orang tuaku memberiku sebuah nama malu untuk bersekolah lagi. Bahkan 2 yang indah. Teman – teman dan orang hari aku tidak mau sekolah dan hanya di sekitar rumah memanggilku Anny. bisa menangis di rumah. Syukurlah, Bapakku Sabar namanya, sedangkan kedua orang tuaku selalu memberikan Ibuku bernama Kusyanti. Kami tinggal semangat untuk berani dan kembali di Wisma Rehabilitasi Katolik (Wireskat) bersekolah. Dan akhirnya aku berani Blora, Jawa Tengah. Ya, bapak dan untuk bersekolah kembali. ibuku adalah mantan penderita kusta Aku bertekad untuk membalas dan sudah lebih dari 10 tahun tinggal mereka yang mengejekku, dengan di Wireskat. Sekarang aku duduk di prestasi setinggi – tingginya. Biar bangku kelas 3 SDN II Sendang Harjo mereka juga tahu bahwa anak mantan Blora. Kakakku satu – satunya, Sonny, penderita kusta juga sama dengan sudah kelas V SD dan sekarang berada anak – anak yang lain,bahkan bisa di Panti Asuhan Don Bosko Surabaya. lebih. Bahkan mulai tahun ini aku Sejak kelas II, Aku selalu mendapat mendapatkan beasiswa dari sekolah. ranking 3 besar, bahkan sekarang aku Senangnya hatiku bisa sedikit bisa meraih ranking I di kelas III. Senang meringankan beban kedua orang rasanya bisa sedikit membuat kedua tuaku. Dan kini, ejekan dari teman – orang tuaku bangga, meski hanya teman sudah jarang aku dengar meski prestasi kecil. Apalagi masyarakat kadang masih ada juga satu dua orang sekitar tempat tinggal kami masih yang masih kurang suka dengan 26 belum mau menerima keberadaan keberadaanku. mantan penderita kusta dan juga Apa yang telah dilakukan keluarganya. Padahal Kusta itu bukan pemerintah? Menurut Direktur penyakit kutukan ataupun keturunan 26 http://www.transformasilepra.org/Anny.html. Unduh: 14 Desember 2012. 25 Sumber: http://www.transformasilepra.org/Ibu%20 Nuriyah.html. 14 DES 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 344

Jenderal Pengendalian Penyakit­ dan Kementerian Sosial (Kemsos) yang Penyehatan Lingku­ngan (P2PL) sudah membantu penderita kusta dan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama Komnas HAM yang mulai memper­ ­ keber­ha­silan Indonesia mengatasi juangkan hak-hak penderita kusta pe­nya­kit kusta adalah lebih dari 10 (pembuatan film kusta, penelitian­ dan juta penderita kusta telah disem­buh­ akan membuat task force penanganan kan dan lebih dari satu juta penderita­ masalah kusta). “Kami akan terus diselamatkan dari kecacatan. Tingkat menggalakkan program pengendalian prevalensinya menurun­ hingga 81 kusta di Indonesia dan di dunia, persen dalam 20 tahun terakhir, yaitu sebagai bagian dari Neglected Tropical dari 107.271 penderita (1990) menjadi Diseases (NTD) Control seh­ing­ 19.741 penderita (2010). ga indonesia bisa bebas dari kus­ta,” “Indonesia telah mencapai eli­ ucapnya. 27 minasi pada 2000 di 19 provinsi­ dan sekitar 300 kabupaten. Eli­minasi yaitu Belajar Dari Negara Lain menurunkan ang­ka kesakitan lebih Tak hanya Indonesia yang kecil dari 1 per 10.000,” ujar Tjandra. berupaya keras menghapus kusta, Untuk melakukan rehabilitasi, ada tapi sejumlah negara juga berupaya operasi rekonstruksi, pros­tesa, dan secara sungguh-sungguh menghapus pembentukan Kelom­pok Perawatan kusta melalui beragam cara. Mereka Diri (KPD), telah terbentuk lebih 150 mempresentasikan upaya-upaya yang KPD dan rehabilitasi sosial bekerja telah mereka lakukan dalam menghapus sama dengan LSM lokal yang juga kusta saat Workshop Internasional melakukan pengamatan sesudah Pertama tentang Masyarakat Inklusif, pengobatan atau RFT (Release From Kusta, dan Hak Asasi Manusia di Pune, Treatment). India pada Desember 2012. Dalam pemberantasan kusta, katanya, Kemenkes juga mela­­ Brasil kukan pemberdayaan Orang Yang Menurut Mr. Arture Castodio Pernah Mengalami Kusta (OYMK). (Perwakilan dari Brasil) stigma dan “Pemerintah daerah juga telah diskriminasi terhadap ODK juga terjadi meningkatkan duku­ngan­nya antara di Brasil. Untuk menghapus stigma lain memasuk­kan kusta dalam dan diskriminasi di Brasil diberlakukan program Mil­lenium Development ketentuan yang mengatur tentang Goals MDG`s,” ujar Tjandra. penuntutan ke pengadilan. Artinya Untuk mencapai tahap eradikasi­ apabila ada orang yang melakukan dan penghilangan kasus, Kemenkes 27 http://ekbis.rmol.co/read/2011/09/23/40174/ terus menjalin kemi­traan dengan Hore...-RI-Mulai-Bebas-Kusta-. Unduh: 14 Desember para pemangku ke­pentingan terkait 2010.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 345 tindakan stigma, diskriminasi, dan Filipina tindakan lain yang tidak menyenangkan Pemerintah Filipina memberikan terhadap ODK maka orang tersebut fasilitas kesehatan, menyediakan obat- dapat diadukan dan dituntut di obatan, melakukan workshop kusta untuk ODK dan pihak terkait. Selain pengadilan. Selain itu, Arture bersama itu juga membangun pusat pelatihan lembaganya menuntut kepada ketrampilan bagi ODK, menyediakan pemerintahnya agar menyediakan kebun sayur mayur dan buah-buahan perumahan, fasilitas kesehatan untuk para ODK. yang memadai, dan meminta agar penyandang kusta bisa terlibat dalam India beragam aktivitas masyarakat. India sebagai negara yang memiliki penyandang kusta terbanyak di dunia Kolumbia telah berupaya keras menghapus kusta. Selain terus berupaya menghapus Di bidang medis mereka berupaya stigma dan diskriminasi. Sejumlah memberikan obat-obatan dan layanan lembaga swadaya masyarakat (LSM) medis secara gratis kepada ODK. berupaya memberdayakan penderita Memberikan bantuan sosial kepada kusta dengan memberikan ketrampilan para ODK yang tersebar di ratusan tempat penampungan ODK. Selain untuk bertahan hidup, memberi itu juga memberikan lapangan kerja kesempatan kerja seperti melukis, kepada para ODK untuk membuat membuat barang kerajinan dan lain- spare part kendaraan roda empat lain. dan roda dua. Menyediakan tempat untuk memproduksi sepatu, sandal, Etiopia kaki palsu untuk para penyandang Negara ini berusaha membang- disabilitas. Juga menyediakan tanah kitkan semangat hidup ODK dengan untuk berkebun atau usaha pertanian memberikan lapangan kerja dan bagi ODK. memberikan ketrampilan untuk Penutup membuat barang yang dapat dijual. Jumlah ODK di Indonesia Selain itu upaya penghapusan menduduki peringkat ke-3 di dunia stigma dan diskriminasi dilakukan setelah India dan Brasil. Para ODK di melalui penyuluhan tentang kusta Indonesia mengalami beban berat kepada segenap kalangan dengan berupaya stigma dan diskriminasi. menggunakan radio siaran yang Kondisi tersebut membuat penyakit disiarkan secara nasional. kusta di Indonesia tidak bisa terhapus 100%. Bahkan penyakit kusta ini

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 346 seperti fenomena gunung es: hanya sebagian yang tampak dipermukaan tapi sejatinya masih banyak lagi yang belum terungkap. Menyikapi kondisi tersebut berbagai pihak – pemerintah, LSM, individu, -- telah berupaya keras untuk menghapus atau setidaknya meminimalisir jumlah ODK sekaligus membangkitkan semangat hidup ODK agar tidak takut lagi terhadap stigma dan diskriminasi. Para pejuang nasib ODK ini tersebar di seluruh pelosok tanah air dari Aceh sampai Papua. Mereka telah melakukan program advokasi, pemberdayaan, pendampingan, bantuan sosial ekonomi, dan lain- lain. Meskipun demikian upaya mereka belum sepenuhnya mampu menjangkau ODK yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Agar upaya penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap ODK serta upaya membangkitkan gairah hidup ODK bisa maksimal maka negara harus mengambil inisiatif untuk membuat task force (gugus tugas) nasional penanggulangan kusta. Task force ini akan memastikan semua program terkait kusta bisa berjalan sinergis, komprehensif, tidak tumpang tindih, tepat sasaran dan menjangkau seluruh ODK di tanah air.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 347

Referensi: http://fimadani.com/hafiza-elfira- ajarkan-kreasi-jilbab-kepada-mantan- BAB II Penyakit Kusta. D. Cara penderita-kusta/. Unduh: 14 Desember Penularan. Sumber: 2012. www.penyakitmenular.info/userfiles/ pedomankusta.pdf.Unduh: 31 Agustus http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_ 2012. Hansen. Unduh: 3 Agustus 2012.

BAB II Penyakit Kusta. E. Diagnosa. http://permata.or.id/id/tentang- Sumber: permata/program-permata.html. www.penyakitmenular.info/userfiles/ Unduh: 14 Desember 2012. pedomankusta.pdf. Unduh: 31 Agustus http://news.liputan6.com/ 2012. read/394098/indah-pemberdaya- penderita-kusta. Unduh: BAB VII Pengobatan Penderita. A. 14 Desember 2012. Tujuan Pengobatan. Sumber: www.penyakitmenular.info/userfiles/ http://www.transformasilepra.org/ pedomankusta.pdf. Unduh: 31 Anny.html. Unduh: 14 Desember Agustus 2012. 2012. http://www.transformasilepra.org/ http://dinkes.tabalongkab. Ibu%20Nuriyah.html. Unduh: 14 DES go.id/2012/04/05/kusta/. Unduh: 3 2012. Agustus 2012. http://www.transformasilepra.org/ http://doktersehat.com/informasi- program%20In%20ACTION.html. kusta-dan-gejalanya/. Unduh: 3 Unduh: 14 Agustus 2012. Desember 2012. http://dompetkustaindonesia. http://www.transformasilepra.org/ blogspot.com/2012/02/dompet- Program%20rehabilitasi.html. Unduh: kusta-indonesia.html. Unduh: 14 14 Desember 2012. Desember 2012. http://ekbis.rmol.co/ Informasi Kusta dan Gejalanya. read/2011/09/23/40174/Hore...-RI- Sumber: http://doktersehat.com/ Mulai-Bebas-Kusta-. Unduh: informasi-kusta-dan-gejalanya/. 14 Desember 2012. Unduh: 3 Agustus 2012.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 348

Insidensi dan Terapi Penyakit Kusta. Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/ medis/2011/03/25/insidensi-dan- terapi-penyakit-kusta/. Unduh: 31 Agustus 2012.

Penyakit Hansen. Patofisiologi. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_ Hansen. Unduh: 8 April 2012.

Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012.

Resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum [laporan Komite Ketiga (A/65/456/Lamp.2 (Bagian II))] 65/215 tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Orang-Orang yang Terkena Kusta dan Anggota Keluarga Mereka .

UU No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Zhye. Tokoh-Tokoh Teori dalam Sosiologi. Sumber: http://zhye.wordpress.com/2009/07/08/ tokoh-tokoh-teori-dalam-sosiologi/

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 349

RIWAYAT HIDUP Rusman Widodo

Saat pertama kali menjejakkan kakinya di Komnas HAM, pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Januari 1973, ini diserahi tanggung jawab sebagai penyuluh HAM dan mengurusi penerbitan Komnas HAM. Beragam training HAM telah diikuti, antara lain, “Training on Trainer (ToT) Hak Asasi Manusia” (2008), “Sub Regional Training Workshop on National Human Rights Institutions and Human Rights Defenders”, Bangkok (2007), “Pelatihan Penyelidikan Proyustisia” (2006), “Workshop Strategi Kampanye Publik” (2006-2007), “Pelatihan Hak Asasi Internally Displaced Persons/IDPs” (2005), dan “Human Rights Training” (2005). Ia juga pernah mengikuti “Pelatihan Kepemimpinan untuk Pembangunan Sistem Kesehatan Jiwa Indonesia” di Jakarta (2009).

Sebelum bergabung dengan Komnas HAM, alumnus terbaik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 1998 ini berkiprah sebagai jurnalis di berbagai media massa, antara lain, tabloid Pasarinfo (2004-2005), majalah all about Kemang (2003-2005), majalah Business & BUMN Review (2004), majalah berita FOKUS Indonesia (2003-2004), dan majalah FORUM Keadilan (1999-2003). Kiprahnya di organisasi, antara lain dijalani sebagai Koordinator Forum Wartawan Berpuisi/FWB (2002) dan anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta (2003-kini).

Pria yang kini aktif mengampanyekan pemenuhan HAM untuk orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan Kusta (ODK) ini telah menghasilkan beberapa karya, antara lain, buku antologi puisi Forum Wartawan Berpuisi, Maka Gumamku Adalah Bahasa (2002), tim pembuat komik dan film animasi HAM Petualangan di Dunia 1012 (2006-2007); tim pembuat buku Potret Buram HAM Indonesia (2006), tim pembuat komik Petualangan di Dunia 1012 (2005), tim pembuat buku Panduan Buruh Migran di Malaysia, Arab Saudi, dan Taiwan (2005). Editor buku “Marjinalisasi Hak Politik Penyandang Disabilitas” (2011), tim penulis buku “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kiai Terkait Kusta: Studi Kasus di Kabupaten Sampang” (2012) serta aktif menulis artikel di media massa. Terhitung sejak 2012 - kini menjabat sebagai staf fungsional penyuluh HAM Komnas HAM.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 350

Redaksi Jurnal HAM menerima tulisan dari para penulis jurnal dengan­ ketentuan sebagai berikut:

1. Isi naskah tidak bertentangan dengan visi, misi, tugas dan fungsi Komnas HAM. 2. Isi naskah mempunyai arti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Isi naskah mampu menampilkan sesuatu yang baru terkait dengan teori dan/atau metode ilmu terbaru yang terkait dengan persoalan hak asasi manusia. 4. Naskah disusun secara sistematis, dapat dan mudah dimengerti oleh pembaca. 5. Naskah yang dimuat sepenuhnya menjadi tanggungjawab pribadi penulis yang bersangkutan. 6. Isi naskah disesuaikan dengan topik yang telah ditetapkan oleh Komnas HAM atau topik yang tidak ditetapkan Komnas HAM tapi isinya tetap membahas persoalan HAM. 7. Naskah belum pernah diterbitkan atau tidak sedang dalam proses pengajuan untuk diterbitkan di media lain. 8. Naskah bisa berasal dari ringkasan hasil penelitian, survai, hipotesis atau gagasan orisinal yang kritis, mencerahkan dan membuka wawasan 9. Penulis jurnal HAM dapat berasal dari internal Komnas maupun eksternal Komnas HAM. 10. Dengan mempublikasikan karyanya melalui Jurnal HAM Komnas HAM maka penulis otomatis menyerahkan hak cipta (copyright) artikel secara utuh (termasuk abstrak, tabel, gambar, bagan, ilustrasi) termasuk hak untuk menerbitkan ulang dalam semua bentuk media kepada Komnas HAM. 11. Penulis wajib menyertakan curriculum vitae dan foto diri (kalau bisa foto yang terbaru). 12. Naskah dikirim dalam 2 bentuk file yaitu: 1) File elektronik, 2) File naskah tercetak yang ditujukan ke alamat Redaksi Jurnal HAM Komnas HAM: Subkomisi Pendidikan & Penyuluhan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jalan Latuharhary No. 4B Menteng, Jakarta Pusat 10310. Telepon (021) 392 5230, Faksimili (021) 391 2026, Email: [email protected] 13. Setiap penulis akan mendapat 2 buah jurnal yang telah terbit sebagai tanda bukti. 14. Ketentuan Teknis: a. Naskah ditulis dengan format penulisan ilmiah (dilengkapi dengan catatan kaki dan daftar pustaka) menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah diketik dengan menggunakan program microsoft word (windows).

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012

MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 351

b. Panjang naskah antara 50 ribu sampai 70 ribu character (no spaces) atau sekitar 8 ribu sampai 10 ribu kata termasuk catatan kaki (footnote). c. Ukuran spasi penulisan naskah adalah 1,5 spasi. d. Naskah dilengkapi dengan abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Abstrak hanya terdiri dari satu paragraf yang menggambarkan esensi isi tulisan secara jelas dan lengkap. Panjang abstrak sekitar 1000 sampai 1250 character (no spaces). e. Catatan Kaki. Semua rujukan pada tubuh tulisan, baik sumber yang merujuk langsung maupun tidak langsung, harus diletakkan di dalam catatan kaki ­dengan urutan nama lengkap pengarang, judul lengkap sumber, tempat ­terbit, penerbit, tahun terbit dan nomor halaman. Rujukan dari internet harap mencantumkan halaman http secara lengkap serta tanggal pengaksesannya. f. Tabel, gambar, bagan, dan ilustrasi harus mencantumkan dengan jelas nomor tabel/gambar/bagan/ilustrasi secara berurutan, judul serta sumber data. Keterangan tabel/gambar/bagan/ilustrasi diletakkan persis di bawah ­tabel/gambar/bagan/ilustrasi yang bersangkutan. g. Judul artikel harus spesifik dan efektif: l 12 kata dalam tulisan Bahasa Indonesia l 10 kata dalam tulisan Bahasa Inggris; atau l 90 ketuk/spasi pada papan kunci (keyboard). h. Sistematika pembaban (hindari pembaban mirip penulisan skripsi dgn mencantumkan kerangka teori, pernyataan masalah, kegunaan penulisan, ­saran tindak lanjut dan sejenisnya). i. Penulis mencantumkan namanya di naskah tanpa disertai gelar akademis atau indikasi jabatan dan kepangkatan.

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012 MEMBANGKITKAN HARAPAN ORANG DENGAN KUSTA 352

Jurnal HAM • Vol. 8 • Tahun 2012