Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 4 (1) (2016): 107-119

Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma

Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar

Hotland Lubis dan Hodriani*

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri ,

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kinerja Pemerintah Desa terutama dalam hal kerjasama, kedisiplinan, kreatifitas, tangung jawab serta mengidentifikasi kendala dan hambatan kinerja Pemerintah Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai. Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) kinerja Pemerintah Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai, (2) Hambatan, kendala tugas dan kinerja Pemerintah Desa, (3) Upaya penanggulangan hambatan tugas dan kinerja Pemerintah Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif sebagai metode analisi data yang mengambil lokasi penelitian pada Kantor Kepala Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan masyarakat desa setempat. Data dikumpulkan berdasarkan dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai ditinjau dari proses penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan kerjasama, kedisiplinan, kreatifitas, dan tanggung jawab belum mampu memberikan pelayanan maksimal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Kata kunci: Kinerja, Kerjasama, Pemerintah Desa

Abstract This study aims to find out about the village government performance, especially in terms of cooperation, discipline, creativity, responsibility as well as identify obstacles and barriers to the performance of the Government of the District Rural Middle Bandar Khalifah Bedagai Serdang. Issues to be raised in this study are: (1) the performance of the Government of the District Rural Middle Bandar Khalifah Bedagai Serdang, (2) Barriers, constraints and performance tasks Village Government, (3) prevention efforts and performance bottleneck tasks Village Government Central City Subdistrict Bandar Khalifah Bedagai Serdang. This study uses a qualitative description as a method of data analysis that takes research location in Airport Village Head Office Central District of Bandar Khalifah Bedagai Serdang. Source of data in this study is the Village Head and local villagers. Data were collected by interviews and documentation. These results indicate that the performance of the Government of the District Rural Middle Bandar Khalifah Bedagai Serdang in terms of the gobernance process that emphasizes teamwork, discipline, creativity and responbilities have not been able provide maximum services that fit the needs of the community.

Keywords: Performance, Cooperation, Village Government.

How to Cite: Lubis, H dan Hodriani (2016). Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1): 107-119.

*Corresponding author: p-ISSN: 2549 1660 E-mail: [email protected]

107 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar

PENDAHULUAN dikoordinir oleh kelompok yang rapi dan Pertambahan penduduk yang begitu profesional, yang sering disebut sebagai pesat sebagai produk dari kemajuan mafia anak jalanan. Setiap anggota teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan kelompok ini mempunyai tugasnya. Ada urbanisasi memunculkan masyarakat yang melakukan mapping di setiap modern yang serba kompleks dan sudah perempatan jalan, ada yang mengatur pasti banyak menimbulkan berbagai antar jemput dan sebagainya. Mafia ini macam masalah sosial khususnya anak mengeksploitasi anak-anak dan jalanan (Anjal). Jumlah anak jalanan dari menjadikannya sebagai sebuah ladang tahun ke tahun semakin meningkat, bisnis, dan yang lebih memprihatinkan, terjadinya krisis ekonomi turut kondisi ini seringkali atas persetujuan dari memberikan pengaruh bagi peningkatan orang tua mereka sendiri, yang bahkan jumlah anak jalanan yang sangat pesat. juga tak jarang berperan sebagai bagian Peningkatan jumlah anak jalanan, dari mafia anak jalanan. bersandarkan pada seluruh populasi anak Keterlibatan anak-anak dalam jalanan. aktivitas ekonomi mengganggu Di beberapa lokasi, keberadaan perkembangan fisik, psikologi, dan sosial mereka terlihat menonjol terutama di anak yang terpaksa bekerja menghadapi kawasan pasar, jalan raya, plaza, terminal, hambatan dalam pengembangan tempat rekreasi, ataupun pusat hiburan kehidupan masa depannya. Sebagian besar lainnya. Tingginya angka putus sekolah anak-anak ini berasal dari keluarga miskin yang dijumpai pada kelompok anak dan tertinggal, yang tidak mempunyai jalanan tidak jauh berbeda dengan kemampuan untuk memberdayakan kelompok anak jalanan secara umum atau dirinya, sehingga rentan terhadap anak-anak yang bekerja. Anak yang putus kekerasan, eksploitasi, ketimpangan sekolah cenderung menghabiskan seluruh gender, perdagangan anak dan lain-lain. waktunya dijalanan. Sedangkan bagi anak Anak jalanan merupakan komunitas kota, yang masih bersekolah relatif terbatasi kehadiran mereka erat kaitannya dengan kegiatannya mesti pada perkembangannya lemahnya kondisi ekonomi keluarga, dapat terpengaruh lingkungan pergaulan kondisi lingkungan dan lain-lain. komunitas jalanan. Bila tidak diantisipasi, Anak adalah amanah sekaligus anak yang bersekolah dapat terdorong karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang untuk keluar dari sekolah dan selanjutnya senantiasa yang harus dijaga karena dalam lebih banyak tinggal dijalanan. dirinya melekat harkat, martabat, dan hak- Peningkatan jumlah anak jalanan hak sebagai manusia yang harus dijunjung (Anjal) di Indonesia dalam beberapa tahun tinggi. Indonesia memiliki perhatian belakangan ini merupakan fenomena terhadap kesejahteraan anak yang mana sosial yang perlu mendapatkan perhatian tertulis di UU RI No.23 tahun 2002 tentang serius dari berbagai pihak. Perhatian ini perlindungan anak BAB III pasal 13 (1) yang tidak semata-mata terdorong oleh berbunyi “setiap anak selama dalam besarnya jumlah anak jalanan (Anjal) pengasuhan orangtua, wali, atau pihak lain tetapi juga didorong oleh situasi dan manapun yang bertanggung jawab atas kondisi anak jalanan (Anjal) yang buruk pengasuhan, berkak mendapat dimana kelompok ini belum mendapatkan perlindungan dari perlakuan: a. hak-haknya bahkan sering terlanggar, diskriminasi b. eksploitasi, baik ekonomi dimana kita akan sangat mudah menemui maupun social c. penelantaran d. anak jalanan di berbagai tempat, mulai kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan dari perempatan lampu merah, stasiun e. ketidakadilan dan f. perlakuan salah kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan lainnya. bahkan mal. Sudah menjadi rahasia Pilihan memiliki kehidupan jalanan umum, bahwa biasanya mereka memang yang sarat dengan kekerasan, biasanya

108 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119.

didasari kenyataan bahwa hanya Kepekaan masyarakat kepada mereka kehidupan jalanan sajalah yang nampaknya tidak begitu tajam padahal memungkinkan dapat menerima dan anak merupakan karunia ilahi dan amanah menafkahi mereka yang sebagian besar yang didalam dirinya melekat harkat dan tidak memiliki ketrampilan. Anak jalanan martabat sebagai manusia yang harus adalah sekelompok anak yang berbeda dijungjung tingggi. Secara garis besar dengan anak-anak normal yang hidup terdapat 2 (dua) kelompok anak jalanan bersama keluarga dirumah, bersekolah, yang sekarang ini bisa kita temukan di bermain dengan lingkungan sebayanya, kota Pematang Siantar,mereka terdiri dari: serta memiliki orang yang siap melindungi Kelompok anak jalanan (anjal) yang dari berbagai ancaman, sebaliknya hal bekerja dan hidup dijalan. Anak yang yang berbeda dialami oleh sebagian besar hidup dijalan melakukan semua aktivitas anak jalanan. Keterbatasan dan kondisi dijalan, tidur dan menggelandang secara ekonomi keluarga yang lemah ditambah berkelompok. Kelompok anak jalanan pendididkan yang rendah, tingkat (Anjal) yang bekerja dijalan umumnya kesehatan yang kurang disebabkan oleh mereka masih pulang secara berkala gizi yang jauh dari syarat yang ditetapkan kerumah orangtuanya ataupun rumah mendorong mereka untuk keluar dari singgah. masalah yang melingkupinya dengan cara Di Pematangsiantar jumlah anak memanfaatkan anak mereka segabai jalanan yang tidak bekerja sebenarnya jauh tenaga kerja keluarga. lebih kecil dibandingkan dengan jumlah Kondisi ketergantungan keluarga anak yang bekerja di jalanan. Anak yang terhadap penghasilan anak dipengaruhi bekerja di jalanan (children of the street) oleh beberapa hal antara lain penghasilan dimana mereka sebenarnya masih orangtua tidak mencukupi untuk memiliki orangtua dan keluarga. Karena pemenuhan kebutuhan pokok keluarga, faktor ekonomi, kemauan anak, pengaruh harapan orangtua agar anaknya dapat lingkungan sehingga mereka memilih membantu pemenuhan kebutuhan untuk bekerja dijalanan. Walaupun keluarga serta kebutuhan hidupnya sebenarnya orangtua sanggup untuk sendiri. Kekejaman orangtua dengan cara memberikan nafkah serta menyekolahkan, memukul anak menyebabkan anak lari namun kerana factor tersebut dari rumah, kehidupan keluarga yang menyebabkan mereka turun dan bekerja di kurang harmonis seperti orangtua jalanan. Dari kenyataan ini mereka bertengkar setiap harinya, orangtua yang memiliki peluang besar untuk menjadi bercerai, ikut dengan teman bekerja untuk anak jalanan. dapat membeli barang yang diinginkannya Berdasarkan daerah asalnya, anak akibat orangtua tidak dapat jalanan yang ada di kota Pematangsiantar memberikannya adalah beberapa hal yang anak laki-laki lebih banyak berasal dari mendorong anak untuk bekerja di jalanan. luar kota/kabupaten sekitar Sebagai anak mestinya mereka Pematangsiantar dibandingkan dengan memperoleh ruang dan waktu yang anak jalanan perempuan, dimana anak kondusif untuk perkembangan fisik jalanan perempuan dominan berasal dari maupun psikis secara wajar. Anak yang kota Pematangsiantar itu sendiri atau seharusnya mendapat perlindungan kini bertempat tinggal dikota itu. Daerah ini harus bersandar pada dirinya sendiri mulai dikenal pula sebagai basis tempat tinggal dari makan, minum, istirahat dan anak jalanan. Anak yang berasal dari luar bermain, berlindung hingga pada saat kota hampir seluruhnya tinggal di jalanan. sakit sekalipun. Sedangkan anak yang berasal dari Anak jalanan (Anjal) merupakan Pematangsiantar diketahui hampir potret buram kehidupan yang sudah lazim setengah dari mereka masih tinggal kelihatan dikota-kota di Indonesia. bersama keluarganya. Anak jalanan yang

109 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar tidak tinggal bersama keluarganya baik kesejahteraan yang layak, mereka anak jalanan yang berasal dari dalam dan umumnya terlibat dengan pekerjaan yang luar kota banyak yang tinggal di gedung- tidak terbatas waktunya dan berupah gedung kosong yang sudah tidak dipakai rendah. atau hendak direnovasi (emperan toko, Anak jalanan (Anjal) lebih mudah los-los pasar, lapangan merdeka, gerbong- tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur gerbong kereta api, stasiun, pos jaga, halte jalanan khususnya seks bebas dan dan bus yang rusak (Shalahuddin, 2000: 9 penyalahgunnan obat. Sedihnya seringkali ). Sehubungan dengan perubahan situasi anak jalanan tidak merasa dieksploitasi dimana mulai terjadi penguasaan wilayah, mendapat kekerasan baik secara fisik, anak jalanan yang sebelumnya diketahui psikis maupun seksual. Mereka justru seringkali berpindah-pindah tempat, pada menganggap jalanan sebagai “lahan saat ini mulai menetap dikawasan tertentu bermain” yang menyenangkan yang tidak berdasarkan komunitasnya. Anak jalanan banyak aturan. Belum lagi dijalan rata-rata perempuan berbaur bersama anak atau mereka memiliki pengalaman buruk komunitas jalanan laki-laki yang bisa dengan satuan polisi pamong praja. menjadi pelindung atau justru menjadi Penanganan yang serinag dilakukan oleh pelaku yang akan mengeksploitasi mereka pemerintah lebih bersifat sementara dan khususnya secara seksual. dengan tindak kekerasan yang Dipandang dari sisi haknya anak menimbulkan trauma. jalanan (anjal) adalah anak yang tidak Faktanya sebagian dari anak jalanan dapat menikmati hak-haknya sebagai di Pematang Siantar ini merupakan korban seorang anak, hak atas pendidikan, eksploitasi dari orangtuanya. Salah satu kesehatan, identitas diri, apalagi pengasuh penyebabnya karena tekanan ekonomi yang layak. Hak-hak itu adalah barang yang sangat berat, nilai seorang anak yang demikian mewah bagi mereka, akibat akhirnya berubah. Mereka tidak lagi dari ketidak mampuan Negara dalam bernilai sebagai anak dalam arti menghargai (respect), melindungi sebenarnya. Anak-anak ini telah (protect), dan memenuhi (fulfill), hak-hak dipandang sebagai komoditi oleh anak jalanan (Anjal) menyebabkan mereka orangtuanya salah satu contoh lain dari tidak dapat mengakses pendidikan dasar, eksploitasi yang selama ini tidak banyak pelayanan kesehatan, hukum dan sosial. diungkit kepermukaan adalah ternyata ada Keberadaan anak jalanan (Anjal) rumah-rumah singgah yang turut disatu sisi memang mengugah rasa “memproduksi” anak jalanan (Anjal) baru. kasihan, namun disisi lain juga bisa Faktor lingkungan yang rentan mengentalkan rasa tidak aman serta tidak seperti inilah dikhawatirkan terjadinya nyaman. Dimana mereka mampu pertambahan besar-besaran jumlah anak bertindak jahat, mulai dari memaksa jalanan (Anjal) mereka termasuk kedalam meminta sebagai upah atas jasa yang tidak kelompok rentan. Maraknya jumlah anak kita kehendaki membersihkan kaca, turun kejalan belakangan ini jelas menjadi menyanyi ala kadarnya, menggores cat satu hal yang patut dipertanyakan. mobil, memasang paku sampai merampok. Mengapa mobilitas mereka begitu Dari sudut pandang kita sepertinya terprogram untuk melaksanakan aktifitas merekalah pelaku kekerasan, persoalan mencari uang dijalan. Sehari-hari dengan yang kemudian muncul adalah bila mudahnya kita melihat mereka berjualan dicermati dan direnungkan justru koran, pedagang asongan, membersihkan merekalah sebenarnya yang lebih banyak kendaraan roda empat dilampu merah, mengalami kekerasan. Mereka termasuk menjadi pengamen, menjadi pengemis anak yang terpinggirkan karena hak- (meminta-minta), menyemir sepatu dan haknya tidak diperhatikan. Selain tidak sebagainya. Diduga kuat anak-anak menerima akses pendidikan dan tersebut umumnya berasal dari daerah

110 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119.

pinggiran sungai maupun daerah Pematangsiantar tidak sedikit diantara pemukiman kumuh lainnya, menjadi mereka menimbulkan keresahan korban sindikat yang mengeksploitasi masyarakat dan mengganggu anak. Mereka dimanfaatkan oleh sindikat pemandangan kota. Gambaran tentang tertentu yang menjadi anak sebagai situasi dan kondisi anak jalanan (Anjal) sumber keuangan mereka. yang buruk inilah yang membuat peneliti Anak jalanan (Anjal) yang direkrut merasa tertarik untuk mengangkat segala diharuskan mengejar target penghasilan bentuk persoalan-persoalan dan masalah sejumlah uang dari profesi seperti itu, seputar anak jalanan (Anjal) dalam jelasnya kalau ternyata mereka tidak dapat penulisan penelitian kali ini, tentunya melampaui jumlah yang dimaksud, dalam konteks yang lebih difokuskan terpaksa memilih cara lain dengan kepada profil kehidupan anak jalanan mengemis dan lain sebagainya. Kegiatan (Anjal) di Kota Pematangsiantar. ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan keselamatan anak itu sendiri, tatkala METODE PENELITIAN sejak awal diluar batas kesadarannya ia Penelitian ini dilakukan di kota digiring dalam dunia kerja yang belum Pematangsiantar, lokasi ini dipilih karena sanggup ia pikul. Ia selanjutnya akan berdasarkan kenyataan yang ada di terbiasa dengan uang, mulai terbiasa lapangan bahwa banyak anak jalanan yang merokok bagi anak laki-laki, melkukan hidup dan mencari nafkahnya di jalanan. penyalahgunaan zat baik narkoba maupun Populasi penelitian ini adalah zat hirup. Anak-anak yang seluruh anak-anak jalanan yang berusia 6 diperdagangkanuntuk tujuan ekonomi sampai 18 tahun yang ada di kota akan kehilangan waktu belajar, bermain Pematangsiantar berjumlah 30 orang yang dan berfantasi yang sebenarnya tersebar diberbagai lokasi antara lain: menjadimilik mereka. Waktu luang Sekitar plaza; Jalan raya/perempatan jalan mereka telah dirampas pada usia yang raya; Terminal. sangat dini. Orientasi hidup mereka telah Teknik pengambilan sampel dengan dibentuk sejak kecil untuk mengartikan cara purposif sampel/sampel bertujuan. hubungankemanusiaan sebagai Mengingat banyaknya titik pengamatan, hubungankontrak antara pihak yang tiap titik pengamatan ditetapkan yaitu di membutuhkan dan diri merek sendiri. sekitar plaza (Ramayana, Siantar Plaza dan Tangan-tangan kecil mereka telah Suzuya Plaza) 7 orang, Perempatan Jalan dibiasakan untuk mengerjakan sesuatu Rambung Merah dan jalan Ahmad Yani pekerjaan yang selayaknya dilakukan oleh sekitar 11 orang, Terminal Suka Dame orang dewasa. sekitar 12 orang, di terminal adalah tempat Kemiskinan salama ini dijadikan anak jalanan paling banyak karena di alasan kuat mengapa anak-anak tersebut terminal terdapat banyak aktivitas akhirnya secara sadar atau tidak eksploitir masyarakat sehingga membuka peluang oleh sekelompok orang atau lembaga. kerja anak jalanan. Masing-masing Selain itu kehidupan rumah tangga responden terjaring terdiri dari: Pedagang orangtua yang tidak harmonis juga asongan; Pengamen; Penyemir sepatu; memicu anak-anak untuk mencari sesuatu Tukang Koran; Tukang sapu angkutan sebagai tempat bergantung dalam proses umum pelarian mereka, putus sekolah, anggota Variabel dalam penelitian ini adalah keluarga yang banyak, serta ekonomi yang profil kehidupan anak jalanan ditinjau dari morat-marit. karakteristik demografi yaitu sosial, Dari sekian banyak masalah anak ekonomi, biologis dan faktor-faktor jalanan di Pematangsiantar yang penyebab terjadinya anak jalanan (anjal). jumlahnya bertambah banyak, dimana Defenisi operasional dalam anak jalanan yang berada di Kota penelitian ini adalah: Anak jalanan adalah

111 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar anak yang berusia 6 sampai 18 tahun yang tabel silang. Teknik penelitian deskriptif belum pernah menikah, melakukan kualitatif dengan penafsiran data hasil aktifitas di jalanan selama 3 sampai 20 jam, wawancara kepada responden. Pengolahan di jalan raya, plaza, terminal, tempat dan penganalisaan data yaitu dengan rekreasi, ataupun pusat hiburan rekreasi menjabarkan pada uraian-uraian secara lainnya. sistematis tepat dan akurat mengenai data Profil anak jalanan merupakan ciri- yang ada sehingga dapat diterima dan ciri atau gambaran yang ada pada anak dipahami kebenarannya. Penelitian ini jalanan dalam hal mencari nafkah bekerja juga mengambil secara langsung kutipan- dan bermain di jalanan berdasarkan kutipan percakapan dengan responden karakteristik demografi yaitu: Sosial dapat penelitian. dilihat dari jumlah saudara dan kelengkapan orang tua, kedudukan anak HASIL DAN PEMBAHASAN dalam keluarga, pendidikan, agama, suku, Istilah anak jalanan, sebenarnya asal daerah; Ekonomi dapat dilihat dari menggambarkan bagaimana posisi anak- mata pencaharian dan penghasilan orang anak jalanan ini dalam masyarakat. Semua tua, tempat tinggal, penghasilan dan lama anak sebenarnya memiliki hal bekerja anak jalanan; Biologis dapat dilihat penghidupan yang layak tidak terkecuali dari jenis kelamin, umur/usia, gaya hidup anak jalanan. Namun ternyata realita anak jalanan (pemakaian obat-obat berbicara lain, mayoritas dan bisa terlarang dan perilaku sosial). dikatakan semua anak jalanan Faktor-faktor penyebab anak terpinggirkan dalam segala aspek menjadi anak jalanan adalah: keadaan kehidupan. Menurut Departemen Sosial RI yang melatarbelakangi anak untuk turun mendefenisikan anak jalanan adalah anak kejalan dan menjadi anak jalanan seperti yang sebagian besar menghabiskan dorongan keluarga, ingin bebas dari waktunya untuk mencari nafkah atau aturan orangtua, kekerasan dalam berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat rumahtangga, pengaruh teman, dan umum lainnya (Depsos Aura, 1997). prinsip hidup Undang-undang Nomor 2 3 tahun Teknik pengumpulan data yang 2002, anak disebut sebagai orang yang digunakan dalam penelitian ini adalah: belum berusia 18 tahun termasuk juga Teknik komunikasi langsung yaitu yang masih dalam kandungan. Semantara mengadakan wawancara langsung atau itu menurut Soedijar (1939) dalam berhadapan dengan cara tanya jawab di studinya menyatakan bahwa anak jalanan lokasi, untuk mengatahui data anak adalah anak yang usia 7 sampai 15 tahun jalanan (sosial, ekonomi, bioligis) dan yang bekerja di jalanan dan tempat umum faktor-faktor anak turun kejalanan, serta lainnya yang dapat mengganggu latarbelakang anak jalanan; Observasi, ketentraman dan keselamatan orang lain Dalam melakukan observasi peneliti ikut serta membahayakan keselamatan dirinya. terlibat dalam kegiatan yang sedang Sedangkan Putranto (dalam Augstin) diamati. Keterlibatan langsung bertujuan dalam studio kualitatif mendefenisikan agar peneliti dapat lebih mengamati dan anak jalanan sebagai anak berusia 6 memperoleh data yang sebenarnya. sampai dengan15 tahun yang tidak Tentang anak turun kejalan sebelum bersekolah lagi dan tidak tinggal bersama menjadi anak jalanan, dan profil orangtua mereka, dan bekerja kehidupan anak jalanan di kota Pematang seharianuntukmemperoleh penghasilan di Siantar. jalana, persimpangan-persimpangan dan Dalam teknik analisa data lebih tempat-tempat umum. dahulu mengadakan tabulasi data yang Anak jalanan, umumnya berasal dari diperoleh dari wawancara penelitian. keluarga yang pekerjaannya berat dan Penelitian menggunakan tabel tunggal dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh

112 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119.

dan berkembang dengan latar kehidupan orangtua mereka. Sebagian penghasilan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, mereka pada kategori ini adalah untuk penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, membantu memperkuat penyangga sehingga memberatkan jiwa dan ekonomi keluarganya karena beban atau membuatnya berperilaku negatif. Mereka tekanan kemiskinan yang mesti di itu ada yang tinggal di kota setempat, di tanggung tidak dapat diselesaikan sendiri kota lain terdekat, atau di propinsi lain. oleh kedua orangtuanya. Kedua children of Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di the street, yakni anak-anak yang kota yang berbeda dengan tempat tinggal berpartisipasi penuh di jalanan, baik ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, secara social maupun ekonomi. Beberapa atau cerai. Ada anak jalan yang masih diantara mereka masih mempunyai tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal hubungan dengan orangtuanya, tetapi terpisah tetapi masih sering pulang ke frekuensi pertemuanmereka tidak tempat keluarga, ada yang sama sekali tak menentu. Banyak diantara mereka adalah pernah tinggal bersama keluarganya atau anak-anak yang karena suatu sebab bahkan ada anak yang tak mengenal biasanya lari atau pergi dari rumah. keluarganya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Kategori anak jalanan dapat anak-anak pada kategori ini sangat rawan disesuaikan dengan kondisi anak jalanan terhadap perlakuan salah, baik secara di masing-masing kota. Secara umum sosial, emosional, fisik maupun seksual kategori anak jalanan sebagai berikut: (Irwanto, 1995). Ketiga, children from Anak jalanan yang hidup di jalanan families of the street, yakni anak-anak dengan cirinya sebagai berikut, Putus yang dibesarkan dari keluarga yang hidup hubungan atau tidak bertemu dengan di jalanan. Meskipun anak-anak itu orangtuanya minimal setahun yang lalu, mempunyai hubungan keluarga yang Berada di jalanan seharian untukbekerja cukup kuat, tetapi hidup mereka dan menggelandang, Bertempat tinggal di terombang-ambing dari suatu tempat jalanan dan tidur di sembarang tempat ketempat yang lain dengan segalanya. seperti emperan toko, kolong jembatan, Kesimpulan yang dapat diambil dari taman kota, terminal, stasiun dan lain- pengertian yang dikemukakan oleh para lain, Tidak bersekolah lagi. Anak jalanan ahli tentang anak jalanan adalah anak yang bekerja di jalanan, cirinya adalah yang berusia antara 6-18 tahun yang belum Berhubungan tidak teratur dengan pernah menikah, melakukan aktifitas di orangtuanya, yakni pulang secara periodik, jalanan selama 3-20 jam, di jalan raya, misalnya semingu sekali, sebulan sekali, plaza, terminal, tempat rekreasi, ataupun dan tidak tentu. Mereka umumnya berasal pusat hiburan lainnya. Karakter dan ciri dari luar kota yang bekerja di jalanan; umum dari anak jalanan yang urakan, Berada di jalanan sekitar 8 sampai dengan kotor, jorok, dekil, tidak memiliki tempat 12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai tinggal tetap, tidak sekolah dan bertindak 16 jam; Bertempat tinggal dengan cara semaunya. Anak bermasalah atau anak mengontrak sendiri bersama teman, jalanan adalah suatu fenomena sosial dengan orangtua/saudaranya atau di dalam kehidupan anak disebabkan adanya tempat kerjanya di jalanan; Tidak kemiskinan, sisi kehidupan kota, keluarga bersekolah lagi. atau persaingan hidup yang Secara garis besar anak jalanan mengharuskan anak berkiprah (Anjal) dibedakan dalam 3 kelompok didalamnya. Pendapat yang dikemukakan (Surbakti 1997): pertama, children on the oleh para ahli cenderung hanya street, yakni anak-anak jalanan yang berpatokan pada usia dan aktivitas yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai merek lakukan, mereka tidak pekerja anak di jalan, tetapi masih menyebutkan latar belakang yang mempunyai hubungan yang kuat dengan menjadikan mereka sebagai anak-anak

113 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar jalanan. Meningkatnya jumlah anak moral yang memberikan larangan- jalanan yang ada dapat diketahui dari latar larangan bila dianggap ideal bila memiliki belakang penyebab mereka menjadi anak- ego dan super ego yang sama besar dan anak jalanan. seimbang. Profil anak jalanan di kota Pematang Kondisi kehidupan masyarakat Siantar adalah gambaran maupun anak tempat tinggal anak jalanan (anjal) adalah jalanan dalalm hal mencari nafkah, gambaran yang memperlihatkan situasi bermain di persimpangan-di kehidupan masyarakat tempat tinggal persimpangan jalan dan di tempat- tempat anak jalanan dengan cirri-ciri umum. perkampungan dan sifat masyarakatnya. Para penghuni liar sebagai Seringkali terjadi kesenjangan yang revolusionis ada beberapa alasan yang mencolok diantara kelas-kelas orang kaya mengarah kepada kesimpulan bahwa para (kaum pedagang dan orang-orang berduit migrant atau penduduk kumuh akan yang menguasai daerah perdagangan) melakukan tindakan kekerasan, dan akan dengan kelas-kelas sosial ekonomi rendah menjadi pengacau social serta memegang yang menghuni daerah pinggiran dan suatu pandangan politik yang radikal. pertokoan. Argumentasi yang mendasari hal ini Pada umumnya keterbelakangan adalah bahwa para migrant meniggalkan ekonomi dengan kebiasaan buruk dari tempat tinggal mereka semua dengan kebudayaan miskin itu menumbuhkan harapan yang tidak realistik mengnai degradasi moral dan keterbelakangan kehidupan baru yang ditawarkan kota mental pada kelompok masyarakat miskin kepada mereka. Teori ini menyebutkan ini terutama sekali pada anak-anaknya. bahwa para penghuni liar sebenarnya Dalam keadaan ini anak mencoba apatis, kurang peduli dan berpartisipasi menghibur diri dengan jalan berkeliaran dalam bidang politik. Dari sudut pandang dimana-mana. Hal ini juga berkaitan ini dinyatakan bahwa para penghuni liar dengan masalah: Pengangguran dan sulit sebenarnya berusaha memaksimalkan mendapat pekerjaan; Penghasilan minim keadaan mereka dari system politik yang ditengah kemewahan masyarakat kota; ada dan berusaha mengurangi resiko Ketidakpastian ekonomi; Disorganisasi kerugian dari pergantian system politik. familial dan disorganisasi sosial. Keadaan masyarakat sekarang ini Profil tentang anak-anak jalanan akan membawa individu atau anggoota berdasarkan karakteristik demografi yaitu masyarakat kepada keadaan “anomie”. sosial, ekonomi, biologis. Sosial dapat Anomie menurut Durrkheim yaitu sistem dilihat dari kedudukan anak dalam kelurga social dimana tidak ada petunjuk atau dan kelengkapan orangtua. Ekonomi dapat pedoman untuk tingkah laku. Kondisi dilihat dari pendapatan ayah, pendapatan anomie ini tentu tidak hanya berlaku ibu (jika ibu bekerja), dan ditambah terhadap anggota masyarakat dewasa pendapatan anak, Biologis dapat dilihat melainkan terhadap anak-anak. Keadaan dari usia, jenis kelamin anak serta gaya anomie memang berawal dari situasi sosil hidup. masyarakat yang tidak konsisten dimana Sruktur yang mengalami kerapuhan mereka harus berhadapan dengan terutama dikota-kota menjadi pemicu perubahan pola kehidupan seperti kerawanan sosial, begitu pula kontrol kehidupan pergaulan bebas dan sosial dari orangtua yang semakin longgar sebagainya. secara langsung maupun tidak langsung Ego dan super ego keinginan akan mempercepat gejala munculnya anak badaniah/hasrat manusia, ego jalanan. mengadakan kontak dengan dunia realita Teori Reinforcement, menurut teori yang ada diluar dirinya seperti mengatur ini menyatakan bahwa sesuatu yang kepribadian. Super ego merupakan kode menyenangkan akan selalu diulang.

114 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119.

Sebaliknya sesuatu yang tidak jalanan hampir tidak mempunyai akses menyengkan akan dihindari, anak jalanan terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan menganggap sekolah adalah sesuatu yang dan perlindungan. Keberadaan mereka tidak menyenangkan dan dengan cenderung ditolak oleh masyarakat dan mengamen dijalan adalah sesuatu yang sering mengalami penggarukan (sweeping) menyenangkan karena akan mendapat oleh pemerintah kota setempat. banyak uang untuk bersenang-senang. Menurut Sofian ada dua (2) kategori Teori Kemiskinan, teori ini yang dilekatkan kepada anak yang menyatakan bahwa kemiskinan dapat terpaksa turun kejalan yaitu: Anak jalanan mengakibatkan anak turun kejalan baik itu (Anjal) yang memilih keluar dari kemauan sendiri atau eksploitasi orang tua keluarganya atau tercabut dari untuk menambah pendapatan keluarga. keluarganya dengan beberapa sebab Teori Kebudayaan Tingkat Bawah, seperti memang sianak keluar atau lari teori ini dikemukakan oleh Miller (1953) dari rumah sebagai akibat dari menunjukkan nilai dan norma yang disharmonisnya suasana rumah tangga, tertanam kepada anak pada tingkat sosial factor ekonomi, orangtua yang ekonomi rendah tidak bagus akibat kurang menelantarkan anak atau bahkanmemang perhatian, penghargaan, kurangnya dikirim oleh orangtuanya untuk di jalanan latihan dan pemahaman nilai moral karena sudah tidak sanggup merawat melainnkan lebih menitikberatkan anak. Anak jalanan (anjal) yang lebih dari kekerasan, semuanya bersama-sama delapan (8) jam berada di jalanan tidak membentuk pola perilaku kejahatan. memiliki orangtua atau kalaupun ada Keadaan kota mengundang tetapi sudah tidak memiliki akses untuk maraknya anak jalanan, kota yang padat berinteraksi lagi dengan mereka. Dengan penduduknya dan banyak keluarga demikian anak jalanan (Anjal) ini sebagian bermasalah membuat anak yang kurang besar kehidupan mereka memang berada gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, di jalanan. kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, Summer dan Keller dalam Gunarsa serta kehilangan hak untuk bermain, (2004) merumuskan kelurga sebagai bergembira, bermasyarakat, dan hidup miniatur dari organisasi yang meliputi 2 merdeka, atau bahkan mengakibatkan generasi dan terbentuk secara khusus anak-anak dianiaya batin, fisik, dan melalaui ikatan darah. Menurutnya fungsi seksual oleh keluarga, teman, orang lain keluarga dapat dilihat dari sudut: Biologi, lebih dewasa. yaitu untuk melanjutkan keturunan; Di antara anak-anak jalanan, Psikologi, yaitu sebagai perkembangan sebagian ada yang sering berpindah antar seluruh aspek kepribadian anak sehingga kota. Mereka tumbuh dan berkembang tercapai gambaran kepribadian yang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab matang, dewasa, dan harmonis; dengan kemiskinan, penganiayaan, dan Pendidikan, yaitu sebagai tempat hilangnya kasih sayang, sehingga pendidikan informal (tempat anak memberatkan jiwa dan membuatnya bertanya kepada orangtua); Agama, yaitu berperilaku negatif. Seorang anak yang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan terhempas dari keluarganya, lantas Yang Maha Esa. menjadi anak jalanan disebabkan oleh Secara umum ada beberapa banyak hal. Penganiayaan kepada anak tingkatan penyebab munculnya anak merupakan penyebab utama anak menjadi jalanan membentuk kelompoknya sendiri, anak jalanan. Penganiayaan itu meliputi antara lain: Tingkat Mikro (Immediate mental dan fisik mereka. Lain daripada itu, cause) yakni factor yang berhubungan pada umumnya anak jalanan berasal dari dengan anak; Tingkat Meso (Underlyin keluarga yang pekerjaannya berat dan cause) yakni factor yang berhubungan ekonominya lemah. Umumnya anak dengan anak masyarakat; Tingkat Makro

115 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar

(Basic cause) yakni factor yang memperkecil kesempatan mereka untuk berhubungan dengan struktur mikro mengikuti pendidikan. (Depsos, 1992). Demikian pula dengan struktur Depertemen sosial (1996) dalam sosial masyarakat yang mengalami permadi menyatakan bahwa faktor-faktor kerapuhan terutama di kota-kota besar yang menyebabkan munculnya anak menjadi pemicu kerawanan social dan jalanan sebagai anak yang bermasalah salah satu diantaranyna menjadi anak tersebut berhubungan dengan faktor jalanan, begitu pula control dari orangtua kehidupan anak itu sendiri dengan latar yang semakin longgar secara langsung belakang kehidupan keluarganya, maupun tidak langsung akan kehidupan masyarakat dan lingkungan mempercepat munculnya gejala anak dimana anak tinggal, anak yang bekerja jalanan. mempunyai tanggungan keluarga yang Anak jalanan yang beraktivitas di kurang mampu. Akar permasalahan yang plaza hanya berada pada lantai dasar utama adalah berasal dari kehidupan (diteras jalanan yang luar), lapangan keluarga anak yang memiliki parkir plaza, dan di jalanan yang ada di permasalahan kehidupan, terutama yang depan plaza. Ummnya anak jalanan yang menyangkut pada kondisi keadaan anak ada di lokasi plaza adalah pedagang ditengah-tengah keluarga. Lingkungan asongan dan penyemir sepatu. keluarga sesungguhnya menjadi tempat Anak jalanan yang beraktifitas di membinanya anak-anak untuk dapat jalan raya biasanya berada pada jalan yang tumbuh secara wajar. Kemiskinan yang memiliki simpang empat, dengan pilihan menghimpit kehidupan keluarga seringkali mereka jalanan yang lebih banyak dilewati memaksa anak dalam usia yang non angkutan umum, hal ini berhubungan produktif untuk turut serta bekerja, dengan pendapatan mereka, kalau mereka sehingga pada usia tersebut yang menawarkan jasa dan dagangan mereka seharusnya anak ada disekolah (6 sampai 8 kepada mobil pribadi kemungkinan untuk tahun) namun sudah berkeliaran di mendapatkan laba sangat kecil karena jalanan. pengendara mobil pribadi lebih memilih Alasan anak turun ke jalan sebelum menutup kacanya, berbeda dengan menjadi anak jalanan adalah keadaan yang angkutan umum yang terbuka lebar dan melatar belakangi mereka untuk turun lebih banyak penumpang. Pengamen kejalan dan menjadi anak jalanan. Krisis minta izin terlebih dahulu kepada sopir ekonomi yang berkepanjangan angkutan umum sebelum menyanyi, menyebabkan banyak orangtua mengalami sehingga sopir angkutan akan mematikan keterpurukan ekonomi akibat pemutusan tapenya ataupun radio yang sedang hidup hubungan kerja, menurunnya daya beli untuk memberikan kesempatan kepada ditengah harga yang melambung tinggi pengamenuntuk mencari nafkah. Selain sehingga banyak anak-anak yang terpaksa pengamen jalanan, anak jalanan yang harus meninggalkan orangtua dan rumah berada di jalanan umumnya adalah mereka karena orangtua tidak mampu pedangan asongan, tukang koran. memberikan perlindungan ekonomi, Anak jalanan yang berada di begitupun ketika ia harus putus sekolah terminal biasanya bekerja membersihkan banyak waktu luang yang mendorong angkutan umum, penyemir sepatu, serta mereka melakukan aktifitas ekonomi di pedangan asongan. Anak yang jalanan, pendapatan orangtua yang sangat membersihkan angkutan umum biasanya tidak mampu lagi untuk mencukupi menawarkan jasanya disepanjang jalan kebutuhan hidup keluarga sehingga masuk areal terminal. Penyemir berada di memaksa mereka untuk ikut bekerja, areal terminal menawarkan jasanya dilain pihak biaya pendidikan di Indonesia kepada penumpang yang sedang duduk- yang masih relatif tinggi telah ikut pula duduk yang umumnya adalah penumpang

116 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119.

jarak jauh. Pedangan asongan yang berada orderan yang diterima akan semakin didalam terminal menawarkan berbagai banyak pula), tetapi umumnya mereka macam barang dagangannya dengan memiliki semir warna hitam, sikat, kain memasuki bus-bus yang masih terparkir. lap, sandal untuk dipakai oleh pengguna Dalam menawarkan barang dagangannya jasa ketika penyemir melaksanakan sering juga terjadi persaingan antar tugasnya. Aktivitas dimulai 07.00 wib – mereka. 13.00 wib (bagi anak penyemir yang Hasil wawancara dengan responden sekolah pada sore hari), 14.00wib – 18.00 dengan menggambar ternyata anak-anak wib (bagi anak penyemir yang sekolah pagi yang bekerja di 3 titik penelitian tersebut hari) umumnya tidak bermukim di sekitar Kegiatan pedagang asongan adalah lokasi kerja mereka. Dari hasil penelitian menwarkan rokok, minuman, permen, dan analisa diduga bahwa pemilihan tissue kepada penumpang mobil antar tempat umum berktifitas bagi anak kota, dalam kota, dengan lokasi terminal jalanan tidak terlepas dari kondisi bahwa: persimpangan jalan raya dengan jam 1) Daerah tersebut merupakan daerah aktivitasnya 07.00 wib -18.00 wib. perdagangan (sekitar plaza), 2) Arus lalu Kegiatan membersihkan angkutan lintas kendaraan yang keluar masuk umum adalah menyapu angkutan umum, melewati terminal dan jalan raya yang dengan pelanggan utamanya adalah supir- ramai, 3) Penduduk yang banyak berlalu supir angkutan umum. Dengan lalang, sehingga membuka peluang kerja bermodalkan minyak solar yang bagi anak-anak yang berada di sekitar ditempatkan dalam botol penyemprot lingkungan tersebut. serta sapu ijuk yang tidak memiliki gagang Aktivitas penjual koran adalah lagi. Dengan bayaran sekali menyapunya denagn menjual koran dari berbagai Rp.500,- mereka menawarkan jasanya macam sumber terbitan dengan dengan cara mengacung-ngacungkan sapu menjajakan kepada masyarakat yang kepada angkutan yang lewat, biasanya ditemui di jalanan atau orang yang mereka berada di luar-luar terminal. membutuhkannya. Lokasi mangkal Umumnya aktivitas mereka sama seperti penjual koran biasanya disimpang lampu anak penyemir sepatu 07.00 wib – 13.00 merah, dan pada umumnya mereka wib (bagi anak yang membersihkan menawarkan dagangannya ketika lampu angkutan umum yang sekolah pada sore lalu lintas menunjukkan tanda berhenti hari), 15.00 wib -22.00 wib (bagi anak sementara, untuk koran terbitan pagi penyapu yang sekolah pada pagi hari dan (yang akan dilual pada pagi hari) bagi anak yang membersihkan angkutan aktivitasnya dimulai sekitar jam 05.00 wib umum yang sudah pulang sekolah). dengan mengambil koran dari pedagang Pengamen sering menyebut dirinya besar (agen koran), sedangkan untuk dengan “artis jalanan”, dimana juga koran terbitan sore (koran yang akan sebagian pengamen tersebut tergolong dijual pada sore hari) aktivitasnya dimulai komunitas anak punk. Mereka melakukan pada jam 15.00 wib begitulah rutinitas kegiatannya dengan menyanyi diberbagai yang penjual koran jalani setiap harinya. tempat antara lain dipersimpangan lampu Aktivitas penyemir sepatu adalah merah, mendatangi warung pinggir jalan, menawarkan jasanya kepada konsumen didalam bus, atau juga didalam kereta api. yang ditemukandan yang membutuhkan Modal mereka beragam ada yang memakai jasa semiran untuk membuat sepatu, alat musik yang lengkap seperti gitar, sandal agar tetap mengkilap. Lokasi biola, gendang, yang biasanya dipakai oleh mangkal mereka biasanya di terminal, pengamen yang berkelompok dan berusia restoran sekitar plaza, emperan toko. antara15-18 tahun, tetapi bagi anak Dengan peralatan semir sepatu berbagai pengamen yang berusia dibawah 15 tahun warna (semakin banyak warna semir maka umumnya hanya memakai kerincingan

117 Hotland Lubis dan Hodriani, Profil Kehidupan Anak Jalanan di Kota Pematangsiantar yang terbuat dari tutup botol minuman, Bangkok oleh Mendeliaveh dalam aktivitasnya dimulai dari jam 08.00 wib - Susilaswati 1993. 22.00 wib. Hasil penelitian ini menunjukkan Penelitian ini menggambarkan bahwa dari 30 orang responden sebanyak bahwa anak jalanan yang terdapat di kota 23 orang (76,66) sudah tahu tentang Pematangsiantar bekerja sebagai pedagang narkoba, dan dari 23 orang tersebut asongan, pangamen, tukang sapu sebanyak 11 orang merupakan pemakai. angkutan umum, penyemir sepatu, tukang koran, dengan usia berkisar antara 6-18 SIMPULAN tahun yang bekerja di sekitar plaza, Persoalan anak jalanan di kota-kota terminal, jalan raya. Tingkat pendidikan besar di negeri ini sudah lama masih tergolong tinggi, karena dari 30 diperbincangkan, mulai dari kampus, orang terdapat 19 orang yang masih kelompok studi sampai seminar. Namun sekolah dan yang tidak bersekolah untuk menguraikan persoalan ini tidak sebanyak 11 orang. Yang duduk di tingkat mudah sebab menyangkut perut banyak SMA ada 1 orang, dan selebihnya SMP dan orang. Fenomena merebaknya anak SD. Kondisi ini sejalan dengan pendapat jalanan dalam setiap kehidupan Rahmat (1996) yang menyatakan bahwa masyarakat disuatu daerah atau kota tingkat pendidikan yang rendah merupakan hal yang selalu berkaitan menjadikan anak hanya mampu bekerja di dengan latar belakang kehidupan keluarga sektor informal seperti di jalan-jalan dan budaya dimana anak-anak itu berada. umum, dan tempat-tempat umum lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan Selain karena tingkat pendidikan munculnya anak jalanan yaitu faktor yang rendah menjadikan anak bekerja kemiskinan, keluarga, dan lingkungan adalah akibat karena kesulitan ekonomi social, namun terkadang terjadi kombinasi keluarga, karena ternyata seluruh orang dari beberapa faktor yang mengakibatkan tua responden bekerja di sektor informal seorang anak memutuskan untuk dengan penghasilan yang tidak memadai mencarui nafkah dan hidup di jalanan. untuk memenuhi kebutuhan keluarga Pada batas-batas tertentu, memang secara layak sementara jumlah tanggungan tekanan kemiskinan yang mendorong cukup besar. Hal ini sejalan dangan anak-anak untuk hidup dijalanan. Untuk pendapat Mendeliavech dalam Susilawati lebih mengetahui profil anak jalanan (1993) yang menyatakan bahwa faktor- banyak faktor yang perlu diselidiki agar faktor yang penyebab anak bekerja adalah hasil yang diperoleh maksimal, profil anak karena untuk memenuhi kebutuhan jalanan yang perlu ditekankan adalah latar ekonomi keluarga. belakang anak untuk turun ke jalan, dan Umumnya penghasilan yang mereka setelah itu siapa sebenarnya anak jalanan, peroleh disumbangkan untuk membantu bagaimana anak jalanan dapat bertahan menutupi kebutuhan keluarga sebanyak 16 hidup dengan kerasnya kehidupan jalanan. orang (53,33%), dan untuk penghasilan Demikian pula halnya sektor sendiri sebanyak 14 orang (46,67%). pekerjaan yang mereka lakukan bervariasi. Motivasi turut sertanya anak-anak bekerja Selain itu penyebabnya juga adalah adanya tidak terlepas dari kondisi kekluarga yang dorongan keluarga, kekerasan dalam miskin sebanyak 16 orang (53,33%), karena keluarga tekanan ekonomi dan lingkungan tidak sekolah sebanyak 5 orang (16,66%), dari anak-anak yang bekerja tersebut yang ingin penghasilan sendiri 3 orang (10%), menjadi alasan anak turun ke jalan dan untuk mempertahankan hidup 3 orang menjadi anak jalanan banyak diantara (13,33%), ikut teman 3 orang (10%), untuk mereka yang menghuni daerah pinggiran sekolah 1 orang (3,33%). Keadaan ini tidak didaerah perkotaan dalam kondisi jauh berbeda dengan hasil penelitian di masyarakatnya yang miskin serta ditambah dengan lingkungan keras dan

118 Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 4 (1) (2016): 107-119. kasar. Dalam kondisi demikian tata nilai DAFTAR PUSTAKA yang ditanamkan akan sulit karena Adiningsih, Utami. 2003. Hari Menentang aktifitas, rasa percaya diri, pengendalian Pekerja Anak Internasional (Online) diri hampir punah hingga timbul mental Anak yang Mengkhawatirkan/http “primitif” dan “sindrom kemiskinan”. google.id.com, diakses 21 April 2007 Profil kehidupan anak jalanan di Armai, Arief. 2005, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan (Online) http:/www. Kota Pematangsiantar ditinjau dari Bpk.go.publikasi/htm diakses 28 karekteristik demografi yaitu sosial, bahwa februari 2007 anak jalanan tersebut rata-rata memiliki Depsos, UNDP. 1997 Modul Pelatihan Anak saudara 4 dan 5 orang dan yang masih Jalanan: , kerjasama DEPSOS dan memiliki orang tua lengkap adalah 40%, UNDP anak jalanan yang masih mempertahankan Gunarsa, D. Singgih. 2004. Dasar Teori sekolahnya yaitu sebanyak 63,33%, anak Perkembangan Anak dan Remaja, jalanan ini dominan anak bungsu yaitu 14 Jakarta: BPK Gunung Mulia orang, dan yang mengatakan Harianti, E dan Nina S.S.S., (2014). Faktor-fktor penghasilannya untuk keluarga sebanyak Penyebab Terjadinya Kekerasan Orang Tua terhadap Anak, Jurnal Ilmu 16 orang, agama dominan adalah agama Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): islam sebanyak 53,33%, suku anak jalanan 45-57 tersebut sebanyak 16 orang adalah suku Irwanto. 1995, Memahami Masalah Sosial, , dan yang berasal dari luar kota Jakarta: LP3S Pematangsiantar hanya 16,67%. Kondisi Kartono, Kartini. 2003, Kenakalan Remaja, ekonomi responden tergolong rendah Jakarta: Raja Grafindo Persada dimana orang tua responden umumnya Marianti Justi. 2007, Fenomena Anak Jalanan bekerja di sektor informal yang di Kota Medan (Tidak Terpublikasi), penghasilan antara 350-600 ribu hanya Medan: FIS Unimed 30%, tempat tinggal anak jalanan yang Sinulingga, F dan Hodriani, (2015). Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah tinggal di jalan hanya 1 orang, anak jalanan Musik Yayasan Kelompok Kerja Sosial berpenghasilan dominan Rp 5.000-Rp Perkotaan Medan, Jurnal Ilmu 10.000, lama bekerja anak jalanan perhari Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (1): 71- paling sedikit 7 jam sebanyak 15 orang, dan 87. lama bekerja di jalanan diatas 4 tahun Siregar, N.S.S., (2013), Persepsi Orang Tua terdiri dari 10 orang. Biologis anak jalanan terhadap Pentingnya Pendidikan bagi yaitu anak jalanan perempuan hanya 20%, Anak, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan anak jalanan yang paling banyak berumur Sosial Politik, 1 (1): 11-27 11-14 tahun yaitu sebanyak 40%, diantara Siregar, N.S.S., (2015). Latar Belakang Tindakan semua anak jalanan tersebut sudah ada Kenakalan Anak pada Usia 13 sampai 17 yang pernah memakai obat terlarang yaitu Tahun, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 3 (1): 88-103. sebanyak 11 orang. Sudarso. 1995,Kenakalan Remaja: Prevensi, Faktor penyebab anak menjadi anak Rehabilitasi, dan Resosiasi (edisi ke-2) jalanan berdasarkan penuturan mereka Jakarta: Rineka Cipta yaitu faktor ekonomi keluarga, karena Sukadame Kota Pematang Siantar. Skripsi tidak sekolah, ingin penghasilan sendiri, (tidak terpublikasi). Medan. FIS Unimed untuk mempertahankan hidup, ikut teman Surbakti. 1998. Anak Jalanan Preman Kota yang dan karena membiayai sekolah. Diantara Tidak Berdaya, Harian Sinar Indonesia faktor-faktor tersebut yang paling Baru, Halaman 13, tanggal 21 Juni dominan penyebab anak turun ke jalan yaitu faktor ekonomi keluarga sebanyak 53,33%.

119