Profil Antropometri dan Somatotipe pada Atlet Bulutangkis

PROFIL ANTROPOMETRI DAN SOMATOTIPE PADA ATLET BULUTANGKIS

Meutia Maulina* Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh Lhokseumawe-Aceh, 24352, *Corresponding Author : [email protected]

Abstrak Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat populer di Indonesia dan telah menjadi olahraga bergengsi andalan Indonesia. Prestasi atlet bulutangkis Indonesia terus mengalami kemunduran beberapa tahun terakhir, tidak hanya pada turnamen Piala Thomas, tetapi juga pada Piala Uber. Buruknya prestasi atlet bulutangkis ini memerlukan kajian terutama mengenai pembinaan atlet. Banyak teori yang diterapkan untuk mendapatkan calon atlet yang unggul, di antaranya pengukuran antropometri, pemeriksaan kesehatan statis dan dinamis serta somatotipe tubuh. Atlet bulutangkis idealnya memiliki berat badan ringan, basal metabolic index (BMI) rendah, tinggi badan sekitar 175 cm, memiliki lipatan kulitbetis yang tipis serta lingkarbetis yang besar. Berdasarkan penilaian somatotipe, atlet bulutangkis cenderung ektomorf sehingga memiliki daya tahan, kelenturan dan kelincahan yang baik. Berbagai faktor mempunyai peran penting dalam menentukan tingkat performa dalam suatu permainan dan olahraga. Namun, faktor biomekanik, psikologis dan parameter fisiologis menjadi faktor penting penentu keberhasilan seorang atlet dalam mencapai performa maksimal sehingga dapat membuahkan prestasi yang baik. Kata Kunci: atlet bulutangkis; profil antropometri; somatotipe

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 69 Meutia Maulina

ANTHROPOMETRY PROFILE AND SOMATOTYPE OF ATHLETES

Abstract Badminton is one ofthe sportwhich is very popular in Indonesia and has become a prestigioussportmainstay of Indonesia.The achievements ofIndonesian badminton athletes continued to decline lately, not onlyon the , but also on the Uber Cup. Poor achievement of badminton athletes had to be assessed especially on the athletes coaching. Many theories were applied to obtain superior athletes candidates, including anthropometric measurements, static and dynamic medical examinations and body somatotype. Badminton athletes ideally had a light weight,low basal metabolic index (BMI), height about 175 cm, had a thin calf skin folds and a large calf circumference. Based on somatotype assessments, badminton athletes tend ectomorphy so hadgood durability, flexibility and agility. Various factors had an important role in determining the level of performance in a game and exercise. However, biomechanical factors, psychological and physiological parameters were an important factors determining the success of athletes to achieved maximum performance due to reached good achievements. Keywors: badminton athletes; antrhopometry profile; somatotype

70 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Profil Antropometri dan Somatotipe pada Atlet Bulutangkis

PENDAHULUAN dalam hal-hal yang bertujuan untuk Bulutangkis merupakan cabang mengembalikan prestasi olahraga Indonesia olahraga yang dapat dimainkan dengan khususnya cabang bulutangkis di masa 2 mudah oleh semua orang dari berbagai mendatang . kalangan dan usia. Olahraga ini sangat Buruknya prestasi olahraga di digemari masyarakat karena selain Indonesia terutama bulutangkis menyehatkan juga dapat menimbulkan memerlukan kajian menyeluruh terutama kegembiraan dan kepuasan tersendiri bagi mengenai pembinaan olahraga yang pemainnya1. Bulutangkis merupakan salah meliputi tahapan pemassalan, pembibitan satu cabang olahraga yang sangat populer dan pemanduan bakat, pembinaan intensif di Indonesia dan telah menjadi olahraga dan pencapaian prestasi puncak. Terkait bergengsi yang menjadi andalan Indonesia dengan rangkaian utuh sistem pembinaan di mata dunia. Banyak klub olahraga ini tersebut, maka identifikasi dan rekrutmen yang berdiri dan telah mencetak banyak calon atlet berbakat merupakan langkah pemain dunia seperti Susi Susanti, Alan yang patut diperhitungkan di tengah 3,4 Budi Kusuma dan Taufik Hidayat yang keterpurukan prestasi olahraga nasional . telah mengharumkan nama Indonesia di Upaya untuk meningkatkan prestasi forum internasional. olahraga bagi seorang atlet tidak hanya Dewasa ini prestasi atlet bulutangkis berdasarkan pada minat yang tinggi saja, Indonesia terus mengalami kemunduran. tetapi juga harus memenuhi syarat-syarat Hal ini terbukti dengan kegagalan Tim somatik dan umur yang optimum. Banyak Thomas Indonesia mempersembahkan ahli bependapat bahwa prestasi seseorang kemenangan pada turnamen Piala Thomas tergantung pada ukuran, bentuk, proporsi, 5 tahun 2014 yang diselenggrakan di New komposisi, maturasi dan fungsi organ . Delhi, India setelah dikalahkan oleh Tim Penelitian mengenai olahraga yang Malaysia di babak semifinal. Tim Uber menyangkut aspek antropometri dan Indonesia juga menambah sejarah panjang somatotipe atlet masih sangat sedikit di kegagalan setelah terakhir kali Piala Uber Indonesia. Padahal penelitian ini direbut oleh Tim Indonesia di Hongkong mempunyai peran penting karena selain pada tahun 1996. Tim Indonesia hanya dapat mengetahui ciri-ciri fisik atlet, juga sampai pada babak semi final dikalahkan dapat dipakai sebagai salah satu bahan oleh dan Korea Selatan pada masukan dalam pembibitan atlet dan 5 perebutan tahun 1998, 2000 dan 2002. peningkatan prestasi olahraga . Tragisnya pada perebutan tahun 2004 yang Pembahasan dilaksanakan diIndonesia, Tim Indonesia Profil Antropometri justru hanya bertahan pada babak perempat Antropometri adalah pengukuran final setelah dikalahkan oleh Tim Uber tubuh manusia yaitu pengukuran panjang, Korea Selatan. Pada perebutan tahun 2014 di lebar, diameter, lingkar, menghitung rasio New Delhi, Tim Uber Indonesia kembali dan proporsi yang didasarkan pada dua gagal setelah dikalahkan oleh Tim tuan atau lebih pengukuran, sehingga dapat rumah di babak perempat final. Melihat digunakan untuk mengidentifikasi bentuk, kondisi prestasi Indonesia yang terus ukuran,serta topografi tubuh. Informasi merosot ini sudah saatnya Indonesia dasar tentang struktur tubuh manusia dapat berbenah dan mengevaluasi diri terhadap digunakan untuk memperkirakan gaya berbagai aspek yang menjadi faktor penting yang bekerja pada sendi dan jaringan tubuh penyebab kegagalan para atlet terutama serta kekuatan yang dihasilkan6.

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 71 Meutia Maulina

Antropometri banyak diterapkan Lingkar betis atlet bulutangkis lebih besar dalam bidang olahraga. Salah satu aspek dan lipatan kulit betis lebih tipis dari atlet penting dalam pencapaian prestasi olahraga tenis. Hal ini menunjukkan bahwa adalah stabilisasi berat badan pada puncak kepadatan otot atlet bulutangkis lebih besar penampilan. Atlet secara umum pada bagian betis. Penyebab dari keadaan membutuhkan komposisi tubuh yang tepat, ini diduga berhubungan dengan aktvitas tidak berat dan tidak terlalu banyak lemak. melompat dalam bermainbulutangkis dan Pengukuran antropometri dan somatotipe gerakan kontinu pada ujung jari kaki dari diperlukan untuk menentukan kondisi fisik pemain bulutangkis ditempat yang lebih atlet. Studi mengenai terapan antropometri sempit. Menurut ukuran diameter, teramati pada bidang olahraga akan menyinggung bahwa pemain tenis memiliki bahu yang hal proporsi badan, performance (optimal, lebih besar dan pinggang ramping serta minimal dan maksimal berat badan) dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam biomekanik7. biacromical, bitrochanteric dan femoralis Atlet bulutangkis lebih banyak diameter epicondular antara dua cabang menggunakan kemahiran lengan dan olahraga ini1. tangan dalam permainannya. Pada olahraga ini tidak ada kontak fisik, sehingga berat Somatotipe badan yang rendah, tungkai yang panjang Postur adalah sebutan yang lazim dan tubuh yang langsing lebih digunakan untuk menyebut bentuk atau menguntungkan karena memungkinkan tampakan tubuh dengan memperhatikan jangkauan yang jauh.Tinggi badan pemain kontur tubuh, proporsi, dan komposisi. bulutangkis yang baik adalah sekitar 175 cm Salah satu metode yang paling sering dengan perkiraan tinggi bahu setinggi jaring digunakan untuk studi karakteristik (antara 152,5-155,0 cm) sehingga proporsi dan morfologi tubuh adalah memungkinkan variasi pukulan terbanyak. somatotyping. Somatotyping adalah sistem Pemain akan mengalami kesukaran untuk mengklasifikasi tipe tubuh dalam 3 menerima bola rendahbila badan terlalu kategori, yaitu endomorf (endomorphy), tinggi karena bola rendah akan mesomorf (mesomorphy) dan ektomorf menyebabkan tubuh terlalu tinggi (ectomorphy). Endomorf berhubungan membungkuk atau tungkai fleksi5. dengan lemak bawah kulit, mesomorf Berdasarkan penelitian Rahmawati berhubungan dengan sistem muskularis, dkk., di Yogyakarta tahun 1994 dan 1995 sedangkan ektomorf berhubungan dengan pada 19 orang atlet bulutangkis laki-laki tinggi dan berat badan6,8. usia antara 16 – 27 tahun, diperoleh hasil Atlet cenderung lebih mesomorfik, bahwa atlet bulutangkis mempunyai tinggi kecuali untuk atlet olahraga tertentu seperti badan yang paling pendek, berat badan bulutangkis dan atlet lari jarak jauh yang paling ringan, Basal Metabolic Index (BMI) cenderung ektomorfik. Atlet juga biasanya rendah, keempat anggota gerak paling kecil lebih tinggi dari pada rata-rata populasi. dan ramping, serta memiliki lipatan kulit Z- Berbagai penelitian dewasa ini triseps yang paling besar bila dibandingkan menggunakan metode carter anthropometric dengan atlet sepak bola dan bola voli9. somatotyping, menunjukkan bahwa atlet Berdasarkan penelitian yang dilakukan olahraga tertentu dikategorikan sesuai oleh Yasin dkk.,pada 30 atlet bulutangkis dengan tempat-tempat unik pada bagan dan tenis, ditemukan perbedaan statistik somatotipe6. yang signifikan dalam ukuran diameter Berdasarkan penelitian yang dilakukan betis antara atlet bultangkis dan tenis. oleh Rahmawati dkk., di Yogyakarta tahun

72 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh Profil Antropometri dan Somatotipe pada Atlet Bulutangkis

1994 dan 1995 pada 19 orang atlet tenaga lebih baik jika dibandingkan dengan bulutangkis laki-laki usia antara 16 – 27 postur tubuh yang pendek. Postur yang tahun, didapatkan hubungan yang lebih tinggi akan memudahkan menjangkau signifikan antara jenis olahraga dan kategori bola dengan segala posisi. Dari segi energi somatotipe. Sebagian besar atlet bulutangkis juga sangat menguntungkan karena efisiensi dalam penelitian tersebut (32%) berada pada tenaga dapat diatur dengan baik kategori sentral, sedangkan 16% lainnya disesuaikan dengan kebutuhan jika berada pada kategori ektomorf7. Pada dibandingkan dengan postur tubuh yang penelitian lainnya mengenai ukuran lebih pendek2. antropometri pada atlet bulutangkis di Tinggi badan (TB) seorang atlet Yogyakarta didapatkan distribusi bulutangkis merupakan kelebihan atau somatotipe atlet bulutangkis sebagian besar modal dalam melakukan serangan dan terletak di daerah ekto-mesomorf dan endo- bertahan. Kelebihan dalam menyerang ektomorf5. seorang atlet yang berpostur tinggi mempunyai kecepatan dalam melakukan Pengaruh Profil Antropometri dan serangan seperti melakukan smes yang Somatotipe Atlet terhadap Pencapaian tajam, drop shot yang mematikan, lop Prestasi panjang yang relatif lama, dan strategi Pencapaian prestasi dan kemenangan permainan netting yang halus2. pada pertandingan olahraga bulutangkis Berat badan (BB) dan BMI juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu merupakan faktor penting bagi performa tingkat kebugaran, ketrampilan, strategi dan atlet sehingga dapat memperbesar taktik. Performa dan kinerja atlet di kemungkinan pencapaian kemenangan. Bila lapangan dipengaruhi oleh beberapa BB dan BMI seorang atlet kurang ideal, variabel yang kompleks, meliputi faktor seperti kelebihan berat badan dengan fisik (kondisi umum dan spesifik), somatotipe cenderung endomorf, akan psikologis (kecerdasan, kepribadian dan mempengaruhi motorikpara atlet yaitu motivasi) dan faktor sosiologis dan berkurangnya kelincahan, kekuatan karakteristik fisik (morfologi tubuh, maupun daya tahan, pukulan menjadi tidak antropometri dan komposisi tubuh). akurat dan kelelahan meningkat akibat Berbagai faktor mempunyai peran penting akumulasi asam laktat dalam otot yang dalam menentukan tingkat performa dalam besar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya suatu permainan dan olahraga. Namun, kesalahan demi kesalahan baik kesalahan faktor biomekanik, psikologis dan sendiri (unporce error) maupun karena parameter fisiologis menjadi faktor penting lawan. Kesalahan yang sering terjadi seperti penentu keberhasilan seorang atlet dalam bola menyangkut di net, bola melebar, mencapai performa maksimal8.Selain itu, maupun memanjang, pukulan yang tidak aspek usia juga mempunyai peran penting terarah, permainan mudah didikte, mudah dalam pencapaian prestasi. Aspek usia terbaca sehingga bola-bola yang meliputi usia kronologis maupun usia dikembalikan mudah dimatikan oleh kecerdasan3. lawan2. Walaupun bukan satu-satunya faktor Kesimpulan yang menentukan kemenangan dalam suatu pertandingan, namun keunggulan postur 1. Atlet bulutangkis memiliki TB sekitar tubuh jugaikut berperan dalam hal efisiensi 175 cm, BB ringan, BMI rendah, lipatan tenaga. Postur tubuh yang lebih tinggi kulit betis tipis dan lingkar betis yang memungkinkan seorang atlet menghemat besar.

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 73 Meutia Maulina

2. Atlet bulutangkis cenderung ektomorf, 4. Mansur, MS., Pemanduan Bakat Olah yaitu bentuk tubuh ramping dan Raga, Fakultas Ilmu keolahragaan, langsing dengan lengan dan tungkai Universitas negeri Yogyakarta, 2011. yang jenjang, tubuh tidak berlemak dan 5. Rahmawati NT. Beberapa ukuran otot-otot tampak liat, terutama otot antropometri pada atlet sepakbola dan bagian lengan dan tungkai. bulutangkis di Yogyakarta. Berkala 3. Faktor biomekanik, psikologis dan Ilmu Kedokteran 1996;28(2):72-78. parameter fisiologis menjadi faktor 6. Adrian MJ, Cooper JM. Biomechanics of penting penentu keberhasilan seorang human movement. 2nd Ed. USA: atlet dalam mencapai performa Brown and Bencmark Publishers, 1995. maksimal sehingga dapat membuahkan 7. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati prestasi yang baik. T.Metode pengukuran manusia. Surabaya: Airlangga University Press, DAFTAR PUSTAKA 2008. 1. Yasin A, Omer S, Ibrahim Y, Akif BM, 8. Rahmawati NT, Budiharjo S, Ashizawa Cengiz A. Comparison of some K. Somatotype of young male athletes snthropometric characteristic of elite and non-athletes students in badminton and tennis players. Science, Yogyakarta, Indonesia. Movement and Health 2010;(2):400-405. Anthropological Science 2007;115:1-7. 2. Tangkudung J. Profil tinggi badan, 9. Mohammad A. Physical characteristics berat badan dan indeks massa tubuh and level of performance in badminton: (IMT) atlet Piala Thomas dan Uber. a relationship study. Journal of Jurnal Iptek Olahraga 2006;8(3):192-205. Education and Practice 2011; 2(5):6-9. 3. Wahjoedi. Aspek psikofisik dalam 10. etd.repository.ugm.ac.id/.../76672/.../S1- rekrutmen atlet di lingkungan 2014-299666-introduction.pdf TNI/POLRI. Jurnal Iptek Olahraga 2007;9(3):202-214.

74 Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh