PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM MENGHADAPI KONTESTASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Icol Dianto Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan [email protected]

ABSTRACT ocal press problems in facing the contestation of the election of Regional Heads in West Province can be grouped into two broad lines: first, the local press L is dragged into a conflict of interest in the election of the Regional Head including 1) The Press supports one candidate pair, 2). Incitement of the success team, 3). The interests of media owners and stakeholders in media companies. Second, the intervention of the Regional Head towards local media includes 1). Change the Regional Head changes journalists, 2). Contract termination threats and 3). Media blockade. As for the solution to the problem, an alternative solution can be proposed that: 1). Re-guided Law Number 40 of 1999 concerning Press. 2). Balancing the press as a business industry with the press as a professional institution (social control). 3). The media owner should not use and manipulate his press company into the realm of practical politics. 5). In establishing cooperation with local governments, strive to stick to the principles and ethics of the journalistic profession. 6). Journalists must increase the capacity and quality of journalistic products, adhere to journalists' code of ethics, and not bring the profession into the realm of practical politics. 7). Report regional heads or parties who attempt to intimidate the media and journalists in carrying out their profession, to the Public Information Commission (KIP), police and Ombudsman at certain levels of government. Keywords: Local Press, Problems, Pemilukada Contestation. ABSTRAK roblematika pers lokal dalam menghadapi kontestasi pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan pada dua garis besar: yaitu pertama, P pers lokal terseret dalam konflik kepentingan pemilihan Kepala Daerah meliputi 1) Pers mendukung salah satu pasangan calon, 2). hasutan tim sukses, 3). kepentingan pemilik media dan pemangku kewenangan pada perusahaan media. Kedua, intervensi Kepala daerah terhadap media lokal meliputi 1). berganti Kepala Daerah berganti wartawan, 2). ancaman putus kontrak dan 3). blokade media. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut, dapat diajukan alternative penyelesaiannya bahwa: 1). Mempedomani kembali Undang- Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. 2). Menyeimbangkan antara pers sebagai industry bisnis dengan pers sebagai lembaga professional (control social). 3). Pemilik media jangan memanfaatkan dan memperalat perusahaan pers miliknya ke ranah politik praktis. 5). Dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, upayakan tetap berpegang pada prinsip dan etika profesi jurnalistik. 6). Wartawan mesti meningkatkan kapasitas dan kualitas produk jurnalistiknya, menaati kode etik wartawan, dan tidak membawa profesi ke ranah politik praktis. 7). Melaporkan kepala daerah atau pihak-pihak yang berupaya mengintimidasi media dan wartawan dalam menjalankan profesinya, ke Komisi Informasi Publik (KIP), polisi dan ombusman pada level pemerintahan tertentu. Kata kunci: Pers Lokal, Problematika, Kontestasi Pemilukada.

Islamic Comunication Journal 193 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto PENDAHULUAN perundang- undangan yang dapat Pers sebagai salah satu pilar menyeret wartawan masuk penjara, (2) demokrasi yang memiliki kebebasan akses “budaya telepon” oleh birokrasi atau informasi telah menciptakan suatu pemerintah, (3) tindakan “main hakim tingkatan kondisi kekuatan pers. Iswandi sendiri” oleh masyarakat, dan (4) dari Syahputra (Syahputra, 2013: xvii) kalangan pers itu sendiri. (Harahap, 2013: menyebut kondisi pers di era demokrasi 27-28). ini telah memasuki rezim media yang Kondisi pers lokal yang demikian itu menguasai segala aspek kehidupan terjadi hampir di seluruh wilayah manusia. Masa ini dikenal dengan rezim . Beberapa kasus kekerasan media, meminjam istilah yang terhadap wartawan yang terjadi di dipopulerkan oleh Bruce A. Williams dan Sumatera Barat, merupakan bentuk nyata Michael X Delli Carpini dengan buku ancaman terhadap kebebasan pers di berjudul After Broadcast News, Media tingkat lokal. Lembaga Bantuan Hukum Regimes, Democracy, And The New (LBH) Pers dalam situs Kompas (Pers, Information Environment. Pada rezim 2017) mencatat peningkatan tindak media, tidak hanya publik yang kekerasan terhadap jurnalis pada 2016 dikendalikan melainkan wacana kebijakan sebanyak 83 kasus sedangkan pada tahun pemerintahpun dapat dipengaruhi. Hal ini 2015 hanya 47 kasus. Kasus-kasus sejalan dengan fungsi pers sebagai kontrol wartawan yang dipecat karena lalai dalam sosial sebagaimana terdapat dalam Bab II melaksanakan tugas yang “dipesan” oleh Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban dan pemilik media, belum mencuat ke ruang Peranan Pers Pasal 3 Undang-Undang publik. Demikian juga dengan kasus- Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. kasus yang berhubungan dengan penguasa Akan tetapi, penyalahgunaan kebebasan yang berujung pada laporan polisi. menyampaikan informasi di era demokrasi Misalkan, kasus Fauzi Bahar melaporkan telah membentuk budaya pers yang bebas Koran (media lokal) berawal dari tanpa kendali. pemberitaan Koran Padang yang Kondisi bekuasanya pers (rezim menyudutkan Fauzi Bahar sebagai Wali media) ternyata tidak begitu terasa di Kota Padang. Pada waktu itu, Fauzi Bahar lembaga pers lokal. Pers lokal dengan adalah bakal calon Gubernur Sumatera jangkauan pembaca terbatas sehingga Barat. Kasus Bhenz Maharadjo, Wartawan kekuatannyapun terbatas. Keterbatasan Haluan, yang dilaporkan ke polisi oleh pers lokal yang demikian itu seringkali Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mendapatkan ancaman dan dimanfaatkan atas dugaan pencemaran nama baik dan oleh penguasa, kepala daerah dan instansi penyebar berita bohong. Kedua kasus di lainnya, untuk melakukan penekanan atas adalah buntut panjang dari (intervention) terhadap perusahaan pers. pemberitaan media yang ada hubungannya Syahnan Harahap menemukan empat dengan pemilihan kepala daerah. tindakan menyimpang terhadap kebebasan Selain itu, fenomena menjamurnya pers yaitu (1) distorsi melalui peraturan media cetak lokal yang terbit secara

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 194

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 musiman, yaitu musim pemilihan kepala pendapat itupun, kata Bung Karno seperti daerah saja. Media ini menawarkan dikutip Kasman, akibat dari sikap tokoh- publikasi kepada pasangan calon kepala tokoh pers Indonesia yang kurang bahkan daerah, dengan harga lebih mahal dari tidak memiliki pengertian perlunya media selevelnya, namun bersedia penulisan sejarah. Karena kurangnya memuat informasi tanpa batas, termasuk rujukan sumber dalam penulisan sejarah mengumbar ke ruang publik tentang pers di Indonesia, maka menimbulkan kejelekan-kejelekan pasangan calon. Pada berbagai teori yang dicetuskan oleh orang tahap ini, media dijadikan alat untuk asing dalam persoalan sejarah ini. melakukan kampanye hitam (black Edward Cecil Smith lewat tesisnya A campign). Kondisi ini berdampak hampir History of Newspaper Suppremassion in pada semua media lokal, ada yang ingin Indonesia, 1949-1965, mengatakan bahwa menjelaskan informasi murahan itu. Ada surat kabar yang pertama di Indonesia juga yang berupaya untuk membangun terbit setelah belanda mendarat di Hindia good image dengan menggunakan pada tahun 1596, lalu 19 tahun kemudian kekuatan publikasi media massa. Politik barulah mereka memulai menerbitkan pencitraan paling ampuh dilakukan lewat sebuah medium komunikasi berupa media koran dan media sosial. Akibatnya, penerbitan berkala bernama Gazette, media massa terlibat aktif dalam huru- 1516. Sementara, Yasuo Hanazaki dalam hara politik praktis. Inilah di antara tesisnya The Indonesian Pres in the Era of beberapa persoalan yang hendak penulis Keterbukaan: A Force for Democration jelaskan dalam tulisan ini, yang menyebutkan kelahiran pertama pers di dirumuskan dengan judul, “Problematika Indonesia adalah bataviasche nouvelles en Pers Lokal dalam Menghadapi Kontestasi politique raisonnementen yang terbit pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di agustus 1744 di Batavia. Pakar pers lain Provinsi Sumatera Barat”. menyebutkan, pers yang pertama kali SEJARAH PERKEMBANGAN PERS muncul adalah Medan Priyayi pada 1909. DI SUMATERA BARAT Kelahiran medan priyayi ini merupakan Suf Kasman (Kasman, 2010: 67-68) pers bumi putra pertama yang dieditori menyebut bahwa sejarah pers di Indonesia oleh orang pribumi adalah suatu bentuk menjadi perdebatan panjang dua perlawanan kalangan pribumi di Hindia kelompok, termasuk perbedaan di Belanda, yang menjadikan pers sebagai kalangan wartawan sendiri. Perbedaan corong perlawanan terhadap Pemerintah pendapat ini, kata Kasman, mengutip apa Kolonial Belanda. Sementara yang lain yang disampaikan Azyumardi Azra, mengklaim yang disebut pers Indonesia bahwa perbedaan itu tidak bisa dilepaskan setelah masyarakat Indonesia menikmati dari sudut pandang, data yang ditemukan, hari kemerdekaannya pada tanggal 17 dan interpretasi terhadap data peneliti itu Agustus 1945. sendiri. Di samping kurangnya data yang Kasman mengemukakan data dapat mendukung suatu teori dan sifat bersumber dari proyek pusat publikasi sepihak dari teori yang ada. Perbedaan pemerintah Departemen Penerangan RI,

Islamic Comunication Journal 195 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto surat kabar Indonesia pada tiga zaman, (vernacular press) yang terbit di kota Rumah menyebutkan bahwa di Padang, kini Gadang itu. Minangkabau memang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Barat, merupakan kota pers tertua di Sumatera, telah terbitnya surat kabar yang dikelola dan termasuk kota Indonesia yang awal oleh pihak Belanda; Sumatra Courant, mengenal surat kabar. Karena mendapat Padangsch Nieuws Advertientieblad dan respons dan pasar yang baik, maka Padangcsh Handelssblad dan pribumi; manajemen Bintang Timoer menerbitkan Bentara Melajoe. Berbagai periodisasi menjadi mingguan setiap Rabu yang pers di Indonesia, menurut Kasman dapat dimulai sejak 4 Januari 1865. dibedakan atas dua periode saja, pertama, semakin bebasnya pers dari kontrol “Ketika di tempat lain di pulau ini Negara hingga tahun 1957 dan kedua, orang baru mengenal naskah semakin luasnya kontrol Negara terhadap (manuscript) beraksara Jawi yang pers yang membuat pers menciut nyalinya berisi sastra pagan, di Padang orang (Kasman, 2010: 74). Haluan yang terbit (Minangkabau) sudah membolak- sejak tahun 1948, merupakan media massa balik halaman kertas lebar bernama yang timbul karena adanya semangat baru surat kabar yang berisi informasi dari luar dunia lokalnya," tulis Suryadi usai kemerdekaan RI, yang pada masa ini (lihat di www.ranah-minang.com). dikenal dengan periodisasi partisan. Pada Sejumlah surat kabar yang terbit di masa ini bermunculnya media-media lokal Minangkabau setelah Bintang Timoer yang mengangkat idiologi dan perjuangan antara lain, Pelita Ketjil (Padang, bangsa Indonesia. 1892-1894), Warta Berita (Padang, 1895), Tjahja Sumatra (Padang, Menurut Nasrul Azwar, aktivis 1906). budaya Sumatera Barat menyebutkan sepanjang pembacaan dia terhadap sejarah Tokoh pers yang menonjol saat itu pers, dan juga hasil bacaannya terhadap antara lain, Mahyoeddin Datoek Soetan disertasi Sudarmoko yang Maharadja, anak nagari Sulit Air, Abisin dipertahankannya di Universitas Leiden, Abbas, Dja Endar Muda, dan Syekh Belanda (2005) dan beberapa artikel Achmad Chatib. Tokoh pers itu hadir Suryadi yang juga mengajar di Universitas mewarnai dinamika pemikiran, arah Leiden, mengesankan, semenjak abad-19, kebijakan publik, dan dunia pertumbuhan surat kabar dan dunia keintelektualan. Khairul Jasmi (Pantau, penerbitan di Minangkabau (Sumatra Februari 2002) menulis, saat itu, Barat) sangat signifikan. Menurut Suryadi kepiawaian menulis atau mengeluarkan (2004) orang Padang bukan kemarin sore pendapat orang Minangkabau berpendaran mulai membaca koran. Sejak 7 Desember di halaman-halaman surat kabar. Media 1864 hampir satu setengah abad lalu orang massa jadi sarana melancarkan Minang untuk pertama kalinya membaca perbincangan dan polemik. Mula-mula surat kabar berbahasa Melayu. Pada bulan tentang kebangkitan Asia, Jepang, lalu itu, edisi perdana Bintang Timoer format masa depan negara. Tak luput juga diluncurkan. Itulah koran pribumi pertama tentang bagaimana agama Islam

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 196

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 seharusnya dipahami dan dijalankan. Barat. Subjek penelitian adalah pelaku Pesertanya kaum tua dan muda. jurnalistik, meliputi wartawan, dan Perdebatan agama inilah yang malah manajemen usaha media pers. Studi Kasus berlangsung tajam. (Sugiyono, 2017: 17) merupakan jenis Demikian bagusnya kondisi pers saat penelitian kualitatif yang mana peneliti itu, surat kabar Pelita Ketjil mampu melakukan eksplorasi secara mendalam menempatkan seorang korespondennya di terhadap program, kejadian, proses, Kota Mekkah, yang tugasnya aktivitas terhadap satu atau lebih orang. mengirimkan berita perkembangan Islam Menurut Kriyantono, metode studi kasus untuk pembacanya di Sumatra Barat. Hal adalah metode riset yang menggunakan serupa tidak lagi kita temukan dalam berbagai sumber data (sebanyak manejemen surat kabar sekarang. Berita mungkin), yang bisa digunakan untuk dari luar cukup dikutip dari kantor-kantor meneliti, menguraikan, dan menjelaskan berita yang bertebaran itu. Selain koran secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, mainstream di atas, seperti Bintang Timoer, organisasi, atau peristiwa secara sistematis Pelita Ketjil, Warta Berita, Tjahja Sumatra (Kriyantono, 2007: 66). dan lain sebagainya, di tingkat nagari dan etnis juga muncul berbagai penerbitan PROBLEMATIKA PERS LOKAL berkala. Media komunitas hadir DALAM MENGHADAPI SITUASI dikesankan sebagai ruang komunikasi dan PEMILIHAN KEPADA DAERAH DI silaturahmi bagi masyarakatnya. Dalam PROVINSI SUMATERA BARAT catatan Sudarmoko (2005) beberapa 1. Pers Lokal Terseret Dalam Konflik penerbitan "pers" komunitas saat antara Kepentingan Pilkada lain, Barito Koto Gadang (Fort de Kock, 1929-32), Boedi Tjaniago (Fort de Kock, Kekuatan pers sebagai media kontrol Drukkery Agam, 1922), Soeara Kota dan kritik sosial sudah tidak diragukan Gedang (Fort de Kock, Vereeniging lagi. Ia lantang menyuarakan suara rakyat Studiefonds Kota Gedang, 1916-17), Al dalam berekspresi mengeluarkan pendapat Achbar (Padang, 1913-14, dalam bahasa dan aspirasi. Pers dalam hal ini sebagai Arab), Al I'laam (Koto Toeo, Ampat wadah untuk mengungkapkan suara-suara Angkat, 1922-23), Moeslim India keadilan dari rakyat. Kekuatan pers (Padang, Moeslim India, 1932), sebagaimana merupakan asas layak berita Algementeen Advertieblad (Padang, pada perusahaan pers yang bebas dan Padangsche Snelpres, 1921, dalam bahasa bertanggungjawab, aktual dan berimbang. Belanda), Bintang Tiong Hoa (Padang, Kebebasan ini yang pada perjalanan Tiong Hoa Ien Soe Kiok, 1910-15). sejarah pers Indonesia telah dimanfaatkan oleh pemilik modal. Banyak perusahaan METODE ANALISIS pers yang dikuasai oleh konglomerat dan Paper ini merupakan hasil penelitian politikus hartawan. Pers sebagai kontrol dengan menggunakan metode studi kasus dan kritik sosial mengalami pergeseran terhadap persoalan pers terbitan Sumatera hak dan kewajiban ke arah politik praktis,

Islamic Comunication Journal 197 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto sarana untuk mendapatkan kekuatan dan untuk mendapatkan omset perusahaan kekuasaan. Kondisi ini yang kemudian yang sebesar-besarnya. Fenomena ini menyeret pers ke dalam kepentingan termasuk momen pemilihan kepala politik praktis. daerah. Pesta demokrasi yang digelar Di Indonesia, pesmirsa tidak asing sekali lima tahun itu merupakan momen lagi dengan media televisi TV One milik besar oleh perusahaan pers untuk meraup Abu Rizal Bakrie (Ical) mantan Ketua capaian omset yang tinggi. Aneka ragam Umum Partai Golongan Karya, Metro TV strategi oleh pemimpin perusahaan pers milik Surya Paloh Ketua Umum Partai untuk mewujudkan capaian omset itu. NasDem, MNC Group milik Hari Tanoe Upaya lobi ke pasangan calon dengan Sudibyo, Ketua Umum Partai Perindo. membuat kontrak publikasipun dilakukan. Fakta-fakta ini juga merembes ke media Semakin banyak pasangan calon kepala lokal yang terbit di sejumlah provinsi- daerah maka semakin tinggi kesempatan provinsi di Negeri ini. Misalkan saja di untuk meraup omset. Akan tetapi, fakta Provinsi Sumatera Barat, ada media menyatakan bahwa tidak semua pasangan Harian Umum Haluan yang merupakan calon sanggup untuk membuat kontrak milik almarhum Kusumah dan keluarga, publikasi dengan media massa. Apalagi yang kemudian melibatkan diri sebagai nilai kontrak yang cukup tinggi untuk satu politikus dan menjabat pada lembaga media massa. Pada pemilihan kepala legislatif di wilayah Sumatera Barat daerah serentak di Provinsi Sumatera tingkat I dan II. Setelah itu, Harian Umum Barat tahun 2014, nilai kontrak satu media Haluan diambilalih oleh Basrizal Koto harian dengan satu pasangan calon (Basko) seorang pengusaha sukses asal mencapai Rp.100.000.000,- (seratus juta Sumatera Barat yang kemudian aktif rupiah) (Ramadian, 2015). Mahalnya nilai mendukung pasangan calon kepala daerah publikasi menyebabkan hanya pasangan di provinsi , kepulauan riau dan calon yang sanggup saja yang mampu sumatera barat. Kemudian ada Koran membuat kesepakatan dengan media Singgalang, milik Basril Djabar yang massa. kemudian terjun ke dunia politik di Imbas dari kondisi ini, menjadikan kancah Nasional, yakni sebagai anggota media massa terikat kontrak untuk DPR RI. memperbanyak publikasi pasangan calon Dari analisis penulis terhadap yang menjalin kerja sama, dan persoalan ini, selain kepemilikan media mengabaikan publikasi untuk pasangan massa oleh politikus atau dari praktisi calon yang tidak membuat kontrak. Hal media menerjunkan diri ke politik praktis, ini tentu saja wajar dalam dunia bisnis ada faktor lain yang menjadikan pers media, namun sebetulnya dapat saja terlibat dalam politik praktis. Faktor yang menyalahi aturan-aturan dalam pemilihan dimaksud adalah faktor kepentingan kepala daerah. Lembaga pengawas omset perusahaan. Kewajiban operasional pemilihan umum dapat saja menilai suatu perusahaan media, mengharuskan aktor- media massa itu tidak netral, dan aktor media memanfaatkan semua momen mendukung salah satu pasangan calon.

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 198

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 Padahal di balik apa yang diamati dari kecil dibandingkan dengan pasangan publikasi itu, sesungguhnya ada kontrak calon yang didukung oleh pers tersebut. publikasi yang mengikat antara Televisi wajib bersikap adil dan perusahaan media dengan pasangan calon proporsional terhadap para peserta pemilu tertentu. dan pilkada dan dilarang bersikap partisan Hal itu dilakukan oleh pengelola terhadap salah satu peserta pemilu dan media massa, karena untuk pilkada, sedangkan peserta pemilu dan penyelenggaraan penerbitan media massa pilkada dilarang membiayai atau itu memerlukan biaya lumayan besar. mensponsori program yang ditayangkan Menutupi biaya tersebut, sewajarnya stasiun televisi (Morissan, 2008: 258). pihak media turut memanfaatkan Pendapat Morissan ini tentu juga berlaku momentum pilkada itu untuk meraup bagi semua media massa, baik cetak omset yang besar. Moentadhim maupun elektronik. Akan tetapi fakta di (Moentadhim, 2006:309) menyebutkan lapangan, banyak halaman Koran yang bahwa biaya penerbitan dapat ditutupi diboking oleh salah satu pasangan calon oleh penghasilan iklan mencapai 60 kepala daerah, untuk mempublikasikan persen. Iklan sebagai donator yang kegiatan individu dan timnya dalam upaya membuat pengelola media massa dapat membangun citra positif dari masyarakat bernafas lega, karena itu diperlukan pemilih. tenaga periklanan yang handal. Dukungan media massa terhadap a. Pers mendukung salah satu pasangan calon selain dari kontrak pasangan calon publikasi, dan kepentingan pemilik media pers, merupakan dukungan yang diikat Kontesasi pemilihan kepala daerah oleh faktor ideologi. Pada masyarakat sudah tidak tabu lagi membicarakan modern, dukungan yang diikat oleh faktor persoalan siapa mendukung siapa. ideologi menempati faktor utama. Ikatan Dukungan itu merupakan hak politik ideologi bahkan melebihi dari ikatan warga Negara, kecuali profesi aparatur persaudaraan sedarah. Pada beberapa sipil Negara, TNI, Polri yang harus netral, fenomena dapat ditemukan bahwa ada namun kelompok profesi itu memiliki hak tokoh bangsa yang bersaudara namun suara untuk memilih dan dipilih. Temuan tidak saling mendukung dalam pemilihan penulis bahwa persoalan dukungan itupun kepala daerah dan pemilihan presiden. Hal terjadi pada media massa. Ada fenomena itu wajar karena memang yang perseteruan media massa nasional dan membentuk karakter manusia itu bukan lokal karena terlibat dalam posisi karena hubungan persaudaraan namun mendukung salah satu pasangan calon. karakter yang dibentuk pada tahap Toh, kalaupun suatu media massa dituntut ideologi (mindset). untuk memberitakan secara berimbang, namun pasangan calon yang tidak Keterlibatan owner/ pemilik media didukung oleh media massa akan Harian Haluan, H. Basrizal Koto dalam mendapatkan porsi publikasi yang lebih mendukung salah satu pasangan calon Gubernur Sumatera Barat, yaitu pasangan

Islamic Comunication Journal 199 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto Muslim Kasim – Fauzi Bahar, pada pura-pura simpati dengan ucapan tim Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sukses dan tidak mempercayai sama sekali Sumatera Barat Periode 2015-2021, ucapan tim sukses itu. mendatangkan kesulitan-kesulitan bagi Hasutan tim sukses ini tidak sedikit perusahaan pers. Kontrak Harian Haluan mengorbankan pihak-pihak tertentu yang di kantor gubernur mendapatkan kendala, dianggap lawan oleh tim sukses itu. Ini liputan khusus/ pariwara dikurangi. dikenal dengan luka pascapilkada. Korban Gubernur menjabat, yang merupakan rival dari hasutan tim sukses ini tidak hanya dari pasangan calon yang didukung media, menyasar ke tim sukses pasangan calon menyampaikan kepada pejabat di lainnya, tetapi juga merembes ke media lingkungan Pemerintahan Provinsi massa. Dalam persoalan ini, ada dua hal Sumatera Barat untuk tidak yang perlu jelaskan, yakni tim sukses mempublikasikan pariwara dan iklan versus awak media (jurnalis), dan awak (berbayar) dengan Koran Harian Haluan. media versus awak media. Pergulatan Di sisi lain, hal ini telah berdampak kepemimpinan pada momen pilkada dengan mundurnya Pemimpin Redaksi memunculkan kekuatan baru yang juga Haluan Yon Erizon, karena imbasnya ke kekuasaan tingkat rendah. ketidaksenangan owner media kepadanya Setiap tingkatan jabatan dan profesi atas manajemen pemberitaan pasangan mempunyai lawan yang sebanding. calon gubernur yang diusung owner Tukang sapu lawan tukang sapu, pejabat selama masa-masa kampanye eselon lawan pejabat bereselon, dan berlangsung. demikian juga jurnalis lawannya juga b. Hasutan tim sukses jurnalis. Dalam hal ini, seringkali muncul wartawan-wartawan baru yang selama ini Hasutan tim sukses seringkali termarginirkan oleh kelompok wartawan menjadi faktor pemecah masyarakat yang lainnya. Apapun bentuk profesi dari pascapilkada. Tim sukses yang bagaikan tim sukses, maka mereka akan pahlawan itu biasanya muncul dengan melancarkan sebuah propaganda melalui berbagai cerita heroik dalam hasutan kepada pihak-pihak yang memenangkan pasangan calon yang dianggap lawan. didukungnya. Ia seringkali menceritakan pengalaman tempurnya waktu kampanye c. Kepentingan pemilik media dan untuk mengajak massa memilih pemangku kewenangan pada jagoannya. Dalam mendramatisir cerita, perusahaan media acapkali tim sukses menerangkan pihak- pihak lain yang menjadi lawannya di Pada dasarnya, manusia bertindak lapangan. Alhasil, cerita pada pihak yang memiliki motif tertentu yang hendak menang, maka masyarakat seringkali dicapainya. Banyak kepentingan yang mempercayai ucapan orang tersebut. Ada bertengger dalam tindakan itu. Ada beberapa kelompok masyarakat dalam motifnya untuk kekuasaaan, pratise, status menanggapi cerita heroik tim sukses itu, sosial, dan seyogyanya motif dari setiap yakni mempercayai ucapan tim sukses, tindakan manusia itu adalah ikhlas karena

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 200

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 Allah (lillahi ta’ala). Dalam hal liputan pada media cetak, menjadi melanggengkan kekuasaan, seringkali tanggungjawab pemimpin redaksi untuk orang berbuat brutal (kekerasan) dan ada menerbitkannya. Berita yang dicari dan dengan cara yang lebih bermartabat. diolah oleh wartawan bisa jadi dimuat Purnama Suwardi (Suwardi, 2006: 2) atau tidak dimuat karena berita itu ditolak menyebutkan bahwa kondisi saat ini dalam rapat pimpinan redaksi. Akan siaran televisi dimanfaatkan banyak pihak tetapi, berbeda dengan program siaran sebagai sarana intervensi tidak langsung pesanan bos maka harus dimuat. Lebih untuk membangun kebenaran-kebenaran baik tidak cetak atau tidak tayang daripada sendiri. Beberapa pengusaha di Indonesia, tidak menayangkan pesanan bos. untuk mendapatkan tujuan kekuasaaan, Menurut teorinya, untuk menerbitkan telah mengambil alih banyak media cetak, produk jurnalistik dapat dipengaruhi oleh elektronik dan televisi. Pada kasus media banyak faktor, yakni tingkat individual, massa, sudah menjadi dominasi di tanah tingkat rutinitas media, tingkat organisasi, air (Indonesia), owner media nasional dan tingkat ekstra media, dan tingkat ideologi. lokal adalah memiliki ikatan sosial dengan Ideologi media terletak pada fungsi partai politik atau ikut terlibat pada ranah kontrol sosial yang dijalankan oleh politik praktis. Sebut saja Abu Rizal perusahaan media. Ketidakberimbangan Bakrie, pria yang akrab disapa Ical ini pemberitaan karena pesanan pemilik merupakan pimpinan partai Golongan media (owner) seringkali merobek Karya (Golkar), Surya Paloh pimpinan ideologi tersebut. Beberapa perusahaan partai NasDem memiliki Metro TV, Hari pers harus bertentangan dengan opini Tanoe Sudibjo dengan group MNC TV publik demi menjalankan permintaan memiliki partai Partai Persatuan Indonesia owner. (Perindo). Fakta ini yang dapat menyeret 2. Intervensi Kepala Daerah Terhadap media massa ke ranah politik praktis. Ada Media Lokal program siaranan atau tayangan yang merupakan pesanan dari owner media Selama masa orde baru, pers di massa itu sendiri. Terkadang pesanan bos Indonesia terjebak pada konflik tiga media itu tidak sesuai dengan kode etik kepentingan sekaligus, yaitu Negara, jurnalistik, namun program itu harus juga pemodal dan masyarakat. Negara ditayangkan. menuntut pers menjadi agen pembangunan (agent of development), di Perusahaan pers sudah memiliki sisi lain pemilik modal memaksa pers subbagian yang memiliki kewajiban yang menjadi sebuah industri dengan logika berbeda-beda, ada bidang keredaksian dan perniagaan dan keuntungan, sedangkan ada bidang usaha (bisnis). Untuk masyarakat meminta pers untuk menjadi menerbitkan produk jurnalistik, meski penyedia informasi yang aktual dan kedua bidang itu saling bersinergis, faktual serta menjalankan fungsi namun soal produk jurnalistik menjadi pemberdayaan dan kontrol sosial (Fatah, tanggungjawab bidang keredaksian. Jadi, 1998: 194-195). program siaran atau mungkin program

Islamic Comunication Journal 201 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto a. Berganti Kepala Daerah Berganti istimewa untuk media massa yang Wartawan dikendarai oleh wartawan pendukung. Kepala Perwakilan Media Koran Post Pergantian kepala daerah dan tim Metro di Pasaman, Rahmat Wahyudi suksesnya pada saat kontestasi pemilihan (2018), menjelaskan bahwa wartawan kepala daerah berlangsung, memberikan yang dianggap lawan kepala daerah dampak pada profesi wartawan. Perang semasa kontestasi pemilihan kepala ideologi, program dan kampanye politik daerah berlangsung, di masa-masa yang dipublikasikan pada suatu media, kampanye, terindikasi wartawan banyak merupakan peluang bisnis bagi media memberitakan prestasi calon kepala massa. Pemberitaan tentang pasangan daerah yang lain. Bagi kelompok calon kepala daerah ditunggu oleh wartawan oposisi, mereka ada yang masyarakat luas, baik kelompok pemesan diganti. Kewenangan untuk mengangkat release (pariwara dan liputan khusus), dan memberhentikan wartawan ada di maupun pihak lawan dari pasangan calon tangan perusahaan media, namun di lainnya. Kondisi ini berdampak ekonomis, Sumatera Barat, dapat saja dipengaruhi karena halaman dibeli dengan label harga oleh permintaan mitra kerja, seperti khusus, dan pembokingan edisi cetak. permintaan kabag humas, bupati dan Pada tahap ini, dampak yang didapatkan wakil bupati pemenang kontestasi. Pihak oleh wartawan adalah hal yang positif, manajemen media, karena berupa peningkatan penghasilan. menyelenggarakan perusahaan media Pada sisi lain, dampak yang negatif tidak selesai dengan ideologi saja, dapat diterima oleh wartawan ketika melainkan memerlukan biaya yang cukup kontestasi pemilihan kepala daerah telah besar. Akibatnya, pihak manajemen lebih selesai. Akan ada pengelompokan memilih mengganti, memindahkan dan wartawan pada tiga kategori, yaitu bahkan memberhentikan wartawan yang wartawan pendukung (koalisi), wartawan tidak disenangi oleh kepala daerah lawan (oposisi) dan wartawan yang tersebut. professional (netral). Wartawan Keprofesionalan wartawan pada pendukung akan mendapatkan tempat tingkat lokal diukur dengan capaian utama di sisi kekuasaan kepala daerah, omset. Mestinya wartawan professional dekat dengan kepala daerah, pimpinan itu diukur dengan standar profesi dinas, lembaga dan kantor yang masuk wartawan, yaitu yang dituangkan dalam dalam struktur organisasi pemerintah kode etik wartawan Indonesia. daerah (OPD), termasuk bagian hubungan Keprofesionalan wartawan itu masyarakat (Humas) yang menjadi pintu mengandung pada kebenaran berita, masuk kerja sama media massa dengan kualitas berita, dan produktifitas wartawan pemerintah daerah. Publikasi terkait dalam melahirkan produk-produk dengan kegitan kepala daerah, dan prestasi jurnalistik. Wartawan tipe ini selalu bias pemerintah daerah diperuntukkan secara menyesuaikan diri dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kontestasi pemilihan

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 202

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 kepala daerah. Namun, fakta yang terjadi dapat menghantui kerja keprofesinalan bahwa jika wartawan bertahan pada perusahaan pers. Oleh karena itu, bagi ideologi profesionalisme, maka wartawan perusahaan media yang sudah mapan tersebut biasanya hanya diagungkan pada finansial tidak begitu memperdulikan ada level konseptual. Ia dijadikan model oleh atau tidak jalinan hubungan kerjasama kepala daerah dan pihak terkait, untuk dengan kepala daerah. dibanding-bandingkan dengan wartawan Menurut Sayadiman (Sobur, 2001: lainnya. Untuk omset dan kesejahteraan 268) kurangnya kemandirian masyarakat yang didapatkan oleh wartawan Indonesia, termasuk dalam mengelolah koalisi/pendukung jauh lebih tinggi, tidak bisnis pers, akibat dari sejarah bangsa akan pernah sebanding dengan apa yang yang telah lama dijajah oleh penguasa didapatkan oleh wartawan professional. yang bersifat feodal. Membiasakan orang b. Ancaman Putus Kontrak untuk bergantung pada pihak yang kuat Pers regional atau lokal meski juga atau berkuasa. Pada kondisi ini, bila ada memuat informasi internasional dan suatu lembaga atau organisasi masyarakat nasional, namun ia tidak dikategorikan yang terlihat mandiri, malah pihak dengan pers umum atau pers nasional. penguasa memberikannya hukuman atas Pers lokal itu memiliki sirkulasi yang kesalahan tersebut, sehingga sikap terbatas dan dana terbatas (Bland, 2001: mandiri, kreatif dan inovatif menjadi 46). Putus kontrak termasuk dampak fatal mandeg. Inilah yang terjadi pada yang didapatkan oleh wartawan dan perusahaan pers yang hidupnya media itu perusahaan pers terkait kontestasi lebih banyak bergantung pada kontrak pemilihan kepala daerah ini. Apabila kerjasama dengan pemerintahan. Media permintaan untuk mengganti wartawan pada kategori ini menganggap kontrak yang diajukan oleh pihak kepala daerah kerjasama dengan kepala daerah sangat tidak dikabulkan, maka bisa saja pihak penting. Kepala daerah menjadi target pemerintah daerah melakukan putus utama pencapaian omset perusahaan. kontrak. Putus kontrak akan berdampak Maka putus kontrak bagi perusahaan pers pada penghasilan wartawan dan ini dianggap fatal dan membahayakan perusahaan pers. Pada perusahaan media bagi stabilitas keuangan perusahaan. yang mapan secara finansial, kontrak Tidak heran putus kontrak dengan humas dengan pemerintah daerah tidak dan kepala daerah sesuatu yang ditakuti dipandang sesuatu yang urgen/penting. dan dihindari oleh perusahaan media. Mereka beranggapan bahwa kontrak kerja Maryadi (2018) menjelaskan bahwa sama dengan pemerintah hanya akan prinsip yang dipakai oleh pihak menghambat pihak media untuk manajemen adalah biarlah membuang satu mempertahankan ideologi jurnalistik. wartawan yang tidak disenangi kepala Kontrak kerjasama adalah pintu masuk daerah, ketimbang menganiaya bagi kewenangan kepala daerah untuk ikut perusahaan yang bergantung hidup banyak campur dalam pengelolaan pemberitaan karyawan padanya. Pihak manajemen media. Ancaman intervensi penguasa media menganggap dengan putus kontrak

Islamic Comunication Journal 203 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto dengan kepala daerah menjadikan yang ada di bagian Humas. Kondisi itu pendapatan perusahaan berkurang, tidak hanya Koran Mingguan Zaman yang sehingga mempengaruhi penghasilan pernah mengalami hal demikian. Koran banyak karyawan administrasi dan Harian Singgalang, pernah diputuskontrak percetakan di media tersebut. Anggapan oleh Bupati Pasaman Barat Baharuddin R. itu tidaklah kebenaran mutlak. Penggajian Bahkan lebih hebohnya lagi, Pemerintah karyawan perusahaan yang hanya di Kabupaten Solok diakhir masa kantor saja, tentu diambilkan dari pemerintahan Syamsu Rahim pernah akumulasi pendapatan dari semua sumber mengambil kebijakan untuk tidak keuangan perusahaan, bukan hanya dari berlangganan Koran lagi. Tentu saja satu kontrak kerjasama saja. Apalagi bagi kondisi ini menjadi pukulan telak bagi karyawan yang turun langsung ke pers lokal yang sebagian besar biaya lapangan, seperti devisi iklan, wartawan operasionalnya bersumber dari nilai dan pemimpin perusahaan, yang telah kontrak dengan pemerintah daerah. disediakan sumber-sumber SOLUSI ATAS PROBLEMATIKA penghasilannya baik oleh perusahaan PERS LOKAL DALAM sendiri maupun disediakan oleh mitra di MENGHADAPI SITUASI lapangan (walaupun tidak diminta). PEMILIHAN KEPADA DAERAH DI c. Blokade Media PROVINSI SUMATERA BARAT Setiap ada masalah pasti ada jalan Pemblokan media jarang terjadi, penyelesaiannya. Hanya saja cepat atau namun ada kasusnya menimpa beberapa lambatnya masalah diselesaikan, media di Sumatera Barat. Pemblokan ini tergantung pada kecepatan dan ketepatan biasanya tidak lama, karena cepat diambil tindakan dalam mencarikan solusinya. kebijakan oleh pihak media. Kondisi Tersedianya solusi-solusi dari berbagai demikian itu bila dipertahankan lebih sumber, menjadi alternative dalam lama, hanya akan merugikan perusahaan pers. Seringkali penyelesaian dari konflik menyelesaikan konflik serupa. Untuk masalah yang dibahas dalam artikel ini, interest ini, pihak media dirugikan baik “Problematika Pers Lokal Dalam secara ideologi maupun materil. Bisa saja Menghadapi Kontestasi Pemilihan Kepada keharusan untuk taat dan patuh pada kekuasaan kepala daerah menjadi Daerah di Provinsi Sumatera Barat, dapat diajukan alternatif penyelesaiannya persyaratan dalam penyelesaian konflik sebagai berikut: ini. Pemilik media cetak mingguan 1. Mempedomani kembali Undang- Zaman, Irawadi (2017), menjelaskan bahwa media yang dipimpinnya sering Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. mendapatkan ancaman putus kontrak dari 2. Menyeimbangkan antara pers pemerintah daerah. Penyebabnyapun sebagai industri bisnis dengan beragam mulai dari pemberitaan yang tidak memihak pemerintahan, konten pers sebagai lembaga professional (control social). berita yang dianggap pro terhadap lawan politik kepala daerah, dan persoalan lain

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 204

PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 3. Pemilik media jangan meliputi kegiatan pers terkesan memanfaatkan dan memperalat mendukung satu pasangan calon, hasutan perusahaan pers miliknya ke tim sukses, kepentingan pemilik media ranah politik praktis. dan pemangku kewenangan pada 4. Dalam menjalin kerja sama perusahaan media. Kedua, intervensi dengan pemerintah daerah, Kepala daerah terhadap media lokal upayakan tetap berpegang pada meliputi kegiatan berganti Kepala Daerah prinsip dan etika profesi berganti wartawan, ancaman putus jurnalistik. kontrak dan blokade media.

5. Wartawan mesti meningkatkan Adapun solusi untuk permasalahan kapasitas dan kualitas produk tersebut, dapat diajukan alternatif jurnalistiknya, menaati kode etik penyelesaiannya bahwa: 1). wartawan, dan tidak membawa Mempedomani kembali Undang-Undang profesi ke ranah politik praktis. Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. 2).

6. Melaporkan kepala daerah atau Menyeimbangkan antara pers sebagai pihak-pihak yang berupaya industri bisnis dengan pers sebagai mengintimidasi media dan lembaga professional (control social). 3). wartawan dalam menjalankan Pemilik media jangan memanfaatkan dan profesinya, ke Komisi Informasi memperalat perusahaan pers miliknya ke Publik (KIP), polisi dan ranah politik praktis. 5). Dalam menjalin ombusman pada level kerja sama dengan pemerintah daerah, pemerintahan tertentu. upayakan tetap berpegang pada prinsip KESIMPULAN dan etika profesi jurnalistik. 6). Wartawan Pers sebagai salah satu pilar mesti meningkatkan kapasitas dan kualitas demokrasi yang memiliki kebebasan akses produk jurnalistiknya, menaati kode etik informasi telah menciptakan suatu wartawan, dan tidak membawa profesi ke tingkatan kondisi kekuatan pers. Pada ranah politik praktis. 7). Melaporkan rezim media, tidak hanya publik yang kepala daerah atau pihak-pihak yang dikendalikan melainkan wacana kebijakan berupaya mengintimidasi media dan pemerintahpun dapat dipengaruhi oleh wartawan dalam menjalankan profesinya, media. Kondisi bekuasanya pers (rezim ke Komisi Informasi Publik (KIP), polisi media) ternyata tidak begitu terasa di dan ombusman pada level pemerintahan lembaga pers lokal. Pers lokal dengan tertentu. jangkauan ruang pembaca yang terbatas sehingga kekuatannyapun terbatas. DAFTAR PUSTAKA Problematika pers lokal dalam Bland, M. (2001). Hubungan Media Yang menghadapi kontestasi pemilihan Kepala Efektif. (Syahrul, Ed.) (Translit). Daerah di Provinsi Sumatera Barat dapat Jakarta: Penerbit Erlangga. Fatah, E. S. (1998). Bangsa Saya Yang dikelompokkan pada dua garis besar: Menyebalkan: Catatan Tentang yaitu pertama, pers lokal terseret dalam Kekuasaan Yang Pongah. kepentingan pemilihan Kepala Daerah Bandung: Remaja Rosdakarya.

Islamic Comunication Journal 205 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018

Icol Dianto Harahap, M. Syahnan, Tinjauan Hukum 2018. Peran Pers Guna Menegakkan Hak Maryadi, Kepala Perwakilan Koran Harian Asasi Manusia Di Indonesia, Jurnal Haluan Kabupaten Darmasraya, Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol 4 Wawancara Langsung, 4 Agustus No. 1 (2013). 2018. Kasman, S. (2010). Pers dan Pencitraan Umat Irawadi, Pemimpin Koran Mingguan Islam di Indonesia: Analisis Isi Zaman di Sumatera Barat, Pemberitaan Harian Kompas dan Wawancara Langsung, 7 Januari Republika. Jakarta: Balai Litbang 2017. dan Diklat Kemenag RI. Surya Andika, Kepala Perwakilan Koran Kriyantono, R. (2007). Metode Riset Harian Haluan Kabupaten Komunikasi. Jakarta: Kencana. Pasaman Barat, Wawancara Moentadhim, M. (2006). No Title. Langsung, 9 Januari 2017. Yogyakarta: CV Andi Offset. Risman, Kepala Perwakilan Koran Harian Morissan. (2008). Jurnalistik Televisi Haluan Kabupaten Solok, Mutakhir. Jakarta: Kencana. Wawancara Tidak Langsung, Pers, L. (2017). Kasus Kekerasan Terhadap Januari 2014. Pers 2016 Meningkat. Ramadian, D. (2015). Kontrak Kerja Sama Haluan dengan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati se Sumatera Barat. Padang. Sobur, A. (2001). Etika Pers: Profesionalisme dengan Nurani. Bandung: Humaniora Utama Press. Sugiyono. (2017). Development and Research. Bandung: Alfabeta. Suwardi, P. (2006). Seputar Bisnis dan Siaran Televisi (Pertama). Jakarta: TVRI Sumbar. Syahputra, I. (2013). Rezim Media: Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme, Infotainment Dalam Industri Televisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nasrul Azwar, Pemerhati Media dan Budaya Sumatera Barat. Diakses pada Januari 2018. Sumber : http://mantagisme.blogspot.com/ 2007/09/sejarah-pers-sumbar- dialih-orang-lalu.html Khairul Jasmi, Tokoh Pers dan Pemimpin Redaksi Koran Harian Singgalang. Diakses pada Januari 2018. Sumber : http://www.khairuljasmi.com/201 1/03/pers-sumatra-barat.html Rahmat Wahyudi, Kepala Perwakilan Koran Post Metro Kabupaten Pasaman, Wawancara Langsung, 20 Juli

Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 206