PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… Hal 193-206 PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM MENGHADAPI KONTESTASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM MENGHADAPI KONTESTASI PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) DI PROVINSI SUMATERA BARAT Icol Dianto Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan [email protected] ABSTRACT ocal press problems in facing the contestation of the election of Regional Heads in West Sumatra Province can be grouped into two broad lines: first, the local press L is dragged into a conflict of interest in the election of the Regional Head including 1) The Press supports one candidate pair, 2). Incitement of the success team, 3). The interests of media owners and stakeholders in media companies. Second, the intervention of the Regional Head towards local media includes 1). Change the Regional Head changes journalists, 2). Contract termination threats and 3). Media blockade. As for the solution to the problem, an alternative solution can be proposed that: 1). Re-guided Law Number 40 of 1999 concerning Press. 2). Balancing the press as a business industry with the press as a professional institution (social control). 3). The media owner should not use and manipulate his press company into the realm of practical politics. 5). In establishing cooperation with local governments, strive to stick to the principles and ethics of the journalistic profession. 6). Journalists must increase the capacity and quality of journalistic products, adhere to journalists' code of ethics, and not bring the profession into the realm of practical politics. 7). Report regional heads or parties who attempt to intimidate the media and journalists in carrying out their profession, to the Public Information Commission (KIP), police and Ombudsman at certain levels of government. Keywords: Local Press, Problems, Pemilukada Contestation. ABSTRAK roblematika pers lokal dalam menghadapi kontestasi pemilihan Kepala Daerah di Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan pada dua garis besar: yaitu pertama, P pers lokal terseret dalam konflik kepentingan pemilihan Kepala Daerah meliputi 1) Pers mendukung salah satu pasangan calon, 2). hasutan tim sukses, 3). kepentingan pemilik media dan pemangku kewenangan pada perusahaan media. Kedua, intervensi Kepala daerah terhadap media lokal meliputi 1). berganti Kepala Daerah berganti wartawan, 2). ancaman putus kontrak dan 3). blokade media. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut, dapat diajukan alternative penyelesaiannya bahwa: 1). Mempedomani kembali Undang- Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. 2). Menyeimbangkan antara pers sebagai industry bisnis dengan pers sebagai lembaga professional (control social). 3). Pemilik media jangan memanfaatkan dan memperalat perusahaan pers miliknya ke ranah politik praktis. 5). Dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, upayakan tetap berpegang pada prinsip dan etika profesi jurnalistik. 6). Wartawan mesti meningkatkan kapasitas dan kualitas produk jurnalistiknya, menaati kode etik wartawan, dan tidak membawa profesi ke ranah politik praktis. 7). Melaporkan kepala daerah atau pihak-pihak yang berupaya mengintimidasi media dan wartawan dalam menjalankan profesinya, ke Komisi Informasi Publik (KIP), polisi dan ombusman pada level pemerintahan tertentu. Kata kunci: Pers Lokal, Problematika, Kontestasi Pemilukada. Islamic Comunication Journal 193 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018 Icol Dianto PENDAHULUAN perundang- undangan yang dapat Pers sebagai salah satu pilar menyeret wartawan masuk penjara, (2) demokrasi yang memiliki kebebasan akses “budaya telepon” oleh birokrasi atau informasi telah menciptakan suatu pemerintah, (3) tindakan “main hakim tingkatan kondisi kekuatan pers. Iswandi sendiri” oleh masyarakat, dan (4) dari Syahputra (Syahputra, 2013: xvii) kalangan pers itu sendiri. (Harahap, 2013: menyebut kondisi pers di era demokrasi 27-28). ini telah memasuki rezim media yang Kondisi pers lokal yang demikian itu menguasai segala aspek kehidupan terjadi hampir di seluruh wilayah manusia. Masa ini dikenal dengan rezim Indonesia. Beberapa kasus kekerasan media, meminjam istilah yang terhadap wartawan yang terjadi di dipopulerkan oleh Bruce A. Williams dan Sumatera Barat, merupakan bentuk nyata Michael X Delli Carpini dengan buku ancaman terhadap kebebasan pers di berjudul After Broadcast News, Media tingkat lokal. Lembaga Bantuan Hukum Regimes, Democracy, And The New (LBH) Pers dalam situs Kompas (Pers, Information Environment. Pada rezim 2017) mencatat peningkatan tindak media, tidak hanya publik yang kekerasan terhadap jurnalis pada 2016 dikendalikan melainkan wacana kebijakan sebanyak 83 kasus sedangkan pada tahun pemerintahpun dapat dipengaruhi. Hal ini 2015 hanya 47 kasus. Kasus-kasus sejalan dengan fungsi pers sebagai kontrol wartawan yang dipecat karena lalai dalam sosial sebagaimana terdapat dalam Bab II melaksanakan tugas yang “dipesan” oleh Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban dan pemilik media, belum mencuat ke ruang Peranan Pers Pasal 3 Undang-Undang publik. Demikian juga dengan kasus- Pers Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. kasus yang berhubungan dengan penguasa Akan tetapi, penyalahgunaan kebebasan yang berujung pada laporan polisi. menyampaikan informasi di era demokrasi Misalkan, kasus Fauzi Bahar melaporkan telah membentuk budaya pers yang bebas Koran Padang (media lokal) berawal dari tanpa kendali. pemberitaan Koran Padang yang Kondisi bekuasanya pers (rezim menyudutkan Fauzi Bahar sebagai Wali media) ternyata tidak begitu terasa di Kota Padang. Pada waktu itu, Fauzi Bahar lembaga pers lokal. Pers lokal dengan adalah bakal calon Gubernur Sumatera jangkauan pembaca terbatas sehingga Barat. Kasus Bhenz Maharadjo, Wartawan kekuatannyapun terbatas. Keterbatasan Haluan, yang dilaporkan ke polisi oleh pers lokal yang demikian itu seringkali Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mendapatkan ancaman dan dimanfaatkan atas dugaan pencemaran nama baik dan oleh penguasa, kepala daerah dan instansi penyebar berita bohong. Kedua kasus di lainnya, untuk melakukan penekanan atas adalah buntut panjang dari (intervention) terhadap perusahaan pers. pemberitaan media yang ada hubungannya Syahnan Harahap menemukan empat dengan pemilihan kepala daerah. tindakan menyimpang terhadap kebebasan Selain itu, fenomena menjamurnya pers yaitu (1) distorsi melalui peraturan media cetak lokal yang terbit secara Islamic Comunication Journal Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2018 194 PROBLEMATIKA PERS LOKAL DALAM… hal 193-206 musiman, yaitu musim pemilihan kepala pendapat itupun, kata Bung Karno seperti daerah saja. Media ini menawarkan dikutip Kasman, akibat dari sikap tokoh- publikasi kepada pasangan calon kepala tokoh pers Indonesia yang kurang bahkan daerah, dengan harga lebih mahal dari tidak memiliki pengertian perlunya media selevelnya, namun bersedia penulisan sejarah. Karena kurangnya memuat informasi tanpa batas, termasuk rujukan sumber dalam penulisan sejarah mengumbar ke ruang publik tentang pers di Indonesia, maka menimbulkan kejelekan-kejelekan pasangan calon. Pada berbagai teori yang dicetuskan oleh orang tahap ini, media dijadikan alat untuk asing dalam persoalan sejarah ini. melakukan kampanye hitam (black Edward Cecil Smith lewat tesisnya A campign). Kondisi ini berdampak hampir History of Newspaper Suppremassion in pada semua media lokal, ada yang ingin Indonesia, 1949-1965, mengatakan bahwa menjelaskan informasi murahan itu. Ada surat kabar yang pertama di Indonesia juga yang berupaya untuk membangun terbit setelah belanda mendarat di Hindia good image dengan menggunakan pada tahun 1596, lalu 19 tahun kemudian kekuatan publikasi media massa. Politik barulah mereka memulai menerbitkan pencitraan paling ampuh dilakukan lewat sebuah medium komunikasi berupa media koran dan media sosial. Akibatnya, penerbitan berkala bernama Gazette, media massa terlibat aktif dalam huru- 1516. Sementara, Yasuo Hanazaki dalam hara politik praktis. Inilah di antara tesisnya The Indonesian Pres in the Era of beberapa persoalan yang hendak penulis Keterbukaan: A Force for Democration jelaskan dalam tulisan ini, yang menyebutkan kelahiran pertama pers di dirumuskan dengan judul, “Problematika Indonesia adalah bataviasche nouvelles en Pers Lokal dalam Menghadapi Kontestasi politique raisonnementen yang terbit pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di agustus 1744 di Batavia. Pakar pers lain Provinsi Sumatera Barat”. menyebutkan, pers yang pertama kali SEJARAH PERKEMBANGAN PERS muncul adalah Medan Priyayi pada 1909. DI SUMATERA BARAT Kelahiran medan priyayi ini merupakan Suf Kasman (Kasman, 2010: 67-68) pers bumi putra pertama yang dieditori menyebut bahwa sejarah pers di Indonesia oleh orang pribumi adalah suatu bentuk menjadi perdebatan panjang dua perlawanan kalangan pribumi di Hindia kelompok, termasuk perbedaan di Belanda, yang menjadikan pers sebagai kalangan wartawan sendiri. Perbedaan corong perlawanan terhadap Pemerintah pendapat ini, kata Kasman, mengutip apa Kolonial Belanda. Sementara yang lain yang disampaikan Azyumardi Azra, mengklaim yang disebut pers Indonesia bahwa perbedaan itu tidak bisa dilepaskan setelah masyarakat Indonesia menikmati dari sudut pandang, data yang ditemukan, hari kemerdekaannya pada tanggal 17 dan interpretasi terhadap data peneliti itu Agustus 1945. sendiri. Di samping kurangnya data yang Kasman mengemukakan data dapat mendukung suatu teori dan sifat bersumber dari proyek pusat publikasi sepihak dari teori yang ada. Perbedaan pemerintah Departemen Penerangan RI, Islamic Comunication Journal 195 Volume 03, nomor 2, Juli-Desember 2018 Icol Dianto surat kabar Indonesia pada tiga zaman, (vernacular press)