BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia di dalam kehidupannnya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan sekelompok masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil interaksi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah, baik formal maupun informal. Maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, dan oleh karena itu ada istilah yang disebut dengan komunikasi massa.
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (Nurudin, 2007:3), dapat dikatakan pula bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.
Pengertian tentang media massa adalah sebagai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. (Morissan dkk, 2010:1) Media massa terbagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak yaitu
Tabloid, Majalah, Surat Kabar, dan Poster.Sedangkan media elektronik yaitu Radio,
Televisi, dan Internet.
1 2
Perkembangan media massa tak lepas dari kehadiran teknologi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Dengan kata lain kehadiran media massa beriringan dengan perkembangan teknologi.
Televisi sebagai hasil dari perkembangan teknologi yang semakin maju, merupakan bagian dari media massa yang dikategorikan sebagai media elektronik.
Televisi memberi pengaruh yang sangat signifikan dalam perkembangannya.
Terbukti dewasa ini televisi masih menjadi media massa nomor satu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk informasi dan hiburan. Maka dari itu, dewasa ini banyak bermunculan stasiun-stasiun televisi.
Hal ini bisa dilihat dari perkembangan televisi di Indonesia.Munculnya televisi di
Indonesia pada tahun 1962 yang dikenal dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategi pemerintah dalam menyiarkan banyak kegiatan mengenai kegiatan-kegiatan politik dan sosial. Selama beberapa dekade, TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia.
Namun munculnya televisi-televisi swasta di tahun 1990-an di Indonesia membuat kebijakan pemerintah berubah secara mendasar, dimana monopoli siaran televisi tidak ada lagi. Televisi swasta yang mengudara pertama kali di Indonesia yaitu
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) pada tahun 1989 di Jakarta, kemudian disusul oleh Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990 di Surabaya, televisi pendidikan
Indonesia (TPI—sekarang MNCTV, 2010) pada tahun 1991 di Jakarta, Andalas televisi
(ANTV) pada tahun 1993 di Lampung, INDOSIAR pada tahun 1995 di Jakarta,
METRO TV pada tahun 2000 di Jakarta, Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) pada tahun 2001 di Jakarta, TV7pada tahun 2001 (Sekarang TRANS7, 2006), Latief TV 3 pada tahun 2002 (LATIVI—sekarang TVOne, 2008), Global TV pada tahun 2002 di
Jakarta.
Selain televisi-televisi swasta yang disebutkan diatas, banyak juga bermunculan televisi-televisi lokal seperti JakTV untuk regional Jakarta atau Bangka TV untuk regional Bangka Belitung.
Hal ini terlihat bahwa perkembangan stasiun televisi di Indonesia semakin pesat dan tentunya membawa persaingan yang sangat ketat dalam penyajian program-program televisi yang satu dengan yang lainnya, guna memberikan kebutuhan masyarakat dalam informasi dan hiburan. Hal ini menuntut stasiun televisi untuk selalu berinovasi dalam menyajikan program televisi agar tidak kalah bersaing dengan stasiun televisi lainnya.
Namun dalam perkembangannya bahwa program televisi kebanyakan menyajikan program-program yang hampir sama. Salah satunya bisa dilihat dari program talkshow yang menjamur hampir di semua stasiun televisi. Contohnya, Show
Imah di TRANS TV, Just Alvin dan Mata Najwa di METRO TV, Bukan Empat Mata di
TRANS 7, dan lain sebagainya.
Saat ini program talk show menjadi kegemaran tersendiri bagi masyarakat. Rasa ingin tahu masyarakat terhadap kehidupan pribadi para kaum selebritas sangat tinggi dan memiliki unsur daya tarik tersendiri untuk di konsumsi. Penyajian berita pada program talk show di rasa lebih menarik karena subjek atau selebriti tertentu dapat memberikan informasi atau feedback secara langsung, tinggal bagaimana masing-masing setiap program talk show mengemas programnya semenarik mungkin agar mendapatkan perhatian khalayak dan mendapatkan profit sebesar-besarnya bagi stasiun televisi.
Karena dinamisme yang tinggi sangat dituntut dalam industri ini maka hal tersebut 4 dilihat sebagai peluang bagi para pekerja media untuk berinovasi dan lahan bisnis yang menjanjikan.
Bukan hanya memerlukan ide yang brilian dan improvisasi ide yang dinamis, namun talk show harus dibawakan oleh seorang presenter yang mempunyai keunikan tersendiri dan mempunyai image yang kuat di benak khalayak. Gaya penyampaian seorang presenter talk show akan menjadi modal utama atau sebagai ujung tombak yang representative, karena hal itulah yang menentukan keberhasilan program tersebut dalam bersaing dengan program talk show lainnya. Komersil atau tidaknya program tersebut ditentukan oleh atmosphere yang dibentuk oleh presenter itu sendiri.
Sebut saja program talk show Hitam Putih yang tayang di TRANS 7 yang dibawakan Deddy Corbuzier, seperti yang kita ketahui seorang Deddy Corbuzier adalah seorang mentalis t, sehingga acara program Hitam Putih memberikan gaya yang berbeda dari acara talk show lainnya. Hadirnya seorang Deddy Corbuzier dalam acara program talk show memberikan sentuhan atau warna yang berbeda dari program talk show lain yang pernah ada.
Program talk show Hitam putih ini hadir setiap hari Senin-Jumat pada pukul
18.30 – 19.30 WIB di TRANS 7. Konsep program Hitam Putih ini tidak berbeda jauh dengan program talk show lainnya, yakni menghadirkan bintang tamu dari kalangan selebritis papan atas atau sosok fenomenal yang sedang booming .Perbedaan program talk show Hitam Putih ini dengan program talk show lainnya ialah gaya penyampaian seorang Deddy Corbuzier yang khas dikarenakan program Hitam Putih ini merupakan program talk show dengan format mindreading . Para bintang tamu akan dibuat tidak berdaya ketika “dicecar” pertanyaan oleh Deddy Corbuzier yang memaksa mereka memaparkan kehidupan pribadinya tanpa disadari. Aksi-aksi menarik Deddy Corbuzier 5 akan diselipkan di setiap segmen talk show ini termasuk atraksi sulap dan magic dan pada periode 21 Maret 2012 rating talk show Hitam Putih pun terbilang bagus, menempati posisi 10 dengan TVR 3,2 dan share 14,6.
Gaya penyampaian Deddy Corbuzier dalam mengatur permainan pikiran akan mengundang gelak tawa. Tidak hanya itu uniknya di akhir segmen juga Deddy
Corbuzier menambahkan kata-kata mutiara yang singkat, padat, jelas dan mudah dipahami untuk memberikan motivasi kepada masyrakat. Deddy Corbuzier juga tentunya tidak sendirian membawa acara ini, ia diiringi oleh Anung yakni pemain keyboard dan Billy sebagai beatbox yang sering jadi korban kejahilannya Deddy
Corbuzier. Gaya penyampaian seorang Deddy Corbuzier yang unik dalam membawakan acara talk show Hitam Putih ini membuat penulis ingin mengetahui dan membahas
“Pengaruh Gaya Penyampaian Presenter TalkShow “Hitam Putih” di TRANS 7
Terhadap Minat Menonton, dengan studi terhadap Mahasiswa Bina Nusantara Jurusan
Komunikasi Pemasaran angkatan 2011 Jakarta Barat.
Alasan penulis menjadikan Mahasiswa BINUS jurusan Komunikasi Pemasaran sebagai objek yang diteliti dikarenakan Mahasiswa Komunikasi Pemasaran berperan penting dalam mengamati media dan isinya sebagai penguasaan informasi.
1.2 Ruang Lingkup
Disini penulis ingin membatasi materi penelitiannya dengan memfokuskan gayapenyampaian seorang presenter talk show Hitam Putih bertujuan untuk meningkatkan minat menonton. Gaya penyampaian seorang presenter merupakan cara atau model seorang presenter dalam usahanya untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pemirsa. 6
Dalam penelitian ini juga penulis memberikan batasan istilah dalam judul penelitian yaitu “Pengaruh Gaya Penyampaian Presenter Talk Show “Hitam Putih” di
TRANS 7 Terhadap Minat Menonton (studi terhadap mahasiswa Bina Nusantara jurusan
Komunikasi Pemasaran angkata 2011 Jakarta Barat).
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bina Nusantara jurusan
Komunikasi Pemasaran angkatan 2011 dan metode yang digunakan adalah metode survei, pengumpulan data menggunakan kuesioner.
1.3 Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara pengaruh gaya penyampaian presenter talk show
“Hitam Putih” di TRANS 7 terhadap minat menonton mahasiswa Universitas
Bina Nusantara Jurusan Komunikasi Pemasaran Angkatan 2011 Jakarta Barat.
2. Seberapa besar pengaruh gaya penyampaian presenter talk show “Hitam Putih”
di TRANS 7 terhadap minat menonton mahasiswa Universitas Bina Nusantara
Jurusan Komunikasi Pemasaran Angkatan 2011 Jakarta Barat.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh gaya penyampaian presenter
talk show “Hitam Putih” di TRANS 7 terhadap minat menonton mahasiswa
Universitas Bina Nusantara Jurusan Komunikasi Pemasaran Angkatan 2011
Jakarta Barat.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya penyampaian presenter talk
show Hitam Putih di TRANS 7 terhadap minat menonton mahasiswa 7
Universitas Bina Nusantara Jurusan Komunikasi Pemasaran Angkatan 2011
Jakarta Barat.
2. Manfaat dari pelaksanaan penilitian ini yaitu :
a. Manfaat Akademis
Dari hasil penelitian ini penulis berharap penelitian ini dapat menjadi sebuah
referensi yang dapat menjadi sumbangan dalam mengembangkan ilmu
komunikasi terutama dalam bidang media telivisi.
b. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini penulis berharap peneltian ini dapat menjadi sebuah
masukan bagi TRANS 7 dalam meningkatkan pembuatan program talk show
lainnya.
c. Manfaat Sosial
Penulis berharap dalam penilitian ini dapat menjadi sebuah sumbangan atau
pembelajaran bagi masyarakat dalam mengetahui atau menilai sebuah
tayangan program talk show .
1.5 Hipotesis
Menurut Hamidi (2007: 24), hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan dua atau lebih variabel yang masih perlu dibuktikan (diragunakan) kebenarannya. Dengan ungkapan lain sebuah pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih yang bisa benar, bisa salah. 8
Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat suatu kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya, maka penulis membuat hipotesisnya sebagai berikut :
Diduga bahwa ada pengaruh gaya penyampaian presenter talk show Hitam Putih terhadap minat menonton, maka dua hipotesis yang bisa dirumuskan adalah :
Ha: Adanya pengaruh gaya penyampaian presenter talk show Hitam Putih
terhadap minat menonton.
Ho: Tidak adanya pengaruh gaya penyampaian presenter talk show Hitam
Putih terhadap minat menonton.
1.6 Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Rachmat
Kriyantono, 2010: 55).
Dalam riset kuantitatif, periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari data. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semuanya harus objektif dengan diuji dahulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas.
Alasan penulis memilih metode kuantitatif dalam penelitiannya karena ingin mengetahui tentang tingkat pengaruh atau keeratan hubungan antar dua variabel atau lebih Hamidi (2007: 26). 9
Secara umum riset kuantitatif dapat dijalankan dengan cara :
1. Perumusan objek penelitian atau populasi dan sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2006: 89), menyebut populasi sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Untuk itu dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
mahasiswa yang menonton tayangan talk show Hitam Putih di
Jakarta Barat, dengan mengambil populasi dari mahasiswa
BINUS Jurusan Komunikasi Pemasaran yang memiliki lima
angakatan, dari seluruh jumlah populasi diambil populasi
angkatan 2011 yang menoton talk show Hitam Putih. Penulis
memilih mahasiswa BINUS Jurusan Komunikasi Pemasaran
angkatan 2011 karena penulis menganggap sudah memenuhi
unsur representatif atau sudah mewakili dari seluruh sifat-sifat
mahasiswa. Menurut Rachmat Kriyantono (2010: 154), bahwa
representatif sampel sangat diperlukan karena riset kuantitaif
bersifat dapat digeneralisasikan. Meskipun priset meneliti
sebagian mahasiswa, namun hasilnya dapat digeneralisasikan
bahwa seluruh mahasiswa mempunyai sifat-sifat seperti yang
ditemukan dalam riset dan memberikan kesempatan yang sama
pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga mewakili
keadaaan sebenarnya dalam keseluruhan populasi. 10 b. Sampel
Menurut Rachmat Kriyantono (2010: 153), sebagian dari
keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati disebut
dengan sampel. Ada dua tipe mengenai teknik pengambilan
sampel, yaitu teknik probabilitas dan teknik nonprobabilitas.
Dalam teknik nonprobabilitas kita mengenal sampling purposif,
yaitu mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-
kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset,
sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan
kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. Dalam penilitian ini,
penulis menggunakan teknik sampling nonprobabilitas yaitu
sampling purposif dengan alasan karena tidak semua yang
menonton tayangan talk show Hitam Putih, maka yang dicari
adalah sampel yang menonton tayangan talk show Hitam Putih.
Rumus yang digunakan peneliti untuk menghitung ukuran sampel
dari populasi yang diketahui jumlahnya dengan menggunakan
rumus Slovin yaitu sebagai berikut :
Rumus :
n = N
1 + Ne2
11
Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Jumlah presisi (10%)
2. Metode pengumpulan data (opsional)
Menurut Rachmat Kriyantono (2010: 95), metode pengumpulan
data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain :
a. Penelitian Kepustakaan
Dalam penelitian kepustakaan penulis mempelajari buku-buku,
bahan-bahan literature yang ada kaitannya dengan penelitian dan
tayangan talk show Hitam Putih.
b. Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan penulis mengumpulkan data-data di
lapangan dengan cara mendata jumlah mahasiswa yang ada
sebagai populasi guna mengumpulkan kelengkapan data dalam
penelitian. Data jumlah mahasiswa didapatkan dari Universitas
Bina Nusantara bagian layanan mahasiswa.
12 c. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dapat dibedakan atas data primer dan
data sekunder (Rachmat Kriyantono, 2010: 41).
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data
pertama atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa
responden atau subjek riset, dari hasil pengisian kuesioner,
wawancara, dan observasi. Dalam analisis isi, data primermya
adalah isi komunikasi yang diteliti, karena itu sumber datanya
berupa dokumentasi. Dalam penelitian ini data primer
didapatkan dengan cara terjun langsung ke kelas-kelas
mahasiswa jurusan komunikasi pemasaran angkatan 2011
dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan sedikit
tanya jawab langsung untuk mengetahui pernah atau tidaknya
responden menonton tayangan talk show Hitam Putih, agar
sampel yang diambil dapat memenuhi kriteria yang diinginkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder. Dengan kata lain data sekunder ini
adalah data yang telah tersedia seperti; gambaran objek
penelitian dan jumlah mahasiswa Binus jurusan komunikasi
pemasaran angkatan 2011.
13
3. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian
data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah
dibaca dan diinterpretasi. Analisis data mempunyai dua tujuan, yakni
meringkas dan menggambarkan data (Ulber Silalahi, 2010: 332).
Berdasarkan tujuan penelitian ini metode analisis data yang digunakan
adalah metode korelasional, yaitu tentang adanya hubungan antara dua
variabel atau lebih variabel, kerangka analisisnya akan menjurus pada
usaha menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Kerangka tabel yang digunakam untuk tujuan penelitian ini adalah
membuat dua atau lebih variabel pengamatan yang disusun dalam satu
tabel yang disebut tabel silang (Ulber Silalahi, 2010: 334).
Definisi lain menjelaskan bahwa, analisis data kuantitatif
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber
data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2006: 164).
14
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, pembahasan dan penganalisaanya diklasifikasikan secara sistematis ke dalam 5 (lima) bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan
dan manfaat, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Mengemukakan referensi atau tinjauan pustaka yang mendukung kajian
dan analisis teori umum dan teori khusus, dimana yang berhubungan
dengan hal-hal yang dibahas, dan kerangka berpikir.
BAB III : OBJEK PENELITIAN
Di Bab ini penulis menerangkan tentang segala sesuatu yang terkait
dengan gambaran umum objek penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang analisis terhadap data, analisis tayangan talk show
Hitam Putih dan analisis terhadap pengaruh gaya penyampaian presenter
talk show Hitam Putih terhadap minat menonton, studi terhadap
Mahasiswa Bina Nusantara jurusan Komunikasi Pemasaran angkatan
2011.
15
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang mungkin
berguna dalam industri pertelevisian sebagai bahan masukan.