ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA

DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT

Disusun Oleh:

IRA DAYANTI

140906050

Dosen Pembimbing : Drs. Heri Kusmanto, MA., Ph.D.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

IRA DAYANTI (140906050)

ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK

Hugo Chavez sebagai Presiden Venezuela yang beraliran kiri dapat dilihat dari sosialisme yang diterapkan melalui kebijakannya yang sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan paham neoliberalismenya Amerika Serikat seperti melalui lembaganya yaitu IMF dan Bank Dunia. Dimana keberanian Hugo Chavez dalam menentang lembaga neoliberalisme tersebut di tunjukannya melalui keluarnya negara Venezuela dari lembaga tersebut dan menerapkan sosialisme dengan lebih melayani kepentingan rakyat pekerja daripada melayani korporasi-korporasi kapitalis yang hanya menguntungkan negara asal paham neoliberalisme tersebut yaitu Amerika Serikat. Dalam penelitian ini penulis memakai data sekunder sebagai teknik pengumpulan data yaitu berupa literatur buku, jurnal, serta bahan-bahan lain yang mendukung dan berkaitan dengan judul penelitian termasuk media massa serta menggunakan studi analisis kualitatif sebagai analisis data. Pengalaman perlawanan atas neoliberalisme, dan keberhasilan pemerintah Hugo Chavez dalam menghadapi neoliberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neoliberalisme yang berporos pada negara-negara kapitalisme bukanlah sebuah alternatif bagi masa depan dan hanya dapat menyengsarakan negara berkembang yang kaya akan hasil buminya. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar, sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.

Kata Kunci: sosialisme, hugo chavez, neoliberalisme

i

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

IRA DAYANTI (140906050)

ANALYSIS HUGO CHAVEZ SOSIALISM IN VENEZUELA IN DEALING WITH UNITED STATES OF AMERICA NEOLIBERALISM

ABSTRACT Hugo Chavez as the left-wing Venezuelan President can be seen from the socialism imposed through his policy which is in stark contrast to the established principles of USA neoliberalism such as through its institutions IMF and World Bank. Where the courage of Hugo Chavez in opposing the neo- liberalism institution is demonstrated through the exit of the Venezuelan state from the institution and applying socialism to better serve the interests of the working people than to serve the capitalist corporations that benefit only the neoliberalism's USA. In this research the authors use secondary data as data collection techniques that is in the form of literature books, journals, and other materials that support and related to the title of research including mass media and using the study of qualitative analysis as data analysis. The experience of resistance to neoliberalism, and the success of Hugo Chavez's government in the face of neoliberalism, it is increasingly clear that the world under a system of neoliberalism that pivots in the capitalist countries is not an alternative to the future and can only torment a resource rich developing nations. But socialism can be a way out, because socialism is an alternative civilization for the future.

Keywords: socialism, hugo chavez, neoliberalism

ii

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas karunia dan nikmatnya saya dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA

VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA

SERIKAT”.

Dalam penulisan skripsi ini saya mengkaji bagaimana Sosialisme Hugo

Chavez Di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika

Serikat. Dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana praktek sosialisme yang dijalankan oleh Hugo Chavez di Venezuela dalam menghadapi kejamnya neoliberalisme Amerika Serikat. Skripsi ini diajukan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Yang Maha Esa

2. Kedua orangtua saya yaitu Bapak Daliman dan Ibu Asiati yang selalu

mendukung dan dengan kerja keras serta kesabarannya dapat

menghantarkan saya untuk menyelesaikan perkuliahan ini. I Love You

Mamak Bapak terimakasih sudah menjadi anugerah terindah yang

kumiliki di dunia ini.

iii

Universitas Sumatera Utara 3. Saudara kandung saya yaitu Abang saya Irwansyah, ST., adik laki-laki

saya Irdarmansyah serta adik perempuan saya Irma Intan Syahfitri

terimakasih selama ini sudah menjadi saudara yang terbaik yang kumiliki

semoga kita semua sukses dan dapat membahagiakan Mamak Bapak

4. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga merupakan

dosen penasihat akademik saya selama perkuliahan

5. Bapak Warjio, Ph. D. selaku kepala jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si. selaku sekretaris jurusan Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

7. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA, Ph. D. selaku dosen pembimbing saya

yang sangat luar biasa baiknya, terimakasih pak atas masukan, bimbingan,

semangat serta waktunya kepada saya yang selalu mengingatkan saya

untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya

8. Bapak Burhan, Kak Ema dan seluruh dosen beserta staff di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah berjasa selama saya berkuliah di

Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

9. Sahabat seperjuangan saya selama perkuliahan di kampus FISIP USU,

KOPER PENDOSA, Wulan Handayani Simangunsong, Nurhidayati,

Affiah Rizki Kusianda, Nanda Rizka Syafriani Nasution, Tina Herawati

iv

Universitas Sumatera Utara Sitorus, Tamara Ramadhini Yuzakhri dan Rismawati Ginting terimakasih

sudah menjadi bagian dalam perjalanan perkuliahan saya kita melalui

semuanya bersama selama 4 tahun love you so much girls, we must see on

top

10. Sahabat rumah saya yaitu Duo Bungsu, Dwi Novita, Dewi Wahyuni dan

Anggi Widyastuti terimakasih selalu bersama dalam mencari kesenangan

dan kebahagiaan selama ini

11. Sahabat SD saya yang masih setia bersahabat dengan saya sampai saat ini

Kramat Squad, Opita Sari, Dita Adelia, Mestika Sari, Dikky Zulkarnain

dan Yuli Arianti

12. Teman-teman satu angkatan Ilmu Politik 2014, Ishaq, Yusuf, Yurnawan,

Hizkia, Wahyudi, Reiza, Diva, Yudha, Ridho, Monas, Mifta, Rida, Didin,

Dwi, Agus, Zubeir, Cerry, Iin, Monica, Dahlia, Rakha, Gita, Ardi, Hadi,

Astri, Fadly, William, Sambi, Nugra, Mariani, Andi, Irfan, Dody, Ezy,

Fikri, Ian, Inda, Gary, Adiel, Sonang, Fira, Intan, Erik, Josua, Rey, Tomi,

Delima, Fatma, Raja, Heri, Desy, Umay, Mimi, Tantra, Cilla, Alvin,

Marni, Dommy, John, Bayu, Ghifar, Miel, dan terkhusus kepada Fajar dan

Azhari terimakasih sudah memberikan referensi buku kepada saya kalian

sangat membantuku

13. Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik IMADIP GO! GO! GO!

POLITIK YES! YES! YES!

v

Universitas Sumatera Utara 14. Teman Praktek Kerja Lapangan di Asian Peasant Coalition; Pak Ughe,

Pak Ali, Jeng Aster, bung Giry, Jeng Rahma, Mineral7 Band, teman

diskusi di Universitas Indonesia Bung Dimas, Bung Ahsan dan yang

lainnya terimakasih sudah mau menerima kehadiran saya dan berbagi ilmu

dengan saya teruskan perjuangannya.

15. My moodboster Dani Pedrosa pembalap motogp yang bernomorkan 26

dan berkebangsaan Spanyol, Vamos!!

16. Dan terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh sanak saudara dan

semua orang yang sudah turut mendukung saya selama ini terimakasih

banyak.

Medan, April 2018

Penulis

vi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

ABSTRACT ...... ii

KATA PENGANTAR ...... iii

DAFTAR ISI ...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 10

1.3 Batasan Masalah...... 10

1.4 Tujuan Penelitian ...... 11

1.5 Manfaat Penelitian ...... 11

1.6 Kerangka teori ...... 12

1.6.1 Sosialisme ...... 12

1.6.2 Neoliberalisme ...... 16

1.7 Metodologi Penelitian ...... 21

1.7.1 Metode Penelitian...... 21

1.7.2 Jenis Penelitian ...... 22

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 22

1.7.4 Teknik Analisis Data ...... 23

1.8 Sistematika Penulisan...... 23

vii

Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL HUGO CHAVEZ DAN PROFIL NEGARA

VENEZUELA ...... 25

2.1 Profil Hugo Chavez ...... 25

2.1.1 Pemilihan Presiden Tahun 1998...... 32

2.1.2 Bencana Alam Vargas ...... 36

2.1.3 Kudeta 11 April 2002 ...... 39

2.2 Gambaran Umum Negara Venezuela...... 51

2.2.1 Sejarah Negara Venezuela ...... 52

2.2.2 Profil Negara Venezuela ...... 55

2.2.3 Pembagian Administrasi Wilayah di Venezuela ...... 56

BAB III ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA

VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME

AMERIKA SERIKAT ...... 58

3.1 Praktek Sosialisme Hugo Chavez Dalam Menghadapi

Neoliberalisme Amerika Serikat Melalui Kebijakan Dalam

Negeri dan Luar Negeri di Berbagai Bidang...... 62

3.1.1 Kebijakan Politik ...... 62

3.1.2 Kebijakan Ekonomi ...... 64

3.1.3 Kebijakan Sosial...... 72

A. Bidang Pendidikan ...... 74

B. Bidang Kesehatan ...... 77

3.1.4 Kebijakan Luar Negeri ...... 81

viii

Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP ...... 85

4.1 Kesimpulan ...... 85

4.2 Saran...... 87

DAFTAR PUSTAKA ...... 88

LAMPIRAN ...... 92

ix

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Venezuela merupakan negara Amerika Latin terbesar keenam

dan terletak paling utara yang memiliki anugerah tidak terhingga. Venezuela

negara yang dahulunya miskin dengan perekonomian di sektor pertanian yang

goyah, namun berubah menjadi gudang kekayaan yang tidak ternilai harganya.

Kekayaan Venezuela didapat dari kemajuan industri modern ketika ditemukan

ladang minyak sekitar tahun 1917. Menjelang tahun 1930-an, minyak bumi

menjadi perekonomian yang dominan di Venezuela. Dan Venezuela

merupakan produsen minyak besar dunia bersama dengan negara besar

lainnya seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Negara-Negara di Timur Tengah.

Venezuela juga merupakan produsen utama bijih besi, emas, dan intan.

Namun, pada kenyataannya minyak bumi dan pertambangan memberikan 98%

total ekspor Venezuela. Walaupun mendominasi, minyak dan sektor

pertambangan ini hanya mempekerjakan kurang dari 2% angkatan kerja.

Hanya lebih kurang 50.000 dari 5.000.000 pekerja di negera itu terlibat dalam

industri minyak. Produksi minyak di Venezuela mencapai 1.000.000 barel per

hari (dari sekitar 3.200.000 barel per hari pada 1972 menjadi sekitar 2.200.000

barel per hari pada tahun 1980) guna mencegah kehabisan cadangan

1

Universitas Sumatera Utara minyaknya. Namun, Venezuela tetap menjadi produsen minyak terbesar

kelima di dunia.1

Presiden Venezuela yaitu Hugo Rafael Chávez Frías (28 Juli 1954 – 5

Maret 2013) adalah Presiden Venezuela mulai tahun 1998 sampai meninggal

dunia tahun 2013. Sebelumnya ia merupakan ketua partai politik Gerakan

Republik Kelima sejak didirikan tahun 1997 sampai 2007. Partai tersebut

bergabung dengan beberapa partai lain dan membentuk Partai Sosialis Bersatu

Venezuela (PSUV) yang ia pimpin sampai meninggal dunia.2

Hugo Rafael Chávez Frías atau yang lebih dikenal dengan Hugo

Chavez merupakan Presiden Venezuela yang ke-53. Hugo Chavez adalah

Presiden Venezuela yang kontroversial di mata kaum neoliberal, karena dia

merupakan pimpinan Revolusi Bolivar yang mempromotori visi demokrasi

sosialis, dengan mengintegrasikan Amerika Latin, anti-imperialisme, dan

antineoliberalisme. Chavez amat mengkritik globalisasi neoliberal dan

kebijakan luar negeri AS, dan sikap anti-AS itu telah dimilikinya sejak

sebelum menjadi presiden. Chavez telah menjabat sebagai presiden Venezuela

sejak tahun 1998 hingga pada masa jabatannya yang ketiga, dan membawanya

sampai tahun 2013. Setelah terpilih sebagai presiden, ia berkali-kali

mengalami guncangan pemerintahan. Hal itu dikarenakan Chavez

1 Nurani Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book, 2007, hlm. 71. 2 Wikipedia, Hugo Chavez dalam https://id.wikipedia.org/wiki/HugoChavez diakses pada 25 November 2017 pukul 16:53 WIB

2

Universitas Sumatera Utara menunjukkan sikap kirinya, yang membela kepentingan rakyat miskin di

negerinya, dan melawan kapitalisme internasional.

Chavez mendasarkan politik pemerintahannya menurut cita-cita dan

prinsip-prinsip Simon Bolivar, tokoh nasionalis revolusioner anti penjajahan

Spanyol, yang dikagumi oleh rakyat-rakyat berbagai negeri Amerika Latin.

Kemudian Chavez mengembangkannya menjadi garis revolusioner yang

bertujuan untuk mengubah keadaan pemerintahan dan masyarakat Venezuela.

Sosialisme yang diusung Chavez saat ini bukanlah sosialisme tradisional

seperti yang sudah lama ada, melainkan sosialisme abad 21 yang menekankan

tentang demokratis dan humanis. Konsep baru presiden Hugo Chaves

diimplementasikan dengan menarik sejarah sosialisme yang kaya teoritik,

menganalisa pengalaman yang baik dan yang buruk. Revolusi Bolivarian ini

mengedepankan pembangunan kesatuan ekonomi baru yang dibiayai negara

yang berkebalikan dengan model kapitalis. Salah satu sikap Chavez dalam

melawan neoliberalisme adalah kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak

swasta di Venezuela, dan hal ini sangat didukung oleh rakyatnya.3

Sejak menjabat presiden Chaves merombak Undang-Undang Dasar

negara dan menjadikan Venezuela sebagai negara sosialis, karena

menganggap liberal tidak bisa memperbaiki pemerintahan Venezuela dan

hanya menyebabkan ketergantungan terhadap AS.

3 Yusran, Telaah Neoliberalisme Dalam Memahami Reaksi Amerika Serikat Terhadap Nasionalisasi Perusahaan Minyak Di Venezuela, Transnasional Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 6 No. 1 Juni 2011, hlm. 77.

3

Universitas Sumatera Utara Presiden Venezuela yang dikenal sangat berpengaruh yaitu Hugo

Chavez selaku tokoh beraliran ‘kiri‘ telah membuka jalan bagi kontrol dan kepemilikan saham negara yang meningkat luar biasa atas sumberdaya alam dan industri-industri besar. Nasionalisasi sudah dilakukan terhadap perusahaan telekomunikasi, baja, semen, listrik dan sektor perbankan. Pemerintah

Venezuela terus meningkatkan kontrol terhadap pilar-pilar utama ekonomi dan meningkatkan aturan menyangkut harga pangan. Langkah-langkah ini, berbarengan dengan peningkatan pengeluaran untuk pelayanan sosial dan infrastruktur, memungkinkan Venezuela melindungi rakyat kecil dari kekacauan perekonomian dunia kapitalis.

Perubahan di Venezuela kemudian menyebar ke berbagai negara di sekitarnya. Hal ini ditandai kemenangan sejumlah tokoh ‗kiri‘ dalam pemilu di sejumlah negara Amerika Latin lainnya seperti: Ricardo Frolian Lagos

Escobar di Cile (2000); Luiz Ignacio Lula da Silva di Brazil (2002); Nestor

Kirchner di Argentina (2003); Tabare Ramon Vasquez Rosas di Urugay

(2004); Juan Evo Morales Ayma di Bolivia (2005); Veronica Michelle

Bachelet Jeria di Cile (2005); Luiz Ignacio Lula da Silva di Brazil (2006);

Rafael Vicente Correa Delgado di Equador (2006); Jose Daniel Ortega

Saavendra di Nicaragua (2006); Hugo Rafael Chavez Friaz di Venezuela

(2006); Christina Elisabeth Fernandez de Kirchner di Argentina (2007; Alvaro

Colom Caballeros di Guatemala (2007); Fernando Armindo Lugo Mendez di

Paraguay (2008); Evo Morales Ayma di Bolivia (2008); dan Mauricio Funes

4

Universitas Sumatera Utara di Elsavador (2009). Kemenangan tokoh-tokoh berhaluan ‗kiri‘ itu

menempatkan hampir semua negara Amerika Latin pada posisi yang sama

dalam menentang neoliberalisme.4

Para pemimpin Amerika Latin berhaluan ―kiri‖ yang terpilih melalui

pemilu demokratis di masing-masing negaranya, terus berjuang memperkuat

bangunan blok oposisi terhadap Washington yang mempromosikan kebijakan

―pasar bebas‖. Melawan ―Konsensus Washington‖ merupakan penggerak

utama gelombang sosialisme di Amerika Latin. Konsensus Washington yang

berisi kebijakan pengetatan anggaran publik, liberalisasi keuangan dan

perdagangan, mendorong investasi langsung asing, privatisasi BUMN,

reformasi pajak, disiplin fiskal, pengendalian defisit anggaran, dan lainnya

dianggap sebagai biang keladi yang semakin membuat terperosoknya

kehidupan ekonomi dan sosial negara-negara di kawasan ini dalam kubangan

kemiskinan, pengangguran, dan tumpukan utang luar negeri.5

Dalam legasi dari pemikiran masa lalu para pendiri bangsa yang

menolak kapitalisme, pengalaman perlawanan atas neo-liberalisme, dan

keberhasilan pemerintah sayap kiri di Amerika Latin mengalahkan neo-

liberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neo-liberalisme yang

berporos pada negara-negara kapitalisme di Utara bukanlah sebuah alternatif

4 Syamsul Ma‘arif, Neososialisme Kebijakan Ekonomi Politik (Pengalaman Venezuela di Bawah Hugo Chavez). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.2, Juli-Desember 2012, hlm. 471. 5 Launa dan M. Azman Fajar, Jalan “Sosialisme Baru” Amerika Latin: Sebuah Era Baru, Jurnal Sosial Demokrasi, Vol. 4, No. 1, Oktober – Desember 2008, hlm. 6.

5

Universitas Sumatera Utara bagi masa depan. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar,

sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.6

Sosialisme sebagai politik alternatif abad XXI pertama kali

diwacanakan oleh almarhum Presiden Venezuela, Hugo Chavez pada 2005.

Saat itu Chavez mulai menjalankan program sosialitisnya dengan membuat

kebijakan pro kaum miskin, reformasi agrarian, menolak privatisasi,

mengambil alih mayoritas industri strategis minyak ke tangan negara, menolak

agenda pasar bebas di Amerika Latin, menolak pembayaran minyak dengan

dollar AS, dan menolak berbagai politik imperialis Amerika Serikat.

Sosialisme abad XXI adalah ―poros kebaikan‖, yang akan berhadapan dengan

blok ―poros setan‖ yang mendukung neo-liberalisme.7

Seiring berjalannya waktu, satu per satu negara Amerika Latin

mengambil jalan sosialis, atau paling tidak menyatakan penolakan yang tegas

atas neo-liberalisme. Inspirasi sosialisme abad XXI ini membuktikan bahwa

sebuah alternatif di luar sistem neo-liberalisme sangat mungkin dilakukan,

diperjuangkan, bahkan direalisasikan.

Cita-cita sosialisme abad XXI mempunyai ciri utama sebagai berikut.

Pertama, ideologi ini tidak hanya bersikap kritis, tapi haruslah merupakan

alternatif di luar kerangka sistem dan ideologi neo-liberalisme. Politik

alternatif bukanlah sekadar rotasi pergantian rezim di antara faksi kelas

dominan tetapi juga berbeda secara mendasar dengan kekuatan yang hendak

6 AE Priyono dan Usman Hamid, Merancang Arah Baru Demokrasi: Indonesia Pasca-Reformasi. Jakarta: KPG, 2014, hlm. 603. 7 Ibid.

6

Universitas Sumatera Utara melakukan reformasi atas kapitalisme atau hanya menentang satu faksi

kapitalisme saja, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai partai baru yang

menggarap propaganda nasionalisme dan program populis tapi tidak

menunjukkan ketegasan ideologis atas kapitalisme. Politik alternatif secara

tegas menyatakan tidak kepada neo-liberalisme, dan tidak kepada kapitalisme

dalam segala bentuk manifestasinya.8

Kedua, mempunyai program-program alternatif yang merupakan

antitesis dari program-program neo-liberalisme dalam bidang ekonomi, sosial,

kebudayaan, ekologis, dan kesetaraan gender, tidak diskriminatif, serta

melindungi minoritas dan pro perdamaian. Dalam hal penguasaan sumber

daya alam strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak harus hati-hati

memandang jargon nasionalisme yang sering digunakan sebagai kekukatan

anti neo-liberalisme, tetapi sebenarnya manipulasi dari faksi-faksi borjuasi

nasional, yang kalah atau sedang berkompetisi melawan modal internasional.

Politik alternatif harus menyatakan secara tegas industri nasional strategis dan

menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh sebuah pemerintahan

progresif dan dikelola oleh dewan-dewan buruh yang terlibat dalam organisasi

produksi industri.9

Ketiga, mengubah fungsi negara menjadi aparat politik kesejahteraan

untuk membebaskan rakyat miskin dari neo-liberalisme dan individualisme.

Chavez mengidentikkan dirinya dengan sebutan rezim sosio-ekonomi sebagai

8 Ibid, hlm. 604 9 Ibid.

7

Universitas Sumatera Utara antitesis atas ―rezim pasar bebas‖ yang menjadi kecenderungan utama dari

fungsi negara di berbagai belahan dunia. Berbeda dengan negara sosialis

demokrasi mapan di Eropa, sosialisme Chavez jelas lebih radikal karena tidak

bertujuan mereformasi ―negara kapitalis‖ agar lebih baik budi, tapi

menggantinya dengan pemerintahan rakyat miskin. Negara sebagai alat

kepentingan kelas sosial lama yang minoritas digantikan dengan negara

sebagai alat kepentingan kaum miskin yang mayoritas dengan cara-cara

demokratis dan partisipatoris.10

Keempat, menjadikan kekuatan/strategi politik langsung (mogok,

demonstrasi, pendudukan lahan, dan lain-lain) dan politik partisipatoris

melalui pengorganisasian dewan-dewan komunitas sebagai kekuatan utama

yang dapat ditransformasikan untuk proyek mobilisasi elektoral dalam

mendapatkan legitimasi formal atas kekuasaan negara. Bahkan dewan

komunitas dapat berfungsi sebagai organisasi revolusioner untuk merebut

kekuasaan negara yang telah dikudeta oleh militer dan kaum oposisi seperti

dalam kasus Venezuela. Politik langsung dan partisipatoris di luar sistem

formal negara juga penting untuk menjaga partai dan pemimpin gerakan di

dalam sistem agar tidak menjadi oportunis dan birokratis. Gerakan massa

terorganisir akan mengawal dan menuntut negara agar bergerak maju ke arah

kebijakan yang sosialistik.11

10 Ibid, hlm. 605. 11 Ibid.

8

Universitas Sumatera Utara Keberhasilan pemerintahan sosialis Venezuela di bawah Hugo Chavez

yang terpilih menjadi presiden saat pemilu 1998, merupakan salah satu faktor

yang mendorong berkembangnya paham sosialis baru di Amerika Latin.

Keberhasilan presiden Hugo Chavez baik di dalam maupun di luar negeri telah

membuatnya menjadi figur kebanggaan bagi rakyat Amerika Latin yang

mendambakan perubahan. Reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan

Hugo Chavez dan usaha pemerintahannya dalam mengentaskan kemiskinan,

telah menimbulkan dukungan penuh rakyat terhadap Hugo Chavez. Selain itu,

usaha Hugo Chavez untuk meningkatkan persatuan di antara negara-negara

Amerika Latin dengan pengajuan tawaran penjualan minyak kredit jangka

panjang dan murah, telah menyebabkan Venezuela memiliki posisi yang kuat

dalam percaturan politik regional.12

Dengan demikian yang menjadi ketertarikan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisme Hugo Chavez yang

merupakan presiden negara Venezuela yang terletak di Amerika Latin dalam

menghadapi kejamnya neoliberalisme Amerika Serikat. Dimana hal yang patut

digarisbawahi adalah dimana kebijakan yang ditempuh Hugo Chavez sebagai

Presiden Venezuela sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang

ditetapkan paham neoliberalismenya Amerika Serikat seperti melalui

lembaganya yaitu anjuran-anjuran IMF dan Bank Dunia. Meskipun tidak ada

negara yang kebal dari hantaman krisis ekonomi global, namun pengalaman

12 Rino Razali, Analisis Penerapan Kebijakan Ekonomi Sosialis Venezuela Pada Masa Pemerintahan Hugo Chavez Menghadapi Imperialisme Ekonomi Amerika Serikat Tahun 1998-2013, JOM FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014, hlm. 5.

9

Universitas Sumatera Utara Venezuela secara jelas menunjukkan bahwa pemerintah berhasil membawa

bangsa ini bangkit dari krisis dan pada saat yang bersamaan tampil dengan

lebih melayani kepentingan rakyat pekerja daripada melayani korporasi-

korporasi kapitalis yang hanya menguntungkan negara asal paham

neoliberalisme tersebut yaitu Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang

nantinya harus dijawab dalam pembahasan berupa isi dalam penelitian itu

sendiri. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, adapun yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Sosialisme Hugo

Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme

Amerika Serikat?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dipergunakan untuk memperjelas ruang lingkup serta

untuk membatasi agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan

melebar. Dimana dengan ini penulis membatasi penelitian ini dengan hanya

membahas Sosialisme Hugo Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi

Neoliberalisme Amerika Serikat.

10

Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana Sosialisme Hugo

Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika

Serikat.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

mengenai Sosialisme Hugo Chavez di Negara Venezuela Dalam

Menghadapi Neoliberalisme Amerika Serikat.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat

untuk lebih mengetahui bagaimana Sosialisme Hugo Chavez di Negara

Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika Serikat.

11

Universitas Sumatera Utara 1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Sosialisme

Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun

1830, yakni adanya keinginan agar alat-alat produksi dimiliki secara

bersama untuk melayani semua kebutuhan masyarakat, bukan monopoli

atas kaum kapitalis. Sosialisme atau sosialism (Inggris) secara etimologi

berasal dari bahasa Perancis, yaitu berarti kemasyarakatan.

Dalam kehidupan sehari-hari istilah sosialisme digunakan dalam

banyak arti. Istilah sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan

sistem ekonomi. Selain itu, juga bisa digunakan untuk menunjukkan aliran

falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. John Stuart Mill

mengartikan sosialisme sebagai kegiatan menolong orang-orang yang tak

beruntung dan tertindas. Kegiatan ini dilakukan dengan sedikit mungkin

bergantung dari bantuan pemerintah. 13

Sosialisme oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk

perekonomian yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai

pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga

sebagai pihak yang menasionalisasikan industri-industri besar seperti

pertambangan, jalan-jalan dan jembatan, kereta api, serta cabang-cabang

produksi lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak.14 Dalam bentuk

yang paling lengkap, sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat

13 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 61. 14 Ibid.

12

Universitas Sumatera Utara produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara, dan

menghilangkan milik swasta (Brinton, 1981).

Dari uraian tersebut jelas bahwa pada awalnya ―sosialisme‖

dimaksudkan untuk menunjukkan sistem-sistem pemilikan dan

pemanfaatan sumber-sumber produksi secara kolektif (Whittaker, 1960).

Dengan definisi itu, sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi kooperatif

maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah. Dengan definisi

secara luas seperti ini negara-negara seperti (eks) Uni Soviet dan Inggris

yang di kuasai oleh partai buruh dapat dimasukkan ke dalam sistem

sosialis.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata ―sosialisme‖ sering dipakai

bergantian dengan istilah ―komunisme‖. Antara sosialisme dan

komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan Marx sering

menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan

hal yang sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar lain keduanya sering

dibedakan.15

Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah ―sosialisme‖ sering

digantikan dengan ―komunisme‖. Menurut Brinton (1981), sosialisme

menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah

yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan

pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta.

15 Ibid. hlm. 62.

13

Universitas Sumatera Utara Sementara itu, dalam ―komunisme‖, peralihan pemilikan dari swasta ke

tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan

―revolusioner‖, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi,

walaupun tujuan sosialisme dengan komunisme sama, cara untuk

mencapai tujuan ini sangat berbeda.

Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-

akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad

kesembilan belas dikenal sebagai sosialis Utopia. Sosialisme ini lebih

didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini

kesempurnaan watak manusia. Penganut paham ini berharap dapat

menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan

dan kejelasan argumen atau secara damai, bukan dengan cara-cara

kekerasan dan revolusi.16

Pada perkembangan berikutnya, analisis sosial paham sosialis

tampak lebih jelas. Paham ini berkeyakinan kemajuan manusia dan

keadilan terhalang oleh lembaga hak milik atas sarana produksi.

Pemecahannya, menurut paham ini ialah dengan membatasi atau

menghapuskan hak milik pribadi (private proverty) dan menggantinya

dengan pemilikan bersama atas sarana produksi. Dengan cara ini,

16 Euis Sundani, Pengertian dan Perkembangan Paham Sosialisme dalam http://euissundani.blogspot.co.id/2014/12/paham-sosialisme-dan-paham-komunisme.html diakses pada 1 Desember 2017 pukul 11:15 WIB

14

Universitas Sumatera Utara ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga

pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat ditiadakan.17

Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada

sarana yang digunakan untuk mengubah kapitalisme menjadi sosialisme.

Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogianya dilakukan

dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes

dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap, dan dalam

hal kesediaan berperan serta dalam pemerintahan yang belum seluruhnya

menganut sistem sosialis.18

Pada pihak lain, paham komunis berkeyakinan perubahan atas

sistem kapitalisme harus dapat dicapai dengan cara-cara revolusi, dan

pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa

transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator

proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih untuk

selanjutnya berada dalam kontrol negara.19

Adapun beberapa ciri-ciri ideologi sosialisme diantaranya yaitu: 20

1. Mementingkan kekuasaan dan kepentingan negara.

17 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Grasindo, 2010, hlm. 48. 18 Ibid. 19 Ibid. 20 Samhis Setiawan, „‟Ideologi Sosialisme‟‟ Pengertian dan (Sejarah, Ciri, Contoh) dalam http://www.gurupendidikan.co.id/ideologi-sosialisme-pengertian-sejarah-ciri-contoh/ diakses pada 30 November 2017 pukul 14:10 WIB

15

Universitas Sumatera Utara 2. Tidak ada kelas kaya dan miskin atau pun kelas majikan dan buruh, sebab

semua sama.

3. Mencita-citakan masyarakat yang didalamnya dapat bekerja sama dan

solidaritas dengan hak-hak yang sama.

4. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.

5. Mencapai kesejahteraan dengan cara damai dan demokratis.

6. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib buruh

dengan luwes secara bertahap.

7. Sosialisme berpegang pada prinsip-prinsip kesederajatan dan pemerataan.

8. Paham ini mempunyai pemikiran ekonomi negara centeris yaitu untuk

mengatasi kesenjangan.

9. Pemikiran politik sosialisme ialah bahwa negara sangat diperlukan untuk

membina dan mengkoordinasikan kebersamaan.

10. Pemikiran keagamaan sosialisme terpengaruh kuat oleh pemikiran yang

berdasarkan ajaran agama bahwa manusia harus saling tolong menolong.

1.6.2 Neoliberalisme

Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi

neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad

keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari

liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik

yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam

ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan

16

Universitas Sumatera Utara High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif.

Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas

merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar

semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar

hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui

peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.21

Pengertian Neoliberalisme adalah sistem perekonomian yang

memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk

melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang,

menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem

ini pemerintah hanya menjalankan fungsi deregulasi bagi mekanisme pasar

dan hanya untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan

perekonomian yang berjalan.22

Mansour Fakih menyebutkan bahwa saat ini adalah saat

berakhirnya era developmentalism, suatu proses perubahan sosial pasca

Perang Dunia II yang dibangun diatas landasan paham modernisasi.

Namun di negara-negara pusat kapitalisme, jawaban untuk mempercepat

laju kapitalisme telah lama disiapkan bahkan sejak krisis kapitalisme di

21 Wikipedia, Neoliberalisme, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme diakses pada 30 Januari 2018 pukul 17:05 WIB 22 Coen Husain Pontoh, Malapetaka Demokrasi Pasar, Yogyakarta: Resist Book, 2005, hlm. 67.

17

Universitas Sumatera Utara tahun 1930-an. Jawaban itu adalah globalisasi kapitalisme

(neoliberalisme).23

Kata Neo dalam neoliberalisme sebenarnya merujuk kepada

bangkitnya kembali bentuk aliran ekonomi liberalisme lama yang cikal

bakalnya dipicu oleh karya Adam Smith yang menumental, The Wealth of

Nations, di tahun 1976. Filsuf moral asal Inggris itu, yang juga bapak

mazhab ekonomi klasik atau yang lebih populer disebut dengan perumus

kapitalisme modern, mempropagandakan pentingnya penghapusan

intervensi negara atau pemerintah dalam mekanisme ekonomi, Sebagai

gantinya Smith, menganjurkan agar pemerintah membiarkan mekanisme

pasar bekerja dengan logikanya sendiri, melakukan deregulasi, serta

menghilangkan segala bentuk hambatan (tarif dan non tarif) dan restriksi.

Kompetisi dan kekuatan individu yang bekerja dalam mekanisme pasar

akan menciptakan keteraturan ekonomi. Smith menggunakan teorinya

tentang ―tangan-tangan tersembunyi‖ (invisible hand) yang menurutnya

bakal mengatur dan mengorganisir seluruh relasi dan kehidupan ekonomi

dan juga mendorong setiap individu untuk mencari sebanyak-banyaknya

keuntungan ekonomi.24

Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya neoliberalisme.

Yang pertama adalah munculnya perusahaan multinasional (multinational

23 Mansour Fakih, Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik, Yogyakarta: Insist Press, 2002, hlm. 184.

24 Khudori, Neoliberalisme menumpas petani, Yoyakarta: Resist Book, 2004, hlm. 16.

18

Universitas Sumatera Utara corporation-MNC) sebagai kekuatan yang nyata dan bahkan memiliki aset

kekayaan yang lebih besar dari pada negara-negara kecil di dunia. Mereka

rata-rata mempunyai kantor pusat di negara-negara maju (Amerika Serikat,

Uni Eropa, Kanada, Jepang, Australia) memanfaatkan semua fasilitas

infrastruktur yang dimiliki oleh negara-negara itu. Akan tetapi, gerak

mereka dibimbing bukan oleh nasionalisme, tetapi semata-mata oleh

insting mengeruk laba di mana pun kesempatan itu ada di dunia.25

Kedua, munculnya organisasi atau ―rejim internasional‖ yang

berfungsi sebagai surveillance system. Untuk menjamin bahwa negara-

negara di seluruh dunia patuh menjalankan prinsip pasar bebas dan

perdagangan bebas, di dunia saat ini dikenal organisasi dan institusi

internasional yang terus menerus memantau negara-negara. Tiga yang

utama yang harus disebut disini adalah World Trade Organization (WTO)

yang dapat menjatuhi hukuman pada negara-negara yang tidak patuh pada

perdagangan bebas. Dua yang lain berkaitan dengan institusi keuangan,

yaitu World Bank dan International Monetary Fund (IMF).26

Faktor selanjutnya, dilihat dari perspektif realis harus disebutkan

bagaimana negara-negara kuat (umumnya negara maju) memakai kekuatan

yang dimilikinya untuk menaklukan negara yang lebih lemah (umumnya

negara yang sedang berkembang). Secara khusus perlu disebut di sini

25 I. Wibowo dan Francis Wahono, Neoliberalisme, Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2003, hlm. 3. 26 Ibid. hlm. 4.

19

Universitas Sumatera Utara peran Amerika Serikat, satu-satunya negara yang mempunyai kekuatan

militer maupun ekonomi yang sangat kuat.27

Beberapa ciri neoliberalisme yang menyebabkan kekuatan negara di

reduksi oleh kekuatan modal, seperti:28

1. Pasar yang berkuasa, bukan pemerntah atau negara. Membebaskan

kegaiatan swasta dari peraturan dan kebijakan pemerintah, walaupun

kegiatan membawa dampak yang buruk terhadap rakyat dan kehidupan

bermasyarakat. Hal ini terlihat dari gencarnya tekanan swasta terhadap

pemerintah untuk memperlemah serikat buruh serta perlunya penurunan

upah buruh, bebasnya swasta membeli dan menggunakan tanah selama-

lamanya dan seluas-luasnya.

2. Mengurangi biaya untuk fasilitas dan pembangunan umum. Seperti dana

untuk pendidikan, kesehatan, Penyediaan air bersih, dan pembangunan

daerah secara umum harus dikurangi.

3. Mencabut peraturan-peraturan yang menngganggu keuntungan ekonomi.

Misalnya dengan menghapus atau mengganti peraturan tentang

melestarikan lingkungan, jaminan kondisi kerja, atau peaturan tentang

kesehatan makanan dan lain-lin.

27 Ibid. hlm. 5. 28 Ade Sanjaya, Pengertian Neoliberalisme Definisi Ciri dan Lembaga Pendukung Respon Kebijakan Pemerintah, dalam http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-neoliberalisme-definisi-ciri.html diakses pada 27 Februari 2018 pukul 14:40 WIB

20

Universitas Sumatera Utara 4. Privatisasi/swastanisasi dengan alasan untuk meningkatkan efektivitas

dan eisiensi pelayanan kepada rakyat, maka perusahaan milik negara harus

dijual, termasuk penjualan jenis-jenis usaha yang menyangkut hajat hidup

orang banyak. Misalnya perusahaan air, listrik, sekolah, rumah sakit,

Bank, dan perkeretaapian.

5. Mencabut bantuan sosial. Bantuan negara/ pemerintah untuk orang miskin

harus dicabut.

6. Pasar bebas. Di tingkat internasional, paham neoliberalisme berusaha

untuk memudahkan perdagangan antar negara. Salah satu untuk mencapai

kondisi ini maka diperlukan untuk mencabut semua konrtol yang dianggap

menghalangi pasar bebas. Misalnya tentang bea/cukai, halangan investasi

dan aliran lalulintas modal.

7. Monopoli teknologi yang hanya dapat dikuasai dan dikelola oleh pemilik

modal untuk produksi masal.

8. Cendrung menggunakan militer dan kekerasan sebagai alat untuk

mengintervensi disamping pasar bebas.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab penelitian

ini ialah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian ini digunakan

untuk mendeskripsikan suatu situasi atau arena populasi tertentu yang

bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif ini

21

Universitas Sumatera Utara merupakan sebuah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau menerangkan sebuah objek maupun subjek

penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat dengan berdasarkan

fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.29

1.7.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif

dengan metode deskriptif analitis. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan dan menganalisis data serta digunakan untuk mengungkap

dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum

diketahui atau dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang

sesuatu yang baru sedikit diketahui. Sehingga penelitian kualitatif ini dapat

memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan

dengan metode kuantitatif.30

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

dengan studi pustaka yang mana studi pustaka ini merupakan jenis data

sekunder yang digunakan untuk membantu proses penelitian, yaitu dengan

mengumpulkan informasi maupun data-data yang terdapat di dalam buku,

29 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987, hlm. 63. 30 Strauss Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 5.

22

Universitas Sumatera Utara jurnal, artikel surat kabar, internet, maupun karya ilmiah yang sudah ada

sebelumnya.31

1.7.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah

teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan

analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas

tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terperinci mengenai isi

dari penelitian ini maka penulis menjabarkan penelitian ini ke dalam empat

bab dan beberapa sub bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

31 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 97.

23

Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL HUGO CHAVEZ DAN NEGARA VENEZUELA

Bab ini akan memaparkan tentang kondisi negara Venezuela serta

profil ataupun riwayat hidup Hugo Chavez dari mulai lahir hingga

menjadi Presiden negara Venezuela.

BAB III ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA

VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME

AMERIKA SERIKAT

Bab ini akan menjabarkan tentang analisis Sosialisme Hugo

Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme

Amerika Serikat.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini yang

berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian serta

analisis data yang telah dilakukan.

24

Universitas Sumatera Utara BAB II

PROFIL HUGO CHAVEZ DAN PROFIL NEGARA VENEZUELA

2.1 Profil Hugo Chavez

Gambar 1. Foto Hugo Chavez

Sumber: https://dunia.tempo.co/read/hugo-chavez

Hugo Rafael Chavez Frias lair di Sabaneta, yang berpenduduk ketika itu kira-kira 1000 orang, di provinsi Barinas, tanggal 28 Juli 1954; anak kedua dari enam bersaudara, laki-laki semuanya. Ayahnya Hugo de los Reyes, bekerja sebagai guru di satu-satunya Sekolah Dasar yang terdapat di Sabaneta. 32

Waktu itu, aliran listrik hanya bisa dinikmati dari jam 18:30 sore sampai jam 22:30 dan pendidikan terbatas sampai sekolah dasar. Mereka tinggal di sebuah rumah beratap daun palem. Kehidupan keluarga yang sangat sederhana dan ekonomi yang pas-pasan membuat peranan eyang putri, Rosa Ines, dari pihak ayah, sangat penting dalam kehidupan dan pendidikan Hugo Chavez. Rosa Ines

32 Tatiana Lukman, Alternatif, Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, 2013, hlm. 263.

25

Universitas Sumatera Utara sering menyuruh Chavez membawa kue atau lemper jagung kepada tetangga dan membagi makanannya dengan teman-temannya. Di antara orang miskin dan tak punya, terdapat perasaan solidaritas yang besar.33

Hugo Chavez adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Adan Chavez adalah anak paling bungsu. Orang tua mereka hidup miskin, sehingga mereka mengirim Hugo dan Adan untuk tinggal bersama neneknya, Rosa, yang Hugo sebut sebagai "sosok yang murni kasih sayang tulus, kebaikan sejati." Neneknya adalah penganut Katolik Roma dan Hugo menjadi putra altar di gereja setempat.

Hugo menyebut masa kecilnya miskin dan sangat bahagia dan mengalami minder, kemiskinan, rasa sakit, kadang tidak bisa makan, serta ketidakadilan dunia.34

Ketika ibunya ingin mengambil kembali kedua anaknya, sudah sangat terlambat, karena Chavez dan kakaknya sudah terbiasa dengan eyang putrinya.

Walaupun siang hari berada di rumah orang tuanya, namun malam hari selalu kembali ke rumah eyang putri. Januari 1982, Rosa Ines meninggal. Dalam hubungan dengan itu, Chavez menulis sebuah sajak yang mencerminkan rasa cinta, hormat dan terima kasihnya kepada eyang putrinya dan juga tekadnya untuk setia kepada asal usul keluarganya yang sederhana.35

Seperti di Kuba, bisbol adalah sport yang paling populer di Venezuela.

Ketika umur 12-13 tahun, cita-cita Chavez adalah menjadi pemain bisbol terkenal dengan tujuan bisa masuk dalam salah satu tim beisbol AS terkenal yang memberi

33 Ibid. 34 Wikipedia, Loc.Cit. 35 Tatiana Lukman., Op.cit.

26

Universitas Sumatera Utara kontrak bernilai jutaan dolar. Hugo Chavez pun sangat bangga akan campuran darah Indian, kulit hitam, dan kulit putih yang mengalir di tubuhnya. Kepercayaan agama katolik Rosa Ines yang dalam telah banyak mempengaruhi dan membuatnya menjadi pemeluk agama yang kuat seperti eyang putrinya.36

Hugo Chavez tidak pernah masuk jadi anggota sebuah partai politik apapun dan juga tidak pernah mengaku dirinya mempunyai pikiran-pikiran komunis. Ia mengaku dirinya banyak dipengaruhi oleh Adan Chavez, kakak sulungnya yang sejak masih muda bergaul dan terlibat dalam berbagai kegiatan orang-orang komunis dan kiri lainnya, bahkan menjadi anggota Movimiento de

Izquierda Revolucionario (MIR= Gerakan Kiri Revolusioner). Setelah terjadi perpecahan dalam MIR, Adan Chavez masuk ―Partido de la Revolucion

Venezolana‖ (Partai Revolusi Venezuela), yang didirikan pada tahun 1966 oleh

Douglas Bravo, anggota Partai Komunis Venezuela sejak tahun 1946, namun dikeluarkan pada tahun 1964 disebabkan oleh penolakannya terhadap politik Uni

Soviet.37

Daerah dimana Hugo Chavez dibesarkan, Sabaneta, adalah daerah tempat bergeraknya gerilya Venezuela pada tahun 60-an dan 70-an. Sejak kecil Hugo

Chavez bersimpati kepada gerilya-gerilya itu dan dari tempat dia tinggal ada beberapa orang yang turut serta dalam perjuangan gerilya.

36 Ibid., hlm. 264. 37 Ibid.

27

Universitas Sumatera Utara Kombinasi latar belakang keluarga yang selalu hidup pas-pasan, lingkungan pergaulan dengan orang-orang kiri dan sistem politik ekonomi sosial yang melahirkan ketidakadilan, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, telah memberi kondisi objektif kepada Hugo Chavez untuk kemudian di Akademi

Militer selalu terlibat dalam berbagai kegiatan konspirasi guna melahirkan sebuah perubahan.38

Tahun 1971, Chavez masuk Akademi Militer di Caracas. Tahun 1975,

Carlos Andres Perez, dalam kedudukannya sebagai Presiden Republik Venezuela, menyerahkan pedang kepada letnan dua Hugo Chavez Frias, salah satu dari 75 siswa yang merupakan angkatan pertama yang lulus sebagai sarjana dalam

Cienciasy Artes Militares (Ilmu Pengetahuan dan Seni Militer).39

Selama pemerintahan Andres Perez (1974-1979) dari partai Sosial

Demokrat, booming minyak menyebabkan Venezuela mendapat julukan ―Saudi-

Venezuela‖. Namun jaman ―vacas gordas‖ (―sapi-sapi gemuk‖) itu juga disertai kasus dan skandal korupsi besar yang dalam bulan-bulan terakhir pemerintahannya telah memberi kemenangan kepada partai oposisi dalam pemilihan presiden. Herrera Campins naik panggung kepresidenan. Turunnya harga minyak yang mencapai titik krisis pada tahun 1983, telah membuat pemerintahannya lebih tidak mampu lagi untuk keluar dari krisis permanen yang merupakan ciri umum negeri setengah jajahan setengah feodal seperti Venezuela.

38 Ibid., hlm. 265. 39 Ibid.

28

Universitas Sumatera Utara Gerakan gerilya tahun 60-70-an mendapat penindasan dari pihak

Pemerintah yang menggunakan semua aparat kekerasannya untuk menghancurkan perlawanan itu. Hugo Chavez yang dalam tugasnya kadang-kadang turut serta dalam penangkapan petani yang dianggap terlibat dalam perjuangan gerilya, selalu berusaha agar mereka tidak menderita segala macam penyiksaan yang sudah menjadi kebiasaan aparat rejim militer. Namun tak selalu berhasil.

Persekusi dan penindasan kejam yang terjadi ketika itu telah meningkatkan kebulatan tekad Hugo Chavez untuk melakukan pengorganisasian di kalangan perwira yang sama-sama melihat perlunya sebuah perubahan dari dalam institusi kenegaraan dan militer itu sendiri.40

Dari tahun 1982 sampai 1985, Chavez bersama keluarganya tinggal di

Sabana Elorza, provinsi Apure, di sebelah barat daya Venezuela, berbatasan dengan Kolombia. Kontak langsung dengan penduduk Indian di daerah itu juga berpengaruh dalam proses pembentukan Chavez sebagai pemimpin rakyat. Di situlah ia menjadi sadar akan diskriminasi, persekusi dan ketidakadilan yang diderita oleh penduduk Indian di Venezuela. Begitu tertariknya dan tersentuhnya

Chavez oleh masalah-masalah yang dihadapi oleh suku bangsa Indian, sehingga ia pergi ke ―Perpustakaan San Fernando de Apure‖ dan ―Kantor Daerah untuk

Masalah-Masalah Penduduk Asli‖ untuk mempelajari penduduk asli dan melokalisasi daerah-daerah di mana mereka hidup.41

40 Ibid., hlm. 266 41 Ibid.

29

Universitas Sumatera Utara Chavez berkenalan dan akhirnya bersahabat dengan Arelis Sumavila, seorang sosiolog yang ketika itu sudah mempelajari suku bangsa Indian Cuivan dan Yaruros selama 20 tahun. Setelah membiarkan rambutnya tumbuh cukup panjang dan menyamar sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian,

Chavez turut serta dalam salah satu expedisi yang diorganisasi oleh Arelis

Sumavila. Selama beberapa hari Chavez tinggal bersama penduduk Indian, tidur dan makan bersama-sama mereka. Chavez berusaha mengerti dunia kehidupan suku bangsa Indian.42

Dua minggu setelah meninggalkan kampung penduduk Indian, Chavez kembali lagi ke perkampungan, tapi kali ini dengan pakaian seragam tentara.

Begitu melihat seorang tentara masuk kampungnya, penduduk Indian menjadi gugup dan panik. Chavez cepat mengangkat topi tentaranya dan memanggil nama kepala suku: ―Vicente!!!!‖ Seketika mereka menjadi terpaku. Setelah mengenali

Chavez, baru mereka duduk dan mulai ngobrol. Prajurit lainnya berdatangan dan dengan demikian mulailah satu proses pendekatan. Sejak saat itu, kalau orang- orang Indian itu datang ke Elorza, mereka mampir ke rumah Chavez. Nancy, istri

Chavez, pergi beli roti dan menyiapkan makanan untuk 60-70 orang. Orang Indian selalu pergi bersama-sama, tidak suka pergi sendiri-sendiri.43

Satu ketika Nancy mengadu kepada Chavez dan berkata: ―Bagaimana mungkin? Orang-orang Indian itu mengambil celana anak-anak yang sedang

42 Ibid., hlm. 267. 43 Ibid.

30

Universitas Sumatera Utara dijemur!‖. Chavez menjelaskan: ―Mereka tidak memiliki konsep hak milik pribadi; tidak kenal konsep: ini milikmu, itu milikku. Mereka mengambil apa yang mereka butuhkan seperti mengambil buah dari sebuah pohon, atau mengambil ikan dari sungai‖.

Tanggal 27 februari 1989 meletus ―El Caracazo‖ (artinya ―pukulan kepada

Pemerintah yang diberikan oleh Caracas‖). Rakyat ibukota bangkit dan berontak untuk pertama kalinya melawan paket neoliberal yang datang dari Dana Moneter

Internasional. Pemberontakan rakyat ini memberi dampak besar kepada kesadaran perwira progresif dalam tentara dan juga partai-partai yang dianggap kiri ketika itu.44

Sementara itu, karir militer Chavez terus menanjak dan pada tahun 1990 ia sudah menyandang pangkat letnan kolonel. Bulan Agustus 1991, sebagai komandan sebuah batalion penting dan juga sebagai salah satu pendiri dari

―Movimiento Bolivariano Revolucionario 200‖ (―Gerakan Bolivar Revolusioner

200‖), Chavez mengintensifkan semua kegiatan untuk perebutan kekuasaan.

Angka 200 adalah karena tahun itu diperingati ulang tahun Bolivar yang ke 200.45

Movimiento Bolivariano Revolucionario 200 (MBR 200) adalah sebuah organisasi militer dan sipil. Namun, menurut pernyataan Douglas Bravo dan

Oscar Orta, kedua-duanya anggota ―Partido de la Revolucion Venezolana‖, semakin dekat waktu pemberontakan, Chavez semakin menjauhkan tokoh-tokoh

44 Ibid., hlm. 268. 45 Ibid.

31

Universitas Sumatera Utara sipil dari kegiatan persiapan pemberontakan. Sehingga apa yang tadinya direncanakan sebagai sebuah gerakan sipil-militer, akhirnya hanya bersandar kepada unsur dan faktor militernya. Hal ini disebabkan karena Chavez cenderung tidak percaya kepada orang-orang sipil. Sebagaimana diketahui, pemberontakan militer yang direncanakan selama 15 tahun untuk merebut kekuasaan pada tanggal

3-4 Februari 1992 telah mengalami kegagalan.

2.1.1 Pemilihan Presiden Tahun 1998

Menjelang pemilu, banyak survei menempatkan Irene Sáez, wali kota distrik termakmur di Caracas, Chacao, di posisi pertama. Irene Saez ini merupakan salah satu saingan Hugo Chavez yang juga merupakan finalis ajang kecantikan dunia, Miss Universe, dari Venezuela. Melalui program yang dicanangkannya berupa pendidikan yang lebih baik, pemerintahan bersih, dan penegakan hukum, dia bercita-cita untuk menjadi presiden wanita pertama di

Venezuela. Awalnya dia diusung oleh partai COPEI. Namun, partai COPEI kemudian mencabut dukungannya karena hasil survey yang menempatkan popularitasnya hanya 2% di kalangan rakyat Venezuela. Namun, Irene Saez tetap maju mencalonkan diri menjadi presiden melalui jalur independen. COPEI kemudian mengusung Henrique Salas Romer.46

Dalam pemilihan umum tersebut pada bulan April 1997, el Movimiento

Bolivariano Revolucionario 200, yang tidak bisa berfungsi sebagai Partai karena

46 Judith Levin, Modern World Leaders: Hugo Chavez. New York: Chelsea House Publishing, 2006, hlm. 81.

32

Universitas Sumatera Utara membawa nama ―Bolivariano‖, berubah menjadi Movimiento Quinta Republica

(Gerakan Republik Kelima), sebuah partai politik yang mengajukan calonnya untuk Pemilihan Presiden tahun 1998.

Pencalonan Chavez sebagai Presiden didukung oleh berbagai organisasi politik yang membentuk sebuah front dengan nama ―El Polo Patriotico‖.

Diantaranya yang terpenting adalah ―Movimiento Quinta Republica‖,

―Muvimiento al Socialismo‖ (Gerakan menuju Sosialisme), ―Patria Para Todos‖

(Tanah Air untuk Semua), ―Partai Komunis Venezuela‖ dan ―Movimiento

Electoral del Pueblo‖ (Gerakan Pemilihan Rakyat).47

Majelis Konstituante dianggap sebagai permulaan revolusioner dari sebuah periode baru dalam kehidupan rakyat Venezuela. Konsep Majelis Konstituante diajukan Chavez sebagai bendera politik kampanye pemilunya. Chavez melihat

Majelis Konstituante sebagai titik tolak untuk membuka jalan bagi perubahan- perubahan sosial, politik dan ekonomi yang dia inginkan. Selama hampir seperempat abad, perekonomian dan masyarakat Venezuela berada dalam keadaan buruk sekali dengan korupsi yang merasuk ke segala badan dan lembaga, inflasi yang melonjak, kekayaan berkurang dan utang bertambah, peningkatan dalam kriminalitas, kemiskinan dan pengangguran.48

Semua penyakit sosial ini adalah ciri-ciri yang ditemukan di semua negeri setengah jajahan setengah feudal. Jose Vicente Rangel, seorang wartawan yang

47 Tatiana Lukman. Op.Cit.., hlm. 271. 48 Ibid.

33

Universitas Sumatera Utara selalu beroposisi kepada pemerintahan resmi, menderita persekusi karena tulisannya yang membelejeti korupsi Presiden Sosial-Demokrat Carlos Andres

Perez yang mencapai 17 juta dolar.

Pada pemungutan suara yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 1998,

Hugo Chavez akhirnya memenangkan pemilihan presiden tersebut sekaligus mengakhiri dominasi partai AD dan COPEI yang telah berlangsung lama. Dia mendapatkan 56,2% suara mengungguli Henrique Salas Romer yang mendapatkan 39,97% suara.49 Hugo Chavez dilantik resmi pada tanggal 4

Februari 1999. Venezuela mulai memasuki era baru sejak Hugo Chavez berkuasa.

Dia adalah seorang penganut sosialisme dan penentang liberalisme. Hugo Chavez selalu berpihak kepada rakyat miskin Venezuela yang menyebabkan dia dicintai oleh rakyatnya.

Terdapat berbagai faktor yang sangat menguntungkan terpilihnya Chavez.

Pertama-tama, situasi ekonomi-sosial, tingkah laku korup dan dekaden para pemimpin partai-partai tradisional dan kegagalannya untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Seperti dikatakan Jose Vicente Rangel, rakyat mencari sebuah figur yang bersih, tidak terkontaminasi dan penampilan yang lain dari pada pemimpin-pemimpin partai-partai tradisional. Chavez adalah satu-satunya calon yang sesuai dengan apa yang dicari rakyat ketika itu.50

49 H. Michael Tarver and Julia C. Frederik. The History of Venezuela. London: Greenwood Press, 2005, hlm. 149. 50 Tatiana Lukman. Op.Cit.., hlm. 272.

34

Universitas Sumatera Utara Di samping itu, karisma, sense of humour, keterampilan dan gayanya yang sederhana dan langsung dalam komunikasi adalah sifat-sifat positif yang memudahkan Chavez sampai ke hati rakyat, yang selama ini dihinadan dipinggirkan. Faktor media massa yang ketika itu menguntungkan Chavez juga penting dalam membantunya naik ke panggung pemerintahan. Dalam pemilihan daerah dan pemilihan anggota legislatif yang diselenggarakan sebulan sebelum pemilihan presiden, Kongres Nasional didominasi oleh kaum oposisi. Partainya

Chavez hanya mencapai 20% dari semua kursi di Kongres Nasional. Untuk meninggalkan Kongres Nasional itulah Chavez mengajukan idenya untuk membentuk Majelis Konstituante.51

Oleh karena itu, langkah pertama yang diambil Chavez, setelah resmi menjadi Presiden adalah mengeluarkan dekrit yang mengumumkan diselenggarakannya sebuah referendum konsultatif untuk menjajagi pendapat rakyat tentang Majelis Konstituante dengan tujuan membuat sebuah Konstitusi baru. Tanggal 25 April 1999, rakyat memberi persetujuannya untuk pembentukan

Majelis Konstituante Nasional. Tiga bulan kemudian, 25 Juli 1999, dilakukan pemilihan anggota Majelis Konstituante. Para wakil dari partai-partai yang menjadi bagian dari front ―Polo Patriotico‖ mendapat 95% dari 128 kursi di

Majelis Konstituante.52

51 Ibid. 52 Ibid.

35

Universitas Sumatera Utara Selama empat bulan, anggota Majelis Konstituante Nasional merancang dan mendiskusikan sebuah Konstitusi baru. Tanggal 15 Desember, Konstitusi disetujui dengan 71% suara dari para pemilih. Namun malam itu terjadi bencana alam yang menghilangkan segala alasan untuk merayakan kemenangan itu.

2.1.2 Bencana Alam di Vargas

Pada tanggal 14 Desember 1998 sore hari, di daerah pesisir mulai turun hujan lebat. Terutama provinsi Vargas yang terletak di pesisir sebelah timur laut ibu kota Caracas, ditimpa huan lebat yang tak kunjung berhenti. Gunung indah yang memisahkan ibukota Caracas dari laut, runtuh. Sebuah desa yang terletak di sisi gunung lenyap di bawah tumpukan runtuhan gunung. Ibukota provinsi Vargas yang terletak di pinggir laut, hilang di bawah lumpur dan batu-batu besar yang berjatuhan dari bukit El Avila. Banjir dan longsor lumpur melanda rumah-rumah orang miskin yang terbuat dari karton dan kaleng.53

Ratusan ribu penduduk provinsi Vargas kehilangan rumah dan semua yang dimilikinya, ratusan korban mati terbawa arus air banjir atau terkubur dalam tanah dan lumpur yang longsor. Chavez baru muncul pada hari berikutnya, setelah meninjau daerah yang kena mala petaka itu. Sekitar 25 ribu korban dibawa ke pusat-pusat penyelamatan dan penampungan. Ketika itu belum diketahui jumlah orang yang mati dan hilang. Chavez mengerahkan Polisi Metropolitan dan

53 Ibid., hlm. 273.

36

Universitas Sumatera Utara Direktorat Intelijen dan Pencegahan untuk mengekang usaha penjarahan di daerah yang tertimpa bencana.

Dalam hubungan dengan usaha bantuan terhadap korban bencana itulah terjadi konflik pertama antara Chavez dengan Pemerintahan AS. Menurut Jenderal

Raul Salazar yang ketika itu menjabat Menteri Pertahanan, Chavez menyetujui pengiriman 4 helikopter dan 146 tentara AS. Tanggal 23 Desember, Kepala

Komando Selatan AS, Charles Wilhem datang mengunjungi daerah bencana.

Timbullah pikiran Jenderal Raul Salazar untuk mengusulkan kepada Chavez untuk minta bantuan AS sebanyak 10 ribu juta dolar guna membangun kembali daerah itu dengan tenaga insinyur dan ahli AS. Semua berjalan lancar dengan 12 helikopter dan 150 tentara AS di daerah bencana dan sebuah kapal AS sudah berangkat menuju Venezuela.54

Ini sungguh ―bantuan‖ yang aneh! Sumber lain memberitakan bahwa kepada Dubes AS, John Maisto, Chavez menyatakan bahwa walaupun Venezuela mau menerima bantuan keuangan untuk bencana alam, itu berarti Venezuela bersedia membuka perairan nasional dan perbatasan negaranya bagi perlengkapan perang AS untuk satu jangka waktu tak terbatas. Kelihatan disini bagaimana AS ingin sekali memasukkan alat-alat militernya ke dalam wilayah Venezuela dan melihat bencana alam sebagai satu kesempatan untuk mewujudkannya.55

54 Ibid., hlm. 274. 55 Ibid.

37

Universitas Sumatera Utara Dari situ, makanya tidak aneh kalau pada tanggal 2 januari 2000, Jenderal

Salazar menerima telpon dari Chavez yang memerintahkan untuk menghentikan proses penerimaan ―bantuan‖ AS. Jenderal Salazar, yang akhirnya juga meninggalkan Chavez, berpendapat bahwa perubahan sikap Chavez itu terjadi setelah percakapannya melalui telpon dengan Fidel Castro. Dan ini masih memerlukan data pendukung yang menjelaskan bahwa Jenderal Salazar pro-AS.

Dalam bulan-bulan pertama tahun 1999, Chavez mengajukan ide membuat sebuah program dimana ia bisa berkomunikasi langsung dengan massa rakyat untuk menjelaskan program, plan dan strategi Pemerintah. Tanggal 23 Mei, dimulai sebuah program radio ―Alo Presidente‖ yang dipimpin langsung oleh

Chavez. Selama satu jam siaran radio, ratusan orang berusaha bicara melalui telpon. Akhirnya 11 orang berhasil bicara dengan Chavez. ―Alo Presidente‖ berkembang menjadi sangat populer dan akhirnya diputuskan untuk menyiarkan edisi nomer 40 melalui radio dan juga televisi.56

―Alo Presidente‖ disiarkan setiap hari minggu pagi. Jam mulainya tidak ditentukan, tapi biasanya dimulai sekitar jam 11. Jam selesainya juga tidak ditentukan. Itu tergantung kepada Chavez sendiri. Edisi nomor 295 yang disiarkan pada tanggal 23 September 2007, berlangsung selama 8 jam 7 menit. Isi atau tema dari siaran itu beraneka ragam. Pembawa acara dan skenarionya dikerjakan oleh

Chavez sendiri. Lokasinya juga berbeda-beda. Bisa ruang kerja Chavez bersama menteri-menterinya, atau pabrik petrokimia, atau pabrik gula atau kilang minyak.

56 Ibid.

38

Universitas Sumatera Utara Kalau Chavez sedang berkunjung ke negeri lain, misalnya Kuba, Argentina, atau

Bolivia, maka acara ―Alo Presidente‖ disiarkan dari negeri itu. Misalnya ketika saat ―Alo Presidente‖ yang disiarkan tahun 2007 dari monumen makam Che

Guevara di Santa Clara, Kuba selama 4 jam lebih, Chavez memimpin acara dengan berbagai macam tema.

Program kesejahteraan sosial pertama yang diajukan Chavez adalah ―Plan

Bolivar 2000‖. Chavez menyerahkan tugas mengelola ―Plan Bolivar 2000‖ serta dana sebesar 113 juta dollar kepada sekelompok perwira militer tingkat tinggi.

Prajurit dikerahkan untuk turut serta dalam pembangunan perumahan dan bangunan sosial. Dibangun pasar-pasar rakyat yang juga dikelola oleh militer.

Chavez mengharapkan dengan cara begitu Angkatan Bersenjata dapat menjalin hubungan dekat dengan rakyat.57

2.1.3 Kudeta 11 April 2002

Di salah satu pidatonya, Presiden Chavez pernah mengatakan bahwa

Venezuela memiliki cadangan minyak dan gas alam terbesar di dunia. Sumber minyak mulai dieksploitasi pada pertengahan abad XIX melalui konsesi kepada perusahaan-perusahaan minyak asing. Pada tahun 1975, dibentuk perusahaan minyak negara PDVSA yang menasionalisasi minyak. Di bawah berbagai

Pemerintahan yang sama sekali tidak mewakili kepentingan rakyat, dengan para pejabatnya yang korup, PDVSA berfungsi sebagai ―Negara dalam Negara‖.

57 Ibid., hlm. 275.

39

Universitas Sumatera Utara Pengelolaanya hanya menguntungkan lapisan professional tinggi dalam institusi minyak dan para direktur dan manajer yang berhubungan dengan modal minyak asing. Keuntungan dari industri perminyakan, di samping sebagian masuk dalam kantong para pejabat dan teknisi lapisan atas, sebagian lagi digunakan dalam bisnis-bisnis internasional untuk membeli misalnya, kilang-kilang minyak yang diantaranya tidak menguntungkan kepentingan nasional.

Tanggal 7 April 2002, di perusahaan minyak negara PDVSA, Presiden

Chavez memecat 7 manajer, 12 manager diharuskan pensiun dan 5 pejabat diturunkan pangkatnya. Tindakan pemecatan dan penurunan jabatan itu disebabkan, antara lain, karena pekerjaan manajemen yang sangat buruk sekali, penggelapan keuangan dan dijalankannya politik yang menyimpang dari politik yang sudah ditentukan oleh Pemerintah. Kaum oposisi langsung protes dan CTV

(Confederacion de Trabajadores de Venezuela = Konfederasi Buruh Venezuela yang menurut Wikipedia, pada tahun 2002 dan 2003 menerima dana dari ―United

States National Endow-ment for Democracy‖ melalui ―American Center for

International Labor Solidarity‖) mengumumkan pemogokan umum pada tanggal 9

April. 58

Pada tanggal 10 April, buruh PDVSA sudah menghentikan berbagai operasi di industri minyak negara yang secara langsung mengakibatkan terputusnya suplai gas dan bahan bakar ke pasar dalam negeri. Beberapa kilang

58 Ibid., hlm. 276.

40

Universitas Sumatera Utara minyak besar dan penting menghentikan sama sekali atai memeperlambat operasinya.

Venenzuela mulai kacau. Pedro Carmona, ketua dari Fedecamaras

(organisasi perserikatan pengusaha terbesar yang meliputi 13 sektor ekonomi penting di Venezuela) dan Carlos Ortega, ketua Konfederasi Buruh Venezuela, mengumumkan bahwa pemogokan umum akan berlangsung tanpa batas waktu.

Para pemimpin oposisi, hari itu juga, mengumumkan didirikannya dengan segera sebuah ―Komite Koordinasi untuk Demokrasi dan Kebebasan‖ yang bertugas untuk menyelamatkan Kebebasan di Venezuela dan mengkoordinasi semua kegiatan kaum oposisi.

Jenderal Nestor Gonzalez adalah pelaku kunci dalam kudeta April 2002.

Tanggal 10 April, di depan televisi nasional, ia minta kepada Presiden Chavez untuk meletakkan jabatan. Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mencegah

Chavez pergi ke Costa Rica guna menghadiri pertemuan Majelis Umum

Organisasi Negara-Negara Amerika yang diselenggarakan pada hari itu. Dan memang seperti diharapkan para pelaku kudeta, Chavez membatalkan kepergiannya.59

Keesokan harinya, 11 April, menurut surat kawat yang dikirim Shapiro,

Dubes AS di Caracas ke Washington, kira-kira 5-7 ribu orang berkumpul di perusahaan minyak negara PDVSA di mana para pemimpin oposisi, Pedro

59 Ibid., hlm. 277.

41

Universitas Sumatera Utara Carmona, Carlos Ortega dan Alfredo Pena mengucapkan pidato. Tengah hari,

Carmona dan Ortega, melalui pidatonya, mendorong massa supaya pergi ke Istna

Presiden Miraflor untuk menuntut Chavez meletakkan jabatan.

Sementara itu, di depan Istana Miraflor, ribuan massa pendukung Chavez sudah berkumpul dan ketika diketahui bahwa kaum oposisi bermaksud menuntut

Chavez meletakkan jabatan, aliran massa pendukung Chavez bertambah besar.

Ketika Walikota Caracas, Freddy Bernal, mendengar maksud para pemimpin oposisi untuk membawa massa pendukungnya menuju Istana Miraflor, di depan kanal 8 TV negara, ia meminta kepada Pedro Carmona dan Carlos Ortega untuk tidak membawa massanya ke Istan Miraflor, demi menghindari bentrokan dan kekerasan yang dapat terjadi antara massa. Sudah tentu himbauan itu tidak digubris.60

Dipimpin oleh Laksamana Muda Carlos Molina, massa pendukung oposisi dengan agresif terus menuju Istana Presiden. Mereka berhasil menyingkirkan rintangan-rintangan jalan yang dipasang Polisi Metropolitan. Garda Nasional yang bertugas menjaga Istana Presiden Miraflor bersiap-siap untuk menghindari bentrokan antara massa pendukung Chavez dan massa pendukung oposisi yang masing-masing sudah menjadi marah.

Untuk memberi laporan kepada Chavez, Diosdado Cabello, Wakil

Presiden naik helikopter dan terbang mengelilingi daerah di mana sedang terjadi

60 Ibid.

42

Universitas Sumatera Utara konsentrasi dan mars massa pendukung Chavez dan massa pendukung oposisi.

Setelah melakukan pemeriksaan dengan helikopter itu, Diosdado Cabello pergi menuju kantor DISIP (Direccion Nacional de los Servicios de Inteligencia y

Prevencion = Direktorat Intelijen Nasional dan Prevensi). Tak lama kemudian, ia menerima telpon dari Chavez yang mengatakan bahwa Jenderal Rosendo dan

Jenderal Varquez Velazco ―menghilang‖. Mereka tidak menjawab telpon Chavez.

Setelah mencoba berkali-kali menelpon kedua Jenderal itu, tanpa hasil, akhirnya mereka yakin bahwa keduanya sudah memberontak.61

Seorang kolonel dan seorang Kapten dari pasukan penjagaan DISIP menghadap Wakil Presiden dan menyampaikan bahwa Jenderal Fransisco

Belisario yang menjabat sebagai komandan pasukan penjagaan DISIP sudah dicopot dan digantikan oleh Jenderal Alfonso Martinez. Jenderal yang belakangan bersama dengan Felipe Rodriguez, kemudian mengirim pesan dan permintaan untuk bertemu dengan Wakil Presiden, Diosdado Cabello. Diosdado Cabello segera mengerti bahwa ada usaha untuk menangkapnya. Kedudukannya sebagai

Wakil Presiden mengingatkannya akan arti penting dari penangkapan terhadap dirinya. Sejak saat itu mulailah ia berpindah-pindah tempat untuk menghindari penangkapan.62

Kira-kira jam 3 sore, di beberapa tempat sudah terjadi kekerasan.

Tembakan terdengar dari atap gedung-gedung yang terletak di sekitar Istana dan

61 Ibid., hlm. 278. 62 Ibid.

43

Universitas Sumatera Utara Polisi Metropolitan. Ternyata para penembak gelap pendukung kudeta sudah mulai memuntahkan pelurunya ke arah massa. Korban di barisan massa Chavez mulai berjatuhan di sekitar Istana Miraflores. Korban paling banyak jatuh di

Puente Llaguno. Maka dari itu orang Venezuela menamakannya ―pembunuhan di

Puente Llaguno‖.

Hari itu juga, kira-kira jam 6 sore Luis Reyes (teman kecil dan satu sekolah dengan Chavez, kemudian menjabat sebagai Gubernur Provinsi Lara), menerima telpon dari Fidel Castro yang menanyakan tentang keberadaan Hugo

Chavez, tak seorang pun tahu dimana Chavez berada. Fidel menasehatinya supaya bicara dengan CNN, dan mengeluarkan pernyataan untuk menerobos kepungan dan memberi informasi kepada publik umum dunia. Kira-kira jam 9 malam, baru

Luis Reyes dapat menghubungi Chavez yang berkata bahwa Panglima Tertinggi

Angkatan Darat, Jenderal Varquez Velasco, sudah ingkar dan bergabung dengan kaum oposisi.63

Di Provinsi Lara, Komandan Angkatan Darat, Komandan Garda Nasional dan Komandan Angkatan Udara, sudah bergabung dengan Jenderal-Jenderal di

Ibukota yang melakukan kudeta. Tanggal 12 April, pagi-pagi buta, kira-kira jam

2, Gubernur Provinsi Luis Reyes menerima telpon dari salah satu Jenderal yang turut kudeta. Luis Reyes menolak bicara. Telpon juga datang dari Gubernur

Provinsi Bolivar yang mengajaknya untuk memihak kepada Jenderal-Jenderal pelaku kudeta.

63 Ibid., hlm.279.

44

Universitas Sumatera Utara Hari itu juga, para Komandan Angkatan darat, Garda Nasional dan

Angkatan Udara serta media komunikasi ramai-ramai menekan dan mengancam

Luis Reyes untuk menyerahkan kekuasaannya. Namun, Luis Reyes menolak dan berhasil mempertahankan kekuasaan di provinsinya. Brigadir Jenderal

(Purnawirawan) Jacinto Perez Arcay, yang pada tanggal 11 April berada di Istana

Miroflores, menceritakan suasana tegang meliputi kantor Sekretariat dan ruang kerja Presiden. Kaum oposisi serta Jenderal-Jenderalnya mengirim utusannya dengan surat meletakkan jabatan yang mereka sodorkan kepada Chavez untuk ditandatangani.64

Jose Vicente Rangel, ketika itu menjabat Menteri Pertahanan, termasuk salah satu pejabat yang mengusulkan kepada Chavez untuk menolak ultimatum dan melakukan perlawanan terhadap usaha kudeta. Namun Chavez, tanpa menandatangani surat meletakkan jabatan, memilih menyerahkan dirinya untuk menghindari pertumpahan darah, yang ketika itu sebenarnya sudah terjadi dengan jatuhnya banyak korban di kalangan massa pendukungnya oleh tembakan- tembakan gelap para sniper pendukung kudeta. Chavez bicara untuk televisi

(tetapi siaran tersebut diblokir oleh jaringan televisi yang mayoritas dikuasai kaum oposisi) dan menyatakan: ―No quiero mas derramamiento de sangre. Yo voy preso‖. (―Saya tidak ingin terjadi pertumpahan darah lagi. Saya menyerahkan diri untuk ditahan‖).65

64 Ibid. 65 Ibid.

45

Universitas Sumatera Utara Sikap Chavez menolak usul beberapa pendukungnya untuk melawan ultimatum dan kudeta kaum oposisi itu sesuai dengan nasihat yang diberikan Fidel

Castro yang beberapa kali mengadakan kontak telpon dengan beberapa pemimpin dan pejabat Pemerintahan Chavez.

Tanggal 12 April, Elena, ibunya Hugo Chavez ditelpon cucunya, Maria

Gabriela, anak perempuan kedua dari Chavez, yang bercerita bahwa ia sudah bicara dengan Fidel Castro. Elena minta supaya dia dihubungkan dengan Fidel.

Fidel menelpon Elena dan berkata supaya jangan terlalu khawatir, tidak akan terjadi apa-apa dengan Chavez dan semuanya akan berakhir dengan baik. Fidel menasehatinya agar berhubungan dengan media komunikasi dunia dan menceritakan apa yang sedang terjadi.

Pagi hari itu, pembawa acara terkenal, Napoleon Bravo dari Canal TV swasta Venevision, milik Gustavo Cisneros, raja media massa multinasional, teman baik keluarga Bush, membuka show paginya dengan kata-kata: ―Selamat pagi, Venezuela, kita punya Presiden baru‖. Satu hal yang menarik perhatian dalam kudeta 12 April 2002 adalah peranan menonjol dari media massa sebagai organisator kolektif dari kaum oposisi yang sebagian besar dari lapisan kelas menengah. Begitu besarnya peranan media massa sehingga ada yang menamakan kudeta itu sebagai kudeta media massa yang pertama dalam abad XXI.66

66 Ibid. hlm. 280.

46

Universitas Sumatera Utara Jubir Presiden Bush, Ari Fleisher, tanggal 12 April pagi, mengumumkan secara resmi dukungan Pemerintah AS kepada Pemerintah Carmona dan mengutuk ―mantan Presiden Chavez yang telah mendorong terjadinya kekerasan yang akhirnya memaksanya untuk meletakkan jabatan‖. Tanggal 12 April malam, rakyat pendukung Chavez sudah turun ke jalan-jalan dan menuntut ―Yo quiero ver a Chavez, yo quiero ver a Chavez‖ (―Saya ingin bertemu Chavez‖). Sore hari itu juga, Jenderal Jorge Luis Garcia mulai mempersiapkan sebuah komando untuk membebaskan Chavez. Namun, karena berita tentang tempat ditahannya Chavez terus berubah-ubah, tidak diketahui persis dimana ia ditahan, dua percobaan terpaksa dibatalkan.

Tanggal 13 April, penduduk ibukota dan juga dari provinsi lainnya terus membanjiri jalan-jalan dengan tuntutan yang sama: ―Saya ingin bertemu Chavez‖.

Sementara itu, di Maracay, ibukota provinsi Aragua, yang terletak di sebelah utara-tengah Venezuela, dekat pantai Karibia, Komandan Brigade Infanterin

Parasutis 42, Jenderal Divisi Raul Isaias Baduel, tengah malam tanggal 11 April, berhasil menghubungi Chavez. Satu-satunya yang diminta Chavez kepadanya adalah tidak menggunakan pasukan parasutis di bawah komandonya menjadi faktor pertumpahan darah.67

Tapi setelah pembicaraan telpon dengan Chavez tanggal 12 April, Baduel menerima pernyataan siap tempur untuk mengambil kembali Istana Miroflores dari berbagai kesatuan militer di Caracas dan Maracay yang setia kepada Chavez.

67 Ibid., hlm. 281.

47

Universitas Sumatera Utara Di Maracay saja, sudah berkumpul 14 Jenderal dengan 20 batalion di bawah komando mereka. Itu berarti sebuah kekuataan 20.000 orang dengan artileri, tank, pasukan parasutis dan angkatan udara.

Seiring dengan itu, di provinsi Lara, tanggal 13 April jam 4 sore kaum pemberontak sudah menyerah. Di Maracay, tanggal 13 April kira-kira jam 7 malam, seorang kopral dari Garda Nasional, tiba di Batalion Parasutis Maracay dan menyerahkan kepada Jenderal Baduel, secarik kertas berisi pesan dri Chavez yang berhasil ia selundupkan keluar dari basis militer La Orchila (di sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Caracas), dimana Chavez ditahan. Pesan yang ditulis pada tanggal 13 April, jam 14:45 adalah dia tidak meletakkan jabatan.

Dengan diketahuinya secara persis dimana Chavez ditahan, Jenderal Divisi

Raul Isaias Baduel dengan cepat membentuk sebuah komando khusus untuk membebaskan Chavez. Operasi itu diberi nama ―Penyelamatan Martabat

Nasional‖ (―Rescate de la Dignidad Nacional‖) dan dipimpin oleh Jenderal Divisi

Ali Uzcategui Duque.68

Komando terdiri dari 3 helikopter dengan 15 orang yang terlatih baik dari

―Komando Operasi Khusus Graha Militer Presiden Republik‖, seorang dokter dan seorang hakim militer untuk mencegah terjadinya ekses. Komando berangkat tanggal 13 April, jam 9 malam dan tiba jam 2 pagi di basis militer La Orchila.

Ketika mau mendarat, dekat gedung dimana Chavez ditahan, mereka lihat sebuah

68 Ibid., hlm. 282.

48

Universitas Sumatera Utara kapal terbang Amerika Serikat. Kekhawatiran mereka adalah komando datang terlambat. Oleh karena itu, begitu mereka mendarat, mereka sempatkan sebentar untuk memeriksa kapal terbang AS, hanya untuk menjamin tidak akan ada serangan datang dari situ.

Ternyata tidak ada sama sekali perlawanan dari orang-orang yang telah menculik Chavez. Ketika komando masuk gedung dimana Chavez ditahan, yang ada di situ adalah Brigadir Jenderal Jose Esteban Godoy yang menjabat ketua

HAM Kementerian Pertahanan, Kolonel Julio Rodriguez Salas, Kordinal Jose

Ignacio Velazco dan beberapa pejabat dari Angkatan Laut. Hakim militer, Dr.

Rafael Alfonso Tosta Rios, membacakan sebuah dokumen yang menyatakan pemulihan dari semua posisi dan kedudukan Chavez sebagai Presiden Venezuela yang sah. Komando ―Penyelamatan Martabat Nasional‖ serta Chavez tiba di

Istana Mirofloresjam 03:45 pagi, tanggal 14 April.69

Dan siapakah yang mendanai dan ada di belakang kudeta ini adalah sama sekali tidak sulit menemukan Pemerintah asing mana yang langsung terlibat dalam kudeta. Keterlibatannya sangat transfaran, ketika Chavez ditangkap, beberapa anggota Misi Militer AS berada di Markas Komando Angkatan Darat

Venezuela di Fuerte Tiuna. Fuerte Tiuna adalah sebuah basis militer di Caracas dimana terdapat berbagai instalasi militer Venezuela yang terpenting dan terbesar, seperti Kementerian Pertahanan, Akademi Militer dan Markas Komando

Angkatan Darat. Ketika itu, Misi Militer AS yang berkedudukan juga di Fuerte

69 Ibid.

49

Universitas Sumatera Utara Tiuna, artinya di jantung Markas Komando Angkatan Darat, masih berfungsi sepenuhnya.70

Padahal pada bulan September 2001, Pemerintah Venezuela sudah menyatakan tidak memperpanjang atau memperbarui perjanjian kolaborasi militer antara kedua negeri. Menteri Pertahanan juga sudah minta supaya Misi Militer AS menutup instalasi dan meninggalkannya, namun AS enggan pergi dan terus mengulur-ulur waktu. Baru pada tahun 2004 AS menarik mundur Misi Militernya dari Fuerte Tiuna. Sejarah penuh dengan contoh-contoh kongkrit intervensi dan penggulingan pemerintahan sah yang didanai, disponsori dan dibantu langsung oleh imperialisme AS di semua pelosok dunia. Antara lain, kudeta terhadap

Pemerintahan Jacobo Arbenz di Guatemala, Pemerintahan Joao Goulart di Brazil, pemerintahan Mossadegh di Iran, Pemerintahan Bishop di Granada, Pemerintahan

Allende di Chile. 71

70 Ibid., hlm 283. 71 Ibid., hlm. 284.

50

Universitas Sumatera Utara 2.2 Gambaran Umum Negara Venezuela

Gambar 2. Peta Negara Venezuela

Sumber: http://www.lib.utexas.edu/maps/americas/venezuela.gif. Republik Bolivar Venezuela (bahasa Spanyol: República Bolivariana de

Venezuela) adalah sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan. Negara ini berbatasan dengan Laut Karibia dan Samudra Atlantik di sebelah utara, Guyana di timur, Brasil di selatan, dan Kolombia di barat. Di lepas pantai Venezuela juga terdapat negara-negara Karibia, yaitu Aruba, Antillen Belanda dan Trinidad dan

Tobago. negara yang terletak di ujung utara Amerika Selatan . Ini menempati

51

Universitas Sumatera Utara daerah sekitar segitiga yang lebih besar dari daerah gabungan Perancis dan

Jerman. Venezuela dibatasi oleh Laut Karibia dan Samudra Atlantik di utara,

Guyana di timur, Brasil di selatan, dan Kolombia di barat daya dan barat. Ibu kota negara adalah Caracas dan sebagai pusat utama industri, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata Venezuela.72

2.2.1 Sejarah Negara Venezuela

Venezuela ditemukan oleh Christopher Columbus pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1489 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama

Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco.73

Penjajahan Spanyol di daratan Venezuela dimulai tahun 1522, ketika koloni Spanyol mendirikan permukiman permanen pertama, di Selatan permukiman Amerika yang di masa kini disebut sebagai Cumana. Pada abad ke-

16, Jerman juga mencoba untuk memulai kolonisasi, di bawah pimpinan Klein-

Venedig (1528-1546). Namun, sejarah mencatat, Jerman tidak berhasil membangun koloni di tempat ini. Sejak awal, pembangunan koloni asing telah mendapatkan perlawanan dari penduduk asli Venezuela, ( Caciques). Pimpinan

Caciques, antara lain adalah Guacaipuro (1530-1568) dan Tamanaco (meninggal

1573). Keduanya memimpin penduduk asli untuk mencoba menahan serbuan

72 Hendra Alzair, Deskripsi Negara Venezuela, dalam http://hendraalzair.blogspot.co.id/2015/12/deskripsi- negara-venezuela.html diakses pada 2 Februari 2018 19:47 WIB 73 Roni Dita Ariestiyana, Sejarah Berdirinya Negara Venezuela, dalam http://referensianaa.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-berdirinya-negara-venezuela.html Diakses pada 25 Januari 2018 pukul 16:15 WIB

52

Universitas Sumatera Utara Spanyol. Namun akhirnya Spanyol keluar sebagai pemenang dan mereka menangkap para pemimpin Caciques untuk kemudian dihukum mati. Spanyol kemudia melebarkan kekuasaanya dengan mulai membangun pusat peradaban di

Venezuela, dengan mendirikan kota Caracas.

Selama masa kependudukan Spanyol, pada abad ke-16, ajaran agama

Katolik Roma mulai mengonversi kepercayaan religi animisme yang dianut oleh pribumi yang disebut Mariches, para keturunan Karibia. Pemilihan beberapa nama tempat, seperti Caracas, Chacao, dan Los Teques sempat ditolak karena dinilai terlalu berbau Katolik. Akan tetapi, penolakan itu berhasil ditundukkan oleh hegemoni para pendatang dari tanah Eropa. Permukiman kolonial awal difokuskan di pantai utara. Tetapi, pada pertengahan abad ke-18, bangsa Spanyol kemudian masuk lebih jauh hingga ke pedalaman, di sepanjang Sungai Orinoco.

Disekitar sungai itulah, kelompok pribumi Ye‘kuana yang dikenal sebagai

Makiritare melakukan perlawanan besar sepanjang tahun 1775-1776.74

Permukiman timur Spanyol di Venezuela masuk dalam kekuasaan

Provinsi New Andalusia, yang diperintah oleh Audencia Royal Santo

Domingo,sejak awal abad ke-16. Sedangkan sejak abad ke-18, sebagian besar

Venezuela menjadi bagian dari Kerajaan Granada Baru. Konon, perampasan

Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Selama masa penjajahan ini, Venezuela diperintahkan oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para

74 Ibid.

53

Universitas Sumatera Utara birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran

Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal.

Golongan Mestizo, ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benarbenar terpisah dari kehidupan sosial dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro diperkerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Venezuela tidak pernah bisa menerima segala bentuk imperialisme. Negeri ini dihuni oleh mereka yang memiliki nasionalisme kokoh, dan berharap surga mereka tidak berubah menjadi penjara hegemoni politik dan ekonomi asing. Perlawanan tidak henti-hentinya senantiasa dikobarkan untuk mempertahankan keindahan Venezuela.

54

Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Profil Negara Venezuela

Nama Resmi : Republik Bolivar Venezuela (Bolivarian Republic of

Venezuela)

Ibukota : Caracas

Bentuk Negara : Federal

Sistem Pemerintahan : Presidensial

Lagu Kebangsaan : La Gloria al Bravo Pueblo

Hari Nasional : 5 Juli (Hari Kemerdekaan: 5 Juli 1811)

Penduduk : 26,814,843 (2009)

Bahasa Resmi : Spanyol

Bahasa Asing : Inggris, Italia, Portugis dan Perancis

Agama : Katholik (94,8%), Protestan (1%), lain-lain (4,2%)

Sumberdaya alam : Minyak bumi, Bijih besi, Bahan kimia, Bahan

mineral, Gas alam

55

Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Pembagian Administrasi Wilayah di Venezuela

Republik Bolivar Venezuela terbagi atas 23 Negara Bagian dan 1 Distrik

Ibukota. Berikut ini adalah daftar 1 Distrik Ibukota dan 23 Negara Bagian beserta

Ibukota administrasinya:75

No. Nama Negara Bagian Ibukota

1 Amazonas Puerto Ayacucho

2 Anzoátegui Barcelona

3 Apure San Fernando de Apure

4 Aragua Maracay

5 Barinas Barinas

6 Bolívar Ciudad Bolívar

7 Carabobo Valencia

8 Cojedes San Carlos

9 Delta Amacuro Tucupita

10 Falcón Coro

11 Guárico San Juan De Los Morros

12 Lara Barquisimeto

13 Mérida Mérida

75 Dickson, Profil Negara Venezuela, dalam http://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-venezuela/ diakses pada 5 februari 2018 pukul 14:20 WIB

56

Universitas Sumatera Utara 14 Miranda Los Teques

15 Monagas Maturín

16 Nueva Esparta La Asunción

17 Portuguesa Guanare

18 Sucre Cumaná

19 Táchira San Cristóbal

20 Trujillo Trujillo

21 Yaracuy San Felipe

22 Vargas La Guaira

23 Zulia Maracaibo

24 Distrik Ibukota Caracas

57

Universitas Sumatera Utara BAB III

ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT

Setelah berakhirnya perang dingin, nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas.

Salah satunya negara Venezuela yang merupakan negara dunia ketiga pertama yang dijadikan sebagai laboratorium eksperimen sistem ekonomi neoliberal oleh

Amerika Serikat (AS).

Dalam hubungan yang terjalin antara Venezuela dengan AS dapat dilihat dari salah satu lembaganya yaitu IMF, yang mana kerjasama keduanya dimulai sejak tanggal 16 Februari 1989. Ketika itu IMF bersedia memberikan pinjaman pada Venezuela, tetapi ada syarat yang harus dilakukan Venezuela yaitu harus menjalani program SAP (Structural Adjustment Program). Venezuela menyetujui syarat tersebut dan kemudian menandatangani nota kesepahaman (Letter of Intent

- LoI) dengan IMF pada awal Maret 1989 di Caracas.76

Program SAP merupakan konsekuensi pemberlakuan kebijakan anggaran ketat yang dilakukan sebagai syarat pinjaman utang dari IMF dan Bank Dunia.

SAP tersebut mencakup liberalisasi impor dan pemanfaatan sumber-sumber

76 Hikmatul Akbar dan Sandrianti Luh Risma, “Aliansi Strategi Venezuela dalam Menghadapi Globalisai Ekonomi‖ diunggah dari academia.edu pada 09 Maret 2018.

58

Universitas Sumatera Utara keuangan secara bebas dengan cara liberalisasi keuangan dan devaluasi mata uang. SAP juga mencakup pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter dengan pembatasan kredit untuk rakyat, pengenaan tingkat suku bunga yang tinggi, penghapusan subsidi, peningkatan harga-harga kebutuhan rakyat, peningkatan pajak, menekan tuntutan kenaikan upah, liberalisasi investasi terutama investasi asing, dan privatisasi.77

Hal yang kemudian terjadi di Venezuela akibat SAP adalah adanya pemotongan anggaran belanja pemerintah secara besar-besaran guna meredakan inflasi, pengendalian tingkat upah, pelaksanaan program privatisasi atau perusahaan-perusahaan milik negara yang kebanyakan memang kurang efisien, pelaksanaan program devaluasi mata uang, dan upaya untuk berusaha mempromosikan ekspor (terutama pariwisata) demi menutup defisit neraca transaksi berjalan yang semakin lama semakin besar.

Sebelum Hugo Chavez memenangkan pemilu tahun 1998, Venezuela sempat mengalami ketergantungan terhadap kekuatan kapitalisme global. Hal ini terjadi ketika perangkat SAP atau penyesuaian struktur ekonomi dilakukan di

Venezuela sesuai permintaan IMF. Pencabutan subsidi publik, privatisasi, deregulasi serta kebijakan pro pasar bebas lainnya adalah program utama dari lembaga keuangan AS tersebut. Kepentingan-kepentingan tersebut sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan multinasional dalam memapankan jalannya memasuki negara-negara dunia ketiga seperti Venezuela serta

77 Ibid.

59

Universitas Sumatera Utara mengeksploitasi penduduk negara tersebut sebagai pekerjanya. Bank Dunia dan

IMF juga sangat bertanggung jawab dalam kasus pengumpulan dana-dana hutang dari negara dunia ketiga.78

Akibat terjerat hutang luar negeri, negara dunia ketiga seperti Venezuela tidak lagi mempunyai anggaran bagi kesejahteraan masyarakat, tidak mampu lagi mengendalikan harga barang konsumsi dan biaya pendidikan serta ongkos kesehatan yang terus naik. SAP adalah paket kebijakan standar yang ditentukan oleh lembaga keuangan internasional untuk setiap negara di kawasan selatan. SAP yang dijalankan di Venezuela adalah pemotongan anggaran belanja oleh IMF pada pemerintah Venezuela tahun 1989 yang berujung pada pemotongan anggaran pendidikan, kesehatan, perawatan anak, dan dana pensiun, mengurangi subsidi bagi industri lokal namun memperkecil tarif dan mempermudah masuknya barang impor sehingga perusahaan multinasional dapat masuk tanpa halangan.

Ketergantungan hutang itulah yang sebenarnya menjauhkan Venezuela dari kemapanan, karena demi membayar hutang-hutangnya tersebut dana yang sebenarnya diperuntukkan bagi kepentingan rakyat harus dikurangi bahkan dihapuskan. Karena hal ini juga, maka Venezuela terpaksa harus mengikuti syarat yang diberikan oleh negara-negara donor untuk memperbolehkan perusahaan perusahaan multinasional masuk ke Venezuela dan dengan bebas beroperasi di sana, termasuk untuk menentukan upah para pekerjanya dan harga sumber daya alam yang akan dibeli.

78 Ibid.

60

Universitas Sumatera Utara Setelah Venezuela terjebak hutang, maka lembaga-lembaga donor internasional yang dikuasai negara-negara maju itu kemudian mendikte dan menekan Venezuela dengan ancaman pengurangan pinjaman untuk menjalankan program stabilisasi tersebut. Tambahan hutang baru yang dikatakan sebagai suntikan dana penyelamat itu hanya akan menciptakan masalah baru yang akan membebani neraca pembayaran di masa mendatang, sehingga pada hakikatnya telah tercipta suatu ketergantungan dimana Venezuela dipaksa untuk berlari semakin cepat, tetapi sebenarnya Venezuela tidak pernah beranjak dari tempatnya semula yaitu IMF dan Bank Dunia.

Hutang yang dimiliki oleh Venezuela pun semakin lama semakin membesar dan kemungkinan untuk dapatmembayarnya semakin kecil sehingga

Venezuela tidak mampu membayarnya lagi. Namun, Venezuela baru di bawah

Chavez kemudian menilai IMF dan Bank Dunia telah gagal dalam memperbaiki kehidupan sosial ekonomi di Venezuela dan justru semakin membawa Venezuela ke dalam krisis ekonomi, ketimpangan sosial, ketidakadilan ekonomi, dan keterbelakangan.

61

Universitas Sumatera Utara 3.1 Praktek Sosialisme Hugo Chavez Dalam Menghadapi Neoliberalisme

Amerika Serikat Melalui Kebijakan Dalam Negeri Dan Luar Negeri Di

Berbagai Bidang

3.1.1 Kebijakan Politik

Sejak kepemimpinan Hugo Chavez, Venezuela merubah undang-undang negaranya yang dulu liberal menjadi sosialis, karena undang-undang yang liberal dianggap tidak bisa memperbaiki pemerintahan Venezuela dan hanya menyebabkan ketergantungan terhadap AS. Setelah berhasil menguasai pemerintahan dan parlemen Venezuela, Chavez bahkan berhasil mengubah UUD negara dan menjadikan Venezuela sebagai negara sosialis.

Upaya yang pertama dilakukan Hugo Chavez adalah menjadwalkan amandemen terhadap konstitusi 1961 melalui referendum. Konstitusi 1961 dianggap tidak memberikan mekanisme apapun bagi pembentukan majelis konstitusional untuk melakukan perubahan-perubahan di dalam konstitusi dengan persetujuan rakyat. Referendum berlangsung pada tanggal 19 April 1999. Dengan menganut sosialisme kerakyatan atas inspirasi dari tokoh yang disukainya yakni

Simon Bolivar, Hugo Chavez membangun ulang Venezuela dengan Revolusi

Bolivarian nya.

Konstitusi 1999 yang disebut juga dengan Konstitusi Bolivarian ini merupakan konstitusi pertama yang dibuat dan disetujui melalui referendum rakyat dalam sejarah Venezuela. Konsekuensi pertama dari konstitusi 1999 adalah

62

Universitas Sumatera Utara perubahan nama resmi Venezuela dari Republik Venezuela (Republica de

Venezuela) menjadi Republik Bolivarian Venezuela (Republica Bolivariana de

Venezuela), yang dimaksudkan untuk menghormati Simon Bolivar. Perubahan utama dibuat dalam struktur pemerintahan dan pertanggungjawaban Venezuela.

Hak-hak asasi manusia diabadikan dalam konstitusi ini sebagai jaminan bagi rakyat Venezuela. Konstitusi 1999 ini berjumlah 350 ayat adalah yang paling panjang, lengkap, dan komprehensif.79

Yang kedua, konstitusi 1999 Venezuela yang disusun dengan melibatkan partisipasi rakyat secara langsung melalui mekanisme referendum menunjukkan bahwa Hugo Chavez menjalankan pemerintahan di Venezuela dengan demokratis.

Hal ini merupakan sebuah kemajuan bagi iklim politik dan demokrasi di

Venezuela setelah sebelumnya mengalami periode kediktatoran yang otoriter berkepanjangan pada masa pemerintahan Carlos Andrez Perez. Rakyat menjadi sadar akan politik dan berusaha untuk menjaga konstitusi 1999 karena mereka ikut dalam proses pembuatannya. Kebijakan Hugo Chavez dalam membuat konstitusi baru menggantikan konstitusi lama semakin membuat popularitasnya di mata rakyat Venezuela sangat tinggi. Rakyat menjadi sukarela membela presiden mereka dari hal-hal yang mengancam kedudukan dan kebijakannya. Dukungan rakyat yang luar biasa besarnya membuat pemerintahan Hugo Chavez semakin mudah dalam melaksanakan program-programnya. Dimana kebijakan yang

79 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 102.

63

Universitas Sumatera Utara diambil Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak rakyat, seperti hak ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Selama dua tahun pertamanya menjabat, Chavez banyak melakukan reformasi politik. Pada 2001, pemerintahannya mengesahkan rangkaian undang- undang dengan kandungan aspek sosio-ekonomi yang signifikan, termasuk reformasi agraria dan sebuah undang-undang yang menjamin kepemilikan mayoritas negara dalam semua kegiatan industri minyak (Malinda, 2010).

Kemampuan Chavez untuk terus-menerus menjalankan berbagai reformasi signifikan di tengah permusuhan AS dan oposisi domestik dukungan AS memberikan pengaruh penting bagi perjuangan progresif di Amerika Selatan.

Kesuksesan Chavez menyebabkan keraguan terhadap pandangan umum yang menyatakan bahwa dalam dunia kapitalisme global adalah tidak mungkin lagi bagi negeri-negeri Amerika Selatan untuk secara efektif melawan tatanan neoliberal pasar bebas. Pengaruh Chavez dapat dirasakan di tingkat rakyat maupun dalam urusan diplomatik. Chavez telah menjadi pahlawan bagi rakyat

Venezuela karena keberaniannya dan berbagai keberhasilan politiknya.

3.1.2 Kebijakan Ekonomi

Tampilnya Hugo Chavez menandai perlawanan atas neoliberalisme di

Amerika Latin dengan serangkaian langkah perubahan kebijakan secara radikal kemudian ditempuh dalam rangka meraih kontrol atas sumber daya ekonomi dalam negeri sekaligus untuk memutus ketergantungan atas negara-negara

64

Universitas Sumatera Utara imperialis. Dimana Hugo Chavez menerapkan kebijakan nasionalisasi ekonomi di

Venezuela karena menentang Imperialisme Amerika Serikat di Venezuela.80

Nasionalisasi yang dilakukan Chavez tentunya tidak hanya dapat dicermati dari esensinya yang berseberangan dengan prinsip-prinsipnya neoliberalisme. Lebih jauh, nasionalisasi yang dilakukan Chavez dapat merangsang kembali upaya-upaya maksimalisasi peran negara yang dapat menjalar ke negara-negara lain di Amerika Latin, bahkan di dunia. Keberhasilan

Venezuela bisa membuat negara-negara lain pemilik sumber daya akan dapat belajar dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan Venezuela. Jika hal itu terjadi, maka tentunya akan menjadi buruk bagi masa depan neoliberalisme ke depan.

Selaku penganut neoliberal, AS membangun ekonomi politik negaranya di atas penolakan intervensi negara dalam ekonomi. Penawaran neoliberalisme adalah mekanisme pasar menjanjikan banyak keuntungan.

Kebijakan nasionalisasi yang diterapkan Venezuela secara mendasar akan mengurangi peran privat dalam perekonomian, dan digantikan oleh peran negara yang semakin dominan. Meningkatnya peran negara akan menimbulkan konsekuensi logis berupa menurunnya otoritas pasar dalam mekanisme ekonomi.

Bila peran privat (yang dalam neoliberalisme diwakili oleh MNC) mengalami penurunan, maka upaya mencapai keuntungan maksimal dan prinsip deregulasi seperti yang dianjurkan dalam neoliberalisme, akan terancam. Dominasi peran negara akan berakibat pada kerugian sektor-sektor privat, karena negara

80 Syamsul Ma‘arif, Loc.Cit., hlm. 475

65

Universitas Sumatera Utara cenderung menerapkan kebijakan-kebjakan pro-rakyat dengan memberikan subsidi dan jaminan-jaminan sosial lainnya. Oleh karena itu akan semakin mengurangi keuntungan privat.

Perubahan ekonomi dinilai sebagai hal yang paling mendasar dalam revolusi. Masalah ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi maju atau mundurnya suatu negara karena jika kebutuhan warga negara yang paling mendasar tidak terpenuhi, maka kebutuhan lainnya juga akan sulit terpenuhi.

Hugo Chavez dan para pendukungnya menyadari betapa pentingnya perubahan ekonomi di Venezuela. Mereka menganggap bahwa kebutuhan ekonomi merupakan landasan bagi kehidupan lainnya seperti peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa 70% dari hampir

26 juta jiwa rakyat Venezuela hidup miskin.

Reformasi ekonomi sangatlah penting dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi Venezuela dan menyejahterakan rakyat. Konstitusi

Bolivarian yang dibuat pada pemerintahan Hugo Chavez secara nyata mengatur tatanan ekonomi dan fungsi negara dalam memenuhi ekonomi rakyat. Tatanan ekonomi dan kewajiban yang harus dilakukan negara dalam memenuhi ekonomi rakyat tercantum pada pasal 299 Konstitusi Bolivarian. Pada pasal tersebut ditegaskan bahwa:

Rezim ekonomi Republik Bolivarian Venezuela didasarkan pada prinsip keadilan sosial, demokratisasi, efisiensi, kompetisi bebas, perlindungan bagi lingkungan, produktivitas, dan solidaritas dengan upaya untuk memastikan pembangunan manusia secara menyeluruh dan keberadaan

66

Universitas Sumatera Utara yang berguna dan bermartabat bagi komunitas. Negara, bersama dengan inisiatif swasta, harus meningkatkan pembangunan yang harmonis dari ekonomi nasional, menuju akhir dari sumber tenaga kerja yang tergerakkan, tingkat nilai tambah domestik yang tinggi, meningkatkan standar hidup penduduk dan memperkuat kedaulatan ekonomi negara, menjamin terlaksananya undang-undang; pertumbuhan ekonomi yang solid, dinamis, terus-menerus, dan layak untuk memastikan terjadinya distribusi kekayaan melalui rencana strategis dan demokratis-partisipatoris dengan konsultasi terbuka.81 Program perubahan ekonomi yang akan dilakukan Hugo Chavez dan pendukungnya pastilah membutuhkan biaya yang besar. Faktor-faktor produksi utama Venezuela yang berupa minyak sebagai produk yang mencirikan kekayaan negara Venezuela harus digunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Minyaklah yang memungkinkan sebagai pendapatan terbesar yang harus dibagi dan digunakan untuk mendanai proyek-proyek sosial untuk mengentaskan kemiskinan rakyat Venezuela.

Sumber-sumber minyak yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing seperti Chevron Corps, Royal Dutch Shell, Repsol, dan Exxon Mobil sejak tahun

1970-an haruslah dikuasai negara. Pendapatan minyak selama ini paling besar masuk ke pundi-pundi pemodal dan pejabat di sekeliling elit-elit partai COPEI dan AD. Bahkan sejak tahun 1977 sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan raksasa di Venezuela memiliki ikatan dengan modal AS.

Setelah Hugo Chavez memimpin Venezuela, pendapatan minyak haruslah dikuasai untuk melayani rakyat. Sebagai penghasil minyak terbesar kelima di dunia, keuntungan yang didapat digunakan untuk membiayai kesejahteraan rakyat

81 Isi dari pasal 299 dapat di lihat pada lampiran

67

Universitas Sumatera Utara miskin. Salah satu program pemerintah yang penting dalam upaya menambah pemasukan devisa melalui produksi minyak adalah menasionalisasi PDVSA.

PDVSA merupakan perusahaan negara yang paling besar dan paling banyak mempekerjakan buruh. Awalnya, perusahaan ini dikuasai oleh konglomerat swasta dimana sebagian besar keuntungannya hanya dinikmati mereka.

Dimana langkah Chavez yang melakukan perombakan dalam tatanan birokrasi di dalam tubuh perusahaan minyak PDVSA ini merupakan salah satu upaya Chávez untuk mengembalikan aset serta pendapatan negara untuk kepentingan rakyat. Perombakan ini dirasa perlu oleh Chavez karena Chavez menilai PDVSA telah bertindak sebagai ‗state within a state‘; direksi PDVSA diisi oleh sekumpulan konglomerat yang ternyata masih memiliki ‗ikatan‘ dengan konglomerasi AS. Selain itu, jajaran direksi dan teknisi PDVSA juga merupakan tokoh-tokoh oposisi yang mendukung kudeta 2002, dimana mereka juga memimpin mogok kerja buruh PDVSA selama berbulan-bulan untuk menjatuhkan

Chávez. Oleh karena itu Chavez kemudian mengganti ketua PDVSA Guaicaipuro

Lameda dengan Gaston Parra, seorang insinyur terkenal beraliran kiri yang mempunyai spesialisasi di bidang minyak.82

Tidak berhenti disitu, Chávez juga memecat 18.000 manajer dan teknisi

PDVSA, selanjutnya pengelolaannya (manajemen) dilakukan oleh salah satu organ Lingkar Bolivarian, yakni kaum buruh terlatih yang tergabung dalam UNT

82 Krisna Purwa Adi Wibawa, Pengaruh Ideologi Kiri Baru terhadap Perubahan Kebijakan Negara di Sektor Energi: Studi Kasus Venezuela, Jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hlm. 307.

68

Universitas Sumatera Utara (Unión Nacional de Trabajadores de Venezuela) dan pada akhirnya Chavez mengkhultuskan PDVSA sebagai perusahaan negara Bolivarian, dengan motto

―belonging to everyone‖. PDVSA kemudian menjadi lumbung bagi pendanaan program-program sosial yang dijalankan pemerintahan Chávez, dimana keuntungan yang diperolah PDVSA, terutama pada saat naiknya harga minyak secara drastis, merupakan pendukung utama pendanaan program sosial yang dinamakan ―missions to save the people‖.83

Nasionalisasi PDVSA dilakukan dengan mengganti direktur PDVSA lama yang tidak berpengalaman di bidang perminyakan dengan direktur baru yang mempunyai pengalaman di bidang perminyakan. Hugo Chavez melakukan penggantian tersebut pada 25 Februari 2002.84 Hugo Chavez menggantinya dengan direktur yang lebih profesional dan mau bekerja dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. PDVSA tidak lagi berorientasi kepada profit yang hanya mengalir kepada para pemilik modal, tetapi profit yang didapat digunakan untuk membiayai program pemerintah demi kesejahteraan rakyat.

Kontrol terhadap PDVSA berati bukan hanya kontrol terhadap keuntungan

Venezuela, tetapi juga kontrol terhadap harga minyak dunia. Venezuela merupakan eksportir terbesar kelima di dunia dan terbesar ketiga pemasok kebutuhan minyak AS serta sebagai anggota OPEC. Produksi minyak mentah

Venezuela tiap harinya sekitar 3 juta barel dan 75%-nya diekspor. Upaya

83 Ibid, hlm. 308. 84 Iain Bruce, The Real Venezuela Making Socialism in the 21st Century. London: Pluto Press, 2008, hlm. xvii.

69

Universitas Sumatera Utara nasionalisasi PDVSA dan kontrol harga minyak dunia yang mengakibatkan harga minyak tidak sampai jatuh, memberikan keuntungan yang berlimpah bagi

Venezuela. Pendapatan devisa dari hasil ekspor minyak berkisar antara 3 miliar sampai 4 miliar US dollar setiap harinya.85

Selain PDVSA pemerintah Venezuela juga berhasil menasionalisasikan perusahaan-perusahaan strategis penting seperti Perusahaan Baja Orinoco, perusahaan semen, plastik, dan telekomunikasi, instalasi-instalasi pengolahan makanan seperti Conservas Alimenticias La Gaviota (pabrik pengalengan ikan sardine), Lácteos de los Andes (pabrik susu dan produk susu), kilang-kilang gula, gudang-gudang penyimpanan biji-bijian, pabrik-pabrik kopi bubuk, dan perusahaan-perusahaan penyimpanan berpendingin. Negara juga mengambil alih salah satu bank swasta terbesar, Banco de Venezuela, milik Grupo Santander yang dimiliki oleh Spanyol; negara mengambil control atas jaringan toko serba ada

Exito dan bermaksud untuk menyerahkannya untuk dikelola oleh pekerja- pekerjanya. Pemilikan alat-alat produksi harus menjadi semakin sosial, tetapi usaha swasta skala kecil tetap diberi peranan.86

Namun besarnya pendapatan dari minyak membuat Venezuela mengimpor sebagian besar produk-produk konsumsi. Selain relatif lebih mudah untuk mengimpor, juga karena lebih mahal bila memproduksinya di dalam negeri. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Hugo Chavez untuk mengurangi

85 Nurani Soyomukti, 2007, op.cit., hlm. 110. 86 Martha Harnecker, Sosialisme Abad Keduapuluh Satu: Pengalaman Amerika Latin, Yogyakarta: IndoProgress, 2015, hlm. 87.

70

Universitas Sumatera Utara ketergantungan terhadap impor dan merangsang ekonomi dalam negeri yang dapat menciptakan produk layak ekspor. Langkah konkrit yang dilakukan adalah dengan mengurangi ekspor alumunium hingga nol persen pada tahun 2012, sehingga alumunium di dalam negeri dapat diolah di dalam negeri. Pada tahun 2012-2013

Venezuela harus memproses 100% bahan mentahnya sendiri dan menjadi negara industri.87

Hasil dari keuntungan minyak juga digunakan Pemerintah Venezuela untuk memberikan kredit tanpa bunga kepada para petani yang tidak mempunyai tanah dan kepada kaum perempuan melalui Bank Pembangunan Perempuan.

Petani mendapatkan modal yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertaniannya sehingga bisa diekspor keluar negeri. Ekspor produk pertanian meningkat pada tahun 2004-2005. Kredit-kredit tanpa bunga juga diberikan kepada rakyat untuk merangsang pertumbuhan industri kecil sehingga rakyat bisa terbebas dari kemiskinan dan mengurangi tingkat pengangguran. Rakyat bisa mandiri dan menghasilkan sekitar 70.000 badan usaha milik rakyat (BUMR) dari jumlah yang semula hanya 762 BUMR ketika Hugo Chavez pertama kalinya terpilih sebagai presiden pada tahun 1998.88

Pada bulan Februari 2006, Hugo Chavez meluncurkan 12 perusahaan baru milik negara (BUMN). Hal ini dilakukan untuk mendorong industri baru yang akan menggantikan sebagian besar produk yang diimpor Venezuela. Industri-

87 Ibid. 88 Ibid., hlm. 112.

71

Universitas Sumatera Utara industri tersebut akan mencukupi hampir semua kebutuhan dasar, mulai dari kertas, plat alumunium, tekstil, pipa-pipa baja, serta komponen- komponen produksi. BUMN tersebut diberi nama Coniba yang dalam bahasa Spanyol berarti

Perusahaan Nasional Industri-Industri Dasar. Dana investasi yang dikeluarkan sebesar 35 miliar US dollar. BUMN tersebut akan menciptakan sekitar 20.000 lapangan kerja baik langsung maupun tak langsung. BUMN yang baru dibentuk tersebut merupakan industri yang tidak eksploitatif atau berorientasi untuk memperoleh keuntungan semata. Produkproduk yang dihasilkan akan dijual dengan harga murah.

Perekonomian Venezuela perlahan mulai tumbuh dengan kebijakan pemerintah yang lebih merakyat. Berbeda dengan kebijakan presiden-presiden sebelumnya yang hanya menguntungkan kaum elit pemilik modal, Hugo Chavez memprioritaskan pada kesejahteraan rakyat dalam setiap kebijakannya. Ia telah mengubah tatanan sistem ekonomi kapitalis yang dibangun pemerintahan sebelumnya dan menggantinya dengan sistem ekonomi yang lebih sosialis.

3.1.3 Kebijakan Sosial

Hugo Chavez yang dihadapkan kepada berbagai permasalahan sosial yang diwariskan oleh para pendahulunya. Kemiskinan yang merajalela, tingkat pengangguran dan buta huruf yang sangat tinggi, kelaparan, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya angka putus sekolah, diskriminasi terhadap penduduk asli dan perempuan, dan lain sebagainya. Hugo Chavez dan pendukungnya menyadari

72

Universitas Sumatera Utara bahwa rakyat butuh perubahan kepada kondisi yang lebih baik untuk menjalani kehidupannya. Mereka membutuhkan perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan, persamaan hak warga negara, dan emansipasi perempuan.

Pemerintah melakukan langkah kebijakan yang disebut Mission (misi) untuk memperbaiki kondisi sosial rakyat Venezuela. Secara umum, mission- mission ini dimulai pada awal tahun 2003. Mission ini juga merupakan perwujudan rencana program kebijakan Hugo Chavez tidak lama setelah dia terpilih sebagai presiden yang disebut Plan Bolivar 2000. Plan Bolivar 2000 ini menghabiskan dana ratusan juta dollar untuk membiayai proyek seperti mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat miskin, membangun infrastruktur jalan, kesehatan untuk rakyat miskin, dan distribusi bahan makanan pokok di pasar pasar tradisional. Militer dilibatkan untuk melaksanakan program ini seperti mendistribusikan obat-obatan dan membangun infrastruktur. Hugo Chavez ingin membentuk aliansi sipil dan militer.89

Tujuan dari kebijakan Mission ini bukan hanya mengurangi kemiskinan yang diderita rakyat Venezuela, tetapi juga menggantikan sistem ekonomi negara dari yang menganut sistem pasar menjadi sistem yang kooperatif, bersifat lokal, dan dikontrol oleh negara. Pemerintah menyebutnya dengan

“endogenous development.” Kebijakan Mission ini tidak melengkapi sektor swasta yang sudah ada tetapi menyainginya. Karena Mission ini tidak bertujuan

89 Kirk A. Hawkins, Venezuela‟s and Populism in Comparative Perspective. New York: Cambridge University Press, 2010, hlm. 200.

73

Universitas Sumatera Utara untuk mencari keuntungan dan dijalankan dengan regulasi baru dan campur tangan pemerintah yang dominan.90

A. Bidang Pendidikan

Di bidang pendidikan, revolusi secara nyata menghasilkan capaian-

capaian besar karena pada dasarnya cita-cita revolusi adalah melahirkan

hubungan sosial dan melahirkan masyarakat baru yang berpengetahuan

sehingga dapat memahami kondisi alam dan sosial, serta aktif terlibat

dalam partisipasi sosial politik untuk bersama-sama meraih tujuan hidup

manusia. Pentingnya pendidikan disadari benar oleh Hugo Chavez dan

para pendukungnya.

Dunia pendidikan di negara-negara lain tidak dapat diakses oleh

rakyatnya, karena lembaga pendidikan adalah salah satu aset bagi pemodal

untuk dikomersialkan. Masalah pendidikan yang ruwet pada dasarnya

berpangkal dari kapitalisme pendidikan. Ilmu pengetahuan yang diajarkan

dalam dunia pendidikan tidak untuk menyelesaikan permasalahan manusia

tetapi hanya mencetak tenaga-tenaga kerja yang akan membuat dan

mengoperasikan mesin-mesin industri. Ideologi kapitalis dalam dunia

pendidikan dapat dengan mudah dilihat dari pelajaran-pelajaran dari

tingkat bawah sampai paling atas yang semuanya berujung kepada

hubungan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari pelajaran ekonomi dari

90 Ibid., hlm. 199.

74

Universitas Sumatera Utara tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi dimana prinsip ekonomi yang harus dihafal adalah ―dengan modal sekecil kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.‖

Pemikiran peserta didik pada akhirnya diarahkan supaya bagaimana membuat produk bagus yang dapat dijual untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, bagaimana caranya agar orang hanya bisa membeli, dan bagaimana menciptakan pasar. Hal ini merupakan pandangan kapitalis yang sangat merusak hakikat pendidikan yang seharusnya bisa memanusiakan manusia, tetapi justru sebaliknya.

Birokrasi pendidikan yang korup dan berkualitas rendah, kampus yang menjadi ajang hedonisme di tengah serangan budaya pasar yang hanya menjadikan mahasiswa agar hanya bisa tampil keren, konsumtif, dan tidak produktif, privatisasi dan komersialisasi lembaga pendidikan, dan masih banyak lagi potret kelam wajah pendidikan kita.

Berbeda dengan yang terjadi di Venezuela. Pemerintahan Hugo

Chavez berupaya untuk menjunjung tinggi hak-hak rakyatnya untuk pendidikan. Hugo Chavez dan pendukungnya menganggap bahwa hak-hak sosial rakyat sama pentingnya dengan hak-hak politik mereka. Terlebih lagi, hak-hak rakyat termasuk pendidikan tertuang dalam amanat

Konstitusi Bolivarian. Konstitusi mengamanatkan bahwa pemerintah harus menjamin kesehatan dan pendidikan gratis bagi seluruh rakyatnya.

75

Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Hugo Chavez mencanangkan program Mission

Robinson yang dirancang pada 30 Mei 2003 dan kemudian dilaksanakan

secara formal pada 1 Juli 2003 oleh Kementerian Pendidikan Venezuela.

Mission Robinson ini bertujuan untuk memberantas buta huruf.91 Tahap

awal misi ini adalah dengan memberikan pelatihan kilat kepada guru-guru

dan mencetak guru tambahan agar mereka mempunyai keterampilan untuk

mengajar murid-murid membaca dan mengajar di tingkat dasar. Pelatihan

ini memakai tenaga ahli dari Kuba.92 Program ini dilanjutkan dengan

Mission Robinson II yang dilaksanakan mulai 28 Oktober 2003. Misi

lanjutan ini ditujukan kepada rakyat yang putus sekolah khususnya

maupun yang masih bersekolah di tingkat pendidikan dasar. Sebanyak

3000 sekolah Bolivarian dibangun dan berhasil meluluskan 900.000 orang

yang putus sekolah di tingkat dasar pada tahun 2004 dan berhasil

membebaskan Venezuela dari buta huruf pada tahun 2005.

Misi selanjutnya di bidang pendidikan adalah dan

Mission Ribas. Mission Sucre dilaksanakan mulai 10 Juli 2003, ditujukan

kepada rakyat yang tidak bisa mengakses pendidikan di universitas.

Sedangkan dilaksanakan mulai 17 November 2003,

sasarannya adalah menyekolahkan orang-orang yang putus sekolah di

tingkat SLTA. Kedua misi ini mendidik rakyat yang putus sekolah untuk

91 Tatiana Lukman, Op.Cit., hlm. 286. 92 Carl von Ossietzky, The main Actors and their Role in the in Venezuela. Oldenburg: Universitat Oldenburg, 2008, hlm. 41.

76

Universitas Sumatera Utara belajar selama dua tahun yang nantinya dapat bekerja di PDVSA atau

CADAFE. Pemerintah juga memberikan bantuan dana senilai 100 US

dollar per bulan kepada mahasiswa.93 Untuk mendukung program ini,

pemerintah membangun sekitar 200 Universitas Simon Bolivar di kota-

kota Venezuela. Selama hampir 102 tahun, rakyat tidak pernah

membayangkan program-program sosial ini dapat dinikmati secara

gratis.94

Pada bulan Maret 2006, Pemerintah meluncurkan Mission Science.

Investasi senilai lebih dari 400 juta US dollar dikucurkan untuk

menciptakan jaringan-jaringan penelitian baru di universitas-universitas

Venezuela. Salah satu tujuannya adalah ―mendemokratiskan‖ ilmu

pengetahuan dalam rangka untuk dapat dijangkau sekaligus untuk

melayani masyarakat.95

B. Bidang Kesehatan

Kesehatan rakyat pada masa pemerintahan Hugo Chavez dianggap

sebagai hak asasi yang harus dipenuhi oleh negara. Hal itu tercantum

dalam pasal 83-85 dari Konstitusi Bolivarian. Pada pasal 83 Konstitusi

Bolivarian tertulis:

Kesehatan adalah hak sosial yang fundamental dan merupakan tanggungjawab negara, yang akan menjaminnya sebagai bagian dari hak hidup. Negara harus meningkatkan dan mengembangkan

93 H. Michael Tarver and Julia C. Frederick. Op.Cit., hlm. 154. 94 Nurani Soyomukti, 2007, Op.cit., hlm. 124. 95 Ibid.

77

Universitas Sumatera Utara orientasi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan umum, dan akses pelayanan. Semua orang memiliki hak untuk dilindungi kesehatannya, sebagaimana tugas untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya pemajuan dan perlindungan yang sama, dan tunduk pada ukuran-ukuran kesehatan seperti yang ditetapkan undang-undang, dan dalam kesesuaiannya dengan konvensi dan persetujuan internasional yang disusun dan diratifikasi oleh Republik.96 Pada pasal 83 tersebut ditegaskan bahwa kesehatan rakyat

Venezuela merupakan tanggungjawab negara dalam hal ini pemerintah

yang berkuasa. Seluruh rakyat Venezuela baik dari golongan menengah ke

atas sampai rakyat yang sangat miskin tanpa terkecuali mendapatkan hak

tersebut. Pemerintah harus menyediakan akses kesehatan tersebut kepada

rakyat dimana aset-aset pelayanan kesehatan tersebut menjadi milik negara

dan tidak boleh diprivatisasi sebagaimana tertulis dalam pasal 84

Konstitusi Bolivarian. Hal ini berbeda dengan ideologi kapitalis dimana

kesehatan merupakan salah satu komoditas yang dapat mendatangkan

uang. Kesehatan yang mahal dikomersialkan karena dalam logika

kapitalisme, pelayanan bertujuan untuk memperoleh keuntungan

sebanyak-banyaknya dan bukan untuk memenuhi kebutuhan yang

merupakan hak asasi manusia.

Agar dapat menjamin hak-hak kesehatan, negara menciptakan, melakukan panduan, dan mengurusi sistem kesehatan publik nasional yang lintas sektor dan batas-batas, dan didesentralisasikan serta berwatak partisipatif, terintegrasi dengan sistem keamanan sosial, keadilan, integrasi sosial, dan solidaritas. Sistem kesehatan publik memberikan prioritas untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, menjamin pelayanan yang tetap dan cepat dan

96 Isi dari pasal 83 dapat dilihat pada lampiran

78

Universitas Sumatera Utara rehabilitasi kualitas. Aset-aset dan pelayanan kesehatan publik adalah milik negara dan tidak boleh diprivatisasi. Komunitas yang terorganisir memiliki hak-hak dan tugas untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan rencana, implementasi, dan kontrol kebijakan dalam institusi-institusi kesehatan.97 Pelayanan kesehatan di Venezuela juga diberikan gratis tanpa

dipungut bayaran sepeser pun. Pendapatan melimpah negara dari sektor

minyak dimanfaatkan untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis.

Akses kesehatan gratis di Venezuela ini mengacu pada pasal 85 Konstitusi

Bolivarian.

Pembiayaan sistem kesehatan publik adalah tanggungjawab negara yang harus mengintegrasikan sumber-sumber pendapatan, kontribusi keamanan sosial sesuai yang dimaksudkan dan berbagai sumber pembiayaan lain sebagaimana dimaksudkan undang- undang. Negara menjamin anggaran kesehatan seperti membuat capaian-capaian tujuan kebijakan kesehatan dimungkinkan. Dengan berkoordinasi dengan universitas dan lembaga penelitian, kebijakan pelatihan teknis, dan profesional negara dan industri nasional menghasilkan pasokan perawatan kesehatan akan dikembangkan dan ditingkatkan. Negara akan mengatur baik lembaga-lembaga kesehatan yang publik dan yang privat.98 Pemerintahan Hugo Chavez mewujudkan amanat konstitusi

tersebut dengan membangun lebih banyak rumah bagi warga miskin.

Selain itu, juga dibangun akses air bersih, sehat, dan segar bagi jutaan

rakyat. Pemerintah mengadakan yang bertujuan

untuk menyediakan pusat-pusat kesehatan gratis. Misi ini memakai tenaga

dokter dari Kuba yang berjumlah sekitar 8.000-13.000 orang untuk

97 Isi dari pasal 84 dapat dilihat pada lampiran 98 Isi dari pasal 85 dapat dilihat pada lampiran

79

Universitas Sumatera Utara melayani kesehatan rakyat Venezuela secara gratis. Kuba mengirimkan

dokter ke Venezuela sebagai paket pertukaran dengan minyak murah.99

Dokter Venezuela yang pro rezim lama tidak mau bekerja untuk

program ini karena dibayar murah. Setiap dokter yang dipekerjakan

bertanggung jawab terhadap kesehatan 200 keluarga miskin. Hal ini

merupakan suatu penghormatan besar bagi manusia yang menyangkut

kesehatan dan keberlangsungan hidupnya. Pada 5 Agustus 2004,

pemerintahan Hugo Chavez mengklaim bahwa dalam setahun, Barrio

Adentro telah menyelamatkan 5000 jiwa dan merawat lebih dari 18 juta

penduduk atau sekitar 70% dari jumlah populasi Venezuela.

Program yang dilakukan pemerintah berikutnya adalah Mission

Mercal (kependekan dari Mercados de Alimentos). Misi ini dilakukan

mulai 22 April 2003 dan ditata kembali di bawah Kementerian Pangan

Venezuela pada 16 September 2003. Mission Mercal bertujuan untuk

menyediakan bahan makanan maupun makanan murah untuk rakyat.

Pemerintah membuka pasar makanan rakyat dimana mereka membeli

makanan dari perusahaan makanan kemudian dijual ke pasar makanan

tradisional dengan harga 30% lebih murah daripada harga makanan di

supermarket besar.100

99 Judith Levin, Op.Cit.,hlm. 102. 100 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 127.

80

Universitas Sumatera Utara Hasilnya, pada tahun 2006, lebih dari 209 pertokoan milik

pemerintah, 870 toko yang bekerja sama dengan pemerintah lokal, dan

lebih dari 12.000 pasar tradisional menjual produk makanan murah yang

disediakan pemerintah. Hasil survey dari American Barometer

menunjukkan bahwa 71% rakyat Venezuela merasakan manfaat dari

Mission Mercal sementara hampir 50% rakyat Venezuela merasakan

manfaat dari Mission Barrio Adentro. Pada umumnya, masyarakat

membeli daging dan susu untuk kebutuhan mereka.101

Pada 14 Januari 2006, pemerintah meluncurkan Mission Negra

Hipolita. Misi ini merupakan misi perawatan kesehatan primer dan

dikhususkan bagi penduduk yang sangat miskin. Bantuan kesehatan

kepada para gelandangan, tunawisma, pecandu obat-obatan terlarang, dan

bagi mereka yang berada pada titik kemiskinan yang kritis juga

diberikan.102

3.1.4 Kebijakan Luar Negeri

Venezuela telah melakukan berbagai persiapan sebelum lepas dari IMF dan Bank Dunia. Persiapan ini penting untuk dapat mempertahankan perekonomian setelah menghentikan status keanggotaannya di dua lembaga tersebut. Dasar kesiapan Venezuela didukung keyakinan bahwa dengan kekayaan sumber daya alam yang juga besar, Venezuela akan mampu melepas diri dari

101 Kirk A. Hawkins, Op.Cit., hlm. 208. 102 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 128.

81

Universitas Sumatera Utara ketergantungannya pada modal asing internasional yang besar. Ditambah dengan teori yang mengatakan bahwa bila suatu negara menguasai sumber energi, maka dapat dipastikan negara tersebut juga mempunyai kekuatan politik. Jadi dengan melihat potensi yang dimiliki Venezuela, negara ini pun berani untuk keluar dariIMF dan Bank Dunia. Melalui ikatan ekonomi politik yang membebaskan

Venezuela dari penindasan mekanisme-mekanisme keuangan kapitalis IMF dan

Bank Dunia, Presiden Chavez dan pemerintahannya telah merancang beberapa aliansi strategis. Aliansi-aliansi strategis tersebut antara lain pembentukan

ALBA.103

ALBA merupakan konsep dari Presiden Venezuela, Hugo Chavez, yang menawarkan suatu bentuk kerjasama antara negara-negara Amerika Latin. Ide dasar Hugo Chavez mengenai ALBA ini mirip dengan organisasi kerjasama regional lainnya seperti Uni Eropa, ASEAN, dan Benelux. Ide ALBA pertama kali diutarakan oleh Hugo Chavez di Isla Margarita pada 3rd Summit of the Heads of State and the Government of the Association of Caribbean States pada

Desember tahun 2001.104

ALBA (Alternativa Bolivariana para las Americas) merupakan kerjasama regional di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kerjasama yang diajukan pada

Desember 2001 ini merupakan alternative terhadap FTAA (Free Trade Area of

Americas) pada Association of Caribbean States Summit. Pada Desember 2004,

103 Hikmatul Akbar dan Sandrianti Luh Risma, Loc.cit. 104 Michael Fox, Defining the Bolivarian Alternative for the Americas-ALBA, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/1870. diakses pada 16 Februari 2018 pukul 15:40 WIB.

82

Universitas Sumatera Utara Venezuela dan Kuba mendatangani perjanjian kerjasama dalam kerangka ALBA, dimana pada awalnya kerjasama ini untuk menyeimbangi FTAA yang didominasi oleh Amerika Serikat. Melalui strategi ini pula, Chavez dan Castro berhasil mengkonsolidasikan penolakan terhadap FTAA sekaligus mendeklarasikan

ALBA—the Bolivarian Alternative for the Americas (Alternatif Bolivarian untuk

Rakyat Amerika) di Mar del Plata, Argentina di penghujung 2005 lalu. ALBA adalah alternatif kerja sama AL melawan intervensi pasar bebas imperialis AS.105

Dalam perjanjian awal kerjasama, untuk meningkatkan Indigenous

Development dalam kerangka Millineum Development Goals di kedua negara tersebut merupakan sebagai upaya mencegah ketimpangan sosial yang terus terjadi di kedua negara pada khususnya dan kawasan Amerika Latin pada umumnya. Perjanjian tersebut di antaranya melakukan pertukaran antara energi dengan kesehatan, di mana Kuba akan mengirim lebih dari 20.000 dokter yang akan ditempatkan di ratusan klinik dan rumah sakit dan mengirimkan ratusan guru di beberapa sekolah di Venezuela serta menyediakan beasiswa kedokteran di berbagai universitas di Kuba. Begitu sebaliknya Venezuela akan mengirim lebih dari 100.000 barel per hari ke Kuba.106

ALBA sendiri berdiri atas asas Solidaritas untuk kemajuan bersama, bentuk kerjasama diperluas menjadi pertukaran minyak dengan bahan makanan dan pertanian (bahkan sudah mencapai pertukaran bijih besi kualitas tinggi (ore)

105 Syamsul Ma‘arif, Loc.Cit., hlm. 476. 106 Ibid.

83

Universitas Sumatera Utara dan bauksit dengan nikel); dokter dengan mesin-mesin produksi; bantuan modal untuk pengembangan energi minyak, namun bukan dengan jalan memprivatisasikannya ke korporasi minyak dan penjualan minyak murah.107

Pengukuhan ALBA sebagai kerjasama kawasan merupakan upaya integrasi ekonomi-politik yang berdasarkan prinsip-prinsip saling melengkapi

(tidak berkompetisi), solidaritas (tidak dominasi), kerja bersama (tidak eksploitasi) dan penghormatan kedaulatan rakyat (menggantikan kekuasaan korporasi) bagi kemajuan tenaga-tenaga produktif negara-negara yang lebih miskin, sekaligus menjadi penyeimbang kerjasama kawasan yang telah ada

FTAA. 108ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial. Tujuan ALBA adalah membangun masa depan Amerika Latin yang sejahtera, menghancurkan ketidaksetaraan sosial dan menjadikan wilayah ini sebagai kekuatan yang mampu menjalankan model perekonomian sendiri di tengah globalisasi, melalui strategi ekonomi, politik, sosial-budaya yang ada di kawasan Amerika Latin.

107 Ibid, hlm. 477. 108 The Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zembrano, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/6025 diakses pada 20 Maret 2018 pukul 16:35 WIB

84

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Munculnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela menandai perubahan penting, bukan hanya menyangkut Venezuela, melainkan pula perkembangan Amerika Latin secara keseluruhan. Dimana Venezuela bahkan di sebagian besar Amerika Latin telah terjadi gelombang besar anti neoliberalisme yang digerakkan oleh Hugo Chavez. Yang mana Hugo Chavez bersama tokoh- tokoh Amerika Latin lainnya, terbukti semakin berani mencari jalan sendiri untuk meninggalkan ikatan-ikatan ekonomisss dan politik yang selama ini dirasakan menyengsarakan dan begitu kejam. Mereka menghadapinya dengan caranya masing-masing dan telah memberikan pertanda yang sangat jelas bahwa Amerika

Latin khususnya Venezuela tidak lagi bersedia menjadi agen neoliberalismenya

Amerika Serikat.

Beberapa kebijakan yang diambil Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak rakyat, seperti hak ekonomi, politik, dan kebudayaan. Yang terpenting adalah aset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang dengan keserakahannya menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program- program sosial terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya.

85

Universitas Sumatera Utara Melalui kebijakan revolusioner yang dilakukan pemerintahan Hugo

Chavez baik kebijakan dalam negeri berupa kebijakan poliik, kebijakan ekonomi dan kebijakan sosial maupun luar negerinya menjadikan Venezuela mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang negara itu berdiri, wabah buta huruf

Venezuela dapat dihilangkan pada 2005, dan angka kemiskinan, kematian bayi dan anak, pengangguran menurun drastis selama Hugo Chavez memerintah.

Kondisi Venezuela yang mulai membaik ini terjadi saat Hugo Chavez terpilih sebagai presiden pada akhir tahun 1998. Hugo Chavez membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan Venezuela.

Akan tetapi, tidak semua rakyat bisa menerima kebijakan Hugo Chavez.

Mereka adalah orang-orang kaya, berpenghasilan tinggi, pemilik pabrik, dan sebagian perwira militer yang menjadi oposisi pemerintah. Oposisi dengan bantuan dari AS terus menentang kebijakan Hugo Chavez bahkan berusaha menjatuhkannya. Dukungan rakyat yang luar biasa besarnya senantiasa menghalangi upaya oposisi untuk menurunkan Hugo Chavez. Hugo Chavez telah menjadi Presiden yang sangat dicintai rakayatnya dan keberhasilan pemerintah

Hugo Chavez dalam menghadapi neoliberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neoliberalisme yang berporos pada negara-negara kapitalisme bukanlah sebuah alternatif bagi masa depan dan hanya dapat menyengsarakan negara berkembang yang kaya akan hasil buminya. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar, sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.

86

Universitas Sumatera Utara 4.2 Saran

Pemerintahan Hugo Chavez yang menjalankan pemerintahan dengan sistem sosialismenya dan bertolak belakang dengan sistem neoliberalisme

Amerika Serikat hingga membangun perekonomian Venezuela menjadi meningkat dan dapat menurunkan angka kemiskinan adalah bukti nyata bahwa ada sistem yang lebih baik yang patut untuk dijalankan oleh negara-negara dunia ketiga ketimbang harus menjalankan sistem neoliberalisme Amerika Serikat yang hanya menjerat dan mengambil keuntungan sendiri demi negaranya sendiri. Untuk itu seharusnya pemerintahan setelah Hugo Chavez dapat meneruskan perjuangan dan kebijakan-kebijakan anti neoliberalismenya agar tidak lagi terperangkap dalam kekejaman sistem negara adidaya dan super power seperti Amerika Serikat dan negara-negara koloni lainnya.

87

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

A. Hawkins, Kirk. 2010. Venezuela‟s Chavismo and Populism in Comparative Perspective. New York: Cambridge University Press. Anselm, Strauss dan Juliet Corbin. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bruce, Iain. 2008. The Real Venezuela Making Socialism in the 21st Century. London: Pluto Press. Deliarnov. 2007. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta: Insist Press. Harnecker, Martha. 2015. Sosialisme Abad Keduapuluh Satu: Pengalaman Amerika Latin, Yogyakarta: IndoProgress. Husain Pontoh, Coen. 2005. Malapetaka Demokrasi Pasar. Yogyakarta: Resist Book. I. Wibowo dan Francis Wahono. 2003. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas. Khudori. 2004. Neoliberalisme Menumpas Petani. Yogyakarta: Resist Book. Levin, Judith. 2006. Modern World Leaders: Hugo Chavez. New York: Chelsea House Publishing. Lukman, Tatiana. 2013. Alternatif. Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Michael Tarver, H. and Julia C. Frederik. 2005. The History of Venezuela. London: Greenwood Press. Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

88

Universitas Sumatera Utara Ossietzky, Carl von. 2008. The main Actors and their Role in the Bolivarian Revolution in Venezuela. Oldenburg: Universitat Oldenburg. Priyono, AE dan Usman Hamid. 2014. Merancang Arah Baru Demokrasi: Indonesia Pasca-Reformasi. Jakarta: KPG. Soyomukti, Nurani. 2007. Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book. Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo.

JURNAL dan Sumber lainnya: Akbar, Hikmatul dan Sandrianti Luh Risma, “Aliansi Strategi Venezuela dalam Menghadapi Globalisai Ekonomi‖ diunggah dari academia.edu pada 09 Maret 2018. Launa dan M. Azman Fajar, Jalan “Sosialisme Baru” Amerika Latin: Sebuah Era Baru, Jurnal Sosial Demokrasi, Vol. 4, No. 1, Oktober – Desember 2008. Ma‘arif, Syamsul Neososialisme Kebijakan Ekonomi Politik (Pengalaman Venezuela di Bawah Hugo Chavez). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.2, Juli-Desember 2012. Purwa Adi Wibawa, Krisna Pengaruh Ideologi Kiri Baru terhadap Perubahan Kebijakan Negara di Sektor Energi: Studi Kasus Venezuela, Jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol. 3 No. 1 Maret 2014. Razali, Rino Analisis Penerapan Kebijakan Ekonomi Sosialis Venezuela Pada Masa Pemerintahan Hugo Chavez Menghadapi Imperialisme Ekonomi Amerika Serikat Tahun 1998-2013, JOM FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014. Yusran, Telaah Neoliberalisme Dalam Memahami Reaksi Amerika Serikat Terhadap Nasionalisasi Perusahaan Minyak Di Venezuela, Transnasional Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 6 No. 1 Juni 2011.

89

Universitas Sumatera Utara INTERNET: Alzair, Hendra Deskripsi Negara Venezuela, dalam http://hendraalzair.blogspot.co.id/2015/12/deskripsi-negara- venezuela.html diakses pada 2 Februari 2018 19:47 WIB Dita Ariestiyana, Roni Sejarah Berdirinya Negara Venezuela, dalam http://referensianaa.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-berdirinya-negara- venezuela.html Diakses pada 25 Januari 2018 pukul 16:15 WIB Dickson, Profil Negara Venezuela, dalam http://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-venezuela/ diakses pada 5 februari 2018 14:20 WIB Fox, Michael Defining the Bolivarian Alternative for the Americas-ALBA, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/1870. diakses pada 16 Februari 2018 pukul 15:40 WIB. Sanjaya, Ade Pengertian Neoliberalisme Definisi Ciri dan Lembaga Pendukung Respon Kebijakan Pemerintah, dalam http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-neoliberalisme- definisi-ciri.html diakses pada 27 Februari 2018 pukul 14:40 WIB Setiawan, Samhis „‟Ideologi Sosialisme‟‟ Pengertian dan (Sejarah, Ciri, Contoh) dalam http://www.gurupendidikan.co.id/ideologi-sosialisme- pengertian-sejarah-ciri-contoh/ diakses pada 30 November 2017 pukul 14:10 WIB Sundani, Euis Pengertian dan Perkembangan Paham Sosialisme dalam http://euissundani.blogspot.co.id/2014/12/paham-sosialisme-dan- paham-komunisme.html diakses pada 1 Desember 2017 pukul 11:15 WIB The Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zembrano, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/6025 diakses pada 20 Maret 2018 pukul 16:35 WIB

90

Universitas Sumatera Utara Wikipedia, Hugo Chavez dalam https://id.wikipedia.org/wiki/HugoChavez diakses pada 25 November 2017 pukul 16:53 WIB , Neoliberalisme, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme diakses pada 30 Januari 2018 pukul 17:05 WIB

91

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN

CONSTITUCION de la Republika Bolivariana de Venezuela

Publicada en Gaceta Oficial Extraordinaria N° 5.453 de la República Bolivariana de Venezuela. Caracas, viernes 24 de marzo de 2000

Asamblea Nacional Constituyente

PREÁMBULO

El pueblo de Venezuela, en ejercicio de sus poderes creadores e invocando la protección de Dios, el ejemplo histórico de nuestro Libertador Simón Bolívar y el heroísmo y sacrificio de nuestros antepasados aborígenes y de los precursores y forjadores de una patria libre y soberana; con el fin supremo de refundar la República para establecer una sociedad democrática, participativa y protagónica, multiétnica y pluricultural en un Estado de justicia, federal y descentralizado, que consolide los valores de la libertad, la independencia, la paz, la solidaridad, el bien común, la integridad territorial, la convivencia y el imperio de la ley para esta y las futuras generaciones; asegure el derecho a la vida, al trabajo, a la cultura, a la educación, a la justicia social y a la igualdad sin discriminación ni subordinación alguna; promueva la cooperación pacífica entre las naciones e impulse y consolide la integración latinoamericana de acuerdo con el principio de no intervención y autodeterminación de los pueblos, la garantía universal e indivisible de los derechos humanos, la democratización de la sociedad internacional, el desarme nuclear, el equilibrio ecológico y los bienes jurídicos ambientales como patrimonio común e irrenunciable de la humanidad; en ejercicio de su poder originario representado por la Asamblea Nacional Constituyente mediante el voto libre y en referendo democrático, decreta la siguiente

92

Universitas Sumatera Utara CONSTITUCIÓN

TÍTULO I

PRINCIPIOS FUNDAMENTALES

Artículo 1. La República Bolivariana de Venezuela es irrevocablemente libre e independiente y fundamenta su patrimonio moral y sus valores de libertad, igualdad, justicia y paz internacional en la doctrina de Simón Bolívar, el Libertador.

Son derechos irrenunciables de la Nación la independencia, la libertad, la soberanía, la inmunidad, la integridad territorial y la autodeterminación nacional.

Artículo 2. Venezuela se constituye en un Estado democrático y social de Derecho y de Justicia, que propugna como valores superiores de su ordenamiento jurídico y de su actuación, la vida, la libertad, la justicia, la igualdad, la solidaridad, la democracia, la responsabilidad social y en general, la preeminencia de los derechos humanos, la ética y el pluralismo político.

Sección Segunda: Del Referendo Popular

Artículo 71. Las materias de especial trascendencia nacional podrán ser sometidas a referendo consultivo por iniciativa del Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros; por acuerdo de la Asamblea Nacional, aprobado por el voto de la mayoría de sus integrantes; o a solicitud de un número no menor del diez por ciento de los electores y electoras inscritos en el registro civil y electoral.

También podrán ser sometidas a referendo consultivo las materias de especial trascendencia parroquial, municipal y estadal. La iniciativa le corresponde a la Junta Parroquial, al Concejo Municipal o al Consejo Legislativo, por acuerdo de las dos terceras partes de sus integrantes; al Alcalde o Alcaldesa, o al Gobernador o Gobernadora de Estado, o a un número no menor del diez por ciento del total de inscritos en la circunscripción correspondiente, que lo soliciten.

Artículo 72. Todos los cargos y magistraturas de elección popular son revocables. Transcurrida la mitad del período para el cual fue elegido el funcionario o funcionaria, un número no menor del veinte por ciento de los electores o electoras inscritos en la correspondiente circunscripción podrá solicitar la convocatoria de un referendo para revocar su mandato.

93

Universitas Sumatera Utara Cuando igual o mayor número de electores y electoras que eligieron al funcionario o funcionaria hubieren votado a favor de la revocatoria, siempre que haya concurrido al referendo un número de electores y electoras igual o superior al veinticinco por ciento de los electores y electoras inscritos, se considerará revocado su mandato y se procederá de inmediato a cubrir la falta absoluta conforme a lo dispuesto en esta Constitución y en la ley.

La revocación del mandato para los cuerpos colegiados se realizará de acuerdo con lo que establezca la ley.

Durante el período para el cual fue elegido el funcionario o funcionaria no podrá hacerse más de una solicitud de revocación de su mandato.

Artículo 73. Serán sometidos a referendo aquellos proyectos de ley en discussion por la Asamblea Nacional, cuando así lo decidan por lo menos las dos terceras partes de los o las integrantes de la Asamblea. Si el referendo concluye en un sí aprobatorio, siempre que haya concurrido el veinticinco por ciento de los electors y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral, el proyecto correspondiente será sancionado como ley.

Los tratados, convenios o acuerdos internacionales que pudieren comprometer la soberanía nacional o transferir competencias a órganos supranacionales, podrán ser sometidos a referendo por iniciativa del Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros; por el voto de las dos terceras partes de los o las integrantes de la Asamblea; o por el quince por ciento de los electores o electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.

Artículo 74. Serán sometidas a referendo, para ser abrogadas total o parcialmente, las leyes cuya abrogación fuere solicitada por iniciativa de un número no menor del diez por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral o por el Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros.

También podrán ser sometidos a referendo abrogatorio los decretos con fuerza de ley que dicte el Presidente o Presidenta de la República en uso de la atribución prescrita en el numeral 8 del artículo 236 de esta Constitución, cuando fuere solicitado por un número no menor del cinco por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.

94

Universitas Sumatera Utara Para la validez del referendo abrogatorio será indispensable la concurrencia de, por lo menos, el cuarenta por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.

No podrán ser sometidas a referendo abrogatorio las leyes de presupuesto, las que establezcan o modifiquen impuestos, las de crédito público ni las de amnistía, ni aquellas que protejan, garanticen o desarrollen los derechos humanos y las que aprueben tratados internacionales.

No podrá hacerse más de un referendo abrogatorio en un período constitucional para la misma materia.

Artículo 83. La salud es un derecho social fundamental, obligación del Estado, que lo garantizará como parte del derecho a la vida. El Estado promoverá y desarrollará políticas orientadas a elevar la calidad de vida, el bienestar y el acceso a los servicios. Todas las personas tienen derecho a la protección de la salud, así como el deber de participar activamente en su promoción y defensa, y el de cumplir con las medidas sanitarias y de saneamiento que establezca la ley, de conformidad con los tratados y convenios internacionales suscritos y ratificados por la República.

Artículo 84. Para garantizar el derecho a la salud, el Estado creará, ejercerá la rectoría y gestionará un sistema público nacional de salud, de character intersectorial, descentralizado y participativo, integrado al sistema de seguridad social, regido por los principios de gratuidad, universalidad, integralidad, equidad, integración social y solidaridad. El sistema público nacional de salud dará prioridad a la promoción de la salud y a la prevención de las enfermedades, garantizando tratamiento oportuno y rehabilitación de calidad. Los bienes y servicios públicos de salud son propiedad del Estado y no podrán ser privatizados. La comunidad organizada tiene el derecho y el deber de participar en la toma de decisiones sobre la planificación, ejecución y control de la política específica en las instituciones públicas de salud.

Artículo 85. El financiamiento del sistema público nacional de salud es obligación del Estado, que integrará los recursos fiscales, las cotizaciones obligatorias de la seguridad social y cualquier otra fuente de financiamiento que determine la ley. El Estado garantizará un presupuesto para la salud que permita cumplir con los objetivos de la política sanitaria. En coordinación con las universidades y los centros de investigación, se promoverá y desarrollará una política nacional de formación de profesionales, técnicos y técnicas y una industria nacional de

95

Universitas Sumatera Utara producción de insumos para la salud. El Estado regulará las instituciones públicas y privadas de salud.

Artículo 88. El Estado garantizará la igualdad y equidad de hombres y mujeres en el ejercicio del derecho al trabajo. El Estado reconocerá el trabajo del hogar comoactividad económica que crea valor agregado y produce riqueza y bienestar social. Las amas de casa tienen derecho a la seguridad social de conformidad con la ley.

TÍTULO V DE LA ORGANIZACIÓN DEL PODER PÚBLICO NACIONAL Capítulo I Del Poder Legislativo Nacional Sección Primera: Disposiciones Generales

Artículo 186. La Asamblea Nacional estará integrada por diputados y diputadas elegidos o elegidas en cada entidad federal por votación universal, directa, personalizada y secreta con representación proporcional, según una base poblacional del uno coma uno por ciento de la población total del país.

Cada entidad federal elegirá, además, tres diputados o diputadas.

Los pueblos indígenas de la República Bolivariana de Venezuela elegirán tres diputados o diputadas de acuerdo con lo establecido en la ley electoral, respetando sus tradiciones y costumbres.

Cada diputado o diputada tendrá un suplente o una suplente, escogido o escogida en el mismo proceso.

Artículo 192. Los diputados o diputadas a la Asamblea Nacional durarán cinco años en el ejercicio de sus funciones, pudiendo ser reelegidos o reelegidas por dos periodos consecutivos como máximo.

96

Universitas Sumatera Utara TÍTULO VI DEL SISTEMA SOCIO ECONÓMICO Capítulo I Del Régimen Socio Económico y de la Función del Estado en la Economía

Artículo 299. El régimen socioeconómico de la República Bolivariana de Venezuela se fundamenta en los principios de justicia social, democracia, eficiencia, libre competencia, protección del ambiente, productividad y solidaridad, a los fines de asegurar el desarrollo humano integral y una existencia digna y provechosa para la colectividad. El Estado conjuntamente con la iniciativa privada promoverá el desarrollo armónico de la economía nacional con el fin de generar fuentes de trabajo, alto valor agregado nacional, elevar el nivel de vida de la población y fortalecer la soberanía económica del país, garantizando la seguridad jurídica, solidez, dinamismo, sustentabilidad, permanencia y equidad del crecimiento de la economía, para lograr una justa distribución de la riqueza mediante una planificación estratégica democrática participativa y de consulta abierta.

Artículo 300. La ley nacional establecerá las condiciones para la creación de entidades funcionalmente descentralizadas para la realización de actividades sociales o empresariales, con el objeto de asegurar la razonable productividad económica y social de los recursos públicos que en ellas se inviertan.

Artículo 301. El Estado se reserva el uso de la política comercial para defender las actividades económicas de las empresas nacionales públicas y privadas. No se podrá otorgar a personas, empresas u organismos extranjeros regímenes más beneficiosos que los establecidos para los nacionales. La inversión extranjera esta sujeta a las mismas condiciones que la inversión nacional.

Artículo 302. El Estado se reserva, mediante la ley orgánica respectiva, y por razones de conveniencia nacional, la actividad petrolera y otras industrias, explotaciones, servicios y bienes de interés público y de carácter estratégico. El Estado promoverá la manufactura nacional de materias primas provenientes de la explotación de los recursos naturales no renovables, con el fin de asimilar, crear e innovar tecnologías, generar empleo y crecimiento económico, y crear riqueza y bienestar para el pueblo.

Salinan Konstitusi Bolivarian ini tersedia pada http://www.memoware.com/?global_op=download_file&file_id=20867 diakses pada 19 Maret 2018 pukul 20:15 WIB

97

Universitas Sumatera Utara