ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA VENEZUELA
DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT
Disusun Oleh:
IRA DAYANTI
140906050
Dosen Pembimbing : Drs. Heri Kusmanto, MA., Ph.D.
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
IRA DAYANTI (140906050)
ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT
ABSTRAK
Hugo Chavez sebagai Presiden Venezuela yang beraliran kiri dapat dilihat dari sosialisme yang diterapkan melalui kebijakannya yang sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan paham neoliberalismenya Amerika Serikat seperti melalui lembaganya yaitu IMF dan Bank Dunia. Dimana keberanian Hugo Chavez dalam menentang lembaga neoliberalisme tersebut di tunjukannya melalui keluarnya negara Venezuela dari lembaga tersebut dan menerapkan sosialisme dengan lebih melayani kepentingan rakyat pekerja daripada melayani korporasi-korporasi kapitalis yang hanya menguntungkan negara asal paham neoliberalisme tersebut yaitu Amerika Serikat. Dalam penelitian ini penulis memakai data sekunder sebagai teknik pengumpulan data yaitu berupa literatur buku, jurnal, serta bahan-bahan lain yang mendukung dan berkaitan dengan judul penelitian termasuk media massa serta menggunakan studi analisis kualitatif sebagai analisis data. Pengalaman perlawanan atas neoliberalisme, dan keberhasilan pemerintah Hugo Chavez dalam menghadapi neoliberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neoliberalisme yang berporos pada negara-negara kapitalisme bukanlah sebuah alternatif bagi masa depan dan hanya dapat menyengsarakan negara berkembang yang kaya akan hasil buminya. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar, sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.
Kata Kunci: sosialisme, hugo chavez, neoliberalisme
i
Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
IRA DAYANTI (140906050)
ANALYSIS HUGO CHAVEZ SOSIALISM IN VENEZUELA IN DEALING WITH UNITED STATES OF AMERICA NEOLIBERALISM
ABSTRACT Hugo Chavez as the left-wing Venezuelan President can be seen from the socialism imposed through his policy which is in stark contrast to the established principles of USA neoliberalism such as through its institutions IMF and World Bank. Where the courage of Hugo Chavez in opposing the neo- liberalism institution is demonstrated through the exit of the Venezuelan state from the institution and applying socialism to better serve the interests of the working people than to serve the capitalist corporations that benefit only the neoliberalism's USA. In this research the authors use secondary data as data collection techniques that is in the form of literature books, journals, and other materials that support and related to the title of research including mass media and using the study of qualitative analysis as data analysis. The experience of resistance to neoliberalism, and the success of Hugo Chavez's government in the face of neoliberalism, it is increasingly clear that the world under a system of neoliberalism that pivots in the capitalist countries is not an alternative to the future and can only torment a resource rich developing nations. But socialism can be a way out, because socialism is an alternative civilization for the future.
Keywords: socialism, hugo chavez, neoliberalism
ii
Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas karunia dan nikmatnya saya dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA
VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA
SERIKAT”.
Dalam penulisan skripsi ini saya mengkaji bagaimana Sosialisme Hugo
Chavez Di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika
Serikat. Dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana praktek sosialisme yang dijalankan oleh Hugo Chavez di Venezuela dalam menghadapi kejamnya neoliberalisme Amerika Serikat. Skripsi ini diajukan guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah Yang Maha Esa
2. Kedua orangtua saya yaitu Bapak Daliman dan Ibu Asiati yang selalu
mendukung dan dengan kerja keras serta kesabarannya dapat
menghantarkan saya untuk menyelesaikan perkuliahan ini. I Love You
Mamak Bapak terimakasih sudah menjadi anugerah terindah yang
kumiliki di dunia ini.
iii
Universitas Sumatera Utara 3. Saudara kandung saya yaitu Abang saya Irwansyah, ST., adik laki-laki
saya Irdarmansyah serta adik perempuan saya Irma Intan Syahfitri
terimakasih selama ini sudah menjadi saudara yang terbaik yang kumiliki
semoga kita semua sukses dan dapat membahagiakan Mamak Bapak
4. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang juga merupakan
dosen penasihat akademik saya selama perkuliahan
5. Bapak Warjio, Ph. D. selaku kepala jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
6. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, M.Si. selaku sekretaris jurusan Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
7. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA, Ph. D. selaku dosen pembimbing saya
yang sangat luar biasa baiknya, terimakasih pak atas masukan, bimbingan,
semangat serta waktunya kepada saya yang selalu mengingatkan saya
untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya
8. Bapak Burhan, Kak Ema dan seluruh dosen beserta staff di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah berjasa selama saya berkuliah di
Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
9. Sahabat seperjuangan saya selama perkuliahan di kampus FISIP USU,
KOPER PENDOSA, Wulan Handayani Simangunsong, Nurhidayati,
Affiah Rizki Kusianda, Nanda Rizka Syafriani Nasution, Tina Herawati
iv
Universitas Sumatera Utara Sitorus, Tamara Ramadhini Yuzakhri dan Rismawati Ginting terimakasih
sudah menjadi bagian dalam perjalanan perkuliahan saya kita melalui
semuanya bersama selama 4 tahun love you so much girls, we must see on
top
10. Sahabat rumah saya yaitu Duo Bungsu, Dwi Novita, Dewi Wahyuni dan
Anggi Widyastuti terimakasih selalu bersama dalam mencari kesenangan
dan kebahagiaan selama ini
11. Sahabat SD saya yang masih setia bersahabat dengan saya sampai saat ini
Kramat Squad, Opita Sari, Dita Adelia, Mestika Sari, Dikky Zulkarnain
dan Yuli Arianti
12. Teman-teman satu angkatan Ilmu Politik 2014, Ishaq, Yusuf, Yurnawan,
Hizkia, Wahyudi, Reiza, Diva, Yudha, Ridho, Monas, Mifta, Rida, Didin,
Dwi, Agus, Zubeir, Cerry, Iin, Monica, Dahlia, Rakha, Gita, Ardi, Hadi,
Astri, Fadly, William, Sambi, Nugra, Mariani, Andi, Irfan, Dody, Ezy,
Fikri, Ian, Inda, Gary, Adiel, Sonang, Fira, Intan, Erik, Josua, Rey, Tomi,
Delima, Fatma, Raja, Heri, Desy, Umay, Mimi, Tantra, Cilla, Alvin,
Marni, Dommy, John, Bayu, Ghifar, Miel, dan terkhusus kepada Fajar dan
Azhari terimakasih sudah memberikan referensi buku kepada saya kalian
sangat membantuku
13. Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik IMADIP GO! GO! GO!
POLITIK YES! YES! YES!
v
Universitas Sumatera Utara 14. Teman Praktek Kerja Lapangan di Asian Peasant Coalition; Pak Ughe,
Pak Ali, Jeng Aster, bung Giry, Jeng Rahma, Mineral7 Band, teman
diskusi di Universitas Indonesia Bung Dimas, Bung Ahsan dan yang
lainnya terimakasih sudah mau menerima kehadiran saya dan berbagi ilmu
dengan saya teruskan perjuangannya.
15. My moodboster Dani Pedrosa pembalap motogp yang bernomorkan 26
dan berkebangsaan Spanyol, Vamos!!
16. Dan terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh sanak saudara dan
semua orang yang sudah turut mendukung saya selama ini terimakasih
banyak.
Medan, April 2018
Penulis
vi
Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i
ABSTRACT ...... ii
KATA PENGANTAR ...... iii
DAFTAR ISI ...... vii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
1.1 Latar Belakang ...... 1
1.2 Rumusan Masalah ...... 10
1.3 Batasan Masalah...... 10
1.4 Tujuan Penelitian ...... 11
1.5 Manfaat Penelitian ...... 11
1.6 Kerangka teori ...... 12
1.6.1 Sosialisme ...... 12
1.6.2 Neoliberalisme ...... 16
1.7 Metodologi Penelitian ...... 21
1.7.1 Metode Penelitian...... 21
1.7.2 Jenis Penelitian ...... 22
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 22
1.7.4 Teknik Analisis Data ...... 23
1.8 Sistematika Penulisan...... 23
vii
Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL HUGO CHAVEZ DAN PROFIL NEGARA
VENEZUELA ...... 25
2.1 Profil Hugo Chavez ...... 25
2.1.1 Pemilihan Presiden Tahun 1998...... 32
2.1.2 Bencana Alam Vargas ...... 36
2.1.3 Kudeta 11 April 2002 ...... 39
2.2 Gambaran Umum Negara Venezuela...... 51
2.2.1 Sejarah Negara Venezuela ...... 52
2.2.2 Profil Negara Venezuela ...... 55
2.2.3 Pembagian Administrasi Wilayah di Venezuela ...... 56
BAB III ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA
VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME
AMERIKA SERIKAT ...... 58
3.1 Praktek Sosialisme Hugo Chavez Dalam Menghadapi
Neoliberalisme Amerika Serikat Melalui Kebijakan Dalam
Negeri dan Luar Negeri di Berbagai Bidang...... 62
3.1.1 Kebijakan Politik ...... 62
3.1.2 Kebijakan Ekonomi ...... 64
3.1.3 Kebijakan Sosial...... 72
A. Bidang Pendidikan ...... 74
B. Bidang Kesehatan ...... 77
3.1.4 Kebijakan Luar Negeri ...... 81
viii
Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP ...... 85
4.1 Kesimpulan ...... 85
4.2 Saran...... 87
DAFTAR PUSTAKA ...... 88
LAMPIRAN ...... 92
ix
Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Venezuela merupakan negara Amerika Latin terbesar keenam
dan terletak paling utara yang memiliki anugerah tidak terhingga. Venezuela
negara yang dahulunya miskin dengan perekonomian di sektor pertanian yang
goyah, namun berubah menjadi gudang kekayaan yang tidak ternilai harganya.
Kekayaan Venezuela didapat dari kemajuan industri modern ketika ditemukan
ladang minyak sekitar tahun 1917. Menjelang tahun 1930-an, minyak bumi
menjadi perekonomian yang dominan di Venezuela. Dan Venezuela
merupakan produsen minyak besar dunia bersama dengan negara besar
lainnya seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Negara-Negara di Timur Tengah.
Venezuela juga merupakan produsen utama bijih besi, emas, dan intan.
Namun, pada kenyataannya minyak bumi dan pertambangan memberikan 98%
total ekspor Venezuela. Walaupun mendominasi, minyak dan sektor
pertambangan ini hanya mempekerjakan kurang dari 2% angkatan kerja.
Hanya lebih kurang 50.000 dari 5.000.000 pekerja di negera itu terlibat dalam
industri minyak. Produksi minyak di Venezuela mencapai 1.000.000 barel per
hari (dari sekitar 3.200.000 barel per hari pada 1972 menjadi sekitar 2.200.000
barel per hari pada tahun 1980) guna mencegah kehabisan cadangan
1
Universitas Sumatera Utara minyaknya. Namun, Venezuela tetap menjadi produsen minyak terbesar
kelima di dunia.1
Presiden Venezuela yaitu Hugo Rafael Chávez Frías (28 Juli 1954 – 5
Maret 2013) adalah Presiden Venezuela mulai tahun 1998 sampai meninggal
dunia tahun 2013. Sebelumnya ia merupakan ketua partai politik Gerakan
Republik Kelima sejak didirikan tahun 1997 sampai 2007. Partai tersebut
bergabung dengan beberapa partai lain dan membentuk Partai Sosialis Bersatu
Venezuela (PSUV) yang ia pimpin sampai meninggal dunia.2
Hugo Rafael Chávez Frías atau yang lebih dikenal dengan Hugo
Chavez merupakan Presiden Venezuela yang ke-53. Hugo Chavez adalah
Presiden Venezuela yang kontroversial di mata kaum neoliberal, karena dia
merupakan pimpinan Revolusi Bolivar yang mempromotori visi demokrasi
sosialis, dengan mengintegrasikan Amerika Latin, anti-imperialisme, dan
antineoliberalisme. Chavez amat mengkritik globalisasi neoliberal dan
kebijakan luar negeri AS, dan sikap anti-AS itu telah dimilikinya sejak
sebelum menjadi presiden. Chavez telah menjabat sebagai presiden Venezuela
sejak tahun 1998 hingga pada masa jabatannya yang ketiga, dan membawanya
sampai tahun 2013. Setelah terpilih sebagai presiden, ia berkali-kali
mengalami guncangan pemerintahan. Hal itu dikarenakan Chavez
1 Nurani Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book, 2007, hlm. 71. 2 Wikipedia, Hugo Chavez dalam https://id.wikipedia.org/wiki/HugoChavez diakses pada 25 November 2017 pukul 16:53 WIB
2
Universitas Sumatera Utara menunjukkan sikap kirinya, yang membela kepentingan rakyat miskin di
negerinya, dan melawan kapitalisme internasional.
Chavez mendasarkan politik pemerintahannya menurut cita-cita dan
prinsip-prinsip Simon Bolivar, tokoh nasionalis revolusioner anti penjajahan
Spanyol, yang dikagumi oleh rakyat-rakyat berbagai negeri Amerika Latin.
Kemudian Chavez mengembangkannya menjadi garis revolusioner yang
bertujuan untuk mengubah keadaan pemerintahan dan masyarakat Venezuela.
Sosialisme yang diusung Chavez saat ini bukanlah sosialisme tradisional
seperti yang sudah lama ada, melainkan sosialisme abad 21 yang menekankan
tentang demokratis dan humanis. Konsep baru presiden Hugo Chaves
diimplementasikan dengan menarik sejarah sosialisme yang kaya teoritik,
menganalisa pengalaman yang baik dan yang buruk. Revolusi Bolivarian ini
mengedepankan pembangunan kesatuan ekonomi baru yang dibiayai negara
yang berkebalikan dengan model kapitalis. Salah satu sikap Chavez dalam
melawan neoliberalisme adalah kebijakan nasionalisasi perusahaan minyak
swasta di Venezuela, dan hal ini sangat didukung oleh rakyatnya.3
Sejak menjabat presiden Chaves merombak Undang-Undang Dasar
negara dan menjadikan Venezuela sebagai negara sosialis, karena
menganggap liberal tidak bisa memperbaiki pemerintahan Venezuela dan
hanya menyebabkan ketergantungan terhadap AS.
3 Yusran, Telaah Neoliberalisme Dalam Memahami Reaksi Amerika Serikat Terhadap Nasionalisasi Perusahaan Minyak Di Venezuela, Transnasional Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 6 No. 1 Juni 2011, hlm. 77.
3
Universitas Sumatera Utara Presiden Venezuela yang dikenal sangat berpengaruh yaitu Hugo
Chavez selaku tokoh beraliran ‘kiri‘ telah membuka jalan bagi kontrol dan kepemilikan saham negara yang meningkat luar biasa atas sumberdaya alam dan industri-industri besar. Nasionalisasi sudah dilakukan terhadap perusahaan telekomunikasi, baja, semen, listrik dan sektor perbankan. Pemerintah
Venezuela terus meningkatkan kontrol terhadap pilar-pilar utama ekonomi dan meningkatkan aturan menyangkut harga pangan. Langkah-langkah ini, berbarengan dengan peningkatan pengeluaran untuk pelayanan sosial dan infrastruktur, memungkinkan Venezuela melindungi rakyat kecil dari kekacauan perekonomian dunia kapitalis.
Perubahan di Venezuela kemudian menyebar ke berbagai negara di sekitarnya. Hal ini ditandai kemenangan sejumlah tokoh ‗kiri‘ dalam pemilu di sejumlah negara Amerika Latin lainnya seperti: Ricardo Frolian Lagos
Escobar di Cile (2000); Luiz Ignacio Lula da Silva di Brazil (2002); Nestor
Kirchner di Argentina (2003); Tabare Ramon Vasquez Rosas di Urugay
(2004); Juan Evo Morales Ayma di Bolivia (2005); Veronica Michelle
Bachelet Jeria di Cile (2005); Luiz Ignacio Lula da Silva di Brazil (2006);
Rafael Vicente Correa Delgado di Equador (2006); Jose Daniel Ortega
Saavendra di Nicaragua (2006); Hugo Rafael Chavez Friaz di Venezuela
(2006); Christina Elisabeth Fernandez de Kirchner di Argentina (2007; Alvaro
Colom Caballeros di Guatemala (2007); Fernando Armindo Lugo Mendez di
Paraguay (2008); Evo Morales Ayma di Bolivia (2008); dan Mauricio Funes
4
Universitas Sumatera Utara di Elsavador (2009). Kemenangan tokoh-tokoh berhaluan ‗kiri‘ itu
menempatkan hampir semua negara Amerika Latin pada posisi yang sama
dalam menentang neoliberalisme.4
Para pemimpin Amerika Latin berhaluan ―kiri‖ yang terpilih melalui
pemilu demokratis di masing-masing negaranya, terus berjuang memperkuat
bangunan blok oposisi terhadap Washington yang mempromosikan kebijakan
―pasar bebas‖. Melawan ―Konsensus Washington‖ merupakan penggerak
utama gelombang sosialisme di Amerika Latin. Konsensus Washington yang
berisi kebijakan pengetatan anggaran publik, liberalisasi keuangan dan
perdagangan, mendorong investasi langsung asing, privatisasi BUMN,
reformasi pajak, disiplin fiskal, pengendalian defisit anggaran, dan lainnya
dianggap sebagai biang keladi yang semakin membuat terperosoknya
kehidupan ekonomi dan sosial negara-negara di kawasan ini dalam kubangan
kemiskinan, pengangguran, dan tumpukan utang luar negeri.5
Dalam legasi dari pemikiran masa lalu para pendiri bangsa yang
menolak kapitalisme, pengalaman perlawanan atas neo-liberalisme, dan
keberhasilan pemerintah sayap kiri di Amerika Latin mengalahkan neo-
liberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neo-liberalisme yang
berporos pada negara-negara kapitalisme di Utara bukanlah sebuah alternatif
4 Syamsul Ma‘arif, Neososialisme Kebijakan Ekonomi Politik (Pengalaman Venezuela di Bawah Hugo Chavez). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.2, Juli-Desember 2012, hlm. 471. 5 Launa dan M. Azman Fajar, Jalan “Sosialisme Baru” Amerika Latin: Sebuah Era Baru, Jurnal Sosial Demokrasi, Vol. 4, No. 1, Oktober – Desember 2008, hlm. 6.
5
Universitas Sumatera Utara bagi masa depan. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar,
sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.6
Sosialisme sebagai politik alternatif abad XXI pertama kali
diwacanakan oleh almarhum Presiden Venezuela, Hugo Chavez pada 2005.
Saat itu Chavez mulai menjalankan program sosialitisnya dengan membuat
kebijakan pro kaum miskin, reformasi agrarian, menolak privatisasi,
mengambil alih mayoritas industri strategis minyak ke tangan negara, menolak
agenda pasar bebas di Amerika Latin, menolak pembayaran minyak dengan
dollar AS, dan menolak berbagai politik imperialis Amerika Serikat.
Sosialisme abad XXI adalah ―poros kebaikan‖, yang akan berhadapan dengan
blok ―poros setan‖ yang mendukung neo-liberalisme.7
Seiring berjalannya waktu, satu per satu negara Amerika Latin
mengambil jalan sosialis, atau paling tidak menyatakan penolakan yang tegas
atas neo-liberalisme. Inspirasi sosialisme abad XXI ini membuktikan bahwa
sebuah alternatif di luar sistem neo-liberalisme sangat mungkin dilakukan,
diperjuangkan, bahkan direalisasikan.
Cita-cita sosialisme abad XXI mempunyai ciri utama sebagai berikut.
Pertama, ideologi ini tidak hanya bersikap kritis, tapi haruslah merupakan
alternatif di luar kerangka sistem dan ideologi neo-liberalisme. Politik
alternatif bukanlah sekadar rotasi pergantian rezim di antara faksi kelas
dominan tetapi juga berbeda secara mendasar dengan kekuatan yang hendak
6 AE Priyono dan Usman Hamid, Merancang Arah Baru Demokrasi: Indonesia Pasca-Reformasi. Jakarta: KPG, 2014, hlm. 603. 7 Ibid.
6
Universitas Sumatera Utara melakukan reformasi atas kapitalisme atau hanya menentang satu faksi
kapitalisme saja, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai partai baru yang
menggarap propaganda nasionalisme dan program populis tapi tidak
menunjukkan ketegasan ideologis atas kapitalisme. Politik alternatif secara
tegas menyatakan tidak kepada neo-liberalisme, dan tidak kepada kapitalisme
dalam segala bentuk manifestasinya.8
Kedua, mempunyai program-program alternatif yang merupakan
antitesis dari program-program neo-liberalisme dalam bidang ekonomi, sosial,
kebudayaan, ekologis, dan kesetaraan gender, tidak diskriminatif, serta
melindungi minoritas dan pro perdamaian. Dalam hal penguasaan sumber
daya alam strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak harus hati-hati
memandang jargon nasionalisme yang sering digunakan sebagai kekukatan
anti neo-liberalisme, tetapi sebenarnya manipulasi dari faksi-faksi borjuasi
nasional, yang kalah atau sedang berkompetisi melawan modal internasional.
Politik alternatif harus menyatakan secara tegas industri nasional strategis dan
menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh sebuah pemerintahan
progresif dan dikelola oleh dewan-dewan buruh yang terlibat dalam organisasi
produksi industri.9
Ketiga, mengubah fungsi negara menjadi aparat politik kesejahteraan
untuk membebaskan rakyat miskin dari neo-liberalisme dan individualisme.
Chavez mengidentikkan dirinya dengan sebutan rezim sosio-ekonomi sebagai
8 Ibid, hlm. 604 9 Ibid.
7
Universitas Sumatera Utara antitesis atas ―rezim pasar bebas‖ yang menjadi kecenderungan utama dari
fungsi negara di berbagai belahan dunia. Berbeda dengan negara sosialis
demokrasi mapan di Eropa, sosialisme Chavez jelas lebih radikal karena tidak
bertujuan mereformasi ―negara kapitalis‖ agar lebih baik budi, tapi
menggantinya dengan pemerintahan rakyat miskin. Negara sebagai alat
kepentingan kelas sosial lama yang minoritas digantikan dengan negara
sebagai alat kepentingan kaum miskin yang mayoritas dengan cara-cara
demokratis dan partisipatoris.10
Keempat, menjadikan kekuatan/strategi politik langsung (mogok,
demonstrasi, pendudukan lahan, dan lain-lain) dan politik partisipatoris
melalui pengorganisasian dewan-dewan komunitas sebagai kekuatan utama
yang dapat ditransformasikan untuk proyek mobilisasi elektoral dalam
mendapatkan legitimasi formal atas kekuasaan negara. Bahkan dewan
komunitas dapat berfungsi sebagai organisasi revolusioner untuk merebut
kekuasaan negara yang telah dikudeta oleh militer dan kaum oposisi seperti
dalam kasus Venezuela. Politik langsung dan partisipatoris di luar sistem
formal negara juga penting untuk menjaga partai dan pemimpin gerakan di
dalam sistem agar tidak menjadi oportunis dan birokratis. Gerakan massa
terorganisir akan mengawal dan menuntut negara agar bergerak maju ke arah
kebijakan yang sosialistik.11
10 Ibid, hlm. 605. 11 Ibid.
8
Universitas Sumatera Utara Keberhasilan pemerintahan sosialis Venezuela di bawah Hugo Chavez
yang terpilih menjadi presiden saat pemilu 1998, merupakan salah satu faktor
yang mendorong berkembangnya paham sosialis baru di Amerika Latin.
Keberhasilan presiden Hugo Chavez baik di dalam maupun di luar negeri telah
membuatnya menjadi figur kebanggaan bagi rakyat Amerika Latin yang
mendambakan perubahan. Reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan
Hugo Chavez dan usaha pemerintahannya dalam mengentaskan kemiskinan,
telah menimbulkan dukungan penuh rakyat terhadap Hugo Chavez. Selain itu,
usaha Hugo Chavez untuk meningkatkan persatuan di antara negara-negara
Amerika Latin dengan pengajuan tawaran penjualan minyak kredit jangka
panjang dan murah, telah menyebabkan Venezuela memiliki posisi yang kuat
dalam percaturan politik regional.12
Dengan demikian yang menjadi ketertarikan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisme Hugo Chavez yang
merupakan presiden negara Venezuela yang terletak di Amerika Latin dalam
menghadapi kejamnya neoliberalisme Amerika Serikat. Dimana hal yang patut
digarisbawahi adalah dimana kebijakan yang ditempuh Hugo Chavez sebagai
Presiden Venezuela sangat bertolak belakang dengan prinsip-prinsip yang
ditetapkan paham neoliberalismenya Amerika Serikat seperti melalui
lembaganya yaitu anjuran-anjuran IMF dan Bank Dunia. Meskipun tidak ada
negara yang kebal dari hantaman krisis ekonomi global, namun pengalaman
12 Rino Razali, Analisis Penerapan Kebijakan Ekonomi Sosialis Venezuela Pada Masa Pemerintahan Hugo Chavez Menghadapi Imperialisme Ekonomi Amerika Serikat Tahun 1998-2013, JOM FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014, hlm. 5.
9
Universitas Sumatera Utara Venezuela secara jelas menunjukkan bahwa pemerintah berhasil membawa
bangsa ini bangkit dari krisis dan pada saat yang bersamaan tampil dengan
lebih melayani kepentingan rakyat pekerja daripada melayani korporasi-
korporasi kapitalis yang hanya menguntungkan negara asal paham
neoliberalisme tersebut yaitu Amerika Serikat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian yang
nantinya harus dijawab dalam pembahasan berupa isi dalam penelitian itu
sendiri. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Sosialisme Hugo
Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme
Amerika Serikat?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dipergunakan untuk memperjelas ruang lingkup serta
untuk membatasi agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan
melebar. Dimana dengan ini penulis membatasi penelitian ini dengan hanya
membahas Sosialisme Hugo Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi
Neoliberalisme Amerika Serikat.
10
Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana Sosialisme Hugo
Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika
Serikat.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai Sosialisme Hugo Chavez di Negara Venezuela Dalam
Menghadapi Neoliberalisme Amerika Serikat.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat
untuk lebih mengetahui bagaimana Sosialisme Hugo Chavez di Negara
Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme Amerika Serikat.
11
Universitas Sumatera Utara 1.6 Kerangka Teori
1.6.1 Sosialisme
Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun
1830, yakni adanya keinginan agar alat-alat produksi dimiliki secara
bersama untuk melayani semua kebutuhan masyarakat, bukan monopoli
atas kaum kapitalis. Sosialisme atau sosialism (Inggris) secara etimologi
berasal dari bahasa Perancis, yaitu berarti kemasyarakatan.
Dalam kehidupan sehari-hari istilah sosialisme digunakan dalam
banyak arti. Istilah sosialisme selain bisa digunakan untuk menunjukkan
sistem ekonomi. Selain itu, juga bisa digunakan untuk menunjukkan aliran
falsafah, ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. John Stuart Mill
mengartikan sosialisme sebagai kegiatan menolong orang-orang yang tak
beruntung dan tertindas. Kegiatan ini dilakukan dengan sedikit mungkin
bergantung dari bantuan pemerintah. 13
Sosialisme oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk
perekonomian yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai
pihak yang dipercayai oleh seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga
sebagai pihak yang menasionalisasikan industri-industri besar seperti
pertambangan, jalan-jalan dan jembatan, kereta api, serta cabang-cabang
produksi lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak.14 Dalam bentuk
yang paling lengkap, sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat
13 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 61. 14 Ibid.
12
Universitas Sumatera Utara produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara, dan
menghilangkan milik swasta (Brinton, 1981).
Dari uraian tersebut jelas bahwa pada awalnya ―sosialisme‖
dimaksudkan untuk menunjukkan sistem-sistem pemilikan dan
pemanfaatan sumber-sumber produksi secara kolektif (Whittaker, 1960).
Dengan definisi itu, sosialisme bisa mencakup asosiasi-asosiasi kooperatif
maupun pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah. Dengan definisi
secara luas seperti ini negara-negara seperti (eks) Uni Soviet dan Inggris
yang di kuasai oleh partai buruh dapat dimasukkan ke dalam sistem
sosialis.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata ―sosialisme‖ sering dipakai
bergantian dengan istilah ―komunisme‖. Antara sosialisme dan
komunisme memang tidak banyak perbedaannya. Bahkan Marx sering
menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian untuk menjelaskan
hal yang sama. Bagaimanapun, oleh pakar-pakar lain keduanya sering
dibedakan.15
Sejak Revolusi Bolshevik tahun 1917, istilah ―sosialisme‖ sering
digantikan dengan ―komunisme‖. Menurut Brinton (1981), sosialisme
menggambarkan pergeseran milik kekayaan dari swasta ke pemerintah
yang berlangsung secara perlahan-lahan melalui prosedur peraturan
pemerintah dengan memberikan kompensasi pada pemilik-pemilik swasta.
15 Ibid. hlm. 62.
13
Universitas Sumatera Utara Sementara itu, dalam ―komunisme‖, peralihan pemilikan dari swasta ke
tangan pemerintah tersebut digambarkan terjadi secara cepat dan
―revolusioner‖, dilakukan secara paksa dan tanpa kompensasi. Jadi,
walaupun tujuan sosialisme dengan komunisme sama, cara untuk
mencapai tujuan ini sangat berbeda.
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad
kesembilan belas dikenal sebagai sosialis Utopia. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia. Penganut paham ini berharap dapat
menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan
dan kejelasan argumen atau secara damai, bukan dengan cara-cara
kekerasan dan revolusi.16
Pada perkembangan berikutnya, analisis sosial paham sosialis
tampak lebih jelas. Paham ini berkeyakinan kemajuan manusia dan
keadilan terhalang oleh lembaga hak milik atas sarana produksi.
Pemecahannya, menurut paham ini ialah dengan membatasi atau
menghapuskan hak milik pribadi (private proverty) dan menggantinya
dengan pemilikan bersama atas sarana produksi. Dengan cara ini,
16 Euis Sundani, Pengertian dan Perkembangan Paham Sosialisme dalam http://euissundani.blogspot.co.id/2014/12/paham-sosialisme-dan-paham-komunisme.html diakses pada 1 Desember 2017 pukul 11:15 WIB
14
Universitas Sumatera Utara ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga
pemilikan pribadi di bawah kapitalisme dapat ditiadakan.17
Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada
sarana yang digunakan untuk mengubah kapitalisme menjadi sosialisme.
Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogianya dilakukan
dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes
dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap, dan dalam
hal kesediaan berperan serta dalam pemerintahan yang belum seluruhnya
menganut sistem sosialis.18
Pada pihak lain, paham komunis berkeyakinan perubahan atas
sistem kapitalisme harus dapat dicapai dengan cara-cara revolusi, dan
pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa
transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator
proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih untuk
selanjutnya berada dalam kontrol negara.19
Adapun beberapa ciri-ciri ideologi sosialisme diantaranya yaitu: 20
1. Mementingkan kekuasaan dan kepentingan negara.
17 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT Grasindo, 2010, hlm. 48. 18 Ibid. 19 Ibid. 20 Samhis Setiawan, „‟Ideologi Sosialisme‟‟ Pengertian dan (Sejarah, Ciri, Contoh) dalam http://www.gurupendidikan.co.id/ideologi-sosialisme-pengertian-sejarah-ciri-contoh/ diakses pada 30 November 2017 pukul 14:10 WIB
15
Universitas Sumatera Utara 2. Tidak ada kelas kaya dan miskin atau pun kelas majikan dan buruh, sebab
semua sama.
3. Mencita-citakan masyarakat yang didalamnya dapat bekerja sama dan
solidaritas dengan hak-hak yang sama.
4. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi mesin diakui secara terbatas.
5. Mencapai kesejahteraan dengan cara damai dan demokratis.
6. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perbaikan nasib buruh
dengan luwes secara bertahap.
7. Sosialisme berpegang pada prinsip-prinsip kesederajatan dan pemerataan.
8. Paham ini mempunyai pemikiran ekonomi negara centeris yaitu untuk
mengatasi kesenjangan.
9. Pemikiran politik sosialisme ialah bahwa negara sangat diperlukan untuk
membina dan mengkoordinasikan kebersamaan.
10. Pemikiran keagamaan sosialisme terpengaruh kuat oleh pemikiran yang
berdasarkan ajaran agama bahwa manusia harus saling tolong menolong.
1.6.2 Neoliberalisme
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi
neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad
keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari
liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik
yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam
ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan
16
Universitas Sumatera Utara High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif.
Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas
merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar
semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar
hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui
peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.21
Pengertian Neoliberalisme adalah sistem perekonomian yang
memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk
melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang,
menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem
ini pemerintah hanya menjalankan fungsi deregulasi bagi mekanisme pasar
dan hanya untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan
perekonomian yang berjalan.22
Mansour Fakih menyebutkan bahwa saat ini adalah saat
berakhirnya era developmentalism, suatu proses perubahan sosial pasca
Perang Dunia II yang dibangun diatas landasan paham modernisasi.
Namun di negara-negara pusat kapitalisme, jawaban untuk mempercepat
laju kapitalisme telah lama disiapkan bahkan sejak krisis kapitalisme di
21 Wikipedia, Neoliberalisme, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme diakses pada 30 Januari 2018 pukul 17:05 WIB 22 Coen Husain Pontoh, Malapetaka Demokrasi Pasar, Yogyakarta: Resist Book, 2005, hlm. 67.
17
Universitas Sumatera Utara tahun 1930-an. Jawaban itu adalah globalisasi kapitalisme
(neoliberalisme).23
Kata Neo dalam neoliberalisme sebenarnya merujuk kepada
bangkitnya kembali bentuk aliran ekonomi liberalisme lama yang cikal
bakalnya dipicu oleh karya Adam Smith yang menumental, The Wealth of
Nations, di tahun 1976. Filsuf moral asal Inggris itu, yang juga bapak
mazhab ekonomi klasik atau yang lebih populer disebut dengan perumus
kapitalisme modern, mempropagandakan pentingnya penghapusan
intervensi negara atau pemerintah dalam mekanisme ekonomi, Sebagai
gantinya Smith, menganjurkan agar pemerintah membiarkan mekanisme
pasar bekerja dengan logikanya sendiri, melakukan deregulasi, serta
menghilangkan segala bentuk hambatan (tarif dan non tarif) dan restriksi.
Kompetisi dan kekuatan individu yang bekerja dalam mekanisme pasar
akan menciptakan keteraturan ekonomi. Smith menggunakan teorinya
tentang ―tangan-tangan tersembunyi‖ (invisible hand) yang menurutnya
bakal mengatur dan mengorganisir seluruh relasi dan kehidupan ekonomi
dan juga mendorong setiap individu untuk mencari sebanyak-banyaknya
keuntungan ekonomi.24
Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya neoliberalisme.
Yang pertama adalah munculnya perusahaan multinasional (multinational
23 Mansour Fakih, Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik, Yogyakarta: Insist Press, 2002, hlm. 184.
24 Khudori, Neoliberalisme menumpas petani, Yoyakarta: Resist Book, 2004, hlm. 16.
18
Universitas Sumatera Utara corporation-MNC) sebagai kekuatan yang nyata dan bahkan memiliki aset
kekayaan yang lebih besar dari pada negara-negara kecil di dunia. Mereka
rata-rata mempunyai kantor pusat di negara-negara maju (Amerika Serikat,
Uni Eropa, Kanada, Jepang, Australia) memanfaatkan semua fasilitas
infrastruktur yang dimiliki oleh negara-negara itu. Akan tetapi, gerak
mereka dibimbing bukan oleh nasionalisme, tetapi semata-mata oleh
insting mengeruk laba di mana pun kesempatan itu ada di dunia.25
Kedua, munculnya organisasi atau ―rejim internasional‖ yang
berfungsi sebagai surveillance system. Untuk menjamin bahwa negara-
negara di seluruh dunia patuh menjalankan prinsip pasar bebas dan
perdagangan bebas, di dunia saat ini dikenal organisasi dan institusi
internasional yang terus menerus memantau negara-negara. Tiga yang
utama yang harus disebut disini adalah World Trade Organization (WTO)
yang dapat menjatuhi hukuman pada negara-negara yang tidak patuh pada
perdagangan bebas. Dua yang lain berkaitan dengan institusi keuangan,
yaitu World Bank dan International Monetary Fund (IMF).26
Faktor selanjutnya, dilihat dari perspektif realis harus disebutkan
bagaimana negara-negara kuat (umumnya negara maju) memakai kekuatan
yang dimilikinya untuk menaklukan negara yang lebih lemah (umumnya
negara yang sedang berkembang). Secara khusus perlu disebut di sini
25 I. Wibowo dan Francis Wahono, Neoliberalisme, Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, 2003, hlm. 3. 26 Ibid. hlm. 4.
19
Universitas Sumatera Utara peran Amerika Serikat, satu-satunya negara yang mempunyai kekuatan
militer maupun ekonomi yang sangat kuat.27
Beberapa ciri neoliberalisme yang menyebabkan kekuatan negara di
reduksi oleh kekuatan modal, seperti:28
1. Pasar yang berkuasa, bukan pemerntah atau negara. Membebaskan
kegaiatan swasta dari peraturan dan kebijakan pemerintah, walaupun
kegiatan membawa dampak yang buruk terhadap rakyat dan kehidupan
bermasyarakat. Hal ini terlihat dari gencarnya tekanan swasta terhadap
pemerintah untuk memperlemah serikat buruh serta perlunya penurunan
upah buruh, bebasnya swasta membeli dan menggunakan tanah selama-
lamanya dan seluas-luasnya.
2. Mengurangi biaya untuk fasilitas dan pembangunan umum. Seperti dana
untuk pendidikan, kesehatan, Penyediaan air bersih, dan pembangunan
daerah secara umum harus dikurangi.
3. Mencabut peraturan-peraturan yang menngganggu keuntungan ekonomi.
Misalnya dengan menghapus atau mengganti peraturan tentang
melestarikan lingkungan, jaminan kondisi kerja, atau peaturan tentang
kesehatan makanan dan lain-lin.
27 Ibid. hlm. 5. 28 Ade Sanjaya, Pengertian Neoliberalisme Definisi Ciri dan Lembaga Pendukung Respon Kebijakan Pemerintah, dalam http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-neoliberalisme-definisi-ciri.html diakses pada 27 Februari 2018 pukul 14:40 WIB
20
Universitas Sumatera Utara 4. Privatisasi/swastanisasi dengan alasan untuk meningkatkan efektivitas
dan eisiensi pelayanan kepada rakyat, maka perusahaan milik negara harus
dijual, termasuk penjualan jenis-jenis usaha yang menyangkut hajat hidup
orang banyak. Misalnya perusahaan air, listrik, sekolah, rumah sakit,
Bank, dan perkeretaapian.
5. Mencabut bantuan sosial. Bantuan negara/ pemerintah untuk orang miskin
harus dicabut.
6. Pasar bebas. Di tingkat internasional, paham neoliberalisme berusaha
untuk memudahkan perdagangan antar negara. Salah satu untuk mencapai
kondisi ini maka diperlukan untuk mencabut semua konrtol yang dianggap
menghalangi pasar bebas. Misalnya tentang bea/cukai, halangan investasi
dan aliran lalulintas modal.
7. Monopoli teknologi yang hanya dapat dikuasai dan dikelola oleh pemilik
modal untuk produksi masal.
8. Cendrung menggunakan militer dan kekerasan sebagai alat untuk
mengintervensi disamping pasar bebas.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab penelitian
ini ialah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian ini digunakan
untuk mendeskripsikan suatu situasi atau arena populasi tertentu yang
bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif ini
21
Universitas Sumatera Utara merupakan sebuah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau menerangkan sebuah objek maupun subjek
penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat dengan berdasarkan
fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.29
1.7.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif analitis. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data serta digunakan untuk mengungkap
dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum
diketahui atau dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang
sesuatu yang baru sedikit diketahui. Sehingga penelitian kualitatif ini dapat
memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan
dengan metode kuantitatif.30
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan studi pustaka yang mana studi pustaka ini merupakan jenis data
sekunder yang digunakan untuk membantu proses penelitian, yaitu dengan
mengumpulkan informasi maupun data-data yang terdapat di dalam buku,
29 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1987, hlm. 63. 30 Strauss Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 5.
22
Universitas Sumatera Utara jurnal, artikel surat kabar, internet, maupun karya ilmiah yang sudah ada
sebelumnya.31
1.7.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah
teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan
analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas
tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan
kesimpulan.
1.8 Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terperinci mengenai isi
dari penelitian ini maka penulis menjabarkan penelitian ini ke dalam empat
bab dan beberapa sub bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
31 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 97.
23
Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL HUGO CHAVEZ DAN NEGARA VENEZUELA
Bab ini akan memaparkan tentang kondisi negara Venezuela serta
profil ataupun riwayat hidup Hugo Chavez dari mulai lahir hingga
menjadi Presiden negara Venezuela.
BAB III ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA
VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME
AMERIKA SERIKAT
Bab ini akan menjabarkan tentang analisis Sosialisme Hugo
Chavez di Negara Venezuela Dalam Menghadapi Neoliberalisme
Amerika Serikat.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini yang
berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian serta
analisis data yang telah dilakukan.
24
Universitas Sumatera Utara BAB II
PROFIL HUGO CHAVEZ DAN PROFIL NEGARA VENEZUELA
2.1 Profil Hugo Chavez
Gambar 1. Foto Hugo Chavez
Sumber: https://dunia.tempo.co/read/hugo-chavez
Hugo Rafael Chavez Frias lair di Sabaneta, yang berpenduduk ketika itu kira-kira 1000 orang, di provinsi Barinas, tanggal 28 Juli 1954; anak kedua dari enam bersaudara, laki-laki semuanya. Ayahnya Hugo de los Reyes, bekerja sebagai guru di satu-satunya Sekolah Dasar yang terdapat di Sabaneta. 32
Waktu itu, aliran listrik hanya bisa dinikmati dari jam 18:30 sore sampai jam 22:30 dan pendidikan terbatas sampai sekolah dasar. Mereka tinggal di sebuah rumah beratap daun palem. Kehidupan keluarga yang sangat sederhana dan ekonomi yang pas-pasan membuat peranan eyang putri, Rosa Ines, dari pihak ayah, sangat penting dalam kehidupan dan pendidikan Hugo Chavez. Rosa Ines
32 Tatiana Lukman, Alternatif, Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat, 2013, hlm. 263.
25
Universitas Sumatera Utara sering menyuruh Chavez membawa kue atau lemper jagung kepada tetangga dan membagi makanannya dengan teman-temannya. Di antara orang miskin dan tak punya, terdapat perasaan solidaritas yang besar.33
Hugo Chavez adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Adan Chavez adalah anak paling bungsu. Orang tua mereka hidup miskin, sehingga mereka mengirim Hugo dan Adan untuk tinggal bersama neneknya, Rosa, yang Hugo sebut sebagai "sosok yang murni kasih sayang tulus, kebaikan sejati." Neneknya adalah penganut Katolik Roma dan Hugo menjadi putra altar di gereja setempat.
Hugo menyebut masa kecilnya miskin dan sangat bahagia dan mengalami minder, kemiskinan, rasa sakit, kadang tidak bisa makan, serta ketidakadilan dunia.34
Ketika ibunya ingin mengambil kembali kedua anaknya, sudah sangat terlambat, karena Chavez dan kakaknya sudah terbiasa dengan eyang putrinya.
Walaupun siang hari berada di rumah orang tuanya, namun malam hari selalu kembali ke rumah eyang putri. Januari 1982, Rosa Ines meninggal. Dalam hubungan dengan itu, Chavez menulis sebuah sajak yang mencerminkan rasa cinta, hormat dan terima kasihnya kepada eyang putrinya dan juga tekadnya untuk setia kepada asal usul keluarganya yang sederhana.35
Seperti di Kuba, bisbol adalah sport yang paling populer di Venezuela.
Ketika umur 12-13 tahun, cita-cita Chavez adalah menjadi pemain bisbol terkenal dengan tujuan bisa masuk dalam salah satu tim beisbol AS terkenal yang memberi
33 Ibid. 34 Wikipedia, Loc.Cit. 35 Tatiana Lukman., Op.cit.
26
Universitas Sumatera Utara kontrak bernilai jutaan dolar. Hugo Chavez pun sangat bangga akan campuran darah Indian, kulit hitam, dan kulit putih yang mengalir di tubuhnya. Kepercayaan agama katolik Rosa Ines yang dalam telah banyak mempengaruhi dan membuatnya menjadi pemeluk agama yang kuat seperti eyang putrinya.36
Hugo Chavez tidak pernah masuk jadi anggota sebuah partai politik apapun dan juga tidak pernah mengaku dirinya mempunyai pikiran-pikiran komunis. Ia mengaku dirinya banyak dipengaruhi oleh Adan Chavez, kakak sulungnya yang sejak masih muda bergaul dan terlibat dalam berbagai kegiatan orang-orang komunis dan kiri lainnya, bahkan menjadi anggota Movimiento de
Izquierda Revolucionario (MIR= Gerakan Kiri Revolusioner). Setelah terjadi perpecahan dalam MIR, Adan Chavez masuk ―Partido de la Revolucion
Venezolana‖ (Partai Revolusi Venezuela), yang didirikan pada tahun 1966 oleh
Douglas Bravo, anggota Partai Komunis Venezuela sejak tahun 1946, namun dikeluarkan pada tahun 1964 disebabkan oleh penolakannya terhadap politik Uni
Soviet.37
Daerah dimana Hugo Chavez dibesarkan, Sabaneta, adalah daerah tempat bergeraknya gerilya Venezuela pada tahun 60-an dan 70-an. Sejak kecil Hugo
Chavez bersimpati kepada gerilya-gerilya itu dan dari tempat dia tinggal ada beberapa orang yang turut serta dalam perjuangan gerilya.
36 Ibid., hlm. 264. 37 Ibid.
27
Universitas Sumatera Utara Kombinasi latar belakang keluarga yang selalu hidup pas-pasan, lingkungan pergaulan dengan orang-orang kiri dan sistem politik ekonomi sosial yang melahirkan ketidakadilan, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, telah memberi kondisi objektif kepada Hugo Chavez untuk kemudian di Akademi
Militer selalu terlibat dalam berbagai kegiatan konspirasi guna melahirkan sebuah perubahan.38
Tahun 1971, Chavez masuk Akademi Militer di Caracas. Tahun 1975,
Carlos Andres Perez, dalam kedudukannya sebagai Presiden Republik Venezuela, menyerahkan pedang kepada letnan dua Hugo Chavez Frias, salah satu dari 75 siswa yang merupakan angkatan pertama yang lulus sebagai sarjana dalam
Cienciasy Artes Militares (Ilmu Pengetahuan dan Seni Militer).39
Selama pemerintahan Andres Perez (1974-1979) dari partai Sosial
Demokrat, booming minyak menyebabkan Venezuela mendapat julukan ―Saudi-
Venezuela‖. Namun jaman ―vacas gordas‖ (―sapi-sapi gemuk‖) itu juga disertai kasus dan skandal korupsi besar yang dalam bulan-bulan terakhir pemerintahannya telah memberi kemenangan kepada partai oposisi dalam pemilihan presiden. Herrera Campins naik panggung kepresidenan. Turunnya harga minyak yang mencapai titik krisis pada tahun 1983, telah membuat pemerintahannya lebih tidak mampu lagi untuk keluar dari krisis permanen yang merupakan ciri umum negeri setengah jajahan setengah feodal seperti Venezuela.
38 Ibid., hlm. 265. 39 Ibid.
28
Universitas Sumatera Utara Gerakan gerilya tahun 60-70-an mendapat penindasan dari pihak
Pemerintah yang menggunakan semua aparat kekerasannya untuk menghancurkan perlawanan itu. Hugo Chavez yang dalam tugasnya kadang-kadang turut serta dalam penangkapan petani yang dianggap terlibat dalam perjuangan gerilya, selalu berusaha agar mereka tidak menderita segala macam penyiksaan yang sudah menjadi kebiasaan aparat rejim militer. Namun tak selalu berhasil.
Persekusi dan penindasan kejam yang terjadi ketika itu telah meningkatkan kebulatan tekad Hugo Chavez untuk melakukan pengorganisasian di kalangan perwira yang sama-sama melihat perlunya sebuah perubahan dari dalam institusi kenegaraan dan militer itu sendiri.40
Dari tahun 1982 sampai 1985, Chavez bersama keluarganya tinggal di
Sabana Elorza, provinsi Apure, di sebelah barat daya Venezuela, berbatasan dengan Kolombia. Kontak langsung dengan penduduk Indian di daerah itu juga berpengaruh dalam proses pembentukan Chavez sebagai pemimpin rakyat. Di situlah ia menjadi sadar akan diskriminasi, persekusi dan ketidakadilan yang diderita oleh penduduk Indian di Venezuela. Begitu tertariknya dan tersentuhnya
Chavez oleh masalah-masalah yang dihadapi oleh suku bangsa Indian, sehingga ia pergi ke ―Perpustakaan San Fernando de Apure‖ dan ―Kantor Daerah untuk
Masalah-Masalah Penduduk Asli‖ untuk mempelajari penduduk asli dan melokalisasi daerah-daerah di mana mereka hidup.41
40 Ibid., hlm. 266 41 Ibid.
29
Universitas Sumatera Utara Chavez berkenalan dan akhirnya bersahabat dengan Arelis Sumavila, seorang sosiolog yang ketika itu sudah mempelajari suku bangsa Indian Cuivan dan Yaruros selama 20 tahun. Setelah membiarkan rambutnya tumbuh cukup panjang dan menyamar sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian,
Chavez turut serta dalam salah satu expedisi yang diorganisasi oleh Arelis
Sumavila. Selama beberapa hari Chavez tinggal bersama penduduk Indian, tidur dan makan bersama-sama mereka. Chavez berusaha mengerti dunia kehidupan suku bangsa Indian.42
Dua minggu setelah meninggalkan kampung penduduk Indian, Chavez kembali lagi ke perkampungan, tapi kali ini dengan pakaian seragam tentara.
Begitu melihat seorang tentara masuk kampungnya, penduduk Indian menjadi gugup dan panik. Chavez cepat mengangkat topi tentaranya dan memanggil nama kepala suku: ―Vicente!!!!‖ Seketika mereka menjadi terpaku. Setelah mengenali
Chavez, baru mereka duduk dan mulai ngobrol. Prajurit lainnya berdatangan dan dengan demikian mulailah satu proses pendekatan. Sejak saat itu, kalau orang- orang Indian itu datang ke Elorza, mereka mampir ke rumah Chavez. Nancy, istri
Chavez, pergi beli roti dan menyiapkan makanan untuk 60-70 orang. Orang Indian selalu pergi bersama-sama, tidak suka pergi sendiri-sendiri.43
Satu ketika Nancy mengadu kepada Chavez dan berkata: ―Bagaimana mungkin? Orang-orang Indian itu mengambil celana anak-anak yang sedang
42 Ibid., hlm. 267. 43 Ibid.
30
Universitas Sumatera Utara dijemur!‖. Chavez menjelaskan: ―Mereka tidak memiliki konsep hak milik pribadi; tidak kenal konsep: ini milikmu, itu milikku. Mereka mengambil apa yang mereka butuhkan seperti mengambil buah dari sebuah pohon, atau mengambil ikan dari sungai‖.
Tanggal 27 februari 1989 meletus ―El Caracazo‖ (artinya ―pukulan kepada
Pemerintah yang diberikan oleh Caracas‖). Rakyat ibukota bangkit dan berontak untuk pertama kalinya melawan paket neoliberal yang datang dari Dana Moneter
Internasional. Pemberontakan rakyat ini memberi dampak besar kepada kesadaran perwira progresif dalam tentara dan juga partai-partai yang dianggap kiri ketika itu.44
Sementara itu, karir militer Chavez terus menanjak dan pada tahun 1990 ia sudah menyandang pangkat letnan kolonel. Bulan Agustus 1991, sebagai komandan sebuah batalion penting dan juga sebagai salah satu pendiri dari
―Movimiento Bolivariano Revolucionario 200‖ (―Gerakan Bolivar Revolusioner
200‖), Chavez mengintensifkan semua kegiatan untuk perebutan kekuasaan.
Angka 200 adalah karena tahun itu diperingati ulang tahun Bolivar yang ke 200.45
Movimiento Bolivariano Revolucionario 200 (MBR 200) adalah sebuah organisasi militer dan sipil. Namun, menurut pernyataan Douglas Bravo dan
Oscar Orta, kedua-duanya anggota ―Partido de la Revolucion Venezolana‖, semakin dekat waktu pemberontakan, Chavez semakin menjauhkan tokoh-tokoh
44 Ibid., hlm. 268. 45 Ibid.
31
Universitas Sumatera Utara sipil dari kegiatan persiapan pemberontakan. Sehingga apa yang tadinya direncanakan sebagai sebuah gerakan sipil-militer, akhirnya hanya bersandar kepada unsur dan faktor militernya. Hal ini disebabkan karena Chavez cenderung tidak percaya kepada orang-orang sipil. Sebagaimana diketahui, pemberontakan militer yang direncanakan selama 15 tahun untuk merebut kekuasaan pada tanggal
3-4 Februari 1992 telah mengalami kegagalan.
2.1.1 Pemilihan Presiden Tahun 1998
Menjelang pemilu, banyak survei menempatkan Irene Sáez, wali kota distrik termakmur di Caracas, Chacao, di posisi pertama. Irene Saez ini merupakan salah satu saingan Hugo Chavez yang juga merupakan finalis ajang kecantikan dunia, Miss Universe, dari Venezuela. Melalui program yang dicanangkannya berupa pendidikan yang lebih baik, pemerintahan bersih, dan penegakan hukum, dia bercita-cita untuk menjadi presiden wanita pertama di
Venezuela. Awalnya dia diusung oleh partai COPEI. Namun, partai COPEI kemudian mencabut dukungannya karena hasil survey yang menempatkan popularitasnya hanya 2% di kalangan rakyat Venezuela. Namun, Irene Saez tetap maju mencalonkan diri menjadi presiden melalui jalur independen. COPEI kemudian mengusung Henrique Salas Romer.46
Dalam pemilihan umum tersebut pada bulan April 1997, el Movimiento
Bolivariano Revolucionario 200, yang tidak bisa berfungsi sebagai Partai karena
46 Judith Levin, Modern World Leaders: Hugo Chavez. New York: Chelsea House Publishing, 2006, hlm. 81.
32
Universitas Sumatera Utara membawa nama ―Bolivariano‖, berubah menjadi Movimiento Quinta Republica
(Gerakan Republik Kelima), sebuah partai politik yang mengajukan calonnya untuk Pemilihan Presiden tahun 1998.
Pencalonan Chavez sebagai Presiden didukung oleh berbagai organisasi politik yang membentuk sebuah front dengan nama ―El Polo Patriotico‖.
Diantaranya yang terpenting adalah ―Movimiento Quinta Republica‖,
―Muvimiento al Socialismo‖ (Gerakan menuju Sosialisme), ―Patria Para Todos‖
(Tanah Air untuk Semua), ―Partai Komunis Venezuela‖ dan ―Movimiento
Electoral del Pueblo‖ (Gerakan Pemilihan Rakyat).47
Majelis Konstituante dianggap sebagai permulaan revolusioner dari sebuah periode baru dalam kehidupan rakyat Venezuela. Konsep Majelis Konstituante diajukan Chavez sebagai bendera politik kampanye pemilunya. Chavez melihat
Majelis Konstituante sebagai titik tolak untuk membuka jalan bagi perubahan- perubahan sosial, politik dan ekonomi yang dia inginkan. Selama hampir seperempat abad, perekonomian dan masyarakat Venezuela berada dalam keadaan buruk sekali dengan korupsi yang merasuk ke segala badan dan lembaga, inflasi yang melonjak, kekayaan berkurang dan utang bertambah, peningkatan dalam kriminalitas, kemiskinan dan pengangguran.48
Semua penyakit sosial ini adalah ciri-ciri yang ditemukan di semua negeri setengah jajahan setengah feudal. Jose Vicente Rangel, seorang wartawan yang
47 Tatiana Lukman. Op.Cit.., hlm. 271. 48 Ibid.
33
Universitas Sumatera Utara selalu beroposisi kepada pemerintahan resmi, menderita persekusi karena tulisannya yang membelejeti korupsi Presiden Sosial-Demokrat Carlos Andres
Perez yang mencapai 17 juta dolar.
Pada pemungutan suara yang dilaksanakan tanggal 6 Desember 1998,
Hugo Chavez akhirnya memenangkan pemilihan presiden tersebut sekaligus mengakhiri dominasi partai AD dan COPEI yang telah berlangsung lama. Dia mendapatkan 56,2% suara mengungguli Henrique Salas Romer yang mendapatkan 39,97% suara.49 Hugo Chavez dilantik resmi pada tanggal 4
Februari 1999. Venezuela mulai memasuki era baru sejak Hugo Chavez berkuasa.
Dia adalah seorang penganut sosialisme dan penentang liberalisme. Hugo Chavez selalu berpihak kepada rakyat miskin Venezuela yang menyebabkan dia dicintai oleh rakyatnya.
Terdapat berbagai faktor yang sangat menguntungkan terpilihnya Chavez.
Pertama-tama, situasi ekonomi-sosial, tingkah laku korup dan dekaden para pemimpin partai-partai tradisional dan kegagalannya untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Seperti dikatakan Jose Vicente Rangel, rakyat mencari sebuah figur yang bersih, tidak terkontaminasi dan penampilan yang lain dari pada pemimpin-pemimpin partai-partai tradisional. Chavez adalah satu-satunya calon yang sesuai dengan apa yang dicari rakyat ketika itu.50
49 H. Michael Tarver and Julia C. Frederik. The History of Venezuela. London: Greenwood Press, 2005, hlm. 149. 50 Tatiana Lukman. Op.Cit.., hlm. 272.
34
Universitas Sumatera Utara Di samping itu, karisma, sense of humour, keterampilan dan gayanya yang sederhana dan langsung dalam komunikasi adalah sifat-sifat positif yang memudahkan Chavez sampai ke hati rakyat, yang selama ini dihinadan dipinggirkan. Faktor media massa yang ketika itu menguntungkan Chavez juga penting dalam membantunya naik ke panggung pemerintahan. Dalam pemilihan daerah dan pemilihan anggota legislatif yang diselenggarakan sebulan sebelum pemilihan presiden, Kongres Nasional didominasi oleh kaum oposisi. Partainya
Chavez hanya mencapai 20% dari semua kursi di Kongres Nasional. Untuk meninggalkan Kongres Nasional itulah Chavez mengajukan idenya untuk membentuk Majelis Konstituante.51
Oleh karena itu, langkah pertama yang diambil Chavez, setelah resmi menjadi Presiden adalah mengeluarkan dekrit yang mengumumkan diselenggarakannya sebuah referendum konsultatif untuk menjajagi pendapat rakyat tentang Majelis Konstituante dengan tujuan membuat sebuah Konstitusi baru. Tanggal 25 April 1999, rakyat memberi persetujuannya untuk pembentukan
Majelis Konstituante Nasional. Tiga bulan kemudian, 25 Juli 1999, dilakukan pemilihan anggota Majelis Konstituante. Para wakil dari partai-partai yang menjadi bagian dari front ―Polo Patriotico‖ mendapat 95% dari 128 kursi di
Majelis Konstituante.52
51 Ibid. 52 Ibid.
35
Universitas Sumatera Utara Selama empat bulan, anggota Majelis Konstituante Nasional merancang dan mendiskusikan sebuah Konstitusi baru. Tanggal 15 Desember, Konstitusi disetujui dengan 71% suara dari para pemilih. Namun malam itu terjadi bencana alam yang menghilangkan segala alasan untuk merayakan kemenangan itu.
2.1.2 Bencana Alam di Vargas
Pada tanggal 14 Desember 1998 sore hari, di daerah pesisir mulai turun hujan lebat. Terutama provinsi Vargas yang terletak di pesisir sebelah timur laut ibu kota Caracas, ditimpa huan lebat yang tak kunjung berhenti. Gunung indah yang memisahkan ibukota Caracas dari laut, runtuh. Sebuah desa yang terletak di sisi gunung lenyap di bawah tumpukan runtuhan gunung. Ibukota provinsi Vargas yang terletak di pinggir laut, hilang di bawah lumpur dan batu-batu besar yang berjatuhan dari bukit El Avila. Banjir dan longsor lumpur melanda rumah-rumah orang miskin yang terbuat dari karton dan kaleng.53
Ratusan ribu penduduk provinsi Vargas kehilangan rumah dan semua yang dimilikinya, ratusan korban mati terbawa arus air banjir atau terkubur dalam tanah dan lumpur yang longsor. Chavez baru muncul pada hari berikutnya, setelah meninjau daerah yang kena mala petaka itu. Sekitar 25 ribu korban dibawa ke pusat-pusat penyelamatan dan penampungan. Ketika itu belum diketahui jumlah orang yang mati dan hilang. Chavez mengerahkan Polisi Metropolitan dan
53 Ibid., hlm. 273.
36
Universitas Sumatera Utara Direktorat Intelijen dan Pencegahan untuk mengekang usaha penjarahan di daerah yang tertimpa bencana.
Dalam hubungan dengan usaha bantuan terhadap korban bencana itulah terjadi konflik pertama antara Chavez dengan Pemerintahan AS. Menurut Jenderal
Raul Salazar yang ketika itu menjabat Menteri Pertahanan, Chavez menyetujui pengiriman 4 helikopter dan 146 tentara AS. Tanggal 23 Desember, Kepala
Komando Selatan AS, Charles Wilhem datang mengunjungi daerah bencana.
Timbullah pikiran Jenderal Raul Salazar untuk mengusulkan kepada Chavez untuk minta bantuan AS sebanyak 10 ribu juta dolar guna membangun kembali daerah itu dengan tenaga insinyur dan ahli AS. Semua berjalan lancar dengan 12 helikopter dan 150 tentara AS di daerah bencana dan sebuah kapal AS sudah berangkat menuju Venezuela.54
Ini sungguh ―bantuan‖ yang aneh! Sumber lain memberitakan bahwa kepada Dubes AS, John Maisto, Chavez menyatakan bahwa walaupun Venezuela mau menerima bantuan keuangan untuk bencana alam, itu berarti Venezuela bersedia membuka perairan nasional dan perbatasan negaranya bagi perlengkapan perang AS untuk satu jangka waktu tak terbatas. Kelihatan disini bagaimana AS ingin sekali memasukkan alat-alat militernya ke dalam wilayah Venezuela dan melihat bencana alam sebagai satu kesempatan untuk mewujudkannya.55
54 Ibid., hlm. 274. 55 Ibid.
37
Universitas Sumatera Utara Dari situ, makanya tidak aneh kalau pada tanggal 2 januari 2000, Jenderal
Salazar menerima telpon dari Chavez yang memerintahkan untuk menghentikan proses penerimaan ―bantuan‖ AS. Jenderal Salazar, yang akhirnya juga meninggalkan Chavez, berpendapat bahwa perubahan sikap Chavez itu terjadi setelah percakapannya melalui telpon dengan Fidel Castro. Dan ini masih memerlukan data pendukung yang menjelaskan bahwa Jenderal Salazar pro-AS.
Dalam bulan-bulan pertama tahun 1999, Chavez mengajukan ide membuat sebuah program dimana ia bisa berkomunikasi langsung dengan massa rakyat untuk menjelaskan program, plan dan strategi Pemerintah. Tanggal 23 Mei, dimulai sebuah program radio ―Alo Presidente‖ yang dipimpin langsung oleh
Chavez. Selama satu jam siaran radio, ratusan orang berusaha bicara melalui telpon. Akhirnya 11 orang berhasil bicara dengan Chavez. ―Alo Presidente‖ berkembang menjadi sangat populer dan akhirnya diputuskan untuk menyiarkan edisi nomer 40 melalui radio dan juga televisi.56
―Alo Presidente‖ disiarkan setiap hari minggu pagi. Jam mulainya tidak ditentukan, tapi biasanya dimulai sekitar jam 11. Jam selesainya juga tidak ditentukan. Itu tergantung kepada Chavez sendiri. Edisi nomor 295 yang disiarkan pada tanggal 23 September 2007, berlangsung selama 8 jam 7 menit. Isi atau tema dari siaran itu beraneka ragam. Pembawa acara dan skenarionya dikerjakan oleh
Chavez sendiri. Lokasinya juga berbeda-beda. Bisa ruang kerja Chavez bersama menteri-menterinya, atau pabrik petrokimia, atau pabrik gula atau kilang minyak.
56 Ibid.
38
Universitas Sumatera Utara Kalau Chavez sedang berkunjung ke negeri lain, misalnya Kuba, Argentina, atau
Bolivia, maka acara ―Alo Presidente‖ disiarkan dari negeri itu. Misalnya ketika saat ―Alo Presidente‖ yang disiarkan tahun 2007 dari monumen makam Che
Guevara di Santa Clara, Kuba selama 4 jam lebih, Chavez memimpin acara dengan berbagai macam tema.
Program kesejahteraan sosial pertama yang diajukan Chavez adalah ―Plan
Bolivar 2000‖. Chavez menyerahkan tugas mengelola ―Plan Bolivar 2000‖ serta dana sebesar 113 juta dollar kepada sekelompok perwira militer tingkat tinggi.
Prajurit dikerahkan untuk turut serta dalam pembangunan perumahan dan bangunan sosial. Dibangun pasar-pasar rakyat yang juga dikelola oleh militer.
Chavez mengharapkan dengan cara begitu Angkatan Bersenjata dapat menjalin hubungan dekat dengan rakyat.57
2.1.3 Kudeta 11 April 2002
Di salah satu pidatonya, Presiden Chavez pernah mengatakan bahwa
Venezuela memiliki cadangan minyak dan gas alam terbesar di dunia. Sumber minyak mulai dieksploitasi pada pertengahan abad XIX melalui konsesi kepada perusahaan-perusahaan minyak asing. Pada tahun 1975, dibentuk perusahaan minyak negara PDVSA yang menasionalisasi minyak. Di bawah berbagai
Pemerintahan yang sama sekali tidak mewakili kepentingan rakyat, dengan para pejabatnya yang korup, PDVSA berfungsi sebagai ―Negara dalam Negara‖.
57 Ibid., hlm. 275.
39
Universitas Sumatera Utara Pengelolaanya hanya menguntungkan lapisan professional tinggi dalam institusi minyak dan para direktur dan manajer yang berhubungan dengan modal minyak asing. Keuntungan dari industri perminyakan, di samping sebagian masuk dalam kantong para pejabat dan teknisi lapisan atas, sebagian lagi digunakan dalam bisnis-bisnis internasional untuk membeli misalnya, kilang-kilang minyak yang diantaranya tidak menguntungkan kepentingan nasional.
Tanggal 7 April 2002, di perusahaan minyak negara PDVSA, Presiden
Chavez memecat 7 manajer, 12 manager diharuskan pensiun dan 5 pejabat diturunkan pangkatnya. Tindakan pemecatan dan penurunan jabatan itu disebabkan, antara lain, karena pekerjaan manajemen yang sangat buruk sekali, penggelapan keuangan dan dijalankannya politik yang menyimpang dari politik yang sudah ditentukan oleh Pemerintah. Kaum oposisi langsung protes dan CTV
(Confederacion de Trabajadores de Venezuela = Konfederasi Buruh Venezuela yang menurut Wikipedia, pada tahun 2002 dan 2003 menerima dana dari ―United
States National Endow-ment for Democracy‖ melalui ―American Center for
International Labor Solidarity‖) mengumumkan pemogokan umum pada tanggal 9
April. 58
Pada tanggal 10 April, buruh PDVSA sudah menghentikan berbagai operasi di industri minyak negara yang secara langsung mengakibatkan terputusnya suplai gas dan bahan bakar ke pasar dalam negeri. Beberapa kilang
58 Ibid., hlm. 276.
40
Universitas Sumatera Utara minyak besar dan penting menghentikan sama sekali atai memeperlambat operasinya.
Venenzuela mulai kacau. Pedro Carmona, ketua dari Fedecamaras
(organisasi perserikatan pengusaha terbesar yang meliputi 13 sektor ekonomi penting di Venezuela) dan Carlos Ortega, ketua Konfederasi Buruh Venezuela, mengumumkan bahwa pemogokan umum akan berlangsung tanpa batas waktu.
Para pemimpin oposisi, hari itu juga, mengumumkan didirikannya dengan segera sebuah ―Komite Koordinasi untuk Demokrasi dan Kebebasan‖ yang bertugas untuk menyelamatkan Kebebasan di Venezuela dan mengkoordinasi semua kegiatan kaum oposisi.
Jenderal Nestor Gonzalez adalah pelaku kunci dalam kudeta April 2002.
Tanggal 10 April, di depan televisi nasional, ia minta kepada Presiden Chavez untuk meletakkan jabatan. Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mencegah
Chavez pergi ke Costa Rica guna menghadiri pertemuan Majelis Umum
Organisasi Negara-Negara Amerika yang diselenggarakan pada hari itu. Dan memang seperti diharapkan para pelaku kudeta, Chavez membatalkan kepergiannya.59
Keesokan harinya, 11 April, menurut surat kawat yang dikirim Shapiro,
Dubes AS di Caracas ke Washington, kira-kira 5-7 ribu orang berkumpul di perusahaan minyak negara PDVSA di mana para pemimpin oposisi, Pedro
59 Ibid., hlm. 277.
41
Universitas Sumatera Utara Carmona, Carlos Ortega dan Alfredo Pena mengucapkan pidato. Tengah hari,
Carmona dan Ortega, melalui pidatonya, mendorong massa supaya pergi ke Istna
Presiden Miraflor untuk menuntut Chavez meletakkan jabatan.
Sementara itu, di depan Istana Miraflor, ribuan massa pendukung Chavez sudah berkumpul dan ketika diketahui bahwa kaum oposisi bermaksud menuntut
Chavez meletakkan jabatan, aliran massa pendukung Chavez bertambah besar.
Ketika Walikota Caracas, Freddy Bernal, mendengar maksud para pemimpin oposisi untuk membawa massa pendukungnya menuju Istana Miraflor, di depan kanal 8 TV negara, ia meminta kepada Pedro Carmona dan Carlos Ortega untuk tidak membawa massanya ke Istan Miraflor, demi menghindari bentrokan dan kekerasan yang dapat terjadi antara massa. Sudah tentu himbauan itu tidak digubris.60
Dipimpin oleh Laksamana Muda Carlos Molina, massa pendukung oposisi dengan agresif terus menuju Istana Presiden. Mereka berhasil menyingkirkan rintangan-rintangan jalan yang dipasang Polisi Metropolitan. Garda Nasional yang bertugas menjaga Istana Presiden Miraflor bersiap-siap untuk menghindari bentrokan antara massa pendukung Chavez dan massa pendukung oposisi yang masing-masing sudah menjadi marah.
Untuk memberi laporan kepada Chavez, Diosdado Cabello, Wakil
Presiden naik helikopter dan terbang mengelilingi daerah di mana sedang terjadi
60 Ibid.
42
Universitas Sumatera Utara konsentrasi dan mars massa pendukung Chavez dan massa pendukung oposisi.
Setelah melakukan pemeriksaan dengan helikopter itu, Diosdado Cabello pergi menuju kantor DISIP (Direccion Nacional de los Servicios de Inteligencia y
Prevencion = Direktorat Intelijen Nasional dan Prevensi). Tak lama kemudian, ia menerima telpon dari Chavez yang mengatakan bahwa Jenderal Rosendo dan
Jenderal Varquez Velazco ―menghilang‖. Mereka tidak menjawab telpon Chavez.
Setelah mencoba berkali-kali menelpon kedua Jenderal itu, tanpa hasil, akhirnya mereka yakin bahwa keduanya sudah memberontak.61
Seorang kolonel dan seorang Kapten dari pasukan penjagaan DISIP menghadap Wakil Presiden dan menyampaikan bahwa Jenderal Fransisco
Belisario yang menjabat sebagai komandan pasukan penjagaan DISIP sudah dicopot dan digantikan oleh Jenderal Alfonso Martinez. Jenderal yang belakangan bersama dengan Felipe Rodriguez, kemudian mengirim pesan dan permintaan untuk bertemu dengan Wakil Presiden, Diosdado Cabello. Diosdado Cabello segera mengerti bahwa ada usaha untuk menangkapnya. Kedudukannya sebagai
Wakil Presiden mengingatkannya akan arti penting dari penangkapan terhadap dirinya. Sejak saat itu mulailah ia berpindah-pindah tempat untuk menghindari penangkapan.62
Kira-kira jam 3 sore, di beberapa tempat sudah terjadi kekerasan.
Tembakan terdengar dari atap gedung-gedung yang terletak di sekitar Istana dan
61 Ibid., hlm. 278. 62 Ibid.
43
Universitas Sumatera Utara Polisi Metropolitan. Ternyata para penembak gelap pendukung kudeta sudah mulai memuntahkan pelurunya ke arah massa. Korban di barisan massa Chavez mulai berjatuhan di sekitar Istana Miraflores. Korban paling banyak jatuh di
Puente Llaguno. Maka dari itu orang Venezuela menamakannya ―pembunuhan di
Puente Llaguno‖.
Hari itu juga, kira-kira jam 6 sore Luis Reyes (teman kecil dan satu sekolah dengan Chavez, kemudian menjabat sebagai Gubernur Provinsi Lara), menerima telpon dari Fidel Castro yang menanyakan tentang keberadaan Hugo
Chavez, tak seorang pun tahu dimana Chavez berada. Fidel menasehatinya supaya bicara dengan CNN, dan mengeluarkan pernyataan untuk menerobos kepungan dan memberi informasi kepada publik umum dunia. Kira-kira jam 9 malam, baru
Luis Reyes dapat menghubungi Chavez yang berkata bahwa Panglima Tertinggi
Angkatan Darat, Jenderal Varquez Velasco, sudah ingkar dan bergabung dengan kaum oposisi.63
Di Provinsi Lara, Komandan Angkatan Darat, Komandan Garda Nasional dan Komandan Angkatan Udara, sudah bergabung dengan Jenderal-Jenderal di
Ibukota yang melakukan kudeta. Tanggal 12 April, pagi-pagi buta, kira-kira jam
2, Gubernur Provinsi Luis Reyes menerima telpon dari salah satu Jenderal yang turut kudeta. Luis Reyes menolak bicara. Telpon juga datang dari Gubernur
Provinsi Bolivar yang mengajaknya untuk memihak kepada Jenderal-Jenderal pelaku kudeta.
63 Ibid., hlm.279.
44
Universitas Sumatera Utara Hari itu juga, para Komandan Angkatan darat, Garda Nasional dan
Angkatan Udara serta media komunikasi ramai-ramai menekan dan mengancam
Luis Reyes untuk menyerahkan kekuasaannya. Namun, Luis Reyes menolak dan berhasil mempertahankan kekuasaan di provinsinya. Brigadir Jenderal
(Purnawirawan) Jacinto Perez Arcay, yang pada tanggal 11 April berada di Istana
Miroflores, menceritakan suasana tegang meliputi kantor Sekretariat dan ruang kerja Presiden. Kaum oposisi serta Jenderal-Jenderalnya mengirim utusannya dengan surat meletakkan jabatan yang mereka sodorkan kepada Chavez untuk ditandatangani.64
Jose Vicente Rangel, ketika itu menjabat Menteri Pertahanan, termasuk salah satu pejabat yang mengusulkan kepada Chavez untuk menolak ultimatum dan melakukan perlawanan terhadap usaha kudeta. Namun Chavez, tanpa menandatangani surat meletakkan jabatan, memilih menyerahkan dirinya untuk menghindari pertumpahan darah, yang ketika itu sebenarnya sudah terjadi dengan jatuhnya banyak korban di kalangan massa pendukungnya oleh tembakan- tembakan gelap para sniper pendukung kudeta. Chavez bicara untuk televisi
(tetapi siaran tersebut diblokir oleh jaringan televisi yang mayoritas dikuasai kaum oposisi) dan menyatakan: ―No quiero mas derramamiento de sangre. Yo voy preso‖. (―Saya tidak ingin terjadi pertumpahan darah lagi. Saya menyerahkan diri untuk ditahan‖).65
64 Ibid. 65 Ibid.
45
Universitas Sumatera Utara Sikap Chavez menolak usul beberapa pendukungnya untuk melawan ultimatum dan kudeta kaum oposisi itu sesuai dengan nasihat yang diberikan Fidel
Castro yang beberapa kali mengadakan kontak telpon dengan beberapa pemimpin dan pejabat Pemerintahan Chavez.
Tanggal 12 April, Elena, ibunya Hugo Chavez ditelpon cucunya, Maria
Gabriela, anak perempuan kedua dari Chavez, yang bercerita bahwa ia sudah bicara dengan Fidel Castro. Elena minta supaya dia dihubungkan dengan Fidel.
Fidel menelpon Elena dan berkata supaya jangan terlalu khawatir, tidak akan terjadi apa-apa dengan Chavez dan semuanya akan berakhir dengan baik. Fidel menasehatinya agar berhubungan dengan media komunikasi dunia dan menceritakan apa yang sedang terjadi.
Pagi hari itu, pembawa acara terkenal, Napoleon Bravo dari Canal TV swasta Venevision, milik Gustavo Cisneros, raja media massa multinasional, teman baik keluarga Bush, membuka show paginya dengan kata-kata: ―Selamat pagi, Venezuela, kita punya Presiden baru‖. Satu hal yang menarik perhatian dalam kudeta 12 April 2002 adalah peranan menonjol dari media massa sebagai organisator kolektif dari kaum oposisi yang sebagian besar dari lapisan kelas menengah. Begitu besarnya peranan media massa sehingga ada yang menamakan kudeta itu sebagai kudeta media massa yang pertama dalam abad XXI.66
66 Ibid. hlm. 280.
46
Universitas Sumatera Utara Jubir Presiden Bush, Ari Fleisher, tanggal 12 April pagi, mengumumkan secara resmi dukungan Pemerintah AS kepada Pemerintah Carmona dan mengutuk ―mantan Presiden Chavez yang telah mendorong terjadinya kekerasan yang akhirnya memaksanya untuk meletakkan jabatan‖. Tanggal 12 April malam, rakyat pendukung Chavez sudah turun ke jalan-jalan dan menuntut ―Yo quiero ver a Chavez, yo quiero ver a Chavez‖ (―Saya ingin bertemu Chavez‖). Sore hari itu juga, Jenderal Jorge Luis Garcia mulai mempersiapkan sebuah komando untuk membebaskan Chavez. Namun, karena berita tentang tempat ditahannya Chavez terus berubah-ubah, tidak diketahui persis dimana ia ditahan, dua percobaan terpaksa dibatalkan.
Tanggal 13 April, penduduk ibukota dan juga dari provinsi lainnya terus membanjiri jalan-jalan dengan tuntutan yang sama: ―Saya ingin bertemu Chavez‖.
Sementara itu, di Maracay, ibukota provinsi Aragua, yang terletak di sebelah utara-tengah Venezuela, dekat pantai Karibia, Komandan Brigade Infanterin
Parasutis 42, Jenderal Divisi Raul Isaias Baduel, tengah malam tanggal 11 April, berhasil menghubungi Chavez. Satu-satunya yang diminta Chavez kepadanya adalah tidak menggunakan pasukan parasutis di bawah komandonya menjadi faktor pertumpahan darah.67
Tapi setelah pembicaraan telpon dengan Chavez tanggal 12 April, Baduel menerima pernyataan siap tempur untuk mengambil kembali Istana Miroflores dari berbagai kesatuan militer di Caracas dan Maracay yang setia kepada Chavez.
67 Ibid., hlm. 281.
47
Universitas Sumatera Utara Di Maracay saja, sudah berkumpul 14 Jenderal dengan 20 batalion di bawah komando mereka. Itu berarti sebuah kekuataan 20.000 orang dengan artileri, tank, pasukan parasutis dan angkatan udara.
Seiring dengan itu, di provinsi Lara, tanggal 13 April jam 4 sore kaum pemberontak sudah menyerah. Di Maracay, tanggal 13 April kira-kira jam 7 malam, seorang kopral dari Garda Nasional, tiba di Batalion Parasutis Maracay dan menyerahkan kepada Jenderal Baduel, secarik kertas berisi pesan dri Chavez yang berhasil ia selundupkan keluar dari basis militer La Orchila (di sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Caracas), dimana Chavez ditahan. Pesan yang ditulis pada tanggal 13 April, jam 14:45 adalah dia tidak meletakkan jabatan.
Dengan diketahuinya secara persis dimana Chavez ditahan, Jenderal Divisi
Raul Isaias Baduel dengan cepat membentuk sebuah komando khusus untuk membebaskan Chavez. Operasi itu diberi nama ―Penyelamatan Martabat
Nasional‖ (―Rescate de la Dignidad Nacional‖) dan dipimpin oleh Jenderal Divisi
Ali Uzcategui Duque.68
Komando terdiri dari 3 helikopter dengan 15 orang yang terlatih baik dari
―Komando Operasi Khusus Graha Militer Presiden Republik‖, seorang dokter dan seorang hakim militer untuk mencegah terjadinya ekses. Komando berangkat tanggal 13 April, jam 9 malam dan tiba jam 2 pagi di basis militer La Orchila.
Ketika mau mendarat, dekat gedung dimana Chavez ditahan, mereka lihat sebuah
68 Ibid., hlm. 282.
48
Universitas Sumatera Utara kapal terbang Amerika Serikat. Kekhawatiran mereka adalah komando datang terlambat. Oleh karena itu, begitu mereka mendarat, mereka sempatkan sebentar untuk memeriksa kapal terbang AS, hanya untuk menjamin tidak akan ada serangan datang dari situ.
Ternyata tidak ada sama sekali perlawanan dari orang-orang yang telah menculik Chavez. Ketika komando masuk gedung dimana Chavez ditahan, yang ada di situ adalah Brigadir Jenderal Jose Esteban Godoy yang menjabat ketua
HAM Kementerian Pertahanan, Kolonel Julio Rodriguez Salas, Kordinal Jose
Ignacio Velazco dan beberapa pejabat dari Angkatan Laut. Hakim militer, Dr.
Rafael Alfonso Tosta Rios, membacakan sebuah dokumen yang menyatakan pemulihan dari semua posisi dan kedudukan Chavez sebagai Presiden Venezuela yang sah. Komando ―Penyelamatan Martabat Nasional‖ serta Chavez tiba di
Istana Mirofloresjam 03:45 pagi, tanggal 14 April.69
Dan siapakah yang mendanai dan ada di belakang kudeta ini adalah sama sekali tidak sulit menemukan Pemerintah asing mana yang langsung terlibat dalam kudeta. Keterlibatannya sangat transfaran, ketika Chavez ditangkap, beberapa anggota Misi Militer AS berada di Markas Komando Angkatan Darat
Venezuela di Fuerte Tiuna. Fuerte Tiuna adalah sebuah basis militer di Caracas dimana terdapat berbagai instalasi militer Venezuela yang terpenting dan terbesar, seperti Kementerian Pertahanan, Akademi Militer dan Markas Komando
Angkatan Darat. Ketika itu, Misi Militer AS yang berkedudukan juga di Fuerte
69 Ibid.
49
Universitas Sumatera Utara Tiuna, artinya di jantung Markas Komando Angkatan Darat, masih berfungsi sepenuhnya.70
Padahal pada bulan September 2001, Pemerintah Venezuela sudah menyatakan tidak memperpanjang atau memperbarui perjanjian kolaborasi militer antara kedua negeri. Menteri Pertahanan juga sudah minta supaya Misi Militer AS menutup instalasi dan meninggalkannya, namun AS enggan pergi dan terus mengulur-ulur waktu. Baru pada tahun 2004 AS menarik mundur Misi Militernya dari Fuerte Tiuna. Sejarah penuh dengan contoh-contoh kongkrit intervensi dan penggulingan pemerintahan sah yang didanai, disponsori dan dibantu langsung oleh imperialisme AS di semua pelosok dunia. Antara lain, kudeta terhadap
Pemerintahan Jacobo Arbenz di Guatemala, Pemerintahan Joao Goulart di Brazil, pemerintahan Mossadegh di Iran, Pemerintahan Bishop di Granada, Pemerintahan
Allende di Chile. 71
70 Ibid., hlm 283. 71 Ibid., hlm. 284.
50
Universitas Sumatera Utara 2.2 Gambaran Umum Negara Venezuela
Gambar 2. Peta Negara Venezuela
Sumber: http://www.lib.utexas.edu/maps/americas/venezuela.gif. Republik Bolivar Venezuela (bahasa Spanyol: República Bolivariana de
Venezuela) adalah sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan. Negara ini berbatasan dengan Laut Karibia dan Samudra Atlantik di sebelah utara, Guyana di timur, Brasil di selatan, dan Kolombia di barat. Di lepas pantai Venezuela juga terdapat negara-negara Karibia, yaitu Aruba, Antillen Belanda dan Trinidad dan
Tobago. negara yang terletak di ujung utara Amerika Selatan . Ini menempati
51
Universitas Sumatera Utara daerah sekitar segitiga yang lebih besar dari daerah gabungan Perancis dan
Jerman. Venezuela dibatasi oleh Laut Karibia dan Samudra Atlantik di utara,
Guyana di timur, Brasil di selatan, dan Kolombia di barat daya dan barat. Ibu kota negara adalah Caracas dan sebagai pusat utama industri, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata Venezuela.72
2.2.1 Sejarah Negara Venezuela
Venezuela ditemukan oleh Christopher Columbus pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1489 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama
Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco.73
Penjajahan Spanyol di daratan Venezuela dimulai tahun 1522, ketika koloni Spanyol mendirikan permukiman permanen pertama, di Selatan permukiman Amerika yang di masa kini disebut sebagai Cumana. Pada abad ke-
16, Jerman juga mencoba untuk memulai kolonisasi, di bawah pimpinan Klein-
Venedig (1528-1546). Namun, sejarah mencatat, Jerman tidak berhasil membangun koloni di tempat ini. Sejak awal, pembangunan koloni asing telah mendapatkan perlawanan dari penduduk asli Venezuela, ( Caciques). Pimpinan
Caciques, antara lain adalah Guacaipuro (1530-1568) dan Tamanaco (meninggal
1573). Keduanya memimpin penduduk asli untuk mencoba menahan serbuan
72 Hendra Alzair, Deskripsi Negara Venezuela, dalam http://hendraalzair.blogspot.co.id/2015/12/deskripsi- negara-venezuela.html diakses pada 2 Februari 2018 19:47 WIB 73 Roni Dita Ariestiyana, Sejarah Berdirinya Negara Venezuela, dalam http://referensianaa.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-berdirinya-negara-venezuela.html Diakses pada 25 Januari 2018 pukul 16:15 WIB
52
Universitas Sumatera Utara Spanyol. Namun akhirnya Spanyol keluar sebagai pemenang dan mereka menangkap para pemimpin Caciques untuk kemudian dihukum mati. Spanyol kemudia melebarkan kekuasaanya dengan mulai membangun pusat peradaban di
Venezuela, dengan mendirikan kota Caracas.
Selama masa kependudukan Spanyol, pada abad ke-16, ajaran agama
Katolik Roma mulai mengonversi kepercayaan religi animisme yang dianut oleh pribumi yang disebut Mariches, para keturunan Karibia. Pemilihan beberapa nama tempat, seperti Caracas, Chacao, dan Los Teques sempat ditolak karena dinilai terlalu berbau Katolik. Akan tetapi, penolakan itu berhasil ditundukkan oleh hegemoni para pendatang dari tanah Eropa. Permukiman kolonial awal difokuskan di pantai utara. Tetapi, pada pertengahan abad ke-18, bangsa Spanyol kemudian masuk lebih jauh hingga ke pedalaman, di sepanjang Sungai Orinoco.
Disekitar sungai itulah, kelompok pribumi Ye‘kuana yang dikenal sebagai
Makiritare melakukan perlawanan besar sepanjang tahun 1775-1776.74
Permukiman timur Spanyol di Venezuela masuk dalam kekuasaan
Provinsi New Andalusia, yang diperintah oleh Audencia Royal Santo
Domingo,sejak awal abad ke-16. Sedangkan sejak abad ke-18, sebagian besar
Venezuela menjadi bagian dari Kerajaan Granada Baru. Konon, perampasan
Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Selama masa penjajahan ini, Venezuela diperintahkan oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para
74 Ibid.
53
Universitas Sumatera Utara birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran
Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal.
Golongan Mestizo, ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benarbenar terpisah dari kehidupan sosial dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro diperkerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Venezuela tidak pernah bisa menerima segala bentuk imperialisme. Negeri ini dihuni oleh mereka yang memiliki nasionalisme kokoh, dan berharap surga mereka tidak berubah menjadi penjara hegemoni politik dan ekonomi asing. Perlawanan tidak henti-hentinya senantiasa dikobarkan untuk mempertahankan keindahan Venezuela.
54
Universitas Sumatera Utara 2.2.2 Profil Negara Venezuela
Nama Resmi : Republik Bolivar Venezuela (Bolivarian Republic of
Venezuela)
Ibukota : Caracas
Bentuk Negara : Federal
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Lagu Kebangsaan : La Gloria al Bravo Pueblo
Hari Nasional : 5 Juli (Hari Kemerdekaan: 5 Juli 1811)
Penduduk : 26,814,843 (2009)
Bahasa Resmi : Spanyol
Bahasa Asing : Inggris, Italia, Portugis dan Perancis
Agama : Katholik (94,8%), Protestan (1%), lain-lain (4,2%)
Sumberdaya alam : Minyak bumi, Bijih besi, Bahan kimia, Bahan
mineral, Gas alam
55
Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Pembagian Administrasi Wilayah di Venezuela
Republik Bolivar Venezuela terbagi atas 23 Negara Bagian dan 1 Distrik
Ibukota. Berikut ini adalah daftar 1 Distrik Ibukota dan 23 Negara Bagian beserta
Ibukota administrasinya:75
No. Nama Negara Bagian Ibukota
1 Amazonas Puerto Ayacucho
2 Anzoátegui Barcelona
3 Apure San Fernando de Apure
4 Aragua Maracay
5 Barinas Barinas
6 Bolívar Ciudad Bolívar
7 Carabobo Valencia
8 Cojedes San Carlos
9 Delta Amacuro Tucupita
10 Falcón Coro
11 Guárico San Juan De Los Morros
12 Lara Barquisimeto
13 Mérida Mérida
75 Dickson, Profil Negara Venezuela, dalam http://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-venezuela/ diakses pada 5 februari 2018 pukul 14:20 WIB
56
Universitas Sumatera Utara 14 Miranda Los Teques
15 Monagas Maturín
16 Nueva Esparta La Asunción
17 Portuguesa Guanare
18 Sucre Cumaná
19 Táchira San Cristóbal
20 Trujillo Trujillo
21 Yaracuy San Felipe
22 Vargas La Guaira
23 Zulia Maracaibo
24 Distrik Ibukota Caracas
57
Universitas Sumatera Utara BAB III
ANALISIS SOSIALISME HUGO CHAVEZ DI NEGARA VENEZUELA DALAM MENGHADAPI NEOLIBERALISME AMERIKA SERIKAT
Setelah berakhirnya perang dingin, nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas.
Salah satunya negara Venezuela yang merupakan negara dunia ketiga pertama yang dijadikan sebagai laboratorium eksperimen sistem ekonomi neoliberal oleh
Amerika Serikat (AS).
Dalam hubungan yang terjalin antara Venezuela dengan AS dapat dilihat dari salah satu lembaganya yaitu IMF, yang mana kerjasama keduanya dimulai sejak tanggal 16 Februari 1989. Ketika itu IMF bersedia memberikan pinjaman pada Venezuela, tetapi ada syarat yang harus dilakukan Venezuela yaitu harus menjalani program SAP (Structural Adjustment Program). Venezuela menyetujui syarat tersebut dan kemudian menandatangani nota kesepahaman (Letter of Intent
- LoI) dengan IMF pada awal Maret 1989 di Caracas.76
Program SAP merupakan konsekuensi pemberlakuan kebijakan anggaran ketat yang dilakukan sebagai syarat pinjaman utang dari IMF dan Bank Dunia.
SAP tersebut mencakup liberalisasi impor dan pemanfaatan sumber-sumber
76 Hikmatul Akbar dan Sandrianti Luh Risma, “Aliansi Strategi Venezuela dalam Menghadapi Globalisai Ekonomi‖ diunggah dari academia.edu pada 09 Maret 2018.
58
Universitas Sumatera Utara keuangan secara bebas dengan cara liberalisasi keuangan dan devaluasi mata uang. SAP juga mencakup pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter dengan pembatasan kredit untuk rakyat, pengenaan tingkat suku bunga yang tinggi, penghapusan subsidi, peningkatan harga-harga kebutuhan rakyat, peningkatan pajak, menekan tuntutan kenaikan upah, liberalisasi investasi terutama investasi asing, dan privatisasi.77
Hal yang kemudian terjadi di Venezuela akibat SAP adalah adanya pemotongan anggaran belanja pemerintah secara besar-besaran guna meredakan inflasi, pengendalian tingkat upah, pelaksanaan program privatisasi atau perusahaan-perusahaan milik negara yang kebanyakan memang kurang efisien, pelaksanaan program devaluasi mata uang, dan upaya untuk berusaha mempromosikan ekspor (terutama pariwisata) demi menutup defisit neraca transaksi berjalan yang semakin lama semakin besar.
Sebelum Hugo Chavez memenangkan pemilu tahun 1998, Venezuela sempat mengalami ketergantungan terhadap kekuatan kapitalisme global. Hal ini terjadi ketika perangkat SAP atau penyesuaian struktur ekonomi dilakukan di
Venezuela sesuai permintaan IMF. Pencabutan subsidi publik, privatisasi, deregulasi serta kebijakan pro pasar bebas lainnya adalah program utama dari lembaga keuangan AS tersebut. Kepentingan-kepentingan tersebut sangat menguntungkan perusahaan-perusahaan multinasional dalam memapankan jalannya memasuki negara-negara dunia ketiga seperti Venezuela serta
77 Ibid.
59
Universitas Sumatera Utara mengeksploitasi penduduk negara tersebut sebagai pekerjanya. Bank Dunia dan
IMF juga sangat bertanggung jawab dalam kasus pengumpulan dana-dana hutang dari negara dunia ketiga.78
Akibat terjerat hutang luar negeri, negara dunia ketiga seperti Venezuela tidak lagi mempunyai anggaran bagi kesejahteraan masyarakat, tidak mampu lagi mengendalikan harga barang konsumsi dan biaya pendidikan serta ongkos kesehatan yang terus naik. SAP adalah paket kebijakan standar yang ditentukan oleh lembaga keuangan internasional untuk setiap negara di kawasan selatan. SAP yang dijalankan di Venezuela adalah pemotongan anggaran belanja oleh IMF pada pemerintah Venezuela tahun 1989 yang berujung pada pemotongan anggaran pendidikan, kesehatan, perawatan anak, dan dana pensiun, mengurangi subsidi bagi industri lokal namun memperkecil tarif dan mempermudah masuknya barang impor sehingga perusahaan multinasional dapat masuk tanpa halangan.
Ketergantungan hutang itulah yang sebenarnya menjauhkan Venezuela dari kemapanan, karena demi membayar hutang-hutangnya tersebut dana yang sebenarnya diperuntukkan bagi kepentingan rakyat harus dikurangi bahkan dihapuskan. Karena hal ini juga, maka Venezuela terpaksa harus mengikuti syarat yang diberikan oleh negara-negara donor untuk memperbolehkan perusahaan perusahaan multinasional masuk ke Venezuela dan dengan bebas beroperasi di sana, termasuk untuk menentukan upah para pekerjanya dan harga sumber daya alam yang akan dibeli.
78 Ibid.
60
Universitas Sumatera Utara Setelah Venezuela terjebak hutang, maka lembaga-lembaga donor internasional yang dikuasai negara-negara maju itu kemudian mendikte dan menekan Venezuela dengan ancaman pengurangan pinjaman untuk menjalankan program stabilisasi tersebut. Tambahan hutang baru yang dikatakan sebagai suntikan dana penyelamat itu hanya akan menciptakan masalah baru yang akan membebani neraca pembayaran di masa mendatang, sehingga pada hakikatnya telah tercipta suatu ketergantungan dimana Venezuela dipaksa untuk berlari semakin cepat, tetapi sebenarnya Venezuela tidak pernah beranjak dari tempatnya semula yaitu IMF dan Bank Dunia.
Hutang yang dimiliki oleh Venezuela pun semakin lama semakin membesar dan kemungkinan untuk dapatmembayarnya semakin kecil sehingga
Venezuela tidak mampu membayarnya lagi. Namun, Venezuela baru di bawah
Chavez kemudian menilai IMF dan Bank Dunia telah gagal dalam memperbaiki kehidupan sosial ekonomi di Venezuela dan justru semakin membawa Venezuela ke dalam krisis ekonomi, ketimpangan sosial, ketidakadilan ekonomi, dan keterbelakangan.
61
Universitas Sumatera Utara 3.1 Praktek Sosialisme Hugo Chavez Dalam Menghadapi Neoliberalisme
Amerika Serikat Melalui Kebijakan Dalam Negeri Dan Luar Negeri Di
Berbagai Bidang
3.1.1 Kebijakan Politik
Sejak kepemimpinan Hugo Chavez, Venezuela merubah undang-undang negaranya yang dulu liberal menjadi sosialis, karena undang-undang yang liberal dianggap tidak bisa memperbaiki pemerintahan Venezuela dan hanya menyebabkan ketergantungan terhadap AS. Setelah berhasil menguasai pemerintahan dan parlemen Venezuela, Chavez bahkan berhasil mengubah UUD negara dan menjadikan Venezuela sebagai negara sosialis.
Upaya yang pertama dilakukan Hugo Chavez adalah menjadwalkan amandemen terhadap konstitusi 1961 melalui referendum. Konstitusi 1961 dianggap tidak memberikan mekanisme apapun bagi pembentukan majelis konstitusional untuk melakukan perubahan-perubahan di dalam konstitusi dengan persetujuan rakyat. Referendum berlangsung pada tanggal 19 April 1999. Dengan menganut sosialisme kerakyatan atas inspirasi dari tokoh yang disukainya yakni
Simon Bolivar, Hugo Chavez membangun ulang Venezuela dengan Revolusi
Bolivarian nya.
Konstitusi 1999 yang disebut juga dengan Konstitusi Bolivarian ini merupakan konstitusi pertama yang dibuat dan disetujui melalui referendum rakyat dalam sejarah Venezuela. Konsekuensi pertama dari konstitusi 1999 adalah
62
Universitas Sumatera Utara perubahan nama resmi Venezuela dari Republik Venezuela (Republica de
Venezuela) menjadi Republik Bolivarian Venezuela (Republica Bolivariana de
Venezuela), yang dimaksudkan untuk menghormati Simon Bolivar. Perubahan utama dibuat dalam struktur pemerintahan dan pertanggungjawaban Venezuela.
Hak-hak asasi manusia diabadikan dalam konstitusi ini sebagai jaminan bagi rakyat Venezuela. Konstitusi 1999 ini berjumlah 350 ayat adalah yang paling panjang, lengkap, dan komprehensif.79
Yang kedua, konstitusi 1999 Venezuela yang disusun dengan melibatkan partisipasi rakyat secara langsung melalui mekanisme referendum menunjukkan bahwa Hugo Chavez menjalankan pemerintahan di Venezuela dengan demokratis.
Hal ini merupakan sebuah kemajuan bagi iklim politik dan demokrasi di
Venezuela setelah sebelumnya mengalami periode kediktatoran yang otoriter berkepanjangan pada masa pemerintahan Carlos Andrez Perez. Rakyat menjadi sadar akan politik dan berusaha untuk menjaga konstitusi 1999 karena mereka ikut dalam proses pembuatannya. Kebijakan Hugo Chavez dalam membuat konstitusi baru menggantikan konstitusi lama semakin membuat popularitasnya di mata rakyat Venezuela sangat tinggi. Rakyat menjadi sukarela membela presiden mereka dari hal-hal yang mengancam kedudukan dan kebijakannya. Dukungan rakyat yang luar biasa besarnya membuat pemerintahan Hugo Chavez semakin mudah dalam melaksanakan program-programnya. Dimana kebijakan yang
79 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 102.
63
Universitas Sumatera Utara diambil Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak rakyat, seperti hak ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Selama dua tahun pertamanya menjabat, Chavez banyak melakukan reformasi politik. Pada 2001, pemerintahannya mengesahkan rangkaian undang- undang dengan kandungan aspek sosio-ekonomi yang signifikan, termasuk reformasi agraria dan sebuah undang-undang yang menjamin kepemilikan mayoritas negara dalam semua kegiatan industri minyak (Malinda, 2010).
Kemampuan Chavez untuk terus-menerus menjalankan berbagai reformasi signifikan di tengah permusuhan AS dan oposisi domestik dukungan AS memberikan pengaruh penting bagi perjuangan progresif di Amerika Selatan.
Kesuksesan Chavez menyebabkan keraguan terhadap pandangan umum yang menyatakan bahwa dalam dunia kapitalisme global adalah tidak mungkin lagi bagi negeri-negeri Amerika Selatan untuk secara efektif melawan tatanan neoliberal pasar bebas. Pengaruh Chavez dapat dirasakan di tingkat rakyat maupun dalam urusan diplomatik. Chavez telah menjadi pahlawan bagi rakyat
Venezuela karena keberaniannya dan berbagai keberhasilan politiknya.
3.1.2 Kebijakan Ekonomi
Tampilnya Hugo Chavez menandai perlawanan atas neoliberalisme di
Amerika Latin dengan serangkaian langkah perubahan kebijakan secara radikal kemudian ditempuh dalam rangka meraih kontrol atas sumber daya ekonomi dalam negeri sekaligus untuk memutus ketergantungan atas negara-negara
64
Universitas Sumatera Utara imperialis. Dimana Hugo Chavez menerapkan kebijakan nasionalisasi ekonomi di
Venezuela karena menentang Imperialisme Amerika Serikat di Venezuela.80
Nasionalisasi yang dilakukan Chavez tentunya tidak hanya dapat dicermati dari esensinya yang berseberangan dengan prinsip-prinsipnya neoliberalisme. Lebih jauh, nasionalisasi yang dilakukan Chavez dapat merangsang kembali upaya-upaya maksimalisasi peran negara yang dapat menjalar ke negara-negara lain di Amerika Latin, bahkan di dunia. Keberhasilan
Venezuela bisa membuat negara-negara lain pemilik sumber daya akan dapat belajar dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan Venezuela. Jika hal itu terjadi, maka tentunya akan menjadi buruk bagi masa depan neoliberalisme ke depan.
Selaku penganut neoliberal, AS membangun ekonomi politik negaranya di atas penolakan intervensi negara dalam ekonomi. Penawaran neoliberalisme adalah mekanisme pasar menjanjikan banyak keuntungan.
Kebijakan nasionalisasi yang diterapkan Venezuela secara mendasar akan mengurangi peran privat dalam perekonomian, dan digantikan oleh peran negara yang semakin dominan. Meningkatnya peran negara akan menimbulkan konsekuensi logis berupa menurunnya otoritas pasar dalam mekanisme ekonomi.
Bila peran privat (yang dalam neoliberalisme diwakili oleh MNC) mengalami penurunan, maka upaya mencapai keuntungan maksimal dan prinsip deregulasi seperti yang dianjurkan dalam neoliberalisme, akan terancam. Dominasi peran negara akan berakibat pada kerugian sektor-sektor privat, karena negara
80 Syamsul Ma‘arif, Loc.Cit., hlm. 475
65
Universitas Sumatera Utara cenderung menerapkan kebijakan-kebjakan pro-rakyat dengan memberikan subsidi dan jaminan-jaminan sosial lainnya. Oleh karena itu akan semakin mengurangi keuntungan privat.
Perubahan ekonomi dinilai sebagai hal yang paling mendasar dalam revolusi. Masalah ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi maju atau mundurnya suatu negara karena jika kebutuhan warga negara yang paling mendasar tidak terpenuhi, maka kebutuhan lainnya juga akan sulit terpenuhi.
Hugo Chavez dan para pendukungnya menyadari betapa pentingnya perubahan ekonomi di Venezuela. Mereka menganggap bahwa kebutuhan ekonomi merupakan landasan bagi kehidupan lainnya seperti peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa 70% dari hampir
26 juta jiwa rakyat Venezuela hidup miskin.
Reformasi ekonomi sangatlah penting dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi Venezuela dan menyejahterakan rakyat. Konstitusi
Bolivarian yang dibuat pada pemerintahan Hugo Chavez secara nyata mengatur tatanan ekonomi dan fungsi negara dalam memenuhi ekonomi rakyat. Tatanan ekonomi dan kewajiban yang harus dilakukan negara dalam memenuhi ekonomi rakyat tercantum pada pasal 299 Konstitusi Bolivarian. Pada pasal tersebut ditegaskan bahwa:
Rezim ekonomi Republik Bolivarian Venezuela didasarkan pada prinsip keadilan sosial, demokratisasi, efisiensi, kompetisi bebas, perlindungan bagi lingkungan, produktivitas, dan solidaritas dengan upaya untuk memastikan pembangunan manusia secara menyeluruh dan keberadaan
66
Universitas Sumatera Utara yang berguna dan bermartabat bagi komunitas. Negara, bersama dengan inisiatif swasta, harus meningkatkan pembangunan yang harmonis dari ekonomi nasional, menuju akhir dari sumber tenaga kerja yang tergerakkan, tingkat nilai tambah domestik yang tinggi, meningkatkan standar hidup penduduk dan memperkuat kedaulatan ekonomi negara, menjamin terlaksananya undang-undang; pertumbuhan ekonomi yang solid, dinamis, terus-menerus, dan layak untuk memastikan terjadinya distribusi kekayaan melalui rencana strategis dan demokratis-partisipatoris dengan konsultasi terbuka.81 Program perubahan ekonomi yang akan dilakukan Hugo Chavez dan pendukungnya pastilah membutuhkan biaya yang besar. Faktor-faktor produksi utama Venezuela yang berupa minyak sebagai produk yang mencirikan kekayaan negara Venezuela harus digunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Minyaklah yang memungkinkan sebagai pendapatan terbesar yang harus dibagi dan digunakan untuk mendanai proyek-proyek sosial untuk mengentaskan kemiskinan rakyat Venezuela.
Sumber-sumber minyak yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing seperti Chevron Corps, Royal Dutch Shell, Repsol, dan Exxon Mobil sejak tahun
1970-an haruslah dikuasai negara. Pendapatan minyak selama ini paling besar masuk ke pundi-pundi pemodal dan pejabat di sekeliling elit-elit partai COPEI dan AD. Bahkan sejak tahun 1977 sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan raksasa di Venezuela memiliki ikatan dengan modal AS.
Setelah Hugo Chavez memimpin Venezuela, pendapatan minyak haruslah dikuasai untuk melayani rakyat. Sebagai penghasil minyak terbesar kelima di dunia, keuntungan yang didapat digunakan untuk membiayai kesejahteraan rakyat
81 Isi dari pasal 299 dapat di lihat pada lampiran
67
Universitas Sumatera Utara miskin. Salah satu program pemerintah yang penting dalam upaya menambah pemasukan devisa melalui produksi minyak adalah menasionalisasi PDVSA.
PDVSA merupakan perusahaan negara yang paling besar dan paling banyak mempekerjakan buruh. Awalnya, perusahaan ini dikuasai oleh konglomerat swasta dimana sebagian besar keuntungannya hanya dinikmati mereka.
Dimana langkah Chavez yang melakukan perombakan dalam tatanan birokrasi di dalam tubuh perusahaan minyak PDVSA ini merupakan salah satu upaya Chávez untuk mengembalikan aset serta pendapatan negara untuk kepentingan rakyat. Perombakan ini dirasa perlu oleh Chavez karena Chavez menilai PDVSA telah bertindak sebagai ‗state within a state‘; direksi PDVSA diisi oleh sekumpulan konglomerat yang ternyata masih memiliki ‗ikatan‘ dengan konglomerasi AS. Selain itu, jajaran direksi dan teknisi PDVSA juga merupakan tokoh-tokoh oposisi yang mendukung kudeta 2002, dimana mereka juga memimpin mogok kerja buruh PDVSA selama berbulan-bulan untuk menjatuhkan
Chávez. Oleh karena itu Chavez kemudian mengganti ketua PDVSA Guaicaipuro
Lameda dengan Gaston Parra, seorang insinyur terkenal beraliran kiri yang mempunyai spesialisasi di bidang minyak.82
Tidak berhenti disitu, Chávez juga memecat 18.000 manajer dan teknisi
PDVSA, selanjutnya pengelolaannya (manajemen) dilakukan oleh salah satu organ Lingkar Bolivarian, yakni kaum buruh terlatih yang tergabung dalam UNT
82 Krisna Purwa Adi Wibawa, Pengaruh Ideologi Kiri Baru terhadap Perubahan Kebijakan Negara di Sektor Energi: Studi Kasus Venezuela, Jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol. 3 No. 1 Maret 2014, hlm. 307.
68
Universitas Sumatera Utara (Unión Nacional de Trabajadores de Venezuela) dan pada akhirnya Chavez mengkhultuskan PDVSA sebagai perusahaan negara Bolivarian, dengan motto
―belonging to everyone‖. PDVSA kemudian menjadi lumbung bagi pendanaan program-program sosial yang dijalankan pemerintahan Chávez, dimana keuntungan yang diperolah PDVSA, terutama pada saat naiknya harga minyak secara drastis, merupakan pendukung utama pendanaan program sosial yang dinamakan ―missions to save the people‖.83
Nasionalisasi PDVSA dilakukan dengan mengganti direktur PDVSA lama yang tidak berpengalaman di bidang perminyakan dengan direktur baru yang mempunyai pengalaman di bidang perminyakan. Hugo Chavez melakukan penggantian tersebut pada 25 Februari 2002.84 Hugo Chavez menggantinya dengan direktur yang lebih profesional dan mau bekerja dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat. PDVSA tidak lagi berorientasi kepada profit yang hanya mengalir kepada para pemilik modal, tetapi profit yang didapat digunakan untuk membiayai program pemerintah demi kesejahteraan rakyat.
Kontrol terhadap PDVSA berati bukan hanya kontrol terhadap keuntungan
Venezuela, tetapi juga kontrol terhadap harga minyak dunia. Venezuela merupakan eksportir terbesar kelima di dunia dan terbesar ketiga pemasok kebutuhan minyak AS serta sebagai anggota OPEC. Produksi minyak mentah
Venezuela tiap harinya sekitar 3 juta barel dan 75%-nya diekspor. Upaya
83 Ibid, hlm. 308. 84 Iain Bruce, The Real Venezuela Making Socialism in the 21st Century. London: Pluto Press, 2008, hlm. xvii.
69
Universitas Sumatera Utara nasionalisasi PDVSA dan kontrol harga minyak dunia yang mengakibatkan harga minyak tidak sampai jatuh, memberikan keuntungan yang berlimpah bagi
Venezuela. Pendapatan devisa dari hasil ekspor minyak berkisar antara 3 miliar sampai 4 miliar US dollar setiap harinya.85
Selain PDVSA pemerintah Venezuela juga berhasil menasionalisasikan perusahaan-perusahaan strategis penting seperti Perusahaan Baja Orinoco, perusahaan semen, plastik, dan telekomunikasi, instalasi-instalasi pengolahan makanan seperti Conservas Alimenticias La Gaviota (pabrik pengalengan ikan sardine), Lácteos de los Andes (pabrik susu dan produk susu), kilang-kilang gula, gudang-gudang penyimpanan biji-bijian, pabrik-pabrik kopi bubuk, dan perusahaan-perusahaan penyimpanan berpendingin. Negara juga mengambil alih salah satu bank swasta terbesar, Banco de Venezuela, milik Grupo Santander yang dimiliki oleh Spanyol; negara mengambil control atas jaringan toko serba ada
Exito dan bermaksud untuk menyerahkannya untuk dikelola oleh pekerja- pekerjanya. Pemilikan alat-alat produksi harus menjadi semakin sosial, tetapi usaha swasta skala kecil tetap diberi peranan.86
Namun besarnya pendapatan dari minyak membuat Venezuela mengimpor sebagian besar produk-produk konsumsi. Selain relatif lebih mudah untuk mengimpor, juga karena lebih mahal bila memproduksinya di dalam negeri. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Hugo Chavez untuk mengurangi
85 Nurani Soyomukti, 2007, op.cit., hlm. 110. 86 Martha Harnecker, Sosialisme Abad Keduapuluh Satu: Pengalaman Amerika Latin, Yogyakarta: IndoProgress, 2015, hlm. 87.
70
Universitas Sumatera Utara ketergantungan terhadap impor dan merangsang ekonomi dalam negeri yang dapat menciptakan produk layak ekspor. Langkah konkrit yang dilakukan adalah dengan mengurangi ekspor alumunium hingga nol persen pada tahun 2012, sehingga alumunium di dalam negeri dapat diolah di dalam negeri. Pada tahun 2012-2013
Venezuela harus memproses 100% bahan mentahnya sendiri dan menjadi negara industri.87
Hasil dari keuntungan minyak juga digunakan Pemerintah Venezuela untuk memberikan kredit tanpa bunga kepada para petani yang tidak mempunyai tanah dan kepada kaum perempuan melalui Bank Pembangunan Perempuan.
Petani mendapatkan modal yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertaniannya sehingga bisa diekspor keluar negeri. Ekspor produk pertanian meningkat pada tahun 2004-2005. Kredit-kredit tanpa bunga juga diberikan kepada rakyat untuk merangsang pertumbuhan industri kecil sehingga rakyat bisa terbebas dari kemiskinan dan mengurangi tingkat pengangguran. Rakyat bisa mandiri dan menghasilkan sekitar 70.000 badan usaha milik rakyat (BUMR) dari jumlah yang semula hanya 762 BUMR ketika Hugo Chavez pertama kalinya terpilih sebagai presiden pada tahun 1998.88
Pada bulan Februari 2006, Hugo Chavez meluncurkan 12 perusahaan baru milik negara (BUMN). Hal ini dilakukan untuk mendorong industri baru yang akan menggantikan sebagian besar produk yang diimpor Venezuela. Industri-
87 Ibid. 88 Ibid., hlm. 112.
71
Universitas Sumatera Utara industri tersebut akan mencukupi hampir semua kebutuhan dasar, mulai dari kertas, plat alumunium, tekstil, pipa-pipa baja, serta komponen- komponen produksi. BUMN tersebut diberi nama Coniba yang dalam bahasa Spanyol berarti
Perusahaan Nasional Industri-Industri Dasar. Dana investasi yang dikeluarkan sebesar 35 miliar US dollar. BUMN tersebut akan menciptakan sekitar 20.000 lapangan kerja baik langsung maupun tak langsung. BUMN yang baru dibentuk tersebut merupakan industri yang tidak eksploitatif atau berorientasi untuk memperoleh keuntungan semata. Produkproduk yang dihasilkan akan dijual dengan harga murah.
Perekonomian Venezuela perlahan mulai tumbuh dengan kebijakan pemerintah yang lebih merakyat. Berbeda dengan kebijakan presiden-presiden sebelumnya yang hanya menguntungkan kaum elit pemilik modal, Hugo Chavez memprioritaskan pada kesejahteraan rakyat dalam setiap kebijakannya. Ia telah mengubah tatanan sistem ekonomi kapitalis yang dibangun pemerintahan sebelumnya dan menggantinya dengan sistem ekonomi yang lebih sosialis.
3.1.3 Kebijakan Sosial
Hugo Chavez yang dihadapkan kepada berbagai permasalahan sosial yang diwariskan oleh para pendahulunya. Kemiskinan yang merajalela, tingkat pengangguran dan buta huruf yang sangat tinggi, kelaparan, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya angka putus sekolah, diskriminasi terhadap penduduk asli dan perempuan, dan lain sebagainya. Hugo Chavez dan pendukungnya menyadari
72
Universitas Sumatera Utara bahwa rakyat butuh perubahan kepada kondisi yang lebih baik untuk menjalani kehidupannya. Mereka membutuhkan perbaikan di bidang pendidikan, kesehatan, persamaan hak warga negara, dan emansipasi perempuan.
Pemerintah melakukan langkah kebijakan yang disebut Mission (misi) untuk memperbaiki kondisi sosial rakyat Venezuela. Secara umum, mission- mission ini dimulai pada awal tahun 2003. Mission ini juga merupakan perwujudan rencana program kebijakan Hugo Chavez tidak lama setelah dia terpilih sebagai presiden yang disebut Plan Bolivar 2000. Plan Bolivar 2000 ini menghabiskan dana ratusan juta dollar untuk membiayai proyek seperti mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat miskin, membangun infrastruktur jalan, kesehatan untuk rakyat miskin, dan distribusi bahan makanan pokok di pasar pasar tradisional. Militer dilibatkan untuk melaksanakan program ini seperti mendistribusikan obat-obatan dan membangun infrastruktur. Hugo Chavez ingin membentuk aliansi sipil dan militer.89
Tujuan dari kebijakan Mission ini bukan hanya mengurangi kemiskinan yang diderita rakyat Venezuela, tetapi juga menggantikan sistem ekonomi negara dari yang menganut sistem pasar menjadi sistem yang kooperatif, bersifat lokal, dan dikontrol oleh negara. Pemerintah menyebutnya dengan
“endogenous development.” Kebijakan Mission ini tidak melengkapi sektor swasta yang sudah ada tetapi menyainginya. Karena Mission ini tidak bertujuan
89 Kirk A. Hawkins, Venezuela‟s Chavismo and Populism in Comparative Perspective. New York: Cambridge University Press, 2010, hlm. 200.
73
Universitas Sumatera Utara untuk mencari keuntungan dan dijalankan dengan regulasi baru dan campur tangan pemerintah yang dominan.90
A. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, revolusi secara nyata menghasilkan capaian-
capaian besar karena pada dasarnya cita-cita revolusi adalah melahirkan
hubungan sosial dan melahirkan masyarakat baru yang berpengetahuan
sehingga dapat memahami kondisi alam dan sosial, serta aktif terlibat
dalam partisipasi sosial politik untuk bersama-sama meraih tujuan hidup
manusia. Pentingnya pendidikan disadari benar oleh Hugo Chavez dan
para pendukungnya.
Dunia pendidikan di negara-negara lain tidak dapat diakses oleh
rakyatnya, karena lembaga pendidikan adalah salah satu aset bagi pemodal
untuk dikomersialkan. Masalah pendidikan yang ruwet pada dasarnya
berpangkal dari kapitalisme pendidikan. Ilmu pengetahuan yang diajarkan
dalam dunia pendidikan tidak untuk menyelesaikan permasalahan manusia
tetapi hanya mencetak tenaga-tenaga kerja yang akan membuat dan
mengoperasikan mesin-mesin industri. Ideologi kapitalis dalam dunia
pendidikan dapat dengan mudah dilihat dari pelajaran-pelajaran dari
tingkat bawah sampai paling atas yang semuanya berujung kepada
hubungan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari pelajaran ekonomi dari
90 Ibid., hlm. 199.
74
Universitas Sumatera Utara tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi dimana prinsip ekonomi yang harus dihafal adalah ―dengan modal sekecil kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.‖
Pemikiran peserta didik pada akhirnya diarahkan supaya bagaimana membuat produk bagus yang dapat dijual untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, bagaimana caranya agar orang hanya bisa membeli, dan bagaimana menciptakan pasar. Hal ini merupakan pandangan kapitalis yang sangat merusak hakikat pendidikan yang seharusnya bisa memanusiakan manusia, tetapi justru sebaliknya.
Birokrasi pendidikan yang korup dan berkualitas rendah, kampus yang menjadi ajang hedonisme di tengah serangan budaya pasar yang hanya menjadikan mahasiswa agar hanya bisa tampil keren, konsumtif, dan tidak produktif, privatisasi dan komersialisasi lembaga pendidikan, dan masih banyak lagi potret kelam wajah pendidikan kita.
Berbeda dengan yang terjadi di Venezuela. Pemerintahan Hugo
Chavez berupaya untuk menjunjung tinggi hak-hak rakyatnya untuk pendidikan. Hugo Chavez dan pendukungnya menganggap bahwa hak-hak sosial rakyat sama pentingnya dengan hak-hak politik mereka. Terlebih lagi, hak-hak rakyat termasuk pendidikan tertuang dalam amanat
Konstitusi Bolivarian. Konstitusi mengamanatkan bahwa pemerintah harus menjamin kesehatan dan pendidikan gratis bagi seluruh rakyatnya.
75
Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Hugo Chavez mencanangkan program Mission
Robinson yang dirancang pada 30 Mei 2003 dan kemudian dilaksanakan
secara formal pada 1 Juli 2003 oleh Kementerian Pendidikan Venezuela.
Mission Robinson ini bertujuan untuk memberantas buta huruf.91 Tahap
awal misi ini adalah dengan memberikan pelatihan kilat kepada guru-guru
dan mencetak guru tambahan agar mereka mempunyai keterampilan untuk
mengajar murid-murid membaca dan mengajar di tingkat dasar. Pelatihan
ini memakai tenaga ahli dari Kuba.92 Program ini dilanjutkan dengan
Mission Robinson II yang dilaksanakan mulai 28 Oktober 2003. Misi
lanjutan ini ditujukan kepada rakyat yang putus sekolah khususnya
maupun yang masih bersekolah di tingkat pendidikan dasar. Sebanyak
3000 sekolah Bolivarian dibangun dan berhasil meluluskan 900.000 orang
yang putus sekolah di tingkat dasar pada tahun 2004 dan berhasil
membebaskan Venezuela dari buta huruf pada tahun 2005.
Misi selanjutnya di bidang pendidikan adalah Mission Sucre dan
Mission Ribas. Mission Sucre dilaksanakan mulai 10 Juli 2003, ditujukan
kepada rakyat yang tidak bisa mengakses pendidikan di universitas.
Sedangkan Mission Ribas dilaksanakan mulai 17 November 2003,
sasarannya adalah menyekolahkan orang-orang yang putus sekolah di
tingkat SLTA. Kedua misi ini mendidik rakyat yang putus sekolah untuk
91 Tatiana Lukman, Op.Cit., hlm. 286. 92 Carl von Ossietzky, The main Actors and their Role in the Bolivarian Revolution in Venezuela. Oldenburg: Universitat Oldenburg, 2008, hlm. 41.
76
Universitas Sumatera Utara belajar selama dua tahun yang nantinya dapat bekerja di PDVSA atau
CADAFE. Pemerintah juga memberikan bantuan dana senilai 100 US
dollar per bulan kepada mahasiswa.93 Untuk mendukung program ini,
pemerintah membangun sekitar 200 Universitas Simon Bolivar di kota-
kota Venezuela. Selama hampir 102 tahun, rakyat tidak pernah
membayangkan program-program sosial ini dapat dinikmati secara
gratis.94
Pada bulan Maret 2006, Pemerintah meluncurkan Mission Science.
Investasi senilai lebih dari 400 juta US dollar dikucurkan untuk
menciptakan jaringan-jaringan penelitian baru di universitas-universitas
Venezuela. Salah satu tujuannya adalah ―mendemokratiskan‖ ilmu
pengetahuan dalam rangka untuk dapat dijangkau sekaligus untuk
melayani masyarakat.95
B. Bidang Kesehatan
Kesehatan rakyat pada masa pemerintahan Hugo Chavez dianggap
sebagai hak asasi yang harus dipenuhi oleh negara. Hal itu tercantum
dalam pasal 83-85 dari Konstitusi Bolivarian. Pada pasal 83 Konstitusi
Bolivarian tertulis:
Kesehatan adalah hak sosial yang fundamental dan merupakan tanggungjawab negara, yang akan menjaminnya sebagai bagian dari hak hidup. Negara harus meningkatkan dan mengembangkan
93 H. Michael Tarver and Julia C. Frederick. Op.Cit., hlm. 154. 94 Nurani Soyomukti, 2007, Op.cit., hlm. 124. 95 Ibid.
77
Universitas Sumatera Utara orientasi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan umum, dan akses pelayanan. Semua orang memiliki hak untuk dilindungi kesehatannya, sebagaimana tugas untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya pemajuan dan perlindungan yang sama, dan tunduk pada ukuran-ukuran kesehatan seperti yang ditetapkan undang-undang, dan dalam kesesuaiannya dengan konvensi dan persetujuan internasional yang disusun dan diratifikasi oleh Republik.96 Pada pasal 83 tersebut ditegaskan bahwa kesehatan rakyat
Venezuela merupakan tanggungjawab negara dalam hal ini pemerintah
yang berkuasa. Seluruh rakyat Venezuela baik dari golongan menengah ke
atas sampai rakyat yang sangat miskin tanpa terkecuali mendapatkan hak
tersebut. Pemerintah harus menyediakan akses kesehatan tersebut kepada
rakyat dimana aset-aset pelayanan kesehatan tersebut menjadi milik negara
dan tidak boleh diprivatisasi sebagaimana tertulis dalam pasal 84
Konstitusi Bolivarian. Hal ini berbeda dengan ideologi kapitalis dimana
kesehatan merupakan salah satu komoditas yang dapat mendatangkan
uang. Kesehatan yang mahal dikomersialkan karena dalam logika
kapitalisme, pelayanan bertujuan untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dan bukan untuk memenuhi kebutuhan yang
merupakan hak asasi manusia.
Agar dapat menjamin hak-hak kesehatan, negara menciptakan, melakukan panduan, dan mengurusi sistem kesehatan publik nasional yang lintas sektor dan batas-batas, dan didesentralisasikan serta berwatak partisipatif, terintegrasi dengan sistem keamanan sosial, keadilan, integrasi sosial, dan solidaritas. Sistem kesehatan publik memberikan prioritas untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, menjamin pelayanan yang tetap dan cepat dan
96 Isi dari pasal 83 dapat dilihat pada lampiran
78
Universitas Sumatera Utara rehabilitasi kualitas. Aset-aset dan pelayanan kesehatan publik adalah milik negara dan tidak boleh diprivatisasi. Komunitas yang terorganisir memiliki hak-hak dan tugas untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan rencana, implementasi, dan kontrol kebijakan dalam institusi-institusi kesehatan.97 Pelayanan kesehatan di Venezuela juga diberikan gratis tanpa
dipungut bayaran sepeser pun. Pendapatan melimpah negara dari sektor
minyak dimanfaatkan untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis.
Akses kesehatan gratis di Venezuela ini mengacu pada pasal 85 Konstitusi
Bolivarian.
Pembiayaan sistem kesehatan publik adalah tanggungjawab negara yang harus mengintegrasikan sumber-sumber pendapatan, kontribusi keamanan sosial sesuai yang dimaksudkan dan berbagai sumber pembiayaan lain sebagaimana dimaksudkan undang- undang. Negara menjamin anggaran kesehatan seperti membuat capaian-capaian tujuan kebijakan kesehatan dimungkinkan. Dengan berkoordinasi dengan universitas dan lembaga penelitian, kebijakan pelatihan teknis, dan profesional negara dan industri nasional menghasilkan pasokan perawatan kesehatan akan dikembangkan dan ditingkatkan. Negara akan mengatur baik lembaga-lembaga kesehatan yang publik dan yang privat.98 Pemerintahan Hugo Chavez mewujudkan amanat konstitusi
tersebut dengan membangun lebih banyak rumah bagi warga miskin.
Selain itu, juga dibangun akses air bersih, sehat, dan segar bagi jutaan
rakyat. Pemerintah mengadakan Mission Barrio Adentro yang bertujuan
untuk menyediakan pusat-pusat kesehatan gratis. Misi ini memakai tenaga
dokter dari Kuba yang berjumlah sekitar 8.000-13.000 orang untuk
97 Isi dari pasal 84 dapat dilihat pada lampiran 98 Isi dari pasal 85 dapat dilihat pada lampiran
79
Universitas Sumatera Utara melayani kesehatan rakyat Venezuela secara gratis. Kuba mengirimkan
dokter ke Venezuela sebagai paket pertukaran dengan minyak murah.99
Dokter Venezuela yang pro rezim lama tidak mau bekerja untuk
program ini karena dibayar murah. Setiap dokter yang dipekerjakan
bertanggung jawab terhadap kesehatan 200 keluarga miskin. Hal ini
merupakan suatu penghormatan besar bagi manusia yang menyangkut
kesehatan dan keberlangsungan hidupnya. Pada 5 Agustus 2004,
pemerintahan Hugo Chavez mengklaim bahwa dalam setahun, Barrio
Adentro telah menyelamatkan 5000 jiwa dan merawat lebih dari 18 juta
penduduk atau sekitar 70% dari jumlah populasi Venezuela.
Program yang dilakukan pemerintah berikutnya adalah Mission
Mercal (kependekan dari Mercados de Alimentos). Misi ini dilakukan
mulai 22 April 2003 dan ditata kembali di bawah Kementerian Pangan
Venezuela pada 16 September 2003. Mission Mercal bertujuan untuk
menyediakan bahan makanan maupun makanan murah untuk rakyat.
Pemerintah membuka pasar makanan rakyat dimana mereka membeli
makanan dari perusahaan makanan kemudian dijual ke pasar makanan
tradisional dengan harga 30% lebih murah daripada harga makanan di
supermarket besar.100
99 Judith Levin, Op.Cit.,hlm. 102. 100 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 127.
80
Universitas Sumatera Utara Hasilnya, pada tahun 2006, lebih dari 209 pertokoan milik
pemerintah, 870 toko yang bekerja sama dengan pemerintah lokal, dan
lebih dari 12.000 pasar tradisional menjual produk makanan murah yang
disediakan pemerintah. Hasil survey dari American Barometer
menunjukkan bahwa 71% rakyat Venezuela merasakan manfaat dari
Mission Mercal sementara hampir 50% rakyat Venezuela merasakan
manfaat dari Mission Barrio Adentro. Pada umumnya, masyarakat
membeli daging dan susu untuk kebutuhan mereka.101
Pada 14 Januari 2006, pemerintah meluncurkan Mission Negra
Hipolita. Misi ini merupakan misi perawatan kesehatan primer dan
dikhususkan bagi penduduk yang sangat miskin. Bantuan kesehatan
kepada para gelandangan, tunawisma, pecandu obat-obatan terlarang, dan
bagi mereka yang berada pada titik kemiskinan yang kritis juga
diberikan.102
3.1.4 Kebijakan Luar Negeri
Venezuela telah melakukan berbagai persiapan sebelum lepas dari IMF dan Bank Dunia. Persiapan ini penting untuk dapat mempertahankan perekonomian setelah menghentikan status keanggotaannya di dua lembaga tersebut. Dasar kesiapan Venezuela didukung keyakinan bahwa dengan kekayaan sumber daya alam yang juga besar, Venezuela akan mampu melepas diri dari
101 Kirk A. Hawkins, Op.Cit., hlm. 208. 102 Nurani Soyomukti, Op.Cit., hlm. 128.
81
Universitas Sumatera Utara ketergantungannya pada modal asing internasional yang besar. Ditambah dengan teori yang mengatakan bahwa bila suatu negara menguasai sumber energi, maka dapat dipastikan negara tersebut juga mempunyai kekuatan politik. Jadi dengan melihat potensi yang dimiliki Venezuela, negara ini pun berani untuk keluar dariIMF dan Bank Dunia. Melalui ikatan ekonomi politik yang membebaskan
Venezuela dari penindasan mekanisme-mekanisme keuangan kapitalis IMF dan
Bank Dunia, Presiden Chavez dan pemerintahannya telah merancang beberapa aliansi strategis. Aliansi-aliansi strategis tersebut antara lain pembentukan
ALBA.103
ALBA merupakan konsep dari Presiden Venezuela, Hugo Chavez, yang menawarkan suatu bentuk kerjasama antara negara-negara Amerika Latin. Ide dasar Hugo Chavez mengenai ALBA ini mirip dengan organisasi kerjasama regional lainnya seperti Uni Eropa, ASEAN, dan Benelux. Ide ALBA pertama kali diutarakan oleh Hugo Chavez di Isla Margarita pada 3rd Summit of the Heads of State and the Government of the Association of Caribbean States pada
Desember tahun 2001.104
ALBA (Alternativa Bolivariana para las Americas) merupakan kerjasama regional di kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kerjasama yang diajukan pada
Desember 2001 ini merupakan alternative terhadap FTAA (Free Trade Area of
Americas) pada Association of Caribbean States Summit. Pada Desember 2004,
103 Hikmatul Akbar dan Sandrianti Luh Risma, Loc.cit. 104 Michael Fox, Defining the Bolivarian Alternative for the Americas-ALBA, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/1870. diakses pada 16 Februari 2018 pukul 15:40 WIB.
82
Universitas Sumatera Utara Venezuela dan Kuba mendatangani perjanjian kerjasama dalam kerangka ALBA, dimana pada awalnya kerjasama ini untuk menyeimbangi FTAA yang didominasi oleh Amerika Serikat. Melalui strategi ini pula, Chavez dan Castro berhasil mengkonsolidasikan penolakan terhadap FTAA sekaligus mendeklarasikan
ALBA—the Bolivarian Alternative for the Americas (Alternatif Bolivarian untuk
Rakyat Amerika) di Mar del Plata, Argentina di penghujung 2005 lalu. ALBA adalah alternatif kerja sama AL melawan intervensi pasar bebas imperialis AS.105
Dalam perjanjian awal kerjasama, untuk meningkatkan Indigenous
Development dalam kerangka Millineum Development Goals di kedua negara tersebut merupakan sebagai upaya mencegah ketimpangan sosial yang terus terjadi di kedua negara pada khususnya dan kawasan Amerika Latin pada umumnya. Perjanjian tersebut di antaranya melakukan pertukaran antara energi dengan kesehatan, di mana Kuba akan mengirim lebih dari 20.000 dokter yang akan ditempatkan di ratusan klinik dan rumah sakit dan mengirimkan ratusan guru di beberapa sekolah di Venezuela serta menyediakan beasiswa kedokteran di berbagai universitas di Kuba. Begitu sebaliknya Venezuela akan mengirim lebih dari 100.000 barel per hari ke Kuba.106
ALBA sendiri berdiri atas asas Solidaritas untuk kemajuan bersama, bentuk kerjasama diperluas menjadi pertukaran minyak dengan bahan makanan dan pertanian (bahkan sudah mencapai pertukaran bijih besi kualitas tinggi (ore)
105 Syamsul Ma‘arif, Loc.Cit., hlm. 476. 106 Ibid.
83
Universitas Sumatera Utara dan bauksit dengan nikel); dokter dengan mesin-mesin produksi; bantuan modal untuk pengembangan energi minyak, namun bukan dengan jalan memprivatisasikannya ke korporasi minyak dan penjualan minyak murah.107
Pengukuhan ALBA sebagai kerjasama kawasan merupakan upaya integrasi ekonomi-politik yang berdasarkan prinsip-prinsip saling melengkapi
(tidak berkompetisi), solidaritas (tidak dominasi), kerja bersama (tidak eksploitasi) dan penghormatan kedaulatan rakyat (menggantikan kekuasaan korporasi) bagi kemajuan tenaga-tenaga produktif negara-negara yang lebih miskin, sekaligus menjadi penyeimbang kerjasama kawasan yang telah ada
FTAA. 108ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi sosial. Tujuan ALBA adalah membangun masa depan Amerika Latin yang sejahtera, menghancurkan ketidaksetaraan sosial dan menjadikan wilayah ini sebagai kekuatan yang mampu menjalankan model perekonomian sendiri di tengah globalisasi, melalui strategi ekonomi, politik, sosial-budaya yang ada di kawasan Amerika Latin.
107 Ibid, hlm. 477. 108 The Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zembrano, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/6025 diakses pada 20 Maret 2018 pukul 16:35 WIB
84
Universitas Sumatera Utara BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Munculnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela menandai perubahan penting, bukan hanya menyangkut Venezuela, melainkan pula perkembangan Amerika Latin secara keseluruhan. Dimana Venezuela bahkan di sebagian besar Amerika Latin telah terjadi gelombang besar anti neoliberalisme yang digerakkan oleh Hugo Chavez. Yang mana Hugo Chavez bersama tokoh- tokoh Amerika Latin lainnya, terbukti semakin berani mencari jalan sendiri untuk meninggalkan ikatan-ikatan ekonomisss dan politik yang selama ini dirasakan menyengsarakan dan begitu kejam. Mereka menghadapinya dengan caranya masing-masing dan telah memberikan pertanda yang sangat jelas bahwa Amerika
Latin khususnya Venezuela tidak lagi bersedia menjadi agen neoliberalismenya
Amerika Serikat.
Beberapa kebijakan yang diambil Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak rakyat, seperti hak ekonomi, politik, dan kebudayaan. Yang terpenting adalah aset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang dengan keserakahannya menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program- program sosial terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya.
85
Universitas Sumatera Utara Melalui kebijakan revolusioner yang dilakukan pemerintahan Hugo
Chavez baik kebijakan dalam negeri berupa kebijakan poliik, kebijakan ekonomi dan kebijakan sosial maupun luar negerinya menjadikan Venezuela mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi sepanjang negara itu berdiri, wabah buta huruf
Venezuela dapat dihilangkan pada 2005, dan angka kemiskinan, kematian bayi dan anak, pengangguran menurun drastis selama Hugo Chavez memerintah.
Kondisi Venezuela yang mulai membaik ini terjadi saat Hugo Chavez terpilih sebagai presiden pada akhir tahun 1998. Hugo Chavez membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan Venezuela.
Akan tetapi, tidak semua rakyat bisa menerima kebijakan Hugo Chavez.
Mereka adalah orang-orang kaya, berpenghasilan tinggi, pemilik pabrik, dan sebagian perwira militer yang menjadi oposisi pemerintah. Oposisi dengan bantuan dari AS terus menentang kebijakan Hugo Chavez bahkan berusaha menjatuhkannya. Dukungan rakyat yang luar biasa besarnya senantiasa menghalangi upaya oposisi untuk menurunkan Hugo Chavez. Hugo Chavez telah menjadi Presiden yang sangat dicintai rakayatnya dan keberhasilan pemerintah
Hugo Chavez dalam menghadapi neoliberalisme, semakin jelas bahwa dunia di bawah sistem neoliberalisme yang berporos pada negara-negara kapitalisme bukanlah sebuah alternatif bagi masa depan dan hanya dapat menyengsarakan negara berkembang yang kaya akan hasil buminya. Tetapi sosialismelah yang dapat dijadikan jalan keluar, sebab sosialisme adalah alternatif peradaban bagi masa depan.
86
Universitas Sumatera Utara 4.2 Saran
Pemerintahan Hugo Chavez yang menjalankan pemerintahan dengan sistem sosialismenya dan bertolak belakang dengan sistem neoliberalisme
Amerika Serikat hingga membangun perekonomian Venezuela menjadi meningkat dan dapat menurunkan angka kemiskinan adalah bukti nyata bahwa ada sistem yang lebih baik yang patut untuk dijalankan oleh negara-negara dunia ketiga ketimbang harus menjalankan sistem neoliberalisme Amerika Serikat yang hanya menjerat dan mengambil keuntungan sendiri demi negaranya sendiri. Untuk itu seharusnya pemerintahan setelah Hugo Chavez dapat meneruskan perjuangan dan kebijakan-kebijakan anti neoliberalismenya agar tidak lagi terperangkap dalam kekejaman sistem negara adidaya dan super power seperti Amerika Serikat dan negara-negara koloni lainnya.
87
Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
A. Hawkins, Kirk. 2010. Venezuela‟s Chavismo and Populism in Comparative Perspective. New York: Cambridge University Press. Anselm, Strauss dan Juliet Corbin. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bruce, Iain. 2008. The Real Venezuela Making Socialism in the 21st Century. London: Pluto Press. Deliarnov. 2007. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta: Insist Press. Harnecker, Martha. 2015. Sosialisme Abad Keduapuluh Satu: Pengalaman Amerika Latin, Yogyakarta: IndoProgress. Husain Pontoh, Coen. 2005. Malapetaka Demokrasi Pasar. Yogyakarta: Resist Book. I. Wibowo dan Francis Wahono. 2003. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas. Khudori. 2004. Neoliberalisme Menumpas Petani. Yogyakarta: Resist Book. Levin, Judith. 2006. Modern World Leaders: Hugo Chavez. New York: Chelsea House Publishing. Lukman, Tatiana. 2013. Alternatif. Jakarta: Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Michael Tarver, H. and Julia C. Frederik. 2005. The History of Venezuela. London: Greenwood Press. Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
88
Universitas Sumatera Utara Ossietzky, Carl von. 2008. The main Actors and their Role in the Bolivarian Revolution in Venezuela. Oldenburg: Universitat Oldenburg. Priyono, AE dan Usman Hamid. 2014. Merancang Arah Baru Demokrasi: Indonesia Pasca-Reformasi. Jakarta: KPG. Soyomukti, Nurani. 2007. Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal. Yogyakarta: Resist Book. Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo.
JURNAL dan Sumber lainnya: Akbar, Hikmatul dan Sandrianti Luh Risma, “Aliansi Strategi Venezuela dalam Menghadapi Globalisai Ekonomi‖ diunggah dari academia.edu pada 09 Maret 2018. Launa dan M. Azman Fajar, Jalan “Sosialisme Baru” Amerika Latin: Sebuah Era Baru, Jurnal Sosial Demokrasi, Vol. 4, No. 1, Oktober – Desember 2008. Ma‘arif, Syamsul Neososialisme Kebijakan Ekonomi Politik (Pengalaman Venezuela di Bawah Hugo Chavez). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.2, Juli-Desember 2012. Purwa Adi Wibawa, Krisna Pengaruh Ideologi Kiri Baru terhadap Perubahan Kebijakan Negara di Sektor Energi: Studi Kasus Venezuela, Jurnal Analisis Hubungan Internasional Vol. 3 No. 1 Maret 2014. Razali, Rino Analisis Penerapan Kebijakan Ekonomi Sosialis Venezuela Pada Masa Pemerintahan Hugo Chavez Menghadapi Imperialisme Ekonomi Amerika Serikat Tahun 1998-2013, JOM FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014. Yusran, Telaah Neoliberalisme Dalam Memahami Reaksi Amerika Serikat Terhadap Nasionalisasi Perusahaan Minyak Di Venezuela, Transnasional Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Vol. 6 No. 1 Juni 2011.
89
Universitas Sumatera Utara INTERNET: Alzair, Hendra Deskripsi Negara Venezuela, dalam http://hendraalzair.blogspot.co.id/2015/12/deskripsi-negara- venezuela.html diakses pada 2 Februari 2018 19:47 WIB Dita Ariestiyana, Roni Sejarah Berdirinya Negara Venezuela, dalam http://referensianaa.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-berdirinya-negara- venezuela.html Diakses pada 25 Januari 2018 pukul 16:15 WIB Dickson, Profil Negara Venezuela, dalam http://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-venezuela/ diakses pada 5 februari 2018 14:20 WIB Fox, Michael Defining the Bolivarian Alternative for the Americas-ALBA, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/1870. diakses pada 16 Februari 2018 pukul 15:40 WIB. Sanjaya, Ade Pengertian Neoliberalisme Definisi Ciri dan Lembaga Pendukung Respon Kebijakan Pemerintah, dalam http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-neoliberalisme- definisi-ciri.html diakses pada 27 Februari 2018 pukul 14:40 WIB Setiawan, Samhis „‟Ideologi Sosialisme‟‟ Pengertian dan (Sejarah, Ciri, Contoh) dalam http://www.gurupendidikan.co.id/ideologi-sosialisme- pengertian-sejarah-ciri-contoh/ diakses pada 30 November 2017 pukul 14:10 WIB Sundani, Euis Pengertian dan Perkembangan Paham Sosialisme dalam http://euissundani.blogspot.co.id/2014/12/paham-sosialisme-dan- paham-komunisme.html diakses pada 1 Desember 2017 pukul 11:15 WIB The Fundamentals of ALBA: Interview with Executive Secretary Amenothep Zembrano, dalam http://venezuelanalysis.com/analysis/6025 diakses pada 20 Maret 2018 pukul 16:35 WIB
90
Universitas Sumatera Utara Wikipedia, Hugo Chavez dalam https://id.wikipedia.org/wiki/HugoChavez diakses pada 25 November 2017 pukul 16:53 WIB , Neoliberalisme, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme diakses pada 30 Januari 2018 pukul 17:05 WIB
91
Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN
CONSTITUCION de la Republika Bolivariana de Venezuela
Publicada en Gaceta Oficial Extraordinaria N° 5.453 de la República Bolivariana de Venezuela. Caracas, viernes 24 de marzo de 2000
Asamblea Nacional Constituyente
PREÁMBULO
El pueblo de Venezuela, en ejercicio de sus poderes creadores e invocando la protección de Dios, el ejemplo histórico de nuestro Libertador Simón Bolívar y el heroísmo y sacrificio de nuestros antepasados aborígenes y de los precursores y forjadores de una patria libre y soberana; con el fin supremo de refundar la República para establecer una sociedad democrática, participativa y protagónica, multiétnica y pluricultural en un Estado de justicia, federal y descentralizado, que consolide los valores de la libertad, la independencia, la paz, la solidaridad, el bien común, la integridad territorial, la convivencia y el imperio de la ley para esta y las futuras generaciones; asegure el derecho a la vida, al trabajo, a la cultura, a la educación, a la justicia social y a la igualdad sin discriminación ni subordinación alguna; promueva la cooperación pacífica entre las naciones e impulse y consolide la integración latinoamericana de acuerdo con el principio de no intervención y autodeterminación de los pueblos, la garantía universal e indivisible de los derechos humanos, la democratización de la sociedad internacional, el desarme nuclear, el equilibrio ecológico y los bienes jurídicos ambientales como patrimonio común e irrenunciable de la humanidad; en ejercicio de su poder originario representado por la Asamblea Nacional Constituyente mediante el voto libre y en referendo democrático, decreta la siguiente
92
Universitas Sumatera Utara CONSTITUCIÓN
TÍTULO I
PRINCIPIOS FUNDAMENTALES
Artículo 1. La República Bolivariana de Venezuela es irrevocablemente libre e independiente y fundamenta su patrimonio moral y sus valores de libertad, igualdad, justicia y paz internacional en la doctrina de Simón Bolívar, el Libertador.
Son derechos irrenunciables de la Nación la independencia, la libertad, la soberanía, la inmunidad, la integridad territorial y la autodeterminación nacional.
Artículo 2. Venezuela se constituye en un Estado democrático y social de Derecho y de Justicia, que propugna como valores superiores de su ordenamiento jurídico y de su actuación, la vida, la libertad, la justicia, la igualdad, la solidaridad, la democracia, la responsabilidad social y en general, la preeminencia de los derechos humanos, la ética y el pluralismo político.
Sección Segunda: Del Referendo Popular
Artículo 71. Las materias de especial trascendencia nacional podrán ser sometidas a referendo consultivo por iniciativa del Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros; por acuerdo de la Asamblea Nacional, aprobado por el voto de la mayoría de sus integrantes; o a solicitud de un número no menor del diez por ciento de los electores y electoras inscritos en el registro civil y electoral.
También podrán ser sometidas a referendo consultivo las materias de especial trascendencia parroquial, municipal y estadal. La iniciativa le corresponde a la Junta Parroquial, al Concejo Municipal o al Consejo Legislativo, por acuerdo de las dos terceras partes de sus integrantes; al Alcalde o Alcaldesa, o al Gobernador o Gobernadora de Estado, o a un número no menor del diez por ciento del total de inscritos en la circunscripción correspondiente, que lo soliciten.
Artículo 72. Todos los cargos y magistraturas de elección popular son revocables. Transcurrida la mitad del período para el cual fue elegido el funcionario o funcionaria, un número no menor del veinte por ciento de los electores o electoras inscritos en la correspondiente circunscripción podrá solicitar la convocatoria de un referendo para revocar su mandato.
93
Universitas Sumatera Utara Cuando igual o mayor número de electores y electoras que eligieron al funcionario o funcionaria hubieren votado a favor de la revocatoria, siempre que haya concurrido al referendo un número de electores y electoras igual o superior al veinticinco por ciento de los electores y electoras inscritos, se considerará revocado su mandato y se procederá de inmediato a cubrir la falta absoluta conforme a lo dispuesto en esta Constitución y en la ley.
La revocación del mandato para los cuerpos colegiados se realizará de acuerdo con lo que establezca la ley.
Durante el período para el cual fue elegido el funcionario o funcionaria no podrá hacerse más de una solicitud de revocación de su mandato.
Artículo 73. Serán sometidos a referendo aquellos proyectos de ley en discussion por la Asamblea Nacional, cuando así lo decidan por lo menos las dos terceras partes de los o las integrantes de la Asamblea. Si el referendo concluye en un sí aprobatorio, siempre que haya concurrido el veinticinco por ciento de los electors y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral, el proyecto correspondiente será sancionado como ley.
Los tratados, convenios o acuerdos internacionales que pudieren comprometer la soberanía nacional o transferir competencias a órganos supranacionales, podrán ser sometidos a referendo por iniciativa del Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros; por el voto de las dos terceras partes de los o las integrantes de la Asamblea; o por el quince por ciento de los electores o electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.
Artículo 74. Serán sometidas a referendo, para ser abrogadas total o parcialmente, las leyes cuya abrogación fuere solicitada por iniciativa de un número no menor del diez por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral o por el Presidente o Presidenta de la República en Consejo de Ministros.
También podrán ser sometidos a referendo abrogatorio los decretos con fuerza de ley que dicte el Presidente o Presidenta de la República en uso de la atribución prescrita en el numeral 8 del artículo 236 de esta Constitución, cuando fuere solicitado por un número no menor del cinco por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.
94
Universitas Sumatera Utara Para la validez del referendo abrogatorio será indispensable la concurrencia de, por lo menos, el cuarenta por ciento de los electores y electoras inscritos e inscritas en el registro civil y electoral.
No podrán ser sometidas a referendo abrogatorio las leyes de presupuesto, las que establezcan o modifiquen impuestos, las de crédito público ni las de amnistía, ni aquellas que protejan, garanticen o desarrollen los derechos humanos y las que aprueben tratados internacionales.
No podrá hacerse más de un referendo abrogatorio en un período constitucional para la misma materia.
Artículo 83. La salud es un derecho social fundamental, obligación del Estado, que lo garantizará como parte del derecho a la vida. El Estado promoverá y desarrollará políticas orientadas a elevar la calidad de vida, el bienestar colectivo y el acceso a los servicios. Todas las personas tienen derecho a la protección de la salud, así como el deber de participar activamente en su promoción y defensa, y el de cumplir con las medidas sanitarias y de saneamiento que establezca la ley, de conformidad con los tratados y convenios internacionales suscritos y ratificados por la República.
Artículo 84. Para garantizar el derecho a la salud, el Estado creará, ejercerá la rectoría y gestionará un sistema público nacional de salud, de character intersectorial, descentralizado y participativo, integrado al sistema de seguridad social, regido por los principios de gratuidad, universalidad, integralidad, equidad, integración social y solidaridad. El sistema público nacional de salud dará prioridad a la promoción de la salud y a la prevención de las enfermedades, garantizando tratamiento oportuno y rehabilitación de calidad. Los bienes y servicios públicos de salud son propiedad del Estado y no podrán ser privatizados. La comunidad organizada tiene el derecho y el deber de participar en la toma de decisiones sobre la planificación, ejecución y control de la política específica en las instituciones públicas de salud.
Artículo 85. El financiamiento del sistema público nacional de salud es obligación del Estado, que integrará los recursos fiscales, las cotizaciones obligatorias de la seguridad social y cualquier otra fuente de financiamiento que determine la ley. El Estado garantizará un presupuesto para la salud que permita cumplir con los objetivos de la política sanitaria. En coordinación con las universidades y los centros de investigación, se promoverá y desarrollará una política nacional de formación de profesionales, técnicos y técnicas y una industria nacional de
95
Universitas Sumatera Utara producción de insumos para la salud. El Estado regulará las instituciones públicas y privadas de salud.
Artículo 88. El Estado garantizará la igualdad y equidad de hombres y mujeres en el ejercicio del derecho al trabajo. El Estado reconocerá el trabajo del hogar comoactividad económica que crea valor agregado y produce riqueza y bienestar social. Las amas de casa tienen derecho a la seguridad social de conformidad con la ley.
TÍTULO V DE LA ORGANIZACIÓN DEL PODER PÚBLICO NACIONAL Capítulo I Del Poder Legislativo Nacional Sección Primera: Disposiciones Generales
Artículo 186. La Asamblea Nacional estará integrada por diputados y diputadas elegidos o elegidas en cada entidad federal por votación universal, directa, personalizada y secreta con representación proporcional, según una base poblacional del uno coma uno por ciento de la población total del país.
Cada entidad federal elegirá, además, tres diputados o diputadas.
Los pueblos indígenas de la República Bolivariana de Venezuela elegirán tres diputados o diputadas de acuerdo con lo establecido en la ley electoral, respetando sus tradiciones y costumbres.
Cada diputado o diputada tendrá un suplente o una suplente, escogido o escogida en el mismo proceso.
Artículo 192. Los diputados o diputadas a la Asamblea Nacional durarán cinco años en el ejercicio de sus funciones, pudiendo ser reelegidos o reelegidas por dos periodos consecutivos como máximo.
96
Universitas Sumatera Utara TÍTULO VI DEL SISTEMA SOCIO ECONÓMICO Capítulo I Del Régimen Socio Económico y de la Función del Estado en la Economía
Artículo 299. El régimen socioeconómico de la República Bolivariana de Venezuela se fundamenta en los principios de justicia social, democracia, eficiencia, libre competencia, protección del ambiente, productividad y solidaridad, a los fines de asegurar el desarrollo humano integral y una existencia digna y provechosa para la colectividad. El Estado conjuntamente con la iniciativa privada promoverá el desarrollo armónico de la economía nacional con el fin de generar fuentes de trabajo, alto valor agregado nacional, elevar el nivel de vida de la población y fortalecer la soberanía económica del país, garantizando la seguridad jurídica, solidez, dinamismo, sustentabilidad, permanencia y equidad del crecimiento de la economía, para lograr una justa distribución de la riqueza mediante una planificación estratégica democrática participativa y de consulta abierta.
Artículo 300. La ley nacional establecerá las condiciones para la creación de entidades funcionalmente descentralizadas para la realización de actividades sociales o empresariales, con el objeto de asegurar la razonable productividad económica y social de los recursos públicos que en ellas se inviertan.
Artículo 301. El Estado se reserva el uso de la política comercial para defender las actividades económicas de las empresas nacionales públicas y privadas. No se podrá otorgar a personas, empresas u organismos extranjeros regímenes más beneficiosos que los establecidos para los nacionales. La inversión extranjera esta sujeta a las mismas condiciones que la inversión nacional.
Artículo 302. El Estado se reserva, mediante la ley orgánica respectiva, y por razones de conveniencia nacional, la actividad petrolera y otras industrias, explotaciones, servicios y bienes de interés público y de carácter estratégico. El Estado promoverá la manufactura nacional de materias primas provenientes de la explotación de los recursos naturales no renovables, con el fin de asimilar, crear e innovar tecnologías, generar empleo y crecimiento económico, y crear riqueza y bienestar para el pueblo.
Salinan Konstitusi Bolivarian ini tersedia pada http://www.memoware.com/?global_op=download_file&file_id=20867 diakses pada 19 Maret 2018 pukul 20:15 WIB
97
Universitas Sumatera Utara