30 4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1. Persebaya 1927
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
4. ANALISIS DATA 4.1 Profil Informan 4.1.1. Persebaya 1927 Gambar 4.1 Logo Persebaya 1927 Sumber: bajulijo.net, 2012 Persebaya adalah sebuah tim sepakbola didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Nama awal dari Persebaya adalah Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Nama tersebut dipilih agar berbeda dengan klub Sorabaiasche Voebal Bond (SVB) yang didirikan oleh orang-orang Belanda pada tahun 1910. Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta. 30 Universitas Kristen Petra Prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah warga asli Surabaya dan sebagian kecil keturunan Tionghoa cukup mentereng dan kembali mencapai final di tahun 1939 sebelum dikalahkan oleh Persis Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952. Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990. Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama yang pada saat itu merupakan sebuah kompetisi yang dikhususkan untuk tim milik swasta dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 mereka kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai dengan 2 kali gelar juara Liga Indonesia, Green Force (julukan Persebaya) juga sempat merasakan harus didegradasi pada tahun 2002 lalu karena mereka mengundurkan diri dari 8 besar Liga Indonesia karena adanya ancaman dari suporter Persija Jakarta. Namun setelah mereka terdegradasi, Persebaya langsung menebusnya dengan gelar juara Divisi I di tahun 2003 dan Divisi Utama di 2005. Pada tahun 2009, PSSI mulai goncang dan akhirnya memecah belah beberapa pihak. Lewat konferensi luar biasa tahun 2009 di Malang, akhirnya diputuskan Liga Super Indonesia dihapuskan dan akan ada Liga Primer Indonesia. Persebaya akhirnya juga ikut terbelah dan terbentuklah Persebaya 1927 yang berlaga di Liga Primer Indonesia dan juga Persebaya Divisi Utama yang berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Persebaya yang sebenarnya adalah Persebaya 1927 karena materi pemain 31 Universitas Kristen Petra dan staf dan juga markas mereka masih tetap. Di awal kesertaannya di Liga Primer Indonesia, Persebaya hanya menduduki posisi kedua klasemen akhir tahun 2010. Tahun 2013 ini Persebaya 1927 kembali mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia dan Persebaya 1927 inilah yang akan diteliti oleh peneliti. 4.1.2. Ibnu Grahan (Pelatih Persebaya) Ibnu Grahan adalah sosok pelatih kelahiran Surabaya 23 Juli 1967, dia memulai karir profesionalnya sebagai seorang pemain di Liga Perserikatan pada tahun 1987. Semenjak itu dia selalu menjadi pemain inti dari Persebaya di Liga Perserikatan. Dia sebenarnya tak punya mimpi untuk menjadi pemain sepakbola karena ayahnya menginginkannya menjadi seorang angkatan darat. Namun karena gagal tes Akabri di Magelang pada 1986, dia akhirnya pulang ke Surabaya. Setelah itu dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain bola. Bakatnya dilihat oleh salah seorang pemain legendaris Persebaya yakni Nicky Puttiray dan akhirnya Ibnu dibawa untuk menjalani tes di Persebaya. Prestasinya sangat baik sebagai pemain. Dia berhasil membawa Persebaya juara Liga Perserikatan pada tahun 1988 dan 1990. Setelah mengabdi selama 5 tahun di Persebaya, dia akhirnya menerima pinangan tim Mitra Surabaya pada 1993 dan dia akhirnya pensiun di tahun 1997 di tim Assyaabab. Setelah pensiun, bapak 3 anak ini memutuskan untuk menjadi seorang pelatih. Karena itu dia mengambil lisensi A kepelatihan milik PSSI pada tahun 1998. Debut kepelatihannya dimulai tahun 2002 dengan melatih tim Persebaya U-18 yang bermaterikan anak-anak muda berusia dibawah 18 tahun. Pada awal karirnya ini, Ibnu 32 Universitas Kristen Petra mampu membawa Persebaya U-18 merebut peringkat ketiga nasional. Lewat sinilah namanya mulai dikenal dan akhirnya pada tahun 2003 dia diangkat menjadi asisten pelatih tim Persebaya. Dia menjadi asisten pelatih dari Jacksen F. Tiago dan berhasil menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2005. Setelah itu pada tahun 2007 dia diangkat menjadi pelatih Persebaya dan hasilnya cukup mengecewakan (posisi ke-14 dari 20 tim) sehingga dia harus digantikan oleh Suhatman Iman. Ibnu Grahan akhirnya melatih tim PS Sumbawa Barat sebelum akhirnya ke Persela Lamongan U-21. Setelah itu pada tahun 2009 Ibnu Grahan kembali ke Persebaya dan menjadi asisten pelatih sampai pada tahun 2012. Tahun 2013 dirinya dipercaya oleh manajemen Persebaya untuk menjadi pelatih dan mendapat beban untuk menjadi juara Liga Primer Indonesia di musim 2013-2014 ini. 4.1.3. Mat Halil (Kapten Tim Persebaya) Mat Halil adalah seorang bek kiri (Left Winger) kelahiran Surabaya 7 Maret 1979 yang sudah menjadi pemain senior di tim Persebaya Surabaya. Dia memulai karirnya di tim liga internal Persebaya tahun 1999 sampai pada akhirnya dia ditarik untuk bermain di tim Persebaya senior. Loyalitasnya pada tim akhirnya berbuah manis karena pada tahun 2005 dia menjadi wakil kapten dari Bejo Sugiantoro dan dia tetap menjabat wakil kapten sampai pada tahun 2012. Bapak 2 anak ini sangat disegani oleh para pemain muda karena faktor usia dan wibawanya saat memimpin rekan-rekannya di lapangan. Selain itu, pemain berusia 34 tahun ini juga sangat piawai dalam 33 Universitas Kristen Petra menggalang lini belakang sehingga dia dipercaya oleh Ibnu Grahan untuk menjadi kapten tim Persebaya dan menggantikan Erol Iba yang hengkang musim ini karena belum ada kejelasan kontrak dari Persebaya. Memulai karirnya sebagai pemain di Persebaya junior, dia kemudian masuk ke Persebaya senior pada 1999 dan sampai sekarang posisinya tak tergantikan. Pemain satu ini juga sudah mempunyai lisensi C kepelatihan. Lisensi ini akan dia gunakan setelah pensiun karena dia masih ingin berkarya di sepakbola. Pada awal karirnya, pemain 34 tahun bermain sebagai bek sayap murni yang tidak memungkinkan dia untuk menyerang. Namun pada 2002, pelatih saat itu yakni Rusdi Bahalwan melihat sisi yang berbeda dari Mat Halil sehingga dia pun di pasang sebagai striker. Pada saat debutnya sebagai penyerang, dia langsung mencetak 1 gol dan akhirnya sampai sekarang dia dipasang sebagai sayap yang memungkinkan dia untuk bermain menyerang dan bertahan secara bersamaan. Selain lisensi C kepelatihan sepakbola, bapak dua anak ini juga mempunyai sebuah tim sepakbola yang berlaga di liga internal Persebaya yakni El Faza. Dan dari El Faza juga muncul bibit-bibit baru pemain Persebaya. 4.1.4 Fernando Gaston Soler (Kapten Pengganti) Fernando Soler adalah seorang pemain asal Argentina. Dia adalah seorang striker yang sudah menjadi andalan bagi Persebaya 1927 dalam urusan mencetak gol. Soler sudah banyak berpindah-pindah klub sejak awal karir profesionalnya pada tahun 34 Universitas Kristen Petra 1997. Klub pertama yang dibelanya adalah Club Atletico Lanus yang merupakan sebuah klub sepakbola di Argentina. Pria kelahiran Buenos Aires, 24 Februari 1978 ini pertama kali berada di Indonesia pada tahun 2004. Dia bermain untuk Persipura Jayapura. Selama di Persipura, dia mencatatkan 14 gol dari 24 pertandingan. Karena permainannya yang bagus itu, dia dibeli oleh sebuah klub Argentina yakni Sportivo Desamparados pada akhir 2004. Sayangnya permainan bagus yang ia tunjukkan di Persipura gagal ia tunjukkan di Sportivo. Dia hanya bermain sebanyak 2 pertandingan karena cedera yang membelitnya. Pada 2005 dia kembali ke Indonesia untuk membela Persibom Bolaan Mongondow dan mencetak 4 gol dari 22 penampilan. Setelah berpindah-pindah klub sejak 2006 sampai 2010, Soler kembali ke Indonesia dan bermain untuk Real Mataram pada musim 2010-2011. Di Real Mataram dia kembali tampil sebagai seorang striker yang handal. Bapak 3 anak ini berhasil mencetak 13 gol dari 17 penampilan. Karena penampilan yang bagus itu Persis Solo membelinya dari Real Mataram. Nasib buruk kembali menimpanya, dia hanya bermain sebanyak 5 kali dan mencetak 2 gol. Setelah itu dia tidak bermain lagi dalam tempo yang cukup lama karena cedera yang menimpanya. Pada 2012 Persebaya 1927 meminjamnya dari Persis Solo karena kekurangan penyerang yang bertipikal kuat di duel udara. Karena memiliki tinggi badan 186 cm dan bertubuh gempal yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan Persebaya, Dia pun setuju untuk pindah dan langsung mencetak 2 gol di debutnya melawan Bontang FC. Setelah itu dia pun dipermanenkan menjadi pemain Persebaya di musim 2013-2014 ini. Sejauh ini pria yang hobi traveling ini sudah mencetak 10 gol dan