STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH JAMA’AH REMAJA DI SAW

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi (S. Kom. I)

Oleh : HALOMOAN (108051000185)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWA DALAM

MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA

DI MAJELIS RASULULLAH SAW

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Halomoan NrM. r080s100018s

Pembimbing:

NIP: 19730822 99803 2001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA L434 H/2013 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN

skripsi berjudul STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH telah diuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Ulirl Syarif Hidayatuilah Jakarta pad a29 Mei 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilrnu Komunikasi Islam (s.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. J akarta, 22 J anuari 2073

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, a"g. Drs. Jumroni. MSI NIP: 19630515 1992031 006 197108t6

Anggota, Penguji I Penguji II

052r 199903 2 002

Pembimbing

MA NIP: 19730822 1 9803 2 001 ABSTRAK

HALOMOAN

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rsulullah

Islam merupakan agama dakwah. Agama yang memerintahkan pemeluknya untuk menyebarkan dan mensyi’arkan ajaran islam kepada seluruh ummat manusia di muka bumi ini sebagai rahmat semesta alam. Habib Mundzir Al-Musawwa adalah seorang da’i yang menjalankan perintah Allah untuk mengajak ummat Nabi Muhammad SAW khususnya kaum remaja agar meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan ajaran Islam yang benar sehingga terbentuk Akhlakqul karimah dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW. Keberhasilan seorang Da’i dalam berdakwah sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan. Oleh karena itu Habib Mundzir Al-Muasawwa menggunakan beberapa strategi dalam berdakwah kepada kaum remaja. Maka rumusan dari latar belakang masalah adalah : Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah? Asmuni Syukir dalam bukunya Dasr-dasar Strategi Dakwah Islam menyebukan bahwa strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah. Dengan memperhatikan beberapa asas-asas strategi dakwah, yaitu asas filosofis, sosiologis, asas keahlian da’i, psikologis, efektifitas dan efisiensi dakwah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriftif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan strategi dakwah yakni pertama memfokuskan obyek dakwah kepada kaum remaja, kedua menyusun program-program dakwah, ketiga memanfaatkan media dakwah. Dari strategi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: Habib Mundzir Al-Musawwa memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam setiap melakukan kegiatan dakwahnya terhadap para remaja agar menjadi remaja muslim yang berakhlaqul karimah dan benar-benar mengetahui ajaran Islam serta melaksanakannya.

i KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atasa seluruh kehendak Allah

S.W.T, sang pemilik kehendak. Atas izin-Nya lah akhirnya skripsi ini selesai dalam proses pengerjaannya. Skripsi ini merupakan anugrah dan nikmat besar yang Allah berikan kepada saya.

Atas terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief

Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,

M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,

M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal,

L.K, M.A.

2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bapak Drs. Jumroni,MSI,

Skertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarrofah, MA.

3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Rubiyanah MA yang telah menyediakan

waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk membimbing saya.

4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dan bantuannya selama ini.

5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Mundzir Al-Musawwa yang sudah

bersedia untuk diwawancarai, skretaris Majelis Rasulullah Bapak. H. Syukron

ii Makmum yang telah menjadi jembatan untuk bertemu dengan Habib Mundzir

Al-Musawwa.

7. Orang tua tercinta, yaitu mamah dan ayah yang selalu menanyakan

perkembangan sekripsi ini serta doanya agar skripsi ini bejalan dengan baik.

8. Kakak dan adik kandung saya yang selalu membantu dalam suksesnya

pencarian informasi untuk skripsi ini.

9. Kawan-kawan KPI F angkatan 2008 yang selalu member semangat lebih

untuk mengerjakan semangat ini.

Jakarta, 09 September 2013

Penulis

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7 D. Metodelogi Penelitian ...... 7 E. Tinjauan Pustaka ...... 10 F. Sistematika Penulisan ...... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Dakwah ...... 13 1. Strategi ...... 13 a. Pengertian Strategi ...... 13 b. Tahapan-tahapan Strategi ...... 15 2. Dakwah ...... 16 a. Pengertian Dakwah ...... 16 b. Unsur-unsur Dakwah...... 18 c. Bentuk-bentuk Metodelogi Dakwah ...... 20 a. Alhikmah ...... 20 b. Al-Mauidzotul Hasanah ...... 22 c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan ...... 23 d. Qudwatul Hasanah ...... 24 e. Ashlubul Quwwah ...... 24 3. Strategi Dakwah ...... 25 a. Pengertian Strategi Dakwah ...... 25 b. Asas-asas Strategi Dakwah ...... 27

iv B. Akhlaqul Karimah ...... 28 C. Remaja...... 29 1. Pengertian Remaja ...... 29 2. Batasan-batasan Remaja ...... 30 3. Tugas Perkembangan Remaja ...... 31

BAB III PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM MAJELIS RASULULLAH A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 32 1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 32 2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 44 3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 44 4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 45 5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 48 6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 48 B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah ...... 51 1. Sejarah Bedirinya Majelis Rasulullah ...... 51 2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah ...... 53 C. Visi Misi Majelis Rasulullah ...... 55 D. Program-program Majelis Rasulullah ...... 55 1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran Pada Jam Makan Siang ...... 55 2. Bimbingan Di Stasiun Televisi ...... 56 3. Hadroh Majelis Rasulullah ...... 56 E. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah ...... 57

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 59 1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja ...... 60 2. Menyusun Program-program Dakwah ...... 66 3. Memanfaatkan Media Dakwah ...... 70

v BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 73 B. Saran ...... 77 DAFTAR PUSTAKA

vi BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah. Agama dakwah yang dimaksud adalah

agama yang di dalamnya terdapat usaha menegakan yang hak dan yang bathil,

dengan menyebarluaskan kebenaran dan menutup pintu-pintu dari segala

perbuatan tercela, mengajak orang-orang yang belum mempercayainya bahwa

pekerjaan tersebut adalah tugas suci dari sang Khaliq. Semangat untuk

memperjuangkan tugas suci itulah yang kian hari semakin padam dari jiwa-

jiwa para penganutnya. Semangat yang mengegbu-gebu seharusnya tertanam

dalam diri semua manusia ketika mereka mengenal bahwa islam adalah agama

suci, yang diturunkan untuk semua ummat manusia. Sehingga dakwah

menjadi panggilan suci bagi mereka yang menjalankannya atas perintah Allah

SWT.

Sebagai agama yang universal, Islam yang dibawa Nabi Muhammad

SAW merupakan satu bentuk kehidupan yang benar dan senantiasa

memberikan pedoman kepada ummat-Nya dari mulai persoalan yang besar

sampai hal yang paling kecil. Islam bukanlah agama yang terbatas hanya

dalam kehidupan pribadi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya

semata, namun juga memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh

secara jasmani, rohani, material, spiritual, sosial dan ukhrowi.1

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah

Islam memerlukan sebuah setrategi baru yang mampu mengantisipasi

1 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-3 h. 31.

1 2

perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam peradaban

Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern

saat ini diperlukan informasi pola strategi yang tepat.2 Untuk itu dakwah

haruslah dikemas dengan strategi dan metode yang tepat dan pas. Dakwah

harus tampil secara aktual, faktual, dan konstektual. Aktual dalam arti

memecahkan masalah terkini hangat di tengah masyarakat.3 Strategi dakwah

harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi yaitu dalam dakwah harus

ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang

dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.4

Dakwah yang merupakan panggilan suci, karena sisi dari panggilan itu

merupakan satu rangkaian pesan yang mengarahkan kepribadian manusia

dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, alam dan lingkungan. Hubungan

tersebut menjadi sebuah realitas yang tak terelakan dalam kehidupan manusia

jamak, ketika rangkaian pesan yang dimaksud tersampaikan dengan jalan

hikmah (arif dan bijaksana), sebab merumuskan ketentuan penyampaian pesan

dakwah tentu tidak bisa ditempuh dengan satu arah. Berbagai dimensi, ruang

dan media dapat saja dijadikan komoditas dalam menyampaikan pesan

dakwah secara umum.5

Perbuatan-perbuatan baik, jalan-jalan kedamaian, serta meneyeru

dengan tutur kata yang baik merupakan ladang dakwah yang amat luas

pengertiannya. Manusia dalam berdakwah dapat melalui sisi manapun dalam

kehidupan, karena sesungguhnya manusia memiliki tugas dari Allah pencipta

alam semesta, yaitu menjalankan dakwah.

2 M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-1 h. 33. 3 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006), h. IX. 4 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33. 5 Ahmad Yani, 160 materi dakwah pilihan (Depok: Al-Qalam, 2008) h. 122.

3

Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125

Artinya : ”Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara baik, sesungguhnya

Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuknya. “ (An-Nahl:

125)

Ayat di atas menunjukan bahwa Allah mengajarkan manusia untuk

saling bertautan, saling menasehati satu dengan lainnya dengan cara yang

baik-baik dan menjauhkan perdebatan diantara manusia. Kalimat-kalimat suci

menjadi pegangan yang begitu dogmatis dan radikal.

Penggalan dari firman-firman Allah di atas khususnya dan di dalam Al-

Qur‟an umumnya itu sesungguhnya mewujudkan sesorang muslim dalam tutur

katanya, Islam dalam perbuatannya dan juga Islam dalam jiwanya. Allah

menganjurkan kepada manusia untuk mampu mendebat kepada sebuah

kezhaliman dengan strategi yang baik pula. Semua anjuran tersebut itu perlu

di interpretasikan lebih jauh dan mewujudkannya dengan teori-teori yang

mendukung proses dakwah. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Muhammad

Jamal mengutip pendapat Sayyid Quthb bahwa “Sesungguhnya Islam selalu

menghindarkan diri dari peperangan, karena perang dapat menimbulkan

penjajahan, perbudakan, dan berbagai sikap dan ambisi buruk dari Negara-

negara penakluk.”6 Islam menyeru manusia kejalan Allah dengan jalan

bijaksana dan penuh kedamaian.

6 Ahmad Muhammad Jamal, Perang Damai dan MIliter dalam Islam, (Jakarta: P.T.Fikhati Aneska, 1991), h. 71.

4

Begitu banyak atau menjamurnya kegiatan-kegiatan dakwah yang ada di masyarakat serta lembaga-lembaga dakwah formal maupun non formal, akan tetapi masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri seperti banyak ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, meminum-minuman keras (khamar) dan berjudi, semua perbuatan tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri, serta di dorong oleh pengaruh negatif dari perkembangan tekhnologi dan budaya yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan berdampak bagi kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya.

Karena kita ketahui remaja adalah gambaran untuk hari esok dan remaja sebagai generasi penerus yang merupakan asset bangsa ini dan harus baerlandaskan iman, imu, dan akhlak yang baik.

Usaha untuk mewujudkan ajaran Islam yang kaffah dalam aspek kehidupan, tentunya tidak hanya pada tanggung jawab orang tua saja, tetapi unsur-unsur lain yang tidak dapat dikesampingkan dalam masalah ini, yaitu keberadaan kaum remaja sebagai penerus agama dan bangsa yang memiliki andil dalam penyampaian usaha dakwa. Untuk itulah remaja dituntut untuk melakukan hal positif serta memiliki andil dan manfaat terhadap lingkungannya.

Strategi merupakan suatu perencanaan atau keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapakan oleh suatu organisasi tertentu. Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan

5

terutama bagi seorang Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai da‟i serta organisasi yang dipimpinnya yaitu Majelis Rasulullah yang merupakan bagian dari organisasi masyarakat.

Habib Munzdir Al-Musawwa merupakan da‟i yang menjalankan dakwahnya di Jakarta. Habib Munzdir Al-Musawwa selain sebagai da‟i beliau juga pimpinan dari majelis Rasulullah, yang merupakan majelis besar yang ada d Jakarta. Majelis ini berdiri pada tahun 2000, majelis yang awalnya hanya tujuh jama‟ah, kini jama‟ah majelis Rasulullah telah mencapai ratusan.

Majelis Rasulullah ini telah banyak diketahui umat islam di Jakarta maupun di luar Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Habib Munzdir Al-

Musawwa berdakwah tidak hanya di Jakarta saja, akan tetapi dakwahnya telah menyebar keluar daerah Jakarta. sudah tentu diperlukan strategi-strategi untuk menjalankannya agar berhasil dalam menyebarluaskan dakwahnya.

Habib Mundzir Al-Musawwa melakukan kegiatan dakwahnya yaitu, dari mesjid ke mesjid, mushola ke mushola, dan beberapa program televisi.

Salah satu ciri khas dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah membuat acara peringatan hari-hari besar Islam di pusat kota, seperti MONAS, Stadioan sepak bola Gelora Bung Karno Senayan, masjid Istiqlal. Dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa sangat menekankan kepada pentingnya akhlak yang baik secara sempurna melalui kecintaan kepada nabi Muhammad SAW dengan cara selalu mengajak para jama‟ahnya untuk selalu bersholawat.

Majelis Rasulullah yang memiliki banyak jama‟ah baik dari kalangan orang tua maupun remaja, namun lebih banyak didominasi oleh remaja.

Dominasi ini dikarenakan remaja yang haus akan nilai-nilai islami, rasa

6

penasaran mereka terhadap nilai-nilai islam yang luhur dan keinginan tahu

mereka terhadap Nabi Muhammad SAW, yang seringkali ditanamkan Habib

Mundzir Al-Musawwa dalam setiap cermahnya.

Hal inilah yang menyebabkan daya tarik remaja pada dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dan majelis Rasulullah yakni adanya Ilmu yang

disampaikan untuk pembenahan Akhlaq disertai bershalawat kepada Nabi

dengan iringan hadroh yang menjadikan dasar sebagai lambang kecintaan dan

kerinduan umat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah

dilakukan oleh umat terdahulu baik dari kalangan sahabat hingga kepada kita

umat muslim.

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam pembentukan

akhlakul karimah pada remaja di majelis Rasulullah memiliki ciri khas

tersendiri jika dibandingkan dengan da‟i-da‟i yang lain, yang kebanyakan

lebih mengandalkan pada strategi dakwah pada ceramah saja.

Berdasarkan pemaparan disertai penjelasan diatas. Maka penulis

mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “STRATEGI

DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK

AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas dan agar penulisan ini terarah,

maka penulis membatasi hanya pada strategi dakwah Habib Mundzir Al-

Musawwa pada kalangan remaja di Majelis Rasulullah.

Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalah yang akan diteliti

adalah: Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawwa Dalam

Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah?

7

C. Tujuan dan Mnfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui strategi dakwah Habib Mundzir Al Musawwa dalam

membentuk akhlaqul karimah remaja di Majelis Rasulullah.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

1) Hasil dari penelitian ini bisa memberikan pengetahuan dan

wawasan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan

dakwah.

2) Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna

bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)

khususnya pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam

menyampaikan pesannya kepada penerima dakwah dengan

menggunakan metode yang ada.

b. Manfaat praktis

1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang sesuai dalam peningkatan mutu dakwah para da‟i

atau calon da‟i terhadap mad‟unya.

2) Sebagai masukan bagi masyarakat muslim bahwa pentingnya

shalawat kepada nabi Muhammada SAW

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah menggunakn pendekatan kualitatif

dengan format desain deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta

8

dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempeajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari

suatu fenomena.7

Untuk mendukung faktanya penelitian ini, peneliti juga

mnambahkan metode triangulasi dalam mengumpulkan data-data sebagai

penunjang dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti menggunakan metode

triangulasi yang dipakai sesuai dengan buku dari Burhan Bungin yang

mngungkapkan bahawa triangulasi merupakan cara penggabungan dua

metode dalam satu kajian dengan mengambil pendapat dari luar objek

penelitian untuk mendukung faktanya sebuah objek penelitian.8

Berdasrkan metode penelitian tersebut di atas peneliti berharap

mendapat data penelitian yang bersifat deskriptif interpretatifsehingga

peneliti dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam,

mengakar, menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

menegenai Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam

membentuk Akhlaqul Kraimah Reamaja Di Majelis Rasulullah.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekertariat majelis Rasulullah SAW di jalan

perdatam Cikokol Jakarta Barat dan melakukan pengamatan pula di

majelis rutin setiap hari senin jam 20.15-21.30 WIB di masjid Al-

Munawwar Perdatam Jakarta Barat selama tujuh bulan, mulai dari

November 2012 sampai Mei 2013.

7 Moh Nazir, Metode Penelitia, (Bogor: Ghalia . 2015 h.55 8 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003)

9

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Dalam

masalah ini subjek penelitian adalah Habib Mundzir Al Musawwa, dan

objek penelitian adalah jama‟ah Remaja majelis Rasulullah Saw.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-

fenomena yang diselidiki.10 Peneliti melakukan pengamatan atau terjun

langsung kelapangan (field reaserch) untuk melihat langsung

pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Habib Mundzir Al-

Musawwa, mulai dari kegiatan-kegiatan dakwah Habib Mundzir Al-

Musawwa, kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan Habib

Mundzir Al-Musawwa dalam membuat rancangan strategi dakwah

yang dilakukan dalam membina akhlaqul karimah remaja di Majelis

Rsulullah.

b. Wawancara, yaitu percakapan langsung dan tatap muka dengan

maksud tertentu yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh

informasi.11 Dalam hal ini penulis mewawancarai Habib Mundzir Al-

Musawwa sekaligus pimpinan majelis Rasulullah Saw dan dua

pengurus dari Majelis Rasulullah yaitu sekretaris dan wakil sekretaris

serta jama‟ah beberapa Jama‟ah remaja.

9 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 13. 10 Sutrisna Hadi, Metodelogi Reaserch, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) cet ke-19, hal. 139 11 Imam Suprayogo, Thabrani. Metodologi Sosial Agama (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. Ke-1, hal.172.

10

c. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang ada dari sekertariat

Majelis Rasulullah SAW dan data lainnya yang ada kaitannya dengan

masalah penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisa dan

diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis pakai dalam

menganalisa data adalah dengan menggunakan metode deskriptif analisis,

yaitu melaporkan data dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan

mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data

tersebut disimpulkan.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan “Buku Pedoman akademik,

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009 edisi ke-24. 12

E. Tinjauan Pustaka

Dari banyaknya skripsi yang membahas metode dakwah seorang tokoh,

penulis bermuajahah dan mengambil ta’bir dari berbagai penelitian yang

berkaitan dengan peran seorang da‟i untuk menunjang penelitian ini.

Karya-karya ilmiah yang peneliti baca beberapa dari UIN Syarf

Hidayatullah dan Jug dari Universitas lai, sebagai berikut:

1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA)

Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai KeIslaman Para Pemuda Di

Kampung Areman Cimanggis Depok” mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas nama Indra Dita Puspito (107051002572)

12 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (Jakarta: UIN Syarih Hidayatullah,2008-2009) Edisi ke-24

11

tahun 2011, membahas mengenai bagaimana generasi muda masjid

Al-Hikmah meningkatkan nilai-nilai Islam kepada para pemuda

didaerah kampung Areman Cimanggis Depok.

2. “Pesan Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Website

www.majelisrasulullah.org” mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

atas nama Iqbal Tawakal (4715087235) tahun 2012, membahas

pesan dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam website

www.majelisrasulullah.org.

3. “Peran K.H Muhtadi Alawy Dalam pengembangan Dakwah di

Kelurahan Jombang Ciputat” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta atas nama Noviadi Firdausil Ula (104051001758) tahun

2010,membahas mengenai peran K.H dalam mengembankan

dakwahnya di Jombang Ciputat.

Sedangkan skripsi yang saya ajukan adalah “strategi dakwah Habib

Mundzir Al Musawwa dalam pembentukan akhlakul karimah remaja di

majelis Rasulullah Saw” membahas tentang strategi yang digunakan Habib

dalam menempuh dakwah di majelis Rasulullah Saw untuk membentuk

akhlaqul karimah pada pemuda. perbedaan yang paling mendasar dari skripsi

ini dengan yang lainnya adalah terdapat di objek penelitiannya yaitu Habib

Mundzir Al-Musawwa.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan pada tiap bab terdapat

sub bab dengan penulisan sebagai berikut :

12

BAB I : Pendahuluan

Bab pendahuluan merupakan uraian landasan umum dari skripsi

ini. Isinya menjelaskan latar belakang masalah penulisan ini,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian strategi,

tahapan-tahapan strategi, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah

Metode Dakwah, pengertian strategi dakwah, asas-asas strategi

dakwah, akhlaqul karimah,dan pengertian remaja.

BAB III : Profil Habib Mundzir Al-Musawwa

Bab ini memaparkan riwayat hidup Habib Mundzir Al-Musawwa,

sejara berdirinya Majelis Rasulullah dan kegiatan dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah.

BAB IV : Hasil Penelitian

Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang

berisi mengungkap secara detail tentang strategi dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dalm membentuk akhlaqul kariah remaja di

Majelis Rasulullah.

BAB V : Penutup

Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian,

dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama

dan saran-saran.

13

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Dakwah

Sebelum membahas mengenai strategi dakwah, penulis terlebih dahulu

menguraikan mengenai pengertian strategi dan dakwah secara umum, yaitu

sebagai berikut:

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Ditinjau dari segi etimologi, kata “strategi” berasal dari bahasa

Yunani yaitu “strategos” yang diambil dari kata “strator” yang berarti

militer.1 Kata “strategi” dalam kamus bahasa Inggris adalah “strategy”

yang berarti siasat.2 Sedangkan di dalam kamus besar bahasa Indonesia

dijelaskan bahwa strategi memiliki arti yaitu seni atau ilmu yang

menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan

tertentu.3

Pada awal-awalnya strategi itu dihubungkan dengan operasi

militer dalam skala besar-besaran. Maka strategi dapat diartikan

sebagai ilmu tentang perencanaan dan pengarahan operasi militer

secara besar-besaran. Disamping itu dapat juga berarti kemampuan

yangterampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu.4

1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi: sebuah konsep pengantar, (Jakarta: LPEE UI 1999, h. 8. 2 Kamiso, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: PT. Karya Agung), h. 279 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199. 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 964.

14 15

Sedangkan pengertian strategi ditinjau dari segi terminology,

adalah sebagai berikut:

Eko Endarmoko di dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi

merupakan sebuah planning, program-program, skema, kebijakan garis

haluan, khittah, pendekatan politik atau prosedur. 5

Menurut Din Syamsudin di dalam bukunya menjelaskan bahwa

strategi itu adalah sebagai berikut:

1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan

2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan

3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan

fugngsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6

Menurut Onong Uchyana Effendi, strategi pada dasarnya adalah

perencanaan planning dan management untuk mencapai suatu tujuan.

Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya menunjuk satu arah saja, melainkan

harus menunjukan bagaimana cara operasinalnya.7

Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi merupakan sebuah rencana atau planning dan cara mensiasati

suatu program atau kegiatan yang dilaksanan agar tercapai dengan baik

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

5 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 613. 6 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet. I, h. 127. 7 Onong Uchyana Effendi, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-6, h. 32.

16

b. Tahapan- tahapan Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada

tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

1) Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah

pengembangan tujuan,mengenai peluang dan ancaman eksternal,

penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan

strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada

tahap ini adalah proses merancang, dan menyeleksi berbagai

strategiyang yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan

tujuan organisasi

2) Implementasi Strategi

Implementai strategi disebut juga sebagai tindakan dalam

strategi, karena implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah

strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang

termasuk dalam implementasi strategi adalah pengemabangan

budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang

efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan

dan memanfaatkan system informasi yang masuk. Agar tercapai

kesuksesan dalam implementasi startegi, maka dibutuhkan adanya

displin, motivasi kerja.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah proses diamana majer

membandinkan hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat

17

pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam startegi adalah

mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.8

2. Dakwah

Ditinjau dari pengertian atau etimologi atau bahasa, kata dakwah

berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak,

menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh samsul

Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to

call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to

propose), mendorong (to urge) dan memohon. Sedangkan orang yang

melakukan seruan atau ajakan disebut da‟i (isim fa’il) artinya orang yang

menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses

penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal

sebagai muballigh artinya penyampai atau proses. Secara etimologi

dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-

pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang

lain memenuhi ajakan tersebut.9

a. Pengertian Dakwah

Secara “etimologis, kata “ dakwah” berasal dari Bahasa Arab

da’a - yad’u – da’watan, yang berarti : ajakan, seruan, panggilan, atau

undangan”10. Dakwah menurut istilah dalam surat An-Nahl ayat 125

adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara bijaksana,

nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

8 Fred David, manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5 9 Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah,2009), h.1-2 10 Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Kiat sukses Berdakwah, (Jakarta: Amzah, 2006), hal. xii

18

Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”11

Namun, secara terminologis ada banyak definisi dakwah yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhammad Khidir Husein

dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah

upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan

petunjuk, dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan

mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

QuraiSihab mendefinisikannya sebagai “seruan atau ajakan

kepada keinsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik

kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun

masyarakat”12 Dakwah adalah “suatu proses penyampaian atau

penyeruaninformasi Ilahiyah kepada para hamba manusia yang

merupakan bagian integral dari hidup dan kehidupan setiap individu

muslim”.13 Dakwah adalah “suatu gejala di mana terdapat dua orang

atau lebih yang salah satu atau sebagian diantaranya menyampaikan

amar ma‟ruf nahi munkar”14. Jadi, dakwah adalah suatu aktifitas atau

kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain,

untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan

hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.

11 Depag RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya…. h. 421 12 (http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah, diakses 09 November 2012) 13 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 62 14 Masduqi Affandi, Ontologi Dakwah, (Surabaya: Dian Tamah, 2007). h. 53

19

b. Unsur-unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah harus selalu

berada di dalamnya guna dapat mencapai tujuan dakwah yang

diinginkan, karena pada hakekatnya unsur dakwah sendiri merupakan

sesuatu yang melekat dalam dakwah. Dan adapun unsur-unsur dakwah

adalah sebagai barikut:

1) Da'i (pelaku dakwah)

Yang dimaksud da'i atau biasa disebut dengan sebutan

mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) adalah orang

yang melaksanakan atau menyampaikan dakwah secara lisan,

tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok ataupun

secaraorganisasi.

Sebagai pelaksana atau pelaku dakwah sebenarnya bisa

dibedakan antara yang wajib 'ain dan wajib kifayah. Wajib 'ain

adalah aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan ilmu.

Karena dakwah dalam bentuk yang demikian dapat dilakukan oleh

setiap muslim, misalnya amar ma'ruf dan nahi mugkar. Wajib

kifayah adalah dakwah yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan

secara profesional. Tugas dakwah seperti ini seyogyanya

memenuhi persyaratan, baik persyaratan ilmu maupun imani.

Jadi dakwah professional ini tidak wajib bagi muslim yang

belum memenuhi persyaratan dakwah seperti itu. Subyek dakwah

dalam taraf ini disebut Da'i. salah satu bentuk dari dakwah

professional ini antara lain adalah tabligh, “sedangkan subyek

20

dakwah dalam hal ini disebut dengan istilah muballigh”15. “Allah

SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min

untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat

perintahnya tersebut dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu

pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan kebijaksanaan (al-

hikmah)”16.

2) Mad'u (orang yang menerima dakwah)

Yang dimaksud dengan mad'u adalah manusia yang

menerima dakwah yang disampaikan oleh da'i atau dengan kata

lain disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, baik secara

individu, kelompok, orang Islam maupun tidak.

3) Maddah (materi dakwah)

Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah atau pesan dakwah,

pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da'i sebagai orang

yang menyampaikan kepada mad'u. Dalam mengkaji tentang

materi dakwah, Sjahroni A. J berpendapat bahwa, ''Secara umum

sebenarnya materi dakwah tercakup dalam al-Qur'an dan al-Hadits.

Dengan demikian ajaran Islam yang termuat di dalam dua kitab

tersebut sebagai rumusan secara kaffah tentang materi dakwah''17.

Menurut Moh. Ali Aziz materi dakwah dari ajaran Islam dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a) aqidah

b) Syari'ah

15 Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), hal. 3. 16 Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), hal.113. 17 Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah hal. 3.

21

c) Muamalah

d) Akhlaq

c. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa

dakwah adalah

ادْعُ إِنَى سَبِيمِ زَبِّكَ بِانْحِكًَْتِ وَانًَْىْعِظَتِ انْحَسَنَتِ وَجَادِنْهُىْ بِانَتِي هِيَ أَحْسٍَُ إٌَِ زَبَكَ هُىَ أَعْهَ ىُ بًٍَِْ ضَمَ عٍَْ سَبِيهِهِ وَهُىَ أَعْهَىُ بِانًُْهْتَدِيٍَ )٥٢١(

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah18 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya Dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.

Ayat al-Qur‟an yang tercantum diatas adalah menjadi sebuah

dilalah bagi Rasul dan muballighin tentang metode berdakwah. Syekh

Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat tersebut mengidentifikasi

metode dakwah kepada tiga golongan karena melihat karakter ummat

manusia yang beragam.19

1) Al-Hikmah

Ada golongan cendiki-cendikawan yang cinta kebenaran,

dan berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.

Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah” yakni dengan alasan-

alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan

akal mereka.

18 Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 19 Tafsir Al-Manar juz III

22

Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20

kali baik dalam bentuk isim nakiroh atau ma‟rifat. Bentuk

masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya

adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berati implikasinya

adalah mencegah dari kedzoliman dan apabila dikaitkan dengan

dakwah berati mencegah atau menghindari hal-hal yang kurang

relevan dalam melaksanakan tugas dakwah20.

Dalam kajian usul fikil istilah hikmah dibahas ketika

ulama‟ usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum.

Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan sebagai pengetahuan

tentang rahasia Allah SWT.21

M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui

rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan

sebagai ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak maknanya22

Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau

semestinya.23

Dalam berdakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan atau

tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam. Baik

dari jenjang pendidikan, strata sosial, usia, latar belakang budaya

seorang da‟i dengan ilmu hikmah akan mudah diterima sehingga

ajaran islam sebagai tujuan dakwah itu sendiri dapat memasuki

ruang hati padu‟ dengan tepat. Namun tidak semua orang mampu

meaih hikmah, sebab Allah hanya memberikan kepada orang-orang

20 Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 8. 21 Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 9. 22 Lihat, Sa‟dy Abu Habib, al-Qomusul Fiqhi, h, 97. 23 Abu Hayyan, al-bahrul Muhith, Jilid I, h, 392 juga dr. Zainal Abdul Karim, ad-Dakwah bil Hikmah, h, 26.

23

yang layak/pantas dalam mendapatkan hikmah. Sebagaimana

tercantum dalam Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 269 : يؤث انحكًت يٍ يشاء ويٍ يؤث انحكًت فقد أوتي خيسا كثيسا ويا يركس إال أونى األنباب Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

2) Al-Mauidzotul Hasanah

Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat

berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menagkap

pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini adalah yang disebut

dengan “al-mauidzotul hasanah”, dengan anjuran dan didikan,

yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difaham.

Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi memberikan definisi

tentang mauidzoh hasanah sebagai berikut:

و المىعظة الحسنة وهي التي ال يخفى عليهم انك تناصحهم بها وتقصد ما ينفعهم فيها او بالقران Al-mauidzotul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada merekaatau dengan al-Qur’an.24

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizoh al-Hasanah

merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk menju

ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing

dengan lemah lembutagar mereka mau berbuat baik25.

24 Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h, 37. 25 Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh Ad-Dakwah fi Ingkar Al-Mungkar(Kuwait: Dar al- Dakwah, 1989), h, 260.

24

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujadalah terambil

dari kata “jadala” yang bermakna memintal, meliliti. Apabila

ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa

dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.”26

Mujadalah Billati Hiya Ahsan Yakni mereka yang cara

penyampaian dakwahnya dengan diajak bertukar fikiran guna

mendorong supaya berfikir dengan secara sehat dengan cara yang

lebih baik.

Demikianlah Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dalam

sebuah kalimat.27

خا طبى االناس علي قدر عقىلهم ) رواه مسلم(

“ berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing”. (HR.Muslim)

Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab al-Hiwar wa al-

Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat

bermakna “datang untuk memilih kebenarah” dan apabila

berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau

perseteruan yang tajam”28, bahkan al-Jarisyah menambahkan

bahwa, lafadz “al-Jadlu” mustaq dari lafadz “al-Qotlu” yang

berati sama-sama terjadi pertentangan, sepertilahnya yang terjadi

perseteruan yang terjai antara dua orang yang saling bertentangan

26 Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet ke- 14, h, 175 27 , fiqhud Da’wah, (Media Da‟wah, Jakarta 1427 H, 2006 M), h, 162. 28 Ali al-Jarisyah, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, (al-Munawarah, Dar al-Wifa, 1989), Cet. Ke-1, h, 19.

25

sehinga saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah.

Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi

Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan

untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti yang kuat.29

4) Qudwatul Hasanah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan

memberikan teladan yang baik kepada mereka.30

نَقَدْ كَاٌَ نَكُىْ فِي زَسُىلِ انهَّهِ أُسْىَةٌ حَسَنَتٌ نًٍَِّ كَاٌَ يَسْجُى انهَّهَ وَانْيَىْوَ انْآخِسَ وَذَكَسَ انهَّهَ كَثِيسًا. Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).

5) Aslubul Quwwah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan

pendekatan kekuatan. Dan hal ini juga tercantum dalam hadis

Bukhari Muslim yang artinya : “barangsiapa diantara kamu

melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan :

1) Tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup, dengan

2) Lidahnya (nasihat); apabila ia tidak kuasa, maka dengan

3) Hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”.

3. Strategi Dakwah

Setelah membahas penegrtian strategi dan dakwah, maka langkah

selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu

penggabungan dari strategi dan dakwah.

29 Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar al-Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001), Cet. Ke-1, pada kata pengantar. 30 Muhammad Ibrahim Al-Juyusyi, Minhaj ad-Da’wah Wa Asalibaha, I.S.B.N 2001, h, 6.

26

a. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen.

Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah

kepada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh

individu maupun organisasi. Pengertian managemen srategi adalah

suatu proses managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam

mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.

Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana telah dijelaskan

terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu ataupun

kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran

Islam ditengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu

dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masayarakat yang

menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah) dalam mendapatkan

kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal

dan tidak hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi

meliputi segala aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut

untuk menjadi problem solving bagi persoalan-persoalan yang

berkembang dimasyarakat, juga mengadopsi istilah managemen dan

strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat

membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.

Strategi dakwah merupakan metode, siasat, taktik yang harus

digunakan dalam aktivitas dakwah.31 Menurut Abu Zahra mengatakan

bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan dan

31 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32.

27

operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapi

tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.32

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)

dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam

mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus mendapat

menunujukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara

tekhnik atau taktik, karena sewaktu-waktu dapat berubah tergantung

situasi dan kondisi.

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika

dalam dakwah menggunakan startegi komunikasi, maka dakwah yang

dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi

terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa

yang digunakan sesuai keadaan, pesan yang disampaikan dapat

dipahami oleh audiens.

b. Asas-asas Strategi Dakwah

Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus

diperhatikan agar dakwahnya berjalan efektif dan tepat sasaran.

Adapun asas-asasnya yaitu sebagai berikut :

1) Asas Fisiologis, yaitu azas ini erat hubungannya dengan tujuan-

tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.

2) Asas Sosiologis, yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

32 Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah damai: pengantar dakwah budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007), Cet. Ke-I, h. 138.

28

3) Asas kemampuan dan keahlian da‟i

4) Asas Psychologis, yaitu asas ini membahas tentang masalah yang

berhubungan dengan kejiwaan manusia.

5) Asas Efektifitas dan efisiensi, yaitu asas ini maksudnya adalah

dalam aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara

waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian

hasilnya.33

Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seorang

da‟i perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

asas-asas tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah dibahas

pada bab ini bagian kedua. Unsur-unsur dakwah dapat membantu para

da‟i dalam menentukan strategi dakwah agar dakwahnya berjalan

secara efektif.

B. Akhlaqul Karimah

Pada umumnya akhlaq terbagi menjadi dua, yaitu akhlaq mahmudah dan

akhlaq madzmumah. Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang baik sedangkan

akhlaq mahmudah merupakan akhlaq yang buruk. Dua hal ini ada jati diri dari

seorang manusia, sebuah akhlaq tercermin pada keteguhan iman seseorang.

Menurut M. Ali Aziz mengutip pendapat Al-Ghozali memaknai akhlak

sebagai “suatu sifat yang tetap pada seseorangyang mendorong untuk

melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran”34.

Menurut Abd Al-Karim Zaidan adalah Akhlak merupakan “kumpulan dari

nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan

33 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, op.cit h. 32 34 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 118.

29

timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk untuk

kemudian harus melakukan atau meninggalkannya”35.

Menurut pendapat Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi

Dakwah Islam, menyatakan bahwa masalah Ahklaq dalam aktivitas dakwah

(sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi

keimanan dan keislaman seseorang. Dalam kitabnya “tanzib al-akhlaq”, Ibnu

Maskaweh mengatakan bahwa, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran.”36

Materi akhlak sangat luas sekali, bahkan tidak hanya bersifat lahiriyah

saja, akan tetapi materi akhlak juga melibatkan bentuk pemikiran yang sangat

mendalam. Secara garis besar materi akhlak meliputi tiga hal, yaitu:

1. Akhlaq terhadap Allah, akhlak ini tidak bertolak pada pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah

2. Akhlak terhadap manusia, yang meliputi :

a. Diri sendiri

b. Tetangga

c. Masyarakat lainya

3. Akhlaq terhadap lingkungan adalah :

a. Flora

b. Fauna.

Mengenai tiga hal di atas tersebut sangatlah saling berkaitan dan

35 Study Islam IAIN Supel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Supel Surabaya, 2005).hal. 109. 36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),hal. 62.

30

sangat terikat satu sama lain, karena memang tidak dapat dipisahkan meski

bisa untuk dibedakan. Walaupun sebagai perumpamaan yang tepat, Islam

sebagai sebuah pohon yang amat rindang yang berada di perut bumi berupa

aqidah, bahan pohonnya adalah hukum-hukum dan buah serta dedaunan

adalah akhlaqul karimah (Budi pekerti).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

tumbuh menjadi dewasa.37 Istilah adolescence seperti yang digunakan saat

ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,

social, dan fisisik.

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja,

dalam definisi tersebut dikemukakan tiga criteria, yaitu biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi.

Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika

a. Individu berkembang dari pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkermbangan psikologis dan pola identivikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh

dengan keadaan relative yang lebih mandiri.38

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja

37 Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 33 38 Wirawan S. Sarwono, Psikologi social, (Jakarta: Balai PUstaka, 1999) h. 39

31

adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

ditandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu

dengan lainnya.

2. Batasan Remaja

Dua periode masa remaja yaitu: masa remaja awal dan masa

remaja akhir yaitu dari usia 13-18 tahun.39

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia

remaja, Who membagi kurun usia tersebut dalam dua bagia , yaitu remaja

awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja yang hidup berkembang menuju jati diri yang

sesungguhnya tidak terlepas dalam pandangan tugas-tugasnya. Tanggung

jawab yang harus djalankan selama kehidupannya.

Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu

yang harus dipenuhi oleh individu. Beberapa tugas perkembangan yang

penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja,40 yaitu:

a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang

berkaitan dengan fisiknya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur

otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal,

belajar menerima relasi dengan teman sebaya, dan orang dewasa, baik

secara individu maupun kelompok.

39 Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 45 40 Dr. Agustiani Hendrianti, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kitannya Dengan Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 66

32

d. Menemukan model untuk identifikasi.

e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-

sumber yang ada didirinya.

f. Memperkuat control diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip

yang ada.

g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan bentuk penyesuaian yang

kekanak-kanakan.

D. Akhlak Remaja

a. Pentingnya Ahlak Dalam Pergaulan remaja

Banyak defenisi yang dikemukan orang tentang masa remaja,

diantaranya adalah masa remaja merupakan masa perkembangan menuju

kematangan jasmani, sikap, pikiran dan emosional. Defenisi lain adalah

Masa terjadinya berbagai pembentukan pada anak, baik berupa perubahan

jasmani ,fikiran, kedewasaan maupun sosial.

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah,

sehingga masa remaja itu sangat sensitif, maksudnya ialah masa yang

penuh dengan dinamika, serba ingin tahu, ingin mencoba dan menyukai

tantangan, walaupun terkadang bertentangan dengan ajaran Islam,

misalnya pergaulan terlalu bebas, berpakaian.

Perubahan perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana

tempat remaja itu bergaul, Lingkungan yang sangat mempengaruhi

karakter remaja adalah teman sepergaualan, jika remaja itu bergaul dengan

33

teman yang baik (memiliki akhlak karimah), maka karakternya akan

menjadi baik begitu pula sebaliknya.

Dewasa ini banyak remaja yang terpengaruh oleh budaya barat yang

mereka anggap lebih maju dan modern sehingga para remaja tidak

mengindahkan lagi norma-norma agama dalam kehidupannya. Oleh

karena itu akhlak terpuji sangat perlu ditanamkan dalam pergaulan

remaja-remaja yang berkarakter sesuai dengan ajaran agama (akhlakul

karimah).41 b. Mendidik Remaja Agar Berakhlaqul Karimah

Pendidikan anak yang islami harus dibentuk dan dimulai sejak usia dini dan harus dijaga pada usia remaja. Pada masa remaja rentan sekali terjadi kerusakan akhlak yang berpengaruh terhadap akidah para remaja muslim. Jika pada masa ini akhlak dapat terjaga, insya Allah di masa dewasa akidahnya akan tetap benar dan baik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar masa muda terlindungi dari kerusakan akhlak, yaitu :

1. Bicara Dengan Benar dan Baik

Seorang muslim harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara

dengan benar dan bijaksana. Banyak berdzikir dan berdoa lebih

diutamakan daripada membicarakan keburukan orang lain. Allah

berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,

bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,

41http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:

Diunduh pada jam 10.49, tanggal 22 September 2013)

34

semoga Allah memperbaiki amal perbuatan kamu dan mengampuni

dosa-dosa kamu. Barangsiapa yang menaati Allh dan Rasul-Nya

berarti ia mendapatkan kemenangan yang besar.” (Al-Ahdzaab: 70-71)

2. Pandai Menggunakan Waktu

Seorang muslim pantang membuang waktu untuk bermain dan

melakukan hal yang tak berguna. Seorang muslim lebih baik

menggunakan waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur‟an dan

mengaji daripada nongkrong, nonton film atau begadang. Allah

berfirman yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu

benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman

dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati

kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-

„Ashr: 1-5)

3. Memilih Teman Bergaul Yang Baik

Seorang muslim hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya, berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan bukan atas dasar kekayaan. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:

“Perumpamaan teman baik itu ibarat tukang minyak wangi. Kita bisa membeli dagangannya. Kalau tidak, paling sedikit kita mendapat wanginya. Perumpamaan teman jelek itu seperti pandai besi. Pakaian kita bisa terbakar, bisa terganggu, paling tidak terkena baunya.” (HR: Al-

Bukhori)

35

4. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari

uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya

dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memilliki berbagai

titel. Pencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai

ibadah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang

mempelajari ilmu yang baik hanya untuk mendapatkan dunia, ia tidak akan

mencium baunya surga.” (HR: Ahmad)

5. Banyak membaca buku ilmu agama

Seorang muslim hendaknya memilih bacaan yang baik dan

bermanfaat. Jangan terlalu banya berkhayal dengan membaca komik,

novel percintaan yang tidak bermutu karena akan menyebabkan otak kita

akan penuh dengan angan-angan karena dijejali cerita bohongan dan

maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,

dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dari

semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik

menuju surga. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang

Allah inginkan kebaikan baginya, akan Allah jadikan dirinya ahli dalam

soal agama” (HR: Al-Bukhori dan Muslim).42

42http://pejuangperadaban.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:Diunduh pada jam 10.49, tanggal 22 September 2013)

36

BAB III

PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM

MAJELIS RASULULLAH

A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa

1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa

Habib Mundzir Al-Musawwa, beliau adalah anak dari seoarang

yang bernama Habib Fuad bin Abdurrahman Al-Musawwa, ayah beliau

lahir di Palembang, Sumatera Selatan. Habib Fuad dibesarkan di Makkah

Al-Mukarramah dan beliau memiliki gelar sarjana dari New York

University, bidang Jurnalistik. Kemudian kembali ke Indonesia dan

berkecimpung dibidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri di harian

Berita Yudha sampai akhirnya pindah bermuara di harian Berita Buana.1

Beliau menjadi wartawan luar negeri selama empat puluh tahun,

pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas Cianjur Jawa

Barat. Habib Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, dilahirkan

di Cipanas Cianjur Jawa Barat, pada hari jum‟at 23 Februari 1973

bertepatan dengan 19 Muharram 1393 H.

Habib Mundzir dididik dalam hidup dalam kesederhanaan oleh

ayahnya di Cipanas Jawa Barat. Ayah beliau lebih senang menyendiri jauh

dari ibukota dalam membesarkan anak-anaknya. Dengan jauh dari ibu kota

ayah beliau lebih mudah dalam mengajarkan anak-anaknya mengaji,

membaca ratib dan shalat berjama‟ah. 2

1 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 5 2 Habib Hisyam Al-Musawwa (paman dari Habib Mundzir), Wawancara Pribadi, 15 Desember 2012 Tebet Jakarta Selatan

37 38

Mundzir yang biasa disapa sangat manja oleh ayahnya. Ayahnya

yang selalu memanjakan Mundzir lebih dari anak-anaknya yang lain,

namun dimasa baligh justru dialah yang sekolah sampai menengah atas

saja sedangkan semua kakaknya menjadi sarjana. Ayah bundanya bangga

pada mereka, dan kecewa pada Mundzir saat itu karena malas melanjutkan

sekolah lagi kejenjang yang lebih tinggi.3 Dia lebih senang hadir di

Majelis maulid Al Arifbillah Al Habib Umar bin Hud Alattas dan Majelis

taklim kamis sore di Empang Bogor, Jawa Barat. Masa itu yang mengajar

adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin

Alattas dengan kajian Fathul Baari.

Hari-hari beliau dihabiskan untuk bershalawat kepada nabi

Muhammad SAW sebanyak 1000 siang dan 1000 malam, serta ditambah

dengan zikir ribuan kali. Beliau juga isiqomah untuk berpuasa Nabi Daud

AS dan shalat malam sampai berjam-jam. Habib Mundzir saat itu

pengangguran yang sangat membuat ayah dan bundanya malu.

Ayahnya malu meliahat Habib Mundzir karena seperti tidak

memiliki arah tujuan hidup, sedangkan ayahnya saja dapat menguasai

dalam ilmu agama dan ilmu formal lainnya khussnya jurnalistik. Ayahnya

belajar agama selama sepuluh tahun di Makkah Al Mukarramah, guru

beliau adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Alwi Al-Maliky, ayah dari

Almarhum Assayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky. Setelah belajar

untuk ilmu agama ayahnya juga belajar ilmu Jurnalistik dengan bersekolah

di New York University, Amerika Serikat untuk mengambil gelar sarjana.

3 Habib Hisyam Al-Musawwa (paman dari Habib Mundzir), Wawancara Pribadi, 15 Desember 2012 Tebet Jakarta Selatan.

39

Kecintaan Habib Mundzir Al-Musawwa kepada Rasulullah SAW sangat dalam, sering sekali Habib Mundzir menangis sebab merindukan

Rasulullah SAW. Dari dalamnya kecintaan dan kerinduannya ia sering dikunjungi Rasulullah SAW dalam mimpi. Rasulullah SAW sering menghiburnya dalam mimipi jika Habib Mundzir sedang sedih, suatu waktu Habib Mundzir bermimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah

SAW dan berkata wahai Rasulullah aku rindu padamu maka jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal aku bisa selalu berjumpa denganmu, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahunya dan berkata Mundzir tenanglah sebelum usiamu mencapai empat puluh tahun kau sudah jumpa denganku maka dirinya terbangun.

Akhirnya, karena ayahnya pensiun maka ibundanya membangun losmen kecil di depan rumah dengan lima kamar saja. Disewakan pada orang yang memiliki niat baik saja ,bukan untuk kemaksiatan karena untuk biaya hidup sehari-hari keluarganya. Habib Mundzir sendirilah pelayan losmen tersebut. Setiap malam dirinya jarang tidur, duduk termenung di kursi penerimaan tamu. Hanya meja kecil saja dan kursi kecil mirip pos satpam tempatnya berjaga sambil menannti tamu sambil bertafakkur, merenung, melamun, berzikir, menangis dan shalat malam. Demikianlah hari demi hari dan malam-malam dia lewati.4

Habib Mundzdir terus dilanda sakit asma yang parah, maka itu juga semakin membuat ayah ibundanya kecewa. Hingga berkata ibundanya

“kata orang, apa bila banyak anak mesti ada satu yang gagal, ibu tidak mau

4 Majalah Al Kisah Edisi 18, (Jakarta : 2008) h. 48

40

percaya pada ucapan itu tapi apakah ucapan itu kebenaran atau celatukan

masyarakat awam saja”, hal ini ditegaskan oleh kakak kandungnya.5

Habib Mundzir menjadi pelayan di losmen yang didirikan

ibundanya dalam waktu yang lama. Menerima tamu, memasang seprei,

menyapu kamar, membersikan toilet, membawakan makanan dan

minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng

buatan ibunda jika dipesan tamu.

Sampai kakanya lulus sarjana, ia kemudian tergugah untuk

, pesantren pertama yang dituju Habib Mundzir Al-Musawwa

untuk memperdalami Ilmu Syariah Islam adalah di Ma‟had Assaqofah Al-

Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan. Kemudian

mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur. Habib

Mundir belajar di Ma‟had Assaqofah tidak lama hanya dua bulan, hal ini

disesabbkan bealiau sakit-sakitan.6

Habib Mundzir privat kursus bahasa Arab di Assalafi setelah

keluar dari Ma‟had Assaqofah, pimpinan Habib Bagir Alattas, ayahanda

dari Habib Hud Alattas yang selalu hadir di Majelis Raulullah Saw di Al

Munawwar. Mundzir saat itu harus pergi ke Jakrata lalu pulang kembali ke

Cipanas yang saat itu ditempuh dua sampai tiga jam dengan ongkos

sendiri. Demikina setiap dua kali seminggu ongkos tersebut didapat dari

hasil losmen tersebut.

Selain belajar ke Jakarta Habib Mundzir juga selalu hadir setiap

acara maulid di Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud Alattas

5 Habib Nabil bin Fuad Al-Musawwa, Wawancara PribadiI,(Jakarta: 23 Mei 2013 Tebet Jakarta Selatan) 6 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 8

41

yang saat itu di Cipayung. Jika tidak memiliki ongkos ia sering sekali menumpang truk dan sering pula kehujanan. Sering ia datang ke maulid

Habib Umar bin Hud Alattas setiap malam jum‟at dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan, dan ia diusir oleh pembantu dari Habib Umar

Alattas, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas ia yang kotor menginjaknnya. Habib Mundzir terpksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu berdatangan. Maka ia duduk diluar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

Habib Mundzir juga sering melakukan ziarah ke Luar Batang Pasar

Ikan Jakarta Utara, makam Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.

Suatu kali ia datang lupa membawa peci dikarenakan datang langsung dari

Cipanas, maka ia berkata dalam hati. Wahai Allah aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, maka tak beradab jika aku berziarah tanpa peci, tapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, jika aku membeli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku berkurang, seraya berkata di dalam hatinya seperti itu.

Karena akhlak maka ia memutuskan untuk membeli peci berwarna hijau, pada saat itu hanya peci tersebutlah yang paling murah diemparan penjual peci, dia membelinya lalu masuk untuk berziarah. Sambil membaca surah Yaasin untuk dihadiahkan kepada almarhum, ia menangisi kehidupannya yang penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh. Mereka berkata semua kakak-kakakmu sukses, ayahmu lulusan Makkah dan juga New

York University kok anaknya centeng losmen. Maka saat sering dicemooh

42

ia menghindari kerabat-kerabat sekitarnya, saat lebaranpun ia jarang berani datang karena terus dicemooh.7

Dalam tangis ia berkata wahai wali Allah, aku tamumu dan aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yang shaleh disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang. Lalu dalam hati ia merenung dan tidak lama kemudian datanglah ronmbongan teman-temannya yang dahulu satu pesantren di pondok Sayyidul Walid Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf untuk berziarah. Mereka datang dengan satu mobil, mereka senang jumpa dengannya, dia pun diajak makan bersama teman-temannya, kemudian

Mundzir langsung teringat inilah keberkahan dari beradab dimakam wali

Allah.8

Lalu ia ditanya dengan siapa dan mau kemana, dia katakana dia sendiri dan ingin pulang ke rumah kerabat ibunya di Pasar Sawo, Kebon

Nanas, Jakarta Selatan, teman-teannya lantas memberi tawaran untuk ikut bersama mereka sampai Kebon Nanas. Maka ia pun semakin bersyukur kepada Allah karena memang ongkosnya tak cukup untuk pulang ke

Cipanas. Dia sampai larut malam di kediaman bibi dari ibundanya, di

Pasar Sawo Kebon Nanas, lalu esok harinya dia diberi uang cukup untuk pulang, dia pun pulang ke Cipanas.

Tak lama dia berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dengan guru dari orang yang paling dicintai Rasul , maka tak lama dari situ Mundzir

7 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 21.

8 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 25.

43

masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abu bakar di Bekasi

Timur, dan setiap pembacaan maulid tepatnya saat mahal qiyam (yaitu posisi berdiri saat pembacaan sirah nabawi, dimaksudkan untuk menyambut kedatanagan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang dilakukan kaum Anshor di Madinah) ia menangis dan berdoa kepada Allah rindu kepada Rasul, dan meminta agar dipertemukan dengan guru yang paling dicintai Rasul. Dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al

Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke Pondok itu, kunjungan pertama beliau ke Indonesiapada tahun 1994.

Selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau meliriknya dengan tajam, Mundzir ketika itu hanya menangis memandangi wajah sejuk dari

Habib Umar bin Hafidh, lalu saat beliau sudah naik kemobil bersama

Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela, maka Habib Umar bin Hafidh memanggil Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar Bin Salim, Habib Umar bin

Hafidh berkata bahwa beliau ingin sekali Mundzir ketika itu dikirim ke

Tarim Hadramaut Yaman untuk belajar dan menjadi muridnya saat itu.9

Guru Mundzir pada saat itu Habib Nagib Bin Syekh Abu bakar mengatakan kepada Habib Umar bin Hafidh bahwa Mundzir belum siap, belum bisa bahasa Arab karena murid baru dan belum mengetahui apa- apa., mungkin beliau salah pilih, maka Habib Umar saat itu jarinya tertuju kepada Mundzir Al-Musawwa, anak muda yang memakai peci hijau itu, dialah yang saya inginkan. Maka gurunya Habib Nagib memanggilnya untuk jumpa dengan Habib Umar, lalu Habib Umar bertanya dari dalam mobil yang pintunya masih dalam keadaan terbuka, siapa namamu?”dalam

9 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 68.

44

bahasa arab tentunya” dia tak bisa menjawab karena tidak faham, maka gurunya Habib Nagib menjawab saat itu, kau ditanya siapa namamu!, maka dia menjawab nama saya Mundzir, dan Habib Umar bin Hafidh tersenyum.

Kemudian keesokan harinya Mundzir bertemu kembali dengan

Habib Umar bin Hafidh dikediaman Habib Bagir Alattas, saat itu banyak para Habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid Habib Umar bin Hafidh, maka Habib Umar bin Hafidh mengangguk-angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu Habib Umar melihat Mundzir dari kejauhan saat itu, lalu beliau berkata kepada Almarhum Habib Umar Maula Khela itu anak itu, jangan lupa dicatat ya, dia yang memakai peci hijau itu.

Habib Umar kembali ke Yaman, Mundzir pun langsung ditegur gurunya Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar, ia berkata wahai Mundzir, kau harus bersiap-siap dan bersunguh-sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum kau siap.

Dua bulan kemudian datanglah Almarhum Al-Habib Umar Maula

Khela ke pesantren, dan menanyakan pada Mundzir saat itu, Almarhum

Habib Umar Maula Khela berkata pada Habib Nagib mana itu Mundzir anaknya Habib Fuad Al Musawwa, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka Habib Nagib berkata bahwa

Mundzir belum siap. Namun Almarhum Habib Umar Maula Khela tidak mau tahu namanya sudah tercantum dan harus berangkat, ini permintaan

Al-Habib Umar Bin Hafidh, ia harus berangkat dalam dua minggu ini

45

bersama rombongan pertama.10

Akhirnya dia dipersiapkan pasport dan persiapan lainnya, namun ayahnya keberatan, ayahnya berkata kau ini sakit-sakitan, apabila kau ke

Makkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadramaut ayah tak ada kenalan, disanan negri tandus, bagaimana kalau kau sakit dan siapa yang menjagamu.

Mundzir pun datang mengadu kepada Almarhum Al-Arif billah Al-

Habib Umar bin Hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh dan bilau berkata, katakana pada ayahmu aku yang menjaminmu berangkatlah.

Kemudian Mundzir mengatakan pada ayahnya, maka ayahnya diam namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan dirinya berangkat, saat ia mesti berangkat kebandara ayahnya tak mau melihat wajahnya Mundzir saat itu, ayahnya memalingkan muka dan hanya memberikan tangnnya tanpa mau melihat wajahnya. Mundzir kecewa namun dengan berat ia tetap melangkah ke mobil travel yang akan dinaikinya, namun saat ia naik terasa ingin berpaling kebelakang, menengong kebelakang ayahnya berdiri dipagar rumah dengan tangis melihat keberangkatannya, beliau melambaikan tangan tanda ridho, ternyata bukan karena ayahnya tidak meridhoinya, akan tetapi karena Mundzir adalah anak yang paling disayanginya dan dimanjaknnya, beliau berat berpisah dengannya dan akhirnya ia berangkat dengan air mata sedih.

Sesampainya di Tarim Hadramaut Yaman Utara, tepatnya dikediaman Habib Umar bin Hafidh, beliau mengabsen nama-nama dari semua alumni pertama saat itu, ketika sampai pada nama Mundzir Habib

10 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 10.

46

Umar bin Hafidh tersenyum indah kepadanya.

Tak lama kemudian saat itu terjadi perang antara Yaman Utara dan

Yaman Selatan, pasokan makanan berkurang, sehingga makanan sulit, listrik mati, sehingga mereka harus berjalan kaki kemana-mana menempuh jalan 3-4 km untuk taklim, karena biasanya dengan mobil milik Habib

Umar bin Hafidh, namun dimasa perang pasokan bahan bakar untuk kendaraan sangatlah minim.

Suatu hari Mundzir dilirik oleh Habib Umar bin Hfidh dan berkata namamu Mundzir, Mundzir artinya memberi peringatan, ia pun mengangguk, lalu Habib Umar bin Hafidh berkata lagi bahwa kamu

Mundzir akan memberi peringatan pada jamanmu kelak, dan Mundzir pun mengaminkannya di dalam hati.

Maka Mundzir tercenung dan terngiang-ngiang dengan ucapan gurunya tersebut, kamu akan memberi peringatan pada jamanmu kelak, lalu Mundzir berkata di dalam hati, saya akan punya jama‟ah, saya miskin begini bahkan untuk mencuci baju pun tidak memiliki uang untuk membeli sabun cuci.

Untuk mencuci bajunya mundzir mau mencucikan baju temannya dengan upah agar ia mendapat bagian dari sabun cuci dari pemilik baju, namun terkadang ia mendapat hardik bahwa cucianmu tidak bersih, orang lain sajalah yang mencuci baju ini. Maka ia terpaksa mencuci bajunya dari air bekas cucian orang lain, air sabun cuci yang mengalir itulah yang

Mundzir pakai untuk mencuci bajunya.

Hari demi hari Habib Umar bin Hafidh makin sibuk, maka

Mundzir pun mulai berkhidmat pada Habib Umar bin Hafidh, dan lebih

47

memilih membantu segala permasalahan , seperti makan, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, ia tinggalkan pelajaran demi berbakti pada guru mulia yaitu membantu beliau, dengan itu dia lebih sering berjumpa dengan gurunya.

Dua tahun di Yaman, ayahnya Mundzir sakit, dan menelepon ke ma‟had Darul Mustafa, ayahnya menanyakan kapan Mundzir pulang, ayah sudah rindu padamu, Mundzir menjawab dua tahun lagi insya Allah ayah, ayahnya menjawab dengan sedih ditelepon, masih lama sekali ya, tiga hari kemudian ayah dari Mundzir wafat. Mundzir pun menangis sedih dan berkata pada dirinya sendiri sungguh apabila saya tahu bahwa saat pamitan itu adalah terakhir kali saya berjumpa dengan beliau dan beliau memalingkan wajahnya saat saya mencium tangan beliau, namun beliau masih mengikuti saya rupanya, keluar dari kamar, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan dan mengalirkan air mata, dan dirinya menjawab, andai saja saya tahu bahwa itu adalah terakhir kali saya melihatnya, rahimahullah.11

Tahun 1998 Mundzir pulang ke Indonesia, dan memulai dakwahnya sendiri di Cipanas, namun kurang berkembang, maka ia pindah dan memulai dakwahnya di kota Jakarta, ia tinggal dan menginap berpindah-pindah dari rumah-kerumah murid sekaligus temannya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah-pindah dari rumah-kerumah, mereka murid-muridnya umumnya berumur lebih tua dari Mundzir, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam. Maka ketika majelis akan dimulai dan Mundzir sudah duduk kemudian siap untuk mengajar, mereka

11 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu,edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 12.

48

masih ada yang belum datang, mau tidak mau Mundzir pun menannti kedatangan mereka, setibanya mereka yang hanya belasan saja, tidak langsung mengaji akan tetapi, mereka santai-santai terlebih dulu, dengan merokok sambil minum kopi, dengan kesabaran Mundzir menanti sampai mereka puas, barulah dimulai pengajian dengan awal pembacaan

Dhiya‟ullami. Hari demi hari jama‟ah semakin bertambah dan semakin banyak, mulai tak cukup dirumah, maka pindah-pindah dari mushola ke mushola, jama‟ah pun terus bertambah dan banyak, tidak mencukupi pula mushola untuk menampung jam‟ah, mulai pindah dari masjid ke masjid.

Jama‟ah yang terus bartambah dan terus semakin banyak, Mundzir pun memutuskan untuk membuka majelis serta ditetapkan waktu dan tempatnya, maka hari selasa ditetapkan waktunya dan masjid Al-

Munawwar tempat yang pas untuk menampung jama‟ah, yang saat itu baru seperempat masjid saja yang terpakai dan saat itu Habib Mundzir berkata jama‟ah akan semakin banyak, nanti akan setengah dari masjid ini terpakai, lalu memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya

Allah, jama‟ah mengaminkan.

Mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan, namun saat itu majelis belum diberi nama, dan ia merasa bahwa dakwah tak membutuhkan butuh nama, untuk nama jama‟ah menyarankan Majelis

Habib Mundzir saja, namun Habib Mundzir menolaknya, Habib Mundzir memutuskan nama untuk majelis adalah Majelis Rasulullah saja.

Kini jama‟ah majelis Rasulullah sudah banyak mencapai jutaan, di

JABODETABEK, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,

Mataram, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Singapura, Malaysia, bahkan

49

sampai ke Jepang. Dari banyak tamu yang hadir salah satunya tamu dari

Jepang di majelis Rasulullah pada saat haul badr di Monas, yaitu seorang

Profesor, dia datang ke Indonesia ingin mempelajari bidang sosial, namun

kedatangannya juga didasari ingin jumpa dengan Habib Mundzir Al

Musawwa. Karena ia pengunjung setia website www.majelisrasulullah.org

yang berbahasa English.

Itulah awal mula majelis Rasulullah berkembang dari satu tempat

ke tempat yang lainnya dan pada akhirnya sampai majelis ini demikian

besar. Habib Mundzir kini berusia 38 tahun jika dengan perhitungan

hijriah dan 37 tahun dengan perhitungan masehi, beliau lahir pada jmu‟at

pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 Februari1973 M. perjanjian jumpa

dengan Rasulullah Saw sebelum usianya tepat 40 tahun, kini suda 1432 H,

beliau berkata dalam hatinya mungkin sebelum sempurna 19 Muharram

1433 H beliau sudah jumpa dengan Rasulullah Saw namun apakah Allah

akan menambah usia pendosa ini.12

2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin

Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin

Sulaiman bin Yasin bin Ahmad Al-Musawwa bin Muhammad Muqallaf

bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin

Muhammad Muladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad

Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath Ali Khali‟

Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad A-

Muhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uradhiy bin

ja‟far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad

bin Husein dari Sayyidatina Fatimah Azzahra putrid Rasulullah Saw.13

12 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu edisi I(Jakarta: Nafas 2010), h. 45. 13 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu,edisi I (Jakarta: Nafas 2010) .

50

Nabi Muhammad SAW

Fatimah dan Ali

Husein

Ali Zainal Abidin

Muhammad Al-Baqir

Ja‟far As-Shadiq

Ali Al-Uraidhi Musa Al-Kadzim Isma‟il Muhammda Ad-Dibi

Muhammad Annagib Isa Ar-Rumi

Alwi Muhammad Alwi Ubaidillah Amhad Al-Muhajir

Ali khali Al- Qasam Muhammad Sahib Mirbath

Ali

Muhammad Al-Fagih Al-Muqaddam

Alwi Al-Fagih (Al-Ghoyyur)

Ali

Muhammad Muladawilah

Abdurahmman As-Segaf

Abu Bakar Assakran Ahmad Muhammad Muqallaf

Sulaiman Yasin Ahmad Ahmad Al-Musawwa

Abdurahmman Umar Abdurahmman Ahmad Aqil

Mundzir Fuad Abdurahmman Ali Abdurahmman Ali

51

3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Muasawwa

Setelah Habib Mundzir menyelesaikan sekolah menengah atas,

beliau mulai mendalami Ilmu Syari‟ah Islam di Ma‟had Assaqafah

Sayyidul Walid Al Habib Abdurrhaman Assegaf di Bukit Duri Jakaeta

Selatan, lalu mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafiy Jakarta

Timur. Beliau memperdalami lagi Ilmu Syrih Islamiah di Ma‟had Al

Khairat, Bekasi Timur, yang kemudian diteruskan ke Ma’had Darul

Mustafa di pesantren Al-Habib Umar Bin Hafidh di Tarim Hadramaut

Yaman Selatan pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari‟ah selama

empat tahun. Disana beliau mendalami ilmu fiqih, ilmu tafsir Al Qur‟an,

ilmu Hadist, ilmu sejarah Islam, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf,

mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu-ilmu syariah lainnya.

Buku-buku yang menjadi rujukan dimajelisnya antara lain: Kitab

Assyifa (Imam Fadliyat), Samailul (Imam Tirmidzi),

Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali), Tambili Mukhdarim (Imam Sya‟rani,

Al-Jami’ ash-shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari), Fathul Baari fi

syarah Al-Bukhari (Imam Atsqalani), serta kitab karangan Imam Haddad

dan beserta kitab yang telah disadur oleh Habib Umar bin Hafidh.

4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa antara lain14

Habib Mundzir Al-Musawwa menimba ilmu kepada beberapa

habaib diantaranya, yaitu: Habib Umar bin Hud Alattas (Cipayung,

Bogor), Habib Aqil bin Ahmad Alaydrus, Habib Umar bin Abdurrahman

Assegaf, Habib Hud Bagir Alattas, Al-Ustadz Al-Habib Nagib bin Syekh

14 Ibid, h. 49.

52

Abu Bakar bin Salim (pesantren Al-Khairat), Al-Imam Al-Allamah Al-

Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin

Syekh Abubakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa,Hadramaut, Yaman

Selatan), juga sering menghadiri majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-

Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).

Dan guru yang sangat berpengaruh terhadap ilmu, serta kepribadian beliau adalah guru mulia Al-Habib Al-Allamah Al-Hafizh Al-

Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin

Syekh Abubakar bin Salim, salah satu sanad keguruaan beliau yaitu: Al-

Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawwa berguru kepada guru mulia Al-

Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al- Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-

Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syekh Abu Bakar bin Salim, dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqodir bin Ahmad Assegaf, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-

Habib Abdullah Assyatiri, beliau berguru kepada, Al-Allamah Al-Hafizh

Al-Habib Ali bin Muahammad Al-Habsy (shohibul simtudduror), beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-

Masyhur (shohibul fatawa), beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh

Al-Habib Abdullah bin Husein bin Tohir, beliau berguru kepada Al-

Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Segah Assegaf, beliau berguru kepada Al-Allamah AL-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba‟alawiy, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Zein

Al-Habsyi, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib

Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburrotib, beliau berguru kepada Al-

53

Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abu Bakar bin Salim (fakhrul wujud), beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib

Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin, dan beliau berguru kepada Al-

Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurahman bin Ali (Ainulmukasyifin), beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamh Al-Musnid Al-Habib Ali bin

Abubakar bin Abdurrahman Assegaf, beliau berguru kepada ayahnya Al-

Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Muladdawilah, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin

Alwi Al-Ghayur, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-hafizh

Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba‟alawiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib

Marbath bin Ali, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali

Khali‟ Qasam, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam

Muhammad bin Alwi, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-

Imam Alwi bin Ubaidillah, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah

Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin

Muhammad Annaqib, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-

Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Uraidhiy bin Ja‟far Asshadiq, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ja‟far Asshadiq bin

54

Muhammad Al-Baqir, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-

Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad, beliau

berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,

beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Husein ra, beliau

berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,

beliau berguru kepada semulia-mulia guru, Sayyidina Muhammad Saw,

maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah Saw.

Sanad guru Habib Mundzir jelas kepada Rasulullah Saw, begitu pula

nasabnya.15

5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa

Selain berdakwah Habib Mundzir juga memiliki beberapa karaya yang

dikarangnya untuk pelajaran ummat muslim di Barat dan Timur. Adapun

karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa :

a. Kenalilah Aqidahmu1 (cetakan pertama tahun 2009, penerbit Majelis

Rasulullah SAW, Jakarta)

b. Kenalilah Aqidahmu 2 Aqidahmu1 (cetakan pertama tahun 2009,

penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)

c. Meniti Kesempurnaan Iman (cetakan pertama tahu 2011, penerbit

Majelis Rasulullah, Jakarta

d. 77 Tausyiah Habib Mundzir Al-Musawwa 1 (cetakan pertama tahun

2010, penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)

e. 70 Tausyiah Habib Mundzir Al-Musawwa 2 (cetakan kedua tahun

2010, penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)

15 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010).

55

f. DVD dan VCD Perjalanan Dakwah di Irian Jaya (terbitan Majelis

Rasulullah tahun 2008 Jakarta)

g. Bulletin Ceramah Dalam Satu Bulan

6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa

Kegiatan Habib Mundzir Al-Musawwa di Majelis biasanya

dilakukan pada hari Senin di Masjid Al-Munawwar Pancoran Perdatam

Jakarta Selatan dan Kamis di gedung Dalalail Khairat Kebayoran Lama

yang rutin waktu pengajiannya dimulai jam 20.15 WIB dan selesai jam

22.00 WIB. Selain itu juga ada pengajian keliling yang disesuaikan dengan

jadwal. Jadwal tersebut biasa dibagikan saat pengajian di Masjid Al-

Munawwa.

a. Kegiatan mingguan

1) Majelis Induk

a) Setiap hari Senin malam jam 20.15 s/d 22.00, mengkaji Hadist

Sahih Al-Bukhari serta membahas kitab Risalatul Jami‟ah yang

dipelajari setelah membahas hadist dari kitab sahaih Al-

Bukhari. Kitab Risalatul Jami‟ah tersebut dikarangan oleh

Habib Ahmad bin Zain bin Alwi Al-Habsy di masjid Al-

Munawwar Pancoran Jakarta Selatan.

b) Setiap hari Kamis malam jam 20.15 s/d 22.00, mengkaji hadist

shahih Al-Bukhari dengan syarah dari Ibnu Hajar Al-Astqalani

di Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

2) Majelis keliling

a) Setiap hari Selasa dan Rabu malam jam 20.15 s/d 22.00, Habib

Mundzir memberikan tausyiah dengan nasihat-nasihat untuk

56

kehidupan di dunia dan akhirat,tempat disesuaikan dengan

jadwal undangan

b) Setiap hari Jum‟at malam jam 20.15 s/d 22.00, dzikikir akbar ya

Allah seribu kali, tempat disesuaikan dengan jadwal undangan

c) Setiap hari Sabtu ziarah ketempat guru-guru, habib-habib

ulama-ulama besar yang ada disekitar Jakarta, dan biasanya pula

tempat pengajian dan tempat ziarah itu berbeda.

Dikarenakan tempat yang berjarak jauh jalan raya dipenuhi

jama‟ah. Untuk mentertibkan lalu lintas di jalan turut membantu

dari POLDA Metro Jaya, yang diminta bantuannya dari beberapa

polisi lalu lintas untuk mengawal saat jama‟ah berjalan di jalan

raya. Biasanya waktu ziarah sekitar jam 22.30 WIB menghindari

kemacetan yang berkepanjangan. Tujuan dari majelis di malam

sahad ini untuk membendung remaja mengerjakan kemaksiatan

yang merajalela seperti pesta narkoba, perzinahan, mabuk-

mabukan dan sebagainya, demi tercipta pemuda dan pemudi yang

berakhlakul karimah.

Pada malam ahad banyak sekali orang yang melakukan

perbuatan tercela tersebut. Sebab itulah majelis Rasulullah selalu

mengembangkan ide dan inovasinya untuk selalu mensyiarkan

tablig akbar pada setiap malam ahadnya demi tujuan kongkrit

yakni pembentukan akhlakul karimah secara bertahap.

3) Memperingati Hari-hari Besar Islam dan Nasional

Pada peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional biasanya

Habib Mundzir Al-Musawwa membuat peringatan untuk hari-hari

tersebut, menyerahkan kepada pengurus majelis Rasulullah untuk

57

mengaplikasikannya. Disela-sela acara pengurus atas perintah

Habib Mundzir Al-Musawwa menyambungkan video lewat internet

ke Yaman (Hadramaut) ma‟had Darul Mustafa bertemu melalu

video streaming dengan guru besar dari guru Habib Mundzir yaitu

Al-Habib Umar bin Hafidh bin Syekh Abubakar bin Salim.

Menghadirkan Habib Umar bin Hafidh melalui video lewat internet

ini biasanya memberikan tasiyah singkat kepada jama‟ah yang

hadir melalui layar proyektor yang telah dipasang oleh pengurus

majelis Rasulullah. Habib Umar bin Hafidh saat tausiyah dengan

bahasa Arab dan diterjemahkan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa

per kalimat.

B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah

1. Sejarah Berdirinya Majelis Rasulullah

Nama “Majelis Rasulullah” dalam aktivitas dakwah ini berawal

ketika Habib Mundzir Al-Musawwa lulus dari Ma‟had Darul Mustafa di

Tarim Hadramaut, Yaman Selatan, pimpinan Habib Umar bin Hafidh.

Beliau di Jakarta memulai dakwah pada tahun 1998 dengan mengajak

ummat muslim sama-sama belajar menganai ilmu agama agar bertaubat

kepada Allah Swt dan mencintai nabi Muhammad Saw yang dengan itu

ummat ini akan mencintai sunnahnya, dan menjadikan nabi Muhammad

Saw sebagai idola bagi mereka.16

Dakwah yang dimulai dan dilakukan siang dan malam dari rumah

16 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 08.45 (item,tentang kami)

58

ke rumah di Jakarta. Sampai-sampai ia tidur diamana saja dirumah masyarakat, bahkan Habib Mundzir pernah tertidur di teras rumah salah seorang jama‟ahnya. Namun karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tidak ingin membangunkan penghuni rumah tersebut dikarenakan sudah larut malam.

Setelah berjalan lebih dari enam bulan, Habib Mundzir memulai membuka majelis setiap malam selasa, mengikuti jejak gurunya Habib

Umar bin Hafidh yang membuka majelis mingguan disetiap malam selasa.

Habib Mundzir pun memimpin Ma‟had Assa‟adah yang diwaqafkan oleh

Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, Bogor. Setelah setahun, Habib

Mundzir tidak lagi meneruskan memimpin ma‟had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan merangkul majelis-majelis di Jakarta.

Sebagai langkah awal Habib mundair Melakukan dakwah, dengan ini secara perlahan beliau bisa dikenal dengan baik .

Habib Mundzir membuka majelis setiap malam Selasa dari rumah kerumah, mengajarkan fiqih dasar, namun tampak umat kurang bersemangat menerima bimbingannya. Habib Mundzir tidak berputus asa karena hal tersebut, beliau terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah nabi Muhammad Saw. Maka Habib Mundzir mengubah cara penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan fiqih, dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari hadits-hadits Rasulullah Saw dan ayat Al Qur‟an dengan Amar

Ma‟ruf Nahi Munkar.

59

Beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa sastra,

dipadu kelembutan Ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta yang

kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasulullah Saw

sebagai idola mereka. Maka seiring waktu yang berganti jam‟ah pun

semakin bertambah dan semakin banyak hingga ia memindahkan yang

tadinya dari rumah-kerumah menjadi dari Mushola ke Mushola, lalu

Mushola pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat. Sebab

kepadatan jama‟ah yang terus meningkat maka Habib Mundzir

memindahkan majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian.17

Mulailah timbul permintaan agar majelis ini diberi nama, jam‟ah

menyarankan bahwa nama majelis adalah “Majelis Habib Mundzir Al-

Musawwa”, namun Habib Mundzir menolak dan menjawabnya dengan

polos nama majelis adalah “Majelis Rasulullah”. Tidak ada yang

dibicarakan selain ajaran Rasulullah, membimbing mereka untuk

mencintai Allah dan RasulNya. Pada dasarnya semua majelis taklim

adalah adalah majelisnya Rasulullah Saw.18

Maka Habib Mundzir mengambil empat masjid besar yang

bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid Raya Al-Munawwar

Pancoran Jakarta Selatan, masjid raya At-Taqwa di Pasar Minggu Jakarta

Selatan, masjid Raya At-Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan, dan Ma‟had

Darul Ishlah Pimpinan KH. Amir Hamzah di jalan Raya Buncit Kalibata

Pulo. Namun karena yang hadir semakin terus bertambah sehingga apabila

tempat sering berpindah-pindah kasian jama‟ah yang tidak memiliki

17 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 08.45 (item,tentang kami) 18 Ibid.

60

kendaraan. Habib Mundzir akhirnya memutuskan memutuskan majelis

taklim malam selasa hanya di masjid raya Al Munawwar Pancoran Jakarta

Selatan.19

Kini majelis taklim malam selasa dihadiri jama‟ah berkisar 10.000

hadirin setiap minggunya, Habib Mundzir juga meluaskan dakwahnya

dibeberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya, hingga mencapai seluruh

wilayah pulau Jawa. Majelis Rasulullah tersebar disepanjang pantai pulau

Jawa dan Pantai Selatan, dan terus meluas sampai ke Bali, Mataram, Irian

Barat, bahkan telah ke luar Negri sperti Singapura, Malaysia, demikian

pula disatsiun-stasiun TV swasta, bahkan VCD, majalah bulanan, dan kini

dianugrahi Iliahi telah merestui majelis Rasulullah untuk meluas hingga ke

jaringan sosial internet dengan nama asalnya “website majelis Rasulullah”.

2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah

Majelis yang dibangun mulai dari tahun 2000 ini mameliki struk

kepengurusan dalam menjalankan roda organisasinya demi tercapainya

semua yang telah direncanakan. Adapun struktur kepengurusan dari

Majelis Rasulullah sebagai berikut:

Penasehat : Al-Habib Muhsin Al-Hamid

Pimpinan Umum/Pembina Majelis : Al-Habib Mundzir Al-Musawwa

Wakil Pimpinan Umum : Al-Habib Ahmad Bahar

Bendahara Umum : Bpk. Saiful zahri

Sekertaris Umum : Bpk. H. M. Syukron Makmum

19 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 09.00 (item,tentang kami)

61

Ka. Koord. Divisi Dakawah : Ust. Muhammad Qolby

Staff Divisi Dakwah : Habib Muhammad Al-Kaff

Habib Zaki Sahab

KH. Ahmad BAihaqi

Ust. Mustafa Deden

Ka. Divisi Tijariyah (perdagangan) : Sdr. Muhammad Rizal

Sdr. Fauzan Ramdhani

Ka. Divisi Tekhnologi Media Dakwah : Sdr. Muhammad Mahfud

Sdr. Fauzan Hakim

Sdr. Muhammad Daud

Staff Bid. Audit Informasi : sdr. Ahmad Fauzi

Staff Bid. Sistem Programer :sdr. Muhammad Ashagi W

Staff Takhnisi Operasional : Sdr. Abdul Khair As‟ad

Sdr. Muhammad Adhi

Sdr. Muhammad Ari

Sdr. Muhammad Yudi

Sdr. Muhammad Hikmah

Sdr. Muhammad Nasrul

Sdr. Kamaruzzaman

Sdr. Tahir

Staff Non Tekhnis : Sdr. Muhammad Wahyu

Sdr. Muhammad Ozi

Sdr. Muhammad Fani

62

3. Visi Misi Majelis Rasulullah

Majelis Rasulullah memiliki visi dan misi dalam menjalanka peran

untuk turut serta dalam dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa. Visi dari

Majelis Rasulullah yaitu mengajak remja khususnya dan masyarakat muslim

pada umumnya untuk mengenal secara menyeluruh sosok kemuliaan dan

keagungan Nabi Muhammad Saw, dengan mengenalnya akan bangkit

kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw.

Misi Majelis Rasulullah yaitu berdakwah yang selalu diperluas secara

bervariatif yang kesemuana itu memberikan keluasan, kemudahan kepada

msyarakat muslim umumnya dan remaja khususnya sehingga mereka dapat

menerima penyampaian dakwah yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa

serta Majelis Rasulullah.

4. Program-program Majelis Rasulullah

1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran

Pada Jam Makan Siang

Program dakwah pertama ini dimaksudkan agar perkantoran

mendapat bimbingan dari Habib Munzdir sehingga Instansi Pemerintahan

dan perkantoran menjadi pemerintahan yang nabawiy dan perkantoran

yang nabawi. Telah diadakan di banyak instansi dan perkantoran,

diantaranya Khotbah Jumat dan siraman rohani di Departemen Keuangan,

Gedung GKBI Jakarta, Bank Danamon, BI (Bank Indonesia) dan lainnya.

2. Bimbingan Rohani di Stasiun Televisi

Beberapa program telivisi bekerja sama dengan Majelis Rasulullahyang

menjadi tempat untuk Habib Mundzir mensyiarkan dakwahnya, beberapa

stasiun televise tersebut adalah

63

a. Metro TV dengan program acara OASIS

b. ANTV dengan program acara Mutiara Subuh

c. Indosiar dengan program acara Embun Pagi

3. Hadroh Majelis Rasulullah

Tim Hadroh Majelis Rasulullah saw terdiri dari sembilan personil,

dengan empat buah hadroh ukuran standard dan empat buah Bass dengan

ukuran Besar, dan satu buah Bas ukuran sangat besar.

Tim ini selalu mengiringi Tablig Akbar Habib Mundzir dan Majelis

Rasulullah saw diberbagai wilayah seputar Jakarta dan sekitarnya.

Dibarengi lantunan nasyid dengan suara yang sangat merdu dan indah

dengan tujuan bisa membawa ketenangan dan kesejukan di hati, dan disaat

lain membangkitkan semangat remaja untuk lebih giat beraktifitas dengan

segala kegiatan positif.

C. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah

Habib Mundzir Al-Muasawwa kembali ke Indonesia pada tahun 1998,

dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah kerumah, duduk dan

bercengkrama dengan mereka, member mereka jalan keluar dalam segala

permasalahan, lalu atas permintaan mereka mulailah Habib Mundzir membuka

majelis. Jumlah hadirin sekitar enamoring, beliau terus berdakwah dengan

menyebarkan kelembutan Allah, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau

tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita

diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah

Bukan berarti duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dan lain-lain,

tapi justru mewarnai segala gerak gerik kita dengan kehidupan nabawi, bila

dia adalah ahli polotik maka berpolitiklah yang nabawi, bila jadi konglomerat

64

maka konglomerat yang nabawi, pejabat yang nabawi, pedagang yang nabawi,

petani yang nabawi, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan

masyaraka terwarnai dengan kenabawian.

Sehingga antara golongan miskin, glongan kaya, partai politik, pejabat

pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan, inilah dakwah nabi

Muhammad Saw yang hakiki. Masing-masing dengan kesibukannya tapi hati

mereka bergabung dengan satu kemuliaan, inilah tujuan Rasulullah Saw

diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam.

Majelisnya mengalami pasang surut, awal dakwah Habib Mundzir

memakai kendaraan umum naik turn bus, menggunakan jubah dan surban,

serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-

orang sekitar. Beliau bahkan pernh tidur diemperan took ketika mencari murid

dan berdakwah.20

Namun kini Habib Mundzir Al-Musawwa telah dikenal luas di Jakarta

dan sekitarnya, propinsi-propinsi, hingga ke luar Negri, beliau juga banyak

mengisi khutbah Jum‟at dan siraman rohani dibanyak instansi dan perkantoran

seperi, Departemen Keuangan, gedung GKBI Jakarta, Bank Danamon, Bank

Indonesia, dan lain-lain.

Nama Rasulullah sengaja digunakan untuk nama majelisnya yaitu

“Majelis Rasulullah” agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini

tercapai. Sebab beliau berharap semua jamahnya bisa meniru dan mencontoh

Rasulullah Saw, dan menjadikannya sebagai panutan hidup. Habib Mundzir

20 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 29 september 2012 jam 16.00 (item,tentang kami)

65

juga rutin melakukan di masjid Istiqlal, di stadion Glora Bung

Karno, Senayan, serta di Monas yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi

Negara ini.21

21 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 29 september 2012 jam 16.18 (item,tentang kami)

BAB IV

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa

Dalam pandangan Habib mundzir Al-Musawwa, pada dasarnya dakwah merupakan aktivitas untuk menyeru/mengajak manusia kepada hal-hal yang bersifat kebaikan dan memperingati kepada hal-hal yang bersifat keburukan.

Dakwah di masa lalu itu lebih identik dengan perjalanan jauh dan angkat senjata, namun di masa sekarang ini Islam sudah tegak menyebar luas dan da‟i pun sudah ada belahan dunia manapun. Jadi, pada saat ini para da‟i sesungguhnya berdakwah kepada ummat muslim agar ummat muslim lebih semangat dalam mempelajari serta menjalankan syari‟at islam secara sempurna.1

Tujuan utama dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa yaitu, ingin membangkitkan semangat ummat Nabi Muhammad SAW agar lebih mengetahui ajaran-ajaran Islam yang benar. Habib Mundzir Al-Musawwa bergerak untuk berdakwah dengan membentuk sebuah majelis sebagai media atau wadah utama menarik perhatian para remaja, majelis yang menjadi media dakwahnya ini juga sekaligus dipimpin oleh beliau. Dalam menghadapi karateristik remaja yang beragam diperlukan dakwah yang bisa memberikan cara/warna yang berbeda dengan dakwah da‟i-da‟i yang lain, serta dalam mengajarkan akhlak Nabi

Muhammad Saw yang sangat mulia dan anggun yang seharusnya menjadi contoh pada kehidupan sehari-hari.

Majelis Rasulullah yang merupakan media utama Habib Mundzir Al-

Musawwa dalam menjalankan maksud dan tujuan dari dakwahnya, lebih khusus

1 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.

66 67

ditujukan kepada kaum remaja. Hal ini dilakukan karena pada masa sekarang ini remaja sangatlah rentan dengan pergaulan bebas yang menyalahi aturan dalam syari‟at Islam, sehingga secara perlahan akhlak mereka terkikis dan menyebabkan mereka tidak perduli dengan hukum Islam yang ada. Mereka para remaja beranggapan bahwa dengan kebebasan mereka berharap dapat menemukan jati diri mereka, sementara aktivitas dalam menemukan jati diri yang mereka lakukan terkadang menyalahi ajaran atau syari‟at Islam yang sesungguhnya.

Dalam kondisi dekadensi moral dan minimnya pengetahuan ummat Islam pada ajaran Islam yang sebenarnya, menyebabkan Habib Mundzir Al-Musawwa menekankan strategi dakwahnya pada pembentukan akhlakul karimah remaja di

Majelis Rasulullah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa

“Dalam menjalankan dakwah haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama Islam. Keadaan remaja pada zaman ini yang sangat memperihatinkan karena jauh dari ajaran syari‟at Islam yang sebenarnya, memberikan wadah sebuah perkumpulan adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian mereka agar mereka perlahan mengikuti di mana perkumpulan itu berkumpul.”2

Adapun strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah sebagai

berikut:

1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja

Langkah utama dalam perumusan strategi dakwah seorang da‟i adalah

Mengenali sasaran dakwah. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui

karakter yang dimiliki oleh para mad‟unya. Agar komunikasi berjalan dengan

baik, sehingga pesan-pesan yang disampaikan sang da‟i biasa diterima dengan

baik oleh mad‟unya.

2 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.

68

Habib Mundzir Al-Musawwa lebih memfokuskan dakwahnya kepada

kaum remaja. Dalam dakwahnya ini Habib Mundzir Al-Musawwa bertujuan

membentuk akhlaqul karimah remaja agar lebih baik. Untuk mencapai hal

tersebut ada langkah-langkah yang diambil Habib Mundzir Al-Musawwa agar

strategi dakwahnya tepat pada sasaran, langkah pertama yang dilakukan Habib

Mundzir Al-Musawwa adalah, melakukan pendekatan secara agama untuk

mengetahui keadaan sosial yang ada pada jama‟ah majelis Rasulullah

khususnya para remaja. Sehingga dakwah yang disampaikan benar-benar

menyentuh dan sesuai dengan kondisi mad‟unya, sebagaimana yang beliau

ungkapkan.

“saya pun melakukan pendekatan religius kepada mereka dengan cara membuka pengajian di rumah saya. Pada awalnya yang jama‟ahnya dihadiri hanya delapan orang saja dan juga dari rumah ke rumah jama‟ah berputar secara begantian, cara ini dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi bagi saya dengan keluarga jama‟ah, kemudian musholla ke musholla, masjid ke masjid untuk menarik jama‟ah agar lebih banyak. Selanjutnya saya berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini. Mulai dari akhlak mereka kepada orang tua, lingkungan sekitar dan kepada pemerintah setempat, lalu pergaulannya seperti apa saat ini dan saya pun menanyakan bagaimana agar mereka bisa duduk bersama kita menimba ilmu. Apa bila mereka sudah bisa duduk bersama–sama kemudian nantinya perlahan saya akan memasukan masalah fiqih, akhlak agar mereka semakin terbenahi secara perlahan–perlahan dan kehidupan mereka pun semakin baik denga syari‟at Islam yang telah diajarka ole Nabi Muhammad SAW ”.3

Remaja yang menjadi sasaran dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa

adalah remaja dengan berbagai problematika atau permasalahannya. Hal ini

berdasarkan dari wawancara dan juga didukung dari pengamatan yang selama

ini dilakukan, yaitu penulis mengikuti secara langsung taklim yang diadakan

3 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.

69

oleh Habib Mundzir Al-Musawwa dan penulis melakukan wawancara secara langsung kepada jama‟ah Majelis Rasulullah.

Permasalahan dan kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yang hadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat. Tetapi masalah tersebut muncul karena beberapa keadaan, bahkan ada beberapa keadaan yang menjadi pendukung kenakalan remaja tersebut. Keadaan-keadaan yang menjadi pendukung kenakalan remaja sesuai yang penulis temui adalah dikarenakan ayah ibu yang bercerai, kesibukan dari orang tua karena pekerjaan, lingkungan rumah, sekolah, pekerjaan, bahkan pengaruh dari media massa.

Hal-hal yang menjadi pendukung timbulnya kenakalan remaja yang pertama seperti kehidupan keluarga yang kurang harmonis, yaitu akibat dari ayah ibu yang bercerai. Sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang kurang saat bergaul dengan teman yang kehidupan keluarganya masih utuh, itulah yang menjadikan mereka beralih untuk memilih hidup dalam lingkungan yang keras. Bergaul dengan komunitas pergaulannya yang bebas tanpa aturan

Negara dan agama, cara ini yang dirasa mereka membuat percaya diri mereka bangkit. Penjelasan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu jama‟ah Majelis Rasulullah yang dahulunya hidup dalam komunitas punk jalanan.

“Saya sebelum mengikuti pengajian di Majelis Rasulullah adalah pengikut komunitas punk jalanan yang kerjanya hanya menghamburkan uang dengan cara minum-minuman keras, membuat tato ditubuh yang hitungan bulan hilang, kemudian membuat kembali. Tidak sampai disitu saya juga selalu nonoton konser punk yang didalamnya banyak terdapat pemakaian narkoba secara bebas dan leluasa. Dalam komunitas ini saya merasa menemukan jati diri saya yang sesungguhnya dan ini juga saya lakukan sebagai obat dari

70

kekecewaan saya ketika orang tua saya bercerai.”4 Hal kedua yang menjadi pendukung timbulnya kenakalan remaja yaitu

kesibukan pekerjaan dari orangtuanya, karena sibuknya hingga jarang ada

waktu dan mereka merasa tidak diperhatikan, sebab inilah mereka merasa

bebas dan tidak terkontrol dalam pergaulannya. Remaja seperti ini banyak

ditemui nongkrong-nongkrong dipinggir jalan.

Permasalahn remaja juga didapati karena pengaruh lingkungan

pekerjaan, baik itu dari teman satu profesi dalam pekerjaan ataupun disebakan

dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya itu saja yang menjadi permaslahannya

media massa sperti iklan juga menjadi pengaruh dalam timbulnya kenakalan

remaja. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh remaja Majelis

Rasulullah yang penulis wawancarai.

“Pengaruh teman di lingkungan rumah sama sekolah yang menjadikan saya melakukan hal-hal negatif yang dahulunya saya tidak pernah melakukannya sepert balapan liar motor malam hari, mencoba minuman beralkohol, sebab apabila tidak saya ikuti dan saya lakukan saya menjadi bulan-bulanan mereka dengan dibilang saya katro (tidak keren atau gaul dan jantan). Kemudian memang juga tuntutan gaya hidup masa kini menurut saya dan disertai pengaruh media, kaya iklan-iklan yang membuat saya jadi penasaran untuk coba mengikuti apa yang diiklankan.”5

Kenakalan remaja apbila tidak segera dibenahi tentu dapat merugikan

diri remaja itu sendiri bahkan orang lain. Sudah banyak tentunya remaja yang

terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti pencurian, perampokan dan

pemerkosaan, serta pemakai dan pengedar narkoba. Ini semua terjadi karena

kurangnya pengawasan dari orang-orang terdekat mereka. Remaja dengan

seluruh problematikanya ini menunjukan bahwa remaja sedang dalam masalah

yang sangat besar. Inilah yang menjadi sasaran dakwah dari Habib Mundzir

4 Rahmat Setiawan, Wawancara Pribadi, Masjid Al-Munawwar, 23 November 2013, Jam 22.30 WIB. 5 Irwan Syahputra, Wawancara Pribadi, warung kopi samping masjid Raya Al- mnawwar, 10 Desember 2013, Jam 23.15 WIB.

71

Al-Musawwa remaja-ramaja yang perlu pembinaan akhlak.

Dari permasalahan remaja yang ada dibutuhkan solusi yang dapat menekan permasalahan tersebut agar tidak berkembang, solusi yang baik ialah memberikan kegiatan-kegiatan positif untuk para remaja tersebut. untuk menarik perhatian tersebut Habib Mundzir Al-Musawwa memberikan wadah perkumpulan yaitu Majelis Rasulullah dan membuat kegiatan-kegiatan yang bisa membawa remaja-remaja kepada akhlak yang lebih baik.

Tujuan utama Habib Mundzir Al-Musawwa melalui majelis Rasulullah adalah membentuk pribadi remaja yang berakhlaqul karimah. Remaja dapat memahami ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya serta menjalin ukhwah islamiyah antara jama‟ah dan masyarakat di Majelis Rasulullah ketika sedang melangsungkan acara-acara yang diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah.

Dari pengkajian tujuan yang telah dirumuskan itu peneliti mamahami bahwa pengkajian tujuan yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa dari dakwah Islamiyah yaitu untuk membentuk akhlaqul karimah kepada remaja disertai menjalin ukhwah islamiyah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai nilai-nilai keagamaan dan budi pekerti yang luhur.

Hal tersebut bertjuan agar remaja yang berakhlaqul karimah memiliki keseimbangan antara Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan Ilmu Pengetahuan dan

Tekhnologi (IPTEK).

“strategi merupakan hal penting dalam menjalankan suatu keinginan terlebih lagi dalam menjalankan dakwah ini, tidak mudah untuk memberikan masukan-masukan kepada remaja agar mereka bisa menyeimbangkan antara iman dan taqwa dan juga ilmu pengetahuan. Hal kedua ini harus berjalan selaras agar menjadi manusia yang di cintai Allah dan Rasul Saw, untuk itu saya menggunakan strategi dengan cara membina mereka dengan masalah aqidah dan akhlak yang diajarkan di Majeli Rasulu;lah saat taklim agar mereka berakhlaqul karimah dan bisa menyeimbangkan iman dan taqwa, kemudian mengajarkan fiqih untuk memperluas meneguhkan iman dan taqwa

72

mereka serta memenjadikan mereka seimbang dalam ilmu tekhnologi dunia.”6 Berdasarkan tujuan tersebut Habib Mundzir Al-Musawwa mengambil

langkah khusus agar tujuannya tersebut tercapai sesuai dengan asas fisiologis

asas sosiologis, asas psychologis. Langkah khusus tersebut adalah

mengadakan pengajian dengan materi-materi yang disampaikan

mengutamakan pada masalah aqidah dan akhlak.

Pembinaan aqidah dan akhlak merupakan pondasi atau dasar agama

untuk meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar. Kemudian barulah

diajarkan maslah ibadah muamalah dan materi-materi lainnya yang

menyangkut dengan ajaran Islam yang seutuhnya.

Banyak tentunya masyarakat muslim yang masih memberikan batas

pergaulan mereka dengan non muslim, ada juga beberapa kelompok pengajian

tertentu yang mengajarkan pembatasan pergaulan tersebut. hal ini tentu

bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya yaitu toleransi beragama.

Untuk mengantisipasi atau merespon isu-isu yang beredar tentang

intoleransi beragama pada kelompok-kelompok pengajian tertentu, di Majelis

Rasulullah Habib Mundzir Al-Musawwa juga mengajarkan bagaimana

mengembangkan sikap toleransi dan menjalin hubungan baik dengan

msayarakat non muslim. Habib munzdir juga menekan kan kepada para

jama‟ah agar terbentuk sehingga memiliki jiwa sosial dan solidaritas kepada

non muslim, tidak menjadikan non muslim itu adalah musuh yang harus

diperangi.

Penanaman ini harus dilakukan terhdap para remaja juga agar remaja

memeiliki sifat toleransi yang baik, serta mengetahui apa saja toleransi dalam

beragama yang sesuai dengan syari‟at Islam. Sehingga pengetahuan mereka

6 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.

73

luas dan tidak mudah dipengaruhi untuk melakukan hal yang telah dilarang

oleh Agama.

2. Menyusun Program-program Dakwah

Menyusun program dakawah dengan beberapa agenda keagamaan

yang bertujuan agar kegiatan lebih terkonsep dengan baik, sehingga jama‟ah

memiliki konsistensi terhadap apa yang akan mereka ikuti dan hal ini

memberikan motivasi Habib Mundzir Al-Musawwa. Sehingga da‟i dapat

menyampaikan materi dakwahnya kepada jama‟ah dengan baik dan jama‟ah

dapat menerima materi dakwah juga dengan baik.

Agenda yang dibuat oleh Habib Mundzir Al-Musawwa tidak hanya

meliputi kegiatan rutin pengajian, namun juga peringatan-peringatan hari

besar Islam serta peringatan hari besar nasional seperti kemerdekaan Indonesia

yang dibalut dengan dzikir dan do‟a untuk negri yang dihadiri jama‟ah dari

berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya disitu, acara pada peringatan hari

besar Islam juga dihadiri dari oleh jama‟ah dari luar negeri sebagai tamu di

Majelis Rasulullah, kemudian dari pemerintahn Negara Indonesia.

Adapun program dakwah tersebut ialah :

a. Pengajian rutin

1) Majelis Induk/mingguan

a) Setiap Senin malam jam 20.30 s/d 22.00, dalam mengkaji hadist

Sahih Al-Bukhari serta membahas kitab Risalatul Jami‟ah yang

dipelajari setelah membahas hadist dari kitab sahaih Al-Bukhari

tentang akhlak sebagai fokus Habib Mundzir Al-Musawwa pada

pembinaan akhlak. Kitab Risalatul Jami‟ah yang dibahas

74

dikarangan oleh Habib Ahmad bin Zain bin Alwi Al-Habsy di

masjid Al-Munawwar Pancoran Jakarta Selatan.

b) Setiap Kamis malam jam 20.30 s/d 22.00, dalam mengkaji shahih

Al-Bukhari dengan syarah dari Ibnu Hajar Al-Astqalani di

Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Ada beberapa alasan mengapa diadakan jadawal mingguan,

bulanan, serta tahunan. Pertama agar hari-hari jama‟ah pada umumnya

lebih banyak melakukan kegiatan yang baik di malam hari, lebih baik

ta‟lim mendapatkan ilmu dan juga mendapat pahala dan juga uang

tidak terhambur-hamburkan begitu saja tanpa ada bekas yang

menjadikan manfaat bagi diri sendiri.7

Kedua, ilmu disampaikan beberapa kali dalam seminggu

seiring dengan jadwal kegiatan. Cara ini dilakukan agar ilmu yang

disampaikan menyakut dipikiran dan tersimpan diotak jama‟ah.

Diharapkan mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat. Sehingga

dakwah yang dilakukan benar-benar memiliki nilai efektivitas dan

efisien ketika diimplementasikan (Iqbal Tawakkal 18 tahun, crew

Majelis Rasulullah).8

2) Majelis Keliling

a) Majelis Akbar

Setiap hari Selasa dan Rabu

Tempat disesuaikan dengan jadwal undangan

7 Iqbal Tawakkal crew Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi Skretariat Majlis Rasulullahi, Jakarta, 02 Noember 2013, Jam 14.35 WIB.

8 Iqbal Tawakkal crew Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi Skretariat Majlis Rasulullahi, Jakarta, 02 November 2013, Jam 14.35 WIB.

75

Jam 20.30 s/d 22.30

b) Dzikir Akbar Jalalah

Setiap hari Jum‟at

Tempat disesuaikan dengan undanagn

Jam 20.30 s/d 22.30

c) Ziarah Qubra

Setiap hari Sabtu

Tempat disesuaikan

Jam 20.30 s/d 22.30

Dalam memberikan pelajaran Habib Mundzir Al-Musawwa selalu

menanamkan kecintaan kepada Nabi dengan bersholawat, adapun

bacaan yang dibaca sebagai pengantar bersholawat adalah kitab Ad

Dhiyaullami karangan dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh. Ini

dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai salah satu strategi dari

dakwah beliau. Keinginan untuk membentuk akahlaqul karimah

remaja jama‟ah Majelis Rasulullah ditanamkan melalului dengan

banyak membaca sholawat, yang sehingga dengan itu diharapkan dapat

timbul kebaikan dari hasil pembacaan tersebut yang diresapi. b. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan Tabligh Akbar

Dalam program dakwah kedua sebagai bentuk implementasi

strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa yaitu mengadakan

peringatan pada hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad

SAW, Isra Mi‟rajnya Nabi Muhammad SAW, Haul Ahlul Badr disertai

Nuzulul Qur‟an dan tahun baru hijriah yang acaranya diperingati di

76

MONAS. Pada setia acara peringatan hari besar islam Habib Mundzir

Al-Musawwa selalu memobilisasi masa yang didominasi anak-anak

muda.

Acara tabligh akabar yang diperingati adalah Idul fitri, Idul

adha, Nuzulul Qur‟aan, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj

dan lainnya sera juga peringatan hari besar nasional seperti hari

kemerdekaan dan juga tahun baru Masehi.

Dalam setiap acara Tabligh Akhbar Habib Mundzir Al-

Musawwa mengundang ulama-ulama yang ada di seluruh Indonesia

maupun luar negri, baik itu dari kalangan habib, kiyai, ustadz, dan juga

dari aparat pemerintahan yang dimaksud agar jama‟ah mengenal

ulama-ulama yang ada di Indonesia atupun luar negri dan menjalin

hubungan baik dengan pemerintah. Hal ini juga memberikan wawasan

bagi remaja jama‟ah Majelis Rasulullah dari segi silaturahmi dan ilmu.

“Agar menghilangkan kebosanan dari jama‟ah remaja saya mengundang ulama-ulama untuk datang kemajelis memberikan tausyiah, ini juga dapat member pelajaran-pelajaran baru bagi saya pribadi dan jama‟ah. Cara ini saya diinstruksikan juga oleh guru mulia Habib Umar bin Hafidh beliau mengatakan sebagai ajang silaturahmi juga bagi saya dan jama‟ah, dengan ini ketika kalian berda di suatu daerah kalian bisa mampir kepada ulam-ulama setempat yang telah menjalin silaturahmi dengan ulama yang pernah singgah di Majelis Rasulullah. Hal ini telah dilalakukan oleh shabat-sahabar sang Nabi Saw agar sunnah silaturahmi selalu terjaga dengan baik sesama ummat Islam.”9

Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan bagi

para jama‟ah remaja Majelis Rasulullah. Jika biasanya pelajaran,

ataupun nasihat-nasihat hanya dilakukan oleh seorang guru namun

Habib Munzir melakukannya tidak sendiran, sewaktu-waktu beliau

9 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.

77

mengundang da‟i yang masyhur/dikenal oleh masyarakat luas dan juga

cukup baik dari segi ilmu yang dimiliki sehingga sangat berpengaruh

untuk memberi pelajaran dan nasihat-nasihat. Program dakwah ini

sangat membantu bagi Habib Mundzir Al-Musawwa karena hal ini

sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi, yaitu jadwal yang telah

ditentukan hari dan jamnya membuat dakwah Habib Mundzir Al-

Musawwa seimbang antara waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk

pencapaian hasilnya.

3. Memanfaatkan Media Dakwah

Banyak cara yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa untuk

meluaskan strategi dakwahnya, seperti dengan memanfaatkan media-media

sebagai sarana. Diantara media-media tersebut adalah :

a. Media Cetak

Pemanfaatan media cetak dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa

dengan menulis buku tentang kenalilah aqidahmu, agar jama‟ah remaja

dapat mngetahui akhlak mereka apakah sesuai dengan syari‟at dari Nabi

atau belum. Kemudian Habib Mundzir Al-Musawwa mempublikasikan

dakwahnya dalam sebuah bulletin ceramah selama satu bulan.

b. Audio Visual

Sesuai dengan perkembangan tekhnologi audio visual maka beliau

mendokumentasikan dakwahnya yang berisi ceramah-ceramah pada saat

peringatan hari besar Islam, kedatangan gurunya yaitu Habib Umar bin

Hfidh, perjalanan dakwah beliau sendiri dan lagu-lagu shalawat kedalam

bentuk DVD. Habib Mundzir Al-Musawwa juga meggunakan media on

78

line yang dinamai forum Majelis Rasulullah, diselengarakan oleh Majelis

Rasulullah. forum tersebut dapat diakses melalui www.majelis

rasulullah.org.

Website ini digunakan untuk menyebarkan luaskan berita seputar

kegiatan Habib Mundzir dan Majelis Rasulullah, kemudian sebagai

dakwah Habib Mundzir dengan cara menjawab pertanyaan darri jama‟ah

apabila tidak sempat bertemu langsung dengan beliau c. Spanduk, Umbul-Umbul, Helem

Setiap program dakwahnya Habib MundzirAl-Musawwa

memanfaatkan media spanduk, umbul-umbul, helem berlogo Majelis

Rasulullah dan jaket berlambangkan Majelis Rasulullah. Yang dimaksud

untuk menandai bahwa ini adalah jama‟ah dari Habib Mundzir Al-

Musawwa.

Pemanfaatan media ini cukuup efektif bagi Habib Mundzir Al-

Musawwa dalam melakukan dakwahnya, mengigat pada masa sekarang ini media menjadi tempat informasi yang sangat baik, pemanfaatan media ini juga sesuai dengan asas kmampuan dan keahlian da‟i. Begitu pula yang dilakukan oleh habib Mundzir Al-Musawwa, memanfaatkan media untuk mendukung dalam beliau menjalankan dakwahnya. Secara tidak disadari ternya dari pemanfaatan media tersebutlah yang menjadi ciri khas dari dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa.

Setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah tentu sangat mempertimbangkan da‟inya yaitu Habib Mundzir Al-Musawwa, kesibukan beliau dalam dakwah terkadang menjadikan kelelahan bagi tubuh

79

beliau. Karena dalam mengemban dakwah seorang da‟i harus memiliki

kekuatan jasmani dan rohani agar apa yang disampaikan mudah diterima oleh

jama‟ah.

Strategi dakwah ketika diimplementasikan bisa terlihat efisien jika dari

segi kuantitas dan kualitas berjalan dengan baik. Kuantitas yaitu banyaknya

jama‟ah sedangkan kualitas yaitu cara da‟i menyampaikan materi-materi

secara bervariasi, sehingga menambah pengetahuan bagi para mad‟unya.

Terlihat bahwa strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa secara kuantitas

yaitu, dakwah yang dimulai dari tahun 2000-2013 sangat menanjak darstis

yang awalnya jama‟ah hanya ada delapan orang kini telah mencapai ratusan

ribu bahkan jutaan orang.

Secara kualitas banyak perubahan dari para remaja yang tadinya

nongkrong-nongkrong sekarang lebih banyak duduk di majelis Rasulullah,

serta shalawat yang sering dibawakan di majelis Rasulullah juga dibacakan

oleh remaja-remaja di manapun, baik di rumah saat santai-santai dan di

musholla ketika menjelang waktu maghrib.

Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga tahun dari tahun 2010, awalnya hanya ikut-ikutan diajak temen bareng-bareng remaja Masjid Al-Munawwar kadang hadir kalo lagi kepengen atau tidak kalau lagi malas, tapi sekarang menjadi rutin semenjak awal januari 2011.10 Remaja-remaja yang awalnya hanya ikut-ikutan kini menjadi

istiqomah, pada taklim mingguan ataupun saat acara-acara besar Islam yang

diselenggarakan oleh majelis Rasulullah. Walaupun sasaran dakwah yang

awalnya adalah merangkul remaja, namun tidak menutup kemungkinan yang

telah berkeluarga. Bahkan jama‟ah yang berasal dari luar kota berdatang untuk

10 Rendi Sumantoro, Jama‟ah Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Noember 2013, Jam 20.00 WIB.

80

mengikuti tabligh akbar disaat hari-hari besar islam yang dilakukan dipusat kota yaitu MONAS atau masjid-masjid besar yang ada dijakarta seperti Istiqlal dan lainnya.

Keadaan yang sesuai dengan harapan dari Habib Mundzir Al-

Musawwa ini dan ini terus di dijaga oleh Habib Mundzir Al-Musawwa dan jama‟ah agar terus menarik perhatian remaja lainnya untuk membenahi akhlak mereka.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Strategi

Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa, penulis dapat menghasilkan

kesimpulan akhir dari penulisan karya ilmiyah ini yaitu sebagai berikut:

Habib Mundzir Al-Musawwa memiliki strategi dakwah yang efektif,

terarah dan terencana dalam setiap kegiatan dakwahnya terhadap para remaja

agar menjadi remaja yang berakhlaqul karimah. Dalam menjalankan straegi

tersebut agar mencapai tujuan Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan

strategi dakwah sebagai berikut :

1. Memfokuskan obyek dakwah pada kaum remaja

1) Mengetahui sasaran dakwah dan mengetahui keadaan sosial

yang menjadia sasaran dakwah adalah merupakan salah satu

hal penting yang harus diprhatikan oleh seorang da‟i, ini

dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa sesuai dengan asas

sosiologis (yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah). dan

psycologis (yaitu asas ini membahas tentang masalah yang

berhubungan dengan kejiwaan manusia). Habib Mundzir Al-

Musawwa mengambil langkah pertama dalam strategi dakwah

beliau dengan memfokuskan obyek dakwah pada kaum remaja,

ini dulakukan agar dakwahnya lebih terarah. Remaja-remaja

yang keadaan akhlaknya kurang baik ini lah yang lebih

81 82

diperhatikan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa untuk

mendapatkan bimbingannya di Majelis Rasulullah .

2. Menyusun program-program dakwah

Sesuai dengan asas fisiologis sera asas efektifitas dan efisiensi agar

dalam aktifitas dakwah tercapai tujuan-tujuan yang telah dibiuat.

Menyusun program-program dakwah merupakan langkah strategi

dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam melaksanakannya,

dengan beberapa agenda keagamaan seperti pengejian rutin, mejelis

keliling, tabligh akbar, ziarah dan peringatan hari besar Islam dan

nasional. Hal ini dibuat bertujuan agar lebih kegiatan dan juga waktu

terkonsep dengan baik, sehingga jama‟ah memiliki konsistensi

terhadap apa yang mereka ikuti. Kemudian juga menjadikan

keseimbangan bagi Habib Mundzir Al-Musawwa terhadap tenaga

yang dikeluarkan.

3. Memanfaatkan media dakwah

Pemanfaatan media dakwah adalah bagian dari asas kemampuan dan

keahlian seorang da‟i. Asas menuntu Habib Mundzir Al-musawwa

ahli dalam segala medan dakakwah termasuk media untuk

memperluas dakwahnya, di saat sekarang ini media merupakan hal

penting bagi kehidupan manusia. Media sosial sudah menjadi hal

yang penting dalam kehidupan manusia, website yang dibuat habib

Mundir A-Musawwa, DVD dalam perjalanan dakwah, atribut dalam

berkendaraan merupak stratedi yang tepat dilakukan Habib Mundzir

Al-Musawwa untuk mendukung dan memperluas dakwahnya.

83

Dalam perjalanan dakwahnya habib Mundzir Al-Musawwa melibatkan

peran dari Majelis Rasulullah yang didirikannya. Setiap keberadaan Majelis

Rasulullah didukung oleh institusi terkait baik dari pemerintahan ataupun non

pemerintahan, yaitu pimpinan daerah setempat, pimpinan Negara, tokoh

masayarakat, tokoh agama, aparat penegak hukum, terlihat keberadaan mereka

pada saat acara-acara yang yang dibuat Oleh Habib mundzir Al-Musawwa dan

diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah. Ini menjadikan Majelis Rasulullah

terbina dengan baik.

Kegiatan dakwah yang didukung ini menjadikan dakwah benar-benar

efektif, hal ini bisa dilihat dalam penjaringan massa lebih banyak saat ada

kegiatan yang diadakan Habib Mundzir Al-Musawwa. Dari sisi lain penulis

melihat bahwa strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa secara kuantitas,

yaitu dakwah yang dimulai dari tahun 2000-2013 menunjukan perkembangan

yang sangat darstis. Pada awalnya jama‟ah tediri ada delapan orang kini telah

mencapai ratusan ribu bahkan jutaan orang.

B. Saran

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan saran yang semoga dapat

menjadi sebuah masukan bagi keberlangsuangan dakwah Habib Mundzir Al-

Musawwa dan Majelis Rasulullah yang dipimpinnya serata da‟i dan Majelis

ta‟lim lainnya sebagai berikut:

1. Hendaknya strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dapat menjadi

contoh untuk da‟i-da‟i lainnya agar dalm dakwah nya tidak terlihat

monoton.

2. Banyaknya kegiatan yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa dan

84

Majelis Rasulullah hendaknya jama‟ah yang memiliki kendaraan bermotor

yang melewati jalan raya penulis menyarankan agar lebih peraturan

lalulintas yang ada.

3. Diharapkan untuk generasi muda khususnya kalangan remaja agar

menggunakan media tekhnologi dan informasi khususnya internet sebagai

jembatan dalam menyampaikan dakwah.

4. Sebagaimana strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam skripsi

ini, penulis berpandangan bahwa strategi Habib Mundzir Al-Musawwa

bisa menjadi strategi baru dalam berdakwah bagi da‟i di masa sekarang

khususnya da‟i dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Ariifin M., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)

Aripudin, Acep & Syukriadi Sambas, Dakwah damai: pengantar dakwah budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007)

Al-Jarisyah Ali, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, (Al-Munawarah: Dar al-Wifa, 1989)

Mundzir Al-Musawwa, Habib, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010).

Enjoy Budi, Wawancara Pribadi, (Jakarta: Pangkalan Ojek Pancoran, 23Aril 2013)

Ghazali, M. Bahri, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997)

Hamid Al-Bilali, Abdul, Fiqh Ad-Dakwah fi Ingkar Al-Mungkar(Kuwait: Dar al- Dakwah, 1989).

Hurlock, Elizabeth, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980)

Hayyan, Abu, al-bahrul Muhith, Jilid I, h, 392 juga dr. Zainal Abdul Karim, ad- Dakwah bil Hikmah Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

Ibrahim Al-Juyusyi, Muhammad, Minhaj ad-Da’wah Wa Asalibaha, I.S.B.N 2001.

Jamal, Ahmad Muhammad, Perang Damai dan MIliter dalam Islam, (Jakarta: P.T.Fikhati Aneska, 1991)

Muhammad Thantawi , Sayyid., Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar Al- Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001)

Majalah Al Kisah Edisi 18, (Jakarta : 2008)

Mulyawan, Adi, Wawancara Pribadi, Majid Al-Muhajirin, (Bekasi: 07 Meil 2013)

Munir, M, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006)

Natsir, Mohammad. fiqhud Da’wah, (Jakarta: Media Da‟wah, 1427 H, 2006 M)

Saputra , Munzir, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencanna, 2003)

Sarwono, Wirawan S, Psikologi social, (Jakarta: Balai PUstaka, 1999)

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-IKhlas,

85 86

1983)

Warson al-Munawwir, Ahmad, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997)

Windi Mahardika Olga, Wawancara Pribadi, (Bekasi: Masjid Al-Muhajirin, 07 Meil 2013) www.majelis rasulullah.org http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS IIMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (0211 7 a3T28 / 7 47A3580 jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.i4 E-mail : [email protected]

Nomor: Un.01/F5/KM.0t.3lsl fi{ nott Jakarta, 4anuari 2013 Lamp : I{al : Penelitian/Wawancara

Kepada Yth. Sekretariat Majelis Rasulullah di Tempat

Assalamu'alailatm Wr. Wb.

Dengan hormat bersama ini kami sampaikarr bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,

Nama : Halomoan Lubis NIM :108051000185 Jumsan/Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / IX

bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Strategi Dalewah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Remaja di Majelis Rasulullah.

Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/IbrlSdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.

Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Dekan,

f Subhann MA I l0 199303 r004{ Tembusan: l. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi .A tr G]h''q-1 MAJELIS RASULULLAII SA\il

SURAT KETERAIIGAT{ PEI{ EI.JIIA,I{ l,l,omor : 06.SK.e/tulR.ll/02.2013 Jakaila,6 FeUuad 2013

Brsmu-Alil RAltnAilnRAHilt

Segda Puii hgiAllah Maha Raia Tunggd ddam Keabadian di dam se(nesta, shalawat dan salan semoga selalu tercunah pada NaU Muhammad SAW, Pemimpn para pernhra RMah llahiyyah dad zaman ke zanan, demikian dc kduarga dan sahabahya, amiin.

Dengan ini kdni MaJelis Rasulullah SAW, rnnerangkan bahrva:

Nama : Habrpan lutris

NIM :1080510CI185

Univensitas : UIN - Syadf Hldayatullah Jakarta

Fakultas : llmu dakwah & Komunikci

Jurusan : Komunikmi& penyianan islam

Sernester : lX

Telah rnelakukan penelitan dan warancana di Maicilis Rasululldr SAW untuk bahan penulisan skripsi yang befiudul :

'Strrtegl delilah habib mumir almusawa dahm pembentukan athlqul ksimah ranafa di taielb Rasulullah sad

Demikianlah surat keterangan ini kami buat dan kamisampaikan, mrdah+nuddran tuiuan dad sunat ini dapat dbdma dengan baik

Tedma kasih.

L tt, "l'*-d rl

HABIB HUIT,ZIR ATTUSAYIA Pimp.llaielis Rasulullah SAttU

Jl. Cikoko Barat V No. 66 RT. 03/05 Pancoran, Jakarta Selatan 12770 - lndonesia Telp./Fax. :62-21 7986709, Contact Person : 0817 661 3400, Website : www.majelisrasulullah.org Hasil wawancara

Nama Jama’ah : Iqbal Tawakkal, 18 tahun siswa Madrasah Aliyah Negri kelas 3

Tanggal/Jam : 02 November 2013 Jam 14.35 WIB

1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?

Jawab :

Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah sembila

tahu dari tahun 2004, saya juga ikkut andil diadalam program dakwah Habib, karena

saya Aktivis Majelis Rasulullah.

2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim

dengan Habib?

Jawab :

Yang utama alasan saya adalah kelembutan Habib dalam menyampaikan dakwah

yang mana tidak saya dapatkan pada penceramah sebelumnya, kemudian iringan

hadrah pada pembacaan shalawat membuat saya merasa nyaman.

3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?

Jawab :

Tidak semua saya ikuti karena saya terbentur dengan sekolah saya, tapi saya selalu

mengikuti pengajian rutin malam selasa di Al-Munawwar serta acara-acara besar yang

dibuat habib. Ada beberapa alasan mengapa diadakan jadawal mingguan, bulanan,

serta tahunan. Pertama agar hari-hari jama’ah pada umumnya lebih banyak

melakukan kegiatan yang baik di malam hari, lebih baik ta’lim mendapatkan ilmu dan

juga mendapat pahala dan juga uang tidak terhambur-hamburkan begitu saja tanpa

ada bekas yang menjadikan manfaat bagi diri sendiri. Kedua, ilmu disampaikan

beberapa kali dalam seminggu seiring dengan jadwal kegiatan. Cara ini dilakukan agar ilmu yang disampaikan menyakut dipikiran dan tersimpan diotak jama’ah.

Diharapkan mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat. Sehingga dakwah yang

dilakukan benar-benar memiliki nilai efektivitas dan efisien ketika

diimplementasikan.

4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?

Jawab :

Beliau sangat tawddhu, siapapun tamunya baik tua muda beliau selalu menghormati

dan melayani dengan baik, tidak hanya muslim namun non muslim pun dilakukan

sangat baik oleh beliau. Ketika mengajar beliau tidak pernah dengan marah-marah

akan tetapi selalu dengan penuh rasa kasih sayang.

5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?

Jawab :

masalah fiqih, aqidah dan akhlak serta sejarah dakwah Nabi SAW.

6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda?

Jawab :

Alhamdulillah perlahan-lahan saya bisa menjalankan ibadah dengan baik terutama

yang fardhu, yang tadinya bolong-bolong sekarang menjadi lengkap, yang tadinya

tidak awal waktu sekarang menjadi awal waktu.

7. Memang ebelumnya bagaimana gaya hidup anda?

Jawab :

Suka nongkrong-nongkrong aja tidak jelas sampai agi kalau hari libur sama teman

sampai pagi. Hasil wawancara

Nama Jama’ah : Rendi Sumantoro, 15 tahun siswa SMP kelas 3

Tanggal/Jam : 23 November 2013 Jam 22.30 WIB

1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?

Jawab :

Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga

tahun dari tahun 2010, awalnya hanya ikut-ikutan diajak temen bareng-bareng remaja

Masjid Al-Munawwar kadang hadir kalo lagi kepengen atau tidak kalau lagi malas,

tapi sekarang menjadi rutin semenjak awal januari 2011.

2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim

dengan Habib?

Jawab :

Ceramah Habib gampang saya menegerti, jadi apa yang diajarkan saya bisa mengerti

langsung dan juga tambah ilmu diluar sekolahan.

3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?

Jawab :

Saya haya mengikuti taklim senin malam yang kebetulan dekat rumah saya dan ziarah

pada malam minggu.

4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?

Jawab :

Habib baik dan reandah hati karena mau bersalaman walaupun didesak sam jama’ah

5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?

Jawab :

masalah fiqih, aqidah dan akhlak yang dikaji dari hadist sahih Al-Bukhari dan Muslim 6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda?

Jawab :

Alhamdulillah saya jadi mulai tinggalin main game di warnet, lebih seneng ke

Musholla dan Masjid .

7. Memang sebelumnya bagaimana gaya hidup anda?

Jawab :

Main game di warnet, kalau hari libur sampai pagi bareng teman-teman. Hasil wawancara

Nama Jama’ah : Rahmat Setiawan, 18 tahun siswa SMA kelas 3

Tanggal/Jam : 23 November 2013 Jam 22.30 WIB

1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?

Jawab :

Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga

tahun dari tahun 2010.

2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim

dengan Habib?

Jawab :

Cara ceramah beliau dan mengajar yang sangat santun kemudian selalu senyum

kapada stiap jama’ah ketika bertemu dimajelis, kesabaran beliau dalam menghadapi

cobaan juga membuat saya terkesan.

3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?

Jawab :

Saya haya mengikuti taklim senin malam dan kamis malam serta ziarah pada malam

minggu.

4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?

Jawab :

Rendah hati dan tidak sombong, dan beliau ahli ma’rivat pada zaman ini.

5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?

Jawab :

masalah fiqih, aqidah dan akhlak yang dikaji dari hadist sahih Al-Bukhari dan Muslim

6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda? Jawab :

Alhamdulillah perlahan-lahan saya bisa menjalankan ibadah dengan baik terutama

yang fardhu, yang tadinya bolong-bolong sekarang menjadi lengkap, yang tadinya

tidak awal waktu sekarang menjadi awal waktu.

7. Memang ebelumnya bagaimana gaya hidup anda?

Jawab :

Suka nongkrong-nongkrong aja tidak jelas sampai agi kalau hari libur sama teman

sampai pagi. Hasil wawancara

NAMA : Halomoan

TANGGAL : 27 Januari 2013

PUKUL : 05.30 s/d selesai

1. Menurut Habibana Mundzir apa yang dimaksud dengan dakwah?

Jawab :

Sebagai umat islam, kita diperintahkan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam dan

menyampaikan kebenaran untuk mewujudkan kesungguhan atau keyakinan akan satu-

satunya agama yang benar dan diridhoi Allah Swt sebagai mana fiman Allah dlam surat

Al-Imran ayat 19 “sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Dakwah merupakan salah satu perintah Allah terdapat di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl

ayat 125 “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan ambil

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” kemudian di

dalam surat Al-Hajj ayat 32 “ demikianlah (perintah-perintah Allah Swt) dan

barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah Swt, maka sesungguhnya hal itu

merupakan ketaqwaan dalam hati”, sementara itu dakwah haruslah memiliki wadah

untuk menyebarkan Hikmah dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama dalam

Islam’

Dakwah adalah kegiatan untuk menyeru/mengajak manusia kepada hal-hal yang bersifat

kebaikan dan memperingati kepada hal-hal yang bersifat kemunkaran. Dakwah di zaman

dulu itu lebih dikenal dengan perjalanan jauh dan perang terhadap selain muslim untuk

tegaknya Islam, namun sekarang kan ini Islam sudah tegak dimuka bumi Allah dan da’i pun sudah ada dimana-mana. Jadi, pada saat ini para da’i sesungguhnya berdakwah

kepada ummat muslim agar ummat muslim lebih semangat dalam mempelajari serta

menjalankan syari’at islam secara sempurna

2. Bgaimana langkah-langkah strategi dakwah yang dilakukan Habibana Mundzir?

Jawwab :

Sepulang saya menimba ilmu di pondok pesantren Darul Mustafa di Yaman pimpinan

Habib Umar bin Hfidh, saya melakukan strategi dakwah dengan membentuk majelis kecil

yang dahulu di tahun 1998 masih sangat kecil dan sedikit jam’ahnya. Kemudian ditahun

2000 desakan dari jama’ah untuk member nama majelis, keputusan saya jatuh dengan

nama majelis yaitu “Majelis rasulullah dan ini secara langsung sebagai media dakwah

bagi saya. Dari situlah mulai dakwah dengan pebacaan Adhiya’ullami (rawi karangan

Habib Umar) dengan iringn hadrah, lalu mengkonsep acara hari-hari besar Islam untuk

menarik perhatian masyarakat muslim Jakarta dan Indonesia keseluruhan.

Dalam menjalankan dakwah haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah

dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama Islam. Keadaan remaja pada zaman ini

yang sangat memperihatinkan karena jauh dari ajaran syari’at Islam yang sebenarnya,

memberikan wadah sebuah perkumpulan adalah cara yang mudah untuk menarik

perhatian mereka agar mereka perlahan mengikuti di mana perkumpulan itu berkumpul

3. Dengan cara apa Habib Melakukan pendekatan?

Jawab :

4. Apa sja yang diajarkan di Majelis?

Jawab : saya pun melakukan pendekatan religius kepada mereka dengan cara membuka pengajian

di rumah saya. Pada awalnya yang jama’ahnya dihadiri hanya delapan orang saja dan

juga dari rumah ke rumah jama’ah berputar secara begantian, cara ini dimaksudkan

sebagai ajang silaturahmi bagi saya dengan keluarga jama’ah, kemudian musholla ke

musholla, masjid ke masjid untuk menarik jama’ah agar lebih banyak. Selanjutnya saya

berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini. Mulai dari akhlak

mereka kepada orang tua, lingkungan sekitar dan kepada pemerintah setempat, lalu

pergaulannya seperti apa saat ini dan saya pun menanyakan bagaimana agar mereka bisa

duduk bersama kita menimba ilmu. Apa bila mereka sudah bisa duduk bersama–sama

kemudian nantinya perlahan saya akan memasukan masalah fiqih, akhlak agar mereka

semakin terbenahi secara perlahan–perlahan dan kehidupan mereka pun semakin baik

denga syari’at Islam yang telah diajarka ole Nabi Muhammad SAW

Di majelis saya banyak mengajarkan masalah aqidah, akhlak, fiqih , syrah hadist dari

riwayat imam Al-Bukhari serta didukung kitab-kitab lain dalam mensyarahkannya,

namun lebig banyak masalah aqidah dan akhlak.

5. Apa tujuan utama dari Majelis Rasulillah?

Jawab :

Tujuan dari majelis adalah merangkul remaja agar mau bersama-sama menimba ilmu

agama ,sehingga tercipta remaja yang shaleh dan shalehah. Mereka meninggalkan

kegiata-kegiatan yang tak bermanfaat yang tidah membawa ridh Allah Swt. Seperti

kegiatan nongkrong dipinggir jalan, nanton konser musik, main kewarnet yang mana itu

semua sering membawa kemaksiatan. 6. Bagaimana keadaan ummat Nabi Muhammad Saw pada saat ini umumnya dan keadaan

remaja pada saat ini khususnya?

Jawab :

Di Indonesia umumnya dan Jakarta kuhususnya telah banyak melupakan syari;at-syari’at

Islam yang sesungguhnya, banyak yang melupakan shalawat dan juga yang miris adalah

ringan dalam meninggalkan ibadah yang wajib. Sedangkan remaja jauh sekali dari yang

kita para da’i harapkan, remaja saat ini lebih banyak mengadopsi pola hidup orang-orang

diluar Islam. Keadaan ini memang pekerjaan rumah semua orang tua bukan hanya para

da’i.

7. Apa saja kegiatan Habibana Mundzir bersama Majelis Rasulillah?

Jawab :

Banyak sekali kegiatan saya dengan membawa nama Majelis Rasulullah tentunya

kemanapun saya pergi untuk melakukan dakwah, baik itu di dalam kota ataupun di luar

kota. Biasanya kalau di luar kota hanya berupa undangan atau mengisi pengajian bulanan,

sedangkan di dalam kota banyak kegiatan yaitu pengajian mingguan dan memperingati

hari-hari besar Islam.

8. Berapa rata-rata usia remaja yang mengikuti ta’lim di Majelis?

Jawab :

Semua yang berumur remaja berkumpul disini dari yang berumur 13 tahun sampai 19

tahun, usia produktif ini harus sering diberikan pembekalan ilmu agar tidak tersesat

dipertengan jalan kehidupan dunia ini tentunya saudarku Halomoan. Untuk mencari tau

agar bisa menarik perhatian remaja, saya pun melakukan pendekatan sosiologis kepada

mereka, dengan cara membuka pengajian dirumah saya pada permulaannya, kemudian saya berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini dan bagaimana

agar mereka bisa duduk bersama kita menimba ilmu.

9. Siapa saja yang hadir bilaa ada acara besar Islam Bib?

Jawab :

Mulai dari kalangan biasa, pejabat Negara, ulam-ulama se Indonesia dan juga presiden.

Termasuk tamu dari luar negeri baik itu dai atau pejabat negaranya. Ini juga saya lakukan

agar menghilangkan kebosanan dari jama’ah remaja, mengundang ulama-ulama untuk

datang kemajelis memberikan tausyiah, ini juga dapat member pelajaran-pelajaran baru

bagi saya pribadi dan jama’ah. Cara ini saya diinstruksikan juga oleh guru mulia Habib

Umar bin Hafidh beliau mengatakan sebagai ajang silaturahmi juga bagi saya dan

jama’ah, dengan ini ketika kalian berda di suatu daerah kalian bisa mampir kepada ulam-

ulama setempat yang telah menjalin silaturahmi dengan ulama yang pernah singgah di

Majelis Rasulullah. Hal ini telah dilalakukan oleh shabat-sahabar sang Nabi Saw agar

sunnah silaturahmi selalu terjaga dengan baik sesame ummat Islam.

10. Apakah dengan adanya Majelis Rasulillah ini membawa dampak perubahan menurut

kaca mata pandangan Habibana Mundzir?

Jawab :

Sampai saat ini menurut saya Alhamdulillah membawa perubahan dari meningkatnya

jama’ah tentu terlihat bahwa aqidah dan akhlak mulai tebenahi, dan yang membuat saya

gembira adalah semakin baik dukungan pemerintah dan aparat yang mw membantu

disetiap kegiatan Majelis Rasulullah.

11. Sebenarnya permasalahan remaja itu apa saja menurut habib saat ini?

Jawab : Dari pendekatan yang saya lakukan ngobrol dengan jama’ah remaja ataupun aktivis majelis yang masih remaja tentu banyak sekali per asalahannya sperti, narkotika, pergaulan sex bebas akibat khamr, nonton film porno, nongkrong tidak jelas. Faktor-faktor ini banyak sebab ternya, lingkungan pergaulan dirumah atau sekolah, keadaan yang memaksa akibat pengangguran, keluarga yang tidak penuh kasih sayang.

Jakarta, 27 Januari 2013

Peneliti

Halomoan Jam’ah majelis Rasulullah sumber data dari sekretariat majelis Rasulullah

Jumlah jama’ah Majelis Rasulullah setiap taklim sekitar keseluruhan 585 jama’ah periode 2011-2013

Jama’ah laki-laki Jama’ah perempuan Dewasa Dewasa 1. 20-26 tahun : 140 jama’ah 1. 20-26 tahun : 60 jama’ah 2. 27-35 tahun : 80 jama’ah 2. 27-35 tahun : 70 jama’ah 3. 35-50 tahun : 75 jama’ah 3. 35-50 tahun : 25 jama’ah

Jumlah jama’ah untuk klasifikasi remaja 135 jama’ah

Jama’ah remaja laki-laki Jam’ah remaja perempuan Remaja laki-laki umur 13- 14 tahun : 15 Remaja perempuan umur 17-18 tahun : 30 jama’ah jama’ah Remaja laki-laki umur 15- 17 tahun: 20 jama’ah Remaja laki-laki umur 17-18 tahun : 70 jama’ah Untuk mendukung skripsi ini maka dambil beberapa jama’ah dari berbagai klasifikasi umur

2 orang dari umur 15-14 tahun

4 orang dari umur 15-17 tahun

7 orang dari umur 17-18 tahun

Dari hasil wawancara tersebut tidak semua dimasukan kedalam skripsi ini, namun perwakilan dari masing-masing umur ,disesuaikan dengan target yang ingin dicapai objek. Selain dari jama’ah peneliti juga mengambil informan dari keluarga Habib Mundzir Al-Musawwa untuk mendukung faktanya informasi yang didapat selain dari objek.

Nama Informan Keterangan 1. Habib Nabil Al-Musawwa a. Kakak laki-laki pertama Habib Mundzir Al-Musawwa. b. Waktu penelitian di Skretariat Majelis Rasulullah c. Peneliti menanyakan informan untuk kepentingan bab 3

2. Habib Hisyam Al-Musawwa a. Paman dari Habib Mundzir Al- Musawwa, dari keluarga ayah nya. b. Waktu penelitian di Sekretariat Majelis Rasulullah c. Peneliti menanyakan informan untuk kepentingan bab 3

HABIB MUNDZIR AL MUSAWWA

HABIB UMAR BIN SALIM

habib mundzir bersama presiden dan jajaran pemerintahan pada acara mauilid2013

kedatangan tamu dari jurnalis Amerika 2013

cara pada bulan ramadhan bersama arifin ilham 2009

Wawancara Bersama Jamaah Majelis Rasulullah Rendi 15 Tahun

Wawancara Bersama Jamaah Majelis Rasulullah Rahmat 18 Tahun

Acara Isra Mijraj 2010