STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH JAMA’AH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH SAW
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh : HALOMOAN (108051000185)
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWA DALAM
MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA
DI MAJELIS RASULULLAH SAW
Skripsi
Diajukan kepada fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Halomoan NrM. r080s100018s
Pembimbing:
NIP: 19730822 99803 2001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA L434 H/2013 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN
skripsi berjudul STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH telah diuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Ulirl Syarif Hidayatuilah Jakarta pad a29 Mei 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilrnu Komunikasi Islam (s.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. J akarta, 22 J anuari 2073
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota, a"g. Drs. Jumroni. MSI NIP: 19630515 1992031 006 197108t6
Anggota, Penguji I Penguji II
052r 199903 2 002
Pembimbing
MA NIP: 19730822 1 9803 2 001 ABSTRAK
HALOMOAN
Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rsulullah
Islam merupakan agama dakwah. Agama yang memerintahkan pemeluknya untuk menyebarkan dan mensyi’arkan ajaran islam kepada seluruh ummat manusia di muka bumi ini sebagai rahmat semesta alam. Habib Mundzir Al-Musawwa adalah seorang da’i yang menjalankan perintah Allah untuk mengajak ummat Nabi Muhammad SAW khususnya kaum remaja agar meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan ajaran Islam yang benar sehingga terbentuk Akhlakqul karimah dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW. Keberhasilan seorang Da’i dalam berdakwah sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan. Oleh karena itu Habib Mundzir Al-Muasawwa menggunakan beberapa strategi dalam berdakwah kepada kaum remaja. Maka rumusan dari latar belakang masalah adalah : Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah? Asmuni Syukir dalam bukunya Dasr-dasar Strategi Dakwah Islam menyebukan bahwa strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah. Dengan memperhatikan beberapa asas-asas strategi dakwah, yaitu asas filosofis, sosiologis, asas keahlian da’i, psikologis, efektifitas dan efisiensi dakwah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriftif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan strategi dakwah yakni pertama memfokuskan obyek dakwah kepada kaum remaja, kedua menyusun program-program dakwah, ketiga memanfaatkan media dakwah. Dari strategi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: Habib Mundzir Al-Musawwa memiliki strategi yang efektif, terarah dan terencana dalam setiap melakukan kegiatan dakwahnya terhadap para remaja agar menjadi remaja muslim yang berakhlaqul karimah dan benar-benar mengetahui ajaran Islam serta melaksanakannya.
i KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atasa seluruh kehendak Allah
S.W.T, sang pemilik kehendak. Atas izin-Nya lah akhirnya skripsi ini selesai dalam proses pengerjaannya. Skripsi ini merupakan anugrah dan nikmat besar yang Allah berikan kepada saya.
Atas terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,
M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,
M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal,
L.K, M.A.
2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bapak Drs. Jumroni,MSI,
Skertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarrofah, MA.
3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Rubiyanah MA yang telah menyediakan
waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk membimbing saya.
4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan bantuannya selama ini.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Mundzir Al-Musawwa yang sudah
bersedia untuk diwawancarai, skretaris Majelis Rasulullah Bapak. H. Syukron
ii Makmum yang telah menjadi jembatan untuk bertemu dengan Habib Mundzir
Al-Musawwa.
7. Orang tua tercinta, yaitu mamah dan ayah yang selalu menanyakan
perkembangan sekripsi ini serta doanya agar skripsi ini bejalan dengan baik.
8. Kakak dan adik kandung saya yang selalu membantu dalam suksesnya
pencarian informasi untuk skripsi ini.
9. Kawan-kawan KPI F angkatan 2008 yang selalu member semangat lebih
untuk mengerjakan semangat ini.
Jakarta, 09 September 2013
Penulis
iii DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7 D. Metodelogi Penelitian ...... 7 E. Tinjauan Pustaka ...... 10 F. Sistematika Penulisan ...... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Dakwah ...... 13 1. Strategi ...... 13 a. Pengertian Strategi ...... 13 b. Tahapan-tahapan Strategi ...... 15 2. Dakwah ...... 16 a. Pengertian Dakwah ...... 16 b. Unsur-unsur Dakwah...... 18 c. Bentuk-bentuk Metodelogi Dakwah ...... 20 a. Alhikmah ...... 20 b. Al-Mauidzotul Hasanah ...... 22 c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan ...... 23 d. Qudwatul Hasanah ...... 24 e. Ashlubul Quwwah ...... 24 3. Strategi Dakwah ...... 25 a. Pengertian Strategi Dakwah ...... 25 b. Asas-asas Strategi Dakwah ...... 27
iv B. Akhlaqul Karimah ...... 28 C. Remaja...... 29 1. Pengertian Remaja ...... 29 2. Batasan-batasan Remaja ...... 30 3. Tugas Perkembangan Remaja ...... 31
BAB III PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM MAJELIS RASULULLAH A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 32 1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 32 2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 44 3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 44 4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 45 5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 48 6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 48 B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah ...... 51 1. Sejarah Bedirinya Majelis Rasulullah ...... 51 2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah ...... 53 C. Visi Misi Majelis Rasulullah ...... 55 D. Program-program Majelis Rasulullah ...... 55 1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran Pada Jam Makan Siang ...... 55 2. Bimbingan Di Stasiun Televisi ...... 56 3. Hadroh Majelis Rasulullah ...... 56 E. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah ...... 57
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa ...... 59 1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja ...... 60 2. Menyusun Program-program Dakwah ...... 66 3. Memanfaatkan Media Dakwah ...... 70
v BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 73 B. Saran ...... 77 DAFTAR PUSTAKA
vi BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah. Agama dakwah yang dimaksud adalah
agama yang di dalamnya terdapat usaha menegakan yang hak dan yang bathil,
dengan menyebarluaskan kebenaran dan menutup pintu-pintu dari segala
perbuatan tercela, mengajak orang-orang yang belum mempercayainya bahwa
pekerjaan tersebut adalah tugas suci dari sang Khaliq. Semangat untuk
memperjuangkan tugas suci itulah yang kian hari semakin padam dari jiwa-
jiwa para penganutnya. Semangat yang mengegbu-gebu seharusnya tertanam
dalam diri semua manusia ketika mereka mengenal bahwa islam adalah agama
suci, yang diturunkan untuk semua ummat manusia. Sehingga dakwah
menjadi panggilan suci bagi mereka yang menjalankannya atas perintah Allah
SWT.
Sebagai agama yang universal, Islam yang dibawa Nabi Muhammad
SAW merupakan satu bentuk kehidupan yang benar dan senantiasa
memberikan pedoman kepada ummat-Nya dari mulai persoalan yang besar
sampai hal yang paling kecil. Islam bukanlah agama yang terbatas hanya
dalam kehidupan pribadi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
semata, namun juga memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh
secara jasmani, rohani, material, spiritual, sosial dan ukhrowi.1
Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah
Islam memerlukan sebuah setrategi baru yang mampu mengantisipasi
1 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-3 h. 31.
1 2
perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam peradaban
Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern
saat ini diperlukan informasi pola strategi yang tepat.2 Untuk itu dakwah
haruslah dikemas dengan strategi dan metode yang tepat dan pas. Dakwah
harus tampil secara aktual, faktual, dan konstektual. Aktual dalam arti
memecahkan masalah terkini hangat di tengah masyarakat.3 Strategi dakwah
harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi yaitu dalam dakwah harus
ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.4
Dakwah yang merupakan panggilan suci, karena sisi dari panggilan itu
merupakan satu rangkaian pesan yang mengarahkan kepribadian manusia
dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, alam dan lingkungan. Hubungan
tersebut menjadi sebuah realitas yang tak terelakan dalam kehidupan manusia
jamak, ketika rangkaian pesan yang dimaksud tersampaikan dengan jalan
hikmah (arif dan bijaksana), sebab merumuskan ketentuan penyampaian pesan
dakwah tentu tidak bisa ditempuh dengan satu arah. Berbagai dimensi, ruang
dan media dapat saja dijadikan komoditas dalam menyampaikan pesan
dakwah secara umum.5
Perbuatan-perbuatan baik, jalan-jalan kedamaian, serta meneyeru
dengan tutur kata yang baik merupakan ladang dakwah yang amat luas
pengertiannya. Manusia dalam berdakwah dapat melalui sisi manapun dalam
kehidupan, karena sesungguhnya manusia memiliki tugas dari Allah pencipta
alam semesta, yaitu menjalankan dakwah.
2 M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-1 h. 33. 3 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006), h. IX. 4 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33. 5 Ahmad Yani, 160 materi dakwah pilihan (Depok: Al-Qalam, 2008) h. 122.
3
Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125
Artinya : ”Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara baik, sesungguhnya
Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuknya. “ (An-Nahl:
125)
Ayat di atas menunjukan bahwa Allah mengajarkan manusia untuk
saling bertautan, saling menasehati satu dengan lainnya dengan cara yang
baik-baik dan menjauhkan perdebatan diantara manusia. Kalimat-kalimat suci
menjadi pegangan yang begitu dogmatis dan radikal.
Penggalan dari firman-firman Allah di atas khususnya dan di dalam Al-
Qur‟an umumnya itu sesungguhnya mewujudkan sesorang muslim dalam tutur
katanya, Islam dalam perbuatannya dan juga Islam dalam jiwanya. Allah
menganjurkan kepada manusia untuk mampu mendebat kepada sebuah
kezhaliman dengan strategi yang baik pula. Semua anjuran tersebut itu perlu
di interpretasikan lebih jauh dan mewujudkannya dengan teori-teori yang
mendukung proses dakwah. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Muhammad
Jamal mengutip pendapat Sayyid Quthb bahwa “Sesungguhnya Islam selalu
menghindarkan diri dari peperangan, karena perang dapat menimbulkan
penjajahan, perbudakan, dan berbagai sikap dan ambisi buruk dari Negara-
negara penakluk.”6 Islam menyeru manusia kejalan Allah dengan jalan
bijaksana dan penuh kedamaian.
6 Ahmad Muhammad Jamal, Perang Damai dan MIliter dalam Islam, (Jakarta: P.T.Fikhati Aneska, 1991), h. 71.
4
Begitu banyak atau menjamurnya kegiatan-kegiatan dakwah yang ada di masyarakat serta lembaga-lembaga dakwah formal maupun non formal, akan tetapi masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri seperti banyak ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, meminum-minuman keras (khamar) dan berjudi, semua perbuatan tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri, serta di dorong oleh pengaruh negatif dari perkembangan tekhnologi dan budaya yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan berdampak bagi kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya.
Karena kita ketahui remaja adalah gambaran untuk hari esok dan remaja sebagai generasi penerus yang merupakan asset bangsa ini dan harus baerlandaskan iman, imu, dan akhlak yang baik.
Usaha untuk mewujudkan ajaran Islam yang kaffah dalam aspek kehidupan, tentunya tidak hanya pada tanggung jawab orang tua saja, tetapi unsur-unsur lain yang tidak dapat dikesampingkan dalam masalah ini, yaitu keberadaan kaum remaja sebagai penerus agama dan bangsa yang memiliki andil dalam penyampaian usaha dakwa. Untuk itulah remaja dituntut untuk melakukan hal positif serta memiliki andil dan manfaat terhadap lingkungannya.
Strategi merupakan suatu perencanaan atau keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapakan oleh suatu organisasi tertentu. Dalam konteks dakwah, strategi juga sangat dibutuhkan
5
terutama bagi seorang Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai da‟i serta organisasi yang dipimpinnya yaitu Majelis Rasulullah yang merupakan bagian dari organisasi masyarakat.
Habib Munzdir Al-Musawwa merupakan da‟i yang menjalankan dakwahnya di Jakarta. Habib Munzdir Al-Musawwa selain sebagai da‟i beliau juga pimpinan dari majelis Rasulullah, yang merupakan majelis besar yang ada d Jakarta. Majelis ini berdiri pada tahun 2000, majelis yang awalnya hanya tujuh jama‟ah, kini jama‟ah majelis Rasulullah telah mencapai ratusan.
Majelis Rasulullah ini telah banyak diketahui umat islam di Jakarta maupun di luar Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Habib Munzdir Al-
Musawwa berdakwah tidak hanya di Jakarta saja, akan tetapi dakwahnya telah menyebar keluar daerah Jakarta. sudah tentu diperlukan strategi-strategi untuk menjalankannya agar berhasil dalam menyebarluaskan dakwahnya.
Habib Mundzir Al-Musawwa melakukan kegiatan dakwahnya yaitu, dari mesjid ke mesjid, mushola ke mushola, dan beberapa program televisi.
Salah satu ciri khas dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah membuat acara peringatan hari-hari besar Islam di pusat kota, seperti MONAS, Stadioan sepak bola Gelora Bung Karno Senayan, masjid Istiqlal. Dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa sangat menekankan kepada pentingnya akhlak yang baik secara sempurna melalui kecintaan kepada nabi Muhammad SAW dengan cara selalu mengajak para jama‟ahnya untuk selalu bersholawat.
Majelis Rasulullah yang memiliki banyak jama‟ah baik dari kalangan orang tua maupun remaja, namun lebih banyak didominasi oleh remaja.
Dominasi ini dikarenakan remaja yang haus akan nilai-nilai islami, rasa
6
penasaran mereka terhadap nilai-nilai islam yang luhur dan keinginan tahu
mereka terhadap Nabi Muhammad SAW, yang seringkali ditanamkan Habib
Mundzir Al-Musawwa dalam setiap cermahnya.
Hal inilah yang menyebabkan daya tarik remaja pada dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dan majelis Rasulullah yakni adanya Ilmu yang
disampaikan untuk pembenahan Akhlaq disertai bershalawat kepada Nabi
dengan iringan hadroh yang menjadikan dasar sebagai lambang kecintaan dan
kerinduan umat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh umat terdahulu baik dari kalangan sahabat hingga kepada kita
umat muslim.
Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam pembentukan
akhlakul karimah pada remaja di majelis Rasulullah memiliki ciri khas
tersendiri jika dibandingkan dengan da‟i-da‟i yang lain, yang kebanyakan
lebih mengandalkan pada strategi dakwah pada ceramah saja.
Berdasarkan pemaparan disertai penjelasan diatas. Maka penulis
mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “STRATEGI
DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK
AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas dan agar penulisan ini terarah,
maka penulis membatasi hanya pada strategi dakwah Habib Mundzir Al-
Musawwa pada kalangan remaja di Majelis Rasulullah.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalah yang akan diteliti
adalah: Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawwa Dalam
Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah?
7
C. Tujuan dan Mnfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi dakwah Habib Mundzir Al Musawwa dalam
membentuk akhlaqul karimah remaja di Majelis Rasulullah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1) Hasil dari penelitian ini bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan
dakwah.
2) Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna
bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)
khususnya pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam
menyampaikan pesannya kepada penerima dakwah dengan
menggunakan metode yang ada.
b. Manfaat praktis
1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang sesuai dalam peningkatan mutu dakwah para da‟i
atau calon da‟i terhadap mad‟unya.
2) Sebagai masukan bagi masyarakat muslim bahwa pentingnya
shalawat kepada nabi Muhammada SAW
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah menggunakn pendekatan kualitatif
dengan format desain deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta
8
dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempeajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari
suatu fenomena.7
Untuk mendukung faktanya penelitian ini, peneliti juga
mnambahkan metode triangulasi dalam mengumpulkan data-data sebagai
penunjang dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti menggunakan metode
triangulasi yang dipakai sesuai dengan buku dari Burhan Bungin yang
mngungkapkan bahawa triangulasi merupakan cara penggabungan dua
metode dalam satu kajian dengan mengambil pendapat dari luar objek
penelitian untuk mendukung faktanya sebuah objek penelitian.8
Berdasrkan metode penelitian tersebut di atas peneliti berharap
mendapat data penelitian yang bersifat deskriptif interpretatifsehingga
peneliti dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam,
mengakar, menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
menegenai Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam
membentuk Akhlaqul Kraimah Reamaja Di Majelis Rasulullah.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sekertariat majelis Rasulullah SAW di jalan
perdatam Cikokol Jakarta Barat dan melakukan pengamatan pula di
majelis rutin setiap hari senin jam 20.15-21.30 WIB di masjid Al-
Munawwar Perdatam Jakarta Barat selama tujuh bulan, mulai dari
November 2012 sampai Mei 2013.
7 Moh Nazir, Metode Penelitia, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2015 h.55 8 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi, ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003)
9
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Dalam
masalah ini subjek penelitian adalah Habib Mundzir Al Musawwa, dan
objek penelitian adalah jama‟ah Remaja majelis Rasulullah Saw.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki.10 Peneliti melakukan pengamatan atau terjun
langsung kelapangan (field reaserch) untuk melihat langsung
pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Habib Mundzir Al-
Musawwa, mulai dari kegiatan-kegiatan dakwah Habib Mundzir Al-
Musawwa, kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan Habib
Mundzir Al-Musawwa dalam membuat rancangan strategi dakwah
yang dilakukan dalam membina akhlaqul karimah remaja di Majelis
Rsulullah.
b. Wawancara, yaitu percakapan langsung dan tatap muka dengan
maksud tertentu yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh
informasi.11 Dalam hal ini penulis mewawancarai Habib Mundzir Al-
Musawwa sekaligus pimpinan majelis Rasulullah Saw dan dua
pengurus dari Majelis Rasulullah yaitu sekretaris dan wakil sekretaris
serta jama‟ah beberapa Jama‟ah remaja.
9 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 13. 10 Sutrisna Hadi, Metodelogi Reaserch, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) cet ke-19, hal. 139 11 Imam Suprayogo, Thabrani. Metodologi Sosial Agama (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet. Ke-1, hal.172.
10
c. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang ada dari sekertariat
Majelis Rasulullah SAW dan data lainnya yang ada kaitannya dengan
masalah penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisa dan
diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis pakai dalam
menganalisa data adalah dengan menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu melaporkan data dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan
mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data
tersebut disimpulkan.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan “Buku Pedoman akademik,
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009 edisi ke-24. 12
E. Tinjauan Pustaka
Dari banyaknya skripsi yang membahas metode dakwah seorang tokoh,
penulis bermuajahah dan mengambil ta’bir dari berbagai penelitian yang
berkaitan dengan peran seorang da‟i untuk menunjang penelitian ini.
Karya-karya ilmiah yang peneliti baca beberapa dari UIN Syarf
Hidayatullah dan Jug dari Universitas lai, sebagai berikut:
1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA)
Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai KeIslaman Para Pemuda Di
Kampung Areman Cimanggis Depok” mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas nama Indra Dita Puspito (107051002572)
12 Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah (Jakarta: UIN Syarih Hidayatullah,2008-2009) Edisi ke-24
11
tahun 2011, membahas mengenai bagaimana generasi muda masjid
Al-Hikmah meningkatkan nilai-nilai Islam kepada para pemuda
didaerah kampung Areman Cimanggis Depok.
2. “Pesan Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Website
www.majelisrasulullah.org” mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
atas nama Iqbal Tawakal (4715087235) tahun 2012, membahas
pesan dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam website
www.majelisrasulullah.org.
3. “Peran K.H Muhtadi Alawy Dalam pengembangan Dakwah di
Kelurahan Jombang Ciputat” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas nama Noviadi Firdausil Ula (104051001758) tahun
2010,membahas mengenai peran K.H dalam mengembankan
dakwahnya di Jombang Ciputat.
Sedangkan skripsi yang saya ajukan adalah “strategi dakwah Habib
Mundzir Al Musawwa dalam pembentukan akhlakul karimah remaja di
majelis Rasulullah Saw” membahas tentang strategi yang digunakan Habib
dalam menempuh dakwah di majelis Rasulullah Saw untuk membentuk
akhlaqul karimah pada pemuda. perbedaan yang paling mendasar dari skripsi
ini dengan yang lainnya adalah terdapat di objek penelitiannya yaitu Habib
Mundzir Al-Musawwa.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan pada tiap bab terdapat
sub bab dengan penulisan sebagai berikut :
12
BAB I : Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan uraian landasan umum dari skripsi
ini. Isinya menjelaskan latar belakang masalah penulisan ini,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian strategi,
tahapan-tahapan strategi, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah
Metode Dakwah, pengertian strategi dakwah, asas-asas strategi
dakwah, akhlaqul karimah,dan pengertian remaja.
BAB III : Profil Habib Mundzir Al-Musawwa
Bab ini memaparkan riwayat hidup Habib Mundzir Al-Musawwa,
sejara berdirinya Majelis Rasulullah dan kegiatan dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah.
BAB IV : Hasil Penelitian
Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang
berisi mengungkap secara detail tentang strategi dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dalm membentuk akhlaqul kariah remaja di
Majelis Rasulullah.
BAB V : Penutup
Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian,
dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang merupakan
jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama
dan saran-saran.
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Strategi Dakwah
Sebelum membahas mengenai strategi dakwah, penulis terlebih dahulu
menguraikan mengenai pengertian strategi dan dakwah secara umum, yaitu
sebagai berikut:
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Ditinjau dari segi etimologi, kata “strategi” berasal dari bahasa
Yunani yaitu “strategos” yang diambil dari kata “strator” yang berarti
militer.1 Kata “strategi” dalam kamus bahasa Inggris adalah “strategy”
yang berarti siasat.2 Sedangkan di dalam kamus besar bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa strategi memiliki arti yaitu seni atau ilmu yang
menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan
tertentu.3
Pada awal-awalnya strategi itu dihubungkan dengan operasi
militer dalam skala besar-besaran. Maka strategi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang perencanaan dan pengarahan operasi militer
secara besar-besaran. Disamping itu dapat juga berarti kemampuan
yangterampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu.4
1 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi: sebuah konsep pengantar, (Jakarta: LPEE UI 1999, h. 8. 2 Kamiso, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: PT. Karya Agung), h. 279 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199. 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 964.
14 15
Sedangkan pengertian strategi ditinjau dari segi terminology,
adalah sebagai berikut:
Eko Endarmoko di dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi
merupakan sebuah planning, program-program, skema, kebijakan garis
haluan, khittah, pendekatan politik atau prosedur. 5
Menurut Din Syamsudin di dalam bukunya menjelaskan bahwa
strategi itu adalah sebagai berikut:
1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan
2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan
3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fugngsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6
Menurut Onong Uchyana Effendi, strategi pada dasarnya adalah
perencanaan planning dan management untuk mencapai suatu tujuan.
Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjuk satu arah saja, melainkan
harus menunjukan bagaimana cara operasinalnya.7
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan sebuah rencana atau planning dan cara mensiasati
suatu program atau kegiatan yang dilaksanan agar tercapai dengan baik
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
5 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 613. 6 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet. I, h. 127. 7 Onong Uchyana Effendi, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-6, h. 32.
16
b. Tahapan- tahapan Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada
tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
1) Perumusan Strategi
Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah
pengembangan tujuan,mengenai peluang dan ancaman eksternal,
penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan
strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada
tahap ini adalah proses merancang, dan menyeleksi berbagai
strategiyang yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan
tujuan organisasi
2) Implementasi Strategi
Implementai strategi disebut juga sebagai tindakan dalam
strategi, karena implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang
termasuk dalam implementasi strategi adalah pengemabangan
budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang
efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan
dan memanfaatkan system informasi yang masuk. Agar tercapai
kesuksesan dalam implementasi startegi, maka dibutuhkan adanya
displin, motivasi kerja.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses diamana majer
membandinkan hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat
17
pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam startegi adalah
mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.8
2. Dakwah
Ditinjau dari pengertian atau etimologi atau bahasa, kata dakwah
berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak,
menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh samsul
Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to
call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to
propose), mendorong (to urge) dan memohon. Sedangkan orang yang
melakukan seruan atau ajakan disebut da‟i (isim fa’il) artinya orang yang
menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal
sebagai muballigh artinya penyampai atau proses. Secara etimologi
dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-
pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang
lain memenuhi ajakan tersebut.9
a. Pengertian Dakwah
Secara “etimologis, kata “ dakwah” berasal dari Bahasa Arab
da’a - yad’u – da’watan, yang berarti : ajakan, seruan, panggilan, atau
undangan”10. Dakwah menurut istilah dalam surat An-Nahl ayat 125
adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara bijaksana,
nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
8 Fred David, manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5 9 Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah,2009), h.1-2 10 Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Kiat sukses Berdakwah, (Jakarta: Amzah, 2006), hal. xii
18
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”11
Namun, secara terminologis ada banyak definisi dakwah yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhammad Khidir Husein
dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah
upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan
petunjuk, dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
QuraiSihab mendefinisikannya sebagai “seruan atau ajakan
kepada keinsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik
kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun
masyarakat”12 Dakwah adalah “suatu proses penyampaian atau
penyeruaninformasi Ilahiyah kepada para hamba manusia yang
merupakan bagian integral dari hidup dan kehidupan setiap individu
muslim”.13 Dakwah adalah “suatu gejala di mana terdapat dua orang
atau lebih yang salah satu atau sebagian diantaranya menyampaikan
amar ma‟ruf nahi munkar”14. Jadi, dakwah adalah suatu aktifitas atau
kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain,
untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.
11 Depag RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya…. h. 421 12 (http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah, diakses 09 November 2012) 13 Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 62 14 Masduqi Affandi, Ontologi Dakwah, (Surabaya: Dian Tamah, 2007). h. 53
19
b. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah harus selalu
berada di dalamnya guna dapat mencapai tujuan dakwah yang
diinginkan, karena pada hakekatnya unsur dakwah sendiri merupakan
sesuatu yang melekat dalam dakwah. Dan adapun unsur-unsur dakwah
adalah sebagai barikut:
1) Da'i (pelaku dakwah)
Yang dimaksud da'i atau biasa disebut dengan sebutan
mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) adalah orang
yang melaksanakan atau menyampaikan dakwah secara lisan,
tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok ataupun
secaraorganisasi.
Sebagai pelaksana atau pelaku dakwah sebenarnya bisa
dibedakan antara yang wajib 'ain dan wajib kifayah. Wajib 'ain
adalah aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan ilmu.
Karena dakwah dalam bentuk yang demikian dapat dilakukan oleh
setiap muslim, misalnya amar ma'ruf dan nahi mugkar. Wajib
kifayah adalah dakwah yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan
secara profesional. Tugas dakwah seperti ini seyogyanya
memenuhi persyaratan, baik persyaratan ilmu maupun imani.
Jadi dakwah professional ini tidak wajib bagi muslim yang
belum memenuhi persyaratan dakwah seperti itu. Subyek dakwah
dalam taraf ini disebut Da'i. salah satu bentuk dari dakwah
professional ini antara lain adalah tabligh, “sedangkan subyek
20
dakwah dalam hal ini disebut dengan istilah muballigh”15. “Allah
SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min
untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat
perintahnya tersebut dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu
pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan kebijaksanaan (al-
hikmah)”16.
2) Mad'u (orang yang menerima dakwah)
Yang dimaksud dengan mad'u adalah manusia yang
menerima dakwah yang disampaikan oleh da'i atau dengan kata
lain disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, baik secara
individu, kelompok, orang Islam maupun tidak.
3) Maddah (materi dakwah)
Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah atau pesan dakwah,
pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da'i sebagai orang
yang menyampaikan kepada mad'u. Dalam mengkaji tentang
materi dakwah, Sjahroni A. J berpendapat bahwa, ''Secara umum
sebenarnya materi dakwah tercakup dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
Dengan demikian ajaran Islam yang termuat di dalam dua kitab
tersebut sebagai rumusan secara kaffah tentang materi dakwah''17.
Menurut Moh. Ali Aziz materi dakwah dari ajaran Islam dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) aqidah
b) Syari'ah
15 Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), hal. 3. 16 Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), hal.113. 17 Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah hal. 3.
21
c) Muamalah
d) Akhlaq
c. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa
dakwah adalah
ادْعُ إِنَى سَبِيمِ زَبِّكَ بِانْحِكًَْتِ وَانًَْىْعِظَتِ انْحَسَنَتِ وَجَادِنْهُىْ بِانَتِي هِيَ أَحْسٍَُ إٌَِ زَبَكَ هُىَ أَعْهَ ىُ بًٍَِْ ضَمَ عٍَْ سَبِيهِهِ وَهُىَ أَعْهَىُ بِانًُْهْتَدِيٍَ )٥٢١(
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah18 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya Dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.
Ayat al-Qur‟an yang tercantum diatas adalah menjadi sebuah
dilalah bagi Rasul dan muballighin tentang metode berdakwah. Syekh
Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat tersebut mengidentifikasi
metode dakwah kepada tiga golongan karena melihat karakter ummat
manusia yang beragam.19
1) Al-Hikmah
Ada golongan cendiki-cendikawan yang cinta kebenaran,
dan berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.
Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah” yakni dengan alasan-
alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan
akal mereka.
18 Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 19 Tafsir Al-Manar juz III
22
Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20
kali baik dalam bentuk isim nakiroh atau ma‟rifat. Bentuk
masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya
adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berati implikasinya
adalah mencegah dari kedzoliman dan apabila dikaitkan dengan
dakwah berati mencegah atau menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melaksanakan tugas dakwah20.
Dalam kajian usul fikil istilah hikmah dibahas ketika
ulama‟ usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum.
Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan sebagai pengetahuan
tentang rahasia Allah SWT.21
M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui
rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan
sebagai ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak maknanya22
Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau
semestinya.23
Dalam berdakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan atau
tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam. Baik
dari jenjang pendidikan, strata sosial, usia, latar belakang budaya
seorang da‟i dengan ilmu hikmah akan mudah diterima sehingga
ajaran islam sebagai tujuan dakwah itu sendiri dapat memasuki
ruang hati padu‟ dengan tepat. Namun tidak semua orang mampu
meaih hikmah, sebab Allah hanya memberikan kepada orang-orang
20 Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 8. 21 Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 9. 22 Lihat, Sa‟dy Abu Habib, al-Qomusul Fiqhi, h, 97. 23 Abu Hayyan, al-bahrul Muhith, Jilid I, h, 392 juga dr. Zainal Abdul Karim, ad-Dakwah bil Hikmah, h, 26.
23
yang layak/pantas dalam mendapatkan hikmah. Sebagaimana
tercantum dalam Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 269 : يؤث انحكًت يٍ يشاء ويٍ يؤث انحكًت فقد أوتي خيسا كثيسا ويا يركس إال أونى األنباب Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
2) Al-Mauidzotul Hasanah
Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menagkap
pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini adalah yang disebut
dengan “al-mauidzotul hasanah”, dengan anjuran dan didikan,
yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difaham.
Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi memberikan definisi
tentang mauidzoh hasanah sebagai berikut:
و المىعظة الحسنة وهي التي ال يخفى عليهم انك تناصحهم بها وتقصد ما ينفعهم فيها او بالقران Al-mauidzotul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada merekaatau dengan al-Qur’an.24
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizoh al-Hasanah
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk menju
ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing
dengan lemah lembutagar mereka mau berbuat baik25.
24 Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h, 37. 25 Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh Ad-Dakwah fi Ingkar Al-Mungkar(Kuwait: Dar al- Dakwah, 1989), h, 260.
24
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujadalah terambil
dari kata “jadala” yang bermakna memintal, meliliti. Apabila
ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa
dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.”26
Mujadalah Billati Hiya Ahsan Yakni mereka yang cara
penyampaian dakwahnya dengan diajak bertukar fikiran guna
mendorong supaya berfikir dengan secara sehat dengan cara yang
lebih baik.
Demikianlah Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dalam
sebuah kalimat.27
خا طبى االناس علي قدر عقىلهم ) رواه مسلم(
“ berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing”. (HR.Muslim)
Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab al-Hiwar wa al-
Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat
bermakna “datang untuk memilih kebenarah” dan apabila
berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau
perseteruan yang tajam”28, bahkan al-Jarisyah menambahkan
bahwa, lafadz “al-Jadlu” mustaq dari lafadz “al-Qotlu” yang
berati sama-sama terjadi pertentangan, sepertilahnya yang terjadi
perseteruan yang terjai antara dua orang yang saling bertentangan
26 Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet ke- 14, h, 175 27 Mohammad Natsir, fiqhud Da’wah, (Media Da‟wah, Jakarta 1427 H, 2006 M), h, 162. 28 Ali al-Jarisyah, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, (al-Munawarah, Dar al-Wifa, 1989), Cet. Ke-1, h, 19.
25
sehinga saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah.
Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi
Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan
untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.29
4) Qudwatul Hasanah
Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan
memberikan teladan yang baik kepada mereka.30
نَقَدْ كَاٌَ نَكُىْ فِي زَسُىلِ انهَّهِ أُسْىَةٌ حَسَنَتٌ نًٍَِّ كَاٌَ يَسْجُى انهَّهَ وَانْيَىْوَ انْآخِسَ وَذَكَسَ انهَّهَ كَثِيسًا. Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).
5) Aslubul Quwwah
Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan
pendekatan kekuatan. Dan hal ini juga tercantum dalam hadis
Bukhari Muslim yang artinya : “barangsiapa diantara kamu
melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan :
1) Tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup, dengan
2) Lidahnya (nasihat); apabila ia tidak kuasa, maka dengan
3) Hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”.
3. Strategi Dakwah
Setelah membahas penegrtian strategi dan dakwah, maka langkah
selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu
penggabungan dari strategi dan dakwah.
29 Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar al-Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001), Cet. Ke-1, pada kata pengantar. 30 Muhammad Ibrahim Al-Juyusyi, Minhaj ad-Da’wah Wa Asalibaha, I.S.B.N 2001, h, 6.
26
a. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen.
Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah
kepada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh
individu maupun organisasi. Pengertian managemen srategi adalah
suatu proses managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam
mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.
Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana telah dijelaskan
terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu ataupun
kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran
Islam ditengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu
dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masayarakat yang
menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah) dalam mendapatkan
kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal
dan tidak hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi
meliputi segala aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut
untuk menjadi problem solving bagi persoalan-persoalan yang
berkembang dimasyarakat, juga mengadopsi istilah managemen dan
strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat
membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.
Strategi dakwah merupakan metode, siasat, taktik yang harus
digunakan dalam aktivitas dakwah.31 Menurut Abu Zahra mengatakan
bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan dan
31 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 32.
27
operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapi
tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.32
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)
dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam
mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus mendapat
menunujukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara
tekhnik atau taktik, karena sewaktu-waktu dapat berubah tergantung
situasi dan kondisi.
Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika
dalam dakwah menggunakan startegi komunikasi, maka dakwah yang
dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi
terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa
yang digunakan sesuai keadaan, pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh audiens.
b. Asas-asas Strategi Dakwah
Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus
diperhatikan agar dakwahnya berjalan efektif dan tepat sasaran.
Adapun asas-asasnya yaitu sebagai berikut :
1) Asas Fisiologis, yaitu azas ini erat hubungannya dengan tujuan-
tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.
2) Asas Sosiologis, yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
32 Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah damai: pengantar dakwah budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007), Cet. Ke-I, h. 138.
28
3) Asas kemampuan dan keahlian da‟i
4) Asas Psychologis, yaitu asas ini membahas tentang masalah yang
berhubungan dengan kejiwaan manusia.
5) Asas Efektifitas dan efisiensi, yaitu asas ini maksudnya adalah
dalam aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara
waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian
hasilnya.33
Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seorang
da‟i perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
asas-asas tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah dibahas
pada bab ini bagian kedua. Unsur-unsur dakwah dapat membantu para
da‟i dalam menentukan strategi dakwah agar dakwahnya berjalan
secara efektif.
B. Akhlaqul Karimah
Pada umumnya akhlaq terbagi menjadi dua, yaitu akhlaq mahmudah dan
akhlaq madzmumah. Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang baik sedangkan
akhlaq mahmudah merupakan akhlaq yang buruk. Dua hal ini ada jati diri dari
seorang manusia, sebuah akhlaq tercermin pada keteguhan iman seseorang.
Menurut M. Ali Aziz mengutip pendapat Al-Ghozali memaknai akhlak
sebagai “suatu sifat yang tetap pada seseorangyang mendorong untuk
melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran”34.
Menurut Abd Al-Karim Zaidan adalah Akhlak merupakan “kumpulan dari
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
33 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, op.cit h. 32 34 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 118.
29
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk untuk
kemudian harus melakukan atau meninggalkannya”35.
Menurut pendapat Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi
Dakwah Islam, menyatakan bahwa masalah Ahklaq dalam aktivitas dakwah
(sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi
keimanan dan keislaman seseorang. Dalam kitabnya “tanzib al-akhlaq”, Ibnu
Maskaweh mengatakan bahwa, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran.”36
Materi akhlak sangat luas sekali, bahkan tidak hanya bersifat lahiriyah
saja, akan tetapi materi akhlak juga melibatkan bentuk pemikiran yang sangat
mendalam. Secara garis besar materi akhlak meliputi tiga hal, yaitu:
1. Akhlaq terhadap Allah, akhlak ini tidak bertolak pada pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah
2. Akhlak terhadap manusia, yang meliputi :
a. Diri sendiri
b. Tetangga
c. Masyarakat lainya
3. Akhlaq terhadap lingkungan adalah :
a. Flora
b. Fauna.
Mengenai tiga hal di atas tersebut sangatlah saling berkaitan dan
35 Study Islam IAIN Supel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Supel Surabaya, 2005).hal. 109. 36 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983),hal. 62.
30
sangat terikat satu sama lain, karena memang tidak dapat dipisahkan meski
bisa untuk dibedakan. Walaupun sebagai perumpamaan yang tepat, Islam
sebagai sebuah pohon yang amat rindang yang berada di perut bumi berupa
aqidah, bahan pohonnya adalah hukum-hukum dan buah serta dedaunan
adalah akhlaqul karimah (Budi pekerti).
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
tumbuh menjadi dewasa.37 Istilah adolescence seperti yang digunakan saat
ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,
social, dan fisisik.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja,
dalam definisi tersebut dikemukakan tiga criteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika
a. Individu berkembang dari pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkermbangan psikologis dan pola identivikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh
dengan keadaan relative yang lebih mandiri.38
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
37 Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 33 38 Wirawan S. Sarwono, Psikologi social, (Jakarta: Balai PUstaka, 1999) h. 39
31
adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya.
2. Batasan Remaja
Dua periode masa remaja yaitu: masa remaja awal dan masa
remaja akhir yaitu dari usia 13-18 tahun.39
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja, Who membagi kurun usia tersebut dalam dua bagia , yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Remaja yang hidup berkembang menuju jati diri yang
sesungguhnya tidak terlepas dalam pandangan tugas-tugasnya. Tanggung
jawab yang harus djalankan selama kehidupannya.
Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu
yang harus dipenuhi oleh individu. Beberapa tugas perkembangan yang
penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja,40 yaitu:
a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang
berkaitan dengan fisiknya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur
otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal,
belajar menerima relasi dengan teman sebaya, dan orang dewasa, baik
secara individu maupun kelompok.
39 Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 45 40 Dr. Agustiani Hendrianti, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kitannya Dengan Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006) h. 66
32
d. Menemukan model untuk identifikasi.
e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-
sumber yang ada didirinya.
f. Memperkuat control diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang ada.
g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan bentuk penyesuaian yang
kekanak-kanakan.
D. Akhlak Remaja
a. Pentingnya Ahlak Dalam Pergaulan remaja
Banyak defenisi yang dikemukan orang tentang masa remaja,
diantaranya adalah masa remaja merupakan masa perkembangan menuju
kematangan jasmani, sikap, pikiran dan emosional. Defenisi lain adalah
Masa terjadinya berbagai pembentukan pada anak, baik berupa perubahan
jasmani ,fikiran, kedewasaan maupun sosial.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah,
sehingga masa remaja itu sangat sensitif, maksudnya ialah masa yang
penuh dengan dinamika, serba ingin tahu, ingin mencoba dan menyukai
tantangan, walaupun terkadang bertentangan dengan ajaran Islam,
misalnya pergaulan terlalu bebas, berpakaian.
Perubahan perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana
tempat remaja itu bergaul, Lingkungan yang sangat mempengaruhi
karakter remaja adalah teman sepergaualan, jika remaja itu bergaul dengan
33
teman yang baik (memiliki akhlak karimah), maka karakternya akan
menjadi baik begitu pula sebaliknya.
Dewasa ini banyak remaja yang terpengaruh oleh budaya barat yang
mereka anggap lebih maju dan modern sehingga para remaja tidak
mengindahkan lagi norma-norma agama dalam kehidupannya. Oleh
karena itu akhlak terpuji sangat perlu ditanamkan dalam pergaulan
remaja-remaja yang berkarakter sesuai dengan ajaran agama (akhlakul
karimah).41 b. Mendidik Remaja Agar Berakhlaqul Karimah
Pendidikan anak yang islami harus dibentuk dan dimulai sejak usia dini dan harus dijaga pada usia remaja. Pada masa remaja rentan sekali terjadi kerusakan akhlak yang berpengaruh terhadap akidah para remaja muslim. Jika pada masa ini akhlak dapat terjaga, insya Allah di masa dewasa akidahnya akan tetap benar dan baik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar masa muda terlindungi dari kerusakan akhlak, yaitu :
1. Bicara Dengan Benar dan Baik
Seorang muslim harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara
dengan benar dan bijaksana. Banyak berdzikir dan berdoa lebih
diutamakan daripada membicarakan keburukan orang lain. Allah
berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
41http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:
Diunduh pada jam 10.49, tanggal 22 September 2013)
34
semoga Allah memperbaiki amal perbuatan kamu dan mengampuni
dosa-dosa kamu. Barangsiapa yang menaati Allh dan Rasul-Nya
berarti ia mendapatkan kemenangan yang besar.” (Al-Ahdzaab: 70-71)
2. Pandai Menggunakan Waktu
Seorang muslim pantang membuang waktu untuk bermain dan
melakukan hal yang tak berguna. Seorang muslim lebih baik
menggunakan waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur‟an dan
mengaji daripada nongkrong, nonton film atau begadang. Allah
berfirman yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-
„Ashr: 1-5)
3. Memilih Teman Bergaul Yang Baik
Seorang muslim hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya, berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan bukan atas dasar kekayaan. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Perumpamaan teman baik itu ibarat tukang minyak wangi. Kita bisa membeli dagangannya. Kalau tidak, paling sedikit kita mendapat wanginya. Perumpamaan teman jelek itu seperti pandai besi. Pakaian kita bisa terbakar, bisa terganggu, paling tidak terkena baunya.” (HR: Al-
Bukhori)
35
4. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari
uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya
dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memilliki berbagai
titel. Pencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai
ibadah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
mempelajari ilmu yang baik hanya untuk mendapatkan dunia, ia tidak akan
mencium baunya surga.” (HR: Ahmad)
5. Banyak membaca buku ilmu agama
Seorang muslim hendaknya memilih bacaan yang baik dan
bermanfaat. Jangan terlalu banya berkhayal dengan membaca komik,
novel percintaan yang tidak bermutu karena akan menyebabkan otak kita
akan penuh dengan angan-angan karena dijejali cerita bohongan dan
maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,
dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dari
semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik
menuju surga. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
Allah inginkan kebaikan baginya, akan Allah jadikan dirinya ahli dalam
soal agama” (HR: Al-Bukhori dan Muslim).42
42http://pejuangperadaban.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:Diunduh pada jam 10.49, tanggal 22 September 2013)
36
BAB III
PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM
MAJELIS RASULULLAH
A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa
1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa
Habib Mundzir Al-Musawwa, beliau adalah anak dari seoarang
yang bernama Habib Fuad bin Abdurrahman Al-Musawwa, ayah beliau
lahir di Palembang, Sumatera Selatan. Habib Fuad dibesarkan di Makkah
Al-Mukarramah dan beliau memiliki gelar sarjana dari New York
University, bidang Jurnalistik. Kemudian kembali ke Indonesia dan
berkecimpung dibidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri di harian
Berita Yudha sampai akhirnya pindah bermuara di harian Berita Buana.1
Beliau menjadi wartawan luar negeri selama empat puluh tahun,
pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas Cianjur Jawa
Barat. Habib Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, dilahirkan
di Cipanas Cianjur Jawa Barat, pada hari jum‟at 23 Februari 1973
bertepatan dengan 19 Muharram 1393 H.
Habib Mundzir dididik dalam hidup dalam kesederhanaan oleh
ayahnya di Cipanas Jawa Barat. Ayah beliau lebih senang menyendiri jauh
dari ibukota dalam membesarkan anak-anaknya. Dengan jauh dari ibu kota
ayah beliau lebih mudah dalam mengajarkan anak-anaknya mengaji,
membaca ratib dan shalat berjama‟ah. 2
1 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 5 2 Habib Hisyam Al-Musawwa (paman dari Habib Mundzir), Wawancara Pribadi, 15 Desember 2012 Tebet Jakarta Selatan
37 38
Mundzir yang biasa disapa sangat manja oleh ayahnya. Ayahnya
yang selalu memanjakan Mundzir lebih dari anak-anaknya yang lain,
namun dimasa baligh justru dialah yang sekolah sampai menengah atas
saja sedangkan semua kakaknya menjadi sarjana. Ayah bundanya bangga
pada mereka, dan kecewa pada Mundzir saat itu karena malas melanjutkan
sekolah lagi kejenjang yang lebih tinggi.3 Dia lebih senang hadir di
Majelis maulid Al Arifbillah Al Habib Umar bin Hud Alattas dan Majelis
taklim kamis sore di Empang Bogor, Jawa Barat. Masa itu yang mengajar
adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin
Alattas dengan kajian Fathul Baari.
Hari-hari beliau dihabiskan untuk bershalawat kepada nabi
Muhammad SAW sebanyak 1000 siang dan 1000 malam, serta ditambah
dengan zikir ribuan kali. Beliau juga isiqomah untuk berpuasa Nabi Daud
AS dan shalat malam sampai berjam-jam. Habib Mundzir saat itu
pengangguran yang sangat membuat ayah dan bundanya malu.
Ayahnya malu meliahat Habib Mundzir karena seperti tidak
memiliki arah tujuan hidup, sedangkan ayahnya saja dapat menguasai
dalam ilmu agama dan ilmu formal lainnya khussnya jurnalistik. Ayahnya
belajar agama selama sepuluh tahun di Makkah Al Mukarramah, guru
beliau adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Alwi Al-Maliky, ayah dari
Almarhum Assayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky. Setelah belajar
untuk ilmu agama ayahnya juga belajar ilmu Jurnalistik dengan bersekolah
di New York University, Amerika Serikat untuk mengambil gelar sarjana.
3 Habib Hisyam Al-Musawwa (paman dari Habib Mundzir), Wawancara Pribadi, 15 Desember 2012 Tebet Jakarta Selatan.
39
Kecintaan Habib Mundzir Al-Musawwa kepada Rasulullah SAW sangat dalam, sering sekali Habib Mundzir menangis sebab merindukan
Rasulullah SAW. Dari dalamnya kecintaan dan kerinduannya ia sering dikunjungi Rasulullah SAW dalam mimpi. Rasulullah SAW sering menghiburnya dalam mimipi jika Habib Mundzir sedang sedih, suatu waktu Habib Mundzir bermimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah
SAW dan berkata wahai Rasulullah aku rindu padamu maka jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal aku bisa selalu berjumpa denganmu, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahunya dan berkata Mundzir tenanglah sebelum usiamu mencapai empat puluh tahun kau sudah jumpa denganku maka dirinya terbangun.
Akhirnya, karena ayahnya pensiun maka ibundanya membangun losmen kecil di depan rumah dengan lima kamar saja. Disewakan pada orang yang memiliki niat baik saja ,bukan untuk kemaksiatan karena untuk biaya hidup sehari-hari keluarganya. Habib Mundzir sendirilah pelayan losmen tersebut. Setiap malam dirinya jarang tidur, duduk termenung di kursi penerimaan tamu. Hanya meja kecil saja dan kursi kecil mirip pos satpam tempatnya berjaga sambil menannti tamu sambil bertafakkur, merenung, melamun, berzikir, menangis dan shalat malam. Demikianlah hari demi hari dan malam-malam dia lewati.4
Habib Mundzdir terus dilanda sakit asma yang parah, maka itu juga semakin membuat ayah ibundanya kecewa. Hingga berkata ibundanya
“kata orang, apa bila banyak anak mesti ada satu yang gagal, ibu tidak mau
4 Majalah Al Kisah Edisi 18, (Jakarta : 2008) h. 48
40
percaya pada ucapan itu tapi apakah ucapan itu kebenaran atau celatukan
masyarakat awam saja”, hal ini ditegaskan oleh kakak kandungnya.5
Habib Mundzir menjadi pelayan di losmen yang didirikan
ibundanya dalam waktu yang lama. Menerima tamu, memasang seprei,
menyapu kamar, membersikan toilet, membawakan makanan dan
minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng
buatan ibunda jika dipesan tamu.
Sampai kakanya lulus sarjana, ia kemudian tergugah untuk
pesantren, pesantren pertama yang dituju Habib Mundzir Al-Musawwa
untuk memperdalami Ilmu Syariah Islam adalah di Ma‟had Assaqofah Al-
Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan. Kemudian
mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur. Habib
Mundir belajar di Ma‟had Assaqofah tidak lama hanya dua bulan, hal ini
disesabbkan bealiau sakit-sakitan.6
Habib Mundzir privat kursus bahasa Arab di Assalafi setelah
keluar dari Ma‟had Assaqofah, pimpinan Habib Bagir Alattas, ayahanda
dari Habib Hud Alattas yang selalu hadir di Majelis Raulullah Saw di Al
Munawwar. Mundzir saat itu harus pergi ke Jakrata lalu pulang kembali ke
Cipanas yang saat itu ditempuh dua sampai tiga jam dengan ongkos
sendiri. Demikina setiap dua kali seminggu ongkos tersebut didapat dari
hasil losmen tersebut.
Selain belajar ke Jakarta Habib Mundzir juga selalu hadir setiap
acara maulid di Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud Alattas
5 Habib Nabil bin Fuad Al-Musawwa, Wawancara PribadiI,(Jakarta: 23 Mei 2013 Tebet Jakarta Selatan) 6 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 8
41
yang saat itu di Cipayung. Jika tidak memiliki ongkos ia sering sekali menumpang truk dan sering pula kehujanan. Sering ia datang ke maulid
Habib Umar bin Hud Alattas setiap malam jum‟at dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan, dan ia diusir oleh pembantu dari Habib Umar
Alattas, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas ia yang kotor menginjaknnya. Habib Mundzir terpksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu berdatangan. Maka ia duduk diluar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
Habib Mundzir juga sering melakukan ziarah ke Luar Batang Pasar
Ikan Jakarta Utara, makam Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.
Suatu kali ia datang lupa membawa peci dikarenakan datang langsung dari
Cipanas, maka ia berkata dalam hati. Wahai Allah aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, maka tak beradab jika aku berziarah tanpa peci, tapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, jika aku membeli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku berkurang, seraya berkata di dalam hatinya seperti itu.
Karena akhlak maka ia memutuskan untuk membeli peci berwarna hijau, pada saat itu hanya peci tersebutlah yang paling murah diemparan penjual peci, dia membelinya lalu masuk untuk berziarah. Sambil membaca surah Yaasin untuk dihadiahkan kepada almarhum, ia menangisi kehidupannya yang penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh. Mereka berkata semua kakak-kakakmu sukses, ayahmu lulusan Makkah dan juga New
York University kok anaknya centeng losmen. Maka saat sering dicemooh
42
ia menghindari kerabat-kerabat sekitarnya, saat lebaranpun ia jarang berani datang karena terus dicemooh.7
Dalam tangis ia berkata wahai wali Allah, aku tamumu dan aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yang shaleh disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang. Lalu dalam hati ia merenung dan tidak lama kemudian datanglah ronmbongan teman-temannya yang dahulu satu pesantren di pondok Sayyidul Walid Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf untuk berziarah. Mereka datang dengan satu mobil, mereka senang jumpa dengannya, dia pun diajak makan bersama teman-temannya, kemudian
Mundzir langsung teringat inilah keberkahan dari beradab dimakam wali
Allah.8
Lalu ia ditanya dengan siapa dan mau kemana, dia katakana dia sendiri dan ingin pulang ke rumah kerabat ibunya di Pasar Sawo, Kebon
Nanas, Jakarta Selatan, teman-teannya lantas memberi tawaran untuk ikut bersama mereka sampai Kebon Nanas. Maka ia pun semakin bersyukur kepada Allah karena memang ongkosnya tak cukup untuk pulang ke
Cipanas. Dia sampai larut malam di kediaman bibi dari ibundanya, di
Pasar Sawo Kebon Nanas, lalu esok harinya dia diberi uang cukup untuk pulang, dia pun pulang ke Cipanas.
Tak lama dia berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dengan guru dari orang yang paling dicintai Rasul , maka tak lama dari situ Mundzir
7 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 21.
8 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 25.
43
masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abu bakar di Bekasi
Timur, dan setiap pembacaan maulid tepatnya saat mahal qiyam (yaitu posisi berdiri saat pembacaan sirah nabawi, dimaksudkan untuk menyambut kedatanagan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang dilakukan kaum Anshor di Madinah) ia menangis dan berdoa kepada Allah rindu kepada Rasul, dan meminta agar dipertemukan dengan guru yang paling dicintai Rasul. Dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al
Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke Pondok itu, kunjungan pertama beliau ke Indonesiapada tahun 1994.
Selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau meliriknya dengan tajam, Mundzir ketika itu hanya menangis memandangi wajah sejuk dari
Habib Umar bin Hafidh, lalu saat beliau sudah naik kemobil bersama
Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela, maka Habib Umar bin Hafidh memanggil Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar Bin Salim, Habib Umar bin
Hafidh berkata bahwa beliau ingin sekali Mundzir ketika itu dikirim ke
Tarim Hadramaut Yaman untuk belajar dan menjadi muridnya saat itu.9
Guru Mundzir pada saat itu Habib Nagib Bin Syekh Abu bakar mengatakan kepada Habib Umar bin Hafidh bahwa Mundzir belum siap, belum bisa bahasa Arab karena murid baru dan belum mengetahui apa- apa., mungkin beliau salah pilih, maka Habib Umar saat itu jarinya tertuju kepada Mundzir Al-Musawwa, anak muda yang memakai peci hijau itu, dialah yang saya inginkan. Maka gurunya Habib Nagib memanggilnya untuk jumpa dengan Habib Umar, lalu Habib Umar bertanya dari dalam mobil yang pintunya masih dalam keadaan terbuka, siapa namamu?”dalam
9 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 68.
44
bahasa arab tentunya” dia tak bisa menjawab karena tidak faham, maka gurunya Habib Nagib menjawab saat itu, kau ditanya siapa namamu!, maka dia menjawab nama saya Mundzir, dan Habib Umar bin Hafidh tersenyum.
Kemudian keesokan harinya Mundzir bertemu kembali dengan
Habib Umar bin Hafidh dikediaman Habib Bagir Alattas, saat itu banyak para Habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid Habib Umar bin Hafidh, maka Habib Umar bin Hafidh mengangguk-angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu Habib Umar melihat Mundzir dari kejauhan saat itu, lalu beliau berkata kepada Almarhum Habib Umar Maula Khela itu anak itu, jangan lupa dicatat ya, dia yang memakai peci hijau itu.
Habib Umar kembali ke Yaman, Mundzir pun langsung ditegur gurunya Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar, ia berkata wahai Mundzir, kau harus bersiap-siap dan bersunguh-sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum kau siap.
Dua bulan kemudian datanglah Almarhum Al-Habib Umar Maula
Khela ke pesantren, dan menanyakan pada Mundzir saat itu, Almarhum
Habib Umar Maula Khela berkata pada Habib Nagib mana itu Mundzir anaknya Habib Fuad Al Musawwa, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka Habib Nagib berkata bahwa
Mundzir belum siap. Namun Almarhum Habib Umar Maula Khela tidak mau tahu namanya sudah tercantum dan harus berangkat, ini permintaan
Al-Habib Umar Bin Hafidh, ia harus berangkat dalam dua minggu ini
45
bersama rombongan pertama.10
Akhirnya dia dipersiapkan pasport dan persiapan lainnya, namun ayahnya keberatan, ayahnya berkata kau ini sakit-sakitan, apabila kau ke
Makkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadramaut ayah tak ada kenalan, disanan negri tandus, bagaimana kalau kau sakit dan siapa yang menjagamu.
Mundzir pun datang mengadu kepada Almarhum Al-Arif billah Al-
Habib Umar bin Hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh dan bilau berkata, katakana pada ayahmu aku yang menjaminmu berangkatlah.
Kemudian Mundzir mengatakan pada ayahnya, maka ayahnya diam namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan dirinya berangkat, saat ia mesti berangkat kebandara ayahnya tak mau melihat wajahnya Mundzir saat itu, ayahnya memalingkan muka dan hanya memberikan tangnnya tanpa mau melihat wajahnya. Mundzir kecewa namun dengan berat ia tetap melangkah ke mobil travel yang akan dinaikinya, namun saat ia naik terasa ingin berpaling kebelakang, menengong kebelakang ayahnya berdiri dipagar rumah dengan tangis melihat keberangkatannya, beliau melambaikan tangan tanda ridho, ternyata bukan karena ayahnya tidak meridhoinya, akan tetapi karena Mundzir adalah anak yang paling disayanginya dan dimanjaknnya, beliau berat berpisah dengannya dan akhirnya ia berangkat dengan air mata sedih.
Sesampainya di Tarim Hadramaut Yaman Utara, tepatnya dikediaman Habib Umar bin Hafidh, beliau mengabsen nama-nama dari semua alumni pertama saat itu, ketika sampai pada nama Mundzir Habib
10 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 10.
46
Umar bin Hafidh tersenyum indah kepadanya.
Tak lama kemudian saat itu terjadi perang antara Yaman Utara dan
Yaman Selatan, pasokan makanan berkurang, sehingga makanan sulit, listrik mati, sehingga mereka harus berjalan kaki kemana-mana menempuh jalan 3-4 km untuk taklim, karena biasanya dengan mobil milik Habib
Umar bin Hafidh, namun dimasa perang pasokan bahan bakar untuk kendaraan sangatlah minim.
Suatu hari Mundzir dilirik oleh Habib Umar bin Hfidh dan berkata namamu Mundzir, Mundzir artinya memberi peringatan, ia pun mengangguk, lalu Habib Umar bin Hafidh berkata lagi bahwa kamu
Mundzir akan memberi peringatan pada jamanmu kelak, dan Mundzir pun mengaminkannya di dalam hati.
Maka Mundzir tercenung dan terngiang-ngiang dengan ucapan gurunya tersebut, kamu akan memberi peringatan pada jamanmu kelak, lalu Mundzir berkata di dalam hati, saya akan punya jama‟ah, saya miskin begini bahkan untuk mencuci baju pun tidak memiliki uang untuk membeli sabun cuci.
Untuk mencuci bajunya mundzir mau mencucikan baju temannya dengan upah agar ia mendapat bagian dari sabun cuci dari pemilik baju, namun terkadang ia mendapat hardik bahwa cucianmu tidak bersih, orang lain sajalah yang mencuci baju ini. Maka ia terpaksa mencuci bajunya dari air bekas cucian orang lain, air sabun cuci yang mengalir itulah yang
Mundzir pakai untuk mencuci bajunya.
Hari demi hari Habib Umar bin Hafidh makin sibuk, maka
Mundzir pun mulai berkhidmat pada Habib Umar bin Hafidh, dan lebih
47
memilih membantu segala permasalahan santri, seperti makan, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, ia tinggalkan pelajaran demi berbakti pada guru mulia yaitu membantu beliau, dengan itu dia lebih sering berjumpa dengan gurunya.
Dua tahun di Yaman, ayahnya Mundzir sakit, dan menelepon ke ma‟had Darul Mustafa, ayahnya menanyakan kapan Mundzir pulang, ayah sudah rindu padamu, Mundzir menjawab dua tahun lagi insya Allah ayah, ayahnya menjawab dengan sedih ditelepon, masih lama sekali ya, tiga hari kemudian ayah dari Mundzir wafat. Mundzir pun menangis sedih dan berkata pada dirinya sendiri sungguh apabila saya tahu bahwa saat pamitan itu adalah terakhir kali saya berjumpa dengan beliau dan beliau memalingkan wajahnya saat saya mencium tangan beliau, namun beliau masih mengikuti saya rupanya, keluar dari kamar, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan dan mengalirkan air mata, dan dirinya menjawab, andai saja saya tahu bahwa itu adalah terakhir kali saya melihatnya, rahimahullah.11
Tahun 1998 Mundzir pulang ke Indonesia, dan memulai dakwahnya sendiri di Cipanas, namun kurang berkembang, maka ia pindah dan memulai dakwahnya di kota Jakarta, ia tinggal dan menginap berpindah-pindah dari rumah-kerumah murid sekaligus temannya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah-pindah dari rumah-kerumah, mereka murid-muridnya umumnya berumur lebih tua dari Mundzir, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam. Maka ketika majelis akan dimulai dan Mundzir sudah duduk kemudian siap untuk mengajar, mereka
11 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu,edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 12.
48
masih ada yang belum datang, mau tidak mau Mundzir pun menannti kedatangan mereka, setibanya mereka yang hanya belasan saja, tidak langsung mengaji akan tetapi, mereka santai-santai terlebih dulu, dengan merokok sambil minum kopi, dengan kesabaran Mundzir menanti sampai mereka puas, barulah dimulai pengajian dengan awal pembacaan
Dhiya‟ullami. Hari demi hari jama‟ah semakin bertambah dan semakin banyak, mulai tak cukup dirumah, maka pindah-pindah dari mushola ke mushola, jama‟ah pun terus bertambah dan banyak, tidak mencukupi pula mushola untuk menampung jam‟ah, mulai pindah dari masjid ke masjid.
Jama‟ah yang terus bartambah dan terus semakin banyak, Mundzir pun memutuskan untuk membuka majelis serta ditetapkan waktu dan tempatnya, maka hari selasa ditetapkan waktunya dan masjid Al-
Munawwar tempat yang pas untuk menampung jama‟ah, yang saat itu baru seperempat masjid saja yang terpakai dan saat itu Habib Mundzir berkata jama‟ah akan semakin banyak, nanti akan setengah dari masjid ini terpakai, lalu memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya
Allah, jama‟ah mengaminkan.
Mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan, namun saat itu majelis belum diberi nama, dan ia merasa bahwa dakwah tak membutuhkan butuh nama, untuk nama jama‟ah menyarankan Majelis
Habib Mundzir saja, namun Habib Mundzir menolaknya, Habib Mundzir memutuskan nama untuk majelis adalah Majelis Rasulullah saja.
Kini jama‟ah majelis Rasulullah sudah banyak mencapai jutaan, di
JABODETABEK, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Mataram, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Singapura, Malaysia, bahkan
49
sampai ke Jepang. Dari banyak tamu yang hadir salah satunya tamu dari
Jepang di majelis Rasulullah pada saat haul badr di Monas, yaitu seorang
Profesor, dia datang ke Indonesia ingin mempelajari bidang sosial, namun
kedatangannya juga didasari ingin jumpa dengan Habib Mundzir Al
Musawwa. Karena ia pengunjung setia website www.majelisrasulullah.org
yang berbahasa English.
Itulah awal mula majelis Rasulullah berkembang dari satu tempat
ke tempat yang lainnya dan pada akhirnya sampai majelis ini demikian
besar. Habib Mundzir kini berusia 38 tahun jika dengan perhitungan
hijriah dan 37 tahun dengan perhitungan masehi, beliau lahir pada jmu‟at
pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 Februari1973 M. perjanjian jumpa
dengan Rasulullah Saw sebelum usianya tepat 40 tahun, kini suda 1432 H,
beliau berkata dalam hatinya mungkin sebelum sempurna 19 Muharram
1433 H beliau sudah jumpa dengan Rasulullah Saw namun apakah Allah
akan menambah usia pendosa ini.12
2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin
Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin
Sulaiman bin Yasin bin Ahmad Al-Musawwa bin Muhammad Muqallaf
bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin
Muhammad Muladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad
Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath Ali Khali‟
Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad A-
Muhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uradhiy bin
ja‟far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad
bin Husein dari Sayyidatina Fatimah Azzahra putrid Rasulullah Saw.13
12 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu edisi I(Jakarta: Nafas 2010), h. 45. 13 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu,edisi I (Jakarta: Nafas 2010) .
50
Nabi Muhammad SAW
Fatimah dan Ali
Husein
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al-Baqir
Ja‟far As-Shadiq
Ali Al-Uraidhi Musa Al-Kadzim Isma‟il Muhammda Ad-Dibi
Muhammad Annagib Isa Ar-Rumi
Alwi Muhammad Alwi Ubaidillah Amhad Al-Muhajir
Ali khali Al- Qasam Muhammad Sahib Mirbath
Ali
Muhammad Al-Fagih Al-Muqaddam
Alwi Al-Fagih (Al-Ghoyyur)
Ali
Muhammad Muladawilah
Abdurahmman As-Segaf
Abu Bakar Assakran Ahmad Muhammad Muqallaf
Sulaiman Yasin Ahmad Ahmad Al-Musawwa
Abdurahmman Umar Abdurahmman Ahmad Aqil
Mundzir Fuad Abdurahmman Ali Abdurahmman Ali
51
3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Muasawwa
Setelah Habib Mundzir menyelesaikan sekolah menengah atas,
beliau mulai mendalami Ilmu Syari‟ah Islam di Ma‟had Assaqafah
Sayyidul Walid Al Habib Abdurrhaman Assegaf di Bukit Duri Jakaeta
Selatan, lalu mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafiy Jakarta
Timur. Beliau memperdalami lagi Ilmu Syrih Islamiah di Ma‟had Al
Khairat, Bekasi Timur, yang kemudian diteruskan ke Ma’had Darul
Mustafa di pesantren Al-Habib Umar Bin Hafidh di Tarim Hadramaut
Yaman Selatan pada tahun 1994 untuk mendalami bidang syari‟ah selama
empat tahun. Disana beliau mendalami ilmu fiqih, ilmu tafsir Al Qur‟an,
ilmu Hadist, ilmu sejarah Islam, ilmu tauhid, ilmu tasawwuf,
mahabbaturrasul, ilmu dakwah, dan ilmu-ilmu syariah lainnya.
Buku-buku yang menjadi rujukan dimajelisnya antara lain: Kitab
Assyifa (Imam Fadliyat), Samailul Muhammadiyah (Imam Tirmidzi),
Mukasyifatul Qulub (Imam Ghazali), Tambili Mukhdarim (Imam Sya‟rani,
Al-Jami’ ash-shahih/Shahih Bukhari (Imam Bukhari), Fathul Baari fi
syarah Al-Bukhari (Imam Atsqalani), serta kitab karangan Imam Haddad
dan beserta kitab yang telah disadur oleh Habib Umar bin Hafidh.
4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa antara lain14
Habib Mundzir Al-Musawwa menimba ilmu kepada beberapa
habaib diantaranya, yaitu: Habib Umar bin Hud Alattas (Cipayung,
Bogor), Habib Aqil bin Ahmad Alaydrus, Habib Umar bin Abdurrahman
Assegaf, Habib Hud Bagir Alattas, Al-Ustadz Al-Habib Nagib bin Syekh
14 Ibid, h. 49.
52
Abu Bakar bin Salim (pesantren Al-Khairat), Al-Imam Al-Allamah Al-
Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin
Syekh Abubakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa,Hadramaut, Yaman
Selatan), juga sering menghadiri majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-
Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan guru yang sangat berpengaruh terhadap ilmu, serta kepribadian beliau adalah guru mulia Al-Habib Al-Allamah Al-Hafizh Al-
Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin
Syekh Abubakar bin Salim, salah satu sanad keguruaan beliau yaitu: Al-
Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawwa berguru kepada guru mulia Al-
Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al- Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-
Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syekh Abu Bakar bin Salim, dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqodir bin Ahmad Assegaf, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-
Habib Abdullah Assyatiri, beliau berguru kepada, Al-Allamah Al-Hafizh
Al-Habib Ali bin Muahammad Al-Habsy (shohibul simtudduror), beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-
Masyhur (shohibul fatawa), beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh
Al-Habib Abdullah bin Husein bin Tohir, beliau berguru kepada Al-
Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Segah Assegaf, beliau berguru kepada Al-Allamah AL-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba‟alawiy, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Zein
Al-Habsyi, beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib
Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburrotib, beliau berguru kepada Al-
53
Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abu Bakar bin Salim (fakhrul wujud), beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib
Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin, dan beliau berguru kepada Al-
Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurahman bin Ali (Ainulmukasyifin), beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamh Al-Musnid Al-Habib Ali bin
Abubakar bin Abdurrahman Assegaf, beliau berguru kepada ayahnya Al-
Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Muladdawilah, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin
Alwi Al-Ghayur, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-hafizh
Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba‟alawiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib
Marbath bin Ali, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali
Khali‟ Qasam, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam
Muhammad bin Alwi, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-
Imam Alwi bin Ubaidillah, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah
Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin
Muhammad Annaqib, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-
Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Uraidhiy bin Ja‟far Asshadiq, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ja‟far Asshadiq bin
54
Muhammad Al-Baqir, beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-
Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Assajjad, beliau
berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,
beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Husein ra, beliau
berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,
beliau berguru kepada semulia-mulia guru, Sayyidina Muhammad Saw,
maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah Saw.
Sanad guru Habib Mundzir jelas kepada Rasulullah Saw, begitu pula
nasabnya.15
5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa
Selain berdakwah Habib Mundzir juga memiliki beberapa karaya yang
dikarangnya untuk pelajaran ummat muslim di Barat dan Timur. Adapun
karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa :
a. Kenalilah Aqidahmu1 (cetakan pertama tahun 2009, penerbit Majelis
Rasulullah SAW, Jakarta)
b. Kenalilah Aqidahmu 2 Aqidahmu1 (cetakan pertama tahun 2009,
penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)
c. Meniti Kesempurnaan Iman (cetakan pertama tahu 2011, penerbit
Majelis Rasulullah, Jakarta
d. 77 Tausyiah Habib Mundzir Al-Musawwa 1 (cetakan pertama tahun
2010, penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)
e. 70 Tausyiah Habib Mundzir Al-Musawwa 2 (cetakan kedua tahun
2010, penerbit Majelis Rasulullah, Jakarta)
15 Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010).
55
f. DVD dan VCD Perjalanan Dakwah di Irian Jaya (terbitan Majelis
Rasulullah tahun 2008 Jakarta)
g. Bulletin Ceramah Dalam Satu Bulan
6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa
Kegiatan Habib Mundzir Al-Musawwa di Majelis biasanya
dilakukan pada hari Senin di Masjid Al-Munawwar Pancoran Perdatam
Jakarta Selatan dan Kamis di gedung Dalalail Khairat Kebayoran Lama
yang rutin waktu pengajiannya dimulai jam 20.15 WIB dan selesai jam
22.00 WIB. Selain itu juga ada pengajian keliling yang disesuaikan dengan
jadwal. Jadwal tersebut biasa dibagikan saat pengajian di Masjid Al-
Munawwa.
a. Kegiatan mingguan
1) Majelis Induk
a) Setiap hari Senin malam jam 20.15 s/d 22.00, mengkaji Hadist
Sahih Al-Bukhari serta membahas kitab Risalatul Jami‟ah yang
dipelajari setelah membahas hadist dari kitab sahaih Al-
Bukhari. Kitab Risalatul Jami‟ah tersebut dikarangan oleh
Habib Ahmad bin Zain bin Alwi Al-Habsy di masjid Al-
Munawwar Pancoran Jakarta Selatan.
b) Setiap hari Kamis malam jam 20.15 s/d 22.00, mengkaji hadist
shahih Al-Bukhari dengan syarah dari Ibnu Hajar Al-Astqalani
di Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
2) Majelis keliling
a) Setiap hari Selasa dan Rabu malam jam 20.15 s/d 22.00, Habib
Mundzir memberikan tausyiah dengan nasihat-nasihat untuk
56
kehidupan di dunia dan akhirat,tempat disesuaikan dengan
jadwal undangan
b) Setiap hari Jum‟at malam jam 20.15 s/d 22.00, dzikikir akbar ya
Allah seribu kali, tempat disesuaikan dengan jadwal undangan
c) Setiap hari Sabtu ziarah ketempat guru-guru, habib-habib
ulama-ulama besar yang ada disekitar Jakarta, dan biasanya pula
tempat pengajian dan tempat ziarah itu berbeda.
Dikarenakan tempat yang berjarak jauh jalan raya dipenuhi
jama‟ah. Untuk mentertibkan lalu lintas di jalan turut membantu
dari POLDA Metro Jaya, yang diminta bantuannya dari beberapa
polisi lalu lintas untuk mengawal saat jama‟ah berjalan di jalan
raya. Biasanya waktu ziarah sekitar jam 22.30 WIB menghindari
kemacetan yang berkepanjangan. Tujuan dari majelis di malam
sahad ini untuk membendung remaja mengerjakan kemaksiatan
yang merajalela seperti pesta narkoba, perzinahan, mabuk-
mabukan dan sebagainya, demi tercipta pemuda dan pemudi yang
berakhlakul karimah.
Pada malam ahad banyak sekali orang yang melakukan
perbuatan tercela tersebut. Sebab itulah majelis Rasulullah selalu
mengembangkan ide dan inovasinya untuk selalu mensyiarkan
tablig akbar pada setiap malam ahadnya demi tujuan kongkrit
yakni pembentukan akhlakul karimah secara bertahap.
3) Memperingati Hari-hari Besar Islam dan Nasional
Pada peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional biasanya
Habib Mundzir Al-Musawwa membuat peringatan untuk hari-hari
tersebut, menyerahkan kepada pengurus majelis Rasulullah untuk
57
mengaplikasikannya. Disela-sela acara pengurus atas perintah
Habib Mundzir Al-Musawwa menyambungkan video lewat internet
ke Yaman (Hadramaut) ma‟had Darul Mustafa bertemu melalu
video streaming dengan guru besar dari guru Habib Mundzir yaitu
Al-Habib Umar bin Hafidh bin Syekh Abubakar bin Salim.
Menghadirkan Habib Umar bin Hafidh melalui video lewat internet
ini biasanya memberikan tasiyah singkat kepada jama‟ah yang
hadir melalui layar proyektor yang telah dipasang oleh pengurus
majelis Rasulullah. Habib Umar bin Hafidh saat tausiyah dengan
bahasa Arab dan diterjemahkan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa
per kalimat.
B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah
1. Sejarah Berdirinya Majelis Rasulullah
Nama “Majelis Rasulullah” dalam aktivitas dakwah ini berawal
ketika Habib Mundzir Al-Musawwa lulus dari Ma‟had Darul Mustafa di
Tarim Hadramaut, Yaman Selatan, pimpinan Habib Umar bin Hafidh.
Beliau di Jakarta memulai dakwah pada tahun 1998 dengan mengajak
ummat muslim sama-sama belajar menganai ilmu agama agar bertaubat
kepada Allah Swt dan mencintai nabi Muhammad Saw yang dengan itu
ummat ini akan mencintai sunnahnya, dan menjadikan nabi Muhammad
Saw sebagai idola bagi mereka.16
Dakwah yang dimulai dan dilakukan siang dan malam dari rumah
16 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 08.45 (item,tentang kami)
58
ke rumah di Jakarta. Sampai-sampai ia tidur diamana saja dirumah masyarakat, bahkan Habib Mundzir pernah tertidur di teras rumah salah seorang jama‟ahnya. Namun karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tidak ingin membangunkan penghuni rumah tersebut dikarenakan sudah larut malam.
Setelah berjalan lebih dari enam bulan, Habib Mundzir memulai membuka majelis setiap malam selasa, mengikuti jejak gurunya Habib
Umar bin Hafidh yang membuka majelis mingguan disetiap malam selasa.
Habib Mundzir pun memimpin Ma‟had Assa‟adah yang diwaqafkan oleh
Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, Bogor. Setelah setahun, Habib
Mundzir tidak lagi meneruskan memimpin ma‟had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan merangkul majelis-majelis di Jakarta.
Sebagai langkah awal Habib mundair Melakukan dakwah, dengan ini secara perlahan beliau bisa dikenal dengan baik .
Habib Mundzir membuka majelis setiap malam Selasa dari rumah kerumah, mengajarkan fiqih dasar, namun tampak umat kurang bersemangat menerima bimbingannya. Habib Mundzir tidak berputus asa karena hal tersebut, beliau terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah nabi Muhammad Saw. Maka Habib Mundzir mengubah cara penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan fiqih, dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari hadits-hadits Rasulullah Saw dan ayat Al Qur‟an dengan Amar
Ma‟ruf Nahi Munkar.
59
Beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa sastra,
dipadu kelembutan Ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta yang
kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasulullah Saw
sebagai idola mereka. Maka seiring waktu yang berganti jam‟ah pun
semakin bertambah dan semakin banyak hingga ia memindahkan yang
tadinya dari rumah-kerumah menjadi dari Mushola ke Mushola, lalu
Mushola pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat. Sebab
kepadatan jama‟ah yang terus meningkat maka Habib Mundzir
memindahkan majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian.17
Mulailah timbul permintaan agar majelis ini diberi nama, jam‟ah
menyarankan bahwa nama majelis adalah “Majelis Habib Mundzir Al-
Musawwa”, namun Habib Mundzir menolak dan menjawabnya dengan
polos nama majelis adalah “Majelis Rasulullah”. Tidak ada yang
dibicarakan selain ajaran Rasulullah, membimbing mereka untuk
mencintai Allah dan RasulNya. Pada dasarnya semua majelis taklim
adalah adalah majelisnya Rasulullah Saw.18
Maka Habib Mundzir mengambil empat masjid besar yang
bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid Raya Al-Munawwar
Pancoran Jakarta Selatan, masjid raya At-Taqwa di Pasar Minggu Jakarta
Selatan, masjid Raya At-Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan, dan Ma‟had
Darul Ishlah Pimpinan KH. Amir Hamzah di jalan Raya Buncit Kalibata
Pulo. Namun karena yang hadir semakin terus bertambah sehingga apabila
tempat sering berpindah-pindah kasian jama‟ah yang tidak memiliki
17 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 08.45 (item,tentang kami) 18 Ibid.
60
kendaraan. Habib Mundzir akhirnya memutuskan memutuskan majelis
taklim malam selasa hanya di masjid raya Al Munawwar Pancoran Jakarta
Selatan.19
Kini majelis taklim malam selasa dihadiri jama‟ah berkisar 10.000
hadirin setiap minggunya, Habib Mundzir juga meluaskan dakwahnya
dibeberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya, hingga mencapai seluruh
wilayah pulau Jawa. Majelis Rasulullah tersebar disepanjang pantai pulau
Jawa dan Pantai Selatan, dan terus meluas sampai ke Bali, Mataram, Irian
Barat, bahkan telah ke luar Negri sperti Singapura, Malaysia, demikian
pula disatsiun-stasiun TV swasta, bahkan VCD, majalah bulanan, dan kini
dianugrahi Iliahi telah merestui majelis Rasulullah untuk meluas hingga ke
jaringan sosial internet dengan nama asalnya “website majelis Rasulullah”.
2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah
Majelis yang dibangun mulai dari tahun 2000 ini mameliki struk
kepengurusan dalam menjalankan roda organisasinya demi tercapainya
semua yang telah direncanakan. Adapun struktur kepengurusan dari
Majelis Rasulullah sebagai berikut:
Penasehat : Al-Habib Muhsin Al-Hamid
Pimpinan Umum/Pembina Majelis : Al-Habib Mundzir Al-Musawwa
Wakil Pimpinan Umum : Al-Habib Ahmad Bahar
Bendahara Umum : Bpk. Saiful zahri
Sekertaris Umum : Bpk. H. M. Syukron Makmum
19 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 09.00 (item,tentang kami)
61
Ka. Koord. Divisi Dakawah : Ust. Muhammad Qolby
Staff Divisi Dakwah : Habib Muhammad Al-Kaff
Habib Zaki Sahab
KH. Ahmad BAihaqi
Ust. Mustafa Deden
Ka. Divisi Tijariyah (perdagangan) : Sdr. Muhammad Rizal
Sdr. Fauzan Ramdhani
Ka. Divisi Tekhnologi Media Dakwah : Sdr. Muhammad Mahfud
Sdr. Fauzan Hakim
Sdr. Muhammad Daud
Staff Bid. Audit Informasi : sdr. Ahmad Fauzi
Staff Bid. Sistem Programer :sdr. Muhammad Ashagi W
Staff Takhnisi Operasional : Sdr. Abdul Khair As‟ad
Sdr. Muhammad Adhi
Sdr. Muhammad Ari
Sdr. Muhammad Yudi
Sdr. Muhammad Hikmah
Sdr. Muhammad Nasrul
Sdr. Kamaruzzaman
Sdr. Tahir
Staff Non Tekhnis : Sdr. Muhammad Wahyu
Sdr. Muhammad Ozi
Sdr. Muhammad Fani
62
3. Visi Misi Majelis Rasulullah
Majelis Rasulullah memiliki visi dan misi dalam menjalanka peran
untuk turut serta dalam dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa. Visi dari
Majelis Rasulullah yaitu mengajak remja khususnya dan masyarakat muslim
pada umumnya untuk mengenal secara menyeluruh sosok kemuliaan dan
keagungan Nabi Muhammad Saw, dengan mengenalnya akan bangkit
kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw.
Misi Majelis Rasulullah yaitu berdakwah yang selalu diperluas secara
bervariatif yang kesemuana itu memberikan keluasan, kemudahan kepada
msyarakat muslim umumnya dan remaja khususnya sehingga mereka dapat
menerima penyampaian dakwah yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa
serta Majelis Rasulullah.
4. Program-program Majelis Rasulullah
1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran
Pada Jam Makan Siang
Program dakwah pertama ini dimaksudkan agar perkantoran
mendapat bimbingan dari Habib Munzdir sehingga Instansi Pemerintahan
dan perkantoran menjadi pemerintahan yang nabawiy dan perkantoran
yang nabawi. Telah diadakan di banyak instansi dan perkantoran,
diantaranya Khotbah Jumat dan siraman rohani di Departemen Keuangan,
Gedung GKBI Jakarta, Bank Danamon, BI (Bank Indonesia) dan lainnya.
2. Bimbingan Rohani di Stasiun Televisi
Beberapa program telivisi bekerja sama dengan Majelis Rasulullahyang
menjadi tempat untuk Habib Mundzir mensyiarkan dakwahnya, beberapa
stasiun televise tersebut adalah
63
a. Metro TV dengan program acara OASIS
b. ANTV dengan program acara Mutiara Subuh
c. Indosiar dengan program acara Embun Pagi
3. Hadroh Majelis Rasulullah
Tim Hadroh Majelis Rasulullah saw terdiri dari sembilan personil,
dengan empat buah hadroh ukuran standard dan empat buah Bass dengan
ukuran Besar, dan satu buah Bas ukuran sangat besar.
Tim ini selalu mengiringi Tablig Akbar Habib Mundzir dan Majelis
Rasulullah saw diberbagai wilayah seputar Jakarta dan sekitarnya.
Dibarengi lantunan nasyid dengan suara yang sangat merdu dan indah
dengan tujuan bisa membawa ketenangan dan kesejukan di hati, dan disaat
lain membangkitkan semangat remaja untuk lebih giat beraktifitas dengan
segala kegiatan positif.
C. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah
Habib Mundzir Al-Muasawwa kembali ke Indonesia pada tahun 1998,
dan mulai berdakwah dengan mengunjungi rumah kerumah, duduk dan
bercengkrama dengan mereka, member mereka jalan keluar dalam segala
permasalahan, lalu atas permintaan mereka mulailah Habib Mundzir membuka
majelis. Jumlah hadirin sekitar enamoring, beliau terus berdakwah dengan
menyebarkan kelembutan Allah, yang membuat hati pendengar sejuk, beliau
tidak mencampuri urusan politik, dan selalu mengajarkan tujuan utama kita
diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah
Bukan berarti duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dan lain-lain,
tapi justru mewarnai segala gerak gerik kita dengan kehidupan nabawi, bila
dia adalah ahli polotik maka berpolitiklah yang nabawi, bila jadi konglomerat
64
maka konglomerat yang nabawi, pejabat yang nabawi, pedagang yang nabawi,
petani yang nabawi, betapa indahnya keadaan ummat apabila seluruh lapisan
masyaraka terwarnai dengan kenabawian.
Sehingga antara golongan miskin, glongan kaya, partai politik, pejabat
pemerintahan terjalin persatuan dalam kenabawiyan, inilah dakwah nabi
Muhammad Saw yang hakiki. Masing-masing dengan kesibukannya tapi hati
mereka bergabung dengan satu kemuliaan, inilah tujuan Rasulullah Saw
diutus, untuk membawa rahmat bagi sekalian alam.
Majelisnya mengalami pasang surut, awal dakwah Habib Mundzir
memakai kendaraan umum naik turn bus, menggunakan jubah dan surban,
serta membawa kitab-kitab. Tak jarang beliau mendapat cemoohan dari orang-
orang sekitar. Beliau bahkan pernh tidur diemperan took ketika mencari murid
dan berdakwah.20
Namun kini Habib Mundzir Al-Musawwa telah dikenal luas di Jakarta
dan sekitarnya, propinsi-propinsi, hingga ke luar Negri, beliau juga banyak
mengisi khutbah Jum‟at dan siraman rohani dibanyak instansi dan perkantoran
seperi, Departemen Keuangan, gedung GKBI Jakarta, Bank Danamon, Bank
Indonesia, dan lain-lain.
Nama Rasulullah sengaja digunakan untuk nama majelisnya yaitu
“Majelis Rasulullah” agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis taklim ini
tercapai. Sebab beliau berharap semua jamahnya bisa meniru dan mencontoh
Rasulullah Saw, dan menjadikannya sebagai panutan hidup. Habib Mundzir
20 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 29 september 2012 jam 16.00 (item,tentang kami)
65
juga rutin melakukan tabligh akbar di masjid Istiqlal, di stadion Glora Bung
Karno, Senayan, serta di Monas yang sering dihadiri para pimpinan tertinggi
Negara ini.21
21 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 29 september 2012 jam 16.18 (item,tentang kami)
BAB IV
Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa
Dalam pandangan Habib mundzir Al-Musawwa, pada dasarnya dakwah merupakan aktivitas untuk menyeru/mengajak manusia kepada hal-hal yang bersifat kebaikan dan memperingati kepada hal-hal yang bersifat keburukan.
Dakwah di masa lalu itu lebih identik dengan perjalanan jauh dan angkat senjata, namun di masa sekarang ini Islam sudah tegak menyebar luas dan da‟i pun sudah ada belahan dunia manapun. Jadi, pada saat ini para da‟i sesungguhnya berdakwah kepada ummat muslim agar ummat muslim lebih semangat dalam mempelajari serta menjalankan syari‟at islam secara sempurna.1
Tujuan utama dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa yaitu, ingin membangkitkan semangat ummat Nabi Muhammad SAW agar lebih mengetahui ajaran-ajaran Islam yang benar. Habib Mundzir Al-Musawwa bergerak untuk berdakwah dengan membentuk sebuah majelis sebagai media atau wadah utama menarik perhatian para remaja, majelis yang menjadi media dakwahnya ini juga sekaligus dipimpin oleh beliau. Dalam menghadapi karateristik remaja yang beragam diperlukan dakwah yang bisa memberikan cara/warna yang berbeda dengan dakwah da‟i-da‟i yang lain, serta dalam mengajarkan akhlak Nabi
Muhammad Saw yang sangat mulia dan anggun yang seharusnya menjadi contoh pada kehidupan sehari-hari.
Majelis Rasulullah yang merupakan media utama Habib Mundzir Al-
Musawwa dalam menjalankan maksud dan tujuan dari dakwahnya, lebih khusus
1 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.
66 67
ditujukan kepada kaum remaja. Hal ini dilakukan karena pada masa sekarang ini remaja sangatlah rentan dengan pergaulan bebas yang menyalahi aturan dalam syari‟at Islam, sehingga secara perlahan akhlak mereka terkikis dan menyebabkan mereka tidak perduli dengan hukum Islam yang ada. Mereka para remaja beranggapan bahwa dengan kebebasan mereka berharap dapat menemukan jati diri mereka, sementara aktivitas dalam menemukan jati diri yang mereka lakukan terkadang menyalahi ajaran atau syari‟at Islam yang sesungguhnya.
Dalam kondisi dekadensi moral dan minimnya pengetahuan ummat Islam pada ajaran Islam yang sebenarnya, menyebabkan Habib Mundzir Al-Musawwa menekankan strategi dakwahnya pada pembentukan akhlakul karimah remaja di
Majelis Rasulullah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa
“Dalam menjalankan dakwah haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama Islam. Keadaan remaja pada zaman ini yang sangat memperihatinkan karena jauh dari ajaran syari‟at Islam yang sebenarnya, memberikan wadah sebuah perkumpulan adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian mereka agar mereka perlahan mengikuti di mana perkumpulan itu berkumpul.”2
Adapun strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah sebagai
berikut:
1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja
Langkah utama dalam perumusan strategi dakwah seorang da‟i adalah
Mengenali sasaran dakwah. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui
karakter yang dimiliki oleh para mad‟unya. Agar komunikasi berjalan dengan
baik, sehingga pesan-pesan yang disampaikan sang da‟i biasa diterima dengan
baik oleh mad‟unya.
2 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.
68
Habib Mundzir Al-Musawwa lebih memfokuskan dakwahnya kepada
kaum remaja. Dalam dakwahnya ini Habib Mundzir Al-Musawwa bertujuan
membentuk akhlaqul karimah remaja agar lebih baik. Untuk mencapai hal
tersebut ada langkah-langkah yang diambil Habib Mundzir Al-Musawwa agar
strategi dakwahnya tepat pada sasaran, langkah pertama yang dilakukan Habib
Mundzir Al-Musawwa adalah, melakukan pendekatan secara agama untuk
mengetahui keadaan sosial yang ada pada jama‟ah majelis Rasulullah
khususnya para remaja. Sehingga dakwah yang disampaikan benar-benar
menyentuh dan sesuai dengan kondisi mad‟unya, sebagaimana yang beliau
ungkapkan.
“saya pun melakukan pendekatan religius kepada mereka dengan cara membuka pengajian di rumah saya. Pada awalnya yang jama‟ahnya dihadiri hanya delapan orang saja dan juga dari rumah ke rumah jama‟ah berputar secara begantian, cara ini dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi bagi saya dengan keluarga jama‟ah, kemudian musholla ke musholla, masjid ke masjid untuk menarik jama‟ah agar lebih banyak. Selanjutnya saya berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini. Mulai dari akhlak mereka kepada orang tua, lingkungan sekitar dan kepada pemerintah setempat, lalu pergaulannya seperti apa saat ini dan saya pun menanyakan bagaimana agar mereka bisa duduk bersama kita menimba ilmu. Apa bila mereka sudah bisa duduk bersama–sama kemudian nantinya perlahan saya akan memasukan masalah fiqih, akhlak agar mereka semakin terbenahi secara perlahan–perlahan dan kehidupan mereka pun semakin baik denga syari‟at Islam yang telah diajarka ole Nabi Muhammad SAW ”.3
Remaja yang menjadi sasaran dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa
adalah remaja dengan berbagai problematika atau permasalahannya. Hal ini
berdasarkan dari wawancara dan juga didukung dari pengamatan yang selama
ini dilakukan, yaitu penulis mengikuti secara langsung taklim yang diadakan
3 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.
69
oleh Habib Mundzir Al-Musawwa dan penulis melakukan wawancara secara langsung kepada jama‟ah Majelis Rasulullah.
Permasalahan dan kenakalan remaja bukanlah suatu problem sosial yang hadir dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat. Tetapi masalah tersebut muncul karena beberapa keadaan, bahkan ada beberapa keadaan yang menjadi pendukung kenakalan remaja tersebut. Keadaan-keadaan yang menjadi pendukung kenakalan remaja sesuai yang penulis temui adalah dikarenakan ayah ibu yang bercerai, kesibukan dari orang tua karena pekerjaan, lingkungan rumah, sekolah, pekerjaan, bahkan pengaruh dari media massa.
Hal-hal yang menjadi pendukung timbulnya kenakalan remaja yang pertama seperti kehidupan keluarga yang kurang harmonis, yaitu akibat dari ayah ibu yang bercerai. Sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang kurang saat bergaul dengan teman yang kehidupan keluarganya masih utuh, itulah yang menjadikan mereka beralih untuk memilih hidup dalam lingkungan yang keras. Bergaul dengan komunitas pergaulannya yang bebas tanpa aturan
Negara dan agama, cara ini yang dirasa mereka membuat percaya diri mereka bangkit. Penjelasan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu jama‟ah Majelis Rasulullah yang dahulunya hidup dalam komunitas punk jalanan.
“Saya sebelum mengikuti pengajian di Majelis Rasulullah adalah pengikut komunitas punk jalanan yang kerjanya hanya menghamburkan uang dengan cara minum-minuman keras, membuat tato ditubuh yang hitungan bulan hilang, kemudian membuat kembali. Tidak sampai disitu saya juga selalu nonoton konser punk yang didalamnya banyak terdapat pemakaian narkoba secara bebas dan leluasa. Dalam komunitas ini saya merasa menemukan jati diri saya yang sesungguhnya dan ini juga saya lakukan sebagai obat dari
70
kekecewaan saya ketika orang tua saya bercerai.”4 Hal kedua yang menjadi pendukung timbulnya kenakalan remaja yaitu
kesibukan pekerjaan dari orangtuanya, karena sibuknya hingga jarang ada
waktu dan mereka merasa tidak diperhatikan, sebab inilah mereka merasa
bebas dan tidak terkontrol dalam pergaulannya. Remaja seperti ini banyak
ditemui nongkrong-nongkrong dipinggir jalan.
Permasalahn remaja juga didapati karena pengaruh lingkungan
pekerjaan, baik itu dari teman satu profesi dalam pekerjaan ataupun disebakan
dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya itu saja yang menjadi permaslahannya
media massa sperti iklan juga menjadi pengaruh dalam timbulnya kenakalan
remaja. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh remaja Majelis
Rasulullah yang penulis wawancarai.
“Pengaruh teman di lingkungan rumah sama sekolah yang menjadikan saya melakukan hal-hal negatif yang dahulunya saya tidak pernah melakukannya sepert balapan liar motor malam hari, mencoba minuman beralkohol, sebab apabila tidak saya ikuti dan saya lakukan saya menjadi bulan-bulanan mereka dengan dibilang saya katro (tidak keren atau gaul dan jantan). Kemudian memang juga tuntutan gaya hidup masa kini menurut saya dan disertai pengaruh media, kaya iklan-iklan yang membuat saya jadi penasaran untuk coba mengikuti apa yang diiklankan.”5
Kenakalan remaja apbila tidak segera dibenahi tentu dapat merugikan
diri remaja itu sendiri bahkan orang lain. Sudah banyak tentunya remaja yang
terlibat dalam kasus-kasus kriminal, seperti pencurian, perampokan dan
pemerkosaan, serta pemakai dan pengedar narkoba. Ini semua terjadi karena
kurangnya pengawasan dari orang-orang terdekat mereka. Remaja dengan
seluruh problematikanya ini menunjukan bahwa remaja sedang dalam masalah
yang sangat besar. Inilah yang menjadi sasaran dakwah dari Habib Mundzir
4 Rahmat Setiawan, Wawancara Pribadi, Masjid Al-Munawwar, 23 November 2013, Jam 22.30 WIB. 5 Irwan Syahputra, Wawancara Pribadi, warung kopi samping masjid Raya Al- mnawwar, 10 Desember 2013, Jam 23.15 WIB.
71
Al-Musawwa remaja-ramaja yang perlu pembinaan akhlak.
Dari permasalahan remaja yang ada dibutuhkan solusi yang dapat menekan permasalahan tersebut agar tidak berkembang, solusi yang baik ialah memberikan kegiatan-kegiatan positif untuk para remaja tersebut. untuk menarik perhatian tersebut Habib Mundzir Al-Musawwa memberikan wadah perkumpulan yaitu Majelis Rasulullah dan membuat kegiatan-kegiatan yang bisa membawa remaja-remaja kepada akhlak yang lebih baik.
Tujuan utama Habib Mundzir Al-Musawwa melalui majelis Rasulullah adalah membentuk pribadi remaja yang berakhlaqul karimah. Remaja dapat memahami ajaran-ajaran Islam yang sesungguhnya serta menjalin ukhwah islamiyah antara jama‟ah dan masyarakat di Majelis Rasulullah ketika sedang melangsungkan acara-acara yang diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah.
Dari pengkajian tujuan yang telah dirumuskan itu peneliti mamahami bahwa pengkajian tujuan yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa dari dakwah Islamiyah yaitu untuk membentuk akhlaqul karimah kepada remaja disertai menjalin ukhwah islamiyah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mempunyai nilai-nilai keagamaan dan budi pekerti yang luhur.
Hal tersebut bertjuan agar remaja yang berakhlaqul karimah memiliki keseimbangan antara Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi (IPTEK).
“strategi merupakan hal penting dalam menjalankan suatu keinginan terlebih lagi dalam menjalankan dakwah ini, tidak mudah untuk memberikan masukan-masukan kepada remaja agar mereka bisa menyeimbangkan antara iman dan taqwa dan juga ilmu pengetahuan. Hal kedua ini harus berjalan selaras agar menjadi manusia yang di cintai Allah dan Rasul Saw, untuk itu saya menggunakan strategi dengan cara membina mereka dengan masalah aqidah dan akhlak yang diajarkan di Majeli Rasulu;lah saat taklim agar mereka berakhlaqul karimah dan bisa menyeimbangkan iman dan taqwa, kemudian mengajarkan fiqih untuk memperluas meneguhkan iman dan taqwa
72
mereka serta memenjadikan mereka seimbang dalam ilmu tekhnologi dunia.”6 Berdasarkan tujuan tersebut Habib Mundzir Al-Musawwa mengambil
langkah khusus agar tujuannya tersebut tercapai sesuai dengan asas fisiologis
asas sosiologis, asas psychologis. Langkah khusus tersebut adalah
mengadakan pengajian dengan materi-materi yang disampaikan
mengutamakan pada masalah aqidah dan akhlak.
Pembinaan aqidah dan akhlak merupakan pondasi atau dasar agama
untuk meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar. Kemudian barulah
diajarkan maslah ibadah muamalah dan materi-materi lainnya yang
menyangkut dengan ajaran Islam yang seutuhnya.
Banyak tentunya masyarakat muslim yang masih memberikan batas
pergaulan mereka dengan non muslim, ada juga beberapa kelompok pengajian
tertentu yang mengajarkan pembatasan pergaulan tersebut. hal ini tentu
bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya yaitu toleransi beragama.
Untuk mengantisipasi atau merespon isu-isu yang beredar tentang
intoleransi beragama pada kelompok-kelompok pengajian tertentu, di Majelis
Rasulullah Habib Mundzir Al-Musawwa juga mengajarkan bagaimana
mengembangkan sikap toleransi dan menjalin hubungan baik dengan
msayarakat non muslim. Habib munzdir juga menekan kan kepada para
jama‟ah agar terbentuk sehingga memiliki jiwa sosial dan solidaritas kepada
non muslim, tidak menjadikan non muslim itu adalah musuh yang harus
diperangi.
Penanaman ini harus dilakukan terhdap para remaja juga agar remaja
memeiliki sifat toleransi yang baik, serta mengetahui apa saja toleransi dalam
beragama yang sesuai dengan syari‟at Islam. Sehingga pengetahuan mereka
6 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.
73
luas dan tidak mudah dipengaruhi untuk melakukan hal yang telah dilarang
oleh Agama.
2. Menyusun Program-program Dakwah
Menyusun program dakawah dengan beberapa agenda keagamaan
yang bertujuan agar kegiatan lebih terkonsep dengan baik, sehingga jama‟ah
memiliki konsistensi terhadap apa yang akan mereka ikuti dan hal ini
memberikan motivasi Habib Mundzir Al-Musawwa. Sehingga da‟i dapat
menyampaikan materi dakwahnya kepada jama‟ah dengan baik dan jama‟ah
dapat menerima materi dakwah juga dengan baik.
Agenda yang dibuat oleh Habib Mundzir Al-Musawwa tidak hanya
meliputi kegiatan rutin pengajian, namun juga peringatan-peringatan hari
besar Islam serta peringatan hari besar nasional seperti kemerdekaan Indonesia
yang dibalut dengan dzikir dan do‟a untuk negri yang dihadiri jama‟ah dari
berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya disitu, acara pada peringatan hari
besar Islam juga dihadiri dari oleh jama‟ah dari luar negeri sebagai tamu di
Majelis Rasulullah, kemudian dari pemerintahn Negara Indonesia.
Adapun program dakwah tersebut ialah :
a. Pengajian rutin
1) Majelis Induk/mingguan
a) Setiap Senin malam jam 20.30 s/d 22.00, dalam mengkaji hadist
Sahih Al-Bukhari serta membahas kitab Risalatul Jami‟ah yang
dipelajari setelah membahas hadist dari kitab sahaih Al-Bukhari
tentang akhlak sebagai fokus Habib Mundzir Al-Musawwa pada
pembinaan akhlak. Kitab Risalatul Jami‟ah yang dibahas
74
dikarangan oleh Habib Ahmad bin Zain bin Alwi Al-Habsy di
masjid Al-Munawwar Pancoran Jakarta Selatan.
b) Setiap Kamis malam jam 20.30 s/d 22.00, dalam mengkaji shahih
Al-Bukhari dengan syarah dari Ibnu Hajar Al-Astqalani di
Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Ada beberapa alasan mengapa diadakan jadawal mingguan,
bulanan, serta tahunan. Pertama agar hari-hari jama‟ah pada umumnya
lebih banyak melakukan kegiatan yang baik di malam hari, lebih baik
ta‟lim mendapatkan ilmu dan juga mendapat pahala dan juga uang
tidak terhambur-hamburkan begitu saja tanpa ada bekas yang
menjadikan manfaat bagi diri sendiri.7
Kedua, ilmu disampaikan beberapa kali dalam seminggu
seiring dengan jadwal kegiatan. Cara ini dilakukan agar ilmu yang
disampaikan menyakut dipikiran dan tersimpan diotak jama‟ah.
Diharapkan mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat. Sehingga
dakwah yang dilakukan benar-benar memiliki nilai efektivitas dan
efisien ketika diimplementasikan (Iqbal Tawakkal 18 tahun, crew
Majelis Rasulullah).8
2) Majelis Keliling
a) Majelis Akbar
Setiap hari Selasa dan Rabu
Tempat disesuaikan dengan jadwal undangan
7 Iqbal Tawakkal crew Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi Skretariat Majlis Rasulullahi, Jakarta, 02 Noember 2013, Jam 14.35 WIB.
8 Iqbal Tawakkal crew Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi Skretariat Majlis Rasulullahi, Jakarta, 02 November 2013, Jam 14.35 WIB.
75
Jam 20.30 s/d 22.30
b) Dzikir Akbar Jalalah
Setiap hari Jum‟at
Tempat disesuaikan dengan undanagn
Jam 20.30 s/d 22.30
c) Ziarah Qubra
Setiap hari Sabtu
Tempat disesuaikan
Jam 20.30 s/d 22.30
Dalam memberikan pelajaran Habib Mundzir Al-Musawwa selalu
menanamkan kecintaan kepada Nabi dengan bersholawat, adapun
bacaan yang dibaca sebagai pengantar bersholawat adalah kitab Ad
Dhiyaullami karangan dari guru beliau Habib Umar bin Hafidh. Ini
dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai salah satu strategi dari
dakwah beliau. Keinginan untuk membentuk akahlaqul karimah
remaja jama‟ah Majelis Rasulullah ditanamkan melalului dengan
banyak membaca sholawat, yang sehingga dengan itu diharapkan dapat
timbul kebaikan dari hasil pembacaan tersebut yang diresapi. b. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan Tabligh Akbar
Dalam program dakwah kedua sebagai bentuk implementasi
strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa yaitu mengadakan
peringatan pada hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad
SAW, Isra Mi‟rajnya Nabi Muhammad SAW, Haul Ahlul Badr disertai
Nuzulul Qur‟an dan tahun baru hijriah yang acaranya diperingati di
76
MONAS. Pada setia acara peringatan hari besar islam Habib Mundzir
Al-Musawwa selalu memobilisasi masa yang didominasi anak-anak
muda.
Acara tabligh akabar yang diperingati adalah Idul fitri, Idul
adha, Nuzulul Qur‟aan, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj
dan lainnya sera juga peringatan hari besar nasional seperti hari
kemerdekaan dan juga tahun baru Masehi.
Dalam setiap acara Tabligh Akhbar Habib Mundzir Al-
Musawwa mengundang ulama-ulama yang ada di seluruh Indonesia
maupun luar negri, baik itu dari kalangan habib, kiyai, ustadz, dan juga
dari aparat pemerintahan yang dimaksud agar jama‟ah mengenal
ulama-ulama yang ada di Indonesia atupun luar negri dan menjalin
hubungan baik dengan pemerintah. Hal ini juga memberikan wawasan
bagi remaja jama‟ah Majelis Rasulullah dari segi silaturahmi dan ilmu.
“Agar menghilangkan kebosanan dari jama‟ah remaja saya mengundang ulama-ulama untuk datang kemajelis memberikan tausyiah, ini juga dapat member pelajaran-pelajaran baru bagi saya pribadi dan jama‟ah. Cara ini saya diinstruksikan juga oleh guru mulia Habib Umar bin Hafidh beliau mengatakan sebagai ajang silaturahmi juga bagi saya dan jama‟ah, dengan ini ketika kalian berda di suatu daerah kalian bisa mampir kepada ulam-ulama setempat yang telah menjalin silaturahmi dengan ulama yang pernah singgah di Majelis Rasulullah. Hal ini telah dilalakukan oleh shabat-sahabar sang Nabi Saw agar sunnah silaturahmi selalu terjaga dengan baik sesama ummat Islam.”9
Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan bagi
para jama‟ah remaja Majelis Rasulullah. Jika biasanya pelajaran,
ataupun nasihat-nasihat hanya dilakukan oleh seorang guru namun
Habib Munzir melakukannya tidak sendiran, sewaktu-waktu beliau
9 Habib Mundzir Al-Musawwa, Wawancara Pribadi, Cikoko Jakarta Selatan, 27 Januari 2013, Jam 05.30 WIB.
77
mengundang da‟i yang masyhur/dikenal oleh masyarakat luas dan juga
cukup baik dari segi ilmu yang dimiliki sehingga sangat berpengaruh
untuk memberi pelajaran dan nasihat-nasihat. Program dakwah ini
sangat membantu bagi Habib Mundzir Al-Musawwa karena hal ini
sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi, yaitu jadwal yang telah
ditentukan hari dan jamnya membuat dakwah Habib Mundzir Al-
Musawwa seimbang antara waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk
pencapaian hasilnya.
3. Memanfaatkan Media Dakwah
Banyak cara yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa untuk
meluaskan strategi dakwahnya, seperti dengan memanfaatkan media-media
sebagai sarana. Diantara media-media tersebut adalah :
a. Media Cetak
Pemanfaatan media cetak dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa
dengan menulis buku tentang kenalilah aqidahmu, agar jama‟ah remaja
dapat mngetahui akhlak mereka apakah sesuai dengan syari‟at dari Nabi
atau belum. Kemudian Habib Mundzir Al-Musawwa mempublikasikan
dakwahnya dalam sebuah bulletin ceramah selama satu bulan.
b. Audio Visual
Sesuai dengan perkembangan tekhnologi audio visual maka beliau
mendokumentasikan dakwahnya yang berisi ceramah-ceramah pada saat
peringatan hari besar Islam, kedatangan gurunya yaitu Habib Umar bin
Hfidh, perjalanan dakwah beliau sendiri dan lagu-lagu shalawat kedalam
bentuk DVD. Habib Mundzir Al-Musawwa juga meggunakan media on
78
line yang dinamai forum Majelis Rasulullah, diselengarakan oleh Majelis
Rasulullah. forum tersebut dapat diakses melalui www.majelis
rasulullah.org.
Website ini digunakan untuk menyebarkan luaskan berita seputar
kegiatan Habib Mundzir dan Majelis Rasulullah, kemudian sebagai
dakwah Habib Mundzir dengan cara menjawab pertanyaan darri jama‟ah
apabila tidak sempat bertemu langsung dengan beliau c. Spanduk, Umbul-Umbul, Helem
Setiap program dakwahnya Habib MundzirAl-Musawwa
memanfaatkan media spanduk, umbul-umbul, helem berlogo Majelis
Rasulullah dan jaket berlambangkan Majelis Rasulullah. Yang dimaksud
untuk menandai bahwa ini adalah jama‟ah dari Habib Mundzir Al-
Musawwa.
Pemanfaatan media ini cukuup efektif bagi Habib Mundzir Al-
Musawwa dalam melakukan dakwahnya, mengigat pada masa sekarang ini media menjadi tempat informasi yang sangat baik, pemanfaatan media ini juga sesuai dengan asas kmampuan dan keahlian da‟i. Begitu pula yang dilakukan oleh habib Mundzir Al-Musawwa, memanfaatkan media untuk mendukung dalam beliau menjalankan dakwahnya. Secara tidak disadari ternya dari pemanfaatan media tersebutlah yang menjadi ciri khas dari dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa.
Setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah tentu sangat mempertimbangkan da‟inya yaitu Habib Mundzir Al-Musawwa, kesibukan beliau dalam dakwah terkadang menjadikan kelelahan bagi tubuh
79
beliau. Karena dalam mengemban dakwah seorang da‟i harus memiliki
kekuatan jasmani dan rohani agar apa yang disampaikan mudah diterima oleh
jama‟ah.
Strategi dakwah ketika diimplementasikan bisa terlihat efisien jika dari
segi kuantitas dan kualitas berjalan dengan baik. Kuantitas yaitu banyaknya
jama‟ah sedangkan kualitas yaitu cara da‟i menyampaikan materi-materi
secara bervariasi, sehingga menambah pengetahuan bagi para mad‟unya.
Terlihat bahwa strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa secara kuantitas
yaitu, dakwah yang dimulai dari tahun 2000-2013 sangat menanjak darstis
yang awalnya jama‟ah hanya ada delapan orang kini telah mencapai ratusan
ribu bahkan jutaan orang.
Secara kualitas banyak perubahan dari para remaja yang tadinya
nongkrong-nongkrong sekarang lebih banyak duduk di majelis Rasulullah,
serta shalawat yang sering dibawakan di majelis Rasulullah juga dibacakan
oleh remaja-remaja di manapun, baik di rumah saat santai-santai dan di
musholla ketika menjelang waktu maghrib.
Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga tahun dari tahun 2010, awalnya hanya ikut-ikutan diajak temen bareng-bareng remaja Masjid Al-Munawwar kadang hadir kalo lagi kepengen atau tidak kalau lagi malas, tapi sekarang menjadi rutin semenjak awal januari 2011.10 Remaja-remaja yang awalnya hanya ikut-ikutan kini menjadi
istiqomah, pada taklim mingguan ataupun saat acara-acara besar Islam yang
diselenggarakan oleh majelis Rasulullah. Walaupun sasaran dakwah yang
awalnya adalah merangkul remaja, namun tidak menutup kemungkinan yang
telah berkeluarga. Bahkan jama‟ah yang berasal dari luar kota berdatang untuk
10 Rendi Sumantoro, Jama‟ah Majelis Rasulullah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Noember 2013, Jam 20.00 WIB.
80
mengikuti tabligh akbar disaat hari-hari besar islam yang dilakukan dipusat kota yaitu MONAS atau masjid-masjid besar yang ada dijakarta seperti Istiqlal dan lainnya.
Keadaan yang sesuai dengan harapan dari Habib Mundzir Al-
Musawwa ini dan ini terus di dijaga oleh Habib Mundzir Al-Musawwa dan jama‟ah agar terus menarik perhatian remaja lainnya untuk membenahi akhlak mereka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai Strategi
Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa, penulis dapat menghasilkan
kesimpulan akhir dari penulisan karya ilmiyah ini yaitu sebagai berikut:
Habib Mundzir Al-Musawwa memiliki strategi dakwah yang efektif,
terarah dan terencana dalam setiap kegiatan dakwahnya terhadap para remaja
agar menjadi remaja yang berakhlaqul karimah. Dalam menjalankan straegi
tersebut agar mencapai tujuan Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan
strategi dakwah sebagai berikut :
1. Memfokuskan obyek dakwah pada kaum remaja
1) Mengetahui sasaran dakwah dan mengetahui keadaan sosial
yang menjadia sasaran dakwah adalah merupakan salah satu
hal penting yang harus diprhatikan oleh seorang da‟i, ini
dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa sesuai dengan asas
sosiologis (yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah). dan
psycologis (yaitu asas ini membahas tentang masalah yang
berhubungan dengan kejiwaan manusia). Habib Mundzir Al-
Musawwa mengambil langkah pertama dalam strategi dakwah
beliau dengan memfokuskan obyek dakwah pada kaum remaja,
ini dulakukan agar dakwahnya lebih terarah. Remaja-remaja
yang keadaan akhlaknya kurang baik ini lah yang lebih
81 82
diperhatikan oleh Habib Mundzir Al-Musawwa untuk
mendapatkan bimbingannya di Majelis Rasulullah .
2. Menyusun program-program dakwah
Sesuai dengan asas fisiologis sera asas efektifitas dan efisiensi agar
dalam aktifitas dakwah tercapai tujuan-tujuan yang telah dibiuat.
Menyusun program-program dakwah merupakan langkah strategi
dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam melaksanakannya,
dengan beberapa agenda keagamaan seperti pengejian rutin, mejelis
keliling, tabligh akbar, ziarah dan peringatan hari besar Islam dan
nasional. Hal ini dibuat bertujuan agar lebih kegiatan dan juga waktu
terkonsep dengan baik, sehingga jama‟ah memiliki konsistensi
terhadap apa yang mereka ikuti. Kemudian juga menjadikan
keseimbangan bagi Habib Mundzir Al-Musawwa terhadap tenaga
yang dikeluarkan.
3. Memanfaatkan media dakwah
Pemanfaatan media dakwah adalah bagian dari asas kemampuan dan
keahlian seorang da‟i. Asas menuntu Habib Mundzir Al-musawwa
ahli dalam segala medan dakakwah termasuk media untuk
memperluas dakwahnya, di saat sekarang ini media merupakan hal
penting bagi kehidupan manusia. Media sosial sudah menjadi hal
yang penting dalam kehidupan manusia, website yang dibuat habib
Mundir A-Musawwa, DVD dalam perjalanan dakwah, atribut dalam
berkendaraan merupak stratedi yang tepat dilakukan Habib Mundzir
Al-Musawwa untuk mendukung dan memperluas dakwahnya.
83
Dalam perjalanan dakwahnya habib Mundzir Al-Musawwa melibatkan
peran dari Majelis Rasulullah yang didirikannya. Setiap keberadaan Majelis
Rasulullah didukung oleh institusi terkait baik dari pemerintahan ataupun non
pemerintahan, yaitu pimpinan daerah setempat, pimpinan Negara, tokoh
masayarakat, tokoh agama, aparat penegak hukum, terlihat keberadaan mereka
pada saat acara-acara yang yang dibuat Oleh Habib mundzir Al-Musawwa dan
diselenggarakan oleh Majelis Rasulullah. Ini menjadikan Majelis Rasulullah
terbina dengan baik.
Kegiatan dakwah yang didukung ini menjadikan dakwah benar-benar
efektif, hal ini bisa dilihat dalam penjaringan massa lebih banyak saat ada
kegiatan yang diadakan Habib Mundzir Al-Musawwa. Dari sisi lain penulis
melihat bahwa strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa secara kuantitas,
yaitu dakwah yang dimulai dari tahun 2000-2013 menunjukan perkembangan
yang sangat darstis. Pada awalnya jama‟ah tediri ada delapan orang kini telah
mencapai ratusan ribu bahkan jutaan orang.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan saran yang semoga dapat
menjadi sebuah masukan bagi keberlangsuangan dakwah Habib Mundzir Al-
Musawwa dan Majelis Rasulullah yang dipimpinnya serata da‟i dan Majelis
ta‟lim lainnya sebagai berikut:
1. Hendaknya strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dapat menjadi
contoh untuk da‟i-da‟i lainnya agar dalm dakwah nya tidak terlihat
monoton.
2. Banyaknya kegiatan yang dilakukan Habib Mundzir Al-Musawwa dan
84
Majelis Rasulullah hendaknya jama‟ah yang memiliki kendaraan bermotor
yang melewati jalan raya penulis menyarankan agar lebih peraturan
lalulintas yang ada.
3. Diharapkan untuk generasi muda khususnya kalangan remaja agar
menggunakan media tekhnologi dan informasi khususnya internet sebagai
jembatan dalam menyampaikan dakwah.
4. Sebagaimana strategi dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam skripsi
ini, penulis berpandangan bahwa strategi Habib Mundzir Al-Musawwa
bisa menjadi strategi baru dalam berdakwah bagi da‟i di masa sekarang
khususnya da‟i dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Ariifin M., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
Aripudin, Acep & Syukriadi Sambas, Dakwah damai: pengantar dakwah budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2007)
Al-Jarisyah Ali, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, (Al-Munawarah: Dar al-Wifa, 1989)
Mundzir Al-Musawwa, Habib, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010).
Enjoy Budi, Wawancara Pribadi, (Jakarta: Pangkalan Ojek Pancoran, 23Aril 2013)
Ghazali, M. Bahri, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997)
Hamid Al-Bilali, Abdul, Fiqh Ad-Dakwah fi Ingkar Al-Mungkar(Kuwait: Dar al- Dakwah, 1989).
Hurlock, Elizabeth, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980)
Hayyan, Abu, al-bahrul Muhith, Jilid I, h, 392 juga dr. Zainal Abdul Karim, ad- Dakwah bil Hikmah Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).
Ibrahim Al-Juyusyi, Muhammad, Minhaj ad-Da’wah Wa Asalibaha, I.S.B.N 2001.
Jamal, Ahmad Muhammad, Perang Damai dan MIliter dalam Islam, (Jakarta: P.T.Fikhati Aneska, 1991)
Muhammad Thantawi , Sayyid., Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar Al- Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001)
Majalah Al Kisah Edisi 18, (Jakarta : 2008)
Mulyawan, Adi, Wawancara Pribadi, Majid Al-Muhajirin, (Bekasi: 07 Meil 2013)
Munir, M, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006)
Natsir, Mohammad. fiqhud Da’wah, (Jakarta: Media Da‟wah, 1427 H, 2006 M)
Saputra , Munzir, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencanna, 2003)
Sarwono, Wirawan S, Psikologi social, (Jakarta: Balai PUstaka, 1999)
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-IKhlas,
85 86
1983)
Warson al-Munawwir, Ahmad, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997)
Windi Mahardika Olga, Wawancara Pribadi, (Bekasi: Masjid Al-Muhajirin, 07 Meil 2013) www.majelis rasulullah.org http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS IIMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (0211 7 a3T28 / 7 47A3580 jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.i4 E-mail : [email protected]
Nomor: Un.01/F5/KM.0t.3lsl fi{ nott Jakarta, 4anuari 2013 Lamp : I{al : Penelitian/Wawancara
Kepada Yth. Sekretariat Majelis Rasulullah di Tempat
Assalamu'alailatm Wr. Wb.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikarr bahwa mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,
Nama : Halomoan Lubis NIM :108051000185 Jumsan/Semester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / IX
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Strategi Dalewah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Remaja di Majelis Rasulullah.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/IbrlSdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dekan,
f Subhann MA I l0 199303 r004{ Tembusan: l. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi .A tr G]h''q-1 MAJELIS RASULULLAII SA\il
SURAT KETERAIIGAT{ PEI{ EI.JIIA,I{ l,l,omor : 06.SK.e/tulR.ll/02.2013 Jakaila,6 FeUuad 2013
Brsmu-Alil RAltnAilnRAHilt
Segda Puii hgiAllah Maha Raia Tunggd ddam Keabadian di dam se(nesta, shalawat dan salan semoga selalu tercunah pada NaU Muhammad SAW, Pemimpn para pernhra RMah llahiyyah dad zaman ke zanan, demikian dc kduarga dan sahabahya, amiin.
Dengan ini kdni MaJelis Rasulullah SAW, rnnerangkan bahrva:
Nama : Habrpan lutris
NIM :1080510CI185
Univensitas : UIN - Syadf Hldayatullah Jakarta
Fakultas : llmu dakwah & Komunikci
Jurusan : Komunikmi& penyianan islam
Sernester : lX
Telah rnelakukan penelitan dan warancana di Maicilis Rasululldr SAW untuk bahan penulisan skripsi yang befiudul :
'Strrtegl delilah habib mumir almusawa dahm pembentukan athlqul ksimah ranafa di taielb Rasulullah sad
Demikianlah surat keterangan ini kami buat dan kamisampaikan, mrdah+nuddran tuiuan dad sunat ini dapat dbdma dengan baik
Tedma kasih.
L tt, "l'*-d rl
HABIB HUIT,ZIR ATTUSAYIA Pimp.llaielis Rasulullah SAttU
Jl. Cikoko Barat V No. 66 RT. 03/05 Pancoran, Jakarta Selatan 12770 - lndonesia Telp./Fax. :62-21 7986709, Contact Person : 0817 661 3400, Website : www.majelisrasulullah.org Hasil wawancara
Nama Jama’ah : Iqbal Tawakkal, 18 tahun siswa Madrasah Aliyah Negri kelas 3
Tanggal/Jam : 02 November 2013 Jam 14.35 WIB
1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?
Jawab :
Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah sembila
tahu dari tahun 2004, saya juga ikkut andil diadalam program dakwah Habib, karena
saya Aktivis Majelis Rasulullah.
2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim
dengan Habib?
Jawab :
Yang utama alasan saya adalah kelembutan Habib dalam menyampaikan dakwah
yang mana tidak saya dapatkan pada penceramah sebelumnya, kemudian iringan
hadrah pada pembacaan shalawat membuat saya merasa nyaman.
3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?
Jawab :
Tidak semua saya ikuti karena saya terbentur dengan sekolah saya, tapi saya selalu
mengikuti pengajian rutin malam selasa di Al-Munawwar serta acara-acara besar yang
dibuat habib. Ada beberapa alasan mengapa diadakan jadawal mingguan, bulanan,
serta tahunan. Pertama agar hari-hari jama’ah pada umumnya lebih banyak
melakukan kegiatan yang baik di malam hari, lebih baik ta’lim mendapatkan ilmu dan
juga mendapat pahala dan juga uang tidak terhambur-hamburkan begitu saja tanpa
ada bekas yang menjadikan manfaat bagi diri sendiri. Kedua, ilmu disampaikan
beberapa kali dalam seminggu seiring dengan jadwal kegiatan. Cara ini dilakukan agar ilmu yang disampaikan menyakut dipikiran dan tersimpan diotak jama’ah.
Diharapkan mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat. Sehingga dakwah yang
dilakukan benar-benar memiliki nilai efektivitas dan efisien ketika
diimplementasikan.
4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?
Jawab :
Beliau sangat tawddhu, siapapun tamunya baik tua muda beliau selalu menghormati
dan melayani dengan baik, tidak hanya muslim namun non muslim pun dilakukan
sangat baik oleh beliau. Ketika mengajar beliau tidak pernah dengan marah-marah
akan tetapi selalu dengan penuh rasa kasih sayang.
5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?
Jawab :
masalah fiqih, aqidah dan akhlak serta sejarah dakwah Nabi SAW.
6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda?
Jawab :
Alhamdulillah perlahan-lahan saya bisa menjalankan ibadah dengan baik terutama
yang fardhu, yang tadinya bolong-bolong sekarang menjadi lengkap, yang tadinya
tidak awal waktu sekarang menjadi awal waktu.
7. Memang ebelumnya bagaimana gaya hidup anda?
Jawab :
Suka nongkrong-nongkrong aja tidak jelas sampai agi kalau hari libur sama teman
sampai pagi. Hasil wawancara
Nama Jama’ah : Rendi Sumantoro, 15 tahun siswa SMP kelas 3
Tanggal/Jam : 23 November 2013 Jam 22.30 WIB
1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?
Jawab :
Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga
tahun dari tahun 2010, awalnya hanya ikut-ikutan diajak temen bareng-bareng remaja
Masjid Al-Munawwar kadang hadir kalo lagi kepengen atau tidak kalau lagi malas,
tapi sekarang menjadi rutin semenjak awal januari 2011.
2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim
dengan Habib?
Jawab :
Ceramah Habib gampang saya menegerti, jadi apa yang diajarkan saya bisa mengerti
langsung dan juga tambah ilmu diluar sekolahan.
3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?
Jawab :
Saya haya mengikuti taklim senin malam yang kebetulan dekat rumah saya dan ziarah
pada malam minggu.
4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?
Jawab :
Habib baik dan reandah hati karena mau bersalaman walaupun didesak sam jama’ah
5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?
Jawab :
masalah fiqih, aqidah dan akhlak yang dikaji dari hadist sahih Al-Bukhari dan Muslim 6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda?
Jawab :
Alhamdulillah saya jadi mulai tinggalin main game di warnet, lebih seneng ke
Musholla dan Masjid .
7. Memang sebelumnya bagaimana gaya hidup anda?
Jawab :
Main game di warnet, kalau hari libur sampai pagi bareng teman-teman. Hasil wawancara
Nama Jama’ah : Rahmat Setiawan, 18 tahun siswa SMA kelas 3
Tanggal/Jam : 23 November 2013 Jam 22.30 WIB
1. Sudah berap lama anda mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa?
Jawab :
Saya mengikuti taklim dengan Habib Mundzir Al-Musawwa kira-kira sudah tiga
tahun dari tahun 2010.
2. Apa yang menjadi alasan anda atau daya tarik apa sehingga anda mengikuti taklim
dengan Habib?
Jawab :
Cara ceramah beliau dan mengajar yang sangat santun kemudian selalu senyum
kapada stiap jama’ah ketika bertemu dimajelis, kesabaran beliau dalam menghadapi
cobaan juga membuat saya terkesan.
3. Apakan anda selalu mengikuti kegiatan yang terjadwal?
Jawab :
Saya haya mengikuti taklim senin malam dan kamis malam serta ziarah pada malam
minggu.
4. Bagaimana sih sosok Habib dalam pandangan anda?
Jawab :
Rendah hati dan tidak sombong, dan beliau ahli ma’rivat pada zaman ini.
5. Materi apa saja sih yang diajarkan oleh Habib?
Jawab :
masalah fiqih, aqidah dan akhlak yang dikaji dari hadist sahih Al-Bukhari dan Muslim
6. Setelah taklim selama ini apakah ada perubahan yang anda dapati dari diri anda? Jawab :
Alhamdulillah perlahan-lahan saya bisa menjalankan ibadah dengan baik terutama
yang fardhu, yang tadinya bolong-bolong sekarang menjadi lengkap, yang tadinya
tidak awal waktu sekarang menjadi awal waktu.
7. Memang ebelumnya bagaimana gaya hidup anda?
Jawab :
Suka nongkrong-nongkrong aja tidak jelas sampai agi kalau hari libur sama teman
sampai pagi. Hasil wawancara
NAMA : Halomoan
TANGGAL : 27 Januari 2013
PUKUL : 05.30 s/d selesai
1. Menurut Habibana Mundzir apa yang dimaksud dengan dakwah?
Jawab :
Sebagai umat islam, kita diperintahkan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam dan
menyampaikan kebenaran untuk mewujudkan kesungguhan atau keyakinan akan satu-
satunya agama yang benar dan diridhoi Allah Swt sebagai mana fiman Allah dlam surat
Al-Imran ayat 19 “sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Dakwah merupakan salah satu perintah Allah terdapat di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl
ayat 125 “serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan ambil
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” kemudian di
dalam surat Al-Hajj ayat 32 “ demikianlah (perintah-perintah Allah Swt) dan
barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah Swt, maka sesungguhnya hal itu
merupakan ketaqwaan dalam hati”, sementara itu dakwah haruslah memiliki wadah
untuk menyebarkan Hikmah dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama dalam
Islam’
Dakwah adalah kegiatan untuk menyeru/mengajak manusia kepada hal-hal yang bersifat
kebaikan dan memperingati kepada hal-hal yang bersifat kemunkaran. Dakwah di zaman
dulu itu lebih dikenal dengan perjalanan jauh dan perang terhadap selain muslim untuk
tegaknya Islam, namun sekarang kan ini Islam sudah tegak dimuka bumi Allah dan da’i pun sudah ada dimana-mana. Jadi, pada saat ini para da’i sesungguhnya berdakwah
kepada ummat muslim agar ummat muslim lebih semangat dalam mempelajari serta
menjalankan syari’at islam secara sempurna
2. Bgaimana langkah-langkah strategi dakwah yang dilakukan Habibana Mundzir?
Jawwab :
Sepulang saya menimba ilmu di pondok pesantren Darul Mustafa di Yaman pimpinan
Habib Umar bin Hfidh, saya melakukan strategi dakwah dengan membentuk majelis kecil
yang dahulu di tahun 1998 masih sangat kecil dan sedikit jam’ahnya. Kemudian ditahun
2000 desakan dari jama’ah untuk member nama majelis, keputusan saya jatuh dengan
nama majelis yaitu “Majelis rasulullah dan ini secara langsung sebagai media dakwah
bagi saya. Dari situlah mulai dakwah dengan pebacaan Adhiya’ullami (rawi karangan
Habib Umar) dengan iringn hadrah, lalu mengkonsep acara hari-hari besar Islam untuk
menarik perhatian masyarakat muslim Jakarta dan Indonesia keseluruhan.
Dalam menjalankan dakwah haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah
dan pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran agama Islam. Keadaan remaja pada zaman ini
yang sangat memperihatinkan karena jauh dari ajaran syari’at Islam yang sebenarnya,
memberikan wadah sebuah perkumpulan adalah cara yang mudah untuk menarik
perhatian mereka agar mereka perlahan mengikuti di mana perkumpulan itu berkumpul
3. Dengan cara apa Habib Melakukan pendekatan?
Jawab :
4. Apa sja yang diajarkan di Majelis?
Jawab : saya pun melakukan pendekatan religius kepada mereka dengan cara membuka pengajian
di rumah saya. Pada awalnya yang jama’ahnya dihadiri hanya delapan orang saja dan
juga dari rumah ke rumah jama’ah berputar secara begantian, cara ini dimaksudkan
sebagai ajang silaturahmi bagi saya dengan keluarga jama’ah, kemudian musholla ke
musholla, masjid ke masjid untuk menarik jama’ah agar lebih banyak. Selanjutnya saya
berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini. Mulai dari akhlak
mereka kepada orang tua, lingkungan sekitar dan kepada pemerintah setempat, lalu
pergaulannya seperti apa saat ini dan saya pun menanyakan bagaimana agar mereka bisa
duduk bersama kita menimba ilmu. Apa bila mereka sudah bisa duduk bersama–sama
kemudian nantinya perlahan saya akan memasukan masalah fiqih, akhlak agar mereka
semakin terbenahi secara perlahan–perlahan dan kehidupan mereka pun semakin baik
denga syari’at Islam yang telah diajarka ole Nabi Muhammad SAW
Di majelis saya banyak mengajarkan masalah aqidah, akhlak, fiqih , syrah hadist dari
riwayat imam Al-Bukhari serta didukung kitab-kitab lain dalam mensyarahkannya,
namun lebig banyak masalah aqidah dan akhlak.
5. Apa tujuan utama dari Majelis Rasulillah?
Jawab :
Tujuan dari majelis adalah merangkul remaja agar mau bersama-sama menimba ilmu
agama ,sehingga tercipta remaja yang shaleh dan shalehah. Mereka meninggalkan
kegiata-kegiatan yang tak bermanfaat yang tidah membawa ridh Allah Swt. Seperti
kegiatan nongkrong dipinggir jalan, nanton konser musik, main kewarnet yang mana itu
semua sering membawa kemaksiatan. 6. Bagaimana keadaan ummat Nabi Muhammad Saw pada saat ini umumnya dan keadaan
remaja pada saat ini khususnya?
Jawab :
Di Indonesia umumnya dan Jakarta kuhususnya telah banyak melupakan syari;at-syari’at
Islam yang sesungguhnya, banyak yang melupakan shalawat dan juga yang miris adalah
ringan dalam meninggalkan ibadah yang wajib. Sedangkan remaja jauh sekali dari yang
kita para da’i harapkan, remaja saat ini lebih banyak mengadopsi pola hidup orang-orang
diluar Islam. Keadaan ini memang pekerjaan rumah semua orang tua bukan hanya para
da’i.
7. Apa saja kegiatan Habibana Mundzir bersama Majelis Rasulillah?
Jawab :
Banyak sekali kegiatan saya dengan membawa nama Majelis Rasulullah tentunya
kemanapun saya pergi untuk melakukan dakwah, baik itu di dalam kota ataupun di luar
kota. Biasanya kalau di luar kota hanya berupa undangan atau mengisi pengajian bulanan,
sedangkan di dalam kota banyak kegiatan yaitu pengajian mingguan dan memperingati
hari-hari besar Islam.
8. Berapa rata-rata usia remaja yang mengikuti ta’lim di Majelis?
Jawab :
Semua yang berumur remaja berkumpul disini dari yang berumur 13 tahun sampai 19
tahun, usia produktif ini harus sering diberikan pembekalan ilmu agar tidak tersesat
dipertengan jalan kehidupan dunia ini tentunya saudarku Halomoan. Untuk mencari tau
agar bisa menarik perhatian remaja, saya pun melakukan pendekatan sosiologis kepada
mereka, dengan cara membuka pengajian dirumah saya pada permulaannya, kemudian saya berbincang-bincang dengan mereka tentang masalah remaja saat ini dan bagaimana
agar mereka bisa duduk bersama kita menimba ilmu.
9. Siapa saja yang hadir bilaa ada acara besar Islam Bib?
Jawab :
Mulai dari kalangan biasa, pejabat Negara, ulam-ulama se Indonesia dan juga presiden.
Termasuk tamu dari luar negeri baik itu dai atau pejabat negaranya. Ini juga saya lakukan
agar menghilangkan kebosanan dari jama’ah remaja, mengundang ulama-ulama untuk
datang kemajelis memberikan tausyiah, ini juga dapat member pelajaran-pelajaran baru
bagi saya pribadi dan jama’ah. Cara ini saya diinstruksikan juga oleh guru mulia Habib
Umar bin Hafidh beliau mengatakan sebagai ajang silaturahmi juga bagi saya dan
jama’ah, dengan ini ketika kalian berda di suatu daerah kalian bisa mampir kepada ulam-
ulama setempat yang telah menjalin silaturahmi dengan ulama yang pernah singgah di
Majelis Rasulullah. Hal ini telah dilalakukan oleh shabat-sahabar sang Nabi Saw agar
sunnah silaturahmi selalu terjaga dengan baik sesame ummat Islam.
10. Apakah dengan adanya Majelis Rasulillah ini membawa dampak perubahan menurut
kaca mata pandangan Habibana Mundzir?
Jawab :
Sampai saat ini menurut saya Alhamdulillah membawa perubahan dari meningkatnya
jama’ah tentu terlihat bahwa aqidah dan akhlak mulai tebenahi, dan yang membuat saya
gembira adalah semakin baik dukungan pemerintah dan aparat yang mw membantu
disetiap kegiatan Majelis Rasulullah.
11. Sebenarnya permasalahan remaja itu apa saja menurut habib saat ini?
Jawab : Dari pendekatan yang saya lakukan ngobrol dengan jama’ah remaja ataupun aktivis majelis yang masih remaja tentu banyak sekali per asalahannya sperti, narkotika, pergaulan sex bebas akibat khamr, nonton film porno, nongkrong tidak jelas. Faktor-faktor ini banyak sebab ternya, lingkungan pergaulan dirumah atau sekolah, keadaan yang memaksa akibat pengangguran, keluarga yang tidak penuh kasih sayang.
Jakarta, 27 Januari 2013
Peneliti
Halomoan Jam’ah majelis Rasulullah sumber data dari sekretariat majelis Rasulullah
Jumlah jama’ah Majelis Rasulullah setiap taklim sekitar keseluruhan 585 jama’ah periode 2011-2013
Jama’ah laki-laki Jama’ah perempuan Dewasa Dewasa 1. 20-26 tahun : 140 jama’ah 1. 20-26 tahun : 60 jama’ah 2. 27-35 tahun : 80 jama’ah 2. 27-35 tahun : 70 jama’ah 3. 35-50 tahun : 75 jama’ah 3. 35-50 tahun : 25 jama’ah
Jumlah jama’ah untuk klasifikasi remaja 135 jama’ah
Jama’ah remaja laki-laki Jam’ah remaja perempuan Remaja laki-laki umur 13- 14 tahun : 15 Remaja perempuan umur 17-18 tahun : 30 jama’ah jama’ah Remaja laki-laki umur 15- 17 tahun: 20 jama’ah Remaja laki-laki umur 17-18 tahun : 70 jama’ah Untuk mendukung skripsi ini maka dambil beberapa jama’ah dari berbagai klasifikasi umur
2 orang dari umur 15-14 tahun
4 orang dari umur 15-17 tahun
7 orang dari umur 17-18 tahun
Dari hasil wawancara tersebut tidak semua dimasukan kedalam skripsi ini, namun perwakilan dari masing-masing umur ,disesuaikan dengan target yang ingin dicapai objek. Selain dari jama’ah peneliti juga mengambil informan dari keluarga Habib Mundzir Al-Musawwa untuk mendukung faktanya informasi yang didapat selain dari objek.
Nama Informan Keterangan 1. Habib Nabil Al-Musawwa a. Kakak laki-laki pertama Habib Mundzir Al-Musawwa. b. Waktu penelitian di Skretariat Majelis Rasulullah c. Peneliti menanyakan informan untuk kepentingan bab 3
2. Habib Hisyam Al-Musawwa a. Paman dari Habib Mundzir Al- Musawwa, dari keluarga ayah nya. b. Waktu penelitian di Sekretariat Majelis Rasulullah c. Peneliti menanyakan informan untuk kepentingan bab 3
HABIB MUNDZIR AL MUSAWWA
HABIB UMAR BIN SALIM
habib mundzir bersama presiden dan jajaran pemerintahan pada acara mauilid2013
kedatangan tamu dari jurnalis Amerika 2013
cara pada bulan ramadhan bersama arifin ilham 2009
Wawancara Bersama Jamaah Majelis Rasulullah Rendi 15 Tahun
Wawancara Bersama Jamaah Majelis Rasulullah Rahmat 18 Tahun
Acara Isra Mijraj 2010