83

Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

POTENSI WISATA BANGUNAN KOLONIAL DI KOTA

Debora Budiyono dan Riyanto Djoko PS. Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract The research about potential of colonial building tourism in Malang city aimed to identify buildings related to the colonial history in Malang city, analyze the historical value and point of interesting view of potential of colonial building tourism which could be developed in Malang city. This research was done on the several areas in Malang city i.e. a) East-West stripe covered: Alun-Alun Tugu area, Kahuripan street, Semeru street and Ijen street and b) North- South stripe covered: Jaksa Agung Suprapto street, Basuki Rahmad street, Alu-Alun Merdeka area and Chinatown residence. The method used was descriptive method. Furthermore, data analysis method used two step i.e. 1) building value considered from sicio-culture aspect and 2) determination of potential of colonial building tourism. Based on socio-culture aspect analyzed, there were 12 locations having different potential of colonial building tourism. The locations having the highest value of socio-culture i.e. Ijen area, whereas the lowest was Kahuripan street. Key words: Potential colonial building tourism

Pendahuluan

Kota Malang merupakan salah satu kawasan yaitu a) jalur Timur-Barat primadona wisata karena banyak meliputi: Kawasan Alun-Alun Tugu, Jalan peninggalan bangunan khas warisan Kahuripan, Jalan Semeru dan Jalan Ijen kolonial yang tetap dilestarikan oleh dan b) jalur Utara-Selatan meliputi: Jalan Pemerintah Kota Malang. Keberadaan Jaksa Agung Suprapto, Jalan Basuki bangunan peninggalan masa penjajahan Rahmat, Kawasan Alun-Alun Merdeka dan kolonial di Kota Malang dapat dijadikan Pemukiman Pecinan. sebuah potensi wisata bangunan kolonial. Alat yang digunakan dalam penelitian Perlu dilakukan penilaian bangunan yang ini adalah: kamera digital, komputer, LCD memiliki nilai sejarah kolonial di Kota proyektor, pensil gambar dan bolpoint. Malang. Penilaian tersebut mengenai aspek Bahan yang digunakan dalam penelitian sosial budaya. Dengan melakukan penilaian adalah peta dasar Kota Malang baik peta aspek sosial budaya bangunan-bangunan baru maupun peta lama Kota Malang dan tersebut diharapkan dapat mengetahui kertas HVS. apakah bangunan tersebut layak dijadikan Metode yang digunakan dalam potensi sebagai potensi wisata bangunan kolonial wisata bangunan kolonial di Kota Malang di Kota Malang yang akan dikunjungi oleh adalah metode deskriptif. Tujuan wisatawan mancanegara maupun domestik penelitian ini adalah untuk mengumpulkan sebagai sebuah paket wisata. (Yoety, 1996). informasi aktual dengan menggunakan metode survei dan kajian pustaka untuk Metode Penelitian mengidentifikasi bangunan-bangunan yang Penelitian dilakukan di Kota Malang terkait dengan sejarah Kota Malang serta Propinsi Jawa Timur, pada beberapa menganalisis nilai sejarah dan daya tarik 84

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

wisata yang dapat dikembangkan dengan Hasil dan Pembahasan melakukan kuisioner dan wawancara. Sejarah Kota Malang Metode analisis data dilakukan melalui dua Pada awal tahun 1900-an Kota Malang tahap, yaitu: merupakan sebuah kota kabupaten kecil di 1. Penilaian bangunan ditinjau dari aspek sosial pedalaman yang berada di bawah budaya Keresidenan Pasuruan. Kemudian pada Mengidentifikasi kondisi sosial budaya tahun 1905 Pemerintah Kolonial Belanda pada lokasi dengan melakukan penilaian mengeluarkan undang-undang obyek dan atraksi wisata berdasarkan desentralisasi. Implikasi dari undang- faktor: 1) kesejarahan, 2) keunikan, 3) undang desentralisasi tersebut menjadikan kelangkaan dan 4) fungsi sosial dengan Kota Malang berkembang pesat. Pada 1 kisaran nilai 1 sampai 5 (skor 1: sangat April 1914 wilayah Kota Malang ditetapkan buruk, 2: buruk, 3: cukup baik, 4: baik dan sebagai gemeente (kotamadya) dan berdirinya 5: sangat baik). Rumus penilaian dari faktor Kotamadya Malang (Anonymous, 2009). Keputusan politik tersebut berdampak sosial budaya, yaitu: P = (1/n) p1 + p2 +...+ pn pada kelanjutan perkembangan Kota Keterangan: Malang yang dibangun dengan baik. P = nilai rata-rata aspek sosial budaya Perkembangan Kota Malang saat ini suatu bangunan merupakan hasil perencanaan kota zaman pn = nilai aspek sosial budaya suatu kolonial oleh Ir. Herman Thomas Karsten bangunan yang berperan sebagai konsultan n = jumlah faktor aspek sosial budaya perencanaan pengembangan kota. Perencanaan perluasan Kota Malang 2. Penentuan Potensi Wisata Bangunan Kolonial tersebut dijabarkan melalui Bouwplan I-VIII di Kota Malang yang dilaksanakan pada 18 Mei 1917 dengan konsep garden city (Cahyono, 2007). Tahapan ini merupakan tahap analisis potensi dan seleksi tapak untuk Kondisi umum lokasi penelitian mendapatkan bangunan-bangunan sebagai Penelitian dilakukan pada beberapa wisata sejarah kolonial di Kota Malang kawasan, pemukiman, taman dan jalan berdasarkan persepsi responden (ahli dalam wilayah Kota Malang Propinsi Jawa sejarah, mahasiswa arsitektur lanskap dan Timur. Kota Malang memiliki luas peneliti). 11.005,66 ha yang terbagi dalam 5 wilayah Responden terdiri dari 3 ahli sejarah kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing, (pihak pariwisata, dosen dan tokoh Kecamatan Klojen, Kecamatan masyarakat) dengan pertimbangan memiliki Lowokwaru, Kecamatan Sukun dan latar belakang pengetahuan dan Kecamatan Kedungkandang yang terdiri pengalaman dalam menilai sosial budaya dari 45 kelurahan dan 12 desa dengan (sejarah) Kota Malang. Peneliti dalam jumlah penduduk sebanyak 870.093 jiwa menentukan lokasi yang memiliki potensi (Anonymous, 2009). wisata bangunan kolonial di Kota Malang Lokasi penelitian dibagi dalam dua yaitu berdasarkan pengetahuan, kategori yaitu jalur Timur-Barat dan Utara- pengalaman dan survei yang telah Selatan dengan pertimbangan fungsi dilakukan pada lokasi penelitian selama sebagai jalur utama aksesibilitas kota dan penelitian berlangsung. pertimbangan nilai sejarah perkembangan Kota Malang. Lokasi jalur Timur-Barat 85

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

meliputi Kawasan Alun-Alun Tugu, Jalan permukiman menjadi beberapa toko dan Kahuripan, Jalan Semeru dan Kawasan fasilitas pendidikan. Ijen. Jalur Utara-Selatan meliputi Jalan Kondisi umum jalur Utara-Selatan Jaksa Agung Suprapto, Jalan Basuki Rahmat, Kawasan Alun-Alun Merdeka, Perkembangan Kota Malang yang pesat Pemukiman Pecinan. tidak lepas dari peranan aksesibilitas utama yang terletak pada arah Utara dan Selatan. Kondisi umum jalur Timur-Barat Jalur ini merupakan pintu gerbang Kota Perkembangan Kota Malang yang Malang yang menghubungkan wilayah dipengaruhi pemberlakuan Undang- dalam kota menuju luar kota terutama Undang Wilayah (Wijkenstelsel) di zaman Kota Surabaya sejak Kota Malang lahir. kolonial dan pengaruh tersebut terjadi Melihat kondisi saat ini dibanding awal sampai saat ini. Hal ini dapat dalam perkembangan kota secara umum tidak ada penggunaan tata guna lahan di jalur Timur- yang berubah. Salah satu perubahan hanya Barat. Perkembangan wilayah bagian terlihat bahwa keramaian bergerak dari Timur tidak terlepas dari rencana perluasan pusat kota ke arah luar kota sebelah Utara pembangunan kota ke II (Bouwplan II) dengan munculnya berbagai sarana dan berupa pembentukan daerah pusat prasarana perdagangan, perkantoran, pemerintahan yang baru dan terwujud pada perhotelan dan berbagai fungsi lainnya. tahun 1922 dengan luas 15.547 m² Fungsi penggunaan lahan sekitar jalan (Hermit, 2007). yang demikian diyakini membawa Sebagai daerah pusat pemerintahan pengaruh pada keadaan umum badan jalan yang baru perkembangan kawasan ini dan berbagai aksesoris penunjangnya direncanakan dengan baik, dimana pusat diantaranya rambu lalu-lintas, penerangan pemerintahan yang selanjutnya terkenal jalan dan tata hijau (taman) di dalamnya. dengan Alun-Alun Tugu terkenal dengan Kendaraan yang lewat pada jalur Utara- kawasan yang asri, nyaman dan fasilitas Selatan ini dapat mencapai 45 kendaraan lengkap. Hal ini didukung dengan per menit pada jam-jam sibuk dengan jenis fungsinya selain sebagai pusat kendaraan sedang sampai kecil. Kendaraan pemerintahan juga berfungsi sebagai besar (bus dan truk) tidak dapat melewati tempat rekreasi (Senaputra dan Splendid), jalur ini mengingat semakin padat lalu- pendidikan (Sekolah Tugu), akses lintas pada kawasaan ini. transportasi (Stasiun Kereta Api), Nilai aspek sosial budaya di Kota Malang kemiliteran (Kodim V). Kawasan barat, jalur ini sangat 1. Nilai aspek sosial budaya jalur Timur-Barat dipengaruhi oleh Bouwplan V bagi kalangan penduduk Bangsa Eropa. Untuk Nilai Aspek Sosial Budaya Jalur menunjang rencana tersebut dibangun Kawasan Tugu 3,58 Timur-Barat terlebih dahulu jalan dengan arah timur Jalan Kahuripan 2,24 (pusat kota) ke barat. Rencana ini Jalan Semeru 3,24 dilakukan untuk mencegah perkembangan Kawasan Ijen 3,81 kota dengan bentuk memanjang (Utara- 01234 Selatan). Kondisi jalur masih berfungsi sebagaimana awal perkembangannya Gambar 1. Nilai aspek sosial budaya jalur namun hanya mengalami perubahan pada Timur-Barat beberapa bagian saja diantaranya dari Pada jalur Timur-Barat terdapat 4 lokasi yang dinilai yaitu: Kawasan Alun-Alun 86

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

Tugu, Jalan Kahuripan, Jalan Semeru dan kali ditempati oleh Wali Kota Malang Kawasan Ijen. Berdasarkan hasil penilaian kedua pengganti H. Bussemaker yaitu Ir. menunjukkan adanya keragaman nilai sosial E.A. Voorneman. budaya yang memperlihatkan adanya Gedung sekolah SMU Tugu dengan persepsi yang berbeda terhadap masing- desain menyerupai villa karena masing lokasi pada jalur Timur-Barat di pembangunannya yang berhadap-hadapan. Kota Malang. Pada awalnya fungsi gedung tersebut Kawasan Alun-Alun Tugu, Jalan adalah tempat sekolah Belanda dan sampai Semeru dan Kawasan Ijen memiliki nilai sekarang tetap berfungsi sebagai sarana aspek sosial budaya tinggi dibandingkan pendidikan oleh masyarakat Kota Malang. lokasi lainnya. Kawasan Alun-Alun Tugu Sekitar lokasi ini dapat ditemui fasilitas memperlihatkan identitas Kota Malang akomodasi berupa Hotel Splendid Inn yang pada saat memasuki jalan utama di Kota ada sejak masa kolonial sampai saat ini. Malang dikarenakan terdapat beberapa Jalan Semeru memiliki nilai aspek sosial bangunan peninggalan kolonial Belanda budaya yang tinggi setelah Kawasan Alun- yang masih tetap terjaga seperti Gedung Alun Tugu. Jalan Semeru merupakan Stasiun Kereta Api Kota Baru. bagian dari Kawasan Ijen dengan Desain bangunan Stasiun Kereta Api lingkungan kolonialnya, masih terdapat Kota Baru bergaya arsitektural kolonial bangunan kolonial yang bertahan dengan awal modern dengan denah-denah bentuk aslinya yang membentuk koridor bangunan yang dominan dengan pola jalan, sebagai pintu gerbang menuju ke simetri, bidang datar, didominasi warna arah Barat dan sebagai aktivitas kehidupan putih, sedikit ornamen dan memperhatikan masyarakat sehari-hari yang terbuka secara iklim tropis. Stasiun Kereta Api Kota Baru umum seperti kawasan ekonomi, olahraga, disebut main entrance transportasi darat pada kawasan pendidikan dan kawasan kawasan pusat Kota Malang yang permukiman. merupakan kawasan konservasi Timur- Pada saat memasuki kawasan Jalan Barat. Semeru terdapat perempatan jalan yang Kawasan Alun-alun Tugu dikelilingi dipertegas oleh bangunan kembar yang oleh bangunan-bangunan peninggalan terletak sebelah kanan dan kiri yang masa Pemerintahan Kolonial Belanda. dibangun pada tahun 1963 oleh arsitek Bangunan tersebut pada umumnya Karel Bos. Kedua bangunan tersebut berfungsi sebagai sarana pemerintahan dan menggambarkan pintu gerbang menuju pendidikan yang sampai pada saat ini masih arah Jalan Semeru. Menurut beberapa terlihat megah. Sarana pemerintahan yaitu tokoh masyarakat, bangunan kembar Gedung Balai Kota Malang yang memiliki tersebut terinspirasi dari sang arsitek yang desain khas arsitektur kolonial dan yang dikaruniai oleh putra kembar. Gaya unik adalah tata ruang kantor bupati yang bangunan ini beraliran Nieuwe Bouwen yang tidak berada di depan kantor asisten mengutamakan fungsional yaitu residen yang merupakan satu-satunya di mengadaptasi iklim setempat, bahan yang Pulau Jawa. tersedia dan teknologi yang ada. Bangunan Tahun 1926 timbul gagasan untuk kembar ini memiliki menara di atas mendirikan Balai Kota Malang melalui bangunan yang berfungsi sebagai sayembara perencanaan balai kota yang pengamatan sekitar. lokasinya sudah ditetapkan yaitu di daerah Kawasan Ijen memiliki nilai aspek lapangan J.P. Coen. Pada November 1929 sosial budaya yang paling tinggi dari gedung baru tersebut dipakai dan pertama keseluruhan lokasi jalur Timur-Barat. Hal 87

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

ini dikarenakan adanya kawasan Semeru). Akses jembatan ini sangat peninggalan kolonial yang direncanakan penting karena jalan yang membelah oleh Ir. Herman Thomas Karsten dengan Basuki Rahmat merupakan terobosan saat konsep lingkungan garden city dan sampai itu untuk memecah keramaian dari Alun- saat ini sebagian masih terjaga keasliannya Alun ke daerah stadion. serta dapat dinikmati oleh masyarakat Secara umum lokasi kawasan, umum. permukiman, taman dan jalan pada jalur Tahun 1934 dibangunlah sebuah gereja Timur-Barat memiliki nilai aspek sosial bernama Santa Tereshia karena kapasitas budaya cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan gereja katolik di Kayutangan tidak lagi rata-rata penilaian responden secara memadai, kemudian pada tahun 1961 umumnya dari skoring 2,24-3,81 (Gambar berganti nama menjadi Santa Maria Bunda 1). Melihat kondisi ini dapat dikatakan Carmel Kathedral berarti pusat atau area Pemerintah Kota Malang telah berhasil yang berada di tengah-tengah gereja atau mempertahankan bangunan yang berkesan area keuskupan utama. Katedral Ijen ini kolonial yang akan dijadikan daya tarik merupakan salah satu Kathedral terindah di rekreasi kota khususnya wisata bagunan yang bertipikal Belanda asli. Hal kolonial di Kota Malang. Meskipun perlu ini dapat dibuktikan dari bentuk eksterior peraturan dan pengawasan yang lebih dan interior serta ornamen-ornamennya. intensif dan berkelanjutan dari pemerintah Pada bagian ujung Kawasan Ijen dan masyarakat Kota Malang karena faktor terdapat Gedung Sang Timur yang ekonomi yang semakin mendominasi. memiliki kubah di sebelah timur dan 2. Nilai aspek sosial budaya jalur Utara-Selatan berdiri tepat di pojok Jalan dibangun tahun 1930 sebagai Sekolah Dasar Ongko Loro oleh Paroki Katedral St.

3,49 Theresia. Pada tahun 1940 bangunan Jalan Agung Suprapto Nilai Aspek Sosial Budaya Jalur tersebut digunakan sebagai Kantor Jalan Basuki Rahmat 3,58 an Selat a- ar Ut Nederland Indische Radio Omroep Malang Kawasan Merdeka 3,66 (NIROM) dan sampai saat ini gedung Pemukiman Pecinan 2,91 menjadi asrama susteran serta kantor pusat 01234 Yayasan Karya Sang Timur. Nilai aspek sosial budaya pada Jalan Gambar 2. Nilai aspek sosial budaya jalur Kahuripan mempunyai nilai rendah Utara-Selatan dibandingkan dengan lokasi lainnya. Jalan Pada jalur Utara-Selatan terdapat 4 lokasi Kahuripan memiliki nilai aspek sosial yang dinilai yaitu: Jalan Jaksa Agung budaya yang paling rendah dari Suprapto, Jalan Basuki Rahmat, Kawasan keseluruhan lokasi jalur Timur-Barat, Alun-Alun Merdeka dan Permukiman dikarenakan Jalan Kahuripan merupakan Pecinan. Berdasarkan hasil penilaian perhubungan lalu-lintas yang cukup ramai menunjukkan bahwa adanya keragaman sehingga beberapa bangunan peninggalan nilai sosial budaya yang memperlihatkan kolonial yang masih terjaga keasliannya adanya persepsi yang berbeda terhadap seperti gedung kantor militer dan beberapa masing-masing lokasi pada jalur Utara- hotel dan restoran terabaikan. Jalan Selatan di Kota Malang. Kahuripan memiliki sebuah jembatan yang Jalan Jaksa Agung Suprapto, Jalan dibangun pada tahun 1924-1930 untuk Basuki Rahmat dan Kawasan Alun-Alun menghubungkan Riebeeck straat (Jalan Merdeka memiliki nilai aspek sosial budaya Kahuripan) dan Smeroe Plein (Taman tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Jalan 88

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

Jaksa Agung Suprapto merupakan salah dibandingkan kawasan Jalan Jaksa Agung satu sejarah dari perkembangan Kota Suprapto. Kawasan Jalan Basuki Rahmat Malang. Pada masa kolonial jalan ini lebih memiliki beberapa bangunan peninggalan dikenal dengan nama Tjelaket dan pada kolonial yang masih terjaga keasliannya. tahun 1914 merupakan jalan menuju ke Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Kota Surabaya dari alun-alun yang strategis tersebut meliputi: Kantor Perusahaan serta penuh dengan penduduk Eropa. Listrik Negara (PLN), Gereja Katolik Hati Salah satu keunikan yang dimiliki oleh jalan Kudus Yesus dan Toko Oen Ice Cream Palace ini adalah bentuk bangunan yang memiliki Patissier (Anonymous, 2005). desain arsitektur bergaya kolonial dan Kantor Electricitelt mij Aniem N.V. terdapat beberapa bangunan dengan Malang atau PLN cabang Malang dibangun bentuk antik yang merupakan peninggalan sekitar tahun 1930-an dengan ciri khas kolonial di antaranya yaitu Cor Jesu, SMPK Nieuwe Bouwen dengan konsep lebih Frateran dan Toko Avia. mengutamakan fungsional yang beratap SMU Cor Jesu dibangun sekitar tahun datar, gevel horizontal, volume bangunan 1923-an dengan gaya bangunan Romantiek kubus dan didominasi warna putih yang yang digunakan sebagai bangunan sampai saat ini masih terjaga keasliannya. pendidikan dengan nama Zuster School yang Bangunan yang bagian belakangnya dibangun oleh Biro Arsitek Batavia. langsung menghadap ke Sungai Brantas ini Bentuk bangunan ini simetri yang menarik memiliki beberapa ruang bawah tanah yang dengan menara dan dormer. SMPK tertutup. Fungsi ruang bawah tanah Frateran Hati Kudus memiliki bentuk tersebut sebagai tempat berlindung atau bangunan yang unik dengan ukuran relatif menyelamatkan alat-alat vital listrik. besar dibangun pada tahun 1926-an Gereja Hati Kudus Yesus ini didirikan dengan gaya bangunan School pada tahun 1905 oleh arstitek MJ Hulswit sehingga menjadikan salah satu bangunan sebagai arsitek Belanda yang memiliki ahli yang memiliki nilai lebih dalam hal sejarah. restorasi gereja-gereja Gothic, di saat Kota Perempatan Jalan Jaksa Agung Malang masih daerah bagian dari Suprapto terdapat bangunan Pertokoan Keresidenan Pasuruan. Gaya bangunan Avia yang memiliki bentuk menarik yang gereja ini adalah Gothic, hal ini dapat dilihat dibangunan sekitar tahun 1910-an dengan sampai saat ini dengan adanya dua tower bentuk lengkung yang menandakan gaya khas gereja Gothic di kanan kiri pintu masuk Romantiek. Bentuk bangunan melengkung dengan penggunaan elemen-elemen detail yang menarik dengan menara bergaya dekoratif yang kaya pada hampir seluruh arsitektur modern awal perpaduan dengan bagian bangunan dan bentuk atap tinggi. Art Deco pada lampu-lampunya. Pada Sejak tahun 1930 Toko Oen Ice Cream persimpangan tepatnya di depan Toko Palace Patissier mulai dibuka dan menjadi Avia terdapat potensi visual yang menonjol satu-satunya restoran dari keluarga Cina yaitu berupa taman tengah dengan yang menyediakan menu khas Belanda saat aksesoris jam yang telah ada sejak zaman itu. Pada saat itu Toko Oen sangat ramai kolonial yang berfungsi sebagai jam kota karena lokasinya berada di depan Gedung dan papan penunjuk arah jalan serta Concordia yang sekarang mall Sarinah yang sebagai landmark kota sehingga memiliki dahulunya merupakan tempat kekhasan. berkumpulnya semua warga Belanda di Jalan Basuki Rahmat atau yang dikenal Kota Malang. Sampai saat ini Toko Oen dengan nama daerah Kayutangan memiliki dalam kondisi seperti awalnya yang selamat nilai aspek sosial budaya lebih tinggi dari pembumi hangusan, sehingga 89

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

dikenang sebagai tempat nostalgia warga bahwa setiap etnik harus memiliki Belanda yang wajib dikunjungi (Cahyono, pemimpin dan daerahnya ditentukan oleh 2007). penguasa serta batas-batasnya. Setiap warga Kawasan Alun-Alun Merdeka memiliki yang keluar dari daerahnya harus mendapat nilai sosial budaya yang paling tinggi surat ijin dari penguasa. Namun undang- diantara semua lokasi pada jalur Utara- undang tersebut tidak berlaku setelah Selatan. Alun-Alun Kota Malang dan tahun 1900 (Budihardjo, 1997). sekitarnya memiliki banyak peninggalan Pada zaman pra-kolonial, baik kota bagunan kolonial. Alun-Alun Kota Malang pusat kerajaan di pedalaman atau di pesisir dan sekitarnya dibangun mulai tahun 1882 dibangun berdasarkan tata ruang yang dan merupakan bagian kepentingan sama yaitu adanya sebuah lapangan luas Belanda. Berawal dari Pemerintahan yang di tengahnya ditanami satu atau dua Gubernur Jendral Deandles (1808–1811) pohon beringin yang kemudian disebut dengan sistem pembagian daerah di Hindia alun-alun. Pusat ruangan (alun-alun) Belanda (Indonesia) dibagi menjadi dipandang sebagai pusat dunia bagi beberapa kabupaten dan karesidenan. pemahaman orang Jawa. Dimana unsur air Kedudukan bupati sederajat dengan asisten sebelah Timur dan unsur api sebelah Barat, residen, hal ini diwujudkan di alun-alun sebelah Selatan merupakan daerah sakral kota kabupaten di Jawa (termasuk Kota dan sebelah Utara merupakan daerah Malang), dimana rumah bupati berhadapan profan. Alun-Alun Kota Malang letak dengan kediaman asisten residen. rumah bupati diletakkan di sebelah Timur Penelitian arsitek Kazemeir, Tonkens menghadap ke sebelah Selatan. Hal ini dan Withkamp bahwa tipologi ibukota tidak sesuai dengan sistem kaidah yang kabupaten di Jawa yaitu: 1) alun-alun di disebut Hasta Brata. pusat kota, 2) sumbu Utara-Selatan Alun-Alun Kota Malang dibangun terdapat kediaman asisten residen di sekitar tahun 1882, keberadaan letak rumah sebelah Utara menghadap Selatan dengan bupati sebelah Timur merupakan kediaman bupati di sebelah Selatan kepentingan Pemerintahan Kolonial menghadap ke Utara sehingga saling Belanda sebagai pusat kontrol. Karena berhadapan, 3) sebelah Barat masjid, 4) alun-alun merupakan pusat kegiatan kota, sebelah Timur losmen atau kediaman maka secara langsung pola permukiman Belanda dan 5) sebelah Barat-Laut tempat juga menyesuaikan kondisi tersebut. club elit Belanda. Permukiman orang Eropa sebelah Barat Di Kota Malang, kediaman asisten Daya (Talon, Tongan dan Sawahan), orang residen di sebelah Selatan menghadap utara Cina di sebelah Tenggara (Pecinan), orang (orientasi bangunan menghadap alun-alun) Arab terletak di belakang Masjid (Kauman) dan rumah bupati berada di sebelah Timur dan pribumi di daerah Kebalen, menghadap ke Selatan (orientasi bangunan Temenggungan dan Jodipan. Namun tidak menghadap alun-alun) yaitu seiring perkembangan pembangunan Kota menghadap ke Regenstraat atau Jl. K.H. Malang ke semua arah maka keramaian Agus Salim sehingga memberi kesan unik. kota menjadi terpecah. Penyebaran daerah permukiman zaman Pada kawasan alun-alun terdapat dahulu dibagi menjadi beberapa beberapa bangunan yang memiliki nilai pemukiman penduduk: 1) Eropa, 2) Timur sejarah, namun hanya beberapa bangunan asing/Vreemde Osterlingen, termasuk orang yang masih terjaga keasliannya. Bangunan- Cina dan Arab dan 3) Pribumi. Pada tahun bangunan tersebut meliputi: Kantor Pajak, 1900 adanya Undang-Undang Wijkenstelsel, Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan 90

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

dan Kas Negara, Hotel Pelangi, Masjid Masjid Jamik dibangun pada tahun 1875 Jamik dan Gereja GPIB Imanuel. oleh J Van Der Eb yang terletak di sebelah Javasche Bank (Bank Indonesia) alun-alun Barat. Pada awalnya gaya Masjid dirancang oleh Biro Arsitek Hulswit, Jamik bergaya arsitektur jawa tradisional Fermont dan Ed Cuypers dari Batavia pada kemudian direnovasi dengan gaya tahun 1915. Gaya bangunan Bank postmodern sampai saat ini. Indonesia di Kota Malang tidak seperti Permukiman Pecinan mempunyai nilai Bank Indonesia yang ada di Indonesia yang aspek sosial budaya lebih rendah pada umumnya gaya arsitekturnya neo- dibandingkan dengan lokasi lainnya. klasik dengan kolom-kolom Yunani yang Pecinan merupakan kawasan hunian tinggi, namun di Malang terkesan modern. maupun tempat usaha etnik Tionghoa. Pada saat pendudukan Jepang 1943 Pecinan pada dasarnya terbentuk karena 2 melakukan pembatasan fasilitas Belanda faktor yaitu faktor politik dan faktor sosial. dan Javasche Bank satu-satunya bank yang Faktor politik berupa peraturan pemerintah digunakan untuk menghimpun dana dari lokal yang mengharuskan masyarakat seluruh bank dengan tujuan Jepang dapat Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah- mengawasi seluruh perekonomian dengan wilayah tertentu agar lebih mudah diatur satu pintu. Bentuk fisik yang berubah (Wijkenstelsel). Faktor sosial berupa adalah penambahan pagar besi yang keinginan sendiri masyarakat Tionghoa kelihatan kokoh. untuk hidup berkelompok karena adanya Kantor Perbendaharaan dan Kas perasaan aman dan dapat saling membantu. Negara mempunyai ciri atap segitiga Hal yang menarik pada kawasan awalnya merupakan Kantor Keresidenan permukiman Pecinan yaitu keberadaan Kota Malang yang dibangun pada tahun Klenteng Eng An Kiong. Klenteng ini 1936 oleh arsitek Ir. M.B. Tideman dan merupakan tempat peribadatan bagi sampai saat ini tidak mengalami perubahan pemeluk agama Ji (Konghucu), Too (Tao) yang berarti. Perkembangan arsitektur dan Sik (Buddha). Eng An Kiong berarti Belanda pada saat itu banyak terpengaruh ‘Istana Keselamatan dalam Keabadian gaya kolonial awal modern dimana setiap Tuhan’. Tertera dalam prasasti bangunan memiliki pola simetri yang kuat. diperkirakan dibangun tahun 1825. Data Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dari Khong Kouw Sian (1940) menyatakan mempunyai ciri atap segitiga yang khas. tempat suci ini dibangun atas inisiatif Di perempatan alun-alun Utara pada Letnan Kwee Sam Hway (1842-1863) yang tahun 1861 berdiri sebuah Gereja diwariskan kepada anak-anaknya kemudian Protestan kuno bersebelahan dengan dilanjutkan oleh tokoh-tokoh Tionghoa Masjid Jamik. Hal ini menunjukkan lainnya sampai saat ini. kehidupan masyarakat Kota Malang hidup Klenteng yang berasitektur cina ini saling bertoleransi. Karena bentuknya memiliki konsep ruang yang terbagi lima sangat sederhana, maka oleh Belanda yaitu ruang utama yang berfungsi sebagai dibongkar dan dibangun kembali dengan altar Thiang Khong, ruang induk sebagai gaya Gereja Gothic pada tahun 1912. Pada altar Kongco Hok Tik Cing Sien, ruang waktu itu halaman depan masih hijau dan bagian belakang altar Dewi Kwan Im, altar luas, namun seiring perkembangan kota bagian kiri terdapat beberapa altar antara yang pesat dan lokasinya yang terletak di lain: altar Tai Sing Ci Sing Sian Su Khong persimpangan jalan utama maka halaman Hu Cu dan ruang altar bagian kanan altar gereja ini sangat sempit. Secara fisik Tri Ratna Buddha, altar Tay Siang Lo Kun bangunannya tidak ada yang berubah. dan lain-lain. Pemilihan lokasi Klenteng 91

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

diperkirakan terkait dengan toponimi menentukan klasifikasi penilaian. daerah-daerah bekas pelarian penduduk Klasifikasi penilaian ditentukan setempat saat penyerangan Sultan Demak berdasarkan range nilai sosial budaya (1461) sehingga Klenteng ini dipercaya dengan interval yang ditentukan melalui memiliki kekuatan mistik untuk menolak penentuan kelas nilai sosial budaya. balak. Peringkat sosial budaya terbagi lima kelas Secara umum lokasi kawasan, yaitu: 1) sangat buruk, 2) buruk, 3) cukup permukiman, taman dan jalan pada jalur baik, 4) baik dan 5) sangat baik. Klasifikasi Utara-Selatan memiliki nilai aspek sosial penilaian tersebut dapat terlihat pada Tabel budaya tinggi. Hal ini sesuai dengan rata- 1 dan 2. rata penilaian responden secara umumnya Tabel 2. Klasifikasi Kelas Nilai Aspek dari nilai 2,91-3,66 (Gambar 2). Melihat Sosial Budaya kondisi ini dapat dikatakan Pemerintah Kelas Persen Skor Range Jumlah Kota Malang telah berhasil Nilai (%) mempertahankan kawasan, permukiman, 1 Sangat 2.24≤X≤2.55 1 10 bangunan, taman maupun jalan yang Buruk berkesan kolonial yang akan dijadikan daya 2 Buruk 2.55≤X≤2.87 1 10 tarik rekreasi kota khususnya wisata sejarah 3 Cukup 2.87≤X≤3.18 0 0 kolonial di Kota Malang. Namun Baik perkembangan Kota Malang tidak 4 Baik 3.18≤X≤3.49 2 20 5 Sangat menutup kemungkinan kuantitas dan 3.49≤X≤3.81 4 40 kualitas lokasi tersebut mengalami Baik degradasi, oleh karena itu diperlukaan kerja Potensi wisata bangunan kolonial di Kota sama dengan masyarakat. Malang Kelas aspek sosial budaya Tabel 3. Tingkat Potensi Wisata Bangunan Tabel 1. Kelas Aspek Sosial Budaya Kolonial di Kota Malang Nilai Nilai Nilai Nilai Lokasi Sosial Interval No Lokasi Sosial Kelas Min Max Budaya Budaya 1 3.58 1 Kawasan Ijen 3,81 Sangat 2 2.24 Baik 3 3.24 2 Kawasan 3,66 Sangat 4 3.81 Alun-Alun Baik 2.24 3.81 0.314 5 3.49 Merdeka 6 3.56 3 Kawasan 3,58 Sangat 7 3.66 Alun-Alun Tugu Baik 8 2.91 4 Jalan Basuki 3,56 Sangat Rahmat Baik Keterangan lokasi: 1) Kawasan Alun-Alun 5 Jalan Jaksa 3,49 Baik Tugu, 2) Jalan Kahuripan, 3) Jalan Semeru, 4) Agung Suprapto Kawasan Ijen, 5) Jalan Jaksa Agung Suprapto, 6 Jalan Semeru 3,24 Baik 6) Jalan Basuki Rahmat, 7) Kawasan Alun- 7 Permukiman 2,91 Cukup Alun Merdeka, dan 8) Permukiman Pecinan Pecinan Baik 8 Jalan Kahuripan 2,24 Sangat Kelas sosial budaya dapat menentukan Buruk peringkat atau skoring tipe suatu lokasi. Menentukan kelas nilai sosial budaya pada Berdasarkan hasil analisis dari penilaian 12 lokasi, maka terlebih dahulu responden baik dari ahli sejarah dan survei, 92

Debora B dan Riyanto D / Buana Sains Vol 10 No 1: 83-92, 2010

maka didapatkan 12 lokasi dengan Tabel 5. Lokasi dan objek wisata pada Jalur beberapa objek yang layak dijadikan Timur-Barat sebagai potensi wisata sejarah kolonial yang No Lokasi Objek Wisata tersebar di 5 kecamatan Kota Malang. Hal 1 Kawasan - Stasiun Kereta Api ini dapat terlihat pada penilaian aspek Alun-Alun Kota Baru sosial budaya masing-masing lokasi yang Tugu - SMU Tugu memiliki nilai/skor dari 2,24 - 3,81. - Balai Kota Tingkat potensi wisata bangunan kolonial - Hotel Splendid Inn di Kota Malang terlihat pada Tabel 3. 2 Jalan - Kantor Kodim V Kahuripan - Jembatan Kahuripan Persebaran potensi wisata sejarah kolonial 3 Jalan - Gedung Kembar Sebagai wilayah yang berada di Kota Semeru 4 Kawasan Malang, dalam pengembangannya dan - Gereja Santa Maria Ijen Bunda Carmel pembangunan kepariwisataan khususnya - Rumah Bergaya Villa Kota Malang memiliki prospek yang cerah - Sang Timur bahkan pengembangan wilayah di Jawa Timur. Potensi wisata sejarah kolonial di Kesimpulan Kota Malang yang terletak pada jalur Timur-Barat dan jalur Utara-Selatan Berdasarkan analisis aspek sosial budaya diharapkan dapat sebagai tempat maka 8 lokasi tersebut memiliki potensi persinggahan yang repsentatif terhadap wisata bangunan kolonial yang berbeda. kunjungan wisatawan (Pendit, 2002). Nilai aspek sosial budaya yang tertinggi Potensi objek wisata yang ditawarkan dapat yaitu Kawasan Ijen dan yang terendah terlihat pada Tabel 4 dan 5. yaitu Jalan Kahuripan. Kawasan Ijen memiliki beberapa bangunan khas kolonial Tabel 4. Lokasi dan objek wisata pada yaitu Gereja Santa Maria Bunda Carmel, Jalur Utara-Selatan Rumah Bergaya Villa dan Sang Timur. No Lokasi Objek Wisata Jalan Kahuripan hanya memiliki bangunan 1 Jalan Jaksa - SMU Cor Jessu Kantor Kodim V dan Jembatan Agung - SMPK Frateran Kahuripan. Suprapto - Toko Avia 2 Jalan Basuki - Kantor PLN Daftar Pustaka Rahmat - Gereja Hati Kudus Anonymous. 2005. Rencana Induk Penataan Yesus Kawasan Eks-Kayutangan Kota Malang. - Toko Oen Dinas Badan Perencanaan Kota Malang. 3 Kawasan Alun- - Gereja Imanuel Anonymous. 2009. Rencana Induk Tata Ruang Alun Merdeka - Bank Indonesia Kota Malang Tahun 2001-2011. Dinas Badan Perencanaan Kota Malang. - Kantor Pajak Budihardjo, E. 1997. Arsitektur dan Kota di - Kantor Pos Indonesia. PT. Alumni. Bandung. - Hotel Pelangi Cahyono, D. 2007. Malang Telusuri dengan - Masjid Jamik Hati. Kanisius. . 4 Permukiman - Klenteng Eng An Hermit, H. 2007. Pembahasan Undang- Pecinan Kiong Undang Penataan Ruang. Mandar Maju. Bandung. Pendit, N. 2002. Ilmu Pariwisata. Pradnya Pariwisata. . Yoety, O. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.