Journal of Indonesian History 9 (2) (2020)

Journal of Indonesian History

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih PERAN KABUPATEN DALAM REVOLUSI FISIK DI SUMATERA SELATAN TAHUN 1947-1949

Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, & Alian Prodi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Penelitian ini dilakukan untuk merekonstruksi kembali bagaimana situasi di Sumatera Selatan, Diterima november 2020 khususnya di Kabupaten Lahat pada masa Revolusi Fisik tahun 1947-1949. Rumusan permasalahan Disetujui desember 2020 pada penelitian ini adalah bagaimana peran Kabupaten Lahat dalam Revolusi Fisik tahun 1947- Dipublikasikan Desember 1949. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Kabupaten Lahat dalam Revolusi Fisik tahun 2020 1947-1949. Metode yang digunakan adalah metode sejarah (historis) yang dilakukan melalui ______tahapan-tahapan seperti heuristik (pengumpulan sumber-sumber), kajian terhadap literatur yang Keywords: berkaitan dengan objek penelitian, verifikasi data, interpretasi, dan terakhir penulisan sejarah itu Pertempuran lima hari lima sendiri (historiografi). Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu sumber primer dan malam, lahat, revolusi, sumber sekunder yang diperoleh dari buku maupun informan yang berkaitan dengan pemasalahan. kemerdekaan Perjuangan rakyat Lahat merupakan rangkaian dari perjuangan rakyat Sumatera Selatan dalam ______menghadapi Belanda setelah berakhirnya Pertempuran Lima Hari Lima Malam di . Setelah pertempuran itu, Belanda melancarkan Agresi Militer I tanggal 21 Juli 1947 yang kemudian disusul dengan Agresi Militer kedua pada tanggal 19 Desember 1948. Kabupaten Lahat memegang peran yang penting pada masa awal kemerdekaan karena pernah menjadi pusat pemerintahan sipil pada masa Kereseidenan Palembang dan sekaligus menjadi salah satu Markas Divisi TKR di Sumatera Selatan ketika itu

Abstract ______This research was conducted to reconstruct the situation in , especially in during the Physical Revolution in 1947-1949. The formulation of the problem in this research is how the role of Lahat Regency in the Physical Revolution in 1947-1949. This study aims to determine the role of Lahat Regency in the Physical Revolution of 1947-1949. The method used is the historical method (historical) which is carried out through stages such as heuristics (collection of sources), study of literature related to the object of research, data verification, interpretation, and finally the writing of history itself (historiography). Sources of data used in this study are primary sources and secondary sources obtained from books and informants related to the problem. The struggle of the Lahat people is a series of the struggle of the people of South Sumatra in facing the Dutch after the end of the Five Days and Five Nights Battle in Palembang. After that battle, the Dutch launched Mili- tary Aggression I on July 21, 1947 which was then followed by a second Military Aggression on December 19, 1948. Lahat Regency played an important role in the early days of independence because it had been the center of civilian government during the Palembang Presidency and at the same time became one of the one TKR Division Headquarters in South Sumatra at that time . © 2020 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633 Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

167 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

PENDAHULUAN Lahat. Selain pembentukan BPKR, terdapat Tanggal 19 Agustus tahun 1945 Panitia pula organisasi pejuang lainnya, misalnya Persiapan Kemerdekaan (PPKI) Barisan Rakyat (Bara) yang dipimpin oleh A. mengadakan sidangnya yang kedua. Dalam Satar, Barisan Hizbullah yang dipimpin oleh sidang ini berhasil diputuskan tentang Yusuf Aminullah, serta Barisan Para Pemuda pembagian wilayah Indonesia yang dibagi atas Seinendan dipimpin oleh Abdullah Kadir. delapan provinsi. Kedelapan provinsi yang Pembentukan BPKR juga terjadi di dimaksud adalah Provinsi Sumatera, Jawa Kewedanaan Tebing Tinggi yang diinisiasi oleh Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo Zainal Abidin Ning, Yahya Bahar dan Nurdin (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda kecil Panji. Sedangkan di Kewedanaan Pagaralam (Nusa tenggara, Bali, NTB dan NTT). Masing- digagas oleh Djarab, Harun Sohar, A. Sanaf, masing provinsi dipimpin oleh seorang Hamid Jemair, H. Mansyur, Syamsul Bahri Gubernur yang membawahi sejumlah Umar, M. Yunus, Ruslan dan Syamsul Bahrun. keresidenan. Provinsi Sumatera sendiri telah Respon yang positif dari masyarakat dan ditunjuk Mr. Teuku Mohammad Hasan tokoh-tokoh masyarakatnya dalam sebagai gubernur dengan pusat pemerintahan membangun kekuatan pertahanan di Lahat di Bukit Tinggi. Sementara itu, dalam tingkat telah menempatkan Lahat sebagai Markas provinsi, di Sumatera terdiri dari beberapa Divisi I TKR Sumatera Selatan di bawah keresidenan yang dipimpin masing-masing pimpinan Kolonel Simbolon. Oleh karena itu oleh seorang residen yang membawahi Lahat termasuk daerah yang menjadi target beberapa kota dan kabupaten. sasaran pendudukan Belanda pada masa Agresi Kabupaten Lahat merupakan bagian Pertama (1947) dan Agresi Kedua (1948-1949). dari Keresidenan Palembang. Kabupaten ini Berbagai pertempuran sebagai usaha untuk dipimpin oleh seorang Bupati. Dalam catatan mempertahankan panji-panji kemerdekaan di sejarah, kabupaten ini banyak memberikan Kabupaten Lahat menjadi hal yang menarik andil dalam perjuangan membela dan untuk dikaji di dalam penelitian ini. mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama pada masa Agresi Militer Belanda METODE satu dan dua. Peranan rakyat Lahat sebenarnya Dalam penelitian ini penulis sudah dimulai sejak awal kemerdekaan dengan menggunakan metode penelitian sejarah atau pembentukan badan-badan perjuangan dan yang biasa dikenal dengan metode historis. pembentukan Tentara Keamanan Rakyat Metode historis menurut Sjamsuddin (2007: (TKR). Dalam proses pembentukan TKR di 17) merupakan suatu proses pengkajian, pen- Lahat, beberapa tokoh eks gyugun Pagaralam jelasan, dan penganalisaan secara kritis ter- seperti M. Nuh (Merapi), Maluddin Simbolon, hadap rekaman serta peninggalan masa lam- Ali Jati, A. Karim Kadir, Robani Kadir, Umar pau. Tujuan dari metode historis sendiri adalah Ibrokhi, A. Satar Lenggang dan Maris untuk membuat sebuah rekonstruksi dari membentuk Badan Penjaga Keamanan Rakyat sebuah peristiwa di masa lampau secara (BPKR) yang merupakan cikal-bakal TKR di sistematis dan objektif dengan langkah-langkah

168 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

ilmiah seperti pengumpulan data-data (Heuris- atau Palembangsche Beneden Landen, Afdeeling tik), memverifikasi dan mengevaluasi data Ogan dan Komering Ulu dan Afdeeling (Kritik), dan menginterpretasikannya menjadi Palembang Ulu atau Palembangsche sebuah fakta (historiografi) guna memperoleh Bovenlanden. suatu kesimpulan dari sebuah rangkaian Dalam sistem birokrasi kolonial peristiwa yang utuh. seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Melengkapi data penelitian tulisan ini Lahat masuk ke dalam wilayah Afdeeling tak lupa penulis juga melakukan kajian pustaka Palembang Ulu atau Palembangsche guna memperkuat dan menemukan fakta-fakta Bovenlanden. Afdeeling ini berkedudukan di sejarah baru. Adapun data yang dipaparkan da- Lahat yang dipimpin oleh seorang asisten lam penelitian ini berasal dari buku-buku, residen. Afdeeling ini membawahi beberapa jurnal-jurnal, maupun dokumen-dokumen Onder Afdeeling, yaitu 1) Onder Afdeeling yang berkaitan dengan rumusan masalah yang Lematang Hulu yang dipimpin oleh seorang akan dibahas dalam penelitian ini. Kontroleur yang berkedudukan di Lahat; 2) Onder Afdeeling Lematang Hilir, dipimpin PEMBAHASAN seorang Kontroleur yang berkedudukan di Kabupaten Lahat Sebelum Kemerdekaan Muara Enim; 3) Onder Afdeeling Tanah Setelah dihapuskannya Kesultanan Pasemah, dipimpin seorang Kontroleur yang Palembang oleh Pemerintah Belanda tahun berkedudukan di Pagaralam; 4) Onder Afdeeling 1825, semua wilayah kekuasaan kesultanan Tebing Tinggi, dipimpin seorang Kontroleur beralih di bawah pemerintahan kolonial. yang berkedudukan di Tebing Tinggi, dan; 5) Dengan demikian bentuk pemerintahan ada di Onder Afdeeling Musi Ulu, dipimpin seorang Palembang saat itu juga mengalami perubahan Kontroleur yang berkedudukan di Muara dari yang semula berbentuk kesultanan Beliti. Sistem pemerintahan Hindia Belanda ini kemudian berubah menjadi sistem keresidenan. berlangsung selama lebih kurang 12 tahun, Adapun residen pertama yang berkuasa di yaitu sejak tahun 1930 hingga tahun 1942 saat Palembang saat itu adalah Jan Isaac Van Jepang menduduki Indonesia. Sevenhoven. Sejak saat itu, untuk menjalankan pemerintahan di eks kesultanan Palembang, Penjajahan Jepang Belanda menerapkan birokrasi pemerintahan Peralihan kekuasaan pemerintahan an- yang berbeda dengan masa Kesultanan tara pihak Belanda dan Jepang didasarkan pada Palembang. Perjanjian Kalijati tanggal 8 Maret 1942 yang Untuk daerah di luar Palembang, ditandatangani oleh Letjen Ter Poorten dan maka dibentuk beberapa Afdeeling yang Gubernur Jenderal Tjarda S.S dari pihak dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Setelah Belanda, dan Letjen Hitoshi Imamura dari pihak mengalami beberapa kali penyederhanaan Jepang. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa afdeeling, pada tahun 1930, Keresidenan Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang Palembang dibagi menjadi tiga afdeeling. Ketiga dan daerah kekuasaan Belanda diserahkan afdeeling itu adalah Afdeeling Palembang Ilir kepada Jepang. Sejak itu maka kekuasaan di

169 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

seluruh wilayah eks Hindia Belanda dipegang belum ditemukan dokumen resmi ataupun cata- oleh Jepang hingga menyerahnya Jepang kepada tan dari tokoh masyarakat Lahat yang me- Sekutu pada 14 Agustus 1945. nyebutkan kapan berita proklamasi Ke- Dengan berubahnya kekuasaan di merdekaan Indonesia diterima di Lahat. Namun Hindia Belanda, maka kedudukan afdeeling di diperkirakan berita proklamasi itu telah diterima Sumatera Selatan juga dihapuskan. Lahat secara diam-diam pada tanggal 19 Agustus 1945 sendiri pada masa itu berstatus sebagai Gun yang dari Pagaralam. Hal tersebut dimungkinkan jika disetarakan dengan sistem birokrasi mengingat Pagaralam merupakan daerah pusat pemerintahan Belanda sama dengan wilayah pendidikan militer Jepang (Gyugun Kanbu) yang onder-afdeeling. Gun Cho (pemimpin Gun) yang memiliki jalinan komunikasi dengan pusat bertugas di Lahat selama masa Jepang adalah Pemerintahan Jepang di Jakarta. Abdul Rozak yang kelak pada awal Berita Proklamasi di Pagaralam sendiri kemerdekaan menjadi Wakil Residen dan diterima oleh M. Siddik Adim, dkk pada 19 Residen Palembang. Gun cho menempati kantor Agustus 1945. Sesaat setelah menerima berita asisten residen pada masa Belanda yang berada proklamasi tersebut mereka segera menemui di tepian Sungai Lematang kawasan Benteng kepala kepolisian Pagaralam, Khaibu Syahri un- Lahat. tuk meminta izin menaikkan Bendera Merah Pagaralam yang ketika itu berada di da- Putih. Namun permintaan tersebut tidak di- lam wilayah Gun Lahat menjadi salah satu penuhi oleh Khaibu Syahri mengingat tempat pendidikan militer khususnya bagi kedudukan Jepang pada saat itu sangat kuat di mereka yang berada di wilayah Sumatera Bagian Pagaralam sehingga dikhawatirkan tindakan itu Selatan (Palembang, Lampung, Bengkulu dan akan memancing kemarahan pihak Jepang yang Jambi). Pendidikan militer dimaksud adalah dapat berakibat buruk bagi masyarakat di Pa- Gyugun Kanbu atau lengkapnya Sumatora Gyugun garalam. Kanbu yang melatih calon perwira militer dalam Dua hari kemudian (21 Agustus 1945), menghadapi pertempuran. Beberapa pemuda Bendera Merah Putih dinaikan di depan toko Lahat yang mengikuti pendidikan Gyugun ini Datuk Sri Maharaja di Pasar Pagaralam. Proses antara lain adalah M. Nuh, Harun Sohar, Jarab, penaikan bendera tersebut dilakukan dengan Barlian, Satar Lenggang, A. Karim Kadir, upacara kecil yang dipimpin oleh M. Hasyim R, Ruslan, dan Syamsul Bahri Umar (Tatung). Para didampingi oleh M. Siddik Adim dan Datuk Sri pemuda dari Gyugun inilah yang nantinya Maharaja. Upacara tersebut diikuti oleh sekitar menjadi pelopor berdirinya BKR/TKR di empat puluh orang pemuda yang dipimpin Sumatera Selatan dan mempunyai peran yang Sofyan Rasyad. Penaikan bendera dilakukan sangat penting pada masa Revolusi Fisik. oleh Kenasin dan dibantu anggota pandu Hisbul Wathon, sedangkan yang memimpin menyanyi- Proklamasi Kemerdekaan di Lahat kan lagu Indonesia Raya adalah M. Munir RT. Berdasarkan penelitian yang telah dil- Sumber lain memberikan informasi bahwa akukan melalui kajian sumber dan wawancara, Bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan di Gedung Perjuangan yang terletak

170 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

di pinggir jalan ke dusun Pematang Bange, de- BPKR adalah mereka yang memiliki basis kemil- pan rumah Wedana Tanah Pasemah (sekarang teran seperti alumni Gyugun, Heiho dan lain- Kantor Kejaksaan dekat SMA N 1 Pagaralam) lain. (Luhar, 1972; Basri, 2002: 5). Pucuk pimpinan BPKR di Palembang Berita proklamasi kemerdekaan terse- dipegang oleh Hasan Kasim, seorang alumni but dengan cepat menyebar ke daerah sekitar Pa- pendidikan Gyugun Pagaralam. Ia dibantu oleh garalam, termasuk Lahat yang hanya berjarak 2 para alumni Gyugun Pagaralam yang saat itu be- jam perjalanan. rada di Palembang. Selain itu, pembentukan BPKR ini juga dilakukan di tingkat kewedanaan Pembentukan Badan-Badan Perjuangan di Sumatera Selatan termasuk di Lahat. Pemben- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tukan BPKR di kewedanaan Lahat dilakukan membawa konsekwensi pada upaya untuk oleh M. Nuh (merapi), Maludin Simbolon, Ali mengambil alih kekuasaan dari pihak Jepang Jati, A.Karim Kadir, Robani Kadir, Umar Ib- yang masih berada di Lahat. Setidaknya, ter- rokhi, A. Satar Lenggang dan Maris. Kantor dapat dua hal yang penting yang harus dilakukan Pusat kegiatan BPKR Lahat berada di rumah oleh tokoh-tokoh perjuangan ketika itu yaitu per- Efendi Amasin (rumah junjungan Gumai Ta- tama, mempersiapkan pembentukan pemerinta- lang) depan terminal bus Kabupaten Lahat han yang dipegang oleh bangsa Indonesia sendiri (Basri, 2002: 9). dan kedua, perlu dipersiapkan pembentukan Selain pembentukan BPKR, terdapat kekuatan milter untuk menghadapi Jepang saat pula organisasi pejuang lainnya, misalnya itu, dan membela serta mempertahankan ke- Barisan Rakyat (Bara) yang dipimpin oleh A. Sa- merdekaan yang sudah didapatkan. tar, Barisan Hizbullah yang dipimpin oleh Perjuangan untuk mempertahankan ke- Yusuf Aminullah, barisan para Pemuda Seinen- merdekaan Indonesia terjadi di seluruh wilayah dan dipimpin oleh Abdullah Kadir. Pemben- Sumatera Selatan. Perjuangan itu mengikuti apa tukan BPKR Kewedanaan Tebing Tinggi diini- yang dilakukan dan dinstruksikan dari pusat siasi oleh Zainal Abidin Ning, Yahya Bahar dan pemerintahan di Palembang. Berdasarkan hasil Nurdin Panji. Sedangkan di kewedanaan Pa- sidang PPKI tanggal 23 Agustus 1945 ditetapkan garalam oleh Djarab, Harun Sohar, A. Sanaf, bahwa untuk menopang Kemerdekaan Indone- Hamid Jemair, H. Mansyur, Syamsul Bahri sia maka dibentuk Badan Keamanan Rakyat Umar, M. Yunus, Ruslan dan Syamsul Bahrun (BKR). Instruksi pembentukan BKR ini ditin- (Basri, 2002: 9). Pembentukan Badan per- daklanjuti di Palembang dengan membentuk Ba- juangan di Sumatera Selatan pada dasarnya dan Penjaga Keamanan Rakyat (BPKR) pada 4 merupakan gerakan spontanitas yang dilakukan September 1945 (Perwiranegara, 1987: 20). oleh eks Gyugun Pagaralam. Oleh karena itu be- Tujuan dibentuknya badan ini adalah untuk lum ada struktur yang jelas tentang organisasi membantu kelancaran dan kemampuan pertahanan saat itu. pemerintahan sipil serta menjaga keamanan dan Seiring dengan dibentuknya TKR (Ten- ketertiban di Sumatera Selatan. Umumnya tara Keamanan Rakyat) pada 5 Oktober 1945, mereka yang mendaftarkan diri sebagai anggota

171 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

maka BKR diresmikan menjadi TKR. Per- - Komandan Divisi Jambi : Kolonel esmian BKR menjadi TKR di Palembang dil- Abunjani (Yusuf dkk, 2003: 112) akukan pada 12 Oktober 1945. Peresmian itu be- Dari satu sisi tindakan Emir Noer ini baik lum disertai dengan penyusunan struktur TKR yaitu berupaya untuk mengkoordinir kekuatan wilayah Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan pertahanan di Sumatera Selatan. Namun disisi belum ada instruksi dan penunjukkan siapa yang lain tindakan itu tidaklah tepat, karena dalam diberikan wewenang dari Pusat (Jakarta) untuk melakukan pembentukan tanpa sepengetahuan membentuk personalia TKR di Sumatera Se- Residen Palembang A. K Gani. Selain itu di latan. Palembang sudah terbentuk TKR yang Situasi ini dimanfaatkan oleh Pangeran dipimpin Hasan Kasim. Hal ini berakibat pada Emir Mohamad Noer untuk membentuk TKR di terjadinya dualisme kepemimpinan TKR di Sumatera Selatan. Ia mengadakan pertemuan Sumatera Selatan. Dalam perkembangannya dengan eks Gyugun Pagaralam di Lahat pada 14 TKR versi Pangeran Emir ini dibubarkan oleh Oktober 1945. Dalam pertemuan itu hadir an- Residen A. K Gani dan dibentuklah struktur tara lain Barlian, M. Nuh, Nurdin Panji, resmi oleh pemerintah, bahkan Emir Noor Alamsyah, Syamsul Bahri Umar, Jarab, dan kemudian ditangkap dan ditahan. lain-lain. Dalam pertemuan itu diputuskan Pembentukan TKR oleh A. K Gani bahwa akan diadakan rapat lanjutan dalam berdasarkan pada penunjukan resmi dari waktu dekat di Pagaralam, untuk membicarakan Presiden Soekarno pada 5 Desember 1945. struktur organisasi TKR di Sumatera Selatan. Pembentukan TKR secara resmi dilakukan di Sehubungan dengan itu ditunjuk Sanaf untuk Palembang oleh A. K Gani. Hal ini disebabkan mempersiapkan pertemuan tersebut. Berdasar- Palembang adalah ibukota keresidenan dan kan keputusan tersebut maka pada bulan Ok- pusat pengaturan pemerintahan untuk wilayah tober 1945 diadakanlah pertemuan eks Gyugun di Sumatera Selatan. Bioskop Musi Pagaralam (sekarang Pasar Struktur TKR resmi tersebut dipimpin Dempo). Pertemuan itu dihadiri oleh sekitar 50 oleh Mayjen Soehardjo Hardjowardoyo yang orang eks Gyugun Pagaralam. Hasil pertemuan terdiri dari enam Divisi, yaitu Divisi I Sumsel tersebut adalah terbentuknya struktur TKR versi (Lahat) dipimpin Kolonel M. Simbolon, Divisi Emir Noer sebagai berikut: II Sumsel (Palembang) dipimpin Kolonel - Panglima TKR merangkap Komandan Hasan Kasim, Divisi III Bukittinggi dipimpin Divisi Lampung Mayjen Pangeran Emir Kolonel Dahlan Djambek, Divisi IV Sumatera Moh. Noor. Timur oleh Kol. M. Tahir, Divisi V Aceh - Kepala Staf : Kolonel Muhammad Nuh (Bireun) Kol. Samaun Gaharu, dan Divisi VI - Komandan Divisi Palembang Ilir (Sibolga) dipimpin Kol. M. Din. (termasuk Bangka Belitung) : Kolonel Divisi I Lahat membawahi empat Hasan Kasim Resimen, yaitu Resimen I Bengkulu, Resimen - Komandan Divisi Palembang Ilir : M. II Lahat, Resimen III Tanjung Karang dan Simbolon Resimen IV . Berdasarkan struktur tersebut maka tanggung jawab pertahanan

172 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

untuk wilayah Lahat berada di bawah Kolonel Daud R. S dan Batalion IV Tanjung Enim dipim- M. Simbolon. Sedangan pertahanan pin oleh Kapten A. Rivai. Kabupaten Lahat dibebankan kepada Resimen Pelantikan Panglima TKR Divisi I Ko- II Lahat di bawah pimpinan Letkol Harun lonel M. Simbolon, Panglima Divisi II Kolonel Sohar. Resimen ini membawahi empat Hasan Kasim, Komandan Resimen 1 Divisi II batalion, yaitu Batalion I Pagaralam, Batalion Letkol Bambang Utoyo dilakukan di lapangan II Lahat, Batalion III Lubuk Linggau dan depan Mesjid Agung Palembang pada 27 Janu- Batalion IV Tanjung Enim. ari 1946. Pelantikan dilakukan oleh Panglima Struktur Organisasi dan Personil yang Komandemen Sumatera Mayor Jenderal ada di Divisi I Lahat adalah sebagai berikut: Soehardjo Hardjowardojo dan dihadiri oleh Komandan Divisi: Kolonel M. Simbolon Koordinator Pembentukan TKR Sumatera Let- Ajudan : Letnan Dua Usman Yasir jen (Tituler) dr. A. K Gani. Selain itu juga dilan- dan Letda Jacob Wachid tik Letkol Ibnu Sutowo, Letkol N. S Effendi, Kepala Staf : Mayor Nurdin Panji Mayor M. Arif, Mayor Dani Effendi, Kapten Bagian Siasat :Kapten M. Arsyad Makmun Murod, Kapten Anwar Arsyad, Kap- Astrayudha ten Animan Achyat, Kapten Idham Danal dan Sekretariat : Kapten Sidik Umar Kapten Nefa Hanafiah, Lettu Asnawi Mangkua- Intendance : Kapten Umar Ibrohi lam, Lettu Djoko Surodjo dan perwira lainnya. Geni/Perenjataan: Kapten Robani Kadir Sedangkan perwira TKR dari Divisi I dan II Su- Perhubungan : Kapten Kurchie matera Selatan yang memegang jabatan sebagai Penerangan : Mayor Umar Said Komandan Resimen dilantik di lapangan PJKA Lahat pada 17 Pebruari 1946. Mereka yang di- Resimen II Divisi I Lahat, terdiri dari: lantik antara lain Letkol Barlian, Letkol Harun Komandan : Letnan Kolonel Harun Sohar Sohar, Letkol Iwan Supardi, Mayor Zurbi Kepala Staf : Mayor P. Hutagalung Bustan, Letkol M. Insya, Mayor Yunus. Perwira Intendance : Kapten Roni lain yang dilantik adalah Mayor Zainal Abidin Polisi Tentara : Lettu Suprapto Prio Pranoto Ning, Kapten Djarab, Kapten Syamsul Bahri Siasat : Lettu Ali Mansyur Umar, Syamsul Bahrum, M. Sai Sohar dan Angkutan : Lettu Asnawi Amaluddin Yahya Bahar (Nasution, 1976: 228; Effendi, Kesehatan : Kapten Dr. Muchni. 1973: 7). Pada tanggal 17 Mei 1946, organisasi Sedangkan untuk jabatan Batalion, ketentaraan mengalami perubahan struktur se- masing-masing dipegang oleh Mayor Nurdin bagai hasil dari Konferensi Tentara yang dil- Panji (pertama), kemudian digantikan oleh akukan di Bukittinggi. Keputusan penting yang Mayor Zainal Abidin Ning dan selanjutnya di- menjadi hasil kesepakatan dalam konferensi ter- ganti lagi oleh Kapten Djarab untuk Batalion I sebut yaitu pertama, membubarkan semua divisi Pagaralam. Mayor Sai Husin untuk Batalion II yang ada di Sumatera, dan kedua, membagi per- di Lahat, Batalion III Lubuk Linggau dipimpin tahanan Sumatera menjadi tiga wilayah sub ko- Mayor P. Hutagalung kemudian diganti Kapten mandemen yaitu Sub Komandemen Sumatera

173 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

Utara (Subkosut), Sub Komandemen Sumatera Rozak dan pimpinan jawatan keresidenan Tengah, dan Sub Komandemen Sumatera Se- kemudian pergi ke Lahat, sedangkan Wakil Res- latan (Subkoss) (Murod, 2005). iden, dr. Slamet Wironoto dan wakil-wakil Subkoss terdiri dari dua Divisi, yaitu Di- kepala jawatan tetap berada di Palembang. Pusat visi I Garuda yang berkedudukan di Lahat dan Pemerintahan Keresidenan Palembang di Lahat Divisi II Garuda berkedudukan di Palembang. berlangsung setelah Perang Lima Hari Lima Divisi I Garuda membawahi 4 Resimen, yaitu Malam hingga menjelang terjadinya Agresi Resimen XI di Tanjung Karang, Resimen XII Belanda yang pertama pada Juli 1947. Baturaja, Resimen XIII Lahat dan Resimen XIV Dalam masa-masa perjuangan, upaya Bengkulu. Resimen XIII Lahat membawahi tiga mempertahankan kedaulatan negara Republik batalion yaitu Batalion I di Pagaralam, Batalion Indonesia oleh TNI dan laskar perjuangan II di Lahat dan Batalion III di Tanjung Enim. lainnya serta elite tradisional dan masyarakat Dengan demikian tanggungjawab pertahanan di Lahat, secara serentak dan bersama-sama wilayah Lahat berada di bawah Batalion II Resi- berjuang menghadapi Belanda. Perjuangan men XIII yang dipimpin oleh Mayor Sai Husin tersebut dimulai dari upaya mencegah masuknya dari Divisi I Garuda Lahat. Belanda ke Lahat hingga berbagai perang gerilya yang terjadi baik di dalam maupun di luar Kabu- Peran Kabupaten Lahat dalam Revolusi Fisik paten Lahat selama masa Agresi Militer I dan II Seiring dengan upaya untuk Belanda. mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Ka- Selain itu, Lahat juga pernah menjadi bupaten Lahat mempunyai peran yang cukup tempat perundingan antara pihak Belanda penting sejak awal proklamasi hingga dengan pihak republik untuk mengakhiri berakhirnya masa Revolusi Fisik. Daerah ini pertempuran-pertempuran di Keresidenan menjadi pusat kegiatan yang mengatur Palembang setelah Agresi Miiter I Belanda. pemerintahan dan pertahanan di Keresidenan Perundingan tersebut diadakan di depan Rumah Palembang. Dari segi pertahanan, Lahat Dinas Bupati Lahat saat itu yaitu di daerah merupakan markas Divisi VIII Garuda di bawah Benteng di tepi Sungai Lematang. Hasil pimpinan Kolonel M. Simbolon dan sebagai perundingan itu ditentukan bahwa batas juga sebagai markas Divisi I TKR Sumatera demarkasi antara pasukan Belanda dengan TNI Selatan dibawah pimpinan Letkol Barlian. adalah daerah Sungai Empayang Saung Naga. Sedangkan dari aspek pemerintahan, Lahat Berkaitan dengan demarkasi tersebut, maka ketika itu juga merupakan pusat pemerintahan Tebing Tinggi dan Pagaralam menjadi Daerah sipil dari Keresidenan Palembang. Hal ini terjadi terdepan front pertahanan TNI untuk karena Palembang dikuasai oleh Belanda pasca menghadapi Belanda yang saat itu berkuasa di Pertempuran Lima Hari Lima Malam 1 sampai Lahat. 5 Januari 1947. Sehingga untuk mengefektifkan Selama masa Agresi Militer kedua jalannya pemerintahan, maka dilakukan Belanda, beberapa dusun di Lahat memberikan pemindahan pusat pemerintahan dari Palem- peran yang sangat penting dalam melindungi bang ke Lahat. Residen Palembang Abdul pejabat pemerintahan maupun militer dari

174 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

penangkapan dan serangan Belanda. Di antara penting pada masa Revolusi Fisik adalah dusun-dusun tesebut, ada Dusun Nanjungan di Pagaralam (sekarang sudah memisahkan diri Pasemah Air Keruh yang menjadi markas TNI dari Kabupaten Lahat menjadi Kota Sub Teritorial Palembang (STP) di bawah Pagaralam). Daerah ini penting karena menjadi pimpinan Letkol Bambang Utoyo. Dari Desa tempat serah terima wilayah Keresidenan Nanjungan inilah strategi dan perlawanan Palembang yang dilakukan antara pihak Belanda terhadap Belanda diatur. Ini dapat terjadi karena dengan republik. Adapun yang menerima adanya partisipasi dari rakyat yang mendukung penyerahan kedaulatan adalah Residen Abdul kebutuhan logistik tentara saat itu. Desa Rozak, sedangkan dari pihak militer adalah Nanjungan merupakan desa yang merdeka dan Kapten M. Rasyad Nawawi. Selama masa sepenuhnya dikuasai oleh TNI dibawah Revolusi Fisik, perjuangan mempertahankan pimpinan Letkol Bambang Utoyo hingga Kemerdekaan Indonesia bukan hanya dilakukan terjadinya pengakuan kedaulatan Indonesia oleh oleh TNI, Polisi, Laskar Perjuangan, dan aparat Belanda pada Desember 1949 (Umar, 2002 : 3-4; pemerintahan sipil saja. Perjuangan juga Said, 2003). dilakukan oleh rakyat dan para elit tradisional Daerah lain di Kabupaten Lahat yang yang mempunyai pengaruh besar dalam memegang peran penting pada masa Revolusi masyarakat Lahat. Bentuk perjuangan mereka Fisik adalah Pagaralam (sekarang sudah antara lain adalah memberikan bantuan logistik memisahkan diri dari Kabupaten Lahat menjadi berupa konsumsi makanan dan tempat tinggal Kota Pagaralam). Daerah ini penting karena bagi para pejuang. Ini sebuah perwujudan dari menjadi tempat serah terima wilayah Keresi- konsep Perang Semesta yang digagas oleh denan Palembang yang dilakukan antara pihak Kolonel A. H Nasution. Belanda dengan republik. Adapun yang menerima penyerahan kedaulatan adalah KESIMPULAN Residen Abdul Rozak, sedangkan dari pihak Kabupaten Lahat secara umum militer adalah Kapten M. Rasyad Nawawi. mempunyai peran yang penting sejak awal Selama masa Revolusi Fisik, perjuangan proklamasi hingga berakhirnya masa Revolusi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Fisik. Peran Lahat di antaranya adalah sebagai bukan hanya dilakukan oleh TNI, Polisi, Laskar markas Divisi I TKR Sumatera Selatan di Perjuangan, dan aparat pemerintahan sipil saja. bawah pimpinan Letkol Barlian dan juga Perjuangan juga dilakukan oleh rakyat dan para sebagai Pusat Pemerintahan Keresidenan elit tradisional yang mempunyai pengaruh besar Palembang setelah Perang Lima Hari Lima dalam masyarakat Lahat. Bentuk perjuangan Malam (1-5 Januari 1947) hingga menjelang mereka antara lain adalah memberikan bantuan terjadinya Agresi Belanda yang Pertama (Juli logistik berupa konsumsi makanan dan tempat 1947). tinggal bagi para pejuang. Ini sebuah Selain itu Kabupaten Lahat juga perwujudan dari konsep Perang Semesta yang pernah menjadi tempat perundingan antara digagas oleh Kolonel A. H Nasution. Daerah pihak Belanda dengan Republik untuk lain di Kabupaten Lahat yang memegang peran mengakhiri pertempuran-pertempuran di

175 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

Keresidenan Palembang setelah Agresi Militer sedangkan dari pihak militer adalah Kapten M. Belanda I. Perundingan itu diadakan di depan Rasyad Nawawi. Rumah Dinas Bupati Lahat saat itu, yaitu di Selama masa Revolusi Fisik, daerah Benteng di tepi Sungai Lematang. Hasil perjuangan mempertahankan kemerdekaan perundingan itu ditentukan bahwa batas Indonesia bukan hanya dilakukan oleh TNI, demarkasi antara pasukan Belanda dengan Polisi dan Laskar Perjuangan, serta aparat TNI adalah daerah Sungai Empayang Saung pemerintahan sipil. Perjuangan juga dilakukan Naga. Berkaitan dengan demarkasi tersebut, oleh rakyat dan para elit tradisional yang maka Tebing Tinggi dan Pagaralam menjadi mempunyai pengaruh yang besar dalam daerah terdepan front pertahanan TNI untuk masyarakat Lahat. Bentuk perjuangan mereka menghadapi Belanda yang saat itu berkuasa di adalah memberikan bantuan logistik berupa Lahat. makanan dan tempat tinggal bagi para pejuang. Selama masa Agresi Militer Belanda Ini merupakan perwujudan dari konsep Perang Kedua, beberapa dusun di Lahat memberikan Semesta yang dikumandangkan oleh Kol. A.H peran yang penting dalam melindungi pejabat Nasution. pemerintahan maupun militer dari penangkapan dan serangan Belanda. Dusun DAFTAR PUSTAKA Nanjungan di Pasemah Air Keruh menjadi Basri, Hasan dkk. 2002. Inventarisasi Sejarah markas TNI Sub Teritorial Palembang (STP) di Perjuangan Rakyat Lahat (1945-1949) bawah pimpinan Letkol Bambang Utoyo. Dari Dokumen Pribadi. Tidak diterbitkan. Dusun Nanjungan inilah strategi dan Effendi, Dani, 1973. Gema Perang Rakyat perlawanan terhadap Belanda diatur. Ini dapat di Sumatera Selatan 1945-1949. Jakarta. terjadi karena adanya partisipasi dari rakyat Luhar, M. Saman. 1972. Guritan Jagat yang mendukung kebutuhan logistik tentara Pasemah. Dokumen Pribadi. saat itu. Dusun Nanjungan merupakan dusun Murod, Makmun, 2005. Naskah Bahan Revisi yang merdeka dan sepenuhnya dikuasai oleh Buku Subkoss. TNI di bawah pimpinan Letkol Bambang Nasution. A. H, 1976. Sekitar Perang Utoyo hingga terjadinya pengakuan kedaulatan Kemerdekaan Jilid 3. Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949. Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan Daerah lain di Kabupaten Lahat yang tahun 1945-1949. Jakarta: Kantor memegang peran penting pada masa Revolusi Menko Kesra. Fisik adalah Pagaralam (sekarang sudah Said, H.A Zawawi. 2003. Pengabdian: memisahkan diri dari Kabupaten Lahat dan Otobiografi H. Makmun Murod Veteran menjadi Kota Pagaralam). Daerah ini menjadi Pejuang Kemerdekaan RI. Jakarta : penting karena menjadi tempat peristiwa serah- Tanpa nama Penerbit. terima wilayah Keresidenan Palembang yang Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. dilakukan antara pihak Belanda dengan Yogyakarta: Penerbit Ombak. republik. Adapun yang menerima penyerahan Syafruddin Yusuf, dkk. 2003. Sejarah dan kedaulatan adalah Residen Abdul Rozak, Peranan Subkoss dalam Perjuangan

176 Muhammad Reza Pahlevi, Syafruddin Yusuf, Alian / Journal of Indonesian History 9 (2) (2020); pg. 167-177

Rakyat Sumbagsel (1945-1949). Palembang: Komering Jaya. Umar. 2002. Dokumen Pribadi

177