(2019), 16(1): 51-72 pISSN: 0216 – 0439 eISSN: 2540 – 9689 http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA Akreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018

KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR HUTAN RAWA GAMBUT TAMAN NASIONAL SEBANGAU, KALIMANTAN TENGAH (Species Composition and Peat Swamp Forest Structure in Sebangau National Park, Central Kalimantan)

Titi Kalima* dan/and Denny Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Tlp. (0251) 8633234; Fax (0251) 8638111

Info artikel: ABSTRACT Keywords: Most peat swamp forests have been degraded due to over logging, fire and other Importance value deforestation for several purposes. The objective of this study was to identify the index, danau composition and structure of peat swamp forest of Lake Punggualas, Sebangau National Punggualas, Park, Central Kalimantan. The species composition and structure of peat swamp forest of conservation status Lake Punggualas, Sebangau National Park, Central Kalimantan were studied based on the data from 40 plots from 2.10 ha forest area. Vegetation data was collected using transect method. Results of the study recorded 2,253 individual from 99 species, 77 genera and 42 families, which were scattered in various diameters. Density level of the reached 139.41 stems/ha and basal area of 15.53 m²/ha, pole level of 960 stems/ha and basal area of 25.39 m²/ha, sapling level of 9,090 stems/ha and basal area of 6.42 m²/ha, seedling level of 91,000 stems/ha. Family that have the highest number of species were Myrtaceae, Euphorbiaceae, , and Lauraceae. Based on Importance value index (IVI), borneensis Hiern. is the most dominating (39.91%) and xanthochymum (de Vriese) Pierre (32.64%). The national park area possessed eleven species included in the International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List of Threatened Species, and four endemic species. Kata kunci: ABSTRAK Indeks nilai penting, Danau Punggualas, Hutan rawa gambut di banyak tempat umumnya telah mengalami kerusakan akibat aktivitas status konservasi pembalakan hutan, kebakaran, pembangunan drainase atau kanal dan alih fungsi kawasan menjadi keperuntukan lain. Penelitian bertujuan mengetahui komposisi jenis dan struktur hutan rawa gambut di Danau Punggualas, Taman Nasional (TN) Sebangau, Kalimantan Tengah. Penelitian komposisi jenis dan struktur hutan rawa gambut Danau Punggualas, TN Sebangau, Kalimantan Tengah diamati berdasarkan data dari 40 petak ukur seluas 2,10 ha. Vegetasi diamati dengan menggunakan metode transek. Pengamatan dan pengukuran dilakukan untuk semua tegakan pohon. Hasil penelitian ditemukan 2.253 individu dalam 99 jenis, 77 genus dan 42 suku yang tersebar dalam berbagai kelas diameter. Kerapatan tingkat pohon mencapai 139,41 pohon/ha dan luas bidang dasar 15,53 m²/ha. Tingkat tiang 960 batang/ha dan luas bidang dasar 25,39 m²/ha, tingkat pancang 9.090 batang/ha dan luas Riwayat Artikel: bidang dasar 6,42 m²/ha, tingkat semai 91.000 individu/ha. Suku yang mempunyai jumlah Tanggal diterima: jenis terbanyak adalah Myrtaceae, Euphorbiaceae, Sapotaceae, Dipterocarpaceae, dan 2 Agustus 2018; Lauraceae. Berdasarkan indeks nilai penting (INP), jenis tumbuhan yang mendominasi Tanggal direvisi: adalah Diospyros borneensis Hiern. (INP 39,91 %) dan Palaquium xanthochymum (de 24 Mei 2019; Vriese) Pierre (INP 32,64 %). Terdapat sebelas jenis tumbuhan yang masuk kategori Tanggal disetujui: dilindungi oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 28 Mei 2019 (IUCN) dan empat jenis endemik.

Editor: Dr. Henti Hendalastuti Rachmat Korespondensi penulis: Titi Kalima* (E-mail: [email protected])

Kontribusi penulis: semua penulis mempunyai kontribusi yang sama sebagai kontributor utama https://doi.org/10.20886/jphka.2019.16.1.51-7210.20886/jphka.2018.15.1.1-13 ©JPHKA - 2018 is Open access under CC BY-NC-SA license

51 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

I. PENDAHULUAN rapatan pohon pada berbagai kelas dia- Taman Nasional Sebangau (TN meter. Sedangkan komposisi jenis hutan Sebangau) merupakan areal konservasi rawa gambut umumnya didominasi oleh yang tergolong muda yang disahkan jenis Palaquium leiocarpum, Stemonurus sebagai taman nasional melalui Keputusan scorpioides, Nauclea sp., Koompassia Menteri Kehutanan Nomor: 423/Menhut- malaccensis, dan Shorea sp. (Nugroho, II/2004 tanggal 19 Oktober tahun 2004. 2012). Vegetasi penyusun hutan rawa Ekosistem rawa gambut Sebangau meru- gambut akan semakin jarang dan kerdil, pakan salah satu ekosistem yang kondisi- apabila semakin jauh dari sungai atau nya relatif masih baik dibandingkan mendekati pusat kubah gambut (peat dengan daerah di sekitarnya dan meru- dome) karena unsur hara yang terdapat di pakan kawasan yang memainkan peranan dalam gambut itu sendiri semakin sedikit sangat penting bagi gudang penyimpanan sehingga dapat memengaruhi komposisi karbon dan pengaturan tata air di jenis pohon yang ada di dalamnya (Tata & Kabupaten Katingan (Taman Nasional Pradjadinata, 2013). Sebangau, 2011; Khalwani, Bahruni, & Berkaitan dengan hal tersebut, Syaufina, 2017). penelitian yang bertujuan untuk menge- Hutan rawa gambut merupakan tahui komposisi jenis dan struktur hutan salah satu ekosistem lahan basah yang rawa gambut di Danau Punggualas, TN cukup luas di Indonesia dengan karakteris- Sebangau, Kalimantan Tengah, menjadi tik khusus yaitu jenuh air dan tanahnya penting untuk dilakukan, dengan menge- berupa tanah organik (gambut) yang tahui nilai kerapatan, komposisi, nilai tumbuh di atas kawasan yang digenangi penting dan keregaman jenis serta struktur air tawar dalam keadaan asam dengan pH tegakan. Selain itu, status konservasi dan 3,5–4,0. Disamping itu, hutan rawa upaya konservasi juga perlu diketahui, gambut memiliki nilai ekonomi dan sehingga informasi yang diperoleh dari ekologi tinggi sehingga perlu dikelola penelitian ini diharapkan dapat membantu secara bijaksana dan berkelanjutan dalam menunjang program perencanaan (Taman Nasional Sebangau, 2011; dan pengelolaan kawasan Taman Nasional Khalwani et al., 2017). tersebut. Hutan rawa gambut tidak hanya penting untuk habitat tumbuhan dan II. BAHAN DAN METODE hewan yang memiliki nilai ekonomi dan A. Waktu dan Lokasi Penelitian kelangkaan jenis, tetapi juga merupakan Penelitian dilaksanakan di hutan simpanan karbon global utama (Limin et rawa gambut yang terletak di Danau al., 2007). Bagaimanapun keberlanjutan Punggualas, TN Sebangau selama satu hutan rawa gambut di Indonesia telah minggu mulai tanggal 23 September terancam karena penebangan yang ber- hingga 1 Oktober 2013 dan tanggal 10 lebihan, kebakaran, pembangunan draina- hingga 21 September 2014. Secara se dan alih fungsi kawasan untuk tujuan administratif, lokasi penelitian berada di lain seperti perkebunan kelapa sawit. Kawasan Punggualas, Sungai Katingan Secara umum, hutan rawa gambut tumbuh dan Kabupaten Katingan, Provinsi di daerah dataran rendah beriklim selalu Kalimantan Tengah. Kawasan TN basah. Ekosistem ini mudah terganggu Sebangau memiliki luas ± 568,700 ha, dan apabila sudah terganggu akan sangat terletak pada koordinat 113o 18’ – 114o 03’ sulit untuk kembali lagi seperti kondisi BT dan 01o55’ – 03o07’ LS. Kawasan TN awalnya. Faktor inilah yang menyebabkan Sebangau sebagian besar termasuk kate- perubahan terhadap struktur vegetasi yang gori datar dengan kelerengan 2% dan tumbuh didalamnya. Struktur vegetasi ketinggian antara 0-35 m dpl. Kawasan ini dapat digunakan untuk menduga ke-

52 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny) memiliki karakteristik yang unik, baik keterwakilan dengan jarak antar jalur ditinjau dari struktur dan jenis tanah, transek 100 m. Pada jalur transe tersebut topografi, hidrologi, flora dan fauna. dibuat petak-petak kuadrat untuk Kawasan ini memiliki tingkat keaneka- mengetahui komposisi jenis dan struktur ragaman tinggi yang salah satunya karena hutan di lokasi penelitian. Lokasi keberadaan tumbuhan higrofix (tumbuhan pengambilan contoh flora tersebut hanya yang hidup di lingkungan yang lembab) bisa dilakukan sekitar 700 m masuk kanal dan menjadi areal pendukung bagi Daerah Danau Punggualas (Gambar 1). Aliran Sungai (DAS) Katingan, yang Pengamatan flora dilakukan pada berperan sebagai kawasan penangkap air setiap tingkat pertumbuhan suatu vegetasi dan sistem kontrol air yang baik sehingga yang dikelompokkan ke dalam: pada musim penghujan tidak banjir 1. Tingkat semai (seedling), yaitu sejak sebaliknya pada musim kemarau tidak perkecambahan sampai tinggi 1,5 m; kekeringan (Taman Nasional Sebangau, 2. Tingkat sapihan/pancang (sapling) 2014). yaitu tingkat pertumbuhan permudaan yang mencapai tinggi antara 1,5 m B. Bahan dan Alat dengan diameter batang kurang dari 10 Bahan penelitian yang digunakan cm; adalah semua jenis pohon dan tumbuhan 3. Tingkat tiang (poles) atau pohon kecil bawah lainnya yang ada di kawasan hutan yaitu tingkat pertumbuhan pohon muda rawa gambut Punggualas, Kalimantan yang berukuran dengan diameter Tengah. Sedangkan alat yang dipakai batang antara 10–19 cm (dbh); dalam penelitian di lapangan adalah pita 4. Pohon yaitu tingkat tumbuhan dewasa meteran, phi band, tali, blanko data, yang berdiameter batang diatas 20 cm gunting ranting, parang, altimeter dbh. (pengukur ketinggian), pengukur suhu dan kelembaban udara (thermohygrometer), Metode Penelitian pengukur pH dan kelembaban tanah, Metode yang digunakan adalah jalur teropong, kamera, GPS (global berpetak (transek) yang dibuat untuk positioning system), dan alat tulis kantor setiap jalur sepanjang 510 m dengan lebar (spidol permanen, tally sheet, ballpoint, 20 m. Letak petak ukur berselang-seling pensil, map, plastik, dll). dan jarak antar petak ukur 50 m. Luas petak ukur di 5 jalur untuk masing-masing C. Metode Penelitian tingkat pertumbuhan (Kartawinata & Tahapan Pelaksanaan/Rancangan Abdulhadi, 2016; Nugroho, 2012) adalah: Penelitian 1. Semai (seedlings) dengan ukuran petak Pengumpulan data primer diawali 1 x 1 m, seluas 0,004 ha. dengan peninjauan umum guna menentu- 2. Sapihan (saplings) dengan ukuran kan lokasi pencuplikan. Data kuantitatif petak 5 x 5 m, seluas 0,1 ha. flora diperoleh dengan cara membuat 3. Tiang (poles) atau pohon kecil dengan beberapa petak pengamatan dan mencacah ukuran petak 10 x 10 m, seluas 0,4 ha. jenis pohon, mengukur diameter batang 4. Pohon () dengan ukuran petak 20 setinggi dada (DBH), menaksir tinggi total x 20 m, seluas 1,6 ha. serta tinggi bebas cabang. Total jumlah petak ukur sebanyak Penentuan Jalur dan Petak Ukur 40 dengan luas keseluruhan 2,10 ha. Untuk pengamatan keanekaragaman Masing‐masing petak ukur dibuat untuk jenis flora, dibuat jalur transek sebanyak 5 menghitung kerapatan, frekuensi dan (lima) jalur, panjang jalur 510 m yang dominansi flora sebagaimana tertera pada ditentukan secara purposive berdasarkan Gambar 2.

53 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

Legenda : Areal penelitian (Research site) : Jalur pengamatan (Transect) : TN Sebangau (Sebangau National Park) : Plot penelitian ( Research plots)

Sumber (Sources): Taman Nasional Sebangau (2014) Gambar (Figure) 1. Peta lokasi petak-petak penelitian di Danau Punggualas, TN Sebangau (Map of the research plots at Punggualas Lake in Sebangau National Park)

T

P 50 m 50 m

Sp

Sd Sd Sp P

20 m T

20 m Keterangan (remarks): T = tingkat pohon (Trees) P = tingkat tiang (Pole) Sp = tingkat pancang (Sapling) Sd = tingkat semai (Seedling)

Gambar (Figure) 2. Petak pengamatan jenis flora (Measurement plots for flora)

54 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

D. Analisis Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Jenis A. Komposisi Jenis Ketepatan nama ilmiah diperoleh Hasil analisis jenis pada seluruh jalur ditemukan beragam jenis tumbuhan dengan menggunakan metode komparatif yaitu membandingan antara sampel mulai dari tingkat pohon, tiang, pancang herbarium jenis pohon yang ditemukan dan semai. Pada 40 petak ukur di kawasan dilapangan dengan spesimen koleksi hutan Danau Punggualas, TN Sebangau herbarium di laboratorium Botani dan tercatat sebanyak 2.253 individu semua Ekologi Hutan, Puslitbang Hutan, Bogor. tingkat dalam luasan 2,10 ha, yang terdiri atas 99 jenis, 77 genus dan 42 suku yang

tersebar dalam berbagai diameter Indeks Nilai Penting (Lampiran 1), suku yang mempunyai jenis Data flora yang terkumpul terbanyak adalah Myrtaceae (12 jenis), kemudian dianalisis untuk mengetahui Euphorbiaceae (7 jenis), Sapotaceae (7 jenis yang dominan di setiap tingkat jenis), Dipterocarpaceae (5 jenis), pertumbuhan. Selanjutnya dilakukan Lauraceae (5 jenis) dan suku lainnya analisis dengan menghitung indeks nilai (Lampiran 2). Jumlah jenis yang tercatat penting (INP) (Kartawinata & Abdulhadi, di lokasi penelitian, jauh lebih rendah 2016). Indeks nilai penting tersebut dibandingkan dengan hasil survei merupakan nilai gabungan atau jumlah Mirmanto (2010), mencatat 103 jenis di antara kerapatan relatif (KR), dominansi hutan rawa gambut TN Sebangau, dan relatif (DR), dan frekuensi relatif (FR); hasil survei Nugroho (2012), mencatat 113 formulanya adalah: jenis penyusun hutan rawa gambut, serta menurut hasil survey Randi, Manurung, & INP (%) = (KR %) + (DR %) + (FR %) Siahaan (2014), mencatat 107 jenis pohon penyusun hutan rawa gambut. Hal ini Indeks Keanekaragaman Jenis terjadi mengingat bahwa areal hutan rawa Untuk mengetahui nilai indeks gambut Danau Panggualas, TN Sebangau keanekaragaman jenis flora menurut merupakan areal yang sudah terganggu rumus Shannon-Wienner yang dapat akibat penebangan (HPH dan illegal memberikan gambaran kualitas tegakan logging). Akan tetapi sejalan dengan dihitung dengan menggunakan formula pembukaan tajuk atau tutupan hutan, dari Kent dan Paddy (Hastuti, Muin, & maka kelimpahan vegetasi tingkat semai, Thamrin, 2014) sebagai berikut : pancang dan tiang cukup memadai. Keberadaan jenis tingkat pohon ni ni tercatat sebanyak 46 jenis yang terdiri dari H’ = - ∑ ---- Log ---- 407 individu, tingkat tiang sejumlah 46 N N jenis yang terdiri dari 405 individu, tingkat Keterangan: pancang sejumlah 81 jenis yang terdiri H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon- dari 1.007 individu, sedangkan untuk Wienner tingkat semai terdapat 57 jenis yang terdiri ni = INP jenis ke-i dari 434 individu. Rincian jumlah N = Jumlah INP semua tumbuhan individu, jenis, untuk masing-masing tingkatan pohon dapat di lihat pada Tabel Apabila nilai H' ≤ 1, maka tingkat 1. keanekaragaman rendah: bila nilai 1 < H' ≤ 3, maka tingkat keanekaragaman sedang; dan bila nilai H' > 3, maka tingkat keanekaragaman tinggi.

55 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

Tabel (Table) 1. Hasil pengamatan flora dalam seluruh petak pengamatan di Danau Punggualas, Kalimantan Tengah (The observation of flora species within the sample plots of Punggualas Lake, Sebangau National Park, Central Kalimantan) Jumlah Jumlah Jumlah Luas total individu dalam Rata‐rata petak ukur jenis Tingkat petak ukur petak ukur jumlah individu per‐ha (Number of (Number (stages) (Total area of Plot (Number of (Average number of sample of measurement) (ha) individuals within individuals per hectare) plots) species) the sample plots) Semai 40 0,004 57 434 108.500 (Seedling) Pancang 40 0,1 81 1.007 10.070 (Sapling) Tiang 1.012,5 40 0,4 46 405 (Pole) Pohon 40 1,6 46 407 254,38 (Trees)

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata- kaitannya dengan letak lokasi penelitian rata jumlah individu per ha untuk setiap dan tingkat gangguan akibat tekanan tingkat pertumbuhan pada lokasi masyarakat. Tingkat tiang dengan penelitian memiliki variasi yang cukup kerapatan 960 batang/ha dan luas bidang tinggi. Kondisi tersebut dicirikan oleh dasar 25,39 m²/ha, pada umumnya tegakan yang mempunyai tingkat berperawakan kecil dengan rata-rata kerapatan semai mencapai 108.500 diameter batang berkisar antara 10–19 cm. individu/ha, pancang 10.070 batang/ha, Sedangkan tingkat pancang mencapai tiang 1.012,50 batang/ha, dan tingkat kerapatan 9.090 batang/ha dan luas bidang pohon 254,38 pohon/ha. dasar 6,41 m² pada umumnya berperawakan anakan pohon berdiameter B. Kerapatan < 10 cm dengan tinggi anakan > 1,5 m. Hasil pengamatan mencatat 99 jenis Untuk semai mempunyai kerapatan semua tingkat dalam 42 suku yang 91.000 batang/ha tidak memiliki bidang tersebar dalam berbagai kelas diameter. dasar karena semai mempunyai Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel karakteristik tinggi tumbuhan kurang dari 2, kerapatan hutan tingkat pohon yang 1,5 m. Nilai kerapatan dan luas bidang berdiameter batang >10 cm mencapai dasar dapat dilihat pada Tabel 2. 139,41 pohon/ha dan luas bidang dasar Angka-angka yang diperlihatkan 15,53 m²/ha. Pohon yang terdapat di 40 pada Tabel 2 tergolong relatif rendah petak ukur umumnya berperawakan besar mengingat kondisi hutannya yang pernah dengan rata-rata diameter batang berkisar mengalami gangguan penebangan. antara 20-30 cm. Pada umumnya hutan Namun demikian, di areal tersebut alam memiliki kondisi normal luas bidang didominasi oleh anakan pohon khususnya dasar pohon dengan diameter batang > 10 tingkat semai yang dijumpai di setiap cm sebesar 27–38 m2/ha (Sidiyasa, 2009; petak ukur yaitu dari jenis Syzygium Saridan & Fajri, 2014)). Sehingga hasil spicata (Myrtaceae) dan Pandanus pengamatan ini memberikan gambaran helicopus (Pandanaceae). Kerapatan bahwa hutan rawa gambut Danau vegetasi hutan rawa gambut tingkat semai Punggualas, TN Sebangau dalam keadaan berupa vegetasi asli hutan rawa gambut, terganggu atau rusak dengan luas bidang cukup melimpah terutama ditemui pada dasar 15,53 m²/ha. Hal ini diduga erat jalur 5 yang merupakan hutan rawa

56 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny) gambut bekas tebangan IUPHHK-HA, pada setiap tingkat pertumbuhan (Tabel dan masih berlangsung penebangan liar 3). Hal ini mengindikasikan bahwa kedua sehingga terjadi pembukaan tajuk yang jenis tersebut mampu melakukan memungkinkan semai tumbuh. Kemudian regenerasi dan tumbuh dengan baik pada diikuti dengan tingkat pancang yang tempat tersebut. Tingkat pancang tumbuh melimpah. Hal ini berbeda dengan didominasi oleh jenis Combretocarpus kondisi di jalur lainnya, dimana tutupan rotundatus (35,15%), diikuti jenis tajuk pohon masih cukup rapat sehingga Syzygium zeylanicum (25,83%), dan jenis vegetasi tingkat semai tidak melimpah, terakhir ini juga mendominasi tingkat meskipun masih cukup banyak jenis semai (28,17%). Jenis-jenis pada setiap campuran vegetasi asli hutan rawa gambut tingkatan yang memiliki nilai INP dan vegetasi sekunder. Jika dibandingkan tertinggi dapat dilihat pada Tabel 3. dengan hasil penelitian Sidiyasa (2009), Tabel 3 jika dilihat dari Indeks Nilai diketahui bahwa kondisi hutan yang ada di Penting (INP), maka D. borneensis adalah Hutan Lindung Sungai Wain, Kalimantan jenis yang paling sering dijumpai dan Timur memiliki jumlah jenis pohon yang mempunyai INP yang relatif tinggi pada lebih tinggi yakni 385 jenis dalam luasan setiap tingkat pertumbuhan. Hal ini 3,60 ha dengan kerapatan 1.917 batang/ha, mengindikasikan bahwa D. borneensis dan basal areal 20,57 m2/ha. Kondisinya mampu beregenerasi dan tumbuh dengan memang sangat berbeda, akan tetapi baik pada habitat tersebut. Jenis lain yang kawasan hutan rawa gambut di Danau mendominasi baik pada tingkat pohon, Punggualas ini mengalami tekanan yang tiang, pancang dan semai yaitu P. mengakibatkan terancamnya kawasan xanthochymum (mahalilis) karena tersebut. Pembalakan liar dan kebakaran memiliki INP sebesar 32,64 %. INP dapat merupakan penyebab utama dari digunakan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan lahan. Sebanyak 11% dari total yang dominan atau tidak. Jenis-jenis yang luas lahan dilaporkan rusak akibat memiliki INP > 10 % untuk tingkat semai aktivitas tersebut (Borneonews, 2010). dan pancang merupakan jenis yang dominan, sedangkan untuk tingkat tiang C. Indeks Nilai Penting dan tingkat pohon yang dominan apabila Indek nilai penting menggambar- memiliki INP > 15 % (Mawazin & kan kelimpahan dan penguasaan suatu Subiyakto, 2013). jenis terhadap jenis lainnya dalam suatu D. borneensis dan P. xanthochymum lokasi. Berdasarkan jumlah jenis yang merupakan komoditas komersial karena terdapat dalam setiap suku maka mempunyai kayu yang sangat halus dan Myrtaceae menduduki peringkat utama keberadaannya sudah cukup langka dengan jumlah jenis 11, diikuti oleh (Yanto, Usman, & Yani, 2014). Kedua Euphorbiaceae (5 jenis), Sapotaceae (4 jenis tersebut merupakan jenis regenerasi jenis), Dipterocarpaceae (5 jenis), dan yang lengkap, karena terdapat pada setiap Lauraceae (5 jenis). Sedangkan jenis lain tingkat pertumbuhan (semai, pancang, dari suku lainnya dapat dilihat pada tiang dan pohon). Sedangkan permudaan Lampiran 2. Apabila berdasarkan alami pohon mahalilis di kawasan ini besarnya indeks nilai penting (INP) suatu relatif baik. Palaquium spp. dan G. jenis tingkat pohon, maka Diospyros motleyana merupakan jenis penting borneensis () memiliki INP penyusun hutan rawa gambut dan yang paling tinggi yakni 39,91% diikuti memiliki status dilindungi (SK Menteri oleh Palaquium xanthochymum (32,64%). Pertanian No.54.Kpts/Um/2/1972) D. borneensis dan P. xanthochymum tanggal 5 Februari 1972. adalah jenis yang paling sering dijumpai Untuk tingkat semai, jenis yang dan mempunyai INP yang relatif tinggi mendominasi regenerasi tingkat semai dan

57 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

pancang yaitu S. zeylanicum (INP tinggi. Hasil perhitungan nilai indeks 28,17%) dan (INP 25,83%), P. helicopus keanekaragaman masing-masing tingkat (INP 27,07%) serta jenis C. rotundatus pertumbuhan disajikan pada Tabel 4. (INP 35,15 %) (Tabel 3). Indeks Keanekaragaman (H’) untuk tingkat pohon sebesar 1,48, tingkat tiang D. Keanekaragaman Jenis sebesar 1,48, tingkat pancang 1,86, dan Keanekaragaman jenis yang ber- 1,40 untuk tingkat semai, menunjukkan hasil tercatat pada pengamatan ini se- bahwa indeks keanekaragaman pada banyak 99 jenis dari 77 genus dan 42 suku berbagai tingkat pertumbuhan adalah yang terdiri dari 46 jenis tingkat pohon, 46 sedang melimpah. Hal ini ditunjukkan jenis tingkat tiang, 81 jenis tingkat oleh besarnya indeks keanekaragaman pancang dan 59 jenis tingkat semai. Indeks jenis menurut Shannon-Wiener keanekaragaman merupakan parameter (Subiandono & Heriyanto, 2016; Ismaini, yang sangat berperan untuk mengetahui Lailati, Rustandi, & Sunandar, 2015), jika keadaan suksesi atau stabilitas komunitas H’ = 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa (Subiandono & Heriyanto, 2016). Dalam tingkat keanekaragaman jenis pada suatu satu komunitas yang terdiri dari berbagai tempat sedang melimpah dan jenis tumbuhan, semakin tua tegakan terdistribusikan dengan baik. maka keanekeragaman jenisnya semakin

Tabel (Table) 2. Rekapitulasi kerapatan dan luas bidang dasar jenis pohon tiap tingkat pada seluruh petak pengamatan (Recapitulation of the density and basal area of tree species of each level on all observations plots) Tingkat Kerapatan(Density) Frekuensi (Frequency) Bidang dasar (Basal (Stages) (Trees/ha) (%) area) (m2/ha) Pohon (Trees) 139,41 9,40 15,53 Tiang (Pole) 960 8,80 25,39 Pancang (Sapling) 9.090 20,75 6,42 Semai (Seedling) 91.000 9,01 -

Tabel (Table) 3. Daftar jenis flora tiap tingkat pada seluruh jalur dengan Indeks Nilai Penting lima terbesar (List of types of flora of each stages on the all transect with the index value important of the largest five ) Indeks nilai penting (INP), Important Value Index (%) Jenis (Species) Semai Pancang Tiang Pohon (Seedling) (Sapling) (Pole) (Trees) Combretocarpus rotundatus - 35,15 23,79 - Syzygium zeylanicum 28,17 25,83 - - Pandanus helicopus 27,07 - - - Palaquium xanthochymum 17,40 19,96 27,87 32,64 Melicope sp. 16,02 19,44 - - Diospyros borneensis 12,70 24,67 30,98 39,91 Palaquium rostratum - - - 13,93 Palaquium cochlearifolium - - 11,69 13,75 Mezzetia leptopoda - - - 12,06 Ganua motleyana - - 12,50 -

58 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

Tabel (Table) 4. Rekapitulasi indeks keanekaragaman (H’) dan jumlah spesies pada berbagai tingkat pertumbuhan di hutan rawa gambut Danau Punggualas, Taman Nasional Sebangau (Recapitulation of the index of diversity (H ') and the number of species at different levels of growth in peat swamp forest of Punggualas Lake, Sebangau National Park.) Tingkat Jumlah jenis Indeks keanekaragaman (Stages) (Number of species) (index of diversity (H ') Semai (Seedling) 57 1,40 Pancang (Sapling) 81 1,86 Tiang (Pole) 46 1,48 Pohon (Tree) 46 1,48

E. Struktur Tegakan lokasi penelitian ditemukan sebanyak 11 Pada Gambar 3. menunjukkan jenis tumbuhan yang termasuk dalam Red bahwa hubungan kelas tingkat per- List International Union for Conservation tumbuhan dan jumlah pohon membentuk of Nature and Natural Resources (IUCN), huruf J terbalik, sedangkan hubungan dengan rincian: empat jenis endemik; lima dengan jumlah individu/ha mengalami jenis terancam (Endangered); lima jenis kenaikan. Struktur tegakan pohon dengan rawan/rentan (Vulnerable); satu jenis kurva J terbalik umumnya dijumpai pada kritis terancam (Critically Endangered). hutan hujan tropis di suatu lokasi yang Penilaian status konservasi untuk tingkat menggambarkan satu komunitas hutan internasional ini mengacu pada Guidelines yang dinamis (Hidayat, 2014). Sedangkan for Application of IUCN Red List Criteria untuk pohon-pohon yang berukuran lebih at Regional and National Levels: Version besar persentase kehadirannya cenderung 4.0 (IUCN, 2016) untuk jenis-jenis pohon menurun secara drastis seperti digambar- yang penilaian terakhirnya dilakukan lima kan dalam bentuk grafik meskipun tahun yang lalu, sebagaimana disajikan terdapat perbedaan dibeberapa kelas. pada Lampiran 2. Kondisi demikian memang umum terjadi Jenis dominan tingkat pancang yang di hutan-hutan hujan tropis yang ditemukan dalam penelitian ini adalah C. menggambarkan suatu komunitas hutan rotundatus, jenis langka terancam yang seimbang atau dapat mempertegas kepunahan (Vulnerable A1cd ver 2.3, bahwa kondisi hutan tersebut masih World Conservation Monitoring Centre, normal. Hanya sebagian jenis yang dapat 1998). Selama ini jenis tersebut di- beregenerasi pada kondisi demikian, manfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan, karena memungkinkan terjadi pergantian dan hanya terbatas pada penggunaannya jenis yang mendominasi pada tiap tingkat sebagai kayu pertukangan sehingga pertumbuhan (Dendang & Handayani, pemanenannya dilakukan dengan sistem 2015). Dengan demikian, di lokasi penebangan (destruksi), dan sesudahnya penelitian terjadi regenerasi alam akibat sulit ditanam lagi karena tanahnya podsol penebangan yang terus menerus dilakukan dengan kandungan haranya rendah. ataupun akibat tumbang karena angin, Kayunya termasuk dalam kelas awet III, sehingga kondisi tingkat pertumbuhan kelas kuat II dan termasuk dalam semai akan menggantikan tingkat kelompok kayu daun lebar ukuran sedang pertumbuhan pohon dewasa. (Irdiana, 2014; Kissinger, Zuhud, Latifah, Darusman & Iskandar, 2012). Tumih (C. F. Status Konservasi rotundatus) memiliki potensi sumber Berdasarkan hasil pengamatan di bioaktivitas antioksidan (Kissinger et al., petak penelitian menunjukkan bahwa di 2012).

59 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

120000

100000

80000

60000

Number individuals (n/ha) Number of 40000

20000

Jumlah Individu, Jumlah 0 Semai (Seedling) Pancang (Sapling) Tiang (Pole) Pohon (Tree)

Tingkat Pertumbuhan, The growth rate)

Gambar (Figure) 3. Grafik hubungan kelas tingkat pertumbuhan dengan kerapatan (individu/ha) (Graph of the relationship between growth rate class and density (individuals/ha)

Ramin Gonystylus bancanus masuk penurunan area of occupancy (AOO) dan dalam daftar Appendix II CITES. kualitas habitat (Lampiran 2). Kayu ramin Sebelumnya tahun 2001 Indonesia merupakan salah satu jenis kayu mengusulkan ramin masuk appendix III pertukangan ringan yang paling banyak dan diterima, tapi ini masih memberikan diperdagangkan di dunia internasional, celah terjadinya illegal trade sehingga sebagai bahan vinir, dekorasi dan kayu pada tahun 2004 pada Conference of the gubalnya sering dimanfaatkan sebagai Parties (COP) meeting di Bangkok bahan baku wewangian (Heriyanto & Indonesia kembali mengusulkan untuk Garsetiasih, 2016). Saat ini masuk Appendix II. Jenis tersebut juga keberadaannya di habitat alamnya sangat termasuk dalam Red List IUCN dengan jarang dan dikuatirkan juga terancam kategori kritis (critically endangered) atau kepunahan (Surati, Samsuri, Lastini, & sudah mulai terancam punah, bahkan Purnama, 2010). terancam hilang di habitat alamnya Penilain status konservasi untuk (Vulnerable A1cd ver. 2.3) (Yulita, Yuyu, jenis Cotylelobium lanceolatum Craib & Partomihardjo, 2010). Berdasarkan termasuk tumbuhan terancam punah hasil penilaian status konservasi terkini bahkan terancam hilang (Vulnerable A 2c tingkat nasional (Pratama, 2017), ver. 3.1) (Ly et al., 2017). Jenis tersebut keberadaan jenis G. bancanus sudah sangat terancam dengan status genting sangat terancam dengan status Genting [EN A2cd; B2 ab (ii, iii)] karena (Endangered, EN A2c). Hal ini juga mengalami penurunan populasi 75% ditunjukkan dengan penurunan populasi dalam kurun waktu 100 tahun pada rentang tiga generasi (± 100 tahun) (Partomihardjo, Shomat, & Primajati, yang lalu yang diperkirakan mencapai 2017). lebih dari 50%, diindikasikan dari luasan Dipterocarpus tempehes termasuk

60 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny) jenis yang memiliki status kritis (CR belangeran (S. balangeran) dan jelutung/ A1cd+2cd, B1+2c ver. 2.3) (Ashton, pantung (D. polyphylla). Pemilihan jenis 1998). Namun penilaian status konservasi dalam kegiatan restorasi diprioritaskan lima tahun terakhir termasuk sangat pada jenis endemik (lokal) hutan rawa terancam dengan status genting (EN gambut, jenis pohon kehidupan, dan jenis B1+2ab (i, ii)), populasi jenis ini terus pakan orang utan. Teknik pengembangan mengalami penurunan area extent of atau penanaman jenis di TN Sebangau occurrence (EOO) dan Area of Occupancy mengacu pada SK 86/IV-SET/Ho/2007, (AOO) karena konversi lahan, kebakaran tentang petunjuk teknis rehabilitasi habitat hutan, dan perubahan iklim global di kawasan konservasi (Istomo et al., (Hamidi, 2017) . 2010). Terdapat program utama pada Shorea gibbosa termasuk jenis yang kegiatan konservasi di TN Sebangau yang memiliki status kritis (CR A1cd ver 2.3) bekerjasama dengan masyarakat yaitu (Ashton, 1998). Hasil pengamatan status pembangunan tabat, bendungan atau dam konservasi terkini (Robiansyah & dengan tujuan untuk menaikan permukaan Purwaningsih, 2017), menyatakan bahwa air agar lahan gambut tetap lembab, tidak jenis ini termasuk status genting (EN mudah terbakar dan menciptakan kondisi A2cd; B2 ab (ii, iii)), dan mengalami yang mendukung tumbuh kembang penurunan populasi sebanyak 75% dalam vegetasi. Dalam upaya pencegahan kurun waktu 100 tahun. Saat ini hanya kebakaran pihak pengelola juga dibantu ditemukan di 3 lokasi, yaitu satu di oleh masyarakat dalam memperoleh Kalimantan dan dua di Pulau Sumatera. laporan dan informasi bila ditemukan Shorea balangeran, jenis tumbuhan keberadaan titik api. Masyarakat juga endemik Kalimantan ini hampir punah di berperan aktif dalam kegiatan penanaman alam dan hanya dibudidayakan dalam serta melakukan monitoring pertumbuhan skala kecil termasuk kategori kritis (CR pohon yang ditanam (Taman Nasional A1cd ver 2.3) (Ashton, 1998). Penilaian Sebangau, 2011). tingkat nasional oleh Robiansyah & Upaya konservasi ekosistem Purwaningsih (2017), S. balangeran kawasan hutan rawa gambut telah termasuk kategori kritis akibat ancaman ditingkatkan dengan melakukan pengujian utama di masa lalu dan masih berlangsung jenis pohon potensial untuk kegiatan hingga kini yaitu pembalakan, perubahan restorasi gambut dengan pengelompokan fungsi lahan dan kebakaran hutan. 15 jenis pohon lokal hutan rawa gambut, Diperkirakan saat ini individu tersisa 25 jenis dipterokarpa, 7 jenis pohon cepat terutama di kawasan perlindungan ber- tumbuh non gambut dan 3 jenis pohon jumlah kurang dari 250 individu dewasa. penghasil biodisel. Selain itu, pelibatan Dengan demikian diperkirakan penurunan masyarakat yang berada di sekitar populasi dalam rentang satu generasi ke kawasan hutan rawa gambut bekas depan akan mencapai 25 %. terbakar, terutama dalam pemilihan jenis pohon dan penanaman dengan menerap- D. Upaya Konservasi Ekosistem kan pola-pola partisipatif (Daryono et al., Upaya konservasi ekosistem hutan 2014). rawa gambut TN Sebangau yang terancam Berbagai upaya telah dilakukan punah sudah sering dilakukan oleh pihak untuk meningkatkan pertumbuhan C. pengelola, misalnya dengan melakukan rotundatus, jenis langka terancam punah, kegiatan perlindungan, pengamanan dan menggunakan metode pemberian pupuk penanggulangan kebakaran hutan. Upaya hayati (biofertilizer) (Burhanuddin & konservasi juga dilakukan oleh pihak Kabirun, 2011). Perbanyakan jenis ini pengelola dengan menanam jenis ramin juga dapat dilakukan menggunakan (G. bancanus), pulai (A. pneumatophora), metode permudaan alam cabutan melalui

61 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

pengaturan media tumbuh (Istomo & Sebangau, tetapi hampir mirip dengan Valentino, 2012). Kemudian salah satu beberapa studi hutan rawa gambut upaya memperbanyak jenis ini yaitu Kalimantan lainnya. Komposisi jenis melalui konservasi in vitro menggunakan tumbuhan masih didominasi oleh jenis asli teknik perbanyakan dengan kultur hutan rawa gambut dengan regenerasi jaringan. Bagian anakan yang diambil alam yang lengkap seperti P. untuk dikulturkan adalah bagian pucuk xanthochymum (de Vriese) Pierre, dan D. (Vianti, Sandra, & Istomo, 2011). borneensis Hiern. Tingkat pertumbuhan Untuk konservasi ramin telah pancang didominiasi oleh jenis C. dilakukan pembudidayaan, salah satunya rotundatus (Miq.) Danser dan Syzygium dengan membangun hutan ramin melalui zeylanicum (L.) DC. Tingkat semai konservasi ex-situ dan in-situ, serta didominasi oleh jenis S. zeylanicum (L.) penyelamatan pohon induk sebagai DC. dan P. helicopus Kurz ex. Miq., sumber genetik ramin. Ujicoba penana- mewakili karakteristik rawa-gambut. Nilai man jenis ramin dilakukan di KHDTK indeks keanekaragaman pada berbagai Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. tingkat pertumbuhan adalah 1 < H’ < 3 Selain itu, dilakukan pula pembuatan menunjukkan bahwa tingkat kebun pangkas sebagai sumber benih keanekaragaman jenis pada suatu tempat vegetatif. Setelah penanaman, dilakukan sedang melimpah dan terdistribusikan pemeliharaan dan pengamatan partum- dengan baik. Terdapat sembilan jenis buhan tanaman secara periodik (Komar, tumbuhan masuk dalam kategori 2011). Upaya konservasi juga dilakukan dilindungi di bawah regulasi Indonesia, dengan membangun kebun pangkasan empat jenis endemik, lima jenis terancam ramin yang nantinya akan digunakan (Endangered), tujuh jenis rawan untuk menghasilkan tunas-tunas sebagai (Vulnerable), empat jenis kritis (Critically bahan pembuatan stek pucuk (Rusmana, Endangered). 2013). Badan Litbang Kehutanan bersama International Tropical Timber B. Saran Organization (ITTO) telah mengindentifi- Untuk kepentingan pengelolaan kasi lokasi terdegradasi dan terdeforestasi kawasan TN Sebangau di masa di Sumatera dan Kalimantan untuk mendatang, perlu dilakuan kajian lebih penanaman kembali ramin di hutan rawa lanjut mengenai keanekaragaman jenis gambut, baik di hutan produksi, kawasan dan penilaian status konservasi terkini konservasi dan kawasan lainnya (Angraini pada tingkat nasional. Mengingat status et al., 2013). Upaya kegiatan tersebut konservasi jenis tumbuhan langka dan dilakukan melalui pengembangan terancam kepunahan semakin penting, teknologi propagasi bahan tanaman ramin maka perlu dilakukan rekayasa ekologi yang berkualitas dan pengembangan dengan melakukan pengelolaan dan teknologi penanaman ramin di hutan rawa konservasi pohon-pohon terancam punah, gambut di Sumatera dan Kalimantan reintroduksi hutan rawa gambut untuk (Nurjanah, Octavia, & Kusumadewi, mengembalikan kondisi permudaan alami 2013). sampai kondisi normal, dengan upaya pengembangan dan konservasi ex situ. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapakan terimakasih dan Keanekaragaman jenis di lokasi penghargaan yang setingi-tingginya penelitian lebih rendah dibandingkan kepada Pusat Penelitian dan dengan hutan rawa gambut di Resort Pengembangan Konservasi dan Habaring Hurung, Taman Nasional Rehabilitasi atas bantuan pembiayaan

62 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny) yang diberikan kepada penulis untuk di Taman Nasional Gunung Gede menyelesaikan penelitian ini. Penelitian Pangrango, Jawa Barat. (p. 1: 691- ini dibiayai oleh anggaran APBN dari 695.). Pros Sem Nas Masy Pusat Penelitian dan pengembangan Biodivsitas Indonesia. Konservasi dan Rehabilitasi – DIPA Tahun Hamidi, A. (2017). Prekursor Buku Daftar 2014 dan 2015, sekarang namanya Merah Indonesia 1: 50 Jenis Pohon berubah menjadi Pusat Penelitian dan Kayu Komersil. (W. Yulita, K. S., Pengembangan Hutan di bawah Badan Partomihardjo, T. , Wardani, Ed.). Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, LIPI Press. Kementerian Lingkungan Hidup dan Heriyanto, N. M., & Garsetiasih, R. Kehutanan. Terima kasih juga penulis (2016). Ekologi dan Potensi Ramin sampaikan kepada Kepala Pusat (Gonystylus bancanus Kurz.) di Penelitian dan Pengembangan Konservasi Kelompok Hutan Sungai Tuan- dan Rehabilitasi, peneliti Botani dan Sungai Suruk, Kalimantan Barat. Ekologi Hutan, serta teknisi yang telah Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 24-29. banyak membantu. Hastuti, S., Muin, A., & Thamrin, E. (2014). Keanekaragaman Jenis DAFTAR PUSTAKA Vegetasi pada Hutan Rawa Gambut Angraini, W., Rusmana, Irawansyah, P., Sekunder dan Belukar Rawa Desa Adiwibowo, I. K., Bastoni, Sungai Pelang Kabupaten Ketapang. Prayoto, … Agusrizal. (2013). Lokasi Jurnal Hutan Lestari., 2(3), 435–443. Penanaman Kembali, Jumlah Hidayat, S. (2014). Kondisi vegetasi hutan Kebutuhan Bibit dan Skema lindung Sesaot, kabupaten Lombok Penanaman Berkelanjutan Jenis Barat, Nusa Tenggara Barat, sebagai Ramin. (A. P. Tampubolon, Ed.), informasi dasar pengelolaan kawasan. Prosiding Workshop Nasional Jurnal Penelitian Kehutanan (Cetakan Pe). Bogor, Indonesia: Wallacaea, 3 (2), 97–105. Forda Press. Irdiana, R. (2014). Sifat fisis dan mekanis Ashton, P. 1998. (1998b). Diperocarpus kayu tumih (Combretocarpus tempehes. The IUCN Red List of rotundatus) asal Kalimantan Tengah. Threatened Species Institut Petanian Bogor. 1998.e.T33378A9773976. Istomo, Komar, T. E., Tata, M. H. L., Borneonews. (2010). 11% Lahan di Sumbayak, E. S. S., & Rahma, A. Taman Nasional Sebangau rusak. (2010). Evaluasi Sistem Silvikultur Burhanuddin & Kabirun, S. (2011). Hutan Rawa Gambut di Indonesia. Asosiasi Jamur Mikoriza Arbuskula ITTO Project. Pusal Litbang Hutan Dengan Perepat (Combretocarpus dan Konservasi Alam. rotundatus Miq) dan Jelutung (Dyera Istomo, & Valentino, N. (2012). Effect of lowii Hook) di Lahan Gambut. Media Combination Treatment on Disertasi. Ilmu Tanah Universitas Seedling of Tumih (Combretocarpus Gadjah Mada. Yogyakarta. rotundatus (Miq.) Danser) Growth. Daryono, H., Subiakto, A., Sukandi, T., Jurnal Silvikultur Tropika, 3(2), 81– Darmawan, I. W. ., Pradjadinata, S., 84. Tata, M. H. L., … Panjaitan. (2014). IUCN. (2016). Rules of Procedure for RPI. 5: Pengelolaan Hutan Rawa IUCN Red List Assessments 2017- Gambut. Bogor. 2020. Version 3.0. Dendang, B., & Handayani, W. (2015). Ismaini, L., Lailati, M., Rustandi, & Struktur dan komposisi tegakan hutan Sunandar, D. (2015). Analisis

63 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

komposisi dan keanekaragaman Mawazin, & Subiyakto, A. (2013). tumbuhan di Gunung Dempo, Keanekaragaman dan Komposisi Sumatera Selatan. In Seminar Jenis Permudaan Alam Hutan Rawa Nasional Masyarakat Biodiversitas Gambut Bekas Tebangan di Riau. Indonesia (Vol. 1, No. 6) (pp. 1397– Jurnal Forest Rehabilition., 1(1), 59– 1402). 73. http://doi.org/10.13057/psnmbi/m010 Mirmanto, E. (2010). Vegetation analyses 623. of Sebangau peat swamp forest, Limin, S.H., Jentha & Ermiasi, Y. (2007). Central Kalimantan. In Sutarno (Ed.), History of the Development of Biodiversitas 11(2) (pp. 82–88). Tropical Peatland in Central Department of Biology, Faculty of Kalimantan, Indonesia. Tropics 16 Mathematics and Natural Sciences, (3), 291 – 301. Sebelas Maret University, Surakarta Kartawinata, K., & Abdulhadi, R. (2016). and The Society for Indonesian Ekologi Vegetasi - Tujuan dan Biodiversity. Metode. (D. M. Dombois & H. https://doi.org/10.13057/biodiv/d110 Ellenberg, Eds.) (Terjemahan). 206. Bogor, Indonesia: LIPI Press & Nugroho, A. W. (2012). Struktur Vegetasi Yayasan Pustaka Obor Indonesia. dan Komposisi Jenis Pada Hutan Khalwani, K. M., Bahruni, B., & Rawa Gambut di Resort Habaring Syaufina, L. (2017). Nilai Kerugian Hurung, Taman Nasional Sebangau, dan Efektivitas Pencegahan Kalimantan Tengah. In Prosiding Kebakaran Hutan Gambut (Studi Seminar Hasil-hasil Peneltian Kasus di Taman Nasional Sebangau BPTKSDA Hasil-hasil Riset untuk Provinsi Kalimantan Tengah). Mendukung Konservasi yang Risalah Kebijakan Pertanian dan Bermanfaat dan Pemanfaatan yang Lingkungan: Rumusan Kajian Konservatif. (p. 10). Samboja Kaltim: Strategis Bidang Pertanian dan BPTKSDA. Lingkungan., 2(3), 214-229. Nurjanah, S., Octavia, D., & Kissinger, Zuhud, E. A. M., Latifah, K., Kusumadewi, S. (2013). Identifikasi Darusman, & Iskandar. (2012). Lokasi Penanaman Kembali Ramin Penapisan Senyawa Fitokimia dan (Gonystylus bancanus Kurz) di Hutan Pengujian Antioksidan Ekstrak Daun Rawa Gambut Sumatera dan Pohon Merapat (Combretocarpus Kalimantan. Pusat Penelitian dan rotundatus MIQ.) dari Hutan Pengembangan Konservasi dan Kerangas. Jurnal Penelitian Hasil Rehabilitasi, dengan International Hutan., 31(1), 9–18. Tropical Timber Organization Komar, T. E. (2011). Peta Jalan Menuju (ITTO)-CITES Phase 2 Proj. (T. E. Komar, Ed.) (Cetakan Pe). Bogor: Pengelolaan Ramin (Gonystylus bancanus). Bogor, Indonesia: ITTO Forda Press. Project PD 426/06 Ref. 1(f), bersama Nyoman, Waskitha, & Thamrin, E. (2014). dengan Pusat Penelitian dan Struktur dan Komposisi Tegakan Pengembangan Konservasi dan Hutan di Pulau Selimpai Kecamatan Rehabilitasi Hutan-Badan Penelitian Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan dan Pengembangan Kehutanan. Barat. Jurnal Hutan Lestari, 2(2), Ly, V., Nanthavong, K., Pooma, R., Luu, 327–333. H.T., Khou, E. & Newman, M. Partomihardjo, T., Shomat, F., Primajati, (2017). Cotylelobium lanceolatum M. (2017). Cotylelobium lanceolatum Craib. Craib. Dalam Prekursor Buku Daftar

64 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

Merah Indonesia 1: 50 Jenis Pohon Surati, J. I. N., Samsuri, Lastini, T., & Kayu Komersil. (W. Yulita, K. S., Purnama, E. S. (2010). Teknik Partomihardjo, T. , Wardani, Ed.). inventarisasi sediaan ramin di Hutan LIPI Press. Dalam proses. Rawa Gambut. ITTO Cites Project Pratama, B. A. (2017). Gonystylus bekerjasama dengan Puslitbang bancanus (Miq.) Kurz. Dalam Hutan dan Konservasi Alam, Badan Prekursor Buku Daftar Merah Litbang Kehutanan, Kementerian Indonesia 1: 50 Jenis Pohon Kayu Kehutanan. Bogor. Komersil. (W. Yulita, K. S. , Taman Nasional Sebangau. (2011). Partomihardjo, T., Wardani, Ed.). Sekilas Tentang TN Sebangau. LIPI Press.Dalam proses. Taman Nasional Sebangau, B. (2014). Randi, A., Manurung, T. F., & Siahaan, S. Buku Statistik Taman Nasional (2014). Identifikasi Jenis-Jenis Pohon Sebangau. Balai Taman Nasional Penyusun Vegetasi Gambut Taman Sebangau. Direktorat Jendral Nasional Danau Sentarum Kabupaten Perlindungan Hutan dan Konservasi Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari, Alam. Kementerian Kehutanan. 2(1), 66–73. Tata, M. H. L., & Pradjadinata, S. (2013). Robiansyah, I., & Purwaningsih. (2017). Regenerasi Alami Hutan Rawa Shorea balangeran (Korth.) Burck. Gambut Terbakar dan Lahan Gambut Prekursor Buku Daftar Merah Terbakar di Tumbang Nusa, Indonesia 1: 50 Jenis Pohon Kayu Kalimantan Tengah dan Implikasinya Komersil. (W. Yulita, K. S., Terhadap Konservasi. Jurnal Partomihardjo, T. , Wardani, Ed.). Penelitian Hutan Dan Konservasi LIPI Press. Dalam proses. Alam., 10(3), 327–342. Rusmana. (2013). Teknologi Konsrvasi . (2010a). Phyllathanceae. Ramin. RPI: Konservasi Flora, Fauna The Plant List. (2010b). Picrodendraceae. dan Mikroorganisme. Banjar Baru. The Plant List. (2010c). Primulaceae. Saridan, A., & Fajri, M. (2014). Potensi The Plant List. (2010d). Stemonuraceae. Jenis Dipterokarpa di Hutan Penelitian Labanan, Kabupaten Vianti, Sandra, E., & Istomo. (2011). Berau, Kalimantan Timur. Journal of Konservasi In Vitro Jenis Tumbuhan Dipterocarp Ecosystem Research, Gambut Tumih (Combretocarpus 8(1), 7-14. rotundatus (Miq). Danser). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Secretariat. (2017). Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm. World Checklist of Selected Plant. (2012a). Aglaia rubiginosa (Hiern) Sidiyasa, K. (2009). Struktur dan Pannell. komposisi tegakan serta keanekaragamannya di Hutan World Checklist of Selected Plant. Lindung Sungai Wain, Balikpapan, (2012b). Aglaonema marantifolium Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Blume. Hutan Dan Konservasi Alam, 6(1), World Checklist of Selected Plant. 79–93. (2012c). Aidia densiflora (Wall.) Subiandono, E., & Heriyanto, N. M. Masam. (2016). Kajian Tumbuhan Obat Akar World Checklist of Selected Plant. Kuning (Arcangelisia flava Merr.) di (2012d). Diospyros foxworthyi Bakh. Kelompok Hutan Gelawan, World Checklist of Selected Plant. Kabupaten Kampar, Riau. Buletin (2012e). Maasia glauca (Hassk.) Plasma Nutfah, 15(1), 43-48. Mols, Kessler & Rogstad.

65 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

World Checklist of Selected Plant. World Conservation Monitoring Centre. (2012f). Madhuca motleyana (de (1998). Combretocarpus rotundatus. Vriese) J.F.Macbr. Yanto, Usman, F. H., & Yani, A. (2014). World Checklist of Selected Plant. Sifat Mekanik pada Sambungan Kayu (2012g). Psydrax dicoccos) Gaertn. Nyatoh (Palaquium xanthochymum World Checklist of Selected Plant. Pierre) Berdasarkan Bentuk (2012h). Tarenna asiatica (L.) Kuntze Sambungan dan Macam Alat ex K.Schum. Sambung. Jurnal Hutan Lestari, 2(2), World Checklist of Selected Plant. 278–286. (2012i). Tristaniopsis merguensis Yulita, K.S., Yuyu S. P., & Partomihardjo, (Griff.) Peter G.Wilson & T. (2010). Keragaman Genetika J.T.Waterh.). Ramin [Gonystylus bancanus (Miq.) World Checklist of Selected Plant. Kurz] dari Provinsi Riau Berdasarkan (2012j). Tristaniopsis obovata Profil Random Amplified Polymorphic DNA. Jurnal Biologi (Benn.) Peter G.Wilson & J.T.Waterh. Indonesia, 6((2)), 173–183.

66 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

Lampiran (Appendix) 1. Daftar jumlah jenis flora dalam seluruh petak cuplikan di Danau Punggualas, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah (List of number flora species within sample plots of Punggualas Lake, Sebangau, Nationl Park Central Kalimantan) No Nama daerah Jenis Suku

(Local name) (Species) (Family) 1 kajunjung putih Actinodaphne glomerata (Blume) Nees Lauraceae 2 Kajalaki Aphanamixis rubiginosa Griff. ex C.DC. Meliaceae (Aglaia rubiginosa (Heirn.) Pannell) 1) 3 Lampoyang Aglaonema oblongifolium (Roxb.) Kunth Araceae (Aglaonema marantifolium Blume) 2) 4 madang perawas Alseodaphne conacea Kosterm. Lauraceae (Nothaphoebe coriacea) (Kosterm.)Kosterm. 3) 5 Gemor Nothaphoebe umbelliflora (Blume) Blume Lauraceae 6 kayu hanyer Ardisia villosa Roxb. Myrsinaceae (Primulaceae) (Plant List, 2010) 7 kayu kamantau Artocapus kemando Miq. Moraceae 8 Bakung Asplenium nidus L. Aspleniaceae 9 Saraka Choriophyllum malayanum Benth. Euphorbiaceae (Austrobuxus nitidus Miq. ) 4) (Picrodendraceae) ( Plant List, 2010) 10 Hampuak Baccaurea bracteata Mull.Arg. Euphorbiaceae (Phyllathanceae) (Plant List, 2010) 11 kayu randa Blumeodendron tokbrai (Blume) Kurz Euphorbiaceae 12 anggrek joged Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq. Orchidaceae 13 Bintangur Calophyllum sclerophyllum Vesque Clusiaceae 14 Parut Calophyllum soulattri Burm.f Clusiaceae 15 Tarantang Campnosperma auriculatum (Blume) Hook.f. Anacardiaceae 16 tarentang putih Camnosperma coriceum (Jack.) Hall.f ex Anacardiaceae Steen 17 Kalalawit Canthium dicoccum (Gaertn.) Teys. & Binn Rubiaceae (Psydrax dicoccos) Gaertn. 5) 18 kayu kulat Cantleya corniculata (Becc.) R.A.Howard Icacinaceae (Stemonuraceae) (Plant List, 2010) 19 Takurak Castanopsis foxworthyi Schottky Fagaceae 20 Kamasira Chaetocarpus castanocarpus (Roxb.) Euphorbiaceae Thwaites (Peraceae) (Plant List, 2013) 21 Tumih Combretocarpus rotundus (Miq.)Danser Rhizophoraceae (Anisophylleaceae) (Plant List, 2013) 22 Rasak Cotylelobium lanceolatum Craib Dipterocarpaceae 23 Geronggang Cratoxylun arborescens (Vahl.) Blume Hypericaceae 24 Kajunjung Cryptocarya crassinervia Miq. Lauraceae 25 kayu alau Dacrydium pectinatum de Laub. Podocarpaceae 26 Martibu Dactylocladus stenostachys Oliv. Crypteroniaceae 27 tutup kabali Diospyros borneensis Hiern. Ebenaceae 28 kayu kasat/kayu sial Diospyros laevigata Bakh. Ebenaceae

67 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

No Nama daerah Jenis Suku (Diospyros foxworthyi Bakh.) 6) 29 Ehang Diospyros siamang Bakh. Ebenaceae 30 Keruing Dipterocarpus tempehes Sloot. Dipterocarpaceae 31 Pantung Dyera polyphylla ((Miq.) Steenis Apocynaceae 32 bangkinang tikus Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Elaeocarpaceae 33 kayu kamasutra Fagraea racemosa Jack. Loganiaceae 34 Lunuk Ficus microcarpa L. Moraceae 35 lunuk nasi Ficus sundaica Blume Moraceae 36 rasu kelep Freycinetia angustifolia Blume Pandanaceae 37 nyatoh bawui, ketiau Ganua motleyana (de Vriese) Pierre ex. Sapotaceae Dubard. (Madhuca motleyana (de Vriese) J.F.Macbr.) 7) 38 Gantalang Garcinia bancana Miq. Clusiaceae 39 Gandis Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. Clusiaceae 40 Ramin Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Thymelaeaceae 41 matondang Harpullia cupaniopsis Roxb. Sapindaceae 42 Daha merah Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. Myristicaceae 43 Babaka Hydnocarpus woodi Merr. Flacourtiaceae 44 Daha putih Knema percoriaceae Sinclair Myristicaceae 45 kayu areng Kokoona ovatolanceolata Ridl. Celastraceae 46 uwe tali manuk Korthasia rigida Blume Arecaceae 47 Pampaning Lithocarpus conocarpus (Oudem) Rehd. Fagaceae 48 madang perawas Litsea odorifera Val. Lauraceae 49 Nyatoh burung Lophopetalum beccarianum Pierre Celastraceae 50 mahang tirik Macaranga diepenhorstii (Miq.) Muell.Arg. Euphorbiaceae 51 kayu asam Magnolia elegans (Blume) King Magnoliaceae 52 Gelam Melaleuca cajuputi Powell Myrtaceae 53 Sagagulang Melicope sp. Rutaceae 54 gelam merah Memecylon edule, Roxb Melastomataceae 55 Keripak Mezzettia leptopoda Oliv. Annonaceae 56 Mahawai Mezzettia umbellata Beccari Annonaceae 57 Maruang Myristica lowiana King Myristicaceae 58 kayu Neoscortechinia philippinensis (Merr.) Euphorbiaceae karandau/aciu/pupuh Welzen. pelanduk/ karurang 59 Piais Nephelium lappaceum L. Sapindaceae 60 Nephentes Nephenthes ampularis Jack. Nephentaceae 61 Nepenthes Nephenthes gracilis Korth. Nephentaceae 62 tampang gagas Sapotaceae Palaquium cochleariifolium P.Royen 63 Ketiau Palaquium rostratum (Miq.) Burck Sapotaceae 64 Mahalilis Palaquium xanthochymum (de Vriese) Pierre Sapotaceae 65 Pandan Pandanus helicopus Kurz ex. Miq. Pandanaceae

68 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

No Nama daerah Jenis Suku 66 Bintan Rosaceae Parastemon urophyllus (Wall. ex A.DC.) (Chrysobalanaceae) A.DC. (Plant list, 2010) 67 Tapanggang Parkia singularis Miq. Leguminoceae 68 nyatoh beringin Payena microphylla Pierre Sapotaceae 69 Putat Planchonia valida (Blume) Blume Lecythidaceae 70 Rotan Plectocomia muelleri Blume Arecaceae 71 kayu bangka Ploiarium alternifolium (Vahl) Melch. Theaceae (Bonnetiaceae) (Plant list, 2013) 72 rewui saluang Polyalthia glauca Boerl. Annonaceae (Maasia glauca (Hassk.) Mols, Kessler & Rogstad) 8) 73 takasai/malabuwi Pometia pinnata Forst. Sapindaceae 74 Lewangan Pouteria malaccensis (C.B.Clarke) Baehni Sapotaceae 75 tusuk karandang Randia oppositifolia (Roxb.) Koord. Rubiaceae (Aidia densiflora (Wall.) Masam) 9) 76 Papung Sandoricum beccarianum Baill. Meliaceae 77 kayu kacang Santiria laevigata Blume Burceraceae 78 madang batu Santiria oblongifolia Blume Burceraceae 79 tulang handepe Scolopia macrophylla (Wight & Arn.) Clos Flacourtiaceae 80 belangeran/meranti/ Shorea balangeran (Korth.) Burck Dipterocarpaceae kahoi 81 meranti burung Shorea gibbosa Brandis Dipterocarpaceae 82 meranti padi/meranti Shorea teysmanniana Dyer Dipterocarpaceae bunga 83 Kayu jirak Symplocos cochinchinensis var. laurina Symplocaceae (Retz.) Noot. 84 belawan tikus Syzygium filiforme Chantaran. & J.Parn. Myrtaceae 85 tabati/uwe Syzygium cuprea K.et V Myrtaceae 86 gelam tikus Syzygium curtisii (King) Merr. & L.M.Perry Myrtaceae 87 enyak beruk Syzygium durifolium Merr.&L.M. Perry Myrtaceae 88 saraka 1 Syzygium sp. Myrtaceae 89 tatumbu putih Syzygium garciniifolium (King) Merr. & Myrtaceae L.M.Perry 90 uweh burung Syzygium laxiflorum (Blume) DC Myrtaceae 91 tatumbu Syzygium zeylanicum (L.) DC. Myrtaceae merah/tatumbu bahandang 92 bungkuk manuk Tarenna incerta Koord. & Valeton Rubiaceae (Tarenna asiatica (L.) Kuntze ex K.Schum.) 10) 93 Punak Tetramerista glabra Miq. Ochnaceae 94 kayu tabung Ternstroemia elongata Korth. Theaceae 95 mahang batu/rewui Trigonopleura malayana Hook.f Peraceae tangkuwi 96 belawan merah Tristania maingayi Duthi Myrtaceae (Tristaniopsis merguensis (Griff.) Peter G.Wilson & J.T.Waterh.) 11) 97 belawan putih Tristania obovata (R.Br.) Peter G.Wilson Myrtaceae (Tristaniopsis obovata (Benn.) Peter G.Wilson & J.T.Waterh.) 12)

69 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

No Nama daerah Jenis Suku 98 Kemuning Xanthophyllum stipitatum A.W.bennett Polygalaceae 99 Rahanjang Xylopia malayana Hk.f et.Th. Annonaceae Keterangan (Remark): ditebalkan (bolt) = hasil revisi (revised) 1)(World Checklist of Selected Plant, 2012a); 2)(World Checklist of Selected Plant, 2012b); 3) (Secretariat, 2017); 4)(Peter C. Van Welzen, 2010); 5) (World Checklist of Selected Plant, 2012g); 6)(World Checklist of Selected Plant, 2012d); 7)(World Checklist of Selected Plant, 2012f); 8)(World Checklist of Selected Plant, 2012e); 9)(World Checklist of Selected Plant, 2012c); 10)(World Checklist of Selected Plant, 2012h); 11)(World Checklist of Selected Plant, 2012i); 12)(World Checklist of Selected Plant, 2012j); (The Plant List, 2010b); (The Plant List, 2010d); (The Plant List, 2010c); (The Plant List, 2010a).

70 Komposisi Jenis dan Struktur Hutan Rawa Gambut (Kalima, T & Denny)

Lampiran (Appendix) 2. Daftar jenis tumbuhan di Danau Punggualas, Taman Nasional Sebangau berdasarkan status IUCN (List of plant species in Lake Punggualas, Sebangau National Park, Central Kalimantan based on IUCN status ) No Suku / Jenis Status IUCN Keterangan Family/ Species (IUCN Status) (Remark)

Apocynaceae VU World Conservation Monitoring Centre. 2008. (Vulnerable ) 1 Dyera polyphylla Dyera polyphylla. The IUCN Red List of Threatened. ((Miq.) Steenis IUCN 2008: T33243A9770852 ISSN 2307-8235 (online). http://www.iucnredlist.org/details/33243/0 Ly, V., Nanthavong, K., Pooma, R., Luu, H.T., Khou, E. & Newman, M. (2017). Cotylelobium lanceolatum Craib. The IUCN Red List of Threatened Species 2017: Dipterocarpaceae VU A2c ver e.T33069A2832191. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK. 2 Cotylelobium 3.1 2017- lanceolatum Craib (Vulnerable) 3.RLTS.T33069A2832191.en. http://www.iucnredlist.org/ details/33069/0 .Diunduh 16 Juli 2018

Partomihardjo, T., Shomat, F., Primajati, M. (2017). EN A2cd; B2 Cotylelobium lanceolatum Craib. Dalam Prekursor Buku ab(ii, iii) Daftar Merah Indonesia 1: 50 Jenis Pohon Kayu Komersil. (Endangered) Kusumadewi, S. Y., Partomihardjo, T. , Wardani, W. (Eds). LIPI Press. hal.27-30. Dalam proses.

Ashton, P. 1998. Diperocarpus tempehes. The IUCN Red List of Threatened Species 1998. e.T33378A9773976. Dipterocarpus 3 CR A1cd+2cd, http://dx.doi.org/10.2305/IUCN. tempehes Sloot. B1+2c ver. 2.3 UK.1998.RLTS.T33378A9773976.en. Diunduh 12 April 2017.

Arif Hamidi (2017). Dipterocarpus tempehes Sloot. Dalam Prekursor Buku Daftar Merah Indonesia 1: 50 Jenis

Pohon Kayu Komersil. Kusumadewi, S. Y., Partomihardjo, EN B1+2ab(i, T. , Wardani, W. (Eds). LIPI Press. hal.59-62. Dalam ii) proses

Ashton, P. 1998. Shorea balangeran. The IUCN Red List of Threatened Species 1998: e.T33103A9756028. Shorea balangeran CR A1cd ver 4 http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS. (Korth.) Burck 2.3 T33103A9756028.en. Diunduh 12 April 2017

Robiansyah, I., Purwaningsih. (2017). Shorea balangeran (Korth.) Burck. Dalam Prekursor Buku Daftar Merah Indonesia 1: 50 Jenis Pohon Kayu Komersil. Kusumadewi, CR A4cd; C1 S. Y., Partomihardjo, T. , Wardani, W. (Eds). LIPI Press. hal.97-101. Dalam proses

Ashton, P. 1998. Shorea gibbosa. The IUCN Red List of Threatened Species 1998: e.T33700A9802246. Shorea gibbosa CR A1cd ver 5 http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS. Brandis 2.3 T33700A9802246.en. Diunduh 13 Juli 2017.

EN A2cd; B2 Robiansyah, I., Purwaningsih. (2017 Shorea gibbosa

ab ( ii,iii ) Brandis. Dalam Prekursor Buku Daftar Merah Indonesia

71 Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 51-72

1: 50 Jenis Pohon Kayu Komersil. Kusumadewi, S. Y., Partomihardjo, T. , Wardani, W. (Eds). LIPI Press. hal.97- 101. Dalam proses

Ashton, P. 1998. Shorea teysmanniana. The IUCN Red List of Threatened Species 1998: e.T33139A9761632. EN A1cd ver Shorea http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS.T33139A 6 2.3 teysmanniana Dyer 9761632.en. (Endangered) Diunduh 16 Juli 2018.

Asian Regional Workshop (Conservation & Sustainable Management of Trees, Viet Nam, August 1996). 1998. Icacinaceae Cantleya corniculata. The IUCN Red List of Threatened Cantleya 7 VU Species 1998: e.T33197A9760751. corniculata (Becc.) (Vulnerable ) http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS.T33197A Howard 9760751.en

Plant List. (2014). Sandoricum beccarianum Baill. In VU Soepadmo, E.; Saw, L. G.; Chung, R. C. K.; Kiew, Ruth. Meliaceae (Vulnerable ) Tree Flora of Sabah and Sarawak. Forest Research 8 Sandoricum Institute Malaysia. pp. 191–192, 193. ISBN 983-2181-89- beccarianum Baill. 5.

World Conservation Monitoring Centre (2008). Combretocarpus rotundatus. The IUCN Red List Rhizophoraceae of Threatened Species 2018: VU Combretocarpus e.T37687A10066829. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK. 9 (Vulnerable ) rotundatus (Miq.) 1998.RLTS.T37687A10066829.en.

Danser http://www.iucnredlist.org/details/37687/0. Diunduh 16 Juli 2018.

World Conservation Monitoring Centre (2008). Psydrax dicoccos. The IUCN Red List of Threatened Species. ISSN Rubiaceae VU 2307-8235 (online). IUCN 2008: T32604A9716556 10 Psydrax dicoccos (Vulnerable) http://www.iucnredlist.org/details/32604/0.Diunduh 13 Gaertn. Juli 2018.

Kusumadewi Sri Yulita, Yuyu S. P., & Tukirin Thymelaeaceae VU Partomihardjo. (2010). Keragaman Genetika Ramin Gonystylus 11 (Vulnerable ) [Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz] dari Provinsi Riau bancanus (Miq.) Berdasarkan Profil Random Amplified Polymorphic DNA. Kurz. Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 173-183.

Pratama, B.A. (2017). Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. EN A2c Dalam Prekursor Buku Daftar Merah Indonesia 1: 50 Jenis ( Endangered) Pohon Kayu Komersil. Kusumadewi, S. Y., Partomihardjo, T., Wardani, W. (Eds). LIPI Press. Hal.223-226. Dalam proses.

72