ANALISIS STRATEGI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI (KPE) DI PROVINSI

Heri Apriyanto Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta

Abstract Most of Country Border Area in are underdeveloped area with limited social and economic infrastructure. On the adjacent area, the neighbor country such as that adjacent with Sumatera already developed growth centers and border corridors with so many economic activities and trade. The disparity among country can not be avoided, mostly in economic aspect. To develop Country Border Area as equal with neighbor country and surrounding area, it is needed policy to establish Economic Development Area (KPE) in Country Border Area. KPE is an area consist of some districts in border area that functionally bond to develop integrated superior economic. One of KPE developed is KPE Bagansiapiapi in Riau Province that adjacent with Malaysia. It has strategic location and abundant natural resources, but limited infrastructure as a constrain on economic development. For that reason, it is needed to formulate KPE Bagansiapiapi Strategic Plan based on agropolitan-marine integrated development area (AMIDA) concept.

Kata kunci : kawasan perbatasan negara, KPE bagansiapiapi, AMIDA

1. PENDAHULUAN Guna mengembangkan kawasan perbatasan negara dalam rangka upaya mensejajarkan Wilayah Provinsi Riau merupakan salah satu dengan negara tetangga dan wilayah lainnya maka kawasan perbatasan di bagian barat NKRI yang disusun suatu kebijakan pengembangan wilayah berbatasan dengan Negara Malaysia. Wilayah ini berupa pembentukan Kawasan Pengembangan tidak terlepas dari isu strategis yang terkait dengan Ekonomi (KPE). KPE ini sebagai upaya pembangunan Kawasan Perbatasan Antar perwujudan strategi spasial pemanfaatan ruang Negara, yang diantaranya adalah : keterbatasan kawasan, yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana, eksploitasi sumberdaya sektor-sektor unggulan pada masing-masing KPE. alam dan kawasan yang tak terkendali baik oleh Pengembangan KPE diharapkan dapat perambah dari dalam maupun luar negeri, dan mendorong pengembangan kawasan perbatasan keterbatasan kualitas SDM. Dampak dari hal-hal sebagai “beranda depan” negara dan pintu tersebut adalah semakin tertinggalnya gerbang internasional ke negara tetangga serta pembangunan di kawasan perbatasan negara mampu mendorong pengembangan kegiatan yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan tidak ekonomi setempat sebagai modal untuk hanya dengan negara tetangga, tetapi dengan mendorong kerjasama ekonomi yang saling simpul-simpul ekonomi di dalam negeri. Akibat dari menguntungkan antar negara. Kebijakan KPE kesenjangan ini mengakibatkan kawasan tersebut muncul dalam rancangan Peraturan perbatasan antar negara menjadi kawasan yang Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan rawan dari aspek pertahanan dan keamanan, dan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi masyarakatnya tertinggal secara ekonomi serta Kepulauan Riau. Di dalam rancangan peraturan ini terjadinya perusakan lingkungan. Untuk itu dikemukakan bahwa KPE merupakan salah satu diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam bentuk kebijakan dan strategi spasial pemanfaatan pengembangan kawasan perbatasan antar negara ruang dalam rangka percepatan pembangunan yang meliputi kesejahteraan masyarakat kawasan perbatasan yang tersebar di berbagai (prosperity ), pertahanan dan keamanan negara wilayah di Indonesia, baik darat maupun laut. (security) , dan keberlanjutan lingkungan hidup Kawasan Pengembangan Ekonomi itu sendiri (sustainability ). adalah kawasan yang mencakup beberapa

______10 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 10-17 kecamatan yang terikat secara fungsional dalam internal yang bisa dijadikan kunci sukses mengembangkan sektor-sektor ekonomi unggulan pengembangan KPE Bagansiapiapi. secara terpadu. • Kelemahan ( Weakness ), yakni faktor-faktor Di Provinsi Riau terdapat empat KPE yang akan internal yang bisa menjadi sumber dikembangkan, yaitu KPE Bagansiapiapi ketidakberhasilan pengembangan KPE (Kabupaten Rokan Hilir), KPE - (Kota Bagansiapiapi Dumai dan Kabupaten ), KPE Bengkalis • Peluang ( Opportunity ), adalah kondisi eksternal (Kabupaten Bengkalis) dan KPE (lingkungan strategis) yang dapat memberikan (Kabupaten Bengkalis) (Ditjen Penataan Ruang, dampak positif bagi pengembangan KPE 2006). Dalam makalah ini pembahasan Bagansiapiapi jika bisa dimanfaatkan dengan dikhususkan pada analisis strategi pengembangan baik. untuk KPE Bagansiapiapi. KPE Bagansiapiapi ini • Ancaman (Threath ), yakni kondisi eksternal berbatasan dengan Negara Malaysia yang (lingkungan strategis) yang dapat memberikan dipisahkan dengan Selat Malaka, dimana selat ini dampak negatif bagi pengembangan KPE merupakan salah satu jalur transportasi laut yang Bagansiapiapi jika tidak diantisipasi dengan cukup ramai. Namun letak yang strategis dan baik. potensi wilayah (ekonomi, dan SDA) yang ada, Dengan mengacu pada matriks hubungan belum termanfaatkan secara optimal guna antara kekuatan dan peluang (S-O), dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelemahan dan ancaman (W-T) maka selanjutnya daerah. Wilayah ini masih tertinggal dibandingkan dapat dirumuskan langkah-langkah strategis untuk dengan wilayah lain seperti Kota Dumai dan pengembangan KPE Bagansiapiapi. Bengkalis, apalagi dengan negara bagian di Untuk delineasi wilayah KPE Bagansiapiapi, Malaysia. sebagai dasar digunakan kriteria yang berasal dari Tujuan analisis ini adalah tersusunnya strategi Rancangan Peraturan Presiden tentang RTR pengembangan KPE Bagansiapiapi sehingga Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan dapat menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun kriteria kawasan tersebut sekaligus menjadi pemicu pembentukan KPE tersebut sebagai berikut : pengembangan ekonomi kawasan sekitarnya. a) Merupakan satu kesatuan wilayah administrasi pembangunan, dimana letak geografis 2. BAHAN DAN METODE kecamatan yang berbatasan langsung mempunyai jarak dari garis batas ≤ 50 km. Bahan yang digunakan untuk mengkaji strategi b) Mempunyai potensi pengembangan sektor pengembangan KPE Bagansiapiapi adalah kondisi unggulan, dimana tingkat kesesuaian lahan internal dan eksternal dari wilayah Bagansiapiapi tinggi (S2–S1), produktivitas komoditas tinggi dan Provinsi Riau. Kondisi ini meliputi kondisi fisik (di atas rata-rata provinsi), dan kecenderungan (termasuk positioning dan sumberdaya alam), permintaan ekspor komoditas positif (sedang perekonomian, sosial, budaya, kependudukan, dan hingga tinggi). infrastruktur wilayah. Selain itu juga dibutuhkan c) Sektor unggulan ditetapkan dengan berbagai macam kebijakan yang terkait dengan memperhatikan kondisi sumberdaya manusia, rencana pengembangan wilayah, seperti RTRWN, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Riau, budaya, ekonomi, teknologi, informasi, RTRW Kabupaten Rokan Hilir dan RTR Pulau- administrasi, pertahanan keamanan untuk pulau Kecil dan Pesisir Provinsi Riau, serta jangka waktu 20 tahun. dokumen-dokumen lain yang terkait. Peta-peta d) Berada dalam satu sistem pusat pelayanan tematik seperti peta topografi, geologi, tanah, dimana mempunyai kesamaan pusat pelayanan kesesuaian lahan, peta aliran sungai dan peta (ibukota kabupaten/kota) dan aksesibilitas ke bencana juga digunakan untuk mendukung pusat pelayanan tinggi (tersedia sarana dan analisis wilayah. prasarana). Metode yang digunakan untuk menentukan strategi pengembangan KPE ini adalah analisis 3. HASIL DAN PEMBAHASAN SWOT. Analisis ini untuk mengidentifikasikan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan (analisis 3.1. Profil KPE Bagansiapiapi lingkungan internal) dan faktor-faktor peluang dan ancaman (analisis lingkungan eksternal) (Rangkuti, KPE Bagansiapiapi secara administrasi terletak di Freddy, 1997). Analisis untuk penentuan skenario Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Berdasarkan ini terbagi menjadi 4 (empat) komponen dasar delineasi menurut kriteria pembentukan KPE maka yaitu : kawasan ini terdiri dari 4 kecamatan di Kabupaten • Kekuatan ( Strength ), merupakan faktor-faktor Rokan Hilir yang mempunyai batas langsung

______Analisis Strategi Kawasan Pengembangan...... (Heri Apriyanto) 11 dengan Negara Malaysia (Selat Malaka), yaitu rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi Kecamatan Pasir Limau Kapas (ibukota dan mengejar ketertinggalannya dari daerah- ), Kecamatan Kubu (ibukota Teluk daerah lain yang sudah maju, terutama daerah- Merbau), Kecamatan Bangko (ibukota daerah di sekitarnya seperti KPE Dumai-Rupat. Bagansiapiapi) dan Kecamatan (ibukota Infrastruktur wilayah yang dimiliki KPE Sinaboi) dengan luas daratan sekitar 2.600 km 2 Bagansiapiapi masih terbatas. Padahal, sebagai atau kira-kira 30% dari luas kabupaten seluruhnya. suatu kawasan pengembangan ekonomi yang Ibukota Kabupaten Rokan Hilir yang sebelumnya berada di Selat Malaka, posisinya sangat strategis ditetapkan di Ujung Tanjung (UU RI No 53 tahun dan sudah seharusnya infrastruktur dan 1999) telah dipindah ke Bagansiapiapi (UU RI aksesibilitas yang tersedia harus memadai karena No.34 Tahun 2008). Secara administratif, wilayah merupakan kunci bagi pengembangan kawasan KPE Bagansiapiapi mempunyai batas-batas ini. Hingga kini, transportasi laut di KPE sebagai berikut : Bagansiapiapi masih memegang peranan sangat • Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi penting. Sebagai wilayah yang berada di Sumatera Utara dan Selat Malaka. perbatasan, perdagangan antarnegara yang • Sebelah Selatan berbatasan dengan didistribusikan melalui transportasi laut sudah Kecamatan Batu Hampar, Bangko Pusako, menjadi kegiatan rutin. Rencana peningkatan Simpang Kanan, dan Bagan Sinembah pelabuhan-pelabuhan yang ada di wilayah dapat Kabupaten Rokan Hilir. dilihat pada Tabel 1. • Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Tabel 1. Rencana Pelabuhan di KPE Utara. Bagansiapiapi • Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai. Jenjang Jenis Jaringan Pelabuhan Secara geografis, keberadaan KPE Fungsi Angkutan Pelayanan Bagansiapiapi cukup strategis untuk kegiatan Penumpang perdagangan karena berbatasan langsung dengan Pel. Domestik & Sinaboi & barang/ Nasional internasional Negara Malaysia dan terletak di jalur pelayaran konvensional internasional (ALKI I). Wilayah KPE ini menjadi Bagan Pel. Barang/ Domestik lokasi bermuaranya sungai-sungai yang cukup siapiapi Regional konvensional besar yang pada umumnya merupakan lintas Penumpang Pulau Pel. kabupaten. Sungai Rokan merupakan sungai & barang/ Domestik Halang Regional terbesar yang melintas sejauh 350 kilometer dari konvensional Pel. Domestik & hulu di Kabupaten Rokan Hulu sampai muaranya Pani pahan di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir. Sungai- Regional lintas batas sungai lainnya adalah Sungai Kubu, Sungai Tj. Lumba- Pel. Barang/ Domestik & Bangko, dan Sungai Sinaboi. Namun kondisi lumba Regional konvensional lintas batas sungai-sungai tersebut sebagian besar mengalami Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2001 sedimentasi yang cukup tinggi, terutama Sungai Di sektor ekonomi, selama periode 2000-2004, Rokan yang menjadi salah satu urat nadi PDRB Kabupaten Rokan Hilir menurut harga perekonomian Kabupaten Rokan Hilir. Untuk konstan 2000 memperlihatkan fluktuasi. Pada tutupan lahan di KPE Bagansiapiapi didominasi tahun 2000 PDRB daerah ini telah mencapai oleh gambut, bakau, dan hutan serta perkebunan. Rp9.483.775 juta, namun setahun kemudian Permukiman hanya terkonsentrasi di Kota merosot sekitar 1,20% menjadi Rp9.369.721 juta. Bagansiapiapi dan ibukota-ibukota kecamatan. Di Meskipun sempat bangkit dalam dua tahun KPE Bagansiapiapi ini terdapat beberapa pulau berikutnya dengan mencatat laju masing-masing kecil, yaitu Pulau Halang, Pulau Jemur, Pulau 3,75% (menjadi Rp9.721.234 juta) dan 1,67% Berkey, Pulau Pedamaran dan Pulau Sinaboi. (Rp9.883.279 juta), tetapi memasuki tahun 2004 Jumlah penduduk KPE Bagansiapiapi pada kembali berkontraksi sebanyak -0,91% untuk tahun 2007 tercatat sebanyak 159.236 jiwa menggapai angka Rp9.793.555 juta. Akibat dari (www.rokanhilir.go.id), yang berarti sekitar 31% fluktuasi ini, laju pertumbuhan ekonomi yang diraih dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kabupaten Rokan Hilir hanya mencapai 0,83% per Rokan Hilir. Dengan demikian tingkat kepadatan tahun sepanjang rentang waktu 2000-2004. 2 penduduknya adalah sekitar 60 jiwa/km . Laju Sektor perikanan masih menjanjikan dan pertumbuhan penduduk sekitar 4,87% setiap merupakan salahsatu komoditas unggulan bagi tahunnya, sedikit di atas tingkat pertumbuhan KPE Bagansiapiapi ini. Hal ini terbukti dengan penduduk yang dicapai Provinsi Riau (4,61% per produksi perikanan khususnya perikanan tangkap tahun). Kecenderungan pertambahan penduduk (lihat Tabel 2). Selain itu terdapat industri galangan seperti ini cukup positif bagi KPE Bagansiapiapi kapal kayu dengan produksi sebanyak 55 unit per untuk mempercepat pembangunannya dalam tahun dan 200 kapal motor pertahun. ______12 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 10-17

Tabel 2. Produksi perikanan di KPE Bagansiapiapi - Kawasan permukiman tahun 2005 No Kecamatan Penangkapan Laut (ton) 3.2. Matriks Analisis SWOT KPE Bagansiapiapi 1. Bangko 372 2. Kubu 202 Dalam rangka penyusunan strategi 3. Pasir Limau Kapas 1.137 pengembangan maka dilakukan analisis kondisi 4. Sinaboi 342 KPE Bagansiapiapi baik dari berbagai aspek, yaitu Jumlah 2.053 fisik/geografis, sumberdaya alam, kemampuan Sumber : www.rokanhilir.go.id lahan, infrastruktur, ekonomi, sosial budaya, dan Berdasarkan RTRW Kabupaten Rokan Hilir pertahanan, keamanan, keselamatan negara. (Bappeda Kab. Rokan Hilir, 2002), sistem kota- Analisis dilakukan terhadap yang ada pada saat ini kota yang terdapat di KPE Bagansiapiapi meliputi maupun proyeksinya ke depan, sehingga dapat Kota Bagansiapiapi sebagai PKW, kemudian Kota diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan Sinaboi (Kec. Sinaboi), Kota Tanjung Lumba- ancaman terkait dengan pengembangan wilayah lumba (Kec. Kubu), dan Kota Panipahan ini sebagai KPE (lihat Tabel 3.). (Kec.Pasir Limau Kapas). Sedangkan berdasarkan Dalam rangka menjalankan misi sebagai pola ruang maka di wilayah KPE Bagansiapiapi kawasan pengembangan ekonomi, maka dapat meliputi : ditempuh beberapa langkah strategis, yaitu • Kawasan Lindung mengoptimalkan kekuatan atau potensi yang Kawasan Pusat Perlindungan Penyu di dimilikinya dengan memanfaatkan peluang Kawasan Pulau Jemur, hutan lindung gambut di sebanyak mungkin, dan meminimalkan kelemahan sebagian wilayah Kecamatan Pasir Limau dan yang ada dengan selalu berupaya mengatasi Kubu, serta beberapa kawasan pantai di tantangan atau ancaman yang dihadapinya. kecamatan-kecamatan yang terletak di pesisir. Dengan mengacu pada matriks hubungan antara • Kawasan Budidaya kekuatan, peluang, dan kelemahan serta ancaman - Kawasan pertanian tanaman pangan (padi) seperti yang diperlihatkan pada tabel sebelumnya, - Kawasan perkebunan besar (kelapa sawit) maka langkah-langkah strategis untuk - Kawasan perikanan di pesisir pantai mengembangkan wilayah Bagansiapi dan - Kawasan pariwisata di Pulau Jemur dan sekitarnya sebagai KPE dapat dirumuskan seperti wisata religius di Bangko pada subbab berikut. - Kawasan agroforestry Tabel 3. Ringkasan matriks SWOT KPE Bagansiapiapi No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1. Geografi dan • Posisi geografis • Lahan rawa, • Dekat pasar, • Penyelundupan dan SDA yang strategis dan pengelolaan belum kuantitas SDM pencemaran Potensi SDA besar optimal cukup lingkungan 2. Satuan • Lahan datar mudah • Kualitas air kurang • Penambangan • Rawan intrusi air Kemampuan dikelola, kuantitas baik, rawan banjir, bahan galian dan laut Lahan air cukup, daya abrasi dan erosi pemanfaatan lahan dukung memadai, pantai perkebunan 3. Infrastruktur • Memiliki pelabuhan • Kapasitas listrik, air • Investasi sektor • Pertumbuhan dan akses dan telekomunikasi primer (perikanan ekonomi kawasan transportasi ke jalur masih sangat dan perkebunan saat ini masih perdagangan terbatas • Perdagangan lintas lambat internasional • Kapasitas prasarana batas • Minat investasi • Memiliki akses darat dan sarana masih rendah ke pasar dan pusat transportasi masih pertumbuhan di terbatas dalam negeri 4. Ekonomi • Memiliki beberapa • Kontribusi ekspor • Perkembangan • Perekonomian di sektor, subsektor, terhadap Provinsi ekonomi regional luar kawasan dan komoditas Riau masih rendah mendatangkan memiliki daya saing unggulan di level perluasan akses yang lebih kuat provinsi pasar bagi KPE ini Sumber : Hasil Analisis

______Analisis Strategi Kawasan Pengembangan...... (Heri Apriyanto) 13

3.2.1. Strategi S – O 4) Menyusun regulasi yang terkait dengan pemilikan lahan dan tapal batas. Strategi yang dirumuskan di sini pada prinsipnya mendasarkan pada faktor internal yang 3.2.3. Strategi S – T mendukung pengembangan Bagansiapiapi sebagai KPE dan faktor eksternal yang Dalam merumuskan strategi ini, faktor internal memberikan peluang bagi upaya pengembangan yang mendukung upaya pengembangan KPE akan itu sendiri. Dari hasil identifikasi kedua faktor dimantapkan, sedangkan faktor eksternal yang tersebut, diperoleh langkah-langkah strategis bersifat ancaman akan diperkecil. Dengan sebagai berikut : skenario tersebut, maka strategi pengembangan 1) Dengan di dukung posisi dan pasar strategis yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : untuk pemasaran dan investor produk unggulan 1) Peningkatan ketahanan dan keamanan maka diperlukan suatu kerjasama dengan daerah/nasional. Dengan berkoordinasi dengan daerah penunjang dan juga negara tetangga, aparat keamanan untuk menjamin keamanan khususnya Malaysia. Untuk itu penyiapan basis investor maupun pelaku bisnis dalam data ( database ) sangat penting dan bersifat melakukan aktivitasnya di KPE ini. transparan. Infrastruktur juga harus disiapkan. 2) Menciptakan iklim yang kondusif untuk menarik Senjutnya dapat dibuka akses langsung ke investasi. Hal ini untuk menarik investasi dan Malaysia. pengembangan produk unggulan melalui 2) Dengan potensi SDA yang cukup besar, baik kemudahan regulasi dan keamanan usaha. perkebunan maupun tambang, maka perlu Dalam usaha menciptakan iklim yang kondusif dikembangkan secara optimal dengan untuk menarik investasi, diperlukan kemudahan memperhatikan kelestarian lingkungan. dan kejelasan dalam hal regulasi. Hambatan 3) Dengan adanya sungai-sungai yang cukup birokrasi sesegera mungkin ditiadakan dengan besar maka perlu perencanaan pemanfaatan cara deregulasi dan debirokratisasi. dan pengelolaannya secara baik sehingga lebih 3) Meningkatan kualitas dan keandalan produk berdaya guna. unggulan melalui penetapan standar mutu hasil produksi. 3.2.2. Strategi W – T 3.2.4. Strategi W – O Perumusan strategi di sini difokuskan pada upaya mereduksi faktor internal yang menghambat Perumusan strategi ini mengedepankan upaya (kelemahan), dan dibarengi dengan meminimalkan kelemahan dengan dibarengi mengantisipasi faktor eksternal yang mengancam langkah-langkah pemanfaatan peluang secara dalam pengembangan Bagansiapiapi sebagai baik agar dapat memperkuat potensi yang ada. KPE. Hasil rumusannya adalah sebagai berikut : Dengan dasar ini, maka strategi pengembangan 1) Menyusun prioritas pembangunan infrastruktur. yang diperlukan adalah : Hal ini perlu dilakukan karena terbatasnya 1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana pendanaan. Perencanaan harus secara dan prasarana infrastruktur. Dengan demikian komprehensif dengan memperhatikan tidak aksesibilitas ke lokasi dan pendistribusian hasil hanya lokasi KPE tetapi juga wilayah produk tidak sulit, sehingga menekan biaya pendukungnya. operasional. 2) Memperkuat koordinasi antar sektor dan antar 2) Membangun sarana pengolahan lebih lanjut daerah yang diharapkan program yang akan untuk tidak hanya menghasilkan bahan baku dilaksanakan terfokus dan saling bersinergis. saja, tetapi produk memiliki nilai tambah. Hal ini tidak hanya dilakukan di wilayah KPE Selanjutnya strategi-strategi di atas diringkas saja tetapi juga kabupaten, provinsi maupun berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi nasional. Dengan demikian tidak terjadi pengembangan KPE Bagansiapiapi yang hasilnya tumpang tindih program dan persaingan yang adalah sebagai berikut : tidak sehat dengan wilayah. • 3) Meningkatkan kesadaran para stakeholders Tata ruang : Keterpaduan dalam penyusunan akan pentingnya kelestarian DAS Rokan. tata ruang dan optimalisasi pemanfaatan ruang • Monitoring pengelolaan DAS ini untuk Pertahanan, keamanan dan keselamatan : mengatasi sedimentasi, dan penggunaan Peningkatan pengamanan zona pertahanan teknologi ramah lingkungan untuk mengatasi dan kerjasama pengamanan jalur pelayaran pencemaran. Diperlukan strategi pengelolaan Selat Malaka • DAS secara terintegrasi. Perbatasan antar negara : Kerjasama perdagangan dan pengelolaan ZEE

______14 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 10-17

• Kemampuan lahan/rawan bencana : Pemulihan a) Pemantapan fungsi-fungsi masing-masing kualitas lingkungan dan pemanfaatan bahan pusat pelayanan dan struktur ruang dan galian secara efisien keterkaitannya • Infrastruktur : Perluasan jaringan transportasi b) Penyiapan pintu gerbang keluar-masuk ke luar negeri (lintas batas) dan pusat negara tetangga baik barang maupun orang. pertumbuhan di dalam negeri, khususnya c) Peningkatan utilitas dan fasum/fasos untuk mendukung sektor unggulan d) Pemantapan kawasan lindung dan kawasan • Ekonomi regional : Peningkatan produktivitas, konservasi serta pengelolaan kawasan efektivitas dan efisiensi ekonomi gambut • Sektor unggulan : Agroindustri dan perkebunan, e) Penetapan arahan pemanfaatan ruang industri pengolahan, kelautan, dan untuk mendukung arahan AMIDA. perdagangan f) Pengembangan kawasan perikanan • Kelembagaan : Pengembangan kawasan tangkap, budidaya ikan dan kawasan agropolitan dan kelautan terpadu (PKAKT) atau pengolahan ikan serta sarana dan agropolitan-marine integrated development prasarana pendukungnya area (AMIDA). g) Penyiapan CBD terutama di pusat pertumbuhan Kota Bagansiapiapi 3.3. Konsep Pengembangan KPE Bagansiapiapi 3) Pengembangan Sistem transportasi : a) Jalan antara Bagansiapiapi dengan Bagan Konsep pengembangan KPE Bagansiapiapi Batu dan Ujung Tanjung harus ditingkatkan adalah pengembangan kawasan agropolitan dan menjadi jalan arteri primer dan kelautan terpadu (PKAKT) atau agropolitan-marine pengembangan jalan kolektor primer integrated development area (AMIDA). Secara bertujuan menghubungkan antar PKW dan sederhana, PKAKT atau AMIDA adalah sebuah antara PKW dan PKL konsep pengembangan wilayah/kawasan yang b) Peningkatan kapasitas jalan yang ada, berbasis pada potensi agroindustri dan untuk angkutan berat hasil pertanian (sawit) sumberdaya kelautan, terutama perikanan. c) Membuka jalan jalur pantai Sinaboi – Dumai Adapun dasar pertimbangan : d) Pengembangan jaringan antara pusat-pusat • Karakteristik KPE Bagansiapiapi terdiri dari dua produksi dengan pusat pengumpul dan karakter kawasan, yakni kawasan daratan distribusi (inland) dan kawasan perairan laut (marine) . e) Pengembangan jaringan antar pelabuhan • Potensi KPE Bagansiapiapi terdiri dari : sungai yang berfungsi sebagai pusat - Agroindustri berbasis kelapa sawit dan pengumpul dan distribusi (dari karet. Bagansiapiapi ke arah hulu sungai) - Budidaya ikan laut, penangkapan ikan laut, f) Peningkatan jenjang fungsi pelabuhan industri perikanan laut, industri perkapalan, Bagansiapiapi, Sinaboi, Panipahan, dan pariwisata pulau, transportasi laut. Tanjung Lumba-lumba dan diantaranya - Perdagangan regional dan antarnegara. dijadikan sebagai jalur penyeberangan antar Keterpaduan antara kawasan agropolitan dan negara (Port Dickson dan Port Klang, kelautan dapat diwujudkan dalam bentuk kawasan Malaysia) sentra bisnis ( Central Business District /CBD) di 4) Pengembangan Sumberdaya Air melalui wilayah pesisir, khususnya di Kota Bagansiapiapi. peningkatan kualitas wilayah sungai bagi penyediaan air baku (konservasi daerah 3.4. Strategi Pengembangan KPE Bagansiapiapi resapan air) terutama DAS Rokan; dan peningkatan kualitas sistem prasarana Berdasarkan analisis dan konsep yang telah sumberdaya air (pengolahan air baku dan disusun maka strategi pengembangan KPE jaringan) Bagansiapiapi menurut sektor adalah sebagai 5) Pengembangan Energi dan Tenaga Listrik berikut : melalui peningkatan kapasitas dan jaringan 1) Strategi pengembangan Komoditas/jasa listrik serta pemanfaatan sumber energi Unggulan AMIDA melalui : alternatif, misal melalui bahan bakar nabati a) Pengembangan kawasan agropolitan. maupun mikrohidro b) Pengembangan kawasan pesisir. 6) Pengembangan Telekomunikasi melalui c) Pengembangan kawasan sentra bisnis. peningkatan jaringan/kapasitas sambungan, d) Pengembangan kawasan pariwisata. pengembangan telepon seluler dan e) Pengembangan pemasaran. pengembangan jaringan dan pelayanan internet f) Pengembangan kelembagaan. 2) Tata Ruang :

______Analisis Strategi Kawasan Pengembangan...... (Heri Apriyanto) 15

3.5. Rencana Pemanfaatan Ruang KPE adalah pertanian (tanaman pangan). Dengan Bagansiapiapi demikian pemanfaatan kawasan budidaya didorong untuk dapat menunjang sektor-sektor Berdasarkan analisis pada sektor unggulan dimiliki unggulan tersebut. KPE Bagansiapiapi, maka sektor perikanan dan Rencana Tata Ruang, Rencana kelautan, pariwisata dan perkebunan (kelapa Pengembangan Klaster Kawasan Prioritas dan sawit) merupakan prioritas untuk mewujudkan Rencana Jaringan Transportasi di KPE AMIDA. Sedangkan sebagai sektor penunjang Bagansiapiapi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Strategi Pengembangan KPE Bagansiapiapi Sumber : Hasil Analisis

sektor perikanan dan kelautan, pariwisata dan 4. KESIMPULAN perkebunan yang merupakan komoditas prioritas, Salah satu upaya untuk mengembangkan dengan pusat perdagangan di Kota Bagansiapiapi. kawasan perbatasan negara adalah pembentukan Untuk itu program-program semua sektor seperti Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE). Hal ini Rencana Tata Ruang (RTR), pengembangan bertujuan untuk dapat mensejajarkan kawasan infrastruktur, dan kelembagaan yang direncanakan perbatasan negara yang pada umumnya termasuk harus mendukung terbentuknya AMIDA ini. daerah tertinggal, dengan negara tetangga Dengan demikian pendekatan kawasan maupun wilayah lainnya. Salah satu kawasan perbatasan negara tidak hanya dari pendekatan perbatasan negara di Provinsi Riau adalah Kota security , tetapi juga prosperity dan sustainability . Bagansiapiapi dan sekitarnya ditetapkan sebagai KPE. Berdasarkan analisis yang dilakukan DAFTAR PUSTAKA terhadap semua aspek yang ada dan proyeksi ke depan, maka strategi utama pengembangan KPE Bappeda Provinsi Riau, 2001, Rencana Tata Bagansiapiapi ini adalah dikembangkan sebagai Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2001- kawasan agropolitan dan kelautan terpadu 2015 , . (PKAKT) atau agropolitan-marine integrated development area (AMIDA). Hal ini didasari oleh Bappeda Kabupaten Rokan Hilir, 2002, Rencana

______16 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 1 April 2009 Hlm. 10-17 Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rokan Hilir http://www.rokanhilir.go.id/images/potensi-perikan Tahun 2002-2012 , Bagansiapiapi. anlaut.gif , Diakses tanggal 20 Juli 2008.

Ditjen Penataan Ruang, 2006, Rancangan Rangkuti, Freddy, 1997, Analisis SWOT Teknik Peraturan Presiden Republik Indonesia Membedah Kasus Bisnis , PT. Gramedia tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Pustaka Utama, Jakarta. Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau , Jakarta.

______Analisis Strategi Kawasan Pengembangan...... (Heri Apriyanto) 17