Mengenalkan Aceh Melalui Buah Tangan Buah Tangan Merupakan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Mengenalkan Aceh Melalui Buah Tangan Buah Tangan Merupakan Mengenalkan Aceh Melalui Buah Tangan Buah tangan merupakan hal yang dicari-cari bagi wisatawan atau disebut juga traveler, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, buah tangan dapat juga disebut oleh- oleh, kenang-kenagan atau bawaan. Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri untuk hal buah tangan tersebut, ada yang berupa souvenir kerajinan dari daerah setempat maupun kuliner yang dapat disajikan dalam bentuk buah tangan. buah tangan selalu menjadi suatu hal yang menjadi sasaran setiap wisatawan tentunya buah tangan akan terlintas dalam fikiran sebelum beranjak meninggal daerah yang dikunjunginya. Menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk membeli buah tangan atau souvenir disamping kekhasannya juga dari segi harga juga biasanya terjangkau oleh semua kalangan. Setiap orang yang mendapat buah tangan dari kerabat yang berpergian memiliki kebahagian tersendiri, tidak melihat nominal buah tangan yang diberikan, tetapi suatu perhatian dan pikiran khusus seseorang untuk memilih buah tangan disaat berpergian, itu lah nilai yang luar biasa mahal. Daerah Istimewa Aceh yang berbasis daerah syariat islam memiliki berbagai ragam khas yang dapat dijadikan buah tangan untuk dibawa pulang bagi sanak famili dan kerabat pada saat pulang kedaerah asal, beberapa khas Aceh yang dapat dijadikan buah tangan oleh wisatawan, diantaranya: Tas Aceh yang merupakan buah tangan atau souvenir yang dapat dijadikan daftar pertama dalam pencarian, tas aceh memiliki khas bordiran beragam, dan pilihan warna sesuai dengan selera pembeli, untuk kualitas dan modelnya sudah tidak perlu diragukan, wisatawan dapat membeli langsung ke pengrajinnya tentu akan mendapat harga miring. Kopi Aceh, Aceh merupakan daerah yang terkenal dengan penghasil kopi terbaiknya, aceh menjadikan kopi sebagai komuniti ekspor ke berbagai Negara. Rasanya juga belum lengkap apabila wisatawan berkunjunga ke Aceh belum merasakan kenikmatan kopi aceh. Banyak warung kopi di Aceh telah menjadi Aceh dengan julukan daerah 1001 warung kopi disamping itu untuk rasa dan kualitas kopi asal Aceh tidak perlu diragukan lagi, kopi aceh menjadi pilihan yang wajib untuk dapat dibawa pulang. Batik Aceh, aceh juga memiliki batik dengan motif kedaerahannya diantaranya motif batik aceh seperti motif pinto aceh (pintu aceh), motif bungong jeumpa (bunga kenanga), dan motif rencong aceh. Selain batik, Aceh juga memiliki songket aceh, songket aceh ini dihasil oleh pengrajin- pengrajin dari Kabupaten Aceh Besar, kabupaten ini meruapakan salah satu daerah kabupaten yang ada di Aceh yang berdampingan dengan wilayah ibu kota Provinsi Aceh yaitu Kota Banda Aceh. Kupiah meuketop, merupakan kupiah tradisional ikon kabupaten Aceh Barat, biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Aceh yang dikenakan pada pesta pernikahan oleh kaum pria. Setiap dari warna yang terukir pada kuipah meuketop memiliki arti dan makna tersendiri. Saat ini ada beberapa wisatawan menjadikan kupiah meuketop ini sebagai oleh-oleh atau buah tangan yang dibawa pulang. Rencong Aceh, merupakan senjata tradisional Aceh yang digunakan oleh bangsawan dari Aceh dan keberanian para pejuang syuhada, serta rakyat Aceh dimasa penjajahan Jepang dan Belanda. Senjata tradisional ini telah menjadi gelar bagi Aceh dengan sebutan “Tanah Rencong”. Senjata rencong ini mempunyai panjang variatif dari 10 cm sampai 50 cm. rencong dimasukan kedalam sarugn belati yang terbuat dari kayu, gading, tanduk, atau terkadang dari logam emas atau perak. Rencong Aceh ini juga menjadi pilihan banyak wisatawan saat berkunjung ke Aceh. Disamping karena histori dari rencong itu sendiri juga dari segi keindahan betuk dari rencong yang dihasilkan oleh pengrajin Aceh. Baju Kaos Aceh, seperti halnya di daerah lain, baju kaos menjadi oleh-oleh yang banyak dijajakin oleh pedagang bagi wisatawan. Bagi wisatawan buah tangan berupa kaos merupakan salah satu betanda bahwasanya wisatawan telah benar hadir dan berkunjung ke daerah tersebut. Ada banyak variatif tulisan yang menunjukan oleh-oleh atau buah tangan dari Aceh seperti kaos yang bertuliskan “I Love Aceh, Aceh Lon Sayang, dan lain sebagainya” Dendeng Aceh, termasuk salah satu khas oleh-oleh dari Aceh yang banyak peminatnya dan sangat dicari oleh wisatawan. Dendeng Aceh memiliki cita rasa yang enak dan berbagai jenis, ada dendeng daging sapi, ada juga dendeng daging rusa, tinggal wisatawan memilih sesuai seleranya. Kupiah Riman, merupakan sejenis peci yang dipakai oleh lelaki untuk menjalankan ibadah shalat, kupiah riman ini merupakan kerajinan rumahan oleh ibu-ibu perangjian di Aceh, kupiah riman juga banyak diminati untuk dijadikan souvenir atau buah tangan baik wisatawan dari dalam negeri maupun wisatawan dari luar negeri, salah satunya wisatawan luar negeri adalah seperti negeri jiran Malaysia yang menjadikan Aceh salah satu tujuan favorit untuk liburan. Kue khas Aceh juga buah tangan dengan berbagai jenis seperti: bhoi, timphan, dodol Aceh, kue adee dan aneka ragam lainnya. Selain nya kue yang disebutkan tadi ada juga bakpia dari kota Sabang, bakpia tidak hanya terkenal di kota Yogyakta, Aceh juga memiliki cita rasa bakpia yang luar biasa enaknya. Bakpia juga dihadirkan dengan berbagai rasa, kue bakpia ini banyak diminati oleh wisatawan lokal. Melalui buah tangan kita dapat mengenalkan dan mempromosikan daerah Aceh, sehingga Aceh kedepan akan menjadi daerah yang terkenal dengan hal-hal positifnya dan menjadi tujuan favorit bagi wisatawan sehingga membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat. Oleh: Muhammad Furqan .
Recommended publications
  • Hidden Bali Experiences Small-Group Tours That Touch the Heart of Bali
    Hidden Bali Experiences small-group tours that touch the heart of Bali Our Hidden Bali Experiences can be arranged at any time to grant you access to authentic culture that honors tradition and avoids commoditization. Building on more than 20 years of experience of leading culturally sensitive tours in Bali and based on deep relationships with local people and communities, these are intimate 3-day or 4-day tours arranged to fit your travel itineraries and led by expert guides for small groups of 2 to 6 guests. Each experience is themed around a specific aspect of Bali’s heritage, including the Textile Arts, the Festival Cycle, the Performing Arts, and the Natural World. For more information on these Experiences, please visit our website at http://www.threadsoflife.com The Textile Arts Experience The Indonesian archipelago was once the crossroads of the world. For over 3500 years, people have come here seeking fragrant spices, and textiles were the central barter objects in this story of trade, conquest and ancient tradition. An exploration of Bali’s textile art traditions grants us access to this story. Spice trade influences juxtapose with indigenous motifs throughout the archipelago: echoes of Indian trade cloths abound; imagery relates to defining aspects of the local environment; history and genealogy entwine. Uses range from traditional dress, to offerings, to the paraphernalia of marriages and funerals. Our gateway to this world is through the island of Bali, where we steep ourselves in the island’s rich traditions while based at the Umajati Retreat near Ubud. Here we will receive insightful introductions to the local culture, and visit several weavers with which Threads of Life is working to help women create high-quality textiles that balance their desires for sustainable incomes and cultural integrity.
    [Show full text]
  • History of Weaving
    A Woven World Teaching Youth Diversity through Weaving Joanne Roueche, CFCS USU Extension, Davis County History of Weaving •Archaeologists believe that basket weaving and weaving were the earliest crafts •Weaving in Mesopotamia in Turkey dates back as far as 7000 to 8000 BC •Sealed tombs in Egypt have evidence of fabrics dating back as far as 5000 BC •Evidence of a weavers workshop found in an Egyptian tomb 19th Century BC •Ancient fabrics from the Hebrew world date back as early as 3000 BC History of Weaving (continued) •China – the discovery of silk in the 27th Century BCE •Swiss Lake Dwellers – woven linen scraps 5000 BCE •Early Peruvian textiles and weaving tools dating back to 5800 BCE •The Zapotecs were weaving in Oaxaca as early as 500 BC Weavers From Around the World Master weaver Jose Cotacachi in his studio in Peguche, Ecuador. Jose’s studio is about two and a half miles from Otavalo. Weavers making and selling their fabrics at the Saturday market in Otavalo, Ecuador. This tiny cottage on the small island of Mederia, Portugal is filled with spinning and weaving. Weavers selling their fabrics at an open market in Egypt. The painting depicts making linen cloth, spinning and warping a loom. (Painting in the Royal Ontario Museum.) Malaysian weavers making traditional Songket – fabric woven with gold or silver weft threads. A local Tarahumara Indian weaving on a small backstrap loom at the train station in Los Mochis. Weavers In Our Neighborhood George Aposhian learned Armenian pile carpets from his father and grandparents who immigrated to Salt Lake City in the early 1900’s.
    [Show full text]
  • KUPIAH MEUKEUTOB DI DESA GAROT CUT KECAMATAN INDRAJAYA PIDIE (Kajian Estetika)
    KUPIAH MEUKEUTOB DI DESA GAROT CUT KECAMATAN INDRAJAYA PIDIE (Kajian Estetika) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Seni Diajukan oleh: AISYAH AMELIA NIM 15124112 PROGRAM STUDI KRIYA SENI JURUSAN SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA ACEH 2019 ABSTRACT Kupiah meukeutob is the one of culture product had been being since the goverment of Sultan Iskandar Muda. The title of this research is kupiah Meukeutob at Garot Cut village In Indrajaya Pidie district that raise the issue about aesthetic of kupiah meukeutob. The research at Garot Cut village in Indrajaya Pidie district aims to discribe about aesthetic subject, aesthetic object and aesthetic value of kupiah Meukeutob at Garot Cut village In Indrajaya Pidie distric. Garot Cut is the one of the village that the aunthentic creator of kupiah meukeutob in Pidie district that producing kupiah meukeutob until now by actively. The method of research use the qualitative method with the type of descriptive research. The technique of data collection used the literature studied, observation, interview and documentation. The technique to collecting the data by using the data reduction, categorization, synthesis and compilation. The result of analysis in this research show the result of type of aesthetic subject, aesthetic object and aesthetic value of kupiah Meukeutob at Garot Cut village In Indrajaya Pidie district. Basically, the aesthetic actors of kupiah meukeutob has two aesthetic actors as the subject that are creator which one the craftman of kupiah meukeutob and spectator is the connoisseur of handicraft of kupiah meukeutob. Beside that in aesthetic object explained the history of kupiah meukeutob, form and accessories.
    [Show full text]
  • Panduan Pendaftaran Pelajar Baharu Sesi 2/2021
    LAMPIRAN 3 PANDUAN PENDAFTARAN PELAJAR BAHARU SESI 2/2021 PUSAT LATIHAN TEKNOLOGI TINGGI (ADTEC) KEMAMAN JABATAN TENAGA MANUSIA KEMENTERIAN SUMBER MANUSIA PAYOH, 24210 KEMASIK TERENGGANU DARUL IMAN www.adteckmn.gov.my TEL : 09-8664000 FAKS : 09-8671020 SENARAI KEPERLUAN & BAYARAN BAGI PELAJAR BAHARU SESI JULAI 2021ADTEC KEMAMAN _______________________________________________________________________________________ Sila baca butiran panduan dan keperluan pendaftaran dengan teliti bagi memastikan proses pendaftaran dapat dijalankan dengan cepat dan sempurna. 1. BAYARAN BAGI KEPERLUAN DAN AKTIVITI PELAJAR BAHARU Berikut adalah senarai keperluan dan aktiviti pelajar baharu yang perlu dibayar semasa Hari Pendaftaran : BAYARAN (RM) BIL SENARAI KEPERLUAN & AKTIVITI PELAJAR 2 Tahun 3 Tahun 1. Insurans Berkelompok RM30/tahun 60.00 90.00* 2. Aktiviti Sukan / Riadah 20.00 20.00 JUMLAH BAYARAN (RM) 80.00 110.00 *RM90.00 : Pelajar DT BOM (lepasan SPM) sahaja (tempoh latihan - 3 tahun) 2. BARANGAN KEPERLUAN PELAJAR UNTUK LATIHAN DAN ASRAMA Berikut adalah senarai keperluan pelajar yang boleh didapati di institut pada Hari Pendaftaran : BIL SENARAI KEPERLUAN HARGA (RM) 1. Kad Matrik 15.00 2. Fail Portfolio RM 16.00 x 2 unit 32.00 3. Fail aktiviti MSR 70.00 4. Beg sandang MSR 32.00 5. Jaket Bengkel 56.00 6. Baju Korporat 68.00 7. Kasut keselamatan 66.00 8. Cadar & Sarung Bantal RM 27.00 X 2 set 60.00 9. Token Dobi (1 semester) 50.00 10. Tali Leher JTM (lelaki sahaja) 27.00 11. T-Shirt Latihan RM 32.00 x 2 helai (lelaki sahaja) 64.00 12. T-Shirt Latihan RM 33.00 x 2 helai (perempuan sahaja) 66.00 Jumlah Keperluan Pelajar Lelaki 540.00 Jumlah Keperluan Pelajar Perempuan 515.00 Semua urusniaga pembelian barangan dibuat secara TUNAI pada hari pendaftaran.
    [Show full text]
  • Motif Ragam Hias Kupiah Aceh
    Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah Volume 1, Nomor2:147-154 Mei 2016 MOTIF RAGAM HIAS KUPIAH ACEH T Ikkin Nurmuttaqin1*, Ismawan1, Cut Zuriana1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Motif Ragam Hias Kupiah Aceh”. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa saja macam-macam jenis kupiah Aceh dan motif ragam hias yang terdapat pada kupiah Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan macam-macam jenis kupiah Aceh dan mendeskripsikan motif ragam hias yang terdapat pada kupiah Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa macam-macam jenis kupiah Aceh terdapat pada koleksi Museum Aceh adalah kupiah Puteh, kupiah Teureuboih, kupiah Ija Tjam, kupiah Gayo Lues, kupiah Aceh Tengah-Bener Meriah, kupiah Beludru Hitam dan kupiah Beludru Motif Aceh). Motif-motif yang ada pada kupiah Aceh tersebut adalah sebagai berikut: Motif Bungong Kundo, Motif Bungong Renue Leue, , Motif Bungong Sise Meuriah, Motif Bungong Johang, Motif Bungong Pucuk Rebung, Motif Buah Delima dan Awan, Motif Putekh Tali, Motif Gelombang, Motif Cecengkuk Anak, Motif Lempang Ketang, Motif Emun Berangkat, Motif Tei Kukor, Motif Putar Tali, Motif Bintang dan Motif Gesek. Kata Kunci: motif ragam hias kupiah Aceh, motif Aceh PENDAHULUAN Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.
    [Show full text]
  • Materials for a Rejang-Indonesian-English Dictionary
    PACIFIC LING U1STICS Series D - No. 58 MATERIALS FOR A REJANG - INDONESIAN - ENGLISH DICTIONARY collected by M.A. Jaspan With a fragmentary sketch of the . Rejang language by W. Aichele, and a preface and additional annotations by P. Voorhoeve (MATERIALS IN LANGUAGES OF INDONESIA, No. 27) W.A.L. Stokhof, Series Editor Department of Linguistics Research School of Pacific Studies THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY Jaspan, M.A. editor. Materials for a Rejang-Indonesian-English dictionary. D-58, x + 172 pages. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1984. DOI:10.15144/PL-D58.cover ©1984 Pacific Linguistics and/or the author(s). Online edition licensed 2015 CC BY-SA 4.0, with permission of PL. A sealang.net/CRCL initiative. PACIFIC LINGUISTICS is issued through the Linguistic Circle of Canberra and consists of four series: SERIES A - Occasional Papers SERIES B - Monographs SERIES C - Books SERIES D - Special Publications EDITOR: S.A. Wurm ASSOCIATE EDITORS: D.C. Laycock, C.L. Voorhoeve, D.T. Tryon, T.E. Dutton EDITORIAL ADVISERS: B.W. Bender K.A. McElhanon University of Hawaii University of Texas David Bradley H.P. McKaughan La Trobe University University of Hawaii A. Capell P. MUhlhiiusler University of Sydney Linacre College, Oxford Michael G. Clyne G.N. O'Grady Monash University University of Victoria, B.C. S.H. Elbert A.K. Pawley University of Hawaii University of Auckland K.J. Franklin K.L. Pike University of Michigan; Summer Institute of Linguistics Summer Institute of Linguistics W.W. Glover E.C. Polome Summer Institute of Linguistics University of Texas G.W. Grace Malcolm Ross University of Hawaii University of Papua New Guinea M.A.K.
    [Show full text]
  • Textile Society of America Newsletter 28:1 — Spring 2016 Textile Society of America
    University of Nebraska - Lincoln DigitalCommons@University of Nebraska - Lincoln Textile Society of America Newsletters Textile Society of America Spring 2016 Textile Society of America Newsletter 28:1 — Spring 2016 Textile Society of America Follow this and additional works at: https://digitalcommons.unl.edu/tsanews Part of the Art and Design Commons Textile Society of America, "Textile Society of America Newsletter 28:1 — Spring 2016" (2016). Textile Society of America Newsletters. 73. https://digitalcommons.unl.edu/tsanews/73 This Article is brought to you for free and open access by the Textile Society of America at DigitalCommons@University of Nebraska - Lincoln. It has been accepted for inclusion in Textile Society of America Newsletters by an authorized administrator of DigitalCommons@University of Nebraska - Lincoln. VOLUME 28. NUMBER 1. SPRING, 2016 TSA Board Member and Newsletter Editor Wendy Weiss behind the scenes at the UCB Museum of Anthropology in Vancouver, durring the TSA Board meeting in March, 2016 Spring 2016 1 Newsletter Team BOARD OF DIRECTORS Roxane Shaughnessy Editor-in-Chief: Wendy Weiss (TSA Board Member/Director of External Relations) President Designer and Editor: Tali Weinberg (Executive Director) [email protected] Member News Editor: Caroline Charuk (Membership & Communications Coordinator) International Report: Dominique Cardon (International Advisor to the Board) Vita Plume Vice President/President Elect Editorial Assistance: Roxane Shaughnessy (TSA President) [email protected] Elena Phipps Our Mission Past President [email protected] The Textile Society of America is a 501(c)3 nonprofit that provides an international forum for the exchange and dissemination of textile knowledge from artistic, cultural, economic, historic, Maleyne Syracuse political, social, and technical perspectives.
    [Show full text]
  • Download (117Kb)
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nanggro Aceh Darussalam adalah sebuah provinsi di Indonesia dengan Ibukota Banda Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai Daerah Istimewa dan juga kewenangan otonomi khusus.`Aceh terletak diujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling Barat di Indonesia. Masyarakat Aceh dibagi 8 suku yaitu suku Singkil, suku Gayo, suku Aneuk Jame, suku Tamiang, suku Aceh Tenggara (Alas), suku Kluet, suku Pidie, dan suku Aceh. Dalam kehidupan budaya Aceh, Agama Islam membawa pengaruh sangat besar terhadap segala aspek kehidupan masyarakat dan budayanya. Keistimewaan Aceh yaitu adanya berbagai objek wisata yang cocok untuk liburan akhir pekan salah satunya kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh adalah kota tempat tinggal raja pada masa dahulu, sehingga peninggalan budayanya dapat menarik wisata yang datang di Banda Aceh, seperti Mesjid Raya Baiturrahman, Mesjid Tua Indra Puri, Rumoh Aceh, Rumoh Cut Nyak Dien, Taman Sari Gunongan, dan lainya. Selain melihat peninggalan raja juga kita dapat melihat berbagai pemandangan alam seperti Pantai Lampuuk, Pantai Lhoknga, Ulee Lheue, Air Terjun Kuta Malaka, Air Terjun Pekan Bilui dan lainnya, juga wisata lain adanya peninggalan bekas bencana Aceh yaitu Museum tsunami dan Kapal Apung. Selain melihat wisata, para wisatawan juga dapat membawa pulang oleh-oleh dalam bentuk makanan khas dan berbagai karya seni khususnya kerajinan khas Banda Aceh. 1 2 Seni kriya adalah karya seni yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari- hari yang memiliki nilai dan fungsi tertentu disamping nilai seni yang ada di dalamnya, contohnya seperti : karya batik, topeng, vas bunga, tas rajut, ukiran kayu, pajangan, peralatan rumah tangga, karya seni dari bahan daur ulang, dan kerajinan tangan lainnya.
    [Show full text]
  • Batik, a Beautiful Cultural Heritage That Preserve Culture and Support Economic Development in Indonesia”
    “BATIK, A BEAUTIFUL CULTURAL HERITAGE THAT PRESERVE CULTURE AND SUPPORT ECONOMIC DEVELOPMENT IN INDONESIA” Evi Steelyana Accounting Departement, Faculty of Economics and Communication, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 [email protected] ABSTRACT Batik is an icon nation for Indonesia. Batik has awarded as cultural heritage from UNESCO on October 2nd, 2009and it is significantly affected to batik industry afterward.The raising of batik industry caused some multiplier effects to economics and socio cultural in Indonesia. In many areas of industry, banking role has always beenthe man behind the scene. Banking role in Indonesia also gives some encouragement and be part of batik industry development. Many national event has been created by some banks to encourage SME in batik industry to market their product internationally. This paper will give a simple explanation how banking industry and batik industry get along together in Indonesia, especially in financial sector to enhance economics development and to preserve a nation culture.Research methodology in this paper is quantitative method. This paper will give a simple analysis through comparative analysis based on export value from batik industry, domestic use of batik,batik industry development and microcredit or loan from banking industry to SME in batik industry.Many people wearing batik to show how they do appreciate and belong to a culture.Batik also gives other spirit of nationalism which represent in Batik Nationalis.The role of batik in international diplomacy and in the world level gives significant meaning for batik as a commodity which preserve Indonesian culture. In a piece of batik cloth, embodied socio-cultural and economic values that maintain the dignity of a nation.
    [Show full text]
  • Colonial Collecting and Its Motivations Vattier Kraane, a Businessman in the Dutch East Indies
    Colonial Collecting and its Motivations Vattier Kraane, a businessman in the Dutch East Indies Colonial Collecting and its Motivations Vattier Kraane, a businessman in the Dutch East Indies Name: Ervée van der Wilk Student number: S0629758 Email address: [email protected] First reader: W. van Damme Second reader: M.A. Leigh Specialization: Arts and culture; museums and collections Academic year: 2014/2015 Date: 24-07-2015 List of contents Introduction.................................................................................................................................1 Chapter 1: The Dutch Colonial Empire......................................................................................7 1.1 The 19th century...................................................................................................................8 1.2 The early 20th century........................................................................................................12 1.3 Changing colonial culture...................................................................................................15 Chapter 2: Dutch Colonial Collecting.......................................................................................16 2.1 The advancement of knowledge.........................................................................................16 2.2 Commercialism...................................................................................................................18 2.3 Expanding the ethnographic frontier...................................................................................20
    [Show full text]
  • Transformation of Ulos As Creative Textiles for Fashion Design Learning
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 102 1st International Conference on Technology and Vocational Teachers (ICTVT 2017) Transformation of Ulos as Creative Textiles For Fashion Design Learning Nining Tristantie Universitas Negeri Medan Fakultas Teknik Medan, Indonesia [email protected] Abstract— Qualified education is one which is able to reflect forward transition to the field of fashion design that becomes the globalization movement dinamically. Clothing Education and the sphere of creative fashion industry.(Tian, Bingqiang, Hu, globalization should provide an implication to the economy Shouzhong.2016) These problems are also in line with the accelaration which needs creative effort to drive either local or reality faced by the creative economy that exists in Indonesia, international market through learning which should contain local based on Department of Trade on the description of the genius. One of the local genius departing from cultural Creative Industry of 2009-2015 that the largest contribution of artifacts as a solid object is the usage of traditional textile from GDP (Gross Domestic Product) to Creative Industries is in the the Bataknese, North Sumatra, namely Ulos. Based on literature fashion field of 43.71 Percent based on constant prices. (2008). studies, Ulos as traditional textile can be adapted for design ideas This value is growing every year. Although it continues to which finally could be transformed as a number of creative show an increase, but this condition doesn’t actually touch the contemporary objects. The development starts from motifs on Ulos which is cultivated as printing textile or redefining about aspect of individual Indonesian creativity.
    [Show full text]
  • Mathematical Transformations and Songket Patterns
    International Society of communication and Development among universities www.europeansp.org Spectrum (Educational Research Service),ISSN:0740-7874 Mathematical Transformations and Songket Patterns Nor Maizan Abdul Aziza, Rokiah Embong b* a,b Faculty of Computer and Mathematical Sciences, Universiti Teknologi MARA, 40450 Shah Alam, Selangor, Malaysia Abstract Songket the beautiful traditional textile of the Malay in Malaysia is generally appreciated for its aesthetics motifs and patterns, without any thought on the mathematical concepts underlying those patterns. The symmetries in the motifs and the transformations concepts embedded in the pattern of two pieces of sampin songket were studied by utilizing the mathematical software GeoGebra. Based on the symmetries and transformations identified, the songket patterns could be categorized under the symmetry groups standardized by the Union of Crystallography namely the Frieze Pattern and the Wallpaper Pattern. The identified symmetries and transformations concepts were then used to generate new songket patterns, patterns with better symmetry, precise and accurate thread counts. For majority of students, mathematics is considered as a difficult and uninteresting subject, hence the idea of integrating mathematics, arts and one’s culture such as the songket patterns creation activity could act as a catalyst in students’ understanding of some mathematical concepts. It could help teachers to integrate concrete, abstracts ideas and creative elements in the classroom. This might make learning mathematics more interesting. © 2016 The Authors. Published by European Science publishing Ltd. Selection and peer-review under responsibility of the Organizing Committee of European Science publishing Ltd. Keywords: Songket; Mathematical Transformations; Symmetry Groups 1. Songket Songket is one of the beautiful traditional crafts produced by the Malays in Malaysia.
    [Show full text]