BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Sumber: Data Perusahaan Gambar 3.1 Logo True Money Indonesia

Charoen Pokphand (CP) Group merupakan sebuah perusahaan yang

berpusat di . Perusahaan ini memiliki berbagai jenis lini bisnis,

seperti Financial and Investment, E-Commerce and Digital, Property

Development, and Distribution, dll yang tersebar di Thailand dan

beberapa negara lainnya di dunia. Salah satu unit bisnis Charoen

Pokphand Group yang cukup terkenal di Thailand adalah TrueMoney.

TrueMoney hadir di Thailand pada tahun 2007 dan saat ini telah masuk

dalam tiga besar uang elektronik yang digunakan di Thailand. Setelah

menjadi bisnis penyedia layanan keuangan yang sukses di Thailand,

TrueMoney mulai mengembangkan bisnisnya ke berbagai negara di Asia

Tenggara, seperti Myanmar, Kamboja, Filipina, , dan Indonesia.

TrueMoney mulai masuk ke Indonesia pada September 2015, di bawah

payung melalui PT Witami Tunai Mandiri. TrueMoney

51

Indonesia dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Financial

Technology. Saat ini, TrueMoney Indonesia melaksanakan kegiatan

operasionalnya sehari-hari di gedung perkantoran Gran Rubina Business

Park, Jl. HR Rasuna Said, Karet Kuningan, Jakarta Selatan.

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

TrueMoney memasuki wilayah Indonesia dengan suatu tujuan

tertentu yaitu memberikan layanan uang elektronik kepada masyarakat

yang belum memiliki rekening bank dan menyejahterakan masyarakat

Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, TrueMoney Indonesia

membuat visi dan misi pada awal pendiriannya, sebagai acuan dalam

menjalankan kegiatan bisnisnya. Adapun visi dan misi TrueMoney

Indonesia adalah sebagai berikut.

VISI: Menciptakan ekosistem uang elektronik yang dapat dinikmati oleh

seluruh masyarakat Indonesia.

MISI:

1. Mempermudah masyarakat kecil yang ada di pedalaman atau

perkampungan.

2. Mempermudah pengiriman uang yang ada di kampung atau

pedalaman bagi masyarakat yang bekerja, dan ingin mengirim

sejumlah uang untuk keluarganya di kampung.

3. Mewujudkan masyarakat tanpa uang tunai sehingga di saku hanya

ada kartu dan apabila hilang, uang tersebut tidak dapat digunakan

oleh orang lain yang menemukannya.

52

3.1.3. Nilai-nilai Perusahaan

Dalam menjalankan bisnisnya TrueMoney Indonesia berpegang pada

tiga nilai utama pelayanannya, yaitu MUDAH, CEPAT, dan AMAN.

1. MUDAH

Mudah artinya adalah bahwa layanan TrueMoney Indonesia

mudah untuk diakses dimanapun dan kapanpun, karena telah

dapat diakses di sistem android.

2. CEPAT

Cepat artinya bahwa layanan TrueMoney Indonesia telah

menggunakan layanan internet sehingga dapat diakses dengan

cepat.

3. AMAN

Aman artinya bahwa seluruh layanan TrueMoney Indonesia

dilengkapi dengan sistem keamanan. Setiap transaksi yang akan

dilakukan akan diverifikasi dengan menggunakan PIN.

Selain berpegang teguh pada 3 nilai pelayanan diatas, PT Witami

Tunai Mandiri atau yang biasa dikenal sebagai TrueMoney Indonesia

juga berpegang pada satu budaya perusahaan yaitu KAIZEN. Arti dari

budaya ini adalah melakukan perbaikan secara terus-menerus. Melalui

budaya yang telah diterapkan ini, TrueMoney Indonesia ingin

membuktikan bahwa dalam menyediakan layanan kepada masyarakat

Indonesia perusahaan Financial Technology ini ingin selalu melakukan

perbaikan terus menerus apabila terjadi kekurangan pada layanan yang

53

TrueMoney Indonesia tawarkan pada masyarakat Indonesia. Sehingga

TrueMoney Indonesia selalu memberikan pelayanan keuangan terbaik

kepada seluruh masyarakat di Indonesia.

3.1.4. Produk Perusahaan

Produk-produk dan layanan yang ditawarkan oleh TrueMoney

Indonesia antara lain adalah:

1. Pengiriman Uang

Melalui jasa pengiriman uang ini, TrueMoney Indonesia ingin

membantu pelanggannya untuk melakukan pengiriman uang

tanpa menggunakan Nomor Rekening Bank. Dalam menjalankan

jasa pengiriman uang ini, TrueMoney Indonesia bekerja sama

dengan Alfamart dan Alfamidi sebagai sarana cashout point yaitu

tempat pengiriman dan juga pengambilan uang kiriman.

Pengiriman uang tanpa menggunakan Nomor Rekening Bank,

dapat dilakukan oleh pelanggan TrueMoney Indonesia dengan

cara membawa kartu identitas atau KTP ke Alfamart atau

Alfamidi terdekat, kemudian mengisi formulir pengiriman uang,

dan membayar biaya administrasi. Setelah hal-hal tersebut

dilakukan, pelanggan TrueMoney Indonesia dapat mengirimkan

uang mereka tanpa menggunakan Nomor Rekening Bank dengan

tujuan domestik.

Layanan pengiriman uang oleh TrueMoney Indonesia memiliki

tema “Kirim Uang Langsung Sampai”. Layanan pengiriman uang

54

melalui TrueMoney dapat dikatakan aman karena menggunakan

kode MTCN (Money Transfer Control Number) yang hanya

diketahui oleh pengirim. MTCN merupakan sebuah kombinasi

angka yang dapat dijadikan kode pencairan oleh penerima uang

kiriman. Selain mendapatkan kode MTCN pencairan uang,

pengirim uang akan menerima notifikasi melalui SMS ketika dana

sudah dicairkan oleh penerima. Pengiriman uang juga dapat

dibatalkan oleh pengirim jika pengirim merasa perlu

membatalkan pengiriman uang.

2. Pembayaran

Jasa pembayaran yang dilayani oleh TrueMoney Indonesia

berupa pembayaran tagihan dari operator yang telah memiliki

kerjasama dengan TrueMoney Indonesia. Pembayaran tersebut

dapat terdiri dari pembayaran PLN Paskabayar, BPJS, Telepon

Rumah, PDAM, Telkom Vision, Telkom Speedy, dan

pembayaran cicilan kredit.

3. Pembelian

TrueMoney menyediakan jasa pembelian voucher elektronik

untuk isi ulang pulsa semua operator, paket data internet, token

listrik, dan voucher games.

4. Investasi Emas

Selain menyediakan tiga layanan produk diatas, TrueMoney

juga menyediakan layanan produk lainnya yaitu layanan investasi

55

emas. Dalam menyediakan layanan investasi emas ini TrueMoney

Indonesia bekerja sama dengan EmasDigi sebagai platform yang

menyediakan sarana jual beli emas secara online. Investasi emas

yang disediakan oleh TrueMoney Indonesia ini dapat diikuti oleh

pelanggan dengan cara membeli emas secara online mulai dari 0.1

gram emas dengan menggunakan saldo uang yang ada di dalam

TrueMoney Indonesia. Setelah melakukan pembelian emas, emas

akan menjadi milik pembeli emas, namun tidak secara fisik namun

secara online. Pembeli yang telah melakukan pembelian emas

dapat menjual emas tersebut dan mendapatkan keuntungan jika

harga emas sedang mengalami peningkatan. Adanya investasi

emas dapat membantu masyarakat Indonesia yang tidak memiliki

rekening bank untuk dapat berinvestasi emas secara mudah dan

terpercaya.

Hingga pertengahan tahun 2019 TrueMoney Indonesia telah memiliki 500.000 pengguna aktif yang menggunakan TrueMoney

Indonesia untuk mendapatkan pelayanan keuangan (Financial Service).

Pelayanan keuangan yang diberikan oleh TrueMoney Indonesia dapat dinikmati oleh pengguna aktif TrueMoney Indonesia melalui mesin EDC yang telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan juga melalui aplikasi berbasis android. Untuk mesin EDC, TrueMoney Indonesia telah memiliki lebih dari 10.000 unit yang tersebar di delapan provinsi di

Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

56

Timur, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara. Selain itu, hingga kini jumlah agen yang ada di Indonesia telah mencapai lebih dari 13.000 agen yang memiliki toko fisik. 70% dari total agen merupakan toko kelontong.

Pada tahun 2019 ini, TrueMoney Indonesia memiliki sebuah produk layanan baru yaitu pengiriman uang ke luar negeri atau yang biasa disebut sebagai remitansi. Layanan ini dapat dilakukan oleh para pengguna aktif aplikasi member TrueMoney Indonesia yang telah terverifikasi akun

TrueMoney-nya dengan cara memilih menu “TRANSFER” kemudian pilih menu “KIRIM UANG KE LUAR NEGERI”. Untuk selanjutnya pelanggan dapat melakukan pengiriman uang ke luar negeri dengan memilih negara yang menjadi tujuan pengiriman serta mengisi formulir yang berkaitan dengan data diri pengirim uang. Saat ini TrueMoney

Indonesia baru bekerja sama dengan 5 negara untuk melakukan pengiriman uang yaitu Filipina, Malaysia, Singapura, Nigeria, dan Pantai

Gading. Pada perkembangan selanjutnya, TrueMoney Indonesia akan membidik layanan remitansi ke negara lainnya seperti Tiongkok,

Australia, dan Timur Tengah.

Mekanisme pengiriman uang ke luar negeri ini, dilakukan dengan menghubungkan TrueMoney Indonesia sebagai Financial Services dengan Financial Services lainnya yang ada pada negara yang kita tuju dengan suatu badan usaha penghubung. Badan usaha penghubung

57

tersebut akan mengkonversikan uang yang kita kirimkan sesuai dengan

negara tujuan yang akan kita tuju untuk dikirimkan uang.

Selain layanan remitansi, TrueMoney Indonesia juga memperluas

layanan keuangannya dengan menyediakan layanan peminjaman uang.

Layanan peminjaman uang ini ditujukan bagi konsumen yang

membutuhkan dana untuk membangun suatu usaha. Layanan

peminjaman uang ini dilakukan dengan bekerja sama dengan perusahaan

yang menyediakan dana untuk dapat dipinjamkan kepada masyarakat.

Dengan demikian, TrueMoney Indonesia berperan sebagai perantara

antara konsumen yang membutuhkan pinjaman dana dengan perusahaan

yang menyediakan dana untuk dipinjamkan kepada konsumen. Untuk

saat ini TrueMoney Indonesia telah bekerja sama dengan beberapa

perusahaan baik fintech maupun bukan untuk melakukan layanan

peminjaman uang ini. Konsumen TrueMoney Indonesia dapat menikmati

layanan peminjaman uang ini dengan mendatangi agen TrueMoney

Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Cooper & Schindler (2014) adalah sebuah

perencanaan atau struktur penyelidikan yang sengaja disusun untuk mendapatkan

jawaban atas pertanyaan penelitian. Dalam perencanaan tersebut tercantum

skema atau kerangka yang mencakup secara garis besar mengenai apa saja yang

akan dilakukan oleh pneliti mulai dari menuliskan hipotesis dan implikasi

58 operasionalnya hingga analisis data akhir. Zikmund et al (2013) mengatakan bahwa sebuah desain penelitian akan menampilkan kerangka tahapan-tahapan apa saja yang perlu dilakukan dalam menyusun sebuah penelitian.

3.2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang terbaik merupakan metode yang paling tepat

untuk menjawab permasalahan yang dihadapi (Kuncoro, 2013). Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitaif merupakan penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan rancangan yang terstruktur, formal, dan spesifik,

serta memiliki rancangan operasional yang detail. Pada penelitian

kuantitatif diperlukan hipotesis atau pertanyaan yang perlu di jawab,

untuk membimbing arah dan pencapaian tujuan penelitian (Kuncoro,

2013).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif

untuk mengukur pengaruh Supplier Performance (Product Quality, Sales

Service Quality, Technical Repair Service Support, Complaint Handling

Service) dalam hubungannya meningkatkan kepercayaan (trust) dan

kesetiaan (loyalty) perusahaan terhadap pemasok yang dimilikinya.

3.2.2. Jenis Penelitian

Saunders & Lewis (2018) mengatakan bahwa penelitian bisnis dapat

dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan tujuannya, yaitu exploratory reserach,

descriptive research, dan explanatory research. Berikut penjelasan

masing-masing jenis penelitian tersebut.

59

1. Exploratory Research

Menurut Saunders & Lewis (2018) Exploratory Research atau

penelitian eksploratori adalah suatu penelitian yang bertujuan

mencari wawasan baru dengan cara mengajukan pertanyaan baru

dan menilai topik dengan cara baru. Agar peneliti dapat

mengklarifikasi situasi yang tidak dipahami dan menemukan ide-

ide baru untuk kebutuhan peluang bisnis.

2. Descriptive Research

Descriptive Research atau penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis

atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek

penelitian. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini

meliputi penilaian sikap atau pendapat terhadap individu,

organisasi, keadaan, ataupun prosedur. (Kuncoro, 2013)

3. Explanatory Research

Explanatory Research atau dikenal dengan penelitian

korelasional merupakan suatu penelitian yang berfokus dalam

mempelajari situasi atau sebuah permasalahan untuk menjelaskan

hubungan diantara variabel-variabelnya. Dapat disimpukan

bahwa penelitian jenis ini merupakan penelitian yang lebih

kompleks dibandingkan dua jenis penelitian lainnya (Saunders &

Lewis, 2018).

60

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif (Descriptive Research). Tujuan penelitian ini akan memberikan

penjelasan atau gambaran tentang fenomena tertentu dengan cara

melakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis dan menjawab

masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini akan

memberikan penjelasan mengenai apakah terdapat pengaruh dari kinerja

pemasok (supplier performance) dalam membangun kepercayaan (trust)

dan kesetiaan (loyalty) perusahaan terhadap pemasok yang melakukan

kerjasama.

3.3. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian, variabel yang digunakan terdiri dari 4 jenis, yaitu:

3.3.1. Variabel Independen (Independent Variable)

Sekaran & Bougie (2016) mengemukakan variabel independen

merupakan suatu variabel yang mampu berdiri sendiri, tanpa adanya

pengaruh dari variabel lain dan variabel independen ini dapat

mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Supplier Performance. Dimana dalam melakukan pengukuran Supplier

Performance dilakukan dengan menggunakan beberapa dimensi

pengukuran yang meliputi Product Quality, Sales Service Quality,

Technical Repair Service Support, dan Complaint Handling Service.

Supplier Performance dikatakan sebagai variabel independen karena

61

variabel ini dapat berdiri sendiri dan mempengaruhi dua variabel lainnya

di dalam model penelitian.

3.3.2. Variabel Dependen (Dependent Variable)

Variabel dependen dapat didefinisikan sebagai variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain sekaligus menjadi tujuan utama penelitian

dilakukan. Dengan menguji variabel dependen seorang peneliti dapat

menjelaskan mengapa variabel ini dapat terjadi (Sekaran & Bougie,

2016).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Trust in Supplier dan

Customer Loyalty. Kedua variabel ini dikatakan sebagai variabel

dependen karena kedua variabel ini tidak dapat berdiri sendiri dan

dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu Supplier Performance. Kedua

variabel ini juga menjadi tujuan utama dilakukannya penelitian ini, yaitu

mengukur tingkat Trust in Supplier dan Customer Loyalty yang

dipengaruhi oleh Supplier Performance.

3.3.3. Variabel Perantara (Mediating/ Intervening Variable)

Sekaran & Bougie (2016) mengatakan bahwa variabel mediasi atau

intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan langsung

antara variabel dependen dengan variabel independen sehingga membuat

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen menjadi

tidak langsung.

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel mediasi adalah Trust in

Supplier. Selain menjadi variabel dependen yang dipengaruhi oleh

62

Supplier Performance. Trust in Supplier juga menjadi variabel mediasi

karena variabel ini menjadi variabel yang mempengaruhi hubungan

langsung antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam

hal ini Trust in Supplier menjadi variabel penengah antara variabel

Supplier Performance sebagai variabel independen dengan variabel

Customer Loyalty sebagai variabel dependen. Jadi, variabel Supplier

Performance dapat memiliki pengaruh positif pada variabel Customer

Loyalty apabila memiliki pengaruh yang positif juga pada Trust in

Supplier. Demikian pula sebaliknya variabel Supplier Performance dapat

memiliki hubungan negatif pada variabel Customer Loyalty apabila

memiliki hubungan yang negatif pula pada Trust in Supplier.

3.3.4. Variabel Moderasi (Moderating Variable)

Sekaran & Bougie (2016) mengatakan bahwa variabel moderasi

merupakan variabel yang memiliki efek ketidakpastian yang kuat pada

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adanya

variabel moderasi ini akan mengubah hubungan asli antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Dalam model penelitian jurnal terdahulu, terdapat variabel moderasi

yang digunakan, yaitu Firm Size. Namun dalam penelitian ini peneliti

memutuskan untuk tidak menggunakan variabel moderasi tersebut,

karena hanya menggunakan satu objek penelitian saja, yaitu di PT Witami

Tunai Mandiri atau dikenal dengan TrueMoney Indonesia. Sehingga

variabel moderasi ini tidak relevan lagi untuk digunakan.

63

3.4. Sumber Data Penelitian

Data merupakan fakta yang disajikan kepada peneliti berdasarkan penelitian

langsung di lingkungan (Cooper & Schindler, 2014). Menurut Sekaran dan

Bougie (2016) data bisa berasal dari data primer maupun data sekunder.

1. Primary Data

Menurut Sekaran & Bougie (2016) data primer mengacu pada

informasi yang diperoleh secara langsung oleh peneliti berkaitan dengan

variabel yang sedang diteliti untuk tujuan spesifik penelitian. Beberapa

contoh sumber data primer adalah individu, kelompok, dan panel

responden yang secara khusus dibentuk oleh peneliti.

2. Secondary Data

Menurut Sekaran & Bougie (2016) data sekunder merupakan data

yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah

ada. Contoh data dari data sekunder adalah catatan atau arsip perusahaan,

publikasi pemerintah, analisis industri yang ditawarkan oleh media, situs

web, internet, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data sebagai data atau

informasi yang digunakan untuk menyusun penelitian. Kedua jenis sumber data

tersebut adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan

dalam penelitian ini didapatkan oleh peneliti melalui pengamatan secara

langsung (observasi) di lokasi penelitian yaitu PT Witami Tunai Mandiri

(TrueMoney Indonesia) ketika melaksanakan kegiatan kerja magang. Selain itu,

data primer juga diperoleh melalui wawancara secara langsung pada Head of

64

Procurement and Distribution di TrueMoney Indonesia mengenai fenomena atau

masalah yang sedang terjadi. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan oleh

peneliti dari beberapa jurnal, buku (baik online maupun offline) yang terkait

dengan pengaruh kinerja pemasok terhadap kepercayaan dan kesetiaan

perusahaan terhadap pemasok.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Sekaran & Bougie (2016) dalam bukunya mengatakan bahwa dalam

melakukan kegiatan pengumpulan data, terdapat 3 metode atau teknik

pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti. Ketiga metode atau teknik

pengumpulan data tersebut antara lain adalah interview, observation, dan

questionnaires.

1. Interview

Interview (wawancara) merupakan salah satu teknik pengumpulan

data dengan cara melakukan pembicaraan yang memiliki tujuan tertentu

antara dua orang atau lebih. Terdapat banyak tipe wawancara, yaitu

wawancara secara mandiri atau berkelompok, wawancara yang

terstruktur dan tidak terstruktur, atau wawancara yang dilakukan secara

tatap muka, melalui telepon, atau secara online (Sekaran & Bougie,

2016).

2. Observation

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan

kegiatan pengamatan dengan cara melihat, merekam, menganalisis, dan

65

mengintepretasi perilaku, tindakan, atau suatu peristiwa yang terjadi

(Sekaran & Bougie, 2016).

3. Questionnaires

Dapat diartikan bahwa metode pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan tertulis yang

telah dirumuskan sebelumnya, dimana responden akan mencatat jawaban

mereka. Dalam kuesioner biasanya akan disediakan beberapa alternatif

jawaban yang sesuai dengan keadaan responden.

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti melakukannya dengan menggunakan metode observasi dan kuesioner. Metode observasi dilakukan karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan terbaru tentang suatu situasi. Metode observasi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian yaitu PT Witami Tunai Mandiri

(TrueMoney Indonesia). Sedangkan metode kuesioner dilakukan karena metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data secara cepat, murah, dan akurat. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner berisikan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya kepada responden yang telah ditetapkan. Dalam kuesioner tersebut dilakukan pengukuran terhadap setiap variabel dengan menggunakan Skala Pengukuran Likert (1-7) yang menggambarkan sangat tidak puas sampai dengan sangat puas untuk memberikan penilaian terhadap variabel independen yang dimiliki dan sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju untuk memberikan penilaian pada kedua variabel dependen yang ada.

66

3.6. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (sampling) merupakan suatu proses untuk memilih

sejumlah elemen yang tepat dari populasi (Sekaran & Bougie, 2016). Dalam

melakukan pengambilan sampel, terdapat beberapa langkah atau tahapan yang

harus dilakukan.

1. Menentukan Populasi (Defining the population)

Pengertian populasi mengacu pada keseluruhan kelompok, peristiwa,

atau hal-hal menarik yang ingin peneliti simpulkan (Sekaran & Bougie,

2016). Dalam bukunya Sekaran & Bougie (2016) mengatakan proses

pengambilan sampel dimulai dengan menentukan target populasi terlebih

dahulu secara tepat. Target populasi harus ditentukan berdasarkan

beberapa hal seperti batasan geografis, maupun batasan waktu. Dalam

penelitian ini, target populasi yang ditentukan oleh peneliti adalah

karyawan PT Witami Tunai Mandiri (TrueMoney Indonesia).

2. Menentukan Kerangka Sampel (Determine the sample frame)

Sampling frame atau kerangka sampling sebuah representasi dari

semua elemen yang ada di dalam populasi dimana sampel dipilih.

Kerangka Sampling dari penelitian adalah:

1. Pria dan Wanita

2. Berusia Minimal 17 Tahun

3. Telah berpengalaman bekerja di TrueMoney Indonesia minimal 1

tahun.

67

4. Pernah berhubungan secara langsung maupun tidak langsung

dengan pemasok.

3. Menentukan Desain Sampling (Determine the sampling design)

Menurut Sekaran & Bougie (2010) desain sampling terbagi menjadi

dua jenis yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Dalam

probability sampling elemen-elemen dalam populasi diketahui dan

seluruh elemen di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan sampel. Sedangkan dalam nonprobability sampling, elemen-

elemen yang ada tidak pernah mengetahui apakah akan terpilih jadi

sampel atau tidak. Berikut ini adalah metode atau teknik yang dapat

dilakukan dalam probability sampling maupun nonprobability sampling:

Tipe Jenis Teknik Definisi Probability Unrestricted - Setiap elemen dalam populasi Sampling atau Simple sudah diketahui dan memiliki Random kesempatan yang sama untuk Sampling dipilih menjadi sampel. Restricted atau Systematic Mengambil sampel setiap Complex Sampling elemen ke-n dalam populasi Probability dengan terlebih dahulu mulai Sampling menentukan range dari elemen antara 1 sampai n

Stratified Random Melakukan proses stratifikasi Sampling kemudian dilakukan pemilihan acak dari setiap strata Proportionate Dari setiap strata, ditentukan Stratified Random proporsi pemilihan sampel. Sampling Proporsi yang digunakan untuk setiap kelompok adalah sama.

Sumber: Research Methods For Business: A Skill Building Approach (Sekaran & Bougie, 2016) Tabel 3.1 Sampling Design

68

Tipe Jenis Teknik Definisi Disproportionate Dari setiap strata, ditentukan Stratified Random proporsi pemilihan sampel. Sampling Proporsi yang digunakan untuk setiap kelompok tidak sama karena populasi strata yang kurang proporsional. Cluster Sampling Melakukan pembagian kelompok (clustering) terlebih dahulu, kemudian dari setiap kelompok dipilih sebagian atau seluruhnya untuk dijadikan sampel total dengan kelompok lainnya Single Stage Jenis cluster sampling yang Cluster Sampling hanya dilakukan satu tahap Multistage Jenis cluster sampling yang Cluster Sampling dilakukan beberapa tahap Double Sampling Melakukan sampling sekali lagi dengan kondisi di mana hasil dari sampling pertama sudah didapatkan. Non- Convenience - Pengumpulan data maupun probability Sampling informasi dari anggota yang ada Sampling dalam populasi yang secara terbuka mau untuk memberikan informasi yang ditanyakan oleh peneliti Purposive Judgement Sampling dengan meyakini Sampling Sampling bahwa sekumpulan orang yang jumlahnya terbatas memiliki informasi yang dibutuhkan

Quota Sampling Sampling yang memastikan bahwa setiap kelompok dalam grup terwakili dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuota. Sumber: Research Methods For Busines: A Skill Building Approach (Sekaran & Bougie, 2016) Tabel 3.1 Sampling Design (Lanjutan)

69

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe pengambilan sampel

probability sampling. Dimana dalam penelitian ini, elemen yang ada di

dalam populasi telah mengetahui akan dijadikan sebagai sampel dan

seluruh elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Proportioned Stratified Random Sampling. Teknik

ini digunakan dengan terlebih dahulu membagi populasi kedalam

beberapa kelompok dengan kriteria tertentu. Kemudian mengambil

sampel dengan presentase yang menyesuaikan dengan presentase jumlah

elemen setiap unit pemilihan sampel (Kuncoro, 2013). Dalam penelitian

ini, populasi penelitian yang merupakan karyawan PT Witami Tunai

Mandiri (TrueMoney Indonesia) dibagi kedalam beberapa kelompok

populasi berdasarkan divisi pekerjaan, yaitu Divisi Procurement, Divisi

Distribution, Divisi Marketing, Divisi Finance and Accounting, Divisi IT,

Divisi Sales, Divisi Remittance dan Divisi Business Development. Dalam

setiap kelompok populasi tersebut akan diambil sampel secara

proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel.

Populasi Sampel Jumlah Presentase Jumlah Presentase Procurement 16 11,11% 12 11,11% Distribution 9 6,25% 7 6,25% Finance & Accounting 23 15,97% 17 15,97% IT 18 12,50% 13 12,50% Marketing 20 13,89% 15 13,89% Sales 20 13,89% 15 13,89% Remittance 21 14,58% 15 14,02% Business Development 17 11,81% 13 11,81% 144 100% 107 100% Sumber: Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi (Kuncoro, 2013) Tabel 3.2 Tabel penentuan jumlah sampel secara Proportioned Stratified Random Sampling 70

Teknik Proportioned Stratified Random Sampling digunakan karena

dalam penelitian ini, jumlah sampel pada masing-masing kelompok divisi

telah diketahui, sehingga teknik ini dapat digunakan untuk menentukan

jumlah sampel pada masing-masing kelompok divsisi. Teknik sampling

ini juga digunakan karena merupakan teknik yang paling efisien

dibandingkan teknik pengambilan sampel lainnya.

4. Menentukan ukuran sampel yang tepat (Determine the appropriate

sample size)

Sekaran & Bougie (2016) mengatakan bahwa dalam menentukan

jumlah sampel terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan,

yaitu: tujuan penelitian, jarak/selang konfiden, tingkat kepercayaan atau

konfiden, jumlah variasi dalam populasi itu sendiri, batasan waktu dan

biaya lainnya, serta ukuran populasi.

Secara umum, jumlah sampel minimum yang dapat diterima untuk

suatu penelitian tergantung dari jenis studi yang dilakukan (Gay & Diehl

dalam Kuncoro, 2013). Dalam penelitian ini jenis studi yang dilakukan

adalah studi deskriptif. Menurut Gay & Diehl (dalam Kuncoro, 2013)

dikatakan bahwa untuk populasi yang lebih kecil pada jenis studi

deskriptif, diperlukan sampel setidaknya 20% dari total populasi.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ukuran sampel yang tepat,

peneliti mengacu pada rumus perhitungan sampel yaitu Rumus Slovin.

Rumus Slovin ini digunakan oleh peneliti karena metode dengan Rumus

Slovin ini merupakan metode paling sederhana dan paling mudah

71

digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan. Selain itu

juga karena peneliti telah mengetahui keseluruhan jumlah populasi yang

akan dijadikan objek penelitian penelitian. Berdasarkan Rumus Slovin,

maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian adalah 105 unit

sampel. Berikut adalah perhitungan jumlah sampel menggunakan Rumus

Slovin:

N 144 n = = = 105 1 + N푒2 1 + 144 (0,05)2

Dimana:

N: Jumlah Keseluruhan Populasi

n: Jumlah Sampel

e: error tolerance (batas toleransi kesalahan)

Rumus Slovin tidak menentukan tingkat signifikansi atau batas toleransi

kesalahan yang harus digunakan, melainkan batas toleransi kesalahan

atau tingkat signifikansi (error tolerance) didasarkan pada pertimbangan

peneliti. Batas toleransi kesalahan yang ditentukan oleh peneliti adalah

5% (0,05).

5. Mengeksekusi Proses Pengambilan Sampel (Execute the sampling

process)

Setelah melewati keempat langkah sebelumnya, maka langkah

terakhir yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengimplementasi

proses sampling dengan cara melakukan pengumpulan data (Sekaran &

Bougie, 2016). Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan

72

kuesioner berbentuk digital melalui Google Form kepada semua

responden yang termasuk dalam kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya oleh peneliti. Dalam hal ini adalah karyawan TrueMoney

Indonesia dari berbagai divisi pekerjaan yang pernah berhubungan secara

langsung maupun tidak langsung dengan pemasok. Kuesioner berbentuk

Google Form akan mulai disebarkan pada bulan November hingga

Desember 2019.

3.7. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian merupakan suatu penjelasan dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-

indikator yang membentuknya (Sekaran & Bougie, 2010). Berikut ini merupakan

tabel definisi operasional variabel penelitian, yang terdiri dari variabel, dimensi,

definisi, pernyataan pengukuran, dan teknik pengukuran.

No Variabel Dimensi Definisi Pertanyaan Pengukuran Teknik Pengukuran 1. Supplier Product Keunggulan produk 1. Produk yang ditawarkan Likert Scale Performance Quality yang ditawarkan oleh pemasok kepada (Sangat Tidak oleh perusahaan TrueMoney Indonesia Setuju – pemasok/supplier selalu terjaga konsistensi Sangat dalam hal memenuhi kualitas produknya Setuju) kebutuhan yang (Paparoidamis et al., diminta oleh 2017) pelanggan dengan 2. Produk yang ditawarkan memperhatikan pemasok kepada aspek teknis TrueMoney Indonesia (Paparoidamis et al., mudah dan nyaman saat 2017) digunakan (Paparoidamis et al., 2017)

Sumber : diolah oleh peneliti dari Journal Industrial Marketing Management (Paparoidamis et al., 2017) Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional

73

Teknik No Variabel Dimensi Definisi Pertanyaan Pengukuran Pengukuran 3. Produk yang ditawarkan oleh pemasok kepada TrueMoney Indonesia mudah untuk dirawat (Paparoidamis et al., 2017) 4. Produk yang ditawarkan

oleh pemasok kepada TrueMoney Indonesia memiliki kualitas produk yang dapat dipercaya (Paparoidamis et al., 2017) Sales Komitmen dan 1. Pemasok yang Service respon keseluruhan bekerjasama dengan Quality tim penjualan dari TrueMoney Indonesia perusahaan selalu memegang pemasok/ supplier komitmennya terhadap kebutuhan (Paparoidamis et al., pelanggan 2017) (Paparoidamis et 2. Pemasok yang al., 2017) bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia mampu memenuhi seluruh kebutuhan barang/jasa dengan penawaran atau solusi yang tepat (Paparoidamis et al., 2017)

Sumber : diolah oleh peneliti dari Journal Industrial Marketing Management (Paparoidamis et al., 2017) Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional (Lanjutan)

74

3. Pemasok yang bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia mudah untuk dihubungi (Paparoidamis et al., 2017) Technical Peluang penting 1. Pemasok yang Repair bagi perusahaan bekerjasama dengan Service pemasok/ supplier TrueMoney Indonesia Support untuk memperkuat mampu memberikan posisi mereka di layanan perbaikan mata pelanggan teknis yang mudah mereka, dengan dijangkau implikasi positif (Paparoidamis et al., 2017) untuk membangun

hubungan yang 2. Pemasok yang tidak rentan bekerjasama dengan terhadap serangan TrueMoney Indonesia dari pesaing memiliki karyawan (Paparoidamis et yang dapat membantu al., 2017) dalam layanan perbaikan teknis (Paparoidamis et al., 2017) 3. Pemasok yang bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia selalu menepati waktu dalam memberikan layanan perbaikan (Paparoidamis et al., 2017) 4. Pemasok yang bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia selalu mengedepankan kualitas layanan perbaikan (Paparoidamis et al., 2017)

Sumber : diolah oleh peneliti dari Journal Industrial Marketing Management (Paparoidamis et al., 2017) Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional (Lanjutan)

75

No Variabel Dimensi Definisi Pertanyaan Pengukuran Teknik Pengukuran Complaint Pengembangan dan 1. Pemasok yang Handling pemeliharaan bekerjasama dengan Services kepuasan TrueMoney Indonesia pelanggan dan memperhatikan kelanjutan kecepatan dalam hubungan penanganan keluhan pelanggan dengan pelanggan pemasok (Paparoidamis et al., (Paparoidamis et 2017) al., 2017) 2. Pemasok yang bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia memberikan solusi yang berkualitas dalam menangani keluhan pelanggan (Paparoidamis et al., 2017) 3. Pemasok selalu memberikan informasi terkini mengenai status keluhan yang disampaikan oleh TrueMoney Indonesia (Paparoidamis et al., 2017) 2. Kesediaan 1. Pemasok Likert Scale perusahaan untuk menunjukkan (Sangat menerima ketertarikan kepada Tidak Setuju ketidakpastian TrueMoney Indonesia – Sangat berdasarkan sebagai pelanggan Setuju) harapan yang (Paparoidamis et al., Trust in the menguntungkan 2017) Supplier tentang perilaku 2. TrueMoney Indonesia mitra dalam mempercayai asosiasi bisnis pemasok yang telah (Paparoidamis et bekerjasama al., 2017) (Paparoidamis et al., 2017) Sumber : diolah oleh peneliti dari Journal Industrial Marketing Management (Paparoidamis et al.,2017) Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional (Lanjutan) 76

No Variabel Dimensi Definisi Pertanyaan Pengukuran Teknik Pengukuran 3. Pemasok yang bekerjasama dengan TrueMoney Indonesia merupakan pemasok yang bersifat jujur (Paparoidamis et al., 2017) Kesediaan 1. TrueMoney Indonesia Likert Scale pelanggan dalam akan melakukan (Sangat bentuk bisnis untuk pembelian kembali Tidak Setuju membeli kembali atas barang/jasa dari – Sangat layanan dan/atau pemasok Setuju) produk yang dijual (Paparoidamis et al., oleh perusahaan 2017) pemasok dan 2. TrueMoney Indonesia mempertahankan tidak ragu hubungan dengan merekomendasikan perusahaan pemasok kepada pemasok serta bisnis lain yang adanya sikap sejenis (Paparoidamis Customer loyalitas yang et al., 2017) 3. Loyalty menyangkut tingkat 3. TrueMoney Indonesia psikologis selalu mengatakan hal pelanggan dan positif mengenai sikap advokasi pemasok terhadap (Paparoidamis et al., perusahaan 2017) pemasok 4. TrueMoney Indonesia (Paparoidamis et akan selalu menjalin al., 2017) kerjasama bisnis dengan pemasok dalam jangka waktu panjang (Paparoidamis et al., 2017)

Sumber : diolah oleh peneliti dari Journal Industrial Marketing Management (Paparoidamis et al.,2017) Tabel 3.2 Tabel Definisi Operasional (Lanjutan)

77

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian statistik deskriptif. Pengolahan data

dilakukan untuk membuktikan hubungan antar hipotesis penelitian yang

diajukan. Dalam penelitian ini digunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

untuk memvalidasi pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dan

Structural Equation Modelling (SEM) untuk menguji hubungan yang

dihipotesiskan pada model konseptual.

3.8.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berkaitan dengan bagaimana cara

mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data

sehingga mudah dipahami dengan cara menentukan ukuran data seperti

nilai modus, rata-rata dan nilai tengah (median), menentukan ukuran

variabilitas data, seperti variasi (varian), tingkat penyimpangan (deviasi

standar), jarak (range), serta menentukan ukuran bentuk data (skewness,

kurtosis, plot boks (Siregar, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode statistik deskriptif untuk menggambarkan data

yang telah terkumpul secara lebih jelas.

3.8.2. Metode Analisis Data dengan Confirmatory Factor Analysis

Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan suatu teknik untuk

menguji seberapa baik variabel yang diukur dalam mewakili jumlah

konstruk yang lebih sedikit (Hair et al., 2014). CFA secara eksplisit

digunakan untuk menguji faktor model sehingga lebih tepat digunakan

untuk validasi konstruk dan juga untuk pengukuran konstruk sebagai

78

bagian analisis dari SEM (Ghozali & Latan, 2015). CFA mensyaratkan

peneliti untuk memiliki ekpektasi yang spesifik seperti jumlah

faktor/indikator untuk mengukur konstruk, arah faktor/indikator terhadap

konstruk apakah berbentuk refleksif atau formatif, dan setiap faktor/

indikator harus berkorelasi tinggi jika berbentuk refleksif (Ghozali &

Latan, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengujian Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk menguji indikator

dalam konstruk apakah sudah baik untuk digunakan sebagai alat ukur

dalam penelitian.

3.8.3. Uji Kualitas Data

3.8.3.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila

indikator pertanyaan dalam kuesioner mampu menggambarkan

sesuatu yang akan diukur dalam kuesioner tersebut (Ghozali,

2011). Apabila indikator pertanyaan sebagai skala pengukuran

tidak valid, maka tidak akan bermanfaat bagi peneliti (Kuncoro,

2013). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program

Smart PLS 3.0. Dimana indikator pertanyaan dalam kuesioner

dapat dikatakan valid apabila memenuhi persyaratan Average

Variance Extraced (AVE) > 0,50 atau 50%.

79

3.8.3.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi dan stabilitas

dari suatu skala pengukuran (Kuncoro, 2013). Menurut Ghozali

(2011), uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur indikator

dari variabel atau konstruk yang terdapat dalam kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan dalam kuesioner adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Untuk menguji reliabilitas pada

indikator yang digunakan untuk membentuk variabel atau

konstruk, peneliti menggunakan software Smart PLS 3.0.

Dimana indikator pertanyaan yang digunakan sebagai skala

pengukuran dapat dikatakan reliabel atau handal apabila

memenuhi persyaratan Cronbach’s Alpha > 0,70 dan Composite

Realibility (CR) > 0,70.

3.8.4. Metode Analisis Data dengan Partial Least Square - Structural

Equation Model (PLS-SEM)

Partial Least Square – Structural Equation Model (PLS – SEM) atau

sering disebut juga Partial Least Square Path Modeling (PLS – PM)

merupakan sebuah metode alternatif untuk model persamaan struktural

(Structural Equation Model) untuk menguji secara bersamaan hubungan

antar konstruk laten dalam hubungan linear maupun non-linear dengan

banyak indikator baik yang berbentuk reflektif, formatif, atau MIMIC.

Berbeda dengan analisis multivariat biasa PLS – SEM lebih kuat untuk

80 digunakan dalam membangun model penelitian dengan banyak variabel dan indikator. PLS – SEM juga mampu menguji hubungan yang kompleks dengan konstruk dan indikator yang banyak (Ghozali & Latan,

2015). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan PLS - SEM sebagai metode analisis data dengan bantuan software Smart PLS 3.0. Melalui metode SEM ini peneliti ingin mengetahui pengaruh antara Supplier

Performance pada Trust in Supplier dan Customer Loyalty.

3.8.4.1. Variabel dalam SEM

Menurut Malhotra et al. (2017), terdapat dua jenis variabel

dalam SEM, yaitu exogenous constructs (variabel eksogen) dan

endogenous constructs (variabel endogen). Ghozali & Latan

(2015) menambahkan bahwa selain variabel eksogen dan

variabel endogen, terdapat pula variabel moderating dan

variabel intervening. Variabel eksogen merupakan tipe variabel

yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain dan disimbolkan

dengan ξ (dibaca KSI). Variabel endogen atau intervening

merupakan tipe variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain baik

secara langsung maupun tidak langsung, disimbolkan dengan η

(dibaca ETA). Sedangkan variabel moderating merupakan tipe

variabel yang memperkuat dan atau memperlemah hubungan

antar dua variabel dan disimbolkan dengan (µ). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel eksogen adalah Supplier Performance

serta yang menjadi variabel endogen adalah Trust in Supplier

81

dan Customer Loyalty. Pada model penelitian, Trust in Supplier

juga sekaligus menjadi variabel intervening.

3.8.4.2. Tahapan Analisis PLS – SEM

Menurut Ghozali & Latan (2015), dalam melaksanakan

analisis PLS – SEM, setidaknya harus melalui 5 proses tahapan,

yaitu:

1. Konseptualisasi Model

Pada tahapan ini peneliti harus mampu mendefinisikan

secara konseptual konstruk yang diteliti dan menentukan

beberapa hal, seperti dimensionalitas untuk masing-

masing konstruk, bentuk indikator pembentuk konstruk

laten (formatif, reflektif, atau kombinasi), dan arah

kausalitas antar konstruk yang menunjukkan hubungan

yang dihipotesiskan apakah memiliki pengaruh langsung

(direct effect), tidak langsung (indirect effect), spurious,

(spurious effect) atau interaksi/moderasi (moderating

effect) (Ghozali & Latan, 2015)

2. Menentukan metode analisis algoritma

Pada software Smart PLS 3.0, metode analisis algoritma

yang disediakan hanya algoritma PLS dengan 3 pilihan

skema yaitu factorial, centroid, dan path atau structural

weighting. Penelitian ini menggunakan skema algoritma

path atau struktural weighting, sesuai yang disarankan

82

oleh Wold – penemu software Smart PLS (Ghozali &

Latan, 2015).

Jumlah sampel juga perlu ditentukan dalam melakukan

pengolahan data dengan menggunakan pedoman

penentuan sampel yaitu 10 kali jumlah variabel dalam

model (Chin dalam Ghozali & Latan, 2015). Sehingga

minimal sampel yang diperlukan untuk penelitian ini

agar dapat diolah dengan menggunakan software Smart

PLS adalah 10 dikali 7 variabel, yaitu 70 unit sampel.

3. Menentukan metode resampling

Dalam penelitian ini, metode resampling yang digunakan

adalah bootstrapping. Dimana metode bootstrapping

menggunakan sampel asli untuk melakukan resampling

kembali. Smart PLS 3.0 menyediakan 3 pilihan

bootsrapping yaitu No Sign Changes, Individual Sign

Changes, dan Construct Level Changes (Ghozali dan

Latan, 2015). Dalam penelitian ini digunakan metode

resampling No Sign Changes, yaitu statistika resampling

yang dihitung tanpa mengganti tanda apapun, metode ini

menghasilkan standar error yang tinggi namun

konsekuensinya adalah rasio T-Statistics nya sangat

rendah (Tenenhaus et al. dalam Ghozali & Latan, 2015).

4. Menggambarkan diagram jalur

83

Dalam menggambarkan diagram jalur mengacu pada

prosedur nomogram reticular action modeling (RAM)

yang direkomendasikan oleh Falk & Miller (1992), yaitu

konstruk teoritikal yang menunjukkan variabel laten

digambarkan dalam bentuk lingkaran atau bulatan elips,

indikator digambarkan dengan bentuk kotak, dan

pengaruh antar variabel digambarkan dengan panah

tunggal.

5. Evaluasi model

Evaluasi model dalam PLS – SEM dapat dilakukan

dengan menilai hasil pengukuran model (measurement

model) melalui analisis Confirmatory Factor Analysis

(CFA) dengan menguji validitas dan reliabilitas.

Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi model struktural

serta pengujian signifikansi untuk menguji pengaruh

antar konstruk atau variabel (Ghozali & Latan, 2015)

6. Melaporkan hasil analisis

Menurut Ghozali & Latan (2015) dalam melaporkan

hasil analisis kita dapat menggunakan pendekatan dua

langkah (two-step approach) yaitu dengan melaporkan

semua hasil dari measuremet model (outer model)

kemudian dilanjutkan dengan struktural model (inner

model).

84

3.8.5. Evaluasi Model Pengukuran PLS – SEM (Outer Model)

Evaluasi model pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan

reliabilitas model (Ghozali & Latan, 2015).

1. Dalam evaluasi model pengukuran (outer model) untuk konstruk

berbentuk refleksif, suatu model pengukuran dikatakan valid dan

reliabel, apabila memenuhi syarat sebagai berikut.

No Validitas/Reliabilitas Parameter Nilai yang disyaratkan Loading Factor  > 0.70 untuk confirmatory research  > 0.60 untuk exploratory research Average Variance  > 0.50 untuk 1. Covergent Validity Extraced (AVE) confirmatory atau exploratory research. Communality  > 0.50 untuk confirmatory atau exploratory research. Cross Loading  > 0.70 untuk setiap variabel. Akar Kuadrat  Akar Kuadrat AVE > 2. Discriminant Validity AVE dan Korelasi antar Korelasi antar Konstruk Laten. Konstruk Laten Cronbach’s Alpha  > 0.70 untuk confirmatory research  > 0.60 untuk exploratory research 3. Realibility Composite  > 0.70 untuk Reliability confirmatory research  0.60 – 0.70 masih dapat diterima untuk exploratory research.

Sumber: diolah oleh peneliti dari Hair et al. (2014), Ghozali & Latan (2015) Tabel 3.4 Syarat Valid dan Reliabel untuk Konstruk Refleksif

85

2. Dalam evaluasi model pengukuran (outer model) untuk konstruk

berbentuk formatif, suatu model pengukuran dikatakan valid dan

realibel, apabila memenuhi syarat sebagai berikut.

No Kriteria Parameter Nilai yang disyaratkan 1. Indicator Significant Weight  > 1.65 (significance Realibility level = 10%)  > 1.96 (significance level = 5%)  > 2.58 (significance level = 1 %) 2. Multicollinearity VIF dan Tolerance  VIF < 10 atau < 5  Tolerance > 0,10 atau > 0,20

Sumber: diolah oleh peneliti dari Hair et al (2014), Ghozali & Latan (2015) Tabel 3.5 Syarat Valid dan Reliabel untuk Konstruk Formatif

Dalam penelitian ini menggunakan indikator refleksif, sehingga

evaluasi model pengukuran hanya dilakukan dengan melihat nilai loading

factor, AVE, Cross Loading, Cronbach’s Alpha, dan Composite

Realibility.

3.8.6. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Evaluasi model struktural atau inner model merupakan tahap

selanjutnya yang harus dilakukan setelah evaluasi model PLS - SEM.

Inner model bertujuan untuk mempredikasi hubungan antar variabel laten

yang dievaluasi menggunakan beberapa jenis uji sebagai berikut. Adapun

beberapa uji yang dilakukan untuk uji hubungan yang dihipotesiskan

adalah sebagai berikut.

86

3.8.6.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2011) uji koefisien determinasi R2

bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu

model penelitian dalam menjelaskan variasi variabel dependen

yang dimiliki. Nilai koefisien determinasi (R2) terdiri antara nol

dan satu. Semakin kecil nilai determinasi berarti kemampuan

variabel eksogen dalam menjelaskan variasi endogen sangat

terbatas, sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) yang hampir

mendekati satu berarti variabel eksogen memberikan hampir

seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel endogen. Namun, penggunaan nilai koefisien

determinasi (R2) akan menyebabkan bias estimasi karena

semakin banyak variabel eksogen dalam model, maka nilai R2

akan semakin besar dan terus meningkat (Ghozali & Latan,

2015). Oleh karena itu, peneliti lebih dianjurkan untuk

menggunakan Adjusted R2. Nilai Adjusted R2 dapat dihitung

secara otomatis melalui program Smart PLS, namun untuk

menghitung Adjusted R2 secara manual dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut.

푛 − 1 퐴푑푗푢푠푡푒푑 푅2 = 1 − (1 − 푅2) 푌 푛 − 푘 − 1

Dimana:

2 푅푌 adalah R-Square

87

푛 adalah jumlah sampel

k adalah jumlah variabel independen

Nilai R2 atau adjusted R2 0.75, 0.50, dan 0.25 menunjukkan

model kuat, moderate, dan lemah (Hair et al. 2011). Semakin

besar nilai R2 maka menunjukkan bahwa variabel eksogen

semakin baik dalam menjelaskan variasi.

3.8.6.2. Uji Ukuran Pengaruh (Effect Size) (f2)

Menurut Cohen dalam Ghozali & Latan (2015) uji ukuran

pengaruh (effect size) perlu dilakukan untuk mengetahui

besarnya proporsi varian variabel eksogen tertentu terhadap

variabel endogen. Dalam program Smart PLS nilai f2 dapat

dihitung secara otomatis, namun untuk menghitung secara

manual dapat digunakan rumus sebagai berikut.

2 2 2 푅푖푛푐푙푢푑푒푑 − 푅푒푥푐푙푢푑푒푑 푓 = 2 1 − 푅푖푛푐푙푢푑푒푑

Dimana:

2 2 푅푖푛푐푙푢푑푒푑 adalah nilai R ketika prediktor (variabel independen)

dimasukkan dalam model penelitian.

2 2 푅푒푥푐푙푢푑푒푑 adalah nilai R ketika prediktor (variabel independen)

dikeluarkan dari model penelitian.

Hasil nilai perhitungan f2 yang direkomendasikan oleh para

ahli adalah 0.02, 0.15 dan 0.35. Hasil perhitungan nilai f2 ini

88

dapat diartikan bahwa prediktor variabel laten (variabel laten

eksogen) memiliki pengaruh kecil, cukup, dan besar pada level

struktural terhadap variabel endogen (Chin dalam Ghozali &

Latan, 2015). Jika model penelitian yang digunakan hanya terdiri

dari satu variabel eksogen dan satu variabel endogen, maka effect

size tidak perlu dihitung, karena nilai effect size akan sama

dengan nilai R-Square. Dalam penelitian ini terdiri dari lebih dari

satu variabel eksogen dan variabel endogen oleh karena itu uji

ukuran pengaruh perlu untuk dilakukan.

3.8.7. Uji Hipotesis

3.8.7.1. Uji Signifikansi Parameter Individual (statistik t)

Uji signifikansi parameter individual (statistik t) adalah

suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel eksogen secara individual

dalam menjelaskan variasi variabel endogen (Ghozali, 2011).

Dalam penelitian ini, uji statistik t dilakukan dengan bantuan

software pengolahan data yaitu Smart PLS 3.0. Dimana untuk

mengetahui nilai statistik t perlu terlebih dahulu melalui proses

bootstrapping/ metode resampling. Nilai signifikansi yang

digunakan (two-tailed) adalah t-value 1.65 (tingkat signifikansi

= 10%), t-value 1.96 (tingkat signifikansi = 5%) dan t-value 2.58

(tingkat signifikansi = 1%). Suatu variabel dikatakan

89

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel lainnya apabila

hasil t-hitung > t-value (Ghozali & Latan, 2015). Tingkat

signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%

dimana t-value adalah 1.96 oleh karena itu, suatu variabel

dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel lain

apabila hasil t-hitung > 1.96.

Selain itu, pengaruh signifikan juga dapat dilihat dari p-

value yang dihasilkan. Tingkat signifikansi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 0.05 (α = 5%). Syarat suatu hipotesis

diterima atau ditolak tergantung pada kriteria berikut ini.

1. Jika nilai signifikan t (p-value) < 0.05, maka hipotesis

alternatif diterima, artinya bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara satu variabel independen terhadap

variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan t (p-value) > 0.05, maka hipotesis

alternatif ditolak, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara satu variabel independen terhadap

variabel dependen.

3.8.7.2. Uji Pengaruh Mediasi dengan Analisis Jalur

Uji pengaruh mediasi dilakukan saat terdapat variabel

mediasi atau intervening dalam model penelitian yang

digunakan. Pengaruh mediasi merupakan hubungan antar

konstruk eksogen dan endogen melalui variabel penghubung

90 atau antara (Ghozali & Latan, 2015). Dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan prosedur yang dikembangkan oleh Baron & Kenny (1986). Menurut Baron &

Kenny dalam Ghozali & Latan (2015) terdapat tiga tahapan untuk menguji pengaruh mediasi yaitu:

1. Menguji pengaruh variabel eksogen (X) terhadap

variabel endogen (Y) dan harus signifikan pada t-

statistics > 1,96.

2. Menguji pengaruh variabel eksogen (X) terhadap

variabel mediasi (M) dan harus signifikan pada t-

statistics > 1,96.

3. Menguji secara simultan pengaruh variabel eksogen (X)

dan mediasi (M) terhadap variabel endogen (Y). Pada

pengujian tahap terakhir diharapkan pengaruh variabel

eksogen (X) terhadap endogen (Y) tidak signifikan

sedangkan pengaruh variabel mediasi terhadap variabel

endogen (Y) harus signifikan pada t-statistics > 1,96.

Melalui tahapan ini dapat kita ketahui apakah variabel mediasi yang terdapat dalam model memiliki pengaruh mediasi penuh (Full Mediation) atau pengaruh mediasi sebagian (Partial

Mediation). Dikatakan memiliki pengaruh mediasi penuh (full mediation) ketika nilai variabel eksogen tidak dapat mempengaruhi variabel endogen secara langsung (t-statistics <

91

1,96) namun ketika dilakukan uji secara bersamaan terdapat

pengaruh tidak langsung yang signifikan antara variabel eksogen

terhadap variabel endogen melalui variabel intervening (t-

statistics > 1,96). Suatu model dikatakan memiliki pengaruh

mediasi sebagian (partial mediation) apabila hasil uji pengaruh

langsung dan pengaruh tidak langsung memiliki hasil yang

sama-sama signifikan namun nilai pengaruh hubungan tidak

langsung lebih besar dibandingkan nilai hubungan langsung

(Hair et al., 2017).

3.8.8. Model Penelitian Secara Keseluruhan

Sumber: diolah oleh peneliti

Gambar 3.2 Model Penelitian Secara Keseluruhan

92