Bab Iii Ino Fo Makati Nyinga Dalam Kehidupan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB III INO FO MAKATI NYINGA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HALMAHERA BARAT Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di pulau Halmahera Maluku Utara. Halmahera barat dikenal dengan berbagai etnis yang konon katanya menjadi cikal bakal masyarakat yang mendiami pulau Halmahera, diantaranya suku Sahu, Wayoli, Gamkonora, Loloda dan Tobaru. Wilayah ini juga memiliki kesamaan dengan pulau-pulau lainnya yang mana terdapat suku pendatang yang mendiami wilayah tersebut.1 Secara historis, banyak kearifan lokal yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Halmahera Barat sejak dulu dalam membentuk sebuah tatanan kehidupan manusia dalam bentuk tradisi lisan. Salah satu tradisi lisan yang menjadi falsafah hidup masyarakat Halmahera Barat adalah Ino fo makati nyinga yang diadopsi dari kehidupan orang Ternate. Falsafah ini yang selalu dipegang masyarakat sebagai blue print (cetak biru) dari para pendahulu atau nenek moyang masyarakat Halmahera barat dalam menata kehidupannya sampai sekarang yang akan dijelaskan di bab ini. Pada Bab ini akan dijelaskan tiga hal pokok, antara lain : (1) Gambaran umum wilayah Halmahera Barat (Soakonora); (2) Asal-usul Ino fo makati nyinga; (3) Pemaknaan Ino fo makati nyinga dan pelaksanaannya dalam kehidupan masyarakat Desa Soakonora Halmahera Barat 1 Kerja sama Badan Kearsipan dan Perpustakaan Maluku Utara dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Khairun, Pemetaan Tradisi Lisan Kawasan Moloku Kieraha, (Ternate: Universitas Khairun, 2015), 21. 42 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Halmahera Barat Kabupaten Halmahera Barat awalnya merupakan kabupaten induk dari Maluku Utara yang berubah nama setelah terjadi pemekaran berdasar UU No. 1 Tahun 2003. Kabupaten yang menjadikan Jailolo sebagai ibu kota ini dahulu memiliki lima kecamatan, yaitu Ibu, Jailolo, Jailolo Selatan, Loloda dan Sahu. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, perkembangan aspirasi masyarakat yang semakin memaksa, serta rentang kendali pemerintahan yang terlalu jauh, maka melalui perda No 7 tahun 2005, pemerintah daerah kemudian memekarkan tiga kecamatan baru, yaitu kecamatan sahu timur, kecamatan Ibu Utara dan ibu Selatan. Setelah itu, sebelumya dterbitkan Perda No. 6 tahun 2005 tentang pemekaran kecamatan jailolo Timur, maka saat itu wilayah administratif kabupaten Halmahera barat terdiri dari sembilan kecamatan yaitu, Ibu, Ibu Selatan, Ibu Utara,Jailolo, Jailolo Selatan, jailolo Timur, Sahu, Sahu Timur, dan yang terakhir Loloda.2 Luas Kabupaten Halmahera Barat tercatat 14.823.16 km2 dengan luas daratan 2.361.56 km2 dan laut seluas 12.461.60 km2. Secara geografis Halmahera Barat terletak antara 00 48’ lintang utara sampai 10 48’ lintang utara dan antara 1270 16’ 00’’ bujur timur sampai 1270 16’ 01” bujur timur. Batas-batas geografis wilayah kabupaten Halmahera Barat adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Halmahera Utara - Sebelah Timur : Kabupaten Halmahera Utara - Sebelah Selatan : Kota Tidore Kepulauan - Sebelah Barat : Laut Maluku 2 Kerja sama Badan Kearsipan dan Perpustakaan Maluku Utara dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Khairun, Pemetaan Tradisi Lisan Kawasan Moloku Kieraha, … 20. 43 Gambar Peta Wilayah Halmahera Barat Berdasarkan wilayah administratif kabupaten Halmahera barat yang di bagi atas 9 (sembilan) kecamatan dan 176 (seratus tujuh puluh enam) desa dengan wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Ibu Selatan dan yang terkecil adalah kecamatan Jailolo Selatan. Ibu kota kabupaten Halmahera Barat terletak di kecamatan Jailolo, yang dapat di tempuh dari seluruh kecamatan dengan perjalanan darat kecuali dari kecamatan Loloda yang harus ditempuh melalui jalur laut. Penduduk Kabupaten Halmahera Barat yng terdiri dari wilayah kecamatan ini pada Tahun 2013 adalah sebanyak 106.791 jiwa. Dari jumlah tersebut. Penduduk laki-laki berjumlah 54.561 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 52.230 jiwa. Jumlah penduduk terbesar ada di kecamatan Jailolo, yakni sebanyak 29.288 jiwa atau 27,43 persen dari total jumlah penduduk di kabupaten Halmahera Barat.3 3 Kerja sama Badan Kearsipan dan Perpustakaan Maluku Utara dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Khairun, Pemetaan Tradisi Lisan Kawasan Moloku Kieraha, … 21. 44 3.1.1 Asal-Usul kerajaan Jailolo: Kerajaan Tertua Maluku Utara Dalam catatan sejarah, wilayah Jailolo atau dikenal dengan Ibu Kota kabupaten Halmahera Barat adalah salah satu kerajaan tertua di Moloku Kie Raha4 yang awal pemerintahannya berada di pulau Motir/ Moti. Wilayah Gilolo/ Jilolo atau dikenal dengan Jailolo juga dimasukan dalam wilayah Maluku, dengan anggapan bahwa salah satu kerajaan tertua di Maluku sebelum tahun 1250 adalah kerajaan Gilolo5. Perlu juga dicatat sebutan lainnya bagi keempat kerajaan yang ada di Maluku Utara tersebut: 1. Jailolo : Jiko ma-kolano, "penguasa teluk." 2. Tidore : Kie ma-kolano, "penguasa gunung." 3. Ternate: Kolano Maluku, "penguasa Maluku." 4. Bacan : dehe ma-kolano, "penguasa tanjung." Dalam urutan berdirinya kerajaan-kerajaan Maluku, Jailolo dipandang sebagai kerajaan tertua. Walaupun diakui sebagai kerajaan tertua oleh kerajaan –kerajaan Maluku lainnya, tidak dapat dipastikan kapan kerajaan itu didirikan. Yang dapat dicatat hanyalah peristiwa kesejarahan bahwa pada masa awal ada seorang raja perempuannya yang kawin dengan Raja Loloda, sebuah kerajaan di bagian utara pulau Halmahera – mungkin merupakan kerajaan yang lebih tua dari Jailolo. Menurut cerita rakyat di daerah ini, perkawinan antara Ratu Jailolo dengan Raja Loloda merupakan perkawinan politik untuk memberikan akses kepada Jailolo menguasai seluruh Halmahera. Politik Jailolo berhasil, sebab sebelum tahun 1250, teritorial Kerajaan Jailolo telah meliputi hampir seluruh Halmahera, termasuk Loloda. Sumber Nagarakartagama mengungkapkan bahwa ketika Jailolo terbentuk sebagai Kerajaan, 4 Moloku Kie Raha (Moloku = gunung; Kie = tanah; Raha = rumah/mata rumah ) adalah sebutan kepada empat kerajaan di Maluku Utara yaitu, Jailolo, Tidore, Bacan dan Ternate. Arti sebenarnya adalah empat kerajaan di empat kaki gunung (Moloku). Pertemuan dilakukan di Pulau Moti yang menyepakati membentuk konfederasi Moloku Kie Raha yang termuat dalam Perjanjian Moti (Motir Verbond) 1322 (Catatan waktu tahun diperkirakan oleh Francois Valentijn dengan mengumpulkan catatan/informasi tentang masa kekuasaan kolano (raja) Ternate sebelumnya). 5 Hal ini berkaitan dengan mitos Tujuh Putri, tentang asal-usul Kerajaan kerajaan di Moloku Kie Raha. 45 wilayahnya belum mencakup Halmahera Utara bagian barat, karena di sana terdapat Kerajaan Loloda. Di samping itu, di bagian utara Halmahera juga terdapat Kerajaan Moro, yang pada masa belakangan menjadi sasaran perluasan Kerajaan Jailolo di bawah Katarabumi pada abad ke-16.6 Bagian barat Kerajaan Jailolo adalah Batu Cina, yang letaknya berhadapan dengan Kepulauan Maluku – yakni pulau-pulau Ternate, Tidore, Moti, dan Makian. Jailolo semula adalah nama sebuah desa, dan kerajaan yang berdiri di desa itu yang diperintah oleh seorang Kolano /Sultan.7 Menurut sumber Nagarakartagama, yang disusun oleh Mpu Prapanca, kemungkinan kolano/ Sultan pertama Jailolo adalah seorang perempuan yang berkuasa secara tiran dan memerintah dengan tangan besi. Setelah Ratu Jailolo yang tiran itu wafat, Loloda terlihat mampu melepaskan diri dari kekuasaan Jailolo. Sebab, ketika berlangsung pertemuan Moti pada abad ke-14, Raja Loloda berikhtiar untuk menghadiri pertemuan tersebut, tetapi terhalang oleh angin ribut, yang menyebabkannya mendarat di Dufa-dufa, Ternate. Karena memerintah dengan tangan besi, terjadi perlawanan dan pembangkangan terhadap Kolano/ Sultan Jailolo, yang diikuti dengan eksodus para pembangkang politik ke pulau-pulau kecil di sekitar Halmahera: Ternate, Tidore, Moti, dan Makian. Di pulau-pulau inilah para pemberontak Jailolo mendirikan kerajaan-kerajaan salah satu di antaranya yang terbesar dan terkuat adalah Ternate yang pada gilirannya merongrong dan bahkan mengakhiri eksistensi Kerajaan Jailolo.8 Nama Halmahera menurut sumber-sumber Portugis adalah Batu cina de Moro, atau Batu cina yang merujuk pada kerajaan tua di Halmahera Utara yang masih eksis hingga abad ke-17, dimana Portugis berhasil mengkonversi agama sebagian penduduknya ke Kristen. Namun Batu cina tidak punya hubungan sama sekali dengan orang-orang Cina, sebagai 6 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah: perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, ( Ternate : Universitas Khairun 2006), 15. 7 Penguasa kerajaan-kerajaan di Maluku ini disebut kolano (dari bahasa Jawa kelana) atau raja, dan setelah memeluk agama Islam sebutan kolano diubah menjadi Sultan. 8 Amal, Kepulauan Rempah-rempah: perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, … 15-16. 46 bangsa asing pertama yang menemukan Maluku, dan memperoleh keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah. Batu cina dalam pengucapan orang-orang Portugis menjadi Bat (a) Chin (a) yang dalam teks-teks lama ditulis sebagai Batchian. Menurut Lapian, adalah sebuah salah ucap dari kata Bacan, kekuatan tertua di Maluku yang punya pengaruh jauh hingga Seram dan pulau-pulau di Sulawesi Utara.9 Jailolo merupakan kerajaan yang paling eksis atau kerajaan peringkat pertama dibanding ketiga kerajaan yang ada di maluku utara berdasarkan Pertemuan Moti (1322) yang melahirkan Persekutuan Moti (MotirVerbond) dalam hal senioritas, tapi hal itu tidak membuat Ternate untuk menyurutkan ambisinya menguasai Jailolo. Kolano Ternate, Tulu Malamo, tidak lagi mengakui keputusan Motir Verbond, dan menyerang serta menduduki Jailolo. Raja Jailolo ketika itu tidak dapat berbuat sesuatupun, walaupun