BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Televisi adalah satu media massa yang mempunyai berbagai fungsi.

Fungsi televisi adalah sebagai alat informasi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi baik nasional maupun internasional. Informasi ini berguna untuk menambahkan ilmu pengetahuan mereka akan berita yang diserap oleh masyarakat yang menggunakan media tersebut (McQuail, 2011:63).

Televisi hanyalah sebuah alat untuk proses penyampaian pesan kepada khalayak, namun televisi mempunyai program siaran yang dikemas secara memenuhi kebutuhan audiencenya (Morissan, 2008:200). Televisi menciptakan berbagai program-program atau acara yang bisa dinikmati oleh audiencenya.

Setiap program atau segmen yang diciptakan oleh produser mempunyai jenis program yang berbeda, apakah jenis hiburan, pendidikan atau informasi.

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film

(Wiryanto, 2004:68).

Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat modern, karena orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Pada

1

saat yang sama sukar mengecek kebenaran yang disajikan media (Ardianto,

Komala & Karlinah, 2009:137).

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk.

Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang menyatakan bahwa umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:137).

Media televisi merupakan saran masuknya informasi baru sekaligus sebagai agen perubahan budaya baru. Banyak yang menegaskan aktifitas menonton televisi sebagai kegiatan pasif atas penerimaan gagasan baru. Dengan modal audio-visualnya siaran televisi sangat efektif dalam memberikan pesan- pesannya. Tetapi tidak hanya itu, televisi juga memiliki fungsi sebagai saran promosi dan hiburan. Karena itu juga televisi sangat bermanfaat dalam upaya pembentukan perilaku dan perubahan pola pikir (Darwanto, 2007: 26).

Acara-acara yang disajikan tidak lagi memperhitungkan nilai ideal, hanya nilai material sebuah tayangan. Produksi sebuah acara hanya mementingkan keuntungan tanpa memperhitungkan apakah acara itu akan mendidik pemirsa.

Televisi menjadi ideologi baru bahkan agama baru, karena melalui acara- acaranya, televisi memenuhi kebutuhan individu. Orang merasa nyaman dan senang ketika duduk di depan televisi tinggal pencet remote control untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Zamroni, 2005:65).

2

Momentum reformasi mengubah struktur media, meskipun tidak seutuhnya. Terjadi pergeseran kepemilikan media, khusunya stasiun televisi. Para pemilik media kemudian mendirikan kelompok-kelompok media sehingga para pemainnya terbatas menjadi beberapa saja meskipun terlihat banyak sekali stasiun televisi bermunculan. Kelompok Media Nusantara Citra (MNC), misalnya, memiliki tiga stasiun televisi yaitu RCTI, Global TV, MNC yang masing-masing membidik target yang berbeda. Sementara itu, stasiun-stasiun lain yang tidak tergabung dalam group-group besar (Nugraha, 2006:77).

Berdasarkan penjelasan di atas, para pemilik media massa terjadi pergeseran media, khususnya stasiun televisi. Di mana kelompok-kelompok media sehingga para pemainnya terbatas menjadi beberapa saja meskipun terlihat banyak sekali stasiun televisi bermunculan, dan stasiun televisi tersebut membidik target yang berbeda-beda.

Seperti saat ini telah banyak bermunculan tayangan televisi yang dikemas melalui video rekaman yang telah ada sebelumnya atau disebutnya juga tayangan dokumentasi. Tayangan ini telah banyak ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta Indonesia, antara lain , Global TV, RCTI, dan .

Salah satu tayangan acara yang bersifat dokumentasi dan magazine adalah

“Brownies” yang ditayangkan oleh stasiun televisi TRANS7. “Brownies” adalah program yang menyajikan informasi ringan, menarik tapi juga informatif yang menayangkan berbagai hal unik yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan (www.trans7.co.id).

3

“Brownies” tayangan televisi baru yang berjenis magazine. Magazine itu seperti membuka majalah, ketika membuka majalah semua informasi ada. Seperti tips, kesehatan (menurut rating Nielsen, masuk kategori Information:

Documentary) dan mengambil potongan klip video atau film dari situs youtube

[Siregar, Hasil Wawancara, 12 Desember 2012].

Program “Brownies” adalah program Magazine TRANS7 yang menyuguhkan berbagai liputan mengenai gaya hidup dan anak muda. Acara informatif yang dikemas secara menarik ini menghadirkan “Rio Indrawan” sebagai host. Tayang setiap hari “Kamis dan Jumat”, pukul “15.15 WIB”, di setiap episodenya “Brownies” menghadirkan beragam yang dikupas secara tuntas. Keunikan dari “Brownies” mengibaratkan kue brownies identik dengan yang manis, enak, cemilan yang bisa dimakan kapan saja. Maka program

“Brownies” menyajikan informasi ringan, menarik dan informatif untuk audiensnya.

Menurut peneliti, program “Brownies” adalah program yang unik. Di mana program berjenis magazine yang seperti penontonnya membuka majalah, ketika membuka majalah semua informasi itu semua ada mulai dari fashion, kesehatan, kuliner, tips-tips hingga informasi film dilengkapi tambahan video seperti youtube. Maka informasi yang disajikan program “Brownies” sangat bermanfaat untuk penontonnya.

Dalam Episode yang diangkat dalam penelitian ini ialah “Brownies” episode Parta Porte yang disiarkan pada tanggal 12 Maret 2013 dengan host Rio

Indrawan dan Adit Aulia. Peneliti mengambil episode paling terbaru guna

4

mendapatkan data yang lebih terkini. Hal ini juga menarik dan mendapat perhatian khusus oleh peneliti dalam episode ini ialah karena kedua host, dalam adegan awal tayangan episode ini, menggunakan pakaian ala Indian dan sambil menginformasikan sesuatu dengan bahasa Indian dengan gayanya yang khas.

Dalam penelitian ini peneliti memilih program siaran ‘Brownies’ karena di tengah acara televisi yang dipenuhi dengan sinetron-sinetron yang cenderung negatif, TRANS7 hadir membawa informasi yang sangat menarik, dengan menyaksikan acara ‘Brownies’ kita dapat mengetahui berbagai hal menarik dari seluruh penjuru dunia dan dikemas dengan unik sehingga menjadi daya tarik pemirsa televisi semuanya. Target audience dalam program acara ‘Brownies’ ini adalah remaja adult female yang berumur 15-25 tahun ke atas. WHO membagi kurun usia remaja dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2011:12).

Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dibanding orang dewasa. Ketika mereka memiliki waktu luang, maka umumnya mereka akan memilih untuk menggunakan waktu itu untuk menonton televisi daripada memilih kegiatan bersifat rekreatif lainnya, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para remaja (Bong,

2002:5).

Kemampuan media untuk menentukan informasi apa yang dianggap penting. Maka, media harus selektif dalam menyajikan topik dan kepentingan publik. Teori penentuan Agenda (Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran

5

dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa

(Tamburaka, 2012:22-23).

Agenda merupakan seleksi terhadap berita yang terdapat bahwa suatu berita tersebut menjadi lebih penting dibandingkan berita yang lain. Agenda media adalah daftar berita-berita dan peristiwa pada suatu waktu yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya. Agenda media memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik. Seberapa besar kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya

(Tamburaka, 2012: 68).

Maka dalam Agenda Setting menurut Tamburaka (2012: 23), konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain. Media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan utama yang diajukan adalah:

Bagaimana pandangan remaja terhadap agenda media pada program

‘Brownies’ Episode Parta Porte di TRANS7 ?

6

Rumusan masalah utama ini kemudian diturunkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan remaja terhadap visibialitas tingkat

menonjolnya berita pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di

TRANS7 ?

2. Bagaimana pandangan remaja terhadap tingkat menonjolnya bagi

khalayak (audience salience) pada program ‘Brownies’ episode Parta

Porte di TRANS7 ?

3. Bagaimana pandangan remajan terhadap valensi cara pemberitaan bagi

suatu peristiwa pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di

TRANS7 ?

C. TUJUAN

Tujuan utama penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pandangan remaja terhadap agenda media pada

program ‘Brownies’ Episode Parta Porte di TRANS7.

2. Untuk mengetahui pandangan remaja terhadap visibialitas tingkat

menonjolnya berita pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di

TRANS7.

3. Bagaimana pandangan remaja terhadap tingkat menonjolnya bagi

khalayak (audience salience) pada program ‘Brownies’ episode Parta

Porte di TRANS7.

7

4. Bagaimana pandangan remaja terhadap valensi cara pemberitaan bagi

suatu peristiwa pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di

TRANS7.

D. MANFAAT

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu komunikasi tentang penelitian pada khalayak

dalam mengkonsumsi media, khususnya media televisi sebagai

referensi yang berguna untuk penelitian selanjutnya terutama

pemaknaan audience terhadap program-program televisi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri

media untuk memperhatikan kebutuhan khalayak. Selain itu penelitian

ini dapat memberikan motivasi bagi industri media dan TRANS7

khususnya pada program ‘Brownies’ untuk selalu kreatif dalam

mengemas program acaranya tanpa mengabaikan sisi edukatifnya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini

8

merupakan landasan dasar peneliti dalam memulai penelitian agar terarah dan sistematis.

Bab II, Kerangka Konsep. Bab ini menguraikan konsep – konsep yang digunakan peneliti sebagai dasar dan pijakan pokok meneliti objek, yang disesuaikan dengan tema penelitian. Bab ini menjelaskan sisi pemahaman para ahli komunikasi berkaitan dengan tema penelitian.

Bab III, Metodologi Penelitian. Dalam bab metodologi penelitian memuat mengenai definisi konseptual yang memuat tentang paradigma penelitian, pendekatan penelitian kualitatif, fokus penelitian menjelaskan tentang program televisi “Brownies” TRANS7, unit analisis, batasan penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis data, dan keabsahan data.

Bab IV, Analisis dan Pembahasan. Dalam bab ini memuat analisa berdasarkan teori dan konsep terhadap fokus penelitian menggunakan pendekatan penelitian.

Bab V, Kesimpulan dan Saran. Bab ini memuat hasil penelitian peneliti dalam bentuk kesimpulan dan saran.

9

BAB II

KERANGKA KONSEP

A. Penelitian Terdahulu Terkait dengan penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa hasil penelitian terdahulu. Peneliti mendapatkan bahwa sudah terdapat penelitian yang membahas mengenai teori agenda setting pada program televisi. Penelitian itu berjudul “Pengemasan Program Komedi Mengandung Unsur Pendidikan dalam

Penyampaian Pesan Moral Kepada Khalayak”. Jurnal Komunikologi Vol. 9, No.

1, Maret. 2012, yang dibuat oleh Ilona V. Oisina Situmeang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa agenda setting dalam media, mempunyai kemampuan untuk memengaruhi khalayak dalam memberikan informasi. Komunikasi yang dilakukan narasumber dalam menyampaikan informasi mendapat respon dari penonton. Orang-orang yang menonton televisi dapat dengan mudah mengetahui informasi yang menjadi topik pembicaraan.

Adapun penelitian lain yang membahas mengenai “Analisa Perilaku

Imitasi Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di

Indosiar (Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda). eJournal Ilmu Komunikasi Vol. 1, No. 3, hal: 66-80, 2013, yang dibuat oleh Yessi

Paradina Sella. Dalam penelitian ini, peneliti untuk mengetahui sejauh mana perilaku yang ditujukan oleh remaja khususnya perilaku imitasi, analisa data yang

10

digunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan teori agenda setting yang ditemukan McComb dan Donald L Show, beramsumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mengetahui agenda publik.

Adapun penelitian yang berjudul ‘Analisa Isi Tayangan Program

Kalawarta di TVRI Jawa Barat Ditinjau dari Nilai Berita’ yang dibuat oleh Ari

Krisna, Universitas Komputer Indonesia. 2010, Bandung. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi tayangan program Kalawarta di TVRI

Jawa Barat di tinjau dari nilai berita. Menggunakan teori agenda setting, dari agenda media melihat dari penonjolan berita dengan cara penyajian program

Kalawarta yang di siarkan di TVRI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana adanya hubungan variabel antara agenda media dan agenda khalayak.

Penelitian yang berjudul ‘Analisis Fenomenologi Pada Program Mario

Teguh Golden Ways di Metro TV’ yang dibuat oleh Putri Helmalena, Universitas

Islam Negeri, 2011. Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan teori agenda setting, peneliti mencoba menelaah seberapa penting acara ini bagi pemirsa golden ways. Metodologi penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif sebagai metode dengan pendekatan yang digunakan yaitu fenomenologi. Sumber data yang diperoleh dari hasi wawancara mendalam dengan informan yang menonton acara Golden Ways.

Metodologi yang digunakan juga memiliki kecenderungan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tipe jenis adalah deskriptif. Adapun pendekatan dengan menggunakan kuantitatif hanya sebagai data pendukung

11

penelitian saja. Teknik pengumpulan data mayoritas menggunakan wawancara, observasi dan studi pustaka.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa Agenda setting adanya hubungan positif antara perhatian media dan perhatian khalayak pada suatu peristiwa. Kemampuan media untuk menentukan informasi apa yang dianggap penting, yang menyajikan topik diskusi dan kepentingan publik.. Berikut adalah roadmap penelitian dalam lampiran.

B. Komunikasi Massa Yang dimaksud dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern. Media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi

(Effendy, 2008:50).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Rakhmat dalam Bittner (2003:188) dalam buku komunikasi massa, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak. Media komunikasi yang termasuk media massa ini adalah: radio siaran dan televisi

(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:3).

Dalam buku Effendy (2008:51-54), untuk suksesnya komunikasi massa, kita perlu mengetahui sedikit banyak ciri-ciri komunikasi itu yang meliputi sifat-

12

sifat unsur yang dicakupnya. Di mulai dengan sasarannya sendiri, yakni komunikan.

a. Sifat komunikan Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen, dan anonim. b. Sifat media massa Adalah serempak cepat. Yang dimaksudkan dengan keserempakan (simultaneity) disini adalah keserempakan kontak antara komunikator dan komunikan yang demekian besar jumlahnya. Pada saat yang sama media massa membuat khalayak serempak menaruh perhatian pesan yang disampaikan seorang komunikator. c. Sifat pesan Sifat pesan melalui media massa ialah umum (public). Sifat pesan melalui media massa adalah sejenak (transiet), hanya untuk disajikan seketika. Demikian pula pesan melalui televisi, setelah dilihat dan di dengar, kemudian tiada lagi, di ganti dengan pesan berikutnya. d. Sifat komunikator Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator pada komunikasi massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar radio atau penyiar televisi, adalah komunikasi terlembagakan (institutionalized communicator). Karena itu, berhasil-tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat di dalam organisasi media massa. e. Sifat efek Efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung kepada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan hanya tahu saja, atau agar komunikan berubah sikapnya dan pandangannya, atau agar komunikan berubah tingkah lakunya.

Tamburaka (2012:15) mendefinisikan komunikasi massa dalam tiga ciri:

13

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audience yang relatif besar, heterogen, dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Komunikasi massa yaitu proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah : (a) komunikator, (b) media massa, (c) informasi

(pesan) massa, (d) gatekeeper, (e) khalayak (publik), (f) umpan balik.

Berdasarkan konsep di atas komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan pada sejumlah besar orang melalui media massa seperti surat kabar, televisi, radio, dan film. Jadi penting untuk diketahui bahwa media massa mempunyai peran penting bagi khalayak untuk mendapatkan berbagai informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.

C. Teori Agenda Setting a. Konsep Agenda setting Effendy (Bungin, 2006:281-282) mengatakan teori Agenda Setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. Asumsi dasar teori Agenda Setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan

14

memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang dianggap penting bagi media, maka penting juga bagi masyarakat.

Di antara berbagai asumsi tentang efek (pengaruh) komunikasi massa, salah satu yang masih bertahan dan berkembang pada tahun-tahun belakangan ini menyatakan, media massa, dengan memperhatikan beberapa isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memengaruhi opini publik. Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang disajikan oleh media massa dan menerima susunan prioritas yang ditetapkan media massa terhadap berbagai isu tersebut

(Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:76).

Dari penjelasan di atas Agenda Setting adalah dengan memerhatikan beberapa isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memengaruhi opini publik. Media massa menyajikan apa yang khalayak ketahui terhadap berbagai isu tersebut.

Asumsi agenda-setting model ini mempunyai kelebihan karena mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai isu yang dimuat media massa, isu yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi isu yang kurang mendapat perhatian media massa (Ardianto, Komala & Karlinah, 2009:76-77).

Jadi media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan isu tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan agenda) sehingga membuat publik berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting.

Kebanyakan yang dilakukan oleh program televisi.

Melengkapi pendapat dari teori ini, Sendjaja (2004:25) pun mengungkapkan bahwa tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya

15

melalui media massa, audience juga mempelajari seberapa besar arti penting sebuah isu atau topik dari cara media memberikan penekanan terhadap topik itu.

Fungsi agenda setting yang dirumuskan oleh Rogers dan Dearing yang kembali di tulis oleh Kriyantono (2006:223) dalam bukunya mengatakan, merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, Agenda Media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, Agenda Media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan Agenda Publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi Agenda Kebijakan. Ketiga, Agenda Kebijakan (Policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.

Di dalam buku teori komunikasi massa Severin & Jr Tankard (2005:278-

279), Funkhouser (1973) memberikan sebuah daftar lima mekanisme sebagai tambahan untuk arus peristiwa nyata yang bekerja memengaruhi besarnya perhatian media yang mungkin diterima sebuah isu.

1. Adaptasi media terhadap arus peristiwa. Ketika pola yang sama terus ada, maka hal itu dianggap sebagai “kurang lebih sama” dan tidak lagi dianggap sebagai berita. 2. Pelaporan yang berlebihan tentang peristiwa penting yang tidak biasa. Beberapa kejadian, seperti tumpuhan minyak Santa Barbara, penting tetapi menerima liputan yang berlebihan karena keunikannya atau sifatnya yang menimbulkan sensasi. 3. Pelaporan selektif aspek-aspek yang patut diberikan dari situasi yang tidak layak diberitakan. Misalnya, sebuah penelitian terkenal menunjukkan bahwa dengan menyeleksi deti-detil tertentu, liputan televisi tentang sebuah parade yang menghormati Jenderal Douglas MacArthur, tampak lebih menarik daripada kejadian sebenarnya (K. Lang dan G. E. Lang, 1972). 4. Pseudoevent, atau pembuatan peristiwa yang patut dijadikan berita. Gerakan protes, demonstrasi, protes publik dengan menduduki tempat, dan trik publisitas adalah contoh-contoh pseudoevent yang bisa membantu memindahkan isu ke agenda pers. 5. Rangkuman kejadian, atau situasi yang melukiskan kejadian biasa dengan cara yang patut dijadikan berita. Contohnya adalah perilisan laporan umum ahli bedah pada tahun 1964 yang menunjukkan hubungan antara merokok dengan kanker paru-paru.

16

Shoemaker dan Reese (1991) dalam buku teori komunikasi (Severin & Jr

Tankard, 2005:278-279) menyatakan, dengan memanfaatkan karya Herbert

Gans dan Todd Gitlin mengusulkan lima kategori utama pengaruh isi media:

1. Pengaruh dari pekerja media secara individu. Di antara pengaruh- pengaruh ini adalah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang profesional dan kepribadian, sikap pribadi, dan peran-peran profesional. 2. Pengaruh-pengaruh rutinitas media. Apa yang diterima media massa dipengaruhi oleh praktik-praktik komunikasi sehari-hari communicator/orang penghubung, termasuk deadline/batas waktu dan kendala waktu lainnya, kebutuhan ruang dalam penerbitan, struktur piramida terbalik untuk menulis berita, nilai berita, standar objektivitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber berita. 3. Pengaruh organisasi terhadap isi. Organisasi media memiliki beberapa tujuan, dan menghasilkan uang sebagai salah satu yang paling umum digunakan. Tujuan-tujuan organisasi media ini bisa berdampak pada isi melalui berbagai cara. 4. Pengaruh terhadap isi dari luar organisasi media. Pengaruh- pengaruh ini meliputi kelompok-kelompok kepentingan yang melobi untuk mendapatkan persetujuan (atau menentang) jenis-jenis isi tertentu, orang-orang yang menciptakan pseudoevent untuk mendapatkan liputan media, dan pemerintah yang mengatur isi secara langsung dengan undang-undang pencemaran nama baik dan ketidaksopanan. 5. Pengaruh ideologi. Ideologi menggambarkan fenomena tingkat masyarakat. Yang asasi bagi ideologi di Amerika Serikat adalah “kepercayaan dalam nilai sistem ekonomi kapitalis, kepemilikan pribadi, pencapaian laba dengan wiraswasta untuk kepentingan pribadi, dan pasar bebas” (hlm. 184). Ideologi yang menyeluruh ini mungkin memengaruhi isi media dengan banyak cara.

Individu-individu tertentu, yang disebut orang-orang yang mengetahui terlebih dahulu (early recognizers), juga bisa memainkan peran kunci

(Brosius dan Weimann, 1996) dalam menentukan agenda media. Ini adalah orang-orang yang mengetahui sebuah isu pada tahap-tahap perkembangannya. Mereka mungkin adalah para profesional media yang

17

pekerjaannya melakukan pengamatan dan terikat dengan jaringan kerja

organisasi dan sosial (Severin & Jr. Tankard, 2005:279-280).

b. Agenda Media

Werner Severin & James W. Tankard dalam buku Communication

Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media yang kembali dikutip oleh

Kriyantono (2006:223-224) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda di atas, yaitu:

1. Agenda Media. Agenda harus diformat, proses akan memunculkan masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali dengan dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility (yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita), Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak), Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. 2. Agenda Khalayak. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Dimensi yang berkaitan antara lain: Familirianty (keakraban), personal salience (penonjolan pribadi), Favorability (kesenangan). 3. Agenda Kebijakan. Agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu. Dimensi yang berkaitan antara lain: Support (dukungan), likelihood of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

Agenda Media. Agenda harus diformat, proses akan memunculkan masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali dengan dimensi yang berkaitan, antara lain: Visibility (yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita), Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak),

Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

18

Nurudin (2007:195-196), agenda media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita tentang apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaanny, sedangkan masyarakat akan mengikutinya.

Dalam menentukan agenda media, media massa memiliki andil besar dalam menentukan apa yang akan dibahas, menentukan berita yang dapat menarik perhatian publik dengan cara melihat dari jumlah dan tingkat menonjolnya berita yang terkait dalam dimensi agenda media. Media melihat suatu berita yang menarik jika diblow-up karena akan menguntungkan dari sisi ekonomis yaitu akan menaikan oplah atau rating media tentunya akan menyita perhatian audience.

D. Program Televisi

Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya (Morissan,

2008:199-200).

Televisi sebagai media utama tentu saja mempunyai berbagai produk yang disertakan bagi masyarakat. Produk-produk televisi itulah yang kemudian disajikan oleh penonton untuk di lihat maupun dicermati. Produk dari televisi tersebut berupa sebuah program televisi.

Program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan

19

dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1).

Program acara atau program siaran biasa digunakan oleh lembaga siaran bagi produk televisi yang akan dibuat. Berbagai macam program siaran di buat dan di bentuk sesuai dengan pesan-pesan yang akan tersampaikan melalui program siaran tersebut. Melalui pesan-pesan yang disampaikan itulah masyarakat akan meresapi berbagai hal-hal baru atau nilai-nilai dan unsur baru pada program yang audience tonton.

Namun menurut Djamal & Fachruddin (2011, 159-160), program siaran dapat didefinisikan sebagai satu bagian atau segmen dari isi siaran radio ataupun televisi secara keseluruhan. Sehingga memberikan pengertian bahwa, dalam siaran keseluruhan terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau dapat dikatakan bahwa siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberapa program siaran. Masing-masing program siaran ini menempati slot waktu tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari jenis programnya, apakah jenis hiburan, informasi iptek, dan berita. Slot waktu masing-masing program dirancang sesuai dengan tema program itu (programming), sehingga menjadi satu jadwal siaran tiap harinya.

Program televisi ialah bahan yang telah di susun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang di tunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku.

Menurut Mabruri (2010:32), program acara televisi di bagi menjadi dua, yaitu program televisi drama dan non drama. Program acara televisi drama (fiksi) adalah format acara yang di produksi dan di cipta melalui imajinasi kreatif dan kisah-kisah drama atau fiksi yang di rekayasa dan di kreasi ulang. Program acara televisi non fiksi (non drama) adalah sebuah format acara televisi yang di

20

produksi dan di cipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang tanpa harus menjadi dunia khayalan.

Program informasi salah satu jenis program televisi yang disajikan stasiun penyiaran dimana diartikan segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberitahukan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens.

Feature termasuk kategori jenis program informasi yang menampilkan berita- berita ringan namun menarik. Sedangkan, Magazine program yang menampilkan informasi ringan dan mendalam. Magazine menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya (http://edwi.dosen.ipnyk.ac.id).

Menurut peneliti program televisi adalah segala hal yang ditampilkan secara audio visual untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program televisi

(television programing) adalah suatu penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari dan dari jam ke jam setiap harinya. Seperti yang dikatakan

Djamal dan Fachruddin (2011, 159-160) bahwa program siaran dapat didefinisikan sebagai program yang diudarakan yang menempati slot waktu tertentu dan dengan durasi tertentu tergantung dengan jenis programnya. Program televisi juga di bagi menjadi dua yaitu dram dan non drama, yang di cipta melalui proses pengelohan imajinasi dalam kehidupan sehari-hari.

Program “Brownies” TRANS7 termasuk program televisi yang berjenis program informasi yaitu berita yang ditampilkan secara ringan namun menarik, dan magazine yang menampilkan informasi ringan dan mendalam.

21

E. Audience Remaja

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuan (Cangara, 2010:157).

Pandangan audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka sedang menonton televisi atau radio (Morissan, 2008:191). Pola perilaku audience ini sangat memengaruhi tingkat kebutuhan audiencenya karena kebutuhan audience merupakan suatu hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru tapi isinya yang lama.

Menurut Burton (2011:304) audience menggunakan televisi dalam rangka memenuhi kebutuhan batin untuk berhubungan dengan diri sosial dan dengan citra diri. Kebutuhan-kebutuhan itu bisa dirangkam sebagai berikut:

a. Kebutuhan akan informasi untuk memelihara dan memperkuat gambaran kita mengenai dunia geografis dan sosial kita (misalnya melalui program berita dan drama). b. Kebutuhan akan identitas untuk memanfaatkan televisi, khususnya peran-peran tokoh dan peran-peran yang dimainkan, guna mengecek pemahaman kita akan diri dan perilaku sosial kita (misalnya lewat tokoh-tokoh dari televisi fiksi). c. Kebutuhan akan interaksi sosial untuk mencerap pengalaman melalui interaksi dan hubungan (misalnya dengan jalan mengikuti kehidupan dalam opera sabun). d. Kebutuhan akan peralihan perhatian untuk menggunakan televisi sebagai hiburan, sebagai sebentuk permainan.

22

Karakteristik audience menunjukan bahwa para audience cenderung untuk berpindah saluran pada setiap selesainya suatu program siaran. Perpindahan para audience dari satu saluran lainnya ini terjadi pada titik perpindahan antara satu program ke program berikutnya (Morissan, 2008:194).

Menurut Morissan (2008:195-196), perilaku audiens lain yang perlu dicermati adalah adanya kecenderungan audiens untuk memilih salah satu stasiun favoritnya dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Head dan Sterling menyatakan bahwa sikap audiens terhadap pola menonton televisi sangat dipengaruhi oleh karakteristik demografis mereka, berikut adalah demografis ketika audiens menonton televisi: Usia; Pendidikan; Keluarga; Pekerjaan; Tempat

Tingga; Jenis Kelamin.

Sering kali dengan mudah orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah tersinggung, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2011:2).

Menurut Yusuf (2011:184) fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun.

WHO menyatakan berdasarkan usia kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga bagi pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua

23

bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono,

2011:12).

Remaja adalah kata yang mengandung kesan dan konotasi tergantung dari mana dan siapa yang memandangnya. Dapat diduga siapapun yang memiliki anak remaja akan selalu dilanda berbagai gejolak perasaan, senang, sedih, gembira, bangga, kecewa, frustasi, bersemangat dan putus asa (Surbakti, 2009:1).

Maka peneliti, remaja adalah suatu transisi masa dari anak-anak hingga ke dewasa yang menunjukan tingkah laku perkembangan psikologis seorang remaja.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan remaja menurut WHO yaitu 15-20 tahun.

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran penelitian

24

Konsep agenda setting mengamsumsi bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yakni kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Agenda media mengasumsikan bahwa media mempunyai pengaruh yang kuat untuk membentuk pikiran publik tentang suatu berita. Apabila media menganggap penting suatu berita maka publik juga memikirkan hal tersebut. Oleh karena itu, agenda media memiliki efek yang sangat kuat, bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan tekanan terhadap topik tersebut. Dalam penelitian ini, agenda media pada konsep agenda setting program acara

‘Brownies’ di TRANS7 Jakarta. Apabila merujuk pada konsep tersebut, pihak media (Program ‘Brownies’ TRANS7) dapat memberikan penonjolan bagi topik berita episode Parta Porte sehingga audiens remaja juga memikirkan informasi yang ditayangkan oleh program ‘Brownies’.

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu di struktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi

(perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Khun mendefinisikan ‘paradigma ilmiah’ sebagai contoh ‘yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang pelaksanaannya didasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama (Moleong, 2011:49).

Ada bermacam-macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah scientific paradigm (paradigma keilmuan, namun untuk memudahkan penulis menerjemahkannya secara harfiah sebagai paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm atau paradigma alamiah. Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme sedangkan paradigma alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis (Moleong, 2011:50-51).

Jenis paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah konstuktivisme. Konstruktivisme adalah aliran yang menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal, dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistemologis antara

26

pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya (Salim, 2006:71).

B. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Karakteristik dari penelitian kualitatif yaitu menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan (Moleong, 2007:9).

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2007: 9-10). Menurut

Kriyantono (2006: 56) riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.

Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih

27

ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyak (kuantitas) data. Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung ke lapangan karena periset bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono,

2006: 56-57).

Merriam (Bong, 2002: 26-27) dalam buku Research Design, Qualitative &

Quantitative Approaches menyebutkan enam asumsi penelitian kualitatif:

1. Peneliti kualitatif memperhatikan proses, bukan hasil atau produk penelitian. 2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, bagaimana orang merasakan hidupnya, pengalaman, dan struktur dunia media. 3. Peneliti kualitatif adalah instrumen utama untuk pengumpulan data dan analisis. Data diperoleh melalui pekerjaan manusia, bukan hasil inventarisasi, kuesioner, atau mesin. 4. Peneliti kualitatif melibatkan lapangan. Secara fisik peneliti mendatangi orang-orang, lokasi, atau institusi untuk mengamati atau merekam perilaku orang dalam latar belakang alaminya. 5. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, sehingga peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar. 6. Proses penelitian kualitatif adalah induktif. Peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori dari rincian yang diperoleh.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban dari suatu pertanyaan tentang suatu permasalahan secara empiris

(Hapsari, 2003: 61).

28

C. Jenis Penelitian

Ada jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kenyataan-kenyataan (fakta-fakta) dengan mengemukakan keadaan-keadaan mengenai objek penelitian sebagaimana adanya secara lengkap

(Kriyantono, 2006: 387). Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat yang membuat kategori perilaku, mengamati, dan mencatat.

D. Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang pandangan agenda media yang diteliti objek penelitian. Unit analisis penelitian ini informan remaja umur 18-21 tahun karena publik yang berkompeten dalam memberikan informasi adalah remaja.

E. Informan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan remaja akhir (berusia umur 18-

21 Tahun) penonton program “Brownies” sebagai subjek penelitian. Pengambilan pada objek penelitian digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Informan yang digunakan oleh peneliti adalah remaja akhir yang diambil termasuk ke dalam objek penelitian. Adapun yang akan menjadi subjek penelitian adalah:

1. Remaja yang berumur 18-21 Tahun.

2. Audiens yang aktif dalam menonton program “Brownies”.

29

Berikut adalah profil dari informan yang digunakan sebagai subjek penelitian yang terdiri dari tiga informan, yang berusia 18-21 Tahun:

1. Profil Rachel Salomonz

Rachel Salomonz adalah siswa berusia 18 tahun yang tinggal kawasan

Kemang Jakarta Selatan. Prestasi yang di dapat dari Rachel Salomonz

selama di sekolah adalah lomba menyanyi tingkat kecamatan, selalu

mendapatkan prestasi belajar, juara paduan suara. Mengikuti

ekstrakurikuler musik dan tari, dan selalu menjadi juara kelas di kelas.

2. Profil Nabila

Nabila adalah mahasiswi berusia 21 tahun yang tinggal di daerah

perumahan padat kawasan Bangka Kemang. Prestasi yang di dapat dari

semasa sekolah adalah lomba fashion show antar sekolah.

3. Profil Angellia

Angellia adalah mahasiswi berusia 19 tahun yang tinggal daerah padat

penduduk di kawasan Bangka Kemang. Prestasi yang didapat oleh

Angellia adalah menang kejuaraan harapan pertama lomba basket, dan

prestasi yang di dapat semasa Sekolah Menengah Atas adalah juara

lomba matematika juga sama lomba sains.

F. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan. Batasan yang dihadapi peneliti adalah penelitian hanya berfokus pada padangan remaja mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ Episode Parta Porte di

30

TRANS7 dan tidak dilakukan adanya observasi langsung kepada remaja ketika menonton tayangan program televisi.

G. Teknik Pengambilan Data Penelitian

Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur (Structured Interview). Menurut Kriyantono (2006: 99) wawancara terstuktur merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan periset dalam melakukan wawancara. Pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis, biasanya mulai dari yang mudah menuju yang lebih kompleks.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Untuk pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat (Moleong:

2007: 190). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan atau terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong: 2007: 186).

Kegunaan wawancara (Usman dan Akbar, 2006: 58) berguna untuk: (1) mendapatkan data ditangan pertama (primer), (2) pelengkap teknik pengumpulan lainnya, (3) menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik pengambilan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara terstruktur, informan yang dipilih adalah tiga orang remaja. Untuk memperoleh

31

informan mengenai tingkat kepentingan suatu topik berita bagi informan, dilakukan wawancara individual.

Wawancara terstruktur dilakukan untuk menggali penilaian dan pandangan para informan mengenai tayangan program televisi serta alasan dan tujuan mereka menonton program televisi tersebut. Tahapan dalam wawancara harus dibuat karena remaja yang menjadi informan hanya mempercayai peneliti terlebih dahulu sebelum dia bersedia mengungkapkan perasaannya. Maka pertanyaan dalam wawancara dibuat bertahap mulai dari yang bersifat di permukaan seperti kegiatan sehari-hari dan acara televisi apa yang disukai, hingga penilaian mereka terhadap acara program televisi yang ditonton.

H. Teknik analisis data

Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara terstruktur atau observasi.

Tahap analisis adalah faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya, kemampuan periset memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang diperolehnya memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak.

Reliabilitas dan validitas data kualitatif terletak pada diri periset sebagai instrumen riset (Kriyantono, 2006:194).

32

Analisis/Klasifikasi Berbagai Data Pemaknaan/ di Lapangan Data/Kategorisasi Interpretasi ciri-ciri

Ciri-ciri umun umum

Triangulasi Kesahihan data: BERTEORI & Intersubjective - AgreemenKompetensi subjek KONTEKSTUAL

- Authenticity & Triangulasi

- Intersubjectivity &

Agreement

GAMBAR 1.0 Proses Analisis Data Kualitatif (Kriyantono, 2006:195)

Gambar 1.0 (Kriyantono, 2006:194-196) menjelaskan bahwa analisis data

kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di

lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam,

focus group discussion maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut

diklasifikasi ke dalam kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengategorian

mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan memperhatikan kompetensi

subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai

sumber data. Setelah diklasifikasi, periset melakukan pemaknaan terhadap data.

Pemaknaan atau interpretasi, periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan

beragumentasi.

33

Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007:248).

I. Keabsahan Data

Keabsahan pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan melakukan analisis triangulasi. Menurut Kriyantono (2006:70-71) analisis triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris

(sumber data lainnya) yang tersedia. Ada beberapa macam triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi Sumber Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. b. Triangulasi Waktu Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena manusia dapat berubah. c. Triangulasi Teori Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk di adu atau di padu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data lengkap supaya hasilnya komprehensif. d. Triangulasi Periset Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya sama. Pengamatan dan wawancara dengan dua periset akan membuat data lebih absah. e. Triangulasi Metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.

34

Kriteria keabsahan data menurut Moleong (2007:324) untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmalibilty).

Triangulasi sumber yang digunakan oleh peneliti dengan membandingkan atau mengecek ulang data yang didapat dengan pandangan orang yang berkaitan langsung dengan data tersebut. Sumber yang digunakan dalam melakukan keabsahan data adalah orang yang berkompeten langsung dalam memberikan informasi mengenai program “Brownies” yaitu produser pada program

“Brownies”, di mana peneliti juga membandingkan hasil penelitian dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan narasumber. Kategori wawancara adalah sebagai berikut :

A.01 Format program acara ‘Brownies’

A.02 Syarat program ‘Brownies’

A.03 Fungsi program ‘Brownies’

A.04 Pengetahuan program ‘Brownies’

B.01 Visibialitas program ‘Brownies’ tingkat menonjolnya berita.

B.02 Tingkat menonjolnya atau relevansi berita program ‘Brownies’ dengan

kebutuhan khalayak

B.03 Valensi pada program ‘Brownies’

35

TABEL 1.0. Triangulasi Data Sumber (Hasil Wawancara)

No. Narasumber Kategori Hasil Wawancara 1 Lopiani Siregar A.01 “Brownies” Trans7 termasuk dalam sebagai Produser format acara news entertainment yang ditujukan untuk pemirsa remaja adult female umur 15-25 tahun keatas. 2 A.02 Iya. Sejak awal dicetuskan ide untuk program “Brownies” bertujuan memberikan informasi menarik dan juga informatif kepada pemirsanya. 3 A.03 Tidak, karena unsur entertainment juga diutamakan agar pemirsa remaja tidak bosan menyaksikan acara “Brownies” : 4 A.04 Iya. Selain itu “Brownies” juga menyisipkan cerita dari sisi moralitas untuk memberikan contoh yang baik kepada penontonnya. 5 B.01 Iya, berawal dari tingkat penonjolan berita tersebut, layak atau tidak untuk diberitakan kepada publik.

6 B.02 Setelah berita itu didapatkan, kita sesuaikan isi dari berita tersebut dengan kebutuhan khalayak. 7 B.03 Cara pemberitaan suatu informasi yang ditayangkan oleh program ‘Brownies’ sejauh ini mendapat respons baik dari penontonnya, mereka merasa senang ketika menonton program ‘Brownies’

36

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Audience Remaja

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja 18-21 tahun.

Remaja tersebut dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini dalam memberikan informasi yaitu bagaimana penilaiain remaja mengenai topik berita yang ada pada program “Brownies”. Remaja yang digunakan dalam peneliti berjumlah 3 informan. Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal dalam mencapai tujuan (Cangara,

2010:157).

Penilaian audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka sedang menonton televisi. Pola perilaku audience ini sangat mempengaruhi tingkat kebutuhan audience nya karena kebutuhan audience merupakan suatu hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru tapi isinya tetap yang lama (Cangara, 2010:157).

37

Pandangan para audience terhadap isi program siaran sangat memengaruhi tingkat kesuksesan program acara tersebut. Menurut Morissan (2008:198) pengelola program membutuhkan pendapat dari khalayak. Pendapat khalayak inilah yang menjadi suatu penilaian, apakah program siaran tersebut disukai ataupun tidak disukai. Namun dalam hal ini penyiaran memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga moralitas masyarakat.

2. Program Televisi ‘Brownies’ (www.trans7.co.id)

Program acara ‘Brownies’ yang diproduksi oleh TRANS7. TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Kelompok Kompas

Gramedia ini memiliki sebagian besar saham TV7. Pada tanggal 4 Agustus 2006,

TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setia nya masyarakat yang menonton.

38

TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Ragam Indonesia, Selamat Pagi, Jejak Petualang, Indonesiaku, Tau Gak

Sih, ‘Brownies’, Jejak Si Gundul, Mancing Mania, Orang Pinggiran, Warna dan

Komunitas Unik yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip yang kemudian berganti nama menjadi Selebrita Pagi, Selebrita Siang, serta Gak Nyangka, Ups

Salah dan Rekreasi Azis Nunung, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti On The Spot, Spotlite, Rekreasi Azis

Nunung, 5 Juta 5 Menit, Oesman 77 dan Opera Van Java juga selalu dinantikan.

TRANS7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia. Kini Tukul hadir kembali di TRANS7 lewat program

Bukan Empat Mata, melengkapi talkshow Hitam Putih serta Pas Mantab.

Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga. para pecinta otomotif dan Moto GP diajak untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia, tak ketinggalan pertandingan-pertandingan pilihan dari Liga

Spanyol turut melengkapi pilihan pemirsa setia program-program olahraga

TRANS7. TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, Galeri Sepakbola

Indonesia, Highlights Otomotif dan Highlights Moto GP.

39

TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang, dan Si Bolang Jalan- jalan, menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia.

Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Tidak ketinggalan program edukasi sarat informasi, Dunia Binatang, yang mengandalkan kekuatan karakter animasi

Dolphino dan Otan sebagai maskot program tersebut.

Melengkapi sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen- momen spesial, mengisi layar kaca anda. Jangan lupakan pula program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Konser7.

TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa remaja dengan memberikan informasi- informasi yang sedang trend saat ini dan hiburan bagi mereka. Brownies menghadirkan keunikan dan gaya hidup di seluruh penjuru Indonesia.

 Logo Brownies

40

Penjelasan gambar di atas, program acara ‘Brownies’ merupakan program magazine di TRANS7. Majalah (magazine) adalah gabungan uraian fakta dan pendapat, yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara. Materi berita kuat, sangat penting, sangat menarik. Fokus sajian magazine yaitu materi yang bersifat mendalam dan feature.

Program ‘Brownies’ yang hadir setiap Kamis dan Jumat pukul 15.15 WIB.

“Brownies” adalah program remaja, yang menyantap remaja adult female itu usia

15-25 tahun ke atas. Program acara yang menyajikan informasi ringan, menarik tetapi juga informatif kepada pemirsa seperti fashion, trend, lifestyle, travelling, kuliner dan komunitas-komunitas unik. Keunggulan dari program ‘Brownies’

41

adalah program ini ditayangkan Kamis dan Jumat. Program ini juga memberikan informasi yang menarik serta informatif kepada pemirsa khususnya remaja.

Keunikan dari program ‘Brownies’ adalah program ini ditayangkan setiap harinya dengan berbeda topik. Program ini juga mendekatkan kepada anak muda pada infromasi yang sedang dibicarakan di masyarakat luas, sehingga penonton yang menonton dapat mengerti apa yang di informasikan oleh program

‘Brownies’ .

Program ini juga mengenalkan berbagai macam makanan khas suatu daerah dan berbagai informasi tentang suatu daerah. Dimana di dalam sebuah daerah memerlukan ciri khas yang dapat dipelajari oleh anak muda. Manfaat yang diperoleh antara lain dapat wawasan yang lebih ketika menonton ‘Brownies’.

B. Analisis Data

Penelitian kualitatif dapat dianalogikan dengan proses penyelidikan

(investigasi). Penelitian ini dilakukan pada remaja akhir yang mempunyai kegiatan sehari-hari yang berbeda-beda. Namun keterbatasan waktu yang di dapat oleh peneliti maka peneliti hanya melakukan wawancara pada 3 informan. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan hasil data lapangan berupa hasil wawancara, kemudian peneliti mengklasifikasi data tersebut dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian dan melakukan triangulasi sumber data. Setelah data tersebut diklasifikasikan peneliti dalam melakukan pemaknaan menggunakan konsep dalam beragumentasi.

42

Informan yang digunakan peneliti remaja, serta sudah terbiasa dengan lingkungan perumahan dan lingkungan padat penduduk. Para informan berusia antara 18-21 tahun. Keluarga mereka tergolong kelas menengah. Peneliti bertujuan melihat pandangan masing-masing remaja dengan latar belakang yang berbeda. Dalam pengambilan data yang digunakan peneliti, peneliti mengklasifikasi data yang sudah di dapat dari 3 informan tersebut lalu dikategorikan sesuai dengan kompetensi dari subjek dan objek penelitian. Oleh karena itu peneliti hanya menggunakan tiga sumber informan, karena tiga sumber informan tersebut terlihat sudah cukup memperkuat hasil penelitian pada saat dilakukannya pengambilan data dengan wawancara terstruktur.

Wawancara dengan masing-masing informan dilakukan secara terstruktur.

Dalam mendapatkan situasi yang nyaman dan kondusif untuk melakukan wawancara, maka dipilih tempat yang jauh dari keramaian dan mudah diakses oleh informan, seperti rumah informan dan rumah peneliti. Wawancara juga dilakukan dengan suasana yang santai dan memperhatikan kondisi waktu yang dimiliki oleh informan. Hal ini diupayakan agar informan dapat merasa nyaman dan terbuka dalam memberikan informasi. Peneliti dilakukan dengan melihat penilaian remaja terhadap program ‘Brownies’. Dalam segmen program

‘Brownies’, peneliti menggunakan ketiga informan untuk memberikan pandangan mengenai agenda program tersebut.

Pada program ‘Brownies’ peneliti menggunakan ketiga informan untuk mendapatkan hasil penelitian. Masing-masing informan tersebut menjelaskan penilaian mereka pada program ‘Brownies’ berikut adalah analisis data yang

43

diteliti peneliti pada ketiga informan mengenai dimensi agenda media dan agenda publik pada program “Brownies” di TRANS7.

1. Agenda Media

Pandangan remaja mengenai visibialitas, tingkat menonjolnya berita yang di buat oleh media program ‘Brownies’ di TRANS7 terlihat ketika remaja tersebut menonton acara ‘Brownies’. Rachel yang menonton program ‘Brownies’ memberikan pandangan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’

“eee...kalo menurut aku tingkat menonjolnya berita yang dibuat oleh program

‘brownies’ menayangkan berita yang disukai penontonnya.”

Menurut informan Rachel, pandangan terhadap pada program ‘Brownies’ adalah ketika ‘Brownies’ menyiarkan suatu berita yang benar-benar disukai penontonnya. Dan penjelasan Rachel mengenai program “Brownies”:

“Hmm.. yang aku tau “Brownies” itu acaranya unik dan menghibur, tayangannya itu setiap harinya berbeda-beda, misalnya hari ini ngebahas tentang komunitas unik, esok harinya ngebahas tentang fashion, style-style Korea gitu, dari nama programnya aja sudah unik, jadi harus unik juga isi programnya.”

Penjelasan Rachel mengenai program “Brownies” adalah keunikan dari berita yang disiarkan oleh program tersebut. Sesuai program “Brownies” yaitu menyajikan informasi ringan, menarik dan informatif. Materi yang disiarkan juga berbeda setiap harinya, seperti fashion, travelling, lifestyle, kuliner, komunitas unik, dan lain-lain. Berikut penjelasan Rachel mengenai tingkat menonjolnya bagi khalayak pada episode Parta Porte:

44

“Episode Parta Porte itu menarik banget, ngebahas suatu suku Indian, ada juga komunitas Ganiati yang garing-garing alias jayus, sama kuliner dari Jogja, sesuai banget apa yang dibutuhkan penontonnya, aku aja yang menonton merasa puas”

Pengetahuan yang di dapatkan oleh Rachel ketika menonton program

‘Brownies’ episode Parta Porte dari tingkat penonjolan berita, agenda media menayangkan suatu informasi yang penting dan sesuai kebutuhan penontonya sehingga Rachel merasa puas ketika menonton program ‘Brownies’.

Dimensi dalam agenda media menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa Rachel memaparkan “program ‘Brownies’ itu kan program yang menarik, maka apa yang ditayangkan pasti akan menarik.”

Pada informan kedua yang diteliti oleh peneliti adalah Nabila, Nabila adalah salah satu remaja yang menyukai program ‘Brownies’. Alasan mengapa

Nabila menyukai program ‘Brownies’, “iya kak suka nonton ‘Brownies’ soalnya itu acara bermanfaat, ngasih pengetahuan, topik bahasannya juga unik, kita dapat menambah wawasan saat nonton, yang tadinya kita gak tau menjadi tau.”

Alasan mengapa Nabila menyukai program ‘Brownies’ karena program

‘Brownies’ memberikan pengetahuan bagi Nabila. Selain pengetahuan, tentang berita yang dianggap penting yang di dapat Nabila. Program ‘Brownies’ memang menayangkan suatu berita yang dianggap penting oleh khalayaknya. Berikut adalah penjelasan Nabila mengenai program ‘Brownies’ : “’Brownies itu program yang ngebahas tentang apa yang sedang tren saat ini, itu sih yang aku tau..”

45

Pengetahuan Nabila mengenai program ‘Brownies’ hanya keunikan dari suatu tema yang dibahas oleh program tersebut. Berikut penjelasan nabila mengenai tingkat menonjolnya berita pada program ‘Brownies’:

“Informasi yang aku suka dari ‘Brownies’ itu ketika membahas suatu proses produk, misalnya ngebahas tentang sepatu, nah.. ‘Brownies’ menerangkan nih hasil-hasil produk di toko tersebut, dan meliput juga cara pembuatan sepatunya. Jadi, itu dapat menambah wawasan buat aku, gitu loh cara buatnya. Sama ‘Brownies’ juga suka ngebahas tentang proses produk kebudayaan juga.”

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa Nabila memang mendapatkan pengetahuan dari program ‘Brownies’. Pengetahuan akan budaya dan memberikan pengetahuan tentang sesuatu yang belum ia ketahui. Relevansi isi berita program

‘Brownies’ sesuai dengan kebutuhan khalayak atau penontonnya. Pandangan

Nabila ketika proggram ‘Brownies’ menayangkan suatu berita dengan dimensi valensi:

“Valensi menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa, program ‘Brownies’ sudah menayangkan membuat penontonnya tertarik, aku saja sebagai penonton merasakan senang ketika menonton.”

Informan ketiga yang peneliti wawancarai adalah Angellia, Angellia adalah remaja yang juga menyukai program “Brownies”, alasan mengapa

Angellia menyukai program tersebut “Acaranya itu dari berita yang disiarkan

“Brownies” benar-benar dengan apa yang kita butuhkan, acaranya juga menghibur, menyenangkan, jadi aku sebagai penonton gak bosen untuk menonton program ini.”

46

Sesuai dengan penjelasan Angellia pada program ‘Brownies’, Nabila menyukai program ‘Brownies’ memberikan informasi yang menghibur serta menyenangkan. Selain itu, relevansi isi berita program ‘brownies’ sesuai dengan kebutuhan Angellia sebagai penonton. Penjelasan Angellia mengenai program

‘Brownies’ pada valensi cara pemberitaannya, “Cara pemberitaannya itu menyenangkan, mulai dari gaya hostnya, dari cara isi beritanya, keunikan dari

“Browniesnya” jadi tuh aku yang nonton gak bosen.”

Penilaian Angellia mengenai pada program ‘Brownies’ terlihat ketika

‘Brownies’ menginformasikan mengenai suatu berita. Gaya pembawa acara yang menarik perhatian sehingga audiens yang menyaksikan merasa terhibur oleh tayangan program ‘Brownies’. Pandangan Angellia pada audience salience yaitu tingkat menonjolnya berita bagi khalayak:

“informasi yang ditayangkan oleh ‘Brownies’ itu sudah cukup memenuhi kebutuhan khalayak, karena informasi yang ditayangkan oleh ‘brownies’ itu sangat bermanfaat bagi aku.”

Dari ketiga informan yang didapatkan oleh peneliti, terlihat keseragaman pandangan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ episode Parta Porte di TRANS7. Dimana agenda harus diformat, proses akan memunculkan masalah pada waktu pertama kali dengan dimensi visibialitas yaitu tingkat atau jumlah menonjolnya berita. Audience salience yaitu tingkat menonjolnya berita bagi kebutuhan khalayak. Sedangkan, valensi adalah dilihat dari menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

47

C. Pembahasan

Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa televisi sebagai salah satu media yang berpengaruh dalam memberikan pengaruh pada audiens. Pada program televisi ‘Brownies’ yang bersifat mendidik dan memberikan informasi yang manarik bagi penontonnya. Peneliti menganalisis data dalam pembahasan berdasarkan dari hasil data lapangan yang kemudian dikategorikan dan digabung dengan konsep yang digunakan, kemudian hasil data tersebut diabsahkan sesuai dengan narasumber yang diperoleh peneliti.

Salah satu cara agar program televisi tidak ditinggalkan oleh pemirsa adalah para pengelola televisi harus berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan dan tuntutan khalayak dengan menyiarkan acara-acara yang memang digemari. Di tengah persaingan banyaknya program televisi dan semakin banyaknya pemirsa potensial, akhirnya yang menjadi kunci pilihan bagi pemirsa adalah kualitas program. Maka, dalam agenda media terkait dari dimensi- dimesinya program yang bermutu dan manariklah yang akan dipilih oleh penonton.

Produser adalah seorang yang merencanakan sebuah produksi program berita, dan seseorang yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi.

Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis menentukan materi mana yang akan diperlukan, kemudian akan lahir ide atau gagasan. Terdapat produser televisi komersial mempunyai pandangan bahwa kualitas adalah program banyak menarik perhatian penonton yang kemudia jumlah penonton tersebut dapat dijual secara komersil.

48

Berdasarkan ketiga informan yang mengomsumsi televisi sebagai media yang dapat memberikan pesan, dan kelebihan dari isi media televisi adalah informasi yang disajikan lebih aktual dan menarik. Program televisi ‘Brownies’ adalah salah satu program yang berjenis magazine, yang menyajikan informasi yang ringan, menarik, dan informatif. Ketiga informan yang diteliti oleh peneliti memberikan berbagai penilaian mengenai program ‘Brownies’ berdasarkan visibialitas dari program tersebut. Menurut Burton (2011:304), audiens menggunakan televisi dalam memenuhi kebutuhan sosial dan citra dirinya.

Pandangan para audience terhadap isi program siaran sangat memengaruhi tingkat kesuksesan program acara tersebut. Menurut Morissan (2008:198) pengelola program membutuhkan pendapat dari khalayak. Pendapat khalayak inilah yang menjadi suatu penilaian, apakah program siaran tersebut disukai ataupun tidak disukai. Namun dalam hal ini media penyiaran memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga moralitas masyarakat.

Ketiga informan remaja memberikan pandangan bagi program ‘Brownies’ berdasarkan dari visibialitas dimana jumlah dan tingkat menonjolnya berita yang ada pada program acara ‘Brownies’ episode Parta Porte. Pandangan remaja dari tingkat menonjolnya berita bagi khalayak. Pandangan remaja terhadap valensi dari bagaimana cara pemberitaannya, bagaimana “Brownies” memengaruhi dan berinteraksi dengan penontonnya, bagaimana penontonnya melakukannya.

Berdasarkan dari kepentingan dari agenda media yang didapatkan oleh ketiga informan tersebut dapat terlihat bahwa agenda media dalam banyak hal memengaruhi kepentingan isu tertentu bagi khalayak,.

49

Agenda Setting adalah yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa (Tamburaka, 2012:22-23). Dilihat berdasarkan hasil analisis data yang digunakan, ketiga remaja akhir yang sama- sama menonton program ‘Brownies’ adalah mendapatkan kesadaran dan informasi dari berita yang dianggap penting oleh media massa. Kehadiran media massa sangat memengaruhi tindakan dan sikap anggota masyarakat terutama remaja.

Ciri paling utama dari media massa adalah bahwa mereka dirancang untuk menjangkau banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebagai sekumpulan besar dari konsumen yang kurang anonim, dan hubungan antara pengirim dan penerima dipengaruhi olehnya (McQuail, 2011:61). Pengirim sering kali merupakan lembaga itu sendiri atau seorang komunikator profesional (tim program ‘Brownies’) yang dipekerjakan oleh lembaga tersebut.

Agenda Setting Theory masih sangat dominan sebagai bahan acuan.

Materi-materi yang ditayangkan program ‘Brownies’, diatur dan dirancang oleh pengelola media dan dilemparkan ke masyarakat. Sesuatu yang dikelola dengan baik diyakini akan mendapat respons positif. Dari ketiga remaja tersebut respons pada program “Brownies” sangat baik, karena materi-materinya dirancang dengan baik, sehingga informasi yang disampaikan melalui program “Brownies” dapat diterima oleh penontonnya.

50

Media mencari isu atau berita yang menonjol atau hal-hal yang menyenangkan ketika suatu berita itu disiarkan sehingga mendapat perhatian dari audience. Media melihat suatu berita yang menarik jika diblow-up karena akan menguntungkan dari sisi ekonomis yaitu akan menaikan oplah dan rating media tentunya akan menyita perhatian audience.

Dalam agenda media Episode Parta Porte program ‘Brownies’ yang diteliti oleh peneliti. Ketiga informan memberikan pandangan terhadap episode tersebut, informasi yang ditayangkan dalam agenda media pada program ini yaitu relevansi isi beritanya sesuai dengan kebutuhan khalayak. Lalu, valensi dari cara pemberitaan bagi suatu peristiwa menyenangkan bagi ketiga informan tersebut.

Sedangkan, tingkat penonjolan berita dalam episode Parta Porte mengenai suku

Indian, komunitas ganiati, dan kuliner Jogja.

Episode Parta Porte” program ‘Brownies’ yaitu meliput toko yang berdesign ala Indian, produk yang dijualkan produk suku Indian dengan membuat sendiri atau sering disebut handmade, tidak membahas produk suku Indian saja, namun program ini juga membahas suku Indian dari zaman dahulu. Dalam seharinya program ‘Brownies’ perepisodenya mempunyai tiga segmen yang terdiri atas segmen pertama di isi dengan toko parta porte, segmen kedua menjelaskan tentang kuliner di daerah jogja, sedangkan segmen ketiga sering kali diisi dengan segmen komunitas unik, film atau musik yang sedang tren. Sebagai contoh gambar tayangan seperti dibawah:

Segmen 1 Episode Parta Porte “Brownies” Suku Indian

51

Host Brownies : Rio Indrawan Co Host : Adit Audia

52

Segmen 2 Komunitas Unik Ganiati (Garing Mania Mati)

53

54

 Segmen 3 Kuliner Daerah

Dalam Episode yang diangkat dalam penelitian ini ialah ‘Brownies’ episode Parta Porte yang disiarkan pada Maret 2013 dengan host Rio Indrawan dan Adit Aulia. Peneliti mengambil episode paling terbaru guna mendapatkan data yang lebih terkini. Hal ini juga menarik dan mendapat perhatian khusus oleh peneliti dalam episode ini ialah karena kedua host, dalam adegan awal tayangan episode ini, menggunakan pakaian ala Indian dan sambil menginformasikan sesuatu dengan bahasa Indian dengan gayanya yang khas.

Episode Parta Porte ini ditayangkan pada awal Maret, isu-isu atau topik yang diambil yaitu suku Indian, Komunitas Unik Ganiati, Kuliner khas Jogja.

55

Episode Parta Porte ini ditayangkan pada saat liburan sekolah, program

‘Brownies’ menginformasikan episode tersebut agar penontonnya dapat mengetahui daerah-daerah untuk berlibur. Seperti Bandung ada outlet Parta Porte yang menyediakan aksesoris ala suku Indian. Sedangkan dari segi kuliner di Jogja, restaurant unik yaitu rumah pohon.

Keunikan dari episode Parta Porte pada tayangan program ‘Brownies’ yaitu aksesoris yang dipakai oleh suku Indian itu ternyata bisa dikoleksi di

Indonesia. Seperti apa yang dikatakan informan yang diteliti oleh peneliti yaitu

Angellia ketika menonton tayangan episode Parta Porte tersebut, rasa keingintahuan itu yang Angellia miliki, informasi yang didapat tentang toko Parta

Porte ada di Indonesia. Sedangkan informan Nabila informasi yang didapat dari

Parta Porte itu tentang kuliner khas Jogja.

Efek dari agenda setting model terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan. Efek langsung berkaitan dengan berita yang ditayangkan program

‘Brownies’ itu ada atau tidaknya dalam agenda media, dari semua berita mana yang dianggap paling penting bagi penontonnya. Sedangkan efek lanjutan itu berupa persepsi atau pengetahuan penontonnya tentang berita tertentu.

Persepsi adalah rangsangan yang diorganisasi berdasarkan tingkat pengetahuan (Cangara, 210:161-162). Berdasarkan dari hasil analisis data, efek langsung dan efek lanjutan yang terjadi pada ketiga informan tersebut yaitu berita yang ditayangkan program ‘Brownies’ pada episode Parta Porte itu menarik.

Persepsi atau pengetahuan penontonnya tentang topik episode Parta Porte

56

keinginan langsung datang dan membeli aksesoris dari toko Parta Porte di

Bandung dan kuliner khas Jogja yaitu restauran rumah pohon.

Penilaian audience pada suatu program televisi sama seperti perilaku audience yaitu pengetahuan mengenai pola tingkah laku audience ketika mereka sedang menonton televisi atau radio (Morissan, 2008:191). Pola perilaku audience ini sangat memengaruhi tingkat kebutuhan audiencenya karena kebutuhan audience merupakan suatu hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru tapi isinya tetap yang lama.

Agenda media program ‘Brownies’ yaitu membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting, dengan teknik pemilihan dan penonjolan dalam memberikan berita apa yang lebih penting. Oleh karena itu, agenda media dalam model agenda setting menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu tema atau topik berita dengan perhatian yang diberikan khalayak pada tema atau topik tersebut. Maka menurut hasil analisis data pandang agenda media pada program ‘Brownies’ terhadap ketiga remaja ini berita yang ditayangkan oleh program tersebut penting untuk ketiga remaja itu.

Dalam penelitian ini peneliti agenda media terdiri dari pokok persoalan, peristiwa, anggapan, dan pandangan untuk disampaikan kepada publik atau khalayak. Sesuai dengan ‘Brownies’ adalah program yang menyuguhkan berbagai liputan mengenai gaya hidup dan anak muda. Persoalan gaya hidup ini dapat dilihat dari para remaja yang selalu mencoba mengikuti tren, demi penampilan yang trendi dan menarik, para remaja berlomba-lomba mempercantik diri. Oleh

57

karena itu, pengukuran agenda publik mengenai berita yang menurut publik itu paling penting dirinya. Dari ketiga remaja tersebut menyatakan bahwa berita yang paling penting untuk mereka adalah mengenai fashion, kuliner dan kebudayaan suatu daerah atau negara, karena itu akan menambah wawasan bagi mereka.

Jenis program ‘Brownies’ adalah magazine atau juga gabungan berbagai jenis dan bentuk berita, uraian fakta atau pendapat yang nilai beritanya kurang kuat, khususnya nilai aktualitasnya namun memiliki penyajian yang lebih lengkap dan mendalam dengan laporan yang khas (feature) dan bersifat unik. Nilai berita dalam program ‘Brownies’ terkandung di dalam laporan khas lebih banyak nilai menarik. Mengingat laporan fakta yang diuraikan bersifat khas atau unik, termasuk dalam agenda media cara penyajian dan penyusunan naskah juga harus bersifat sederhana dengan memberikan penekanan pada hal yang bersifat khas dan unik tersebut.

Peneliti melakukan kepada ketiga informan remaja yang dapat memberikan penjelasan mengenai agenda media pada program ‘Brownies’. Berita fakta yang memberikan sentuhan rasa insani atau kemanusiaan. Fakta disini bisa mengenai apa saja, asalkan mengandung nilai dan rasa yang mampu memberikan rasa insani. Isi pesan dalam topik merupakan refleksi atas kehidupan manusia, dengan memberi informasi baik dalam gambar maupun narasinya.

Kebutuhan lain yang digunakan audiens dalam mengonsumsi televisi adalah kebutuhan akan peralihan untuk menggunakan televisi sebagai hiburan, selain agenda media dari cara pemberitaan suatu topik berita yang terkandung dalam program ‘Brownies’. Remaja menilai kebutuhan yang didapatkan selain

58

penilaian mengenai berita adalah kebutuhan hiburan pada program tersebut, salah satu hiburan yang ada pada program ‘Brownies’ terlihat ketika program ini menayangkan episode Parta Porte, seperti yang diungkap oleh Rachel dan Nabila ketika dilakukan wawancara mereka menyebutkan bahwa ‘Brownies’ salah satu program yang menghibur dilihat dari sisi cara pemberitaan dan isi topik berita.

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam melakukan pembahasan kembali mengenai program yang sudah disiarkan atau episode program sebelumnya, agenda setting dalam media, agenda setting memengaruhi khalayak dalam memberikan informasi. Komunikasi yang dilakukan narasumber dalam menyampaikan informasi mendapat respons dari penonton. Orang yang menonton televisi dapat dengan mudah mengetahui informasi yang menjadi topik pembicaraan.

Menurut peneliti dari hasil analisis data ketiga informan, teori agenda setting adalah media yang mempunyai kekuatan dalam mensetting atau memengaruhi khalayak sehingga orang-orang yang menonton dapat dengan mudah mendapatkan informasi dan mengetahui berita apa saja yang sedang menjadi topik pembicaraan yang sedang marak dibicarakan.

Agenda media akan menjadi agenda khalayaknya, jika agenda media adalah pemberitaan episode Parta Porte yang membahas berbagai macam isi dari program ‘Brownies’, agenda atau pembicaraan khalayak juga sama seperti apa yang agendakan media tersebut.

Agenda media juga bisa sengaja dimunculkan. Seperti suatu komunitas unik Gangnam Style sudah banyak dilupakan. Secara tiba-tiba media massa

59

mengekspos komunitas unik. Kemudian, berita itu menjadi perhatian utama media massa. Agenda yang dilakukan dengan media massa ini akhirnya akan menjadi agenda pembicaraan para audiens atau masyarakat, meskipun komunitas ini sudah lama dilupakan. Semakin gencar media massa memberitakan, semakin hangat dan ramai topik tersebut dibicarakan masyarakat. Maka, disini dimensi yang terkait visibialitas jumlah dan tingkat penonjolan berita.

Pandangan remaja mengenai agenda media pada program ‘Brownies’ di

TRANS7, kesesuaian agenda setting terdapat agenda media pada program tersebut. Dilihat berdasarkan hasil analisis data yang digunakan, agenda media pada program ‘Brownies’ dalam penonjolan dan penyajian tema berita, ketiga informan tersebut menyatakan bahwa berita yang ditayangkan program tersebut adalah penting, kekuatan media mampu memengaruhi ketiga informan tersebut untuk melakukannya. Maka, dimensi yang berkaitan yakni keakraban dengan program “Brownies”, penonjolan pribadi dan kesenangan khalayak terhadap topik apa yang dimuat di media massa. Dan karakteristik remaja sebagai audiens ialah remaja akhir tersebut cenderung untuk tidak pindah chanel televisi ketika mereka menonton program “Brownies” di TRANS7, dan salah satu acara favorit ketiga informan remaja dalam memberikan berbagai informasi dan pengetahuan dan juga hiburan adalah program “Brownies” di TRANS7.

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada tiga informan remaja akhir 18-21 tahun. Pandangan remaja mengenai agenda media pada program “Brownies” di TRANS7 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Remaja yang menonton acara program “Brownies” dalam memberikan

pandangan tentang agenda media. Agenda media yang ada pada program

“Brownies” terlihat ketika “Brownies” didapatkan dari tayangan suatu berita

yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Dan cara penyajian beritanya pun

menarik dan berbeda. Namun, menurut ketiga informan yang diteliti, topik

berita dan cara penyajiannya terlihat pada episode Parta Porte menayangkan

suatu proses produk sebuah kebudayaan, kuliner daerah, dan komunitas unik.

2. Agenda media terkait dengan dimensi-dimensi, agenda harus diformat dengan

visibialitas yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita, audience salience

tingkat menonjol bagi khalayak, valensi yaitu menyenangkan atau tidak

menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa yang ditayangkan pada

program ‘Brownies’ episode Parta Porte.

B. Saran

1. Saran penulis untuk PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (TRANS7) pada

redaksi program “Brownies” adalah menambahkan program-program yang

61

menarik bagi audiensnya tanpa lupa untuk mengisi isi pesan program

tersebut. Dan menambah hari dan jam tayang lebih lama.

2. Saran peneliti untuk penelitian ini adalah dimensi yang terkait dalam agenda

media dilihat dari visiabilitas, audience salience, valensi. Program ‘Brownies’

harus menyajikan informasi apa yang dibutuhkan khalayaknya. Dan tetap

tidak menghilangkan unsur menghibur di setiap program acara yang dibuat.

Karena unsur menghibur juga diperlukan bagi audience agar tidak cepat

bosan dengan isi pesan media yang ada.

62

DAFTAR PUSTAKA

BUKU: Ardianto, Elvinaro., Komala & Karlinah. 2009. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Burton, Graeme. 2011. Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi. Yogyakarta: Jalasutra. Cangara, Hafied. H. Dr. Prof. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Darwanto. 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamal, Hidajanto & Fachruddin Andi. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana. Effendy M.A, Onong Uchajana. Drs. Prof., 2008. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana Mabruri, Anton, 2011. Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Nondrama, News & Sport, Depok: Mind 8 Publishing House. McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Moleong, J. Lexy. Dr. Prof., 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Morrisan, M.A. 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana.

Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Rajagrafindo persada.

63

Salim, Agus, Dr. Ms. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sendjaja, S, Djuarsa. 2004. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Severin, Werner J & Jr Tankard, James W. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa Edisi Kelima. Kencana.

Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Usman, Husaini, & Akbar, Setiadi Purnomo, M.Pd. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.

Yusuf, Syamsu, H. Dr. M. Pd. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Buku Online :

Soenarto, RM. 2007. Program Televisi: Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: FFTV-IKJ Press.

Surbakti, MA., Drs., EB., 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sumber Lain:

Siregar Lopiana, 2012. Hasil Wawancara 12 Desember, Jakarta. www.trans7.co.id

64

http://edwi.dosen.ipnyk.ac.id

Skripsi :

Bong, Erica. 2002. Remaja dan Televisi: Studi Makna Televisi Dalam Kehidupan Remaja. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Indonesia.

Hapsari, Wiendy. 2003. Efek Kognitif dan Afektif Tayangan Televisi Bertema Dunia Supernaturl: Studi Kualitatif Efek pada Kelompok Remaja Religius dan Non Religius. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Indonesia.

Helmalena, Putri. 2011. Analisis Fenomenologi Pada Program Mario Teguh Golden Ways di Metro TV. Universitas Islam Negeri. Jakarta.

Krisna, Ari. 2010. Analisi Isi Tayangan Program Kalawarta di TVRI Jawa Barat Ditinjau dari Nilai Berita. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Jurnal :

Heldi, dan Alfitri. “Tayangan Mistik Televisi dan Respon Kultural: Suatu Tinjauan Sosiologi Komunikasi”. Jurnal Mimbar Agama dan Budaya, Vol. 23, No. 2, 2006.

Sella, Yessi Paradina. “Analisa Perilaku Imitasi dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di . eJournal Ilmu Komunikasi. Vol. 1, No. 3, Hal 66-80. 2013.

Situmeang, Ilona V. Oisina. “Pengemasan Program Komedi Mengandung Unsur Pendidikan dalam Penyampaian Pesan Moral Kepada Khalayak”. Jurnal Komunikologi Vo. 9, No. 1, Maret. 2012.

Zamroni, Mohammad. Komodifikasi Budaya Dalam Tayangan Televisi. Tesis tidak diterbitkan.

65