Foreign Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA

Intan Triaswulan 17.02719

Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta

Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Foreign Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan Judul Chinatown Sebagai Kawasan Bersejarah Etnis Tionghoa di Singapura.

1. PENDAHULUAN Dalam rangka kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta yaitu progam FCS atau Foreign Case Study, yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Strata 1 dan harus dikumpulkan paling lambat pada perkuliahan semester 8, maka penulis memutuskan untuk menyusun jurnal ilmiah FCS yang berjudul CHINATOWN SEBAGAI KAWASAN BERSEJARAH ETNIS TIONGHOA DI SINGAPURA. Kegiatan Foreign Case Study ini dilakukan pada tanggal 22 Januari – 28 Januari 2018. Pada hari pertama penulis melaksanakan FCS di SINGAPURA, mendarat di Bandara Changi International Airport lalu dilanjutkan menaiki bus ke mrt setelah naik mrt dilanjutkan ke tempat makan untuk makan siang, setelah makan siang penulis melanjutkan perjalan ke penginapan dengan berjalan kaki yang kurang lebih sepuluh menit dari mrt. Penulis sengaja memilih berjalan kaki untuk melihat lihat negara Singapura, melihat betapa bersih dan indahnya negara Singapura. Setiba di penginapan penulis istirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan untuk melihat destinasi wisata yang ada diSingapura terutama di CHINA TOWN. Pada sore hari akhirnya penulis ke China Town dengan menaiki mrt, setibanya di China Town penulis begitu kagum dengan hiruk pikuk di China Town, yang begitu kentalnya etnis TIONGHOA di Singapura. Untuk membeli oleh oleh di China Town penulis tidak perlu menawar harga barang lagi dikarenakan di China Town harganya sudah tertera dan terjangkau untuk membeli banyak oleh oleh. Dan ternyata ada beberapa hal lagi yang cukup menarik untuk dipantengin. Jadi, Chinatown lebih dari sekedar berburu souvenir murah. Saat toko mulai banyak yang buka, akhirnya dimulailah perburuan oleh-oleh khas Singapura. Sepertinya kalo pergi ke sesuatu tempat rasanya ada yang kurang kalo gak bawa oleh-oleh, boro-boro keluar negeri ke kota yang jaraknya hanya 60 km dari rumah ajah, mesti bawa oleh-oleh. So gak salahlah, kalo tujuan pertama kami ke Chinatown adalah untuk itu. Yah, mungkin ini sudah klasik banget, kalo dari Singapura itu gantungan kunci, magnet lucu, kaos gambar singa, sumpit, dan lain- lainnya. Maka, jadilah kami berburu oleh-oleh klasik. Harganya memang relatif murah dan barang- barangnya kualitas standar untuk produksi masa, jadi pas.

2. PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah [2]. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan [3]. Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan [4].

1 Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi [5]. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah [6]. Pada hakikatnya berwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya [7]. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun lainnya seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman baru [8]. Besarnya kegiatan pariwisata, terutama tingkat internasional, ditambah dengan situasi di mana batas antar negara semakin hilang, telah menjadikan pariwisata sebagai suatu kegiatan penting yang turut mempengaruhi hubungan internasional [9]. Banyak negara di dunia sekarang ini yang menganggap pariwisata sebagai sebuah aspek penting dari strategi pengembangan negara. Berikut merupakan pengertian pariwisata menurut beberapa ahli : 1. Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta “pari” yang berarti banyak atau berkeliling dan “wisata” yang berarti pergi atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan secara berulang – ulang dan berpindah – pindah. 2. Gejala – gejala yang disebabkan oleh perjalanan dan pendiaman orang – orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu. Sektor pariwisata memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan [10]. A. Latar belakang Chinatown adalah sebuah daerah di sebelah selatan Singapura. Daerah ini sesuai namanya adalah kawasan Pecinan di negara tersebut. Di antara tempat yang terkenal di daerah Chinatown adalah People's Park di mana terdapat pusat perbelanjaan dan barang yang ditawarkan harganya sangat murah. Dalam bahasa Tionghoa, Chinatown dikenal dengan nama Niu che sui (牛车水; : Niúchēshuǐ) yang secara harafiah berarti "air kereta lembu". Nama daerah ini dalam bahasa Melayu juga mirip, yaitu "Kreta Ayer". Setiap kota pasti memiliki bagian kota tuanya yang merupakan warisan dari sejarah masa sebelumnya. Kota tua dengan corak dan langgam arsitekturalnya menyimpan atmosfer dan suasana lokalitas yang berbeda sehingga terdapat potensi yang besar. Namun sayangnya kota tua seringkali terabaikan sehingga malah menjadi kota bawah dan menjadi daerah kumuh bahkan mati. Hal ini disebabkan bahwa kota terus tumbuh dan berkembang. Aktivitas yang silih berganti, kondisi politik yang dinamis dan kehidupan sosial yang berubah-ubah sepanjang waktu menyebabkan kota tua sering berubah fungsi atau ditinggalkan oleh penghuninya. Dengan nilai kesejarahan dan potensi sebagai bagian kota yang masih dapat dimanfaatkan maka sangat disayangkan jika kota tua, termasuk yang memiliki latar belakang budaya etnis tertentu, mengalami penurunan kualitas. Sesungguhnya semua fungsi yang telah ditinggalkan dapat dimanfaatkan kembali dengan penetrasi fungsi baru (adaptive re-use) atau menciptakan generator yang dapat menghidupkan kembali vitalitas kawasan kota tua yang telah ditinggalkan. Singapura memiliki daerah-daerah konservasi berupa kampung etnis meliputi Chinatown, Kampong Glam, Bugis dan Little India. Terutama Chinatown yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini, merupakan salah satu kampung etnis yang sudah ada sejak masa kolonial Inggris. Chinatown memiliki latar belakang sejarah yang panjang, mengalami penurunan kualitas pada masa pasca perang dunia, menjadi lingkungan kumuh hingga akhirnya dikonservasi oleh pemerintah dan menjadi aset pariwisata Singapura. Chinatown yang kini hidup kembali dengan aktivitas komersialnya yang menjadi generator kawasan merupakan kasus yang dianggap dapat menjadi preseden karena keberhasilannya setelah direvitalisasi yaitu sebagai kawasan bersejarah dengan corak etnis Tionghoa Singapura. Maka pembahasan ini dilakukan dengan harapan akan dapat menjadi preseden bagaimana menerapkan konservasi kawasan bersejarah tidak hanya preservasi dari segi fisik namun juga intervensi fungsi pada kawasan yang dapat menjadi generator kehidupan kawasan tersebut.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH CHINATOWN (NIUCHESUI) SINGAPURA

2 1. Chinatown pada Masa Kolonialisme Inggris Ketika Singapura menjadi pelabuhan yang strategis, semakin banyak pula imigran yang datang ke Singapura. Terutama imigran yang berasal dari Guang Dong, Cina Selatan, menempati lahan Singapura dekat dengan pelabuhan. Semakin banyaknya imigran yang datang maka semakin padat lingkungan tersebut. maka untuk menghindari konflik yang terjadi karena makin bertambahnya jumlah ras tionghoa yang masuk maka Leutant Jackson dan Raffles membuat Chinesse Kampung (Niuchesui) pada tahun 1820, sebagai upaya pengolompokan etnis China yang berasal dari kaum imigran.Tujuannya adalah mempermudah pengaturan kaum imigran tersebut. Pada kampung tersebut juga terdapat beberapa etnis lain yaitu India dan Melayu. Raffles menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan khusus untuk etnis China pada tahun 1822. Kemudian Raffles juga membagi daerah berdasarkan kelompok suku yang ada yaitu Hokkian di Telok Ayer dan sekitar sungai, Teochew di Clark Quay dan sekitar Fort Canning, sedangkan Kanton dan Hakka di sekitar Kreta Ayer. Selain itu Raffles juga mengelompokkan lagi komunitas di Chinatown berdasarkan kelas dan jenis mata pencaharian, yakni pedagang, seniman maupun petani. Pada tahun 1839 kawasan Telok Ayer berkembang menjadi pusat komersial di selatan Singapura. Pada tahun 1843 Chinatown menjadi terkenal dan dikunjungi banyak wisatawan dengan kekhasan lokal yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan kepadatan dan arus orang datang dan pergi semakin meningkat. Maka pada tahun 1885 Chinatown difasilitasi oleh transportasi publik yaitu steam train, kereta listrik dan troley bus pada tahun 1929. Pada perkembangannya kemudian terjadi semacam alih fungsi yaitu Chinatown yang tadinya adalah kawasan hunian menjadi kawasan perdagangan. Akibatnya adalah timbul kepadatan tinggi memunculkan adanya masalah kesehatan, slum dan turunnya kualitas lingkungan. Wabah penyakit bermunculan dan ditambah adanya isu rasial dan nasionalis yang sentimental memunculkan adanya permasalahan-permasalahan sosial. 2. Masa Perang Dunia kedua dan Menurunnya Vitalitas Kawasan Chinatown Pernah menjadi tempat perdagangan yang ramai hingga tempat dunia malam, prostitusi, hingga perdagangan opium di Asia. Dengan adanya situasi sosial yang memburuk sering terjadi kriminalitas pada lingkungan Chinatown ini. Situasi perang membuat kehidupan di Chiantown menjadi hancur yaitu pada tahun 1940an. Hal tersebut tidak membuat morfologi Chinatown berubah, namun akibat perang kondisi bangunan semakin parah. Maka tahun 1960 hingga 1970, banyak bangunan lama dihancurkan dan digantikan oleh pengembangan baru terutama oleh HDB dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan perumahan rakyat sekaligus mewujudkan ruang komersial. Kemudian pada tahun 1980 URA memutuskan untuk melakukan preservasi lingkungan Chinatown dan berusaha memfungsikannya kembali sebagai kawasan perkantoran karena letaknya yang mudah diakses oleh MRT. Pada tahun 1998 Tourist Board Plan for Chinatown, diresmikan lalu koridor-koridor jalan secara tematik bersarakan interest publik. 3. Chinatown Sebagai Lingkungan yang Responsif Permeability Cara menilai permeabilitas kawasan adalah dengan cara melihat seberapa banyakkah akses yang dimiliki oleh kawasan. Semakin banyaknya jumlah aksesnya maka makin permeabel kawasan tersebut. Melalui ilustrasi peta udara tersebut lingkungan Chinatown Singapura mudah dicapai dari sisi manapun termasuk dari sarana transportasi publik dan jalan utama. Kemudahan akses tersebut menyebabkan kawasan mudah dikenali dari luar sehingga orang akan mudah mengenali jalur-jalur menuju kawasan. Variety Keberagaman arsitektural tercipta dari elemen-elemen bangunan misal bentuk jendela, tiang, balkon dan ornamen-ornamen bangunan shophouse “baroque” yang berlanggam eklektik antara Melayu dan Eropa. Peraturan melalui konservasi menetapkan bahwa keaslian langgam bangunan harus dijaga. Hal itu membuat bangunan menjadi seragam dan satu kesatuan (unity), namun keberagaman arsitektural tetap ada melalui warna yang berbeda, bentuk jendela yang bervariasi. Keberagaman fungsi juga dihadirkan melalui fungsi mixed use yakni hunian, komersial dan perkantoran. Skenario mengangkat budaya dan kesenian sebagai upaya penarik pariwisata menyajikan banyak kegiatan kesenian setiap musim turut mendukung fungsi fungsi yang ada di sana. Legibility

3 Legibilitas merupakan mudah tidaknya suatu lingkungan untuk “terbaca” oleh pengguna. Legibilitas dapat dibentuk oleh elemen fisik lingkungan yakni : - Landmark, penanda kawasan ini misalnya adalah kuil atau bangunan yang menjadi pusat kegiatan atau paling berbeda dengan bangunan lainnya. - Path, konfigurasi jalan-jalan yang menghubungkan satu titik dengan yang lain. - Nodes, pusat-pusat aktivitas yang terdapat dalam kawasan. Dalam kawasan ini pusat aktivitas ada pada kegiatan komersial yakni street market dengan jalan sebagai ruang aktivitasnya. - Edge, pembatas kawasan adalah jalanjalan besar dengan bangunan-bangunan shophouse yang berukuran lebih besar dan ukuran jalan yang lebih lebar. - District, cara mengenali sebuah distrik adalah dengan mengamati adanya kesamaan baik pada bentuk fisik (keserupaan arsitektural yakni pada bangunan shophouse beserta elemenelemen lainnya yang menjadi identitas) dan kesamaan aktivitas yakni kegiatan komersial baik itu streetmarket, pasar tradisional, dan jenis komersial lainnya. Robustness Dengan adanya penetrasi fungsi campuran pada kawasan maka orang dapat memilih hendak menggunakan fungsi yang mana. Kebebasan memilih pada suatu tempat akan membuat sebuah tempat menjadi destinasi. Dalam Chinatown setiap tempat memiliki fungsi berbeda dan tema yang berbeda pula. Visual Appropriateness Kesinambungan visual tercipta dari hubungan dan harmoni elemen masingmasing bangunan yang ada di dalamnya. Dalam hal ini kesinambungan dan harmoni serta ritme berulang pada elemen arsitektural membentuk runtutan visual sehingga satu dengan lain terlihat hubungannya dengan jelas. Richness Langgam Baroque dan eklektik antara Eropa dan Melayu membentuk keberagaman dalam detail sehingga menimbulkan kekayaan dalam lingkungan visual. Kekayaan visual pada elemen fasad bangunan, atap, maupun detail-detail lain dengan corak etnis yang beragam muncul pada jendela, kolom, pintu serta warna bangunan. Personalisasi Personalisasi menunjukkan adanya milik individu yang berbeda, namun personalisasi yang ada di sini harus tetap berada pada satu koridor konservasi yang seudah menjadi peraturan URA sehingga tidak mengganggu kesinambungan visual yang ada pada koridor jalan maupun kawasan. Sustainable Isu lingkungan tidak boleh dilupakan walaupun konservasi menitik beratkan pada upaya penjagaan pelestarian elemn fisik. Chinatown menjaga isu keberlanjutan lingkungan dengan memfasilitasi orang yang datang berupa kemudahan akses untuk pejalan kaki yaitu pedestrian streets yang aman dan nyaman. Kemudian sarana MRT juga diberikan agar orang dapat dengan mudah mencapai lokasi dengan transportasi publik. 4. Townscape dan Kualitas Pedestrian Streets pada Chinatown Singapura Dalam menilai keberhasilan-keberhasilan tersebut maka kriteria yang digunakan adalah yang telah dibahas pada tinjauan pustaka pada bab uraian tesis. Kunci kesuksesan sebuah tempat untuk menjadi ruang publik yang berhasil : Comfort and image, dihadirkan melalui unity visual yang baik oleh langgam arsitektural shophouse baroque namun tetap memiliki keberagaman universal melalui personalisasi masing-masing fasad bangunan. Selain melalui fasad, kenyamanan visual juga dihadirkan melalui elemen ruang luar pembentuk suasan yaitu lighting, paved street dan sign board yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu tampilan bangunan. Access dan Linkage, kawasan tersebut telah menjadi Central Bussiness District sehingga adanya jaminan akses yang baik, yaitu jalan-jalan utama yang mengelilingi kawasan maupun stasiun MRT yang terdapat pada merupakan transportasi publik. Linkage visual ditunjukkan oleh adanya kesamaan visual pada koridor jalan melalui elemen arsitektural maupun ruang luar yang merepresentasikan etnis Tionghoa. Sedangkan linkage struktural ditunjukkan oleh adanya pencampuran fungsi komersial, perkantoran, hunian dan leisure yang terintegrasi sehingga kawasan menjadi hidup secara menerus. Uses and activity, Dengan skenario pengembangan kawasan sebagai objek pariwisata maka setiap titik atau jalan memiliki tema masing-masing. Semisal Smith Street sebagai food street, atau distrik

4 kebudayaan. Adanya kegiatan tersebut menunjukkan ruang-ruang publik benar-benar digunakan dan menunjukkan adanya kehidupan yang festive. Sociability, kehidupan sosial terbentuk akibat adanya interaksi antara yang melayani dengan yang dilayani. Kegiatan ekonomi merupakan generator kehidupan kawasan dan menumbuhkan interaksi antara penjual dan pembeli serta menarik lebih banyak lagi orang untuk berdatangan baik untuk mencari keuntungan atau menikmati tempat (leisure). Sebagai pejalan kaki yang mampu untuk merasakan kualitas visual pada sebuah tempat, maka estetika lingkungan dirasakan sebagai sebuah serial vision yang dapat dilihat melalui rute. Ketika seorang pejalan kaki berjalan menyusuri koridor maka dia akan melihat bagaimana urutan bentuk fisik bangunan atau arsitektur yang tersaji secara berurutan melalui sebuah Townscape kota. Melalui serial vision ini seseorang dapat merasakan ritme, kompleksitas, dan kesamaan bahkan kejutan-kejutan arsitektural dalam satu urutan koridor jalan. Melalui serial vision ini pula kita dapat menilai bagaimana kualitas dari estetika lingkungan. Pada serial vision yang terdapat pada Chinatown, keserupaan langgam baroque pada shophouse pada tiap-tiap bangunan membawa ritme senada namun perbedaan elemen warna dan perbedaan maju mundurnya bangunan dari jalan juga menghadirkan variasi. Demikian pula dengan adanya perbedaan ketinggian bangunan ketika kita hendak memasuki ruas jalan yang memiliki tema berbeda. Ketika kita memasuki jalan Smith Street yang sepenuhnya untuk pedestrian, skala ruang yang dirasakan lebih intim daripada ketika kita berjalan di jalan besar seperti Maxwell Road. Selain menilai melalui serial vision kita juga bisa merasakan kualitas estetika kota melalui atmosfir yang dihadirkan oleh tempat tersebut, dan bagaimana kita menerima tempat tersebut menjadi bagian dari diri kita. Adanya pemaknaan tersebut membuat sebuah space menjadi place. Sebuah ruang yang dibentuk dengan segala elemen estetikanya, sehingga ruang tersebut menjadi focal point atau adanya pusat titik-titik visual. Atau dengan adanya elemen ruang luar yang membuat sebuah ruang menjadi lebih terdefinisi (enclosure)dan setiap orang dapat memilih sendiri aktivitasnya (advantage). Lalu adanya sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tiba tiba melebar atau menyempit pada suatu titik. Atau kekhasan lokal yang membentuk sebuah atmosfir berbeda sehingga kita menjadi menyukai tempat tersebut. Keberagaman detail arsitektural seperti jendela, pilar, ukiran, hingga warna serta tekstur yang kita rasakan saat berjala merupakan bagian dari Townscape. C. KAWASAN CHINATOWN SINGAPURA Kreta Ayer Dikelilingi oleh , Park Road, Upper , , , dan Smith Street. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Terdiri atas bangunan shophouse berlanggam Transitional, Late dan art deco. Bukit Pasoh Dikelilingi oleh South Bridge Road, Cross Street, , Stanley Street, McCallum Street, Amoy Street, Ann Siang Road dan . Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Tanjong Pagar Dikelilingi oleh New Bridge Road, Keong Siak Road, , and Cantonment Road status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Pada Tanjong Pagar ini terdapat kantor kantor instansi pemerintahan, termasuk salah satunya adalah URA Center dan City Gallery. Telok Ayer Dikelilingi oleh Neil Road, Maxwell Road, Peck Seah Street, Wallich Street, Tanjong Pagar Road and Craig Road. Status konservasi diberikan sejak 7 Juli 1989. Pada Chinatown terdapat jalan-jalan yang terkenal secara tematis dan juga karena di dalamnya terdapat bangunan-bangunan yang terkenal dan menjadi penanda pada skala neighboorhoud. nama- nama jalan yang terkenal adalah : Mosque Streets Dinamakan demikian karena terdapat sebuah masjid Jamae yang dibangun oleh Muslim cina pada tahun 1830. Selain etnis China terdapat pula muslim dan etnis Melayu yang menempati distrik ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid yang ada di jalan tersebut Pagoda Street Pada jalan itu terdapat kuil Sri Mariamman yang merupakan kuil Hindu tertua di Singapura. Sri Mariamann merupakan kuil hindu tertua di Chinatown dan sudah berdiri sejak abad ke 16. Pagoda street dahulu merupakan pusat perdagangan opium. Sago Street

5 Dinamakan Sago karena pada tahun 1840 banyak terdapat tumbuhan Sagu di sana. namun dalam bahasa Kanton, Sago artinya kematian, nama ini diberikan karena banyaknya jumlah kuda yang mati masa tersebut yang disebabkan oleh wabah. Smith Street Smith street terkenal dengan banyaknya restoran. Jalan ini terkenal sebagai pusat kuliner di Chinatown (Chinatown Street Food) pada malam hari suasana sangat ramai dengan lampion-lampion berjajar. Trengganu Street Pada jaman kolonial Inggris, jalan ini terkenal dengan rumah bordilnya. Sekarang Trengganu street terkenal dengan street marketnya pada malam hari.

D. Regulation, Behavior, Lifestyle, Culture 1. Regulation Regulasi diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur unsur yang merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat secara umum yaitu berupa Pembuatan Paspor dan kepengurusan imigrasi. Beberapa dokumen / syarat yang diperlukan dalam pembuatan paspor baru, yaitu: 1.Kartu Keluarga (KK) 2.Akte Kelahiran / ijazah terakhir (salah satu saja) 3.Kartu Tanda Penduduk (KTP) 4.Melakukan pengambilan antrian secara online Dokumen tersebut di fotocopy dan harus membawa dokumen aslinya juga karena itu merupakan syarat utama dalam pembuatan passport, selanjutkan data tersebut diperiksa oleh petugas imigrasi lalu petugas imigrasi memberikan formulir yang harus kita isi, setelah itu menunggu antrian setelah antrian di panggil lalu melakukan sesi interview dan foto passport akan di cetak dalam waktu tiga hari setelah melakukan pembayaran. Sebelum mengadakan perjalan ke luar negeri ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, berdasarkan pengalaman yang pernah penulis lakukan : a. Pastikan paspor masih berlaku sampai 6 bulan kedepan dan sudah mendapatkan visa magang/kerja. b. Mempersiapkan keberangkatan tiket pesawat sesuai tanggal yang diinginkan. c. Pastikan sudah tiba dibandara setidaknya 2 jam sebelum keberangkatan bertujuan agar para penumpang sudah benar-benar siap dan berada di dalam pesawat ketika pesawat akan take off. Tiap maskapai memiliki peraturan sendiri mengenai batas waktu check in. Beberapa maskapai akan mengenakan charge yang besar untuk keterlambatan, bahkan beberapa diantaranya meminta Anda untuk membeli tiket baru. d. Saat sampai dibandara, segera lakukan check in ke counter maskapai, semua tamu wajib ikut dalam proses check in dengan menyiapkan paspor, dan barang yang hendak dimasukkan ke dalam bagasi pesawat. e. Antri diloket imigrasi. Siapkan paspor, boarding pass. Kemungkinan ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan petugas, petugas imigrasi Indonesia akan mengechek jumlah cairan yang di bawa ke kabin yang tidak boleh lebih dari 100 ml perbotolnya f. Cek boarding pass Anda dan cari digate nomor berapa pesawat Anda berada. g. Di depan gate, akan ada pemeriksaan barang bawaan, disini pemeriksaan akan lebih ketat dibanding dipintu masuk bandara. Anda tidak diperkenankan membawa cairan lebih dari 100ml ke dalam kabin, jadi hindari membawa hair spray, minuman kaleng, air minum, dan lain sebagainya. Setelah itu ada pemeriksaan tiket kembali oleh maskapai penerbangan. h. Naik ke pesawat, duduk sesuai nomor di boarding pass Anda. Letakkan barang bawaan di kompartemen di atas tempat duduk Anda, jangan lupa untuk mematikan handphone anda. Untuk Anda yang berada di pinggir jendela, buka tirai jendela saat take off (berangkat) dan saat landing (mendarat). Sandaran kursi harus ditegakkan dan meja harus dimasukkan saat take off dan landing. Pasang sabuk pengaman, pramugari akan mendemokan cara penggunaan sabuk pengaman dan tata cara penyelamatan lainnya.

6 i. Tiba dibandara tujuan, ikuti petunjuk petugas, beberapa negara melakukan pemeriksaan ketat. Anda akan melewati sensor suhu tubuh dan mungkin ada beberapa pertanyaan dari petugas. Antri ke loket imigrasi, disini petugas akan lebih ketat dan menanyakan beberapa hal, seperti tujuan perjalanan Anda, berapa lama, menginap dimana dan sebagainya, setelah itu cop paspor akan bertambah stempelnya. j. Jangan lupa ambil bagasi Anda diban berjalan sesuai nomor penerbangan Anda. Jangan sampai salah ambil barang bawaan ataupun tertukar. k. Ambil brosur, peta, dan promosi lainnyan seputar daerah atau negara yang dituju jika perlu. Di beberapa bandara biasanya ada Tourism Center, bagi Anda yang ingin mendapatkan informasi dapat mampir ke counter tersebut. Kemudian pilih alat transportasi Anda, mungkin taksi, bus, MRT, dan lain-lain. l. Saat Anda kembali ke negara asal ada 1 formulir tambahan yang perlu diisi (Custom Declaration Form), disini Anda perlu mengisi apakah membawa rokok, binatang, uang diatas nilai tertentu dan sebagainya. Formulir ini pun dibagikan oleh pramugari, minta dan isilah selagi di pesawat untuk mempersingkat waktu saat di bandara.

2. Behavior Sangat menarik fenomena sosial di Singapura. Semua kelompok manusia berkembang sesuai dengan komunitasnya masing-masing. Suku, etnis, ras, dan marga tumbuh dan berkembang secara wajar tanpa ada pressur dari komunitas terbanyak (mayoritas). Etnis Tionghoa menduduki urutan pertama dari segi kuantitas, diikuti etnis Melayu, India, dan Campuran Asia-Eropa (Eurasian). Mereka hidup rukun, tertib dan taat pada aturan yang ada. Mereka malu berbuat kesalahan yang bersifat public relation. Ruang sosial memperoleh perhatian yang serius dari pemerintah, dengan memberikan pelayanan publik yang memadai. Pelayanan publik dipenuhi dengan memuaskan, sehingga masyarakat lebih nyaman menggunakan transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Komunitas Cina hampir berada menyeluruh di manapun mereka dapat berbisnis. Namun, mereka lebih kentara komunitasnya ketika dilihat di kawasan Chinatown. Mereka paling merajai dalam berbisnis, ulet dan gigih dalam menggairahkan kehidupan berbisnis. Di kawasan ini tumbuh dan berkembang sentra-sentra bisnis seperti mal-mal, cafe-cafe, dan rumah-rumah makan. Tentu saja, tumbuh pula tempat-tempat hiburan. Di sini terlihat komunitas Tionghoa Singapura berbeda dengan komunitas Tionghoa di Indonesia. Tionghoa Singapura terlihat tidak menampakkan berperilaku ingin memperoleh pelayanan khusus, mereka menghayati dan menjalankan peraturan yang ada. Komunitas Muslim terkonsentrasi di kawasan Jalan Bugis. Di sinilah terdapat sebuah mesjid tertua dan terbesar di Singapura, yakni Masjid Sultan. Suasana Melayu sangat terasa, apalagi bahasa yang dominan adalah bahasa Melayu yang digunakan masyarakat di sini. Saya bershalat Jumat di Masjid Sulthan, terasa dalam batinku seperti suasana di kampung halaman sendiri di Indonesia. Sekitar 15% penduduk Singapura adalah Muslim. Sebagian besar Melayu adalah Muslim Sunni. pengikut Islam lainnya adalah komunitas India dan Pakistan, dan sejumlah kecil dari Cina, Arab dan Eurasia(campuran Eropa dan Asia). Sebesar 17 persen dari Muslim di Singapura adalah asal India. Sedangkan mayoritas Muslim di Singapura secara tradisional Muslim Sunni yang mengikuti madzhab pemikiran Syafi'i, ada juga muslim yang mengikuti madzhab pemikiran Hanafi serta Muslim Syiah. Pada tahun 1915, pemerintah kolonial Inggris membentuk Dewan Pertimbangan Islam (the Mohammedan Advisory Board). Dewan ini bertugas untuk memberikan nasihat kepada pemerintah kolonial mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam dan adat istiadat. Pada tahun 1963, Singapura menjadi bagian dari Malaysia. Singapura terpisah dari Malaysia dan mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1965. Konstitusi Republik independen mencakup dua ketentuan mengenai kedudukan komunitas Melayu dan Islam, yaitu: Pasal 152 dan 15. Pasal 152 menyatakan: (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah terus-menerus untuk merawat kepentingan minoritas rasial dan agama di Singapura. (2) Pemerintah melaksanakan fungsi untuk memahami posisi khusus Melayu, yang merupakan penduduk asli Singapura, dan karena itu harus menjadi tanggung jawab pemerintah untuk melindungi, melestarikan, dukungan, mendorong dan mempromosikan mereka di bidang politik, pendidikan, keagamaan, ekonomi, sosial dan budaya dan bahasa Melayu.

7 Pada praktiknya, pasal-pasal konstitusi independen ini bukanlah menganakemaskan etnis Melayu secara berlebihan, melainkan pemerintah berusaha menjaga keseimbangan antara penduduk asli dan pendatang secara proporsional. Komunitas Melayu memang ada yang menduduki jabatan struktur di pemerintahan namun tidaklah dominan. Secara statistik, kini penduduk Singapura yang terbanyak adalah etnis Tionghoa, sedangkan etnis Melayu menduduki urutan kedua dan diikuti oleh etnis India dan Eurasia (campuran Eropa dan Asia). Komunitas India memiliki lingkungan hidup yang mengelompok di sebuah kawasan, yang dikenal dengan Little India. Dari berbagai kalangan ras India bertumpah ruah di sini. Mereka memiliki tradisi berkumpul dalam tiap akhir pekan. Warga keturunan Asia Selatan ini akan berkumpul setiap Sabtu sore malam Minggu di wilayah Little India. Suasana ini dijadikan sebagai wahana bercengkerama dengan kumpul di tiap-tiap ada ruang publik yang luas seperti lapangan, tempat hiburan, dan alun- alun. Pusat-pusat pasar menjadi sasaran berkumpul mereka walau hanya kumpulminum saja. Hal ini dapat dilihat di sekitar Musthafa Centre, pusatperdagangan masyarakat yang berdekatan dengan Little India. Apresiasi masyarakat Singapura antar warga didasarkan padapublic order (peraturan umum) yang berlaku. Mereka menyadari akan pentingnya mematuhi peraturan. Warga Singapura akan taat dalam berantri (queue up) dalam segala aktivitas sosial. Mereka merasa malu bila menyerobot antrian orang, dan pasti akan dicibirkan banyak orang.Apresiasi terhadap Hak Azasi Manusia (HAM), dalam pandangan masyarakat beradab, harus dimulai dari sikap toleran dan mau menghargai hak orang lain, dengan cara ketika kita menuntut hak kita sendiri harus memperhatikan juga hak orang lain, tenggang rasa (tepo seliro) sehingga terciptalah rasa saling menghargai dan menghormati. Keteraturan hidup dapat diciptakan dengan cara mendisiplinkan diri konsisten pada aturan atau komitmen yang dicanangkan dalam rencana kegiatan keseharian, dan yang lebih urgen lagi adalah law enforcementpemerintah dalam praktik kehidupan keseharian (daily activity) tanpa pandang bulu. Hal ini dapat dirasakan di negara-negara maju yang notabene disebut "kafir" (non-Muslim). Mereka tidak menganut agama Islam, namun prilakunya islami. Artinya, perilaku mereka sesuai dengan tata aturan kehidupan yang ditunjukkan oleh ajaran Islam. Berbicara kehidupan di Singapura—secara individual—dari berbagai komunitas mereka tampak tidak memiliki masalah. Mereka dapat hidup berdampingan seiring dengan perjalanan hidup sosial yang ada. Namun, bila dilihat dari struktur sosial akan ditemukan kesenjangan. Segmen lapangan kerja bidang cleaning service, dapat dipastikan kebanyakan dari kalangan Melayu; konstruksi dan bangunan dari etnis India; pada bidang leadership dan perkantoran pemerintah termasuk dunia bisnis notabene dari etnis China. Hal ini, terlihat seperti telah diatur dalam konvensi yang tidak tertulis, pembagian wilayah kerja warga Negara. Memang, sejujurnya saya tertarik pada kehidupan di Singapura kendatipun ada pemandangan yang bisa membuat kita sebagai Muslim perang batin. Itulah sisi positif dan negatifnya. Sisi positif, dapat dinikmati kehidupan yang teratur. Sedangkan, sisi negatifnya adalah terlalu bebas—sebagian wanita Singapura—dalam cara berpakaian. Sebagian kaum perempuan di sini berpakaian seperti mode berpakaian wanita Eropa di musim panas. Ada sebagian perempuan yang hanya menutup pada bagian vital saja, dan itu pun dari bahan yang sangat tipis sehingga bagi kami yang tidak terbiasa melihat pemandangan seperti itu agak kaget. Dalam minggu pertama, telah kami kunjungi Orchard centre, Musthafa Centre, Kampung Bugis, Sentosa Island, Little India, Chinatown dan kampus National University of Sngapore (NUS). Kunjungan kami ini dilakukan di samping untuk mengetahui daerah-daerah itu secara empirik, juga dilakukan pula dalam rangka mencari tempat shalat Jumat berjamaah. Di tempat tinggal kami, Global Residence Tiong Bahru tidak pernah terdengar kumandang suara adzan. Terlihat ada beberapa gereja di sekitar kami tinggal namun tidak tampak ramai berduyun-duyun orang datang beribadah seperti di Indonesia. Memang, menurut data statistik ditemukan adanya warga Singapura pengikut agnostic (tidak menganut agama) mencapai 14% dari seluruh jumlah penduduknya. Jumlah ini hampir menyamai jumlah penduduk yang beragama Islam (15%). 3. Lifestyle Singapura adalah negara destinasi favorit bagi traveler Indonesia yang ingin mencoba berpetualang ke luar negeri. Bagi kamu yang gemar mengeksplorasi hal-hal baru, Singapura sangat cocok, Meski terletak relatif dekat dengan Indonesia, Singapura mampu menawarkan pengalaman traveling yang berbeda, mulai dari sistem transportasinya, aturan sosial, serta keberagaman destinasi wisatanya.

8 a. Mengantri adalah budaya wajib di Singapura. Budaya antri dilakukan di mana saja dan kapan saja, mulai dari antri membeli tiket, masuk ke dalam kereta, atau membayar di kasir. b. Warga Singapura sangat menghargai kebersihan. Semua tempat di sana bersih sehingga tidak nampak sampah berserakan seperti yang kita lihat di Indonesia. Bahkan, pemerintah memberlakukan hukuman denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan c. Kamu tentu pernah merasakan serunya traveling bersama teman-teman. Kamu mengomentari hal-hal yang dilihat sampai tertawa terbahak-bahak bersama. Ternyata, berisik di tempat umum dilarang di Singapura, khususnya di transportasi umum. d. Saat pintu kereta terbuka, orang-orang Singapura selalu mendahulukan orang yang keluar dari kereta. Mereka yang ingin masuk kereta akan berdiri di samping pintu agar tidak menghalangi laju para penumpang yang keluar. Jadi, kamu harus sabar ya sebelum memasuki kereta e. Bagi kamu yang membawa tas besar saat traveling, jangan sampai tasmu menganggu kenyamanan orang lain ya! Saat berada di dalam transportasi umum, letakkan tas punggungmu di lantai agar tidak menganggu penumpang yang lainnya. Apabila kamu membawa koper, letakkan kopermu di pinggir sehingga tasmu tidak mengganggu langkah orang lain. f. Saat sedang menggunakan eskalator, pastikan kamu berdiri di sisi kiri dan tidak berdampingan dengan orang lain karena lajur sebelah kanan diperuntukkan bagi mereka yang ingin berjalan cepat. Warga negara Singapura tidak segan mengingatkanmu apabila kamu menghalangi jalan mereka.

4. Culture Singapura merupakan salah satu negara yang paling padat di dunia. 85% dari rakyat Singapura tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Dewan Pengembangan Perumahan (HDB). Penduduk Singapura terdiri dari mayoritas etnis Tionghoa (77,3%), etnis Melayu yang merupakan penduduk asli (14,1%), dan etnis India (7,3%), dan etnis lainnya (1,3% ). Mayoritas rakyat Singapura menganut agama Buddha (31,9%) dan Tao (21,9%). 14,9% rakyat Singapura menganut agama Islam, 12,9% menganut agama Kristen, 3,3% Hindu, dan lainnya 0,6%, sedangkan sisanya (14,5%) tidak beragama. Singapura terdiri atas multietnis (Melayu, Cina, India, dan Eropa). Tata kehidupan masyarakatnya merupakan perpaduan antara budaya Timur dan budaya Barat. Singapura mempunyai empat bahasa resmi, yaitu Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Bahasa Melayu adalah bahasa nasional Singapura tetapi lebih bersifat simbolis; ia digunakan untuk menyanyikan lagu kebangsaan (Majulah Singapura) dan juga sewaktu latihan dan dalam perbarisan pasukan tentera dan polisi. Pemerintah PAP lebih cenderung dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar (lingua franca) dan penggunaan bahasa Melayu hanya terbatas kepada kaum Melayu saja. Hanya segelintir daripada kaum Tionghoa dan India yang fasih dalam bahasa nasional (mayoritas daripada mereka telah melewati masa Singapura sebelum merdeka). Salah satu aspek yang paling luar biasa dari Singapura adalah sifat penduduknya yang kosmopolitan, sebuah keuntungan alami dari posisi geografisnya yang strategis maupun keberhasilan komersialnya. Dibangun oleh Thomas Stamford Raffles sebagai sebuah pusat perdagangan pada tanggal 29 Januari 1819, kota kecil tepi laut Singapura segera menarik para imigran dan pedagang dari negeri Tiongkok, India, Indonesia, Semenanjung Malaya, dan Timur Tengah. Tertarik dengan masa depan yang lebih baik, para imigran datang dengan membawa budaya, bahasa, adat istiadat, dan kebiasaannya sendiri. Perkawinan silang dan perpaduan budaya turut berperan dalam memengaruhi keragaman budaya yang kemudian terbentuk dalam masyarakat Singapura dari berbagai aspek, sehingga menjadikan warisan budaya yang beragam dan dinamis. Di akhir abad ke- 19, Singapura menjadi salah satu kota paling kosmopolitan di Asia, dengan kelompok etnis utama dari kaum Tionghoa, Melayu, India, Peranakan, dan Eurasia. Saat ini, etnis Tionghoa merupakan etnis mayoritas, yaitu 74,2% dari total populasi Singapura, sementara penduduk awal negeri ini – 13,4% adalah etnis Melayu. Etnis India sebanyak 9,2%, dan 3,2% sisanya berasal dari Eurasia, Peranakan, dan etnis lainnya. Singapura juga banyak dihuni oleh kaum ekspatriat, dengan hampir 20% dari mereka adalah para pekerja ‘kerah biru’ bukan warga tetap yang berasal dari Filipina, Indonesia, dan Bangladesh. Sebagian sisa dari populasi ekspatriat tersebut termasuk para pekerja ‘kerah putih’ yang datang dari berbagai negara, seperti Amerika Utara, Australia, Eropa, RRC, dan India. Sebagai cerminan dari paduan budaya yang dimilikinya, Singapura mengadopsi satu bahasa untuk mewakili semua dari empat etnis atau kelompok ‘ras’ yang utama. Empat bahasa resmi dalam

9 konstitusi Singapura adalah bahasa Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Namun, sebagai pengakuan atas status etnis Melayu sebagai masyarakat pribumi di Singapura, bahasa nasional Singapura adalah Bahasa Melayu. Keberadaan bahasa-bahasa lainnya, khususnya bahasa Melayu dan Tionghoa, tentunya berpengaruh terhadap jenis bahasa Inggris yang digunakan di Singapura. Pengaruh ini terutama tampak dalam bahasa Inggris informal, sebuah bahasa sehari-hari yang berbasiskan bahasa Inggris yang dikenal secara umum sebagai Singlish. Sebagai lambang identitas bagi banyak warga Singapura, bahasa tersebut mewakili sebuah bentuk bahasa campuran yang mencakup kata-kata dari bahasa Melayu, juga Mandarin dan India. Hampir semua orang di Singapura dapat berbicara lebih dari satu bahasa, dan banyak yang mampu berbicara dalam tiga hingga empat bahasa. Sebagian besar anak-anak di Singapura tumbuh dalam dua bahasa sejak kecil, dan mereka pun mempelajari bahasa lain saat mereka tumbuh dewasa. Dengan mayoritas populasi yang mampu membaca dan menulis dalam dua bahasa, bahasa Inggris dan Mandarin merupakan bahasa yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara bahasa Inggris merupakan bahasa utama yang diajarkan di sekolah, anak-anak di Singapura juga mempelajari bahasa ibu mereka untuk memastikan agar tetap tersambung dengan akar budaya mereka. Di antara dialek bahasa Tionghoa yang berbeda-beda, bahasa Mandarin dijadikan sebagai bahasa utama etnis Tionghoa dibandingkan bahasa lainnya seperti Hokian, Tiociu, Kanton, Hakka, Hainan, dan Fuchow. Sebagai bahasa kedua yang paling banyak digunakan di antara etnis Tionghoa di Singapura, penggunaan bahasa Mandarin meluas setelah dimulainya kampanye Speak Mandarin di tahun 1980 yang membidik etnis Tionghoa. Di tahun 1990-an, upaya-upaya lebih digalakkan untuk membidik kalangan etnis Tionghoa yang berpendidikan bahasa Inggris. Jelajahilah berbagai kawasan budaya dan landmark keagamaan di pulau ini, serta kenali lebih dekat masyakarat multikultural di Singapura. Apakah Anda bergabung dengan sebuah tur atau menjelajahi Singapura sendiri, Anda pasti akan menemukan peninggalan sejarah yang menarik, keberagaman budaya yang bervariasi, dan gaya hidup warga Singapura yang unik selama kunjungan Anda ke negara kota ini. Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepôt. Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran wafer dunia. Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia. Ekonomi Singapura termasuk di antara sepuluh negara paling terbuka, kompetitif[68] dan inovatif di dunia. Dianggap sebagai negara paling ramah bisnis di dunia, ratusan ribu ekspatriat asing bekerja di Singapura di berbagai perusahaan multinasional. Terdapat juga ratusan ribu pekerja manual asing. Letak Singapura yang sangat strategis membuat sektor perdagangan dan jasa berkembang sangat cepat, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Singapura menyediakan berbagai fasilitas penerbangan dan pelabuhan laut dengan lengkap, sehingga menjadikannya sebagai tempat singgah sementara (transit) kapal- kapal atau pesawat dari berbagai maskapai yang hendak melanjutkan perjalanannya. Kondisi politik dan keamanan yang stabil menjadikan Singapura sebagai tujuan investasi, khususnya bagi negara-negara Barat yang hendak memperluas pasarnya di kawasan Asia.

3. PENUTUP A. SIMPULAN Setelah pembahasan tersebut maka kesimpulan yang dapat diambil dalam merevitalisasi kawasan Chinatown adalah : 1. Kota tua atau kawasan bersejarah memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. 2. Selain elemen fisik arsitektural, sebuah kawasan dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memiliki akses yang mudah untuk dicapai melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Maka

10 Chinatown sebagai pusat komersial dan daerah tujuan wisata dilalui oleh stasiun MRT dan bus kota yang dapat dilalui oleh semua orang. 3. Untuk menjadikan sebuah tempat memiliki kualitas townscape yang baik tidak hanya diupayakan melalui fisik arsitekturalnya saja. Maka perlu adanya identitas yang dihidupkan yaitu genious loci (kearifan lokal) dalam hal ini identitas etnis agar membentuk atmosfir yang dapat dinikmati oleh semua orang dan mampu menarik orang untuk terus berdatangan. 4. Komunitas atau masyarakat yang berkelanjutan diperlukan untuk menjaga lingkungan agar menjadi sustainable juga. Tidak masalah apakah komunitas dalam kawasan tersebut merupakan penduduk asli atau bukan (dalam hal ini khususnya Chinatown yang tidak lagi memiliki warga asli) yang terpenting adalah kehidupan yang menerus selalu terjaga sehingga kawasan tidak kembali menurun atau mati. B. SARAN 1. Harusnya Indonesia bisa mengambil dan mencontoh sisi positif dari pengelolaan kepariwisataan di Singapura. Karena secara potensial Indonesia lebih kaya akan nilai-nilai budaya yang unik dan menarik serta sejarahnya. 2. Keberagaman di Indonesia harusnya bisa menjadi asset yang berharga. 3. Keberhasilan Singapura dalam hal industry pariwisatanya diharapkan mampu menjadi contoh dan pendorong Negara-negara di kawasan Asia tenggara khususnya Indonesia untuk lebih giat lagi mengoptimalkan potensi yang telah ada. 4. Dengan menghargai keberagaman yang berbeda dan bisa selaras dengan budaya asli serta tetap menggunakan teknologi modern secara bijak.

References [1] Data FCS di Singapura pada tanggal, 22 Januari – 28 Januari 2018. [2] Harahap, Ninda . 2014. Best of Singapura. PT Elex Media komputindo, Jakarta [3] Lukas, Uki. 2014. Complete Guide Singapura. PT Elex Media komputindo, Jakarta [4] Kiswantoro, A., & Damiasih, D. (2018). PERSEPSI KUALITAS LAYANAN MUSEUM SEBAGAI SARANA EDUKASI MASYARAKAT (STUDI KASUS: MUSEUM GUNUNG API MERAPI YOGYAKARTA). Jurnal Kepariwisataan, 12(2), 57-70. [5] Soeroso, A., & Susilo, Y. S. (2014). TRADITIONAL INDONESIAN GASTRONOMY AS A CULTURAL TOURISM ATTRACTION. Editorial Board, 45. [6] Soeroso, A. (2006). Valuing Borobudur Heritage Area in a Multi-attribute Framework Environmental Economic Perspective and Its Ecotourism Management Policy Implications. Unpublished PhD Dissertation (in Indonesian). Yogyakarta: Gadjah Mada University. [7] Wisnumurti, A. (2013). THE PRIVILEDGES OF YOGYAKARTA SPECIAL REGION AND THE DEVELOPMENT OF THE LOCAL TOURISM POTENTIALS. Jurnal Kepariwisataan, 7(2), 75-85. [8] Isdarmanto, I. (2015). Structuring Malioboro Yogyakarta Environmentally Friendly Refers To The Tourism Behavior. Jurnal Kepariwisataan, 9(2), 89-97. [9] Rif’an, A. A. (2016). Tourism Components and Tourists Characteristic of Prambanan Temple as The World Culture Heritage Site in Yogyakarta, Indonesia. International Journal of Tourism and Hospitality Study, 1(1). [10] Prabasmara, P. G., Subroto, Y. W., & Roychansyah, M. S. (2011). The Concept of Livability As a Base In Optimizing Public Space Case Study: Solo City Walk-Jalan Slamet Riyadi, Solo.

11