KESENANGAN DAN OTORITAS KEAGAMAAN: SOSIALISASI ANTI-MUSIK DI INSTAGRAM 1

FUN AND RELIGIOUS AUTHORITY: SOCIALIZING ANTI-MUSIC ON INSTAGRAM

Aflahal Misbah Pascasarjana UIN Yogyakarta [email protected]

Abstract The debate about fun is an age-old issue in Muslim society that is still popular today. This cannot be isolated from the existence of Muslim groups like Salafi disseminating the religious understanding against fun. Based on Asef Bayat's argument that the dissemination of anti-fun 'has to do significantly with the preservation of power', this article focusses on the responses of Muslim accounts on Instagram to which Salafi accounts spread the religious messages of the anti-fun posts. From the hashtag #musikharam and #hukummusik, this study pays more attention to three primary Salafi accounts in spreading anti-music posts, that is, @kajianislam, @ikhwan_kendari, and @daeng_indonesia. The distinctive features and different patterns of the dissemination from each account give a varied understanding to which the responses emerged. Asking for argument, Islamic music, and the history of Walisongo da'wa, are the three kinds of popular responses within Salafi posts. Of these, the author argues that the dissemination of anti-fun is not only related to the preservation of religious authority but also likely potential to weaken itself, especially for those that disseminate anti-fun. Keywords: fun, religious authority, salafi, responses of Muslim society, social media. Abstrak Perdebatan tentang kesenangan merupakan isu lama dalam masyarakat Muslim yang masih populer hingga sekarang. Perdebatan ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari kelompok-kelompok Muslim seperti Salafi yang menyebarkan paham penentangan terhadap beragam bentuk dan praktik kesenangan. Berangkat dari pandangan Asef Bayat bahwa sosialisasi anti-kesenangan berkaitan erat dengan preservasi kuasa, tulisan ini memfokuskan perhatian pada reaksi masyarakat Muslim terhadap sosialisasi anti-musik di media sosial Instagram oleh Salafi. Dari tagar #musikharam dan #hukummusik, perhatian kemudian diarahkan pada sosialisasi anti- musik yang dilakukan oleh tiga akun utama, yaitu, @kajianislam, @ikhwan_kendari, dan @daeng_indonesia. Karakter dan pola sosialisasi khas yang ditunjukkan oleh masing-masing akun menghasilkan pemahaman yang beragam terhadap pola reaksi yang muncul. Permintaan argumen, musik Islami, dan sejarah dakwah Walisongo, adalah tiga dari pola umum yang bisa dipahami dari semua respons yang ada. Dari ketiga pola reaksi tersebut, penulis berargumen bahwa sosialisasi anti-kesenangan bukan semata berkaitan erat dengan preservasi kuasa, melainkan juga berpotensi melemahkan otoritas yang mensosialisasikan itu sendiri, terutama bagi otoritas keagamaan dari figur-figur Salafi. Kata kunci: kesenangan, otoritas keagamaan, salafi, respons masyarakat Muslim, media sosial.

Pendahuluan 1 menerus diperdebatkan hingga kini. Pemicu perdebatan tidak dapat dilepaskan dari sosialisasi Interpretasi tentang kesenangan penolakan dari kelompok-kelompok Muslim merupakan isu lama yang sudah berlangsung fundamentalis dan konservatif seperti halnya sejak awal mula kemunculan Islam, dan terus Salafi (Shavit dan Winter 2011; Al-Atawneh 2012; Mason 2017). Tidak sebatas doktrin yang 1Penulis mengucapkan banyak terima kasih dipatuhi dan diterapkan, anti-kesenangan menjadi kepada beberapa orang yang ikut berkontribusi atas bagian penting dari strategi Salafi untuk terbitnya karya ini. Paling pertama adalah Dr. mempertahankan dan menguatkan, menurut Asef Sunarwoto yang telah memberi komentar, kritik, dan Bayat, ‘kekuatan paradigma’ (atau kerangka masukan sebelum karya ini layak untuk dikirim ke berpikir) yang membingkai dan mendukung jurnal. Selanjutnya adalah reviewer anonim yang telah memberi banyak masukan berharga dan catatan otoritas mereka dalam persoalan agama (2013, perbaikan secara detail atas karya ini, dan terakhir adalah 145–50). Tanpa sosialisasi anti-kesenangan , Redaktur Jurnal Masyarakat dan Budaya yang telah ‘kekuatan paradigma’ otoritas Salafi sangat bersedia menerbitkan karya ini. berpotensi dapat melemah. Hal ini disebabkan

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 149 status Muslim sebagai manusia biasa memiliki religiositas dalam diri anak-anak muda sendiri. kecenderungan untuk melakukan berbagai Tentu saja, reaksi demikian membutuhkan telaah aktivitas menyenangkan , yang berpotensi dapat ulang jika perhatian dipusatkan ke Indonesia. melupakan atau bahkan meninggalkan berbagai Hal ini disebabkan sosialisasi yang dilakukan aturan dan kewajibannya terhadap agama. Itu oleh Salafi di Indonesia tidak di dukung oleh sebabnya sosialisasi anti-kesenangan terus negara. Bisa dikatakan, cara sosialisasi mempengaruhi dilakukan, baik untuk mempertahankan anggota reaksi yang muncul. yang sudah ada atau merekrut anggota baru. Melanjutkan studi sebelumnya, tulisan Sejak mulai aktif dan tumbuh subur pada ini memfokuskan perhatian pada reaksi tahun 1980an di Indonesia, sosialisasi anti- masyarakat Indonesia ketika anti-kesenangan kesenangan dari Salafi belum begitu mendapat disosialisasikan oleh Salafi. Anti-kesenangan perhatian secara memadai oleh para peneliti. yang dimaksud dalam tulisan ini dibatasi pada Sebagian peneliti umumnya hanya menguraikan aktivitas yang berkaitan dengan penolakan secara singkat atau menempatkan anti-kesenangan musik. Pilihan ini dilandasi atas popularitas sebagai bagian dari doktrin dan praktik penolakan musik di kalangan Salafi dibanding keseharian Salafi (Hasan 2005, 71, 142–43, 184– aktivitas-aktivitas menyenangkan lainnya. Sementara 89; Hiariej 2009; Nisa 2012, 370–71; Wahid itu, fokus perhatian pada reaksi masyarakat 2014, 224–26, 229–33; Jahroni 2015, 284; dimaksudkan untuk meninjau ulang pandangan Sunarwoto 2016, 211–12; Sunesti, Hasan, dan Bayat, yang mengatakan bahwa sosialisasi anti- Azca 2018, 190–94). Sementara ketika anti- kesenangan berkaitan erat dengan preservasi kesenangan disosialisasikan secara luas dan kuasa (2013, 145–50). Tidak sebatas itu, penulis bagaimana reaksi masyarakat umum, tampak berpandangan bahwa sosialisasi anti-kesenangan masih minim sekali. Memang, sudah ada yang juga berpotensi memunculkan atau menguatkan memperlihatkan dan menganalisis persoalan ini. ‘kekuatan paradigma’ yang mendukung otoritas Namun, reaksi yang ditampilkan lebih dominan lain, dan kemudian berpotensi dapat melemahkan diisi oleh pandangan dari figur masing-masing ‘kekuatan paradigma’ dari otoritas yang kelompok (Shavit dan Winter 2011; Al-Atawneh menyosialisasikan anti-kesenangan itu sendiri. 2012; Sunarwoto 2013, 207–9). Sehubungan dengan Salafi, usaha untuk menyebarkan paham anti-kesenangan pada satu Di luar Indonesia, ada beberapa studi sisi memang dapat menguatkan paradigma sehubungan dengan sosialisasi kesenangan ‘manhaj Salafi’,2 namun di sisi lain paradigma- menurut Islam . Kajian Wendell Schwab (2015) paradigma baru dan lama dapat muncul dan di Kazakhkstan, misalnya, memperlihatkan menguat sebagai bentuk respons terhadap bagaimana kesenangan mampu menjadi modal sosialisasi tersebut. Oleh sebab itu, pembacaan sosial bagi ‘gerakan kesalehan’, suatu gerakan terhadap reaksi masyarakat sangat relevan yang banyak dipengaruhi oleh Salafi-Arab dijadikan sebagai acuan untuk memahami Saudi, ketika pemahaman tentang kesenangan potensi paradigma-paradigma lain yang muncul disosialisasikan. Yang perlu digarisbawahi, Schwab dan menguat di luar Salafi ketika anti- lebih menaruh perhatian pada aktivitas kesenangan kesenangan disosialisasikan. yang cenderung dipandang legal oleh Salafi. Hal ini berbeda dengan Asef Bayat (2010, 27–47) Data yang digunakan dalam tulisan ini yang lebih memfokuskan perhatiannya pada anak berasal dari hasil dokumentasi dan pengamatan muda. Dengan pendekatan baru yang ditawarkan, di media sosial Instagram dari Januari 2018 “anak muda sebagai kategori analitis, Bayat hingga Januari 2019. Media ini dipilih karena memperlihatkan bagaimana sosialisasi anti menjadi satu ruang penting bagi sebagian kesenangan yang dilakukan oleh otoritas politik besar masyarakat Indonesia, terutama sebagai dan moral, mampu mendorong anak-anak muda media dakwah (Nisa 2018a; Baulch dan di kedua negara berbeda, Iran dan Mesir, melakukan ‘akomodasi subversif’ (Iran) dan ‘mengakomodasi inovasi’ (Mesir). Anak-anak 2Dalam artikel ini, mengacu pada definisi dari muda tetap melakukan aktivitas-aktivitas Din Wahid, manhaj Salafi diartikan sebagai cara atau kesenangan dan secara bersamaan berusaha jalan yang benar dan lurus dalam menerapkan [ajaran] agama Islam sesuai dengan Salaf Saleh, tiga generasi mendefinisikan dan melakukan invensi ulang, Muslim pertama (sahabat Nabi, pengikut Nabi pasca bahkan subversi, baik terhadap norma-norma sahabat [ tabiin ], dan pengikut Nabi pasca tabiin [ tabiit moral dan sosial yang berlaku maupun al-tabiin ]) (Lihat Wahid 2014, 17–18).

150 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 Pramiyanti 2018). Selain itu, Instagram juga 2005 bab 2; Wahid 2014 bab 2). Namun mampu merekam secara baik praktik diskursif demikian, puncak popularitas Salafi mulai yang berlangsung di akar rumput ketika anti- terlihat ketika masa transisi pemerintah ke kesenangan disosialisasikan oleh Salafi. Hal ini demokrasi. Mereka yang awalnya apolitis, hanya dapat dicermati dalam kolom komentar. Sebelum fokus pada dakwah dan pendidikan, seketika membaca praktik diskursif ini, penulis melakukan mengalami transformasi mendasar ditandai seleksi lebih dahulu terhadap beberapa akun dengan munculnya kelompok paramiliter Islam yang sangat aktif menyosialisasikan anti musik seperti . Kelompok ini masuk ke melalui tagar (#) populer #musikharam dan arena politik dan menjadi gerakan Islam militan #hukummusik. Pilihan kemudian mengerucut dan radikal, dan yang paling spektakuler, mereka pada @kajianislam, @ikhwan_kendari, dan melakukan gerakan Jihad di beberapa daerah @daeng_indonesia. Ketiga akun ini terbilang konflik di Indonesia, terutama di Maluku (Hasan sangat representatif sebagai bahan diskusi karena 2005). beberapa statusnya sangat berpengaruh dalam Pasca pembubaran Laskar Jihad di tahun satu tahun terakhir di dua tagar populer tersebut, 2002, perhatian dan ketertarikan para peneliti ditandai dengan banyaknya unggahan ulang oleh untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang Salafi warganet dari Januari 2018 hingga Januari 2019. di Indonesia tampak semakin meningkat. Dari akun yang sudah dipilih, penelusuran lebih Komitmen Salafi untuk memurnikan akidah mendalam kemudian dilakukan untuk mengidentifikasi dengan cara kembali kepada al- dan hadis jumlah status anti musik yang tidak meng- sesuai model pemahaman dan praktek beragama gunakan dua tagar tersebut, serta memahami Salaf Saleh (tiga generasi Muslim pertama) atau karakteristik dan pola sosialisasi dari masing- biasa disebut manhaj Salafi, menjadi salah satu masing akun. Dengan hal ini, pola reaksi faktor utamanya. Konsekuensi dari komitmen ini sosialisasi yang ditangkap diharapkan lebih kaya mendorong mereka untuk hidup secara eksklusif dan tidak homogen. dan berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Dalam berpenampilan, misalnya, mereka Salafi dan (Anti) Fun di Indonesia memanjangkan jenggot, memakai celana yang Sejak pertengahan tahun 1980an, publik panjangnya di atas mata kaki, dan menggunakan Indonesia kembali menyaksikan pertumbuhan sorban, sementara bagi perempuan mereka gerakan Islam puritan Salafi sebagai dampak memakai jilbab atau cadar. Oleh Ahmad Bunyan dari gerakan dakwah Salafi transnasional. Wahib (2017), penampilan Salafi seperti ini Dukungan sumber daya dari Arab Saudi mampu disebut berada dalam proses puritanisasi dan membuat gerakan ini terus berkembang dan arabisasi. Memang, karakter mereka yang menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. eksklusif, menurut Noorhaidi Hasan, hanya Berdirinya Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam mampu menarik sedikit pengikut di akar rumput dan Bahasa Arab (LIPIA) pada tahun 1980 sehingga kurang begitu signifikan menimbulkan disusul dengan para alumni yang telah perubahan di masyarakat (Hasan 2010). Namun menyelesaikan studi di Timur Tengah, banyak demikian, kegagalan ini bukan berarti berperan besar terhadap berdirinya kantong- menurunkan daya tarik Salafi. Berkenaan dengan kantong dakwah Salafi, seperti halaqah dan wanita bercadar, misalnya, dari mulai pilihan daurah 3, yayasan dan (baca Hasan dan komitmen memakai cadar, kehidupan berumah tangga, hingga penggunaan internet, sudah cukup banyak di eksplorasi oleh para 3Halaqah adalah suatu forum yang membahas peneliti (Nisa 2011, 2012, 2013; Sunesti, Hasan, masalah keislaman di mana ustad atau pengajarnya dan Azca 2018). membahas suatu materi tertentu berdasarkan kitab atau buku tertentu, dan pesertanya duduk melingkar di Selain penampilan, masih banyak praktik sekitarnya, baik untuk mendengar atau bertanya suatu keseharian Salafi lain yang tidak kalah masalah. Sementara itu, daurah adalah suatu forum pentingnya, salah satunya adalah etika, sikap, sejenis workshop yang diselenggarakan dalam rentang dan praktik anti-kesenangan . Namun hal ini waktu tertentu dari mulai satu Minggu hingga satu kurang begitu mendapat perhatian dari peneliti. bulan. Dalam rentang waktu yang ditentukan, para Sebelum membahas hal ini, penting kiranya pesertanya berkumpul, tinggal di satu tempat (semacam memahami lebih dahulu makna kesenangan itu asrama), dan mengikuti semua program yang sudah didesain oleh panitia penyelenggara. (Lihat Hasan 2007, sendiri. Meminjam definisi Bayat, kesenangan 84) merupakan simbol yang merepresentasikan

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 151 ekspresi individualitas, spontanitas, dan kebugaran, Perbedaan pendapat di atas memang di mana kebahagiaan atau kegembiraan menjadi cukup menyulitkan untuk mengatakan Salafi elemen sentral. Kesenangan merujuk pada anti-kesenangan , namun hal ini bukan berarti serangkaian aktivitas yang menyenangkan, non tidak ada kesenangan yang ditolak oleh Salafi. rutin, dan terjadi tanpa direncanakan, -dari mulai Dalam beberapa studi sebelumnya, anti- main game, senda gurau, dansa, minum- kesenangan dalam Salafi selalu mendapat tempat minuman keras, terlibat dalam keahlian bermain, dalam analisis para peneliti meskipun hanya musik, seks, olahraga, hingga cara-cara khusus diuraikan secara singkat. Noorhaidi Hasan misalnya, berbicara, tertawa, hadir, atau membawakan ia menguraikan beberapa bentuk, praktik dan diri,- di mana individu berhenti sementara waktu tempat kesenangan yang ditolak oleh Salafi, dari persoalan sehari-hari, kewajiban normatif, seperti musik, teater, kafe, diskotek, klub dansa, dan kontrol yang terorganisir (Bayat 2013, 130). parfum, sinema, televisi, fotografi (Hasan 2005, 143). Hampir senada, Eva Fahrun Nisa dalam Berdasarkan definisi dan macam-macam studinya tentang Salafi bercadar menjelaskan aktivitas kesenangan di atas, mungkin agak sulit bahwa untuk menjadi Muslimah yang benar, untuk mengatakan bahwa Salafi anti-kesenangan Salafi diharuskan, salah satunya, menjauhi sepenuhnya . Dalam hal sepak bola, misalnya, berbagai bentuk aktivitas duniawi yang dapat Salafi cenderung memandang legal aktivitas ini. mengalihkan perhatian dari ketaatan dan Kajian Schwab terhadap ‘gerakan kesalehan’ di mencegah diri dari perilaku baik, seperti Kazakhstan, suatu gerakan yang banyak menonton televisi dan pergi ke tempat hiburan dipengaruhi oleh Salafi-Arab Saudi, memperlihatkan seperti kafe, bar, dan klub malam (Nisa 2012, bagaimana para elit agama mendorong anak- 370–71). anak muda dalam ‘kelompok kajiannya’ untuk main sepak bola setiap hari Minggu (Schwab Lebih spesifik lagi, Din Wahid dalam 2015). Gambaran serupa juga disajikan oleh Din disertasinya mengidentifikasi dan membatasi Wahid. Ia mengatakan, aktivitas kesenangan yang dilarang oleh Salafi “setelah salat Asar, siswa-siswa mempunyai hanya pada tiga hal, yaitu, musik, radio, dan kesempatan untuk beraktivitas sesuai televisi. (Wahid 2014, 224–26). Meskipun dilarang, keinginannya. Di pesantren-pesantren yang otoritas-otoritas Salafi memiliki perbedaan di dukung dengan fasilitas yang layak, pendapat terhadap dua media terakhir dari sisi seperti Pesantren As- di Cirebon, praktiknya. Karenanya, tidak mengejutkan ketika Pesantren Imam Bukhari di Solo, Pesantren sebagian Salafi memanfaatkan radio dan televisi Ihya Assunnah di Tasikmalaya dan Pesantren sebagai media berdakwah (Sunarwoto 2013, al-Irsyad di Tengaran, para siswa mengisi 2016; Bakti 2018). Sementara yang pertama, waktu luang mereka dengan olahraga, seperti hampir semua ulama Salafi sepakat bahwa musik bermain sepak bola dan voli.” adalah haram, kendati kurang begitu jelas (Wahid, 2014, 229–30) pelarangannya merujuk pada alat musik, lirik, Isu olahraga seperti sepak bola memang nada, lagu, budaya bermain musik, atau karena cenderung mendapat legitimasi dari otoritas dianggap membuang-buang waktu sehingga Salafi di Indonesia. Khalid Basalamah misalnya, mengabaikan tugas utama sebagai Muslim. figur Salafi kenamaan dari jaringan non-Laskar Hampir tidak ada ruang dari Salafi untuk musik, Jihad (Sunarwoto 2016, 204–7) ini mengatakan bahkan musik yang dianggap religius seperti bahwa umumnya semua olahraga yang berkaitan nasyid, yaitu, lagu berunsur keislaman yang dengan kesehatan fisik, seperti sepak bola, dinyanyikan secara akapela atau menggunakan diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan gendang. Jenis musik ini dipandang berasal dari ajaran Islam.4 Namun, pendapat ini justru tidak tradisi sufi yang penuh dengan bidah dan mendapat legitimasi dari Salafi di Arab Saudi mengandung syirik sehingga harus dilarang (Al- dan mayoritas mengharamkannya karena dianggap Albānī 1997, 181–82; Sunarwoto 2013, 208–9). permainan itu membuang-buang waktu dan tidak Memang, lagu religius diperbolehkan namun ada manfaatnya (Shavit dan Winter 2011; dengan catatan (a) Tidak disertai dengan alat Solomon 2014; Mason 2017) musik kecuali rebana yang hanya dapat dimainkan di pesta pernikahan, (b) Dinyanyikan 4Lihat Kebumen Mengaji. 2017. “HUKUM secara spontan tanpa ritme, (c) Tidak nonton SEPAK BOLA | Piala Dunia, Liga Champions, menyebabkan seseorang berpikir bahwa dia akan FIFA 2018 - DR.Khalid Basalamah,MA.” YouTube. mendapat keuntungan hanya dari musik, serta (d) 2017. https://www.youtube.com/watch?v=SGii0MKj9S4.

152 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 Tidak bertentangan dengan syariah (Sunarwoto Pendapat Wahid di atas memberi 2013, 206–9; Wahid 2014, 224). Syarat ini pemahaman bahwa doktrin anti-kesenangan mungkin sangat menyulitkan bagi setiap orang bukan berarti tanpa ada negosiasi di dalamnya. yang ingin bernyanyi. Namun yang jelas, bagi Bagi mereka yang masih kecil atau baru Salafi, tidak ada lagu atau musik Islami. Para berhijrah, menghilangkan hobi dan aktivitas- pengikut Salafi lebih dianjurkan untuk aktivitas menyenangkan seperti yang sering mendengarkan murattal atau bacaan al-Qur’an, dilakukan sebelumnya tetap membutuhkan hadis, dan doa-doa daripada mendengarkan atau waktu dan usaha keras. Hal ini ditegaskan dalam bahkan bermain musik. Dengan kata lain, studi Yuyun Sunesti, Hasan, dan Najib Azca pelarangan terhadap musik tampak lebih yang menganalisis anak-anak muda bercadar di menonjol dan hampir disepakati oleh semua Surakarta. Responden mereka membenarkan otoritas Salafi. bahwa untuk menjadi Muslim seutuhnya sesuai dengan manhaj Salafi, mereka butuh waktu dan Tidak sebatas doktrin, anti-kesenangan usaha keras agar dapat mengurangi secara juga berlaku dalam keseharian Salafi. Gambaran bertahap hobi dan aktivitas-aktivitas kesenangan ini dapat dilihat sejak awal mula generasi Salafi yang sering dilakukan sebelumnya, seperti baru lahir di Indonesia. Ja’far Umar Thalib dan mendengarkan musik, menonton televisi atau Yazid Abdul Qadir menjadi dua figur utama film, pergi ke ruang publik atau tempat hiburan yang paling keras mensosialisasikan doktrin anti- seperti kafe. Sebagai gantinya, mereka berusaha kesenangan ala Salafi. Kedatangan mereka mendengarkan bacaan al-Quran di kaset dan berdua di Pesantren al-Irsyad Tengaran pada menghadiri pengajian-pengajian Salafi (Sunesti, tahun 1989 pasca menempuh studi Timur Hasan, dan Azca 2018, 190–94). Tengah, telah memberi perubahan signifikan pada kehidupan siswa di pesantren maupun di Dari paparan di atas, memang begitu rumah saat liburan. Banyak orang tua siswa banyak bentuk dan praktik kesenangan yang terkejut dan protes ke pihak pesantren ketika dilarang oleh Salafi. Karenanya, dalam artikel ini melihat perilaku anak mereka yang aneh karena penulis membatasi anti-kesenangan hanya pada membuang gambar di dinding, tidak mau bentuk dan praktik yang berkaitan dengan musik. mendengarkan radio dan menonton televisi Pilihan ini didasarkan pada popularitas dan (Hasan 2005, 68–73). konsistensi pelarangan musik, baik berkenaan dengan doktrin maupun praktik keseharian. Anti- Deskripsi serupa juga disajikan oleh Din musik juga menjadi sesuatu yang paling jelas Wahid ketika menganalisis seberapa berpengaruh sering disosialisasikan oleh Salafi dalam setiap manhaj Salafi pada perilaku siswa di Pesantren kesempatan dakwahnya, seperti di radio dan Salafi. Dalam deskripsinya, para siswa tidak media sosial, di banding bentuk dan praktik diperbolehkan untuk menonton televisi, membaca kesenangan lain seperti menonton televisi, film, majalah, mendengarkan radio, atau membawa video, atau merokok dan mendengarkan radio. alat elektronik lain seperti ponsel dan MP4 Melanjutkan kajian Sunarwoto (2013, 207–9) player atau pemutar musik. Jenis pemutar musik yang membahas sosialisasi anti-musik di radio, lainnya seperti Walkman dan MP3 player bagian berikut akan membahas sosialisasi anti- diperbolehkan hanya untuk tujuan tertentu, yaitu, musik yang dilakukan oleh Salafi di media sosial mendengarkan bacaan al-Quran dan dakwah Instagram. Salafi, karena para siswa dibiasakan hidup sesuai

dengan, atau untuk mematuhi, manhaj Salafi. Sosialisasi Anti-musik di Instagram: Tagar Namun, ada yang menarik dari analisis Wahid dan Akun-Akun Utama bahwa doktrin Salafisme terkait anti-kesenangan tidak begitu berpengaruh pada siswa sekolah Media sosial dewasa ini sudah menjadi dasar (SD). Menurutnya, etika anti-kesenangan bagian penting dalam kehidupan masyarakat dalam hal musik atau menyanyi dan menonton Indonesia. Sebagai negara mayoritas Muslim, televisi mulai tampak pengaruhnya pada siswa media-media seperti Facebook, Twitter, Whats- sekolah menengah di Madrasah Tsanawiyah atau App, Instagram, Youtube, sering kali Madrasah Aliyah. Hal ini disebabkan karakter dimanfaatkan oleh para elit agama, individu dan anak-anak yang masih suka bermain dan hiburan komunitas Muslim, serta masyarakat Muslim (Wahid 2014, 229–33). secara general, untuk kepentingan agamanya, baik sebagai media dakwah maupun untuk mengekspresikan religiusitasnya (lihat misalnya,

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 153 Weng 2018; Lengauer 2018; Nisa 2018b, 2018a; Islam juga banyak yang mendukung larangan Husein dan Slama 2018; Baulch dan Pramiyanti merokok. 2018). Kendati sudah cukup banyak yang Tabel 1* mengeksplorasi persoalan ini, pemanfaatan No Nama Tagar Jumlah Kiriman Status media sosial oleh Salafi masih tampak minim 1 #musikharam 19.967 sekali menjadi subjek penelitian dibanding 2 #hukummusik 3.468 internet (Nisa 2013; Iqbal 2017) dan radio 3 #rokokharam 8.410 (Sunarwoto 2013, 2016). Dalam bagian ini akan 4 #hukumrokok 1.083 coba dibahas lebih jauh bagaimana Salafi * Data diperoleh dari fitur “ search ” di Instagram dan memanfaatkan media sosial Instagram untuk diperbarui pada tanggal 25 Januari 2019 mensosialisasikan anti-musik. Dari dua tagar populer #musikharam dan Instagram merupakan salah satu media #hukummusik, olahan data yang disajikan dalam penting bagi Salafi untuk memperkuat tulisan ini lebih dominan berasal dari #hukum- ‘kekuatan paradigma’ yang mendukung otoritas musik. Selain alasan untuk mempermudah analisis, mereka dalam persoalan agama. Paradigma yang sebagian besar dari status dalam #hukummusik dimaksud adalah kembali kepada al-Quran dan juga menggunakan #musikharam . Hal ini bisa hadis dengan mengikuti model Salaf Saleh dicermati dalam tiga akun utama @kajianislam , (manhaj Salafi). Disebut memperkuat karena @ikhwan_kendari , dan @daeng_ indonesia . paradigma ini masih terbilang lemah sebab kerap Dari sisi pengikut, ketiganya memang tampak berbenturan dengan pandangan Muslim pada timpang untuk dijadikan sebagai bahan diskusi. umumnya sehingga kurang begitu berpengaruh Akun @ kajianislam misalnya, jumlah pengikutnya di masyarakat. Di masyarakat , mencapai lebih dari 2 juta. Hal ini jauh berbeda misalnya, tidak begitu banyak yang tertarik dengan akun @ ikhwan_kendari (100 ribuan untuk bergabung dengan Salafi (Hasan 2010). pengikut) yang hanya di kisaran angka lima Oleh sebab itu, dengan bantuan Instagram, Salafi persen dan akun @ daeng_indonesia di kisaran dapat terus menyosialisasikan paradigmanya dua persen (47 ribuan pengikut) dari sedemikian rupa agar diterima oleh khalayak @kajianislam. Namun, jumlah pengikut bukan umum. Anti-musik menjadi bagian penting dari menjadi satu-satunya pertimbangan utama dalam paradigma Salafi dalam sosialisasi ini. Anggota tulisan ini, melainkan juga jumlah penonton, Salafi yang aktif di Instagram cukup masif dalam penyuka, pengomentar, pengunggah ulang status menyebarluaskan pemahaman anti musik. Akun- yang ketiga akun tersebut telah mengunggahnya, akun Salafi banyak menjadi kontributor utama serta kontribusi ketiga akun terhadap sosialisasi dalam beberapa tagar (#) populer, seperti anti-musik yang disebarkan melalui dua tagar #musikharam dan #hukummusik. Secara populer, #musikharam dan #hukummusik. keseluruhan, jumlah kiriman status yang ada Dalam satu tahun terakhir, ketiganya dalam dua tagar tersebut cukup signifikan, yaitu, cukup aktif dalam mengunggah status penolakan 23.435 kiriman status. musik dengan bantuan dua tagar tersebut, baik Memang tidak semua kiriman status dalam bentuk gambar atau foto maupun video berisi penolakan musik, namun yang mendukung pendek. Untuk @kajianislam, kurang lebih ada kebolehan musik tidak sebanding dengan yang 17 status dari 22 status penolakan musik yang menolak musik. Selain musik, memang ada diunggah mulai 11 Februari 2018 hingga 24 banyak kesenangan lain yang ditolak oleh Salafi, Januari 2019. 5 Proporsi lebih dari 70% ini seperti menonton televisi, mendengarkan radio, hampir serupa dengan @ikhwan_kendari. Hanya menggambar atau menempel gambar, dan saja, jumlah statusnya lebih sedikit dibanding merokok. Namun sosialisasi yang dilakukan @kajianislam , yaitu, ada 6 dari 8 status yang tidak begitu masif seperti halnya anti-musik. diunggah dari 19 April 2018 hingga 2 Januari Larangan merokok mungkin cukup populer jika dilihat melalui tagar #rokokharam dan #hukumrokok (lihat Tabel 1). Namun yang perlu 5Secara keseluruhan, 22 status penolakan dicatat, penolakan rokok bukan terbatas berasal musik yang diunggah oleh akun kajianislam telah dari Salafi. Beberapa organisasi Islam lain, disukai sebanyak 252.018 kali dan dikomentari sebanyak 8.380 kali. Khusus video telah ditonton seperti sebagian dari organisasi , sebanyak 157.744 kali. Data ini diperbarui pada tanggal turut menyuarakan hal yang sama, bahkan di luar 25 Januari 2019, selengkapnya buka https://www. instagram.com/kajianislam/

154 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 2019. 6 Hal ini berbeda dengan @daeng_ unggahan ulang dari status @kajianislam. Salah indonesia yang mana semua status anti musik satu status yang paling banyak diunggah ulang yang diunggah dari 30 Juni 2018 hingga 17 adalah video pendek yang di dalamnya terdapat Januari 2019 disebarluaskan dengan bantuan dua caption, “Astaghfirullah! Musik Metal Hasanah ”, tagar tersebut, total ada 13 status. 7 dengan gambar utama sebelum video di putar adalah Ustadz Abdul Somad dan wanita Semua status dari ketiga akun tersebut bercadar, diunggah pada 19 April. 10 Status ini mungkin dapat dikatakan tidak begitu signifikan telah diunggah ulang sebanyak 59 kali hingga pengaruhnya jika hanya dilihat dari jumlah status pertengahan Januari 2019 (lihat Tabel 3). penolakan musik. Namun melalui bantuan tagar , Beberapa akun Salafi lain dengan pengikut yang ketiganya mempunyai andil besar dalam besar jumlahnya ikut mengunggah ulang video sosialisasi anti musik di Instagram. Sebagian ini, antara lain; majelis_tauhid (19 April) ,11 besar status dari masing-masing akun sering kali alghuraba.id (21 April) ,12 dan pejuangtauhid212 diunggah ulang oleh akun-akun Salafi lainnya. (6 Juli) 13 . Bahkan, status yang diunggah pada tahun 2017 masih populer hingga akhir 2018. Ini terjadi Status @daeng_indonesia mungkin paling pada status @kajianislam yang unggahan sedikit unggahan ulangnya meski jumlah status gambarnya berisi hadis riwayat (HR) Bukhari tentang penolakan musik lebih banyak dibanding nomor 5590, yaitu, “Sungguh akan ada sebagian @ikhwan_kendari (lihat Tabel 4) . Sedikitnya dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, jumlah unggahan ulang ini bukan berarti akun ini minuman keras, dan alat-alat musik ”, dan tepat tidak populer. Video pendeknya berisi ceramah di atas kutipan hadis tertulis “Ketika Nafsu Khalid Basalamah yang diunggah pada 17 Sudah Berbicara, Yang Haram dianggap Januari 2019 14 telah berhasil menarik perhatian Halal ”.8 Gambar yang diambil dari situs internet 15 akun Salafi untuk mengunggah ulang dengan bimbinganislam.com tersebut diunggah ulang caption atau keterangan yang sama. Akun dengan caption yang sama oleh akun yang pengunggah ulang yang cukup populer adalah mempunyai lebih dari seratus ribu pengikut pada @mediasharedakwah yang mengunggah ulang 18 Desember 2018, sutrisno_sudarsono. 9 Berkat pada hari yang sama. 15 unggahan ulang ini, status @kajianislam pada Dari uraian di atas, dapat dipahami 2017 masih terus populer sampai Januari 2019 bagaimana tagar mampu menjadi alat bantu hingga unggahan ulang mencapai 64 kali. Masih sosialisasi yang efektif, kendati jumlah status banyak status lain yang diunggah ulang dan tidak dari masing-masing akun tidak begitu banyak. mungkin di uraikan semua di sini (lihat Tabel. 2). Semua saling terhubung satu sama lain melalui Selain @kajianislam, akun @ikhwan_ tagar sehingga pola sosialisasi tampak begitu kendari dan @daeng_indonesia juga mengalami masif. Dan yang perlu dicatat, akun-akun yang hal yang sama . Akun ikhwan_kendati terbilang dibahas dalam tulisan ini, kecuali @ikhwan_ menarik karena kontennya cukup kontroversial. kendari, juga mengunggah ulang status dari akun Kendati hanya 8 status penolakan musik, Salafi lainnya, seperti @kajianislam (14 unggahan ulang dari statusnya hampir menyamai

6Dari seluruh 8 video yang diunggah, ikhwan_kendari berhasil menyedot perhatian publik dengan total keseluruhan ditonton sebanyak 211.415 kali, disukai 11.312 kali, dan dikomentari 2.543 kali. Data diperbarui pada tanggal 25 Januari 2019, selengkapnya 10 https://www.instagram.com/p/Bhvt5CDhpgK buka https://www.instagram.com/ ikhwan_kendari/ /?utm_source=ig_web_copy_link 7Secara keseluruhan, jumlah penonton dari 11 https://www.instagram.com/p/BhwF08sB4O video dan gambar yang diunggah oleh daeng_indonesia X/?utm_source=ig_web_copy_link mencapai 61.241, disukai 10.693, dan dikomentari 388. 12 https://www.instagram.com/p/Bh0- Data diperbarui pada tanggal 25 Januari 2019, vCyBoNo/?utm_source=ig_web_copy_link selengkapnya buka https://www.instagram.com/daeng_ 13 https://www.instagram.com/p/Bk4q6tFhkGJ/ indonesia/ ?utm_source=ig_web_copy_link 8https://www.instagram.com/p/Bc6ce4AnHva/ 14 https://www.instagram.com/p/Bst9uPwnCPe/ ?utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link 9https://www.instagram.com/p/BrhcsJRHBH_/ 15 https://www.instagram.com/p/Bst_JlgH8mQ/ ?utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 155 Tabel 2 Status Penolakan Musik @Kajianislam yang Diunggah Ulang* Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah No Jenis Tanggal Unggah Views Likes Unggah Komentar (Ditonton) (Disukai) Ulang** 1 Gambar 20 Desember 2017 24.965 488 64 2 Gambar 25 April 2 018 10.254 417 9 3 Gambar 23 September 2018 8.611 251 11 4 Gambar 30 September 2018 9.228 132 8 5 Video 06 Oktober 2018 157.744 14.313 762 26 6 Gambar 12 Oktober 2018 3.787 47 10 7 Gambar 17 Oktober 2018 7.187 62 11 8 Gambar 16 Desember 2018 14 .165 1.204 5 *D ata diperbarui pada tanggal 25 Januari 2019. **Data unggahan ulang hanya diolah dari tagar #hukummusik di Instagram

Tabel 3 Status Penolakan Musik @Ikhwan_Kendari yang Diunggah Ulang* Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah No Jenis Tanggal Unggah Views Likes Unggah Komentar (Ditont on) (Disukai) Ulang** 1 video 19 April 2018 49.686 3.131 810 59 2 video 23 Juni 2018 21.672 1.265 295 10 3 video 31 Desember 2018 14.797 1.972 194 6 4 video 02 Januari 2019 15.227 1.345 266 12 *Data diperbaru i ulang pada tanggal 25 Januari 2019. **Data unggahan ulang hanya diolah dari tagar #hukummusik di Instagram Tabel 4 Status Penolakan Musik Daeng_Indonesia yang Diunggah Ulang* Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah No Jenis Tanggal Unggah Views Likes Unggah Komentar (Ditonton) (Disukai) Ulang** 1 video 13 Juli 2018 14.083 1.232 53 9 2 video 11 Oktober 2018 3.934 593 3 3 video 23 Desember 2018 11.119 1.363 110 22 4 video 26 Desember 2018 9.129 1.257 16 7 5 video 17 Jan uari 2019 10.943 1.276 6 15 *Data diperbarui ulang pada tanggal 25 Januari 2019. **Data unggahan ulang hanya diolah dari tagar #hukummusik di Instagram

November 2018) 16 yang mengunggah ulang Selain pengaruhnya yang demikian besar gambar dari akun @ salaf. ittiba (25 Oktober dalam sosialisasi anti musik, terutama pada 2018) 17 , dan status @daeng_ indonesia (26 akun-akun Salafi lainnya, ada faktor lain Agustus 2018) 18 dari gambar yang diunggah oleh mengapa @kajianislam , @ikhwan_kendari , dan akun @ arnettabsyar (7 Agustus 2018). 19 @daeng_indonesia layak untuk dipahami lebih jauh. Ketiganya mempunyai kecenderungan masing-masing meski ditemukan beberapa status unggah ulang dari akun lain. Akun @kajian- 16 https://www.instagram.com/p/BqJ6IvWBJiR islam, misalnya, lebih dominan memakai gambar /?utm_source=ig_web_copy_link dibanding video pendek. Dari semua status yang 17 https://www.instagram.com/p/BpXBUQTnI diunggah oleh @kajianislam (2018-2019), hanya wN/?utm_source=ig_web_copy_link satu video yang diunggah (06 Oktober 2018) dan 18 https://www.instagram.com/p/Bm7FgG1HY selebihnya adalah gambar. Menariknya, satu JY/?utm_source=ig_web_copy_link 19 video pendek yang berisi kombinasi ceramah https://www.instagram.com/p/BmKCOGphQ ustadz-ustadz Salafi dengan tulisan dalam video QR/?utm_source=ig_web_copy_link

156 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 di bagian bawah “tidak ada musik religi atau situs internet lainnya, memang kadang musik Islami, semua musik haram dalam Islam” , ditampilkan oleh @kajianislam dalam menulis cukup banyak menyedot perhatian akun lain caption atas foto yang diunggah, seperti status untuk menonton, menyukai, mengomentari, pada tanggal 1 Juli 2018 yang mengutip artikel hingga mengunggah ulang video ini (lihat tabel. dari website Rumaysho.com.23 2). 20 Akun @ekopratamasanjaya tercatat sebagai Penjelasan di atas menunjukkan bagai- pengunggah ulang terpopuler. Diunggah pada mana sosialisasi anti musik yang ditampilkan tanggal 17 Desember 2018, total jumlah penonton oleh @kajianislam bergandengan erat dengan video pendeknya mencapai angka 13.035, preservasi kuasa. Pengelola akun tersebut disukai 1.282 akun, dan dikomentari sebanyak berusaha memperkuat paradigma manhaj Salafi 100 kali. Salah satu akun berkomentar dalam untuk mendukung otoritas figur-figur Salafi status @ ekopratamasanjaya , seperti kata yang dianggap otoritatif dalam persoalan agama. @rumahgrosiribxxx , Dalam pengertian sederhana, seorang figur “Masya Allah tabarokallah.. Semoga Allah sudah dinilai mempraktikkan manhaj Salafi sehatkan beliau2 yg menegakkan sunnah dan dengan baik. Dalam @kajianislam, dukungan mngajarkan islam sebagaimana yg rosul terhadap figur-figur Salafi tampak dilakukan 21 bawa dan ajarkan. Aamiin.” secara tidak langsung, kecuali status yang Dominasi gambar yang diunggah oleh diunggah pada 17 April 2018 (Maududi @kajianislam mencerminkan karakter khas jika Abdullah), 24 30 September 2018 (Yulian dilihat lebih cermat konten gambarnya. Purnama), 25 dan 20 Oktober 2018 (Yazid bin Sosialisasi anti musik yang cenderung bersifat Abdul Qadir Jawwas). 26 Ketiga status ini doktrinal, ajakan, renungan, serta kiat-kiat langsung mencantumkan nama figur Salafi menjauhi musik, tampak selalu disandarkan pada dalam gambar yang diunggah. Kendati berusaha sumber utama Islam, al-Quran dan Hadis, serta memperkuat manhaj Salafi dengan menampilkan pandangan Salaf Saleh. Hal ini dapat dilihat dari langsung sumber utama Islam dan pandangan status yang diunggah pada 11 Februari, 17 dan Salaf Saleh, ilustrasi gambar yang demikian 25 April, 16 Juni, 1 dan 14 Juli, 7 Agustus, 8 dan dominan dalam @kajianislam tetap saja tidak 23 September, 12 Oktober, 14 November, 10 dapat dilepaskan dari internet atau tepatnya dan 15 Desember 2018, serta 1 dan 24 Januari situs-situs internet tertentu yang dikelola oleh 2019. Namun demikian, usaha penyandaran figur-figur Salafi. Internet menjadi sumber langsung ini bukan berarti akun ini langsung penting dalam sosialisasi anti-musik dan merujuk pada sumber utamanya. penguatan paradigma manhaj Salafi yang dilakukan oleh @kajianislam di Instagram. Dari status lain (bukan tentang musik) yang diunggah pada 5 Desember 2018, pengelola Apa yang dilakukan oleh @kajianislam @kajianislam dengan tegas menyatakan bahwa, sangat jauh berbeda dengan akun @ikhwan_ sebagian caption yang ditulis diambil dari situs kendari dan @daeng_indonesia, meskipun internet yang menurutnya ilmiah dan dapat orientasinya juga sama , yaitu, memperkuat dipertanggungjawabkan isinya sebab berdasarkan paradigma manhaj Salafi. Perbedaan keduanya al-Quran dan Sunnah, seperti website atau situs dengan @kajianislam terletak pada preferensi internet Konsultasisyariah.com yang dikelola unggahan status berupa video pendek dibanding oleh Ammi Nur Baits, website Rumaysho.com gambar. Namun, ada dua poin yang membedakan oleh Muhammad Abduh Tuasikal, dan website antara @ikhwan_kendari dan @daeng_indonesia . Muslimafiyah.com oleh Raehanul Bahraen. 22 Pertama, kontinuitas pemakaian video pendek. Dalam konteks sosialisasi anti musik, beberapa Akun @ikhwan_kendari lebih konsisten memakai situs internet tersebut, di samping masih banyak video dalam menyosialisasikan keharaman

20 https://www.instagram.com/p/BolK- 23 https://www.instagram.com/p/Bkra_2ZHzdi/ JnHs6Y/?utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link 21 Data diperbarui pada tanggal 23 Januari 24 https://www.instagram.com/p/Bhqma2Hnf9y 2019. Kemungkinan berubah sebab popularitas video /?utm_source=ig_web_copy_link ini. Lihat https://www.instagram.com/p/BrfU1D8gMlc/ 25 https://www.instagram.com/p/BoVL- ?utm_source=ig_web_copy_link uxHPtp/?utm_source=ig_web_copy_link 22 https://www.instagram.com/p/Bq_llndBIgL/? 26 https://www.instagram.com/p/BpJb9zmHoul/ utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 157 musik kendati hanya delapan video yang atau berselawat, atau potongan ceramah figur diunggah sepanjang tahun 2018 dan awal tahun Muslim kenamaan seperti Abdul Somad yang 2019. Sementara dari 13 status penolakan musik menjelaskan status dependensi hukum kebolehan yang diunggah oleh @daeng_indonesia, ada dua musik. 30 Kemudian, di bagian bawah dalam foto dan gambar yang diunggah pada bulan yang setiap video selalu disertasi dengan kalimat berbeda, 19 Juli 2018 27 dan 26 Agustus 2018. 28 kritik dan berpotensi mengundang tensi panas bagi penonton yang tidak menolak musik dan Kedua, konten video. Selain bersifat selawat. Beberapa kalimat itu antara lain, doktrinal, karakter sosialisasi @daeng_indonesia “Sholawatan Mantul (Mantap Bahlul) ”, 31 “Yaa lebih cenderung mengajak untuk mendekatkan Banana, Musik dan Joget Berkedok Sholawat ”, 32 diri kepada al-Quran dibanding musik. Al-Quran “Enaknya di Jamaah Tabligh ”33 . Semua kalimat diposisikan secara vis a vis dengan musik. Selain ini ditujukan secara langsung pada individu dan itu, berbeda dengan @kajianislam yang langsung kelompok Islam yang tidak menolak musik menampilkan sumber utama Islam dan dan/atau selawat. Tidak sebatas itu , di setiap pandangan Salaf Saleh, konten video @daeng_ detik jalannya video terkadang juga disertai indonesia lebih banyak menampilkan secara komentar-komentar pedas bahkan justifikasi langsung suara atau ceramah dari ustadz-ustadz terhadap figur yang ada dalam video. Video Salafi di Indonesia yang menolak musik. Semua yang di bagian bawahnya ditulis “Yaa Banana ”, video yang diunggah umumnya diambil dari misalnya, wajah Syaikh Hisyam Kabbani, akun-akun resmi di YouTube milik figur-figur seorang sufi Muslim Lebanon-Amerika dan Salafi ternama di Indonesia, seperti Khalid pimpinan tarekat Naqshbandi-Haqqani yang Basalamah Official , Syafiq Riza Basalamah berpusat di Amerika (lebih lengkap baca Official , dan Studio Badr TV. Dari 11 video yang Makhasin 2015), dilingkari warna merah dan di diunggah, lima video berisi suara dan ceramah atasnya tertulis kalimat “ Hisyam Kabbani, Khalid Basalamah (2 dan 13 Juli 2018, 28 Dedengkot Sesat Sufi Tarekat Naqsyabandiyah ”. Agustus 2018, 11 Oktober 2018, 17 Januari 2019), disusul oleh Syafiq Riza Basalamah di Karakter agresif yang dipresentasikan dua video (23 dan 26 Desember 2018), serta oleh @ikhwan_kendari memberi pemahaman Firanda Andirja (17 Oktober 2018) dan bagaimana model penguatan paradigma manhaj Muhammad Abduh Tuasikal (13 September Salafi yang berbeda dengan dua akun sebelumnya. 2018) masing-masing satu video. 29 Dua video Bukan internet bukan pula video pendek berisi sisanya berisi kisah mantan musisi yang tobat suara atau ceramah figur Salafi sebagai sumber (23 Juli 2018) dan peristiwa rukiah terhadap utama sosialisasinya. Anti-musik yang disosialisasikan penyuka musik metal (30 Juni 2018). Dari berpijak pada fenomena sosial yang sedang dominasi video suara dan ceramah ini, penguatan berlangsung seperti konser musik atau selawat paradigma manhaj Salafi dan dukungan terhadap bersama, kemudian dijustifikasi sebagai bentuk otoritas figur-figur Salafi tampak berjalan secara bidah dan tasyabuh (menyerupai) kaum Nasrani beriringan dalam sosialisasi anti musik. dan kaum kafir, serta penghalalan dari yang sudah diharamkan. Semua justifikasi ini juga Konten sosialisasi anti musik @kajian didasarkan pada al-Quran dan hadis, serta islam dan @daeng_indonesia tampak sangat pandangan para Salaf Saleh. berbanding terbalik dengan video yang diunggah oleh @ikhwan_kendari. Akun terakhir ini lebih banyak mengunggah video editan dan kombinasi dari beberapa video lain. Semua video umumnya berisi kombinasi dari aktivitas individu dan/atau 30 https://www.instagram.com/p/BsC- kelompok Islam lain yang sedang bermain musik V3VnjtN/?utm_source=ig_web_copy_link 31 https://www.instagram.com/p/BpyvHCBHM R7/?utm_source=ig_web_copy_link 27 https://www.instagram.com/p/BlajfRanHWc/ 32 Dua kata pertama, Yaa Banana merupakan ?utm_source=ig_web_copy_link sindiran keras terhadap judul selawat Yaa Hanana yang 28 https://www.instagram.com/p/Bm7FgG1HY dipopulerkan oleh Habib Syekh bin Abdul Qadir JY/?utm_source=ig_web_copy_link Asssegaf. 29 Semua ustadz Salafi dalam video yang https://www.instagram.com/p/BkXpz5ghgbU/?utm_sou diunggah oleh akun @ daeng_indonesia mayoritas rce=ig_web_copy_link adalah jaringan Salafi non-Laskar Jihad. (Sunarwoto 33 https://www.instagram.com/p/BphN_05n6a 2016, 204–7). U/?utm_source=ig_web_copy_link

158 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 Respons Warganet Instagram 34 Salah satu contohnya dapat dilihat pada respons yang muncul atas status @kajianislam Mengapa musik diharamkan? Bagaimana yang diunggah pada 25 April 2018.35 Konten dengan musik yang mengandung nilai-nilai gambar beserta caption-nya sudah menampilkan dakwah? Dua pertanyaan umum dan mendasar banyak sekali hujah (alasan) agama dari mulai ini seolah tidak pernah lepas dalam proses HR. Bukhari nomor 5590, sahabat Nabi seperti sosialisasi anti musik. Pertanyaan tersebut Ibn Mas’ud (w. 652 M.), hingga pendapat ulama mungkin sudah dijawab secara langsung oleh Salaf Saleh seperti Imam An-Nawawi (w. 1277 figur-figur Salafi yang mengharamkan musik M) (lihat Gambar 1 ). Statusnya juga disukai melalui berbagai media, seperti literatur, lebih dari 10.000 akun dan diunggah ulang internet, radio, ceramah, atau lebih khususnya sampai sembilan kali termasuk oleh dalam status-status yang diunggah oleh @kajianislam sendiri pada tanggal 10 Desember @kajianislam, @ikhwan_kendari, dan @daeng_ 2018. 36 indonesia. Namun, serapan masyarakat tetaplah berbeda dari semua sumber itu. Memang sebagian ada yang mengamini, namun sebagian juga banyak yang masih bertanya-tanya, ragu- ragu, atau bahkan menolak semua pandangan anti musik yang disosialisasikan oleh Salafi. Semua berdiskusi satu sama lain baik antar sesama komentator maupun langsung dengan pengelola akun di kolom komentar. Bantuan tagar dan karakter sosialisasi seperti diuraikan di bagian sebelumnya ikut mendorong munculnya keragaman respons di masyarakat. Bagian ini akan membahas lebih Gambar 1 Gambar di screenshot pada tanggal 25 Januari 2019 detail bagaimana respons masyarakat online atau dari akun warganet terhadap sosialisasi anti musik dari Salafi. Berhubung jumlah komentar yang Sumber: https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ muncul sangat banyak sekali dari masing-masing ?utm_source=ig_web_copy_link akun, penulis hanya akan mengambil contoh dari Namun, tetap saja status ini menimbulkan berbagai komentar yang paling sering muncul. permintaan argumen dari warganet. Beberapa Dalam hal ini, keterhubungan logis antara akun seperti @laura. ningxxx dan @ngingu. kecenderungan karakter sosialisasi dengan bexxx adalah dua dari banyak akun lainnya yang komentar akan coba dipahami dengan baik. mengajukan pertanyaan agak senada. Akun Bentuk respons yang muncul secara @laura.ningxxx bertanya disertai dengan general dapat diklasifikasikan menjadi tiga. pernyataan bernada peringatan, “musik haram, di Pertama, permintaan argumen. Argumen adalah mananya? Jangan gampang haramin sesuatu salah satu respons umum yang sering diminta kalo ga jelas alasannya, bisa timbul perpecahan oleh masyarakat ketika mengomentari status umat ”. Sementara @ngingu.bexxx lebih fokus anti-musik. Kejelasan dan kelengkapan referensi pada elemen musik apa yang menjadi sebab anti-musik bukan berarti menghilangkan rasa utama musik diharamkan, “ apa yang haram dari penasaran warganet untuk mengetahui sebab- musik?? alatnya? nadanya? Liriknya? Lagunya? musabab diharamkannya musik. Demikian pula Pemain alatnya? Atau keseluruhan musik itu? 37 tidak peduli berapa jumlah status anti-musik dari Ngga paham... ada yg bisa jelasin .” Dua @kajianislam, @ikhwan_kendari, dan @daeng_ pertanyaan ini mungkin sudah sangat jelas dan indonesia, yang sudah diunggah di Instagram. dapat dipahami dengan baik oleh semua pembaca. Tampak sama jelasnya dengan

35 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ 34 Berdasarkan masukan dari reviewer dan ?utm_source=ig_web_copy_link demi kenyamanan pemilik akun, nama akun warganet 36 https://www.instagram.com/p/BrNHjbyBe6Z yang dijelaskan dalam subbab ini disensor tiga kata /?utm_source=ig_web_copy_link akhirnya, misalnya, @aflahalmisbah menjadi 37 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ @aflahalmisxxx ?utm_source=ig_web_copy_link

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 159 berbagai dalil yang dijadikan acuan untuk Karena tidak puas, @ ngingu.bexxx kemudian mengatakan musik adalah haram. Namun bertanya lagi, “terus apa karena musik jadi demikian, @ laura.ningxxx dan @ ngingu.bexxx maksiat[?] ”. Bukannya menjawab pertanyaan ini tampak belum puas dengan semua dalil yang dengan tegas, @anton_suhantxxx justru bertanya dipresentasikan oleh akun @kajianislam dalam balik, “ apakah antum mati tanpa musik?”. status berbentuk gambar. Sebagai hasil respons ini, proses dialog kemudian semakin berjalan emosional. @ ngingu. bexxx yang Segera setelah dua pertanyaan itu pada awalnya berangkat dari nalar logis berubah muncul, banyak akun lain yang tampak tertarik menjadi agak kesal dan langsung memaparkan untuk menanggapinya. Tanggapannya memang dalil al-Qur`an tentang cara berdakwah yang tampak bervariasi. Sebagian mendukung pelarangan baik (QS. An-Nahl 16: 125). musik, sebagian bingung status hukum musik, dan sebagian lain belum tahu dan belum puas Aksi menimbulkan reaksi. @anton_ atas hukum haramnya musik. Akun bernama suhantxxx pun ikut mengutip QS. Al-Baqarah @alzoxxx misalnya, menanggapi komentar dari ayat 42 dan 208, yang secara tidak langsung akun @ngingu.bexxx, ia agak sedikit bingung berusaha menasihati @ ngingu.bexxx agar patuh dengan status keharaman musik mengingat terhadap ketetapan hukum haramnya musik. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari dulu Dalam perdebatan ini, @ ngingu.bexxx dan hingga sekarang belum menerbitkan fatwa @anton_suhantxxx tidak sendirian. Keduanya perihal keharamannya (lihat Gambar. 2 38 ). mempunyai pendukung dari akun-akun lain yang telah tertarik untuk ikut serta dalam menanggapi komentar @ ngingu.bexxx di status unggahan @kajianislam. Akun @ngingu.bexxx dibantu oleh akun-akun lain seperti @ferdixxx dan @aloenk_andxxx , sementara @anton_suhantxxx dibantu oleh akun-akun lainnya seperti @ibnu. rusxxx, @nurkholifxxx, @sitirahxxx. 39 Masih di status @kajianislam, perdebatan serupa juga terjadi di kolom komentar lain, khususnya menanggapi pertanyaan @laura. ningxxx. Mengamini hadis yang terdapat dalam gambar unggahan @kajianislam, akun @1998.xxx menegaskan bahwa yang diharamkan adalah alat musik, kecuali rebana yang hanya boleh dimainkan pada kondisi tertentu. Namun ketika ditanya balik oleh @laura.ningxxx perihal alasannya, @1998.xxx malah menegaskan bahwa dia tidak tahu mengapa diharamkan karena semuanya adalah sabda Rasulullah yang harus ditaati. Jawaban @ 1998.xxx yang disertai dengan nasihat pada akhirnya semakin menambah Gambar 2 ketidakpuasan @ laura.ningxxx . Sebagai efeknya, Gambar di screenshot pada 12 Oktober 2019 @laura. ningxxx justru menasihati balik dari akun @kajianislam . @1998.xxx agar mau berpikir lebih mendalam Berbeda dari @ alzoxxx, akun @anton_ lagi dalam menerima dan menyampaikan suatu suhantxxx justru berusaha mendukung status persoalan, sebab al-Qur’an sendiri menyuruh manusia untuk berpikir berulang kali. Berikut keharaman musik ketika menanggapi pertanyaan 40 dari @ngingu.bexxx. Akun @ anton_ suhantxxx dialog singkatnya, bahkan langsung mengutip Quran surat (QS) Al- Ahzab 33:36 sebagai landasan argumennya .

38 Gambar diambil dari komentar dalam status 39 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ @kajianislam pada 25 April 2018 https://www. ?utm_source=ig_web_copy_link instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/?utm_source=ig_web_ 40 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link

160 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 @1998.xxx : SEMUA alat musik haram ukhti, kecuali rebana dan hanya dimainkan pada kondisi tertentu. Alasan haramnya ana tidak tahu, tapi sudah jelas Rasulullah mengharamkanya... Jadi saran ana lebih baik ditinggalkan @laura.ningxxx : iya apa alasannya bs haram? Misal piano, angklung, gamelan, dmn letak haram nya? @1998.xxx : kan ana udah bilang ana tidak tahu kenapa diharamkan, ana hanya taat apa yang disabdakan (dikatakan) oleh Rasulullah... Kalo ukhti paham maksud ana Gambar 3 pasti ukhti akan tinggalkan dunia Gambar di screenshot pada tanggal 25 Januari 2019 musik. dari akun @daeng_indonesia. @laura.ningxxx : g paham kok setuju2 aja. Afalaa Sumber: https://www.instagram.com/p/BlJjPU ta'qilun (gunakan akalmu) itu 9g8tC/? utm_source=ig_web_copy_link diulang 13x di Quran jd hrs nya anda berfikir jgn asal iya aja Karena tampak kesal dengan respons Beda pengunggah, berbeda pula komentar balik berbentuk dua pertanyaan yang cenderung yang muncul dari warganet. hal Dalam status agak menyudutkan ini, @joe_karxxx kemudian yang diunggah pada 13 Juli 2018 oleh membalas, @daeng_indonesia (lihat Gambar. 3), komentar “bukan perkataan rasulullah yg berdasarkan yang muncul bukan hanya dasar logika . hawa nafsu.. Tp cara pemahaman antum yg Melimpahnya dalil yang tersaji dalam status ini terbawa hawa nafsu,. Kita itu rendah – dari mulai suara Khalid Basalamah, video dihadapan Allah & Rasull.. Pahala, dosa, penyesalan seseorang yang sedang menghancurkan neraka, surga. Hanya Allah yg maha tau.. gitarnya, hingga caption berisi berbagai Anda bukan siapa2... Al qur'an & hadits tuntunannya, tp menggunakan akal & pikiran pandangan Salaf Saleh tentang larangan untuk semua itu berjalan dengan semestinya... nyanyian, – bukan berarti memuaskan bagi Wallahualam.”43 warganet. Misalnya adalah @joe_karxxx yang masih mempersoalkan dalil lainnya dengan Paparan di atas memberi pemahaman mengajukan pertanyaan mendasar, “Apakah ada penting terkait problem yang muncul ketika di al-quran "MUSIK ADALAH HARAM" Salafi tetap konsisten mempraktikkan manhaj silahkan jawab min?? ”.41 Salafi (kembali pada al-Quran dan Hadis dengan mengikuti model Salaf). Dalam kasus keharaman Tidak seperti @laura.ningxxx dan musik, mereka memberi ruang yang sangat @ngingu.bexxx yang hanya ditanggapi oleh minim bagi masyarakat lain untuk memahaminya akun-akun lain, pertanyaan @joe_karxxx langsung dengan bantuan logika. Hanya taat tampak ditanggapi oleh pengelola akun @daeng_ menjadi sebuah jawaban yang problematis bagi indonesia selaku pengunggah status. Sayangnya, sebagian besar warganet. Selain dipandang itu bukan mendapat jawaban yang memuaskan, hanya persoalan interpretasi dan ada ulama yang @joe_karxxx justru ditanya balik dua pertanyaan membolehkan, praktik main musik di Indonesia 42 sekaligus oleh @daeng_ indonesia. juga banyak digunakan sebagai sarana dakwah. “saudara @joe_karnan percaya Rasulullah Tidak mengherankan jika masyarakat kerap shalallahu 'alaihi wa sallam itu utusan Allah mempertanyakan bagaimana hukum musik islami ta'ala?”, atau selawat dalam merespons status-status anti- “pertanyaan terakhir, setiap ucapan rasulullah musik. itu bukan berdasarkan hawa nafsu melainkan wahyu dan petunjuk dari Allah ta'ala?”. Bentuk respons kedua adalah musik islami. Musik islami merujuk pada ekspresi warganet yang selalu mengakui atau mempertanyakan 41 https://www.instagram.com/p/BlJjPU9g8tC/? utm_source=ig_web_copy_link 42 https://www.instagram.com/p/BlJjPU9g8tC/? 43 https://www.instagram.com/p/BlJjPU9g8tC/? utm_source=ig_web_copy_link utm_source=ig_web_copy_link

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 161 kehadiran musik islami atau musik yang its not big problem.. Jika itu digunakan untuk dakwah, seperti selawat dan haram, biarkanlah... Biar Allah nasyid. Dalam setiap status yang diunggah oleh yg nentukan, bahkan selama masing-masing akun, pertanyaan atau reaksi niat aja baiknuda dpt pahala.. yang muncul tidaklah seragam, hanya mengikuti, Hehe @firmansyah_xxx : @adielpracxxx kalo untuk menerima, atau menolak alur status yang ibadah mas, bukan hanya niat diunggah. Keterhubungan logis antara status aja. Krn syarat diterimanya dengan reaksi selalu saja dinamis dan suatu ibadah harus sesuai berkembang, tergantung siapa komentatornya tuntunan Rasulullah sallallahu dan bagaimana komentarnya. Jika menyimak alaihi wasallam ulang secara lebih mendalam status @kajian- @sitirahxxx : @adielpracxxx 4 madzhab islam pada 25 April 2018, persoalan tentang jelas mengharamkan musik muslim islami banyak dipertanyakan oleh @1998.xxx : @adielpracxxx kalo hanya niat warganet, di antaranya adalah @ rashwigarxxx. saja namun tidak menggunakan Sembari menandai akun opik, penyanyi lagu- cara yang tidak benar, for me it's big problem... Memang ada lagu religi populer di Indonesia, akun kalimat: "mengerjakan sesuatu @rashwigarxxx berkomentar tergantung dengan niatnya", “bagaimana dengan kang @opick_tomboati but must be accompanied in the yang berdakwah dengan musik? apakah juga right way.. not just with NIAT, haram?”. 44 islam sudah sempurna: Allah menyuruh hambanya begini/ Pertanyaan ini muncul lantaran begitu, namun Allah tidak kebingungan yang dialaminya. Alih-alih sedang memberikan caranya.. (Masa belajar hijrah, ia justru mendapat pengetahuan kayak begini). Maka dari itu larangan mendengar atau bermain musik Allah berfirman pada (Qur'an sementara musik menjadi medianya dalam surat Al-Hasyr: 7): Apa yang berhijrah. Pertanyaan dan kebingungan diberikan Rasul kepadamu, @rashwigarxxx terbilang mampu menarik maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka perhatian di kalangan warganet, khususnya tinggalkanlah. Dan bertakwalah setelah akun @adielpracxxx meresponsnya kepada Allah. Sesungguhnya dengan cara meyakinkannya agar tidak perlu Allah amat keras hukumannya. bingung ketika bermain musik, apalagi jika diniatkan untuk kebaikan. Cara meyakinkan Berbeda dari dialog di atas yang agak semacam ini pada akhirnya menimbulkan reaksi sedikit lebih lunak, perdebatan tentang pro dan dari akun-akun yang mendukung keharaman kontra musik islami tampak dipenuhi dengan musik seperti @firmansyah_xxx, @sitirahxxx, tensi tinggi di kolom komentar status @1998.xxx . Berikut dialog singkatnya di kolom @ikhwan_kendari . Perdebatan bukan lagi komentar; 45 mempersoalkan doktrin, namun juga afiliasi ideologi dan lontaran kebencian antar kedua @adielpracxxx : Kalau untuk kebaikan, kenapa belah pihak. Hal ini memang tidak bisa tidak.. Setiap dalil bisa multi dilepaskan dari konten video @ikhwan_kendari tafsir.. yang terbilang sangat provokatif. Salah satunya @rashwigarxxx : @adielpracxxx itu benar bang. Kadang yg semacam ini kita yg adalah video pendek yang diunggah pada mau belajar hijrah jadi bingung tanggal 2 Januari 2019 (lihat Gambar 4). Video bang ini berisi kegiatan dakwah Derry Sulaiman, @adielpracxxx : @rashwigarxxx gk usah seorang dai yang berafiliasi pada gerakan Islam dibingungin x mas... Penilaian Jamaah Tabligh, yang diiringi dengan alat bantu pertama dari Allah itu agama, gitar, namun di dalam video bagian bawah lalu kebajikan yg anda ditulis “Syubhat: Nada dan Dakwah ”. Tidak lakukan.. Kalau anda bermusik mengejutkan jika beberapa akun yang setuju niatnya demi kebaikan, for me dengan keharaman musik dan tidak suka kepada Derry Sulaiman langsung berkomentar dengan 44 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ nada negatif seperti komentar yang ditulis oleh ?utm_source=ig_web_copy_link akun @ jose.che.xxxx dan @bayuxxx dalam 45 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ Gambar 5. ?utm_source=ig_web_copy_link

162 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 apabila kt kecanduan musik dri segi nadax, sehingga dpat mengganggu dlm peribadatan kt, itu bisa di katakan salah apabila kt kelebihan dlm memainkan musik atau mendengarkan musik, apabila kt hanya mendengarkan atau memainkan musik tdk berlebihan dan tdk mengganggu dlm peribadatan kt, itu tdk jadi masalah...ini mengenai nada dan dakwah, dlm video tersebut, itu tdk jadi masalah,..spa tahu dia hanya mw menghibur orang2. Dgn cara memainkan musik dan mengadukan dgn dakwahx,...pahammm....musik bisa di katakan haram apabila dri segi bahasax atau ucapanx mengandung makna yg tdk baik (pahami sendiri yg tdk baik itu apa..?) selagi Gambar 4 tdk mengandung makna keburukan itu tdk Gambar di screenshot pada tanggal 25 Januari 2019 jadi masalah. Contohx..lagu walisongo, @ikhwan_kendari. Video ini telah disukai oleh itukan mengandung bahasa atau makna al 1.300an akun, dan diunggah ulang sebanyak 12 kali. qur'an dgn menggunakan alat musik..apakah Sumber: https://www.instagram.com/p/BsIHPG itu bathil sperti yg anda pahami.....

0nvgL/?utm_source=ig_web_copy_link perhatikanlah....! Bismillah” Bukannya mendapat tanggapan yang bisa dipahami oleh banyak orang, komentar @asbaxxx justru mendapat respons sentimental dari kalangan pendukung anti-musik, seperti dari akun @sintong_bertauxxx yang langsung bertanya, “jamaah Somad ya ?” (maksudnya adalah ustadz Abdul Somad). @asbaxxx dalam menanggapi @sintong_bertauxxx masih tampak terlihat tenang seperti yang terlihat dalam dialog singkat berikut, 47 @sintong_bertauxxx : @asbaxxx jamaah Somad ya? @asbaxxx : @sintong_bertauxxx klau iy, knapa....? Klau bukan, knapa....? Jawabanx dikit donk....! @sintong_bertauxxx : @asbar25 semoga Allah beri hidayah untuk kita semua, supaya tidak mengikuti hawa nafsu, yang sudah jelas musik Gambar 5 haram masih saja ngeyel, @ikhwan_kendari main main Gambar di screenshot pada 12 Oktober 2019 dari ke akun itu yaa akun @ikhwan_kendari. @asbaxxx : @sintong_bertauxxx Klau musik Respons-respons sentimental terbilang itu haram, berrti sholawat nissa sangat kuat sekali dalam mengomentari status sabyan juga haram...? berupa video pendek tersebut. Bahkan, akun- @sintong_bertauxxx : @asbaxxx selama ini kemana akun yang tidak setuju dengan keharaman musik aja boss? Ngomong", si Nissa dan berusaha menanggapi dengan santai dan shalawat ya? Setau ana dia nyanyi pake bahasa arab logika jernih juga terkena dampaknya. Akun 46 @asbaxxx : @sintong_bertauxxx Trus @asbaxxx misalnya, ia menulis, apakah nyanyianx itu termagsud “Permisi, yang di bahas tentang nada dan musik....? dakwah. Yg haq dan yg bathil,...pahami @sintong_bertauxxx : @asbaxxx Oalah nak nak, rajin" penjelasanx... musik bisa di katakan salah, ke pengajian yaa.

46 https://www.instagram.com/p/BsIHPG0nvgL 47 https://www.instagram.com/p/BsIHPG0nvgL /?utm_source=ig_web /?utm_source=ig_web

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 163 @asbaxxx : @sintong_bertauxxx Iy kak... mengamati lebih dalam lagi, respons masyarakat retnoaprlia__ : @asbaxxx bicaranya berasa S3 bukan hanya dalam bentuk pertanyaan, apakah Aqidah wkwkwwk permintaan argumen tentang alasan keharaman @asbaxxx : @retnoaprilia__ sperti yg anda atau hukum musik islami, melainkan juga katakan... argumen historis. Berbeda komentator berbeda pula Bentuk respons ketiga adalah sejarah konten komentar yang disampaikan kendati dakwah Islam di Indonesia. Secara khusus ini sama-sama menolak keharaman musik. Dalam merujuk pada dakwah Walisongo. Kendati Gambar 4 di atas, terlihat jelas akun ketiga akun tidak semuanya berasal dari Jawa, 51 @deniboixxx menulis, 48 warganet sering kali mengekspresikan memori “Wahabi goblok emang Rasulullah pake IG historis dakwah Walisongo dalam setiap dakwahnya, ente noh yg bid'ah ustad kalian komentarnya. Secara umum, hal ini kerap aja setiap kajian live streaming IG sama dijadikan sebagai landasan argumen warganet chanel tv ente, goblok ente akut ketika menentang anti-musik dan memandang min  .” bahwa musik adalah boleh. Contohnya adalah Komentar ini kemudian menimbulkan @asbaxxx. Seperti tertulis dalam kutipan di atas, perdebatan cukup panjang di kolom komentar. @asbaxxx mengatakan, Diskusi pun meluas bukan hanya status hukum “contohx..lagu walisongo, itukan mengandung musik yang dibahas, namun juga isu-isu lain bahasa atau makna al qur'an dgn seperti persoalan penampilan, akhlak, hingga menggunakan alat musik..apakah itu bathil tahdzir .49 Bisa dikatakan, akun @deniboixxx sperti yg anda pahami.....perhatikanlah....! tidak kalah provokatifnya dengan akun Bismillah”.52 @ikhwan_kendari sebagai pengunggah status . Akun lainnya adalah @elhan.xxx ketika Tercatat, ia banyak menulis komentar sama yang berdebat di kolom komentarnya status bernada penghinaan kepada pengunggah status @kajianislam pada 25 April 2018 dengan akun dan para pendukung keharaman musik sebagai @nricxxx . Perdebatan dimulai dari komentar 50 kelompok Wahhabi goblok atau bodoh, @elhan.xxx yang bernada pertanyaan dan “Asal kalian tau yah brader kaum wahabi itu konfirmasi agar tidak setengah-setengah dalam mereka ga punya mazhab, mangkanya berpendapat, meskipun sebenarnya ingin menolak mereka itu bodoh" dan gurunya juga apalagi, bahwa musik tidak haram. Namun, setelah mangkanya ane rada kasian sama anak muda @nricxxx terus-terusan meminta bukti perihal baru tobat udah kena sekte ini, tips jadi kebenaran Walisongo agar tidak sekadar bicara, wahabi mah gampang pokoknya setiap ada @elhan.xxx akhirnya menegaskan bahwa musik muslim ga sepaham sama dia, cukup bilang yang digunakan untuk berdakwah itu tidak kafir dan ente neraka, kalian langsung deh haram sebagaimana diajarkan oleh Walisongo jadi wahabi, gampang kan ” (argumen lengkapnya lihat Gambar. 6)53 Terlepas melebarnya diskusi ke ranah sentimen ideologi dan persoalan lain, pola respons kedua sebagaimana dijelaskan di atas memberi gambaran singkat bagaimana ketidak- puasan, ketidaktahuan, dan kebingungan warganet terhadap penjelasan tentang status anti-musik mampu melahirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dekat dengan keseharian masyarakat, khususnya adalah musik islami. Namun, jika

48 https://www.instagram.com/p/BsIHPG0nvgL 51 Berdasarkan keterangan di profil masing- /?utm_source=ig_web_copy_link masing akun, @kajianislam berasal dari Yogyakarta, 49 Tahdzir adalah peringatan yang diberikan @daeng_indonesia berasal dari Balikpapan–Takalar, oleh figur Salafi otoritatif kepada semua ustad, Salafi sementara @ikhwan_kendari berasal dari Kendari, khususnya, yang dianggap telah menyimpang dari Islam Sulawesi Tenggara. yang benar menurut manhaj Salafi. (Sunarwoto 2016, 52 https://www.instagram.com/p/BsIHPG0nvgL 208) /?utm_source=ig_web_copy_link 50 https://www.instagram.com/p/BsIHPG0nvgL 53 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ /?utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link

164 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 berpusat di pulau Jawa. Kalau ga ada peran walisongo, belum tentu islam sebesar ini di lndonesia, atau mungkin sama seperti Thailand atau Myanmar yang masih menganut hindu budha.” 55 Paparan di atas memberi pemahaman sederhana bahwa sosialisasi anti-musik memiliki efek yang sangat kuat di masyarakat, meskipun hanya di ruang maya. Sebagian akun yang tidak terima bahkan memanggil ulang memori dan pengetahuannya tentang cerita nenek moyangnya di Jawa, Walisongo. Keadaan ini tentu saja semakin memperkuat otoritas lama yang lebih fleksibel dalam memandang musik, bahkan mampu menjadikannya sebagai media dakwah. Usaha semacam ini juga terjadi dalam model pola reaksi yang kedua. Figur-figur agama kontemporer seperti Derry Sulaiman dan Abdul Somad semakin diperkuat posisinya oleh akun- akun yang menolak status pelarangan musik dari Gambar 6 Salafi. Lebih dari itu, sebagian akun bahkan Gambar di screenshot pada 12 Oktober 2019 dari menuduh dan memberi kritikan pedas kepada akun @kajianislam . pengelola akun yang membuat status anti-musik Tidak sebatas digunakan argumen maupun pendukungnya sebagai, seperti yang tandingan, pola respons dengan mengangkat dikatakan @ deniboixxx , “Wahhabi goblok”. sejarah dakwah Walisongo juga terkadang Tuduhan dan kritikan ini tentunya sangat melibatkan aspek perasaan di kalangan warganet. berpotensi melemahkan paradigma Salafi (manhaj Diskusi yang semula tenang dan logis tiba-tiba Salafi) dalam beragama, sehingga ikut menjadi berlangsung penuh dengan emosi. Hal menurunkan citra baik figur-figur utamanya. ini terjadi khususnya ketika Walisongo Bagaimanapun, potensi pelemahan manhaj dipertanyakan oleh para pendukung keharaman Salafi juga terjadi dalam bentuk reaksi yang musik perihal kebenarannya. Berbeda dari pertama ditandai dengan munculnya rasa @elhan.xxx yang tidak emosi, akun kecewa, tidak puas, rasa kesal, karena tidak @laura .ningxxx ketika berdebat dengan @ 1998 . mendapat jawaban yang diinginkan selain hanya xxx di kolom komentarnya status @kajianislam kata patuh dan taat dari pengikut Salafi. pada 25 April 2018 justru sebaliknya. Menanggapi pernyataan @ 1998 .xxx, 54 Kesimpulan “Panutan kita itu Rasulullah, bukan sunan. Anti-kesenangan , terutama anti musik, Patokan kebenaran itu adalah Allah dan masih menjadi salah satu isu penting dan populer Rasulullah, bukan sunan... Sejarah Rasulullah hingga sekarang ini. Bagi Salafi, anti- dan para sahabatnya itu jelas, padahal itu kesenangan menjadi bagian integral dari jauh dari masa para sunan yang tidak jelas paradigma manhaj Salafi. Tidak sebatas diyakini sejarahnya, ceritanya simpang siur dan dan dipraktikkan, anti-kesenangan juga banyak dicampuri mistis.” disosialisasikan terus menerus oleh para @laura .ningxxx membalas, pengikut manhaj Salafi melalui berbagai media seperti Instagram. Adanya tagar sangat membantu “Saya sungguh-sungguh tersinggung anda dalam proses sosialisasi ini. Banyak akun yang bilang sejarah sunan itu tidak jelas, dan ada kandungan magis. Sunan itu Muslim yang mengunggah ulang status-status dari akun Salafi jauh lebih mulia dari pada anda, yang dulu lainnya seperti @kajianislam, @ikhwan_kendari, berjuang tidak kalah susahnya dengan Rasul dan @daeng_indonesia. Ketiganya mempunyai untuk mengislamkan negeri ini terutama cara dan karakter yang berbeda dalam

54 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ 55 https://www.instagram.com/p/Bh_ca-Fni84/ ?utm_source=ig_web_copy_link ?utm_source=ig_web_copy_link

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 165 menguatkan paradigma manhaj Salafi . Penguatan https://doi.org/10.17576/JKMJC-2018- paradigma melalui sosialisasi anti-kesenangan 3403-13. dapat dikatakan berhasil menarik perhatian dari Bayat, Asef. (2010). “Muslim Youth and the warganet . Dengan kata lain, dukungan terhadap Claim of Youthfulness.” In Being Young figur-figur Salafi yang dianggap otoritatif juga and Muslim: New Cultural Politics in tampak mengalami peningkatan signifikan. the Global South and North , diedit oleh Namun demikian, reaksi masyarakat Linda Herrera dan Asef Bayat, 27–47. yang muncul dalam berbagai bentuk, seperti Oxford: Oxford University Press. permintaan argumen, musik islami, dan sejarah ———. (2013). Life as Politics: How Ordinary dakwah walisongo, menunjukkan adanya People Change the Middle East . 2 ed. persoalan lain yang perlu dipahami lebih dalam. Stanford, California: Stanford University Sosialisasi anti-kesenangan pada kenyataannya Press. bukan hanya memperkuat paradigma yang mendukung otoritas Salafi. Beberapa ‘kekuatan Hasan, Noorhaidi. (2005). “Laskar Jihad: Islam, paradigma’ baru dan lama tampak coba Militancy and the Quest for Identity in dimunculkan dan dikuatkan oleh warganet ketika Post-New Order Indonesia.” Utrecht: merespons sosialisasi anti musik. Pandangan Universiteit Utrecht. Ustadz Abdul Somad dan sejarah dakwah ———. (2010). “The Failure of the Wahhabi Walisongo, menjadi dua dari banyak bukti lain Campaign Transnational Islam and the atas argumen tersebut. Tampaknya, salah satu Salafi Madrasa in Post-9/11 Indonesia.” sebab muncul dan menguatnya paradigma- South East Asia Research 18 (4): 675– paradigma baru dan lama didasari atas 705. ketidakpuasan masyarakat karena tidak mendapat jawaban dengan argumen logis yang diminta Hiariej, Eric. (2009). “The Politics of Becoming warganet kepada Salafi sehubungan dengan Fundamentalist in the Age of Consumer mengapa musik diharamkan. Keadaan ini tentu Culture.” Canberra: The Australian saja menimbulkan konsekuensi paradoks dalam National University. sosialisasi anti-kesenangan. Pada satu sisi, Husein, Fatimah, dan Martin Slama. (2018). sosialisasi anti-kesenangan memang dapat “Online Piety and Its Discontent: memperkuat paradigma manhaj Salafi, sehingga Revisiting Islamic Anxieties on berdampak pada menguatnya otoritas figur-figur Indonesian Social Media.” Indonesia Salafi. Namun di sisi lain, sosialisasi anti- and the Malay World 46 (134): 80–93. kesenangan juga berpotensi melemahkan manhaj Salafi dan otoritas figur-figur Salafi, ditandai Iqbal, Asep Muhamad. (2017). “Cyber-Activism dengan munculnya reaksi masyarakat yang and the Islamic Salafi Movement in menentang pemahaman anti-kesenangan yang Indonesia.” Murdoch University. disosialisasikan oleh Salafi. Jahroni, Jajang. (2015). “The Political Economy of Knowledge: Salafism in Post Daftar Pustaka Soeharto Urban Indonesia.” Boston Al-Atawneh, Muhammad. (2012). “Leisure and University. Entertainment (Malāhī) in Contemporary Lengauer, Dayana. (2018). “Sharing Semangat Islamic Legal Thought: Music and the Taqwa: Social Media and digital islamic Audio-visual Media.” Islamic Law and Socialities in Bandung.” Indonesia and Society 19: 397–415. the Malay World 46 (134): 5–23. https://doi.org/10.1163/156851912X639 932. Makhasin, Luthfi. (2015). “The Politics of Contending Piety: Naqshabandi-Haqqani Bakti, Andi Faisal. (2018). “Media and Religion: Sufi Movement and the Struggle for Rodja TV’s Involvement in The Civil Islamic Activism in Contemporary Society Discourse for Community Indonesia.” Canberra: The Australian Development.” Jurnal Komunikasi: National University. Malaysian Journal of Communication 34 (3): 226–44.

166 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 Mason, Will. (2017). “The ‘Global Game’ in the uproar in Arab world.” The Jerusalem Middle East: An Exploration of Islamic Post. 2014. Opposition to the Sport of Football.” https://www.jpost.com/middle-east/ salafi-fatwas-against-watching-world- Nisa, Eva F. (2011). “Marriage and Divorce for cup-spark-uproar-in-arab-world-361510. the Sake of Religion: The Marital Life of ‘Cadari’ in Indonesia.” Asian Journal Sunarwoto. (2013). “Dakwah Radio in Surakarta: A of Social Science 39 (6): 797–820. Contest for Islamic Identity.” In Islam in https://doi.org/10.1163/156853111X619 Indonesia: Contrasting Images and 238. Interpretations , diedit oleh Jajat Burhanudin dan Kees van Dijk, 195– ———. (2012). “Embodied Faith: Agency and 214. Amsterdam: Amsterdam University Obedience among Face-veiled University Press. Students in Indonesia.” The Asia Pacific Journal of Anthropology 13 (4): 366–81. ———. (2016). “Salafi Dakwah Radio: A Contest for Religious Authority.” ———. (2013). “The Internet Subculture of Archipel: Études interdisciplinaires sur Indonesian Face-veiled Women.” le monde insulindien 91: 203–30. International Journal of Cultural Studies 16 (3): 241–55. Sunesti, Yuyun, Noorhaidi Hasan, dan Muhammad Najib Azca. (2018). “Young ———. (2018a). “Creative and Lucrative Salafi-Niqabi and Hijrah: Agency and Daʿwa: The Visual Culture of Instagram Identity Negotiation.” Indonesian Journal amongst Female Muslim Youth in of Islam and Muslim Societies 8 (2): Indonesia.” Asiascape: Digital Asia 5: 173–97. 68–99. https://doi.org/10.18326/ijims.v8i2. ———. (2018b). “Social Media and the Birth of Wahib, Ahmad Bunyan. (2017). “Being Pious an Islamic Social Movement: ODOJ Among Indonesian Salafis.” Al-Jami’ah: (One Day One Juz) in Contemporary Journal of Islamic Studies 55 (1): 1–26. Indonesia.” Indonesia and the Malay https://doi.org/10.14421/ajis.2017.551.1- World 46 (134): 24–43. 26. Schwab, Wendell. (2015). “Islam, Fun, and Wahid, Din. (2014). “Nurturing the Salafi Social Capital in Kazakhstan.” Central Manhaj: A Study of Salafi in Asian Affairs 2: 51–70. Contemporary Indonesia.” Universiteit Shavit, Uriya, dan Ofir Winter. (2011). “Sports Utrecht. in Contemporary Islamic Law.” Islamic Weng, Hew Wai. (2018). “The Art of Dakwah: Law and Society 18 (2): 250–80. Social Media, Visual Persuasion and the https://doi.org/10.1163/156851910X537 Islamist Propagation of Felix Siauw.” 784. Indonesia and the Malay World 46 Solomon, Ariel Ben. (2014). “Salafi fatwas (134): 61–79. against watching World Cup spark

Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019 167

168 Jurnal Masyarakat & Budaya , Volume 21 No. 2 Tahun 2019