China-Rich-Girl-Friend-1
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KEKASIH KAYA RAYA www.facebook.com/indonesiapustaka www.facebook.com/indonesiapustaka China Rich Girlfriend www.facebook.com/indonesiapustaka Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) ta- hun dan atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta se- bagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pe- megang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah). www.facebook.com/indonesiapustaka China Rich Girlfriend KEKASIH KAYA RAYA Kevin Kwan Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta www.facebook.com/indonesiapustaka CHINA RICH GIRLFRIEND by Kevin Kwan © 2015 by Kevin Kwan All rights reserved including the rights of reproduction in whole or in part in any form. KEKASIH KAYA RAYA oleh Kevin Kwan ORIN 617184004 © Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Gedung Gramedia Blok I, Lt. 5 Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270 Alih bahasa: Cindy Kristanto Editor: Barokah Ruziati Sampul: Martin Dima ([email protected]) Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama anggota IAPI, Jakarta, 2017 Cetakan ketiga: Maret 2018 Cetakan keempat: September 2018 Cetakan kelima: September 2018 www.gpu.id Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN: 978-602-03-3759-3 978-602-03-3760-9 (DIGITAL) 456 hlm; 23 cm Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan www.facebook.com/indonesiapustaka Untuk saudara-saudara lelakiku dan sepupu-sepupuku www.facebook.com/indonesiapustaka www.facebook.com/indonesiapustaka China Rich Girlfriend www.facebook.com/indonesiapustaka www.facebook.com/indonesiapustaka london, 8 september 2012, pukul 09.00 gmt Ferrari 458 Italia merah menabrak jendela butik sepatu Jimmy Choo di Sloane Street antara pukul 04.00 dan 04.30 tadi pagi. Tidak ada saksi mata. Polisi Metropolitan melaporkan bahwa dua penumpangnya dibawa ke St. Mary’s di Paddington, tempat mereka ditangani untuk luka-luka serius tetapi tidak kritis. Nama pemilik kendaraan belum diumumkan, menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut. —SAAH LYRE, he London Chronicle www.facebook.com/indonesiapustaka www.facebook.com/indonesiapustaka Prolog: Bandara Internasional Beijing Capital • 9 SEPTEMBER 2012, Pukul 19.45 ”Tunggu dulu—Aku di kelas satu. Bawa aku ke kelas satu,” Edison Cheng berkata menghina kepada pramugara yang mengantar ke tempat duduk- nya. ”Ini kelas satu, Mr. Cheng,” pria berseragam biru laut yang tersetrika rapi itu menegaskan. ”Tapi mana kabin-kabinnya?” Eddie bertanya, masih bingung. ”Mr. Cheng, sayangnya British Airways tidak memiliki kabin pribadi di kelas satu*.1Tetapi jika boleh, izinkan saya menunjukkan beberapa itur khusus di kursi Anda—” ”Tidak, tidak, tidak usah,” Eddie melemparkan tas kulit burung unta- nya ke kursi seperti anak sekolah yang merajuk. Sialan betul—pengorban- an yang harus kulakukan demi bank hari ini! Edison Cheng, ”Pangeran *Malangnya bagi Eddie, hanya Emirates, Etihad Airways, dan Singapore Airlines yang me- miliki kabin-kabin pribadi dalam Airbus A380 mereka. Emirates bahkan memiliki dua kamar mandi Shower Spa dengan bilik pancuran yang mewah untuk penumpang kelas satu mereka. (Catat ini, anggota Mile High Club.) www.facebook.com/indonesiapustaka 12 CHINA RICH GIRLFRIEND Bankir Swasta” yang manja—terkenal di kolom-kolom sosial Hong Kong untuk gaya hidupnya yang penuh kesenangan, pakaiannya yang perlente, istrinya yang elegan (Fiona), anak-anaknya yang fotogenik, serta garis keturunan yang hebat (ibunya adalah Alexandra Young, dari Keluarga Young Singapura)—tidak terbiasa dengan ketidaknyamanan seperti ini. Lima jam yang lalu dia disela saat makan siang di Hong Kong Club, ber- gegas menaiki pesawat jet perusahaan ke Beijing, kemudian diburu-buru mengikuti penerbangan ke London ini. Sudah lama sekali dia tak pernah merasakan terhinanya terbang dengan pesawat komersial, tetapi Mrs. Bao ada dalam pesawat terkutuk ini, dan Mrs. Bao harus dilayani. Tetapi di mana persisnya wanita itu? Eddie berharap tempat duduknya tidak jauh, tapi kepala awak kabin mengatakan tidak ada orang dengan nama itu di kelas satu. ”Tidak, tidak, dia seharusnya ada di sini. Bisakah kau memeriksa mani- fes penerbangan atau apalah?” Eddie menuntut. Beberapa menit kemudian, Eddie diantar ke baris 37, kursi E di dalam pesawat—kelas ekonomi—tempat seorang wanita mungil dalam balutan turtleneck dari wol vicuña dan celana panjang lanel abu-abu duduk terjepit di antara dua penumpang. ”Mrs. Bao? Bao Shaoyen?” Eddie bertanya dalam bahasa Mandarin. Wanita itu menengadah dan tersenyum lemah. ”Apakah Anda Mr. Cheng?” ”Ya. Senang sekali bertemu dengan Anda, tetapi maaf kalau kita harus bertemu seperti ini.” Eddie tersenyum lega. Dia sudah menghabiskan delapan tahun terakhir mengurusi akun luar negeri keluarga Bao, tapi ke- luarga itu benar-benar penuh rahasia sehingga dia tidak pernah bertemu salah satu dari mereka sampai hari ini. Walaupun terlihat agak lelah, Bao Shaoyen jauh lebih cantik daripada yang dia bayangkan. Dengan kulit pu- tih, mata besar yang melengkung naik di ujungnya, dan tulang pipi tinggi yang ditonjolkan oleh tatanan rambut hitam kelam—diikat ekor kuda yang rendah dan ketat—dia tidak terlihat cukup tua untuk memiliki anak yang sedang kuliah pascasarjana. ”Mengapa Anda duduk di sini? Apakah ada kekeliruan?” desak Eddie. ”Tidak, aku selalu terbang dengan kelas ekonomi,” sahut Mrs. Bao. Eddie tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Suami Mrs. www.facebook.com/indonesiapustaka KEVIN KWAN 13 Bao, Bao Gaoliang, adalah salah satu politisi top Beijing, dan terlebih lagi, dia mewarisi salah satu irma farmasi terbesar di Cina. Keluarga Bao bu- kan sekadar salah satu kliennya yang biasa, mereka adalah klien dengan jumlah kekayaan yang luar biasa besar. ”Hanya anak laki-lakiku yang terbang dengan kelas satu,” Bao Shaoyen menjelaskan, memahami ekspresi Eddie. ”Carlton bisa menyantap semua makanan Barat yang mewah itu, dan karena kuliahnya sangat berat, dia perlu banyak istirahat. Tapi bagiku percuma saja. Aku tidak menyentuh makanan pesawat, lagi pula aku tidak pernah bisa tidur selama penerbang- an jarak jauh.” Eddie harus menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Khas Orang Cina Daratan! Mereka memboroskan setiap sen bagi Kaisar Kecil mereka dan menderita dalam diam. Yah, lihat saja jadinya seperti apa. Carlton Bao yang berusia 23 tahun seharusnya berada di Cambridge menyelesaikan di- sertasi pascasarjana, tapi malah menghabiskan malam sebelumnya dengan meniru ulah Pangeran Harry—menghabiskan £38.000 untuk tagihan bar di setengah lusin tempat hiburan malam di London, menghancurkan Ferrari barunya, merusak properti publik, dan nyaris menewaskan dirinya sendiri. Dan itu bahkan bukan bagian terburuk. Bagian terburuknya su- dah diinstruksikan secara spesiik kepada Eddie untuk tidak disampaikan kepada Bao Shaoyen. Eddie menghadapi masalah pelik. Dia harus segera membahas berba- gai rencana dengan Mrs. Bao, tapi dia lebih suka menjalani kolonoskopi ketimbang menghabiskan sebelas jam ke depan berkubang di kelas ekono- mi yang kumuh. Tuhan di surga, bagaimana jika ada yang mengenalinya? Foto Edison Cheng yang berjejal di kursi kelas ekonomi bakal menyebar luas dalam hitungan detik. Namun dengan enggan Eddie juga menyadari bahwa tidak pantas jika salah satu klien banknya yang paling penting te- tap duduk di kelas geladak sementara dia berada di depan, berselonjor di kursi yang bisa diluruskan, menyeruput konyak berumur dua puluh tahun. Dia mengamati anak muda berambut jabrik yang bersandar terlalu dekat ke Mrs. Bao di satu sisi, dan wanita tua yang menggunting kukunya ke dalam kantong muntah di sisi satunya, dan sebuah jalan keluar terbetik di benaknya. Eddie merendahkan suara dan berkata, ”Mrs. Bao, tentu saja saya de- www.facebook.com/indonesiapustaka 14 CHINA RICH GIRLFRIEND ngan senang hati akan bergabung dengan Anda di sini, tapi ada beberapa masalah sangat rahasia yang perlu kita diskusikan. Bolehkah saya mengatur tempat duduk untuk Anda di depan? Saya yakin bank akan berkeras agar saya memindahkan Anda ke kelas satu—atas biaya kami, tentu saja—dan kita bisa berbicara jauh lebih pribadi di sana.” ”Ya, mungkin bisa—jika bank memaksa,” Bao Shaoyen menjawab agak ragu-ragu. Setelah lepas landas, ketika minuman beralkohol sudah disajikan dan mereka berdua terlindung dengan nyaman dalam kursi kerung mewah yang berhadapan,