Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Volume 4, Nomor 2, Desember 2019 DOI: https://doi.org/10.25217/jf.v4i2.639 http://journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jf

POTRET DAKWAH DI : STRATEGI DAKWAH PADA ORGANISASI DI KOTA GORONTALO

Dian Adi Perdana 1, Arianto S Panambang 2 1 IAIN Sultan Amai Gorontalo, Indonesia 2 IAIN Sultan Amai Gorontalo, Indonesia * CORRESPONDENCE: [email protected] Abstract Article Info This paper aims to describe the preaching management strategy of the Article History Wahdah Islamiyah organization in Gorontalo City. Besides this paper also looks Received : 30-11-2019 at the influence of management in the success of the organization to preach. Revised : 29-12-2019 This paper is the result of organizational management research studies based on Accepted : 30-12-2019 social religion. In conducting studies, researchers use qualitative types with observation, interview, and documentation techniques. This research was Keywords: conducted for 23 days in collaboration with a lecturer and student team. The Preaching; research began with the increasingly well-known Wahdah Islamiyah as an Organizational organization in Gorontalo City and had a significant impact on changes in Management; people's behavior, so researchers were interested in examining objects Strategy Management; holistically. The results of our research show that Wahdah Islamiyah's Wahdah Islamiyah; preaching strategy through education media, tabligh akbar, environmental and social media. In its development, Wahdah Islamiyah experienced organizational rationalization both in its basic philosophy and organizational processes.

Relations and communication patterns become rational. Member participation and contribution changes from "who is mandated" to "who has the opportunity and who is willing". The meaning of the word "participation" changes, Previously participation was a personal demand, then later, participation was an organizational demand. The proof is clear that organizational management steps taken as a preaching strategy that has been taken are Lazis Wahdah, Wahdah Islamiyah Islamic Boarding School, Muslimah Forum and various other institutions that support the development and development of this organization.

Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap strategi manajemen dakwah Histori Artikel organisasi Wahdah Islamiyah di Kota Gorontalo. Selain itu tulisan ini juga Diterima :30-11-2019 melihat pengaruh dari manajemen tersebut dalam keberhasilan organisasi Direvisi :29-12-2019 melakukan dakwah. Dalam melakukan kajian, peneliti menggunakan jenis Disetujui :30-12-2019 kualitatif dengan teknik observasi, wawancara serta dokumentasi. Riset yang dilakukan berawal dari semakin terkenalnya Wahdah Islamiyah sebagai Kata Kunci Dakwah; organisasi di Kota Gorontalo dan memberikan dampak yang signifkan bagi Manajemen Organisasi; perubahan perilaku masyarakat, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti objek Manajemen Strategi; secara holistik. Hasil penelitan yang kami peroleh bahwa strategi dakwah Wahdah Islamiyah; Wahdah Islamiyah melalui media pendidikan, tabligh akbar, lingkungan hidup dan sosial. Dalam perkembangannya, Wahdah Islamiyah mengalami rasionalisasi organisasi baik filosofi dasar maupun proses-proses organisasi. Pola hubungan dan komunikasi menjadi rasional. Partisipasi dan sumbangsih anggota berubah dari “siapa yang diamanahi” menjadi “siapa yang sempat dan siapa yang bersedia”. Makna kata “partisipasi” berubah, Sebelumnya partisipasi merupakan tuntutan pribadi, maka selanjutnya, partisipasi merupakan tuntutan organisasi. Buktinya nyata langkah manajemen organisasi yang diambil sebagai strategi dakwah yang telah dilakukan ialah Lazis Wahdah, Pondok Wahdah Islamiyah, Forum Muslimah dan berbagai lembaga lainnya yang menopang pengembangan serta pembangunan organisasi ini.

P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Copyright © 2019 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

A. Pendahuluan Sikap masyarakat, baik kelompok maupun sederhana memiliki nilai yang melembaga antara yang satu dengan lainnya yang berhubungan erat sehingga merupakan suatu sistem yaitu pedoman dari konsep ide dalam kebudayaan yang mendorong kuat terhadap arah kehidupan bagi seseorang. Salah satu sistem itu adalah agama. Agama merupakan refleksi atas iman yang tidak hanya merefleksikan sejauhmana kepercayaan agama diungkapkan dalam kehidupan agama, baik berhubungan dengan aspek sosial. Karena kehidupan merupakan segala sesuatu tindakan, perbuatan, kelakuan, yang telah menjadi kebiasaan, dan keberagamaan dapat menjadi prilaku keagamaan yang berlangsung/teks yaitu Al-Qur‟an dan Hadits. Adanya perbedaan konsep keagamaan antar individu menyebabkan perlunya pembinaan keagamaan pada tiap-tiap anak dengan cara yang berbeda berdasarkan faktor intern dan faktor ekstern yang mempengaruhi keagamaan anak. Selain itu sifat keagamaan pada anak juga berbeda- beda. Sesuai yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak tumbuh mengikuti pola yang berkembang. Ide pada anak hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan dalam hal beragama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua. Dalam hal ini masalah keberagamaan dapat menjadi masalah yang selalu hadir dalam sejarah kehidupan umat manusia dan sepanjang masa.Perilaku hidup beragama yang amat luas dan terbesar ke muka bumi ini, menjadi bagian dari hidup keberdayaan yang dapat dikembangkan dalam aneka corak sosial yang berbeda. Sedangkan kehidupan keberagamaan dapat diwujudkan sebagai tindakan ataupun perilaku mengenai keyakinan dalam agama.Kesadaran agama dalam pengalaman seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral. Dari kesadaran agama serta pengalaman keagamaan maka akan muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan oleh seseorang. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk bertingkahlaku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Masalah keagamaan pada kehidupan keberagamaan dapat dilihat dari hubungan persepsi seseorang mengenai kepercayaan yang berupa tingkat pikir manusia dalam proses berfikir, sehingga dapat membebaskan manusia dari segala unsur yang terdapat dari luar fikirannya. Dalam hal ini kehidupan keberagamaan mencakup beberapa dimensi. Diantaranya; dimensi pemaknaan agama, ritual dan ibadah, sosialisasi agama, dan menyangkut dimensi pengalaman keagamaan. Keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya.Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Oleh karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang memahami keberagamaan umat Islam. Untuk memahami Islam dan umat Islam konsep yang dibuat adalah konsep yang mampu memahami beragam dimensi dalam berislam. Hadirnya berbagai organisasi keislaman telah membuat masyarakat muslim terkotak-kotak dan memiliki kelompok-kelompok tersendiri, bukan sekedar madzhab yang telah diajarkan para Ulama terdahulu tapi kelompok-kelompok ini terkadang membuat perpecahan dan konflik sesame muslim. Peneliti menemukan fenomena-fenomena yang menarik dari salah satu organisasi Islam yakni Wahdah Islamiyah. Organisasi ini telah memberikan banyak fatwa menarik tentang keislaman dimulai dari fenomena berhijab, fenomena bercadar hingga model pendidikan halaqoh. Akan tetapi banyak peneliti yang melakukan riset terkait Wahdah Islamiyah di wilayah Sulawesi Selatan dan minim di wilayah Indonesia lainnya.

230 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

Muhammad Saleh Tajuddin pernah meneliti terkait pemikiran dan gerakan politik Wahdah Islamiyah di Sulawesi Selatan. Dalam penelitiannya menyebutkan Wahdah Islamiyah merupakan sebuah gerakan Islam kontemporer yang muncul di era tahun 1980an yang memiliki beberapa agenda yakni pendidikan formal seperti TK/TPA, SD Islam, SMP Islam, Pesantren dan Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (STIBA). Agenda kedua yakni dakwah Islamiyah yang dijalankan dalam bentuk sebuah media, lembaga dan usaha seperti Radio Wahdah FM, Jurnal Islam Al- Bashirah dan situs internet. Agenda ketiga yakni aktifitas sosial, Wahdah Islamiyah Sulawesi Selatan memiliki satu departemen khusus yang membidangi sosial masyarakat dengan program- programnya seperti penanggulangan musibah, dankes, sumbangan baju bekas berkualitas hingga sumbangan berbuka puasa.1 Peneliti lain pun pernah meneliti di Wahdah Islamiyah khususnya di DPD Kota Makassar tentang penerapan tarbiyah Islamiyah dalam pembinaan akhlaq siswa SMPIT Wahdah Islamiyah Makassar. Nurul Haq mendapatkan bahwa dalam dunia pendidikan Wahdah Islamiyah menerapkan tarbiyah Islamiyah dimulai dari guru-guru dengan metode pembelajaran halaqoh yang diawali dengan tadarrus Al-Qur‟an sekaligus mentadabburi makna-makna di setiap ayat Al-Qur‟an, kemudian pembacaan kisah-kisah Nabi dan Para Sahabatnya yang nantinya dilanjutkan dengan pembekalan tentang adab-adab di setiap perilaku manusia dari bangun tidur hingga tidur kembali seperti adab berwudhu, makan dan lainnya. Dampak dari penerapan tarbiyah Islamiyah sebesar 89,94% karena sangat berpengaruh pada peningkatan spiritual, emosional dan intelektual siswa- siswi SMPIT Wahdah Islamiyah.2 Berangkat dari dua penelitian sebelumnya, kami melihat berbagai hal yang perlu diteliti dari Wahdah Islamiyah Gorontalo. Wahdah Islamiyah masih minim diteliti oleh para peneliti dan memiliki banyak hal menarik di dalamnya untuk dikupas. Fenomena yang begitu tampak ialah Wahdah Islamiyah Gorontalo telah memiliki banyak simpatisan sehingga di setiap agendanya selalu padat jamaah dan agenda-agenda yang mereka lakukan mayoritas berpusat pada Islamic Center Wahdah Islamiyah Gorontalo. Meihat ha-hal tersebut kami tertarik untuk meneliti manajemen organisasi ini dalam membuat strategi berdakwah yang dilakukan selama ini sehingga mampu mempengaruhi mindset masyarakat Gorontalo terutama pada kawula muda. Peneliti menggunakan beberapa kajian teori dalam kajian yang akan dibahas. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisiensi.3 Menurut Robert Kritiner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan efisien terhadap penggunaan sumber daya manusia.4

1 Muhammad Saleh Tajuddin, “Pemikiran dan Gerakan Politik Wahdah Islamiyah di Sulawesi Selatan”, Al-Fikr: Jurnal Pemikiran Islam, 17, no. 1, (2013): hlm 227. http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/alfikr/article/view/2279/2212 2 Nuzul Haq, “Penerapan Tarbiyah Islamiyah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar”, Tomalebbi: Jurnal Pemikiran, Penelitian Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3, no. 1 (Maret 2016): hlm 66-67. https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/view/1913 3 Eka Prihantin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 2. 4 Robert Kritiner, Management, 4 Edition, (Boston: Hougton Mifflin Company, 1989), hlm 9.

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 231 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi, menjelaskan organisasi seperti berikut setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.5 Fungsi manajemen beraneka ragam seperti perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penanggungan resiko, pengambilan keputusan dan pengawasan.6 Manajemen Organisasi adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan seluruh sumberdaya manusia kearah organisasi. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam setiap aktifitas perusahaan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan yang dilaksanakan dalam perusahaan guna memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan atau kemampuan meningkatkan nilai sikap dalam rangka penerapan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dari berbagai aktifitas kerja. Secara umum, Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi, termasuk keperluan ekonomi, social, budaya dan agama. Manajemen strategi merupakan aktifitas tertinggi yang biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif organisasi tersebut. Manajemen strategi memberikan arahan menyeluruh untuk perusahaan/organisasi/lembaga dan terkait erat dengan bidang perilaku organisasi.7 Manajemen strategi berbicara tentang gambaran besar untuk mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber daya manusia agar dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi tujuan organisasi. Manajemen strategi saat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi, agar proses terus berkesinambungan dan berlanjut. Dan dalam organisasi perlu rencana strategi sebagai dokumen hidup yang akan selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi, bahkan akan dimodifikasi di kemudian hari sebagai wadah informasi yang mudah dan tersedia sehingga terus dilakukan penyesuaian dan revisi secara berkala. Menurut Certo, manajemen strategi sebagai analisis keputusan dan aksi yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Roudledge Schuler mengatakan bahwa manajemen strategi ialah titik temu yang dirumuskan suatu organisasi antara sumberdaya dan keahlian internalnya dan kesempatan serta resiko yang terbentuk melalui lingkungan eksternalnya. Adapun pendapat David, manajemen strategi merupakan seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan. Dari berbagai definisi dapat dikatakan besarnya manajemen strategi semakin banyak diakui pada masa-masa yang akan datang, karena perkembangan perekonomian global memungkinkan pergerakan bisnis barang dan jasa secara bebas dan universal baik bilateral maupun multilateral serta semakin kompetitif untuk menampilkan keunggulan masing-masing dalam penguasaan pangsa pasar. Dakwah menurut pendapat Syekh Ali Mahfudz adalah mengajak manusia untuk mengajarkan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari

5 P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jilid 1, (Bandung: Penerbit Gramedia, 2006), hlm 6. 6 Vincent Gaspersz, Sistem Informasi Manajemen, (Bandung: Armico, 1994), hlm 4. 7 Eddy Yunus, Manajemen Strategis, (Yogyakarta : Andi Offset, 2016) hlm 2.

232 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Al- Ghazali bahwa amr ma`ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat islam. Sedangkan menurut pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain.8 Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatn didunia dan diakhirat.9 Adapun unsur-unsur dakwah yakni (1) Da‟i merupakan isim fail dari kata da‟a yad‟u, yang berarti pelaku dari sebuah pekerjaan, yaitu pekerjaan mengajak orang, Da‟i adalah pengajak kepada sesuatu.10 Da‟i juga biasa disebut penceramah, khatib, dan penyampai pesan dakwah. (2) Mad‟u adalah orang yang menerima dakwah atau obyek dakwah, mad‟u bisa berupa orang kafir, (sebagai individu maupun negara) dan orang Islam pada umumnya.11 (3) Materi dakwah Materi dakwah adalah isi pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u, berupa komponen ajaran islam yang terdiri dari akidah,syariah dan akhlak.12 Dalam pengembangan dakwah islam tentu saja Al- Qur‟an perlu dijadikan sebagai kitab dakwah, baik sebagai sumber materi dakwah maupun sebagai metodologi atau landasan landasan teori dalam dakwah. Beberapa penulis sudah melakukan kajian terhadap peran organisasi atau manajemen suatu organisasi dakwah yang terdapat di Indonesia. Di antaranya adalah tulisan Hamriani dengan judulOrganisasi dalam Manajemen Dakwah. Di dalam penelitiannya tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengorganisasian dalam dakwah sangat urgen dilakukan agar kegiatan dakwah dapat berjalan dengan maksimal dan tepat sasaran. Selain itu pengorganisasian merumuskan struktur organisasi dakwah dan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Setiap individu dalam organisasi mengetahui perannya masing=masing dan apa yang telah dilakukan dapat dievaluasi dengan tepat.13 Selain itu terdapat tulisan Farida dengan judul Tumbuhnya Toleransi melalui Organisasi Dakwah. Di dalam tulisannya tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya organisasi dakwah, maka para da’i akan terkontrol dalam melakukan penyampaian materi dakwah sesuai dengan prinsip-prinsip dakwah nir-radikalisme. Selain itu, audiens atau mad’u dapat mendapatkan arahan atau materi dakwah yang proporsional mengenai agama Islam dan keberagamaan.14 Berdasarkan hal tersebut, penulis tidak mendapatkan kajian tentang metode dan manajemen organisasi dakwah Wahdah Islamiyah sebelumnya. Sehingga kajian tentang organisasi Wahdah Islamiyah yang terdapat di Kota Gorontalo masih sangat relevan untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masaalah yang diangkat peneliti adalah

8 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003), hlm 7. 9 Wahidin Saputra , Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakata: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 1. 10 M. Nadjib Sadjak, Al-Inayah, Kamus Saku Indonesia-Arab, (Jatirogo: Kampoengkyai, 2014), hlm 2. 11 Arief B.Iskandar, Materi Dasar Islam, Islam Mulai Akar Hingga Daunya, (Bogor: Al-Azhar press, 2016), hlm 182. 12 Anas Adnan, Fiqih Dakwah dan Pola Kebijaksanaanya , dalam Digital Jurnal Al-Manar, edisi I/2004, hlm 3. https://arrosyadi.files.wordpress.com/2008/06/fiqh-dakwah.pdf 13 “ORGANISASI DALAM MANAJEMEN DAKWAH | HM | Jurnal Dakwah Tabligh,” accessed December 30, 2019, http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/331. 14 “TUMBUHNYA TOLERANSI MELALUI ORGANISASI DAKWAH | Farida | TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah,” accessed December 30, 2019, http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tadbir/article/view/2385.

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 233 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

Bagaimana strategi organisasi dalam dakwah Wahdah Islamiyah? Dan Bagaimana implikasi organisasi terhadap strategi dakwah Wahdah Islamiyah?

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan kaidah penelitian kualitatif. Uraian deskriptif menjadi unsur utama dalam penelitian ini. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dilakukan jika peneliti ingin menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena yang ada. Menurut Bagdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moelong dalam bukunya penelitian kualitatif ialah “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Artinya dalam penelitian ini kami berupaya menghimpun data mengenai manajemen organisai dalam strategi berdakwah dakwah Wahdah Islamiyah serta implikasinya di Kota Gorontalo. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik observasi yakni mendatangi langsung lokasi dan melihat strategi organisasi dalam proses dakwah yang dilakukan oleh Wahdah Islamiyah. Kemudian teknik wawancara dengan melakukan interview secara tepat dengan menggunakan bahasa yang lugas dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dan penelitian strategi organisasi dalam berdakwah oleh Wahdah Islamiyah, yang menurut Mardalis wawancara dapat digunakan untuk melengkapi data-data yang belum terpenuhi saat melakukan observasi.15 Teknik yang ketiga ialah dokumentasi yakni proses melihat dan membaca dokumen- dokumen penting dari nilai sejarah berdirinya organisasi serta program-program yang telah dilaksanakan dan telah direncanakan oleh Wahdah Islamiyah di daerah Gorontalo khususnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data dari hasil wawancara beberapa informan. Ada beberapa data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk kesimpulan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan selama 23 hari sejak 4 s/d 26 Nopember 2019 di DPW dan DPD Wahdah Islamiyah Gorontalo sekaligus beberapa lembaga di bawah naungannya.

C. Pembahasan atau Analisis 1. Organisasi Wahdah Islamiyah di Gorontalo Wahdah Islamiyah itu sendiri adalah organisasi masa yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, kesehatan dan lingkungan hidup.Wahdah Islamiyah berasal dari kata wahdah yang berarti persatuan. Jadi Wahdah Islamiyah adalah persatuan islam. Organisasi ini pertama kali didirikan pada tanggal 18 juni 1988 M dengan nama Yayasan Fathul Muin (YFM), berdasarkan akta notaris Abdullah Ashal, SH No.20. Namun setelah beberapa tahun kemudian yayasan bermetamorfosis menjadi Wahdah Islamiyah agar supaya pergerakan Fathul muin bukan pergerakan individual melainkan pergerakan organisasi masa. Untuk menghindari kesan kultus individu terhadap KH.Fathul Muin Dg.Mangading (Seorang ulama kharismatik Sulsel yang di masa hidupnya menjadi Pembina para pendiri YFM) dan agar dapat menjadi Lembaga Persatuan Ummat, pada tanggal 19 Februari 1998 M nama YFM berubah menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI) yang berarti “Persatuan Islam” perubahan nama tersebut diresmikan berdasarkan akta notaris Sulprian, SH No.059. Dalam dakwah Wahdah Islamiyah pada saat itu, masih merambah dari masjid ke masjid, namun seiring perkembangannya, Wahdah Islamiyah mendapat sambutan hangat dari masyarakat sehingga

15 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 64.

234 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang membuat banyak masyarakat yang menerima dakwah dari wahdah Islamiyah. Sehubungan dengan adanya rencana untuk mengembangkan ke bidang pendidikan, YWI menambah sebuah kata dalam identitasnya menjadi Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah (YPWI) yang dimaksudkan agar dapat juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan tingginya, berdasarkan Akta Notaris Sulprian, SH No.055 tanggal 25 Mei 2000. Perkembangan Dakwah Wahdah Islamiyah yang sangat pesat dirasa tidak memungkinkan lagi lembaga Islam ini bergerak dalam bentuk Yayasan, maka dalam Musyawarah YPWI ke-2, tanggal 1 Shafar 1422 H (bertepatan dengan 14 April 2002 M) disepakati mendirikan organisasi massa (ormas) dengan nama yang sama, yaitu Wahdah Islamiyah (WI). Sejak saat itulah, YPWI yang merupakan cikal bakal berdirinya ormas WI disederhanakan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola pendidikan formal milik Wahdah Islamiyah. Seiring dengan perkembangan dakwahnya Wahdah Islamiyah berpusat di Sulawesi selatan, makassar. Satu satunya ormas yang berskala nasional dari Sulawesi dan penyebaran nya juga ke Sulawesi. Seiring dengan perkembangan zaman dan aturan ormas, bahwa ormas tidak bisa memiliki banyak cabang. Pada tahun 2004 terbentuklah Ormas Wahdah Islamiyah yang dipimpin oleh Ustadz Zaitun Rasmin seorang pendakwah dari Udewulo, Pohuwato, Gorontalo. Wahdah Islamiyah terbentuk di Gorontalo sejak 2012, yang dilihat secara waktu embrio Wahdah Islamiyah berasal dari para muslim asal Gorontalo di Makassar yang ditandai dengan Muswil I tahun 2012 dan Muswil II tahun 2016, DPW menjabat selama 4 tahun dalam 1 periode kepemimpinan dan saat ini dipimpin oleh Ust Ishak Bakari, M.Fil.I yang kini menjabat di periode keduanya dengan ditemani dengan 6 DPD se Gorontalo di bawah wilayah kerjanya. Awal perjalanan dakwah Wahdah Islamiyah di Gorontalo berasal dari mahasiwa Gorontalo yang mendaftar di salah satu perguruan tinggi di Makassar yang membuka program Bahasa arab, setelah itu mahasiswa dari Gorontalo bersentuhan dengan ustadz-ustadz yang saat itu lagi gencar-gencarnya dakwah dari Wahdah Islamiyah. Berawal dari ketertarikan terhadap Wahdah Islamiyah, maka mahasiswa Gorontalo yang kuliah di Makasar ingin menyebarkan dakwah Wahdah Islamiyah ke Gorontalo. Pertama kali disebarkan oleh ustadz Zaitun Rasmin yang melakukan daurah-daurah ke pesantren dari Hubulo dan Insan Cendekia. Dari sinilah awal mula Wahdah Islamiyah terbentuk di Gorontalo. Dalam program Wahdah Islamiyah terdapat tadribud du’a yaitu pendidikan setahun yang di didik menjadi seorang dai. Setelah pendidikan tersebut da‟i yang sudah mengikuti tadribud du‟a dikirim ke daerah-daerah untuk menyebarkan dakwah wahdah Islamiyah. Adapun visi dari Organisasi Dakwah Wahdah Islamiyah adalah ”Wahdah Islamiyah Menjadi Ormas Islam Yang Eksis Secara Nasional Pada Tahun 1452 H/2030 M”. Eksis yang dimaksud dalam visi adalah: (1) Terbentuknya Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di semua Provinsi di Indonesia. (2) Terbentuknya DPD sebanyak minimal 80% dari jumlah kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. (3) Memiliki lembaga pendidikan minimal setingkat pendidikan dasar di DPD (kabupaten/kota). (4) Memiliki kader sebanyak 5% dari populasi muslim (5) Tersedianya 4 orang alumni Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab (Ma‟had „Aly Al Wahdah) dan sejenisnya (dalam dan luar negeri), 4 orang alumni Tadribuddu‟at dan 5 orang alumni Perguruan Tinggi dalam negeri dan luar negeri, serta 1 orang alumni Tahfidzul Qur‟an yang terlibat secara aktif dalam program Wahdah Islamiyah sesuai dengan bidangnya masing-masing di tiap DPD. (6) Keberadaan lembaga Wahdah Islamiyah dikenal dan diakui oleh masyarakat dan pemerintah setempat di tiap DPD. Dikenal dan diakui diukur dengan: (a) Adanya kemitraan yang ditandai dengan adanya MoU dengan pihak ketiga setidak-tidaknya dalam hal pengembangan dakwah, pendidikan, atau sosial. (b)

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 235 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

Adanya Legalitas dari Pemerintah. (c) Tersedianya sarana-sarana operasional dan sarana-sarana penunjang yang memadai. Setidak-tidaknya berupa kantor, masjid, dan sarana pendidikan. (d) Memiliki unit usaha sebagai sumber dana-dana rutin. (e) Memiliki unit kesehatan sebagai bagian dari pelayanan masyarakat. (f) Memiliki media dakwah dan informasi. (g) Memiliki lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sedekah. Sedangkan misi yang diusung oleh organisasi ini adalah (1) Menegakkan syiar Islam dan menyebarkan pemahaman Islam yang benar. (2) Membangun persatuan umat dan ukhuwah Islamiyah yang dilandasi semangat ta‟awun (kerjasama) dan tanashuh (saling menasehati). (3) Mewujudkan institusi/lembaga pendidikan dan ekonomi yang Islami dan berkualitas. (4) Membentuk generasi Islam yang Rabbani dan menjadi pelopor dalam berbagai bidang kehidupan. 2. Program–Program Wahdah Islamiyah a) Pendidikan Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud lillahi Ta‟ala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang mengatakan bahwa mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan ideologis dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan merujuk kepada Al-Qur‟an sebagaiman Abdurahman Mas‟ud menyampaikan gagasanya “Ajaran Iqra adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa kegelapan.” Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai hambatan dan rintangan, tapi jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal sesulit apapun akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar -santrinya tanpa dibayar materi sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti ini merupakan ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun di dunia. yang mana dari dulu sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta‟ala. Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya. Pendidikan Islam merupakan media untuk mempengaruhi orang lain ke arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan kesadaran insani yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan dalam ruang lingkup peraturan Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar

236 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang tentang dasar pendidikan Islam dengan ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur‟an, Hadist dan akal sebagi dasarnya.”Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan dasar dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit menggambarkan alasan kenapa Al- Qur‟an dan Hadist menjadi landasan utama pendidikan Islam, Dalam hal ini Wahdah Islamiyah berkembang dengan membentuk lembaga pendidikan untuk Pengembangan wahda islmaiyah itu sendiridengan berbagai macam romantika kehidupan orang yang sedang berjuang dalam dakwah. b) Dakwah Dewasa ini banyak sekali organisasi-organisasi dakwah yang tumbuh dan berkembang di Indonesia dan dari setiap organisasi dakwah itu mempunyai program tersendiri khususnya dalam hal pembinaan. Tujuan dari program pembinaan dakwah ini yakni untuk mempersiapkan dan mengembangkan kualitas para da‟i agar siap dalam melaksanakan kegiatan dakwah yang akan diberikan kepada mad‟u serta agar da‟i mempunyai kecakapan dalam bersikap, bertindak, juga dalam berkomunikasi. Pembinaan untuk seorang da‟i sangat diperlukan dalam kelangsungan proses pengembangan citra seorang da‟i. Salah satu program pembinaan Wahdah Islamiyah adalah kajian rutin terkait masalah-masalah agama. Kajian rutin ini sebagai program wajib dari Wahdah Islamiyah karena selain menambah wawasan keilmuan agama tetapi juga sebagai ajang silaturahmi jamaah wahdah Islamiyah. c) Tabligh Akbar Tabligh Akbar acara pengajian Al-Qur‟an bersklala besar atau pertemuan keagamaan masal yang diadakan di seluruh Indonesia. Acara ini sering menyertai khutbah, zikir, dan dakwah. Skala Tabligh Akbar dapat bervariasi, dari tingkat lokal yang sesuai dengan masjid setempat, sampai yang mengumpulkan ribuan peserta. Tabligh Akbar dari jenis kedua Tabligh Akbar dari jenis yang terakhir sering menyebarkan informasi mereka secara luas ke seluruh media sosial dan tampil di masjid atau stadion tingkat nasional. Salah satu satu program tabligh akbar Wahdah Islamiyah adalah ummat fest yang dilaksanakan tanggal 3 november 2019 di Makassar yang menghadirkan Aa Gym dan kemudian mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk kembali kepada agama Islam, serta satu kegiatan ummat fest adalah menghapus tato gratis. d) Program Sosial (Humas) Nilai kemanusiaan dalam Islam adalah pokok ajaran muamalah yaitu "hubungan manusia dengan manusia". Arti kemanusian sendiri adalah kepedulian, aktifitas sosial yang saling membantu dan bekerjasama. Jika kita mempelajari ayat-ayat Al Qur'an akan menemukan banyak sekali bahwa kehidupan manusia adalah untuk saling menolong dan membantu satu sama lain "nilai kemanusiaan". Islam meletakkan dasar-dasar persamaan derajat dan hak asasi bagi setiap diri manusia. Dengan konsepsi itu tertolaklah segala pandangan yang berlawanan dengan peradaban manusia yang luhur. Sebagai wujud dari kemanusiaan yang luas, Islam mengajarkan agar tetap memelihara kelestarian kehidupan alam semesta. Salah satu Program sosial Wahdah Islamiyah dikemas dalam bentuk pengurusan jenazah yang bukan hanya jenazah dari jamaah Wahdah Islamiyah yang diurus, namun juga masyarakat umum yang mau jenazah keluarganya di urus oleh wahdah Islamiyah, dan program ini gratis.

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 237 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang

3. Strategi Manajemen Dakwah Wahdah Islamiyah Keberadaan Wahdah Islamiyah di Indonesia telah berusia kurang lebih dua puluh tahun dengan berbagai perubahan bentuk dan status. Keberadaan yang masing singkat ini tentu belum dapat memberikan perubahan yang signifikan bagi peta dan kondisi masyarakat secara sosiologis. Meski demikian, walaupun secara kepengurusan Wahdah Islamiyah di Gorontalo baru berusia 7 tahun tapi kemunculannya sebagai salah satu “pemain baru” yang dinanti oleh masyarakat. Sebagaimana halnya seorang pemain baru, terdapat harapan sekaligus sinisme, optimisme sekaligus pesimisme terhadap Wahdah Islamiyah. Ini semua ditangkap dan berusaha direspon dengan baik. Secara internal, jika berbicara dari sudut budaya organisasi, Wahdah Islamiyah adalah organisasi kekaderan yang menuntut loyalitas dari setiap kader. Dalam perkembangannya, Wahdah Islamiyah mengalami rasionalisasi organisasi baik filosofi dasar maupun proses-proses organisasi. Pola hubungan dan komunikasi menjadi rasional. Partisipasi dan sumbangsih anggota berubah dari “siapa yang diamanahi” menjadi “siapa yang sempat dan siapa yang bersedia”. Makna kata “partisipasi” berubah. Sebelumnya partisipasi merupakan tuntutan pribadi, maka selanjutnya, partisipasi merupakan tuntutan organisasi. Hal yang paling jelas adalah semangat meminta pertanggungjawaban pengurus disetiap akhir periode. Disadari atau tidak, manusia kini ada dalam kondisi global dan era reformasi, kehidupan semakin mendekat antara satu dengan yang lain, tidak ada yang dapat menghindari dari kecenderungan ini termasuk umat beragama. Secara global makin tampak proses enkulturasi dan alkulturasi nilai moral dari timur ke masyarakat barat, sedangkan di timur terjadi enkulturasi dan alkulturasi pemikiran barat kedalam masyarakat timur dan juga hedonisme barat, tidak terkecuali pada masyarakat Indonesia yang mengabaikan kehidupan beragama akibat dari kehidupan hedonistik. Memasuki milenium baru, dunia dakwah sedang menghadapi tantangan baru yang sifatnya lebih sistematik. Pengkajian kembali tentang pengertian, ruang lingkup, dan metode dakwah perlu terus dilakukan. Dakwah di era reformasi dimana dunia semakin didalam sebuah masyarakat yang tanpa batas dan umat manusia hidup didalam dunia yang semakin menciut kadar keimanannya. Terutama disebabkan oleh lajunya perkembangan teknologi, komunikasi, informasi, dan transformasi. Adapun kunci dari keberhasilan dalam pengembangan dakwah diera reformasi tidak lain ialah dengan pemanfaatan manajemen dakwah modern. Ustadz Khalid Walid selaku ketua Dewan Pimpinan Daerah Wahdah Islamiyah Kota Gorontalo mengatakan bahwa yang membuat gerakan Wahdah Islamiyah akan berkembang baik karena menggunakan strategi dakwah yang memfokuskan pada Pengkaderan (setiap tahun), Kajian-Kajian di Masjid (setiap pekan), Pendidikan dan sosial (pembelajaran Al-qur`an metode dirosah sampai dua puluh kali pertemuan). Pada zaman modern sekarang ini dakwah harus lebih diaktifkan dan jalankan dengan baik dengan melakukan pengkaderan untuk membentuk generasi dakwah. Karena melihat fenomena sekarang banyak gangguan dan fitnah yang muncul tanpa berlandaskan Al- Qur`an dan Assunah. Kalau kita melihat dakwah yang sering terjadi di Kota Gorontalo ini sangat beragam strategi yang mereka lakukan akan tetapi tujuannya sama. Karena arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar atau ilmuan semuanya satu tujuan. Seperti yang terdapat dalam buku Sirah Nabawiyah bahwa Rasulullah SAW Memiliki dua tugas penting yang harus segera dilakukan untuk kemajuan dakwah, yaitu: (1) Mengatur adminstrasi didaerah-daerah tersebut yang telah menyatakan loyalitasnya terhadap dakwah Islam, dan

238 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang keimanannya terhadap agama Islam. (2) Mengajarkan agama Islam kepada mereka yang baru mengenal Islam.16 Ismail Ibrahim, seorang simpatisan Wahdah Islamiyah mengatakan “Makan dan minum pun harus menggunakan strategi yang baik, sehingga dalam dakwah ini adalah untuk kepentingan umat, maka kita harus menggunakan strategi yang baik, kalau strategi dakwah Wahdah Islamiyah sangat bagus dan terstruktur”. Namun yang menjadi hambatan dan tantangan dalam mengembangkan dakwah Wahdah Islamiyah ini adalah tanggapan miring masyarakat awam terhadap Wahdah Islamiyah. Akan tetapi untuk menghadapi tanggapan miring masyarakat terhadap dakwah ini, ada strategi yang bisa menguatkan para mad`u, yaitu dengan melakukan pengkaderan setiap tahun untuk merekrut para aktivis dakwah yang loyalitas. Dari perkataan di atas, kami mengamati bahwa Strategi dakwah yang sangat bagus dan terstruktur dapat membawa dampak yang baik dalam perkembangan dakwah. Sehingga apa yang dilakukan oleh Wahdah Islamiyah ini sudah baik, akan tetapi gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyrakat Islam untuk memperingati kejayaan manusia didunia dan di akhirat, atau melaksanakan pengkaderan Wahdah Islamiyah masih tertutup. Kajian-kajian di masjid yakni melaksanakan tugas dakwah di tengah masyarakat tentu tidak cukup hanya dengan retorika dan kefasihan mengucapkan berbagai dalil agama. Justru yang lebih penting dalam kegiatan dakwah adalah keteladanan dari juru dakwah itu sendiri. Dakwah akan lebih efektif dan membuahkan hasil yang maksimal manakala juru dakwah bisa mewujudkan satunya kata dengan tindakan. Kalau juru dakwah hanya pandai bermain retorika, tapi tidak sesuai dengan tindakan, akan membuat masyarakat enggan untuk mengikutinya. Untuk itu, kata kunci dari keberhasilan dakwah adalah keteladanan.17 Bapak Kisman Basorogo, seorang simpatisan Wahdah Islamiyah Gorontalo mengatakan bahwa: “Dakwah Wahdah Islamiyah ini memiliki tujuan untuk menebar dakwah sunnah dan Al-Qur`an, maksudnya dapat menyebarkan dakwah sunnah dan menyatukan umat dan saling menjaga ukhuwa melalui kajian-kajian untuk pembobotan dalam penguasaan ilmu Agama”. Kemudian ditambahkan oleh Bapak Jafar : “Bahwa tujuan Wahdah Islamiyah ini memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Islam dengan membuat kajian yang bersumber dalam Al-Qur`an dan sunnah dengan pemahaman generasi terbaik umat ini, maksudnya dakwah dapat menerapkan strategi berjenjang sehingga bisa menyentuh semua lapisan dan keberagaman masyarakat tanpa saling menjatuhkan dan saling menyalahkan.” Dari dua pendapat di atas, kami dapat mengambil pengertian bahwa, kajian merupakan strategi atau cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da`i (penceramah atau pendakwah) kepada mad`u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang dalam berdakwah. Pendidikan dan sosial (metode pembelajaran dirosah Al-Qur`an) keberagaman masa depan bukan berarti berbeda dengan agama yang formal ada, namun harus dijalankan secara lebih tulus untuk diterima sebuah kebenaran tuhan. Sehingga akan memunculkan suatu paham keagamaan yang elektis dan lebih bersifat humanistik universal. Sikap agama mendatang adalah sikap keberagaman yang menekankan dan menghargai persamaan nilai-nilai luhur yang disebut secara

16 Muh. Rawwas Qol`ahji, Sirah Nabawiyah, (Bogor: Al-Azhar Press, 2015) , hlm 456. 17 Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya Dan Politik, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam 2001), hlm 51.

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 239 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang umum sebagai prosesi `amil al-shalihat secara berkesinambungan, yang berujung pada adanya kesadaran pertanggungjawaban dihadapan Allah dihari kemudian. Al-Ghazali menyebutkan hadits yang berlawanan bahwa umat yang 73 golongan itu semuanya selamat kecuali satu saja yang masuk ke neraka, yakni kaum kafir zindiq, yakni kaum kafir yang tidak mempercayai keberadaan Nabi Muhammad SAW.18 Arianto Maliki mengatakan bahwa : “Strategi Wahdah Islamiyah ini banyak, tapi yang nampak ini adalah pendidikan dan sosial, dengan metode pembelajaran dirosah Al-qur`an yang dilakukan setiap pekandan memiliki target dalam waktu dua puluh kali pertemuan bisa membaca dan memahami Al-qur`an. Tujuan diadakannya pembelajaran Al-qur`an ini, untuk memberikan pemahaman kepada umat islam tentang sumber hukum Islam supaya tidak saling berpecah belah, Karena didalam Al-qur`an sudah dijelaskan tentang ukhuwah dan persatuan, sehingga Wahdah Islamiyah ini artinya persatuan Islam, memang benar-benar persatuan yang sesuai Al-qur`an dan tidak berpecah belah.Dan yang paling penting dalam strategi dakwah ini, untuk membentuk umat dalam bidang ilmu pengetahuan secara spiritual dan sosial.” Dari berbagai penjelasan di atas, kami mengamati bahwa, kita tidak boleh hanya membatasi diri dengan ibadah formal, sehingga kita akan lalai dengan gerakan kemanusiaan yang dicanangkan oleh Al-qur`an. Antara keshalihan ritual, spritual, dan sosial harus seimbang dalam satu pribadi muslim. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Wahdah Islamiyah dalam membentuk umat yang memiliki ilmu pengetahuan agama dan sosial masih belum efektif, karena hanya menggunakan strategi dengan kurun waktu dua puluh kali pertemuan. Menurut kami dalam waktu yang singkat itu belum mencapai target yang efektif. Adapun Strategi Dakwah menurut Al-Bayanuni menjadi tiga macam yakni Strategi Sentimental, Strategi Rasional dan Strategi Indrawi. Kemudian menurut Ali Azis strategi dakwah terbagi menjadi tiga macam yakni, Strategi Tilawah, Strategi Tazkiyah dan Strategi Ta`lim Sesuai dengan teori dijelaskan diatas kami mengamati bahwa Wahdah Islamiyah dalam pelaksanaan dakwah ada beberapa strategi dakwah yang digunakan sesuai dengan landasan teori, seperti : strategi dakwah sentimental, strategi dakwah rasional, strategi dakwah taklim, strategi dakwah indrawi, dan strategi tazkiyah. Manajemen Strategi dalam berdakwah Wahdah Islamiyah di Gorontalo telah kami temukan dari berbagai hasil wawancara bahwa pencapaian dakwah mereka ini sangat baik dan terstruktur, karena strategi dakwah ini fokus pada Ilmu Islam, amal ibadah, Dakwah, dan tarbiyah anak.dan yang paling nampak yaitu pelaksanaan kajian-kajian setiap pekan, danpembelajaran Al-qur`an metode dirosah dengan menggunakan strategi hanya dua puluh kali pertemuan. 4. Implikasi Organisasi Terhadap Strategi Dakwah Wahdah Islamiyah Implikasi atau pengaruh positif dalam dakwah Wahdah Islamiyah terhadap organisasi ada dua implikasi yakni : (1) Perubahan Perilaku Organisasi. Setiap Jamaah yang ikut kajian Wahdah Islamiyah, pasti jika sudah rutin dan menggunakan waktu yang cukup lama, tentu sudah memiliki perubahan perilaku organisasi tampak dari cara penampilan para anggota dan jamaah. Kami pun mengamati bahwa ternyata dakwah Wahdah Islamiyah mampu merubah umat agar bisa mengamalkan amalan-amalan sunnah yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Namun dalam pelaksanaan atau dalam amalan baik yang wajib maupun yang sunnah sesuai realita bahwa Wahdah Islamiyah selalu memahami ayat atau referensi berdasarkan hanya secara tekstual. Organisasi pun

18 MuhammaSholikhin, Tasawuf Aktual, (Semarang: Pustaka Numn, 2014), hlm 204-205.

240 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya

Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang menekankan pada penerapan 4 pilar Wahdah Islamiyah, yakni Ilmu, Amal, Dakwah, dan Tarbiyah. Tepat 14 September 2015, Wahdah Islamiyah Gorontalo melakukan implementasi tarbiyah Islamiyah dengan mendirikan Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah yang berlokasi di Kabupaten Bone Bolango. Sejak berdirinya pesantren hingga kini telah berjalan 5 tahun memberikan dampak positif dalam pembangunan nilai spiritual dan intelektual. Melalui pondok pesantren ini, masyarakat telah banyak melek agama tanpa memandang usia. (2) Peningkatan Perilaku Individu. Seorang jamaah yang ikut dakwah Wahdah Islamiyah selaku termotivasi belajar Al-Qur`an, bahkan menghafalkan dan mendakwahkannya lebih meningkat. Karena strategi yang dilakukan oleh Wahdah Islamiyah sangat berpengaruh pada peningkatan ibadah spiritual. kami mengamati bahwa implikasi dari dakwah Wahdah Islamiyah itu sangat baik, karena dapat meningkatkan semangat para jamaah berdakwah, bahkan yang lebih menarik adalah meningkatkan semangat menghafal Qur`an, namun implikasi ini lebih banyak kepada para kader Wahdah Islamiyah itu sendiri walaupun ada jamaah dari kelompok lain atau seorang muslim yang belum berafiliasi pada satu organisasi keislaman, tetapi mayoritas berdampak kepada para kader Wahdah Islamiyah Gorontalo. Implementasi dakwah melalui Tahfidzul Qur‟an yang dilakukan oleh Wahdah Islamiyah Gorontalo telah dilakukan sejak usia dini, seperti penerapan pendidikan Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah di Bone Bolango dengan dibuktikan para santi yang berprestasi di berbagai perlombaan seperti PORSADIN dan Fesitival Anak Yatim (FAY). Apalagi setelah diresmikannya Masjid Umar Al Faruq yang didirikan oleh Wahdah Islamiyah, masjid ini pula menjadi pusat dakwah Wahdah Islamiyah yakni sebagai Islamic Center karena posisinya yang strategis. Serta kehadiran Lazis Wahdah menyadarkan para kader dan simpatisan untuk beramal dan membantu sesame manusia. Tak kalah penting dari itu, Wahdah Islamiyah mendidik para wanita muslimah dalam satu forum yang fokus mengkaji wanita dalam perspektif Islam, forum ini dinamakan Forum Muslimah Wahdah Islamiyah Gorontalo.

D. Kesimpulan dan Saran Organisasi Wahdah Islamiyah pertama kali didirikan pada tanggal 18 juni 1988 M dengan nama Yayasan Fathul Muin (YFM), berdasarkan akta notaris Abdullah Ashal, SH No.20. Namun setelah beberapa tahun kemudian yayasan bermetamorfosis menjadi Wahdah Islamiyah agar supaya pergerakan Fathul muin bukan pergerakan individual melainkan pergerakan organisasi masa. Untuk menghindari kesan kultus individu terhadap KH.Fathul Muin Dg.Mangading (Seorang ulama kharismatik Sulsel yang di masa hidupnya menjadi Pembina para pendiri YFM) dan agar dapat menjadi Lembaga Persatuan Ummat, pada tanggal 19 Februari 1998 M nama YFM berubah menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI) yang berarti “Persatuan Islam” perubahan nama tersebut diresmikan berdasarkan akta notaris Sulprian, SH No.059. Wahdah Islamiyah terbentuk di Gorontalo sejak 2012. Awal perjalanan dakwah Wahdah Islamiyah di Gorontalo berasal dari mahasiwa Gorontalo yang mendaftar di salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah di Makassar yang membuka program Bahasa Arab. Berawal dari ketertarikan terhadap wahdah Islamiyah, maka mahasiswa Gorontalo yang kuliah di makasar ingin menyebarkan dakwah Wahdah Islamiyah ke Gorontalo. Pertama kali di sebarkan oleh ustadz Zaitun Rasmin yang melakukan daurah daurah kepesantren dari hubulo dan insan cendekia. Dari sinilah awal mula Wahdah Islamiyah terbentuk di Gorontalo. Program Wahdah Islamiyah merambah kebidang dakwah, pendidikan, tabliq akbar, lingkungan hidup dan sosial. Dalam perkembangannya, Wahdah Islamiyah mengalami rasionalisasi organisasi

Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 241 P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620 Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Dian Adi Perdana, Arianto S Panambang baik filosofi dasar maupun proses-proses organisasi. Pola hubungan dan komunikasi menjadi rasional. Partisipasi dan sumbangsih anggota berubah dari “siapa yang diamanahi” menjadi “siapa yang sempat dan siapa yang bersedia”.Makna kata “partisipasi” berubah. Sebelumnya partisipasi merupakan tuntutan pribadi, maka selanjutnya, partisipasi merupakan tuntutan organisasi. Hal yang paling jelas adalah semangat meminta pertanggungjawaban pengurus di setiap akhir periode. Peneliti merekomendasikan untuk mengupas Manajemen Organisasi dan Strategi Dakwah pada Wahdah Islamiyah di setiap wilayah, karena kehadiran lembaga ini begitu menarik untuk dibahas secara tuntas. Peneliti merupakan murni akademisi dan melihat suatu aspek secara objektif sehingga berharap di setiap penelitian yang dilakukan akan selalu bermanfaat bagi sesame akademisi bahkan para praktisi khususnya di bidang Manajemen Organisasi dan Sosial Budaya.

Daftar Pustaka Adnan, Anas. “Fiqih Dakwah dan Pola Kebijaksanaanya”, dalam Digital Jurnal Al-Manar, Edisi I (2004). https://arrosyadi.files.wordpress.com/2008/06/fiqh-dakwah.pdf Daulay, Hamdan. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam. 2001. Gaspersz, Vincent. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Armico. 1994. Haq, Nuzul. “Penerapan Tarbiyah Islamiyah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar”, Tomalebbi: Jurnal Pemikiran, Penelitian Hukum, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 3, no. 1 (Maret 2016). https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/view/1913 Kritiner, Robert. Management, 4 Edition. Boston: Hougton Mifflin Company. 1989. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 2004. M. Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2003. Iskandar, Arief B. Materi Dasar Islam, Islam Mulai Akar Hingga Daunya. Bogor: Al-Azhar Press. 2016. “ORGANISASI DALAM MANAJEMEN DAKWAH | HM | Jurnal Dakwah Tabligh.” Accessed December 30, 2019. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/view/331. Prihantin, Eka. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta. 2011. Qol`ahji, Muh. Rawwas. Sirah Nabawiyah. Bogor: Al-Azhar Press. 2015.

Sadjak, M. Nadjib. Al-Inayah, Kamus Saku Indonesia-Arab. Jatirogo: Kampoengkyai. 2014. Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011. Sholikhin, Muhammad. Tasawuf Aktual. Semarang: Pustaka Numn. 2014. Siagian, P. Filsafat Administrasi, Jilid 1. Bandung: Penerbit Gramedia. 2006. “TUMBUHNYA TOLERANSI MELALUI ORGANISASI DAKWAH | Farida | TADBIR : Jurnal Manajemen Dakwah.” Accessed December 30, 2019. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tadbir/article/view/2385. Tajuddin, Muhammad Saleh. “Pemikiran dan Gerakan Politik Wahdah Islamiyah di Sulawesi Selatan”, Al-Fikr: Jurnal Pemikiran Islam 17, no.1 (2013). http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/alfikr/article/view/2279/2212 Yunus, Eddy. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi Offset. 2016. Organisasi Wahdah Islamiyah. Website resmi https://wahdah.or.id/ , awal diakses pada 15 Nopember 2019. Wawancara dengan Ketua Wahdah Islamiyah Provinsi Gorontalo Ustadz Ishak Bakari LC, para pengurus DPW dan DPD, kader dan para jamaah Wahdah Islamiyah Gorontalo antara tanggal 4 s/d 26 Nopember 2019.

242 Copyright © 2019 Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya P-ISSN: 2527- 4430 E-ISSN: 2548-7620