JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

STUDI EKSPERIMEN PENCELUPAN FRAGMEN DENGAN ZAT PEWARNA ALAM INDIGO, JOLAWE DAN TINGI

Sri Purwani Akademi Kesejahteraan Sosial AKK [email protected]

Tin Dels Marce Ndawu Yogya Desain School, Yogyakarta [email protected]

Abstrak Penelitian ini sebagai percobaan atau eksperimen–eksperimen beberapa zat pewarna alam untuk mewarnai batik. Zat warna alam dihasilkan dari sari pati tumbuh-tumbuhan yang terlebih dulu diekstrak. Ada macam-macam bagian tumbuhan yang dapat diekstrak warnanya misalnya batang kayu, kulit kayu, bunga, daun, biji, buah, kulit buah. Subyek penelitian ini adalah fragmen atau contoh-contoh mini dari proses membuat batik dengan zat warna alam dan berbagai zat fiksatornya. Obyek penelitian zat pewarna alam berupa indigo, jolawe dan tingi. Penenelitian menggunakan metode eksperimen sebagai metode utama, selain itu menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Analisis diskriptif kualitatif dengan menjelaskan hasil-hasil eksperimen yang dihasilkan. Tujuan dari pada eksperien ini untuk 1) mengetahui secara langsung proses pewarnaan batik dengan zat warna alam indigo, jolawe dan tingi pada fragmen batik. 2) Ingin mengetahui hasil zat warna alam dalam pencelupan fragmen batik. Pada sisi lain juga ingin menambah sekelumit wawasan tentang batik dengan pewarnaan alam. Hasil pencelupan fragmen batik dengan zat warna alam sesungguhnya sangat bervariasi hal ini terjadi karena setiap jenis zat fiksatir memberikan kharakter warna yang berbeda-beda meskipun hanya satu zat warna yang digunakan.

Kata Kunci:, Fragmen Batik, Zat Warna Alam Indigo, Jolawe, Tingi.

Abstract

This research is an experiment of some natural to color batik. Natural dyes are produced from extracts of plant starches that are first extracted. There are various parts of plants that can be extracted in colors such as logs, bark, flowers, leaves, seeds, fruit, fruit skin. The subject of this research is fragments or mini-samples of the process of making batik with natural dyes and various fixators. The object of research is natural dyes in the form of indigo, jolawe and tingi. Research uses the experimental method as the main method, besides using the documentation and interview methods. Descriptive qualitative analysis by explaining the results of the experiments produced. The purpose of this experiment is to 1) know firsthand the process of coloring batik with natural dyes indigo, jolawe and tingi on batik fragments. 2) Want to know the results of natural dyes in batik fragments. On the other hand also want to add a little insight about batik with natural coloring. The results of dyeing batik fragments with natural dyes actually vary greatly because this happens because each type of fixative substance gives different color characteristics even though only one is used.

Keywords: Batik Fragments, Indigo Natural Dyes, Jolawe, Tingi

PENDAHULUAN khasanah batik itu sendiri. Batik adalah seni Membahas dan mengkaji ataupun yang mengekspresikan isi dari cipta dan meneliti tentang batik sepertinya tidak akan rasa estetika yang difisualkan pada ada hahisya karena dari waktu ke waktu lembaran kain putih sebagai ornamen atau batik mengalami berbagai peruhan- motif kain. Untuk memperoleh selembar perubahan yang justru akan memperkaya kain batik yang cantik perlu kesabaran

1 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019 karena harus diselesaikan dengan beberapa METODE PENELITIAN tahapan proses yang memakan bayak Dalam penelitian ini kami waktu, tenaga dan biaya. menggunakan metode eksperimen. Memproduksi batik memerlukan Eksprimen pencelupan fragmen batik proses atau tahapan pekerjaan yang harus dengan zat warna alam indigo, jolawe dan dilaksanakan prosedural dalam artian harus tingi secara sendiri-sendiri tanpa celupan mengikuti langkah-langkah mengerjakan warna lain, juga menggunakan bahan yang urut. Pada tempo dulu mewarnai kain fiksasi yang dibedakan untuk engetahui dan jga batik adalah dengan zat warna alam hasil akhirnya. Selain itu dari ketiga macan karena memang belum adanya zat warna zat warna sesudah difiksasi dicelupkan sitetis. Dalam proses pewarnaan alam pada zat warna dari ketiga warna membutuhkan waktu yang tidak singkat menghasilkan warna yang baru/ berbeda karena harus melalui proses atau perlakuan lagi baru dilakukan fiksasi akhir. Sesudah khusus terhadap kainya dan proses itu dilanjutkan proses peorotan malam/lilin menyiapkan zat warnanya. dan pencucian. Pada eksperimen ini kami Perlakuan khusus pada bahan antara juga melakukan pencantingan dan lain kain harus dibersihkan dulu dari pengecapan pada lembaran kain coba kororan tertentu karena prosesproduksi dengan ukuran kecil/fragmen. kain, maka kain terlebih dulu direndam TRO sebagai proses pra mordan. Setelah itu KAJIAN TEORI baru kain diproses selanjutnya mordan agar Fragmen Batik dapat mengikat zat warna alam lebih baik. Pengertian fragmen adalah contoh- Memperoleh zat warna alam dilakukan contoh suatu produk, hasil proseses dengan dengan proses ekstraksi dapat dilakukan ukuran yang minimalis atau sebagai dengan berbagai cara misalnya dengn miniatur tetapi dapat mewakili hasil yang merebus, fermentasi, membuat serbuk akan diproduksi. Tujuan membuat fragmen disesuaikan dengan jenis bahanya. Untuk biasanya untuk melaksanakan proses kerja melakukan proses ekstraksi ada yang yang sistematis dan prosedural untuk memerlukan waktu cukup lama. Demkian mengetahui hasil yang diharapkan sebagai juga proses pencelupan dengan zat warna sampel produk dengan ukuran mini. Selain alam harus dilakukan berulang-ulang untuk itu membuat fragmen produk dapat memperoleh warna yang diingikan. Proses menghemat biaya. Hasilnya dapat dianalisa pencelupan dengan pewarna alam juga terlebih dulu sebelum membuat produksi sangat berbeda dengan zat warna sintetis secara besar-besaran. yang dapat dilakukan lebih cepat dan hasil Batik adalah hasil dari seni membuat warnanya lebih cemerlang. ornamen pada kain dengan media perintang Pada sisi lain sebenarnya zat warna malam cair yang dilukiskan dengan alam dapat dibuat sendiri dengan proses canting. UNESCO memberikan pengakuan yang sederhana sehingga lebih murah, lebih Batik Sebagai Warisan Budaya Tak Benda ramah lingkungan, limbahnya tidak asli dari (Intangible World merusak lingkungan terutama kepada tanah Culture Heritage) berupa kain batik yang dan sumber air untuk kehidupan manusia ditulisdengan canting dan malam dan dan penghuni bumi lainya. Dengan merupakan hubungan tradisi dan budaya demikian diharapkan kita dapat lebih peduli jawa. Keputusan Presiden RI nomor 33 terhadap lestarinya lingkungan hidup Tahun 2009, Hari Batik Nasional dengan melakukan regenerasi menanam ditetapkan tanggal 2 Oktober.(Yeni Yanas, pohon-pohon produksi zat warna alam. 2018).

2 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

Menurut Misari dan Yeni Yanas Allah atau Tuhan Yang Maha Kuasa yang (2012), batik adalah kerajinan yang telah melimpahkan hujan pembawa berkah memiliki karya seni tinggi dan telah untuk kesejahjeraan dan kesuburan. menjadi bagian dari budaya bangsa Motif Sudagaran yang diciptakan Indonesia karena menyimpan nila-nilai oleh seniman komunitas pedagang. luhur melalui ragam hias yang diciptakan Motifnya berupa satwa-satwa, benda alam dengan pesan dan harapan agar membawa yang dimodifikasi, distilasi menjadi bentuk kebaikan dan kebahagiaan pemakainya. yang indah. Batik ini mengutamakan Tjahyani (2017) berpendapat batik kualitas yang bagus dengan pengerjaan adalah karya yang dibuat dengan cara yang teliti karena motif isen-isenyan yang menutup pola dengan malam panas dan amat indah, dengan warna khas soga dan kemudian dicelup dengan warna dingin”. biru tua. Suatu karya seni yang dibuat dengan doa, Motif Cuwiri memiliki makna dan cita rasa. kepantasan dan dihormati dengan motif gunung atau meru, dan burung garuda atau Motif batik gurda. Batik ini digunakan untuk kemben Motif–motif klasik batik memiliki juga pada upacara adat kraton pada upacara makna filosofi tertentu yang dalam kehailan tujuh bulan. menggambarkan motif memiliki harapan- Motif Tambal, motif ini terinspirasi harapan kebaikan untuk kehidupan bagi oleh kejadian atau perjalanan hidup dirinya maupun keluarganya. Ada motif manuasia yang jauh dari kesempurnaan dan klasik yang hanya diperbolehkan dipakai banyak kekurangan-kekurangan maka oleh kalangan tertentu. Juga ada jenis motif perlu sekali perbaikan-perbaikan yang tertentu yang hanya dipakai untuk acara- istilahnya menambal yaitu memmperbaiki acara tertentu pula misalnya motif slobok atau menutupi kekurangan agar menjadi khusus digunakan untuk penutup jeazah lebih baik. jadi tidak tepat digunakan untuk acara Motif Sido Mukti memiliki makna lainya. Motif batik sendiri dapat dibedakan terkabulnya suatau do-doa dan harapan menjadi motif klasik dan moti-motif hidup sejahtera, bahagia lahir dan batin. modern. Motif utama terdiri dari gambar gurda atau Menurut Solichul Hadi dkk (2014) burung garuda dengan warna soga,biru tua awal mula dari semua jenis batik yang dan putih. Kain motif ini untuk upacara berkembang di Indonesia motifnya perkawinan. mengandung makna filosofi hidup. Batik Motif Sekar Jagad, jika dimaknai dibuat oleh para putri kraton dan pembatik dari namanya sekar adalah bunga dan jagad handal yang ada dalam lingkungan keraton adalah dunia atau bunga sedunia. yang pada dasrnya motifnya terlarang Merupakan makna keanekaragaman isi dari digunakan untuk orang biasa seperti motif dunia yang penuh keindahan inilah salah parang baring, parang rusak, udan riris dan ciri khas motif batik Indonesia. beberapa motif lainya. Beberapa motif – Motif Kawung, susunan bentuk motif batik klasik antara lain: geometris menyerupai buah kilng-kaling Motif Kraton Parang Barong yang yang disusun sedemikian rupa secara memiliki ciri khas motif parang dengan berulang-ulang ini melambangkan harapan ukuran besar dan tegas. kesucian dan umur panjang dalam Motif Parang Rusak konon kehidupan. terinspirasi oleh barisan gunung seribu Motif Semen, dalam bahasa diciptakan oleh Panembahan Senopati. Indonesia tumbuh, bersemi, dimaknai dapat Motif Udan Liris dari kraton menjalani hidup dengan baik layaknya Surakarta diciptakan oleh Pakubuwono III tanaman yang tumbuh dan berkembang pada abad 18, melambangkan Rahmat semakin makmur.

3 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

Zat warna alam direndam selama 12 jam dalam larutan tawas Bahan – bahan zat warna alam dapat dan soda abu. 5) Dicuci sampai bersih dan diperoleh dari apa yang ada di alam semesta dikeringkan, maka kain siap diproses batik dan ini yaitu dari bahan tumbuh-tumbuhan, decelup pada zat pewarna alam. hasil tambang, dan dari laut. Menurur Extracion of natural dyes atau sumber dari balai besar kerajinan dan batik ekstraksi zat warna alam perlu dilakukan yogyakarta “zat warna alam yaitu zat warna untuk memperoleh pigmen warna dari yang diperoleh dari alam baik yang berasal bahan-bahan alami tumbuh-tumbuhan. dari tumbuh-tubuhan, mineral maupun Ekstraksi dapat dilakukan dengan boiling binatang yangdigunakan secara langsung process atau dengan cara direbus dan atau tidak langsung sebagai zat warna, akan bejana dengan proses fermentasi. Secara tetapi zat warna dari tumbuh-tumbuhan sederhana proses pembuatan zat warna alam lebih mudah ntuk dikembangkan” atau ekstraksi sebagai berikut 1) Bahan pewarna direndam dengan perbandingan 1 kg Setiap tumbuhan-tumbuhan memiliki zat warna alam dengan 8 liter air. 2) direbus pigmen atau zat warna alami tertentu baik sampai mendidih, distabilkan nyala api lebih itu dari batang kayunya, kulit kayunya, kecil didiamkan hingga air rebusan menjadi 6 daun, bunga, buah, biji ataupun akarnya. liter. 3) didiamkan 24 jam kemudian disaring Indonesia sebagai negara beriklim tropis dan zat warna alam dapat digunakan. 4) Bekas dengan hutan yang luas dan aneka tanaman bahan pewarna dapat direbus kembali dengan pohon dapat dijadikan sumber zat warna air 50% dari takaran semula. alam yang tak ternilai harganya. Setiap wilayah atau kepulauan memiliki tanaman Zat Warna Indigo yang khas. Tumbuh-tumbuhan yang dapat Zat warna Indigo termasuk golongan diekstrak digunakan sebagai zat warna alam zat warna bejana diperoleh melalui proses dapat dibudidayakan, karena tanah di fermentasi daun Tom untuk menemukan negeri ini sangatlah subur. zat-zat warnanya. Zat warna ini akan Menurut Balai Besar Kerajinan Dan muncul setelah adanya proses oksidasi Batik Yogyakarta, ada zat warna alam dengan udara itulah warna indigo dari daun golongan mordan dan zat warna bejana. Tom atau nila. Secara sederhana fermentasi Sumber dari tumbuhan dihasilkan dari daun Tom dapat dilakuka, bahan-bahan dari pigmen / zat warna alam yang terkandung daun nila/ tom/ indigo bisa dengan dalam tumbuhan/ tanaman itu sendiri yaitu batangnya kira-kira 9 kg direndam air Indigotin yang terdapat dalam daun indigo, sampai terendam betul selama 2 hari. Boleh sedangkan Bixin terdapat pada Bixa diremas-remas kemudian disaring. Orellana Brazilin terdapat pada secang, Ditambahkan air kapur 20-30 gram, inilah sumber zat warna alam golongan dikebur sampai berbuih, proses mengkebur mordan. Maka dalam penggunaan zat larutan dilakukan sampai buih-buihnya warna alam perlu adanya proses bersih kembali dan warna cairan yang hijau mordanting, yaitu memberi tambahan berubah menjadi biru. Larutan dibiarkan gugus molekul berupa tawas dan soda abu dalam ember selama sehari semalam pada kain dari serat alam misalnya sampai mengendap. Dapat diamati pada primisima supaya lebih tinggi ketahanan permukaan endapan tampak dua lapisan dan serapan warnanya. Contoh proses dari yang berbeda, pada permukaan lapiasan pada mordanting antara lain 1) Kain atas terdapat cairan yang bening yang harus direndam dengan TRO ( Turkey Red Oil) dibuang dan bagian endapan bawah selama 30 menit, dibilas bersih, ditiriskan. 2) berwarna biru itulah “pasta indigo” sebagai melarutkan tawas 6 gram/liter air bersih, zat warna. Zat warna alam indigo harus melarutkan soda abu 2 gram/liter air bersih, 1 disimpan di tempat yang sejuk dan kering liter air bersih/meter kain. 3) Larutan tawas dan dalam keadaan tertutup. soda abu dicampur sesuai takaran resep dan banyaknya kain yang akan digunakan. 4) Kain

4 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

Zat Warna Jolawe kg pasta indigodicampur dengan 1 kg Diperoleh dari ekstraksi kulit buah cairan gula jawa dalam 2 liter air + Air jolawe atau jaha lawe dalam bahasa jawa. dingin 5-8 liter. Diaduk sampai homogen, Dalam bahasa latin Terminalia didiamkan 24 jam lalu disaring warna Bellirica/Gaertn. Pohon ini tingginya kira- kuning kehijauan. b) kain fragmen yang kira 30-50 cm batang kuat dan tegak dengan sudah dibatik dibasahai / direndam TRO warna hijau keputih-putihan dan tekstur 0,5 gram per liter hingga rata suhu dingin, kulit yang kasar. Biji buah jolawe ditiriskan hingga lembab. digunakan sebagai bahan jamu/ obat Pencelupan dalam larutan zat indigo tradisional, sedangkan kulitnya itulah dapat sampai betul-betul rata ( berwarna kuning diekstrak menghasilkan tanin/ zat warna kehijauan) lalu diangkat agar terjadi proses alam untuk kain. Warna yang dihasilkan oksidasi dengan oksigen sehingga menjadi dari ekstrak kulit buah jolawe adalah warna warna biru. coklat kehijauan yang lembut. Penirisan dengan diangin-anginkan di tempat yang teduh sampai kering. Zat Warna Tingi Diulangi minimal 3 kali pencelupan atau Menurut Ratih Purnama, zat warna lebih sampai menemukan warna dengan ini diperoleh dari ekstraksi kulit kayu tingi kriteria yang diinginkan. Diproses fiksasi atau Tengar yang termasuk spesies Ceriops atau mengunci warna agar tidak luntur. Tagal Condolleana B. Robinson. Pohon ini memiliki ketinggian yang dapat mencapai Indigo Jolawe Tingi kira-kira25 meter dengan warna kulit coklat keabu-abuan, tekstur tidak kasar dan besar bagian pangkal pohon. Kayu ini sangat kuat dapat digunakan untuk bahan perabot bahkan rel kereta api dapat dialas denan kayu ini. Kulit kayu tingi menghasilkan tanin atau zat warna alam yang kuat dapat digunakan pada pnyamakan kulit dan bahan pewarna untuk cat. Tanin ini berkualitas tinggi apabila untuk pewarnaan batik akan Gambar 1. Zat Pewarna Alami bemberi warna coklat kemerahan. Jansen et al dalam Prima Astuti Zat fiksator Handayani et.al (2013) tanin dari kulit tingi Hasil ceelupan zat warna alam pada / ceriops tagal bervariasi dari 13% sampai batik harus dikunci agar tidak luntur. lebih dari 40% termasuk dalam tanin Husaini et al, (2009) menuliskan bahan terkondesasi tipe procianidin sehingga tekstil yang dicelup dengan zat warna alam pewarnaan dengan kulit pohon tingi perlu sekali proses fiksasi ( ficer) tujuanya memberikan warna cokelat kemerah- agar warna kain dapat bertahan lama/ tidak merahan. Dari pohon yang umurnya sudah mudah luntur atau pudar. Zat ini punya tua ditandai dengan kulitnya semakin tebal. peran yang sangat penting. Kulit yang tebal itulah yang akan Ada berbagai zat untuk penguncian menghasilkan produksi tanin atau zat warna warna dapat menggunakan awas, kapur, yang tinggi dan berkualitas (Gusmailina tunjung. Fixation process atau proses fiksasi dalam Hidayani, 2012). yaitu mengunci warna setelah pencelupan dengan zat warna alam dilakukan ketika hasil Proses Pencelupan Warna Golongan celupan akhir sudah kering betul. Proses fiksasi Mordan (Indigo) yaitu kain yang sudah selesai dibatik dan Persiapan dengan a) membuat diwarnai dimasukan dalam larutan fiksator. larutan warna indigo dengan komposisin 1 Karakter warna yang zat fiksator tawas, kapur,

5 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019 dan tunjung setelah kain dicelupkan berbeda- beda.

Tabel1. Zat Fiksator Untuk Pewarnaan Alam No Fiksator Hasil / kharakter warna Komposisi

1 Tawas akan memberi efek warna 70 gram tawas dilarutkan dalam 1 liter air muda. diaduk kemudian didiamkan selama 24 jam baru dapat digunakan.

2 Kapur akan memberi warna 50 gram kapur tohor dilarutkan dalam 1 sedang. liter air diaduk kemudian didiamkan selama 24 jam baru dapat digunakan.

3 Tunjung akan memberi efek warna 30 gram tunjung dilarutkan dalam 1 liter tua/gelap air

atau tempat duduk dengan kaki yang Alat dan bahan pendek. 7) celemek untuk melndungi Untuk melaksanakan pekerjaan atau badan/ busana bagian depan agar tidak proses membatik dibutuhkan beberapa kotor. 8) untuk batik diperlukan canting peralatan antara lain; 1) alat untuk khusus dari tembaga cap/stempel yang mengeblat atau menggambar motif batik bergambar motif, meja untuk mengecap pada kain adalah pensil yang lunak yang dan perlengkapanya, wajan besar, kompor. meninggalkan jejak yang jelas pada kain. 2) 9) obeng jos untuk menghapus tetesan lilin meja kaca untuk ngeblat atau bisa papan yang tidak pada tempatnya. 10) sendok untuk ngeblat motif batik / dengan untuk mengambil kerak lilin. 11) sarung permukaan yangn rata. 3) canting untuk tangan plastik. ngrengreng, tempat cairan malam untuk Bahan untuk membatik antara lain 1) dituliskan motif pada kain. 4) wajan dan kain katun. 2) malam atau lilin. 3) zat warna kompor kecil untuk memanaskan malam alam. 4) motif - motif pola batik atau hingga mencair dan dapat diisikan ke dalam ornamen. 5) bahan pembantu untuk poses canting. 5) gawangan untuk menyampirkan mordanting dan fiksasi. kain selama proses membatik. 6) dingklik

6 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

Hasil Eksperimen Dan Pembahasan

Tabel 2. Eksperimen Pencelupan No Zat warna Proses Fiksasi Hasil celup/foto alam

1 Indigo a. Pencelupan dengan zat Tawas warna alam indigo 6 kali proses

b. Pencelupan dengan zat Kapur warna alam indigo 6 kali proses

2 Indigo & Tingi a. Pencelupan warna pertama Tunjung. menggunakan indigo 4 kali.setelah kering difiksasi. b. Pencelupan warna selanjutnya zat warna tingi sebanyak 4 kali. Setelah kering difiksasi.

3 Jolawe c. Pencelupan dengan zat Tawas warna jolawe 4-6 kali dengan proses pencelupan didiamkam selama 15 menit, ditiriskan dan di jemur ditempat yang tidak ada sinar matahari.

7 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

4 Jolawe & Indigo a. Pencelupan zat warna Tawas. jolawe 4 kali dengan proses pencelupan didiamkam selama 15 menit, ditiriskan sampai kering, lakukakan proses fiksasi. d. Pewarnaan selanjutnya dicelupkan zat warna indigo 1 kali celup, setelah kering difiksasi. 5 Tingi e. Fragmen batik dicelukan Tawas dalam larutan tingididiamkan 15 menit lalu ditiriskan di tempat teduh sampai kering. Dicelup tingi lagi 4-6 kali sampai ketebalan warna yang diinginkan.

f. Pewarnaan selanjutnya kain Kedua dicelup pewarna tingi fiksasi dijemur ditempat teduh dengan sampai kering. kapur campur tunjung.

6 Tingi & jolawe g. Fragmen batik dicelup Pertama pewarna tingi didiamkan 15 difiksasi menit. Kain ditiriskan dengan sampai kering. pencelupan tawas. kain dapat dicelup lagi sampai berulang 5 kali.

h. Pewarnaan selanjutnya kain Kedua dicelup pewarna jolawe fiksasi dijemur ditempat teduh dicampur sampai kering. kapur.

8 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

Pembahasan hasil eksperimen dalam proses fiksasi. Kedua setelah Hasil akhir pencelupan fragmen batik dilakukan pencelupan ulang dengan warna dengan zat warna alam indigo, jolawe dan yang berbeda dapat menghasilkan warna soga sangat dipengaruhi oleh pertama yang unik. proses akhir yaitu aplikasi zat fiksator

Tabel 3. Pembahasan Proses Pewarnaan Batik No Zat warna Proses pencelupan Fiksasi-pembahasan

1 Indigo Fragmen batik dicelupkan a. Hasil Fiksasi dengan Tawas: larutan indigo warnaya menghasilkan warna biru indigo, kuningkehijauan, berangsur tetap seperti warna semula sebelum diterapkan proses fiksasi. Jika berubah hijau tosca dan dibadingkan dengan palet warna selanjutnya berubah menjadi tingkat terangnya 200-400. biru setelah oksidasi dengan b. Hasil pewarnaan dengan biru indigo udara/ proses diangin- difiksasi dengan larutan kapur anginkan. menghasilkan warna akhir biru indigo pada bagian yang tertutup malam dan hijau kebiruan seperti hijau botol/ turquoise (biru hijau). 2 Indigo & Pencelupan warna pertama a. Hasil pencelupan Tunjung warna Tingi menggunakan indigo 4 menjadi biru lebih tua dari warna kali.setelah kering difiksasi indigo. b. Setelah dicelupkan ke dalam zat warna warna biru indigo. tingi sebanyak 2 kali. Setelah kering difiksasi dengan tunjung maka warna menjadi coklat agak biru kehitaman dengan warna motif biru gelap. 3 Jolawe Pencelupan dengan zat warna Hasil warna jolawe coklat keemasan/ jolawe 4 kali didiamkam cenderung warna muda, maka pencelupan selama 15 menit, Setelah harus diulang-ulang, ini memerlukan waktu pencelupan 4 kali bagian motif yang lama. ditutup malam kemudian dicelup warna 4 kali. Fiksasi dengan tawas

4 Jolawe & a. Pencelupan zat warna Hasil celupan pertama pada motif batik Indigo jolawe 4 kali dengan proses berwarna coklat muda yang lembut. pencelupan didiamkam selama 15 menit, ditiriskan Setelah dicelupkan dalam larutan warna sampai kering, lakukakan proses fiksasi dengan indigo warna menjadi hijau kecoklatan/ tawas. warna muda yang menyerupai kulit b. Pewarnaan selanjutnya melon. Eksperimen ini mengagumkan dicelupkan zat warna karena mendapatkan warna yang unik. indigo 1 kali celup, setelah kering difiksasi dengan tawas.

9 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

5 Tingi Fragmen batik dicelupkan Zat warna alam tingi tergolong kuat dalam 6 kali dalam larutan tingi artian pada celupan pertama sudah sampai ketebalan warna nenunjukan warna yang jelas. yang diinginkan, difiksasi dengan tawas.

dicelup pewarna tingi 3 Pada bagia motif warna coklat kemerahan kali, motif ditutup malam warna tingi, setelah fiksasi dengan kapur dicelup 3 kali lagi dijemur dicampur tunjung hasilnya menjadi coklat ditempat teduh sampai tua. kering, fiksasi dengan kapur campur tunjung.

6 Tingi & a. Fragmen batik dicelup Hasil celupan batik bwerwarna coklat jolawe pewarna tingi didiamkan kemeran yang kuat pada motif setelah 2 kali 15 menit. Kain ditiriskan celup motif ditutup malam, dilanjut celupan sampai kering. pencelupan 3 kali dan difksasi. kain dapat dicelup lagi sampai berulang 5 kali. Difiksasi tawas. b. Setelah Pewarnaan pada Karena fiksasi menggunakan kapur bagian a selanjutnya kain menghasikan warna coklat gelap walaupun dicelup 1 kali dalam sudah dicelupkan larutan jolawe. pewarna jolawe dijemur ditempat teduh sampai kering, fiksasi dicampur kapur.

KESIMPULAN Industri Kementrian Perindustrian. Penelitian ini sebagai percobaan atau Yogyakarta. eksperimen–eksperimen beberapa zat Indra Tjahyani, Yeni Yanas. (2018). pewarna alam untuk mewarnai batik. Zat Membatik level Dua. Jakarta, warna alam dihasilkan dari sari pati Direktorat Pembinaan Kursus Dan tumbuh-tumbuhan yang terlebih dulu Pelatihan Dirjen Pendidikan Anak diekstrak. Ada macam-macam bagian Usia Dini Dan Pendidikan tumbuhan yang dapat diekstrak warnanya Masyarakat Kementrian Pendidikan misalnya batang kayu, kulit kayu, bunga, Dan Kebudayaan. daun, biji, buah, kulit buah. Hasil Jansen,P.C.M E Al. (2005). Prota 3:Dyes And pencelupan fragmen batik dengan zat warna Tannin. Netherland, Wageningen. alam sesungguhnya sangat bervariasi hal ini Prima Astuti Handayani. 2013. Pewarna Alami Batik Dari Kulit Soga Tingi ( Ceriops terjadi karena setiap jenis zat fiksatir Tagal) Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal memberikan kharakter warna yang Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303- berbeda-beda meskipun hanya satu zat 0623. Fakultas Teknik Universitas warna yang digunakan. Negeri Semarang. Prajnaparamita.https://indonesianbatik.id/20 DAFTAR PUSTAKA 18/03/16/batik-tulis-motif-parang- Balai Besar Kerajinan Dan Batik. (2018). rusak-motif-mahakarya-hasil- Modul Pelatihan Pembuatan Batik bertapa-panembahan-senopati/ Menggunakan Zat Warna Alam. Badan diakses pada tanggal 5 oktober 2019 Pengkajian Kebijakan Iklim Dan Mutu

10 JURNAL SOCIA AKADEMIKA VOLUME 5, NO. 2, 20 DESEMBER 2019

RatihPurnamahttps://id.scribd.com/doc/56 551734/Pewarna-Alami-Batik-Dari- Secang-Tingi-Dan-Tegaran diakses pada tanggal 5 Oktober 2019 Solichul Hadi dkk (2014). Pelatihan Pengembangan Desain Batik Berbasis Teknologi Informasi. Semarang tanggal 11 sd 15 Februari. Kerjasama UNIBA Surakarta dengan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah. https://gpswisataindonesia.info/2019/07/ba tik-motif-parang-barong/ diakses pada tanggal 5 Oktober 2019 https://www.google.com/search?q=batik+ motif+saudagaran&oq=batik+motif+ saudagaran&aqs=chrome..69i57j0l5. 19213j0j4&sourceid=chrome&ie=U TF-8 diakses pada tanggal 5 Oktober 2019.

11