KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014 ini berhasil disusun dan dipublikasikan. Penyusunan laporan ini merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggungjawab kepada Presiden.

Laporan Tahunan ini, berisi tentang gambaran penyelenggaraan dan hasil penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama Tahun 2014, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Dengan semakin berkembangnya organisasi BNN, berdampak pula pada peningkatan kinerja organisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan dibidang P4GN terutama di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk.

Sedangkan BNN di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk pemerintah daerah seolah berlomba mengajukan pembentukan organisasi BNN diwilayah kerjanya, oleh karena maraknya masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang menyebar hingga kepedesaan. Pembentukan BNNK/Kota diharapkan juga meningkatkan fungsinya dibidang pemberantasan, karena kewenangan penyelidikan dan penyidikan di BNK/Kota selama ini belum ada.

Semoga laporan tahunan ini, menjadi bagian sarana komunikasi dan informasi terkait dengan penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia, dan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, Januari 2015 Kepala Badan Narkotika Nasional

TTD

Anang Iskandar

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 i DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i

RINGKASAN SINGKAT LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014 …… ii

DAFTAR ISI ...... vi

BAB I 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………… A. 1 LATAR BELAKANG …………………………………………………………………. B. DASAR HUKUM 2 …………………………………………………………………….. C. 2 MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………………………………. D. 2 LINGKUP LAPORAN ………………………………………………………………. E. 3 SISTEMATIKA PENULISAN ……………………………………………………… F. STRUKTUR ORGANISASI ……………………………………………………….. 3

BAB II PENYELENGGARA PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014 .. 4 …… A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN 4 TAHUN 2014 ………………………. B. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN TAHUN 2014 …………………………… 4 1. Sekretariat Utama BNN ………………………………………………….. 4 2. Inspektorat Utama BNN …………………………………………………. 23 3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN ………………………. 25 4. Balai Diklat BNN ……………………………………………………………… 40 5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN ……………………………… 41

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) TAHUN 2014 ……………………………………………………………… 44 1. Deputi Bidang Pencegahan BNN …………………………………….. 45 2. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN ……………… 53 3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN ……………………………………… 55 4. Deputi Bidang Pemberantasan BNN ……………………………….. 62 5. Deputi Bidang Hukum dan Kerja sama BNN ……………………. 71

D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH BNNP DAN BNNK/KOTA ……………………………………………………….. 75 1. Bidang Pencegahan ………………………………………………………… 76 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ………………………………… 78 3...... 79 Bidang Pemberantasan ………………………………………….. E. ANGGARAN ………………………………………………………………………….. 80

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 vi BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...... 82

LAMPIRAN RINCIAN KEGIATAN BNNP DAN BNNK/KOTA TAHUN ANGGARAN 2014

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 vii

RINGKASAN SINGKAT LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2014

Penyusunan Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2014 ini merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang (UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang. Laporan tahunan ini, menjelaskan terkait dengan pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

Memasuki usia yang ke 5 tahun sejak ditetapkan dengan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN telah melaksanakan berbagai aktivitas mulai dari Pusat, Provinsi dan 100 Kabupaten/Kota. Adapun kegiatan yang dilaksanakan BNN melalui 5 (lima) pilar terdiri dari Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan serta Bidang Hukum dan Kerjasama.

Pilar pertama yaitu Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilaksanakan melalui kegiatan advokasi dan diseminasi informasi secara menyeluruh dan terintegrasi kepada target sasaran pencegahan yaitu lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat serta lingkungan pekerja.

Upaya advokasi dan diseminasi informasi merupakan penjabaran dari pelaksanaan Undang – Undang Nomor 35 tahun 2009, dan didukung dengan adanya Kebijakan Nasional dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) yang dituangkan kedalam Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2011.

Ditingkat Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,kebijakan P4GN didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.

Pilar kedua yaitu Pemberdayaan Masyarakat, penanggulangan penyalahgunaan Narkoba, tak dapat lepas dari partisipasi masyarakat dalam membantu BNN untuk menekan jumlah penyalahguna Narkoba yang terus meningkat. Berbagai upaya dan kebijakan pro rakyat terus di tumbuh kembangkan melalui pendekatan kelembagaan/organisasi dan pendekatan personal.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 ii Optimalisasi kegiatan dilakukan melalui penciptaan lingkungan bebas Narkoba dengan membentuk satuan tugas diberbagai tingkatan seperti lingkungan kerja, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti lomba sekolah, lomba kampus, lomba lingkungan kerja bebas Narkoba, dengan diikuti kegiatan test urin. Pilar ketiga yaitu Bidang Rehabilitasi, tahun 2014 merupakan tahun bersejarah bagi BNN khususnya di bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26 Januari, bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, , Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN mengukuhkan pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara”. Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi. Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja sama secara optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka menurunkan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan pecandu Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan pemberantasan peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Strategi pengurangan (demand)/permintaan Narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi. BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh Indonesia, salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1 (satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi yang terletak di Baddoka-Makassar, Nongsa-Batam, dan Tanah Merah-Samarinda.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 iii Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan pasca rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan program pasca rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan rasa kepercayaan diri melalui berbagai program pasca rehabilitasi. Pilar ke empat yaitu Bidang Pemberantasan BNN. sepanjang tahun 2014 Bidang Pemberantasan BNN telah berhasil mengungkap berbagai kasus tindak pidana Narkoba dengan berbagai barang bukti yang berhasil disita termasuk aset para bandar Narkoba. Adapun kasus tindak kejahatan Narkoba yang diungkap BNN dan BNNP pada tahun 2014, adalah sebagai berikut : a. Jumlah kasus yang diungkap BNN adalah sebanyak 103 Laporan Kasus Narkotika (LKN), dan sebanyak 72 LKN sudah dinyatakan P21. b. Jumlah tersangka yang diamankan BNN adalah sebanyak 196 orang, dengan perbandingan 158 laki-laki dan 38 perempuan, 174 orang merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan 24 orang lainnya merupakan warga negara asing (WNA). c. Selain mengungkap tindak kejahatan Narkoba, BNN juga mengungkap tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait bisnis Narkoba. Pada tahun 2014 ini, BNN mengungkap 11 kasus TPPU dan mengamankan 12 orang tersangka, dengan nilai aset yang setelah dikonversikan kedalam nilai rupiah berjumlah Rp 77.584.753.378,-. Aset yang disita meliputi rumah, tanah, mobil, motor, perhiasan, dan apartemen. Selain itu, masih ada aset senilai Rp 32.276.000.000,- yang hingga saat ini masih dalam proses. d. Sampai dengan tahun 2014, sebanyak 135 WNI di luar negeri terancam hukum- an mati karena terlibat tindak pidana Narkoba. Jumlah WNI yang ditahan di luar negeri sebanyak 380 orang, 107 diantaranya diamankan pada periode 2014. e. Sampai dengan tahun 2014, pelaku tindak pidana Narkoba yang memperoleh vonis hukuman mati di Indonesia berjumlah 64 orang, dengan perincian 27 WNI dan 37 WNA. f. Terkait peredaran New Psychoactive Substances (NPS), Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN telah menemukan 35 NPS yang saat ini beredar luas di Indonesia. Dari 35 NPS tersebut, 18 diantaranya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014. g. Untuk mengatasi peredaran gelap Narkoba di tempat hiburan malam, BNN melalui BNN Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Kepolisian dan TNI kerap melakukan razia tempat hiburan malam. Di tahun 2014, telah dilakukan razia sebanyak 20 kali di 19 lokasi di Jakarta. Dari razia tersebut, sebanyak 1.163 orang melakukan tes urine dan 334 orang diantaranya positif mengonsumsi Narkoba. Dari pengunjung yang positif tersebut, sebanyak 157 orang melakukan konseling adiksi 1 kali dalam sebulan, dan 3 orang WNA (Sudan, Malaysia, Belanda) terancam di deportasi dari Indonesia.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 iv h. Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2014 diantaranya:

1) Jaringan Sindikat Tiongkok dengan barang bukti Shabu seberat 6.566,9 gram Shabu.

2) Jaringan sindikat Ganja dengan barang bukti 8,088 ton Ganja. 3) Jaringan Sindikat Iran dengan Barang Bukti 40,1 kg Shabu dan Shabu campur seberat 35 kg. 4) Jaringan Sindikat West African. 5) Jaringan sindikat Penyelundupan Narkotika dari Malaysia via Laut. Pilar kelima yaitu Bidang Hukum dan Kerjasama BNN, telah melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan berbagai instansi pemerintah, swasta dan komponen masyarakat. Selama tahun 2014, BNN telah menandatangani MoU dengan 4 kementerian yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. Di tahun ini BNN juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan beberapa instansi swasta diantaranya adalah PT Jasa Marga (Persero Tbk), dan beberapa perusahaan telekomunikasi (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Telekomunikasi Selular, Tbk, PT Indosat, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Bakrie Telecom, Tbk, PT Hutchison 3 Indonesia, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT Pasifik Satelit Nusantara). Komponen masyarakat juga turut dilibatkan dalam upaya P4GN melalui nota kesepahaman yang ditandatangani oleh beberapa kelompok masyarakat seperti Persatuan Wartawan Indonesia, Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia, Sentra Komunikasi, Universitas Merdeka Malang. Selain kerjasama dalam negeri, BNN juga ikut aktif mengikuti berbagai pertemuan Tingkat Menteri ASEAN bidang Narkoba ke-3 (3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters/3rd AMMDM) semua kegiatan tersebut dalam upaya memerangi peredaran gelap Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 v BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global. Kejahatan Narkoba dilakukan secara terorganisir, tanpa batas (global), dan sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa). Deklarasi politik PBB menganjurkan penanganan permasalahan Narkoba harus dilaksanakan secara seimbang antara demand reduction dan supply reduction dengan mengedepankan prinsip “common and share responsibility”. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma penanganan penyalahgunaan Narkoba dengan memberikan hukuman alternatif selain pidana penjara yaitu rehabilitasi bagi penyalah guna atau pecandu Narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point penanggulangan Narkoba di tanah air telah melakukan berbagai upaya penanggulangan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, melalui Bidang Pencegahan dengan Advokasi dan Diseminasi Informasi, Pemberdayaan Masyarakat dalam upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Pemberdayaan Alternatif guna menciptakan lingkungan bebas Narkoba. Bidang Rehabilitasi melalui penguatan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat, penguatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan kegiatan rehabilitasi serta pasca rehabilitasi, bidang pemberantasan dengan melakukan pemutusan jaringan Narkoba baik tingkat nasional maupun Internasional serta meningkatkan kerjasama regional dan Internasional untuk mencegah masuknya Narkoba ke Indonesia. Ditingkat kewilayahan, Badan Narkotika Nasional telah menunjukkan peningkatan peran pelaksanaan P4GN yang diemban oleh 33 BNNP sedangkan untuk Kabupaten/Kota pelaksanaan P4GN masih terbatas dengan pembentukan BNNK/Kota yang hingga berakhirnya tahun 2014, BNNK/Kota baru terbentuk di 100 Kab./Kota. Para Bupati/Walikota sebenarnya sudah menginginkan pembentukan BNNK/Kota diwilayah kerjanya, karena Narkoba sudah menyebar hingga pedesaan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 1 Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada stakeholder dan masyarakat lainnya terkait dengan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan BNN, sepanjang tahun 2014.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional; 3. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011-2015; 4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 03 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional; 5. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 04 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud. Maksud penyusunan laporan tahunan 2014 ini, adalah sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN, memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu laporan ini disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government). 2. Tujuan. Sedangkan tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini, guna memberikan informasi/gambaran tentang realisasi kegiatan dan anggaran BNN selama tahun anggaran 2014.

D. LINGKUP LAPORAN

Laporan ini menggambarkan mengenai pelaksanaan dan pencapaian kegiatan melalui 2 Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN, dan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yang ditetapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 2 E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan ini termuat beberapa Bab yang berisi mengenai penjelasan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Badan Narkotika Nasional, yaitu :

1. BAB I Pendahaluan berisi Latar Belakang, Tugas Pokok dan fungsi, Lingkup Laporan, dan Sistematika Penulisan

2. BAB II Penyelenggaraan Program dan Kegiatan P4GN Tahun 2014 3. BAB III Penutup

F. STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA

ITTAMA SETTAMA

DEPUTI DEPUTI DEPUTI DEPUTI DEPUTI BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG PENCEGAHAN DAYAMAS BERANTAS REHABILITASI HUKUM & KERMA

PUS LITDATIN PUSLITDATIN

BALAI LAB BALAI DIKLAT BNNP BALAI REHAB

BNNK/KOTA

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 3 BAB II PENYELENGGARAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014

A. PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN 2014

Arah kebijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, menetapkan bahwa BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) mengemban tugas pada 2 (dua) jenis Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Program Teknis. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dilaksanakan oleh Sekretariat Utama BNN, Inspekstorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN, serta Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN. Sedangkan Program Teknis yaitu Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba menjadi tugas operasional yang dilaksanakan oleh kedeputian yaitu: Deputi Bidang Pencegahan, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan dan Deputi Hukum dan Kerjasama serta unsur Pelaksana teknis lainnya yaitu Organisasi BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

B. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN

Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BNN, merupakan program generik/penunjang, guna mendukung pelaksanaan kegiatan dukungan yang dilaksanakan oleh: Sekretariat Utama BNN, Inspektorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN, Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN dan Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN, dengan gambaran kegiatan sebagai berikut: 1. Sekretariat Utama BNN. Sekretariat Utama BNN, melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BNN. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 4 a. pengoordinasian kegiatan di lingkungan BNN; b. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam pe- nyusunan perencanaan program dan anggaran di lingkungan BNN; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip, dan dokumentasi di lingkungan BNN; d. pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana serta hubungan masyarakat; e. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; f. pengoordinasian, penyinkronisasian, dan pengintegrasian dalam pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN; dan g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BNN. Sekretariat Utama BNN, membawahi 4 Biro yaitu Biro Perencanaan, Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Umum dan Biro Keuangan. Masing-masing Biro mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. Adapun gambaran pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh masing-masing Biro yang ada di jajaran Sekretariat Utama BNN dalam tahun anggaran 2014 adalah sebagai berikut: a. Biro Perencanaan. Biro Perencanaan mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Kebijakan dan Strategi Nasional di bidang P4GN, mengkoordinasikan pelaksanaan Kebijakan dan Strategi BNN, mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan program dan anggaran BNN serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan BNN. Adapun uraian kegiatan yang diuraian dalam laporan ini merupakan gambaran inti pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai berikut: 1) Seminar sehari tindak lanjut Focus Group Discussion (FGD) dengan Tema: Re-Orientasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Masalah Narkotika di Indonesia. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengeksplorasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi, integrasi, simplifikasi antar lembaga dengan mengutamakan prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional. Sedangkan tujuannya untuk memperoleh rekomendasi pemecahan permasalahan ke depan menuju terwujudnya kebersamaan dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional dalam bingkai mempersiapkan landasan yang kokoh bagi pembangunan manusia yang berkualitas mampu memiliki daya saing di tingkat nasional.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 5 Seminar tersebut antara lain menyimpulkan bahwa masalah Narkotika lebih berbahaya dari masalah korupsi, karena masalah korupsi identik dengan masalah pengelolaan keuangan negara, sedangkan dampak narkotika, selain merugikan keuangan negara (untuk kegiatan penegakan hukum, rehabilitasi dan berbagai aspek lainnya) juga berdampak pada pelemahan sumber daya manusia utamanya para generasi muda penerus bangsa. BNN akan mengupayakan gebrakan dengan mengembangkan ke setiap Kementerian/ Lembaga lingkungan bebas Narkoba sebagaimana amanat Inpres Nomor 12 Tahun 2011. 2) Rapat Koordinasi Arah Kebijakan Nasional Penanganan Permasalahan Narkotika di Indonesia. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menggali berbagai permasalahan yang berkaitan dengan koordinasi, integrasi, simplifikasi antar lembaga pemerintah dengan mengutamakan prinsip “common and share responsibility” dalam penanganan permasalahan Narkoba secara nasional. Sedangkan tujuannya adalah untuk memperoleh rekomendasi pemecahan permasalahan ke depan menuju terwujudnya kebersamaan dalam penanganan permasalahan narkotika secara nasional bagi pecandu, korban penyalahguna dalam mempersiapkan landasan yang kokoh bagi pembangunan manusia yang berkualitas mampu memiliki daya saing di tingkat internasional. Inti Rekomendasi Rakor tersebut yaitu: a) Dalam menangani perkara kejahatan Narkoba harus dilakukan pemilahan secara jeli antara pengedar/bandar Narkoba dengan pengguna Narkoba. Kepada mereka diberlakukan hukuman yang berbeda, apabila terbukti sebagai pengguna Narkoba murni maka direhabilitasi namun jika terbukti sebagai pengedar/bandar, maka harus dihukum seberat-beratnya. b) Penerapan pasal tunggal 127 tanpa menyertakan pasal pokok disejumlah wilayah dapat dilaksanakan, namun belum bisa diterapkan pada beberapa wilayah, karena masing-masing aparat penegak hukum memiliki perbedaan pemahaman dalam penanganan perkara Narkoba terutama terkait penyalahguna Narkoba. Oleh karena itu, harus ada persamaan persepsi dalam konstruksi hukum maupun tataran teknis terkait implementasi pasal 127 (pengguna Narkoba yang tertangkap tangan maupun yang sedang mengkonsumsi/ sedang membeli Narkoba).

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 6 c) Tim Asesmen Terpadu (TAT) harus dipilih dari orang- orang yang memiliki kompetensi dan teruji integritasnya. Perlu pelatihan bagi tim asesmen supaya dapat bertugas dengan baik dan menghindari kesalahan hasil asesmen atau praktik-praktik rekayasa kasus. d) Perlu adanya langkah-langkah terobosan hukum dalam penanganan penyalah guna Narkoba. e) Sosialisasi terkait penanganan hukum penyalah guna Narkoba harus dilaksanakan dengan melibatkan seluruh unsur-unsur peradilan mulai dari kalangan Penyidik, Penuntut, hingga Hakim dan Lapas. 3) Musyawarah Perencanaan dan Pengembangan BNN, BNNP dan BNNK/Kota. Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan (Musren) Tahunan BNN 2014, dilaksanakan dalam rangka merumuskan, mengkoordinasikan, serta mensinkronisasikan kegiatan seluruh unit kerja BNN terkait dengan desain pelaksanaan program dan kegiatan P4GN, juga merupakan tahap awal dalam siklus tahunan perencanaan bidang penganggaran dilingkungan BNN. Musren tahun 2014 dilaksanakan dengan melibatkan seluruh unit kerja dilingkungan BNN, mengambil tema “SINKRONISASI PELAKSANAAN PROGRAM P4GN PUSAT DAN PERWAKILAN BNN DIDAERAH”, Pelaksanaan musren berhasil merumuskan tujuan, sasaran, strategis, arah kebijakan dan strategi BNN serta perumusan rancangan awal rencana kerja BNN tahun 2015. 4) Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting. Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting memiliki maksud dan tujuan dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja BNN tahun 2015 sebagai berikut: a) Mengidentifikasi daftar program, kegiatan prioritas, beserta ukuran kinerja BNN yang akan didanai sesuai dengan pagu indikatif, serta daftar kebutuhan yang diusulkan mendapat pendanaan. b) Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman antara Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Badan Narkotika Nasional terkait dengan pencapaian sasaran-sasaran prioritas pembangunan yang akan dituangkan dalam RKP, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan kebijakan belanja tahun 2015. c) Menjaga konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran yaitu antara RPJM, RKP, Renja K/L dan RKA-KL.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 7 d) Mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan yang perlu dilakukan terhadap Rancangan Awal RKP, yaitu kepastian mengenai Prioritas Pembangunan Nasional, Pendanaan Pembangunan Nasional, dan Program Tematik. 5) Penyusunan RKA/KL Pelaksanaan penyusunan RKA/KL BNN dilaksanakan di Jakarta, dengan mengundang seluruh satuan kerja BNN dari Satker BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota serta 2 Satker Balai Rehabilitasi yang ada di Badokka Makassar dan Tanah Merah di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga yang selanjutnya disingkat RKA-KL merupakan dokumen rencana anggaran tahunan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Pagu Alokasi Anggaran yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI, Rencana Kerja (Renja) BNN 2014, RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN, standar biaya, dan kebijakan pemerintah lainnya. Sebanyak 146 satker BNN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia berhasil menyusun RKA-K/L dan berhasil diteliti serta direviu guna mencapai kualitas perencanaan penganggaran yang semakin membaik. 6) Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan dan Anggaran. Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan guna mengetahui sejauhmana realisasi kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dan juga bagaimana pelaksanaan kegiatan dapat mewujudkan visi misi organsisasi. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) menjadi data pendukung dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan program dan kegiatan dimasa mendatang. Oleh karena itu pelaksanaan evaluasi merupakan proses yang sangat perlu dilakukan dan perlu kesinambungan pelaksanaannya. Dilingkungan BNN pelaksanaan evaluasi kegiatan dan anggaran sudah terlaksana, dengan menghasilkan produk laporan mingguan, bulanan, triwulan dan semester. Disamping itu, BNN telah memiliki aplikasi Monitoring dan Evaluasi kegiatan dan anggaran, melalui aplikasi tersebut, dapat termonitor kinerja satker baik harian, mingguan dan bulanan. Manfaatnya dapat mendorong Satker untuk meningkatkan kinerja berikut penyerapan anggarannya.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 8 Berkat dukungan aplikasi tersebut data pelaporan BNN ke K/L dapat terjaga kesinambungannya. Hasil Evaluasi dan pelaporan BNN yang dilakukan oleh Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) semester I tahun 2014 telah menghasilkan BNN sebagai Kementerian/Lembaga yang memperoleh “Terbaik II” dari seluruh K/L, dalam hal pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran. Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Satker BNNP dan sebagian BNNK/Kota, Biro Perencanaan Settama BNN, telah melakukan Monitoring dan Evaluasi program P4GN di 16 Provinsi. Pelaksanaan evaluasi terhadap kinerja Satker dikewilayahan sebagai sarana masukan dalam proses pengambilan keputusan bagi pimpinan. Rekapitulasi masukan masyarakat terkait kinerja BNN selama tahun 2014, setelah dirumuskan dengan metode Liker dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan RKA-KL, tergambar kinerja BNN memperoleh kategori nilai “Baik”

b. Biro Kepegawaian dan Organisasi BNN. Biro Kepegawaian dan Organisasi Settama BNN mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepegawaian dan penyiapan pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, dengan gambaran pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai berikut : 1) Pengembangan dan Kesejahteraan Pegawai BNN Kegiatan tersebut di atas bertujuan untuk membentuk jabatan fungsional dalam rangka pengembangan profesionalisme pegawai. Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan kesejahteraan pegawai BNN, Biro Kepegawaian telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a) Penyusunan dokumen jabatan fungsional penyuluh, b) Penyusunan dokumen jabatan fungsional konselor, c) Penyusunan dokumen jabatan penyidik, d) Penyusunan dokumen penataan penguatan dan tatalaksana P4GN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 9 Dalam penetapan kinerja target dokumen yang disusun sebanyak 4 dokumen, akan tetapi dalam pelaksanaannya dapat menyusun 5 dokumen. Meningkatnya target yang dicapai disebabkan kebijakan pimpinan dalam efiensi anggaran dengan hasil output capaian yang lebih maksimal. Dokumen rencana pengembangan dan kesejahteraan pegawai yang disusun dalam rangka pengembangan organisasi BNN menuju organisasi yang profesional. Dokumen rencana pengembangan dan kesejahteraan pegawai yang disusun sudah diimplementasi di satker BNN, BNNP dan BNN Kab/Kota. 2) Pegawai yang direkrut dan mengikuti pengembangan kompetensi bidang tugas Adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk pemenuhan kebutuhan pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota dan meningkatkan kompetensi pegawai BNN agar profesional dalam melaksanakan tugas. Pendidikan dan Pengembangan pegawai diperuntukan bagi pegawai BNN. Target kegiatan berupa jumlah pegawai yang direkrut dan mengikuti pengembangan kompetensi bidang tugas dengan uraian sebagai berikut:

a) Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur dengan rincian sebagai berikut:

(1) Pendidikan dan pengembangan Pegawai (a) Lanjutan Rintisan Gelar Dalam Negeri Lanjutan rintisan gelar dalam negeri diikuti oleh 27 pegawai BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia dalam program pascasarjana (S-2) P4GN. (b) Program Spesialis Kedokteran Jiwa. Pegawai BNN yang mengikuti program ini hanya 1 orang. Tempat pelaksanaan perkuliahan dan praktek di Kampus FH – Universitas Indonesia Salemba, RS Cipto Mangunkusumo dan RSPAD Gatot Subroto. (c) Program Sarjana (S1) Bidang Kepegawaian. Pegawai BNN yang mengikuti program sarjana (S-1) bidang Kepegawaian berjumlah 2 orang. Tempat perkuliahan program tersebut di BKN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 10 (2) Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set Pada tahun 2014 Biro Kepegawaian dan Organisasi Settama BNN mengadakan kegiatan Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set bagi pegawai BNN. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari dibagi dalam 2 gelombang, gelombang I dilaksanakan tanggal 25 – 26 Agustus 2014 sedangkan gelombang II tanggal 1 – 2 September 2014. Jumlah pegawai yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 400 orang. Adapun narasumber pada kegiatan tersebut dari Kemenpan & Reformasi Birokrasi, Kepala BNN dan para pejabat eselon I BNN. Pentingnya Diklat Perubahan Mind Set dan Culture Set adalah agar tercipta perubahan pola pikir dan budaya kerja pegawai BNN menjadi budaya yang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang berorientasi pada hasil yang diperoleh dari produktivitas kerja dan kinerja yang tinggi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(3) Bimbingan Teknis Pengisian SKP dan Pengisian Simpeg

Pentingnya kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) adalah mensosialisasi tata cara pembuatan SKP dan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG).

Pelaksanaan kegiatan Bimtek Pengisian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Pengisian Data Aplikasi Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) BNN diselenggarakan di Jakarta yang diikuti oleh 50 pegawai terdiri dari perwakilan satker BNN. Narasumber pada acara dimaksud adalah pejabat eselon II BKN, Sestama dan Karo Kepegawaian & Organisasi Settama BNN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 11

(4) Penerimaan Pegawai Negeri Sipil Pada tahun 2014, BNN melaksanakan rekrutmen pegawai, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pegawai BNN, BNNP, BNN Kab/Kota. Jumlah pegawai yang akan direkrut pada tahun 2014 semula ditargetkan sebanyak 1,000 orang. Namun target tersebut tidak tercapai karena adanya perubahan kuota dari Kementerian PAN & RB, menjadi 393 orang, namun dalam pelaksanannya yang memenuhi syarat kelulusan hanya 370 orang. Jumlah pegawai yang direkrut tidak mencapai target disebabkan : (a) Ketidak siapan pelamar mengikuti proses seleksi terutama pada saat mengikuti ujian kompetensi dasar yang menggunakan Computer Asisted Test (CAT) (b) Terdapat pelamar yang telah memenuhi syarat dan dinyatakan lulus seleksi mengajukan pengunduran diri. (5) Assesment Penyidik Pentingnya Assesment Penyidik adalah untuk men- dapatkan pegawai yang mempunyai kompetensi sebagai penyidik BNN yang kredibel. Assesment penyidik telah dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang. Dalam kegiatan tersebut BNN bekerjasama dengan lembaga psikologi. (6) Assesment Pegawai Pentingnya kegiatan Assesment Pegawai (Lelang Jabatan secara Terbuka untuk Eseslon I dan II) adalah untuk mengisi jabatan yang lowong yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan. Pada tahun 2014 jumlah peserta yang mengikuti lelang jabatan secara terbuka berjumlah 16 orang.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 12 b) Bulan layanan dukungan manajemen dan operasional unit kerja Pentingnya Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional Unit Kerja adalah untuk meningkatkan pelayanan operasional Biro Kepegawaian dan Organisasi kepada seluruh pegawai BNN dan di daerah. Manfaatnya agar pegawai mendapatkan hak- haknya baik secara administratif maupun kualitatif melalui pengelolaan layanan yang diberikan. Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional Unit Kerja meliputi kegiatan Layanan Operasional Perkantoran dan Layanan Kualitas SDM. Kegiatan Layanan Operasional Perkantoran meliputi Layanan Operasional Biro Kepegawaian dan Organisasi dan Rakor BNN dan Polri dalam pelaksanaan P4GN. Kegiatan Layanan Kualitas SDM meliputi pelayanan kesehatan pegawai (Poliklinik), pelayanan pembinaan jasmani dan rohani/mental pegawai, layanan operasional mutasi pegawai, supervisi dan evaluasi kepegawaian, organisasi dan RB dan pelantikan/pengambilan sumpah pejabat eselon I, II, III dan IV.

c. Biro Keuangan. Biro Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan urusan keuangan, dengan gambaran tugas yang dilaksanakan sebagai berikut: 1) Pelaporan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2) Penyusunan Laporan Keuangan BNN mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, serta Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 13 Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan BNN T.A 2013 Badan Narkotika Nasional memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Laporan Keuangan BNN merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang di bawah BNN yang meliputi 146 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B), 33 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang – Wilayah (UAPPA/B- W), 1 Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/ Barang – Eselon I (UAPPA/B-E1), dan 1 Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA/B. Laporan keuangan ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BNN yang dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/ Lembaga. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAK dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satker/Kementerian Negara/ Lembaga, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan dokumen lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya. Penyajian Laporan Keuangan BNN telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sasaran yang direncanakan mengenai opini keuangan yang menjadi target kinerja Settama BNN pada tahun 2014, direalisasikan dengan berbagai aktivitas lainnya seperti: • Penyelesaian laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) Sebagai upaya meningkatkan laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP) seluruh satuan kerja BNN telah menunjukkan peran serta dan keseriusan dalam mewujudkan organisasi BNN yang tertib dalam pengelolaan administrasi keuangan negara. Guna mewujudkan hal tersebut BNN telah melakukan berbagai aktivitas dalam pengembangan dan peningkatan pengetahuan terkait dengan pengelolaan keuangan negara.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 14 Pembentukan Satker baru mendorong harus diadakan pembinaan pengelolaan keuangan di lingkungan BNN, guna meningkatkan pemahaman seluruh satker yang baru terbentuk tentang pengelolaan keuangan secara mandiri. Dalam rangka pembinaan terhadap Satker-satker yang baru dibentuk, BNN mengedepankan penyusunan laporan keuangan secara tertib dan tepat waktu sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaporan keuangan ke pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan. Pembinaan yang dilakukan diantaranya Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan di BNNP dan BNNK/Kota. Kegiatan ini dilaksanakan di BNNP dan mengikutsertakan BNNK/Kota yang berada di wilayahnya. Peserta dari kegiatan ini yaitu PPK, Bendahara Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit Akuntansi di masing – masing satker. Manfaat dari kegiatan ini yaitu satker–satker tersebut dapat melakukan penyerapan anggaran dan membuat pertanggung jawaban keuangan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, kegiatan pembinaan lain yang diberikan yaitu kegiatan Pembinaan Pengelolaan Anggaran dan Rakernas tingkat Pusat, BNNP, dan BNNK/Kota. Kegiatan ini melibatkan para KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran, Staf Pengelola, dan Staf Unit Akuntansi. Kegiatan ini dimaksudkan agar para pengelola keuangan di masing-masing satker dapat mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk pembinaan ditingkat pusat diadakan kegiatan Rapat Konsolidasi untuk para Bendahara. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal tahun dan menjelang akhir tahun yang diikuti oleh Bendahara Pengeluaran dan Staf Pengelola. Dari kegiatan–kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang optimal dengan terlaksananya laporan keuangan yang sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP). Hal ini berdampak pada tercapainya sasaran strategis yaitu terlaksananya sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP).

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 15 3) Kegiatan lainnya yang dilakukan yaitu penyusunan laporan keuangan bulanan, triwulan dan semester sebagaimana yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Adapun laporan keuangan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: a) Laporan Triwulan Kegiatan penyusunan Laporan Keuangan Triwulan di lingkungan BNN melibatkan petugas SAKPA, SIMAK dan persedian dari satker-satker di BNN Pusat. Kegiatan ini dimaksudkan guna tercapai penyusunan laporan keuangan Triwulan yang baik, benar, akurat, akuntabel dan tepat waktu sehingga BNN dapat menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan metode yang dipersyaratkan dan pengiriman laporan tepat waktu, hal ini dimaksudkan guna mendukung capaian dan mempertahankan opini Badan Pemeriksa Keuangan terkait dengan pengelolaaan keuangan di Kementerian/ Lembaga yaitu Opini pengelolaan keuangan tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian. b) Laporan Semester. Penyusunan dan pengiriman laporan Keuangan BNN Semester I terlaksana dengan baik yang melibatkan petugas SAKPA, SIMAK dan persedian dari satker-satker di BNN Pusat, Satker BNNP dan Satker BNNK/Kota. Pengiriman laporan sesuai dengan target waktu yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Badan Narkotika Nasional menyerahkan Laporan Keuangan Semester I TA. 2014 dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. c) Laporan Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited. Pelaksanaan kegiatan penyusunan Laporan Keuangan Tahunan BNN Unaudited dan Audited juga dilakukan dengan melibatkan Satker Pusat dan Daerah, laporan dibuat dan dikirim sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Selama tahun anggaran 2014, BNN secara rutin membuat dan mengirimkan laporan terkait dengan realisasi keuangan kepada instansi terkait.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 16 Dalam rangka pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan, BNN membuat laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas Laporan Keuangan, dimana Informasi Laporan Keuangan yang disajikan disusun sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku sebagai perwujudan pertang- gungjawaban atas penggunaan anggaran dan/atau barang.

Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPR, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. Pelaporan yang dilakukan dengan mempedomani peraturan yang ada dalam pelaksanaan sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai SAP.

d. Biro Umum.

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pemberian dukungan ketatausahaan, kerumahtanggaan, dokumentasi, logistik, pengelolaan barang milik/kekayaan negara, serta hubungan masyarakat, dengan uraian sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan peran serta masyarakat dan media massa dalam mengakses informasi di lingkungan BNN

Peran media massa dalam penyebarluasan informasi sangat berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat, oleh karena itu BNN sebagai lembaga yang sangat berkepentingan terhadap peran serta masyarakat dalam pengembangan program dan kegiatan di bidang P4GN, sangat berkepentingan akan keberadaan media. Melalui berbagai media elektronik dan media cetak dan media online seperti Web Side BNN, dan Call Center BNN. Menyadari arti pentingnya peran media dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat, BNN membangun system yang canggih dalam menyajikan informasi kepada masyarakat termasuk juga sebagai sarana untuk melaporkan terjadinya tindakan kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 17 Respon dari masyarakat yang diterima oleh BNN pada tahun 2014 melalui website www.bnn.go.id dan media sudah menunjukkan peningkatan yang lebih berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Hitungan pastinya tidak dapat diperlihatkan secara statistik dikarenakan belum adanya metode penghitungan (survey secara global) terkait jumlah respon masyarakat terhadap penayangan berita terkait institusi BNN. Ketidaktersediaan Hit Counter pada website BNN juga menjadi salah satu kendala dalam proses pengumpulan data respon masyarakat dan media massa dalam mengakses informasi BNN. Selain itu, layanan Suara Masyarakat juga dapat menjadi jembatan komunikasi terkait adanya informasi tindak pidana Narkoba terjadi dilingkungan masyarakat. Sepanjang tahun 2014, jumlah suara masyarakat yang masuk ke BNN sebanyak ± 9.547 pertanyaan. Ini dapat menjadi indikator peran serta masyarakat terhadap fasilitas Suara Masyarakat yang diselenggarakan oleh BNN. Beragam jenis pertanyaan dari masyarakat masuk melalui layanan Suara Masyarakat, namun secara garis besar mengarah kepada jenis pertanyaan sebagai berikut : a) Pertanyaan terkait organisasi BNN sebanyak 529 pertanyaan. b) Pertanyaan terkait rehabilitasi BNN sebanyak 158 pertanyaan. c) Pertanyaan terkait rekrutmen pegawai BNN sebanyak 8.188 pertanyaan. d) Informasi terkait tindak pidana narkotika yang terjadi dilingkungan masyarakat sebanyak 125 pertanyaan. e) Informasi Layanan Suara Masyarakat. Setiap pertanyaan yang masuk ke Layanan Suara Masyarakat, secara langsung sudah diberikan jawaban, akan tetapi tidak ada indikator yang dapat mengetahui tingkat kepuasan masyarakat atas layanan yang telah diberikan. Sehingga dibutuhkan sebuah penelitian mengenai tingkat kepuasan peran serta masyarakat terkait informasi yang diberikan. Dalam melaksanakan layanan informasi BNN juga menyediakan fasilitas Drugs Education Drugs Information (DEDI) yang memfokuskan target sasaran kepada kalangan remaja dan anak-anak.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 18 Melalui fasilitas DEDI, masyarakat, dalam hal ini remaja dan anak-anak, dapat mengakses berbagai informasi bahaya Narkoba melalui fasilitas games interaktif yang tersedia didalam sub web DEDI. Sepanjang tahun 2014, sub web DEDI telah memiliki 1.045 member dengan total visitor sebanyak 217.966 pengunjung. Ini menunjukkan bahwa masyarakat memberikan respon positif terhadap layanan informasi DEDI yang diberikan oleh BNN. Selain itu diadakan fasilitas lainnya seperti dibawah ini : a) Media komunikasi lainnya Indikator peran serta masyarakat dalam mengakses informasi terkait bahaya penyalahgunaan Narkoba di lingkungan BNN juga dapat dilihat dari fasilitas Media Sosial yang dikelola oleh BNN. Sejauh ini, jumlah member BNN dalam situs jejaring Facebook mencapai angka 5.258 member. Sedangkan dalam situs jejaring Twitter BNN telah memiliki 11.178 follower sebagai member yang dapat mengakses informasi melalui @INFOBNN. BNN juga turut memaksimalkan fasilitas informasi dengan membuat paket berita dan mengunduhnya di Humas News BNN (youtube.com) setiap hari. Respon masyarakat terhadap paket berita yang disajikan oleh BNN dapat dilihat dari jumlah viewer Humas News BNN sebanyak 46.443 pengunjung pada tahun 2014 lalu. b) Pameran Informasi Narkoba Guna menjangkau masyarakat secara lebih dekat, BNN secara rutin melaksanakan pameran informasi Narkoba. Dalam kegiatan pameran ini, masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba yang dikemas dalam berbagai produk informasi seperti: stiker, poster, brosur, bros, dan lain-lain, yang dapat diperoleh secara gratis di stand pameran BNN. Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung kepada pen- jaga stand. Selama diselenggarakannya pameran, petugas menyajikan tayangan informasi layanan masyarakat di stand BNN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 19 Sepanjang tahun 2014, BNN telah menyelenggarakan 8 kegiatan pameran dengan total pengunjung ± 2.750 orang. Ini membuktikan bahwa masyarakat memberikan respon terhadap informasi terkait kelembagaan BNN melalui kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh BNN. c) Layanan Perpustakaan BNN Perpustakaan BNN dibangun dengan tujuan sebagai sarana penyedia informasi bahaya penyalahgunaan Narkoba bagi internal BNN serta masyarakat umum. Pentingnya peranan perpustakaan terlihat dari banyaknya jumlah pengunjung dengan tujuan mengakses informasi terkait narkotika melalui koleksi buku milik perpustakaan BNN. Sarana tersebut akan memiliki kinerja yang baik apabila didukung dengan administrasi yang memadai sehingga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah dicanangkan. Dengan adanya perpustakaan yang memiliki koleksi buku khusus tentang Narkoba diharapkan layanan masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan seputar Narkoba dapat terpenuhi. Namun demikian, koleksi buku perpustakaan yang ada saat ini masih kurang memadai. Berdasarkan tuntutan kebutuhan akan informasi yang terus berkembang perlu dipersiapkan akses informasi kepada masyarakat yang sifatnya ilmiah baik untuk kepentingan edukasi, informasi, penelitian maupun kebutuhan lainnya. Oleh sebab itu, Perpustakaan BNN perlu melakukan penambahan buku- buku yang berkaitan dengan bidang kesehatan, teknologi infomasi, SDM, dan sebagainya. Selama diselenggarakannya pelayanan perpus- takaan BNN, kendala utamanya terbatasnya sarana prasarana perpustakaan. Namun demikikan, BNN terus berupaya meningkatkan layanan perpustakaan guna memenuhi kebutuhan pengunjung termasuk pemenuhan fasilitas penyediaan layanan informasi bagi masyarakat.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 20 c) Peran Serta Media Massa. BNN secara berkala melakukan penyebarluasan informasi dengan memaksimalkan peran media massa sebagai perpanjangan tangan dalam menyampaikan berbagai upaya dan kebijakan yang ditetapkan kepada khalayak umum. Berbagai kegiatan dilakukan BNN guna menjangkau respon media massa dalam mengakses informasi di lingkungan BNN. Sepanjang tahun 2014, BNN telah menyelenggarakan 60 kali peliputan media/konferensi pers dengan mengundang para wartawan dari berbagai media cetak, elektronik dan online. Melalui kegiatan konferensi pers, diharapkan pengelola media dapat respon dalam mengakses informasi di lingkungan BNN. Untuk memaksimalkan strategi di bidang P4GN, BNN telah melaksanakan berbagai kegiatan pendukung lainnya, seperti : • Layanan Masyarakat Sebagai wadah komunikasi dengan masyarakat, BNN membuka layanan Suara Masyarakat yang dapat diakses melalui website BNN (www.bnn.go.id). Pada tahun ini, telah masuk sebanyak 8.088 suara masyarakat yang meliputi pertanyaan seputar penerimaan CPNS, laporan masyarakat, konsultasi dan lain sebagainya. Selain layanan melalui website, BNN juga membuka layanan Call Center dan SMS Center, yang pada tahun ini telah menerima 5.915 telepon/ SMS dari masyarakat dengan pertanyaan terbanyak seputar informasi umum. Melalui layanan Call Center dan SMS Center ini, BNN juga menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya peredaran gelap Narkoba di suatu tempat. Tercatat sebanyak 19 informasi yang didapat dengan perincian sebagai berikut : 2 sumir; 1 dalam proses penyelidikan; 13 tidak ditemukan jaringan; 2 informasi benar dan diserahkan ke Polres; dan 1 ditindaklanjuti untuk direhabilitasi.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 21 BNN juga memiliki Website Indonesia Bergegas, www.indonesiabergegas.com, yang telah dikunjungi oleh ± 295.393 pembaca dan website dedihumas.bnn.go.id dengan total pengunjung ± 234.707. Selain itu BNN juga aktif di jejaring sosial seperti twitter (@INFOBNN dan @DEDIHUMAS) dengan total follower 402.149, Facebook (Humas BNN, Preman, dan Dedi Humas) dengan total friends 974.237 dan youtube dengan jumlah viewer 45.000.

2) Opini Laporan Barang Milik Negara (LBMN) BNN. Pelaksanaan kegiatan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Semester I Tahun 2014 dilaksanakan dengan melibatkan seluruh Satker BNN dengan jumlah peserta sebanyak 336 orang, peserta berasal dari 9 Satker Pusat, 2 Satker Balai Rehabilitasi, 33 Satker BNNP dan 100 Satker BNNK/Kota. Kegiatan SIMAK BNN dilaksanakan dalam rangka memenuhi kewajiban instansi pemerintah untuk membuat laporan keuangan yang meliputi Laporan Barang Milik Negara. Laporan Barang Milik Negara merupakan item-item yang harus dikelola, digunakan dan difungsikan sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan tersebut terangkum dalam bentuk aplikasi SIMAK BMN, dimana data tersebut adalah Pelaporan terhadap jumlah barang yang disesuaikan dengan nilai barang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pada saat audit atau pemeriksaan keuangan negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pengelolaan Barang Milik Negara sangat mempengaruhi penilaian/opini terhadap suatu instansi/kementerian/lembaga. Pada tahun 2011, 2012 dan 2013 opini BPK atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BNN adalah Wajar Tanpa Pengecualian dan pada tahun 2014 diharapkan BNN memperoleh penilaian/opini yang sama. Tahun 2013 BNN mendapat penghargaan BMN Award dari Dirjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sebagai juara III kategori Kepatuhan Pelaporan Barang Milik Negara T.A. 2012. Penghargaan ini diperuntukan kepada kementerian/lembaga dengan jumlah Satuan Kerja (satker) lebih dari 100 Satker.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 22 Tahun 2014 BNN mendapat penghargaan dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai juara I Kategori Utilisasi Barang Milik Negara (BMN) dalam acara Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian atau Lembaga (K/L).

2. Inspektorat Utama BNN. Inspektorat Utama BNN setiap tahun melakukan kegiatan pengawasan terkait tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan. Indikator kinerja terlaksananya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan, sementara sasaran strategis “Meningkatnya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan”. Kegiatan yang dilakukan bidang Pengawasan berdasarkan program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya BNN antara lain: a. Tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang- undangan dengan target 90 % dan terealisasi sebesar 66,67 % dan Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program, dan anggaran dengan target 80%. Analisis capaian dihitung berdasarkan persentase tingkat kepatuhan pegawai BNN terhadap peraturan perundang-undangan diukur dengan menghitung jumlah seluruh pegawai BNN selama tahun 2014, dari jumlah pegawai BNN sebanyak 1.716 pegawai, mulai dari tingkat Pusat (BNN), BNNP dan BNNK/Kota. Yang tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut: 1) Yang mendapat teguran/sanksi baik secara lisan/tertulis berupa pelanggaran disiplin pegawai sebanyak : 238 pegawai. 2) Yang mematuhi peraturan sebanyak : 1.478 pegawai.

b. Tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program, dan anggaran dengan target 80%. Analisis capaian dihitung berdasarkan jumlah pejabat dan pegawai BNN yang terlibat langsung di dalam pengelolaan APBN yaitu penyusunan rencana program dan anggaran sebanyak 379 orang terdiri dari : 119 orang Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 141 orang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan 119 orang Bendahara Pengeluaran (BP). Dari 379 orang pejabat pengelola APBN. Yang tidak dilakukan tindakan disiplin pegawai sebagai berikut : 1) Pejabat dan pegawai yang mendapat teguran/sanksi berdasarkan hasil audit BPK, sebanyak 27 pejabat.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 23 2) Pejabat yang tidak mendapat teguran/sanksi sebanyak 352 pejabat. Persentase tingkat kepatutan pejabat dan pegawai BNN dalam pelaksanaan rencana, program dan anggaran tahun 2014 mencapai sasaran sebesar 92,87%. Dengan jumlah sasaran obyek pemeriksaan sebanyak 119 Satker terdiri dari : 1) Badan Narkotika Nasional : 11 Satker. 2) Badan Narkotika Nasional Provinsi : 33 Satker. 3) Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota : 75 Satker. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pengawasan untuk mencapai sasaran program dan kegiatan, Inspektorat Utama BNN mendapat dukungan anggaran yang bersumber dari DIPA APBN Satuan Kerja Inspektorat Utama BNN. Capaian Output kegiatan pada Inspektorat Utama BNN Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut :

TARGET/ NO. KOMPONEN KEGIATAN VOLUME REALISASI % KET KEGIATAN 1. Audit Satker Pusat 1 Laporan 2 Laporan 200,00 +100% 2. Audit Satker BNNP dan BNNK 153 Lap 159 Laporan 103,00 +3,00% 3. Supervisi audit Satker dan Kegiatan BNNP dan 39 Lap 40 Laporan 102,00 +2,00% BNNK/Kota 4. Pemantauan dan Pemutakhiran Tindak Lanjut 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 Hasil Pengawasan 5. Pendampingan Pengawasan Eksternal 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 6. Reviu Laporan Keuangan BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 7. Reviu Laporan Keuangan BNN Semester I TA. 2014 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 8. Evaluasi LAKIP Satker BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 9. Monev Inpres No. 5 Tahun 2004 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 10. Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun 2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 11. LAKIP Ittama BNN TA. 2013 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 12. Penyusunan Program/Rencana Kerja TA.2015 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 13. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan Tahunan 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 Aparat Intern Pemerintah (APIP) Tahun 2013 14. Laporan Akhir Tahun Ittama BNN 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 15. Penyusunan Renstra Ittama TA.2015-2019 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 16. Penyusunan RKA-KL Ittama 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 17. Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai BNN 12 Laporan 12 Laporan 100,00 0 18. Pengawasan Tujuan Tertentu/Khusus 47 Laporan 14 Laporan 25,00 -75,00% 19. Verifikasi Dalam Rangka Serah Terima Jabatan 14 Laporan 14 Laporan 100,00 0 Eselon I, dan III 20. Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan Satker- 1 Laporan 1 Laporan 100,00 0 satker BNN 21. Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional 12 Bln 12 Bln 100,00 0 Unit Kerja Layanan Layanan 22. Pengadaan Perangkat Pengolah Data 13 Unit 13 Unit 100,00 0

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 24 3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN. Dalam upaya mendukung keberhasilan pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) selama tahun 2014 Puslitdatin BNN melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu diantaranya : a. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014. Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI). Survei ini dilaksanakan di 17 Provinsi dengan metode kuantitatif dan kualitatif dengan jumlah responden sebanyak 2.414 responden. Pelaksanaan survei tersebut dari tanggal 15 Januari – 15 Desember 2014, dengan tujuan sebagai berikut : 1) Tujuan umum. • Diketahuinya estimasi angka penyalahgunaan Narkoba dan besaran kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Tahun 2014. 2) Tujuan khusus. a) Diperolehnya gambaran pola pakai, pola edar, dan tempat peredaran Narkoba dikalangan penyalahguna. b) Diperolehnya informasi mengenai jumlah barang bukti Narkoba mencakup, jenis, harga, dan asal Narkoba dari pihak Kepolisian. c) Dianalisisnya kebijakan program pencegahan dan penanggulangan Narkoba di Indonesia. d) Diperolehnya besaran proporsi konsekuensi akibat penyalahgunaan Narkoba. e) Diperolehnya rata-rata biaya penyalahgunaan Narkoba menurut jenis penyalahgunaan Narkoba. f) Diestimasinya biaya ekonomi dan sosial, baik real cost maupun opportunity cost yang harus dipikul oleh penyalahguna, keluarga dan masyarakat akibat penyalahgunaan Narkoba. Hasil Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia di 17 Provinsi di Indonesia Tahun 2014 bekerjasama antara BNN dengan Puslitkes UI antara lain:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 25 1) Diperkirakan angka prevalensi tahun 2014 berkisar antara 2,1% sampai 2,25%. 2) Proyeksi angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba setahun terakhir di Indonesia, 2014 – 2020 (dalam persen (%)) sebagai berikut :

Tahun No. Skenario 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1. Naik 2,25 2,33 2,39 2,45 2,49 2,53 2,56 2. Stabil 2,18 2,20 2,21 2,23 2,24 2,26 2,27 3. Turun 2,10 2,04 2,00 2,96 1,94 1,93 1,93

3) Jumlah penyalah guna Narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai Narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun. 4) Prevalensi penyalah guna Narkoba tahun 2003, 2004, 2009, 2011 dan 2014.

TAHUN PREVALENSI 2003 2004 2009 2011 2014 Penyalahguna Narkoba 1,5% 1,75% 1,99% 2,2% 2,18%

5) Perkiraan Jumlah Penyalah guna Per Provinsi. a) Semua provinsi di pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalah guna yang terbanyak dibandingkan provinsi-provinsi di luar Jawa, kecuali Sumatera Utara. Hal ini disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih besar dibandingkan kota-kota di luar Jawa. Namun, apabila distandarisasi dengan angka prevalensi, tidak demikian. Angka prevalensi dihitung dengan membagi jumlah penyalah guna (absolut) dengan angka jumlah penduduk per tiap provinsi. Provinsi DKI Jakarta (4,73%) memiliki angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh Kaltim (3,07%) dan Kepri (2,94%). b) Secara angka absolut provinsi yang terendah adalah Papua Barat, sedangkan angka prevalensi terendah adalah Papua (1,23%). Hal ini yang patut dicermati di Provinsi Papua penyalah guna dan angka prevalensinya semakin meningkat tajam sebab tingkat peredaran Narkoba jenis ganja yang masuk dari perbatasan Papua Nugini semakin marak. Apalagi harganya jauh lebih murah dibandingkan jenis shabu.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 26 6) Peringkat Penyalah guna Narkoba Tahun 2014

Jumlah Preva- Rang- Populasi No. Provinsi Penyalah lensi king (10-59) guna (%) 1. DKI Jakarta 364.174 4,74 1 7.688.600 2. Kaltim 59.195 3,07 2 1.930.936

3. Sumut 300.134 3,06 3 9.808.600 4. Kepri 41.767 2,94 4 1.421.800

5. DI Yogya 62.028 2,37 5 2.621.600

6. Jabar 792.206 2,34 6 33.905.400

7. Maluku 27.150 2,32 7 1.169.800

8. 66.785 2,22 8 3.008.900

9. Sulut 38.307 2,19 9 1.745.500

10. Sulteng 43.591 2,11 10 2.065.100

11. Sulbar 18.887 2,09 11 903.800

12. NAD 73.201 2,08 12 3.525.900

13. Sulsel 125.643 2,08 13 6.052.100 14. Banten 177.110 2,02 14 8.770.800 15. Jatim 568.304 2,01 15 28.271.400 16. Kalbar 69.164 2,01 16 3.446.100 17. Kalsel 57.929 2,01 17 2.888.300 18. Riau 90.453 1,99 18 4.552.500 19. Kalteng 35.811 1,95 19 1.835.300 20. 47.064 1,89 20 2.491.900 21. 25.784 1,88 21 1.370.000 22. Jateng 452.743 1,88 22 24.131.300 23. Babel 18.574 1,85 23 1.002.500 24. Malut 14.988 1,85 24 810.100 25. Sumbar 65.208 1,80 25 3.622.500 26. Sumsel 98.329 1,69 26 5.828.800 27. Gorontalo 13.885 1,68 27 824.800 28. Sultra 27.328 1,59 28 1.720.000 29. Irjabar 9.952 1,57 29 634.300 30. Kaltara 16.165 1,54 30 1.051.364 31. Lampung 89.046 1,52 31 5.853.100 32. NTB 51.519 1,50 32 3.423.300 33. NTT 51.298 1,49 33 3.440.900 34. Papua 28.980 1,23 34 2.358.200

INDONESIA 4.022.702 2,18 184.175.500

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 27 b. Survei Cepat (Rapid Survei) Pemahaman Masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan survei cepat ini bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional dengan FISIP Universitas Nasional (Unas) dengan jumlah responden sebanyak 200 responden dan teknik pengambilan sample dengan menggunakan cluster multistage. Pelaksanaan survei cepat selama 3 (tiga) bulan yaitu dari bulan Maret – Juni 2014 dengan lokasi di DKI Jakarta. Tujuan dari suvei cepat ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui efek sosialisasi BNN pada tingkat pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku masyakarat dalam upaya P4GN. 2) Untuk mengetahui efektifitas berbagai bentuk kegiatan sosialisasi BNN dan penyebaran informasi melalui media massa dan media luar ruang dalam upaya P4GN. 3) Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap rehabilitasi dan hukuman bagi pengedar Narkoba. Sedangkan manfaat dari survei cepat diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pemerintah khususnya instansi penegak hukum yang berwenang menjalankan P4GN. Kesimpulan dari survei cepat (rapid survei) pemahaman masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut : 1) Responden, baik pelajar/mahasiswa maupun pekerja, umumnya memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang institusi BNN dan juga kegiatan pencegahan dan pemberantasan Narkoba, meskipun istilah P4GN dan pemahaman tentang UU Narkotika masih sangat rendah. 2) Persepsi tentang kegiatan sosialisasi bahaya Narkoba juga cukup baik. Responden berpendapat bahwa kegiatan BNN cukup detil, jelas, kreatif, dan interaktif. Selain dari kegiatan BNN secara langsung, responden juga mendapatkan informasi bahaya Narkoba dari berbagai media, baik media massa maupun media luar ruang. 3) Hal itu memunculkan sikap yang positif responden dengan kesediaan mereka untuk terlibat dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 28 4) Pengetahuan, persepsi, dan sikap yang positif tersebut pada akhirnya tercemin pada perilaku responden yang minim dalam konsumsi minuman alkohol maupun penyalahgunaan Narkoba. Meskipun untuk konsumsi rokok masih cukup tinggi. Perilaku positif responden juga tercermin pada keterlibatan mereka dalam mengkampanyekan bahaya Narkoba kepada lingkungan sekitar. 5) Pemanfaatan media massa terutama media televisi dan internet dalam mengkampanyekan bahaya Narkoba sangat efektif. Selain itu penggunaan media luar ruang terutama billboard juga sangat efektif, terutama bagi kalangan pekerja. Penggunaan ketiga media tersebut hendaknya terus ditingkatkan. Kegiatan penyuluhan bahaya Narkoba di sekolah dan lingkungan pekerja juga harus terus ditingkatkan, terutama untuk menjaring kesediaan menjadi kader satgas anti Narkoba. 6) Upaya BNN untuk menekan penyalahguna Narkoba agar direhabilitasi daripada dipenjara mendapat sambutan positif dari responden. Hukuman penjara dan bahkan hukuman mati memang selayaknya ditujukan kepada para pengedar dan gembong Narkoba.

c. Riset Operasional tentang Pengetahuan dan Pemahaman Masyarakat tentang IPWL di Provinsi Jawa Barat Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia dilakukan di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan 3 (tiga) bulan dari Oktober – Desember 2014. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1) Tujuan Umum. Meningkatkan jumlah penyalahguna dan keluarga penyalahguna melapor diri ke IPWL guna memperoleh perawatan dan rehabilitasi medis dan sosial. 2) Tujuan khusus a) Mengidentifikasi masalah terkait dengan masih sedikitnya jumlah penyalahguna dan keluarga penyalahguna yang melapor diri ke IPWL. b) Mengetahui pelaksanaan IPWL di tempat yang ditunjuk Kemenkes dan Kemensos dan BNN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 29 c) Mengembangkan alternatif solusi untuk meningkatkan jumlah penyalah guna dan keluarga penyalah guna melapor diri ke IPWL.

Manfaat riset operasional ini adalah berguna bagi para pemangku kepentingan untuk memperkuat program/kebijakan yang sudah ada, khususnya untuk pengembangan program penanganan penyalahguna Narkoba melalui IPWL. Secara tidak langsung hasil penelitian bermanfaat bagi sasaran program utamanya untuk meningkatkan derajat kesehatan, menekan resiko kerugian ekonomi dan sosial akibat penggunaan Narkoba.

Sedangkan kesimpulan dari riset operasional ini adalah :

1) Rendahnya jumlah penyalah guna dan keluarga penyalah guna Narkoba yang melapor diri ke IPWL berkaitan dengan masalah internal (predisposing) yang ada dalam diri penyalah guna dan keluarganya, masalah programatik, yaitu pelaksanaan layanan (enabling) serta masalah penegakan hukum (reinforcing) terkait dengan penanganan kasus Narkoba.

2) Pemahaman masyakat terhadap IPWL masih kurang. Dari aspek internal terkait dengan keengganan lapor diri ke layanan IPWL karena adanya rumor bahwa kecanduan Narkoba tidak bisa disembuhkan, rehabilitasi Narkoba tidak dapat menyembuhkan kecanduan, minimnya pengetahuan terhadap IPWL, kurangnya motivasi untuk terlepas dari ketergantungan Narkoba.

3) Variasi masalah di Instansi Penerima Wajib Lapor.

Masalah di tingkat layanan teridentifikasi ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian sehingga program ini belum mampu dilaksanakan dengan maksimal, yaitu menyangkut sosialisasi dan koordinasi, masalah SDM dan fasilitasnya, pembiayaan dan pemantauan dan evaluasi layanan. Sosialisasi dan koordinasi di tingkat pemangku kepentingan sudah sering dilakukan namun informasi tentang IPWl belum sampai ke kelompok sasaran.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 30 4) Pelaksanaan peraturan bersama untuk mendukung penanganan kasus Narkoba. Para penyalah guna memperoleh perlakuan yang berbeda dari aparat penegak hukum, umumnya berakhir dengan proses pidana. Persyaratan untuk memutuskan penyalah guna Narkoba ke panti rehabilitasi dibutuhkan lebih banyak persyaratan seperti: asesmen/rekomendasi dari saksi ahli tentang urgensinya untuk direhabilitasi, serta keterbatasan akses ke fasilitas rehabilitasi. Pihak penyidik dan penuntut perkara penyalah guna Narkoba kesulitan menerapkan pasal 27 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 bagi kasus yang terbukti membawa “barang bukti” selain Metadhon, Subutek dan Suboxon. Bila kasus demikian ditemukan di lapangan maka penyidik dan jaksa akan menggunakan pasal 112 KUHP. Ada kekhawatiran bahwa kebijakan ini akan digunakan sebagai celah bagi para bandar Narkoba untuk menyiasati supaya lolos dari hukuman. Sebaliknya kebijakan ini dikawatirkan juga menjadi celah bagi anggota polisi nakal untuk melarikan setiap perkara pidana Narkoba langsung diarahkan ke rehabilitasi tanpa disidik sesuai prosedur karena ada imbalan. Adapun alternatif solusi dari riset operasional adalah : 1) Menyampaikan pesan secara komprehenshif melalui peer (kelompok sebaya) atau LSM. Menepis anggapan bahwa kecanduan Narkoba tidak bisa disembuhkan melalui berbagai media terutama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau peer (kelompok sebaya) yang mempunyai akses langsung terhadap penyalahguna Narkoba. Informasi penting perlu disampaikan bahwa dengan mengikuti program rehabilitasi tidak hanya mengatasi masalah Narkoba tetapi memperoleh manfaat lain seperti pengurangan atau meminimalisir dampak penggunaan Narkoba seperti Overdosis, kesehatan, kriminal/hukum, dan masalah sosial lain dan produktivitas.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 31 2) Menyiapkan Buku Pedoman bagi Petugas Lapangan terkait. Memetakan kebutuhan untuk meningkatkan mutu layanan bagi staf yang bertugas di Fasilitas IPWL selanjutnya memberikan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai kebutuhannya. Meningkatkan jumlah dan kapasitas tim asesmen yang siap siaga untuk menangani kasus Narkoba di pengadilan. Perlu menyiapkan buku pedoman/petunjuk teknis bagi tim penyidik, jaksa dan hakim serta tim asesmen penanganan Narkoba.

d. Riset Operasional tentang Partisipasi Masyarakat dalam P4GN di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara BNN dengan Puslitkes UI dilakukan di kota – Jatim, dengan mengambil dua lokasi studi (sentinel site) secara purposive dilaksanakan 3 (tiga) bulan dari Oktober – Desember 2014. Adapun kategori lokasi yang dipilih adalah daerah intervensi program P4GN yang mempunyai tingkat partisipasi masyarakat aktif dan pasif (studi kasus). Lokasi studi terpilih adalah : 1) Kampung Sawahan (Kompas), Kel. Sawahan, Kec. Sawahan, yaitu daerah intervensi program P4GN dengan tingkat partisiasi masyarakat aktif dalam program P4GN. 2) Kampung Kremil (Naga Bonar), Kel. Dupak, Kec. Kembangan, yaitu daerah intervensi program P4GN dengan tingkat partisiasi masyarakat pasif dalam program P4GN. 3) Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan. Teknik pengumpulan data dalam riset operasional pemberdayaan masyarakat ini yaitu melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (Fokus group discussion), observasi dan telaah data sekunder. Tujuan dari riset operasional ini adalah sebagai berikut : 1) Tujuan umum Memperoleh gambaran terkait partisipasi masyarakat (populasi umum) dalam program P4GN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 32 2) Tujuan khusus a) Memperoleh jenis/listing program P4GN yang sudah dilaksanakan oleh BNN, BNNP dan BNN Kab./Kota, terutama di lokasi studi. b) Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi sehingga menyebabkan partisipasi masyarakat dalam program P4GN masih rendah (belum maksimal). c) Memperoleh gambaran terkait strategi yang bisa dikembangkan untuk memaksimalkan partisipasi/ peran serta masyarakat dalam program P4GN. Kesimpulan dari survei cepat (rapid survei) pemahaman masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut : 1) Jenis kegiatan P4GN yang paling banyak dilakukan di masyarakat adalah jenis kegiatan primer, yaitu berupa sosialisasi, penyuluhan, seminar, dan sebagainya. Jenis kegiatan sekunder dan tertier lebih banyak hanya di daerah yang menjadi intervensi program. Tingkat keberlanjutan program P4GN lebih terjamin keberlangsungannya pada kelompok pelajar/mahasiswa, dan terlihat semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya. Berbeda halnya yang terjadi di kelompok pekerja ataupun di masyarakat umum yang cenderung terhambat keberlanjutannya. 2) Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dan terhambatnya keberlanjutan kegiatan P4GN disebabkan oleh banyak faktor, baik di tingkat masyarakat maupun pemangku kebijakan. Secara garis besar identifikasi hambatan yang ada adalah terkait dengan mispersepsi terhadap pemahaman masalah Narkoba, kurangnya sarana prasarana penunjang, konsep pengembangan kegiatan yang kurang tepat, dan belum ter- sedianya instrument sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. 3) Mispersepsi terkait permasalahan Narkoba masih banyak berkembang di masyarakat, misalnya stigma Narkoba adalah masalah kriminal, stigma terhadap pecandu dan mantan pecandu, masalah Narkoba adalah urusan BNN dan polisi, proteksi diri dari Narkoba cukup pada keluarga, masalah Narkoba sebagai aib bagi keluarga, sekolah/perusahaan, dan sebagainya.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 33 4) Pola pelaksanaan kegiatan P4GN yang ada di masyarakat selama ini pada umumnya juga masih bersifat situasional pada momen tertentu saja dan tidak berkesinambungan. Salah satu faktor penghambat yang ditemukan adalah karena keterbatasan pendanaan dan tidak adanya dukungan dari pemerintah setempat. 5) Pengembangan konsep intervensi kegiatan P4GN di suatu wilayah masih bersifat proyek (conduct by project), dan bukan karena program (conduct by program) sehingga tidak terjamin keberlanjutannya. Konsep intervensi pada umumnya hanya fokus pada kelompok sasaran (populasi kunci) tanpa melibatkan masyarakat luas sehingga dalam implementasinya kurang mendapat dukungan dan terkadang terjadi benturan dengan kelompok masyarakat lainnya. 6) Demikian juga dengan belum maksimalnya peran pemangku kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah dalam kegiatan P4GN karena merasa belum mempunyai pedoman yang tertuang dalam rencana aksi sebagai acuan implementasi program. Sedangkan rekomendasi dari survei cepat (rapid survei) pemahaman masyarakat tentang Pencegahan di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut : 1) Dalam upaya pengembangan peran serta masyarakat dalam kegiatan P4GN seharusnya digulirkan sebuah ide kegiatan oleh pemerintah untuk memberikan respon kepada masyarakat supaya berkreasi dalam mengembangkan konsep kegiatan P4GN. Berbagai kegiatan yang sudah pernah dilakukan seperti lomba kampung bebas Narkoba terbukti memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk aktif beperan. Kegiatan- kegiatan semacam inilah yang seharusnya terus dikembangkan intensitas dan frekuensinya. 2) Sistem koordinasi dan pola kerja LSM yang berbasis masyarakat (community based unit) bisa diadopsi dalam pelaksanaan kegiatan kedepannya. Demikian juga keberadaan LSM sebagai mitra kerja masyarakat dan pemangku kebijakan masih perlu dipertahankan, bahkan jika memungkinkan bisa lebih ditingkatkan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 34 3) Konsep kegiatan P4GN yang dikembangkan harus bisa diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada sehingga keberlangsungan programnya bisa lebih terjamin. Dalam hal ini pelibatan masyarakat sangat diperlukan terutama peran toga/tomas sebagai panutan. 4) Peningkatan koordinasi antara masyarakat dengan pemangku kebijakan sangat perlu ditingkatkan melalui peran serta Bimmas, Babinsa, BPD, dan toga/tomas. Konsep kegiatan dan alur pendanaan yang tertuang dalam strategi dan rencana aksi daerah harus dipahami oleh semua masyarakat maupun pemangku kebijakan sehingga tidak ada lagi mispersepsi khususnya pada pemerintah daerah setempat. Selain itu peran pemerintah sangat diperlukan oleh masyarakat dalam penggalian dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan. 5) Untuk menjamin terlaksananya implementasi program oleh kementerian/lembaga, SKPD, dan instansi terkait lainnya maka BNN dan BNNP/K sebagai leading sektor harus lebih melakukan pengawasan terhadap bentuk kegiatan P4GN yang diintegrasikan ke masing-masing instansi. Instrument kegiatan yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan program P4GN harus tertuang dalam rencana aksi sehingga bisa dijadikan acuan oleh kementerian/lembaga ataupun departemen, dinas, dan instansi terkait lain di bawah masing-masing kementerian/ lembaga bersangkutan. e. Riset Operasional tentang Persepsi dan Pengalaman Narkoba terhadap Hukuman Penjara dan Hukuman Rehabilitasi di Provinsi Banten Kegiatan riset operasional ini bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia dilakukan di provinsi Banten. Pelaksanaan riset operasional selama 3 (tiga) bulan yaitu dari Oktober – Desember 2014. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1) Tujuan Umum. Menilai persepsi para informan terkait Narkoba terhadap hukuman penjara dan rehabilitasi.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 35 2) Tujuan Khusus. a) Menilai persepsi dan pengalaman penyalahguna Narkoba tentang hukuman penjara dan rehabilitasi. b) Menilai persepsi dan pengalaman keluarga penyalah guna Narkoba tentang hukuman penjara dan rehabilitasi c) Menilai persepsi masyarakat tentang hukuman penjara dan rehabilitasi. d) Menilai persepsi dan pengalaman pengelola panti rehab tentang hukuman penjara dan rehabilitasi. e) Menilai persepsi penegak hukum hukuman penjara dan rehabilitasi. Metode pengumpulan data dan partisipan/sasaran survei adalah :

Metode Sasaran/informan Jumlah Indepth 1. Pecandu yang sudah pulih yang pernah dipenjara & direhabilitasi 6 orang interview 2. Pecandu yang masih dalam ketergantungan 14 orang 3. Penyidik polisi 10 orang 4. Hakim 2 orang 5. Jaksa 4 orang 6. BNN/BNNP/BNNK 2 orang 7. Pengelola panti rehabilitsi medis/sosial 2 orang 8. Keluarga dan tokoh masyarakat 3 orang Telaah Regulasi, program rehabilitasi, sarana penjara dan panti rehabilitasi dokumen

Kesimpulan dari riset operasional ini adalah : 1) Hampir semua aktor lebih memilih penyalahguna agar direhabilitasi. 2) Hukuman penjara tidak membuat jera penyalahguna karena masih tingginya peredaran Narkoba di dalam rutan dan lapas. Bahkan penjara menjadi tempat pembelajaran karena disanalah tempat berkumpul para bandar/pengedar. 3) Kepolisian sebagai aktor utama untuk memberikan dakwaan pecandu untuk direhab (pasal 127), karena masih terbentur kasus kepemilikan (pasal 111,112,114). 4) Masih tingginya perbedaan persepsi di kalangan penegak hukum tentang putusan rehabilitasi, karena UU No 35 tahun 2009 tidak konsisten dalam penggunaan istilah pecandu, penyalahguna dan korban penyalahguna dan belum adanya TAT.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 36 5) Adanya peluang bagi para oknum penegak hukum untuk memasukkan pasal rehabilitasi kepada bandar dan pengedar. Adapun saran/temuan dari riset operasional adalah : 1) Belum semua kabupaten/kota ada tim asesmen. Di Jakarta hanya Jaktim dan Jaksel, di Banten hanya Tangsel. 2) Perbedaan persepsi mengenai definisi pecandu, penyalahguna, dan dasar hukum yang digunakan. 3) Ada peluang bagi oknum untuk memanfaatkan agar bandar/ pengedar bisa direhabilitasi. 4) Persepsi sebagian besar dari informan mendukung agar pecandu direhabilitasi. Di sisi lain, masih terbatasnya jumlah panti rehab yang ada. 5) Efektivitas program rehabilitasi dianggap kurang oleh penyalahguna. 6) Dominasi pemidanaan berupa penjara bagi pengguna narkotika tercermin dari pasal 111 dan 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Sedangkan rekomendasi dari riset operasional adalah : 1) Perlu membentuk tim asesmen di tingkat provinsi, kabupaten/kota. 2) Perlu dibuat juknis dan juklak untuk pelaksanaan rehab, terutama di kepolisian, kehakiman dan pengadilan. 3) Sosialisasi asesmen perlu lebih digalakkan agar masyarakat lebih peduli. 4) Perlu penyamaan persepsi di kalangan penegak hukum terutama mengenai pecandu, penyalahguna & dasar hukumnya. 5) TAT harus betul-betul profesional dalam melakukan proses asesmen yang akurat, misalnya dibuktikan melalui uji Narkoba melalui test rambut. 6) BNN membuat kriteria panti rehab yang bisa menjadi pusat rujukan rehabilitasi. 7) Memperbanyak jumlah panti rehab yang melibatkan pihak- pihak masyarakat, tetapi dengan pengawasan yang ketat oleh BNNP/BNNK. 8) Melakukan kajian metode yang dianggap efektif dan manusiawi untuk rehabilitasi.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 37 9) Lebih jauh, perlu difikirkan untuk melakukan standarisasi terhadap panti rehabilitasi. 10) Perlu dibuat kejelasan perumusan pecandu dan pengedar agar tidak memenjarakan pecandu.

f. Rapat Koordinasi Analisa dan Evaluasi Call Center dan SMS Center BNN Tahun 2014. Kegiatan rakor analisa dan evaluasi ini dilaksanakan karena banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi secara aktif dengan memberikan informasi tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di lingkungannya. Oleh karena itu BNN melalui Puslitdatin BNN merespon dengan dilakukannya kegiatan analisa dan evalusi Call Center dan SMS Center BNN. Kegiatan rakor analisa dan evaluasi dilaksanakan sebagai berikut : 1) Rapat pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014 bertempat di gedung BNN Lantai 4 Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang – Jakarta Timur. 2) Rapat kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014 bertempat di gedung BNN Lantai 1 Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang – Jakarta Timur. 3) Rapat kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 April 2014 bertempat di gedung BNN Lantai 7 Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang – Jakarta Timur. Tujuan dari kegiatan analisa dan evaluasi Call Center dan SMS Center BNN adalah dalam rangka mengetahui sampai sejauhmana tindak lanjut dari informasi yang didapat dari Call Center dan SMS Center BNN tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di lingkungannya sehingga partisipasi masyarakat dalam memberikan informasi kepada BNN semakin meningkat. Manfaat dari kegiatan analisa dan evaluasi Call Center dan SMS Center BNN : 1) Dapat mengetahui banyaknya laporan yang masuk dari masyarakat baik melalui Call Center dan SMS Center. 2) Dapat mengetahui sebaran jenis informasi atau laporan yang bersumber dari masyarakat, sehingga dapat dijadikan bahan analisa bagi pimpinan BNN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 38 3) Dapat mengevaluasi seberapa jauh tingkat kualitas informasi yang masuk dari masyarakat khususnya yang terkait informasi peredaran gelap Narkoba. 4) Dapat mengevaluasi sampai sejauhmana petugas yang terkait dengan pertanyaan masyarakat merespon atau menindaklanjuti laporan tersebut. 5) Dapat mengetahui hambatan dan kendala-kendala para petugas dalam merespon dan menindaklanjuti laporan masyarakat khususnya yang terkait dengan peredaran gelap Narkoba di lingkungannya. Adapun data layanan masyarakat melalui Call Center dengan Nomor Call Center 021-80880011 dan SMS Center Nomor 081221675675 tahun 2014 adalah sebanyak 6.093 informasi. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini mengalami peningkatan sebesar 13,8%, yaitu dari 5.099 informasi pada tahun 2013 menjadi 5.915 informasi pada tahun 2014. Rincian data layanan masyarakat melalui Call Center dan SMS Center BNN selama tahun 2014 sebanyak 5.915 informasi adalah sebagai berikut: 1) Rehabilitasi : 365 Informasi 2) Berantas : 1.098 Informasi 3) Cegah : 92 Informasi 4) Humas : 8 Informasi 5) Datin : 5 Informasi 6) Informasi umum : 4.391 Informasi 7) Dumas Ittama : 1 Informasi Data layanan Call Center dan SMS Center BNN 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2010 – 2014) adalah sebagai berikut :

TAHUN NO. INFORMASI YANG MASUK 2010 2011 2012 2013 2014 1. Rehabilitasi 253 359 183 305 365 2. Cegah 55 68 55 81 92 3. Humas 11 21 3 15 8 4. Informasi umum 795 793 2.615 2.948 4.391 5. Datin 12 29 11 12 5 6. Berantas 179 729 607 1.737 1.098 7. Dumas Ittama 2 1 JUMLAH 1.305 1.999 3.474 5.099 5.915

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 39 4. Balai Diklat BNN. Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil BNN dalam pelaksanaan P4GN, Balai Diklat BNN Tahun Anggaran 2014, menyusun rencana kegiatan dan anggaran semula ditetapkan sebanyak 23 (dua puluh tiga) kegiatan Diklat, namun realisasinya mencapai 25 (dua puluh lima). Tambahan realisasi dimaksud merupakan optimalisasi kegiatan dan anggaran yang ada pada Balai Diklat BNN. Adapun jenis kegiatan Diklat yang dilaksanakan tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan II (5 Angkatan) dengan jumlah peserta sebanyak 177 orang. b. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan III (5 Angkatan) dengan jumlah peserta sebanyak 188 orang. c. Diklat Pembinaan Teknis Penyuluh P4GN dengan jumlah peserta sebanyak 60 siswa. d. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Terampil dengan jumlah peserta sebanyak 12 (dua belas). e. Diklat Pengadaan Barang dan Jasa dengan jumlah peserta sebanyak 20 (dua puluh) siswa. f. Diklat PIM IV dengan jumlah peserta sebanyak 30 (tiga puluh) siswa. g. Diklat PIM III dengan jumlah peserta sebanyak 5 (lima) siswa. h. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Pratama dengan jumlah peserta sebanyak 10 (sepuluh) siswa. i. Diklat Calon Widyaiswara dengan jumlah peserta sebanyak 16 (enam belas) siswa. j. Diklat Teknis Pengelolaan keuangan bagi BP&BPP BNN dengan jumlah peserta sebanyak 33 (tiga puluh tiga) siswa. k. Diklat Fungsional Pembentukan Auditor Ahli Madya dengan jumlah peserta sebanyak 1 (satu) siswa. l. Diklat P4GN, Perubahan Mindset dan Cultureset Bagi Para Ka BNNP&BNNK dengan jumlah peserta sebanyak 133 (seratus tiga puluh tiga) siswa. m. Diklat Bimbingan Teknis Fungsi Perencanaan dengan jumlah peserta sebanyak 33 (tiga puluh tiga) siswa. n. Diklat bimbingan Pelayanan Informasi Public di Lingkungan BNN dan BNNP dengan jumlah peserta sebanyak 50 (lima puluh) siswa. o. Diklat Bahasa Inggris / Public Speaking dengan jumlah peserta sebanyak 20 (dua puluh) siswa.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 40 Seluruh rangkaian kegiatan yang ditetapkan dalam rencana kerja Balai Diklat BNN tahun 2014, merupakan target maksimal yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menggunakan segala sumberdaya yang ada. Target semula adalah untuk 633 orang, namun karena ada optimalisasi target output sebanyak 811 (delapan ratus sebelas) siswa. Meskipun saat ini Balai Diklat BNN belum terakreditasi, minimnya Widyaiswara, minimnya sarana dan prasarana (Mess Staf, tempat ibadah, ruang audotorium, ruang perpustakaan, asrama Diklat PIM dll) serta terbatasnya SDM Balai Diklat BNN, namun Balai Diklat BNN tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik dalam hal pelayanan prima. Untuk kedepannya Balai Diklat BNN sangat mengharapkan dukungan dari penentu kebijakan agar Balai Diklat BNN dapat segera diakreditasi, mendapatkan penambahan SDM, dan tersedianya sarana serta prasarana untuk persyaratan agar Balai Diklat BNN dapat dikareditasi oleh Instansi Pembina yang dalam hal ini Lembaga Administrasi Negara (LAN).

5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN. Laboratorium Uji Narkoba BNN pada Desember 2014, telah menerima sample sebanyak 19.975 sampel untuk dilakukan test uji Narkoba terdiri dari narkotika sebanyak 18.795 sampel, psikotropika sebanyak 84 sampel, prekursor 9 sampel, hasil negatif (tidak termasuk dalam golongan narkotika, psikotropika dan prekursor) sebanyak 1.082 sampel. Kegiatan prioritas yang dilaporkan merupakan kegiatan Balai Laboratorium Uji Narkoba yang memberikan dampak terhadap kualitas pelayanan pengujian sampel Narkoba berupa : a. Pelayanan Pengujian Sampel. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN dalam kegiatan pelayanan pengujian sampel hingga bulan November 2014 telah menguji 19.975 sampel yang terdiri dari Narkotika sebanyak 18.795 sampel, Psikotropika sebanyak 84 sampel (tidak termasuk dalam golongan narkotika, psikotropika dan prekursor sebanyak 1.082 sampel. b. Surveilen Akreditasi ISO 17025:2008. Surveilen ISO 17025:2008 merupakan syarat dalam mempertahankan akreditasi yang telah diperoleh dari KAN (Komite Akreditasi Nasional) sebagai Laboratorium pengujian yang terstandarisasi. Surveilen menetapkan bahwa Balai Laboratorium Narkoba BNN berhasil mempertahankan akreditasi ISO 17025:2008 yang telah diperoleh sejak tahun 2012.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 41 c. Identifikasi New Psycoactive Substance (NPS). Dampak peningkatan kemampuan dan pembangunan instrument laboratorium ditunjukkan melalui kemampuan dalam menganalisis NPS yang terkandung dalam sampel yang diuji. Selama tahun 2014 Balai Laboratorium telah mengidentifikasi 19 NPS sehingga jumlah total NPS yang beredar teridentifikasi sebanyak 35 jenis. Daftar NPS yang teridentifikasi telah beredar di Indonesia terlampir. Berdasarkan instansi asal sampel, jumlah sampel yang diidentifikasi mengandung NPS sebanyak 95 sampel dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Instansi yang Mengirimkan Sampel NPS

NO. INSTANSI JUMLAH SAMPEL

1. BNN 20 2. BNNP Sumsel 2 3. BNNP Kep Riau 2 4. BNNP Aceh 3 5. Polda Kep Bangka Belitung 1 6. Polresta Pontianak 1 7. Pores Kota Balerang 2 8. Dit Tindak Pidana Narkoba 14 9. Polres Jakarta Selatan 9 10. Polres Jakarta Pusat 7 11. Polres Jakarta Barat 1 12. Polres Jakarta Timur 4 13. Polres Jakarta Utara 3 14. Polda Metro Jaya 6 15. Polsek Kemayoran 4 16. Polresta Bandar Lampung 4 17. Polres Lampung Timur 1 18. Polres Lampung Selatan 2 19. Polres Bangka 1 20. Polres Kota Pekanbaru 2 21. Polda Jawa Barat 1 22. Polsek Teluk Betung Selatan 2 23. Polda Lampung 3 24. Polsek Tanah Abang 1 JUMLAH 95

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 42

d. Layanan Dukungan Pemusnahan Barang Bukti

Layanan dukungan pemus- nahan barang bukti dilaksanakan dalam rangka melaksanakan pengujian terhadap barang bukti yang akan dimusnahkan. Selama tahun 2014 sebanyak 66 (enam Foto Kegiatan Pengujian Urin di Kementerian PAN-& RB puluh enam) kegiatan

pemusnahan barang bukti dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Kegiatan Pemusnahan Barang Bukti JUMLAH NO. INSTANSI KEGIATAN 1. Deputi Bidang Pemberantasan BNN 28 2. Direktorat Tindak Pidana Narkoba 33 3. BNNP Banten 2 4. Polres Serang 1 5. Polres Metro Jakarta Pusat 1 6. BNNK Selatan 1 JUMLAH 66

e. Dukungan Pengujian Kegiatan PembedayaanMasyarakat

Kegiatan dukungan ini merupakan kegiatan pengujian dalam rangka kegiatan deputi bidang pemberdayaan masyarakat, baik dalam lingkungan pendidikan maupun lingkungan kerja. Adapun sampel yang diuji adalah berbentuk rambut atau urin. Selama tahun 2014, jumlah sampel urin yang diuji sebanyak 6.865 sampel sedangkan sampel rambut sebanyak 2.840 sampel. Output, target, capaian serta penganggaran dijabarkan pada tabel berikut:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 43

Tabel Output, dan Capaian

NO. OUTPUT TARGET CAPAIAN 1. Laporan Pemeriksaan Uji Narkoba 10.057 Lap 19.975 Lap Pemeriksaan Pemeriksaan 2. Bulan Layanan Dukungan Manajemen dan Operasional 12 Bulan 12 Bulan Unit Kerja 3. Alat/Instrumen Laboratorium Uji Narkoba 1 Unit 1 unit 4. Pemeliharaan Alat/Instrumen Laboratorium Uji Narkoba 18 unit 18 unit 5. Laporan Hasil Penelitian Drug Profiling dan 2 Laporan 2 Laporan Pengembangan Uji Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif Lainnya

f. Capaian Kinerja Tahun 2010-2014 Capaian kinerja Balai Laboratorium Narkoba BNN selama lima tahun berdasarkan kegiatan prioritas dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel Capaian Kinerja Tahun 2010-2014

TAHUN NO. KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 1. Laporan Pengujian Sampel 12.677 13.910 15.449 17.940 19.975 Narkotika, Psikotropika sampel 2. Akreditasi ISO 17025:2008 Belum Pengajuan Terakre- Terakre- Terakre- terakre- Akreditasi ditasi ditasi ditasi ditasi 3. Identifikasi NPS - - 1 NPS 14 NPS 4. Layanan Pengujian Pemus- - - - 61 66 nahan Barang Bukti 5. Kegiatan Pengujian - - 14.991 5.449 9.705 Dukungan Pemberdayaan Sampel Sampel Sampel Masyarakat

C. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN)

Program P4GN merupakan program teknis yang dilaksanakan oleh Kedeputian BNN yang terdiri dari Deputi Bidang Pencegahan BNN, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN dan juga oleh Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan program tersebut dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia “IMUN” dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Adapun gambaran pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja terkait program teknis dimaksud adalah sebagai berikut:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 44 1. Deputi Bidang Pencegahan BNN Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilaksanakan melalui kegiatan advokasi dan diseminasi informasi secara menyeluruh dan terintegrasi kepada target sasaran pencegahan yaitu lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pekerja serta lingkungan sektor kesehatan. Upaya advokasi dan diseminasi informasi merupakan penjabaran dari pelaksanaan Undang – Undang 35 tahun 2009, dan didukung dengan adanya Kebijakan Nasional dibidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) yang dituangkan kedalam Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 2011. Peraturan tersebut dimaksudkan untuk mendorong partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat bangsa dan negara berperan aktif dalam melaksanakan P4GN di lingkungannya masing-masing. Sedangkan maksud hakiki dari adanya Inpres 12 Tahun 2011 adalah untuk mendorong penyelenggara negara dan masyarakat melakukan upaya P4GN secara aktif dan mandiri. Tujuan pelaksanaan advokasi dan diseminasi informasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat rentan/resiko tinggi terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Berikut ini merupakan kegiatan Bidang Pencegahan yang dilakukan pada Tahun Anggaran 2014 : a. Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba Kegiatan Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba dimaksudkan untuk memberikan informasi, melatih dan membangun kesadaran serta kepedulian terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di lingkungan Instansi Pemerintah maupun Swasta. Melatih relawan menjadi kader anti Narkoba dengan sasaran Instansi Pemerintah maupun Swasta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba di tempat kerja, guna memperkuat komitmen bersama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba di lingkungannya. b. Simposium Kader Anti Narkoba di Sekolah Swasta 1) Kegiatan Simposium sehari kader anti Narkoba bagi pelajar dimaksudkan untuk memberikan informasi, dan membangun kesadaran serta kepedulian pelajar terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba guna menciptakan sekolah bersih Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 45 2) Menciptakan kader-kader pelajar dalam membentuk pola hidup, sikap, dan mewujudkan perilaku individu dan, serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa dalam upaya sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam memanfaatkan IPWL. 3) Memperkuat komitmen dan kepedulian para pelajar dalam melakukan kegiatan sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam memanfaatkan IPWL baik secara mandiri maupun kegiatan para pelajar di lingkungan sekolah dalam rangka menciptakan Sekolah Bersih Narkoba. c. Rapat Implementasi Inpres 12 Tahun 2011 1) Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mensinergikan program dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). 2) Menghimpun data kegiatan instansi terkait dalam rangka pencegahan penyalahgunaan Narkoba khususnya di lingkungan kerja. 3) Memberikan informasi mengenai program-program kerja Deputi Bidang Pencegahan. d. Pengembangan Jejaring Anti Narkoba Di Lingkungan Kerja 1) Kegiatan Pengembangan Jejaring Anti Narkoba di Lingkungan Kerja ini dimaksudkan untuk membangun relasi (hubungan kerja) dengan memberikan dukungan masukan, insight, infor- masi dan sumber daya guna meningkatkan kualitas kemitraan dalam konteks sasaran pemangku kepentingan (stake holder), untuk menyamakan persepsi dalam upaya P4GN 2) Menyebarluaskan informasi mengenai bahaya penyalah- gunaan Narkoba bagi para pekerja baik di lingkungan instansi pemerintah pusat/daerah maupun instansi swasta, serta membangun kesadaran dan komitmen bersama dalam upaya sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam memanfaatkan IPWL. 3) Memperkuat komitmen dan kepedulian instansi terkait dalam melakukan kegiatan sosialisasi penyelamatan penyalahguna Narkoba dalam memanfaatkan IPWL baik secara mandiri di lingkungannya dalam rangka menciptakan Lingkungan Bebas Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 46 e. Pencegahan melalui Diseminasi Informasi Kegiatan Diseminasi Informasi dimaksudkan sebagai sarana komunikasi, informasi dan edukasi dalam upaya pencegahan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Diseminasi Informasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba dilakukan secara massiv dan berkelanjutan dengan menggunakan berbagai media massa, baik elektronik dan non elektronik yang meliputi Media Televisi, Media Radio, Media online, Media Cetak, Pergelaran Kesenian Tradisional, Focus Group Disscussion (FGD), dan Media Luar Ruang (Billboard). 1) Media Televisi Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba melalui Media Televisi diselenggarakan bekerjasama dengan LPP TVRI dalam program Talkshow Live Interaktif P4GN dan Diskusi Publik P4GN. Talkshow Live Interaktif P4GN dan Diskusi Publik P4GN dimaksudkan dalam rangka penyebarluasan informasi tentang upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) kepada masyarakat luas sebagai komitmen pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat dalam mengatasi persoalan Narkoba di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Per- edaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011-2015. 2) Talkshow Live Interaktif Talkshow Live Interaktif mengangkat tema “ Mencegah dan Menyelamatkan Pengguna Narkoba” di TVRI menyajikan informasi yang factual dan akurat tentang berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyalah-gunaan dan peredaran gelap Narkoba (P4GN), ditayangkan sebanyak 37 Episode dengan menghadirkan narasumber dari BNN dan stakeholder terkait (Kemenkes, Kemensos, Kemen-kumham, dll) setiap hari Senin pada jam 20.00 – 20.30 WIB. Program Talkshow Live Interaktif P4GN ini dipandu oleh Host Anya Dwinov telah mendapat respon positif dari berbagai elemen masyarakat di seluruh Indonesia, terbukti dengan banyaknya pemirsa TVRI yang turut berpartisipasi dalam memberikan pertanyaan, saran dan masukan secara langsung kepada narasumber, terkait kebijakan program P4GN.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 47 3) Diskusi Publik P4GN a) Diskusi Publik P4GN diselenggarakan dalam rangka mewujudkan komitmen pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat dalam mengatasi persoalan Narkoba di Indonesia sesuai dengan amanat Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015. Sasaran dari kegiatan diskusi publik ini adalah Penegak Hukum (BNN, Kepolisian, MA, Kejaksaan, Kemenkumham, dll) Media (media elektronik dan non elektronik) dan Keluarga (Kowani, Tim PKK, Dharma Wanita, Bhayangkari, dll). b) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan penegak hukum dengan tema “Peran Penegak Hukum dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro TV Jakarta. c) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan media dengan tema “Peran Media dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro TV Jakarta. d) Kegiatan Diskusi Publik bagi kalangan keluarga dengan tema “Peran Keluarga dalam Penanganan Korban Penyalahgunaan Narkoba “ ditayangkan di Metro TV Jakarta. 4) Media Radio Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba melalui Media Radio diselenggarakan kerjasama dengan LPP RRI dalam program Dialog Live Interaktif P4GN di RRI Pro 4, sebanyak 52 kali. Dialog Live Interaktif P4GN diselenggarakan dalam rangka penyebarluasan informasi tentang upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) kepada masyarakat luas serta mewujudkan komitmen pemerintah bersama seluruh komponen masyara- kat dalam mengatasi persoalan Narkoba di Indonesia sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ten- tang Narkotika dan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011. Dialog Live Interaktif P4GN berdurasi 60 menit dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dari berbagai Kementerian dan Lembaga maupun dari anggota LSM yang memberikan informasi yang faktual dan akurat tentang perkembangan penanganan permasalahan Narkoba dan bagaimana upaya-upaya dalam mengatasinya melalui program pencegahan, pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi dan pemberantasan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 48 Dengan adanya Dialog Live Interaktif P4GN ini Badan Narkotika Nasional dengan mudah, cepat dan menyeluruh dapat menyebarluasakan informasi baik tentang upaya-upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba maupun kebijakan Badan Narkotika Nasional kepada seluruh elemen masyarakat khususnya para pendengar radio RRI di seluruh Indonesia. 5) Media Online Diseminasi Informasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Media Online diselenggarakan melalui pengelolaan website Indonesia Bergegas (www.indonesiabergegas) dan pe- muatan konten pencegahan penyalahgunaan di media online (www.detik.com www.kompas.com, www.okezone.com, www.fimela.com). Diseminasi informasi P4GN melalui media online merupakan strategi penyebarluasan informasi tentang pencegahan penyalah-gunaan Narkoba yang dikhususkan pada masyarakat yang memiliki akses terhadap media online sebagai sarana dalam memperoleh informasi. Pemanfaatan media online sebagai sarana penyebaran informasi ini mutlak dilakukan, karena kalangan pelajar, mahasiswa dan pekerja umumnya telah menggunakan media online dalam aktivitasnya sehari-hari. Diharapkan dengan kehadiran Informasi P4GN di Media online dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya P4GN demi terwujudnya Indonesia Bebas dari Penyalahgunaan Narkoba. Salah satu media online yang sangat memiliki pengaruh adalah media pengelolaan Website Indonesia Bergegas, oleh karena itu pemuatan informasi yang baik, benar dan berkualitas perlu dibuat. Sarana yang digunakan dalam hal ini adalah website. Website yang dikelola dan akan dikembangkan adalah website Indonesia Bergegas dengan alamat: www.indonesiabergegas.com. Pengelolaan website Indonesia bergegas ini tidak hanya pada proses upload berita maupun informasi melalui panel (kamar editing) melainkan juga sampai pada tahap peme- liharaan, keamanan dan pengembangan website itu sendiri. Perkembangan dunia internet, teknologi komunikasi terutama gadget memberikan pengaruh yang sangat besar terutama dalam cara orang megakses informasi. Masyarakat saat ini sudah sangat bervariasi ketika mengakses sebuah website, melalui smartphone, Personal Computer maupun gadget lainnya.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 49 Akseptabilitas sebuah website menjadi penting karena dengan hadirnya beragam gadget dan cara orang mengakses website tersebut menuntun sebuah website yang mampu diterima oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu, pengembangan website menjadi sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan. 6) Sosialisasi P4GN melalui Tatap Muka Melihat kondisi penyalahgunaan Narkoba yang semakin mengkhawatirkan, maka perlu melakukan upaya-upaya untuk memberikan pengetahuan tentang pemahaman mengenai Narkoba. Oleh karena itu BNN memandang perlu melakukan diseminasi informasi melalui diskusi kelompok terarah atau lebih dikenal dengan istilah Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas pelaksanaan P4GN sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Pada tahun 2014 ini, kegiatan FGD dilakukan sebanyak 360 kali yang menjangkau dengan jumlah peserta sebanyak 6.381 orang, yang terdiri dari dari kalangan pelajar sebanyak 1.909 orang (946 laki-laki dan 963 perempuan), kalangan mahasiswa sebanyak 356 orang (162 laki-laki dan 194 perempuan), kalangan pekerja/masyarakat sebanyak 4.116 orang (1.553 laki-laki dan 2.563 perempuan), kalangan mahasiswa sebanyak 356 orang (162 laki-laki dan 194 perempuan), kalangan pekerja/masyarakat sebanyak 4.116 orang (1.553 laki-laki dan 2.563 perempuan). 7) Pergelaran Seni Budaya dan Forum Komunikasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), dapat berhasil bila didukung oleh semua elemen bangsa. Termasuk didalamnya adalah individu, kelompok atau organisasi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap ancaman bahaya Narkoba di Indonesia. Sinergi antar elemen bangsa, pemerintah pusat dan daerah, organisasi, kelom-pok masyarakat, stake holder terkait dalam rangka P4GN juga merupakan wujud aksi bersama dalam mewujudkan Indonesia sehat tanpa Narkoba. Oleh karena itu dilaksanakan kegiatan Pergelaran Seni Budaya dan Forum Komunikasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Kerjasama BNN dengan Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA), Kementerian Kesehatan, BNP2TKI, KJRI Hongkong serta dalam rangka Implementasi Inpres 12 Tahun 2011.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 50 Fakta empiris yang saat ini terjadi di tengah masyarakat adalah para penyalah guna masih terkendala stigma yang menyebabkan mereka tidak ingin keluar dari persembunyiannya untuk direhabilitasi. Melalui pergelaran seni ini tujuannya adalah menggugah masyarakat dengan tontonan yang memberikan tuntunan untuk menghilangkan stigma sehingga para penyalah guna Narkoba tidak takut lagi untuk melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) sehingga mereka bisa mendapatkan layanan rehabilitasi. Jumlah audiance dalam Pergelaran Seni Budaya pada tahun 2014 adalah sebanyak 4.942 orang yang terdiri dari dari kalangan pelajar sebanyak 2.088 orang yang terdiri dari (954 laki-laki dan 1.134 perempuan), kalangan mahasiswa sebanyak 727 orang (253 laki-laki dan 474 perempuan), kalangan pekerja/masyarakat sebanyak 2.127 orang (630 laki-laki dan 1.497 perempuan). 8) Pilot Project Adaptasi Standar Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di 3 Provinsi dengan 3 Target kelompok sasaran Upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba merupakan sebuah upaya yang memerlukan waktu dalam mendapatkan hasil akhirnya, maka dari itu, pada tahun 2012, UNODC (United Nations on Drugs and Crime) mengeluarkan publikasi berjudul International Standards on Drug Use Prevention. Sejak Oktober 2012 sampai sekarang, UNODC terus melakukan sosialisasi standar tersebut ke beberapa negara anggota UNODC. Kajian UNODC menunjukan bahwa metode pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang terbatas pada pencetakan berbagai macam leaflet, booklet, buku, poster (yang menyeramkan) dengan materi, konten yang tidak tepat, serta untuk mengingatkan dan menyadarkan masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba ternyata kurang berdampak positif, bahkan tidak mengubah perilaku seseorang. Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang diadaptasi dari The UNODC’s International Standards on Drug Use Prevention, Indonesia telah melaksanakan intervensi kepada kelompok sasaran Sekolah, Keluarga dan Masyarakat untuk meningkatkan keterampilan kepala sekolah, komite sekolah, guru, siswa dan juga pekerja dan pimpinan keluarga dalam memahami dan melaksanakan pola hidup sehat di lingkungan sekolah dan menciptakan faktor protektif dalam proses pencegahan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 51 Dengan program ini diharapkan tiga target kelompok sasaran dapat menyusun dan melaksanakan program khusus tentang pencegahan penyalahgunaan Narkoba di masing- masing lingkungan dengan tetap berpedoman pada kearifan masyarakat Indonesia. Melalui program ini diharapkan angka penyalah guna Narkoba di Indonesia dapat secara signifikan ditekan. Strategi pencegahan berbasis ilmu pengetahuan (Scientific-Based) menjustifikasi bahwa “bekerjasama” dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat (komunitas) untuk mengembangkan berbagai program pencegahan, yang menekankan pada aspek edukasi, dapat memastikan anak- anak dan pemuda, khususnya di daerah tertinggal dan miskin dapat tumbuh, tetap sehat dan aman dari pengaruh penyalahgunaan Narkoba hingga mereka beranjak menjadi remaja dan dewasa. Pada tahap I (Januari – Maret 2014) telah dilaksanakan supervisi kegiatan di 8 (delapan) Provinsi yaitu DKI Jakarta, Riau, Sumut, Kepri, Kaltim, Jabar, Sulut dan DI Yogyakarta pada bulan Februari dan Maret 2014. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melakukan need assessment dan survey awal kegiatan Pilot Project Standar Pencegahan yang telah dilakukan oleh masing-masing Provinsi terhadap 5 target sasaran (yaitu keluarga, sekolah, tempat kerja, kelompok masyarakat dan Sektor Kesehatan), untuk dilaporkan kepada UNODC. Terkait dengan Instruksi Presiden Nomor 4/2014 perihal langkah-langkah penghematan dan pemotongan belanja Kementerian/lembaga dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2014, maka dari 8 Provinsi akan di fokuskan pada 3 Provinsi saja, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan sasaran lingkungan sekolah, Provinsi Riau dengan sasaran keluarga dan Provinsi Kepulauan Riau dengan sasaran tempat kerja. Untuk 5 Provinsi lainnya, diharapkan tetap dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan target masing-masing yang telah ditetapkan, dan hal ini akan ditindaklanjuti untuk dilaporkan kepada UNODC (United Nation Office on Drugs Crime), Wina sesuai dengan Rencana Aksi Indonesia terkait implementasi Standar Pencegahan Internasional.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 52 Pada tahap II (Mei – Juli 2014) dilaksanakan penyiapan bahan / modul yang akan digunakan dalam kegiatan implementasi pilot project ini, selain itu dilaksanakan pula pertemuan dengan Kementerian dan Lembaga terkait di masing-masing provinsi yang menjadi tujuan pelaksanaan Pilot Project, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan sasaran lingkungan sekolah, Provinsi Riau dengan sasaran keluarga dan Provinsi Kepulauan Riau dengan sasaran tempat kerja. Pada tahap III (Oktober – Desember 2014) dilaksanakan Training of Trainer (TOT) untuk para leader di 3 provinsi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan intervensi pada masing- masing target kelompok, yaitu Provinsi DI Yogyakarta dengan sasaran lingkungan sekolah, Provinsi Riau dengan sasaran keluarga dan Provinsi Kepulauan Riau dengan sasaran tempat kerja.

2. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Penanggulangan penyalahgunaan Narkoba, tak dapat lepas dari partisipasi masyarakat dalam membantu BNN untuk menekan jumlah penyalahguna Narkoba yang terus meningkat. Berbagai upaya dan kebijakan pro rakyat terus dikembangkan melalui pelaksanaan program dan kegiatan sebagai berikut :

a. Test Urine Sebagai bentuk optimalisasi penanggulangan Narkoba, BNN kerap menyelenggarakan test urine dan test rambut baik di lingkungan pemerintah, pendidikan, instansi swasta maupun masyarakat. Sepanjang tahun 2014, BNN telah menyelenggarakan test urine di instansi/institusi baik pemerintah, swasta, lingkungan pendidikan maupun masyarakat seluruh Indonesia dan diikuti oleh 67.386 peserta. Hasilnya, sebanyak 1.704 (2,53%) dari seluruh peserta yang mengikuti kegiatan positif terindikasi mengkonsumsi Narkoba. Pelaksanaan test urine tersebut adalah kegiatan preventif dan merupakan permintaan dari pihak instansi/institusi sebagai bentuk partisipasi mereka dalam pencegahan penyalahgunaan Narkoba di lingkungannya masing-masing. Pelaksanaan test urine juga dilaksanakan oleh seluruh Satker BNNP dan BNNK/Kota yang sudah terbentuk.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 53 b. Pemberdayaan LSM dan Masyarakat BNN terus berupaya memberikan motivasi bagi masyarakat agar timbul rasa kepedulian terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba. Salah satunya adalah dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat umum. Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN telah melaksanakan 156 kali Forum Pemberdayaan Masyarakat dan LSM dan diikuti oleh 4.680 peserta yang berasal dari kalangan masyarakat dan LSM yang aktif berpartisipasi bersama BNN dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkoba. BNN Pusat telah melakukan pemberdayaan kepada 46.221 orang di lingkungan pelajar, pekerja, dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang bebas dari penyalahgunaan Narkoba. c. Kampus Anti Narkoba Generasi muda berada pada fase yang amat rentan terhadap pengaruh buruk pergaulan, khususnya Narkoba. BNN bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah melakukan sosialisasi bahaya Narkoba di lingkungan sekolah dan kampus melalui berbagai kegiatan. Salah satunya adalah menggelar lomba kampus bersih Narkoba yang diikuti oleh berberapa kampus terutama yang ada di Jakarta, diantaranya adalah Universitas Budi Luhur, Institut Perbanas, Universitas Bhayangkara, Universitas Prof. Dr. Hamka, dan lain-lain. BNN juga menggelar kegiatan Duta Kampus Anti Narkoba yang diikuti oleh 88 orang peserta dan berasal dari 32 kampus di Indonesia. BNN juga kerap melakukan penyisiran dengan menggunakan anjing pelacak, di beberapa kampus untuk menemukan ada tidaknya Narkoba di lingkungan kampus tersebut. d. Pemberdayaan Alternatif BNN melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat, khususnya pada kelompok masyarakat yang rawan penyalahgunaan Narkoba melalui pemberdayaan alternatif. BNN memberi motivasi kepada masyarakat untuk tetap produktif tanpa harus terlibat dalam tindak pidana Narkoba. Adapun kegiatannya sebagai berikut : 1) Pembinaan terhadap 75 fasilitator yang terdiri dari Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pemuda yang ada dilingkungan Komplek Permata, Kampung Bonang, Kampung Bali, Peninggaran Bendi dan Kebun Singkong. 2) Pembinaan dan Pembentukan Satgas Anti Narkoba terhadap 100 orang warga binaan yang ada di Kampung Kebon Singkong, Klender dan Kampung Peninggaran Bendi, Jakarta.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 54 3) Pembekalan terhadap 260 Mantan Petani Ganja di Provinsi Aceh melalui Budidaya Coklat dan Nilam. Kegiatan ini diselenggarakan beberapa lokasi alih fungsi lahan ganja seperti Kecamatan Kutamala, Kecamatan Montasik dan Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar. 4) Pembekalan Wirausaha kepada 130 orang warga binaan yang berasal dari Kampung Permata, Kampung Bonang, Kampung Bali, Kebon Singkong dan Peninggaran Bendi. 5) Peningkatan life skill melalui beberapa pelatihan keterampilan seperti merangkai bunga, teknik sablon, disain grafis, keterampilan kuliner dan sebagainya. Kegiatan ini diikuti oleh 871 warga binaan yang berada dilingkungan kampung Bonang, Kampung Bali, Peninggaraan Bendi, serta Kampung Permata. Tidak hanya itu, BNN juga menyelenggarakan kegiatan positif lainnya seperti olah raga bersama, pidato anti Narkoba, cipta lagu anti Narkoba dan poster anti Narkoba. e. Focus Group Discussion (FGD) Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN menggelar kegiatan FGD sebagai wadah komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan BNN sebagai media sosialisasi segala bentuk kebijakan terkait permasalahan Narkoba di Indonesia. Sepanjang tahun 2014, Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN telah menggelar 43 FGD yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan/perguruan tinggi, lingkungan masyarakat dan lingkungan pemerintahan dengan total peserta sebanyak 1.300 peserta. 3. Deputi Bidang Rehabilitasi BNN Tahun 2014 merupakan tahun bersejarah bagi BNN khususnya di bidang Rehabilitasi. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 26 Januari, bertempat di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, Wakil Ketua MPR RI, Kapolri, dan Kepala BNN mengukuhkan pencanangan Tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan jargon “Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara”. Pada tanggal 11 Maret 2014, telah ditandatangani Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kepala BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 55 Peraturan Bersama bertujuan mewujudkan koordinasi dan kerja sama secara optimal penyelesaian permasalahan Narkoba dalam rangka menurunkan jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba melalui program pengobatan, perawatan, dan pemulihan pecandu Narkoba dan korban penyalahgunaan Narkoba sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana, dengan tetap melaksanakan pemberantasan peredaran gelap Narkoba. Ini juga menjadi pedoman teknis dalam penanganan pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hingga 15 Desember 2014, tercatat sebanyak 988 residen yang sedang menjalankan program rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido – Bogor, Balai Rehabilitasi Baddoka – Makassar, Balai Rehabilitasi Tana Merah – Samarinda, dan Loka Rehabilitasi – Batam. Kebanyakan dari mereka berada di rentang usia 26 – 30 tahun dengan pendidikan terakhir SLTA dan tidak bekerja. Sedangkan jenis Narkoba yang banyak disalahgunakan adalah ATS dan Methamphetamine. BNN juga telah menjangkau 686 penyalah guna Narkoba yang tersebar di seluruh Indonesia agar dapat melakukan rehabilitasi baik medis maupun sosial di lembaga rehabilitasi yang berada di setiap wilayah. Strategi pengurangan (demand) atau permintaan Narkoba dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dimensi pencegahan dan rehabilitasi, maka BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba diseluruh Indonesia. Salah satunya melalui Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL). Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada di bawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. BNN sendiri memiliki 1 (satu) Balai Besar Rehabilitasi di Lido – Bogor dan 3 (tiga) Balai Rehabilitasi yang terletak di Baddoka – Makassar, Nongsa – Batam, dan Tanah Merah- Samarinda. Deputi Bidang Rehabilitasi terus berupaya memberikan penanganan pasca rehabilitasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan program pasca rehabilitasi yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan rasa kepercayaan diri melalui berbagai program pasca rehabilitasi. Saat ini BNN memiliki 9 (sembilan) rumah dampingan dengan dua kategori berbeda, yaitu Rumah Dampingan Berbasis Vokasional dan Rumah Dampingan Berbasis Konversi Alam, yang telah memfasilitasi 572 orang mantan penyalah guna agar dapat kembali berdaya guna di tengah- tengah lingkungan masyarakat.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 56 BNN juga memberikan dukungan/fasilitasi kepada lembaga rehabili- tasi instansi pemerintah dan lembaga rehablitasi komponen masyarakat. Dukungan/fasilitasi telah diberikan kepada 233 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang dilakukan melalui capacity building, asistensi pelaksanaan program Therapeutic Community (TC) oleh konselor adiksi di 8 lokasi, serta dukungan layanan program rehabilitasi di RS Suyoto dan 2 Sekolah Polisi Negara (SPN) yaitu SPN Jambi dan SPN Palembang. Dukungan juga telah diberikan kepada 80 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang berperan aktif dalam proses pemulihan penyalah guna Narkoba yang terdiri dari 15 lembaga berbasis Therapeutic Community (TC), 59 lembaga berbasis Non Therapeutic Community (Non TC), dan 6 klinik & Rumah Sakit swasta. Dukungan yang diberikan terdiri atas berbagai bentuk, antara lain dukungan layanan rehabilitasi rawat inap selama 3 bulan yang dirujuk dari IPWL BNN, peningkatan kapasitas petugas rehabilitasi dalam berbagai bentuk pelatihan, serta bimbingan teknis operasional program dan kelembagaan. Melalui dukungan yang diberikan, diharapkan agar lembaga tersebut dapat meningkatkan kualitas kelembagaan dan layanannya sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) sehingga dapat memberikan layanan yang optimal kepada pecandu Narkoba di Indonesia. Selain itu, dukungan juga diberikan kepada Pos Kesehatan Kampung Permata yang telah dibentuk dengan prakarsa BNN, fasilitator wilayah dan klinik setempat pada tahun 2013 yang lalu. Melalui dukungan berupa dana operasional klinik serta peningkatan kompetensi petugas, diharapkan Pos Kesehatan Kampung Permata dapat menjangkau dan merehabilitasi pecandu Narkotika di wilayahnya. Diharapkan warga sekitar pos kesehatan dapat mengakses layanan kesehatan umum yang tersedia, sehingga dapat memudahkan pemberian informasi mengenai pencegahan penyalahgunaan Narkotika maupun rehabilitasinya. Untuk meningkatkan kemampuan petugas rehabilitasi, BNN juga telah memberikan bimbingan teknis kepada 210 orang petugas rehabilitasi dari 45 lembaga rehabilitasi instansi pemerintah. Sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika dan Peraturan Bersama 7 kementerian/lembaga (Mahkamah Agung, Kemenkumham, Kejaksaan, Polri, Kemenkes, Kemensos, dan BNN), telah dibentuk Tim Asesmen Terpadu (TAT) dengan pilot project di 16 kota. Sejak di- launching pada tanggal 26 Agustus 2014 lalu, hingga kini jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba yang telah menjalani asesmen oleh TAT sebanyak 163 orang. Dari jumlah tersebut, 94 orang tengah menjalani program rehabilitasi, 40 orang ditempatkan di lapas/rutan, dan 25 orang masih dalam proses di tingkat penyidik/jaksa.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 57 Untuk meningkatkan kompetensi para personel yang mengawaki TAT, khususnya terkait dengan aspek asesmen medis, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melatih para staf BNNP/BNNKab/Kota yang akan menjadi petugas asesor. Pelatihan asesor ini diselenggarakan di 9 provinsi dan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI. Dalam rangka mendukung pencanangan tahun 2014 sebagai Tahun Penyelamatan Pecandu Narkoba, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pembekalan tentang aspek rehabilitasi Narkoba kepada para kader yang telah dibentuk oleh BNN. Para kader ini akan menjadi perpanjangan tangan BNN khususnya bidang rehabilitasi untuk menyampaikan informasi yang benar dan seragam mengenai segala aspek rehabilitasi pecandu narkotika ke masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya serta dapat menjadi motivator dan penggerak masyarakat untuk mau melakukan Wajib Lapor di IPWL terdekat maupun mengakses layanan rehabilitasi Narkoba di lembaga rehabilitasi terdekat. Di akhir pengajaran, peserta diberikan alat peraga penyuluhan berupa lembar balik sebagai alat bantu untuk mensosialisasikan rehabilitasi kepada masyarakat. Sebagai wadah diskusi bagi penggiat dan pemerhati masalah Narkoba di lintas sektoral, BNN menggagas Focus Group Discussion (FGD) dengan tema seputar rehabilitasi bagi penyalah guna Narkoba yang telah dilaksanakan sebanyak 21 kali dengan jumlah peserta sebanyak 685 orang. a. Layanan Wajib Lapor di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Badan Narkotika Nasional. BNN terus berupaya memaksimalkan lembaga rehabilitasi yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan rehabilitasi sehingga dapat menjangkau penyalah guna Narkoba di seluruh Indonesia. Salah satunya melalui IPWL. Pasca diterapkannya PP No. 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, Kemenkes sampai saat ini telah menetapkan 316 IPWL yang tersebar di 33 provinsi, termasuk beberapa klinik milik BNN, BNNP dan Pusdokkes Polri. Selain itu terdapat 50 IPWL yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Dengan demikian, jumlah IPWL di Indonesia adalah sebanyak 366 IPWL. Program wajib lapor dilaksanakan dalam rangka melayani pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan dirinya untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan. Layanan wajib lapor di Klinik IPWL BNN terdiri dari layanan wajib lapor bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri atas kemauan sendiri/sukarela (voluntary) dan bagi pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait oknum.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 58 Pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang melaporkan diri tersebut akan menjalani tes urin dan asesmen yang dilaksanakan oleh Tim Asesmen BNN yang terdiri dari dokter, psikolog, perawat, sarjana psikologi dan sarjana kesehatan lainnya. Asesmen dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap penggunaan narkotika meliputi aspek fisik, psikologis, dan sosial sehingga diketahui derajat ketergantungan dan besaran masalah yang ada. Hasil asesmen tersebut merupakan dasar untuk menentukan diagnosa serta intervensi atau rencana terapi yang sesuai untuk individu yang bersangkutan. Rencana terapi dapat berupa rehabilitasi rawat inap atau rawat jalan. Rehabilitasi rawat inap dilaksanakan ke lembaga rehabilitasi instansi pemerintah atau komponen masayarakat sesuai dengan rujukan, sedangkan rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan di Klinik IPWL BNN. Sementara itu hasil asesmen pecandu dan/atau korban penyalahgunaan narkotika yang terkait hukum akan digunakan sebagai bahan rekomendasi/pertimbangan hakim di pengadilan. Sampai saat ini jumlah penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba yang mengikuti program wajib lapor di BNN sebanyak 468 orang yang terdiri dari 355 orang yang melaporkan diri secara sukarela dan 113 orang yang terkait dengan hukum.

Grafik Jumlah Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang Mengikuti Program Wajib Lapor di BNN

355 400

300

200 113

100

0 Sukarela Terkait Hukum

b. Tim Asesmen Terpadu (TAT). Pembentukan Tim Asesmen Terpadu (TAT) merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bersama Tahun 2014 Tentang Penanganan Penyalah Guna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi, dimana pelaksanaannya dilakukan di 16 lokasi (13 Provinsi) yaitu:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 59 KETERANGAN PENANGGUNG NO. PILOT PROJECT WILAYAH IPWL REHABILITASI JAWAB 1. Kota Batam Kepri RSUD Embung Loka Rehab Batam BNNP Kepri Fatimah 2. Kota Jaksel Poli BNN BNNK Jaksel DKI Jakarta Balai Besar 3. Kota Jaktim RS Duren Sawit BNNK Jaktim Rehabilitasi BNN 4. Kab Bogor Jabar Babes Rehab BNN BNN Kab Bogor Lido Lido 5. Kota Tangsel Banten RS Ketergantungan BNNK Tangsel PKM Ciputat Obat 6. Kota Semarang Jateng PKM Poncol PSPP Mandiri BNNP Jateng Semarang 7. Kota Surabaya Jatim RSJ Menur Surabaya RSJ Menur Surabaya BNNP Jatim 8. Kota Makassar RS Wahidin BNNP Sulsel Balai Rehabilitasi 9. Kota Maros Sulsel RSUD Salewangan BNN Baddoka Maros 10. Kota Samarinda RS Atma Husada BNNP Kaltim Samarinda Balai Rehabilitasi Kaltim 11. Kota Balikpapan RS Bhayangkara Tk.IV BNN Samarinda Balikpapan 12. Kota Padang Sumbar RSJ HB Saanin BNNP Sumbar RS Bhayangkara Padang 13. Kota Sleman DI Yogya PSPP Sleman PSPP Sleman BNNK Sleman 14. Kota Pontianak Kalbar RSJ Sungai Bangkong RS Wisma Sirih BNNP Kalbar 15. Kota Banjar Baru Kalsel RSJ Sambang Lihum RSJ Sambang Lihum BNNP Kalsel 16. Kota Mataram NTB RSJ Mataram RSJ Mataram BNNK Mataram TAT terdiri dari Tim Dokter dan Tim Hukum melibatkan profesional dari lembaga-lembaga terkait dengan tugas dan fungsi melakukan asesmen/penilaian terhadap tingkat kecanduan tersangka penyalah guna narkotika terkait hukum dan analisis terhadap tersangka dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika. Hasil pemeriksaan tim dokter dituangkan dalam bentuk hasil asesmen tim dokter untuk kepentingan peradilan dan ditandatangani oleh tim dokter yang melakukan asesmen sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil asesmen tim dokter menjadi bahan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berisi tingkat ketergantungan penyalahgunaan narkotika, tempat dan lama waktu rehabilitasi yang diperlukan bagi penyalah guna sesuai rencana terapi. Adapun hasil analisis Tim Hukum dituangkan dalam bentuk hasil asesmen sesuai dengan format instrumen asesmen hukum untuk kepentingan peradilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan ditandatangani oleh tim hukum yang melakukan asesmen. Hasil asesmen tim hukum ini menjadi bahan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu berupa status tersangka dan/atau terdakwa dan kelanjutan proses hukumnya.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 60 Hasil asesmen dari tim dokter dan hukum dibahas melalui pembahasan kasus (case conference) ditandatangani oleh Ketua Tim Asesmen Terpadu dan akan dilampirkan dalam BAP berupa hasil rekomendasi untuk kemudian diserahkan ke kejaksaan melalui penyidik, selanjutnya dibawa ke persidangan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pelaksanaan putusan oleh hakim. Jumlah penyalah guna yang telah diasesmen oleh TAT di 16 Lokasi (13 Provinsi) sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut : • 163 orang dimana 94 orang diantaranya sudah ditempatkan di lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, dan 29 orang masih dalam proses di penyidik dan kejaksaan. c. Dukungan, Penguatan/Fasilitasi Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah BNN telah melaksanakan beberapa program sebagai wujud kesungguhan dan komitmen negara dalam memberikan yang terbaik bagi korban penyalah guna Narkoba seperti yang tertuang dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Terkait pelaksanaan wajib lapor bagi penyalah guna Narkoba dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 yang bermaksud mendekriminalisasi penyalah guna, dan mempermudah akses layanan terapi bagi mereka. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan dukungan, penguatan/fasilitasi lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh instansi pemerintah, seperti Puskesmas, RS/RSJ, Lapas/Rutan, Bapas dan Panti Rehabilitasi Kemensos. Dukungan diberikan dengan berbagai bentuk fasilitas, diantaranya peningkatan kemampuan SDM di lembaga rehabilitasi Instansi Pemerintah yang akan memberikan pelayanan terhadap korban penyalah guna Narkoba. Adapun lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang telah mendapatkan penguatan pada tahun 2014 adalah sebanyak 233 lembaga. d. Pelaksanaan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Pelayanan Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN dilaksanakan secara terpadu meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pelayanan rehabilitasi korban penyalah guna Narkoba pada tahun 2014, capaian jumlah residen 98,15 % atau sebanyak 638 orang residen dari jumlah target, yaitu sebanyak 650 orang residen. Residen yang masuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN telah mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan residen atau hasil dari petugas rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan rehabiltasi sosial. Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 61 Penelitian di bidang rehabilitasi yang telah dilaksanakan mencapai 100% yaitu 2 (dua) kegiatan penelitian rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yaitu Studi Biaya Pelayanan Perawatan Residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum biaya pelayanan perawatan residen yang menjalani rehabilitasi sampai selesai program di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Penelitian ini dilaksanakan bekerjasama dengan Puslitkes UI. Penelitian kedua di bidang Rehabilitasi Sosial yaitu Profil Pecandu dan Makna Therapeutic Community bagi Konselor Addict yang bekerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Penelitian ini dimaksudkan mendeskripsikan profil kepribadian pecandu dan menemukan makna TC. Adapun pelaksanaan kegiatan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagai berikut : 1) Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Medis di Balai Besar Rehabilitasi BNN menggunakan metode Symptomatis (pengobatan berdasarkan tanda dan gejala yang ada) dimana terapi diberikan oleh tenaga profesional dan terlatih seperti psikiater, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, pranata laboratorium, apoteker, ahli gizi, fisioterapis, dan psikolog yang bekerja secara tim untuk memberikan rencana dan terapi sesuai kebutuhan residen. 2) Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN meng- gunakan metode Theraupeutic Community (TC), dimana residen melakukan kegiatan rutin (Daily Activity) yang berbasis kelompok. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan keluarga mengenai bagaimana peran serta keluar-ga dalam membantu proses pemulihan residen dari penyalahgunaan Narkoba dan mencegah relapse. Family Support Group (FSG) juga sebagai sarana agar keluarga dapat saling memberikan support kepada keluarga lain yang baru menghadapi masalah seputar adiksi dan membutuhkan solusi. FSG dilaksanakan untuk semua keluarga residen yang berada pada fase Primary dan Re-Entry. 4. Deputi Bidang Pemberantasan BNN Bidang Pemberantasan BNN sepanjang tahun 2014 telah berhasil mengungkap berbagai kasus tindak pidana Narkoba dengan berbagai barang bukti yang berhasil disita termasuk aset para bandar Narkoba. Adapun rekapitulasi kasus tindak kejahatan Narkoba yang diungkap BNN dan BNNP pada tahun 2014, adalah sebagai berikut:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 62 a. Kasus yang diungkap

JARINGAN TER- WARGA NEGARA SATKER KET SINDIKAT SANGKA WNI WNA BNN & BNNP 397 583 552 24 Warga Negara Asing: WN Nigeria : 4 WN Cina : 6 WN Pakistan : 1 WN Thailand : 1 WN Malaysia : 1 WN Inggris : 1 WN Iran : 4 WN Kenya : 2 WN Kanada : 1 WN Hongkong : 2 WN Liberia : 1

b. Rekapitulasi Jumlah Tersangka Per Kewarganegaraan dan Per Jenis Kelamin

WNI WNA NO. JENIS KASUS JUMLAH TOTAL KASUS LK PR LK PR Shabu 70 102 26 15 4 147 Ganja 8 16 1 0 0 17 Heroin 8 9 4 2 0 15 Ekstasi 5 4 3 1 0 8 TPPU 11 8 4 0 0 12 JUMLAH 102 139 35 19 3 196

c. Barang Bukti

NO. JENIS JUMLAH KET 1 Shabu 447.513.336 gram 2 Heroin 7.894,68 gram 3 Extasi 6.000 gram 4 Happy Five 2 butir Bahan berbahaya 5 Double LL 80.000 butir 6 Daun ganja 8.156.529,59 gram ganja 7 Ganja/Hasis 37.277 butir 8 Pohon Ganja 60 batang pohon ganja 9 Biji Ganja 102 gram biji ganja 10 Ciran Prekursor 19.253 mililiter 11 Ephedrine bubuk 1,9 Gram

d. Barang Bukti yang Dimusnahkan

NO. JENIS JUMLAH KET 1. Shabu 388.851,34 gram BNN telah 2. Heroin 7.784,5 gram melaksanakan 26 3. Extasi 14.716 butir kali pemusnahan 4. ganja 8.148.227,3 gram barang bukti tahun 5. Prekursor Cairan V.150 mililiter 2014

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 63 Selain itu Jumlah Kasus yang terungkap dan tersangka tersebut dengan perincian sebagai berikut : a. Jumlah kasus yang diungkap BNN adalah sebanyak 103 Laporan Kasus Narkotika (LKN), dan sebanyak 72 LKN sudah dinyatakan P21. b. Jumlah tersangka yang diamankan BNN adalah sebanyak 196 orang, dengan perbandingan 158 laki-laki dan 38 perempuan, 174 orang merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan 24 orang lainnya merupakan warga negara asing (WNA). c. Selain mengungkap tindak kejahatan Narkoba, BNN juga mengungkap tindak pidana pencucian uang (TPPU) terkait bisnis Narkoba. Pada tahun 2014 ini, BNN mengungkap 11 kasus TPPU dan mengamankan 12 orang tersangka, dengan nilai aset yang setelah dikonversikan kedalam nilai rupiah berjumlah Rp 77.584.753.378,-. Aset yang disita meliputi rumah, tanah, mobil, motor, perhiasan, dan apartemen. Selain itu, masih ada aset senilai Rp 32.276.000.000,- yang hingga saat ini masih dalam proses. d. Sampai dengan tahun 2014, sebanyak 135 WNI di luar negeri terancam hukuman mati karena terlibat tindak pidana Narkoba. Jumlah WNI yang ditahan di luar negeri sebanyak 380 orang, 107 diantaranya diamankan pada periode 2014. e. Sampai dengan tahun 2014, pelaku tindak pidana Narkoba yang memperoleh vonis hukuman mati di Indonesia berjumlah 64 orang, dengan perincian 27 WNI dan 37 WNA. f. Terkait peredaran New Psychoactive Substances (NPS), Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN telah menemukan 35 NPS yang saat ini beredar luas di Indonesia. Dari 35 NPS tersebut, 18 diantaranya telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2014 g. Untuk mengatasi peredaran gelap Narkoba di tempat hiburan malam, BNN melalui BNN Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Kepolisian dan TNI kerap melakukan razia tempat hiburan malam. Di tahun 2014, telah dilakukan razia sebanyak 20 kali di 19 lokasi di Jakarta. Dari razia tersebut, sebanyak 1.163 orang melakukan tes urine dan 334 orang diantaranya positif mengonsumsi Narkoba. Dari pengunjung yang positif tersebut, sebanyak 157 orang melakukan konseling adiksi 1 kali dalam sebulan, dan 3 orang WNA (Sudan, Malaysia, Belanda) terancam di deportasi dari Indonesia. h. Jumlah terpidana mati s.d. Tahun 2014 sebanyak 64 orang terdiri dari: 1) WNI : 27 orang 2) WNA : 37 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 64 Negara Jumlah Negara Jumlah Nigeria 6 orang Pakistan 1 orang Senegal 1 orang Cina 4 orang Inggris 2 orang Perancis 1 orang Malaysia 6 orang Filipina 1 orang Zimbabwe 2 orang Vietnam 1 orang Belanda 2 orang Afrika Selatan 2 orang Malawi 1 orang Australia 3 orang Brazil 2 orang Iran 1 orang India 1 orang Sumber : Kejaksaan Agung RI, 2014 3) Terpidana vonis hukuman mati yang sudah dieksekusi mati : 7 Orang a) Saelaw Prasert (1 Oktober 2004) b) Namsong Sirilak (1 Oktober 2004) c) Ayodya Prasad Chaubey (1 Oktober 2004) d) Hansen Anthony Nwaliosa (27 Juni 2008) e) Samuel Iwuchekwu Okoy (27 Juni 2008) f) Adam Wilson als Adam als Abu (15 Maret 2013) g) Muhammad Abdul Hafez (17Nov 2013) 4) Perincian terpidana mati : 64 Orang a) Belum Menentukan Sikap : 25 Orang b) PK Ditolak : 6 Orang c) Proses Grasi : 8 Orang d) Grasi ke II : 2 Orang e) Proses PK : 18 Orang f) Masih Menunggu Putusan Banding dari PT : 5 Orang i. Jaringan sindikat narkotika yang berhasil diungkap pada tahun 2014 diantaranya: 1) Jaringan Sindikat Tiongkok. a) Pengungkapan Shabu Terbesar Sepanjang 2014 Kasus barang bukti Shabu terbesar dalam tahun ini dibongkar BNN pada tanggal 22 November 2014. BNN mengamankan tiga tersangka WN Tiongkok yang menyelundupkan Shabu seberat 151,5 Kg dari Tiongkok melalui jalur laut. Shabu tersebut disembunyikan di sela- sela manisan buah dan mainan. b) Sindikat Tiongkok Edarkan 8,9 Kg Shabu Jaringan sindikat Narkoba Hongkong digagalkan BNN, dua orang anggota sindikat ditangkap, masing- masing bernama Lee dan Chan usai melakukan transaksi dengan pria WNI bernama Ramadan pada tanggal 2 Mei 2014. Petugas BNN menyita 8.926,1 gram Shabu. Lee terhitung telah 11 kali mengedarkan Shabu dengan jumlah besar dalam sebulan terakhir ini di Jakarta.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 65 c) Shabu 6 Kg dari Tiongkok digagalkan BNN mengungkap upaya peredaran Narkoba yang dilakukan oleh dua tersangka WN Indonesia, yaitu Alex (39) sebagai kurir dan Endang Kosasih alias Nico (39) selaku perekrut kurir. Total barang bukti yang disita dari jaringan ini adalah 6.566,9 gram Shabu dari Tiongkok. 2) Jaringan sindikat Ganja. a) BNN Ungkap 8,088 Ton Ganja. Pengungkapan kasus 8 ton ganja menjadi kasus yang sangat menonjol di tahun ini. Ada dua catatan penting dari kasus ini, pertama, kasus ganja ini merupakan yang terbesar dari aspek jumlah barang bukti, yaitu 8,088 ton dan kedua, petugas BNN telah melakukan penyelidikan yang mendalam dan dilanjutkan dengan teknik modern controlled delivery sehingga satu sindikat ganja kelas kakap ini bisa dibongkar seluruhnya. Dari jaringan ini, BNN mengamankan pengemudi truk M. Jamil (32) dan dua orang rekannya bernama Muhallil (25) dan Syafrizal (20) Jl. Kandis KM. 53 Telaga Samsam Kandis, Provinsi Riau, Jumat (24/10). Pada hari yang sama, BNN mengamankan sang pengendali yaitu Bang Pin di rumahnya di bilangan M. Toha Bandung. BNN juga mengamankan Budiman alias Ade (45) di rumahnya di daerah Mampang. Ade merupakan penjaga gudang, sekaligus pengatur distribusi ganja sesuai pesanan. b) Remaja Putus Sekolah diperalat Sindikat Edarkan Ganja BNN mengungkap kasus peredaran gelap Narkoba jenis ganja seberat 46,7 kg dari sebuah jaringan yang melibatkan remaja putus sekolah. Yaitu ditangkapnya dua orang remaja laki-laki dengan inisial D (16) dan R (17). Keduanya diamankan dikontrakan Pabrik Roti, KH. Mas Mansyur, Kp. Mede, Kel. Bekasi Jaya, Kec. Bekasi Timur, pada tanggal 26 Nov 2014, sekitar pukul 12.00 WIB. Dari keduanya, petugas menyita 55 paket ganja dengan berat total 46.723,2 gr yang didapat dari seorang laki-laki berinisial FAZ yang dikenalnya selama dua bulan belakangan karena satu ‘tongkrongan’. Dalam kesehariannya, dua remaja putus sekolah ini bertugas menjaga, mencatat dan mengantarkan pesanan ganja kepada para pembeli.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 66 3) Jaringan Sindikat Iran a) Pengungkapan Kasus 40,1 Kg Shabu dari Sindikat Iran BNN berhasil membekuk dua anggota sindikat Narkoba internasional asal Iran, di Cagar Alam, Tikungan I Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Rabu, 26 Februari 2014. Dari kedua tersangka bernama Mostafa Moradalivand (32) dan Seiyed Hashem (35), petugas menyita 40,1 Kg Shabu kualitas satu yang diduga kuat diselundupkan melalui jalur laut.

b) Kasus pengiriman Shabu campur seberat 35 Kg Shabu tersebut dikirim dalam dua tahap, pertama dikirim dari Iran dan tiba di Jakarta tanggal 13 Juni 2014. Sedangkan pengiriman kedua diterima pada tanggal 21 Juni 2014. Dalam kasus ini, BNN mengamankan Mostafa, Majid, dan Shahab. Shabu tersebut dikirim dari Iran dalam bentuk Shabu yang bercampur dengan serbuk lengket lainnya. Rencananya Shabu ini akan diolah lagi oleh Shahab. 4) Jaringan Sindikat West African

a) WN Nigeria Kendalikan Mantan Istri Edarkan Shabu. Kelvin, seorang pria Nigeria mengendalikan mantan istrinya bernama Farida untuk mengantarkan Shabu kepada kurir-kurir lainnya. Dari tangan Farida, BNN menyita 801 gram. Sedangkan dari kurir lainnya bernama Saut dan istrinya, BNN menyita 100,7 gram. Sedangkan dari kurir lainnya yaitu Lia, Shabu seberat 303,7 gram disita, dan dari tangan Nurman disita seberat 497,3 gram. Seluruh tersangka dibekuk pada 6 April 2014.

b) Buruh Botol dikendalikan Sindikat Nigeria BNN mengamankan Yeni alias Selfi (31) bersama suaminya Miftah (25) dirumahnya didaerah Kampung Pisang, Karang Sari Neglasari, Tangerang, Kamis 9 Oktober 2014. Setelah dilakukan pemeriksaan di rumahnya, BNN menyita Narkoba jenis Shabu seberat 5.915 gram. Menurut pengakuan Yeni, aksi yang ia lakukan atas perintah dari seorang pria Nigeria.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 67 5) Jaringan sindikat Penyelundupan Narkotika dari Malaysia via Laut a) Sindikat Malaysia-Aceh Diungkap BNN, 5 Kg Shabu disita Sindikat Narkoba yang biasa menyelundupkan Narkoba dari Malaysia ke Aceh diringkus petugas BNN, pada 9 Februari 2014. Dari tangan tersangka, petugas menyita 5.074,1 gram shabu. Penyelundupan ini diotaki seorang WNI yang sudah berulang kali memasok Narkoba dari Malaysia ke Aceh via jalur laut. Untuk membongkar kasus ini, BNN bekerja sama dengan Kantor Bea dan Cukai Medan. b) Koordinator kurir Asahan ditangkap Berdasarkan penyelidikan intelijen, BNN berhasil mengamankan Bambang Hariyanto di Desa Danau Sijabut, Asahan Sumatera Utara pada 7 Maret 2014. Bambang diduga kuat sebagai koordinator kurir yang menyuruh anak buahnya, Guntur, untuk mengambil Shabu di tengah laut dan menyerahkannya kepada Dayat cs. Dari Dayat, Shabu seberat 4.553 gram disita. c) Jaringan Narkoba Tanjung Balai rutin menyelundupkan Shabu dari Malaysia via laut. Jaringan sindikat Narkoba di Tanjung Balai ini dalam satu bulan, setidaknya mereka bisa mengambil Shabu dan membawanya ke Tanjung Balai hingga Medan sebanyak empat kali. Kini, jaringan ini tidak bisa lagi beroperasi karena diamankan BNN, Selasa (22/10). Lima anggota sindikat ditangkap, dan barang bukti shabu seberat 6 Kg berhasil disita. d) Pasangan Suami Istri Bandar Narkoba diciduk BNN Pada Senin, 22 September 2014, BNN berhasil mengamankan tiga orang tersangka yang diduga kuat terlibat dalam jaringan Narkoba. Ketiganya ditangkap usai sang kurir bernama Ilham (21) menyerahkan tas berisi Narkoba jenis Shabu kepada H. Dawang (45) beserta istri, Hj. Maemunah (43) di rumahnya, yang terletak di daerah Tiroang, Pinrang, Sulsel. Setelah dilakukan pemeriksaan, Shabu seberat 6.850 gram yang dibawa dari Malaysia ini berhasil disita. Shabu tersebut sudah dipecah dalam bentuk paket, masing-masing 50 gram sebanyak 137 bungkus.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 68 6) Jaringan sindikat Peredaran Narkoba dikendalikan oleh Napi a) Napi Nigeria Kendalikan Kurir Wanita Dua wanita Indonesia ditangkap oleh BNN karena terlibat dalam jaringan Narkoba. Pertama adalah Jul, seorang wiraswastawan yang beralih profesi menjadi kurir Narkoba sejak Februari hingga April 2014. Dari tangannya, petugas BNN menyita heroin seberat 4.067,1 gram dan Shabu seberat 2.386,9 gram. Sedangkan wanita lainnya adalah Al, seorang ibu rumah tangga diamankan BNN karena memiliki Shabu seberat 1.214,7 gram. Kedua kurir wanita ini dikendalikan oleh napi Lapas Karawang bernama Henry Albert. Henry Albert (WN Nigeria), diamankan tim BNN dari Lapas Karawang, Kamis (22/5). Henry diduga kuat sebagai pengendali kurir yang kebanyakan wanita. Hingga saat ini, ada sekitar tiga kurir wanita lagi yang masuk dalam DPO yang terkait jaringan Henry. Henry menghuni Lapas Karawang sejak 1,5 tahun lalu. Ia menjalani hukuman penjara 13 tahun untuk kasus Narkotika.

b) Pasangan Napi Pontianak Kompak Kendalikan Bisnis Narkoba Dalam beberapa kasus terakhir yang diungkap BNN, pengendalian peredaran Narkoba dilakukan dari balik jeruji besi. BNN memutus jaringan sindikat Narkoba di Pontianak yang dikendalikan oleh Jacky dan Memey, pasangan kekasih yang juga Napi di Lapas Klas II A Pontianak. Jaringan Narkoba yang dikendalikan oleh dua Napi di Pontianak ini cukup besar. Setiap dua pekan, anggota jaringan ini bisa mengambil Shabu sedikitnya 5 Kg dari Malaysia lalu menyerahkan kepada anggota sindikat lainnya di Pontianak. Modus yang digunakan oleh sindikat Pontianak ini cukup sederhana. Sang pengendali menyuruh seorang sopir bus untuk membawa Shabu dari Kuching, Malaysia, lalu membawanya ke Pontianak untuk diserahkan kepada kurir yang siap menanti.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 69 7) Pengungkapan Kasus Pencucian Uang. a) Kakak Adik Terlibat Pencucian Uang Bandar Narkoba, Safriadi alias Edy ditangkap BNN karena dugaan tindakan pencucian uang dari hasil kejahatan Narkoba. Safriadi diduga memutarkan sebagian keuntungan hasil penjualan Narkoba untuk mendukung bisnis yang dijalankan oleh kakaknya bernama Murdani. Safriadi diamankan petugas BNN pada 25 Maret 2014 di Perumahan Singgasana Pradana, Jl. Galuh Pakuwon Timur No.12, Bandung, Jawa Barat, sedangkan Murdani, kakak dari Safriadi diamankan di Perumahan Puspita Serpong, Tangerang pada hari yang sama. Total yang disita dari Safriadi senilai Rp 700 juta yang terdiri dari tabungan, kendaraan bermotor dan rumah. Sementara itu, dari tangan Murdani, petugas menyita aset senilai ± Rp 15 Miliar yang terdiri dari : 1 unit rumah di Puspita Loka, BSD, Tangerang; 1 unit rumah Anggrek Loka BSD; 2 unit apartemen di Permata Eksekutif; 1 unit Apartemen Gateway; 1 unit toko di Permata Hijau; 1 Unit Mobil Harrier; 1 Unit Mobil Toyota Yaris; 1 Unit Mobil Nissan Xtrail; serta beberapa buku tabungan dan deposito. b) Aset Fantastis Napi Bandar Narkoba disita BNN mengamankan Pony Tjandra (47) seorang Napi yang diduga kuat sebagai bandar Narkoba sekaligus terlibat dalam kejahatan pencucian uang, pada 25 September 2014, di Perumahan Pantai Mutiara Blok R No. 21, Pluit, Jakarta Utara. BNN juga mengamankan istrinya bernama Santi (47) di perumahan Griya Agung, Cempaka Baru, Kemayoran. Dari tangan Pony, BNN menyita barang bukti berupa 1 unit rumah di Perumahan Pantai Mutiara Blok R No. 21, Pluit, Jakarta Utara dan 1 unit rumah di Cempaka Baru, Kemayoran, 1 unit mobil Jaguar, 1 unit mobil Honda Odysey, 2 unit jet ski, 3 unit motor gede Harley Davidson. Sementara itu dari tangan Santi, BNN menyita 29 item perhiasan yang terdiri dari kalung, liontin, cincin, gelang, satu sertifikat tanah di Cilacap, 4 sertifikat tanah di Jepara, 1 sertifikat tanah di Subang, dan 1 sertifikat tanah di Pandeglang. Di Jepara, Santi mengelola bisnis butik dan memiliki sebuah lumbung padi.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 70 Pony merupakan seorang Napi dengan vonis 20 penjara karena kasus kepemilikan ekstasi sebanyak 57 ribu butir. Ia telah menghuni LP di Nusakambangan sejak tahun 2006 dan sejak dua bulan terakhir ini ia mendekam di LP Cipinang. Dari pengakuan tersangka, Pony dapat memberikan uang rutin setiap bulannya sebesar Rp 100 juta untuk keperluan keluarganya. Penangkapan Pony merupakan hasil pengembangan kasus dari tertangkapnya sejumlah bandar Narkoba diantaranya Edy alias Safriady (jaringan Aceh) serta dua orang bandar lainnya yang bernama Irsan alias Amir dan Ridwan alias Johan Erick. Seluruh pembayaran dari para bandar ditujukan ke belasan rekening milik Pony yang diperkirakan mencapai angka 600 miliar. 8) Pengungkapan Cland Lab Narkoba Dalam tahun ini, BNN mengungkap kasus pabrik gelap Narkoba rumahan di Tangerang, Banten. Petugas BNN berhasil mengamankan 19.253 Ml cairan yang diduga Narkotika dan 1.872,8 gram Shabu Kristal, alat lab dan zat kimia dari tangan sepasang suami istri WN Indonesia keturunan Tionghoa bernama Liong Kok Foe als David dan istrinya Tan Ay Hoa als Ay. Keduanya diduga melakukan praktek illegal memproduksi Shabu di laboratorium Narkoba (Clandestine Lab) di kawasan Perum Binong Permai Blok H 20, Kec. Curug, Tangerang. David dan Ay diamankan petugas pada hari Rabu 11 Juni 2014 lalu. Diketahui David merupakan mantan narapidana Narkoba. Selama di dalam penjara, David belajar trik membuat Shabu dengan rekan sesama narapidana. Seharusnya, David keluar dari LP pada Desember 2016, namun diberi keringanan bebas bersyarat pada 12 Agustus 2013 lalu. Saat menghirup udara bebas, David sempat menjalankan profesi sebagai petugas pelayanan di gereja. Namun sejak Mei 2014, David mulai mempraktikan trik membuat shabu yang pernah ia pelajari di LP.

5. Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama BNN a. Penandatanganan Nota Kesepahaman BNN telah melaksanakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan berbagai instansi pemerintah, swasta dan komponen masyarakat. Selama tahun 2014, BNN telah menandatangani MoU dengan 4 kementerian yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi serta Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 71 Di tahun ini BNN juga telah menandatangani nota kesepakatan dengan beberapa instansi swasta diantaranya adalah PT Jasa Marga (Persero Tbk), dan beberapa perusahaan telekomunikasi (PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT Telekomunikasi Selular, Tbk, PT Indosat, Tbk, PT XL Axiata, Tbk, PT Bakrie Telecom, Tbk, PT Hutchison 3 Indonesia, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, PT Pasifik Satelit Nusantara). Komponen masyarakat juga turut dilibatkan dalam upaya P4GN melalui nota kesepahaman yang ditandatangani oleh beberapa kelompok masyarakat seperti Persatuan Wartawan Indonesia, Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia, Sentra Komunikasi, Universitas Merdeka Malang. b. Kerja Sama Luar Negeri Selain menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah, swasta, dan komponen masyarakat, BNN juga turut aktif dalam berbagai acara pertemuan lintas instansi terkait P4GN, yaitu : 1) 19th Asia-Pacific Operational Drug Enforcement Conference (ADEC 19th), di Tokyo, Jepang. 2) Japan Coast Guard, di Kuala Lumpur, Malaysia. 3) The Colombo Plan Drug Advisory Programme (CPDAP) International Training Course on Precursor Chemical Control for Asian Narcotics and Law Enforcement, di Bangkok, Thailand. 4) Sidang Komisi Narkoba ke-57 (CND), di Wina, Austria. 5) IDEC Far East Regional Working Group (IDEC FERWG), di Manila, Filipina. 6) ILEA “Narcotic Unit Commanders Course”, di Bangkok, Thailand. 7) The 11th Meeting of ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) Fact-Finding Committee (AIFOCOM) to Combat the Drug Menace, di Laos. 8) 31st Annual International Drug Enforcement Conference IDEC XXXI, di Roma, Italia. 9) The 34th ASEAN Senior Officials on Drug Matters (ASOD), di Filipina. 10) Opening ceremony of the ASEAN narcotics cooperation center (ASEAN-NARCO) and meeting of ASOD leaders on drug control cooperation, di Bangkok, Thailand.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 72 11) The 2nd General Meeting of Asia Pacific Information & Coordination Center for Combating Drug Crimes (APICC) dan The 24th Anti Drug Liasion Officials Meeting for International Cooperation(ADLOMICO). 12) 38th Meeting of Head of National Drug Law Enforcement Agencies, HONLEA Asia and the Pacific, di Bangkok, Thailand. 13) The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drugs Mattters (AMMDM), di Jakarta. c. The 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters (AMMDM) Pada tanggal 2-4 Desember 2014 bertempat di Jakarta, BNN telah menjadi tuan rumah dari rangkaian kegiatan Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN bidang Narkoba ke-3 (3rd ASEAN Ministerial Meeting on Drug Matters/3rd AMMDM). Pertemuan dipimpin oleh kepala BNN, Anang Iskandar, dan dihadiri oleh Menteri dan Pejabat Tinggi terkait penanganan masalah Narkoba dari seluruh Negara anggota ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Hukum dan Kerja Sama, Aidil Chandra Salim, yang didampingi unsur BNN, Kementerian Luar Negeri (Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN dan Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata), Kementerian Keuangan (Ditjen Bea danCukai), dan Polri. Rangkaian Pertemuan diawali dengan Pertemuan Persiapan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting – Preparation for AMMDM / SOM-Prep) pada tanggal 2 Desember 2014. Bertindak selaku pimpinan pertemuan adalah Anggota Tim Ahli BNN, Bali Moniaga dengan pimpinan Delegasi Republik Indonesia adalah Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN, Aidil Chandra Salim. Pada tanggal 3 Desember 2014 3rd AMMDM dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden H. Moh. Jusuf Kalla. Dalam sambutan pembukaannya menyampaikan antara lain bahwa Indonesia terus berkomitmen untuk bekerjasama dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam memerangi penyalahgunaan Narkoba. Wakil Presiden juga kembali menekankan bahwa Indonesia akan tetap bertindak tegas dalam kasus Narkoba mengingat bahaya dan resiko yang mengancam rakyat Indonesia. Dalam pembahasan pertemuan level menteri tersebut, muncul enam rekomendasi ASEAN Leader, sebagai berikut:

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 73 1) Perlunya kerja keras dan tindakan efektif terkoordinasi dalam menghadapi ancaman Narkoba; 2) Menugaskan ASOD untuk melanjutkan upaya untuk mencapai Masyarakat ASEAN 2015 yang sehat dan aman; 3) Pentingnya penerapan paradigma baru untuk mengelola dampak resiko Narkoba, melalui strategi dan pendekatan baru; 4) Pentingnya penyiapan sarana rehabilitasi untuk melibatkan masyarakat dalam penanganan pengguna Narkoba ke masyarakat; 5) Menyadari resiko bahwa integrasi regional dapat semakin meningkat kan aktivitas sindikat Narkoba di kawasan sehingga memerlukan peningkatan kerjasama yang lebih terkoordinasi baik pada tataran nasional, bilateral, maupun regional. 6) Pentingnya masing-masing instansi untuk memperoleh dukungan anggaran yang sesuai pada tataran nasional guna memutus permintaan dan pasokan Narkoba. Kepala BNN menggaris bawahi tiga hal penting dari hasil pertemuan antara lain: 1) Pentingnya keseimbangan antara menekan demand (permintaan) dan supply (pasokan) secara ideal. Artinya, penanganan demand harus serius yaitu melalui pelaksanaan rehabilitasi. 2) Berdasarkan survey UNODC, kerugian yang ditimbulkan dari narkotika di ASEAN mencapai angka 108 trilyun, dan itu harus jadi perhatian seluruh negara ASEAN. 3) Dalam era keterbukaan ASEAN 2015, negara ASEAN akan saling terintegrasi sehingga bisa mendongkrak kemajuan ekonomi masing-masing pihak, tapi pada sisi lainnya, bisa menjadi celah bagi sindikat narkotika untuk lebih mudah memanfaatkan kondisi seperti itu untuk bisnis mereka. d. Sosialisasi Peraturan Bersama Mahkumjakpol. Perubahan paradigma terkait penanganan pecandu yang bermuara pada rehabilitasi medis dan sosial masih menjadi sorotan utama BNN dalam upaya penanggulangan permasalahan Narkoba di Indonesia. Hal tersebut diimplemetasikan dengan diselenggarakannya penandatanganan Peraturan Bersama oleh Mahkamah Agung, Menkumham, Menkes, Mensos, Kejaksaan, Kapolri dan BNN, di Istana Presiden pada tanggal 11 Maret 2014.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 74 Untuk itu BNN memberikan sosialisasi terkait hal tersebut dengan menggelar Sosialisasi Peraturan Bersama Mahkumjakpol. Kegiatan ini diselenggarakan di 4 kota (Jakarta, Pontianak, Yogyakarta dan Jambi) dan dihadiri oleh peserta yang berasal dari perwakilan Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Bareskrim, Polda, Polres, Polsek, Kejari, Kejati, Kemenkumham, Kemenkes, Lembaga Pemasyarakatan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD, RSKO, RSJ dan IPWL seluruh Indonesia. e. Focus Group Discussion (FGD) Deputi Hukum dan Kerjasama juga menggelar berbagai forum diskusi sebagai wadah sosialisasi terkait perubahan paradigma baru berupa rehabilitasi sebagai proses hukum bagi pecandu Narkoba. Sepanjang tahun 2014, Deputi Hukum dan Kerja Sama telah menggelar 10 kegiatan FGD dan dihadiri oleh peserta yang berasal dari instansi terkait dengan program rehabilitasi.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN P4GN DI KEWILAYAHAN OLEH BNNP DAN BNNK/KOTA

Tahun 2014 seluruh BNNP yang sudah terbentuk di 33 Provinsi, telah melaksanakan kegiatan terkait dengan Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba, demikian juga halnya Satker BNNK/Kota di 100 Kabupaten/Kota, sudah melaksanakan kegiatan sebagaimana program kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Satuan Kerja BNN Provinsi dan BNN Kabupaten/Kota merupakan miniatur BNN Pusat di daerah dengan melaksanakan satu program yaitu Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Penyelenggaraan P4GN ditingkat kewilayahan sudah menunjukkan perkembangan yang positif. Hal tersebut didukung dengan adanya Inpres Nomor 12 Tahun 2011 tentang Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Inpres dan Permendagri tersebut telah mendorong pemerintah daerah dan komponen masyarakat melaksanaan program P4GN, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya pemerintah daerah yang mengalokasikan anggaran untuk kegiatan P4GN (laporan kegiatan BNNP/BNNK terlampir).

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 75 Demikian juga pihak komponen masyarakat termasuk perusahaan swasta di kewilayahan sudah melaksanakan program P4GN bersama dengan BNNP/BNNK setempat. Pada umumnya pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran dalam APBD, selain itu ada juga pemerintah daerah yang mengalokasikan anggaran P4GN dalam bentuk Hibah yang diberikan ke BNNP/BNNK setempat. Berdasarkan laporan dari BNNP/BNNK pemerintah daerah dan pihak swasta sudah melaksanakan kerjasama dalam pelaksanaan program P4GN. Seperti halnya kegiatan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang di BNN Pusat, BNNP juga sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dibidang P4GN yaitu melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberantasan, sedangkan BNNK/Kota fungsi pemberantasan belum sampai tahap pemberkasan, kewenangannya baru pada tahap pemetaan jaringan Narkoba yang ada diwilayah tersebut, untuk selanjutnya hasil pemetaan dimaksud sebagai dasar bagi BNN melaksanakan penyelidikan dan penyidikan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pencegahan. Penyampaian pesan P4GN dengan Wahana desiminasi informasi, merupakan sarana penyampaian pesan P4GN kepada khalayak ramai. Sarana dimaksud yaitu terdiri dari berbagai media elektronik (televisi dan radio), media online (internet), Non elektronik (media cetak), dan sarana komunikasi tradisional lainnya yang ada di masyarakat yang biasanya dilakukan melalui berbagai pagelaran seni budaya. Keberhasilan penyampaian pesan P4GN melalui desiminasi informasi, sejak digulirkan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian terkait pengaruh media dimaksud dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaann P4GN. Namun demikian dari berbagai pendapat masyarakat, sangat mengharapkan peningkatan peran media massa dalam penyampaian pesan terkait dengan upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Oleh karena sifat media yang langsung ke masyarakat, pesan yang disampaikan sangat dipengaruhi oleh sumber berita (narasumber) sarana komunikasi yang digunakan dan kemampuan audiens untuk menangkap pesan yang diterimanya. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh BNN mulai dari tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota selalu memberdayakan keberadaan wahana desiminasi informasi, ini artinya bahwa pesan P4GN kepada masyarakat sudah tersebar luas, seiring dengan terbenduk di 33 provinsi dan 100 kabupaten/kota.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 76 Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN, juga dilakukan penguatan melalui pelaksanaan advokasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Advokasi pencegahan yang dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan penyampaian pesan melalui berbagai wahana desiminasi informasi. Proses komunikasi melalui wahana desiminasi informasi agak sulit mengetahui respons masyarakat/ khalayak oleh karena sifatnya satu arah, sedangkan pelaksanaan advokasi, sifatnya lebih komunikatif karena umumnya bersifat dialogis. Kekurangan pelaksanaan advokasi ini sifatnya terbatas pada waktu dan lokasi yang sama, namun pada saat itu juga dapat diketahui respon dari penerima pesan. Karena masing-masing sarana komunikasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka sarana desiminasi informasi dan advokasi menjadi pilihan yang dilakukan BNN secara simultan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya pelaksanaan P4GN.

Sasaran advokasi pencegahan penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan selain kepada individu juga dilakukan melalui pendekatan kelembagaan. Pendekatan individu dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan yang mengundang orang per orang kedalam satu kegiatan tertentu seperti pelaksanaan advokasi pembentukan kader, dengan berbagai target sasaran seperti: Siswa, Mahasiswa, Pekerja baik pegawai swasta maupun pegawai di instansi pemerintah serta advokasi pencegahan melalui pendekatan kelembagaan. Hasil nyata pedekatan advokasi yang dilakukan adalah semakin banyaknya kader anti Narkoba yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat dan juga semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan P4GN.

Untuk mengetahui peran pencegahan yang dilakukan selama ini kepada masyarakat, pada tahun 2014 yang lalu, BNN telah melaksanakan monitoring dan evaluasi program P4GN di 16 Provinsi, dengan sasaran adalah masyarakat yang pernah menerima program P4GN yang dilaksanakan oleh BNN, BNNP dan BNNK/Kota. Hasil kompulir data dari penerima program (siswa, mahasiswa, pegawai pemerintah, pegawai swasta, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda) sangat mendukung keberadaan lembaga BNN dalam memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 77 2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Maraknya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba ditanah air, diduga sebagai akibat kurang berdayanya masyarakat untuk memberikan perlawanan terhadap kejahatan Narkoba. Oleh sebab itulah perlu dilakukan penguatan kepada masyarakat. Peran penguatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat saat ini juga dilaksanakan oleh Satuan kerja BNN yang ada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di kewilayahan juga mengemban tugas dan fungsi rehabilitasi. Adapun gambaran kegiatan Satker BNN di kewilayahan adalah sebagai berikut: a. Penguatan kelembagaan (instansi pemerintah dan swasta) b. Peningkatan lingkungan bebas Narkoba di lokasi perkotaan maupun pedesaan. c. Pemberdayaan untuk masyarakat yang menjadi korban penyalahgunaan Narkoba, agar melapor diri secara sukarela di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) BNN. d. Pemberian layanan Terapi dan Rehabilitasi bagi korban penyalahguna Narkoba. Upaya menciptakan lingkungan/lembaga bersih Narkoba, dilakukan melalui tahapan pemberian peningkatan kemampuan menangkal Narkoba dilanjutkan dengan pelaksanaan test urin kepada peserta yang mengikuti kegiatan pemberdayaan dimaksud. Hasil pelaksanaan tes urin ini merupakan petunjuk awal suatu lingkungan dikatakan bebas Narkoba. Berdasarkan hasil laporan dari kewilayahan, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini, belum bisa berjalan secara optimal oleh karena keterbatasan anggaran yang ada di Satker BNNP dan BNNK/Kota, terutama dalam hal penyediaan alat tes urin. Informasi kurangnya pelaksanaan test urin ini juga diperoleh dari masyarakat penerima program dari BNN, saat pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN yang dilakukan Tahun 2014. Pemberdayaan masyarakat baik yang dipedesaan maupun di perkotaan dilakukan dengan memberikan peningkatan ketrampilan masyarakat pada berbagai aspek kehidupan seperti ketrampilan teknik memperbaiki handphone, tehnik perbengkelan untuk pria, sedangkan untuk wanita dilakukan dengan kemampuan rias (salon), ketrampilan dibidang jasa boga. Peningkatan ketrampilan ini sifatnya masih terbatas, oleh karena BNN dihadapkan pada berbagai keterbatasan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 78 3. Bidang Pemberantasan. Guna mengoptimalkan pemberantasan Narkoba yang disinyalir melalui berbagai pelabuhan resmi maupun melalui jalur tidak resmi (jalur tikus), Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota juga telah melaksanakan peran pemberantasan, yang dilakukan melalui pemutusan dan pengungkapan jaringan serta pemetaan kasus Narkoba,dengan gambaran kegiatan sebagai berikut: a. Pemetaan jaringan Narkoba dan pengungkapan kasus Narkoba yang ada dikewilayahan. b. Penanganan kasus Narkoba hingga ke tingkat penuntutan (P21). Berdasarkan data laporan yang diperoleh dari Satker BNNP, seluruh BNNP sudah melakukan proses penyelidikan dan penyidikan kasus Narkoba dan sudah mengajukan para tersangka ke persidangan, ini artinya fungsi pemberantasan yang ada di kewilayahan sudah melak- sanakan tugas dan fungsi dibidang pemberantasan dengan menetapkan target minimal/terbatas, penanganan kasus dalam rencana kerja dan anggaran Satker. Hal tersebut sebagai akibat masih terbatasnya sumber- daya manusia dan juga sarana prasarana yang ada di BNNP. Sedangkan BNNK/Kota sampai saat ini belum punya kewenangan melakukan penanganan kasus, hasil pemetaan yang dilakukan oleh BNNK/ Kota se- lanjutnya diserahkan ke BNNP atau BNN Pusat guna proses tindak lanjut. Belum optimalnya BNNK/Kota dalam pemberantasan Narkoba, disebabkan kewenangan penyelidikan dan penyidikan belum diperoleh dari instansi terkait yaitu Kemenpan & RB, hal tersebut juga didukung masih terbatasnya sarana prasarana dan juga sumber daya manusia yang melaksanakan tugas pemberantasan. Namun demikian dibeberapa satuan kerja di Kabupaten/Kota sudah melaksanakan penanganan kasus Narkoba dengan melaksanakan kerja sama dengan Polisi setempat atau melaksanakan pemberantasan dengan kerjasama dengan BNNP atau Deputi Pemberantasan BNN. Gambaran umum Target dan Realisasi Kegiatan BNNP/BNNK/KOTA Tahun 2014

NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI % 1. Berkas Perkara Kasus Kejahatan Narkoba yang 138 170 123,19% diselesaikan (P.21) 2. Berkas Perkara Penyidikan Aset Tersangka 38 11 28,95% Jaringan Sindikat Narkoba yang diselesaikan (P21) 3. Dokumen akuntabilitas kinerja unit kerja 1.395 1.296 92,90% 4. Gedung/Bangunan 1.600 1.600 100,00% 5. Instansi pemerintah di daerah yang diadvokasi 1.178 1.149 97,54% bidang P4GN

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 79 NO. INDIKATOR OUTPUT TARGET REALISASI % 6. Instansi swasta yang diadvokasi bidang P4GN 675 688 101,93% 7. Kader anti Narkoba yang terbentuk 32.980 30.245 91,71% 8. Kendaraan Bermotor 16 11 68,75% 9. Bulan layanan dukungan menejemen dan 1.606 1.435 89,35% operasional unit kerja 10. Laporan Kasus Narkoba Hasil Pemetaan 418 821 196,41% 11. Layanan Perkantoran 1.729 1.564 90,46% 12. Wahana desiminasi informasi P4GN 1.031 896 86,91% 13. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang 2.046 1.744 85,24% dijangkau layanan terapi dan rehabilitasi 14. Penyalah guna dan/atau pecandu Narkoba yang 443 411 92,78% melapor di IPWL BNN di daerah 15. Penyalah guna dan/atau Pecandu Narkoba yang 776 799 102,96% menerima Layanan Rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi BNN 16. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 1.715 1.514 88,28% 17. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 451 373 82,71% 18. Lokasi (lingkungan masyarakat) di daerah 43 38 88,37% perkotaan yang diberdayakan alternatif 19. Lingkungan kerja yang diberdayakan bidang 768 763 99,35% P4GN 20. Lembaga pendidikan yang diberdayakan bidang 1.105 1.101 99,64% P4GN

Berdasarkan uraian di atas tergambar beberapa target output/ kegiatan yang telah direncanakan untuk dilaksanakan oleh Satker BNN, di daerah ada yang tidak mencapai target. Penyebab tidak tercapaianya target kinerja tersebut, dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran sebagaimana diatur melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014.

E. ANGGARAN

Tahun 2014 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 735,051,825,000,- (tujuh ratus tiga puluh lima milyar lima puluh satu juta delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:

REALISASI JENIS BELANJA PAGU (Rp) SISA (Rp) % (Rp)

51 Belanja Pegawai 223.994.354.000 217.255.647.413 6.738.706.587 96,99%

52 Belanja Barang 474.431.180.000 448.930.976.088 25.500.203.912 94,63%

53 Belanja Modal - Transaksi Kas 36.626.291.000 35.060.132.429 1.566.158.571 95,72%

Total 735.051.825.000 702.935.390.255 32.116.434.745 95,63%

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 80 Dari segi penyerapan anggaran, BNN telah berupaya melaksanakan kegiatan sesuai dengan target kinerja anggaran yang tersedia, tidak terserapnya seluruh anggaran BNN disebabkan adanya sisa anggaran dari belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Penghematan anggaran dilakukan melalui efisesi penggunaan langganan daya dan jasa. pelelangan barang/jasa serta pengeluaran kegiatan operasional dilakukan se-efisien mungkin. Adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran berdampak pada pencapaian target tidak bisa optimal. sesuai dengan target dalam rencana kerja yang ditetapkan sebelumnya. Adapun gambaran realisasi anggaran BNN Tahun 2014 tergambar dalam grafik berikut ini.

Realisasi 702.935.390.255 (95,63%) Sisa 32.116.434.745 (4,37%)

Realisasi Sisa

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 81 BAB III PENUTUP

Semangat kebersamaan dan pantang menyerah untuk selalu memberikan pengabdian yang terbaik kepada masyarakat, merupakan sikap profesional yang ditumbuh kembangkan pimpinan BNN kepada seluruh personil BNN dalam melaksanakan tugas P4GN. Hal ini perlu dilakukan mengingat tugas dan tanggungjawab BNN dalam melakukan perlawanan terhadap kejahatan Narkoba sangat memerlukan semangat juang tinggi dengan penuh dedikasi. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada Satker BNN selama tahun 2014, secara rutin dievaluasi melalui rapat mingguan BNN, begitu juga realisasi kegiatan dan anggaran dapat termonitor dan dievaluasi melalui pemanfaatan sistim aplikasi monitoring evaluasi Kementerian Keuangan dan aplikasi Monitoring dan Evaluasi Kinerja dan Anggaran BNN (Monevgar BNN). Hasil evaluasi tersebut berdampak pada peningkatan kinerja BNN secara keseluruhan. Berdasarkan hasil evaluasi dari Tim Evaluasi Pengawasan dan Penyerapan Anggaran (TEPPA) pada semester I Tahun 2014. TEPPA menganugerahkan BNN sebagai Kementerian/Lembaga yang memperoleh “Terbaik II” dari seluruh K/L, dalam hal pelaporan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran. Prestasi tersebut sesuatu yang spektakuler bila dibandingkan pada pelaporan tahun sebelumnya, yang dilakukan oleh TEPPA, dimana BNN pada saat itu mendapat penilaian terendah kedua dari seluruh K/L. Prestasi kegiatan SIMAK BNN Tahun 2014, oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia telah menganugrahkan perhargaan ke BNN sebagai juara I Kategori Utilisasi Barang Milik Negara (BMN) dalam acara Refleksi dan Apresiasi Pengelolaan BMN pada Kementerian atau Lembaga (K/L). Sedangkan penilaian atas akuntabilitas kinerja BNN tahun 2014, dalam laporan ini belum dapat diinformasikan karena belum mendapat nilai dari instansi yang kompeten untuk itu. Demikian juga masalah penilaian laporan keuangan dari BPK, belum dapat diinformasikan karena laporan keuangan BNN masih dalam tahap pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI. Terkait dengan hasil pelaksanan kegiatan, BNN melaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ke 16 provinsi. Tujuan pelaksanaan Monev adalah untuk mengetahui sejauhmana manfaat pelaksanaan kegiatan dan program P4GN yang telah dilaksanakan BNN selama tahun 2014.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 82 Sasaran kegiatan adalah masyarakat yang pernah menerima program, yang terdiri dari: Siswa, Mahasiswa, Guru, Dosen, Pegawai Pemerintah termasuk TNI/Polri, Pegawai Swasta, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, LSM, mereka diminta pendapat melalui pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, untuk mengisinya sesuai dengan kenyataan yang ada. Hasil rekapitulasi data masukan dari masyarakat kemudian dirumuskan sesuai dengan metode penelitan dan juga dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan RKA-KL, hasil evaluasinya bahwa kinerja BNN Tahun 2014 masuk kategori nilai “Baik”. Dengan demikian Laporan Tahunan BNN ini, merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban Badan Narkotika Nasional kepada masyarakat atas pelaksanaan Program dan kegiatan dibidang P4GN guna mewujudkan masyarakat Indonesia, menjadi masyarakat yang imun terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba menuju Indonesia Emas Tahun 2045. Selain itu, laporan tahunan ini juga menjadi media evaluasi terhadap berbagai upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dan juga terkait dengan langkah-langkah operasional P4GN yang telah dilaksanakan selama ini.

Laporan Tahunan BNN Tahun 2014 83 LAMPIRAN RINCIAN KEGIATAN BNNP DAN BNNK/KOTA TAHUN ANGGARAN 2014 PENCEGAHAN Ssosialisasi Inpres No. 12 FGD Pembentukan Kader Pembentukan Jejaring Media NO BNNP BNNK Pagelaran Pok Seni Pelajar Mhs IP Swasta Pok Mas Pelajar Mhs IP Swasta Pelajar Mhs IP Swasta Pelajar Mhs IP Swasta MO ME MC MLR MA Mas Budaya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 DKI Jkt 35 40 40 173 110 55 67 162 BNNK Jaksel 35 120 40 40 150 100 150 BNNK Jaktim 173 0 110 55 0 67 162 2 Banten 21,330 1,790 1,968 3,991 340 0 0 0 0 0 0 0 116 0 0 0 0 0 2,000 0 2 50 0 0 BNNK Tangsel 3 Jabar 8545 345 75 125 100 BNN Kab. Ciamis 967 124 200 400 BNN Kab. Garut 3003 584 375 144 55 0000 000000000 0 00000 BNN Kab. Kuningan 5,500 155 64 - 865 ------BNNK Depok 850 100 600 BNN Kab. Karawang BNNK Cimahi 500 BNNK Bandung 3,700 150 60 30 150 100 BNN Kab. Cirebon 2,700 30 BNN Kab. Cianjur 1191 1000 5 2 3 BNN Kab. Bogor 3,225 135 500 5 5 10 3 4 Jateng 700 1,545 500 - 1,434 ------90 ------1 - - - BNNK Kendal 320 80 200 136 64 6 75 75 60 10 30 30 20 550 2 5 BNNK Batang 1,620 - 315 - 980 ------BNNK Purbalingga 1,778 0 300 212 325 BNNK Cilacap 1,258 615 BNNK Temanggung 2,260 12 200 70 5,005 ------1,800 2 8 3 0 5 Jatim 27,230 11,400 460 90 6,330 40 - 76 40 ------1 34 - - BNN Kab. Tulungagung 8,692 330 555 755 795 ------BNN Kota Malang 25,602 4,869 3,099 1,700 7,813 50 90 152 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 BNN Kota Batu 5,795 100 3 2 3,210 ------BNNK Nganjuk 9,910 - 2,760 650 ------BNN Kab. Sidoarjo 29,342 300 30 - 13,400 - 15 - 15 - - 50 50 50 - - - - - 2 132 57 - - BNN Kota Surabaya 1,590 200 862 552 1,690 - - - - 70 - 6 44 - - - - - 200 - 1 - 55 - BNN Kota 24143 2017 553 1113 2898 0 0 0 179 0 0 0 0 2 2 2 5 1400 336 3 46 29 0 BNN Kab. Malang 12,951 1,545 3,059 1,387 13,375 ------2 2 - - BNN Kab. Gresik 6,054 2,105 25 4,062 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 BNN Kab. Trenggalek 5,950 - 950 632 - - - - - 52 ------7 - - - - BNN Kab. Lumajang 8,267 240 90 275 209 54 2 1,000 BNNK 514 154 1 BNN Kab. Kediri 3,804 320 2,804 6 D.I Yogya 2 4 130 380 1 60 30 120 BNNK Yogyakarta 3 30 275 825 6 12 BNNK Sleman 3 90 50 80 2 60 100 6 2 8 7 Aceh 1,916 417 566 16 310 3 1 BNN Kota Langsa 900 150 3,000 29 BNNK Lhokseumawe 850 1 BNNK Bireun 440 BNN Kab. Aceh Selatan BNNK Pidie Jaya 4,050 200 640 322 1500 48 1 BNNK Gayo Lues 130 8 Sumut 375 300 530 360 500 75 105 90 90 250 2 4 BNNK Deli Serdang 3295 800 650 300 1060 0 0 0 0 100 0000000 0 000 101 0 0 BNNK Langkat 4812 150 130 270 150 82 BNNK Pematangsiantar 9,312 327 247 342 BNNK Asahan 895 500 40 - 90 ------BNNK Mandailing Natal 4,390 284 - - 1,715 ------300 - - - - - BNNK Tapanuli Selatan 2611 1718 150 146 320 BNNK Serdang Bedagai - - - - 150 ------BNNK Karo 750 375 125 150 10 35 5 BNNK Tanjungbalai 47 2 4 4 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0 BNNK Binjai 860 150 2,470 9 Sumbar 810 525 50 510 50 200 BNNK Payakumbuh 550 150 200 950 10 Sumsel 1220 1748 3278 660 11059 40 BNNK Pagar Alam 842 232 101 1089 BNN Kota Lubuk Linggau 1150 2420 245 0 00000000 00 200 0 0 0 0 BNN Kota Prabumulih 3898 480 BNNK Empat Lawang ------11 Jambi 100 100 170 160 500 500 BNN Kota Jambi 50 80 4 BNN Kab. Batanghari 2758 104 640 12 Riau 2,350 742 690 10 1,556 2 BNNK Kuansing 715 660 28 80 BNNK Pekanbaru 100 65 30 1,130 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 13 Bengkulu 14 Lampung 4,145 2,425 1,120 4 BNNK Lampung Selatan 6,781 75 271 - 181 15 Babel BNNK Pangkalpinang 1,750 138 50 120 175 BNN Kab. Belitung 50 0 0 0 50 0000 000000000 0 00000 16 Kepri 3173 707 100 208 485 BNNK Tanjungpinang 840 1220 60 BNN Kab. Karimun 557 15 79 20 20 116 BNNK Batam 11,813 59 264 17 Bali 900 1,006 1,144 ------BNN Kota 1,378 - 210 1,095 ------4 -- BNN Kab. Gianyar BNNK Badung 600 40 40 18 Gorontalo BNN Kota Gorontalo 300 250 76 40 40 BNN Kab. Bone Bolango 19 NTB 5,175 1,200 950 606 675 BNNK Mataram 4,090 290 300 30 100 340 3,000 480 BNNK Sumbawa Barat 2,225 300 190 20 NTT BNN Kota Kupang 1,073 156 91 BNN Kab. Rote Ndao 21 Kalbar ------28 -- BNN Kab. Pontianak ------28 -- 6 20 10 BNN Kota Pontianak 905 ORG 500 ORG 300 ORG 80 ORG 1400 ORG ------KALI KALI BUAH BNNK Sanggau 1100 30 635 BNNK Bengkayang 300 0 112 0 00000 00000000 0 000000 BNNK Singkawang 752 258 365 22 Kalsel BNN Kota Banjarmasin BNN Kota Banjarbaru BNN Kab. Balangan 23 Kalteng 553 4,808 582 157 1,681 167 BNNK Palangkaraya 24 Kaltim BNNK Samarinda 2872 456 153 164 743 ------BNN Kota Balikpapan BNNK Tarakan 1,606 50 80 0 600 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 25 Sulbar 1100 50 0 1060 0 0 0 26 Sulsel 12,445 1,986 1,005 1,517 14,453 105 175 70 70 4 1 BNN Kota Palopo BNNK Tana Toraja 1,430 100 2,000 5,450 2,000 27 Sulteng BNNK Palu 1000 300 90 BNNK Morowali 140 239 2,000 BNNK Donggala 130 ------240 40 75 - 75 75 ---- 500 - - 7 - - BNN Kab. Poso 774 1100 2,750 BNNK Tojo Una-Una 415 120 200 2 28 Sultra BNN Kota Kendari 1709 org 16 org 834 org 100 org 731 org BNN Kota Kolaka 29 Sulut 1,899 322 620 9,680 BN Kota Menado BNNK Bitung 300 600 3,000 30 Maluku BNN Kota Tual 31 Malut 350 600 200 130 BNNK Tidor Kepulauan 35 60 40 40 50 50 150 BNN Kab. Halut 32 Papua BNNP Papua 2037 1105 150 1255 1 28 BNNK Jayapura 500 50 50 12 33 Papbar 6 3 2 1 3 2 BNN CEGAH 1,920 300 CEGAH, DAMAS, REHAB, BNN BRANTAS JUMLAH 352,982 56,026 37,750 24,102 133,409 271 261 1,037 646 1,861 332 2,963 963 337 686 59 286 353 18,932 3,575 788 618 1,174 85