1. Pendahuluan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1. Pendahuluan Benang Merah Seni Rupa Modern 1 1. PENDAHULUAN Perjalanan sejarah seni rupa modern di Eropa (sebut saja: Barat) memiliki benang merah yang jelas dan tegas. Alur dan bentangannya memperlihatkan satu kesatuan yang saling berhubungan. Gaya atau aliran yang satu muncul sebagai akibat menentang (mereaksi) aliran/gaya sebelumnya. Penentangan -atau reaksi- tersebut didasari argumentasi atau konsepsi senimannya yang sangat kuat. Pada dasarnya perjalanan atau perkembangan seni rupa Barat selalu tidak lepas dari perjuangan terhadap nilai kebebasan dan kreativitas. Nilai kebebasan gaya yang satu ditentang oleh nilai kebebasan gaya yang lainnya, baik kebebasan segi pemilihan tema, estetika maupun teknik dan proses kreatifnya. Orientasi yang fundamental dari seni rupa Barat adalah seni klasik Yunani dan Romawi kuno. Kebudayaan klasik Yunani yang dilanjutkan oleh bangsa Romawi menjadi tenggelam ratusan tahun karena orientasi berpindah ke ajaran Kristiani, dan abad gemilang menjadi ―abad kegelapan‖. Namun kemudian abad pertengahan tersebut didobrak oleh para seniman karena dianggap tidak memberikan kebebasan dalam berkarya seni-budaya. Untuk mewujudkan cita-budaya yang bebas secara kemanusiaan, maka orientasi berkarya seniman kembali kepada seni klasik kuno (Yunani-Romawi) yang naturalistis-idealis dan didasari filsafat humanismenya. Penggalian kembali kaidah-kaidah klasik tampak semakin digalakkan. Tradisi berkarya seni rupa (khususnya seni lukis dan patung) kembali pada aturan-aturan seni klasik yang pernah berjaya. Gerakan kelahiran kembali ideal klasik ini dinamakan Renaissance (bahasa Perancis, dan renaitre dalam bahasa Itali, dan rebirth dalam bahasa Inggris). Gerakan ini menggema bukan hanya dalam bidang seni lukis dan patung, tetapi juga arsitektur dan semua lapangan budaya. Sejak Renaissance inilah akan terlihat perjalanan yang sangat jelas dari sejarah seni rupa Barat. Sehingga kita bisa menemukan sebab akibat dari gerakan seni modern. Benang Merah Seni Rupa Modern 2 Konsep seni modern di Barat menunjukkan beberapa ciri yang mengarah pada pengertiannya. Sarah Newmeyer (1959:7) dalam bukunya Enjoying Modern Art menyebutkan di awal tulisannya, “Modern art may be a picture of a bison scartched twenty thousand years ago on a wall of the Lascaux caves in southern France. Or may be a picture painted by Picasso only this morning.” Penggunaan istilah modern tidak dalam hubungannya dengan kronologi sejarah melainkan ditujukan untuk menamai sesuatu kelompok karya seni yang memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat yang dimaksudkan adalah ciri-ciri yang menunjukkan karya seni yang berbeda dengan kebiasaan sebelumnya sehingga memperlihatkan hal yang baru. Beberapa kamus mengartikan modern sebagai ―the present‖ atau ―just now‖. Namun pengertian ini tidaklah sepenuhnya sejalan. Sebab tanda-tanda kebaruan sangatlah relatif, tergantung sikap batin yang mendasari seniman berkarya. Kata modern secara umum dapat diartikan sebagai sikap atau cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 589). Cara berpikir modern adalah pemikiran tentang sesuatu yang baru dan biasanya dipertentangkan dengan yang lama. Maka dalam bidang seni, khususnya seni rupa, pengertian modern bisa juga diartikan sebagai suatu seni yang baru, yang didasari pola penciptaan yang baru dengan sikap dan watak yang kreatif. Bagaimanakah asal mula timbulnya seni modern di Barat abad kesembilanbelas? Adjat Sakri (1989:3-4), dalam bukunya Seni Rupa Abad Kesembilan Belas menjelaskan : ―Teori tentang kemajuan masyarakat, yang tumbuh pada zaman itu bertentangan dengan kenyataan karena kaum bangsawan dan kaum pendeta masih diberi hak istimewa dalam bidang perekonomian, sementara bangsa yang terjajah di Afrika, Asia dan Amerika diperas kekayaannya. Standar kesehatan yang baru, yang dilandasi ilmu, bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya; industri berjalan dalam lingkungan yang buruk, Benang Merah Seni Rupa Modern 3 dan kaum buruh tinggal di perumahan yang kumuh. Di bidang kebudayaan , kemajuan berhadapan dengan... Semuanya itu mengawali kelahiran watak kehidupan modern yang semakin cergas… Bukan saja bentuk lahir yang berubah, tetapi cara berpikir juga berubah. Kebutuhan mutlak untuk memperoleh laba yang besar dengan cepat agar mesin pabrik dapat berputar...‖ Dalam tulisan tersebut, Adjat Sakri menegaskan bahwa sikap para seniman yang terus menerus berusaha mencari gaya-gaya baru di tengah kehadiran gaya lama di tempat seniman itu sendiri, dan gaya masa kini di rantau orang. Mereka ingin menemukan wahana yang cocok untuk mengungkapkan gejolak batin yang kuat, seniman yang mengutamakan kebebasan beralih mencari bentuk yang lain. Di antara usaha para seniman abad kesembilan belas itu, menurut Adjat sakri bukan hanya bercermin kepada hasil-hasil seni masa lalu yang dianggap sebagai ‗master piece‟ tetapi juga belajar kepada seni-seni lainnya seperti Jepang dan China, seni Afrika, seni kepulauan Samudera, dan seni kebudayaan primitif yang lain. Semua bentuk itu dan berbagai ragamnya cocok dengan kebutuhan pelukis, pematung, grafikus, dan desainer pada akhir abad kesembilanbelas dan keduapuluh. Benang Merah Seni Rupa Modern 4 2. LATAR SEJARAH SENI RUPA BARAT Seni Rupa Purba Beberapa lukisan dinding gua sebagai peninggalan masa prasejarah di Eropa merupakan bukti karya seni rupa tertua dari perkembangan seni rupa Barat. Lukisan gua tersebut menggambarkan goresan-goresan yang umumnya melukiskan binatang perburuan, lukisan arwah nenek moyang, tanda telapak tangan dan kaki. Lukisan dinding gua tersebut dapat digolongkan ke dalam karya-karya yang primitif. Dinamakan primitif karena dari segi cara pengungkapannya tampak adanya spontanitas, bentuk-bentuk yang diungkapkannya cenderung ekspresif, dan bukan peniruan dari realitas bentuk alam. Kecenderungan gaya ekspresi tersebut didasari oleh dorongan spiritualitas dan kepentingan magis. Para pelukisnya belum mempertimbangkan rasio mereka dalam berkarya budaya, dan tidak pula berfilsafat untuk mendasari karya-karyanya. Mereka berkarya secara intuitif dan emosional. Melalui pendekatan emosional inilah tampaknya mewarnai citra estetik yang cenderung simbolistik karena ungkapan perasaannya dilambangkan oleh simbol- simbol sebagai hasil pemikirannya yang naif (bisa juga primordial). Beberapa ahli menilai bahwa karya lukis prasejarah adalah karya kreatif manusia awal. Nilai ekspresinya yang terwujud dalam goresan visual tak kalah dengan karya lukis akademis dari para seniman moderen. Bahkan muatan magis religius terasa sangat kental dan tajam. Bahasan seni rupa Barat awal yang juga menjadi peristiwa penting sejarah budaya manusia adalah seni Mesir, Mesopotamia, dan Persia. Bangsa Mesir merupakan bangsa besar di dunia, telah menghasilkan sejumlah karya budaya yang ideal- konvensional dan monumental. Orang-orang Mesir membuat karya pada umumnya didukung oleh suatu spirit tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan religinya. Pembuatan patung, relief, atau benda-benda seni lainnya, jika dianalisis Benang Merah Seni Rupa Modern 5 akan dihubungkan dengan kehidupan setelah mati. Soedarso Sp (2000:12) menyatakan bahwa para seniman pada masa itu adalah orang-orang yang mengetahui akan resep-resep tertentu dan sekaligus merupakan pekerja-pekerja yang baik. Gambaran tentang dunia diekspresikannya dengan caranya sendiri. Salah satu contoh: orang-orang Mesir Purba menggambarkan ruang dengan jalan membuat garis-garis dasar bersusun-susun makin ke atas berarti makin jauh. Seni Rupa Klasik Perkembangan berikutnya di Yunani merupakan perkembangan seni rupa yang telah mencapai puncaknya. Tidak salah jika secara umum perkembangan seni rupa Yunani termasuk perkembangan seni rupa klasik purba. Seni rupa klasik Yunani Purba ini bergaya naturalisme yang diidealisir. Gaya peniruan terhadap bentuk alam yang selalu ditampilkan secara sempurna berdasarkan pendekatan intelektual ini dihasilkan oleh suatu proses kebudayaan yang berlandaskan kerangka filsafat humanisme. Sifat-sifat naturalistis pada karya seni rupa Yunani adalah suatu upaya mendekati peniruan terhadap bentuk alam, khususnya bentuk manusia yang realistik sebagai perwujudan dari pemujaan pada nilai-nilai kesempurnaan manusia. Manusia sebagai mahluk hidup dipandang memiliki kelebihan dari mahluk lain. Di antara budi daya manusia yang menghasilkan produk budaya yang tinggi ialah rasio. Oleh karena segala sesuatu pertimbangan kekaryaan didasari pendekatan rasional maka akan menghasilkan karya seni yang cenderung kaku, dingin, dan menghindari bentuk-bentuk ekspresif dan emosional. Hal ini sangat berbeda dengan kesenian purba yang primitif dari zaman sebelumnya. Kesenian Yunani yang mengutamakan imitasi alam dengan ditambah sedikit idealisasi menghasilkan suatu jenis kesenian yang tidak emosional, dan penuh perfeksi (Soedarso Sp, 2000:13). Sesuatu yang kreatif spontan tidak mendapat tempat. Kreativitas seniman dibatasi oleh kerangka intelektual. Benang Merah Seni Rupa Modern 6 Pada umumnya kesenian yang seperti ini dipergunakan oleh penciptanya untuk melukiskan dewa-dewanya yang dianggap berbentuk sebagai manusia yang sempurna, sehingga kesenian ini tidak lain adalah bentuk konvensi saja. Meniru bentuk dewa seperti bentuk manusia yang ideal ini berarti mewujudkan ide tentang keluhuran Dewa. Untuk ini sering dinamakan pula tendensi antropomorfisme. Pewaris kesenian Yunani (Klasik) ialah bangsa Romawi. Bangsa Romawi dapat dikatakan sebagai bangsa yang besar yang mampu menyerap dan mengembangkan kesenian (dan kebudayaan) klasik Yunani. Pengembangan tradisi klasik tetap berakar
Recommended publications
  • Mon Levinson (1926-2014)
    MON LEVINSON (1926-2014) Segmented Squares, 1966 Light Play X, 1968 Born and raised in New York City, Mon Levinson studied economics at the University of Pennsylvania (BA in 1948) before pursuing art in New York. Levinson underwent psychotherapy with Dada leader Richard Huelsenbeck in the late Fifties, which opened him to becoming an artist. Through Huelsenbeck, Levinson became acquainted with European artists like Jean Arp and Jean Tinguely and began to develop his own artistic approach. By 1960 Levinson was working in paper producing reliefs of intricate shadow compositions and light reflections called Knife Drawings . Around the same time Levinson started working in plastic, using both opaque white and clear vinyl sheets, layered in wooden boxes. These constructions called Space Reliefs were included in the group exhibition New Forms – New Media at Martha Jackson Gallery in 1960. Both the Knife Drawings and the Space Reliefs were shown in his first solo exhibition at the Kornblee Gallery in 1961. Levinson experimented further with transparency and patterns using thin lines on layers of Plexiglas that appeared to move as a view - er shifted his position. Levinson had discovered the moiré effect and could adjust the “speed” of the piece through the distance between the Plexiglas sheets. In these 1960s constructions, Levinson merged painting and sculpture to manipulate the perception of the viewer. In his works with Plexiglas and moiré patterns, Levinson was recognized as one of the progenitors of Op Art. He was included in the Museum of Modern Art’s 1965 exhibition The Responsive Eye . Mon Levinson traveled to Caracas in March of 1968 to open an exhibition at the Venezuelan-American Center of Op art from the Marlboro Art Collection owned by Philip Morris International.
    [Show full text]
  • CONTEMPORARY AMERICAN PAINTING and SCULPTURE 1969 University of Illinois at Urbana-Champaign Js'i----».--:R'f--=
    Arch, :'>f^- *."r7| M'i'^ •'^^ .'it'/^''^.:^*" ^' ;'.'>•'- c^. CONTEMPORARY AMERICAN PAINTING AND SCULPTURE 1969 University of Illinois at Urbana-Champaign jS'i----».--:r'f--= 'ik':J^^^^ Contemporary American Painting and Sculpture 1969 Contemporary American Painting and Sculpture DAVID DODD5 HENRY President of the University JACK W. PELTASON Chancellor of the University of Illinois, Urbano-Champaign ALLEN S. WELLER Dean of the College of Fine and Applied Arts Director of Krannert Art Museum JURY OF SELECTION Allen S. Weller, Chairman Frank E. Gunter James R. Shipley MUSEUM STAFF Allen S. Weller, Director Muriel B. Christlson, Associate Director Lois S. Frazee, Registrar Marie M. Cenkner, Graduate Assistant Kenneth C. Garber, Graduate Assistant Deborah A. Jones, Graduate Assistant Suzanne S. Stromberg, Graduate Assistant James O. Sowers, Preparator James L. Ducey, Assistant Preparator Mary B. DeLong, Secretary Tamasine L. Wiley, Secretary Catalogue and cover design: Raymond Perlman © 1969 by tha Board of Trustees of the University of Illinois Library of Congress Catalog Card No. A48-340 Cloth: 252 00000 5 Paper: 252 00001 3 Acknowledgments h.r\ ^. f -r^Xo The College of Fine and Applied Arts and Esther-Robles Gallery, Los Angeles, Royal Marks Gallery, New York, New York California the Krannert Art Museum are grateful to Marlborough-Gerson Gallery, Inc., New those who have lent paintings and sculp- Fairweother Hardin Gallery, Chicago, York, New York ture to this exhibition and acknowledge Illinois Dr. Thomas A. Mathews, Washington, the of the artists, Richard Gallery, Illinois cooperation following Feigen Chicago, D.C. collectors, museums, and galleries: Richard Feigen Gallery, New York, Midtown Galleries, New York, New York New York ACA Golleries, New York, New York Mr.
    [Show full text]
  • International
    International International View | Lyon & Turnbull Autumn/Winter 2019 LIKE NOWHERE RCStweets RCSocial RCSocial ELSE RCSocial rcs.ac.uk RCSocial Corporate LNE ad.indd 1 23/08/2019 11:45:47 International CONTENTS 5 Top Lots 10 Past Events & Cultural Affairs 12 Announcements 20 Feature Stories 18 Phillip Bruno | An Adopted Scotsman 20 A Grand Old Flag | The Stars & Stripes Collection of Dr. Peter J. Keim 24 In Perfect Bloom | Dutch Still Life 26 Darwin’s Magnum Opus 28 The Collection of Mr. and Mrs. Richard E. Oldenburg 30 An Artistic Haven | St Ives 32 Looking Back | Berthe Morisot 34 Sunshine Stones | Yellow Sapphires 36 When Meissen Went Modern | Henry van de Velde 38 In the Forefront of the Movement | The Art of Isabel Codrington 40 Ancient Cyprus | At the Crossroads 42 A Vision of Eden | Daniel Garber's By The River 44 Through the Embroiderer’s Eye | May Morris Textiles 46 I Hope for Nothing but Vengeance | Autograph Letters from Comte d’Artois 48 The Macallan Millennium 49 Ding Ware Porcelain | A Thousand Years of Elegance 50 The Collection of Stephanie Eglin | Opulence & Optimism 52 Capturing Coastal Life | Sam Bough 54 Clement Hungerford Pollen | An English Gentleman in the Great North American West 56 Inspirations | Celebrating Women in Ceramics 58 The Collection of Robert J. Morrison 62 Noteworthy 76 Beyond the Auction House 76 Renewal | Forging the Future in Silver 78 Spotlight | Philadelphia Museum of Art Contemporary Craft Show 82 Marchmont House | A Home for Makers & Creators 85 Contact Us 88 Auction Calendar CREDITS EDITORS-IN-CHIEF Whitney Bounty Alex Dove ASSISTANT EDITOR Madeline Hill GRAPHIC DESIGN Whitney Bounty PHOTOGRAPHY Ryan Buckwalter Thomas Clark Helen Jones James Robertson Alex Robson James Stone PUBLISHERS Alex Dove Thomas B.
    [Show full text]
  • 1. Pendahuluan
    Sejarah Seni Rupa Modern 1 1. PENDAHULUAN Perjalanan sejarah seni rupa modern di Eropa (sebut saja: Barat) memiliki benang merah yang jelas dan tegas. Alur dan bentangannya memperlihatkan satu kesatuan yang saling berhubungan. Gaya atau aliran yang satu muncul sebagai akibat menentang (mereaksi) aliran/gaya sebelumnya. Penentangan -atau reaksi- tersebut didasari argumentasi atau konsepsi senimannya yang sangat kuat. Pada dasarnya perjalanan atau perkembangan seni rupa Barat selalu tidak lepas dari perjuangan terhadap nilai kebebasan dan kreativitas. Nilai kebebasan gaya yang satu ditentang oleh nilai kebebasan gaya yang lainnya, baik kebebasan segi pemilihan tema, estetika maupun teknik dan proses kreatifnya. Orientasi yang fundamental dari seni rupa Barat adalah seni klasik Yunani dan Romawi kuno. Kebudayaan klasik Yunani yang dilanjutkan oleh bangsa Romawi menjadi tenggelam ratusan tahun karena orientasi berpindah ke ajaran Kristiani, dan abad gemilang menjadi ―abad kegelapan‖. Namun kemudian abad pertengahan tersebut didobrak oleh para seniman karena dianggap tidak memberikan kebebasan dalam berkarya seni-budaya. Untuk mewujudkan cita-budaya yang bebas secara kemanusiaan, maka orientasi berkarya seniman kembali kepada seni klasik kuno (Yunani-Romawi) yang naturalistis-idealis dan didasari filsafat humanismenya. Penggalian kembali kaidah-kaidah klasik tampak semakin digalakkan. Tradisi berkarya seni rupa (khususnya seni lukis dan patung) kembali pada aturan-aturan seni klasik yang pernah berjaya. Gerakan kelahiran kembali ideal klasik ini dinamakan Renaissance (bahasa Perancis, dan renaitre dalam bahasa Itali, dan rebirth dalam bahasa Inggris). Gerakan ini menggema bukan hanya dalam bidang seni lukis dan patung, tetapi juga arsitektur dan semua lapangan budaya. Sejak Renaissance inilah akan terlihat perjalanan yang sangat jelas dari sejarah seni rupa Barat. Sehingga kita bisa menemukan sebab akibat dari gerakan seni modern.
    [Show full text]
  • Untitled Sculpture
    THE MUSEUM OF CONTEMPORARY CRAFTS of the AMERICAN CRAFTSMAN'S COUNCIL under the sponsorship of HOOKER CHEMICAL CORPORATION a subsidiary of OCCIDENTAL PETROLEUM CORPORATION present PLASTIC as Plastic November 23,1968 to January 12,1969 Museum of Contemporary Crafts 29 West 53 Street, New York 10019 Modular grill. Plexiglas, Rohm and Haas, Philadelphia, Pa. Designer: Erwin Hauer Introduction One hundred years have passed since the included are derived from the materials themselves appearance of the first synthetic plastic — rather than duplicating those conceived for celluloid — and fifty years since Naum Gabo first other materials and fabrication methods. used a plastic in sculpture. Plastics are now We wish to express our great appreciation to becoming as basic to our daily lives as wood, metal. Hooker Chemical Corporation, a subsidiary of paper and glass, and will soon be even more Occidental Petroleum Corporation, whose prevalent than these. Unlike them, however, plastics sponsorship enabled us to expand the scope and are man-made, and the ramifications of depth of this exhibition which has been researched this fact for the future are virtually without limit as on an international level for more than two years. long as man's mind can continue to conceive of We thank Robert Malone, Armand Windfield and possible chemical combinations and design Freda Koblick for their research assistance in the applications for these materials. In thinking about early stages of the project, and Sandra Zimmerman, the potential for change in our environment which Coordinator of the exhibition, whose enthusiasm can be brought about through the use of plastics, and organization in bringing it together were one realizes the great contribution yet to be made essential for its success.
    [Show full text]