BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Metode yang dipakai untuk mendapatkan data adalah melalui: • Tinjauan pustaka: melalui buku (Pustaka Nada), koran (Kompas) dan internet (wikipedia.org, tokohindonesia.com) • Survey lapangan: survey (TK & SD swasta di Jakarta dan Tangerang) dan wawancara dengan narasumber pemerhati buku anak (Murti Bunanta, Kelompok Pencinta Bacaan Anak) 2.1.1 Perkembangan Lagu Anak Indonesia Berikut kutipan dari berita di Kompas hari Kamis, 30 Oktober 2008 yang ditulis oleh Joshua Igho B. G. , seorang musisi yang juga menulis. “Hilangnya Lagu Anak” Pada era 70 hingga 80an, setiap pekan TVRI menayangkan acara Ayo Menyanyi, yang mulai mengudara 3 Juni 1968. Acara ini memperkenalkan lagu-lagu baru dari pencipta lagu ternama seperti Ibu Sud, Pak Dal, Pak Tono, S.M. Moechtar, Kasim St. M. Syah, A.E. Wairata, S. Anjar Sumyana, C. Tuwuh, Martono, Andana Kusuma, Angkama Setiadipradja, Pak Sut, Pak Rat, Kusbini, Daeng Soetigna, Hs. Mutahar, L. Manik, M.P. Siagian, A. Simanjuntak, R.C. 3 4 Hardjosubrata, Sancaya HR, dan Mus K. Wirya. Lagu-lagu ini dibawakan oleh artis-artis cilik yang sedang tenar pada masanya, di antaranya Adi Bing Slamet, Chica Koeswoyo, Diana Papilaya, Dina Mariana, Vien Isharyanto, dan Yoan Tanamal atau dari sanggar-sanggar berprestasi. Berlanjut ke dekade 90-an silam, di mana Joshua Suherman, Sherina, Tasya, Trio Kwek-kwek, dan Agnes Monica masih berjaya sebagai penyanyi cilik. Anak- anak seusia para penyanyi itu masih dimanjakan oleh lagu-lagu manis. Setiap pagi, RCTI dan SCTV masih ‘sudi’ menayangkan lagu-lagu anak-anak. Ada pula, Kak Seto (Dr. Seto Mulyadi, mantan ketua Komnas Anak) dengan lagunya Si Komo, atau AT Mahmud dengan lagunya Libur Telah Tiba merupakan pencipta lagu yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dunia anak. Namun apa yang terjadi pada masa sekarang? Hanya terpaut sekitar 10 tahun, blantika musik anak-anak sudah mengalami lompatan cukup jauh. Televisi dan radio dipenuhi lagu-lagu orang dewasa. Dari genre pop, lagu-lagu semacam “Kekasih Gelapku” (Ungu), “Ketahuan” (Matta), “Teman Tapi Mesra” (Ratu) mengajak anak-anak berpikir layaknya orang dewasa. Sementara dari genre dangdut ada “Kucing Garong”, “Cucakrawa”, “Bokong Gatel”, “Prapatan Celeng”, atau “Putri Panggung” yang dalam setiap penampilan, baik di layar kaca maupun di tengah publik, para penyanyinya selalu menonjolkan goyangan yang seronok dan menantang syahwat. Hiburan yang semestinya hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan usia dewasa, itu menjadi menu sehari-hari yang juga ‘disantap’ oleh anak-anak. 5 Kita tidak menampik, di antara hiruk-pikuk peredaran lagu seronok dan bertema percintaan (perselingkuhan) yang membahayakan bagi perkembangan anak, terselip pula lagu cukup mendidik seperti yang dirilis Ada Band (duet bersama Gita Gutawa) berjudul Yang Terbaik Bagimu atau Melly Goeslaw dengan lagunya Bunda dan Kupu-kupu. Namun akan muncul pertanyaan, apakah tiga lagu tersebut sanggup menghadapi kepungan si Kucing Garong, Bokong Gatel, Putri Panggung, Prapatan Celeng, Cucakrawa, Ketahuan, dan Kekasih Gelapku? Dengan amat berat hati saya tidak berani memasang taruhan kemenangan, apalagi ‘filter’ anak-anak zaman sekarang sudah bocor. Tanpa bimbingan orang tua, mereka lebih tertarik pada goyangan penyanyi daripada mengapresiasi kualitas melodi dan syair lagu. Melesunya blantika musik anak-anak akibat tenggelamnya gairah para pencipta lagu menghasilkan lagu anak-anak dewasa ini sebenarnya ditangkap oleh beberapa stasiun televisi dalam bentuk kompetisi seperti AFI Junior (Indosiar, kini sudah tidak tayang) atau Idola Cilik (RCTI). Acara itu dipandang bermanfaat untuk mencari dan memandu bakat menyanyi bagi anak-anak. Namun sayangnya, kemasan yang disajikan masih saja ‘memaksa’ anak-anak untuk menjadi dewasa, bukan apa adanya sesuai perkembangan pikiran mereka. Hal tersebut dapat ditengarai dari jenis lagu yang dibawakan para penampil, hampir semuanya lagu orang dewasa. Akhirnya, kita tidak dapat melihat letak itikad baik stasiun televisi, melainkan eksploitasi anak-anak demi mengejar rating acara yang ujung-ujungnya keuntungan. 6 Dan berikut ini dikutip dari surat pembaca di Kompas tertanggal Senin, 9 Juni 2008 mengenai keprihatinan seorang Ibu terhadap penyelenggara acara yang tidak perduli terhadap lagu untuk anak-anak dalam sebuah event lomba mewarnai. Mau share saja tentang ketidakpedulian salah satu EO acara anak-anak yang bernama Maharani Fitri. Di hari Sabtu, tanggal 7 Juni 2008 lalu putri saya yang masih kelas 1 SD mengikuti lomba mewarnai yang diselenggarakan di ITC Permata Hijau dengan EO Maharani Fitri (contact numbers : 70455603, 7234131, 0856 7858 753, 0813 1417 5643). Begitu lomba akan dimulai, tampillah seorang penyanyi cilik (namanya tidak sempat saya tanya) yang dengan mengagetkannya menyanyikan lagu Dokter Cinta dan mengajak adik- adik kecil para peserta lomba untuk menyanyi bersama. Saat itu juga saya menyampaikan keluhan secara baik-baik kepada Panitia (Ibu Neneng) bahwa lagu yang dipilih tidak sesuai dengan audiens-nya. Saya pikir pihak panitia akan dengan berbesar hati mengganti lagunya dengan lagu anak- anak, walaupun tanpa musik pengiring. Tetapi tetap saja lagu itu diperdengarkan dan diteruskan lagi dengan 1 lagu dewasa lain. Setelah itu lomba pun dimulai sampai sekitar 2 jam. Kemudian sambil menunggu penjurian, munculah kembali sang penyanyi cilik, kali ini dengan lagu Separuh Nafas, dan lagi-lagi mengajak para peserta lomba cilik ini untuk menyanyi bersama. Lagi-lagi saya datangi pihak panitia dengan agak jengkel, karena sepertinya mereka tidak peduli dengan perkembangan psikis anak-anak peserta lomba. Mungkin yang ada di pikiran pihak panitia adalah secara komersial mereka sudah untung, tak peduli dengan apa yang dilihat dan didengar oleh anak- 7 anak peserta lomba. Ibu Neneng berpendapat bahwa acara tersebut adalah ditujukan untuk umum dalam rangka acara batik, bukan anak-anak semata. Padahal jelas-jelas di formulir pendaftaran dituliskan rentang usia para peserta lomba yang berkisar di antara usia TK dan SD. Ketika saya berargumen lebih lanjut, Ibu Neneng hanya berkomentar bahwa ia tidak punya waktu untuk melayani saya, yang notabene adalah orangtua adalah peserta lomba acara yang diadakannya. Sungguh saya sedih dengan situasi seperti ini. Betapa EO Maharani Fitri tidak peduli dengan kekhawatiran orangtua. Melalui surat pembaca ini saya himbau agar para orangtua tidak mengikutsertakan putra-putrinya dalam acara-acara yang diadakan EO tersebut. Rina Palupi Budisusilowati, SE, MM Jl. Cipulir IV No. 22, Kebayoran LamaJakarta Selatan AT Mahmud pun mengungkapkan keprihatinan serupan terhadap perkembangan lagu anak Indonesia. Demikian kutipan dari wawancara beliau dengan wartawan TokohIndonesia.com di kediamannya di Jakarta Selatan, Senin, 8 September 2003. Menurutnya, banyak sekali lagu yang dinyanyikan anak-anak bukan lagu anak melainkan lagu orang dewasa dengan pikiran dan kemauan orang dewasa. Anak- anak hanya menyanyikan saja. Tanpa pemahaman dan penghayatan akan isi lagu. AT Mahmud mencontohkan dua lagu yaitu “Aku Cinta Rupiah” dan “Mister 8 Bush”. “Anak kecil mana tahu nilai rupiah atau dolar atau ringgit dan mata uang lainnya. Mereka juga tidak begitu kenal dan hirau dengan George Bush Junior yang melakukan invasi ke Iraq. Mereka belum memikirkan hal itu. Semua itu adalah pikiran dan kemauan orang dewasa yang dipaksa disuarakan anak-anak,” paparnya. Menurut beliau, lagu anak-anak hendaknya mengungkapkan kegembiraan, kasih sayang, dan memiliki nilai pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Bahasa dalam lagu anak pun harus menggunakan kosakata yang akrab di telinga anak. 2.1.2 Data Primer Data kualitatif hasil dari wawancara penulis: Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa guru TK, SD di Jakarta dan Tangerang, penulis mendapatkan gambaran jelas mengenai pengajaran lagu anak di sekolah. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan: 1. Lagu apa saja yang biasa diajarkan di sekolah? 2. Manakah yang lebih banyak dinyanyikan? Lagu berbahasa Inggris, Mandarin, atau Indonesia? Mengapa? 9 3. Menurut Anda, apakah lagu yang diajarkan di sekolah berpengaruh terhadap perkembangan pikiran dan psikologis anak? 4. Seberapa intens pengajaran lagu anak di sekolah? 5. Bagaimana pendapat Anda mengenai lagu ciptaan AT Mahmud? Berikut adalah jawaban mereka: 1. Pujian rohani, lagu-lagu yang sesuai dengan tema yang akan di ajarkan di kelas. 2. Lagu indonesia dan Inggris. Tentunya, untuk menambah kosakata anak-anak baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. selain itu juga untuk mengasah daya komunikasi anak. 3. Cukup berpengaruh. Misalnya untuk lagu-lagu rohani, anak jadi lebih mengenal tentang Tuhan (Tuhan yang penuh kasih, Tuhan yang penolong, Tuhan yang mengampuni). Sedangkan untuk lagu-lagu reguler, kata-katanya yang positif dapat memotivasi anak utnuk bertindak serupa. Selain itu, kata-kata yang membangun dapat mengajarkan anak untuk memiliki sikap yang lebih positif. 4. Setiap hari anak-anak di ajak untuk menyanyi. 5. Lagu-lagu tersebut merupakan lagu yang sederhana tetapi baik untuk di ajarkan kepada anak-anak dan mudah dimengerti anak-anak, apalagi sekarang semakin sedikit lagu-lagu untuk anak-anak Debora Natalia, guru kelompok bermain IPEKA Tomang 10 1. Lagu anak-anak seperti Lihat Kebunku, Kasih Ibu dan beberapa lagu Sekolah Minggu. 2. Lagu Indonesia. Karena saya mengajar Bahasa Indonesia. Lagu berbahasa Inggris dan Mandarin diajarkan oleh guru bahasa yang bersangkutan atau guru Musik. 3. Ya. Lagu anak jelas memliki pengaruh terhadap perkembangan